BAB III OBYEK PENELITIAN. beberapa kali perubahan dasar hukum. Di awal pendirian, wilayah kerja Perum

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III OBYEK PENELITIAN. beberapa kali perubahan dasar hukum. Di awal pendirian, wilayah kerja Perum"

Transkripsi

1 BAB III OBYEK PENELITIAN III.1 Sejarah Perusahaan Perum Perhutani sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah berdiri sejak tahun 1972 berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 1972 dan telah mengalami beberapa kali perubahan dasar hukum. Di awal pendirian, wilayah kerja Perum Perhutani meliputi Kawasan Hutan Negara Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pada tahun 1978 wilayah kerjanya diperluas mencakup Kaasan Hutan Negara Provinsi Jawa Barat dan Banten, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun Dasar Pengelolaan hutan Jawa dan Madura oleh Perum Perhutani mengalami perubahan pada tahun 1986 sebagaimana Peraturan Pemerintah No.36 Tahun 1986 tentang Perusahaan Umum Kehutanan Negara (Perum Perhutani). Pada tahun 1998 disempurnakan kembali melalui Peraturan Pemerintah No.53 Tahun Pada tahun 2001 Pemerintah menetapkan Perhutani sebagai BUMN Perseroan Terbatas (PT) berdasarkan Peraturan Pemerintah No.14 Tahun Namun berdasarkan desakan dari berbagai pihak atas keberadaan Perhutani sebagai Perseroan, maka pemerintah mengembalikan bentuk badan hukum Perum Perhutani menjadi Perum sebagaimana Peraturan Pemerintah No.30 Tahun 2003 tentang Perusahaan Umum Kehutanan Negara (Perum Perhutani). Terakhir berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2003 mengemban tugas dan tanggung jawab dalam pengelolaan hutan di Pulau Jawa, dengan wilayah hutan yang dikelola seluas 2,426 juta hektar, terdiri atas hutan produksi seluas 1,767 juta 37

2 hektar dan sisanya sebagai hutan lindung. Secara struktural Perum Perhutani di bawah Kementrian BUMN dengan pembinaan teknis Departemen Keutanan. III.2 Wilayah dan Unit Kerja Perum Perhutani Wilayah kerja Perum Perhutani meliputi kawasan hutan negara yang terdapat di wilayah Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Jawa Barat dan Banten, kecuali kawasan hutan konservasi seluas hektar, terdiri dari hutan produksi (HP) hektar (73%) dan hutan lindung hektar (27%). Wilayah kerja Perum Perhutani dibagi dalam unit-unit yaitu : 1. Wilayah kerja kawasan hutan negara Propinsi Jawa Tengah yang disebut Unit I Jawa Tengah 2. Wilayah kerja kawasan hutan negara Propinsi Jawa Timur yang disebut Unit II Jawa Timur 3. Wilayah kerja kawasan hutan negara Propinsi Jawa Barat dan Banten yang disebut Unit III Jawa Barat dan Banten Tiap-tiap unit kerja memiliki luas Hutan Produksi (HP) dan Hutan Lindung (HL) yang berbeda. Berikut ini merupakan tabel yang menunjukan luas HP dan HL di masing-masing unit. Tabel III.1 Luas Hutan Produksi dan Hutan Lindung di setiap Unit Unit Kerja Provinsi Hutan Produksi (Ha) Hutan Lindung (Ha) Total Luas (Ha) Unit I Jawa Tengah

3 Unit II Jawa Timur Unit III Jawa Barat Banten Jumlah III.3 Bidang Kegiatan Perusahaan Perum Perhutani sebagai badan Usaha Milik Negara (BUMN) menemban tugas dan tanggung jawab dalam pengelolaan hutan di Pulau Jawa, mulai dari kegiatan perencanaan hutan, reboisasi dan rehabilitasi hutan, pemeliharaan hutan, perlindungan hutan, pemungutan hasil hutan, pemasaran hasil hutan, pemberdayaan masyarakat melalui PHBM (Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat) dan perencanaan pengembangan sumber daya manusia. Dalam mengemban tugas dan tanggung jawab tersebut, Perum Perhutani berupaya menjaga keseimbangan fungsi sumber daya hutan baik ekologis, sosial, dan ekonomi. Visi Dari Perum Perhutani adalah Menjadi pengelola hutan lestari untuk sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. Sedangkan misi dari Perum Perhutani adalah sebagai berikut : 1. Mengelola sumberdaya hutan dengan prinsip Pengelolaan Hutan Lestari berdasarkan karakteristik wilayah dan Daya Dukung Daerah Aliran Sungai (DAS) serta meningkatkan manfaat hasil hutan kayu dan bukan kayu, ekowisata, jasa lingkungan, agroforestri serta potensi usaha berbasis kehutanan lainnya guna 39

4 menghasilkan keuntungan untuk menjamin pertumbuhan perusahaan secara berkelanjutan. 2. Membangun dan mengembangkan perusahaan, organisasi serta sumberdaya manusia perusahaan yang modern, profesional dan handal serta memberdayakan masyarakat desa hutan melalui pengembangan lembaga perekonomian koperasi masyarakat desa hutan atau koperasi petani hutan. 3. Mendukung dan turut berperan serta dalam pembangunan wilayah secara regional dan nasional, serta memberikan kontribusi secara aktif dalam penyelesaian masalah lingkungan regional, nasional dan internasional. III.3.1 Perencanaan Hutan Pengelolaan hutan diawali dengan kegiatan perencanaan hutan, yang meliputi : 1. Rencana Umum Perusahaan (RUP) yang merupakan rencana jangka panjang bersifat menyeluruh yang memuat kebijakan dan strategi optimalisasi sumber daya guna mencapai tujuan perusahaan. 2. Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan (RPKH) yang merupakan rencana untuk mewujudkan pengelolaan hutan secara lestari untuk masing-masing kelas perusahaan sebagai acuan penyusunan rencana guna terjaminnya kelestarian hutan. Guna penyusunan RKPH perlu dilakukan penataan hutan, meliputi tata batas, pembagian hutan, risalah (inventarisasi) hutan, pembuatan/perbaikan alur, pengukuran dan perpetaan. 40

