BAB 2 KEMAMPUAN BERBAHASA DAN AUTISTIC DISORDER (AUTISME) dengan kemampuan dan perilaku untuk berpikir, bercakap-cakap, bersuara, maupun

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 KEMAMPUAN BERBAHASA DAN AUTISTIC DISORDER (AUTISME) dengan kemampuan dan perilaku untuk berpikir, bercakap-cakap, bersuara, maupun"

Transkripsi

1 9 BAB 2 KEMAMPUAN BERBAHASA DAN AUTISTIC DISORDER (AUTISME) 2.1. Hakikat Kemampuan Berbahasa Berbahasa merupakan salah satu perilaku dari kemampuan manusia, sama dengan kemampuan dan perilaku untuk berpikir, bercakap-cakap, bersuara, maupun bersiul. Berbahasa adalah kegiatan dan proses memahami dan menggunakan isyarat komunikasi yang disebut bahasa. Fungsi bahasa adalah sebagai alat interaksi sosial untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep, juga perasaan (Chaer, 2003:33). Bahasa dipakai oleh manusia dalam segala tindak kehidupan. Proses berbahasa adalah proses yang ditampilkan manusia dalam kemampuan dan perilaku berpikir, bercakap-cakap, bersuara, dan mengungkapkan sesuatu dengan suara. Apabila proses ini berjalan dengan baik, maka seseorang dapat memahami dan menggunakan isyarat komunikasi yang disebut dengan bahasa melalui proses produktif dan proses reseptif. Proses produktif berlangsung pada diri pembicara yang menghasilkan kodekode bahasa yang bermakna dan berguna. Sedangkan proses reseptif berlangsung pada diri pendengar yang menerima kode-kode bahasa yang bermakna dan berguna yang disampaikan oleh pembicara. Proses produk atau proses rancangan berbahasa disebut enkode, sedangkan proses penerimaan, perekaman, dan pemahaman disebut proses dekode. Proses enkode dan proses dekode atau proses produksi dan proses reseptif berawal pada pemahaman dan berakhir pada pemahaman. Berarti proses berbahasa

2 10 adalah proses komunikasi yang bermakna dan berguna. Kegiatan menghasilkan berita, pesan, dan amanat disebut produktif, sedangkan proses penerimaan berita, pesan, atau amanat disebut reseptif. Dalam setiap analisis bahasa, ada dua buah konsep yang perlu dipahami, yaitu struktur dan sistem. Struktur menyangkut masalah hubungan antara unsur-unsur di dalam satuan ujaran. Sedangkan sistem berkenaan dengan hubungan antara unsurunsur bahasa pada satuan-satuan ujaran yang lain (Chaer, 2003: 34). Struktur itu sama dengan tata bahasa, dan dalam tata bahasa terdapat komponen sintaksis salah satunya. Sintaksis merupakan komponen sentral dalam pembentukan kalimat, disamping komponen semantik dan komponen fonologi (Chaer, 2003:39). Sintaksis menelaah struktur bahasa yang lebih besar dari kata, mulai dari frasa hingga kalimat. Struktur yang dimaksud adalah urutan kata. Tugas utama komponen ini adalah menentukan hubungan antara pola-pola bunyi bahasa itu dengan maknanya dengan mengatur urutan kata-kata yang membentuk frase atau kalimat yang sesuai dengan maksud penuturnya Aspek Kemampuan Berbahasa Aspek Berbahasa Produktif Proses produktif berlangsung pada diri pembicara yang menghasilkan kode-kode bahasa yang bermakna dan berguna. Proses produksi atau proses rancangan berbahasa disebut enkode. Proses rancangan berbahasa produktif dimulai dengan enkode semantik, yaitu proses penyusunan konsep, ide, atau pengertian. Proses rancangan berbahasa produktif dimulai dengan enkode semantik, yakni proses penyusunan konsep, ide, atau pengertian. Dilanjutkan dengan enkode gramatikal, yakni penyusunan konsep atau ide itu dalam bentuk satuan gramatikal.

3 11 Selanjutnya diteruskan dengan enkode fonologi, yakni penyusunan unsur bunyi dari kode itu. Proses enkode ini terdapat dalam otak pembicara, kecuali representasi fonologinya yang terjadi di dalam mulut, dilakukan oleh alat-alat bicara, atau alat artikulasi Aspek Berbahasa Reseptif Proses reseptif berlangsung pada diri pendengar yang menerima kode-kode bahasa yang bermakna dan berguna yang disampaikan oleh pembicara melalui alatalat artikulasi dan diterima melalui alat-alat pendengar. Proses penerimaan, perekaman, dan pemahaman disebut proses dekode. Proses dekode dimulai dengan dekode fonologi, yakni penerimaan unsur-unsur bunyi itu melalui telinga pendengar. Lalu dilanjutkan dengan proses dekode gramatikal, yakni pemahaman bunyi itu sebagai satuan gramatikal, dan diakhiri dengan dekode semantik, yakni pemahaman akan konsep-konsep atau ide-ide yang dibawa oleh kode tersebut. Proses ini terjadi dalam otak pendengar. Proses reseptif dimulai dengan tahap pengenalan akan arus ujaran yang disampaikan. Mengenal berarti menimbulkan kembali kesan yang pernah ada. Tahap pengenalan dilanjutkan dengan tahap identifikasi, yaitu proses yang dapat membedakan bunyi yang kontrastif, frase, kalimat, teks, dan sebagainya. Setelah tahap identifikasi ini dilalui, maka sampailah pada tahap pemahaman, sebagai akhir dari suatu proses berbahasa Perspektif Kognitif Tidak seorang pun dapat menolak pernyataan bahwa anak dengan sindrom autistik mempunyai masalah yang dapat mempengaruhi kapasitasnya untuk meniru

4 12 dan memahami, menjadi luwes dan berdaya cipta, memahami dan dapat menerapkan aturan-aturan, serta dapat menggunakan informasi-informasi yang datang dari lingkungannya, dengan kata lain, anak autistik tidak mampu mengatasi lingkungan dalam kehidupannya (Delphie, 2009:14-15). Menurut Bailey Rutter dalam Alloy, teori-teori kognitif berpendapat bahwa masalah-masalah kognitif pada anak autistik merupakan hal yang pokok dan menjadi penyebab terjadinya permasalahan sosial pada diri anak autistik. Hasil penemuan penelitian lebih terfokus pada empat area fungsi kognitif. Empat area tersebut adalah fungsi eksekutif, pengategorian dan daya ingat, pemahaman sosial, serta teori berpikir (Delphie, 2009: 15). 1. Fungsi Eksekutif Menurut Ozonoff dalam Alloy (Delphie, 2009:15), Para ahli banyak memberikan pendapat yang menyatakan bahwa seseorang dengan autistik mempunyai hambatan yang cukup besar dalam melakukan pemecahan masalah, mengambil inisiatif dalam perencanaan, melakukan kontrol terhadap gerak hati, mempertahankan perhatian, melakukan kontrol terhadap penampilan perilaku, dan berperilaku tidak pantas yang dapat menghambat dirinya sendiri. Penelitian lainnya menyatakan bahwa anak dengan autistik secara konsisten menunjukkan adanya kekurangan dalam berbagai fungsi pelaksana atau eksekutif yang melaksanakan tugas-tugas penelitian perubahan dan perencanaa. Di samping itu, anak autistik lebih banyak membuat kesalahankesalahan perseverative, yaitu penggunaan secara spontan pikiran, khayalan, anak kalimat, dan waktu dalam benaknya (Wenar, C dan Kerig, 2006 dalam Delphie, 2009: 15).

