Rancangan Planned Maintenance System Untuk Item Yang Terdapat di Kamar Mesin Pada Kapal Bulk Carrier DWT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Rancangan Planned Maintenance System Untuk Item Yang Terdapat di Kamar Mesin Pada Kapal Bulk Carrier DWT"

Transkripsi

1 Rancangan Planned Maintenance System Untuk Item Yang Terdapat di Kamar Mesin Pada Kapal Bulk Carrier DWT Nur Huda salasa Majid ), Mukti Wibowo 2) 1) Mahasiswa S-1, Teknik Perkapalan Dept.Teknik Mesin. Universitas Indonesia 2) Dosen Departemen Teknik Mesin Universitas Indonesia nurhuda.salasa@gmail.com Abstrak Dalam pengoperasian suatu kapal diperlukan suatu sistem yang mengatur tentang perawatan dan pemeliharaan bagian-bagian utama pada kapal tersebut. Hal ini diperlukan untuk menghindari terjadinya masalah yang dapat menghambat kerja kapal, seperti breakdown pada mesin dan sebagainya. Selain itu sistem pemeliharaan yang dilakukan secara terencana dan berkala, juga dapat memperpanjang usia pakai suatu kapal sehingga dapat menambah produktifitas kapal tersebut. Hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan pada semua komponen yang terdapat di suatu kapal, juga telah diatur dalam International Safety Management Code (ISM Code). Atas dasar itu maka pembuatan suatu sistem perawatan terencana atau biasa disebut Planned Maintenance System (PMS) pada suatu kapal sangatlah diperlukan. Dalam hal ini komponenkomponen yang terdapat pada kamar mesin suatu kapal Bulk Carrier DWT akan dijadikan objek penelitian untuk pembuatan sistem perawatan tersebut. Abstract In the operation of a ship, it is essential to have a system that regulates the maintenance of the main parts of the ship. This is necessary to avoid the problems that can inhibit the ship performance, such as the breakdown in machinery and so on. Moreover, a maintenance system that is done in a well-planned and regular manner can also extend the life of a ship so as to increase the productivity of the ship. Matters related to the maintenance of all components contained in a ship also have been regulated in the International Safety Management Code (ISM Code). On that basis, it becomes necessary to arrange a Planned Maintenance System (PMS) on a ship. In this case the components contained in the engine room of a DWT Bulk Carrier ship will be the object of research for the preparation of the maintenance system 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Perumusan Masalah Kapal merupakan salah satu sarana transportasi yang paling efektif untuk mengangkut berbagai keperluan, khususnya dalam jumlah yang besar, jarak yang cukup jauh dan terpisah oleh area perairan. Dalam dunia bisnis, kapal memegang peranan penting sebagai alat transportasi utama dalam hal mendistribusikan suatu produk atau hasil bumi yang merupakan bahan baku produk tersebut ke sejumlah daerah yang dipisahkan oleh sungai, danau ataupun lautan dalam jumlah yang cukup besar.

2 Besarnya peran kapal sebagai salah satu tonggak dalam dunia bisnis serta moda utama transportasi antar pulau, tidak serta merta sebanding dengan kelaikan kapal tersebut. Banyak kasus kecelakaan kapal tiap tahunnya yang mengakibatkan kerugian materi yang sangat besar bahkan tak sedikit yang sampai merenggut korban jiwa. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh sistem perawatan kapal yang kurang effisien dan tidak berjalan dengan baik atau bahkan tidak ada sama sekali. Maintenance pada suatu sistem, baik itu permesinan, kelistrikan dan sebagainya merupakan bagian yang sangat penting untuk menjaga keawetan dan memperpanjang usia pakai dari alat atau sistem tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan suatu sistem perawatan kapal yang efektif dan effisien serta mudah untuk diterapkan oleh para awak kapal Tujuan Penelitian Tujuan dari pembuatan tugas akhir ini adalah untuk menghasilkan sebuah sistem pemeliharaan kapal berdasarkan referensi-referensi yang telah di dapat dalam bentuk rancangan PMS (planned maintenance system). Hasil dari PMS ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk pembuatan PMS pada kapal-kapal perintis yang akan memberikan hasil yang optimal terkait dengan pemeliharaan kapal tersebut, agar dapat mencapai usia pengoperasian yang maksimal 1.3. Batasan masalah Dalam pembuatan tugas akhir ini terdapat batasan-batasan masalah agar isi dari tugas akhir ini tidak meluas ke bahasan lain. Batasan masalah tersebut adalah: 1. Pada pembuatan tugas akhir ini yang dijadikan objek penelitian adalah komponen-komponen yang terdapat di kamar mesin yaitu : main engine, auxilary engine, boiler, pumps, heat exchanger, purifier, dan incenerator. 2. Hasil atau Output dari tugas akhir ini adalah rancangan Planned Maintenance System (PMS) untuk komponen yang terdapat di kamar mesin berbentuk manual, dengan referensi kapal Bulk Carrier Sartika Baruna DWT. 2. TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pemeliharaan Kapal Ketentuan peraturan untuk pengoperasian kapal telah ditetapkan berdasarkan konvensi International Maritime Organization (IMO) yang tertuang pada BAB IX peraturan Safety of Life at Sea (SOLAS) yang mengatur tentang

3 sistem manajemen keselamatan. Berdasarkan ketentuan ISM Code, pemeliharaan kapal berari suatu kegiatan yang meliputi : a. Pemeriksaan Kapal secara reguler termasuk pengujian atau tes Pengujian kapal saat penerimaan Yaitu pemerikasaan apakah suatu peralatan telah memenuhi persyaratan setelah dilaksanakan pengujian Survey Yaitu pemeriksaan secara reguler dalam rangka pemeliharaan yang dilakukan oleh pihak yang berwenang yang akan menerbitkan sertifikat kapal Inspeksi Yaitu pemeriksaan yang merupakan tambahan dari survei dan dilakukan oleh pihak luar misalnya, pabrik peralatan sebagai layanan purna jual Pemeriksaan sebelum dioperasikan Yaitu pemeriksaan yang dilakukan sebelum digunakan untuk meyakinkan bahwa kapal dalam kondisi yang baik Pengujian selama pengoperasian Yaitu pemeriksaan terhadap keakuratan peralatan yang dioperasikan dan apabila ada kesalahan operasional / kinerja yang harus ditindak lanjuti dengan perbaikan, pemeriksaan ini biasa dilakukan oleh operator atau awak kapal yang mengoperasikan Pengujian setelah pengoperasian yaitu pemeriksaan dengan jadwal pemeriksaan tergantung pada tingkat pengaruhnya terhadap aspek keselamatan dan tipe peralatan b. Penggantian bagian dari peralatan yang mengalami keausan Adalah pemeliharaan dengan mengganti bagian yang mengalami keausan sesuai dengan peraturan, jenis peralatan, dan kebijakan perusahaan yang bertujuan untuk mempertahankan kehandalan kinerja operasional kapal dan peralatannya. Pemeliharaan dengan melakukan penggantian bagian yang aus ini terdiri dari dua sifat : Pemeliharaan Preventif Yaitu pemeliharaan yang dilaksanakan secara terencana (sistematis) yang bertujuan untuk menghindari / mencegah timbulnya sebab kerusakan atau memperpanjang masa pakai kapal dan peralatannya

4 Pemeliharaan induktif Yaitu pemeliharaan yang dilakukan berdasarkan adanya indikasi akan terjadinya kerusakan atau tidak berfungsinya peralatan kapal. c. Perbaikan bagian yang mengalami kerusakan Adalah pemeliharaan dengan melakukan pekerjaan perbaikan bagian yang rusak sehingga dapat berfungsi normal kembali. Jenis pemeliharaan dengan melakukan perbaikan adalah : Pemeliharaan Kuratif Yaitu pemeliharaan yang bersifat perbaikan atau reparasi yang dilaksanakan berdasarkan adanya kerusakan yang telah terjadi dan harus dilakukan tindakan perbaikan sehingga sifatnya tidak terjadwal dan insidentil Prosedur Pemeliharaan Dalam PMS sangat perlu ditentukan rencana jadwal pemeliharaan kapal sesuai dengan lingkup pemeliharaan yang akan dilaksanakan. Jadwal pemeliharaan kapal dibuat disesuaikan dengan ketentuan klasifikasi, badan pemerintah dan pabrik pembuat. a) Ketentuan Klasifilkasi 1. Survei Berkala (Periodical Survey), antara lain : Annual Survey (Survei Tahunan) Yaitu survei yang dilaksanakan setiap selang waktu 12 bulan sejak tangal dimulainya periode kelas. Waktu survey dalam kurun waktu 3 bulan dari hari terakhir bulan kalender dimana periode kelas yang sedang berjalan akan berumur 1 tahun, kecuali untuk kapal dengan akomodasi lebih dari 12 penumpang harus dilaksanakan tidak lebih lambat dari jatuh tempo. Intermediate Survey (Survei Antara) Yaitu survei yang dilaksanakan 2,5 tahun terhitung dari dimulainya periode kelas dan setiap pembaruan kelas. Renewal Survei (Survei Pembaruan Kelas) Yaitu survei untuk memperbarui kelas kapal yang dilaksanakan pada akhir periode kelas (4 atau 5 tahun) dan dapat diperpanjang maksimum selama 3 bulan atas persetujuan klasifikasi. Docking Survey (Survei Alas)

