BAB I PENDAHULUAN. orangtua, akan tetapi pada kenyataannya tidak semua pasangan dikarunia anak. merasa bangga dan bahagia ketika harapan tersebut
|
|
- Yuliani Salim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak yang normal baik fisik maupun mental adalah harapan bagi semua orangtua, akan tetapi pada kenyataannya tidak semua pasangan dikarunia anak yang normal. Orangtua merasa bangga dan bahagia ketika harapan tersebut menjadi kenyataan. Tidak jarang orangtua mengungkapkan perasaan bangga tersebut dengan menceritakan kesuksesan anaknya kepada sanak keluarga, tetangga dekat maupun jauh, teman sejawat, bahkan kepada siapa pun yang menjadi lawan bicaranya (Nawawi, 2010). Keadaan akan jadi berubah ketika anak yang dilahirkan, berbeda dengan anak lainnya, yakni anak yang memerlukan perhatian atau berkebutuhan khusus, tentunya orangtua merasa kecewa karena memiliki anak yang tidak sesuai dengan harapan. Keadaan anak yang serba kekurangan dalam pertumbuhan dan perkembangan akan menimbulkan kekecewaan yang sangat mendalam dan merupakan kenyataan pahit yang harus dihadapi orangtua. Dikatakan oleh Hurlock (1999) bahwa apabila anak yang dinanti-nanti gagal memenuhi harapan orangtua, maka orangtua akan merasa kecewa dan mulai bersikap menolak. Ketidaksempurnaan dari sang anak dapat berdampak negatif pada orangtua muncul rasa kecewa yang mendalam bercampur sedih, bingung, marah, putus asa, tidak bergairah dan tidak berdaya. Mimpi indah orangtua
2 mendadak menjadi mimpi buruk yang selalu membayangi sepanjang hidup orangtua, bahkan cinta kasih dan sayang kepada sang anak berubah menjadi kebencian, muncul rasa malu, tidak percaya diri, berdosa, saling menyalahkan antara suami isteri, muncul pertengkaran yang hebat, sampai seringkali terjadi perceraian, bahkan shock dan stres berat pun dapat terjadi. Sang anak yang tadinya menjadi harapan masa depan yang cemerlang dan investasi yang sangat berharga akhirnya menjadi korban. Anak ditelantarkan, dibiarkan, diabaikan, ditolak kehadirannya, tidak dibimbing, tidak didorong, tidak diberi semangat untuk mencapai perkembangan yang seharusnya secara optimal (Nawawi, 2010). Salah satu anak yang berkebutuhan khusus adalah anak dengan kelainan fisik dan mental yaitu anak down syndrome. Perkembangan yang lambat merupakan ciri utama pada anak down syndrome. Baik perkembangan fisik maupun mental, hal ini yang menyebabkan keluarga sulit untuk menerima keadaan anak dengan down syndrome. Setiap keluarga menunjukkan reaksi yang berbeda-beda terhadap berita bahwa anggota keluarga mereka menderita down syndrome, sebagian besar memiliki perasaan yang hampir sama yaitu: sedih, rasa tak percaya, menolak, marah, perasaan tidak mampu dan juga perasaan bersalah (Selikowitz, 2001). Ditambahkan oleh Sanders & Morgan, 1997 (dalam Goussmett, 2006) bahwa orangtua dengan anak Autistic Spectrum Disorder (ASD) dan Down Syndrome memiliki sedikit harapan bahwa anak mereka akan hidup normal, dan ditemukan bahwa orangtua dengan ASD dan Down Syndrome lebih banyak mengalami stres dan masalah penyesuaian dibandingkan dengan
3 stres dan masalah penyesuaian pada orangtua yang memiliki anak dengan perkembangan yang normal. Seperti yang diungkapkan oleh ibu RS (wawancara, Agustus 2013) pada awal mengetahui anak berbeda dengan anak yang lain, dan menurut hasil diagnosa dokter anak saya mengalami down syndrome dan harus bersekolah di sekolah luar biasa membuat saya shock, berhari-hari saya menangis dan bertanya-tanya apa salah saya, kenapa tuhan memberikan saya anak seperti ini. Suami saya juga terlihat sedih walau dia hanya diam saja. Saya sampai takut untuk hamil lagi, saya takut anak saya berikutnya juga seperti anak ini Diantara orangtua, penelitian telah menunjukkan bahwa ibu umumnya lebih stres dari pada ayah walaupun sebenarnya ayah pada umumnya juga tertekan dengan kondisi anak mereka namun cenderung tidak mampu mengatakan sedangkan ibu kondisi tertekan mereka lebih terlihat (Konstantareas & Homatidis, 1989, Ricci & Hodopp, 2003, Frey K, Greenberg, MT, & Fewell, RR, 1989 dalam Gousmett, 2006). Sesuai dengan penuturan dari ibu RS (wawancara, Agustus 2013) sebenarnya saya sudah bisa terima, namun saya tidak bisa membohongi perasaan saya sendiri kalau terkadang saya malu dan sedih ketika kumpul bersama keluarga besar, anak saya seperti disisihkan, dia sering tidak diajak bermain bersama. Suami saya juga sebenarnya mau memberikan fasilitas dan selalu berupaya agar anak saya bisa bersekolah. Namun untuk berinteraksi seperti bermain dan berbicara dengan anak saya sangat jarang, kadang saya merasa dia malas untuk berdekatan dengan anak kami. Itu yang membuat saya sedih. Apalagi saat ini adiknya yang kecil juga sudah sering mengejek sepertinya cemburu dan sering memusuhi kakaknya. Membuat saya semakin stres dan repot merawat mereka berdua. Ibu menjadi cenderung terlihat lebih stres dibandingkan anggota keluarga yang lain karena ibu lebih sering memusatkan perhatian dan menghabiskan waktu untuk merawat anak mereka. Stres yang muncul dalam membesarkan anak dengan disability seperti down syndrome dapat diperburuk oleh kurangnya dukungan sosial dari anggota keluarga yang lain seperti orangtua, pasangan ataupun dari
