BAB 7 UNIT FILTRASI. Pada filtrasi dengan media berbutir, terdapat mekanisme filtrasi sebagai berikut:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 7 UNIT FILTRASI. Pada filtrasi dengan media berbutir, terdapat mekanisme filtrasi sebagai berikut:"

Transkripsi

1 BAB 7 UNIT FILTRASI 7.1. Tujuan Filtrasi Filtrasi adalah suatu proses pemisahan zat padat dari fluida (cair maupun gas) yang membawanya menggunakan suatu medium berpori atau bahan berpori lain untuk menghilangkan sebanyak mungkin zat padat halus yang tersuspensi dan koloid. Pada pengolahan air minum, filtrasi digunakan untuk menyaring air hasil dari proses koagulasi flokulasi sedimentasi sehingga dihasilkan air minum dengan kualitas tinggi. Di samping mereduksi kandungan zat padat, filtrasi dapat pula mereduksi kandungan bakteri, menghilangkan warna, rasa, bau, besi dan mangan. Perencanaan suatu sistem filter untuk pengolahan air tergantung pada tujuan pengolahan dan pre-treatment yang telah dilakukan pada air baku sebagai influen filter. Pada filtrasi dengan media berbutir, terdapat mekanisme filtrasi sebagai berikut: a. Penyaringan secara mekanis (mechanical straining) b. Sedimentasi c. Adsorpsi atau gaya elektrokinetik d. Koagulasi di dalam filter bed e. Aktivitas biologis 7.. Tipe Filter Berdasarkan pada kapasitas produksi air yang terolah, filter pasir dapat dibedakan menjadi dua, yaitu filter pasir cepat dan filter pasir lambat Filter Pasir Cepat Filter pasir cepat atau rapid sand filter adalah filter yang mempunyai kecepatan filtrasi cepat, berkisar 4 hingga 1 m/jam. Filter ini selalu didahului dengan proses koagulasi flokulasi dan pengendapan untuk memisahkan padatan tersuspensi. Jika kekeruhan pada influen filter pasir cepat berkisar 5 10 NTU maka efisiensi penurunan kekeruhannya dapat mencapai 90 98%. Bagian-bagian dari filter pasir cepat meliputi (Gambar 7.1): a. Bak filter, merupakan tempat proses filtrasi berlangsung. Jumlah dan ukuran bak tergantung debit pengolahan (minimum dua bak). b. Media filter, merupakan bahan berbutir/granular yang membentuk pori-pori di antara butiran media. Pada pori-pori inilah air mengalir dan terjadi proses penyaringan. c. Sistem underdrain. Underdrain merupakan sistem pengaliran air yang telah melewati proses filtrasi yang terletak di bawah media filter. Underdrain terdiri atas: Orifice, yaitu lubang pada sepanjang pipa lateral sebagai jalan masuknya air dari media filter ke dalam pipa. Lateral, yaitu pipa cabang yang terletak di sepanjang pipa manifold. Manifold, yaitu pipa utama yang menampung air dari lateral dan mengalirkannya ke bangunan penampung air. 1

2 Bak filter Gutter Media filter Media penyangga Lateral Manifold Gambar 7.1 Bagian-bagian filter Pengoperasian filter pasir cepat adalah sebagai berikut: 1. Selama proses filtrasi berlangsung, partikel yang terbawa air akan tersaring di media filter. Sementara itu, air terus mengalir melewati media pasir dan penyangga, masuk lubang/orifice, ke pipa lateral, terkumpul di pipa manifold, dan akhirnya air keluar menuju bak penampung (lihat Gambar 7.).. Partikel yang tersaring di media lama kelamaan akan menyumbat pori-pori media sehingga terjadi clogging (penyumbatan). Clogging ini akan meningkatkan headloss aliran air di media. Peningkatan headloss dapat dilihat dari meningkatnya permukaan air di atas media atau menurunnya debit filtrasi. Untuk menghilangkan clogging, dilakukan pencucian media. 3. Pencucian dilakukan dengan cara memberikan aliran balik pada media (backwash) dengan tujuan untuk mengurai media dan mengangkat kotoran yang menyumbat poripori media filter. Aliran air dari manifold, ke lateral, keluar orifice, naik ke media hingga media terangkat, dan air dibuang melewati gutter yang terletak di atas media (lihat Gambar 7.3). 4. Bila media filter telah bersih, filter dapat dioperasikan kembali. Gambar 7. Aliran air pada saat operasi filter

3 Gambar 7.3 Aliran air pada saat pencucian filter Filter pasir cepat dapat dibedakan dalam beberapa kategori: 1. Menurut sistem kontrol kecepatan filtrasi. Menurut arah aliran 3. Menurut sistem pengaliran Tipe Filter Berdasar Sistem Kontrol Kecepatan Berdasarkan sistem kontrol kecepatannya, filter dikelompokkan menjadi: 1. Constant rate: debit hasil proses filtrasi konstan sampai pada level tertentu. Hal ini dilakukan dengan memberikan kebebasan kenaikan level muka air di atas media filter.. Declining rate atau constant head: debit hasil proses filtrasi menurun seiring dengan waktu filtrasi, atau level muka air di atas media filter dirancang pada nilai yang tetap Tipe Filter Berdasar Arah Aliran Berdasarkan arah alirannya, filter dikelompokkan menjadi: 1. Filter aliran down flow (kebawah).. Filter aliran upflow (keatas). 3. Filter aliran horizontal Tipe Filter Berdasar Sistem Pengaliran Berdasarkan sistem pengalirannya, filter dikelompokkan menjadi: 1. Filter dengan aliran secara grafitasi (gravity filter).. Filter dengan aliran bertekanan (pressure filter) Filter Pasir Lambat Filter pasir lambat atau slow sand filter adalah filter yang mempunyai kecepatan filtrasi lambat, yaitu sekitar 0,1 hingga 0,4 m/jam. Kecepatan yang lebih lambat ini disebabkan ukuran media pasir lebih kecil (effective size = 0,15 0,35 mm). Filter pasir lambat merupakan sistem filtrasi yang pertama kali digunakan untuk pengolahan air, dimana sistem ini dikembangkan sejak tahun 1800 SM. Prasedimantasi dilakukan pada air baku mendahului proses filtrasi. 3

4 Filter pasir lambat cukup efektif digunakan untuk menghilangkan kandungan bahan organik dan organisme patogen pada air baku yang mempunyai kekeruhan relatif rendah. Filter pasir lambat banyak digunakan untuk pengolahan air dengan kekeruhan air baku di bawah 50 NTU. Efisiensi filter pasir lambat tergantung pada distribusi ukuran partikel pasir, ratio luas permukaan filter terhadap kedalaman dan kecepatan filtrasi. Filter pasir lambat bekerja dengan cara pembentukan lapisan biofilm di beberapa milimeter bagian atas lapisan pasir halus yang disebut lapisan hypogeal atau schmutzdecke. Lapisan ini mengandung bakteri, fungi, protozoa, rotifera, dan larva serangga air. Schmutzdecke adalah lapisan yang melakukan pemurnian efektif dalam pengolahan air minum. Selama air melewati schmutzdecke, partikel akan terperangkap dan organik terlarut akan teradsorpsi, diserap dan dicerna oleh bakteri, fungi, dan protozoa. Proses yang terjadi dalam schmutzdecke sangat kompleks dan bervariasi, tetapi yang utama adalah mechanical straining terhadap kebanyakan bahan tersuspensi dalam lapisan tipis yang berpori-pori sangat kecil, kurang dari satu mikron. Ketebalan lapisan ini meningkat terhadap waktu hingga mencapai sekitar 5 mm, yang menyebabkan aliran mengecil. Ketika kecepatan filtrasi turun sampai tingkat tertentu, filter harus dicuci dengan mengambil lapisan pasir bagian atas setebal sekitar 5 mm. Keuntungan filter lambat antara lain: Biaya konstruksi rendah Rancangan dan pengoperasian lebih sederhana Tidak diperlukan tambahan bahan kimia Variasi kualitas air baku tidak terlalu mengganggu Tidak diperlukan banyak air untuk pencucian, pencucian tidak menggunakan backwash, hanya dilakukan di bagian atas media Kerugian filter pasir lambat adalah besarnya kebutuhan lahan, yaitu sebagai akibat dari lambatnya kecepatan filtrasi. Secara umum, filter pasir lambat hampir sama dengan filter pasir cepat. Filter lambat tersusun oleh bak filter, media pasir, dan sistem underdrain (Gambar 7.4). Perbedaan filter pasir cepat dan filter pasir lambat dapat dilihat pada Tabel 7.1. Gambar 7.4 Skema filter pasir lambat 4

5 Tabel 7.1 Perbedaan Kriteria Filter Pasir Cepat dan Filter Pasir Lambat Kriteria Filter Pasir Cepat Filter Pasir Lambat Kecepatan filtrasi 4 1 m/jam 0,1 0,4 m/jam Ukuran bed Kecil, m Besar, 000 m Kedalaman bed cm kerikil, cm pasir, tidak berkurang saat pencucian 30 cm kerikil, cm pasir, berkurang cm saat pencucian Ukuran pasir Effective size >0,55 mm, uniformity coefficient <1,5 Effective size 0,5-0,3 mm, uniformity coefficient -3 Distribusi ukuran media Terstratifikasi Tidak terstratifikasi Sistem underdrain Kehilangan energi Filter run (jarak waktu pencucian) Metoda pembersihan Jumlah air untuk pembersihan Pengolahan pendahuluan Pipa lateral berlubang yang mengalirkan air ke pipa utama 30 cm saat awal, hingga 75 cm saat akhir Sama dengan filter cepat atau batu kasar dan beton berlubang sebagai saluran utama 6 cm saat awal, hingga 10 cm saat akhir 1 7 jam 0 60 hari Mengangkat kotoran dan pasir ke atas dengan backwash Mengambil lapisan pasir di permukaan dan mencucinya 1 6% dari air tersaring 0, 0,6% dari air tersaring Koagulasi-flokulasi-sedimentasi Biasanya tidak ada bila kekeruhan kurang dari 50 NTU Biaya konstruksi Relatif tinggi Relatif rendah Biaya operasi Relatif tinggi Relatif rendah Biaya depresiasi Relatif tinggi Relatif rendah Sumber: Schulz dan Okun (1984) 7.3. Media Filter dan Distribusi Media Bagian filter yang berperan penting dalam melakukan penyaringan adalah media filter. Media Filter dapat tersusun dari pasir silika alami, anthrasit, atau pasir garnet. Media ini umumnya memiliki variasi dalam ukuran, bentuk dan komposisi kimia. Pemilihan media filter yang akan digunakan dilakukan dengan analisa ayakan (sieve analysis). Hasil ayakan suatu media filter digambarkan dalam kurva akumulasi distribusi (Gambar 7.5) untuk mencari ukuran efektif (effective size) dan keseragaman media yang diinginkan (dinyatakan sebagai uniformity coefficient). Effective Size (ES) atau ukuran efektif media filter adalah ukuran media filter bagian atas yang dianggap paling efektif dalam memisahkan kotoran yang besarnya 10 % dari total kedalaman lapisan media filter atau 10 % dari fraksi berat, ini sering dinyatakan sebagai d 10 (diameter pada persentil 10). Uniformity Coefficient (UC) atau koefisien keseragaman adalah angka keseragaman media filter yang dinyatakan dengan perbandingan antara ukuran diameter pada 60 % fraksi berat terhadap ukuran efektif atau dapat ditulis: UC = d 60 /d 10. d 60 adalah diameter butiran pada persentil 60). 5

