PENDEKATAN EKONOMETRIKA PANEL SPASIAL UNTUK PEMODELAN PDRB SEKTOR INDUSTRI DI SWP GERBANGKERTASUSILA DAN MALANG-PASURUAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDEKATAN EKONOMETRIKA PANEL SPASIAL UNTUK PEMODELAN PDRB SEKTOR INDUSTRI DI SWP GERBANGKERTASUSILA DAN MALANG-PASURUAN"

Transkripsi

1 PENDEKATAN EKONOMETRIKA PANEL SPASIAL UNTUK PEMODELAN PDRB SEKTOR INDUSTRI DI SWP GERBANGKERTASUSILA DAN MALANG-PASURUAN Irma Fatmawati 1, Dr. Ir. Setiawan, M.S. 2, dan Muhammad Sjahid Akbar, S.Si. M.Si. 3 1 Mahasiswa Jurusan Statistika FMIPA-ITS, 2 Dosen Jurusan Statistika FMIPA-ITS, 3 Dosen Jurusan Statistika FMIPA-ITS 1 irmafatmawati@rocketmail.com, 2 setiawan@statistika.s.ac.id, 3 m_sjahid_a@statistika.s.ac.id Abstrak Sektor industri adalah salah satu sektor yang berperan besar dalam pertumbuhan ekonomi Jawa Timur. Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) Gerbangkertasusila dan Malang-Pasuruan merupakan dua kawasan yang memiliki sektor unggulan industri serta memiliki kedekatan lokasi. Penelian sebelumnya pada PDRB sektor industri di Jawa Timur dengan memperhatikan interaksi spasial hanya menggunakan data selama satu tahun sehingga belum dapat deli efek spesifik spasial yang terjadi. Penelian ini membuat pemodelan PDRB sektor industri pada SWP Gerbangkertasusila dan SWP Malang-Pasuruan dengan melibatkan interaksi spasial serta menggunakan data selama lima tahun agar dapat diketahui efek spesifik spasial yang terjadi. Model yang dihasilkan adalah model Spatial Autoregressive (SAR) dengan spatial fixed effect dengan variabel independen yang mempengaruhinya adalah kelompok pengeluaran belanja dan kelompok tenaga kerja. Koefisien spasial lag maupun efek spasial yang signifikan menunjukkan adanya perbedaan model pada masing-masing SWP Gerbangkertasusila dan Malang-Pasuruan. Kata kunci : PDRB sektor industri, spasial, panel, interaksi, efek spesifik 1. Pendahuluan Sektor industri merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan cukup besar dalam pertumbuhan ekonomi Jawa Timur. Industri manufaktur di Jawa Timur terkonsentrasi pada tiga Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) yau SWP Gerbang Kertasusila, SWP Malang-Pasuruan serta SWP Kediri dan sekarnya. Analisis ekonomi regional pada PBRB sektor industri perlu dilakukan dengan memperhatikan keterkaan spasial antar kabupaten/kota serta efek spesifik spasial yang terjadi agar diperoleh model yang sesuai serta kesimpulan yang tepat. Efek spasial dibedakan menjadi dua bagian yau dependensi spasial dan heterogenas spasial (Anselin, 1988). Dependensi spasial terjadi pada daerah yang saling berdekatan. SWP Gerbang Kertasusila dan SWP Malang-Pasuruan saling berdekatan sehingga kabupaten/kota pada kedua SWP tersebut memiliki kedekatan lokasi. Penelian sebelumnya dengan melibatkan interaksi spasial telah dilakukan diantaranya oleh Halim, dkk. (28), Muchlisoh (28), dan Yunasari (29). Yunasari (29) telah melakukan penelian pada PDRB sektor industri dengan menggunakan data selama satu tahun sehingga belum dapat diketahui efek spesifik spasial yau spasial dan periode waktu yang terjadi. meneli data selama satu tahun sehingga belum menjelaskan pengaruh periode waktu terhadap besarnya nilai PDRB sektor industri. Penelian lebih lanjut pada PDRB sektor industri dengan memperhatikan efek spasial maupun periode waktu. Penelian ini akan menganalisis data PDRB sektor industri dengan menggunakan model panel spasial sehingga dapat diketahui efek spasial maupun periode waktu serta memperhatika keterkaan spasial antar kabupaten/ kota di SWP Gerbangkertasusila dan SWP Malang-Pasuruan. Manfaat yang ingin dicapai dalam penelian ini adalah dapat memberikan informasi kepada pemerintah berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi PDRB sektor industri agar dapat mengarahkan kebijakan pembangunan yang terbaik bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kemajuan setiap kabupaten/kota. 2. Tinjauan Pustaka Model Pertumbuhan Ekonomi Model pertumbuhan ekonomi menggunakan fungsi produksi Cobb Douglas berbentuk tidak linear, tetapi dengan cara transformasi ln model dapat menjadi linear. Model fungsi Cobb Douglas : - Y = β X e bila hanya terdapat sebuah input - Y = β X X e bila terdapat dua buah input Model tersebut dapat dilinearkan dengan cara dilakukan transformasi ln, sehingga model menjadi : ln(y) = ln(β ) + β ln(x ) + β ln(x ) + ε (1) Jika ln(y) = Y ; ln(β ) = β ln(x ) = X ; ln(x ) = X, maka model sudah linear dan menjadi: 1

2 Y = β + β X + β X + ε (2) Koefisien regresi merupakan besaran elastisas produksi, yau persentase perubahan output sebagai akibat berubahnya input sebesar satu persen. adalah error yang diasumsikan identik, independen, dan berdistribusi normal dengan ε~n(, σ ). Model PDRB Sektoral Persamaan PDRB berdasarkan Bappenas (26) terdiri dari 1 persamaan, yau 9 persamaan struktural dan satu persamaan identas. Persamaan struktural yau persamaan output sektor PDRB dan satu persamaan identas, yau total PDRB sektoral dalam persamaan sebagai berikut: Y = a WGY + a ISY + a IDY + a BMD + a BBJ + ε (3) Y = b TKY + b BPG + b DT + ε (4) Y = c TKY + c ISY + c BMD + c BBJ + c BPG + ε (5) Y = d TKY + d ISY + d BBJ + ε (6) Y = e TKY + e IDY + e BMD + e BBJ + e BPG + ε (7) Y = f TKY + f IDY + f BMD + f BPG + ε (8) Y = g TKY + g IDY + g BMD + g BBJ + g BPG + ε (9) Y = h TKY + h ISY + h BMD + h BPG + ε (1) Y = i TKY + i IDY + i BMD + i BBJ + i BPG + ε (11) PDRB = Y + Y + Y + Y + Y + Y + Y + Y + Y (12) Keterangan: Y = output PDRB sektor pertanian Y = output PDRB sektor pertambangan Y = output PDRB sektor industri Y = output PDRB sektor listrik gas dan air Y = output PDRB sektor bangunan Y = output PDRB sektor perdagangan Y = output PDRB sektor transportasi dan angkutan Y = output PDRB sektor lembanga keuangan Y = output PDRB sektor jasa-jasa WGY = upah sektor pertanian BPG = pengeluaran untuk belanja pegawai BBJ = pengeluaran untuk belanja barang dan jasa BMD = pengeluaran untuk belanja modal ISY = Investasi Swasta di masing-masing sektor i IDY = Investasi Pemerintah Daerah di masing-masing sektor i Tanda parameter yang diharapkan a 1 <, dan a 2, a 3, a 4, b 1, b 2, c 1, c 2, c 3, c 4, d 1, d 2, e 1, e 2, e 3, e 4, f 1, f 2, f 3, g 1, g 2, g 3, g 4, h 1, h 2, h 3, i 1, i 2, i 3, i 4 >. Model Spasial untuk Data Panel Model regresi linear pada data panel yang memiliki efek spesifik spasial tanpa efek interaksi spasial menurut Elhorst (23) dinyatakan pada persamaan berikut. y = x β + µ i +ε (13) i adalah indeks pada dimensi cross-sectional (un-un spasial) dengan i = 1,,K dan t adalah indeks pada dimensi waktu (periode waktu) dengan t = 1,,T. y adalah un pengamatan pada variabel dependen un ke-i dan waktu ke-t, x menunjukkan vektor observasi pada variabel independen pada un spasial ke-i untuk periode waktu ke-t, β vektor parameter dan ε adalah error yang berdistribusi independen dan identik untuk setiap i dan t dengan mean dan varians σ 2. µ i adalah efek spesifik spasial Model regresi linear pada data panel yang terdapat interaksi diantara un-un spasial akan memiliki variabel dependen spasial lag atau spasial proses pada error yang biasanya disebut model spasial lag dan model spasial error (Elhorst, 29). a. Model Spasial Lag (SAR) Model spasial lag dinyatakan pada persamaan berikut N y w y x (14) j1 ij jt i 2

