Jember, September Jl. PB Sudirman No. 90 Jember Indonesia, Phone: +62(0331)757130, Fax +62(0331) website :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Jember, September Jl. PB Sudirman No. 90 Jember Indonesia, Phone: +62(0331)757130, Fax +62(0331) website :"

Transkripsi

1 BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO Dr. Agung Wahyu Susilo Disampaikan pada acara Pelatihan Fasilitator Utama (PFU) Jember, September 2014 PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA Jl. PB Sudirman No. 90 Jember Indonesia, Phone: +62(0331)757130, Fax +62(0331) website :

2 PERTANAMAN KAKAO PERKEBUNAN BESAR PERKEBUNAN RAKYAT

3 MASALAH BUDIDAYA KAKAO Produktivitas tanaman belum maksimal Kualitas bahan tanam beragam. Serangan hama & penyakit. Kualitas mutu biji kakao rendah Penerapan pasca panen sebagian besar petani belum sesuai SOP.

4 JENIS BAHAN TANAM KAKAO Hibrida Benih hibrida Klonal Penyambungan Perbanyakan ralatif mudah Pertanaman beragam Bibit Bibit klonal Perbanyakan relatif sulit Pertanaman seragam

5 BAHAN TANAM KAKAO HIBRIDA Keunggulan : Perbanyakan lebih mudah dan murah. Pendistribusian lebih mudah dan viabilitas benih lebih lama (7-10 hari). Kekurangan : Pertanaman beragam. Prekositas pembuahan lebih lama (2-3 thn). Sumber bahan tanaman : Kebun benih bersertifikat. PERTANAMAN HIBRIDA BENIH BIBIT

6 BAHAN TANAM KAKAO KLONAL Keunggulan : Pertanaman seragam & produktifitas lebih tinggi (2-3 ton/ha). Prekositas pembuahan lebih cepat (1-2 tahun). Kekurangan : Teknik perbanyakan rumit. Pendistribusian ke areal pengembangan lebih sulit karena pengemasan lebih sulit dan viabilitas entres lebih cepat (3-4 hari). Sumber bahan tanaman : Kebun entres bersertifikat. PERTANAMAN KLONAL ENTRES BIBIT

7 KRITERIA BAHAN TANAM UNGGUL Produktifitas tinggi 2-3 ton/ha. Kualitas biji; kadar lemak >50%, bean count 100 per 100 g/ biji, kadar kulit 12%, dan untuk kakao mulia proporsi bij putih >85%. Tahan hama dan penyakit penting; Penyakit busuk buah. Penyakit VSD. Hama PBK. Hama kepik penghisap (Helopeltis spp.) IDENTIFIKASI BIJI PUTIH BUAH KAKAO SEHAT

8 HAMA PBK HAMA & PENYAKIT KAKAO PENYAKIT BUSUK BUAH PENYAKIT VSD KEPIK PENGHISAP (Helopeltis sp.)

9 Alur Pemuliaan Kakao INTRODUKSI, EKSPLORASI, & SELEKSI KOLEKSI PLASMA NUTFAH SELEKSI KLONAL TAHAP II KLON UNGGUL HARAPAN BAHAN TANAM UNGGUL KLONAL PERSILANGAN TAHAP I BAHAN TANAM UNGGUL HIBRIDA SELEKSI KLONAL & POPULASI HIBRIDA KLON & HIBRIDA UNGGUL HARAPAN UJI MULTILOKASI Ket. : Kotak dengan huruf miring adalah keluaran proses kegiatan Ket. : Kotak dengan huruf miring adalah keluaran proses kegiatan alur seleksi proses tahap lanjut

10 PERKEMBANGAN BAHAN TANAM KAKAO ERA Isu/Permasalahan : Produksi biji putih. Produktivitas tanaman. Strategi : Introduksi hibrida Forastero dari Venezuella. Pengembangan : Perkebunan besar di Jawa. DR 1 DR 2 DR 38

11 BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO KLON-KLON KAKAO MULIA : DR 1 DR 2 DR 38 DRC 16 Dayahasil (ton/ha) : Berat/biji kering (g) : Self kompatibiliti : Ketahanan PPR : Ketahanan VSD : SI Rentan Rentan SC Rentan Rentan SC Rentan Rentan SC Tahan Rentan

12 ERA Isu/Permasalahan : Peningkatan produksi kakao mulia. Pengembangan kakao lindak. Strategi : Kakao mulia : seleksi progeni Kakao lindak: pengembangan genotipe hasil seleksi, introduksi hibrida UAH dari Malaysia, klon-klon dari Inggris, Trinidad, Belanda, PNG. Pengembangan : Perkebunan besar di Jawa & Sumatera serta perkebunan rakyat di Sulawesi. Hasil : Blok penghasil tinggi yang dikenal sebagai varietas sintetik

13 ERA Isu/Permasalahan : Peningkatan produksi kakao mulia & ketahanan busuk buah. Peningkatan produksi kakao lindak. Strategi : Kakao mulia : seleksi progeni Kakao lindak: seleksi klon-klon introduksi, dan progeni hasil persilangan klon-klon introduksi. Pengembangan : Perkebunan besar di Jawa & Sumatera, serta perkebunan rakyat di Sulawesi. Hasil : 1997 : rilis DRC 16, GC 7, ICS : rilis RCC 70, 71, 72, 73 DRC 16 GC 7 ICS 13 ICS 60 TSH 858

14 KLON KAKAO LINDAK : GC 7 ICS 13 ICS 60 TSH 858 Dayahasil (ton/ha) : Berat/biji kering (g) : Self kompatibiliti : Ketahanan PPR : Kadar lemak (%) : Ketahanan VSD : Ketahanan PBK : SI Rentan 55 Rentan Rentan SC Moderat 52 Rentan Rentan SI Moderat 54 Sedang Rentan SI Moderat 56 Rentan Rentan

15 KLON KAKAO LINDAK : RCC 70 PA 300 NIC 7 Dayahasil (ton/ha) : Berat/biji kering (g) : Self kompatibiliti : Ketahanan PPR : Kadar lemak (%) : Ketahanan VSD : SC Moderat 57 Rentan Moderat 54 Sedang SC Moderat 53 Rentan

