PENGKAYAAN MATERI GENETIK A JAVA LIGHT BREAKING COCOA MELALUI KEGIATAN SELEKSI DAN EKSPLORASI PADA POPULASI KAKAO EDEL DI WILAYAH JAWA TIMUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGKAYAAN MATERI GENETIK A JAVA LIGHT BREAKING COCOA MELALUI KEGIATAN SELEKSI DAN EKSPLORASI PADA POPULASI KAKAO EDEL DI WILAYAH JAWA TIMUR"

Transkripsi

1 PG-140 PENGKAYAAN MATERI GENETIK A JAVA LIGHT BREAKING COCOA MELALUI KEGIATAN SELEKSI DAN EKSPLORASI PADA POPULASI KAKAO EDEL DI WILAYAH JAWA TIMUR Indah Anita Sari, Agung Wahyu Susilo, dan Yusianto Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia Jl. PB. Sudirman No. 90, Jember Telepon (0331) indah.sari83@yahoo.com Disajikan Nop 2012 ABSTRAK Prioritas pemuliaan kakao edel terutama diarahkan guna mendapatkan klon-klon unggul yang mampu mendukung produksi A Java Light Breaking Cocoa yang sudah berhasil masuk segmen pasar spesialti. Klon-klon unggul baru kakao edel diharapkan memiliki sifat toleran terhadap penyakit VSD, memiliki warna daun kotil putih, ukuran biji besar, daya hasil tinggi dan stabil. Materi genetik atau plasma nutfah kakao edel yang saat ini keberadaannya tersebar di beberapa kebun di PTPN XII, Propinsi Jawa Timur merupakan materi dasar program pemuliaan tanaman dalam perakitan bahan tanam unggul kakao edel baru sehingga keberadaannya harus tetap dilestarikan. Kegiatan seleksi dilakukan pada populasi koleksi kakao edel di Kebun Penataran, PTPN XII dengan kriteria seleksi berdasarkan pada sifat toleransi terhadap penyakit VSD, tingkat warna biji segar, potensi dan mutu hasilnya. Evaluasi sifat ketahanan tanaman dilakukan dengan metode skoring dengan skala 0-6. Pengujian mutu fisik biji meliputi jumlah biji per buah, berat per biji kering, volume per biji, persentase biji berwarna putih dan kadar kulit biji. Analisis data menggunakan excell dan uji gerombol menggunakan program Statistica. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian koleksi kakao edel di PTPN XII mengalami penurunan akibat adanya serangan penyakit pembuluh kayu (VSD). Rerata skor VSD dari 40 aksesi adalah 2,17 dengan rentang antara 0,67-6. Hasil eksplorasi dan seleksi berdasarkan sifat ketahanan tanaman terhadap penyakit VSD menunjukkan bahwa terdapat tiga nomor punah VSD (PNT-11, PNT-24 dan PNT-33) dan tiga nomor bersifat toleran (PNT-16, PNT-37 dan PNT-38). Genotipe yang memiliki sifat toleran menunjukkan performa baik, sehat dan tidak berdampak pada penurunan produksi buah, sedangkan genotipe yang diduga rentan menunjukkan kondisii yang merana, pertumbuhan terganggu dan berdampak pada tidak munculnya bunga dan buah. PNT-16 selain memiliki sifat toleran juga memiliki potensi jumlah buah yang paling tinggi. Hasi seleksi awal berdasar sifat ketahanan tanaman terhadap VSD, potensi hasil dan mutu biji diperoleh sembilan genotipe yang menunjukkan sifat toleran, memiliki sifat potensi hasil dan mutu hasil baik yaitu PNT-8, PNT-12, PNT-16, PNT-17, PNT-18, PNT-30, PNT-37, PNT-38 dan PNT-39. Sedangkan evaluasi mutu hasil belum sepenuhnya dapat dilakukan karena masih menunggu kemasakan buah. Kata Kunci: Penyelamatan, A light java cocoa, seleksi, eksplorasi, genotipe harapan I. PENDAHULUAN Indonesia dikenal sebagai negara penghasil kakao edel (kakao mulia) yaitu A Java Light Breaking Cocoa yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi dibanding dengan kakao lindak. Peranan kakao edel cenderung semakin menurun, padahal peluang pasar kakao edel masih dapat diharapkan dengan terus merosotnya kemampuan produksi negara-negara pemasok utama kakao edel. Kebutuhan industri kakao edel memang hanya 10 persen, namun kebutuhan kakao edel dapat meningkat persen. Kebutuhan dunia akan kakao edel sampai saat ini baru dapat dipenuhi sebesar 30 persen. Adanya kelangkaan biji kakao edel menyebabkan harga di pasaran dunia meningkat karena secara ekonomi permintaan lebih tinggi dibandingkan dengan penawaran. Peluang pasar yang bagus ini dimanfaatkan oleh beberapa perkebunan besar untuk memulai kembali pertanaman kakao edel. Kendala yang dihadapi adalah adanya keterbatasan bahan tanam, sehingga kebutuhan bahan tanam unggul kakao edel yang memiliki produksi dan mutu biji tinggi khususnya komponen warna biji segar dan memiliki toleransi terhadap penyakit VSD (Vascular Streak Dieback) sangat diharapkan keberadaannya. Pengembangan tanaman kakao edel pada awalnya dilakukan oleh industri perkebunan khususnya di

