SIBLING RIVALRY PADA ANAK SULUNG YANG DIASUH OLEH SINGLE FATHER

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SIBLING RIVALRY PADA ANAK SULUNG YANG DIASUH OLEH SINGLE FATHER"

Transkripsi

1 Auditorium Kampus Gunadarma, 2122 Agustus 2007 ISSN : SIBLING RIVALRY PADA ANAK SULUNG YANG DIASUH OLEH SINGLE FATHER Indah Anita Zulkaida Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Indah_setiawati@yahoo.com, zulkaida03@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai sibling rivalry pada anak sulung yang diasuh oleh single father. Penelitian ini menggunakan teknik wawancara dengan pedoman umum dan observasi non partisipan serta triangulasi subjek dengan significant other. Subjek penelitian ini 2 anak sulung, perempuan, berusia 8 dan 9 tahun, diasuh oleh single father. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum kedua subjek mengalami sibling rivalry. Bentuk sibling rivalry terlihat dari perilaku fisik (memukul, mencubit, membanting pintu), verbal (memaki) maupun non verbal (melotot, cemberut) ketika marah Namun demikian, kadar sibling rivalry diantara kedua subjek berbeda, dimana sibling rivalry pada subjek pertama bersifat lebih agresif dibandingkan dengan subjek kedua.. Kata kunci: sibling rivalry, anak sulung, single father. PENDAHULUAN Kehadiran adik bagi anak pertama atau anak sulung dapat memunculkan berbagai macam kecemburuan atau persaingan yang berbeda satu sama lainnya. Kecemburuan atau persaingan yang terjadi diantara saudara kandung disebut dengan istilah sibling rivalry. Sibling rivalry terjadi apabila anak merasa bahwa dirinya telah kehilangan kasih sayang dan merasa saudara kandung adalah saingan bagi dirinya dalam mendapatkan kasih sayang dan perhatian orang tua. Sibling rivalry pada anak sulung umumnya muncul ketika adik bayi lahir karena adik bayi banyak menyita waktu dan perhatian orang tua. Kondisi ini sering menimbulkan sikap jengkel kakak pada adiknya, karena ketidakberanian anak untuk memunculkan sikap jengkel atau kesal yang dirasakan terhadap orang tua. Untuk menghilangkan rasa jengkel dan kesal itu, adik yang sering menjadi sasaran amarahnya. Menurut Getlieb & Mendelson (dalam Kail, 2001), lahirnya adik baru merupakan suatu permasalahan bagi anak sulung, dimana anak sulung harus membagi rata cinta, kasih sayang dan perhatian orangtua kepada adiknya. Berscheid (dalam Sears, Freedman & Peplau, 1999) mengemukakan bahwa rasa cemburu seringkali berasal dari rasa takut yang dikombinasikan dengan rasa marah karena adanya ancaman terhadap harga diri seseorang dan terhadap hubungan itu sendiri. Sibling rivalry sangat mungkin dipengaruhi oleh peran orang tua, dimana pola asuh yang diberikan orang tua kepada anak sangat mempengaruhi sikap anak. Hal tersebut karena keluarga merupakan lingkungan pertama yang temui anak. Dalam keluarga, umumnya terdapat dua orang tua yaitu ayah dan ibu, namun demikian, tidak setiap keluarga beruntung memiliki keluarga yang utuh. Perubahan dalam struktur keluarga banyak dijumpai akhirakhir ini. Tidak jarang, dalam keluarga hanya terdapat satu orang tua. Keluarga seperti inilah yang disebut sebagai keluarga orang tua tunggal atau single parent. Umumnya pengasuhan anak lebih difokuskan pada ibu sebagai pengasuh dibandingkan ayah. Keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak tampaknya mulai menjadi fenomena dalam kehidupan suami istri saat ini. Menjadi ayah merupakan proses yang menantang bagi seorang pria, dimana proses ini menyebabkan berbagai gejolak emosional, karena para ayah tidak terbiasa dengan afeksi yang kompleks yang dimunculkan dalam hubungan antara ayah dan anak. Pengasuhan anak yang hanya dilakukan oleh ayah disebut dengan istilah single father, dimana ayah mempunyai peran ganda dalam mencari nafkah, membesarkan, mendidik dan memenuhi kebutuhan anakanaknya. Beda halnya dengan ibu yang secara sosial budaya telah dipersiapkan untuk menjadi ibu dan mengasuh anak, (Partasari, 2004). Kondisi ini membuat peneliti tertarik untuk meneliti mengenai gambaran sibling rivalry pada anak sulung yang diasuh oleh single father dan faktor faktor yang menyebabkan sibling rivalry pada anak sulung yang diasuh oleh single father B28

