BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai berbagai macam kebudayaan daerah. Masing-masing

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai berbagai macam kebudayaan daerah. Masing-masing"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai berbagai macam kebudayaan daerah. Masing-masing kebudayaan ini tumbuh dan berkembang sejak zaman nenek moyang sampai sekarang. Banyak pendapat sarjana atau ilmuwan mengungkapkan atau mendefinisikan tentang pengertian kebudayaan. Menurut Widyosiswoyo (2004:30) kebudayaan berasal dari kata budh dalam bahasa Sanskerta yang berarti akal, kemudian menjadi budhi (tunggal) atau budhaya (majemuk), sehingga kebudayaan diartikan sebagai hasil pemikiran atau akal manusia. Dengan demikian, kebudayaan yang dilakukan nenek moyang ialah tidak lain untuk menunjukkan bahwa kebudayaan dapat membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat. Kehidupan masyarakat dalam berkebudayaan ini mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia. Pikiran-pikiran manusia tertuju atas kebudayaan yang bersifat abstrak dan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan sebagainya. Tidak lepas dari kebiasaan masyarakat Jawa ialah melihat, mencermati dan kemudian menafsirkan berbagai gejala alam. Masyarakat Jawa sangat percaya bahwa berbagai gejala alam mengandung pelajaran yang berharga dibaliknya. Seperti kebiasaan masyarakat Jawa, yaitu memelihara binatang ternak ataupun 1

2 2 binatang piaraan. Kebiasaan-kebiasaan tersebut banyak menggunakan sistem kebahasaan yang tumbuh dari nenek moyang mereka, yakni suatu pemberian nama atau istilah warna bulu binatang dalam bahasa Jawa berdasarkan ciri-ciri warna bulu yang dimiliki binatang tersebut. Istilah-istilah warna bulu yang dimiliki binatang itu dapat mempengaruhi kebudayaan dan keadaan alam di sekitarnya. Brent Berlin dan Paul Kay (Keraf, 1990:134) pernah melakukan penelitian mengenai warna dalam beberapa bahasa di dunia. Berlin dan Kay dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa sistem tata warna dalam bahasabahasa tidak sama. Ada bahasa yang hanya memiliki dua istilah warna, ada pula empat, lima, enam, tujuh, dan delapan, sehingga penyebutan istilah warna bergantung dalam kebudayaan masa lampau ataupun masa sekarang. Di kalangan masyarakat Jawa pun cara penyebutan istilah warna bulu binatang dalam bahasa Jawa dapat dilihat dari segi warna bulu yang dimiliki binatang, yaitu setiap binatang mempunyai warna bulu sesuai dengan ciri-cirinya. Ada yang menyebutnya dalam satu leksikon ataupun lebih dari satu leksikon. Contohnya dalam binatang kucing mempunyai tiga variasi warna bulu, yaitu merah agak kekuning-kuningan, hitam, dan putih, sehingga penyebutan ketiga warna tersebut disebut kembang telon. Tidak hanya binatang kucing yang mempunyai sebutan istilah warna bulu dalam bahasa Jawa, melainkan terdapat dalam binatang piaraan yang lainnya, seperti ayam, burung, kuda, dan sebagainya. Selain pemberian istilah warna bulu binatang dalam bahasa Jawa, terdapat pula kepercayaan-kepercayaan yang mengandung nilai magis yang berkembang di masyarakat Jawa, seperti kucing kembang telon yang sudah dijelaskan di atas,

3 3 dalam masyarakat Jawa kucing kembang telon mengandung nilai magis yang bersifat positif, yakni apabila seseorang memelihara kucing kembang telon mempunyai nasib yang baik, diberi keselamatan, ataupun didekatkan rezekinya. Pandangan masyarakat Jawa tersebut dapat dibuktikan dengan adanya manfaat dari kembang bunga. Bagi dunia tanaman kembang bunga merupakan harapan, yakni mempunyai harapan yang ditunjukkan dengan adanya buah, bunga bagi yang memerlukan (Bratasiswara, 2000:327). Begitu juga kucing kembang telon mempunyai harapan yang baik bagi yang memeliharanya. Bahkan istilah-istilah warna bulu binatang dalam bahasa Jawa yang lainnya pun juga terdapat pada binatang lainnya yang dianggap masyarakat Jawa bernilai magis. Masyarakat Jawa memberikan istilah warna bulu binatang dalam bahasa Jawa tersebut berdasarkan ciri-ciri yang dimilikinya dan memiliki pula kepercayaan mistis dibalik pemberian istilah warna bulu binatang. Entah memang ada suatu kejadian nyata yang terjadi di masalampau dengan binatang-binatang tersebut atau hanya sekadar pemberian istilah warna bulu saja, dalam skripsi ini peneliti mengambil topik Istilah-Istilah Warna Bulu Binatang Dalam Bahasa Jawa (Sebuah Kajian Linguistik Antropologis). Topik tersebut mempunyai banyak permasalahan yang akan ditulis dalam rumusan masalah dan dibahas satu per satu dalam pembahasan. 1.2 Rumusan Masalah Sebagaimana yang dikemukakan di atas, penyebutan istilah warna bulu binatang dalam bahasa Jawa dipengaruhi kebudayaan dan keadaan alam di

4 4 sekitarnya. Seperti yang dikatakan Berlin dan Kay bahwa setiap sistem tata warna dalam bahasa-bahasa tidak sama. Demikian juga dengan penyebutan istilah warna bulu binatang dalam bahasa Jawa di setiap binatang mempunyai penyebutan istilah warna bulu yang berbeda pula. Deskripsi ini dilakukan dengan pendekatan linguistik antropologis, yaitu dengan melihat fakta bahasa dalam konteks sosial dan budaya yang lebih luas. Dengan demikian, dalam skripsi ini akan dicoba dijawab dua pertanyaan pokok, yaitu: (a) jenis binatang dan apa saja istilah warna bulu binatang dalam bahasa Jawa yang diberikan masyarakat Jawa dan (b) bagaimana pandangan budaya yang melatarbelakanginya suatu pemberian istilah warna bulu binatang dalam bahasa Jawa. 1.3 Tujuan Penelitian Studi mengenai istilah-istilah warna bulu binatang dalam bahasa Jawa (sebuah kajian linguistik antropologis) secara umum bertujuan untuk mengetahui berbagai jenis binatang dan istilah-istilah warna bulu binatang dalam bahasa Jawa yang terdapat di lingkungan masyarakat Jawa dan menafsirkan pandangan budaya yang melatarbelakanginya suatu pemberian istilah-istilah warna bulu binatang dalam bahasa Jawa. Tujuan umum ini akan dicapai dengan cara: (a) mengiventarisasikan istilah-istilah warna bulu binatang dalam bahasa Jawa dari berbagai jenis binatang, (b) mendeskripsikan dari masing-masing jenis binatang dan istilah warna bulu binatang dalam bahasa Jawa dan (c) menjelaskan manfaat dan kegunaan istilah warna bulu binatang dalam budaya masyarakat Jawa.

