BAB III OBYEK PENELITIAN. beberapa kali perubahan dasar hukum. Di awal pendirian, wilayah kerja Perum
|
|
- Veronika Oesman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB III OBYEK PENELITIAN III.1 Sejarah Perusahaan Perum Perhutani sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah berdiri sejak tahun 1972 berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 1972 dan telah mengalami beberapa kali perubahan dasar hukum. Di awal pendirian, wilayah kerja Perum Perhutani meliputi Kawasan Hutan Negara Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pada tahun 1978 wilayah kerjanya diperluas mencakup Kaasan Hutan Negara Provinsi Jawa Barat dan Banten, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun Dasar Pengelolaan hutan Jawa dan Madura oleh Perum Perhutani mengalami perubahan pada tahun 1986 sebagaimana Peraturan Pemerintah No.36 Tahun 1986 tentang Perusahaan Umum Kehutanan Negara (Perum Perhutani). Pada tahun 1998 disempurnakan kembali melalui Peraturan Pemerintah No.53 Tahun Pada tahun 2001 Pemerintah menetapkan Perhutani sebagai BUMN Perseroan Terbatas (PT) berdasarkan Peraturan Pemerintah No.14 Tahun Namun berdasarkan desakan dari berbagai pihak atas keberadaan Perhutani sebagai Perseroan, maka pemerintah mengembalikan bentuk badan hukum Perum Perhutani menjadi Perum sebagaimana Peraturan Pemerintah No.30 Tahun 2003 tentang Perusahaan Umum Kehutanan Negara (Perum Perhutani). Terakhir berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2003 mengemban tugas dan tanggung jawab dalam pengelolaan hutan di Pulau Jawa, dengan wilayah hutan yang dikelola seluas 2,426 juta hektar, terdiri atas hutan produksi seluas 1,767 juta 37
2 hektar dan sisanya sebagai hutan lindung. Secara struktural Perum Perhutani di bawah Kementrian BUMN dengan pembinaan teknis Departemen Keutanan. III.2 Wilayah dan Unit Kerja Perum Perhutani Wilayah kerja Perum Perhutani meliputi kawasan hutan negara yang terdapat di wilayah Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Jawa Barat dan Banten, kecuali kawasan hutan konservasi seluas hektar, terdiri dari hutan produksi (HP) hektar (73%) dan hutan lindung hektar (27%). Wilayah kerja Perum Perhutani dibagi dalam unit-unit yaitu : 1. Wilayah kerja kawasan hutan negara Propinsi Jawa Tengah yang disebut Unit I Jawa Tengah 2. Wilayah kerja kawasan hutan negara Propinsi Jawa Timur yang disebut Unit II Jawa Timur 3. Wilayah kerja kawasan hutan negara Propinsi Jawa Barat dan Banten yang disebut Unit III Jawa Barat dan Banten Tiap-tiap unit kerja memiliki luas Hutan Produksi (HP) dan Hutan Lindung (HL) yang berbeda. Berikut ini merupakan tabel yang menunjukan luas HP dan HL di masing-masing unit. Tabel III.1 Luas Hutan Produksi dan Hutan Lindung di setiap Unit Unit Kerja Provinsi Hutan Produksi (Ha) Hutan Lindung (Ha) Total Luas (Ha) Unit I Jawa Tengah
3 Unit II Jawa Timur Unit III Jawa Barat Banten Jumlah III.3 Bidang Kegiatan Perusahaan Perum Perhutani sebagai badan Usaha Milik Negara (BUMN) menemban tugas dan tanggung jawab dalam pengelolaan hutan di Pulau Jawa, mulai dari kegiatan perencanaan hutan, reboisasi dan rehabilitasi hutan, pemeliharaan hutan, perlindungan hutan, pemungutan hasil hutan, pemasaran hasil hutan, pemberdayaan masyarakat melalui PHBM (Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat) dan perencanaan pengembangan sumber daya manusia. Dalam mengemban tugas dan tanggung jawab tersebut, Perum Perhutani berupaya menjaga keseimbangan fungsi sumber daya hutan baik ekologis, sosial, dan ekonomi. Visi Dari Perum Perhutani adalah Menjadi pengelola hutan lestari untuk sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. Sedangkan misi dari Perum Perhutani adalah sebagai berikut : 1. Mengelola sumberdaya hutan dengan prinsip Pengelolaan Hutan Lestari berdasarkan karakteristik wilayah dan Daya Dukung Daerah Aliran Sungai (DAS) serta meningkatkan manfaat hasil hutan kayu dan bukan kayu, ekowisata, jasa lingkungan, agroforestri serta potensi usaha berbasis kehutanan lainnya guna 39
4 menghasilkan keuntungan untuk menjamin pertumbuhan perusahaan secara berkelanjutan. 2. Membangun dan mengembangkan perusahaan, organisasi serta sumberdaya manusia perusahaan yang modern, profesional dan handal serta memberdayakan masyarakat desa hutan melalui pengembangan lembaga perekonomian koperasi masyarakat desa hutan atau koperasi petani hutan. 3. Mendukung dan turut berperan serta dalam pembangunan wilayah secara regional dan nasional, serta memberikan kontribusi secara aktif dalam penyelesaian masalah lingkungan regional, nasional dan internasional. III.3.1 Perencanaan Hutan Pengelolaan hutan diawali dengan kegiatan perencanaan hutan, yang meliputi : 1. Rencana Umum Perusahaan (RUP) yang merupakan rencana jangka panjang bersifat menyeluruh yang memuat kebijakan dan strategi optimalisasi sumber daya guna mencapai tujuan perusahaan. 2. Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan (RPKH) yang merupakan rencana untuk mewujudkan pengelolaan hutan secara lestari untuk masing-masing kelas perusahaan sebagai acuan penyusunan rencana guna terjaminnya kelestarian hutan. Guna penyusunan RKPH perlu dilakukan penataan hutan, meliputi tata batas, pembagian hutan, risalah (inventarisasi) hutan, pembuatan/perbaikan alur, pengukuran dan perpetaan. 40