2 Auditorium Kampus Gunadarma, 2122 Agustus 2007 ISSN : TINJAUAN PUSTAKA A. Sibling rivalry Sibling rivalry mengarah pada permusuhan dan kecemburuan terhadap saudara kandung lakilaki maupun perempuan. Menurut Millman & Schaefer (1989), perasaan itu muncul ketika anak yang usia lebih besar merasa bahwa kasih sayang dan perhatian orang tuanya tidak lagi diberikan kepadanya karena telah terbagi oleh adiknya. Hal ini seseuai dengan pendapat Cholid (2004) bahwa sibling rivalry adalah perasaan permusuhan dan cemburu antara saudara kandung dimana kakak atau adik bukan sebagai teman berbagi tetapi sebagai saingan bagi dirinya. Dikalangan anak, sibling rivalry lebih beraneka ragam. Menurut Hurlock (1978), pada sibling rivalry ada dua macam reaksi. Pertama, bersifat langsung, yang dimunculkan dalam bentuk perilaku agresif mengarah ke fisik, seperti menggigit, memukul, mencakar, melukai dan menendang, atau usaha yang dapat diterima secara sosial untuk mengalahkan saingannya. Kedua, reaksi tidak langsung bersifat, yang bersifat lebih halus sehingga sukar untuk dikenali, seperti mengompol, purapura sakit, menangis dan menjadi nakal. Menurut Priatna dan Yulia (2006), reaksi sibling rivalry pada anak yang lebih tua dapat diekspresikan dengan berbagai macam, antara lain dengan cara agresi (memukul, melukai adik) dan regresi (suka mengompol dan menjadi kolokan (manja), rewel) ataupun dengan berekspresi memandangi adiknya dengan tajam, menggunakan bibir, menangis seta menjadi pendiam. Digambarkan pula oleh Gibbens (1947) bahwa, anak biasanya mengungkapnya dengan halhal yang tidak didugaduga seperti merebut makanan atau mainan adiknya dengan paksa, menggigit, mencakar, memarahinya, membentak bahkan ada kakak yang memaki adiknya dengan kasar. Faktor penyebab sibling rivalry menurut Mulyadi (2000), antara lain karena orang tua membagi perhatian dengan orang lain, mengidolakan anak tertentu, pengliharan rasa kesal orang tua serta kurangnya pemahaman diri. Priatna & Yulia (2006) menyebutkan faktor penyebab sibling rivalry adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal, yaitu faktor yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri anak itu sendiri, seperti : temperamen, sikap masingmasing anak dalam mencari perhatian orang tua, perbedaan usia atau jenis kelamin, ambisi anak untuk mengalahkan anak yang lain. Sedangkan faktor eksternal, yaitu faktor yang disebabkan karena sikap orang tua yang salah dalam mendidik anakanaknya, seperti : sikap membandingbandingkan, adanya anak emas diantara anak yang lain. Perasaan sibling rivalry biasanya terjadi antara dua anak atau lebih yang usianya berdekatan. Sibling rivalry biasanya lebih lazim terjadi ketika jarak usia anak antara 13 tahun. Sibling rivalry akan lebih terlihat ketika umur mereka 3 5 tahun pada anakanak dan terjadi lagi pada umur 8 12 tahun pada usia sekolah, dan pada umumnya, sibling rivalry lebih sering terjadi pada anak yang berjenis kelamin sama dan khususnya perempuan (Millman & Schaefer, 1981). Menurut Bakwin & Bakwin (1972), sibling rivalry cenderung menjadi lebih sering ketika anak yang lebih tua (kakak) usianya antara 2 4 tahun ketika adik dilahirkan, karena pada usia ini anak menjadi sadar akan kasih sayang orang tuanya. Orang tua adalah kunci yang mungkin mempengaruhi sibling rivalry, namun orang tua pula yang dapat memperkecil terjadinya sibling rivalry. Menurut Millman & Schaffer (1981) ada beberapa peran orang tua untuk mengindari sibling rivalry di dalam keluarga antara lain : memberikan cinta dan perhatian yang adil kepada anak, mempersiapkan anak yang lebih tua terhadap kelahiran adik baru, memperhatikan protes anak terhadap kesalahan orang tua, memberikan hukuman sesuai dengan kesalahan anak, sharing antara anak dengan orang tua Menurut Shahriza dkk (2004) hal yang dapat orang tua lakukan untuk memperkecil sibling rivalry, antara lain : mempersiapkan anak akan kelahiran adik, introspeksi diri, menanamkan pendidikan pada diri anak, diskusi dengan anak dan memberikan sanksi yang sesuai. B. Single father Single father merupakan bagian dari single parent. Menurut Sager dkk (dalam Duval & Miller, 1985) orang tua tunggal (single parent) adalah orang tua yang memelihara dan membesarkan anakanaknya tanpa kehadiran dan dukungan dari pasangannya. Cashion (dalam Duval & Miller, 1985) menyatakan bahwa single father adalah ayah yang menjadi pemimpin dalam sebuah keluarga yang menjaga, mendidik, membesarkan saerta menjadi wali bagi anakanaknya. Secara spesifik Hanson (dalam Bronstein & Cowan, 1988) menyebutkan faktor B29

3 Auditorium Kampus Gunadarma, 2122 Agustus 2007 ISSN : yang menyebabkan single father karena perceraian, kematian pasangan atau karena merupakan lelaki lajang yang mengadopsi anak. C. Anak sulung Anak sulung baik pria maupun wanita merupakan anak yang istimewa di mata orang tuanya.. Anak sulung adalah anak tunggal hingga tiba saat adiknya hadir dalam keluarga (Hadibroto dkk, 2003). Menurut Gunarsa (1995), anak sulung adalah anak yang paling tua atau anak pertama yang lahir dari suatu keluarga. Karakteristik anak sulung antara lain: adanya rasa ingin tahu yang besar, bersikap tanggung jawab, mempunyai prestasi yang tinggi, menyimpan perasaan takut, ambisi yang tinggi, sifat mengalah (Hurlock, 1978), METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Subjek adalah 2 anak sulung, perempuan, berusia 8 dan 9 tahun, diasuh oleh single father. Teknik pengumpulan data melalui wawancara terhadap subjek dan significant other, dan dengan observasi non partisipan. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran perilaku sibling rivalry subjek Kedua subjek melakukan agresi fisik seperti memukul, mencubit, dan membanting pintu ketika sedang marah terhadap adiknya. Pada subjek 1 juga kadangkala menonjok adiknya ketika sedang marah. Untuk yang bersifat verbal, subjek pertama mengucapkan perkataan yang tidak pantas ketika sedang marah. Subjek kedua tidak melakukan hal tersebut karena tidak diperbolehkan oleh orang tuanya untuk mengucapkan perkataan yang tidak baik. Namun jika sedang marah, subjek hanya memarahi adiknya dengan cara berteriak, menjerit ataupun menggerutu. Untuk aspek non verbal, ekspresi kemarahan yang diungkap kedua subjek berbeda satu sama lainnya. Subjek pertama mengekspresikan kemarahan terhadap adik dengan melotot, menarik dan membuang nafas panjang, sedangkan subjek kedua mengekspresikannya dengan diam, cemberut ataupun mengurung diri di kamar. Tabel 1 Gambaran Sibling Rivalry Subjek No Aspek Subjek pertama 1 Perilaku sibling rivalry Fisik Verbal 2 Faktor penyebab sibling rivalry Non verbal Temperamen Mencari perhatian Perbedaan usia Ambisi Dibandingkan Anak emas 3 Peran orang tua Diperkenalkan Introspeksi diri Pendidikan Diskusi Sanksi Subjek kedua 2. FaktorFaktor yang menyebabkan sibling rivalry pada anak sulung yang diasuh oleh single father 1). Faktor internal Pada kedua subjek, amarah mudah muncul, terutama ketika tidak menemukan barang yang sedang mereka cari dan ketika diminta untuk mengalah. Subjek 1 cenderung bertipe kolerik, dimana amarah diungkap dengan menjadi agresif atau berkata sarkastis. Adapun subjek 2 cenderung bertipe flelkmatik, dimana amarah diungkap dengann menjadi lebih pendiam, penurut dan tidak menuntut orang lain. Kedua subjek samasama mencari perhatian kepada ayahnya. Pada subjek pertama, mencari perhatian dengan cara berpurapura sakit agar menapat perhatian dari ayahnya, sedangkan pada subjek kedua mencari B30