5 3. Rencana Lima Tahun Perusahaan (RLTP) adalah rencana yang memuat kebijakan operasional dan pelaksanaan upaya-upaya mencapai sasaran perusahaan dalam 5 tahun. 4. Rencana Kerja Tahunan Perusahaan (RKTP) adalah rencana kegiatan secara rinci dalam satu rtahun sebagai dasar penyusunan Rencana Anggaran Kerja Perusahaan (RAKP). 5. Rencana Teknik Tahunan (RTT) adalah rencana tahunan yang disusun mengacu pada RPKH. III.3.2 Reboisasi dan Rehabilitasi Hutan Reboisasi dan rehabilitasi hutan dilaksanakan di lokasi bekas tebangan maupun kawasan tidak produktif. Pelaksanaan reboisasi melibatkan partisipasi aktif masyarakat dengan Sistem Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) baik dengan tanam tumpangsari atau banjarharian, penetapan pola tanam, optimalisasi ruang, maupun pengembangan usaha produktif lainnya. III.3.3 Pemeliharaan Hutan Pemeliharaan hutan bertujuan untuk mendapatkan tegakan yang berkualitas dan bernilai ekonomi tinggi pada akhir daur. Kegiatan pemeliharaan hutan meliputi penyiangan, wiwil/pembersihan tunas air, pruning/pemangkasan cabang, penjarangan, pencegahan terhadap hama dan penyakit, pencegahan gangguan pengembalaan dan perlindungan hutan lainnya. 41

6 III.3.4 Perlindungan Hutan Perlindungan hutan merupakan upaya untuk mencegah kerusakan dari gangguan keamanan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan meliputi pencurian pohon, okupasi lahan/bibrikan, penggembalaan liar, kebakaran hutan dan bencana alam. III.3.5 Pemungutan Hasil Hutan Pemungutan hasil hutan kayu meliputi kegiatan teresan, penebangan, pembagian batang, pengangkutan dan penumpukan di TPK (Tempat Pengumpulan Kayu), meliputi jenis kayu jati, pinus, mahoni, dammar, mangium, sengon dan rimba lainnya. Sedangkan untuk pemungutan hasil hutan non kayu berupa getah pinus, getah damar, minyak kayu putih, madu, seedlak dan murbei untuk pakan ulat sutera, kopi, minyak atsiri (ilanngilang, mimbo), penangkaran buaya, dan sebagainya. III.3.6 Industri Hasil Hutan Perum Perhutani memiliki Industri hasil hutan yakni Industri Pengolahan Kayu di Cepu, Brumbung, Gresik, dan 12 Unit Penggergajian dengan produk antara lain garden furniture, (GF), Housing Component, veener sayat, TOP, paket block, flooring. Selain itu Perum Perhutani juga memiliki 8 pabrik pengolahan Gondorukem dan Terpentin, 12 Pabrik Minyak Kayu Putih, Pabrik Seedlak, dan Pabrik Pemintalan Benang Sutera. III.3.7 Pemasaran Hasil Hutan Sasaran pasar produk Perum Perhutani untuk pasar dalam negeri umumnya berupa kayu bulat, untuk pasar luar negeri berupa kayu gergajian, produk jadi, 42

7 gondorukem dan terpantin. Mekanisme pemasaran berupa kontrak, penjualan langsung dan lelang. Perum Perhutani bekerja sama dengan World Wide Fund (WWF) dan Tropical Forest Trust (TFT) untuk mendapatkan sertifikasi Sustainable Forest Management (SFM) dan Chain of Custody (CoC), yang merupakan standar pengelolaan hutan, industry perkayuan dan perdagangan kayu yang disyaratkan para pembeli dari Eropa dan Amerika. III.4 Struktur Organisasi dan Uraian Tugas Secara umum dapat dikatakan bahwa suatu perusahaan tidak dapat menjalankan usahanya tanpa dibentuk struktur organisasi yang jelas. Setiap perusahaan mempunyai struktur organisasinya sendiri, disesuaikan dengan kebutuhan yang ada dalam perusahaan tersebut. Oleh karena itu penting bagi perusahaan untuk memiliki bagan organisasi yang baik agar aktivitas dalam perusahaan dapat berjalan dengan lancar. Hendaknya struktur organisasi bersifat fleksibel sehingga jika sewaktu-waktu terjadi perubahan dapat diadakan penyesuaian tanpa mengalami perubahan secara total. Organisasi merupakan bentuk persekutuan antar dua orang atau lebih yang bekerja secara terkoordinir dan rasional dalam rangka mencapai tujuan yang telah direncanakan sebelumnya, yang mana dalam persekutuan tersebut selalu terdapat hubungan antara atasan dan bawahan. Organisasi yang baik harus terlihat adanya pembagian tugas dan wewenang. Untuk itulah diperlukan suatu rancangan yang matang sehingga akan memberikan suatu manfaat bagi perusahaan dalam menjalankan 43

8 kegiatannya. Hal ini sangat penting karena baik dan buruknya organisasi dalam suatu perusahaan akan mempengaruhi kesuksesan dalam sebuah manajemen untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan SK Direksi Nomor 554/Kpts/Dir/2005 yang telah disempurnakan dengan SK Nomor 489/Kpts/Dir/2006 tentang Struktur Organisasi Perum Perhutani, ditegaskan pemisahaan kelola Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) dan Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM). Wilayah kerja Perum Perhutanidibagi menjadi 3 unit dan masing-,asing unit dipimpin oleh Kepala Unit dan di bantu oleh Wakil Kepala Unit dengan di bantu Kepala Biro. Maing-masing unit membawahi beberapa Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) yang dipimpin oleh seorang Administrator dan Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM) dipimpin oleh General Manager, dengan rincian sebagai berikut : 1. Unit I Jawa Tengah : 20 KPH dan 6 KBM 2. Unit I Jawa Timur : 24 KPH dan 6 KBM 3. Unit I Jawa Barat dan Banten : 13 KPH dan 3 KBM Struktur Organisasi Perum Perhutani yang terbaru diatur dalam Surat Keputusan Direksi Perum Perhutani Nomor 019/Kpts/Dir/2009 yang mulai berlaku pada tanggal 19 Januari Struktur Organisasi Perum Perhutani dilampirkan dalam Lampiran 1. Di dalam struktur organisasi Perum Perhutani, jabatan tertinggi dipegang oleh bagian Direksi yang dipimpin oleh Direktur Utama. Selain itu di bagian Direksi terdapat empat Direktur lainnya yang terdiri dari : 44

