KATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober 2016 Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Dr. Ir. M Basuki Hadimoeljono, MSc

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober 2016 Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Dr. Ir. M Basuki Hadimoeljono, MSc"

Transkripsi

1 KATA PENGANTAR Guna menunjang program pemerintah dalam penyediaan infrastruktur perdesaan, Puslitbang Perumahan dan Permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat menerbitkan buku panduan sederhana berjudul Instalasi Pengolahan Air Sederhana dengan tujuan untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat mengenai sistem pengolahan dan pembangunan Instalasi Pengolahan Air Sederhana (IPAS) untuk wilayah perdesaan. Dalam buku Panduan ini dibahas mengenai persyaratan teknis yang harus dipenuhi, Instalasi Pengelolaan Air Sederhana (IPAS) Permukaan, dan IPAS Air Tanah. Buku ini juga membehas bahan yang diperlukan dalam pembuatan kolam penampung, sumur pengumpul, tangki penampung, peralatan yang digunakan dalam pembuatan penampung serta pelaksanaan dalam pembuatan IPAS. Materi dalam Buku Panduan ini telah diuji penerapannya di Desa Sindang Pakuon, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Propinsi Jawa Barat. Namun demikian kami tetap mengharapkan masukan dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi dan pihak lainnya untuk menyempurnakan buku panduan ini. Jakarta, Oktober 2016 Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Dr. Ir. M Basuki Hadimoeljono, MSc 1

2 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... 1 DAFTAR ISI... 2 DAFTAR GAMBAR... 4 DAFTAR TABEL... 5 A. Pendahuluan Latar Belakang Tujuan... 6 B. Gambaran Teknologi Persyaratan Teknis... 6 a. Air Baku... 6 b. Topografi... 7 c. Debit IPAS Permukaan... 8 a. IPAS Kekeruhan Tinggi (IPAS Tipe 1)... 8 b. IPAS Kekeruhan Sedang (IPAS Tipe 2) c. IPAS Kekeruhan Rendah (IPAS tipe 3) d. IPAS gambut (IPAS tipe 4) e. IPAS Payau / Air Laut (IPAS Tipe 5) IPAS Air Tanah (IPAS Tipe 6) a. Ukuran b. Fungsi c. Kekuatan C. Bahan Kolam Penampung Sumur Pengumpul Tangki Penampung Saringan Kasar SPL DSAK

3 7. PMA a. Bangunan penangkap mata air b. Bangunan Penampung Air Bangunan Hidran Umum D. Peralatan E. Pelaksanaan Kolam Penampung Sumur Pengumpul Tangki penampung IPAS Tipe 1, IPAS Tipe 2, dan IPAS Tipe Saringan Kasar IPAS Tipe 1 dan Tipe Saringan Pasir Lambat IPAS Gambut DSAK a. Pekerjaan Persiapan b. Pekerjaan Pembuatan dan Pemasangan DSAK PMA a. Pekerjaan persiapan b. Pekerjaan konstruksi bangunan penangkap air ) Penggalian tanah ) Pemasangan pondasi ) Pemasangan Dinding ) Pemasangan Tutup dan Lubang Pemeriksa ) Pemasangan Turap ) Penyambungan Pipa c. Pekerjaan konstruksi bak penampung d. Pekerjaan Konstruksi Hidran Umum ) Pekerjaan Pondasi dan Tangki Air ) Pekerjaan Lantai dan Saluran Pembuangan Air

4 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Skema IPAS Tipe I... 9 Gambar 2.2 Skema IPAS Tipe Gambar 2.3 Skema IPAS Tipe 3 Lahan Luas Gambar 2.4 Skema IPAS Tipe 3 dengan Lahan Terbatas Gambar 2.5 Pengolahan Air Gambut Sederhana Gambar 2.6 Denah DSAK Gambar 2.7 Tampak Samping DSAK

5 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Kedalaman Bak SPL... 9 Tabel 2.1 Kedalaman Bak SPL Tabel 2.2 Kedalaman Bak SPL Tabel 2.3 Ukuran Bak Penampung Mata Air Tabel 2.4 Fungsi Komponen Bak Penampung Mata Air Tabel 3.1 Kebutuhan Bahan Kolam Penampung Tabel 3.2 Kebutuhan Bahan Sumur Pengumpul Tabel 3.3 Kebutuhan Bahan Tangki Penampung Tabel 3.4 Kebutuhan Bahan Saringan Kasar Tabel 3.5 Kebutuhan Bahan Saringan Kasar Tabel 3.6 Kebutuhan Bahan Modul DSAK Tabel 3.7 Bahan Elemen PMA Tabel 3.8 Kebutuhan Bahan Bangunan PMA Tabel 3.9 Kebutuhan Bahan Bangunan Hidran Umum Tabel 5.1 Kriteria Perencanaan Pengumpul Kalor DSAK Tabel 5.2 Kriteria Perencanaan Kaca Penutup (Kondensor) DSAK Tabel 5.3 Kriteria Perencanaan Saluran Kondensat DSAK Tabel 5.4 Kriteria Perencanaan Kotak Destilator DSAK Tabel 5.5 Kriteria perencanaan sistem isolasi DSAK

6 A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Air bersih merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi manusia. Kualitas air baku untuk air bersih, baik air permukaan maupun air tanah, bervariasi untuk itu diperlukan perlakuan yang bebrbeda dalam mengolah setiap jenis sumber air baku. Pengolahan air di wilayah perdesaan dapat dilakukan dengan menggunakan pengolahan air sederhana. Modul ini menyediakan penjelasan mengenai beberapa alternatif pengolahan air sederhana untuk berbagai kualitas air baku. Namun, penjelasan mengenai bangunan intake tidak tercakup dalam modul ini. 2. Tujuan Modul ini bertujuan untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat mengenai sistem pengolahan dan pembangunan Instalasi Pengolahan Air Sederhana (IPAS) untuk wilayah perdesaan. B. Gambaran Teknologi 1. Persyaratan Teknis a. Air Baku Pilih sumber air baku yang berpotensi baik dari segi kualitas maupun kuantitas (mata air, air tanah, air hujan, atau air permukaan). Berdasarkan jenis sumber yang dapat dimanfaatkan tersebut, maka dipilihlah jenis teknologi yang sesuai dengan jenis sumber air baku dan yang layak untuk diterapkan, yang mempunyai ciri khusus yaitu teknologi yang sederhana serta murah dalam pengoperasian dan perawatannya. Beberapa parameter fisik yang dapat diukur untuk menentukan kualitas air baku di lapangan secara sederhana adalah sebagai berikut: 6

7 1) Kekeruhan a) Kekeruhan tinggi Kekeruhan > 150 NTU. Kekeruhan tersebut dapat diartikan sebagai air baku yang pada kedalaman kurang dari 50 cm dicelupkan lempengan berwarna putih ukuran 10 cm kali 10 cm sudah tidak masih dapat terlihat. b) Kekeruhan sedang Kekeruhan NTU. Air baku yang pada kedalaman kurang dari 50 cm dicelupkan lempengan berwarna putih ukuran 10 cm kali 10 cm masih dapat terlihat. c) Kekeruhan rendah Kekeruhan < 50 NTU. Air baku yang pada kedalaman 50 cm dicelupkan lempengan berwarna putih ukuran 10 cm kali 10 cm masih dapat terlihat. 2) Rasa Tes rasa air, jika rasa air payau atau asin, maka cek hasil laboratorium terhadap kandungan Klorida, jika hasil laboratorium tidak ada, lihat nilai EC. 3) Warna dan bau Periksa warna dan bau air, jika ditemukan warna dan bau, maka penyebab timbulnya harus diperiksa. Untuk menjamin kualitas air tersebut dapat digunakan sebagai sumber air. b. Topografi 1) Untuk daerah datar atau untuk sumber air yang berada di bawah atau sejajar daerah pelayanan diperlukan pompa. 2) Untuk daerah berbukit atau sumber air yang berada di atas daerah pelayanan dapat digunakan sistem pengaliran dengan gravitasi. c. Debit Sumber air baku harus memiliki kuantitas dan kontinuitas yang baik, artinya sumber air baku tidak mengalami kekeringan selama musim kemarau. Penyadapan air baku harus diambil pada debit rata rata atau debit minimum. 7

8 2. IPAS Permukaan Dalam pembuatan IPAS harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : 1) Bangunan IPAS harus kedap air. 2) Penempatan lokasi IPAS harus bebas dari genangan air. 3) IPAS harus terjamin dalam kontinuitas pengolahan air bersih. 4) Perlu adanya partisipasi masyarakat. 5) Harus ada pengelola IPAS, dimana pengelola tersebut sebelumnya harus mendapatkan pelatihan tentang IPAS. a. IPAS Kekeruhan Tinggi (IPAS Tipe 1) 1) Dapat mengolah air baku dengan kekeruhan lebih besar dari 150 NTU (150 NTU 200 NTU). Kekeruhan tersebut dapat diartikan sebagai air baku yang pada kedalaman kurang dari 50 centimeter dicelupkan lempengan berwarna putih ukuran 10 centimeter kali 10 centimeter sudah tidak masih dapat terlihat) dengan kapasitas pengolahan 0,25 l/dtk (±40 KK). 2) Unit-unit pengolahan terdiri dari intake, kolam penampung, saluran penyadap, sumur pengumpul, pompa, saringan Kasar, dan saringan pasir lambat (SPL). 3) Saringan Kasar terdiri dari 3 tangki ukuran 300 L. Tangki pertama diisi kerikil dengan ukuran mm, tangki kedua diisi kerikil berukuran 8 16 mm, dan tangki ketiga diisi kerikil 4 8 mm. Tinggi media pada setiap tangki adalah 60 cm. 8

9 4) Saringan Pasir Lambat (SPL) SPL berdimensi panjang 3 m, lebar 1,5 m, dan tinggi SPL total 2 m. Tabel 1. 1 Kedalaman Bak SPL No. Kedalaman bak (D) Ukuran ( m ) 1. Tinggi bebas (freeboard) 0,20 2. Tinggi air di atas media pasir 1,00 3. Tebal pasir penyaring 0,60 4. Tebal kerikil penahan 0,10 5. Saluran pengumpul bawah (underdrain) 0,10 J u m l a h 2,00 *Pasir yang digunakan untuk SPL adalah pasir silika dengan ukuran 0,2 0,4 mm. 5) Sistem pengaliran: a) Intake sampai sumur pengumpul menggunakan sistem gravitasi. b) Dari sumur pengumpul sampai menggunakan sistem pemompaan. c) ke SPL menggunakan sistem gravitasi Gambar 2. 1 Skema IPAS Tipe I 9

