Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Aceh Utara

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Aceh Utara"

Transkripsi

1 Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Aceh Utara J u r n a l E K O N O M I K A I N D O N E S I A Volume 1, Nomor 1, Juni 2012 ISSN: Hal Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Aceh Utara This reasearch aims to identify Human Development problems and its current issues at North Aceh District, especially in the field of Education, Health and Economy, and also setting up North Aceh District s Human Development Index, which are consists of Life Expectancy, Literacy Ratio, the average length of school and real expenditure per capita (The Purchasing Power). The source of data, that is required in this research, are primary and secondary data. Primary data were collected using a Questionnaire that had been prepared before. These data contain of Life expectancy and infant mortality (health), The Literacy Ratio, and the average length of school (education) and moreover people s purchasing power (income). Meanwhile, the secondary data are Labour Force, GDRP (Gross Domestic Regional Product), income per capita, and other supporting data from various institution in north Aceh district. The value of the North Aceh District s Human Development Index (HDI) is based on three indicators such as health, education, and economy (income). We found an index value relatively please in 2007 (at 70,35). Moreover, The value of the North Aceh District s Human Development Index (HDI) in 2008 was 7,48. In education s Field, the index achievement of Literacy ratio and length of school s indicators are still not ideal. The Literacy ratio of North Aceh District reached 96,11 percent. For health indicator, The Life Expectancy for North Acehs people/society get up to 69,57 years. In terms of income indicator, it can be declared that overall the society s economic condition in almost all of investigated sub-district are still relatively satisfy. The result shows that the North Aceh District real adjusted expenditure per capita is Rupiah per month. The increasing the number of education s baudget, especially in order to the accomplishment of the nine years compulsory education level (primary and junior high school). Improving quality service, through the provision of the quality drugs and also provided them in the suffecient number, and accompanied by improvement in expired equipment. Improving the quantity and quality of infrastucture and facilities, need to build a training centre, especially in all of the sub-district that have the potential of bussiness development. To ensure the market for marketing agricultural and industrial products (small industries as well as hanycraft industries/ household industries), including establishing the marketing guarantee institution in great prospects area / sub-district. Yeni Irawan Dosen pada Jurusan Tata Niaga Politeknik Negeri, Lhokseumawe Keywords : Human development index, education index, health, income Volume 1, Nomor 1, Juni

2 Yeni Irawan Latar Belakang Kemajuan pembangunan suatu negara atau daerah, salah satunya sangat ditentukan oleh kualitas sumberdaya manusianya (human resources) yang berperan sebagai motor penggerak pembangunan. Dalam hal ini, keterkaitan antara pembangunan dan manusia (SDM) merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan dan harus berjalan selaras. Oleh karena itu, potensi SDM harus ditingkatkan kualitasnya, baik pendidikan, kesehatan, maupun sosial ekonomi melalui kegiatan-kegiatan pembangunan yang dilaksanakan. Dengan kualitas SDM yang tinggi, kesejahteraan akan meningkat dan perannya akan optimal. Berpijak pada pengalaman negara maju, misalnya, Negara Jepang, keberhasilannya dalam pembangunan dan penguasaan teknologi tidak terlepas dari komitmen yang tinggi pemerintah negara tersebut untuk meningkatkan kualitas SDM-nya, dalam bentuk pengetahuan yang tinggi, terampil, dan profesional. Pembangunan SDM di negeri Sakura ini telah dimulai pasca berakhirnya Perang Dunia II, hingga saat ini. Tidak mengherankan, jika Jepang sangat maju dalam penguasaan teknologi dan pengembangan industri. Tingkat pendapatan dan kesejahteraan masyarakatnya juga terus meningkat. Secara umum, pembangunan SDM adalah suatu proses yang dibangun agar masyarakat mampu memiliki lebih banyak pilihan (pendapatan, kesehatan, pendidikan, lingkungan fisik, dan sebagainya). Kemajuan pembangunan manusia dicerminkan oleh Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index). Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indeks yang mengukur pencapaian kemajuan pembangunan suatu negara (daerah) yang dipresentasikan oleh dimensi Angka Harapan Hidup pada Waktu Lahir (Life Expectancy at Birth), Angka Melek Huruf Penduduk Dewasa (Literacy Rate), Rata-rata Lamanya Sekolah Penduduk Dewasa (Mean Year of Schooling), dan Pengeluaran Riil per Kapita. Angka harapan hidup pada waktu lahir yang biasa dinotasikan dengan e0 adalah rata-rata jumlah tahun yang akan dijalani oleh sekelompok orang yang dilahirkan pada suatu waktu tertentu jika pola mortalitas untuk setiap kelompok umur pada masa yang akan datang tetap. Indikator ini dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan pembangunan, khususnya di bidang kesehatan. Meningkatnya harapan hidup dapat berarti adanya keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan yang biasanya ditandai dengan membaiknya kondisi sosial ekonomi penduduk, membaiknya kesehatan, dan lingkungan. Angka melek huruf diperoleh dengan membagi banyaknya penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan lainnya dengan jumlah penduduk berumur 15 tahun ke atas. Keterampilan dasar seperti kemampuan membaca dan menulis hanya mengukur secara umum dan sangat kasar kualitas individu, sehingga bagi masyarakat yang lebih maju, lama pendidikan yang dijalani individu merupakan ukuran yang lebih nyata dalam mengukur kualitas SDM. Demikian pula pengeluaran riil perkapita yang disesuaikan merupakan variabel penentu dalam IPM. Paritas Daya Beli (Purchasing Power Parity) digunakan oleh International Comparison Project dalam menstandarisasi Produk Domestik Bruto (PDB) untuk perbandingan antar negara. Dengan demikian, IPM sangat diperlukan dalam mengukur kemajuan sosial ekonomi suatu negara (daerah). Patut dicatat bahwa dalam hal pembangunan manusia, kedudukan Indonesia pada tataran internasional masih relatif jauh tertinggal. Sesuai laporan HDI (Human Development Index), Indonesia menempati peringkat ke 102 dari 106 negara yang disurvai. Kedudukan ini lebih rendah dibanding dengan Negara ASEAN lainnya, seperti Singapura (peringkat 28), Brunai 102 JURNAL EKONOMIKA INDONESIA

3 Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Aceh Utara Darussalam (31), Malaysia (58), dan Thailand (74). Bahkan, sangat tertinggal dibanding dengan Philipina dan Vietnam, yang masing-masing berada diurutan ke-85 dan 109. Secara tidak langsung ini menunjukkan bahwa kualitas bangsa kita berada pada tahap yang mengkhawatirkan. Namun, masih ada negara-negara lain yang HDInya juga paling rendah, seperti Nikaragua, Kenya, Bangladesh, dan Gunea. Data publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2003, dari seluruh provinsi di Tanah Air yang disurvei, Provinsi Aceh sebelum dilanda tsunami berada di peringkat 15 dalam hal kualitas pembangunan manusia, dengan nilai IPM sebesar 66,00. Lebih lanjut, angka harapan hidup sebesar 67,7 tahun, angka melek huruf 95,76 persen, rata-rata lama sekolah 7,8 tahun, dan konsumsi per kapita per tahun Rp ,-. Untuk tahun 2006 terlihat juga tidak jauh berbeda dari tahun sebelumnya, bahkan peringkat pembangunan manusia provinsi yang berjuluk Serambi Mekkah ini semakin menurun, kendati nilai IPM sedikit bertambah. Laporan BPS tahun 2006 menempatkan Provinsi Aceh di urutan 18 dengan nilai IPM sebesar 69,4, meliputi angka harapan hidup 68,3 tahun, angka melek huruf 96,2 persen, rata-rata sekolah 8,5 tahun, konsumsi per kapita Rp Kondisi ini mengindikasikan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat di Provinsi Aceh masih relatif menggembirakan dibanding dengan beberapa provinsi lainnya di Tanah Air. Kedudukan dan peran IPM dalam konteks perencanaan daerah dinilai sangat penting. Bahkan, pemerintah telah menetapkan IPM sebagai salah satu variabel/indikator dalam pembagian Dana Alokasi Umum (DAU) untuk daerah. Dalam Peraturan Pemerintah No.55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan, khususnya Pasal 40 ayat (1) disebutkan bahwa DAU untuk suatu daerah dialokasikan berdasarkan formula yang terdiri atas celah fiskal dan alokasi dasar. Lebih lanjut, ayat (2) menyatakan bahwa celah fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan selisih antara kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal. Sementara ayat (3) menyebutkan, bahwa kebutuhan fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diukur dengan menggunakan variabel jumlah penduduk, luas wilayah, Indeks Kemahalan Konstruksi, Produk Domestik Regional Bruto per kapita, dan Indeks Pembangunan Manusia. Formula yang serupa juga diterapkan Pemerintah Provinsi Aceh dalam pengalokasian dana Otonomi Khusus (Otsus) bagi Pemerintah Kabupaten/kota. Hal ini tersirat dalam Qanun Nomor 2 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pengalokasian Tambahan Dana Bagi Hasil Minyak dan Gas Bumi dan Penggunaan Dana Otonomi Khusus. Dalam Pasal 11 ayat (1), (2), dan (3) disebutkan sebagai berikut : 1. Pengalokasian Dana Otonomi Khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dilakukan dengan perimbangan sebagai berikut : a. Paling banyak 40% (empat puluh persen) dialokasikan untuk program dan kegiatan pembangunan Aceh; b. Paling sedikit 60% (enam puluh persen) dialokasikan untuk program dan kegiatan pembangunan kabupaten/kota. 2. Dana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dibagi antar kabupaten/kota setiap tahun dengan menggunakan suatu formula yang memperhatikan keseimbangan kemajuan pembangunan antar kabupaten/kota. 3. Formula perhitungan besaran alokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menggunakan beberapa indikator seperti jumlah penduduk, luas wilayah, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) dan indikator lainnya yang relevan. Persoalan yang mengemuka dalam konteks ini adalah bagaimana kondisi riel dan kualitas pembangunan manusia di Kabupaten Volume 1, Nomor 1, Juni