5 Yaitu survei yang dilaksanakan untuk pemeriksaan kondisilambung kapal di bawah garis air, bukaan dan perlengkapan penutup pada pelat kulit yang berhubungan dengan instalasi mesin, komponen bagian luar sistem penggerak. Dilaksanakan 2 kali selama berlakunya kelas atau dalam waktu 5 tahun. Survei pertama dilaksanakan pada annual survey kedua atau paling lambatannual survey ketiga. Selang waktunya tidak boleh lebih dari 36 bulan dan paling lambat setelah 24 bulan. 2. Survei Tidak Berkala Merupakan survei yang dilaksanakan karena ada indikasi kemungkinan adanya kerusakan atau telah terjadi kerusakan sehingga perlu segera dilakukan tindakan. Jenis-jenis survei berkala ialah : Survei Kerusakan dan Perbaikan (Damage Survey) Yaitu survei yang dilaksanakan apabila bagian dari kapal yang dikelaskan mengalami kerusakan yang dapat mempengaruhi berlakunya kelas. Survei Perombakan Yaitu survei yang dilaksanakan bila kapal mengalami perombakan lambung atau mesin kapal. Special Survey Yaitu survei yang dilaksanakan untuk pemeriksaan kondisi teknik dan merupakan bagian dari quality control. b) Ketentuan Badan Pemerintah Penentuan jadwal dilaksanakan oleh instruktur pemerintah (syahbandar), dimana kapal didaftarkan atau badan lain yang diberi wewenangnuntuk melaksanakan survei atas nama negara bendera dalam rangka penerbitan sertifikat statutory, antara lain : 1. Survei Keselamatan Konstruksi 2. Survei Keselamatan Peralatan 3. Survei Keselamatan Radio c) Ketentuan Pabrik Pembuat Jadwal pemeliharaan berdasarkan petunjuk pabrik ditentukan berdasarkan hari kalender, jam kerja operasional, kinerja operasi dengan empertimbangkan kebijakan perusahaan, mengingat usia kapal dan kemampuan perusahaan.

6 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Perumusan Masalah dan Studi Literatur Dalam penelitian kali ini, metode yang digunakan adalah studi literatur dan pembuatan / perancangan Planned Maintenance System, yaitu suatu sistem pemeliharaan pada bagian-bagian yang terdapat di kapal. Dalam kasus ini bagian-bagian tersebut mencakup item yang terdapat di dalam kamar mesin, yaitu : main engine, auxiliary engine, boiler, pumps, purifier, heat exchanger, dan incenerator. Studi literatur yang dilakukan, mencakup pemahaman tentang pemeliharaan yang digunakan untuk kapal, dan juga fungsi serta perawatan untuk komponen-komponen yang dijadikan objek penelitian Pengumpulan data Dalam pembuatan Planned Maintenance System ini, terdapat cukup banyak data yang diambil mengenai perawatan dan running hours dari itemitem tersebut. berikut data kapal dan salah satu contoh sebagian data yang memuat keterangan untuk main engine : Tabel 1. Data Kapal Nama kapal Jenis kapal Loa Lbp Breadth Depth Design draft Scant draft DWT Rute Speed Sartika Baruna Bulk Carrier 141,40 m 133,00 m 24,00 m 12,30 m 6,10 m 7,001 m ton Suralaya Tarahan (6-10 jam) 10 knot Tabel 2. Data Main Engine item name cylinder head cylinder head work Pemeriksaan kepala silinder sesuai dengan prosedur pada buku manual Pemeriksaan baut-baut kepala silinder running hours hours monthly year month

7 cylinder liner cylinder liner Pemeriksaan kondisi permukaan dalam silinder, dan pengukuran bore size dengan menggunakan cylinder bore gauge Overhaul year year 3.3. Pengolahan data Berdasarkan hasil pengambilan data terkait pembuatan skema rancangan planned maintenance system, maka penulis mulai melakukan pengolahan data lebih lanjut. Hasil pengolahan data itu berupa tabel-tabel dalam microsoft excel yang merupakan komponen utama dari planned maintenance system tersebut dan dapat menjadi acuan dalam pemeliharaan kapal ataupun dapat menjadi referensi untuk pembuatan sistem pemeliharaan bagi kapal-kapal perintis. Tabel-tabel yang dimaksud adalah sebagai berikut : 1. Tabel maintenance 2. Tabel periodical maintenance schedule 3. Tabel job history 4. Tabel form 4. HASIL DAN PROSEDUR PMS 4.1. Tabel PMS Pengolahan data yang telah didapat sebelumnya, menghasilkan sebuah rancangan Planned maintenance System berupa tabel-tabel yang berisi informasi tentang apa, bagaimana dan kapan pemeliharaan pada komponen-komponen kapal harus dilakukan, khususnya komponen yang terdapat di kamar mesin. Dalam kasus ini komponen yang dimaksud adalah, main engine, auxilary engine, pompa-pompa, boiler, purifier, heat exchanger dan incenerator Tabel Maintenance Tabel maintenance ini merupakan hasil utama dari rancangan Planned maintenance system yang telah di buat.tabel ini berisi informasi tentang item-item dan komponen-komponen yang harus dilakukan pemeliharaan secara rutin dan terencana. Tabel ini terdiri dari

8 3 kelompok utama yaitu,kelompok main engine, auxilary engine, dan pumps,boiler, and another part. Selain itu dalam tabel ini terdapat informasi berupa kolom-kolom mengenai perawatan yang harus dilakukan, running hours, dan tanggal jatuh tempo perawatan tersebut. Berikut penjelasan mengenai masingmasing kolom pada tabel. Gambar 1 tabel maintenance 1. Code Pada kolom di tabel maintenance, terdapat kolom code di bagian pertama. Kolom ini memiliki fungsi untuk mengelompokan bagian-bagian dari pekerjaan pemeliharaan masing-masing elemen di kapal tersebut dan agar mudah untuk digunakan pada tabel selanjutnya. Pada tabel maintenance, komponen-komponen pemeliharaan dibagi menjadi 3 kelompok besar, yaitu kelompok Main Engine, Auxilary Engine dan kelompok Pumps,boiler,etc. Masing- masing kelompok ini memiliki kode yang berbeda-beda tergantung jenis komponen dan pekerjaannya. Dalam setiap kode selalu diawali 2 huruf yang merupakan penjelasan untuk kelompok utama dari komponen tersebut. Tabel 3 kode huruf utama kode Nama kelompok / elemen ME Main Engine AE Auxilary Engine PU Pumps PR Purifier BO Boiler

9 HE IN Heat Exchanger Incenerator Berikut penjelasan masing-masing kode pada 3 kelompok besar tersebut : a. Main Engine Code Format kode untuk main engine dibuat sesuai keterangan nomor main engine dan pekerjaan pemeliharaannya. Sebagai contoh : ME.01.B2.1 ME merupakan kode untuk grup utama dari pekerjaan pemeliharaan yang akan dilakukan. Dalam kode ini ME berarti grup utama pekerjaan tersebut adalah Main Engine. 01 merupakan kode untuk menjelaskan nomor main engine dalam kapal tersebut, sekaligus penjelasan jumlah main engine yang terdapat dalam kapal. B2 merupakan kode untuk menjelaskan bagian-bagian utama dalam main engine yang telah dikelompokan. Dimana kode huruf sebagai bagian utama main engine dan diikuti kode angka sebagai informasi letak bagian tersebut pada silinder tertentu, untuk kode diatas pekerjaan tersebut untuk silinder nomor 2. Berikut pengelompokan tersebut : Tabel 4 kode huruf main engine & auxilary engine kode item A Turbocharger B Starting air system C Piston & rods, pins & bushes D Main Bearing & Journal E Lubricating oil system F Intake & exhaust valve G Indicator cooks H Governor I Fuel injection J Cylinder head & cylinder liner K Crank shaft & bed plate

10 L M Cooling system Cam shaft 1 merupakan kode untuk menjelaskan jenis pekerjaan pemeliharaan yang harus dilakukan. Masing-masing komponen memiliki jenis pekerjaan yang berbeda-beda b. Pumps, Boiler, Etc Code Format kode untuk pompa, boiler heat exchanger, purifier dan incenerator disesuaikan dengan masing-masing grup dan jenis pekerjaannya. Sebagai contoh : BO.1, yaitu pemeliharaan boiler dengan jenis pekerjaan no 1 2. Main group Kolom ini berisi informasi mengenai kelompok utama dalam pekerjaan pemeliharaan, seperti main engine, auxilary engine, boiler, pumps dan sebagainya 3. Item name Kolom ini berisi penjelasan tentang item atau elemen yang akan dilakukan pekerjaan pemeliharaan. Sebagai contoh pada tabel maintenance main engine kolom ini berisi nama item pada main engine seperti, piston, cylinder dan sebagainya 4. Component name Kolom ini berisi penjelasan lebih detail mengenai bagian dari masing-masing item yang akan dilakukan pekerjaan pemeliharaan. Sebagai contoh, ring piston yang merupakan komponen dari item piston. 5. Job type & job description Kolom ini berisi tentang penjelasan pekerjaan pemeliharaan yang dilakukan secara umum dan juga secara detail. Selain itu terdapat acuan terkait manual book masing-masing item. 6. Frequency Kolom ini berisi informasi mengenai running hours masingmasing komponen 7. Start date & due date Kolom ini berisi informasi kapan pekerjaan pemeliharaan dimulai dan kapan jatuh tempo pekerjaan tersebut

11 Tabel Periodical Maintenance Schedule Pada tabel ini dijelaskan lebih detail mengenai waktu pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan selama 5 tahun sejak kapal pertama beroperasi sampai docking. Konten dari tabel ini antara lain, pekerjaan pemeliharaan yang harus dilakukan berupa kode pekerjaan di tabel maintenance, running hours masing-masing komponen pada pekerjaan tersebut, serta plotting waktu secara detail berupa tanggal bulan dan tahun. Berikut penjelasan mengenai masing-masing kolom: Gambar 5. tabel periodical maintenance schedule 1. Year Pada kolom ini terdapat informasi mengenai tahun untuk pekerjaan pemeliharaan yang akan dilakukan, sehingga akan lebih mudah mengetahui jenis pekerjaan yang akan dilakukan tiap tahun 2. Month Pada kolom ini terdapat informasi mengenai bulan untuk pekerjaan pemeliharaan yang akan dilakukan, sehingga akan lebih mudah mengetahui jenis pekerjaan yang akan dilakukan tiap tahun 3. Work Pada kolom ini terdapat informasi mengenai pekerjaan pemeliharaan yang harus dilakukan di tahun dan bulan tertentu secara spesifik. Pekerjaan pemeliharaan yang tercantum berupa kode yang dapat di sesuaikan dengan tabel maintenance untuk mengetahui detail pekerjaan pemeliharaan yang harus dilakukan.