4 sumber dukungan lain dan hal ini juga dapat memberikan pengaruh bagaimana sebuah keluarga mampu berfungsi, dan penyesuaian psikologis anak-anak lain dalam keluarga (Beckman, 1991 dalam Gousmett, 2006). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh The Manchester Down Syndrome Cohort (dalam Bryne, 1988), mengungkapkan bahwa Kami telah terlibat dalam penelitian tentang dukungan keluarga dan intervensi yang akan dilakukan, dari 181 keluarga yang masing-masing memiliki anak dengan sindrom Down dilahirkan di Greater Manchester antara Agustus 1973 dan Agustus 1980, selama bertahun kami diskusi dengan orang tua, sejumlah besar masalah mulai muncul. Beberapa keluarga tampak mengalami kesulitan yang berkaitan dengan masalah hubungan, kesulitan dengan anak-anak dan perasaan pembatasan dan isolasi. Lainnya berbicara tentang keprihatinan mereka tentang layanan yang mereka terima, atau tentang reaksi orang lain untuk diri mereka sendiri dan anak-anak mereka. Bagi sebagian yang lagi adalah kekhawatiran tentang masa depan anakanak mereka. Namun disisi lain ada beberapa keluarga yang tidak menceritakan kekhawatiran, tapi mengatakan bahwa mereka sering menemukan kegembiraan yang tak terduga dari anak. sehingga muncul pertanyaan apa yang menyebabkan beberapa keluarga berhasil mengatasi kekhawatirannya, dan mengapa keluarga lain mengalami kesulitan?. Pada kenyataannya banyak faktor yang mempengaruhi sebuah keluarga merasa khawatir ataupun bahagia dengan memiliki anak down syndrome adalah : karakteristik individu dalam keluarga dan keluarga sebagai unit, sumber daya yang dimiliki oleh anggota keluarga masingmasing, yaitu tenaga kesehatan dan pemecahan masalah, hubungan dalam keluarga, jaringan keluarga dan dukungan, politik dan lingkungan sosio - kultural keluarga ( Bronfenbrenner, 1977 dalam Byrne, 1988). Sering terjadi dimana ibu memandang bahwa hanya dia yang mengalami stres dan hanya dia yang lebih perhatian dan merawat anak down syndrome. Hal ini akan mempengaruhi perilaku ibu terhadap pasangan (ayah), terhadap anak sehingga mempengaruhi interaksi antara pasangan, orangtua dan anak maupun anak dengan anak. Kondisi stres dan depresi yang dimiliki seorang ibu ini sering membuat seorang ibu dari anak down syndrome cenderung untuk mencari dukungan sosial terutama dari orang-orang yang berada didekat dirinya (Boyd, 2002 dalam Gousmett, 2006).
5 Dukungan sosial dapat bertindak untuk memfasilitasi krisis dan adaptasi terhadap perubahan dan dapat bertindak sebagai mediator stres dengan cara mempengaruhi bagaimana pengasuh (dalam hal ini ibu) merasa mampu mengatasi tuntutan dalam membesarkan anak down syndrome, dan keluarga yang melaporkan bahwa mereka memiliki dukungan sosial yang lebih tinggi umumnya memiliki tingkat stres yang rendah (Beckman, 1991, Boyd, 2002 dalam Gousmett, 2006). Jika sebuah keluarga memiliki dukungan sosial yang rendah akan memiliki sedikit orang yang mau memberikan perawatan sehingga akan membuat ibu sebagai pengasuh sedikit istirahat dan mendapatkan tekanan secara terus menerus dalam merawat anak mereka, yang menyebabkan peningkatan pesimis, dan resiko kelelahan (Freeman, 1990 dalam Gousmett, 2006). Dukungan sosial itu sendiri adalah suatu konstruksi multidimensi yang meliputi bantuan fisik dan instrumental, berbagi informasi dan sumber daya, dan menyediakan dukungan emosional dan psikologis (Dunst dalam Gousmett, 2006). Ditambahkan oleh Cobb ( Gousmett, 2006) bahwa dukungan sosial sebagai informasi bahwa seseorang percaya bahwa mereka diperhatikan dan dicintai, percaya bahwa mereka berharga dan dihargai dan percaya bahwa bagian dari anggota dan memiliki kewajiban bersama. Begitu juga dengan ibu dari anak down syndrome, jika ia mendapatkan dukungan sosial yang kuat dari keluarga maka ia akan merasa bahwa bukan hanya dia sendiri yang merasa bertanggungjawab terhadap perkembangan dan kebutuhan anaknya. Ia juga bisa mendapatkan waktu untuk beristirahat karena ada anggota keluarga yang lain yang bersedia untuk menggantikan dia mengasuh anak down syndrome itu sendiri.
