BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) yang dimulai tahun 1970 telah
|
|
- Hendra Pranata
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Keluarga Berencana (KB) yang dimulai tahun 1970 telah meningkatkan angka prevalensi kontrasepsi (CPR) di Indonesia dari 26 persen tahun 1976 menjadi 62 persen pada tahun Selain peningkatan angka prevalensi kontrasepsi, program KB juga berhasil menurunkan angka fertilitas total (TFR) Indonesia dari 5,2 anak per wanita tahun 1976 menjadi 2,6 anak per wanita tahun 2012 (BPS, BKKBN, Kemenkes, Macro International, 2013). Seiring dengan meningkatnya CPR dan menurunnya TFR, laju petumbuhan penduduk Indonesia mengalami penurunan dari 2,31 persen pada tahun menjadi 1,49 persen pada tahun (Bappenas, 2010). Berdasarkan hasil SDKI 2012, masih terdapat wanita usia subur yang sudah tidak ingin mempunyai anak lagi tetapi tidak memakai alat kontrasepsi atau yang disebut unmet need KB. Kondisi ini tidak banyak berubah dari SDKI sebelumnya. Apabila jumlah ini tidak segera diturunkan, dikhawatirkan akan menyebabkan banyak kehamilan yang tidak dikehendaki dan praktik aborsi yang tidak aman sehingga menyebabkan tingginya kematian ibu. Berdasarkan penelitian Ross and Winfrey tahun 2002 (dalam Borja et al, 2010), sekitar 105,2 juta wanita berstatus menikah di negara berkembang (proporsi tertinggi terdapat di Asia) merupakan kelompok yang tidak terpenuhi kebutuhan keluarga berencananya (unmet need). Pada tahun 2012 di Indonesia, 1
2 Persentase Wanita Kawin Usia terdapat sekitar 11,4 persen jumlah wanita berstatus kawin umur tahun yang ingin menjarangkan kehamilan atau membatasi jumlah anak, tetapi tidak menggunakan alat kontrasepsi. Jumlah tersebut terdiri dari 4,5 persen untuk menjarangkan kelahiran dan 6,9 persen untuk membatasi kelahiran (BPS, BKKBN, Kemenkes, Macro International, 2013) / Tahun Sumber: BPS, BKKBN, Kemenkes, Macro International, 2013 Gambar 1.1 Tren Kebutuhan KB Tidak Terpenuhi (unmet need) Indonesia Tahun dengan Perhitungan Baru Berdasarkan hasil perhitungan BPS dalam SDKI 2012, jumlah wanita yang tidak terpenuhi kebutuhan keluarga berencananya masih belum menunjukkan penurunan yang signifikan hingga saat ini. Kebutuhan KB yang tidak terpenuhi masih belum mencapai target 5 persen dalam RPJMN (BKKBN, 2013). Hal ini menjadikan kebutuhan KB yang tidak terpenuhi (unmet need) sebagai salah satu indikator yang menunjukan kurang optimalnya pelaksanaan
3 3 program KB di Indonesia beberapa tahun terakhir karena gagal diturunkan sesuai target. Ukuran unmet need menjadi semakin penting dalam konteks MDGs. Tujuan-tujuan dalam pembangunan millenium ini terdiri dari 8 agenda yang terkait dengan masalah pendidikan, kesetaraan gender, dan kesehatan. Pentingnya kesehatan reproduksi dan keluarga berencana untuk realisasi MDGs ditegaskan pada KTT Dunia tahun 2005 (Sedgh, et al, 2007). Sekjen PBB merekomendasikan menambahkan target akses yang menyeluruh terhadap kesehatan reproduksi untuk kerangka pemantauan MDG. Selanjutnya, para ahli dalam pencapaian MDGs merekomendasikan unmet need untuk keluarga berencana sebagai indikator kemajuan pada target ini. Pada tahun 2006, unmet need KB dimasukkan sebagai tambahan ke dalam Millennium Development Goal (MDG) yang kelima sebagai indikator untuk kesehatan ibu (UN, 2007). Berdasarkan temuan dari beberapa penelitian terdahulu, mengatasi kebutuhan yang belum terpenuhi akan menghasilkan tingkat prevalensi kontrasepsi yang melebihi target dan membantu wanita mencapai tujuan mereka sendiri sehingga mengurangi tekanan penduduk (Sedgh, et al, 2007; Makripuddin, 2011; Qie, 2011). Risiko kesehatan yang berkaitan dengan kehamilan yang tidak diinginkan dan tidak aman juga bisa dicegah dengan menekan jumlah kebutuhan KB yang tidak terpenuhi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh UN tahun 2007, sekitar 17 persen dari 4,5 juta atau sekitar 760 ribu kelahiran yang terjadi setiap tahunnya di Indonesia adalah kelahiran yang tidak diinginkan atau tidak direncanakan. Lestari (dalam Guttmacher Institute, 2008) menyebutkan bahwa
4 4 hampir seluruh klien yang melakukan aborsi adalah kelompok yang tidak terpenuhi kebutuhan keluarga berencananya. Melalui pemenuhan kebutuhan wanita untuk menggunakan kontrasepsi modern akan mencegah seperempat hingga sepertiga dari semua kematian ibu (Singh et al, 2003). Terdapat hubungan negatif antara pemakaian kontrasepsi (CPR) dan kematian ibu (MMR). Semakin tinggi angka pemakaian kontrasepsi maka jumlah kematian ibu semakin rendah (Gambar 1.2). Apabila kebutuhan akan alat kontrasepsi dapat dipenuhi maka proporsi dari cedera, infeksi, dan kecacatan jangka panjang akibat dari proses kehamilan, persalinan, dan aborsi yang diperkirakan mempengaruhi 15 juta perempuan setiap tahunnya dapat dicegah (UNFPA, 2005). Sumber: Demographic Health Surveys dalam Prata N, et al Gambar 1.2 Hubungan Pemakaian Kontrasepsi dan Kematian Ibu Keluarga Berencana merupakan salah satu hal yang penting dan mendasar guna mencapai keselamatan ibu dan untuk memenuhi hak-hak reproduksi mereka.
