TERAPI PERILAKU UNTUK MENGURANGI PERILAKU SIBLING RIVALRY PADA ANAK. Oleh: Esty Aryani Safithry ABSTRAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TERAPI PERILAKU UNTUK MENGURANGI PERILAKU SIBLING RIVALRY PADA ANAK. Oleh: Esty Aryani Safithry ABSTRAK"

Transkripsi

1 TERAPI PERILAKU UNTUK MENGURANGI PERILAKU SIBLING RIVALRY PADA ANAK Oleh: Esty Aryani Safithry ABSTRAK Sibling rivalry terjadi jika anak merasa mulai kehilangan kasih sayang dari orang tua dan merasa bahwa saudara kandung adalah saingan dalam mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua. Subyek penelitian adalah subjek usia 3 tahun. Jenis penelitian adalah studi kasus.keadaan sebelum terapi adalah subjek berusaha mencari perhatian orangtua dengan cara berperilaku manja, sulit diatur bahkan perilaku agresi. Setelah terapi perilaku ini diberikan perilaku-perilaku negative tersebut berkurang diganti dengan perilaku positif yaitu dapat menerima keadaan adiknya dan lebih aktif di kelas. Kata kunci : Sibling rivalry dan Terapi perilaku PENDAHULUAN Problema antar saudara kandung merupakan fenomena yang wajardialami oleh semua keluarga. Pada dasarnya setiap individu memilikipribadi yang berbeda antara satu dan lainnya. Dalam mengelola konflikserta problema ini orang tua harus peka, karena saat orang tua tidak pekadalam menghadapi problema ini maka konflik tersebut akan membesar danmenjadi tidak wajar. Orang tua harus dapat mengarahkan anak tanpa adayang membela satu pihak sehingga salah satu anak tidak ada yang merasatersisihkan dan merasa iri. Apabila orang tua tidak dapat bertindak sebagaipihak netral maka akan ada konflik-konflik tidak sehat yang terus adadalam interaksi antar saudara. Konflik tersebut yang terus dibiarkan akanmenjadi sebuah persaingan yang tidak sehat di dalam keluarga yangseharusnya tidak boleh terjadi. Sibling rivalry adalah kecemburuan, persaingan dan pertengkaran antara saudara laki-laki dan saudara perempuan, hal ini terjadi pada semua orang tua yang mempunyai dua anak atau lebih (Kail, 2005). Sibling rivalryterjadi jika anak merasa mulai kehilangan kasih sayang dari orang tua dan merasa bahwa saudara kandung adalah saingan dalam mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua (Setiawati, 2005). Priatna dan Yuliana (2006) menyebutukan bahwa faktor penyebab sibling adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang tumbuh pada diri anak itu sendiri seperti temperamen, sikap masingmasing anak dalam mencari perhatian orangtua, perbedaan usia atau jenis kelamin, ambisi anak untuk mengalahkan anak yang lain, sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang disebabkan karena sikap orang tua yang salah didalam mendidik anak-anaknya Esty Aryani Safithry, Dosen FKIP UM Palangkaraya 11

2 seperti, sikap membanding-bandingkan, adanya anak emas diantara anak yang lain. Coping yang digunakan untuk mengurangi stres adalah dengan cara regresi. Regresi dilakukan karena anak merasakan terancam akibat kehadiran adik, agar anak tidak kehilangan kasih sayang, ia kembali ke perilaku awal. Ia melihat adiknya diberikan perhatian yang lebih oleh orang tuanya kemudian mencontoh perilaku-perilaku adik tersebut agar ia kembali mendapatkan perhatian dari orang tuanya. Perilaku-perilaku yang anak contoh seperti minta perhatian lebih berupa minta dimandikan, minta disuapi dan menjadi lebih rewel. Adik subjek lahir sekitar 2 bulan yang lalu. Perhatian orang tua cenderung tertuju ke pada adik anak. Disini anak merasakan adanya pilih kasih terutama masalah perhatian karena ia selalu diminta mengalah untuk adiknya. Berdasarkan hasil CAT, anak merasa tersaingi karena kelahiran adiknya, ia merasa mempunyai rival dalam merebut perhatian orang tua. Ia belum mempunyai sifat kedewasaan bahkan oleh karena kelahiran adiknya, ia merasa terabaikan oleh orang tuanya sehingga membuat ia selalu bersaing dengan adiknya dengan jalan berbuat sesuatu agar perhatian orang tua yang memusat pada adiknya dapat direbutnya. Anak sulung sering diminta agar lebih banyak mengalah terhadap adikadiknya, kadang-kadang dengan alasan dengan sengaja dicari-cari dan lebih merugikannya (Millman, 2006). Sibling rivalry dalam pandangan behavioristik melihat berdasarkan perilaku yang muncul di mana perilaku tersebut dicirikan sebagai perilaku sibling rivalry. Ada dua sebab dalam menjelaskan terjadinya sibling rivalry dari sudut pandang behavioristik yaitu: (1) Proses reiforcement dari setiap perilaku yang muncul sesuai dengan ciri-ciri perilaku sibling rivalry tersebut. Sebaliknya, ciri-ciri perilaku sibling rivalryakan melemah jika setiap perilaku tersebut diikuti oleh reinforcement negatif. (2) Bentuk - bentuk agresivitas dalam sibling rivalry yang dimunculkan sebagai proses imitasi atau modelling dari agresifitas yang dipelajari. Permasalahan penelitian yang dapat ditarik dari uraian di atas adalah apakah terapi perilaku dapat mengurangi perilaku sibling rivalry pada anak. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian studi kasus tunggal yang merupakan sebuah desain penelitian untuk mengevaluasi efek suatub perlakuan dengan kasus tunggal. Penelitian ini dapat digolongkan dalam penelitian Singlecase designs (Kazdin, 2009) atau Small N- Single case designs terdiri dari: (1) manipulasi eksperimental suatu treatmen yang lazim disebut single-case experimental designs dan (2) yang bersifat non-eksperimental dari suatu treatmen yang lazim disebut case study, meskipun garis yang tegas diantara kedua pendekatan itu tidaklah selalu jelas Elemen desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah ABA design; di mana A adalah fase sebelum terapi, B Esty Aryani Safithry, Dosen FKIP UM Palangkaraya 12

3 adalah fase terapi atau intervensi yang kemudian dilanjutkan dengan fase tindak lanjut A (Kazdin, 2009). Pengumpulan data Asesmen dalam psikologi klinis ialah pengumpulan informasi untuk digunakan sebagai dasar bagi keputusan-keputusan yang akan disampaikan oleh penilai. Ada empat komponen dalam proses asesmen psikologi klinis yaitu : 1) Perencanaan dalam prosedur pengumpulan data ; 2) Pengumpulan data untuk asesmen ; 3) Pengolahan data dan pembentukan hipotesis dan 4) Mengkomunikasikan data asesmen baik dalam bentul laporan maupun dalam bentuk lisan. 1. Perencanaan dalam prosedur pengumpulan data Sebelum dilakukan prosedur asesmen, terlebih dahulu pemeriksa harus bertanya pada diri sendiri apa yang ingin diketahui dan bagaimana caranya. Untuk itu diperlukan guide interview meliputi apa yang perlu diketahui dan bagaimana cara memperoleh jawabanya 2. Pegumpulan data untuk asesmen Sesuai dengan pertanyaan pada tahap perencanaan maka ditentukan bagaimana wawancara ditentukan untuk informasi apa yang diutamakan. Demikian juga untuk observasi, perlu ditentukan metode dan fokus observasi. a. Wawancara dilakukan kepada Subjek dan orangtuanya. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk mengetahui keadaansubjek sekarang ini antara lain seberapa besar intensitas gangguan subjek dan seberapa besar gangguan tersebut mempengaruhi kehidupan sehari-hari serta apa dampak bagi keluarga. b. Observasi dilakukan Mengamati pola-pola interaksi dengan orang sekitarnya, deskripsi tentang penampilan fisik subjek, deskripsi perilaku verbal dan nonverbal selama asesmen berlangsung, saat berlangsung dan sesudah asesmen Adapun kegiatan asessmen yang dilakukan dapat dijelaskan lebih lanjut dalam tabel berikut: Esty Aryani Safithry, Dosen FKIP UM Palangkaraya 13

