BAB VII RENCANA DETAIL UNIT-UNIT INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VII RENCANA DETAIL UNIT-UNIT INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM"

Transkripsi

1 BAB VII RENCANA DETAIL UNIT-UNIT INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM VII.1 UMUM Pada lampiran ini akan dilakukan perhitungan detail untuk setiap unit dan komponennya yang direncanakan pada perencanaan insatalasi di pengolahan air minum. VII.2 INTAKE Intake akan dilengkapi oleh : 1. Bar Screen 2. Saluran Intake. Pintu Air 4. Bak Pengumpul 5. Sistem Transmisi VII.2.1 Bar Screen Kriteria Desain : Jarak antar batang, b = 1- Tebal batang, w - Kecepatan aliran saat melalui batang, v = 0, 0,75 m/det Panjang penampang batang, p = 1,0 Kemiringan batang dari horizontal, = 0- Headloss maksimum, h L = 6 Debit perencanaan, Q = 0,424 m /det Jarak antar batang, b,08 cm Tebal batang, Kecepatan aliran saat melalui batang, V = 0,6 m/det VII-1

2 Kemiringan batang, Batang berbentuk bulat dengan faktor Kirschmer, Perbandingan lebar dan kedalaman saluran, L : h = 2 : 1 Hasil perencanaan : Kapasitas intake, q = 0,212 m / det Luas penampang saluran, A = 0,424m 2 Dimensi saluran - Kedalaman saluran, h = 0,46m - Lebar saluran, L = 0,92m - Panjang saluran untuk kisi, p = 1 m - Freeboard, f = 1,24m Jumlah batang, n = 12 Jumlah bukaan, s =1 Lebar bukaan koreksi, b = 0,05 m Kehilangan tekan melalui batang, H L = 1,2 cm Tinggi muka air 4 cm VII.2.2 Saluran Intake Kriteria Desain : V = 0,6 1,5 m/det, untuk mencegah sedimentasi pada saluran intake. Kecepatan aliran pada kedalaman minimum harus lebih besar dari 0,6 m/det. Kecepatan aliran pada kedalaman maksimum harus lebih kecil dari 1,5m/det. Debit perencanaan tiap saluran, Q = 0,212 m /det Saluran terbuat dari beton dengan bentuk persegi memiliki koefisien kekasaran Manning, n = 0,01. Panjang saluran intake, p = 5 m, terdiri dari : VII-2

3 - Panjang antara mulut saluran dengan barscreen, p 1 = 1 m - Panjang antara barscreen dengan pintu air, p 2 = 2 m - Panjang antara pintu air dengan bak pengumpul, p = 2 m Tinggi muka air di dalam saluran pada beberapa kondisi : - Y min = 0,2 m - Y maks = 0,7 m - Y ave = 0,5 m Hasil perencanaan : Jari-jari hidrolis : - Jari-jari hidrolis saat Y min, R min = 0,14 m - Jari-jari hidrolis saat Y ave, R ave = 0,2 m - Jari-jari hidrolis saat Y max, R max = 0,28m Kemiringan saluran, S = 1,14 10 Kontrol aliran : - Kecepatan saat Y maks, V maks = 1,2 m / det - Kecepatan saat Y ave, V ave = 0,98 m / det - Kecepatan saat Y min, V min = 0,78 m / det Kehilangan tekan antara mulut saluran dan barscreen, Hp 1 = 0,114cm Kehilangan tekan antara barscreen dan pintu air, Hp 2 = 0,228cm Kehilangan tekan pada saluran setelah pintu air, Hp = 0,228cm VII.2. Pintu Air Kriteria Desain : Lebar pintu air, L p < m Kecepatan aliran, V p < 1 m/det Debit perencanaan, Q = 0,212 m /det Lebar pintu air, L p = 0,92 m VII-

4 Kecepatan aliran, V p = 0,6 m/det Hasil Perencanaan : Tinggi bukaan pintu air, h f = 0,84 m Kehilangan tekan, H L = 16 cm VII.2.4 Bak Pengumpul Kriteria Desain : Untuk mempermudah pemeliharaan jumlah bak minimum adalah 2 buah. Waktu tinggal di dalam bak pengumpul maksimal 20 menit. Dasar bak pengumpul minimum 1 meter di bawah dasar sungai atau 1,52 meter di bawah tinggi muka air minimum. Dinding saluran dibuat kedap air dan konstruksinya terbuat dari beton bertulang dengan ketebalan minimum 20 cm. Jumlah bak, n = 2 Debit perencanaan, Q = 0,424 m /det Waktu detensi, t d = 0 detik Elevasi muka sungai pada berbagai kondisi : - H maks : +77,57 m - H ave : +77,22 m - H min : +77,07 m Dasar bak ditetapkan 1,5 m di bawah LWL Perbandingan panjang dan lebar, p : l = : 1 Hasil Perencanaan : Debit tiap bak, q= 0,212m Volume, V = 12,72m VII-4

5 Elevasi dasar bak, E db = 75,57m Kedalaman efektif, h = 2 m Dimensi bak : - Panjang, p =,6m - Lebar, L = 1,2m - Freeboard = 1 m Pengurasan bak dilakukan dengan menggunakan pompa yang memiliki head 10 m. Pipa penguras berukuran 6 inchi. VII.2.5 Sistem Transmisi Sistem transmisi terdiri dari dua bagian yaitu pompa transmisi dan pipa transmisi. Pompa transmisi digunakan untuk menyediakan head yang cukup agar pengaliran air dari lokasi intake menuju instalasi pengolahan air minum dapat dilakukan. Kriteria Desain : Kecepatan dalam pipa hisap 1 1,5 m/det Beda ketinggian antara tinggi air minimum (LWL) dan pusat pompa tidak lebih dari,7 m. Jika pompa diletakkan lebih tinggi dari LWL, jarak penyedotan harus lebih kecil dari 4 m Lebih diutamakan peletakan pompa di bawah LWL, apabila memang lebih ekonomis. Debit perencanaan, Q = 0,424 m /det Pompa yang akan digunakan direncanakan sebanyak 6 buah pompa, dengan 4 pompa operasional serta 2 pompa cadangan. Pemasangan dilakukan paralel yang terdiri dari 2 bagian, yaitu pipa hisap dan pipa tekan. Kecepatan aliran air pada pipa hisap adalah 1, m/det. VII-5

6 Hasil Perencanaan : Kapasitas tiap pompa, q = 0,106m / det Diameter pipa hisap dan pipa tekan, d = 12 inchi Kecepatan melalui pipa hisap dan pipa tekan, V = 1,45 m / det Diameter pipa transmisi, d t = 16 inchi Kecepatan melalui pipa transmisi, V t = 1,6m / det Pipa Hisap Pipa hisap pada sistem pemompaan ini direncanakan memiliki peralatan sebagai berikut : Pipa lurus : ø = 1L = 5 m, f = 0, buah strainer : k = 2,5 1 buah elbow 90 : ø = 12k = 0, 1 buah inlet pompa : k = 0,25 Kehilangan tekan melalui pipa hisap : mayor = 0,09m minor = 0,29 h = 0,68m Pipa Tekan Pipa tekan pada sistem pemompaan ini direncanakan memiliki peralatan sebagai berikut : Pipa lurus : ø = 12, buah oulet pompa : ø = 12,25 1 buah check valve : ø = 12, 2 buah gate valve : ø = 12,2 buah elbow 90 : ø = 120, 1 buah flange crossed : ø = 121,5 1 buah increaser : k = 0,19 Pipa lurus : ø = 16", L = 164,1 m, f = 0, buah fleksible joint : ø = 16,026 VII-6

7 2 buah elbow 90 : ø = 16", k = 0, Kehilangan tekan melalui pipa tekan : Kehilangan tekan m mayor = 1,22m minor = 0,68m Kehilangan tekan melalui pipa tekan, t = 1,9m Kebutuhan Pompa Transmisi Head Statis, H s = 50,94 m Kehilangan tekan selama pemompaan, = 2,268 m Head pompa yang diperlukan, H p = 5,2 m Head pompa yang disediakan sebesar 10 m Bila efisiensi pompa, = 0,85 dan berat jenis air, = 997,7 kg/m, maka daya pompa yang dibutuhkan, P = 7,2kWatt VII. BAK PENENANG Bak penenang berfungsi sebagai penstabil aliran yang masuk dari intake. Kriteria Desain : Bak penenang dapat berbentuk bulat maupun persegi panjang. Overflow berupa pipa atau pelimpah diperlukan untuk mengatasi terjadinya tinggi muka air yang melebihi kapasitas bak. Pipa overflow harus dapat mengalirkan minimum 1/5 x debit inflow. Freeboard dari bak penenang sekurang-kurangnya 60 cm. Waktu detensi bak penenang>1,5 Kedalaman bak penenang 5 m. Biasanya dilengkapi dengan V-notch 90 sebagai pengukur debit aliran. Jumlah bak penenang, n = 1 buah Debit perencanaan, Q = 0,212 m /det VII-7

8 Bak penenang berbentuk persegi panjang dengan perbandingan panjang dan lebar, p : L = : 1 Pipa overflow mengalirkan 1/4 x debit inflow, q of = 0,05m /det Kecepatan aliran pada pipa overflow sama dengan laju aliran air yang masuk ke dalam bak penenang, V of = 1,6 m/det Freeboard = 60 cm Waktu detensi, t d = 2 menit = 120 detik Kedalaman bak penenang, h = m Pada akhir bak penenang dilengkapi dengan V-notch 90 sebagai pengukur debit air baku. Hasil Perencanaan : Volume bak penenang, V = 25,44 m Dimensi bak penenang : - Panjang bak penenang, p = 6 m - Lebar bak penenang, L = 2 m - Freeboard = 60 cm Diameter pipa overflow, d of = 8 " Tinggi muka air di atas V-notch 90, H = 47 cm Freeboard = 60 cm Lebar bukaan V-notch 90, b = 14 cm VII.4 PREKLORINASI Unit ini berfungsi untuk menghilangkan kandungan besi dan mangan berlebih yang terdapat di dalam air baku. Unit ini berupa terjunan yang terletak diantara bak penenang dan unit koagulasi agar pencampuran bahan kimia (kaporit) dengan air baku berlangsung dengan baik. Kriteria desain unit ini mengacu pada kriteria desain unit koagulasi hidrolis dengan terjunan. VII-8

9 Bak Penyisih Preklorinasi Kriteria Desain : Gradien Kecepatan, Gt d = (Reynolds, 1982) Waktu Detensi, t d = detik (Reynolds, 1982) Headloss, h L 0.6 m (Kawamura, 1991) Ketinggian pencampuran, Hp (Schulz&Okun, 1984) Bilangan Froud, Fr 1 (Schulz&Okun, 1984) Rasio Kedalaman, Y 2 /Y 1 > 2.8 (Schulz&Okun, 1984) Jumlah bak, n = 1 Tinggi terjunan, H = 1,5 m Lebar terjunan, b = 1 m Lebar bak, w = 1 m Gradien, G = 1000/dtk Waktu detensi, t d = 20 dtk Hasil Perencanaan : Debit perencanaan, Q = 0,212 m /dtk Headloss, H L = 1,8m Bilangan terjunan, D = 1,57 10 Panjang terjunan, L d = 1 m Kedalaman air di beberapa titik : Kedalaman air di titik 1 = 0,05m Kedalaman air di titik 2 = 0,42m Kontrol Aliran : Y - 2 8, 4 Y 1 - Bilangan Froud, F : F 6, 4 VII-9

