KARAKTERISTIK BAYI PENDERITA GASTROENTERITIS YANG DIRAWAT INAP DI RSUD PURI HUSADA TEMBILAHAN TAHUN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KARAKTERISTIK BAYI PENDERITA GASTROENTERITIS YANG DIRAWAT INAP DI RSUD PURI HUSADA TEMBILAHAN TAHUN"

Transkripsi

1 KARAKTERISTIK BAYI PENDERITA GASTROENTERITIS YANG DIRAWAT INAP DI RSUD PURI HUSADA TEMBILAHAN TAHUN Rivando Fernandus 1 ; Sori Muda Sarumpaet 2 ; Hiswani 2. 1 Mahasiswa Departemen Epidemiologi FKM USU 2 Dosen Departemen Epidemiologi FKM USU Abstract Gastroenteritis disease remains a major cause of morbidity and mortality of children in the world, especially in developing countries, including Indonesia. Based on the results of the morbidity and mortality survey conducted Sub gastroenteritis in 2010, the death rate from gastroenteritis Cause Specific Death Rate by 23 about 100 thousand inhabitants and in infants Age Specific Death Rate by 75 about 100 thousand babies. While in the hospital Puri Husada Tembilahan, the overall proportion of infant gastroenteritis cases by 42.01% and the Case Fatality Rate by 3.12%. Has done research that aims to identify the characteristics of infants hospitalized patients with gastroenteritis in hospitals Puri Husada Tembilahan years , a descriptive case series design, using secondary data. The population is all infants hospitalized patients with gastroenteritis in as many as 229 people, and a sample of 146 people were taken by simple random sampling. From the research found most babies with gastroenteritis at the age of < 6 months (87,7%), males (56,8%), self-employed parents work (69,2%), good nutrition status (64,4%), the main complaint vomiting (89,0%), the degree of mild dehydration (64,4%), complications (14,4%),management of intravenous fluid administrations/infusion (51,4%), the average treatment time 3,43 during the day and go home in a state of recovery (70,5%). Statistical test results obtained no significant difference in the proportion of state while returning by complications (X 2 = 5,882 ; p = 0,053). There is no significant difference in the average long care by age (F = 2,678 ; p = 0,104), there was no significant difference in the average treatment time is based on the degree of dehydrations (F = 2,555 ; p = 0,081). To the hospital is recomended to improve the quality of service and complete the notes on the state of the card baby height measurement, the level of mother s education and employment. Keywords: gastroenteritis, infant characteristics Pendahuluan Gastroenteritis hingga saat ini masih merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian hampir di seluruh daerah geografis di dunia, dan semua kelompok usia bisa terinfeksi gastroenteritis. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun gastroenteritis merupakan penyebab kematian nomor tiga pada bayi baik di dunia maupun di Asia Tenggara dengan Proportional Mortality Ratio (PMR) 17-18%. Berdasarkan data WHO pada tahun 2010 menunjukkan, derajat kesehatan Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya, seperti Malaysia dan Singapura, dimana Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKBA) di Malaysia sudah mencapai 8 per kelahiran hidup, sementara AKB di Singapura sudah mencapai 3 per kelahiran hidup dan AKBA mencapai 4 per kelahiran hidup dan yang tertinggi dicapai oleh Myanmar, yaitu 104 kematian per kelahiran hidup sedangkan di Indonesia 36 kematian per kelahiran hidup. Kajian ARSN (Asian Rotavirus Surveillance Networks) kedua pada tahun 2001 dilakukan di beberapa negara di Asia (Cina, Taiwan, Hongkong, Vietnam, Myanmar, Thailand dan Indonesia) terdapat bahwa infeksi rotavirus 1

2 sebesar 45% kejadian gastroenteritis di Asia. Hongkong merupakan daerah dengan prevalensi rotavirus terendah (28%) sedangkan prevalensi tertinggi di Vietnam (59%). Infeksi Rotavirus merupakan salah satu penyebab gastroenteritis dengan dehidrasi berat pada bayi dan balita di seluruh dunia. Sebuah studi analisis yang dilakukan oleh Parashar pada tahun (2009), menunjukkan bahwa infeksi rotavirus dapat menyebabkan 114 juta episode gastroenteritis, 24 juta kunjungan rawat jalan, 2,4 juta kunjungan rawat inap dan kematian bayi dan balita pada tahun Diperkirakan proporsi kematian akibat gastroenteritis rotavirus terjadi pada negara berkembang sebesar 82%, terutama di Asia dan Afrika. Indonesia juga menghadapi beban ganda dalam pembangunan kesehatan dan masih meningkatnya beberapa penyakit menular disamping penyakit tidak menular atau penyakit degeneratif dan munculnya penyakit baru. Sampai saat ini penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan dan merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas bayi di Indonesia adalah gastroenteritis atau juga sering disebut diare. 5 Kegiatan penanggulangan penyakit gastroenteritis di Indonesia sudah dimulai sejak tahun Peningkatan pemberantasan yang berdasarkan kenyataan pelaksanaan di lapangan serta selaras dengan resolusi World Health Assembly tahun 1978 yang mengharapkan bahwa setiap negaranegara anggota WHO dapat mengembangkan pemberantasan penyakit gastroenteritis sehingga angka morbiditas dan mortalitasnya dapat ditekan seminimal mungkin. Hasil Survei morbiditas dan mortalitas yang dilakukan Subdit Gastroenteritis pada tahun 2010 menunjukkan angka kematian akibat gastroenteritis (Cause Spesific Death Rate) sebesar 23 per 100 ribu penduduk dan pada bayi Age Spesific Death Rate (ASDR) sebesar 75 per 100 ribu bayi. Selama tahun 2010 sebanyak 41 kabupaten 16 propinsi melaporkan terjadi KLB gastroenteritis dengan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 2,52% dari kasus yang dilaporkan. Departemen Kesehatan RI menyatakan bahwa derajat kesehatan di Indonesia telah mengalami kemajuan yang cukup bermakna. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat antara lain ditunjukkan oleh semakin meningkatnya umur harapan hidup, menurunnya angka kematian ibu dan meningkatnya status gizi masyarakat disamping menurunnya angka kematian bayi dan balita dimana berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1997 didapatkan Angka Kematian Bayi (AKB) yang relatif tinggi di Indonesia yaitu sebesar 46 per kelahiran hidup dan Angka Kematian Balita (AKBA) sebesar 58 per kelahiran hidup, Sementara berdasarkan hasil SDKI 2002/2003 AKB dan AKBA sudah mengalami penurunan menjadi 35 per kelahiran hidup dan 46 per kelahiran hidup. Di Provinsi Riau terjadi peningkatan kasus gastroenteritis dan diare di rumah sakit setiap tahunnya. Berdasarkan data profil kesehatan propinsi Riau yang dihimpun pada tahun 2009 dan tahun 2010 menunjukkan bahwa banyaknya angka kesakitan gastroenteritis tahun 2009 sebesar kasus dengan proporsi penderita pada bayi sebesar 42% dan tahun 2010 angka kesakitan gastroenteritis sebesar kasus, dengan proporsi penderita pada bayi sebesar 56,03%. Berdasarkan data Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota Tembilahan tahun 2012 angka kejadian gastroenteritis pada bayi cukup tinggi. Dilaporkan dari 25 puskesmas, terdapat kasus dengan proporsi gastroenteritis pada bayi sebesar 66,34%. Rumah Sakit Umum Daerah Puri Husada Tembilahan merupakan salah satu rumah sakit yang menyediakan ruang rawat inap untuk bayi dan anak-anak. Dari tahun 2011 sampai dengan 2012, gastroenteritis menempati urutan pertama berdasarkan data 10 besar morbiditas pasien rawat inap sentinel. Tahun 2010 dilaporkan terdapat 318 kasus gastroenteritis dengan proporsi pada bayi 2

