BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pembelajaran merupakan salah satu kegiatan di dalam pendidikan. Kata dasar pembelajaran adalah belajar. Dalam kamus bahasa Inggris belajar adalah learn. Hilgard dalam Sanjaya (2010: 229) mengungkapkan, belajar adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah. Sanjaya (2010: 229) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses aktivitas mental seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku yang bersifat positif, baik perubahan dalam aspek pengetahuan, sikap maupun psikomotor. Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman (Timotius, 2001: 3). Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku karena interaksi individu dengan lingkungan dan pengalaman (Zainal, 2011: 10). Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa, belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku seseorang baik dari aspek kognitif, 7

2 afektif maupun psikomotor sebagai hasil interaksi dengan lingkungan, pengalaman dan antar individu. Dalam arti sempit pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses atau cara yang dilakukan agar seseorang dapat melakukan kegiatan belajar. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik (Syaiful, 2011: 61). Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Istilah pembelajaran (instruction) berbeda dengan istilah pengajaran (teaching). Kata pengajaran lebih bersifat formal dan hanya ada di dalam konteks guru dengan peserta didik di kelas/sekolah, sedangkan kata pembelajaran tidak hanya ada dalam konteks guru di dalam kelas secara formal, akan tetapi juga meliputi kegiatan-kegiatan peserta didik di luar kelas yang bisa saja tanpa dihadiri oleh guru secara langsung (Arifin, 2011:10). Dengan demikian kata pembelajaran cakupannya lebih luas daripada pengajaran. Arifin (2011:10) lebih lanjut menyatakan bahwa pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis, dan sistemik, yang bersifat interaktif dan komunikatif antara pendidik dengan peserta didik, serta sumber belajar dan lingkungan untuk mencipta- 8

3 kan suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya tindakan belajar peserta didik, baik di kelas maupun di luar kelas, dihadiri guru secara fisik atau tidak, untuk menguasai kompetensi yang telah ditentukan. Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang sistematis antara pendidik dan peserta didik, serta sumber belajar dan lingkungan belajar untuk menguasai kemampuan tertentu. Sistem merupakan satu kesatuan komponen yang satu sama lain saling berkaitan dan saling berinteraksi untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan secara optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Tiga hal penting yang menjadi karakteristik suatu sistem (Sanjaya, 2010:195) yaitu: tujuan, proses dan komponen. Tujuan merupakan arah yang harus dicapai oleh suatu pergerakan sistem. Ciri utama suatu sistem memiliki tujuan. Untuk mencapai tujuan perlu adanya proses atau serangkaian kegiatan. Semakin kompleks tujuan, maka semakin rumit pula rangkaian kegiatan yang dilakukan. Proses tersebut melibatkan dan memanfaatkan berbagai komponen atau unsur-unsur tertentu yang saling berkaitan satu sama lain secara terencana. 2.2 Evaluasi Hasil Belajar Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang mempunyai pengertian pengukuran 9

4 (measurement), dan penilaian (assessment). Pengukuran menurut Arifin (2011: 4) adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu. Kata sesuatu bisa berarti peserta didik, pendidik, saranaprasarana, dan sebagainya. Depdikbud (1994) dalam Arifin (2011: 4) mengemukakan penilaian adalah suatu kegiatan untuk memberikan berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil yang telah dicapai peserta didik. Kata menyeluruh mengandung arti bahwa penilaian tidak hanya ditujukan pada penguasaan salah satu bidang tertentu saja, tetapi mencakup aspek pengetahuan, aspek keterampilan, aspek sikap dan nilai-nilai. Evaluasi menurut Arikunto (2010: 2) adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan. Norman (1976) dalam Ngalim (2010: 3) merumuskan pengertian evaluasi sebagai berikut: Evaluation...a systematic process of determining the extent to which instructional objectives are achieved by pupils (Evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa). Jadi evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk memberikan penilaian dan membuat 10

5 keputusan yang tepat terhadap peserta didik selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Tujuan evaluasi pembelajaran menurut Arifin (2011: 14) adalah untuk mengetahui keefektifan dan efisiensi sistem pembelajaran, baik yang menyangkut tentang tujuan, materi, metode, media, sumber belajar, lingkungan maupun sistem penilaian itu sendiri. Dalam evaluasi hasil pembelajaran terdapat tiga komponen yang perlu dipahami yaitu: 1. Pengetahuan tentang Evaluasi Hasil Pembelajaran Komponen pengetahuan tentang evaluasi hasil pembelajaran dibagi menjadi: a. Jenis Evaluasi Jenis evaluasi pembelajaran menurut Arifin (2011: 20) dan Sutriyono (2001: 2) ada lima jenis yaitu: formatif, sumatif, diagnostik, penempatan, dan motivasi. Evaluasi formatif dilaksanakan pada pertengahan semester (ujian mid semester) yang berfungsi untuk mengetahui sejauh mana proses pembelajaran telah dilaksanakan oleh pendidik. Dengan adanya evaluasi formatif, pendidik dapat mengetahui apakah metode pembelajarannya sudah sesuai atau belum. Evaluasi sumatif dilaksanakan pada akhir semester (ujian semester) yang berfungsi untuk menen- 11

6 tukan nilai (angka) kemajuan atau hasil belajar peserta didik pada mata kuliah tertentu. Hasil evaluasi tersebut digunakan sebagai laporan kenaikan kelas atau kelulusan peserta didik kepada berbagai pihak, antara lain orang tua peserta didik, lembaga pendidikan (sekolah, universitas dan sebagainya). Evaluasi diagnostik biasanya dilaksanakan pada awal dan akhir kegiatan pembelajaran yang dapat berupa pre test dan post test. Fungsi pre test untuk mengetahui kemampuan awal atau pengetahuan prasyarat yang harus dikuasai oleh peserta didik. Fungsi post test untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik atas seluruh materi yang telah dipelajarinya. Setelah evaluasi dilaksanakan hasilnya dapat digunakan sebagai dasar dalam memecahkan kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik maupun pendidik. Evaluasi penempatan dilakukan pada lembaga pendidikan yang menjuruskan peserta didiknya ke dalam program keahlian tertentu sesuai dengan potensi keahlian yang dimilikinya. Contoh untuk sekolah menengah atas evaluasi dipergunakan untuk penempatan peserta didik di jurusan IPA, IPS atau bahasa. Sedangkan di Lemdik Akpol penjurusan dibagi menjadi tiga yaitu konsentrasi manajemen keamanan dan teknologi kepolisian, konsentrasi administrasi kepolisian, dan konsentrasi hukum kepolisian. Evaluasi motivasi berfungsi untuk memotivasi mahasiswa (peserta didik) dalam belajar, lebih-lebih bagi mereka yang senang bersaing dengan temannya. 12

7 Purwanto (2009) mengemukakan beberapa model evaluasi yakni model CIPP, model GFE, model kesenjangan, model pengukuran dan model keseuaian. Oleh Purwanto model pertama disebut sebagai model CIPP (context, input, process, product). Evaluasi konteks (context) dimaksudkan untuk menilai kebutuhan, masalah, asset dan peluang guna membantu pembuat kebijakan menetapkan tujuan dan prioritas, serta membantu kelompok pengguna lainnya untuk mengetahui tujuan, peluang dan hasilnya. Evaluasi masukan (input) dilaksanakan untuk menilai alternatif pendekatan, rencana tindak, rencana staf dan pembiayaan bagi kelangsungan program dalam memenuhi kebutuhan kelompok sasaran serta mencapai tujuan yang ditetapkan. Evaluasi ini berguna bagi pembuat kebijakan untuk memilih rancangan, bentuk pembiayaan, alokasi sumberdaya, pelaksana dan jadwal kegiatan yang paling sesuai bagi kelangsungan program. Evaluasi proses (process) ditujukan untuk menilai implementasi dari rencana yang telah ditetapkan guna membantu para pelaksana dalam menjalankan kegiatan dan kemudian akan dapat membantu kelompok pengguna lainnya untuk mengetahui kinerja program dan memperkirakan hasilnya. Evaluasi hasil (product) dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi dan menilai hasil yang dicapai, yang diharapkan dan tidak diharapkan, jangka pendek dan jangka panjang, baik bagi pelaksana kegiatan agar dapat 13