10 b. IPAS Kekeruhan Sedang (IPAS Tipe 2) 1) Dapat mengolah air baku dengan kekeruhan NTU (Air baku yang pada kedalaman kurang dari 50 centimeter dicelupkan lempengan berwarna putih ukuran 10 centimeter kali 10 centimeter masih dapat terlihat) dengan kapasitas pengolahan 0,25 l/dtk (±40 KK). 2) Unit-unit pengolahan terdiri dari: intake, sumur pengumpul, pompa, tangki penampung, saringan kasar, dan SPL. 3) Saringan kasar terdiri dari 3 tangki ukuran 250 L. Tangki pertama diisi kerikil dengan ukuran mm, tangki kedua diisi kerikil berukuran 8 16 mm, dan tangki ketiga diisi kerikil 4 8 mm. Tinggi media pada setiap tangki adalah 60 cm. 4) SPL SPL berdimensi panjang 3 m, lebar 1,5 m, dan tinggi SPL total 2 m. Tabel 2. 1 Kedalaman Bak SPL No. Kedalaman bak (D) Ukuran ( m ) 1. Tinggi bebas (freeboard) 0,20 2. Tinggi air di atas media pasir 1,00 3. Tebal pasir penyaring 0,60 4. Tebal kerikil penahan 0,10 5. Saluran pengumpul bawah (underdrain) 0,10 J u m l a h 2,00 *Pasir yang digunakan untuk SPL adalah pasir silika berukuran 0,2 0,4 mm. 5) Sistem pengaliran: a) Intake sampai sumur pengumpul menggunakan sistem gravitasi. b) Dari sumur pengumpul ke tangki pengumpul sistem pemompaan dan aerasi sistem spray. Tangki pengumpul ke SPL dengan sistem gravitasi, dari SPL terdapat aerasi sistem spray 10

11 Gambar 2.2 Skema IPAS Tipe 2 c. IPAS Kekeruhan Rendah (IPAS tipe 3) 1) Dapat mengolah air baku dengan kekeruhan di bawah 50 NTU (Air baku yang pada kedalaman 50 centimeter dicelupkan lempengan berwarna putih ukuran 10 centimeter kali 10 centimeter masih dapat terlihat) dengan kapasitas pengolahan 0,25 l/dtk (±40 KK). 2) Unit pengolahan pada lahan yang luas terdiri dari: intake, kolam penampung, Saluran Penyadap, Sumur Pengumpul, Pompa, SPL. Sistem pengaliran: a) Dari penyadap sampai sumur pengumpul menggunakan sistem gravitasi. b) Dari sumur pengumpul sampai SPL menggunakan sistem pemompaan dan aerasi sistem spray. 3) SPL SPL berdimensi panjang 3 m, lebar 1,5 m, dan tinggi SPL total 2 m. Tabel 2. 2 Kedalaman Bak SPL No. Kedalaman bak (D) Ukuran ( m ) 1. Tinggi bebas (freeboard) 0,20 2. Tinggi air di atas media pasir 1,00 3. Tebal pasir penyaring 0,60 4. Tebal kerikil penahan 0,10 5. Saluran pengumpul bawah (underdrain) 0,10 J u m l a h 2,00 *Pasir yang digunakan untuk SPL adalah pasir silika berukuran 0,2 0,4 mm. 11

12 4) Unit pengolahan pada lahan terbatas terdiri dari intake tipe 2, sumur pengumpul, pompa, tangki penampung, SPL. Sistem pengaliran: a) Dari penyadap sampai sumur pengumpul menggunakan sistem gravitasi. b) Dari sumur pengumpul sampai tangki penampung menggunakan sistem pemompaan. c) Dari tangki penampung sampai SPL menggunakan sistem gravitasi dan aerasi sistem spray. Gambar 2.3 Skema IPAS Tipe 3 Lahan Luas Gambar 2.4 Skema IPAS Tipe 3 dengan Lahan Terbatas 12

13 d. IPAS gambut (IPAS tipe 4) 1) Karakteristik air gambut: a) Warna dan kandungan organik tinggi. Warna = PtCo; kandungan organik (KMnO4) = mg/l. b) Kekeruhan dan ph rendah. ph = 3 6; kekeruhan = 3 10 NTU. c) Fe = 0,45 5,96 ppm. 2) Kapasitas pengolahan maksimum 0,25 l/dtk (±40 KK). 3) Unit pengolahan sederhana untuk air gambut terdiri dari intake, koagulasi, flokulasi, sedimentasi, dan filtrasi. 4) Bahan kimia yang dibutuhkan adalah Kapur (60% Ca), koagulan alumunium sulfat, kaogulan natrium sulfat, dan tanah gambut. 5) Koagulasi Pada bak koagulasi dibubuhkan kapur dan koagulan. Penamabahan kapur bertujuan untuk meningkatkan ph sementara penambahan kaporit untuk menghilangkan zat organik dan besi yang mungkin terkandung dalam air gambut. Sedangkan penambahan koagulan dan tanah gambut bertujuan untuk mengikat warna. Tanah gambut merupakan tanah dengan ciri berwarna hitam kelabu, liat, dan tidak tercampur organik. Komposisi pencampuran larutan kapur dan kaporit dapat dilakukan sbb : a) Konsentrasi larutan kapur 5 g/l, atau b) Konsentrasi larutan kapur 5 g/l dan kaporit 5 g/l, atau c) Konsentrasi larutan kapur 10 g/l dan kaporit 5 g/l Dosis koagulan dan komposisi koagulan yang dapat digunakan adalah sbb : a) Tanah gambut mesh 20, mg/l, atau b) Tanah gambut mesh 20, 300 mg/l dan alumunium sulfat 50 mg/l, atau c) Tanah gambut mesh 20, 300 mg/l dan natrium sulfat 60 mg/l Pengadukan dilakukan secara manual. 13

14 6) Flokulasi Flokulasi dilakukan pada 4 tahap dengan arah aliran naik turun. Flokulasi dilakukan pada 4 tangki berkapasitas 120 L yang dihubungkan dengan pipa berdiameter 18 mm. Dilengkapi dengan pipa penguras berdiameter 18 mm 7) Sedimentasi Volume tangki sedimentasi 1200 L dengan diameter 110 cm dan tinggi 130 cm. Tangki diletakan di atas lantai kayu setinggi 1 m dari muka tanah. Lumpur dibuang melalui pipa yang terletak di dasar tangki sedimentasi. 8) Filtrasi Tangki filtrasi berukuran 1200 L dengan media pasir setinggi 60 cm dan kerikil setinggi 30 cm. Gambar 2.5 Pengolahan Air Gambut Sederhana 14

15 e. IPAS Payau / Air Laut (IPAS Tipe 5) 1) Karakteristik air payau / air laut: a) TDS = mg/l b) Klorida = mg/l c) Kadar garam = ppm 2) Pengolahan air payau / air laut dapat dilakukan dengan menggunakan Destilator Surya Atap Kaca (DSAK). 3) Kapasitas DSAK 5 L/hari. 4) Dimensi DSAK (1,0 x 1,5 x 0,6) m. Gambar 2.6 Denah DSAK Gambar 2.7 Tampak Samping DSAK 15

16 3. IPAS Air Tanah (IPAS Tipe 6) IPAS air tanah terdiri dari Bangunan Penangkap Mata Air (PMA), Bak penampung, dan hidran umum. Bentuk PMA tidak mengikat, disesuaikan dengan topografi dan situasi lahan. Bangunan PMA diusahakan berbentuk elips bersudut tumpul atau empat persegi panjang. Pipa keluar (Pipa Out Let) pada bak pengumpul dari bangunan PMA (Penangkap Mata Air) tidak boleh lebih tinggi dari muka air asli sebelum dibangun PMA. Tipe PMA berdasarkan arah aliran: a. Tipe IA : arah aliran artesis terpusat b. Tipe IB : arah aliran artesis tersebar c. tipe IC : arah aliran artesis vertikal d. tipe ID : aliran gravitasi kontak Sedangkan berdasarkan kelengkapan bangunan, yaitu bak penampung, maka jenis PMA terdiri atas: a. Tipe IIA : volume bak penampung 2 x 2 x 1 m 3 b. Tipe IIB : volume bak penampung 2 x 4 x 1 m 3 c. Tipe IIC : volume bak penampung 2 x 5 x 1 m 3 Berdasarkan cara pelayanan (Pengaliran) terdiri dari: a. Pengaliran Mata Air Grafitasi b. Pengaliran Mata Air Pompa a. Ukuran Ukuran bak penampung mata air ditentukan berdasarkan: 1) Debit minimum mata air 2) Besarnya pemakaian dan waktu 3) Asumsi kebutuhan 30 sampai dengan 60 liter per orang per hari 16

17 4) Waktu pengambilan adalah 8 sampai 12 jam sehari sesuai tabel berikut: Tabel 2.3 Ukuran Bak Penampung Mata Air Pelayanan Debit Debit Debit Debit (Orang) < 0,5 0,5-0,8 L/dtk 0,7-0,8 L/dtk > 0,8 L/dtk m 3 2 m 3 2 m 3 2 m m 3 10 m 3 5 m 3 b. Fungsi Fungsi dan komponen bangunan perlindungan mata air sesuai Error! eference source not found.. Tabel 2.4 Fungsi Komponen Bak Penampung Mata Air No Komponen Fungsi 1 Bangunan penangkap air Untuk mengumpulkan air dari mata air. Untuk melindungi air dari pencemaran. 2 Lubang pelimpah Untuk mengalirkan kelebihan air yang ada di dalam bak pelindung mata air. 3 Lubang masuk Untuk memasukkan air dari mata air ke bak penangkap. 4 Lubang keluar Untuk mengalirkan air dari bak penangkap air ke bak penampung atau ke jaringan distribusi. 5 Manhole Untuk pergantian udara. Untuk jalan masuk manusia dalam rangka pemeliharaan. c. Kekuatan Kekuatan struktur yang harus dipenuhi untuk pembuatan bangunan perlindungan mata air sebagi berikut: 1) Bangunan penangkap bagian luar kedap terhadap air dan tahan longsor. 2) Bak penangkap harus kedap air, permukaan bak licin dan tertutup. 3) Lantai saluran drainase harus kedap air. 17

