BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menuntut kualitas sumber daya manusia yang tinggi. Salah satu indikator tingginya kualitas sumber daya manusia adalah kemampuan berkomunikasi yang baik. Bahasa merupakan hal yang tidak dapat lepas dari komunikasi sehari-hari manusia. Melalui bahasa, manusia dapat menjalin komunikasi satu sama lain dengan baik dan lancar. Pendidikan merupakan jembatan strategis dalam mengembangkan potensi manusia dalam berkomunikasi, yakni dengan mengajarkan bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis di sekolah, khususnya di Sekolah Dasar (SD). Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang wajib ada pada jenjang pendidikan SD. Bahasa Indonesia juga dijadikan alat komunikasi saat guru menyampaikan pembelajaran di kelas SD. Komunikasi yang terjadi saat pembelajaran berlangsung, bergantung pada penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Komunikasi yang terjadi antara siswa dan antar guru dengan siswa dalam pembelajaran dapat terjadi secara lisan maupun tulisan. Pada era globalisasi saat ini, orang-orang maupun siswa lebih memilih menggunakan komunikasi lisan untuk berinteraksi daripada menggunakan tulisan. Hal ini disebabkan komunikasi secara lisan atau langsung dipandang lebih efektif daripada tulisan atau tidak langsung, keadaan tersebut membuat siswa menjadi malas untuk mengembangkan keterampilan menulisnya dan kemampuan berbahasa lisannya saja yang berkembang Menurut Kusumayadi (2011: 5) pembelajaran bahasa Indonesia di SD bertujuan untuk mengembangkan empat aspek keterampilan bahasa yang meliputi: keterampilan membaca (reading skills), keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skills), dan keterampilan menulis (writing skills), keempat keterampilan tersebut saling berhubungan satu sama lain. Keempat keterampilan ini merupakan kemampuan dasar yang harus 1

2 2 dimiliki setiap orang agar mampu menyerap informasi dan mengkomunikasikannya kembali kepada orang lain. Keterampilan menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa yang sangat penting dan harus dikembangkan. Slamet (2009: 96) menyatakan bahwa menulis itu bukan hanya melahirkan pikiran atau perasaan saja, melainkan juga merupakan pengungkapan ide, pengetahuan, ilmu, dan pengalaman hidup seseorang dalam bahasa tulis. Dari pendapat Slamet, dapat diketahui bahwa menulis merupakan pengungkapan gagasan atau ide seseorang. Menurut Bryne dalam Slamet (2008: 106) Keterampilan menulis adalah keterampilan menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis melalui kalimatkalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap, dan jelas, sehingga buah pikiran tersebut dapat dikomunikasikan dengan pembaca. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat diketahui bahwa menulis merupakan kegiatan penyampaian pesan dalam bentuk tulisan agar mudah dipahami seseorang. Keterampilan menulis di SD kelas V di antaranya adalah menulis puisi. Keterampilan menulis puisi merupakan salah satu materi yang diajarkan pada siswa SD baik kelas tinggi maupun kelas rendah. Pada kelas rendah siswa diajarkan untuk mengapresiasi karya sastra dalam bentuk mendeklamasikannya. Sedangkan pada kelas tinggi siswa diminta untuk berlatih menulis puisi. Pada kelas V SD standar kompetensi (SK) tentang puisi yaitu, mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan fakta tertulis dalam bentuk ringkasan, laporan, dan puisi bebas. Pembelajaran menulis puisi merupakan salah satu pembelajaran yang mengajarkan dan melatih anak-anak agar terampil mengungkapkan gagasan dalam bentuk tulisan dengan bahasa yang indah. Menulis puisi pada dasarnya mempunyai tujuan untuk meningkatkan daya imajinasi siswa dan membentuk watak siswa. Siswa harus mampu mengekspresikan segala sesuatu yang ada pikirannya, berupa kata-kata yang dirangkai dalam sebuah karya sastra. Melalui menulis puisi siswa dapat melatih dan mengembangkan dalam mengekpresikan perasaan dan pikirannya. Berdasarkan uraian tersebut, pembelajaran menulis puisi tidak kalah penting dengan pembelajaran bahasa lainnya.