5 13 2. Pengategorian dan daya ingat Menurut Bachevalier; De Long; Klinger dan Dawson dalam Alloy (Delphie, 2009:16) penelitian terhadap pengintegrasian daya ingat menunjukkan bahwa seseorang dengan autistik juga mempunyai kesulitan dalam pembentukan konsep-konsep baru dan pada saat dirinya berupaya untuk memahami informasi. Secara khusus anak autistik mempunyai kesulitan dalam membentuk prototipe suatu benda atau objek sehingga dirinya bertendesi ke arah tidak memenuhi aturan-aturan. 3. Pemahaman sosial Menurut Hobson dan Sigman dalam Alloy (Delphie, 2009:16), pemahaman sosial anak-anak autistik terhambat kerena dalam kehidupan mereka tidak menaruh perhatian sama sekali pada tanda-tanda emosional dan perhatian orang lain di sekitar mereka. Jadi, dapat dikatakan bahwa terjadi ketidakmampuan yang cukup parah terhadap pemahaman akan tanda-tanda atau isyarat tubuh seperti yang telah dilihat atau diarahkan. Mereka juga mempunyai permasalahan dalam memahami emosi dan ekspresi wajah orang lain. 4. Teori berpikir Permasalahan yang mendasar pada anak dengan autistik adalah mereka tidak mempunyai teori berpikir. Seperti mereka tidak memahami keberadaannya berkaitan dengan keadaan mental sebenarnya, seperti perilaku untuk percaya atau pernyataan hasratnya. Oleh karena itu, ia tidak dapat memperkirakan dan memehami bentuk tindakan dirinya untuk berperilaku sesuai dengan keadaan mental sebenarnya.

6 Konsep dasar anak Autistic Disorder (Autisme) Pengertian Anak Autistik Autisme adalah gangguan perkembangan yang sangat kompleks pada anak, yang gejalanya sudah timbul sebelum anak itu mencapai usia tiga tahun. Penyebab autisme adalah gangguan neurobiologis yang mempengaruhi fungsi otak sedemikian rupa sehingga anak tidak mampu berinteraksi dan berkomunikasi dengan dunia luar secara efektif. Gejala yang sangat menonjol adalah sikap anak yang cenderung tidak mempedulikan lingkungan dan orang-orang di sekitarnya, seolah menolak berkomunikasi dan berinteraksi, serta seakan hidup dalam dunianya sendiri. Anak autistik juga mengalami kesulitan dalam memahami bahasa dan berkomunikasi secara verbal. Disamping itu seringkali (prilaku stimulasi diri) seperti berputarputar, mengepak-ngepakan tangan seperti sayap, berjalan berjinjit dan lain sebagainya. Gejala autisme sangat bervariasi. Sebagian anak berperilaku hiperaktif dan agresif atau menyakiti diri, tapi ada pula yang pasif. Mereka cenderung sangat sulit mengendalikan emosinya dan sering tempertantrum (menangis dan mengamuk). Kadang-kadang mereka menangis, tertawa atau marah-marah tanpa sebab yang jelas. Selain berbeda dalam jenis gejalanya, intensitas gejala autisme juga berbeda-beda, dari sangat ringan sampai sangat berat. Oleh karena banyaknya perbedaan-perbedaan tersebut di antara masingmasing individu, maka saat ini gangguan perkembangan ini lebih sering dikenal sebagai Autistic Spectrum Disorder (ASD) atau Gangguan Spektrum Autistik (GSA).

7 Karakter Anak Autistik Penyandang autistik pada umumnya mengalami tiga bidang kesulitan yang utama. Ketiga bidang hambatan tersebut adalah komunikasi, imajinasi, dan sosialisasi. Ketiga gangguan ini memiliki saling keterkaitan. 1. Gangguan di bidang komunikasi 1) Perkembangan bahasa anak lambat atau sama sekali tidak ada. Anak tampak tuli, sulit berbicara, atau pernah berbicara lalu kemudian hilang kemampuan bicaranya. 2) Terkadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya. 3) Mengoceh tanpa arti secara berulang-ulang, dengan bahasa-bahasa yang tidak dapat dimengerti oleh orang lain. 4) Bicara tidak dipakai untuk berkomunikasi dan senag meniru atau membeo (echolalia). 5) Bila senang meniru, dapat menghafalkan kata-kata atau nyayian yang didengar tanpa mengerti artinya. 6) Sebagian dari anak tidak bicara atau sedikit bicara sampai usia dewasa. 7) Senang menarik tangan orang untuk melakukan apa yang diinginkan. 2. Gangguan di bidang perilaku 1) Anak dapat berperilaku berlebihan atau terlalu aktif (hiperaktif) dan berperilaku berkekurangan (hipoaktif). 2) Anak memperlihatkan perilaku stimulasi diri atau merangsang diri sendiri seperti bergoyang-goyang, mengepakkan tangan seperti burung. 3) Berputar-putar, lari atau berjalan dengan bolak-balik, dan melakukan gerakaan yang diulang-ulang.

8 16 4) Anak tidak suka kepada perubahan. 5) Anak duduk melamun dengan tatapan kosong. 6) Anak sering marah-marah, tertawa, dan menangis tanpa alasan. 7) Anak dapat mengamuk tidak terkendali jika dilarang atau tidak dituruti keinginannya. 8) Terkadang menyakiti dirinya sendiri. 9) Anak tidak memiliki empati atau tidak mengerti perasaan orang. 3. Gangguan di bidang sosialisasi 1) Anak lebih suka menyendiri. 2) Anak tidak melakukan kontak mata dengan orang lain atau menghindari tatapan muka atau mata dengan orang lain. 3) Tidak tertarik untuk bermain bersama dengan teman, baik yang sebaya maupun yang lebih tua dari umurnya. 4) Apabila diajak bermain, anak tidak mau dan menjauh. Berikut adalah tabel karakteristik perilaku anak autisme: Sulit bersosialisasi dengan anak-anak lainnya Tertawa atau tergelak tidak pada tempatnya Tidak pernah atau jarang sekali kontak mata

9 17 Tidak peka terhadap rasa sakit Lebih suka menyendiri; sifatnya agak menjauhkan diri. Suka benda-benda yang berputar / memutarkan benda Ketertarikan pada satu benda secara berlebihan Hiperaktif/melakukan kegiatan fisik secara berlebihan atau malah tidak melakukan apapun (terlalu pendiam) Kesulitan dalam mengutarakan kebutuhannya; suka menggunakan isyarat atau menunjuk dengan tangan daripada kata-kata Menuntut hal yang sama; menentang perubahan atas hal-hal yang bersifat rutin Tidak peduli bahaya Menekuni permainan dengan cara aneh dalam waktu lama Echolalia (mengulangi kata atau kalimat, tidak berbahasa biasa)

10 18 Tidak suka dipeluk (disayang) atau menyayangi Tidak tanggap terhadap isyarat kata-kata; bersikap seperti orang tuli Tidak berminat terhadap metode pengajaran yang biasa Tentrums suka mengamuk/memperlihatkan kesedihan tanpa alasan yang jelas Kecakapan motorik kasar/motorik halus yang seimbang (seperti tidak mau menendang bola namun dapat menumpuk balok-balok) Faktor Penyebab Autistik Etiologi anak autistik menurut Wenar, C dan Kerig, P. (Delphie, 2009: 29) terbagi atas dua kelompok besar, yaitu faktor-faktor biologis (the biological factors) dan konteks yang terjadi dalam pikiran diri sendiri (the interpersonal context). Faktorfaktor biologis meliputi faktor lingkungan, faktor genetika, faktor neuropsikologis, penemuan-penemuan neurokemis, dan penemuan-penemuan neuroanatomis. Konteks yang terjadi dalam pikiran diri sendiri meliputi kasih sayang, perkembangan emosi, ekspresi emosional, kerjasama atensi, perkembangan bahasa, pengambilan perspektif, perkembangan kognitif, fungsi-fungsi eksekutif, dan teori berpikir. Berikut adalah penjelasan dari faktor-faktor yang suah disebutkan sebelumnya: 1. Faktor-faktor Biologis (The Biological Factors) Faktor-faktor biologis yang dapat berpengaruh pada terjadinya anak autistik adalah sebagai berikut:

11 19 1) Faktor lingkungan (environmental factors), misalnya penyakit rubella yang diidap ibu-ibu yang sedang hamil dapat meningkatkan terjadinya janin dengan sindrom autistik. 2) Faktor genetika (genetic factors), yaitu faktor yang memegang peranan penting terjadinya anak autistik. Perbandingan antara orang tua yang mempunyai anak autistik dengan orang tua yang anaknya normal adalah 15:30. Populasi umum terhadap anak kembar antara 36% -91% untuk Mz (monozygotic twins) dan 0%-5% untuk Dz (dyzigotic twins). Pasangan kembar autistik lainnya mempunyai beberapa karakteristik dengan tingkat yang lebih rendah. Mereka disebut dengan autism phenotype yang mempunyai ciri-ciri kognitifnya lemah, perkembangan berbahasanya terlambat, dan mempunyai ketidakmampuan atau hambatan sosial yang terus-menerus. 3) Faktor neuropsikologis (neuropsychological factors), yaitu anak dengan sindrom autistik atau kelainan pervasif (yang bersifat menetap) banyak dipengaruhi fungsi-fungsi psikologisnya. 4) Penemuan-penemuan neurokemis (neurochemical findings), yaitu gejala ketidaknormalan pada neurotransmitters (atau pesan-pesan yang bersifat khusus yang bertanggung jawab dalam komunikasi di antara sel-sel saraf). 5) Penemuan-penemuan neuroanatomis (neuroanatomical findings), yaitu anak dengan gejala sebagai berikut: a) Terjadi ketidaknormalan pada temporal lobe dan cerebellum b) Terjadi ketidaknormalan pada beberapa bagian otak yang melibatkan kognisi spesial. Dengan kata lain, anak autistik mempunyai ketidaknormalan pada amydala (yaitu suatu area ada pada medial

12 20 temporal lobe yang khusus sebagai pusat informasi berkaitan dengan emosi). Keadaan ini dapat mengekibatkan hendaya dalam ekspresi wajah dan kerja sama atensi yang merupakan fungsi kognitif sosial. c) Anak autistik mempunyai isi cerebral atau berat otak lebih besar daripada anak yang mempunyai perkembangan normal. Kelebihan tersebut mengacu pada adanya pengaruh whitemannaer dalam otak. Terjadinya kelebihan bukan pada saat dilahirkan, tetapi setelah masa perkembangan berikutnya. d) Adanya perbedaan brain lateralization (yaitu perbedaan fungsi antara belahan kiri otak dan belahan kanan otak) antara penyandang sindrom autistik dengan penyandang asperger s syndrome (AD). e) Fungsi-fungsi yang berhubungan dengan sisi kanan otak yang mengatur keterampilan otak dan kemampuan visual spatial seperti proses terjadinya emosi sosial dan penampilan wajah. 2. Konteks yang terjadi dalam pikiran diri sendiri (The Intrapersonal Context) Inti kekurangan yang mengakibatkan penyimpangan ekstrim suatu perkembangan normal pada anak dengan sindrom autistik meliputi proses perkembangan berkaitan dengan kasih sayang (attachment), perkembangan emosi (emotional development), ekspresi emosional (emotional expression), kerja sama atensi (joint attention), perkembangan bahasa (language development), pengambilan perspektif (perspective taking), perkembangan kognitif (cognitive development), fungsi-fungsi eksekutif (executive functions), dan teori berpikir (theory of mind).

13 21 1) Kasih sayang (attachment) Ketiadaan kasih sayang yang penuh dapat mengakibatkan kelainan mendasar pada anak penyandang autistik. Kesih sayang merupakan saraf pusat penggambaran secara murni sindrom autistik yang telah dipaparkan oleh Leo Kanner (1943). Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa anak penyandang autistik tidak mempunyai kemampuan dalam upaya membentuk kasih sayang. 2) Perkembangan emosi (emotional development) Anak autistik mempunyai kesulitan dalam menguraikan emosi dasar, khususnya dalam membedakan emosi-emosi negatif. Mereka hanya tertuju pada penampilan khusus objek tertentu. Hal ini merupakan kekurangan yang signifikan sehingga dapat memberikan pengertian bahwa memahami emosi merupakan hal esensial dalam membentuk hubungan antar orang. 3) Ekspresi emosional (emotional expression) Anak autistik tidak menatap wajah orang yang diajak berbicara, seperti umumnya dilakukan orang lain saat berkomunikasi. Kelangkaan perhatian pada wajah merupakan keganjilan yang merupakan hambatan perkembangan otaknya. Kekurangan dalam menanggapi persepsi wajah berkecenderungan menjadikan seseorang mempunyai autistik brain. Jadi dapat dikatakan bahwa yang hilang pada anak autistik adalah emosi yang merupakan salah satu bagian penting dalam interaksi timbal baik. 4) Kerja sama atensi (joint attention) Kekurangan utama anak autistik adalah kekurangmampuan dirinya untuk berbagi kerja sama. Keadaan ini dapat disebut sebagai referential looking.

14 22 Berbagi rasa tertarik merupakan berbagi perasaan. Pada umumnya anak autistik dalam melakukan kegiatan berbagi perhatian sangat kurang. 5) Perkembangan bahasa (language development) Kekurangan pada perkembangan bahasa pada anak autistik terlihat menonjol dibanding dengan kekurangan lain. Ada sejumlah perbedaan yang melekat pada anak autistik dalam berbicara dibanding dengan perkembangan berbahasa secara normatif. Contohnya, pembicaraan anak autistik cenderung ke arah echolalia (mengulang kata atau kalimat sewaktu ia berbicara dengan orang lain), leteral (apa adanya), dan tidak berirama. Beberapa anak autistik mempunyai kemampuan berbahasa yang berbeda. Seringkali anak autistik menggunakan anak kalimat dan bahasa yang ganjil, aneh, dan hanya dirinya yang mengerti tanpa memperhatikan lawan bicaranya. Penyebab keadaan ini adalah kecenderungan anak autistik yang hanya terfokus pada kata dibanding pada isi. Oleh karena itu, makna kata atau anak kalimat yang diucapkan cenderung selalu hilang. Anak autistik sering salah melakukan komunikasi terutama dalam mengartikan makna yang dikandung dalam suatu percakapan. Ia sering gagal dalam memberikan tanda dan rujukan yang dapat dimengerti orang. 6) Pengambilan perspektif (perspective taking) Kekurangan dalam bahasa anak autistik kebanyakan muncul sebagai pantulan adanya kekurangan dalam perpective taking. Anak autistik dapat mengenali namanya sendiri dan mengidentifikasikan orang lain melalui namanya, cerita akan berbeda saat namanya diubah dengan kata ganti orang, sang anak akan mengalami kebingungan atau kesulitan untuk bisa

15 23 mengenali dirinya dan orang lain. Penggunaan kata ganti orang merupakan persoalan perspektif. Contoh lain adalah echolalia, ketika pengucapan echolalia digunakan saat berbicara dengan orang lain, komunikasi sosial menjadi janggal. 7) Perkembangan kognitif (cognitive development) Anak-anak autistik mempunyai tingkat inteligansi yang bervariasi. Karakter berpikir anak autistik yang lebih terfokus pada bagian-bagian kecil (detail) dan mengacuhkan bentuk gambar secara keseluruhan merupakan suatu keadaan yang disebut a lack of central coherence (Firth, 2003 dalam Delphie, 2009: 41). 8) Fungsi-fungsi eksekutif (executive functions) Anak-anak autistik juga mempunyai kesulitan dalam area fungsi-fungsi eksekutif yang melibatkan perencanaan, pengorganisasian, memonitor diri, dan keluwesan kognitif. 9) Teori berpikir (theory of mind) Menurut Wenar, C. Dan Kerig, P. (Delphie, 2009: 43), salah astu kekurangan kemampuan yang cukup tinggi pada anak autistik adalah mind blindness, yaitu kelangkaan dalam memahami keadaan psikis terhadap diri sendiri atau orang lain yang selanjutnya disebut theory of mind. Kekurangan yang dialami tersebut akan berpengaruh terhadap anak autistik terutama dalam hubungan sosial (social relatianship) dan perkembangan bahasa (language development) dengan ketiadaan perasaan, minat, dan motivasi dalam berbagi rasa selama berteman juga dapat berpengaruh terhadap perkembangan emosional antara pernyataan yang ada dalam diri sendiri dengan ekspresi afektif. Kekurangan tersebut berpengaruh terhadap

