BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka 1. Hakikat Model Pembelajaran SAVI a. Pengertian Model Istilah model tidak hanya ada pada dunia fashion, tetapi dalam pembelajaran pun ada istilah model. Menurut Hosnan (2014: 337) model adalah prosedur sistematis tentang pola belajar untuk mencapai tujuan belajar serta sebagai pedoman bagi pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Ini berarti sebuah model dapat mempermudah pengajar dalam menyusun dan melaksanakan kegiatan pembelajaran agar lebih tepat sasaran. Senada dengan pendapat di atas, menurut Sutikno (2014: 57) model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Mills (Suprijono, 2014: 45) juga berpendapat bahwa model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Dengan demikian setiap model memberikan manfaat yang membuat orang terutama pendidik berkeinginan untuk mencoba model tersebut. Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa model merupakan suatu konsep yang digunakan sebagai pedoman untuk melaksanakan suatu kegiatan. Model juga sebagai acuan atau pedoman dalam mempresentasikan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu. b. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran merupakan suatu istilah yang berkaitan erat dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam proses pendidikan. Pembelajaran yang baik akan menghasilkan output yang baik pula. Menurut Ibnu (2014: 19) pembelajaran adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan peserta didiknya dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Sejalan 8

2 9 dengan pendapat di atas, menurut Sujarwo (2011: 4) pembelajaran dilakukan oleh pendidik adalah untuk membelajarkan peserta didik dalam melakukan aktivitas belajar, cara memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dari kedua pendapat tersebut terlihat bahwa pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang terarah dan intens menuju pada suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Sementara itu, menurut Suprijono (2014: 13) pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan mempelajari. Dalam pembelajaran titik beratnya bukan hal mengajar, tetapi pada semua kejadian yang dapat berpengaruh secara langsung terhadap kegiatan belajar. Menurut Suprijono, pembelajaran adalah dialog interaktif. Dengan demikian, dialog interaktif dapat terjadi apabila proses komunikasi berjalan dengan baik, proses komunikasi merupakan rangkaian kegiatan setiap unsur yang terlibat dalam suatu komunikasi dan bagaimana interaksi antar unsur tersebut. Oemar Hamalik (Sitiatava, 2013: 17) juga mengatakan bahwa pembelajaran ialah suatu kombinasi yang tersusun dari unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dari pendapat tersebut jelas terlihat bahwa pembelajaran tidak semata-mata menyampaikan materi saja tetapi terdiri dari beberapa unsur yang saling mempengaruhi satu sama lain demi mencapai tujuan pembelajaran. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran bersifat membangun dan sistematis dimana dalam pelaksanaannya berdasar pada proses, interaksi, cara/prosedur yang saling mempengaruhi dan bertujuan untuk mewujudkan proses pembelajaran yang efektif demi tercapainya tujuan yang ditetapkan. c. Pengertian Model Pembelajaran Usaha guru dalam membelajarkan siswa merupakan bagian terpenting dalam mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Salah satu usaha guru yang dapat dilakukan adalah dengan memilih model

3 10 pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran menurut Suprijono (2014: 46) adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Selanjutnya, Joyce (Trianto, 2014: 52) juga mengatakan bahwa each model guides us as we design instruction to help students achieve various objectives. Maksud dari kutipan tersebut adalah setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa, sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Dengan demikian, model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Menurut Sujarwo (2011: 32) model pembelajaran bisa mengandung berbagai variasi strategi, metode dan teknik pembelajaran. Lebih lanjut, Shoimin (2014: 24) mengatakan bahwa model pembelajaran memiliki makna yang lebih luas daripada strategi, metode atau prosedur. Pendapat tersebut diperkuat oleh Kardi dan Nur (Shoimin, 2014: 24) yang mengatakan bahwa model pembelajaran memiliki 4 ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode dan prosedur yakni 1) rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya; 2) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran); 3) tingkah laku mengajar yang dibutuhkan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil; 4) lingkungan belajar yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Model Pembelajaran menurut Daryanto (2012: 241) merupakan pedoman berupa program atau petunjuk strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu pembelajaran. Pedoman itu memuat tanggung jawab guru dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi terarah dan tujuan dapat dicapai dengan optimal. Senada dengan pendapat di atas, menurut Trianto (2014: 52) model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dengan demikian, aktivitas pembelajaran merupakan kegiatan yang bertujuan dan tertata secara

4 11 sistematis. Hal ini sejalan dengan pendapat Eggen dan Kauchak (Ibnu, 2014: 24) yang mengatakan bahwa model pembelajaran memberikan kerangka dan arah bagi guru untuk mengajar. Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu prosedur atau rancangan sistematis yang telah diprogram dan digunakan sebagai pedoman dalam mendesain pembelajaran yang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sudah ditentukan. d. Model Pembelajaran SAVI Gaya belajar sebagai modalitas awal dalam belajar menurut Deporter dan Hernacki (2007: 112) adalah visual, auditori, dan kinestetik. Dalam SAVI terdapat satu lagi modalitas belajar anak yaitu intelektual. Dave Meier menyajikan suatu sistem lengkap untuk melibatkan kelima indera dan emosi dalam proses belajar yang merupakan cara belajar secara alami yang dikenal dengan SAVI (Rusman, 2014: 373). SAVI adalah singkatan dari Somatic, Auditory, Visualization, and Intellectualy. Menurut Ngalimun (2014: 166) pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indera yang dimiliki siswa. Pembelajaran yang baik adalah mengarahkan peserta didik untuk menggunakan seluruh tubuh dan semua alat indera untuk belajar, sehingga tidak hanya duduk diam dan menekankan pada kesadaran rasional saja untuk menuju pikiran. Selanjutnya menurut Shoimin (2014: ) istilah SAVI kepanjangan dari: 1) Somatic (belajar dengan berbuat dan bergerak) bermakna gerakan tubuh; 2) Auditory (belajar dengan berbicara dan mendengar) bermakna belajar haruslah melalui mendengar, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat dan menanggapi; 3) Visualization (belajar dengan mengamati dan menggambarkan) bermakna bahwa belajar haruslah menggunakan indera mata melalui mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga; 4) Intellectualy (belajar dengan memecahkan masalah dan berpikir) bermakna bahwa belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir.

5 12 Sejalan dengan pendapat di atas, menurut Rusman (2014: 373) Somatis, artinya belajar dengan bergerak dan berbuat. Auditori, belajar dengan berbicara dan mendengar. Visual, artinya belajar mengamati dan menggambarkan. Intelektual, artinya belajar dengan memecahkan masalah dan menerangkan. Dengan demikian belajar tidak hanya berproses dalam kehampaan melainkan belajar melibatkan berbagai aktivitas raganya yang disesuaikan dengan situasi belajar yang disebut dengan aktivitas belajar. Menurut Bahri (2008: 38) belajar bukanlah berproses dalam kehampaan, tidak pula pernah sepi dari berbagai aktivitas. Menurutnya, terdapat beberapa aktivitas belajar yang mendukung berhasilnya sebuah pembelajaran antara lain, mendengarkan (Auditori), memandang (Visual), Berpikir (Intelectual) dan Latihan atau praktek (Somatic). Dengan demikian, adanya model pembelajaran SAVI dapat mendukung terciptanya berbagai aktivitas belajar yang mempermudah siswa dalam menerima materi yang diberikan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa SAVI adalah model pembelajaran yang menggabungkan gerak fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua alat inderanya. Dalam penelitian ini, SAVI adalah model pembelajaran yang melibatkan keaktifan seluruh tubuh baik fisik maupun intelektualnya di setiap kegiatan pembelajaran untuk mewujudkan kegiatan belajar yang aktif dan efektif. Berdasarkan definisi di atas, pembelajaran dengan model SAVI dapat dijabarkan sebagai berikut: 1) Belajar Somatis Belajar somatis berarti melibatkan tubuh dalam belajar. Tubuh adalah pikiran dan pikiran adalah tubuh. Untuk merangsang hubungan pikirantubuh, perlu diciptakan suasana belajar yang dapat membuat peserta didik bangkit berdiri dari tempat duduk dan aktif secara fisik dari waktu kewaktu. Namun, tidak semua pembelajaran memerlukan aktivitas fisik, tetapi dengan berganti-ganti menjalankan aktivitas belajar aktif dan pasif secara fisik, dapat membantu pembelajaran setiap orang. Dalam hal ini sangat dihindari pembelajaran yang membiasakan siswanya