6 Jika ada dukungan sosial maka dapat menyebabkan persepsi yang lebih positif terhadap lingkungan keluarga seperti fungsi keluarga lebih stabil, persepsi yang lebih positif terhadap anak dan terlepas dari diagnosis pada anak dan tingkat kecacatannya, menunjukkan bahwa tingkat dukungan sosial akan membuat ibu merasa kurang overprotecting. Studi ini juga menemukan bahwa dukungan sosial tidak hanya meringankan beberapa stres yang berkaitan dengan membesarkan anak disability (down syndrome), tetapi juga memberi mereka kesempatan untuk mengembangkan hubungan yang lebih positif dan memungkinkan ibu sebagai pengasuh lebih melatih keterampilan dan memberikan kesempatan pada anak untuk lebih mandiri, hal ini yang menjelaskan mengapa dukungan sosial memberikan manfaat yang besar terhadap perkembangan anak down syndrome (Dunst, 1986 dan Seybold, 1991 dalam Gousmett, 2006). Seperti yang diungkapkan dari hasil wawancara dengan ibu MR (September, 2013) bahwa pada awalnya saya menolak anak saya karena secara latar belakang saya memiliki pendidikan di bidang kesehatan, saya benar-benar menjaga kondisi kandungan saya, namun Tuhan memberikan saya anak seperti ini, saya menyalahkan Tuhan dan sering saya mengabaikan. Namun karena orangtua saya, suami dan keluarga suami saya meminta saya menerima dan mengikhlaskan ujian dari Tuhan, kemudian saya perlahan mulai bangkit dengan mencari banyak informasi mengenai anak DS. Kemudian bersama suami kami berlatih untuk terus belajar bagaimana mengajarkan perilaku anak kami. Hingga saat ini saya sering menjadi merasa bahagia karena anak kami telah memiliki banyak keterampilan dan sering berperilaku yang membuat saya terharu seperti dia selalu berdoa agar saya dan suami masuk surga dan tidak susah dilarang. Dukungan sosial dapat berasal dari berbagai bidang masyarakat, misalnya dari pasangan, kakek-nenek, anggota keluarga, tetangga, masyarakat dan lain-lain. Walaupun efek pada orangtua yang merawat anak down syndrome dipengaruhi oleh lingkungan sosial, keluarga, layanan dukungan yang tersedia dan sikap masyarakat (Hornby, 1994 dalam Gousmett, 2006 ) namun dalam penelitian ini
7 dukungan lebih difokuskan kepada dukungan sosial keluarga, dimana menurut teori ekologi Bronfenbrenner (dalam Gousmett, 2006) mengembangkan model ekologi menggunakan empat subsistem yaitu microsistem, mesosistem, exosistem dan macrosistem. Pada microsistem keluarga down syndrome terdiri dari orangtua, anak down syndrome dan saudara lainnya (anak lain dalam keluarga). Pemberian dukungan sosial dari anggota keluarga yang lain seperti pasangan, orangtua, saudara dan anak terhadap ibu sebagai pengasuh ini terkadang menjadi sulit dilakukan karena keluarga yang memiliki anak down syndrome juga sama dengan keluarga lain yang terdiri dari beberapa orang dan bukan hanya koleksi individu. Keluarga adalah sistem transaksi di mana semua anggota keluarga berinteraksi dengan dan mempengaruhi semua anggota lainnya, apa pun yang mempengaruhi salah satu bagian dari sistem ini dirasakan di seluruh sistem (Bryne, 1988). Begitu juga dengan keluarga yang memiliki anggota down syndrome, tiap anggota keluarga akan berbeda-beda reaksi dan cara mereka memperlakukan baik anak down syndrome itu sendiri ataupun orang lain yang menjadi bagian dari anggota keluarga tersebut. Hal ini karena anggota keluarga adalah individu yang bervariasi dalam karakteristik mereka. Setiap anggota keluarga memiliki seperangkat keistimewaan pribadi dan ini dapat mempengaruhi bagaimana tiap anggota keluarga bereaksi terhadap anggota keluarga yang disabilities atau bagaimana mereka merespon kebutuhan anggota keluarga yang lain dan bagaimana mereka mengatasi kesulitan (Byrne, 1988).
