BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Punggung Bawah Menurut Snell (2012), columna vertebralis merupakan pilar utama tubuh, dan berfungsi menyanggah cranium, gelang bahu, ektremitas superior, dan dinding thorax serta melalui gelang panggul meneruskan berat badan ke ekstremitas inferior. Di dalam rongganya terletak medulla spinalis, radix nervi spinalis, dan lapisan penutup meningen, yang dilindungi oleh columna vertrebalis. Columna vertebralis terdiri dari 33 vertebra, yaitu 7 vertebra cervicalis, 12 vertebra thoracicus, 5 vertebra lumbalis, 5 vertebra sacralis (yang bergabung membentuk os sacrum), dan 4 vertebra coccygea (tiga yang di bawah umumnya bersatu). Struktur columna ini fleksibel, karena columna ini bersegmen-segmen dan tersusun dari vertebra, sendi-sendi, dan bantalan fibrocartilago yang disebut discus intervertebralis. Discus intervertebralis membentuk kira-kira seperempat panjang kolumna. Gambar 2.1 Tulang Belakang Sumber: SpineUniverse, 2013 Vertebra yang khas terdiri dari corpus yang bulat di anterior dan arcus vertebrae di posterior. Keduanya melingkupi sebuah ruang disebut foramen

2 5 vertebrale, yang dilalui oleh medulla spinalis dan bungkus-bungkusnya. Arcus vertebrae terdiri atas sepasang pediculus yang berbentuk silinder, yang membentuk sisi-sisi arcus, dan sepasang lamina yang pipih yang melengkapi arcus pada daerah posterior (Snell, 2012) Arcus vertebrae mempunyai tujuh processus yaitu satu processus spinosus, dua processus transversus, dan empat processus articularis. Processus spinosus atau spina, menonjol ke posterior dari pertemuan kedua lamina. Processus transversus menonjol ke lateral dari pertemuan lamina dan pediculus. Processus spinosus dan processus transversus berfungsi sebagai pengungkit dan menjadi tempat melekatnya otot dan ligamentum. Processus articularis terletak vertikal dan terdiri dari dua processus articularis superior dan dua processus articularis inferior. Processus ini menonjol dari pertemuan antara lamina dan pediculus, dan facies articularisnya diliputi oleh kartilago hialin. Kedua processus articularis superior dari sebuah arcus vertebrae bersendi dengan kedua processus articularis inferior dari arcus yang ada diatasnya, membentuk sendi sinovial (Snell, 2012). Pediculus mempunyai lekuk pada pinggir atas dan bawahnya, membentuk incisura vertebralis superior dan inferior. Pada masing-masing sisi, incisura vertebralis superior sebuah vertebra dan incisura vertebralis inferior vertebra di atasnya membentuk foramen intervertebrale. Foramina ini pada kerangka yang bersendi berfungsi sebagai tempat lewatnya nervus spinalis dan pembuluh darah. Radix anterior dan posterior nervi spinalis bergabung di dalam foramina ini, bersama dengan pembungkus duramaternya membentuk saraf spinalis segmentalis (Snell, 2012) Vertebra Lumbalis Tipikal dan Os Sacrum Menurut Snell (2012), sebuah vertebra lumbalis tipikal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut. 1. Corpus besar dan berbentuk ginjal. 2. Pediculus kuat dan mengarah ke belakang. 3. Lamina tebal. 4. Foramina vertebrale berbentuk segitiga.

3 6 5. Processus transversus panjang dan langsing. 6. Processus spinosus pendek, rata, dan berbentuk segiempat dan mengarah ke belakang. 7. Facies articularis processus articularis superior menghadap ke medial dan facies articularis processus articularis inferior menghadap ke lateral. Gambar 2.2 Vertebra Lumbal Sumber: Medscape, 2014 Vertebra lumbalis tidak mempunyai facies articularis untuk bersendi dengan costa dan tidak ada foramina pada processus transversus. Os sacrum terdiri atas lima vertebra rudimenter yang bergabung menjadi satu membentuk sebuah tulang berbentuk baji, yang cekung di anterior. Pinggir atas atau basis tulang bersendi dengan vertebara lumbalis V. Pinggir bawah yang sempit bersendi dengan os coccygis. Di lateral, os sacrum bersendi dengan dua os coxae untuk membentuk articulatio sacroiliaca. Pinggir anterior dan atas vertebra S1 menonjol ke depan sebagai margo posterior apertura pelvis superior dan dikenal sebagai promontorium sacralis. Promontorium sacralis pada wanita penting untuk obstetrik dan digunakan pada saat menentukan ukuran pelvis (Snell, 2012). Terdapat foramina vertebralis dan membentuk canalis sacralis. Lamina vertebrae sacralis V dan kadang-kadang juga vertebra sacralis IV tidak mencapai garis tengah dan membentuk hiatus sacralis. Canalis sacralis berisi radices

4 7 anteriores dan posteriores nervi spinales sacrales dan coccygeales, filum terminale, dan zat fibroadiposa. Juga berisi bagian bawah spatium subarachnoideum, ke bawah sampai setinggi pinggir bawah vertebra S2. Permukaan anterior dan posterior sacrum mempunyai empat foramen pada setiap sisi, untuk tempat lewatnya rami anteriores dan posteriores empat nervi spinales sacrales bagian atas (Snell, 2012) Otot-Otot Punggung Menurut Snell (2012), otot-otot punggung dapat dibagi dalam tiga kelompok: 1. Otot-otot superficial yang berhubungan dengan cingulum membri superioris. 2. Otot-otot intermedia yang ikut menggerakkan cavea thoracis. 3. Otot-otot profunda atau postvertebralis yang terdapat pada columna vertebralis. Otot-otot postvertebra berkembang dengan baik pada manusia dan membentuk tiang jaringan otot yang lebar dan tebal, yang menempati rongga di kanan kiri processus spinosus columna vertebralis. Processus spinosus dan processus transversus vertebrae berfungsi sebagai pengungkit yang mempermudah kerja otot. Otot-otot terpanjang terletak superficial dan berjalan dari sacrum ke angulus costae, processus transversus, dan processus spinosus vertebrae bagian atas. Otot-otot dengan panjang sedang (intermedia) berjalan miring dari processus transversus ke processus spinosus. Serabut otot yang terpendek dan terdalam berjalan diantara processus spinosus dan di antara processus transversus vertebrae yang berdekatan. Otot-otot punggung dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Snell, 2012): Otot-otot Superficial yang Berjalan Vertikal. Musculus erector spinae: musculus iliocostalis, musculus longissimus, dan musculus spinalis. Otot-otot Intermedia yang Berjalan Miring.

5 8 Musculus transversospinalis: musculus semispinalis, musculi multifidi, dan musculi rotatores. Otot-otot Profunda: musculi interspinales dan musculi intertransversarii. Trigonum lumbalis merupakan trigonum musculare punggung, yaitu lokasi dimana pus dapat muncul dari dinding abdominal. Batas-batasnya adalah musculus latissimus dorsi, pinggir posterior musculus obliquus abdominis externus dan crista iliaca (Snell, 2012). Otot-otot punggung terbanyak dipersarafi oleh ramus posterior nervi spinalis, tetapi beberapa otot dipersarafi oleh ramus anterior nervi spinalis. Musculi intertransversarii anteriores cervicis dipersarafi oleh ramus anterior nervi spinalis (Moore dan Agur, 2002) Sendi-Sendi Columna Vertebralis di Bawah Axis Permukaan atas dan bawah corpus vertebrae yang berdekatan dilapisi oleh lempeng tulang rawan hialin yang tipis. Di antara lempeng tulang rawan tersebut, terdapat discus intervertebralis yang tersusun dari jaringan fibrocartilago. Discus intervertebralis paling tebal di daerah cervical dan lumbal, tempat di mana paling banyak terjadi gerakan columna vertebralis. Discus ini berperan sebagai peredam benturan bila beban pada columna vertebralis mendadak bertambah. Sayangnya daya pegas ini berangsur-angsur menghilang dengan bertambahnya usia (Snell, 2012). Ketebalan discus intervertebralis di berbagai daerah berbeda satu dari yang lain; discus intervertebralis yang paling tebal terdapat di daerah lumbal dan yang paling tipis di daerah torakal sebelah kranial. Di daerah servikal dan daerah lumbal discus intervertebralis lebih tebal di sebelah ventral dan lebih merata ketebalannya di daerah torakal (Moore dan Argur, 2002). Setiap discus terdiri dari bagian pinggir, anulus fibrosus, dan bagian tengah yaitu nucleus pulposus. Anulus fibrosus terdiri atas jaringan fibrocartilago, yang melekat dengan erat pada corpus vertebrae dan ligamentum longitudinale anterius dan posterius columna vertebralis. Nucleus pulposus pada anak-anak dan remaja merupakan massa lonjong dari zat gelatin. Biasanya berada dalam tekanan dan