16 24 kemampuan komunikasi karena adanya kesulitan untuk menyesuaikan pandangan atau perspektif berkaitan dengan orang lain yang diajak berbicara Tahapan Komunikasi Anak Autistik Menurut Sussman (Yuwono, 2009:71) perkembangan komunikasi anak autistik dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kemampuan berinteraksi, cara anak berkomunikasi, alasan dibalik komunikasi yang dilakukan anak, dan tingkat pemahaman anak. Selanjutnya ia menulis bahwa perkembangan berkomunikasi anak autistik berkembang melalui empat tahap, yaitu: 1. The Own Agenda Stage Pada tahap ini anak autistik cenderung bermain sendiri dan tampak tidak tertarik pada orang-orang sekitar. Anak autistik belum memahami bahwa komunikasi dapat mempengaruhi orang lain. Untuk mengetahui keinginannya, kita dapat memperhatikan gerak tubuh dan ekspresi wajahnya. Anak dapat berinteraksi cukup lama dengan orang lain yang sudah dikenalnya, namun akan mengalami kesulitan dan menolak berinteraksi dengan orang yang baru dikenalnya. Anak autstik akan menangis atau bertetiak bila merasa terganggu aktifitasnya atau menolak terhadap aktifitas bermainnya. 2. The Requester Stage Pada tahap ini anak autistik sudah menyadari bahwa perilakunya dapat mempengaruhi orang lain. bila menginginkan sesuatu, anak autistik akan menarik tangan dan mengarahkan ke benda yang diinginkannya. Aktifitas yang disukainya biasanya masih bersifat fisik. Pada umumnya anak autistik pada tahap ini sudah mampu memproduksi suara, tetapi bukan untuk berkomunikasi melainkan untuk

17 25 menenangkan diri. Anak autistik dapat mengenal perintah sederhana, tetapi respon yang diberikan belum konsisten. Anak autistik juga sudah mampu melakukan kegiatan yang bersifat rutinitas. 3. The Early Communication Stage Pada tahap ini, kemampuan anak autistik dalam berkomunikasi lebih baik kerena menggunakan gestur, suara, dan gambar. Anak autistik mampu berinteraksi cukup lama dan dapat menggunakan satu bentuk komunikasi meski dalam situasi khusus. Inisiatif anak autistik untuk berkomunikasi masih terbatas. Anak autistik telah mulai mengulang hal-hal yang didengar, mulai memahami isyarat visual atau gambar dan memahami kalimat-kalimat sederhana yang diucapkan. 4. The Partner Stage Tahap ini merupakan fase yang paling efektif. Bila kemampuan bicaranya baik, maka anak autistik berkemungkinan dapat melakukan percakapan sederhana. Anak autistik telah mampu menceritakan kejadian yang telah lalu, meminta keinginan yang belum terpenuhi dan mengekpresikan perasaannya. Namun, anak autistik masih cenderung menghafal kalimat dan sulit menemukan topik baru dalam percakapan Kemampuan Berbahasa Anak Autistik Kemampuan dalam berkomunikasi atau berbahasa merupakan bagian yang paling penting dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kemampuan berbahasa yang dimiliki, anak autistik mampu menyampaikan keinginannya seperti minta makan, minum, ingin menonton televisi, ingin main, memanggil mama dan papa, serta banyak lagi. Dengan memiliki kemampuan berkomunikasi dan berbahasa yang baik,

18 26 anak autistik dapat memahami dan menyampaikan informasi, menyampaikan pikirannya, dan mengekpresikan keinginannya. Komunikasi dan bahasa pada anak autistik sangat berbeda dari kebanyakan anak-anak seusianya. Anak-anak autistik mengalami kesulitan dalam berkomunikasi baik secara verba atau nonverbal. Keterlambatan komunikasi dan bahasa merupakan ciri yang paling menonjol dari anak-anak dengan autisme. Beberapa perilaku autisme pada anak dengan autistik yang berhubungan dengan komunikasi dalam penelitian ini terlihat sebagai berikut : 1. Minim Komunikasi Anak autistik umumnya memiliki kemampuan komunikasi yang sangat minim, anak dengan autisme biasanya juga sangat jarang memulai komunikasi dalam lingkungan sosialnya. Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi yang bersifat verbal. 2. Sedikit Bicara Anak autistik cenderung pelit dalam berbicara, sehingga saat berkomunikasi atau menjawab pertanyaan biasanya anak autistik hanya memberikan respon singkat atau bahkan tidak ada sama sekali. Jikapun menjawab, jawaban yang diberikan biasanya sebatas satu atau dua kata. 3. Kejanggalan Penekanan Suara Anak autistik umumnya mampu dan mau menirukan beberapa kata sederhana, namun masih terdapat perbedaan yang jelas pada bagian penekanan suara atau intonasi yang dihasilkan, misalnya penekanan penggalan kata yag tidak lazim atau tidak sama dengan yang dicontohkan oleh terapis atau peneliti.

19 27 4. Tidak Berekspresi Saat melakukan komunikasi dengan orang lain seperti terapis, peneliti, serta orangorang di sekitarnya, termasuk orang tua, anak autistik seringkali menunjukkan ekspresi yang datar, meskipun menunjukkan sedikit minatnya kepada orang lain. Ekspresi anak autistik biasanya dapat terlihat dengan jelas saat kita mengajaknya berkomunikasi langsung dengan upaya tatap muka (meskipun nyaris tidak ada) karena kontak mata yang sering hilang. 5. Sering Mengulang Kata atau Kalimat Anak autistik cenderung selalu mengikuti atau mengulang perkataan yang mereka dengar sebelumnya. perilaku ini dapat berupa kejadian, nyayian benda, atau sesuatu yang menarik perhatiannya. Perilaku ini disebut juga echolalia. 6. Mengucapkan Tapi Tidak Mengerti Artinya Kemampuan komunikasi anak autistik memang cukup unik karena tidak jarang ada anak autistik yang mampu mengucapkan kata atau kalimat dengan sempurna, namun sebenarnya tidak mengerti sama sekali tentang arti kata yang baru saja diucapkan, bahkan untuk kata-kata sederhana seperti makan, tidur, menulis, belajar dan bermain.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dan berbahasa adalah dua hal yang berbeda. Bahasa adalah alat verbal

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dan berbahasa adalah dua hal yang berbeda. Bahasa adalah alat verbal 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa dan berbahasa adalah dua hal yang berbeda. Bahasa adalah alat verbal yang digunakan untuk berkomunikasi, sementara berbahasa adalah proses penyampaian

Lebih terperinci

Ternyata Dimas Autis. Berawal dari Kontak Mata 1

Ternyata Dimas Autis. Berawal dari Kontak Mata 1 Ternyata Dimas Autis Berawal dari Kontak Mata 1 Kenali Autisme Menghadapi kenyaataan Dimas autis, saya banyak belajar tentang autisme. Tak kenal maka tak sayang, demikian kata pepatah. Tak kenal maka ta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak adalah karunia yang diberikan oleh Tuhan kepada umatnya. Setiap orang yang telah terikat dalam sebuah institusi perkawinan pasti ingin dianugerahi seorang anak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara. Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, seperti yang tercantum dalam Undang Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Dalam perkembangannya yang normal,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Dalam perkembangannya yang normal, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah makhluk sosial. Dalam perkembangannya yang normal, seorang bayi mulai bisa berinteraksi dengan ibunya pada usia 3-4 bulan. Bila ibu merangsang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dapat dipastikan dalam kehidupan ini, bahwa setiap pasangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dapat dipastikan dalam kehidupan ini, bahwa setiap pasangan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dapat dipastikan dalam kehidupan ini, bahwa setiap pasangan yang telah menikah pastilah mendambakan hadirnya buah hati di tengah-tengah kehidupan mereka, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang berbeda-beda, diantaranya faktor genetik, biologis, psikis dan sosial. Pada setiap pertumbuhan dan