6 Gambar 7.5 Lembar untuk penggambaran hasil analisis ayakan pasir Berdasarkan jenis dan jumlah media yang digunakan dalam penyaringan, media filter dikategorikan menjadi: 1. Single media: Satu jenis media seperti pasir silika, atau dolomit saja. Filter cepat tradisional biasanya menggunakan pasir kwarsa. Pada sistem ini penyaringan SS terjadi pada lapisan paling atas sehingga dianggap kurang efektif karena sering dilakukan pencucian. 6

7 . Dual media: misalnya digunakan pasir silica, dan anthrasit. Filter dual media sering digunakan filter dengan media pasir kwarsa di lapisan bawah dan antharasit pada lapisan atas. Keuntungan dual media: a. Kecepatan filtrasi lebih tinggi (10 15 m/jam) b. Periode pencucian lebih lama c. Merupakan peningkatan filter single media (murah) 3. Multi media: misalnya digunakan pasir silica, anthrasit dan garnet atau dolomit. Fungsi multi media adalah untuk memfungsikan seluruh lapisan filter agar berperan sebagai penyaring. Susunan media berdasarkan ukurannya dibedakan menjadi: Seragam (uniform), ukuran butiran media filter relatif sama dalam satu bak Gradasi (stratified), ukuran butiran media tidak sama dan tersusun bertingkat Tercampur (mixed), ukuran butiran media tidak sama dan bercampur Kriteria nilai ukuran efektif dan keseragaman media untuk beberapa jenis dan jumlah media filter dapat dilihat pada Tabel 7.. Bila suatu stok pasir tidak memenuhi kriteria, maka harus dilakukan pemilihan ukuran hingga memenuhi kriteria tersebut. Perhitungan persentase pasir yang dapat digunakan, pasir yang terlalu kecil, pasir yang terlalu besar dapat dihitung sebagai berikut: Persentase stok pasir yang dapat digunakan: P use = (P st60 P st10 ) (7.1) Persentase pasir yang terlalu kecil: P f = P st10 0,1 P use = P st10 0, (P st60 P st10 ) (7.) Persentase ukuran pasir yang terlalu besar: P c = 100 P f - P use (7.3) Keterangan: P st10 adalah persentase pasir stok yang memenuhi ES sesuai kriteria yang diminta P st60 adalah persentase pasir stok yang memenuhi ES x UC sesuai kriteria yang diminta Setelah dilakukan pemilihan ukuran butiran pasir stok, maka pasir stok dapat digunakan sebagai media filter yang memenuhi kriteria. 7

8 Tabel 7. Kriteria Perencanaan Media Filter untuk Pengolahan Air Minum Karakteristik Nilai rentang I. Single Media A. Media pasir: Kedalaman (mm) ES (mm) 0,35 0,70 UC <1,7 B. Media anthrasit: Kedalaman (mm) ES (mm) 0,70 0,75 UC <1,75 C. Rate Filtrasi (l/det-m ) 1,36 3,40 II. Dual Media A. Anthrasit: Kedalaman (mm) ES (mm) UC B. Pasir Kedalaman (mm) ES (mm) UC C. Rate Filtrasi (l/det m ) III. Multi Media A. Anthrasit: Kedalaman (mm) ES (mm) UC B. Pasir Kedalaman (mm) ES (mm) UC C. Garnet Kedalaman (mm) ES (mm) UC D. Rate Filtrasi (l/det m ) Sumber: Reynolds dan Richards (1996) ,9 1,1 1,6 1, ,45 0,55 1,5 1,7,04 5, ,95 1,0 1,55 1, ,45 0,55 1,5 1, ,0 0,35 1,6,0,7 6,80 tipikal 685 0,6 <1, ,75 <1,75, ,0 1, ,5 1,6 3, ,0 <1, ,50 1, ,0 <1,6 4,08 8

9 Contoh Soal 7.1: Telah dilakukan analisis ayakan terhadap media pasir dengan hasil sebagaimana digambarkan pada gambar di bawah. Distribusi ukuran pada grafik tersebut menunjukkan nilai ES = 0,9 mm dan UC =,41. Bila pasir tersebut akan digunakan sebagai media filter, lakukan analisis terhadap pasir tersebut untuk menentukan bagian pasir yang dapat digunakan. Spesifikasi media filter yang diharapkan adalah ES = 0,05 cm dan UC = 1,5. Penyelesaian: Berdasarkan gambar di atas, d 10 adalah 0,9 mm dan d 60 adalah 0,70 mm. ES = 0,9 mm = 0,09 cm UC = 0,70/0,9 =,41 Berdasarkan spesifikasi yang diharapkan, pasir tersebut tidak memenuhi syarat sebagai media filter. Oleh karena itu harus dilakukan pemilihan ukuran agar memenuhi spesifikasinya. ES yang diharapkan adalah 0,05 cm dan UC adalah 1,5. 9

10 Spesifikasi yang diharapkan: ES = d 10 = 0,05 cm UC = 1,5 d 60 = UC * ES = 1,5 * (0,05 cm) = 0,075 cm Buatlah garis baru yang menghubungkan (d 10, P 10 ) dan (d 60, P 60 ) sesuai spesifikasi yang diharapkan. Tentukan P st60 dan P st10. Diperoleh P st60 = 63% dan P st10 = 31%. Persentase stok pasir yang dapat digunakan: P use = (P st60 P st10 ) = (63 31) = 64 % 10

11 Persentase pasir yang terlalu kecil: P f = P st10 0,1 P use = P st10 0, (P st60 P st10 ) = 31-0, (63-31) = 4,6% Prosentase ukuran pasir yang terlalu besar: P c = 100 P f - P use = 100 4,6-64 = 11,4% Dengan demikian, 4,6% dari ukuran pasir terkecil, yaitu pasir dengan ukuran lebih kecil dari 0,045 cm harus dihilangkan. Untuk ukuran yang terlalu besar, 11,4% ukuran pasir terbesar yang harus dibuang atau ukuran pasir di atas 0,105 cm. Jadi pasir stok yang dapat digunakan adalah pasir yang berukuran 0,045 sampai 0,105 cm Dimensi Bak Filter Luas permukaan bak filter tergantung pada jumlah bak, debit pengolahan, dan kecepatan (rate) filtrasi. Jumlah bak ditentukan berdasarkan debit pengolahan dengan rumus pendekatan: N = 1, Q 0,5, dengan Q adalah debit pengolahan (mgd). Jumlah bak juga dapat ditentukan dengan batasan luas permukaan maksimum 100 m per bak. Jumlah bak minimum adalah dua. Luas permukaan bak dihitung dengan rumus: Q A s = (7.4) V o dengan V o adalah kecepatan filtrasi. Berdasarakan luas permukaan bak, ukuran bak (panjang dan lebar, atau diameter) dapat ditentukan. Ratio lebar terhadap panjang berkisar 1 : 1 hingga 1 :. Tinggi bak filter ditentukan dari tinggi total bahan yang terdapat di bak, meliputi underdrain, media penyangga, media filter dan air di atas media ditambah dengan tinggi jagaan (free board). Timggi air di atas media direncanakan sekitar 90 sampai 10 cm Hidrolika Filtrasi Pada prinsipnya aliran pada media berbutir (filter pasir) dianggap sebagai aliran dalam pipa berjumlah banyak. Kehilangan tekanan dalam pipa akibat gesekan aliran mengikuti persamaan Darcy Weisbach berikut: dengan: h h L f L V D c L LV = f (7.5) D g c = kehilangan tekanan akibat gesekan, m = koefisien kekasaran = panjang pipa, m = kecepatan aliran, m/detik = diameter pipa, m 11

12 Bila persamaan Darcy Weisbach diterapkan pada aliran di media berbutir, maka perlu ada penyesuaian. Ketebalan atau tinggi media sama dengan panjang pipa dan diameter pori di antara butiran pasir dianggap identik dengan diameter pipa. Pada pipa, luas penampang saluran adalah ¼ x π x D c. Jari jari hidrolis (r) pada pipa adalah luas penampang dibagi dengan keliling basah: πdc Dc r = = 4 π D 4 c (7.6) Jari-jari hidrolis pada media berbutir dapat ditentukan dengan volume rongga dibagi dengan luas permukaan butiran (A p ): V A v r = (7.7) p Volume rongga bergantung pada besarnya porositas media. Porositas media ε dapat dinyatakan sebagai berikut: Volume rongga media v ε = = (7.8) Volume rongga media + Volume butiran media Vv + Vp V Persamaan (7.8) ditulis kembali sebagai berikut: ε V =. 1 ε v V p (7.9) Dengan substitusi, persamaan (7.7) menjadi: ε V r = 1 ε A p p (7.10a) Bila Vp/Ap = (1/3. π.d 3 )/ (3. π.d ) = d/6, maka: r ε = 1 d ε 6 (7.10b) Substitusi persamaan (7.6) dan persamaan (7.10b) diperoleh: ε Dc = d (7.11) 3 1 ε Kecepatan aliran pada pipa (V) identik dengan pendekatan laju aliran (flow rate, V a = debit/luas permukaan bak) dibagi dengan porositasnya, maka: Va V = (7.1) ε Untuk jenis media yang tidak bulat digunakan faktor bentuk (kebulatan) ψ, sehingga perlu dikoreksi: 1