12 4. Frequency Pada kolom ini terdapat informasi mengenai running hours untuk setiap pekerjaan pemeliharaan yang akan dilakukan. Frequency dalam tabel ini tersedia dalam 2 bentuk, yaitu dalam bentuk running hours dan dalam bentuk yang telah dikonversi menjadi harian, bulanan atau tahunan. Konversi ini di dapatkan berdasarkan perkiraan waktu tempuh kapal per hari. 5. Date Pada kolom ini terdapat informasi mengenai tanggal untuk pekerjaan pemeliharaan yang akan dilakukan secara detail, sehingga dapat dengan mudah mengetahui secara spesifik pekerjaan pemeliharaan apa saja yang harus dilakukan pada tanggal-tanggal tertentu Tabel Job History Pada tabel ini dijelaskan mengenai riwayat pekerjaan pemeliharaan yang telah dan belum dilakukan (lampiran 5). Format pada tabel job history serupa dengan tabel periodical maintenance schedule, hanya saja terdapat perbedaan berupa kolom tambahan berupa kolom catatan dan paraf. Berikut penjelasan mengenai perbedaan kolom tersebut : Gambar 6. Tabel Job History 1. Date Pada kolom ini perbedaan hanya terdapat pada pekerjaan pemeliharaan yang telah jatuh tempo, yaitu berupa check list untuk

13 pekerjaan yang telah dilakukan dan penandaan untuk pekerjaan yang tidak dilakukan atau pekerjaan yang mengalami penundaan pada saat jatuh tempo tersebut. Adapun pekerjaan yang tidak dilakukan harus tetap dilakukan di waktu lain sebelum jatuh tempo selanjutnya dengan pemberian tanda yang berbeda pada kolom tanggal pekerjaan pemeliharaan tersebut dilakukan. 2. Notes Pada kolom ini disediakan ruang untuk memberikan catatan kecil mengenai pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan suatu item dalam 1 bulan apabila diperlukan. Catatan ini juga berfungsi untuk memberikan ringkasan keterangan terkait penundaan pekerjaan, pekerjaan yang tidak di lakukan atau permasalahan yang terjadi selama proses pekerjaan pemeliharaan di bulan tersebut. 3. Sign Kolom ini memiliki fungsi untuk memberikan bukti keabsahan pekerjaan pemeliharaan masing-masing item di bulan tersebut telah dilakukan sesuai dengan prosedur dan jadwal yang telah ditentukan. Kolom ini diisi dengan paraf oleh orang yang paling bertanggung jawab dalam hal perawatan pada peralatan dan permesinan di kapal, dalam kasus ini salah satunya adalah chief engineer Form Dalam penerapan rancangan PMS ini diperlukan beberapa form yang digunakan untuk menunjang kesuksesan sistem pemeliharaan yang akan dilaksanakan. Selain itu form-form tersebut juga berfungsi sebagai laporan dan arsip dari pekerjaan pemeliharaan. Berikut formform yang terdapat dalam rancangan PMS ini : 1. Form laporan harian Form ini berisi laporan harian mengenai pekerjaan yang telah dilakukan beserta kode pekerjaan tersebut, serta pekerjaan yang tidak dilakukan atau ditunda beserta kode pekerjaannya. Dalam form ini juga terdapat kolom catatan untuk memberikan keterangan mengenai pekerjaan pemeliharaan yang dilakukan di tanggal tersebut. form ini diisi oleh operator yang melakukan pekerjaan pemeliharaan saat itu

14 2. Form laporan bulanan Form ini berisi informasi pekerjaan pemeliharaan yang telah dan belum dilaksanakan di bulan tersebut berupa kolom-kolom. Kolom tersebut berisi jenis pekerjaan pemeliharaan, kode pekerjaan, tanggal pekerjaan, orang yang melakukan pekerjaan, dan catatan mengenai pekerjaan tersebut. form ini diisi oleh chief engineer. 3. Form pemesanan spare part Form ini digunakan ketika persedian spare part di kapal berkurang atau tidak sesuai dengan yang disyaratkan. Form ini terdiri dari kolomkolom yang berisi informasi jenis spare part yang dibutuhkan, banyaknya, ketersediaan dikapal, dan urgentcy dari kebutuhan spare part tersebut Prosedur prosedur PMS Prosedur Penerapan dan Penggunaan PMS Pada prosedur penerapan dan pengunaan PMS terdapat bebrapa tahapan yang harus dilakukan untuk mencapai sistem pemeliharaan yang efektif dan efisien. Berikut tahapan-tahapannya 1. Training PMS Training PMS dilakukan untuk memberi pemahaman mengenai cara kerja, alur dan cara menggunakan sistem ini kepada pihak-pihak yang berkaitan dengan penerapan PMS. hal ini dilakukan agar dalam pelaksanaanya tidak mengalami kesulitan 2. Sistematika PMS Agar penerapan PMS dapat berjalan dengan baik, perlu di buat skema sistematika dalam penggunaanya. Berikut skema sistematika penggunaan PMS tersebut :

15 pengecekan jadwal pekerjaan pada tabel periodical maintenance schedule Pengisian laporan pemeliharaan harian pengisian laporan bulanan Pengecekan jenis pekerjaan pada tabel maintenance pengecekan ketersedian spare part pengisian tabel job history lakukan pekerjaan pemeliharaan penggantian spare part (jika diperlukan) Gambar 7. skema sistematika PMS 3. Evaluasi berkala Dalam penerapan PMS, untuk mendapatkan hasil yang maksimal perlu dilakukan evaluasi secara berkala agar dapat mengetahui hasil pekerjaan pemeliharaan yang telah dilakukan, kekurangan dan masalah yang terjadi selama pekerjaan pemeliharaan berlangsung. Hal ini diperlukan agar pada pekerjaan pemeliharaan selanjutnya masalah yang terjadi dapat diminimalisir, dan agar dapat berkembangnya sistem pemeliharaan yang digunakan Prosedur Pengantian Spare Parts dan Overhaul Penggantian spare part pada kapal harus mengikuti aturan yang ada, agar tidak terjadi kesalahpahaman antara pihak galangan dan klasifikasi yang dapat mengakibatkan tidak boleh beroperasinya kapal dan sebagainya. Berikut poin-poin mengenai prosedur penggantian spare part : Komponen pada kamar mesin yang dirasa tidak laik dan tidak sesuai dengan batasan aturan yang diperbolehkan, perlu dilakukan penggantian atau overhaul meskipun belum sampai pada waktu jatuh temponya Penggantian spare part atau overhaul yang tidak sesuai dengan waktu jatuh temponya, atau bukan pada saat docking atau annual survey perlu diinspeksi ulang dan disaksikan oleh pihak klasifikasi untuk mendapatkan persetujuan dan sertifikat terkait hal tersebut

16 Chief engineer bertanggungjawab dalam memastikan ketersediaan spare part yang ada dalam kapal Penggantian spare part atau overhaul untuk komponen yang tidak sesuai dengan waktu jatuh temponya harus diberikan catatan khusus pada laporan harian dan bulanan Prosedur Pemesanan Spare parts Ketersediaan spare parts di kapal menjadi suatu hal yang sangat penting, mengingat kapal dapat mengalami kerusakan kapan pun. Oleh karena itu ketersediaan spare part harus selalu dicek dan dipastikan masih sesuai dengan aturan yang ada. Apabila harus melakukan pembaharuan, maka terdapat prosedur yang harus diikuti. Proseduprosedur tersebut adalah sebagai berikut : Chief engineer bertanggung jawab atas ketersediaan spare parts dalam kapal Penggunaan spare part yang tersedia dalam spare parts storage, dalam rangka penggantian spare parts untuk komponen suatu mesin, harus dengan sepengetahuan chief engineer. Ketersedian spare parts dikapal harus selalu dicek secara rutin dan berkala Chief engineer bertanggung jawab untuk selalu melakukan kordinasi dengan pihak superintendent mengenai kebutuhan spare part Apabila pada ketersediaan spare parts terdapat item yang jumlahnya tidak memnuhi aturan, maka harus melakukan pemesanan spare part dengan mengisi form yang telah ada 5. ANALISA DAN KESIMPULAN 5.1. Analisa Analisa Data Pada analisa data terkait rancangan PMS ini, terdapat beberapa kekurangan yang ditemukan. Salah satu kekurangannya yaitu terdapat beberapa komponen dalam kamar mesin yang tidak di ikutsertakan dalam rancangan PMS yang telah di buat seperti refrigerant system dan sebagainya. Hal ini dikarenakan minimnya data referensi yang didapatkan mengenai pemeliharaan elemen-elemen lain di kamar mesin