8 memfokuskan diri dalam mencapai sasaran program maupun bagi pengguna lainnya dalam menghimpun upaya untuk memenuhi kebutuhan kelompok sasaran. Evaluasi hasil ini dapat dibagi ke dalam penilaian terhadap dampak (impact), efektivitas (effectiveness), keberlanjutan (sustainability) dan daya adaptasi (transportability) (Stufflebeam et. al., 2003). Evaluasi model kesenjangan (discrepancy model) menurut Provus (Fernandes, 1984) adalah untuk mengetahui tingkat kesesuaian antara baku (standard) yang sudah ditentukan dalam program dengan kinerja (performance) sesungguhnya dari program tersebut. Baku adalah kriteria yang ditetapkan, sedangkan kinerja adalah hasil pelaksanaan program. Sedangkan kesenjangan yang dapat dievaluasi dalam program pendidikan meliputi: (1) Kesenjangan antara rencana dengan pelaksanaan program; (2) Kesenjangan antara yang diduga atau diramalkan akan diperoleh dengan yang benar-benar direalisasikan; (3) Kesenjangan antara status kemampuan dengan standar kemampuan yang ditentukan; (4) Kesenjangan tujuan; (5) Kesenjangan mengenai bagian program yang dapat diubah; dan (6) Kesenjangan dalam sistem yang tidak konsisten. Oleh karena itu model evaluasi ini memiliki lima tahap yaitu desain, instalasi, proses, produk dan membandingkan. Model GFE (Goal Free Evaluation) yang dikembangkan oleh Scriven (Purwanto, 2009) atas dasar bahwa para evaluator atau penilai mengambil dari 14

9 berbagai laporan atau catatan pengaruh-pengaruh nyata atau konkrit dan pengaruh-pengaruh yang tidak diinginkan dalam program pendidikan dan pelatihan. Perhatian khusus diberikan secara tepat terhadap usulan tujuan-tujuan dalam evaluasi, tetapi tidak dalam proses evaluasi atau produk. Keuntungan yang dapat diambil dari GFE, bahwa dalam GFE para penilai mengetahui antisipasi pengaruh-pengaruh penting terhadap tujuan dasar dari penilai yang menyimpang. Model evaluasi yang lain yakni model pengukuran (measurement model) digagas oleh Thorndike dan Ebel. Menurut kedua tokoh ini dalam Purwanto (2009) beberapa ciri dari model pengukuran, adalah: a. Mengutamakan pengukuran dalam proses evaluasi. Pengukuran merupakan kegiatan ilmiah yang dapat diterapkan pada berbagai bidang termasuk pendidikan; b. Evaluasi adalah pengukuran terhadap berbagai aspek tingkah laku untuk melihat perbedaan individu atau kelompok. Oleh karena tujuannya adalah untuk mengungkapkan perbedaan, maka sangat diperhatikan tingkat kesukaran dan daya pembeda masing-masing butir, serta dikembangkan acuan norma kelompok yang menggambarkan kedudukan siswa dalam kelompok. c. Ruang lingkup adalah hasil belajar aspek kognitif; d. Alat evaluasi yang digunakan adalah adalah tes tertulis terutama bentuk objektif; e. Meniru model evaluasi dalam ilmu alam yang mengutamakan objektivitas. Oleh karena itu model ini cenderung mengembangkan alat-alat evaluasi yang baku. Pembakuan dilakukan dengan mencobakan kepada sampel yang cukup 15

10 besar untuk melihat validitas dan reliabilitasnya. Model kesesuaian yang dikembangkan oleh Tyler, Carrol dan Cronbach mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a. Pendidikan adalah proses yang memuat tiga hal, yaitu tujuan pendidikan, pengalaman belajar, dan penilaian hasil belajar. Kegiatan evaluasi dilakukan untuk melihat sejauh mana tujuan pendidikan yang diberikan dalam pengalaman belajar telah dapat dicapai siswa dalam bentuk hasil belajar. Dengan kata lain, evaluasi dilakukan untuk melihat kesesuaian antara tujuan pendidikan yang diinginkan dengan hasil belajar yang dicapai; b. Objek evaluasi adalah tingkah laku siswa dan penilaian dilakukan atas perubahan dalam tingkah laku pada akhir kegiatan pendidikan. Tujuan pendidikan adalah mencerminkan perubahan-perubahan perilaku yang diinginkan pada anak. Evaluasi dilakukan untuk memeriksa sejauh mana perubahan itu telah terjadi dalam hasil belajar. Oleh karena itu, penilaian dilakukan atas perubahan perilaku sebelum dan sesudah kegiatan pendidikan, maka evaluasi menilai perubahan (gains) yang dicapai kegiatan pendidikan; c. Perubahan perilaku hasil belajar terjadi dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Oleh karena hasil belajar bukan hanya aspek kognitif, maka alat evaluasi bukan hanya berupa tes tertulis, tetapi semua kemungkinan alat evaluasi dapat digunakan sesuai dengan hakikat tujuan yang ingin dicapai. b. Prinsip Evaluasi Untuk memperoleh hasil evaluasi yang lebih baik, kegiatan evaluasi harus bertitik tolak dari prinsip 16

11 evaluasi yaitu valid, kontinuitas, komprehensif, adil dan objektif, kooperatif, dan praktis (Zainal, 2011: 31). Valid, yaitu dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas dalam evaluasi hasil belajar terdiri dari: (a) validitas intern yaitu ketepatan suatu alat evaluasi hasil belajar yang berhubungan dengan isi dan konstruksinya. Contoh: untuk mengetahui kemampuan peserta didik terhadap materi tertentu, alat evaluasi yang berbentuk isian (objektif), setelah dianalisis dan dibandingkan ternyata lebih baik dari pada yang berbentuk uraian (subjektif); (b) validitas ekstern atau biasa disebut dengan validitas empiris yaitu ketepatan yang berhubungan dengan korelasi suatu alat evaluasi hasil belajar. Contoh: hasil nilai tes isian (objektif) setelah diadakan evaluasi di lapangan ternyata telah memberikan tolok ukur yang lebih tepat tentang kemampuan peserta didik dibandingkan yang uraian (subjektif). Evaluasi tidak boleh dilakukan secara insidental karena pembelajaran itu sendiri adalah suatu proses yang kontinu (berkesinambungan secara terus menerus). Hasil evaluasi selalu berhubungan secara terus menerus sejak awal sampai berakhirnya program pembelajaran, sehingga dapat terlihat secara jelas tentang perkembangan peserta didik dari berbagai dimensi baik input, proses maupun out put. Selain kontinuitas, prinsip evaluasi selanjutnya adalah komprehensif, dimana dalam melakukan evalu- 17

12 asi, pendidik harus mengambil secara keseluruhan objek sebagai bahan evaluasi. Contoh jika objek tersebut adalah peserta didik, maka kemampuan secara menyeluruh dari peserta didik tersebut baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik harus dievaluasi. Komprehensif di sini dimaksudkan dalam hal teknis yang digambarkan dalam bentuk soal, sampel materi, dan aspek yang diukur. Prinsip dalam mengevaluasi berikutnya adalah adil dan objektif. Adil dalam evaluasi berarti setiap peserta didik tanpa pilih kasih berhak untuk mengikuti evaluasi hasil pembelajaran. Selain harus adil, pendidik harus objektif dalam menganalisis hasil evaluasi. Analisis evaluasi harus didasarkan atas kenyataan (data dan fakta) yang sebenarnya, bukan hasil manipulasi atau rekayasa. Dalam mengevaluasi, pendidik hendaknya mampu bekerjasama (kooperatif) secara baik dengan semua pihak, baik orang tua peserta didik, antar pendidik, kepala lembaga pendidikan, maupun dengan peserta didik itu sendiri. Bila jalinan kerjasama ini dapat dilaksanakan dengan baik maka diharapkan semua pihak dapat merasa puas dengan hasil evaluasi yang telah dilaksanakan. Contoh peserta didik ada yang tidak puas dengan nilai hasil evaluasinya, maka pendidik dapat menjelaskan dimana letak kekurangannya. 18

13 Praktis dalam prinsip evaluasi dapat berarti bagi pendidik mudah dalam mengkoreksi lembar hasil evaluasinya, tidak membutuhkan waktu yang lama. Sedangkan bagi peserta didik evaluasi tersebut mudah dipahami kalimatnya, tidak menggunakan bahasa yang berbelit-belit, petunjuk mengerjakan soal mudah dipahami. c. Alat Evaluasi Tes adalah cara atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian. Alat yang digunakan untuk mengukur dibagi menjadi dua bentuk yaitu test uraian dan test objektif. Tes yang berbentuk uraian biasa disebut dengan tes subjektif (subjective test). Karakteristik jenis tes hasil belajar antara lain tes berbentuk perintah yang menghendaki jawaban berupa paparan, jumlah butir soal terbatas, awal kalimat umumnya menggunakan kata: Jelaskan..., Terangkan..., Bagaimana..., Mengapa... atau dapat menggunakan kata lain yang sejenis. Untuk tes yang berbentuk objektif jenisnya ada beberapa macam, antara lain tes benar salah, tes menjodohkan, tes melengkapi, tes pilihan ganda. Karakteristik jenis tes objektif adalah hanya memerlukan jawaban yang pendek, jumlah butir soal tidak terbatas, jawaban dapat memilih di tempat yang sudah disediakan oleh masing-masing butir item soal. 19