3 dimana adalah koefisien spasial autoregressive dan W adalah adalah matriks pembobot/penimbang spasial dengan elemen-elemen diagonalnya sama dengan nol. b. Model Spasial Error (SEM) Model spasial error dinyatakan pada persamaan berikut. y x i N ; w (15) dimana adalah autokorelasi spasial pada error dan adalah koefisien autokorelasi spasial.. Matriks Pembobot/Penimbang Spasial (Spatial Weighting Matrix) Matriks pembobot/penimbang spasial (W) dapat diperoleh berdasarkan informasi jarak dari ketetanggaan (neighborhood), atau dalam kata lain dari jarak antara satu region dengan region yang lain. Beberapa metode untuk mendefinisikan hubungan persinggungan (contiguy) antar region menurut LeSage (1999) antara lain sebagai berikut: a. Linear Contiguy (Persinggungan tepi). Persinggungan tepi mendefinisikan w ij =1 untuk region yang berada di tepi (edge) kiri maupun kanan region yang menjadi perhatian, w ij = untuk region lainnya. b. Rook Contiguy (Persinggungan sisi). Persinggungan sisi mendefinisikan w ij =1 untuk region yang bersisian (common side) dengan region yang menjadi perhatian, w ij = untuk region lainnya. c. Bhisop Contiguy (Persinggungan sudut). Persinggungan sudut mendefinisikan w ij =1 untuk region yang tik sudutnya (common vertex) bertemu dengan sudut region yang menjadi perhatian, wij= untuk region lainnya. d. Double Linear Contiguy (Persinggungan dua tepi). Persinggungan dua tepi mendefinisikan w ij =1 untuk dua enty yang berada di sisi (edge) kiri dan kanan region yang menjadi perhatian, w ij = untuk region lainnya. e. Double Rook Contiguy (Persinggungan dua sisi). Persinggungan dua sisi mendefinisikan w ij =1 untuk dua enty di kiri, kanan, utara dan selatan region yang menjadi perhatian, w ij = untuk region lainnya. f. Queen Contiguy (persinggungan sisi-sudut). Persinggungan sisi-sudut mendefinisikan w ij =1 untuk enty yang bersisian (common side) atau tik sudutnya (common vertex) bertemu dengan region yang menjadi perhatian, w ij = untuk region lainnya. Sebagai contoh, perhatikan Gambar 2.1 yang merupakan ilustrasi lima region yang tampak pada peta. j 1 ij (2) (1) Gambar 1. Ilustrasi contiguy (Persinggungan) Apabila digunakan metode rook contiguy maka diperoleh susunan matriks berukuran 5 5, sebagai berikut: Baris dan kolom menyatakan region yang ada pada peta. Matriks pembobot/penimbang spasial merupakan matriks simetris dengan kaidah bahwa diagonal utama selalu nol. Transformasi dilakukan untuk mendapatkan jumlah baris yang sama yau satu, sehingga matriks tersebut menjadi: (4) (3) (5) 3

4 1 W Estimasi Model Data Panel Estimasi model pada data panel berdasarkan Gujarati (24) meliputi model fixed effect dan model random effect. a. Model Fixed Effect Model fixed effect adalah teknik mengestimasi data panel dengan menggunakan variabel dummy untuk menangkap adanya perbedaan intersep. Model ini sangat tergantung dari asumsi yang ka buat tentang intersep, koefisien slope dan residualnya. Ada beberapa kemungkinan yang akan muncul yau: 1. Diasumsikan intersep dan slope adalah tetap sepanjang waktu. 2. Diasumsikan slope adalah tetap tetapi intersep berbeda antar individu. 3. Diasumsikan slope tetap tetapi intersep berbeda baik antar waktu maupun antar individu. 4. Diasumsikan intersep dan slope berbeda antar individu 5. Diasumsikan intersep dan slope berbeda antar waktu dan antar individu. Beberapa kemungkinan tersebut menunjukkan semakin banyak variabel eksplanatori maka akan semakin kompleks estimasi parameternya. b. Model Random Effect Estimasi data panel dengan fixed effect menununjukkan ketidakpastian model yang akan digunakan. Model random effect digunakan untuk mengatasi masalah tersebut. Model random effect mengasumsikan setiap variabel mempunyai perbedaan intersep. Intersep diasumsikan sebagai variabel random atau stokastik. Goodness of F Pengukuran kreria kebaikan model dilakukan dengan mengukur koefisien determinasi (R 2 ) dan corr square yau koefisien korelasi kuadrat antara variabel dependen dengan variabel dependen taksiran. Perhungan R 2 dan corr square menggunakan persamaan berikut (Elhorst, 29). R Ω (e, Ω) = 1 4 () () (16) Y adalah mean dari variabel dependen dan e adalah residual model, sedangkan perhungan corr 2 menggunakan persamaan sebagai berikut. corr Y, Y = () () [() ()][() ()] Y adalah vektor dari nilai taksiran. Berbeda dengan R 2 perhungan corr 2 tanpa melibatkan variasi pada spasial fixed effect sehingga selisih antara nilai R 2 dan corr 2 menunjukkan variasi yang dapat dijelaskan oleh fixed effect. Pengujian Asumsi Model Suatu model ekonometrika harus memenuhi uji asumsi model regresi, yau IIDN (suatu variabel random yang identik, independen dan mengikuti distribusi normal). Adapun uraian mengenai pengujian masing-masing asumsi adalah sebagai berikut: a. Asumsi Normalas Asumsi persyaratan normalas harus terpenuhi untuk mengetahui apakah residual dari data berdistribusi normal. Cara pengujian normalas salah satunya dapat dilakukan dengan Kolmogorov- Smirnov normaly test dengan hipotesis sebagai berikut (Daniel, 1989). H : data sampel berasal dari distribusi normal H 1 : data sampel tidak berasal dari distribusi normal Statistik uji yang digunakan adalah D dengan D adalah D = Sup F (x) F (x) (18) Dasar penolakan H adalah tolak H jika D > D, D adalah nilai kris untuk uji Kolmogorov- Smirnov satu sampel yang diperoleh dari tabel Kolmogorov-Smirnov satu sampel. F (x) adalah nilai (17)

5 distribusi kumulatif sampel F (x) adalah nilai distribusi kumulatif dibawah H P(Z < Z ). Apabila pengujian normalas tidak dapat dipenuhi maka solusinya dapat dilakukan dengan: transformasi data, pendeteksian data outlier (pencilan), dan regresi bootstrap. b. Identik atau Homoskedastisas Asumsi persyaratan homoskedastisas adalah variansi residual bersifat identik atau konstan, apabila varians residual tidak identik maka disebut heteroskedastisas. Salah satu cara pengujian heteroskedastisas dapat dilakukan dengan membuat plot antara residual yang dikuadratkan dengan y taksiran. Apabila pengujian heteroskedastisas tidak dapat dipenuhi maka solusinya dapat dilakukan dengan transformasi data. c. Independen Asumsi persyaratan independent yau covarians ε, ε =, untuk setiap i j atau tidak terdapat autokorelasi. Pengujian independent salah satu caranya adalah dengan membuat plot autocorrelation function (ACF) dari residual. d. Tidak terjadi Multikolinearas Multikolinearas merupakan korelasi atau hubungan yang kuat diantara variabel-variabel prediktor. Apabila terjadi kasus multikolinearas maka dilakukan Principal Component Analysis pada variabel prediktor. Likelihood Ratio (LR) Test Pengujian Likelihood Ratio dilakukan untuk mengetahui apakah efek individu atau efek random memberikan pengaruh secara bersama-sama. Pengujian ini dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut (Elhorst, 29). a. Efek individu (fixed effect) H : µ 1 =µ 2 = =µ N =α H 1 : Minimal ada µ yang berbeda α adalah mean intersep. b. Efek random (random effect) H : θ=1 H 1 : θ 1 θ=1 berarti σ µ = Statistik uji yang digunakan adalah -2s, dimana s adalah selisih antara log-likelihood model restricted dan model unrestricted. LR test menggunakan distribusi Chi Square sebagai pembanding pada statistik uji -2s. H dolak jika -2s > χ 2 tabel. Lagrange Multiplier Test Lagrange Multiplier test digunakan untuk menguji interaksi spasial pada masing-masing model SAR maupun SEM. H pada Lagrange Multiplier test adalah tidak ada interaksi spasial. Pengujian untuk variabel dependen spasial lag dan korelasi error spasial menggunakan statistik uji LM dengan persamaan masing-masing sebagai berikut (Elhorst, 29). LM = ( )/ (19) LM = ( )/ (2) I adalah matriks identas dan e adalah residual model regresi tanpa efek spesifik atau dengan efek spesifik. J dan T adalah. J = 1 σ (I W)Xβ (I X(X X) X )(I W)Xβ + TT σ T = tr(ww + W W) dimana tr adalah trace matrik. Statistik LM test berdistribusi χ 2 dan H dolak jika nilai statistik LM lebih besar dari nilai χ 2 tabel. Principal Component Analysis Principal Components Analysis merupakan salah satu metode statistik yang dipakai apabila terdapat kasus yang melibatkan lebih dari satu variabel dan antar variabel tersebut berkorelasi (dependen). PC adalah kombinasi-kombinasi linear tertentu dari p variabel random X 1,X 2,, X p. Secara geometris, kombinasi-kombinasi linier ini merupakan sistem koordinat baru yang didapat dari 5