17 serta terbatasnya waktu pembuatan rancangan PMS ini. Selain itu pada kapal yang digunakan sebagai referensi pembuatan PMS ini hanya terdapat elemen-elemen yang umumnya ada pada kamar mesin, sehingga apabila terdapat kapal lain dengan jumlah dan jenis elemenelemen pada kamar mesin yang lebih banyak maka perlu dilakukan pengembangan lebih lanjut terkait rancangan PMS ini. Kekurangan lain yang telah di analisa dari rancangan PMS ini adalah kurang presisinya running hours dalam bentuk harian, mingguan, bulanan, ataupun tahunan. Hal ini terkait kepada tanggal jatuh tempo tiap item yang nantinya akan mengalami beberapa ketidaksesuaian di lapangan. Kekurangan ini diakibatkan oleh tidak diperhitungkannya waktu antrian kapal untuk dapat bersandar dan melakukan bongkar muat. Karena diasumsikan tidak ada gangguan eksternal selama pengoperasian kapal Analisa Tabel Pada analisa tabel terkait rancangan PMS yang telah dibuat ini, penulis menemukan beberapa kekurangan, diantaranya belum adanya tabel untuk memberikan informasi mengenai ketersediaan dan kebutuhan cadangan spare part di kapal. Hal ini dikarenakan masih minimnya data terkait hal tersebut yang dapat dijadikan referensi pembuatan PMS ini. Selain itu terdapat kekurangan lain yaitu belum terdapatnya kolom-kolom pelengkap di masing-masing tabel. Seperti pada tabel maintenance, kekurangan yang ditemukan adalah belum terdapatnya kolom work instruction yang menjelaskan lebih rinci mengenai instruksi kerja tiap-tiap item secara spesifik, alat yang digunakan dan sistematika pekerjaan tersebut. Hal ini dikarenakan waktu yang terbatas dalam pembuatan PMS ini dan juga referensi yang di dapat belum maksimal. Namun dalam rancangan PMS ini hal tersebut di antisipasi dengan memberikan petunjuk dan saran untuk melihat pada masing-masing manual book tiap komponen untuk mendapat informasi lebih rinci mengenai hal tersebut Analisa Keseluruhan

18 Secara keseluruhan rancangan PMS ini sudah dapat diterapkan pada suatu kapal, dan dapat menjadi acuan untuk pembuatan PMS lain terutama untuk kapal perintis, seperti tujuan dari pembuatan skripsi ini sendiri. Namun terkait dengan pengembangan PMS ini agar bisa mendapatkan hasil yang lebih optimal, penulis berharap agar ada kelanjutan dalam pengembangan PMS ini dengan mengacu pada analisa yang sebelumnya telah dibuat mengenai data dan tabel. Selain dari analisa tersebut penulis juga menganalisa secara umum kekurangan yang dapat dilengkapi agar pelaksanaan PMS ini berjalan lebih maksimal. Analisa secara umum mengenai kekurangan PMS ini adalah belum terciptanya rancangan PMS dalam bentuk komputerisasi, dan terhubung secara online agar berbagai pihak yang berkaitan dengan perawatan pada kapal dapat mengakses, mengawasi, dan mengevaluasi berjalannya pekerjaan pemeliharaan yang terdapat dalam PMS ini. Hal ini diperlukan mengingat kekurangan sistem yang dibuat dalam bentuk manual adalah sulitnya mengakses data yang berhubungan dengan perawatan kapal, mengingat banyaknya data yang terdapat dalam sistem ini. Selain itu sistem yang hanya dibuat dalam bentuk manual tidak lebih praktis dibanding sistem secara komputerisasi. Kekurangan ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman penulis mengenai pembuatan sistem secara komputerisasi dan juga minimnya waktu yang digunakan untuk membuat rancangan PMS ini. Penulis berharap di waktu berikutnya kekurangan ini dapat dilengkapi dan dikembangkan lebih lanjut. Sejauh ini penulis baru menemukan kekurangan-kekurangan keseluruhan secarra umum seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Tidak menutup kemungkinan masih banyak kekurangan lain yang dapat ditemukan dalam rancangan PMS ini. Oleh karena itu penulis berharap apabila rancangan PMS yang telah di buat ingin dikembangkan lebih lanjut, agar di lengkapi kekurangan yang telah di analisa dan di analisa kembali apabila masih terdapat kekurangan tersebut Kesimpulan

19 Dari permasalahan yang terjadi mengenai kerusakan-kerusakan yang terjadi di kapal yang dapat mengakibatkan tidak beroperasinya kapal, menurunnya produktifitas suatu kapal, dan bahkan lebih parah dapat menyebabkan kecelakaan yang dapat merenggut korban jiwa, Maka penulis membuat beberapa kesimpulan mengenai hal tersebut dan berkaitan dengan tujuan dibuatnya tugas akhir ini. Pertama, perawatan semua bagian dalam kapal mulai dari permesinan, konstruksi sampai perlengkapan dan peralatan keselamatan merupakan hal yang mutlak untuk dilakukan. Hal ini perlu dilakukan karena telah diatur dalam International Safety Management Code (ISM Code), dan juga agar dalam pengoperasiannya dapat meminimalisir masalah yang terjadi, dan memperpanjang usia pakai dan produktifitas kapal. Kedua, pembuatan suatu sistem pemeliharaan yang baik, terencana, dan mudah dalam penerapan, akan meningkatkan efektifitas dari sistem tersebut sehingga pemeliharaan yang dilakukan akan memberikan hasil yang maksimal. Ketiga, sistem pemeliharaan yang baik perlu didukung dengan ketersediaan prosedur-prosedur sistem tersebut, agar mudah dalam pengaplikasiannya, selain itu juga perlu didukung oleh kedisiplinan SDM yang berperan langsung dalam menerapkan sistem tersebut, karena tidak akan berhasil suatu sistem apabila tidak dijalankan sesuai dengan prosedur dan aturan yang telah dibuat. 6. DAFTAR PUSTAKA Calder, Nigel. (2007). Marine engine diesel : maintenance, troubleshooting and repair (3rd ed.). Blacklick, OH : McGraw-hill. George, M.c. (1995). Marine auxiliary machinery (7th ed.). Oxford : Butterworth- Heinemann Taylor, D.A. (1996). Introduction to Marine engineering (6th ed). Oxford : Elsevier Butterworth-Heinemann Daihatsu standard manual for PL-24. Japan : Daihatsu Aditya, hanum. (2013, May 9). Personal interview Pesi. (2013 June 4). Personal interview

Plan Maintenance System untuk Safety Equipment di Kapal

Plan Maintenance System untuk Safety Equipment di Kapal Plan Maintenance System untuk Safety Equipment di Kapal Tika Pratama Ariesta 0906637885 1), Mukti Wibowo 2) 1) Mahasiswa S-1, Teknik Perkapalan Dept.Teknik Mesin. Universitas Indonesia 2) Dosen Departemen

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM PEMELIHARAAN BERKALA UNTUK PERALATAN SELF UNLOADING PADA KAPAL PENGANGKUT BATU BARA

PERENCANAAN SISTEM PEMELIHARAAN BERKALA UNTUK PERALATAN SELF UNLOADING PADA KAPAL PENGANGKUT BATU BARA PERENCANAAN SISTEM PEMELIHARAAN BERKALA UNTUK PERALATAN SELF UNLOADING PADA KAPAL PENGANGKUT BATU BARA Garry Fajri Garcia 1006682006 1), Ir. Mukti Wibowo 2) 1) Mahasiswa S-1, Teknik Perkapalan Dept.Teknik

Lebih terperinci

BAB II JAWABAN-JAWABAN TUGAS MANDIRI TPK V & IV

BAB II JAWABAN-JAWABAN TUGAS MANDIRI TPK V & IV BAB II JAWABAN-JAWABAN TUGAS MANDIRI TPK V & IV Jawaban jawaban dibawah ini tidak mutlak, tidak seperti matematika atau ilmu pasti, semua jawaban dapat berkembang dan dapat diperinci lagi per bagian-bagian

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara kepulauan (Archipelagic State) memiliki lebih kurang 17.500 pulau, dengan total panjang garis pantai mencapai 95.181 km

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.879, 2012 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Manajemen Keselamatan kapal. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 45 TAHUN 2012 TENTANG MANAJEMEN KESELAMATAN

Lebih terperinci

2.3.1.PERBAIKAN BAGIAN ATAS MESIN. (TOP OVERHAUL)

2.3.1.PERBAIKAN BAGIAN ATAS MESIN. (TOP OVERHAUL) BAB VII 2.3.1.PERBAIKAN BAGIAN ATAS MESIN. (TOP OVERHAUL) Perbaikan bagian atas adalah yang meliputi bagian. atas dari motor Diesel, yaitu seluruh bagian pada kepala silinder (Cylinder head) atau seluruh

Lebih terperinci

STATUS REKOMENDASI KESELAMATAN SUB KOMITE INVESTIGASI KECELAKAAN PELAYARAN KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI. Penerima Receiver.

