Gambar 4. Peta lokasi penelitian
|
|
- Doddy Lesmono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 31 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian berada dalam wilayah Propinsi Sulawesi Selatan yaitu Kota Makassar. Penetapan lokasi penelitian dengan pertimbangan sebagai berikut: Merupakan Pusat Kawasan Strategis Nasional di kawasan timur Indonesia Merupakan Kota Metropolitan yang berbatasan dengan 3 Kabupaten (Kabupaten Maros, Gowa dan Takalar). Pertumbuhan jumlah kendaraan yang cukup pesat (10 15% per tahun) Penelitian dilaksanakan selama 7 (tujuh) bulan mulai bulan April hingga November Lokasi penelitian ditunjukkan pada Gambar 4 berikut. Gambar 4. Peta lokasi penelitian
2 Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder untuk mendeskripsikan kondisi eksisting karakteristik beban emisi dan prediksi ke depan kualitas udara di Kota Makassar. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara, kuesioner, dan pengukuran langsung di lapangan terhadap jumlah kendaraan pada setiap ruas jalan yang telah ditetapkan. Sedangkan wawancara pakar dan kuesioner dilakukan untuk memperoleh data tentang prioritas strategi reduksi beban emisi yang tepat dilakukan dalam upaya pengendalian emisi kendaraan bermotor di Kota Makassar. Data sekunder dari instansi terkait dan studi literatur digunakan dalam membangun model dinamis antara lain data jumlah penduduk, jumlah kendaraan, kualitas udara, karakteristik atmosfer dan data sosial ekonomi masyarakat. Pengambilan data di lapangan dilakukan pada 14 ruas jalan utama yang mewakili 14 wilayah kecamatan di Kota Makassar untuk mengetahui jumlah kendaraan pada masing-masing ruas jalan dan karakteristik beban emisi kendaraan bermotor di Kota Makassar. Nama masing-masing ruas jalan berdasarkan wilayah kecamatan, titik koordinat dan panjang jalan diperlihatkan pada Tabel 3 berikut. Tabel 3. Kecamatan, ruas jalan, titik koordinat dan panjang jalan No Kecamatan Ruas Jalan Titik Koordinat Panjang Jalan (km) 1 Mariso Jl. Botolempangan ,4 (LS)/ ,9 (BT) Mamajang Jl. Veteran Selatan ,6 (LS)/ ,18 (BT) Tamalate J. A. Tonro ,7 (LS)/ ,4 (BT) Rappocini Jl. S. Alauddin ,6 (LS)/ ,4 (BT) Makassar Jl. Jend. Urip Sumohardjo ,6 (LS)/ ,5 (BT) Ujung Pandang Jl. Jend. Sudirman ,5 (LS)/ ,0 (BT) Wajo Jl. Sulawesi ,1 (LS)/ ,9 (BT) Bontoala Jl. G. Bawakaraeng ,9 (LS)/ ,1 (BT) Ujung Tanah Jl. Nusantara ,3 (LS)/ ,4 (BT) Tallo Jl. Ir. Sutami ,4 (LS)/ ,5 (BT) Panakkukang Jl. AP. Pettarani ,0 (LS)/ ,0 (BT) Manggala Jl. Dr. J. Leimena ,4 (LS)/ ,1 (BT) Biringkanaya Jl. P. Kemerdekaan KM ,4 (LS)/ ,4 (BT) Tamalanrea Jl. P. Kemerdekaan KM ,4 (LS)/ ,1 (BT) 6.2
3 33 Lokasi sampling dipilih secara sengaja (purposive sampling) berdasarkan wilayah administratif kecamatan, dimana kelas jalan yang dipilih yaitu jalan arteri primer dengan volume kendaraan lebih besar dari 2 ribu kendaraan/jam. Masingmasing lokasi sampling dilakukan tiga kali pengambilan data pada jam-jam sibuk yaitu pada jam , jam , dan jam sehingga diperoleh nilai rata-rata jumlah kendaraan per hari untuk setiap ruas jalan dengan asumsi waktu efektif lalu lintas selama 16 jam. Survei jumlah Kendaraan dibagi atas 5 (lima) kategori kendaraan yaitu sepeda motor, mobil penumpang berbahan bakar bensin, mobil penumpang berbahan bakar solar, dan kendaraan besar seperti bus dan truk. Data hasil survei kendaraan digunakan untuk melakukan estimasi beban emisi berdasarkan nilai faktor emisi untuk masing-masing parameter polutan dan jenis kendaraan. Posisi (lintang-bujur) lokasi sampling ditentukan dengan menggunakan GPS (Global Positioning System). Selanjutnya hasil pengukuran GPS diplotkan ke dalam peta dasar menggunakan perangkat lunak ArcView GIS Versi 3.2. Deskripsi tentang tujuan, data dan sumber data penelitian dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Tujuan penelitian, data, dan sumber data penelitian Tujuan Data Sumber Data (1) Mengestimasi beban emisi dari kendaraan bermotor (2) Menganalisis tingkat konsentrasi ambien dan nilai ISPU (3) Mengestimasi dampak sosial dan ekonomi akibat pencemaran udara (4) Menganalisis prioritas strategi reduksi beban emisi (5) Menyusun model pengendalian pencemaran emisi kendaraan bermotor Jumlah kendaraan Faktor emisi Vehicle Kilometer Trip (VKT) Panjang jalan Beban emisi Konsentrasi udara ambien Kecepatan angin Stabilitas atmosfir Standar deviasi penyebaran polutan Jumlah penduduk Konsentrasi polutan Biaya kesehatan per unit kasus Kriteria & Alternatif Strategi reduksi emisi Input data (1) (4) Observasi langsung BTMP Dinas Perhubungan Kota Makassar Dinas PU Kota Makassar Hasil estimasi BLH Kota Makassar BMKG Pustaka BPS Hasil estimasi RSU Wahidin Pakar Observasi langsung, pakar, instansi terkait, dan pustaka