5 5 Hal ini menjadi penting menempatkan keluarga berencana untuk mempercepat pengurangan kematian ibu dan bayi terutama di Negara berkembang (Anthony et al, 2009). Nurlely (dalam Qie, 2011) menjelaskan bahwa tujuan program Keluarga Berencana adalah memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi yang berkualitas termasuk di dalamnya upaya-upaya menurunkan angka kematian ibu karena hamil, melahirkan dan nifas. Melalui pemenuhan kebutuhan program keluarga berencana dapat dianggap sebagai cara untuk menjamin hak-hak perempuan. McCauley, et al, (1994) menegaskan bahwa perempuan memiliki hak untuk menentukan jumlah anak yang diinginkan, waktu kehamilan, dan mengambil bagian dalam pengambilan keputusandi rumah. Peningkatan akses terhadap keluarga berencana dapat meningkatkan pendidikan perempuan dan kesempatan kerja serta partisipasi mereka dalam ranah sosial politik (Singh, et al, 2003). Pasangan yang mengontrol fertilitas mereka biasanya dapat berinvestasi lebih banyak pada setiap anak, yang akhirnya meningkatkan standar kesehatan, pendidikan dan kekayaan. Investasi dalam keluarga berencana akan membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi, sosial dan pembangunan. 1.2 Permasalahan Penelitian Kebutuhan Keluarga Berencana yang tidak terpenuhi (unmet need) merupakan salah satu indikator yang menunjukkan keberhasilan program keluarga berencana sekaligus mempengaruhi pengukuran kesehatan ibu. Kebutuhan keluarga berencana yang tidak terpenuhi menjadi penting untuk diprioritaskan
6 6 ketika menjadi bagian dari MDGs, apalagi hingga saat ini di Indonesia belum bisa diturunkan secara signifikan sesuai target. Baik dengan perhitungan lama maupun baru dari BPS, angka kebutuhan KB yang tidak terpenuhi sangat bervariasi antar daerah di Indonesia. Sumber: BPS, BKKBN, Kemenkes, Macro International, 2013 Gambar 1.3 Disparitas Kebutuhan KB Tidak Terpenuhi (unmet need) di Indonesia Tahun 2012 Rata-rata unmet need nasional tahun 2012 adalah 11,4 persen menggunakan perhitungan baru yaitu hasil penyederhanaan Bradley, et al (2012). Beberapa daerah mencapai angka unmet need di bawah rata-rata nasional, namun masih banyak juga daerah yang memiliki angka unmet need di atas rata-rata nasional (Gambar 1.3). Salah satu daerah yang memiliki angka unmet need di atas rata-rata nasional adalah Nusa Tenggara Timur (NTT) yaitu 17,5 persen dengan
7 7 rincian 8,6 persen untuk menjarangkan (spacing) dan 8,9 persen untuk membatasi kelahiran (limiting). Sejak tahun 1997 hingga 2007 NTT memiliki angka unmet need di atas rata-rata nasional dan cenderung terus mengalami peningkatan. Meskipun tidak bisa dibandingkan dengan hasil SDKI 2012 namun angka yang tetap tinggi yaitu di atas rata-rata nasional ini menjadi alasan penelitian di daerah ini. Pada penelitian ini dirumuskan dua permasalah pokok untuk analisis kebutuhan KB yang tidak terpenuhi di Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 yaitu: 1) apa yang menjadi alasan wanita menikah usia tahun di NTT tidak menggunakan alat kontrasepsi padahal sudah tidak ingin punya anak lagi atau ingin menunda kehamilan berikutnya? 2) bagaimana pengaruh variabel demografi, sosial, dan ekonomi terhadap kebutuhan KB yang tidak terpenuhi (unmet need) di Nusa Tenggara Timur? 1.3 Keaslian Penelitian Penelitian yang mengkaji unmet need Keluarga Berencana sudah banyak dilakukan sejak konsep ini diperkenalkan baik di dalam maupun di luar negeri, mengkaji dalam skala nasional maupun membandingkan antar daerah atau antar Negara dengan menggunakan data sekunder (hasil Survei Demografi dan Kesehatan) maupun data primer.