STATUS REKOMENDASI KESELAMATAN SUB KOMITE INVESTIGASI KECELAKAAN PELAYARAN KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI. Penerima Receiver. STATUS REKOMENDASI KESELAMATAN SUB KOMITE INVESTIGASI KECELAKAAN PELAYARAN KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI Investigasi Investigation Tanggal Kejadian Date of Occurrence Sumber Source Tanggal Dikeluarkan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian Perawatan (Maintenance) Perawatan di suatu industri merupakan salah satu faktor yang penting dalam mendukung suatu proses produksi yang mempunyai daya saing di pasaran.

Lebih terperinci

Perancangan Aplikasi Komputer Berbasis Android untuk Estimasi Biaya Reparasi Kapal Interaktif

Perancangan Aplikasi Komputer Berbasis Android untuk Estimasi Biaya Reparasi Kapal Interaktif G47 Perancangan Aplikasi Komputer Berbasis Android untuk Estimasi Biaya Reparasi Kapal Interaktif Dave Hansel dan Triwilaswandio Wuruk Pribadi Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan dunia yang menuntut kemajuan IPTEK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan dunia yang menuntut kemajuan IPTEK BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan dunia yang menuntut kemajuan IPTEK disegala kebutuhannya, IPTEK berkembang dengan pesat hampir di seluruh negara. Dari negara maju sampai

Lebih terperinci

Hull Inspection Module

Hull Inspection Module ABSTRAK D alam sebuah Industri Galangan Kapal, mutlak di perlukan adanya sebuah Pemeliharaan dan pemeriksaan yang kontinyu pada lambung kapal. Hal ini di maksudkan untuk peningkatan performa dari kapal

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 41 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN Start Alat berat masuk ke Workshop Pengecekan sistem hidrolik secara keseluruhan komponen Maintenance Service kerusakan Ganti oli Ganti filter oli Ganti hose hidrolik

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 MOTOR DIESEL Motor diesel adalah motor pembakaran dalam (internal combustion engine) yang beroperasi dengan menggunakan minyak gas atau minyak berat sebagai bahan bakar dengan

Lebih terperinci

2017, No diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepela

2017, No diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepela No.140, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHUB. Angkutan Barang di Laut. Komponen Penghasilan. Biaya Yang Diperhitungkan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 3 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai negara yang terdiri dari ribuan pulau dan memiliki wilayah laut yang sangat luas maka salah satu moda transportasi yang sangat diperlukan adalah angkutan

Lebih terperinci

PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN PERFORMA MESIN KOMATSU SA12V140-1 SETELAH PROSES REMANUFACTURING

PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN PERFORMA MESIN KOMATSU SA12V140-1 SETELAH PROSES REMANUFACTURING 6 PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN PERFORMA MESIN KOMATSU SA12V140-1 SETELAH PROSES REMANUFACTURING Hendro Purwono 1* dan Thomas Djunaedi 2 1 Jurusan D3 Perawatan Alat Berat, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah performance mesin yang digunakan (Wahjudi et al., 2009). Salah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah performance mesin yang digunakan (Wahjudi et al., 2009). Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses operasional kapal laut yang berlangsung dalam suatu industri pelayaran semuanya menggunakan mesin dan peralatan. Menurut Siringoringo dan Sudiyantoro (2004)

Lebih terperinci

2017, No Republik Indonesia Nomor 5070) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peratur

2017, No Republik Indonesia Nomor 5070) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peratur No.101, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHUB. Angkutan Laut Perintis. Komponen Penghasilan. Biaya Yang Diperhitungkan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 2 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

Technical Information

Technical Information Technical Information No. : 079 2016 19 Desember 2016 Kepada : Semua Pihak yang Berkepentingan Perihal : Instrumen Wajib IMO yang mulai berlaku pada Ringkasan Informasi Teknik ini berisi informasi mengenai

Lebih terperinci

Trainer Agri Group Tier-2

Trainer Agri Group Tier-2 No HP : 082183802878 PERAWATAN / MAINTENANCE kegiatan untuk memelihara atau menjaga fasilitas atau peralatan mesin kegiatan pemeliharaan, perbaikan penyesuaian, maupun penggantian sebagian peralatan yang

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L No.394, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Terminal Khusus. Terminal untuk Kepentingan Sendiri. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 20 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi yang pesat memaksa sebuah perusahaan untuk mengikuti perkembangan teknologi informasi saat ini. Berkembang pesatnya sebuah teknologi

Lebih terperinci

No. : Juni 2016

No. : Juni 2016 Informasi Teknik No. : 062-2016 27 Juni 2016 Kepada Perihal : Semua pengguna jasa BKI : Update Regulasi IMO Ringkasan Tujuan dari Informasi Teknik ini adalah untuk menginformasikan kepada pelanggan BKI

Lebih terperinci

Evaluasi Kesesuaian Life-Saving Appliances (LSA) dan Pembuatan Simulasi Sistem Evakuasi Pada Kapal Perintis 1200 GT Menggunakan Software Pathfinder

Evaluasi Kesesuaian Life-Saving Appliances (LSA) dan Pembuatan Simulasi Sistem Evakuasi Pada Kapal Perintis 1200 GT Menggunakan Software Pathfinder Evaluasi Kesesuaian Life-Saving Appliances (LSA) dan Pembuatan Simulasi Sistem Evakuasi Pada Kapal Perintis 1200 GT Menggunakan Software Pathfinder Widia Yuliati Puspaningrum 1*, Rona Riantini 2, M. Khoirul

Lebih terperinci

Informasi Teknik. No. : Juni Perihal : Penerapan IMO Mandatory Instrument yang akan diberlakukan 01 Juli 2016

Informasi Teknik. No. : Juni Perihal : Penerapan IMO Mandatory Instrument yang akan diberlakukan 01 Juli 2016 Informasi Teknik No. : 061-2016 17 Juni 2016 Kepada : Semua pengguna jasa BKI Perihal : Penerapan IMO Mandatory Instrument yang akan diberlakukan 0 Ringkasan Tujuan dari Informasi Teknik ini adalah untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dunia yang semakin berhubungan, juga saling terkait satu sama lain dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dunia yang semakin berhubungan, juga saling terkait satu sama lain dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi seperti saat ini, terutama dapat dilihat melalui kondisi masyarakat dunia yang semakin berhubungan, juga saling terkait satu sama lain dalam berbagai

Lebih terperinci

Perancangan Fire Control and Safety Plan pada Kapal Konversi LCT menjadi Kapal Small Tanker

Perancangan Fire Control and Safety Plan pada Kapal Konversi LCT menjadi Kapal Small Tanker Perancangan Fire Control and Safety Plan pada Kapal Konversi LCT menjadi Kapal Small Tanker Tri Octa Kharisma Firdausi 1*, Arief Subekti 2, dan Rona Riantini 3 1 Program Studi Teknik Keselamatan dan Kesehatan

Lebih terperinci

AKTIFITAS UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI KEGIATAN PERAWATAN

AKTIFITAS UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI KEGIATAN PERAWATAN AKTIFITAS UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI KEGIATAN PERAWATAN Menekan Input 1.03-Planning & Budgeting-R0 1/18 MAINTENANCE PLANNING Maintenance Plan diperlukan untuk melakukan penyesuaian dengan Production

Lebih terperinci

PREVENTIVE MAINTENANCE

PREVENTIVE MAINTENANCE PREVENTIVE MAINTENANCE ABSTRAK Gangguan yang terjadi selama proses produksi atau aktivitas rutin lain akibat dari terjadinya kerusakan pada mesin atau fasilitas kerja lainnya, harus dicegah sedini mungkin.

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Nega

2017, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Nega No.671, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Pelayanan Publik Kapal Perintis Milik Negara. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 35 TAHUN 2017

Lebih terperinci

Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya ,3 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya

Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya ,3 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya Analisis Harga Pokok Produksi Kapal 30 GT Pole and Line Menggunakan Metode Job Order Costing (Studi Kasus Pada Perusahaan Produksi dan Perawatan Kapal) Kartika A. N. 1, Rina Sandora 2, R.A. Norromadani

Lebih terperinci

PROCEDURE No. Dok : PR-MEK-01 Revisi : 01 Tanggal : 28/08/15 Halaman : 1 dari 7 MEKANIK. Departement Name Signature. Manager PT.

PROCEDURE No. Dok : PR-MEK-01 Revisi : 01 Tanggal : 28/08/15 Halaman : 1 dari 7 MEKANIK. Departement Name Signature. Manager PT. Halaman : 1 dari 7 Departement Name Signature Prepared by Staff Checked by Foreman/ Supervisor Reviewed by Superintendent/ Manager Approved by MR / Director Halaman : 2 dari 7 LEMBAR PERUBAHAN NO TANGGAL

Lebih terperinci

PEDOMAN KERJA PRAKTEK JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN

PEDOMAN KERJA PRAKTEK JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN PEDOMAN KERJA PRAKTEK JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN MARINE ENGINEERING Daftar Isi 1. TUJUAN... 1 2. RUANG LINGKUP... 1 2.1. Umum... 1 2.2. Tujuan Kerja Praktek... 1 2.3. Waktu Pelaksanaan... 1 2.4.