3 3 Peneliti memilih SD Negeri Mangkuyudan No.2 sebagai tempat penelitian disebabkan terdapat permasalahan rendahnya keterampilan menulis puisi siswa, selain itu peneliti pernah melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di sekolah tersebut, sehingga peneliti sudah memahami kondisi, karakter, dan kemampuan yang dimiliki siswa di sekolah tersebut khususnya dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Hasil observasi peneliti di SD Negeri Mangkuyudan No.2 mengenai pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas, ditemukan beberapa fakta, di antaranya : 1) kurangnya penerapan pembelajaran inovatif; 2) Guru banyak menggunakan metode pembelajaran yang konvensional seperti ceramah, mencatat dan penugasan; 3) pembelajaran cenderung monoton dan membosankan; 4) siswa cenderung pasif; 5) siswa kurang memperhatikan penjelasan guru; 6) tujuan pembelajaran yang dicapai kurang optimal. Hasil observasi di atas dikuatkan dengan wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru kelas pada 16 November Menurut informasi guru, rendahnya nilai keterampilan menulis puisi tersebut disebabkan beberapa faktor antara lain: guru masih menggunakan metode ceramah sebagai metode yang diterapkan dalam materi Bahasa Indonesia khususnya menulis puisi, sehingga pembelajaran masih berpusat pada guru. Selain itu media yang digunakan juga masih berupa gambar dalam buku LKS maupun buku pegangan siswa, sehingga media pembelajaran yang digunakan masih tergolong kurang memadai untuk menunjang proses pembelajaran. Akibatnya, keaktifan dan partisipasi siswa kurang berkembang serta kurangnya minat siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar yang dikarenakan kegiatan pembelajaran tidak banyak menyita perhatian siswa. Guru perlu berusaha mengembangkan model pembelajaran inovatif yang mampu merangsang daya pikir siswa untuk mengembangkan kreativitas siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai, khususnya pada pembelajaran keterampilan menulis puisi. Berdasarkan hasil uji pratindakan oleh peneliti pada 18 November 2015 dari 28 siswa, sebanyak 20 siswa atau 71,43% mendapat nilai di bawah KKM dan 8 siswa atau 28,57% mendapat nilai di atas KKM atau 70. Dari data tersebut

4 4 dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis puisi di SD Negeri Mangkuyudan No.2 masih tergolong rendah. Alternatif untuk memperbaiki masalah di atas yaitu dengan penggunaan model pembelajaran yang inovatif. Namun pemilihan model pembelajaran tidak bisa sembarang dilakukan, karena harus mempertimbangkan tujuan pembelajaran, bahan pelajaran, media, serta karakteristik anak. Sehingga pemilihan model pembelajaran dapat membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Pembelajaran yang ideal dilaksanakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup untuk siswa berkreativitas, dan mandiri sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa (PP nomor 19 tahun 2005 pasal 19 ayat 1). Salah satu model pembelajaran yang dapat dipilih untuk meningkatkan kualitas proses dan kualitas hasil pembelajaran menulis puisi adalah model pembelajaran Somatic Auditory Visualization Intellectually (SAVI). Pertimbangan pemilihan tersebut didukung dengan hasil penelitian Prihantari (2014) mengenai Keefektifan Pendekatan SAVI dalam Pembelajaran Kreatif Menulis Puisi. Hasil penelitian Prihantari diperoleh hasil besarnya t hitung sebesar 14,182, t tabel sebesar 1,990, dan db 62. Nilai t hitung lebih besar dari pada t tabel (14,182>1,990) pada taraf signifikansi 0,05 (5%) yang berarti signifikan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pendekatan SAVI efektif digunakan dalam pembelajaran menulis puisi. Model SAVI menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indera yang dimiliki siswa. Unsur dari model pembelajaran SAVI yaitu somatis (belajar dengan bergerak atau berbuat), auditory (belajar dengan berbicara dan mendengar), visual (belajar dengan mengamati dan menggambarkan), dan intelektual (belajar dengan memecahkan masalah dan merenung) (Meier, 2002: 91). Melalui penggunaan seluruh panca indera, siswa akan lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran menulis puisi, sehingga siswa akan menemukan dan mengungkapkan sendiri ide atau gagasan yang diperolehnya. Meier (2002: 90) berpendapat bahwa telah terbukti berkali-kali biasanya orang belajar lebih banyak dari berbagai aktivitas dan pengalaman yang dipilih