2 PG-141 PTPN XII, Jawa Timur. Akan tetapi terjadi penurunan produksi akibat adanya keterbatasan bahan tanam. Luas areal kakao edel yang semula seluas hektar menurun menjadi hektar. Adanya pencemaran warna ungu pada biji kakao edel lebih dari 15% pada kakao mulia memberikan dampak pada penekanan harga. Dalam rangka peningkatan produksi dan kualitas kakao edel, maka klon unggul baru diharapkan memiliki sifat warna daun kotil putih, ukuran biji besar, kadar lemak tinggi, daya hasil tinggi dan stabil, memiliki citarasa yang baik serta memiliki sifat toleran terhadap penyakit VSD. Meskipun permintaan pasar dunia akan kakao edel sangat tinggi, namun produksi kakao edel masih sangat terbatas. Adanya jaminan bahan tanam unggul kakao edel diharapkan dapat mendorong kembali industri perkebunan penghasil kakao edel untuk membangun pertanaman A Java Light Breaking Cocoa yang selama ini semakin menurun. Produktivitas dan kualitas yang baik dari bahan tanam yang dihasilkan pada riset ini akan memberikan dampak positif terhadap produksi kakao edel dan juga akan memberikan kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan kakao edel di pasar dunia. Keuntungan dan kesempatan yang bagus dapat dimanfaatkan oleh industri perkebunan kakao edel terutama di PTPN XII yang selama ini dikenal sebagai pemasok kakao edel di pasaran dunia. Keberadaan bahan tanam unggul kakao edel akan berdampak pada peningkatan produksi kakao edel di Indonesia yang secara otomatis akan mempengaruhi perekonomian kakao edel secara internasional yang sampai saat ini baru dapat dipenuhi sebesar 30%. Citra kakao Indonesia sebagai penghasil A Java Light Breaking Cocoa pun akan kembali berkibar di pasar internasional. Hasil perhitungan menggunakan asumsiasumsi menunjukkan bahwa kakao edel memberikan angka B/C rasio 1,47, dengan nilai tambah Rp per kg biji kakao kering ( dengan asumsi harga kakao edel Rp per kg, harga kakao bulk/lindak Rp per kg). Dengan adanya peningkatan harga yang cukup signifikan ini maka akan sangat menguntungkan pada idustri perkebunan kakao edel dan juga dengan peningkatan nilai ekspor akan meningkatkan devisa bagi negara. Begitu juga dengan masyarakat sebagai pengguna bahan tanam unggul kakao edel akan mendapatkan keuntungan baik dari segi kepastian bahan tanam maupun dari segi ekonomi yaitu peningkatan pendapatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelamatkan koleksi kakao edel yang tersebar di wilayah Jawa Timur dan mendapatkan klon unggul harapan kakao edel yang memiliki produksi tinggi, mutu biji baik, tingkat light breaking tinggi, cita rasa baik dan toleran terhadap penyakit VSD melalui eksplorasi dan seleksi beberapa aksesi kakao edel di wilayah Jawa Timur. Sasaran dari riset yang dilakukan adalah terciptanya bahan tanam kakao edel yang unggul akan mampu meningkatkan produksi A Java Light Breaking Cocoa dan dapat memberikan pasokan bagi kebutuhan kakao edel di pasar internasional yang sampai saat ini baru dapat dipenuhi sebesar 30 persen. II. METODOLOGI Kegiatan seleksi dan eksplorasi dilakukan di kebun Penataran, PTPN XII di lokasi koleksi kakao edel hasil peremajaan tanaman tahun Seleksi dan eksplorasi dilakukan berdasarkan pada tiga kriteria meliputi sifat ketahanan tanaman terhadap penyakit pembuluh kayu (VSD), potensi hasil dan mutu bijinya. A. Evaluasi sifat ketahanan tanaman terhadap penyakit pembuluh kayu (VSD) Evaluasi sifat ketahanan tanaman terhadap penyakit pembuluh kayu (VSD) dilakukan dengan melakukan skoring pada setiap nomor koleksi dan setiap individu tanaman. Skoring dilakukan selama tiga kali yaitu pada bulan ke-3, bulan ke-6 dan bulan ke-9. Metode skoring dilakukan menurut Susilo et al. (2010). B. Evaluasi sifat potensi hasil Evaluasi potensi daya hasil dilakukan pada karakter jumlah dan ukuran buah. Potensi jumlah buah diamati pada setiap individu tanaman pada setiap nomor koleksi. Jumlah buah yang diamati meliputi jumlah buah kecil (ukuran <5 cm), sedang ( ukuran 5-10 cm) dan besar ( ukuran >10 cm). Buah yang sudah diamati diberi tanda dengan cat sebagai indikator bahwa buah tersebut sudah diamati sebelumnya. Tanda atau cat berfungsi untuk mengantisipasi adanya pengulangan pengamatan pada periode berikutnya. Karakter ukuran buah dilakukan pada ukuran berat, panjang dan lilit buah. C. Evaluasi sifat potensi mutu biji Evaluasi mutu biji yang dilakukan adalah mutu biji fisik meliputi warna biji, jumlah biji baik per buah, jumlah biji kepeng per buah, volume per biji, berat per biji kering (baik dan kepeng), dan kadar kulit biji. Biji yang diamati adalah biji hasil fermentasi selama 3-4 hari. Karakter biji kering merupakan biji yang sudah di oven selama 24 jam dengan suhu 80 CṖengamatan warna biji dilakukan secara manual dengan menghitung persentase warna biji putih per buah pada setiap nomor koleksi. Analisis warna biji dilakukan dengan membelah biji satu per satu dan mengelompokkan bijibiji tersebut berdasarkan pada kelompok warna yaitu putih, keunguan dan ungu gelap. D. Analisis data Analisis data dilakukan dengan menggunakan program excel dan analisis gerombol menggunakan program statistica. Evaluasi dilakukan berdasarkan pada sifat ketahanan tanaman terhadap penyakit VSD dan potensi hasil serta mutu bijinya.

3 PG-142 III. HASIL DAN PEMBAHASAN Upaya penyelamatan A Java Light Breaking Cocoa dilakukan melalui kegiatan eksplorasi dan seleksi pada koleksi tanaman kakao edel hasil duplikasi tanaman tahun tanam Kondisi tanaman sebagian rusak bahkan beberapa nomor koleksi punah akibat adanya serangan penyakit pembuluh kayu (VSD). Kegiatan identifikasi dan karakterisasi koleksi kakao edel di Kebun Penataran, PTPN XII yang berjumlah 40 nomor koleksi menunjukkan keragaan yang berbeda pada karakter pertumbuhan, respons ketahanan terhadap penyakit pembuluh kayu (VSD), potensi hasil dan potensi mutu bijinya. Adanya keragaman karakter tersebut dimanfaatkan dalam pelaksanaan eksplorasi dan seleksi guna mendapatkan genotipe harapan kakao edel yang memiliki sifat yang dinginkan antara lain memiliki sifat ketahanan terhadap penyakit VSD, memiliki keragaan pertumbuhan baik, potensi produksi tinggi, persentase warna biji putih tinggi,dan mutu biji yang baik. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa terdapat perbedaan respons setiap nomor koleksi terhadap penyakit VSD. Tingkat kerusakan akibat penyakit ini dapat menyebabkan tanaman merana, penurunan produksi bahkan mati. Adanya perbedaan respons mengindikasikan bahwa masing-masing nomor koleksi memiliki sifat toleransi yang berbeda dan perbedaan ini menunjukkan adanya perbedaan sifat ketahanan antar genotipe. Genotipe yang memiliki sifat toleran menunjukkan performa baik, sehat dan tidak berdampak pada penurunan produksi buah. Berbeda dengan genotipe yang diduga rentan menunjukkan kondisi yang merana, pertumbuhan terganggu dan berdampak pada tidak munculnya bunga dan buah. Tingkat ketahanan tanaman terhadap VSD ditunjukkan dengan nilai skoring VSD. Hasil skoring pada 40 nomor koleksi diperoleh rerata skor VSD 2,17 dengan kisaran 0,67-6,00. Nilai skor VSD pada 40 nomor koleksi kakao edel di kebun Penataran, PTPN XII (Gambar 1). Adanya perbedaan respons ketahanan tanaman terhadap penyakit VSD pada nomor-nomor koleksi dijadikan salah satu kriteria dalam kegiatan seleksi tanaman kakao edel di kebun PTPN XII. Koleksi dengan kode PNT 11, PNT 24 dan PNT 33 memiliki skor 6 yang berarti tanaman mati (punah). Menurut Wardojo (1992) cit. Susilo dan Suhendi (2001), serangan VSD dapat menyebabkan kematian tanaman yang rentan, baik pada fase pembibitan maupun pada pertanaman di lapang. Demikian pula bila serangan terjadi pada pertanaman dewasa di lapang yang rentan dapat juga menyebabkan kematian tanaman. Hasil seleksi awal terhadap respons ketahanan penyakit VSD pada 40 nomor koleksi di kebun Penataran diperoleh tiga nomor yang memiliki sifat lebih toleran yaitu PNT- GAMBAR 1: Nilai skor VSD pada 40 nomor koleksi kakao edel di Kebun Penataran PTPN XII Nilai skor (Score): 0 = sehat (healthy); 6= mati (dead) 16, PNT-37 dan PNT-38. Evaluasi potensi jumlah buah dilakukan pada 37 nomor koleksi kakao edel yang masih hidup. Rerata jumlah buah pada masing-masing nomor koleksi ditunjukkan pada GAMBAR 2. GAMBAR 2: Rerata Jumlah Buah 40 Koleksi Kakao Edel pada Semester Pertama Potensi jumlah buah merupakan salah satu indikator yang menunjukkan potensi daya hasil tanaman. Kode koleksi PNT-16 memiliki potensi jumlah buah yang paling tinggi dibanding dengan koleksi yang lain. Sedangkan beberapa koleksi tidak menunjukkan adanya buah pada semester pertama karena adanya serangan penyakit VSD yang cukup tinggi. Tingginya jumlah buah didukung oleh adanya pembentukan daun (flush) yang merangsang adanya pertumbuhan bunga dan buah. Evaluasi mutu biji baru dapat dilakukan pada 14 nomor koleksi. Hal ini berkaitan dengan kemampuan tanaman dalam menghasilkan buah. Semua koleksi memiliki ukuran panjang cenderung mendekati klon DR 2, kecuali PNT-20. Data awal hasil pengamatan komponen mutu pada 14 nomor koleksi kakao edel di PTPN XII dapat dilihat pada TABEL 1. Hasil evaluasi mutu biji menunjukkan bahwa PNT- 31 memiliki jumlah biji kepeng per buah paling tinggi.