4 Yeni Irawan Aceh Utara. Hal ini menarik untuk dicermati mengingat sebelum penandatanganan naskah kesepahaman (MoU) antara Pemerintah RI-GAM di Helsinki, Finlandia pada tahun 2005 lalu, kondisi kehidupan sosial ekonomi masyarakat di daerah ini relatif memprihatinkan yang pada akhirnya juga berpengaruh terhadap kualitas pembangunan manusia. Untuk itu, hasil kajian ini diharapkan menjadi informasi dasar, tidak hanya terkait dalam pengalokasian DAU dan dana Otsus, namun yang lebih penting menjadi landasan operasional bagi seluruh pemangku kepentingan dalam melaksanakan program dan kegiatan pembangunan manusia ke depan di Kabupaten Aceh Utara. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi permasalahan dan isu aktual pembangunan manusia di Kabupaten Aceh Utara, terutama di bidang pembangunan pendidikan, kesehatan, dan ekonomi; 2. Mengkaji arah kebijakan jangka menengah pembangunan manusia di Kabupaten Aceh Utara; dan 3. Menyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Aceh Utara, meliputi angka harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah, dan pengeluaran riil per kapita (daya beli). KONSEP PEMBANGUNAN MANUSIA Arsitek awal dari indikator sosial ekonomi, khususnya Indeks Pembangunan Manusia adalah seorang Mahbub ul Haq, mantan Kepala Bappenas-nya Pakistan pada tahun 1970-an. Lain dari kebanyakan ekonom arus utama, pada tahun 1970 Ul Haq melalui bukunya, Tirai Kemiskinan, menyampaikan kritiknya yang pedas akan kecenderungan para ahli dan politikus mengukur keberhasilan kinerja ekonomi sosial negara menurut indikator ratarata GNP (pendapatan nasional bruto) dan anak turunannya ekonomi makro John Maynard Keynes, seperti tingkat inflasi, pengangguran, investasi, tingkat pembelanjaan pemerintah, tingkat konsumsi dan posisi neraca perdagangan saja, dalam (Wijaya, 1990: 21) Sebelum tahun 2000, laporanlaporan UNDP mengenai kesejahteraan (pembangunan manusia) diuntai dengan perspektif tingkat pengurangan kemiskinan atau tingkat keberhasilan pembangunan manusia. Namun pada tahun-tahun 2000-an, sekurangnya pada laporan tahun 2001 dan 2004 laporan UNDP mengenai pembangunan manusia dilihat dari perspektif demokrasi. Indikatorindikatornya sebagian besar sama, hanya saja pemaknaannya bergeser tekanan. Barang dagangannya sama, tetapi kemasannya berbeda. Semua Indeks Pembangunan Manusia, tergantung dari selera pembeli, bisa dijelaskan secara logis untuk melihat pengurangan tingkat kemiskinan maupun tingkat partisipasi demokrasi. (UNDP, BPS dan Bappenas, 2001 dan 2004). Ringkasnya, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) diartikan oleh PBB adalah nilai yang menunjukkan tingkat kemiskinan, kemampuan baca tulis, pendidikan, harapan hidup, dan faktor-faktor lainnya pada negara-negara di seluruh dunia. Nilai IPM menunjukkan pencapaian rata-rata pada sebuah negara dalam tiga dimensi dasar pembangunan manusia, yakni: Usia yang panjang dan sehat, yang diukur dengan angka harapan hidup. Pendidikan, yang diukur dengan tingkat baca tulis dengan pembobotan dua per tiga; serta angka partisipasi kasar dengan pembobotan satu per tiga. Standar hidup yang layak, yang diukur dengan produk domestik bruto (PDB) per kapita pada paritas daya beli dalam mata uang Dollar AS. Indeks ini disusun sebagai salah satu dari indikator alternatif, selain pendapatan nasional per kapita, untuk menilai keberhasilan pembangunan yang 104 JURNAL EKONOMIKA INDONESIA

5 Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Aceh Utara dilaksanakan oleh suatu negara. Indeks Pembangunan Manusia ini meranking semua negara dengan skala 0 (nol) sampai 1 (satu). Angka nol menyatakan tingkat pembangunan manusia yang paling rendah dan angka 1 menyatakan tingkat pembangunan manusia yang paling tinggi. Ada tiga indikator yang dijadikan tolok ukur untuk menyusun Indeks Pembangunan Manusia. Pertama, usia panjang yang diukur dengan rata-rata lama hidup penduduk atau angka harapan hidup di suatu negara. Kedua, pengetahuan yang diukur dengan rata-rata tertimbang dari jumlah orang dewasa yang bisa membaca (diberi bobot dua pertiga) dan rata-rata tahun sekolah (diberi bobot sepertiga). Ketiga, penghasilan yang diukur dengan pendapatan per kapita riil yang telah disesuaikan daya belinya untuk tiap-tiap negara. Berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia yang telah disusun, maka bisa ditetapkan tiga kelompok negara. Pertama, negara dengan tingkat pembangunan manusia yang rendah bila IPM-nya berkisar antara 0 sampai 0,5. Negara yang masuk kategori ini sama sekali atau kurang memperhatikan pembangunan sumber daya manusia. Kedua, negara dengan tingkat pembangunan manusia sedang jika IPMnya berkisar antara 0,51 sampai 0,79. Negara yang masuk dalam kategori ini mulai memperhatikan pembangunan sumber daya manusianya. Ketiga, negara dengan tingkat pembangunan manusia tinggi jika IPMnya berkisar antara 0,80 sampai 1. Negara yang masuk dalam kategori ini sangat memperhatikan pembangunan sumber daya manusianya (Nugroho SBM, 2004:23). Menuruk Malik (2005:88) laporan pembangunan manusia merupakan sebuah hasil kajian yang membawa pesan perlunya pembangunan manusia sebagai alat dan tujuan demokrasi. Tentu saja laporan seperti itu akan mengundang banyak kontroversi, apalagi perhatian orang selama ini hanya tertuju pada angka, baik peringkat maupun pembiayaan. Amartya Sen di dalam Freedom as Development (1999:34) menyebutkan, kebebasan adalah inti pembangunan dan karena itu masyarakat harus dibebaskan dari sumber ketidakbebasan itu. Sumber ketidakbebasan itu adalah kemiskinan (yang menyebabkan orang tidak mendapat kesempatan memperoleh gizi yang baik) dan tirani, rendahnya peluang ekonomi (antara lain peluang bagi perempuan untuk mendapat kerja di luar rumah) dan pemiskinan sosial sistematis, pengabaian fasilitas publik (misalnya pendidikan dan pelayanan kesehatan) dan intoleransi atau represi oleh negara. Pembangunan manusia dengan demikian bukan sesuatu yang abstrak dan dia tidak bisa ditunda-tunda. Pemerintahan baru telah menjanjikan perubahan dan janji itu harus dibuktikan antara lain dengan meningkatkan pembangunan manusia, bukan sekadar mengejar pertumbuhan ekonomi, industrialisasi, dan kenaikan pendapatan. Metode Penelitian Lokasi penelitian difokuskan di seluruh Kecamatan di Kabupaten Aceh Utara. Sumber data yang dibutuhkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer dihimpun dengan menggunakan kuesioner (daftar pertanyaan) yang telah disiapkan sebelumnya. Data dimaksud meliputi angka harapan hidup dan angka kematian bayi (kesehatan), angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah (pendidikan), serta daya beli masyarakat (pendapatan). Data sekunder tenaga kerja, PDRB (Produk Domestik Regional Bruto), pendapatan per kapita, dan data pendukung lainnya yang diperoleh dari beberapa badan/instansi yang ada di Kabupaten Aceh Utara. Pengolahan Data dan Perhitungan IPM Berdasarkan perhitungan BPS, Bappenas, dan UNDP (2001: ), maka HDI atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM) disusun dari tiga komponen, yakni: 1. Komponen lamanya hidup, diukur Volume 1, Nomor 1, Juni

6 Yeni Irawan dengan harapan hidup pada saat lahir. Angka harapan hidup pada waktu lahir (e0), yaitu rata-rata jumlah tahun yang akan dijalani oleh sekelompok orang yang dilahirkan pada suatu waktu tertentu, dengan asumsi pola mortalitas untuk setiap kelompok umur pada masa yang akan datang tetap. 2. Komponen tingkat pendidikan, diukur dengan kombinasi antara angka melek huruf pada penduduk dewasa (dengan bobot dua per tiga) dan rata-rata lama sekolah (dengan bobot sepertiga). Angka melek huruf adalah persentase dari penduduk usia 15 tahun keatas yang bisa membaca dan menulis dalam huruf latin atau huruf lainnya, terhadap jumlah penduduk usia 15 tahun atau lebih. Sedangkan rata-rata sekolah merupakan rata-rata jumlah tahun yang telah dihabiskan oleh penduduk usia 15 tahun keatas di seluruh jenjang pendidikan formal yang pernah dijalani. 3. Komponen tingkat kehidupan yang layak, diukur dengan pengeluaran per kapita yang telah disesuaikan (purchasing power parity atau daya beli per kapita dalam rupiah). Indeks ini merupakan rata-rata sederhana dari ketiga komponen tersebut di atas, atau dapat ditulis : IPM = 1/3 (Indeks X 1 + Indeks X 2 + Indeks X 3 ) Dimana : X 1 = Lamanya hidup X 2 = Tingkat pendidikan X 3 = Tingkat kehidupan yang layak (daya beli) Untuk masing-masing komponen X i dihitung dengan rumus : Indeks X ( i, j ) = (X ( i, j ) - X ( i - min )) ( X ( i - max ) - X ( i - min )) Dimana: X ( i, j ) = Indikator ke i dari daerah j X ( i - min) = Nilai minimum dari X i X ( i - max) = Nilai maksimum dari X i Nilai maksimum dan minimum dari setiap komponen IPM dapat dilihat pada Tabel 1. Capaian Indeks Pembangunan Manusia Kondisi aktual dari proses pembangunan manusia di bidang kesehatan di Kabupaten Aceh Utara saat ini (tahun 2008) yang diukur dari angka Harapan Hidup masih tergolong sedang. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa usia harapan hidup rata-rata penduduk Aceh Utara adalah 69,57 tahun. Maksudnya jika seseorang dilahirkan hidup pada tahun 2008, maka diperkirakan ia akan hidup sampai usia 69,57 tahun. Angka harapan hidup di berbagai kecamatan terlihat berbeda, yakni berkisar 66 hingga 71 tahun. Beberapa kecamatan yang tinggi angka harapan hidupnya adalah Tanah Jambo Aye, Lhoksukon, dan Dewantara. Sedangkan harapan hidup di Kecamatan Banda Baro, Kuta Makmur, Simpang Keuramat, Syamtalira Bayu, dan Geureudong Pase relatif lebih rendah dari wilayah kecamatan lainnya. Dengan kata lain, pembangunan manusia dari sisi Komponen IPM Tabel 1 Nilai maksimum dan minimum komponen IPM Nilai Maksimum Nilai Minimum Angka Harapan Hidup (tahun) Standar UNDP Angka Melek Huruf (persen) Standar UNDP Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 15 0 Standar UNDP Daya beli (rupiah per kapita per bulan) Keterangan UNDP menggunakan PDB riil perkapita yang telah disesuaikan 106 JURNAL EKONOMIKA INDONESIA

