VIII. PERUMUSAN ALTERNATIF STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI WILAYAH CIANJUR SELATAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VIII. PERUMUSAN ALTERNATIF STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI WILAYAH CIANJUR SELATAN"

Transkripsi

1 111 VIII. PERUMUSAN ALTERNATIF STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI WILAYAH CIANJUR SELATAN Kerangka kerja perumusan strategi pembangunan ekonomi di wilayah Cianjur Selatan dilakukan melalui tiga tahap. Pertama, tahap masukan atau identifikasi faktor internal dan eksternal dengan menggunakan matriks IFE-EFE. Kedua, tahap pencocokan atau pemaduan yang berfokus pada perumusan alternatif strategi yang sesuai dengan mencocokkan faktor internal dan eksternal. Pada tahap ini digunakan analisis SWOT (kekuatan-kelemahan-ancaman-peluang) yang dicocokkan atau dipadukan dengan hasil identifikasi dengan matriks IFE- EFE. Ketiga, adalah tahap keputusan dalam pemilihan strategi prioritas dengan menggunakan Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (Quantitative Strategic Planning Matrix QSPM). 8.1 Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal Analisis Lingkungan Internal Analisis lingkungan internal ditujukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menjadi kekuatan dan kelemahan dalam pembangunan ekonomi daerah Cianjur Selatan dalam pelaksanaan pembangunan wilayahnya. Faktorfaktor strategis internal tersebut sebagai berikut : a. Kekuatan Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal diperoleh faktor-faktor yang menjadi kekuatan yang dapat dimanfaatkan Cianjur Selatan dalam pelaksanaan pembangunan wilayah, adalah sebagai berikut : 1. Potensi Sumberdaya Alam Sektor Pertanian (Pertanian, Perikanan, Peternakan, Kehutanan, dan Perkebunan) yang besar. Cianjur Selatan memiliki potensi sumberdaya alam yang besar terutama untuk sektor pertanian, perikanan, peternakan, kehutanan, dan perkebunan. Hal ini dapat terlihat dari relatif besarnya produksi pertanian di Wilayah Cianjur Selatan. Persentase produksi rata-rata per sektor pertanian di Wilayah Pembangunan Cianjur Selatan dari seluruh produksi per sektor pertanian di Kabupaten Cianjur adalah persen produk pertanian; 1.31 persen produk

2 112 perikanan; 9.60 persen produk peternakan; persen produk kehutanan dan perkebunan. Sedangkan di Wilayah Usulan Cianjur Selatan produksi rata-rata per sektor pertanian adalah sebagai berikut persen produk pertanian; 2.02 persen produk perikanan; persen produk peternakan; persen produk kehutanan dan perkebunan. 2. Potensi Sumberdaya Sektor Pertambangan yang besar. Potensi pertambangan di wilayah Cianjur Selatan adalah usaha pertambangan pasir besi. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air dan Pertambangan Kabupaten Cianjur, pada Tahun 2011 Kabupaten Cianjur telah mengeluarkan izin eksplorasi terhadap tiga pengusaha pasir besi. Eksploitasi pasir besi yang terjadi di wilayah Cianjur Selatan adalah dari pertambangan rakyat dimana pertambangan tersebut mengandalkan surut laut untuk ekploitasinya. 3. Potensi Sektor Pariwisata yang besar. Potensi sektor pariwisata di Wilayah Cianjur Selatan dapat dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tempat wisata yang ada umumnya merupakan wilayah pantai. Jumlah objek wisata yang telah dan yang berpotensi untuk dikelola di Wilayah Pembangunan Cianjur Selatan berjumlah 12,5 persen. 4. Perkembangan kecamatan-kecamatan yang semakin membaik Kecamatan di Wilayah Pembangunan Cianjur Selatan maupun di Wilayah Usulan Cianjur Selatan tidak memiliki wilayah potensial, namun kecamatan yang termasuk ke dalam kategori kecamatan strategis berjumlah 42,86 persen dan di Kabupaten Usulan Cianjur Selatan berjumlah 50 persen. 5. Banyaknya Kelembagaan Keagamaan Sarana dan prasarana ibadah, khususnya masjid dan mushala merupakan sarana dan prasarana yang memiliki derajat penyebaran yang tinggi di Wilayah Pembangunan Cianjur Selatan. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk di Canjur Selatan menganut agama Islam. Masjid dan mushala di Wilayah Pembangunan Cianjur Selatan berjumlah 19,49 persen dan 2,87 persen. Sedangkan jumlah masjid dan mushala di Kabupaten Usulan Cianjur Selatan berjumlah 27,67 persen dan 29,69 persen.

3 113 b. Kelemahan Faktor-faktor yang merupakan kelemahan yang harus diatasi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal, yaitu : a. Sektor perindustrian dan perdagangan yang belum berkembang Persentase pusat kegiatan perdagangan di Kabupaten Cianjur untuk Wilayah Pembangunan Cianjur Selatan berjumlah 8,75 persen dan di Kabupaten Usulan Cianjur Selatan berjumlah 13,75 persen. Jumlah industri yang dihitung berdasarkan jumlah perusahaan kecil, perusahaan menengah dan perusahaan besar yang melakukan investasi di Kabupaten Cianjur untuk Wilayah Pembangunan Cianjur Selatan berjumlah 1,46 persen dan di Kabupaten Usulan Cianjur Selatan berjumlah 2,19 persen. Jumlah investasi ini masih relatif kecil untuk pengembangan sektor perindustrian dan perdagangan di Cianjur Selatan. b. Sarana dan prasarana kurang memadai Berdasarkan analisis hirarki sarana sosial ekonomi, kecamatan di Wilayah Pembangunan Cianjur Selatan didominasi oleh wilayah berkembang. Namun masih terdapat wilayah tertinggal, artinya ketersediaan sarana dan prasarana di wilayah Cianjur Selatan masih kurang memadai. Sedangkan berdasarkan penyebaran jumlah jenis fasilitas, maka jumlah jenis fasilitas yang menyebar dengan lengkap hanya berjumlah 6,25 persen untuk daerah Cianjur Selatan dan 9,375 persen untuk wilayah Usulan Cianjur Selatan. Pengkategorian penyebaran fasilitas tersebut didasarkan pada jumlah jenis fasilitas yang dimiliki oleh masing-masing kecamatan. Jika suatu kecamatan memiliki jenis fasilitas maka kecamatan tersebut memiliki penyebaran fasilitas lengkap, sedangkan jika jumlah jenis fasilitas yang dimiliki kurang dari 11 maka kecamatan tersebut memiliki penyebaran fasilitas tidak lengkap. Kecamatan yang memiliki jenis fasilitas sebanyak unit dikategorikan menjadi kecamatan dengan penyebaran fasilitas sedang.

4 114 Tabel 8.1 Penyebaran Fasilitas berdasarkan wilayah pembangunan di Kabupaten Cianjur Tahun Wilayah Pembangunan Penyebaran Fasilitas (Jumlah Jenis dalam Persen) Tidak Lengkap Sedang Lengkap Cianjur Utara Cianjur Tengah Cianjur Selatan Cianjur Selatan Usulan Kabupaten Cianjur c. Pemanfaatan dan pengelolaan SDA belum optimal Wilayah Cianjur Selatan memiliki potensi sumberdaya yang sangat besar, namun potensi terebut belum dimanfaatkan dan dikelola secara optimal dan efisien. Wilayah yang mempunyai potensi untuk tumbuh dan berkembang di atas kekuatannya sendiri (kecamatan strategis) berjumlah 42,86 persen di Wilayah Pembangunan Cianjur Selatan dan di Kabupaten Usulan Cianjur Selatan berjumlah 50 persen. Hal ini merupakan suatu kelemahan bagi pembangunan ekonomi wiayah karena pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya yang belum optimal dan efisien menjadikan pembangunan tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan. d. Kualitas Sumberdaya Manusia (SDM) yang masih relatif rendah Kelemahan yang dialami Wilayah Cianjur Selatan salah satu nya adalah kualitas SDM di kecamatan-kecamatan di Wilayah Cianjur Selatan yang masih cukup rendah. Merujuk pada tingkat pendidikan di Wilayah Cianjur, tahun 2011 sebesar 1,87 persen tidak tamat SD. Berdasarkan Dinsosnakertrans Kabupaten Cianjur, pada tahun 2011 jumlah angkatan kerja yang terserap hanya 0,75 persen dari seluruh jumlah pencari kerja yang ada. Hal ini mencerminkan bahwa kualitas SDM yang dimiliki Cianjur masih relatif rendah belum sesuai dengan kualifikasi lapangan pekerjaan yang ada. Kondisi ini bisa menjadi gambaran bagi rendahnya kualitas yang dimiliki Wilayah Cianjur Selatan.