Lebih terperinci

II. Deskripsi Kondisi Anak

II. Deskripsi Kondisi Anak I. Kondisi Anak 1. Apakah Anak Ibu/ Bapak termasuk mengalami kelainan : a. Tunanetra b. Tunarungu c. Tunagrahita d. Tunadaksa e. Tunalaras f. Tunaganda g. Kesulitan belajar h. Autisme i. Gangguan perhatian

Lebih terperinci

Pedoman Identifikasi Anak Autis. Sukinah jurusan PLB FIP UNY

Pedoman Identifikasi Anak Autis. Sukinah jurusan PLB FIP UNY Pedoman Identifikasi Anak Autis Sukinah jurusan PLB FIP UNY Adanya gangguan dalam berkomunikasi verbal maupun non-verbal Terlambat bicara Tidak ada usaha untuk berkomunikasi Meracau dengan bahasa yang

Lebih terperinci

Analisis Kemampuan Berkomunikasi Verbal dan Nonverbal pada Anak Penderita Autis (Tinjauan psikolinguistik)

Analisis Kemampuan Berkomunikasi Verbal dan Nonverbal pada Anak Penderita Autis (Tinjauan psikolinguistik) Analisis Kemampuan Berkomunikasi Verbal dan Nonverbal pada Anak Penderita Autis (Tinjauan psikolinguistik) Oleh Kartika Panggabean Drs. T.R. Pangaribuan, M.Pd. ABSTRAK Anak Autisme merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak keterampilan yang harus dikuasai oleh manusia baik sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. Banyak keterampilan yang harus dikuasai oleh manusia baik sebagai makhluk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak keterampilan yang harus dikuasai oleh manusia baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial. Salah satu keterampilan yang penting dan harus dikuasai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO pada tahun 2014 mencatat bahwa jumlah anak autis di dunia mencapai

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO pada tahun 2014 mencatat bahwa jumlah anak autis di dunia mencapai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak-anak autis di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Data UNESCO pada tahun 2014 mencatat bahwa jumlah anak autis di dunia mencapai 35 juta jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang tua yang mendambakannya. Para orang tua selalu. di karuniai anak seperti yang diharapkan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang tua yang mendambakannya. Para orang tua selalu. di karuniai anak seperti yang diharapkan tersebut. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan suatu karunia yang diberikan oleh Tuhan kepada setiap orang tua yang mendambakannya. Para orang tua selalu menginginkan anaknya berkembang menjadi

Lebih terperinci

BAB II INFORMASI GANGGUAN AUTIS

BAB II INFORMASI GANGGUAN AUTIS BAB II INFORMASI GANGGUAN AUTIS 2.1 Definisi Informasi Informasi adalah ilmu pengetahuan yang didapatkan dari hasil belajar, pengalaman, atau instruksi. Namun informasi memiliki banyak arti bergantung

Lebih terperinci

menyebabkan perkembangan otaknya terhambat, sehingga anak mengalami kurang dapat mengendalikan emosinya.

menyebabkan perkembangan otaknya terhambat, sehingga anak mengalami kurang dapat mengendalikan emosinya. 2 tersebut dapat disimpulkan bahwa autisme yang terjadi pada anak dapat menyebabkan perkembangan otaknya terhambat, sehingga anak mengalami kesulitan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Autis merupakan gangguan perkembangan yang menghambat berbagai aspek dalam kehidupan anak dengan gangguan autis. Anak autis rata-rata mengalami gangguan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Kelainan ini dikenal dan

BAB I PENDAHULUAN. Autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Kelainan ini dikenal dan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Kelainan ini dikenal dan diperkenalkan tahun 1943 oleh seorang psikolog anak di Amerika Serikat bernama Leo Kanner

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan anak merupakan sebuah proses yang indah di mata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan anak merupakan sebuah proses yang indah di mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan anak merupakan sebuah proses yang indah di mata orang tua. Karena anak merupakan buah cinta yang senantiasa ditunggu oleh pasangan yang telah menikah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pada anak bersifat terus menerus. Banyak hal baru diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pada anak bersifat terus menerus. Banyak hal baru diperoleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pada anak bersifat terus menerus. Banyak hal baru diperoleh selama perkembangan sejak dilahirkan dan sesuai keadaan dan tingkatan tahapan perkembangan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kompleks pada anak, mulai tampak sebelum usia 3 tahun. Gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN. kompleks pada anak, mulai tampak sebelum usia 3 tahun. Gangguan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Autisme dipandang sebagai kelainan perkembangan sosial dan mental yang disebabkan oleh gangguan perkembangan otak akibat kerusakan selama pertumbuhan fetus, atau saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehadiran anak merupakan saat yang ditunggu-tunggu dan sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehadiran anak merupakan saat yang ditunggu-tunggu dan sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehadiran anak merupakan saat yang ditunggu-tunggu dan sangat menggembirakan bagi pasangan suami istri. Kehadirannya bukan saja mempererat tali cinta pasangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain dengan tujuan tertentu. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena

Lebih terperinci

Adriatik Ivanti, M.Psi, Psi

Adriatik Ivanti, M.Psi, Psi Adriatik Ivanti, M.Psi, Psi Autism aritnya hidup sendiri Karakteristik tingkah laku, adanya defisit pada area: 1. Interaksi sosial 2. Komunikasi 3. Tingkah laku berulang dan terbatas A. Adanya gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak yang lahir merupakan sebuah karunia yang besar bagi orang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak yang lahir merupakan sebuah karunia yang besar bagi orang BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Setiap anak yang lahir merupakan sebuah karunia yang besar bagi orang tuanya. Kehadiran anak diharapkan dan ditunggu-tunggu oleh setiap pasangan yang terikat

Lebih terperinci

Chapter I AUTISMA Autisma

Chapter I AUTISMA Autisma Chapter I AUTISMA Autisma berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Penyandang autisma seakan-akan hidup di dunianya sendiri. Autisma merupakan gangguan perkembangan yang ditandai dengan adanya gangguan

Lebih terperinci

AUTISME MASA KANAK-KANAK Autis berasal dari kata auto, yg berarti sendiri. Istilah autisme diperkenalkan oleh Leo Kanner, 1943 Pandangan lama: autisme

AUTISME MASA KANAK-KANAK Autis berasal dari kata auto, yg berarti sendiri. Istilah autisme diperkenalkan oleh Leo Kanner, 1943 Pandangan lama: autisme AUTISME MASA KANAK-KANAK Autis berasal dari kata auto, yg berarti sendiri. Istilah autisme diperkenalkan oleh Leo Kanner, 1943 Pandangan lama: autisme mrpk kelainan seumur hidup. Fakta baru: autisme masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (verbal communication) dan komunikasi nonverbal (non verbal communication).