16 ERA 2000-sekarang Isu/Permasalahan : Peningkatan produksi kakao mulia & ketahanan busuk buah. Peningkatan produksi kakao lindak & ketahanan OPT. Strategi : Kakao mulia : seleksi progeni Kakao lindak: seleksi progeni hasil persilangan klon-klon introduksi. Pengembangan ga : Perkebunan besar di Jawa & perkebunan rakyat di Sulawesi. Hasil : 2005 : ICCRI 01, : ICCRI 03, : Sulawesi 1, : Sca 6, ICCRI 05 ICCRI 01 ICCRI 02

17 Potensi dayahasil (ton/ha) : 2.06 (populasi pohon/ha) Berat biji kering (g) : 1,27 Kadar kulit ari (%) : 11,04 Kadar lemak biji (%) : 55,07 Ketahanan hama & penyakit Penyakit busuk buah : tahan Penyakit VSD : Rentan Hama PBK : Agak rentan ICCRI 03 Potensi dayahasil (ton/ha) : 2,09 (populasi pohon/ha) Berat biji kering (g) : 1,28 Kadar kulit ari (%) : 11,03 Kadar lemak biji (%) : 55,01 Ketahanan hama & penyakit Penyakit busuk buah : tahan Penyakit VSD : Agak tahan Hama PBK : Agak tahan ICCRI 04

18 Potensi dayahasil (ton/ha) : 1,8--2,75 (populasi pohon) Berat biji kering (g) :1,0 Kadar kulit ari (%) : 11,64 Kadar lemak biji (%) : Ketahanan hama & penyakit Penyakit busuk buah : Agak tahan Penyakit VSD : Agak tahan Hama PBK : Agak tahan Sulawesi 1 Potensi dayahasil (ton/ha) : 1,8--2,5 (populasi pohon/ha) Berat biji kering (g) : 1,10 Kadar kulit ari (%) : 11,3 Kadar lemak biji (%) : Ketahanan hama & penyakit Penyakit busuk buah : Agak tahan Penyakit VSD : Tahan Hama PBK : Rentan Sulawesi 2

19 Sca 6 ICCRI 05 Potensi dayahasil (ton/ha) : 1,54 (populasi pohon/ha) Berat biji kering (g) : 0,65--0,8 Kadar kulit ari (%) : 16,7--18,75 Kadar lemak biji (%) : 49,6--58,17 Ketahanan hama & penyakit Penyakit busuk buah : Tahan Penyakit VSD : Tahan Hama PBK : - Potensi dayahasil (ton/ha) : 1,54 (populasi pohon/ha) Karakteristik mutu biji Berat biji kering (g) : 1,16 Kadar kulit ari (%) : 11,5 Kadar lemak biji (%) : 50,4 Ketahanan hama & penyakit Penyakit busuk buah : Agak rentan Penyakit VSD : Tahan Hama PBK : Agak rentan

20 Perbandingan nisbah keuntungan dan biaya produksi kakao menggunakan beberapa jenis bahan tanam pada asumsi berbagai kondisi tingkat serangan VSD hingga masa TM4 (nilai x Rp ,-) Asumsi tingkat serangan VSD Komponen (componenet) Jenis klon (cocoa clones) (Assumption of Sca 6 DRC 15 GC 7 VSD incidence) Tidak ada Biaya modal (cost) , , ,6 (no infestation) Pendapatan (benefit) B/C 12 1,2 12 1,2 18 1,8 Ringan Biaya modal (cost) , , ,6 (slight infestation) Pendapatan (benefit) B/C 1,2 1,2 1,4 Berat Biaya modal (cost) , , ,6 (heavy infestation) Pendapatan (benefit) f B/C 1,1 1,1 0,4

21 Klon Sca 6 (tahan) Klon TSH 858 (rentan) TEKNIK SAMBUNG CANOPY UNTUK PENGENDALIAN VSD MENGGUNAKAN KLON Sca 6

22 ICCRI 07 Jumlah buah per pohon rata-rata 47,9, jumlah biji per tongkol rata-rata 44,52, nilai buah rata-rata 28,7, produksi rata-rata sebesar 1,73 kg/pohon (1.903 kg/ha/tahun) Berat per biji kering 0,80-1,15 g, kadar kulit biji 10,3 % dan kadar lemak 45,67%. Keunggulan : moderat tahan PBK dan VSD. Keragaan tanaman Flush Bunga Buah Buah masak Penampang melintang buah

23 Sulawesi 03 Jumlah buah per pohon rata- rata 49,63, jumlah biji per tongkol rata-rata 43,38, nilai buah rata-rata 29,5, produksi rata-rata t sebesar 1,67 kg/pohon (1.837 kg/ha/tahun). Berat per biji kering 0,75-0,78 g, kadar kulit biji 10,91-12,2424 % dan kadar lemak 49,6-50,9 %. Keragaan tanaman Keunggulan : tahan PBK dan moederat tahan VSD. Flush Bunga Buah Penampang melintang buah

24 Perbandingan analisis usaha produksi kakao per hektar menggunakan bahan tanam beberapa jenis klon yang berbeda sifat ketahanan PBK hingga masa TM4 (xrp.1.000,-) Komponen KLON KW 570 KW 514 Sul-1 Sul-2 ICCRI 03 ICCRI 04 Tidak ada serangan PBK Biaya modal , , , , , ,0 Hasil , , , , , ,0 B/C 2,5 2,6 4,7 4,3 3,0 2,7 Tidak ada pengendalian PBK Biaya modal , , , , , , Hasil , , , , , ,0 B/C 1,6 1,4 1,8 1,4 1,4 0,9 Pengendalian PBK (kultur teknis + pestisida) Biaya modal , , , , , ,0 Hasil , , , , , ,2 B/C 1,9 1,9 2,9 2,5 2,0 1,6 Pengendalian PBK (kultur teknis + sarungisasi) Biaya modal , , , , , ,4 Hasil , , , , , ,8 B/C 2,2 2,2 3,8 3,4 2,5 2,2