6 9 terletak sedikit ke pinggir posterior daripada pinggir anterior discus. Permukaan atas dan bawah corpus vertebrae yang berdekatan yang menempel pada discus diliputi oleh cartilago hialin yang tipis (Snell, 2012). Gambar 2.3 Discus Intervertebralis Sumber: Mayfield Clinic, 2013 Sifat setengah cair nucleus pulposus memungkinkannya berubah bentuk dan vertebrae dapat menjungkit ke depan atau ke belakang di atas yang lain. Peningkatan beban kompresi yang mendadak pada columna vertebralis menyebabkan nucleus pulposus yang semi cair ini menjadi gepeng dan keadaan ini diakomodasi oleh daya pegas di sekeliling anulus fibrosus. Kadang-kadang, dorongan keluar ini terlalu kuat bagi anulus, sehingga anulus menjadi robek dan nucleus pulposus keluar dan menonjol ke dalam canalis vertebralis, di mana nucleus ini dapat menekan radix nervi spinalis, nervus spinalis, atau bahkan medulla spinalis (Snell, 2012). Ligamentum longitudinale anterius dan posterius berjalan turun sebagai sebuah pita utuh pada permukaan anterior dan posterior columna vertebralis dari cranium sampai ke sacrum. Ligamentum longitudinale anterius lebar dan melekat dengan kuat pada pinggir depan dan samping corpus vertebrae, dan pada discus intervertebralis. Ligamentum longitudinale posterius lemah dan sempit dan melekat pada pinggir posterior discus. Sendi-sendi antar dua arcus vertebrae terdiri atas sendi sinovial antara processus articularis superior dan inferior vertebra yang berdekatan. Facies articularis diliputi oleh tulang rawan hialin, dan sendi-sendi dikelilingi oleh ligamentum capsulare.

7 10 Ligamentum supraspinale: berjalan di antara ujung-ujung processus spinosus yang berdekatan. Ligamentum interspinale: menghubungkan processus spinosus yang berdekatan. Ligamentum intertransversaria: berjalan di antara processus transversus yang berdekatan. Ligamentum flavum: menghubungkan lamina dari vertebra yang berdekatan. Gambar 2.4 Ligamen pada Vertebra Sumber: SpineUniverse, 2014 Sendi-sendi antara corpus vertebrae dipersarafi oleh cabang kecil meningea masing-masing saraf spinal. Saraf ini berasal dari nervus spinalis pada saat saraf ini keluar dari foramen intervertebrale. Kemudian saraf ini masuk kembali ke dalam canalis vertebralis melalui foramen intervertebrale dan menyarafi meningen, ligamenta, dan discus intervertebralis. Sendi-sendi antara processus articularis dipersarafi oleh cabang-cabang dari rami posteriores nervi spinales. Sendi-sendi pada setiap tingkat menerima serabut saraf dari dua nervus spinalis yang berdekatan (Snell, 2012) Gerakan Columna Vertebralis Gerakan-gerakan berikut ini dapat dilakukan, yaitu fleksi, ekstensi, fleksi lateral, rotasi, dan sirkumduksi (Snell, 2012).

8 11 Fleksi adalah gerakan ke depan, dan ekstensi adalah gerakan ke belakang. Keduanya dapat dilakukan dengan leluasa di daerah cervical dan lumbal, tetapi terbatas pada daerah thoracal. Fleksi lateral adalah melengkungnya tubuh ke salah satu sisi. Gerakan ini mudah dilakukan di daerah cervical dan lumbal, tetapi terbatas di daerah thoracal. Rotasi adalah gerakan memutar columna vertebralis. Gerakan ini sangat terbatas di daerah lumbal. Sirkumduksi adalah kombinasi dari seluruh gerakan-gerakan di atas. Di daerah lumbal, fleksi dilakukan oleh musculus rectus abdominis dan musculi psoas. Ekstensi dilakukan oleh musculi postvertebrales. Fleksi lateral dilakukan oleh musculi postvertebrales, musculus quadratus lumborum, dan otototot serong dinding anterolateral abdomen. Musculus psoas mungkin ikut dalam gerakan ini. Gerakan rotasi dilakukan oleh otot-otot rotator dan otot-otot serong dinding anterolateral abdomen (Snell, 2012) Nyeri Punggung Bawah Definisi Nyeri punggung bawah ialah perasaan nyeri di daerah lumbosakral dan sakroiliakal. Nyeri punggung bawah sering disertai penjalaran ke tungkai sampai kaki (Harsono dan Soeharso, 2009) Etiologi Menurut Engstrom (2006), penyebab nyeri punggung bawah yaitu sebagai berikut. Tabel 2.1 Etiologi Nyeri Punggung Bawah 1. Kongenital atau perkembangan Spondilolisis dan spondilolistesis Kifoskoliosis Spina bifida occulta Tethered spinal cord

9 12 2. Trauma minor Strain (cedera akibat peregangan yang berlebihan) atau sprain (keseleo) 3. Fraktur Traumatik: jatuh, kecelakaan lalu lintas Atraumatik: osteoporosis, neoplastic infiltration, steroid eksogen 4. Herniasi diskus intervertebral 5. Degeneratif Disk-osteophyte complex Gangguan pada diskus internal Spinal stenosis with neurogenic claudication Penyakit sendi atlantoaxial (misalnya, artritis reumatoid) 6. Artritis Spondilosis Facet or sacroiliac arthropathy Autoimun (misalnya spondilitis ankilosa, Reiter s syndrome) 7. Neoplasma Metastasis, hematologis, tumor tulang primer 8. Infeksi atau inflamasi Osteomielitis vertebral Abses epidural spinal Septik diskus Meningitis Araknoiditis lumbal 9. Metabolik Osteoporosis hiperparatiroidisme, imobilitas Osteosklerosis (misalnya Paget s disease) 10. Lainnya Referred pain dari penyakit viseral Postural Psikiatrik, malingering, chronic pain syndromes Diseksi arteri vertebral Sumber: Engstrom, 2006

10 Faktor Risiko Banyak artikel yang telah dipublikasikan membahas tentang faktor risiko nyeri punggung bawah dari segi fisik, psikososial, dan faktor individu. Faktorfaktor tersebut berinteraksi dalam jalan yang berbeda sehingga dapat menimbulkan nyeri punggung bawah. Dalam satu kondisi, faktor risiko psikososial mungkin menjadi kontributor utama, sementara pada kondisi yang lain faktor risiko fisik mungkin menjadi penyebab utama (Op De Beeck dan Hermans, 2000). Ringkasan mengenai hubungan antara nyeri punggung bawah dan faktor risikonya dimuat dalam tabel di bawah. Sistem klasifikasi Bernard et al (1997) dan klasifikasi Hoogendoorn et al (2000) digunakan untuk menggolongkan kekuatan bukti dari keterkaitan kerja (work-relatedness), memeriksa kontribusi dari setiap faktor risiko fisik terhadap nyeri punggung bawah (Op De Beeck dan Hermans, 2000). Bukti dari keterkaitan tersebut diklasifikasikan sebagai berikut. Bukti yang kuat dari keterkaitan kerja (+++) : terdapat dalam temuantemuan yang konsisten pada banyak studi yang berkualitas tinggi. Ada bukti (++) : terdapat dalam temuan-temuan yang konsisten pada satu studi yang berkualitas tinggi dan satu atau lebih studi yang berkualitas rendah, atau pada banyak studi yang berkualitas rendah. Bukti tidak cukup (+/0) : hanya terdapat dalam satu studi atau temuan yang tidak konsisten pada banyak studi. Tabel 2.2 The work relatedness of low back disorders: overview of the risk factors Category of risk factor Risk factor Evidence Physical factors Heavy manual labour ++ Manual material handling +++ Awkward postures ++ Static work +/0 Whole-body-vibration +++ Slipping and falling +

11 14 Psychosocial/workorganisational factors Individual factors Job content +/0 Work/time pressure +/0 Job control +/0 Social support +++ Job dissatisfaction +++ Age +/0 Socio-economic status +++ Smoking ++ Medical history +++ Gender +/0 Anthropometry +/0 Physical activity +/0 Sumber: Op De Beeck dan Hermans, Subtipe Nyeri punggung bawah dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori yaitu sebagai berikut (Duthey, 2013). 1. Kronik, yaitu nyeri punggung bawah yang dialami selama lebih dari 7-12 minggu, atau setelah masa penyembuhan atau nyeri punggung berulang yang secara intermiten memengaruhi individu selama periode waktu yang panjang. 2. Akut, yaitu nyeri punggung bawah yang dialami selama kurang dari 12 minggu. 3. Subakut, yaitu nyeri punggung bawah yang dialami selama 6 minggu sampai 3 bulan.

