BAB II PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA RESEPTIF DAN EKSPRESIF ANAK AUTISTIK MELALUI TERAPI MUSIK MOZART

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA RESEPTIF DAN EKSPRESIF ANAK AUTISTIK MELALUI TERAPI MUSIK MOZART"

Transkripsi

1 10 BAB II PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA RESEPTIF DAN EKSPRESIF ANAK AUTISTIK MELALUI TERAPI MUSIK MOZART Bab ini akan menjelaskan teori-teori yang menjadi dasar pemikiran peneliti, yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif anak autistik melalui terapi musik Mozart. A. Konsep Dasar Anak Autistik 1. Pengertian Anak Autistik Dewasa ini istilah autistik menjadi sangat familiar di kalangan masyarakat. Banyak orang yang mempergunakan istilah tersebut untuk menunjukkan perilaku seseorang yang terfokus pada satu kegiatan saja dan tidak mempedulikan keadaan di sekitarnya, misalnya saja orang yang melulu menggunakan ponselnya dikatakan autis, atau ketika ada orang yang lebih senang menyendiri juga dikatakan autis. Meskipun penggunaan istilah itu disampaikan dengan nada gurauan, namun nyatanya hal tersebut terkadang menimbulkan salah persepsi di kalangan masyarakat itu sendiri. Tidak sedikit orangtua yang langsung menetapkan kelainan autistik pada anaknya ketika tiba-tiba anak tersebut tidak menunjukkan perilaku layaknya anak normal seperti: tidak memberikan respon ketika dipanggil namanya atau sulit mengadakan kontak mata. Padahal sebenarnya ada beberapa hal yang mesti dipahami dan kritera-kriteria yang harus diperhatikan berkaitan dengan autistik.

2 11 Sejarah munculnya terminology autistik pertama kali dicetuskan oleh Eugeun Bleuler seorang Psikiatik Swiss pada tahun 1911, dimana terminology ini digunakan pada penderita schizophrenia anak remaja (Yuwono, 2009: 8). Barulah pada tahun 1943 Dr. Leo Kanner mendeskripsikan tentang autistik pada masa kanak-kanak awal (Infantile Autism). Saat itu Leo Kanner (Safaria, 2005: 1) mendeskripsikan gangguan ini sebagai ketidakmampuan untuk berinteraksi dengan orang lain, gangguan berbahasa yang ditunjukkan dengan penguasaan tertunda, echolalia, pembalikan kalimat, adanya aktifitas bermain yang repetitif dan stereotipik, rute ingatan yang kuat, dan keinginan obsesif untuk mempertahankan keteraturan dalam lingkungannya. Dari deskripsi tersebut muncullah istilah autism atau autisme. Autisme mengacu pada gangguan atau kelainannya sedangkan anak yang mengalami gangguan autisme dinamakan anak autistik. Istilah autisme itu sendiri berasal dari kata auto yang berarti sendiri (Handoyo, 2004: 12). Jadi anak autistik seakan-akan hidup di dunianya sendiri. Mereka cenderung menarik diri dari lingkungannya dan asyik bermain sendiri. Untuk mengartikan autisme hanya sebagai anak yang menyisihkan diri atau menyendiri bukanlah definisi yang terbaik (Peeters, 2004: 5) dan kondisi itu belum cukup untuk menentukan seorang anak termasuk kategori autisme. Kesulitan yang terjadi pada anak autistik sebetulnya jauh lebih besar daripada sekedar karakteristik menarik diri. Perlu ada suatu ketentuan atau kriteria yang dapat menjelaskan siapakah anak autistik itu, agar masyarakat secara

3 12 luas tidak terjebak dengan makna harfiahnya saja. Di bawah ini akan dijelaskan beberapa kriteria untuk mendefinisikan anak autistik. Siegel (1996: 16) mengemukakan tentang anak autistik yaitu,...autistic Disorder are grouped into thee areas social development, communication, and activities and interests....the first criterion in each of the three areas is the one that can be detected at the earliest age. Mengacu pada pendapat di atas maka seorang anak dikatakan autistik apabila ia memiliki hambatan perkembangan dalam tiga aspek, yakni hambatan dalam inetraksi sosial-emosional, dalam komunikasi timbal balik, dan minat yang terbatas disertai gerakan-gerakan berulang tanpa tujuan, gejala-gejala tersebut sudah terlihat sebelum usia 3 tahun. Ketiga aspek tersebut harus dipenuhi dalam mengukur perilaku anak autistik dan harus secara ketat penerapannya agar tidak sembarangan dalam menentukan apakah seorang anak itu termasuk kategori autistik atau bukan. Ketentuan yang lebih terperinci lagi dan paling sering digunakan adalah yang didefinisikan oleh World Health Organization (WHO), yang terdapat dalam ICD-10 (International Classification of Disease) edisi ke 10 (Peeters, 2004: 21) dan The DSM -IV (Diagnostic Statistical Manual, edisi ke 4) yang dikembangkan oleh APA (American Psychiatric Association) (Peeters, 2004: 1). Kriteria dalam ICD-10 adalah sebagai berikut :

4 13 Tabel 2.1 Kriteria Autistik menurut ICD-10 Kel. No Gejala Jml Keterangan 1 a Interaksi sosial tidak memadai Kontak mata sangat kurang Ekspresi muka kurang hidup Gerak-gerik yang kurang tertuju Menolak untuk dipeluk Tidak menengok bila dipanggil Menangis atau tertawa tanpa sebab Minimal 2 Tidak tertarik pada mainan. gejala Bermain dengan benda yang bukan mainan b Tidak bisa bermain dengan teman sebaya c Tidak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain d Kurangnya hubungan sosial dan emosional yang timbal balik 2 a Bicara terlambat atau sama sekali tidak berkembang (dan tidak ada usaha untuk mengimbangi komunikasi dengan cara lain tanpa bicara), menarik tangan bila ingin sesuatu, bahasa isyarat tidak berkembang b c d Bila bisa bicara, bicaranya tidak dipakai untuk komunikasi Sering menggunakan bahasa yang aneh dan diulang-ulang Cara bermain kurang variatif, kurang imajinatif dan kurang bisa meniru 3 a Mempertahankan satu minat atau lebih dengan cara yang khas dan berlebihlebihan b c d Terpaku pada suatu kegiatan yang ritualistik atau rutinitas yang tidak ada gunanya, misalnya makan dicium dulu.. Ada gerakan yang aneh dan diulangulang Seringkali sangat terpukau pada bagianbagian benda JUMLAH Dapat ditentukan bila jumlah gejala semuanya minimal 6 Minimal 1 gejala Minimal 1 gejala Sementara itu kriteria dari DSM-IV (Peeters, 2004: 1) sebagai berikut: A. Terdapat paling sedikit enam pokok dari kelompok 1, 2 dan 3 yang meliputi paling sedikit dua pokok dari kelompok 1,

5 14 paling sedikit satu pokok dari kelompok 2 dan paling sedikit satu pokok dari kelompok 3. B. Perkembangan abnormal atau terganggu pada usia 3 tahun seperti yang ditunjukkan oleh keterlambatan atau fungsi yang abnormal pada paling sedikit satu dari bidang-bidang berikut ini : (1) interaksi sosial, bahasa yang digunakan dalam perkembangan sosial (2) bahasa yang digunakan dalam komunikasi sosial atau 3) permainan simbolik atau imajinatif C. Sebaiknya tidak disebut dengan istilah Gangguan Rett, Gangguan Integratif Kanak-kanak atau Sindrom Asperger. Mengacu pada kriteria di atas, maka tidaklah mudah untuk menentukan seorang anak tergolong autistik atau tidak. Perlu diperhatikan berbagai ciri atau gejala yang muncul dari gangguan pada anak tersebut. Anak autistik mengalami gangguan dalam tiga aspek perkembangan yaitu interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku. Namun perlu diperhatikan, jika gangguan yang muncul hanya satu aspek dari masing-masing kelompok dan sifatnya sementara, anak belum dapat dikatakan sebagai anak autistik. Harus nampak dua pokok dari empat gangguan dalam interaksi sosial yaitu, 1) adanya gangguan dalam perilaku non verbal (seperti kontak mata dan ekspresi wajah); 2) gagal dalam mengembangkan hubungan pertemanan sebaya; 3) tidak mampu merasakan kegembiraan orang lain; dan 4) kesulitan dalam berhubungan emosional timbal balik. Harus nampak paling sedikit satu dari empat gangguan dalam berkomunikasi yaitu, 1) keterlambatan dalam berbahasa lisan; 2) kesulitan dalam memulai atau melanjutkan pembicaraan; 3) penggunaan bahasa yang repetitif (diulang-ulang) atau stereotip (meniru-niru); dan 4) kurang

6 15 beragamnya spontanitas dalam permainan yang sesuai dengan tingkat perkembangannya. Harus nampak paling sedikit satu dari empat gangguan pola minat perilaku yang terbatas yaitu, 1) terfokus pada satu keasyikan dengan satu atau lebih pola minat yang terbatas; 2) patuh terhadap rutinitas yang nonfungsional; 3) adanya gerakan stereotip dan repetitif; dan 4) asyik terhadap bagian-bagian dari sebuah benda secara terus menerus. (Peeters, 2004 : 1). Jika seorang anak muncul dengan gejala-gejala yang nampak seperti kriteria di atas, maka dapat dikatakan anak tersebut mengalami kelainan autism atau disebut sebagai anak autistik 2. Etiologi Anak Autistik Menurut Wenar, C. dan Kerig, P. (Delphie, 2009: 29) menyebutkan bahwa Etiologi anak autistik terbagi atas dua kelompok besar, yaitu faktorfaktor biologis (the biologicals factors) dan konteks yang terjadi dalam pikiran diri sendiri (the interpersonal context). a. Faktor-Faktor Biologis (The Biologicals Factors) Faktor-faktor biologis yang dapat berpengaruh pada terjadinya anak autsitik adalah sebagai berikut : 1) Faktor lingkungan, misalnya penyakit rubella yang diidap ibu hamil.