5 5 1.4 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian dalam skripsi ini meliputi ruang lingkup data, dan ruang lingkup pembahasan. Ruang lingkup data penelitian terdapat empat binatang, yaitu dara merpati, pitik ayam, kucing, dan jaran kuda yang dijadikan sampel. Peneliti memilih keempat binatang tersebut, karena keempat binatang itu memiliki istilah warna bulu dalam bahasa Jawa lebih banyak dibandingkan dengan binatang lainnya. Warna bulu keempat binatang itu mengandung nilai-nilai keindahan dan keunikan. Keberadaan keempat binatang itu sangat dekat dengan lingkungan masyarakat Jawa dan keempat binatang tersebut juga dapat menunjukkan status sosial bagi pemelihara binatang. Penyebutan istilah-istilah warna bulu binatang dalam bahasa Jawa dengan cara menelusuri kosakata atau leksikon dari berbagai sumber. Baik sumber tulis maupun sumber lisan. Data tulis mengambil sumber dari Baoesastra Djawa, Pepak Jawa dan Kitab Primbon Betaljemur Adammakna. Data lisan mengambil sumber dari sejumlah informan yang tinggal di berbagai tempat di Daerah Istimewa Yogyakarta, yakni tiga kabupaten (Bantul, Sleman, dan Kota Madya). Penelitian di Kabupaten Bantul terdapat tiga tempat, yaitu di kecamatan Banguntapan di desa Wirokerten, di kecamatan Imogiri di desa Kebonagung, dan di desa Guwosari. Penelitian di Kota Madya terdapat dua tempat, yaitu di PASTY (Pasar Satwa dan Tanaman Hias Yogyakarta) jalan Bantul dusun Dongkelan dan di daerah Kraton Yogyakarta di dalem Yudhanegaran, jalan Ibu Ruswo. Penelitian di Kabupaten Sleman terletak di Fakultas Peternakan dan Fakultas Kedokteran Hewan UGM Bulaksumur. Dipilihnya sumber tulis dan sumber lisan yang sudah

6 6 disebutkan di atas, karena ketiga buku tersebut menyimpan kosakata atau leksikon lebih banyak dibandingkan dengan sumber lainnya. Wilayah pengambilan sampel data tersebut lebih berpotensi atau keberadaan binatang lebih banyak ditemukan dibandingkan dengan wilayah lainnya. Para informan yang dipilih sebagai sumber lisan merupakan penutur asli bahasa Jawa yang dalam kehidupan sehari-harinya dekat dengan dunia binatang seperti pedagang, peternak, kolektor atau penggemar binatang. Usia informan pada umumnya di atas empat puluh lima tahun. Dipilihnya informan dalam usia ini dengan pertimbangan mereka lebih menguasai seluk beluk dunia binatang dalam bahasa Jawa dibandingkan dengan penutur bahasa Jawa yang berusia muda. Ruang lingkup yang kedua yaitu ruang lingkup pembahasan. Pembahasan dalam skripsi ini berdasarkan latar belakang di atas yaitu suatu budaya merupakan sebuah hal yang sangat luas untuk dipelajari. Dalam unsur budaya Jawa terdapat hal-hal yang tersembunyi yang sangat menarik untuk diungkap, baik berdasarkan kebiasaan maupun hal-hal lain yang mendasari suatu budaya berkembang. Pembahasan yang pertama mengenai deskripsi jenis binatang dan istilah warna bulu binatang dalam bahasa Jawa. Pembahasan yang kedua mengenai klasifikasi warna bulu binatang dalam bahasa Jawa. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat memberikan manfaat dalam dua hal, yakni manfaat secara teoritis dan praktis. Manfaat yang pertama yaitu secara teoritis, penelitian ini dapat memberikan manfaat dalam ilmu linguistik, terutama dalam kajian

7 7 linguistik antropologis yang mengkaji bahasa dan budaya masyarakat Jawa, karena hubungan antara bahasa dan budaya merupakan aspek kebahasaan yang menjadi jendela untuk mengamati dan memahami budaya, kehidupan mental, dan proses keberlangsungan masyarakat tertentu, sehingga dalam penelitian yang berjudul istilah-istilah warna bulu binatang dalam bahasa Jawa dapat mengetahui bahasa yang digunakan oleh masyarakat Jawa dengan kebudayaan suatu pemberian nama atau istilah warna bulu yang berdasarkan ciri dan tingkah laku binatang tersebut. Manfaat yang kedua yaitu secara praktis, penelitian ini juga dapat memberikan sumbangan pengetahuan dan informasi kepada masyarakat Jawa ataupun badan instansi mengenai bahasa dan budaya masyarakat Jawa yang dikaji dalam bidang ilmu linguistik antropologis, karena di Indonesia tidak banyak yang meneliti dalam bidang ini, sehingga perlu adanya pelestarian dan pengembangan bahasa dan budaya masyarakat Jawa mengenai pemberian nama atau istilah warna bulu binatang dalam bahasa Jawa, serta penelitian ini juga memberikan informasi tentang tingkat ancaman terhadap keberlangsungan hidup bahasa dan budaya masyarakat Jawa, khususnya istilah warna bulu binatang dalam bahasa Jawa. Diharapkan masyarakat Jawa dapat menyadari pentingnya peran mereka sebagai penentu pelestarian budaya ataupun sebaliknya. 1.6 Tinjauan Pustaka Fungsi tinjauan pustaka adalah untuk memberikan pengetahuan tambahan terhadap penelitian terdahulu yang ada hubungannya dengan penelitian warna

