ANALISA SEMENTARA MINI SURVEY PEMANTAUAN PUS PROVINSI BENGKULU TAHUN 2010

Transkripsi

1 ANALISA SEMENTARA MINI SURVEY PEMANTAUAN PUS PROVINSI BENGKULU TAHUN 10 A. GAMBARAN SECARA UMUM 1. Kesertaan ber-kb Kesertaan ber-kb hasil Mini Survey Pemantauan PUS di Provinsi Bengkulu tahun 10 sebesar 76,1 persen atau PUS menjadi peserta KB Aktif (pembanding PUS bulan Nopember 10), dibandingkan dengan kesertaan ber-kb hasil Mini Survey Pemantauan PUS tahun 09 secara total Provinsi terjadi penurunan sebesar 3,1 persen. Pada tingkat Kabupaten/Kota kesertaan ber-kb tahun 10 dibanding tahun 09 hanya Kota Bengkulu naik sebesaar 1,4 persen, penurunan secara tajam diatas rata-rata Provinsi terjadi di Kabupaten Seluma 6,4 persen disusul Bengkulu Selatan 4,6 persen dan Lebong 4,4 persen. Kabupaten Bengkulu Tengah yang baru terpisahkan dari Kabupaten Bengkulu Utara dalam pelaksanaan Mini Survey Pemantauan PUS pada tahun 10 kesertaan ber-kb sebesar 75,4 persen. 83,1 78,5 PERVALENSI MINI SURVEY PEMANTAUAN PUS ,5 81,2 76,8 73,6 76,4 73,5 72,9 82,8 75,3 74,6 73,6 79,7 79,5 76,7 73,5 74,9 75,4 79,2 76,

2 2. Unmet Need Unmet Need didefinisikan sebagai persentase wanita kawin yang tidak ingin anak lagi atau ingin menjarangkan kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat/caa KB, untuk menilai sejauh mana program KB telah dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Hasil Mini Survei Pemantauan PUS tahun 10 di Provinsi Bengkulu unmet need sebesar 4,6 persen terjadi kenaikan 0,9 persen disbanding tahun 09, Kepahiang mengalami kenaikan secara tajam sebesar 3,2 persen dari 1,7 persen tahun 09 menjadi 4,9 persen tahun 10. Lima Kabupaten yaitu Bengkulu Selatan, Bengkulu Utara, Kaur, Mukomuko dan Lebong mengalami penurunan masing-masing (1,4 persen, 1,3 persen, 0,9 persen, 1,7 persen dan 0,7 persen), untuk kabupaten Bengkulu Tengah sebesar 3,3 persen. UNMET NEED MINI SURVEY PEMANTAUAN PUS ,3 1,8 1,7 3,6 3,4 3,3 5,1 4,5 3,8 4,9 7,1 2,7 4,7 4,2 3,6 4,5 3,3 4,6 6,2 6,4 3, Hamil PUS diprovinsi Bengkulu pada saat dilakukan survey Pemantauan PUS tahun 10 yang sedang hamil sebesar 6,3 persen atau (pembanding PUS bulan Nopember 10), dibandingkan dengan tahun 09 terjadi kenaikan 0,6 persen. Tingkat kabupaten kenaikan paling tajam diatas rata-rata provinsi pada kabupaten

3 Lebong 6,9 persen disusul Kepahiang 5,8 persen. Kabupaten Bengkulu Tengah PUS sedang hamil sebesar 6,6 persen. PUS HAMIL MINI SURVEY PEMANTAUAN PUS ,5 3,8 4,7 4,7 6,3 5,3 8,7 5,1 5,5 7,1 7,9 4 10,4 10,9 13,5 7,7 4,5 4,6 6,6 6,3 5, Umur Kawin Pertama Umur kawin pertama merupakan salah satu indicator demografi yang penting, karena berkaitan dengan permulaan wanita kumpul pertama, yang memungkinkan wanita dapat hamil dan melahirkan. Umumnya wanita yang menikah pada usia muda mempunyai waktu reproduksi yang lebih panjang, yang dapat berakibat angka kelahirannya lebih tinggi dibandingkan wanita yang usia lebih tua. Hasil Mini Survey Pemantauan PUS tahun 10 median umur kawin pertama sebesar kondisi yang sama terjadi pada tahun 09, Tiga Kabupaten yaitu Seluma, Mukomuko dan Kepahiang umur kawin pertama mengalami penurunan dibandingkan tahun 09, sedang di kabupaten Bengkulu Selatan dan Bengkulu Utara mengalami kenaikan.