6 merotasikan sistem semula sebagai sumbu koordinat. Sumbu baru (Y 1, Y 2,, Y p ) merupakan arah dengan variabilas maksimum yang memberikan struktur kovariansi yang lebih sederhana dan PC yang tidak berkorelasi (Johnson, 22). PC ke i adalah kombinasi linier a X yang memaksimumkan Var(a X) dengan syarat a a = 1 dan Cova X, a X = untuk k < i. PC dapat diperoleh dari pasangan eigen value-eigen vector matriks kovarian maupun matriks korelasi. Bila rentang atau satuan data antar variabel terlalu lebar dan bervariasi, beberapa leratur menyarankan untuk menstandarisasikan data terlebih dahulu. Standarisasi diperlukan agar dominansi satu atau dua variabel dalam PC dapat dihindari. Selanjutnya bila Σ adalah matriks varian kovarian dari vektor random X = [X, X,, X ] dan Σ memiliki pasangan eigen value-eigen vector (λ, e ), (λ, e ),..., λ, e λ λ... λ. Maka PC ke-i adalah: Y = e X = e X + e X e X (21) Dimana i = 1,2,, p dan oleh karena u maka. Var(Y ) = e e Cov(Y, Y ) = e e PC tidak berkorelasi dan mempunyai varians yang sama dengan eigen value dari Σ. 3. Metodologi Penelian Data yang digunakan dalam penelian adalah data sekunder dari BPS tentang PDRB sektor industri pengolahan kabupaten/kota di Jawa Timur atas dasar harga konstan serta faktor-faktor yang mempengaruhi PDRB sektor industri mulai tahun 23 sampai 27. Faktor-faktor yang mempengaruhi PDRB sektor industri terdiri dari tenaga kerja sektor industri, pengeluaran belanja modal, pengeluaran belanja barang dan jasa serta pengeluaran belanja modal. Investasi swasta pada sektor industri tidak digunakan karena keterbatasan data yang diperoleh. Kabupaten/kota yang deli adalah Malang, Pasuruan, Sidoarjo, Mojokerto, Lamongan, Gresik, Bangkalan, Kota Malang, Kota Pasuruan, Kota Mojokerto dan Kota Surabaya.. Langkah-langkah analisis yang dilakukan adalah sebagai berikut. 1. Mendapatkan data PDRB sektor industri Jawa Timur beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya. 2. Menentukan variabel dependen dan independen dari data yang telah diperoleh berdasarkan variabel yang digunakan oleh Bappenas (26) yang telah diuraikan pada persamaan (5). 3. Menetapkan matriks pembobot spasial (W) dengan metode rook contiguy. 4. Mengestimasi parameter dari model tersebut dengan spasial fixed effect dan spasial random effect pada masing-masing model SAR dan SEM. Estimasi dilakukan dengan menggunakan Matlab econometric toolbox (LeSage, 25). 5. Menentukan model yang dipilih berdasarkan kreria kebaikan model dengan menggunakan nilai corr Menguji asumsi pada model yang dihasilkan meliputi kenormalan residual, identik, independen serta tidak terjadi multikolinearas. Penanggulangan terhadap asumsi yang tidak terpenuhi dilakukan jika asumsi pada model tidak terpenuhi. 7. Menguji keberadaan efek spesifik spasial pada model menggunakan LR test. 8. Menguji interaksi spasial pada model dengan menggunakan Lagrange Multiplier test. 9. Melakukan interpretasi dari hasil yang diperoleh. 4. Model Ekonometrika Panel Spasial Analisis yang digunakan pada data panel dilakukan dengan memperhatika interaksi spasial antar kabupaten/kota. Estimasi model PDRB sektor industri (PDRBI) dengan menggunakan model Cobb- Douglas pada data panel menghasilkan model panel randon effect dan fixed effect dengan masingmsing model memiliki interaksi spasial yau spasial lag dan spasial error. Kreria kebaikan model menggunakan nilai corr 2 menunjukkan bahwa estimasi menggunakan SAR panel fixed effect dengan efek spasial menghasilkan nilai corr 2 yang tinggi yau Estimasi parameter pada model SAR fixed effect (SAR FE) terdapat pada Tabel 1. 6

7 Tabel 1 Estimasi Parameter Model PDRBI Variabel SAR panel Coef P-Value ln TKI * ln BMD ln BBJ ln BPG * * R 2 =.9997 corr 2 =.8443 Keterangan : tanda (*) menunjukkan signifikan pada α=.5 Model PDRB sektor pertanian menggunakan SAR FE menghasilkan R 2 yang tinggi yau sebesar 99.97% dan nilai corr 2 sebesar 84.43%. Perbedaan nilai R 2 dan corr 2 sebesar 15.54% menunjukkan besarnya variasi yang dapat dijelaskan oleh fixed effect yau efek spasial dari kabupaten/kota yang deli. Variabel independen yang signifikan pada model adalah tenaga kerja sektor industri (TKI) dan belanja pegawai (BPG). Pengujian asumsi klasik model menghasilkan residual yang normal, independen namun terjadi kasus heteroskedastisas dan multikolinearas pada model. Analisis korelasi menunjukkan bahwa antara variabel BBJ dan BPG memiliki korelasi sebesar.832 serta variabel BBJ dan BMD memiliki korelasi,85. Korelasi pada variabel tersebut tinggi sehingga perlu dilakukan analisis PCA untuk mengatasi multikolinearas. Analisis PCA pada variabel independen PDRB sektor industri menghasilkan dua komponen utama pertama. Proporsi varian yang dapat dijelaskan oleh dua komponen utama adalah sebesar 91.7%. Variabel PC1 merupakan kelompok pengeluaran untuk belanja dan PC2 merupakan kelompok tenaga kerja dengan variabel pembentuknya adalah sebagai berikut. PC1 =,449 Z +,492 Z +,519 Z +,536 Z PC2 =,784 Z +,496 Z +,348 Z,136 Z Variabel kelompok pengeluaran untuk belanja dan kelompok tenaga kerja tidak berkorelasi sehingga multikolinearas pada model telah teratasi. Estimasi dilakukan kembali menggunakan variabel hasil PCA dan kreria kebaikan model menggunakan nilai corr 2 menunjukkan bahwa estimasi menggunakan SAR panel fixed effect menghasilkan nilai corr 2 yang tinggi yau Estimasi parameter pada model menggunakan variabel hasil PCA terdapat pada Tabel 2. Tabel 2 Estimasi Parameter Model PDRBI dengan Variabel PCA Variabel SAR panel Coef P-Value kelompok * pengeluaran belanja kelompok tenaga * kerja * R 2 =.9997 corr 2 =.8439 Keterangan : tanda (*) menunjukkan signifikan pada α=.5 Estimasi parameter pada model PDRB sektor industri menggunakan variabel kelompok pengeluaran belanja dan kelompok tenaga kerja menghasilkan R 2 sebesar 99.97% dan nilai corr 2 sebesar 84.39%. Hal ini menunjukkan bahwa variasi yang dijelaskan oleh fixed effect adalah sebesar 15.58%. Variabel yang signifikan pada model adalah kelompok pengeluaran belanja dan kelompok tenaga kerja. Model PDRB sektor industri pengolahan menggunakan variabel kelompok pengeluaran belanja dan kelompok tenaga kerja adalah. ln PDRBI =.56 w ln PDRBI +.56 kelompok pengeluaran belanja.45 kelompok tenaga kerja + μ Pengujian asumsi model PDRB sektor industri menggunakan variabel kelompok pengeluaran belanja dan kelompok tenaga kerja adalah sebagai berikut. 7

8 a. Pengujian Kenormalan Nilai statistik Uji Kolmogorov Smirnov untuk pengujian kenormalan residual pada model SAR FE menggunakan variabel kelompok pengeluaran belanja dan kelompok tenaga kerja terdapat pada Gambar 4.3. P-value yang dihasilkan dari Uji Kolmogorov-Smirnov adalah.15 sehingga disimpukan residual pada model telah berdistribusi normal. Probabily Plot of resid Normal Percent Mean E-9 StDev.3235 N 55 KS.81 P-Value >, resid Gambar 2 Normal Probabily Plot Residual Model SAR FE pada Variabel PCA b. Independen Plot ACF residual model SAR FE yang digunakan untuk mengetahui adanya autokorelasi pada residual terdapat pada Gambar 4.8. Plot ACF dari model SAR FE menunjukkan tidak ada lag yang keluar dari batas sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi kasus autokorelasi pada residual model. Autocorrelation Autocorrelation Function for resid (wh 5% significance lims for the autocorrelations) Lag Gambar 3 Plot ACF Model SAR FE pada Variabel PCA c. Homoskedastisas Adanya kasus heteroskedastisas dunjukkan oleh plot antara residual model SAR FE yang dikuadratkan dengan nilai y taksirannya. Gambar 4.7 merupakan plot residual model SAR FE yang dikuadratkan terhadap y taksiran. Plot antara residual kuadrat dengan y taksiran membentuk pola tertentu yau residual mengelompok ke dalam dua kumpulan sehingga dapat disimpulkan bahwa residual tidak identik dan terdapat kasus heteroskedastisas. 1 Scatterplot of y hat vs resid^2 9 8 y hat resid^2.4.5 Gambar 4 Plot Antara Residual Kuadrat dengan Y Taksiran Model SAR FE pada Variabel PCA 8