8 8 Tabel 1.1 Posisi Penelitian Terhadap Penelitian Sebelumnya No Judul/ peneliti/ tahun 1. Unmet Need for Family Planning in Iran; Aliyar Ahmadi and Jalil Iranmahboob; 2005 Tujuan Metode Hasil 1. mengidentifikasi unmet need KB di Iran, 2. menjelaskan alasan wanita unmet need KB, 3. mengidentifikasi faktor sosial ekonomi yang berpengaruh. menganalisis data sekunder yaitu DHS Iran Tahun 2000 dengan 2 unit analisis yaitu wanita dan propinsi. 1. variasi unmet need KB antar propinsi di Iran sangat besar dan angka kejadian di kota lebih tinggi daripada di desa. 2. alasan wanita unmet need di Iran adalah sedang menyusui, takut akan efek samping/masalah kesehatan akibat pemakaian alat kontrasepsi, dan adanya larangan dari masyarakat setempat. 3. umur wanita, tingkat kekayaan, pengetahuan terhadap kontrasepsi dan jumlah anak yang pernah lahir merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian unmet need KB di Iran. 2. Unmet Need for Family Planning in Indonesia: Trends and Determinants; Sri Harijati Hatmadji; mengetahui tingkat dan trend unmet needdi Indonesia, 2. mengkaji hubungan karakteristik latar belakang wanita usia subur (umur, jumlah anak yang masih hidup, penggunaan kontrasepsi, persetujuan suami untuk menggunakan alat kontrasepsi, pendidikan, status bekerja, indeks kekayaan, dan lokasi tempat tinggal) dan status unmet need KB (analisis determinan unmet need KB). Menganalisis data sekunder yaitu SDKI tahun /03 menggunakan analisis deskriptif tabulasi silang dan multiple binary logistic regression. 1. Selama 12 tahun angka unmet need KB di Indonesia mengalami penurunan dari 13% (1991) menjadi 9% (2002/03). 2. Umur, jumlah anak yang masih hidup, penggunaan kontrasepsi, persetujuan suami untuk menggunakan alat kontrasepsi, indeks kekayaan, dan lokasi tempat tinggal merupakan determinan (faktor penyebab) unmet need KB.
9 9 No Judul/ peneliti/ tahun 3. Women with an Unmet Need for Contraception in Developing Countries and Their Reasons for Not Using a Method; Gilda Sedgh, Rubina Hussain, Akinrinola Bankole and Susheela Singh; 2007 Tujuan Metode Hasil 1. Mengkaji tingkat unmet need 2. Menganalisis alasan wanita yang tidak ingin hamil namun tidak menggunakan alat kontrasepsi atau berhenti menggunakannya. Menganalisis data sekunder dari Demographic and Health Surveys (DHS) antara tahun 1995 dan 2005 menggunakan analisis deskriptif. 1. lebih dari 1 dari 7 wanita menikah dan 1 dari 13 wanita tidak menikah usia unmet need KB. 2. Alasan umum wanita yang sudah menikah tidak menggunakan kontrasepsi berhubungan dengan akses ke pasokan dan jasa pelayanan. Takut akan efek samping menjadi alasan wanita pada kelompok unmet need yang sudah pernah pakai alat kontrasepsi di masa lalu menghentikan penggunaan alat kontrasepsi. 4. Determinan Penyebab Terjadinya Unmet Need Program KB di Indonesia (Analisis Data SDKI 2007);Harriet Qie; mengetahui hubungan dan pengaruh dari faktor-faktor demografi (umur ibu, jumlah anak hidup), sosio ekonomi (tingkat pendidikan ibu, status bekerja ibu, daerah tempat tinggal, tingkat kesejahteraan, pengalaman pernah menggunakan kontrasepsi, komunikasi dengan suami tentang KB, persetujan suami terhadap KB) dan budaya (pengetahuan tentang kontrasepsi) terhadapunmet need. menganalisis data sekunder dari hasil SDKI 2007 menggunakan uji statistik korelasi Spearman (bivariabel) dan Regresi Logistik Biner (Mutivariabel) Umur ibu, jumlah anak hidup, status bekerja ibu, tingkat kesejahteraan, daerah tempat tinggal, komunikasi dengan suami tentang KB, suami setuju adalam penggunaan kontrasepsi dan pengetahuan ibu terhadap kontrasepsi memiliki pengaruh yang bermakna terhadap terjadinya unmet need. 5. Kebutuhan Keluarga Berencana yang Tidak terpenuhi di Nusa Tenggara Timur; Ayu Rahmaningtias; menjelaskan karakteristik wanita yang tidak terpenuhi kebutuhan KB-nya 2. menjelaskan alasan wanita di Nusa Tenggara Timur yang sudah tidak ingin mempunyai anak lagi atau ingin menjarangkan kehamilan berikutnya namun Menganalisis data sekunder dari SDKI 2012 Propinsi Nusa Tenggara Timur menggunakan analisis deskriptif tabulasi silang, korelasi speraman dan regresi logistik