BAB I PENDAHULUAN. (verbal communication) dan komunikasi nonverbal (non verbal communication). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan salah satu aspek terpenting dan kompleks bagi kehidupan manusia. Manusia sangat dipengaruhi oleh komunikasi yang dilakukannya dengan manusia

Lebih terperinci

Apakah Autisme Itu? Author: Stanley Bratawira

Apakah Autisme Itu? Author: Stanley Bratawira Apakah Autisme Itu? A U T I S M E Gangguan Perkembangan Neurobiologis yg Kompleks, yang terjadinya atau gejalanya sudah muncul pada anak sebelum berusia Tiga tahun. Gangguan perkembangan yg terjadi mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan bagian dari keluarga, dimana sebagian besar kelahiran disambut bahagia oleh anggota keluarganya, setiap orang tua mengharapkan anak yang sehat,

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERILAKU BAGI ANAK AUTIS *)

MODIFIKASI PERILAKU BAGI ANAK AUTIS *) MODIFIKASI PERILAKU BAGI ANAK AUTIS *) Oleh Edi Purwanta Staf Pengajar PLB FIP UNY Hakikat pembelajaran tidak lain adalah upaya mengubah perilaku. Perilaku yang diharapkan merupakan tujuan utama dari proses

Lebih terperinci

Penggolongan Tahapan Perkembangan Normal Bicara dan Bahasa Pada Anak. Oleh: Ubaii Achmad

Penggolongan Tahapan Perkembangan Normal Bicara dan Bahasa Pada Anak. Oleh: Ubaii Achmad Penggolongan Tahapan Perkembangan Normal Bicara dan Bahasa Pada Anak. Oleh: Ubaii Achmad Manusia berinteraksi satu dengan yang lain melalui komunikasi dalam bentuk bahasa. Komunikasi tersebut terjadi baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Ponija, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Ponija, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari interaksi dengan lingkungan sekitarnya dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhannya. Hal tersebut

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KETRAMPILAN KOMUNIKASI PADA ANAK AUTIS ADRIANA S. GINANJAR

MENINGKATKAN KETRAMPILAN KOMUNIKASI PADA ANAK AUTIS ADRIANA S. GINANJAR MENINGKATKAN KETRAMPILAN KOMUNIKASI PADA ANAK AUTIS ADRIANA S. GINANJAR Masalah Komunikasi Salah satu ciri utama pada gangguan autistik adalah hambatan yang besar dalam berkomunikasi dan berbicara Orangtua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses morfologi memunyai tugas untuk membentuk kata. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Proses morfologi memunyai tugas untuk membentuk kata. Sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses morfologi memunyai tugas untuk membentuk kata. Sebagian besar kata dibentuk dengan cara menggabungkan beberapa komponen yang berbeda. Proses pembentukan kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik gangguan pada interaksi sosial, komunikasi, perkembangan bahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik gangguan pada interaksi sosial, komunikasi, perkembangan bahasa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Autism spektrum disorders adalah gangguan perkembangan pada anak dengan karakteristik gangguan pada interaksi sosial, komunikasi, perkembangan bahasa yang abnormal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Istilah autisme sudah cukup familiar di kalangan masyarakat saat ini, karena media baik media elektronik maupun media massa memberikan informasi secara lebih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tematik 2.1.1 Pengertian Tematik Menurut Hadi Subroto (2000:9), pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang diawali dengan suatu tema tertentu yang mengaitkan dengan pokok

Lebih terperinci

2015 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PROGRAM SON-RISE PADA KELUARGA DALAM MENGURANGI PERILAKU OFF-TASK PADA ANAK AUTIS

2015 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PROGRAM SON-RISE PADA KELUARGA DALAM MENGURANGI PERILAKU OFF-TASK PADA ANAK AUTIS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Autis bukan sesuatu hal yang baru lagi bagi dunia, pun di Indonesia, melainkan suatu permasalahan gangguan perkembangan yang mendalam di seluruh dunia termasuk

Lebih terperinci

MEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK BAGI PENGEMBANGAN ASPEK SENI ANAK USIA DINI Oleh: Nelva Rolina

MEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK BAGI PENGEMBANGAN ASPEK SENI ANAK USIA DINI Oleh: Nelva Rolina MEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK BAGI PENGEMBANGAN ASPEK SENI ANAK USIA DINI Oleh: Nelva Rolina PENDAHULUAN Pendidikan anak usia dini yang menjadi pondasi bagi pendidikan selanjutnya sudah seharusnya

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Afasia broca adalah gangguan pengutaraan atau gangguan produksi berbahasa yang ada hubungannya dengan komunikasi. Gangguan berbahasa ini terjadi, umumnya pada orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Autis adalah suatu gejala psikosis pada anak-anak yang unik dan menonjol yang sering disebut Sindrom Kanner yang dicirikan dengan ekspresi wajah yang kosong

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. anak menilai bahwa perilaku tantrum adalah suatu perilaku yang masih

BAB V PEMBAHASAN. anak menilai bahwa perilaku tantrum adalah suatu perilaku yang masih BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Pada anak autis perilaku tantrum sering muncul sebagai problem penyerta kerena ketidakstabilan emosinya, banyak ahli perkembangan anak menilai bahwa perilaku tantrum adalah

Lebih terperinci

APLIKASI KOMUNIKASI NON-VERBAL DI DALAM KELAS

APLIKASI KOMUNIKASI NON-VERBAL DI DALAM KELAS APLIKASI KOMUNIKASI NON-VERBAL DI DALAM KELAS Maisarah, S.S., M.Si Inmai5@yahoo.com Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang Abstrak Artikel ini berisi tentang pentingnya komunikasi non verbal di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya. Masa ini dapat disebut juga sebagai The Golden Age atau masa. pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya. Masa ini dapat disebut juga sebagai The Golden Age atau masa. pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berkembang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah investasi masa depan bagi keluarga dan bangsa yang sedang menjalani proses perkembangan dengan pesat untuk menjalani kehidupan selanjutnya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan aset bangsa yang berharga, generasi penerus yang kelak akan

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan aset bangsa yang berharga, generasi penerus yang kelak akan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan aset bangsa yang berharga, generasi penerus yang kelak akan memajukan negara. Untuk menjadi generasi penerus bangsa, tentunya harus menjadi anak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial masyarakat yang diakibatkan oleh kemajuan teknologi, perubahan

BAB I PENDAHULUAN. sosial masyarakat yang diakibatkan oleh kemajuan teknologi, perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia berkembang melalui proses pendidikan, melahirkan suatu pandangan bahwa pendidikan pada dasarnya sebagai pelayanan untuk membantu pengembangan personel sepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sistriadini Alamsyah Sidik, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sistriadini Alamsyah Sidik, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu fungsi manusia selain sebagai makhluk individu adalah sebagai makhluk sosial. Dengan fungsi tersebut, antara satu individu dengan individu lain

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana atau alat komunikasi yang sangat menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat penting sebagai sarana ilmu dan budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat berkembang secara baik atau tidak. Karena setiap manusia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat berkembang secara baik atau tidak. Karena setiap manusia memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Setiap orang tua menginginkan anaknya lahir secara sehat sesuai dengan pertumbuhannya. Akan tetapi pola asuh orang tua yang menjadikan pertumbuhan anak tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang anak juga merupakan suatu kesatuan yang utuh, pembagian tersebut semata-mata

BAB I PENDAHULUAN. seorang anak juga merupakan suatu kesatuan yang utuh, pembagian tersebut semata-mata BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan anak merupakan hal yang sangat kompleks, meliputi perkembangan motorik, perseptual, bahasa, kognitif, dan sosial. Selain itu, perkembangan seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dari hari ke hari istilah autisme semakin banyak diperbincangkan di

BAB I PENDAHULUAN. Dari hari ke hari istilah autisme semakin banyak diperbincangkan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari hari ke hari istilah autisme semakin banyak diperbincangkan di mana-mana. Hal ini mengindikasikan bahwa perkembangan autisme semakin lama semakin meningkat. Namun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan manusia banyak didukung dari beberapa faktor,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan manusia banyak didukung dari beberapa faktor, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan manusia banyak didukung dari beberapa faktor, diantaranya adalah faktor kesehatan, gizi, dan mental atau psikologis, dimana faktor-faktor tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada dua proses yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi.

BAB I PENDAHULUAN. ada dua proses yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang anak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya (Simanjuntak:1987:157).

Lebih terperinci

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kemampuan keterampilan dan sikap. Seseorang dapat belajar dari pengalaman sendiri maupun pengalaman

Lebih terperinci

GURU DENGAN PEMAHAMAN PERILAKU KOMUNIKASI ANAK DENGAN AUTISM

GURU DENGAN PEMAHAMAN PERILAKU KOMUNIKASI ANAK DENGAN AUTISM GURU DENGAN PEMAHAMAN PERILAKU KOMUNIKASI ANAK DENGAN AUTISM Ade Dian Firdiana Email: adedianfirdiana@gmail.com Terapis Perilaku Pusat Layanan Autis Kota Malang Abstract: One of the developmental characteristics

Lebih terperinci

Oleh TIM TERAPIS BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KHUSUS DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH

Oleh TIM TERAPIS BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KHUSUS DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH Oleh TIM TERAPIS BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KHUSUS DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH Pendahuluan Tidak ada anak manusia yang diciptakan sama satu dengan lainnya Tidak ada satupun manusia tidak memiliki

Lebih terperinci

ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Apakah yang dimaksud dengan ABK (exceptional children)? a. berkaitan dengan konsep/istilah disability = keterbatasan b. bersinggungan dengan tumbuh kembang normal--abnormal, tumbuh

Lebih terperinci

PENANGANAN ANAK AUTISTIK

PENANGANAN ANAK AUTISTIK PENANGANAN ANAK AUTISTIK Oleh Prof. Dr.Bandi Delphie, M.A, S.E Berdasarkan penelitian genetika, khususnya pada neurologis, yang dilakukan pada dewasa ini terhadap kasus utama autism ternyata bahwa hasilnya

Lebih terperinci

SEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK

SEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK SEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK Oleh Augustina K. Priyanto, S.Psi. Konsultan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus dan Orang Tua Anak Autistik Berbagai pendapat berkembang mengenai ide sekolah reguler bagi anak

Lebih terperinci

Seri penyuluhan kesehatan

Seri penyuluhan kesehatan Seri penyuluhan kesehatan Penyakit Autisme Klinik Umiyah Jl. Lingkar Utara Purworejo, Jawa Tengah, Indonesia Pengertian dan gejala Autisme Autisme adalah salah satu dari sekelompok masalah gangguan perkembangan

Lebih terperinci

UPAYA MEMBANTU ANAK AUTIS Mohamad Sugiarmin

UPAYA MEMBANTU ANAK AUTIS Mohamad Sugiarmin UPAYA MEMBANTU ANAK AUTIS Mohamad Sugiarmin Apa itu anak autis? Anak autis adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan, biasanya mulai muncul sebelum usia tiga tahun. Gangguan ini menyebabkan kesulitan

Lebih terperinci

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI Rita Eka Izzaty SETUJUKAH BAHWA Setiap anak cerdas Setiap anak manis Setiap anak pintar Setiap anak hebat MENGAPA ANAK SEJAK USIA DINI PENTING UNTUK DIASUH DAN DIDIDIK DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian setiap orang. Ketika menikah, tentunya orang berkeinginan untuk mempunyai sebuah keluarga yang

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PERKEMBANGAN KOMUNIKASI ANAK PERVASIVE DEVELOPMENTAL DISORDER

IDENTIFIKASI PERKEMBANGAN KOMUNIKASI ANAK PERVASIVE DEVELOPMENTAL DISORDER IDENTIFIKASI PERKEMBANGAN KOMUNIKASI ANAK PERVASIVE DEVELOPMENTAL DISORDER Muhammad Nurrohman Jauhari M.Pd Program studi PG-PAUD Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Adi Buana Email :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi. Setiap pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. Pada awal tahun 1990-an, jumlah penyandang autisme diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. Pada awal tahun 1990-an, jumlah penyandang autisme diperkirakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, jumlah kasus autisme mengalami peningkatan yang signifikan di seluruh dunia. Pada awal tahun 1990-an, jumlah penyandang autisme diperkirakan sekitar

Lebih terperinci

Pendahuluan. Leo Kanner 1943 : Anggapan sebenarnya : 11 kasus anak dgn kesulitan berkomunikasi. Tidak berhubungan dgn retardasi mental

Pendahuluan. Leo Kanner 1943 : Anggapan sebenarnya : 11 kasus anak dgn kesulitan berkomunikasi. Tidak berhubungan dgn retardasi mental AUTISME Pendahuluan Leo Kanner 1943 : 11 kasus anak dgn kesulitan berkomunikasi Disebut Autisme infantil Tidak berhubungan dgn retardasi mental Anggapan sebenarnya : 75 80% ada retardasi mental Istilah

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK PRASEKOLAH

PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK PRASEKOLAH PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK PRASEKOLAH Pendahuluan Pada hakikatnya, anak manusia, ketika dilahirkan telah dibekali dengan bermacam-macam potensi yakni kemungkinan-kemungkinan untuk berkembang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Gangguan autistik muncul sekitar tahun 1990-an. Autistik mulai dikenal secara luas sekitar tahun 2000-an (Yuwono, 2009: 1). Berbicara adalah salah satu aspek yang sangat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi Komunikasi antarpribadi disebut juga dengan komunikasi interpersonal (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang semenjak bayi, kemampuan berbicara erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang semenjak bayi, kemampuan berbicara erat kaitannya dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH PENELITIAN Berbicara adalah salah satu dari keterampilan bahasa yang ditekankan pencapaiannya melalui Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang ada dalam

Lebih terperinci

adapun tahap-tahap perkembangan anak sesuai dengan usianya sebagai berikut:

adapun tahap-tahap perkembangan anak sesuai dengan usianya sebagai berikut: Aspek Aspek Perkembangan Anak Ditulis oleh : Sanjaya Yasin Perkembangan Anak.inilah yang menarik darianak karena anak berkebang tidak secara serentak, dalam artian anak berkembang secara bertahap sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan merasa sedih apabila anak yang dimiliki lahir dengan kondisi fisik yang tidak. sempurna atau mengalami hambatan perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN. akan merasa sedih apabila anak yang dimiliki lahir dengan kondisi fisik yang tidak. sempurna atau mengalami hambatan perkembangan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelahiran anak merupakan dambaan setiap keluarga yang tidak ternilai harganya. Anak adalah anugerah yang diberikan Tuhan, yang harus dijaga, dirawat, dan diberi bekal

Lebih terperinci

Pendidikan Anak Autistk Bandi Delphie KATA PENGANTAR

Pendidikan Anak Autistk Bandi Delphie KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Begitu serasi dan sangat sempurnanya jalinan kerja sama yang terjadi antara otak dengan daya pikir dan motorik kita, sehingga perasaan-perasaan, pikiran-pikiran dan kegiatan-kegiatan hanya

Lebih terperinci

MENGAJARKAN BAHASA DAN KOMUNIKASI PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

MENGAJARKAN BAHASA DAN KOMUNIKASI PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS MENGAJARKAN BAHASA DAN KOMUNIKASI PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Asuhan: H i d a y a t (Dosen PLB & Psikiologi FIP UPI) Satu kemampuan dari berbagai berbagai kemampuan lain yang sangat penting bagi anak

Lebih terperinci

MENGENAL ANAK ASPERGER Oleh : L. Rini Sugiarti, M.Si, psikolog*

MENGENAL ANAK ASPERGER Oleh : L. Rini Sugiarti, M.Si, psikolog* MENGENAL ANAK ASPERGER Oleh : L. Rini Sugiarti, M.Si, psikolog* Mengapa ada anak yang tampak menyendiri, ketika anak anak lain sebayanya sedang asyik bermain? Mengapa ada anak yang tampak sibuk berbicara