4 PG-143 TABEL 1: Karakter Mutu Biji pada Beberapa Koleksi Kakao Edel di Kebun PTPN XII Tingginya biji kepeng mengindikasikan bahwa semakin banyak biji yang tidak terbuahi secara sempurna. Biji yang tidak tersebuki sempurna akan menyebabkan biji tidak berisi atau kepeng. Jumlah biji pada beberapa nomor koleksi yang diamati menunjukkan lebih rendah dibandingkan dengan klon pembanding (DR 2 dan DRC 16), kecuali PNT-16, PNT-42 dan PNT-1K. Sedangkan karakter berat per biji kering dari nomor koleksi yang telah diamati menunjukkan berat lebih dari satu gram kecuali PNT-14, PNT-16 dan PNT-3K. Karakter warna biji segar merupakan salah satu parameter penting dalam perdagangan kakao edel. Tingkat kecerahan atau warna putih pada 14 nomor yang telah diamati secara manual menunjukkan tingkat warna putih yang relatif tinggi dibanding dengan klon pembanding DR2, kecuali koleksi PNT-16 yang memiliki persentase warna biji putih dibawah 85%.Ekspresi warna biji pada kakao mulia sangat ditentukan oleh genetik dan lingkungan. Pengaruh lingkungan dapat terjadi dengan adanya pencemaran pollen yang menyerbuki yang kemudian disebut sebagai efek xenia (Anita-Sari, 2011). Sedangkan dari aspek genetik merupakan kemampuan atau potensi dari masing-masing genotipe dalam menghasilkan warna biji. Menurut Chatt (1955) cit. Iswanto dan Winarno (1997), bahwa potensi genetik warna biji segar kakao bervariasi dari putih (kakao mulia) hingga ungu tua (kakao lindak) dan potensi derajat warna biji setiap genotipe akan berbeda. Menurut Jalil & Ismail (2008), warna ungu dan keunguan pada biji kakao merupakan akibat dari perubahan secara kompleks antara catechin dan tannin. Cakiner et al. (2005) menyebutkan bahwa antosianin merupakan bagian dari warna merah dan ungu, sedangkan pro anthosianin terjadi pada kulit biji dan berhubungan dengan warna hitam, merah, cokelat. Tingkat antosianin pada biji kakao segar tersebut berhubungan dengan tingkat flavanol. Hasil analisis kimia menunjukkan bahwa biji berwarna ungu memiliki tingkat antosianin lebih tinggi dibandingkan dengan biji berwarna putih. Antosianin merupakan komponen kimiawi pada warna biji kakao (Ziegledr & Brehl, 1988 cit. Cakiner et al., 2005), dihasilkan pada bagian metabolisme (Stafford, 1990 cit. Cakiner et al., 2005) dan regulasi di dalam biji merupakan indikasi potensial flavanol yang mempengaruhi kualitas biji kakao. Perbedaan flavanol ini merupakan parameter penting dalam pelaksanaan seleksi dan pemuliaan kakao. Perbedaan karakter warna biji dipengaruhi oleh prekusor pembentuk komponen warna antara lain flavonoids yang masuk dalam kelompok polifenol (Anonim, 2009). Adanya perbedaan tingkat warna mempengaruhi kandungan polifenol yang dimungkinkan akan menyebabkan perbedaan flavour dari masingmasing genotipe. Menurut Elwers et al. ( 2009), rasa pahit dan sepat sebagai akibat dari perbedaan kandungan polifenol. Oleh karena itu seleksi atas dasar tingkat warna sangat perlu dilakukan dengan pertimbangan warna biji pada kakao mulia merupakan salah satu standar mutu yang dipakai dalam perdagangan dan berpengaruh terhadap flavour yang dihasilkan. Hasil evaluasi terhadap 40 nomor koleksi terdapat sembilan nomor yang diduga memiliki potensi hasil tinggi dan toleran terhadap penyakit VSD yaitu PNT- 8, PNT-12, PNT-16, PNT-17, PNT-18, PNT-30, PNT-37, PNT-38 dan PNT-39

5 PG-144 IV. KESIMPULAN 1. Sebagian koleksi kakao edel di PTPN XII mengalami penurunan akibat adanya serangan penyakit pembuluh kayu (VSD) dengan rerata skor VSD dari 40 aksesi adalah 2,17 dengan rentang antara 0, Hasil eksplorasi dan seleksi berdasarkan sifat ketahanan tanaman terhadap penyakit VSD menunjukkan bahwa terdapat tiga nomor punah VSD (PNT-11, PNT-24 dan PNT-33) dan tiga nomor bersifat toleran (PNT-16, PNT-37 dan PNT-38. Genotipe yang memiliki sifat toleran menunjukkan performa baik, sehat dan tidak berdampak pada penurunan produksi buah, sedangkan genotipe yang diduga rentan menunjukkan kondisii yang merana, pertumbuhan terganggu dan berdampak pada tidak munculnya bunga dan buah. 3. Hasil seleksi awal berdasar sifat ketahanan tanaman terhadap VSD, potensi hasil dan mutu biji diperoleh sembilan genotipe yang menunjukkan sifat toleran, memiliki sifat potensi hasil dan mutu hasil baik yaitu PNT-8, PNT-12, PNT-16, PNT- 17, PNT-18, PNT-30, PNT-37, PNT-38 dan PNT- 39. Sedangkan evaluasi mutu hasil belum sepenuhnya dapat dilakukan karena masih menunggu kemasakan buah. DAFTAR PUSTAKA [1] Anita-Sari, I dan A.W. Susilo, 2011, Indikasi efek xenia pada kakao (Theobroma cacao L.), Pelita Perkebunan, 27(1): [2] Anonim, (2009), DeZaan: Cocoa and Chocolate Manual, Archer Daniels Midland Company, 167p. [3] Cakiner, M.S., G. R. Ziegler, & M.Y. Guiltinan, (2005), Seed color as an indicator of flavanol content in Theobroma cacao L., University Park. 27p. [4] Elwers, S., A. Zambrano, C. Rohsius, & R. Lieberei, Differences between the content of phenolic compounds in Criollo,Forastero and Trinitario cocoa seed (Theobroma cacao L.), (2009), Eur Food Res Technol, 229, [5] Halimah & Sri Sukamto, 2006, Sejarah dan Perkembangan Penyakit Vascular Streak Dieback di Indonesia, Warta 22(3) : [6] Iswanto, A. dan H. Winarno, 1993, Usaha Mempertahanankan Keunggulan Kakao Mulia melalui Pemanfaatan Bahan Tanaman, Prosiding Lokakarya Kakao Mulia, Jember, 21 September: [7] Iswanto,A.; H. Winarno & Rubiyo, (1993), Panduan Praktis, Diskripsi klon-klon kakao mulia DR 1, DR 2, DR 38 dan DRC 16, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, [8] Iswanto, A., 1999, Perbedaan Produksi dan Karakter Biji Antara Hibrida Kakao F1, Klonal F1, dan Keturunan F2, Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, 15(2): [9] Jalil, A.M.M. & A. Ismail, (2008), Polyphenols in cocoa and cocoa product: is there a link between antioxidant properties and health. Molecules, 13, [10] Mawardi. S., 1982, : Tujuh Puluh Tahun Pemuliaan Tanaman Cokelat di Indonesia, Menara Perkebunan 50(1): [11] Keane, P.J., 2000, An Overview of The Pest and Disease Problems of Cocoa, In: Selection for Resistance and Quality in Cocoa in Indonesia. ACIAR Project. I [12] Lambert, S., 2002, Trends in World Cocoa Production-Consumption, Price and Threat, In: Selection for Resistance and Quality in Cocoa in Indonesia, [13] Pawirosoemardjo, S. & A. Purwantara, 1992, Occurance and Control of VSD in Java and Soth East Sulawesi. P In: Cocoa Pest and Management in South East Asia and Australi [14] Prawoto, A.A., (2008). Perbanyakan Tanaman, Kakao: Manajemen Agrobisnis dari Hulu hingga Hilir, Swadaya. Jakarta [15] Saleh. A., 1991, Pengujian Ketahanan Klon dan Hibrida Tanaman Kakao Tahan VSD, Konp. Nas. Kakao, [16] Suhendi, D. & H. Winarno, (1996), Penampilan sifat biji putih pada persilangan beberapa klon Kakao Mulia, Prosd. Simposium Pemuliaan Tanaman, Mei 1996, [17] Suhendi, D., 2006, Partisipasi Pekebun Dalam Kegiatan Pemuliaan Tanaman untuk Memperoleh Bahan Tanam Unggul Kakao, Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao 22(2): [18] Susilo, A.W. dan D. Suhendi, 2001, Respons Beberapa Populasi Hibrida F1 Kakao terhadap Penyakit VSD, Prosiding Konggres Nasional PFI XVI Bogor (22-24 Agustus). [19] Susilo, A.W., D. Suhendi., S. Mawardi, 2001, Daya Gabung Sifat Ketahanan Terhadap Penyakit Vascular Streak Dieback Beberapa Klon Kakao, Pelita Perkebunan 17(3):