4 Auditorium Kampus Gunadarma, 2122 Agustus 2007 ISSN : perhatian dengan cara bersikap baik kepada adikadiknya ketika ayahnya sedang berada di rumah. Priatna & Yulia (2006) mengatakan bhawa anak pertama merupakan curahan kasih sayang dan pusat perhatian keluarga. Anak merasa kehilangan kasih sayang dan perhatian orang tua ketika adik bayi lahir, dan membuat anak berusaha mempertahankan perhatian orang tua yang pernah didapat baik dengan cara yang menyenangkan ataupun menjengkelkan. Kedua subjek merasa, perbedaan usia mereka yang lebih besar membuat mereka selalu diminta mengalah untuk adiknya. Subjek pertama berusia sembilan tahun sedangkan adiknya berusia lima tahun sedangkan subjek kedua berusia delapan tahun dan adiknya berusia lima tahun. Millman & Schaefer (1989) mengatakan bahwa perasaan sibling rivalry biasanya terjadi antara dua anak atau lebih yang usianya berdekatan dan biasanya lazim ketika jarak usia anak antara 13 tahun. Sibling rivalry akan terlihat pada usia mereka 35 tahun pada anakanak dan terjadi pada usia 812 tahun pada usia sekolah. Kedua subjek juga merasa adanya sikap pilih kasih dari ayah mereka, terutama masalah perhatian dan pembelaan karena mereka selalu diminta mengalah untuk adiknya. Kedua subjek juga merasakan dirinya dibandingbandingkan oleh ayah mereka karena usia mereka yang lebih besar yang membuat mereka selalu diminta untuk mengalah. Mulyadi (2000) menyatakan bahwa kadangkala favoritisme terjadi tanpa sadar dilontarkan orang tua didepan anak, dan menurut Priatna & Yulia (2006), sikap membandingkan yang dilakukan orang tua kepada anaknya dapat memupuk kebencian atau iri pada anak yang lain. Mengenai ambisi anak, menurut Priatna & Yulia (2006), seorang anak akan berusaha menjatuhkan adiknya. Subjek pertama mempunyai ambisi untuk mengalahkan adiknya dalam mendapatkan perhatian ayahnya, namun subjek kedua tidak mempunyai ambisi terhadap sesuatu. dihadapan orang lain agar dapat mengembalikan perhatian yang pernah didapatnya. 2). Faktor eksternal Secara umum, orang tua subjek memberikan sedikit pengenalan mengenai adik yang akan lahir. Subjek pertama tidak diperkenalkan karena ketidak harmonisan keluarga, sedangkan subjek kedua hanya diperkenalkan ketika adiknya masih di dalam kandungan. Padahal menurut Shahriza dkk (2004), memberikan pengertian pada anak tentang kehadiran adik sangat membantu untuk memperkecil terjadinya sibling rivalry, misalkan memberi pengertian pada anak yang lebih tua bahwa adik membutuhkan perhatian dan waktu yang cukup bamyak dan menceritakan pada anak bahwa adik akan menjadi teman baginya. Walaupun kedua subjek tidak pernah diajak berbicara mengenai sikap ayah mereka dalam memberikan perhatian, namun kedua ayah subjek mempunyai cara sendiri untuk intropeksi diri. Menurut Shahriza dkk (2004), introspeksi dapat dilakukan dengan mempertanyakan pada diri sendiri apakah saya bersikap adil pada anakanak saya dan apakah saya bersikap pilih kasih pada mereka. Dengan begitu orang tua mengetahui kesalahan yang dilakukan. Pada subjek pertama, secara tidak langusung ayah subjek mengajarkan subjek untuk selalu mengalah kepada adiknya. Sedangkan subjek kedua selalu diingatkan dan diajarkan untuk bertanggung jawab kepada adiknya dan mau mengalah kepada adiknya. Kedua subjek tidak pernah melakukan diskusi khusus untuk membicarakan sikap dan perhatian ayah mereka, tetapi lebih sering membicarakan mengenai apa yang terjadi dengan kedua subjek baik di sekolah maupun di rumah. Padahal seperti yang dikemukakan Shahriza dkk (2004), dengan diskusi akan memberikan kesempatan pada anak untuk mengeluarkan pendapat dan perasaannya. Pada subjek pertama, dia tidak pernah diberikan sanksi terhadap kesalahan yang dilakukan, karena ayah subjek selalu memberikan toleransi terhadap apa yang dilakukan dan diucapkan subjek. Sedangkan subjek kedua selalu mendapatkan sanksi terhadap kesalahan yang subjek lakukan.. 3. Dampak single father Dampak single father terhadap munculnya sibling rivalry pada anak sulung cukup besar. Sebagai ayah, secara budaya mereka merasa lebih disiapkan untuk bekerja mencari nafkah guna memenuhi semua kebutuhan hidup keluarga, dan bukannya dipersiapkan untuk merawat, mendidik, menjaga dan memberikan perhatian kepada anakanaknya. Namun sebagai single father, mereka merasa harus menjalankan kedua fungsi tersebut. Hal inilah yang membuat mereka bersalah kepada anakanaknya, karena keterbatasan waktu yang dimiliki dalam memberikan perhatian dan kasih sayang. Walaupun mereka dibantu oleh nenek dan tante, mereka masih tetap merasa adanya tanggung jawab yang besar serta kesulitan dalam merawat anakanaknya. B31

5 Auditorium Kampus Gunadarma, 2122 Agustus 2007 ISSN : Pada ayah dari subjek 1, untuk menunjukkan rasa sayang dan perhatiannya, dia memberikan semua keinginan anaknya ataupun memberi toleransi terhadap apa yang dibuat dan dilakukan oleh subjek 1 sehingga membuat subjek dan adiknya saling berebut perhatian. Pada subjek 2, untuk meringankan tanggung jawab yang dirasakan, subjek dilatih untuk menjadi leader terhadap adikadiknya dengan cara memberikan subjek pekerjaan, yang ternyata membuat subjek menjadi tertekan. Subjek menunjukkan sikap baik dihadapan ayahnya untuk mendapatkan perhatian, namun menjadi mudah marah kepada adiknya ketika ayah subjek tidak berada di rumah. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan bahwa secara umum kedua subjek mengalami sibling rivalry, namun kadar sibling rivalry antara kedua subjek berbeda, dimana perilaku sibling rivalry pada subjek pertama bersifat lebih agresif dibandingkan subjek kedua. Hal ini terlihat dari perilakuperilaku subjek ketika sedang marah terhadap adiknya. Faktor yang mempengaruhi perilaku sibling rivalry subjek bersifat internal maupun eksternal. Saran Dari hasi penelitian tentang gambaran sibling rivalry pada anak sulung yang diasuh oleh single father, maka saran yang diajukan peneliti terhadap penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk single father, diharapkan tidak terlalu menuntut anak yang lebih besar untuk selalu mengalah kepada adiknya, memberikan perhatian, kasih sayang dan reward serta mengetahui cara yang tepat untuk memenuhi kebutuhan anak dan mendisiplin anak. 2. Untuk penelitian selanjutnya, agar dapat mengembangkan penelitian mengenai sibling rivalry, misalnya menggali lebih dalam faktor yang mempengaruhi sibling rivalry dan apakah sibling rivalry dapat terjadi pada usia dewasa atau hanya tejadi pada anak sulung. DAFTAR PUSTAKA Bakwin., Harry & Bakwin, Ruth. M. (1972).Behavior Disorder In Children. New York: W.B Saunder Company. Bronstein & Cowan, P.A. (1988). Becoming A Father. A Time Of Change, an Opportunity For Development In Bronstein. New York: Harper & Row Publisher Cholid, Nirmala.S. (2004). Mengenali Stres Anak dan Reaksinya. Jakarta: Nirmala. Duval, Evelyn M. & Miller, Brent.C. (1985). Marriage And Family Development 6th ed. New York: Harper & Row Publisher. Gibbens, J. (1947). The Care Of Children From One To Five. London: Portman Square Gunarsa, Singgih.D. (2000). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: PT. Tbk Gunung Mulia. Hadibroto, I; Syamsir, A; Suryaputra, E & Olifia, F. (2003). Misteri Perilaku anak Sulung, Tengah, Bungsu Dalam Mengenal Urutan Kelahiran Untuk Memahami Diri dan Orang Lain. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hurlock, Elizabeth. B. (1978). Perkembangan Anak. Alih Bahasa: Tjandrasa & Zarkasih. Jakarta: Erlangga Kail, Robert.V. (2001). Children And Their Development. 2th ed. London: Prentice Hall Mulyadi, Seto. (2000). Mengapa Mereka Cemburu. google.com/sibling rivalry/indonet. Duniapemandu internet Indonesia.htm. Partasari, W. D. (2004). Ayah Sebagai Orang Tua Tunggal : Studi Mengenai Pengalaman Kehilangan Dan Duka Cita Serta Peran Menjadi Orang Tua Tunggal. Tesis (Tidak diterbitkan). Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Priatna, Chollite. & Yulia, A. (2006). Mengatasi Persaingan Saudara Kandung Pada Anakanak. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Millman, Howard.L & Schaefer, E. (1989). How To Help Children With Common Problems. New York: Von Nostrandrein Hold. Sears, D. O. & Jonathan, L.F. & Anne, P. (1999). Psikologi Sosial 5 th ed. Alih Bahasa: Adryanto & Soekrisno. Jakarta: Erlangga. B32

