PREFERENSI PAKAN DAN PERILAKU MAKAN WALABI LINCAH (Macropus agilis Peters and Doria, 1875) Di KEBUN BINATANG GEMBIRA LOKA YOGYAKARTA TRI WAHYUNI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PREFERENSI PAKAN DAN PERILAKU MAKAN WALABI LINCAH (Macropus agilis Peters and Doria, 1875) Di KEBUN BINATANG GEMBIRA LOKA YOGYAKARTA TRI WAHYUNI"

Transkripsi

1 PREFERENSI PAKAN DAN PERILAKU MAKAN WALABI LINCAH (Macropus agilis Peters and Doria, 1875) Di KEBUN BINATANG GEMBIRA LOKA YOGYAKARTA TRI WAHYUNI DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

2 ii

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Preferensi Pakan dan Perilaku Makan Walabi Lincah (Macropus agilis Peters and Doria, 1875) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penullis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpah hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, November 2013 Tri Wahyuni NIM E

4 ABSTRAK TRI WAHYUNI. Preferensi Pakan dan Perilaku Makan Walabi Lincah (Macropus agilis Peters and Doria,1875) di Kebun Binatang Gembira loka Yogyakarta. Dibimbing oleh ACHMAD MACHMUD THOHARI dan BURHANUDDIN MASYUD. Walabi lincah (Macropus agilis Peters and Doria, 1875) merupakan satwa berkantung endemik Papua. Populasi walabi lincah di alam mengalami penurunan. Permasalahan yang dihadapi di habitat aslinya yaitu perburuan, perubahan habitat savana, persaingan habitat oleh Rusa Timor (Rusa Timorensis) dan pembakaran hutan. Salah satu upaya konservasi ex-situ yang dilakukan yaitu melalui penangkaran, salah satunya di kebun binatang. Pengelolaan mengenai preferensi pakan dan perilaku makan penting untuk diketahui sebagai dasar dalam upaya konservasi walabi lincah. Metode yang digunakan yaitu Focal Animal Sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa preferensi pakan yang paling tinggi yaitu kangkung (Ipomea reptans) dengan nilai indeks preferensi pakan sebesar Berdasarkan hasil Uji Chi-Square (X 2 ) diketahui nyata (P > 0.05), bahwa perilaku makan walabi jantan dan betina tidak jauh berbeda dengan pola perilaku makan yaitu berjalan, mendekati, mengambil, mengunyah dan memamahbiak. Jumlah rataan konsumsi, palatabilitas serta preferensi pakan tertinggi pada jenis kangkung dan perilaku makan walabi lincah yaitu berjalan mendekati makanan dengan mengendus-endus, mengambi, mengunyah dan memamahbiak makanan tersebut. Kata kunci: konsumsi, palatabilitas pakan, perilaku makan, preferensi pakan, walabi lincah ABSTRACT TRI WAHYUNI. Food Preference and Feeding Behaviour of Agile Wallaby (Macropus agilis Peters and Doria, 1875) in Yogyakarta Gembiro Loka Zoo. Supervised by ACHMAD MACHMUD THOHARI dan BURHANUDDIN MASYUD. Agile wallaby (Macropus agilis Peters and Doria, 1841) is a marsupial fauna endemic in Papua. Population of agile wallaby is declining significantly because of illegal hunting, reducing and changing of their savanna habitat, competition with timor deer (Rusa timorensis), and forest fire. One of ex-situ conservation strategy of agile wallaby is the captive breeding. Food preference and feeding behavior is the important factor in the breeding. This research used Focal Animal Sampling method. The result research shows that the most prefered feed is water spinach (Ipomea reptans) with the index is Based on the test Chi-Square (X 2 ) test known significant (P > 0.05), that the behavior of eating males and females wallaby are not far different from pattern of walking, approach, taking, chewing and ruminating. The palatability and the highest feed preferences on the type of water spinach and the common feeding behavior of agile wallaby are by walking, probing by smelling, eating, chewing and ruminating. Keywords: agile wallaby, consumption, feeding palatability, feeding behavior, food preferences.

5 PREFERENSI PAKAN DAN PERILAKU MAKAN WALABI LINCAH (Macropus agilis Peters and Doria, 1875) DI KEBUN BINATANG GEMBIRA LOKA YOGYAKARTA TRI WAHYUNI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi SumberDaya Hutan dan Ekowisata DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 ii

6

7

8 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2013 ini ialah Perilaku Satwa Liar, dengan judul Preferensi Pakan dan Perilaku Makan Walabi Lincah (Macropus agilis Peters and Doria, 1875) di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Achmad Machmud Thohari DEA dan Bapak Dr Ir Burhanuddin Masyud MS selaku pembimbing, serta Bapak Agung, Ibu Fitri dan staf-staf Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta yang telah mengizinkan saya melakukan penelitian. Bapak Panji, Bapak Marimin dan karyawan bagian nutrisi yang telah membantu selama pengumpulan data. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman Anggrek Hitam (KSHE 46), Fitri Indryanti, Agustina Pertisia Ginting, Muhammad Ismail, Adisty Permatasari, Riska Yuni Kartika, Nina Hanifah, Esty Puri, Ella Nabillah dan Vidya atas dukungannya. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Suharjo, Ibu Slamet, Mas Eko Sularto serta seluruh keluarga besar Tanto Wijoyo, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, November 2013 Tri Wahyuni

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vii DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR LAMPIRAN vii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan 2 Manfaat 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Bio-Ekologi Walabi Lincah 2 Konsumsi dan Palatabilitas Pakan 4 Konservasi Ex-Situ 4 METODE 5 Lokasi dan Waktu 5 Alat, Bahan dan Satwa 5 Jenis Data yang Dikumpulkan 5 Teknik Pengamatan 6 Analisis Data 7 HASIL DAN PEMBAHASAN 9 Kondisi Kandang Penelitian 9 Preferensi Pakan 9 Perilaku Makan 12 SIMPULAN DAN SARAN 15 Simpulan 15 Saran 15 DAFTAR PUSTAKA 15 LAMPIRAN 18 vi

10 DAFTAR TABEL 1 Kriteria yang diukur dalam menentukan Indeks Neu 8 2 Kandungan nilai gizi pada hijauan pakan walabi lincah 10 3 Rataan jumlah konsumsi pakan per hari walabi lincah (dalam berat basah) di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta 10 4 Rataan jumlah konsumsi pakan per hari walabi lincah (dalam berat kering) di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta 10 5 Indeks dan tingkat preferensi pakan walabi lincah di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta 12 DAFTAR GAMBAR 1 Skema waktu pengamatan 6 2 Jenis pakan walabi lincah yang diberikan dalam penelitian (a) singkong, (b) wortel, (c) kangkung, dan (d) daun kacang tanah 11 3 Persentase palatabilitas pakan walabi lincah di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta 11 4 Perilaku makan walabi lincah di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta 13 5 Frekuensi perilaku makan walabi lincah jantan dan betina di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta 14 6 Presentase perilaku makan walabi lincah jantan dan betina di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta 14 DAFTAR LAMPIRAN 1 Jumlah pakan yang diberikan dan dikonsumsi walabi lincah di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta 18 2 Tingkat konsumsi dan palatabilitas pakan walabi lincah di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta 19 3 Preferensi pakan walabi lincah di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta 20 4 Perilaku makan Walabi Lincah di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta 21 5 Dokumentasi walabi lincah di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta 23

11 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Walabi lincah atau kangguru lapang (Macropus agilis Peters and Doria, 1875) merupakan mamalia berkantung yang berasal dari famili Macropodidae dan genus Macropus. Walabi lincah hanya terdapat di Pulau Papua dan merupakan satwa endemik Papua. Walabi lincah termasuk satwa herbivora yang makanan utamanya rumput (grazer). Habitat walabi lincah berada di hutan campuran dan savana. Penyebaran walabi lincah di Papua berada di savana Kankania, savana Ukra, savana Mblatar dan savana Maar (membentang sepanjang wilayah Republik Indonesia-Papua Nugini), sedangkan di luar Indonesia dapat ditemukan di wilayah timur laut Western Australia, Northren Territory Australia serta wilayah utara dan timur Queensland. International Union for Conservationb of Nature and Natural Resources (IUCN) memasukkan kangguru ke dalam daftar merah (Redlist) dengan kategori Least Concern (beresiko rendah terhadap kepunahan). Walabi lincah termasuk kategori jenis-jenis binatang liar yang dilindungi berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 247/Kpts/Um/4/1979. Walabi lincah saat ini semakin rentan, serta populasinya di alam mengalami penurunan. Hal ini disebabkan masih banyaknya perburuan dan perubahan habitat savana yang disebabkan oleh invasi tumbuhan lain seperti Melaleuca sp dan Eucalyptus sp. Walabi lincah oleh masyarakat asli Papua digunakan untuk pangan. Permasalahan lain selain perubahan habitat aslinya yaitu adanya persaingan habitat dengan rusa timor (Rusa timorensis), serta pembakaran hutan oleh penduduk asli Papua untuk pembukaan lahan. Permasalahan-permasalahan ini dapat diatasi dengan adanya pelarangan pembakaran lahan serta pembatasan perburuan oleh penduduk Papua, serta adanya penanaman kembali tanaman savana. Oleh karena itu diperlukan suatu upaya pengembangan secara ex-situ melalui penangkaran dalam rangka penyelamatan dan konservasi satwa ini. Aspek-aspek yang perlu diketahui dalam kegiatan penangkaran terutama dalam kegiatan menyejahterakan satwa menurut Novriyanti (2011) antara lain pengadaan bibit, seleksi bibit, adaptasi, pengelolaan pakan, perawatan kesehatan dan pengendalian penyakit, reproduksi dan pembesaran anak, serta pemanenan dan pencatatan (studbook) setiap kelahiran. Salah satu aspek yang sangat berpengaruh dalam kegiatan penangkaran adalah penyediaan pakan. Pakan yang diberikan di penangkaran harus sesuai dengan kebiasaan (habit) dan kebutuhan serta perilaku makan walabi lincah baik kualitas maupun kuantitas. Berdasarkan Tamaszeswska et al. (1991) untuk keberhasilan budidaya suatu spesies hewan, perlu diketahui tingkah laku untuk mencari, mendapatkan, menyeleksi, makan dan lain sebagainya menyangkut pemenuhi kebutuhan hewan tersebut akan makanannya. Informasi tentang tingkah laku makan walabi lincah di penangkaran sangat terbatas. Oleh karena itu, adanya informasi mengenai perilaku makan dan tingkat kesukaan makanan penting untuk diketahui sebagai data dasar dalam mendukung upaya konservasi walabi lincah. Salah satu lembaga konservasi yang melakukan pemeliharaan walabi adalah Kebun Bintang Gembira Loka Yogyakarta. Untuk itu penelitian tentang preferensi dan perilaku makan walabi lincah dilakukan di kebun binatang ini.