4 Tabel 1 Kegiatan asesmen Tanggal Metode Tujuan 1 Desember Observasi 1. Mengamati pola-pola interaksi subjek dengan teman November, 1 desember 2015 Wawancara dengan subjek Wawancara dengan orang tua subjek Wawancara dengan guru subjek sebaya, orangtua dan guru di sekolah 2. Mengetahui perasaan subjek tentang adiknya 3. Mengetahui perasaan subjek saat mengompol 4. Mengetahui bagaimana keadaan keluarga subjek 5. Mengetahui bagaimana pola asuh keluarga 6. Mengetahui perubahan-perubahan subjek sejak beberapa bulan yang lalu 7. Mengetahui bagaimana interaksi subjek dengan temanya disekolah 8. Mengetahui permasalahan subjek di sekolah 1 Desember 2015 Tes CAT 9. Mengetahui konsep diri subjek 10. Mengetahui sikap subjek kepada keluarga terutama adik dan lingkungan 11. Mengetahui keadaan emosi subjek Sesi 1 : Asesmen Tabel 2 Rancangan Terapi Sesi Kegiatan Tujuan Mengajukan pertanyaan yang mendorong orangtua bercerita dan memberikan gambaran mengenai kegiatan yang akan dilakukan Membangun relasi dengan orangtuan subjek Mencapai kesepakatan agar dapat melanjutkan proses konseling. Sesi2 : Pengetahuan mengenai sibling rivalry Sesi 3:memberikan ilustrasi kasus Sesi 4 : Penutup Berdiskusi mengenai sibling rivalry, perilaku sibling apa saja yang muncul pada subjek Orangtua diberikan sebuah kasus yang mirip dengan masalah subjek kemudian bersamasama mencari jalan keluar yang mungkin untuk dilakukan Mendorong orangtua untuk segera melakukan langkah-langkah pemecahan masalah yang sudah ia buat sendiri dengan cara membuat buku harian mengenai situasi masalah yang muncul pada subjek dan orangtua menuliskan apa saja penyelesaian masalah yang sudah dilakukan Mengenali perilaku-perilaku sibling Orangtua dapat mencari penyelesaian terhadap masalah sibling rivalry kemudian dapat mencobanya kepada subjek Menyusun rencana bagaimana penyelesaian masalah terhadap subjek dapat dilakukan HASIL DAN PEMBAHASAN Wawancara dengan ibu subjek Subjek pertama dari 2 bersaudara, umur subjek 5 tahun dan bersekolah di TK B. Subjek lahir normal dan dibantu bidan, tidak ada penyakit serius yang pernah diderita subjek semasa kecil. Perkembangan saat mulai berjalan, berbicara, tumbuh gigi berjalan normal sesuai umur subjek. Keluarga subjek termasuk keluarga yang berkecukupan dimana ayahnya memiliki toko bangunan di surabaya dan di malang. Sedangkan ibunya mempunyai usaha catering di surabaya dan di malang. Kegiatan sehari-hari subjek adalah mulai masuk sekolah jam 7 pagi sampai jam 9 pagi setelah itu subjek dirumah bersama Esty Aryani Safithry, Dosen FKIP UM Palangkaraya 14

5 ibunya. Menurut ibunya subjek memang lebih dekat dengan ayahnya karena ayah subjek sangat menginginkan subjek lakilaki. Ayahnya juga cenderung memanjakan subjek, biasanya apa saja yang diminta subjek selalu dituruti oleh ayahnya. Subjek termasuk subjek yang cerdas, ia sudah bisa membaca dan berhitung sejak 6 bulan yang lalu. Diantara teman-temanya subjek yang paling cepat membaca. Ia juga sebelumnya adalah subjek yang aktif, mempunyai banyak teman disekolah maupun di lingkungan rumahnya di Surabaya, hampir setiap hari sepulang sekolah subjek selalu bermain dengan teman-temanya. Subjek baru saja mempunyai seorang adik perempuan yang berumur 1 bulan. Sejak saat itu subjek menjadi lebih rewel, misalnya seringkali menagis jika keinginanya tidak dituruti, ia juga tidak mau berangkat ke sekolah jika bukan ibunya yang mengantarkanya padahal jarak rumah dan sekolahnya sangat dekat. Menurut laporan guru di sekolah, subjek termasuk murid yang pendiam dan jarang sekali bermain dengan teman-temanya padahal di sekolah yang lama subjek termasuk subjek yang aktif. Subjek juga sulit sekali untuk makan, ia harus dipaksa makan terlebih dahulu terkadang ia tidak menghabiskan makananya, ia mengatakan bahwa ia sudah kenyang, kalau dipakssubjekan ia biasanya mengeluh sakit perut. Sejak 8 bulan yang lalu, muncul perilaku subjek berupa mengompol. Ia mengompol sekitar 3 kali dalam seminggu pada siang dan malam hari termasuk saat subjek berada disekolah. Padahal sebelumnya subjek sudah tidak pernah mengompol lagi sejak beberapa tahun yang lalu. Saat ditanya mengapa ia mengompol, subjek menjawab bahwa ia tidak bisa menahan kencingnya dan mengompol sebelum ia sempat pergi ke kamar mandi. Begitu pula pada malam hari, sebelum tidur subjek disuruh kencing namun keesokan harinya kien tetap mengompol. Subjek menjadi semakin malas ke sekolah dengan alasan ia sering diejek teman-temanya karena ia mengompol dikelas. Bahkan subjek pernah tidak masuk sekolah 3 hari berturut-turut. Interpretasi CAT Subjek begitu ingin menikmati pemanjaan yang telah ia dapatkan. Ia begitu menikmati pemanjaan tersebut karena merasakan bahwa kebutuhanya selalu terpenuhi dan mendapatkan perhatian yang utuh dari orang tua, perhatian tersebut cenderung membuat subjek memiliki perasaan mendalam untuk menjadi superior, kecemasan tinggi dan terlalu dilindingi. Ia menuntut keadaan tidak akan berubah karena ia merasa aman dengan keadaan dimana ia mendapatkan pemanjaan. Kecemasan muncul akibat dari ekspresi kemarahan yang tidak disadari yang tertuju kepada orangtua, misalnya kemarahan yang tidak berani diungkapkan karena perlakuan orangtua yang tidak adil. Kelahiran anggota baru dalam keluarga menimbulkan suatu dampak pada subjek, ia merasa lingkungan telah berubah dan ia belum siap menerima konsekuensinya. Maka ia akan mengembangkan perilaku awal dimana ia masih mendapatkan Esty Aryani Safithry, Dosen FKIP UM Palangkaraya 15