5 3. Rencana Lima Tahun Perusahaan (RLTP) adalah rencana yang memuat kebijakan operasional dan pelaksanaan upaya-upaya mencapai sasaran perusahaan dalam 5 tahun. 4. Rencana Kerja Tahunan Perusahaan (RKTP) adalah rencana kegiatan secara rinci dalam satu rtahun sebagai dasar penyusunan Rencana Anggaran Kerja Perusahaan (RAKP). 5. Rencana Teknik Tahunan (RTT) adalah rencana tahunan yang disusun mengacu pada RPKH. III.3.2 Reboisasi dan Rehabilitasi Hutan Reboisasi dan rehabilitasi hutan dilaksanakan di lokasi bekas tebangan maupun kawasan tidak produktif. Pelaksanaan reboisasi melibatkan partisipasi aktif masyarakat dengan Sistem Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) baik dengan tanam tumpangsari atau banjarharian, penetapan pola tanam, optimalisasi ruang, maupun pengembangan usaha produktif lainnya. III.3.3 Pemeliharaan Hutan Pemeliharaan hutan bertujuan untuk mendapatkan tegakan yang berkualitas dan bernilai ekonomi tinggi pada akhir daur. Kegiatan pemeliharaan hutan meliputi penyiangan, wiwil/pembersihan tunas air, pruning/pemangkasan cabang, penjarangan, pencegahan terhadap hama dan penyakit, pencegahan gangguan pengembalaan dan perlindungan hutan lainnya. 41
6 III.3.4 Perlindungan Hutan Perlindungan hutan merupakan upaya untuk mencegah kerusakan dari gangguan keamanan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan meliputi pencurian pohon, okupasi lahan/bibrikan, penggembalaan liar, kebakaran hutan dan bencana alam. III.3.5 Pemungutan Hasil Hutan Pemungutan hasil hutan kayu meliputi kegiatan teresan, penebangan, pembagian batang, pengangkutan dan penumpukan di TPK (Tempat Pengumpulan Kayu), meliputi jenis kayu jati, pinus, mahoni, dammar, mangium, sengon dan rimba lainnya. Sedangkan untuk pemungutan hasil hutan non kayu berupa getah pinus, getah damar, minyak kayu putih, madu, seedlak dan murbei untuk pakan ulat sutera, kopi, minyak atsiri (ilanngilang, mimbo), penangkaran buaya, dan sebagainya. III.3.6 Industri Hasil Hutan Perum Perhutani memiliki Industri hasil hutan yakni Industri Pengolahan Kayu di Cepu, Brumbung, Gresik, dan 12 Unit Penggergajian dengan produk antara lain garden furniture, (GF), Housing Component, veener sayat, TOP, paket block, flooring. Selain itu Perum Perhutani juga memiliki 8 pabrik pengolahan Gondorukem dan Terpentin, 12 Pabrik Minyak Kayu Putih, Pabrik Seedlak, dan Pabrik Pemintalan Benang Sutera. III.3.7 Pemasaran Hasil Hutan Sasaran pasar produk Perum Perhutani untuk pasar dalam negeri umumnya berupa kayu bulat, untuk pasar luar negeri berupa kayu gergajian, produk jadi, 42
7 gondorukem dan terpantin. Mekanisme pemasaran berupa kontrak, penjualan langsung dan lelang. Perum Perhutani bekerja sama dengan World Wide Fund (WWF) dan Tropical Forest Trust (TFT) untuk mendapatkan sertifikasi Sustainable Forest Management (SFM) dan Chain of Custody (CoC), yang merupakan standar pengelolaan hutan, industry perkayuan dan perdagangan kayu yang disyaratkan para pembeli dari Eropa dan Amerika. III.4 Struktur Organisasi dan Uraian Tugas Secara umum dapat dikatakan bahwa suatu perusahaan tidak dapat menjalankan usahanya tanpa dibentuk struktur organisasi yang jelas. Setiap perusahaan mempunyai struktur organisasinya sendiri, disesuaikan dengan kebutuhan yang ada dalam perusahaan tersebut. Oleh karena itu penting bagi perusahaan untuk memiliki bagan organisasi yang baik agar aktivitas dalam perusahaan dapat berjalan dengan lancar. Hendaknya struktur organisasi bersifat fleksibel sehingga jika sewaktu-waktu terjadi perubahan dapat diadakan penyesuaian tanpa mengalami perubahan secara total. Organisasi merupakan bentuk persekutuan antar dua orang atau lebih yang bekerja secara terkoordinir dan rasional dalam rangka mencapai tujuan yang telah direncanakan sebelumnya, yang mana dalam persekutuan tersebut selalu terdapat hubungan antara atasan dan bawahan. Organisasi yang baik harus terlihat adanya pembagian tugas dan wewenang. Untuk itulah diperlukan suatu rancangan yang matang sehingga akan memberikan suatu manfaat bagi perusahaan dalam menjalankan 43
8 kegiatannya. Hal ini sangat penting karena baik dan buruknya organisasi dalam suatu perusahaan akan mempengaruhi kesuksesan dalam sebuah manajemen untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan SK Direksi Nomor 554/Kpts/Dir/2005 yang telah disempurnakan dengan SK Nomor 489/Kpts/Dir/2006 tentang Struktur Organisasi Perum Perhutani, ditegaskan pemisahaan kelola Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) dan Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM). Wilayah kerja Perum Perhutanidibagi menjadi 3 unit dan masing-,asing unit dipimpin oleh Kepala Unit dan di bantu oleh Wakil Kepala Unit dengan di bantu Kepala Biro. Maing-masing unit membawahi beberapa Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) yang dipimpin oleh seorang Administrator dan Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM) dipimpin oleh General Manager, dengan rincian sebagai berikut : 1. Unit I Jawa Tengah : 20 KPH dan 6 KBM 2. Unit I Jawa Timur : 24 KPH dan 6 KBM 3. Unit I Jawa Barat dan Banten : 13 KPH dan 3 KBM Struktur Organisasi Perum Perhutani yang terbaru diatur dalam Surat Keputusan Direksi Perum Perhutani Nomor 019/Kpts/Dir/2009 yang mulai berlaku pada tanggal 19 Januari Struktur Organisasi Perum Perhutani dilampirkan dalam Lampiran 1. Di dalam struktur organisasi Perum Perhutani, jabatan tertinggi dipegang oleh bagian Direksi yang dipimpin oleh Direktur Utama. Selain itu di bagian Direksi terdapat empat Direktur lainnya yang terdiri dari : 44