4 Rancangan Penelitian Estimasi Beban Emisi Parameter beban emisi kendaraan bermotor untuk penentuan kualitas udara yaitu emisi CO, SO 2, NO 2, dan PM 10. Data yang dibutuhkan untuk menentukan beban emisi kendaraan bermotor adalah data jumlah kendaraan bermotor berdasarkan jenis kendaraan pada setiap ruas jalan, faktor emisi untuk setiap parameter polutan dan jenis kendaraan, dan data panjang ruas jalan yang dianggap sebagai jarak tempuh kendaraan (vehicle kilometer trip). Pengumpulan data dilakukan melalui survei di lapangan untuk mengetahui volume kendaraan berdasarkan jenis kendaraan (sepeda motor, mobil penumpang, truk dan bis) pada masing-masing ruas jalan yang ditinjau. Penetapan faktor emisi yang digunakan untuk setiap parameter berdasarkan studi BTMP (2008). Perhitungan beban emisi dalam penelitian ini menggunakan metode perhitungan dengan pendekatan jarak tempuh kendaraan (Vehicle Kilometer Trip) atau dikenal dengan metode bottom-up (Mittal et al., 2004). Perhitungan beban emisi menggunakan panjang ruas jalan yang dilewati oleh kendaraan, dianggap sebagai jarak tempuh kendaraan. Model perhitungan beban emisi sebagai berikut: Emisi (ton/tahun) = total kendaraan/hari x panjang jalan (km) x faktor emisi (gr/km) x 365 x (1) Analisis Konsentrasi Udara Ambien Data yang diperlukan untuk menentukan konsentrasi udara ambien adalah nilai beban emisi, kecepatan angin rata-rata, standar deviasi penyebaran polutan yang diperoleh berdasarkan kelas stabilitas atmosfir, dan jarak terhadap reseptor polutan. Data kecepatan angin rata-rata menggunakan data sekunder dari BMKG Wilayah Sulawesi Selatan. Konsentrasi udara ambien untuk tiap ruas jalan dianalisis berdasarkan baku mutu udara ambien (BMA) yang mengacu kepada Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan No.14 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Udara Ambien untuk setiap parameter uji.
5 35 Tabel 5. Nilai baku mutu udara ambien Parameter Nilai Baku Mutu Waktu Pengukuran CO µg/nm 3 1 jam µg/nm 3 24 jam SO µg/nm 3 1 jam 365 µg/nm 3 24 jam NO µg/nm 3 1 jam 150 µg/nm 3 24 jam PM µg/nm 3 24 jam Sumber: Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan No.14 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Udara Ambien Proyeksi Dampak Pencemaran terhadap Kesehatan Data yang dibutuhkan untuk menentukan dampak pencemaran udara terhadap resiko kesehatan yaitu data jumlah masyarakat dalam suatu wilayah yang memiliki resiko terkena dampak pencemaran polutan tertentu akibat perubahan tingkat konsentrasi ambien yang melebihi baku mutu yang telah ditetapkan, data tingkat konsentrasi udara ambien dan perubahan level udara ambien untuk polutan tertentu yang melampaui baku mutu udara ambien, dan kemiringan fungsi doseresponse. Pengumpulan data dilakukan melalui survei di lapangan, studi literatur, dan data sekunder dari instansi terkait. Data jumlah penduduk diperoleh dari data sekunder BPS Kota Makassar tahun 2010, data konsentrasi udara ambien diperoleh dari hasil estimasi model, dan kemiringan fungsi dose-response merupakan konstanta dari fungsi berdasarkan kasus kesehatan yang ditinjau. Fungsi dose-response yang dikembangkan oleh Ostro (1994) untuk estimasi kasus kesehatan akibat polutan tertentu diberikan sebagai berikut: dhi = bi. Pi. da... (2) dimana: dhi = jumlah kasus masalah kesehatan i bi = kemiringan fungsi dose-response Pi = masyarakat yang memiliki resiko kesehatan dampak dari i da = perubahan level udara ambien untuk polutan tertentu di atas baku mutu yang telah ditetapkan. Kemiringan (slope) fungsi dose-response merupakan indikasi peningkatan masalah kesehatan yang disebabkan oleh meningkatnya satu unit dari polusi udara
6 36 diatas ketentuan baku mutu yang ada (Kumar, 2012). Nilai slope fungsi doseresponse ditunjukkan pada Tabel 6. Tabel 6. Slope Fungsi Dose Response No Dampak Kesehatan Slope 1 PM 10 Keterbatasan aktivitas harian (Restricted Activity Days = RAD) Serangan Asma (Asthma Attack = AA) Gangguan pernafasan pada anak (Lower Respiratory Ilneses among Children = LRI) Gangguan pernapasan harian (Respiratory Simptoms Days = RSD) Bronchitis Kronis (Chronic Bronchitis = CB) SO 2 Kasus kematian (Prematur Mortality = PM) Gangguan pernafasan pada anak (Lower Respiratory Ilneses among Children = LRI) 3 NO 2 Gangguan pernapasan harian (Respiratory Simptoms Days = RSD) Sumber: Ostro, Perhitungan Nilai Ekonomi Dampak Pencemaran Hasil perhitungan jumlah kasus masalah kesehatan yang diperoleh digunakan untuk menentukan nilai ekonomi masalah kesehatan akibat pencemaran udara. Selain itu juga digunakan data nilai atau biaya masing-masing masalah kesehatan per-unit kasus masalah kesehatan yang diperoleh melalui hasil survei langsung pada salah satu rumah sakit milik pemerintah. Menurut Soleiman (2009), estimasi nilai ekonomi untuk masalah kesehatan dihitung dengan rumus berikut: TCi = Vi. dhi... (3) Dimana: TCi = nilai ekonomi total dari masalah penyakit i yang disebabkan oleh polutan. Vi = nilai masalah kesehatan i per-unit kasus dhi = jumlah kasus masalah penyakit i