8 8 yang dilakukannya, baik dalam bentuk buku, skripsi, makalah, resensi, maupun opini. Sejauh pengamatan peneliti tidak banyak penelitian tentang warna bulu binatang dalam bahasa Jawa. Melainkan banyak yang meneliti warna dalam bahasa Indonesia ataupun dalam bahasa lainnya. Peneliti hanya menemukan beberapa penelitian yang membahas atau memberikan informasi tentang warna. Darmojuwono (1989) dalam penelitiannya yang berjudul Klasifikasi Semantis Bidang Warna Kepada Persepsi Manusia mengemukakan bahwa proses pembentukan konsep mendahului proses penamaan. Dapat dilihat pada responden mengelompokan kartu-kartu warna yang kemudian kartu-kartu tersebut diberi nama dengan cara membandingkan persamaan atau perbedaan antara kartu yang satu dengan kartu yang lainnya. Dalam mengelompokkan warna, warna yang secara leksikalis tidak mempunyai istilah serta tidak menjadikan dasar pengelompokan. Damarwarih (2013) dalam skripsi berjudul Leksikon Warna dalam Bahasa Indonesia memaparkan hasil penelitiannya yang berupa klasifikasi dan identifikasi bentuk leksikon warna berdasarkan jenis leksemnya, pemakaian warna untuk objek tertentu serta pemaparan pemakaian warna dalam idiom. Ada beberapa yang menjelaskan warna bulu binatang, yakni warna bulu ayam. Penggunaan warna-warna bulu ayam ini dipengaruhi oleh kebudayaan masyarakat Jawa. Kebudayaan dan kebiasaan masyarakat Jawa ini tidak lain ialah senang untuk memelihara unggas atau binatang peliharaan. Binatang-binatang tersebut

9 9 dapat dipelihara karena daging, telur dapat dikonsumsi, sedangkan warna bulu dapat dijadikan hiasan ataupun aduan. Penelitian Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1984) mengenai istilah warna dalam bahasa Indonesia yang sudah dibukukan dan diterbitkan dengan judul Daftar Istilah Warna. Buku tersebut berisi daftar warna dalam bahasa Indonesia yang disusun sesuai abjad. Penyusunan warna ini mengambil dari bahasa Indonesia dan mencari padanannya dengan bahasa Inggris dan bahasa Malaysia. Pola penyusunan ini menimbulkan keganjalan dalam memadankan istilah warna dalam bahasa Indonesia dengan istilah dalam bahasa Inggris. Misalnya, dalam bahasa Indonesia ada istilah merah jambu, akan tetapi padanannya dalam bahasa Inggris bukan guava red, melainkan pink. Selain itu, dalam penyusunan istilah warna terdapat beberapa kosakata berbahasa Jawa, seperti cemani, kinantan, dan deragem. Pada dasarnya kosakata tersebut berasal dari bahasa Jawa dan digunakan untuk penamaan binatang unggas, namun sering digunakan dalam bahasa Indonesia. Suhandano (2004) disertasi yang berjudul Klasifikasi Tumbuh-tumbuhan dalam Bahasa Jawa (Sebuah Kajian Linguistik Antropologis). Disertasi ini membahas identifikasi dan klasifikasi tumbuh-tumbuhan dalam bahasa Jawa yang berdasarkan kelas dan kategori tumbuhan.apabila seorang peneliti ingin mengetahui jenis tumbuhan yang terdapat di sekitar masyarakat Jawa, maka terlebih dahulu mengetahui identifiksai tumbuhan, dan kemudian diklasifikasikan atau dikelompokkan berdasarkan tumbuhannya. Seperti pada kata-kata dalam bahasa Jawa yaitu alang-alang (imperata cylindrica), krokot (partulaca aleracea),

10 10 měniran (phylanthus niruri), sěmanggi (hydrocotyle sibthorpyoides), těki (cyperus rotundus), dan sejenisnya. Kemudian tumbuh-tumbuhan tersebut diklasifikasikan dalam satu kelompok yang disebut sukět rumput. Beda lagi dengan tumbuhan sepertisěre (andropogon nardus), bayěm (amaranthus spinosus), kěnikir (tagetes erecta), suruh (piper betle), slendri (apium gravedens).tumbuh-tumbuhan tersebut tidaklah dikategorikan dalam tumbuhan sukět rumput, melainkan melainkan dikategorikan sebagai wit pohon. Dapat dikatakan demikian, karena tumbuh-tumbuhan tersebut dimakan manusia, dan juga karena tumbuh-tumbuhan tersebut sudah dikenal luas dan sudah dibudidayakan oleh masyarakat. Dari beberapa penelitian yang telah dipaparkan di atas, peneliti dapat mengetahui cara mengelompokkan dan mengidentifikasikan suatu data yang telah dikumpulkan sebelumnya dan kemudian diolah menjadi suatu hal yang berbeda. Penelitian Damarwarih berjudul leksikon warna dalam bahasa Indonesia terdapat penjelasan mengenai warna bulu ayam. Tidak hanya sebatas warna bulu ayam saja, melainkan binatang-binatang lainnya pun yang dianggap masyarakat Jawa perlu dibedakan warna bulunya sesuai dengan ciri-ciri yang dimilikinya. Oleh karena itu, dalam skripsi yang berjudul isilah-istilah warna bulu binatang dalam bahasa Jawa akan dijelaskan jenis binatang, macam-macam istilah warna bulu dalam bahasa Jawa, serta alasan atau latarbelakang pemberian istilah warna bulu binatang dalam bahasa Jawa berdasarkan kebudayaan Jawa.

11 Landasan Teori Linguistik antropologis merupakan salah satu dari empat cabang ilmu linguistik yang berkaitan dengan bahasa dan budaya. Seperti yang dijelaskan oleh Foley (dalam Suhandano, 2004:33--34) bahwa linguistik antropologis merupakan cabang linguistik yang mempelajari bahasa dalam konteks sosial dan budaya yang lebih luas. Tujuan linguistik antropologis adalah untuk mencoba mencari makna tersembunyi yang ada dibalik pemakaian bahasa, pemakaian bentuk-bentuk bahasa yang berbeda, pemakaian register dan gaya. Linguistik antropologis itu juga merupakan disiplin interpretif (interpretive discipline) yang mengupas bahasa untuk mendapatkan pemahaman budaya. Seorang perintis studi etnolinguistik, Edward Sapir pernah mengemukakan adanya hubungan antara bahasa dan kebudayaan. Salah satu pendapatnya mengatakan bahwa dalam bahasa tercermin suatu pengetahuan masyarakat bahasa tersebut mengenai lingkungannya, sehingga lingkungan yang sama pada dasarnya belum tentu dilihat secara sama oleh setiap masyarakat yang memiliki bahasa berbeda (Sapir dalam Ahimsa-Putra, 1997:4). Beberapa pendapat dari Edward Sapir kemudian dikembangkan oleh Benjamin Lee Whorf yang menurutnya cara orang memandang, memahami, dan menafsirkan berbagai gejala alam, sebenarnya sangat mempengaruhi bahasa yang digunakannya, sehingga bahasa yang dimiliki oleh suatu masyarakat tanpa disadari mempengaruhi masyarakat terhadap lingkungannya. Seperti pendapat Edward Sapir dan Benjamin Lee Whorfyang telah dijelaskan tersebut dikenal dengan nama hipotesis Sapir-Whorf. Hipotesis