5 115 e. Investasi di Wilayah Cianjur Selatan relatif rendah Jumlah investasi di bidang perdagangan dan perindustrian Wilayah Pembangunan Cianjur Selatan pada tahun 2011 adalah 1,45 persen dari seluruh jumlah investasi perdagangan dan perindustrian di Kabupaten Cianjur. Jika perhitungan dilakukan dengan memasukkan tiga kecamatan di wilayah Cianjur Tengah ke dalam wilayah Cianjur Selatan maka jumlah investasi di wilayah tersebut menjadi 2,19 persen dari seluruh jumlah investasi di Kabupaten Cianjur. f. Kebijakan pembangunan Wilayah Kabupaten Cianjur khususnya kebijakan tata ruang belum berpihak pada pengembangan perindustrian dan perdagangan Secara umum, kebijakan pembangunan wilayah di Wilayah Cianjur Selatan adalah terdapatnya rencana pengolahan hasil pertanian, pusat perikanan, pusat jasa pariwisata, dan pertambangan. Rencana pembangunan terutama antara lain : pusat kegiatan lokal perkotaan di Sindangbarang; Cidaun sebagai pusat produksi dan industri perkebunan dan pertanian dengan skala pelayanan; serta Cibinong, Naringgul dan Agrabinta sebagai pusat produksi pertanian dengan skala antar desa. Dengan demikian, dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Cianjur, kawasan Cianjur Selatan merupakan pemukiman dan pertanian, belum mengoptimalkan pengembangan perindustrian dan perdagangan. Pengembangan kawasan industri hanya berada di Kecamatan Cibinong. g. Relatif tingginya angka kemiskinan Merujuk pada data Kabupaten Cianjur, tahun 2009 keluarga pra sejahtera berjumlah 15,8 persen. Angka ini dapat menjadi kelemahan bagi pembangunan Kabupaten Cianjur, terutama wilayah Cianjur Selatan maupun wilayah Usulan Cianjur Selatan. h. Disparitas pembangunan antar wilayah Cianjur Selatan dan wilayah lainnya Salah satu latar belakang pembentukan otonomi daerah Kabupaten Cianjur Selatan adalah untuk mengatasi adanya disparitas pembangunan antar wilayah di Kabupaten Cianjur. Disparitas atau ketimpangan wilayah ini terlihat dari adanya perbedaan dalam penyebaran fasilitas, jumlah investasi, jumlah penduduk miskin, dan sebagainya di Kabupaten Cianjur. Ketimpangan

6 116 fasilitas pembangunan yang merupakan persentase jumlah kecamatan kategori tertentu terhadap seluruh jumlah kecamatan di masing-masing wilayah pembangunan disajikan pada Tabel 8.2. Berdasarkan Tabel 8.2, jumlah kecamatan di Wilayah Pembangunan Cianjur Selatan maupun Wilayah Usulan Cianjur Selatan sebagian besar merupakan kecamatan dengan kategori wilayah berkembang. Tabel 8.2 Perkembangan Kecamatan Berdasarkan Ketersediaan Fasilitas per Wilayah Pembangunan di Kabupaten Cianjur Tahun 2011 Maju (%) Berkembang (%) Tertinggal (%) Cianjur Utara Cianjur Tengah Cianjur Selatan Cianjur Usulan Disparitas antar wilayah pembangunan pun dapat dilihat dari ketimpangan investasi yang ditunjukkan oleh persentase terhadap seluruh jumlah investasi di Kabupaten Cianjur. Seperti ditunjukkan oleh Tabel 8.3 jumlah investasi di sektor perdagangan dan perindustrian baik di wilayah Cianjur Selatan maupun wilayah Usulan Cianjur Selatan masih relatif rendah. Hal ini juga terkait belum berkembangnya perindustrian di wilayah tersebut. Tabel 8.3 Investasi per Wilayah Pembangunan di Kabupaten Cianjur Tahun 2011 Jumlah Kecamatan Investasi (%) Cianjur Utara Cianjur Tengah Cianjur Selatan Cianjur Usulan

7 117 i. Masih lemahnya jejaring usaha dengan berbasis pelaku usaha Lemahnya jejaring usaha yang berbasis pelaku usaha di wilayah Cianjur Selatan ditunjukkan oleh masih rendahnya tingkat investasi dan masih belum berkembangnya sektor perindustrian dan perdagangan. j. Wilayah-wilayah yang sulit dijangkau oleh jaringan transportasi dan komunikasi. Terdapat wilayah yang relatif sulit dijangkau oleh fasilitas perhubungan dan komunikasi sehingga berpengaruh pada lambatnya proses pembangunan. Hal ini menyebabkan akses masyarakat di wilayah tersebut terhadap pelayanan menjadi sangat rendah. Kondisi demikian mengakibatkan penduduk di wilayah tersebut secara ekonomi dan budaya akan tetap terbelakang meskipun memiliki potensi untuk berkembang Analisis Lingkungan Eksternal Analisis lingkungan eksternal bertujuan untuk mengidentifikasi faktorfakor yang menjadi peluang dan ancaman yang dihadapi Cianjur Selatan dalam melaksanakan pembangunan wilayahnya. a. Peluang Berdasarkan hasil analisis lingkungan eksternal diperoleh beberapa faktor yang menjadi peluang yang dapat dimanfaatkan dalam pembangunan ekonomi di Cianjur Selatan. Peluang-peluang tersebut adalah : 1. Kondisi perekonomian Kabupaten Cianjur yang semakin membaik. Perekonomian Kabupaten Cianjur semakin membaik terlihat dari adanya kecenderungan peningkatan persentase PAD terhadap PDRB di Kabupaten Cianjur. Persentase PAD terhadap PDRB pada Tahun 2008 sebesar 1,02 persen. Kontribusi tersebut terus meningkat menjadi 1,18 persen, 1,38 persen, dan 1,59 persen untuk tahun 2009 sampai dengan Kabupaten Canjur mempunyai laju pertumbuhan ekonomi positif dengan laju yang cenderung semakin meningkat. Pertumbuhan ekonomi pada Tahun 2009 meningkat 2,75 persen. Pada Tahun 2010 laju pertumbuhan ekonomi mencapai 5,61 persen. Selanjutnya, laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga berlaku pada Tahun 2011 mencapai 3,59 persen. Meskipun pada

8 118 tahun 2011 laju pertumbuhan menurun, namun pertumbuhannya masih tetap positif. 2. Struktur Perekonomian Kabupaten Cianjur yang didominasi oleh sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan; pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; serta sektor perdagangan, hotel dan restoran. Tahun 2011, kontribusi PDRB di Kabupaten Cianjur didominasi oleh sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan yaitu sebesar persen. 3. Perkembangan teknologi Seiring berkembangnya teknologi, teknologi informasi sudah mulai berkembang di Kabupaten Cianjur, termasuk wilayah Cianjur Selatan. Perkembangan teknologi merupakan peluang yang dapat memberikan dampak positif bagi kinerja pembangunan. Di wilayah Cianjur Selatan, teknologi pengolahan yang sudah berjalan diantaranya teknologi pengolahan hasil pertanian, pengolahan pasir besi dan industri pengolahan minyak kelapa murni (virgin coconut oil). 4. Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur Kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Cianjur yang berpihak kepada kemajuan di wilayah Cianjur Selatan merupakan peluang yang berperan sangat sesuai dengan Rencana Strategis Kabupaten Cianjur Tahun Berdasarkan strategi perwilayahan pembangunan yang telah ditetapkan dalam RTRW dan Program Pembangunan Daerah maka di wilayah Cianjur Selatan yang terdiri dari tujuh kecamatan ditetapkan strategi percepatan pembangunan diantaranya : 1). Pusat Kegiatan Lokal Perkotaan Sindangbarang sebagai pusat pengolahan hasil pertanian, pusat perikanan, pusat jasa pariwisata, dan pertambangan, 2). Pusat Pelayanan Kawasan di Cidaun sebagai pusat produksi dan industri perkebunan dan pertanian dengan skala pelayanan beberapa kecamatan, 3). Pusat Pelayanan Lingkungan sebagai pusat produksi pertanian dengan skala antar di desa di kecamatan Cibinong, Naringgul, dan Argabinta.

9 Kerjasama dengan pihak swasta dan lainnya Terdapat berbagai kerjasama dan kemitraan dengan pihak swasta maupun pihak lainnya terkait dengan masih belum optimalnya pemanfaatan sumberdaya daerah. Peluang ini diharapkan dapat mengatasi berbagai kelemahan dalam pelaksanaan pembangunan. Sebagai contoh adalah pengembangan pertanian melalui pola wisata alam (agro wisata) dan ekowisata yang bekerjasama dengan berbagai pihak dan Departemen Kehutanan sesuai dengan strategi kebijakan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur. 6. Lokasi Kabupaten Cianjur yang strategis Kabupaten Cianjur termasuk ke dalam wilayah dengan potensi lahan-lahan pertanian tanaman pangan dan hortikultura, peternakan, perikanan, dan perkebunan. Kondisi wilayah yang ditunjang dengan banyaknya sungai besar dan kecil, sebagai sumber pengairan tanaman pertanian. Keanekaragaman sumberdaya alam yang dimiliki Kabupaten Cianjur merupakan modal dasar pembangunan dan potensi investasi yang menjanjikan. 7. Adanya peraturan perundang-undangan tentang Otonomi Daerah Seiring dengan adanya kebijakan otonomi daerah, maka terdapat pula peraturan dan perundang-undangan otonomi daerah. Hal ini menjadi peluang dalam pelaksanaan pembangunan daerah. Dengan adanya Otonomi Daerah, pemerintah daerah memiliki keleluasaan dalam mengelola daerahnya sesuai dengan potensi dan kepentingan yang dimiliki. Adanya otonomi daerah diharapkan dapat menghasilkan nilai tambah ekonomi yang lebih tinggi bagi masyarakat daerah melalui peningkatan partisipasi masyarakat dalam kegiatan ekonomi. b. Ancaman 1. Ketidakstabilan kondisi politik dan keamanan nasional Kondisi politik suatu daerah yang stabil dapat mendorong pelaksanaan pembangunan mencapai keberhasilan lebih cepat. Hal ini terjadi karena kondisi politik yang stabil dapat menarik para investor untuk menanamkan modalnya di daerah. Meskipun saat ini Indonesia masih rentan dalam