14 Sedangkan teknik pelaksanaan tes hasil belajar dapat diselenggarakan secara tertulis, lisan, atau dengan perbuatan (praktik). d. Aspek Evaluasi Aspek dalam evaluasi terdiri dari tiga yaitu aspek kognitif yang berupa pemahaman terhadap materi atau bahan pelajaran yang telah diberikan, aspek afektif yang berupa penghayatan materi pelajaran yang telah disampaikan dan aspek psikomotorik yang berupa pengamalan dari bahan materi pelajaran yang telah disampaikan. Bloom (1956) dalam Zainal (2011: 21), mengelompokkan hasil belajar dalam tiga ranah atau domain. Adapun rincian domain tersebut adalah: a. Domain kognitif memiliki enam jenjang kemampuan meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi; b. Domain afektif memiliki empat kemampuan meliputi menerima, menanggapi, menilai dan organisasi; c. Domain psikomotorik merupakan kemampuan peserta didik yang yang berkaitan dengan olah tubuh, mulai dari gerakan sederhana sampai dengan yang kompleks. e. Sistem Penilaian Sistem penilaian dalam evaluasi hasil pembelajaran sangat penting bagi pendidik dan peserta didik. Pendekatan penilaian yang digunakan sebagai acuan atau patokan ada dua jenis yaitu Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP). 20

15 Pendekatan Penilaian Acuan Patokan (PAP) atau pendekatan mutlak. Dengan pendekatan PAP maka penilaian didasarkan pada kriteria atau patokan yang telah ditentukan sebelumnya. Pendekatan Penilaian Acuan Norma (PAN) atau pendekatan relatif. Dengan pendekatan PAN maka penilaian dilakukan dengan cara membandingkan hasil belajar seseorang terhadap hasil belajar orang lain dalam kelompoknya. 2. Penyelenggaraan Evaluasi Hasil Pembelajaran Knirk dan Gustafson (1986) dalam Syaiful (2011: 64) mengemukakan bahwa, pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi. Guna mengetahui sejauhmana pelaksanaan pembelajaran sudah tercapai sesuai dengan tujuan maka perlu diadakan evaluasi. Jenis-jenis evaluasi disesuaikan dengan tujuan evaluasi itu sendiri. Dalam menyelenggarakan evaluasi hasil pembelajaran ada beberapa tahap yang harus dilaksanakan meliputi perencanaan, pelaksanan dan analisis. a. Perecanaan Evaluasi Menurut Zainal (2011: 91) perencanaan evaluasi hasil pembelajaran meliputi: merumuskan tujuan, mengidentifikasi kompetensi, menyusun kisi-kisi, mengembangkan draf instrumen, uji coba dan analisis instrumen, revisi dan merakit instrumen baru. 21

16 Tujuan evaluasi harus jelas dan tegas dirumuskan sejak awal, karena menjadi dasar dalam menentukan arah, ruang lingkup materi, jenis, dan alat yang digunakan. Rumusan tujuan evaluasi harus memperhatikan tiga aspek yaitu afektif, kognitif dan psikomotor (Bloom, 1956 dalam Zainal, 2011). Tiga aspek tersebut tidak akan terlepas dari kompetensi yang dimiliki oleh peserta didik. Analisis silabus diperlukan sebelum mengidentifikasi kompetensi mana yang akan dipilih. Setelah identifikasi kompetensi selesai langkah berikutnya menyusun kisi-kisi. Fungsi kisi-kisi sebagai pedoman penyusunan soal menjadi perangkat tes. Kisi-kisi adalah suatu format pemetaan soal yang menggambarkan distribusi item untuk berbagai topik atau pokok bahasan berdasarkan jenjang kemampuan tertentu. Penulisan soal evaluasi merupakan bentuk dari pengembangan draf instrumen, antara lain penjabaran indikator menjadi pertanyaan-pertanyaan yang karakteristiknya sesuai dengan pedoman kisi-kisi. Setelah semua soal tersusun dengan baik, maka perlu diuji cobakan terlebih dahulu. Tujuannya untuk mengetahui soal-soal mana yang perlu diubah, diperbaiki, bahkan dibuang, serta soal mana yang baik untuk dipergunakan selanjutnya. Langkah yang terakhir adalah revisi dan merakit soal (instrumen baru). Setelah diuji coba dan dianali- 22

17 sis, kemudian direvisi sesuai dengan proporsi tingkat kesukaran soal dan daya pembeda. Berdasarkan dari revisi inilah, baru dilakukan perakitan soal menjadi sebuah instrumen baru yang terpadu. b. Pelaksanaan Evaluasi Pelaksanaan evaluasi tergantung oleh jenis evaluasi yang digunakan. Tujuan pelaksanaan evaluasi adalah untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai keseluruhan aspek kepribadian dan prestasi belajar peserta didik yang meliputi: (a) data pribadi peserta didik, seperti nama, tempat dan tanggal lahir, alamat, jenis kelamin, golongan darah dan sebagainya; (b) data tentang kesehatan peserta didik seperti penglihatan, pendengaran, penyakit yang diderita, dan kondisi fisik, (c) data tentang prestasi belajar (achievement) peserta didik di sekolah, (d) data tentang sikap (attitude) peserta didik seperti sikap terhadap teman sebaya, terhadap kegiatan pembelajaran, sikap terhadap pendidik, dan sikap terhadap lingkungan sosial, (e) data tentang bakat (aptitude) peserta didik seperti bakat di bidang olah raga, ketrampilan mekanis, manajemen, kesenian dan keguruan, (f) persoalan penyesuaian (adjustment) seperti kegiatan peserta didik dalam organisasi lembaga pendidikan, forum ilmiah, olah raga dan kepanduan, (g) data tentang minat (interest) peserta didik, (h) data tentang rencana masa depan peserta didik, (i) data tentang latar belakang peserta didik. Pengumpulan data-data tersebut 23

18 harus diperhitungkan secara cermat dan matang serta berpedoman pada prinsip dan fungsi evaluasi itu sendiri. c. Analisis Evaluasi Analisis data dari hasil pelaksanaan evaluasi diolah sesuai dengan jenis datanya (kuantitatif atau kualitatif). Langkah-langkah dalam mengolah data hasil pembelajaran yaitu: (a) menskor atau memberikan skor pada hasil evaluasi yang dicapai peserta didik, (b) mengubah skor mentah menjadi skor standar sesuai dengan norma yang berlaku, (c) mengkonversi skor standar ke dalam nilai, baik berupa huruf maupun angka, (d) menganalisis soal jika diperlukan. Setelah selesai mengolah data sesuai dengan norma yang berlaku, berikutnya adalah menginterpretasikan hasil pengolahan data dalam suatu pernyataan (statement). 3. Evaluasi sebagai Sistem Kegiatan evaluasi merupakan proses yang sistematis, ini berarti bahwa evaluasi (dalam pembelajaran) merupakan kegiatan yang terencana dan dilakukan secara berkesinambungan. Evaluasi bukan hanya merupakan akhir atau penutup dari suatu program tertentu, melainkan merupakan kegiatan yang dilakukan pada permulaan, selama program berlangsung dan pada akhir program setelah program itu dianggap selesai. 24

19 Dalam hubungannya dengan keseluruhan proses belajar-mengajar, tujuan pengajaran dan proses belajar mengajar serta prosedur evaluasi saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan satu dari yang lain. Apabila dituangkan dalam suatu bagan maka dapat dilihat gambar 2 di bawah ini: Sumber: Buku Evaluasi Pengajaran (Ngalim, 2010). Gambar 2.1 Bagan Evaluasi sebagai Sistem Pada bagan 2 di atas dapat dijelaskan bahwa antara tujuan pengajaran dan proses belajar mengajar saling berhubungan yang artinya bahwa tujuan pengajaran dibuat sebagai pedoman dalam melaksanakan proses belajar mengajar, sedangkan kegiatan proses belajar mengajar tidak boleh terlepas dari tujuan pengajaran. Hubungan antara proses belajar mengajar dengan prosedur evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana hasil kegiatan proses belajar mengajar. Oleh sebab itu perlu adanya evaluasi, sedangkan 25