7 Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Aceh Utara meningkatkan harapan hidup penduduk (bidang kesehatan) telah tercapai sebesar 74,3 persen. Berarti, diperlukan pencapaian 25,7 persen lagi untuk mencapai umur harapan hidup maksimal, yakni 85 tahun (sesuai standar UNDP). Dengan demikian, peningkatan pembangunan kesehatan perlu terus ditingkatkan di masa mendatang. Meskipun angka harapan hidup masyarakat bergerak naik secara signifikan, kebijakan lanjutan dan inovasi-inovasi di sektor kesehatan guna meningkatkan derajat hidup kesehatan masyarakat, tetap dibutuhkan. Disamping mempertahankan kebijakan Askeskin atau Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) yang telah gulirkan selama ini, kebijakan kesehatan lainnya yang pro-miskin patut juga diupayakan dilaksanakan secara berkelanjutan, seperti peningkatan bantuan makanan bergizi bagi bayi/balita, pelayanan gratis dan cepat bagi ibu hamil/ibu melahirkan, dan lainnya. Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah Selain lamanya hidup, komponen IPM lainnya adalah tingkat pendidikan. Pendidikan diukur dengan dari dua indikator, yaitu angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Angka melek huruf adalah persentase dari penduduk usia 15 tahun keatas yang bisa membaca dan menulis dalam huruf latin atau huruf lainnya, terhadap jumlah penduduk usia 15 tahun atau lebih. Sedangkan rata-rata sekolah merupakan rata-rata jumlah tahun yang telah dihabiskan oleh penduduk usia 15 tahun keatas di seluruh jenjang pendidikan formal yang pernah dijalani. Rata-rata lama sekolah penduduk dewasa di Kabupaten Aceh Utara telah mencapai 9,15 tahun, maka sudah menamatkan pendidikan dasar 9 tahun atau tamat SLTP/sederajat. Akan tetapi, di beberapa kecamatan lama pendidikan penduduk dewasa baru mencapai 8 tahunan Gambar 1. Angka Harapan Hidup Menurut Kecamatan di Kabupaten Aceh Utara, Tahun 2008 Sumber : Hasil Lapangan, 2008 Volume 1, Nomor 1, Juni

8 Yeni Irawan Gambar 2. Rata-rata Lama Pendidikan Penduduk Dewasa di Kabupaten Aceh Utara, Tahun 2008 Sumber : Hasil Lapangan, 2008 Gambar 3. Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Berumur 25 Tahun Keatas di Kabupaten Aceh Utara, Tahun 2008 Sumber : Hasil Lapangan, 2008 atau bahkan kurang, seperti di Kecamatan Langkahan (7,93 tahun) dan Kecamatan Cot Girek (7,68 tahun). Sebaliknya di Kecamatan Lhoksukon, Syamtalira Aron, Dewantara, dan Kecamatan Tanah Jambo Aye sudah lebih baik dengan rata-rata lama sekolah lebih dari 10 tahun (tingkat 1 SLTA). Rata-rata lama sekolah yang telah dijalani laki-laki lebih tinggi dibanding kaum perempuan. Kondisi ini ditemui pada semua kelompok umur. Laki-laki telah mampu menamatkan pendidikan SLTP/ sederajat atau pernah mengecap pendidikan jenjang atas (SMA) kelas 1. Hal ini mencerminkan pula telah tercapainya target wajib belajar sembilan tahun untuk laki-laki. Sedangkan kaum perempuan hanya mampu menamatkan SD atau pernah duduk 108 JURNAL EKONOMIKA INDONESIA

9 Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Aceh Utara Gambar 4. Angka Melek Huruf Kabupaten Aceh Utara, Tahun 2008 (Persen) Sumber : Hasil Lapangan, 2008 Gambar 5. Angka Melek Huruf Kabupaten Aceh Utara dan Provinsi Aceh, Tahun (Persen) Sumber : BPS, BAPPENAS, UNDP, 2004, 2007, Hasil Lapangan, 2008 dibangku SLTP kelas 2. Ke depan, layanan pendidikan bagi perempuan patut menjadi prioritas Pemerintah Kabupaten Aceh Utara agar tidak terjadinya ketimpangan antara laki-laki dan perempuan. Kaitan lainnya adalah angka literasi atau melek huruf penduduk usia 15 tahun keatas. Kemampuan ini berfungsi sebagai modal penduduk dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dengan kemampuan membacanya. Upaya untuk menuntaskan penduduk buta aksara di Aceh Utara diakui telah menunjukkan perbaikan dibanding tahun-tahun sebelumnya, meskipun belum mencapai angka maksimal. Fakta lapangan memperlihatkan angka melek huruf atau penduduk usia 15 tahun keatas yang bisa membaca dan menulis mencapai 96,11 persen, sedangkan sisanya sebesar 3,89 persen masih buta huruf. Patut dicermati bahwa penduduk yang buta huruf ini merupakan usia tua yang kemungkinan Volume 1, Nomor 1, Juni

10 Yeni Irawan sulit mendapatkan pelayanan pendidikan di masa lampau. Sebelumnya tahun 1999, angka melek huruf Kabupaten Aceh Utara sebesar 94,4 persen, dan tahun 2006 sebesar 96 persen. Perkembangan angka melek huruf Kabupaten Aceh Utara dan Provinsi Aceh dapat dilihat pada Gambar 5. Jika dikaji lebih mendalam, terlihat angka melek huruf yang semakin mengecil pada kelompok umur menua. Pada kelompok usia tahun angka melek huruf mencapai 99,38 persen, sementara pada kelompok usia 60 tahun keatas melek huruf hanya 72,22 persen. Berarti hampir 30 persen penduduk usia tersebut masih buta huruf atau tidak bisa baca-tulis. Lebih jauh, antara laki-laki dan perempuan masih terjadi perbedaan dalam literasi, dimana laki-laki lebih baik. Ke depan, penuntasan buta aksara lebih diarahkan pada kecamatan-kecamatan, seperti Seunuddon, Kuta Makmur, Tanah Luas, Tanah Pasir, Nisam Antara, dan Sawang. Selanjutnya, secara bertahap difokuskan pula pada kecamatankecamatan lainnya. Mengingat penduduk buta huruf lebih dominan usia tua, maka proses pembinaan dan pembelajaran perlu disesuaikan agar lebih mudah dipahami dan dimengerti. Lebih lanjut, kaum perempuan juga harus menjadi prioritas sehingga diharapkan tidak terjadinya perbedaan dengan laki-laki, terutama dalam mengakses pendidikan sebagai hak warga negara. Pengeluaran Riil Perkapita (Daya Beli) Pembangunan manusia tidak mungkin terlepas dari aktivitas ekonomi. Oleh sebab itu pembangunan manusia juga harus ditinjau dari sisi kegiatan ekonominya. Salah satunya adalah pendapatan per kapita yang dalam penelitian ini didekati dengan pengeluaran riil per kapita. Pengeluaran per kapita penduduk terbagi atas pengeluaran untuk makanan dan pengeluaran untuk nonmakanan. Semakin maju dan sejahtera suatu masyarakat, maka proporsi pengeluaran makanan semakin kecil karena keterbatasan manusia dalam mengkonsumsi makanan. Fakta dilapangan didapati, bahwa hampir 60 persen pengeluaran per kapita penduduk di Aceh Utara digunakan untuk memenuhi konsumsi makanan/minuman. Selebihnya, sebesar 40 persen dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan nonmakanan. Gambar 6. Penduduk Melek Huruf Berumur 15 Tahun Keatas di Kabupaten Aceh Utara, Tahun 2008 Sumber : Hasil Lapangan, JURNAL EKONOMIKA INDONESIA