10 120 menghadapi globalisasi dan liberalisasi ekonomi sehingga daya tarik investasinya masih rendah. Selain kondisi politik yang masih rentan, kondisi keamanan dan tingginya tingkat korupsi di Indonesia masih menyebabkan para investor untuk tidak terlalu tertarik menanamkam modalnya. 2. Bencana alam nasional dan regional Beberapa bencana alam yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini dapat menjadi ancaman bagi pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Cinajur termasuk wilayah Cianjur Selatan. Tidak hanya bencana alam nasional, namun bencana alam regional dapat menjadi ancama dalam pelaksanaan pembangunan. Berdasarkan Bidang Logistik dan Kedaruratan Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cianjur terdapat 90 persen kecamatan yang termasuk rawan bencana alam. Bencana alam yang paling berpotensi ketika kondisi cuaca ekstrem diantaranya longsor, banjir bandang, dan puting beliung. Wilayah kecamatan yang berpotensi longsor yaitu Kecamatan Pagelaran, Tanggeung, dan Cibinong. Wilayah yang rawan banjir bandang yaitu kecamatan Sindangbarang. Sedangkan kecamatan yang rawan puting beliung yaitu kecamatan Haurwangi, Sukaluyu, Ciranjang, Gekbrong dan Warungkondang. 3. Era globalisasi yan menuntut daya saing yang tinggi Globalisasi dan liberalisasi ekonomi internasional menyadarkan pemerintah Indonesia bahwa kegiatan ekonomi akan semakin kompleks dan penuh denagn resiko. Sebagai contoh, adanya subsidi domestik dan subsidi ekspor yang diberikan oleh negara-negara maju dapat menjadi ancaman serius kepada petani dan eksportir mereka dapat menjadi ancaman bagi daya saing produk-produk pertanian Indonesia, termasuk produk pertanian di Kabupaten Cianjur. 4. Persaingan antar daerah Setiap daerah akan selalu memajukan dan mensejahterakan masayarakatnya melalui pembangunan-pembangunan dan penciptaan lapangan kerja. Pemerintah daerah yang proaktif dalam mendukung

11 121 pembangunan akan membuat daerah tersebut maju dan jauh dari ketertinggalan. Sebaliknya, pemerintah daerah yang lemah dalam mendukung pembangunan maka daerah tersebut akan semakin tertinggal dibandingkan daerah-daerah lain. 5. Adanya beberapa kebijakan pemerintah pusat dan daerah yang tidak saling mendukung. Adanya ketidaksesuaian antara kebijakan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dapat menjadi ancaman dalam pelaksanaan pembangunan. Dibutuhkan adanya sinergitas antara kebijakan-kebijakan tersebut, misalnya implementasi program-program pemerintah pusat di daerah yang dibiayai dengan dana dekonsentrasi dapat terlaksana dengan efektif dan efisien. 6. Persepsi biaya ekonomi tinggi Persepsi ekonomi biaya tinggi di Indonesia sepertinya masih sulit dihapus dalam waktu singkat. Hal ini terkait dengan citra birokrasi di Indonesia yang masih belum efisien ditunjang dengan sumberdaya manusia yang belum optimal. Biaya untuk memulai investasi di Indonesia relatif lebih tinggi dan waktu yang diperlukan untuk mengurus ijin bisnis lebih lama dibandingkan dengan negara-negara lain, khususnya di Asia Tenggara. 8.2 Tahap Masukan Tahap masukan dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor strategis internal dan eksternal dengan melakukan analisis IFE (Internal Factors Evaluation) dan EFE (External Factors Evaluation). Analisis IFE-EFE didasarkan pada hasil identifikasi kekuatan dan kelemahan yang merupakan faktor strategis internal serta identifikasi peluang dan ancaman yang merupakan faktor strategi eksternal. Pengisian matriks IFE-EFE dilakukan dengan memberikan bobot dan rating pada setiap faktor strategis internal dan eksternal tersebut. Penentuan bobot dilakukan dengan menggunakan metode Paired Comparison sehingga diperoleh skor bobot. Analisis ini ditujukan untuk menilai dan mengevaluasi pengaruh faktor-faktor strategis terhadap keberhasilan pembangunan Cianjur Selatan.

12 Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE Matrix) Matriks IFE merupakan hasil dari identifikasi faktor-faktor strategis internal Wilayah Cinajur Selatan berupa kekuatan dan kelemahan yang berpengaruh terhadap pembangunan ekonomi di wilayah Cinajur Selatan. Berdasarkan hasil analisis matriks IFE diperoleh nilai, bobot serta rating dari masing-masing faktor kekuatan dan kelemahan. Hasil matriks IFE dapat dilihat pada Tabel 8.4. Total skor (nilai terbobot) untuk faktor strategis internal sebesar Jika dirinci, maka jumlah nilai terbobot untuk elemen kekuatan adalah 1.19, sedangkan untuk elemen kelemahan berjumlah Kekuatan utama yang dimiliki Cianjur Selatan adalah banyaknya kelembagaan keagamaan dengan skor 0.28 dan potensi sumberdaya alam sektor pertanian, perikanan, peternakan, kehutanan dan perkebunan dengan skor Di Wilayah Cianjur Selatan, sumberdaya pertanian memegang peranan penting dan dapat dijadikan sebagai modal dasar dalam proses pembangunan. Kekuatan selanjutnya yang dimilliki Wilayah Cianjur Selatan yaitu potensi sumberdaya alam pertambangan yang besar dengan skor 0,22. Selain kekuatan, wilayah Cianjur Selatan juga memiliki kelemahan. Kelemahan utama yang dihadapi oleh Cianjur Selatan yaitu sarana dan prasarana yang belum memadai. Kelemahan tersebut terlihat dari skor terendah yang dimiliki faktor strategis internal yaitu sebesar Lemahnya sarana dan prasarana yang memadai merupakan faktor penting dalam pelaksanaan pembangunan di Cianjur Selatan mengingat bahwa sarana dan prasarana yang memadai dapat mendorong pertumbuhan pembangunan suatu daerah.

13 123 Tabel 8.4 Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE matrix) Wilayah Cianjur Selatan Faktor Strategis Internal Bobot Rating Skor Kekuatan Potensi sumber daya alam sektor pertanian (pertanian, perikanan, peternakan, kehutanan, dan perkebunan Potensi sumber daya sektor pertambangan yang besar Potensi sektor pariwisata yang besar Perkembangan kecamatan yang semakin membaik Banyaknya kelembagaan keagamaan Kelemahan Sektor perindustrian dan perdagangan yang masih belum berkembang Sarana dan prasarana yang masih kurang memadai Pemanfaatan dan pengelolaan SDA belum optimal Kualitas SDM relatif rendah Investasi di Wilayah Cianjur Selatan relatif rendah Kebijakan pembangunan Wilayah Kab. Cianjur khususnya kebijakan tata ruang untuk wilayah Cianjur Selatan masih belum berpihak pada pengembangan sektor perindustrian dan perdagangan Relatif tingginya angka kemiskinan Disparitas pembangunan antar wilayah Selatan dan wilayah lainnya Masih lemahnya jejaring usaha dengan berbasis pelaku usaha Wilayah-wilayah yang sulit dijangkau oleh jaringan transportasi Kelemahan utama lainnya yang dihadapi Cianjur Selatan yaitu sektor perindustrian dan perdagangan yang masih belum berkembang dengna skor Hal ini perlu menjadi perhatian mengingat bahwa sektor perindustrian dan perdagangan memberikan konttribusi yang besar terhadap pembentukan PDRB

14 124 Wilayah Cianjur Selatan. Masih lemahnya jejaring usaha dengan berbasis pelaku usaha pada dasarnya juga berpengaruh terhadap terhambatnya perkembangan sektor perindustrian dan perdagangan. Hal ini juga terkait dengan investasi yang masih rendah di wilayah Cianjur Selatan Matriks Evalusi Faktor Eksternal (EFE Matrix) Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE matrix) merupakan hasil dari identifikasi faktor-faktor strategis eksternal Wilayah Cinajur Selatan berupa peluang dan ancaman. Berdasarkan hasil analisis matriks EFE diperoleh nilai, bobot serta rating dari masing-masing faktor kekuatan dan kelemahan. Hasil matriks EFE dapat dilihat pada Tabel 8.5. Hasil analisis matriks EFE menunjukkan bahwa total skor untuk faktor strategis eksternal sebesar 2.94 dengan skor elemen peluang sebesar 1.63 dan elemen ancaman sebesar Peluang utama yang dimiliki Cianjur Selatan adalah lokasi Kabupaten Cianjur yang strategis. Seperti telah dibahas sebelumnya, Kabupaten Cianjur memiliki lokasi dengan potensi lahan-lahan pertanian. Dengan demikian, peluang ini dapat dijadikan basis dalam melakukan pembangunan Kabupaten Cianjur terutama wilayah Cianjur Selatan. Peluang terbesar lainnya yaitu adanya peraturan dan perundang-undangan tentang otonomi daerah. Peraturan dan perundangundangan mengenai otonomi daerah membantu Cianjur Selatan untuk berkembang dalam membangun kemandirian pemerintahan daerahnya. Cianjur Selatan juga didukung dengan perolehan PAD yang relatif meningkat dari tahun ke tahun. Dengan demikian, wilayah Cianjur Selatan memiliki peluang untuk melakukan pembangunan daerah tersebut didukung dengan adanya kebijakan pemerintah pusat yang sinkron dengan kebijakan pemerintah daerah.