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PERKEMBANGAN KOMUNIKASI ANAK PERVASIVE DEVELOPMENTAL DISORDER

IDENTIFIKASI PERKEMBANGAN KOMUNIKASI ANAK PERVASIVE DEVELOPMENTAL DISORDER IDENTIFIKASI PERKEMBANGAN KOMUNIKASI ANAK PERVASIVE DEVELOPMENTAL DISORDER Muhammad Nurrohman Jauhari Program studi PG-PAUD Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Adi Buana muhammadnurrohmanjauhari@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memiliki anak merupakan hal yang ditunggu-tunggu dan sangat. menggembirakan bagi pasangan suami istri. Kehdiran anak bukan saja

BAB I PENDAHULUAN. Memiliki anak merupakan hal yang ditunggu-tunggu dan sangat. menggembirakan bagi pasangan suami istri. Kehdiran anak bukan saja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memiliki anak merupakan hal yang ditunggu-tunggu dan sangat menggembirakan bagi pasangan suami istri. Kehdiran anak bukan saja mempererat tali cinta pasangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk penguasaan konsep sepanjang kehidupan mereka. Semua indera yang

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk penguasaan konsep sepanjang kehidupan mereka. Semua indera yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Seorang individu dilahirkan dengan berbagai macam indera yang sangat dibutuhkan untuk penguasaan konsep sepanjang kehidupan mereka. Semua indera yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali rangsang dari lingkungannya. Perilaku yang kita ketahui, baik pengalaman kita sendiri ataupun

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA TAMAN KANAK-KANAK KOTA A DISUSUN OLEH: MARYANI.M SEMESTER 4 PROGRAM STUDI S1 PAUD

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA TAMAN KANAK-KANAK KOTA A DISUSUN OLEH: MARYANI.M SEMESTER 4 PROGRAM STUDI S1 PAUD MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA TAMAN KANAK-KANAK KOTA A DISUSUN OLEH: MARYANI.M SEMESTER 4 PROGRAM STUDI S1 PAUD UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2012 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Autisme merupakan suatu kumpulan gejala (sindrom) yang diakibatkan oleh kerusakan saraf. Gejalanya sudah tampak sebelum anak mencapai usia tiga tahun. Penyandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Autis merupakan suatu gangguan perkembangan yang kompleks yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Autis merupakan suatu gangguan perkembangan yang kompleks yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Autis merupakan suatu gangguan perkembangan yang kompleks yang menyangkut masalah komunikasi, interaksi sosial, dan aktivitas imajinasi. Istilah autis hingga kini masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan mendasar seseorang untuk dapat berinteraksi dengan lingkungannya dengan komunikasi. Komunikasi juga merupakan bentuk penyampaian pesan dari seseorang kepada

Lebih terperinci

POLA INTERAKSI SOSIAL ANAK AUTIS DI SEKOLAH KHUSUS AUTIS. Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan. Mencapai derajat Sarjana S-1

POLA INTERAKSI SOSIAL ANAK AUTIS DI SEKOLAH KHUSUS AUTIS. Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan. Mencapai derajat Sarjana S-1 POLA INTERAKSI SOSIAL ANAK AUTIS DI SEKOLAH KHUSUS AUTIS Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Psikologi Disusun Oleh : YULI TRI ASTUTI F 100 030

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak. Autis pertama kali ditemukan oleh Kanner pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak. Autis pertama kali ditemukan oleh Kanner pada tahun 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Istilah autis sudah cukup populer di kalangan masyarakat, karena banyak media massa dan elektronik yang mencoba untuk mengupasnya secara mendalam. Autisme

Lebih terperinci

Anak Autistik dan Anak Kesulitan Belajar. Mohamad Sugiarmin Pos Indonesia Bandung, Senin 27 April 2009

Anak Autistik dan Anak Kesulitan Belajar. Mohamad Sugiarmin Pos Indonesia Bandung, Senin 27 April 2009 Anak Autistik dan Anak Kesulitan Belajar Mohamad Sugiarmin Pos Indonesia Bandung, Senin 27 April 2009 Pengantar Variasi potensi dan masalah yang terdapat pada ABK Pemahaman yang beragam tentang ABK Koordinasi

Lebih terperinci

Checklist Indikator. PERKEMBANGANANAK Usia 1-2 tahun. Sumber: Konsep Pengembangan PAUD Non Formal, Pusat Kurikulum Diknas, 2007

Checklist Indikator. PERKEMBANGANANAK Usia 1-2 tahun. Sumber: Konsep Pengembangan PAUD Non Formal, Pusat Kurikulum Diknas, 2007 -2 Checklist Indikator PERKEMBANGANANAK Usia 1-2 tahun Sumber: Konsep Pengembangan PAUD Non Formal, Pusat Kurikulum Diknas, 2007 Diolah oleh: http://www.rumahinspirasi.com MORAL & NILAI AGAMA a. Dapat

Lebih terperinci

Lampiran 1. Tabel keputusan

Lampiran 1. Tabel keputusan Lampiran 1 Tabel keputusan No 1. Umur (U) DIAGNOSA/SPEKT GEJALA (G) RUM (S) Interval Gejala umum (keseluruhan) S1 S2 S3 S4 S 5 Bayi tampak terlalu tenang ( jarang menangis) Terlalu sensitif, cepat terganggu/terusik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Manusia mengembangkan dirinya dengan mengadakan interaksi dengan orang lain melalui bahasa. Melalui bahasa diperoleh

Lebih terperinci

HAMBATAN KOMUNIKASI SECARA RESPTIF DAN EKSPRESIF

HAMBATAN KOMUNIKASI SECARA RESPTIF DAN EKSPRESIF HAMBATAN KOMUNIKASI SECARA RESPTIF DAN EKSPRESIF Buruknya interaksi dan komunikasi merupakan dua hambatan utama bagi individu untuk berkembang. Ini semua akan berdampak kepd perilaku interaksi dan komunikasi

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP ANGKA MELALUI METODE MULTISENSORI BAGI ANAK AUTIS ABSTRAK This study begins of encountered a child with autism who do not understand with the concept of numbers.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada anak-anak, diantaranya adalah ganguan konsentrasi (Attention

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada anak-anak, diantaranya adalah ganguan konsentrasi (Attention BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini banyak dijumpai berbagai macam gangguan psikologis yang terjadi pada anak-anak, diantaranya adalah ganguan konsentrasi (Attention Deficit Disorder) atau yang

Lebih terperinci

2015 KAJIAN FONETIK TERHADAP TUTURAN

2015 KAJIAN FONETIK TERHADAP TUTURAN BAB I PENDAHULUAN Dalam bab 1 diuraikan bagian pendahuluan penelitian. Adapun uraiannya meliputi (1) latar belakang, (2) identifikasi masalah, (3) batasan masalah, (4) rumusan masalah, (5) tujuan penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan anak yang berbeda-beda. Begitu pula dengan pendidikan dan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan anak yang berbeda-beda. Begitu pula dengan pendidikan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penanganan untuk anak berkebutuhan khusus menjadi suatu tantangan tersendiri bagi penyelenggara pendidikan luar biasa mengingat karakteristik dan kebutuhan anak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan ini, tidak semua orang berada pada kondisi fisik yang sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Disabilitas adalah istilah yang meliputi gangguan, keterbatasan aktivitas,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Disabilitas adalah istilah yang meliputi gangguan, keterbatasan aktivitas, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Disabilitas adalah istilah yang meliputi gangguan, keterbatasan aktivitas, dan pembatasan partisipasi. Gangguan adalah sebuah masalah pada fungsi tubuh atau

Lebih terperinci

KONSEP INTERAKSI KOMUNIKASI PENDAHULUAN

KONSEP INTERAKSI KOMUNIKASI PENDAHULUAN KONSEP INTERAKSI KOMUNIKASI PENDAHULUAN Keterampilan berkomunikasi merupakan suatu kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap individu. Melalui komunikasi individu akan merasakan kepuasan, kesenangan atau

Lebih terperinci