12 2 Tujuan Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui preferensi pakan dan perilaku makan walabi lincah (Macropus agilis Peters and Doria, 1875) di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta. Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam pengelolaan secara ek-situ walabi lincah (Macropus agilis Peters and Doria, 1875). TINJAUAN PUSTAKA Bio-Ekologi Walabi Lincah Taksonomi Walabi lincah (M. Agilis) merupakan mamalia berkantung yang memiliki kandungan ganda. Menurut Petocz (1987) taksonomi walabi lincah sebagai berikut: Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Sub Phylum : Vertebrata Class : Mamalia Ordo : Diprotodontia Famili : Macropodidae Genus : Macropus Spesies : Macropus agilis (Peters and Doria, 1875) Morfologi Walabi dewasa memiliki bobot 19 Kg pada jantan dan 11 Kg pada betina dan panjang tubuh rata-rata dapat mencapai mm. Punggung walabi lincahberwarna seperti pasir putih lain yang mencolok dan bebat putih yang melingkari pinggul. Satu garis putih lain yang mencolok menghiasi mukanya dan menjulur dari moncong lewat pipi sampai tepat di bawah mata. Moncongnya berwarna gelap hitam sampai kelabu ke arah mata. Walabi lincah adalah mamalia yang memiliki kaki belakang yang panjang serta kuat dan memiliki kaki depan yang pendek serta ekor yang panjang dan kuat. Kaki belakang digunakan terutama pada saat berlari, sedangkan pada saat berjalan dibantu oleh kaki dan ekor yang diseret ke tanah. Kaki depan selain untuk membantu pada saat berjalan, digunakan juga untuk memasukan makanan ke dalam mulut. Ekornya digunakan sebagai alat keseimbangan dan membantu mendorong pada saat melompat seperti fungsi pegas. Walabi lincah juga menggunakan ekor sebagai penopang saat duduk dan pada saat sedang berkelahi. Terdapat empat jari dimana jari kedua dan ketiga berukuran kecil dan bersambungan satu sama lain dengan kulit kecuali pada bagian ujungnya (Merchant 1998). 2

13 3 Biologi Walabi lincah betina menghasilkan satu anak dalam setahun. Anak walabi lincah yang lahir berada di dalam kantong memiliki bulu lengkap. Anak walabi lincah akan berada di kantung selama 7-8 bulan. Anak walabi lincah akan meninggalkan induknya dan hidup mandiri sekitar umur bulan (Sitorus 2008). Umur rata-rata walabi lincah berdasarkan Suprajitno (2007) diperkirakan mencapai umur 20 tahun. Walabi lincah merupakan satwa herbivora. Makanan utama dari walabi lincah adalah rumput (grazer) tetapi ia dapat juga mengonsumsi akar rumput, daun dan buah. Jenis pakan walabi yang berada di savana campuran menurut Sitorus (2008) yaitu rumput wang (Rhynchelytrun repens), peya (Sporobolus diander), paku-pakuan (Centipeda minima), kororow (Cyperus pygmaeus), awoeylu (Eleocharis retroflexa), palala gilgil (Hedyotis sp), omasa (Cassyta fillliformisa) dan kelwasinggo (Vitrifolia var). Menurut Petocz (1994) walabi menyukai rerumputan dari jenis Imperata sp dan dedaunan seperti Melaleuca. Habitat dan Penyebaran Menurut Balai Taman Nasional Wasur (1999), penyebaran walabi lincah di TN Wasur Merauke berasosiasi pada ekosistem savana yang luas dan berhubungan dengan sumber-sumber air atau daerah tangkapan air hujan berupa rawa-rawa permanen yang merupakan sumber air minum bagi satwa pada musim kemarau. Menurut Rianto (2000) bahwa di TN Wasur, walabi lincah dapat dijumpai di daerah-daerah seperti pada hutan campuran, habitat merupakan daerah yang relatif bergelombang, tidak tergenang pada musim hujan, sehingga kering sepanjang tahun. Beberapa tempat yang menjadi konsentrasi populasi walabi lincah antara lain savana Kankania, savana Ukra, savana Mblatar dan savana Maar (membentang sepanjang wilayah Republik Indonesia Papua Nugini). Jenis vegetasi yang berada di daerah savana dominannya adalah rumput kasim (Phragmites karka), alang-alang (Imperata cylindrica) dan gegirinting (Cynodon dactylon). Perilaku Perilaku satwa adalah respon atau ekspresi satwa terhadap rangsangan atau stimulus atau agent yang mempengaruhinya. Rangsangan dibagi menjadi dua macam yaitu rangsangan dalam dan rangsangan luar. Rangsangan dalam antara lain adalah faktor fisiologis, sekresi hormon, dan faktor motivasi. Perilaku merupakan suatu aktivitas yang perlu melibatkan fungsi fisiologis. Setiap macam perilaku melibatkan penerimaan rangsangan melalui panca indera. Kebanyakan perilaku yang diarahkan untuk suatu tujuan, seperti makan, minum, tidur, dan seksual. Menurut Tamaszewska et al. (1991), waktu yang digunakan oleh hewan untuk makan tergantung pada spesies hewan tersebut, persediaan makanan, iklim maupun status fisiologinya seperti pertumbuhan, periode akhir kebuntingan, laktasi dan juga satwa dewasa yang tidak bunting maupun laktasi. Petocz (1994) menyatakan bahwa walabi dapat aktif pada waktu siang dan malam hari, namun interval waktunya belum diketahui secara pasti, satwa ini sangat suka berkumpul. Nowak (1991) menyatakan bahwa walabi lincah merupakan spesies yang suka hidup secara berkelompok dimana dalam kelompok tersebut terdiri dari banyak

14 4 betina yang membagi wilayah untuk beristirahat dan makan. Burian (2002) diacu dalam Sitorus (2008) menyatakan bahwa walabi lincah biasa hidup dalam kelompok dalam jumlah populasi diatas sepuluh individu dan kumpulan kelompok yang yang lebih besar dapat terjadi ketika sedang melakukan aktivitas makan. Pakan Pakan merupakan segala sesuatu yang dapat dimakan tanpa menganggu kesehatan tubuh. Pakan terdiri dari hijauan maupun konsentrat. Hijauan adalah bahan makanan yang mengandung >90 % serat kasar, sedangkan konsentrat adalah bahan makanan yg mengandung kadar serat kasar (max 18%) yg merupakan bagian dari karbohidrat yg tdk mengandung nitrogen (makanan yg pekat). Walabi lincah merupakan satwa herbivora yang pakan utamanya adalah rumput (grazer). Berdasarkan Tomaszeweska (1991) satwa herbivora lebih suka memakan daun daripada batang atau bahan dengan warna hijau (muda) daripada bahan yang kering (tua). Pakan walabi di penangkaran berupa rumput, sayuran maupun buah. Jenis pakan yang diberikan pada walabi lincah di penangkaran menurut Rianto (2008) yaitu kangkung rawa, rumput gajah, alang-alang dan rumput kasim. Kebutuhan akan pakan walabi lincah di dalam penangkaran, terpenuhi dari pihak pengelola. Konsumsi dan Palatabilitas Pakan Tillman et al. (1991) menyatakan bahwa konsumsi adalah jumlah pakan yang dimakan dan yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup hidup pokok dan produksi. Faktor yang dapat mempengaruhi tingkat konsumsi adalah tingkat kesukaan satwa, kandungan energi bahan pakan, komposisi zat-zat makanan, suhu lingkungan, proses adaptasi serta ketersedian pakan. Suprajitno (2007) menyatakan bahwa tingkat konsumsi walabi lincah rata-rata 0.95 kg/hari/ekor atau sebesar 20 % dari bobot tubuh. Palatabilitas makanan adalah derajat kesukaan pada makanan tertentu yang terpilih dan dimakan. Berdasarkan Provenza (1995), preferensi makan sebagai interaksi antara rasa dan umpan balik postingestive, ditentukan oleh kondisi fisiologis hewan dan karakteristik kimia makanan. Preferensi makan akan meningkat ketika nutrisi makanan memadai dan akan menurun jika kekurangan gizi. Satwa menyukai makanan tertentu dari kebiasaan, dan tidak menyukai makanan yang baru. Faktor yang mempengaruhi tingkat kesukaan makanan yaitu rasa atau bau, kandungan nutrisi seperti karbohidrat, protein, lemak, serat kasar, vitamin serta kadar air. Konservasi Ex-Situ Konservasi Ex-Situ merupakan salah satu upaya konservasi satwa di luar habitat aslinya. Lembaga konservasi ex-situ ada di Indonesia, yaitu Taman Satwa, Taman Satwa Khusus, Pusat Rehabilitasi, Kebun Binatang, Taman Safari, Museum Zoologi, Pusat Penyelamatan Satwa, dan Pusat Pelatihan Satwa Khusus. Kebun binatang merupakan salah satu tempat penangkaran satwaliar. Penangkaran 4