6 perhatian. Subjek merasa lingkungan tersebut mengabaikanya kemudian ia berusaha memperolah simpati dalam usaha menarik perhatian orang lain, memaksa orang lain mengasihani dan melindungi diriya. Subjek kurang mampu dalam beradaptasi dimana lingkungannya berubah.ia merasakan lingkungan baru kurang memberikan rasa aman dalam kepada dirinya, karena ia terbiasa hidup dengan penuh pemanjaan. Subjek merasakan suatu konflik dimana sebenarnya ia menyayangi adiknya namun disisi lain ia begitu takut kehilangan kasih sayang dari orang tua.subjek merasakan suatu ancaman akan kehilangan perhatian dari orang tua akibat dari adanya anggota baru dalam keluarga. Ia dituntut untuk bertanggung jawab, melindungi orang lain, namun ia belum siap menerimanya. Perasaan diabaikan oleh lingkungan membuat subjek menginginkan simpati dari orang lain, memberikan perlindungan serta menginginkan orang lain membantu dirinya maka akan muncul suatu perilaku seperti kecemasan yaitu takut bahwa posisinya sebagai orang yang disayangi diambil oleh adik. Kecemasan dan frustasi untuk dapat bertanggung jawab membuat subjek mengalami kemunduran untuk meredakan suatu kecemasan tersebut, subjek mengembangkan suatu perilaku terdahulu atau regresi, dengan harapan ia akan kembali mendapatkan perhatian dari orang tua. Subjek yang selalu dimanjakan membuatnya memiliki pandangan kabur terhadap nilai-nilai orang tua, orang tua yang selalu mentoleransi kesalahan subjek, membuatnya mengalami kebingungan antara mana yang harus dilakukan dan mana yang jangan dilakukan.ia hanya bertindak berdasarkan pengalaman, selama hal-hal tersebut tidak merugikan diri subjek dan membuatnya aman. Subjek kurang mampu dalam mencari pemecahan masalah yang efektif hal ini terkait dengan ketidakmampuanya dalam beradaptasi. Penyelesaian terhadap masalah kecemasan ini tergantung kepada rasa aman dan rasa percaya yang mereka miliki terhadap orangtua dan lingkungannya. Ia tidak pernah belajar bagaimana memecahkan masalah dengan benar karena terbiasa oleh pemanjaan orangtua. Pelaksanaan Intervensi Pelaksanaan intervensi dibagi menjadi beberapa sesi yaitu: 1. Sesi 1 : Asesmen Kegiatan : Mengajukan pertanyaan yang mendorong orangtua bercerita dan memberikan gambaran mengenai kegiatan yang akan dilakukan Orangtua subjek mengetahui kegiatan apa saja yang akan dilakssubjekan selama proses konseling dan mereka setuju saat mereka diharuskan utnuk diberikan tugas-tugas rumah agar membantu proses konseling. Esty Aryani Safithry, Dosen FKIP UM Palangkaraya 16

7 2. Sesi 2 : Berdiskusi mengenai Sibling rivalry Kegiatan : Berdiskusi mengenai sibling rivalry, perilaku sibling apa saja yang muncul pada subjek Orangtua dapat mengetahui seperti apa saja perilaku sibling itu dan penyebabnya. Perilaku sibling pada subjek antara lains eperti minta dimandikan, disuapi, menjadi lebih rewel bahkan mengompol, orangtua menyadari bahwa perilaku tersebut muncul karena subjek sedang mengalami stres karena ia membutuhkan eprhatian dari orangtua 3. Sesi 3 : Memberikan ilustrasi Kegiatan : Orangtua diberikan sebuah kasus yang mirip dengan Sesi 1 : Asesmen masalah subjek kemudian bersamasama mencari jalan keluar yang mungkin untuk dilakukan Orangtua dapat dengan baik mencari jalan keluar dari permasalah yang ada pada ilustrasi dan mereka mengetahui solusi terbaik yang akan mereka berikan kepada subjek 4. Sesi 4 : Penutup Kegiatan : Mendorong orangtua untuk segera melakukan langkahlangkah pemecahan masalah yang sudah ia buat sendiri dengan cara membuat buku harian mengenai situasi masalah yang muncul pada subjek dan orangtua menuliskan apa saja penyelesaian masalah yang sudah dilakukan. Tabel 3 Hasil Intervensi Sesi Tujuan Hasil Sesi2 : Pengetahuan mengenai sibling rivalry Sesi 3:memberikan ilustrasi kasus Sesi 4 : Penutup Membangun relasi dengan orangtuan subjek Mencapai kesepakatan agar dapat melanjutkan proses konseling. Mengenali perilaku-perilaku sibling Orangtua dapat mencari penyelesaian terhadap masalah sibling rivalry kemudian dapat mencobanya kepada subjek Menyusun rencana bagaimana penyelesaian masalah terhadap subjek dapat dilakukan Orangtua subjekmengetahui langkah-langkah apa saja yang akan ditempuh pada sesi-sesi selanjutnya Orangtua menyadari bahwa memang selama ini perhatian lebih terfokus kepada adik subjek yang akhirnya membuat subjek merasa terabaikan, subjek berusaha mencari perhatian orangtua dengan cara agresi Orangtua dapat mencari penyelesaian masalahyang efektif mengenai perilaku sibling pada subjek Orangtua dapat melakukan langkah-langkah pemecahan masalah yang sudah ia buat sendiri dengan cara membuat buku harian mengenai situasi masalah yang muncul pada subjek dan orangtua menuliskan apa saja penyelesaian masalah yang sudah dilakukan Esty Aryani Safithry, Dosen FKIP UM Palangkaraya 17

8 Tabel 4 Perlakuan di rumah NO PERLAKUAN RESPON SUBJEK 1 Membantu subjek untuk berpartisipasi dalam merawat adiknya seperti subjek diajak ikut memandikan adik, ikut menyuapi adik dan dan diajak membaca buku cerita saat menidurkan adik. 2 Buatlah subjek merasa istimewa di mata orangtuanya. Orangtua mencoba proaktif dalam memberikan perhatian pada masingmasing subjek. Contoh, subjek yang senang bermain di luar rumah ajaklah jalan-jalan di taman. Tapi, jika subjek lebih suka duduk sambil membaca buku, maka sediakanlah waktu untuk duduk bersamanya untuk mendengarkan cerita dan lebih dekat padanya. 3 Memberikan kesempatan bagi subjek melakukan hal-hal yang membuat dirinya merasa nyaman saat bersama adik. Jika dia hanya ingin melihat adik bayinya sebentar, lalu kembali bermain, tak apa. Begitu pula jika subjek ingin memegang kaki atau tangan si bayi dengan lembut. Ia bahkan bisa memangku adiknya dengan bantuan orangtua memegangi kepala si bayi. Biarkan ia menentukan langkahnya. Bergembira bersama sebagai sebuah keluarga dengan cara jalan-jalan bersama, berlibur, atau berkumpul bersama di ruang keluarga. Kebersamaan ini akan mengurangi ketegangan karena cemburu atau persaingan antar saudara. Perlahan juga akan mengurangi konflik kakak-adik. Memberikan penguatan yang positif. Orang tua adalah role model yang efektif bagi subjek. Jika orang tua berharap bahwa subjek mereka bisa melakukan sesuatu yang baik orang tua sebaiknya memberikan penguatan atau reward terhadap munculnya perilaku yang diharapkan. Misalnya kalian adalah saudara yang bisa bekerja sama dengan baik. liat mainan itu kalian tata dengan rapi. Subjek mau diajak memandikan adik, ia dengan senang hati menyabuni adiknya kemudian membantu mengeringkan tubuh adiknya dan membantu memekaikan baju adiknya. Saat adikny akan tidur subjek menyanyikan nina bobo untuk adiknya Subjek suka membaca cerita, kemudian ia disuruh membacakan cerita untuk adiknya. Subjek dengan semangat memabcakan untuk adiknya Subjek senang sekali saat memangku adiknya, ia mengatakan adiknya sangat lucu dan subjek ingin menggendongnya juga. Pada hari libur orang tua bersama subjek dan adiknya berjalan-jalan bersama. Subjek menunjukan sikap sanagt antusias, ia mengatakan ia ingin sering berjalan-jalan bersama Saat subjek tidak menunjukan perilaku manja seperti minta dimandikan, minta disuapi bahkan mengompol, subjek diberikan suatu hadiah yag ia inginkan seperti mainan robot-robotan yang ia sukai. Esty Aryani Safithry, Dosen FKIP UM Palangkaraya 18