20 prosedur evaluasi tidak bisa terlepas dari proses belajar mengajar. Contoh bila proses belajar mengajar tersebut menggunakan metode pembelajaran praktik maka alat evaluasinya juga praktik. Hubungan antara prosedur evaluasi dengan tujuan pengajaran adalah dalam melaksanakan evaluasi harus sesuai dengan tujuan pengajaran, sedangkan tercapai atau tidaknya tujuan pengajaran setelah melaksanakan proses belajar mengajar dapat dilihat hasilnya dari evaluasi. Contoh, dalam tujuan pembelajaran peserta didik mampu mempraktikkan mengemudi mobil secara maju mundur zig-zag, tetapi hasil evaluasinya peserta didik hanya bisa mengemudi maju zig-zag saja. Ini berarti bahwa hasil evaluasi tidak sesuai dengan tujuan pengajaran. 2.3 Prosedur Penilaian Tahap pertama yang harus dilakukan Gadik sebagai penilai adalah mempelajari dan mengkaji materi pembelajaran dari satu atau lebih kompetensi dasar. Kajian materi ini dapat dilakukan melalui beberapa referensi untuk memperoleh bahan secara komprehensif dari beragam sumber dengan bertolak pada kompetensi yang diharapkan. Tahap kedua Gadik memilih atau menentukan teknik penilaian sesuai dengan kebutuhan pengukuran. Secara garis besar, teknik penilaian dapat digolongkan menjadi dua, yaitu penilaian melalui tes dan 26

21 non tes. Pusdik dan sekolah biasanya para Gadik banyak menggunakan teknik pertama, yaitu dengan tes. Dalam menentukan keakuratan perlu dipertimbangkan pemilihan teknik, yaitu tingkat keakuratan dan kepraktisan penyusunan dalam setiap butir soal. Pemberian nilai dengan cara tes lebih mudah dibandingkan dengan non tes. Sumber: Penilaian Gambar 2.2 Teknik Penilaian Tahap ketiga merumuskan dan membuat matrik kisi-kisi sesuai dengan teknik penilaian yang telah ditentukan. Kisi-kisi merupakan deskripsi mengenai informasi dan ruang lingkup dari materi pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman untuk menulis soal atau matriks soal menjadi tes. Pembuatan kisi-kisi 27

22 memiliki tujuan untuk menentukan ruang lingkup dalam menulis soal agar menghasilkan perangkat tes yang sesuai dengan indikator. Kisi kisi dibuat berdasarkan kompetensi dasar dan indikator yang ingin dicapai serta bentuk tes yang akan diberikan kepada peserta didik. Tes dapat berbentuk tes objektif benar-salah, pilihan ganda atau tes uraian serta non tes berupa penilaian afektif dan psikomotorik. Kisi-kisi berfungsi sebagai pedoman dalam penulisan soal dan perakitan tes. Dengan adanya kisi-kisi penulisan soal menjadi terarah, komprehensif dan representatif. Dengan pedoman kepada kisi-kisi penyusunan soal menjadi lebih mudah dan dapat menghasilkan soal-soal yang sesuai dengan tujuan tes. 1. Syarat penyusunan kisi-kisi adalah: (a) Dapat mewakili isi silabus atau kurikulum; (b) Komponenkomponennya rinci, jelas dan mudah dipahami; (c) Materi yang hendak ditanyakan dapat dibuat soalnya sesuai bentuk soal yang ditetapkan; (d) Sesuai dengan indikator; 2. Komponen kisi-kisi terdiri dari: (1) Komponen Identitas; (2) Jenis Pendidikan dan jenjang Pendidikan; (3) Mata pembelajaran; (4) Tahun ajaran; (5) Jumlah soal; (6) Bentuk soal; (7) Standar Kompetensi; (8) Kompetensi Dasar; (9) Indikator. 28

23 Dalam pembuatan kisi-kisi harus memenuhi kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik yang mengacu kepada teori Bloom. Cakupan yang diukur dalam ranah kognitif adalah: a. Ingatan, yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat. Ditandai dengan kemampuan menyebutkan simbol, istilah, definisi, fakta, aturan, urutan, metode; b. Pemahaman, yaitu kemampuan seseorang untuk memahami tentang sesuatu hal. Ditandai dengan kemampuan menerjemahkan, menafsirkan, memperkirakan, menentukan, menginterpretasikan; c. Penerapan, yaitu kemampuan berpikir untuk menjaring dan menerapkan dengan tepat tentang teori, prinsip, simbol pada situasi baru/nyata. Ditandai dengan kemampuan menghubungkan, memilih, mengorganisasikan, memindahkan, menyusun, menggunakan, menerapkan, mengklasifikasikan, mengubah struktur; d. Analisis, kemampuan berpikir secara logis dalam meninjau suatu fakta/objek menjadi lebih rinci. Ditandai dengan kemampuan membandingkan, menganalisis, menemukan, mengalokasikan, membedakan, mengkategorikan; e. Sintesis, kemampuan berpikir untuk memadukan konsep-konsep secara logis sehingga menjadi 29

24 suatu pola yang baru. Ditandai dengan kemampuan mensintesiskan, menyimpulkan, menghasilkan, mengembangkan, menghubungkan, mengkhususkan; f. Evaluasi, kemampuan berpikir untuk dapat memberikan pertimbangan terhadap suatu situasi, sistem nilai, metoda, persoalan dan pemecahannya dengan menggunakan tolok ukur tertentu sebagai patokan. Ditandai dengan kemampuan menilai, menafsirkan, mempertimbangkan dan menentukan. Aspek afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah: a. Menerima (memperhatikan), meliputi kepekaan terhadap kondisi, gejala, kesadaran, kerelaan, mengarahkan perhatian; b. Merespon, meliputi merespon secara diam-diam, bersedia merespon, merasa puas dalam merespon, mematuhi peraturan; c. Menghargai, meliputi menerima suatu nilai, mengutamakan suatu nilai, komitmen terhadap nilai; d. Mengorganisasi, meliputi mengkonseptualisasikan nilai, memahami hubungan abstrak, mengorganisasi sistem suatu nilai; e. Karakteristik suatu nilai, meliputi falsafah hidup dan sistem nilai yang dianutnya. 30

25 Aspek psikomotorik yang diukur meliputi (1) gerak refleks, (2) gerak dasar fundamen, (3) keterampilan perseptual; diskriminasi kinestetik, diskriminasi visual, diskriminasi auditoris, diskriminasi taktis, keterampilan perseptual yang terkoordinasi, (4) keterampilan fisik, (5) gerakan terampil, (6) komunikasi non diskusi (tanpa bahasa-melalui gerakan) meliputi gerakan ekspresif dan gerakan interpretatif. Tahap keempat, Gadik menulis dan membuat butir-butir soal yang sesuai dengan kisi-kisi dan bentuk soal yang telah ditentukan. Bila Gadik menggunakan teknik non tes, maka diperlukan untuk membuat pedoman pengisian instrumen, misalnya untuk observasi atau wawancara. Tahap berikut adalah pertimbangan dimana butir soal dan atau pedoman yang telah disusun Gadik, ditimbang secara rasional (analisis rasional oleh Gadik); dibaca, ditelaah dan dikaji kembali butirbutir soal dan atau pedoman yang dibuat telah memenuhi persyaratan. Proses di atas kemudian ditindaklanjuti dengan proses perbaikan. Pedoman diperbaiki sesuai dengan hasil penimbangan, bagian-bagian mana yang perlu dikurangi atau ditambah kalimat atau kata-katanya. Perbaikan ini pun biasanya didasarkan kepada pemikiran peserta didik untuk memahami isi dari kalimat yang diberikan. Hal ini mengandung arti bahwa 31

26 kalimat yang disusun hendaknya mudah dipahami oleh para peserta didik. Uji-coba terhadap tes/soal yang dibuat adalah untuk menentukan apakah butir soal yang dibuat telah memenuhi kriteria yang dituntut, sudahkah mempunyai tingkat ketetapan, ketepatan, tingkat kesukaran dan daya pembeda yang memadai. Untuk bentuk non tes kriteria yang dituntut adalah tingkat ketepatan (validitas) dan ketetapan (reliabilitas) sehingga diperoleh perangkat alat tes ataupun non tes yang baku (standar). Setelah diperoleh perangkat alat tes ataupun non tes yang memenuhi persyaratan sudah barang tentu perangkat alat ini diorganisasikan, disusun berdasarkan pada bentuk-bentuk atau model-model soal bagi perangkat tes, dan untuk perangkat non tes. Setelah perangkat tes maupun non tes digandakan kemudian siap untuk diujikan. Lembar jawaban peserta didik dikumpulkan dan disusun berdasarkan nomer induk peserta didik untuk memudahkan dalam memasukkan skor peserta didik. Kemudian dilakukan pemberian skor sesuai dengan kunci jawaban, sehingga diperoleh skor setiap peserta didik. Untuk bentuk soal objektif diberi skor 1 jika benar dan 0 jika salah, sedangkan skor bentuk essay bergantung kepada tingkat kesulitan soal. Untuk menafsirkan siapa yang lulus dan tidak lulus bergantung pada batas lulus yang dipergunakan oleh Gadik. 32