15 5 satwaliar menurut PP No 8 Tahun1999 adalah kegiatan memperoleh satwa liar dari habitat alam untuk kepentingan pemanfaatan jenis satwa liar di luar perburuan. Penangkaran satwaliar merupakan salah satu program pelestarian dan pemanfaatan untuk tujuan konservasi dan ekonomi (Takandjandji 2009). Sedangkan berdasarkan Dirjen PHPA (1985) penangkaran adalah semua kegiatan yang berkaitan dengan budidaya flora dan fauna liar dan pengelolaannya menyangkut usaha mengumpulkan bibit, mengembangbiakan, memelihara, membesarkan, dan restocking dengan tujuan mempertahankan kelestarian satwaliar dan tumbuhan alam tersebut, maupun memperbanyak populasinya untuk memenuhi kebutuhan manusia. METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Binatang Gembiro Loka Yogyakarta Provinsi Daerah Istimewa Yoyakarta (DIY). Waktu pelaksanaan selama satu bulan yaitu Mei-Juni dimulai pada tanggal 28 Mei Alat, Bahan dan Satwa Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tempat makan, stopwatch, timbangan, tally sheet, dry wet, alat tulis, kamera dan software Minitab 15. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi jenis pakan. Satwa yang diamati dalam penelitian ini adalah walabi lincah (Macropus agilis). Jenis Data yang Dikumpulkan Data yang dikumpulkan pada penelitian ini berupa data primer yang terdiri dari: a. Pakan meliputi jenis pakan yaitu kangkung (Ipomea reptans), singkong (Manihot utillisima), daun kacang tanah (Arachis hypogaea), dan wortel (Daucus carota), jumlah masing-masing jenis pakan, bentuk penyajian pakan, tempat makan, dan komposisi pakan yang diberikan setiap hari. Berat pakan yang diberikan sebesar 10 % dari berat badan walabi lincah. Metode yang digunakan yaitu metode cafetaria. b. Perilaku makan terdiri atas lamanya waktu makan, perilaku sebelum makan (tidur, istirahat, bermain dan berjalan), perilaku saat makan (mendekati, mengambil, mengunyah, memamahbiak dan berjalan), perilaku setelah makan (tidur, istirahat, bermain dan berjalan), dan cara makan. Pengamatan perilaku ini dengan menggunakan metode Focal Animal Sampling. c. Pemeliharaan selama penelitian yaitu kegiataan yang dilakukan untuk memelihara walabi lincah. Pemeliharaan ini berupa pemberian makan, minum atau dengan perlakuan lainnya.

16 6 Pengamatan perilaku dilakukan dengan interval pengamatan 10 menit. Posisi pengamat pada saat melakukan pengamatan berada di luar kandang. Teknik Pengamatan Pengamatan pakan dilakukan secara langsung di lokasi penangkaran walabi lincah, dengan menghitung jumlah konsumsi, palatabilitas dan preferensi pakan. Konsumsi pakan dengan menimbang jumlah pakan masing-masing jenis pakan yang diberikan dikurangi dengan jumlah pakan sisa. Pengamatan perilaku makan dilakukan secara langsung dengan mata telanjang di lokasi penangkaran walabi lincah. Waktu pengamatan dimulai sejak Kebun Binatang Gembira Loka dibuka pukul sampai tutup pukul Pukul pengamat melakukan penimbangan, penyeleksian dan penyajian pakan, dan pada pukul melakukan pengamatan perilaku makan walabi sebelum diberikan pakan. Pakan diberikan pada pukul dan pada pukul pengamatan perilaku makan walabi saat dan setelah makan dengan menggunakan interval 10 menit. Skema waktu pengamatan preferensi dan perilaku makan ini tercantum pada Gambar 1. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama ± 1 bulan. Pengamatan perilaku walabi dilakukan selama 27 hari, dimana pengamatan dilakukan 3 hari selama 3x ulangan per individu walabi. Penanda walabi jantan, betina dan anakan dengan penandaan sementara dengan menggunakan pewarna makanan di bagian atas ekor. Sedangkan preferensi pakan dilakukan selama 14 hari. Pengamatan kondisi lingkungan setiap hari dilakukan dengan mengukur suhu dan kelembaban kandang. Hal ini digunakan untuk membandingkan perilaku walabi saat suhu dan kelembaban yang berbeda. Gambar 1 Skema waktu pengamatan 6

17 7 Wawancara Wawancara dilakukan terhadap keeper atau perawat walabi lincah di Kebun Binatang Gembiraloka. Wawancara dilakukan guna mengetahui jenis pakan yang diberikan untuk walabi lincah. Analisis Data Data dan informasi yang diperoleh berdasarkan hasil observasi dianalisis berdasarkan jenis dan klasifikasi data yang dikumpulkan. Data yang dikumpulkan tersebut terbagi dalam kelompok, yakni preferensi pakan dan perilaku makan di penangkaran. Konsumsi Pakan Data dilakukan analisis secara kuantitatif untuk mendapatkan besaran konsumsi. Banyaknya pakan yang dikonsumsi oleh masing-masing walabi per hari dihitung rata-ratanya selama pengamatan dan dihitung selisih antara sebelum dan sesudah pemberian pakan. Besarnya konsumsi setiap jenis pakan dihitung dengan cara sebagai berikut: K = BK 0 -BK 1 Keterangan: K = konsumsi pakan (kg) BK 0 = berat kering pakan mula-mula (kg) BK 1 = berat kering pakan sisa (kg) Palatabilitas Pakan Palatabilitas pakan diketahui dengan melihat jenis pakan yang disukai berdasarkan bentuk dan komposisi pakan yang diberikan. Tingkat palatabilitas merupakan tingkat konsumsi masing-masing jenis ransum, sedangkan untuk menghitung besarnya palatabilitas pakan adalah dengan rumusan sebagai berikut: Keterangan: K = konsumsi bahan kering pakan walabi (kg) BK o = berat kering pakan sebelum diberikan (kg) TK = tingkat konsumsi kering pakan (kg) Preferensi pakan Analisis kuantitatif yang digunakan yaitu dengan pendekatan Metode Neu (Indeks Preferensi). Menurut Neu et al. (1978) diacu dalam Khadafi (2011), jika w 1 maka jenis pakan tersebut disukai. Nilai w yang didapat dari hasil perhitungan merupakan Indeks Preferensi, maka nilai Indeks Preferensi dari jenis pakan dibagai dalam dua kriteria, yaitu: a. w 1 = disukai b. w 1 = tidak disukai Penentuan Metode Neu (Indeks Preferensi) menurut Neu et al. (1978) diacu dalam Khadafi (2011) dapat dilihat pada Tabel 1.

18 8 Tabel 1 Kriteria yang diukur dalam menentukan Indeks Neu Jenis Ketersedian Penggunaan Indeks preferensi Pakan b p n u e w b x 1 a 1 p 1 n 1 u 1 e 1 w 1 b 1 x 2 a 2 p 2 n 2 u 2 e 2 w 2 b 2 : : : : : : : : x n a n p n n n u n e n w n b n Jumlah 1,00 1,00 Keterangan: a = jumlah pakan kangguru tanah yang teramati p = proporsi jumlah pakan kangguru tanah yang teramati n = jumlah masing-masing jenis pakan yang teramati dimakan walabi lincah u = proposi jumlah masing-masing pakan yang teramati dimakan walabi lincah (n i / n) e = nilai harapan w = indeks preferensi (u i /p i ) b = indeks seleksi yang distandarkan (w i / w) Perilaku makan Data hasil pengamatan perilaku makan di dalam kandang dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Secara kualitatif dengan mendiskripsikan perilaku walabi lincah sebelum, saat dan setelah makan. Analisis yang digunakan yakni dengan uji Chi-Square (X 2 ). Hipotesa yang diuji yaitu: H0 = Jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap lamanya waktu makan H1 = Jenis kelamin berpengaruh terhadap lamanya waktu makan Hipotesa tersebut diuji dengan menggunakan rumus (Walpole 1993): Keterangan: X 2 = Nilai uji O i = Frekuensi hasil pengamatan E i = Frekuensi harapan I = Kategori ke-i Pengambilan kesimpulan atas uji hipotesis tersebut dilakukan dengan kriteria sebagai berikut : Jika X 2 hitung > X 2 tabel, maka tolak H 0 dan terima H 1 Jika X 2 hitung < X 2 tabel, maka terima H 0 dan tolak H 1 Pengujian akan dilakukan pada selang kepercayaan 95% dengan derajat bebas (db) = (b-1)(k-1), dengan b adalah baris dan k adalah kolom. 8