Lebih terperinci

BAB 4 AUDIT SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN PADA PT. MAKARIZO INDONESIA. tidak akurat dan tidak lengkap merupakan kegiatan audit yang penting dalam

BAB 4 AUDIT SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN PADA PT. MAKARIZO INDONESIA. tidak akurat dan tidak lengkap merupakan kegiatan audit yang penting dalam BAB 4 AUDIT SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN PADA PT. MAKARIZO INDONESIA Pengendalian terhadap sistem informasi serta data-data yang tidak tersedia, tidak akurat dan tidak lengkap merupakan kegiatan audit yang

Lebih terperinci

DESAIN AKSES OPTIMUM DAN SISTEM EVAKUASI SAAT KONDISI DARURAT PADA KM. SINAR BINTAN. Disusun Oleh: Nuke Maya Ardiana

DESAIN AKSES OPTIMUM DAN SISTEM EVAKUASI SAAT KONDISI DARURAT PADA KM. SINAR BINTAN. Disusun Oleh: Nuke Maya Ardiana DESAIN AKSES OPTIMUM DAN SISTEM EVAKUASI SAAT KONDISI DARURAT PADA KM. SINAR BINTAN Disusun Oleh: Nuke Maya Ardiana 6508040502 ABSTRAK Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak diinginkan dan bisa terjadi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut dapat berfungsi dengan baik dalam kondisi siap pakai.

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut dapat berfungsi dengan baik dalam kondisi siap pakai. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemeliharaan Menurut Sudrajat (2011), Pemeliharaan atau yang lebih di kenal dengan kata maintenace dapat didefinisikan sebagai suatu aktivitas yang di perlukan untuk menjaga atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sertifikat Keselamatan Kapal diberikan dan persyaratan ISM Code (Standar

BAB I PENDAHULUAN. Sertifikat Keselamatan Kapal diberikan dan persyaratan ISM Code (Standar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT Rukina Sukses Abadi adalah perusahaan yang bekerja dibidang pengerukan laut dan reklamasi. Pengerukan merupakan salah satu kegiatan yang berpengaruh cukup

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN NOMOR : PK.16/BPSDMP-2017 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN NOMOR : PK.16/BPSDMP-2017 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN NOMOR : PK.16/BPSDMP-2017 TENTANG PEDOMAN STANDARISASI PENYELENGGARAAN SIMULATOR UNTUK PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPELAUTAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

2016, No Keputusan Presiden Nomor 65 Tahun 1980 tentang Pengesahan International Convention For The Safety of Life at Sea, 1974; 6. Peratur

2016, No Keputusan Presiden Nomor 65 Tahun 1980 tentang Pengesahan International Convention For The Safety of Life at Sea, 1974; 6. Peratur BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1428, 2016 KEMENHUB. Kendaraan diatas Kapal. Pengangkutan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 115 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGANGKUTAN

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Pada metodologi pemecahan masalah mempunyai peranan penting untuk dapat membantu menyelesaikan masalah dengan mudah, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kapal sebagai sebuah wahana teknis terdiri dari beberapa sistem permesinan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kapal sebagai sebuah wahana teknis terdiri dari beberapa sistem permesinan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kapal sebagai sebuah wahana teknis terdiri dari beberapa sistem permesinan yang bekerja sesuai fungsinya masing-masing. Pada setiap sistem dibangun oleh berbagai komponen

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH Analisis Perhitungan Overall Equipmenteffectiveness (OEE).

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH Analisis Perhitungan Overall Equipmenteffectiveness (OEE). BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisis Perhitungan Overall Equipmenteffectiveness (OEE). Analisis perhitungan overall equipment effectiveness pada PT. Selamat Sempurna Tbk. dilakukan untuk melihat

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN UJI PROFISIENSI PENYELENGGARA KALIBRASI INTERNAL ALAT KESEHATAN DI RUMAH SAKIT

KERANGKA ACUAN KEGIATAN UJI PROFISIENSI PENYELENGGARA KALIBRASI INTERNAL ALAT KESEHATAN DI RUMAH SAKIT KERANGKA ACUAN KEGIATAN UJI PROFISIENSI PENYELENGGARA KALIBRASI INTERNAL ALAT KESEHATAN DI RUMAH SAKIT 1. PENDAHULUAN Perkembangan layanan kesehatan yang membutuhkan pengakuan oleh masyarakat maupun pemenuhan

Lebih terperinci

BAB II PROSES BISNIS PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG

BAB II PROSES BISNIS PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG BAB II PROSES BISNIS PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG PT. Indonesia Power UBP Kamojang saat ini telah menerapkan sistem manajemen terpadu, dengan tiga sub sistemnya yang terdiri dari Sistem Manajemen Mutu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Stephens (2004:3), yang. yang diharapkan dari kegiatan perawatan, yaitu :

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Stephens (2004:3), yang. yang diharapkan dari kegiatan perawatan, yaitu : BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Definisi maintenance Maintenance (perawatan) menurut Wati (2009) adalah semua tindakan teknik dan administratif yang dilakukan untuk menjaga agar kondisi mesin/peralatan tetap

Lebih terperinci

BAB III 2.1. Prosedur sebelum dan sesudah melakukan "overhaul" Mesin Induk di kapal, ialah: Sebelum overhaul:

BAB III 2.1. Prosedur sebelum dan sesudah melakukan overhaul Mesin Induk di kapal, ialah: Sebelum overhaul: BAB III 2.1. Prosedur sebelum dan sesudah melakukan "overhaul" Mesin Induk di kapal, ialah: Sebelum overhaul: Melapor kepada Nakhoda bahwa Mesin Induk akan diperbaiki dan kapal akan delay untuk jangka

Lebih terperinci

namun metode ini hanya dapat membekali operator kapal yang merupakan subyek langsung dari kecelakaan kapal.

namun metode ini hanya dapat membekali operator kapal yang merupakan subyek langsung dari kecelakaan kapal. BAB I. PENDAHULUAN Proses terbitnya peraturan-peraturan internasional dalam penanggulangan bencana di laut boleh dikatakan sudah sangat reaktif terhadap pengalaman terjadinya beberapa bencana laut dan

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2015 ISSN 2337-4349

Seminar Nasional IENACO 2015 ISSN 2337-4349 ANALISIS PERAWATAN KOMPONEN KERETA API DI DIPO RANGKASBITUNG Mutmainah Mattjik, Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Jakarta Jl. Cempaka Putih Tengah 27 Jakarta Pusat Abstrak

Lebih terperinci

PENGOPERASIAN DAN PENGEMBANGAN BENGKEL IPLR

PENGOPERASIAN DAN PENGEMBANGAN BENGKEL IPLR Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2006 ISSN 0852-2979 PENGOPERASIAN DAN PENGEMBANGAN BENGKEL IPLR Harwata Pusat Teknologi Limbah Radiaoaktif, SATAN ABSTRAK PENGEMBANGAN DAN PENGEMBANGAN BENGKEl

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN INSTALASI PENYIMPANAN LlMBAH RADIOAKTIF TAHUN 2006

PEMELIHARAAN INSTALASI PENYIMPANAN LlMBAH RADIOAKTIF TAHUN 2006 PEMELIHARAAN INSTALASI PENYIMPANAN LlMBAH RADIOAKTIF TAHUN 2006 Yhon Irzon Pusat Teknologi Limbah Radioaktif, SATAN ABSTRAK PEMELIHARAAN INSTAlASI PENYIMPANAN LlMBAH RADIOAKTIF TAHUN 2006. Perawatan atau

Lebih terperinci

PENGOPERASIAN DAN PENGEMBANGAN BENGKEL IPLR. Harwata Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

PENGOPERASIAN DAN PENGEMBANGAN BENGKEL IPLR. Harwata Pusat Teknologi Limbah Radioaktif PENGOPERASIAN DAN PENGEMBANGAN BENGKEL IPLR Harwata Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ABSTRAK PENGOPERASIAN DAN PENGEMBANGAN BENGKEL IPLR. Telah dilakukan kegiatan Pengoperasian dan pengembangan Bengkel

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 37 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES Tujuan Untuk menjelaskan standar operasional umum di Mold Maintenance Group. Ruang Lingkup Mencakup mold issuing, mold returning, penerimaan mold problem,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia adalah negara kepulauan (archipelagic state) terbesar di dunia, terdiri dari 17.508 pulau yang tersebar di seluruh wilayah, 2/3 bagian wilayahnya merupakan

Lebih terperinci

PERFORMA DESIGN STRIPSHIELD SEA CHEST KAPAL BASARNAS TIPE FRP36 BERDASARKAN WATER INTAKE DAN TAHANAN TAMBAHAN

PERFORMA DESIGN STRIPSHIELD SEA CHEST KAPAL BASARNAS TIPE FRP36 BERDASARKAN WATER INTAKE DAN TAHANAN TAMBAHAN Jurnal Riset dan Teknologi Kelautan (JRTK) Volume 14, Nomor 1, Januari - Juni 2016 PERFORMA DESIGN STRIPSHIELD SEA CHEST KAPAL BASARNAS TIPE FRP36 BERDASARKAN WATER INTAKE DAN TAHANAN TAMBAHAN A. Husni

Lebih terperinci

ANALISA PERFORMANSI HEAT EXCHANGER PADA SISTEM PENDINGIN MAIN ENGINE FIREBOAT WISNU I (Studi Kasus untuk Putaran Main Engine rpm)

ANALISA PERFORMANSI HEAT EXCHANGER PADA SISTEM PENDINGIN MAIN ENGINE FIREBOAT WISNU I (Studi Kasus untuk Putaran Main Engine rpm) ANALISA PERFORMANSI HEAT EXCHANGER PADA SISTEM PENDINGIN MAIN ENGINE FIREBOAT WISNU I (Studi Kasus untuk Putaran Main Engine 600-1200 rpm) Oleh: NURHADI GINANJAR KUSUMA NRP. 6308030042 PROGRAM STUDI TEKNIK