27 Setelah pengelolaan, sampai pada menafsirkan, Gadik memperoleh putusan akhir dari kegiatan penilaian. Putusan yang diambil diharapkan objektif sesuai dengan aturan. 2.4 Hasil Penelitian yang Relevan Panuntun (2010) dalam penelitiannya yang berjudul survei proses pelaksanaan evaluasi penjasorkes di SMP Negeri se Kecamatan Ungaran Barat dan Ungaran Timur mengemukakan bahwa, guru Penjasorkes di SMP Negeri se Kecamatan Ungaran Barat dan Ungaran Timur belum melaksanakan kegiatan evaluasi dengan maksimal. Hal ini dapat diketahui dari hasil analisis data, dari sembilan aspek evaluasi ada dua aspek yang mempunyai kriteria kurang baik yaitu aspek fungsi evaluasi dan aspek penentuan komponen lain. Sehingga saran yang dianjurkan peneliti adalah bagi guru penjasorkes hendaknya lebih meningkatkan kualitas pembelajaran agar tujuan dari tiap-tiap program pengajaran yang diharapkan dapat tercapai. Lubis (2008) dalam penelitiannya yang berju-dul studi kompetensi guru agama Islam dalam pelaksanaan evalusi pembelajaran di SMA Negeri 88 Jakarta mengemukakan bahwa, guru pendidikan agama Islam di SMAN 88 Jakarta memiliki kompetensi yang tinggi dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran. 33

28 Sari (2009) dalam penelitiannya yang berjudul pelaksanaan evaluasi hasil belajar yang dilakukan guru mata pelajaran Seni Budaya sub bidang studi seni rupa di SMPN 5 Malang, mengemukakan bahwa: (1) guru mata pelajaran seni budaya sub bidang studi seni rupa di SMPN 5 Malang menggunakan prosedur evalusi yang sama tetapi cara pelaksanaan berbeda, (2) teknik evaluasi yang digunakan guru teknik tes dan non tes, untuk kompetensi mengapresiasi menggunakan tes tulis, tes identifikasi, dan observasi. Sedangkan kompetensi berekspresi pada tes tulis keterampilan, tes petik kerja, tugas rumah, proyek dan observasi. Dari hasil penelitian tersebut dapat diberikan saran bahwa: (1) tahapan guru dalam mengevaluasi tidak hanya berhenti pada memasukkan nilai saja, tetapi memanfaatkan hasil evaluasi untuk memotivasi siswa, (2) evaluasi dalam bentuk praktik baik kompetensi mengapresiasi maupun berekspresi diharapkan bisa seobjektif mungkin dengan cara membuat format pengamatan penilaian baik skala maupun daftar cek. Arbain (2010) dalam penelitiannya yang berjudul survei proses pelaksanaan evaluasi pembelajaran penjas di SMA Negeri Se-Kecamatan Purworejo pada tahun pelajaran 2010/2011 mengemukakan bahwa, dari tujuh aspek evaluasi penelitian masih ada satu aspek yang kurang baik yaitu kesiapan guru dalam melaksanakan evaluasi. Saran yang dianjurkan adalah: 34

29 (1) bagi guru penjas hendaknya mempertahankan dan lebih meningkatkan kualitas pelaksanaan evaluasi yang dilakukan agar hasil yang diperoleh optimal, 2) bagi mahasiswa jurusan penjas hendaknya melakukan penelitian lebih lanjut tentang pelaksanaan evaluasi pembelajaran penjas agar dapat memperoleh hasil penelitian yang lebih luas, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya kualitas pendidikan bidang jasmani di Indonesia. Dari beberapa referensi penelitian di atas hanya satu orang peneliti yang mengemukakan bahwa guru memiliki kompetensi yang tinggi dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran (Lubis, 2008). Sedangkan yang lainnya (Arbain, Sari, dan Panuntun) mengemukakan pendapat yang sama yaitu, guru dalam melaksanakan kegiatan evaluasi pembelajaran belum maksimal, teknik evaluasi pembelajaran praktik yang digunakan belum objektif, bahkan guru belum paham tentang fungsi evaluasi. Berdasarkan ketiga referensi tersebut (Arbain, Sari, dan Panuntun) peneliti akan meneliti kembali tentang pelaksanaan evaluasi pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik dengan judul Evaluasi Hasil Pembelajaran Mata Kuliah Fungsi Teknis di Lembaga Pendidikan Akademi Kepolisian. 35

BEBERAPA MODEL EVALUASI PENDIDIKAN (Disarikan dari Seminar Mata Kuliah Evaluasi Pendidikan) Oleh Sofyan Zaibaski

BEBERAPA MODEL EVALUASI PENDIDIKAN (Disarikan dari Seminar Mata Kuliah Evaluasi Pendidikan) Oleh Sofyan Zaibaski BEBERAPA MODEL EVALUASI PENDIDIKAN (Disarikan dari Seminar Mata Kuliah Evaluasi Pendidikan) Oleh Sofyan Zaibaski Dalam sebuah proses pembelajaran komponen yang turut menentukan keberhasilan sebuah proses

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Perencanaan Pembelajaran Langsung dalam menanamkan disiplin. santri di Pondok Pesantren Ma dinul ulum Campurdarat dan

BAB V PEMBAHASAN. A. Perencanaan Pembelajaran Langsung dalam menanamkan disiplin. santri di Pondok Pesantren Ma dinul ulum Campurdarat dan 124 BAB V PEMBAHASAN A. Perencanaan Pembelajaran Langsung dalam menanamkan disiplin santri di Pondok Pesantren Ma dinul ulum Campurdarat dan Madrasah Diniyah Tanwirul Qulub Pelem Campurdarat. 1. Berdasarkan

Lebih terperinci

KUIS PERSIAPAN MENGHADAPI UPM

KUIS PERSIAPAN MENGHADAPI UPM KUIS PERSIAPAN MENGHADAPI UPM Evaluasi Proses Hasil Belajar Biologi Perhatian : Anda hanya menjawab di lembar jawaban yang Anda buat dengan pilihan a, b, c atau d saja, tidak usah di tulis/di ketik lagi

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENGEMBANGAN INSTRUMEN DALAM PEMBELAJARAN

BAB III PROSEDUR PENGEMBANGAN INSTRUMEN DALAM PEMBELAJARAN BAB III PROSEDUR PENGEMBANGAN INSTRUMEN DALAM PEMBELAJARAN A. Pendahuluan Dalam kegiatan pembelajaran segala sesuatu hal selayaknya dilakukan dengan tahapan yang jelas dan terarah. Oleh karena itu, penting

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Kompetensi Guru Mata Pelajaran Qur an Hadits dalam Perencanaan. Evaluasi Hasil Belajar Siswa di MTs Negeri Ngantru

BAB V PEMBAHASAN. A. Kompetensi Guru Mata Pelajaran Qur an Hadits dalam Perencanaan. Evaluasi Hasil Belajar Siswa di MTs Negeri Ngantru BAB V PEMBAHASAN A. Kompetensi Guru Mata Pelajaran Qur an Hadits dalam Perencanaan Evaluasi Hasil Belajar Siswa di MTs Negeri Ngantru Dalam perencanaan evaluasi hasil belajar seorang guru harus menyesesuaikan

Lebih terperinci

BAHAN AJAR Kompetensi Dasar Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) TOPIK-4: Evaluasi HAsil Belajar dalam PJJ

BAHAN AJAR Kompetensi Dasar Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) TOPIK-4: Evaluasi HAsil Belajar dalam PJJ BAHAN AJAR Kompetensi Dasar Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) TOPIK-4: Evaluasi HAsil Belajar dalam PJJ SEAMEO SEAMOLEC Jakarta - INDONESIA 2012 Pendahuluan Dalam topik ini akan diuraikan evaluasi hasil belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh guru adalah evaluasi pembelajaran. Kompetensi tersebut sejalan dengan tugas dan tanggung jawab guru dalam pembelajaran,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. di dalam kelas, maka penelitian ini disebut Penelitian Tindakan atau Action

BAB III METODE PENELITIAN. di dalam kelas, maka penelitian ini disebut Penelitian Tindakan atau Action BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode penelitian tindakan. Karena ruang lingkupnya adalah pembelajaran di sekolah yang dilaksanakan guru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya membangun interaksi bermakna antara guru dengan peserta didik lewat

BAB I PENDAHULUAN. upaya membangun interaksi bermakna antara guru dengan peserta didik lewat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pembelajaran merupakan bagian yang berkaitan dengan upaya membangun interaksi bermakna antara guru dengan peserta didik lewat materi fisika baik

Lebih terperinci

Kuesioner. Bentuk tes yang memberikan kemudahan dalam skoring adalah tes objektif 2.