12 12 ini antara lain menyatakan bahwa bahasa membentuk persepsi manusia terhadap realitas dunia (Sampon dalam Suhandano, 2004:18). Bahasa dan kebudayaan merupakan dua hal yang saling berkaitan. Ditinjau dari pengertiannya, bahwa bahasa berperan sebagai alat komunikasi dan merupakan kebenaran yang tidak bisa disangkal lagi, selain itu sulit membayangkan batasan istilah yang memuaskan tanpa menghubungkannya dengan pengertian komunikasi (Lyons dalam Sibarani, 1992:20), sedangkan ditinjau dari sudut kebudayaan, bahasa merupakan wujud dari kebudayaan itu sendiri. Bahasa sebagai suatu wadah dan dari bahasa, kita dapat mengetahui seberapa tinggi tingkat kebudayaan suatu bangsa. Menurut Koentjaraningrat (dalam Chaer, 1995:217) menyatakan kebudayaan itu hanya dimiliki manusia dan tumbuh bersama berkembangnya masyarakat manusia. Istilah-istilah warna bulu binatang dalam bahasa Jawa yang berkembang di masyarakat sesuai dengan ciri-ciri yang dimilikinya berupa warna bulu maupun bentuk fisik suatu binatang. Hal tersebut merupakan bagian dari bentuk kebudayaan yang berhubungan dengan bahasa. Seperti yang telah diungkapkan oleh Koentjaraningrat di atas bahwa kebudayaan berkembang bersama perkembangan manusia. Istilah-istilah warna bulu binatang dalam bahsa Jawa yang digunakan masyarakat Jawa dalam menentukan makna dapat dilihat dari unsur leksikon bahasanya. Bentuk leksikon warna dalam bahasa Indonesia ada dua macam, yakni leksem primer dan leksem sekunder. Seperti yang dikatakan Berlin (dalam Suhandano, 2004:54) membedakan bentuk linguistik yang digunakan untuk

13 13 melabeli kategori etnobiologi menjadi leksem primer dan leksem sekunder. Leksem primer adalah leksem yang berupa kata monomorfemik dan merupakan satu kesatuan semantik, sedangkan leksem sekunder berupa gabungan dua leksem atau lebih yang berbentuk leksem primer dan diikuti atribut tertentu. Warna yang termasuk leksem primer misalnya hitam, putih, biru, hijau dan sebagainya. Warna yang termasuk dalam leksem sekunder misalnya biru kehijauan, merah kekuningan dan sebagainya. Penelitian mengenai istilah-istilah warna bulu binatang dalam bahasa Jawa menggunakan teori-teori yang sudah dijelaskan di atas, yakni warna primer atau warna dasar dan warna sekunder atau warna turunan, karena dari proses analisisdapat diketahui dan dipahami latar belakang suatu pemberian istilah warna bulu baru di tengah-tengah budaya masyarakat Jawa. Budaya tersebut berkembang seiring dengan berkembangnya unsur-unsur warna baru yang terbentuk dari hasil persilangan warna dasar binatang dengan warna dasar maupun warna sekunder dari binatang yang lain pula. Sebuah pendapat dari Rouffaer dan Juynboll yang mempelajari tentang rasa warna (sense of color) orang-orang Indonesia di Pulau Jawa, ia mengatakan bahwa sebenarnya orang-orang Jawa telah cukup kaya pengetahuan warnanya dan boleh dikatakan asli (Darmaprawira, 2002:159). Pengarang Belanda tersebut menyatakan kekagumannya atas pengetahuan masyarakat Jawa terhadap warna yang telah ada sejak lama di lingkungan kehidupan masyarakat Jawa. Istilah-istilah warna bulu binatang dalam bahasa Jawa yang lahir di kebudayaan Jawa tidak hanya dilihat dari sisi warna bulu, tetapi juga dilihat dari

14 14 unsur pendukung yang dimiliki binatang tersebut. Selain sebagai ciri pembeda, juga terdapat unsur magis yang dipercaya masyarakat Jawa dari berbagai istilah warna bulu binatang dalam bahasa Jawa. Dengan cara melihat ciri warna bulu, masyarakat Jawa terbiasa menyamakan warna bulu tersebut dengan lingkungan di sekitarnya, sehingga terbentuk suatu leksikon warna bulu yang disamakan dengan benda lain. Seperti klawu berasal dari kata awu yang berarti abu, seperti yang kita ketahui kata awu identik dengan warna abu-abu, dengan melihat unsur leksikon yang terdapat dalam istilah warna bulu berdasarkan masyarakat Jawa tersebut dapat diketahui latarbelakang lahirnya istilah warna bulu di tengah-tengah masyarakat Jawa. 1.8 Metode Penelitian Tahap-tahap penelitian terbagi menjadi tiga, yaitu pengumpulan data, analisis data, dan pemaparan hasil analisis data (Sudaryanto, 1993). Tahap pertama yaitu pengumpulan data.tahap ini merupakan tahap pencarian data istilah warna bulu binatang dalam bahasa Jawa dengan mengumpulkan dan menelusuri kosakata atau leksikon dari sumber tulis dan sumber lisan. Kedua sumber tersebut dapat dilihat dalam ruang lingkup penelitian (hal 5--6). Metode yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah metode simak dengan teknik catat, metode cakap dengan teknik cakap bertemu muka, serta menggunakan teknik rekam dan teknik catat (Mastoyo, 2007:41--45), sedangkan teknik pengumpulan data foto istilah warna bulu binatang dalam bahasa Jawa dengan metode cakap bertemu muka dengan menggunakan teknik pemotretan, teknik rekam dan teknik

15 15 catat, serta metode penelusuran web dengan teknik catat. Pengumpulan data dengan merekam dan mencatat istilah warna bulu binatang dalam bahasa Jawa menggunakan unsur warna dalam Baoesastra Djawa, dan sumber yang sudah disebutkan sebelumnya dengan transkripsi ortografis. Tahap kedua, yaitu tahap analisis data. Pada tahap analisis data, metode yang akan digunakan adalah metode padan, yakni metode analisis data yang alat penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993:13), lebih tepatnya dengan metode padan referensial. Teknik yang digunakan dalam metode ini adalah teknik analisis komponen. Data yang diperoleh diklasifikasikan dan dicatat dalam kartu data. Setelah diklasifikasikan, istilah warna bulu dianalisis berdasarkan jenis binatangnya, dan makna atau mitos yang terkandung di dalam penyebutaan istilah warna bulu binatang dalam bahasa Jawa. Tahap ketiga yaitu tahap pemaparan hasil analisis data. Hasil analisis data dalam penelitian ini akan dipaparkan dengan metode informal dan formal. Pemaparan dengan metode informal, yaitu perumusan dengan kata-kata biasa, sedangkan metode formal yaitu perumusan dengan tanda dan lambang-lambang (Sudaryanto, 1993:145). Pada skripsi ini menggunakan metode formal, yaitu metode dengan menggunakan menyajikan data berupa tabel. Hasil analisi data disajikan dalam beberapa bab.