25 Hibrida ICCRI 06H SK MENTAN No. 3682/Kpts/SR.120/11/2010 Dayahasil : 1,83 ton/ha Berat biji : 1,01-1,07 g Kadar lemak : 50,4 54,3% Ketahanan VSD : tahan

26 Seleksi klon lokal partisipatif Populasi hibrida Klon harapan Klon local terseleksi Pendekatan Petani & penyuluh Perangkat: metode sederhana identifikasi pohon induk unggul Pendekatan penyuluh & petani Perangkat: metode sederhana seleksi pohon induk unggul Pendekatan pemulia Perangkat: - Metode seleksi klon - Rancangan uji adaptabilitas Pendekatan Pemulia & penyuluh Perangkat: - Diseminiasi - Kebun benih Pendekatan pemulia Perangkat: - Metode seleksi hibrida (rancangan persilangan diallel) - Rancangan uji adaptabilitas Hibrida rekomendasi Klon rekomendasi

27 Petani penemu klon unggul lokal (MCC 01 & MCC 02) Petani penemu klon MCC 01 dan MCC 02 Alm. H. Muhtar Sumber: M. Nasir dan. H. Andi Mulyadi Alm. H. Muhtar, penemu MCC 01 H. Andi Mulyadi & M. Nasir, penemu MCC 02

28 M. 01 Klon MCC 01 Produksi rata-rata 3,3 kg/pohon (3.672 kg/ha/tahun) 15,9 Berat per biji kering 1, g, g kadar kulit biji 15 9 % dan kadar lemak 49,67% Bersifat moderat tahan hama PBK, tahan penyakit VSD, dan tahan penyakit busuk buah.

29 45 Klon MCC 02 Produksi rata rata 2,82 (3.132 rata-rata 2 82 kg/pohon (3 132 kg/ha/tahun) Berat per biji kering 1,61 g, kadar kulit biji 12,0 % dan kadar lemak 49,2%. Bersifat tahan hama PBK, tahan penyakit VSD, dan tahan penyakit busuk buah.

30 Analisis Usahatani Komponen MCC 01 MCC 02 Sulawesi 01 Asumsi I : tidak ada serangan PBK Biaya modal , , ,4 Hasil 1) , , ,0 B/C 26 2,6 22 2,2 19 1,9 Asumsi II: tidak ada pengendalian PBK Biaya modal , , ,4 Hasil 1) , , ,7 B/C 2,0 2,1 1,8 Asumsi III: Ada pengendalian PBK (kultur teknis + pestisida) Biaya modal , , ,7 Hasil 1) , , ,6 B/C 2,2 2,1 1,8

31 PENYERBUKAN KAKAO Dibantu oleh serangga penyerbuk Forciphomya Waktu penyerbukan pkl STRUKTUR BUNGA Serangga penyerbuk Jantan Betina

32 Cara Perbanyakan dan Penanaman Perbanyakan vegetatif (cabang plagiotrop) Bersifat menyerbuk sendiri (self compatible) VEGETATIF Setek Sambungan Kultur Jaringan (SE) Penanaman baru Cabang ortotrof Cabang plagiotrop Rehabilitasi & penanaman baru Cabang ortotrop Keterbatasan sumber tunas ortotrop PENGEMBA ANGAN MO ONOKLONA AL ATAU POLIKLO ONAL

33 KEBUN BENIH HIBRIDA Produsen Komposisi klon Lokasi Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia Pusat Penelitian Kelapa Sawit ICS 60, GC 7, TSH 858, Sca 6, dan Sca 12 ICS 60, TSH 858, IMC 67, Pa 150, Sca 12 PT Perkebunan TSH 539, TSH 654, TSH 858, TSH 908, TSH Nusantara II 866ISC60Sca6danSca12 866, 60, Sca 6, Sca PT Perkebunan Nusantara IV ICS 60, TSH 858, Pa 35, UF 667, Na 32, Na 33, IMC 67. PT Hasfarm Agro Na 32, Na 33, Na 34, Pa 35, UIT 1, UIT 2, Niaga Sca 6, Sca 12, 36A, 354 A, IMC 67 PT London Sumatera PT Perkebunan Nusantara VII PT Perkebunan Nusantara IX PT PP Jember Indonesia Pa 300, Pa 121, Pa 303, Pa 310, GC 29, UF 667, UF 713, BLC 3, BLC 4, BL 621, BL 693 ICS 60, IMC 67, Pa 150, TSH 858, TSH 908 Amelonado ICS 60, ICS 12, ICS 13, DR 1, Sca 6, Sca 12 Jember, Jawa Timur Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sulawesi Tenggara Sumatera Utara Lampung Jawa Tengah Jember, Jawa Timur PT Inang Sari GC 7, ICS 60, Sca 6, Sca 12 Sumatera Barat PT Perkebunan Nusantara XII ICS 60, ICS 13, GC 7, Sca 6, Sca 12 Jawa Timur PT Glenmore ICS 13, ICS 60, GC 7, DR 1, Sca 6, Sca 12 Banyuwangi, Jawa Timur

34 SAMBUNG PUCUK Tingkat keberhasilan penyambungan tinggi Teknik lebih mudah Boros entres Sudah digunakan skala komersial

35 Tingkat keberhasilan penyambungan sedang Teknik relatif lebih sulit Hemat entres Sudah digunakan skala komersial OKULASI

36 SETEK Tingkat keberhasilan penyetekan masih rendah Teknik lebih mudah Lebih efisien karena tidak perlu batang bawah Belum digunakan skala komersial

37 KULTUR IN VITRO DENGAN TEKNIK SOMATIK EMBRYOGENESIS (SE)

38 SAMBUNG SAMPING 2 minggu 3 bulan 1 tahun Untuk rehabilitasi tanaman tua atau tidak produktif Umur produktif tergantung kondisi batang bawah Perlu teknik perawatan pasca penyambungan 1 tahun

