BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
|
|
- Ade Irawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan investasi dalam ekonomi syariah merupakan kegiatan muamalah yang sangat dianjurkan. Karena dengan berinvestasi, harta yang dimiliki menjadi lebih produktif dan mendatangkan manfaat bagi pertumbuhan ekonomi dan masyarakat secara luas. Menurut Iman (4:2008), investasi adalah pengorbanan yang dilakukan masa sekarang untuk mengharapkan imbalan yang akan terjadi di masa yang akan datang. Pasar modal menjadi salah satu alternatif investasi bagi para investor selain alternatif lainnya seperti, menabung di bank, membeli emas, asuransi, tanah dan bangunan, dan sebagainya.investasi dengan pemilikan efek syariah dapat dilakukan di pasar modal baik secara langsung pada saat penawaran perdana atau IPO (Initial Public Offering) maupun melalui transaksi pada pasar sekunder di bursa efek. (Wafa, 2010) Salah satu produk investasi syariah yang berkembang saat ini di Indonesia adalah sukuk. Sukuk dipandang sebagai alternatif yang lebih baik daripada berutang keluar negeri karena mengandung unsur kerja sama investasi, berbagi risiko, dan keterlibatan aset (proyek riil) yang juga mendasari penerbitan sukuk. Di Indonesia, perkembangan sukuk terlihat dari penerbitan sukuk di pasar modal yang telah mencapai 46 sukuk yang diterbitkan oleh 28 emiten. Sampai dengan November 2010, jumlah sukuk yang telah dilunasi seluruhnya sebanyak 15 sukuk. Dengan demikian, dari 46 sukuk yang telah diterbitkan tersebut, jumlah sukuk yang masih beredar sebanyak 31 sukuk yang diterbitkan oleh 15 emiten. Berikut grafik perbandingan total penerbitan sukuk dibandingkan dengan total penerbitan obligasi dari tahun 2002 November
2 Sumber : Bapepam-LK Gambar 1.1 Total Penerbitan Sukuk dan Total Penerbitan Obligasi & Sukuk Selain itu, perkembangan pasar modal syariah di Indonesia pun telah mengalami kemajuan. Sebagai gambaran dari kemajuan tersebut ialah telah diterbitkannya lima Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) No. 20 tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Reksadana Syariah, No.32 tahun 2002 tentang Obligasi Syariah, No.33 tahun 2002 tentang Obligasi Syariah Mudharabah, No.40 tahun 2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum, dan No.41 tahun 2004 tentang Obligasi Syariah Ijarah. Terkait dengan diterbitkannya fatwa-fatwa tersebut, serta Undang-Undang Nomor 19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara, pemerintah pusat memiliki kewenangan untuk menerbitkan Surat Berharga Syariah Negara (selanjutnya SBSN) dan dilaksanakan oleh Menteri Keuangan. Diterbitkannya Undang-Undang SBSN tersebut memberikan harapan di tengah APBN yang selalu defisit untuk bisa mendorong tersedianya sumber keuangan alternatif bagi negara guna menarik dana dari investor. Surat Berharga Syariah Negara atau sukuk negaraterdiri atas empat seri, yaitu seri IFR (Ijara Fixed Rate) yang diterbitkan pemerintah di pasar perdana dalam negeri yang ditujukan bagi investor dengan nominal pembelian yang 2
3 cukup besar, seri SR (Sukuk Ritel) yang diterbitkan pemerintah dengan cara bookbuilding dipasar perdana dalam negeri yang ditujukan bagi investor individu atau orang perseorangan Warga Negara Indonesia, seri SNI (Sukuk Negara Indonesia yang diterbitkan pemerintah dalam denominasi valuta asing (US dollar) dengan cara bookbuilding, dan seri SDHI (Sukuk Dana Haji Indonesia) yang diterbitkan berdasarkan penempatan Dana Haji dan Dana Abadi Umat dalam SBSN oleh Departemen Agama dengan cara private placement. Ada yang menarik dari salah satu seri SBSN, yaitu sukuk ritel. Sukuk ritel adalah surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, yang ditujukan untuk investor perorangan. Seri ini telah diterbitkan hingga 4 kali, diantaranya seri SR-001, SR-002, SR-003 dan SR-004. Selama empat kali seri tersebut diterbitkan, terlihat ada permintaan yang berfluktuasi. Permintaan terhadap sukuk ritel dapat ditunjukkan denganstatistik jumlah investor untuk pembelian sukuk ritel seri SR-001 hingga SR-003 di pasar perdana SR-001 SR-002 SR-003 SR-004 Sumber: Direktorat Jendral Pengelolaan Utang Gambar 1.2 Statistik Jumlah Investor Dari gambar di atas menunjukkan bahwa jumlah investor yang membeli sukuk ritel mulai dari seri SR-001 hingga SR-004, mengalami fluktuasi. Terjadi peningkatan investor dari SR-001 ke SR-002 sebesar 20,54%. Meskipun terjadi penurunan jumlah investor pada seri SR-003 sebesar 10,12%, tetapi SR-003 ini 3