11 Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Aceh Utara Secara absolut, pengeluaran per kapita penduduk setiap bulannya sebesar Rp , terdiri atas Rp dibelanjakan untuk makanan dan Rp dibelanjakan untuk nonmakanan. Pengeluaran per kapita yang berada diatas rata-rata Aceh Utara, terutama ditemui di Kecamatan Dewantara, Muara Batu, Syamtalira Aron, Samudera, dan Tanah Jambo Aye. Sedangkan kecamatan lainnya masih dibawah rata-rata Aceh Utara. Dalam penggunaan selanjutnya, pengeluaran per kapita per bulan berkaitan dengan kemampuan daya beli seseorang terhadap beberapa barang dan jasa tertentu yang dibutuhkannya. Setelah disesuaikan, paritas daya beli per kapita per bulan di Kabupaten Aceh Utara, yakni rata-rata sebesar Rp.607 ribu. Angka ini terbilang masih kurang memadai, karena belum mencapai angka daya beli maksimal, yakni Rp per kapita per tahun (sesuai dengan estimasi dari UNDP, BPS, dan Bappenas). Hal ini mencerminkan pula bahwa pendapatan penduduk Aceh Utara masih jauh dari jangkauan yang diharapkan dalam pemenuhan kebutuhan hidup yang layak. Oleh karena itu, harus diupayakan peningkatan pendapatan masyarakat, seperti menggerakkan kembali sektor-sektor ekonomi potensial yang selama ini ditekuni masyarakat (pertanian, industri kecil, perdagangan, dan jasa-jasa). Selain itu, paket bantuan dan insentif bagi penduduk miskin, baik dalam bentuk sarana produksi/aset produktif atau pun permodalan, juga harus menjadi perhatian pemerintah. Patut dicermati, bahwa hanya Tabel 7 Pengeluaran Per Kapita (PP) Makanan dan Nonmakanan per Bulan di Kabupaten Aceh Utara, Tahun 2008 (Rupiah) Kecamatan PP Makanan PP Nonmakanan PP Sawang Nisam Nisam Antara Banda Baro Kuta Makmur Simpang Keuramat Syamtalira Bayu Geureudong Pase Meurah Mulia Matangkuli Paya Bakong Pirak Timu Cot Girek Tanah Jambo Aye Langkahan Seunuddon Baktiya Baktiya Barat Lhoksukon Tanah Luas Nibong Samudera Syamtalira Aron Tanah Pasir Lapang Muara Batu Dewantara Aceh Utara Sumber : Hasil Lapangan, 2008 Volume 1, Nomor 1, Juni

12 Yeni Irawan Kecamatan Dewantara dan Tanah Jambo Aye yang kondisi penduduknya memiliki kemampuan daya beli diatas rata-rata Aceh Utara. Sedangkan kecamatan lainnya menunjukkan daya beli penduduknya lebih rendah daripada rata-rata secara umum. Hal ini kemungkinan berkaitan erat dengan perilaku dan gaya hidup serta kondisi sosial ekonomi masyarakat kecamatan bersangkutan. Konsumsi makanan per kapita adalah faktor yang sangat penting bagi tubuh, karena dalam melakukan aktivitas seharihari tubuh manusia membutuhkan kalori yang cukup. Tenaga tersebut berasal dari karbohidrat, lemak, protein, dan zat lainnya yang terkandung dalam makanan. Namun ironisnya, kerapkali masyarakat tidak menyadari akan kegunaan dan manfaat, ataupun kerugiannya dalam mengkonsumsi berbagai jenis makanan. Beras (padi-padian) merupakan sumber kalori utama bagi penduduk Aceh Utara. Sekitar 22 persen pengeluaran makanan per kapita per bulan dihabiskan untuk kebutuhan tersebut. Demikian pula konsumsi ikan/udang/cumi/kerang yang merupakan makanan pokok sebagai lauk pauk di wilayah ini. Untuk kebutuhan kelompok makanan ini pengeluarannya juga hampir mencapai 22 persen. Beberapa kecamatan, seperti Nisam Antara, Sawang, Meurah Mulia, Kuta Makmur, Muara Batu, Paya Bakong, Baktiya, Lapang, Geureudong Pase, Cot Girek, Seunuddon, dan Tanah Pasir, mengkonsumsi beras setiap bulannya diatas rata-rata Aceh Utara (berkisar persen dari total pengeluaran makanan). Sementara itu rokok, yang merupakan salah satu penyebab sakit jantung dan kanker justru cukup besar dikonsumsi masyarakat. Meskipun berbagai himbauan dan sosialisasi untuk mengurangi konsumsi rokok, pengeluaran untuk produk ini mencapai 15 persen dari pengeluaran makanan per kapita. Berarti konsumsinya tiga perempat dari konsumsi untuk beras atau ikan yang merupakan makanan pokok dan lauknya. Bandingkan dengan konsumsi susu (susu murni, susu kental, susu bubuk) yang hanya sekitar 1,57 persen atau daging yang hanya 1,80 persen dari konsumsi makanan per kapita. Masyarakat yang mengeluarkan biaya untuk konsumsi rokok paling banyak didapati di Kecamatan Cot Girek, disamping juga Dewantara, Tanah Jambo Aye, Pirak Timu, Syamtalira Bayu, dan Seunuddon. Karena itu, sosialisasi akan bahaya rokok perlu ditingkatkan intensitasnya di kecamatan tersebut. Sedangkan yang relatif sedikit dijumpai di Kecamatan Lapang dan Baktiya. Sekiranya konsumsi rokok (termasuk tembakau dan sejenisnya) dialihkan separuhnya saja untuk membeli makanan/minuman untuk keluarga, dapat dipastikan kesehatan anggota keluarga lebih baik dan kebutuhan gizinya lebih terpenuhi. Dengan demikian, dampak selanjutnya adalah kualitas hidup masyarakat meningkat, tubuh sehat dan kuat, mampu berpikir dan belajar dengan baik, bekerja lebih giat, dan keseluruhaannya berimplikasi positif pada kelangsungan hidup yang lebih panjang. Nilai Indeks Pembangunan Manusia Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai suatu indikator pembangunan manusia menggambarkan kualitas hidup dari sisi kesehatan, pendidikan, dan daya beli. Berdasarkan perhitungan dan penambahan rata-rata dari indeks harapan hidup, indeks tingkat pendidikan, dan indeks pendapatan, maka IPM Kabupaten Aceh Utara mencapai 72,34 tahun Jika diukur dari skala internasional, angka IPM tersebut termasuk dalam kategori IPM menengah atas. Selanjutnya, angka IPM yang dicapai tahun 2008 cenderung naik dibanding tahun sebelumnya (2007) yang sebesar 71,39 (BPS), atau naik sebesar 95 poin. Meski demikian, perubahan yang cenderung mendatar membuktikan bahwa percepatan pembangunan manusia di daerah ini masih lamban. Untuk itu, pembangunan manusia di Kabupaten Aceh Utara harus dipacu 112 JURNAL EKONOMIKA INDONESIA

13 Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Aceh Utara Tabel 8 Persentase Pengeluaran Beberapa Kelompok Makanan Terhadap Pengeluaran Makanan Per Kapita Per Bulan Kecamatan Beras Susu Daging Ikan/udang/ cumi/ kerang Makan jadi Rokok Sawang 27,48 0,61 0,34 20,56 4,93 12,80 Nisam 22,79 1,94 4,11 21,47 5,17 12,71 Nisam Antara 29,09 1,30 1,27 21,89 7,21 15,42 Banda Baro 21,27 5,03 5,86 14,98 5,61 15,46 Kuta Makmur 25,74 0,89 0,10 20,30 8,22 14,50 Simpang Keuramat 22,61 1,79 0,86 21,63 8,45 10,85 Syamtalira Bayu 22,00 0,70 0,96 19,58 8,19 16,62 Geureudong Pase 25,89 0,79 0,88 17,99 7,56 14,50 Meurah Mulia 27,30 1,36 1,55 21,74 8,79 12,97 Matangkuli 19,54 1,92 4,09 18,08 9,50 9,29 Paya Bakong 27,20 1,29 2,41 18,89 7,29 9,89 Pirak Timu 22,58 1,14 0,99 20,14 5,78 16,90 Cot Girek 23,70 2,20 0,52 18,73 6,53 19,48 Tanah Jambo Aye 20,68 1,76 2,77 21,69 7,03 17,20 Langkahan 22,76 2,66 0,98 17,24 5,76 15,32 Seunuddon 23,46 0,47 1,40 24,87 4,71 16,15 Baktiya 26,11 0,55 0,40 25,07 6,40 8,47 Baktiya Barat 22,67 0,91 0,80 19,72 6,55 21,12 Lhoksukon 22,76 1,18 1,18 24,28 7,74 13,66 Tanah Luas 20,81 0,97 0,13 23,64 7,31 15,02 Nibong 19,60 0,81 2,74 22,71 9,20 13,94 Samudera 21,02 2,23 1,32 23,04 7,47 11,80 Syamtalira Aron 20,34 2,37 2,59 21,43 7,74 13,77 Tanah Pasir 23,62 1,86 2,26 17,09 6,50 12,57 Lapang 26,09 1,70 1,13 28,34 5,89 7,89 Muara Batu 24,54 1,72 0,91 21,42 5,67 13,77 Dewantara 15,72 2,32 3,03 23,77 7,33 17,55 Aceh Utara 22,01 1,57 1,80 21,87 7,55 14,49 Sumber : Hasil Lapangan, 2008 lebih cepat, dan diharapkan ke depan dapat menyamai beberapa kota di Aceh, seperti Banda Aceh, Lhokseumawe, dan Sabang. Jika dilihat kondisi antarkecamatan, angka IPM cukup bervariasi yang menggambarkan tingkat pencapaian pembangunan manusia di wilayah masing-masing. Nilai IPM berkisar antara 61,59 hingga 74,84. Paling tinggi adalah Kecamatan Dewantara, dan paling rendah adalah Kecamatan Geureudong Pase. Jika diurut berdasarkan skala internasional, tidak ditemui satu pun kecamatan yang termasuk dalam kategori IPM tinggi (>80) dan kategori IPM rendah (IPM <50). Beberapa kecamatan yang termasuk kategori IPM menengah atas (66 < IPM < 80) adalah Dewantara, Tanah Jambo Aye, Lhoksukon, Syamtarila Aron, Samudera, Matangkuli, Muara Batu, Meurah Mulia, dan Tanah Luas. Kecamatan yang termasuk IPM menengah bawah (50 < IPM < 66), meliputi Baktiya, Nibong, Baktiya Barat, Langkahan, Seunuddon, Sawang, Lapang, Nisam Antara, Kuta Makmur, Nisam, Pirak Timu, Syamtarila Bayu, Cot Girek, Paya Bakong, Simpang Keuramat, Banda Baro, dan Geureudong Pase. Beberapa wilayah kecamatan dengan nilai IPM menengah bawah sebagai akibat daya beli rendah, lama sekolah penduduk rendah, atau akibat angka harapan hidupnya lebih pendek. Sedangkan tingkat melek huruf antara satu kecamatan dengan kecamatan lainnya relatif merata. Lebih jauh dikaji, ternyata wilayah-wilayah yang maju (dilihat dari pencapaian IPM) berada Volume 1, Nomor 1, Juni