39 PEMBIBITAN KAKAO Kebutuhan bibit untuk 1 ha lahan : a. Tanah datar Jarak tanam 3 x 3 m =1111 bibit Cadangan sulaman 20 % = 222 bibit Jumlah = ±1300 bibit Kebutuhan benih = ±1900 butir (1,46 x 1300) b. Tanah miring Jarak tanam 4 x 2,5 m = 1000 bibit Cadangan sulaman 20 % = 200 bibit Jumlah = 1200 bibit Kebutuhan benih = ±1800 butir (1,46 x 1300)

40 TAHAPAN PEMBIBITAN Pemilihan lokasi Penyemaian Persiapan pembibitan Pelaksanaan pembibitan Pemeliharaan

41 LOKASI PEMBIBITAN : Topografi datar Dekat sumber air Ada sarana jalan untuk distribusi bibit Pengawasan mudah Aman dari gangguan manusia, hewan atau pun cuaca buruk

42 PENYEMAIAN : Tujuan untuk mengecambahkan benih. Media tanah gembur; dalam ±20 cm lebar 1 m, atas ada lapisan pasir halus ±15 cm. (Bisa juga penyemaian menggunakan karung goni). Dibuat atap menghadap ke arah timur. Benih ditanam dengan jarak 2,5 x 5 cm. Setelah 7-12 hari bibit dipindahkan ke media dalam polibeg.

43 PEMBIBITAN Bedengan lebih luas dan persyaratan sama dengan pesemaian. Media; campuran topsoil, pupuk p kandang, pasir dalam polibeg (ukrn 20 x 30 cm untuk bibit 4-6 bln atau ukrn 25 x 40 cm untuk bibit >6 bln). Mengatur polibeg jarak 15 x 30 cm, disiram sampai kenyang dan ditanami bibit kakao. Bibit umur ±5 6 bulan siap tanam atau siap sambung.

44 PEMELIHARAAN BIBIT Penyiraman; 1 2 kali/hari. Pemupukan; Urea/ZA 2 g/bbt per 2 minggu. Pengendalian Hama: 1. Ulat Kilan (Hyposidra talaka. Wlk) Pengendalian dgn insektisida Decis 2,5 EC konsentrasi 0,05 %. 2. Kutu Putih (Planococcus lilacitrus, Ckll) Pengendalian dgn insektisida Supracide 40 EC konsentrasi 0,2 %.

45 Pengendalian Penyakit: 1. Phytophthora palmivora Butler Pengendalian dgn fungisida opersandoz konsentrasi 0,3 % formulasi. 2. Penyakit VSD Pencegahan melalui penyemprotan fungisida sistemik tiap 2 minggu pada daun muda (flush). Pengendalian Gulma Secara mekanis, dengan penyiangan 1-2 kali/minggu

46 JADUAL PEMBIBITAN BULAN URAIAN Semaian T 2. Sambungan * * * * T 3. Okulasi * * * * * * * T Keterangan : --- = pembibitan *** = pembibitan setelah sambung/okulasi T = tanam

47 TERIMA KASIH

Penemuan Klon Kakao Tahan Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) di Indonesia. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118

Penemuan Klon Kakao Tahan Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) di Indonesia. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Penemuan Klon Kakao Tahan Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) di Indonesia Agung Wahyu Susilo 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Keberadaan hama penggerek buah

Lebih terperinci

BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO

BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO PENGENALAN DAN PENCANDERAAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO Hendro Winarno PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA Jl. PB. Sudirman 90 Jember, Telp: (0331) 757130,

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

Peluang dan Tantangan Perbenihan Kakao di Indonesia. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB Sudirman No.

Peluang dan Tantangan Perbenihan Kakao di Indonesia. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB Sudirman No. Peluang dan Tantangan Perbenihan Kakao di Indonesia Indah Anita-Sari 1) dan Agung Wahyu Susilo 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB Sudirman No. 90 Jember 68118 Perbenihan memiliki peran

Lebih terperinci

Ketersediaan klon kakao tahan VSD

Ketersediaan klon kakao tahan VSD Alternatif Pengendalian Penyakit VSD (vascular-streak dieback) Melalui Penggantian Tajuk Tanaman Teguh Iman Santoso 1), Sudarsianto 1), dan A. Adi Prawoto 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia,

Lebih terperinci

Taksasi Benih (Biji) (x 1.000)

Taksasi Benih (Biji) (x 1.000) STUDI KELAYAKAN PT. PERKEBUNAN GLENMORE SEBAGAI PRODUSEN BENIH KAKAO Zaki Ismail Fahmi (PBT Ahli) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan - Surabaya I. Pendahuluan PT. Perkebunan Glenmore

Lebih terperinci

Christina Oktora Matondang, SP dan Muklasin, SP

Christina Oktora Matondang, SP dan Muklasin, SP REKOMENDASI PENGENDALIAN PENYAKIT VSD (Vascular Streak Dieback) PADA TANAMAN KAKAO (Theobromae cocoa) di PT. PERKEBUNAN HASFARM SUKOKULON KEBUN BETINGA ESTATE KABUPATEN LANGKAT SUMATERA UTARA Christina

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 529/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 529/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 529/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN VARIETAS KAKAO KLON KW 48 SEBAGAI VARIETAS/KLON UNGGUL DENGAN NAMA ICCRI 04 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

TEKNOLOGI SAMBUNG SAMPING UNTUK REHABILITASI TANAMAN KAKAO DEWASA. Oleh: Irwanto BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI I. PENDAHULUAN

TEKNOLOGI SAMBUNG SAMPING UNTUK REHABILITASI TANAMAN KAKAO DEWASA. Oleh: Irwanto BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI I. PENDAHULUAN TEKNOLOGI SAMBUNG SAMPING UNTUK REHABILITASI TANAMAN KAKAO DEWASA Oleh: Irwanto BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanaman kakao lindak di Indonesia hampir seluruhnya menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN BAB I PENDAHULUAN Beberapa program terkait pengembangan perkebunan kakao yang dicanangkan pemerintah adalah peremajaan perkebunan kakao yaitu dengan merehabilitasi tanaman kakao yang sudah tua, karena