4 21 MEDIAN UMUR PERKAWINAN PERTAMA MINI SURVEY PEMANTAUAN PUS B. ANALISA PER KABUPATEN/KOTA DAN RENCANA AKSI TAHUN 11 Memperhatikan empat variable hasil Mini Survey Pemantauan PUS tahun 10, masing-masing Kabupaten/Kota mempunyai kelemahan dan kekuatan dalam pelaksanaan Program KB, sehingga rencana aksi dalam peningkatan program KB dimasing wilayah berbeda, dari empat variable tersebut dapat digambarkan dan diduga sebagai berikut : NO KABUPATEN/KOTA Prevalensi Unmet Need Hamil PUK 1 Bengkulu Selatan -4,6-1,4-0,3 1 2 Rejang Lebong -0,3 1, Bengkulu Utara -3,2-1, Kaur -0,6-0,9 1,7 0 5 Seluma -6,4 1,5-0,4-1 6 Mukomuko -1,0-1,7-0,8-1 7 Lebong -4,4-0,7 6,9 0 8 Kepahiang -2,8 3,2 5,8 0 9 Kota Bengkulu 1,4 0,7-0, Bengkulu Tengah Provinsi -3,1 0,9 0,6 0

5 a. Di Kabupaten Bengkulu Selatan secara umum pelaksanaan program KB sangat baik, penurunan kesertaan ber-kb tidak diikuti dengan kenaikan unmet need dan kehamilan, dengan memperhatikan hasil tahun 09 diduga terjadi drop out pada peserta KB dengan umur tua sedangkan PUS MUPAR ingin anak meningkat, sehingga rencana aksi pada tahun 11 melakukan KIE pada PUS MUPAR untuk ber-kb setelah kelahiran serta meningkatkan pelayanan KB baik kualitas maupun kuantitas. b. Di Kabupaten Rejang Lebong yang selama ini sebagai penyangga dari kesertaan ber-kb bagi provinsi Bengkulu mengalami penurunan pada kesertaan ber-kb dan diikuti oleh persentase wanita kawin yang tidak ingin anak lagi atau ingin menjarangkan kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara KB meningkat dibandingkan dengan tahun 09 (1,8 persen), sehingga rencana aksi pada tahun 11 memenuhi kebutuhan ber-kb dengan memperhatikan wilayahwilayah GALCITAS/legok serta meningkatkan KIE pada penggunaan alat/cara KB yang rasional, efektif dan efisien. c. Kabupaten Bengkulu Utara hasil Mini Survei Pemantauan PUS tahun 10, dari variable diatas turunnya kesertaan ber-kb disebabkan PUS yang ada sedang hamil (6,3 persen). Rencana aksi tahun 11 memberikan KIE dan pelayanan KB pasca kehamilan. d. Kabupaten Kaur turunnya kesertaan ber-kb diduga banyaknya PUS sedang hamil (10,4 persen), sehingga rencana aksi selain pelayanan pasca melahirkan juga dilakukan KIE. e. Kabupaten Seluma merupakan kabupaten yang paling tinggi terjadi drop out kesertaan ber-kb 6,4 persen serta diikuti oleh naiknya unmet need 1,5 persen dan turunnya usia kawin pertama dibanding dengan tahun 09, sehingga rencana aksi tahun 11 pelayanan KB pada keluarga miskin dan wilayah legok perlu ditingkatkan untuk menjaga kesertaan ber-kb serta melakukan KIE tentang Pendewasaan Usia Kawin.

6 f. Kabupaten Mukomuko pelaksanaan Program KB telah menunjukkan kemajuan yang baik, turunnya kesertaan KB diduga turunnya Usia Kawin Pertama (Median PUK 18 tahun), sehingga rencana aksi tahun 11 KIE tentang pendewasaan usia kawin pertama perlu ditingkatkan seiring dengan peningkatan pelayanan KB. g. Kabupaten Lebong dari hasil mini survey Pemantauan PUS tahun 10 turunnya kesertaan ber-kb (4,4 persen) salah satunya diduga tingginya PUS sedang hamil (6,9 persen), rencana aksi tahun 11 peningkatan pelayanan KB khususnya pasca persalinan disertai dengan KIE pada PUS tentang KB. h. Kabupaten Kepahiang dari hasil mini survey pemantauan PUS tahun 10 menunjukkan penurunan terhadap Program KB hal ini terlihat dari tingginya Unmet Need (4,9 persen) dan PUS hamil (13,5 persen), sehingga rencana aksi pemenuhan akan alat/cara KB terutama pada keluarga miskin serta memperhatikan wilayah legok serta pada PUS pasca melahirkan. i. Kota Bengkulu merupakan salah satunya Kabupaten/Kota yang tidak mengalami penurunan terhadap kesertaan ber-kb (74,9 persen), tetapi masih perlunya PUS yang tidak terpenuhi kebutuhan akan alat/cara KB (7,1 persen) serta meningkatkan pendewasaan usia kawin, sehingga rencana aksi tahun 11 perlu pelayanan KB pada wilayah-wilayah legok serta KIE peningkatan Pendewasaan Usia Kawin. j. Kabupaten Tengah sebagai pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Utara dan terpisah pada kegiatan mini survey pemantauan PUS baru tahun 10 memperlihatkan prevalensi 75,4 persen dengan unmet need 3,3 persen dan median usia kawin pertama tahun dengan PUS sedang hamil 6,6 persen, untuk rencana aksi tahun 11 perlu peningkatan usia kawin dengan melakukan KIE tentang pendewasaan usia kawin, menurunkan PUS hamil serta unmet need dengan melakukan pelayanan KB serta KIE. Agus