4 tetap memiliki jumlah yang lebih besar dari SR-001. Kemudian terjadi kembali kenaikan investor dari seri SR-003 ke seri SR-004 sebesar 13,68% dan seri inilah yang memiliki jumlah investor terbanyak dibandingkan dengan seri-seri yang lain. Kemudian, hasil penjualan sukuk ritel di pasar perdana yang dilaporkan oleh agen penjual pun memperlihatkan permintaan masyarakat terhadap produk investasi ini. Berikut data target penjualan dan hasil penjualan pada sukuk ritel dari tahun 2009 hingga No Tahun penerbitan Seri Tabel 1.1 Hasil Penjualan Sukuk Ritel Target penjualan SR-001 Rp 1,770 Triliun SR-002 Rp 3 Triliun SR-003 Rp 6 Triliun Hasil penjualan Rp 5,55629 Triliun Rp 8,03386 Triliun Rp 7,34141 Triliun Kenaikan (%) 313,91 267,77 122, SR Rp. 13,6 Triliun Sumber : Direktorat Jendral Pengelolaan Utang, data diolah kembali - Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa target penjualan dan hasil penjualan sukuk ritel dari seri SR-001 hingga SR-004 sangat meleset dari perkiraan pemerintah. Untuk seri SR-001 dengan masa penawaran mulai tanggal 30 Januari 2009 hingga 20 Februari 2009, total hasil penjualan yang disampaikan agen penjual sebesar Rp meningkat sebesar 313,91% dari nilai target penjualan yaitu sebesar Rp Kemudian seri SR-002, dengan masa penawaran 25 Januari 2010 hingga 25 Februari 2010, total hasil penjualannya sebesar Rp meningkat sebesar 267,77% dari nilai target penjualan yang diperkirakan pemerintah sebesar Rp Untuk seri terakhir yaitu seri SR-003 dengan masa penawaran dari tanggal 7 Februari 2011 sampai dengan 18 Februari 2011, total hasil penjualannya sebesar Rp meningkat sebesar 122,36% dari target penjualan dengan nilai Rp 6 Triliun. Sedangkan seri SR-004 dengan masa penawaran dari tanggal 5 4
5 Maret 2012 sampai dengan 16 Maret 2012, untuk jumlah total pemesanan yang masuk sampai penutupan masa penawaran yaitu sebesar Rp 19 Triliun, tetapi Direktur DJPU atas nama Menteri Keuangan menetapkan pemesanan pembelian hanya sebesar Rp 13,6 Triliun. Selain itu, permintaan pun dapat ditunjukkan dengan frekuensi dan volume perdagangan di pasar sekunder. Berikut grafik mengenai perkembangan sukuk ritel di pasar sekunder mulai dari periode Februari 2009 hingga Februari 2012 khusus untuk seri SR-001. Volume dan Frekuensi Perdagangan SR , , , , , , ,000 0,000 Feb-09 Apr-09 Jun-09 Agust-09 Okt-09 Des-09 Feb-10 Apr-10 Jun-10 Agust-10 Okt-10 Des-10 Feb-11 Apr-11 Jun-11 Agust-11 Okt-11 Des-11 Feb-12 Volume Frekuensi Sumber : Bursa Efek Indonesia, data diolah kembali Gambar 1.3 Volume dan Frekuensi Perdagangan SR-001 Berdasarkan grafik di atas bahwa fluktuasi permintaan masyarakat terhadap sukuk ritel di pasar sekunder dapat dilihat dari volume dan frekuensinya. Di awal periode penelitian volume perdagangan sebesar Rp 1990,06 miliar tetapi di akhir periode nominal volume perdagangan menurun menjadi Rp 754,4 miliar serta puncaknya terjadi pada periode Mei 2009 sebesar Rp 3034,22 miliar. Frekuensi perdagangan terjadi puncaknya sama dengan puncaknya volume perdagangan, yaitu pada periode Mei 2009 sebanyak 1544 kali. Di awal periode penelitian, frekuensi perdagangan sebanyak 318 kali, sedangkan di akhir periode terjadi penurunan pula menjadi 103 kali. 5
6 Keunggulan yang dimiliki sukuk ritel dapat mendorong permintaan masyarakat terhadap produk syariah ini. Dirjen Direktorat Jendral Pengelolaan Utang (DJPU), Rahmat Waluyanto dalam suatu media massa menambahkan, sukuk ritel memiliki sejumlah keunggulan dibanding produk ritel Surat Berharga Negara(SBN) biasa, yakni sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, bebas risiko gagal bayar, dan bisa diperdagangkan. Selain itu, sukuk ritel memberikan kupon atau imbal hasil yang lebih tinggi dari bunga deposito dan dapat dibayarkan setiap bulannya. Namun, penurunan permintaan terhadap sukuk ritel pun dapat disebabkan oleh adanya pesaing dari sukuk ritel yang lebih menguntungkan investor. Menurut Idris dalam Evaluation of Research Developments on the Islamic Securities (Sukuk), penerbitan sukuk telah memberikan kontribusi yang sangat besar dalam peningkatan untuk mengembangkan infrastruktur di banyak negara muslim, serta mampu memenuhi permintaan komunitas muslim terutama bagi mereka yang tinggal di negara non muslim dimana sistem perbankan dan instrumen pasar modal beroperasi sepenuhnya berdasarkan sistem konvensional. Faktor-faktor yang mempengaruhi animo masyarakat terhadap obligasi baik yang berdasarkan prinsip syariah maupun konvensional dapat dijelaskan oleh beberapa penelitian sebelumnya. Menurut Lubis (2009), permintaan terhadap obligasi swasta di Indonesia dapat dipengaruhi oleh nilai kurs rupiah, suku bunga deposito, produk domestik bruto. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa nilai kurs rupiah dan produk domestik bruto memberikan pengaruh positif terhadap permintaan obligasi, sedangkan suku bunga deposito memberikan pengaruh negatif yaitu dapat menurunkan tingkat permintaan terhadap obligasi swasta di Indonesia. Selain itu, permintaan terhadap sukuk ritel khususnya sukuk ritel dengan seri SR-001 menurut Wafa (2010), dapat dilihat dari variabel-variabel seperti tingkat suku bunga deposito perbankan, tingkat nisbah bagi hasil deposito perbankan, harga sukuk ritel, dan harga obligasi lain. Dan hasilnya menunjukkan bahwa variabel-variabel independen tersebut memberikan pengaruh yang 6
7 signifikan terhadap permintaan sukuk ritel seri SR-001 baik secara parsial maupun simultan. Setelah melihat hasil dari kedua penelitian tersebut, terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi permintaan obligasi konvensional maupun syariah di Indonesia. Faktor suku bunga yang tinggi akan membuat investasi di sektor perbankan konvensional menarik, kurs memberikan peluang bagi pemilik dana untuk meraih keuntungan dari perbedaan kurs mata uang antar negara, pertumbuhan produk domestik bruto di Indonesia dapat mencerminkan peningkatan pendapatan masyarakat, harga sukuk ritel dan harga obligasi konvensional di bursa efek dapat menjadi pertimbangan untuk memutuskan pemilihan produk investasi. Dari penjelasan faktor-faktor di atas, penulis akan mencoba untuk menggambarkan permintaan sukuk ritel di Indonesia dengan melihat beberapa faktor yang mempengaruhinya melalui pemodelan. Kemudian, membuat prediksi permintaan dengan melihat beberapa perubahan laju dari variabel independen serta membuat analisis kebijakan untuk pengembangan sukuk ritel. Fokus dari penelitian ini ialah untuk memaksimalkan produk sukuk ritel, sehingga dapat digunakan sebagai instrumen pendukung pembangunan infrastruktur negara serta untuk meneliti permintaan sukuk ritel di pasar sekunder. Untuk melakukan penelitian ini, pendekatan System Dynamics merupakan metode yang tepat untuk melakukan pengkajianterhadap permasalahan serta dapat memberikan pemecahan terhadap suatu masalah dengan melakukan analisis kebijakan. Menurut Maani dan Cavana dalam Abdillah (2006), sistem adalah kumpulan berbagai komponen yang saling berinteraksi satu dengan yang lain untuk mencapai fungsi secara utuh. Istilah dinamik mengacu pada perubahan waktu dan sesuatu yang dinamis tentu akan terus menerus berubah. Dengan demikian, sistem dinamik adalah metodologi yang digunakan untuk mengerti bagaimana sistem itu terus berubah. Setelah mengetahui komponen-komponen yang membangun sistem tersebut, maka dibuat suatu model sebagai peniruan terhadap realitas yang dapat mencerminkan permasalahan yang akan dikaji, dalam hal ini permintaan terhadap 7
8 sukuk ritel dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Setelah itu, dilakukan pengolahan dengan perangkat lunak Powersim (software System Dynamics). Kemudian, membuat skenario kebijakan melalui simulasi model yang telah dibuat, sehingga dapat menghasilkan beberapa skenario kebijakan untuk pengembangan sukuk ritel di masa yang akan datang. Oleh karena itu berdasarkan pemikiran di atas, penulis bermaksud untuk melakukan penelitian yang berjudul Pemodelan Permintaan Sukuk Ritel dengan Pendekatan System Dynamics. 1.2 Rumusan Masalah dan Batasan Masalah Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat dikaji dalam penelitian ini, yaitu : 1. Bagaimana membuat pemodelan permintaan sukuk ritel Indonesia dengan pendekatan System Dynamics? 2. Bagaimana prediksi permintaan sukuk ritel Indonesia selama tiga tahun ke depan dengan beberapa perubahan laju variabel independen? 3. Kebijakan apa yang dapat diambil pemerintah untuk pengembangan sukuk ritel Indonesia? Batasan masalah Pembatasan masalah ini bertujuan untuk lebih memfokuskan kajian yang akan diteliti, sehingga akan tercapai dalam waktu yang singkat. Batasan dalam penelitian ini : 1. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi permintaan sukuk ritel yaitu suku bunga deposito 1 bulan,kurs mata uang rupiah, produk domestik bruto, harga sukuk ritel, dan harga obligasi ritel. 2. Sukuk ritel yang digunakan ialah sukuk ritel seri SR-001 karena seri ini yang pertama diterbitkan yaitu pada tahun 2009 sesuai dengan dimulainya periode penelitian. 8
9 3. Obligasi ritel yang dijadikan sebagai variabel penelitian yaitu obligasi ritel seri ORI-004 karenaori tersebut memiliki frekuensi perdagangan yang besar, sehingga dapat dijadikan sebagai pesaing dari Sukuk Ritel SR Data yang diambil merupakan data bulanan yang diperoleh dari data yang dipublikasikan, baik dari websitemaupun data yang diperoleh langsung dari lembaga, diantaranya Bursa Efek Indonesia, Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia, dan Direktorat Pembiayaan Syariah. 5. Runtut waktu yang diteliti selama tiga tahun, dimulai dari bulan Februari 2009 sampai dengan Februari Tujuan dan Manfaat Tujuan Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan di atas, penelitian ini bertujuan sebagai berikut : 1. Membuat pemodelan permintaan sukuk ritel Indonesia dengan pendekatan System Dynamics. 2. Mengetahui prediksi permintaan sukuk ritel Indonesia selama tiga tahun ke depan dengan beberapa perubahan laju variabel independen. 3. Membuat dan menganalisa kebijakan yang dapat diambil oleh pemerintahuntuk pengembangan sukuk ritel Indonesia Manfaat Penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak tertentu, diantaranya : 1. Bagi investor dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam menginvestasikan dananya pada sukuk, terutama sukuk ritel yang kini menjadi primadona dalam berinvestasi. 2. Bagi emiten sukuk ritel yaitu pemerintah, penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai acuan dalam menentukan kebijakannya, baik mengenai penerbitan sukuk negara di masa yang akan datang maupun baik peningkatan transaksi perdagangan sukuk ritel di pasar sekunder serta menarik para investor untuk menanamkan modalnya pada proyek-proyek infrastruktur di Indonesia. 9
10 3. Bagi emiten obligasi syariah, dapat digunakan sebagai benchmark untuk melakukan penerbitan obligasi syariah sebagai alternatif penghimpunan bagi perusahaannya. 4. Bagi penulis, dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pula untuk mencoba berinvestasi pada instrumen keuangan syariah, terutama sukuk negara ritel yang memiliki banyak keuntungan. 5. Bagi pembaca, dapat dimanfaatkan sebagai penambah wawasan mengenai investasi pada instrumen keuangan syariah serta mengajak untuk berpartisipasi dalam berinvestasi. 6. Mengembangkan instrumen syariah terutama sukuk ritel sebagai instrumen keuangan yang berperan penting dalam pembangunan ekonomi Indonesia. 10
BAB 1 PENDAHULUAN. lembaga perantara dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara dibidang keuangan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pasar modal syariah. Masalah asymmetric information yang dihadapi oleh industri
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk beragama Islam terbesar di dunia. Potensi ini seharusnya bisa menjadi pasar yang besar bagi industri perbankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saat ini. Banyak industri dan perusahaan yang menggunakan institusi pasar modal. berkaitan dengan efek. (Indonesia Stock Exchange).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak pilihan orang untuk menanamkan modalnya dalam bentuk investasi. Salah satu bentuk investasi adalah menanamkan hartanya di pasar modal. Pasar modal pada dasarnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan dengan surat utang (debt instrument), misalnya obligasi. Keuntungan dari
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan memerlukan dana yang bersumber dari luar perusahaan untuk pengembangan usahanya. Dana luar itu, selain berupa pinjaman dari bank dapat pula dilakukan
Lebih terperinciSurat Berharga Syariah Negara
Lampiran 13 LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA TA 2011 I. PENDAHULUAN Laporan Pertanggungjawaban Pengelolaan Surat Berharga Negara ini disusun untuk memenuhi amanat pasal 16 Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang membeli obligasi disebut pemegang obligasi (bondholder) yang akan menerima
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan dunia investasi semakin marak. Banyaknya masyarakat yang tertarik dan masuk ke bursa untuk melakukan investasi menambah semakin berkembangnya
Lebih terperinciLAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA TA 2010
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA TA 2010 I. PENDAHULUAN Laporan Pertanggungjawaban Pengelolaan Surat Berharga Negara ini disusun untuk memenuhi amanat pasal 16 Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bersifat hutang dikenal dengan nama obligasi (Husnan, 2001:4).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan
BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Surat Berharga Negara (SBN) dipandang oleh pemerintah sebagai instrumen pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan agreement). Kondisi APBN
Lebih terperinciLAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA TAHUN 2009
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA TAHUN 2009 DISAMPAIKAN SEBAGAI BAGIAN DARI PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBN 2009 LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi pemicu kenaikan jumlah nominal utang pemerintah Indonesia (DJPU,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pasar keuangan global yang sangat cepat dan semakin terintegrasi telah mengakibatkan pasar obligasi memainkan peranan penting sebagai alternatif sumber
Lebih terperinciSukuk Negara Ritel. Instrumen Investasi berbasis Syariah yang Aman dan Menguntungkan
Instrumen Investasi berbasis Syariah yang Aman dan Menguntungkan Disampaikan pada acara Marketing seri SR-007 Tahun 2015 Dasar Hukum Undang-Undang: UU Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah
Lebih terperinciEdisi Tahun 2013 DIREKTORAT PEMBIAYAAN SYARIAH DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN
Edisi Tahun 2013 DIREKTORAT PEMBIAYAAN SYARIAH DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN Istilah yang berasal dari Bahasa Arab: (ص ك ( Sakk Singular (ص ك و ك) Sukuk Plural Dokumen, Sertifikat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Konsep keuangan berbasis syariah Islam (Islamic finance) dewasa ini telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep keuangan berbasis syariah Islam (Islamic finance) dewasa ini telah tumbuh secara pesat, diterima secara universal dan diadopsi tidak hanya oleh negaranegara Islam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan sangat mempengaruhi iklim usaha di Indonesia. Para pelaku bisnis harus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kondisi perekonomian baik global maupun regional dalam beberapa tahun terakhir ini mengalami pasang surut, contohnya krisis ekonomi yang terjadi di Eropa
Lebih terperinciSERI OBLIGASI NEGARA INDONESIA Mata Uang Rupiah, Sukuk Negara Ritel
RINGKASAN PRODUK SERI OBLIGASI NEGARA INDONESIA Mata Uang Rupiah, Sukuk Negara Ritel PT. Bank Permata Tbk, terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan Page 1 SERI OBLIGASI IDR NEGARA INDONESIA Mata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu suatu sistem ekonomi yang berlandaskan Al-Quran dan Al-Hadits beberapa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan dan perkembangan sistem ekonomi berbasis syariah (Islam) yaitu suatu sistem ekonomi yang berlandaskan Al-Quran dan Al-Hadits beberapa tahun terakhir
Lebih terperinciSeri SR-005. Tumbuhkan Semangat Pendidikan dengan Sukuk Negara Ritel.
Tumbuhkan Semangat Pendidikan dengan Sukuk Negara Ritel Instrumen Investasi berbasis Syariah yang Aman dan Menguntungkan www.valburysecurities.co.id 2013 PERKEMBANGAN PASAR KEUANGAN SYARIAH & SUKUK NEGARA
Lebih terperinciInvestasi Anda Untuk Indonesia Lebih Sejahtera
Investasi Untuk Pembangunan Bangsa Investasi Anda Untuk Indonesia Lebih Sejahtera KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DIREKTORAT PEMBIAYAAN SYARIAH Gedung A.A. Maramis II Lantai
Lebih terperinci2008, No c. bahwa potensi sumber pembiayaan pembangunan nasional yang menggunakan instrumen keuangan berbasis syariah yang memiliki peluang besa
No. 70, 2008 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA APBN. KEUANGAN. Pengelolaan. Pendapatan. Syariah. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4852) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciSERI OBLIGASI NEGARA INDONESIA Mata Uang Rupiah, Project Based Sukuk
RINGKASAN PRODUK SERI OBLIGASI NEGARA INDONESIA Mata Uang Rupiah, Project Based Sukuk PT. Bank Permata Tbk, terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan Page 1 SERI OBLIGASI IDR NEGARA INDONESIA Mata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Konsep keuangan berbasis syariah islam (Islamic Finance) dewasa ini telah tumbuh secara pesat, diterima secara universal dan diadopsi tidak hanya oleh
Lebih terperinciXXI. Resume Investasi Obligasi Ritel Indonesia Seri 10danSimulasi Perhitungan ORI 10. PPA Univ. Trisakti
PPA Univ. Trisakti XXI Resume Investasi Obligasi Ritel Indonesia Seri 10danSimulasi Perhitungan ORI 10 Tugas Mata Kuliah : Manajemen Keuangan dan Pasar Modal Dosen Pengajar : Ibu Susi Muchtar Mahasiswa
Lebih terperinciSukuk Ritel. Instrumen Investasi Berbasis Syariah yang Aman dan Menguntungkan
Sukuk Ritel Instrumen Investasi Berbasis Syariah yang Aman dan Menguntungkan Disampaikan pada acara Marketing Sukuk Ritel seri SR-007 Tahun 2015 Apakah? Sukuk Negara yang dijual kepada individu atau orang
Lebih terperinciLAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA TAHUN 2008
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA TAHUN 2008 DISAMPAIKAN SEBAGAI BAGIAN DARI PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBN 2008 LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kegiatan investasi di Indonesia saat ini mengalami perkembangan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kegiatan investasi di Indonesia saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini seiring dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang bagaimana
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PEMBAYARAN IMBALAN. A. Analisis Terhadap Mekanisme Pembayaran Imbalan
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PEMBAYARAN IMBALAN A. Analisis Terhadap Mekanisme Pembayaran Imbalan Pembayaran Imbalan yaitu Sukuk Negara Ritel mencerminkan besaran sewa yang mejadi hak
Lebih terperincisejak zaman Rasulullah, seperti pembiayaan, penitipan harta, pinjam-meminjam uang, bahkan pengiriman uang. Akan tetapi, pada saat itu, fungsi-fungsi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan fungsi-fungsi perbankan sebenarnya telah menjadi tradisi sejak zaman Rasulullah, seperti pembiayaan, penitipan harta, pinjam-meminjam uang, bahkan
Lebih terperinciORI OBLIGASI NEGARA RITEL
ORI OBLIGASI NEGARA RITEL PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK sebagai AGEN PENJUAL Oktober 2011 ORI Outline Sekilas Tentang ORI Cara Pembelian dan Perdagangan ORI Keuntungan dan Risiko Investasi di
Lebih terperinciNo. 18/29/DPM Jakarta, 29 November 2016 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA
No. 18/29/DPM Jakarta, 29 November 2016 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA Perihal : Kriteria dan Persyaratan Surat Berharga, Peserta, dan Lembaga Perantara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. macam instrumen keuangan seperti hutang (obligasi), saham, instrumen
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal merupakan pasar yang memperjualbelikan berbagai macam instrumen keuangan seperti hutang (obligasi), saham, instrumen derivatif dan instrumen lainya, juga
Lebih terperinciBAB I. Surat Utang Negara (SUN) atau Obligasi Negara. Sesuai dengan Pasal 1 Undang-
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam periode 2004 2009, pembiayaan defisit APBN melalui utang menunjukkan adanya pergeseran dominasi dari pinjaman luar negeri menjadi Surat Utang Negara (SUN) atau
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Pengaruh Tingkat Suku Bunga Deposito, Gross Domestic Product (GDP), Nilai Kurs, Tingkat Inflasi, dan Jumlah Uang Beredar
Lebih terperinciF A Q OBLIGASI NEGARA RITEL SERI ORI-012
F A Q OBLIGASI NEGARA RITEL SERI ORI-012 1. Apakah yang dimaksud dengan Surat Utang Negara? Yaitu surat berharga yang berupa surat pengakuan hutang dari pemerintah dalam mata uang Rupiah maupun Valuta
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa strategi dan kebijakan
Lebih terperinciSeri ORI004. Direktorat Surat Berharga Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Departemen Keuangan Republik Indonesia
Seri ORI004 Direktorat Surat Berharga Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Departemen Keuangan Republik Indonesia Struktur ORI004 Penerbit : Pemerintah Pusat Negara Republik Indonesia Masa Penawaran
Lebih terperinciLAPORAN HASIL PENJUALAN SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA
LAPORAN HASIL PENJUALAN SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA (SBSN/SUKUK NEGARA) SERI IFR-0001 DAN SERI IFR-0002 Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Departemen Keuangan RI Jakarta, 26 Agustus 2008 Persiapan
Lebih terperinciNo. 17/38/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA
No. 17/38/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA Perihal : Kriteria dan Persyaratan Surat Berharga, Peserta, dan Lembaga Perantara,
Lebih terperinciFrequently Asked Questions (FAQ) Sukuk Negara Ritel SR-010
Frequently Asked Questions (FAQ) Sukuk Negara Ritel SR-010 1. Apakah yang dimaksud dengan SR-010? SR-010 adalah Sukuk Negara Ritel seri ke-10 yang merupakan Surat Berharga Syariah Negara yang diterbitkan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPATEMEN KEUANGAN. Surat Berharga Syariah Negara. Penerbitan. Penjualan.
No.67, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPATEMEN KEUANGAN. Surat Berharga Syariah Negara. Penerbitan. Penjualan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75/PMK.08/2009 TENTANG PENERBITAN
Lebih terperinciSURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA (SBSN) DAN PENGATURANNYA DI INDONESIA
Jurnal Perbankan Syariah Vol. 1 No. 2, November 2016 ISSN: 2527-6344 SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA (SBSN) DAN PENGATURANNYA DI INDONESIA Rukhul Amin Email: amin_rukhul@yahoo.com Abstrak Surat Berharga
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. Saldo Ratarata. Distribusi Bagi Hasil. Januari 1 Bulan 136,901,068,605 1,659,600, % 1,078,740, %
36 BAB IV PEMBAHASAN A. Analisis Sistem Pembagian Keuntungan Bagi Hasil deposito Syariah (Mudharabah) Pada Bank BTN Unit Usaha Syariah besar kecilnya pendapatan yang diperoleh nasabah dari deposito bergantung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aspek keadilan dalam bertransaksi. Bank berdasarkan prinsip syariah atau
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karakteristik sistem perbankan syariah yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil memberikan alternatif sistem perbankan yang saling menguntungkan bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sangat signifikan, yaitu perkembangan dunia bisnis. Perkembangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah satu dari negara muslim terbesar di dunia, merupakan pasar yang besar untuk mengembangkan industri keuangan syariah. Perkembangan ekonomi islam di Indonesia
Lebih terperinciFAQ OBLIGASI NEGARA RITEL SERI ORI-013
FAQ OBLIGASI NEGARA RITEL SERI ORI-013 1 Q Apakah yang dimaksud dengan Surat Utang Negara? A Yaitu surat berharga yang berupa surat pengakuan hutang dari pemerintah dalam mata uang Rupiah maupun Valuta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. modal menyediakan fasilitas yang mempertemukan antara pihak yang memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal yang merupakan pasar berbagai macam instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, memiliki dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi dan
Lebih terperinciPASAR MODAL INDONESIA
PASAR MODAL INDONESIA Definisi Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perusahaan menerbitkan obligasi dengan tujuan untuk menghindari risiko yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu kebijakan perusahaan agar bisa mendapatkan dana tanpa harus berutang ke perbankan dan menerbitkan saham baru adalah menerbitkan obligasi. Perusahaan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa strategi dan kebijakan pembangunan
Lebih terperinciSUN SEBAGAI INSTRUMEN PEMBIAYAAN DEFISIT APBN
SUN SEBAGAI INSTRUMEN PEMBIAYAAN DEFISIT APBN Salah satu upaya untuk mengatasi kemandegan perekonomian saat ini adalah stimulus fiskal yang dapat dilakukan diantaranya melalui defisit anggaran. SUN sebagai
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa strategi dan
Lebih terperinciNo.14/ 14 /DASP Jakarta, 18 April SURAT EDARAN Kepada BANK, PERUSAHAAN EFEK, DAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN
No.14/ 14 /DASP Jakarta, 18 April 2012 SURAT EDARAN Kepada BANK, PERUSAHAAN EFEK, DAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN Perihal : Tata Cara Penerbitan dan Penatausahaan Surat Berharga Syariah Negara Sehubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menanamkan dana pada surat berharga (financial asset) yang diharapkan akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi adalah menanamkan atau menempatkan aset berupa harta maupun dana pada sesuatu yang diharapkan akan memberikan hasil pendapatan atau akan meningkatkan nilainya
Lebih terperinciNo. 16/22/DPM Jakarta, 24 Desember 2014 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA
No. 16/22/DPM Jakarta, 24 Desember 2014 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA Perihal : Kriteria dan Persyaratan Surat, Peserta, dan Lembaga Perantara, dalam Operasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang disebut Indeks harga saham. Untuk mengetahui bagaimana kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Berbicara tentang kegiatan pasar modal saat ini tidak terlepas dari apa yang disebut Indeks harga saham. Untuk mengetahui bagaimana kegiatan ekonomi bergerak,naik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal memiliki peran yang penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal memiliki dua fungsi penting yaitu pertama sebagai sarana pendanaan atau sebagai
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19/PMK.08/2015 TENTANG PENERBITAN DAN PENJUALAN SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA TABUNGAN
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19/PMK.08/2015 TENTANG PENERBITAN DAN PENJUALAN SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA TABUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciSERI OBLIGASI USD NEGARA INDONESIA Mata Uang USD, Sukuk Negara
RINGKASAN PRODUK SERI OBLIGASI USD NEGARA INDONESIA Mata Uang USD, Sukuk Negara PT. Bank Permata Tbk, terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan Page 1 SERI OBLIGASI USD NEGARA INDONESIA Mata Uang
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.19 TAHUN 2008 TENTANG SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.19 TAHUN 2008 TENTANG SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa strategi dan kebijakan pembangunan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Semakin baik tingkat perekonomian suatu negara, maka semakin baik pula
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. akan bangkit kembali setelah tahun 2006 yang penuh kesulitan akibat berbagai
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tahun 2007 bisa dikatakan sebagai tahun harapan bahwa bisnis asuransi akan bangkit kembali setelah tahun 2006 yang penuh kesulitan akibat berbagai fenomena alam yang
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. tersebut menunjukkan kebutuhan masyarakat akan hadirnya institusi-institusi keuangan
BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Deskripsi Objek Penelitian 1. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia Perkembangan industri syariah secara informal telah dimulai sebelum dikeluarkannya kerangka
Lebih terperinciSURAT EDARAN Kepada BANK, PERUSAHAAN EFEK, DEALER UTAMA DAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN
No.12/ 31 /DASP Jakarta, 10 November 2010 SURAT EDARAN Kepada BANK, PERUSAHAAN EFEK, DEALER UTAMA DAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN Perihal : Tata Cara Lelang dan Penatausahaan Surat Berharga Syariah Negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Index Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat diketahui perusahaan-perusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan perekonomian suatu negara biasanya dapat dilihat dari keberadaan suatu pasar modal. Sebuah negara industri maju maupun negara industri baru selalu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. era 1997 silam. Hal ini dibuktikan dengan semakin meningkatnya perdagangan di bursa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan perekonomian, banyak perusahaan termasuk perbankan dalam rangka mengembangkan usahanya melakukan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal adalah tempat bertemunya antara pihak yang memiliki
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal adalah tempat bertemunya antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjual belikan sekuritas.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi makro, maka dari itu kondisi ekonomi makro yang stabil dan baik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi pasar modal yang mengalami pasang surut memberikan tanda bahwa kegiatan di pasar modal memiliki hubungan yang erat dengan keadaan ekonomi makro, maka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasar modal mempunyai peranan penting bagi perkembangan ekonomi. suatu negara khususnya secara makro. Kehadiran pasar modal dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal mempunyai peranan penting bagi perkembangan ekonomi suatu negara khususnya secara makro. Kehadiran pasar modal dapat mempermudah suatu perusahaan atau individu
Lebih terperinciBAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA
BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA A. Gambaran Umum Sukuk Korporasi Pesatnya perkembangan industri keuangan syariah juga diikuti oleh pesatnya perkembangan instrumen keuangan dan pembiayaan syariah yaitu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. informasi mengenai investasi dan deregulasi pemerintah sehingga meningkatkan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan kegiatan investasi saat ini telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal tersebut didukung dengan kemudahan untuk mendapatkan informasi mengenai
Lebih terperinciECONOMIC & DEBT MARKET Daily Report
1 Februari 1 ECONOMIC & DEBT MARKET Daily Report RESEARCH Data Pasar Hari Kerja Sebelumnya Perubahan Tingkat Suku Bunga dan Kurs Acuan BI Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Utama Dunia Keterangan Hari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejarah liberalisasi sektor keuangan di Indonesia bisa dilacak ke belakang,
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Sejarah liberalisasi sektor keuangan di Indonesia bisa dilacak ke belakang, setidaknya sejak tahun 1983 saat pemerintah mengeluarkan deregulasi perbankan (Pakjun 1983).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peran pasar modal sebagai lembaga intermediasi dalam perekonomian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran pasar modal sebagai lembaga intermediasi dalam perekonomian suatu negara tidak bisa diabaikan. Melalui pasar modal syariah, masyarakat dapat berpartisipasi dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investor sering kali dibingungkan apabila ingin melakukan investasi atas dana yang dimilikinya ketika tingkat bunga mengalami penurunan. Sementara itu, kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan munculnya lembaga-lembaga keuangan yang. berbasis syariah. Kondisi ini menurut para akademisi dan praktisi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini terjadi kebangkitan kembali Sistem Ekonomi Islam, yang ditandai dengan munculnya lembaga-lembaga keuangan yang berbasis syariah. Kondisi ini menurut para akademisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa yang akan datang (Tandelilin, 2010: 2). Menurut bentuknya investasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang di lakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan
Lebih terperinciNo. 15/30/DPM Jakarta, 27 Agustus 2013 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA
No. 15/30/DPM Jakarta, 27 Agustus 2013 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA Perihal : Perubahan atas Edaran Bank Indonesia Nomor 12/16/DPM tanggal 6 Juli 2010 Perihal Kriteria
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah alat bagi seorang investor untuk meningkatkan nilai aset
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi adalah alat bagi seorang investor untuk meningkatkan nilai aset yang dimilikinya. Investor dapat melakukan investasi pada beragam aset finansial, salah satunya
Lebih terperinciPERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2014 TENTANG PENERBITAN SUKUK