9 Melalui pengujian interaksi spasial serta efek spasial pada model diperoleh hasil bahwa terdapat interaksi spasial serta efek spasial pada masing-masing kabupaten/kota yang deli. Penjelasan masing-masing variabel yang mempengaruhi model adalah sebagai berikut: a. Koefisien spasial lag (δ) Koefisien spasial lag menunjukkan besarnya interaksi pada nilai PDRB sektor industri pengolahan suatu kabupaten/kota terhadap nilai PDRB sektor industri pada kabupaten/kota tetangga. Besarnya interaksi PDRB sektor industri antar kabupaten/kota pada wilayah Gerbangkertasusila dan Malang-Pasuruan adalah sebesar.56 sehingga PDRB sektor industri untuk masing-masing kabupaten/kota akan dipengaruhi oleh besarnya nilai PDRB sektor industri kabupaten/kota yang menjadi tetangga. b. Kelompok Pengeluaran Belanja Kelompok pengeluaran belanja pada PDRB sektor industri mempunyai elastisas sebesar.56 yang berarti kenaikan kelompok pengeluaran belanja sebesar 1% akan berdampak pada kenaikan nilai PDRB sektor industri sebesar.56 % dengan asumsi variabel lainnya tetap. c. Kelompok Tenaga Kerja Kelompok tenaga kerja memiliki elstisas sebesar -.45 sehingga apabila terjadi kenaikan kelompok tenaga kerja sebesar 1%, maka akan mengakibatkan penurunan nilai PDRB sebesar.45% dengan asumsi variabel independen yang lain tetap. d. Efek spesifik spasial (μ ) Efek spesifik spasial yang signifikan menunjukkan bahwa model pada masing-masing kabupaten/kota memiliki perbedaan intersep. Model panel spasial pada masing-masing kabupaten/kota interaksi spasial serta perbedaan efek spasial sehingga model untuk masing-masing kabupaten/kota berbeda. Model panel spasial dengan variabel kelompok pengeluaran belanja serta kelompok tenaga kerja yang dikembalikan ke variabel asal yang terdiri dari tenaga kerja sektor industri, pengeluaran belanja modal, pengeluaran belanja barang jasa dan pengeluaran belanja pegawai hasilnya adalah sebagai berikut. ln PDRBI =.56 w ln PDRBI +.56 ln TKI +.6 ln BMD +.16 ln BBJ +.63 ln BPG + μ 5. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diperoleh berdasarkan analisis dan pembahasan pada bagian sebelumnya adalah. 1. Model PDRB sektor industri pada kabupaten/kota yang terdiri dari Malang, Pasuruan, Sidoarjo, Mojokerto, Lamongan, Gresik, Bangkalan, Kota Malang, Kota Pasuruan, Kota Mojokerto dan Kota Surabaya adalah model SAR fixed effect. Model SAR fixed effect yang dihasilkan memiliki nilai R 2 sebesar sebesar 99.97% dan nilai corr 2 sebesar 84.39%. 2. PDRB sektor industri pada SWP Gerbangkertasusila dan Malang-Pasuruan dipengaruhi oleh kelompok pengeluaran belanja dan kelompok tenaga kerja. Selain dipengaruhi oleh kedua faktor tersebut, adanya interaksi spasial serta efek spasial juga mempengaruhi besarnya nilai PDRB sektor industri. Interaksi spasial menunjukkan bahwa nilai PDRB sektor industri untuk masingmasing kabupaten/kota yang deli dipengaruhi oleh besarnya nilai PDRB sektor industri kabupaten/kota yang menjadi tetangga. Efek spesifik spasial yang signifikan pada model menunjukkan adanya perbedaan efek spesifik spasial pada kabupaten/kota yang diamati sehingga masing-masing kabupaten/kota yang deli memiliki perbedaan model. Pengujian asumsi model menunjukkan bahwa model telah memenuhi asumsi residual berdistribusi normal, independen, dan tidak terjadi kasus multikolinearas namun masih belum memenuhi asumsi residual yang identik. Daftar Pustaka Anselin, L. (1988). Spatial Econometrics: Methods and Models. Dordrecht: Kluwer Academic Publishers. Bappenas. (26). Laporan Hasil Kajian Penyusunan Model Perencanaan Lintas Wilayah dan Lintas Sektor. Jakarta: Bappenas. 9

10 Daniel, W. W., (1989). Statistika Non Parametrik, Penerb PT. Gramedia, Jakarta Elhorst, J.P. (23), Specification and Estimation of Spatial Panel Data Models. International Regional Science Review 26, 3: (29), Spatial Panel Data Models. In Fischer MM, Getis A (Eds.) Handbook of Applied Spatial Analysis, Ch. C.2. Berlin Heidelberg New York: Springer. Halim, S., Anastasia N., Evalina A., dan Tobing A.F. (28) Penentuan Harga Jual Hunian Pada Apartemen Di Surabaya dengan Menggunakan Metode Regresi Spasial, Jurnal Teknik Industri 1: 2 (Hal: ). Johnson, R.A. dan Wichern, D.W. (22), Applied Multivariate Statistical Analysis, fifth edion, New Jersey: Prentice Hall International.Inc. LeSage, J.P. (1999), The Theory and Practice of Spatial Econometrics, Departement of Economics Universy of Toledo. (25) Matlab Econometric Toolbox, Available at Muchlisoh, S. (28), Model Regresi Data Panel Dengan Korelasi Error Spasial, Tesis Magister, Instut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya. Yunasari, H. (29), Pendekatan Ekonometrika Spasial Terhadap Produk Domestik Regional Bruto Sektor Industri di Wilayah Jawa Timur, Tugas Akhir, Instut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya. 1

PENDEKATAN EKONOMETRIKA PANEL SPASIAL UNTUK PEMODELAN PDRB SEKTOR INDUSTRI DI SWP GERBANGKERTASUSILA DAN MALANG-PASURUAN

PENDEKATAN EKONOMETRIKA PANEL SPASIAL UNTUK PEMODELAN PDRB SEKTOR INDUSTRI DI SWP GERBANGKERTASUSILA DAN MALANG-PASURUAN PENDEKATAN EKONOMETRIKA PANEL SPASIAL UNTUK PEMODELAN PDRB SEKTOR INDUSTRI DI SWP GERBANGKERTASUSILA DAN MALANG-PASURUAN Oleh: Irma Fatmawati (1306 100 026) Pembimbing: Dr. Ir. Setiawan, MS Co Pembimbing:

Lebih terperinci

PENDEKATAN EKONOMETRIKA PANEL SPASIAL UNTUK PEMODELAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DI KALIMANTAN BARAT

PENDEKATAN EKONOMETRIKA PANEL SPASIAL UNTUK PEMODELAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DI KALIMANTAN BARAT Buletin Ilmiah Math. Stat. Dan Terapannya (Bimaster) Volume 07, No. (08), hal 8. PENDEKATAN EKONOMETRIKA PANEL SPASIAL UNTUK PEMODELAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DI KALIMANTAN BARAT Ridho Pratama,

Lebih terperinci

PEMODELAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN EKONOMETRIKA PANEL SPASIAL

PEMODELAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN EKONOMETRIKA PANEL SPASIAL PEMODELAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN EKONOMETRIKA PANEL SPASIAL Alifta Kurnia Setiawati (1308100061) Pembimbing : Dr. Ir. Setiawan, MS 1 AGENDA 1 3 4 5 Pendahuluan Tinjauan

Lebih terperinci

Pemodelan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumatera Utara dengan Pendekatan Ekonometrika Spasial Data Panel

Pemodelan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumatera Utara dengan Pendekatan Ekonometrika Spasial Data Panel JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. No. (06) 7-30 (30-98 Print) D-39 Pemodelan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumatera Utara dengan Pendekatan Ekonometrika Spasial Data Panel Ongki Novriandi Purba, Setiawan Jurusan

Lebih terperinci

RIZKI FITRIANA ( )

RIZKI FITRIANA ( ) PEMODELAN PDRB SEKTOR PERTANIAN, INDUSTRI, SERTA PERDAGANGAN, HOTEL, DAN RESTORAN (PHR) PROPINSI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN EKONOMETRIKA PANEL SPASIAL Pembimbing : Dr. Ir. Setiawan, MS RIZKI FITRIANA

Lebih terperinci

PEMODELAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA MENGGUNAKAN SPATIAL PANEL FIXED EFFECT (Studi Kasus: Indeks Pembangunan Manusia Propinsi Jawa Tengah )

PEMODELAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA MENGGUNAKAN SPATIAL PANEL FIXED EFFECT (Studi Kasus: Indeks Pembangunan Manusia Propinsi Jawa Tengah ) ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016, Halaman 173-182 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PEMODELAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA MENGGUNAKAN SPATIAL PANEL

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN MODEL SPASIAL DATA PANEL FIXED EFFECT MENGGUNAKAN GUI MATLAB (Studi Kasus : Kemiskinan di Jawa Tengah)