18 C. Bahan 1. Kolam Penampung Tabel 3.1 Kebutuhan Bahan Kolam Penampung No Jenis Bahan Satuan Volume 1 Semen Zak 20 2 Pasir Urug M 3 1,2 3 Pasir Pasang M Pasir beton M 3 2,2 5 Kerikil M 3 0,8 6 Batu Kali M 3 2,2 7 Batu Bata Buah Besi Beton dia. 8 mm Batang 18 9 Besi Beton 6 mm Batang Paku Kg 4 11 Kawat Beton Kg Kayu Bekisting M3 0,5 13 Pipa GIP dia. 3 Batang 2 14 Pipa GIP ¾ Batang 1 15 Bend 90 GIP dia. 3 Buah 4 16 Tee GIP 3 Buah - 17 Kran dia. ¾ Buah 3 18 Dop GIP dim. 3 Buah 1 19 Socket GIP dia. ¾ Buah 3 18

19 2. Sumur Pengumpul Tabel 3.2 Kebutuhan Bahan Sumur Pengumpul No Jenis Bahan Satuan Volume 1 Semen Zak 20 2 Pasir m 3 1,2 3 Buis beton, dia. 1 m buah 3 3. Tangki Penampung Tabel 3.3 Kebutuhan Bahan Tangki Penampung No Jenis Bahan Satuan Volume 1 Tangki 250 L buah 1 2 Kayu m 3 Papan lembar 5 4. Saringan Kasar Tabel 3.4 Kebutuhan Bahan Saringan Kasar No Jenis Bahan Satuan Volume 1 Tangki 300 L (IPAS tipe 1) buah 3 2 Tangki 250 L (IPAS tipe 2) buah 3 3 Kerikil mm m 3 0,2 4 Kerikil 8 16 mm m 3 0,2 5 Kerikil 4 8 mm m 3 0,2 6 Kayu m 7 Papan lembar 19

20 5. SPL Tabel 3.5 Kebutuhan Bahan Saringan Kasar No Jenis Bahan Satuan Volume 1 Tangki 300 L (IPAS tipe 1) buah 3 2 Tangki 250 L (IPAS tipe 2) buah 3 3 Kerikil 16 30mm m 3 0,2 4 Kerikil 8 16 mm m 3 0,2 5 Kerikil 4 8 mm m 3 0,2 6 Kayu m 7 Papan lembar 6. DSAK Tabel 3.6 Kebutuhan Bahan Modul DSAK No. Unit Bahan Volume 1. Penampung Air - Pipa PVC ( ) mm 1 meter Baku - Dop ( ) mm 2 buah - Corong pengisian disambung di pipa 1 buah PVC 100 mm - Selang indikator 10 mm 1 meter - Kran plastik 12,7 mm 2 buah 2. Kolektor Arang kayu/arang batok kelapa dengan 10 kg diameter (0,2-0,5) mm 3. Wadah Kolektor - Pipa orifice/berlubang pipa 25 mm, 1,5 meter diameter lubang 3 mm, jarak antar lubang yang dekat dari sumber air baku 100 mm, jarak antar lubang jauh dari sumber air baku semakin rapat (50 mm). - Alternatif bahan: o Triplek ketebalan 3 mm 1 lembar o FRP ketebalan 4 mm 1 lembar o Papan dengan panjang 3 m, 7 lembar ketebalan 20 mm 4. Kondensor Kaca bening dengan ketebalan (3-5) 1,5 m x 1 m mm Karet AC tebal 10 mm, lebar 20 mm 3 kg 5. Saluran Kondensat Alumunium plat dengan ketebalan 3 mm 1,4 m x 50 mm x 75 mm 6. Destilator Kotak kayu segi empat panjang 1,5 m x 1,0 m x 0,6 m 20

21 7. Pelapis Bak Aluminium koran dengan tebal 3 mm 1 rol Destilator 8. Isolator Styrofoam ketebalan 20 mm 1,5 m x 1,0 m 9. Rangka - Besi siku m Penyangga - Mur dan baut ukuran diameter 6 40 buah mm, panjang 30 mm - Cat besi ¼ kg 10. Paku Panjang 1-5 cm 0,5-1 kg 11. Pengikat Tabung Besi plat 2 mm x 3 cm, diameter (100-2 buah 150) mm 12. Penampung Air Olahan Jerigen plastik 10 L 1 buah 7. PMA a. Bangunan penangkap mata air 1) Semen portland, harus mempunyai kehalusan dan sifat ikat yang baik yang sesuai dengan SNI IS tentang Mutu dan cara Uji Semen Portland 2) Pasir beton, harus bersih, berbutir tajam dan keras 3) Kerikil, harus bersih dan keras 4) Besi beton, harus bersih dan tidak berkarat 5) Air, harus bersih dan bebas dari minyak 6) Batu bata 7) Pipa dan perlengkapannya 8) Bahan elemen konstruksi dan pelengkap yang digunakan untuk pembuatan bangunan perlindungan mata air sesuai tabel berikut: Tabel 3. 7 Bahan Elemen PMA No Elemen Bahan Yang Digunakan 1 Lantai dasar/ pondasi 1 semen 2 : pasir : 3 kerikil 2 Dinding 1 semen 2 : pasir : 3 kerikil 3 Penutup 1 semen 2 : pasir : 3 kerikil 21

22 b. Bangunan Penampung Air Kebutuhan bahan untuk bangunan penampung air seperti tertera pada Tabel 3.8. Tabel 3.8 Kebutuhan Bahan Bangunan PMA Volume No Jenis Bahan Satuan Tipe II A Tipe II B Tipe II C 1 Semen Zak Pasir Urug M3 0,64 1,17 1,42 3 Pasir Pasang M3 2,85 3,6 4,20 4 Pasir beton M3 1, Kerikil M ,8 1,2 6 Batu Kali M3 2,2 3,00 3,40 7 Batu Bata Buah Besi Beton diameter Batang mm 9 Besi Beton 6 mm Batang Paku Kg Kawat Beton Kg Kayu Bekisting M3 0,3 0,6 0,8 13 Pipa GIP dia. 3 Batang Pipa GIP ¾ Batang Bend 90 GIP dia. 3 Buah Tee GIP 3 Buah Kran dia. ¾ Buah Dop GIP dim. 3 Buah Socket GIP dia. ¾ Buah

23 8. Bangunan Hidran Umum Kebutuhan bahan untuk bangunan hidran umum dapat dilihat pada Tabel 3.9. Tabel 3.9 Kebutuhan Bahan Bangunan Hidran Umum No Jenis Bahan Satuan Volume 1 Semen Zak 10 2 Pasir Urug M3 0,8 3 Batu Kali M3 2,5 4 Pipa GIP dia. 3 Batang Tergantung jarak 5 Pipa GIP ¾ Batang 1 6 Bend 90 GIP dia. 3 Buah 2 7 Tee GIP 3 Buah - 8 Kran dia. ¾ Buah 3 9 Socket GIP dia. ¾ Buah 3 10 Tangki Fiber Kapasitas 4 m3 Buah 2 D. Peralatan Peralatan yang harus tersedia adalah sebagai berikut : 1) Kunci pipa 2) Gergaji 3) Palu 4) Pembersih 5) Peralatan untuk pembuatan adukan pasangan 6) Waterpass 7) Meteran 8) Ayakan pasir 9) Benang 10) Ember 11) Tang 12) Cangkul dan Sekop 23

24 E. Pelaksanaan 1. Kolam Penampung a. Gali tanah untuk kolam penampung di lokasi penyadapan yang telah ditetapkan di sebelah sumber air (sungai). Panjang kolam penampung adalah 4 m dan lebar 3 m, sedang kedalaman minimal adalah 100 cm dari pipa penyadap. Sisi kolam dibentuk agar mempunyai kemiringan. b. Padatkan sisi kolam penampung. 2. Sumur Pengumpul a. Gali tanah dengan diameter lebih besar dari buis beton dengan kedalaman minimal 1 meter dari dasar kolam penampung. b. Lubangi sisi-sisi buis yang menghadap ke saluran penyadap. c. Buatlah adukan dengan ukuran 1 Pc : 3 ps untuk memperbaiki buis beton. d. Susunlah buis beton satu per satu. e. Pasanglah pompa beserta perpipaannya. 3. Tangki penampung IPAS Tipe 1, IPAS Tipe 2, dan IPAS Tipe 4 a. Rakitlah kayu sesuai dengan gambar untuk tempat dudukan tangki dengan ketinggian lebih tinggi dari saringan kasar, seperti pada gambar 8 dan gambar 9. b. Pasang kawat kasa pada tangki penampung sesuai dengan gambar. c. Letakkan tangki pada dudukan, seperti pada gambar 9. d. Rakitlah perpipaan untuk aerasi. e. Pasanglah pompa beserta perpipaannya. 4. Saringan Kasar IPAS Tipe 1 dan Tipe 2 a. Rakit kayu untuk tempat dudukan tangki. b. Letakkan tangki pada dudukan yang telah disediakan. c. Rakit perpipaan untuk pipa masuk, keluar dan penguras. d. Susunlah tangki dalam dudukan dan masukan pecahan batu dalam tangki 1 sampai dengan tangki 5. 24

25 5. Saringan Pasir Lambat a. Gali tanah dengan kedalaman 85 cm dan lebar 80 cm. b. Buat adukan dengan perbandingan 1 pc : 4 ps. c. Pasang lantai pasir padat setebal 10 cm. d. Pasang batu kosong. e. Pasang pondasi pasangan batu kali yang terbuat dari bahan batu kali dengan campuran 1 semen : 3 pasir hingga ketinggian yang telah ditetapkan. f. Isi lubang bekas galian pondasi dengan tanah urug. g. Rakit pembesian untuk slop beton sepanjang pondasi berukuran 15 cm x 15 cm. h. Rakit pembesian (ukuran tulangan 15 cm x 15 cm) untuk tiang disetiap sudut pondasi hingga mencapai ketinggian bak (1,3 m). i. Buat cetakan dari papan untuk mencetak adukan pada slop beton dan tiang beton. j. Tuangkan campuran beton dengan campuran beton 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil pada cetakan tersebut. k. Biarkan beton sampai kering untuk memudahkan pekerjaan selanjutnya. l. Buka cetakan kayu pada slop beton dan tiang beton bila betonan sudah kering (± 2 hari). m. Pasang dinding bak dengan kontruksi batu bata hingga mencapai ketinggian bak. n. Buat lubang-lubang pada dinding bak penampung untuk memasang pipa outlet, penguras, peluap dan kran diameter ½ inchi sebanyak 4 buah. o. Tutup celah-celah bekas pemasangan pipa-pipa pada butir 10 dengan mortar semen, campuran 1 semen : 2 pasir. p. Plester dinding bak dengan adukan campuran 1 semen : 2 pasir. q. Biarkan kering selama satu hari dan lakukan pemlesteran. r. Pasang plat besi berlubang dan pipa underdrain di bagian dasar bak SPL. s. Masukan kerikil sebagai dasar media. t. Masukan media pasir sedalam 60 cm. u. Rakit perpipaan aerasi pada bangunan SPL. v. Tutup SPL dengan menggunakan papan dan atau dengan sejenisnya. 25