BAB I PENDAHULUAN. alami oleh seorang anak terhadap kehadiran atau kelahiran saudara

BAB I PENDAHULUAN. alami oleh seorang anak terhadap kehadiran atau kelahiran saudara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap anak adalah individu yang unik, karena faktor lingkungan dan bawaan yang berbeda. Perkembangan psiko-sosial sangat dipengaruhi lingkungan dan interaksi antara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kelahiran anak merupakan saat yang ditunggu-tunggu dan sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. Kelahiran anak merupakan saat yang ditunggu-tunggu dan sangat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu peristiwa kunci dalam kehidupan adalah kelahiran adik baru. Kehamilan itu sendiri merupakan waktu yang ideal untuk memahami dari mana bayi berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbedaan kecepatan tumbuh dan gaya penampilannya (Sujiono, 2007). Perbedaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. perbedaan kecepatan tumbuh dan gaya penampilannya (Sujiono, 2007). Perbedaan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan individu yang berbeda satu dengan yang lainnya, baik diantara laki-laki maupun perempuan. Masing-masing dari mereka mempunyai tubuh yang berlainan, perbedaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu

BAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu BAB II LANDASAN TEORI A. Sibling Rivalry 1. Pengertian Sibling Rivalry Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu keluarga yang sama, teristimewa untuk memperoleh afeksi atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS Pengertian Masa Akhir Kanak-Kanak. Masa kanak-kanak (late chilhood) berlangsung dari usia 6

BAB II TINJAUAN TEORITIS Pengertian Masa Akhir Kanak-Kanak. Masa kanak-kanak (late chilhood) berlangsung dari usia 6 BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Masa Akhir Kanak-Kanak 2.1.1. Pengertian Masa Akhir Kanak-Kanak Masa kanak-kanak (late chilhood) berlangsung dari usia 6 tahun sampai tiba saatnya individu menjadi matang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehadiran anggota keluarga baru dalam keluarga akan memberikan pengaruh dalam perkembangan sosial dan emosional anak terutama anak prasekolah. Emosi yang rentan pada

Lebih terperinci

SIBLING RIVALRY PADA ANAK KEMBAR YANG BERBEDA JENIS KELAMIN. Oleh : Nopijar ABSTRAK

SIBLING RIVALRY PADA ANAK KEMBAR YANG BERBEDA JENIS KELAMIN. Oleh : Nopijar ABSTRAK SIBLING RIVALRY PADA ANAK KEMBAR YANG BERBEDA JENIS KELAMIN Oleh : Nopijar ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai sibling rivalry yang terjadi pada anak kembar yang berbeda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pertama kalinya. Menurut Santrock 2002: 56 ( dalam Arif 2013 : 1),

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pertama kalinya. Menurut Santrock 2002: 56 ( dalam Arif 2013 : 1), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan berkembang pertama kalinya. Menurut Santrock 2002: 56 ( dalam Arif 2013 : 1), keluarga adalah

Lebih terperinci

AGRESIVITAS ANAK (Suatu Studi Kasus) CHILD AGGRESSIVENESS (A CASE STUDY)

AGRESIVITAS ANAK (Suatu Studi Kasus) CHILD AGGRESSIVENESS (A CASE STUDY) AGRESIVITAS ANAK (Suatu Studi Kasus) Titin Suprihatin Fakultas Psikologi Universitas Islam Sultan Agung E-mail:bunda_ulhaq@yahoo.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menentukan bentuk-bentuk perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersama, terdapat kerja sama ekonomi, dan terjadi proses reproduksi (Lestari,

BAB I PENDAHULUAN. bersama, terdapat kerja sama ekonomi, dan terjadi proses reproduksi (Lestari, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga adalah dua orang atau lebih yang terhubung karena ikatan perkawinan yang berkumpul dan tinggal dalam satu atap dan satu sama lain saling bergantung. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kitamenemukan pendamping yaitu suami atau istri. Hubungan dengan. saudarakandung adalah hubungan paling dasar sebelum kita memasuki

BAB I PENDAHULUAN. kitamenemukan pendamping yaitu suami atau istri. Hubungan dengan. saudarakandung adalah hubungan paling dasar sebelum kita memasuki 79 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selain orang tua, orang terdekat yang dilihat seorang anak yaitusaudara kandung. Saudara kandung ialah teman terdekat kita hingga kitamenemukan pendamping

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA SIBLING RIVALRY PADA BALITA DI KEMUKIMAN KANDANG KECAMATAN KLUET SELATAN ACEH SELATAN TAHUN 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA SIBLING RIVALRY PADA BALITA DI KEMUKIMAN KANDANG KECAMATAN KLUET SELATAN ACEH SELATAN TAHUN 2014 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA SIBLING RIVALRY PADA BALITA DI KEMUKIMAN KANDANG KECAMATAN KLUET SELATAN ACEH SELATAN TAHUN 2014 ERVINA IRAWATI Mahasiswa D-IV Kebidanan Universitas Ubudiyah