8 Namun terlepas dari masalah dan kesulitan yang akan ada di dalam keluarga yang memiliki anak down syndrome, keluarga seharusnya tetap mampu untuk melihat kemampuan atau kekuatan yang mereka miliki untuk mengatasi masalah mereka. Hal ini karena menurut para peneliti (Knussen & Cunningham, 1988 dalam Bryne, 1988) bahwa sebenarnya peristiwa dan pengalaman yang membuat stres akan memiliki konsekuensi yang positif maupun yang negatif, kesulitan yang dialami keluarga seharusnya tidak ditolak tetapi ditekankan untuk mencari sumber daya yang mereka miliki kemudian dikembangkan dalam rangka untuk membantu mereka mengatasi masalah. Sehingga layanan/bantuan yang diberikan pada keluarga berkaitan dengan cara-cara untuk menemukan sumber daya ini sehingga mereka menjadi saling mendukung untuk mengatasi masalah. Dari penjelasan diatas diketahui bahwa keluarga yang memiliki anak down syndrome walaupun dapat menimbulkan kesulitan dan penuh dengan pengalaman stres haruslah mampu untuk menemukan kekuatan atau sumber daya yang mereka miliki untuk mendapatkan konsekuensi positif dari masalah yang ada. Hal ini agar setiap anggota keluarga menjadi berupaya untuk saling memberikan dukungan, dan ibu tidak memandang bahwa hanya dia seorang yang mengasuh anak down syndrome. Untuk mencapai hal ini dibutuhkan bantuan dan layanan dari pihak lain misalkan dari terapis keluarga agar menjadi keluarga yang sehat yang mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan yang ada. Seorang terapis keluarga tidak hanya menangani individu-individu di dalam keluarga namun juga memahami sistem di dalam sebuah keluarga dan resistensi keluarga untuk berubah. Lewin juga mengungkapkan bahwa diskusi
9 kelompok lebih baik untuk mengubah cara berfikir dan perilaku seseorang dibanding sekedar memberikan instruksi atau mengajar. Mengajarkan seorang istri untuk berperilaku asertif misalnya tidak akan seefektif jika sang suami juga ikut dilibatkan dalam proses pengajaran tersebut, dengan melibatkan suami, sang istri akan memahami bagaimana reaksi suami terhadapnya dan dapat secara langsung menyadarkan suaminya agar memperlakukannya lebih setara (Nicholz, 2001). Untuk itu dalam membantu keluarga yang memiliki anak down syndrome mengatasi masalah dukungan yang dinilai ibu kurang diberikan kepadanya lebih sesuai jika menggunakan family therapy berdasar pada pendekatan solution focused family therapy. Ini dipilih karena pendekatan solution focused family therapy lebih menekankan kepada solusi dan kompetensi bukan masalah. Penekanan dalam terapi adalah tentang apa yang mungkin dan bisa berubah, daripada apa yang tidak mungkin. Model ini lebih berfokus pada mengambil langkah-langkah kecil untuk memulai perubahan dan bila proses terus berlangsung maka perubahan pada sub-sub yang lain juga akan terjadi (Carlson, 2005). Dengan kata lain terapi solution focused mencoba untuk mengajak klien fokus kepada hal-hal yang positif yang sebenarnya sudah dimiliki dan dimanfaatkannya untuk mengarah kepada perbaikan. Dengan demikian jika keluarga sudah mendapatkan terapi solution focused family therapy maka anggota keluarga lebih mengetahui tentang hal-hal apa yang seharusnya dilakukan agar ibu tidak lagi merasa bahwa hanya dia yang mengasuh dan bertanggungjawab terhadap anak down syndrome. Jika perubahan ini telah terjadi maka juga akan terjadi pola pengasuhan pada anak down syndrome itu
10 sendiri, yang semula overprotektif, ibu dan anggota keluarga lain menjadi lebih percaya diri untuk membantu anak down syndrome melatih keterampilan dan mengembangkan perilaku adaptifnya. Untuk itu yang menjadi tujuan penelitian ini untuk melihat keefektifan solution focused family therapy dalam upaya meningkatkan dukungan sosial keluarga terhadap ibu dari anak down syndrome Rumusan Masalah Berdasarkan latarbelakang yang telah diuraikan diatas didapatkan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah solution focused family therapy efektif dalam upaya meningkatkan dukungan sosial keluarga terhadap ibu dari anak down syndrome? 1.3. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah : Tujuan Umum Untuk menguji keefektifan solution focused family therapy dalam upaya meningkatkan dukungan sosial keluarga terhadap ibu dari anak down syndrome Tujuan Khusus Untuk menguji keefektifan solution focused family therapy dalam upaya meningkatkan dukungan tangible terhadap ibu, dukungan appraisal terhadap ibu, dukungan self esteem terhadap ibu dan dukungan belonging terhadap ibu.
11 1.4. Manfaat Penelitian Secara umum penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis bagi psikologi klinis, khususnya psikologi klinis anak. Penelitian ini diharapkan akan menambah wawasan mengenai alternatif teknik terapi yang dapat digunakan untuk meningkatkan dukungan keluarga terhadap ibu yang memiliki anak down syndrome yang pada akhirnya akan mendukung terapi lain yang digunakan untuk meningkatkan keterampilan-keterampilan pada anak down syndrome. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi pada orangtua dan sekolah mengenai bagaimana menghadapi seorang anak berkebutuhan, khususnya anak down syndrome. Mendapatkan informasi hal-hal apa yang dapat dilakukan anggota keluarga dalam upaya membantu ibu meningkatkan kemampuan adaptif anak down syndrome dan juga membantu keluarga untuk mengatasi konisi stress keluarga yang memiliki anak down syndrome. Selain itu, modul pelaksanaan terapi yang disusun dalam penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan dari penelitian ini adalah: Bab I Pendahuluan: latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan Bab II Tinjauan Pustaka: teori yang digunakan dalam penelitian yaitu dukungan sosial keluarga, down syndrome, family terapi Bab III Metode penelitian: pendekatan yang digunakan, metode pengumpulan data, subyek dan lokasi penelitian, alat ukur
12 penelitian, prosedur penelitian, tahap pelaksanaan, rancangan intervensi dan metode analisis data. Bab IV Pelaksanaan dan Hasil Penelitian : pelaksanaan intervensi hasil penelitian serta pembahasan hasil penelitian efektivitas penerapan terapi solution focused family therapy pada ibu yang memiliki anak down syndrome dan keterbatasan penelitian Bab V Kesimpulan dan Saran : pada bab ini akan diuraikan tentang kesimpulan dan akan dibahas pula tentang bagaimana implikasi hasil penelitian terhadap pelayanan dan penelitian.