7 Pemilihan Strategi Reduksi Beban Emisi Pemilihan strategi reduksi beban emisi yang efektif dan efisien dikembangkan untuk menentukan pilihan alternatif dari berbagai strategi yang diusulkan dalam menurunkan beban emisi kendaraan bermotor di Kota Makassar. Teknik pengambilan keputusan yang digunakan adalah AHP. Alternatif strategi reduksi beban emisi ditentukan berdasarkan sumber dari pakar dan studi pustaka. Berdasarkan hasil kajian pustaka dan wawancara mendalam dengan pakar, berhasil diidentifikasi 12 alternatif strategi reduksi beban emisi kendaraan bermotor di Kota Makassar, yaitu: (1) Rekayasa lalulintas, (2) Inspection and Maintenance, (3) Pengetatan standar emisi, (4) Pembatasan jumlah kendaraan, (5) Penggunaan Catalytic Converter, (6) Substitusi bahan bakar ramah lingkungan, (7) Penggunaan transportasi massal, (8) Pajak Emisi, (9) Penataan ruang, (10) Pemantauan kualitas udara, (11) Sistem penegakan hukum lingkungan, dan (12) Peningkatan ruang terbuka hijau. Kriteria yang digunakan untuk menentukan prioritas kegiatan reduksi beban emisi adalah: (1) Partisipasi masyarakat, (2) Kemudahan manajemen, (3) Biaya, (4) Efisiensi dan (5) Keberlanjutan. Kriteria pakar yang dilibatkan dalam penelitian ini antara lain memenuhi salah satu kriteria berikut, yaitu: (1) memiliki pendidikan formal (S2/S3) pada bidang yang dikaji, (2) berpengalaman dalam bidang yang dikaji, dan (3) praktisi dalam bidang yang dikaji Desain Model Pengendalian Emisi Kendaraan Bermotor Data yang diperlukan untuk mendesain model pengendalian emisi kendaraan bermotor adalah jumlah kendaraan pada masing-masing ruas jalan dan faktor emisi dari masing-masing parameter untuk mengetahui beban emisi dan tingkat konsentrasi udara ambien pada masing-masing ruas jalan. Pengumpulan data jumlah kendaraan untuk masing-masing jenis kendaraan selama 5 (lima) tahun terakhir menggunakan data sekunder. Desain model dilakukan untuk melihat perilaku sistem dalam perencanaan strategi pengendalian emisi kendaraan bermotor di Kota Makassar. Model didasarkan pada hasil pendekatan black box dan kondisi faktual hasil studi yang dikombinasikan dengan konsep teori dari berbagai kepustakaan.
8 38 Desain model dilakukan dengan pendekatan sistem, yaitu suatu metode pemecahan masalah yang diawali dengan identifikasi kebutuhan yang menghasilkan suatu sistem operasional yang efisien. Model pengendalian pencemaran yang dibangun didasarkan pada beban emisi kendaraan bermotor dan karakteristik meteorologis yang mempengaruhi konsentrasi pencemar. Pendekatan sistem dicirikan oleh tiga karakteristik sistem yaitu kompleks, dinamis dan probabilistik. Pola pikir yang mendasari pemecahan masalah sistem menurut Hartrisari (2007), yaitu: (1) cybernetic atau berorientasi pada tujuan, (2) holistic atau cara pandang yang utuh terhadap permasalahan sistem, dan (3) effectiveness atau lebih memetingkan hasil guna yang operasional untuk mencari efisiensi keputusan. Pendekatan sistem memberikan penyelesaian masalah dengan metode dan alat yang mampu mengidentifikasi, menganalisis, mensimulasi dan mendesain sistem dengan komponen-komponen yang saling terkait, yang diformulasikan secara lintas disiplin dan komplementer. Metodologi sistem pada prinsipnya melalui enam tahap analisis, yaitu: (1) analisis kebutuhan, (2) formulasi masalah, (3) identifikasi sistem, (4) pemodelan sistem, (5) verifikasi dan validasi, dan (6) implementasi (Hartrisari, 2007). 1) Analisis Kebutuhan Analisis kebutuhan merupakan tahap awal untuk mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan dari masing-masing pemangku kepentingan (stakeholders). Setiap pelaku sistem memiliki kebutuhan yang berbeda-beda yang dapat mempengaruhi kinerja sistem. Menurut Marimin (2005), analisis kebutuhan selalu menyangkut interaksi antara respon yang timbul dari seseorang terhadap jalannya sistem. Analisa ini meliputi hasil suatu survei, pendapat ahli, hasil diskusi, dan observasi lapang. 2) Formulasi Masalah Adanya keinginan dan kebutuhan yang berbeda-beda diantara peran stakeholder, akan menimbulkan konflik kepentingan dalam sistem. Formulasi masalah merupakan salah satu langkah penting dalam perencanaan model. Formulasi masalah dilakukan atas dasar penentuan informasi yang telah dilakukan melalui identifikasi sistem yang dilakukan secara bertahap (Eriyatno, 2003).