9 1. Direktur Industri dan Pemasaran Direktur bagian ini memimpin dua bagian indusri dan pemasaran, yaitu : a. Industri dan Pemasaran kayu, getah dan minyak b. Industri dan Pemasaran Agroforestry, ekowisata, dan jasa lingkungan 2. Direktur Keuangan Direktur keuangan mengepalai tiga bagian keuangan, yang terdiri dari : a. Bagian Anggaran dan Akuntansi b. Bagian Pembelanjaan dan Perpajakan c. Bagian Manajemen Resiko dan Pembinaan Anak Perusahaan 3. Direktur Sumber Daya Manusia dan Umum Direktur bagian ini mengepalai dua bagian, yaitu : a. Bagian Sumber Daya Manusia b. Bagian Umum 4. Direktur Perencanaan dan Pengelolaan Hutan Direktur ini mengepalai dua bagian, yaitu : a. Bagian Perencanaan Sumber Daya Hutan (SDH) b. Bagian Pengelolaan dan Perlindungan Sumber Daya Hutan Lindung (SDHL) 45
10 Penelitian ini dilakukan pada Bagian Keuangan yang terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian Anggaran dan Akuntansi, Bagian Pembelanjaan dan Perpajakan, Bagian Manajemen Resiko dan Pembinaan Anak Perusahaan. Tiap-tiap bagian tersebut memiliki tugas dan wewenang masing-masing sebagaimana telah ditetapkan dalam Surat Keputusan Direksi Perum Perhutani Nomor 19/Kpts/Dir/2009. Adapun uraian tugas dari masing-masing bagian adalah sebagai berikut : 1. Kepala Biro Akuntansi Manajemen dan Anggaran (Karo Akuntansi Manajemen dan Anggaran) a. Karo Akuntansi Manajemen dan Anggaran bertanggung jawab kepada Asdir Keuangan. b. Karo Akuntansi Manajemen dan Anggaran menerima laporan dari: Kepala Seksi Akuntansi Manajemen. Kepala Seksi Anggaran. c. Karo Akuntansi Manajemen dan Anggaran bertanggung jawab atas: Tersedianya bahan kajian untuk menyusun, dan merumuskan strategi dan kebijakan kegiatan akuntansi manajemen dan anggaran. Terlaksananya proses akuntansi manajemen Perusahaan Tersusunnya RKAP Tersusunnya laporan kegiatan akuntansi manajemen dan anggaran d. Karo Akuntansi Manajemen dan Anggaran mempunyai tugas: 46
11 Membantu menyiapkan, menyusun dan merumuskan strategi dan kebijakan akuntansi manajemen Perusahaan dan anggaran. Membantu tugas pengendalian pelaksanaan strategi dan kebijakan akuntansi manajemen Perusahaan dan anggaran. Membantu melakukan analisa biaya atas produk barang dan jasa yang dihasilkan Perusahaan, sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan oleh Direksi. M embantu merumuskan sistem akuntansi manajemen atas produkproduk yang dihasilkan Perusahaan. Membantu melaksanakan proses akuntansi atas seluruh biaya yang dikeluarkan oleh Perusahaan. Membantu menghimpun bahan, data dan informasi kebutuhan anggaran perusa-haan dan investasi dari seluruh unit kerja terkait di lingkungan Perusahaan. Membantu penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja (RAPB) Perusahaan. Membantu penyusunan laporan kegiatan Asdir Keuangan. Melaksanakan tugas-tugas lain yang relevan dari pimpinan. 2. Kepala Biro Pembelanjaan dan Perpajakan (Karo Pembelanjaan dan Perpajakan) 47
12 a. Karo Pembelanjaan dan Perpajakan bertanggung jawab kepada Asdir Keuangan. b. Karo Pembelanjaan dan Perpajakan menerima laporan dari: Kepala Seksi PKBL. Kepala Seksi Pembelanjaan. Kepala Seksi Perpajakan. c. Karo Pembelanjaan dan Perpajakan bertanggung jawab atas: Tersedianya bahan kajian untuk menyusun, dan merumuskan strategi dan kebijakan kegiatan pembelanjaan dan perpajakan. Tersusunnya RKAP. Tersusunnya laporan kegiatan pembelanjaan dan perpajakan. d. Karo Pembelanjaan dan Perpajakan mempunyai tugas: Membantu menyiapkan, menyusun dan merumuskan strategi dan kebijakan pembelanjaan Perusahaan dan perpajakan. Membantu tugas pengendalian pelaksanaan strategi dan kebijakan pembelanjaan Perusahaan dan perpajakan. Membantu penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja (RAPB) Perusahaan. Membantu menyelenggarakan dan mengatur proses pembelanjaan Perusahaan. 48
13 Membantu proses dan penyelesaian hal-hal yang berhubungan dengan perpajakan. Membantu penyusunan laporan kegiatan Asdir Keuangan. Melaksanakan tugas-tugas lain yang relevan dari pimpinan. 3. Kepala Biro Akuntansi Keuangan, Verifikasi dan Investasi (Karo Akuntansi Keuangan, Verifikasi dan Investasi) 1. Karo Akuntansi Keuangan, Verifikasi dan Investasi bertanggung jawab kepada Asdir Keuangan. 2. Karo Akuntansi Keuangan, Verifikasi dan Investasi menerima laporan dari: Kepala Seksi Akuntansi Keuangan. Kepala Seksi Verifikasi. Kepala Seksi Investasi. 3. Karo Akuntansi Keuangan, Verifikasi dan Investasi bertanggung jawab atas: Tersedianya bahan kajian untuk menyusun, dan merumuskan strategi dan kebijakan kegiatan akuntansi keuangan, verifikasi dan investasi. Terlaksananya proses kegiatan verifikasi, kegiatan penerimaan dan pengeluaran keuangan Perusahaan. 49