9 1. Direktur Industri dan Pemasaran Direktur bagian ini memimpin dua bagian indusri dan pemasaran, yaitu : a. Industri dan Pemasaran kayu, getah dan minyak b. Industri dan Pemasaran Agroforestry, ekowisata, dan jasa lingkungan 2. Direktur Keuangan Direktur keuangan mengepalai tiga bagian keuangan, yang terdiri dari : a. Bagian Anggaran dan Akuntansi b. Bagian Pembelanjaan dan Perpajakan c. Bagian Manajemen Resiko dan Pembinaan Anak Perusahaan 3. Direktur Sumber Daya Manusia dan Umum Direktur bagian ini mengepalai dua bagian, yaitu : a. Bagian Sumber Daya Manusia b. Bagian Umum 4. Direktur Perencanaan dan Pengelolaan Hutan Direktur ini mengepalai dua bagian, yaitu : a. Bagian Perencanaan Sumber Daya Hutan (SDH) b. Bagian Pengelolaan dan Perlindungan Sumber Daya Hutan Lindung (SDHL) 45

10 Penelitian ini dilakukan pada Bagian Keuangan yang terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian Anggaran dan Akuntansi, Bagian Pembelanjaan dan Perpajakan, Bagian Manajemen Resiko dan Pembinaan Anak Perusahaan. Tiap-tiap bagian tersebut memiliki tugas dan wewenang masing-masing sebagaimana telah ditetapkan dalam Surat Keputusan Direksi Perum Perhutani Nomor 19/Kpts/Dir/2009. Adapun uraian tugas dari masing-masing bagian adalah sebagai berikut : 1. Kepala Biro Akuntansi Manajemen dan Anggaran (Karo Akuntansi Manajemen dan Anggaran) a. Karo Akuntansi Manajemen dan Anggaran bertanggung jawab kepada Asdir Keuangan. b. Karo Akuntansi Manajemen dan Anggaran menerima laporan dari: Kepala Seksi Akuntansi Manajemen. Kepala Seksi Anggaran. c. Karo Akuntansi Manajemen dan Anggaran bertanggung jawab atas: Tersedianya bahan kajian untuk menyusun, dan merumuskan strategi dan kebijakan kegiatan akuntansi manajemen dan anggaran. Terlaksananya proses akuntansi manajemen Perusahaan Tersusunnya RKAP Tersusunnya laporan kegiatan akuntansi manajemen dan anggaran d. Karo Akuntansi Manajemen dan Anggaran mempunyai tugas: 46

11 Membantu menyiapkan, menyusun dan merumuskan strategi dan kebijakan akuntansi manajemen Perusahaan dan anggaran. Membantu tugas pengendalian pelaksanaan strategi dan kebijakan akuntansi manajemen Perusahaan dan anggaran. Membantu melakukan analisa biaya atas produk barang dan jasa yang dihasilkan Perusahaan, sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan oleh Direksi. M embantu merumuskan sistem akuntansi manajemen atas produkproduk yang dihasilkan Perusahaan. Membantu melaksanakan proses akuntansi atas seluruh biaya yang dikeluarkan oleh Perusahaan. Membantu menghimpun bahan, data dan informasi kebutuhan anggaran perusa-haan dan investasi dari seluruh unit kerja terkait di lingkungan Perusahaan. Membantu penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja (RAPB) Perusahaan. Membantu penyusunan laporan kegiatan Asdir Keuangan. Melaksanakan tugas-tugas lain yang relevan dari pimpinan. 2. Kepala Biro Pembelanjaan dan Perpajakan (Karo Pembelanjaan dan Perpajakan) 47

12 a. Karo Pembelanjaan dan Perpajakan bertanggung jawab kepada Asdir Keuangan. b. Karo Pembelanjaan dan Perpajakan menerima laporan dari: Kepala Seksi PKBL. Kepala Seksi Pembelanjaan. Kepala Seksi Perpajakan. c. Karo Pembelanjaan dan Perpajakan bertanggung jawab atas: Tersedianya bahan kajian untuk menyusun, dan merumuskan strategi dan kebijakan kegiatan pembelanjaan dan perpajakan. Tersusunnya RKAP. Tersusunnya laporan kegiatan pembelanjaan dan perpajakan. d. Karo Pembelanjaan dan Perpajakan mempunyai tugas: Membantu menyiapkan, menyusun dan merumuskan strategi dan kebijakan pembelanjaan Perusahaan dan perpajakan. Membantu tugas pengendalian pelaksanaan strategi dan kebijakan pembelanjaan Perusahaan dan perpajakan. Membantu penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja (RAPB) Perusahaan. Membantu menyelenggarakan dan mengatur proses pembelanjaan Perusahaan. 48

13 Membantu proses dan penyelesaian hal-hal yang berhubungan dengan perpajakan. Membantu penyusunan laporan kegiatan Asdir Keuangan. Melaksanakan tugas-tugas lain yang relevan dari pimpinan. 3. Kepala Biro Akuntansi Keuangan, Verifikasi dan Investasi (Karo Akuntansi Keuangan, Verifikasi dan Investasi) 1. Karo Akuntansi Keuangan, Verifikasi dan Investasi bertanggung jawab kepada Asdir Keuangan. 2. Karo Akuntansi Keuangan, Verifikasi dan Investasi menerima laporan dari: Kepala Seksi Akuntansi Keuangan. Kepala Seksi Verifikasi. Kepala Seksi Investasi. 3. Karo Akuntansi Keuangan, Verifikasi dan Investasi bertanggung jawab atas: Tersedianya bahan kajian untuk menyusun, dan merumuskan strategi dan kebijakan kegiatan akuntansi keuangan, verifikasi dan investasi. Terlaksananya proses kegiatan verifikasi, kegiatan penerimaan dan pengeluaran keuangan Perusahaan. 49

14 Tersusunnya perencanaan anggaran investasi. Tersusunnya laporan kegiatan akuntansi keuangan, verifikasi dan investasi. 4. Karo Akuntansi Keuangan, Verifikasi dan Investasi mempunyai tugas: Membantu menyiapkan, menyusun dan merumuskan strategi dan kebijakan akuntansi keuangan, verifikasi dan investasi. Membantu tugas pengendalian pelaksanaan strategi dan kebijakan akuntansi keuangan, verifikasi dan investasi. Membantu melaksanakan verifikasi atas seluruh kegiatan penerimaan dan pengeluaran keuangan Perusahaan. Membantu menyelenggarakan proses akuntansi atas seluruh kegiatan penerimaan dan pengeluaran keuangan Perusahaan, baik penerimaan pendapatan maupun pengeluaraan pembelanjaan serta perpajakan Perusahaan. Membantu penyusunan perencanaan anggaran investasi Perusahaan. Membantu menyusun Laporan Keuangan Perusahaan. Membantu penyusunan laporan kegiatan Asdir Keuangan. Melaksanakan tugas-tugas lain yang relevan dari pimpinan. 50