9 39 3) Identifikasi Sistem Identifikasi sistem dilakukan untuk memberikan gambaran terhadap komponen-komponen yang terlibat di dalam sistem yang dikaji dalam bentuk diagram lingkar sebab akibat (causal loop) dan diagram input output. 4) Validasi Model Validasi model ditujukan untuk melihat kesesuaian hasil model dibandingkan dengan realitas yang dikaji (Hartrisari, 2007). Validasi model dilakukan dengan menguji kinerja model untuk memperoleh keyakinaan sejauh mana kinerja model sesuai dengan kinerja sistem nyata dengan cara membandingkan dengan data empirik (Muhammadi et al. 2001). Untuk memverifikasi keluaran model dengan data empirik dilakukan uji statistik AME (Absolute Mean Error) dan AVE (Absolute Variation Error). Nilai batas penyimpangan yang dapat diterima adalah < 10% (Barlas, 2002). Tahapan pendekatan sistem diilustrasikan pada Gambar 5 berikut. Analisis Kebutuhan Formulasi Masalah Identifikasi Sistem Konstruksi model Validasi OK? Tidak Simulasi Implementasi Skenario Selesai Gambar 5. Tahapan pendekatan sistem
10 40 Desain model pengendalian emisi kendaraan bermotor di Kota Makassar ditunjukkan pada Gambar 6. Sub-Model Input Output EMISI (Lingkungan) Jaringan Jalan (Titik Sumber) Jumlah Kendaraan Berdasarkan Tipe/Jenis VKT Kendaraan Faktor Emisi Polutan (CO, NO2, SO2, PM10) Pilihan Skenario Pengendalian Beban Emisi Kondisi Meteorologis Data Konsentrasi Ambien Pilihan Skenario Pengendalian Karakteristik Beban Emisi Konsentrasi Ambien Pola Spasial Tingkat Exposure Proyeksi Konsentrasi Ambien Dampak Pencemaran (Sosial-Ekonomi) Konsentrasi Ambien Distribusi Populasi Jumlah Penduduk yang Terkena Dampak Jumlah Penduduk yang Terkena Dampak Nilai Ekonomi dari Dampak Kesehatan Validasi MODEL PENGENDALIAN PENCEMARAN EMISI KENDARAAN BERMOTOR Gambar 6. Desain model pengendalian emisi kendaraan bermotor di Kota Makassar. 5) Implementasi Skenario Model Implementasi pengendalian pencemaran udara di Kota Makassar dilakukan dengan menggunakan beberapa skenario. Pemilihan skenario model dilakukan dengan menggunakan metode Analitycal Hierarchy Process (AHP). AHP merupakan suatu metode yang umum digunakan dalam merangking kriteria yang berbeda, tujuan yang berbeda atau alternatif yang berbeda, dimana masingmasing independen dan tidak terhubung dalam pola matematis tertentu (Marimin, 2005). Dari analisis ini akan didapatkan informasi mengenai bobot dari beberapa alternatif kunci yang akan dijadikan skenario dalam model pengendalian pencemaran udara di Kota Makassar sesuai dengan kebutuhan dari para pelaku yang terlibat dalam sistem.
11 41 Selanjutnya skenario kunci tersebut digunakan untuk mendeskripsikan perubahan kemungkinan masa depan bagi pengendalian pencemaran udara di Kota Makassar. Penentuan skenario kunci ini sepenuhnya adalah merupakan pendapat dari pihak yang berkompeten sebagai pelaku dan pakar mengenai pengendalian pencemaran udara perkotaan. Pemilihan skenario kunci menggunakan metode kuesioner dan wawancara Asumsi Model Asumsi yang digunakan dalam model ini adalah: 1. Laju pertumbuhan penduduk sebesar 1.63% (laju pertumbuhan penduduk rata-rata antara tahun 2000 hingga tahun 2009) 2. Laju pertumbuhan kendaraan sebesar 10-15% (laju pertumbuhan kendaraan rata-rata antara tahun 2006 hingga 2010). 3. Tidak ada laju pengurangan kendaraan selama periode simulasi. 4. Polutan yang ditinjau tidak mengalami perubahan (polutan primer). 5. Tidak ada perubahan kebijakan pengendalian pencemaran udara selama periode simulasi. 6. Tidak ada perubahan teknologi kendaraan selama periode simulasi.
IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
42 IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Makassar terletak di pesisir barat Provinsi Sulawesi Selatan pada koordinat 119 18 30.18 sampai 119 32 31.03 BT dan 5 00 30.18 sampai 5 14
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
53 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Distribusi Jumlah Kendaraan Bermotor di Kota Makassar Estimasi total beban emisi dilakukan dengan mengambil sampel masingmasing 1 (satu) ruas jalan pada 14 kecamatan yang
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan kota dengan kepadatan penduduk tertinggi di
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Yogyakarta merupakan kota dengan kepadatan penduduk tertinggi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Dengan luas wilayah 32,50 km 2, sekitar 1,02% luas DIY, jumlah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara sudah menjadi masalah yang serius di kota-kota besar di dunia. Polusi udara perkotaan yang berdampak pada kesehatan manusia dan lingkungan telah dikenal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini dalam mendukung perkembangan kemajuan kota-kota besar di dunia, namun
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan bagian yang sangat bernilai dan diperlukan saat ini dalam mendukung perkembangan kemajuan kota-kota besar di dunia, namun pada sisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Kota Medan sebagai ibu kota Provinsi Sumatera Utara merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia dengan jumlah penduduk 2.191.140 jiwa pada tahun 2014 (BPS Provinsi Sumut,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk di Kota Padang setiap tahun terus meningkat, meningkatnya jumlah penduduk mengakibatkan peningkatan jumlah transportasi di Kota Padang. Jumlah kendaraan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xv DAFTAR GAMBAR... xviii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar
Lebih terperinciV. PENILAIAN KINERJA POLA TRAYEK/RUTE EKSISTING
V. PENILAIAN KINERJA POLA TRAYEK/RUTE EKSISTING 5.1. Permintaan Pergerakan Penduduk Kebutuhan akan jasa angkutan umum penumpang di Kota Makassar tidak dapat dipisahkan dengan kebutuhan transportasi kota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi saat ini menjadi masalah yang sangat penting karena dapat mengindikasikan kemajuan suatu daerah. Transportasi sangat diperlukan untuk mendukung perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan komponen yang sangat penting untuk keberlangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Tingkat pencemaran udara di Kota Padang cukup tinggi. Hal
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)
D216 Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Untuk Menyerap Emisi CO 2 Kendaraan Bermotor Di Surabaya (Studi Kasus: Koridor Jalan Tandes Hingga Benowo) Afrizal Ma arif dan Rulli Pratiwi Setiawan Perencanaan
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan selama 7 (tujuh) bulan, yaitu pada awal bulan Mei 2008 hingga bulan Nopember 2008. Lokasi penelitian ini dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Udara merupakan zat yang penting dalam memberikan kehidupan di permukaan bumi. Selain memberikan oksigen, udara juga berfungsi sebagai alat penghantar suara dan bunyi-bunyian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hasil Analisa Bulan November Lokasi/Tahun Penelitian SO2 (µg/m 3 ) Pintu KIM 1 (2014) 37,45. Pintu KIM 1 (2015) 105,85
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Udara merupakan salah satu faktor penting dalam keberlangsungan hidup semua mahluk hidup terutama manusia. Seiring dengan meningkatnya pembangunan infrastruktur mulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup lainnya (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41. Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara sebagai sumber daya alam yang mempengaruhi kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya harus dijaga dan dipelihara kelestarian fungsinya untuk pemeliharaan
Lebih terperinciWisnu Wisi N. Abdu Fadli Assomadi, S.Si., M.T.