3 sebesar 40,82%, dan mengalami peningkatan pada tahun dilaporkan terdapat 545 kasus gastroenteritis dengan proporsi bayi sebesar 42,01% sebanyak 229 orang. Sedangkan mortalitas gastroenteritis menempati urutan kelima berdasarkan data 10 penyakit terbesar yang mengakibatkan kematian dengan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 3,12%. Oleh karena itu perlu diketahui karakteristik bayi penderita gastroenteritis yang dirawat inap di RSUD Puri Husada Tembilahan. Tujuan Penelitian Tujuan Umum Untuk mengetahui karakteristik bayi penderita gastroenteritis yang dirawat inap di RSUD Puri Husada Tembilahan. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui distribusi proporsi bayi penderita gastroenteritis berdasarkan umur. b. Untuk mengetahui distribusi proporsi bayi penderita gastroenteritis berdasarkan jenis kelamin. c. Untuk mengetahui distribusi proporsi bayi penderita gastroenteritis berdasarkan pekerjaan orang tua. d. Untuk mengetahui distribusi proporsi bayi penderita gastroenteritis berdasarkan status gizi waktu masuk rumah sakit. e. Untuk mengetahui distribusi proporsi bayi penderita gastroenteritis berdasarkan keluhan utama. f. Untuk mengetahui distribusi proporsi bayi penderita gastroenteritis berdasarkan derajat dehidrasi. g. Untuk mengetahui distribusi proporsi bayi penderita gastroenterituiis berdasarkan komplikasi penyakit. h. Untuk mengetahui distribusi proporsi bayi penderita gastroenteritis berdasarkan penatalaksanaan. i. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata bayi penderita gastroenteritis. j. Untuk mengetahui distribusi proporsi bayi penderita gastroenteritis berdasarkan keadaan sewaktu pulang. k. Untuk mengetahui proporsi umur berdasarkan derajat dehidrasi. l. Untuk mengetahui proporsi status gizi berdasarkan derajat dehidrasi. m. Untuk mengetahui proporsi keadaan sewaktu pulang berdasarkan status gizi. n. Untuk mengetahui proporsi keadaan sewaktu pulang berdasarkan derajat dehidrasi. o. Untuk mengetahui proporsi komplikasi berdasarkan keadaan sewaktu pulang. p. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata berdasarkan umur. q. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata berdasarkan status gizi. r. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata berdasarkan derajat dehidrasi. s. Untuk mengetahui derajat dehidrasi berdasarkan dengan penatalaksanaan. Manfaat Penelitian a. Sebagai bahan masukan kepada rumah sakit terhadap peningkatan pelayanan dan penatalaksanaan terhadap bayi penderita gastroenteritis. b. Untuk meningkatkan pengetahuan penulis tentang gastroenteritis. c. Sebagai bahan referensi di perpustakaan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Metode Penelitian Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang diambil dari kartu status pasien yang ada di bagian rekam medis Rumah Sakit Umum Daerah Puri Husada Tembilahan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yang bersifat deskriptif dengan menggunakan desain penelitian Case Series. Lokasi penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Puri Husada Tembilahan dengan pertimbangan bahwa Rumah Sakit Umum Daerah Puri Husada Tembilahan melayani penderitia gastroenteritis rawat inap. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh data 3

4 bayi penderita gastroenteritis yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Puri Husada yaitu sebanyak 229 orang. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 146 bayi yang penderita gastroenteritis. Teknik pengambilan sampel yaitu dilakukan dengan menggunakan cara Simple Random Sampling. Sampel dipilih secara acak sederhana dengan menggunakan undian. Pertama-tama semua nomor identitas kartu status dicatat di atas kertas kecil, Kemudian kertas tersebut diambil secara acak sebanyak 146 kali. Nomor identitas kartu status yang terambil dipilih sebagai sampel. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan komputer. Kemudian data dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji Chi-square dan Anova. Selanjutnya hasil disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, diagram pie dan diagram bar. Hasil dan Pembahasan berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.1. Distribusi Proporsi Bayi Penderita Gastroenteritis Berdasarkan Umur yang di Rawat Inap di RSUD Puri Husada Tembilahan tahun NO Umur (bulan) f Proporsi 1 < ,7 2 > ,3 Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa umur bayi penderita gastroenteritis yang terbanyak adalah < 6 bulan sebanyak 128 orang (87,7%), dan umur > 6 bulan sebanyak 18 orang (12,3%). berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel di bawah ini : 4 Tabel 4.2. Distribusi Proporsi Bayi Penderita Gastroenteritis Berdasarkan Jenis Kelamin yang di Rawat Inap di RSUD Puri Husada NO Jenis Kelamin f Proporsi 1 Laki laki 83 56,8 2 Perempuan 63 43,2 Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa jenis kelamin bayi penderita gastroenteritis terbanyak adalah laki-laki sebanyak 83 orang (56,8%), dan perempuan sebanyak 63 orang (43,2%). berdasarkan pekerjaan orang tua dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.3. Distribusi Proporsi Bayi Penderita Gastroenteritis Berdasarkan Pekerjaan Orang tua yang dirawat Inap di RSUD Puri Husada NO Pekerjaan Orang f Proporsi tua 1 TNI / POLRI 3 2,1 2 PNS 18 12,3 3 Pegawai Swasta 21 14,3 4 Wiraswasta ,2 5 Tidak Bekerja 3 2,1 Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa pekerjaan orang tua bayi penderita gastroenteritis yang terbanyak adalah wiraswasta sebanyak 101 orang (69,2%), pegawai swasta sebanyak 21 orang (14,3%), PNS sebanyak 18 orang (12,3%), TNI/POLRI dan tidak bekerja masing-masing sebanyak 3 orang (2,1%). berdasarkan status gizi dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.4. Distribusi Proporsi Bayi Penderita Gastroenteritis Berdasarkan Status Gizi yang Dirawat Inap Di RSUD Puri Husada Tembi lahan Tahun NO Status Gizi f Proporsi 1 Baik 94 64,4 2 Buruk 52 35,6