13 V A p p d = Ψ (7.13) 6 Dari rumus Darcy Weisbach untuk f = ¾ f, diperoleh persamaan Carman Kozeny: h L L 1 ε Va = f' 3 (7.14) ψd ε g Nilai f merupakan fungsi N Re : 1 ε f' = , NRe (7.15) Bilangan Reynold, N Re merupakan fungsi diameter dan kecepatan aliran yang diturunkan dengan rumus: N Re Ψ. d. V υ Ψ. ρ. d. = μ a V = a (7.16) dimana: ρ = berat jenis υ = viskositas dinamis μ = viskositas kinematis Selain persamaan Carman Kozeny di atas, terdapat persamaan empiris untuk menghitung kehilangan tekanan saat filter bersih, yaitu Persamaan Rose sebagai berikut: h CD. LV. a = 1067, (7.17) ψ. d.ε g L 4 C D adalah koefisien drag yang besarnya tergantung bilangan Reynolds (Persamaan 7.16). Nilai C D dihitung sebagai berikut: 4 untuk N Re < 1: C D = NRe (7.18a) Untuk 1< N Re < : C D = + NRe N Re + 0, 34 (7.18b) Untuk N Re > 10 4 : C D = 0,4 (7.18c) Persamaan (7.14) dan persamaan (7.17) digunakan untuk menghitung kehilangan tekanan akibat aliran pada media berbutir yang seragam. Untuk media terstratifikasi dengan porositas tidak sama, maka setiap lapisan media dihitung tersendiri sebagai media seragam. Demikian juga untuk jumlah media lebih dari satu macam media. Untuk media tidak seragam tetapi porositas seragam, maka persamaan tersebut berubah menjadi: Persamaan Carman Kozeny: h L = L 1 ε Va 3 ψ ε g f' x d (7.19) 13

14 Persamaan Rose: h LV. a CD x = 1067, (7.0) ψ.ε g d L 4 dengan x adalah fraksi berat butiran media dengan ukuran d i dan L adalah tebal media total. Besarnya kehilangan tekanan pada media filter dapat ditentukan dengan menggunakan percobaan piezometrik dalam skala laboratorium seperti terlihat pada Gambar 7.6. Gambar 7.6(a) memperlihatkan rangkaian alat yang digunakan untuk mengukur tinggi tekanan air (head) pada piezometer selama percobaan filtrasi berlangsung. Makin ke bawah lokasi titik sampling, maka head makin menurun (karena kehilangan tekanan atau headloss bertambah). Selama proses filtrasi berlangsung, head di setiap piezometer dicatat seperti digambarkan pada Gambar 7.6(b). Dengan bertambahnya waktu filtrasi, head makin menurun (karena terjadi clogging yang menyebabkan headloss meningkat), bahkan bisa mencapai head negatif, artinya tinggi muka air di piezometer berada di bawah dasar media filter. (a) (b) Gambar 7.6 Kehilangan tekanan pada filter, (a) percobaan piezemetrik (b) profil kehilangan tekanan selama proses filtrasi. Headloss pada proses filtrasi akan selalu meningkat sejalan dengan waktu operasi filtrasi. Naiknya headloss ini dapat digunakan untuk menentukan filter run atau siklus filtrasi, yaitu periode waktu operasi filtrasi di antara dua pencucian media. Filter run ditentukan dengan melakukan pencatatan kekeruhan pada efluen filter dan headloss yang terjadi selama filter beroperasi. Gambar 7.7 memperlihatkan hubungan antara headloss dan kekeruhan dengan waktu. Dengan mengacu pada besarnya kekeruhan maksimum pada efluen, waktu backwash dapat ditentukan. Waktu backwash juga dapat ditentukan dengan memberi batasan pada nilai headloss maksimum. 14

15 Gambar 7.7 Hubungan antara headloss dan kekeruhan dengan waktu operasi filter Contoh Soal 7.: Sebuah bak filter single media dengan data sebagai berikut: - Tebal media pasir, L = 60 cm - Specific gravity pasir, S g =,65 - Diameter pasir rata-rata, d = 0,45 mm - Faktor bentuk pasir, Ψ = 0,8 - Porositas media pasir, ε = 0,4 - Rate filtrasi, V a = 10 m/jam - Temperatur air = 8 o C Hitunglah headloss yang terjadi akibat aliran melewati media pasir tersebut: a. dengan persamaan Carman-Kozeny b. dengan persamaan Rose Penyelesaian: 1. Perhitungan headloss menggunakan persamaan Carman-Kozeny Persamaan Carman-Kozeny: L 1 ε V h L = f' 3 ψd ε g V a 1 ε f'= , 75 N Re N Re = (Ψρ d V a ) / μ

16 Pada T = 8 o C, diperoleh μ = 0, gram/cm-detik dan ρ = 0,9963 gram/cm 3 N Re = (0,8 x 0,9963 x 0,045 x 1000 / 3600) / 0, = 1,0 f' = 150 x [(1-0,4) / 1,140] +1,75 = 7,997 h L ,4 (1000/3600) = 7,997x 0,8 x 0,045 0,4 981, 3. Perhitungan headloss menggunakan persamaan Rose 4 3 C D = + + 0, 34 =, 71 10, 10, 1,067,71 (1000/3600 ) = * * 60 * 0, ,4 1 = cm 0,045 hl, 4 = cm Contoh soal 7.3: Sebuah bak filter single media tidak seragam terstratifikasi dengan data sebagai berikut: - Tebal media pasir total, L = 60 cm - Specific gravity pasir, S g =,65 - Faktor bentuk pasir, Ψ = 0,8 - Porositas media pasir, ε = 0,4 - Rate filtrasi, V a = 10 m/jam - Temperatur air = 8 o C - Diameter pasir terdistribusi sebagai berikut: Diameter (mm 0,61 0,55 0,40 0,7 0,18 % Berat Hitunglah headloss yang terjadi akibat melewati media pasir tersebut Penyelesaian: Langkah penyelesaiannya adalah: 1. Hitung N Re untuk masing-masing diameter. Hitung C D untuk masing-masing diameter (perhatikan nilai N Re karena rumus C D tergantung pada nilai N Re ) 3. Hitung C D x / d untuk masing-masing diameter Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel berikut: 16

17 diameter (mm) % berat N Re C D C D x/d 0,61 8 1,655 17,171,519 0, ,49 18,877 65,10 0,4 45 1,085 5,331 84,970 0,7 1 0,733 3,757 54,779 0,18 7 1,655 17,171,519 C x D d = 67,48/cm Jadi: h L = 1,067 0,8 60 * * 981 (1000/3600 ) 4 0,4 * 67,48 = 13, 83 cm 7.6. Hidrolika Pencucian (Backwashing) Filter pasir cepat, setelah digunakan dalam kurun waktu tertentu akan mengalami penyumbatan akibat tertahannya partikel halus dan koloid oleh media filter. Tersumbatnya media filter ditandai oleh: 1. Penurunan kapasitas produksi (untuk filter constant head). Peningkatan kehilangan energi (head loss) yang diikuti oleh kenaikan muka air di atas media filter (untuk filter constant rate) 3. Penurunan kualitas air produksi Jika keadaan ini tercapai, seperti ditunjukkan oleh adanya head yang negatif pada Gambar 7.6b, maka filter harus dicuci. Teknik pencucian filter cepat dapat dilakukan dengan menggunakan aliran balik (backwashing), dengan kecepatan tertentu agar media filter terfluidisasi dan terjadi tumbukan antar media. Tumbukan antar media menyebabkan lepasnya kotoran yang menempel pada media, selanjutnya kotoran yang telah terkelupas akan terbawa bersama dengan aliran air. Untuk meningkatkan kinerja backwashing, sering didahului dengan pencucian di permukaan (surface washing) dan/atau memberikan tekanan udara dari bawah dengan blower (air washing). Tujuan pencucian filter adalah melepaskan kotoran yang menempel pada media filter dengan aliran ke atas (upflow) hingga media terekspansi. Umumnya tinggi ekspansi sebesar 15 sampai 35% (Droste, 1997). Lama pencucian sekitar 3 hingga 15 menit. Ada beberapa sistem pencucian filter, yaitu: Menggunakan menara air Interfilter Pompa backwash Untuk menghitung head pompa pencucian atau tinggi menara, maka harus dihitung headloss melalui media, dasar filter (under drain), dan sistem perpipaan pada saat awal backwash. Saat awal backwash, tekanan air backwash harus mampu memecahkan media yang 17

18 kemungkinan memadat akibat adanya kotoran yang melekat pada permukaan media. Tekanan air backwash juga harus mampu mengangkat pasir hingga ketinggian tertentu (terfluidasi). Pada saat terfluidasi, massa butiran pasir tidak berubah. Massa butiran pasir saat operasi filtrasi sama dengan massa pasir saat terfluidasi. Hal ini dapat ditulis dengan persamaan berikut: L. A.( 1 ε ) ρ = L. A.( 1 ε ) ρ p e e P (7.1) L dan L e masing-masing adalah tinggi media mula-mula saat filtrasi dan tinggi media terekspansi. ε dan ε e adalah porositas saat filtrasi dan saat terekspansi. A merupakan luas permukaan bak filter dan ρ P adalah massa jenis butiran media. Tinggi media terekspansi pada saat backwash dapat dituliskan: ( 1 ε ) L e = L ( 1 ε ) e (7.) Porositas media terekspansi (ε e ) bergantung pada kecepatan backwash dan kecepatan pengendapan partikel: VB ε e = ( V s 0, ) dimana: V B = kecepatan backwash V s = kecepatan pengendapan partikel (7.3) Besarnya kecepatan backwash minimum ditentukan dengan persamaan (7.3) dengan ketentuan V s adalah kecepatan pengendapan partikel terbesar: V b = V s ε 4,5 (7.4) Kombinasi persamaan (7.) dan (7.3) diperoleh persamaan: L e ( 1 ε ) = L [ 1 ( V / Vs) B 0. ] (7.5) 18

19 Contoh Soal 7.4: Filter pasir cepat memiliki kedalaman media pasir 0,60 m. Spesific gravity =,65; faktor bentuk (Ψ) = 0,8; porositas (ε) = 0,4; laju filtrasi = 1,75 lt/detik-m ; suhu operasi = 8 C. Data analisis ayakan adalah sebagai berikut: Ukuran ayakan Berat tertahan (%) d (m) , , 0, , , ,5 0, ,1 0, , 0, ,1 0, ,9 0, Tentukan: a. Kecepatan backwash yang diperlukan untuk ekspansi media b. Debit aliran air yang diperlukan untuk ekspansi media c. Kehilangan tekanan pada saat awal backwash d. Tinggi ekspansi media pasir (L E ) Penyelesaian: Kecepatan aliran backwash untuk mengekspansi media ditentukan dengan mengacu pada kecepatan pengendapan partikel terbesar. Kecepatan mengendap, Vs dapat dihitung dengan rumus berikut: 4g Vs = ( Ss 1) d 3C D 1/ Koesifien drag, pada rentang transisi digunakan rumus: C D 4 = + N Re 3 N Re + 0, 34 dengan N Ψ dv s Re = ν 19

20 Untuk ayakan dengan ukuran pertama, d = 0, m atau 0,1 cm, dari Gambar di atas (hubungan antara ukuran partikel dan kecepatan pengendapan), pada spesifik gravity,65 diperoleh kecepatan pengendapan sekitar 15 cm/detik (angka ini hanya untuk pendekatan). Pada T = 8 o C, diperoleh μ = 0, gram/cm-detik dan ρ = 0,9963 gram/cm 3. Nilai N Re adalah: N 0, 8x0, 9963x0, 1x15 Re = =, 0, 8363x Transisi C D 4 = + 146, , 6 + 0, 34 = 0, 751 V s 1/, 4 9, 81m, 65 1 = X x x0, m 3 det 0, 751 = m det Kecepatan pengendapan yang diperoleh ini harus dicek lagi, masukkan nilai ini ke dalam rumus NRe, CD, dan diperoleh Vs yang baru. Cara ini disebut iterasi (untuk lebih cepat gunakan Excel). Hasil akhir yang diperoleh adalah: N Re = 170,08; C D = 0,711; V s = 0,711 0