Lebih terperinci

VISITOR FARM DAN UKT BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN

VISITOR FARM DAN UKT BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN VISITOR FARM DAN UKT BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SULAWESI TENGAH 2005 VISITOR FARM DAN UKT

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 212/Kpts/SR.120/5/2005 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 212/Kpts/SR.120/5/2005 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 212/Kpts/SR.120/5/2005 TENTANG PELEPASAN VARIETAS KAKAO KLON KW 118 SEBAGAI VARIETAS /KLON UNGGUL DENGAN NAMA ICCRI 01 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

Komasti, Varietas Komposit Kopi Arabika Tahan Penyakit Karat Daun. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118

Komasti, Varietas Komposit Kopi Arabika Tahan Penyakit Karat Daun. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Komasti, Varietas Komposit Kopi Arabika Tahan Penyakit Karat Daun Retno Hulupi1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Serangan penyakit karat daun masih menjadi

Lebih terperinci

INOVASI TEKNOLOGI PERAKITAN BAHAN TANAM KAKAO UNGGUL DI INDONESIA

INOVASI TEKNOLOGI PERAKITAN BAHAN TANAM KAKAO UNGGUL DI INDONESIA INOVASI TEKNOLOGI PERAKITAN BAHAN TANAM KAKAO UNGGUL DI INDONESIA Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peran penting dalam perekonomian Indonesia. Sekitar

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BENIH KAKAO BERMUTU DAN TEKNIK BUDIDAYA SESUAI STANDAR DALAM RANGKA MENYUKSESKAN GERNAS KAKAO

PENGGUNAAN BENIH KAKAO BERMUTU DAN TEKNIK BUDIDAYA SESUAI STANDAR DALAM RANGKA MENYUKSESKAN GERNAS KAKAO PENGGUNAAN BENIH KAKAO BERMUTU DAN TEKNIK BUDIDAYA SESUAI STANDAR DALAM RANGKA MENYUKSESKAN GERNAS KAKAO 2009-2011 Zaki Ismail Fahmi, SP. (Calon PBT Ahli) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan

Lebih terperinci

Budi Daya Kakao pada Kebun Campur

Budi Daya Kakao pada Kebun Campur PEDOMAN Budi Daya Kakao pada Kebun Campur A. Adi Prawoto, Endri Martini PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA (Indonesian Coffee and Cocoa Research Institute) bekerja sama dengan AGFOR SULAWESI 2014

Lebih terperinci

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk Standar Nasional Indonesia Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TEKNIK PENYAMBUNGAN PADA PEMBENIHAN TANAMAN KOPI ( TULISAN POPULER )

PERKEMBANGAN TEKNIK PENYAMBUNGAN PADA PEMBENIHAN TANAMAN KOPI ( TULISAN POPULER ) PERKEMBANGAN TEKNIK PENYAMBUNGAN PADA PEMBENIHAN TANAMAN KOPI ( TULISAN POPULER ) Oleh : PH Padang,SP PBT. BBPPTP Surabaya PENDAHULUAN Tanaman kopi merupakan salah satu komoditas unggulan tanaman perkebunan

Lebih terperinci

Pengelolaan Plasma Nutfah Jambu Mete dan Kakao di Sulawesi Tenggara

Pengelolaan Plasma Nutfah Jambu Mete dan Kakao di Sulawesi Tenggara Pengelolaan Plasma Nutfah Jambu Mete dan Kakao di Sulawesi Tenggara Ahmad Sulle Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Sulawesi Tenggara ABSTRACT Cashew and cocoa are main commodities in South-East Sulawesi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Penulisan

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Penulisan BAB I PENDAHULUAN Peningkatan produksi karet yang optimal harus dimulai dengan pemilihan klon yang unggul, penggunaan bibit yang berkualitas sebagai batang bawah dan batang atas serta pemeliharaan yang

Lebih terperinci

PERANAN TEKNIK PEMANGKASAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PRODUKSI BENIH PADA KEBUN SUMBER BENIH KAKAO Oleh : Badrul Munir, S.TP, MP (PBT Ahli Pertama)

PERANAN TEKNIK PEMANGKASAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PRODUKSI BENIH PADA KEBUN SUMBER BENIH KAKAO Oleh : Badrul Munir, S.TP, MP (PBT Ahli Pertama) PERANAN TEKNIK PEMANGKASAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PRODUKSI BENIH PADA KEBUN SUMBER BENIH KAKAO Oleh : Badrul Munir, S.TP, MP (PBT Ahli Pertama) A. PENDAHULUAN Tanaman kakao/coklat termasuk dalam genus

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Pengembangan Teknologi Lahan Kering Desa Singabraja, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian mulai

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 09/Permentan/OT.140/1/2013 /11/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN KEBUN INDUK DAN KEBUN ENTRES KAKAO

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 09/Permentan/OT.140/1/2013 /11/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN KEBUN INDUK DAN KEBUN ENTRES KAKAO PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 09/Permentan/OT.140/1/2013 /11/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN KEBUN INDUK DAN KEBUN ENTRES KAKAO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang

Lebih terperinci

2013, No Pedoman Teknis Pembangunan Kebun Induk dan Kebun Entres Kakao; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya

2013, No Pedoman Teknis Pembangunan Kebun Induk dan Kebun Entres Kakao; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.131, 2013 KEMENTERIAN PERTANIAN. Kebun Induk. Kakao. Pembangunan. Pedoman Teknis. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09/PERMENTAN/OT.140/1/2013 /TENTANG

Lebih terperinci

PEMBIBITAN KOPI PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA

PEMBIBITAN KOPI PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA PEMBIBITAN KOPI PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA TAHAP2 KEGIATAN PEMBIBITAN Pemilihan varietas/klon kopi Perencanaan pembibitan Pemilihan lokasi Persiapan lahan pesemaian dan pembibitan Pelaksanaan

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

Teknik Membangun Persemaian Pohon di Desa

Teknik Membangun Persemaian Pohon di Desa Teknik Membangun Persemaian Pohon di Desa Teknik Membangun Persemaian Pohon di Desa Teknik Membangun Persemaian Pohon di Desa @ 2012 Penyusun: 1. Ujang S. Irawan, Senior Staff Operation Wallacea Trust