7 16 2) Faktor genetika; perbandingan antara orang tua yang mempunyai anak autistik dengan orang tua yang anaknya normal adalah 15:30, sehingga genetik menjadi faktor yang memegang peranan penting terjadinya anak autistik. 3) Faktor neuropsikologis, yaitu anak autistik banyak dipengaruhi fungsi-fungsi psikologisnya. 4) Penemuan-penemuan neurokemis, yaitu gejala ketidaknormalan neurotransmitter atau pesan-pesan yang bersifat khusus yang bertanggung jawab dalam komunikasi di antara sel-sel saraf. 5) Penemuan-penemuan neuroanatomis, yaitu terjadi ketidaknormalan pada temporal lobe dan cerebellum, ketidaknormalan pada beberapa bagian otak yang melibatkan kognisi spasial, berat otak anak autistik lebih besar dari anak normal, dan adanya perbedaan brain lateralization. b. Konteks yang Terjadi Dalam Pikiran Diri Sendiri (The Interpersonal Context) Inti kekurangan yang mengakibatkan penyimpangan eksrim suatu perkembangan normal pada anak dengan sindrom autistik meliputi proses perkembangan berkaitan dengan kasih sayang (attachment), perkembangan emosi, ekspresi emosional, kerja sama atensi, perkembangan bahasa, pengambilan perspektif, perkembangan kognitif, fungsi-fungsi eksekutif dan teori berpikir.

8 17 3. Karakteristik Anak Autistik Anak autistik mengalami gangguan perkembangan kompleks sehingga mereka juga disebut mengalami gangguan pervasif. Peeters (2004: 4) mengartikan pervasif : menderita kerusakan jauh di dalam meliputi keseluruhan dirinya. Istilah pervasif juga dilandasi oleh gangguan perkembangan yang diperlihatkan oleh anak autis Gangguan-gangguan itu hampir meliputi seluruh aspek kehidupannya, antara lain komunikasi, interaksi sosial, gangguan dalam sensoris, pola bermain, perilaku khas dan emosi (Sunardi dan Sunaryo, 2006: 193). Di bawah ini dijelaskan karakteristik gangguan yang sering diperlihatkan anak autistik yaitu di antaranya : a. Komunikasi 1) Perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada. 2) Anak tampak seperti tuli, sulit bicara, atau pernah bicara tetapi kemudian sirna. 3) Kadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya. 4) Mengoceh tanpa arti berulang-ulang dengan bahasa yang tidak dapat dimengerti oleh orang lain. 5) Bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi. 6) Senang meniru atau membeo (echolalia). 7) Bila senang meniru, dapat hapal betul kata-kata atau nyanyian tapi tidak mengerti artinya.

9 18 8) Sebagian dari anak autistik tidak bicara (non verbal) atau sedikit berbicara sampai usia dewasa. 9) Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang ia inginkan. b. Interaksi sosial 1) Anak autistik lebih senang menyendiri. 2) Tidak ada atau sedikit kontak mata atau menghindari untuk bertatapan. 3) Tidak tertarik untuk bermain bersama teman. 4) Bila diajak bermain, ia tidak mau dan menjauh. c. Gangguan sensoris 1) Sangat sensitif terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk. 2) Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga. 3) Senang mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda. 4) Tidak sensitif terhadap rasa sakit atau rasa takut. d. Pola bermain 1) Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya. 2) Tidak suka bermain dengan anak sebayanya. 3) Tidak kreatif dan tidak imajinatif. 4) Tidak bermain sesuai fungsinya, misalnya mobil-mobilan dieluselus kemudian diciumi dan diputar-putar rodanya. 5) Senang pada benda-benda yang berputar, seperti kipas angin, roda dan lain-lain.

10 19 6) Dapat sangat lekat dengan benda-benda tertentu kemudian dipegang terus dan dibawa kemana-mana. e. Gangguan perilaku khas 1) Dapat berperilaku berlebihan (hiperaktif) atau kekurangan (hipoaktif). 2) Memperlihatkan stimulasi diri, seperti bergoyang-goyang, mengepakkan tangan seperti burung, berputar-putar, mendekatkan pada layar TV, lari/berjalan bolak-balik, melakukan gerakan yang berulang-ulang. 3) Tidak suka pada perubahan. 4) Dapat duduk bengong dengan tatapan kosong. f. Gangguan emosi 1) Sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, tertawa-tawa, menangis tanpa alasan. 2) Temper tantrum (mengamuk tak terkendali) jika dilarang atau tidak dipenuhi keinginannya. 3) Kadang-kadang suka menyerang dan merusak. 4) Kadang-kadang berperilaku menyakiti dirinya sendiri. 5) Tidak mempunyai empati dan tidak mengerti perasaan orang lain. Berbagai gangguan atau hambatan di atas tidak semuanya ada pada anak autistik. Hambatan dapat beraneka ragam, sehingga hambatan yang dimilki anak autistik belum tentu No. Daftar: sama 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012 dengan anak autistik lainnya.

11 20 Itulah yang menyebabkan tidak ada anak autistik yang benar-benar sama dalam semua tingkah lakunya. 4. Klasifikasi Anak Autistik Menurut Cohen & Bolton (1994) dalam Oktaviani (2008: 17), autisme dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian berdasarkan gejalanya. Seringkali pengklasifikasian disimpulkan setelah anak didiagnosa autistik. Klasifikasi ini dapat diberikan melalui Childhood Autism Rating Scale (CARS). Skala ini menilai derajat kemampuan anak untuk berinteraksi dengan orang lain, melakukan imitasi, memberi respon emosi, penggunaan tubuh dan objek, adaptasi terhadap perubahan, memberikan respon visual, pendengaran, pengecap, penciuman dan sentuhan. Selain itu, Childhood Autism Rating Scale juga menilai derajat kemampuan anak dalam perilaku takut/gelisah melakukan komunikasi verbal dan non verbal, aktivitas, konsistensi respon intelektual serta penampilan menyeluruh. Adapun pengklasifikasiannya adalah sebagai berikut : a. Autistik ringan Pada kondisi ini, anak autistik masih menunjukkan adanya kontak mata walaupun tidak berlangsung lama. Anak autistik ini dapat memberikan sedikit respon ketika dipanggil namanya, menunjukkan ekspresi-ekspresi muka, dan dapat berkomunikasi secara dua arah meskipun terjadinya hanya sesekali. Tindakan-tindakan yang dilakukan, seperti memukulkan kepalanya sendiri, No. Daftar: mengigit 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012 kuku, gerakan tangan yang stereotip dan sebagainya, masih bisa dikendalikan dan dikontrol

12 21 dengan mudah. Karena biasanya perilaku ini dilakukan masih sesekali saja, sehingga masih bisa dengan mudah untuk mengendalikannya. b. Autistik sedang Pada kondisi ini, anak autistik masih menunjukkan sedikit kontak mata, namun tidak memberikan respon ketika namanya dipanggil. Tindakan agresif atau hiperaktif, menyakiti diri sendiri, acuh, dan gangguan motorik yang stereotipik cenderung agak sulit untuk dikendalikan tetapi masih bisa dikendalikan. c. Autistik berat Anak autistik yang berada pada kategori ini menunjukkan tindakan-tindakan yang sangat tidak terkendali. Biasanya anak autistik memukul-mukulkan kepalanya ke tembok secara berulang-ulang dan terus-menerus tanpa henti. Ketika orang tua berusaha mencegah, namun anak tidak memberikan respon dan tetap melakukannya, bahkan dalam kondisi berada dipelukan orang tuanya, anak autistik tetap memukulmukulkan kepalanya. Anak baru berhenti setelah merasa kelelahan kemudian langsung tertidur. B. Konsep Dasar Bahasa 1. Pengertian Bahasa Bahasa merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia. Tanpa bahasa, seseorang akan mengalami kesulitan dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang di sekitarnya. No. Daftar: Berikut 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012 ini adalah beberapa pengertian bahasa menurut para ahli :

13 22 Menurut Bloom & Lakey (1978) dalam Edja Sadjaah (2003: 116), Bahasa merupakan suatu kode dimana gagasan/ide tentang dunia/lingkungan diwakili oleh seperangkat lambang yang telah disepakati bersama untuk melangsungkan komunikasi. Menurut Chaer (2006: 126), Bahasa adalah suatu sistem lambang berupa bunyi, bersifat arbitrer, digunakan oleh suatu masyarakat tutur untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri. Senada dengan pendapat di atas, Rusyani (2004: 8) mengemukakan: Bahasa merupakan suatu ragam yang khas yang disepakati bersama untuk berkomunikasi. Bahasa merupakan suatu kode atau sistem lambang. Setiap benda atau sesuatu memiliki lambang tersendiri. Dengan demikian, memahami suatu bahasa berarti mengetahui dan mengerti kode/lambang dan aturannya. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa merupakan suatu sistem yang digunakan manusia untuk mengkomunikasikan ide, gagasan, perasaan melalui simbol-simbol atau lambang-lambang tertentu yang telah disepakati bersama. Oleh karena itu bahasa akan terus berkembang sepanjang kehidupan manusia, dari tangisan pertama sampai anak mampu bertutur kata. 2. Perkembangan Bahasa Anak Normal Perkembangan bahasa seorang anak pada umumnya terjadi melalui beberapa tahapan. Menurut Berry dan Eisenson (Depdikbud, 1999: 26), tahapan perkembangan bahasa anak secara umum adalah sebagai berikut :

14 23 a. Tahap Refleksi Vokalisasi Pada tahap ini, seluruh aktivitas bunyi masih bersifat reflex seperti menangis, gerakan kaki dan tangan. Pada akhir minggu ketiga, tangisan bayi sudah mulai berdiferensiasi dan orang lain terutama ibunya sudah dapat mengenali maksud dari tangisan bayi tersebut. b. Tahap Babbling (Meraban) Pada usia dua bulan, bayi sudah mulai dapat membuat berbagai bunyi. Tahap ini sering dianggap sebagai tahap pertama untuk latihan wicara. Bayi mulai membuat bunyi-bunyi gabungan antara konsonan dan vokal, seperti bababa gagaga. Tetapi hal tersebut masih bersifat refleks. c. Tahap Lalling Tahapan ini dimulai pada saat bayi berusia tujuh bulan. Pada tahap ini, bayi sudah mulai menyadari suara. Biasanya bayi sudah mulai dapat menirukan suara di sekitarnya. d. Tahap Echolalia Tahap ini terjadi saat bayi berusia sembilan atau sepuluh bulan. Pada tahap ini bayi mulai mencoba menirukan suara yang didengarnya. e. Tahap Wicara Sejati Tahap ini terjadi pada saat anak berumur bulan. Pada tahap ini anak mulai berbicara dengan menggunakan pola-pola kalimat yang lazim digunakan di lingkungan sekitarnya. Pada tahapan ini, sikap lingkungan akan sangat menunjang kemampuan anak.