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memiliki buah hati tentunya merupakan dambaan bagi setiap orang yang telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah terbesar nan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian setiap orang. Ketika menikah, tentunya orang berkeinginan untuk mempunyai sebuah keluarga yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan bagian dari keluarga, dimana sebagian besar kelahiran disambut bahagia oleh anggota keluarganya, setiap orang tua mengharapkan anak yang sehat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan anugerah terindah yang diberikan Allah kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga bisa menjadi sebuah impian setiap orang
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran Stres..., Muhamad Arista Akbar, FPSI UI, 2008
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan berumah tangga, setiap keluarga tentunya akan mendambakan kehadiran seorang anak sebagai pelengkap kebahagiaan kehidupan pernikahan mereka. Setiap pasangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan merasa sedih apabila anak yang dimiliki lahir dengan kondisi fisik yang tidak. sempurna atau mengalami hambatan perkembangan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelahiran anak merupakan dambaan setiap keluarga yang tidak ternilai harganya. Anak adalah anugerah yang diberikan Tuhan, yang harus dijaga, dirawat, dan diberi bekal
Lebih terperinciBABI PENDAHULUAN. Semua orangtua menginginkan anak lahir dengan keadaan fisik yang
BAB I PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah penelitian Semua orangtua menginginkan anak lahir dengan keadaan fisik yang sempurna, tetapi terkadang keinginan tersebut bertolak belakang
Lebih terperinci2016 PROSES PEMBENTUKAN RESILIENSI PADA IBU YANG MEMILIKI ANAK PENYANDANG DOWN SYNDROME
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap orang tua pasti berharap memiliki anak yang dapat bertumbuh kembang normal sebagaimana anak-anak lainnya, baik dari segi fisik, kognitif, maupun emosional.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai alasan. Terlebih lagi alasan malu sehingga tidak sedikit yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap pasangan suami istri pasti menginginkan kehadiran seorang anak. Anak yang terlahir sempurna merupakan harapan semua orang tua. Orang tua mendambakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang tua menginginkan dan mengharapkan anak yang dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan pintar. Anak-anak yang patuh, mudah diarahkan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 40 tahun dimana terjadi perubahan fisik dan psikologis pada diri individu, selain itu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dewasa awal adalah individu yang berada pada rentang usia antara 20 hingga 40 tahun dimana terjadi perubahan fisik dan psikologis pada diri individu, selain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kesakitan anak di Indonesia berdasarkan Survei Kesehatan Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4 tahun sebesar 25,8%, usia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap pasangan. Saling setia dan tidak terpisahkan merupakan salah satu syarat agar tercipta keluarga
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kehadiran seorang bayi dalam keluarga merupakan berkah yang luar
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kehadiran seorang bayi dalam keluarga merupakan berkah yang luar biasa. Setiap orang tua mengharapkan anak yang dilahirkan kelak tumbuh menjadi anak yang menyenangkan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehadiran anak umumnya merupakan hal yang dinanti-nantikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehadiran anak umumnya merupakan hal yang dinanti-nantikan oleh orang tua. Anak merupakan harta berharga dan anugerah dari Tuhan. Anak juga merupakan pemacu harapan
Lebih terperinciMATERI DAN PROSEDUR. Pertemuan I : Pre-Session
MATERI DAN PROSEDUR Pertemuan I : Pre-Session 1. Sesi 1 : Penjelasan tentang program intervensi Tujuan : - Membuat partisipan paham tentang terapi yang akan dilakukan - Memunculkan motivasi pada diri partisipan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang menyenangkan, terampil dan pintar yang nantinya akan menjadi penerus dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kehadiran seorang bayi dalam keluarga merupakan berkah yang luar biasa. Setiap orangtua mengharapkan anak yang dilahirkan, kelak tumbuh menjadi anak yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Manusia adalah mahkluk biologis, psikologis, sosial,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia adalah mahkluk biologis, psikologis, sosial, kultural, dan spiritual yang utuh dan unik, artinya yang merupakan satu kesatuan yang utuh dari aspek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dukungan Keluarga 1. Pengertian Keluarga Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998) Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan fisik, sosial, psikologis, dan spiritual anak.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak adalah anugerah yang diberikan oleh Tuhan kepada setiap orang tua untuk dirawat dan dididik sebaik-baiknya agar kelak menjadi anak yang berguna. Anak juga dikatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Autis merupakan suatu gangguan perkembangan yang kompleks yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Autis merupakan suatu gangguan perkembangan yang kompleks yang menyangkut masalah komunikasi, interaksi sosial, dan aktivitas imajinasi. Istilah autis hingga kini masih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap keluarga memiliki cara tersendiri untuk menghadapi berbagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap keluarga memiliki cara tersendiri untuk menghadapi berbagai situasi selama rentang kehidupannya, begitu pula pada keluarga yang memiliki anak dengan hidrosefalus.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. (Chaplin, 1999) dan support yang artinya: 1) Mengadakan atau menyediakan