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu pembibitan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, dan penanaman dilakukan di

Lebih terperinci

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI Pembibitan Pembibitan ulang stroberi di Vin s Berry Park dilakukan dengan stolon. Pembibitan ulang hanya bertujuan untuk menyulam tanaman yang mati, bukan untuk

Lebih terperinci

Boks 1 PELAKSANAAN PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN KAKAO DI SULAWESI TENGGARA

Boks 1 PELAKSANAAN PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN KAKAO DI SULAWESI TENGGARA Boks 1 PELAKSANAAN PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN KAKAO DI SULAWESI TENGGARA Perkebunan kakao merupakan salah satu sektor unggulan di bidang pertanian Provinsi Sulawesi Tenggara dimana sekitar 52% total

Lebih terperinci

2. PENGHISAP BUAH HELOPELTIS

2. PENGHISAP BUAH HELOPELTIS 2. PENGHISAP BUAH HELOPELTIS GEJALA SERANGAN PENGHISAP BUAH Menyerang buah dan pucuk kakao. Serangan Helopeltis pada buah muda menyebabkan layu pentil. Serangan Helopeltis pada pucuk menyebabkan mati pucuk.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia karena merupakan tumpuan hidup sebagian besar penduduk Indonesia. Lebih dari setengah angkatan kerja

Lebih terperinci

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013 PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH 1 BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH Budidaya untuk produksi benih sedikit berbeda dengan budidaya untuk produksi non benih, yakni pada prinsip genetisnya, dimana

Lebih terperinci

Cara Menanam Cabe di Polybag

Cara Menanam Cabe di Polybag Cabe merupakan buah dan tumbuhan berasal dari anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja,

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS AGROINDUSTRI PEMBIBITAN TANAMAN BUAH

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS AGROINDUSTRI PEMBIBITAN TANAMAN BUAH PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS AGROINDUSTRI PEMBIBITAN TANAMAN BUAH Pendahuluan - Benih adalah salah satu penentu keberhasilan agribisnis bidang pertanian; - Penggunaan benih bermutu menentukan keberhasilan

Lebih terperinci

Perbanyakan In-Vitro Klon-Klon Unggul Lokal Kopi Bengkulu. Reny Fauziah Oetami 1)

Perbanyakan In-Vitro Klon-Klon Unggul Lokal Kopi Bengkulu. Reny Fauziah Oetami 1) Perbanyakan In-Vitro Klon-Klon Unggul Lokal Kopi Bengkulu Reny Fauziah Oetami 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Sebagai salah satu daerah penghasil kopi

Lebih terperinci

MENGENAL VARIETAS/KLON ANJURAN KOPI. DAN Cara perbanyakannya

MENGENAL VARIETAS/KLON ANJURAN KOPI. DAN Cara perbanyakannya MENGENAL VARIETAS/KLON ANJURAN KOPI DAN Cara perbanyakannya Macam2 BENIH berdasarkan asal tetuanya : 1. Benih LEGITIM : hasil persilangan buatan 2. Benih PROPELEGITIM : biklonal / poliklonal Propelegitim

Lebih terperinci

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09 Tanaman tomat (Lycopersicon lycopersicum L.) termasuk famili Solanaceae dan merupakan salah satu komoditas sayuran yang sangat potensial untuk dikembangkan. Tanaman ini dapat ditanam secara luas di dataran

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu 10 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Unit Usaha Marihat, Provinsi Sumatera Utara selama 4 bulan yang dimulai dari tanggal 1 Maret 2010

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penanaman caisim dilaksanakan di lahan kebun percobaan IPB Pasir Sarongge, Cipanas dengan ketinggian tempat 1 124 m dpl, jenis tanah Andosol. Penelitian telah dilaksanakan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan 47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang

Lebih terperinci

PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI BERASTAGI MELALUI BERTANAM BAWANG DAUN

PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI BERASTAGI MELALUI BERTANAM BAWANG DAUN No. 011, Juli 2016 (Tanggal diunggah 20 Juli 2016) Penyunting : Tonny K. Moekasan, Laksminiwati Prabaningrum, Nikardi Gunadi, dan Asih K. Karjadi Redaksi Pelaksana : Abdi Hudayya, Fauzi Haidar PENINGKATAN

Lebih terperinci

INVENTARISASI KLON UNGGUL LOKAL TANAMAN KAKAO DI PROPINSI SULAWESI TENGGARA Badrul Munir, S.TP, MP PBT Ahli Pertama BBPPTP Surabaya

INVENTARISASI KLON UNGGUL LOKAL TANAMAN KAKAO DI PROPINSI SULAWESI TENGGARA Badrul Munir, S.TP, MP PBT Ahli Pertama BBPPTP Surabaya INVENTARISASI KLON UNGGUL LOKAL TANAMAN KAKAO DI PROPINSI SULAWESI TENGGARA Badrul Munir, S.TP, MP PBT Ahli Pertama BBPPTP Surabaya I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Salah satu program pembangunan perkebunan

Lebih terperinci

PERSEMAIAN CABAI. Disampaikan Pada Diklat Teknis Budidaya Tanaman Cabai. Djoko Sumianto, SP, M.Agr

PERSEMAIAN CABAI. Disampaikan Pada Diklat Teknis Budidaya Tanaman Cabai. Djoko Sumianto, SP, M.Agr PERSEMAIAN CABAI Disampaikan Pada Diklat Teknis Budidaya Tanaman Cabai Djoko Sumianto, SP, M.Agr BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN (BBPP) KETINDAN 2017 Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)/ Kompetensi Dasar :

Lebih terperinci

TEKNOLOGI SAMBUNG PUCUK PADA DUKU KUMPEH

TEKNOLOGI SAMBUNG PUCUK PADA DUKU KUMPEH TEKNOLOGI SAMBUNG PUCUK PADA DUKU KUMPEH Oleh: Dr. Desi Hernita BPTP Jambi Duku Kumpeh memiliki rasa manis, legit, daging buah bening, tekstur daging kenyal, tidak berserat, dan hampir tidak berbiji. Rasa