Lebih terperinci

Sibling Rivalry Pada Anak Usia Todler

Sibling Rivalry Pada Anak Usia Todler Sibling Rivalry Pada Anak Usia Todler Indanah 1*, Dewi Hartinah 2 1 Stikes Muhammadiyah Kudus 2 Stikes Muhammadiyah Kudus *Email: indanah@stikesmuhkudus.ac.id) Keywords: Sibling Rivalry, Todler Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami lompatan perkembangan, kecepatan perkembangan yang luar. usia emas (golden age) yang tidak akan terulang lagi.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami lompatan perkembangan, kecepatan perkembangan yang luar. usia emas (golden age) yang tidak akan terulang lagi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia dini atau disebut juga dengan awal masa kanak-kanak adalah masa yang paling penting dalam sepanjang hidupnya. Sebab masa itu adalah masa pembentukan pondasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung maupun tidak langsung seperti pada media massa dan media cetak. Seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung maupun tidak langsung seperti pada media massa dan media cetak. Seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agresivitas bukan merupakan hal yang sulit ditemukan di dalam kehidupan masyarakat. Setiap hari masyarakat disuguhkan tontonan kekerasan, baik secara langsung

Lebih terperinci

FENOMENA ANAK KEMBAR (TELAAH SIBLING RIVALRY)

FENOMENA ANAK KEMBAR (TELAAH SIBLING RIVALRY) FENOMENA ANAK KEMBAR (TELAAH SIBLING RIVALRY) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persayaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh: YOGA WALUYO F. 100 060 177 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

PENGETAHUAN IBU DAN REAKSI SIBLING RIVALRY PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH (3-5 TAHUN) DI KOMUNITI INDONESIA MESAIEED QATAR 2012 ABSTRAK

PENGETAHUAN IBU DAN REAKSI SIBLING RIVALRY PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH (3-5 TAHUN) DI KOMUNITI INDONESIA MESAIEED QATAR 2012 ABSTRAK PENGETAHUAN IBU DAN REAKSI SIBLING RIVALRY PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH (3-5 TAHUN) DI KOMUNITI INDONESIA MESAIEED QATAR 2012 Sri Rejeki 1, Amin Samiasih, Tri Astuti, 1 Fakultas Keperawatan dan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan berkembang pertama kalinya. Selain itu, keluarga juga merupakan sekumpulan orang yang tinggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelahiran anak merupakan saat yang menggembirakan dan ditunggutunggu oleh setiap pasangan suami istri untuk melengkapi sebuah keluarga. Memiliki anak adalah suatu anugerah

Lebih terperinci

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan, diskusi dan saran. Kesimpulan dalam penelitian ini berisi gambaran sibling rivalry pada anak ADHD dan saudara kandungnya

Lebih terperinci

Developmental and Clinical Psychology

Developmental and Clinical Psychology DCP 2 (1) (2013) Developmental and Clinical Psychology http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/dcp DAMPAK SIBLING RIVALRY (PERSAINGAN SAUDARA KANDUNG) PADA ANAK USIA DINI Ayu Citra Triana Putri, Sri Maryati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka panjang. Pola hubungan yang terbangun pada masa kanak-kanak dapat

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka panjang. Pola hubungan yang terbangun pada masa kanak-kanak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hubungan dengan saudara merupakan jenis hubungan yang berlangsung dalam jangka panjang. Pola hubungan yang terbangun pada masa kanak-kanak dapat bertahan hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan berkembang pertama kalinya. Menurut Reiss (dalam Lestari, 2012;4), keluarga adalah suatu kelompok

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sibling Rivalry 1. Definisi Sibling Rivalry Sibling adalah perasaan tidak nyaman yang ada pada anak berkaitan dengan kehadiran orang asing yang semula tidak ada (dalam hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cemburu merupakan emosi yang biasa ditemukan dan alami terjadi pada anak-anak. Cemburu pertama kali terlihat ketika sang kakak punya adik baru. Hal itu dikenal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sibling Rivalry 1. Pengertian Sibling Rivalry Sibling rivalry adalah kecemburuan, persaingan dan pertengkaran antara saudara laki-laki dan saudara perempuan, hal ini terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga itu adalah yang terdiri dari orang tua (suami-istri) dan anak. Hubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga itu adalah yang terdiri dari orang tua (suami-istri) dan anak. Hubungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengasuh anak merupakan tugas orang tua dalam sebuah keluarga yang berada di lingkungan masyarakat. Di dalam keluarga merupakan tempat utama, dimana anak berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam masyarakat, seorang remaja merupakan calon penerus bangsa, yang memiliki potensi besar dengan tingkat produktivitas yang tinggi dalam bidang yang mereka geluti

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN MASALAH

BAB V PEMBAHASAN MASALAH BAB V PEMBAHASAN MASALAH A. PEMBAHASAN Setiap manusia memiliki impian untuk membangun rumah tangga yang harmonis. Tetapi ketika sudah menikah banyak dari pasangan suami istri yang memilih tinggal bersama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari

BAB I PENDAHULUAN. adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekerasan yang terjadi saat ini sangat memprihatinkan, salah satunya adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari Komnas Perlindungan anak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil survey yang dilakukan oleh peneliti, di PAUD X Bandung,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil survey yang dilakukan oleh peneliti, di PAUD X Bandung, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Menurut hasil survey yang dilakukan oleh peneliti, di PAUD X Bandung, terdapat beberapa ibu yang memiliki anak berusia 5 tahun yang masih mengalami temper tantrum.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antara saudara kandung (sibling rivalry) biasanya muncul ketika

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antara saudara kandung (sibling rivalry) biasanya muncul ketika BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Persaingan antara dua orang kakak beradik bukan sesuatu yang baru. Persaingan antara saudara kandung (sibling rivalry) biasanya muncul ketika selisih usia saudara kandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang berbeda-beda, diantaranya faktor genetik, biologis, psikis dan sosial. Pada setiap pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia diciptakan pastilah memiliki sebuah keluarga, baik keluarga kecil maupun keluarga besar dan keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat yang mana

Lebih terperinci

SIBLING RIVALRY PADA REMAJA YANG MEMPUNYAI SAUDARA KANDUNG AUTIS FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA Dewi Indah Permatasari ABSTRAK Sejak berada

SIBLING RIVALRY PADA REMAJA YANG MEMPUNYAI SAUDARA KANDUNG AUTIS FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA Dewi Indah Permatasari ABSTRAK Sejak berada SIBLING RIVALRY THAT HAVE ON ADOLESCENT SIBLING AUTISM Dewi Indah Permatasari Undergraduate Program, Faculty of Psychology Gunadarma University http://www.gunadarma.ac.id Keywords: sibling Rivalry, Teen,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ATTACHMENT DAN SIBLING RIVALRY PADA REMAJA AWAL