12 Patofisiologi Menurut Harsono dan Soeharso (2009), salah satu karakteristik nyeri punggung bawah adalah nyeri punggung bawah miogenik, yaitu yang disebabkan oleh ketegangan otot, spasme otot, defisiensi otot, dan hipersensitif. Ketegangan otot, disebabkan oleh sikap tegang yang konstan atau berulang-ulang pada posisi yang sama akan memendekkan otot yang akhirnya akan menimbulkan perasaan nyeri. Keadaan ini tidak akan terlepas dari kebiasaan buruk atau sikap tubuh yang tidak atau kurang fisiologik. Pada struktur yang normal, kontraksi otot mengurangi beban pada ligamentum dalam waktu yang wajar. Apabila otot-otot menjadi lelah, maka ligamentum yang kurang elastis akan menerima beban yang lebih berat. Rasa nyeri timbul oleh karena iskemia ringan pada jaringan otot, regangan yang berlebihan pada perlekatan miofasial terhadap tulang, serta regangan pada kapsula (Harsono dan Soeharso, 2009). Spasme otot atau kejang otot, disebabkan oleh gerakan yang tiba-tiba di mana jaringan otot sebelumnya dalam kondisi yang tegang atau kaku atau kurang pemanasan. Spasme otot ini memberi gejala yang khas, ialah dengan adanya kontraksi otot yang disertai dengan nyeri yang hebat. Setiap gerakan akan memperberat rasa nyeri sekaligus menambah kontraksi. Akan terjadi suatu lingkaran antara nyeri, kejang atau spasme dan ketidakmampuan bergerak (Harsono dan Soeharso, 2009). Defisiensi otot, dapat disebabkan oleh kurang latihan sebagai akibat dari mekanisasi yang berlebihan. Tirah baring yang terlalu lama maupun karena imobilisasi. Otot yang hipersensitif akan menciptakan satu daerah kecil yang apabila dirangsang akan menimbulkan rasa nyeri dan menjalar ke daerah tertentu (target area). Daerah kecil tadi disebut sebagai noktah picu (trigger point). Dalam pemeriksaan klinik terhadap penderita nyeri punggung bawah, tidak jarang dijumpai adanya noktah picu ini. Titik ini apabila ditekan dapat menimbulkan rasa nyeri bercampur rasa sedikit nyaman (Harsono dan Soeharso, 2009). Pasien umumnya menceritakan riwayat serangan-serangan nyeri transien dan berkurangnya mobilitas tulang belakang secara bertahap. Walaupun pasien cenderung mengaitkan masalahnya dengan kejadian mengangkat barang atau

13 16 membungkuk, herniasi adalah suatu proses bertahap yang ditandai dengan serangan-serangan penekanan akar saraf (yang menimbulkan berbagai gejala dan periode penyesuaian anatomik) (Hartwig dan Wilson, 2012). Regio lumbalis merupakan bagian yang tersering mengalami herniasi nukleus pulposus. Kandungan air diskus berkurang seiring bertambahnya usia (dari 90% pada masa bayi menjadi 70% pada lanjut usia; Schwartz, 1998). Selain itu, serat-serat menjadi lebih kasar dan mengalami hialinisasi, yang ikut berperan menimbulkan perubahan yang menyebabkan herniasi nukleus pulposus melalui anulus disertai penekanan akar saraf spinalis. Umumnya herniasi paling besar kemungkinannya terjadi di daerah kolumna vertebralis tempat terjadinya transisi dari segmen yang lebih banyak bergerak ke yang kurang bergerak (hubungan lumbosakral dan servikotorakalis) (Hartwig dan Wilson, 2012). Gambar 2.5 Compression of L5 and S1 roots by herniated disks Sumber: Engstrom, 2006 Sebagian besar herniasi diskus terjadi di daerah lumbal di antar-ruang lumbal IV ke V (L4 ke L5) atau lumbal kelima ke sakral pertama (L5 ke S1). Arah tersering herniasi bahan nukleus pulposus adalah posterolateral. Karena akar saraf di daerah lumbal miring ke bawah sewaktu keluar melalui foramen saraf, herniasi diskus antara L5 dan S1 lebih mempengaruhi akar saraf S1 daripada L5 seperti yang diperhitungkan. Herniasi diskus antara L4 dan L5 menekan akar saraf L5 (Hartwig dan Wilson, 2012).

14 Gejala Menurut Bull dan Archard (2007), nyeri merupakan perasaan yang sangat subjektif dan tingkat keparahannya sangat dipengaruhi oleh pendapat pribadi dan keadaan saat nyeri tersebut terjadi. Gejala-gejala nyeri punggung dapat sangat bervariasi dari satu orang ke orang yang lain. Gejala tersebut meliputi: sakit kekakuan rasa baal (mati rasa) kelemahan rasa kesemutan (seperti ditusuk peniti dan jarum). Batuk atau bersin seringkali dapat memperberat nyeri punggung dengan menyebabkan spasme (kontraksi) otot punggung yang terasa sangat nyeri Penegakkan Diagnosa 1. Anamnesis Anamnesis nyeri punggung bawah mempunyai kerangka acuan tertentu, minimal harus meliputi hal-hal sebagai berikut (Harsono dan Soeharso, 2009): Letak atau lokasi nyeri Penyebaran nyeri Sifat nyeri, seperti ditusuk-tusuk, disayat, mendenyut, kena api, nyeri tumpul, dan sebagainya. Pengaruh aktivitas terhadap nyeri Pengaruh posisi tubuh atau anggota tubuh Trauma Proses terjadinya dan perkembangannya Obat-obat analgetika yang pernah diminum Kemungkinan adanya proses keganasan Riwayat menstruasi Kondisi mental/emosional 2. Pemeriksaan Fisik

15 18 Inspeksi Mengobservasi pasien saat berdiri, duduk, bersandar maupun berbaring dan bangun dari berbaring. Observasi punggung, pelvis dan tungkai selama bergerak apakah ada hambatan selama melakukan gerakan. Palpasi dan perkusi Palpasi dan perkusi harus dilakukan dengan hati-hati. Pada palpasi, terlebih dahulu diraba daerah yang sekitarnya paling ringan rasa nyerinya, kemudian menuju ke arah daerah yang terasa paling nyeri. Pemeriksaan tanda vital Pemeriksaan neurologik Pemeriksaan neurologik menurut Harsono dan Soeharso (2009) meliputi pemeriksaan motorik, sensorik, refleks fisiologik dan patologik, serta percobaan-percobaan atau test untuk menentukan apakah sarafnya ada yang mengalami kelainan, misalnya pemeriksaan range of movement (ROM) dan Lasegue test. 3. Pemeriksaan penunjang Ketika nyeri yang dirasakan berat dan tidak hilang dalam waktu 6 sampai 12 minggu, diagnosis spesifik menjadi lebih penting untuk menentukan penatalaksanaannya (Ullrich, 2012). Pemeriksaan tambahannya yaitu: X-ray CT scan Myelogram MRI scan Penatalaksanaan Penatalaksanaan untuk nyeri punggung bawah tergantung pada riwayat pasien dan tipe serta keparahan dari nyerinya. Kebanyakan kasus nyeri punggung bawah akan baik dalam waktu enam minggu tanpa operasi, dan latihan (exercises) untuk nyeri punggung bawah hampir selalu menjadi rencana dari penatalaksanaannya. Jika nyeri tetap ada ataupun memburuk, prosedur diagnostik dan operasi mungkin dianjurkan (Ullrich, 2012).