9 Tabel 5 Perlakuan di sekolah NO PERLAKUAN RESPON SUBJEK 1 Membuat suasana kelas kondusif dan Subjek ikut beryanyi menyenangkan untuk memberikan materi. Misalnya beryanyi 2 Setelah bernyanyi bersama sama, guru bertanya pada mereka siapa yang punya adik atau kaka di rumah, dan mintalah mereka untuk menceritakan salah satu pengalaman mereka dengan saudara kandung mereka. Subjek mau bercerita tentang adiknya, ia menceritakan bahwa adiknya sangat lucu. Ia juga mambantu ibinya memandikan adik, memakaikan baju dan membacakan cerita untuk adiknya dan sering jalan-jalan bersama dengan adiknya Tabel 6 Tabel harian kemajuan subjek Hari/Tanggal Kemajuan subjek 26 desember 1. Subjek tidak menunjukan perilaku-perilaku manja seperti minta disuapi dan minta dimandikan 2. Subjek tidak menunjukan perilaku agresi 27 Desember 1. Subjek mau disuruh membantu mengambilkan baju adiknya tanpa menolak 2. Subjek tidak menunjukan perilaku rewel seperti menangis 28 Desember 1. Subjek mau berangkat sekolah tanpa diantar 2. Subjek terlihat lebih aktif di kelas 3. Tidak ada perilaku agresi 29 Desember 1. Subjek terlihat lebih sering bermain bersama adiknya seperti mengajarkanya menyanyi dan mengajarkanya menggambar 2. Tidak ada perilaku agresi 30 Desember 1. Subjek menunjukan perilaku rewel, ia minta diberlikan mainan baru kepada ayahnya dan akhirnya ayahnya membelikan mainan baru. 2. Subjek tidak menunjukan perilaku mengompol 31 Desember 1. Subjek masih menunjukan perilaku rewel, ia tidak mau berangkat ke sekolah dengan alasan ingin nonton televisi 2. Malam hari subjek mengompol 1 Januari 1. Subjek tidak menunjukan perilaku rewel, ia terlihat senang karena hari ini adlah hari libur, ia dapat bermain sepuasnya. 2. Tidak menunjukan perilaku agresi Pembahasan Subjek berumur 5 tahun, subjek sulung dari 2 bersaudara. Sejak kecil subjek sangat dimanjakan oleh orang tuanya terutama ayahnya. Apa saja yang diinginkan subjek selalu dipenuhi oleh ayahnya.subjek terbiasa dimanja serta mendapatkan kasih sayang yang tidak terbagi. Subjek sulung mendapatkan perhatian yang utuh dari orang tua sampai adiknya lahir (Alwisol,2007). Adik subjek lahir sekitar 2 bulan yang lalu. Perhatian orang tua cenderung tertuju ke pada adik subjek. Subjek merasakan adanya pilih kasih terutama masalah perhatian karena ia selalu diminta mengalah untuk adiknya. Berdasarkan hasil CAT, subjek merasa tersaingi karena kelahiran adiknya, ia merasa mempunyai rival Esty Aryani Safithry, Dosen FKIP UM Palangkaraya 19

10 dalam merebut perhatian orang tua. Ia belum mempunyai sifat kedewasaan bahkan oleh karena kelahiran adiknya, ia merasa terabaikan oleh orang tuanya sehingga membuat ia selalu bersaing dengan adiknya dengan jalan berbuat sesuatu agar perhatian orang tua yang memusat pada adiknya dapat direbutnya. Subjek sulung sering diminta agar lebih banyak mengalah terhadap adikadiknya, kadang-kadang dengan alasan dengan sengaja dicari-cari dan lebih merugikannya (Millman, 2011). Ini yang disebut dengan sibling rivalry. Menurut Listiani (2010) sibling rivalry cenderung terjadi ketika subjek yang lebih tua usianya antara 2-4 tahun ketika adik dilahirkan. Pada usia ini subjek menjadi sadar akan kasih sayang orang tuanya. Sibling rivalry muncul ketika adik baru lahir karena adik bayi banyak menyita waktu dan perhatian orangtua. Kondisi ini sering menyebabkan sikap jengkel subjek pada adiknya, karena ketidak beranian subjek untuk memunculkan sikap jengkel atau kesal yang dirasakan terhadap orangtuanya. Lahirnya adik baru merupakan suatu permasalahan pada subjek sulung, dimana subjek sulung harus berbagi rasa cinta, kasih sayang dan perhatian orangtua kepada adiknya. Rasa cemburu seringkali berasal dari rasa takut yang dikombinasikan dengan rasa marah kerana adanya ancaman terhadap harga diri seseorang dan terhadap hubungan itu sendiri (Hurlock, 2007). Priatna dan Yuliana (2006) menyebutukan bahwa faktor penyebab sibling adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang tumbuh pada diri subjek itu sendiri seperti temperamen, sikap masing-masing subjek dalam mencari perhatian orangtua, perbedaan usia atau jenis kelamin, ambisi subjek untuk mengalahkan subjek yang lain, sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang disebabkan karena sikap orang tua yang salah didalam mendidik subjeksubjeknya seperti, sikap membandingbandingkan, adanya subjek emas diantara subjek yang lain. Hasil tes CAT menunjukan bahwa faktor internal lebih berperan, subjek begitu berharap untuk mendapatkan perhatian dari orangtua dan takut kehilangan kasih sayang. Sibling rivalry ini memunculkan suatu stres pada subjek. Stress adalah respon terhadap tuntutan fisik atau psikologis. Respon ini sangat tergantung pada persepsi seseorang (Goliszek, 2005). Subjek sudah merasakan stress dengan adanya perhatian yang terbagi, tapi subjek lain belum tentu merasakannya. Tanda subjek mengalami stress adalah kerentanannya terhadap penyakit dan beragam reaksi psikologis (Hurlock, 2005). Secara fisik subjek yang sedang mengalami stress tubuhnya tidak memiliki daya tahan yang cukup sehingga mudah terasa pegal dan pusing, sakit perut, lemas bahkan pilek. Secara psikologis ia terlihat mudah marah, gampang menangis, pencemas, gugup,dan gelisah. Adakalanya ia mengalami kesulitan untuk tidur dan terjadi perubahan pola makan. Prestasi belajar pun biasanya menurun. Coping yang digunakan untuk mengurangi stres adalah dengan cara regresi. Esty Aryani Safithry, Dosen FKIP UM Palangkaraya 20