5 Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa status gizi bayi penderita gastroenteritis yang terbanyak adalah status gizi baik yaitu sebanyak 94 orang (64,4%), dan status gizi buruk sebanyak 52 orang (35,6%). berdasarkan keluhan utama dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.5. Distribusi Proporsi Bayi Penderita Gastroenteritis Berdasarkan Keluhan Utama yang Dirawat Inap Di RSUD Puri Husada NO Keluhan Proporsi f Utama 1 Muntah ,0 2 Demam 16 11,0 Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa keluhan utama penderita gastroenteritis terbanyak adalah muntah yaitu sebanyak 130 orang (89,0%), dan demam sebanyak 16 orang (11,0%). berdasarkan derajat dehidrasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.6. Distribusi Proporsi Bayi Penderita Gastroenteritis Berdasarkan Derajat Dehidrasi yang Dirawat Inap Di RSUD Puri Husada NO Derajat f Proporsi dehidrasi 1 Ringan 94 64,4 2 Sedang 41 28,1 3 Berat 11 7,5 Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat dilihat bahwa derajat dehidrasi penderita gastroenteritis terbanyak adalah dehidrasi ringan yaitu sebanyak 94 orang (64,4%), dehidrasi sedang sebanyak 41 orang (28,1%), dan dehidrasi berat sebanyak 11 orang (7,5%). berdasarkan komplikasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.7. Distribusi Proporsi Bayi Penderita Gastroenteritis Berdasarkan Komplikasi yang Dirawat Inap Di RSUD Puri Husada Tembi lahan Tahun NO Komplikasi f Proporsi 1 Ada 21 14,4 2 Tidak ada ,6 Berdasarkan tabel 4.7 di atas dapat dilihat bahwa bayi penderita gastroenteritis yang mengalami komplikasi adalah sebanyak 21 orang (14,4%), dan yang tidak mengalami komplikasi sebanyak 125 orang (85,6%). berdasarkan penatalaksanaan dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.8. Distribusi Proporsi Bayi Penderita Gastroenteritis Berdasarkan Penatalaksanaan yang Dirawat Inap Di RSUD Puri Husada NO Penatalaksanaan f Proporsi 1 Pemberian cairan oralit 2 Pemberian cairan intravena/infus 3 Pemberian obat antibiotik 56 38, , ,2 Berdasarkan tabel 4.8 di atas dapat dilihat bahwa penatalaksanaan bayi penderita gastroenteritis yang terbanyak adalah pemberian cairan intravena/infus yaitu sebanyak 75 orang (51,4%), pemberian cairan oralit sebanyak 56 orang (38,4%), dan pemberian obat antibiotik sebanyak 15 orang (10,2%). Lama rawatan rata-rata bayi penderita gastroenteritis dapat dilihat pada tabel di bawah ini : 5

6 Tabel 4.9. Lama Rawatan Rata-rata Bayi Penderita Gastroenteritis yang Dirawat Inap di RSUD Puri Husada Tembilahan Tahun Lama rawatan (hari) Rata rata 3,43 95% Confidence 3,11-3,75 Interval Standar Deviasi 1,975 Coefisien of 57,58 Variation Minimum 1 Maksimum 14 Berdasarkan tabel 4.9 di atas dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata hari bayi penderita gastroenteritis adalah 3,43 hari dengan 95% Confidence Interval 3,11-3,75 hari, standar deviasi 1,975 hari, dan nilai koefisien variasi sebesar 57,58% menunjukkan bahwa lama rawatan bayi penderita gastroenteritis bervariasi dengan lama rawatan minimum 1 hari dan lama rawatan maksimum 14 hari. berdasarkan keadaan sewaktu pulang dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel Distribusi Proporsi Bayi Penderita Gastroenteritis Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang yang Dirawat Inap Di RSUD Puri Husada NO Keadaan f Proporsi Sewaktu Pulang 1 Sembuh ,5 2 PAPS 36 24,7 3 Meninggal 7 4,8 Berdasarkan tabel 4.10 di atas dapat dilihat bahwa keadaan sewaktu pulang bayi penderita gastroenteritis yang terbanyak adalah sembuh yaitu sebanyak 103 orang (70,5%), PAPS sebanyak 36 orang (24,7%), dan meninggal sebanyak 7 orang (4,8%). Distribusi proporsi umur berdasarkan derajat dehidrasi menunjukkan bahwa penderita gastroenteritis dengan dehidrasi ringan terbanyak adalah umur < 6 bulan dengan proporsi sebesar 87,2%. Sedangkan penderita gastroenteritis dengan dehidrasi sedang terbanyak adalah pada umur < 6 bulan dengan proporsi sebesar 87,8%. 6 Dan penderita gastroenteritis dengan dehidrasi berat terbanyak adalah pada umur < 6 bulan sebesar 90%. Distribusi Proporsi Status Gizi Berdasarkan Derajat Dehidrasi menunjukkan bahwa bayi penderita gastroenteritis dengan dehidrasi ringan terbanyak memiliki status gizi baik dengan proporsi sebesar 62,8%. Sedangkan penderita gastroenteritis dengan dehidrasi sedang terbanyak memiliki status gizi baik dengan proporsi sebesar 68,3%. Dan penderita gastroenteritis dengan dehidrasi berat terbanyak memiliki status gizi baik dengan proporsi sebesar 36,4%. Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Status Gizi menunjukkan bahwa bayi penderita gastroenteritis yang memiliki status gizi baik, terbanyak pulang dalam keadaan sembuh dengan proporsi sebesar 71,3%, dan meninggal sebesar 3% (CFR = 3%). Sedangkan bayi yang memiliki status gizi buruk, terbanyak pulang dalam keadaan sembuh dengan proporsi sebesar 36%, dan meninggal sebesar 4% (CFR = 4%). Status gizi sangat mempengaruhi kejadian gastroenteritis. Pada anak yang kurang gizi karena pemberian makan yang kurang, episode gastroenteritis lebih berat dan berakhir lebih lama. Resiko meninggal akibat gastroenteritis sangat meningkat bila anak sudah mengalami kurang gizi. Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Derajat Dehidrasi menunjukkan bahwa bayi penderita gastroenteritis yang mengalami dehidrasi ringan, terbanyak pulang dalam keadaan sembuh dengan proporsi sebesar 64,9%, dan meninggal sebesar 1,1% (CFR = 1,1%). Sementara penderita yang mengalami dehidrasi sedang, terbanyak pulang dalam keadaan sembuh sebesar 87,8%, dan meninggal sebesar 2,4% (CFR = 2,4%).Sedangkan penderita yang mengalami dehidrasi berat, terbanyak pulang dalam keadaan sembuh dengan proporsi sebesar 54,5%, dan meninggal sebesar 45,5% (CFR = 45,5%). Kehilangan air lebih banyak dari pada pemasukan air merupakan penyebab