Lebih terperinci

LAPORAN KEMAJUAN KAJIAN INOVASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI MENDUKUNG SISTEM DAN MODEL PENGEMBANGAN GOOD AGRICULTURAL PRACTISE DI WILAYAH GERNAS KAKAO

LAPORAN KEMAJUAN KAJIAN INOVASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI MENDUKUNG SISTEM DAN MODEL PENGEMBANGAN GOOD AGRICULTURAL PRACTISE DI WILAYAH GERNAS KAKAO LAPORAN KEMAJUAN KAJIAN INOVASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI MENDUKUNG SISTEM DAN MODEL PENGEMBANGAN GOOD AGRICULTURAL PRACTISE DI WILAYAH GERNAS KAKAO PROGRAM: INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN

Lebih terperinci

PENGARUH DIAMETER PANGKAL TANGKAI DAUN PADA ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN TUNAS KAKO ABSTRAK

PENGARUH DIAMETER PANGKAL TANGKAI DAUN PADA ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN TUNAS KAKO ABSTRAK Media Litbang Sulteng IV (1) : 01 07, Juni 2011 ISSN : 1979-5971 PENGARUH DIAMETER PANGKAL TANGKAI DAUN PADA ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN TUNAS KAKO Oleh : Nyoman Mertade 1) dan Zainuddin Basri 2) ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Teh termasuk famili Transtromiceae dan terdiri atas dua tipe subspesies dari Camellia sinensis yaitu Camellia sinensis var. Assamica dan Camellia sinensis var.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman karet (Hevea brasilensis Muell) adalah komoditas utama dalam bidang perkebunan yang merupakan produksi non migas dan menjadi sumber devisa negara yang cukup

Lebih terperinci

I B M KELOMPOK TANI KOPI RAKYAT

I B M KELOMPOK TANI KOPI RAKYAT I B M KELOMPOK TANI KOPI RAKYAT Mochamat Bintoro 1 dan Yuslaili Ningsih 2 1 Produksi Pertanian, 2 Jurusan Bahasa, Komunikasi dan Pariwisata, Politeknik Negeri Jember 1 mochamatb17@gmail.com, 2 yuslaili74@gmail.com

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah di laksanakan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Jalan Bina Widya KM 12,5 Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru yang berada

Lebih terperinci

Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara

Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara Bahtiar 1), Andi Tenrirawe 2), A.Takdir 2) 1)Balai Pengkajian Teknologi pertanian Sulawesi Utara dan 2)Balai Penelitian

Lebih terperinci

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Syarat Tumbuh Tanaman Jahe 1. Iklim Curah hujan relatif tinggi, 2.500-4.000 mm/tahun. Memerlukan sinar matahari 2,5-7 bulan. (Penanaman di tempat yang terbuka shg

Lebih terperinci

Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang

Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang AgroinovasI Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang Tanaman jambu mete (Anacardium occidentale. L.) merupakan salah satu tanaman

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 90/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 90/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 90/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENETAPAN KEBUN SUMBER BENIH, SERTIFIKASI BENIH, DAN EVALUASI KEBUN SUMBER BENIH TANAMAN KAKAO (Theobroma

Lebih terperinci

PENYAKIT VASCULAR STREAK DIEBACK (VSD) PADA TANAMAN KAKAO (THEOBROMA CACAO L) DAN. Oleh Administrator Kamis, 09 Februari :51

PENYAKIT VASCULAR STREAK DIEBACK (VSD) PADA TANAMAN KAKAO (THEOBROMA CACAO L) DAN. Oleh Administrator Kamis, 09 Februari :51 Kakao (Theobroma cacao L) merupakan satu-satunya diantara 22 spesies yang masuk marga Theobroma, Suku sterculiacecae yang diusahakan secara komersial. Kakao merupakan tanaman tahunan yang memerlukan lingkungan

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan dilaksanakan pada bulan Juli

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG STUDI KEAHLIAN : AGRIBISNIS DAN AGROTEKNOLOGI PROGRAM STUDI KEAHLIAN : AGRIBISNIS PRODUKSI TANAMAN KOMPETENSI KEAHLIAN

Lebih terperinci

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU ( Nicotiana tabacum L. ) Oleh Murhawi ( Pengawas Benih Tanaman Ahli Madya ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya A. Pendahuluan Penanam dan penggunaan

Lebih terperinci

Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat

Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat Sukrisno Widyotomo 1), Sugiyono 1), Qithfirul Aziz 1), dan Agus Saryono 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENETAPAN KEBUN SUMBER BENIH, SERTIFIKASI BENIH DAN EVALUASI KEBUN SUMBER BENIH TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENETAPAN KEBUN SUMBER BENIH, SERTIFIKASI BENIH DAN EVALUASI KEBUN SUMBER BENIH TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L. 5 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 90/Permentan/OT.140/9/2013 TANGGAL : 16 September 2013 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENETAPAN KEBUN SUMBER BENIH, SERTIFIKASI BENIH DAN EVALUASI KEBUN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang No.12 tahun 1992, pasal 1 ayat 4, benih tanaman yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang No.12 tahun 1992, pasal 1 ayat 4, benih tanaman yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tentang Benih Pada Tanaman Karet Menurut Undang-Undang No.12 tahun 1992, pasal 1 ayat 4, benih tanaman yang selanjutnya disebut benih adalah tanaman atau bagian tanaman

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN logo lembaga [ x.265 ] KAJIAN DAYA ADAPTASI BEBERAPA KLON UNGGUL KAKAO DISULAWESI TENGGARA Ir. Agussalim, MP Dr. Ir. Taufiq Ratule, M.Si Rusdin, SP KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia

PEMBAHASAN. Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia 57 PEMBAHASAN Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia Hasil pertemuan yang dilakukan pengusaha sumber benih kelapa sawit yang dipimpin oleh Direktur Jenderal Perkebunan pada tanggal 12 Februari 2010,