HUBUNGAN ATTACHMENT DAN SIBLING RIVALRY PADA REMAJA AWAL HUBUNGAN ATTACHMENT DAN SIBLING RIVALRY PADA REMAJA AWAL Shabrina Khairunnisa 16511716 3PA01 LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan masa dimana individu mulai berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia

Lebih terperinci

ANGKET SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS

ANGKET SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS ANGKET 1. Bila orangtua mendahulukan kepentingan kakak/ adik saya, saya akan marah. 2. Jika saya tidak setuju dengan pendapat orangtua, saya akan mengatakan tidak setuju. 3. Menceritakan kebodohan kakak/adik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa ejekan atau cemoohan, persaingan tidak sehat, perebutan barang

BAB I PENDAHULUAN. berupa ejekan atau cemoohan, persaingan tidak sehat, perebutan barang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aksi-aksi kekerasan terhadap orang lain serta perusakan terhadap benda masih merupakan topik yang sering muncul baik di media massa maupun secara langsung kita temui

Lebih terperinci

MENGATASI SIBLING RIVALRY DALAM KELUARGA MELALUI KONSELING RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR DENGAN TEKNIK REFRAMING PADA SISWA KELAS VII E DI MTs NU UNGARAN

MENGATASI SIBLING RIVALRY DALAM KELUARGA MELALUI KONSELING RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR DENGAN TEKNIK REFRAMING PADA SISWA KELAS VII E DI MTs NU UNGARAN MENGATASI SIBLING RIVALRY DALAM KELUARGA MELALUI KONSELING RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR DENGAN TEKNIK REFRAMING PADA SISWA KELAS VII E DI MTs NU UNGARAN Skripsi Disusun sebagai salah satu syarat penyelesaian

Lebih terperinci

Pengaruh Urutan Kelahiran pada Kecemasan Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi X Jakarta

Pengaruh Urutan Kelahiran pada Kecemasan Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi X Jakarta Pengaruh Urutan Kelahiran pada Kecemasan Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi X Jakarta Untung Subroto et al. Pengaruh Urutan Kelahiran pada Kecemasan Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi X Jakarta

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN KEJADIAN SIBLING RIVALRY PADA USIA BALITA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN KEJADIAN SIBLING RIVALRY PADA USIA BALITA HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN KEJADIAN SIBLING RIVALRY PADA USIA BALITA Dwi Purnamasari 1) Derison Marsinova Bakara 1) Yanti Sutriyanti 1) 1) Prodi Keperawatan Curup Poltekkes Kemenkes Bengkulu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sibling Rivalry pada remaja akhir. Persaingan antar saudara kandung oleh Amijoyo dalam Kamus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sibling Rivalry pada remaja akhir. Persaingan antar saudara kandung oleh Amijoyo dalam Kamus BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sibling Rivalry pada remaja akhir 1. Pengertian sibling rivalry pada remaja akhir Persaingan antar saudara kandung oleh Amijoyo dalam Kamus Indonesia-Inggris (2009) disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tujuan yang ingin dicapai oleh anak dapat terwujud. Motivasi anak dalam meraih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tujuan yang ingin dicapai oleh anak dapat terwujud. Motivasi anak dalam meraih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Motivasi anak dalam meraih prestasi di sekolah sangat penting, sehingga tujuan yang ingin dicapai oleh anak dapat terwujud. Motivasi anak dalam meraih prestasinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia dihadapkan dengan berbagai konteks komunikasi yang berbeda-beda. Salah satu konteks komunikasi yang paling sering dihadapi

Lebih terperinci

TERAPI PERILAKU UNTUK MENGURANGI PERILAKU SIBLING RIVALRY PADA ANAK. Oleh: Esty Aryani Safithry ABSTRAK

TERAPI PERILAKU UNTUK MENGURANGI PERILAKU SIBLING RIVALRY PADA ANAK. Oleh: Esty Aryani Safithry ABSTRAK TERAPI PERILAKU UNTUK MENGURANGI PERILAKU SIBLING RIVALRY PADA ANAK Oleh: Esty Aryani Safithry ABSTRAK Sibling rivalry terjadi jika anak merasa mulai kehilangan kasih sayang dari orang tua dan merasa bahwa

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah Persiapan penelitian ini dimulai dengan menentukan tempat yang digunakan untuk penelitian. Sebelum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung pendidikan sepanjang hayat adalah diakuinya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). PAUD adalah pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan suatu kelompok primer yang sangat erat. Yang dibentuk karena kebutuhan akan kasih sayang antara suami dan istri. (Khairuddin, 1985: 104).Secara historis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan kelompok yang sangat berpotensi untuk bertindak agresif. Remaja yang sedang berada dalam masa transisi yang banyak menimbulkan konflik, frustasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasangan (suami) dan menjalankan tanggungjawabnya seperti untuk melindungi,

BAB I PENDAHULUAN. pasangan (suami) dan menjalankan tanggungjawabnya seperti untuk melindungi, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perempuan single parent adalah perempuan yang telah bercerai dengan pasangan (suami) dan menjalankan tanggungjawabnya seperti untuk melindungi, membimbing, dan merawat

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal HARGA DIRI PADA WANITA DEWASA AWAL MENIKAH YANG BERSELINGKUH KARTIKA SARI Program Sarjana, Universitas Gunadarma Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran harga diri

Lebih terperinci

S A N T I E. P U R N A M A S A R I U M B Y

S A N T I E. P U R N A M A S A R I U M B Y PERKEMBANGAN SOSIAL : KELUARGA S A N T I E. P U R N A M A S A R I U M B Y PENGANTAR Keluarga adalah tempat dan sumber perkembangan sosial awal pada anak Apabila interaksi yang terjadi bersifat intens maka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Definisi Tentang Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu.

Lebih terperinci

5. PENUTUP. Universitas Indonesia

5. PENUTUP. Universitas Indonesia 126 5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Reaksi yang ditunjukkan oleh ketiga subjek ketika mengetahui anaknya mengalami tunaganda-netra adalah terkejut, sedih, dan marah. Ketiganya pun merasa bersalah terhadap ketunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. orangtua. Anak bukan hanya sekedar hadiah dari Allah SWT, anak adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. orangtua. Anak bukan hanya sekedar hadiah dari Allah SWT, anak adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu keluarga kehadiran anak adalah kebahagiaan tersendiri bagi orangtua. Anak bukan hanya sekedar hadiah dari Allah SWT, anak adalah amanah, titipan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress (santrock, 2007 : 200). Masa remaja adalah masa pergolakan yang dipenuhi oleh konflik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang masih lengkap keduanya sedangkan keluarga tidak utuh atau yang sering