Metode Penentuan Warna Biji dalam Seleksi Klon Unggul Kakao Mulia. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118

Metode Penentuan Warna Biji dalam Seleksi Klon Unggul Kakao Mulia. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Metode Penentuan Warna Biji dalam Seleksi Klon Unggul Kakao Mulia Indah Anita-Sari 1), Agung Wahyu Susilo 1), dan Yusianto 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118

Lebih terperinci

Karakterisasi dan penentuan warna biji pada beberapa genotipe kakao mulia (Theobroma cacao L.) sebagai kriteria seleksi

Karakterisasi dan penentuan warna biji pada beberapa genotipe kakao mulia (Theobroma cacao L.) sebagai kriteria seleksi Pelita Perkebunan 28 (3) 2012, 136-144 Anita-Sari et al. Karakterisasi dan penentuan warna biji pada beberapa genotipe kakao mulia (Theobroma cacao L.) sebagai kriteria seleksi Characterization and determination

Lebih terperinci

Penemuan Klon Kakao Tahan Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) di Indonesia. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118

Penemuan Klon Kakao Tahan Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) di Indonesia. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Penemuan Klon Kakao Tahan Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) di Indonesia Agung Wahyu Susilo 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Keberadaan hama penggerek buah

Lebih terperinci

Ketersediaan klon kakao tahan VSD

Ketersediaan klon kakao tahan VSD Alternatif Pengendalian Penyakit VSD (vascular-streak dieback) Melalui Penggantian Tajuk Tanaman Teguh Iman Santoso 1), Sudarsianto 1), dan A. Adi Prawoto 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia,

Lebih terperinci

INOVASI TEKNOLOGI PERAKITAN BAHAN TANAM KAKAO UNGGUL DI INDONESIA

INOVASI TEKNOLOGI PERAKITAN BAHAN TANAM KAKAO UNGGUL DI INDONESIA INOVASI TEKNOLOGI PERAKITAN BAHAN TANAM KAKAO UNGGUL DI INDONESIA Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peran penting dalam perekonomian Indonesia. Sekitar

Lebih terperinci

BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO

BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO PENGENALAN DAN PENCANDERAAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO Hendro Winarno PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA Jl. PB. Sudirman 90 Jember, Telp: (0331) 757130,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kakao merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang telah lama dikembangkan baik oleh masyarakat maupun lahan perkebunan yang dikelola oleh pemerintah. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 212/Kpts/SR.120/5/2005 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 212/Kpts/SR.120/5/2005 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 212/Kpts/SR.120/5/2005 TENTANG PELEPASAN VARIETAS KAKAO KLON KW 118 SEBAGAI VARIETAS /KLON UNGGUL DENGAN NAMA ICCRI 01 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

Keragaan Beberapa Genotipe Harapan Kakao Mulia Hasil Seleksi di Kebun Penataran, Jawa Timur

Keragaan Beberapa Genotipe Harapan Kakao Mulia Hasil Seleksi di Kebun Penataran, Jawa Timur Pelita Perkebunan 30(2) 2014, 81 91 Keragaan beberapa genotipe harapan kakao mulia hasil seleksi di Jawa Timur Keragaan Beberapa Genotipe Harapan Kakao Mulia Hasil Seleksi di Kebun Penataran, Jawa Timur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cokelat berasal dari hutan di Amerika Serikat. Jenis tanaman kakao ada berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cokelat berasal dari hutan di Amerika Serikat. Jenis tanaman kakao ada berbagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jenis-Jenis Kakao Tanaman kakao (Theobroma cacao, L) atau lebih dikenal dengan nama cokelat berasal dari hutan di Amerika Serikat. Jenis tanaman kakao ada berbagai macam tetapi

Lebih terperinci

PENYAKIT VASCULAR STREAK DIEBACK (VSD) PADA TANAMAN KAKAO (THEOBROMA CACAO L) DAN. Oleh Administrator Kamis, 09 Februari :51

PENYAKIT VASCULAR STREAK DIEBACK (VSD) PADA TANAMAN KAKAO (THEOBROMA CACAO L) DAN. Oleh Administrator Kamis, 09 Februari :51 Kakao (Theobroma cacao L) merupakan satu-satunya diantara 22 spesies yang masuk marga Theobroma, Suku sterculiacecae yang diusahakan secara komersial. Kakao merupakan tanaman tahunan yang memerlukan lingkungan

Lebih terperinci

MUTU BIJI KAKAO HASIL SAMBUNG SAMPING ABSTRAK

MUTU BIJI KAKAO HASIL SAMBUNG SAMPING ABSTRAK Media Litbang Sulteng III (2) : 112 118, September 21 ISSN : 1979-5971 MUTU BIJI KAKAO HASIL SAMBUNG SAMPING Oleh: Zainuddin Basri ABSTRAK Rehabilitasi tanaman kakao melalui sambung samping selain bertujuan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 529/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 529/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 529/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN VARIETAS KAKAO KLON KW 48 SEBAGAI VARIETAS/KLON UNGGUL DENGAN NAMA ICCRI 04 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

Komasti, Varietas Komposit Kopi Arabika Tahan Penyakit Karat Daun. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118

Komasti, Varietas Komposit Kopi Arabika Tahan Penyakit Karat Daun. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Komasti, Varietas Komposit Kopi Arabika Tahan Penyakit Karat Daun Retno Hulupi1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Serangan penyakit karat daun masih menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia menjadi produsen kakao terbesar ke-2 di dunia dengan produksi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia menjadi produsen kakao terbesar ke-2 di dunia dengan produksi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang berperan penting dalam perekonomian Indonesia. Pada tahun 2010 Indonesia menjadi produsen

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR UMUM BUDIDAYA PERTANIAN. PEMULIAAN KETAHANAN KAKAO (Theobroma cocoa L.) TERHADAP SERANGAN PENYAKIT VASCULAR STREAK DIEBACK

MAKALAH SEMINAR UMUM BUDIDAYA PERTANIAN. PEMULIAAN KETAHANAN KAKAO (Theobroma cocoa L.) TERHADAP SERANGAN PENYAKIT VASCULAR STREAK DIEBACK MAKALAH SEMINAR UMUM BUDIDAYA PERTANIAN PEMULIAAN KETAHANAN KAKAO (Theobroma cocoa L.) TERHADAP SERANGAN PENYAKIT VASCULAR STREAK DIEBACK Disusun oleh : Nama : Poppy Arisandy NIM : 10/300129/PN/11973 Program

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kualitatif Karakter kualitatif yang diamati pada penelitian ini adalah warna petiol dan penampilan daun. Kedua karakter ini merupakan karakter yang secara kualitatif berbeda

Lebih terperinci

Hubungan Antara Karakteristik Pertunasan dengan Ketahanan Kakao (Theobroma Cacao L.) Terhadap Penyakit Pembuluh Kayu