10 10 No Judul/ peneliti/ tahun Tujuan Metode Hasil tidak memakai alat kontrasepsi (alasan wanita unmet need KB), 3. mengkaji pengaruh variabel demografi, sosial, dan ekonomi terhadap terjadinya kebutuhan KB yang tidak terpenuhi di Nusa Tenggara Timur. biner Sumber: Ahmadi and Iranmahboob, 2005: Hatmadji, 2006; Sedgh, et al, 2007; Qie, Apabila dibandingkan dengan penelitian terdahulu yang diacu, penelitian yang dilakukan lebih fokus mengkaji kebutuhan KB yang tidak terpenuhi (unmet need) di satu Propinsi yaitu Nusa Tenggara Timur menggunakan data sekunder dari hasil SDKI Penelitian ini mengkaji alasan wanita di Nusa Tenggara Timur yang sudah tidak ingin mempunyai anak lagi atau ingin menunda kehamilan berikutnya, namun tidak memakai alat kontrasepsi. Pertama dibahas mengenai karakteristik wanita unmet need KB. Setelah mengelompokkan alasanalasan wanita unmet need KB, diuraikan karakteristik wanita berdasarkan alasan unmet neednya. Tahap akhir adalah menganalisis pengaruh variabel demografi, sosial, dan ekonomi dengan terjadinya kebutuhan KB yang tidak terpenuhi di Nusa Tenggara Timur. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini antara lain: 1. menjelaskan karakteristik wanita yang tidak terpenuhi kebutuhan keluarga berencananya,
11 11 2. menjelaskan alasan wanita di Nusa Tenggara Timur yang sudah tidak ingin mempunyai anak lagi atau ingin menjarangkan kehamilan berikutnya namun tidak memakai alat kontrasepsi (alasan wanita unmet need KB), 3. mengkaji pengaruh variabel demografi, sosial, dan ekonomi terhadap terjadinya kebutuhan KB yang tidak terpenuhi di Nusa Tenggara Timur. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan guna mencapai beberapa manfaat berikut: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan mengenai kajian kebutuhan keluarga berencana yang tidak terpenuhi (unmet need KB) terkait karakteristik wanita, alasan wanita unmet need KB, dan faktor yang berpengaruh. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan pada pemerintah daerah setempat khususnya, supaya meningkatkan perhatian terhadap wanita yang tidak terpenuhi kebutuhan keluarga berencananya dan mengoptimalkan layanan kesehatan dan keluarga berencana untuk menurunkan angka kebutuhan KB yang tidak terpenuhi melalui pemberian perhatian terhadap alasan-alasan wanita yang sudah tidak ingin mempunyai anak lagi namun tidak menggunakan alat kontrasepsi jenis apapun dan faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap tingginya kebutuhan KB tidak terpenuhi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kependudukan telah menjadi perhatian pemerintah Indonesia sejak ditandatanganinya deklarasi mengenai kependudukan oleh para pemimpin dunia termasuk presiden
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tingginya laju pertumbuhan penduduk merupakan salah satu masalah yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya laju pertumbuhan penduduk merupakan salah satu masalah yang dihadapi Indonesia di bidang kependudukan. Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk ke empat terbesar di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat. Masalah kependudukan yang dihadapi Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan tidak diinginkan merupakan tantangan sosial dan kesehatan global meliputi kehamilan yang tidak diinginkan (unwanted) dan kehamilan terjadi lebih cepat dari
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. Kebutuhan KB yang tidak terpenuhi atau bisa disebut dengan unmet need KB di salah
BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Kebutuhan KB yang tidak terpenuhi atau bisa disebut dengan unmet need KB di salah satu propinsi di Indonesia yaitu Nusa Tenggara Timur menunjukkan angka kejadian yang cenderung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 menjelaskan bahwa sejak tahun laju
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara kepulauan dengan jumlah penduduk yang mencapai 237 juta jiwa, memiliki laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,49% dan angka fertilitas
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
1 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Sumber Data Sumber data yang digunakan adalah data hasil survei demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007. SDKI merupakan survei yang dilaksanakan oleh badan pusat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di negara-negara berkembang diperkirakan selama kurun waktu 40 tahun program keluarga berencana (KB) telah berperan penting dalam peningkatan contraceptive prevalence
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati oleh 191 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk dicapai pada tahun 2015 (WHO, 2013).