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Dukungan Sosial Keluarga 2.1.1. Pengertian Dukungan Sosial Ada berbagai defenisi dukungan sosial, dukungan sosial berasal dari kata sosial support, sosial artinya menyinggung
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA
ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA Sepanjang daur kehidupan tidak terlepas dari situasi yang dapat mempengaruhi respon emosi individu. Salah satu situasi yang mempengaruhi emosi individu adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perilaku, komunikasi dan interaksi sosial (Mardiyono, 2010). Autisme adalah
BAB I PENDAHULUAN Bab ini menggambarkan tentang latar belakang masalah, perumusan penelitian, tujuan umum dan tujuan khusus penelitian serta manfaat yang diperoleh dari penelitian ini. 1.1 Latar Belakang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Destalya Anggrainy M.P, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kepribadian seorang anak merupakan gabungan dari fungsi secara nyata maupun fungsi potensial pola organisme yang ditentukan oleh faktor keturunan dan penguatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kelahiran anak merupakan saat yang ditunggu-tunggu dan sangat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu peristiwa kunci dalam kehidupan adalah kelahiran adik baru. Kehamilan itu sendiri merupakan waktu yang ideal untuk memahami dari mana bayi berasal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anaknya akan lahir dengan kondisi fisik dan mental yang normal, sehingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memiliki buah hati merupakan dambaan dari setiap orangtua agar menjadi keluarga yang sempurna. Setiap orangtua memiliki satu gambaran atau impian bahwa anaknya
Lebih terperinciBABI PENDAHULUAN. Anak adalah permata bagi sebuah keluarga. Anak adalah sebuah karunia
BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak adalah permata bagi sebuah keluarga. Anak adalah sebuah karunia dan perhiasan dunia bagi para orangtua. Banyak pasangan muda yang baru
Lebih terperinciPengaruh Perceraian Pada Anak SERI BACAAN ORANG TUA
35 SERI BACAAN ORANG TUA Pengaruh Perceraian Pada Anak Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan Nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa pernikahan. Berbagai harapan mengenai keinginan memiliki anak pun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perjalanan hidup manusia dewasa, pada umumnya akan masuk masa pernikahan. Berbagai harapan mengenai keinginan memiliki anak pun mulai tumbuh saat orang
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia
1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehadiran seorang anak di tengah keluarga merupakan sebuah karunia yang didambakan. Berbagai harapan sempurna mengenai anak pun mulai tumbuh saat orang tua menanti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meninggalnya seseorang merupakan salah satu perpisahan alami dimana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meninggalnya seseorang merupakan salah satu perpisahan alami dimana seseorang akan kehilangan orang yang meninggal dengan penyebab dan peristiwa yang berbeda-beda
Lebih terperinci134 Perpustakaan Unika LAMPIRAN
LAMPIRAN 134 135 LAMPIRAN A OBSERVASI DAN WAWANCARA 136 PEDOMAN OBSERVASI i. Kesan Umum : Kondisi Fisik dan Penampilan Subyek ii. Perilaku yang cenderung ditampilkan iii. Kegiatan Sehari-hari iv. Lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa. Di masa ini, remaja mulai mengenal dan tertarik dengan lawan jenis sehingga remaja
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerimaan diri dibutuhkan oleh setiap individu untuk mencapai keharmonisan hidup, karena pada dasarnya tidak ada manusia yang diciptakan oleh Allah SWT tanpa kekurangan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia diciptakan pastilah memiliki sebuah keluarga, baik keluarga kecil maupun keluarga besar dan keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat yang mana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa karakteristik anak autis, yaitu selektif berlebihan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak adalah dambaan dalam setiap keluarga dan setiap orang tua pasti memiliki keinginan untuk mempunyai anak yang sempurna, tanpa cacat. Bagi ibu yang sedang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap individu memiliki harapan untuk bahagia dalam kehidupan perkawinannya. Karena tujuan perkawinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat diukur secara kuantitas dari waktu ke waktu, dari satu tahap ke tahap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seorang anak dikatakan tumbuh dapat dilihat dari perubahan fisik yang dapat diukur secara kuantitas dari waktu ke waktu, dari satu tahap ke tahap berikutnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD) merupakan suatu gangguan perkembangan yang mengakibatkan ketidakmampuan mengatur perilaku, khususnya untuk mengantisipasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Orang tua merupakan sosok yang paling terdekat dengan anak. Baik Ibu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Orang tua merupakan sosok yang paling terdekat dengan anak. Baik Ibu maupun Ayah memiliki hak yang sama dalam merawat dan membesarkan anak. Membesarkan anak bukanlah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. psikologis, sosial, dan spiritual (Hidayat, 2009). Sedangkan menurut Undang-