14 Tersusunnya perencanaan anggaran investasi. Tersusunnya laporan kegiatan akuntansi keuangan, verifikasi dan investasi. 4. Karo Akuntansi Keuangan, Verifikasi dan Investasi mempunyai tugas: Membantu menyiapkan, menyusun dan merumuskan strategi dan kebijakan akuntansi keuangan, verifikasi dan investasi. Membantu tugas pengendalian pelaksanaan strategi dan kebijakan akuntansi keuangan, verifikasi dan investasi. Membantu melaksanakan verifikasi atas seluruh kegiatan penerimaan dan pengeluaran keuangan Perusahaan. Membantu menyelenggarakan proses akuntansi atas seluruh kegiatan penerimaan dan pengeluaran keuangan Perusahaan, baik penerimaan pendapatan maupun pengeluaraan pembelanjaan serta perpajakan Perusahaan. Membantu penyusunan perencanaan anggaran investasi Perusahaan. Membantu menyusun Laporan Keuangan Perusahaan. Membantu penyusunan laporan kegiatan Asdir Keuangan. Melaksanakan tugas-tugas lain yang relevan dari pimpinan. 50
15 III.5 Gambaran Sistem yang Berjalan III.5.1 Prosedur Perpajakan Selama tahun 2006, 2007, dan 2008, kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh Perum Perhutani diantaranya : 1. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Sesuai dengan Pasal 21 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan, diwajibkan untuk memotong Pajak Penghasilan atas gaji yang dibayarkan perusahaan kepada karyawannya. Pajak Penghasilan Pasal 21 seluruhnya ditanggung oleh perusahaan. 2. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 Pembayaran PPh pasal 25 (angsuran pembayaran pajak yang dilakukan setiap bulan oleh perusahaan berdasarkab ketentuan Pasal 25 Undangundang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan) merupakan pembayaran di muka terhadap Pajak Penghasilan yang akan dihitung sendiri (self assessment) oleh perusahaan pada akhir tahun pajak. 3. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Pajak Pertambahan Nilai diterapkan Perum Perhutani dalam hal penyerahan atau perolehan Barang Kena Pajak dan pemanfaatan Jasa Kena Pajak dengan cara mengalikan dasar pengenaan pajak dengan tarif. Faktur Pajak Standar 51
16 dibuat oleh Perum Perhutani sebagai bukti pungutan pajak dalam melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak. Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai dilakukan setiap masa pajak dengan menggunakan SPT PPN. Sistem perpajakan Perum Perhutani dilakukan dengan prosedur sebagai berikut : 1. Membuat SPT Masa atau Tahunan untuk setiap jenis pajak sesuai dengan petunjuk pengisian SPT oleh Direktorat Jenderal Pajak berikut pengisian SSP. 2. Melaporkan penyetoran Pajak Terutang sesuai dengan SPT dan SSP dengan mendatangi secara langsung Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat Wajib Pajak terdaftar dan atau Kantor Pos dan tempat lain yang telah ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak. 3. Menyetorkan pajak terutangnya tepat waktu di Bank DKI dan atau Bank lain yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak. 4. Setiap dokumen pajak yang ditebitkan perusahaan dan diterima oleh pihak luar beserta SPT dan dokumen pendukungnya dikelompokkan per periode dan dimasukan ke dalam arsip tetap tahunan. 5. Melakukan koreksi jika terjadi kekeliruan penyetoran pajak sesuai tata cara perpajakan yang berlaku. 52
17 III.6 Mekanisme dan Prosedur Pajak Pertambahan Nilai Perum Perhutani III.6.1 Mekanisme Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai Mekanisme Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai tidak terlepas dari penerapan Pajak Pertambahan Nilai, terutama penerapannya pada Perum Perhutani. Pengusaha Kena Pajak dalam hal ini Perum Perhutani memperhatikan hal-hal penting yang terdapat dalam penerapan Pajak Pertambahan Nilai, yaitu sebagai berikut : 1. Pemungutan PPN sebesar 10% (sepuluh persen) atas penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak. 2. Membuat faktur pajak untuk setiap penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak. 3. Menyampaikan laporan perhitungan pajak dengan Surat Pemberitahuat (SPT) Masa Pertambahan Nilai selambat-lambatnya pada hari ke 20 (dua puluh) setelah akhir Masa Pajak. 4. Menyimpan Faktur Pajak dengan rapih dan tertib. 5. Menyelenggarakan pencatatan dan pembukuan perusahaan mengenai perolehan atau penyerahan Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak. 6. Melampirkan daftar ringkasan penjualan dan pembelian pada SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai bila diminta. III.6.2 Prosedur Pajak Pertambahan Nilai Perum Perhutani dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) dengan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) untuk pengusahaan hutan 53
18 tanaman. Dalam sistem perpajakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), informasi yang diperlukan oleh manajemen perusahaan antara lain : 1. Nama, alamat, Nomor Pokok wajib Pajak (NPWP) pemasok dan pembeli. 2. Jumlah kuantitas dan nilai nominal penjualan menurut jenis produk dan atau jasanya. 3. Jumlah kuantitas dan nilai nominal pembelian menurut jenis produk dan atau jasanya. 4. Besarnya Pajak Masukan yang di pungut perusahaan dan Pajak Keluaran yang dibayar perusahaan. 5. Otorisasi pejabat yang berwenang Dokumen-dokumen yang digunakan perusahaan untuk mendukung system perpajakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) antara lain : 1. SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) SPT Masa PPN adalah dokumen yang digunakan oleh Perum Perhutani sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran untuk suatu masa pajak ke Kantor Pelayanan Pajak, yang disampaikan paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya. 2. Faktur Pajak Standar Faktur Pajak Standar ini merupakan bukti pungutan pajak untuk mengetahui jumlah Pajak Masukan dan Pajak Keluaran, identitas penjual 54