5 5 dengan tepat daripada mereka belajar dengan duduk di depan penceramah, buku panduan, televisi, ataupun komputer. Belajar berdasarkan aktivitas jauh lebih efektif daripada hanya berdasarkan pada mendengarkan presentasi, ceramah materi, dan melihat media. Hal tersebut disebabkan cara belajar dalam model ini mengajak orang terlibat sepenuhnya, melibatkan tubuh dalam belajar berarti melibatkan kecerdasan manusia secara terpadu. Penggunaan model pembelajaran SAVI diharapkan dapat membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan menulis khususnya pada kompetensi menulis puisi. Melalui model pembelajaran SAVI, siswa dapat belajar dengan menggunakan seluruh indera dan anggota tubuhnya. Dalam hal ini, siswa belajar dengan mendengar (auditory) dan melihat (visual) objek atau peristiwa, kemudian berfikir (intellectualy) tentang objek, peristiwa atau bahkan pengalaman dan terakhir bergerak (somatic) saat bernyanyi, menirukan suatu objek dan tangan menulis puisi, dengan begitu siswa dapat sepenuhnya terlibat dalam pembelajaran. Sehingga terdapat keterkaitan antara model pembelajaran SAVI dengan menulis puisi yaitu dengan mengaktifkan seluruh indera seseorang dapat menghasilkan ide atau gagasan yang dituangkan dalam sebuah tulisan yang berbentuk puisi. Kelebihan dari model SAVI menurut Shoimin (2014: 182) adalah: (1) membangkitkan kecerdasan terpadu siswa secara penuh melalui penggabungan gerak fisik dengan aktivitas intelektual; (2) siswa tidak mudah lupa karena siswa membangun sendiri pengetahuannya; (3) suasana dalam proses pembelajaran menyenangkan karena siswa merasa diperhatikan sehingga tidak cepat bosan untuk belajar; (4) memupuk kerja sama karena siswa yang lebih pandai diharapkan dapat membantu yang kurang pandai; (5) memunculkan suasana belajar yang lebih baik, menarik, dan efektif; (6) mampu membangkitkan kreativitas dan meningkatkan kemampuan psikomotor siswa; (7) memaksimalkan ketajaman konsentrasi siswa; (8) siswa akan lebih termotivasi untuk belajar lebih baik; (9) melatih siswa untuk terbiasa berpikir. Kekurangan dari model pembelajaran SAVI menurut Shoimin (2014: ) adalah: (1) menuntut adanya guru yang sempurna sehingga dapat memadukan keempat komponen dalam SAVI secara utuh; (2) membutuhkan

6 6 kelengkapan sarana dan prasarana pembelajaran yang menyeluruh seperti pengadaan media pembelajaran yang canggih dan menarik; (3) siswa terbiasa diberi informasi terlebih dahulu sehingga kesulitan menemukan jawaban ataupun gagasannya sendiri; (4) membutuhkan waktu yang lama; (5) membutuhkan perubahan agar sesuai dengan situasi pembelajaran saat itu; (6) model pembelajaran SAVI masih tergolong baru sehingga banyak pengajar yang belum mengetahui model pembelajaran SAVI; (7) cenderung mensyaratkan keaktifan siswa sehingga bagi siswa yang kemampuannya lemah bisa merasa minder. Kekurangan dari model pembelajaran SAVI di atas, bukan merupakan hal untuk ditakutkan, melainkan dengan mengetahui kekurangannya, peneliti bisa mencari solusi dan meminimalisir kekurangan tersebut. Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti ingin melakukan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi melalui Model Pembelajaran Somatic Auditory Visualization Intellectualy (SAVI) pada Siswa Kelas V SD Negeri Mangkuyudan No.2 Tahun Ajaran 2015/2016. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah penggunaan model pembelajaran Somatic Auditory Visualization Intellectualy (SAVI) dapat meningkatkan keterampilan menulis puisi pada siswa kelas V SD Negeri Mangkuyudan No.2 Tahun Ajaran 2015/2016? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan keterampilan menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran Somatic Auditory Visualization Intellectualy (SAVI) pada siswa kelas V SD Negeri Mangkuyudan No.2 Tahun Ajaran 2015/2016. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik praktis maupun teoritis sebagai berikut:

7 7 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan khasanah keilmuan tentang pembelajaran bahasa, terutama pembelajaran menulis puisi dengan model pembelajaran Somatic Auditory Visualization Intellectually (SAVI). b. Dapat digunakan sebagai pertimbangan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan model pembelajaran SAVI. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa 1) Meningkatnya keterampilan menulis puisi siswa. 2) Meningkatnya motivasi dan semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya menulis puisi. 3) Terciptanya suasana belajar mengajar yang efektif, aktif dan kreatif dengan menggunakan model pembelajaran Somatic Auditory Visualization Intellectualy (SAVI) sehingga siswa tertarik dalam mengikuti pembelajaran menulis puisi. b. Bagi Guru 1) Penerapan model pembelajaran SAVI diharapkan mampu mengembangkan profesionalitas guru dalam melaksanakan pembelajaran menulis puisi. 2) Sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa, sehingga guru dapat termotivasi dalam meningkatkan pembelajaran. c. Bagi Sekolah 1) Memberikan masukan kepada sekolah dalam usaha perbaikan seperti pengadaan media, fasilitas, dan sarana pendukung kegiatan pembelajaran sehingga berdampak pada peningkatan mutu sekolah. 2) Meningkatnya keberhasilan dan perbaikan proses pembelajaran di sekolah yaitu terkait pembelajaran keterampilan menulis puisi melalui SAVI.