6 13 untuk duduk diam dan hanya mendengarkan saja melainkan siswa harus bergerak terutama pada pembelajaran IPS yang memuat banyak teori maka menjadi tantangan tersendiri bagi guru untuk membuat siswa bergerak. Hal-hal yang dapat dilakukan antara lain, guru dapat mengajak siswa bernyanyi, tepuk-tepuk yang membuat siswa semangat dan permainan belajar yang membuat siswa aktif bergerak sekaligus berpikir. 2) Belajar Auditori Perlu diketahui bahwa pikiran auditori setiap manusia lebih kuat dari yang disadari. Telinga manusia terus-menerus menangkap dan menyimpan informasi auditori bahkan tanpa disadari dan diluar kehendak yang bersangkutan. Dalam pembelajaran, usaha mengaktifkan saluran auditori yang kuat dalam diri peserta didik dapat dilakukan dengan mengajak mereka membicarakan apa yang sedang mereka pelajari. Lebih lanjut Gilakjani dalam International Journal of in Education (2012: ) menjelaskan bahwa these individuals discover information through listening and interpreting information by the means of pitch, emphasis and speed. These individuals gain knowledge from reading out loud in the classroom and may not have a full understanding of information that is written. Pendapat ini menjelaskan bahwa orang dengan gaya belajar auditory memperoleh informasi dengan mendengarkan dan menafsirkannya dari nada, penekanan suara, dan kecepatan suara. Mereka memperoleh informasi dari membaca dengan keras di dalam kelas dan tidak memungkinkan memperoleh informasi secara penuh jika informasi tersebut dalam bentuk tulisan. Maka dari itu, ceramah saja tidak cukup bagi siswa dengan gaya belajar ini karena dapat membuat siswa bosan dan tidak fokus dalam menangkap materi yang disampaikan melainkan guru dapat meminta peserta didik untuk menerjemahkan pengalaman mereka dengan suara. Misalnya dengan meminta mereka membaca keras-keras pokok bahasan atau hasil pekerjaan mereka, menghafalkan suatu pokok

7 14 bahasan dengan suara yang keras, bermain tebak kata, mengajak berbicara saat memecahkan masalah, mengumpulkan informasi dan menciptakan makna-makna pribadi bagi diri mereka sendiri. 3) Belajar Visual Pembelajar visual belajar paling baik jika mereka dapat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon, gambar, dan gambaran dari segalam macam hal ketika mereka sedang belajar. Teknik lain yang bisa dilakukan semua orang, terutama orang-orang dengan keterampilan visual yang kuat adalah meminta mereka mengamati situasi dunia nyata lalu memikirkan serta membicarakan situasi itu, menggambarkan proses, prinsip, atau makna yang dicontohkannya. Sejalan dengan hal tersebut Gilakjani dalam International Journal of Studies in Education (2012: ) mengatakan bahwa, visual learners think in pictures and learn best in visual images. They depend on the instructor s or facilitator s non-verbal cues such as body language to help with understanding. Sometimes, visual learners favour sitting in the front of the classroom and take descriptive notes over the material being presented. Gilakjani menjelaskan bahwa siswa dengan gaya belajar visual berpikir dengan melalui gambar dan sesuatu yang dapat dilihat. Mereka bergantung pada instruktur nonverbal seperti bahasa tubuh dan kadang-kadang mereka lebih suka duduk di depan dan mencatat materi yang disajikan. Dengan demikian beberapa teknik yang dapat dilakukan guru untuk mendukung pembelajar visual ini adalah dengan menggunakan media atau alat peraga, seperti gambar, video, presentasi powerpoint yang menarik, kegiatan menyusun bagan, dan lain-lain. 4) Belajar Intelektual Intelektual adalah pencipta makna dalam pikiran. Sarana yang digunakan manusia untuk berpikir, menyatukan pengalaman, menciptakan jaringan saraf baru, dan belajar. Peserta didik dapat menghubungkan pengalaman mental, fisik, emosional, dan intuitif tubuh untuk membuat makna baru bagi dirinya sendiri. Itulah saran

8 15 yang digunakan pikiran untuk mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman. Intelektual merupakan bagian dari seseorang untuk merenung, mencipta, memecahkan masalah dan membangun makna. Dalam hal ini, pembelajaran harus tetap melibatkan sisi intelektual secara mendalam. Misalnya saat melakukan permainan belajar, intelektual diperlukan untuk memecahkan masalah dalam permainan tersebut sehingga siswa dengan sendirinya dapat membangun makna dari apa yang dia pelajari. e. Cara Penerapan SAVI Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat diterapkan untuk membuat aktivitas sesuai dengan gaya belajar peserta didik dalam mengoptimalkan pembelajaran SAVI (Meier, 2003: 94): 1) Aktivitas Somatis Orang dapat bergerak ketika mereka: a) Membuat model dalam suatu proses atau prosedur. b) Menciptakan piktogram dan periferalnya. c) Memeragakan suatu proses, sistem atau seperangkat konsep. d) Mendapatkan pengalaman lalu menceritakannya dan merefleksikannya. e) Menjalankan pelatihan belajar aktif (simulasi, permainan belajar, dan lain-lain) f) Melakukan kajian lapangan. Lalu tulis, gambar dan bicarakan tentang apa yang dipelajari. Dalam pembelajaran IPS terutama materi proklamasi kemerdekaan Indonesia, kegiatan somatis dapat dioptimalkan dengan: a) Menemukan pasangan kartu yang dimiliki dengan pasangan kartu yang berhubungan. b) Menyusun gambar peristiwa hingga menjadi urutan cerita yang runtut bersama dengan kelompoknya. c) Menjawab pertanyaan teman dengan melakukan permainan belajar pameran soal d) Mencontohkan sikap menghargai jasa para pahlawan. 2) Aktivitas Auditori

9 16 Berikut ini gagasan-gagasan awal untuk meningkatkan sarana auditori dalam belajar, antara lain: a) Mengajak peserta didik membaca keras-keras dari buku panduan dan komputer. b) Menceritakan kisah-kisah yang mengandung materi pembelajaran yang terkandung di dalam buku pembelajaran yang mereka baca. c) Meminta peserta didik berpasang-pasangan membincangkan secara terperinci apa yang baru saja mereka pelajari dan bagaimana akan menerapkannya. d) Meminta peserta didik memperagakan suatu fungsi sambil mengucapkan secara singkat dan terperinci apa yang sedang mereka kerjakan. e) Meminta peserta didik berkelompok untuk memecahkan suatu masalah. Dalam pembelajaran IPS terutama materi proklamasi kemerdekaan Indonesia, kegiatan auditori dapat dioptimalkan dengan: a) Mengajak peserta didik membaca keras-keras apa saja peristiwa yang terjadi di sekitar proklamasi kemerdekaan Indonesia. b) Menghafalkan 2 tokoh proklamasi selama 10 menit nonstop. c) Melakukan tebak kata atau tebak peristiwa dengan menyebutkan clue suatu peristiwa atau tokoh dalam memproklamasi kemerdekaan Indonesia. d) Meminta peserta didik membacakan hasil pencarian kecocokan kartu soal dan jawaban di depan kelas. e) Peserta didik secara berpasangan atau kelompok memecahkan permasalahan dari video persiapan kemerdekaan yang sudah mereka lihat dan dengarkan. 3) Aktivitas Visual Berikut ini hal-hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pembelajaran visual, antara lain: a) Menggunakan bahasa yang penuh gambar (metafora, analogi) b) Menampilkan grafik presentasi yang hidup. c) Menggunakan benda 3 dimensi. d) Menggunakan bahasa tubuh yang dramatis. e) Menyampaikan cerita yang hidup. f) Membuat kreasi piktogram. g) Mengadakan pengamatan lapangan.

10 17 h) Menampilkan dekorasi warna-warni. i) Menggunakan ikon alat bantu kerja. Dalam pembelajaran IPS terutama materi proklamasi kemerdekaan Indonesia, kegiatan visual dapat dioptimalkan dengan: a) Menyusun dan menempel urutan peristiwa atau gambar tokoh pahlawan yang berperan dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. b) Mengamati video tentang peristiwa sekitar proklamsi kemerdekaan Indonesia. c) Menggunakan tampilan presentasi powerpoint yang berwarna-warni dan menarik. 4) Aktivitas Intelektual Aktivitas intelektual akan terlatih jika guru mengarahkan peserta didik untuk melakukan aktivitas seperti berikut ini : a) Memecahkan masalah. b) Menganalisis pengalaman. c) Mengerjakan perencanaan strategis. d) Memilih gagasan kreatif. e) Mencari dan menyaring informasi. f) Merumuskan pertanyaan. g) Menerapkan gagasan baru pada pekerjaan. h) Menciptakan makna pribadi. i) Meramalkan implikasi suatu gagasan. Dalam pembelajaran IPS terutama materi proklamasi kemerdekaan Indonesia, kegiatan intelektual dapat dioptimalkan dengan: a) Merumuskan kesimpulan pembelajaran dengan menggunakan katakatanya sendiri. b) Menjawab pertanyaan melalui sebuah permainan. c) Memecahkan permasalahan bersama kelompoknya. d) Mencontohkan cara menghargai jasa tokoh-tokoh kemerdekaan. f. Kelebihan dan Kelemahan SAVI Tiap-tiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kelemahan. Tidak ada satu model yang sempurna yang dapat memecahkan semua masalah. Sobry Sutikno (2014: 70) menjelaskan bahwa kebaikan suatu