BAB I PENDAHULUAN. yang masih lengkap keduanya sedangkan keluarga tidak utuh atau yang sering BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang, kehidupan dalam keluarga sangat penuh dengan variasi. Ada keluarga yang disebut dengan keluarga besar yang terdiri atas ayah, ibu, anak dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Ayah dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Ayah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Ayah dan ibu berperan sebagai orangtua bagi anak-anaknya. Namun, dalam kehidupan nyata sering dijumpai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Respon Penerimaan Anak 1. Pengertian Respon atau umpan balik adalah reaksi komunikan sebagai dampak atau pengaruh dari pesan yang disampaikan, baik secara langsung maupun tidak

Lebih terperinci

BAB III KONDISI PSIKIS DAN BEHAVIORAL REMAJA SULUNG DENGAN STATUS SEBAGAI ANAK SULUNG DALAM KELUARGA

BAB III KONDISI PSIKIS DAN BEHAVIORAL REMAJA SULUNG DENGAN STATUS SEBAGAI ANAK SULUNG DALAM KELUARGA BAB III KONDISI PSIKIS DAN BEHAVIORAL REMAJA SULUNG DENGAN STATUS SEBAGAI ANAK SULUNG DALAM KELUARGA A. Gambaran Subjek Penelitian 1. Responden DW DW merupakan anak perempuan sulung yang lahir di Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istri, dan juga anak serta terjadinya proses reproduksi. sebuah keruntuhan yang besar ketika hubungan antara saudara kandung tidak

BAB I PENDAHULUAN. istri, dan juga anak serta terjadinya proses reproduksi. sebuah keruntuhan yang besar ketika hubungan antara saudara kandung tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga adalah suatu kelompok kecil yang mempunyai hubungan darah atau pertalian antara satu sama lain dan tinggal bersama, yang terdiri dari suami, istri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang besar, dan masing-masing individu itu sendiri harus memulai dan mencoba

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang besar, dan masing-masing individu itu sendiri harus memulai dan mencoba 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemandirian merupakan sifat yang sejatinya dimiliki oleh setiap individu untuk melakukan berbagai kegiatan, mulai dari kegiatan kecil sampai kegiatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap manusia diciptakan secara berpasang-pasangan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap manusia diciptakan secara berpasang-pasangan. Hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap manusia diciptakan secara berpasang-pasangan. Hal ini di jelaskan dalam Al-Qur an : Kami telah menjadikan kalian berpasang-pasangan (QS.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri kehidupan. Komitmen laki-laki dan perempuan untuk menjalani sebagian kecil

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 12 BAB II LANDASAN TEORI A. Remaja 1. Pengertian Remaja Kata remaja berasal dari bahasa latin yaitu dari kata adolescence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa (Hurlock, 1980). Secara psikologis

Lebih terperinci

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application IJGC 4 (4) (2015) Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jbk UPAYA MENGATASI SIBLING RIVALRY MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK Eli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Fenomena orangtua tunggal beberapa dekade terakhir ini marak terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Fenomena orangtua tunggal beberapa dekade terakhir ini marak terjadi di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena orangtua tunggal beberapa dekade terakhir ini marak terjadi di berbagai Negara. Pada tahun 2005 di Inggris terdapat 1,9 juta orangtua tunggal dan 91% dari angka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menikah merupakan salah satu tujuan hidup bagi setiap orang. Usia dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal tersebut merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sepasang suami istri namun juga keinginan setiap anak di dunia ini, tidak seorang

BAB I PENDAHULUAN. sepasang suami istri namun juga keinginan setiap anak di dunia ini, tidak seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memiliki keluarga yang utuh dan bahagia tidak hanya menjadi impian sepasang suami istri namun juga keinginan setiap anak di dunia ini, tidak seorang anakpun menginginkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode untuk mendisiplinkan anak. Cara ini menjadi bagian penting karena terkadang menolak untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama seperti halnya tahap-tahap perkembangan pada periode sebelumnya, pada periode ini, individu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemandirian Anak TK 2.1.1 Pengertian Menurut Padiyana (2007) kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk berbuat bebas, melakukan sesuatu atas dorongan

Lebih terperinci

KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR

KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh: SITI SOLIKAH F100040107 Kepada FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

DEFENISI HOSPITALISASI Suatu keadaan sakit dan perlu dirawat di Rumah Sakit yang terjadi pada anak maupun keluarganya

DEFENISI HOSPITALISASI Suatu keadaan sakit dan perlu dirawat di Rumah Sakit yang terjadi pada anak maupun keluarganya KONSEP HOSPITALISASI PADA ANAK DEFENISI HOSPITALISASI Suatu keadaan sakit dan perlu dirawat di Rumah Sakit yang terjadi pada anak maupun keluarganya Hospitalisasi menimbulkan krisis O/K : Stress Keterbatasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Usia Prasekolah 1. Pengertian Anak prasekolah adalah mereka yang berusia antara tiga sampai enam tahun (Patmonodewo, 1995). Anak prasekolah adalah pribadi yang mempunyai

Lebih terperinci

Pengaruh Perceraian Pada Anak SERI BACAAN ORANG TUA

Pengaruh Perceraian Pada Anak SERI BACAAN ORANG TUA 35 SERI BACAAN ORANG TUA Pengaruh Perceraian Pada Anak Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seorang anak sejak lahir tentu sejatinya membutuhkan kasih sayang yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seorang anak sejak lahir tentu sejatinya membutuhkan kasih sayang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seorang anak sejak lahir tentu sejatinya membutuhkan kasih sayang yang diberikan oleh orang tua. Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu dan saudara kandung

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN REAKSI SIBLING RIVALRY PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN DI KELURAHAN TLOGOMAS, KECAMATAN LOWOKWARU, KOTA MALANG ABSTRAK

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN REAKSI SIBLING RIVALRY PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN DI KELURAHAN TLOGOMAS, KECAMATAN LOWOKWARU, KOTA MALANG ABSTRAK HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN REAKSI SIBLING RIVALRY PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN DI KELURAHAN TLOGOMAS, KECAMATAN LOWOKWARU, KOTA MALANG Vinsensia Kewa 1), Ni Luh Putu Eka Sudiwati 2), Vita Maryah Ardiyani

Lebih terperinci

#### Selamat Mengerjakan ####

#### Selamat Mengerjakan #### Apakah Anda Mahasiswa Fak. Psikolgi Unika? Ya / Bukan (Lingkari Salah Satu) Apakah Anda tinggal di rumah kos / kontrak? Ya / Tidak (Lingkari Salah Satu) Apakah saat ini Anda memiliki pacar? Ya / Tidak

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar anak tumbuh bersama dengan setidaknya satu saudara kandung (Volling dan Blandon, 2003). Keterikatan dengan saudara kandung, baik itu kakak maupun adik merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku, komunikasi dan interaksi sosial (Mardiyono, 2010). Autisme adalah

BAB I PENDAHULUAN. perilaku, komunikasi dan interaksi sosial (Mardiyono, 2010). Autisme adalah BAB I PENDAHULUAN Bab ini menggambarkan tentang latar belakang masalah, perumusan penelitian, tujuan umum dan tujuan khusus penelitian serta manfaat yang diperoleh dari penelitian ini. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