10 Panjang loncatan, L= 2,6m Panjang bak setelah loncatan, L b = 8,1m Asumsi : - Waktu loncatan hidrolis, t 2 = 2 dtk - Waktu terjunan, t 1 = 2 dtk Panjang bak unit penyisihan besi, L min = 11,7m Freeboard = 20 cm Kedalaman bak = 60 cm = 0,6 m Saluran Menuju Bangunan Preklorinasi Saluran terbuat dari beton dengan nilai koefisien Manning, n = 0,01 Lebar saluran, L = 0 cm Panjang saluran, p = m Hasil Perencanaan : Tinggi muka air di atas saluran, h sal = 0,75m Freeboard saluran = 20 cm Kedalaman saluran, H sal = 0,9 m Kecepatan pada saluran, V sal = 0,942m/ dtk Kemiringan saluran, S = 2,4 10 Headloss pada saluran, H L = 0,72cm Bak Pembubuh Kaporit Debit Pengolahan, q = 0,212 m /dtk Oksidator yang akan digunakan adalah kaporit dalam bentuk padatan. Pembubuhan kaporit ke dalam bak pembubuh dilakukan 24 jam sekali. VII-10

11 Jumlah bak pembubuh adalah 2 (1 operasional 1 cadangan) dengan bentuk silinder. Dosis kaporit = 20 mg/l Berat Jenis kaporit, kpr = 0,86 Kg/L Konsentrasi kaporit, C kpr = 10% Hasil Perencanaan : Kebutuhan kaporit, m kpr = 66,4Kg / hari Volume kaporit tiap pembubuhan, V kpr = 0,426m Volume pelarut, V air =,m Volume larutan, V =,7m Dimensi bak pembubuh : Diameter bak pembubuh, d = 2 m Ketinggian bak pembubuh, h = 1,1m Freeboard = 20 cm Pompa Pembubuh Data Perencanaan: Jumlah pompa adalah 2 (1 operasional 1 cadangan), sesuai jumlah bak pembubuh kaporit. Efisiensi pompa, = 0,85 Head pompa disediakan, H = 10 m Debit larutan kaporit, q l = 0,426 m /hari = 4,9 x 10-6 m /dtk Hasil Perencanaan: l = 982Kg / m Daya pompa, P = 0,56Watt (80 Watt, Grundfos) VII-11

12 VII.5 KOAGULASI Unit koagulasi yang digunakan pada instalasi pengolahan air minum ini adalah koagulasi tipe hidrolis dengan menggunakan terjunan. Unit koagulasi ini dilengkapi oleh saluran menuju bak koagulasi, bak koagulasi, bak pembubuh koagulan, dan pompa pembubuh. Bak Koagulasi Kriteria Desain : Gradien Kecepatan, Gt d = (det -1 ) (Reynolds, 1982) Waktu Detensi, t d = detik (Reynolds, 1982) Headloss, h L 0,6 m (Kawamura, 1991) Ketinggian pencampuran, Hp (Schulz&Okun, 1984) Bilangan Froud, Fr 1 (Schulz&Okun, 1984) Rasio Kedalaman, Y 2 /Y 1 > 2,8 (Schulz&Okun, 1984) Jumlah bak, n = 1 Tinggi terjunan, H = 2 m Lebar terjunan, b = 1 m Lebar bak, w = 1 m Gradien, G = 1000/dtk Waktu detensi, t d = 20 dtk Hasil Perencanaan : Debit perencanaan, Q = 0,212 m /dtk Headloss, H L = 1,8m Bilangan terjunan, D = 5, Panjang terjunan, L d = 1,14m Kedalaman air di beberapa titik : - Kedalaman air di titik 1 = 0, 045m - Kedalaman air di titik 2 = 0, 442 m VII-12

13 Kontrol Aliran : Y - 2 9, 82 Y 1 - Bilangan Froud, F 7, Panjang loncatan, L = 2,7m Panjang bak setelah loncatan, L b = 7,7 m Asumsi : - Waktu loncatan hidrolis, t 2 = 2 dtk - Waktu terjunan, t 1 = 2 dtk Panjang bak unit koagulasi, L min = 11,54m Freeboard = 20 cm Kedalaman bak = 60 cm = 0,6 m Saluran Menuju Bak Koagulasi Saluran terbuat dari beton dengan nilai koefisien Manning, n = 0,01 Lebar saluran, L = 0 cm Panjang saluran, p = 5 m Hasil Perencanaan: Tinggi muka air di atas saluran, h sal = 0,272m Freeboard saluran = 20 cm Kedalaman saluran, H sal = 0,5 m Kecepatan pada saluran, V sal = 2,6m/ dtk Kemiringan saluran, S = 0, 0256 Headloss pada saluran, H L = 12,8cm Bak Pembubuh Koagulan Debit Pengolahan, q = 0,212 m /det VII-1

14 Koagulan yang akan digunakan adalah Al 2 (SO 4 ) Pembubuhan alum ke dalam bak pembubuh dilakukan 24 jam sekali. Jumlah bak pembubuh adalah 2 (1 operasional 1 cadangan) dengan bentuk silinder. Dosis alum = 25 mg/l Berat jenis al Al = 2,71 kg/l Konsentrasi alum, C Al = 10% Hasil Perencanaan : Kebutuhan alum, m Al = 466,56Kg / hari Debit alum, q Al = 172,16 L / hari Volume alum tiap pembubuhan, V Al = 0,172m Volume pelarut, V air = 4,2m Volume larutan, V = 4,72m Dimensi bak pembubuh : - Diameter bak pembubuh, d = 2 m - Luas alas bak pembubuh, A =,14m - Ketinggian bak pembubuh, h = 1,9m - Freeboard = 20 cm 2 Pompa Pembubuh Koagulan Jumlah pompa adalah 2 (1 operasional 1 cadangan), sesuai jumlah bak pembubuh koagulan.. Efisiensi pompa, = 0,85 Head pompa disediakan, H = 10 m Debit larutan alum, q l = 4,72 m /hari = 5,06 x 10-5 m /det Hasil Perencanaan : l = 1108Kg / m Daya pompa, P= 6,47Watt (80 Watt, Gunfos) VII-14

15 VII.6 FLOKULASI Flokulasi adalah tahap pengadukan lambat dengan tujuan mempercepat laju tumbukan partikel. Pada IPAM ini flokulasi akan dilakukan dengan menggunakan vertical baffle channel (around-the-end baffles channel). Kriteria Desain : Tabel 7.1. Kriteria Desain Unit Flokulasi Parameter Satuan Nilai Sumber G x td Droste, 1997 Gradien Kecepatan, G dtk Droste, 1997 Waktu detensi, td menit Droste, 1997 Kecepatan aliran dalam bak, v m/dtk 0,1 0,4 Huisman, 1981 Jarak antar baffle, l m >0.45 Schulz&Okun, 1984 Koefisien gesekan, k Bhargava&Ojha, 199 Banyak saluran, n Kawamura, 1991 Kehilangan tekan, h L m Kawamura, 1991 Kapasitas Pengolahan, Q = 0,212 m /dtk Jumlah bak, n = 2 Jumlah kompartemen tiap bak = 2 Tebal sekat, t = 10 cm Gradien Kecepatan dan waktu detensi, G & t d : Tabel 7.2. Gradien kecepatan dan waktu detensi tiap kompartemen Kompartemen G t d G x t d dtk -1 dtk I II d Hasil Perencanaan : Kapasitas tiap bak, q = 0,106m / dtk Kompartemen I Gradien kecepatan, G = 55/dtk VII-15

16 Waktu detensi, t d = 480 dtk Volume kompartemen, V 1 = 50,88m Dimensi saluran : - Lebar saluran, l 1 = 0,65 m - Lebar bak, L = 6,5 m - Jumlah saluran, n = 6 - Lebar belokan, w = 0,2 m Kedalaman bak, h = 2 m Headloss, H 1 = 0,1276m Kecepatan di belokan, V b = 0,264m/ dtk Kehilangan tekan di belokan, H b = 0,12794m Kehilangan tekan pada saat lurus, H L = 0,00482m Kecepatan pada saat lurus, V L = 0,7m/ dtk Kompartemen II Gradien kecepatan, G = 0/dtk Waktu detensi, t d = 720 dtk Volume kompartemen, V 2 = 76,2m Direncanakan dimensi saluran : - Kedalaman bak, h = 2 m - Lebar bak, L = 6,5 m - Jumlah saluran, n = 7 - Lebar belokan, w = 0, m Lebar saluran, l 2 = 0,84m Headloss, H 2 = 0,059m Kecepatan di belokan, V b = 0,176m/ dtk Kehilangan tekan di belokan, H b = 0,057m Kehilangan tekan pada saat lurus, H L = 0,002m Kecepatan pada saat lurus, V L = 0,25m/ dtk VII-16

17 Volume kompartemen sebenarnya, V 2 = 76,4m Waktu detensi sebenarnya, t d = 721 dtk Kontrol Aliran Volume total, V tot = 127,28m Waktu detensi total, t dtot = 1201 dtk Kehilangan tekan total, H tot = 0,192m G x t d total, Gt dtot = 4800 = 1,8m Dimensi Bak Flokulasi Lebar bak, L = 6,5 m Lebar saluran pada kompartemen I, l 1 = 0,65 m Lebar saluran pada kompartemen II, l 2 = 0,84 m Lebar belokan pada kompartemen I, w 1 = 0,2 m Lebar belokan pada kompartemen II, w 2 = 0, m Tebal sekal, t = 0,1 m Kedalaman bak, h = 2 m Panjang, p = 10,98m Freeboard = 0,2 m Pintu Air Pada inlet dipasang pintu air dengan kondisi : Lebar bukaan, L p = 0,4 m Tinggi bukaan pintu air, h f = 0,2 m Kehilangan tekan melalui pintu air, h p = 0,282m VII-17

18 Saluran Outlet Saluran outlet terbuat dari beton (n=0,01). Saluran ini terhubung langsung dengan saluran inlet dari unit sedimentasi. Direncanakan dimensi saluran : Panjang saluran, p = 7,5 m Kecepatan pada saluran outlet, V out = 0,25 m/dtk Kedalaman air di saluran outlet, h =1,8 m Freeboard = 0,2 m Lebar saluran outlet, L = 0,19m Kecepatan sebenarnya di saluran, V out = 0,22m/ dtk Kemiringan saluran, S = 1,6 10 Kehilangan tekan di saluran outlet, H L = 0,122cm 4 VII.7 SEDIMENTASI Pada perencanaan instalasi pengolahan air minum ini, sedimentasi diperuntukkan untuk mengendapkan partikel-partikel flok yang dihasilkan baik dari proses koagulasi-flokulasi oleh alum maupun dari proses preklorinasi oleh kaporit. Proses sedimentasi akan dibantu dengan pemasangan plate settler. w A So C B Vo D H Gambar 7.1 Skema Plate Settler VII-18