11 18 model terletak pada ketepatan memilih. Ini berarti makin tepat model yang digunakan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar, diharapkan makin efektif pula pencapaian tujuan pembelajaran. lain: Adapun kelebihan SAVI menurut Aris Shoimin (2014: 182) antara 1) Membangkitkan kecerdasan terpadu siswa secara penuh melalui penggabungan gerak fisik dengan aktivitas intelektual. 2) Siswa tidak mudah lupa karena siswa dapat membangun sendiri pengetahuannya. 3) Suasana dalam proses pembelajaran menyenangkan karena siswa merasa diperhatikan sehingga sehingga tidak cepat bosan untuk belajar. 4) Memupuk kerja sama karena siswa yang lebih pandai diharapkan dapat membantu yang kurang pandai. 5) Mampu membangkitkan kreativitas dan meningkatkan kemampuan psikomotor siswa. 6) Memaksimalkan ketajaman konsentrasi siswa. 7) Siswa akan lebih termotivasi untuk belajar lebih baik. 8) Melatih siswa untuk terbiasa berpikir dan mengemukakan pendapat dan berani menjelaskan jawabannya. 9) Merupakan variasi yang cocok untuk semua gaya belajar. Namun model pembelajaran SAVI juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain: 1) Model pembelajaran SAVI menuntut adanya guru yang sempurna sehingga dapat memadukan keempat komponen dalam SAVI secara utuh. 2) Model pembelajaran ini membutuhkan kelengkapan sarana dan prasarana pembelajaran yang menyeluruh dan disesuaikan dengan kebutuhannya. 3) Model ini cenderung menuntut keaktifan siswa sehingga bagi siswa yang kemampuannya lemah bisa merasa minder. Mengingat bahwa setiap model memiliki kelemahan maka guru harus mampu memilah dan memilih dengan tepat model yang digunakan agar hasil pembelajaran bisa efektif dan dapat meningkatkan keaktifan peserta didik. g. Alasan Penerapan Model Pembelajaran SAVI Salah satu hal yang sangat mendasar untuk dipahami guru adalah bagaimana memahami kedudukan model sebagai salah satu komponen bagi keberhasilan kegiatan pembelajaran. Jarolimek (Solihatin dan Raharjo, 2012:

12 19 1) juga mengatakan bahwa ketepatan memilih model pembelajaran akan berpengaruh terhadap keberhasilan dan hasil belajar siswa. Model yang dipilih berkaitan langsung dengan usaha-usaha guru dalam menampilkan pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi sehingga pencapaian tujuan pembelajaran diperoleh secara optimal. Model pembelajaran SAVI merupakan suatu kemasan yang lengkap untuk melibatkan seluruh indera dalam proses belajar. SAVI adalah model pembelajaran yang menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua alat indera (Meier, 2003: 91). Dengan demikian, model ini mengoptimalkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Di sisi lain, menurut Djamarah (2008: 39) terdapat beberapa aktivitas belajar dalam pelaksanaan pembelajaran, diantaranya 1) mendengarkan; 2) memandang; 3) berpikir; 4) latihan atau praktek. Aktivitas belajar tersebut dapat dilaksanakan dengan menerapkan model pembelajaran SAVI. Menurut M. Hosnan (2014: 82) dalam aktivitas atau kegiatan belajar, guru harus menyadari bahwa setiap orang mempunyai cara yang optimal dan berbeda-beda untuk mempelajari dan memahami informasi baru. Dengan demikian, kepekaan guru sangat dibutuhkan dalam menyajikan suatu pembelajaran agar tidak hanya satu atau dua peserta didik yang sangat memahami materi yang disampaikan tetapi mengena ke semua peserta didik. Salah satu perbedaan individual tersebut ialah gaya belajar peserta didik yang berbeda satu sama lain. Gaya belajar juga disampaikan oleh Meier (2003: 50), menurutnya orang belajar dalam cara yang berbeda-beda dan satu jenis cara belum tentu tepat untuk semua orang. Adapun menurut Deporter dan Hernacki (2007: ) gaya belajar seseorang adalah kombinasi dari bagaimana ia menyerap lalu mengatur serta mengolah informasi. Dengan demikian gaya belajar dapat dijadikan kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, di sekolah dan dalam situasi-situasi tertentu. Gaya belajar dapat menjadikan belajar dan berkomunikasi lebih mudah dan efektif. Dapat disimpulkan bahwa gaya belajar adalah cara seseorang yang paling efektif dalam menyerap dan mengolah informasi.

13 20 Memadukan gaya belajar peserta didik bukanlah hal yang mudah namun dengan diterapkannya model SAVI dapat dijadikan alternatif bagi guru untuk memecahkan masalah perbedaan karakteristik peserta didik seperti gaya belajar. Belajar bisa optimal jika keempat unsur SAVI ada dalam satu peristiwa pembelajaran. Adapun alasan pemilihan model pembelajaran SAVI berikutnya adalah berkaitan dengan materi proklamasi kemerdekaan Indonesia yang banyak memuat peristiwa dan tokoh yang berperan dalam memproklamasikan kemerdekaan, maka diperlukan suatu model yang dapat mempermudah peserta didik dalam memahami konsep materi tersebut dengan memadukan berbagai gaya belajar dan menciptakan aktivitas-aktivitas belajar sehingga kemampuan siswa dalam memahami materi dapat dimaksimalkan. Lebih lanjut, menurut Sapriya (2009: 184) belajar IPS tidak cukup hanya dalam bentuk hafalan atau melatih daya ingat peserta didik melainkan memberdayakan peserta didik. Memberdayakan peserta didik melalui segala potensi dan kemampuannya, baik pengetahuannya, sikap maupun keterampilan. Dalam hal ini belajar bisa optimal jika keempat unsur SAVI yaitu Somatic, Auditory, Visualization dan Intelectually ada dalam satu peristiwa pembelajaran IPS. Maka dari itu model pembelajaran SAVI dirasa cocok diterapkan untuk meningkatkan pemahaman konsep proklamasi kemerdekaan Indonesia. h. Langkah-langkah Penerapan SAVI Dalam menerapkan model pembelajaran tentu harus memperhatikan tahapan atau sintaks terlebih dahulu agar pembelajaran berjalan sesuai yang diharapkan. Menurut Meier (2003: ) terdapat empat tahapan dalam model pembelajaran SAVI, sebagai berikut: 1) Tahapan persiapan. Tujuan tahap persiapan adalah untuk menimbulkan minat para peserta didik, memberi mereka perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar. 2) Tahapan penyampaian. Tujuan tahap ini adalah membantu peserta didik menemukan materi belajar yang baru dengan cara yang

14 21 menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan pancaindera dan cocok untuk semua gaya belajar. 3) Tahapan pelatihan. Tujuan tahap ini adalah membantu peserta didik mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara. 4) Tahapan penampilan hasil. Tujuan tahap ini untuk membantu peserta didik menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan, sehingga hasil belajar akan melekat dan terus meningkat. Dengan demikian, pelaksanaan pembelajaran IPS materi proklamasi kemerdekaan Indonesia disesuaikan dengan tahap-tahap model pembelajaran SAVI, sebagai berikut: 1) Tahap Persiapan Pada tahap ini siswa dikondisikan untuk siap belajar dan diberikan sugesti yang positif dengan bernyanyi dan variasi tepuktepuk untuk membangkitkan semangat mereka dan menghilangkan anggapan bahwa IPS materi sejarah itu sulit dan membosankan. Apersepsi dan tujuan pembelajaran juga disampaikan dan sesuai dengan indikator dan materi yang dipelajari. 2) Tahap penyampaian Penjelasan materi melalui media yang menarik perhatian siswa yaitu dengan video setiap peristiwa proklamasi dan biografi tokohtokoh yang terlibat dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia. Selain itu juga tampilan powerpoint berwarna-warni tentang proklamasi kemerdekaan baik peristiwa maupun tokohnya dilengkapi dengan kata kunci yang sudah diberikan warna berbeda sehingga siswa mudah dalam menghafalkan dan memahami (visual dan auditory). 3) Tahap pelatihan Tahap ini merupakan inti dari pembelajaran yang dilakukan, siswa diajak untuk mengintegrasikan penjelasan materi yang sudah di terima pada tahap penyampaian. Dalam pembelajaran IPS materi proklamasi kemerdekaan Indonesia ini, siswa di bagi dalam beberapa kelompok atau pasangan untuk mengintegrasikan pengetahuannya

15 22 melalui permainan belajar yang dilakukan (somatic). Menghafalkan 2 tokoh proklamasi selama 10 menit (auditory), memecahkan permasalahan dari LKS yang diberikan oleh guru, antara lain melengkapi peristiwa proklamasi, menjelaskan peran tokoh, menjelaskan setiap peristiwa melalui gambar telah yang disusun dan membuat soal untuk teman (visual and intellectualy). 4) Tahap penampilan hasil Siswa mempresentasikan hasil kerja dan hasil diskusi yang dilakukan bersama denagn kelompoknya atau pasangannya dengan suara yang keras (auditory). Pada tahap ini guru juga memberikan umpan balik dan refleksi tentang apa yang sudah dipelajari dan penguatan terhadap hasil kerja siswa. Pada khir pembelajaran siswa mengerjakan soal evaluasi pemahaman konsep proklamasi kemerdekaan Indonesia dan memberikan pesan moral dari materi yang dipelajari yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. 2. Hakikat Pemahaman Konsep Proklamasi Kemerdekaan Indonesia a. Pengertian Pemahaman Pemahaman yang baik mengenai suatu materi sangat diperlukan untuk mencapai pembelajaran yang optimal. Dalam taksonomi Bloom (Djaali, 2008: 77) pemahaman adalah kemampuan untuk menginterpretasi atau mengulang informasi dengan menggunakan bahasa sendiri. Dalam hal ini, guru akan mengetahui sejauh mana peserta didik memahami apa yang disampaikan guru melalui kalimat yang disusun oleh peserta didik itu sendiri. Selanjutnya menurut Winkel (2005: 274) pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam menguraikan isi pokok dari suatu bacaan dan mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk lain. Menurut Nana Sudjana (2012: 24) pemahaman dapat dibedakan menjadi 3 kategori, yaitu: 1) Pemahaman terjemahan, mulai dari terjemahan dalam arti yang sebenarnya. 2) Pemahaman penafsiran, menghubungkan bagian-