DAMPAK SIBLING RIVALRY (PERSAINGAN SAUDARA KANDUNG) PADA ANAK USIA DINI

DAMPAK SIBLING RIVALRY (PERSAINGAN SAUDARA KANDUNG) PADA ANAK USIA DINI DAMPAK SIBLING RIVALRY (PERSAINGAN SAUDARA KANDUNG) PADA ANAK USIA DINI SKRIPSI disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi oleh Ayu Citra Triana Putri 1550408066 JURUSAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG POLA ASUH DENGAN REAKSI SIBLING RIVALRY

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG POLA ASUH DENGAN REAKSI SIBLING RIVALRY HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG POLA ASUH DENGAN REAKSI SIBLING RIVALRY PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI KAMPUNG MEDE RT 006 RW 02 BEKASI TIMUR TAHUN 2012 JURNAL LINDA K TELAUMBANUA PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran

Lebih terperinci

PEDOMAN OBSERVASI FENOMENA KORBAN PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DALAM DUNIA PENDIIDKAN

PEDOMAN OBSERVASI FENOMENA KORBAN PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DALAM DUNIA PENDIIDKAN PEDOMAN OBSERVASI FENOMENA KORBAN PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DALAM DUNIA PENDIIDKAN 1. Kondisi dan kesan umum (ciri fisik). 2. Kondisi lingkungan rumah tempat tinggal dan lingkungan tetangga serta lingkungan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGI AGRESI ANAK YANG TINGGAL DALAM KELUARGA DENGAN KEKERASAN RUMAH TANGGA

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGI AGRESI ANAK YANG TINGGAL DALAM KELUARGA DENGAN KEKERASAN RUMAH TANGGA 1 UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGI AGRESI ANAK YANG TINGGAL DALAM KELUARGA DENGAN KEKERASAN RUMAH TANGGA Disusun Oleh : Nama : Lili Hartini NPM : 10502140 Jurusan : Psikologi Pembimbing : Siti

Lebih terperinci

BAB II IBU DAN ANAK. Pengertian keluarga berarti nuclear family yaitu yang terdiri dari ayah,

BAB II IBU DAN ANAK. Pengertian keluarga berarti nuclear family yaitu yang terdiri dari ayah, BAB II IBU DAN ANAK 2.1 Arti Ibu Pengertian keluarga berarti nuclear family yaitu yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Ayah dan ibu dalam melaksanakan tanggung jawab sebagai orang tua dan mampu memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan unit sosial terkecil di dalam lingkungan masyarakat. Bagi anak, keluarga merupakan tempat pertama mereka untuk berinteraksi. Keluarga yang

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI TWIBLING RIVALRY

NASKAH PUBLIKASI TWIBLING RIVALRY NASKAH PUBLIKASI TWIBLING RIVALRY Oleh : SELLY IKE WARDANI 03 320 079 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2009 2 NASKAH PUBLIKASI TWIBLING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia terlahir dalam keadaan yang lemah, untuk memenuhi kebutuhannya tentu saja manusia membutuhkan orang lain untuk membantunya, artinya ia akan tergantung

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH AUTHORITARIAN DAN KECERDASAN EMOSI DENGAN SIBLING RIVALRY PADA REMAJA AWAL

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH AUTHORITARIAN DAN KECERDASAN EMOSI DENGAN SIBLING RIVALRY PADA REMAJA AWAL HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH AUTHORITARIAN DAN KECERDASAN EMOSI DENGAN SIBLING RIVALRY PADA REMAJA AWAL Cucu Sopiah, M. Sih Setija Utami, M. Yang Roswita Magister Sains Psikologi Program Pasca Sarjana Universitas

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Selama rentang waktu kehidupannya, manusta mengalami perubahanperubahan

BABI PENDAHULUAN. Selama rentang waktu kehidupannya, manusta mengalami perubahanperubahan BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalab Selama rentang waktu kehidupannya, manusta mengalami perubahanperubahan seiring dengan pertambahan usia, baik secara fisik maupun psikologis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Anak usia 0-3 tahun merupakan masa untuk berkenalan dan belajar menghadapi rasa kecewa saat apa yang dikehendaki tidak dapat terpenuhi. Rasa kecewa, marah, sedih dan

Lebih terperinci

terlebih bagi seorang wanita, sebagian besar wanita menganggap pernikahan untuk melengkapi atau menyempurnakan hidup (Kartono,1992).

terlebih bagi seorang wanita, sebagian besar wanita menganggap pernikahan untuk melengkapi atau menyempurnakan hidup (Kartono,1992). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap pasangan yang menikah tentunya memiliki banyak impian dan harapan indah yang ingin dicapai melalui kebersamaan dalam ikatan tersebut, terlebih bagi seorang

Lebih terperinci

BIMBING SI KECIL UNGKAPKAN EMOSI

BIMBING SI KECIL UNGKAPKAN EMOSI BIMBING SI KECIL UNGKAPKAN EMOSI Di usia batita, anak sudah bisa dilatih memahami rasa takut, sedih, marah, cemburu, iri, gembira, dan sayang. Di usia batita, umumnya emosi anak menjadi sangat kuat. Biasanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini seringkali ditemukan seorang ibu yang menjadi orang tua

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini seringkali ditemukan seorang ibu yang menjadi orang tua 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini seringkali ditemukan seorang ibu yang menjadi orang tua tunggal dengan berbagai macam penyebab yang berbeda. Tidak ada ibu rumah tangga yang menginginkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala lain dari berbagai gangguan emosi.

BAB I PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala lain dari berbagai gangguan emosi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kecemasan merupakan reaksi normal terhadap situasi yang sangat menekan kehidupan seseorang. Kecemasan adalah sesuatu yang menimpa hampir setiap orang pada waktu tertentu

Lebih terperinci

LIFE HISTORY. Note : II (12-18 tahun) Nama : Tetni br Tarigan Usia : 16 tahun

LIFE HISTORY. Note : II (12-18 tahun) Nama : Tetni br Tarigan Usia : 16 tahun LIFE HISTORY Note : II (12-18 tahun) Nama : Tetni br Tarigan Usia : 16 tahun Tetni seorang anak perempuan berusia 16 tahun, yang tinggal dalam keluarga yang serba kekurangan. Ia, orang tuannya dan empat

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisa, maka dapat disimpulkan bahwa:

BAB V SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisa, maka dapat disimpulkan bahwa: BAB V SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisa, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dan agresi pada remaja (r=0,602

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada anak-anak sedini mungkin agar tidak menghambat tugas-tugas perkembangan anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada anak-anak sedini mungkin agar tidak menghambat tugas-tugas perkembangan anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemandirian merupakan salah satu aspek kepribadian manusia yang tidak dapat berdiri sendiri, artinya terkait dengan aspek kepribadian yang lain dan harus dilatihkan

Lebih terperinci