Hubungan Antara Karakteristik Pertunasan dengan Ketahanan Kakao (Theobroma Cacao L.) Terhadap Penyakit Pembuluh Kayu Pelita Perkebunan 30(3) 2014, 181 189 Hubungan antara karakteristik pertunasan dengan ketahanan kakao terhadap penyakit pembuluh kayu Hubungan Antara Karakteristik Pertunasan dengan Ketahanan Kakao (Theobroma

Lebih terperinci

Menimbang Indeks Luas Daun Sebagai Variabel Penting Pertumbuhan Tanaman Kakao. Fakhrusy Zakariyya 1)

Menimbang Indeks Luas Daun Sebagai Variabel Penting Pertumbuhan Tanaman Kakao. Fakhrusy Zakariyya 1) Menimbang Indeks Luas Daun Sebagai Variabel Penting Pertumbuhan Tanaman Kakao Fakhrusy Zakariyya 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB Sudirman 90 Jember 68118 Daun merupakan salah satu

Lebih terperinci

Perbanyakan In-Vitro Klon-Klon Unggul Lokal Kopi Bengkulu. Reny Fauziah Oetami 1)

Perbanyakan In-Vitro Klon-Klon Unggul Lokal Kopi Bengkulu. Reny Fauziah Oetami 1) Perbanyakan In-Vitro Klon-Klon Unggul Lokal Kopi Bengkulu Reny Fauziah Oetami 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Sebagai salah satu daerah penghasil kopi

Lebih terperinci

TEKNOLOGI SAMBUNG SAMPING UNTUK REHABILITASI TANAMAN KAKAO DEWASA. Oleh: Irwanto BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI I. PENDAHULUAN

TEKNOLOGI SAMBUNG SAMPING UNTUK REHABILITASI TANAMAN KAKAO DEWASA. Oleh: Irwanto BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI I. PENDAHULUAN TEKNOLOGI SAMBUNG SAMPING UNTUK REHABILITASI TANAMAN KAKAO DEWASA Oleh: Irwanto BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanaman kakao lindak di Indonesia hampir seluruhnya menggunakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Salah satu keunikan dan keunggulan makanan dari bahan cokelat karena kandungan

PENDAHULUAN. Salah satu keunikan dan keunggulan makanan dari bahan cokelat karena kandungan PENDAHULUAN Latar Belakang Pada abad modern hampir semua orang mengenal cokelat, merupakan bahan makanan yang banyak digemari masyarakat, terutama bagi anak-anak dan remaja. Salah satu keunikan dan keunggulan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Anonim Pedoman Teknologi Kakao. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Jember.

DAFTAR PUSTAKA. Anonim Pedoman Teknologi Kakao. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Jember. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1995. Pedoman Teknologi Kakao. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Anonim. 2002a. Rekayasa Alat dan Mesin Pemasta Coklat Sebagai Upaya Diversifikasi Produk Kakao. Laporan Penelitian

Lebih terperinci

Lampiran 3. Pengawasan proses dan kontrol mutu pada pengolahan biji kakao.

Lampiran 3. Pengawasan proses dan kontrol mutu pada pengolahan biji kakao. Lampiran 3. Pengawasan proses dan kontrol mutu pada pengolahan biji kakao. Tabel 33. Pengawasan proses dan kontrol mutu pengolahan biji kakao Tahapan proses Proses kontrol Nilai Kontrol mutu Bahan baku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman karet (Hevea brasilensis Muell) adalah komoditas utama dalam bidang perkebunan yang merupakan produksi non migas dan menjadi sumber devisa negara yang cukup

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN UMUM

BAB VII PEMBAHASAN UMUM BAB VII PEMBAHASAN UMUM Kajian tentang potensi jarak pagar sebagai penghasil bahan bakar nabati telah banyak dilakukan. Sebagai penghasil bahan bakar nabati, secara teknis banyak nilai positif yang dimiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka, di mana lalu

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2004 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2004 TENTANG PENAMAAN, PENDAFTARAN DAN PENGGUNAAN VARIETAS ASAL UNTUK PEMBUATAN VARIETAS TURUNAN ESENSIAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

Dairi merupakan salah satu daerah

Dairi merupakan salah satu daerah Produksi Kopi Sidikalang di Sumatera Utara Novie Pranata Erdiansyah 1), Djoko Soemarno 1), dan Surip Mawardi 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118. Kopi Sidikalang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelapa sawit dan karet dan berperan dalam mendorong pengembangan. wilayah serta pengembangan agroindustry.

BAB I PENDAHULUAN. kelapa sawit dan karet dan berperan dalam mendorong pengembangan. wilayah serta pengembangan agroindustry. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kakao merupakan salah satu hasil perkebunan Indonesia yang cukup potensial. Di tingkat dunia, kakao Indonesia menempati posisi ketiga setelah Pantai Gading dan Ghana.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Cock (1985), ubikayu merupakan salah satu tanaman penghasil

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Cock (1985), ubikayu merupakan salah satu tanaman penghasil PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut Cock (1985), ubikayu merupakan salah satu tanaman penghasil kalori penting di daerah tropik. Tanaman ubikayu ini dapat membentuk karbohidrat dengan efisien. Dalam Widodo

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) GALUNGGUNG SUPER

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) GALUNGGUNG SUPER KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) GALUNGGUNG SUPER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN

Lebih terperinci

PENENTUAN KONDISI PENGEMPAAN LEMAK KAKAO (Cocoa Butter) SECARA MEKANIK

PENENTUAN KONDISI PENGEMPAAN LEMAK KAKAO (Cocoa Butter) SECARA MEKANIK PENENTUAN KONDISI PENGEMPAAN LEMAK KAKAO (Cocoa Butter) SECARA MEKANIK Oleh : AGUNG SETIAWAN F14102082 2007 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR AGUNG SETIAWAN. F14102082. Penentuan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jarak pagar (Jatropha curcas L.) merupakan tanaman asli dari daerah tropis Amerika yang termasuk ke dalam famili Euphorbiaceae (Heller 1996). Di Indonesia, jarak pagar dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. karet dunia dengan mengungguli hasil dari negara-negara lain dan negara asal

I. PENDAHULUAN. karet dunia dengan mengungguli hasil dari negara-negara lain dan negara asal I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karet alam merupakan salah satu komoditas pertanian yang penting untuk Indonesia dan lingkup internasional. Di Indonesia karet merupakan salah satu hasil pertanian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman kakao (Theobroma cacao. l) merupakan salah satu komoditas

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman kakao (Theobroma cacao. l) merupakan salah satu komoditas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman kakao (Theobroma cacao. l) merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan Indonesia yang memiliki peran penting dalam perekonomian nasional. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAHAN TANAMAN UNGGUL MENDUKUNG BIOINDUSTRI KAKAO

BAHAN TANAMAN UNGGUL MENDUKUNG BIOINDUSTRI KAKAO BAHAN TANAMAN UNGGUL MENDUKUNG BIOINDUSTRI KAKAO SUPERIOR PLANTING MATERIALS TO SUPPORT CACAO BIOINDUSTRY Rudi T. Setiyono BALAI PENELITIAN TANAMAN INDUSTRI DAN PENYEGAR Jalan Raya Pakuwon Km 2 Parungkuda,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia Luas lahan robusta sampai tahun 2006 (data sementara) sekitar 1.161.739 hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.874

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk peningkatan devisa Indonesia. Indonesia adalah salah satu negara dari Asia

I. PENDAHULUAN. untuk peningkatan devisa Indonesia. Indonesia adalah salah satu negara dari Asia 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kakao merupakan salah satu komoditas ekspor yang dapat memberikan kontribusi untuk peningkatan devisa Indonesia. Indonesia adalah salah satu negara dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam menyumbangkan pendapatan

Lebih terperinci

ABSTRAK II. TINJAUAN PUSTAKA I. PENDAHULUAN

ABSTRAK II. TINJAUAN PUSTAKA I. PENDAHULUAN HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KEKERASAN DAN WAKTU PEMECAHAN DAGING BUAH KAKAO (THEOBROMA CACAO L) 1) MUH. IKHSAN (G 411 9 272) 2) JUNAEDI MUHIDONG dan OLLY SANNY HUTABARAT 3) ABSTRAK Permasalahan kakao Indonesia