16 23 bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok. 3) Pemahaman ekstrapolasi, mampu melihat di balik yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsukuensi atau dapat memperluas presepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus ataupun masalahnya. Sementara itu menurut Purwanto (2010: 51) kemampuan pemahaman adalah kemampuan untuk melihat hubungan fakta dengan fakta. Menghafal tidak lagi cukup karena pemahaman menuntut pengetahuan akan fakta dan hubungannya. Dengan demikian, apa yang disampaikan guru harus ada kesesuaian antara konsep dan makna yang ditimbulkan sehingga memberikan suatu pengetahuan yang berharga bagi peserta didik. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman adalah kemampuan untuk menangkap makna dari informasi atau materi yang dipelajari dan dapat mentransformasikan apa yang dipelajari dengan bahasanya sendiri. b. Pengertian Konsep Konsep selalu dijadikan dasar dari materi yang akan diajarkan. Konsep merupakan penyusun utama dalam pembentukan pengetahuan. Jika konsep sudah terbangun maka akan mempermudah peserta didik dalam mengikuti suatu pembelajaran. Carrol (Trianto Ibnu, 2014: 185) berpendapat bahwa konsep sebagai suatu abstraksi dari serangkaian pengalaman yang didefinisikan sebagai suatu kelompok objek atau kejadian. Dengan demikian maka setiap orang dapat membentuk konsep sendiri melalui pengalaman. Sedangkan menurut Winkel (2005: 75) konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah obyek yang memiliki ciri-ciri yang sama. Sejalan dengan pendapat Winkel, Dahar (Arif, 2011: 130) mengatakan bahwa konsep merupakan suatu abstraksi yang mewakili suatu kelas objek, kejadian dan kegiatan yang memiliki atribut-atribut sama. Dengan demikian konsep membutuhkan abstraksi terhadap objek-objek atau kejadian yang dihadapi, kemudian objek-objek tersebut dapat ditempatkan pada golongan tertentu. Sedangkan menurut Sumaatmadja (2007: 12.15) konsep merupakan kumpulan fakta-fakta yang memiliki interelasi kuat satu sama lain sehingga

17 24 membentuk suatu pengertian yang bulat. Dapat diketahui bahwa konsep menempatkan informasi dalam kategori-kategori atau kelompok-kelompok berupa fakta yang mempertimbangkan hubungan antar data untuk membentuk sebuah pengertian yang lebih mudah dipahami. Dengan demikian, untuk membentuk sebuah konsep orang harus terlebih dahulu mengadakan abstraksi dalam semua objek yang meliputi benda maupun kejadian. Abstraksi berarti suatu proses pemusatan perhatian seseorang pada situasi tertentu dan mengambil elemen-elemen tertentu serta mengabaikan elemen yang lain. Untuk menguasai konsep seseorang harus mampu membedakan antara benda yang satu dengan benda yang lain, peristiwa yang satu dengan peristiwa lain. Berdasarkan pengertian-pengertian konsep di atas dapat disimpulkan bahwa konsep merupakan suatu bentuk pemikiran manusia berupa abstraksi yang terbentuk dari sekumpulan fakta dan memiliki interelasi kuat satu sama lain yang mewakili sejumlah obyek dengan ciri-ciri yang saling berkaitan. c. Pengertian Pemahaman Konsep Ada beberapa cara memahami konsep, menurut Hamalik (2008: 140) diantaranya yakni: 1) Ia dapat menyebutkan nama contoh-contoh konsep bila dia melihatnya. 2) Ia dapat menyatakan ciri-ciri konsep tersebut. 3) Ia dapat memilih, membedakan antara contoh-contoh dari yang bukan contoh. 4) Ia mungkin lebih mampu memecahkan masalah yang berkenaan dengan konsep tersebut. Dengan demikian, seorang guru harus mampu menciptakan suasana melalui model ataupun media pembelajaran yang dapat membantu peserta didik memahami konsep agar ia dengan mudah memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan konsep tersebut seperti nama, ciri-ciri dan contoh dari suatu materi yang dibahas. Sementara itu, Flavell (Syaiful Sagala, 2009: 72) menyatakan bahwa pemahaman terhadap konsep-konsep dapat dibedakan dalam tujuh dimensi, yaitu: 1) Atribut, setiap konsep mempunyai atribut yang berbeda, contohcontoh konsep harus mempunyai atribut-atribut yang relevan. Atribut

18 25 dapat berupa fisik, seperti warna, tinggi atau bentuk, dan dapat juga atribut-atribut itu berupa fungsional. 2) Struktur, menyangkut cara terkaitnya atau tergabungnya atribut-atribut itu. Ada tiga macam struktur yang dikenal, yaitu konsep-konsep konjungtif, konsep-konsep disjungtif dan konsep-konsep relasional. 3) Keabstrakan, yaitu konsep-konsep dapat dilihat dan konkret. 4) Keinklusifan (Inclusiveness), yaitu ditunjukkan pada jumlah contoh-contoh yang terlibat dalam konsep itu. 5) Generalitas atau keumuman, yaitu bila diklasifikasikan, konsep-konsep dapat berbeda dalam posisi superordinate atau subordinatnya. 6) Ketepatan, yaitu konsep menyangkut apakah ada sekumpulan aturan untuk membedakan contoh-contoh dari noncontoh-noncontoh suatu konsep; dan 7) Kekuatan (power), yaitu kekuatan suatu konsep oleh sejauh mana orang setuju bahwa konsep itu penting. Sedangkan menurut Trianto (2014: 60) proses pemahaman anak terhadap suatu konsep dalam suatu objek sangat bergantung pada pengetahuan yang sudah dimiliki anak sebelumnya. Dengan demikian gagasan baru akan muncul jika pengetahuan yang diberikan selalu berkaitan dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya, sehingga anak akan lebih mudah untuk membangun sendiri pemahaman terhadap konsep baru. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep adalah suatu proses bertahap dari kelanjutan penanaman konsep. Pemahaman konsep adalah kemampuan untuk mengerti apa yang diajarkan, dapat menangkap maknanya dan mampu mengungkapkan suatu materi yang disajikan ke dalam bentuk lain serta mengaplikasikannya untuk memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan konsep tersebut. d. Pengertian Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Proklamasi kemerdekaan Indonesia merupakan sesuatu yang sangat dinantikan oleh rakyat Indonesia saat masa penjajahan dulu. Menurut Lukman (1991: 790) proklamasi adalah pemberitahuan resmi kepada seluruh rakyat sedangkan kemerdekaan artinya keadaan berdiri sendiri, bebas, lepas, tidak terjajah lagi, dsb. Proklamasi kemerdekaan adalah sebuah deklarasi kepada seluruh rakyat dan negara-negara di dunia akan adanya kemerdekaan. Proklamasi

19 26 kemerdekaan meningkatkan taraf kehidupan bangsa Indonesia untuk sederajad dengan bangsa-bangsa lain di dunia (Darini, 2014: 285). Sejalan dengan Darini, menurut Rusyanti, dkk (2004: 69) proklamasi kemerdekaan sebagai tanda dimulainya kehidupan baru, kehidupan yang bebas menentukan nasib bangsanya sendiri yang terlepas dari tekanan, penindasan, dan ancaman dari bangsa penjajah. Proklamasi kemerdekaan Indonesia menurut Wayan (2006: 9) merupakan titik puncak perjuangan pergerakan bangsa Indonesia yang telah dapat menghantarkan ke pintu gerbang kebebasan. Lebih lanjut, menurut Susilaningsih dkk (2008: 177), proklamasi kemerdekaan Indonesia merupakan puncak perjuangan bangsa Indonesia dan menandai lahirnya negara Indonesia. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia adalah pemberitahuan atau pengumuman kepada seluruh rakyat Indonesia bahwa negara Indonesia telah bebas dari belenggu penjajahan bangsa lain. e. Pemahaman Konsep Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Memproklamasikan kemerdekaan Indonesia adalah salah satu materi yang diajarkan di SD Negeri 01 Kiringan Boyolali kelas V semester 2. Materi tersebut sesuai dengan silabus kelas V semester 2 Kompetensi Dasar 2.3 menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Materi tersebut mengajarkan peserta didik agar dapat memahami sejarah perjuangan bangsanya dan menyadari bahwa setiap keberhasilan pasti ada perjuangan dan rangkaian persiapan yang dilakukan terlebih dahulu. Dengan adanya materi ini, peserta didik diharapkan dapat memaknai apa itu proklamasi kemerdekaan dan menghargai peran tokohtokoh perjuangan dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia serta menumbuhkan rasa cinta tanah air terhadap bangsanya. Berikut ini adalah ringkasan materi memproklamasikan kemerdekaan Indonesia: Kedudukan Jepang mulai terdesak oleh pasukan Sekutu. Akhirnya Jepang menyerah tanpa syarat pada tanggal 14 Agustus Ini merupakan