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. lebih besar menempatkan ibu pada risiko kematian (akibat kehamilan dan persalinan)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontrasepsi modern memainkan peranan penting untuk menurunkan kehamilan yang tidak diinginkan yang merupakan salah satu penyebab terjadinya kematian ibu. Kehamilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk merupakan perubahan populasi sewaktu-waktu, dan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pertumbuhan penduduk merupakan perubahan populasi sewaktu-waktu, dan dapat dihitung sebagai perubahan jumlah individu dalam sebuah populasi menggunakan "per waktu unit"
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Millenium Development Goals atau disingkat MDG s dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang merupakan paradigma pembangunan global
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sudah enam puluh sembilan tahun Indonesia merdeka, telah banyak tindakantindakan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sudah enam puluh sembilan tahun Indonesia merdeka, telah banyak tindakantindakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam usaha menyejahterakan rakyat Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Hasil penelitian UN-
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk keempat terbesar di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Hasil penelitian UN- Deutsche Bank
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang serius. Program pembangunan termasuk pembangunan dibidang kesehatan harus didasarkan pada dinamika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah besar di negara ini. Diketahui, pada 2012, Angka Kematian Ibu (AKI)
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesakitan dan kematian Ibu di Indonesia masih merupakan masalah besar di negara ini. Diketahui, pada 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) menurut Survey Dasar Kesehatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Program keluarga berencana merupakan salah satu program pembangunan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program keluarga berencana merupakan salah satu program pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan keluarga Indonesia yang sejahtera. Peran program
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Program Keluarga Berencana (KB) Nasional yang dicanangkan sejak tahun 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 1992 tentang Perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan keluarga berencana (KB) telah dipromosikan menjadi bagian dari kesehatan reproduksi sejak International
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan keluarga berencana (KB) telah dipromosikan menjadi bagian dari kesehatan reproduksi sejak International Conference on Population and Development (ICPD) 1994.
Lebih terperinciKesesuaian Pilihan Metode KB dengan Motivasi Kontrasepsi, serta Upaya Peningkatan MKJP
Kesesuaian Pilihan Metode KB dengan Motivasi Kontrasepsi, serta Upaya Peningkatan MKJP Dwini Handayani SE MSI (Lembaga Demografi FEUI) Yusna Afrilda, SPd, MSi (BKKBN Propinsi Lampung) Latarbelakang ICPD
Lebih terperinciLaporan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 dan Laporan Performance Monitoring and Accountability 2020 (PMA2020) gelombang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Program Keluarga Berencana (KB) dibentuk dengan tujuan untuk mengendalikan jumlah penduduk sehingga dapat mewujudkan penduduk tanpa pertumbuhan atau Zero Population
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand hanya 44 per
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Di Indonesia Angka Kematian Ibu tertinggi dibandingkan negara-negara
Lebih terperinciPERCEPATAN PENCAPAIAN MDGs GOAL 5 DI PROVINSI BENGKULU
PERCEPATAN PENCAPAIAN MDGs GOAL 5 DI PROVINSI BENGKULU encegahan terhadap kehamilan yang tidak diinginkan dan pemenuhan kebutuhan melalui KB adalah langkah besar menuju perbaikan kesehatan ibu dan pengurangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga Berencana atau disingkat KB merupakan program yang ada di hampir setiap negara berkembang termasuk Indonesia. Pengaturan jumlah anak tersebut diharapkan dapat
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) merupakan suatu
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) merupakan suatu keadaan fisik, mental, dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2014 mencapai 231,4 juta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah utama di Indonesia adalah penduduk yang cukup tingi. Laju pertumbuhan penduduk bervariasi pada tahun 2009 sebesar 2,4%, sedangkan jumlah penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia berada di urutan ke empat dengan penduduk terbesar di dunia setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus 2010 mencapai angka
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. telah disepakati dalam Dokument Millennium Declaration yang dituangkan sebagai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komitment internasional untuk mewujudkan sasaran pembangunan global telah disepakati dalam Dokument Millennium Declaration yang dituangkan sebagai MDGs (Millenium
Lebih terperinciTUJUAN 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu
TUJUAN 5 Meningkatkan Kesehatan Ibu 57 Tujuan 5: Meningkatkan Kesehatan Ibu Target 6: Menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga perempatnya antara 1990 dan 2015. Indikator: Angka kematian ibu. Proporsi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Angka kematian merupakan barometer status kesehatan, terutama kematian ibu dan kematian bayi. Tingginya angka kematian tersebut menunjukkan rendahnya kualitas pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas menjadi kearah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melalui kesepakatan International Conference on Population and Development (ICPD) tahun 1994 terjadi perubahan paradigma baru Program Keluarga Berencana Nasional (KBN).
Lebih terperinciANALISA DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP TOTAL ANGKA KELAHIRAN DI PROVINSI MALUKU
ANALISA DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP TOTAL ANGKA KELAHIRAN DI PROVINSI MALUKU Oleh BIDANG PENGENDALIAN PENDUDUK BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROVINSI MALUKU 2013 KATA
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. masa mendatang), keterjangkauan pelayanan kontrasepsi (lokasi tempat tinggal,
92 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini meninjau hubungan dan pengaruh dari lemahnya motivasi untuk mengontrol fertilitas (umur wanita, keinginan menggunakan kontrasepsi di masa mendatang), keterjangkauan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Pelayanan Keluarga Berencana (KB) di Indonesia mengalami suatu keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator pelayanan KB yaitu
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes.