19 Zona Pengendapan Kriteria Desain : Jumlah bak minimum : J b = 2 Kedalaman air : h = 5 m Rasio panjang dan lebar bak : p : l = (4-6) : 1 Rasio lebar bak dan kedalaman air : l : h = (-6) : 1 Freeboard : fb = 0,6 m Kecepatan aliran rata-rata : V o = 0,150,2 m/min Waktu detensi : t d = 5 20 menit Beban permukaan : Vs = m /m 2 - jam Beban pelimpah : W l < 12.5 m /m-jam Kemiringan plate settler : = Jarak tegak lurus antar plate settler : w = mm Bilangan Reynolds : N Re < 2000 Bilangan Froud : N Fr > 10-5 Perfomance bak : n = 1/8 (sangat baik) Jumlah bak sedimentasi, n = 2 Lebar bak sedimentasi, L = 2,5 m Kedalaman zona pengendapan, H = 1,5 m Jarak tegak lurus antar plate settler, w = 50 mm Kemiringan plate settler, = 60 Efisiensi penyisihan partikel flok, = 95% Performance bak sangat baik, n = 1/8 Kecepatan pengendapan partikel flok alum, V s = 0,02 cm/dtk Hasil Perencanaan: Kapasitas tiap bak, Q = 0,106m / dtk 4 Beban permukaan, Q/A s = 1,65 10 m/ dtk VII-19

20 Tinggi pengendapan, z = 0,1m Panjang plate, p = 1,7m = 1,76m Kecepatan horizontal di dalam plate, V o = 0,17m/ mnt Waktu detensi, t d = 606 dtk 4 Debit per satu kolom plate, q =,64 10 m / dtk Jumlah plate yang dibutuhkan, n = 292 buah Panjang zona plate settler, P z = 17,7m Panjang zona pengendapan tanpa plate settler, P i = 5,9m Panjang total zona pengendapan, P t = 24 m Jarak muka air dengan plate, h l = 0,815m Jarak plate dengan dasar zona sedimentasi, h p = 1 m Kedalaman total bak, H tot =,2m Dimensi bak sedimentasi : - Lebar bak, L = 2,5 m - Panjang bak, P = 24 m - Kedalaman bak, H =,2 m - Freeboard, fb = 0,6 m Kontrol Aliran Jari-jari hidrolis, R = 0,025m Bilangan Reynolds, N Re =81 Bilangan Froude, N Fr =, Zona Inlet Kriteria Desain : Headloss pada bukaan, h Lb = 0, 0,9 mm Diameter bukaan orifice, ø or = 0,075 0,2 m Jarak antar pusat bukaan orifice, w or = 0,25 0,5 m VII-20

21 Kedalaman saluran inlet, H = 0,5 m Kecepatan aliran, V h = 0,2 m/dtk Koefisien saluran beton, n = 0,01 Panjang saluran = Lebar bak sedimentasi, L = 2,5 m Diameter bukaan orifice, ø or = 0,2 m Jarak antar pusat bukaan orifice, w or = 0, m Hasil Perencanaan : Lebar saluran inlet, w = 1 m Kecepatan aliran sebenarnya, V h = 0,212m/ dtk Slope saluran, S = 4, Bilangan Reynolds, N Re =5905 Bilangan Froude, N Fr = 0, 016 Headloss saluran, H L = 12, m Orifice Jumlah orifice tiap bak, n =8 Debit tiap orifice, Q or = 1,25 10 m / dtk Kecepatan aliran pada orifice, V or = 0,422m/ dtk Kehilangan tekan pada orifice, H L = 4,5mm Bilangan Reynolds, N Re = 2500 Bilangan Froud, N Fr = 0, 6 Zona Outlet Kriteria Desain : Beban pelimpah : W l < 12,5 m /m-jam Pelimpah berupa mercu tajam. VII-21

22 Beban pelimpah, W l = 12 m /m-jam = 0,00 m /m-dtk Hasil Perencanaan: Pelimpah Panjang pelimpah total yang dibutuhkan, P ptot = 2,12m Panjang pelimpah = panjang total plate secara mendatar, P p = 16,8m Jumlah pelimpah, n = 2 buah Beban pelimpah sebenarnya, W l =,15 10 m / m dtk Tinggi muka air di atas pelimpah, h =0,015 m Saluran Pelimpah Panjang saluran pelimpah, P sal = 16,8 m Lebar saluran pelimpah direncanakan, L p = 0,2 m Jumlah saluran pelimpah, n s =1 Debit saluran pelimpah, q s = 0,106m / dtk Ketinggian muka air di atas saluran, h = 0,5m Free board = 0,16 m Kedalaman saluran pelimpah, H : H h freeboard 0,5m 0,17m 0, 7m Bilangan terjunan, D = 2,95 10 Panjang terjunan, L d = 0,1m 6 Panjang terjunan dapat ditampung oleh saluran sehingga lebar saluran dapat diterima. Saluran Outlet Lebar saluran direncanakan, L = 0,6 m Panjang saluran, P = 2 m Debit aliran, Q = 0,106 m /dtk Antara saluran pengumpul dan saluran outlet digunakan terjunan dengan tinggi, H = 10 cm VII-22

23 Tinggi muka air di atas saluran outlet minimal 40 cm, h out = 40 cm. Kecepatan aliran di saluran outlet, V out = 0,5m/ dtk Kemiringan saluran, S = 7, Kehilangan tekan, H L = 14, m Zona Lumpur Panjang ruang lumpur, P = 1,95 m Lebar ruang lumpur, L = 2,5 m Kedalaman ruang lumpur, h = 1,5 m Ruang lumpur berbentuk limas terpancung dengan kedalaman pancungan, h p = 0,5 m Hasil Perencanaan : Volume limas, V = 17,44m Berat lumpur kering yang dihasilkan, m lk = 47,mg / Lair lk = 2200 kg/m Kadar air dalam lumpur, C w = 98% Berat lumpur, m l = 265 mg / Lair l = 1008,7kg / m 6 Volume lumpur, V l = 2,44 10 m / Lair Debit lumpur, q l = 0,9m / jam Periode pengurasan ruang lumpur, T = 24 jam Pipa Drain Lumpur Jarak antara katup penguras dengan sludge drying bed adalah 25 m Waktu pengurasan lumpur, t = 10 menit Diameter pipa penguras, d = 8 inchi = 20,2 cm VII-2

24 Volume lumpur yang dikeluarkan setiap periode pengurasan, V p = 21,6m Debit pengurasan lumpur, Q = 0,06m / dtk Kecepatan aliran lumpur pada saat pengurasan, V = 1,1m/ dtk Kemiringan pipa, S = 0, 009 Kehilangan tekan pada sistem perpipaan, H L = 0, 225 VII.8 FILTRASI Proses filtrasi digunakan untuk menyisihkan padatan yang masih tersisa dalam air baku setelah melalui proses sedimentasi. Pada instalasi pengolahan air minum ini jenis filtrasi yang akan digunakan adalah Saringan Pasir Cepat tipe gravitasi dengan media ganda, yaitu pasir dan antrasit. Kriteria Desain : Kriteria desain dual media untuk saringan pasir cepat menurut Reynolds (1982) : Tabel 7.. Kriteria media penyaring ganda untuk saringan pasir cepat Karakteristik Satuan Nilai Rentang Tipikal Antrasit : - Kedalaman cm 45,72-60,96 60,96 - Ukuran Efektif mm 0,9-1,1 1,0 - Koefisien Keseragaman 1,6-1,8 1,7 Pasir : - Kedalaman cm 15,24-20,2 15,24 - Ukuran Efektif mm 0,45-0,55 0,5 - Koefisien Keseragaman 1,5-1,7 1,6 Laju Filtrasi m /hr-m ,5 29,4 Sumber : Reynolds, 1982 Ketinggian air di atas pasir : cm Kedalaman media penyangga : 15,24 60,96 cm Ukuran efektif media penyangga : 0,16 5,08 cm Perbandingan panjang dan lebar bak filtrasi : (1-2) : 1 Kecepatan aliran saat backwash : ,4 m /hari-m 2 Ekspansi media filter : % VII-24

25 Waktu untuk backwash : 10 menit Jumlah bak minimum : 2 buah Jumlah air untuk backwash : 1 5 % air terfiltrasi Kriteria desain unit saringan pasir cepat berdasarkan Fair, Geyer, dan Okun (1968) : Dimensi Bak dan Media Filtrasi Kecepatan Filtrasi : 5 7,5 m/jam Kecepatan backwash : m/jam Luas permukaan filter : m 2 Ukuran media : - Ukuran efektif : 0,5 0,6 mm - Koefisien keseragaman : 1,5 - Tebal media penyaring : 0,45 2 m - Tebal media penunjang : 0,15 0,65 m Sistem Underdrain Luas orifice : Luas media : (1,5 5) x 10 - : 1 Luas lateral : Luas orifice : (2 4) : 1 Luas manifold : Luas lateral : (1,5 ) : 1 Diameter orifice : 0,25 0,75 inchi Jarak antar orifice terdekat : 12 inchi Jarak antar pusat lateral terdekat : 12 inchi Pengaturan Aliran Kecepatan aliran dalam saluran inlet, Vin : 0,6 1,8 m/s Kecepatan aliran dalam saluran outlet, Vout : 0,9 1,8 m/s Kecepatan dalam saluran pencuci, Vp : 1,5,7 m/s Kecepatan dalam saluran pembuangan, Vb : 1,2 2,5 m/s Media Filtrasi Debit perencanaan, Q = 0,212 m /dtk VII-25

26 Kecepatan filtrasi, V f = 180 m /hr-m 2 Kecepatan backwash, V b = 1000 m /hr-m 2 Panjang : Lebar bak, p : l = 2 : 1 Media penyangga berupa kerikil yang terdiri dari 5 lapisan Waktu backwash, t b = 7 menit Tinggi air diatas pasir, h a = 1 m Ukuran media penyaring : Tabel 7.4. Ukuran media penyaring Keterangan Satuan Media Penyaring Pasir Antrasit Kedalaman media cm Ukuran efektif mm 0,45 1,1 Koef keseragaman 1,5 1,6 Spesifik Gravity 2,65 1,6 Spheritas 0,82 0,72 Porositas 0,42 0,42 Sistem Underdrain Luas orifice : Luas media = x 10 - : 1 Luas lateral : Luas orifice = 2 : 1 Luas manifold : Luas lateral = 1,5 : 1 Diameter orifice, ø or = 0,5 inchi Jarak antar pusat lateral terdekat = 5 inchi Pengaturan Aliran Kecepatan aliran dalam saluran inlet, V in = 1,8 m/dtk Kecepatan aliran dalam saluran outlet, V out = 1,8 m/dtk Kecepatan dalam saluran pencuci, V p =,7 m/dtk Kecepatan dalam saluran pembuangan, V b = 2 m/dtk Hasil Perencanaan : Desain Media Filtrasi 1. Karakteristik Media Penyaring (pasir dan antrasit) VII-26

27 Pasir ES : 0,45 UC : 1,5 SG : 2,65 : 0,82 : 0,42 Kedalaman media pasir = 20 cm Antrasit ES : 1,1 UC : 1,6 SG : 1,6 : 0,72 : 0,42 Kedalaman media antrasit = 60 cm 2. Karakteristik Media Penyangga (Kerikil) = 0,95 SG = 2,65 = 0,40 Kedalaman media penyangga = 55 cm Desain Bak Filtrasi Kapasitas pengolahan, Q = 0,212 m /dtk = 4,8 MGD Kecepatan filtrasi direncanakan, V f = 180 m /hr-m 2 Jumlah bak filtrasi, N =2 buah Kapasitas tiap bak, q = 0,106m / dtk = 2,08 x 10 - m/dtk Luas permukaan bak, A bak = Dimensi bak : - Panjang bak, p = 10 - Lebar bak, l = m VII-27