15 24 3. Perkembangan Bahasa Reseptif dan Bahasa Ekspresif Kemampuan berbahasa pada umumnya dibedakan atas kemampuan reseptif (mendengar dan memahami) dan kemampuan ekspresif (bicara). Kemahiran seseorang dalam berbahasa dan berbicara dipengaruhi oleh faktor interensik dan faktor ekstrensik. Faktor interensik yaitu kondisi pembawaan sejak lahir termasuk fisiologis dari organ yang terlibat dalam kemampuan bahasa dan bicara. Sementara itu faktor ekstrensik berupa stimuli yang ada di sekeliling anak terutama perkataan yang didengar atau yang ditunjukkan kepada anak. (http//speechclinik.wodpress.com) a. Bahasa Reseptif Menurut Tilton (2004) dalam Yuwono (2009: 61) mengemukakan bahasa reseptif adalah kemampuan pikiran manusia untuk mendengarkan bahasa bicara dari orang lain dan menguraikan hal tersebut dalam gambaran mental yang bermakna atau pola pikiran, dimana dipahami dan digunakan oleh penerima. Sedangkan Maurice (1996) dalam Yuwono (2009: 61) mendefinisikan kemampuan bahasa reseptif adalah kemampuan anak dalam mendengar dan memahami bahasa. Bahasa reseptif muncul hanya setelah bahasa batini (inner) berkembang pada tingkat tak tertentu. Pada sekitar usia delapan bulan, anak mulai menunjukkan bahwa dia sedikit memahami apa yang dikatakan kepadanya, mampu merepon dengan benar bila namanya dipanggil, mengenali/ merespon beberapa kata benda yang ia kenali dan perintah-perintah sederhana.

16 25 Keterampilan berbahasa jenis reseptif tampak banyak mendukung pemerolehan bahasa jenis ekspresif di dalam pemerolehan informasi atau pembelajaran suatu bahasa. Begitu pun dalam peristiwa komunikasi sering kali dua jenis keterampilan berbahasa ini digunakan secara bersama-sama guna mencapai tujuan komunikasi. b. Bahasa Ekspresif Selain bahasa reseptif, aspek penting dalam kegiatan berkomunikasi verbal adalah bahasa ekspresif atau berbicara. Dengan keterampilan berbicara seseorang akan mampu mengekspresikan pikiran dan perasaan secara lisan. Bahasa ekspresif adalah penggunaan kata-kata dan bahasa secara verbal untuk mengkomunikasikan konsep atau pikiran. Yuwono (2009: 66), mengungkapkan Bahasa ekspresif diartikan sebagai kemampuan anak dalam menggunakan bahasa baik secara verbal, tulisan, symbol, isyarat ataupun gesture. Kata bicara berasal dari kata wicara yang merupakan bahasa sansekerta yang artinya sama dengan tutur atau ujar. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 2) bahwa : Bicara adalah kemampuan yang dimiliki manusia dalam mengucapkan bunyi-bunyi bahasa untuk mengekspresikan atau menyampaikan pikiran, gangguan, perasaan dengan memanfaatkan nafas, alat-alat ucap, otot-otot, dan saraf-saraf secara terintegrasi. Dan secara luas, bicara diartikan sebaga perbuatan manusia yang bukan sekedar mengucapkan kata-kata belaka, tetapi mengkomunikasikan pikiran, gagasan, perasaan dalam peri kehidupan bermasyarakat atau alat kontrol sosial yang ditandai oleh ucapan yang jelas, pemilihan kata yang tepat, dan penggunaan kelompok kata dan kalimat yang seksama.

17 26 Ada beberapa proses sensoris dan motoris yang harus dilalui dalam bicara, yaitu : 1) Proses pertama Bunyi diterima oleh daun telinga diteruskan ke telinga bagian tengah dengan terlebih dahulu menggetarkan gendang telinga. Getaran selanjutnya dikirim ke tulang-tulang pendengaran (Martil, Sanggurdi, dan Landasan). 2) Proses kedua Selanjutnya getaran tadi menuju telinga bagian dalam melalui tingkap jorong (Fenestra Ovalis). Setelah menggetarkan cairan perylimph dan endolymph getaran akan diterima ujung-ujung saraf di organ corti kemudian dihantarkan ke pusat pendengaran oleh saraf akustikus (cabang saraf VIII). 3) Proses ketiga Setelah bunyi diterima kemudian di olah di pusat persepsi. Bunyi itu dianalisis, dibedakan dan diberi arti. Misalnya bunyi mata dianalisis atas m,/a,/t,/a. Bunyi yang telah dianalisis itu kemudian dikirimkan ke pusat pengertian kemudian dihubungkan dengan pengertian tertentu. Setelah jelas artinya, bunyi bermakna kemudian dikirim ke pusat gudang bunyi (Sound Bank). 4) Proses keempat Karena bunyi tadi pada saat tertentu akan direproduksi, maka dibutuhkan pola gerakan yang sesuai. Dari pusat pengertian deretan

18 27 bunyi bermakna itu di samping dikirim ke Sound Bank juga dikirim ke pusat gerakan alat ucap (Engram Bank). 5) Proses kelima Terjadilah koordinasi antara kedua pusat itu. Pada saat bunyi itu akan diekspresikan kedua pusat itu bekerja sama dengan Broka, yaitu pusat pengendali gerakan-gerakan alat ucap. Kita mengetahui atau sadar kesalahan ucapan sendiri. Kesadaran ini sebagai bukti dari kerjanya feed back secara baik, yaitu feed back sensoris dan feed back motoris. Keduanya bekerja pada saat melakukan tindak wicara. Pada saat pembicara mendengar suaranya sendiri dan juga alat-alat ucap yang bergerak untuk membentuk bunyi-bunyi bahasa memberitahukan bagaimana caranya ke pusat, dari adanya mekanisme kerja seperti itu maka si pembicara dapat dengan segera memperbaiki kesalahan ucapanucapan yang diperbuatnya. Demikianlah hal ini berlangsung terus menerus tanpa disadari (Depdikbud, 1999: 34). 4. Perkembangan Bahasa Anak Autistik Kemampuan dalam berkomunikasi dan berbahasa merupakan bagian yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Melalui kemampuan komunikasi dan bahasa yang baik, anak dapat memahami, menyampaikan informasi, meminta yang disukainya, dan mengekspresikan keinginannya untuk memenuhi kebutuhannya. Namun hal ini tidak terjadi pada anak-anak autistik.

19 28 Keterlambatan komunikasi dan bahasa merupakan ciri yang menonjol dan selalu dimiliki oleh anak autistik. Perkembangan komunikasi dan bahasanya sangat berbeda dengan anak pada umumnya (Yuwono, 2009 : 63). Kesulitan komunikasi yang dialami anak autistik dikarenakan mereka mengalami gangguan berbahasa (baik verbal maupun non verbal), padahal bahasa merupakan media utama dalam komunikasi. Sebagian besar dari mereka dapat berbicara, namun tidak menggunakan kemampuannya tersebut untuk berkomunikasi, mereka lebih sering mengucapkan kata-kata tidak jelas (mengigau), tidak mampu menjawab pertanyaan sederhana, sulit mengungkapkan keinginannya secara lisan, sulit mengikuti instruksi yang diberikan dan sering melakukan echolalia yaitu menirukan secara persis ucapan orang lain. Selain itu, mereka juga tidak menunjukkan minat untuk mengadakan komunikasi dan sangat kesulitan menggunakan kata ganti. Menilai perkembangan dini anak autisik pada aspek bahasa dan komunikasi dapat melihat salah satu diagnosa dan penilaian bagi anak-anak prasekolah yang dibuat oleh Watson, L., dan Markus L., (Peeters, 2004: 61) yang disajikan dalam bentuk tabel di bawah ini. Tabel 2.2 Perkembangan Dini Bahasa dan Komunikasi Anak Autistik Usia Ciri-ciri perkembangan bahasa dan komunikasi 6 bulan Tangisan sulit dipahami 8 bulan Ocehan yang terbatas atau tidak normal (misalnya menjerit atau berciut) 12 bulan Kata-kata pertama mungkin muncul tapi sulit untuk dipahami 24 bulan Biasanya kurang dari 15 kata Kata-kata muncul kemudian No. Daftar: hilang 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012 Bahasa tubuh tidak berkembang, sedikit menunjuk pada benda

20 29 36 bulan Kombinasi kata-kata hilang Mungkin ada kalimat-kalimat yang bersifat echo, tapi tidak ada penggunaan bahasa yang kreatif Ritme, tekanan atau penekanan suara yang aneh Artikulasi yang sangat rendah separuh dari anak-anak normal Separuhnya atau lebih tanpa ucapan-ucapa yang bermakna Menarik tangan orang tua dan membawa ke suatu objek Pergi ke tempat yang sudah biasa dan menunggu untuk mendapatkan sesuatu 48 bulan Sebagian kecil bisa mengombinasikan dua atau tiga kata secara kreatif Ekolalia masih ada; mungkin digunakan secara komunikatif Meniru iklan Membuat permainan Kesulitan komunikasi yang dialami anak autistik mencakup dua aspek yakni bahasa reseptif dan bahasa ekspresif. (Alloy, dkk dalam Yuwono, 2009: 63). Dalam kemampuan bahasa reseptif, anak autistik mengalami hambatan dalam memahami makna kata-kata orang lain yang diucapkan kepadanya sehingga ia sangat kesulitan untuk melakukan tugas tertentu. Yuwono (2009 : 60) mencontohkan kesulitan anak autistik untuk menerima instruksi sebagai berikut : Ambil bola merah!. Anak autistik sulit untuk merespon tugas tersebut karena kesulitan untuk memahami konsep ambil, bola dan merah. Berdasarkan contoh tersebut, terlihat jelas bahwa anak autistik mengalami hambatan dalam memahami perkataan orang lain dan tidak mampu memberikan respon sesuai dengan yang diinstruksikan. Jika anak-anak pada umumnya mampu menggunakan bahasa ekspresifnya dengan optimal mulai dari menggunakan bahasa lisan, tulisan dan isyarat, berbeda dengan anak autistik dimana mereka mengalami