KATA PENGANTAR Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bulan September 2000, sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk Indonesia sepakat untuk mengadopsi Deklarasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan. Realita yang ada saat ini masih banyak masyarakat yang belum bisa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang penduduknya sangat padat. Hal ini terlihat dari angka kelahiran yang terjadi di setiap tahunnya mengalami peningkatan.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan laju pertumbuhan penduduk yang cukup cepat. Berdasarkan penelitian Noya, dkk. (2009), penduduk Indonesia pada tahun 1971 berjumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 merupakan salah satu program pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berencana Nasional tersebut dapat dilihat pada pelaksanaan Program Making
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Keluarga Berencana Nasional mempunyai kontribusi penting dalam upaya meningkatkan kualitas penduduk. Kontribusi Program Keluarga Berencana Nasional tersebut
Lebih terperinciSINOPSIS RENCANA TESIS ANALISIS FAKTOR PENYEBAB PASANGAN USIA SUBUR TIDAK MENGGUNAKAN KONTRASEPSI DI DESA CERME KECAMATAN GROGOL KABUPATEN KEDIRI
SINOPSIS RENCANA TESIS ANALISIS FAKTOR PENYEBAB PASANGAN USIA SUBUR TIDAK MENGGUNAKAN KONTRASEPSI DI DESA CERME KECAMATAN GROGOL KABUPATEN KEDIRI OLEH : CUCUN SETYA FERDINA PROGRAM STUDI FAKULTAS UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya pertumbuhan penduduk di Indonesia merupakan masalah utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di Indonesia saat ini cukup tinggi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Hasil penelitian PRB (Population
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP. Determinan unmet..., Muhammad Isa, FE UI, Universitas Indonesia
1 BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian total unmet need di Indonesia menggunakan data SDKI tahun 2007 dengan sampel penelitiannya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sensus Penduduk tahun 2010 sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sensus Penduduk tahun 2010 sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk (LPP) 1,49% per tahun. Jika laju pertumbuhan tidak ditekan maka jumlah penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program keluarga berencana merupakan salah satu program pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan keluarga Indonesia yang sejahtera. Sesuai dengan
Lebih terperincimenikah di usia muda di Indonesia dengan usia tahun pada tahun 2010 lebih dari wanita muda berusia tahun di Indonesia sudah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini bangsa Indonesia masih menghadapi berbagai masalah dalam melaksanakan pembangunan. Salah satu masalah yang dihadapi adalah masalah kependudukan
Lebih terperinciPEMODELAN DAN PEMETAAN FAKTOR UNMET NEED KB DI JAWA TIMUR SEBAGAI PERENCANAAN MENCEGAH LEDAKAN PENDUDUK DENGAN REGRESI LOGISTIK BINER
PEMODELAN DAN PEMETAAN FAKTOR UNMET NEED KB DI JAWA TIMUR SEBAGAI PERENCANAAN MENCEGAH LEDAKAN PENDUDUK DENGAN REGRESI LOGISTIK BINER Anita Trias Anggraeni 1), Destri Susilaningrum 2) 1)2) Statistika,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak era reformasi digulirkan, program Keluarga Berencana (KB) dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun 1967 telah terjadi penurunan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk
2 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu 249 juta. Dengan Angka Fertilitas atau Total Fertelitity Rate (TFR) 2,6, Indonesia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. ataupun pengelolaannya, tetapi juga karena sebab-sebab bukan maternal kelahiran hidup pada SDKI 2012 (BKKBN, 2013).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kematian ibu atau maternal adalah kematian yang terjadi pada saat hamil, waktu melahirkan, atau selama masa nifas atau dua bulan setelah melahirkan. Definisi ini termasuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dua puluh delapan hari pertama kehidupan bayi atau periode neonatal merupakan periode kehidupan yang rawan, dimana bayi rentan terhadap penyakit dan kematian (Adetola
Lebih terperincimengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun adalah suatu periode masa
Lebih terperinciSurat Kabar Harian PIKIRAN RAKYAT, terbit di Bandung, Edisi: 30 Desember 1995
Surat Kabar Harian PIKIRAN RAKYAT, terbit di Bandung, Edisi: 30 Desember 1995 PROFIL KEPENDUDUKAN DAN KESEHATAN DI JAWA BARAT Oleh : Ki Supriyoko Salah satu survei kependudukan, KB, dan kesehatan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 248,8 juta jiwa dengan pertambahan penduduk 1,49%. Lajunya tingkat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kependudukan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara termasuk Indonesia. Saat ini penduduk Indonesia kurang lebih berjumlah 248,8 juta jiwa dengan
Lebih terperinciBAB VIII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
150 BAB VIII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Penelitian yang berjudul Determinan unmet need Keluarga Berencana di Indonesia memiliki tujuan utama yaitu untuk menjawab mengapa terjadi kenaikan tingkat
Lebih terperinciRINGKASAN SDKI 2007 PROVINSI SULAWESI BARAT