16 19 Istirahat. Menghentikan aktivitas selama beberapa hari akan memberikan kesempatan untuk jaringan yang cedera dan bahkan saraf agar sembuh, yang akan meringankan nyeri punggung bawah. Namun, istirahat yang berlebihan dapat melemahkan otot, sehingga otot tersebut harus berusaha untuk menyangga tulang belakang. Pasien yang tidak melakukan olahraga teratur biasanya mengalami nyeri punggung bawah berulang atau berkepanjangan. Heat and Ice Packs membantu meringankan nyeri punggung bawah dengan mengurangi inflamasi. Kebanyakan pasien menggunakan es (ice), tetapi yang lain memilih panas (heat). Keduanya dapat digunakan bergantian. Obat-obatan yang digunakan seperti analgesik (acetaminophen, duloxetine), obat anti inflamatori non-steroid (aspirin, naprosyn), cyclooxygenase II inhibitors (celecoxib), muscle relaxant (cyclobenzaprine, orphenadrine, carisoprodol), opioid (oxycodone) (Hills, 2014) Ergonomi dan Manual Handling Definisi Ergonomi Istilah ergonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu ergon yang artinya kerja dan nomos yang artinya aturan atau hukum alam. Menurut International Ergonomics Association, ergonomi merupakan suatu disiplin ilmu mengenai pemahaman tentang interaksi antara manusia dan elemen-elemen lain dalam sebuah sistem, serta profesi yang menggunakan teori, prinsip, data, dan metode untuk mendesain, dalam rangka mengoptimalkan kesejahteraan manusia dan kinerja sistem secara menyeluruh. Ergonomi pada hakikatnya berarti ilmu tentang kerja, yaitu bagaimana pekerjaan dilakukan dan bagaimana bekerja lebih baik, sehingga ergonomi sangat berguna dalam desain pelayanan atau proses. Ergonomi berbicara mengenai desain sistem terutama sistem kerja agar sesuai dengan atribut atau karakteristik manusia (to fit the job to the man) (Soedirman dan Suma mur, 2014). Ergonomi adalah bidang studi multidisiplin yang mempelajari prinsipprinsip dalam mendesain peralatan, mesin, proses, dan tempat kerja yang sesuai

17 20 dengan kemampuan dan keterbatasan manusia yang menggunakannya (Harrianto, 2010). Manusia -Anatomi -Fisiologi -Psikologi -Biomekanik -Kinesiologi -Enginering -Manajemen / Organisasi -Desain / redesain Lingkungan Tujuan: Optimasi Efisiensi (produktifitas) Kesehatan Keselamatan Aman Nyaman Gambar 2.6 Pendekatan Ergonomi Sumber: Santoso, Aspek Ergonomi Berdasarkan International Ergonomics Association, sebagai bidang ilmu yang multidisiplin, ergonomi dapat dibagi menjadi 3 area spesialisasi, yaitu sebagai berikut. 1. Physical Ergonomics, yaitu mengenai anatomi manusia, antropometri, fisiologi dan karakteristik biomekanik yang berkaitan dengan aktivitas fisik. Meliputi postur saat kerja, mengangkat beban, gerakan berulang, penyakit muskuloskeletal akibat kerja, tata ruang tempat kerja, keamanan, dan kesehatan kerja. 2. Cognitive Ergonomics, yaitu mengenai proses mental, seperti persepsi, memori, pemikiran, dan respon motorik, yang semuanya memengaruhi interaksi antara manusia dan elemen lainnya di dalam sistem. Meliputi beban mental akibat kerja, pengambilan keputusan, performa keterampilan kerja, interaksi manusia-mesin, keandalan manusia, stres kerja, dan latihan yang berhubungan dengan desain manusia-sistem.

18 21 3. Organizational Ergonomics, yaitu mengenai optimisasi sistem sosioteknis termasuk struktur organisasi, berbagai kebijakan dan proses. Meliputi komunikasi, manajemen sumber daya pekerja, desain kerja, desain waktu kerja, kerja tim, desain partisipasi kerja, ergonomi komunitas, kerjasama tim, paradigma kerja yang baru, virtual organizations, pola kerja jarak jauh, dan manajemen kualitas kerja. Suatu lapangan penting dalam ergonomi adalah posisi tubuh (work posture) dan gerakan seluruh dan anggota badan (body and limb movements), yang menentukan besarnya pemakaian energi daan aktivitas sensorimotoris. Ilmu tentang postur kerja dan gerakan seluruh atau sebagian termasuk anggota badan disebut biomekanik (Suma mur, 2009). Oleh karena itu, seorang tenaga kerja dapat dikatakan memenuhi persyaratan biomekanis dalam melakukan pekerjaannya, apabila postur kerja dan gerakan yang dilakukan saat bekerja sesuai dengan keadaan alami dari tubuh serta anggota badan Definisi Manual Handling Menurut European Agency for Safety and Health at Work (EU-OSHA) tahun 2007, manual handling adalah segala kegiatan transportasi atau mengangkat beban yang dilakukan oleh satu atau lebih pekerja. Kegiatan tersebut termasuk mengangkat, menahan, meletakkan, mendorong, menarik, membawa atau memindahkan sebuah beban (Barnard, 2012). Beban dapat berupa objek bernyawa seperti manusia atau hewan, serta objek yang tidak bernyawa seperti boks, peralatan dan sebagainya. Manual handling juga dapat disebut manual material handling (MMH) (EU-OSHA, 2007) Klasifikasi Manual Handling Occupational Safety and Health Administration (OSHA) mengklasifikasikan kegiatan manual material handling menjadi lima yaitu sebagai berikut (Suhadri, 2008).

19 22 1. Mengangkat/Menurunkan (Lifting/Lowering) Mengangkat adalah kegiatan memindahkan barang ke empat yang lebih tinggi yang masih dapat dijangkau oleh tangan. Kegiatan lainnya adalah menurunkan barang. Gambar 2.7 Kegiatan Mengangkat/Menurunkan Sumber: Suhadri, Mendorong/Menarik (Push/Pull) Kegiatan mendorong adalah kegiatan menekan berlawanan arah tubuh dengan usaha yang bertujuan untuk memindahkan objek. Kegiatan menarik kebalikan dengan itu. Gambar 2.8 Kegiatan Mendorong/Menarik Sumber: Suhadri, Memutar (Twisting) Kegiatan memutar merupakan kegiatan MMH yang merupakan gerakan memutar tubuh bagian atas ke satu atau dua sisi, sementara tubuh bagian bawah berada dalam posisi tetap, Kegatan memutar ini dapat dilakukan dalam keadaan tubuh yang diam.

20 23 Gambar 2.9 Kegiatan Memutar Sumber: Suhadri, Membawa (Carrying) Kegiatan membawa merupakan kegiatan memegang atau mengambil barang dan memindahkannya. Berat benda menjadi berat total pekerja. Gambar 2.10 Kegiatan Membawa Sumber: Suhadri, Menahan (Holding) Memegang objek saat tubuh berada dalam posisi diam (statis). Gambar 2.11 Kegiatan Menahan Sumber: Suhadri, 2008

21 Risiko dan Bahaya Manual Handling Cedera akibat manual handling bisa terjadi di mana pun manusia bekerja di peternakan atau perkebunan dan lokasi pembangunan gedung, dalam pabrik, kantor, gudang, rumah sakit, bank, laboratorium, dan pada jasa pengiriman (Health and Safety Executive (HSE), 2012). Melakukan salah satu atau lebih kegiatan manual handling secara berulang-ulang dan terus-menerus dapat menyebabkan kelelahan dan ketidaknyamanan. Seiring berjalannya waktu, cedera punggung, bahu, tangan, pergelangan tangan, atau bagian tubuh lainnya dapat muncul. Dapat pula terjadi kerusakan otot, tendon, ligamen, saraf, dan pembuluh darah. Cedera seperti ini dikenal sebagai musculoskeletal disorders atau MSDs (California Department of Industrial Relations, 2007). OSHA membagi dua kelompok cedera yang disebabkan oleh kegiatan manual handling yaitu sebagai berikut. 1. Luka, memar, patah tulang dan sebagainya, akibat kejadian tiba-tiba dan tidak diharapkan seperti kecelakaan. 2. Kerusakan sistem muskuloskeletal tubuh (otot, tendon, ligamen, tulang, sendi, bursa, pembuluh darah dan saraf) sebagai konsekuensi selama melakukan aktivitas manual handling berulang. Cedera ini disebut penyakit muskuloskeletal (MSDs) dan dapat dibagi ke dalam tiga grup: a. Penyakit pada leher dan ekstremitas atas (neck and upper limb disorders) b. Penyakit ektremitas bawah (lower limbs disorders) c. Nyeri punggung dan cedera punggung (back pain and back injuries) Risiko Manual Handling pada Perawat Menurut WorkCover NSW (WorkCover New South Wales) tahun 2006, manual handling masih menjadi penyebab cedera utama dan terbesar pada perawat. Cedera akibat manual handling merupakan penyebab signifikan kehilangan profesi perawat dari pelayanan komunitas dan kesehatan. Kelompok lain yang memiliki risiko tinggi termasuk petugas kebersihan rumah sakit dan asisten bangsal.