19 9 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Kandang Penelitian Berdasarkan data hasil pengamatan selama di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta bahwa suhu rata-rata pada setiap hari adalah 24 o C sampai dengan 30 o C. Berdasarkan Petocz (1987) suhu rata-rata harian dalam Taman Nasional Wasur yang merupakan habitat walabi lincah adalah 26.5 o C. Kisaran suhu tersebut mengalami fluktuasi, namun tidak mempengaruhi aktivitas walabi lincah. Secara keseluruhan walabi lincah dapat menyesuaikan diri terhadap suhu lingkungan. Keadaan tersebut masih dapat ditolerir oleh walabi lincah. Kontruksi kandang walabi lincah di Kebun Binatang Gembira Loka yaitu terbuat dari tembok dengan bagian atasnya dilapisi kawat, yang memungkinkan pengunjung dapat melihat walabi lincah. Luas kandang walabi 4 m x 4 m, dengan jumlah walabi 8 ekor yang terdiri dari 2 ekor jantan, 4 ekor betina dan 2 ekor anakan. Lantai kandang walabi lincah berupa tanah serta terdapat sebagian lantai yang berupa semen. Didalam kandang juga terdapat shelter yang terbuat dari kayu, cover, tempat makan dan tempat minum. Kondisi kandang walabi lincah tersebut cukup baik, sebab terdapat shelter maupun cover. Letak kandang di Kebun Binatang Gembira Loka cukup dekat dengan jalan yang dilewati para pengunjung, serta di sebelahnya terdapat kandang harimau putih, sehingga banyak pengunjung yang berhenti dikandang harimau putih, yang turut mempengaruhi aktivitas walabi. Aktivitas pengunjung ini menyebabkan walabi lincah menjadi terganggu. Oleh karena itu kesejahteraan walabi di Kebun Binatang Gembira Loka perlu diperhatikan oleh pihak pengelola. Kesejahteraan satwa (animal welfare) menurut Gregory (1998) yang menyatakan bahwa satwa yang dipelihara harus bebas dari rasa haus, lapar dan kekurangan nutrisi; perlengkapan yang tepat untuk kenyamanan dan ketersediaan shelter; pencegahan atau diagnosa yang cepat dan bebas luka, penyakit dan parasit; bebas dari rasa tertekan dan stress; dan mampu menunjukan pola perilaku alami seperti di habitat aslinya. Preferensi Pakan Konsumsi Pakan Kandungan nilai gizi pakan hijauan yang diberikan (kangkung, wortel, daun kacang tanah, singkong) disajikan dalam Tabel 2. Hasil analisis konsumsi pakan basah didapatkan rataan jumlah konsumsi pakan walabi lincah per individu secara berurutan dari yang terbanyak yaitu kangkung, wortel, daun kacang tanah dan singkong seperti pada Tabel 3. Sedangkan berdasarkan rataan jumlah konsumsi pakan bahan kering per individu didapatkan hasil secara berurutan yaitu daun kacang tanah, wortel, singkong dan kangkung seperti dicantumkan pada Tabel 4.

20 10 Kandungan Gizi (%) Tabel 2 Kandungan nilai gizi pada hijauan pakan walabi lincah Jenis Pakan Kangkung 1) Wortel 2) Daun kacang tanah 3) Singkong 4) Kadar air Karbohidrat Protein Lemak , Serat Keterangan: 1) Ashari 1995 diacu dalam Zulaedah 2005; 2) Cahyono 1996; 3)Prasetyo 2003; 4) Darjanto & Murjianto 1958 diacu dalam Ciptadi & Nasution 1981 Tabel 3 Rataan jumlah konsumsi pakan per hari walabi lincah (dalam berat basah) di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta No Jenis Pakan Rataan Jumlah Konsumsi Pakan (kg/hari/ind) 1 Kangkung Ipomea reptans Wortel Daucus carota Daun kacang tanah Arachis hypogaea Singkong Manihot utillisima 0.06 Jumlah rata-rata 0.59 Tabel 4 Rataan jumlah konsumsi pakan per hari walabi lincah (dalam berat kering) di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta No Tingkat konsumsi pakan Jenis pakan (kg/hari/ind) 1 Daun kacang tanah Arachis hypogaea Kangkung Ipomea reptans Singkong Manihot utillisima Wortel Daucus carota 0.02 Jumlah rata-rata 0.16 Jumlah rataan konsumsi pakan bahan basah sebesar 0.59 kg/hari/ind, sedangkan konsumsi pada pakan kering sebesar 0.16 kg/hari/ind. Tingkat konsumsi pakan pada walabi jantan sebesar 3.10 % dari berat tubuh 19 kg, sedangkan walabi betina sebesar 5.36 % dari berat badan 11 kg (Merchant 1976). Berdasarkan hasil yang diperoleh tingkat konsumsi walabi berbeda dengan hasil penelitian Suprajitno (2007) tingkat konsumsi walabi lincah rata-rata 0.95 kg/hari/ind atau 20 % dari bobot tubuh. Hal ini dikarenakan pemberian jumlah makan tidak dihitung berdasarkan proporsi bobot tubuh walabi, hanya sesuai dengan kecukupan walabi akan makan setiap harinya. Pakan walabi diberikan sekali dalam sehari pada pagi hari. Jenis pakan kangkung dan wortel diberikan dalam keadaan segar. Sedangkan untuk daun kacang tanah dan singkong pengelola dipasoknya dari pengumpul yang 10

21 11 mengirimnya dua kali dalam seminggu. Kangkung, wortel dan daun kacang tanah diberikan dalam keadaan utuh, sedangkan Singkong diberikan dalam keadaan sudah dipotong-potong seperti tercantum pada Gambar 2. (a) (b) (c) (d) Gambar 2 Jenis pakan walabi lincah yang diberikan dalam penelitian (a) singkong, (b) wortel, (c) kangkung, dan (d) daun kacang tanah Palatabilitas Pakan dan Indeks Preferensi Pakan Berdasarkan hasil perhitungan diketahui kangkung sebesar 95%, wortel 91.67%, daun kacang tanah 47.09% dan singkong 22.86% yang tercantum pada Gambar 3. Gambar 3 Persentase palatabilitas pakan walabi lincah di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan Metode Neu, didapatkan indeks preferensi pakan secara berurutan adalah kangkung, wortel, daun kacang tanah dan singkong (Tabel 5).

22 12 Tabel 5 Indeks dan tingkat preferensi pakan walabi lincah di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta Jenis Pakan Kangkung Ipomea reptans Wortel Daucus carota Daun kacang tanah Arachis hypogaea Singkong Manihot utillisima Ketersediaan Pakan (Kg) Konsumsi Pakan (Kg) Indeks Preferensi (w) Tingkatan Preferensi Walabi lincah merupakan satwa herbivora yang pakan utamanya rumput, tetapi ia dapat mengkonsumsi akar rumput, daun dan buah (Ibnu et al. 2008). Kangkung memiliki palatabilitas dan indeks preferensi pakan tertinggi, sebab walabi menyukai makanan yang berwarna hijau, kadar air tinggi dan tekstur tangkai yang lebih lunak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tomaszewska et al. (1991) bahwa preferensi pakan adalah berbeda di antara jenis satwa herbivora, tetapi semua jenis satwa herbivora lebih suka memakan daun daripada batang atau bahan dengan warna hijau (muda) daripada bahan yang kering (tua). Hasil ini juga sesuai dengan hasil penelitian Rianto (2000), menyatakan bahwa walabi lincah lebih menyukai jenis makan yang banyak mengandung air serta lendir atau getah seperti yang terdapat di dalam kangkung, karena kemungkinan kandungan ini akan memudahkan walabi untuk menghaluskan dan mencerna makanan tersebut. Provenza (1995) menyatakan bahwa tingkat preferensi suatu makanan akan meningkat ketika nutrisi makanan memadai serta satwa menyukai makanan tertentu dari kebiasaan. Berdasarkan pernyataan ini walabi menyukai kangkung, sebab terbiasa dengan pakan yang diberikan pengelola. Perilaku Makan Perilaku makan merupakan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan pada saat satwa makan untuk pemenuhan akan energi dan lain sebagainya guna mempertahankan kelangsungan hidupnya (Tomaszewska et al. 1991). Perilaku makan yang diamati pada walabi lincah terdiri dari perilaku perilaku sebelum, saat dan setelah diberikan makan. Hasil pengamatan perilaku makan walabi lincah sebelum pakan disediakan diketahui ada beberapa perilaku yaitu tidur, istirahat, bermain, berjalan mencari makan didalam kandang. Rianto (2000) menyatakan bahwa sebelum melakukan aktivitas makan biasanya walabi melakukan pemilihan terhadap jenis makan, yaitu dengan mendekati dan mencium tempat makan terlebih dahulu, setelah itu mencoba atau merasakan makanan tersebut. Jika makanan yang dicoba tidak disukai maka walabi tersebut mendekati makanan yang lain. Namun, jika makanan tersebut disukai, maka walabi lincah akan mengambil, mengunyah dan memamahbiak makanan tersebut. Secara umum perilaku makan walabi lincah yaitu berjalan 12