RINGKASAN SDKI 2007 PROVINSI SULAWESI BARAT Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 merupakan survey yang berskala Nasional, sehingga untuk menganalisa tingkat propinsi perlu dilakukan suatu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh negara-negara di dunia saat ini adalah pembangunan berkelanjutan 1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh negara-negara di dunia saat ini adalah pembangunan berkelanjutan 1 yang bersifat menyeluruh. Pembangunan yang dilakukan tidak hanya
Lebih terperincihampir semua negara berkembang di dunia. Perubahan penduduk dipengaruhi oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kependudukan merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi hampir semua negara berkembang di dunia. Perubahan penduduk dipengaruhi oleh tiga komponen demografi
Lebih terperinciPOLA, PERBEDAAN, DAN DETERMINAN KELUARGA BERENCANA. Perilaku praktek keluarga berencana (family planning practice):
POLA, PERBEDAAN, DAN DETERMINAN KELUARGA BERENCANA Perilaku praktek keluarga berencana (family planning practice): praktek masa kini (current practice): pemakaian (use), pemilihan (choice). dinamika praktek
Lebih terperinciKEBUTUHAN KONTRASEPSI TIDAK TERPENUHI DI JAWA BALI (ANALISIS SDKI ) Fahadaina Nur rahmawati
KEBUTUHAN KONTRASEPSI TIDAK TERPENUHI DI JAWA BALI (ANALISIS SDKI 2002-2003) Fahadaina Nur rahmawati fitriantoifa@yahoo.com Sukamdi kamdi_cpps@yahoo.com Abstract This research is aimed to (1). Knowing
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Menurut data Badan Pusat Statistik sosial didapatkan laju pertumbuhan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dari tahun ke tahun jumlah penduduk Indonesia terus meningkat. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 adalah 237,6 juta jiwa. Menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia setelah Cina,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk merupakan masalah besar bagi Negara di dunia khususnya Negara berkembang. Indonesia merupakan Negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meskipun program KB dinyatakan cukup berhasil di Indonesia, namun dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan. Dari hasil penelitian diketahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah stunting masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Stunting pada balita bisa berakibat rendahnya produktivitas dan kualitas sumber daya manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga Berencana (KB) merupakan tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,
Lebih terperinciRima Nopiantini, Agnes Widanti dan Hadi Susiarno. Magister Hukum Kesehatan Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
195 HUBUNGAN KETENTUAN ANTARA PELAYANAN KELUARGA BERENCANA PASCASALIN DAN PASCAKEGUGURAN BERDASAR PERATURAN KEPALA BKKBN NOMOR 146/HK-10/B5/2009 DENGAN ASAS KEMANUSIAAN Rima Nopiantini, Agnes Widanti dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Upaya menurunkan hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui Millenium
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya menurunkan hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui Millenium Development Goals (MDG s) dengan 189 negara anggota Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu dari negara berkembang dengan jumlah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu dari negara berkembang dengan jumlah penduduk Indonesia yang menempati posisi ke empat di dunia setelah negara Cina, India dan Amerika
Lebih terperincipemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk cukup padat. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia adalah 237.556.363
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan di Indonesia saat ini adalah status kesehatan masyarakat yang masih rendah, antara lain ditandai dengan Angka Kematian Ibu (AKI) yang tinggi. Target
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Millenium Development Goals (MDGs) adalah sebuah komitmen bersama masyarakat internasional untuk mempercepat pembangunan manusia dan pengentasan kemiskinan. MDGs ini
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN. Pada analisis ini, variabel yang akan dieksplorasi adalah variabel kejadian
73 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Analisis univariat Pada analisis ini, variabel yang akan dieksplorasi adalah variabel kejadian kehamilan tidak diinginkan, variabel kegagalan kontrasepsi termasuk jenis metode
Lebih terperinciAnalisis Proyeksi Penduduk Jambi Berdasarkan Proyeksi Penduduk Indonesia
Analisis Proyeksi Penduduk Jambi 2010-2035 Berdasarkan Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035 Perwakilan BKKBN Provinsi Jambi 2015 Analisis Proyeksi Penduduk Jambi 2010-2035 (Berdasarkan Proyeksi Penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah di atas batas normal, hipertensi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan tekanan darah di atas batas normal, hipertensi termasuk dalam masalah global yang melanda dunia. Menurut data WHO (World Health Organization) pada
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN. faktor risiko lain yang berperan terhadap kejadian kehamilan tidak diinginkan
59 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Penelitian ini bersifat kuantitatif dan dilakukan dengan menganalisis data sekunder Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003.