22 25 Pada edisi pertama Guide the Health Industry Classification Project tahun 1997, dilaporkan bahwa beberapa berikut menjadi kontributor utama penyebab cedera pada perawat, yaitu manual handling pasien, stres muskular tanpa memegang objek, tergelincir, tersandung, terjatuh, manual handling troli, penggunaan dan penyetelan tempat tidur, serta mengatur kain linen dan celemek timbal (lead aprons). Di bawah ini beberapa risiko dari manual handling pasien untuk keselamatan dan kesehatan menurut Occupational Safety and Health Branch Labour Department (2000). 1. Berat memindahkan pasien, khususnya pasien dewasa yang memiliki keterbatasan bisa menyebabkan cedera pada tenaga kesehatan. Cedera dapat disebabkan oleh berbagai hal, contohnya pekerjaan yang terlalu keras, faktor kebugaran dan keterampilan, frekuensi, kondisi kerja, serta kondisi pasien yang sedang ditangani. 2. Jarak semakin jauh jarak antara batang tubuh dan tangan, semakin besar efek dari berat. Oleh karena itu, jarak yang memisahkan pekerja dengan pasien dapat menyebabkan cedera. Juga seperti, tiang infus, pagar pengaman tempat tidur, kursi roda, dan furnitur dekat tempat tidur. 3. Postur aktivitas mengangkat, postur yang janggal, dilakukan terpisah atau bersamaan dengan pengerahan tenaga dapat menyebabkan cedera atau penyakit. Contoh postur yang janggal adalah membungkuk lama, memutar ke samping, meraih sesuatu melewati tinggi bahu, mengangkat atau membawa dengan satu tangan. 4. Tugas yang berisiko dengan tiga tiga faktor yaitu berat, jarak, dan postur yang janggal, memindahkan pasien dapat mengakibatkan penyakit muskuloskeletal. Yang termasuk tugas yang paling sering berisiko, yaitu: memindahkan pasien yang sangat tergantung pada orang lain, memindahkan pasien yang tidak kooperatif, mengangkat pasien dari lantai, lateral transfer memindahkan pasien, pasien tetap dalam keadaan berbaring,

23 26 memindahkan pasien dari tempat tidur ke kursi atau sebaliknya, memindahkan pasien dari kursi ke kursi (misalnya, dari atau ke kursi roda, toilet), memandikan pasien, mereposisi pasien di tempat tidur atau kursi, menimbang pasien, menempatkan pispot atau mengganti alas atau bantalan inkontinensia, mencoba menghentikan pasien yang akan terjatuh, dan membantu pasien dengan disabilitas untuk memasuki kendaraan. 5. Lainnya hal-hal lain yang meningkatkan risiko keselamatan dan kesehatan saat memindahkan pasien yaitu: lantai yang tidak rata, basah atau licin, ruang tidak cukup untuk melakukan manuver, secara manual memnidahkan pasien dalam jarak jauh, pencahayaan kurang, peralatan yang cacat atau tidak terawat, kelemahan genggaman tangan karena kondisi kesehatan tertentu, kelelahan akibat aktivitas manual handling berulang, mendorong dan menarik bersamaan dengan reposisi, dan menggenggam kain pengangkat pasien.

Anatomi Vertebra. Gambar 1. Anatomi vertebra servikalis. 2

Anatomi Vertebra. Gambar 1. Anatomi vertebra servikalis. 2 Anatomi Vertebra Tulang belakang (vertebra) dibagi dalam dua bagian. Di bagian ventral terdiri atas korpus vertebra yang dibatasi satu sama lain oleh discus intervebra dan ditahan satu sama lain oleh ligamen

Lebih terperinci

ANATOMI FISIOLOGI TULANG BELAKANG

ANATOMI FISIOLOGI TULANG BELAKANG ANATOMI FISIOLOGI TULANG BELAKANG Tulang punggung atau vertebra adalah tulang tak beraturan yang membentuk punggung yang mudah digerakkan. Terdapat 33 tulang punggung pada manusia, 5 di antaranya bergabung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai penyanggah berat badan, yang terdiri dari beberapa bagian yakni salah

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai penyanggah berat badan, yang terdiri dari beberapa bagian yakni salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tubuh manusia dibentuk oleh struktur tulang belakang yang sangat kuat dimana berfungsi sebagai penyanggah berat badan, yang terdiri dari beberapa bagian yakni

Lebih terperinci

Anatomy of Vertebrae

Anatomy of Vertebrae Anatomy of Vertebrae Introduction 33 vertebrae : 7 Vertebra cervicales 12 vertebra thoracicae 5 vertebra lumbales 5 vertebra sacrales 4 vertebra coccygeae Vertebral Body Corpus vertebralis anterior segment

Lebih terperinci

OSTEOLOGI THORAX, TRUNCUS DAN PELVIS DEPARTEMEN ANATOMI FK USU

OSTEOLOGI THORAX, TRUNCUS DAN PELVIS DEPARTEMEN ANATOMI FK USU OSTEOLOGI THORAX, TRUNCUS DAN PELVIS DEPARTEMEN ANATOMI FK USU OSTEOLOGI DINDING THORAX 1 THORAX Bgn tubuh yg terdapat diantara leher dan abdomen Rangka dinding thorax ( compages thoracis ), dibentuk oleh

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Punggung Bawah Menurut Snell (2006), punggung yang terbentang dari kranium sampai ke ujung os coccygis dapat disebut sebagai permukaan posterior trunkus. Skapula dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagian yakni salah satunya bagian leher yang mempunyai peranan sangat

BAB I PENDAHULUAN. bagian yakni salah satunya bagian leher yang mempunyai peranan sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tubuh manusia dibentuk oleh struktur tulang belakang yang sangat kuat dimana berfungsi sebagai penyanggah berat badan, yang terdiri dari beberapa bagian yakni

Lebih terperinci

dengan processus spinosus berfungsi sebagai tuas untuk otot-otot dan ligamenligamen

dengan processus spinosus berfungsi sebagai tuas untuk otot-otot dan ligamenligamen 6 ke lateral dan sedikit ke arah posterior dari hubungan lamina dan pedikel dan bersama dengan processus spinosus berfungsi sebagai tuas untuk otot-otot dan ligamenligamen yang menempel kepadanya. Processus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pegal yang terjadi di daerah pinggang bawah. Nyeri pinggang bawah bukanlah

BAB I PENDAHULUAN. pegal yang terjadi di daerah pinggang bawah. Nyeri pinggang bawah bukanlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri pinggang bawah atau low back pain merupakan rasa nyeri, ngilu, pegal yang terjadi di daerah pinggang bawah. Nyeri pinggang bawah bukanlah diagnosis tapi hanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung dan tidak langsung, kesehatan masyarakat juga perlu. With Low Back Pain : A Randomized Controllled Trial Bukti juga

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung dan tidak langsung, kesehatan masyarakat juga perlu. With Low Back Pain : A Randomized Controllled Trial Bukti juga BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan dan keselamatan dalam bekerja sangat penting bagi masyarakat yang berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan dengan faktor potensial yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, tingkat aktivitas masyarakat Indonesia semakin tinggi. Hal ini disebabkan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam era globalisasi sekarang ini aktivitas penduduk semakin meningkat, dalam

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam era globalisasi sekarang ini aktivitas penduduk semakin meningkat, dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam era globalisasi sekarang ini aktivitas penduduk semakin meningkat, dalam melaksanakan pekerjaannya seseorang dapat saja terkena gangguan atau cidera. Disadari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan peran serta masyarakat untuk lebih aktif. Aktivitas manusia sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan peran serta masyarakat untuk lebih aktif. Aktivitas manusia sangat BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan yang semakin meningkat otomatis disertai dengan peningkatan peran serta masyarakat untuk lebih aktif. Aktivitas manusia sangat erat hubungannya dengan gerak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi 2.1.1. Pengertian Ergonomi Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau man made disease. Penyakit Akibat Kerja menurut OSHA. tahun 1992, dimana sekitar 62% pekerja menderita Musculoskeletal

BAB I PENDAHULUAN. atau man made disease. Penyakit Akibat Kerja menurut OSHA. tahun 1992, dimana sekitar 62% pekerja menderita Musculoskeletal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian Penyakit Akibat Kerja merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ergonomi yang kurang tepat yaitu Musculoskeletal disorder (MSDs). Keluhan

BAB 1 PENDAHULUAN. ergonomi yang kurang tepat yaitu Musculoskeletal disorder (MSDs). Keluhan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi industri diikuti dengan risiko bahaya kesehatan akibat tidak adanya keseimbangan interaksi antara manusia dengan peralatan, lingkungan dan mesin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. a. Pengertian dan Macam-macam Sikap Kerja. 4 macam sikap dalam bekerja, yaitu :

BAB II LANDASAN TEORI. a. Pengertian dan Macam-macam Sikap Kerja. 4 macam sikap dalam bekerja, yaitu : BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Sikap Kerja a. Pengertian dan Macam-macam Sikap Kerja Menurut Nurmianto (2008), sikap kerja merupakan suatu tindakan yang diambil tenaga kerja untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang dapat mengganggu proses kerja sehingga menjadi kurang

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang dapat mengganggu proses kerja sehingga menjadi kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini semua proses pekerjaan tidak terlepas dari posisi duduk, mulai dari orang kecil seperti murid sekolah sampai orang dewasa dengan pekerjaan yang memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. populasi pada usia>50 tahun dan sering terjadi pada usia didapatkan pada usia tahun. Di Amerika Serikat, kasusnyeri