7 terjadinya kematian pada penderita gastroenteritis. Sehingga dapat diasumsikan bahwa anak yang mengalami dehidrasi berat memiliki kemungkinan pulang dalam keadaan meninggal. Distribusi Proporsi komplikasi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang menunjukkan bahwa bayi penderita gastroenteritis yang mengalami komplikasi, terbanyak pulang dalam keadaan sembuh dengan proporsi sebesar 85,7%, dan meninggal sebesar 9,5% (CFR = 9,5%). Sementara penderita yang tidak mengalami komplikasi, terbanyak pulang dalam keadaan sembuh dengan proporsi sebesar 68%, dan meninggal sebesar 4% (CFR = 4%). Analisa menggunakan Chi-square diperoleh hasil p = 0,053 yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara keadaan sewktu pulang berdasarkan komplikasi. Tingginya resiko meninggal pada anak yang mengalami komplikasi, dapat dikaitkan bahwa anak yang mengalami komplikasi akan memperburuk kondisi kesehatannya, sehingga kemungkinan untuk meninggal cukup tinggi. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Umur dapat dilihat bahwa bayi penderita gastroenteritis yang berumur > 6 bulan, lama rawatan rata-ratanya adalah 3,53 hari dengan SD = 1,638 hari. Sedangkan penderita yang berumur < 6 bulan, lama rawatan rata-ratanya adalah 2,72 hari dengan SD = 2,004 hari. Hasil uji statistik dengan Anova nilai p = 0,104 yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna lama rawatan rata-rata berdasarkan umur. Artinya lama rawatan rata-rata penderita gastroenteritis tidak berbeda secara bermakna pada umur < 6 bulan dan > 6 bulan. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Status Gizi bayi penderita gastroenteritis yang memiliki status gizi baik, lama rawatan rata-ratanya adalah 3,21 hari dengan SD = 1,795 hari. Sedangkan bayi yang memiliki status gizi buruk, lama rawatan rata-ratanya adalah 3,83 hari dengan SD = 2,229 hari. Hasil uji statistik dengan Anova nilai p = 0,072 yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna lama rawatan rata-rata berdasarkan status gizi. Artinya lama rawatan rata-rata penderita gastroenteritis tidak berbeda secara bermakna pada bayi yang berstatus gizi baik maupun buruk. Dalam keadaan gizi yang baik, tubuh memiliki cukup kemampuan untuk mempertahankan diri terhadap penyakit gastroenteritis. Semakin buruk keadaan gizi anak, akan semakin sering dan semakin berat terjadi gastroenteritis. Sehingga dapat dikatakan bahwa bayi yang mempunyai status gizi baik, lama rawatannya berlangsung lebih cepat dibandingkan dengan bayi yang mempunyai gizi buruk. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Derajat Dehidrasi dapat dilihat bahwa bayi penderita gastroenteritis yang mengalami dehidrasi ringan, lama rawatan rata-ratanya adalah 3,16 hari dengan SD = 1,953. Sedangkan bayi yang mengalami dehidrasi sedang, lama rawatan rata-ratanya adalah 3,93 hari dengan SD = 1,738 hari, dan bayi yang mengalami dehidrasi berat, lama rawatan rata-ratanya adalah 3,91 hari dengan SD=2,663 hari. Hasil uji statistik dengan Anova nilai p = 0,081 yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna lama rawatan rata-rata berdasarkan derajat dehidrasi. Bayi dengan status gizi baik, bila menderita gastroenteritis maka turgor kulit dapat bertahan cukup baik walaupun terjadi dehidrasi. Bila rehidrasi berhasil dicapai maka dapat diberi pengobatan pemeliharaan. Pada penderita yang mengalami dehidrasi ringan, pemeliharaan terhadap cairan dan nutrisi dapat dilakukan di rumah. Sedangkan penderita yang lebih parah memerlukan pengawasan yang berkelanjutan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, penderita dengan dehidrasi ringan dapat dengan cepat mencapai rehidrasi dibandingkan dengan penderita yang mengalami dehidrasi berat, yang membutuhkan perawatan yang lama di rumah sakit. Distribusi Proporsi Derajat Dehidrasi Berdasarkan Penatalaksanaan dapat dilihat bahwa bayi penderita gastroenteritis yang telah mendapat penatalaksanaan pemberian cairan oralit 7

8 terbanyak adalah dehidrasi ringan dengan proporsi sebesar 66,1% dan yang terendah dengan status dehidrasi berat sebesar 5,4%. Sedangkan penderita gastroenteritis yang mendapat pemberian cairan intravena/infus terbanyak adalah dehidrasi ringan dengan proporsi sebesar 60% dan terendah dengan status dehidrasi berat sebesar 9,3%. Dan penderita gastroenteritis yang mendapat pemberian obat antibiotik terbanyak adalah dehidrasi ringan dengan proporsi sebesar 80% dan yang terendah adalah dehidrasi berat sebesar 6,7%. Kesimpulan dan Saran 1. berdasarkan umur yang tertinggi adalah umur < 6 bulan yaitu sebesar 87,7% (128 orang). 2. berdasarkan jenis kelamin yang tertinggi adalah laki-laki yaitu sebesar 56,8% (83 orang). 3. berdasarkan pekerjaan orang tua yang tertinggi adalah wiraswasta yaitu sebesar 69,2% (101 orang). 4. berdasarkan status gizi yang tertinggi adalah status gizi baik yaitu sebesar 64,4% (94 orang). 5. berdasarkan keluhan utama yang tertinggi adalah muntah yaitu sebesar 89,0% (130 orang). 6. berdasarkan derajat dehidrasi yang tertinggi adalah dehidrasi ringan yaitu sebesar 64,4% (94 orang). 7. yang mengalami komplikasi yaitu sebesar 14,4% (21 orang). 8. berdasarkan penatalaksanaan yang tertinggi adalah pemberian cairan intravena/infus yaitu sebesar 51,4% (75 orang). 9. Lama rawatan rata-rata bayi penderita gastroenteritis adalah 3,43 hari, SD =1,975 hari dan Coefisiens of Variation sebesar 57,58%. 10. berdasarkan keadaan sewaktu pulang yang tertinggi adalah pulang dalam keadaan sembuh yaitu sebesar 70,5% (103 orang). 11.Analisa statistik dengan menggunakan Chisquare diperoleh hasil tidak ada perbedaan yang bermakna antara komplikasi dengan keadaan sewaktu pulang (p = 0,053). 12.Analisa menggunakan Anova diperoleh tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan umur (p = 0,104). 13.Analisa menggunakan Anova diperoleh tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan status gizi (p = 0,072). 14.Analisa menggunakan Anova diperoleh tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan derajat dehidrasi (p = 0,081). Saran 1. Kepada pihak rumah sakit disarankan untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan sehingga angka kematian bayi akibat gastroenteritis dapat ditekan seminimal mungkin. 2. Kepada bagian rekam medis disarankan untuk melengkapi pencatatan kartu status berupa tinggi badan bayi, pendidikan dan pekerjaan ibu. 3. Selain meningkatkan pelayanan kesehatan, disarankan kepada pihak rumah sakit untuk lebih meningkatkan lagi kinerja petugas kesehatan dan aktif lagi dalam memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai gastroenteritis. 8

9 Daftar Pustaka 1. WHO., The World Health Report html Akses. Akses 18 Desember Depkes RI., Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat Jakarta 3. Dinas Kesehatan Propinsi Riau., Profil Kesehatan Propinsi Riau tahun Dinas Kesehatan Kota Tembilahan., Profil Kesehatan Kota Tembilahan tahun Sunoto., Gastroenteritis Masalah dan Penatalaksanaannya, IDI Jakarta 6. Irwanto, dkk., Ilmu Penyakit Anak; Diagnosa dan Penatalaksanaan, Salemba, Medika, Jakarta 7. RSUD Puri Husada Tembilahan., Profil RSUD Puri Husada Tembilahan Tahun Erlan., Penatalaksanaan dan pencegahan gastroenteritis. EGC, Jakarta 9. Suratmaja S., Muntah pada bayi dan anak dalam kapita selekta gastroenterologi anak. Jakarta 10. Anwar A., Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Gastroenteritis Pada Bayi dan Balita. Buletin Penelitian Kesehatan 11. Halim A., Penatalaksanaan dan Pencegahan Gastroenteritis dan Diare Akut. EGC, Jakarta 12. Depkes RI., Angka Kejadian Gastroenteritis Masih Tinggi. Akses 21 Desember Notoatmojo S., Metodologi Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta 14. Jellife., Kesehatan Anak di Daerah Tropis. Bumi Aksara, jakarta 15. Schwartz W., Pedoman Klinis Pediatri. EGC, Jakarta 9