11 Regresi ia lakukan karena ia merasakan terancam akibat kehadiran adiknya, agar ia tidak kehilangan kasih sayang, ia kembali ke perilaku awal. Ia melihat adiknya diberikan perhatian yang lebih oleh orang tuanya kemudian subjek mencontoh perilaku-perilaku adiknya tersebut agar ia kembali mendapatkan perhatian dari orang tuanya. Perilaku-perilaku yang ia contoh seperti minta perhatian lebih berupa minta dimandikan, minta disuapi dan menjadi lebih rewel bahkan mengompol. Subjek yang sering kebelet pipis pada siang hari sehingga menyebabkan subjek itu merasa malu, akhirnya dapat timbul sebagai suatu kecemasan tersendiri pada subjek, dan akhirnya ngompol lagi pada malam hari. Subjek yang pernah mengompol di kelas mangatakan bahwa ia malu dilohat teman-temanya mengompol, padahal ia sudah besar dan tidak boleh mengompol akibantya subjek menjadi malas sekolah, rewel setiap pagi saat akan berangkat sekolah dan menjadi lebih pendiam di kelas. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa penerapan terapi perilakudapat mengurangi perilaku sibling rivalry pada subjek. Perilaku sibling rivalry ini penyebanya adalah Orangtua bahwa memang selama ini perhatian lebih terfokus kepada adik subjek yang akhirnya membuat subjek merasa terabaikan, subjek berusaha mencari perhatian orangtua dengan cara berperilaku manja, sulit diatur bahkan perilaku agresi. Setelah terapi ini diberikan perilaku negative tersebut berkurang diganti dengan perilaku positif yaitu dapat menerima keadaan adiknya dan lebih aktif di kelas. DAFTAR PUSTAKA Alwisol Psikologi Kepribadian, Malang: UM Press. Goliszek, John Mengenali stres anak dan reaksinya. Jakarta : Nirmala. Hurlock, E Perkembangan Anak jilid 2. Jakarta: Erlangga. Listiani, Ita Penyebab terjadinya sibling rivalry pada anak usia sekolah di rw 09 kelurahan Jomblang Kota Semarang. Skripsi :: UNIMUS. Kail, Robert, Tolan, P., Van Acker, R. (2005) Journal Children and their problem: a ecological appoach, Vol 23, Kazdin, A.E. (2009). Methodological Issues& Strategies in Clinical Research. Washington DC : American Psychological Association. Millman,L,Howard & Schaefer,E,Charles.2011.How to Help Children with Common Problems.New York. Van Nostrand Reinhold Company. Priatna,C & Yulia,A.2006.Mengatasi Persaingan saudara kandung pada anak anak.jakarta:elex media Computindo. Setiawati, Intan dan Anita Zulkaida Proceeding pesat Sibling rivalry pada anak sulung yang di asuh single father. Esty Aryani Safithry, Dosen FKIP UM Palangkaraya 21

BAB I PENDAHULUAN. alami oleh seorang anak terhadap kehadiran atau kelahiran saudara

BAB I PENDAHULUAN. alami oleh seorang anak terhadap kehadiran atau kelahiran saudara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap anak adalah individu yang unik, karena faktor lingkungan dan bawaan yang berbeda. Perkembangan psiko-sosial sangat dipengaruhi lingkungan dan interaksi antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehadiran anggota keluarga baru dalam keluarga akan memberikan pengaruh dalam perkembangan sosial dan emosional anak terutama anak prasekolah. Emosi yang rentan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kitamenemukan pendamping yaitu suami atau istri. Hubungan dengan. saudarakandung adalah hubungan paling dasar sebelum kita memasuki

BAB I PENDAHULUAN. kitamenemukan pendamping yaitu suami atau istri. Hubungan dengan. saudarakandung adalah hubungan paling dasar sebelum kita memasuki 79 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selain orang tua, orang terdekat yang dilihat seorang anak yaitusaudara kandung. Saudara kandung ialah teman terdekat kita hingga kitamenemukan pendamping

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu

BAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu BAB II LANDASAN TEORI A. Sibling Rivalry 1. Pengertian Sibling Rivalry Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu keluarga yang sama, teristimewa untuk memperoleh afeksi atau

Lebih terperinci

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan, diskusi dan saran. Kesimpulan dalam penelitian ini berisi gambaran sibling rivalry pada anak ADHD dan saudara kandungnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbedaan kecepatan tumbuh dan gaya penampilannya (Sujiono, 2007). Perbedaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. perbedaan kecepatan tumbuh dan gaya penampilannya (Sujiono, 2007). Perbedaan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan individu yang berbeda satu dengan yang lainnya, baik diantara laki-laki maupun perempuan. Masing-masing dari mereka mempunyai tubuh yang berlainan, perbedaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sibling Rivalry 1. Definisi Sibling Rivalry Sibling adalah perasaan tidak nyaman yang ada pada anak berkaitan dengan kehadiran orang asing yang semula tidak ada (dalam hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan berkembang pertama kalinya. Menurut Reiss (dalam Lestari, 2012;4), keluarga adalah suatu kelompok

Lebih terperinci

SIBLING RIVALRY PADA ANAK SULUNG YANG DIASUH OLEH SINGLE FATHER

SIBLING RIVALRY PADA ANAK SULUNG YANG DIASUH OLEH SINGLE FATHER Auditorium Kampus Gunadarma, 2122 Agustus 2007 ISSN : 1858 2559 SIBLING RIVALRY PADA ANAK SULUNG YANG DIASUH OLEH SINGLE FATHER Indah Anita Zulkaida Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Indah_setiawati@yahoo.com,

Lebih terperinci

1. a. Seberapa sering kamu dan seluruh keluargamu menghabiskan waktu bersamasama? b. Apa saja yang kamu lakukan bersama dengan keluargamu?

1. a. Seberapa sering kamu dan seluruh keluargamu menghabiskan waktu bersamasama? b. Apa saja yang kamu lakukan bersama dengan keluargamu? Lampiran 1 Kerangka Wawancara Anamnesa Dimensi Cohesion Separateness/Togetherness 1. a. Seberapa sering kamu dan seluruh keluargamu menghabiskan waktu bersamasama? b. Apa saja yang kamu lakukan bersama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan berkembang pertama kalinya. Selain itu, keluarga juga merupakan sekumpulan orang yang tinggal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kelahiran anak merupakan saat yang ditunggu-tunggu dan sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. Kelahiran anak merupakan saat yang ditunggu-tunggu dan sangat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu peristiwa kunci dalam kehidupan adalah kelahiran adik baru. Kehamilan itu sendiri merupakan waktu yang ideal untuk memahami dari mana bayi berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka panjang. Pola hubungan yang terbangun pada masa kanak-kanak dapat

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka panjang. Pola hubungan yang terbangun pada masa kanak-kanak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hubungan dengan saudara merupakan jenis hubungan yang berlangsung dalam jangka panjang. Pola hubungan yang terbangun pada masa kanak-kanak dapat bertahan hingga

Lebih terperinci

Developmental and Clinical Psychology

Developmental and Clinical Psychology DCP 2 (1) (2013) Developmental and Clinical Psychology http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/dcp DAMPAK SIBLING RIVALRY (PERSAINGAN SAUDARA KANDUNG) PADA ANAK USIA DINI Ayu Citra Triana Putri, Sri Maryati

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS Pengertian Masa Akhir Kanak-Kanak. Masa kanak-kanak (late chilhood) berlangsung dari usia 6

BAB II TINJAUAN TEORITIS Pengertian Masa Akhir Kanak-Kanak. Masa kanak-kanak (late chilhood) berlangsung dari usia 6 BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Masa Akhir Kanak-Kanak 2.1.1. Pengertian Masa Akhir Kanak-Kanak Masa kanak-kanak (late chilhood) berlangsung dari usia 6 tahun sampai tiba saatnya individu menjadi matang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan saat seseorang mengalami perkembangan dan pertumbuhan yang sangat pesat dalam kehidupannya. Perkembangan dan pertumbuhan pada anak usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seorang anak sejak lahir tentu sejatinya membutuhkan kasih sayang yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seorang anak sejak lahir tentu sejatinya membutuhkan kasih sayang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seorang anak sejak lahir tentu sejatinya membutuhkan kasih sayang yang diberikan oleh orang tua. Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu dan saudara kandung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antara saudara kandung (sibling rivalry) biasanya muncul ketika