19 atau pembeli, jenis BKP atau JKP yang dijual atau dibeli, selain itu dapat digunakan juga sebagai sarana untuk mengkreditkan pajak masukan. 3. Faktur Pajak Sederhana Faktur Pajak Sederhana adalah Faktur Pajak yang digunakan untuk transaksi penjualan yang dilakukan kepada pihak yang bukan Pengusaha Kena Pajak (PKP). Faktur Pajak Sederhana ini merupakan bukti pungutan pajak untuk mengetahui jumlah Pajak Keluaran atas penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP) dan jenis Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP) yang dijual. 4. Surat Setoran Pajak Merupakan dokumen yang digunakan oleh Perum Perhutani untuk melakukan pembayaran atau penyetoran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) terutang ke Kas Negara melalui Bank DKI atau bank-bank lainnya yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak atau melalui kantor pos. 5. Bukti Penerimaan Surat Merupakan dokumen yang diterima dari Kantor Pelayanan Pajak sebagai bukti bahwa Perum Perhutani telah menyampaikan SPT masa ke kantor Pelayanan Pajak tempat WP terdaftar. III.7 Proses Pengumpulan Data Dalam proses pengumpulan data, penulis melakukan pengamatan dan wawancara untuk membantu proses penelitian yang dilakukan. Pertanyaan yang diajukan penulis 55
20 adalah tentang aspek perpajakan dan penetapan Pajak Pertambahan Nilai yang dipakai oleh perusahaan. Dalam menganalisis data-data yang dikumpulkan, peneliti menggunakan metode-metode sebagai berikut : 1. Observasi Yaitu penulis memperoleh informasi melalui observasi. Penulis melakukan pengamatan langsung ke kantor Perum Perhutani. 2. Wawancara Yaitu penulis melakukan wawancara langsung kepada Kepala Biro Pembelanjaan dan Perpajakan Perum Perhutani untuk mendapatkan informasi perpajakan khususnya penerapan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai. 56
BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA. dan bergerak dalam bidang industri dan distribusi tali kipas (v-belt & fan belt) untuk
BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA III.1 Sejarah Perusahaan PT Adiliman Makmur merupakan perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas dan bergerak dalam bidang industri dan distribusi tali kipas (v-belt &
Lebih terperinciBAB III PROFIL PERUSAHAAN
28 BAB III PROFIL PERUSAHAAN 3.1 Sejarah Perum Perhutani III Jawa Barat dan Banten Pada tahun 1972, dengan Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1972, ditetapkan tanggal 29 Maret 1972, Pemerintah Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sector pajak. Bahkan mengingat pentingnya peranan pajak yang begitu besar,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak memegang peranan penting dalam kelangsungan perekonomian suatu Negara, khususnya di Indonesia. Hampir 80 % sumber penerimaan Negara kita berasal dari
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. usaha-usaha pariwisata di daerah digolongkan atas : 1. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata yang dikelompokkan atas
TINJAUAN PUSTAKA Ekowisata Menurut undang-undang RI No. 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan, usaha-usaha pariwisata di daerah digolongkan atas : 1. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata yang dikelompokkan
Lebih terperinciPerum Perhutani yang merupakan Badan Usaha Milik. Negara (BUMN) berbentuk perusahaan umum bertugas menyelenggarakan
I. PENDAHULUAN A. LATARBELAKANG Perum Perhutani yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berbentuk perusahaan umum bertugas menyelenggarakan kegiatan pengusahaan hutan di Pulau Jawa, meliputi Unit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang sangat besar pengaruhnya terhadap pembangunan di segala bidang. Penerimaan negara dari sektor pajak
Lebih terperinciC. PKP Rekanan PKP Rekanan adalah PKP yang melakukan penyerahan BKP dan atau JKP kepada Bendaharawan Pemerintah atau KPKN
Lampiran I Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP-382/PJ/2002 Tanggal : 13 Agustus 2002 A. Singkatan 1. APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2. APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Analisis Perlakuan Pajak Penghasilan dalam Transaksi Jasa Lelang oleh Balai Lelang Swasta Sebagaimana telah disebutkan dalam pembahasan sebelumnya bahwa transaksi
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.60/Menhut-II/2011 TENTANG
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.60/Menhut-II/2011 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENGATURAN KELESTARIAN HUTAN DAN RENCANA TEKNIK TAHUNAN DI WILAYAH PERUM PERHUTANI DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang digunakan oleh negara Indonesia. Menurut pasal Pasal 33 ayat (3) disebutkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu negara mempunyai konstitusi yang digunakan sebagai dasar untuk mengatur pemerintahan. Undang-Undang Dasar 1945 merupakan konstitusi tertinggi yang digunakan oleh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan kontribusi yang diberikan oleh Wajib Pajak (WP) kepada negara yang berdasarkan undang-undang bersifat wajib dan memaksa tanpa ada kontraprestasi (imbalan)
Lebih terperinciPERUM PERHUTANI DIVRE JAWA TIMUR TAHUN NO. U R A I A N SATUAN KET