21 a. Kecepatan backwash minimum: V b =V s ε 4,5 = (0,174 m/det)(0,4) 4,5 = 0,00351 m/det. b. Debit backwash = (0,00351 m/det)(1000 l/m 3 ) = 3,51 l/det-m. c. Kehilangan tekanan pada saat awal backwash: h L ρ s ρ = ( 1 ε )( L) = ( S s 1 )( 1 ε )( L) = ρ (, 65 1)( 1 0, 4)( 0, 60m) = 0, 574m d. Ketinggian ekspansi dihitung dengan menentukan porositas saat ekspansi sebagai berikut: V b ε e = V s 0, 0, = 0, 167 0, = 0, 44 Catatan: Untuk menghitung ε e, digunakan V b yang sama untuk semua ukuran, yaitu 0,00351 m/det dan V s masing-masing ukuran pasir. Untuk ukuran pasir yang lain dihitung dengan cara yang sama, diperoleh hasil sebagai berikut: Sieve Size Berat partikel (%) 0,87 8,63 6,30 30,10 0,64 7,09 3,19,16 1,0 d (m) N Re C D V s (m/det) ε e 0, ,08 0,711 0,174 0,44 0, ,61 0,95 0,19 0,453 0, ,91 1,19 0,098 0,481 0, ,18 1,50 0,081 0,501 0, ,34 1,934 0,065 0,56 0, ,38,546 0,05 0,55 0, ,84 3,465 0,041 0,58 0, ,89 4,968 0,031 0,618 0, ,8 8,159 0,0 0,670 x 1 ε e 0,015 0,158 0,507 0,604 0,435 0,158 0,076 0,056 0,031 x =, ε e Maka tinggi ekspansi total adalah: L e = x 1 ε ( 1 ε ) L = ( 1 0, 44)( 0, 60 m)(, 040) = 0, 710 m e Ratio ekspansi adalah 71 cm / 60 cm = 1,18 (terjadi ekspansi sebesar 18%). Bila dikehendaki ekspansi yang lebih besar, maka kecepatan backwash dapat ditambah sampai sebesar 10% dari kecepatan pengendapan partikel terbesar (ratio V b /Vs = 0,1). 1

22 7.7. Sistem Underdrain Sistem underdrain adalah sistem pengaliran air di bawah media filter setelah air melewati proses penyaringan. Persyaratan sistem underdrain adalah: a. dapat mendukung media di atasnya b. distribusi merata pada saat pencucian Kriteria untuk sistem underdrain adalah sebagai berikut: i. Dasar filter dapat terdiri dari sistem perpipaan yang tersusun dari lateral dan manifold, dimana air diterima melalui lubang orifice yang diletakkan pada pipa lateral. ii. Kecepatan pencucian ± 36 m/jam (600 l/m.menit), dengan tinggi ekspansi sebesar 15 cm sehingga headloss = 5 cm. iii. Manifold dan lateral ditujukan agar distribusi merata, headloss 1 3 m dengan kriteria sistem manifold lateral: a. Perbandingan luas orifice/filter = 0,0015 0,005 b. Perbandingan luas lateral/ orifice = 4 c. Perbandingan luas manifold/lateral = 1,5 3 d. Diameter orifice = 0,6 cm. e. Jarak antara orifice = 7,5 30 cm f. Jarak antara lateral = orifice. Gambar 7.8 sampai 7.11 di bawah ini adalah bentuk sistem underdrain dengan model orifife-lateral-manifold dan bentuk sistem underdrain lainnya. Gambar 7.8 Sistem underdrain dengan model manifold pipe Manifold

23 Gambar 7.9 Sistem underdrain dengan model perforated plate Gambar 7.10 Sistem underdrain dengan model nozzle dan strainer Gambar 7.11 Sistem underdrain dengan model block filter 3

24 7.8. Soal-soal 1. Sebuah filter dual media terdiri atas pasir dan antrasit dengan spesifikasi sebagai berikut: Parameter Media Pasir: Media Antrasit Ketebalan Diameter partikel Specific gravity Faktor bentuk Porositas 60 cm 0,045 cm,65 0,8 0,45 40 cm 0,1 cm 1,0 0,75 0,55 Bila total headloss yang terjadi pada kedua media adalah 55 cm (h L pasir + h L antrasit = 55 cm), hitunglah rate filtrasinya pada temperatur 8 o C.. Gambar berikut adalah potongan memanjang filter dengan dua macam pasir: 40 cm Data media filter: Media Ketebalan Ukuran partikel Porositas Faktor bentuk Pasir I 40 cm 0,45 mm 4 % 0,75 Pasir II 35 cm 0,50 mm 45 % 0,75 Headloss total di media penyangga dan underdrain= 15 cm Tentukan ukuran bak filter (panjang, lebar)! 3. Berikut adalah data pengamatan filtrasi selama 4 jam: Waktu (jam) Kekeruhan efluen (NTU) 0,5 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1,5,0 4,0 Porositas (%) 0,48 0,48 0,45 0,4 0,40 0,38 0,34 0,30 0,8 Pertanyaan: a. Bila kekeruhan efluen maksimum adalah 1 NTU, tentukan filter run b. Pada headloss berapakah filter harus di-backwash? (Data media: L= 60 cm, d= 0,045 cm, Sg=,65, Ψ = 0,8, rate filtrasi= 10 m/jam, T= 7 o C) 4

25 4. Media filter dengan ketebalan bed 60 cm di-backwash dengan rate 1,1 cm/detik. Porositas media 0,4. Hitunglah tinggi media terekspansi dan headlossnya jika ukuran butiran media adalah sebagai berikut: Diameter rata-rata (cm) 0,11 0,077 0,050 0,035 0,01 % berat pasir,5 10,00 30,50 30,5 7,00 5. Filter cepat beroperasi pada kecepatan 8 m/jam. Jenis filter adalah single media pasir dengan spesifikasi sebagai berikut: Densitas media ρ s =.650 kg/m 3 Faktor bentuk Ψ = 0,8 Porositas ε = 0,4 Tebal media L = 60 cm Distribusi media: Diameter (mm) Fraksi berat % 0,3 0,6 0,8 1,0 1, a. Proses filtrasi: Berapa nilai P 10, P 60, P 90 Berapa nilai ES, UC Berapa headloss filtrasi Gambarkan kurva headloss filtrasi pada setiap lapis media b. Proses backwash: Berapa kecepatan mengendap pasir terbesar (mm/dt) Berapa nilai porositas ekspansi (ε e ) di setiap ukuran media pasir Berapa tinggi expansi media pasir (cm) Berapa headloss akibat backwash Bagaimana menentukan tinggi menara backwash, gambarkan bagian tekanan headlossnya 5

26 7.9. Bahan Bacaan: 1. Droste, R.L., Theory and Practice of Water and Wastewater Treatment, John Wiley & Sons, Inc., Fair, G.M., J.C. Geyer, dan D.A. Okun, Water and Wastewater Engineering, Volume : Water Purification and Wastewater Treatment and Disposal, John Wiley and Sons Inc. New York, Huisman, L., Rapid Sand Filtration, Lecture Notes, IHE Delft Netherlands, Huisman, L., Slow Sand Filtration, Lecture Notes, IHE Delft Netherlands, Kawamura, S., Integrated Design of Water Treatmrnt Fcilities, John Wiley & Sons, Inc., Qasim, S.R., Motley, E.M., dan Zhu, G., Water Work Engineering: Planning, Design & Operation, Prentice Hall PTR, Texas, Rich, L.G., Unit Operations of Sanitary Engineering, John Wiley & Sons, Inc., Reynolds T.D. dan P.A. Richards, Unit Operations and Processes in Environmental Engineering, PWS Publishing Company,0 Park Plaza, MA 1116,

Bab 4 Satuan Operasi BAB 4 FILTRASI. Filtrasi adalah suatu proses pemisahan zat padat dari fluida (cair maupun gas)

Bab 4 Satuan Operasi BAB 4 FILTRASI. Filtrasi adalah suatu proses pemisahan zat padat dari fluida (cair maupun gas) BAB 4 FILTRASI 4.1. Umum adalah suatu proses pemisahan zat padat dari fluida (cair maupun gas) yang membawanya menggunakan suatu medium berpori atau bahan berpori lain untuk menghilangkan sebanyak mungkin

Lebih terperinci

Suarni Saidi Abuzar, Rizki Pramono Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Andalas ABSTRAK

Suarni Saidi Abuzar, Rizki Pramono Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Andalas   ABSTRAK OP-012 EFEKTIVITAS PENURUSAN KEKERUHAN DENGAN DIRECT FILTRATION MENGGUNAKAN SARINGAN PASIR CEPAT (SPC) Suarni Saidi Abuzar, Rizki Pramono Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Andalas Email : suarni_sa@ft.unand.ac.id

Lebih terperinci

UJI KEMAMPUAN SLOW SAND FILTER SEBAGAI UNIT PENGOLAH AIR OUTLET PRASEDIMENTASI PDAM NGAGEL I SURABAYA

UJI KEMAMPUAN SLOW SAND FILTER SEBAGAI UNIT PENGOLAH AIR OUTLET PRASEDIMENTASI PDAM NGAGEL I SURABAYA UJI KEMAMPUAN SLOW SAND FILTER SEBAGAI UNIT PENGOLAH AIR OUTLET PRASEDIMENTASI PDAM NGAGEL I SURABAYA Hamimal Mustafa R 1), Nurina Fitriani 2) dan Nieke Karnaningroem 3) 1) Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas

Lebih terperinci

FILTRASI 12. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3

FILTRASI 12. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3 FILTRASI 12 Program Studi Nama Mata Kuliah Teknik Lingkungan Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum Jumlah SKS 3 Pengajar Sasaran Belajar Mata Kuliah Prasyarat Deskripsi Mata Kuliah 1. Prof. Dr. Ir.

