SURAT EDARAN Kepada BANK, PERUSAHAAN EFEK, DEALER UTAMA DAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN
|
|
- Hendra Chandra
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 No.12/ 31 /DASP Jakarta, 10 November 2010 SURAT EDARAN Kepada BANK, PERUSAHAAN EFEK, DEALER UTAMA DAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN Perihal : Tata Cara Lelang dan Penatausahaan Surat Berharga Syariah Negara Sehubungan dengan telah ditetapkannya Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/13/PBI/2008 tanggal 21 Agustus 2008 tentang Lelang dan Penatausahaan Surat Berharga Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4888), Keputusan Menteri Keuangan Nomor 215/KMK.08/2008 tanggal 15 Agustus 2008 tentang Penunjukan Bank Indonesia Sebagai Agen Penata Usaha, Agen Pembayar, dan Agen Lelang Surat Berharga Syariah Negara di Pasar Dalam Negeri, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 118/PMK.08/2008 tanggal 15 Agustus 2008 tentang Penerbitan dan Penjualan Surat Berharga Syariah Negara Dengan Cara Bookbuilding di Pasar Perdana Dalam Negeri, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 218/PMK.08/2008 tanggal 16 Desember 2008 tentang Penerbitan dan Penjualan Surat Berharga Syariah Negara Ritel di Pasar Perdana Dalam Negeri, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/PMK.08/2009 tanggal 2 Februari 2009 tentang Penerbitan dan Penjualan Surat Berharga Syariah Negara di Pasar Perdana Dalam Negeri Dengan Cara Lelang, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 75/PMK.08/2009 tanggal 17 April 2009 tentang Penerbitan dan Penjualan Surat Berharga Syariah Negara Dengan Cara Penempatan langsung (Private Placement) dan dilakukannya penyempurnaan organisasi di Bank Indonesia khususnya terkait dengan pelaksanaan fungsi penatausahaan surat berharga, perlu untuk mengatur kembali tata cara lelang dan penatausahaan Surat Berharga Syariah Negara dalam Surat Edaran Bank Indonesia sebagai...
2 2 sebagai berikut: I. KETENTUAN UMUM Dalam Surat Edaran ini yang dimaksud dengan: 1. Surat Berharga Syariah Negara yang selanjutnya disingkat SBSN, atau dapat disebut Sukuk Negara, adalah surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, dalam mata uang rupiah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN. 2. SBSN Jangka Pendek atau dapat disebut Surat Perbendaharaan Negara Syariah adalah SBSN yang berjangka waktu sampai dengan 12 (dua belas) bulan dengan pembayaran imbalan berupa kupon dan/atau secara diskonto. 3. SBSN Jangka Panjang adalah SBSN yang berjangka waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan dengan pembayaran imbalan berupa kupon dan/atau secara diskonto. 4. SBSN Ritel atau yang selanjutnya disebut Sukuk Negara Ritel adalah SBSN yang dijual kepada individu atau orang perseorangan warga negara Indonesia melalui agen penjual. 5. Bookbuilding adalah kegiatan penjualan SBSN kepada pihak melalui agen penjual, dimana agen penjual mengumpulkan pemesanan pembelian dalam periode penawaran yang telah ditentukan. 6. Lelang SBSN adalah penjualan SBSN di pasar perdana yang diikuti oleh peserta lelang, Bank Indonesia, dan/atau Lembaga Penjamin Simpanan dengan cara mengajukan penawaran pembelian kompetitif (competitive bidding) dan/atau penawaran pembelian non-kompetitif (non-competitive bidding) dalam suatu periode waktu penawaran yang telah ditentukan dan diumumkan sebelumnya, melalui sistem yang disediakan agen lelang. 7. Penempatan Langsung, yang selanjutnya disebut Private Placement, adalah kegiatan penerbitan dan penjualan SBSN yang dilakukan oleh pemerintah kepada pihak, dengan ketentuan dan persyaratan (terms and conditions) SBSN sesuai kesepakatan. 8. Penatausahaan SBSN adalah kegiatan yang mencakup kliring dan setelmen...
3 3 setelmen, pencatatan kepemilikan, serta agen pembayar imbalan dan nilai nominal SBSN. 9. Pihak adalah orang perseorangan, atau kumpulan orang dan/atau kekayaan yang terorganisasi baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum. 10. Agen Penjual adalah : a. perusahaan efek yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pengelolaan Utang atas nama Menteri Keuangan guna melaksanakan penjualan SBSN dengan cara Bookbuilding; atau b. bank dan/atau perusahaan efek yang ditunjuk untuk melaksanakan penjualan Sukuk Negara Ritel. 11. Peserta Lelang adalah bank, perusahaan efek, dan anggota dealer utama yang ditunjuk Menteri Keuangan sebagai peserta Lelang SBSN di pasar perdana dalam negeri. 12. Agen Lelang adalah pihak yang menyediakan sistem untuk penyelenggaraan lelang dalam rangka penjualan SBSN di pasar perdana dalam negeri. 13. Bank adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 dan Bank Umum Syariah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. 14. Perusahaan Efek adalah perusahaan efek sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, yang melakukan kegiatan usaha sebagai penjamin emisi efek. 15. Dealer Utama adalah Dealer Utama sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Keuangan tentang Sistem Dealer Utama. 16. Lembaga Penjamin Simpanan yang selanjutnya disebut LPS adalah lembaga yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang tentang Lembaga Penjamin Simpanan. 17. Imbalan adalah pembayaran yang dapat berupa sewa, bagi hasil atau margin, atau bentuk pembayaran lainnya sesuai dengan akad penerbitan SBSN...
4 4 SBSN, yang diberikan kepada pemegang SBSN sampai dengan berakhirnya periode SBSN. 18. Nilai Nominal adalah nilai SBSN atas nama Bank dan/atau Sub-Registry yang tercatat dalam BI-SSSS. 19. Sub-Registry adalah Bank dan lembaga yang melakukan kegiatan kustodian, yang memenuhi persyaratan dan disetujui Bank Indonesia melakukan fungsi penatausahaan surat berharga termasuk SBSN untuk kepentingan nasabah. 20. Pasar Perdana adalah kegiatan penawaran dan penjualan SBSN untuk pertama kali. 21. Pasar Sekunder adalah kegiatan perdagangan SBSN yang telah dijual di Pasar Perdana. 22. Penawaran Pembelian Kompetitif adalah pengajuan penawaran pembelian dengan mencantumkan : a. volume dan tingkat imbal hasil (yield) yang diinginkan penawar, dalam hal Lelang SBSN dengan pembayaran imbalan tetap (fixed coupon) atau pembayaran imbalan secara diskonto; atau b. volume dan harga (price) yang diinginkan penawar, dalam hal Lelang SBSN dengan imbalan mengambang (floating coupon). 23. Penawaran Pembelian Non-Kompetitif adalah pengajuan penawaran pembelian dengan mencantumkan : a. volume tanpa tingkat imbal hasil yang diinginkan penawar, dalam hal Lelang SBSN dengan pembayaran imbalan tetap atau pembayaran imbalan secara diskonto; atau b. volume tanpa harga yang diinginkan penawar, dalam hal Lelang SBSN dengan pembayaran imbalan mengambang. 24. Imbal Hasil (Yield) adalah keuntungan yang diharapkan oleh investor dalam persentase per tahun. 25. Harga Beragam (Multiple Price) adalah harga yang dibayarkan oleh masing-masing pemenang Lelang SBSN sesuai dengan harga penawaran yang diajukannya. 26. Harga Seragam (Uniform Price) adalah tingkat harga yang sama yang dibayarkan...
5 5 dibayarkan oleh seluruh pemenang Lelang SBSN. 27. Harga/Imbal Hasil Rata-Rata Tertimbang (Weighted Average Price/Yield) adalah harga/imbal Hasil yang dihitung dari hasil bagi antara jumlah dari perkalian masing-masing volume SBSN dengan harga/ Imbal Hasil yang dimenangkan dan total volume SBSN yang terjual. 28. Sistem Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement yang selanjutnya disebut dengan Sistem BI-RTGS adalah suatu sistem transfer dana elektronik antar peserta Sistem BI-RTGS dalam mata uang rupiah yang penyelesaiannya dilakukan secara seketika per transaksi secara individual. 29. Bank Indonesia-Scripless Securities Settlement System yang selanjutnya disebut BI-SSSS adalah sarana transaksi dengan Bank Indonesia termasuk penatausahaannya dan penatausahaan surat berharga secara elektronik dan terhubung langsung antara peserta BI-SSSS, penyelenggara BI-SSSS dan Sistem BI-RTGS. 30. Peserta BI-SSSS adalah pengguna BI-SSSS yang memenuhi persyaratan dan/atau disetujui oleh Bank Indonesia untuk melakukan kegiatan transaksi dengan Bank Indonesia dan/atau penatausahaan surat berharga. 31. Laporan Harian Bank Umum yang selanjutnya disebut LHBU adalah laporan yang disusun dan disampaikan oleh Bank pelapor secara harian kepada Bank Indonesia. 32. Hari Kerja adalah hari operasional sistem pembayaran yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia. II. TATA CARA LELANG SBSN DI PASAR PERDANA A. Ketentuan dan Persyaratan Lelang 1. Pihak dan LPS dapat membeli SBSN di Pasar Perdana baik untuk SBSN Jangka Pendek maupun SBSN Jangka Panjang. 2. Bank Indonesia dapat membeli SBSN di Pasar Perdana hanya untuk SBSN Jangka Pendek. 3. Pembelian SBSN di Pasar Perdana oleh Bank Indonesia dan LPS hanya dapat dilakukan untuk dan atas nama dirinya sendiri. 4. Bank...
6 6 4. Bank Indonesia dan LPS menyampaikan penawaran pembelian SBSN secara langsung. 5. Pihak menyampaikan penawaran pembelian SBSN melalui Peserta Lelang. 6. Peserta Lelang yang menyampaikan penawaran pembelian SBSN untuk dan atas nama Pihak menyampaikan penawarannya dengan cara: a. Penawaran Pembelian Kompetitif, dalam hal penawaran pembelian SBSN Jangka Pendek; dan b. Penawaran Pembelian Kompetitif dan/atau Penawaran Pembelian Non-Kompetitif, dalam hal penawaran pembelian SBSN Jangka Panjang. 7. Peserta Lelang yang menyampaikan penawaran pembelian SBSN untuk dan atas nama diri sendiri dan/atau melalui Peserta Lelang lain, hanya dapat melakukan Penawaran Pembelian Kompetitif. 8. Bank Indonesia dan LPS hanya dapat menyampaikan Penawaran Pembelian Non-Kompetitif. 9. Sarana yang digunakan untuk pengajuan penawaran Lelang SBSN adalah BI-SSSS. 10. Dalam hal Bank mengajukan penawaran pembelian SBSN melalui Peserta Lelang maka Bank yang bersangkutan harus menetapkan batas maksimum nominal penawaran (Broker Bidding Limit) per hari bagi Peserta Lelang SBSN yang ditunjuk. 11. Peserta Lelang selain Bank yang mengajukan penawaran pembelian SBSN harus menunjuk Sub-Registry untuk melakukan setelmen dan penatausahaan hasil Lelang SBSN. 12. Sub-Registry sebagaimana dimaksud pada butir 11, harus menetapkan batas maksimum nominal penawaran (Broker Bidding Limit) per hari bagi Peserta Lelang untuk kepentingan nasabah Sub- Registry. B. Persiapan Lelang 1. Bank Indonesia mengumumkan rencana Lelang SBSN paling lambat...
7 7 lambat 1 (satu) Hari Kerja sebelum hari pelaksanaan lelang melalui BI-SSSS dan LHBU atau sarana lain yang ditetapkan Bank Indonesia. 2. Pengumuman rencana Lelang SBSN sebagaimana dimaksud pada butir 1 paling kurang memuat : a. jenis dan seri; b. Peserta Lelang; c. waktu pelaksanaan lelang; d. jumlah indikatif yang ditawarkan; e. jangka waktu; f. tanggal penerbitan; g. tanggal setelmen; h. tanggal jatuh waktu; i. jenis mata uang; dan j. waktu pengumuman hasil lelang. C. Pelaksanaan Lelang 1. Penawaran Lelang SBSN dilakukan dari pukul WIB sampai dengan pukul WIB atau waktu lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan cq. Direktur Jenderal Pengelolaan Utang. 2. Penawaran volume dan tingkat Imbal Hasil atau harga dalam Penawaran Pembelian Kompetitif dan Penawaran Pembelian Non- Kompetitif dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: a. penawaran volume paling rendah (seribu) unit atau Rp ,00 (satu miliar rupiah) dan selebihnya dengan kelipatan 100 (seratus) unit atau Rp ,00 (seratus juta rupiah); b. penawaran tingkat Imbal Hasil diajukan dengan kelipatan 1/32 (satu per tiga puluh dua) atau 0,03125 (tiga ribu seratus dua puluh lima per seratus ribu) untuk Imbalan tetap dan SBSN tanpa kupon (zero coupon bond), sedangkan penawaran harga diajukan dengan kelipatan 0,05% (lima per sepuluh ribu) untuk Imbalan mengambang. 3. Peserta...
8 8 3. Peserta Lelang, LPS dan/atau Bank Indonesia bertanggung jawab atas kebenaran data penawaran pembelian SBSN yang diajukannya. 4. Peserta Lelang, LPS dan/atau Bank Indonesia yang telah mengajukan penawaran tidak dapat membatalkan penawarannya. D. Penentuan Pemenang Lelang 1. Direktur Jenderal Pengelolaan Utang untuk dan atas nama Menteri Keuangan menetapkan hasil Lelang SBSN di Pasar Perdana yang mencakup Nilai Nominal yang dimenangkan, tingkat Imbalan dan/atau diskonto, serta jenis dan nilai aset SBSN pada tanggal pelaksanaan lelang. 2. Penetapan hasil lelang sebagaimana dimaksud pada butir 1 berupa penerimaan seluruh atau sebagian, atau penolakan seluruh penawaran Lelang SBSN yang masuk. 3. Penetapan harga/imbal Hasil SBSN bagi pemenang lelang dengan Penawaran Pembelian Kompetitif dilakukan dengan metode Harga Beragam atau dengan metode Harga Seragam. 4. Penetapan harga SBSN bagi pemenang lelang dengan Penawaran Pembelian Non-Kompetitif dilakukan berdasarkan Harga/Imbal Hasil Rata-Rata Tertimbang dari hasil lelang Penawaran Pembelian Kompetitif. E. Pengumuman Hasil Lelang 1. Berdasarkan penetapan hasil Lelang SBSN di Pasar Perdana dari Direktur Jenderal Pengelolaan Utang untuk dan atas nama Menteri Keuangan, Bank Indonesia mengumumkan hasil Lelang SBSN melalui BI-SSSS dan LHBU atau sarana lain yang ditetapkan Bank Indonesia paling lambat pada akhir hari pelaksanaan Lelang SBSN. 2. Pengumuman hasil Lelang SBSN sebagaimana dimaksud pada butir 1 paling kurang memuat kuantitas keseluruhan yang dimenangkan dan rata-rata tertimbang tingkat Imbalan dan/atau diskonto. 3. Bank Indonesia menyampaikan hasil Lelang SBSN kepada masingmasing Peserta Lelang melalui BI-SSSS paling kurang memuat nama...
9 9 nama pemenang, Nilai Nominal yang dimenangkan dan tingkat Imbalan dan/atau diskonto. 4. Dalam hal Direktur Jenderal Pengelolaan Utang untuk dan atas nama Menteri Keuangan melakukan pembatalan Lelang SBSN atau menolak seluruh penawaran pembelian Lelang SBSN, Bank Indonesia mengumumkan pembatalan atau penolakan tersebut melalui BI-SSSS dan LHBU atau sarana lain yang ditetapkan Bank Indonesia. III. TATA CARA PENATAUSAHAAN SBSN A. Setelmen Penerbitan SBSN dengan cara Lelang 1. Bank Indonesia melakukan setelmen SBSN berdasarkan penetapan hasil pemenang Lelang SBSN oleh Direktur Jenderal Pengelolaan Utang untuk dan atas nama Menteri Keuangan, dengan ketentuan sebagai berikut : a. Setelmen hasil Lelang SBSN Jangka Pendek dilakukan paling lambat 2 (dua) Hari Kerja setelah tanggal pelaksanaan lelang (T+2); b. Setelmen hasil Lelang SBSN Jangka Panjang dilakukan paling lambat 5 (lima) Hari Kerja setelah tanggal pelaksanaan lelang (T+5). 2. Jangka waktu SBSN dinyatakan dalam jumlah hari kalender dan dihitung sejak 1(satu) hari setelah tanggal setelmen sampai dengan tanggal jatuh waktu. 3. Dalam pelaksanaan setelmen hasil Lelang SBSN atas nama nasabah, Sub-Registry harus menunjuk Bank pembayar yang memiliki rekening giro rupiah di Bank Indonesia untuk pelaksanaan setelmen dana. 4. Bank Indonesia melakukan setelmen hasil Lelang SBSN pada tanggal setelmen dengan prosedur sebagai berikut : a. Setelmen dana dilakukan dengan mendebet rekening giro rupiah Bank pembayar di Bank Indonesia melalui Sistem BI- RTGS, serta mengkredit rekening giro rupiah Pemerintah di Bank...
10 10 Bank Indonesia sebesar nilai setelmen. b. Setelmen surat berharga dilakukan dengan mengkredit rekening surat berharga Peserta BI-SSSS di Central Registry sebesar total Nilai Nominal SBSN yang dimenangkan. 5. Pada hari yang sama dengan hari pengkreditan rekening surat berharga Peserta BI-SSSS, Sub-Registry wajib mencatat kepemilikan SBSN atas nama nasabah pemenang SBSN secara individual pada sistem Sub-Registry. 6. Berdasarkan setelmen hasil pemenang Lelang SBSN sebagaimana dimaksud pada butir 4, Bank Indonesia melakukan pencatatan penerbitan SBSN. 7. Pencatatan penerbitan SBSN sebagaimana dimaksud pada butir 6, dilakukan sesuai ketentuan dan persyaratan (terms and conditions) yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pengelolaan Utang untuk dan atas nama Menteri Keuangan. 8. Bank pembayar harus menjamin kecukupan dana pada rekening giro rupiah Bank pembayar di Bank Indonesia untuk pelaksanaan setelmen hasil Lelang SBSN. 9. Dalam hal saldo rekening giro rupiah Bank pembayar di Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada butir 4.a tidak mencukupi untuk melunasi seluruh atau sebagian kewajibannya sampai dengan cut-off warning Sistem BI-RTGS maka setelmen seluruh hasil Lelang SBSN yang dilakukan melalui Bank pembayar dinyatakan gagal. 10. Bank Indonesia memberitahukan secara tertulis kegagalan setelmen transaksi sebagaimana dimaksud pada butir 9 kepada Menteri Keuangan cq. Direktur Jenderal Pengelolaan Utang. B. Setelmen Penerbitan SBSN dengan cara Bookbuilding 1. Bank Indonesia melakukan setelmen SBSN berdasarkan penetapan hasil penjualan SBSN oleh Direktur Jenderal Pengelolaan Utang untuk dan atas nama Menteri Keuangan, paling lambat 2 (dua) Hari Kerja setelah tanggal penetapan hasil penjualan SBSN (T+2). 2. Perhitungan...
11 11 2. Perhitungan harga setelmen per unit SBSN yang diterbitkan dengan cara Bookbuilding dilakukan berdasarkan metode penetapan harga yang tercantum dalam memorandum informasi yang diterbitkan oleh Menteri Keuangan. 3. Jangka waktu SBSN dinyatakan dalam jumlah hari kalender dan dihitung sejak 1 (satu) hari setelah tanggal setelmen sampai dengan tanggal jatuh waktu. 4. Agen Penjual bertanggung jawab terhadap setelmen seluruh pemesanan pembelian masing-masing Pihak yang pemesanan pembeliannya telah memperoleh penjatahan. 5. Bank Indonesia melakukan setelmen hasil penjualan SBSN pada tanggal setelmen dengan prosedur sebagai berikut: a. Setelmen dana dilakukan dengan mendebet rekening giro rupiah Bank pembayar di Bank Indonesia melalui Sistem BI- RTGS, serta mengkredit rekening giro rupiah Pemerintah di Bank Indonesia sebesar nilai setelmen. b. Setelmen surat berharga dilakukan dengan mengkredit rekening surat berharga Peserta BI-SSSS di Central Registry sebesar total Nilai Nominal SBSN yang dimenangkan. 6. Berdasarkan setelmen hasil penjualan SBSN sebagaimana dimaksud pada butir 5, Bank Indonesia melakukan pencatatan penerbitan SBSN. 7. Pencatatan penerbitan SBSN sebagaimana dimaksud pada butir 6 dilakukan sesuai ketentuan dan persyaratan (terms and conditions) yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pengelolaan Utang untuk dan atas nama Menteri Keuangan. 8. Dalam hal saldo rekening giro rupiah Bank pembayar di Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada butir 5.a tidak mencukupi untuk melunasi seluruh atau sebagian kewajibannya sampai dengan cut-off warning Sistem BI-RTGS maka setelmen seluruh hasil penjatahan SBSN yang dilakukan melalui Bank pembayar dinyatakan gagal. 9. Bank...
12 12 9. Bank Indonesia memberitahukan secara tertulis kegagalan setelmen transaksi sebagaimana dimaksud pada butir 8 kepada Menteri Keuangan cq. Direktur Jenderal Pengelolaan Utang. C. Setelmen Penerbitan Sukuk Negara Ritel 1. Bank Indonesia melakukan setelmen Sukuk Negara Ritel berdasarkan penetapan hasil penjualan dan penjatahan Sukuk Negara Ritel oleh Direktur Jenderal Pengelolaan Utang untuk dan atas nama Menteri Keuangan, paling lambat 2 (dua) Hari Kerja setelah tanggal penetapan hasil penjualan dan penjatahan Sukuk Negara Ritel (T+2). 2. Bank Indonesia melakukan setelmen hasil penjualan dan penjatahan Sukuk Negara Ritel pada tanggal setelmen dengan prosedur sebagai berikut: a. Setelmen dana dilakukan dengan mendebet rekening giro rupiah Bank pembayar di Bank Indonesia melalui Sistem BI- RTGS, serta mengkredit rekening giro rupiah Pemerintah di Bank Indonesia sebesar nilai setelmen; dan b. Setelmen surat berharga dilakukan dengan mengkredit rekening surat berharga Peserta BI-SSSS di Central Registry sebesar total Nilai Nominal Sukuk Negara Ritel yang dimenangkan. 3. Pada hari yang sama dengan hari pengkreditan rekening surat berharga Peserta BI-SSSS, Sub-Registry : a. wajib mencatat kepemilikan Sukuk Negara Ritel atas nama investor yang memperoleh penjatahan Sukuk Negara Ritel secara individual pada sistem Sub-Registry; dan b. mengirimkan daftar rincian individual investor Sukuk Negara Ritel kepada Bank Indonesia cq. Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran yang mencakup Account Identifier (AId), nama nasabah, securities code, status investor, tipe investor dan nominal transaksi melalui sarana pelaporan yang ditentukan oleh Bank Indonesia dalam ketentuan yang mengatur...
13 13 mengatur mengenai Sub-Registry. 4. Dalam hal saldo rekening giro rupiah Bank pembayar di Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada butir 2.a tidak mencukupi untuk melunasi seluruh atau sebagian kewajibannya sampai dengan cut-off warning Sistem BI-RTGS maka setelmen seluruh hasil penjatahan Sukuk Negara Ritel yang dilakukan melalui Bank pembayar dinyatakan gagal. 5. Bank Indonesia memberitahukan secara tertulis kegagalan setelmen transaksi sebagaimana dimaksud pada butir 4 kepada Menteri Keuangan cq. Direktur Jenderal Pengelolaan Utang. D. Setelmen Hasil Penjualan SBSN Dengan Cara Private Placement 1. Setelmen hasil penjualan SBSN dengan cara Private Placement dilakukan paling cepat 2 (dua) hari kerja dan paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah tanggal kesepakatan transaksi. 2. Peserta Transaksi dapat menunjuk Bank Pembayar untuk pelaksanaan setelmen dana. 3. Bank Indonesia melakukan setelmen dengan prosedur sebagai berikut: a. Pencatatan melakukan pencatatan penerbitan SBSN hasil penjualan secara Private Placement yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pengelolaan Utang untuk dan atas nama Menteri Keuangan. b. Setelmen Dana Setelmen dana dilakukan melalui Sistem BI-RTGS dengan mendebet Rekening Giro Peserta Transaksi dan/atau Bank Pembayar yang ditunjuk, serta mengkredit Rekening Giro Pemerintah sebesar nilai setelmen. c. Setelmen Surat Berharga Dalam hal setelmen dana berhasil dilakukan, setelmen surat berharga dilakukan dengan mengkredit Rekening Surat Berharga Peserta Transaksi dan/atau Sub-Registry yang ditunjuk...
14 14 ditunjuk sebesar nilai nominal SBSN. d. Setelmen Surat Berharga Dinyatakan Gagal Dalam hal dana pada Rekening Giro Peserta Transaksi dan/atau Bank Pembayar yang ditunjuk tidak mencukupi sampai dengan cut-off warning Sistem BI-RTGS maka setelmen transaksi Private Placement dimaksud dinyatakan gagal. E. Pembayaran Imbalan dan/atau Nilai Nominal SBSN 1. Bank Indonesia melakukan pembayaran Imbalan dan/atau Nilai Nominal SBSN berdasarkan posisi kepemilikan SBSN yang tercatat di BI-SSSS pada 2 (dua) Hari Kerja sebelum tanggal jatuh waktu pembayaran Imbalan dan/atau Nilai Nominal SBSN (T-2). 2. Pembayaran Imbalan dan/atau Nilai Nominal SBSN dilakukan pada tanggal jatuh waktu atau pada Hari Kerja berikutnya apabila tanggal jatuh waktu bertepatan dengan hari libur dengan perhitungan sesuai terms and conditions yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pengelolaan Utang untuk dan atas nama Menteri Keuangan. 3. Pembayaran Imbalan dan/atau Nilai Nominal SBSN dilakukan dengan mendebet rekening giro rupiah Pemerintah di Bank Indonesia dan mengkredit rekening giro rupiah Bank pembayar di Bank Indonesia sebesar Imbalan dan/atau Nilai Nominal SBSN. 4. Pada hari yang sama dengan hari pembayaran Imbalan dan/atau Nilai Nominal SBSN oleh Bank Indonesia, Sub-Registry wajib meneruskan pembayaran Imbalan dan/atau Nilai Nominal SBSN kepada investor yang tercatat di Sub-Registry. F. Transaksi SBSN di Pasar Sekunder Prosedur setelmen transaksi SBSN di pasar sekunder dilakukan sesuai ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai BI-SSSS. IV. PENUTUP Dengan berlakunya Surat Edaran ini maka 1. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/27/DPM tanggal 21 Agustus
15 perihal Tata Cara Penatausahaan Surat Berharga Syariah Negara; 2. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/6/DPM tanggal 10 Februari 2009 perihal Tata Cara Penatausahaan Surat Berharga Syariah Negara Ritel sebagaimana telah diubah dengan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/2/DPM tanggal 22 Januari 2010; dan 3. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/22/DPM tanggal 12 Agustus 2009 perihal Tata Cara Lelang dan Penatausahaan Surat Berharga Syariah Negara; dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Ketentuan dalam Surat Edaran Bank Indonesia ini mulai berlaku pada tanggal 10 November Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Surat Edaran Bank Indonesia ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Demikian agar Saudara maklum. BANK INDONESIA, RONALD WAAS DIREKTUR AKUNTING DAN SISTEM PEMBAYARAN
No.14/ 14 /DASP Jakarta, 18 April SURAT EDARAN Kepada BANK, PERUSAHAAN EFEK, DAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN
No.14/ 14 /DASP Jakarta, 18 April 2012 SURAT EDARAN Kepada BANK, PERUSAHAAN EFEK, DAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN Perihal : Tata Cara Penerbitan dan Penatausahaan Surat Berharga Syariah Negara Sehubungan
Lebih terperinciNo. 15/12/DASP Jakarta, 8 April SURAT EDARAN Kepada BANK, PERUSAHAAN EFEK, DEALER UTAMA DAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN
No. 15/12/DASP Jakarta, 8 April 2013 SURAT EDARAN Kepada BANK, PERUSAHAAN EFEK, DEALER UTAMA DAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN Perihal : Tata Cara Lelang Surat Utang Negara di Pasar Perdana dan Penatausahaan
Lebih terperinciNo. 9/4/DPM Jakarta, 16 Maret 2007 SURAT EDARAN. Tata Cara Lelang Surat Utang Negara di Pasar Perdana dan Penatausahaan Surat Utang Negara
No. 9/4/DPM Jakarta, 16 Maret 2007 SURAT EDARAN Perihal: Tata Cara Lelang Surat Utang Negara di Pasar Perdana dan Penatausahaan Surat Utang Negara Sehubungan dengan diberlakukannya Peraturan Bank Indonesia
Lebih terperinciNo. 11/ 32 /DPM Jakarta, 7 Desember 2009 SURAT EDARAN
No. 11/ 32 /DPM Jakarta, 7 Desember 2009 SURAT EDARAN Perihal : Tata Cara Lelang Surat Utang Negara di Pasar Perdana dan Penatausahaan Surat Utang Negara Sehubungan dengan diberlakukannya Peraturan Bank
Lebih terperinciNo. 11/ 6 /DPM Jakarta, 10 Februari 2009 SURAT EDARAN KEPADA SEMUA BANK, PERUSAHAAN EFEK DAN LEMBAGA KUSTODIAN BUKAN BANK DI INDONESIA
No. 11/ 6 /DPM Jakarta, 10 Februari 2009 SURAT EDARAN KEPADA SEMUA BANK, PERUSAHAAN EFEK DAN LEMBAGA KUSTODIAN BUKAN BANK DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Penatausahaan Surat Berharga Syariah Negara Ritel
Lebih terperinciNo. 10/ 27 /DPM Jakarta, 21 Agustus 2008 SURAT EDARAN. Perihal : Tata Cara Penatausahaan Surat Berharga Syariah Negara
No. 10/ 27 /DPM Jakarta, 21 Agustus 2008 SURAT EDARAN Perihal : Tata Cara Penatausahaan Surat Berharga Syariah Negara Sehubungan dengan telah ditetapkannya Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/13/PBI/2008
Lebih terperinciNo. 17/32/DPSP Jakarta, 13 November SURAT EDARAN
1 No. 17/32/DPSP Jakarta, 13 November 2015 2015 SURAT EDARAN Perihal : Tata Cara Lelang Surat Berharga Negara di Pasar Perdana dan Penatausahaan Surat Berharga Negara Sehubungan dengan Peraturan Bank Indonesia
Lebih terperinciNo. 10/18/DPM Jakarta, 15 April 2008 SURAT EDARAN
No. 10/18/DPM Jakarta, 15 April 2008 SURAT EDARAN Perihal : Perubahan Atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/4/DPM Tanggal 16 Maret 2007 Perihal Tata Cara Lelang Surat Utang Negara Di Pasar Perdana Dan
Lebih terperinciPERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/1/PADG/2017 TENTANG PELAKSANAAN LELANG SURAT BERHARGA NEGARA DI PASAR PERDANA
PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/1/PADG/2017 TENTANG PELAKSANAAN LELANG SURAT BERHARGA NEGARA DI PASAR PERDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciSURAT EDARAN. Tata Cara Lelang Surat Utang Negara di Pasar Perdana
No. 6/10/DPM Jakarta, 16 Februari 2004 SURAT EDARAN Perihal: Tata Cara Lelang Surat Utang Negara di Pasar Perdana Sehubungan dengan ditetapkannya Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/3/PBI/2004 tanggal 16
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.36,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Surat Berharga Syariah Negara. Penerbitan. Penjualan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/PMK.08/2012 TENTANG PENERBITAN
Lebih terperinciSURAT EDARAN. Tata Cara Lelang Surat Utang Negara di Pasar Perdana
No. 7/30/DPM Jakarta, 25 Juli 2005 SURAT EDARAN Perihal: Tata Cara Lelang Surat Utang Negara di Pasar Perdana Sehubungan dengan ditetapkannya Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/19/PBI/2005 tanggal 25 Juli
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/19/PBI/2005 TENTANG PENERBITAN, PENJUALAN DAN PEMBELIAN SERTA PENATAUSAHAAN SURAT UTANG NEGARA
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/19/PBI/2005 TENTANG PENERBITAN, PENJUALAN DAN PEMBELIAN SERTA PENATAUSAHAAN SURAT UTANG NEGARA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Bank Indonesia telah ditunjuk
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 9/3/PBI/2007 TENTANG LELANG DAN PENATAUSAHAAN SURAT UTANG NEGARA GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 9/3/PBI/2007 TENTANG LELANG DAN PENATAUSAHAAN SURAT UTANG NEGARA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Bank Indonesia telah ditunjuk oleh Pemerintah sebagai agen
Lebih terperinciNo. 10/16/DPM Jakarta, 31 Maret 2008 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH
No. 10/16/DPM Jakarta, 31 Maret 2008 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH Perihal : Tata Cara Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Syariah Melalui Lelang. Sehubungan dengan
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR :6/3/PBI/2004 TENTANG PENERBITAN, PENJUALAN DAN PEMBELIAN SERTA PENATAUSAHAAN SURAT UTANG NEGARA
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR :6/3/PBI/2004 TENTANG PENERBITAN, PENJUALAN DAN PEMBELIAN SERTA PENATAUSAHAAN SURAT UTANG NEGARA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Bank Indonesia telah ditunjuk
Lebih terperinciKodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Lain-Lain. Lelang dan Penatausahaan Surat Berharga Negara
Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Lain-Lain Lelang dan Penatausahaan Surat Berharga Negara Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Lain-Lain Lelang dan Penatausahaan Surat Berharga Negara Tim Penyusun Ramlan
Lebih terperinciNo. 13/ 20 /DPM Jakarta, 8 Agustus 2011 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA
No. 13/ 20 /DPM Jakarta, 8 Agustus 2011 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA Perihal : Perubahan Kedua atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/18/DPM tanggal 7 Juli 2010
Lebih terperinciPENGUMUMAN LELANG SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA
PENGUMUMAN LELANG SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA Sehubungan dengan akan dilakukannya Lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara, di Pasar Perdana oleh Pemerintah melalui Bank Indonesia
Lebih terperinciNo. 17/46/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH, DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA
No. 17/46/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH, DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Pembelian dan Penjualan Surat Berharga
Lebih terperinciNo. 8/13/DPM Jakarta, 1 Mei 2006 SURAT EDARAN. Kepada BANK, PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK
No. 8/13/DPM Jakarta, 1 Mei 2006 SURAT EDARAN Kepada BANK, PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK Perihal : Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Melalui Lelang Dalam rangka
Lebih terperinciSURAT EDARAN. Tata Cara Lelang Surat Utang Negara di Pasar Perdana
No. 5/ 4 /DPM Jakarta, 21 Maret 2003 SURAT EDARAN Perihal: Tata Cara Lelang Surat Utang Negara di Pasar Perdana Sehubungan dengan ditetapkannya Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/4/PBI/2003 tanggal 21 Maret
Lebih terperinciSURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK, PIALANG PASAR UANG DAN PIALANG PASAR MODAL DI INDONESIA
No. 6/21/DPM Jakarta, 26 April 2004 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK, PIALANG PASAR UANG DAN PIALANG PASAR MODAL DI INDONESIA Perihal: Tata Cara Pembelian dan atau Penjualan Surat Utang Negara oleh Bank
Lebih terperinciNo. 15/32/DPM Jakarta, 27 Agustus SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA
No. 15/32/DPM Jakarta, 27 Agustus 2013 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA Perihal : Perubahan Keenam atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/18/DPM tanggal 7 Juli 2010 perihal
Lebih terperinciNo.10/ 37 /DPM Jakarta, 13 November 2008 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN PIALANG DI INDONESIA
No.10/ 37 /DPM Jakarta, 13 November 2008 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DAN PIALANG DI INDONESIA Perihal : Transaksi Reverse Repo Surat Utang Negara Dengan Bank Indonesia Dalam Rangka Operasi Pasar
Lebih terperinciNo. 10 /2/DPM Jakarta, 31 Januari SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM
No. 10 /2/DPM Jakarta, 31 Januari 2008 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM Perihal : Transaksi Repurchase Agreement Dengan Bank Indonesia di Pasar Sekunder. Dalam rangka memperluas jenis surat berharga
Lebih terperinciNo. 10/28/DPM Jakarta, 1 September 2008 SURAT EDARAN. Kepada BANK, PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK
No. 10/28/DPM Jakarta, 1 September 2008 SURAT EDARAN Kepada BANK, PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK Perihal : Perubahan Kedua atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor
Lebih terperinciNo. 13/ 27/DPM Jakarta, 1 Desember 2011 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH DAN LEMBAGA PERANTARA
No. 13/ 27/DPM Jakarta, 1 Desember 2011 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH DAN LEMBAGA PERANTARA Perihal : Tata Cara Transaksi Reverse Repo Surat Berharga Syariah
Lebih terperinciNo. 11/8/DPM Jakarta, 27 Maret Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH DAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DI INDONESIA
No. 11/8/DPM Jakarta, 27 Maret 2009 November 2003 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH DAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Transaksi
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 / PMK.08 / 2007 TENTANG LELANG SURAT UTANG NEGARA DI PASAR PERDANA
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 / PMK.08 / 2007 TENTANG LELANG SURAT UTANG NEGARA DI PASAR PERDANA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciPENGUMUMAN LELANG SURAT UTANG NEGARA
PENGUMUMAN LELANG SURAT UTANG NEGARA Sehubungan dengan akan dilakukannya Lelang Surat Utang Negara (SUN), jenis Obligasi Negara (ON) dan Surat Perbendaharaan Negara (SPN) di Pasar Perdana oleh Pemerintah
Lebih terperinciNo. 16/ 23 /DPM Jakarta, 24 Desember 2014 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA
No. 16/ 23 /DPM Jakarta, 24 Desember 2014 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA Perihal: Operasi Pasar Terbuka Sehubungan dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/11/PBI/2010
Lebih terperinciSURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 17/39/DPM TAHUN 2015 TENTANG KORIDOR SUKU BUNGA (STANDING FACILITIES) Kepada SEMUA BANK UMUM
SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 17/39/DPM TAHUN 2015 TENTANG KORIDOR SUKU BUNGA (STANDING FACILITIES) Jakarta, 16 November 2015 Kepada SEMUA BANK UMUM Sehubungan dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor
Lebih terperinciSURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN PIALANG DI INDONESIA
No.8/5/DPM Jakarta, 7 Februari 2006 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DAN PIALANG DI INDONESIA Perihal : Transaksi Reverse Repo Surat Utang Negara Dengan Bank Indonesia Dalam Rangka Operasi Pasar Terbuka
Lebih terperinciNo. 15/24/DPM Jakarta, 5 Juli 2013 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA
No. 15/24/DPM Jakarta, 5 Juli 2013 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA Perihal : Perubahan Kelima atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/18/DPM tanggal 7 Juli 2010 perihal
Lebih terperinciNo. 17/48/DPD Jakarta, 7 Desember SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA
No. 17/48/DPD Jakarta, 7 Desember 2015 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA Perihal : Penerbitan, Tata Cara Lelang, dan Penatausahaan Surat Berharga Bank Indonesia dalam Valuta Asing Sehubungan
Lebih terperinciNo. 14/ 32 /DPM Jakarta, 7 November 2012 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA
No. 14/ 32 /DPM Jakarta, 7 November 2012 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Transaksi Repurchase Agreement (Repo)
Lebih terperinciNo. 10 /24/DPM Jakarta, 14 Juli SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM
No. 10 /24/DPM Jakarta, 14 Juli 2008 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM Perihal : Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/2/DPM tanggal 31 Januari 2008 perihal Transaksi Repurchase Agreement
Lebih terperinciNo. 10/22/DPM Jakarta, 7 Juli 2008 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK, PIALANG PASAR UANG DAN PIALANG PASAR MODAL DI INDONESIA
No. 10/22/DPM Jakarta, 7 Juli 2008 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK, PIALANG PASAR UANG DAN PIALANG PASAR MODAL DI INDONESIA Perihal : Perubahan Kedua atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/21/DPM tanggal
Lebih terperinciNo. 17/44/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N
No. 17/44/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH, DAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Penerbitan
Lebih terperinciSURAT EDARAN. No.7/ 1 /DPM Jakarta, 3 Januari Kepada BANK UMUM DAN PIALANG
No.7/ 1 /DPM Jakarta, 3 Januari 2005 SURAT EDARAN Kepada BANK UMUM DAN PIALANG Perihal : Pelaksanaan Transaksi Fine Tune Operations Dalam Rangka Operasi Pasar Terbuka Sehubungan dengan ditetapkannya Peraturan
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5 / 4 / PBI / 2003 TENTANG PENERBITAN, PENJUALAN DAN PEMBELIAN SERTA PENATAUSAHAAN SURAT UTANG NEGARA
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5 / 4 / PBI / 2003 TENTANG PENERBITAN, PENJUALAN DAN PEMBELIAN SERTA PENATAUSAHAAN SURAT UTANG NEGARA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Bank Indonesia telah
Lebih terperinciNo.6/4/DPM Jakarta, 16 Februari 2004 November 2003 SURAT EDARAN. Kepada BANK, PERANTARA PEDAGANG EFEK, DAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING
No.6/4/DPM Jakarta, 16 Februari 2004 November 2003 SURAT EDARAN Kepada BANK, PERANTARA PEDAGANG EFEK, DAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING Perihal : Penerbitan dan Perdagangan Sertifikat Bank
Lebih terperinciNo. 17/43/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA
No. 17/43/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Transaksi Fasilitas Simpanan Bank Indonesia Syariah
Lebih terperinciNo. 6/17/DPM Jakarta, 6 April 2004 NoAAve SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM
No. 6/17/DPM Jakarta, 6 April 2004 NoAAve SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM Perihal : Transaksi Perdagangan Sertifikat Bank Indonesia Secara Repurchase Agreement (Repo) Dengan Bank Indonesia Di Pasar
Lebih terperinciNo. 10/ 25 /DPM Jakarta, 14 Juli SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA. Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Umum
No. 10/ 25 /DPM Jakarta, 14 Juli 2008 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA Perihal : Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Umum Sehubungan dengan ditetapkannya Peraturan Bank Indonesia Nomor
Lebih terperinci2015, No b. bahwa untuk memberikan kepastian hukum sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu dilakukan perubahan atas Peraturan Menteri Keuang
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1705, 2015 KEMENKEU. Pasar. Perdana Domestik. Valuta Asing. Mata Uang Rupiah. Lelang. Surat Utang Negara. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 10/13/PBI/2008 TENTANG LELANG DAN PENATAUSAHAAN SURAT BERHARGA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 10/13/PBI/2008 TENTANG LELANG DAN PENATAUSAHAAN SURAT BERHARGA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. Bahwa dalam rangka penerbitan
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 /PMK.06 / 2005 TENTANG LELANG SURAT UTANG NEGARA DI PASAR PERDANA
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 /PMK.06 / 2005 TENTANG LELANG SURAT UTANG NEGARA DI PASAR PERDANA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciNo. 12/17/DPM Jakarta, 6 Juli 2010 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM. Perihal : Koridor Suku Bunga (Standing Facilities)
No. 12/17/DPM Jakarta, 6 Juli 2010 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM Perihal : Koridor Suku Bunga (Standing Facilities) Sehubungan dengan ditetapkannya Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/11/PBI/2010 tanggal
Lebih terperinci2013, No menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Lelang Surat Utang Negara Dalam Mata Uang Rupiah Dan Valuta Asing Di Pasar Perdana Domest
No.358, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Surat Utang Negara. Pasar Perdana. Domestik. Lelang. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43/PMK.08/2013 TENTANG LELANG
Lebih terperinciNo. 17/41 /DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH,UNIT USAHA SYARIAH, DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA
No. 17/41 /DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH,UNIT USAHA SYARIAH, DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Transaksi Repurchase Agreement Surat
Lebih terperinciKepada SEMUA BANK UMUM DAN PIALANG
No. 10/23/DPM 2008 SURAT EDARAN Jakarta, 14 Juli 2008Juli Kepada SEMUA BANK UMUM DAN PIALANG Perihal : Perubahan Kedua atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/1/DPM tanggal 3 Januari 2005 perihal Pelaksanaan
Lebih terperinciYang dimaksud dalam Surat Edaran ini dengan:
No. 8/4/DPM Jakarta, 7 Februari 2006 NoAAve SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM Perihal : Transaksi Perdagangan Sertifikat Bank Indonesia Secara Repurchase Agreement (Repo) Dengan Bank Indonesia Di Pasar
Lebih terperinciNo. 14 / 28 /DPM Jakarta, 27 September SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA
No. 14 / 28 /DPM Jakarta, 27 September 2012 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Transaksi Repurchase Agreement (Repo) Surat Berharga Syariah
Lebih terperinciNo. 17/40/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA
No. 17/40/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Transaksi Reverse Repurchase Agreement Surat
Lebih terperinciNo. 17/39/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM. Perihal : Koridor Suku Bunga (Standing Facilities)
No. 17/39/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM Perihal : Koridor Suku Bunga (Standing Facilities) Sehubungan dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/11/PBI/2010 tentang
Lebih terperinciKodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Lain-Lain. Lelang dan Penatausahaan Surat Berharga Negara
Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Lain-Lain Lelang dan Penatausahaan Surat Berharga Negara Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Lain-Lain Lelang dan Penatausahaan Surat Berharga Negara Tim Penyusun Ramlan
Lebih terperinciNo.18/1/DPSP Jakarta, 5 Januari 2016
No.18/1/DPSP Jakarta, 5 Januari 2016 S U R A T E D A R A N Perihal : Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 17/32/DPSP tanggal 13 November 2015 perihal Tata Cara Lelang Surat Berharga Negara
Lebih terperinciMENTERIKEUANGAN P1EPUBLlK INDONESIA SALIN AN
MENTERIKEUANGAN P1EPUBLlK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 /PMK.08/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 5/PMK.08/2012 TENTANG PENERBITAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/ 2 /PADG/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/1/PADG/2017 TENTANG PELAKSANAAN LELANG SURAT BERHARGA NEGARA DI PASAR PERDANA DENGAN
Lebih terperinciNo. 12/ 16 /DPM Jakarta, 6 Juli 2010 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA
No. 12/ 16 /DPM Jakarta, 6 Juli 2010 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA Perihal : Kriteria dan Persyaratan Surat Berharga, Peserta dan Lembaga Perantara dalam Operasi Moneter Sehubungan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,
1 PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/9/PBI/2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 10/13/PBI/2008 TENTANG LELANG DAN PENATAUSAHAAN SURAT BERHARGA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciNo. 13/ 13 /DPM Jakarta, 9 Mei 2011 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA
No. 13/ 13 /DPM Jakarta, 9 Mei 2011 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA Perihal : Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/18/DPM tanggal 7 Juli 2010 perihal Operasi
Lebih terperinciNo. 15/31/DPM Jakarta, 27 Agustus 2013 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM
No. 15/31/DPM Jakarta, 27 Agustus 2013 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM Perihal : Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/17/DPM tanggal 6 Juli 2010 Perihal Koridor Suku Bunga (Standing
Lebih terperinciNo. 16/22/DPM Jakarta, 24 Desember 2014 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA
No. 16/22/DPM Jakarta, 24 Desember 2014 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA Perihal : Kriteria dan Persyaratan Surat, Peserta, dan Lembaga Perantara, dalam Operasi
Lebih terperinciNo. 17/38/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA
No. 17/38/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA Perihal : Kriteria dan Persyaratan Surat Berharga, Peserta, dan Lembaga Perantara,
Lebih terperinciLampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/10/DPM tanggal 16 Februari Lampiran 1 Contoh Format : SURAT KONFIRMASI BROKER BIDDING LIMIT
Lampiran 1 Contoh Format : SURAT KONFIRMASI BROKER BIDDING LIMIT Kepada : Bank Indonesia Direktorat Pengelolaan Moneter cq. Bagian Operasi Pasar Uang Gedung B Lantai 10 Jl. MH. Thamrin No. 2 Jakarta 10010
Lebih terperinciSURAT EDARAN. Kepada BANK, PERANTARA PEDAGANG EFEK, DAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING
No.6/5/DPM Jakarta, 16 Februari 2004 November 2003 SURAT EDARAN Kepada BANK, PERANTARA PEDAGANG EFEK, DAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING Perihal : Pelaksanaan dan Penyelesaian Fasilitas Simpanan
Lebih terperinciNo. 17/29/DPM Jakarta, 26 Oktober 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA
No. 17/29/DPM Jakarta, 26 Oktober 2015 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA Perihal: Perubahan Kedua atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 16/23/DPM tanggal
Lebih terperinciNo. 6/7/DPM Jakarta, 16 Februari 2004 November 2003 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA. Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Umum
No. 6/7/DPM Jakarta, 16 Februari 2004 November 2003 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA Perihal : Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Umum Sehubungan dengan ditetapkannya Peraturan Bank
Lebih terperinciNo. 18/29/DPM Jakarta, 29 November 2016 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA
No. 18/29/DPM Jakarta, 29 November 2016 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA Perihal : Kriteria dan Persyaratan Surat Berharga, Peserta, dan Lembaga Perantara
Lebih terperinciNo. 17/42/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA
No. 17/42/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Transaksi Repurchase Agreement Surat Berharga Syariah
Lebih terperinciNo. 17/37/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA
No. 17/37/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA Perihal: Operasi Pasar Terbuka Sehubungan dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/11/PBI/2010
Lebih terperinciNo.7/37/DPM Jakarta, 8 Agustus S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA
No.7/37/DPM Jakarta, 8 Agustus 2005 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Pelaksanaan dan Penyelesaian Sertifikat Wadiah Bank Indonesia.
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPATEMEN KEUANGAN. Surat Berharga Syariah Negara. Penerbitan. Penjualan.
No.67, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPATEMEN KEUANGAN. Surat Berharga Syariah Negara. Penerbitan. Penjualan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75/PMK.08/2009 TENTANG PENERBITAN
Lebih terperinciNo.18/12/DPM Jakarta, 24 Mei S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA
No.18/12/DPM Jakarta, 24 Mei 2016 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal : Transaksi Repurchase Agreement Surat Berharga dalam Rupiah Bank Umum kepada Bank Indonesia terhadap
Lebih terperinciNo. 18/30/DPM Jakarta, 29 November 2016 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM. Perihal : Koridor Suku Bunga (Standing Facilities)
No. 18/30/DPM Jakarta, 29 November 2016 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM Perihal : Koridor Suku Bunga (Standing Facilities) Sehubungan dengan berlakunya Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/12/PBI/2016
Lebih terperinciSURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM. Perihal : Tata Cara Pemberian Fasilitas Likuiditas Intrahari Bagi Bank Umum
No.12/ 29 /DASP Jakarta, 10 November 2010 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM Perihal : Tata Cara Pemberian Fasilitas Likuiditas Intrahari Bagi Bank Umum Sehubungan dengan penerbitan Peraturan Bank Indonesia
Lebih terperinci- 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/ 18 /PBI/2015 TENTANG PENYELENGGARAAN TRANSAKSI, PENATAUSAHAAN SURAT BERHARGA, DAN SETELMEN DANA SEKETIKA
- 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/ 18 /PBI/2015 TENTANG PENYELENGGARAAN TRANSAKSI, PENATAUSAHAAN SURAT BERHARGA, DAN SETELMEN DANA SEKETIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,
Lebih terperinciNo.13/32/DASP Jakarta, 23 Desember 2011 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA KUSTODIAN BUKAN BANK DI INDONESIA
No.13/32/DASP Jakarta, 23 Desember 2011 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA KUSTODIAN BUKAN BANK DI INDONESIA Perihal : Perizinan, Pelaporan, dan Pengawasan Sub-Registry -----------------------------------------------------------------
Lebih terperinciS U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH, DAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DI INDONESIA
No. 16/13/DPM Jakarta, 24 Juli 2014 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH, DAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Penempatan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 12/ 12 /PBI/2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 10/2/PBI/2008 TENTANG BANK INDONESIA - SCRIPLESS SECURITIES SETTLEMENT SYSTEM DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciS U R A T E D A R A N Kepada SEMUA PESERTA SISTEM BANK INDONESIA REAL TIME GROSS SETTLEMENT DAN SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA DI INDONESIA
No. 10/12/DASP Jakarta, 5 Maret 2008 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA PESERTA SISTEM BANK INDONESIA REAL TIME GROSS SETTLEMENT DAN SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA DI INDONESIA Perihal : Penetapan
Lebih terperinciNo. 18/36/DPSP Jakarta, 16 Desember S U R A T E D A R A N
1 No. 18/36/DPSP Jakarta, 16 Desember 2016 2015 S U R A T E D A R A N Perihal : Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 17/32/DPSP tanggal 13 November 2015 perihal Tata Cara Lelang Surat Berharga
Lebih terperinciNo. 15/30/DPM Jakarta, 27 Agustus 2013 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA
No. 15/30/DPM Jakarta, 27 Agustus 2013 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA Perihal : Perubahan atas Edaran Bank Indonesia Nomor 12/16/DPM tanggal 6 Juli 2010 Perihal Kriteria
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.572, 2013 KMENTERIAN KEUANGAN. Surat Berharga Syariah Negara. Pembelian Kembali. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75/PMK.08/ 2013 TENTANG PEMBELIAN
Lebih terperinciS U R A T E D A R A N
No. 8/20/DASP Jakarta, 11 Oktober 2006 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA PESERTA SISTEM BANK INDONESIA REAL TIME GROSS SETTLEMENT (BI-RTGS) DAN SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA (SKNBI) DI INDONESIA
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.264, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Valuta Asing. Surat Berharga. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5753). PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/17/PBI/2015
Lebih terperinciNo.11/ 17 /DPM Jakarta, 7 Juli SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH
No.11/ 17 /DPM Jakarta, 7 Juli 2009 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH Perihal : Tata Cara Pemberian Fasilitas Likuiditas Intrahari Berdasarkan Prinsip Syariah Sehubungan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PMK.08/2007 TENTANG LELANG PEMBELIAN KEMBALI OBLIGASI NEGARA
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PMK.08/2007 TENTANG LELANG PEMBELIAN KEMBALI OBLIGASI NEGARA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :
Lebih terperinciNo. 18/31/DPM Jakarta, 29 November 2016 S U R A T E D A R A N. Kepada
No. 18/31/DPM Jakarta, 29 November 2016 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH, DAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Penempatan
Lebih terperinciNo. 17/ 9 /DPM Jakarta, 20 Mei 2015 S U R A T E D A R A N
No. 17/ 9 /DPM Jakarta, 20 Mei 2015 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH, DAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DI INDONESIA Perihal : Perubahan atas Surat
Lebih terperinciNo. 10/17/DPM Jakarta, 31 Maret Maret 2008 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH
No. 10/17/DPM Jakarta, 31 Maret 200831 Maret 2008 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH Perihal : Tata Cara Transaksi Repo Sertifikat Bank Indonesia Syariah dengan Bank Indonesia.
Lebih terperinciNo. 17/45/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA
No. 17/45/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Transaksi Repurchase Agreement Sertifikat Bank Indonesia
Lebih terperinciNo. 14/ 18 /DPM Jakarta, 8 Juni 2012 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA
No. 14/ 18 /DPM Jakarta, 8 Juni 2012 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA Perihal : Perubahan Keempat atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/18/DPM tanggal 7 Juli 2010
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 6/2/PBI/2004 TENTANG BANK INDONESIA - SCRIPLESS SECURITIES SETTLEMENT SYSTEM (BI-SSSS) GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 6/2/PBI/2004 TENTANG BANK INDONESIA - SCRIPLESS SECURITIES SETTLEMENT SYSTEM (BI-SSSS) GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka membantu Pemerintah melakukan
Lebih terperinci-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,
-1- PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/ 19 /PBI/2015 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 10/13/PBI/2008 TENTANG LELANG DAN PENATAUSAHAAN SURAT BERHARGA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/17/PADG/2017 TENTANG KRITERIA DAN PERSYARATAN SURAT BERHARGA, PESERTA, DAN LEMBAGA PERANTARA DALAM OPERASI MONETER SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA
Lebih terperinciNo. 17/34/DPSP Jakarta, 13 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA PESERTA SISTEM BANK INDONESIA-REAL TIME GROSS SETTLEMENT
1 No. 17/34/DPSP Jakarta, 13 November 2015 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA PESERTA SISTEM BANK INDONESIA-REAL TIME GROSS SETTLEMENT Perihal : Perlindungan Nasabah dalam Pelaksanaan Transfer Dana melalui
Lebih terperinci