28 Kecepatan filtrasi sebenarnya, V f = 2 10 m/ dtk Kontrol Operasi: Bila hanya 1 bak yang beroperasi maka, q = 0,212m / dtk Kecepatan filtrasi, V f = 2 518,4m / hr m Desain Sistem Underdrain Sistem underdrain pada saringan pasir cepat ini terdiri dari orifice, pipa lateral, dan pipa manifold. Orifice Diameter orifice, d or = 0,5 inchi = 1,27 cm 4 Luas orifice, A or = 1,27 10 m 2 Luas total orifice, A ortot = 0,150m 2 Jumlah orifice, n or = 1181 Pipa Lateral Luas pipa lateral : Luas orifice = 2 : 1 Luas lateral total, A ltot = 0,m Panjang manifold = panjang bak, p m = 10 m Jarak antar pipa lateral, j l = 5 inchi = 12,7 cm Jumlah pipa lateral, n l = 157 buah Luas per lateral, A l = 2 2 1,9 10 m Diameter lateral, d l = 1,8inchi Jumlah orifice per lateral, n ol = 7 buah Pipa Manifold Luas manifold : Luas lateral = 1,5 : 1 Luas manifold, A m = 0,45m Diameter manifold, d m = 0 inchi 2 Luas manifold sebenarnya, A m = 0,456m 2 Panjang lateral, p l = 2 m Jarak antar orifice, j or = 11 inchi Cek : VII-28

29 Jumlah orifice total sebenarnya, n or = 1099 buah Luas orifice total sebenarnya, A ortot = 0,14m Luas orifice : Luas media = 2,8 10 : 1 2 Luas lateral total sebenarnya, A ltot = 0,26m 2 Luas lateral : Luas orifice = 1,86 : 1 Luas manifold : Luas lateral = 1,7 : 1 Kehilangan Tekan Pada Saat Permulaan Filtrasi Kehilangan tekan pada media pasir, h p = 0,187 m Kehilangan tekan pada media antrasit, h a = 0,085 Kehilangan tekan pada media kerikil, h k = 0,01 Kehilangan tekan melalui orifice, h or = 0,07 m Kehilangan tekan melalui lateral, h l = 10 m Kehilangan tekan melalui manifold, h m =, m = 0,288m Ketinggian air maksimum, H maks = 1 m Ketinggian bak filtrasi, H = 2,68m Freeboard = 20 cm Desain Sistem Inlet Sistem inlet pada unit filtrasi ini direncanakan terdiri dari saluran inlet dan zona inlet. Saluran Inlet Saluran inlet merupakan sistem perpipaan yang menghubungkan unit sedimentasi dengan unit filtrasi. Kecepatan pengaliran direncanakan 1 m/dtk dengan debit yang melalui pipa adalah 0,071 m /dtk. Diameter pipa inlet, d = 12 inchi Kecepatan aliran sebenarnya pada inlet, V = 1,45m/ dtk Panjang pipa terjauh direncanakan, L = 15 m Kehilangan tekan sepanjang pipa inlet, H mayor = 0,15 VII-29

30 Kehilangan tekan akibat aksesoris pipa, H minor = 0,1174 in = 0,2524 Zona Inlet Zona inlet direncanakan memiliki dimensi sebagai berikut : Lebar zona inlet = lebar bak filtrasi, l = 5 m Panjang zona inlet, p = 0,5 m Kedalaman zona inlet, h = 1 m Desain Sistem Outlet Sistem outlet pada unit ini berupa saluran perpipaan dengan kecepatan aliran 1,8 m/dtk dan panjang pipa outlet terjauh, L = 10 m. Debit air yang melalui pipa adalah 0,106 m /dtk. Diameter pipa outlet, d = 12 inchi Kecepatan aliran sebenarnya pada outlet, V = 0,145 m/dtk Panjang pipa terjauh direncanakan, L = 10 m Kehilangan tekan sepanjang pipa outlet, H mayor = 0,09 m Kehilangan tekan akibat aksesoris pipa, H minor = 0,0792 m out = 0,266 Desain Sistem Pencucian Sistem pencucian filter dilakukan dengan mengalirkan air dengan arah aliran terbalik, yaitu dari bawah ke atas. Aliran terbalik ini dilakukan dengan menggunakan menara air. Kecepatan backwash, V bw = 1000 m /hr-m 2 = 0,0116 m/det Luas penampang filter, A bak = 50 m 2 Lama pencucian, t bw = 7 menit Debit backwash, q bw = 0,58m / det Keadaan Media Pada Saat Terekspansi Akibat Backwash Pada saat backwash media penyaring yang terdiri dari pasir dan antrasit akan terekspansi, sedangkan media penyangga tidak ikut terekspansi. VII-0

31 Keadaan media pada saat terekspansi dapat diperhitungkan dengan persamaan-persamaan berikut ini : Persentase tinggi ekspansi media pasir, % eksp = 5 % Persentase tinggi ekspansi media antrasit, % eksa = 20,67 % Kehilangan Tekan Pada Saat Backwash Kehilangan tekan saat backwash pada media pasir, h pbw = 0,18 m Kehilangan tekan saat backwash pada media antrasit, h abw = 0,17 m Kehilangan tekan saat backwash pada media penyangga, h kbw =0,02 m Kehilangan tekan melalui orifice pada saat backwash, h orbw = 2,46 Kehilangan tekan melalui lateral pada saat backwash, h lbw = 0,1 Kehilangan tekan melalui manifold pada saat backwash, h mbw =9,8x10 - Pipa pencuci dari Menara Air - Jarak antara menara air dengan bak filtrasi terjauh, L = 0 m - Pipa yang digunakan adalah pipa besi, C = Kecepatan pencucian, V p =,7 m/det - Diameter pipa, d p = 16 inchi - Kehilangan tekan pada pipa, H mayor = 1,4 m - Kehilangan tekan akibat aksesoris, H minor =,7 m - Kehilangan tekan pada pipa pencuci, h pp, 184 m Total kehilangan tekan pada saat backwa bw = 8 m Kedalaman media saat terekspansi, H mbw = 1,6 m Desain Saluran Penampung Air Pencuci Air pencuci yang berada di atas media penyangga dialirkan ke saluran penampung (gutter) melalui pelimpah, setelah itu dialirkan menuju gullet kemudian menuju saluran pembuangan. Gutter dan Pelimpah VII-1

32 Dasar gutter harus diletakkan di atas ekspansi maksimum pada saat pencucian agar media penyaring tidak ikut terbawa pada saat pencucian dilakukan. Sehingga, dasar gutter harus diletakkan lebih besar 1,6 m di atas dasar bak filtrasi (H media terekspansi = 1,6 m). Pada unit filtrasi ini direncanakan gutter diletakkan m dari dasar bak filtrasi. Gutter Direncanakan jumlah gutter, n g = 1 buah Debit backwash, q bw = 0,58 m /det Lebar gutter, L g = 0,5 m Kedalaman air dalam gutter, h g = 0,89m Freeboard = 16 cm Pelimpah Jumlah pelimpah, n p = 2 buah Panjang pelimpah = panjang bak filtrasi, p p = 10 m Total panjang pelimpah, p ptot = 20 m Beban pelimpah, W p = 0,0m / det m Tinggi muka air di atas pelimpah, h p =0,062 m Saluran Pembuangan Saluran pembuangan direncanakan berupa pipa dengan kecepatan aliran pada saluran pembuangan sebesar 2 m/det dan debit backwash sebesar 0,58 m /det. Diameter pipa pembuangan, d b = 0 inchi Kecepatan sebenarnya di dalam pipa pembuangan, V b = 1, m / det VII.9 DESINFEKSI Desinfeksi adalah proses penghilangan mikroorganisme patogen yang terdapat di dalam air. Debit Pengolahan, q = 0,212 m /dtk VII-2

33 Desinfeksi yang akan digunakan adalah kaporit dalam bentuk padatan. Pembubuhan kaporit ke dalam bak pembubuh dilakukan 24 jam sekali. Jumlah bak pembubuh adalah 2 (1 operasional 1 cadangan) dengan bentuk silinder. Dosis kaporit (100%) = 1,4 mg/l Berat Jenis kaporit, kpr = 0,86 Kg/L Konsentrasi kaporit, C kpr = 10% Hasil Perencanaan : Kebutuhan kaporit, m kpr = 26,2Kg / hari Debit kaporit, q kpr = 0,5L / hari Volume kaporit tiap pembubuhan, V kpr = 0,005m Volume pelarut, V air = 0,26m Volume larutan, V = 0,m Dimensi bak pembubuh : Ketinggian bak pembubuh, h = 1 m Diameter bak pembubuh, d = 0,62 m Freeboard = 0 cm Jumlah pompa adalah 2 (1 operasional 1 cadangan). Efisiensi pompa, = 0,85 Head pompa disediakan, H = 10 m Debit larutan kaporit, q l = 0, m /hari =,5 x 10-6 m /dtk Daya pompa, P = 0,4Watt Pompa yang akan digunakan memiliki motor dengan daya 80 Watt (Grunfos). VII-

34 VII.10 NETRALISASI Pada perencanaan instalasi pengolahan air minum ini netralisasi dilakukan dengan melakukan pembubuhan kapur ke dalam air dengan tujuan menghilangkan agresifitas di dalam air. Debit Pengolahan, q = 0,212 m /dtk Zat penetralisasi yang akan digunakan adalah kapur dalam bentuk padatan. Pembubuhan kapur ke dalam bak pelarut dilakukan 24 jam sekali. Jumlah bak pelarut adalah 2 (1 operasional 1 cadangan) dengan bentuk silinder. Bak penjenuh kapur memiliki waktu kontak selama 1 jam. Jumlah bak penjenuh kapur adalah 2 (1 operasional 1 cadangan) dengan bentuk silinder dengan dasar berbentuk konus. Dosis kapur (100%) = 17,7 mg/l Persentase kandungan kapur = 70 % Berat Jenis kapur, kapur =,71 Kg/L Konsentrasi kapur, C kapur = 10% Konsentrasi larutan kapur jenuh, C s = 1100 mg/l = 0,11 % Kecepatan naik, V up = 4,17 x 10-4 m/dtk Hasil Perencanaan: Bak Pelarut Kapur Kebutuhan kapur, m kapur 46,1 Kg/hari Debit kapur, q kapur = 124,82 L/hari Volume kapur tiap pelarutan, V kapur = 0,12482m Volume pelarut, V air = 4,18m Volume larutan, V = 4,m Dimensi bak pelarut : Ketinggian bak pelarut, h = 2 m Diameter bak pelarut, d = 1,65 m VII-4

35 Freeboard = 20 cm Bak Penjenuh Kapur Konsentrasi jenuh, C s = 1100 mg/l. Debit larutan kapur jenuh, q kj = 4,87 10 m / dtk Luas permukaan lime saturator, A ls = 11,68m Diameter bak, d ls =,86m Tinggi silinder, h ls = 1,5m Volume silinder, V ls = 17,55m Tinggi konus, h k = 1,9m Volume konus, V k = 7,5m Volume total, V = 25,05m 2 Freeboard = 20 cm Pompa Pembubuh Kapur Jenuh Jumlah pompa adalah 2 (1 operasional 1 cadangan), sesuai jumlah bak penjenuh kapur. Efisiensi pompa, = 0,85 Head pompa disediakan, H = 10 m Debit larutan kapur jenuh, q kj = 4,87 x 10 - m /dtk Konsentrasi larutan kapur jenuh, C s = 0,11% Daya pompa, P = 541,2Watt ( 550 Watt, Grundfos ) VII.11 MENARA AIR Menara air berfungsi untuk menampung air yang akan digunakan dalam proses pencucian filter, pembubuhan bahan kimia, dan kebutuhan kantor. Jumlah menara reservoir adalah 1 buah yang akan dipergunakan untuk melayani kebutuhan unit-unit berikut sebanyak 1 kali pelayanan: 1. Pencucian filter VII-5