Kuesioner. Bentuk tes yang memberikan kemudahan dalam skoring adalah tes objektif 2. Lampiran 1 Kuesioner No Pernyataan 1. Bentuk tes yang memberikan kemudahan dalam skoring adalah tes objektif 2. Saya cenderung membuat soal yang mudah supaya tidak direpotkan dengan her (remidi) 3. Supaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semua orang yang mengalami sekolah secara formal, mungkin juga sekolah informal

BAB I PENDAHULUAN. Semua orang yang mengalami sekolah secara formal, mungkin juga sekolah informal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua orang yang mengalami sekolah secara formal, mungkin juga sekolah informal dan nonformal, tak terhindar dari pengukuran (measurement) dan tes. Suatu tes

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM OLEH : DRS.ZAINAL ARIFIN, M.PD. NIP

EVALUASI PROGRAM OLEH : DRS.ZAINAL ARIFIN, M.PD. NIP EVALUASI PROGRAM OLEH : DRS.ZAINAL ARIFIN, M.PD. NIP.19610501.1986011003 JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA B A N D U N G 2010 DEFINISI

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 3: Menulis Tes Hasil Belajar

Kegiatan Belajar 3: Menulis Tes Hasil Belajar Kegiatan Belajar 3: Menulis Tes Hasil Belajar Uraian Materi Secara umum, langkah-langkah kegiatan penilaian hasil belajar yang dilakukan Guru meliputi: (1) Perencanaan penilaian dan pengembangan perangkat,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tugas seorang guru dalam kegiatan pembelajaran adalah membantu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tugas seorang guru dalam kegiatan pembelajaran adalah membantu II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tes Tugas seorang guru dalam kegiatan pembelajaran adalah membantu perubahan dan keberhasilan peserta didik atau siswa. Untuk mengetahui bagaimana perubahan dan tingkat

Lebih terperinci

TUGAS EVALUASI PROSES & HASIL PEMBELAJARAN KIMIA

TUGAS EVALUASI PROSES & HASIL PEMBELAJARAN KIMIA TUGAS EVALUASI PROSES & HASIL PEMBELAJARAN KIMIA PENILAIAN PEMBELAJARAN Disusun Oleh: KELOMPOK 1 Riza Gustia (A1C109020) Janharlen P (A1C109044) Zunarta Yahya (A1C109027) Widi Purwa W (A1C109030) Dewi

Lebih terperinci

Mahasiswa mampu. Tes DASAR. Modul: 1 6 PENILAIAN. menjelaskan hakikat. Suryanto, DALAM. penilaian, asesmen, Adi. (2009).

Mahasiswa mampu. Tes DASAR. Modul: 1 6 PENILAIAN. menjelaskan hakikat. Suryanto, DALAM. penilaian, asesmen, Adi. (2009). SILABUS Nama Mata Kuliah/Kode Mata Kuliah : Evaluasi Pembelajaran di SD (PDGK 4301) Program : PGSD Nama Lengkap Penulis : Iding Tarsidi, Drs., M. Pd. Instansi Asal : Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 4: Menelaah Tes Hasil Belajar

Kegiatan Belajar 4: Menelaah Tes Hasil Belajar Kegiatan Belajar 4: Menelaah Tes Hasil Belajar Uraian Materi 1. Menelaah Kualitas Soal Tes Bentuk Objektif Sebagaimana telah anda pelajari sebelumnya, bahwa analisis kualitas perangkat soal tes hasil belajar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang terkandung di dalam judul

Lebih terperinci

7. Tes simulasi merupakan salah satu bentuk dari teknik penilaian: a. lisan b. praktik/kinerja c. penugasan d. portofolio e.

7. Tes simulasi merupakan salah satu bentuk dari teknik penilaian: a. lisan b. praktik/kinerja c. penugasan d. portofolio e. 1. Serangkaian kegiatan untuk menetapkan ukuran terhadap suatu gejala menurut aturan tertentu adalah: a. pengukuran b. pensekoran c. penilaian d. pengujian e. Evaluasi 2. Serangkaian kegiatan yang sistematik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah research and development

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah research and development III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah research and development atau penelitian pengembangan. Metode ini memadukan penelitian dan pengembangan secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. terhadap peserta didik, lembaga, dan program pendidikan pada jalur

BAB II KAJIAN PUSTAKA. terhadap peserta didik, lembaga, dan program pendidikan pada jalur BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Tinjauan Evaluasi a. Pengertian Evaluasi Zainal Arifin (2013:2) memaparkan bahwa evaluasi merupakan suatu komponen penting dan tahap yang harus ditempuh oleh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Subjek Penelitian 1.1.1 Lokasi Penelitian Objek penelitian dilaksanakan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Cimahi, Jalan Mahar Martanegara (Leuwigajah)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa. Di dalam penilaian tersebut guru merancang jenis penilaian yang seperti

BAB I PENDAHULUAN. siswa. Di dalam penilaian tersebut guru merancang jenis penilaian yang seperti 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru profesional merupakan guru yang mempunyai kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan dan mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai pendidik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam pembelajaran yang terjadi di sekolah, guru adalah pihak yang paling bertanggung jawab atas hasilnya. Dengan demikian, guru patut dibekali dengan evaluasi sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda maka beberapa istilah yang

BAB III METODE PENELITIAN. Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda maka beberapa istilah yang BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda maka beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut: 1. Kesulitan belajar

Lebih terperinci

Gagne (1974): (A) kemampuan merencanakan materi dan

Gagne (1974): (A) kemampuan merencanakan materi dan ANALISIS TES BUATAN GURU KOMPETENSI GURU Gagne (1974): (A) kemampuan merencanakan materi dan kegiatan belajar mengajar, (B) kemampuan melaksanakan dan mengelola kegiatan belajar mengajar, (C) kemampuan

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1 Tahun 2011, Hlm PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Oleh Sukanti 1.

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1 Tahun 2011, Hlm PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Oleh Sukanti 1. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1 Tahun 2011, Hlm. 74-82 PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI Oleh Sukanti 1 Abstrak Terdapat empat karakteristik afektif yang penting dalam

Lebih terperinci

SOAL UJIAN AKHIR EVALUASI PENDIDIKAN JASMANI. a) Buatlah suatu norma hasil tes dengan lima kategori nilai (A,B,C,D, dan E).

SOAL UJIAN AKHIR EVALUASI PENDIDIKAN JASMANI. a) Buatlah suatu norma hasil tes dengan lima kategori nilai (A,B,C,D, dan E). SOAL UJIAN AKHIR EVALUASI PENDIDIKAN JASMANI 1. Bila dari hasil penghitungan terhadap 100 orang siswa tentang tingkat kebugaran jasmaninya, diperoleh nilai rata-rata tes sebesar 60 dan simpangan bakunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang dirasa sulit bagi kebanyakan peserta didik. Prestasi belajar untuk memahami pelajaran fisika dalam suatu sekolah

Lebih terperinci

PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Sukanti. Abstrak

PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Sukanti. Abstrak PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI Sukanti Abstrak Terdapat empat karakteristik afektif yang penting dalam pembelajaran yaitu: (1) minat, 2) sikap, 3) konsep diri, dan 4) nilai. Penilaian afektif

Lebih terperinci

PERKULIAHAN 4: EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA ALAT EVALUASI (LANJUTAN)

PERKULIAHAN 4: EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA ALAT EVALUASI (LANJUTAN) PERKULIAHAN 4: EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA ALAT EVALUASI (LANJUTAN) 3. Pembuatan Alat Evaluasi Ditinjau dari pembuatnya, alat evaluasi dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu alat evaluasi buatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. untuk menghasilkan suatu produk di bidang pendidikan. Sugiyono. menyatakan bahwa penelitian pengembangan adalah

BAB III METODE PENELITIAN. untuk menghasilkan suatu produk di bidang pendidikan. Sugiyono. menyatakan bahwa penelitian pengembangan adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang bertujuan untuk menghasilkan suatu produk di bidang pendidikan. Sugiyono menyatakan bahwa penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran fisika di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Ambarawa Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran fisika di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Ambarawa Kabupaten 62 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini didesain untuk mengamati dan menganalisis bagaimana fisika di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Ambarawa Kabupaten Pringsewu telah terlaksana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional 1. Gambar konsep Gambar konsep yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu alat bantu penyampaian pemahaman yang direpresentasikan dalam bentuk teks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akademi Kepolisian merupakan salah satu Lembaga Pendidikan Kedinasan yang bertugas menyelenggarakan pendidikan pembentukan Perwira Polisi Republik Indonesia (Polri)

Lebih terperinci

Inisiasi II ASESMEN PEMBELJARAN SD

Inisiasi II ASESMEN PEMBELJARAN SD Inisiasi II ASESMEN PEMBELJARAN SD (Mengembangkan Tes sebagai Instrumen Asesmen) Selamat bertemu kembali dengan saya Yuni Pantiwati sebagai tutor dalam mata kuliah Asesmen Pembelajaran SD. Kali ini merupakan