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antara saudara kandung (sibling rivalry) biasanya muncul ketika BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Persaingan antara dua orang kakak beradik bukan sesuatu yang baru. Persaingan antara saudara kandung (sibling rivalry) biasanya muncul ketika selisih usia saudara kandung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Pola Asuh Orangtua a. Pengertian Dalam Kamus Bahasa Indonesia pola memiliki arti cara kerja, sistem dan model, dan asuh memiliki arti menjaga atau merawat dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cemburu merupakan emosi yang biasa ditemukan dan alami terjadi pada anak-anak. Cemburu pertama kali terlihat ketika sang kakak punya adik baru. Hal itu dikenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung maupun tidak langsung seperti pada media massa dan media cetak. Seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung maupun tidak langsung seperti pada media massa dan media cetak. Seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agresivitas bukan merupakan hal yang sulit ditemukan di dalam kehidupan masyarakat. Setiap hari masyarakat disuguhkan tontonan kekerasan, baik secara langsung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Respon Penerimaan Anak 1. Pengertian Respon atau umpan balik adalah reaksi komunikan sebagai dampak atau pengaruh dari pesan yang disampaikan, baik secara langsung maupun tidak

Lebih terperinci

Pengaruh Urutan Kelahiran pada Kecemasan Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi X Jakarta

Pengaruh Urutan Kelahiran pada Kecemasan Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi X Jakarta Pengaruh Urutan Kelahiran pada Kecemasan Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi X Jakarta Untung Subroto et al. Pengaruh Urutan Kelahiran pada Kecemasan Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi X Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa sekolah bagi anak adalah masa yang paling dinantikan. Anak bisa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa sekolah bagi anak adalah masa yang paling dinantikan. Anak bisa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa sekolah bagi anak adalah masa yang paling dinantikan. Anak bisa mendapatkan teman baru selain teman di rumahnya. Anak juga dapat bermain dan berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pertama kalinya. Menurut Santrock 2002: 56 ( dalam Arif 2013 : 1),

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pertama kalinya. Menurut Santrock 2002: 56 ( dalam Arif 2013 : 1), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan berkembang pertama kalinya. Menurut Santrock 2002: 56 ( dalam Arif 2013 : 1), keluarga adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI DAN KONSEP

BAB II TINJAUAN TEORI DAN KONSEP BAB II TINJAUAN TEORI DAN KONSEP A. Toilet Training Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil dan buang air besar. (Hidayat

Lebih terperinci

BULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017

BULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017 BULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017 oleh: Dr. Rohmani Nur Indah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Angket 1: Beri tanda berdasarkan pengalaman anda di masa kecil A. Apakah

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER KEMANDIRIAN

LAMPIRAN 1 KUESIONER KEMANDIRIAN LAMPIRAN KUESIONER KEMANDIRIAN Di bawah ini terdapat beberapa pernyataan dengan berbagai kemungkinan jawaban. Saudara diminta untuk memilih salah satu dari pilihan jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN A. Rangkuman Seluruh Subjek Untuk hasil penelitian diketahui bahwa untuk tahapan pertama yaitu subjek I, II, dan III kurang memiliki pengingkaran saat pertama munculnya payudara.

Lebih terperinci

TOILET TRAINING. C. Faktor-Faktor Yang Mendukung Toilet Training Pada Anak

TOILET TRAINING. C. Faktor-Faktor Yang Mendukung Toilet Training Pada Anak 1 TOILET TRAINING A. Pengertian Toilet Training Toilet Training pada anak adalah latihan menanamkan kebiasaan pada anak untuk aktivitas buang air kecil dan buang air besar pada tempatnya (toilet). B. Tanda-Tanda

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerapan Toilet Training 1. Pengertian Toilet Training Toilet training atau latihan berkemih dan defekasi adalah salah satu tugas perkembangan anak usia toddler (1-3 tahun).

Lebih terperinci

BABI. PENDAillJLUAN. Ketika anak mulai menginjak masa awal kanak-kanak (2-6 tahun), anak

BABI. PENDAillJLUAN. Ketika anak mulai menginjak masa awal kanak-kanak (2-6 tahun), anak BABI PENDAillJLUAN 1.1. Latar Belakang Ketika anak mulai menginjak masa awal kanak-kanak (2-6 tahun), anak memerlukan perhatian dan pengawasan dari orangtua atau orang dewasa disekitarnya. Hal ini penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan orang lain. Kehidupan manusia mempunyai fase yang panjang, yang di dalamnya selalu mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan anak selanjutnya (Nursalam dkk, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan anak selanjutnya (Nursalam dkk, 2008). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usia toddler merupakan usia emas karena perkembangan anak di usia ini yaitu usia 1-3 tahun mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat. Sehingga apabila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu sejak dilahirkan akan berhadapan dengan lingkungan yang menuntutnya untuk menyesuaikan diri. Penyesuaian diri yang dilakukan oleh individu diawali dengan penyesuaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan partisipasi penuh dari putra-putri bangsa Indonesia di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan partisipasi penuh dari putra-putri bangsa Indonesia di berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang giatgiatnya membangun. Agar pembangunan ini berhasil dan berjalan dengan baik, maka diperlukan partisipasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia diciptakan pastilah memiliki sebuah keluarga, baik keluarga kecil maupun keluarga besar dan keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat yang mana

Lebih terperinci

ANGKET SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS

ANGKET SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS ANGKET 1. Bila orangtua mendahulukan kepentingan kakak/ adik saya, saya akan marah. 2. Jika saya tidak setuju dengan pendapat orangtua, saya akan mengatakan tidak setuju. 3. Menceritakan kebodohan kakak/adik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup di zaman yang serba sulit masa kini. Pendidikan dapat dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. hidup di zaman yang serba sulit masa kini. Pendidikan dapat dimulai dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu modal yang harus dimiliki untuk hidup di zaman yang serba sulit masa kini. Pendidikan dapat dimulai dari tingkat TK sampai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. orangtua. Anak bukan hanya sekedar hadiah dari Allah SWT, anak adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. orangtua. Anak bukan hanya sekedar hadiah dari Allah SWT, anak adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu keluarga kehadiran anak adalah kebahagiaan tersendiri bagi orangtua. Anak bukan hanya sekedar hadiah dari Allah SWT, anak adalah amanah, titipan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelahiran anak merupakan saat yang menggembirakan dan ditunggutunggu oleh setiap pasangan suami istri untuk melengkapi sebuah keluarga. Memiliki anak adalah suatu anugerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007). 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak jalanan di Indonesia mengalami peningkatan pesat dalam beberapa tahun belakangan. Seseorang bisa dikatakan anak jalanan apabila berumur dibawah 18 tahun, yang

Lebih terperinci

Konsep Diri Rendah di SMP Khadijah Surabaya. baik di sekolah. Konseli mempunyai kebiasaan mengompol sejak kecil sampai

Konsep Diri Rendah di SMP Khadijah Surabaya. baik di sekolah. Konseli mempunyai kebiasaan mengompol sejak kecil sampai BAB IV ANALISIS ISLAMIC COGNITIVE RESTRUCTURING DALAM MENANGANI KONSEP DIRI RENDAH SEORANG SISWA KELAS VIII DI SMP KHADIJAH SURABAYA A. Analisis Faktor-Faktor Penyebab Seorang Siswa Kelas VIII Mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami lompatan perkembangan, kecepatan perkembangan yang luar. usia emas (golden age) yang tidak akan terulang lagi.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami lompatan perkembangan, kecepatan perkembangan yang luar. usia emas (golden age) yang tidak akan terulang lagi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia dini atau disebut juga dengan awal masa kanak-kanak adalah masa yang paling penting dalam sepanjang hidupnya. Sebab masa itu adalah masa pembentukan pondasi