14 Yeni Irawan di daerah perkotaan, mempunyai fasilitas umum yang lebih lengkap seperti sekolah, pasar, dan fasilitas lain. Sebaliknya wilayah yang kurang maju berada jauh dari ibukota dan fasilitas umum yang dimiliki juga masih relatif terbatas. Secara umum, pembangunan manusia yang dicapai Kabupaten Aceh Utara pada tahun 2008 sebesar 72,48, menunjukkan kecenderungan lebih baik dari yang dicapai Aceh pada tahun 2007 (sebesar 70,35). Kemajuan yang dicapai tersebut sebagai bentuk komitmen Pemerintah Aceh Utara dalam mengupayakan dan meningkatkan kapasitas dasar penduduk sehingga berdampak pada peningkatan kualitas hidup. Pencapaian ini diperoleh dari harapan hidup (69,41 tahun), lama sekolah (9,1 tahun), dan kemampuan daya beli (Rp 601,82 ribu) yang berada di atas angka provinsi secara keseluruhan, kecuali angka melek huruf (96,04 persen) yang berada dibawah rata-rata provinsi (96,20). Dibanding tahun-tahun sebelumnya, IPM Aceh Utara terus meningkat secara signifikan. Awal tahun 1999, tercatat IPM masih sebesar 63,1. Selanjutnya, angka IPM tersebut naik menjadi 65,9 (tahun 2002) dan mencapai 68,9 (tahun 2004). Sepanjang tahun , pembangunan manusia yang dicapai Aceh Utara memperlihatkan kemajuan yang cukup menggembirakan, dari status IPM menengah bawah menjadi menengah atas. Namun demikian, capaian IPM kurun waktu tersebut masih berada dibawah rata-rata Aceh. Sebagai gambaran, Tabel 9 IPM Menurut Kecamatan di Kabupaten Aceh Utara dan Peringkatnya, Tahun 2008 Kecamatan IPM Peringkat Sawang 63,69 16 Nisam 63,26 20 Nisam Antara 63,40 18 Banda Baro 62,30 26 Kuta Makmur 63,33 19 Simpang Keuramat 62,36 25 Syamtalira Bayu 62,85 22 Geureudong Pase 61,59 27 Meurah Mulia 67,24 9 Matangkuli 68,17 6 Paya Bakong 62,49 24 Pirak Timu 62,89 21 Cot Girek 62,55 23 Tanah Jambo Aye 74,47 2 Langkahan 64,39 14 Seunuddon 63,69 15 Baktiya 65,86 11 Baktiya Barat 64,48 13 Lhoksukon 73,93 3 Tanah Luas 66,31 10 Nibong 64,89 12 Samudera 70,04 5 Syamtalira Aron 71,57 4 Tanah Pasir 68,04 8 Lapang 63,48 17 Muara Batu 68,16 7 Dewantara 74,82 1 Aceh Utara 72,48 8* Catatan: * Peringkat tahun 2007 dari 23 kabupaten/kota di Aceh Sumber : Hasil Lapangan, JURNAL EKONOMIKA INDONESIA

15 Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Aceh Utara Gambar 10. IPM Kabupaten Aceh Utara dan Aceh, Tahun Sumber : BPS, BAPPENAS, UNDP, 2004, 2007, Hasil Lapangan, 2008 angka IPM Aceh mencapai hampir 65,3 (tahun 1999), naik menjadi sebesar 66 (tahun 2002), dan hingga mencapai 68,7 (tahun 2004). Memasuki tahun , angka IPM Aceh Utara telah melampaui atau berada diatas Provinsi Aceh. Keberhasilan yang dicapai ini perlu dilanjutkan di masa mendatang, serta diupayakan terobosan program pembangunan manusia yang tepat dan berkualitas sebagai langkah untuk mencapai angka IPM yang lebih tinggi (IPM >80). Kesimpulan 1. Nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Aceh Utara berdasarkan tiga indikator yaitu kesehatan, pendidikan, dan ekonomi (pendapatan) didapati nilai indeks yang relatif menggembirakan dibanding dengan nilai IPM rata-rata untuk Provinsi Aceh tahun 2007 (sebesar 70,35). Nilai IPM Kabupaten Aceh Utara tahun 2008 adalah 72,48. Nilai IPM tertinggi adalah Kecamatan Dewantara sebesar 73,93. Sedangkan terendah diduduki Kecamatan Geureudong Pase sebesar 61,59. Berdasarkan urutan skala internasional, kecamatan yang termasuk kategori IPM menengah atas (66 < IPM < 80) adalah Dewantara, Tanah Jambo Aye, Lhoksukon, Syamtarila Aron, Samudera, Matangkuli, Muara Batu, Meurah Mulia, dan Tanah Luas. Sedangkan kecamatan yang termasuk IPM menengah bawah (50 < IPM < 66), meliputi Baktiya, Nibong, Baktiya Barat, Langkahan, Seunuddon, Sawang, Lapang, Nisam Antara, Kuta Makmur, Nisam, Pirak Timu, Syamtarila Bayu, Cot Girek, Paya Bakong, Simpang Keuramat, Banda Baro, dan Geureudong Pase. 2. Untuk bidang kesehatan, angka harapan hidup capaiannya masih belum ideal, terutama di Kecamatan Geureudong Pase, Simpang Keuramat, Syamtalira Bayu, Kuta Makmur, Banda Baro, Nisam, Nisam Antara, Tanah Pasir, Samudera, Tanah Luas, Nibong, Langkahan, Cot Girek, Matangkuli, Meurah Mulia, Syamtalira Aron, Baktiya, Paya Bakong, dan Seunuddon. Di daerah-daerah tersebut di atas, angka harapan hidup masih dibawah rata-rata Kabupaten Aceh Utara yang sebesar 69,57 tahun. Volume 1, Nomor 1, Juni

16 Yeni Irawan Hal ini bermakna bahwa upaya-upaya yang mengarah pada peningkatan derajat kesehatan penduduk di daerah ini masih harus diberi tumpuan yang lebih besar pada masa mendatang, melalui implementasi program-program pembangunan, baik melalui dana APBD Aceh Utara, maupun program-program yang didanai Pemerintah Aceh dan dukungan para donatur/lsm/ngo Asing. 3. Dalam bidang pendidikan, capaian indeks indikator-indikator angka melek huruf dan lama sekola masih belum ideal. Angka melek huruf, misalnya, di beberapa kecamatan seperti Seunuddon, Kuta Makmur, Tanah Luas, Tanah Pasir, Nisam Antara, Sawang, Baktiya, Cot Girek, dan Geureudong Pase, masih di bawah angka rata-rata kabupaten. Angka melek huruf Kabupaten Aceh Utara mencapai 96,11 persen. Kondisi ini bermakna bahwa masih terdapat sebagian anggota masyarakat di daerah-daerah tersebut yang belum dapat membaca dan menulis. 4. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa rata-rata lama sekolah (LS) penduduk Kabupaten Aceh Utara yang berumur 15 tahun ke atas adalah 9,15 tahun atau sudah mencapai target wajib belajar sembilan tahun. Akan tetapi, di beberapa kecamatan lama pendidikan penduduk dewasa baru mencapai 8 tahunan. Rendahnya nilai indeks LS ini memberi arti bahwa peluang dan kemampuan sebagian penduduk di daerah-daerah tersebut dalam mengecap pendidikan masih sangat terbatas. Mereka hanya mampu mengenyam pendidikan pada tingkat dasar dan sangat terbatas yang dapat melanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi (menengah atas dan perguruan tinggi). Dari gambaran capaian indeks untuk indikator pendidikan ini, maka dapat dinyatakan bahwa upaya implementasi programprogram pembangunan di bidang pendidikan, terutama di kecamatankecamatan yang bernilai indeks rendah (dalam melek huruf dan lama sekolah) perlu mutlak dilakukan secara intensif pada tahun-tahun mendatang. Upaya ini secara simultan juga dilakukan pada kecamatan-kecamatan yang nilai indeksnya telah memadai dalam bidang pendidikan selama ini. 5. Dalam hal pendapatan, secara keseluruhan dapat dinyatakan bahwa kondisi ekonomi masyarakat di hampir seluruh kecamatan yang diteliti masih relatif menggembirakan. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa pengeluaran riil perkapita yang disesuaikan di Kabupaten Aceh Utara rata-rata adalah Rp. 6o6.610 per bulan. Kecuali Tanah Jambo Aye dan Dewantara, semua kecamatan menunjukkan daya belinya di bawah rata-rata kabupaten. Ini bermakna bahwa tingkat pendapatan masyarakat yang ada selama ini belum setara dengan besaran pengeluaran yang harus dipikul mereka sehari-hari. Dengan kondisi yang demikian ini, perlu diupayakan penajaman program-program pembangunan di bidang ekonomi, khususnya yang mampu membuka lapangan kerja, dan menyediakan peluang atau sumbersumber ekonomi baru yang dapat diakses oleh setiap anggota masyarakat. Harus diakui, bahwa konflik politik yang berkepanjangan telah berakibat pada hilangnya sumber-sumber mata pencaharian masyarakat, hancurnya aset-aset produktif, dan terbatasnya kemampuan para pelaku usaha-usaha dalam mengelola usaha, di samping hilangnya motivasi/semangat untuk berusaha. Kesemua ini perlu direhabilitasi dan direvitalisasi melalui implementasi program-program pembangunan dan pemberdayaan ekonomi yang lebih terarah dan terfokus, seperti pengembangan pertanian (tanaman pangan, peternakan, perkebunan, dan perikanan), pengembangan industri 116 JURNAL EKONOMIKA INDONESIA