26 6. IPAS Gambut a. Pasang cerucuk. b. Rakit kayu untuk tempat IPAS gambut dengan papan sebagai dudukannya sesuai gambar 9. c. Tempatkan tangki koagulasi pada dudukan kayu paling atas. d. Lengkapi tangki koagulasi dengan pengaduk. e. Pasang pipa outlet di dasar tangki. f. Pasang tangki flokulasi pada dudukan kayu yang kedua dari atas. g. Lengkapi tangki flokulasi dengan pipa inlet dan outlet. Pada tangki pertama, pipa inlet diletakan di bagian bawah tangki dan pipa outlet diletakan di bagian atas tangki untuk masuk ke tangki kedua. Pasang pipa outlet untuk tangki kedua di bagian bawah tangki untuk masuk ke tangki ketiga. Pada tangki ketiga, pasang pipa outlet pada bagian atas tangki untuk masuk ke tangki keempat. Pada tangki keempat, pasang pipa outlet di bagian bawah tangki untuk masuk ke tangki sedimentasi. h. Pasang tangki sedimentasi pada dudukan kayu yang ketiga dari atas. i. Pipa inlet sedimentasi merupakan pipa outlet dari tangki keempat flokulasi dan dipasang di dasar tangki sedimentasi. j. Pipa inlet sedimentasi yang berada di dalam tangki dilubangi agar aliran tersebar merata. Bagian pipa yang berlubang dipasang menghadap ke bawah. k. Pasang pipa inlet di bagian atas tangki sedimentasi. l. Sambung pipa inlet dengan pipa drain yang dipasang katup. m. Pasang tangki filter pada dudukan kayu yang paling bawah. n. Pasang pipa inlet filter. Pipa inlet filter merupakan pipa outlet dari tangki sedimentasi dan dipasang di dasar tangki filter. o. Lubangi pipa inlet yang berada di bagian dalam tangki filter. p. Masukan kerikil sebagai media dasar setinggi 20 cm. q. Masukan pasir 0,14 0,2 mm dengan ketinggian 50 cm. r. Pasang pipa outlet tangki filter di bagian atas tangki. 26

27 7. DSAK a. Pekerjaan Persiapan 1) Tentukan lokasi/tempat DSAK. 2) Siapkan semua peralatan yang akan digunakan. b. Pekerjaan Pembuatan dan Pemasangan DSAK 1) Buat dudukan DSAK dari pasangan batu bata atau batu pecah 1 pc: 3 ps atau beton bertulang campuran 1 pc : 2 ps : 3 krl. 2) Buat unit pengumpul kalor (kolektor) sesuai dengan kriteria dalam Error! eference source not found..1. Tabel 5.1 Kriteria Perencanaan Pengumpul Kalor DSAK No. Unit Kriteria Bahan 1. Media Penyerap Kalor 2. Media Penerus Kalor 3. Diameter Media Ketebalan Absorpsivitas: 69 71% Temperatur : C Emisivitas: 9% (0,2 0,5) mm (30,0 50,0) mm Digunakan arang kayu/arang batok kelapa Digunakan arang kayu/arang batok kelapa 27

28 3) Buat unit kaca penutup (kondensor) sesuai kriteria dalam Error! Reference source not ound.5.2. Tabel 5. 2 Kriteria Perencanaan Kaca Penutup (Kondensor) DSAK No. Unit Kriteria Bahan 1. Kolektor radiasi Emisivitas : 94% Digunakan kaca Temperatur : C bening/polos tebal 2. Media Emisivitas : 94% (3-5) mm kondensasi Temperatur : 72 o C Digunakan kaca (dibawah temperatur bening/polos tebal media pengumpul (3-5) mm kalor) Kaca penutup diletakkan pada bagian atas kotak kayu dengan kemiringan (15-30), panjang 1,5 meter dan lebar 1,0 meter, serta dipasang karet AC dan penjepit kaca. Pada bagian bawah kaca sebelah dalam, tepatnya di atas saluran kondensat, dilekatkan pipa PVC supaya kondensat yang turun mengikuti kemiringan kaca dapat jatuh tepat ke saluran kondensat. 28

29 4) Buat saluran kondensat (kanal) sesuai kriteria dalam Error! Reference source ot found Tabel 5.3 Kriteria Perencanaan Saluran Kondensat DSAK No. Unit Kriteria Bahan 1. Saluran Induk Kondensat Material: tahan korosi ringan tahan panas mudah dibentuk 2. Saluran Lateral Material: Kondensat tahan korosi ringan tahan panas mudah dibentuk 3. Kemiringan Angka kemiringan Saluran saluran (S) = 2% 4. Volume Saluran Dapat menampung produksi kondensat ml/m 2 /jam. Digunakan aluminium plat tebal 3 mm. Digunakan aluminium plat tebal 3 mm. Untuk saluran: induk lateral kondensat Untuk saluran: induk lateral kondensat Saluran ini ditempelkan pada kotak kayu bagian bawah dengan kemiringan 2%, supaya kondensat yang jatuh dari kaca kondensor dengan cepat akan mengalir ke penampung kondensat. Saluran kondensat berbentuk U, dari bahan aluminium plat, dengan panjang saluran 1,4 meter, lebar 50 mm, dan tinggi 75 mm. 29

30 5) Buat kotak kayu (destilator) sesuai dengan kriteria dalam. Tabel 5.4 Kriteria Perencanaan Kotak Destilator DSAK No. Unit Kriteria Bahan 1. Kotak kayu Material: cukup kuat tidak berubah bentuk bila kena panas tidak mudah lapuk 2. Saluran Material: kondensat dan tahan korosi media ringan tahan panas mudah dibentuk Digunakan papan kayu dengan ketebalan (20-30) mm atau multiplek dengan ketebalan 18 mm Digunakan aluminium koran dengan ketebalan 3 mm Kotak kayu berbentuk segi empat panjang, dengan panjang 1,5 meter, lebar 1,0 meter, dan tinggi 0,6 meter. Kotak destilator bagian dalam dilapisi aluminium koran. 6) Buat sistem isolasi sesuai kriteria perencanaan dalam Tabel 5.5 Kriteria Perencanaan Sistem Isolasi DSAK No. Unit Kriteria Keterangan 1. Sistem isolasi Material: cukup kuat dapat menahan panas tidak menyerap uap air harga relatif murah emisivitas rendah (1 5)% Digunakan bahan Styrofoam, panjang 1,5 m, lebar 1,0 m, tebal 20 mm 30

31 7) Buat bak penampung air baku Bak penampung air baku terbuat dari bahan pipa PVC, dengan diameter mm, dan volume penampungan 6,25 liter. 8) Buat bak penampung air olahan 9) Bak penampung air minum hasil olahan modul DSAK dapat berupa jerigen atau ember kapasitas 10 Liter. 8. PMA a. Pekerjaan persiapan Pekerjaan persiapan harus dilakukan sebagai berikut: 1) Siapkan peralatan dan bahan sesuai yang disebutkan di atas. 2) Bersihkan dengan hati-hati lokasi sumber air yang akan dibangun dari daundaun, kayu dan lain lain agar aliran air tidak tertutup atau tersumbat. 3) Lakukan pematokan untuk menetapkan posisi bangunan sesuai petunjuk dalam gambar perencanaan. b. Pekerjaan konstruksi bangunan penangkap air 1) Penggalian tanah a) Pasang patok (dari bambu atau kayu) sesuai ukuran bangunan PMA yang akan dibangun. b) Gali tanah untuk meratakan dasar lokasi bangunan PMA pondasi 2) Pemasangan pondasi Pemasangan pondasi dilakukan sebagai berikut : a) Buat patok dari bambu atau kayu sesuai ukuran badan pondasi dan dipasang pada jarak 30 cm dari ujung. b) Hubungkan patok yang satu dengan yang lain dengan benang/tali hingga mempunyai ketinggian yang sama. c) Gali tanah untuk pondasi hingga kedalaman 60 cm pada lereng tebing dan 30 cm pada sisi lain dari bak PMA. d) Pasang lantai pasir padat setebal 10 cm. 31

32 e) Pasang pondasi pasangan batu kali yang terbuat dari bahan batu kali dengan campuran 1 semen : 4 pasir hingga ketinggian yang telah ditetapkan. f) Isi lubang bekas galian pondasi dengan tanah urug. 3) Pemasangan Dinding a) Lakukan pemasangan batu kali dengan adukan 1 semen : 4 pasir. b) Pasang pipa peluap sekitar cm dari permukaan dinding atas dan pipa keluar yang menembus dinding pada bagian dasar lantai setinggi cm. 4) Pemasangan Tutup dan Lubang Pemeriksa Pemasangan tutup dan lubang pemeriksa dilakukan sebagai berikut: a) Pasang bekisting untuk pembuatan tutup bangunan PMA. b) Pasang cetakan (terbuat dari bahan triplek) di atas bekisting. c) Susun pembesian ukuran 8 mm - 15 mm yang telah dirakit, sesuai ukuran tutup bangunan PMA yang akan dicor di atas cetakan. d) Pasang pipa udara pada bagian yang telah ditentukan sebelum dicor. e) Ganjal batu setebal 2-3 cm diseluruh bidang di bawah pembesian. f) Buat sekat ukuran 60 cm X 60 cm dari kayu tipis pada bagian tutup bak kontrol. g) Lakukan pengecoran dengan memasukkan adukan dengan perbandingan 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil sambil dirojok agar seluruh bidang terisi dan pembesian tertutup rata. h) Buat cetakan untuk tutup lubang pemeriksa (man hole). i) Pasang pembesian untuk tutup lubang pemeriksa dan lengkapi dengan pegangan yang terbuat dari besi ¾ inchi. j) Cor tutup beton dengan ketebalan kurang lebih 10 cm, biarkan hasil pengecoran 3 sampai 4 hari (sampai kering). k) Plester tutup bak dengan adukan perbandingan 1 pasir : 2 semen 32