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak adalah seseorang yang berusia kurang dari delapan belas tahun dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus baik kebutuhan fisik, psikologis, sosial, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tuanya,keberadaannya diharapkan dan ditunggu-tunggu serta disambut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan sebuah karunia yang besar bagi orang tuanya,keberadaannya diharapkan dan ditunggu-tunggu serta disambut dengan penuh bahagia. Semua orang tua mengharapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan keluarga utuh serta mendapatkan kasih sayang serta bimbingan dari orang tua.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan, setiap manusia memiliki dambaan untuk hidup bersama dengan keluarga utuh serta mendapatkan kasih sayang serta bimbingan dari orang tua. Perhatian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu, sejak kecil anak tumbuh dan berkembang dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi perkembangan individu, sejak kecil anak tumbuh dan berkembang dalam lingkungan keluarga. secara Psikologis,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan suatu ikatan resmi antara laki-laki dan perempuan secara sah di mata hukum. Bagi setiap pasangan yang telah menikah, memiliki keturunan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan adalah suatu krisis maturitas yang dapat menimbulkan stres,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan adalah suatu krisis maturitas yang dapat menimbulkan stres, tetapi berharga karena wanita tersebut menyiapkan diri untuk memberi perawatan dan mengemban tanggung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri
1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri kehidupan. Komitmen laki-laki dan perempuan untuk menjalani sebagian kecil
Lebih terperincio Ketika hasil pekerjaan saya yang saya harapkan tidak tercapai, saya malas untuk berusaha lebih keras lagi
Skala 1 Skala Kecerdasan Emosional 1. UNFAVORABLE Kesadaran Diri o Saya merasa tidak mengerti perasaan saya sendiri o Saya kurang tahu penyebab kekecewaan yang saya rasakan o Saya malas bergaul dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar orang yang sudah menikah menginginkan seorang anak dalam rumah tangga mereka. Anak merupakan titipan Tuhan yang harus dijaga dan dilindungi. Beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggunakan tubuhnya secara efektif. Lebih lanjut Havighurst menjelaskan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja sering kali disebut masa transisi atau masa peralihan dari anak-anak sebelum akhirnya masuk ke masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Autisme merupakan suatu kumpulan gejala (sindrom) yang diakibatkan oleh kerusakan saraf. Gejalanya sudah tampak sebelum anak mencapai usia tiga tahun. Penyandang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. selalu sehat, dan dijauhkan dari berbagai penyakit, tetapi pada kenyataannya yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia pada umumnya memiliki harapan dengan memiliki tubuh yang selalu sehat, dan dijauhkan dari berbagai penyakit, tetapi pada kenyataannya yang terjadi
Lebih terperinciLAMPIRAN. repository.unisba.ac.id
LAMPIRAN LAMPIRAN Correlations DukunganSosial Resiliensi Correlation Coefficient 1,000,723 * Dukungan Sosial Sig. (2-tailed).,004 Spearman's rho Resiliensi Correlation Coefficient,723 * 1,000 Sig. (2-tailed),004.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beragam. Hal ini didukung oleh berkembangnya ilmu pengetahuan, serta semakin
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan seorang anak baik secara fisik maupun psikologis merupakan hal yang penting bagi orang tua khususnya ibu. Perkembangan fisik dan psikologis anak
Lebih terperinciLAMPIRAN 1. Blue Print Kuisioner. Dukungan Sosial
LAMPIRAN 1 Blue Print Kuisioner Dukungan Sosial Variabel Aspek Indikator Favorable Unfavorable Dukungan Sosial Emotional esteem support or Menerima perhatian dari keluarga Menerima perhatian dari teman/kerabat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti melahirkan anak, merawat anak, menyelesaikan suatu permasalahan, dan saling peduli antar anggotanya.
Lebih terperinciBAB V. KESIMPULAN, DISKUSI, dan SARAN
BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, dan SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai self esteem pada wanita yang menderita infertilitas, maka peneliti dapat menyimpulkan
Lebih terperinciSekali pun Telah Berlalu Namun Tetap Ada Harapan
Sekali pun Telah Berlalu Namun Tetap Ada Harapan Sektor Petrus & Paulus Paroki Tritunggal Mahakudus Tuka Rabu, 25 September 2013 A. Perjalanan Hidup Perjalanan hidup manusia di dunia ini dapat dikelompokkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. familiar dikehidupan masyarakat adalah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Setiap orang selalu mengharapkan kehidupan yang bahagia. Tak terkecuali orang tua. Salah satu bentuk kebahagiaan itu adalah memiliki anak yang sehat dan normal, baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti mempunyai harapan-harapan dalam hidupnya dan terlebih pada pasangan suami istri yang normal, mereka mempunyai harapan agar kehidupan mereka
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia merupakan suatu proses berkelanjutan dalam kehidupan yang ditandai dengan berbagai perubahan ke arah penurunan. Problematika yang harus dihadapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kehadiran anak memberikan kebahagiaan yang lebih di tengah tengah keluarga dan membawa berbagai perubahan yang berdampak positif pada keluarga. Perubahan yang mendasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan unit sosial terkecil di dalam lingkungan masyarakat. Bagi anak, keluarga merupakan tempat pertama mereka untuk berinteraksi. Keluarga yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perceraian merupakan kata yang umum dan tidak asing lagi di telinga masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi trend, karena untuk menemukan informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan berkembang pertama kalinya. Menurut Reiss (dalam Lestari, 2012;4), keluarga adalah suatu kelompok
Lebih terperinciCinta Kedua. Majalah Parents Desember Sepenggal kisah tentang kekuatiran untuk jatuh cinta lagi.