Lebih terperinci

PROSEDUR PEMELIHARAAN PEMBANGKIT & PERALATAN PENDUKUNG

PROSEDUR PEMELIHARAAN PEMBANGKIT & PERALATAN PENDUKUNG PEMBANGKIT & PERALATAN No. Dokumen : PT-KITSBS-26 No. Revisi : 00 Halaman : i dari iv LEMBAR PENGESAHAN DOKUMEN DIBUAT OLEH No Nama Jabatan Tanda Tangan 1. RM. Yasin Effendi PLT DM ADM Umum & Fas 2. Abdan

Lebih terperinci

BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN MITSUBISHI L CC

BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN MITSUBISHI L CC BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN MITSUBISHI L 100 546 CC 3.1. Pengertian Bagian utama pada sebuah mesin yang sangat berpengaruh dalam jalannya mesin yang didalamnya terdapat suatu

Lebih terperinci

Universitas Nusa Cendana

Universitas Nusa Cendana 1. TUJUAN Menjamin pemeliharaan dan perawatan taman dan lingkungan berjalan dengan baik, sehingga mampu mendukung semua aktivitas di lingkungan Undana. 2. RUANG LINGKUP Prosedur ini mencakup pemeliharaan

Lebih terperinci

Engine banyak ditemui dalam aktifitas kehidupan manusia, secara kumulatif sebagai penghasil daya yang berguna untuk menggerakan kendaraan, peralatan

Engine banyak ditemui dalam aktifitas kehidupan manusia, secara kumulatif sebagai penghasil daya yang berguna untuk menggerakan kendaraan, peralatan Engine banyak ditemui dalam aktifitas kehidupan manusia, secara kumulatif sebagai penghasil daya yang berguna untuk menggerakan kendaraan, peralatan industri, penggerak generator pembangkit energi listrik,

Lebih terperinci

BUKU RANCANGAN PENGAJARAN

BUKU RANCANGAN PENGAJARAN BUKU RANCANGAN PENGAJARAN Mata Ajaran Pengantar Teknik Peran Disusun oleh : Gerry Liston Putra Sunaryo Program Studi Teknik Peran Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia 2016 PENGANTAR

Lebih terperinci

CORRECTIVE MAINTENANCE

CORRECTIVE MAINTENANCE CORRECTIVE MAINTENANCE Definisi Kegiatan Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu kegiatan pemeliharaan terencana dan kegiatan pemeliharaan tak terencana.

Lebih terperinci

Surat Permintaan Harga (SPH) / Request For Quotation (RFQ)

Surat Permintaan Harga (SPH) / Request For Quotation (RFQ) Pangkalpinang 331 - Bangka Harga 0000000001 UNT 2 MARINE ENGINE YANMAR 500 HP KIP TIMAH ENGINE SPESIFICATION : - QUANTITY : 2 UNIT - MODEL : 6HYM-WET (CONFORM TO IMO TIER II EMISSIONS REGULATIONS) - MAKER

Lebih terperinci

BAB II CARA KERJA MESIN 2 TAK DAN 4 TAK

BAB II CARA KERJA MESIN 2 TAK DAN 4 TAK BAB II CARA KERJA MESIN 2 TAK DAN 4 TAK A. PEMBAGIAN MOTOR DIESEL 1. Menurut cara kerja Mesin diesesl menurut cara kerja nya dapat diklarisfikasikan menjadi 2 cara kerja,untuk dapat menghasilkan usaha

Lebih terperinci

BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI

BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI Tenaga kerja, material dan perawatan adalah bagian dari industri yang membutuhkan biaya cukup besar. Setiap mesin akan membutuhkan perawatan dan perbaikan meskipun telah dirancang

Lebih terperinci

BAB III PERBAIKAN PADAGEARBOX/MARINE TRANSMISSION TWIN DISC MODEL MG SC

BAB III PERBAIKAN PADAGEARBOX/MARINE TRANSMISSION TWIN DISC MODEL MG SC BAB III PERBAIKAN PADAGEARBOX/MARINE TRANSMISSION TWIN DISC MODEL MG. 5202 SC 3.1 Pengertian Perbaikan Service/Perbaikan adalah usaha untuk mengembalikan kondisi dan fungsi dari suatu benda atau alat yang

Lebih terperinci

PEMBUATAN APLIKASI OTOMASI PENJADWALAN UNTUK MANAJEMEN PEMELIHARAAN MESIN INDUSTRI

PEMBUATAN APLIKASI OTOMASI PENJADWALAN UNTUK MANAJEMEN PEMELIHARAAN MESIN INDUSTRI Anita Hidayati, Pembuatan Aplikasi Penjadwalan, Hal 171-180 PEMBUATAN APLIKASI OTOMASI PENJADWALAN UNTUK MANAJEMEN PEMELIHARAAN MESIN INDUSTRI Anita Hidayati 15 Abstrak Ketersediaan dan kesiapan mesin

Lebih terperinci

PT. Automatic Carwash TITLE : SUPERVISOR DOCUMENT NO. : REV.: 00 DATE : GRADE : Page 1 of 10

PT. Automatic Carwash TITLE : SUPERVISOR DOCUMENT NO. : REV.: 00 DATE : GRADE : Page 1 of 10 REV.: 00 DATE : 14-04-04 GRADE : Page 1 of 10 I. JOB DESCRIPTION A. IKHTISAR PEKERJAAN Mendistribusikan, membimbing, merekomendasikan kelayakan hasil pekerjaan bawahan dan melaporkan progress dalam proses

Lebih terperinci

RANCANGAN KRITERIA DI BIDANG TRANSPORTASI LAUT PENETAPAN KRITERIA PEMERIKSA DAN PENGUJI KESELAMATAN DAN KEAMANAN KAPAL

RANCANGAN KRITERIA DI BIDANG TRANSPORTASI LAUT PENETAPAN KRITERIA PEMERIKSA DAN PENGUJI KESELAMATAN DAN KEAMANAN KAPAL PENETAPAN KRITERIA PEMERIKSA DAN PENGUJI KESELAMATAN DAN KEAMANAN KAPAL LAMPIRAN 8 i DAFTAR ISI 1. Ruang Lingkup 2. Acuan 3. Istilah dan Definisi 4. Persyaratan 4.1. Persyaratan Utama 4.2. Kompetensi Marine

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG SERTIFIKASI DAN REGISTRASI KENDARAAN DI ATAS AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA

Lebih terperinci

FINAL KNKT KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI REPUBLIK INDONESIA

FINAL KNKT KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA FINAL KNKT.17.03.05.03 Laporan Investigasi Kecelakaan Pelayaran Tenggelamnya KM. Sweet Istanbul (IMO No. 9015993) Area Labuh Jangkar Pelabuhan Tanjung Priok, DKI Jakarta Republik Indonesia

Lebih terperinci

Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran KATA PENGANTAR

Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Undang Undang 17 tahun 2008 tentang Pelayaran, dalam ketentuan umum dinyatakan bahwa keselamatan dan keamanan pelayaran adalah suatu keadaan terpenuhinya persyaratan keselamatan dan keamanan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Lampiran 1. Scope Pemeliharaan P1 P8 Scope Pemeliharaan P1 & P2 (Pemeliharaan Harian) PLTD Titi Kuning meliputi: 1. Membersihkan mesin, peralatan-peralatan bantu serta lantai lokasi mesin dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1 A. LATAR BELAKANG.

BAB I PENDAHULUAN I-1 A. LATAR BELAKANG. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada pengangkutan barang melalui laut, pengangkut mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk melindungi dan menjamin keamanan serta keselamatan muatan selama dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan merupakan sebuah fasilitas di ujung samudera, sungai, atau danau untuk menerima kapal dan memindahkan barang kargo maupun penumpang ke dalamnya. Perkembangan

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PENGOPERASIAN KECEPATAN KAPAL UNTUK MENGURANGI KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN EMISI CO 2

OPTIMALISASI PENGOPERASIAN KECEPATAN KAPAL UNTUK MENGURANGI KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN EMISI CO 2 OPTIMALISASI PENGOPERASIAN KECEPATAN KAPAL UNTUK MENGURANGI KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN EMISI CO 2 Adi Yudho WIjayanto (mahasiswa) I Made Ariana, ST, MT, DrMarSc (dosen pembimbing) Jurusan Teknik Sistem Perkapalan

Lebih terperinci

BAB XI DIRECT MONOEVRING SYSTEM

BAB XI DIRECT MONOEVRING SYSTEM BAB XI DIRECT MONOEVRING SYSTEM 1. Pendahuluan Pada motor motor diesel 2 takt dengan slow speed engine, maka sistemolah gerak baling baling menggunakan sistem olah gerak langsung (direct monoevring system)

Lebih terperinci

A. KRITERIA AUDIT SMK3

A. KRITERIA AUDIT SMK3 LAMPIRAN II PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEDOMAN PENILAIAN PENERAPAN SMK3 A. KRITERIA AUDIT SMK3 1 PEMBANGUNAN DAN

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAAN. 4.1 Pengertian dan Fungsi Gardan ( Differential Gear )

BAB IV PEMBAHASAAN. 4.1 Pengertian dan Fungsi Gardan ( Differential Gear ) BAB IV PEMBAHASAAN 4.1 Pengertian dan Fungsi Gardan ( Differential Gear ) Differential gear atau sering dikenal dengan nama gardan adalah komponen pada mobil yang berfungsi untuk meneruskan tenaga mesin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dump Truck 2.1.1 Pengertian Dump Truck BAB II LANDASAN TEORI Dump truck merupakan alat berat yang berfungsi untuk mengangkut atau memindahkan material pada jarak menengah sampai jarak jauh (> 500m).