Lebih terperinci

Bandung, 23 Oktober 2009

Bandung, 23 Oktober 2009 Bandung, 23 Oktober 2009 PENILAIAN KELAS Konsep dasar Teknik Penilaian Konsep Dasar Penilaian Kelas Pengertian Penilaian Kelas Manfaat Penilaian Kelas Fungsi Penilaian Kelas Prinsip-prinsip Penilaian Kelas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (Atmodiwiryo,2000:5). Selanjutnya

BAB II KAJIAN TEORITIS. mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (Atmodiwiryo,2000:5). Selanjutnya 6 BAB II KAJIAN TEORITIS A. Konsep Dasar Pengelolaan Pembelajaran. Pada dasarnya pengelolaan diartikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian semua sumber daya untuk

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PENILAIAN. Tujuan, Fungsi, Prinsip, Cakupan, Jenis & Teknik Penilaian

KONSEP DASAR PENILAIAN. Tujuan, Fungsi, Prinsip, Cakupan, Jenis & Teknik Penilaian KONSEP DASAR PENILAIAN Pengukuran-Penilaian-Tes-Evaluasi Tujuan, Fungsi, Prinsip, Cakupan, Jenis & Teknik Penilaian Indikator Membedakan pengertian pengukuran, penilaian, tes dan evaluasi Menjelaskan tujuan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 9 BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Teori 1. Media Pembelajaran Mind Mapping a. Pengertian Media Pembelajaran Mind Mapping Sadiman (dalam Rianti, 2012, h.9) menjelaskan media pembelajaran

Lebih terperinci

2016 PERBAND INGAN HASIL BELAJAR SISWA ANTARA MOD EL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO D ENGAN MOD EL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK D I SMKN 1 SUMED ANG

2016 PERBAND INGAN HASIL BELAJAR SISWA ANTARA MOD EL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO D ENGAN MOD EL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK D I SMKN 1 SUMED ANG BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Model Pembelajaran 2.1.1 Definisi Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan

BAB III METODE PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah di dalam judul skripsi. Sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Matematika merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Matematika merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Matematika merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Karena itu, pemerintah selalu berusaha agar mutu pendidikan matematika

Lebih terperinci

CONTOH SOAL PEDAGOGIK Proses Penilaian (Assesmen) Berilah tanda silang pada jawaban yang paling benar dari sejumlah pilihan jawaban yang tersedia..

CONTOH SOAL PEDAGOGIK Proses Penilaian (Assesmen) Berilah tanda silang pada jawaban yang paling benar dari sejumlah pilihan jawaban yang tersedia.. CONTOH SOAL PEDAGOGIK Proses Penilaian (Assesmen) Berilah tanda silang pada jawaban yang paling benar dari sejumlah pilihan jawaban yang tersedia.. 1. Serangkaian kegiatan untuk menetapkan ukuran terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian dan pengembangan. Metode Penelitian dan Pengembangan atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Research

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 15 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Arikunto (2006), penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tersebut dikenal sebagai metode penelitian. Metode penelitian digunakan dan

BAB III METODE PENELITIAN. tersebut dikenal sebagai metode penelitian. Metode penelitian digunakan dan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Dalam suatu penelitian, terdapat tata cara prosedur bertahap yang merupakan acuan peneliti dalam melakukan penelitian di lapangan. Tata cara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Berdasarkan tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memperoleh informasi tentang peningkatan kemampuan analisis siswa SMA setelah diterapkan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS TES PILIHAN GANDA

UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS TES PILIHAN GANDA UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS TES PILIHAN GANDA EVA - 5 I. PENGANTAR Tes pilihan ganda merupakan jenis tes yang paling populer, karena banyak digunakan di sekolah dan sangat sering digunakan sebagai alat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini, Penulis menentukan langkah-langkah penelitian sebagai berikut : (1) Menentukan Desain Penelitian, (2) Menentukan Partisipan/ Sumber Data, (3) Menentukan

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Bagan Penelitian Tindakan Kelas

Gambar 3.1 Bagan Penelitian Tindakan Kelas BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Berdasarkan masalah yang ditemukan, metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Arikunto (2010:128), penelitian tindakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi atau Sampel Penelitian Penelitian ini dilakukan di salah satu SMP Negeri di Kota Bandung dengan mengambil subjek populasi seluruh siswa kelas VIII

Lebih terperinci

BAB III METODE PENGEMBANGAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (Research and

BAB III METODE PENGEMBANGAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (Research and BAB III METODE PENGEMBANGAN 3.1 Model Pengembangan Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (Research and Development). Langkah-langkah dalam membuat penelitian ini dilakukan dengan model pengembangan

Lebih terperinci

adalah proses beregu (berkelompok) di mana anggota-anggotanya mendukung dan saling mengandalkan untuk mencapai suatu hasil

adalah proses beregu (berkelompok) di mana anggota-anggotanya mendukung dan saling mengandalkan untuk mencapai suatu hasil 46 2. Kerjasama a. Pengertian Kerjasama Menurut Lewis Thomas dan Elaine B. Johnson ( 2014, h. 164) kerjasama adalah pengelompokan yang terjadi di antara makhlukmakhluk hidup yang kita kenal. Kerja sama

Lebih terperinci

(Staf Pengajar Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta) Kata kunci: pembelajaran ekonomi, penilaian berbasis kompetensi.

(Staf Pengajar Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta) Kata kunci: pembelajaran ekonomi, penilaian berbasis kompetensi. Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 1 Nomor 2, Mei 2005 SISTEM PENILAIAN PEMBELAJARAN EKONOMI BERBASIS KOMPETENSI Oleh: Barkah Lestari (Staf Pengajar Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta)

Lebih terperinci

Oleh: JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FPMIPA UPI

Oleh: JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FPMIPA UPI Oleh: JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FPMIPA UPI PENDAHULUAN Kerangka Dasar Kurikulum menekankan adanya penilaian kelas. Penilaian hasil belajar meliputi penilaian kelas, penilaian akhir yang diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Metode Penelitian dan Desain Penelitian. mengumpulkan data penelitiannnya (Arikunto, 2006: 160).

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Metode Penelitian dan Desain Penelitian. mengumpulkan data penelitiannnya (Arikunto, 2006: 160). BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian dan Desain Penelitian Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannnya (Arikunto, 2006: 160). Dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode praeksperimental. Sugiono (2013, hlm. 109) menyatakan bahwa, Penelitian praeksperimental hasilnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen. Metode ini merupakan pengembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 4 Madiun yang beralamat di Jalan Serayu Kota Madiun. Waktu pelaksanaanya pada semester II tahun pelajaran 2014/2015

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan angka-angka,

Lebih terperinci

Tenaga peneliti terlatih. Sampel dipilih yg representatif. Kontrol variabel secara ketat. Perlu pengujian validitas dan reliabilitas

Tenaga peneliti terlatih. Sampel dipilih yg representatif. Kontrol variabel secara ketat. Perlu pengujian validitas dan reliabilitas PERBEDAAN EKSPERIMEN FORMAL ACTION RESEARCH peneliti Tenaga peneliti terlatih Dilakukan oleh guru sampel Desain Sampel dipilih yg representatif Kontrol variabel secara ketat Sudah ada kelas yg dibina Dapat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Lembaga Pendidikan Akademi Kepolisian (Lemdik Akpol) merupakan salah satu lembaga pendidikan kedinasan di bawah Lembaga Pendidikan Mabes Polri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab III metode penelitian akan dipaparkan mengenai jenis dan pendekatan, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel penelitian, variabel dan indikator penelitian, teknik

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen (Quasi experiment), yaitu penelitian yang secara khas meneliti mengenai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dipaparkan mengenai model yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan, prosedur dalam pengembangannya, subjek yang menjadi penelitian, teknik pengumpulan

Lebih terperinci

PENILAIAN BERBASIS KELAS Nuryani Y.Rustaman*

PENILAIAN BERBASIS KELAS Nuryani Y.Rustaman* PENILAIAN BERBASIS KELAS Nuryani Y.Rustaman* Pendahuluan Sebagai perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang terkandung di dalam judul skripsi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang terkandung di dalam judul skripsi. 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang terkandung di dalam

Lebih terperinci

JENIS DAN PERENCANAAN EVALUASI P E R T E M U A N K E 4

JENIS DAN PERENCANAAN EVALUASI P E R T E M U A N K E 4 JENIS DAN PERENCANAAN EVALUASI P E R T E M U A N K E 4 JENIS EVALUASI 1. EVALUASI SUMATIF BERTUJUAN UNTUK: Mengetahui kecakapan atau keterampilan yang dikuasai siswa Meramalkan kecakapan siswa dalam menyelesaikan

Lebih terperinci

HALAMAN SAMPUL BAB III METODE PENELITIAN

HALAMAN SAMPUL BAB III METODE PENELITIAN HALAMAN SAMPUL BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode Merupakan suatu cara ilmiah yang digunakan untuk mencapai maksud dan tujuan tertentu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Sampel Penelitian Lokasi penelitian terletak di salah satu SMP Negeri di kota Bandung. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII tahun ajaran

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian evaluatif. Artinya data yang dikumpulkan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian evaluatif. Artinya data yang dikumpulkan 69 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian evaluatif. Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka saja, melainkan data tersebut berasal dari catatan lapangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai standar yang telah disesuaikan UU No 20 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai standar yang telah disesuaikan UU No 20 tahun 2003 tentang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan penyelenggaraan pendidikan perlu adanya sebuah pertanggungjawaban dalam bentuk evaluasi untuk menentukan taraf kemajuan aktivitas di dalam pendidikan. Evaluasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (student centered active learning). Siswa ditempatkan sebagai subyek. belajarnya dengan bantuan fasilitator (guru).