36 2. Pembubuhan kaporit pada unit preklorinasi. Pembubuhan alum 4. Pembubuhan kaporit pada desinfeksi 5. Pelarutan kapur 6. Penjenuhan kapur 7. Kebutuhan kantor (diasumsikan jumlah karyawan adalah 20 orang dengan konsumsi air bersih sebesar 50 L/org/hari). Hasil Perencanaan : Volume air untuk satu kali pencucian filter, V bw = 246m Volume air untuk satu kali pembubuhan kaporit (preklorinasi), V pr =, m Volume air untuk satu kali pembubuhan alum, V a = 4,2 m Volume air untuk satu kali pembubuhan kaporit (desinfeksi), V d = 0,26 m Volume air untuk satu kali pelarutan kapur, V k = 4,18 m Volume air untuk satu kali penjenuhan kapur, V jk = 7,5 m Volume air untuk kebutuhan kantor selama satu hari, V kantor = Volume air total, V ma = Dimensi menara air : - Panjang, p = 6 m - Lebar, l = 6 m - Tinggi, h = 7, m - Freeboard = 0,2 m 26,14m Tinggi menara air, h ma = 10 m 1m VII.12 RESERVOIR Reservoir pada instalasi pengolahan air minum ini berupa ground reservoir yang berfungsi sebagai tempat menampung air bersih setelah diproses di dalam instalasi, juga untuk mengekualisasi aliran dan tekanan bagi pelayanan kebutuhan air minum penduduk. Reservoir yang akan VII-6

37 digunakan adalah groud reservoir dengan volume yang disesuaikan dengan pola pemakaian air yang ada. Kriteria Desain : a. Ambang Bebas dan Dasar Bak Ambang bebas minimum 0 cm di atas muka air tertinggi Dasar bak minimum 15 cm dari muka air terendah b. Inlet dan Outlet Posisi dan jumlah pipa inlet ditentukan berdasarkan pertimbangan bentuk dan struktur tangki sehingga tidak ada daerah dengan aliran yang mati Pipa outlet dilengkapi dengan saringan dan diletakkan minimum 10 cm di atas lantai atau pada muka air terendah Pipa inlet dan outlet dilengkapi dengan gate valve Pipa peluap dan penguras memiliki diameter yang mampu mengalirkan debit air maksimum secara gravitasi dan saluran outlet harus terjaga dari kontaminasi luar. c. Ventilasi dan Manhole Reservoir dilengkapi dengan ventilasi, manhole, dan alat ukur tinggi muka air Tinggi ventilasi 50 cm dari atap bagian dalam Ukuran manhole harus cukup untuk dimasuki petugas dan kedap air. Debit pengolahan, Q = 0,212 m /dtk Jumlah reservoir, n = 2 buah Kemiringan dasar bak 1/1000 Reservoir dilengkapi dengan buffle untuk mencegah aliran mati. Diameter pipa penguras, d peng = 8 inchi Diameter pipa peluap, d pel = 8 inchi VII-7

38 Hasil Perencanaan : Persentase volume reservoir, %V = 19,01% Volume total reservoir, V = 482m Volume masing-masing reservoir, V r = Dimensi reservoir : - Kedalaman reservoir, h = 5 m 1741m - Luas permukaan reservoir, A r = 48,2m - Panjang reservoir, p = 20 m - Lebar reservoir, l = 17,41 m - Freeboard = 20 cm 2 VII.1 SLUDGE DRYING BED Sludge drying bed berfungsi untuk memisahkan air dari lumpur dengan cara pengeringan dan penguapan. Unit ini akan menampung lumpur dari unit sedimentasi. Kriteria Desain : Periode pengeringan = hari Tebal lapisan lumpur < 6 ft Tebal lapisan tanah = mm Koefisien keseragaman < 4 Ukuran efektif tanah = mm Tebal lapisan kerikil = mm Kadar lumpur hasil pengeringan = 60% Kemiringan dasar bak = 0.5 1% Periode pengeringan, t d = 15 hari Tebal lumpur, h l = 1,8 m Jumlah bak, n = 2 Kemiringan dasar bak = 0.5% Pipa drain, d = 6 VII-8

39 Bak akan dilengkapi dengan lapisan tanah dan kerikil untuk menahan lumpur. Tabel 7.5. Karakteristik Tanah dan Kerikil Media Ukuran efektif H mm mm Pasir halus 0,4 150 Pasir kasar 0,6 75 Kerikil halus 5 75 Kerikil sedang Kerikil kasar Hasil Perencanaan : Jumlah lumpur dari unit sedimentasi, V Ls = 648m Jumlah lumpur per bak, V Lb = 162m Luas permukaan bak, A s = 90m Panjang bed, p = 15m Lebar bed, l = 6 m Kapasitas bak sebenarnya, V bak = 162m Kedalaman media tanah dan kerikil = 45 cm Freeboard = 20 cm 2 VII.14 PROFIL HIDROLIS Profil hidrolis berguna untuk mendesain tinggi rendahnya bangunan sehingga mudah untuk diaplikasikan di lapangan. Perhitungan profil hidrolis didasarkan pada tinggi muka air, E, di setiap unit. Pada lokasi instalasi profil hidrolis ditentukan berdasarkan hitungan mundur dari reservoir. Profil hidrolis ditentukan berdasarkan tinggi muka air (E) tiap unit. Pada lokasi instalasi, profil hidrolis ditentukan berdasarkan perhitungan mundur dari unit reservoir Reservoir E R = 786,21 m VII-9

40 Filtrasi E f = 789,114 m Sedimentasi E outlet = 789,66 m E awal outlet = 789,68 m E sal pelimpah = 789,598m E sed = 789,77 m E inlet E sal inlet = 789,77 m = 789,778 m Flokulasi E ujung outlet =789,778 m E awal outlet = 789,78 m E akhir kompartemen2 = 789,78 m E awal kompartemen2 = 789,89 m E akhir kompartemen1 = 789,89 m E awal kompartemen1 = 789,972 m E inlet Koagulasi E bak = 790,254 m = 790,254 m E terjunan = 792,084m E inlet = 792,212 m Unit Penyisihan Besi E bak = 792,212 m E terjunan = 794,042 m E inlet = 794,049 m Bak Penenang E v-notch = 794,049 m Pada lokasi intake profil hidrolis ditentukan mulai dari titik pengambilan air. Saluran Intake E inlet = 77,22 m VII-40

41 E sblm barscreen = 77,106 m E ssdh barscreen = 77,094 m E sblm pintu air = 76,866 m E ssdh pintu air = 76,706 m E outlet = 76,478 m Bak Pengumpul E bak = E outlet saluran intake = 76,478 m VII-41

BAB VII HASIL PERENCANAAN UNIT UNIT INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM

BAB VII HASIL PERENCANAAN UNIT UNIT INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM BAB VII HASIL PERENCANAAN UNIT UNIT INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM VII.1. Umum Pada bab ini diuraikan hasil perencanaan unit-unit Instalasi Pengolahan Air Minum Kota Kendari. Sedangkan perhitungan detail

Lebih terperinci

BAB VII HASIL PERENCANAAN UNIT UNIT INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM

BAB VII HASIL PERENCANAAN UNIT UNIT INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM BAB VII HASIL PERENCANAAN UNIT UNIT INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM VII.1. Umum Bab ini akan menguraikan hasil perencanaan unit-unit Instalasi Pengolahan Air Minum di daerah perencanaan yaitu Kecamatan

Lebih terperinci

Pendahuluan. Peningkatan jumlah penduduk Kebutuhan akan air bersih Kondisi IPAM yang kurang ideal Evaluasi IPAM

Pendahuluan. Peningkatan jumlah penduduk Kebutuhan akan air bersih Kondisi IPAM yang kurang ideal Evaluasi IPAM Tugas Akhir Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Minum Legundi unit 1 PDAM Gresik Stephanus Kristianto 3306100010 Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM LEGUNDI PDAM GRESIK UNIT 4 (100 LITER/ DETIK)

EVALUASI KINERJA INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM LEGUNDI PDAM GRESIK UNIT 4 (100 LITER/ DETIK) EVALUASI KINERJA INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM LEGUNDI PDAM GRESIK UNIT 4 (100 LITER/ DETIK) Putu Rasindra Dini 3306 100 033 Dosen Pembimbing Ir. Hari Wiko Indarjanto, MEng. 1 LATAR BELAKANG Jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB V EVALUASI PENGOLAHAN AIR MINUM EKSISTING KAPASITAS 233 L/det

BAB V EVALUASI PENGOLAHAN AIR MINUM EKSISTING KAPASITAS 233 L/det Evaluasi Pengolahan Air Minum Eksisting Kapasitas 2 L/det BAB V EVALUASI PENGOLAHAN AIR MINUM EKSISTING KAPASITAS 2 L/det V.1. Umum Pelayanan air bersih di Kota Kendari diawali pada tahun 1928 (zaman Hindia

Lebih terperinci

BAB VI UNIT-UNIT INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM

BAB VI UNIT-UNIT INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM BAB VI UNIT-UNIT INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM VI.1 Umum Perencanaan instalasi pengolahan air minum yang terdiri dari unit-unit pengolahannya didesain berdasarkan kriteria desain yang ada. Pada bab ini

Lebih terperinci

Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Industri Agar-agar

Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Industri Agar-agar D92 Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Industri Agar-agar Adelia Puspita Sari dan Adhi Yuniarto* Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR PEJOMPONGAN II DENGAN METODE KONVENSIONAL

PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR PEJOMPONGAN II DENGAN METODE KONVENSIONAL PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR PEJOMPONGAN II DENGAN METODE KONVENSIONAL Yurista Vipriyanti 1 Heri Suprapto 2 1,2 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Gunadarma,

Lebih terperinci

Perancangan Unit Instalasi Pengolahan Air Minum Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Perancangan Unit Instalasi Pengolahan Air Minum Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-51 Perancangan Unit Instalasi Pengolahan Air Minum Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Eko Ary Priambodo dan Hariwiko

Lebih terperinci

PERENCANAAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR (IPA) BANJAR BAKULA WILAYAH BARAT INSTALLATION OF WATER TREATMENT BANJAR BAKULA WESTERN REGION

PERENCANAAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR (IPA) BANJAR BAKULA WILAYAH BARAT INSTALLATION OF WATER TREATMENT BANJAR BAKULA WESTERN REGION PERENCANAAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR (IPA) BANJAR BAKULA WILAYAH BARAT INSTALLATION OF WATER TREATMENT BANJAR BAKULA WESTERN REGION Ade Fitria 1, Chairul Abdi, ST., MT 2 dan Riza Miftahul Khair, ST., M.Eng

Lebih terperinci

RESERVOIR 14. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3

RESERVOIR 14. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3 RESERVOIR 14 Program Studi Nama Mata Kuliah Teknik Lingkungan Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum Jumlah SKS 3 Pengajar Sasaran Belajar Mata Kuliah Prasyarat Deskripsi Mata Kuliah 1. Prof. Dr. Ir.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Unit Operasi IPAL Mojosongo Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Mojosongo di bangun untuk mengolah air buangan dari kota Surakarta bagian utara, dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Air merupakan senyawa kimia yang berbentuk cair, sehingga sangat fleksibel oleh makhluk hidup sebagai media transportasi makanan di dalam tubuhnya (Bambang, 2011). Fungsi

Lebih terperinci

SEMINAR AKHIR. Mahasiswa Yantri Novia Pramitasari Dosen Pembimbing Alfan Purnomo, ST. MT.