15 III.5 Gambaran Sistem yang Berjalan III.5.1 Prosedur Perpajakan Selama tahun 2006, 2007, dan 2008, kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh Perum Perhutani diantaranya : 1. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Sesuai dengan Pasal 21 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan, diwajibkan untuk memotong Pajak Penghasilan atas gaji yang dibayarkan perusahaan kepada karyawannya. Pajak Penghasilan Pasal 21 seluruhnya ditanggung oleh perusahaan. 2. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 Pembayaran PPh pasal 25 (angsuran pembayaran pajak yang dilakukan setiap bulan oleh perusahaan berdasarkab ketentuan Pasal 25 Undangundang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan) merupakan pembayaran di muka terhadap Pajak Penghasilan yang akan dihitung sendiri (self assessment) oleh perusahaan pada akhir tahun pajak. 3. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Pajak Pertambahan Nilai diterapkan Perum Perhutani dalam hal penyerahan atau perolehan Barang Kena Pajak dan pemanfaatan Jasa Kena Pajak dengan cara mengalikan dasar pengenaan pajak dengan tarif. Faktur Pajak Standar 51

16 dibuat oleh Perum Perhutani sebagai bukti pungutan pajak dalam melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak. Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai dilakukan setiap masa pajak dengan menggunakan SPT PPN. Sistem perpajakan Perum Perhutani dilakukan dengan prosedur sebagai berikut : 1. Membuat SPT Masa atau Tahunan untuk setiap jenis pajak sesuai dengan petunjuk pengisian SPT oleh Direktorat Jenderal Pajak berikut pengisian SSP. 2. Melaporkan penyetoran Pajak Terutang sesuai dengan SPT dan SSP dengan mendatangi secara langsung Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat Wajib Pajak terdaftar dan atau Kantor Pos dan tempat lain yang telah ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak. 3. Menyetorkan pajak terutangnya tepat waktu di Bank DKI dan atau Bank lain yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak. 4. Setiap dokumen pajak yang ditebitkan perusahaan dan diterima oleh pihak luar beserta SPT dan dokumen pendukungnya dikelompokkan per periode dan dimasukan ke dalam arsip tetap tahunan. 5. Melakukan koreksi jika terjadi kekeliruan penyetoran pajak sesuai tata cara perpajakan yang berlaku. 52

17 III.6 Mekanisme dan Prosedur Pajak Pertambahan Nilai Perum Perhutani III.6.1 Mekanisme Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai Mekanisme Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai tidak terlepas dari penerapan Pajak Pertambahan Nilai, terutama penerapannya pada Perum Perhutani. Pengusaha Kena Pajak dalam hal ini Perum Perhutani memperhatikan hal-hal penting yang terdapat dalam penerapan Pajak Pertambahan Nilai, yaitu sebagai berikut : 1. Pemungutan PPN sebesar 10% (sepuluh persen) atas penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak. 2. Membuat faktur pajak untuk setiap penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak. 3. Menyampaikan laporan perhitungan pajak dengan Surat Pemberitahuat (SPT) Masa Pertambahan Nilai selambat-lambatnya pada hari ke 20 (dua puluh) setelah akhir Masa Pajak. 4. Menyimpan Faktur Pajak dengan rapih dan tertib. 5. Menyelenggarakan pencatatan dan pembukuan perusahaan mengenai perolehan atau penyerahan Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak. 6. Melampirkan daftar ringkasan penjualan dan pembelian pada SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai bila diminta. III.6.2 Prosedur Pajak Pertambahan Nilai Perum Perhutani dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) dengan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) untuk pengusahaan hutan 53

18 tanaman. Dalam sistem perpajakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), informasi yang diperlukan oleh manajemen perusahaan antara lain : 1. Nama, alamat, Nomor Pokok wajib Pajak (NPWP) pemasok dan pembeli. 2. Jumlah kuantitas dan nilai nominal penjualan menurut jenis produk dan atau jasanya. 3. Jumlah kuantitas dan nilai nominal pembelian menurut jenis produk dan atau jasanya. 4. Besarnya Pajak Masukan yang di pungut perusahaan dan Pajak Keluaran yang dibayar perusahaan. 5. Otorisasi pejabat yang berwenang Dokumen-dokumen yang digunakan perusahaan untuk mendukung system perpajakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) antara lain : 1. SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) SPT Masa PPN adalah dokumen yang digunakan oleh Perum Perhutani sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran untuk suatu masa pajak ke Kantor Pelayanan Pajak, yang disampaikan paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya. 2. Faktur Pajak Standar Faktur Pajak Standar ini merupakan bukti pungutan pajak untuk mengetahui jumlah Pajak Masukan dan Pajak Keluaran, identitas penjual 54

19 atau pembeli, jenis BKP atau JKP yang dijual atau dibeli, selain itu dapat digunakan juga sebagai sarana untuk mengkreditkan pajak masukan. 3. Faktur Pajak Sederhana Faktur Pajak Sederhana adalah Faktur Pajak yang digunakan untuk transaksi penjualan yang dilakukan kepada pihak yang bukan Pengusaha Kena Pajak (PKP). Faktur Pajak Sederhana ini merupakan bukti pungutan pajak untuk mengetahui jumlah Pajak Keluaran atas penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP) dan jenis Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP) yang dijual. 4. Surat Setoran Pajak Merupakan dokumen yang digunakan oleh Perum Perhutani untuk melakukan pembayaran atau penyetoran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) terutang ke Kas Negara melalui Bank DKI atau bank-bank lainnya yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak atau melalui kantor pos. 5. Bukti Penerimaan Surat Merupakan dokumen yang diterima dari Kantor Pelayanan Pajak sebagai bukti bahwa Perum Perhutani telah menyampaikan SPT masa ke kantor Pelayanan Pajak tempat WP terdaftar. III.7 Proses Pengumpulan Data Dalam proses pengumpulan data, penulis melakukan pengamatan dan wawancara untuk membantu proses penelitian yang dilakukan. Pertanyaan yang diajukan penulis 55

20 adalah tentang aspek perpajakan dan penetapan Pajak Pertambahan Nilai yang dipakai oleh perusahaan. Dalam menganalisis data-data yang dikumpulkan, peneliti menggunakan metode-metode sebagai berikut : 1. Observasi Yaitu penulis memperoleh informasi melalui observasi. Penulis melakukan pengamatan langsung ke kantor Perum Perhutani. 2. Wawancara Yaitu penulis melakukan wawancara langsung kepada Kepala Biro Pembelanjaan dan Perpajakan Perum Perhutani untuk mendapatkan informasi perpajakan khususnya penerapan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai. 56