16 Sistematika Penulisan Penulisan karya ilmiah ini dibagi menjadi empat bab. Bab I adalah pendahuluan yang terdiri atas beberapa subbab, subbab yang pertama membahas tentang latar belakang, subbab kedua berisi rumusan masalah, subbab ketiga adalah tujuan penelitian, subbab keempat adalah ruang lingkup penelitian, subbab kelima adalah manfaat penelitian, subbab keenam adalah tinjauan pustaka, subbab ketujuh adalah landasan teori, subbab kedelapanadalah metode penelitian, dan subbab terakhir dalam bab I pendahuluan adalah sistematika penulisan. Bab II dibicarakanmengenai berbagai jenis binatang besertamacam-macam istilah warna bulu binatang dalam bahasa Jawa. Bab III dijelaskan mengenai klasifikasi warna bulu binatang dalam bahasa Jawa. Klasifikasi tersebut dibagi dalam empat subbab, yaitu subbab yang pertama membahas tentang klasifikasi warna bulu binatang berdasarkan jenis leksikon, subbab kedua berisi klasifikasi warna bulu binatang berdasarkan kesamaan penyebutan terhadap benda lain,subbab ketiga adalah klasifikasi warna bulu binatang berdasarkan atas manfaat, dan subbab keempat adalah klasifikasi warna bulu binatang berdasarkan ciri-ciri pendukung yang dimiliki binatang.

BAB I PENDAHULUAN. dalam lagi bahasa tercakup dalam kebudayaan. Bahasa menggambarkan cara berfikir

BAB I PENDAHULUAN. dalam lagi bahasa tercakup dalam kebudayaan. Bahasa menggambarkan cara berfikir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dan kebudayaan merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Bahasa selalu menggambarkan kebudayaan masyarakat yang bersangkutan; lebih dalam lagi bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013 BAB I PENDAHULUAN Dalam bagian ini akan diuraikan, latar belakang penelitian, masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penulisan. Adapun uraiannya sebagai berikut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi manusia dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi manusia dalam kehidupan. Bahasa sebagai sarana komunikasi tentunya mempunyai fungsi berdasarkan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lambang bahasa untuk menggambarkan objek, konsep, proses, dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. lambang bahasa untuk menggambarkan objek, konsep, proses, dan sebagainya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penamaan, menurut Kridalaksana (2008:160), merupakan proses pencarian lambang bahasa untuk menggambarkan objek, konsep, proses, dan sebagainya. Proses ini biasanya

Lebih terperinci

2015 FENOMENA PENGGUNAAN NAMA-NAMA UNIK PADA MAKANAN DI BANDUNG

2015 FENOMENA PENGGUNAAN NAMA-NAMA UNIK PADA MAKANAN DI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, masalah penelitian yang meliputi pengidentifikasian masalahah, pembatasan masalah, dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. sosiolinguistik. Penelitian kualitatif di sini menggunakan jenis penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. sosiolinguistik. Penelitian kualitatif di sini menggunakan jenis penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan sosiolinguistik. Penelitian kualitatif di sini menggunakan jenis penelitian yang bersifat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Metode kualitatif yaitu metode

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Metode kualitatif yaitu metode BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian ini terkait dengan konteks situasi yang terjadi dalam sebuah kelompok. Metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Idiom salah satu istilah dalam bidang kebahasaan yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Idiom salah satu istilah dalam bidang kebahasaan yang digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Idiom salah satu istilah dalam bidang kebahasaan yang digunakan untuk berkomunikasi oleh manusia, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Idiom bertujuan untuk memperhalus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidur sampai tidur lagi, bahkan bermimpi pun manusia berbahasa pula.

BAB I PENDAHULUAN. tidur sampai tidur lagi, bahkan bermimpi pun manusia berbahasa pula. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu budaya manusia yang sangat tinggi nilainya karena dengan bahasa manusia dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Dalam bagian ini diuraikan (1) lokasi dan subjek penelitian, (2) desain penelitian, (3) metode penelitian, (4) definisi operasional, (5) instrumen penelitian, (6) teknik pengumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan, manusia dikodratkan sebagai makhluk sosial karena manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya membutuhkan bantuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem lambang bunyi yang bermakna dan dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 2004:1), sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. individu lain dalam kehidupan sehari-hari. Dalam berinteraksi itulah manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. individu lain dalam kehidupan sehari-hari. Dalam berinteraksi itulah manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial memerlukan sebuah interaksi dengan individu lain dalam kehidupan sehari-hari. Dalam berinteraksi itulah manusia membutuhkan media bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK 2.1 Teori-Teori Yang Relevan Dengan Variabel Yang Diteliti 2.1.1 Pengertian Semantik Semantik ialah bidang linguistik yang mengkaji hubungan antara tanda-tanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan menyampaikan maksud kepada lawan bicaranya. Bahasa terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan menyampaikan maksud kepada lawan bicaranya. Bahasa terdiri atas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sarana yang sangat penting untuk berinteraksi dengan manusia yang lainnya. Manusia merupakan makhluk individu dan makhluk sosial yang membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi tersebut, manusia memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ismi Nurul Huda, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ismi Nurul Huda, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa mengambarkan budaya masyarakat penuturnya karena dalam kegiatan berbudaya, masyarakat tidak pernah lepas dari peranan bahasa. Bahasa disebut juga sebagai hasil

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Permasalahan penggunaan bahasa dalam masyarakat seakan terus bermunculan. Dalam mengatasi hal tersebut, keterlibatan disiplin ilmu mutlak diperlukan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi yang berarti akal atau budi dan dapat diartikan sebagai hal-hal