23 13 mendekati makanan dengan mengendus-endus (mencium), mengambil, mengunyah dan memamahbiak makanan tersebut. Walabi lincah dalam melakukan pengambilan makanan yang biasanya dilakukan secara langsung dengan mulutnya atau dengan menggunakan kaki depannya. Berdasarkan Rianto (2000) untuk mengambil makanan, walabi lincah biasanya langsung menggunakan mulutnya, sedangkan kaki depan digunakan untuk memegang dan memasukkan makanan ke mulutnya. Walabi melakukan perilaku makan secara berkelompok yang tercantum pada Gambar 4.. Gambar 4 Perilaku makan walabi lincah di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta Hasil pengamatan juga diketahui waktu aktivitas makan walabi lincah yaitu pada pukul Hal ini dikarenakan pakan yang disediakan masih dalam keadaan segar. Waktu aktivitas makan ini juga tergantung pada keadaan cuaca. Saat hujan walabi lincah menghabiskan waktu untuk istirahat dan setelah hujan reda walabi melanjutkan perilaku makan. Pukul mengalami penurunan perilaku makan, karena walabi lincah melakukan aktivitas istirahat. Peningkatan aktivitas makan dilakukan pada pukul , namun perilaku makan pada waktu ini mengalami penurunan jika dibandingkan pada pukul Tomaszewska et al. (1991) menyatakan bahwa waktu yang digunakan oleh satwa untuk makan tergantung pada spesies satwa itu sendiri, status fisiologisnya (seperti pertumbuhan, periode akhir kebuntingan, laktasi dan juga satwa yang tidak bunting, tidak laktasi dan satwa dewasa), serta tipe dan persediaan makanan. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka waktu makan walabi lincah tergantung dengan persediaan makanan yang diberikan pengelola. Hal ini dapat terlihat dari waktu yang efektif digunakan walabi untuk makan yaitu pada waktu persediaan makanan tercukupi. Disela-sela waktu makannya terkadang walabi terlihat melakukan gerakan memuntahkan makanannya ke lantai kandang kemudian makanan yang dimuntahkan tersebut dimakan kembali. Berdasarkan perhitungan Uji Chi-Square (X 2 ) diketahui bahwa jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap perilaku makan (P > 0.05). Hal ini menunjukkan perilaku makan walabi jantan dan betina tidak jauh berbeda, umumnya rangkaian perilkau makan yang terlihat mencakup berjalan, mendekati, mengambil, mengunyah dan memamahbiak.

24 14 Berdasarkan hasil perbandingan frekuensi dan persentase perilaku makan ternyata walabi jantan lebih banyak melakukan perilaku makan dibandingkan dengan walabi betina ( Gambar 5). Gambar 5 Frekuensi perilaku makan walabi lincah jantan dan betina di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta Walabi jantan lebih sering melakukan perilaku makan dibandingkan dengan walabi betina, sebab walabi betina sedang mengendong anak didalam kantongnya yang menyebabkan penurunan perilaku makan. Walabi betina lebih sering melakukan perilaku istirahat dibandingkan dengan perilaku makan. Persentase perilaku makan walabi jantan per hari sebesar 61 %, sedangkan walabi betina per hari sebesar 39 % (Gambar 6). Gambar 6 Presentase perilaku makan walabi lincah jantan dan betina di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta Setelah melakukan perilaku makan walabi lincah akan meninggalkan tempat makanannya, beristirahat, bermain, minum dan membersihkan bulu dengan cara dijilatin. Kegiatan ini lebih sering terjadi pada waktu siang hari dimana setelah melakukan perilaku makan sambil berteduh di bawah pohon. Selama aktivitas istirahat, jika terlihat banyak pengunjung maka, walabi akan berjalan menghampiri para pengunjung, karena beberapa pengunjung memberikan makanan dengan cara melempar ke dalam kandang. Pengunjung memberikan makanan berupa kacang dan pisang, serta dedaunan yang jatuh di 14

25 15 sekitar area luar kandang walabi. Hal ini menyebabkan terbiasanya walabi untuk pengunjung menghampiri pengunjung, serta menyebabkan perilaku makan yang berubah. Pemeliharaan walabi lincah yang dilakukan di Kebun Binatang Gembira Loka dengan cara membersihkan kandang setiap hari oleh keeper dengan cara disapu dan pemberian makanan, serta pemberian minum. Kesehatan walabi lincah dipantau sekali dalam seminggu dan setiap hari dipantau keadaannya dari luar kandang. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Jumlah rataan konsumsi, palatabilitas serta indeks preferensi pakan tertinggi oleh walabi lincah ditunjukan pada jenis pakan kangkung, sebab diduga walabi menyukai pakan yang memiliki kandungan kadar air yang tinggi, berwarna hijau serta struktur tangkai daun yang lunak. Perilaku walabi lincah sebelum pakan disediakan yaitu tidur, istirahat, bermain, serta mencari makan didalam kandang. Sedangkan perilaku saat pakan tersedia didalam kandang yaitu berjalan, mendekati tempat pakan serta mengendus-endus (mencium) pakan tersebut, mengambil, mengunyah dan memamahbiak. Perilaku setelah makan yaitu meninggalkan tempat makan, beristirahat, bermain, minum, membersihkan bulu dengan cara dijilatin. Perilaku yang paling khas saat melakukan perilaku makan yaitu walabi memuntahkan makannya ke lantai kandangnya kemudian memakannya kembali. Saran Pemberian pakan walabi sebaiknya dilakukan lebih awal sebelum pukul 10.30, agar sayuran masih segar. Pakan yang diberikan sebaiknya disesuaikan dengan proporsi berat badan dari keseluruhan walabi lincah. Pemeliharaan kesehatan walabi lincah diharapkan setiap seminggu sekali untuk dipantau kesehatannya dan dilakukan secara berkala. Sebaiknya pengelola menyediakan pakan walabi lincah untuk dibeli pengunjung, dan pengunjung dilarang membawa makanan sendiri. DAFTAR PUSTAKA [BTNW] Balai Taman Nasional Wasur Rencana Pengelolaan Taman Nasional Wasur Buku II (Data, Analisis, dan Proyeksi). Merauke: Departemen Kehutanan dan Perkebunan, Direktorat Jenderal Perlindungan dan Konservasi Alam, Balai Taman Nasional Wasur

26 16 [Dirjen] Direktorat Jenderal PHPA Proceeding Diskusi: Penangkaran Buaya Sebagai Salah Satu Bentuk Pemanfaatan Untuk Menunjang Perekonomian Departemen Kehutanan, Direktorat Jenderal PHPA. Balai Konservasi Sumberdaya Alam III. Bogor Aini F Preferensi dan kandungan nutrisi pakan orangutan sumatera (Pongo abelii lesson, 1827) di stasiun penelitian hutan lindung Batang Toru, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Anggraeni R Perilaku yang berhubungan dengan pola makan walabi kecil (Darcopsulus vanheurni) betina di penangkaran pada siang hari [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Bagus BA Tingkah laku kancil (Tragulus javanicus) yang berhubungan dengan aktivitas makan di penangkaran [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Cahyono R Pemanfaatan wortel untuk produksi minuman sehat pencegah diare bervitamin B-12 melalui proses fermentasi laktat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Ciptadi W, Nasution ZM Pengolahan umbi ketela pohon. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Gregory NG Animal Walfare and Meat Science. Wallingford (US): CABI. Ibnu M, Setiawan A, Kartono AP Mamalia Dilindungi Perundang- Undangan Indonesia. Jakarta (ID): LIPI Press Mellor DJ, Beausoleil NJ, Stafford KJ Marking amphibians, reptiles and marine mammals: animal welfare, practicalities and public perceptions in New Zealand. Department of Conservation, Wellington, New Zealand. 55 p. Merchant JC Complete Book Of Autralian Mammals. Strahan R, editor. Sydney: Australian Museum. Merchant JC Breeding biology of The agile Wallaby, Macropus agilis (Gould) (Marsupialia; Macropodidae) in captivity. Australia (AU). Nowak RM Walker s Mammals of The World-Volume 1. London (GB): The John Hopkins University Press. Petocz R Mamalia Darat Irian Jaya. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama. Petocz R Konservasi Alam dan Pembangunan di Papua: Strategi Pemanfaatan Sumber Daya Alam Secara Nasional. Jakarta (ID): PT. Temprint. Prasetyo T, Muryanto, Setiani C Sistem integrasi kacang tanah-ternak di lahan kering Jawa Tengah. Seminar Nasional Sistem Integrasi Tanaman- Ternak. Provenza FD Origins of food preference in herbivores. National wildlife research center repellents conference I hlm.29. Rianto MS Tingkah laku walabi lincah (Macropus agilis) dalam penangkaran [skripsi]. Manokwari (ID): Universitas Cendrawasih. Sitorus F Pendugaan parameter demografi dan pola sebaran spasial walabi lincah (Macropus agilis papuanus Peters and dorio, 1875) di kawasan Taman Nasional Wasur Papua. Media konserv 13(2): Suprajitno A Pendugaan model pertumbuhan populasi dan daya dukung habitat walabi lincah (Macropus agilis papuanus Peters and 16

27 Doria, 1875) di Taman Nasional Wasur [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Takandjandji M Desain Penangkaran Rusa Timor Berdasarkan Analisis Komponen Bio-Ekologi dan Fisik di Hutan Penelitian Darmaga, Bogor [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Tomaszewska MW, Sutama IK, Putu IG, Chaniago TD Reproduksi, tingkah laku dan produksi ternak di Indonesia. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka. Troughton ELG Descriptions of some New Guinea mammals. Records of the Australian Museum 20(2): Waithman J A report on a collection of mammals from southwest Papua, Australia Zoologist 20: Zulaedah S Penjadwalan pemasokan larutan nutrisi pada sistem aeroponik tanaman kangkung (Ipomea sp) menggunakan Artifical Neural Network dan Genetic Algoritme [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 17

28 18 Lampiran 1 Jumlah pakan yang diberikan dan dikonsumsi walabi lincah di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta Jumlah pakan yang diberiakan Jumlah pakan sisa (kg) Jumlah pakan yang dikonsumsi (kg) Hari ke- (kg) Kk Sk Rd Wt Kk Sk Rd Wt Kk Sk Rd Wt Jumlah Rata-rata Keterangan : Kk = Kangkung; Sk = Singkong; Rd = Daun kacang tanah; Wt = Wortel 18