33 5) Pemasangan Turap a) Buat turap dari batu kali dibagian dinding sepanjang bangunan PMA dengan perbandingan adukan 1 cemen : 2 pasir b) Buat badan saluran yang terbuat dari batu kali dengan perbandingan adukan 1 semen : 4 pasir c) Plester badan saluran dengan perbandingan adukan 1 semen : 2 pasir 6) Penyambungan Pipa a) Sambungkan pipa peluap dengan pipa keluar b) Sambungkan pipa keluar sampai ke bak penampung c. Pekerjaan konstruksi bak penampung Pekerjaan konstruksi bak penampung dikerjakan sebagai berikut: a) Gali tanah untuk pondasi 60 cm pada lereng dan pada dinding 30 cm. b) Lapisi dengan pasir padat dan batu kosong di bawah pondasi. c) Pasang pondasi dan urug pinggir pondasi dengan tanah urug. d) Pasang lantai beton bak penampung. e) Pasang tiang beton pada setiap sudut bak setinggi bak. f) Pasang dinding bak dengan konstruksi batu bata dan pasang pipa masuk diameter 3 inchi dan pipa keluar (untuk pengaliran ke daerah pelayanan) diameter 3 inchi, serta pipa untuk kran diameter ¾ inci. g) Plester dinding luar bak penampung setebal 1 sampai 1,5 cm dengan perbandingan adukan 1 semen : 2 pasir. h) Pasang bekisting untuk pembuatan tutup bak. Pasang cetakan terbuat dari bahan triplek) di atas bekisting. Susun pembesian ukuran 8 mm - 15 mm yang telah dirakit, sesuai ukuran tutup bak penampung. Pasang pipa udara pada bagian yang telah ditentukan dan buat sekat ukuran 60 cm x 60 cm dari kayu tipis pada bagian tutup bak kontrol. i) Lakukan pengecoran dengan memasukkan adukan dengan perbandingan 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil sambil dirojok agar seluruh bidang tutup bak penampung terisi dan pembesian tertutup rata. 33

34 j) Pasang plat tutup bak dengan konstruksi beton tulang dan pasang pipa udara serta tutup lubang kontrol. k) Plester bagian permukaan setelah pengecoran kering. l) Pasang peralatan dibagian samping tempat kran air. m) Pasang saluran pembuangan dengan konstruksi batu bata. d. Pekerjaan Konstruksi Hidran Umum 1) Pekerjaan Pondasi dan Tangki Air a) Buat lingkaran pada tanah di lokasi Hidran Umum dengan diameter (lingkaran) luar 2,20 meter. b) Gali tanah untuk pondasi berbentuk lingkaran dengan lebar diameter luar 2,2 m dan diameter dalam 0,6 m dengan kedalaman 60 cm. c) Lapisi dengan pasir padat setebal 5 cm. d) Pasang batu kosong sepanjang lingkaran e) Pasang pondasi dari batu kali dengan adukan 1 semen : 4 pasir di atas pasangan batu kosong. Urug pinggir pondasi dengan tanah urug dan padatakan. f) Lanjutkan pemasangan pondasi hingga mencapai ketinggian 50 cm dari muka tanah. g) Urug celah antar pondasi dengan tanah urug dan padatkan hingga ketinggian 50 cm dari muka tanah sejajar dengan tinggi pondasi yang mengelilinginya. h) Buat campuran beton tumbuk dengan perbandingan 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil. i) Buat lantai kerja dengan cara menuangkan campuran beton tumbuk setebal 5 cm di atas pondasi dan lahan yang dibatasi oleh pondasi. Ratakan lantai kerja dengan roskam (alat perata dari kayu). j) Biarkan lantai beton sampai kering. 34

35 k) Pasang tangki fiber di atas pondasi tersebut dan pasang pipa masuk (besi/gi) dengan diameter 1 inchi dan pipa keluar untuk kran diameter ¾ inci sebanyak 4 unit. 2) Pekerjaan Lantai dan Saluran Pembuangan Air a) Kupas (gali) tanah dasar 1/3 lingkaran sepanjang 1,20 m dari sisi (pinggir) pondasi dengan kedalaman 20 cm. b) Lapisi dengan pasir padat setebal 5 cm. c) Pasang batu kali atau batu bata dengan adukan 1 semen : 4 pasir. d) Tuangkan campuran beton setebal 3 cm dan ratakan dengan roskam (alat perata dari kayu). e) Pasang saluran pembuangan dengan konstruksi pasangan batu dengan jarak 1,5 m dari hidran umum. 35

-1- KETENTUAN TEKNIS SPAM BJP

-1- KETENTUAN TEKNIS SPAM BJP -1- LAMPIRAN IV PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM KETENTUAN TEKNIS SPAM BJP 1. JENIS SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

Lebih terperinci

Lantai Jemuran Gabah KATA PENGANTAR

Lantai Jemuran Gabah KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Guna menunjang program pemerintah dalam penyediaan infrastruktur perdesaan, Puslitbang Perumahan dan Permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Lebih terperinci

#% $ #% &# ' # (#&!"# '!") $## *! % +#&!"# $ %!&!!&!'!! " (!) "

#% $ #% &# ' # (#&!# '!) $## *! % +#&!# $ %!&!!&!'!!  (!) *!!" #"$ #% $ #% &# ' # (#&!"# '!") $## *!"$% *! % +#& (!) " + ( " " " # #) # #$ & " + * ' (!) "" "$ #, - ( $ "$ #& &./ 0$#$$1 /!&! $ & # $#$# $,# $ $!$$&# / )"!! #"# ' #! $ # (!$ $( $" $ #, #, / )"!!

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Sumur Gali

KATA PENGANTAR. Sumur Gali KATA PENGANTAR Guna menunjang program pemerintah dalam penyediaan infrastruktur perdesaan, Puslitbang Perumahan dan Permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Lebih terperinci

Pengolahan Air Gambut sederhana BAB III PENGOLAHAN AIR GAMBUT SEDERHANA

Pengolahan Air Gambut sederhana BAB III PENGOLAHAN AIR GAMBUT SEDERHANA Pengolahan Air Gambut sederhana BAB III PENGOLAHAN AIR GAMBUT SEDERHANA 51 Nusa Idaman Said III.1 PENDAHULUAN Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu

Lebih terperinci

Pasal 6 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Pasal 6 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PEMANFAATAN AIR HUJAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa air hujan merupakan sumber air yang dapat dimanfaatkan

Lebih terperinci

Tata cara perencanaan dan pemasangan tangki biofilter pengolahan air limbah rumah tangga dengan tangki biofilter

Tata cara perencanaan dan pemasangan tangki biofilter pengolahan air limbah rumah tangga dengan tangki biofilter Tata cara perencanaan dan pemasangan tangki biofilter pengolahan air limbah rumah tangga dengan tangki biofilter 1 Ruang lingkup Tata cara ini mencakup persyaratan, kriteria perencanaan dan cara pemasangan

Lebih terperinci

Saringan Rumah Tangga ( SARUT )

Saringan Rumah Tangga ( SARUT ) Modul Diseminasi Hasil Litbang Bidang Permukiman Saringan Rumah Tangga ( SARUT ) Tim Penyusun : Ir.Ida Yudiarti,M.Si Moh.Tohir,ST,MT Medawati,ST,MT Tim Penyunting : Ir.Rahim Siahaan,CES Lia Yulia Iriani,SH,MSi

Lebih terperinci

MODUL SOSIALISASI DAN DISEMINASI STANDAR PEDOMAN DAN MANUAL PENAMPUNGAN AIR HUJAN

MODUL SOSIALISASI DAN DISEMINASI STANDAR PEDOMAN DAN MANUAL PENAMPUNGAN AIR HUJAN MODUL SOSIALISASI DAN DISEMINASI STANDAR PEDOMAN DAN MANUAL PENAMPUNGAN AIR HUJAN MODUL SOSIALISASI DAN DISEMINASI STANDAR PEDOMAN DAN MANUAL PENAMPUNGAN AIR HUJAN. PENAMPUNGAN AIR HUJAN Cetakan 1-2014

Lebih terperinci

TATA CARA PEMANFAATAN AIR HUJAN

TATA CARA PEMANFAATAN AIR HUJAN Lampiran Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 12 Tahun 2009 Tanggal : 15 April 2009 TATA CARA PEMANFAATAN AIR HUJAN I. Pendahuluan Dalam siklus hidrologi, air hujan jatuh ke permukaan bumi,

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di 22 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan 20 22 Maret 2013 di Laboratorium dan Perbengkelan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

PENYARINGAN (FILTRASI) AIR DENGAN METODE SARINGAN PASIR CEPAT

PENYARINGAN (FILTRASI) AIR DENGAN METODE SARINGAN PASIR CEPAT MODUL: PENYARINGAN (FILTRASI) AIR DENGAN METODE SARINGAN PASIR CEPAT I. DESKRIPSI SINGKAT A ir dan sanitasi merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia, karena itu jika kebutuhan tersebut

Lebih terperinci

Tata cara perencanaan sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan

Tata cara perencanaan sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan Pt T-22-2000-C PETUNJUK TEKNIS Tata cara perencanaan sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH 1 KATA PENGANTAR Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kualitas Air Pengujian kualitas air dilakukan di Laboratorium Dinas Kesehatan Purwokerto terhadap sampel air yang diambil dari mata air Clikutuk Desa Sunyalangu Kecamatan

Lebih terperinci

MODUL SOSIALISASI DAN DISEMINASI STANDAR PEDOMAN DAN MANUAL SUMUR GALI

MODUL SOSIALISASI DAN DISEMINASI STANDAR PEDOMAN DAN MANUAL SUMUR GALI MODUL SOSIALISASI DAN DISEMINASI STANDAR PEDOMAN DAN MANUAL SUMUR GALI MODUL SOSIALISASI DAN DISEMINASI STANDAR PEDOMAN DAN MANUAL SUMUR GALI SUMUR GALI Cetakan 1-2014 Modul disusun oleh : Ir. Sri Darwati,

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM BAB I DESKRIPSI 1.1 Ruang lingkup Tatacara ini meliputi ketentuan-ketentuan, cara pengerjaan bangunan utama

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Tahapan Penelitian Tahap awal dalam melakukan penelitian ini dimulai dari studi pustaka yaitu mencari data serta informasi yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilaksanakan.