PEMODELAN DISPERSI SULFUR DIOKSIDA (SO ) DARI SUMBER GARIS MAJEMUK (MULTIPLE LINE SOURCES) DENGAN MODIFIKASI MODEL GAUSS DI KAWASAN SURABAYA SELATAN Oleh: Wisnu Wisi N. 3308100050 Dosen Pembimbing: Abdu
Lebih terperinciIII METODE PENELITIAN
42 III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di daerah Cilegon serta kawasan industri di Cilegon (Kawasan Industri Estate Cilegon, KIEC). Jenis industri di daerah tersebut adalah
Lebih terperinci4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011
4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011 Pada pengujian periode I nilai NO 2 lebih tinggi dibandingkan dengan periode II dan III (Gambar 4.1). Tinggi atau rendahnya konsentrasi NO 2 sangat dipengaruhi oleh berbagai
Lebih terperinciESTIMASI SEBARAN KERUANGAN EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA SEMARANG LAPORAN TUGAS AKHIR
ESTIMASI SEBARAN KERUANGAN EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA SEMARANG LAPORAN TUGAS AKHIR Oleh : AMBAR YULIASTUTI L2D 004 294 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai ia meninggal dunia. Hal ini disebabkan
Lebih terperinciANALISIS PENERAPAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DARI KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN ESTIMASI BEBAN EMISI (Studi Kasus : DKI JAKARTA)
ANALISIS PENERAPAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DARI KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN ESTIMASI BEBAN EMISI (Studi Kasus : DKI JAKARTA) RAHMAWATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Lebih terperinciEVALUASI PERUBAHAN EMISI GAS NOX DAN SO 2 DARI KEGIATAN TRANSPORTASI DI KAMAL BANGKALAN AKIBAT PENGOPERASIAN JEMBATAN SURAMADU
EVALUASI PERUBAHAN EMISI GAS NOX DAN SO 2 DARI KEGIATAN TRANSPORTASI DI KAMAL BANGKALAN AKIBAT PENGOPERASIAN JEMBATAN SURAMADU Oleh: Imam Yanuar 3308 100 045 Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil
Lebih terperinciAnalisis Kebutuhan Parkir dan Kajian Dampak Lalu Lintas Gedung Pusat Perbelanjaan Ramayana Makassar
1.1. Latar Belakang Makassar merupakan kota yang strategis dimana terletak ditengah-tengah wilayah Republik Indonesia atau sebagai Center Point of Indonesia. Hal ini mendukung posisi Makassar sebagai barometer
Lebih terperinciPertimbangan Isu Transportasi Dalam Perencanaan Ruang Kota Makassar Oleh Sri Hidayat 1 1
Pertimbangan Isu Transportasi Dalam Perencanaan Ruang Kota Makassar Oleh Sri Hidayat 1 1 Fungsional Perencana Pada Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup Provinsi Sulsel Email : hidayatblhd@yahoo.co.id Hp
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup. Peningkatan kualitas hidup
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman yang semakin modern ini pembangunan pesat terjadi pada berbagai bidang yang memberikan kemajuan pada sektor ekonomi, kesehatan, teknologi maupun berbagai
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Tahapan penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap penyelesaian. Tahap persiapan pada penelitian ini dimulai
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Studi ini menyajikan analisis mengenai kualitas udara di Kota Tangerang pada beberapa periode analisis dengan pengembangan skenario sistem jaringan jalan dan variasi penerapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jaringan jalan memiliki fungsi yang sangat penting yaitu sebagai prasarana untuk memindahkan/transportasi orang dan barang, dan merupakan urat nadi untuk mendorong
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam usaha di bidang kesehatan seperti di jelaskan dalam Undang-Undang Nomor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional di bidang kesehatan yang tercantum dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yaitu terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bandara merupakan salah satu sumber tarikan perjalanan bagi suatu zona. Meningkatnya aktivitas di bandara dapat menyebabkan jumlah perjalanan yang tertarik ke tata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Udara di perkotaan tak pernah terbebas dari pencemaran asap beracun yang dimuntahkan oleh jutaan knalpot kendaraan bermotor. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan
Lebih terperinciSTUDI KONTRIBUSI KEGIATAN TRANSPORTASI TERHADAP EMISI KARBON DI SURABAYA BAGIAN BARAT Oleh : Wima Perdana Kusuma
STUDI KONTRIBUSI KEGIATAN TRANSPORTASI TERHADAP EMISI KARBON DI SURABAYA BAGIAN BARAT Oleh : Wima Perdana Kusuma 3306 100 097 Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi
Lebih terperinciMODEL SIMULASI PENCEMARAN UDARA DENGAN
NO : 960-0702/P LAPORAN TUGAS AKHIR (TL 410) MODEL SIMULASI PENCEMARAN UDARA DENGAN METODE SISTEM DINAMIS (Studi Kasus: Kota Bandung) Nama : Indradi Kridiasto N I M : 15396060 JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
Lebih terperinciWinardi 1 Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Tanjungpura Pontianak
Analisis Dispersi Gas Sulfur Dioksida (SO 2 ) Dari Sumber Transportasi Di Kota Pontianak Winardi 1 Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Tanjungpura Pontianak win@pplh-untan.or.id Abstrak Pencemaran
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kawasan Industri Cilegon yang meliputi Anyer (perbatasan kota Cilegon-Kabupaten Serang), Merak, dan Cilegon, yang
Lebih terperinciOP-030 Uji Validasi Program Caline4 terhadap Dispersi Gas NO2 dari Sektor Transportasi di Kota Padang
Seminar Nasional Sains dan Teknologi Lingkungan II e-issn -880 Padang, 9 Oktober 06 OP-00 Uji Validasi Program terhadap Dispersi Gas NO dari Sektor Transportasi di Kota Padang Vera Surtia Bachtiar, Siti
Lebih terperinciIII. METODOLOGI. Gambar 3.1 Lokasi Penelitian WP Bojonagara
III. METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus hingga bulan Oktober 2009. Lokasi penelitian yaitu di Wilayah Pengembangan (WP) Bojonagara, Kota Bandung. Gambar 3.1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap ekosistem secara global. Udara yang kita pakai untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udara merupakan sumber daya alam milik bersama yang besar pengaruhnya terhadap ekosistem secara global. Udara yang kita pakai untuk bernafas umumnya tidak atau kurang
Lebih terperinciTabel 3. Komposisi perjalanan orang di Jabotabek menurut moda angkutan tahun 2000
Tabel 3. Komposisi perjalanan orang di Jabotabek menurut moda angkutan tahun 2000 Moda Perjalanan Orang Harian Seluruh Moda 29,168,330 Non-Motorized of Transport 8,402,771 Motorized of Transport 20,765,559
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS KONDISI YANG MEMPENGARUHI PENCEMARAN UDARA DI JAKARTA
BAB IV ANALISIS KONDISI YANG MEMPENGARUHI PENCEMARAN UDARA DI JAKARTA Variabel-variabel yang mempengaruhi pencemaran udara yang akan dianalisis merupakan variabel eksogen dari model dinamis yang dibangun.