PEMBENTUKAN MODEL SPASIAL DATA PANEL FIXED EFFECT MENGGUNAKAN GUI MATLAB (Studi Kasus : Kemiskinan di Jawa Tengah) ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016, Halaman 417-426 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PEMBENTUKAN MODEL SPASIAL DATA PANEL FIXED EFFECT MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

PEMODELAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN PENDEKATAN SPASIAL AUTOREGRESSIVE MODEL PANEL DATA

PEMODELAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN PENDEKATAN SPASIAL AUTOREGRESSIVE MODEL PANEL DATA PEMODELAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN PENDEKATAN SPASIAL AUTOREGRESSIVE MODEL PANEL DATA Ulfatun Khasanah 1, Abdul Karim 2,, Indah Manfaati Nur 3 1 Mahasiswa Statistika,,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemodelan Spasial Pemodelan spasial adalah pemodelan yang berhubungan dengan pendekatan titik dan area. Tahapan untuk melakukan pemodelan spasial adalah regresi linier berganda;

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelian BAB III METODE PENELITIAN Objek penelian yang digunakan pada penelian ini adalah seluruh kabupaten dan kota yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta, yang terdiri dari 4 kabupaten dan 1

Lebih terperinci

Analisis Faktor yang Berpengaruh Terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka di Provinsi Jawa Timur Menggunakan Regresi Data Panel

Analisis Faktor yang Berpengaruh Terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka di Provinsi Jawa Timur Menggunakan Regresi Data Panel JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 6, No., (07 ISSN: 337-3 (-98X Print D- Analisis Faktor yang Berpengaruh Terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka di Provinsi Jawa Timur Menggunakan Regresi Data Panel Wahyu

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL SPASIAL DURBIN PADA ANGKA PARTISIPASI MURNI JENJANG SMA SEDERAJAT DI PROVINSI JAWA TENGAH

PENERAPAN MODEL SPASIAL DURBIN PADA ANGKA PARTISIPASI MURNI JENJANG SMA SEDERAJAT DI PROVINSI JAWA TENGAH PENERAPAN MODEL SPASIAL DURBIN PADA ANGKA PARTISIPASI MURNI JENJANG SMA SEDERAJAT DI PROVINSI JAWA TENGAH Erliyana Devitasari, Sri Sulistijowati Handayani, dan Respatiwulan Program Studi Matematika FMIPA

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) ( X Print) D-237

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) ( X Print) D-237 JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol., No., (013) 337-350 (301-98X Print) D-37 Analisis Statistika Faktor yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur dengan Menggunakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Perdagangan, Kementrian ESDM, Badan Pusat Statistika, serta penelusuran

METODE PENELITIAN. Perdagangan, Kementrian ESDM, Badan Pusat Statistika, serta penelusuran III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelian ini adalah data sekunder yang merupakan panel data dengan periode waktu 9 tahun dari tahun 2001 hingga tahun 2009. Data

Lebih terperinci

Pemodelan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengangguran Terbuka di Provinsi Jawa Timur Tahun 2015 Menggunakan Regresi Spasial

Pemodelan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengangguran Terbuka di Provinsi Jawa Timur Tahun 2015 Menggunakan Regresi Spasial JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol 6, No, (017) ISSN: 337-350 (301-98X Print) D-10 Pemodelan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengangguran Terbuka di Provinsi Jawa Timur Tahun 015 Menggunakan Regresi

Lebih terperinci

PEMODELAN SPATIAL ERROR MODEL (SEM) UNTUK INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI PROVINSI JAWA TENGAH

PEMODELAN SPATIAL ERROR MODEL (SEM) UNTUK INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI PROVINSI JAWA TENGAH PEMODELAN SPATIAL ERROR MODEL (SEM) UNTUK INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI PROVINSI JAWA TENGAH 1 Diana Wahyu Safitri, 2 Moh Yamin Darsyah, 3 Tiani Wahyu Utami 1,2,3 Program Studi Statistika FMIPA Universitas

Lebih terperinci

Pemodelan Angka Putus Sekolah Usia Wajib Belajar Menggunakan Metode Regresi Spasial di Jawa Timur

Pemodelan Angka Putus Sekolah Usia Wajib Belajar Menggunakan Metode Regresi Spasial di Jawa Timur JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (203) 2337-3520 (230-928X Print) D-7 Pemodelan Angka Putus Sekolah Usia Wajib Belajar Menggunakan Metode Regresi Spasial di Jawa Timur Bagus Naufal Fitroni, dan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI, EKSPOR, DAN KONSUMSI PEMERINTAH TERHADAP PDRB KALIMANTAN BARAT DENGAN MODEL DATA PANEL INTISARI

ANALISIS FAKTOR PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI, EKSPOR, DAN KONSUMSI PEMERINTAH TERHADAP PDRB KALIMANTAN BARAT DENGAN MODEL DATA PANEL INTISARI Buletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume xx, No. x (tahun), hal xx xx. ANALISIS FAKTOR PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI, EKSPOR, DAN KONSUMSI PEMERINTAH TERHADAP PDRB KALIMANTAN BARAT DENGAN

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Pada pembahasan kali ini akan diuraikan langkah-langkah dalam melakukan

BAB III PEMBAHASAN. Pada pembahasan kali ini akan diuraikan langkah-langkah dalam melakukan BAB III PEMBAHASAN Pada pembahasan kali ini akan diuraikan langkah-langkah dalam melakukan pemodelan menggunakan Spatial Autoregressive Model dan Matriks pembobot spasial Rook Contiguity. Langkah-langkah

Lebih terperinci

Teknik Ensemble dengan Additive Noise pada Estimasi Parameter Model Autoregressive Spasial

Teknik Ensemble dengan Additive Noise pada Estimasi Parameter Model Autoregressive Spasial SEMINAR MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2017 Teknik Ensemble dengan Additive Noise pada Estimasi Parameter Model Autoregressive Spasial Sulistiyaningsih 1, Dewi Retno Sari Saputro 2, Purnami Widyaningsih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Regresi Berganda Analisis regresi merupakan analisis untuk mendapatkan hubungan dan model matematis antara variabel dependen (Y) dan satu atau lebih variabel independen

Lebih terperinci

Pemodelan Kerugian Makroekonomi Akibat Bencana Alam Dengan Regresi Panel

Pemodelan Kerugian Makroekonomi Akibat Bencana Alam Dengan Regresi Panel JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) 1 Pemodelan Kerugian Makroekonomi Akibat Bencana Alam Dengan Regresi Panel Evi Kinasih Ikhwan dan Dwi Endah Kusrini Jurusan

Lebih terperinci

ESTIMASI MODEL SIMULTAN SPASIAL PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR

ESTIMASI MODEL SIMULTAN SPASIAL PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR ESTIMASI MODEL SIMULTAN SPASIAL PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR Firda Fadri Manajemen Informatika, Sekolah Tinggi Teknologi Walisongo Gempol Email: firda.fadri@gmail.com ABSTRAK Model ekonometri spasial

Lebih terperinci

SPATIAL AUTOREGRESSIVE MODEL DAN MATRIKS PEMBOBOT SPASIAL ROOK CONTIGUITY UNTUK PEMODELAN GINI RATIO DI INDONESIA TAHUN 2014.

SPATIAL AUTOREGRESSIVE MODEL DAN MATRIKS PEMBOBOT SPASIAL ROOK CONTIGUITY UNTUK PEMODELAN GINI RATIO DI INDONESIA TAHUN 2014. Spatial Autoregressive Model... (Lailatul Syaadah) 1 SPATIAL AUTOREGRESSIVE MODEL DAN MATRIKS PEMBOBOT SPASIAL ROOK CONTIGUITY UNTUK PEMODELAN GINI RATIO DI INDONESIA TAHUN 214 Jurnal Diajukan kepada Fakultas

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN MODEL DATA PANEL FIXED EFFECT MENGGUNAKAN GUI MATLAB

PEMBENTUKAN MODEL DATA PANEL FIXED EFFECT MENGGUNAKAN GUI MATLAB PEMBENTUKAN MODEL SPASIAL DATA PANEL FIXED EFFECT MENGGUNAKAN GUI MATLAB (Studi Kasus : Kemiskinan di Jawa Tengah) SKRIPSI Disusun Oleh : IRAWATI TAMARA NIM. 24010212120002 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

PERAMALAN TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA PEREMPUAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DI JAWA BARAT

PERAMALAN TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA PEREMPUAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DI JAWA BARAT Jurnal Ilmiah UMMI, Volume X1, No. 03 Desember 2017 37 PERAMALAN TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA PEREMPUAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DI JAWA BARAT Agustina Fakultas Ekonomi Universitas Swadaya

Lebih terperinci

MODEL REGRESI SPASIAL UNTUK ANAK TIDAK BERSEKOLAH USIA KURANG 15 TAHUN DI KOTA MEDAN

MODEL REGRESI SPASIAL UNTUK ANAK TIDAK BERSEKOLAH USIA KURANG 15 TAHUN DI KOTA MEDAN Saintia Matematika Vol. 1, No. 1 (2013), pp. 87 99. MODEL REGRESI SPASIAL UNTUK ANAK TIDAK BERSEKOLAH USIA KURANG 15 TAHUN DI KOTA MEDAN Musfika Rati, Esther Nababan, Sutarman Abstrak. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