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA. dan bergerak dalam bidang industri dan distribusi tali kipas (v-belt & fan belt) untuk

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA. dan bergerak dalam bidang industri dan distribusi tali kipas (v-belt & fan belt) untuk BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA III.1 Sejarah Perusahaan PT Adiliman Makmur merupakan perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas dan bergerak dalam bidang industri dan distribusi tali kipas (v-belt &

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

BAB III PROFIL PERUSAHAAN 28 BAB III PROFIL PERUSAHAAN 3.1 Sejarah Perum Perhutani III Jawa Barat dan Banten Pada tahun 1972, dengan Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1972, ditetapkan tanggal 29 Maret 1972, Pemerintah Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sector pajak. Bahkan mengingat pentingnya peranan pajak yang begitu besar,

BAB I PENDAHULUAN. sector pajak. Bahkan mengingat pentingnya peranan pajak yang begitu besar, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak memegang peranan penting dalam kelangsungan perekonomian suatu Negara, khususnya di Indonesia. Hampir 80 % sumber penerimaan Negara kita berasal dari

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. usaha-usaha pariwisata di daerah digolongkan atas : 1. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata yang dikelompokkan atas

TINJAUAN PUSTAKA. usaha-usaha pariwisata di daerah digolongkan atas : 1. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata yang dikelompokkan atas TINJAUAN PUSTAKA Ekowisata Menurut undang-undang RI No. 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan, usaha-usaha pariwisata di daerah digolongkan atas : 1. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata yang dikelompokkan

Lebih terperinci

Perum Perhutani yang merupakan Badan Usaha Milik. Negara (BUMN) berbentuk perusahaan umum bertugas menyelenggarakan

Perum Perhutani yang merupakan Badan Usaha Milik. Negara (BUMN) berbentuk perusahaan umum bertugas menyelenggarakan I. PENDAHULUAN A. LATARBELAKANG Perum Perhutani yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berbentuk perusahaan umum bertugas menyelenggarakan kegiatan pengusahaan hutan di Pulau Jawa, meliputi Unit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang sangat besar pengaruhnya terhadap pembangunan di segala bidang. Penerimaan negara dari sektor pajak

Lebih terperinci

C. PKP Rekanan PKP Rekanan adalah PKP yang melakukan penyerahan BKP dan atau JKP kepada Bendaharawan Pemerintah atau KPKN

C. PKP Rekanan PKP Rekanan adalah PKP yang melakukan penyerahan BKP dan atau JKP kepada Bendaharawan Pemerintah atau KPKN Lampiran I Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP-382/PJ/2002 Tanggal : 13 Agustus 2002 A. Singkatan 1. APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2. APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Analisis Perlakuan Pajak Penghasilan dalam Transaksi Jasa Lelang oleh Balai Lelang Swasta Sebagaimana telah disebutkan dalam pembahasan sebelumnya bahwa transaksi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.60/Menhut-II/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.60/Menhut-II/2011 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.60/Menhut-II/2011 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENGATURAN KELESTARIAN HUTAN DAN RENCANA TEKNIK TAHUNAN DI WILAYAH PERUM PERHUTANI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan oleh negara Indonesia. Menurut pasal Pasal 33 ayat (3) disebutkan

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan oleh negara Indonesia. Menurut pasal Pasal 33 ayat (3) disebutkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu negara mempunyai konstitusi yang digunakan sebagai dasar untuk mengatur pemerintahan. Undang-Undang Dasar 1945 merupakan konstitusi tertinggi yang digunakan oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan kontribusi yang diberikan oleh Wajib Pajak (WP) kepada negara yang berdasarkan undang-undang bersifat wajib dan memaksa tanpa ada kontraprestasi (imbalan)

Lebih terperinci

PERUM PERHUTANI DIVRE JAWA TIMUR TAHUN NO. U R A I A N SATUAN KET

PERUM PERHUTANI DIVRE JAWA TIMUR TAHUN NO. U R A I A N SATUAN KET TABEL : IV.A.1. REALISASI LUAS TEBANGAN JATI PERUM PERHUTANI DIVRE JAWA TIMUR TAHUN 2009-2013 NO. U R A I A N SATUAN 2009 2010 2011 2012 2013 KET 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Tebangan A Ha 2.675,00 902,00 914,00

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA

LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA PROSEDUR PERHITUNGAN PEMBAYARAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) ATAS JASA ANGKUTAN KAYU PADA PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PERHUTANI KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN (KPH) JEMBER (Payment Calculation Procedures

Lebih terperinci

PENERAPAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PERUM PERHUTANI KBM INK SURABAYA RANGKUMAN TUGAS AKHIR. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian

PENERAPAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PERUM PERHUTANI KBM INK SURABAYA RANGKUMAN TUGAS AKHIR. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian PENERAPAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PERUM PERHUTANI KBM INK SURABAYA RANGKUMAN TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian Program Pendidikan Diploma III Jurusan Akuntansi Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4.

BAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia saat ini sedang mengalami permasalahan di berbagai sektor, salah satunya adalah sektor ekonomi. Inflasi yang cenderung mengalami peningkatan, naiknya harga

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK Para Pemungut PPN yang terhormat, Setiap bulan setelah Masa Pajak berakhir, Pemungut PPN harus melaksanakan kewajiban untuk melaporkan kegiatan pemungutan PPN yang

Lebih terperinci

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN Perhatian Sesuai dengan ketentuan Pasal 3 ayat (7) UU Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU Nomor 16 Tahun 2000, apabila SPTMasa yang Saudara sampaikan tidak ditandatangani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Kementrian Keuangan (2014)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Kementrian Keuangan (2014) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Perkembangan dan dinamika kebutuhan masyarakat yang kian meningkat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara menuntut adanya ketersediaan anggaran yang

Lebih terperinci

PERUM PERHUTANI DIVRE JAWA TIMUR TAHUN NO. U R A I A N SATUAN KET

PERUM PERHUTANI DIVRE JAWA TIMUR TAHUN NO. U R A I A N SATUAN KET TABEL : IV.A.1. REALISASI LUAS TEBANGAN JATI PERUM PERHUTANI DIVRE JAWA TIMUR TAHUN 2011-2015 NO. U R A I A N SATUAN 2011 2012 2013 2014 2015 KET 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Tebangan A Ha 914,00 1.071,01 1.390,72