SEMINAR AKHIR. Mahasiswa Yantri Novia Pramitasari Dosen Pembimbing Alfan Purnomo, ST. MT. SEMINAR AKHIR KAJIAN KINERJA TEKNIS PROSES DAN OPERASI UNIT KOAGULASI-FLOKULASI-SEDIMENTASI PADA INSTALASI PENGOLAHAN AIR (IPA) BABAT PDAM KABUPATEN LAMONGAN Mahasiswa Yantri Novia Pramitasari 3309 100

Lebih terperinci

EVALUASI EFISIENSI KINERJA UNIT CLEARATOR DI INSTALASI PDAM NGAGEL I SURABAYA

EVALUASI EFISIENSI KINERJA UNIT CLEARATOR DI INSTALASI PDAM NGAGEL I SURABAYA EVALUASI EFISIENSI KINERJA UNIT CLEARATOR DI INSTALASI PDAM NGAGEL I SURABAYA Anjar P,RB Rakhmat 1) dan Karnaningroem,Nieke 2) Teknik Lingkungan, ITS e-mail: rakhmat_pratama88@yahoo.co 1),idnieke@enviro.its.ac.id

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PDAM TIRTA KAMUNING

BAB II TINJAUAN UMUM PDAM TIRTA KAMUNING BAB II TINJAUAN UMUM PDAM TIRTA KAMUNING 2.1 Sejarah Berdirinya PDAM TIRTA KAMUNING Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Kamuning Kabupaten Kuningan adalah satu-satunya Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), yang

Lebih terperinci

Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum

Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum Tugas Laporan Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum LJ009008 BAB IV ANALISIS KUALITAS AIR BAKU 4.1 SUMBER AIR BAKU Kapasitas air baku yang akan diambil adalah sebesar 950 liter/detik. Untuk menentukan

Lebih terperinci

BAB VII PERHITUNGAN STRUKTUR DAN JARINGAN TRANSMISI

BAB VII PERHITUNGAN STRUKTUR DAN JARINGAN TRANSMISI BAB VII PERHITUNGAN STRUKTUR DAN JARINGAN TRANSMISI 7.1 TINJAUAN UMUM Hasil dari analisis penentuan sumber air baku pada bab terdahulu didapatkan dari air permukaan yaitu Waduk Panohan. Sistem operasi

Lebih terperinci

TEKNIK PENYEDIAAN AIR MINUM TL 3105 SLIDE 04. Yuniati, PhD

TEKNIK PENYEDIAAN AIR MINUM TL 3105 SLIDE 04. Yuniati, PhD TEKNIK PENYEDIAAN AIR MINUM TL 3105 SLIDE 04 Yuniati, PhD KOMPONEN SPAM Materi yang akan dibahas : 1.Komponen SPAM 2.Air baku dan bangunan intake KOMPONEN SPAM Sumber air baku Pipa transimisi IPAM Reservoar

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PERENCANAAN IPLT SISTEM KOLAM

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PERENCANAAN IPLT SISTEM KOLAM PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PERENCANAAN IPLT SISTEM KOLAM TATA CARA PERENCANAAN IPLT SISTEM KOLAM BAB I DESKRIPSI 1.1 Ruang lingkup Tata cara ini memuat pengertian dan ketentuan umum dan teknis dan cara

Lebih terperinci

BAB IV OLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV OLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV OLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Sungai Cisadane 4.1.1 Letak Geografis Sungai Cisadane yang berada di provinsi Banten secara geografis terletak antara 106 0 5 dan 106 0 9 Bujur Timur serta

Lebih terperinci

MODUL SOSIALISASI DAN DISEMINASI STANDAR PEDOMAN DAN MANUAL SPESIFIKASI IPA TIPE CIKAPAYANG

MODUL SOSIALISASI DAN DISEMINASI STANDAR PEDOMAN DAN MANUAL SPESIFIKASI IPA TIPE CIKAPAYANG MODUL SOSIALISASI DAN DISEMINASI STANDAR PEDOMAN DAN MANUAL SPESIFIKASI IPA TIPE CIKAPAYANG MODUL SOSIALISASI DAN DISEMINASI STANDAR PEDOMAN DAN MANUAL SPESIFIKASI IPA TIPE CIKAPAYANG Atang Sarbini, ST.

Lebih terperinci

INTAKE 6. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3

INTAKE 6. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3 INTAKE 6 Program Studi Nama Mata Kuliah Teknik Lingkungan Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum Jumlah SKS 3 Pengajar Sasaran Belajar Mata Kuliah Prasyarat Deskripsi Mata Kuliah 1. Prof. Dr. Ir. Mary

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL PENDAHULUAN 1. AIR Air merupakan sumber alam yang sangat penting di dunia, karena tanpa air kehidupan tidak dapat berlangsung. Air juga banyak mendapat

Lebih terperinci

Perencanaan instalasi saringan pasir lambat

Perencanaan instalasi saringan pasir lambat Standar Nasional Indonesia Perencanaan instalasi saringan pasir lambat ICS 91.220 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS Prosedur Perencanaan Sistem Proteksi Kebakaran

BAB IV HASIL DAN ANALISIS Prosedur Perencanaan Sistem Proteksi Kebakaran BAB IV Bab IV Hasil dan Analisis HASIL DAN ANALISIS 4.1. Prosedur Perencanaan Sistem Proteksi Kebakaran Sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran merupakan suatu kombinasi dari berbagai sistem untuk

Lebih terperinci

BAB VIII UNIT DAUR ULANG DAN SPESIFIKASI TEKNIS Sistem Daur Ulang

BAB VIII UNIT DAUR ULANG DAN SPESIFIKASI TEKNIS Sistem Daur Ulang BAB VIII UNIT DAUR ULANG DAN SPESIFIKASI TEKNIS 8.1. Sistem Daur Ulang Di BTIK Magetan mempunyai dua unit IPAL yang masingmasing berkapasitas 300 m 3 /hari, jadi kapasitas total dua IPAL 600 m 3 /hari.

Lebih terperinci

Proses Pengolahan Air Minum dengan Sedimentasi

Proses Pengolahan Air Minum dengan Sedimentasi Proses Pengolahan Air Minum dengan Sedimentasi Bak Sedimentasi Bak sedimentasi umumnya dibangun dari bahan beton bertulang dengan bentuk lingkaran, bujur sangkar, atau segi empat. Bak berbentuk lingkaran

Lebih terperinci

Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Warna dan Zat Organik

Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Warna dan Zat Organik Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Warna dan Zat Organik Hani Yosita Putri 3310.100.001 Dosen Pembimbing: Prof. Ir. Wahyono

Lebih terperinci

PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA

PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN PABRIK PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA Dosen Pengampu: Ir. Musthofa Lutfi, MP. Oleh: FRANCISKA TRISNAWATI 105100200111001 NUR AULYA FAUZIA 105100200111018

Lebih terperinci

#% $ #% &# ' # (#&!"# '!") $## *! % +#&!"# $ %!&!!&!'!! " (!) "

#% $ #% &# ' # (#&!# '!) $## *! % +#&!# $ %!&!!&!'!!  (!) *!!" #"$ #% $ #% &# ' # (#&!"# '!") $## *!"$% *! % +#& (!) " + ( " " " # #) # #$ & " + * ' (!) "" "$ #, - ( $ "$ #& &./ 0$#$$1 /!&! $ & # $#$# $,# $ $!$$&# / )"!! #"# ' #! $ # (!$ $( $" $ #, #, / )"!!

Lebih terperinci

Evaluasi dan Optimalisasi Sistem Pengolahan Air Minum Pada Instalasi Pengolahan Air (IPA) Jaluko Kapasitas 50 L/S Kabupaten Muaro Jambi

Evaluasi dan Optimalisasi Sistem Pengolahan Air Minum Pada Instalasi Pengolahan Air (IPA) Jaluko Kapasitas 50 L/S Kabupaten Muaro Jambi Jurnal DAUR LINGKUNGAN Februari 018, Vol. 1 (1): 9-34 ISSN xxxx-xxxx http://journal.daurlingkungan.ac.id Evaluasi dan Optimalisasi Sistem Pengolahan Air Minum Pada Instalasi Pengolahan Air (IPA) Jaluko

Lebih terperinci

Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah Hotel X di Surabaya

Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah Hotel X di Surabaya F144 Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah Hotel X di Surabaya Hutomo Dwi Prabowo dan Ipung Fitri Purwanti Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

Sambungan Persil. Sambungan persil adalah sambungan saluran air hujan dari rumah-rumah ke saluran air hujan yang berada di tepi jalan

Sambungan Persil. Sambungan persil adalah sambungan saluran air hujan dari rumah-rumah ke saluran air hujan yang berada di tepi jalan Kelengkapan Saluran Sambungan Persil Sambungan persil adalah sambungan saluran air hujan dari rumah-rumah ke saluran air hujan yang berada di tepi jalan Bentuk: Saluran terbuka Saluran tertutup Dibuat

Lebih terperinci

Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Warna dan Zat Organik

Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Warna dan Zat Organik 1 Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Warna dan Zat Organik Hani Yosita Putri dan Wahyono Hadi Jurusan Teknik Lingkungan,

Lebih terperinci

pada September 2006 terletak sekitar 3 km dari pusat ibu kota Aceh Utara, yaitu

pada September 2006 terletak sekitar 3 km dari pusat ibu kota Aceh Utara, yaitu BAB III LOKASI STUDI DAN KONDISI EKSISTING 3.1 Lokasi Studi Instalasi Pengolahan Air (IPA) Meunasah Reudeup yang mulai beroperasi pada September 2006 terletak sekitar 3 km dari pusat ibu kota Aceh Utara,

Lebih terperinci

Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Warna dan Zat Organik

Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Warna dan Zat Organik JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-167 Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk Kabupaten Kotawaringin Barat sebagian besar. menggunakan air sungai / air sumur untuk kegiatan sehari-hari seperti

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk Kabupaten Kotawaringin Barat sebagian besar. menggunakan air sungai / air sumur untuk kegiatan sehari-hari seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penduduk Kabupaten Kotawaringin Barat sebagian besar menggunakan air sungai / air sumur untuk kegiatan sehari-hari seperti mencuci, dan mandi. Jenis air yang digunakan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 TATA LETAK JARINGAN PIPA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 TATA LETAK JARINGAN PIPA V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 TATA LETAK JARINGAN PIPA Kegiatan perencanaan merupakan hal dasar dalam menentukan sistem distribusi air bersih. Menurut Dharmasetiawan (2004), kegiatan perencanaan terdiri

Lebih terperinci

BAB 7 UNIT FILTRASI. Pada filtrasi dengan media berbutir, terdapat mekanisme filtrasi sebagai berikut:

BAB 7 UNIT FILTRASI. Pada filtrasi dengan media berbutir, terdapat mekanisme filtrasi sebagai berikut: BAB 7 UNIT FILTRASI 7.1. Tujuan Filtrasi Filtrasi adalah suatu proses pemisahan zat padat dari fluida (cair maupun gas) yang membawanya menggunakan suatu medium berpori atau bahan berpori lain untuk menghilangkan