Lebih terperinciANALISA PENURUNAN TFR DAN BONUS DEMOGRAFI DI PROPINSI BENGKULU
ANALISA PENURUNAN TFR DAN BONUS DEMOGRAFI DI PROPINSI BENGKULU I. Pendahuluan Propinsi Bengkulu telah berhasil melaksanakan Program Keluarga Berencana ditandai dengan penurunan fertilitas dari 3% hasil
Lebih terperinciUNMET NEED KELUARGA BERENCANA DI DAERAH PERKOTAAN DAN PERDESAAN DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
UNMET NEED KELUARGA BERENCANA DI DAERAH PERKOTAAN DAN PERDESAAN DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Domas Anggoro Putro domasanggoro@gmail.com Umi Listyaningsih Listyaningsih_umi@yahoo.com Abstract
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting dari derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya laju pertumbuhan penduduk yang terjadi merupakan suatu permasalahan yang dihadapi Indonesia, maka diperlukan perhatian serta penanganan yang sungguh sungguh
Lebih terperinci32 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN HUBUNGAN PERSEPSI AKSES DAN PELAYANAN KB DENGAN KEJADIAN UNMET NEED Atik Mawarni (Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, Semarang) ABSTRAK Pendahuluan: Unmet need adalah kelompok
Lebih terperinciGAMBARAN KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI DI PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (SURVEI DEMOGRAFI KESEHATAN INDONESIA 2007)
GAMBARAN KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI DI PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (SURVEI DEMOGRAFI KESEHATAN INDONESIA 2007) I. Pendahuluan Propinsi Bengkulu telah berhasil melaksanakan Program Keluarga
Lebih terperinciPolicy Brief: Faktor-faktor yang Memengaruhi Hubungan Anomali TFR dan CPR
LATAR BELAKANG Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003, 2007, dan 2012, menunjukkan TFR konstan pada tingkat 2,6 anak per wanita usia subur. Terkait CPR di Indonesia, SDKI 2012 menunjukkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Keluarga Berencana (KB) merupakan bagian program pembangunan nasional di Indonesia yang sudah dimulai sejak masa awal pembangunan lima tahun (1969) yang bertujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang International Conference on Population and Development (ICPD) di Kairo pada tahun 1994 menyatakan bahwa program Keluarga Berencana (KB) perlu mencakup kesehatan reproduksi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010).
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kependudukan di Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar yaitu dengan jumlah penduduk sebanyak 237.641.326 juta jiwa penduduk (BPS, 2010). Di tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketidaksetaraan akses kesehatan telah menjadi agenda kebijakan di banyak negara di seluruh dunia (Johar, 2009). Salah satu hambatan akses ke pelayanan kesehatan untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah kependudukan yang masih terjadi di Indonesia. Indonesia berada di urutan keempat negara dengan jumlah
Lebih terperinciANALISIS DATA KEPENDUDUKAN DAN KB HASIL SUSENAS
ANALISIS DATA KEPENDUDUKAN DAN KB HASIL SUSENAS 2015 (Disarikan dari Hartanto, W 2016, Analisis Data Kependudukan dan KB Hasil Susenas 2015, disajikan dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) BKKBN,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa dan diproyeksikan bahwa jumlah ini
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia termasuk salah satu negara sedang berkembang yang tidak luput dari masalah kependudukan. Berdasarkan data hasil Sensus Penduduk tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia
Lebih terperinciFaktor yang Memengaruhi Unmet Need Keluarga Berencana
Faktor yang Memengaruhi Unmet Need Wahyu Dwi Diana Kartika Departemen Biostatistika dan Kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Alamat Korespondensi: Wahyu Dwi Diana Kartika E-mail:wahyu.dwi-12@fkm.unair.ac.id
Lebih terperinciIndonesia - Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1991
Katalog Datamikro - Badan Pusat Statistik Indonesia - Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1991 Laporan ditulis pada: December 30, 2014 Kunjungi data katalog kami di: http://microdata.bps.go.id/mikrodata/index.php
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan dan telah diterapkan sejak tahun 1970 dalam rangka upaya pengendalian jumlah penduduk. Ledakan penduduk
Lebih terperinciBAB I. termasuk individu anggota keluarga untuk merencanakan kehidupan berkeluarga yang baik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Keluarga Berencana Nasional adalah program untuk membantu keluarga termasuk individu anggota keluarga untuk merencanakan kehidupan berkeluarga yang baik sehingga
Lebih terperinciSurvei Demografi dan Kesehatan Indonesia
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012 Laporan Pendahuluan Badan Pusat Statistik Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Kementerian Kesehatan MEASURE DHS ICF International 1 Survei Demografi
Lebih terperinciOperations Research Meningkatkan RagamMetode Kontrasepsi (Method Mix) di Jatim dan NTB
Operations Research Meningkatkan RagamMetode Kontrasepsi (Method Mix) di Jatim dan NTB 2012-2016 Fitri Putjuk Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health, Center for Communication Programs (JHU.CCP)
Lebih terperinciGASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 ( ) KAJIAN PERSEPSTIF GENDER PERAN PRIA DALAM PENGGUNAAN KONTRASEPSI
GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 (647-655) KAJIAN PERSEPSTIF GENDER PERAN PRIA DALAM PENGGUNAAN KONTRASEPSI Maryatun Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta Abstrak : Rendahnya Peran serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juta pada tahun 2010 menjadi 305,6 juta pada tahun Jumlah penduduk yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia. 1 Jumlah penduduk Indonesia diperkirakan akan terus bertambah dari 238,5 juta pada tahun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah penduduk merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh negara berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah
Lebih terperinciAntika Nurinda Milla Herdayati. Abstrak. Abstract
HUBUNGAN PENDIDIKAN, PENGETAHUAN KB, DAN OTONOMI WANITA PADA KEJADIAN UNMET NEED (KEBUTUHAN KB YANG TIDAK TERPENUHI) DI PROVINSI YOGYAKARTA DAN NTT MENURUT SDKI 2007 Antika Nurinda Milla Herdayati Program
Lebih terperinciAngka Kematian Ibu Melahirkan (AKI)
Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI) Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan
Lebih terperinci