Lebih terperinci

Dasar-Dasar Rumah Sehat KATA PENGANTAR

Dasar-Dasar Rumah Sehat KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Guna menunjang program pemerintah dalam penyediaan infrastruktur perdesaan, Puslitbang Perumahan dan Permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Lebih terperinci

BAB V PONDASI TELAPAK

BAB V PONDASI TELAPAK BAB V PONDASI TELAPAK I. METODA KONSTRUKSI PONDASI SETEMPAT A. Urutan Kegiatan Pekerjaan Pondasi Setempat Metoda konstruksi untuk pekerjaan pondasi setempat yaitu: 1. Penggalian tanah pondasi 2. Penulangan

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH (SPAB)

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH (SPAB) KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH (SPAB) DIREKTORAT JENDERAL PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL KEMENTERIAN DESA,PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

DRUM AIR CARA KERANGKA KAWAT (KAPASITAS 300 LITER)

DRUM AIR CARA KERANGKA KAWAT (KAPASITAS 300 LITER) DRUM AIR CARA KERANGKA KAWAT (KAPASITAS 300 LITER) 1. PENDAHULUAN Untuk daerah tropis seperti Indonesia, sebuah keluarga akan membutuhan puluhan liter air bersih per hari untuk minum, membasuh mulut, mencuci,

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA

PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA NOMOR: 111/KPTS/CK/1993 TANGGAL 28 SEPTEMBER 1993 TENTANG: PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA A. DASAR DASAR PERENCANAAN BANGUNAN TAHAN GEMPA

Lebih terperinci

BAK PENAMPUNGAN AIR BAMBU SEMEN (KAPASITAS LITER)

BAK PENAMPUNGAN AIR BAMBU SEMEN (KAPASITAS LITER) BAK PENAMPUNGAN AIR BAMBU SEMEN (KAPASITAS 2.500 LITER) 1. PENDAHULUAN Untuk daerah tropis seperti Indonesia, sebuah keluarga akan membutuhan puluhan liter air bersih per hari untuk minum, membasuh mulut,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli Oktober 2015 dengan tempat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli Oktober 2015 dengan tempat 16 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli Oktober 2015 dengan tempat penelitian yang berbeda. Untuk pembuatan cetakan dan mortar dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

DAFTAR ANALISA SNI HARGA SATUAN PEKERJAAN

DAFTAR ANALISA SNI HARGA SATUAN PEKERJAAN DAFTAR ANALISA SNI HARGA SATUAN PEKERJAAN ANALISA BIAYA KONSTRUKSI PEKERJAAN PERSIAPAN SNI.01.2.6.1 1 m² Membersihkan lapangan dengan peralatan 0,1000 Oh Pekerja Rp. - - 0,0500 Oh Mandor Rp. - - SNI.01.2.6.

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEMANFAATAN AIR HUJAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN. tinggi dapat menghasilkan struktur yang memenuhi syarat kekuatan, ketahanan,

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN. tinggi dapat menghasilkan struktur yang memenuhi syarat kekuatan, ketahanan, BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT YANG 4.1. Tinjauan Bahan dan Material Bahan dan material bangunan merupakan elemen terpenting dari suatu proyek pembangunan, karena dari berbagai macam bahan dan

Lebih terperinci

BAB VIII RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)

BAB VIII RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) BAB VIII RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) Dalam merencanakan suatu proyek, adanya rencana anggaran biaya merupakan hal yang tidak dapat diabaikan. Rencana anggaran biaya disusun berdasarkan dimensi dari bangunan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Potensi Kualitas Air Potensi kualitas mata air Mulang dihasilkan dari uji laboratorium Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas. Hasil analisis dari ketiga mata air Mulang Desa

Lebih terperinci

GENTONG PENAMPUNGAN CARA CETAKAN (KAPASITAS 250 LITER)

GENTONG PENAMPUNGAN CARA CETAKAN (KAPASITAS 250 LITER) GENTONG PENAMPUNGAN CARA CETAKAN (KAPASITAS 250 LITER) 1. PENDAHULUAN Untuk daerah tropis seperti Indonesia, sebuah keluarga akan membutuhan puluhan liter air bersih per hari untuk minum, membasuh mulut,

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN BENDUNGAN

METODE PELAKSANAAN BENDUNGAN METODE PELAKSANAAN BENDUNGAN 1. Saluran Bangunan Pelimpah (Spillway) dan peredam energi Gambar 1. Layout Spillway Pekerjaan pembangunan bangunan pelimpah (spillway) adalah sebagai berikut : Pekerjaan Tanah

Lebih terperinci

ANALISA HARGA SATUAN KEGIATAN KONSTRUKSI PEMERINTAH KOTA MADIUN TAHUN ANGGARAN 2016

ANALISA HARGA SATUAN KEGIATAN KONSTRUKSI PEMERINTAH KOTA MADIUN TAHUN ANGGARAN 2016 - 1 - LAMPIRAN II : KEPUTUSAN ALIKOTA MADIUN NOMOR : 050-401.012/ /2015 TANGGAL : ANALISA KEGIATAN KONSTRUKSI PEMERINTAH KOTA MADIUN TAHUN ANGGARAN 2016 KODE BARANG URAIAN KEGIATAN KOEF 2.01 HSPK FISIK

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH KERANGKA ACUAN KERJA ( TERM OF REFERENCE TOR ) KEGIATAN KEGIATAN PEMBANGUNAN SUMUR BOR DI DAERAH RAWAN KERING

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH KERANGKA ACUAN KERJA ( TERM OF REFERENCE TOR ) KEGIATAN KEGIATAN PEMBANGUNAN SUMUR BOR DI DAERAH RAWAN KERING PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH KERANGKA ACUAN KERJA ( TERM OF REFERENCE TOR ) KEGIATAN KEGIATAN PEMBANGUNAN SUMUR BOR DI DAERAH RAWAN KERING DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN

Lebih terperinci

MODUL SOSIALISASI DAN DISEMINASI STANDAR PEDOMAN DAN MANUAL PERLINDUNGAN MATA AIR

MODUL SOSIALISASI DAN DISEMINASI STANDAR PEDOMAN DAN MANUAL PERLINDUNGAN MATA AIR MODUL SOSIALISASI DAN DISEMINASI STANDAR PEDOMAN DAN MANUAL PERLINDUNGAN MATA AIR MODUL SOSIALISASI DAN DISEMINASI STANDAR PEDOMAN DAN MANUAL PERLINDUNGAN MATA AIR PERLINDUNGAN MATA AIR Cetakan 1-2014

Lebih terperinci

PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK

PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK A. DEFINISI - Pengangkutan Pekerjaan pemindahan pipa dari lokasi penumpukan ke

Lebih terperinci

1. INSTALASI SISTEM SANITASI DAN PLAMBING BANGUNAN

1. INSTALASI SISTEM SANITASI DAN PLAMBING BANGUNAN 1. INSTALASI SISTEM SANITASI DAN PLAMBING BANGUNAN Topik kajian dalam modul ini hanya terbatas pada Instalasi Plambing Air Bersih, Air Panas, Uap, Air Kotor/Air Kotoran, Ven dan Air Hujan. Sebelum tahapan

Lebih terperinci

DINDING DINDING BATU BUATAN

DINDING DINDING BATU BUATAN DINDING Dinding merupakan salah satu elemen bangunan yang berfungsi memisahkan/ membentuk ruang. Ditinjau dari segi struktur dan konstruksi, dinding ada yang berupa dinding partisi/ pengisi (tidak menahan

Lebih terperinci

Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (PAM BM) 5. Pembangunan prasarana dan sarana

Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (PAM BM) 5. Pembangunan prasarana dan sarana Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (PAM BM) 5. Pembangunan prasarana dan sarana Pd T-09-2005-C 1 Ruang lingkup Pedoman ini ini meliputi tata cara pemilihan jenis, perencanaan, pelaksanaan fisik dan

Lebih terperinci

SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN - SETEMPAT (Jamban Sehat Ramah Lingkungan) TANGKI SEPTIK DENGAN UP-FLOW FILTER

SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN - SETEMPAT (Jamban Sehat Ramah Lingkungan) TANGKI SEPTIK DENGAN UP-FLOW FILTER SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN - SETEMPAT (Jamban Sehat Ramah Lingkungan) TANGKI SEPTIK DENGAN UP-FLOW FILTER KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL CIPTA

Lebih terperinci

PENINGKATAN KINERJA SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH PEDESAAN DI DUSUN DURENAN DESA PETUNGSEWU KECAMATAN WAGIR KABUPATEN MALANG

PENINGKATAN KINERJA SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH PEDESAAN DI DUSUN DURENAN DESA PETUNGSEWU KECAMATAN WAGIR KABUPATEN MALANG PENINGKATAN KINERJA SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH PEDESAAN DI DUSUN DURENAN DESA PETUNGSEWU KECAMATAN WAGIR KABUPATEN MALANG Kustamar 1), I Wayan Mundra 2), Bambang Wedyantadji 3), I Nyoman Sudiasa 4) 1),2),3),4)

Lebih terperinci

MODUL SOSIALISASI DAN DISEMINASI STANDAR PEDOMAN DAN MANUAL SPESIFIKASI IPA TIPE CIKAPAYANG

MODUL SOSIALISASI DAN DISEMINASI STANDAR PEDOMAN DAN MANUAL SPESIFIKASI IPA TIPE CIKAPAYANG MODUL SOSIALISASI DAN DISEMINASI STANDAR PEDOMAN DAN MANUAL SPESIFIKASI IPA TIPE CIKAPAYANG MODUL SOSIALISASI DAN DISEMINASI STANDAR PEDOMAN DAN MANUAL SPESIFIKASI IPA TIPE CIKAPAYANG Atang Sarbini, ST.