TABEL : IV.A.1. REALISASI LUAS TEBANGAN JATI PERUM PERHUTANI DIVRE JAWA TIMUR TAHUN 2009-2013 NO. U R A I A N SATUAN 2009 2010 2011 2012 2013 KET 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Tebangan A Ha 2.675,00 902,00 914,00
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA
PROSEDUR PERHITUNGAN PEMBAYARAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) ATAS JASA ANGKUTAN KAYU PADA PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PERHUTANI KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN (KPH) JEMBER (Payment Calculation Procedures
Lebih terperinciPENERAPAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PERUM PERHUTANI KBM INK SURABAYA RANGKUMAN TUGAS AKHIR. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian
PENERAPAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PERUM PERHUTANI KBM INK SURABAYA RANGKUMAN TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian Program Pendidikan Diploma III Jurusan Akuntansi Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia saat ini sedang mengalami permasalahan di berbagai sektor, salah satunya adalah sektor ekonomi. Inflasi yang cenderung mengalami peningkatan, naiknya harga
Lebih terperinciKATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK
KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK Para Pemungut PPN yang terhormat, Setiap bulan setelah Masa Pajak berakhir, Pemungut PPN harus melaksanakan kewajiban untuk melaporkan kegiatan pemungutan PPN yang
Lebih terperinciSURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN
Perhatian Sesuai dengan ketentuan Pasal 3 ayat (7) UU Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU Nomor 16 Tahun 2000, apabila SPTMasa yang Saudara sampaikan tidak ditandatangani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Kementrian Keuangan (2014)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Perkembangan dan dinamika kebutuhan masyarakat yang kian meningkat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara menuntut adanya ketersediaan anggaran yang
Lebih terperinciPERUM PERHUTANI DIVRE JAWA TIMUR TAHUN NO. U R A I A N SATUAN KET
TABEL : IV.A.1. REALISASI LUAS TEBANGAN JATI PERUM PERHUTANI DIVRE JAWA TIMUR TAHUN 2011-2015 NO. U R A I A N SATUAN 2011 2012 2013 2014 2015 KET 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Tebangan A Ha 914,00 1.071,01 1.390,72
Lebih terperinciBAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian
BAB 4 Pembahasan Hasil Penelitian 4.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai Sebagai pajak atas konsumsi dalam negeri maka PPN hanya dikenakan atas barang atau jasa yang dikomsumsi di dalam daerah
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS
BAB IV PEMBAHASAN IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS Semua badan merupakan Wajib Pajak tanpa terkecuali, mulai saat didirikan atau saat melakukan kegiatan usaha atau memperoleh
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 550/KMK.04/2000 TENTANG
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 550/KMK.04/2000 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH OLEH KANTOR PERBENDAHARAAN DAN
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang
BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang yakni barang IT yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha
Lebih terperinciTABEL : IV.A.1. REALISASI LUAS TEBANGAN JATI PERUM PERHUTANI UNIT II JAWA TIMUR TAHUN
TABEL : IV.A.. REALISASI LUAS TEBANGAN JATI PERUM PERHUTANI UNIT II JAWA TIMUR TAHUN 00 0 SATUAN 00 00 00 0 0 Tebangan A Tebangan B D Tebangan E,.00 0,0.00 0,.00,.00,.00,0.00 0.00,0.00 0,.00.00,.00,0.00,0.0,.,.0
Lebih terperinciSURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN
DEPARTEMEN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Nama Pemungut : Alamat : No. Telp : Usaha : SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya. Analisis Perhitungan..., Nurhasanah, Fakultas Ekonomi 2016
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu sumber utama Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang mempunyai peranan penting dalam pembangunan adalah pajak. Sehingga dalam pelaksanaannya
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pajak merupakan komponen yang sangat penting dalam keberlangsungan
BAB II KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan komponen yang sangat penting dalam keberlangsungan kehidupan suatu negara. Dalam Undang-undang
Lebih terperinciBAB I PENAHULUAN. Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
BAB I PENAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang Perpajakan dengan tidak mendapatkan
Lebih terperinciKetentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan. Oleh Ruly Wiliandri
Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan Oleh Ruly Wiliandri Pelaksanaan UU No. 6 Tahun 1983 yang diubah dengan UU No. 9 Tahun 1994, dan UU No. 16 Tahun 2000 dan yang terakhir diatur dalam UU No. 28 Tahun
Lebih terperinciBAB III OBJEK PENELITIAN. penjualan maka berdasarkan peraturan perpajakan PT SCE yang telah
BAB III OBJEK PENELITIAN III.1 Pemilihan Objek Penelitian Penulis memilih PT SCE sebagai objek penelitian skripsi ini. Dimana PT SCE adalah perusahaan perdagangan dibidang distributor alat kontrol listrik
Lebih terperinciSUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM.
SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM Dalam Undang-undang ini, yang dimaksud dengan : Pasal 1 1. Wajib Pajak adalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat adil dan makmur.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber penerimaan Negara yang terbesar dan sangat penting bagi penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan pembangunan nasional. Kewajiban perpajakan
Lebih terperincipemungutan pajak dimana wajib pajak menghitung sendiri pajak terutangnya serta secara mandiri menyetorkan ke bank atau kantor pos dan melaporkannya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang. Pembayar
BAB 1 PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang. Pembayar
Lebih terperinciMenimbang : Mengingat :
Menimbang : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1999 TENTANG PENGUSAHAAN HUTAN DAN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN PADA HUTAN PRODUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa hutan produksi di Indonesia
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis
BAB IV PEMBAHASAN Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis melakukan pemeriksaan pajak dengan menguji dan memeriksa ketaatan perpajakan, serta kebenaran jumlah dalam SPT
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. bergerak di bidang teknologi Access Management yang dapat memudahkan konsumen
BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai merupakan salah satu perusahaan di Jakarta yang bergerak di bidang teknologi Access Management yang dapat memudahkan konsumen dalam melakukan
Lebih terperinci1 dari 4 11/07/ :43
1 dari 4 11/07/2012 14:43 Menimbang : PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 85/PMK.03/2012 TENTANG PENUNJUKAN BADAN USAHA MILIK NEGARA UNTUK MEMUNGUT, MENYETOR, DAN MELAPORKAN PAJAK PERTAMBAHAN
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan
BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. PP (Persero) Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi. PT. PP (Persero) Tbk menyediakan berbagai jasa dan solusi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang terbesar di dunia. Hal ini tentunya membuat Indonesia tidak lepas dari apa yang namanya permasalahan perekonomian.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional adalah kegiatan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Untuk mewujudkan tujuan tersebut maka pemerintah perlu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Hutan tidak hanya mempunyai peranan dalam segi ekologi, tetapi sebagai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hutan tidak hanya mempunyai peranan dalam segi ekologi, tetapi sebagai salah satu sumber devisa negara. Dalam UU No 41 tahun 1999 tentang kehutanan, dinyatakan
Lebih terperinciKEPUTUSAN DIREKSI PERUM PERHUTANI NOMOR : 436/KPTS/DIR/2011 TENTANG PEDOMAN BERBAGI HASIL HUTAN KAYU DIREKTUR UTAMA PERUM PERHUTANI
KEPUTUSAN DIREKSI PERUM PERHUTANI NOMOR : 436/KPTS/DIR/2011 TENTANG PEDOMAN BERBAGI HASIL HUTAN KAYU DIREKTUR UTAMA PERUM PERHUTANI Menimbang : Mengingat : a. bahwa Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 33 TAHUN 2005 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PENERTIBAN DAN PENGENDALIAN HUTAN PRODUKSI
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15 /PJ/2010 TENTANG
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15 /PJ/2010 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 29/PJ/2008 TENTANG
Lebih terperinciB A B I P E N D A H U L U A N. Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan untuk
B A B I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Hal ini tertuang dalam Anggaran
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai. IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan)
BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan) Pajak Masukan adalah pajak yang harus dibayarkan oleh Pengusaha Kena Pajak
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada
BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. Biotek Indonesia adalah perusahaan yang bergerak di bidang farmasi (obatobatan hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha
Lebih terperinciMENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 563/KMK.03/2003 TENTANG PENUNJUKAN BENDAHARAWAN PEMERINTAH DAN KANTOR PERBENDAHARAAN DAN KAS NEGARA UNTUK MEMUNGUT, MENYETOR, DAN MELAPORKAN PAJAK PERTAMBAHAN
Lebih terperinciPERTEMUAN 12 By Ely Suhayati SE MSi Ak. PPN DAN PPnBM
PERTEMUAN 12 By Ely Suhayati SE MSi Ak PPN DAN PPnBM PAJAK ATAS NILAI TAMBAH PPN yang ditetapkan dengan UU no.18 tahun 2000 merupakan pajak yang dikenakan terhadap pertambahan nilai (Value Added) yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan, maka tidak terlepas dari pembahasan mengenai sumber
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berbicara mengenai kesejahteraan dan kemandirian bangsa dalam berbagai aspek kehidupan, maka tidak terlepas dari pembahasan mengenai sumber pendapatan negara. Hal
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. yang satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pajak a. Pengertian Pajak Banyak definisi atau batasan yang telah dikemukakan oleh pakar yang satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam. kesadaran dan kepedulian untuk membayar pajak, salah satunya adalah Pajak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik material
Lebih terperinciBAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Penyajian Data 4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan PT. Fajar Lestari Abadi Surabaya adalah perusahaan yang bergerak di bidang usaha distribusi consumer goods, khususnya
Lebih terperinciNPWP (NOMOR POKOK WAJIB PAJAK), WAJIB PAJAK NON EFEKTIF, KODE AKUN PAJAK, SSP, JATUH TEMPO PEMBAYARAN
Modul ke: NPWP (NOMOR POKOK WAJIB PAJAK), WAJIB PAJAK NON EFEKTIF, KODE AKUN PAJAK, SSP, JATUH TEMPO PEMBAYARAN Fakultas Ekonomi & Bisnis Disusun Oleh : Yenny Dwi Handayani Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Faktur Pajak merupakan bukti pemungutan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) karena penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP)
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil 1. Penerapan Pajak Pertambahan Nilai pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan dengan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SPPKP) No: PEM- 00025/WPJ.19/KP.0303/2013
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 Profil Perum Perhutani 4.1.1 Visi Misi Perum Perhutani Perum Perhutani adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberi tugas dan wewenang untuk penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membiayai pengeluaran Negara baik pengeluaran rutin maupun pembangunan, perpajakan yang baik guna menghimpun dana dari masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam segi ekonomi, pajak merupakan perpindahan sumber daya dari sektor privat ke sektor publik. Bagi sektor publik, pajak akan digunakan untuk membiayai pengeluaran
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam
BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1. Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam bidang nutrisi anak yang telah dikukuhkan pada tanggal
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1999 TENTANG PENGUSAHAAN HUTAN DAN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN PADA HUTAN PRODUKSI
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1999 TENTANG PENGUSAHAAN HUTAN DAN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN PADA HUTAN PRODUKSI U M U M Bangsa Indonesia dianugerahi Tuhan Yang Maha
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciBAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Penyajian Data 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan CV. Mitra Sinergi merupakan salah satu bentuk perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan pipa dan bahan bangunan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut:
BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Pajak II.1.1 Definisi Pajak Definisi pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut: Pajak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumber daya alam terbesar yang dimiliki bangsa Indonesia yang dapat memberikan manfaat yang besar untuk kehidupan makluk hidup. Salah satu