20 27 kesempatan emas bagi bangsa Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaan. Namun, untuk memproklamasikan kemerdekaan bukanlah hal yang mudah. Tokoh-tokoh bangsa golongan muda dan golongan tua berbeda pendapat tentang cara memproklamasikan kemerdekaan. Golongan muda menginginkan proklamasi kemerdekaan Indonesia dilakukan tanpa bantuan dan campur tangan pihak Jepang sedangkan golongan tua masih mempunyai keyakinan terhadap janji Jepang yang akan memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia. Pertentangan kedua golongan memuncak pada peristiwa penculikan. Soekarno-Hatta diculik oleh para pemuda dan dibawa ke Rengasdengklok. Pada akhirnya terjadi kesepakatan setelah Ahmad Soebarjo datang untuk menengahi perdebatan di Rengasdengklok, proklamasi kemerdekaan akan dilaksanakan tanggal 17 Agustus 1945 di Jakarta. Naskah proklamasi dirumuskan oleh Ir. Soekarno, Drs. Moh Hatta dan Ahmad Subarjo di rumah Laksamana Muda Maeda. Konsep naskah proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno kemudian diketik oleh Sayuti Melik. Proklamasi kemerdekaan Indonesia dilaksanakan di kediaman Ir. Soekarno yaitu di Jalan Pegangsaan Timur No. 56. Sekitar pukul Bung Karno didampingi Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Setelah itu, dilakukan pengibaran Sang Saka Merah Putih diiringi lagu Indonesia Raya. (Sudiyo, 2002: ) Sejalan dengan pendapat diatas, Samlawi dan Bunyamin (2001: ) menjelaskan bahwa dalam bulan Agustus telah terjadi beberapa peristiwa penting menjelang proklamasi kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 14 Agustus 1945, Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Setelah mengetahui berita kekalahan Jepang, para pemuda Indonesia menuntut agar proklamasi kemerdekaan Indonesia segera dilakukan. Terjadilah peristiwa Rengasdengklok pada tanggal 16 Agustus Peristiwa tersebut terjadi karena adanya perbedaan pendapat antara golongan tua dan golongan muda untuk menentukan waktu proklamasi kemerdekaan. Golongan tua berpendapat bahwa proklamasi kemerdekaan itu tanpa

21 28 pertumpahan darah dan tetap bekerja sama dengan Jepang, oleh karena itu golongan tua sangat mengharapkan peran PPKI agar proklamasi kemerdekaaan benar-benar dipersiapkan dengan matang dan terorganisir dengan baik sedangkan golongan muda menginginkan proklamasi kemerdekaan dilakukan sesegera mungkin tanpa ada pengaruh dari pihak Jepang. Maka dari itu, untuk mengindari hal-hal yang tidak diinginkan terutama gangguan pihak Jepang, para pemuda membawa Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok. Akhirnya, perdebatan mencapai kesepakatan yakni proklamasi kemerdekaan akan diadakan tanggal 17 Agustus Di kediaman Laksamana Maeda pukul dini hari, Bung Karno, Bung Hatta dan Mr. Ahmad Subarjo berhasil menyusun naskah proklamasi. Naskah tersebut kemudian diketik rapi oleh Sayuti Melik. Tepat pukul pagi, di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 naskah Proklamasi Kemerdekaan dibacakan oleh Ir. Soekarno dengan didampingi Drs. Moh. Hatta. Sehari setelah Proklamasi, yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI bersidang untuk menyusun kelengkapan negara. Sidang PPKI tersebut menghasilkan beberapa keputusan, yaitu 1) mengesahkan UUD hasil rancangan BPUPKI menjadi UUD ) menetapkan Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Adapun tokoh yang berperan dalam peristiwa Proklamasi Kemerdekaan antara lain, Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta. Mr. Ahmad Soebarjo, dan Fatmawati. Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat serangkaian peristiwa menjelang proklamasi kemerdekaan berawal dari kekalahan Jepang melawan Sekutu yang beritanya terdengar oleh golongan muda. Golongan muda bertindak cepat dengan mendesak Bung Karno dan Bung Hatta sebagai golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan sebelum Sekutu datang namun terjadi perbedaan pendapat antara golongan tua dan golongan muda. Baik golongan tua maupun golongan muda sama-sama berpendapat bahwa kemerdekaan Indonesia harus segera diproklamasikan, namun caranya berbeda. Golongan tua berpandangan bahwa

22 29 proklamasi kemerdekaan tetap harus dipersiapkan dengan baik dan terorganisir dengan tetap mengharapkan peran PPKI sedangkan golongan muda menginginkan kemerdekaan itu tanpa pengaruh dan campur tangan pihak Jepang. Kemudian pada tanggal 16 Agustus Bung Karno dan Bung Hatta dibawa ke Rengasdengklok untuk menjauhkan mereka dari pihak Jepang. Pada akhirnya, setelah Ahmad Subarjo ke Rengasdengklok dan menengahi perbedaan pendapat di antara mereka, semua pihak setuju untuk melaksanakan proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jakarta tepatnya di Jl. Pegangsaan Timur No. 56. Bung Karno, Bung Hatta dan Ahmad Subarjo kemudian merumuskan naskah proklamasi kemerdekaan di rumah Laksamana Maeda. Pada tanggal 17 Agustus 1945, rakyat menyambut gembira kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan oleh Ir. Soekarno, didampingi oleh Drs. Moh. Hatta di Jl. Pegangsaan Timur No. 56. Sehari setelah proklamasi, PPKI mengadakan sidang untuk menyusun kelengkapan negara. Sejak tanggal 18 Agustus 1945, secara sah telah lahir Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tokoh yang berperan dalam peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia antara lain, Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta. Mr. Ahmad Soebarjo, dan Fatmawati. Disetiap peristiwa yang terjadi tidak lepas dari peran dan jasa tokoh yang ada di dalamnya. Menurut Arif (2011: 108) manusia adalah sebagai objek sejarah. Maka dari itu, peran manusia sangat mempengaruhi bagaimana sejarah itu terjadi. Adapun tokoh-tokoh yang berperan dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia antara lain, Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Ahmad Subarjo, Ibu Fatmawati, Sutan Syahrir, Laksamana Maeda, Chaerul Saleh, Darwis dan Wikana. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep proklamasi kemerdekaan Indonesia adalah kemampuan untuk mengerti dan menangkap makna dari peristiwa proklamasi kemerdekaan dan mendiskripsikan peristiwa-peristiwa seputar proklamasi kemerdekaan serta mampu memecahkan permasalahan yang berhubungan dengan proklamasi kemerdekaan Indonesia.

23 30 f. Pengertian IPS IPS adalah salah satu mata cxpelajaran yang dipelajari di Sekolah Dasar. Dengan adanya IPS peserta didik dapat mempelajari lebih dari satu displin ilmu. Menurut Trianto (2014: 171) Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Saidiharjo (Hidayati dkk, 2009: 1-7) juga menegaskan bahwa IPS merupakan hasil kombinasi atau hasil perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, antropologi, politik. Dengan demikian, ciri khas dari pelajaran ini adalah sifat terpadu dari sejumlah mata pelajaran dengan tujuan agar mata pelajaran ini lebih bermakna bagi peserta didik sehingga pengorganisasian materi atau bahan pelajaran disesuaikan dengan lingkungan, karakteristik dan kebutuhan peserta didik. Menurut Sapriya (2009: 20) adalah mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora, bahkan berbagai isu dan masalah sosial kehidupan. Senada dengan Sapriya, mata pelajaran IPS menurut Kartono (2009: 32) adalah gabungan ilmu-ilmu sosial yang terintegrasi atau terpadu. Dengan demikian bahan atau materi IPS diambil dari ilmu-ilmu sosial yang diintegrasikan, dipadukan dan tidak terpisah-pisah dalam kotak disiplin ilmu. Peserta didik belajar tentang segala sesuatu yang terjadi di sekitarnya, kegiatan manusia, lingkungan geografi dan kehidupan masa lampau. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial adalah mata pelajaran yang kajiannya mengintegrasikan bidang-bidang ilmu sosial dan humaniora. IPS mempelajari kehidupan manusia dan segala sesuatu yang berhubungan antara manusia dengan manusia yang lain. g. Ruang Lingkup IPS SD Menurut Sumaatmadja (2007: 1.17) sebagai bidang pengetahuan, ruang lingkup IPS berkaitan dengan kehidupan manusia dalam masyarakat