Lebih terperinci

Disusun oleh A. Rahman, A. Purwanti, A. W. Ritonga, B. D. Puspita, R. K. Dewi, R. Ernawan i., Y. Sari BAB 1 PENDAHULUAN

Disusun oleh A. Rahman, A. Purwanti, A. W. Ritonga, B. D. Puspita, R. K. Dewi, R. Ernawan i., Y. Sari BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan manusia modern saat ini tidak terlepas dari berbagai jenis makanan yang salah satunya adalah cokelat yang berasal dari buah kakao.kakao merupakan salah satu komoditas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Dengan perkembangan teknologi, ubi kayu dijadikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. spesies. Klasifikasi tanaman ubikayu adalah sebagai berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA. spesies. Klasifikasi tanaman ubikayu adalah sebagai berikut: 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani ubikayu: taksonomi dan morfologi Dalam sistematika tumbuhan, ubikayu termasuk ke dalam kelas Dicotyledoneae. Ubikayu berada dalam famili Euphorbiaceae yang mempunyai sekitar

Lebih terperinci

Penanganan Pascapanen dan Pemasaran Kakao di Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Diany Faila Sophia Hartatri 1)

Penanganan Pascapanen dan Pemasaran Kakao di Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Diany Faila Sophia Hartatri 1) Penanganan Pascapanen dan Pemasaran Kakao di Kabupaten Blitar, Jawa Timur Diany Faila Sophia Hartatri 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Penanganan pascapanen

Lebih terperinci

KAJIAN METODE PERBANYAKAN KLONAL PADA TANAMAN KAKAO ABSTRAK

KAJIAN METODE PERBANYAKAN KLONAL PADA TANAMAN KAKAO ABSTRAK Media Litbang Sulteng 2 (1) : 07 14, Oktober 2009 ISSN : 1979-5971 KAJIAN METODE PERBANYAKAN KLONAL PADA TANAMAN KAKAO Oleh : Zainuddin Basri 1) ABSTRAK Kemampuan produksi dan kualitas hasil tanaman sangat

Lebih terperinci

Jember, September Jl. PB Sudirman No. 90 Jember Indonesia, Phone: +62(0331)757130, Fax +62(0331) website :

Jember, September Jl. PB Sudirman No. 90 Jember Indonesia, Phone: +62(0331)757130, Fax +62(0331) website : BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO Dr. Agung Wahyu Susilo Disampaikan pada acara Pelatihan Fasilitator Utama (PFU) Jember, 15-26 September 2014 PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA PUSAT PENELITIAN KOPI DAN

Lebih terperinci

STUDI KASUS : MANAJEMEN PERUSAHAAN PERKEBUNAN KAKAO DARI HULU SAMPAI HILIR DI PTP NUSANTARA XII (PERSERO) KEBUN KALIKEMPIT

STUDI KASUS : MANAJEMEN PERUSAHAAN PERKEBUNAN KAKAO DARI HULU SAMPAI HILIR DI PTP NUSANTARA XII (PERSERO) KEBUN KALIKEMPIT STUDI KASUS : MANAJEMEN PERUSAHAAN PERKEBUNAN KAKAO DARI HULU SAMPAI HILIR DI PTP NUSANTARA XII (PERSERO) KEBUN KALIKEMPIT 1.907,12 Ha Afdeling Kali Wadung 333,93 Ha Afdeling Margo Sugih 592,00 Ha Afdeling

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (2007), benih padi hibrida secara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (2007), benih padi hibrida secara 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan Padi Inbrida di Indonesia Menurut Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (2007), benih padi hibrida secara definitif merupakan turunan pertama (F1) dari persilangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan secara nasional adalah kakao (Sufri, 2007; Faisal Assad dkk.,

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan secara nasional adalah kakao (Sufri, 2007; Faisal Assad dkk., BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Analisis daya saing ekspor beberapa komoditas pertanian dengan berbagai pendekatan parameter komparatif, trade mapping, tren pertumbuhan, kontribusi devisa dan sebaran

Lebih terperinci

UBI JALAR. Seleksi Gulud Tunggal Klon-klon Ubi jalar. Berkadar Betakarotin Tinggi

UBI JALAR. Seleksi Gulud Tunggal Klon-klon Ubi jalar. Berkadar Betakarotin Tinggi UBI JALAR Ubi jalar memiliki prospek dan peluang besar untuk bahan pangan dan bahan baku industri. Sebagai bahan pangan, ubi jalar mempunyai beberapa keunggulan, antara lain relatif memiliki nilai gizi

Lebih terperinci

LAPORAN KEMAJUAN KAJIAN INOVASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI MENDUKUNG SISTEM DAN MODEL PENGEMBANGAN GOOD AGRICULTURAL PRACTISE DI WILAYAH GERNAS KAKAO

LAPORAN KEMAJUAN KAJIAN INOVASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI MENDUKUNG SISTEM DAN MODEL PENGEMBANGAN GOOD AGRICULTURAL PRACTISE DI WILAYAH GERNAS KAKAO LAPORAN KEMAJUAN KAJIAN INOVASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI MENDUKUNG SISTEM DAN MODEL PENGEMBANGAN GOOD AGRICULTURAL PRACTISE DI WILAYAH GERNAS KAKAO PROGRAM: INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN

Lebih terperinci

INVENTARISASI KLON UNGGUL LOKAL TANAMAN KAKAO DI PROPINSI SULAWESI TENGGARA Badrul Munir, S.TP, MP PBT Ahli Pertama BBPPTP Surabaya

INVENTARISASI KLON UNGGUL LOKAL TANAMAN KAKAO DI PROPINSI SULAWESI TENGGARA Badrul Munir, S.TP, MP PBT Ahli Pertama BBPPTP Surabaya INVENTARISASI KLON UNGGUL LOKAL TANAMAN KAKAO DI PROPINSI SULAWESI TENGGARA Badrul Munir, S.TP, MP PBT Ahli Pertama BBPPTP Surabaya I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Salah satu program pembangunan perkebunan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sumatera Utara, karena mempunyai keunggulan komperatif dan kompetitif

PENDAHULUAN. Sumatera Utara, karena mempunyai keunggulan komperatif dan kompetitif PENDAHULUAN Latar Belakang Jeruk Keprok Maga merupakan salah satu komoditi buah buahan andalan Sumatera Utara, karena mempunyai keunggulan komperatif dan kompetitif dengan kultivar atau varietas jeruk

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumatera Barat memiliki potensi cukup besar di bidang perkebunan, karena didukung oleh lahan yang cukup luas dan iklim yang sesuai untuk komoditi perkebunan. Beberapa

Lebih terperinci

Gambaran Kakao Dunia

Gambaran Kakao Dunia Daftar Pustaka Rudi Wiboyo dan Subiyono, 2005. Agribisnis Tebu. Perhepi. Jakarta Rudi Wibowo, 2007. Revitalisasi Komoditas Unggulan Perkebunan Jawa Timur. Perhepi. Jakarta. Rudi Wibowo. 2015. Materi Kuliah

Lebih terperinci

Keragaan Dayahasil Klon Kakao (Theobroma cacao L.), Sca 6 dan DRC 15, Tahan Penyakit Pembuluh Kayu

Keragaan Dayahasil Klon Kakao (Theobroma cacao L.), Sca 6 dan DRC 15, Tahan Penyakit Pembuluh Kayu Pelita Perkebunan 2009, 25(2), 76 85 Keragaan Dayahasil Klon Kakao (Theobroma cacao L.), Sca 6 dan DRC 15, Tahan Penyakit Pembuluh Kayu Yield Performance of the Cocoa (Theobroma cacao L.) Clones of Sca

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, di mana perekonomian dunia semakin terintegrasi. Kebijakan proteksi, seperi tarif, subsidi, kuota dan bentuk-bentuk hambatan lain, yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Beras merupakan komoditas strategis yang berperan penting dalam perekonomian dan ketahanan pangan nasional, dan menjadi basis utama dalam revitalisasi pertanian. Sejalan dengan