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif untuk proses pengumpulan dan penganalisisan data. Sudaryanto (1993: 62) menerangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (2003:53) mengatakan bahwa bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. (2003:53) mengatakan bahwa bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Sumatera Barat merupakan daerah yang sebagian besar masyarakatnya menggunakan bahasa Minangkabau dalam berkomunikasi dan bersosialisasi dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka 1. Tinjauan Studi Terdahulu Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan aspek pandangan yaitu pada tahun 2000 oleh Chatarina dari Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa digunakan oleh manusia untuk berinteraksi dengan orang lain. Bahasa adalah alat untuk mengungkapkan pikiran, keinginan, pendapat, dan perasaan seseorang kepada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan salah satu aset kebudayaan bagi bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan salah satu aset kebudayaan bagi bangsa 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan salah satu aset kebudayaan bagi bangsa Indonesia. Salah satu ragam bahasa di Indonesia adalah peribahasa. Berbicara mengenai peribahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam berkomunikasi manusia memerlukan sarana untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan tanggapannya terhadap alam sekitar atau peristiwa-peristiwa yang dialami secara individual atau secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nurshopia Agustina, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nurshopia Agustina, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, orang Sunda dapat mengembangkan jenis-jenis khas yang menarik yaitu mengembangkan macam-macam agroekosistem seperti berladang, bercocok tanam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam kehidupannya mulai dari bangun tidur, melakukan aktivitas, menyampaikan pendapat dan informasi melalui bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam kehidupannya mulai dari bangun tidur, melakukan aktivitas, menyampaikan pendapat dan informasi melalui bahasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Fungsi bahasa utama yaitu sebagai alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa unsur. Unsur-unsur tersebut sengaja dipadukan pengarang dan dibuat

BAB I PENDAHULUAN. beberapa unsur. Unsur-unsur tersebut sengaja dipadukan pengarang dan dibuat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bentuk karya sastra berupa novel. Novel dibangun melalui beberapa unsur. Unsur-unsur tersebut sengaja dipadukan pengarang dan dibuat mirip dengan dunia nyata

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya dengan etniknya. Penanda etnik di

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya dengan etniknya. Penanda etnik di 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan etniknya. Penanda etnik di antaranya bahasa, pakaian, kesenian, dan ciri fisik. Bahasa, pakaian (termasuk dalam sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap masyarakat pemakai bahasa memiliki kesepakatan bersama mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap masyarakat pemakai bahasa memiliki kesepakatan bersama mengenai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap masyarakat pemakai bahasa memiliki kesepakatan bersama mengenai bahasa yang dituturkannya. Namun, seiring dengan berjalannya waktu kesepakatan itu pun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat tutur bahasa Minangkabau dalam berinteraksi cenderung

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat tutur bahasa Minangkabau dalam berinteraksi cenderung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat tutur bahasa Minangkabau dalam berinteraksi cenderung menggunakan ragam lisan. Dalam ragam lisan terdapat kekhususan atau kekhasan suatu bahasa. Salah satu

Lebih terperinci

BAB 3 METODE DAN MODEL PENELITIAN. dalam penelitian ini akan dijabarkan sebagai berikut.

BAB 3 METODE DAN MODEL PENELITIAN. dalam penelitian ini akan dijabarkan sebagai berikut. 37 BAB 3 METODE DAN MODEL PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Hal-hal yang berkaitan dengan metodologi penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini akan dijabarkan sebagai berikut. 3.1.1 Pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi manusia. Manusia menggunakan bahasa sebagai media untuk mengungkapkan pikirannya, baik yang dilakukan secara lisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari sering menemukan banyak tanda,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari sering menemukan banyak tanda, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari sering menemukan banyak tanda, baik itu tanda diluar rumah, dalam rumah, maupun dilingkungan sekitar. Namun manusia tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikator kepada komunikan. Pesan tersebut dapat berupa pikiran, ide,

BAB I PENDAHULUAN. komunikator kepada komunikan. Pesan tersebut dapat berupa pikiran, ide, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia terjadi interaksi satu sama lain. Proses interaksi tersebut terjadi karena adanya komunikasi antar sesama anggota masyarakat. Komunikasi merupakan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM EKSPRESI VERBAL ANAK USIA DINI DALAM AKTIVITAS KONSERVASI LINGKUNGAN BIDANG KEGIATAN

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM EKSPRESI VERBAL ANAK USIA DINI DALAM AKTIVITAS KONSERVASI LINGKUNGAN BIDANG KEGIATAN 1 LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM EKSPRESI VERBAL ANAK USIA DINI DALAM AKTIVITAS KONSERVASI LINGKUNGAN BIDANG KEGIATAN PKM-PENELITIAN Oleh : Nur Arifin 2111412068 2012 Yuni Puspita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kebudayaan tersebut terlihat ketika masyarakat pada masa itu mampu

BAB I PENDAHULUAN. dan kebudayaan tersebut terlihat ketika masyarakat pada masa itu mampu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cara hidup manusia yang berkembang merupakan salah satu bukti adanya peradaban dan kebudayaan pada kehidupan masyarakatnya. Adanya peradaban dan kebudayaan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan ungkapan kehidupan manusia yang memiliki nilai dan disajikan melalui bahasa yang menarik. Karya sastra bersifat imajinatif dan kreatif

Lebih terperinci

OBJEK LINGUISTIK = BAHASA

OBJEK LINGUISTIK = BAHASA Nama : Laela Mumtahanah NIM : 1402408305 BAB III OBJEK LINGUISTIK = BAHASA Objek kajian linguistik yaitu bahasa 3. 1. Pengertian Bahasa Objek kajian linguistik secara langsung adalah parole karena parole

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi yang dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi yang dimiliki oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki fungsi yang sangat penting bagi manusia, terutama fungsi komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi yang dimiliki oleh manusia dan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama untuk menjaga kesopanan dalam bertutur atau mengucapkan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. terutama untuk menjaga kesopanan dalam bertutur atau mengucapkan bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak tutur ekspresif mempunyai fungsi untuk mengekspresikan suatu ungkapan yang ingin disampaikan pembicara kepada pendengar berdasarkan keadaan yang diperkirakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jaenudin, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jaenudin, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nama perkakas berbahan bambu merupakan nama-nama yang sudah lama dikenal dan digunakan oleh penutur bahasa Sunda. Dalam hal ini, masyarakat Sunda beranggapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak mungkin tidak terlihat secara nyata berbicara, tetapi pada hakikatnya, ia

BAB I PENDAHULUAN. tidak mungkin tidak terlihat secara nyata berbicara, tetapi pada hakikatnya, ia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sarana yang sangat penting dalam kehidupan manusia, sehingga setiap individu dapat berinteraksi secara langsung. Bahasa juga merupakan alat