29 19 19 Lampiran 2 Tingkat konsumsi dan palatabilitas pakan pada semua individu walabi lincah yang diteliti di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta (kg/hari) Jenis Pakan kadar air (%) BB0 (kg) BB1 (kg) BK0 (kg) BK1 (kg) Tingkat konsumsi berat basah (kg/hari) Tingkat Konsumsi berat basah (kg/ind/ hari) Tingkat konsumsi berat kering (kg/hari) Tingkat Konsumsi berat kering (kg/ind/ hari) Palatabilitas pakan (%) Kangkung Singkong Daun kacang tanah Wortel Jumlah Keterangan: BBo = Berat basah pakan awal; BB1 = Berat basah sisa pakan; BKo= Berat kering pakan awal; BK1 = Berat kering sisa pakan

30 20 20 Lampiran 3 Preferensi pakan walabi lincah di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta Jenis Pakan Ketersedian Penggunaan Indeks preferensi Tingkat kesukaan a p n u e w b Kangkung Wortel Daun kacang tanah Singkong Jumlah 1 4, Keterangan : a = jumlah pakan; p = proporsi jumlah pakan; n = jumlah masing jenis pakan yang dimakan; u = proporsi jumlah masing-masing pakan yang dimakan (ni/ n); e = nilai harapan; w = indeks preferensi (ui/pi); b = indeks seleksi yang distandarkan (wi/ wi)

31 21 Lampiran 4 Perilaku makan Walabi Lincah di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta *Saat diberi makan Ulangan ke- 1 2 Hari ke- Walabi Jantan Perilaku walabi lincah Mendekati Mengam Memah Mengunyah -bil -biak Berja -lan Jumlah *Setelah diberi makan Ulangan ke- Hari ke- Perilaku walabi lincah Tidur Istirahat Barmain Berjalan Jumlah

32 22 Lampiran 5 Perilaku makan Walabi Lincah di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta (lanjutan) *Saat diberi makan Ulangan ke- 1 2 Hari ke- Walabi Betina Perilaku walabi lincah Mendekati Mengam Memah Mengunyah -bil -biak Berja -lan Jumlah *Setelah diberi makan Ulangan ke- Hari ke- Perilaku walabi lincah Tidur Istirahat Barmain Berjalan Jumlah

33 23 Lampiran 6 Dokumentasi walabi lincah di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta Walabi jantan Walabi betina Anakan walabi Sisa pakan walabi lincah Walabi lincah makan Walabi betina minum

34 24 Lampiran 7 Dokumentasi walabi lincah di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta (lanjutan) Walabi lincah istirahat Shelter walabi lincah Kandang walabi lincah 24

35 25 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 26 Februari 1990 di Sukoharjo, Jawa Tengah. Penulis merupakan anak ke dua dari pasangan Bapak Suharjo dan Ibu Slamet. Pada tahun 2009, penulis lulus dari SMA N 1 Tawangsari, serta berhasil masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Konservasi SumberDaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan. Penulis aktif sebagai anggota organisasi kemahasiswaan Himpunan Konservasi SumberDaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) pada tahun sekarang, dan sebagai anggota Kelompok Pemerhati Mamalia (KPM). Pada tahun 2011 penulis mengikuti Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Tangkuban Perahu-Cikeong, Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) pada tahun 2012 dan Praktek Kerja lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Gunung Merapi pada tahun Penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Preferensi Pakan dan Perilaku Makan Walabi Lincah (Macropus agilis Peters and Doria, 1875) di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, dibimbing oleh oleh Dr Ir Achmad Thohari, DEA dan Dr Ir Burhanuddin Masyud, MS.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Penangkaran Rusa Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi (PPPKR) yang terletak di Hutan Penelitian

Lebih terperinci

TINGKAH LAKU MAKAN RUSA SAMBAR (Cervus unicolor) DALAM KONSERVASI EX-SITU DI KEBUN BINATANG SURABAYA

TINGKAH LAKU MAKAN RUSA SAMBAR (Cervus unicolor) DALAM KONSERVASI EX-SITU DI KEBUN BINATANG SURABAYA TINGKAH LAKU MAKAN RUSA SAMBAR (Cervus unicolor) DALAM KONSERVASI EX-SITU DI KEBUN BINATANG SURABAYA VINA SITA NRP.1508 100 033 JURUSAN BIOLOGI Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Terrarium II Taman Margasatwa Ragunan (TMR), DKI Jakarta selama 2 bulan dari bulan September November 2011. 3.2 Materi

Lebih terperinci

KOHABITASI ANTARA WALABI LINCAH

KOHABITASI ANTARA WALABI LINCAH EKOLOGI KUANTITATIF KOHABITASI ANTARA WALABI LINCAH (Macropus agilis papuanus Peters and Doria, 1875) DAN RUSA TIMOR (Cervus timorensis de Blainville, 1822) DI SAVANA CAMPURAN UDIUDI SPTN III TAMAN NASIONAL

Lebih terperinci

POLA PENGGUNAAN RUANG OLEH ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii, LESSON 1827) DI TAMAN MARGA SAWTA RAGUNAN RIZKI KURNIA TOHIR E

POLA PENGGUNAAN RUANG OLEH ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii, LESSON 1827) DI TAMAN MARGA SAWTA RAGUNAN RIZKI KURNIA TOHIR E POLA PENGGUNAAN RUANG OLEH ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii, LESSON 1827) DI TAMAN MARGA SAWTA RAGUNAN RIZKI KURNIA TOHIR E34120028 Dosen Prof. Dr. Ir. Yanto Santosa, DEA PROGRAM STUDI KONSERVASI BIODIVERSITAS

Lebih terperinci

POLA PENGGUNAAN WAKTU OLEH ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii, LESSON 1827) DI TAMAN MARGA SAWTA RAGUNAN RIZKI KURNIA TOHIR E

POLA PENGGUNAAN WAKTU OLEH ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii, LESSON 1827) DI TAMAN MARGA SAWTA RAGUNAN RIZKI KURNIA TOHIR E POLA PENGGUNAAN WAKTU OLEH ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii, LESSON 1827) DI TAMAN MARGA SAWTA RAGUNAN RIZKI KURNIA TOHIR E34120028 Dosen Prof. Dr. Ir. Yanto Santosa, DEA PROGRAM STUDI KONSERVASI BIODIVERSITAS

Lebih terperinci

I. PENDAWLUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAWLUAN. A. Latar Belakang I. PENDAWLUAN A. Latar Belakang Wallaby lincah (Macropus agilis papuanus. Peters and Doria, 1875) merupakan satu dari empat sub spesies Macropus agilis yang penyebarannya terdapat di wilayah selatan kepulauan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Rusa termasuk ke dalam genus Cervus spp yang keberadaannya sudah tentang pengawetan jenis tumbuhan dan satwa mengingat Undang-

I. PENDAHULUAN. Rusa termasuk ke dalam genus Cervus spp yang keberadaannya sudah tentang pengawetan jenis tumbuhan dan satwa mengingat Undang- I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rusa termasuk ke dalam genus Cervus spp yang keberadaannya sudah langka. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang pengawetan jenis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Tapir asia dapat ditemukan dalam habitat alaminya di bagian selatan Burma, Peninsula Melayu, Asia Tenggara dan Sumatra. Berdasarkan Tapir International Studbook, saat ini keberadaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Boer Jawa (Borja) Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan antara kambing Afrika lokal tipe kaki panjang dengan kambing yang berasal

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Burung Tekukur Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang terbentang dari India dan Sri Lanka di Asia Selatan Tropika hingga ke China Selatan dan Asia

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum BBPTU-HPT Baturraden Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang ada

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 24 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Nilai Gizi Pakan Gizi pakan rusa yang telah dianalisis mengandung komposisi kimia yang berbeda-beda dalam unsur bahan kering, abu, protein kasar, serat kasar, lemak kasar

Lebih terperinci

2015 LUWAK. Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian

2015 LUWAK. Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian 2015 LUWAK Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian LUWAK A. Biologi Luwak Luwak merupakan nama lokal dari jenis musang

Lebih terperinci

AKTIVITAS POLA MAKAN DAN PEMILIHAN PAKAN PADA LUTUNG KELABU BETINA

AKTIVITAS POLA MAKAN DAN PEMILIHAN PAKAN PADA LUTUNG KELABU BETINA AKTIVITAS POLA MAKAN DAN PEMILIHAN PAKAN PADA LUTUNG KELABU BETINA (Trachypithecus cristatus, Raffles 1812) DI PUSAT PENYELAMATAN SATWA GADOG CIAWI - BOGOR SKRIPSI AI NURI PRATIWI PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ekologi perilaku ayam hutan hijau (Gallus varius) dilaksanakan di hutan musim Tanjung Gelap dan savana Semenanjung Prapat Agung kawasan Taman

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Orangutan Orangutan merupakan hewan vertebrata dari kelompok kera besar yang termasuk ke dalam Kelas Mamalia, Ordo Primata, Famili Homonidae dan Genus Pongo, dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di penangkaran rusa Hutan Penelitian (HP) Dramaga- Bogor yang dikelola oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian dilaksanakan di kawasan Tambling Wildlife Nature Conservation, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan untuk kegiatan pengamatan dan pengambilan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Orangutan Orangutan termasuk kera besar dari ordo Primata dan famili Pongidae (Groves, 2001). Ada dua jenis orangutan yang masih hidup, yaitu jenis dari Sumatera

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Pemeliharaan sapi perah bertujuan utama untuk memperoleh produksi susu yang tinggi dan efisien pakan yang baik serta mendapatkan hasil samping berupa anak. Peningkatan produksi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Kambing 2.1.1. Kambing Kacang Menurut Mileski dan Myers (2004), kambing diklasifikasikan ke dalam : Kerajaan Filum Kelas Ordo Famili Upafamili Genus Spesies Upaspesies