Lebih terperinciTUGAS AKHIR. Oleh REZA DARMA AL FARIZ PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017
PREDIKSI KONSENTRASI KARBON MONOKSIDA (CO) DAN SULFUR DIOKSIDA (SO 2 ) DARI SUMBER TRANSPORTASI DI JALAN S.PARMAN MEDAN MENGGUNAKAN BOX MODEL STREET CANYON TUGAS AKHIR Oleh REZA DARMA AL FARIZ 130407011
Lebih terperinciMODUL X CALINE4. 1. Tujuan Praktikum
MODUL X CALINE4 1. Tujuan Praktikum Praktikan mampu menggunakan model Caline4 untuk memprediksi sebaran gas karbon monoksida akibat emisi gas kendaraan bermotor. Praktikan mampu menganalisa dampak dari
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan pembangunan di berbagai bidang yang semakin meningkat apabila tidak disertai oleh upaya pengelolaan lingkungan yang baik, maka dapat mengakibatkan terjadinya
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. Gambar I.1 Bagan alir sederhana sistem pencemaran udara (Seinfield, 1986)
Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Pencemaran udara didefinisikan sebagai hadirnya satu atau lebih substansi/ polutan di atmosfer (ambien) dalam jumlah tertentu yang dapat membahayakan atau mengganggu
Lebih terperinciDAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR NOMENKLATUR... xiii DAFTAR LAMPIRAN...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Bagi masyarakat, transportasi merupakan urat nadi kehidupan sehari-hari
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Bagi masyarakat, transportasi merupakan urat nadi kehidupan sehari-hari dan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting dan strategis. Seiring
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (natural sources) seperti letusan gunung berapi dan yang kedua berasal dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencemaran udara adalah masuknya atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan sehingga
Lebih terperinciANALISIS EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR AKIBAT VOLUME LALU LINTAS DI RUAS JALAN (STUDI KASUS JALAN SLAMET RIYADI SURAKARTA)
ANALISIS EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR AKIBAT VOLUME LALU LINTAS DI RUAS JALAN (STUDI KASUS JALAN SLAMET RIYADI SURAKARTA) Lydia Novitriana 1), Dewi Handayani 2),,Muh Hasbi 3) 1) Pengajar Teknik Sipil,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas transportasi khususnya kendaraan bermotor merupakan sumber utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan kendaraan yang digerakan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dibagi menjadi 9 kecamatan, terdiri dari 50 kelurahan. Secara
37 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian 1.1.1 Gambaran Wilayah Penelitian Kota Gorontalo merupakan Ibukota Provinsi Gorontalo. Secara geografis mempunyai luas 79,03 km 2 atau 0,65
Lebih terperinci4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN
4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari
Lebih terperinciBAB V Hasil dan Pembahasan
43 BAB V Hasil dan Pembahasan Bagian ini memberikan gambaran tentang hasil yang diperoleh selama melakukan penelitian Inventori Emisi Gas Rumah Kaca (CO 2 dan CH 4 ) dari Sektor Transportasi dengan Pendekatan
Lebih terperinciDisusun Oleh Arini Ekaputri Junaedi ( ) Dosen Pembimbing Yudha Prasetyawan, S.T., M.Eng.