BAB I PENDAHULUAN. Proportional Mortality Ratio (PMR) masing-masing sebesar 17-18%. 1

BAB I PENDAHULUAN. Proportional Mortality Ratio (PMR) masing-masing sebesar 17-18%. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gastroenteritis hingga saat ini masih merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian hampir di seluruh daerah geografis di dunia dan semua kelompok usia

Lebih terperinci

KEBIASAAN PENCUCIAN RASKIN DAN RESIDU ZAT PEMUTIH (KLORIN) DI KELURAHAN SIDORAME TIMUR KECAMATAN MEDAN PERJUANGAN KOTA MEDAN TAHUN 2013

KEBIASAAN PENCUCIAN RASKIN DAN RESIDU ZAT PEMUTIH (KLORIN) DI KELURAHAN SIDORAME TIMUR KECAMATAN MEDAN PERJUANGAN KOTA MEDAN TAHUN 2013 KEBIASAAN PENCUCIAN RASKIN DAN RESIDU ZAT PEMUTIH (KLORIN) DI KELURAHAN SIDORAME TIMUR KECAMATAN MEDAN PERJUANGAN KOTA MEDAN TAHUN 2013 (The Habit Of Washing Raskin And The Residual Bleach (Chlorine) In

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan kesehatan secara menyeluruh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara agraris yang sedang berkembang menjadi negara industri membawa

BAB 1 PENDAHULUAN. negara agraris yang sedang berkembang menjadi negara industri membawa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelaksanaan pembangunan nasional yang menimbulkan perubahan dari suatu negara agraris yang sedang berkembang menjadi negara industri membawa kecenderungan baru dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (P2ISPA) adalah bagian dari pembangunan kesehatan dan upaya pencegahan serta

BAB 1 PENDAHULUAN. (P2ISPA) adalah bagian dari pembangunan kesehatan dan upaya pencegahan serta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional Indonesia bertujuan membangun manusia Indonesia seutuhnya dan seluruh masyarakat Indonesia dalam mencapai masyarakat yang adil dan makmur. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak umur bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, terutama penyakit infeksi (Notoatmodjo, 2011). Gangguan kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mortalitas dari penyakit diare masih tergolong tinggi. Secara global, tahunnya, dan diare setiap tahunnya diare membunuh sekitar

BAB 1 PENDAHULUAN. mortalitas dari penyakit diare masih tergolong tinggi. Secara global, tahunnya, dan diare setiap tahunnya diare membunuh sekitar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diare merupakan salah satu penyakit infeksi pada saluran pencernaan yang sampai saat ini merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transisi epidemiologi bermula dari suatu perubahan yang kompleks dalam pola kesehatan dan pola penyakit utama penyebab kematian dimana terjadi penurunan prevalensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup manusia dan derajat kesehatan masyarakat dalam aspek pencegahan,

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup manusia dan derajat kesehatan masyarakat dalam aspek pencegahan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional Indonesia bertujuan membangun manusia Indonesia seutuhnya dan seluruh masyarakat Indonesia dalam mencapai masyarakat yang adil dan makmur. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saat menghadapi berbagai ancaman bagi kelangsungan hidupnya seperti kesakitan. dan kematian akibat berbagai masalah kesehatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. saat menghadapi berbagai ancaman bagi kelangsungan hidupnya seperti kesakitan. dan kematian akibat berbagai masalah kesehatan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berbagai upaya pembangunan di bidang kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kelangsungan hidup bayi dan anak. Bayi menjadi fokus dalam setiap program kesehatan karena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan. Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare Depkes RI 2011).

I. PENDAHULUAN. Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan. Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare Depkes RI 2011). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal adalah tingkat kondisi

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal adalah tingkat kondisi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat yang optimal adalah tingkat kondisi kesehatan yang tinggi dan akan mungkin dicapai pada suatu saat yang sesuai dengan kondisi dan situasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduknya memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan serta

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduknya memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan serta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa, dan negara yang ditandai dengan penduduknya

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare merupakan salah satu penyebab kematian utama pada anak balita

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare merupakan salah satu penyebab kematian utama pada anak balita Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare merupakan salah satu penyebab kematian utama pada anak balita (WHO, 2013 & 2016). Sebanyak 760 ribu balita meninggal karena diare di tiap tahunnya (WHO, 2013).

Lebih terperinci

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA TERHADAP PENANGANAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA TERHADAP PENANGANAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA TERHADAP PENANGANAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN Gusti Ridha Ahda Putri 1 ; Amaliyah Wahyuni 2 ; Rina Feteriyani 3 Menurut WHO,

Lebih terperinci

GAMBARAN KLINIS PASIEN GASTROENTERITIS DEWASA YANG DIRAWAT INAP DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN PERIODE JUNI DESEMBER 2013 OLEH :

GAMBARAN KLINIS PASIEN GASTROENTERITIS DEWASA YANG DIRAWAT INAP DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN PERIODE JUNI DESEMBER 2013 OLEH : GAMBARAN KLINIS PASIEN GASTROENTERITIS DEWASA YANG DIRAWAT INAP DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN PERIODE JUNI 2013 - DESEMBER 2013 OLEH : LUSIA A TARIGAN 110100243 NIM FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

Keywords: Characteristics, Malaria Parasites Positive, RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu

Keywords: Characteristics, Malaria Parasites Positive, RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu KARAKTERISTIK PENDERITA MALARIA DENGAN PARASIT POSITIF YANG DIRAWAT INAP DI RSUD DR. M. YUNUS KOTA BENGKULU TAHUN 2012 Dwi Putri 1, Sori Muda 2, Hiswani 2 1 Mahasiswa Departemen Epidemiologi FKM USU 2

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak merupakan individu yang berada dalam suatu rentang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak merupakan individu yang berada dalam suatu rentang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan individu yang berada dalam suatu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK IBU YANG MELAHIRKAN BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RS SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN SKRIPSI

KARAKTERISTIK IBU YANG MELAHIRKAN BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RS SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN SKRIPSI KARAKTERISTIK IBU YANG MELAHIRKAN BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RS SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN 2009-2013 SKRIPSI OLEH RIRIN GULTOM NIM. 081000049 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENDERITA HEPATITIS B RAWAT INAP DI RSUD RANTAU PRAPAT KABUPATEN LABUHAN BATU TAHUN SKRIPSI

KARAKTERISTIK PENDERITA HEPATITIS B RAWAT INAP DI RSUD RANTAU PRAPAT KABUPATEN LABUHAN BATU TAHUN SKRIPSI KARAKTERISTIK PENDERITA HEPATITIS B RAWAT INAP DI RSUD RANTAU PRAPAT KABUPATEN LABUHAN BATU TAHUN 2006-2009 SKRIPSI Oleh : ELIZABETH LOLOAN PANGGABEAN NIM. 061000033 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencakup dua aspek, yakni kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. mencakup dua aspek, yakni kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat. Hal ini berarti bahwa peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak dibawah lima tahun atau balita adalah anak berada pada rentang usia nol sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang sangat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak setiap orang dan investasi untuk keberhasilan pembangunan suatu negara. 1 Oleh karena itu, dilaksanakan pembangunan kesehatan yang diarahkan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Karakteristik Umum Responden, Perilaku Mencuci Tangan, Diare, Balita