Lebih terperinci

Persyaratan agar Pondasi Sumuran dapat digunakan adalah sebagai berikut:

Persyaratan agar Pondasi Sumuran dapat digunakan adalah sebagai berikut: Pondasi Caisson atau Pondasi Sumuran Pondasi sumuran adalah suatu bentuk peralihan antara pondasi dangkal dan pondasi tiang dan digunakan apabila tanah dasar (tanah keras) terletak pada kedalaman yang

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Hasil Uji Lab BBTKLPP Yogyakrta. Hasil

BAB V ANALISIS PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Hasil Uji Lab BBTKLPP Yogyakrta. Hasil BAB V ANALISIS PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Hasil pengujian sampel air yang berasal dari air di Masjid K.H.A. Dahlan UMY yang dilakukan oleh BBTKLPP Yogyakarta didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel

Lebih terperinci

BAB XIV INSTALASI PIPA PVC

BAB XIV INSTALASI PIPA PVC BAB XIV INSTALASI PIPA PVC Pipa PVC sudah banyak digunakan di dunia dan di Indonesia pada khususnya. Mulai untuk pipa air bersih, air kotor, kotoran, dan air hujan. Pipa PVC standar pipa pasar atau pipa

Lebih terperinci

Proses Pengolahan Air Minum dengan Sedimentasi

Proses Pengolahan Air Minum dengan Sedimentasi Proses Pengolahan Air Minum dengan Sedimentasi Bak Sedimentasi Bak sedimentasi umumnya dibangun dari bahan beton bertulang dengan bentuk lingkaran, bujur sangkar, atau segi empat. Bak berbentuk lingkaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton menggunakan kapur alam dan menggunakan pasir laut pada campuran beton

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Mulai tahap perencanaan hingga tahap analisis, penelitian dilaksanakan berdasarkan sumber yang berkaitan dengan topik yang dipilih, yaitu penelitian tentang agregat

Lebih terperinci

DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA

DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA BILL OF QUANTITY (BOQ) DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA Kegiatan : Pembangunan Embung Teknis Lokasi : Desa Lookeu, Kecamatan Tasifeto Barat Kab. Belu Tahun Ang. : 2016 HARGA SATUAN PEKERJAAN ( Rp. ) JUMLAH HARGA

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Material Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam campuran beton dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Agregat halus yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

Panduan Praktis Perbaikan Kerusakan Rumah Pasca Gempa Bumi

Panduan Praktis Perbaikan Kerusakan Rumah Pasca Gempa Bumi Panduan Praktis Kerusakan Rumah Pasca Gempa Bumi Jl. Panyaungan, Cileunyi Wetan, Kabupaten Bandung 0393 Telp:(022) 7798393 ( lines), Fax: (022) 7798392, E-mail: info@puskim.pu.go.id, Website: http://puskim.pu.go.id

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBANGUNAN PRASARANA SEDERHANA TAMBATAN PERAHU DI PERDESAAN

PEDOMAN PEMBANGUNAN PRASARANA SEDERHANA TAMBATAN PERAHU DI PERDESAAN PEDOMAN PEMBANGUNAN PRASARANA SEDERHANA TAMBATAN PERAHU DI PERDESAAN NO. 0081T/Bt/1995 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA PRAKATA Sejalan dengan mekanisme perencanaan Proyek

Lebih terperinci

: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN KONSERVASI AIR TANAH MELALUI SUMUR RESAPAN DAN LUBANG RESAPAN BIOPORI Menimbang DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERENCANAAN SUBSURFACE FLOW CONSTRUCTED WETLAND PADA PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI AIR KEMASAN (STUDI KASUS : INDUSTRI AIR KEMASAN XYZ)

PERENCANAAN SUBSURFACE FLOW CONSTRUCTED WETLAND PADA PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI AIR KEMASAN (STUDI KASUS : INDUSTRI AIR KEMASAN XYZ) PERENCANAAN SUBSURFACE FLOW CONSTRUCTED WETLAND PADA PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI AIR KEMASAN (STUDI KASUS : INDUSTRI AIR KEMASAN XYZ) Oleh : Zulisnaini Sokhifah 3306 100 105 Dosen Pembimbing : Dr. Ir.

Lebih terperinci

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON Air merupakan salah satu bahan pokok dalam proses pembuatan beton, peranan air sebagai bahan untuk membuat beton dapat menentukan mutu campuran beton. 4.1 Persyaratan

Lebih terperinci

HARGA SATUAN POKOK KEGIATAN (HSPK)

HARGA SATUAN POKOK KEGIATAN (HSPK) NOMOR : TANGGAL : NOMOR URAIAN KEGIATAN Koef. A BANGUNAN GEDUNG 24.01 Pekerjaan Persiapan & Tanah 24.01.01.01 Pembuatan Bouwplank /Titik Titik 23.02.04.01.01.F Mandor 0.0045 Orang Hari 158,000.00 711.00

Lebih terperinci

Metodologi penelitian disusun berdasarkan diagram alir penelitian seperti terlihat

Metodologi penelitian disusun berdasarkan diagram alir penelitian seperti terlihat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Metodologi penelitian disusun berdasarkan diagram alir penelitian seperti terlihat dibawah ini : Ide Studi Penurunan Fe total dan Mn dengan Saringan

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Pekerjaan Persiapan Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen terpenting dari suatu proyek pembangunan, karena kumpulan berbagai macam material itulah yang

Lebih terperinci

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan tanah untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan tanah untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan SNI 2835:2008 Standar Nasional Indonesia Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan tanah untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan ICS 91.010.20 Badan Standardisasi Nasional SNI 2835:2008 Daftar

Lebih terperinci

BAB VII TATA LAKSANA LAPANGAN

BAB VII TATA LAKSANA LAPANGAN 7-1 BAB VII TATA LAKSANA LAPANGAN 7.1 Pekerjaan Persiapan Pada pelaksanaan pekerjaan pembangunan suatu proyek biasanya diawali dengan pekerjaan persiapan. Adapun pekerjaan persiapan tersebut itu meliputi

Lebih terperinci

TATA CARA PEMBUATAN DAN PERAWATAN BENDA UJI KUAT TEKAN DAN LENTUR TANAH SEMEN DI LABORATORIUM

TATA CARA PEMBUATAN DAN PERAWATAN BENDA UJI KUAT TEKAN DAN LENTUR TANAH SEMEN DI LABORATORIUM TATA CARA PEMBUATAN DAN PERAWATAN BENDA UJI KUAT TEKAN DAN LENTUR TANAH SEMEN DI LABORATORIUM SNI 03-6798-2002 BAB I DESKRIPSI 1.1 Ruang Lingkup Tata cara ini meliputi prosedur pembuatan dan perawatan

Lebih terperinci

PENELITIAN PEMANFAATAN SERBUK BEKAS PENGGERGAJIAN KAYU SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI PEMBUATAN BATA BETON (BATAKO) UNTUK PEMASANGAN DINDING

PENELITIAN PEMANFAATAN SERBUK BEKAS PENGGERGAJIAN KAYU SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI PEMBUATAN BATA BETON (BATAKO) UNTUK PEMASANGAN DINDING WAHANA INOVASI VOLUME 5 No.2 JULI-DES 16 ISSN : 89-8592 PENELITIAN PEMANFAATAN SERBUK BEKAS PENGGERGAJIAN KAYU SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI PEMBUATAN BATA BETON (BATAKO) UNTUK PEMASANGAN DINDING Heri Sujatmiko

Lebih terperinci

DAFTAR ANALISA BIAYA KONSTRUKSI

DAFTAR ANALISA BIAYA KONSTRUKSI DAFTAR ANALISA BIAYA KONSTRUKSI 1 SNI 03-2835-2002 PEKERJAAN PERSIAPAN PA 6,8 1 m² Membersihkan lapangan dan perataan SNI 03-2835-2002 / 6.8 Upah Pekerja 0,100 Oh x Rp 0 = Rp 0,00 Mandor 0,005 Oh x Rp

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERCOBAAN

BAB 3 METODE PERCOBAAN BAB 3 METODE PERCOBAAN 3.1 Waktu dan Lokasi Percobaan Sampel air diambil dari danau yang berada di kompleks kampus Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta sebelah selatan Fakultas Pertanian. Pengambilan

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET

METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET SNI 19-6413-2000 1. Ruang Lingkup 1.1 Metode ini mencakup penentuan kepadatan dan berat isi tanah hasil pemadatan di lapangan atau

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. menguji kadar air nilam dengan metode Bindwell-Sterling

III. METODOLOGI. menguji kadar air nilam dengan metode Bindwell-Sterling III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Nilam kering yang berasal dari Kabupaten Kuningan. Nilam segar yang terdiri dari bagian daun dan batang tanaman

Lebih terperinci

Metode pengujian kuat lentur kayu konstruksi Berukuran struktural

Metode pengujian kuat lentur kayu konstruksi Berukuran struktural SNI 03-3975-1995 Standar Nasional Indonesia Metode pengujian kuat lentur kayu konstruksi Berukuran struktural ICS Badan Standardisasi Nasional DAFTAR ISI Daftar Isi... Halaman i BAB I DESKRIPSI... 1 1.1

Lebih terperinci

BAB VIII SPESIFIKASI PEKERJAAN

BAB VIII SPESIFIKASI PEKERJAAN BAB VIII SPESIFIKASI PEKERJAAN VIII.1 Persyaratan Umum VIII.1.1 Nama Pekerjaan dan Lokasi Proyek Nama Pekerjaan : Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Minum Kota Garut Lokasi Proyek : Kecamatan Bayongbong,

Lebih terperinci

INDOCEMENT AWARDS STR WRITING COMPETITION

INDOCEMENT AWARDS STR WRITING COMPETITION INDOCEMENT AWARDS STR WRITING COMPETITION BASEMENT OF WATER TANK WRT-14-075 oleh: BAMBANG JOKO SUTONO UNIVERSITAS BALIKPAPAN Jl. Pupuk kel.gn.bahagia (BALIKPAPAN) (2014) ABSTRAK Rumah merupakan kebutuhan

Lebih terperinci

Pengaruh Ukuran Efektif Pasir Dalam Biosand Filter Untuk Pengolahan Air Gambut

Pengaruh Ukuran Efektif Pasir Dalam Biosand Filter Untuk Pengolahan Air Gambut Pengaruh Ukuran Efektif Pasir Dalam Biosand Filter Untuk Pengolahan Air Gambut Yohanna Lilis Handayani, Lita Darmayanti, Frengki Ashari A Program Studi Teknik Sipil S1, Fakultas Teknik Universitas Riau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis/ Rancangan Penelitian dan Metode pendekatan Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu dengan rancangan eksperimental ulang non random atau disebut juga non-randomized

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN PEMELIHARAAN RUTIN JALAN DAN JEMBATAN PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN UPR. 02 UPR. 02.4 PEMELIHARAAN RUTIN TALUD & DINDING PENAHAN TANAH AGUSTUS 1992 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PERENCANAAN IPLT SISTEM KOLAM

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PERENCANAAN IPLT SISTEM KOLAM PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PERENCANAAN IPLT SISTEM KOLAM TATA CARA PERENCANAAN IPLT SISTEM KOLAM BAB I DESKRIPSI 1.1 Ruang lingkup Tata cara ini memuat pengertian dan ketentuan umum dan teknis dan cara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tinjauan Umum Variabel bebas yaitu variasi perbandingan agregat kasar, antara lain : Variasi I (1/1 : 1/2 : 2/3 = 3 : 1 : 2) Variasi II (1/1 : 1/2 : 2/3 = 5 : 1 : 3) Variasi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. Daftar Isi... BAB I DESKRIPSI Maksud dan Tujuan Maksud Tujuan Ruang Lingkup...