15 125 Tabel 8.5 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE matrix) Wilayah Cianjur Selatan Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Skor Peluang Kondisi perekonomian Kab.Cianjur yang semakin membaik kecenderungan terjadinya peningkatan persentase PAD terhadap PDRB di Kab.Cianjur) Struktur perekonomian Kab.Cianjur yang didominasi oleh ektor industri, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor pertanian Perkembangan teknologi Kerjasama dengan pihak swasta dan lainnya Lokasi Kab.Cianjur yang strategis Adanya peraturan dan perundangundangan tentang tonomi daerah Ancaman Ketidakstabilan kondisi politik dan keamanan nasional Bencana alam nasional-regional Era globalisasi yang menuntut daya saing yang tinggi Persaingan antar daerah Adanya beberapa kebijakan pemerintah pusat dan daerah yang tidak saling mendukung Persepsi ekonomi biaya tinggi

16 126 Selain peluang, ancaman yang dihadapi wilayah Cianjur Selatan yaitu ketidakstabilan kondisi politik dan keamanan nasional. Ketidakstabilan kondisi politik yang terjadi di Indonesia membuat para investor kurang tertarik untuk menanamkan modanya dalam rangka membangun daerah-daerah di Indonesia. Begitu juga dengan tingkat keamanan yang belum stabil, membuat para investor lebih memilih negara lain dalam menginvestasikan modal sehingga dukungan terhadap pembangunan wilayah-wilayah di Indonesia menjadi terhambat. Hal ini terbukti juga dengan masih relatif rendahnya investasi di wilayah Cianjur Selatan. Ancaman lain bagi pembangunan wilayah Cianjur Selatan yaitu era globalisasi yang menuntut daya saing yang tinggi. Era globalisasi menjadi ancaman karena wilayah Cianjur Selatan dalam beberapa hal belum siap menghadapinya. Beberapa kebijakan pemerintah pusat dan daerah yang tidak saling mendukung diharapkan dapat mencapai sinkronisasi sesuai dengan tujuan otonomi daerah, sehingga dapat menunjang pembangunan terutama wilayah Cianjur Selatan. Hal ini dikarenakan masih terlihat adanya ketimpangan dalam pembangunan ekonomi terutama di wilayah Cianjur Selatan dengan Canjur Utara. Bencana alam yang rawan terjadi di wilayah Cianjur Selatan harus menjadi perhatian, karena dapat menghambat pembangunan wilayah tersebut. 8.3 Tahap Pencocokan Tahap kedua pada perumusan strategi pembangunan ekonomi wilayah Cianjur Selatan yaitu tahap pencocokan, setelah sebelumnya dilakukan tahap masukan dengan matriks IEF-EFE. tahap pencocokan dilakukan dengan menggunakan teknik matriks SWOT. Matriks SWOT berasal dari informasi yang didapatkan dari tahap masukan untuk mencocokkan kekuatan dan kelemahan internal dengan peluang dan ancaman eksternal. Tahap pencocokan ini digunakan untuk menghasilkan alternatif strategi yang layak secara efektif. Dari hasil matriks SWOT diperoleh beberapa alternatif strategi dalam pembangunan ekonomi Cianjur Selatan. Matriks SWOT wilayah Cianjur Selatan dapat dilihat pada Tabel 8.6.

17 127 Tabel 8.6 Matriks SWOT Wilayah Cianjur Selatan Internal Strength (S)-Kekuatan Weakness (W)-Kelemahan Eksternal 1. Potensi sumberdaya alam sektor pertanian (pertanian, perikanan, peternakan, kehutanan dan perkebunan) Sektor perindustrian dan perdagangan yang masih belum berkembang. Sarana dan prasarana yang masih kurang memadai. Pemanfaatan dan pengelolaan SDA belum optimal 4. Kualitas SDM relatif rendah. 2. Potensi sumberdaya sektor 5. Investasi di wilayah Cianjur masih relatif rendah pertambangan yang besar. 6. Kebijakan pembangunan wilayah Kab. Cianjur 3. Potensi sektor pariwisata yang besar khususnya kebijakan tata ruang untuk wilayah Cianjur Selatan masih belum berpihak pada 4. Perkembangan kecamatan yang semakin membaik. pengembangan sektor perindustrian dan perdagangan. 5. Banyaknya kelembagaan keagamaan Relatif tingginya angka kemiskinan. Disparitas pembangunan antar wilayah Selatan dengan wilayah lainnya. 9. Masih lemahnya jejaring usaha dengan berbasis pelaku usaha Opportunities (O)- Peluang 1. Kondisi perekonomian Kab. Cianjur yang semakin membaik kecenderungan terjadinya peningkatan persentase PAD terhadap PDRB di Kab. Cianjur 2. Struktur perekonomian Kab.Cianjur yang didominasi oleh sektor industri, perdagangan, hotel dan restoran serta sektor pertanian. 3. Perkembangan teknologi STRATEGI S-O 1. Pengembangan pertanian melalui pola wisata alam (agrowisata), ekowisata dan penerapan konsep hutan kemasyarakatan (social foresty) dengan memanfaatkan kerjasama dengan pihak lain sehingga memungkinkan masyarakat untuk mengakses lahan hutan, melakukan iknvestasi dan memetikhasil-hasilnya baik untuk keperluan subsisten maupun komersil. (S1 S3, S5, O2, O3, O4, O5) 2. Pengembangan pertanian melalui pola diversifikasi produk (jenis komoditi) maupun penganekaragaman bidang usaha dan pola transformasi produk dengan 10. Wilayah-wilayah yang sulit dijangkau oleh jaringan transportasi STRATEGI W-O 4. Pengembangan industri yang menunjang aspek pertanian (agroindustri) sebagai upaya mengoptimalkan pemanfaatan dan pengelolaan SDA secara berkelanjutan dengan memanfaatkan potensai yang dimiliki Kab. Cianjur (kondisi perekonomian, kebijakan Pemda Kab.Cianjur, letak geografis) serta kerjasama dengan pihak swasta atau pihak lainnya. (W1,W3,W5,W7,W9,O1,O2,O4,O5,O6) 5. Pengembangan sarana dan prasarana produksi, dan distribusi pada pusat pertumbuhan dan pelayanan serta pengembangan sarana prasarana transportasi dan komunikasi untuk menunjang sektor industri dan perdagangan melalui pemanfaatan perkembangan teknologi yang didukung oleh pengembangan peran swasta dan masyarakat dalam pengelolaan sarana prasarana wilayah. (W1,W2,W8,W10,O3,O4,O5) 6. Peningkatan kualitas SDM baik melalui jalur formal maupun informal/pelatihan kejuruan untuk menyiapkan ketersediaan tenaga kerja yang memiliki kualifikasi yang dibutuhkan dunia usaha dengan lebih melibatkan peran aktif masyarakat dan seluruh

18 Kerjasama dengan pihak swasta dan lainnya 5. Lokasi Kab. Cianjur yang strategis 6. Adanya peraturan perundangundangan tentang otonomi daerah memperhatikan penciptaan skala ekonomi dan memanfaatkan fasilitas Pemda untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif. (S1,S4,O2,O3,O4,O5) 3. Memanfaatkan potensi SD pertambangan secara optimal dan berkelanjutan untuk menarik minat investor dengan memanfaatkan dukungan Pemda serta mengoptimalkan pelaksanaan OTDA melalui penyediaan yang menunjang sinergi pasar dan modal dalam mendorong penggunaan SDA secara efisien dan berkelanjutan. (S2,S4,S5,O4,O5,O8) stakeholder sebagai upaya menciptakan suatu sistem kehidupan dan pemerintahan yang baik (good governance) melalui pemanfataan dukungan kebijakan Pemda Kab. Cianjur. Pengoptimalan pelaksanaan OTDA ataupun kelembagaan (organisasi) lokal yang mendukung kebijakan pembangunan. (W4,W7,W11,O1,O4,O5,O7,O8) 7. Pengembangan rencana tata ruang jangka menengah dan jangka panjang yang mengacu kepada kejelasan dan keterjaminan hak-hak properti sebagai bentuk fasilitas Pemda untuk menciptakan skala ekonomi dan keadilan akses terhadap sumber daya. (W1,W3,W5,W6,O1,O2,O3,O5)

19 129 Eksternal Threats (T)- Ancaman 1. Ketidakstabilan kondisi politik dan keamanan nasional 2. Bencana alam nasional-regional 3. Era globalisasi yang menuntut daya saing yang tinggi 4. Persaingan antar daerah 5. Adanya beberapa kebijakan pemerintah pusat dan daerah yang tidak saling mendukung 6. Persesi ekonomi Internal Strength (S)-Kekuatan 1. Potensi sumberdaya alam sektor pertanian (pertanian, perikanan, peternakan, kehutanan dan perkebunan). 2. Potensi sumberdaya sektor pertambangan yang besar. 3. Potensi sektor pariwisata yang besar 4. Perkembangan kecamatan yang semakin membaik. 5. Banyaknya kelembagaan keagamaan Strategi S-T 8. Peningkatan dan pemanfaatan SD secara optimal dan berkelanjutan untuk meningkatkanlaju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) serta pemberdayaan kecamatan (kelembagaan daerah dan institusi pemerintah) untuk menghadapi persaingan antar wilayah dan era globalisasi. (S1,S2,S3,S5,T3,T4) 9. Menciptakan iklim usaha yang kondusif untuk mendukung daerah dengan memperluas kapasitas fiskal daerah dan memperluas basis produksi sektor ekonomi rakyat. (S1,S2,S3,T1,T2,T5,T6) 10. Sinkronisasi kebijakan dan perencanaan pembangunan Weakness (W)-Kelemahan 1. Sektor perindustrian dan perdagangan yang masih belum berkembang. 2. Sarana dan prasarana yang masih kurang memadai. 3. Pemanfaatan dan pengelolaan SDA belum optimal 4. Kualitas SDM relatif rendah. 5. Investasi di wilayah Cianjur masih relatif rendah 6. Kebijakan pembangunan wilayah Kab. Cianjur khususnya kebijakan tata ruang untuk wilayah Cianjur Selatan masih belum berpihak pada pengembangan sektor perindustrian dan perdagangan. 7. Relatif tingginya angka kemiskinan. 8. Disparitas pembangunan antar wilayah Selatan dengan wilayah lainnya. 9. Masih lemahnya jejaring usaha dengan berbasis pelaku usaha 10. Wilayah-wilayah yang sulit dijangkau oleh jaringan transportasi Strategi W-T 12. Perwujudan pengelolaan SDA secara optimal dan berkelanjutan serta memperbaiki sarana dan prasarana untuk mendorong investasi lokal sehingga terbentuknya suatu jejaring usaha dalam rangka menghadapi era globalisasi yang menuntut daya saing yang tinggi. (W2,W3,W5,W9,T3,T4, T6) 13. Menemukan dan mempromosikan citra komoditi dan produk keunggulan daerah sehingga memberikan nilai tambah (PDRB dan PAD) bagi masyarakat daerah dengan menggunakan kriteria potensi nilai tambah langsung suatu komoditi/produk bagi keluarga miskin. (W3,W4,W8,W9,T4,T5,T6) 14. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi manajemen pelayanan publik melalui penataan koordinasi dan kerjasama antara pemerintah daerah, DPRD, serta masyarakat dan swasta. (W3,W4,W8,W9,T4,T5,T6)