Lebih terperinci

UNIT PENGOLAHAN AIR MINUM 5

UNIT PENGOLAHAN AIR MINUM 5 UNIT PENGOLAHAN AIR MINUM 5 Program Studi Nama Mata Kuliah Teknik Lingkungan Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum Jumlah SKS 3 Pengajar Sasaran Belajar Mata Kuliah Prasyarat Deskripsi Mata Kuliah

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Misalkan sembarang persamaan fisik melibatkan k variabel seperti berikut. u 1 = f ( u 2, u 3,..., u k )

BAB II DASAR TEORI. Misalkan sembarang persamaan fisik melibatkan k variabel seperti berikut. u 1 = f ( u 2, u 3,..., u k ) BAB II DASAR TEORI 2.1 Analisis Dimensional Analisis dimensi adalah analisis dengan menggunakan parameter dimensi untuk menyelesaikan masalah masalah dalam mekanika fluida yang tidak dapat diselesaikan

Lebih terperinci

Teori Koagulasi-Flokulasi

Teori Koagulasi-Flokulasi MIXING I. TUJUAN 1. Mengetahui 2. Mengetahui 3. Memahami II. TEORI DASAR Pengadukan (mixing) merupakan suatu aktivitas operasi pencampuran dua atau lebih zat agar diperoleh hasil campuran yang homogen.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Sejarah penggunaan filter pasir Filter pasir yang dikategorikan sebagai granular filter telah lama digunakan sebagai bagian proses dalam instalasi penyediaan air

Lebih terperinci

STUDI PENGOLAHAN AIR MELALUI MEDIA FILTER PASIR KUARSA (STUDI KASUS SUNGAI MALIMPUNG)

STUDI PENGOLAHAN AIR MELALUI MEDIA FILTER PASIR KUARSA (STUDI KASUS SUNGAI MALIMPUNG) PROS ID I NG 2 0 1 2 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK STUDI PENGOLAHAN AIR MELALUI MEDIA FILTER PASIR KUARSA (STUDI KASUS SUNGAI MALIMPUNG) Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Unhas Jl. Perintis Kemerdekaan

Lebih terperinci

PRASEDIMENTASI 7. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3

PRASEDIMENTASI 7. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3 PRASEDIMENTASI 7 Program Studi Nama Mata Kuliah Teknik Lingkungan Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum Jumlah SKS 3 Pengajar Sasaran Belajar Mata Kuliah Prasyarat Deskripsi Mata Kuliah 1. Prof. Dr.

Lebih terperinci

Perencanaan instalasi saringan pasir lambat

Perencanaan instalasi saringan pasir lambat Standar Nasional Indonesia Perencanaan instalasi saringan pasir lambat ICS 91.220 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

IMPROVING THE QUALITY OF RIVER WATER BY USING BIOFILTER MEDIATED PROBIOTIC BEVERAGE BOTTLES CASE STUDY WATER RIVER OF SURABAYA (SETREN RIVER JAGIR)

IMPROVING THE QUALITY OF RIVER WATER BY USING BIOFILTER MEDIATED PROBIOTIC BEVERAGE BOTTLES CASE STUDY WATER RIVER OF SURABAYA (SETREN RIVER JAGIR) UPAYA PENINGKATAN KUALITAS AIR SUNGAI DENGAN MENGGUNAKAN BIOFILTER BERMEDIA BOTOL BEKAS MINUMAN PROBIOTIK STUDI KASUS AIR KALI SURABAYA (SETREN KALI JAGIR) IMPROVING THE QUALITY OF RIVER WATER BY USING

Lebih terperinci

DIAGRAM ALIR 4. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3

DIAGRAM ALIR 4. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3 DIAGRAM ALIR 4 Program Studi Nama Mata Kuliah Teknik Lingkungan Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum Jumlah SKS 3 Pengajar Sasaran Belajar Mata Kuliah Prasyarat Deskripsi Mata Kuliah 1. Prof. Dr.

Lebih terperinci

Perancangan Unit Instalasi Pengolahan Air Minum Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Perancangan Unit Instalasi Pengolahan Air Minum Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-51 Perancangan Unit Instalasi Pengolahan Air Minum Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Eko Ary Priambodo dan Hariwiko

Lebih terperinci

BAB VII HASIL PERENCANAAN UNIT UNIT INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM

BAB VII HASIL PERENCANAAN UNIT UNIT INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM BAB VII HASIL PERENCANAAN UNIT UNIT INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM VII.1. Umum Bab ini akan menguraikan hasil perencanaan unit-unit Instalasi Pengolahan Air Minum di daerah perencanaan yaitu Kecamatan

Lebih terperinci

PEMISAHAN MEKANIS (mechanical separations)

PEMISAHAN MEKANIS (mechanical separations) PEMISAHAN MEKANIS (mechanical separations) sedimentasi (pengendapan), pemisahan sentrifugal, filtrasi (penyaringan), pengayakan (screening/sieving). Pemisahan mekanis partikel fluida menggunakan gaya yang

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI PERFORMANCE TEST OF STONE MEDIA ON PRE-SEDIMENTATION BASIN. Oleh : Edwin Patriasani

TUGAS AKHIR UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI PERFORMANCE TEST OF STONE MEDIA ON PRE-SEDIMENTATION BASIN. Oleh : Edwin Patriasani TUGAS AKHIR UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI PERFORMANCE TEST OF STONE MEDIA ON PRE-SEDIMENTATION BASIN Oleh : Edwin Patriasani Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Nieke Karnaningroem, M.Sc LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR BAKU DARI AIR KALI MAS SURABAYA DENGAN ROUGHING FILTER DAN SLOW SAND FILTER TREATMENT OF RAW WATER FROM KALI MAS SURABAYA USING

PENGOLAHAN AIR BAKU DARI AIR KALI MAS SURABAYA DENGAN ROUGHING FILTER DAN SLOW SAND FILTER TREATMENT OF RAW WATER FROM KALI MAS SURABAYA USING PENGOLAHAN AIR BAKU DARI AIR KALI MAS SURABAYA DENGAN ROUGHING FILTER DAN SLOW SAND FILTER TREATMENT OF RAW WATER FROM KALI MAS SURABAYA USING ROUGHING FILTER AND SLOW SAND FILTER Kurnia Primadani 1, Wahyono

Lebih terperinci

Uji Kinerja Media Batu Pada Bak Prasedimentasi

Uji Kinerja Media Batu Pada Bak Prasedimentasi Uji Kinerja Media Batu Pada Bak Prasedimentasi Edwin Patriasani 1, Nieke Karnaningroem 2 Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) 1 ed_win1108@yahoo.com,

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012 Oleh : Rr. Adistya Chrisafitri 3308100038 Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Nieke Karnaningroem, M.Sc. JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012

Lebih terperinci

BAB VII RENCANA DETAIL UNIT-UNIT INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM

BAB VII RENCANA DETAIL UNIT-UNIT INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM BAB VII RENCANA DETAIL UNIT-UNIT INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM VII.1 UMUM Pada lampiran ini akan dilakukan perhitungan detail untuk setiap unit dan komponennya yang direncanakan pada perencanaan insatalasi

Lebih terperinci

UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI

UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI Edwin Patriasani dan Nieke Karnaningroem Jurusan Teknik Lingungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember ABSTRAK Pada umumnya,

Lebih terperinci

TEKNIK PENYEDIAAN AIR MINUM TL 3105 SLIDE 04. Yuniati, PhD

TEKNIK PENYEDIAAN AIR MINUM TL 3105 SLIDE 04. Yuniati, PhD TEKNIK PENYEDIAAN AIR MINUM TL 3105 SLIDE 04 Yuniati, PhD KOMPONEN SPAM Materi yang akan dibahas : 1.Komponen SPAM 2.Air baku dan bangunan intake KOMPONEN SPAM Sumber air baku Pipa transimisi IPAM Reservoar

Lebih terperinci

Pendahuluan. Peningkatan jumlah penduduk Kebutuhan akan air bersih Kondisi IPAM yang kurang ideal Evaluasi IPAM

Pendahuluan. Peningkatan jumlah penduduk Kebutuhan akan air bersih Kondisi IPAM yang kurang ideal Evaluasi IPAM Tugas Akhir Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Minum Legundi unit 1 PDAM Gresik Stephanus Kristianto 3306100010 Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

EVALUASI EFISIENSI KINERJA UNIT CLEARATOR DI INSTALASI PDAM NGAGEL I SURABAYA

EVALUASI EFISIENSI KINERJA UNIT CLEARATOR DI INSTALASI PDAM NGAGEL I SURABAYA EVALUASI EFISIENSI KINERJA UNIT CLEARATOR DI INSTALASI PDAM NGAGEL I SURABAYA Anjar P,RB Rakhmat 1) dan Karnaningroem,Nieke 2) Teknik Lingkungan, ITS e-mail: rakhmat_pratama88@yahoo.co 1),idnieke@enviro.its.ac.id

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HIDRODINAMIKA FLOKULATOR BERBENTUK SETENGAH LINGKARAN DAN PERSEGI PANJANG PADA PROSES FLOKULASI MENGGUNAKAN ALIRAN MELALUIMEDIA KELERENG

PERBANDINGAN HIDRODINAMIKA FLOKULATOR BERBENTUK SETENGAH LINGKARAN DAN PERSEGI PANJANG PADA PROSES FLOKULASI MENGGUNAKAN ALIRAN MELALUIMEDIA KELERENG PERBANDINGAN HIDRODINAMIKA FLOKULATOR BERBENTUK SETENGAH LINGKARAN DAN PERSEGI PANJANG PADA PROSES FLOKULASI MENGGUNAKAN ALIRAN MELALUIMEDIA KELERENG Badaruddin Mu min, Muzwar Rusadi Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

FLOKULASI 10. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3

FLOKULASI 10. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3 FLOKULASI 10 Program Studi Nama Mata Kuliah Teknik Lingkungan Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum Jumlah SKS 3 Pengajar Sasaran Belajar Mata Kuliah Prasyarat Deskripsi Mata Kuliah 1. Prof. Dr. Ir.