17 Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Aceh Utara pengolahan, pengembangan UKM, dan penyediaan infrastruktur yang memadai. Saran Berdasarkan capaian nilai-nilai Indeks Pembangunan Manusia melalui tiga indikator di atas, maka direkomendasikan hal-hal sebagai berikut : 1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas prasarana dan sarana pendidikan, disertai penyediaan sarana proses belajar mengajar di sekolah yang telah dibantu pembangunan fisik sekolah, seperti mobiler, meja kursi, alat-alat peraga, dan labaratorium IPA dan bahasa. 2. Meningkatkan anggaran biaya pendidikan, terutama untuk menuntaskan wajib belajar sembilan tahun (tamat SD dan SMP), disamping juga membantu siswa menengah atas yang berprestasi dan tergolong miskin untuk dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi (universitas). 3. Meningkatkan kualitas prasarana dan sarana kesehatan yang memadai, khususnya fasilitas pendukung di setiap puskesmas, seperti ambulance, sarana transportasi perawat dan bidan, kenyamanan ruangan kerja (AC dan perabot), serta insentif tambahan bagi staf medis yang berstatus honorer. 4. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan optimal, melalui penyediaan obat-obatan yang berkualitas dalam jumlah yang cukup atau memadai, disertai perbaikan peralatan yang telah usang (expired), dan penambahan alat-alat medis seperti meja obgin, stateskop, jarum suntik, termometer, dan sebagainya. 5. Menyediakan tenaga medis dan tenaga kesehatan yang cukup dan terampil, khususnya dokter ahli/dokter spesialis (jantung, anak, dalam, kandungan, dan lainnya) dan penambahan dokter gigi di sejumlah puskesmas. Disamping itu, mengupayakan melatih dan memberikan pengetahuan tambahan bagi paramedis terutama bidan desa (bidan kampung), dan menyediakan brosur atau informasi terkini tentang kesehatan di setiap puskesmas/pustu/posyandu. 6. Mengintensifkan kegiatan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat, terutama tentang penyakit menular dan kesehatan lingkungan secara periodik (minimal dua kali setahun) melalui pemanfaatan posyandu dan pelibatan tokoh-tokoh masyarakat di setiap kecamatan (gampong). 7. Memberikan subsidi bagi keluarga masyarakat miskin, khususnya untuk obat-obatan di luar Askes, penambahan alat kontrasepsi gratis (suntikan dan pil) untuk peserta KB, pemberian gizi tambahan bagi balita di setiap posyandu, dan pemberian bantuan obatobatan suplemen bagi ibu yang sedang mengandung, melahirkan, dan pasca melahirkan. 8. Mengembangkan potensi sumberdaya lokal secara optimal, baik tanaman pangan, perikanan, peternakan, maupun perkebunan; 9. Meningkatkan kerjasama dengan Bulog, koperasi, dan pengusaha di daerah dalam upaya menampung dan memasarkan produk pertanian masyarakat. 10. Meningkatkan kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana, baik dalam sub sektor prasarana perhubungan maupun prasarana ekonomi lainnya untuk kelancaran arus distribusi barang dan jasa. 11. Membantu modal usaha melalui pengembangan lembaga-lembaga keuangan mikro baik pola konvensional maupun syariah di tingkat kecamatan, dengan prosedur peminjaman yang mudah dan bunga rendah, serta dengan bantuan pemberdayaan lainnya (teknologi, mutu, manajemen, dan pasar) khususnya bagi petani/nelayan dan pelaku usaha dagang/industri kerajinan, industri rumah tangga, dan lainnya. Volume 1, Nomor 1, Juni

18 Yeni Irawan 12. Membangun pusat pelatihan (balai latihan kerja), khususnya di kecamatankecamatan yang memiliki potensi pengembangan usaha. 13. Meningkatkan kegiatan bimbingan dan penyuluhan secara periodik, disertai dengan pendampingan bagi usahausaha pertanian dan industri yang belum berhasil, dengan melibatkan peran-peran pelaku usaha yang sukses. 14. Menjamin pasar bagi pemasaran produkproduk pertanian dan industri (industri kecil, industri kerajinan/rumah tangga), termasuk mendirikan lembaga penjamin pemasaran di daerah-daerah yang memiliki prospek bisnis yang cerah. 15. Membantu penyediaan kebutuhan pokok bagi keluarga yang berpendapatan rendah (miskin), termasuk melanjutkan program BLT (Bantuan Langsung Tunai) secara berkesinambungan sampai keluarga miskin mampu mandiri. 118 JURNAL EKONOMIKA INDONESIA

19 Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Aceh Utara referensi Amartya Sen Freedom as Development. Jakarta : LP3ES Badan Pusat Statistik, 2008, Aceh Utara Dalam Angka 2008, Lhokseumawe Departemen Kesehatan RI, 2008, Profil Kesehatan 2006, Jakarta Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Utara, 2008, Profil Pendidikan Kabupaten Aceh Utara 2007, Lhokseumawe Malik, Hasan Laporan Pembangunan Manusia Sebagai Alat dan Tujuan Demokrasi. Erlangga. Jakarta Nugroho, SBM Indikator Pembangunan Sumber Daya Manusia. FE-UI, Jakarta UNDP, BPS dan Bappenas, 2001, Laporan Pembangunan Manusia 2001, Demokrasi dan Pembangunan Manusia di Indonesia, Jakarta. UNDP, BPS dan Bappenas, 2004, Laporan Pembangunan Manusia 2004, Ekonomi dari Demokrasi: Membiayai Pembangunan Manusia di Indonesia, Jakarta. Wijaya, 1990, Teknologi dan Pembangunan, Jakarta. Volume 1, Nomor 1, Juni

20 Yeni Irawan 120 JURNAL EKONOMIKA INDONESIA

ANALISIS INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN ACEH UTARA

ANALISIS INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN ACEH UTARA ANALISIS INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN ACEH UTARA Yeni Irawan Staf Pengajar Jurusan Tata Niaga Politeknik Negeri Lhokseumawe Abstract This reasearch aims to identify Human Development problems and

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik atau meningkat. Pembangunan Nasional yang berlandaskan. dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik atau meningkat. Pembangunan Nasional yang berlandaskan. dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang belum ada menjadi ada atau membuat suatu perubahan yaitu membuat sesuatu menjadi lebih baik atau meningkat.

Lebih terperinci

KOMPONEN IPM 5.1 INDIKATOR KESEHATAN. Keadaan kesehatan penduduk merupakan salah satu modal

KOMPONEN IPM 5.1 INDIKATOR KESEHATAN. Keadaan kesehatan penduduk merupakan salah satu modal KOMPONEN IPM Pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan-pilihan yang dimiliki manusia (masyarakat). Di antara berbagai pilihan, yang terpenting yaitu berumur panjang dan sehat,

Lebih terperinci

Profil Kabupaten Aceh Utara

Profil Kabupaten Aceh Utara Ibukota Batas Daerah Luas Letak Koordinat Jumlah Penduduk : Jiwa (2010) Kecamatan : 27 Mukim : 70 Desa/kelurahan : 852/0 Kode area telepon : - Situs web resmi : - Profil Kabupaten Aceh Utara : Lhoksukon

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN KECAMATAN DALAM KABUPATEN ACEH UTARA

QANUN KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN KECAMATAN DALAM KABUPATEN ACEH UTARA QANUN KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN KECAMATAN DALAM KABUPATEN ACEH UTARA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI ACEH UTARA PROVINSI ACEH

BUPATI ACEH UTARA PROVINSI ACEH BUPATI ACEH UTARA PROVINSI ACEH QANUN KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR 6 TAHUN 2016 TEN TANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT KABUPATEN AC EH UTARA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan daerah lain di pulau Jawa yang merupakan pusat dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan daerah lain di pulau Jawa yang merupakan pusat dari pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sejarah perjalanan sistem kepemerintahannya, Indonesia sempat mengalami masa-masa dimana sistem pemerintahan yang sentralistik pernah diterapkan. Di bawah rezim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development)

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perencanaan pembangunan dewasa ini, pembangunan manusia senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development) dirumuskan sebagai perluasan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Per Kapita dan Struktur Ekonomi Tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam lima tahun terakhir

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan manusia, kreativitas dan keterampilan serta kemampuan orang-orang dalam masyarakat. Pengembangan

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN ANGKA/NILAI L P L + P Satuan A. GAMBARAN UMUM 2

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN ANGKA/NILAI L P L + P Satuan A. GAMBARAN UMUM 2 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 2 3.297 Km 2 Jumlah Desa/Kelurahan 852 Desa/Kel 3 Jumlah Penduduk 262.351 267.400 529.751 Jiwa 4 Rata-rata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan, yang dilakukan setiap negara ataupun wilayah-wilayah administrasi dibawahnya, sejatinya membutuhkan pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan. Keberhasilan

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. Analisis Pembangunan Sosial Kabupaten Bandung Latar Belakang

Bab I. Pendahuluan. Analisis Pembangunan Sosial Kabupaten Bandung Latar Belakang Bab I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Informasi statistik merupakan salah satu bahan evaluasi pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah, serta sebagai bahan masukan dalam proses perumusan kebijakan perencanaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya yang sudah direncanakan dalam melakukan suatu perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK Katalog BPS : 4102004.1111 Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara Jl. T. Chik Di Tiro No. 5 Telp/Faks. (0645) 43441 Lhokseumawe 24351 e-mail : bpsacehutara@yahoo.co.id, bps1111@bps.go.id BADAN PUSAT

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013 sebanyak rumah tangga Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013 sebanyak 90.653 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013 sebanyak 14 Perusahaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar pembangunan. Tujuan dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyat untuk

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER IPM (INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA) KABUPATEN PASER TAHUN 2011 Pencapaian pembangunan manusia di Kabupaten Paser pada kurun 2007 2011 terus mengalami peningkatan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi bagi suatu negara. Demi meningkatkan kelanjutan ekonomi suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi bagi suatu negara. Demi meningkatkan kelanjutan ekonomi suatu 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Manusia merupakan harta atau aset yang sangat berharga bagi kelanjutan ekonomi bagi suatu negara. Demi meningkatkan kelanjutan ekonomi suatu negara, pengembangan kualitas akan