21 30 hambatan dalam mengekpresikan keinginan dan perasaannya khususnya melalui bahasa lisan (Yuwono, 2009: 66). Sebagai contoh anak autistik yang telah mampu berbicara, ia menarik tangan orang lain dan kemudian meletakkan tangan tersebut ke handel pintu sebagai isyarat untuk membuka pintu. Hal ini menunjukkan bahwa anak autistik tidak mampu untuk menunjukkan keinginannya secara ekspresif meskipun anak mampu berbicara. Tentu hal ini menjadi penghambat dalam kehidupan sehari-harinya terutama dalam kegiatan pembelajaran. Sebagaimana kita ketahui bersama bahasa dan belajar berkaitan erat satu sama lainnya, sehingga dianggap sebagai sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Seorang anak tidak mungkin aktif dalam proses pembelajaran tanpa menguasai bahasa. Siswa harus mampu menerima dan menyampaikan informasi, oleh karena itu latihan bahasa harus mendahului tipe-tipe pengajaran yang lainnya. Dalam kurikulum terapi ABA yang dikembangkan oleh Lovaas, ada beberapa aspek pengajaran bahasa reseptif dan ekspresif yang mesti dikuasai anak autistik secara bertahap, yaitu sebagai berikut: a. Kemampuan pemahaman bahasa 1) Mengikuti satu langkah perintah 2) Mengenali bagian-bagian dari tubuh 3) Mengenali benda-benda 4) Mengenali gambar-gambar 5) Mengenali orang-orang dekat (anggota keluarga) 6) Mengikuti perintah kata kerja 7) Mengenali kata kerja dalam gambar 8) Mengenali benda-benda di sekitarnya 9) Menunjuk gambar-gambar di dalam No. buku Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/ ) Mengenali benda dari kegunaannya 11) Mengenali kepemilikan

22 31 12) Mengenali suara-suara di lingkungan b. Kemampuan bahasa ekspresif 1) Menunjuk ke sesuatu yang diinginkan bila ditanya mau apa? 2) Menunjuk sesuatu yang diinginkan secara spontan 3) Menirukan suara dan kata 4) Menamakan benda 5) Menamakan gambar 6) Mengatakan apa yang diinginkan 7) Mengatakan/mengisyaratkan dengan ya atau tidak, benda yang ia inginkan atau tidak inginkan 8) Menamakan orang-orang dekat 9) Membuat pilihan 10) Saling menyapa 11) Menjawab pertanyaan sehari-hari 12) Menamakan kata kerja pada gambar, pada orang lain dan pada diri sendiri 13) Menamakan benda dari kegunaannya 14) Menamakan kepemilikan (Maulana, 2008: 53). Melatih anak autistik untuk dapat berbahasa dan berkomunikasi dua arah tentu bukanlah suatu perkara mudah. Dibutuhkan kegiatan pembelajaran yang efektif, menarik dan menyenangkan sehingga anak merasa nyaman dan kemampuan bahasanya dapat tergali secara optimal. C. Konsep Dasar Terapi Musik Mozart 1. Pengertian Musik dan Terapi Musik Dalam kehidupannya, manusia tidak dapat dipisahkan dari seni khususnya musik. Sepanjang sejarahnya, manusia telah menciptakan musik untuk segala peristiwa besar dalam kehidupannya. Rachmi (2010: 1.3) mengemukakan sejak lama manusia menyadari adanya kekuatan dibalik getaran, irama, dan bunyi. Ada keyakinan bahwa musik memiliki kekuatan untuk mempengaruhi jiwa dan mengubah nasib seluruh peradaban manusia.

23 32 Musik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994: 676) adalah: Ilmu atau seni menyusun nada atau suara dalam urutan, kombinasi, dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan. Sejalan dengan perkembangan ilmu, pengetahuan dan pemikiran manusia, musik juga mengalami berbagai perubahan dari masa ke masa. Jika pada zaman dulu musik hanya digunakan sebagai hiburan, berbeda dengan sekarang dimana musik juga menjadi salah satu terapi untuk meningkatkan berbagai potensi dalam diri anak. Sebagaimana yang diungkapkan Astati (2001: 9), Pada masa lalu musik dianggap hanya sebagai bagian kecil dari kehidupan manusia, tidak halnya sekarang dimana musik bukan hanya sekedar hiburan, melainkan merupakan aspek pengembang atau pembentuk aspek mental (inteligensi), fisik, emosi dan sosial terutama yang melakukan maupun yang mendengar (menikmatinya). Senada dengan hal tersebut, Campbell (2001: 4) mengungkapkan bahwa, musik dapat meredakan ketegangan, mendorong interaksi sosial, merangsang perkembangan bahasa, dan memperbaiki keterampilan motorik di kalangan anak-anak. Montolalu (2008: 3.12) mengungkapkan Musik merupakan alat komunikasi yang bersifat universal, orang-orang dimana pun, kapan pun dan dengan budaya mana pun telah membuat music. Musik telah menjadi simbol sesuatu yang dipakai untuk menenangkan, membuat santai dan menghibur serta mencerahkan anak-anak. Berikut ini adalah pengaruh musik terhadap beberapa aspek perkembangan anak, antara lain:

24 33 a. Pengaruh musik pada perkembangan emosional Musik bisa membantu anak-anak dalam memahami dan menyanggupi dengan perasaan yang rumit, karena musik adalah kendaraan emosi yang sangat kuat untuk orang dewasa. Mendengarkan musik bersama anak-anak dan membicarakan tentang perasaan yang muncul bisa menjadi cara memperkenalkan komunikasi mengenai kehidupan emosinya. b. Pengaruh musik pada perkembangan sosial Musik adalah sebuah alat yang sangat kuat untuk memajukan perkembangan sosial, sekelompok anak bisa berbagi nyanyian atau tarian dan menikmati waktu besama. Musik juga dapat menarik perhatian anak yang enggan berbicara di dalam sebuah kegiatan kelompok. c. Pengaruh musik tehadap perkembangan bahasa Semua bahasa memiliki ritme dan melodi, anak-anak secara alami bermain dengan kata-kata dalam cara yang ritmik dan melodis. Musik dapat membantu anak-anak mengemabangkan kerumitan bahasanya dan meningkatkan kosakata anak karena banyak lagu yang memiliki label dan daftar yang bisa memperkenalkan kepada anak-anak berbagai kata-kata baru. d. Pengaruh musik terhadap perkembangan intelektual Musik juga dapat dipakai untuk meningkatkan perkembangan konsep pada anak-anak. Ide-ide yang sama dan yang berbeda juga dapat

25 34 diperkenalkan melalui perubahan-perubahan dalam volume suara atau nada suara. e. Pengaruh musik terhadap perkembangan motorik Guru dapat meningkatkan kemampuan motorik melalui penggunaan musik. Dalam memainkan sebuah piano permainan jari mendorong anak untuk menggerakkan setiap jai secara independen sebagai tanggpan atas lagu tertentu dan juga dapat meningkatkan koordinasi mata dan tangannya (Montolalu, 2008: 3.12). Terapi musik terdiri dari dua kata yaitu terapi dan musik. Menurut Pedretti (1981), Terapi merupakan suatu pendekatan khusus bagi seseorang yang berkelainan agar kehidupan dirinya berkembang dan dapat menunjang penampilan dirinya melalui kesibukan tertentu (Delphie, B., 2009: 14). Lebih jauh Lathan dan Eagle (Delphie, B., 2009:17) menungkapkan Terapi musik merupakan kegiatan memakai musik dengan segala bentuknya untuk mengubah perilaku seseorang dalam rangka meningkatkan kesehatan mental dan koordinasi gerak tubuhnya. Pada pendidikan luar biasa, terapi musik dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan usaha peningkatan kemampuan siswa dalam arahan, turut merespon, dan mengikuti langkahlangkah berpindah sesuai dengan irama musik atau alunan lagu yang dikumandangkan yang berfokus pada peningkatan gross maupun fine motor serta kemampuan gerak anggota tubuh secara menyeluruh saat instrumen musik dimainkan. Namun dewasa ini, kegiatan melalui terapi

26 35 musik dipakai juga untuk membetulkan sikap atau tingkah laku yang menyimpang, juga meningkatkan aspek-aspek perkembangan dalam diri anak seperti: intelektual, emosi, sosial, dan bahasa. 2. Kaitan Antara Musik dan Otak Pusat berbahasa seseorang terletak di lobus temporal. Lobus temporal letaknya di atas telinga, di sebelah depan lobus oksipital, dan di samping fisura sylvii. Lobus temporal dibagi pada empat bagian, yaitu medial, interior, anterior dan posterior berakhir pada kedalaman amygdala dan hippocampus. Secara keseluruhan lobus temporal inferior dan tengah merupakan jaringan multifungsional kompleks yang berfungsi secara lateral dan mempunyai kemampuan luas untuk visual, auditorik dan bahasa (Mardiati, 2008: 10). Evers et al., (1999) dalam Mardiati (2008: 14) mengungkapan bahwa : Pada orang normal, lobus temporal kanan (telinga kiri) predominan untuk persepsi timbre, chords, tone, pitch, kerasnya suara melody dan intensitas komponen utama rangsangan musik. Ia akan sangat aktif ketika mendengar musik. Rhythm juga dapat meningkatkan aktivitas hemisfer kiri. Hemisfer kiri dominant untuk aspek sekuensial musik pada rhythmical dan tempo. Gambar 2.1 Fungsi: - Respon emosi - Pendengaran - Akuisisi memori - Bahasa - Kategori obyek - Persepsi visual Lobus Temporal Otak Manusia

27 36 Musik memiliki hubungan dan pengaruh yang sangat kuat terhadap otak. Penelitian membuktikan bahwa musik, terutama musik klasik sangat mempengaruhi perkembangan IQ (Intelegent Quotien) dan EQ (Emotional Quotien). Bahkan dalam dunia kedokteran menganjurkan bagi ibu-ibu yang sedang hamil untuk memutar dan mendengarkan musik karena dapat mempengaruhi perkembangan otak bayi yang ada dalam kandungan. Fakta dalam kehidupan sehari-hari pengaruh musik terhadap otak adalah musik membantu anak-anak dalam mengingat seperti urutan huruf alfabet. Berawal dari hafal sebuah lagu akhirnya anak-anak bisa menghafal dan mengetahui huruf, angka, warna, bentuk dan yang lainnya. Ini dapat terjadi karena lagu memanfaatkan sistem mendasar dalam otak kita yang sensitif terhadap melodi dan irama. Musik merupakan salah satu cara yang luar biasa dalam mempengaruhi perkembangan serta kinerja otak, sebab struktur yang merespon musik di otak, berkembang lebih awal dari struktur yang merespon bahasa. Lwin, et all. (2008: 34) mengungkapkan pengaruh musik terhadap perkembangan anak sebagai berikut : Sebuah studi baru oleh psikolog China menunjukkan bahwa anakanak yang menghabiskan beberapa tahun belajar memainkan alat musik menghasilkan keterampilan verbal (lisan) yang lebih baik, dibandingkan dengan mereka yang tidak pernah mempelajari musik. Penemuan tersebut sesuai dengan pengujian otak yang menunjukkan bahwa satu bagian dari otak, yaitu planum temporale kiri pada musisi lebih besar dibandingkan dengan orang pada umumnya, dimana bagian tersebut berpengaruh pada ingatan verbal. Maka dari itu memperdengarkan musik kepada anak-anak adalah gagasan No. Daftar: yang 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012 baik, karena hal itu akan membantu anak-anak meningkatkan kemampuan mereka berkomunikasi secara verbal.