Lebih terperinci

Pengaruh Ukuran Efektif Pasir Dalam Biosand Filter Untuk Pengolahan Air Gambut

Pengaruh Ukuran Efektif Pasir Dalam Biosand Filter Untuk Pengolahan Air Gambut Pengaruh Ukuran Efektif Pasir Dalam Biosand Filter Untuk Pengolahan Air Gambut Yohanna Lilis Handayani, Lita Darmayanti, Frengki Ashari A Program Studi Teknik Sipil S1, Fakultas Teknik Universitas Riau

Lebih terperinci

Resirkulasi Air Tambak Bandeng Dengan Slow Sand Filter

Resirkulasi Air Tambak Bandeng Dengan Slow Sand Filter JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 Resirkulasi Air Tambak Bandeng Dengan Slow Sand Filter Chandra Tri Febriwahyudi*, Wahyono Hadi** Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS AIR BAKU PDAM DENGAN MEMODIFIKASI UNIT BAK PRASEDIMENTASI (STUDI KASUS: AIR BAKU PDAM NGAGEL I)

PENINGKATAN KUALITAS AIR BAKU PDAM DENGAN MEMODIFIKASI UNIT BAK PRASEDIMENTASI (STUDI KASUS: AIR BAKU PDAM NGAGEL I) PENINGKATAN KUALITAS AIR BAKU PDAM DENGAN MEMODIFIKASI UNIT BAK PRASEDIMENTASI (STUDI KASUS: AIR BAKU PDAM NGAGEL I) Dian Paramita 1 dan Nieke Karnaningroem 2 Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN GEOTEKSTIL PADA UNIT SLOW SAND FILTER UNTUK MENGOLAH AIR SIAP MINUM

PENGARUH PENAMBAHAN GEOTEKSTIL PADA UNIT SLOW SAND FILTER UNTUK MENGOLAH AIR SIAP MINUM PENGARUH PENAMBAHAN GEOTEKSTIL PADA UNIT SLOW SAND FILTER UNTUK MENGOLAH AIR SIAP MINUM Putu Rasindra Dini 1), Nurina Fitriani 2), Wahyono Hadi 3) 1) Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Air merupakan kebutuhan vital makhluk hidup. Tanpa adanya air, metabolisme dalam tubuh makhluk hidup tidak dapat berjalan dengan sempurna. Manusia membutuhkan air, terutama

Lebih terperinci

Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Warna dan Zat Organik

Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Warna dan Zat Organik Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Warna dan Zat Organik Hani Yosita Putri 3310.100.001 Dosen Pembimbing: Prof. Ir. Wahyono

Lebih terperinci

BAB VII HASIL PERENCANAAN UNIT UNIT INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM

BAB VII HASIL PERENCANAAN UNIT UNIT INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM BAB VII HASIL PERENCANAAN UNIT UNIT INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM VII.1. Umum Pada bab ini diuraikan hasil perencanaan unit-unit Instalasi Pengolahan Air Minum Kota Kendari. Sedangkan perhitungan detail

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Pada tugas akhir ini dilakukan penelitian pemanfaatan air bekas mandi. Penelitian pemanfaatan limbah air bekas bekas mandi di landaskan pada penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memasak, mandi, mencuci dan kebutuhan lainnya. Secara biologis air

BAB I PENDAHULUAN. memasak, mandi, mencuci dan kebutuhan lainnya. Secara biologis air BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia membutuhkan air dalam semua aspek kehidupan, untuk memasak, mandi, mencuci dan kebutuhan lainnya. Secara biologis air berperan pada semua proses dalam tubuh

Lebih terperinci

BAB V EVALUASI PENGOLAHAN AIR MINUM EKSISTING KAPASITAS 233 L/det

BAB V EVALUASI PENGOLAHAN AIR MINUM EKSISTING KAPASITAS 233 L/det Evaluasi Pengolahan Air Minum Eksisting Kapasitas 2 L/det BAB V EVALUASI PENGOLAHAN AIR MINUM EKSISTING KAPASITAS 2 L/det V.1. Umum Pelayanan air bersih di Kota Kendari diawali pada tahun 1928 (zaman Hindia

Lebih terperinci

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN 3.1 PERANCANGAN ALAT PENGUJIAN Desain yang digunakan pada penelitian ini berupa alat sederhana. Alat yang di desain untuk mensirkulasikan fluida dari tanki penampungan

Lebih terperinci

Pengaruh Ketebalan Media dan Rate filtrasi pada Sand Filter dalam Menurunkan Kekeruhan dan Total Coliform

Pengaruh Ketebalan Media dan Rate filtrasi pada Sand Filter dalam Menurunkan Kekeruhan dan Total Coliform JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-193 Pengaruh Ketebalan Media dan Rate filtrasi pada Sand Filter dalam Menurunkan Kekeruhan dan Total Coliform Deni Maryani,

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA Untuk mendapatkan koefisien gesek dari saluran pipa berpenampang persegi, nilai penurunan tekanan (pressure loss), kekasaran pipa dan beberapa variabel

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Persiapan Penelitian. Gambar 15 Dimensi Penampang Basah Bangunan Filtrasi HRF

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Persiapan Penelitian. Gambar 15 Dimensi Penampang Basah Bangunan Filtrasi HRF 22 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan Penelitian Saringan kasar (Horizontal Roughing Filter - HRF) merupakan pengolahan pendahuluan untuk menurunkan kekeruhan atau memisahkan padatan dalam jumlah besar serta

Lebih terperinci

Penggunaan Filter Tembikar Untuk Meningkatkan Kualitas Air Tanah Dangkal Dekat Sungai (Studi Kasus Air Sumur Dekat Sungai Kalimas, Surabaya)

Penggunaan Filter Tembikar Untuk Meningkatkan Kualitas Air Tanah Dangkal Dekat Sungai (Studi Kasus Air Sumur Dekat Sungai Kalimas, Surabaya) SEMINAR HASIL TUGAS AKHIR Penggunaan Filter Tembikar Untuk Meningkatkan Kualitas Air Tanah Dangkal Dekat Sungai (Studi Kasus Air Sumur Dekat Sungai Kalimas, Surabaya) Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas

Lebih terperinci

BAGIAN II: PROSES PENGOLAHAN SECARA FISIK

BAGIAN II: PROSES PENGOLAHAN SECARA FISIK BAGIAN II: PROSES PENGOLAHAN SECARA FISIK Dalam bagian II ini, akan dibahas pengolahan secara phisik yaitu pengolahan tanpa rekayasa penambahan bahan kimia atau bahan lain untuk pemisahan zat padat atau

Lebih terperinci

INTAKE 6. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3

INTAKE 6. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3 INTAKE 6 Program Studi Nama Mata Kuliah Teknik Lingkungan Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum Jumlah SKS 3 Pengajar Sasaran Belajar Mata Kuliah Prasyarat Deskripsi Mata Kuliah 1. Prof. Dr. Ir. Mary

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Filtrasi adalah suatu proses pemisahan zat padat dari fluida (cair atau gas) yang membawanya menggunakan suatu medium berpori atau bahan berpori lain, untuk menghilangkan

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR GAMBUT DENGAN MEDIA FILTER BATU APUNG

PENGOLAHAN AIR GAMBUT DENGAN MEDIA FILTER BATU APUNG Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol.1 No.1 PENGOLAHAN AIR GAMBUT DENGAN MEDIA FILTER BATU APUNG Anderson Edwardo, Lita Darmayanti *), dan Rinaldi *) Program Studi Teknik Sipil S1, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KETEBALAN MEDIA TERHADAP LUAS PERMUKAAN FILTER PADA BIOSAND FILTER UNTUK PENGOLAHAN AIR GAMBUT

PERBANDINGAN KETEBALAN MEDIA TERHADAP LUAS PERMUKAAN FILTER PADA BIOSAND FILTER UNTUK PENGOLAHAN AIR GAMBUT PERBANDINGAN KETEBALAN MEDIA TERHADAP LUAS PERMUKAAN FILTER PADA BIOSAND FILTER UNTUK PENGOLAHAN AIR GAMBUT Eryan Chintya Debby, Lita Darmayanti Yohanna Lilis Handayani Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1 dan 2

PENDAHULUAN. 1 dan 2 UJI PENERAPAN DAN EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR BERSIH BERBASIS KOMPAK MODULAR STUDY OF IMPLEMENTATION AND EFFECTIVENESS OF WATER TREATMENT UNITS - COMPACT MODULAR Dynta Trishana Munardy 1 dan Suprihanto

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penelitian Terdahulu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penelitian Terdahulu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Sudah banyak yang melakukan penelitian mengenai analisis kualitas air dengan alat uji model filtrasi buatan diantaranya; Eka Wahyu Andriyanto, (2010) Uji

Lebih terperinci

LOGO. Studi Penggunaan Ferrolite sebagai Campuran Media Filter untuk Penurunan Fe dan Mn Pada Air Sumur. I Made Indra Maha Putra

LOGO. Studi Penggunaan Ferrolite sebagai Campuran Media Filter untuk Penurunan Fe dan Mn Pada Air Sumur. I Made Indra Maha Putra LOGO I Made Indra Maha Putra 3308100041 Pembimbing : Alfan Purnomo, S.T.,M.T. Studi Penggunaan Ferrolite sebagai Campuran Media Filter untuk Penurunan Fe dan Mn Pada Air Sumur Sidang Lisan Tugas Akhir

Lebih terperinci

KARAKTERISTIKA ALIRAN DAN BUTIR SEDIMEN

KARAKTERISTIKA ALIRAN DAN BUTIR SEDIMEN KARAKTERISTIKA ALIRAN DAN BUTIR SEDIMEN May 14 Transpor Sedimen Karakteristika Aliran 2 Karakteristika fluida air yang berpengaruh terhadap transpor sedimen Rapat massa, ρ Viskositas, ν Variabel aliran

Lebih terperinci

Kajian Efisiensi Proses dan Operasi Unit Filter pada Instalasi IPA Paket Kedunguling PDAM Kabupaten Sidoarjo

Kajian Efisiensi Proses dan Operasi Unit Filter pada Instalasi IPA Paket Kedunguling PDAM Kabupaten Sidoarjo JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-10 Kajian Efisiensi Proses dan Operasi Unit Filter pada Instalasi IPA Paket Kedunguling PDAM Kabupaten Sidoarjo Abdul Rochman

Lebih terperinci

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA BADAN REGULATOR PELAYANAN AIR MINUM DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA LAPORAN KUNJUNGAN KERJA PDAM TIRTA KHATULISTIWA KOTA PONTIANAK Oleh : Ir. Tano Baya Ir. Tatit Palgunadi Camelia Indah Murniwati, ST Bidang

Lebih terperinci

PERENCANAAN MOBILE WATER TREATMENT PADA MOBIL PICK UP DAIHATSU GRAN MAX DESIGN OF MOBILE WATER TREATMENT ON DAIHATSU GRAN MAX PICK UP CAR

PERENCANAAN MOBILE WATER TREATMENT PADA MOBIL PICK UP DAIHATSU GRAN MAX DESIGN OF MOBILE WATER TREATMENT ON DAIHATSU GRAN MAX PICK UP CAR PERENCANAAN MOBILE WATER TREATMENT PADA MOBIL PICK UP DAIHATSU GRAN MAX DESIGN OF MOBILE WATER TREATMENT ON DAIHATSU GRAN MAX PICK UP CAR Mufidatus Shofi dan Hariwiko Indarjanto Jurusan Teknik Lingkungan

Lebih terperinci

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I SEDIMENTASI

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I SEDIMENTASI PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I SEDIMENTASI NAMA KELOMPOK : 1. FITRIYATUN NUR JANNAH (5213412006) 2. FERA ARINTA (5213412017) 3. DANI PRASETYA (5213412037) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITTAS

Lebih terperinci

PERENCAANAAN MOBILE WATER TREATMENT PADA MOBIL PICK UP SUZUKI CARRY

PERENCAANAAN MOBILE WATER TREATMENT PADA MOBIL PICK UP SUZUKI CARRY PERENCAANAAN MOBILE WATER TREATMENT PADA MOBIL PICK UP SUZUKI CARRY Nafisah, H. 1 dan Indaryanto, H. 1 Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP - ITS Surabaya, email: chil@enviro.its.ac.id Abstrak Sungai dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air adalah kebutuhan pokok bagi semua makhluk hidup di dunia. Air dapat berbentuk padat, cair, dan gas. Air di bumi digolongkan menjadi 3 bagian pokok, yaitu air hujan,