DAFTAR ISI. Halaman. Daftar Isi... BAB I DESKRIPSI Maksud dan Tujuan Maksud Tujuan Ruang Lingkup... DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i BAB I DESKRIPSI... 1 1.1 Maksud dan Tujuan... 1 1.1.1 Maksud... 1 1.1.2 Tujuan... 1 1.2 Ruang Lingkup... 1 1.3 Pengertian... 1 BAB II SEPESIFIKASI... 1 2.1 Bentuk dan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Waktu dan tempat pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada jam 08.00 sampai dengan 12.00

Lebih terperinci

DAFTAR STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL

DAFTAR STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL DAFTAR (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL No. Judul Standar Nomor Standar Ruang Lingkup D Pemukiman (Cipta Karya) 4. Air Bersih/ Air Minum 1. Metode Pengujian Meter Air Bersih (Ukuran

Lebih terperinci

II. PEKERJAAN PENDAHULUAN

II. PEKERJAAN PENDAHULUAN METODE PELAKSANAAN I. PRA PEMBANGUNAN 1. Pemeriksaan gambar-gambar untuk pelaksanaan : Semua gambar-gambar yang disiapkan adalah gambar-gambar yang telah ditandatangani oleh Direksi dan apabila ada perubahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Visualisasi Proses Pembuatan Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih dahulu harus mengetahui masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Lebih terperinci

BAB IV PENGAMATAN PEKERJAAN SIPIL LAPANGAN

BAB IV PENGAMATAN PEKERJAAN SIPIL LAPANGAN BAB IV PENGAMATAN PEKERJAAN PELAKSANAAN LAPANGAN 4.1 Pekerjaan pondasi 1. papan bekisting 2. beton ready mix 3. pasir urug 4. Besi poer D16, D10, Ø8 2. Langkah Kerja a. Setelah Tiang pancang ditanam, b.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Tinjauan Umum Pelaksanaan penelitian ini dimulai dari tahap perencanaan, teknis pelaksanaan, dan pada tahap analisa hasil, tidak terlepas dari peraturan-peraturan maupun referensi

Lebih terperinci

BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG

BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG PELAKSANAAN PEKERJAAN BETON F.45...... 04 BUKU KERJA 2011 K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M B A D

Lebih terperinci

LABORATORIUM / WORKSHOP KERJA BATU JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

LABORATORIUM / WORKSHOP KERJA BATU JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA LABORATORIUM / WORKSHOP KERJA BATU FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA DAFTAR JOBSHEET PRAKTIKUM KERJA BATU JS 01 JS 02 JS 03 JS 04 JS 05 JS 06 JS 07 JS 08 JS 9-10

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR BERSIH. PENGOLAHAN UNTUK MENGURANGI KONSENTRASI ZAT Kandungan Fe, CO2 agresif, bakteri yang tinggi

PENGOLAHAN AIR BERSIH. PENGOLAHAN UNTUK MENGURANGI KONSENTRASI ZAT Kandungan Fe, CO2 agresif, bakteri yang tinggi PENGOLAHAN AIR BERSIH PENGOLAHAN UNTUK MENGURANGI KONSENTRASI ZAT Kandungan Fe, CO2 agresif, bakteri yang tinggi PENGOLAHAN LENGKAP Dilaksanakan pada air permukaan, air sungai), Diperlukan unt menjernihkan

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA... PENGAWASAN KUALITAS AIR BERSIH FORMULIR INSPEKSI SANITASI : : : : : :

DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA... PENGAWASAN KUALITAS AIR BERSIH FORMULIR INSPEKSI SANITASI : : : : : : Sumur Gali.. kelas (diisi A/B/C/DE 1. Apakah ada jamban pada radius 10 m disekitar sumur? 2. Apakah ada sumur pencemar lain pada radius 10 m disekitar sumur, misalnya kotoran hewan, sampah, genangan air,

Lebih terperinci

Cara menghitung Volume pekerjaan : I. Pekerjaan Awal

Cara menghitung Volume pekerjaan : I. Pekerjaan Awal Cara menghitung Volume pekerjaan : I. Pekerjaan Awal 1. Pengukuran Yang dimaksud dengan pengukuran adalah sebelum memulai pekerjaan, untuk menentukan posisi dari bangunan dilakukan pengukuran batas-batas,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air adalah kebutuhan pokok bagi semua makhluk hidup di dunia. Air dapat berbentuk padat, cair, dan gas. Air di bumi digolongkan menjadi 3 bagian pokok, yaitu air hujan,

Lebih terperinci

KOP PERUSAHAAN R E K A P I T U L A S I

KOP PERUSAHAAN R E K A P I T U L A S I KOP PERUSAHAAN R E K A P I T U L A S I Pekerjaan : Pembangunan Gedung Perpustakaan SD Negeri 1 Gumanano Lokasi : Kecamatan Mawasangka Tahun Anggaran : 2016 NO JUMLAH (Rp.) 1 2 3 I PEKERJAAN PENDAHULUAN

Lebih terperinci

KONSTRUKSI PONDASI Pondasi Dangkal Pasangan Batu bata/batu kali

KONSTRUKSI PONDASI Pondasi Dangkal Pasangan Batu bata/batu kali KONSTRUKSI PONDASI 9.1 Konstruksi Pondasi Batu Kali atau Rollaag Konstruksi pondasi ini merupakan bagian dari konstruksi bangunan gedung dan sangat penting karena sangat menentukan kekokohan bangunan.

Lebih terperinci

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan beton untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan beton untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan SNI 7394:2008 Standar Nasional Indonesia Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan beton untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan ICS 91.010.20 Badan Standardisasi Nasional SNI 7394:2008 Daftar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32 BB III METODOLOGI PENELITIN Metode yang digunakan dalam pengujian ini adalah pengujian eksperimental terhadap lat Distilasi Surya dengan menvariasi penyerapnya dengan plastik hitam dan aluminium foil.

Lebih terperinci

BAB VIII RENCANA ANGGARAN BIAYA

BAB VIII RENCANA ANGGARAN BIAYA BAB VIII RENCANA ANGGARAN BIAYA VIII.1 Umum Rencana anggaran biaya merupakan perkiraan besarnya biaya yang dibutuhkan untuk membangun sistem penyaluran dan pengolahan air buangan mulai dari perencanaan

Lebih terperinci

LAPORAN KEMAJUAN 70% PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT IPTEKS TEPAT GUNA BAGI MASYARAKAT (ITGbM)

LAPORAN KEMAJUAN 70% PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT IPTEKS TEPAT GUNA BAGI MASYARAKAT (ITGbM) PPM - ITGbM LAPORAN KEMAJUAN 70% PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT IPTEKS TEPAT GUNA BAGI MASYARAKAT (ITGbM) APLIKASI BETON NON PASIR PADA INDUSTRI PEMBUATAN KUSEN BETON TIM PENGUSUL Ketua: Yusep Ramdani, ST.,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Tahapan Penelitian Tahap awal penelitian pengolahan kualitas air sungai dimulai dari studi pustaka yaitu mencari data dan informasi yang berkaitan dengan penelitian, dilanjutkan

Lebih terperinci

BAB V LAPORAN PROSES PENGAMATAN PELAKSANAAN PROYEK PEMBANGUNAN RUKO SETIABUDHI - BANDUNG

BAB V LAPORAN PROSES PENGAMATAN PELAKSANAAN PROYEK PEMBANGUNAN RUKO SETIABUDHI - BANDUNG BAB V LAPORAN PROSES PENGAMATAN PELAKSANAAN PROYEK PEMBANGUNAN RUKO SETIABUDHI - BANDUNG Dalam bahasan laporan mingguan proses pengamatan pelaksanaan proyek ini, praktikan akan memaparkan dan menjelaskan

Lebih terperinci

APLIKASI TEKNOLOGI FILTRASI UNTUK MENGHASILKAN AIR BERSIH DARI AIR HASIL OLAHAN IPAL DI RUMAH SAKIT ISLAM SURABAYA

APLIKASI TEKNOLOGI FILTRASI UNTUK MENGHASILKAN AIR BERSIH DARI AIR HASIL OLAHAN IPAL DI RUMAH SAKIT ISLAM SURABAYA APLIKASI TEKNOLOGI FILTRASI UNTUK MENGHASILKAN AIR BERSIH DARI AIR HASIL OLAHAN IPAL DI RUMAH SAKIT ISLAM SURABAYA Damiyana Krismayasari**) dan Sugito*) Abstrak : Peningkatan jumlah pasien dan pelayanan

Lebih terperinci

TATA CARA PERENCANAAN TANGKI SEPTIK DENGAN SISTEM RESAPAN

TATA CARA PERENCANAAN TANGKI SEPTIK DENGAN SISTEM RESAPAN TATA CARA PERENCANAAN TANGKI SEPTIK DENGAN SISTEM RESAPAN COPY SNI 03-2398 - 2002 Pendahuluan Tat cara ini dimaksudkan sebagai acuan bagi perencana dalam pembangunan septik dengan sistem resapan. Tata

Lebih terperinci

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM BAB VI KONSTRUKSI KOLOM 6.1. KOLOM SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang

Lebih terperinci

BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)

BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) 6.1. Perhitungan Volume Pekerjaan Tabel 6.1 Perhitungan Volume Pekerjaan 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 6.2. Harga Satuan dan Upah Tabel 6.2 Daftar Harga Upah

Lebih terperinci

BAB III UJI MATERIAL

BAB III UJI MATERIAL BAB III UJI MATERIAL 3.1. Uraian Umum Eksperimen dalam analisa merupakan suatu langkah eksak dalam pembuktian suatu ketentuan maupun menentukan sesuatu yang baru. Dalam ilmu pengetahuan dibidang teknik

Lebih terperinci

PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR

PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana Strata

Lebih terperinci