28 37 3. Ruang Lingkup Terapi Musik Terapi musik dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu menyanyi, mencipta lagu, memainkan alat musik, improvisasi, mendiskusi lirik dan mendengarkan musik. Pada dasarnya, ruang lingkup terapi musik tidak terlepas dari ruang pendidikan musik pada umumnya. Hanya saja diadakan penyesuaian-penyesuaian dengan memperhatikan karakteristik, tujuan dan sasaran yang dapat dicapai oleh anak berkebutuhan khusus. Ruang lingkup terapi musik itu meliputi : a. Menggerakkan tubuh sesuai dengan irama musik atau bunyi, atau suara tertentu. b. Mendengarkan musik, bunyi, atau suara. c. Menggunakan alat-alat instrument. d. Membunyikan alat-alat musik secara bersama-sama. e. Menyanyi. f. Bergerak atau bermain bersama sesuai dengan irama musik atau nyanyian (Astati, 2001 : 15). Terapi musik yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah mendengarkan musik selama kurun waktu tertentu guna memberikan stimulus pada lobus temporalis sebagai pusat bahasa di otak, sehingga anak dapat meningkatkan kemampuan bahasa lisannya. Pemberian terapi musik diberikan secara individual kepada subjek yang akan diteliti dan dilakukan pada saat jam belajar. Alat yang digunakan dalam pemberian terapi musik ini adalah laptop dan musik Mozart.

29 38 4. Sekilas Tentang Mozart Mozart merupakan salah satu jenis aliran musik yang berkembang pada zaman klasik di antara zaman barok dan zaman romantic yang diciptakan oleh komponis terkenal bernama Wolfgang Amadeus Mozart. Mozart adalah seorang komponis musik klasik kelompok ekstrovert yang dilahirkan dalam lingkungan musik, ayahnya adalah pemimpin orkestra dan ibunya adalah putri seorang musisi. Daya musik Mozart yang khas dan luar biasa itu cenderung muncul dari kehidupannya, terutama kondisi yang melingkupi kelahirannya. Mozart dikandung dalam lingkungan yang langka. Ketika masih dalam kandungan, setiap hari ia diperdengarkan musik, terutama bunyi-bunyi permainan biola ayahnya yang hampir pasti meningkatkan perkembangan neurologisnya dan membangkitkan irama-irama kosmik dalam rahim. Karena lingkungan musik yang unggul inilah, Mozart lahir dalam keadaan sudah matang dalam dan dibentuk oleh musik. Para peneliti Irvine (Universitas California) secara naluriah memahami hubungan antara pola asuh awal Mozart dengan kekuatan kreatif musiknya Dr. Rauscher dan Gordon Shaw (Campbell, 2001: 34) menjelaskan bahwa mereka memilih musik Mozart bagi eksperimen-eksperimennya sebab Mozart menggubah komposisi sejak usia dini dan memanfaatkan repertoar inheren tentang pola tembakan ruang-waktu pada korteks. Irama, melodi dan frekuensi tinggi musik karya Mozart merangsang dan mencas wilayahwilayah kreatif dan motivasi di otak. Di samping itu, komposisi Mozart

30 39 adalah dekat dengan panjang gelombang pada otak ketika otak dalam keadaan waspada yang relaks (kondisi yang cocok untuk belajar). 5. Efek Mozart Bagi Anak Dalam beberapa dasawarsa terakhir, banyak sekali penelitian yang telah dilakukan terhadap berbagai cara yang memungkinkan bunyi, irama dan musik dalam meningkatkan mutu hidup manusia (Campbell, 2001 : 10). Hasil-hasil penelitian yang menggunakan musik Mozart begitu mengesankan sehingga akhirnya orang terbiasa dengan istilah efek Mozart. berikut: Beberapa efek Mozart bagi perkembangan anak adalah sebagai 1) Dapat berkomunikasi dan bersambung rasa dengan anak bahkan sebelum anak tersebut lahir. 2) Merangsang pertumbuhan otak anak dalam rahim. 3) Memberikan pengaruh positif dalam hal persepsi emosi dan sikap sejak sebelum dilahirkan. 4) Menyediakan pola yang baik tempat ia dapat membangun pemahamannya tentang dunia fisik. 5) Mengurangi tingkat ketegangan emosi atau nyeri fisik, bahkan ketika ia masih bayi. 6) Meningkatkan kemampuan berbahasanya, termasuk perbendaharaan kata, kemampuan berekspresi dan kelancaran berkomunikasi. 7) Meningkatkan kemampuan sosialnya. 8) Meningkatkan keterampilan dalam membaca, menulis dan berhitung. 9) Memperkenalkannya dengan dunia yang lebih luas dalam hal ekspresi emosi, kreativitas dan keindahan estetik. (Campbell, 2001 : 11).

31 40 6. Terapi Musik Mozart dalam Meningkatkan Kemampuan Bahasa Reseptif dan Ekspresif Anak Autistik Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya bahwa anak autistik mengalami hambatan dalam komunikasi dan bahasa. Sebagian besar dari mereka dapat berbicara, namun tidak menggunakan kemampuannya tersebut untuk berkomunikasi, lebih sering mengucapkan kata-kata tidak jelas (mengigau), tidak mampu menjawab pertanyaan sederhana, dan senang melakukan echolalia. Dampak dari hambatan ini, anak menjadi sangat sulit menerima pelajaran di dalam kelas. Ia tidak mampu memahami informasi yang diberikan guru dan meresponnya dengan bahasa yang sesuai. Melihat kondisi tersebut maka perlu dilakukan berbagai upaya dalam mengatasinya yaitu dengan memberikan kegiatan pembelajaran yang menarik dan mampu merangsang perkembangan bahasa lisan anak. Dalam hal ini yang paling tepat diberikan adalah dengan menggunakan terapi musik Mozart. Terapi musik Mozart disini lebih ditekankan pada pelaksanaan proses pembelajaran yang diiringi musik Mozart sebagai upaya dalam meningkatkan kemampuan bahasa lisan anak autistik. Terapi musik Mozart memiliki banyak manfaat dalam meningkatkan potensi-potensi yang ada dalam diri anak diantaranya aspek intelektual, emosi, sosial, dan yang terpenting, Mozart juga telah terbukti efektif dalam meningkatkan kemampuan berbahasa anak termasuk perbendaharaan kata, kemampuan berekspresi, dan kelancaran berkomunikasi.

32 41 Adapun menu musik yang digunakan adalah kumpulan musik Mozart yang dikemas dalam bentuk Digital Versaitle Disc (DVD) dengan judul album Mozart and Friends; Beautiful Music and Colorful Images Delight Your Child s Imagination, Produksi PT. Emperor Edutainment. Musik Mozart dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan proses belajar karena komposisinya adalah dekat dengan panjang gelombang pada otak dalam keadaan waspada yang relaks (kondisi yang cocok untuk belajar). Disamping itu juga irama, melodi dan frekuensi musik karya Mozart dapat merangsang wilayah kreatif dan motivasi di otak. (Campbell, 2001: 23). D. Kerangka Berpikir Kemampuan bahasa adalah kemampuan yang mesti dimiliki semua anak, tak terkecuali anak autistik. Sepanjang kehidupannya setiap anak akan selalu mengadakan interaksi dan komunikasi dalam kehidupannya, sehingga mereka perlu menguasai kemampuan bahasa baik secara reseptif dan ekspresif untuk menunjang proses komunikasi. Namun yang terjadi pada anak autistik adalah mereka mengalami gangguan berbahasa pada dua aspek ini. Dalam bahasa reseptif anak mengalami hambatan dalam memahami makna bahasa atau katakata sehingga kesulitan untuk melakukan tugas tertentu. Dan pada bahasa ekspresif, anak mengalami hambatan dalam mengekspresikan keinginan dan perasaannya secara lisan. Hal ini dikarenakan anak mengalami gangguan pada lobus temporalis sebagai pusat bahasa di otak sehingga dampaknya anak

33 42 mengalami kesulitan menerima informasi dan tidak mampu memberikan respon yang sesuai dalam kegiatan berkomunikasi. Mengacu pada permasalahan tersebut maka perlu diberikan upaya atau kegiatan pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif anak autistik. Salah satu yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan terapi musik Mozart. Melalui penerapan terapi musik Mozart diharapkan kegiatan pembelajaran menjadi lebih efektif dan menyenangkan, otak anak dapat terstimulasi dengan maksimal sehingga kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif anak menjadi meningkat.

34 43 Bagan 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian Gangguan berbahasa anak autistik Bahasa reseptif (mendengar) : Mengalami hambatan dalam memahami makna bahasa sehingga kesulitan untuk melakukan tugas tertentu Bahasa ekspresif (berbicara) : Mengalami hambatan dalam mengekpresikan keinginan dan perasaannya secara lisan Faktor penyebab: Terjadi kelainan pada lobus temporalis sebagai pusat bahasa di otak Anak mengalami kesulitan menerima informasi dalam situasi pembelajaran dan tidak mampu memberikan respon yang sesuai dalam kegiatan berkomunikasi Kegiatan pembelajaran menggunakan Terapi Musik Mozart Pembelajaran menjadi lebih efektif dan menyenangkan, otak anak dapat terstimulasi dengan maksimal sehingga kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif anak menjadi meningkat

35 44 E. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2011: 64). Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : Pengaruh terapi musik Mozart mampu meningkatkan kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif pada anak autistik di SLB BC Pambudi Dharma 1 Cimahi. F. Penelitian Relevan Adapun penelitian sebelumnya yang menguatkan asumsi penulis dalam melakukan penelitian ini yaitu : Penulis : Tri Widiastuti (2009) Judul Penelitian : Perbedaan Musik Mozart dan Musik Alam Sebagai Penyerta Suasana Proses Membaca Pemahaman Pada Anak Tunanetra. (Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas Lanjutan di SLB Bagian A Pajajaran Bandung). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil pemahaman membaca yang signifikan antara efektivitas musik Mozart dan musik alam sebagai penyerta suasana. Penelitian yang dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif dan metode eksperimen yang digunakan yaitu desain rotasi (Counter Balance). Hasil penelitian menunjukkan terdapat

36 45 perbedaan pemahaman membaca pada siswa tunanetra yang menggunakan musik Mozart dan yang menggunakan musik alam, dimana musik Mozart lebih baik daripada musik alam pada siswa tunanetra. Sehingga dapat disimpulkan bahwa musik membuka kunci keadaan belajar optimal dan membantu menciptakan konsentrasi. Dan musik Mozart adalah musik paling cocok untuk belajar, mengulang dan saat berkonsentrasi.