Lebih terperinci

Perkembangan Emosi Pada Bayi

Perkembangan Emosi Pada Bayi Perkembangan Emosi Pada Bayi Oleh Sutji Martiningsih Wibowo Sumbangan tulisan untuk Buletin Akhwat Yayasan Islam Paramartha Pilihan topik bahasan kali ini adalah Perkembangan emosi pada bayi yang mungkin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemandirian Anak TK 2.1.1 Pengertian Menurut Padiyana (2007) kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk berbuat bebas, melakukan sesuatu atas dorongan

Lebih terperinci

BAB III KONDISI PSIKIS DAN BEHAVIORAL REMAJA SULUNG DENGAN STATUS SEBAGAI ANAK SULUNG DALAM KELUARGA

BAB III KONDISI PSIKIS DAN BEHAVIORAL REMAJA SULUNG DENGAN STATUS SEBAGAI ANAK SULUNG DALAM KELUARGA BAB III KONDISI PSIKIS DAN BEHAVIORAL REMAJA SULUNG DENGAN STATUS SEBAGAI ANAK SULUNG DALAM KELUARGA A. Gambaran Subjek Penelitian 1. Responden DW DW merupakan anak perempuan sulung yang lahir di Jawa

Lebih terperinci

Psikologi Terapan UI ini.

Psikologi Terapan UI ini. SERING BUANG AIR BESAR DI CELANA Boleh jadi si kecil enggak sakit perut, tapi semata-mata lantaran ingin membangkang. Penyebabnya, toilet training yang salah. Dibanding si kecil mengompol, buang air besar

Lebih terperinci

Sibling Rivalry Pada Anak Usia Todler

Sibling Rivalry Pada Anak Usia Todler Sibling Rivalry Pada Anak Usia Todler Indanah 1*, Dewi Hartinah 2 1 Stikes Muhammadiyah Kudus 2 Stikes Muhammadiyah Kudus *Email: indanah@stikesmuhkudus.ac.id) Keywords: Sibling Rivalry, Todler Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perkembangan merupakan perubahan ke arah kemajuan menuju terwujudnya hakekat manusia yang bermartabat atau berkualitas. Usia lahir sampai dengan pra sekolah

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universita Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universita Sumatera Utara LAMPIRAN Lampiran 1. Contoh Alat Ukur Liebowitz Social Anxiety Scale for Children and Adolescents Petunjuk: Untuk setiap situasi, isilah dengan angka berikut yang menunjukkan seberapa besar ketakutan yang

Lebih terperinci

MATERI 7 MATA KULIAH DETEKSI DINI DALAM PERKEMBANGAN

MATERI 7 MATA KULIAH DETEKSI DINI DALAM PERKEMBANGAN FOBIA SEKOLAH TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM: Setelah mengikuti perkuliahan, diharapkan mahasiswa dapat memahami fobia sekolah guna melakukan deteksi dini TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS: 1. Mahasiswa dapat menjelaskan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA SIBLING RIVALRY PADA BALITA DI KEMUKIMAN KANDANG KECAMATAN KLUET SELATAN ACEH SELATAN TAHUN 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA SIBLING RIVALRY PADA BALITA DI KEMUKIMAN KANDANG KECAMATAN KLUET SELATAN ACEH SELATAN TAHUN 2014 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA SIBLING RIVALRY PADA BALITA DI KEMUKIMAN KANDANG KECAMATAN KLUET SELATAN ACEH SELATAN TAHUN 2014 ERVINA IRAWATI Mahasiswa D-IV Kebidanan Universitas Ubudiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya anak-anak. Anak menghabiskan hampir separuh harinya di sekolah, baik untuk kegiatan pembelajaran

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal HARGA DIRI PADA WANITA DEWASA AWAL MENIKAH YANG BERSELINGKUH KARTIKA SARI Program Sarjana, Universitas Gunadarma Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran harga diri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang tua menginginkan dan mengharapkan anak yang dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan pintar. Anak-anak yang patuh, mudah diarahkan,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK GURU SEBAGAI PEMBIMBING DI TAMAN KANAK-KANAK

KARAKTERISTIK GURU SEBAGAI PEMBIMBING DI TAMAN KANAK-KANAK Karakteristik Guru sebagai Pembimbing di Taman Kanak-kanak 127 KARAKTERISTIK GURU SEBAGAI PEMBIMBING DI TAMAN KANAK-KANAK Penata Awal Guru adalah pembimbing bagi anak taman kanak-kanak. Proses tumbuh kembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri kehidupan. Komitmen laki-laki dan perempuan untuk menjalani sebagian kecil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu memiliki berbagai macam masalah didalam hidupnya, masalah dalam diri individu hadir bila apa yang telah manusia usahakan jauh atau tidak sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orangtua, akan tetapi pada kenyataannya tidak semua pasangan dikarunia anak. merasa bangga dan bahagia ketika harapan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. orangtua, akan tetapi pada kenyataannya tidak semua pasangan dikarunia anak. merasa bangga dan bahagia ketika harapan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak yang normal baik fisik maupun mental adalah harapan bagi semua orangtua, akan tetapi pada kenyataannya tidak semua pasangan dikarunia anak yang normal.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ATTACHMENT DAN SIBLING RIVALRY PADA REMAJA AWAL

HUBUNGAN ATTACHMENT DAN SIBLING RIVALRY PADA REMAJA AWAL HUBUNGAN ATTACHMENT DAN SIBLING RIVALRY PADA REMAJA AWAL Shabrina Khairunnisa 16511716 3PA01 LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan masa dimana individu mulai berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia

Lebih terperinci

BAB II Enuresis Stres Susah buang air besar Alergi TINJAUAN PUSTAKA

BAB II Enuresis Stres Susah buang air besar Alergi TINJAUAN PUSTAKA Faktor psikis A. Enuresis Pada Anak Stres a. Pengertian Psikologi Lingkungan Faktor fisik Genetik/familial Hambatan perkembangan Pola tidur Toilet trainning yang tidak adekuat Infeksi saluran kencing Stres

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ANAK TURUN MENJADI ANAK JALANAN Terdapat tiga faktor internal yang disebutkan dalam penelitian ini, yaitu impian bebas, ingin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN MASALAH

BAB V PEMBAHASAN MASALAH BAB V PEMBAHASAN MASALAH A. PEMBAHASAN Setiap manusia memiliki impian untuk membangun rumah tangga yang harmonis. Tetapi ketika sudah menikah banyak dari pasangan suami istri yang memilih tinggal bersama

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Saya Mahasiswa Universitas Sari Mutiara Indonesia dengan Program Studi Ners akan melakukan penelitian tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap pasangan. Saling setia dan tidak terpisahkan merupakan salah satu syarat agar tercipta keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan upaya pembinaaan dan pengasuhan yang ditujukan kepada anak sejak lahir hingga anak usia 6 tahun, meskipun sesungguhnya

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar anak tumbuh bersama dengan setidaknya satu saudara kandung (Volling dan Blandon, 2003). Keterikatan dengan saudara kandung, baik itu kakak maupun adik merupakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 89 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Proses penelitian tentang studi kasus perilaku selective mutism (SM) siswa, menghasilkan kesimpulan yang disesuikan dengan fokus penelitian yakni latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Fokus Penelitian Sibling Rivalry Strategi koping orangtua Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan koping Gambar Fokus Penelitian B. Jenis dan Desain Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada anak-anak sedini mungkin agar tidak menghambat tugas-tugas perkembangan anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada anak-anak sedini mungkin agar tidak menghambat tugas-tugas perkembangan anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemandirian merupakan salah satu aspek kepribadian manusia yang tidak dapat berdiri sendiri, artinya terkait dengan aspek kepribadian yang lain dan harus dilatihkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode untuk mendisiplinkan anak. Cara ini menjadi bagian penting karena terkadang menolak untuk

Lebih terperinci

(Elisabeth Riahta Santhany) ( )

(Elisabeth Riahta Santhany) ( ) 292 LAMPIRAN 1 LEMBAR PEMBERITAHUAN AWAL FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL JAKARTA Saya mengucapkan terima kasih atas waktu yang telah saudara luangkan untuk berpartisipasi dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala lain dari berbagai gangguan emosi.