ABSTRAK. Kata Kunci: Karakteristik Umum Responden, Perilaku Mencuci Tangan, Diare, Balita ABSTRAK GAMBARAN PERILAKU MENCUCI TANGAN PADAPENDERITA DIARE DI DESA KINTAMANI KABUPATEN BANGLI BALI TAHUN 2015 Steven Awyono Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Diare masih merupakan penyebab kematian

Lebih terperinci

Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan, Orang Tua, Balita, Zinc

Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan, Orang Tua, Balita, Zinc ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA TERHADAP PENGGUNAAN TABLET ZINC PADA BALITA PENDERITA DIARE DI PUSKESMAS S.PARMAN BANJARMASIN Chairunnisa 1 ; Noor Aisyah 2 ; Soraya 3 Diare merupakan salah satu masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak bagi setiap warga Negara Indonesia, termasuk anak-anak. Setiap orang tua mengharapkan anaknya tumbuh dan berkembang secara sehat dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan struktur masyarakat agraris ke masyarakat industri banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan struktur masyarakat agraris ke masyarakat industri banyak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan struktur masyarakat agraris ke masyarakat industri banyak memberi andil terhadap perubahan fertilitas, gaya hidup, dan sosial ekonomi yang memacu semakin

Lebih terperinci

diantaranya telah meninggal dunia dengan Case Fatality Rate (CFR) 26,8%. Penyakit

diantaranya telah meninggal dunia dengan Case Fatality Rate (CFR) 26,8%. Penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal melalui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menular yang banyak menyebabkan kematian. Masalah tersebut menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. menular yang banyak menyebabkan kematian. Masalah tersebut menjadi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejarah epidemiologi bermula dengan penanganan masalah penyakit menular yang banyak menyebabkan kematian. Masalah tersebut menjadi permasalahan kesehatan baik dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAILANG KECAMATAN BUNAKEN KOTA MANADO TAHUN 2014 Merry M. Senduk*, Ricky C. Sondakh*,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENDERITA GAGAL GINJAL RAWAT INAP DI RS HAJI MEDAN TAHUN 2009 SKRIPSI. Oleh : JULIANTI AISYAH NIM

KARAKTERISTIK PENDERITA GAGAL GINJAL RAWAT INAP DI RS HAJI MEDAN TAHUN 2009 SKRIPSI. Oleh : JULIANTI AISYAH NIM KARAKTERISTIK PENDERITA GAGAL GINJAL RAWAT INAP DI RS HAJI MEDAN TAHUN 2009 SKRIPSI Oleh : JULIANTI AISYAH NIM. 061000134 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011 KARAKTERISTIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya arus globalisasi di segala bidang berupa perkembangan teknologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada pola hidup masyarakat.

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENDERITA HEPATITIS B RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT TINGKAT II PUTRI HIJAU KESDAM I/BUKIT BARISAN MEDAN TAHUN

KARAKTERISTIK PENDERITA HEPATITIS B RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT TINGKAT II PUTRI HIJAU KESDAM I/BUKIT BARISAN MEDAN TAHUN KARAKTERISTIK PENDERITA HEPATITIS B RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT TINGKAT II PUTRI HIJAU KESDAM I/BUKIT BARISAN MEDAN TAHUN 2010-2013 Sri Rezeki 1, Sori Muda 2, Rasmaliah 2 1 Mahasiswa Departemen Epidemiologi

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENDERITA TUBERKULOSIS PARU PADA BALITA YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT VITA INSANI PEMATANGSIANTAR TAHUN

KARAKTERISTIK PENDERITA TUBERKULOSIS PARU PADA BALITA YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT VITA INSANI PEMATANGSIANTAR TAHUN KARAKTERISTIK PENDERITA TUBERKULOSIS PARU PADA BALITA YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT VITA INSANI PEMATANGSIANTAR TAHUN 2010- Isri Rezta Prianty 1, Sori Muda 2, Rasmaliah 2 1 Mahasiswa Departemen Epidemiologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggitingginya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular atau NCD (Non-Communicable Disease) yang ditakuti karena

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular atau NCD (Non-Communicable Disease) yang ditakuti karena 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker telah menjadi masalah kesehatan serius bagi negara, disebabkan insidennya semakin meningkat. Penyakit ini termasuk salah satu jenis penyakit tidak menular

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makan, berkurangnya

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makan, berkurangnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengaruh globalisasi di segala bidang, perkembangan teknologi, dan industri telah banyak menbawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat serta situasi lingkungannya,

Lebih terperinci

Keyword : pulmonary tuberculosis smear positive, characteristic of patient

Keyword : pulmonary tuberculosis smear positive, characteristic of patient KARAKTERISTIK PENDERITA TUBERKULOSIS PARU BTA POSITIF DAN HASIL PENGOBATANNYA DI POLI PARU RSUD DELI SERDANG TAHUN 2011-2012 Tri Hartini 1, Sori Muda Sarumpaet 2, Rasmaliah 2 1 Mahasiswa Departemen Epidemiologi

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BAYI. Nurlia Savitri

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BAYI. Nurlia Savitri FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BAYI (Studi di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kawalu Kota Tasikmalaya Tahun 2014 ) Nurlia Savitri e-mail : savitri.nurlia@gmail.com Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita

BAB I PENDAHULUAN. dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelangsungan Hidup anak ditunjukkan dengan Angka Kematian bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita Indonesia adalah tertinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilihat dengan upaya meningkatkan usia harapan hidup, menurunkan. untuk berperilaku hidup sehat (Depkes RI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilihat dengan upaya meningkatkan usia harapan hidup, menurunkan. untuk berperilaku hidup sehat (Depkes RI, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan Indonesia diarahkan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas sumber daya manusia, yang dapat dilihat dengan upaya meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang bertujuan untuk meningkatkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

Lebih terperinci

PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA PASIEN ANAK DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN DARI JANUARI HINGGA DESEMBER 2009 KARYA TULIS ILMIAH.

PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA PASIEN ANAK DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN DARI JANUARI HINGGA DESEMBER 2009 KARYA TULIS ILMIAH. PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA PASIEN ANAK DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN DARI JANUARI HINGGA DESEMBER 2009 KARYA TULIS ILMIAH Oleh : FATHIRAH AINA BT. ZUBIR NIM : 070100405 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal melalui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan epidemiologi kesehatan pada umumnya berfokus dalam menangani masalah penyakit menular. Hal ini dapat dilihat dari sejarah ilmu epidemiologi itu sendiri,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELLITUS YANG DIRAWAT INAP DI RSUD. DR. DJASAMEN SARAGIH PEMATANGSIANTAR TAHUN SKRIPSI.

KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELLITUS YANG DIRAWAT INAP DI RSUD. DR. DJASAMEN SARAGIH PEMATANGSIANTAR TAHUN SKRIPSI. KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELLITUS YANG DIRAWAT INAP DI RSUD. DR. DJASAMEN SARAGIH PEMATANGSIANTAR TAHUN 2004-2008 SKRIPSI Oleh : MERY K. SINAGA 051000066 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH Liza Salawati Abstrak. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas

Lebih terperinci

Cucu Saepuloh, Siti Jundiah, Rika Nurhasanah ABSTRAK

Cucu Saepuloh, Siti Jundiah, Rika Nurhasanah ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DIARE DENGAN PENANGANAN AWAL DIARE DI RUMAH PADA ANAK USIA TODLER (1-3 TAHUN) YANG MENGALAMI DEHIDRASI DIRUANG MIRAH RSUD dr. SLAMET GARUT TAHUN 2014 ABSTRAK Cucu Saepuloh,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dikenal sebagai salah satu penyebab kematian utama pada bayi dan anak balita di negara berkembang. ISPA menyebabkan empat dari

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA PENDERITA PNEUMONIA DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2013

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA PENDERITA PNEUMONIA DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2013 ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA PENDERITA PNEUMONIA DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2013 Melianti Mairi, 2014. Pembimbing 1 : dr. Dani, M.Kes Pembimbing 2 : dr. Budi Widyarto, M.H Pneumonia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. Badan kesehatan dunia, World Health Organitation

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. Badan kesehatan dunia, World Health Organitation BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru) merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia termasuk Indonesia. Sebagian besar kematian

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG DIARE TERHADAP PERILAKU IBU DALAM PENCEGAHAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS GAMPING 1 SLEMAN YOGYAKARTA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG DIARE TERHADAP PERILAKU IBU DALAM PENCEGAHAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS GAMPING 1 SLEMAN YOGYAKARTA PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG DIARE TERHADAP PERILAKU IBU DALAM PENCEGAHAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS GAMPING 1 SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : YESI FEBRIYANI J 201110201138

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENDERITA KANKER PAYUDARA YANG DIRAWAT INAP DI RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN OLEH NOURMA Y LUMBAN GAOL

KARAKTERISTIK PENDERITA KANKER PAYUDARA YANG DIRAWAT INAP DI RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN OLEH NOURMA Y LUMBAN GAOL SKRIPSI KARAKTERISTIK PENDERITA KANKER PAYUDARA YANG DIRAWAT INAP DI RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2007 2008 OLEH NOURMA Y LUMBAN GAOL 051000106 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

UNIVERSI MEDAN. Universitas Sumatera Utara

UNIVERSI MEDAN. Universitas Sumatera Utara PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA MEDAN BERDASARKAN DATA DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN TAHUN 2011 Oleh : Anita Fitriani 090100286 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSI ITAS SUMATERA UTARA U MEDAN 20122 PREVALENSI

Lebih terperinci

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Perbedaan Faktor Lingkungan, Perilaku Ibu dan Faktor Sosiodemografi Pasien Diare Anak di Poli Rawat Jalan Rumah Sakit Al Islam Bandung pada Peserta BPJS dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sampai saat ini diare masih menjadi masalah kesehatan di dunia sebagai penyebab mortalitas dan morbiditas. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2013

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENDERITA HIPERTENSI RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MEDAN TAHUN SKRIPSI. Oleh : NENNY TRIPENA NIM.

KARAKTERISTIK PENDERITA HIPERTENSI RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MEDAN TAHUN SKRIPSI. Oleh : NENNY TRIPENA NIM. KARAKTERISTIK PENDERITA HIPERTENSI RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MEDAN TAHUN 2008-2010 SKRIPSI Oleh : NENNY TRIPENA NIM. 081000297 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA BULAN DI PUSKESMAS TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN TAHUN 2014 ABSTRACT

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA BULAN DI PUSKESMAS TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN TAHUN 2014 ABSTRACT HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA 12-24 BULAN DI PUSKESMAS TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN TAHUN 2014 Henny Oktaviani Srg 1,Rahayu Lubis 2,Jemadi 2 1 Mahasiswi Departemen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terbesar baik pada bayi maupun pada anak balita. 2 ISPA sering berada dalam daftar

BAB 1 PENDAHULUAN. terbesar baik pada bayi maupun pada anak balita. 2 ISPA sering berada dalam daftar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Munculnya ancaman kesehatan dalam bentuk penyakit menular membuat langkah pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan sama sekali tidak boleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang merupakan salah satu masalah kesehatan. anak yang penting di dunia karena tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang merupakan salah satu masalah kesehatan. anak yang penting di dunia karena tingginya angka BAB I PENDAHULUAN Pneumonia 1.1 Latar Belakang merupakan salah satu masalah kesehatan anak yang penting di dunia karena tingginya angka kesakitan dan angka kematiannya, terutama pada anak berumur kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan penyakit yang berbasis lingkungan dan terjadi hampir di seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2013,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terkontaminasi akibat akses kebersihan yang buruk. Di dunia, diperkirakan sekitar

I. PENDAHULUAN. terkontaminasi akibat akses kebersihan yang buruk. Di dunia, diperkirakan sekitar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan salah satu penyakit yang sering dijumpai di masyarakat. Penyakit ini terutama disebabkan oleh makanan dan minuman yang terkontaminasi akibat akses kebersihan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAYANAN KUNJUNGAN BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

GAMBARAN PELAYANAN KUNJUNGAN BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG GAMBARAN PELAYANAN KUNJUNGAN BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG Ida Fitriya *), Purbowati,S.Gz.,M.Gizi **), dr. H. Adil Zulkarnain, Sp. OG (K) ***) *) Alumnus Program Studi D-IV

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam masyarakat, termasuk di Indonesia. Bangsa Indonesia yang sedang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam masyarakat, termasuk di Indonesia. Bangsa Indonesia yang sedang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pentingnya pengetahuan tentang penyakit tidak menular (PTM) dilatarbelakangi dengan kecenderungan semakin meningkatnya prevalensi PTM dalam masyarakat, termasuk di

Lebih terperinci

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare Merry Tyas Anggraini 1, Dian Aviyanti 1, Djarum Mareta Saputri 1 1 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang. ABSTRAK Latar Belakang : Perilaku hidup

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENDERITA MALARIA DENGAN PARASIT POSITIF YANG DIRAWAT INAP DI RSD KOLONEL ABUNDJANI BANGKO KABUPATEN MERANGIN PROVINSI JAMBI TAHUN 2009

KARAKTERISTIK PENDERITA MALARIA DENGAN PARASIT POSITIF YANG DIRAWAT INAP DI RSD KOLONEL ABUNDJANI BANGKO KABUPATEN MERANGIN PROVINSI JAMBI TAHUN 2009 KARAKTERISTIK PENDERITA MALARIA DENGAN PARASIT POSITIF YANG DIRAWAT INAP DI RSD KOLONEL ABUNDJANI BANGKO KABUPATEN MERANGIN PROVINSI JAMBI TAHUN 2009 SKRIPSI Oleh : VERARICA SILALAHI NIM. 061000152 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak seluruh dunia, yang menyebabkan 1 miliyar kejadian sakit dan 3-5 juta kematian setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan anak. Di negara berkembang, anak-anak menderita diare % dari semua penyebab kematian (Zubir, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan anak. Di negara berkembang, anak-anak menderita diare % dari semua penyebab kematian (Zubir, 2006). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare hingga saat ini, masih merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian hampir di seluruh daerah geografis di dunia. Semua kelompok usia bisa terserang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Asia Tenggara termasuk di Indonesia terutama pada penduduk yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Asia Tenggara termasuk di Indonesia terutama pada penduduk yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypty dan atau Aedes albopictus. Infeksi virus

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT MARTHA FRISKA MEDAN TAHUN SKRIPSI.

KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT MARTHA FRISKA MEDAN TAHUN SKRIPSI. KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT MARTHA FRISKA MEDAN TAHUN 2010-2011 SKRIPSI Oleh : YESSY OKTORINA NIM. 051000161 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA FUNGSI KELUARGA DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA ANAK BALITA DI PUSKESMAS KARTASURA

HUBUNGAN ANTARA FUNGSI KELUARGA DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA ANAK BALITA DI PUSKESMAS KARTASURA HUBUNGAN ANTARA FUNGSI KELUARGA DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA ANAK BALITA DI PUSKESMAS KARTASURA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) mendefinisikan Diare merupakan

BAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) mendefinisikan Diare merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (World Health Organization) mendefinisikan Diare merupakan penyakit dimana buang air besar dalam bentuk cair sebanyak 3 kali sehari atau lebih dari normal, terkadang

Lebih terperinci

Jurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN

Jurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG PENYAKIT ISPA PADA BALITA SEBELUM DAN SETELAH DIBERIKAN PENDIDIKAN KESEHATAN DI PUSKESMAS ARIODILLAH PALEMBANG TAHUN 2012 Oleh : Amalia Dosen STIK Bina Husada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB). AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB). AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan bidang kesehatan dapat dinilai dari indikator derajat kesehatan masyarakat, salah satunya melalui Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%, penumonia (post

BAB I PENDAHULUAN. kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%, penumonia (post BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan di negara berkembang terutama di Indonesia, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Penyakit diare bersifat endemis

Lebih terperinci

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014 Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014 Enderia Sari Prodi D III KebidananSTIKesMuhammadiyah Palembang Email : Enderia_sari@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20% BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir empat juta orang meninggal setiap tahun.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. Sepuluh Besar Penyakit Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Tahun 2010 di Idonesia (Kemenes RI, 2012)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. Sepuluh Besar Penyakit Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Tahun 2010 di Idonesia (Kemenes RI, 2012) BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kesehatan merupakan hak bagi setiap warga negara Indonesia, termasuk anakanak. Setiap orang tua mengharapkan anaknya tumbuh dan berkembang secara sehat dan optimal sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari

Lebih terperinci

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI (Studi Observasional di Wilayah Kerja Puskesmas Martapura Timur Kabupaten Banjar Tahun 2017) Elsa Mahdalena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang dapat dilakukan adalah pengendalian penyakit tidak menular. 2

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang dapat dilakukan adalah pengendalian penyakit tidak menular. 2 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat dicapai melalui penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan dengan menghimpun seluruh potensi bangsa. 1 Secara

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH. Analisis Deskriptif Angka Kematian Balita di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Tahun 2012

ARTIKEL ILMIAH. Analisis Deskriptif Angka Kematian Balita di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Tahun 2012 ARTIKEL ILMIAH Analisis Deskriptif Angka Kematian Balita di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Tahun 2012 KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam mencapai gelar Dimploma III

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare Departemen Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare Departemen Kesehatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Survei

Lebih terperinci

Keywords: Attitude of mother, diarrhea, participation mother in posyandu

Keywords: Attitude of mother, diarrhea, participation mother in posyandu Correlation of Attitudes and Participation Mother in Posyandu with The Occurance Diarrhea of Toddlers in Posyandu Natar Village Nusadewiarti A, Larasati TA, Istiqlallia Faculty of Medicine Lampung University

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis dan dapat disembuhkan. Tuberkulosis

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis dan dapat disembuhkan. Tuberkulosis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis dan dapat disembuhkan. Tuberkulosis dapat menyebar

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. register status pasien. Berdasarkan register pasien yang ada dapat diketahui status pasien

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. register status pasien. Berdasarkan register pasien yang ada dapat diketahui status pasien 27 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 4.1.1 Kerangka Pemikiran Penelitian ini dimulai dengan mengambil data pasien demam tifoid berasal dari register status pasien. Berdasarkan

Lebih terperinci

JUMAKiA Vol 3. No 1 Agustus 2106 ISSN

JUMAKiA Vol 3. No 1 Agustus 2106 ISSN HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TUMBUH KEMBANG BALITA USIA 3-5 TAHUN DI TK PERMATA HATI TAHUN 2015 Sun Aidah Andin Ajeng Rahmawati Dosen Program Studi DIII Kebidanan STIKes Insan Cendekia Husada Bojonegoro

Lebih terperinci

ANALISIS DEMAND MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN DELI, PUSKESMAS BROMO DAN PUSKESMAS KEDAI DURIAN TAHUN 2013

ANALISIS DEMAND MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN DELI, PUSKESMAS BROMO DAN PUSKESMAS KEDAI DURIAN TAHUN 2013 ANALISIS DEMAND MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN DELI, PUSKESMAS BROMO DAN PUSKESMAS KEDAI DURIAN TAHUN 2013 SKRIPSI Oleh : SERLI NIM. 111021024 FAKULTAS KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan Anak FKUI/RSCM, diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan Anak FKUI/RSCM, diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit diare merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan. Diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. Bagian Ilmu Kesehatan Anak

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PASIEN DISPEPSIA YANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM SUNDARI MEDAN TAHUN 2008 SKRIPSI. Oleh : SUCI HERAYANI HRP NIM.

KARAKTERISTIK PASIEN DISPEPSIA YANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM SUNDARI MEDAN TAHUN 2008 SKRIPSI. Oleh : SUCI HERAYANI HRP NIM. KARAKTERISTIK PASIEN DISPEPSIA YANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM SUNDARI MEDAN TAHUN 2008 SKRIPSI Oleh : SUCI HERAYANI HRP NIM. 061000273 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mortalitasnya yang masih tinggi. Diare adalah penyakit yang ditandai

BAB 1 PENDAHULUAN. mortalitasnya yang masih tinggi. Diare adalah penyakit yang ditandai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti Indonesia karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Diare

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya perbaikan kesehatan masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya perbaikan kesehatan masyarakat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan dalam bidang kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) memperkirakan insidens Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di negara berkembang dengan angka kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara berkembang yang berada pada periode triple

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara berkembang yang berada pada periode triple BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara berkembang yang berada pada periode triple burden. Seiring dengan terjadinya peningkatan kasus penyakit tidak menular, muncul penyakit baru

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan buang air besar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bersifat endemis juga sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan

I. PENDAHULUAN. bersifat endemis juga sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan di negara berkembang, terutama di Indonesia baik di perkotaan maupun di pedesaan. Penyakit diare bersifat endemis

Lebih terperinci

PROFIL PENDERITA DIARE PADA ANAK BALITA DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN Oleh : AHMAD SYAFIQ AKMAL BIN ISHAK

PROFIL PENDERITA DIARE PADA ANAK BALITA DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN Oleh : AHMAD SYAFIQ AKMAL BIN ISHAK PROFIL PENDERITA DIARE PADA ANAK BALITA DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN 2009 Oleh : AHMAD SYAFIQ AKMAL BIN ISHAK 070100463 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci