1 PENDAHULUAN. 1 Sumber dari 2 Sumber dari

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "1 PENDAHULUAN. 1 Sumber dari 2 Sumber dari"

Transkripsi

1 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah penduduk yang sangat banyak yaitu kurang lebih 237 juta orang 1, dengan total wilayahnya sebesar 5,2 juta kilometer persegi. Sekitar 1,9 juta kilometer persegi berupa daratan, sedangkan sisanya adalah lautan 2. Melihat kondisi tersebut, Indonesia memiliki tiga jenis angkutan yaitu angkutan udara meliputi pesawat terbang baik nasional maupun swasta; angkutan darat meliputi kereta api, bis, mobil, dan truk; serta angkutan laut meliputi kapal laut. Menurut Data Pusat Statistik (BPS 2010) jumlah pertumbuhan penumpang pesawat pada tahun 2007 mencapai 15 persen menjadi 39,1 juta orang dari jumlah penumpang pada tahun 2006 berjumlah 34,0 juta orang. Kemudian jumlah pertumbuhan penumpang pesawat pada tahun 2008 mengalami penurunan hingga 4,6 persen menjadi 37,3 juta orang dari jumlah penumpang pada tahun 2007 berjumlah 39,1 juta orang. Berbeda dengan tahun 2008, jumlah pertumbuhan penumpang pesawat tahun 2009 dan 2010 mengalami peningkatan cukup besar. Jumlah pertumbuhan penumpang pesawat pada tahun 2009 mencapai 16,89 persen menjadi 43,6 juta orang dari jumlah penumpang pada tahun 2008 berjumlah 37,3 juta orang. Kemudian jumlah pertumbuhan penumpang pesawat pada tahun 2010 mencapai 22,24 persen menjadi 53,3 juta orang dari jumlah penumpang pada tahun 2009 sebanyak 43,6 juta orang. Pertumbuhan industri ini terjadi karena makin murahnya tarif tiket pesawat dari maskapai penerbangan yang masuk ke layanan low cost carier (LCC). Data jumlah penumpang pesawat, kereta api, dan kapal laut dapat dilihat di Tabel 1. 1 Sumber dari 2 Sumber dari

2 2 Tabel 1 Jumlah penumpang angkutan udara, angkutan darat, dan angkutan laut rute domestik Jumlah penumpang (orang) Tahun Udara* Darat** Laut*** ,0 juta 159 juta 27,7 juta ,1 juta 175 juta 29,9 juta ,3 juta 194 juta 37,6 juta ,6 juta 207 juta 29,7 juta ,3 juta 201 juta 35,3 juta Sumber: *Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Kementerian Perhubungan, **PT Kereta Api Indonesia, ***Kantor Administrasi Pelabuhan. Dapat dilihat di Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa jumlah penumpang pesawat pada angkutan udara dari tahun selalu mengalami peningkatan, berbeda halnya dengan tahun jumlah penumpang pesawat mengalami penurunan. Jumlah penumpang kereta api pada angkutan darat dari tahun selalu mengalami peningkatan, berbeda halnya dengan tahun jumlah penumpang kereta api mengalami penurunan. Jumlah penumpang kapal laut pada angkutan laut dari tahun selalu mengalami peningkatan, berbeda halnya dengan tahun jumlah penumpang kapal laut mengalami penurunan. Kemudian jumlah penumpang kapal laut dari tahun mengalami peningkatan. Kenaikan yang selalu dialami oleh angkutan udara merupakan hasil dari aktivitas perekonomian nasional yang meningkat, penambahan pesawat ke dalam pasar, harga tiket yang terjangkau, dan pemenuhan kualitas pelayanan serta keselamatan penerbangan. Oleh sebab itu, angkutan udara menjadi sangat diperlukan dan berpotensi untuk terus dikembangkan. Angkutan udara dinilai sangat praktis, efektif, dan cepat bila dibandingkan dengan jasa angkutan lainnya. Menurut Direktorat Jenderal Perhubungan Udara (2011), kinerja maskapai penerbangan periode Januari 2011 diperoleh bahwa terdapat 20 operator pemegang Air Operator Certificate (AOC) 121. Maskapai penerbangan pemegang AOC 121 meliputi 15 operator berjadwal penumpang dan 5 operator kargo. Penilaian ini dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dalam rangka penilaian kinerja operator penerbangan terhadap kepatuhan pemenuhan peraturan

3 3 keselamatan penerbangan sipil. Hasil penilaian maskapai penerbangan berjadwal penumpang terhadap AOC 121 dapat dilihat di Tabel 2. Tabel 2 Penilaian kinerja maskapai penerbangan periode Januari 2011 terhadap AOC 121 NO OPERATOR KETERANGAN 1 Garuda Indonesia Airlines Berjadwal penumpang 2 Lion Mentari Airlines Berjadwal penumpang 3 Sriwijaya Air Berjadwal penumpang 4 Pelita Air Service Berjadwal penumpang 5 Merpati Nusantara Airlines Berjadwal penumpang 6 Wing Abadi Airlines Berjadwal penumpang 7 Indonesia Air Asia Berjadwal penumpang 8 Tri MG Intra Asia Airlines Berjadwal penumpang 9 Metro Batavia Berjadwal penumpang 10 Travel Express Aviation Service Berjadwal penumpang 11 Indonesia Air Transport Berjadwal penumpang 12 Trigana Air Service Berjadwal penumpang 13 Cardig Berjadwal penumpang 14 Nusantara Air Charter Berjadwal penumpang 15 Air Maleo Berjadwal penumpang Sumber: Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Periode Januari 2011 Dapat dilihat di Garuda Indonesia merupakan salah satu angkutan udara milik negara yang dikelola secara profesional dan lebih kompetitif dalam menghadapi persaingan bisnis dibandingkan kompetitor-kompetitor lainnya. Garuda Indonesia berupaya senantiasa memberikan yang terbaik demi kepuasan penumpang dalam seluruh interaksinya dengan penumpang, mulai dari tahap pre-journey, in-flight, sampai dengan post-journey. Sejumlah inovasi layanan diperkenalkan pada tahun 2010, termasuk peningkatan kapabilitas reservasi online, peluncuran immigration on board, dan immigration fast-track untuk penumpang kelas Eksekutif dan anggota Garuda Frequent Flyer (GFF) Platinum 3. Penambahan armada dan pembukaan rute penerbangan baru, peningkatan brand image dan kualitas pelayanan melalui konsep layanan Garuda Indonesia Experience, serta penyelesaian restrukturisasi hutang dan transparansi informasi menuju perusahaan publik merupakan suatu serangkaian inisiatif strategis di tahun Seluruh langkah tersebut merupakan investasi signifikan demi terciptanya 3 Sumber dari Annual Report Garuda Indonesia Tahun 2010

4 4 fondasi yang kokoh, mempersiapkan Garuda Indonesia untuk melaju ke tahap berikutnya dalam strategi pertumbuhan Quantum Leap Konsumen Garuda Indonesia dibagi menjadi dua golongan. Golongan pertama adalah kelompok individu. Kelompok individu ini pada umumnya merupakan orang-orang yang menggunakan pelayanan jasa Garuda Indonesia atas kehendak sendiri dan untuk kepentingan pribadi. Sedangkan Golongan kedua adalah kelompok instansi. Kelompok instansi ini pada umumnya merupakan orang-orang yang menggunakan pelayanan jasa Garuda Indonesia atas perintah pimpinan dan untuk kepentingan kantor. Adapun kerjasama Garuda Indonesia dengan kelompok instansi pada tahun 2010 meliputi kerjasama Garuda Indonesia dengan instansi BPMIGAS (Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi), PLN (Perusahaan Listrik Negara), BRI (Bank Rakyat Indonesia), Badan Imigrasi, serta Lembaga-Lembaga Pemerintahan seperti Kementerian Pariwisata, Kementerian Agama, dan Kementerian Perhubungan 5. Sebagai maskapai penerbangan muda dibandingkan Garuda Indonesia yang telah mengangkasa selama lebih kurang 70 tahun dan resmi menjadi Perusahaan Negara pada tahun 1950, Sriwijaya Air dan Lion Air belum mampu tampil maksimal dibandingkan pendahulunya. Berawal dari munculnya Lion Air pada tahun 2000 kemudian disusul oleh Sriwijaya Air pada tahun 2003, kedua maskapai penerbangan ini hadir ditengah kejayaan Garuda Indonesia pada waktu itu. Bahkan kedua maskapai penerbangan ini mampu merebut pangsa pasar Garuda Indonesia dan berusaha menampilkan sesuatu yang berbeda dibandingkan dengan Garuda Indonesia. Persaingan ketiga maskapai penerbangan ini dapat dilihat dari pelayanan yang diberikan berupa harga tiket dan pelayanan selama di pesawat serta jumlah penumpang yang diangkut oleh Garuda Indonesia, Lion Air, dan Sriwijaya Air. Persaingan pertama meliputi persaingan pelayanan. Lion Air sebagai perusahaan penerbangan swasta memberikan pelayanan berupa harga tiket pesawat yang terjangkau dibandingkan dengan pesaingnya Garuda Indonesia dan Sriwijaya Air. Bahkan, Lion Air dan Sriwijaya Air kecuali Garuda Indonesia berlomba-lomba 4 Sumber dari SWA XXVI/No.21/4-13 Oktober 2010/66-72 hal. Ditulis oleh Sudarmadi dan Herning. 5 Sumber dari Annual Report Garuda Indonesia, 2010

5 5 memberikan tarif semurah mungkin kepada konsumennya. Harga tiket yang ditawarkan pun berbeda-beda sesuai rute yang dituju oleh pengguna jasa. Tabel 3 berikut menjelaskan harga tiket pesawat dari tanggal 1-7 Februari 2012 dengan rute Jakarta Medan, Jakarta Yogyakarta, dan Jakarta Bali pada maskapai penerbangan Garuda Indonesia, Sriwijaya Air, dan Lion Air baik kelas ekonomi dan bisnis. Rute Jakarta Bali, Jakarta Yogyakarta, dan Jakarta Medan 6 merupakan rute gemuk yang dialami oleh Garuda Indonesia, Lion Air, dan Sriwijaya Air. Tabel 3 Harga tiket pada maskapai penerbangan Garuda Indonesia, Sriwijaya Air, dan Lion Air Rute Jadwal Maskapai penerbangan Jakarta Medan Jakarta - Yogyakarta Jakarta Bali E* B* E* B* E* B* 01/02/2012 Garuda Indonesia 942,8 3962,3 475,3 2049,4 1380,6 2800,7 Sriwijaya Air 640,0 2030,0 600,0 1800,0 500,0 2300,0 Lion Air 573,7 1930,0 430,7 1490,0 569,3 2150,0 02/02/2012 Garuda Indonesia 991,2 3962,3 475,3 2049,4 1380,6 2800,7 Sriwijaya Air 640,0 2030,0 650,0 1800,0 500,0 2300,0 Lion Air 573,7 1930,0 430,7 1490,0 569,6 2150,0 03/02/2012 Garuda Indonesia 991,2 3962,3 679,9 2049,4 1380,6 2800,7 Sriwijaya Air 640,0 2030,0 500,0 1800,0 500,0 2300,0 Lion Air 573,7 1930,0 461,5 1490, ,0 04/02/2012 Garuda Indonesia 942,8 3962,3 475,3 2049,4 1380,6 2800,7 Sriwijaya Air 640,0 2030,0 500,0 1800,0 500,0 2300,0 Lion Air 573,7 1930,0 430,7 1490,0 470,3 2150,0 05/02/2012 Garuda Indonesia 942,8 3962,3 475,3 2049,4 1380,6 2800,7 Sriwijaya Air 640,0 2030,0 450,0 1800,0 500,0 2300,0 Lion Air 573,7 1930,0 321,8 1490,0 470,3 2150,0 06/02/2012 Garuda Indonesia 942,8 3962,3 475,3 2049,4 1380,6 2800,7 Sriwijaya Air 640,0 2030,0 450,0 1800,0 500,0 2300,0 Lion Air 573,7 1930,0 321,8 1490,0 352,6 2150,0 07/02/2012 Garuda Indonesia 942,8 3962,3 475,3 2049,4 1380,6 2800,7 Sriwijaya Air 640,0 2030,0 450,0 1800,0 500,0 2300,0 Lion Air 573,7 1930,0 321,8 1490,0 352,6 2150,0 Keterangan: harga tiket dalam ratusan ribu rupiah E* = Kelas Ekonomi B* = Kelas Bisnis Sumber: Pada awalnya, perang tarif menjadi daya tarik konsumen untuk memilih jasa penerbangan. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, perang tarif akan 6 Rute gemuk tersebut mewakili rute terpadat di Pulau Bali, Jawa, dan Sumatera

6 6 sulit dipertahankan dalam bisnis yang marginnya semakin menipis. Hal ini disebabkan karena konsumen cenderung ingin mendapatkan pelayanan yang lebih baik atau konsumen akan memilih perusahaan penerbangan yang paling sesuai dengan harapannya. Hal ini berarti, hanya perusahaan penerbangan yang benarbenar unggul yang akan meraih pangsa pasar yang cukup besar. Oleh sebab itu, kunci kesuksesan bisnis penerbangan saat ini terletak pada pelayanan dan bukan sekedar tawaran tarif tiket yang murah. Hal tersebut menjadi tantangan bagi masing-masing perusahaan penerbangan domestik, termasuk Garuda Indonesia, sebagai maskapai penerbangan tertua di Indonesia. Persaingan kedua meliputi persaingan pelayanan selama di pesawat. Lion Air tidak memberikan makanan dan minuman sebagai bentuk pelayanan selama di pesawat. Pelayanan yang diberikan oleh Lion Air berupa harga tiket yang semurah mungkin dibandingkan maskapai penerbangan lainnya. Berbeda halnya dengan Lion Air, Sriwijaya Air hadir menyaingi Lion Air dengan menyuguhkan fasilitas semi service. Kedua maskapai penerbangan ini hadir dan berusaha menyaingi Garuda Indonesia yang menyuguhkan fasilitas full service. Terakhir, persaingan yang dialami ketiga maskapai penerbangan ini dapat dilihat dari segi jumlah penumpang yang diangkut. Data jumlah penumpang ketiga maskapai penerbangan dari tahun dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Jumlah penumpang penerbangan Garuda Indonesia, Lion Air, dan Sriwijaya Air Jumlah penumpang (orang) Tahun Garuda Indonesia* Lion Air** Sriwijaya Air** ,2 juta 7,3 juta 3,6 juta ,8 juta 8,6 juta 4,0 juta ,4 juta 12,1 juta 4,3 juta ,1 juta 18,4 juta 4,9 juta ,7 juta 21,9 juta 6,3 juta Sumber: *Annual Report Garuda Indonesia, 2010 **Data diolah dari seat passengers x rute penerbangan domestik dan internasional, 2010 dan diperoleh dari Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa jumlah penumpang maskapai penerbangan Garuda Indonesia pada mengalami peningkatan yang cukup besar. Jumlah penumpang Garuda Indonesia dari secara berturut-turut yaitu 9,2 juta orang; 9,8 juta orang; 10,4 juta orang; 11,1 juta orang;

7 7 dan 12,7 juta orang. Namun, peningkatan jumlah penumpang ini juga dialami oleh Lion Air dan Sriwijaya Air. Bahkan jumlah penumpang Lion Air lebih banyak dibandingkan jumlah penumpang Garuda Indonesia. Melihat kondisi ini, masyarakat (pengguna jasa) dihadapkan beberapa pilihan alternatif. Masyarakat diminta untuk memilih apakah menggunakan jasa penerbangan Garuda Indonesia yang menyediakan full service, atau menggunakan jasa penerbangan Lion Air yang menyediakan harga terjangkau, atau bahkan menggunakan jasa penerbangan Sriwijaya Air yang menyediakan semi service. Kondisi seperti ini terbukti dari proses pengambilan keputusan konsumen yang dijelaskan oleh Schiffman dan Kanuk (2010). Beliau mendefinisikan suatu keputusan sebagai pemilihan suatu tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif. Engel et al. (1994) menambahkan bahwa proses keputusan pembelian ditentukan oleh tiga hal pokok, yaitu informasi, proses informasi, dan faktor-faktor yang menentukan proses keputusan. Faktor-faktor yang menentukan keputusan pembelian pada konsumen terdiri dari pengaruh lingkungan, perbedaan individu, dan proses psikologis konsumen. Penulis membatasi persepsi risiko konsumen yang dipengaruhi oleh keputusan pembelian konsumen, karena berhubungan dengan evaluasi alternatif konsumen sebelum melakukan pembelian. Seorang konsumen yang hendak melakukan pilihan maka ia harus memiliki pilihan alternatif. Masyarakat yang ingin menggunakan jasa penerbangan, ia dihadapkan kepada beberapa merek maskapai penerbangan, misalnya: Garuda Indonesia, Lion Air, dan Sriwijaya Air. Dengan demikian, ia harus mengambil keputusan dan memilih satu merek maskapai penerbangan dari beberapa pilihan merek. Setiap pilihan pada dasarnya mengandung risiko. Di mulai dari risiko pesawat tergelincir karena jalanan basah dan licin, pesawat terbakar karena adanya kabel yang terputus hingga pesawat jatuh karena human error ataupun cuaca buruk merupakan risiko-risiko besar yang dihadapi pengguna jasa. Menurut Sumarwan (2011), konsumen cenderung mengandalkan intuisi pribadinya untuk memutuskan apakah sesuatu berisiko atau tidak, yang mungkin dipengaruhi oleh pengalaman pribadinya terdahulu, tingkat keterlibatan, atau harga pembelian.

8 8 Persepsi risiko (perceived risk) memiliki efek moderasi bagi konsumen karena mereka cenderung berupaya menghindari terjadinya kesalahan (risk avoidance). Peter dan Ryan (1976) menjelaskan bahwa konstruk persepsi risiko pada mulanya dipandang sebagai suatu fungsi dari dua komponen yaitu uncertainty (ketidakpastian) dan consequences (konsekuensi). Sumarwan (2011) menambahkan bahwa konsumen cenderung berhadapan dengan banyak sekali situasi dalam pengambilan keputusan termasuk pembelian produk/jasa. Pada kebanyakan kasus, konsumen tidak selalu dapat melakukan pertimbangan yang cukup dari kelebihan dan kekurangan masing-masing pilihan yang dapat diambil. Konsumen hanya sekedar menilai situasinya, menimbang-nimbang potensi alternatif, mengambil keputusan, dan mengambil tindakan yang sesuai. Menurut Komite Nasional Keselamatan Transportasi (2011), data kecelakaan maskapai penerbangan Indonesia yang diinvestigasikan meliputi jenis kecelakaan ringan hingga kecelakaan serius. Jenis kecelakaan ini mengalami penurunan dari tahun 2009 hingga tahun 2010, tetapi mengalami peningkatan kembali dari tahun 2010 hingga tahun Tabel 5 berikut menjelaskan data kecelakaan yang diinvestigasikan KNKT selama lima tahun terakhir. No. Thn. Tabel 5 Data kecelakaan yang diinvestigasi KNKT Jumlah kecelakaan investigasi KNKT Jenis kejadian Accident Serious accident Korban meninggal/ hilang Korban jiwa Korban lukaluka Total Sumber: Database KNKT sampai dengan 27 Desember 2011 Dapat dilihat di dan diakses pada tanggal 27 Maret 2012/15.30 Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa jenis kejadian paling banyak terjadi pada tahun Jenis kejadian ini meliputi 19 kecelakaan ringan dan 13 kecelakaan berat. Kemudian korban jiwa baik meninggal ataupun hilang yang terjadi pada kecelakaan maskapai penerbangan Indonesia mengalami peningkatan sebesar 71 orang pada tahun 2011 dibandingkan tahun 2010 sebesar 5 orang.

9 9 Beberapa kecelakaan yang dialami oleh maskapai penerbangan Indonesia merupakan insiden-insiden yang dialami oleh maskapai penerbangan Garuda Indonesia, Lion Air, dan Sriwijaya Air. Jumlah kecelakaan yang dialami Garuda Indonesia, Lion Air, dan Sriwijaya Air lima tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini. Tabel 6 Jumlah kecelakaan Garuda Indonesia, Lion Air, dan Sriwijaya Air Total Garuda Indonesia Lion Air Sriwijaya Air Sumber: dan Diakses tanggal 27 Maret 2012/15.00 Berdasarkan Tabel 6 terlihat bahwa Garuda Indonesia mengalami kecelakaan pesawat paling sedikit dibandingkan Lion Air, dan Sriwijaya Air yakni sebanyak satu kali pada tahun Kemudian jumlah kecelakaan yang dialami oleh Sriwijaya Air sebanyak tiga jenis kecelakaan yakni keceelakaan pada tahun 2008, 2010, dan Maskapai penerbangan Lion Air merupakan maskapai penerbangan yang memiliki jumlah kecelakaan paling banyak dibandingkan Garuda Indonesia dan Sriwijaya Air, yakni sebanyak 8 jenis kecelakaan dengan rincian sebagai berikut: 1 jenis kecelakaan pada tahun 2007, 2 jenis kecelakaan pada tahun 2009, 1 jenis kecelakaan pada tahun 2010, dan 4 jenis kecelakaan pada tahun Adapun penyebab kecelakaan yang dialami oleh Garuda Indonesia, Lion Air, dan Sriwijaya Air merupakan insiden-insiden yang disebabkan oleh faktor human error, faktor cuaca buruk yang mengakibatkan landasan basah dan licin, serta faktor teknik yang disebabkan oleh kemacetan roda atau kerusakaan mesin pesawat. Insiden-insiden yang dialami oleh Garuda Indonesia, Lion Air, dan Sriwijaya Air selama lima tahun terakhir terlihat pada Tabel 7 berikut ini.

10 10 Tabel 7 Insiden-insiden yang dialami maskapai penerbangan Garuda Indonesia, Lion Air, dan Sriwijaya Air Garuda Indonesia Lion Air Sriwijaya Air 2007 Tanggal 7 Maret GIA penerbangan 200 meluncur keluar landasan (overrun), terbakar, dan meledak sesaat setelah mendarat di Bandara Adi Sutjipto Yogyakarta. Sedikitnya 22 orang meninggal dunia. Pesawat tersebut membawa penumpang sebanyak 133 orang dan 7 awak pesawat. Kecelakaan ini disebabkan oleh kesalahan pilot Tanggal 21 November terjadi delay massal penerbangan GIA karena penerapan sistem kendali operasi terbaru (IOCS) 2011 Tanggal 19 Maret, Lion Air penerbangan 311, MD-82 rute Banjarmasin-Surabaya batal lepas landas walaupun sempat meluncur di landasan pacu Bandara Sjamsudin Noor, Banjarmasin (1)Tanggal 23 Februari, Lion Air penerbangan 972 PK-LIO, MD 90 rute Medan-Batam-Surabaya mendarat darurat di Bandara Hang Nadim Batam akibat macetnya roda depan. Semua penumpang selamat. (2)Tanggal 9 Mei, MD-90 Lion Air PK-LIL tergelincir di Bandara Soekarno Hatta. Tanggal 3 November, Lion Air penerbangan 712, PK-LIQ Boeing rute Jakarta-Pontianak- Jakarta tergelincir di Bandara Supadio Pontianak (1)Tanggal 14 Februari Lion Air penerbangan 598, Boeing ER rute Jakarta-Pekanbaru tergelincir saat mendarat di Bandara Sultan Syarif Kasim II dan semua penumpang selamat. (2)Tanggal 15 Februari Lion Air tujuan Medan- Pekanbaru-Jakarta juga tergelincir. (3)Tanggal 17 Februari pesawat Lion Air tanpa sengaja menabrak pesawat Lion Air lainnya dan tidak ada korban. (4) Tanggal 23 Oktober Lion Air JT 673 tergelincir di Bandara Sepinggan, Kaltim. Sumber: dan Diakses tanggal 27 Maret 2012/15.00 Tanggal 27 Agustus Sriwijaya Air penerbangan 062 tergelincir di Bandara Sultan Thaha Syaifuddin dan tidak ada korban jiwa. - Tanggal 27 Januari Sriwijaya Air dengan rute Jakarta-Padang tergelincir saat mendarat di Bandara Soekarno Hatta Tanggal 20 Desember, Sriwijaya Air SJ 230 PK-CKM rute Jakarta- Yogyakarta tergelincir di Bandara Adisutjipto dan tidak ada korban jiwa.

11 11 Data rata-rata kecelakaan maskapai penerbangan selama tahun yang juga dilakukan KNKT dapat dilihat pada Tabel 8 berikut. Tabel 8 Data rate of accident maskapai penerbangan Indonesia Total produksi (jam terbang) Total Penumpang Jumlah kecelakaan Rate kecelakaan* 4,12 4,40 2,79 2,68 4,22 Keterangan : *rate kecelakaan = ((jumlah kecelakaan/jumlah produksi jam terbang) x )) Sumber : database KNKT sampai dengan 27 Desember 2011 Dapat dilihat di dan diakses pada tanggal 27 Maret 2012/15.30 Berdasarkan Tabel 8 terlihat bahwa rate kecelakaan maskapai penerbangan tahun 2008 hingga tahun 2010 mengalami penurunan secara berturut-turut yaitu 4,40; 2,79; dan 2,68. Jumlah pertumbuhan rate kecelakaan pada tahun 2008 mengalami peningkatan mencapai 6,79 persen menjadi 4,40 dari rate kecelakaan pada tahun 2007 sebesar 4,12. Jumlah pertumbuhan rate kecelakaan pada tahun 2009 mengalami penurunan mencapai 36,59 persen menjadi 2,79 dari rate kecelakaan pada tahun 2008 sebesar 4,40. Jumlah pertumbuhan rate kecelakaan pada tahun 2010 juga mengalami penurunan seperti pada tahun 2009 mencapai 3,94 persen menjadi 2,68 dari rate kecelakaan pada tahun 2009 sebesar 2,79. Kemudian jumlah pertumbuhan rate kecelakaan pada tahun 2011 mengalami peningkatan mencapai 57,46 persen menjadi 4,22 dari rate kecelakaan pada tahun 2010 sebesar 2,68. Menurut KNKT (2011), persentase perkiraan penyebab kecelakaan Angkutan Udara di Indonesia tahun meliputi kecelakaan yang disebabkan oleh human factor sebesar 52 persen, kecelakaan yang disebabkan oleh teknik sebesar 42 persen, dan kecelakaan yang disebabkan oleh lingkungan sebesar 6 persen 7. Berikut data investigasi KNKT mengenai temuan faktor penyebab kecelakaan maskapai penerbangan Indonesia. 7 Sumber dari database KNKT (2011). Dapat dilihat di dan diakses pada tanggal 27 Maret 2012/15.30.

12 12 Tabel 9 Data temuan faktor penyebab kecelakaan Human Factor Teknik Lingkungan Sumber: Data investigasi KNKT Dapat dilihat di serta diakses pada tanggal 27 Maret 2012/15.30 Berdasarkan Tabel 9 terlihat bahwa faktor penyebab kecelakaan dari segi human factor seharusnya dapat ditekan sekecil mungkin sehingga kecelakaan pesawat tidak terjadi lagi. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan dan Peraturan Menteri Perhubungan No: KM. 20 Tahun 2009 tentang Sistem Manajemen Keselamatan Penerbangan (Safety Management System) diperoleh bahwa keselamatan dan keamanan penumpang haruslah selalu dipenuhi oleh setiap maskapai penerbangan. Baik petugas/awak pesawat maupun pengguna jasa hendaknya menyadari pentingnya keselamatan dan keamanan dalam menggunakan fasilitas angkutan udara. 1.2 Perumusan Masalah Menurut Departemen Perhubungan RI, tiga maskapai penerbangan nasional terbesar di Indonesia sejak awal tahun 2010 yaitu PT Lion Mentari Airlines (Lion Air), PT Garuda Indonesia (Garuda Indonesia), dan Sriwijaya Air. Direktur Transportasi Udara Kementrian Transportasi, Tri S. Sunoko menyatakan bahwa pangsa pasar Lion Air menduduki peringkat pertama sebesar 41,9 persen. Pangsa pasar Garuda Indonesia menempati urutan kedua di domestik setelah Lion Air yakni sebesar 19,1 persen dan Sriwijaya Air menduduki peringkat ketiga dengan pangsa pasar sebesar 15,9 persen 9. Oleh sebab itu, Garuda Indonesia seharusnya mampu meningkatkan dan memperluas pangsa pasarnya. Gambar 1 berikut ini menjelaskan pangsa pasar maskapai penerbangan domestik di Indonesia. 8 Masih terdapat laporan investigasi kecelakaan udara yang belum difinalisasi, sehingga perkiraan penyebab kecelakaan tersebut belum dapat dipastikan. 9 Sumber dari Ditulis oleh Pakpahan. Diakses pada tanggal 2 Februari 2012/16.00.

13 13 Market share LI GIA SR Others Keterangan : LI = Lion Air, GIA = Garuda Indonesia Airlines, SR = Sriwijaya Air Sumber : Gambar 1 Pangsa pasar beberapa maskapai penerbangan rute domestik Dari uraian identifikasi permasalahan yang dihadapi perusahaan PT Garuda Indonesia dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana sikap konsumen terhadap maskapai penerbangan Garuda Indonesia, Lion Air, dan Sriwijaya Air? 2. Bagaimana posisi dari Garuda Indonesia, Lion Air, dan Sriwijaya Air di industri penerbangan berdasarkan perspektif konsumen? 3. Bagaimana pengaruh persepsi risiko terhadap pengambilan keputusan penggunaan jasa maskapai penerbangan Garuda Indonesia? 4. Bagaimana implikasi manajerial yang dapat diterapkan oleh PT Garuda Indonesia untuk melihat posisi Garuda Indonesia dengan kompetitor? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang ada di perusahaan PT Garuda Indonesia maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Menganalisis sikap konsumen terhadap maskapai penerbangan Garuda Indonesia, Lion Air, dan Sriwijaya Air. 2. Menganalisis posisi dari Garuda Indonesia, Lion Air, dan Sriwijaya Air di industri penerbangan berdasarkan perspektif konsumen.

14 14 3. Menganalisis pengaruh persepsi risiko terhadap pengambilan keputusan penggunaan jasa maskapai penerbangan Garuda Indonesia. 4. Menganalisis implikasi manajerial yang dapat diterapkan oleh PT Garuda Indonesia untuk melihat posisi Garuda Indonesia dengan kompetitor. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi PT Garuda Indonesia untuk memperoleh informasi faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan pembelian, sehingga bisa digunakan sebagai pertimbangan dan masukan dalam menentukan kebijakan strategi pemasaran perusahaan yang efektif. Manfaat penelitian ini bagi peneliti sendiri diharapkan dapat menambah pengetahuan ilmiah dan pengalaman praktis tentang bagaimana melihat faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan. Bagi institusi pendidikan, penelitian ini memiliki manfaat sebagai bahan pustaka dan pembanding untuk penelitian selanjutnya. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian ini difokuskan kepada pengguna jasa Garuda Indonesia dalam proses pengambilan keputusan penggunaan jasa Garuda Indonesia. Hasil analisis pengguna jasa Garuda Indonesia digunakan untuk menyusun strategi pemasaran PT Garuda Indonesia ke depannya. Pengumpulan data primer dalam penelitian ini dilakukan melalui survei terhadap pengguna jasa yang berada di lokasi yang sama dengan penulis, yaitu pada ruang boarding Garuda Indonesia dan Terminal 1 Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng, Provinsi Banten. Pengguna Jasa (responden) yang terpilih merupakan konsumen yang pernah menggunakan jasa penerbangan Garuda Indonesia dan juga menggunakan jasa penerbangan nongaruda Indonesia (Sriwijaya Air atau Lion Air) dalam waktu dua tahun terakhir serta berusia di atas 17 tahun.

15 Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB

I. PENDAHULUAN. yang sangat banyak yaitu kurang lebih 210 juta, dengan total wilayahnya

I. PENDAHULUAN. yang sangat banyak yaitu kurang lebih 210 juta, dengan total wilayahnya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah penduduk yang sangat banyak yaitu kurang lebih 210 juta, dengan total wilayahnya sebesar 5,2 juta kilometer persegi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memuaskan dalam usaha pengembangan ekonomi suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. yang memuaskan dalam usaha pengembangan ekonomi suatu negara. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam aspek perekonomian, jasa angkutan yang cukup serta memadai sangat diperlukan sebagai penunjang pembangunan ekonomi. Tanpa adanya transportasi sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi pemenuhan kebutuhan transportasi yang cepat dan aman. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. bagi pemenuhan kebutuhan transportasi yang cepat dan aman. Perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin berkembangnya bidang teknologi dan perubahan pola kehidupan manusia yang semakin cepat membuat begitu banyak aktivitas yang harus dilakukan oleh manusia untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pangsa pasar terbesar di dunia. Pertumbuhan industri penerbangan juga cenderung

BAB I PENDAHULUAN. pangsa pasar terbesar di dunia. Pertumbuhan industri penerbangan juga cenderung BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang penelitian Industri penerbangan merupakan salah satu sektor industri yang memiliki pangsa pasar terbesar di dunia. Pertumbuhan industri penerbangan juga cenderung relatif

Lebih terperinci

Daftar Kecelakaan Pesawat di Indonesia

Daftar Kecelakaan Pesawat di Indonesia Daftar Kecelakaan Pesawat di Indonesia http://www.jpnn.com/index.php?mib=berita.detail&id=278102 Senin, 29 Desember 2014, 05:03:00 SEKARANG INI 28 Desember 2014 Airbus A320-200 milik Air Asia dengan rute

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. datang dan berangkat mencapai dan (Buku Statistik

BAB I PENDAHULUAN. datang dan berangkat mencapai dan (Buku Statistik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bersamaan dengan pulihnya perekonomian Indonesia setelah krisis pada tahun 1997, Industri Penerbangan pun mengalami perkembangan yang signifikan. Indikasi perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Menurut Hurriyati (2005, p.49) : untuk bauran pemasaran jasa mengacu

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Menurut Hurriyati (2005, p.49) : untuk bauran pemasaran jasa mengacu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemasaran merupakan aspek yang sangat penting bagi semua perusahaan yang tetap ingin survive dalam menciptakan keunggulan kompetitif yang berkesinambungan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tetap ingin survive dalam menciptakan keunggulan kompetitif yang UKDW

BAB I PENDAHULUAN. yang tetap ingin survive dalam menciptakan keunggulan kompetitif yang UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemasaran merupakan aspek yang sangat penting bagi semua perusahaan yang tetap ingin survive dalam menciptakan keunggulan kompetitif yang berkesinambungan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Perusahaan penerbangan adalah Perusahaan yang bergerak dalam bidang angkutan udara yang mengangkut penumpang, barang, pos, dan kegiatan keudaraan lainnya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 92 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilakukan, berikut akan disajikan kesimpulan hasil penelitian tersebut, yaitu sebagai berikut : 1. Hasil pengujian hipotesis pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan sarana transportasi yang menunjang proses kehidupan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan sarana transportasi yang menunjang proses kehidupan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara yang memiliki lebih dari 17.000 pulau, Indonesia membutuhkan sarana transportasi yang menunjang proses kehidupan ekonomi masyarakatnya. Di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Alat transportasi adalah suatu alat penunjang kemudahan yang berperan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Alat transportasi adalah suatu alat penunjang kemudahan yang berperan bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alat transportasi adalah suatu alat penunjang kemudahan yang berperan bagi aktivitas setiap manusia untuk berpindah dari suatu tempat ke tempat lainnya. Contohnya seperti

Lebih terperinci

Sumber: BPS, 2004 Gambar 1. Grafik Data Penumpang Angkutan Udara yang Berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta (Jan-Nov 2004)

Sumber: BPS, 2004 Gambar 1. Grafik Data Penumpang Angkutan Udara yang Berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta (Jan-Nov 2004) I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penumpang angkutan udara dari waktu ke waktu cenderung meningkat, hal ini terlihat dari pengguna Bandara Soekarno-Hatta seperti terlihat dari Gambar 1. orang 1000000 900000

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara terbesar di dunia dengan jumlah penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara terbesar di dunia dengan jumlah penduduk yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara terbesar di dunia dengan jumlah penduduk yang kurang lebih dari 240 juta jiwa dan termasuk negara yang memiliki banyak pulau.

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Keberhasilan fenomenal Southwest Airlines di Amerika Serikat sebagai

BAB I. PENDAHULUAN. Keberhasilan fenomenal Southwest Airlines di Amerika Serikat sebagai BAB I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Keberhasilan fenomenal Southwest Airlines di Amerika Serikat sebagai maskapai Low Cost Carrier (LCC) dapat dilihat dari keuntungan yang diperoleh setiap tahunnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Terkait dengan pertumbuhan industri jasa, di sisi lain juga semakin

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Terkait dengan pertumbuhan industri jasa, di sisi lain juga semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini industri jasa di Indonesia menunjukan perkembangan yang sangat pesat. Terkait dengan pertumbuhan industri jasa, di sisi lain juga semakin meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anisa Rosdiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anisa Rosdiana, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia adalah Negara kepulauan terbesar di dunia. Laju pertumbuhan yang sangat pesat mencapai 1,5 persen pertahun atau 3,5 juta jiwa, terhitung

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. xxi. Halaman DAFTAR TABEL... xxv DAFTAR GAMBAR... xxvii DAFTAR LAMPIRAN... xxix

DAFTAR ISI. xxi. Halaman DAFTAR TABEL... xxv DAFTAR GAMBAR... xxvii DAFTAR LAMPIRAN... xxix xxi DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... xxv DAFTAR GAMBAR... xxvii DAFTAR LAMPIRAN... xxix 1 PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 12 1.3 Tujuan Penelitian... 13 1.4 Manfaat Penelitian...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi telah mendorong timbulnya persaingan yang sangat kompetitif

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi telah mendorong timbulnya persaingan yang sangat kompetitif BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Globalisasi telah mendorong timbulnya persaingan yang sangat kompetitif dalam segala bidang usaha. Keberhasilan kompetisi ini sangat ditentukan oleh antisipasi pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekstrem dapat dikatakan pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan. mengakibatkan kepemilikan apapun (Kotler, 2002:83).

BAB I PENDAHULUAN. ekstrem dapat dikatakan pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan. mengakibatkan kepemilikan apapun (Kotler, 2002:83). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya setiap manusia membutuhkan pelayanan, bahkan secara ekstrem dapat dikatakan pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia.pelayanan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan PT. AirAsia Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan PT. AirAsia Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Profil Perusahaan PT. AirAsia Indonesia Bisnis penerbangan di Indonesia semakin terlihat menjanjikan. Pengguna jasa penerbangan di negara kita

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidak hanya produk berupa barang yang banyak memberikan manfaat untuk kelangsungan hidup manusia. Di era modern dan perkembangan teknologi serta meningkatnya kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan jumlah pengguna sektor transportasi yang kian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan jumlah pengguna sektor transportasi yang kian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan jumlah pengguna sektor transportasi yang kian signifikan merupakan suatu tantangan sekaligus peluang bagi industri transportasi dalam mengembangkan

Lebih terperinci

Analisis Permintaan Pelayanan Taksi Argometer di Bandar Udara Juanda Surabaya ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN ANGKUTAN DI BANDARA JUANDA. Tabel 5.1.

Analisis Permintaan Pelayanan Taksi Argometer di Bandar Udara Juanda Surabaya ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN ANGKUTAN DI BANDARA JUANDA. Tabel 5.1. ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN ANGKUTAN DI BANDARA JUANDA Bandara Juanda terletak di Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo, 20 km sebelah selatan kota Surabaya. Bandara Internasional Juanda, adalah bandar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peningkatan keselamatan penerbangan merupakan hal yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peningkatan keselamatan penerbangan merupakan hal yang menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan keselamatan penerbangan merupakan hal yang menjadi prioritas utama untuk mencapai sasaran program pemerintah road map to zerro accident. Dalam peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. signifikan di Indonesia. Sejumlah maskapai penerbangan saling. berkompetitif untuk merebut pasar domesitik maupun internasional.

BAB I PENDAHULUAN. signifikan di Indonesia. Sejumlah maskapai penerbangan saling. berkompetitif untuk merebut pasar domesitik maupun internasional. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern saat ini sarana transportasi memiliki peranan yang sangat vital untuk melakukan berbagai kegiatan, terlebih dalam dunia bisnis. Pertumbukan industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keamanan merupakan aspek terpenting yang harus dimiliki dalam setiap moda transportasi. Salah satu moda transportasi yang harus memiliki standar peraturan keamanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan informasi yang sudah diproses dan dilakukan penyimpanan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan informasi yang sudah diproses dan dilakukan penyimpanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi pada masa sekarang sangat cepat. Teknologi Informasi adalah salah satu alat yang digunakan para manajer untuk mengatasi perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jasa pelayanan maskapai penerbangan dari tahun ke tahun

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jasa pelayanan maskapai penerbangan dari tahun ke tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan jasa pelayanan maskapai penerbangan dari tahun ke tahun semakin menjadi perhatian masyarakat luas. Hal itu dapat dilhat dari ketatnya persaingan

Lebih terperinci

HAK PENUMPANG JIKA PESAWAT DELAY

HAK PENUMPANG JIKA PESAWAT DELAY HAK PENUMPANG JIKA PESAWAT DELAY www.m.tempo.com Maskapai penerbangan Lion Air kembali dilanda masalah keterlambatan alias delay. Setelah mengalami keterlambatan hingga 25 jam di Bandara Soekarno-Hatta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, mendukung mobilitas manusia, barang dan jasa serta

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, mendukung mobilitas manusia, barang dan jasa serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia penerbangan saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat dan merupakan salah satu unsur penting dalam menggerakan dinamika pembangunan, mendukung mobilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan salah satu yang unik yang disebut Airline Low Cost Carrier (LCC)

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan salah satu yang unik yang disebut Airline Low Cost Carrier (LCC) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia usaha penerbangan saat ini telah berkembang pesat dengan berbagai perubahan strategi bagi operator dalam menggunakan berbagai model penerbangan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin ketat sekarang ini menyebabkan banyak

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin ketat sekarang ini menyebabkan banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan bisnis yang semakin ketat sekarang ini menyebabkan banyak perusahaan yang terlibat dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen. Hal ini seakan menuntut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan terluas di dunia dengan total luas 1,9 juta km 2,

I. PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan terluas di dunia dengan total luas 1,9 juta km 2, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kepulauan terluas di dunia dengan total luas 1,9 juta km 2, Indonesia merupakan salah satu negara dengan potensi perpindahan barang dan orang terbesar di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi kesehatan, aktivitas karyawan perlu dipertimbangkan berbagai potensi

BAB I PENDAHULUAN. kondisi kesehatan, aktivitas karyawan perlu dipertimbangkan berbagai potensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan kerja merupakan bagian spesifik dari kesehatan umum, lebih memfokuskan lingkup kegiatannya pada peningkatan kualitas hidup tenaga kerja melalui penerapan upaya

Lebih terperinci

Auditorium KNKT, Kementerian Perhubungan 28 Desember Interviewing Techniques in Accident Investigation NTSC In-House Training

Auditorium KNKT, Kementerian Perhubungan 28 Desember Interviewing Techniques in Accident Investigation NTSC In-House Training Auditorium KNKT, Kementerian Perhubungan 28 Desember 2012 Interviewing Techniques in Accident Investigation NTSC In-House Training DATA INVESTIGASI KECELAKAAN TRANSPORTASI UDARA TAHUN 2007 2012 Database

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan jasa pelayanan maskapai penerbangan dari tahun ke tahun semakin menjadi perhatian masyarakat luas. Hal itu dapat dilhat dari ketatnya persaingan

Lebih terperinci

Boks 2. Kesuksesan Sektor Jasa Angkutan Udara di Provinsi Jambi

Boks 2. Kesuksesan Sektor Jasa Angkutan Udara di Provinsi Jambi Boks 2. Kesuksesan Sektor Jasa Angkutan Udara di Provinsi Jambi Perekonomian Jambi yang mampu tumbuh sebesar 5,89% pada tahun 2006 merupakan prestasi tersendiri. Pada awal tahun bekerjanya mesin ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Gambar 1.1 Logo PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Sumber: Garuda Indonesia, 2015

BAB I PENDAHULUAN. PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Gambar 1.1 Logo PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Sumber: Garuda Indonesia, 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Perkembangan industri baik produk maupun jasa di Indonesia semakin bertumbuh dengan cepat seiring dengan munculnya pesaing pesaing baru dengan modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jasa transportasi merupakan salah satu bidang usaha yang memegang

BAB I PENDAHULUAN. Jasa transportasi merupakan salah satu bidang usaha yang memegang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jasa transportasi merupakan salah satu bidang usaha yang memegang peranan penting dalam perekonomian terutama kebutuhan mobilisasi manusia dari satu tempat ke tempat

Lebih terperinci

DATA INVESTIGASI KECELAKAAN PERKERETAAPIAN TAHUN Sumber: Database KNKT Desember 2013

DATA INVESTIGASI KECELAKAAN PERKERETAAPIAN TAHUN Sumber: Database KNKT Desember 2013 DATA INVESTIGASI KECELAKAAN PERKERETAAPIAN TAHUN - Sumber: Database KNKT Desember DATA KECELAKAAN PERKERETAAPIAN YANG DIINVESTIGASI KNKT TAHUN - JENIS KECELAKAAN TAHUN 9 TOTAL KORBAN JIWA JUMLAH REKOMENDASI

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Transportasi udara merupakan pilihan transportasi yang strategis untuk dapat melancarkan arus pergerakan barang dan mobilitas individu mengingat bahwa Indonesia sebagai negara

Lebih terperinci

PERSEPSI PENUMPANG SRIWIJAYA AIR MENGENAI KESELAMATAN PENERBANGAN. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat S-1

PERSEPSI PENUMPANG SRIWIJAYA AIR MENGENAI KESELAMATAN PENERBANGAN. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat S-1 PERSEPSI PENUMPANG SRIWIJAYA AIR MENGENAI KESELAMATAN PENERBANGAN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat S-1 Diajukan oleh : Deasy Mayasari F 100 040 172 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

UKDW. 1.1 Latar Belakang Masalah. Akhir-akhir ini perkembangan industri jasa transportasi di Indonesia berkembang

UKDW. 1.1 Latar Belakang Masalah. Akhir-akhir ini perkembangan industri jasa transportasi di Indonesia berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akhir-akhir ini perkembangan industri jasa transportasi di Indonesia berkembang sangat pesat, terutama pada jasa penerbangan yang setiap tahun selalu meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Citilink Indonesia Profil Perusahaan Gambar 1.1 Logo Citilink

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Citilink Indonesia Profil Perusahaan Gambar 1.1 Logo Citilink BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Citilink Indonesia 1.1.1 Profil Perusahaan Citilink adalah Unit Strategi Bisnis (USB) yang mandiri dari PT. Garuda Indonesia Airlines. Citilink lebih ditujukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan itu berorientasi pada

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan itu berorientasi pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan jasa atau sektor industri dari tahun ke tahun berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan itu berorientasi pada kesejahteraan masyarakat. Pemenuhan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kondisi ekonomi, sosial dan pertumbuhan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kondisi ekonomi, sosial dan pertumbuhan penduduk BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Peningkatan kondisi ekonomi, sosial dan pertumbuhan penduduk menyebabkan meningkatnya tuntutan manusia terhadap sarana transportasi. Untuk menunjang kelancaran pergerakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Faktor Price Perceptions (Persepsi akan Harga) yang terdapat pada penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Faktor Price Perceptions (Persepsi akan Harga) yang terdapat pada penelitian 84 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian Berdasarkan pengolahan data dan pembahasan yang terdapat dalam bab IV, terdapat beberapa kesimpulan, antara lain : 1. Faktor Price Perceptions (Persepsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Transportasi menyangkut pergerakan orang dan barang pada hakekatnya telah dikenal

I. PENDAHULUAN. Transportasi menyangkut pergerakan orang dan barang pada hakekatnya telah dikenal I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi menyangkut pergerakan orang dan barang pada hakekatnya telah dikenal secara alamiah semenjak manusia ada di bumi, meskipun pergerakan atau perpindahan

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PERUSAHAAN. dan pelayanan lalu lintas udara yang telah melakukan aktivitas pelayanan jasa

BAB III PROFIL PERUSAHAAN. dan pelayanan lalu lintas udara yang telah melakukan aktivitas pelayanan jasa BAB III PROFIL PERUSAHAAN 3.1. Sekilas Tentang Angkasa Pura II Angkasa Pura II merupakan perusahaan pengelola jasa kebandarudaraan dan pelayanan lalu lintas udara yang telah melakukan aktivitas pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan peningkatan jasa pelayanan perusahaan penerbangan dari

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan peningkatan jasa pelayanan perusahaan penerbangan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan peningkatan jasa pelayanan perusahaan penerbangan dari tahun ke tahun semakin menjadi perhatian masyarakat. Peranan pesawat terbang sebagai sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan transportasi dan teknik perencanaannya mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan transportasi dan teknik perencanaannya mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan transportasi dan teknik perencanaannya mengalami revolusi yang pesat sejak tahun 1980-an. Pada saat ini kita masih merasakan banyak permasalahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Akhir-akhir ini perkembangan industri jasa transportasi di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Akhir-akhir ini perkembangan industri jasa transportasi di Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akhir-akhir ini perkembangan industri jasa transportasi di Indonesia berkembang sangat pesat, terutama pada jasa penerbangan yang setiap tahun selalu meningkat secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri jasa penerbangan di Indonesia, khususnya untuk penerbangan komersial berjadwal semakin marak sejak dikeluarkannya deregulasi yang mengatur transportasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. itu keselamatan menjadi prioritas utama dalam operasi penerbangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. itu keselamatan menjadi prioritas utama dalam operasi penerbangan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keselamatan penerbangan selalu menjadi hal serius selama bertahun-tahun hal ini dikarenakan resiko kematian yang di akibatkan oleh suatu kecelakaan pesawat terbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Nasution,2004:47) Parasuraman, et al . (dalam Purnama,2006: 19)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Nasution,2004:47) Parasuraman, et al . (dalam Purnama,2006: 19) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini industri jasa di Indonesia menunjukan perkembangan yang sangat pesat. Terkait dengan pertumbuhan industry jasa, di sisi lain meningkatnya keperluan masyarakat

Lebih terperinci

4.2.1 Jenis. Responden terbagi ke dalam. Pria dan Wanita. Jenis Kelamin. kelamin Pria Usia. empat (4) yaitu kurang. atas 50 tahun.

4.2.1 Jenis. Responden terbagi ke dalam. Pria dan Wanita. Jenis Kelamin. kelamin Pria Usia. empat (4) yaitu kurang. atas 50 tahun. 50 4.2.1 Jenis Kelamin Responden Responden terbagi ke dalam dua (2) kategori berdasarkan jenis kelamin, yaitu Pria dan Wanita. Gambar 4.1 Jenis Kelamin Responden Jenis Kelamin Wanita 51% Pria 49% Pria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi transportasi saat ini yang sangat pesat membuat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi transportasi saat ini yang sangat pesat membuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi transportasi saat ini yang sangat pesat membuat persaingan dalam penyediaan jasa transportasi menjadi sangat tajam dan ketat. Salah satunya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan global diproyeksikan tumbuh sebesar 3,5 % pada

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan global diproyeksikan tumbuh sebesar 3,5 % pada 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pertumbuhan global diproyeksikan tumbuh sebesar 3,5 % pada 2012,seperti yang tercantum pada theglobal-review.com menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran kehidupan. Transportasi menjadi bagian penting atas perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran kehidupan. Transportasi menjadi bagian penting atas perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring berkembangnya zaman, transportasi di Indonesia semakin diperlukan bagi semua kalangan. Keberadaan sebuah sarana transportasi dalam kehidupan manusia menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). 1 Pernyataan tersebut secara

Lebih terperinci

pengangkutan udara dilakukan oleh perusahaan penerbangan dapat dirasakan

pengangkutan udara dilakukan oleh perusahaan penerbangan dapat dirasakan tanpa didukung adanya jasa angkutan udara, sebab dampak dari adanya pengangkutan udara dilakukan oleh perusahaan penerbangan dapat dirasakan secara langsung, antara lain perhubungan yang cepat, efisien

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan industri penerbangan melonjak tajam dalam satu dekade terakhir di Indonesia. Sejumlah armada bersaing ketat merebut pasar domestik dan regional. Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian PT. Garuda Indonesia (persero) Tbk adalah maskapai penerbangan milik negara atau bisa disebut juga perusahaan BUMN ( Badan Usaha Milik Negara ). Perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada tahun 2010, Indonesia yang memiliki populasi 237 juta jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada tahun 2010, Indonesia yang memiliki populasi 237 juta jiwa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2010, Indonesia yang memiliki populasi 237 juta jiwa (www.bps.go.id) menjadikannya sebagai negara terbesar ke empat di dunia setelah China, India, dan Amerika

Lebih terperinci

mempengaruhi eksistensi maskapai penerbangan di Indonesia pada umumnya, karena setiap pelaku usaha di tiap kategori bisnis dituntut untuk memiliki

mempengaruhi eksistensi maskapai penerbangan di Indonesia pada umumnya, karena setiap pelaku usaha di tiap kategori bisnis dituntut untuk memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum dan Objek Observasi Setiap manusia di dunia memiliki kebutuhan dan keinginan dalam usaha untuk mempertahankan hidup, namun sering kali manusia tidak suka memperhatikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri penerbangan sudah banyak menjamur di Indonesia yang disebabkan adanya deregulasi pemerintah dalam bidang penerbangan. Deregulasi penerbangan di Indonesia

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... i DAFTAR ISI... i DAFTAR LAMPIRAN... iv Sistematika Pembahasan BAB III... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... i DAFTAR ISI... i DAFTAR LAMPIRAN... iv Sistematika Pembahasan BAB III... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... i DAFTAR ISI... i DAFTAR LAMPIRAN... iv 1.1 Rumusan Masalah... 5 1.2 Tujuan Penelitian... 5 1.3 Manfaat penelitian... 5 1.2. Sistematika Pembahasan... 6 BAB II... Error!

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan. Dimulai dari penerbangan berbiaya yang cukup tinggi (full service

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan. Dimulai dari penerbangan berbiaya yang cukup tinggi (full service BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Maskapai penerbangan adalah sebuah organisasi yang menyediakan jasa penerbangan bagi penumpang atau barang. Pertumbuhan industri penerbangan melonjak tajam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian Fenomena yang terjadi pada industri penerbangan di Indonesia berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian Fenomena yang terjadi pada industri penerbangan di Indonesia berkaitan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fenomena yang terjadi pada industri penerbangan di Indonesia berkaitan dengan tingkat persaingan pada tahun 2015 antar maskapai penerbangan yang begitu tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan untuk masuk berkompetisi di industri penerbangan Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan untuk masuk berkompetisi di industri penerbangan Indonesia. Data BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan di industri penerbangan Indonesia semakin meningkat, ditunjukkan dengan semakin banyak pemain maskapai penerbangan yang masuk ke pasar Indonesia,

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring pesatnya kemajuan teknologi, segala sesuatu semakin mudah dilakukan, misalnya untuk mengakses informasi sangat mudah dilakukan dan cepat dilakukan semenjak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan yang berpusat kepada pelanggan atau customer centricity menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan yang berpusat kepada pelanggan atau customer centricity menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelayanan yang berpusat kepada pelanggan atau customer centricity menjadi suatu konsep yang telah diterapkan dibanyak perusahaan untuk menghadapi kompetisi

Lebih terperinci

Oleh : BAGUS DWIPURWANTO

Oleh : BAGUS DWIPURWANTO EVALUASI LOAD FACTOR PADA BANDARA INTERNASIONAL JUANDA SURABAYA TUJUAN SURABAYA JAKARTA DAN SURABAYA DENPASAR Oleh : BAGUS DWIPURWANTO 3106 100 016 PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Batasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pesawat terbang merupakan sebuah alat transportasi udara yang berteknologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pesawat terbang merupakan sebuah alat transportasi udara yang berteknologi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesawat terbang merupakan sebuah alat transportasi udara yang berteknologi canggih dan telah memiliki peranan penting pada abad ini. Seseorang dapat melakukan perjalanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak lima tahun terakhir angkutan udara di Indonesia mengalami perkembangan yang signifikan. Data angkutan udara Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Kementrian Perhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini. Oleh karena itulah membangun kepercayaan konsumen dan citra perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. ini. Oleh karena itulah membangun kepercayaan konsumen dan citra perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan bisnis bus antar kota dan lintas provinsi baik yang kecil maupun yang besar sangat ketat dalam dewasa ini. Keputusan untuk menggunakan jasa bus

Lebih terperinci

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI FEBRUARI 2014 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/04/18/Th. III, 1 April 2015

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI FEBRUARI 2014 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/04/18/Th. III, 1 April 2015 BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI FEBRUARI PROVINSI LAMPUNG No. 12/04/18/Th. III, 1 April Jumlah penumpang kereta api yang berangkat dari Stasiun Kereta Api Tanjung Karang Lampung pada sebanyak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Pasar penerbangan di Indonesia adalah pasar yang potensial, hal ini didasarkan pada karakteristik demografis Indonesia sebagai negara kepulauan. Selain

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Strategi Bisnis (Business Strategy Analysis)

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Strategi Bisnis (Business Strategy Analysis) BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Analisis Strategi Bisnis (Business Strategy Analysis) Analisis strategi bisnis yang dilakukan penulis yakni menggunakan analisis lima kekuatan Porter (Porter s five-forces model)

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI MANAJERIAL

BAB 5 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI MANAJERIAL BAB 5 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI MANAJERIAL 5.1 Kesimpulan Kesimpulan untuk maskapai Indonesia AirAsia dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Variabel harga (X 1 ) signifikan dan pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era modern ini, persaingan dalam dunia bisnis jasa semakin ketat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Di era modern ini, persaingan dalam dunia bisnis jasa semakin ketat. Hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era modern ini, persaingan dalam dunia bisnis jasa semakin ketat. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya bisnis yang bergerak dalam bidang jasa. Dalam kehidupan

Lebih terperinci

MEMILIH TRANSPORTASI UNTUK MUDIK

MEMILIH TRANSPORTASI UNTUK MUDIK MEMILIH TRANSPORTASI UNTUK MUDIK Oleh: Safir Senduk Dikutip dari Tabloid NOVA No. 769/XV Sebentar lagi Idul Fitri tiba. Bagi sebagian dari Anda, hari raya ini menjadi saat yang tepat untuk berkumpul bersama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlipatnya pertumbuhan maskapai penerbangan yang berkembang sangat cepat

BAB I PENDAHULUAN. berlipatnya pertumbuhan maskapai penerbangan yang berkembang sangat cepat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mobilitas masyarakat dewasa ini meningkat pesat. Hal ini dapat dilihat dari berlipatnya pertumbuhan maskapai penerbangan yang berkembang sangat cepat dari

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI SEPTEMBER 2017 PROVINSI LAMPUNG

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI SEPTEMBER 2017 PROVINSI LAMPUNG Moda transportasi udara paling banyak digunakan oleh penumpang untuk perjalanan ke luar Provinsi Lampung, yaitu 41,65. BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI SEPTEMBER PROVINSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pertumbuhan sektor jasa di Indonesia berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pertumbuhan sektor jasa di Indonesia berkembang dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini pertumbuhan sektor jasa di Indonesia berkembang dengan pesat, hal ini dapat dilihat dari laju pertumbuhan kumulatif PDB tahun 2010 pada sektor perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan inovasi yang berguna untuk meningkatkan penjualan dan mencapai

BAB I PENDAHULUAN. melakukan inovasi yang berguna untuk meningkatkan penjualan dan mencapai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan zaman telah mendorong manusia untuk terus berkembang, tidak terkecuali dengan dunia penerbangan. Pertumbuhan penduduk yang tergolong cepat dan diringi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Ekonomi Indonesia (2013) menyebutkan bahwa krisis. ekonomi pada tahun 2008 yang terjadi di beberapa kawasan di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Ekonomi Indonesia (2013) menyebutkan bahwa krisis. ekonomi pada tahun 2008 yang terjadi di beberapa kawasan di dunia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional dalam Laporan Perkembangan Ekonomi Indonesia (2013) menyebutkan bahwa krisis ekonomi pada tahun 2008 yang terjadi di beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor industri, perdagangan, pariwisata, dan pendidikan (ibid, 1998:7).

BAB I PENDAHULUAN. sektor industri, perdagangan, pariwisata, dan pendidikan (ibid, 1998:7). 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Transportasi atau pengangkutan merupakan bidang kegiatan yang sangat penting untuk memperlancar roda pembangunan, perekonomian, serta kehidupan masyarakat di seluruh

Lebih terperinci

Yune Andryani Pinem 1), Made Yukta Dewanti 2) Program Studi D3 Manajemen Transportasi Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan.

Yune Andryani Pinem 1), Made Yukta Dewanti 2) Program Studi D3 Manajemen Transportasi Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan. ANALISIS PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN PENUMPANG TEHADAP STANDAR KESELAMATAN PENERBANGAN DI PT GARUDA INDONESIA BANDAR UDARA INTERNASIONAL JUANDA SURABAYA Yune Andryani Pinem 1), Made Yukta Dewanti 2)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. transportasi. Peningkatan kebutuhan ini mendorong tumbuhnya bisnis jasa

BAB 1 PENDAHULUAN. transportasi. Peningkatan kebutuhan ini mendorong tumbuhnya bisnis jasa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertambahan jumlah penduduk serta mobilitas penduduk yang semakin tinggi, terutama antar-kota, telah mendorong peningkatan kebutuhan akan jasa transportasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rapi sehingga dapat menunjang kegiatan pariwisawa. Industri yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. rapi sehingga dapat menunjang kegiatan pariwisawa. Industri yang bergerak di bidang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan pariwisata khususnya di Indonesia semakin meningkat pesat. Perkembangan tersebut dapat dilihat dari sarana infrastruktur yang semakin tertata rapi sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan didalam dunia usaha hal ini dapat dilihat dengan semakin banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. persaingan didalam dunia usaha hal ini dapat dilihat dengan semakin banyaknya 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Perkembangan arus informasi dan ekonomi mendorong timbulnya laju persaingan didalam dunia usaha hal ini dapat dilihat dengan semakin banyaknya perusahaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau Low Cost Carrier (LCC), terjadi persaingan bisnis yang cukup signifikan.

BAB I PENDAHULUAN. atau Low Cost Carrier (LCC), terjadi persaingan bisnis yang cukup signifikan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam bisnis penerbangan khususnya untuk penerbangan berbiaya murah atau Low Cost Carrier (LCC), terjadi persaingan bisnis yang cukup signifikan. Untuk di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha

BAB I PENDAHULUAN Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha 1.1.1. Bentuk Usaha PT.Angkasa Pura II (Persero) adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara di Lingkungan Departemen Perhubungan yang bergerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memudahkan masyarakat untuk melakukan perjalanan jarak jauh.

BAB I PENDAHULUAN. yang memudahkan masyarakat untuk melakukan perjalanan jarak jauh. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketersediaan ragam dan jenis transportasi umum di Indonesia memudahkan masyarakat untuk bepergian dari satu tempat ke tempat yang lain. Salah satunya menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Transportasi merupakan salah satu hal penting yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Transportasi merupakan salah satu hal penting yang menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transportasi merupakan salah satu hal penting yang menjadi kebutuhan masyarakat, mulai dari transportasi lewat darat menggunakan mobil, motor, atau kereta api, transportasi

Lebih terperinci

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI SEPTEMBER 2015 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/11/18/Th. III, 2 NOPEMBER 2015

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI SEPTEMBER 2015 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/11/18/Th. III, 2 NOPEMBER 2015 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 12/11/18/Th. III, 2 NOPEMBER PERKEMBANGAN TRANSPORTASI SEPTEMBER PROVINSI LAMPUNG Jumlah penumpang kereta api yang berangkat dari Stasiun Kereta Api Tanjung Karang Lampung pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai Negara kepulauan yang terbentang luas dari Sabang sampai Merauke terdiri dari 13.446 pulau dan 34 provinsi dengan kepadatan penduduk tertinggi ke-empat

Lebih terperinci

Sri Sutarwati 1), Hardiyana 2), Novita Karolina 3) Program Studi D1 Ground Handling Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan 3)

Sri Sutarwati 1), Hardiyana 2), Novita Karolina 3) Program Studi D1 Ground Handling Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan 3) TANGGUNG JAWAB PENGUSAHA ANGKUTAN UDARA TERHADAP PENUMPANG MASKAPAI GARUDA INDONESIA YANG MENGALAMI KETERLAMBATAN PENERBANGAN DI BANDARA UDARA INTERNASIONAL ADI SOEMARMO SOLO Sri Sutarwati 1), Hardiyana

Lebih terperinci