Lebih terperinci

TATA CARA PERENCANAAN TANGKI SEPTIK DENGAN SISTEM RESAPAN

TATA CARA PERENCANAAN TANGKI SEPTIK DENGAN SISTEM RESAPAN TATA CARA PERENCANAAN TANGKI SEPTIK DENGAN SISTEM RESAPAN COPY SNI 03-2398 - 2002 Pendahuluan Tat cara ini dimaksudkan sebagai acuan bagi perencana dalam pembangunan septik dengan sistem resapan. Tata

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian Penelitian biofiltrasi ini targetnya adalah dapat meningkatkan kualitas air baku IPA Taman Kota Sehingga masuk baku mutu Pergub 582 tahun 1995 golongan B yakni

Lebih terperinci

EVALUASI TERHADAP UPAYA PENINGKATAN KUALITAS AIR BERSIH PADA PDAM TIRTA MON PASE INSTALASI MEUNASAH REUDEUP KABUPATEN ACEH UTARA

EVALUASI TERHADAP UPAYA PENINGKATAN KUALITAS AIR BERSIH PADA PDAM TIRTA MON PASE INSTALASI MEUNASAH REUDEUP KABUPATEN ACEH UTARA EVALUASI TERHADAP UPAYA PENINGKATAN KUALITAS AIR BERSIH PADA PDAM TIRTA MON PASE INSTALASI MEUNASAH REUDEUP KABUPATEN ACEH UTARA TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Tugas dan Memenuhi Syarat Untuk

Lebih terperinci

Oleh : Aisyah Rafli Puteri Dosen Pembimbing : Dr.Ir. Nieke Karnaningroem, MSc

Oleh : Aisyah Rafli Puteri Dosen Pembimbing : Dr.Ir. Nieke Karnaningroem, MSc STUDI PENURUNAN KEKERUHAN AIR KALI SURABAYA DENGAN PROSES FLOKULASI DALAM BENTUK FLOKULATOR PIPA CIRCULAR Oleh : Aisyah Rafli Puteri 3307100022 Dosen Pembimbing : Dr.Ir. Nieke Karnaningroem, MSc 19550128

Lebih terperinci

UNIT PENGOLAHAN AIR MINUM 5

UNIT PENGOLAHAN AIR MINUM 5 UNIT PENGOLAHAN AIR MINUM 5 Program Studi Nama Mata Kuliah Teknik Lingkungan Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum Jumlah SKS 3 Pengajar Sasaran Belajar Mata Kuliah Prasyarat Deskripsi Mata Kuliah

Lebih terperinci

BAB VI RENCANA PENGEMBANGAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR PUNGGOLAKA

BAB VI RENCANA PENGEMBANGAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR PUNGGOLAKA BAB VI RENCANA PENGEMBANGAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR PUNGGOLAKA VI.1. Umum Pertumbuhan jumlah penduduk Kota Kendari pada tahun-tahun mendatang akan berimbas pada semakin besarnya jumlah kebutuhan air minum

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS SUMBER AIR DAN KETERSEDIAAN AIR

BAB VI ANALISIS SUMBER AIR DAN KETERSEDIAAN AIR BAB VI ANALISIS SUMBER AIR DAN KETERSEDIAAN AIR 6.1 SUMBER AIR EXISTING Sumber air existing yang digunakan oleh PDAM untuk memenuhi kebutuhan air bersih di daerah Kecamatan Gunem berasal dari reservoir

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Instalasi Pengolahan Air Minum (IPA) Bojong Renged Cabang Teluknaga Kabupaten Tangerang. Pemilihan tempat penelitian ini

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH PADA IPAL INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT BTIK LIK MAGETAN

PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH PADA IPAL INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT BTIK LIK MAGETAN BAB VII PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH PADA IPAL INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT BTIK LIK MAGETAN 7.1. Sumber Limbah Di BTIK-LIK Magetan terdapat kurang lebih 43 unit usaha penyamak kulit, dan saat ini ada 37

Lebih terperinci

EVALUASI DAN OPTIMALISASI INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM (IPA I) SUNGAI SENGKUANG PDAM TIRTA PANCUR AJI KOTA SANGGAU Joni Hermanto 1, Winardi Yusuf, ST. M.T 1, Dian Rahayu Jati, ST. M.Si 1 1 Program Studi

Lebih terperinci

PROPOSAL PERMOHONAN KERJA PRAKTEK SISTEM PRODUKSI INSTALASI PENGOLAHAN AIR (IPA) PDAM KOTA MALANG

PROPOSAL PERMOHONAN KERJA PRAKTEK SISTEM PRODUKSI INSTALASI PENGOLAHAN AIR (IPA) PDAM KOTA MALANG PROPOSAL PERMOHONAN KERJA PRAKTEK SISTEM PRODUKSI INSTALASI PENGOLAHAN AIR (IPA) PDAM KOTA disusun oleh : ERVANDO TOMMY AL-HANIF 21080113140081 FAKULTAS TEKNIK SEMARANG 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA BADAN REGULATOR PELAYANAN AIR MINUM DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA LAPORAN KUNJUNGAN KERJA PDAM TIRTA KHATULISTIWA KOTA PONTIANAK Oleh : Ir. Tano Baya Ir. Tatit Palgunadi Camelia Indah Murniwati, ST Bidang

Lebih terperinci

FLOKULASI 10. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3

FLOKULASI 10. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3 FLOKULASI 10 Program Studi Nama Mata Kuliah Teknik Lingkungan Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum Jumlah SKS 3 Pengajar Sasaran Belajar Mata Kuliah Prasyarat Deskripsi Mata Kuliah 1. Prof. Dr. Ir.

Lebih terperinci

Suarni Saidi Abuzar, Rizki Pramono Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Andalas ABSTRAK

Suarni Saidi Abuzar, Rizki Pramono Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Andalas   ABSTRAK OP-012 EFEKTIVITAS PENURUSAN KEKERUHAN DENGAN DIRECT FILTRATION MENGGUNAKAN SARINGAN PASIR CEPAT (SPC) Suarni Saidi Abuzar, Rizki Pramono Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Andalas Email : suarni_sa@ft.unand.ac.id

Lebih terperinci

BAB 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN SKALA KECIL

BAB 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN SKALA KECIL BAB 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN SKALA KECIL 5.1 Masalah Air Limbah Layanan Kesehatan Air limbah yang berasal dari unit layanan kesehatan misalnya air limbah rumah sakit,

Lebih terperinci

PERENCANAAN SUBSURFACE FLOW CONSTRUCTED WETLAND PADA PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI AIR KEMASAN (STUDI KASUS : INDUSTRI AIR KEMASAN XYZ)

PERENCANAAN SUBSURFACE FLOW CONSTRUCTED WETLAND PADA PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI AIR KEMASAN (STUDI KASUS : INDUSTRI AIR KEMASAN XYZ) PERENCANAAN SUBSURFACE FLOW CONSTRUCTED WETLAND PADA PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI AIR KEMASAN (STUDI KASUS : INDUSTRI AIR KEMASAN XYZ) Oleh : Zulisnaini Sokhifah 3306 100 105 Dosen Pembimbing : Dr. Ir.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Peraturan Pemerintah Tentang Limbah Berdasarkan peraturan pemerintah No. 58 Tahun 1995 baku mutu limbah cair bagi kegiatan rumah sakit menyebutkan bahwa kegiatan rumah sakit

Lebih terperinci

BAB V DETAIL DESAIN. Metode Aritmatik

BAB V DETAIL DESAIN. Metode Aritmatik BAB V DETAIL DESAIN 5.1 Pryeksi Penduduk Kecamatan Tenggarong Dalam hal merencanakan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) dimulai dengan menentukan jumlah debit lumpur tinja yang dihasilkan oleh penduduk

Lebih terperinci

BAB 4 PERENCANAAN ALTERNATIF SOLUSI

BAB 4 PERENCANAAN ALTERNATIF SOLUSI BAB 4 PERENCANAAN ALTERNATIF SOLUSI Perencanaan Sistem Suplai Air Baku 4.1 PERENCANAAN SALURAN PIPA Perencanaan saluran pipa yang dimaksud adalah perencanaan pipa dari pertemuan Sungai Cibeet dengan Saluran

Lebih terperinci

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN 3.1 PERANCANGAN ALAT PENGUJIAN Desain yang digunakan pada penelitian ini berupa alat sederhana. Alat yang di desain untuk mensirkulasikan fluida dari tanki penampungan

Lebih terperinci

Bab 4 Satuan Operasi BAB 4 FILTRASI. Filtrasi adalah suatu proses pemisahan zat padat dari fluida (cair maupun gas)

Bab 4 Satuan Operasi BAB 4 FILTRASI. Filtrasi adalah suatu proses pemisahan zat padat dari fluida (cair maupun gas) BAB 4 FILTRASI 4.1. Umum adalah suatu proses pemisahan zat padat dari fluida (cair maupun gas) yang membawanya menggunakan suatu medium berpori atau bahan berpori lain untuk menghilangkan sebanyak mungkin

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM PDAM LEGUNDI GRESIK UNIT III (50 LITER/DETIK)

EVALUASI KINERJA INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM PDAM LEGUNDI GRESIK UNIT III (50 LITER/DETIK) EVALUASI KINERJA INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM PDAM LEGUNDI GRESIK UNIT III (50 LITER/DETIK) PERFORMANCE EVALUATION OF WATER TREATMENT PLANT LEGUNDI SECTION III PDAM GRESIK (50 L/second) Titis Rosari

Lebih terperinci

BAB VIII SPESIFIKASI PEKERJAAN

BAB VIII SPESIFIKASI PEKERJAAN BAB VIII SPESIFIKASI PEKERJAAN VIII.1 Persyaratan Umum VIII.1.1 Nama Pekerjaan dan Lokasi Proyek Nama Pekerjaan : Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Minum Kota Garut Lokasi Proyek : Kecamatan Bayongbong,

Lebih terperinci

PERENCANAAN BENDUNG. Perhitungan selengkapnya, disajikan dalam lampiran. Gambar 2.1 Sketsa Lebar Mercu Bendung PLTM

PERENCANAAN BENDUNG. Perhitungan selengkapnya, disajikan dalam lampiran. Gambar 2.1 Sketsa Lebar Mercu Bendung PLTM PERENCANAAN BENDUNG. Perencanaan Hidrolis Bendung. Lebar dan Tinggi Bendung Lebar bendung adalah jarak antara kedua pangkal bendung (Abutment). Lebar bendung sebaiknya diambil sama dengan lebar rata-rata

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Air merupakan kebutuhan vital makhluk hidup. Tanpa adanya air, metabolisme dalam tubuh makhluk hidup tidak dapat berjalan dengan sempurna. Manusia membutuhkan air, terutama

Lebih terperinci

PERENCANAAN MOBILE WATER TREATMENT PADA MOBIL PICK UP DAIHATSU GRAN MAX DESIGN OF MOBILE WATER TREATMENT ON DAIHATSU GRAN MAX PICK UP CAR

PERENCANAAN MOBILE WATER TREATMENT PADA MOBIL PICK UP DAIHATSU GRAN MAX DESIGN OF MOBILE WATER TREATMENT ON DAIHATSU GRAN MAX PICK UP CAR PERENCANAAN MOBILE WATER TREATMENT PADA MOBIL PICK UP DAIHATSU GRAN MAX DESIGN OF MOBILE WATER TREATMENT ON DAIHATSU GRAN MAX PICK UP CAR Mufidatus Shofi dan Hariwiko Indarjanto Jurusan Teknik Lingkungan

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA Untuk mendapatkan koefisien gesek dari saluran pipa berpenampang persegi, nilai penurunan tekanan (pressure loss), kekasaran pipa dan beberapa variabel