24 31 atau manusia sebagai anggota masyarakat atau dapat juga dikatakan manusia dalam konteks sosial. Sedangkan menurut Isriani Hardini dan Puspitasari (2012: 174) ruang lingkup pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1) manusia, tempat dan lingkungan; 2) waktu, keberlanjutan dan perubahan; 3) sistem sosial dan budaya; 4) perilaku ekonomi dan kesejahteraan. Materi IPS digali dari segala aspek kehidupan praktis sehari-hari di masyarakat. Menurut Kartono, dkk (2009: 32) mempelajari IPS pada hakekatnya menelaah interaksi antara individu dan masyarakat dengan lingkungan (fisik, sosial, budaya). Dalam hal ini, siswa SD diajak untuk mengenal dan mempelajari lingkungan disekitarnya baik lingkungan fisik, sosial maupun budayanya sehingga nantinya siswa dapat menjadi individu yang dapat berinteraksi baik dengan lingkungannya. Lebih lanjut, menurut Hidayati, dkk (2009: 1-26) ada 5 macam sumber materi IPS. Pertama, segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi di sekitar anak sejak dari keluarga, sekolah, desa, kecamatan sampai lingkungan yang luas yaitu negara dan dunia. Kedua, kegiatan manusia misalnya: mata pencaharian, pendidikan, keagamaan, produksi, komunikasi, transportasi. Ketiga, lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek geografi dan antropologi yang terdapat sejak dari lingkungan anak yang terdekat sampai yang terjauh. Keempat, kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah yang dimulai dari sejarah lingkungan terdekat sampai yang terjauh, tentang tokohtokoh dan kejadian-kejadian besar. Kelima, anak sebagai sumber materi meliputi berbagai segi, dari makanan, pakaian, permainan dan keluarga. Dalam pendidikan sekolah dasar 5 sumber materi IPS tersebut dipelajari dan diintegrasikan dalam mata pelajaran IPS yang memiliki lebih dari satu disiplin ilmu. Dengan demikian, belajar IPS hendaknya dapat memberdayakan peserta didik, dalam hal ini adalah siswa sekolah dasar sehingga segala potensi dan kemampuannya, baik pengetahuan, sikap maupun keterampilan dapat berkembang. Pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperoleh

25 32 peserta didik dari mata pelajaran IPS dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-harinya dalam masyarakat. Berdasarkan silabus KTSP SD Negeri 1 Kiringan Kelas V Semester 2 ada beberapa ruang lingkup IPS yang diajarkan seperti yang tertera pada tabel 2.1 berikut ini: Tabel 2. 1 Ruang Lingkup Pembelajaran IPS di SD Kelas V Semester 2 STANDAR KOMPETENSI 2. Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. KOMPETENSI DASAR 2.1 Mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang. 2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. 2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. 2.4 Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan. Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada tabel 2.1 di atas, dapat dilihat bahwa materi mata pelajaran IPS kelas V semester 2 adalah materi mengenai sejarah. Dari keempat Kompetensi Dasar tersebut materi yang diteliti dalam penelitian ini sesuai dengan KD 2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Peserta didik dapat dikatakan paham terhadap konsep IPS materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia apabila peserta didik mampu untuk: 1) Menyebutkan peristiwa yang terjadi di sekitar proklamasi kemerdekaan Indonesia.

26 33 2) Menjelaskan peristiwa-peristiwa yang terjadi menjelang proklamasi kemerdekaan Indonesia. 3) Memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan materi proklamasi kemerdekaan Indonesia. 4) Memaknai arti dari proklamasi kemerdekaan Indonesia. 5) Menyebutkan tokoh-tokoh yang terlibat dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia. 6) Menjelaskan peranan tokoh perjuangan dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. 7) Menghargai jasa tokoh-tokoh proklamasi kemerdekaan. h. Tujuan Pendidikan IPS Setiap bidang studi harus memiliki tujuan yang hendak dicapai, seperti halnya mata pelajaran IPS. Tujuan pendidikan yang jelas dan terarah dapat menentukan usaha apa yang dilakukan oleh pendidik dan bahan pelajaran apa yang seharusnya diberikan kepada peserta didik. Tujuan harus dikaitkan dengan kebutuhan dan disesuaikan dengan tantangan-tantangan kehidupan yang akan dihadapi peserta didik. Menurut Trianto (2014: 176) tujuan utama IPS adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat. Dengan demikian dalam kehidupan bermasyarakat, peserta didik akan dihadapkan berbagai permasalahan sosial yang tidak bisa untuk dihindari, maka dari itu pengetahuan akan IPS penting untuk dipelajari. Sementara itu, Gross (Trianto, 2014: 173) mengatakan bahwa tujuan IPS adalah to prepare students to be well functioning citizens in a democratic society. Tujuan IPS untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya di masyarakat. Lebih lanjut, Nursid Sumaatmadja (Kartono dkk, 2009: 31) mengatakan bahwa tujuan pendidikan IPS adalah membina anak didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan kepedulian soisal yang berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat dan bangsa.

27 34 Berdasarkan kurikulum 2004 untuk tingkat SD, Pengetahuan Sosial (sebutan IPS dalam kurikulum 2004), bertujuan untuk: 1) Mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, dan kewarganegaraan, pedagogis dan psikologis; 2) Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan sosial; 3) Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; 4) Meningkatkan kemampuan bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, baik secara nasional maupun global. (Hidayati dkk, 2009: 1.24) Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan IPS adalah mengembangkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan peserta didik untuk peka terhadap kehidupan sosial di sekitarnya agar kelak menjadi warga negara yang baik. i. Pengertian sejarah Sejarah berkaitan dengan masa lalu, seperti yang dijelaskan James Bank (Hidayati dkk, 2009: 2-4) yang mengatakan bahwa sejarah merupakan semua peristiwa masa lampau. Lebih lanjut, menurut Arif (2011: 108) peristiwa tentang kehidupan pada masa lampau itu amat luas. Namun tidak semua hal tentang masa lalu dapat disebut sebagai sejarah. Sejarah yang dimaksut yaitu menceritakan tentang orang dan kejadian dalam semangat pengkajian sehingga mendorong pendengar atau pembaca untuk berpikir kritis tentang apa yang benar-benar terjadi, mengapa dan apa artinya. Menurut Nursid Sumaatmadja (2007: 3.12) sejarah adalah gambaran masa lampau tentang manusia sebagai makhluk sosial dan lingkungan hidupnya, yang disusun secara sistematis dan logis yang meliputi urutan fakta-fakta pada masa lampau. Sementara itu, sejarah menurut Arif (2011: 82) pada dasarnya mengkaji kehidupan manusia dan peristiwa lampau. Dengan mempelajari sejarah dapat membantu peserta didik memahami perilaku manusia pada masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang, dengan kata lain manusia menghadapi kenyataan hidup bahwa waktu bergerak terusmenerus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menuntut kualitas sumber daya manusia yang tinggi. Salah satu indikator tingginya kualitas sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Teori 1. Pendekatan pembelajaran Somatic, Auditory, Visual, Intellectual (SAVI) Menurut Hermowo (Firti, 2012:17) SAVI adalah singkatan dari Somatis (bersifat raga), Auditori

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ilmu Pengetahuan Sosial 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial Pendidikan ilmu pengetahuan sosial merupakan proses mendidik dan memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk

Lebih terperinci

Kata Kunci: Pemahaman Konsep, SAVI, IPS. Mahasiswa Prodi PGSD FKIP UNS 2, 3) Dosen Prodi PGSD FKIP UNS

Kata Kunci: Pemahaman Konsep, SAVI, IPS. Mahasiswa Prodi PGSD FKIP UNS 2, 3) Dosen Prodi PGSD FKIP UNS PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP IPS MATERI PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN JEPANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAVI (SOMATIC, AUDITORY, VISUAL, AND INTELLECTUAL) Wulan Ika Ashari 1), Ngadino Y 2), Hasan Mahfud

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Langsung

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Langsung BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kajian Pembelajaran Langsung a. Pengertian Pembelajaran Langsung Menurut Arends (1997) model pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelectual)

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelectual) BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelectual) Model pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah

Lebih terperinci

MAKALAH PERISTIWA PROKLAMASI KEMERDEKAAN

MAKALAH PERISTIWA PROKLAMASI KEMERDEKAAN MAKALAH PERISTIWA PROKLAMASI KEMERDEKAAN OLEH : (XI-IIS.1) FIKRI NUR WAFA (16) FIRJATULLAH AL F. (17) HANIFATUL WAHDA (18) ISYFA MAULANA A. (19) JIHAN FADIYAH M. (20) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian dari pendapat beberapa ahli yang mendukung penelitian. Dari beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Kemampuan adalah kecakapan untuk melakukan suatu tugas khusus dalam

BAB II KAJIAN TEORI. Kemampuan adalah kecakapan untuk melakukan suatu tugas khusus dalam BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Sebuah soal pemecahan masalah biasanya memuat suatu situasi yang dapat mendorong seseorang untuk menyelesaikanya akan tetapi tidak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Belajar Secara psikologis belajar adalah suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang produktif. Pendidikan adalah usaha

Lebih terperinci

rangka perkembangan manusia (Hidayat dan Machali, 2010: 32). maka manusia dapat berkembang lebih jauh daripada mahluk-mahluk lainnya.

rangka perkembangan manusia (Hidayat dan Machali, 2010: 32). maka manusia dapat berkembang lebih jauh daripada mahluk-mahluk lainnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sebuah proses kegiatan yang khas dilakukan oleh manusia. Pendidikan merupakan produk kebudayaan manusia. Kegiatan pendidikan dilakukan dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. adalah teori belajar behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme.