Lebih terperinci

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian BAB 4 Pembahasan Hasil Penelitian 4.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai Sebagai pajak atas konsumsi dalam negeri maka PPN hanya dikenakan atas barang atau jasa yang dikomsumsi di dalam daerah

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS BAB IV PEMBAHASAN IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS Semua badan merupakan Wajib Pajak tanpa terkecuali, mulai saat didirikan atau saat melakukan kegiatan usaha atau memperoleh

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 550/KMK.04/2000 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 550/KMK.04/2000 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 550/KMK.04/2000 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH OLEH KANTOR PERBENDAHARAAN DAN

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang yakni barang IT yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha

Lebih terperinci

TABEL : IV.A.1. REALISASI LUAS TEBANGAN JATI PERUM PERHUTANI UNIT II JAWA TIMUR TAHUN

TABEL : IV.A.1. REALISASI LUAS TEBANGAN JATI PERUM PERHUTANI UNIT II JAWA TIMUR TAHUN TABEL : IV.A.. REALISASI LUAS TEBANGAN JATI PERUM PERHUTANI UNIT II JAWA TIMUR TAHUN 00 0 SATUAN 00 00 00 0 0 Tebangan A Tebangan B D Tebangan E,.00 0,0.00 0,.00,.00,.00,0.00 0.00,0.00 0,.00.00,.00,0.00,0.0,.,.0

Lebih terperinci

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN DEPARTEMEN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Nama Pemungut : Alamat : No. Telp : Usaha : SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya. Analisis Perhitungan..., Nurhasanah, Fakultas Ekonomi 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya. Analisis Perhitungan..., Nurhasanah, Fakultas Ekonomi 2016 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu sumber utama Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang mempunyai peranan penting dalam pembangunan adalah pajak. Sehingga dalam pelaksanaannya

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pajak merupakan komponen yang sangat penting dalam keberlangsungan

BAB II KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pajak merupakan komponen yang sangat penting dalam keberlangsungan BAB II KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan komponen yang sangat penting dalam keberlangsungan kehidupan suatu negara. Dalam Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENAHULUAN. Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

BAB I PENAHULUAN. Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang BAB I PENAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang Perpajakan dengan tidak mendapatkan

Lebih terperinci

Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan. Oleh Ruly Wiliandri

Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan. Oleh Ruly Wiliandri Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan Oleh Ruly Wiliandri Pelaksanaan UU No. 6 Tahun 1983 yang diubah dengan UU No. 9 Tahun 1994, dan UU No. 16 Tahun 2000 dan yang terakhir diatur dalam UU No. 28 Tahun

Lebih terperinci

BAB III OBJEK PENELITIAN. penjualan maka berdasarkan peraturan perpajakan PT SCE yang telah

BAB III OBJEK PENELITIAN. penjualan maka berdasarkan peraturan perpajakan PT SCE yang telah BAB III OBJEK PENELITIAN III.1 Pemilihan Objek Penelitian Penulis memilih PT SCE sebagai objek penelitian skripsi ini. Dimana PT SCE adalah perusahaan perdagangan dibidang distributor alat kontrol listrik

Lebih terperinci

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM.

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM. SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM Dalam Undang-undang ini, yang dimaksud dengan : Pasal 1 1. Wajib Pajak adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat adil dan makmur.

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat adil dan makmur. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber penerimaan Negara yang terbesar dan sangat penting bagi penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan pembangunan nasional. Kewajiban perpajakan

Lebih terperinci

pemungutan pajak dimana wajib pajak menghitung sendiri pajak terutangnya serta secara mandiri menyetorkan ke bank atau kantor pos dan melaporkannya

pemungutan pajak dimana wajib pajak menghitung sendiri pajak terutangnya serta secara mandiri menyetorkan ke bank atau kantor pos dan melaporkannya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang. Pembayar

BAB I PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang. Pembayar BAB 1 PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang. Pembayar

Lebih terperinci

Menimbang : Mengingat :

Menimbang : Mengingat : Menimbang : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1999 TENTANG PENGUSAHAAN HUTAN DAN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN PADA HUTAN PRODUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa hutan produksi di Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis BAB IV PEMBAHASAN Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis melakukan pemeriksaan pajak dengan menguji dan memeriksa ketaatan perpajakan, serta kebenaran jumlah dalam SPT

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. bergerak di bidang teknologi Access Management yang dapat memudahkan konsumen

BAB IV PEMBAHASAN. bergerak di bidang teknologi Access Management yang dapat memudahkan konsumen BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai merupakan salah satu perusahaan di Jakarta yang bergerak di bidang teknologi Access Management yang dapat memudahkan konsumen dalam melakukan

Lebih terperinci

1 dari 4 11/07/ :43

1 dari 4 11/07/ :43 1 dari 4 11/07/2012 14:43 Menimbang : PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 85/PMK.03/2012 TENTANG PENUNJUKAN BADAN USAHA MILIK NEGARA UNTUK MEMUNGUT, MENYETOR, DAN MELAPORKAN PAJAK PERTAMBAHAN

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. PP (Persero) Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi. PT. PP (Persero) Tbk menyediakan berbagai jasa dan solusi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang terbesar di dunia. Hal ini tentunya membuat Indonesia tidak lepas dari apa yang namanya permasalahan perekonomian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional adalah kegiatan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Untuk mewujudkan tujuan tersebut maka pemerintah perlu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Hutan tidak hanya mempunyai peranan dalam segi ekologi, tetapi sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Hutan tidak hanya mempunyai peranan dalam segi ekologi, tetapi sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hutan tidak hanya mempunyai peranan dalam segi ekologi, tetapi sebagai salah satu sumber devisa negara. Dalam UU No 41 tahun 1999 tentang kehutanan, dinyatakan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKSI PERUM PERHUTANI NOMOR : 436/KPTS/DIR/2011 TENTANG PEDOMAN BERBAGI HASIL HUTAN KAYU DIREKTUR UTAMA PERUM PERHUTANI

KEPUTUSAN DIREKSI PERUM PERHUTANI NOMOR : 436/KPTS/DIR/2011 TENTANG PEDOMAN BERBAGI HASIL HUTAN KAYU DIREKTUR UTAMA PERUM PERHUTANI KEPUTUSAN DIREKSI PERUM PERHUTANI NOMOR : 436/KPTS/DIR/2011 TENTANG PEDOMAN BERBAGI HASIL HUTAN KAYU DIREKTUR UTAMA PERUM PERHUTANI Menimbang : Mengingat : a. bahwa Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 33 TAHUN 2005 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PENERTIBAN DAN PENGENDALIAN HUTAN PRODUKSI