Lebih terperinci

Evaluasi Kinerja Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Keputih, Surabaya

Evaluasi Kinerja Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Keputih, Surabaya D13 Evaluasi Kinerja Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Keputih, Surabaya Gaby Dian dan Welly Herumurti Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

Diantara hal mendasar yang menentukan kualitas hidup bangsa kita adalah bila kebutuhan air minum sebagian besar penduduk telah terpenuhi dalam jumlah

Diantara hal mendasar yang menentukan kualitas hidup bangsa kita adalah bila kebutuhan air minum sebagian besar penduduk telah terpenuhi dalam jumlah Diantara hal mendasar yang menentukan kualitas hidup bangsa kita adalah bila kebutuhan air minum sebagian besar penduduk telah terpenuhi dalam jumlah dan kualitas yang memadai KATA PENGANTAR Penyediaan

Lebih terperinci

Pengolahan Air Gambut sederhana BAB III PENGOLAHAN AIR GAMBUT SEDERHANA

Pengolahan Air Gambut sederhana BAB III PENGOLAHAN AIR GAMBUT SEDERHANA Pengolahan Air Gambut sederhana BAB III PENGOLAHAN AIR GAMBUT SEDERHANA 51 Nusa Idaman Said III.1 PENDAHULUAN Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Lokasi Penelitian Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Arut Kabupaten Kotawaringin Barat adalah perusahaan yang termasuk dalam Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Kabupaten

Lebih terperinci

Tata cara perencanaan dan pemasangan tangki biofilter pengolahan air limbah rumah tangga dengan tangki biofilter

Tata cara perencanaan dan pemasangan tangki biofilter pengolahan air limbah rumah tangga dengan tangki biofilter Tata cara perencanaan dan pemasangan tangki biofilter pengolahan air limbah rumah tangga dengan tangki biofilter 1 Ruang lingkup Tata cara ini mencakup persyaratan, kriteria perencanaan dan cara pemasangan

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012 Oleh : Rr. Adistya Chrisafitri 3308100038 Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Nieke Karnaningroem, M.Sc. JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012

Lebih terperinci

PRE-ELIMINARY PRIMARY WASTEWATER TREATMENT (PENGOLAHAN PENDAHULUAN DAN PERTAMA)

PRE-ELIMINARY PRIMARY WASTEWATER TREATMENT (PENGOLAHAN PENDAHULUAN DAN PERTAMA) PRE-ELIMINARY PRIMARY WASTEWATER TREATMENT (PENGOLAHAN PENDAHULUAN DAN PERTAMA) Tujuan pengolahan pertama (Primary Treatment) dalam pengolahan limbah cair adalah penyisihan bahan padat dari limbah cair

Lebih terperinci

BAB VIII PERENCANAAN BANGUNAN PELIMPAH (SPILLWAY)

BAB VIII PERENCANAAN BANGUNAN PELIMPAH (SPILLWAY) VIII-1 BAB VIII PERENCANAAN BANGUNAN PELIMPAH (SPILLWAY) 8.1. Tinjauan Umum Bangunan pelimpah berfungsi untuk mengalirkan air banjir yang masuk ke dalam embung agar tidak membahayakan keamanan tubuh embung.

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM BAB I DESKRIPSI 1.1 Ruang lingkup Tatacara ini meliputi ketentuan-ketentuan, cara pengerjaan bangunan utama

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Tahapan Penelitian Tahap awal dalam melakukan penelitian ini dimulai dari studi pustaka yaitu mencari data serta informasi yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilaksanakan.

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Persiapan Penelitian. Gambar 15 Dimensi Penampang Basah Bangunan Filtrasi HRF

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Persiapan Penelitian. Gambar 15 Dimensi Penampang Basah Bangunan Filtrasi HRF 22 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan Penelitian Saringan kasar (Horizontal Roughing Filter - HRF) merupakan pengolahan pendahuluan untuk menurunkan kekeruhan atau memisahkan padatan dalam jumlah besar serta

Lebih terperinci

TESIS STUDI EFEKTIVITAS LAMELLA SEPARATOR DALAM PENGOLAHAN AIR SADAH

TESIS STUDI EFEKTIVITAS LAMELLA SEPARATOR DALAM PENGOLAHAN AIR SADAH TESIS STUDI EFEKTIVITAS LAMELLA SEPARATOR DALAM PENGOLAHAN AIR SADAH Oleh: Oktavina G. LP. Manulangga 330 8201 014 Latar Belakang dan Permasalahan Mata air Namosain di Kota Kupang memiliki tingkat kesadahan

Lebih terperinci

MODUL 1.06 SEDIMENTASI

MODUL 1.06 SEDIMENTASI MODUL 1.06 SEDIMENTASI Oleh : Didit A. Sigit LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA CILEGON BANTEN 2008 2 Modul 1.06 SEDIMENTASI I. Tujuan Praktikum :

Lebih terperinci

RESERVOAR SLIDE 06 TPAM. Yuniati, PhD

RESERVOAR SLIDE 06 TPAM. Yuniati, PhD RESERVOAR SLIDE 06 TPAM Yuniati, PhD Peraturan Pemerintah no 15/2006 Pasal 5 ayat 1: SPAM dapat dilakukan melalui sistem jaringan perpipaan dan/atau bukan jaringan perpipaan. Pasal 5 ayat 2: SPAM dengan

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR BERSIH. PENGOLAHAN UNTUK MENGURANGI KONSENTRASI ZAT Kandungan Fe, CO2 agresif, bakteri yang tinggi

PENGOLAHAN AIR BERSIH. PENGOLAHAN UNTUK MENGURANGI KONSENTRASI ZAT Kandungan Fe, CO2 agresif, bakteri yang tinggi PENGOLAHAN AIR BERSIH PENGOLAHAN UNTUK MENGURANGI KONSENTRASI ZAT Kandungan Fe, CO2 agresif, bakteri yang tinggi PENGOLAHAN LENGKAP Dilaksanakan pada air permukaan, air sungai), Diperlukan unt menjernihkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Air berasal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah dan atau air hujan yang memenuhi ketentuan baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum (SNI 19-6774-2002).

Lebih terperinci

BAB IV RANCANGAN RESERVOIR DAN PERLENGKAPAN PIPA

BAB IV RANCANGAN RESERVOIR DAN PERLENGKAPAN PIPA BAB IV RANCANGAN RESERVOIR DAN PERLENGKAPAN PIPA 4.1. Umum Pipa merupakan komponen utama dalam perencanaan sistem distribusi 60 sampai 80 % biaya adalah untuk belanja pipa. Komponen lain yang merupakan

Lebih terperinci

Suatu kriteria yang dipakai Perancang sebagai pedoman untuk merancang

Suatu kriteria yang dipakai Perancang sebagai pedoman untuk merancang Kriteria Desain Kriteria Desain Suatu kriteria yang dipakai Perancang sebagai pedoman untuk merancang Perancang diharapkan mampu menggunakan kriteria secara tepat dengan melihat kondisi sebenarnya dengan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAN KONDISI EKSISTING PELAYANAN PDAM TIRTA DARMA AYU

BAB II GAMBARAN UMUM DAN KONDISI EKSISTING PELAYANAN PDAM TIRTA DARMA AYU BAB II II.1 Profil PDAM Tirta Darma Ayu II.1.1 Sejarah PDAM Tirta Darma Ayu Bermula pada tahun 1932 dibangunlah sebuah instalasi pengolahan air di Kabupaten Indramayu dengan kapasitas 20 liter/detik dan

Lebih terperinci

BAB VIII SPESIFIKASI PEKERJAAN

BAB VIII SPESIFIKASI PEKERJAAN BAB VIII VIII.1. Persyaratan Umum VIII.1.1. Nama Pekerjaan dan Lokasi Proyek Nama Pekerjaan : Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Minum Kecamatan Sukra, Anjatan, dan Haurgeulis, Kabupaten Indramayu, Jawa

Lebih terperinci

Metodologi penelitian disusun berdasarkan diagram alir penelitian seperti terlihat

Metodologi penelitian disusun berdasarkan diagram alir penelitian seperti terlihat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Metodologi penelitian disusun berdasarkan diagram alir penelitian seperti terlihat dibawah ini : Ide Studi Penurunan Fe total dan Mn dengan Saringan

Lebih terperinci

Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai

Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai Air yang digunakan meliputi : 1. Air pendingin, digunakan untuk mendinginkan alat penukar panas. 2. Air Proses,

Lebih terperinci

SEDIMENTASI 11. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3

SEDIMENTASI 11. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3 SEDIMENTASI 11 Program Studi Nama Mata Kuliah Teknik Lingkungan Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum Jumlah SKS 3 Pengajar Sasaran Belajar Mata Kuliah Prasyarat Deskripsi Mata Kuliah 1. Prof. Dr.

Lebih terperinci

I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan

I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan II. Dasar Teori Sedimentasi adalah pemisahan solid dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1. MESIN-MESIN FLUIDA Mesin fluida adalah mesin yang berfungsi untuk mengubah energi mekanis poros menjadi energi potensial atau sebaliknya mengubah energi fluida (energi potensial

Lebih terperinci

Uji Kinerja Media Batu Pada Bak Prasedimentasi

Uji Kinerja Media Batu Pada Bak Prasedimentasi Uji Kinerja Media Batu Pada Bak Prasedimentasi Edwin Patriasani 1, Nieke Karnaningroem 2 Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) 1 ed_win1108@yahoo.com,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Studi Literature Penelitian ini mengambil sumber dari jurnal jurnal yang mendukung untuk kebutuhan penelitian. Jurnal yang diambil berkaitan dengan pengaruh adanya gerusan lokal

Lebih terperinci

Tata cara perencanaan unit paket instalasi pengolahan air

Tata cara perencanaan unit paket instalasi pengolahan air Standar Nasional Indonesia Tata cara perencanaan unit paket instalasi pengolahan air ICS 93.025 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... ii Prakata... iii Pendahuluan...iiii 1 Ruang lingkup...1

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN SISTEM HIDRAULIK

BAB IV PERHITUNGAN SISTEM HIDRAULIK BAB IV PERHITUNGAN SISTEM HIDRAULIK 4.1 Perhitungan Beban Operasi System Gaya yang dibutuhkan untuk mengangkat movable bridge kapasitas 100 ton yang akan diangkat oleh dua buah silinder hidraulik kanan

Lebih terperinci

Cara Menentukan Diameter Pipa

Cara Menentukan Diameter Pipa Cara Menentukan Diameter Pipa Beberapa Metode Perhitungan Contoh-contoh kasus Perhitungan (Dalam Perpipaan Transmisi Dan Distribusi)? Ukuran Pipa dan Pengaruh (Hidrolis Hidrolis) Pada Sistem 1 Metode Menentukan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Tahapan Penelitian Tahap awal penelitian pengolahan kualitas air sungai dimulai dari studi pustaka yaitu mencari data dan informasi yang berkaitan dengan penelitian, dilanjutkan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahapan Penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahapan Penelitian BAB IV METODE PENELITIAN A. Tahapan Penelitian Tahap awal penelitian pengolahan kualitas air sungai dimulai dari studi pustaka atau study literature yaitu mencari data dan informasi yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober 2016 Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Dr. Ir. M Basuki Hadimoeljono, MSc

KATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober 2016 Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Dr. Ir. M Basuki Hadimoeljono, MSc KATA PENGANTAR Guna menunjang program pemerintah dalam penyediaan infrastruktur perdesaan, Puslitbang Perumahan dan Permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Lebih terperinci