Lebih terperinci

V. KEBIJAKAN DAN PROGRAM PENGEMBANGAN

V. KEBIJAKAN DAN PROGRAM PENGEMBANGAN V. KEBIJAKAN DAN PROGRAM PENGEMBANGAN A. Arah Kebijakan Jangka Panjang 2025 Untuk mencapai sasaran jangka panjang yang telah diuraikan diatas, maka kebijakan dan program yang akan ditempuh dalam pengembangan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN DAN APLIKASI TEKNOLOGI PENGENDALIAN PENYAKIT Vascular Streak Dieback (VSD) PADA TANAMAN KAKAO DI PROPINSI SUMATERA BARAT ABSTRAK

PENGEMBANGAN DAN APLIKASI TEKNOLOGI PENGENDALIAN PENYAKIT Vascular Streak Dieback (VSD) PADA TANAMAN KAKAO DI PROPINSI SUMATERA BARAT ABSTRAK PENGEMBANGAN DAN APLIKASI TEKNOLOGI PENGENDALIAN PENYAKIT Vascular Streak Dieback (VSD) PADA TANAMAN KAKAO DI PROPINSI SUMATERA BARAT Sry Ekanitha Br. Pinem dan Syahnen Laboratorium Lapangan Balai Besar

Lebih terperinci

TOLERANSI PLASMA NUTFAH CABAI (Capsicum spp.) TERHADAP INTENSITAS CAHAYA RENDAH DAN KERAGAMAN GENETIKNYA

TOLERANSI PLASMA NUTFAH CABAI (Capsicum spp.) TERHADAP INTENSITAS CAHAYA RENDAH DAN KERAGAMAN GENETIKNYA UniUERSITRS Rmu TOLERANSI PLASMA NUTFAH CABAI (Capsicum spp.) TERHADAP INTENSITAS CAHAYA RENDAH DAN KERAGAMAN GENETIKNYA Rahmi Yunianti, Siiani Sujiphhati, Anis Tatik Maryani, dan Endah Wahyuningrum ABSTRAK

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2004 TENTANG PENAMAAN, PENDAFTARAN DAN PENGGUNAAN VARIETAS ASAL UNTUK PEMBUATAN VARIETAS TURUNAN ESENSIAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAHAN PENYEGAR. Definisi KAKAO COCOA & CHOCOLATE COKLAT 10/27/2011

BAHAN PENYEGAR. Definisi KAKAO COCOA & CHOCOLATE COKLAT 10/27/2011 KAKAO BAHAN PENYEGAR COKLAT COCOA & CHOCOLATE Definisi Kakao : biji coklat yang belum mengalami pengolahan dan kadar air masih tinggi (>15%) Cocoa : biji coklat yang sudah dikeringkan dengan kadar air

Lebih terperinci

Agros Vol.17 No.2, Juli 2015: ISSN

Agros Vol.17 No.2, Juli 2015: ISSN Agros Vol.17 No.2, Juli 2015: 173-178 ISSN 1411-0172 PENGKAJIAN PENGOLAHAN BIJI KAKAO GAPOKTAN LINTAS SEKAYAM SANGGAU KALIMANTAN BARAT ASSESSMENT OF CACAO SEEDS OF GAPOKTAN AT LINTAS SEKAYAM SANGGAU WEST

Lebih terperinci

Asam Klorogenat Alternatif Atraktan Hama PBK

Asam Klorogenat Alternatif Atraktan Hama PBK Asam Klorogenat Alternatif Atraktan Hama PBK Oleh Embriani BBPPTP Surabaya Kakao (Theobroma cacao L) merupakan salah satu komoditas andalan nasional dan berperan penting bagi perekonomian Indonesia, terutama

Lebih terperinci

Indikasi Pengaruh Xenia pada Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.)

Indikasi Pengaruh Xenia pada Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) Pelita Perkebunan 27(3) 2011, 181-190 Indikasi pengaruh xenia pada tanaman kakao Indikasi Pengaruh Xenia pada Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) Indication of Xenia Effect on Cocoa (Theobroma cacao L.)

Lebih terperinci

MENGENAL ORSINA SEBAGAI VARIETAS BARU TANAMAN KUMIS KUCING

MENGENAL ORSINA SEBAGAI VARIETAS BARU TANAMAN KUMIS KUCING MENGENAL ORSINA SEBAGAI VARIETAS BARU TANAMAN KUMIS KUCING Agung Mahardhika, SP ( PBT Ahli Pertama ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan I. Pendahuluan Kumis kucing (Orthosiphon aristatus

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan 47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang

Lebih terperinci

PENAPISAN GENOTIPE KAKAO TAHAN PENYAKIT BUSUK BUAH (Phytopthora palmivora) DI ACEH BESAR

PENAPISAN GENOTIPE KAKAO TAHAN PENYAKIT BUSUK BUAH (Phytopthora palmivora) DI ACEH BESAR PENAPISAN GENOTIPE KAKAO TAHAN PENYAKIT BUSUK BUAH (Phytopthora palmivora) DI ACEH BESAR Screening Genotypes of Cacao to Black Pod Disease (Phytopthora palmivora) in Aceh Besar Siti Hafsah 1, Zuyasna 1,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang dapat tumbuh di Indonesia sepanjang tahun. Pemanfaatan ubikayu sebagai

I. PENDAHULUAN. yang dapat tumbuh di Indonesia sepanjang tahun. Pemanfaatan ubikayu sebagai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman pangan daerah tropis yang dapat tumbuh di Indonesia sepanjang tahun. Pemanfaatan ubikayu sebagai bahan

Lebih terperinci

INTENSITAS SERANGAN PENYAKIT VASCUAR STREAK VSD PADA BEBERAPA KLON KAKAO DI DESA SIDONDO III

INTENSITAS SERANGAN PENYAKIT VASCUAR STREAK VSD PADA BEBERAPA KLON KAKAO DI DESA SIDONDO III e-j. Agrotekbis 4 (2) :134-141, April 2016 ISSN : 2338-3011 INTENSITAS SERANGAN PENYAKIT VASCUAR STREAK VSD PADA BEBERAPA KLON KAKAO DI DESA SIDONDO III VASCUAR STREAK DIEBACK DISEASE ATTACK INTENSITY

Lebih terperinci

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao PENDAHULUAN Pengolahan hasil kakao rakyat, sebagai salah satu sub-sistem agribisnis, perlu diarahkan secara kolektif. Keuntungan penerapan pengolahan secara kolektif adalah kuantum biji kakao mutu tinggi

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan potensial untuk dikembangkan menjadi andalan ekspor. Menurut ICCO (2012) pada tahun 2011, Indonesia merupakan produsen biji

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu pembibitan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, dan penanaman dilakukan di

Lebih terperinci

Peningkatan Mutu Biji Kakao Dengan Cara Perlakuan Perendaman Kapur Pada Saat Fermentasi

Peningkatan Mutu Biji Kakao Dengan Cara Perlakuan Perendaman Kapur Pada Saat Fermentasi Prosiding Seminar Nasional Swasembada Pangan Politeknik Negeri Lampung 29 April 2015 ISBN 978-602-70530-2-1 halaman 330-336 Peningkatan Mutu Biji Kakao Dengan Cara Perlakuan Perendaman Kapur Pada Saat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa dosis ragi dan frekuensi pengadukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa dosis ragi dan frekuensi pengadukan 23 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Kadar Air Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa dosis ragi dan frekuensi pengadukan berpengaruh tidak nyata terhadap kadar air biji kakao serta tidak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha perkebunan merupakan usaha yang berperan penting bagi perekonomian nasional, antara lain sebagai penyedia lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi petani, sumber

Lebih terperinci

Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara

Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara Bahtiar 1), Andi Tenrirawe 2), A.Takdir 2) 1)Balai Pengkajian Teknologi pertanian Sulawesi Utara dan 2)Balai Penelitian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN TANAMAN KAKAO HASIL SAMBUNG SAMPING (SIDE GRAFTING) PADA JUMLAH SAMBUNGAN DAN LINGKAR BATANG YANG BERBEDA