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi dengan orang lain dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi dengan orang lain dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidupnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia. Sepanjang kehidupannya, manusia akan selalu mengadakan interaksi dan komunikasi dengan orang lain

Lebih terperinci

Pedoman Identifikasi Anak Autis. Sukinah jurusan PLB FIP UNY

Pedoman Identifikasi Anak Autis. Sukinah jurusan PLB FIP UNY Pedoman Identifikasi Anak Autis Sukinah jurusan PLB FIP UNY Adanya gangguan dalam berkomunikasi verbal maupun non-verbal Terlambat bicara Tidak ada usaha untuk berkomunikasi Meracau dengan bahasa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara. Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, seperti yang tercantum dalam Undang Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dapat dipastikan dalam kehidupan ini, bahwa setiap pasangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dapat dipastikan dalam kehidupan ini, bahwa setiap pasangan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dapat dipastikan dalam kehidupan ini, bahwa setiap pasangan yang telah menikah pastilah mendambakan hadirnya buah hati di tengah-tengah kehidupan mereka, yaitu

Lebih terperinci

BAB II INFORMASI GANGGUAN AUTIS

BAB II INFORMASI GANGGUAN AUTIS BAB II INFORMASI GANGGUAN AUTIS 2.1 Definisi Informasi Informasi adalah ilmu pengetahuan yang didapatkan dari hasil belajar, pengalaman, atau instruksi. Namun informasi memiliki banyak arti bergantung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (Sugiyono, 2011: 38). Dalam penelitian terdapat dua variabel, yaitu variabel

BAB III METODE PENELITIAN. (Sugiyono, 2011: 38). Dalam penelitian terdapat dua variabel, yaitu variabel 46 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian 1. Definisi Konsep Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak adalah karunia yang diberikan oleh Tuhan kepada umatnya. Setiap orang yang telah terikat dalam sebuah institusi perkawinan pasti ingin dianugerahi seorang anak.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dan berbahasa adalah dua hal yang berbeda. Bahasa adalah alat verbal

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dan berbahasa adalah dua hal yang berbeda. Bahasa adalah alat verbal 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa dan berbahasa adalah dua hal yang berbeda. Bahasa adalah alat verbal yang digunakan untuk berkomunikasi, sementara berbahasa adalah proses penyampaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Dalam perkembangannya yang normal,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Dalam perkembangannya yang normal, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah makhluk sosial. Dalam perkembangannya yang normal, seorang bayi mulai bisa berinteraksi dengan ibunya pada usia 3-4 bulan. Bila ibu merangsang

Lebih terperinci

II. Deskripsi Kondisi Anak

II. Deskripsi Kondisi Anak I. Kondisi Anak 1. Apakah Anak Ibu/ Bapak termasuk mengalami kelainan : a. Tunanetra b. Tunarungu c. Tunagrahita d. Tunadaksa e. Tunalaras f. Tunaganda g. Kesulitan belajar h. Autisme i. Gangguan perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang berbeda-beda, diantaranya faktor genetik, biologis, psikis dan sosial. Pada setiap pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB 2 KEMAMPUAN BERBAHASA DAN AUTISTIC DISORDER (AUTISME) dengan kemampuan dan perilaku untuk berpikir, bercakap-cakap, bersuara, maupun

BAB 2 KEMAMPUAN BERBAHASA DAN AUTISTIC DISORDER (AUTISME) dengan kemampuan dan perilaku untuk berpikir, bercakap-cakap, bersuara, maupun 9 BAB 2 KEMAMPUAN BERBAHASA DAN AUTISTIC DISORDER (AUTISME) 2.1. Hakikat Kemampuan Berbahasa Berbahasa merupakan salah satu perilaku dari kemampuan manusia, sama dengan kemampuan dan perilaku untuk berpikir,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak. Autis pertama kali ditemukan oleh Kanner pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak. Autis pertama kali ditemukan oleh Kanner pada tahun 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Istilah autis sudah cukup populer di kalangan masyarakat, karena banyak media massa dan elektronik yang mencoba untuk mengupasnya secara mendalam. Autisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keterkaitan antara pendengaran dengan kemampuan berbahasa sangat erat, karena kemampuan berbahasa diperoleh melalui proses mendengar, dengan mendengar seseorang dapat

Lebih terperinci

AUTISME MASA KANAK-KANAK Autis berasal dari kata auto, yg berarti sendiri. Istilah autisme diperkenalkan oleh Leo Kanner, 1943 Pandangan lama: autisme

AUTISME MASA KANAK-KANAK Autis berasal dari kata auto, yg berarti sendiri. Istilah autisme diperkenalkan oleh Leo Kanner, 1943 Pandangan lama: autisme AUTISME MASA KANAK-KANAK Autis berasal dari kata auto, yg berarti sendiri. Istilah autisme diperkenalkan oleh Leo Kanner, 1943 Pandangan lama: autisme mrpk kelainan seumur hidup. Fakta baru: autisme masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani agar anak. diselenggarakan pada jalur formal, nonformal maupun informal.

BAB I PENDAHULUAN. membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani agar anak. diselenggarakan pada jalur formal, nonformal maupun informal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO pada tahun 2014 mencatat bahwa jumlah anak autis di dunia mencapai

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO pada tahun 2014 mencatat bahwa jumlah anak autis di dunia mencapai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak-anak autis di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Data UNESCO pada tahun 2014 mencatat bahwa jumlah anak autis di dunia mencapai 35 juta jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan merupakan

Lebih terperinci

Chapter I AUTISMA Autisma

Chapter I AUTISMA Autisma Chapter I AUTISMA Autisma berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Penyandang autisma seakan-akan hidup di dunianya sendiri. Autisma merupakan gangguan perkembangan yang ditandai dengan adanya gangguan

Lebih terperinci

Oleh TIM TERAPIS BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KHUSUS DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH

Oleh TIM TERAPIS BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KHUSUS DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH Oleh TIM TERAPIS BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KHUSUS DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH Pendahuluan Tidak ada anak manusia yang diciptakan sama satu dengan lainnya Tidak ada satupun manusia tidak memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsentrasi belajar anak adalah bagaimana anak fokus dalam mengerjakan

BAB I PENDAHULUAN. Konsentrasi belajar anak adalah bagaimana anak fokus dalam mengerjakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Konsentrasi belajar anak adalah bagaimana anak fokus dalam mengerjakan atau melakukan sesuatu, hingga pekerjaan itu dikerjakan dalam waktu tertentu (Alim,

Lebih terperinci

Analisis Kemampuan Berkomunikasi Verbal dan Nonverbal pada Anak Penderita Autis (Tinjauan psikolinguistik)

Analisis Kemampuan Berkomunikasi Verbal dan Nonverbal pada Anak Penderita Autis (Tinjauan psikolinguistik) Analisis Kemampuan Berkomunikasi Verbal dan Nonverbal pada Anak Penderita Autis (Tinjauan psikolinguistik) Oleh Kartika Panggabean Drs. T.R. Pangaribuan, M.Pd. ABSTRAK Anak Autisme merupakan salah satu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan secara terus menerus oleh setiap diri

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan secara terus menerus oleh setiap diri II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan secara terus menerus oleh setiap diri manusia selama mereka hidup, baik secara formal maupun informal seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan jiwa manusia. Dalam pekembangannya ternyata musik

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan jiwa manusia. Dalam pekembangannya ternyata musik BAB I PENDAHULUAN A. latar Belakang Masalah Musik adalah salah satu bentuk apresiasi seni yang mengungkapkan perasaan dan jiwa manusia. Dalam pekembangannya ternyata musik berpengaruh banyak terhadap sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Autis merupakan gangguan perkembangan yang menghambat berbagai aspek dalam kehidupan anak dengan gangguan autis. Anak autis rata-rata mengalami gangguan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang tua yang mendambakannya. Para orang tua selalu. di karuniai anak seperti yang diharapkan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang tua yang mendambakannya. Para orang tua selalu. di karuniai anak seperti yang diharapkan tersebut. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan suatu karunia yang diberikan oleh Tuhan kepada setiap orang tua yang mendambakannya. Para orang tua selalu menginginkan anaknya berkembang menjadi

Lebih terperinci

SEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK

SEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK SEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK Oleh Augustina K. Priyanto, S.Psi. Konsultan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus dan Orang Tua Anak Autistik Berbagai pendapat berkembang mengenai ide sekolah reguler bagi anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. Pada awal tahun 1990-an, jumlah penyandang autisme diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. Pada awal tahun 1990-an, jumlah penyandang autisme diperkirakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, jumlah kasus autisme mengalami peningkatan yang signifikan di seluruh dunia. Pada awal tahun 1990-an, jumlah penyandang autisme diperkirakan sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Erlin Herliana, 2014 Strategi Berbahasa Pada Anak Autis Di SLB Abcde Lob

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Erlin Herliana, 2014 Strategi Berbahasa Pada Anak Autis Di SLB Abcde Lob BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Otak manusia secara genetik telah disiapkan untuk berbahasa. Salah satu alat dalam otak manusia untuk menerima bahasa disebut LAD (Language Acqusition Device).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi baik media cetak maupun media elektronik. Perusahaan telah

BAB I PENDAHULUAN. informasi baik media cetak maupun media elektronik. Perusahaan telah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada awal abad 21 ini, teknologi computer dan internet bukan lagi menjadi sesuatu yang mewah dan sulit dipelajari.berbagai informasi dari luar dan dalam negeri sangat

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK TAHAPAN PERKEMBANGAN MASA BAYI (0 2 TAHUN)

KARAKTERISTIK TAHAPAN PERKEMBANGAN MASA BAYI (0 2 TAHUN) KARAKTERISTIK TAHAPAN PERKEMBANGAN MASA BAYI (0 2 TAHUN) TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM: Setelah mengikuti perkuliahan, diharapkan mahasiswa dapat memahami karakteristik perkembangan aspek fisik, motorik, intelektual,