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berikut beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berikut beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Berikut beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini. 2.1.1 Dialek Dialek berasal dari bahasa Yunani yaitu dialekto syang berarti varian

Lebih terperinci

TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER ETNOLINGUISTIK PENAMAAN-PENAMAAN HUJAN DALAM MASYARAKAT DUSUN JERO TENGAH, KECAMATAN ALIAN, KABUPATEN KEBUMEN

TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER ETNOLINGUISTIK PENAMAAN-PENAMAAN HUJAN DALAM MASYARAKAT DUSUN JERO TENGAH, KECAMATAN ALIAN, KABUPATEN KEBUMEN TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER ETNOLINGUISTIK PENAMAAN-PENAMAAN HUJAN DALAM MASYARAKAT DUSUN JERO TENGAH, KECAMATAN ALIAN, KABUPATEN KEBUMEN BIMA ARIA TEJA 09/283029/SA/14961 JURUSAN SASTRA NUSANTARA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sistem simbol bunyi bermakna dan berartikulasi oleh alat ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi oleh sekelompok

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman pada saat ini banyak menuntut masyarakat untuk memahami berbagai macam penggunaan bahasa yang digunakan sebagai suatu alat untuk berkomunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kata kebudayaan berasal dari kata Sansakerta budhayah, yaitu bentuk jamak

BAB I PENDAHULUAN. Kata kebudayaan berasal dari kata Sansakerta budhayah, yaitu bentuk jamak 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kata kebudayaan berasal dari kata Sansakerta budhayah, yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal (Koentjaraningrat, 1980 : 2 ). Kebudayaan dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial mutlak akan saling

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial mutlak akan saling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial mutlak akan saling berinteraksi dan berkomunikasi antara satu dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sosial masyarakat karena tanpa bahasa masyarakat akan sulit untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sosial masyarakat karena tanpa bahasa masyarakat akan sulit untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi yang memiliki peranan penting dalam kehidupan sosial masyarakat karena tanpa bahasa masyarakat akan sulit untuk melanjutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkemuka. Setiap media cetak mempunyai kolom-kolom khusus, seperti berita

BAB I PENDAHULUAN. terkemuka. Setiap media cetak mempunyai kolom-kolom khusus, seperti berita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koran Singgalang merupakan salah satu media cetak lokal yang terkemuka. Setiap media cetak mempunyai kolom-kolom khusus, seperti berita utama, berita khusus, berita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. lebih murah dibandingkan dengan daging ternak lain seperti sapi dan domba.

PENDAHULUAN. lebih murah dibandingkan dengan daging ternak lain seperti sapi dan domba. 1 I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ternak unggas merupakan ternak yang sangat populer di Indonesia sebagai sumber daging. Selain cita rasanya yang disukai, ternak unggas harganya relatif lebih murah dibandingkan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 102 BAB V SIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini membahas penggunaan leksikon Arab dalam bahasa Sunda yang dituturkan masyarakat adat Kampung Dukuh dengan menggunakan perspektif etnolinguistik.. Temuan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. merupakan cara untuk mendapatkan apa yang menjadi tujuan semula suatu

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. merupakan cara untuk mendapatkan apa yang menjadi tujuan semula suatu digilib.uns.ac.id 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Sebuah penelitian diperlukan adanya metode, karena metode merupakan cara untuk mendapatkan apa yang menjadi tujuan semula suatu penelitian.

Lebih terperinci

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS ANDALAS PADANG, 2012

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS ANDALAS PADANG, 2012 PENGGUNAAN JARGON OLEH KOMUNITAS FOTOGRAFER DI KOTA PADANG Tinjauan Sosiolinguistik SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora Oleh Winda Elsera Umala Sari 06 184

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk dalam berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk dalam berbagai hal, seperti keanekaragaman budaya, lingkungan, alam, dan wilayah geografis. Keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian kualitatif berusaha memahami makna dari fenomena-fenomena, peristiwa-peristiwa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat. Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat. Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu faktor penting bagi kehidupan manusia dalam masyarakat. Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat untuk berkomunikasi baik secara verbal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang otomotif yang disajikan oleh majalah Oto Plus. Majalah ini terbit setiap

BAB I PENDAHULUAN. bidang otomotif yang disajikan oleh majalah Oto Plus. Majalah ini terbit setiap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majalah Oto Plus adalah majalah yang mengupas tentang berbagai bidang otomotif, diantaranya adalah bidang modifikasi, modif balap dan masih banyak lagi bidang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di lingkungan masyarakat Sunda Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat. Upacara adat Ngaras kerap ditemukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. pembenaran atau penolakan hipotesis serta penemuan asas-asas yang mengatur

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. pembenaran atau penolakan hipotesis serta penemuan asas-asas yang mengatur BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian merupakan jalan yang ditempuh peneliti dalam menuju ke pembenaran atau penolakan hipotesis serta penemuan asas-asas yang mengatur kerja bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala bentuk gagasan, ide, tujuan, maupun hasil pemikiran seseorang kepada orang

BAB I PENDAHULUAN. segala bentuk gagasan, ide, tujuan, maupun hasil pemikiran seseorang kepada orang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat vital yang dimiliki oleh manusia dalam mengekspresikan segala bentuk gagasan, ide, tujuan, maupun hasil pemikiran seseorang kepada orang

Lebih terperinci

: Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul

: Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul Judul Skripsi : Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul Nama : Eli Rahmat Tahun : 2013 Latar Belakang Menurut Keraf bahasa memiliki empat fungsi, yaitu (1) sebagai alat untuk mengekpresikan diri, (2)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Bahasa disebut sebagai alat komunikasi karena bahasa

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Bahasa disebut sebagai alat komunikasi karena bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai alat komunikasi yang sangat penting dalam perjalanan kehidupan manusia. Bahasa disebut sebagai alat komunikasi karena bahasa berfungsi sebagai

Lebih terperinci

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- I Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di sekitarnya maupun dengan penciptanya. Saat berkomunikasi