20 130 biaya tinggi antara Pemerintah Pusat dan Pemda dalam memformulasikan kebijakan ekonomi dengan membangun suatu blue print pembangunan ekonomi yang dapat menjadi acuan untuk mendapatkan sinergi pembangunan dengan mempertimbangkan kondisi potensi daerah dan kelembagaan lokal. (S1,S2,S3,S5,T5) 11. Membangun database dan menerapkan deteksi dini akan terjadinya bencana alam. (S4,T2)

21 Strategi Strengths-Opportunities (S-O) Strategi S-O merupakan pencocokan atau penggabungan antara kekuatan faktor internal dengan peluang dari faktor eksternal. Strategi ini menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang eksternal untuk memperoleh keuntungan dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi di Cianjur Selatan. Dari hasil analisis beberapa alternatif yang dihasilkan adalah : 1. Pengembangan pertanian melalui pola wisata alam (agrowisata), ekowisata dan penerapan konsep hutan kemasyarakatan dengan memanfaatkan kerjasama dengan pihak lain sehingga memungkinkan masyarakat untuk mengakses lahan hutan, melakukan investasi dan memetik hasil-hasilnya baik ntuk keperluan subsisten maupun komersil. Strategi ini merupakan rekomendasi dari adanya peluang kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur dengan memanfaatkan kekuatan potensi sumberdaya alam sektor pertanian (pertanian, perikanan, peternakan, kehutanan, dan perkebunan) yang besar serta potensi pariwisata yang besar. Peluang adanya kerjasama dengan pihak swasta dan banyaknya kelembagaan keagamaan di Cianjur selatan dapat mendukung strategi pertama ini disamping pemanfaatan teknologi yang tepat dalam pengembangan pertanian. Kerjasama dengan pihak lain sangat penting dalam implementasi strategi ini. Misalnya, kerjasama antara Pemda dengan pihak Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) terutama diarahkan untuk pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan hutan sehingga dapat tercipta pengembangan hutan dengan konsep kemasyarakatan. 2. Pengembangan pertanian melalui pola diversifikasi produk (jenis komoditi) maupun penganekaragaman bidang usaha dan pola transformasi produk dengan memperhatikan penciptaan skala ekonomi dan memanfaatkan fasilitas Pemda untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif. Strategi ini terkait adanya kerjasama dan kemitraan dengan pihak lain dalam perekonomian Kabupaten Cianjur yang didominasi oleh sektor

22 132 pertanian, perikanan, peternakan, kehutanan dan perkebunan. Strategi kedua ini sangat memanfaatkan adanya perkembangan teknologi dan dukungan kebijakan Pemda Kabupaten Cianjur disamping kekuatan yang dimiliki berupa besarnya potensi pertanian dan semakin membaiknya perkembangan kecamatan-kecamatan di wilayah Cianjur Selatan. 3. Memanfaatkan potensi SD pertambangan secara optimal dan berkelanjutan untuk menarik minat investor dengan memanfaatkan dukungan Pemda serta mengoptimalkan pelaksanaan OTDA melalui penyediaan yang menunjang sinergi pasar dan modal dalam mendorong penggunaan SDA secara efisien dan berkelanjutan. Kekuatan yang dimiliki Wilayah Cianjur Selatan berupa besarnya potensi sumberdaya pertambangan menjadi dasar dari terbentuknya strategi ini. Pengelolaan sumberdaya pertambangan tersebut juga didukung dengan adanya peluang kerjasama dengan pihak swasta dan lainnya serta dukungan pemerintah daerah Kabupaten Cianjur dalam penentuan kebijakan. Adanya peraturan dan perundang-undangan tentang otonomi daerah juga menjadi peluang dalam memberikan kebebasan kepada Pemda untuk mengelola sendiri potensi pertambangannya. Implementasi strategi ini juga didukung oleh perkembangan kecamatan-kecamatan yang semakin membaik dan banyaknya kelembagaan keagamaan yang diharapkan mampu mendorong terbentuknya suatu jajaring dalam mengelola sumberdaya secara berkelanjutan Strategi Weakness-Opportunities (W-O) Strategi W-O merupakan strategi yang disusun untuk mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang yang ada. Beberapa alternative yang dihasilkan : 1. Pengembangan industri yang menunjang aspek pertanian (agroindustri) sebagai upaya mengoptimalkan pemanfaatan dan pengelolaan SDA secara berkelanjutan dengan memanfaatkan potensai yang dimiliki Kab. Cianjur (kondisi perekonomian, kebijakan Pemda Kab.Cianjur, letak geografis) serta kerjasama dengan pihak swasta atau pihak lainnya.

23 133 Terkait dengan masih rendahnya perkembangan sektor perindustrian dan perdagangan di Cianjur Selatan, strategi ini dapat direkomendasikan untuk mengatasi kelemahan masih tersebut. Strategi ini juga direkomendasikan untuk mengatasi masih rendahnya investasi dan lemahnya jejaring usaha di Wilayah Cianjur Selatan disamping pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam yang belum optimal dan relatif tingginya angka kemiskinan. Dengan memanfaatkan peluang-peluang berupa kondisi perekonomian Kabupaten Cianjur yang semakin membaik, struktur perekonomian Kabupaten Cianjur yang didominasi oleh sektor pertanian secara keseluruhan, serta lokasi Kabupaten Cianjur yang sangat strategis maka diharapkan kelemahan-kelemahan tersebut dapat diatasi. Kebijakan Pemda Kabupaten Cianjur dan telah terjadinya berbagai kerjasama antara pihak Pemda dengan pihak swasta maupun pihak lainnya merupakan faktor yang mendukung teratasinya berbagai kelemahan tersebut. 2. Pengembangan sarana dan prasarana produksi, dan distribusi pada pusat pertumbuhan dan pelayanan serta pengembangan sarana prasarana transportasi dan komunikasi untuk menunjang sektor industri dan perdagangan melalui pemanfaatan perkembangan teknologi yang didukung oleh pengembangan peran swasta dan masyarakat dalam pengelolaan sarana prasarana wilayah. Strategi ini direkomendasikan untuk mengatasi kelemahan Wilayah Cianjur Selatan berupa sarana dan prasarana yang kurang memadai, adanya wilayah-wilayah yang sulit dijangkau oleh jaringan komunikasi dan transportasi serta adanya disparitas pembangunan antara wilayah Selatan dan lainnya. Strategi tersebut juga ditujukan untuk mengatasi kelemahan masih rendahnya perkembangan sektor perindustrian dan perdagangan serta masih lemahnya jejaring usaha. Peluang yang dimanfaatkan untuk mengatasi masalah tersebut adalah perkembangan teknologi dan adanya kerjasama antara pihak Pemda dengan pihak swasta dan pihak lainnya yang disertai dengan dukungan kebijakan Pemda Kabupaten Cianjur.

24 Peningkatan kualitas SDM baik melalui jalur formal maupun informal/pelatihan kejuruan untuk menyiapkan ketersediaan tenaga kerja yang memiliki kualifikasi yang dibutuhkan dunia usaha dengan lebih melibatkan peran aktif masyarakat dan seluruh stakeholder sebagai upaya menciptakan suatu sistem kehidupan dan pemerintahan yang baik (good governance) melalui pemanfataan dukungan kebijakan Pemda Kab. Cianjur. Pengoptimalan pelaksanaan OTDA ataupun kelembagaan (organisasi) lokal yang mendukung kebijakan pembangunan. Strategi ini direkomendasikan untuk mengatasi kelemahan Cianjur Selatan berupa kualitas sumberdaya manusia yang relatif rendah, relatif tingginya angka kemiskinan, masih lemahnya jejaring usaha di Cianjur Selatan. Peluang-peluang yang dimanfaatkan untuk mengatasinya antara lain semakin membaiknya kondisi perekonomian Kabupaten Cianjur yang disertai dengan kebijakan Pemda Kabupaten Cianjur yang mendukung. Adanya peraturan mengenai otonomi daerah juga memberikan peluang kepada Kabupaten Cianjur untuk mengembangkan wilayah Cianjur Selatan. Kelembagaan-kelembagaan lokal seperti lembaga keagamaan atau lembaga yang mengaspirasikan pembentukan Kabupaten Cianjur Selatan pun dapat mengoptimalkan pencapaian sasaran dari strategi ini. 4. Pengembangan rencana tata ruang jangka menengah dan jangka panjang yang mengacu kepada kejelasan dan keterjaminan hak-hak properti sebagai bentuk fasilitas Pemda untuk menciptakan skala ekonomi dan keadilan akses terhadap sumber daya. Strategi ini berorientasi untuk mengatasi kelemahan masih belum optimalnya pemanfaatan dan pengelolaan SDA, masih belum berkembangnya sektor perindustrian dan perdagangan dan masih relatif rendahnya investasi di wilayah Kabupaten Cianjur khususnya kebijakan tata ruang untuk wilayah Cianjur Selatan yang masih belum berpihak pada pengembangan sektor perindustrian dan perdagangan. Strategi ini memanfaatkan peluang kondisi perekonomian Kabupaten Cianjur yang semakin membaik dengan struktur perekonomian yang didominasi oleh sektor pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan

25 135 dan perkebunan; adanya perkembangan teknologi; dan kerjasama dengan pihak lain termasuk swasta dan masyarakat Strategi Strengths-Threats (S-T) Strategi S-T merupakan strategi yang menggunakan kekutan internal untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal bagi pembangunan Wilayah Cianjur Selatan. Beberapa alternatif strategi S-T yang dihasilkan antara lain : 1. Peningkatan dan pemanfaatan SD secara optimal dan berkelanjutan untuk meningkatkanlaju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) serta pemberdayaan kecamatan (kelembagaan daerah dan institusi pemerintah) untuk menghadapi persaingan antar wilayah dan era globalisasi. Strategi ini direkomendasikan atas tanggapan kekuatan dari besarnya potensi sumberdaya alam sektor pertanian, potensi pertambangan, potensi pariwisata, dan banyaknya kelembagaan keagamaan di Cianjur Selatan. Faktor-faktor kekuatan tersebut dimanfaatkan untuk menghindari ancaman berupa persaingan antar daerah dan era globalisasi yang tinggi. 2. Menciptakan iklim usaha yang kondusif untuk mendukung daerah dengan memperluas kapasitas fiskal daerah dan memperluas basis produksi sektor ekonomi rakyat. Dengan adanya strategi ini diharapkan kekuatan yang dimiliki Cianjur Selatan dari besarnya potensi sumberdaya alam sektor pertanian, pertambangan, dan pariwisata serta perkembangan-perkembangan kecamatan yang semakin membaik dapat dimanfaatkan dalam rangka menciptakan iklim usaha kondusif melalui pengeloaan yang efektif, efisien, dan berkelanjutan. Upaya ini untuk menghindari ancaman berupa ketidakstabilan kondisi politik dan keamanan nasional, bencana alam nasional dan regional, untuk mengurangi persepsi mengenai ekonomi biaya tinggi dan dampak dari adanya beberapa kebijakan pemerintah pusat dan daerah yang tidak saling mendukung. Iklim usaha yang kondusif ditujukan untuk meningkatkan daya tarik investor dan meningkatkan

26 136 kapasitas fiskal daerah melalui perluasan kegiatan pengembangan ekonomi lokal. 3. Sinkronisasi kebijakan dan perencanaan pembangunan antara Pemerintah Pusat dan Pemda dalam memformulasikan kebijakan ekonomi dengan membangun suatu blue print pembangunan ekonomi yang dapat menjadi acuan untuk mendapatkan sinergi pembangunan dengan mempertimbangkan kondisi potensi daerah dan kelembagaan lokal. Strategi ini didasarkan atas kekuatan-kekuatan yang dimiliki Cianjur Selatan berupa besarnya sumberdaya alam sektor pertanian, pertambangan, dan sektor pariwisata serta potensi kelembagaan lokal (kelembagaan keagamaan) melalui pengelolaannya yang ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat digunakan untuk mengantisipasi anacaman adanya beberapa kebijakan pemerintah pusat dan daerah yang tidak saling mendukung yang umumnya terkait dengan pengelolaan potensi daerah tersebut. 4. Membangun database dan menerapkan deteksi dini akan terjadinya bencana alam. Strategi ini bertujuan untuk mengumpulkan data-data berupa tanda-tanda akan terjadinya bencana alam dengan melakukan pengawasan maupun deteksi dini sehingga bencana alam yang tidak diinginkan dapat dihindari atau dikurangi, misalnya adanya korban jiwa maupun korban materi. Strategi ini didasarkan atas kekuatan semakin mambaiknya perkembangan kecamatan-kecamatan di Cianjur Selatan. Hal terebut juga terkait dengan minat investor untuk menanamkan modalnya dalam mengelola kekuatan yang dimiliki Cianur Selatan berupa potensi daerah Strategi Weakness-Threats (W-T) Strategi W-T merupakan strategi yang diusulkan untuk mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal yang ada. Alternatif strategi W-T yang direkomendasikan adalah sebagai berikut : 1. Perwujudan pengelolaan SDA secara optimal dan berkelanjutan serta memperbaiki sarana dan prasarana untuk mendorong investasi lokal

27 137 sehingga terbentuknya suatu jejaring usaha dalam rangka menghadapi era globalisasi yang menuntut daya saing yang tinggi. Strategi ini direkomendasikan untuk mengantisipasi kelemahan Wilayah Cianjur Selatan berupa saran prasarana yang kurang memadai, pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam yang belum optimal dan masih relatif rendahnya tingkat investasi di Wilayah Cianjur Selatan yang disertai oleh masih lemahnya jejaring usaha yang berbasis pelaku usaha. Kelemahan-kelemahan tersebut perlu diatasi untuk menghindari ancaman adanya persepsi ekonomi biaya tinggi dalam kegiatan investasi di Kabupaten Cianjur, ancaman adanya persaingan antardaerah, dan era globalisasi yang menuntut daya saing tinggi. 2. Menemukan dan mempromosikan citra komoditi dan produk keunggulan daerah sehingga memberikan nilai tambah (PDRB dan PAD) bagi masyarakat daerah dengan menggunakan kriteria potensi nilai tambah langsung suatu komoditi/produk bagi keluarga miskin. Kelemahan Cianjur Selatan berupa belum berkembangnya sektor perindustrian dan perdagangan, belum optimalnya pemanfaatan sumberdaya alam, masih tingginya angka kemiskinan, masih rendahnya tingkat investasi, dan masih lemahnya jejaring usaha yang berbasis pelaku usaha dapat diantisipasi dengan adanya strategi ini. Strategi ini juga ditujukan untuk menghindari ancaman berupa persaingan antar daerah serta adanya kondisi politik, keamanan, dan lingkungan (bencana alam). 3. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi manajemen pelayanan publik melalui penataan birokrasi dengan meningkatkan koordinasi dan kerjasama antara pemerintah daerah, DPRD, serta masyarakat dan swasta. Melalui penataan dan manajemen pelayanan publik serta peningkatan koordinasi antar pihak diharapkan dapat mengatasi kelemahan belum optimalnya pengelolaan sumberdaya dan relatif rendahnya kualitas sumberdaya manusia selain terdapatnya disparitas pembangunan antara wilayah Selatan dan lainnya dan masih lemahnya jejaring usaha. Strategi ini juga ditujukan untuk menghindari ancaman adanya persepsi ekonomi biaya tinggi yang ditimbukan oleh ketidakefisienan birokrasi, adanya

28 138 kebijakan pusat dan daerah yang tidak saling mendukung sehingga berdampak pada implementasi kebijakan dan untuk menghindari ancaman persaingan antar daerah. Strategi pembangunan di wilayah Cianjur Selatan ini dapat diindikasi dengan menggunakan kerangka kerja empat kuadran sehingga akan didapat apakah strategi yang cocok adalah strategi yang agresif, konservatif, defensif, atau kompetitif. Gambar 8.1 Profil Strategi Pembangunan Ekonomi di Cianjur Selatan Tahap yang dibutuhkan untuk membentuk profil strategi ini adalah dengan menempatkan nilai skor akhir dari matriks IFE dan EFE pada sumbu yang sesuai, menjumlahkan dua nilai skor pada sumbu x kemudian menggambarkan titik hasil pada X, menjumlahkan dua nilai skor pada sumbu y kemudian menggambarkan titik hasil pada Y, menggambarkan perpotongan X dan Y, dan menggambarkan arah vektor dari titik asal melalui titik perpotongan yang baru. Vektor arah yang

IX. KETERKAITAN ANTARA ALTERNATIF STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI DAN IDENTIFIKASI WILAYAH CIANJUR SELATAN

IX. KETERKAITAN ANTARA ALTERNATIF STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI DAN IDENTIFIKASI WILAYAH CIANJUR SELATAN 147 IX. KETERKAITAN ANTARA ALTERNATIF STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI DAN IDENTIFIKASI WILAYAH CIANJUR SELATAN Beberapa permasalahan yang terjadai dalam proses pembangunan wilayah di Kabupaten Cianjur diantaranya

Lebih terperinci

Lampiran 1. Penyebaran Fasilitas Pelayanan (Skalogram) di Kabupaten Cianjur

Lampiran 1. Penyebaran Fasilitas Pelayanan (Skalogram) di Kabupaten Cianjur 64 Lampiran. Penyebaran Fasilitas Pelayanan (Skalogram) di Kabupaten Cianjur Fasilitas Pendidikan Fasilitas Kesehatan P.Keliling P.Keliling No. Nama Kecamatan Desa TK SD SLTP SMA SMK RA MI MTs MA RS Puskesmas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 40 III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Perencanaan dan pembangunan suatu daerah haruslah disesuaikan dengan potensi yang dimiliki daerah bersangkutan dan inilah kunci keberhasilan program pengembangan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN.. 1

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN.. 1 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN Halaman.. i..vi.. viii.. ix I. PENDAHULUAN.. 1 1.1. Latar Belakang.. 1 1.2. Identifikasi Masalah..5 1.3. Rumusan Masalah.. 6 1.4. Tujuan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Potensi perikanan yang dimiliki Kabupaten Lampung Barat yang sangat besar ternyata belum memberikan kontribusi yang optimal bagi masyarakat dan pemerintah daerah.

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1 Perumusan Strategi Analisis yang digunakan dalam perumusan strategi RPJMD Minahasa Utara tahun 2010-2015 ini digunakan Metode Analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities,

Lebih terperinci

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODE KAJIAN BAB III METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kerangka yang digunakan untuk mengukur efektivitas pengelolaan penerimaan daerah dari sumber-sumber kapasitas fiskal. Kapasitas fiskal dalam kajian ini dibatasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS DAN KEBIJAKAN. Secara jelas telah diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 32

BAB III ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS DAN KEBIJAKAN. Secara jelas telah diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 32 BAB III ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS DAN KEBIJAKAN Secara jelas telah diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa misi terpenting dalam pembangunan adalah untuk

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF Muhammad Syahroni, E. Gumbira Sa id dan Kirbrandoko.

RINGKASAN EKSEKUTIF Muhammad Syahroni, E. Gumbira Sa id dan Kirbrandoko. RINGKASAN EKSEKUTIF Muhammad Syahroni, 2005. Analisis Strategi Pengembangan Komoditas Unggulan Agribisnis di Kabupaten Dompu Propinsi Nusa Tenggara Barat. Di Bawah bimbingan E. Gumbira Sa id dan Kirbrandoko.