Lebih terperinci

A. PENGERTIAN KOMUNIKASI

A. PENGERTIAN KOMUNIKASI KOMUNIKASI PADA BAYI DAN BALITA A. PENGERTIAN KOMUNIKASI Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali rangsang dari lingkungannya. Perilaku yang kita ketahui, baik pengalaman kita sendiri ataupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi bagian terpadu dan tak terpisahkan dari peningkatan. yang digunakan dalam proses pembelajaran, kemajuan teknologi dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi bagian terpadu dan tak terpisahkan dari peningkatan. yang digunakan dalam proses pembelajaran, kemajuan teknologi dapat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan sebuah pelaksanaan Pendidikan ditentukan oleh beberapa hal yang salah satunya adalah kualitas pembelajaran. Upaya peningkatan mutu pembelajaran menjadi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. anak menilai bahwa perilaku tantrum adalah suatu perilaku yang masih

BAB V PEMBAHASAN. anak menilai bahwa perilaku tantrum adalah suatu perilaku yang masih BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Pada anak autis perilaku tantrum sering muncul sebagai problem penyerta kerena ketidakstabilan emosinya, banyak ahli perkembangan anak menilai bahwa perilaku tantrum adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar anak berkembang dengan kondisi fisik atau mental yang normal. Akan tetapi, sebagian kecil anak mengalami hambatan dalam perkembangannya atau memiliki

Lebih terperinci

Perkembangan Bicara & Bahasa. Smith & Neisworth

Perkembangan Bicara & Bahasa. Smith & Neisworth Perkembangan Bicara & Bahasa Smith & Neisworth 1. Reflexive Vocalization Dari lahir sampai + 3 mg Menangis tidak dapat dibedakan tanpa memperhatikan keadaan psikologisnya, seperti lapar, dingin, sakit

Lebih terperinci

MENGAJARKAN BAHASA DAN KOMUNIKASI PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

MENGAJARKAN BAHASA DAN KOMUNIKASI PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS MENGAJARKAN BAHASA DAN KOMUNIKASI PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Asuhan: H i d a y a t (Dosen PLB & Psikiologi FIP UPI) Satu kemampuan dari berbagai berbagai kemampuan lain yang sangat penting bagi anak

Lebih terperinci

Prinska Damara Sastri, 2013

Prinska Damara Sastri, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecerdasan emosional akhir-akhir ini menjadi perbincangan yang cukup hangat dikalangan masyarakat, karena dari beberapa penelitian kecerdasan emosional memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dituangkan melalui instrumen atau suara dengan unsur dasar melodi,

BAB I PENDAHULUAN. yang dituangkan melalui instrumen atau suara dengan unsur dasar melodi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan salah satu karya seni yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, musik salah satu cabang kesenian yang merupakan sarana dalam menyampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Oleh Luthfi Seli Fauzi, kognitif adalah semua proses dan produk pikiran untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. 1 Oleh Luthfi Seli Fauzi, kognitif adalah semua proses dan produk pikiran untuk mencapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik seringkali digunakan sebagai media untuk berkomunikasi antara seseorang dengan orang lain, baik untuk menyampaikan pesan atau perasaan maupun mengisahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan anak merupakan sebuah proses yang indah di mata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan anak merupakan sebuah proses yang indah di mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan anak merupakan sebuah proses yang indah di mata orang tua. Karena anak merupakan buah cinta yang senantiasa ditunggu oleh pasangan yang telah menikah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik gangguan pada interaksi sosial, komunikasi, perkembangan bahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik gangguan pada interaksi sosial, komunikasi, perkembangan bahasa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Autism spektrum disorders adalah gangguan perkembangan pada anak dengan karakteristik gangguan pada interaksi sosial, komunikasi, perkembangan bahasa yang abnormal

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 1 BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi beberapa simpulan dan saran. Beberapa simpulan hasil penelitian sebagai jawaban terhadap masalah-masalah penelitian yang telah dirumuskan pada bab sebelumnya.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK PRASEKOLAH

PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK PRASEKOLAH PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK PRASEKOLAH Pendahuluan Pada hakikatnya, anak manusia, ketika dilahirkan telah dibekali dengan bermacam-macam potensi yakni kemungkinan-kemungkinan untuk berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan bagian dari keluarga, dimana sebagian besar kelahiran disambut bahagia oleh anggota keluarganya, setiap orang tua mengharapkan anak yang sehat,

Lebih terperinci

PENDIDIKAN MUSIK UNTUK ANAK AUTIS

PENDIDIKAN MUSIK UNTUK ANAK AUTIS PENDIDIKAN MUSIK UNTUK ANAK AUTIS oleh: Rr. Maha Kalyana Mitta Anggoro Mahasiswa Jurusan Sendratasik FBS UNESA ABSTRAK Anak-anak dengan kebutuhan khusus dewasa ini masih belum mendapatkan perhatian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik yang berbeda-beda, sifat yang berbeda-beda dan tingkah laku yang

BAB I PENDAHULUAN. fisik yang berbeda-beda, sifat yang berbeda-beda dan tingkah laku yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia yang diciptakan ke dunia ini mempunyai keadaan fisik yang berbeda-beda, sifat yang berbeda-beda dan tingkah laku yang berbeda-beda pula. Kesempurnaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Istilah autisme sudah cukup familiar di kalangan masyarakat saat ini, karena media baik media elektronik maupun media massa memberikan informasi secara lebih

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. GANGGUAN AUTIS 1. Perngertian Autis Autis merupakan kelainan yang disebabkan adanya hambatan pada ketidakmampuan berbahasa yang diakibatkan oleh kerusakan otak. Secara umum

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MASA BAYI

PERKEMBANGAN MASA BAYI PERKEMBANGAN MASA BAYI Tahap Masa Bayi Neonatal (0 atau baru Lahir-2 minggu Bayi (2 minggu- 2 tahun) TUGAS PERKEMBANGAN MASA BAYI Belajar makan makanan padat Belajar berjalan Belajar bicara Belajar menguasai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. seseorang baik fisik maupun mental. Musik memberi rangsangan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. seseorang baik fisik maupun mental. Musik memberi rangsangan 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terapi Musik 2.1.1. Defenisi Terapi musik adalah materi yang mampu mempengaruhi kondisi seseorang baik fisik maupun mental. Musik memberi rangsangan pertumbuhan fungsi-fungsi

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN MULTISENSORI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MAKNA KATA PADA ANAK AUTISTIK ABSTRAK

PENERAPAN PENDEKATAN MULTISENSORI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MAKNA KATA PADA ANAK AUTISTIK ABSTRAK PENERAPAN PENDEKATAN MULTISENSORI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MAKNA KATA PADA ANAK AUTISTIK Maman Abdurahman SR dan Dede Supriyanto Jurusan Pendidikan Luar Biasa FIP Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK

Lebih terperinci

MEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK BAGI PENGEMBANGAN ASPEK SENI ANAK USIA DINI Oleh: Nelva Rolina

MEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK BAGI PENGEMBANGAN ASPEK SENI ANAK USIA DINI Oleh: Nelva Rolina MEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK BAGI PENGEMBANGAN ASPEK SENI ANAK USIA DINI Oleh: Nelva Rolina PENDAHULUAN Pendidikan anak usia dini yang menjadi pondasi bagi pendidikan selanjutnya sudah seharusnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Autis adalah suatu gejala psikosis pada anak-anak yang unik dan menonjol yang sering disebut Sindrom Kanner yang dicirikan dengan ekspresi wajah yang kosong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan setiap manusia pasti diikuti dengan beberapa macam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan setiap manusia pasti diikuti dengan beberapa macam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan setiap manusia pasti diikuti dengan beberapa macam perkembangan, mulai dari perkembangan kognisi, emosi, maupun sosial. Secara umum, seorang individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan

BAB I PENDAHULUAN. tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan secara umum adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR Ernawulan Syaodih Pendahuluan Perkembangan individu merupakan sesuatu yang kompleks, artinya banyak faktor yang turut berpengaruh dan saling terjalin dalam berlangsungnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak yang lahir merupakan sebuah karunia yang besar bagi orang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak yang lahir merupakan sebuah karunia yang besar bagi orang BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Setiap anak yang lahir merupakan sebuah karunia yang besar bagi orang tuanya. Kehadiran anak diharapkan dan ditunggu-tunggu oleh setiap pasangan yang terikat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (verbal communication) dan komunikasi nonverbal (non verbal communication).

BAB I PENDAHULUAN. (verbal communication) dan komunikasi nonverbal (non verbal communication). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan salah satu aspek terpenting dan kompleks bagi kehidupan manusia. Manusia sangat dipengaruhi oleh komunikasi yang dilakukannya dengan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalin hubungan dengan dunia luar, hal ini berarti bahwa fungsi utama

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalin hubungan dengan dunia luar, hal ini berarti bahwa fungsi utama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan wahana komunikasi yang paling efektif bagi manusia dalam menjalin hubungan dengan dunia luar, hal ini berarti bahwa fungsi utama bahasa adalah sebagai

Lebih terperinci

Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY

Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY Pendahuluan Setiap anak memiliki karakteristik perkembangan yang berbeda-beda. Proses utama perkembangan anak merupakan hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat berkembang secara baik atau tidak. Karena setiap manusia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat berkembang secara baik atau tidak. Karena setiap manusia memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Setiap orang tua menginginkan anaknya lahir secara sehat sesuai dengan pertumbuhannya. Akan tetapi pola asuh orang tua yang menjadikan pertumbuhan anak tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB V PERKEMBANGAN MASA BAYI

BAB V PERKEMBANGAN MASA BAYI BAB V PERKEMBANGAN MASA BAYI PERKEMBANGAN BAYI NEONATAL CIRI-CIRI BAYI NEONATAL Merupakan periode tersingkat Terjadi penyesuaian radikal Merupakan masa terhentinya perkembangan Merupakan pendahuluan dari

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Tabel Karakteristik ADHD dan gangguan Sensori Integrasi (SI) Karakteristik Permasalahan ADHD Gangguan SI Terlalu lelah.