Lebih terperinciBADAN KANTOR PELAYANAN PAJAK ORANG PRIBADI. Syarat Objektif Syarat Subjektif. Wilayah tempat kedudukan. Wilayah tempat tinggal
BADAN ORANG PRIBADI Syarat Objektif Syarat Subjektif Wilayah tempat kedudukan KANTOR PELAYANAN PAJAK Wilayah tempat tinggal Fungsi NPWP - Sebagai sarana dalam administrasi perpajakan - Sebagai identitas
Lebih terperinciMochammad Tanzil Multazam
Mochammad Tanzil Multazam 1. Pembukuan 2. Legalitas Perusahaan 3. Pajak Terkait Perusahaan 1. Aturan 2. Jenis Dokumen 3. Pembuatan 4. Penyimpanan 5. Pengalihan 6. Pemusnahan 1. Undang-Undang No. 8 Tahun
Lebih terperinciBAB II TEORI PERPAJAKAN, PAJAK PERTAMBAHAN NILAI, PENGADILAN PAJAK DAN BANDING PAJAK
BAB II TEORI PERPAJAKAN, PAJAK PERTAMBAHAN NILAI, PENGADILAN PAJAK DAN BANDING PAJAK 2.1 Perpajakan 2.1.1. Pengertian Pajak Tentang pengertian pajak, ada beberapa pendapat dari para ahli, antara lain:
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang terbesar di dunia. Hal ini tentunya membuat Indonesia melakukan beragam cara untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
Lebih terperinciMENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN
SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 85/PMK.03/ 2012 TENTANG PENUNJUKAN BADAN USAHA MILIK NEGARA UNTUK MEMUNGUT, MENYETOR, DAN MELAPORKAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAU PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1997 T E N T A N G PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1997 T E N T A N G PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pelaksanaan tugas dan
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15/PJ/2010 TENTANG
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15/PJ/2010 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 29/PJ/2008 TENTANG BENTUK, ISI, DAN TATA CARA PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciKETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN
SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciPAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH Objek Pemungutan PPN dan PPn BM 1. Penyerahan BKP dan atau JKP oleh PKP Rekanan 2. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah Pabean di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perum Perhutani adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perum Perhutani adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberi tugas dan wewenang untuk menyelenggarakan kegiatan pengelolaan hutan seluas 2,4 juta Ha di hutan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1.Landasan Teori 2.1.1. Definisi Pajak Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 568/KMK.04/2000 TENTANG
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 568/KMK.04/2000 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN, PEMUNGUTAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS PEMANFAATAN BARANG KENA PAJAK TIDAK
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG IZIN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN KAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG IZIN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN KAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO UTARA, Menimbang : a. bahwa semangat penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjalankan pemerintahan diperlukan sarana dan prasarana yang tentunya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan perekonomian Indonesia, dalam menjalankan pemerintahan diperlukan sarana dan prasarana yang tentunya tidak terlepas dari masalah pembiayaan
Lebih terperincitempat pembayaran pajak, dan tata cara pembayaran, penyetoran dan pelaporan pajak, serta tata cara pengangsuran dan penundaan pembayaran pajak diatur
KEWAJIBAN PELAPORAN PAJAK BENDAHARAWAN BERPEDOMAN PADA UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2007 DAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 80/PMK.03/2010 ATAUKAH PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 64/PMK.05/2013? Oleh:
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani
II.1. Dasar-dasar Perpajakan Indonesia BAB II LANDASAN TEORI II.1.1. Definisi Pajak Apabila membahas pengertian pajak, banyak para ahli memberikan batasan tentang pajak, diantaranya pengertian pajak yang
Lebih terperinciKETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN
SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembiayaan Negara dan pembangunan nasional. memenuhi kewajiban dalam bentuk fasilitas telah diberikan untuk mempermudah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan dan dinamika masyarakat yang kian meningkat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara menuntut adanya ketersediaan anggaran yang cukup tinggi. Salah satu
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2001 TENTANG
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2001 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciKETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP)
SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciPERPAJAKAN I PENDAFTARAN NPWP, PENGAJUAN SPPKP & PEMBAYARAN PAJAK. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Modul ke: PERPAJAKAN I PENDAFTARAN NPWP, PENGAJUAN SPPKP & PEMBAYARAN PAJAK Fakultas Ekonomi dan Bisnis Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id PENDAHULUAN Nomor Pokok
Lebih terperinciWALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT
WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang :
Lebih terperinciBAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS. IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS
BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS LEMIGAS merupakan Instansi Pemerintah yang tidak bertujuan untuk mencari keuntungan, LEMIGAS
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI KERINCI NOMOR 21 TAHUN
BUPATI KERINCI PERATURAN BUPATI KERINCI NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KERINCI, Menimbang
Lebih terperinciFAKTUR PAJAK STANDAR
FAKTUR PAJAK STANDAR Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak : Pengusaha Kena Pajak : Alamat : NPWP : Tanggal Pengukuhan PKP : Pembeli Barang Kena Pajak/Penerima Jasa Kena Pajak : Alamat : NPWP : NPPKP : No.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan, yakni pada tahun 2015 besarnya belanja negara sebesar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Untuk mensukseskan pembangunan nasional, peranan penerimaan dalam negeri sangat penting dan mempunyai kedudukan yang sangat strategis. Pembangunan tidak akan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.91/Menhut-II/2014 TENTANG PENATAUSAHAAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU YANG BERASAL DARI HUTAN NEGARA
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.91/Menhut-II/2014 TENTANG PENATAUSAHAAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU YANG BERASAL DARI HUTAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN
Lebih terperinciPROGRAM/KEGIATAN DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DIY KHUSUS URUSAN KEHUTANAN TAHUN 2016
DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PROGRAM/KEGIATAN DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DIY KHUSUS URUSAN KEHUTANAN TAHUN 2016 Disampaikan dalam : Rapat Koordinasi Teknis Bidang Kehutanan
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA IZIN PEMANFAATAN HASIL HUTAN PADA TANAH MILIK DAN KEBUN RAKYAT
SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG IZIN PEMANFAATAN HASIL HUTAN PADA TANAH MILIK DAN KEBUN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPETUNJUK PENGISIAN FORMULIR 1101 BM SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH (SPT MASA PPn BM) ( F )
LAMPIRAN II KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : KEP-386/PJ./2002 TANGGAL : 19 Agustus 2002 PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR 1101 BM SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH (SPT MASA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengolahan hasil hingga pemasaran hasil hutan. Pengelolaan menuju
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan hutan tanaman di Jawa, khususnya oleh Perum Perhutani merupakan suatu rangkaian kegiatan yang mencakup beberapa kegiatan utama mulai dari penanaman, pemeliharaan
Lebih terperinci