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15 /PJ/2010 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15 /PJ/2010 TENTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15 /PJ/2010 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 29/PJ/2008 TENTANG

Lebih terperinci

B A B I P E N D A H U L U A N. Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan untuk

B A B I P E N D A H U L U A N. Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan untuk B A B I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Hal ini tertuang dalam Anggaran

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai. IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan)

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai. IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan) BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan) Pajak Masukan adalah pajak yang harus dibayarkan oleh Pengusaha Kena Pajak

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. Biotek Indonesia adalah perusahaan yang bergerak di bidang farmasi (obatobatan hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 563/KMK.03/2003 TENTANG PENUNJUKAN BENDAHARAWAN PEMERINTAH DAN KANTOR PERBENDAHARAAN DAN KAS NEGARA UNTUK MEMUNGUT, MENYETOR, DAN MELAPORKAN PAJAK PERTAMBAHAN

Lebih terperinci

PERTEMUAN 12 By Ely Suhayati SE MSi Ak. PPN DAN PPnBM

PERTEMUAN 12 By Ely Suhayati SE MSi Ak. PPN DAN PPnBM PERTEMUAN 12 By Ely Suhayati SE MSi Ak PPN DAN PPnBM PAJAK ATAS NILAI TAMBAH PPN yang ditetapkan dengan UU no.18 tahun 2000 merupakan pajak yang dikenakan terhadap pertambahan nilai (Value Added) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan, maka tidak terlepas dari pembahasan mengenai sumber

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan, maka tidak terlepas dari pembahasan mengenai sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berbicara mengenai kesejahteraan dan kemandirian bangsa dalam berbagai aspek kehidupan, maka tidak terlepas dari pembahasan mengenai sumber pendapatan negara. Hal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pajak a. Pengertian Pajak Banyak definisi atau batasan yang telah dikemukakan oleh pakar yang satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam. kesadaran dan kepedulian untuk membayar pajak, salah satunya adalah Pajak

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam. kesadaran dan kepedulian untuk membayar pajak, salah satunya adalah Pajak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik material

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Penyajian Data 4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan PT. Fajar Lestari Abadi Surabaya adalah perusahaan yang bergerak di bidang usaha distribusi consumer goods, khususnya

Lebih terperinci

NPWP (NOMOR POKOK WAJIB PAJAK), WAJIB PAJAK NON EFEKTIF, KODE AKUN PAJAK, SSP, JATUH TEMPO PEMBAYARAN

NPWP (NOMOR POKOK WAJIB PAJAK), WAJIB PAJAK NON EFEKTIF, KODE AKUN PAJAK, SSP, JATUH TEMPO PEMBAYARAN Modul ke: NPWP (NOMOR POKOK WAJIB PAJAK), WAJIB PAJAK NON EFEKTIF, KODE AKUN PAJAK, SSP, JATUH TEMPO PEMBAYARAN Fakultas Ekonomi & Bisnis Disusun Oleh : Yenny Dwi Handayani Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Faktur Pajak merupakan bukti pemungutan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) karena penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP)

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil 1. Penerapan Pajak Pertambahan Nilai pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan dengan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SPPKP) No: PEM- 00025/WPJ.19/KP.0303/2013

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 Profil Perum Perhutani 4.1.1 Visi Misi Perum Perhutani Perum Perhutani adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberi tugas dan wewenang untuk penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pengeluaran Negara baik pengeluaran rutin maupun pembangunan, perpajakan yang baik guna menghimpun dana dari masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pengeluaran Negara baik pengeluaran rutin maupun pembangunan, perpajakan yang baik guna menghimpun dana dari masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam segi ekonomi, pajak merupakan perpindahan sumber daya dari sektor privat ke sektor publik. Bagi sektor publik, pajak akan digunakan untuk membiayai pengeluaran

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1. Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam bidang nutrisi anak yang telah dikukuhkan pada tanggal

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1999 TENTANG PENGUSAHAAN HUTAN DAN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN PADA HUTAN PRODUKSI

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1999 TENTANG PENGUSAHAAN HUTAN DAN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN PADA HUTAN PRODUKSI PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1999 TENTANG PENGUSAHAAN HUTAN DAN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN PADA HUTAN PRODUKSI U M U M Bangsa Indonesia dianugerahi Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Penyajian Data 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan CV. Mitra Sinergi merupakan salah satu bentuk perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan pipa dan bahan bangunan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut:

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Pajak II.1.1 Definisi Pajak Definisi pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut: Pajak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumber daya alam terbesar yang dimiliki bangsa Indonesia yang dapat memberikan manfaat yang besar untuk kehidupan makluk hidup. Salah satu

Lebih terperinci

BADAN KANTOR PELAYANAN PAJAK ORANG PRIBADI. Syarat Objektif Syarat Subjektif. Wilayah tempat kedudukan. Wilayah tempat tinggal

BADAN KANTOR PELAYANAN PAJAK ORANG PRIBADI. Syarat Objektif Syarat Subjektif. Wilayah tempat kedudukan. Wilayah tempat tinggal BADAN ORANG PRIBADI Syarat Objektif Syarat Subjektif Wilayah tempat kedudukan KANTOR PELAYANAN PAJAK Wilayah tempat tinggal Fungsi NPWP - Sebagai sarana dalam administrasi perpajakan - Sebagai identitas

Lebih terperinci

Mochammad Tanzil Multazam

Mochammad Tanzil Multazam Mochammad Tanzil Multazam 1. Pembukuan 2. Legalitas Perusahaan 3. Pajak Terkait Perusahaan 1. Aturan 2. Jenis Dokumen 3. Pembuatan 4. Penyimpanan 5. Pengalihan 6. Pemusnahan 1. Undang-Undang No. 8 Tahun

Lebih terperinci

BAB II TEORI PERPAJAKAN, PAJAK PERTAMBAHAN NILAI, PENGADILAN PAJAK DAN BANDING PAJAK

BAB II TEORI PERPAJAKAN, PAJAK PERTAMBAHAN NILAI, PENGADILAN PAJAK DAN BANDING PAJAK BAB II TEORI PERPAJAKAN, PAJAK PERTAMBAHAN NILAI, PENGADILAN PAJAK DAN BANDING PAJAK 2.1 Perpajakan 2.1.1. Pengertian Pajak Tentang pengertian pajak, ada beberapa pendapat dari para ahli, antara lain:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang terbesar di dunia. Hal ini tentunya membuat Indonesia melakukan beragam cara untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 85/PMK.03/ 2012 TENTANG PENUNJUKAN BADAN USAHA MILIK NEGARA UNTUK MEMUNGUT, MENYETOR, DAN MELAPORKAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAU PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1997 T E N T A N G PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1997 T E N T A N G PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1997 T E N T A N G PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pelaksanaan tugas dan