Cinta Kedua. Majalah Parents Desember 2011 Sepenggal kisah tentang kekuatiran untuk jatuh cinta lagi. Artikel ini dimuat di majalah Parents edisi Desember 2011. Bisa dikatakan saya beruntung. Majalah ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan setiap anak di dunia ini berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Tidak hanya anak normal saja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan hidup manusia dialami dalam berbagai tahapan, yang dimulai dari masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Dalam setiap tahapan perkembangan terdapat
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DATA. A. Analisis Tentang Proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi
BAB IV ANALISA DATA A. Analisis Tentang Proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi Silaturahmi pada Seorang Remaja yang Mengalami Depresi di Desa Sembayat Kabupaten Gresik. Dalam proses pelaksanaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. (dalam Setiadi, 2008).Menurut Friedman (2010) keluarga adalah. yang mana antara yang satu dengan yang lain
BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Keluarga 2.1.1 Pengertian Menurut UU No.10 tahun 1992 keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri, atau suami istri dan anaknya atau ayah dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dukungan sosial merupakan keberadaan, kesediaan, keperdulian dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dukungan sosial merupakan keberadaan, kesediaan, keperdulian dari orang-orang yang bisa diandalkan, menghargai dan menyayangi kita yang berasal dari teman, anggota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah sesuatu yang berharga bagi seluruh makhluk hidup di dunia karena tanpa kesehatan, manusia tidak akan dapat menjalani kegiatan hidupnya dengan optimal.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan
BAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan kemudian dipertahankan oleh individu dalam memandang dirinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekuatan seseorang dalam menghadapi kehidupan di dunia ini berawal dari keluarga. Keluarga merupakan masyarakat terkecil yang sangat penting dalam membentuk
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN. A. Simpulan. pencapaian kebermaknaan hidup pada ibu dari penyandang cerebral palsy adalah
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian ini maka gambaran proses pencapaian kebermaknaan hidup pada ibu dari penyandang cerebral palsy adalah sebagai berikut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.
Lebih terperinciTRILOGI NOVEL MARITO
TRILOGI NOVEL MARITO Izinkan Aku Memelukmu Ayah Dalam Pelarian Ketika Aku Kembali Marito, terlahir sebagai perempuan di suku Batak. Ia memiliki empat kakak perempuan. Nasibnya lahir di masa terpelik dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diberikan Allah SWT kepada manusia (Muzfikri, 2008). Keadaan akan mejadi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memiliki buah hati tentunya merupakan dambaan dari setiap orang yang telah membina keluarga. Anak adalah anugerah tersebesar nan suci dan luhur yang diberikan Allah
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI II. A. DUKUNGAN SOSIAL II. A. 1. Definisi Dukungan Sosial Menurut Orford (1992), dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, dan penghargaan yang diandalkan pada saat individu mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akhirnya menikah. Pada hakikatnya pernikahan adalah ikatan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia pasti memiliki keinginan untuk dapat mempunyai pasangan dan akhirnya menikah. Pada hakikatnya pernikahan adalah ikatan yang mempersatukan sepasang manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses yang dapat diprediksi. Proses
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencapaian pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan suatu proses yang dapat diprediksi. Proses pertumbuhan dan perkembangan yang dilalui oleh manusia bersifat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya kehidupan dewasa ini disemaraki oleh banyaknya kegagalan dalam membina rumah tangga yang utuh. Seringkali banyak keluarga memilih untuk berpisah dari hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia akan mengalami perkembangan sepanjang hidupnya, mulai dari masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, dewasa menengah,
Lebih terperinciAnak adalah dambaan setiap pasangan, dimana setiap pasangan selalu. menginginkan anak mereka tumbuh dengan sehat dan normal baik secara fisik
BABI ~ PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak adalah dambaan setiap pasangan, dimana setiap pasangan selalu menginginkan anak mereka tumbuh dengan sehat dan normal baik secara fisik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan mengalami masa transisi peran sosial, individu dewasa awal akan menindaklanjuti hubungan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap individu yang hidup di dunia ini pasti selalu berharap akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu yang hidup di dunia ini pasti selalu berharap akan kehidupannya dapat dijalani dengan baik sesuai harapan-harapan di masa yang akan datang. Namun sering
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama bagi anak yang memberi dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah satunya adalah
Lebih terperinciKecemasan Terhadap Kematian
Skema 1 Interelasi faktor subyek 1 Penanaman agama yang kuat sejak kecil Hubungan dengan orang tua cukup harmonis, kenangan salah satu orang tua telah meninggal Ancaman: Kematian dianggap ancaman karena
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal
HARGA DIRI PADA WANITA DEWASA AWAL MENIKAH YANG BERSELINGKUH KARTIKA SARI Program Sarjana, Universitas Gunadarma Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran harga diri
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI Hospitalisasi atau Rawat Inap pada Anak Pengertian Hospitalisasi. anak dan lingkungan (Wong, 2008).
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Hospitalisasi atau Rawat Inap pada Anak 2.1.1. Pengertian Hospitalisasi Hospitalisasi adalah suatu keadaan dimana seseorang yang sakit yang membutuhkan perawatan secara intensif
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Keluarga merupakan orang terdekat dari seseorang yang mengalami
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Keluarga merupakan orang terdekat dari seseorang yang mengalami gangguan kesehatan/dalam keadaan sakit. Keluarga juga merupakan salah satu indikator dalam masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemberian rangsangan pendidikan lebih lanjut (Depdiknas, 2011). Pendidikan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan. intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin menuntut pengorbanan dan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai gambaran diri (body image) dan dukungan sosial pada tiga orang wanita yang mengalami penyakit kanker payudara yang telah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pada retardasi mental. Anak dengan down sindrom memiliki kelainan pada
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Down Sindrom (mongoloid) adalah suatu kondisi di mana materi genetik tambahan menyebabkan keterlambatan perkembangan anak, dan kadang mengacu pada retardasi mental.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak adalah anugerah, anak adalah titipan dari Allah SWT. Setiap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah anugerah, anak adalah titipan dari Allah SWT. Setiap orangtua pasti menginginkan memiliki anak yang normal dan sehat baik secara jasmani maupun rohani. Anak
Lebih terperinci