PERUMUSAN SKENARIO KEBIJAKAN SISTEM TRANSPORTASI PERKOTAAN DI SURABAYA BERDASARKAN EVALUASI DAMPAK PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN LINGKUNGAN : SEBUAH PENDEKATAN SISTEM DINAMIK Disusun Oleh Arini Ekaputri
Lebih terperinciLampiran Data Kota Makassar
Data Kota Makassar Lampiran 1. Panjang Jalan Arteri dan Kolektor Kawasan Aglomerasi Mamminasata (Km) No. Ruas Nama Ruas Ruas Arteri Kolektor 1 Kolektor 2 012 Pangkajene - Maros 15,84 15,84 012, 11k Jl.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Besar Kunjungan Wisatawan di Kota Yogyakarta JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA DAN NUSANTARA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Kota Yogyakarta merupakan ibukota dan pusat pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta. Kota Yogyakarta terbagi menjadi 14 kecamatan dan 45 kelurahan dengan
Lebih terperinciStudi Kontribusi Kegiatan Transportasi Terhadap Emisi Karbon di Surabaya Bagian Timur. Oleh: Fitri Arini
Studi Kontribusi Kegiatan Transportasi Terhadap Emisi Karbon di Surabaya Bagian Timur Oleh: Fitri Arini 3306 100 073 Latar Belakang Masalah Surabaya sebagai kota metropolitan, dagang dan jasa Perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan fisik kota yang ditentukan oleh pembangunan sarana dan prasarana. Lahan yang seharusnya untuk penghijauan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN Dari latar belakang dan tujuan penelitian yang diuraikan pada bab pertama dan studi kepustakaan yang telah dijabarkan pada bab kedua disertasi ini, maka dibuat kerangka pemikiran
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR RINGKASAN VOLUME 2 : STUDI KELAYAKAN DAFTAR ISI PETA LOKASI DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN RINGKASAN EKSEKUTIF
LAPORAN AKHIR VOLUME 2 : STUDI KELAYAKAN RINGKASAN DAFTAR ISI PETA LOKASI DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN RINGKASAN EKSEKUTIF 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang... 1-1 1.2 Tujuan Studi... 1-2 1.3 Wilayah Studi
Lebih terperinciIII METODE PENELITIAN
55 III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian akan dilaksanakan di Wilayah DAS Citarum yang terletak di Propinsi Jawa Barat meliputi luas 6.541 Km 2. Secara administratif DAS Citarum
Lebih terperinciOleh Yuliana Suryani Dosen Pembimbing Alia Damayanti S.T., M.T., Ph.D
PERENCANAAN VEGETASI PADA JALUR HIJAU JALAN SEBAGAI RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK (RTH) UNTUK MENYERAP EMISI KARBON MONOKSIDA (CO) DARI KENDARAAN BERMOTOR DI KECAMATAN GENTENG Oleh Yuliana Suryani 3310100088
Lebih terperinciPENCEMARAN UDARA AKIBAT KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN P. H. H. MUSTOFA, BANDUNG. Grace Wibisana NRP : NIRM :
PENCEMARAN UDARA AKIBAT KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN P. H. H. MUSTOFA, BANDUNG Grace Wibisana NRP : 9721053 NIRM : 41077011970288 Pembimbing : Ir. Budi Hartanto Susilo, M. Sc Ko-Pembimbing : Ir. Gugun Gunawan,
Lebih terperinciTINGKAT POLUSI UDARA DARI EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS (Studi Kasus : Simpang Empat Bersinyal Kota Lhokseumawe)
TINGKAT POLUSI UDARA DARI EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS (Studi Kasus : Simpang Empat Bersinyal Kota Lhokseumawe) Gustina Fitri *) ABSTRAK Simpang Empat Bersinyal Kota
Lebih terperinciSTUDI BIAYA EMISI CO AKIBAT ADANYA RENCANA PENGEMBANGAN TRANSPORTASI MASSAL CEPAT (TREM) DI SURABAYA
STUDI BIAYA EMISI CO AKIBAT ADANYA RENCANA PENGEMBANGAN TRANSPORTASI MASSAL CEPAT (TREM) DI SURABAYA Fitri Hardiyanti* 1, Mochammad Choirul Rizal 2 1,2,3 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya Kontak Person
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH LALU LINTAS KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN PELABUHAN TERHADAP MUTU UDARA AMBIEN
JURNAL REKAYASA SIPIL (JRS-UNAND) Vol. 13 No. 1, Februari 2017 Diterbitkan oleh: Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas (Unand) ISSN (Print) : 1858-2133 ISSN (Online) : 2477-3484 http://jrs.ft.unand.ac.id
Lebih terperinciBAB III. METODOLOGI PENELITIAN
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN Peningkatan luas lahan perkebunan kelapa sawit telah mampu meningkatkan kuantitas produksi minyak sawit mentah dan minyak inti sawit dan menempatkan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat sekarang ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat terjadi
Lebih terperinci8 MODEL PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG
8 MODEL PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG Abstrak Strategi peningkatan sektor perikanan yang dipandang relatif tepat untuk meningkatkan daya saing adalah melalui pendekatan klaster.
Lebih terperinciDinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja
Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja Oleh: Putri Amelia 2508.100.020 Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Budisantoso
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. Udara tersebut berbentuk gas dan terdapat dimana-mana, sehingga akibatnya
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia setiap detik selama hidupnya akan membutuhkan udara. Secara ratarata manusia tidak dapat mempertahankan hidup tanpa udara lebih dari tiga menit. Udara tersebut
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran
METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Sistem pasokan bahan baku dalam suatu agroindustri merupakan salah satu faktor yang penting untuk menjaga kelangsungan proses produksi. Sistem pasokan ini merupakan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan berwawasan lingkungan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat dengan sesedikit mungkin memberikan dampak negatif pada lingkungan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. udara di sekitarnya di jalan Balaraja Serang tepatnya antara pertigaan pasar
BAB III METODE PENELITIAN III. 1 Pendahuluan Dalam melakukan analisis dampak kemacetan lalu lintas terhadap kualitas udara di sekitarnya di jalan Balaraja Serang tepatnya antara pertigaan pasar Balaraja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Volume kendaraan yang dari tahun ke tahun semakin bertambah tetapi tidak diimbangi dengan pertumbuhan ruas jalan yang tersedia mengakibatkan kemacetan dan masalah-masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kota yang menjadi hunian dan tempat mencari kehidupan sehari-hari harus bisa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semakin bertambahnya aktivitas manusia di perkotaan membawa dampak semakin sulitnya pemenuhan tuntutan masyarakat kota akan kesejahteraan, ketentraman, ketertiban
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR VOLUME 2 : STUDI KELAYAKAN DAFTAR ISI PETA LOKASI DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN RINGKASAN EKSEKUTIF
LAPORAN AKHIR VOLUME 2 : STUDI KELAYAKAN DAFTAR ISI PETA LOKASI DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN RINGKASAN EKSEKUTIF BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1-1 1.2 Tujuan Studi... 1-2 1.3 Wilayah Studi dan
Lebih terperinciGREEN TRANSPORTATION
GREEN TRANSPORTATION DIREKTORAT PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DIRJEN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN Jakarta 2016 - 23 % emisi GRK dari fossil
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS EVALUASI KRITERIA TRANSPORTASI BERKELANJUTAN DI PERKOTAAN
1 2 PETUNJUK TEKNIS EVALUASI KRITERIA TRANSPORTASI BERKELANJUTAN DI PERKOTAAN Tata cara ini merupakan rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan tahap demi tahap oleh tim lapangan dalam rangka pemantauan
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 1.1 JENIS PENELITIAN Jenis penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif. Jenis penelitian deskriptif (Narbuko dan Achmadi, 2008) adalah jenis penelitian yang berusaha
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian model pengelolaan energi berbasis sumberdaya alam di pulau kecil difokuskan kepada energi listrik. Penelitian dilaksanakan di gugus pulau
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Umum Metodologi penelitian ini intinya adalah menguraikan bagaimana cara penelitian dilakukan. Data yang dikumpulkan harus sesuai dengan judul tesis dan memenuhi tujuan penelitian.