PERTUMBUHAN TANAMAN KAKAO HASIL SAMBUNG SAMPING (SIDE GRAFTING) PADA JUMLAH SAMBUNGAN DAN LINGKAR BATANG YANG BERBEDA Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN 2443-1109 PERTUMBUHAN TANAMAN KAKAO HASIL SAMBUNG SAMPING (SIDE GRAFTING) PADA JUMLAH SAMBUNGAN DAN LINGKAR BATANG YANG BERBEDA Erna Halid 1, Syatrawati

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN 36 GENOTIPE CABAI (Capsicum SPP.) KOLEKSI BAGIAN GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

KEANEKARAGAMAN 36 GENOTIPE CABAI (Capsicum SPP.) KOLEKSI BAGIAN GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR KEANEKARAGAMAN 36 GENOTIPE CABAI (Capsicum SPP.) KOLEKSI BAGIAN GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR RAHMI YUNIANTI 1 dan SRIANI SUJIPRIHATI 2 1 Mahasiswa Pascasarjana Sekolah Pascasarjana,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan tanaman buah berupa pohon

I. PENDAHULUAN. Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan tanaman buah berupa pohon 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan tanaman buah berupa pohon dengan batang dan cabang berkayu serta tumbuh tinggi tegak. Manggis berasal dari hutan

Lebih terperinci

sehingga diharapkan dapat menghasilkan keturunan yang memiliki toleransi yang lebih baik dibandingkan tetua toleran (segregan transgresif).

sehingga diharapkan dapat menghasilkan keturunan yang memiliki toleransi yang lebih baik dibandingkan tetua toleran (segregan transgresif). PEMBAHASAN UMUM Sorgum merupakan salah satu tanaman serealia yang memiliki toleransi yang tinggi terhadap kekeringan sehingga berpotensi untuk dikembangkan di lahan kering masam di Indonesia. Tantangan

Lebih terperinci

Prospek Klon-Klon Lokal Kopi Robusta Asal Bengkulu. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118

Prospek Klon-Klon Lokal Kopi Robusta Asal Bengkulu. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Prospek Klon-Klon Lokal Kopi Robusta Asal Bengkulu Retno Hulupi 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Wilayah Bengkulu merupakan salah satu daerah penghasil

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di lahan petani di Dusun Pabuaran, Kelurahan Cilendek Timur, Kecamatan Cimanggu, Kotamadya Bogor. Adapun penimbangan bobot tongkol dan biji dilakukan

Lebih terperinci

Peluang dan Tantangan Perbenihan Kakao di Indonesia. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB Sudirman No.

Peluang dan Tantangan Perbenihan Kakao di Indonesia. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB Sudirman No. Peluang dan Tantangan Perbenihan Kakao di Indonesia Indah Anita-Sari 1) dan Agung Wahyu Susilo 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB Sudirman No. 90 Jember 68118 Perbenihan memiliki peran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Permintaan akan tanaman hias di Indonesia semakin berkembang sejalan

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Permintaan akan tanaman hias di Indonesia semakin berkembang sejalan I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Permintaan akan tanaman hias di Indonesia semakin berkembang sejalan dengan meningkatnya kesadaran akan lingkungan hidup yang indah dan nyaman. Cabai (Capsicum sp.) disamping

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan Yij : µ + τi + pj + εij ; i : 1,2,3.,8 ; j : 1,2,3

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan Yij : µ + τi + pj + εij ; i : 1,2,3.,8 ; j : 1,2,3 17 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun Percobaan Cikabayan (University Farm) Institut Pertanian Bogor dengan ketinggian tempat 240 meter di atas permukaan laut.

Lebih terperinci

pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Selain itu, oleh sektor

pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Selain itu, oleh sektor 8 II. Tinjauan Pustaka 1.1. Kakao Dalam Usaha Pertanian Dalam percakapan sehari-hari yang dimaksud dengan pertanian adalah bercocok tanam, namun pengertian tersebut sangat sempit. Dalam ilmu pertanian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki nilai gizi yang sangat tinggi terutama proteinnya (35-38%) hampir mendekati protein

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2016 di Desa Margototo Metro Kibang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2016 di Desa Margototo Metro Kibang 18 III. METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2016 di Desa Margototo Metro Kibang dan Laboratorium Tanaman I, Politeknik Negeri Lampung. 3.2 Alat dan Bahan

Lebih terperinci

IV. PLASMA NUTFAH KEDELAI

IV. PLASMA NUTFAH KEDELAI 11 IV. PLASMA NUTFAH Balitkabi memiliki SDG aneka kacang (kedelai, kacang tanah, kacang hijau, kacang nasi, kacang gude, kacang tunggak, dan koro-koroan) sebanyak 2.551 aksesi serta aneka umbi (ubi kayu,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Tanaman Kakao (Theobroma cacao) merupakan salah satu komoditi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Tanaman Kakao (Theobroma cacao) merupakan salah satu komoditi BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Aspek Agronomi Kakao Tanaman Kakao (Theobroma cacao) merupakan salah satu komoditi Perkebunan Unggulan, hal ini tergambar dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian telah memberikan sumbangan yang nyata dalam perekonomian nasional yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, mempercepat pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

POTENSI KELAPA GENJAH HIJAU MANIS UNTUK TENDER COCONUT

POTENSI KELAPA GENJAH HIJAU MANIS UNTUK TENDER COCONUT POTENSI KELAPA GENJAH HIJAU MANIS UNTUK TENDER COCONUT Meity A. Tulalo, Hengky Novarianto dan Chandra Indrawanto Balai Penelitian Tanaman Palma, Manado Jalan Raya Mapanget, PO Box 1004 Manado 95001 ABSTRAK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman sumber protein

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman sumber protein I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman sumber protein nabati yang penting mengingat kualitas asam aminonya yang tinggi, seimbang dan

Lebih terperinci

7/18/2010 UJI MULTILOKASI TAHUN II HIBRIDA CABAI UNGGULAN IPB UNTUK PELEPASAN VARIETAS PENDAHULUAN

7/18/2010 UJI MULTILOKASI TAHUN II HIBRIDA CABAI UNGGULAN IPB UNTUK PELEPASAN VARIETAS PENDAHULUAN UJI MULTILOKASI TAHUN II HIBRIDA CABAI UNGGULAN IPB UNTUK PELEPASAN VARIETAS Dr. Muhamad Syukur, SP, MSi Prof. Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, MS Dr. Rahmi Yunianti, SP, MSi PENDAHULUAN Cabai: Komoditas hortikultura

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. kemakmuran rakyat. Paradigma ini makin menyadarkan para. pemangku kepentingan bahwa produk hasil hutan bukan kayu (HHBK)

BAB 1. PENDAHULUAN. kemakmuran rakyat. Paradigma ini makin menyadarkan para. pemangku kepentingan bahwa produk hasil hutan bukan kayu (HHBK) 1 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Paradigma baru sektor kehutanan memandang hutan sebagai sistem sumberdaya yang bersifat multi fungsi, multi guna dan memuat multi kepentingan serta pemanfaatannya

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Karakteristik Lokasi Penelitian Tebu transgenik IPB 1 dan isogenik PS 851 ditanam di Kebun Percobaan PG Djatirorto PTPN XI, Jawa Timur. Secara administrasi, lokasi

Lebih terperinci

":1 ",_,.!.\.,~,. ""~J ;)"'" BABI PENDAHULUAN. Tanaman coklat (Theobroma cocoa L) adalah tanaman yang berasal dari

:1 ,_,.!.\.,~,. ~J ;)' BABI PENDAHULUAN. Tanaman coklat (Theobroma cocoa L) adalah tanaman yang berasal dari Bab 1. Pendahuluan \ ":1 ",_,.!.\.,~,. ""~J ;)"'" BABI ". '" ~ '. i --_/ I-I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman coklat (Theobroma cocoa L) adalah tanaman yang berasal dari daerah antara perairan sungai

Lebih terperinci