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA FILTRASI ARANG AKTIF TERHADAP KEKERUHAN, WARNA DAN TDS PADA AIR TELAGA DI DESA BALONGPANGGANG. Sulastri**) dan Indah Nurhayati*)

PENGARUH MEDIA FILTRASI ARANG AKTIF TERHADAP KEKERUHAN, WARNA DAN TDS PADA AIR TELAGA DI DESA BALONGPANGGANG. Sulastri**) dan Indah Nurhayati*) PENGARUH MEDIA FILTRASI ARANG AKTIF TERHADAP KEKERUHAN, WARNA DAN TDS PADA AIR TELAGA DI DESA BALONGPANGGANG Sulastri**) dan Indah Nurhayati*) Abstrak : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menurunkan

Lebih terperinci

KLASIFIKASI PADATAN MENGGUNAKAN ALIRAN FLUIDA

KLASIFIKASI PADATAN MENGGUNAKAN ALIRAN FLUIDA Yogyakarta, 3 November 212 KLASIFIKASI PADATAN MENGGUNAKAN ALIRAN FLUIDA Ir. Adullah Kuntaarsa, MT, Ir. Drs. Priyo Waspodo US, MSc, Christine Charismawaty Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

APLIKASI BIOSAND FILTER DENGAN PENAMBAHAN MEDIA KARBON (ARANG KAYU) UNTUK PENGOLAHAN AIR SUMUR DAERAH GAMBUT

APLIKASI BIOSAND FILTER DENGAN PENAMBAHAN MEDIA KARBON (ARANG KAYU) UNTUK PENGOLAHAN AIR SUMUR DAERAH GAMBUT APLIKASI BIOSAND FILTER DENGAN PENAMBAHAN MEDIA KARBON (ARANG KAYU) UNTUK PENGOLAHAN AIR SUMUR DAERAH GAMBUT Okdika Berliandra 1), Yohanna Lilis Handayani 2), Lita Darmayanti 2) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PENGARUH ROUGHING FILTER DAN SLOW SAND FILTER DALAM PENGOLAHAN AIR MINUM DENGAN AIR BAKU DARI INTAKE KARANG PILANG TERHADAP PARAMETER FISIK

PENGARUH ROUGHING FILTER DAN SLOW SAND FILTER DALAM PENGOLAHAN AIR MINUM DENGAN AIR BAKU DARI INTAKE KARANG PILANG TERHADAP PARAMETER FISIK PENGARUH ROUGHING FILTER DAN SLOW SAND FILTER DALAM PENGOLAHAN AIR MINUM DENGAN AIR BAKU DARI INTAKE KARANG PILANG TERHADAP PARAMETER FISIK INFLUENCE OF ROUGHING FILTER AND SLOW SAND FILTER IN DRINKING

Lebih terperinci

BAB VIII UNIT DAUR ULANG DAN SPESIFIKASI TEKNIS Sistem Daur Ulang

BAB VIII UNIT DAUR ULANG DAN SPESIFIKASI TEKNIS Sistem Daur Ulang BAB VIII UNIT DAUR ULANG DAN SPESIFIKASI TEKNIS 8.1. Sistem Daur Ulang Di BTIK Magetan mempunyai dua unit IPAL yang masingmasing berkapasitas 300 m 3 /hari, jadi kapasitas total dua IPAL 600 m 3 /hari.

Lebih terperinci

BAB III FLUIDISASI. Gambar 3.1. Skematik proses fluidisasi

BAB III FLUIDISASI. Gambar 3.1. Skematik proses fluidisasi BAB III FLUIDISASI 3.1 FENOMENA FLUIDISASI 3.1.1 Proses Fluidisasi Bila suatu zat cair atau gas dilewatkan melalui lapisan hamparan partikel padat pada kecepatan rendah, partikel-partikel itu tidak bergerak.

Lebih terperinci

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian dan Pembahasan b. Menghitung pengaruh gaya-gaya yang bekerja pada pemisahan materi berat-ringan dalam reaktor jig, yaitu gaya gravitasi (gaya berat), gaya buoyant, dan gaya drag terhadap waktu pemisahan materi. c. Perhitungan

Lebih terperinci

PERENCANAAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR (IPA) BANJAR BAKULA WILAYAH BARAT INSTALLATION OF WATER TREATMENT BANJAR BAKULA WESTERN REGION

PERENCANAAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR (IPA) BANJAR BAKULA WILAYAH BARAT INSTALLATION OF WATER TREATMENT BANJAR BAKULA WESTERN REGION PERENCANAAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR (IPA) BANJAR BAKULA WILAYAH BARAT INSTALLATION OF WATER TREATMENT BANJAR BAKULA WESTERN REGION Ade Fitria 1, Chairul Abdi, ST., MT 2 dan Riza Miftahul Khair, ST., M.Eng

Lebih terperinci

LABORATORIUM PERLAKUAN MEKANIK

LABORATORIUM PERLAKUAN MEKANIK LABORATORIUM PERLAKUAN MEKANIK SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2013 / 2014 MODUL PEMBIMBING : Plate and Frame Filter Press : Iwan Ridwan, ST, MT Tanggal Praktikum : 10 Juni 2014 Tanggal Pengumupulan : 21 Juni

Lebih terperinci

SEMINAR AKHIR. Mahasiswa Yantri Novia Pramitasari Dosen Pembimbing Alfan Purnomo, ST. MT.

SEMINAR AKHIR. Mahasiswa Yantri Novia Pramitasari Dosen Pembimbing Alfan Purnomo, ST. MT. SEMINAR AKHIR KAJIAN KINERJA TEKNIS PROSES DAN OPERASI UNIT KOAGULASI-FLOKULASI-SEDIMENTASI PADA INSTALASI PENGOLAHAN AIR (IPA) BABAT PDAM KABUPATEN LAMONGAN Mahasiswa Yantri Novia Pramitasari 3309 100

Lebih terperinci

BAB IV PENGUKURAN KEHILANGAN ENERGI AKIBAT BELOKAN DAN KATUP (MINOR LOSSES)

BAB IV PENGUKURAN KEHILANGAN ENERGI AKIBAT BELOKAN DAN KATUP (MINOR LOSSES) BAB IV PENGUKURAN KEHILANGAN ENERGI AKIBAT BELOKAN DAN KATUP (MINOR LOSSES) 4.1 Pendahuluan Kerugian tekan (headloss) adalah salah satu kerugian yang tidak dapat dihindari pada suatu aliran fluida yang

Lebih terperinci

PROPOSAL PERMOHONAN KERJA PRAKTEK SISTEM PRODUKSI INSTALASI PENGOLAHAN AIR (IPA) PDAM KOTA MALANG

PROPOSAL PERMOHONAN KERJA PRAKTEK SISTEM PRODUKSI INSTALASI PENGOLAHAN AIR (IPA) PDAM KOTA MALANG PROPOSAL PERMOHONAN KERJA PRAKTEK SISTEM PRODUKSI INSTALASI PENGOLAHAN AIR (IPA) PDAM KOTA disusun oleh : ERVANDO TOMMY AL-HANIF 21080113140081 FAKULTAS TEKNIK SEMARANG 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS AIR BAKU PDAM SIDOARJO MENGGUNAKAN ROUGHING FILTER UPFLOW DENGAN MEDIA PECAHAN GENTENG BETON

PENINGKATAN KUALITAS AIR BAKU PDAM SIDOARJO MENGGUNAKAN ROUGHING FILTER UPFLOW DENGAN MEDIA PECAHAN GENTENG BETON PENINGKATAN KUALITAS AIR BAKU PDAM SIDOARJO MENGGUNAKAN ROUGHING FILTER UPFLOW DENGAN MEDIA PECAHAN GENTENG BETON Dito Widha Hutama dan Nieke Karnaningroem Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN AIR BERSIH DENGAN SISTEM SARINGAN PASIR LAMBAT (DOWNFLOW) YANG BERSUMBER DARI SUNGAI MUSI

TEKNIK PENGOLAHAN AIR BERSIH DENGAN SISTEM SARINGAN PASIR LAMBAT (DOWNFLOW) YANG BERSUMBER DARI SUNGAI MUSI TEKNIK PENGOLAHAN AIR BERSIH DENGAN SISTEM SARINGAN PASIR LAMBAT (DOWNFLOW) YANG BERSUMBER DARI SUNGAI MUSI Rachmat Quddus Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya Jl. Palembang-Prabumulih

Lebih terperinci

APLIKASI TEKNOLOGI FILTRASI UNTUK MENGHASILKAN AIR BERSIH DARI AIR HASIL OLAHAN IPAL DI RUMAH SAKIT ISLAM SURABAYA

APLIKASI TEKNOLOGI FILTRASI UNTUK MENGHASILKAN AIR BERSIH DARI AIR HASIL OLAHAN IPAL DI RUMAH SAKIT ISLAM SURABAYA APLIKASI TEKNOLOGI FILTRASI UNTUK MENGHASILKAN AIR BERSIH DARI AIR HASIL OLAHAN IPAL DI RUMAH SAKIT ISLAM SURABAYA Damiyana Krismayasari**) dan Sugito*) Abstrak : Peningkatan jumlah pasien dan pelayanan

Lebih terperinci

DESAIN SARINGAN PASIR LAMBAT PADA INSTALASI PENGOLAHAN AIR BERSIH (IPAB) KOLHUA KOTA KUPANG. Sudiyo utomo 1 Tri. M. W. Sir 2 Albert Sonbay 3 ABSTRACT

DESAIN SARINGAN PASIR LAMBAT PADA INSTALASI PENGOLAHAN AIR BERSIH (IPAB) KOLHUA KOTA KUPANG. Sudiyo utomo 1 Tri. M. W. Sir 2 Albert Sonbay 3 ABSTRACT DESAIN SARINGAN PASIR LAMBAT PADA INSTALASI PENGOLAHAN AIR BERSIH (IPAB) KOLHUA KOTA KUPANG Sudiyo utomo 1 Tri. M. W. Sir 2 Albert Sonbay 3 ABSTRACT Kolhua IPAB is a means of channeling water to the people

Lebih terperinci

KINERJA BIOSAND FILTER DALAM MENYISIHKAN TOTAL COLIFORM DI AIR TANAH DANGKAL

KINERJA BIOSAND FILTER DALAM MENYISIHKAN TOTAL COLIFORM DI AIR TANAH DANGKAL KINERJA BIOSAND FILTER DALAM MENYISIHKAN TOTAL COLIFORM DI AIR TANAH DANGKAL Tivany Edwin, Agung Kelik Satiyadi,, Yommi Dewilda Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Universitas Andalas Email: tivanyedwin@ft.unand.ac.id