BAB I PENDAHULUAN. populasi pada usia>50 tahun dan sering terjadi pada usia didapatkan pada usia tahun. Di Amerika Serikat, kasusnyeri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri pinggang dilaporkan terjadi setidaknya 1 kali dalam 85% populasi pada usia>50 tahun dan sering terjadi pada usia 30-50 tahun.setiap tahun prevalensi nyeri pinggang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengguna jasa asuransi kesehatan. Pengertian sehat sendiri adalah suatu kondisi

BAB I PENDAHULUAN. pengguna jasa asuransi kesehatan. Pengertian sehat sendiri adalah suatu kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kesehatan saat ini merupakan hal yang sangat penting dikarenakan meningkatnya jumlah pasien di rumah sakit dan meningkat juga pengguna jasa asuransi kesehatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang lebih modern masyarakat juga mengalami perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang lebih modern masyarakat juga mengalami perubahan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era yang lebih maju dan berkembang disertai dengan peningkatan teknologi yang lebih modern masyarakat juga mengalami perubahan dan perilaku hidup, hal ini mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Jangka Panjang bidang kesehatan terdiri atas upaya pokok di bidang kesehatan yang dituangkan dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Dalam SKN disebutkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Lama Duduk Sebelum Istirahat Dalam Berkendara

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Lama Duduk Sebelum Istirahat Dalam Berkendara BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Lama Duduk Sebelum Istirahat Dalam Berkendara Sopir atau pengemudi adalah orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang telah memiliki Surat Ijin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru. (Millson, 2008). Sedangkan menurut pendapat Departement of Trade and

BAB I PENDAHULUAN. baru. (Millson, 2008). Sedangkan menurut pendapat Departement of Trade and BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Inovasi adalah perbuatan mengenalkan sesuatu yang baru dengan cara yang baru. (Millson, 2008). Sedangkan menurut pendapat Departement of Trade and Industry,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab 40% kunjungan pasien berobat jalan terkait gejala. setiap tahunnya. Hasil survei Word Health Organization / WHO

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab 40% kunjungan pasien berobat jalan terkait gejala. setiap tahunnya. Hasil survei Word Health Organization / WHO BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri menurut International Association For Study Of Pain / IASP yang dikutuip oleh Kuntono, 2011 adalah suatu pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara barat misalnya Inggris dan Amerika Serikat kejadian nyeri punggung (terutama nyeri pada punggung bagian bawah) telah mencapai proporsi epidemik. Satu survei

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga manakala seseorang menderita sakit maka seseorang akan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga manakala seseorang menderita sakit maka seseorang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Sehat pada dasarnya merupakan dambaan atau kebutuhan setiap orang sehingga manakala seseorang menderita sakit maka seseorang akan mengusahakan dirinya untuk kesembuhan

Lebih terperinci

Instabilitas Spinal dan Spondilolisthesis

Instabilitas Spinal dan Spondilolisthesis Instabilitas Spinal dan Spondilolisthesis Akhmad Imron*) Departemen Bedah Saraf FK.Unpad/RSHS Definisi Instabilitas Spinal : adalah hilangnya kemampuan jaringan lunak pada spinal (contoh : ligamen, otot

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan. merupakan bagian pinggang atau yang ada di dekat pinggang.

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan. merupakan bagian pinggang atau yang ada di dekat pinggang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan manifestasi keadaan patologik yang dialami oleh jaringan atau alat tubuh yang merupakan bagian pinggang atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menuju Indonesia Sehat 2010 merupakan program pemerintah dalam mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai macam kondisi yang dapat

Lebih terperinci

Insidens Dislokasi sendi panggul umumnya ditemukan pada umur di bawah usia 5 tahun. Lebih banyak pada anak laki-laki daripada anak perempuan.

Insidens Dislokasi sendi panggul umumnya ditemukan pada umur di bawah usia 5 tahun. Lebih banyak pada anak laki-laki daripada anak perempuan. Dislokasi Sendi Panggul Dislokasi sendi panggul banyak ditemukan di Indonesia akibat trauma dan sering dialami oleh anak-anak. Di Negara Eropa, Amerika dan Jepang, jenis dislokasi sendi panggul yang sering

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LOW BACK PAIN SPONDYLOSIS LUMBALIS 4-5 DENGAN MWD ULTRA SOUND DAN WILLIAM FLEXION EXERCISE DI RSUD SRAGEN

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LOW BACK PAIN SPONDYLOSIS LUMBALIS 4-5 DENGAN MWD ULTRA SOUND DAN WILLIAM FLEXION EXERCISE DI RSUD SRAGEN PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LOW BACK PAIN SPONDYLOSIS LUMBALIS 4-5 DENGAN MWD ULTRA SOUND DAN WILLIAM FLEXION EXERCISE DI RSUD SRAGEN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2. 1 Ergonomi Nurmianto (2003 : 1) mengatakan istilah ergonomic berasal dari bahasa latin yaitu ergon yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum alam dan juga dapat didefinisikan

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Keterbatasan Penelitian Penelitian terhadap proses pekerjaan finishing yang terdiri dari pemeriksaan kain, pembungkusan kain, dan pengepakan (mengangkat kain) ini memiliki

Lebih terperinci

HUBUNGAN BERDIRI LAMA DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH MIOGENIK PADA PEKERJA KASIR

HUBUNGAN BERDIRI LAMA DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH MIOGENIK PADA PEKERJA KASIR HUBUNGAN BERDIRI LAMA DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH MIOGENIK PADA PEKERJA KASIR SKRIPSI DISUSUN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN DALAM MENDAPATKAN GELAR SARJANA SAINS TERAPAN FISIOTERAPI Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktivitas fungsional sehari-hari. yang lama dan berulang, akan menimbulkan keluhan pada pinggang bawah

BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktivitas fungsional sehari-hari. yang lama dan berulang, akan menimbulkan keluhan pada pinggang bawah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada perkembangan jaman sekarang ini, kesehatan merupakan sesuatu hal yang sangat penting. Sehat adalah suatu kondisi yang terbebas dari segala jenis penyakit, baik

Lebih terperinci

Low Back Pain Dr.dr.Yunus Sp RM. MARS. MM. CFP

Low Back Pain Dr.dr.Yunus Sp RM. MARS. MM. CFP Low Back Pain Dr.dr.Yunus Sp RM. MARS. MM. CFP PENDAHULU AN Penyebab L.B.P. tulan g oto t saraf 4 DIFINISI ANATOMI ANATOMI 8 ANATOMI 9 10 SEBAB MEKANIK ANKILOSING SPONDILITIS 16 PENYEBAB sis 1. Spon

Lebih terperinci

REHABILITASI PADA NYERI PUNGGUNG BAWAH. Oleh: dr. Hamidah Fadhil SpKFR RSU Kab. Tangerang

REHABILITASI PADA NYERI PUNGGUNG BAWAH. Oleh: dr. Hamidah Fadhil SpKFR RSU Kab. Tangerang REHABILITASI PADA NYERI PUNGGUNG BAWAH Oleh: dr. Hamidah Fadhil SpKFR RSU Kab. Tangerang SKDI 2012 : LBP Tingkat kompetensi : 3A Lulusan dokter mampu : Membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi pendahuluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di setiap negara. Di dunia, sedikitnya 50% dari semua petugas. mencapai 80% dari semua tenaga kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di setiap negara. Di dunia, sedikitnya 50% dari semua petugas. mencapai 80% dari semua tenaga kesehatan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perawat memainkan peran penting dalam memberikan pelayanan kesehatan di setiap negara. Di dunia, sedikitnya 50% dari semua petugas kesehatan adalah perawat.