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RPJMD KOTA LUBUKLINGGAU 2008-2013 VISI Terwujudnya Kota Lubuklinggau Sebagai Pusat Perdagangan, Industri, Jasa dan Pendidikan Melalui Kebersamaan Menuju Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. H.F Williamson (Todaro, 1983:4) Pembangunan ekonomi meliputi usaha suatu

II. TINJAUAN PUSTAKA. H.F Williamson (Todaro, 1983:4) Pembangunan ekonomi meliputi usaha suatu 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan Ekonomi H.F Williamson (Todaro, 1983:4) Pembangunan ekonomi meliputi usaha suatu masyarakat untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan mempertinggi tingkat pendapatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. hidup yang layak dibutuhkan pendidikan. Pendidikan dan kesehatan secara. dan merupakan jantung dari pembangunan. Negara-negara berkembang

PENDAHULUAN. hidup yang layak dibutuhkan pendidikan. Pendidikan dan kesehatan secara. dan merupakan jantung dari pembangunan. Negara-negara berkembang BAB 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan dan kesehatan merupakan tujuan dasar dari pembangunan. Manusia dapat menikmati hidup dengan nyaman apabila sehat dan untuk dapat hidup yang layak dibutuhkan

Lebih terperinci

Secara lebih sederhana tentang IPM dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Angka harapan hidup pd saat lahir (e0)

Secara lebih sederhana tentang IPM dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Angka harapan hidup pd saat lahir (e0) Lampiran 1. Penjelasan Singkat Mengenai IPM dan MDGs I. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 1 Sejak 1990, Indeks Pembangunan Manusia -IPM (Human Development Index - HDI) mengartikan definisi kesejahteraan secara

Lebih terperinci

PROFIL PENDUDUK DAN KETENAGAKERJAAN. Eko Nugroho, S.Pt, M.Sc Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya

PROFIL PENDUDUK DAN KETENAGAKERJAAN. Eko Nugroho, S.Pt, M.Sc Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya PROFIL PENDUDUK DAN KETENAGAKERJAAN Eko Nugroho, S.Pt, M.Sc Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya E-mail: eko_nug@yahoo.com Penduduk Indonesia Penduduk adalah mereka yg sudah menetap di suatu wilayah

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini Bab I Pendahuluan Di setiap negara manapun masalah ketahanan pangan merupakan suatu hal yang sangat penting. Begitu juga di Indonesia, terutama dengan hal yang menyangkut padi sebagai makanan pokok mayoritas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. keagenan didefinisikan sebagai sebuah kontrak antara satu atau lebih (prinsipal)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. keagenan didefinisikan sebagai sebuah kontrak antara satu atau lebih (prinsipal) BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori keagenan Menurut Jensen dan Meckling (1976), hubungan keagenan dalam teori keagenan didefinisikan sebagai sebuah kontrak antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program pencapaian pembangunan. Dalam skala internasional dikenal tujuan pembangunan milenium (Millenium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek. hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi.

BAB I PENDAHULUAN. multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek. hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah dalam pembangunan yang bersifat multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya. Kemiskinan juga didefinisikan

Lebih terperinci

ALOKASI ANGGARAN DAERAH DALAM PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SUMATERA UTARA Beryl Artesian Girsang

ALOKASI ANGGARAN DAERAH DALAM PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SUMATERA UTARA Beryl Artesian Girsang ALOKASI ANGGARAN DAERAH DALAM PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SUMATERA UTARA 2001-2009 Beryl Artesian Girsang berylgirsang@gmail.com Tukiran tukiran@ugm.ac.id Abstract Human resources enhancement

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan pada era 1950-an hanya berfokus pada bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan pada era 1950-an hanya berfokus pada bagaimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan pembangunan pada era 1950-an hanya berfokus pada bagaimana suatu negara dapat meningkatkan pendapatannya guna mencapai target pertumbuhan. Hal ini sesuai

Lebih terperinci

Laporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Berdasarkan Data Susenas 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Laporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Nomor Publikasi : 35522.1402

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hidup pada tahap subsisten dan mata pencarian utama adalah dari mata. pencaharian di sektor pertanian, perikanan dan berburu.

I. PENDAHULUAN. hidup pada tahap subsisten dan mata pencarian utama adalah dari mata. pencaharian di sektor pertanian, perikanan dan berburu. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang pesat merupakan fenomena penting yang dialami dunia semenjak dua abad belakangan ini. Dalam periode tersebut dunia telah mengalami perubahan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI BANTEN

BAB IV GAMBARAN UMUM INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI BANTEN BAB IV GAMBARAN UMUM INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI BANTEN 4.1 Pendidikan di Banten Pemerintah Provinsi Banten sejauh ini berupaya melakukan perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di segala bidang yang dilakukan pemerintah bersama

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di segala bidang yang dilakukan pemerintah bersama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan di segala bidang yang dilakukan pemerintah bersama masyarakat melalui tahapan pelita demi pelita telah banyak membawa kemajuan bagi bangsa Indonesia. Namun

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Penyajian gambaran umum tentang variabel-variabel endogen dalam

V. GAMBARAN UMUM. Penyajian gambaran umum tentang variabel-variabel endogen dalam V. GAMBARAN UMUM Penyajian gambaran umum tentang variabel-variabel endogen dalam penelitian ini dimaksudkan agar diketahui kondisi awal dan pola prilaku masingmasing variabel di provinsi yang berbeda maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. negara untuk mengembangkan outputnya (GNP per kapita). Kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. negara untuk mengembangkan outputnya (GNP per kapita). Kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebelum dekade 1970, pembangunan identik dengan pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi lebih menitikberatkan pada kemampuan suatu negara untuk mengembangkan outputnya

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan. Gambar 1.1 Peta Dunia Berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia (2004). menengah. tinggi. data ( ) rendah (

Bab 1 Pendahuluan. Gambar 1.1 Peta Dunia Berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia (2004). menengah. tinggi. data ( ) rendah ( Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk

Lebih terperinci

PENINGKATAN IPM DI KAWASAN TIMUR INDONESIA. Oleh: Drs. S.H. Sarundajang Gubernur Sulawesi Utara

PENINGKATAN IPM DI KAWASAN TIMUR INDONESIA. Oleh: Drs. S.H. Sarundajang Gubernur Sulawesi Utara PENINGKATAN IPM DI KAWASAN TIMUR INDONESIA Oleh: Drs. S.H. Sarundajang Gubernur Sulawesi Utara Kerangka Konseptual Index Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) adalah pengukuran perbandingan

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Menurut Soembodo (2011),

BAB I PENDAHULUAN. dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Menurut Soembodo (2011), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Menurut Undang-undang No 11 Tahun 2009, kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O15

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O15 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 0/07/Th. VIII, 1 Juli 016 PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN 011 - O15 Selama kurun waktu 011-015, IPM Kabupaten Ngada meningkat dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembangunan manusiadengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi. untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat.

I. PENDAHULUAN. pembangunan manusiadengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi. untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini banyak literatur ekonomi pembangunan yang membandingkan antara pembangunan manusiadengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan juga merupakan ukuran

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan juga merupakan ukuran BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan syarat yang diperlukan dalam melaksanakan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan juga merupakan ukuran utama keberhasilan pembangunan. Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL 2.1 Indeks Pembangunan Manusia beserta Komponennya Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM; Human Development Index) merupakan salah satu indikator untuk mengukur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Indeks Pembangunan Manusia Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Pembangunan manusia menempatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sebagai suatu proses berencana dari kondisi tertentu kepada kondisi yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan tersebut bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan suatu bangsa. Keberhasilan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O14

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O14 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 02/10/Th. VII, 05 Oktober 2015 PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN 2010-2O14 (PENGHITUNGAN DENGAN MEMAKAI METODE BARU) Selama kurun

Lebih terperinci

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI Analisis Dampak Dana Alokasi Khusus terhadap Pelayanan Publik Daerah ( Kondisi Infrastruktur dan Indikator Pelayanan Publik ) A. Dampak Alokasi DAK terhadap Pertumbuhan Ekonomi Pada 2010-2011 Tim Analisis

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG 1. Metodologi No. 03/6474/Th. VI, 07 Desember 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA BONTANG Tahun 2015 Secara nasional Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2015 berdasarkan metode baru Tahun 2010

Lebih terperinci

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.7 April 2013 ANALISIS INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERIODE 2007-2011 H. Syamsuddin. HM ABSTRACT

Lebih terperinci

INDIKATOR KEBERHASILAN PEMBANGUNAN. Minggu 13

INDIKATOR KEBERHASILAN PEMBANGUNAN. Minggu 13 INDIKATOR KEBERHASILAN PEMBANGUNAN Minggu 13 Continuum of family welfare Satiety Affluence Deprivation The common man Poverty TODAY S TOPICS Berapa ukuran pembangunan ekonomi: HDI GDI dan GEM GII HPI PMI

Lebih terperinci

Analisis Pembangunan Manusia Di Sumatera Barat

Analisis Pembangunan Manusia Di Sumatera Barat Jurnal Ilmu Administrasi Publik 2 (1) (2014): 46-53 Jurnal Administrasi Publik http://ojs.uma.ac.id/index.php/publikauma Analisis Pembangunan Manusia Di Sumatera Barat Asnidar* Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perencanaan pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perencanaan pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perencanaan pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan (growth) merupakan awal proses pembangunan suatu negara. Pembangunan suatu negara diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, pembangunan merupakan syarat mutlak bagi suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, pembangunan merupakan syarat mutlak bagi suatu negara. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan merupakan suatu alat yang digunakan untuk mencapai tujuan negara, dimana pembangunan mengarah pada proses untuk melakukan perubahan kearah yang lebih baik.