Lebih terperinci

JUDUL TUGAS AKHIR ANALISA KOEFISIEN GESEK PIPA ACRYLIC DIAMETER 0,5 INCHI, 1 INCHI, 1,5 INCHI

JUDUL TUGAS AKHIR  ANALISA KOEFISIEN GESEK PIPA ACRYLIC DIAMETER 0,5 INCHI, 1 INCHI, 1,5 INCHI JUDUL TUGAS AKHIR http://www.gunadarma.ac.id/ ANALISA KOEFISIEN GESEK PIPA ACRYLIC DIAMETER 0,5 INCHI, 1 INCHI, 1,5 INCHI ABSTRAKSI Alat uji kehilangan tekanan didalam sistem perpipaan dibuat dengan menggunakan

Lebih terperinci

TL-4102 PBPAL. Pengolahan Pertama PENYARINGAN

TL-4102 PBPAL. Pengolahan Pertama PENYARINGAN TL-4102 PBPAL Pengolahan Pertama PENYARINGAN PENYARINGAN (SCREEN) : Unit operasi pertama dalam IPAL Domestik Prinsip : Suatu peralatan dengan bukaan yang biasanya berukuran uniform yang dipergunakan untuk

Lebih terperinci

BAB 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN SKALA KECIL

BAB 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN SKALA KECIL BAB 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN SKALA KECIL 5.1 Masalah Air Limbah Layanan Kesehatan Air limbah yang berasal dari unit layanan kesehatan misalnya air limbah rumah sakit,

Lebih terperinci

Kajian Pengolahan Air Gambut Dengan Upflow Anaerobic Filter dan Slow Sand Filter. Oleh: Iva Rustanti Eri /

Kajian Pengolahan Air Gambut Dengan Upflow Anaerobic Filter dan Slow Sand Filter. Oleh: Iva Rustanti Eri / Kajian Pengolahan Air Gambut Dengan Upflow Anaerobic Filter dan Slow Sand Filter Oleh: Iva Rustanti Eri / 3307201001 Senyawa Dominan Air Gambut Tujuan Penelitian Melakukan kajian terhadap: 1. kondisi lingkungan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul

Lebih terperinci

ALIRAN PADA PIPA. Oleh: Enung, ST.,M.Eng

ALIRAN PADA PIPA. Oleh: Enung, ST.,M.Eng ALIRAN PADA PIPA Oleh: Enung, ST.,M.Eng Konsep Aliran Fluida Hal-hal yang diperhatikan : Sifat Fisis Fluida : Tekanan, Temperatur, Masa Jenis dan Viskositas. Masalah aliran fluida dalam PIPA : Sistem Terbuka

Lebih terperinci

Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Industri Agar-agar

Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Industri Agar-agar D92 Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Industri Agar-agar Adelia Puspita Sari dan Adhi Yuniarto* Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 3, Nomor 2, Juni 2011, Halaman ISSN:

Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 3, Nomor 2, Juni 2011, Halaman ISSN: Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 3, Nomor 2, Juni 2011, Halaman 125 135 ISSN: 2085 1227 Peningkatan Kinerja Unit Filtrasi di Instalasi Pengolahan Air Minum Unit Sewon-Bantul dengan Penggantian

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antarmolekul

Lebih terperinci

Efektifitas Backwashing Untuk Menjaga Kinerja Rapid Sand Filter Di Daerah Gambut Hugo Pratama 1), Yohanna Lilis Handayani 2), Bambang Sujatmoko) 3

Efektifitas Backwashing Untuk Menjaga Kinerja Rapid Sand Filter Di Daerah Gambut Hugo Pratama 1), Yohanna Lilis Handayani 2), Bambang Sujatmoko) 3 Efektifitas Backwashing Untuk Menjaga Kinerja Rapid Sand Filter Di Daerah Gambut Hugo Pratama 1), Yohanna Lilis Handayani 2), Bambang Sujatmoko) 3 Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil 1), Dosen Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PEMANFAATAN AERASI UNTUK MENGURANGI KADAR COD DAN FOSFAT DALAM AIR LIMBAH CAR WASH

PEMANFAATAN AERASI UNTUK MENGURANGI KADAR COD DAN FOSFAT DALAM AIR LIMBAH CAR WASH PEMANFAATAN AERASI UNTUK MENGURANGI KADAR COD DAN FOSFAT DALAM AIR LIMBAH CAR WASH Rizqa Mikaviany Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS),

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS UNIT SLOW SAND FILTER DALAM MENURUNKAN KEKERUHAN, SALINITAS, TDS SERTA COD PADA PENGOLAHAN AIR PAYAU MENJADI AIR BERSIH

EFEKTIFITAS UNIT SLOW SAND FILTER DALAM MENURUNKAN KEKERUHAN, SALINITAS, TDS SERTA COD PADA PENGOLAHAN AIR PAYAU MENJADI AIR BERSIH EFEKTIFITAS UNIT SLOW SAND FILTER DALAM MENURUNKAN KEKERUHAN, SALINITAS, TDS SERTA COD PADA PENGOLAHAN AIR PAYAU MENJADI AIR BERSIH Ikafiyanna Ayu P Andini 3310100011 Dosen Pembimbing: Alfan Purnomo, S.T.,

Lebih terperinci

KONTRAK PERKULIAHAN. Dosen Pengasuh : Yuli Darni, S.T., M.T.

KONTRAK PERKULIAHAN. Dosen Pengasuh : Yuli Darni, S.T., M.T. KONTRAK PERKULIAHAN Mata kuliah : Proses Industri Kimia Dosen Pengasuh : Yuli Darni, S.T., M.T. JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVWERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2009 KONTRAK PERKULIAHAN Mata Kuliah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demikian, masyarakat akan memakai air yang kurang atau tidak bersih yang

BAB I PENDAHULUAN. demikian, masyarakat akan memakai air yang kurang atau tidak bersih yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan yang pertama bagi terselenggaranya kesehatan yang baik adalah tersedianya air yang memadai dari segi kuantitas dan kualitasnya yang memenuhi syarat kebersihan

Lebih terperinci

MODEL BANGUNAN PENDUKUNG PINTU AIR PAK TANI BERBAHAN JENIS KAYU DAN BAN SEBAGAI PINTU IRIGASI

MODEL BANGUNAN PENDUKUNG PINTU AIR PAK TANI BERBAHAN JENIS KAYU DAN BAN SEBAGAI PINTU IRIGASI MODEL BANGUNAN PENDUKUNG PINTU AIR PAK TANI BERBAHAN JENIS KAYU DAN BAN SEBAGAI PINTU IRIGASI TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan Memenuhi syarat untuk menempuh Colloquium Doctum/ Ujian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1. KLASIFIKASI FLUIDA Fluida dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, tetapi secara garis besar fluida dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu :.1.1 Fluida Newtonian

Lebih terperinci

ISBN

ISBN ISBN 978-979-98831-1-7 Proceeding Simposium Nasional IATMI 25-28 Juli 2007, UPN Veteran Yogyakarta STUDI KEMUNGKINAN PENGGUNAAN FIBER SEBAGAI SARINGAN PASIR DI INDUSTRI MIGAS Oleh : Suwardi UPN VETERAN

Lebih terperinci

KEHILANGAN HEAD ALIRAN AKIBAT PERUBAHAN PENAMPANG PIPA PVC DIAMETER 12,7 MM (0,5 INCHI) DAN 19,05 MM (0,75 INCHI).

KEHILANGAN HEAD ALIRAN AKIBAT PERUBAHAN PENAMPANG PIPA PVC DIAMETER 12,7 MM (0,5 INCHI) DAN 19,05 MM (0,75 INCHI). KEHILANGAN HEAD ALIRAN AKIBAT PERUBAHAN PENAMPANG PIPA PVC DIAMETER 12,7 MM (0,5 INCHI) DAN 19,05 MM (0,75 INCHI). Tugas Akhir, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma,,2013

Lebih terperinci

Oleh : Aisyah Rafli Puteri Dosen Pembimbing : Dr.Ir. Nieke Karnaningroem, MSc

Oleh : Aisyah Rafli Puteri Dosen Pembimbing : Dr.Ir. Nieke Karnaningroem, MSc STUDI PENURUNAN KEKERUHAN AIR KALI SURABAYA DENGAN PROSES FLOKULASI DALAM BENTUK FLOKULATOR PIPA CIRCULAR Oleh : Aisyah Rafli Puteri 3307100022 Dosen Pembimbing : Dr.Ir. Nieke Karnaningroem, MSc 19550128

Lebih terperinci

Losses in Bends and Fittings (Kerugian energi pada belokan dan sambungan)

Losses in Bends and Fittings (Kerugian energi pada belokan dan sambungan) Panduan Praktikum Fenomena Dasar 010 A. Tujuan Percobaan: Percobaan 5 Losses in Bends and Fittings (Kerugian energi pada belokan dan sambungan) 1. Mengamati kerugian tekanan aliran melalui elbow dan sambungan.

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian Penelitian biofiltrasi ini targetnya adalah dapat meningkatkan kualitas air baku IPA Taman Kota Sehingga masuk baku mutu Pergub 582 tahun 1995 golongan B yakni

Lebih terperinci

Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Warna dan Zat Organik

Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Warna dan Zat Organik JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-167 Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter

Lebih terperinci

BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK

BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK 286 12.1 PENDAHULUAN 12.1.1 Permasalahan Masalah pencemaran lingkungan di kota besar misalnya di Jakarta, telah

Lebih terperinci

BAGIAN IV: PEMILIHAN PROSES PENGOLAHAN

BAGIAN IV: PEMILIHAN PROSES PENGOLAHAN BAGIAN IV: PEMILIHAN PROSES PENGOLAHAN BAB 9 DIAGRAM ALIR PROSES BERDASAR AIR BAKU RINGKASAN Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa dapat merangkai diagram alir proses pengolahan air minum dengan air baku

Lebih terperinci

Studi Kinerja Slow Sand Filter dengan Bantuan Lampu Light Emitting-Diode (LED) Putih

Studi Kinerja Slow Sand Filter dengan Bantuan Lampu Light Emitting-Diode (LED) Putih F207 Studi Kinerja Slow Sand Filter dengan Bantuan Lampu Light Emitting-Diode (LED) Putih Carissa Y. Ekadewi dan Wahyono Hadi Departemen Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian,

Lebih terperinci

KAJIAN EKSPERIMEN COOLING WATER DENGAN SISTEM FAN

KAJIAN EKSPERIMEN COOLING WATER DENGAN SISTEM FAN KAJIAN EKSPERIMEN COOLING WATER DENGAN SISTEM FAN Nama : Arief Wibowo NPM : 21411117 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Rr. Sri Poernomo Sari, ST., MT. Latar Belakang

Lebih terperinci