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Organisasi Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama dalam suatu pembagian kerja untuk mencapai tujuan bersama (Moekijat, 1990). Fungsi struktur

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN 1 PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2011 sampai dengan Februari 2012 di penangkaran rusa dalam kawasan Hutan Penelitian (HP) Dramaga milik Pusat Penelitian

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rusa timor (Rusa timorensis Blainville 1822) merupakan salah satu jenis satwa liar yang hidup tersebar pada beberapa wilayah di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa sampai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bio-ekologi Ungko (Hylobates agilis) dan Siamang (Symphalangus syndactylus) 2.1.1 Klasifikasi Ungko (Hylobates agilis) dan siamang (Symphalangus syndactylus) merupakan jenis

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Karakteristik Sapi perah Sapi perah (Bos sp.) merupakan ternak penghasil susu yang sangat dominan dibanding ternak perah lainnya dan sangat besar kontribusinya dalam memenuhi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Gajah Sumatera (Elephas maxius sumateranus) Menurut Lekagung dan McNeely (1977) klasifikasi gajah sumatera

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Gajah Sumatera (Elephas maxius sumateranus) Menurut Lekagung dan McNeely (1977) klasifikasi gajah sumatera II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Gajah Sumatera (Elephas maxius sumateranus) Menurut Lekagung dan McNeely (1977) klasifikasi gajah sumatera sebagai berikut: Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Class

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Unit Pendidikan, Penelitian dan Peternakan Jonggol (UP3J) merupakan areal peternakan domba milik Institut Pertanian Bogor (IPB) yang terletak di desa Singasari

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ternak Domba Garut merupakan ternak ruminansia kecil yang banyak dipelihara oleh masyarakat, karena pemeliharaannya yang tidak begitu sulit, dan sudah turun temurun dipelihara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi perah mempunyai potensi yang sangat besar untuk dikembangkan di Indonesia, dikarenakan kebutuhan akan susu domestik dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Faktor manajemen lingkungan juga berpengaruh terhadap pertumbuhan ternak. Suhu dan kelembaban yang sesuai dengan kondisi fisiologis ternak akan membuat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan kebutuhan daging sapi lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan daging sapi. Ternak sapi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di beberapa tipe habitat. Bermacam-macam jenis satwa liar ini merupakan. salah satu diantaranya adalah kepentingan ekologis.

I. PENDAHULUAN. di beberapa tipe habitat. Bermacam-macam jenis satwa liar ini merupakan. salah satu diantaranya adalah kepentingan ekologis. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman jenis satwa liar yang tinggi,dan tersebar di beberapa tipe habitat. Bermacam-macam jenis satwa liar ini merupakan sumberdaya alam yang

Lebih terperinci

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI PRODUKTIVITAS RUMPUT LAPANG DAN PALATABILITAS KULIT PISANG NANGKA (Musa paradisiaca L) UNTUK PAKAN TAMBAHAN PADA RUSA TIMOR (Cervus timorensis de Blainville) DI PENANGKARAN S U N A R N O SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. a b c Gambar 2. Jenis Lantai Kandang Kelinci a) Alas Kandang Bambu; b) Alas Kandang Sekam; c) Alas Kandang Kawat

MATERI DAN METODE. a b c Gambar 2. Jenis Lantai Kandang Kelinci a) Alas Kandang Bambu; b) Alas Kandang Sekam; c) Alas Kandang Kawat MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pelaksanaan penelitian dimulai

Lebih terperinci

KEBUTUHAN NUTRISI ANOA (Bubalus spp.) [The Nutritional Requirement of Anoa (Bubalus spp.)]

KEBUTUHAN NUTRISI ANOA (Bubalus spp.) [The Nutritional Requirement of Anoa (Bubalus spp.)] Media Konservasi Vol. VII, No. 2, Juni 2001 : 75-80 KEBUTUHAN NUTRISI ANOA (Bubalus spp.) [The Nutritional Requirement of Anoa (Bubalus spp.)] ABDUL HARIS MUSTARI DAN BURHANUDDIN MASY'UD Staf Pengajar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Kondisi Lingkungan Kelinci dipelihara dalam kandang individu ini ditempatkan dalam kandang besar dengan model atap kandang monitor yang atapnya terbuat dari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Penambahan daun Som Jawa pada ransum menurunkan kandungan serat kasar dan bahan kering ransum, namun meningkatkan protein kasar ransum. Peningkatan protein disebabkan

Lebih terperinci

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU EDY HENDRAS WAHYONO Penerbitan ini didukung oleh : 2 BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU Ceritera oleh Edy Hendras Wahyono Illustrasi Indra Foto-foto Dokumen

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan hewan ternak perah lainnya. Keunggulan yang dimiliki sapi perah tersebut membuat banyak pengusaha-pengusaha

Lebih terperinci

lagomorpha. Ordo ini dibedakan menjadi dua famili, yakni Ochtonidae (jenis

lagomorpha. Ordo ini dibedakan menjadi dua famili, yakni Ochtonidae (jenis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah kelinci Menurut Kartadisatra (2011) kelinci merupakan hewan mamalia dari family Leporidae yang dapat ditemukan di banyak bagian permukaan bumi. Dulunya, hewan ini adalah

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Kandang B, Laboratorium Biologi Hewan, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Laboratorium Terpadu Departemen Ilmu Nutrisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara tropis memiliki keanekaragaman jenis satwa,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara tropis memiliki keanekaragaman jenis satwa, BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara tropis memiliki keanekaragaman jenis satwa, sebagian diantaranya dikategorikan langka, tetapi masih mempunyai potensi untuk ditangkarkan, baik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 18 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Mega Bird and Orchid farm, Bogor, Jawa Barat pada bulan Juni hingga Juli 2011. 3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi PT. Purwakarta Agrotechnopreneur Centre (PAC), terletak di desa Pasir Jambu, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor. Berdasarkan data statistik desa setempat, daerah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati baik flora dan fauna yang sangat tinggi, salah satu diantaranya adalah kelompok primata. Dari sekitar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Subphylum : Vertebrata. : Galiformes

TINJAUAN PUSTAKA. Subphylum : Vertebrata. : Galiformes TINJAUAN PUSTAKA Puyuh Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran tubuh relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang pertama kali diternakkan di Amerika Serikat

Lebih terperinci

ASPEK KEHl DUPAM DAN BlQLOGI REPRODUKSI

ASPEK KEHl DUPAM DAN BlQLOGI REPRODUKSI ASPEK KEHl DUPAM DAN BlQLOGI REPRODUKSI BURUNG CEMDRAWASIH KUNlNG KECIL ( Paradisaea minor ) SKRIPSI Oleh RlSFlANSYAH B 21.0973 FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITWT PERTANIAN BOGOR 1990 RINGKASAN RISFIANSYAH.

Lebih terperinci

Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali

Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka Burung Jalak Bali Burung Jalak Bali Curik Bali atau yang lebih dikenal dengan nama Jalak Bali, merupakan salah satu spesies burung cantik endemis Indonesia. Burung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Burung jalak bali oleh masyarakat Bali disebut dinamakan dengan curik putih atau curik bali, sedangkan dalam istilah asing disebut dengan white starling, white mynah,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian tentang Penentuan Kuota Panenan dan Ukuran Populasi Awal Rusa Timor di Penangkaran Hutan Penelitian Dramaga ini dilakukan di Hutan Penelitian

Lebih terperinci

Aktivitas Harian Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) di Bali Safari and Marine Park, Gianyar

Aktivitas Harian Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) di Bali Safari and Marine Park, Gianyar Aktivitas Harian Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) di Bali Safari and Marine Park, Gianyar Nikmaturrayan 1, Sri Kayati Widyastuti 2, I Gede Soma 3 1 Mahasiswa FKH Unud, 2 Lab Penyakit Dalam Veteriner,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Populasi sapi perah yang sedikit, produktivitas dan kualitas susu sapi yang rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat Jenderal Peternakan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat pedesaan pada umumnya bermatapencaharian sebagai petani, selain usaha pertaniannya, usaha peternakan pun banyak dikelola oleh masyarakat pedesaan salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai daya tarik wisata, seperti contoh wisata di Taman Nasional Way

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai daya tarik wisata, seperti contoh wisata di Taman Nasional Way BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Satwa liar mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia, baik untuk kepentingan keseimbangan ekosistem, ekonomi, maupun sosial budaya (Alikodra, 2002).