LAMPIRAN. Tabel Karakteristik ADHD dan gangguan Sensori Integrasi (SI) Karakteristik Permasalahan ADHD Gangguan SI Terlalu lelah. LAMPIRAN LAMPIRAN Tabel Karakteristik ADHD dan gangguan Sensori Integrasi (SI) Karakteristik Permasalahan ADHD Gangguan SI Tingkat Aktifitas Tingkat aktifitas Gelisah, Terlalu lelah Jumlah pergerakan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Ponija, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Ponija, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari interaksi dengan lingkungan sekitarnya dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhannya. Hal tersebut

Lebih terperinci

Lampiran 1. Tabel keputusan

Lampiran 1. Tabel keputusan Lampiran 1 Tabel keputusan No 1. Umur (U) DIAGNOSA/SPEKT GEJALA (G) RUM (S) Interval Gejala umum (keseluruhan) S1 S2 S3 S4 S 5 Bayi tampak terlalu tenang ( jarang menangis) Terlalu sensitif, cepat terganggu/terusik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memori adalah suatu proses dimana informasi yang didapat dari proses pembelajaran disimpan dan diambil. Tipe memori dapat dibedakan berdasarkan waktu, yaitu memori

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stuttering. (1994) istilah stuttering digolongkan ke dalam kategori diagnosa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stuttering. (1994) istilah stuttering digolongkan ke dalam kategori diagnosa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stuttering 1. Definisi Stuttering Menurut Diagnostic and Statistical Manual IV atau DSM IV (1994) istilah stuttering digolongkan ke dalam kategori diagnosa gangguan komunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk penguasaan konsep sepanjang kehidupan mereka. Semua indera yang

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk penguasaan konsep sepanjang kehidupan mereka. Semua indera yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Seorang individu dilahirkan dengan berbagai macam indera yang sangat dibutuhkan untuk penguasaan konsep sepanjang kehidupan mereka. Semua indera yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dan diakui oleh masyarakat. Undang-undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dan diakui oleh masyarakat. Undang-undang Dasar Negara Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan atau acuan cara lain yang dikenal dan diakui oleh

Lebih terperinci

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI Rita Eka Izzaty SETUJUKAH BAHWA Setiap anak cerdas Setiap anak manis Setiap anak pintar Setiap anak hebat MENGAPA ANAK SEJAK USIA DINI PENTING UNTUK DIASUH DAN DIDIDIK DENGAN

Lebih terperinci

BAB V PERKEMBANGAN MASA BAYI. Terbagi 2 tahap : - Neonatal (0 atau baru lahir sd ± 2minggu) -Bayi (setelah 2 minggu sd 2 tahun)

BAB V PERKEMBANGAN MASA BAYI. Terbagi 2 tahap : - Neonatal (0 atau baru lahir sd ± 2minggu) -Bayi (setelah 2 minggu sd 2 tahun) BAB V PERKEMBANGAN MASA BAYI Terbagi 2 tahap : - Neonatal (0 atau baru lahir sd ± 2minggu) -Bayi (setelah 2 minggu sd 2 tahun) TUGAS PERKEMBANGAN MASA BAYI Belajar makan makanan padat Belajar berjalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak keterampilan yang harus dikuasai oleh manusia baik sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. Banyak keterampilan yang harus dikuasai oleh manusia baik sebagai makhluk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak keterampilan yang harus dikuasai oleh manusia baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial. Salah satu keterampilan yang penting dan harus dikuasai

Lebih terperinci

Rita Eka Izzaty Staf Pengajar FIP-BK-UNY

Rita Eka Izzaty Staf Pengajar FIP-BK-UNY Rita Eka Izzaty Staf Pengajar FIP-BK-UNY 1. Definisi Permasalahan Perkembangan Perilaku Permasalahan perilaku anak adalah perilaku anak yang tidak adaptif, mengganggu, bersifat stabil yang menunjukkan

Lebih terperinci

Adriatik Ivanti, M.Psi, Psi

Adriatik Ivanti, M.Psi, Psi Adriatik Ivanti, M.Psi, Psi Autism aritnya hidup sendiri Karakteristik tingkah laku, adanya defisit pada area: 1. Interaksi sosial 2. Komunikasi 3. Tingkah laku berulang dan terbatas A. Adanya gangguan

Lebih terperinci

Seri penyuluhan kesehatan

Seri penyuluhan kesehatan Seri penyuluhan kesehatan Penyakit Autisme Klinik Umiyah Jl. Lingkar Utara Purworejo, Jawa Tengah, Indonesia Pengertian dan gejala Autisme Autisme adalah salah satu dari sekelompok masalah gangguan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mental. Hal ini seringkali membuat orangtua merasa terpukul dan sulit untuk

BAB I PENDAHULUAN. mental. Hal ini seringkali membuat orangtua merasa terpukul dan sulit untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Beberapa pasangan suami istri menginginkan keturunan sebagai bagian dari keluarga mereka. Pasangan suami istri pasti berharap untuk mendapatkan anak yang sehat

Lebih terperinci

Pendahuluan. Leo Kanner 1943 : Anggapan sebenarnya : 11 kasus anak dgn kesulitan berkomunikasi. Tidak berhubungan dgn retardasi mental

Pendahuluan. Leo Kanner 1943 : Anggapan sebenarnya : 11 kasus anak dgn kesulitan berkomunikasi. Tidak berhubungan dgn retardasi mental AUTISME Pendahuluan Leo Kanner 1943 : 11 kasus anak dgn kesulitan berkomunikasi Disebut Autisme infantil Tidak berhubungan dgn retardasi mental Anggapan sebenarnya : 75 80% ada retardasi mental Istilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan media berkomunikasi dengan orang lain. Tercakup semua

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan media berkomunikasi dengan orang lain. Tercakup semua 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan media berkomunikasi dengan orang lain. Tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lambang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Musik Dalam Kehidupan Sehari-Hari 1. Definisi Musik Musik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ilmu atau seni menyusun nada atau suara di urutan, kombinasi, dan hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lembaga-lembaga kemasyarakatan. Kelompok-kelompok ini biasanya

BAB I PENDAHULUAN. lembaga-lembaga kemasyarakatan. Kelompok-kelompok ini biasanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat mempunyai kelompok-kelompok sosial maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan. Kelompok-kelompok ini biasanya mengadakan hubungan kerjasama yaitu melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang anak juga merupakan suatu kesatuan yang utuh, pembagian tersebut semata-mata

BAB I PENDAHULUAN. seorang anak juga merupakan suatu kesatuan yang utuh, pembagian tersebut semata-mata BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan anak merupakan hal yang sangat kompleks, meliputi perkembangan motorik, perseptual, bahasa, kognitif, dan sosial. Selain itu, perkembangan seorang

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Autisme, Desain Buku. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci: Autisme, Desain Buku. Universitas Kristen Maranatha v i ABSTRAK Dunia kesehatan anak sangatlah luas dan mungkin masih belum banyak wawasan orang tua terhadapnya, salah satunya kelainan perkembangan anak yaitu autisme. Autisme seringkali terluput dari pantauan

Lebih terperinci

KONSEP INTERAKSI KOMUNIKASI PENDAHULUAN

KONSEP INTERAKSI KOMUNIKASI PENDAHULUAN KONSEP INTERAKSI KOMUNIKASI PENDAHULUAN Keterampilan berkomunikasi merupakan suatu kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap individu. Melalui komunikasi individu akan merasakan kepuasan, kesenangan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Autis bukan suatu penyakit tetapi berupa sindroma (kumpulan gejala) dimana terjadi penyimpangan perkembangan sosial, kemampuan berbahasa dan kepedulian terhadap sekitar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mendapatkan pendidikan yang layak di Indonesia telah tercantum dalam UUD

BAB I PENDAHULUAN. Mendapatkan pendidikan yang layak di Indonesia telah tercantum dalam UUD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mendapatkan pendidikan yang layak di Indonesia telah tercantum dalam UUD 1945, bab III pasal 3 ayat 1 yang berbunyi : Setiap warga Negara berhak mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pada anak bersifat terus menerus. Banyak hal baru diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pada anak bersifat terus menerus. Banyak hal baru diperoleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pada anak bersifat terus menerus. Banyak hal baru diperoleh selama perkembangan sejak dilahirkan dan sesuai keadaan dan tingkatan tahapan perkembangan.

Lebih terperinci

Isian Form 1 INFORMASI PERKEMBANGAN ANAK (Diisi oleh Orang tua)

Isian Form 1 INFORMASI PERKEMBANGAN ANAK (Diisi oleh Orang tua) Isian Form 1 INFORMASI PERKEMBANGAN ANAK (Diisi oleh Orang tua) Petunjuk : Isilah daftar berikut pada kolom yang tersedia sesuai dengan kondisi anak yang sebenarnya. Jika ada yang kurang jelas, konsultasikan

Lebih terperinci

2015 PENGGUNAAN MEDIA PLAYDOUGH TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN ANAK TUNARUNGU YANG DISERTAI CEREBRAL PALSY KELAS VII DI SLB-B YPLB MAJALENGKA

2015 PENGGUNAAN MEDIA PLAYDOUGH TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN ANAK TUNARUNGU YANG DISERTAI CEREBRAL PALSY KELAS VII DI SLB-B YPLB MAJALENGKA A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Setiap manusia mendapatkan pengetahuan salah satunya dari indera pendengaran. Melalui pendengaran manusia meniru apa yang dikatakan oleh manusia lain. Dari hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siswa tunarungu adalah salah satu anak berkebutuhan khusus yang mengalami hambatan dalam pendengaran, sehingga untuk mengoptimalkan kemampuan yang dimilikinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penjelasan dari individu dengan gejala atau gangguan autisme telah ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penjelasan dari individu dengan gejala atau gangguan autisme telah ada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penjelasan dari individu dengan gejala atau gangguan autisme telah ada sejak sekitar abad 18, namun titik kritis dalam sejarah keilmuan gangguan autisme adalah pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman pribadi yang dialami peneliti, ketika peneliti

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman pribadi yang dialami peneliti, ketika peneliti BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Berdasarkan pengalaman pribadi yang dialami peneliti, ketika peneliti sedang melaksanakan tugas Kuliah Kerja Nyata (KKN), ketua RT di tempat peneliti melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak di dalam kandungan hingga detik-detik awal dalam kehidupan seorang bayi disebut sebagai masa yang amat menentukan bagi perkembangan kecerdasan. Peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain dengan tujuan tertentu. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena

Lebih terperinci

Peningkatan atau penurunan kemampuan pemecahan masalah dan kreativitas

Peningkatan atau penurunan kemampuan pemecahan masalah dan kreativitas Lobus Otak dan Fungsinya Lobus Frontal Lobus frontal adalah rumah bagi pemikiran kognitif kita, dan itu adalah proses yang menentukan dan membentuk kepribadian seorang individu. Pada manusia, lobus frontal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sisi individu yang sedang tumbuh dan disisi lain nilai sosial, intelektual dan moral

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sisi individu yang sedang tumbuh dan disisi lain nilai sosial, intelektual dan moral BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Pendidikan bagi sebagian besar orang, berarti berusaha membimbing anak untuk menyerupai orang dewasa, sebaliknya bagi Jean Peaget (1896) dalam buku Konsep dan Makna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Salah

BAB I PENDAHULUAN. sendiri mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ciptaan Tuhan yang paling tinggi derajatnya adalah manusia, manusia sendiri mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Salah satu kelebihan

Lebih terperinci