II. TINJAUAN PUSTAKA. adalah teori belajar behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Teori Belajar Terdapat tiga kategori utama yang berkaitan dengan teori belajar, diantaranya adalah teori belajar behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Secara umum, semua aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hari merdekanya Indonesia menjadi momentum yang sangat penting bagi perjalanan bangsa Indonesia sebagai negara yang berdaulat. Hal tersebut bisa diperoleh setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 (UU Sistem Pendidikan Nasional, 2003:2) menyatakan:

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 (UU Sistem Pendidikan Nasional, 2003:2) menyatakan: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.artinya bahwa setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses memperoleh ilmu pengetahuan, baik diperoleh sendiri maupun dengan bantuan orang lain. Belajar dapat dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Penelitian

A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum,dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Belajar Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa Indonesia. Disana dipaparkan bahwa belajar diartikan sebagai perubahan yang relatif permanen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi siswa dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. potensi siswa dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi siswa dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Pendidikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan di sekolah dasar merupakan langkah awal untuk mencapai keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan mengembangkan kemampuan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan komponen dari ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

Lebih terperinci

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Kebangsaan

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Kebangsaan Nama : UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Kebangsaan Kelas : 7 Waktu : 12.45-14.15 No.Induk : Hari/Tanggal : Jumat, 05 Desember 2014 Petunjuk Umum: Nilai :

Lebih terperinci

Daerah Tempat Tinggalku, Negara Kesatuan Republik Indonesia Negaraku

Daerah Tempat Tinggalku, Negara Kesatuan Republik Indonesia Negaraku Bab V Daerah Tempat Tinggalku, Negara Kesatuan Republik Indonesia Negaraku Ayo bersama mencintai NKRI! Sumber: bipa.ut.ac.id Gambar 5.1 Peta Indonesia Negara Kesatuan Republik Indonesia terbentuk melalui

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 8 PALU

PENERAPAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 8 PALU PENERAPAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 8 PALU Sakka, Yusuf Kendek dan Kamaluddin e-mail: sakha_rahma@yahoo.com Program Studi Pendidikan Fisika

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. digunakan oleh guru untuk mencapai keberhasilan. sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Arends (dalam Trianto,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. digunakan oleh guru untuk mencapai keberhasilan. sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Arends (dalam Trianto, BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan yang digunakan oleh guru untuk mencapai keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran.

Lebih terperinci

PERPADUAN KONSEP METODE PEMBELAJARAN SOMATIS AUDITORY VISUAL INTELEKTUAL (SAVI) DENGAN METODE DRILL DALAM PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN AKUNTANSI

PERPADUAN KONSEP METODE PEMBELAJARAN SOMATIS AUDITORY VISUAL INTELEKTUAL (SAVI) DENGAN METODE DRILL DALAM PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN AKUNTANSI PERPADUAN KONSEP METODE PEMBELAJARAN SOMATIS AUDITORY VISUAL INTELEKTUAL (SAVI) DENGAN METODE DRILL DALAM PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN AKUNTANSI Nur Eka Setiowati Abstrak Pendidikan dan pengajaran

Lebih terperinci

sampai dengan penggunaan metode pembelajaran yang tepat.

sampai dengan penggunaan metode pembelajaran yang tepat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Mutu pendidikan atau kualitas pendidikan yang diwakili oleh hasil belajar siswa tidak dapat dilepaskan dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, yaitu faktor

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA Model Pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan, dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Ilmu Pengetahuan Alam Conant (Patta Bundu, 2006: 10) mengemukakan pendapatnya bahwa sains adalah bangunan atau deretan konsep dan skema konseptual (conseptual

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Bertanya 1. Pengertian Kemampuan bertanya siswa terdiri dari tiga kata yaitu kemampuan, bertanya dan siswa. Kemampuan berasal dari kata mampu yang artinya sanggup melakukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajaran SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) a. Pengertian Pembelajaran Somatis Auditori Visual Intelektual

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajaran SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) a. Pengertian Pembelajaran Somatis Auditori Visual Intelektual BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) a. Pengertian Pembelajaran Somatis Auditori Visual Intelektual Menurut Meier (2002) pembelajaran SAVI merupakan pembelajaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Audio-Visual Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa arab, media adalah perantara atau pengantar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang mendukung dan mendorong perkembangan teknologi. Ilmu-ilmu dasar tidak dapat timbuh dan berkembang

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERFIKIR KRITIS MELALUI PENDEKATAN SAVI (SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, INTELEKTUAL)

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERFIKIR KRITIS MELALUI PENDEKATAN SAVI (SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, INTELEKTUAL) UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERFIKIR KRITIS MELALUI PENDEKATAN SAVI (SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, INTELEKTUAL) [ 286 ] P a g e Wahyu Aris Setyawan & Yoyok Susatyo Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi

I. PENDAHULUAN. pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diharapkan dapat membekali seseorang dengan pengetahuan yang memungkinkan baginya untuk mengatasi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Namun dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA SEKOLAH DASAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DAN IPS MELALUI KELOMPOK KECIL

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA SEKOLAH DASAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DAN IPS MELALUI KELOMPOK KECIL PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA SEKOLAH DASAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DAN IPS MELALUI KELOMPOK KECIL Husnah Guru SDN 001 Pasar Inuman Kecamatan Inuman husnah683@gmail.com ABSTRAK Penelitian tentang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. oleh siswa. Lembar kerja biasanya berupa petunjuk atau langkah-langkah. untuk menyelesaikan tugas.

TINJAUAN PUSTAKA. oleh siswa. Lembar kerja biasanya berupa petunjuk atau langkah-langkah. untuk menyelesaikan tugas. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lembar Kerja Siswa (LKS) 1. Pengertian Lembar Kerja Siswa (LKS) Menurut Diknas (Prastowo, 2011) Lembar Kerja Siswa (Student Work Sheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar Kegiatan pembelajaran meliputi belajar dan mengajar yang keduanya saling berhubungan. Kegiatan belajar merupakan kegiatan aktif siswa untuk membangun makna atau pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu bidang pembangunan yang dapat perhatian serius dari pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu bidang pembangunan yang dapat perhatian serius dari pemerintah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu tujuan pembangunan nasional Indonesia, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Saat ini bidang pendidikan merupakan salah satu bidang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam kegiatan belajar-mengajar berlangsung suatu proses pembelajaran dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang berkualitas diharapkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu startegi pembelajaran yang paling tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD. social studies, seperti di Amerika. Sardjiyo (repository. upi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD. social studies, seperti di Amerika. Sardjiyo (repository. upi. 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD 1. Pengertian IPS Ilmu pengetahuan sosial (IPS) secara resmi mulai dipergunakan di Indonesia sejak tahun 1975 merupakan istilah

Lebih terperinci

T, 2015 PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN IPS

T, 2015 PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN IPS BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Berdasarkan hasil observasi pra- penelitian yang peneliti lakukan di SMP Negeri 19 Bandung khususnya di kelas VIII F, peneliti menemukan masalah ketika pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Make a Match 2.1.1 Arti Make a Match Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban soal sebelum habis waktu yang ditentukan. Menurut Lie (2002:30) bahwa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pendidikan pada umumnya dilaksanakan disetiap jenjang pendidikan melalui pembelajaran. Oleh karena itu, ada beberapa komponen yang menentukan keberhasilan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Konsep Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan. Hamalik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nining Priyani Gailea, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nining Priyani Gailea, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu unsur dalam pendidikan. Mata pelajaran matematika telah diperkenalkan kepada siswa sejak tingkat dasar sampai ke jenjang yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Kondisi Awal Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Kumpulrejo 02 Salatiga Kecamatan Argomulyo. Kepala Sekolah dari SD

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA VISI DAN MISI PENDIDIKAN PANCASILA.