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2014 TENTANG PENERBITAN SUKUK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Menimbang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dana, untuk memperjual belikan surat-surat berharga yang kegiatannya dilakukan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan suatu tempat bagi pihak yang memiliki kelebihan dana, untuk memperjual belikan surat-surat berharga yang kegiatannya dilakukan oleh bursa efek.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam memenuhi permintaan dan penawaran modal. Di negara-negara maju,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal mempunyai peran penting dalam suatu negara yang pada dasarnya mempunyai kesamaan antar suatu negara dengan negara yang lain. Hampir semua negara di dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemajuan seiring dengan berkembangnya ekonomi Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal sebagai instrumen keuangan memiliki peran penting sebagai sarana investasi yang berguna bagi pembangunan ekonomi sebuah negara. Perkembangan pasar modal
Lebih terperinciPENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA S AHAM S EKTOR PROPERTI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam dunia investasi selalu mengandung unsur ketidakpastian atau risiko. Investor tidak tahu dengan pasti hasil yang akan diperolehnya dari investasi yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun. Bentuk instrumen di pasar
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar Modal Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan
Lebih terperinciSERI OBLIGASI NEGARA INDONESIA Mata Uang Rupiah, Obligasi Negara Ritel
RINGKASAN PRODUK SERI OBLIGASI NEGARA INDONESIA Mata Uang Rupiah, Obligasi Negara Ritel PT. Bank Permata Tbk, terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan Page 1 SERI OBLIGASI IDR NEGARA INDONESIA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penting sebagai media investasi dan wadah penyediaan modal bagi perusahaan untuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Keberadaan pasar modal dalam aktifitas perekonomian sebuah negara sangat penting sebagai media investasi dan wadah penyediaan modal bagi perusahaan untuk membesarkan
Lebih terperinciSukuk Negara Ritel Seri SR-002 Tahun 2010
Sukuk Negara Ritel Seri SR-002 Tahun 2010 Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan RI Jakarta, 22 Januari 2010 Agenda I. Dasar Hukum II. Tujuan dan Manfaat Penerbitan III. Investasi Pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semenjak krisis ekonomi menghantam Indonesia pada pertengahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semenjak krisis ekonomi menghantam Indonesia pada pertengahan 1997, kinerja pasar modal mengalami penurunan tajam bahkan diantaranya mengalami kerugian. Kondisi
Lebih terperinciSERI OBLIGASI NEGARA INDONESIA Mata Uang Rupiah, Obligasi Negara Ritel
RINGKASAN PRODUK SERI OBLIGASI NEGARA INDONESIA Mata Uang Rupiah, Obligasi Negara Ritel SERI OBLIGASI IDR NEGARA INDONESIA Mata Uang Rupiah, Obligasi Ritel Staf penjual yang berwenang dari PermataBank
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.36,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Surat Berharga Syariah Negara. Penerbitan. Penjualan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/PMK.08/2012 TENTANG PENERBITAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. umumnya lebih dari 1 (satu) tahun (Samsul 2006: 43). Pasar modal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal adalah tempat atau sarana bertemunya antara permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang, umumnya lebih dari 1 (satu) tahun (Samsul 2006:
Lebih terperinciPENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA (SUN)
Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Direktorat Surat Utang Negara PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA (SUN) Jakarta, 30 November 2017 DJPPR Kemenkeu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Bagi pihak emiten, pasar modal merupakan salah satu sarana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan sarana terpenting dalam perdagangan efek pada suatu negara. Bagi pihak emiten, pasar modal merupakan salah satu sarana untuk mendapatkan tambahan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.572, 2013 KMENTERIAN KEUANGAN. Surat Berharga Syariah Negara. Pembelian Kembali. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75/PMK.08/ 2013 TENTANG PEMBELIAN
Lebih terperinciNo. 12/ 16 /DPM Jakarta, 6 Juli 2010 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA
No. 12/ 16 /DPM Jakarta, 6 Juli 2010 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA Perihal : Kriteria dan Persyaratan Surat Berharga, Peserta dan Lembaga Perantara dalam Operasi Moneter Sehubungan
Lebih terperinciDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA
1 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa depan. Investasi juga bermanfaat untuk menghadapi resiko-resiko yang di
1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Berinvestasi merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan merupakan cara untuk meningkatkan standart hidup di masa depan. Investasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak mulai didirikannnya Bank Muamalat Indonesia pada tahun 1991 maka ekonomi syariah mulai banyak dikenal masyarakat dan mengalami perkembangan yang diharapkan
Lebih terperinciBab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. investasi. Investasi adalah penundaan berbagai konsumsi hari ini, dengan tujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Di masa sekarang ini banyak orang berpikir untuk investasi. Banyak juga orang mengatakan investasi tanpa jelas dan mengerti apa itu investasi dan apa contoh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khususnya yang diterbitkan oleh Pemerintah atau lebih dikenal sebagai Surat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dekade terakhir, pasar obligasi di Indonesia berkembang cukup pesat ditandai dengan semakin beragamnya instrumen utang yang dapat memenuhi kebutuhan investor
Lebih terperinci