Lebih terperinci

4. IDENTIFIKASI STRATEGI

4. IDENTIFIKASI STRATEGI 33 4. IDENTIFIKASI STRATEGI Analisis SWOT digunakan dalam mengidentifikasi berbagai faktor-faktor internal dan eksternal dalam rangka merumuskan strategi pengembangan. Analisis ini didasarkan pada logika

Lebih terperinci

VI. PUSAT PERTUMBUHAN DAN PENYEBARAN FASILITAS PELAYANAN WILAYAH CIANJUR SELATAN

VI. PUSAT PERTUMBUHAN DAN PENYEBARAN FASILITAS PELAYANAN WILAYAH CIANJUR SELATAN 93 VI. PUSAT PERTUMBUHAN DAN PENYEBARAN FASILITAS PELAYANAN WILAYAH CIANJUR SELATAN Wilayah yang berperan sebagai pusat pertumbuhan merupakan wilayah yang menjadi pusat pemukiman, pelayanan, industri,

Lebih terperinci

Regional Economic Development Strategy in Preparation for the Establishment of a New Autonomous Region in Indonesia

Regional Economic Development Strategy in Preparation for the Establishment of a New Autonomous Region in Indonesia Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 15, Nomor 1, Juni 2014, hlm. 100-108 Regional Economic Development Strategy in Preparation for the Establishment of a New Autonomous Region in Indonesia Lepi Ali Firmansyah,

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Badan Pusat Statistik Kabupaten Karimun Kabupaten Karimun Dalam Angka BPS. Karimun.

DAFTAR PUSTAKA. Badan Pusat Statistik Kabupaten Karimun Kabupaten Karimun Dalam Angka BPS. Karimun. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Kabupaten Karimun. 2002. Kabupaten Karimun Dalam Angka 2002. BPS. Karimun. Badan Pusat Statistik Kabupaten Karimun. 2004. Kabupaten Karimun Dalam Angka 2003. BPS. Karimun.

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Wisata Agro Tambi yang terletak di Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Tabel 1. Batas Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Masyarakat Miskin ( ) Presentase Penduduk Miskin. Kota& Desa Kota Desa

1. PENDAHULUAN. Tabel 1. Batas Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Masyarakat Miskin ( ) Presentase Penduduk Miskin. Kota& Desa Kota Desa 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peranan pertanian dalam pembangunan ekonomi hanya dipandang pasif dan bahkan hanya dianggap sebagai unsur penunjang semata. Peranan utama pertanian dianggap hanya sebagai

Lebih terperinci

BAB V INDIKASI KEKUATAN, KELEMAHAN, ANCAMAN DAN PELUANG

BAB V INDIKASI KEKUATAN, KELEMAHAN, ANCAMAN DAN PELUANG BAB V INDIKASI KEKUATAN, KELEMAHAN, ANCAMAN DAN PELUANG 5.1 Analisis SWOT Analisis strengths, weakness, oppurtunities dan threats (SWOT) adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan

Lebih terperinci

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Pengembangan Kelembagaan Ekonomi dan Iklim Usaha Kondusif 1. Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Mendukung terciptanya kesempatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Otonomi daerah yang disahkan melalui Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Lebih terperinci

BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA. 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik

BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA. 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik 96 BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik Analisis lingkungan membantu perusahaan dalam menentukan langkah strategi yang tepat dalam

Lebih terperinci

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah 4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah Mencermati isu-isu strategis diatas maka strategi dan kebijakan pembangunan Tahun 2014 per masing-masing isu strategis adalah sebagaimana tersebut pada Tabel

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN BAB V. PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih yang disampaikan pada waktu pemilihan kepala daerah (Pemilukada)

Lebih terperinci

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis 3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis 3.1.1 Kelembagaan Agro Ekonomi Kelembagaan agro ekonomi yang dimaksud adalah lembaga-lembaga yang berfungsi sebagai penunjang berlangsungnya kegiatan

Lebih terperinci

MATRIK TAHAPAN RPJP KABUPATEN SEMARANG TAHUN

MATRIK TAHAPAN RPJP KABUPATEN SEMARANG TAHUN MATRIK TAHAPAN RPJP KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2005-2025 TAHAPAN I (2005-2009) TAHAPAN I (2010-2014) TAHAPAN II (2015-2019) TAHAPAN IV (2020-2024) 1. Meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat Kabupaten

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan pada CV Salim Abadi (CV SA), yang terletak di Jalan Raya Punggur Mojopahit Kampung Tanggul Angin, Kecamatan Punggur,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

otonomi daerah sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 memberikan peluang bagi Pemerintah Daerah selaku pengelola

otonomi daerah sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 memberikan peluang bagi Pemerintah Daerah selaku pengelola BAB I P E N D A H U L U AN A. Latar Belakang Berkembangnya aktivitas masyarakat sejalan dengan desentralisasi dan otonomi daerah sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 memberikan

Lebih terperinci

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM 48 6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 6.1. Kebijakan di dalam pengembangan UKM Hasil analisis SWOT dan AHP di dalam penelitian ini menunjukan bahwa Pemerintah Daerah mempunyai peranan yang paling utama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

VII. FORMULASI STRATEGI

VII. FORMULASI STRATEGI VII. FORMULASI STRATEGI 7.1 Tahapan Masukan (Input Stage) Tahapan masukan (input stage) merupakan langkah pertama yang harus dilakukan sebelum melalui langkah kedua dan langkah ketiga didalam tahap formulasi

Lebih terperinci

METODE Lokasi dan Waktu Teknik Sampling

METODE Lokasi dan Waktu Teknik Sampling METODE Metode yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisis data adalah kombinasi antara pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan metode survei kepada

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada,

III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada, 35 III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Pemilihan daerah penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Strategi Pengembangan Pariwisata Sekitar Pantai Siung Berdasarkan Analisis SWOT Strategi pengembangan pariwisata sekitar Pantai Siung diarahkan pada analisis SWOT.

Lebih terperinci

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL BADAN GEOLOGI PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL BADAN GEOLOGI PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL BADAN GEOLOGI PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI RENCANA STRATEGIS PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2006-2009 Oleh Tim Renstra PMG 1. UU No. 25 Tahun 2004 Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH 5.1 Sasaran Pokok dan Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Untuk Masing masing Misi Arah pembangunan jangka panjang Kabupaten Lamongan tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola setiap sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan

Lebih terperinci

B. Identifikasi Kelemahan (Weakness). Sedangkan beberapa kelemahan yang ada saat ini diidentifikasikan sebagai berikut: Sektor air limbah belum

B. Identifikasi Kelemahan (Weakness). Sedangkan beberapa kelemahan yang ada saat ini diidentifikasikan sebagai berikut: Sektor air limbah belum B. Identifikasi Kelemahan (Weakness). Sedangkan beberapa kelemahan yang ada saat ini diidentifikasikan sebagai berikut: Sektor air limbah belum menjadi prioritas. Belum ada strategi pengelolaan air limbah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kekayaan sumberdaya ekonomi melimpah. Kekayaan sumberdaya ekonomi ini telah dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Strategi Perusahaan Manajemen meliputi perencanaan, pengarahan, pengorganisasian dan pengendalian atas keputusan-keputusan dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 20 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada awalnya ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita, dengan asumsi pada saat pertumbuhan dan pendapatan perkapita tinggi,

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data 15 III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu Pengambilan data dilakukan di PT. Mitra Bangun Cemerlang yang terletak di JL. Raya Kukun Cadas km 1,7 Kampung Pangondokan, Kelurahan Kutabaru, Kecamatan Pasar

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN ANALISIS Faktor-faktor strategis pembentuk SWOT PT. KLS

BAB V PEMBAHASAN DAN ANALISIS Faktor-faktor strategis pembentuk SWOT PT. KLS BAB V PEMBAHASAN DAN ANALISIS 5.1. Faktor-faktor strategis pembentuk SWOT PT. KLS Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan strategi, dan kebijakan perusahaan.

Lebih terperinci

BAPPEDA Planning for a better Babel

BAPPEDA Planning for a better Babel DISAMPAIKAN PADA RAPAT PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL RKPD PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2018 PANGKALPINANG, 19 JANUARI 2017 BAPPEDA RKPD 2008 RKPD 2009 RKPD 2010 RKPD 2011 RKPD 2012 RKPD 2013 RKPD

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. Pertumbuhan Nilai PDRB Kabupaten Muna pada Berbagai Sektor Tahun

BAB IV ANALISIS. Pertumbuhan Nilai PDRB Kabupaten Muna pada Berbagai Sektor Tahun PDRB (RIBU RUPIAH) BAB IV ANALISIS 4.1. Perkembangan Perekonomian Wilayah di Kabupaten Muna sesuai PDRB 2000-2013 Data PDRB Kabupaten Muna 2000-2013 (terlampir) menunjukkan bahwa terdapat beberapa sektor

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN A. Visi Mengacu kepada Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 5 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Semarang Tahun

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kajian

III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kajian III. METODE KAJIAN 3.. Kerangka Pemikiran Kajian Sinergi yang saling menguntungkan antara petani dan perusahaan (PT ATB) dalam pengusahaan perkebunan merupakan faktor penting dalam usaha pengembangan perkebunan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Sektor Ekonomi Unggulan Kabupaten Malinau

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Sektor Ekonomi Unggulan Kabupaten Malinau BAB V PEMBAHASAN 5.1 Analisis Sektor Ekonomi Unggulan Kabupaten Malinau Dalam mencari sektor ekonomi unggulan di Kabupaten Malinau akan digunakan indeks komposit dari nilai indeks hasil analisis-analisis

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Pada bab sebelumnya telah diuraikan gambaran umum Kabupaten Kebumen sebagai hasil pembangunan jangka menengah 5 (lima) tahun periode yang lalu. Dari kondisi yang telah

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi di Indonesia menyebabkan terjadinya pergeseran

I. PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi di Indonesia menyebabkan terjadinya pergeseran I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi yang terjadi di Indonesia menyebabkan terjadinya pergeseran paradigma dan sistem pemerintahan yang bercorak monolitik sentralistik di pemerintahan pusat kearah

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jambi

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jambi BAB III ANALISIS ISU ISU STRATEGIS 3.1 Permasalahan Pembangunan 3.1.1 Permasalahan Kebutuhan Dasar Pemenuhan kebutuhan dasar khususnya pendidikan dan kesehatan masih diharapkan pada permasalahan. Adapun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai ilmu tentang perumusan

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai ilmu tentang perumusan 22 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Manajemen Strategi Penelitian ini menggunakan perencanaan strategi sebagai kerangka teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Kajian Kajian ini dilakukan di Kabupaten Bogor, dengan batasan waktu data dari tahun 2000 sampai dengan 2009. Pertimbangan pemilihan lokasi kajian antar

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH

BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH 4.1. Strategi dan Tiga Agenda Utama Strategi pembangunan daerah disusun dengan memperhatikan dua hal yakni permasalahan nyata yang dihadapi oleh Kota Samarinda dan visi

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih yang disampaikan pada waktu pemilihan kepala daerah (pilkada).