BAB I PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala lain dari berbagai gangguan emosi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kecemasan merupakan reaksi normal terhadap situasi yang sangat menekan kehidupan seseorang. Kecemasan adalah sesuatu yang menimpa hampir setiap orang pada waktu tertentu

Lebih terperinci

www.rajaebookgratis.com. "Ih, Udah Gede Kok Nggak Punya Malu!" Rasa malu merupakan salah satu nilai moral yang patut diajarkan pada anak. Perasaan ini tidak ada kaitannya dengan sifat pemalu. Bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia 4-6 tahun merupakan waktu paling efektif dalam kehidupan manusia untuk mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap

Lebih terperinci

Pengaruh Perceraian Pada Anak SERI BACAAN ORANG TUA

Pengaruh Perceraian Pada Anak SERI BACAAN ORANG TUA 35 SERI BACAAN ORANG TUA Pengaruh Perceraian Pada Anak Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 54321 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Enuresis adalah inkontinensia urin pada usia dimana seharusnya seorang anak sudah mampu berkemih secara normal namun anak tidak dapat melakukannya sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk kemajuan pembangunan. Salah satu lembaga pendidikan yang penting adalah perguruan tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kesakitan anak di Indonesia berdasarkan Survei Kesehatan Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4 tahun sebesar 25,8%, usia

Lebih terperinci

KISI KISI ANGKET. : RAHMI YULIA : AID : Dr.Drs. H.Hendra Sofyan, MSi : Dr. K.A. Rahman, M.Pd.I

KISI KISI ANGKET. : RAHMI YULIA : AID : Dr.Drs. H.Hendra Sofyan, MSi : Dr. K.A. Rahman, M.Pd.I 99 KISI KISI ANGKET Judul Skripsi Devenisi Operasional : Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Kemandirian Anak Usia Dini dalam Belajar di TK Al- Falah 1 Kota Jambi. : Pola Asuh adalah gambaran yang dipakai

Lebih terperinci

Membangun Sosial Emosi Anak. di Usia 2-4 tahun SERI BACAAN ORANG TUA

Membangun Sosial Emosi Anak. di Usia 2-4 tahun SERI BACAAN ORANG TUA 14 SERI BACAAN ORANG TUA Membangun Sosial Emosi Anak di Usia 2-4 tahun Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

INFORMASI PERKEMBANGAN ANAK (Diisi oleh Orang tua)

INFORMASI PERKEMBANGAN ANAK (Diisi oleh Orang tua) INFORMASI PERKEMBANGAN ANAK (Diisi oleh Orang tua) Petunjuk: Isilah daftar berikut pada kolom yang tersedia sesuai dengan kondisi anak yang sebenarnya. Jika ada yang kurang jelas, konsultasikan kepada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Sosialisasi Anak Prasekolah 1. Pengertian Sosialisasi Sosialisasi menurut Child (dalam Sylva dan Lunt, 1998) adalah keseluruhan proses yang menuntun seseorang, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan merupakan ikatan yang terbentuk antara pria dan wanita yang di dalamnya terdapat unsur keintiman, pertemanan, persahabatan, kasih sayang, pemenuhan hasrat

Lebih terperinci

FENOMENA ANAK KEMBAR (TELAAH SIBLING RIVALRY)

FENOMENA ANAK KEMBAR (TELAAH SIBLING RIVALRY) FENOMENA ANAK KEMBAR (TELAAH SIBLING RIVALRY) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persayaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh: YOGA WALUYO F. 100 060 177 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB II PROFIL INFORMAN. mendasari mengapa penelitian gaya komunikasi manajemen konflik interpersonal

BAB II PROFIL INFORMAN. mendasari mengapa penelitian gaya komunikasi manajemen konflik interpersonal BAB II PROFIL INFORMAN Dalam bab sebelumnya telah dikemukakan tentang alasan apa saja yang mendasari mengapa penelitian gaya komunikasi manajemen konflik interpersonal pasangan mahasiswa yang hamil diluar

Lebih terperinci

Dongeng Sebagai Media Edukatif bagi Kepribadian Anak

Dongeng Sebagai Media Edukatif bagi Kepribadian Anak Dongeng Sebagai Media Edukatif bagi Kepribadian Anak Latar Belakang Masalah Anak Anak merupakan subjek-subjek dengan dunianya sendiri yang melingkupi diri sendiri saja. Sedikit demi sedkit anak belajar

Lebih terperinci

S A N T I E. P U R N A M A S A R I U M B Y

S A N T I E. P U R N A M A S A R I U M B Y PERKEMBANGAN SOSIAL : KELUARGA S A N T I E. P U R N A M A S A R I U M B Y PENGANTAR Keluarga adalah tempat dan sumber perkembangan sosial awal pada anak Apabila interaksi yang terjadi bersifat intens maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak dan masa dewasa. Dimana pada masa ini remaja memiliki kematangan emosi, sosial, fisik dan psikis.

Lebih terperinci

ITEM VALID (ANGKET KEHARMONISAN KELUARGA ISLAMI) Variabel Sub Variabel Indikator Item Valid Total (+) (-) keluarga

ITEM VALID (ANGKET KEHARMONISAN KELUARGA ISLAMI) Variabel Sub Variabel Indikator Item Valid Total (+) (-) keluarga ITEM VALID (ANGKET KEHARMONISAN KELUARGA ISLAMI) Variabel Sub Variabel Indikator Item Valid Total (+) (-) Kehidupan Menjalankan nilai-nilai dan 1,2,3 4 4 beragama dalam ajaran agama Saling menghargai 1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia terlahir dalam keadaan yang lemah, untuk memenuhi kebutuhannya tentu saja manusia membutuhkan orang lain untuk membantunya, artinya ia akan tergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD) merupakan suatu gangguan perkembangan yang mengakibatkan ketidakmampuan mengatur perilaku, khususnya untuk mengantisipasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerimaan diri dibutuhkan oleh setiap individu untuk mencapai keharmonisan hidup, karena pada dasarnya tidak ada manusia yang diciptakan oleh Allah SWT tanpa kekurangan.

Lebih terperinci

Sukses Mengasuh Anak. Usia 3 6 tahun SERI BACAAN ORANG TUA

Sukses Mengasuh Anak. Usia 3 6 tahun SERI BACAAN ORANG TUA 20 SERI BACAAN ORANG TUA Sukses Mengasuh Anak Usia 3 6 tahun Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa, yang diistilahkan dengan adolescence yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Masa remaja ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN A. Rangkuman Hasil Penelitian Ketiga subjek merupakan pasangan yang menikah remaja. Subjek 1 menikah pada usia 19 tahun dan 18 tahun. Subjek 2 dan 3 menikah di usia 21 tahun dan

Lebih terperinci