Lebih terperinci

PENJADWALAN PERAWATAN MESIN PAKU DI PT. PRIMA WARU INDUSTRI

PENJADWALAN PERAWATAN MESIN PAKU DI PT. PRIMA WARU INDUSTRI PENJADWALAN PERAWATAN MESIN PAKU DI PT. PRIMA WARU INDUSTRI Ian Ivan Langi 1, Felecia 2, Abstract: PT Prima Waru Industry is a company that produce nails. This research was intended to help the company

Lebih terperinci

K : DIMAS CRISNALDI ERNAND DIMAS

K : DIMAS CRISNALDI ERNAND DIMAS Perancangan Sistem Monitoring di Pelabuhan Tanjung Perak Dalam Rangka Meningkatkan Faktor Keamanan Presented By : DIMAS CRISNALDI ERNANDA 4203 109 019 Latar Belakang Kecelakaan yang terjadi pada kapal

Lebih terperinci

PENYIMPANAN BAN PESAWAT DI GUDANG PESAWAT UDARA

PENYIMPANAN BAN PESAWAT DI GUDANG PESAWAT UDARA PENYIMPANAN BAN PESAWAT DI GUDANG PESAWAT UDARA Yaltiar 1, Muhammad Satar 2 Program Studi Teknik & Manajemen Pembekalan Fakultas Teknik Universitas Nurtanio Bandung ABSTRAKSI Mengacu pada perkembangan

Lebih terperinci

Dhani Priatmoko REDUCTION GEAR AND PROPULSION SYSTEM VIBRATION ANALYSIS ON MV.KUMALA

Dhani Priatmoko REDUCTION GEAR AND PROPULSION SYSTEM VIBRATION ANALYSIS ON MV.KUMALA Dhani Priatmoko 4207 100 002 REDUCTION GEAR AND PROPULSION SYSTEM VIBRATION ANALYSIS ON MV.KUMALA Pendahuluan KM Kumala diinformasikan mengalami getaran yang berlebih dan peningkatan temperatur gas buang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.731, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Pencemaran. Perairan. Pelabuhan. Penanggulangan PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

oleh: Rama agung Dwi Putra NRP

oleh: Rama agung Dwi Putra NRP oleh: Rama agung Dwi Putra NRP 4103 109 013 menjelaskan permasalahan teknis yang bisa terjadi dan yang menyebabkan permasalahan teknis itu terjadi, dimana dalam pembangunan sebuah kapal masih banyak permasalahan

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM PERAWATAN TERPADU DALAM UPAYA MENINGKATKAN KONDISI OPERASIONAL PERALATAN WORKSHOP DAN LABORATORIUM

PENERAPAN SISTEM PERAWATAN TERPADU DALAM UPAYA MENINGKATKAN KONDISI OPERASIONAL PERALATAN WORKSHOP DAN LABORATORIUM PENERAPAN SISTEM PERAWATAN TERPADU DALAM UPAYA MENINGKATKAN KONDISI OPERASIONAL PERALATAN WORKSHOP DAN LABORATORIUM Supandi Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. H. Sudarto, SH., Tembalang,

Lebih terperinci

BUKU RANCANGAN PENGAJARAN

BUKU RANCANGAN PENGAJARAN BUKU RANCANGAN PENGAJARAN Mata Ajaran Teknik Peran Disusun oleh : Gerry Liston Putra Sunaryo Program Studi Teknik Peran Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia 2016 PENGANTAR Buku

Lebih terperinci

ANALISA PERANCANGAN KAMAR MESIN BERBASIS PADA ATURAN ERGONOMIC DAN HUBUNGAN SPASIAL UNTUK APLIKASI MARINE

ANALISA PERANCANGAN KAMAR MESIN BERBASIS PADA ATURAN ERGONOMIC DAN HUBUNGAN SPASIAL UNTUK APLIKASI MARINE ANALISA PERANCANGAN KAMAR MESIN BERBASIS PADA ATURAN ERGONOMIC DAN HUBUNGAN SPASIAL UNTUK APLIKASI MARINE Bidang Studi Marine Electrical and Automation System Diusulkan oleh: Muhammad Shubhi Noor (4209105016)

Lebih terperinci

PERENCANAAN PERAWATAN PREVENTIVE DAN CORRECTIVE PADA KOMPONEN SISTEM HIDROLIK EXCAVATOR KOMATSU PC200-8

PERENCANAAN PERAWATAN PREVENTIVE DAN CORRECTIVE PADA KOMPONEN SISTEM HIDROLIK EXCAVATOR KOMATSU PC200-8 PERENCANAAN PERAWATAN PREVENTIVE DAN CORRECTIVE PADA KOMPONEN SISTEM HIDROLIK EXCAVATOR KOMATSU PC200-8 Aulia Firdaus 1, Turmizi 2, Ariefin 2 1 Mahasiswa Prodi D-IV Teknik Mesin Produksi dan Perawatan

Lebih terperinci

[Standar Pelayanan Minimum KM. Andalus] 1

[Standar Pelayanan Minimum KM. Andalus] 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, dijelaskan dalam pasal 1 poin 36 bahwa kapal adalah kendaraan air dengan bentuk

Lebih terperinci

LAPORAN KEMAJUAN (sd MEI 2012)

LAPORAN KEMAJUAN (sd MEI 2012) LAPORAN KEMAJUAN (sd MEI 2012) PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI PROSES MANUFAKTUR PRODUK WAHANA BAWAH AIR NIR AWAK DALAM RANGKA MENUNJANG KEMANDIRIAN BANGSA PADA SEKTOR INDUSTRI PERTAHANAN DAN KEAMANAN

Lebih terperinci

TROUBLESHOOTING DATABASE MESIN KAPAL DENGAN MENGGUNAKAN MICROSOFT ACCESS UNTUK PROSES PERAWATAN DAN PERBAIKAN YANG EFEKTIF. Oleh :

TROUBLESHOOTING DATABASE MESIN KAPAL DENGAN MENGGUNAKAN MICROSOFT ACCESS UNTUK PROSES PERAWATAN DAN PERBAIKAN YANG EFEKTIF. Oleh : TROUBLESHOOTING DATABASE MESIN KAPAL DENGAN MENGGUNAKAN MICROSOFT ACCESS UNTUK PROSES PERAWATAN DAN PERBAIKAN YANG EFEKTIF Oleh : NOVEN TINUS GINTING 4208 100 601 Dibimbing Oleh: Ir. Hari Prastowo, M.Sc.

Lebih terperinci

Analisis Perbandingan Emisi Gas Buang Mesin Diesel Menggunakan Bahan Bakar Solar dan CNG Berbasis Pada Simulasi

Analisis Perbandingan Emisi Gas Buang Mesin Diesel Menggunakan Bahan Bakar Solar dan CNG Berbasis Pada Simulasi JURNAL TEKNIK SISTEM PERKAPALAN Vol. 1, No. 1, (213) 1-5 1 Analisis Perbandingan Emisi Gas Buang Mesin Diesel Menggunakan Bahan Bakar dan Berbasis Pada Simulasi Yustinus Setiawan, Semin dan Tjoek Soeprejitno

Lebih terperinci

BAB III TINJAUN PUSTAKA

BAB III TINJAUN PUSTAKA 15 BAB III TINJAUN PUSTAKA 3.1 Perawatan (Maintenance) Perawatan atau maintenance adalah aktivitas agar suatu komponen atau sistem yang rusak dikembalikan atau diperbaiki dalam suatu kondisi tertentu pada

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG KEPELAUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG KEPELAUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG KEPELAUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UMUM Pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia pelaut dimaksudkan untuk menciptakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan tugas akhir ini terinspirasi berawal dari terjadinya kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan tugas akhir ini terinspirasi berawal dari terjadinya kerusakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyusunan tugas akhir ini terinspirasi berawal dari terjadinya kerusakan pada mesin boiler satu burner dengan dua bahan bakar natural gas dan solar bekapasitas

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. dengan melakukan survei pendahuluan guna memperoleh informasi seputar latar

BAB IV PEMBAHASAN. dengan melakukan survei pendahuluan guna memperoleh informasi seputar latar BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Survei Pendahuluan Evaluasi Sistem Pengendalian Internal pada PT Bondor Indonesia diawali dengan melakukan survei pendahuluan guna memperoleh informasi seputar latar belakang perusahaan

Lebih terperinci

Dengan memanfaatkan prosedur maintenance yang baik, dimana terjadi koordinasi yang baik antara bagian produksi dan maintenance maka akan diperoleh:

Dengan memanfaatkan prosedur maintenance yang baik, dimana terjadi koordinasi yang baik antara bagian produksi dan maintenance maka akan diperoleh: Preventive maintenance adalah suatu pengamatan secara sistematik disertai analisis teknis-ekonomis untuk menjamin berfungsinya suatu peralatan produksi dan memperpanjang umur peralatan yang bersangkutan.

Lebih terperinci

MODEL DESAIN & DOKUMENTASI DESAIN

MODEL DESAIN & DOKUMENTASI DESAIN MODEL DESAIN & DOKUMENTASI DESAIN Tugas ke 9 Rekayasa Perangkat Lunak Dibuat oleh : Dekha Sundhawati (41813120217) Dosen Pengampu : Wachyu Hari Haji, S.Kom,MM JURUSAN SISTEM INFORMASI FAKULTAS ILMU KOMPUTER

Lebih terperinci