Lebih terperinci

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lamandau bekerjasama dengan Lembaga Penelitian Universitas Palangka Raya

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lamandau bekerjasama dengan Lembaga Penelitian Universitas Palangka Raya 1.1. Latar Belakang Strategi pembangunan ekonomi bangsa yang tidak tepat pada masa lalu ditambah dengan krisis ekonomi berkepanjangan, menimbulkan berbagai persoalan ekonomi bagi bangsa Indonesia. Mulai

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Metode Pengambilan Sampel

IV. METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Metode Pengambilan Sampel 14 IV. METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Maret-April 2009. Tempat penelitian berlokasi di Kota Sabang, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. 4.2 Metode Penelitian

Lebih terperinci

KESIAPAN KABUPATEN MAROS MELAKSANAKAN SDGs. Ir. H. M. HATTA RAHMAN, MM (BUPATI MAROS)

KESIAPAN KABUPATEN MAROS MELAKSANAKAN SDGs. Ir. H. M. HATTA RAHMAN, MM (BUPATI MAROS) KESIAPAN KABUPATEN MAROS MELAKSANAKAN Ir. H. M. HATTA RAHMAN, MM (BUPATI MAROS) LATAR BELAKANG KONDISI KABUPATEN MAROS PASCA MDGs (RPJMD PERIODE 2010 2015) DATA CAPAIAN INDIKATOR MDGs TAHUN 2010 2015 MENUNJUKAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS A. Permasalahan Pembangunan Dari kondisi umum daerah sebagaimana diuraikan pada Bab II, dapat diidentifikasi permasalahan daerah sebagai berikut : 1. Masih tingginya angka

Lebih terperinci

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG Misi untuk mewujudkan sumberdaya manusia yang cerdas, sehat, beriman dan berkualitas tinggi merupakan prasyarat mutlak untuk dapat mewujudkan masyarakat yang maju dan sejahtera. Sumberdaya manusia yang

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS Pembangunan daerah agar dapat berhasil sesuai dengan tujuannya harus tanggap terhadap kondisi yang terjadi di masyarakat. Kondisi tersebut menyangkut beberapa masalah

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 3.1.1 Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2011 dan Perkiraan Tahun 2012 Kerangka Ekonomi Daerah dan Pembiayaan

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi, BAB VI. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien.

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Daya Saing Sektor Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta Menggunakan Metode Shift Share Metode shift share digunakan dalam penelitian ini untuk melihat

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara umum. Sedangkan untuk kajian detil dilakukan di kecamatan-kecamatan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS KATA PENGANTAR Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 11 ayat (2), mengamanatkan pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah kabupaten

Lebih terperinci

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB - VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Strategi adalah langkah-langkah berisikan program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi, yang dirumuskan dengan kriterianya

Lebih terperinci

PELUANG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAYUR-SAYURAN DI KABUPATEN KARIMUN RIAU

PELUANG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAYUR-SAYURAN DI KABUPATEN KARIMUN RIAU PELUANG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAYUR-SAYURAN DI KABUPATEN KARIMUN RIAU Almasdi Syahza Pusat Pengkajian Koperasi dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (PPKPEM) Universitas Riau Email: asyahza@yahoo.co.id:

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BAB III ISU-ISU STRATEGIS 3.1 Isu Strategis Dalam penyusunan renstra Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bogor tentunya tidak terlepas dari adanya isu strategis pembangunan Kota Bogor, yaitu : a. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua desa yaitu di Desa Tangkil dan Hambalang di Kecamatan Citereup, Kabupaten Bogor. Penelitian di kedua desa ini adalah

Lebih terperinci

Kata Kunci : Percepatan pembangunan, IFAS, EFAS, SWOT

Kata Kunci : Percepatan pembangunan, IFAS, EFAS, SWOT Analisis Swot Percepatan Pembagunan Kota Kediri Suhardi 1, Sigit Wisnu S.B. 2, Linawati 3 Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Nusantara PGRI Kediri Suhardi.19@gmail.com, sigitwisnu@unpkediri.ac.id,linawati@unpkediri.ac.id

Lebih terperinci

mencerminkan tantangan sekaligus kesempatan. Meningkatnya persaingan antar negara tidak hanya berdampak pada perekonomian negara secara keseluruhan,

mencerminkan tantangan sekaligus kesempatan. Meningkatnya persaingan antar negara tidak hanya berdampak pada perekonomian negara secara keseluruhan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat persaingan antarnegara dari waktu ke waktu semakin tinggi sebagai dampak dari munculnya fenomena globalisasi ekonomi. Globalisasi mencerminkan tantangan sekaligus

Lebih terperinci

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi : Terwujudnya pemerintahan yang baik dan bersih menuju maju dan sejahtera Misi I : Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang profesional, transparan, akuntabel

Lebih terperinci

PADA MUSRENBANG RKPD KABUPATEN BANGKA

PADA MUSRENBANG RKPD KABUPATEN BANGKA PADA MUSRENBANG RKPD KABUPATEN BANGKA Sungailiat, 14 Maret 2017 Oleh: Dr. YAN MEGAWANDI, SH., M.Si. Sekretaris Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung OUTLINE PERIODESASI DOKUMEN PERENCANAAN CAPAIAN

Lebih terperinci

Pengarahan KISI-KISI PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014

Pengarahan KISI-KISI PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014 Pengarahan KISI-KISI PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2013 ISU STRATEGIS, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2014 A. Isu Strategis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja berdasarkan pertimbangan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Ekonomi Daerah Pembangunan ekonomi daerah merupakan fungsi dari potensi sumberdaya alam, tenaga kerja dan sumberdaya manusia, investasi modal, prasarana dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah. Pertumbuhan

Lebih terperinci

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Dalam memahami karakter sebuah wilayah, pemahaman akan potensi dan masalah yang ada merupakan hal yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut

I. PENDAHULUAN. (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Paradigma pembangunan pertanian dewasa ini telah berorientasi bisnis (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut usahatani (on-farm agribusiness)

Lebih terperinci

Lampiran 4 Panduan scoring untuk mengetahui tingkat kepentingan

Lampiran 4 Panduan scoring untuk mengetahui tingkat kepentingan LAMPIRAN 2 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Permasalahan konservasi 1. Permasalahan internal 2. Permasalahan eksternal. Variasi kegiatan di Lampiran 2 Panduan wawancara pengelolaan 1. Apa saja kekuatan, kelemahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Perusahaan Profil Perusahaan Gambar 1.1 Ruang Produksi Pioncini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Perusahaan Profil Perusahaan Gambar 1.1 Ruang Produksi Pioncini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Perusahaan 1.1.1 Profil Perusahaan Pioncini merupakan salah satu dari sekian pengrajin Industri Kecil Menengah sepatu yang berada di daerah Cibaduyut Bandung.

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Koordinasi Dinas Olahraga dan Pemuda Provinsi Jawa Barat Dinas Olahraga dan Pemuda

Lebih terperinci

BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011

BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011 BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011 7.1. Kondisi Wilayah Maluku Saat Ini Perkembangan terakhir pertumbuhan ekonomi di wilayah Maluku menunjukkan tren meningkat dan berada di atas pertumbuhan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan yang diperoleh Bangsa Indonesia selama tiga dasawarsa pembangunan ternyata masih menyisakan berbagai ketimpangan, antara lain berupa kesenjangan pendapatan dan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian dan sektor basis baik tingkat Provinsi Sulawsi Selatan maupun Kabupaten Bulukumba. Kontribusi sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lautan yang lebih luas dari daratan, tiga per empat wilayah Indonesia (5,8 juta km 2 ) berupa laut. Indonesia memiliki lebih dari 17.500 pulau dengan

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor tidak terlepas

Lebih terperinci

Lampiran 1. Karakteristik Sampel Agroindustri Salak. Lama Pendidikan (tahun)

Lampiran 1. Karakteristik Sampel Agroindustri Salak. Lama Pendidikan (tahun) Lampiran 1 Karakteristik Sampel Agroindustri Salak Petani Salak Umur Pendidikan Tanggungan (orang) Bertani Luas Lahan (Ha) 1 43 12 3 15 1 2 48 12 4 19 3 3 38 12 4 6 2 4 39 12 4 11 1 5 43 9 4 12 2 6 53

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) mencerminkan wujud nyata sebagian besar kehidupan sosial dan ekonomi dari rakyat Indonesia. Peran usaha

Lebih terperinci

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

VI. KESIMPULAN DAN SARAN VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai peranan investasi pemerintah total dan menurut jenis yang dibelanjakan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kawasan Timur Indonesia

Lebih terperinci

BAB VI KEBIJAKAN UMUM

BAB VI KEBIJAKAN UMUM BAB VI KEBIJAKAN UMUM Visi sekaligus tujuan pembangunan jangka menengah Kota Semarang tahun 2005-2010 adalah SEMARANG KOTA METROPOLITAN YANG RELIGIUS BERBASIS PERDAGANGAN DAN JASA sebagai landasan bagi

Lebih terperinci