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15/PJ/2010 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15/PJ/2010 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15/PJ/2010 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 29/PJ/2008 TENTANG BENTUK, ISI, DAN TATA CARA PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH Objek Pemungutan PPN dan PPn BM 1. Penyerahan BKP dan atau JKP oleh PKP Rekanan 2. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah Pabean di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perum Perhutani adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberi

BAB I PENDAHULUAN. Perum Perhutani adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perum Perhutani adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberi tugas dan wewenang untuk menyelenggarakan kegiatan pengelolaan hutan seluas 2,4 juta Ha di hutan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1.Landasan Teori 2.1.1. Definisi Pajak Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 568/KMK.04/2000 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 568/KMK.04/2000 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 568/KMK.04/2000 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN, PEMUNGUTAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS PEMANFAATAN BARANG KENA PAJAK TIDAK

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG IZIN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN KAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG IZIN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN KAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG IZIN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN KAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO UTARA, Menimbang : a. bahwa semangat penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan pemerintahan diperlukan sarana dan prasarana yang tentunya

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan pemerintahan diperlukan sarana dan prasarana yang tentunya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan perekonomian Indonesia, dalam menjalankan pemerintahan diperlukan sarana dan prasarana yang tentunya tidak terlepas dari masalah pembiayaan

Lebih terperinci

tempat pembayaran pajak, dan tata cara pembayaran, penyetoran dan pelaporan pajak, serta tata cara pengangsuran dan penundaan pembayaran pajak diatur

tempat pembayaran pajak, dan tata cara pembayaran, penyetoran dan pelaporan pajak, serta tata cara pengangsuran dan penundaan pembayaran pajak diatur KEWAJIBAN PELAPORAN PAJAK BENDAHARAWAN BERPEDOMAN PADA UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2007 DAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 80/PMK.03/2010 ATAUKAH PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 64/PMK.05/2013? Oleh:

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani II.1. Dasar-dasar Perpajakan Indonesia BAB II LANDASAN TEORI II.1.1. Definisi Pajak Apabila membahas pengertian pajak, banyak para ahli memberikan batasan tentang pajak, diantaranya pengertian pajak yang

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan Negara dan pembangunan nasional. memenuhi kewajiban dalam bentuk fasilitas telah diberikan untuk mempermudah

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan Negara dan pembangunan nasional. memenuhi kewajiban dalam bentuk fasilitas telah diberikan untuk mempermudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan dan dinamika masyarakat yang kian meningkat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara menuntut adanya ketersediaan anggaran yang cukup tinggi. Salah satu

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2001 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2001 TENTANG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2001 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP)

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP) SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERPAJAKAN I PENDAFTARAN NPWP, PENGAJUAN SPPKP & PEMBAYARAN PAJAK. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

PERPAJAKAN I PENDAFTARAN NPWP, PENGAJUAN SPPKP & PEMBAYARAN PAJAK. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Modul ke: PERPAJAKAN I PENDAFTARAN NPWP, PENGAJUAN SPPKP & PEMBAYARAN PAJAK Fakultas Ekonomi dan Bisnis Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id PENDAHULUAN Nomor Pokok

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS. IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS

BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS. IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS LEMIGAS merupakan Instansi Pemerintah yang tidak bertujuan untuk mencari keuntungan, LEMIGAS

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KERINCI NOMOR 21 TAHUN

PERATURAN BUPATI KERINCI NOMOR 21 TAHUN BUPATI KERINCI PERATURAN BUPATI KERINCI NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KERINCI, Menimbang

Lebih terperinci

FAKTUR PAJAK STANDAR

FAKTUR PAJAK STANDAR FAKTUR PAJAK STANDAR Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak : Pengusaha Kena Pajak : Alamat : NPWP : Tanggal Pengukuhan PKP : Pembeli Barang Kena Pajak/Penerima Jasa Kena Pajak : Alamat : NPWP : NPPKP : No.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan, yakni pada tahun 2015 besarnya belanja negara sebesar

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan, yakni pada tahun 2015 besarnya belanja negara sebesar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Untuk mensukseskan pembangunan nasional, peranan penerimaan dalam negeri sangat penting dan mempunyai kedudukan yang sangat strategis. Pembangunan tidak akan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.91/Menhut-II/2014 TENTANG PENATAUSAHAAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU YANG BERASAL DARI HUTAN NEGARA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.91/Menhut-II/2014 TENTANG PENATAUSAHAAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU YANG BERASAL DARI HUTAN NEGARA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.91/Menhut-II/2014 TENTANG PENATAUSAHAAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU YANG BERASAL DARI HUTAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN

Lebih terperinci

PROGRAM/KEGIATAN DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DIY KHUSUS URUSAN KEHUTANAN TAHUN 2016

PROGRAM/KEGIATAN DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DIY KHUSUS URUSAN KEHUTANAN TAHUN 2016 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PROGRAM/KEGIATAN DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DIY KHUSUS URUSAN KEHUTANAN TAHUN 2016 Disampaikan dalam : Rapat Koordinasi Teknis Bidang Kehutanan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA IZIN PEMANFAATAN HASIL HUTAN PADA TANAH MILIK DAN KEBUN RAKYAT

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA IZIN PEMANFAATAN HASIL HUTAN PADA TANAH MILIK DAN KEBUN RAKYAT SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG IZIN PEMANFAATAN HASIL HUTAN PADA TANAH MILIK DAN KEBUN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR 1101 BM SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH (SPT MASA PPn BM) ( F )

PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR 1101 BM SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH (SPT MASA PPn BM) ( F ) LAMPIRAN II KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : KEP-386/PJ./2002 TANGGAL : 19 Agustus 2002 PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR 1101 BM SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH (SPT MASA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan hasil hingga pemasaran hasil hutan. Pengelolaan menuju

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan hasil hingga pemasaran hasil hutan. Pengelolaan menuju BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan hutan tanaman di Jawa, khususnya oleh Perum Perhutani merupakan suatu rangkaian kegiatan yang mencakup beberapa kegiatan utama mulai dari penanaman, pemeliharaan

Lebih terperinci