Lebih terperinci

SKRIPSI HUBUNGAN POSISI DUDUK DENGAN TIMBULNYA NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PENGEMUDI MOBIL

SKRIPSI HUBUNGAN POSISI DUDUK DENGAN TIMBULNYA NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PENGEMUDI MOBIL SKRIPSI HUBUNGAN POSISI DUDUK DENGAN TIMBULNYA NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PENGEMUDI MOBIL Disusun oleh : HENDRO HARNOTO J110070059 Diajukan untuk memenuhi tugas dan syarat syarat guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

kemungkinan penyebabnya adalah multifactorial sehingga sulit untuk mengetahui penyebab pasti dari keluhan tersebut dan kebanyakan LBP pada usia

kemungkinan penyebabnya adalah multifactorial sehingga sulit untuk mengetahui penyebab pasti dari keluhan tersebut dan kebanyakan LBP pada usia BAB V PEMBAHASAN Nyeri punggung bawah atau LBP merupakan penyakit muskuloskeletal yang dapat berasal dari mana saja seperti sendi, periosteum, otot, annulus fibrosus bahkan saraf spinal. LBP bukan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti HNP, spondyloarthrosis, disc migration maupun patologi fungsional

BAB I PENDAHULUAN. seperti HNP, spondyloarthrosis, disc migration maupun patologi fungsional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vertebra memiliki struktur anatomi paling kompleks dan memiliki peranan yang sangat penting bagi fungsi dan gerak tubuh. Patologi morfologi seperti HNP, spondyloarthrosis,

Lebih terperinci

Universitas Indonesia

Universitas Indonesia 36 BAB V HASIL 5. 1 Profil PT Soraya Intercine Films PT Soraya Intercine Flims merupakan rumah produksi yang didirikan pada tahun 1982. Aktivitas bisnis dari perusahaan ini antara lain adalah: 1. Memproduksi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian dilaksanakan di RSUD Kebumen pada bulan Juni 2015 Juli 2015. Dari penelitian didapatkan sebanyak 74 orang yang memeriksakan LBP ke RSUD Kebumen dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, maka pada

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, maka pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Salah satu tujuan dari bangsa Indonesia yang tercantum pada Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, maka pada dewasa ini tingkat partisipasi

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN HNP

LAPORAN PENDAHULUAN HNP LAPORAN PENDAHULUAN HNP Hernia Nukleus Pulposus (HNP) sering disebut juga dengan ruptur diskus intervertebralis. Diskus intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk sebuah bantalan diantara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. punggung bagian bawah, bukan merupakan penyakit ataupun diagnosis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. punggung bagian bawah, bukan merupakan penyakit ataupun diagnosis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluhan Nyeri Punggung Bawah Low back pain atau nyeri punggung bawah, nyeri yang dirasakan di punggung bagian bawah, bukan merupakan penyakit ataupun diagnosis untuk suatu penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Health Association) adalah beberapa kondisi atau gangguan abnormal

BAB I PENDAHULUAN. Health Association) adalah beberapa kondisi atau gangguan abnormal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Akibat Kerja (PAK) menurut OSHA (Occupational Safety & Health Association) adalah beberapa kondisi atau gangguan abnormal dikarenakan oleh pekerjaan yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Anatomi Tulang Punggung Tulang punggung adalah sekumpulan tulang yang tersusun dalam kolumna vertebralis yang berfungsi untuk menyangga tubuh pada posisi berdiri diatas dua

Lebih terperinci

makalah low back pain akibat kerja LOW BACK PAIN ( NYERI PUNGGUNG BAWAH) AKIBAT KERJA

makalah low back pain akibat kerja LOW BACK PAIN ( NYERI PUNGGUNG BAWAH) AKIBAT KERJA makalah low back pain akibat kerja LOW BACK PAIN ( NYERI PUNGGUNG BAWAH) AKIBAT KERJA PENDAHULUAN 1). Latar Belakang Low back pain (LBP) merupakan permasalah yang sering muncul dalam suatu asuhan keperawatan

Lebih terperinci

TUGAS CASE LBP E.C. SPONDILOSIS. 1. Pemeriksaan Lasegue, Cross Lasegue, Patrick, dan Contra-Patrick

TUGAS CASE LBP E.C. SPONDILOSIS. 1. Pemeriksaan Lasegue, Cross Lasegue, Patrick, dan Contra-Patrick TUGAS CASE LBP E.C. SPONDILOSIS Nama : Meiustia Rahayu No.BP : 07120141 1. Pemeriksaan Lasegue, Cross Lasegue, Patrick, dan Contra-Patrick a. Pemeriksaan Lasegue (Straight Leg Raising Test) Cara pemeriksaan:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Produktivitas Kerja 1. Pengertian Produktivitas kerja adalah jumlah barang atau jasa yang dihasilkan oleh tenaga kerja yang bersangkutan dalam suatu periode tertentu. (15) Umumnya

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI PASKA OPERASI HERNIA NUCLEUS PULPOSUS DI VERTEBRA L5-S1 DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI PASKA OPERASI HERNIA NUCLEUS PULPOSUS DI VERTEBRA L5-S1 DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI PASKA OPERASI HERNIA NUCLEUS PULPOSUS DI VERTEBRA L5-S1 DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA Disusun Oleh FITRI ISTIQOMAH NIM. J100.060.056 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan dinamis dan dapat ditingkatkan sehingga manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan dinamis dan dapat ditingkatkan sehingga manusia dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Setiap orang mendambakan bebas dari penyakit, baik fisik maupun mental serta terhindar dari kecacatan. Sehat bukan suatu keadaan yang sifatnya statis tapi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan. sehingga dengan demikian walaupun etiologi LBP dapat bervariasi dari yang

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan. sehingga dengan demikian walaupun etiologi LBP dapat bervariasi dari yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan manifestasi keadaan patologik yang dialami oleh jaringan atau alat tubuh yang merupakan bagian pinggang

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang maksimal, pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada pengembangan dan pendayagunaan Sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan perangkat komputer dalam menyelesaikan pekerjaan di

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan perangkat komputer dalam menyelesaikan pekerjaan di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini hampir semua aspek pekerjaan baik di sektor bisnis dan perkantoran maupun industri dan manufaktur telah memanfaatkan dukungan teknologi dan perangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. punggung antara lain aktifitas sehari-hari seperti, berolahraga, bekerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. punggung antara lain aktifitas sehari-hari seperti, berolahraga, bekerja, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Punggung merupakan salah satu dari bagian tubuh manusia yang sering digunakan untuk beraktifitas. Banyak aktifitas yang melibatkan pergerakan punggung antara lain aktifitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyeri 1. Pengertian Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang potensial dan aktual (Smeltzer & Bare, 2002). Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia memiliki aktivitas yang bermacam-macam dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini menuntut manusia untuk memiliki kondisi tubuh yang baik tanpa ada gangguan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4" BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nyeri Punggung Bawah 2.1.1. Definisi Nyeri punggung bawah adalah perasaan nyeri diantara sudut kosta sampai daerah bokong yang dapat menjalar sampai ke kedua kaki (Casazza,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Selain kebutuhan primer ( sandang, pangan, papan) ada hal penting yang sangat dibutuhkan oleh kita agar dapat melaksanakan aktifitas sehari-hari, yaitu kesehatan. Sehat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung, kelelahan otot, atau karena kondisi-kondisi tertentu seperti

BAB I PENDAHULUAN. langsung, kelelahan otot, atau karena kondisi-kondisi tertentu seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kota-kota di Indonesia telah mencapai tingkat perkembangan kota yang pesat dan cukup tinggi. Kecelakan merupakan salah satu faktor penyebab kematian terbesar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nyeri punggung bawah (NPB) atau sering disebut juga low back pain

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nyeri punggung bawah (NPB) atau sering disebut juga low back pain BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Nyeri Punggung Bawah 2.1.1 Definisi Nyeri punggung bawah (NPB) atau sering disebut juga low back pain (LBP) merupakan masalah kesehatan di hampir semua negara. Hampir bisa dipastikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi tertinggi menyerang wanita (Hoy, et al., 2007). Di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi tertinggi menyerang wanita (Hoy, et al., 2007). Di Indonesia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyeri leher adalah masalah yang sering dikeluhkan di masyarakat. Prevalensi nyeri leher dalam populasi umum mencapai 23,1% dengan prevalensi tertinggi menyerang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan dan kesehatan kerja sangat penting diterapkan di segala

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan dan kesehatan kerja sangat penting diterapkan di segala BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Keselamatan dan kesehatan kerja sangat penting diterapkan di segala bidang sektor industri. Perhubungan industri yang cepat dan kemajuan teknologi yang pesat selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan medis, berfungsi memberikan pelayanan kesehatan lengkap kepada

BAB I PENDAHULUAN. dan medis, berfungsi memberikan pelayanan kesehatan lengkap kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit oleh WHO (World Health Organisation) tahun 1957 diberikan batasan yaitu suatu bagian menyeluruh, (Integrasi) dari organisasi dan medis, berfungsi memberikan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5. Gambaran Aktivitas Pekerjaan Butik LaMode merupakan usaha sektor informal yang dikelola oleh pemilik usahanya sendiri. Butik pada umumnya menerima jahitan berupa kebaya dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia industri di Indonesia masih didominan dengan penggunaan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. Dunia industri di Indonesia masih didominan dengan penggunaan tenaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia industri di Indonesia masih didominan dengan penggunaan tenaga manusia dalam proses produksinya, terutama pada kegiatan Manual Material Handling (MMH). Aktivitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu pekerjaan. Komputer yang banyak digunakan oleh segala kalangan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu pekerjaan. Komputer yang banyak digunakan oleh segala kalangan untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan teknologi, dunia kerja tidak lepas dari kebutuhan akan adanya komputer yang membantu atau mempermudah dalam penyelesaian suatu pekerjaan. Komputer