Lebih terperinci

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah Latar Belakang Di antara pola tanam ganda (multiple cropping) yang sering digunakan adalah tumpang sari (intercropping) dan tanam sisip (relay

Lebih terperinci

PERBANYAKAN BAHAN TANAM LADA DENGAN CARA STEK

PERBANYAKAN BAHAN TANAM LADA DENGAN CARA STEK PERBANYAKAN BAHAN TANAM LADA DENGAN CARA STEK ( Piper ningrum L. ) Oleh Murhawi ( Pengawas Benih Tanaman Ahli Madya ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya A. Pendahuluan Tanaman

Lebih terperinci

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila

Lebih terperinci

3. METODE DAN PELAKSANAAN

3. METODE DAN PELAKSANAAN 3. METODE DAN PELAKSANAAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian UKSW Salaran, Desa Wates, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Persiapan hingga

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi tentang analisis dan interpretasi hasil penelitian. Pada tahap ini akan dilakukan analisis permasalahan prosedur budidaya kumis kucing di Klaster Biofarmaka

Lebih terperinci

KOPI. Panduan teknis budidaya kopi. Pemilihan jenis dan varietas

KOPI. Panduan teknis budidaya kopi. Pemilihan jenis dan varietas KOPI Panduan teknis budidaya kopi Kopi merupakan komoditas perkebunan yang paling banyak diperdagangkan. Pusat-pusat budidaya kopi ada di Amerika Latin, Amerika Tengah, Asia-pasifik dan Afrika. Sedangkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 89/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 89/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 89/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENETAPAN KEBUN SUMBER BENIH, SERTIFIKASI BENIH, DAN EVALUASI KEBUN SUMBER BENIH TANAMAN KOPI (Coffea sp)

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan Agronomis Bawang prei termasuk tanaman setahun atau semusim yang berbentuk rumput. Sistem perakarannya

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR 16 III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Kegiatan Tugas Akhir dilaksanakan di Banaran RT 4 RW 10, Kelurahan Wonoboyo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. B. Waktu

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PRODUKSI TSS SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN BENIH BAWANG MERAH

TEKNOLOGI PRODUKSI TSS SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN BENIH BAWANG MERAH TEKNOLOGI PRODUKSI TSS SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN BENIH BAWANG MERAH Budidaya bawang merah umumnya menggunakan umbi sebagai bahan tanam (benih). Pemanfaatan umbi sebagai benih memiliki beberapa kelemahan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 1 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, dari bulan Oktober 2011-Januari 2012. 3.2 Bahan dan Alat Bahan-bahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jarak pagar (Jatropha curcas L.) merupakan tanaman asli dari daerah tropis Amerika yang termasuk ke dalam famili Euphorbiaceae (Heller 1996). Di Indonesia, jarak pagar dapat

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA KAKAO YANG BAIK (GOOD AGRICULTURE PRACTICES/ GAP ON COCOA)

PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA KAKAO YANG BAIK (GOOD AGRICULTURE PRACTICES/ GAP ON COCOA) PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 48/Permentan/OT.140/4/2014 PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA KAKAO YANG BAIK (GOOD AGRICULTURE PRACTICES/ GAP ON COCOA) KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN Pedoman

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana)

Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana) SNI 01-7158-2006 Standar Nasional Indonesia Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana) ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Tanaman salak yang digunakan pada penelitian ini adalah salak pondoh yang ditanam di Desa Tapansari Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman Yogyakarta.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 Februari Penanaman

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 Februari Penanaman III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 Februari 2013. Penanaman dilakukan di Laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung. Pengamatan

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah Oleh : Juwariyah BP3K garum 1. Syarat Tumbuh Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat tumbuh yang sesuai tanaman ini. Syarat tumbuh tanaman

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Tanaman Durian

Teknik Budidaya Tanaman Durian Teknik Budidaya Tanaman Durian Pengantar Tanaman durian merupakan tanaman yang buahnya sangat diminatai terutama orang indonesia. Tanaman ini awalnya merupakan tanaman liar yang hidup di Malaysia, Sumatera

Lebih terperinci

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

KAJIAN METODE PERBANYAKAN KLONAL PADA TANAMAN KAKAO ABSTRAK

KAJIAN METODE PERBANYAKAN KLONAL PADA TANAMAN KAKAO ABSTRAK Media Litbang Sulteng 2 (1) : 07 14, Oktober 2009 ISSN : 1979-5971 KAJIAN METODE PERBANYAKAN KLONAL PADA TANAMAN KAKAO Oleh : Zainuddin Basri 1) ABSTRAK Kemampuan produksi dan kualitas hasil tanaman sangat

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. UD. Sabila Farm terletak di Desa Pakembinangun yaitu Jalan Kaliurang

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. UD. Sabila Farm terletak di Desa Pakembinangun yaitu Jalan Kaliurang IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis UD. Sabila Farm terletak di Desa Pakembinangun yaitu Jalan Kaliurang KM 18.5, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Pakembinangun

Lebih terperinci

Prospek Klon-Klon Lokal Kopi Robusta Asal Bengkulu. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118

Prospek Klon-Klon Lokal Kopi Robusta Asal Bengkulu. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Prospek Klon-Klon Lokal Kopi Robusta Asal Bengkulu Retno Hulupi 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Wilayah Bengkulu merupakan salah satu daerah penghasil

Lebih terperinci

Dairi merupakan salah satu daerah

Dairi merupakan salah satu daerah Produksi Kopi Sidikalang di Sumatera Utara Novie Pranata Erdiansyah 1), Djoko Soemarno 1), dan Surip Mawardi 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118. Kopi Sidikalang

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Tata Letak Penelitian. Blok II TS 3 TS 1 TS 3 TS 2 TS 1

LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Tata Letak Penelitian. Blok II TS 3 TS 1 TS 3 TS 2 TS 1 LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Tata Letak Penelitian Blok I Blok II Blok III TS 1 K TS 2 J TS 3 K TS 2 TS 1 J K J TS 3 TS 3 TS 2 TS 1 Keterangan : J : Jagung monokultur K : Kacang tanah monokultur TS 1 :

Lebih terperinci