MODEL SPASIAL DURBIN EROR UNTUK INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI JAWA TENGAH

MODEL SPASIAL DURBIN EROR UNTUK INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI JAWA TENGAH MODEL SPASIAL DURBIN EROR UNTUK INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI JAWA TENGAH Albertus Revoliko Septiawan, Sri Sulistijowati Handajani, dan Titin Sri Martini Program Studi Matematika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

MODEL SPASIAL DURBIN DENGAN EFEK TETAP UNTUK TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

MODEL SPASIAL DURBIN DENGAN EFEK TETAP UNTUK TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG MODEL SPASIAL DURBIN DENGAN EFEK TETAP UNTUK TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Ridho Ilahi 1, M. Syamsuddin 2, Yusep Suparman 3 1 Mahasiswa Magister Statistika Terapan

Lebih terperinci

Pemodelan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kriminalitas di Jawa Timur dengan Analisis Regresi Spasial

Pemodelan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kriminalitas di Jawa Timur dengan Analisis Regresi Spasial JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4 No. (25) 2337-352 (23-928X Print) D-73 Pemodelan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kriminalitas di Jawa Timur dengan Analisis Regresi Spasial Fitri Maria Dona dan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Analisis Regresi Linier Berganda Regresi linier adalah suatu metode yang digunakan untuk menyatakan pola hubungan antara variabel respo dengan variabel prediktor. Bila variabel

Lebih terperinci

PEMODELAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BALITA GIZI BURUK DI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN REGRESI SPASIAL

PEMODELAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BALITA GIZI BURUK DI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN REGRESI SPASIAL PEMODELAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BALITA GIZI BURUK DI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN REGRESI SPASIAL Inayati Nur Fatmah 1, Drs. Hery Tri Sutanto, M.Si 2, 1,2 Jurusan Matematika, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. B. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan

BAB III METODE PENELITIAN. B. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan A. Lokasi Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Lokasi penelitian adalah di Kawasan SWP Gerbangkertosusila Plus yang terdiri dari 12 Kabupaten/Kota yaitu: Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Gresik,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data sekunder mulai dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2010. Data tersebut didapat dari beberapa

Lebih terperinci

BAB III. Metode Penelitian

BAB III. Metode Penelitian 34 BAB III Metode Penelitian 3.1 Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis penelitian ini menggunakan data yang bersifat kuantitatif. Data kuantitatif yaitu data yang berwujud dalam kumpulan angka-angka. Sedangkan

Lebih terperinci

Maslim Rajab Syafrizal 1, Setiawan 2, Sutikno 3

Maslim Rajab Syafrizal 1, Setiawan 2, Sutikno 3 PROSEDUR GENERALIZED SPATIAL TWO STAGE LEAST SQUARES UNTUK MENGESTIMASI MODEL SPATIAL AUTOREGRESSIVE WITH AUTOREGRESSIVE DISTURBANCES Studi Kasus Pemodelan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Timur Maslim

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Daerah) di seluruh wilayah Kabupaten/Kota Eks-Karesidenan Pekalongan

BAB III METODE PENELITIAN. Daerah) di seluruh wilayah Kabupaten/Kota Eks-Karesidenan Pekalongan BAB III METODE PENELITIAN A. Obejek Penelitian Obyek kajian pada penelitian ini adalah realisasi PAD (Pendapatan Asli Daerah) di seluruh wilayah Kabupaten/Kota Eks-Karesidenan Pekalongan yang terdiri dari

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB LANDASAN TEORI. Metode Kuadrat Terkecil Persamaan regresi linier yang biasa didefinisikan dengan menggunakan metode pendugaan parameter Ordinary Least Square (OLS), secara umum dapat dituliskan :

Lebih terperinci

PEMODELAN KASUS TINDAK PIDANA DI KOTA SURABAYA DENGAN PENDEKATAN REGRESI SPASIAL 1 Defi Mustika Sari, 2 Dwi Endah Kusrini dan 3 Suhartono

PEMODELAN KASUS TINDAK PIDANA DI KOTA SURABAYA DENGAN PENDEKATAN REGRESI SPASIAL 1 Defi Mustika Sari, 2 Dwi Endah Kusrini dan 3 Suhartono 1 PEMODELAN KASUS TINDAK PIDANA DI KOTA SURABAYA DENGAN PENDEKATAN REGRESI SPASIAL 1 Defi Mustika Sari, 2 Dwi Endah Kusrini dan 3 Suhartono Jurusan Statistika, Fakultas MIPA, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

PENDEKATAN BAYESIAN SPASIAL EKONOMETRIKA PADA PEMODELAN MIGASI PENDUDUK DI JAWA BARAT. Oleh : Priyono

PENDEKATAN BAYESIAN SPASIAL EKONOMETRIKA PADA PEMODELAN MIGASI PENDUDUK DI JAWA BARAT. Oleh : Priyono PENDEKATAN BAYESIAN SPASIAL EKONOMETRIKA PADA PEMODELAN MIGASI PENDUDUK DI JAWA BARAT Oleh : Priyono Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Setiawan, MS Dr. Sutikno, M.Si PROGRAM MAGISTER JURUSAN STATISTIKA FMIPA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini, Indonesia dijadikan sebagai objek penelitian untuk menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah, ekspor dan jumlah penduduk terhadap

Lebih terperinci

SKRIPSI PEMODELAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO SEKTOR INDUSTRI DI PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN METODE REGRESI SPASIAL

SKRIPSI PEMODELAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO SEKTOR INDUSTRI DI PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN METODE REGRESI SPASIAL SKRIPSI PEMODELAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO SEKTOR INDUSTRI DI PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN METODE REGRESI SPASIAL Disusun Oleh : Loviana 5303012012 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Pemodelan Angka Putus Sekolah Usia SMA di Jawa Timur dengan Pendekatan Regresi Spline Multivariabel

Pemodelan Angka Putus Sekolah Usia SMA di Jawa Timur dengan Pendekatan Regresi Spline Multivariabel Seminar Hasil Tugas Akhir Pemodelan Angka Putus Sekolah Usia SMA di Jawa Timur dengan Pendekatan Regresi Spline Multivariabel Mega Pradipta 1309100038 Pembimbing I : Dra. Madu Ratna, M.Si Pembimbing II

Lebih terperinci

PEMODELAN KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN METODE SEEMINGLY UNRELATED REGRESSION (SUR) SPASIAL

PEMODELAN KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN METODE SEEMINGLY UNRELATED REGRESSION (SUR) SPASIAL PEMODELAN KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN METODE SEEMINGLY UNRELATED REGRESSION (SUR) SPASIAL Dibyo Adi Wiboao 1), Setiawan 2), dan Vita Ratnasari 3) 1) Program Studi Magister Statistika, Institut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelian Penelian ini mengunakan metode penelian asosiatif dengan pendekatan kuantatif. Penelian asosiatif merupakan penelian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kuantitatif. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2003), penelitian kuantitatif adalah penelitian dengan memperoleh data

Lebih terperinci

3. METODE. Kerangka Pemikiran

3. METODE. Kerangka Pemikiran 25 3. METODE 3.1. Kerangka Pemikiran Berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu serta mengacu kepada latar belakang penelitian, rumusan masalah, dan tujuan penelitian maka dapat dibuat suatu bentuk kerangka

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGARUH ANGKATAN KERJA YANG BEKERJA DAN LEMBAGA PELATIHAN KERJA TERHADAP PDRB KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR MENGGUNAKAN REGRESI SPASIAL

SKRIPSI PENGARUH ANGKATAN KERJA YANG BEKERJA DAN LEMBAGA PELATIHAN KERJA TERHADAP PDRB KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR MENGGUNAKAN REGRESI SPASIAL SKRIPSI PENGARUH ANGKATAN KERJA YANG BEKERJA DAN LEMBAGA PELATIHAN KERJA TERHADAP PDRB KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR MENGGUNAKAN REGRESI SPASIAL Disusun Oleh : CLAYREN NATHANNIEL 5303012017 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Wilayah dan pengumpulan data yang diambil adalah di Kabupaten Bekasi

BAB 3 METODE PENELITIAN. Wilayah dan pengumpulan data yang diambil adalah di Kabupaten Bekasi BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Wilayah dan Pengumpulan Data Wilayah dan pengumpulan data yang diambil adalah di Kabupaten Bekasi yang terdiri dari 23 Kecamatan. Lokasi masing-masing kecamatan dapat dilihat

Lebih terperinci

PEMODELAN DAN PEMETAAN ANGKA BUTA HURUF PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN REGRESI SPASIAL. Bertoto Eka Firmansyah 1 dan Sutikno 2

PEMODELAN DAN PEMETAAN ANGKA BUTA HURUF PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN REGRESI SPASIAL. Bertoto Eka Firmansyah 1 dan Sutikno 2 PEMODELAN DAN PEMETAAN ANGKA BUTA HURUF PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN REGRESI SPASIAL Bertoto Eka Firmansyah dan Sutikno Mahasiswa Jurusan Statistika, ITS, Surabaya Dosen Pembimbing, Jurusan Statistika,

Lebih terperinci

pendekatan dalam penelitian ini dinilai cukup beralasan.