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seumur hidup sebanyak 60% (Demoulin 2012). Menurut World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. seumur hidup sebanyak 60% (Demoulin 2012). Menurut World Health BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri punggung merupakan keluhan yang sering dijumpai pada kehidupan sehari-hari. Diperkirakan hampir semua orang pernah mengalami nyeri punggung semasa hidupnya. Nyeri

Lebih terperinci

BAHAN AJAR 10 SAKIT PINGGANG BAGIAN BAWAH

BAHAN AJAR 10 SAKIT PINGGANG BAGIAN BAWAH BAHAN AJAR 10 10 SAKIT PINGGANG BAGIAN BAWAH Slipped Disc Salah satu lokasi rasa sakit yang sering membuat para atlet, khususnya pemainpemain bulutangkis, tenis lapangan dan atlet selancar angin mengeluh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs)

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs) merupakan masalah dalam bidang kesehatan kerja pada saat ini. Gangguan ini akan menyebabkan penurunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Muskuloskeletal Disorders (MSDs) 1. Definisi Muskuloskeletal Disorders(MSDs) MSDs merupakan sekelompok kondisi patologis dimana dapat mempengaruhi fungsi normal dari jaringan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ergonomika Ergonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu ergon dan nomos. Ergon artinya pekerjaan atau kerja, dan nomos artinya aturan atau tata cara (Oborne, 1995). Dengan demikian,

Lebih terperinci

Kelainan Degeneratif SPINE Dr. Nuryani Sidarta,SpRM

Kelainan Degeneratif SPINE Dr. Nuryani Sidarta,SpRM Kelainan Degeneratif SPINE Dr. Nuryani Sidarta,SpRM Proses degeneratif sendi (1) Dimulai pada usia dewasa, terus mengalami progresifitas lambat sepanjang hidup Terjadi perubahan bertahap permukaan cartilago

Lebih terperinci

SPINAL CORD & PERIPHERAL NERVE

SPINAL CORD & PERIPHERAL NERVE Anatomi Blok 1.5 Bismillahirrahmanirrahim. SPINAL CORD & PERIPHERAL NERVE Pembagian Sistem Saraf Anatomis SN SNC Encephalon Medulla spinalis Cerebrum Truncus cerebri Cerebellum Diencephalon Mesencephalon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ergonomi dan psikososial yang berdampak pada kesehatan pekerja.

BAB I PENDAHULUAN. ergonomi dan psikososial yang berdampak pada kesehatan pekerja. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bekerja merupakan salah satu dasar manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tuntutan pekerjaan kerap kali membuat manusia lupa akan batas kemampuan tubuhnya. Dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang maksimal, pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada pengembangan dan pendayagunaan Sumber

Lebih terperinci

BIOMEKANIKA. Ergonomi Teknik Industri Universitas Brawijaya

BIOMEKANIKA. Ergonomi Teknik Industri Universitas Brawijaya BIOMEKANIKA Ergonomi Teknik Industri Universitas Brawijaya Biomekanika Biomekanika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari interaksi fisik antara pekerja dengan mesin, material dan peralatan dengan tujuan

Lebih terperinci

MUSCULOSKELETAL DISORDERS. dr.fauziah Elytha,MSc

MUSCULOSKELETAL DISORDERS. dr.fauziah Elytha,MSc MUSCULOSKELETAL DISORDERS dr.fauziah Elytha,MSc Muskuloskeletal disorder gangguan pada bagian otot skeletal yang disebabkan oleh karena otot menerima beban statis secara berulang dan terus menerus dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, hampir sebagian besar dari mereka menghabiskan waktunya di tempat kerja. Lingkungan

Lebih terperinci

MEKANICAL CERVICAL & LUMBAR TRACTION. Oleh: Sugijanto

MEKANICAL CERVICAL & LUMBAR TRACTION. Oleh: Sugijanto MEKANICAL CERVICAL & LUMBAR TRACTION Oleh: Sugijanto Pengertian Traksi: proses menarik utk meregangkan jarak antar suatu bagian. Traksi spinal: tarikan utk meregangkan jarak antar vertebra. Traksi Non

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan perekonomian. Setiap pembangunan mall dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan perekonomian. Setiap pembangunan mall dapat meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pusat pertokoan (mall) di Indonesia semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan perekonomian. Setiap pembangunan mall dapat meningkatkan pendapatan negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan kerja bagi tubuh dalam aspek ergonomi (Windi, Rasmidar Samad 2015).

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan kerja bagi tubuh dalam aspek ergonomi (Windi, Rasmidar Samad 2015). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat melaksanakan profesi sehari-hari dokter gigi melakukan perawatan yang memerlukan ketelitian di area perawatan yang relatif kecil, yaitu daerah mulut, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Sang Pencipta sebagai mahluk yang dapat berdiri tegak di atas kedua kakinya. Penganut teori revolusi Darwin harus menerima kenyataan bahwa sudah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif kronik non inflamasi yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Penyakit ini bersifat progresif lambat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ischiadicus dan kedua cabangnya yaitu nervus peroneus comunis & nervus

BAB I PENDAHULUAN. Ischiadicus dan kedua cabangnya yaitu nervus peroneus comunis & nervus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ischialgia adalah rasa nyeri yang menjalar sepanjang perjalanan n. Ischiadicus dan kedua cabangnya yaitu nervus peroneus comunis & nervus tibialis. Keluhan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung upaya penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan peradaban manusia sudah semakin berkembang pesat di

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan peradaban manusia sudah semakin berkembang pesat di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan peradaban manusia sudah semakin berkembang pesat di segala bidang kehidupan. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan termasuk salah satunya di bidang kesehatan. Pembangunan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan termasuk salah satunya di bidang kesehatan. Pembangunan di bidang BAB I PENDAHULUAN Pembangunan Nasional adalah pembangunan yang meliputi segala aspek kehidupan termasuk salah satunya di bidang kesehatan. Pembangunan di bidang kesehatan, pada hakekatnya adalah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah

BAB I PENDAHULUAN. melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan sangat penting bagi manusia untuk hidup dan untuk melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah suatu keadaan dimana seseorang

Lebih terperinci

Kata Kunci : durasi waktu ketahanan, kesigapan, gitar, penyangga gitar, penyangga kaki. Universitas Kristen Maranatha

Kata Kunci : durasi waktu ketahanan, kesigapan, gitar, penyangga gitar, penyangga kaki. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PERBANDINGAN DURASI WAKTU KETAHANAN (DURATION OF ENDURANCE) DAN KESIGAPAN (ALERTNESS) KOGNITIF DAN EKSEKUTIF PEMAKAI GITAR MENGGUNAKAN PENYANGGA GITAR (GUITAR SUPPORT) DAN PENYANGGA KAKI (FOOTSTOOL)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade Area (AFTA) semakin pesat. Hal ini membuat persaingan antara industri besar, industri menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menghambat aktivitas kegiatan sehari-hari, di Jerman persentase

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menghambat aktivitas kegiatan sehari-hari, di Jerman persentase BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cedera ligamen kolateral medial sendi lutut merupakan salah satu gangguan yang dapat menyebabkan gangguan mobilitas dan fungsional, sehingga menghambat aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membuat otot tertarik lebih dari pada kapasitas yang dimilikinya. Berbeda

BAB I PENDAHULUAN. yang membuat otot tertarik lebih dari pada kapasitas yang dimilikinya. Berbeda 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, penyakit muskuloskletal telah menjadi masalah yang banyak dijumpai di pusat-pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia dan menjadi penyebab tingginya angka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Kinesiologi dan Biomekanika Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu melakukan gerakan. 6 Beberapa disiplin

Lebih terperinci

RUPTUR TENDO ACHILLES

RUPTUR TENDO ACHILLES RUPTUR TENDO ACHILLES LI 1 Memahami dan Menjelaskan Anatomi Makro Tendon Achilles berasal dari gabungan tiga otot yaitu gastrocnemius, soleus, dan otot plantaris. Pada manusia, letaknya tepat di bagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rasa tidak nyaman di daerah belakang tubuh dengan batas tulang costae12 hingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rasa tidak nyaman di daerah belakang tubuh dengan batas tulang costae12 hingga BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 LOW BACK PAIN MEKANIK 2.1.1 Batasan LBP adalah suatu sindroma klinis dengan manifestasi berupa nyeri dan rasa tidak nyaman di daerah belakang tubuh dengan batas tulang costae12

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian punggung bawah. Bahagian punggung berupa sebuah struktur kompleks terdiri daripada tulang, otot, dan jaringan-jaringan lain yang membentuk bahagian posterior tubuh,

Lebih terperinci