PENDIDIKAN PANCASILA VISI DAN MISI PENDIDIKAN PANCASILA. PENDIDIKAN PANCASILA VISI DAN MISI PENDIDIKAN PANCASILA VISI PENDIDIKAN PANCASILA Pendidikan Pancasila menjadi sumber nilai dan pedoman bagi penyelengaraan program studi. Intinya : Pendidikan Pancasila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pendidikan tidak lepas dari proses belajar mengajar, yang di dalamnya meliputi beberapa komponen yang saling terkait, antara lain; guru (pendidik),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tercipta cenderung menjadikan siswa atau peserta didik pasif, tidak kreatif, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tercipta cenderung menjadikan siswa atau peserta didik pasif, tidak kreatif, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awalnya mengajar dipahami sekedar sebagai suatu kegiatan atau upaya menstransfer pengetahuan yang dimiliki oleh guru kepada siswanya. Dengan adanya paradigma

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF DALAM IPS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF DALAM IPS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF DALAM IPS SUMINAH Dosen KSDP Universitas Negeri Malang E-mail: suminahpp3@yahoo.co.id Abstrak: Model pembelajaran interaktif adalah suatu pendekatan pembelajaran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid

TINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar (Learning Styles) Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berfikir dan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 1. Pelaksanaan Model Pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visualization, Intellectualy) dalam Meningkatkan Prestasi Belajar PAI

BAB V PEMBAHASAN. 1. Pelaksanaan Model Pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visualization, Intellectualy) dalam Meningkatkan Prestasi Belajar PAI BAB V PEMBAHASAN 1. Pelaksanaan Model Pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visualization, Intellectualy) dalam Meningkatkan Prestasi Belajar PAI Siswa di SD Islam Al Badar Tulungagung. Pelaksanaan model

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lembar Kerja Siswa (LKS) Media pembelajaran merupakan alat bantu yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran kehadiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Efa Rosfita, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Efa Rosfita, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tingkat kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari kualitas pendidikannya. Pendidikan berkualitas memerlukan suatu pembelajaran yang berkualitas. Pada proses

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Izin Validitas

Lampiran 1. Surat Izin Validitas LAMPIRAN 74 75 Lampiran 1 Surat Izin Validitas 76 77 Lampiran 2 Surat Izin Penelitian 78 79 Lampiran 3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Soal Siklus 1 Item-Total Statistics Scale Mean if Scale Variance

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yaitu : keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yaitu : keterampilan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yaitu : keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan tersebut satu sama lain

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Disiplin Belajar 1. Pengertian Disiplin Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang keberhasilan siswa di kelas maupun di sekolah. Ini bertujuan agar siswa

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI METODE DISCOVERY

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI METODE DISCOVERY 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI METODE DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPS DI SDN 28 PAINAN TIMUR KECAMATAN IV JURAI KABUPATEN PESISIR SELATAN Mardalinda 1, Muhammad Sahnan 1, Khairul 2.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, guru dituntut untuk mampu memilih dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, guru dituntut untuk mampu memilih dan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Untuk mencapai tujuan pembelajaran, guru dituntut untuk mampu memilih dan menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi untuk mengaktifkan siswa. Belajar merupakan

Lebih terperinci

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan kunci yang nantinya akan membuka pintu ke arah modernisasi dan kemajuan suatu bangsa. Tujuan pendidikan nasional Indonesia terdapat pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seperti diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 (dalam

BAB I PENDAHULUAN. Seperti diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 (dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan di tanah air selalu dilakukan. Hal ini dimaksudkan agar dapat menciptakan proses pembelajaran yang dapat mengembangkan

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, DAN INTELEKTUAL (SAVI) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT SIFAT CAHAYA PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PENERAPAN PENDEKATAN SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, DAN INTELEKTUAL (SAVI) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT SIFAT CAHAYA PADA SISWA SEKOLAH DASAR PENERAPAN PENDEKATAN SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, DAN INTELEKTUAL (SAVI) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT SIFAT CAHAYA PADA SISWA SEKOLAH DASAR Istaana Bidadari Malinda 1), Lies Lestari 2), Yulianti

Lebih terperinci

: SMP Muhammadiyah Kasihan Bantul Mata Pelajaran : PPKn Kelas/ Semester : VII / 1

: SMP Muhammadiyah Kasihan Bantul Mata Pelajaran : PPKn Kelas/ Semester : VII / 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Sekolah : SMP Muhammadiyah Kasihan Bantul Mata Pelajaran : PPKn Kelas/ Semester : VII / 1 Materi Pokok : Perumusan Dasar Negara Alokasi Waktu : 1 x Pertemuan ( 3 x 40 menit)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus 1 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pembelajaran merupakan salah satu bentuk implementasi pendidikan. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus memperlihatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peningkatan Aktivitas Siswa Keberhasilan siswa dalam belajar bergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan pendidikan di sekolah merupakan proses nyata yang

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan pendidikan di sekolah merupakan proses nyata yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan pendidikan di sekolah merupakan proses nyata yang selalu muncul pada setiap jenjang pendidikan. Permasalahan pendidikan akan membuat manusia mampu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 777 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Aktif Peran aktif merupakan partisipasi siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar. Siswa dipandang sebagai obyek dan subyek, maksudnya yaitu selain siswa mendengarkan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SOMATIC, AUDITORY, VISUALIZATION, AND INTELLECTUALY

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SOMATIC, AUDITORY, VISUALIZATION, AND INTELLECTUALY PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SOMATIC, AUDITORY, VISUALIZATION, AND INTELLECTUALY (SAVI) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA Anastasia Lia Taradipa 1), Suharno 2), Sularmi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau prinsip-prinsip baru yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau prinsip-prinsip baru yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengembangan Penelitian adalah semua kegiatan pencarian, penyelidikan, dan percobaan secara alamiah dalam suatu bidang tertentu, untuk mendapatkan fakta-fakta atau prinsip-prinsip

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan dimulai dari sekolah dasar (SD) sampai sekolah menengah pertama (SMP) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan pendidikan potensi diri yang dimiliki oleh seseorang akan

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan pendidikan potensi diri yang dimiliki oleh seseorang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, pendidikan memegang peranan yang sangat penting yaitu menjamin kelangsungan dan perkembangan bangsa itu sendiri. Dengan pendidikan

Lebih terperinci

Lampiran 1 97

Lampiran 1 97 LAMPIRAN 96 Lampiran 1 97 98 99 100 101 Lampiran 2 Siklus I RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Sekolah : SD Negeri Klero 01 Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) Kelas / Semester : V /

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Representasi Matematis. a) Pengertian Kemampuan Representasi Matematis

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Representasi Matematis. a) Pengertian Kemampuan Representasi Matematis BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Representasi Matematis a) Pengertian Kemampuan Representasi Matematis Menurut NCTM (2000) representasi adalah konfigurasi atau sejenisnya yang berkorespondensi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perhatiannya pada aktivitas kehidupan manusia. Pada intinya, fokus IPS

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perhatiannya pada aktivitas kehidupan manusia. Pada intinya, fokus IPS 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Pengertian IPS merujuk pada kajian yang memusatkan perhatiannya pada aktivitas kehidupan manusia. Pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah pendekatan (approach) dalam pembelajaran memiliki kemiripan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah pendekatan (approach) dalam pembelajaran memiliki kemiripan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendekatan Kontekstual Istilah pendekatan (approach) dalam pembelajaran memiliki kemiripan dengan strategi. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Di dalam Al-Qur an, manusia menyandang tiga predikat dalam kehidupan yaitu sebagai khalifah, makhluk biologis, dan makhluk sosial. Untuk menjalani kehidupan, manusia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Beragam gaya mengajar yang dilakukan dengan khas oleh masing-masing guru

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Beragam gaya mengajar yang dilakukan dengan khas oleh masing-masing guru BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) 2.1.1. Pengertian Model Pembelajaran Beragam gaya mengajar yang dilakukan dengan khas oleh masing-masing guru di kelasnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu fondasi yang menentukan ketangguhan dan kemajuan suatu bangsa. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dituntut untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Bloom (dalam Suprijono 2011:5) hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pembelajaran, berbagai masalah sering dialami oleh guru.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pembelajaran, berbagai masalah sering dialami oleh guru. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Dasar 2.1 Pembelajaran Think Talk Write Dalam pembelajaran, berbagai masalah sering dialami oleh guru. Untuk mengatasi berbagai masalah dalam pembelajaran, maka perlu adanya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Aktivitas Belajar Aktivitas menurut Mulyono, Anton (2001 : 26) dalam http://cahyarbsd.blogspot.com/2012/08/pengertian-aktivitas-belajar.html aktivitas artinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar (SD). IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dengan demikian akan menimbulkan

Lebih terperinci

Fembriani Universitas Widya Dharma Klaten ABSTRAK

Fembriani Universitas Widya Dharma Klaten ABSTRAK MODEL PEMBELAJARAN AIR (AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION) BERBANTUAN MAKE A MATCH SEBAGAI INOVASI PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR Fembriani Universitas Widya Dharma

Lebih terperinci

DRAMA PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA DIBALIK AKSI HEROIK PERJUANGAN PARA PAHLAWAN DI TAHUN 1945

DRAMA PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA DIBALIK AKSI HEROIK PERJUANGAN PARA PAHLAWAN DI TAHUN 1945 DRAMA PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA DIBALIK AKSI HEROIK PERJUANGAN PARA PAHLAWAN DI TAHUN 1945 BABAK I Latar di ruangan perkumpulan para golongan muda. Bom atom yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dari sudut pandang: (i) hakikat menulis, (ii) fungsi, tujuan, dan manfaat menulis, (iii) jenis-jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bersifat sangat penting demi terwujudnya kehidupan pribadi yang mandiri dengan taraf hidup yang lebih baik. Sebagaimana pengertiannya menurut Undang-undang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Matematika Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakekatnya merupakan syarat mutlak bagi pengembangan sumber daya manusia dalam menuju masa depan yang lebih baik. Melalui pendidikan dapat dibentuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada bagian pendahuluan ini mencakup beberapa hal pokok yamg terdiri dari latar

I. PENDAHULUAN. Pada bagian pendahuluan ini mencakup beberapa hal pokok yamg terdiri dari latar 1 I. PENDAHULUAN Pada bagian pendahuluan ini mencakup beberapa hal pokok yamg terdiri dari latar belakang belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan pengembangan,

Lebih terperinci