BAB I PENDAHULUAN. (student centered active learning). Siswa ditempatkan sebagai subyek. belajarnya dengan bantuan fasilitator (guru). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bertumpu pada interaksi antara guru dengan siswa. Sasaran pembelajaran diorientasikan pada pengembangan kompetensi. Pembelajaran diarahkan pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 65 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model pembelajaran direct

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Efektivitas dari penerapan model pembelajaran berbasis masalah dalam

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Efektivitas dari penerapan model pembelajaran berbasis masalah dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional. Efektivitas dari penerapan model pembelajaran berbasis masalah dalam meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berkomunikasi siswa dilihat dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pengembangan. Metode penelitian pengembangan memuat tiga

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pengembangan. Metode penelitian pengembangan memuat tiga BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian pengembangan. Metode penelitian pengembangan memuat tiga komponen utama, yaitu:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana pendekatan ini memnungkinkan dilakukannya

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. sebuah penelitian. Sebab, pada bagian ini peneliti benar-benar harus

BAB V PEMBAHASAN. sebuah penelitian. Sebab, pada bagian ini peneliti benar-benar harus BAB V PEMBAHASAN Temuan Penelitian Temuan penelitian merupakan suatu hal penting yang ada dalam sebuah penelitian. Sebab, pada bagian ini peneliti benar-benar harus menampakkan objektifitas dalam melakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Berikut ini diuraikan beberapa definisi operasional dari istilah yang terkait dalam permasalahan penelitian ini, di antaranya: 1. Pengembangan tes tertulis

Lebih terperinci

ANALISIS BUTIR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER (UAS) BIOLOGI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 KELAS X DAN XI PADA MAN SAMPIT. Nurul Septiana

ANALISIS BUTIR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER (UAS) BIOLOGI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 KELAS X DAN XI PADA MAN SAMPIT. Nurul Septiana ANALISIS BUTIR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER (UAS) BIOLOGI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 KELAS X DAN XI PADA MAN SAMPIT Nurul Septiana Prodi TBG Jurusan PMIPA Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Palangkaraya

Lebih terperinci

WILUJEUNG SUMPING. EVALUASI PEMBELAJARAN By Zainal Arifin

WILUJEUNG SUMPING. EVALUASI PEMBELAJARAN By Zainal Arifin WILUJEUNG SUMPING EVALUASI PEMBELAJARAN By Zainal Arifin KURIKULUM SEBAGAI SUATU SISTEM : TUJUAN EVALUASI ISI/MATERI PROSES PEMBELAJARAN SEBAGAI SUATU SISTEM EVALUASI TUJUAN MATERI SUMBER BELAJAR KOMPONEN-

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. direncanakan dan dilaksanakan oleh peneliti untuk mengumpulkan bukti-bukti

III. METODE PENELITIAN. direncanakan dan dilaksanakan oleh peneliti untuk mengumpulkan bukti-bukti 69 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen yaitu penelitian yang direncanakan dan dilaksanakan oleh peneliti untuk mengumpulkan bukti-bukti yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Se-Gugus Diponegoro Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar yang terdiri dari 6 SD. Subjek

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Media Pembelajaran kelas VII di SMPN I Besuki Tulunagagung. dapat mengukur kemampuan anak secara tepat dan obyektif.

BAB V PEMBAHASAN. Media Pembelajaran kelas VII di SMPN I Besuki Tulunagagung. dapat mengukur kemampuan anak secara tepat dan obyektif. BAB V PEMBAHASAN A. Kompetensi Profesional Guru PAI Dalam Perencanaan Penggunaan Media Pembelajaran kelas VII di SMPN I Besuki Tulunagagung Dalam perencanaan penggunaan media pembelajaran seorang guru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penegasan istilah. Maka pendahuluan tersebut sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. penegasan istilah. Maka pendahuluan tersebut sebagai berikut. BAB I PENDAHULUAN Sesuai dengan judul analisis butir soal, pada penelitian ini akan diuraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat, batasan masalah dan penegasan istilah. Maka pendahuluan

Lebih terperinci

A. Pengertian Evaluasi Program

A. Pengertian Evaluasi Program A. Pengertian Evaluasi Program Pemahaman mengenai pengertian evaluasi program dapat berbeda-beda sesuai dengan pengertian evaluasi yang bervariatif oleh para pakar evaluasi. Pengertian evaluasi menurut

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN RANAH PSIKOMOTOR PADA MATERI TITRASI ASAM BASA KELAS XI-MIA SMAN 4 KOTA JAMBI

ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN RANAH PSIKOMOTOR PADA MATERI TITRASI ASAM BASA KELAS XI-MIA SMAN 4 KOTA JAMBI ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN RANAH PSIKOMOTOR PADA MATERI TITRASI ASAM BASA KELAS XI-MIA SMAN 4 KOTA JAMBI OLEH ALANISA LOLA PASARIBU NIM RSA1C112010 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subyek Penelitian Sekolah yang dipilih sebagai lokasi penelitian adalah salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kota Bandung. Pemilihan sekolah tersebut menjadi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 Model Pembelajaran Role Playing (model bermain peran) a Pengertian Role playing atau bermain peran menurut Zaini, dkk (2008:98) adalah suatu aktivitas pembelajaran

Lebih terperinci

KUALITAS TES UJIAN NASIONAL MATA PELAJARAN MATEMATIKA SMP PADA SUB RAYON II KOTA KENDARI TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Muhammad Idris 1), Arvyaty 2)

KUALITAS TES UJIAN NASIONAL MATA PELAJARAN MATEMATIKA SMP PADA SUB RAYON II KOTA KENDARI TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Muhammad Idris 1), Arvyaty 2) Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika Volume 1 No. 1 Mei 213 KUALITAS TES UJIAN NASIONAL MATA PELAJARAN MATEMATIKA SMP PADA SUB RAYON II KOTA KENDARI TAHUN PELAJARAN 211/212 Muhammad Idris 1), Arvyaty

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik. Penilaian hasil belajar dilakukan oleh pendidik, satuan pendidikan dan

BAB I PENDAHULUAN. didik. Penilaian hasil belajar dilakukan oleh pendidik, satuan pendidikan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penilaian pendidikan sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan

Lebih terperinci

TEKNIK PENGEMBANGAN SOAL OBJEKTIF Vinta A. Tiarani

TEKNIK PENGEMBANGAN SOAL OBJEKTIF Vinta A. Tiarani TEKNIK PENGEMBANGAN SOAL OBJEKTIF Vinta A. Tiarani (vtiarani@yahoo.com) Tujuan pendidikan memiliki tiga bidang sasaran yaitu bidang kognitif, bidang afektif, dan bidang psikomotor. Masing-masing bidang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian deskriptif analisis. Metode penelitian ini diambil karena berkesesuaian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian deskriptif analisis. Metode penelitian ini diambil karena berkesesuaian 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif analisis. Metode penelitian ini diambil karena berkesesuaian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian terdiri dari dua kata,

BAB III METODE PENELITIAN. data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian terdiri dari dua kata, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Secara umum, metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian terdiri dari dua

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti akan melaksanakannya di salah satu sekolah lokasi PLP yaitu di SD N Sukarame yang beralamat di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen merupakan kegiatan percobaan untuk meneliti sesuatu peristiwa atau gejala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar di sekolah atau yang lebih dikenal dengan istilah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar di sekolah atau yang lebih dikenal dengan istilah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar di sekolah atau yang lebih dikenal dengan istilah pengajaran merupakan sebuah proses yang tidak hanya bersifat mekanisme saja, tetapi

Lebih terperinci

BENTUK-BENTUK TES fungsinya

BENTUK-BENTUK TES fungsinya Penggolongan tes berdasarkan fungsinya sebagai alat pengukur perkembangan kemajuan belajar siswa maka tes terdiri atas: 1) tes seleksi (ujian saringan) 2) tes awal (pre-test) 3) tes akhir (post-test) 4)

Lebih terperinci