Lebih terperinci

PEMILIHAN KATA BAHASA INDONESIA SEBAGAI SARANA PENGUASAAN BAHAN AJAR

PEMILIHAN KATA BAHASA INDONESIA SEBAGAI SARANA PENGUASAAN BAHAN AJAR PEMILIHAN KATA BAHASA INDONESIA SEBAGAI SARANA PENGUASAAN BAHAN AJAR Sutarsih Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah Email: sutabinde1@yahoo.com Abstrak Bahasa sebagai alat komunikasi memiliki peran sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak terlepas dari buku-buku pendukung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak terlepas dari buku-buku pendukung BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak terlepas dari buku-buku pendukung dan skripsi yang relevan dengan judul penelitian. Sesuai dengan judul penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan suatu bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan suatu bangsa dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan suatu bangsa dan peranannya sangat penting sehingga melalui bahasa dapat dilihat tinggi rendahnya kebudayaan bangsa tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosialbudaya,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosialbudaya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dan lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosialbudaya, merupakan sebuah sistem yang saling terkait satu sama lain. Manusia dalam menjalani kehidupannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi atau alat penghubung antar

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi atau alat penghubung antar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi atau alat penghubung antar manusia. Wujud alat komunikasi ini bisa menggunakan alat ucap manusia, atau bisa juga menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi, manusia dapat memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kenyataannya, warna merupakan suatu elemen penting yang sangat erat kaitannya bagi kehidupan makhluk di dunia ini. Unsur warna sangat dibutuhkan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan manusia dalam hidupnya sangatlah beragam. Baik itu

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan manusia dalam hidupnya sangatlah beragam. Baik itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia dalam hidupnya sangatlah beragam. Baik itu kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder. Salah satu kebutuhan primer manusia adalah kesehatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu. menggunakan bahasa dalam berbagai bentuk untuk mengungkapkan ide,

BAB I PENDAHULUAN. sarana komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu. menggunakan bahasa dalam berbagai bentuk untuk mengungkapkan ide, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu ciri yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Salah satu fungsi bahasa bagi manusia adalah sebagai sarana komunikasi. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koentjaraningrat mengatakan bahwa kata budaya berasal dari bahasa Sanksekerta budhayah yang berasal dari bentuk jamak kata budhi yang berarti budi dan akal. Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Rahmayanti, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Rahmayanti, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap hari media massa dapat memberikan aneka sajian yang dapat dinikmati para pembaca setianya. Dalam satu edisi para pembaca mendapatkan berbagai informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak tutur atau tindak ujar (speech act) merupakan sesuatu yang bersifat pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik pragmatik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan ini termasuk dalam penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Subroto,Edi berpendapat bahwa metode kualitatif adalah metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arni Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arni Febriani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jepang adalah sebuah negara kepulauan di Asia Timur. Letaknya di ujung barat Samudra Pasifik, di sebelah timur Laut Jepang, dan bertetangga dengan Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya sekedar memenuhi kebutuhan hiburan masyarakat dan kedua hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. hanya sekedar memenuhi kebutuhan hiburan masyarakat dan kedua hal tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Televisi adalah sesuatu yang sudah sangat familiar dalam beberapa dekade terakhir ini. Banyak acara dibuat untuk memenuhi kebutuhan informasi atau hanya sekedar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gorga Sopo Godang merupakan sebuah tempat atau rumah yang hanya memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Gorga Sopo Godang merupakan sebuah tempat atau rumah yang hanya memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gorga Sopo Godang merupakan sebuah tempat atau rumah yang hanya memiliki satu ruang tanpa kamar atau pembatas, yang berfungsi untuk tempat tinggal serta memusyahwarakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu alat paling penting dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi untuk berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, baik dalam bidang pendidikan, pemerintahan, maupun dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

Oleh : Dwi Prihatin NIM K BAB I PENDAHULUAN

Oleh : Dwi Prihatin NIM K BAB I PENDAHULUAN Kajian pemakaian bahasa dalam SMS (Short Message Service) mahasiswa program studi pendidikan bahasa, sastra indonesia dan daerah FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta (Sebuah Tinjauan Sosiolinguistik)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa bahasa manusia tidak dapat saling berinteraksi baik antar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa bahasa manusia tidak dapat saling berinteraksi baik antar individu maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan unsur yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Tanpa bahasa manusia tidak dapat saling berinteraksi baik antar individu maupun kelompok. Bahasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, memiliki berbagai suku, ras, bahasa dan kebudayaan yang diwariskan secara turun-temurun oleh nenek moyang. Adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (1947), wujud kebudayaan ada tiga macam: 1)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (1947), wujud kebudayaan ada tiga macam: 1) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan adalah keseluruhan aktivitas manusia, termasuk pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat-istiadat, dan kebiasaan kebiasaan lain. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di. peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di. peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia pada dasarnya sangat membutuhkan bahasa dalam bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di lingkungan formal. Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga tidak terlepas dari penggunaan kata serapan. Tidak adanya padanan kata

BAB I PENDAHULUAN. juga tidak terlepas dari penggunaan kata serapan. Tidak adanya padanan kata BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Jepang dalam berkomunikasi selain menggunakan bahasa ibunya juga tidak terlepas dari penggunaan kata serapan. Tidak adanya padanan kata dalam bahasa Jepang

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. mengalami perkembangan seiring dengan pengguna bahasa. Bahasa merupakan alat

BAB l PENDAHULUAN. mengalami perkembangan seiring dengan pengguna bahasa. Bahasa merupakan alat BAB l PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa melakukan hubungan interaksi dengan manusia lain untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dalam melakukan interaksi tersebut manusia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kualitatif, artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka,

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kualitatif, artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pengantar Bab ini menjelaskan tentang pendekatan yang dilakukan adalah melalui pendekatan kualitatif, artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa merupakan sebuah alat komunikasi antar anggota masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa merupakan sebuah alat komunikasi antar anggota masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sebuah alat komunikasi antar anggota masyarakat. Bahasa juga merupakan sebuah alat untuk komunikasi, yang berupa rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aprilia Marantika Dewi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aprilia Marantika Dewi, 2013 BAB I PENDAHULUAN Dalam bagian ini diuraikan (1) latar belakang, (2) masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, dan (5) struktur organisasi penulisan. Adapun uraiannya sebagai berikut. A.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat disesuaikan, dan diungkapkan kembali kepada orang lain sebagai bahan

BAB I PENDAHULUAN. dapat disesuaikan, dan diungkapkan kembali kepada orang lain sebagai bahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat terlepas dari bahasa karena bahasa adalah alat yang dipakainya untuk membentuk pikiran, perasaan, keinginan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang beragam. Selain bahasa Inggris di SMA, SMK dan MA, peserta didik juga

BAB I PENDAHULUAN. yang beragam. Selain bahasa Inggris di SMA, SMK dan MA, peserta didik juga BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tujuan dari pembelajaran bahasa asing untuk peserta didik adalah agar peserta didik mampu berkomunikasi dengan bahasa yang dipelajarinya dan mampu bersaing di

Lebih terperinci