pendekatan dalam penelitian ini dinilai cukup beralasan. Tabel Hasil pendugaan model pengaruh tetap dengan Y sebagai peubah respon dan X, X dan X sebagai C -. 00 X -5 0.50 X.05 00 X 00 R 0.6 Adjusted R 0.6 Hasil pendugaan model data panel dengan Y sebagai peubah

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELTIAN. Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur,

BAB III METODELOGI PENELTIAN. Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur, BAB III METODELOGI PENELTIAN A. Obyek/Subyek Penelitian Obyek dalam penelitian ini meliputi seluruh wilayah atau 33 provinsi yang ada di Indonesia, meliputi : Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. wisata, jumlah wisatawan dan Produk Domestik Regional Bruto terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. wisata, jumlah wisatawan dan Produk Domestik Regional Bruto terhadap BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan analisis mengenai pengaruh jumlah obyek wisata, jumlah wisatawan dan Produk Domestik Regional Bruto terhadap retribusi daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya bidang ekonomi. pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya bidang ekonomi. pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di Indonesia telah mengalami kemajuan di berbagai bidang salah satunya bidang ekonomi. pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu indikator kondisi perekonomian

Lebih terperinci

PEMODELAN TINGKAT PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN/KOTA JAWA BARAT DENGAN SPASIAL DATA PANEL NUR HIKMAH

PEMODELAN TINGKAT PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN/KOTA JAWA BARAT DENGAN SPASIAL DATA PANEL NUR HIKMAH PEMODELAN TINGKAT PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN/KOTA JAWA BARAT DENGAN SPASIAL DATA PANEL NUR HIKMAH DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

SBAB III MODEL VARMAX. Pengamatan time series membentuk suatu deret data pada saat t 1, t 2,..., t n

SBAB III MODEL VARMAX. Pengamatan time series membentuk suatu deret data pada saat t 1, t 2,..., t n SBAB III MODEL VARMAX 3.1. Metode Analisis VARMAX Pengamatan time series membentuk suatu deret data pada saat t 1, t 2,..., t n dengan variabel random Z n yang dapat dipandang sebagai variabel random berdistribusi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Apakah investasi mempengaruhi kesempatan kerja pada sektor Industri alat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Apakah investasi mempengaruhi kesempatan kerja pada sektor Industri alat 43 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah-masalah yang telah peneliti rumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Apakah investasi mempengaruhi kesempatan

Lebih terperinci

2.11. Penduduk Yang Bekerja di Sektor Pertanian Pengangguran... 40

2.11. Penduduk Yang Bekerja di Sektor Pertanian Pengangguran... 40 2.11. Penduduk Yang Bekerja di Sektor Pertanian... 38 2.12. Pengangguran... 40 BAB III DASAR TEORI... 42 3.1. Analisis Regresi Linier Berganda... 42 3.2. Penaksiran Koefisien Regresi Menggunakan Matriks...

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelian Pendekatan penelian yang digunakan dalam penelian ini adalah pendekatan kuantatif dimana hal u berarti penelian ini merupakan gabungan yang menikberatkan

Lebih terperinci

At Pemodelan Kerugian Makroekonomi Akibat Bencana Alam dengan Regresi Panel

At Pemodelan Kerugian Makroekonomi Akibat Bencana Alam dengan Regresi Panel JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No., (014) 337-350 (301-98X Print) D-36 At Pemodelan Kerugian Makroekonomi Akibat Bencana Alam dengan Regresi Panel Evi Kinasih Ikhwan dan Dwi Endah Kusrini Jurusan

Lebih terperinci

PEMODELAN DATA PANEL SPASIAL DENGAN DIMENSI RUANG DAN WAKTU (Spatial Panel Data Modeling with Space and Time Dimensions)

PEMODELAN DATA PANEL SPASIAL DENGAN DIMENSI RUANG DAN WAKTU (Spatial Panel Data Modeling with Space and Time Dimensions) Forum Statistika dan Komputasi : Indonesian Journal of Statistics ISSN : 05-5 Vol. No., April 0, p: 6-4 available online at: journal.ipb.ac.id/index.php/statistika PEMODELAN DATA PANEL SPASIAL DENGAN DIMENSI

Lebih terperinci

PEMODELAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)

PEMODELAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) PEMODELAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) SEKTOR INDUSTRI DENGAN PENDEKATAN SPATIAL AUTOREGRESSIVE PANEL DATA Abdul Karim 1, Rochdi Wasono 2, Moh Yamin Darsyah 3 1 1Statistika Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB III MODEL REGRESI DATA PANEL. Pada bab ini akan dikemukakan dua pendekatan dari model regresi data

BAB III MODEL REGRESI DATA PANEL. Pada bab ini akan dikemukakan dua pendekatan dari model regresi data BAB III MODEL REGRESI DATA PANEL Pada bab ini akan dikemukakan dua pendekatan dari model regresi data panel, yaitu pendekatan fixed effect dan pendekatan random effect yang merupakan ide pokok dari tugas

Lebih terperinci

ROBUST LAGRANGE MULTIPLIER PADA PEMODELAN REGRESI SPASIAL DEPENDENSI (Studi Kasus Penyusunan Model Angka Kematian Bayi di Provinsi Jawa Timur)

ROBUST LAGRANGE MULTIPLIER PADA PEMODELAN REGRESI SPASIAL DEPENDENSI (Studi Kasus Penyusunan Model Angka Kematian Bayi di Provinsi Jawa Timur) ROBUST LAGRANGE MULTIPLIER PADA PEMODELAN REGRESI SPASIAL DEPENDENSI (Studi Kasus Penyusunan Model Angka Kematian Bayi di Provinsi Jawa Timur) Oleh: Eko Suharto [NRP. 1309201708] Pembimbing: Dr. Sutikno,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2012: 13), penelitian deskriptif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi penelitian pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur dimana peneliti mengambil di daerah tersebut karena peneliti

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP Kesimpulan

BAB VI PENUTUP Kesimpulan BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan 1. Berdasarkan pemodelan yang dilakukan dengan menggunakan Ordinary Least Square (OLS) dan regresi spasial diperoleh bahwa asumsi klasik telah terpenuhi. Berdasarkan uji

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil Provinsi Jawa Timur sebagai lokasi penelitian untuk menganalisis pengaruh produk domestik regional bruto (PDRB) dan investasi terhadap

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. topik penelitian secara keseluruhan. Dalam kaitannya dengan hal ini, metode

III. METODE PENELITIAN. topik penelitian secara keseluruhan. Dalam kaitannya dengan hal ini, metode III. METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan pendekatan umum untuk membangun topik penelitian secara keseluruhan. Dalam kaitannya dengan hal ini, metode penelitian merupakan sistem atas peraturan-peraturan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Gambaran Persebaran Penduduk Miskin Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki kabupaten atau kota sejumlah 35 kabupaten dan kota (BPS,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Penelitian dilakukan di kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur. Dengan pertimbangan di setiap wilayah mempunyai sumber daya dan potensi dalam peningkatan pertumbuhan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. series dan (2) cross section. Data time series yang digunakan adalah data tahunan

III. METODE PENELITIAN. series dan (2) cross section. Data time series yang digunakan adalah data tahunan 29 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder berupa data panel, yaitu data yang terdiri dari dua bagian : (1)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dibandingkan dengan produksi sub-sektor perikanan tangkap.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dibandingkan dengan produksi sub-sektor perikanan tangkap. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Adapun lokasi penelitian dalam menyusun penelitian ini adalah pada 29 kabupaten dan 9 kota di Provinsi Jawa Timur, dengan pertimbangan bahwa Provinsi

Lebih terperinci

Analisis Indikator Tingkat Kemiskinan di Jawa Timur Menggunakan Regresi Panel

Analisis Indikator Tingkat Kemiskinan di Jawa Timur Menggunakan Regresi Panel JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. (016) 337-350 (301-98X Print) D-65 Analisis Indikator Tingkat Kemiskinan di Jawa Timur Menggunakan Regresi Panel Almira Qattrunnada Qurratu ain dan Vita Ratnasari Jurusan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. yaitu infrastruktur listrik, infrastruktur jalan, infrastruktur air, dan tenaga kerja.