Lebih terperinci1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan kebutuhan turunan dari kegiatan ekonomi, sehingga pertumbuhan ekonomi suatu negara atau wilayah tercermin pada peningkatan intensitas
Lebih terperinciESTIMASI BESAR KONSENTRASI KARBON MONOKSIDA BERDASARKAN KEGIATAN TRANSPORTASI DENGAN MODEL DFLS
1 ESTIMASI BESAR KONSENTRASI KARBON MONOKSIDA BERDASARKAN KEGIATAN TRANSPORTASI DENGAN MODEL DFLS Agustina Rahayu* dan Arie Dipareza Syafei Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-ITS Kampus ITS Sukolilo, Jl. A.R
Lebih terperinciPREDIKSI JUMLAH KARBON YANG TIDAK TERSERAP OLEH PEPOHONAN AKIBAT PENEBANGAN HUTAN DAN EMISI KENDARAAN PADA RENCANA RUAS JALAN TIMIKA-ENAROTALI
PREDIKSI JUMLAH KARBON YANG TIDAK TERSERAP OLEH PEPOHONAN AKIBAT PENEBANGAN HUTAN DAN EMISI KENDARAAN PADA RENCANA RUAS JALAN TIMIKA-ENAROTALI Disusun Oleh Inti Pramitha Nolasari 3305.100.047 Dosen Pembimbing
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. menghasilkan 165 grid. Seperti terlihat pada Gambar 4.1.
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Sumber emisi yang diperhitungkan pada penelitian ini adalah sumber emisi bergerak di jalan (on road). Untuk keperluan analisis emisi, wilayah kota Denpasar
Lebih terperinciESTIMASI KUALITAS UDARA AMBIEN KOTA BANDUNG DENGAN MENGGUNAKAN MODEL DISPERSI MUAIR
No.Urut: 1098/0304/P LAPORAN TUGAS AKHIR PENELITIAN ESTIMASI KUALITAS UDARA AMBIEN KOTA BANDUNG DENGAN MENGGUNAKAN MODEL DISPERSI MUAIR OLEH MEIDHY PRAHARSA UTAMA 15399031 DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan Kota Yogyakarta sebagai Ibukota Propinsi Daerah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan Kota Yogyakarta sebagai Ibukota Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta saat ini merupakan kota yang sedang berkembang,baik dalam bidang industri, permukiman,
Lebih terperinciMODEL SISTEM DINAMIS UNTUK ESTIMASI PENCEMARAN UDARA DARI EMISI KENDARAAN BERMOTOR DI JAKARTA
MODEL SISTEM DINAMIS UNTUK ESTIMASI PENCEMARAN UDARA DARI EMISI KENDARAAN BERMOTOR DI JAKARTA Nuraini Soleiman (nuraini@mail.ut.ac.id) Universitas Terbuka Rudy C. Tarumingkeng Akhmad Fauzi Bunasor Sanim
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi adalah suatu kerangka pendekatan pola pikir dalam rangka menyusun dan melaksanakan suatu penelitian. Tujuannya adalah untuk mengarahkan proses berpikir untuk menjawab
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah No 66 Tahun 2014 pada pasal 1 ayat 9 yang menyatakan
1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang undang No 36 tahun 2009 tentang kesehatan mengamanatkan bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Angkutan umum memiliki peranan penting dalam pembangunan perekonomian, untuk menuju keberlajutan angkutan umum memerlukan penanganan serius. Angkutan merupakan elemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Peningkatan volume kendaraan yang terjadi setiap tahun di kota kota besar sebagai dampak perkembangan pesat suatu kota dan mobilitas penduduknya yang tinggi tidak diimbangi
Lebih terperinciSUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO
SUMMARY ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO Oleh : Yuliana Dauhi Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan Universitas
Lebih terperinciTujuan, jenis dan cara pengumpulan data, metode analisis, dan output yang diharapkan. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada pada kawasan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IV (Persero) Propinsi Sumatera Utara. PTPN IV bergerak di bidang usaha perkebunan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan pemukiman. Sebagaimana kota menurut pengertian Bintarto (1977:9)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota merupakan suatu tempat yang menjadi pusat dari berbagai kegiatan manusia. Saat ini kota menjadi pusat pemerintahan, perdagangan, pendidikan, dan pemukiman.
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pengesahan... Kata Pengantar Dan Persembahan... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...
DAFTAR ISI Halaman Judul... Halaman Pengesahan... Kata Pengantar Dan Persembahan... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK... i ii iii vi iv xi xiii xiv BAB I PENDAHULUAN...
Lebih terperinciKebijakan Pemerintah Kota Semarang dalam Menata dan Mengembangkan Transportasi Jalan yang Ramah Lingkungan sebagai Upaya Pengendalian Pencemaran Udara
Kebijakan Pemerintah Kota Semarang dalam Menata dan Mengembangkan Transportasi Jalan yang Ramah Lingkungan sebagai Upaya Pengendalian Pencemaran Udara SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Hukum guna memenuhi
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL FINITE LENGTH LINE SOURCE UNTUK MENDUGA KONSENTRASI POLUTAN DARI SUMBER GARIS (STUDI KASUS: JL. M.H. THAMRIN, DKI JAKARTA)
PENERAPAN MODEL FINITE LENGTH LINE SOURCE UNTUK MENDUGA KONSENTRASI POLUTAN DARI SUMBER GARIS (STUDI KASUS: JL. M.H. THAMRIN, DKI JAKARTA) EKO SUPRIYADI DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, bumi tempat tinggal manusia telah tercemar oleh polutan. Polutan adalah segala sesuatu yang berbahaya bagi kehidupan makhluk hidup dan lingkungan. Udara
Lebih terperinci