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

KATA PENGANTAR. dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Imbangan Hijauan Daun Singkong (Manihot

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Tempat Penelitian 4.1.1. Sejarah UPTD BPPTD Margawati Garut Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Domba atau disingkat UPTD BPPTD yaitu

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 sampai dengan bulan Januari 2012 di Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang untuk proses pembuatan silase daun singkong,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Madura Sapi Madura termasuk dalam sapi lokal Indonesia, yang berasal dari hasil persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Lokal Domba pada umumnya dipelihara sebagai penghasil daging (Edey, 1983). Domba Lokal yang terdapat di Indonesia adalah Domba Ekor Tipis, Priangan dan Domba Ekor Gemuk.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ternak disamping manajemen pemeliharaan dan pemberian pakan adalah faktor manajemen lingkungan. Suhu dan kelembaban yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian Suhu dan Kelembaban HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Suhu dalam kandang saat penelitian berlangsung berkisar antara 26,9-30,2 o C. Pagi 26,9 o C, siang 30,2 o C, dan sore 29,5 o C. Kelembaban

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 28 Januari 27 Februari 2015 bekerja sama

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 28 Januari 27 Februari 2015 bekerja sama 13 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada 28 Januari 27 Februari 2015 bekerja sama dan di bawah program PT. Taman Safari Indonesia didampingi oleh Bapak Keni Sultan,

Lebih terperinci

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA AgroinovasI SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA Ternak ruminansia seperti kambing, domba, sapi, kerbau dan rusa dan lain-lain mempunyai keistimewaan dibanding ternak non ruminansia yaitu

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 21 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan secara langsung di Hutan Pendidikan Gunung Walat. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan yaitu pada bulan Maret sampai dengan bulan

Lebih terperinci

TERNAK KELINCI. Jenis kelinci budidaya

TERNAK KELINCI. Jenis kelinci budidaya TERNAK KELINCI Peluang usaha ternak kelinci cukup menjanjikan karena kelinci termasuk hewan yang gampang dijinakkan, mudah beradaptasi dan cepat berkembangbiak. Secara umum terdapat dua kelompok kelinci,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Habitat merupakan lingkungan tempat tumbuhan atau satwa dapat hidup dan berkembang biak secara alami. Kondisi kualitas dan kuantitas habitat akan menentukan komposisi,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan TINJAUAN PUSTAKA Sumberdaya Pakan Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diberikan kepada hewan untuk kelangsungan hidup, berproduksi, dan berkembang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Pertumbuhan Kelinci

TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Pertumbuhan Kelinci TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Kelinci merupakan ternak mamalia yang mempunyai banyak kegunaan. Kelinci dipelihara sebagai penghasil daging, wool, fur, hewan penelitian, hewan tontonan, dan hewan kesenangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya luas hutan (sekitar 2 (dua) juta hektar per tahun) berkaitan

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya luas hutan (sekitar 2 (dua) juta hektar per tahun) berkaitan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berkurangnya luas hutan (sekitar 2 (dua) juta hektar per tahun) berkaitan erat dengan upaya pemerintah dalam meningkatkan devisa negara, yang pada masa lalu didominasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. liar di alam, termasuk jenis primata. Antara tahun 1995 sampai dengan tahun

I. PENDAHULUAN. liar di alam, termasuk jenis primata. Antara tahun 1995 sampai dengan tahun 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konversi hutan di Pulau Sumatera merupakan ancaman terbesar bagi satwa liar di alam, termasuk jenis primata. Antara tahun 1995 sampai dengan tahun 2000, tidak kurang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Lokal di Indonesia Menurut Hardjosubroto (1994) bahwa sapi potong asli indonesia adalah sapi-sapi potong yang sejak dulu sudah terdapat di Indonesia, sedangkan sapi lokal

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: 978-602-60401-3-8 PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBEBASAN FRAGMENTASI HABITAT ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii) DI HUTAN RAWA TRIPA Wardatul Hayuni 1), Samsul

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Bahan Kering (BK) Konsumsi adalah jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok, produksi, dan reproduksi. Ratarata konsumsi

Lebih terperinci

KAJIAN KEBERADAAN TAPIR (Tapirus indicus) DI TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS BERDASARKAN JEBAKAN KAMERA. Surel :

KAJIAN KEBERADAAN TAPIR (Tapirus indicus) DI TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS BERDASARKAN JEBAKAN KAMERA. Surel : 19-20 November KAJIAN KEBERADAAN TAPIR (Tapirus indicus) DI TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS BERDASARKAN JEBAKAN KAMERA Yusrina Avianti Setiawan 1), Muhammad Kanedi 1), Sumianto 2), Agus Subagyo 3), Nur Alim

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di ruang penangkaran lovebird Jl. Pulau Senopati Desa

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di ruang penangkaran lovebird Jl. Pulau Senopati Desa 22 III. MATERI DAN METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di ruang penangkaran lovebird Jl. Pulau Senopati Desa Jatimulyo, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil budidaya teknologi peternakan yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas pertumbuhan yang cepat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Burung merupakan salah satu jenis hewan yang banyak disukai oleh manusia, hal ini di karenakan burung memiliki beberapa nilai penting, seperti nilai estetika, ekologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Macaca endemik Sulawesi yang dapat dijumpai di Sulawesi Utara, antara lain di

I. PENDAHULUAN. Macaca endemik Sulawesi yang dapat dijumpai di Sulawesi Utara, antara lain di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Monyet hitam sulawesi (Macaca nigra) merupakan salah satu dari delapan jenis Macaca endemik Sulawesi yang dapat dijumpai di Sulawesi Utara, antara lain di Cagaralam Dua

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan konsumsi daging sapi penduduk Indonesia cenderung terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat akan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kondisi Penangkaran Penangkaran Mamalia, Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi LIPI, Cibinong, Bogor terletak di Jalan Raya Bogor-Jakarta KM 46, Desa Sampora, Kecamatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5 TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Kelinci domestik (Oryctolagus cuniculus) merupakan keturunan dari kelinci liar Eropa yang berasal dari negara sekitar Laut Mediterania dan dibawa ke Inggris pada awal abad 12 (NRC,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2004 sampai dengan September 2005 di empat lokasi Taman Nasional (TN) Gunung Halimun-Salak, meliputi tiga lokasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Rusa merupakan salah satu sumber daya genetik yang ada di Negara Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Rusa merupakan salah satu sumber daya genetik yang ada di Negara Indonesia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rusa merupakan salah satu sumber daya genetik yang ada di Negara Indonesia. Rusa di Indonesia terdiri dari empat spesies rusa endemik yaitu: rusa sambar (Cervus unicolor),

Lebih terperinci

Identifikasi Hijauan Makanan Ternak (HMT) Lokal mendukung Pengembangan Sapi Potong di Sulawesi Selatan

Identifikasi Hijauan Makanan Ternak (HMT) Lokal mendukung Pengembangan Sapi Potong di Sulawesi Selatan Identifikasi Hijauan Makanan Ternak (HMT) Lokal mendukung Pengembangan Sapi Potong di Sulawesi Selatan Nurlina Saking dan Novia Qomariyah Disampaikan Dalam Rangka Seminar Nasional Teknologi Peternakan

Lebih terperinci

PENGARUH SUBSTITUSI RUMPUT GAJAH DENGAN LIMBAH TANAMAN SAWI PUTIH FERMENTASI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI DOMBA LOKAL JANTAN EKOR TIPIS SKRIPSI

PENGARUH SUBSTITUSI RUMPUT GAJAH DENGAN LIMBAH TANAMAN SAWI PUTIH FERMENTASI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI DOMBA LOKAL JANTAN EKOR TIPIS SKRIPSI PENGARUH SUBSTITUSI RUMPUT GAJAH DENGAN LIMBAH TANAMAN SAWI PUTIH FERMENTASI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI DOMBA LOKAL JANTAN EKOR TIPIS SKRIPSI Oleh : ETTY HARYANTI UTAMI FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN NINA MARLINA DAN SURAYAH ASKAR Balai Penelitian Ternak, P.O. Box 221, Bogor 16002 RINGKASAN Salah satu jenis pakan

Lebih terperinci

METODE. Materi. Gambar 2. Contoh Domba yang Digunakan dalam Penelitian Foto: Nur adhadinia (2011)

METODE. Materi. Gambar 2. Contoh Domba yang Digunakan dalam Penelitian Foto: Nur adhadinia (2011) METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di kandang domba Integrated Farming System, Cibinong Science Center - LIPI, Cibinong. Analisis zat-zat makanan ampas kurma dilakukan di Laboratorium Pengujian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Secara umum penelitian ini sudah berjalan dengan cukup baik. Terdapat sedikit hambatan saat akan memulai penelitian untuk mencari ternak percobaan dengan umur

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Kandang adalah salah satu kebutuhan penting dalam peternakan. Fungsi utama kandang adalah untuk menjaga supaya ternak tidak berkeliaran dan memudahkan pemantauan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di stasiun penelitian Yayasan Ekosistem Lestari Hutan Lindung Batang Toru Blok Barat, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera

Lebih terperinci

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16 METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pemeliharaan ternak percobaan dilakukan dari bulan

Lebih terperinci

BAB I KLARIFIKASI HASIL PERTANIAN

BAB I KLARIFIKASI HASIL PERTANIAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BAB I KLARIFIKASI HASIL PERTANIAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Perah Fries Holland (FH) Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai klasifikasi taksonomi sebagai berikut : Phylum Subphylum Class Sub class Infra class

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3 SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3 1. Tempat perlindungan Orang utan yang dilindungi oleh pemerintah banyak terdapat didaerah Tanjung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tumbuhan tersebut. Suatu komunitas tumbuhan dikatakan mempunyai

I. PENDAHULUAN. tumbuhan tersebut. Suatu komunitas tumbuhan dikatakan mempunyai 1 I. PENDAHULUAN Keanekaragaman tumbuhan menggambarkan jumlah spesies tumbuhan yang menyusun suatu komunitas serta merupakan nilai yang menyatakan besarnya jumlah tumbuhan tersebut. Suatu komunitas tumbuhan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pembuatan pellet dilakukan di

Lebih terperinci

Uji Palatabilitas Pakan pada Burung Rangkong di Penangkaran Taman Rusa. Feed Palatability Test on Hornbill in Taman Rusa

Uji Palatabilitas Pakan pada Burung Rangkong di Penangkaran Taman Rusa. Feed Palatability Test on Hornbill in Taman Rusa Uji Palatabilitas Pakan pada Burung Rangkong di Penangkaran Taman Rusa Feed Palatability Test on Hornbill in Taman Rusa Nanda Yustina, Abdullah, Devi Syafrianti Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan

Lebih terperinci