III. METODE PENELITIAN. yaitu infrastruktur listrik, infrastruktur jalan, infrastruktur air, dan tenaga kerja. III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan variabel terikat yaitu PDRB, dan variabel bebas yaitu infrastruktur listrik, infrastruktur jalan, infrastruktur air,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder tersebut merupakan data cross section dari data sembilan indikator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi telah menimbulkan berbagai macam perubahan terutama pada struktur perekonomian. Perubahan struktur ekonomi merupakan salah satu karakteristik

Lebih terperinci

PEMODELAN REGRESI SPLINE UNTUK RATA- RATA BANYAK ANAK YANG DILAHIRKAN HIDUP DI KOTA SURABAYA, KABUPATEN SITUBONDO DAN KABUPATEN BANGKALAN

PEMODELAN REGRESI SPLINE UNTUK RATA- RATA BANYAK ANAK YANG DILAHIRKAN HIDUP DI KOTA SURABAYA, KABUPATEN SITUBONDO DAN KABUPATEN BANGKALAN SIDANG LAPORAN TUGAS AKHIR PEMODELAN REGRESI SPLINE UNTUK RATA- RATA BANYAK ANAK YANG DILAHIRKAN HIDUP DI KOTA SURABAYA, KABUPATEN SITUBONDO DAN KABUPATEN BANGKALAN Oleh : Servianie Purnamasari (1310 030

Lebih terperinci

ROBUST LAGRANGE MULTIPLIER PADA PEMODELAN REGRESI SPASIAL DEPENDENSI (STUDI KASUS PENYUSUNAN MODEL ANGKA KEMATIAN BAYI DI PROVINSI JAWA TIMUR)

ROBUST LAGRANGE MULTIPLIER PADA PEMODELAN REGRESI SPASIAL DEPENDENSI (STUDI KASUS PENYUSUNAN MODEL ANGKA KEMATIAN BAYI DI PROVINSI JAWA TIMUR) ROBUST LAGRANGE MULTIPLIER PADA PEMODELAN REGRESI SPASIAL DEPENDENSI (STUDI KASUS PENYUSUNAN MODEL ANGKA KEMATIAN BAYI DI PROVINSI JAWA TIMUR) ROBUST LAGRANGE MULTIPLIER PADA PEMODELAN REGRESI SPASIAL

Lebih terperinci

OPTIMALISASI MATRIK BOBOT SPASIAL BERDASARKAN K-NEAREST NEIGHBOR DALAM SPASIAL LAG MODEL

OPTIMALISASI MATRIK BOBOT SPASIAL BERDASARKAN K-NEAREST NEIGHBOR DALAM SPASIAL LAG MODEL M-9 OPTIMALISASI MATRIK BOBOT SPASIAL BERDASARKAN K-NEAREST NEIGHBOR DALAM SPASIAL LAG MODEL I Gede Nyoman Mindra Jaya 1), Bertho Tantular 2), Zulhanif 3) 1,2,3) Departemen Statistika FMIPA UNPAD jay.komang@gmail.com,

Lebih terperinci

Pemodelan Konsumsi Energi Listrik Pada Sektor Industri di Provinsi Jawa Timur Menggunakan Metode Regresi Data Panel

Pemodelan Konsumsi Energi Listrik Pada Sektor Industri di Provinsi Jawa Timur Menggunakan Metode Regresi Data Panel JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. (016) 337-350 (301-98X Print) D-169 Pemodelan Konsumsi Energi Listrik Pada Sektor Industri di Provinsi Jawa Timur Menggunakan Metode Regresi Data Panel 1 Marsha Fitrantie

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas mengenai gambaran persebaran IPM dan komponen-komponen penyususn IPM di Provinsi Jawa Tengah. Selanjutnya dilakukan pemodelan dengan menggunakan

Lebih terperinci

Pemodelan Kasus Tindak Pidana di Kota Surabaya dengan Pendekatan Regresi Spasial

Pemodelan Kasus Tindak Pidana di Kota Surabaya dengan Pendekatan Regresi Spasial JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) D-135 Pemodelan Kasus Tindak Pidana di Kota Surabaya dengan Pendekatan Regresi Spasial Defi Mustika Sari, Dwi Endah Kusrini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan ukuran yang sangat bermanfaat atas kegiatan dan kesejahteraan perekonomian suatu negara. Menurut teori ekonomi makro, PDB merupakan

Lebih terperinci

PEMODELAN PRODUKSI PADI DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN PENDEKATAN SPATIAL ECONOMETRICS

PEMODELAN PRODUKSI PADI DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN PENDEKATAN SPATIAL ECONOMETRICS PEMODELAN PRODUKSI PADI DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN PENDEKATAN SPATIAL ECONOMETRICS 1 Fathikatul Arnanda, 2 Abdul Karim 1,2 Program Studi Statistik Fakultas Matematika dan IlmuPengetahuaan Alam,Universitas

Lebih terperinci

JURUSAN STATISTIKA - FMIPA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER. Ayunanda Melliana Dosen Pembimbing : Dr. Dra. Ismaini Zain, M.

JURUSAN STATISTIKA - FMIPA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER. Ayunanda Melliana Dosen Pembimbing : Dr. Dra. Ismaini Zain, M. JURUSAN STATISTIKA - FMIPA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER Seminar hasil TUGAS AKHIR Ayunanda Melliana 1309100104 Dosen Pembimbing : Dr. Dra. Ismaini Zain, M.Si PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek penelitian Penelitian yang digunakan ini mengunakan obyek penelitian dari seluruh kabupaten dan kota yang berada di Provinsi Jawa Timur yang totalnya ada 38 Kabupaten

Lebih terperinci

Disusun: Maslim Rajab Syafrizal NRP Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Setiawan, M.Si Dr. Sutikno, S.Si, M.Si. 1/24/2012 Seminar Hasil

Disusun: Maslim Rajab Syafrizal NRP Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Setiawan, M.Si Dr. Sutikno, S.Si, M.Si. 1/24/2012 Seminar Hasil 1/24/2012 Seminar Hasil 1 PROSEDUR GENERALIZED SPATIAL TWO STAGE LEAST SQUARES UNTUK MENGESTIMASI MODEL SPATIAL AUTOREGRESSIVE WITH AUTOREGRESSIVE DISTURBANCES STUDI KASUS PEMODELAN PERTUMBUHAN EKONOMI

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi perumusan masalah, perancangan tujuan penelitian, pengumpulan data dari berbagai instansi

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS FAKTOR. berfungsi untuk mereduksi dimensi data dengan cara menyatakan variabel asal

BAB III ANALISIS FAKTOR. berfungsi untuk mereduksi dimensi data dengan cara menyatakan variabel asal BAB III ANALISIS FAKTOR 3.1 Definisi Analisis faktor Analisis faktor adalah suatu teknik analisis statistika multivariat yang berfungsi untuk mereduksi dimensi data dengan cara menyatakan variabel asal

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabelvariabel

METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabelvariabel III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabelvariabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini, maka perlu dirumuskan

Lebih terperinci

PEMETAAN DAN MODEL REMAJA PUTUS SEKOLAH USIA SMA DI PROVINSI JAWA TIMUR PADA TAHUN 2009 DENGAN METODE GWR (GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION)

PEMETAAN DAN MODEL REMAJA PUTUS SEKOLAH USIA SMA DI PROVINSI JAWA TIMUR PADA TAHUN 2009 DENGAN METODE GWR (GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION) PEMETAAN DAN MODEL REMAJA PUTUS SEKOLAH USIA SMA DI PROVINSI JAWA TIMUR PADA TAHUN 2009 DENGAN METODE GWR (GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION) Pembimbing : Ir. Sri Pingit Wulandari, MSi Liska Septiana

Lebih terperinci

Pemodelan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan Kabupaten/Kota di Jawa Timur Menggunakan Regresi Data Panel

Pemodelan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan Kabupaten/Kota di Jawa Timur Menggunakan Regresi Data Panel JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.1, (016) 337-350 (301-98X Print) D-45 Pemodelan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan Kabupaten/Kota di Jawa Timur Menggunakan Regresi Data Panel Nur Fajriyah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian

III. METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian deskriptif. Definisi dari penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan

Lebih terperinci

APLIKASI MODEL SPATIAL AUTOREGRESSIVE UNTUK PEMODELAN ANGKA PARTISIPASI MURNI JENJANG PENDIDIKAN SMA SEDERAJAT DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2011

APLIKASI MODEL SPATIAL AUTOREGRESSIVE UNTUK PEMODELAN ANGKA PARTISIPASI MURNI JENJANG PENDIDIKAN SMA SEDERAJAT DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2011 APLIKASI MODEL SPATIAL AUTOREGRESSIVE UNTUK PEMODELAN ANGKA PARTISIPASI MURNI JENJANG PENDIDIKAN SMA SEDERAJAT DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2011 Restu Dewi Kusumo Astuti 1, Hasbi Yasin 2, Sugito 3 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 2002). Penelitian ini dilakukan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

BAB III METODE PENELITIAN. 2002). Penelitian ini dilakukan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek dan Subjek Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data kuantitatif, sesuai dengan namanya, banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data,

Lebih terperinci

Peramalan Penjualan Sepeda Motor Baru Di Area Penjualan Surabaya Dengan Menggunakan Regresi Panel

Peramalan Penjualan Sepeda Motor Baru Di Area Penjualan Surabaya Dengan Menggunakan Regresi Panel JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No.2, (2014) 2337-3520 (2301-928X Print) D-158 Peramalan Penjualan Sepeda Motor Baru Di Area Penjualan Surabaya Dengan Menggunakan Regresi Panel Zakiyah El hoiroh Tsani

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI KUANTIL

ANALISIS REGRESI KUANTIL Jurnal Matematika UNAND Vol. 5 No. 1 Hal. 103 107 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND ANALISIS REGRESI KUANTIL SAIDAH, FERRA YANUAR, DODI DEVIANTO Program Studi Magister Matematika, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data panel (pool data).

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data panel (pool data). 31 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data panel (pool data). 3.2 Metode Analisis Data 3.2.1 Analisis Weighted

Lebih terperinci