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014

ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014 ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014 (Oleh Endah Saftarina Khairiyani, S.ST) 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perkembangan era globalisasi menuntut setiap insan untuk menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Otonomi Daerah Otonomi selalu dikaitkan atau disepadankan dengan pengertian kebebasan dan kemandirian. Sesuatu akan dianggap otonomi jika ia menentukan diri sendiri, membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai upaya dirancang dan dilaksanakan oleh pemerintah daerah semata-sama

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai upaya dirancang dan dilaksanakan oleh pemerintah daerah semata-sama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan yang diharapkan oleh setiap daerah tidak terkecuali bagi kabupaten/kota yang ada di Provinsi Bali. Berbagai upaya

Lebih terperinci

1. Perkembangan Umum dan Arah Perencanaan

1. Perkembangan Umum dan Arah Perencanaan Ringkasan Eksekutif Analisis Keuangan Publik Provinsi Sulawesi Selatan 2012 Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik dan Pengelolaan Keuangan Daerah di Gerbang Indonesia Timur 1. Perkembangan Umum dan Arah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai akuntansi sektor publik di Indonesia sampai saat ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai akuntansi sektor publik di Indonesia sampai saat ini BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teori Penelitian mengenai akuntansi sektor publik di Indonesia sampai saat ini masih terbatas. Salah satu penyebabnya adalah masih berlanjutnya perubahanperubahan dalam

Lebih terperinci

Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia Indeks Pembangunan Manusia Kuliah Pengantar: Indeks Pembangunan Sub Bidang Pembangunan Perdesaan Di Program Studi Arsitektur, ITB Wiwik D Pratiwi, PhD Indeks Pembangunan Manusia Indeks Pembangunan Manusia

Lebih terperinci

2012, No Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan L

2012, No Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan L LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.3, 2012 KEUANGAN NEGARA. APBD. DAU. Daerah. Provinsi. Kabupaten/Kota. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2011 TENTANG DANA ALOKASI UMUM DAERAH PROVINSI

Lebih terperinci

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya INDIKATOR KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI ACEH 2016 Nomor Publikasi : 11522.1605 Katalog BPS : 4102004.11 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : xvii + 115 Halaman Naskah Gambar Kulit Diterbitkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1994). Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1994). Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan yang meluas merupakan tantangan terbesar dalam upaya Pembangunan (UN, International Conference on Population and Development, 1994). Proses pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati. Teori yang dibahas dalam bab ini terdiri dari pengertian pembangunan ekonomi,

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP KESIMPULAN

BAB VII PENUTUP KESIMPULAN BAB VII PENUTUP KESIMPULAN Pencapaian kinerja pembangunan Kabupaten Bogor pada tahun anggaran 2012 telah menunjukkan hasil yang menggembirakan. Hal ini terlihat dari sejumlah capaian kinerja dari indikator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendekatan pembangunan manusia telah menjadi tolak ukur pembangunan. pembangunan, yaitu United Nations Development Programme (UNDP)

BAB I PENDAHULUAN. Pendekatan pembangunan manusia telah menjadi tolak ukur pembangunan. pembangunan, yaitu United Nations Development Programme (UNDP) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sumber Daya Manusia (SDM) adalah kekayaan suatu negara yang dijadikan sebagai modal dasar pembangunan. Pembangunan bertujuan untuk menciptakan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju dari pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara untuk memperkuat proses perekonomian menuju perubahan yang diupayakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan, khususnya pembangunan manusia dapat dinilai secara parsial dengan melihat seberapa besar permasalahan yang paling mendasar di masyarakat

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar i ii vii Bab I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen 1-4 1.4 Sistematika Penulisan 1-6 1.5 Maksud dan Tujuan 1-7 Bab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Kemiskinan telah membuat pengangguran semakin bertambah banyak,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Kemiskinan telah membuat pengangguran semakin bertambah banyak, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Kemiskinan telah membuat pengangguran semakin bertambah banyak, inflasi juga naik dan pertumbuhan ekonomi melambat. Kemiskinan yang terjadi dalam suatu

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan khususnya pembangunan manusia dapat dinilai secara parsial dengan melihat seberapa besar permasalahan yang paling mendasar di masyarakat tersebut

Lebih terperinci

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun Data Umum Kota Semarang Tahun 2007-2010 I. Data Geografis a. Letak Geografis Kota Semarang Kota Semarang merupakan kota strategis yang beradadi tengah-tengah Pulau Jawa yang terletak antara garis 6 0 50

Lebih terperinci

IV. POLA KONSUMSI RUMAHTANGGA

IV. POLA KONSUMSI RUMAHTANGGA 31 IV. POLA KONSUMSI RUMAHTANGGA 4.1. Pengeluaran dan Konsumsi Rumahtangga Kemiskinan tidak terlepas dari masalah tingkat pendapatan yang masih rendah dan hal ini umumnya terjadi di wilayah pedesaan Distribusi

Lebih terperinci

I..PENDAHULUAN. Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) secara fisik dan mental. pembangunan. Tujuan dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan

I..PENDAHULUAN. Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) secara fisik dan mental. pembangunan. Tujuan dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan I..PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah subjek dan objek pembangunan dalam kehidupannya harus mampu meningkatkan kualitas hidupnya sebagai insan pembangunan. Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kepada pandangan terhadap konsep sehat dengan perspektif yang lebih luas. Luasnya

BAB 1 PENDAHULUAN. kepada pandangan terhadap konsep sehat dengan perspektif yang lebih luas. Luasnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendekatan pelayanan kesehatan yang digunakan pada abad ke-21, mengacu kepada pandangan terhadap konsep sehat dengan perspektif yang lebih luas. Luasnya aspek itu

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah merupakan salah satu kebijakan pengembangan wilayah yang mencoba merubah sistem sentralistik menjadi desentralistik. Melalui kebijakan ini, diharapkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan masyarakat merupakan hal yang harus dicapai dalam pembangunan. Adapun salah satu indikator untuk mengukur keberhasilan dalam pembangunan adalah

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU H.Nevi Hendri, S.Si Soreang, 1 Oktober 2015 Pendahuluan Metodologi IPM Hasil Penghitungan IPM Metode Baru Penutup Pendahuluan SEJARAH PENGHITUNGAN IPM 1990:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nilai inti untuk memahami pembangunan yang paling hakiki antara lain

BAB I PENDAHULUAN. nilai inti untuk memahami pembangunan yang paling hakiki antara lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan semua proses yang dilakukan melalui upaya-upaya secara sadar dan terencana. Pada intinya pembangunan merupakan sebuah upaya atau proses

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN BLITAR No. 01/11/Th.I, 21 November 2016 PROFIL KEMISKINAN KABUPATEN BLITAR TAHUN 2015 RINGKASAN Persentase penduduk miskin (P0) di Kabupaten Blitar pada tahun 2015

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Oleh: SARITA BUDIYANI PURNAMASARI NIM

SKRIPSI. Disusun Oleh: SARITA BUDIYANI PURNAMASARI NIM PEMILIHAN CLUSTER OPTIMUM PADA FUZZY C-MEANS (Studi kasus: Pengelompokan Kabupaten/Kota di Jawa Tengah berdasarkan Indikator Indeks Pembangunan Manusia) SKRIPSI Disusun Oleh: SARITA BUDIYANI PURNAMASARI

Lebih terperinci

Indikator Pembangunan. Pengantar Ekonomi Pembangunan

Indikator Pembangunan. Pengantar Ekonomi Pembangunan Indikator Pembangunan Pengantar Ekonomi Pembangunan Sub Pokok bahasan pertemuan ke-2 Perlunya Indikator Pembangunan Indikator Moneter Indikator Sosial Kelemahan Indikator pendapatan per kapita Indikator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik selama periode tertentu. Menurut Sukirno (2000), pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. baik selama periode tertentu. Menurut Sukirno (2000), pertumbuhan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara yang berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting daripada pembangunan nasional, dengan tujuan akhir adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. penting daripada pembangunan nasional, dengan tujuan akhir adalah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi wilayah atau regional merupakan salah satu bagian penting daripada pembangunan nasional, dengan tujuan akhir adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

PENGUMUMAN PEMENANG PELELANGAN Nomor: PML.140 /PENG /PAN/APBK/DINKES/2012.

PENGUMUMAN PEMENANG PELELANGAN Nomor: PML.140 /PENG /PAN/APBK/DINKES/2012. Nomor: PML.140 /PENG /PAN/APBK/DINKES/2012. : Pengadaan Konstruksi Pagar dan Penimbunan Gp. U Blang Asan Kec. Syamtalira Aron Pembukaan Penawaran : Senin, 23 April 2012 PML.126/TAP/PAN/APBK/2012, tanggal

Lebih terperinci

STUDI PEMETAAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG

STUDI PEMETAAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG Riptek, Vol.2, No.2, Tahun 2008, Hal.: 1 6 STUDI PEMETAAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Unisbank Semarang Abstrak Kemiskinan sampai saat ini masih menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan khususnya pembangunan manusia dapat dinilai

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan khususnya pembangunan manusia dapat dinilai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Keberhasilan pembangunan khususnya pembangunan manusia dapat dinilai secara parsial dengan melihat seberapa besar permasalahan yang paling mendasar dimasyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Otonomi daerah atau sering disebut desentralisasi fiskal mengharuskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Otonomi daerah atau sering disebut desentralisasi fiskal mengharuskan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otonomi daerah atau sering disebut desentralisasi fiskal mengharuskan pemerintah daerah dan masyarakat bersama-sama membangun daerahnya sendiri. Otonomi daerah adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang maupun negara maju, meskipun telah terjadi perbaikan-perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang maupun negara maju, meskipun telah terjadi perbaikan-perbaikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan yang mencolok masih banyak ditemukan di negara-negara berkembang maupun negara maju, meskipun telah terjadi perbaikan-perbaikan yang siginifikan selama lebih

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang menjadi dasar pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, inflasi, pengangguran,

Lebih terperinci

Mengeluarkan uang dalam rangka membiayai proses pendidikan adalah investasi yang sangat menguntungkan dan dapat dinikmati selama-lamanya.

Mengeluarkan uang dalam rangka membiayai proses pendidikan adalah investasi yang sangat menguntungkan dan dapat dinikmati selama-lamanya. INDIKATOR PENDIDIKAN Mengeluarkan uang dalam rangka membiayai proses pendidikan adalah investasi yang sangat menguntungkan dan dapat dinikmati selama-lamanya. 4 Lokasi: Kantor Bupati OKU Selatan Pemerintah

Lebih terperinci