PKP2A III LAN. Membangun Daerah Melalui Blusukan via SMS. Rustan A. dan Fani Heru Wismono PKP2A III - Lembaga Administrasi Negara

Transkripsi

1 Membangun Daerah Melalui Blusukan via SMS Rustan A. dan Fani Heru Wismono PKP2A III - Lembaga Administrasi Negara Short Message Service (SMS) seringkali hanya digunakan sebagai sarana pengaduan publik, namun tidak banyak pemerintah daerah yang mampu memanfaatkan SMS ini sebagai salah satu kunci penting untuk membangun daerah dan birokrasi. Pengelolaan SMS publi k secara langsung oleh pimpinan daerah dan dipublikasikan melalui media massa, akan menjadi wadah interaksi atau blusukan tidak langsung pemerintah daerah kepada warganya. Selanjutnya, respon langsung pemerintah daerah atas SMS publik tersebut akan menentukan keberhasilan suatu penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Latar Belakang King and Stivers dalam bukunya Government is Us (1998) 1 mengingatkan bahwa pemerintahan adalah milik warganya. Pemerintah dituntut untuk mampu mengikuti alur pemikiran publiknya dan secara nyata mewujudkannya secara optimal. Pemerintah diharapkan lebih banyak membangun interaksi dengan publik agar mampu memahami kondisi riil kinerja pemerintahannya. Disini perlu dikembangkan konsepsi servant leadership yang mencoba melakukan perubahan berdasarkan tuntutan publik (Wicaksono, 2010:54). Oleh karena itu, untuk mempercepat kinerja birokrasi dan pembangunan daerah yang didesain by public, maka saluran-saluran untuk berinteraksi secara terbuka dan langsung seperti SMS center, hotline pengaduan/ partisipasi, blusukan, dan lain-lain dengan publik perlu dijalankan. Seperti diketahui, penyampaian aspirasi oleh masyarakat kepada pemerintahnya sudah cukup umum dilaksanakan. Namun, pengelolaan atas masukan, kritik, maupun keluhan publik tersebut berbeda-beda di masing-masing daerah. Efektivitas penanganannya pun berbeda-beda, padahal aspirasi publik tersebut berperan sebagai gambaran keberhasilan suatu penyelenggaraan pemerintahan. Jika aspirasi yang disampaikan banyak berisi apresiasi tentu mencerminkan keberhasilan pelaksanaan pemerintahan, namun jika sebaliknya jika berisi berbagai macam persoalan publik yang relevan maka tentu mengindikasikan penyelenggaraan pemerintahan yang relatif memerlukan pembenahan. 1 Dalam Denhardt, Janet V., dan Denhardt, Robert B. (2013:45) 1 P a g e

2 Hal penting yang perlu dilakukan pemerintah daerah terhadap penerapan saluran-saluran interaksi publik ini adalah balasan atau tanggapan atau sikap pemerintah daerah terhadap setiap aspirasi yang masuk, sehingga publik mengetahui bahwa pemerintah daerahnya memberikan perhatian terhadap aspirasi yang diberikan. Konsep ini penting dilaksanakan sebab realitas di lapangan menunjukkan bahwa seringkali saluran-saluran aspirasi publik yang disediakan oleh pemerintah daerah cenderung tidak disertai pemberian tanggapan/ solusi sehingga menyebabkan masyarakatnya memperoleh ketidakjelasakan dan merasa enggan untuk memberikan masukan kepada pemerintah daerahnya dikemudian hari (menjadi apatis). Rubrik Yok Bangon Kote Kite : Sebuah Contoh Keberhasilan Pemerintah Kota Pontianak menyadari bahwa kepedulian masyarakat terhadap perkembangan kota sangat diperlukan agar seluruh kebijakan yang dilahirkan mendapatkan dukungan penuh dari masyarakat. Selain itu, luasnya wilayah Kota Pontianak tentu akan menyita waktu jika mengandalkan blusukan langsung, sehingga pengawasan publik diwilayahnya akan sangat menentukan respon pemerintah daerah. Berangkat dari hal tersebut, maka ruang interaksi dengan publik dibuka seluas-luasnya, sehingga lahirlah Rubrik Yok Bangon Kote Kite di harian lokal Kota Pontianak. Rubrik Yok Bangon Kote Kite ini merupakan media untuk menyampaikan aspirasi publik kepada pemerintah kota dalam bentuk Short Message Service (SMS) yang akan langsung ditanggapi dan dijawab oleh Walikota sendiri. Jawaban atau tanggapan dari Walikota tersebut kemudian di-publish di harian lokal Kota Pontianak. Jawaban atau tanggapan dari Walikota tersebut akan menjadi instruksi langsung untuk segera ditindaklanjuti oleh SKPD terkait. Sehingga, setiap pagi seluruh pimpinan SKPD diwajibkan membaca rubrik tersebut kemudian menindaklanjutinya sesuai arahan Kepala Daerah. 2 P a g e

3 (Sumber : Harian Tribun Pontianak dan Harian Kaltim Post, 2014) Gambar 1. Perbandingan Mekanisme Interaksi Publik dengan Pemerintah Daerah di Kota Pontianak, Kota Samarinda, dan Kabupaten Kutai Kartanegara Rubrik Yok Bangon Kote Kite yang diluncurkan sejak Tahun 2010 telah berhasil memotivasi warga Kota Pontianak untuk berpartisipasi aktif di semua sektor pembangunan. Rubrik ini juga berhasil meredam masyarakat yang ingin menyampaikan aspirasinya dengan cara demonstrasi. Selain itu, Rubrik Yok Bangon Kote Kite ini juga menjadi media bagi Walikota untuk melihat sejauh mana kinerja SKPD yang ada terhadap tugas dan tanggung jawabnya. Jika terdapat banyak keluhan pada suatu SKPD tertentu maka Walikota tidak segan-segan untuk mengganti 3 P a g e

4 kepala SKPD tersebut. Manfaat lain dari rubrik ini adalah media bagi pejabat untuk mengetahui tugas pokok dan fungsi serta permasalahan di SKPD lainnya. Sehingga jika terdapat mutasi dan promosi, yang bersangkutan minimal sudah mengetahui apa permasalahan SKPD tersebut, sehingga tidak perlu belajar dari awal lagi. (Ashari, 2013 : 5) Model rubrik yang dijalankan Pemerintah Kota Pontianak lebih bersifat interaktif karena memberikan penjelasan secara tegas dan lugas, serta rencana tindak lanjut atas aspirasi yang disampaikan secara lebih komprehensif. Berbeda dengan model rubrik Rakyat Bicara di Kota Samarinda yang bersifat satu arah/ monoton dengan hanya berisi seluruh uneg-uneg pubik tanpa ada kejelasan tanggapan atau kemungkinan tindaklanjut dari pemerintah daerahnya. Adapun rubrik Halo Bupati yang dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara relatif cukup baik karena memberikan tanggapan dan respon atas aspirasi masyarakatnya, namun tanggapan yang diberikan lebih bersifat penyampaian informasi saja ke SKPD yang terkait. Dalam hal ini, kekuatan jawaban atau responnya masih cukup lemah jika dibandingkan model rubrik Kota Pontianak. Kondisi ini mungkin terjadi dikarenakan pengelolaan keluhan, kritik, dan saran publik tersebut dilakukan oleh suatu unit pengaduan masyarakat (complaint center) yang memang sifat pekerjaannya hanya meneruskan keluhaan publik ke SKPD terkait. Penggunaan bahasa rubrik Yok Bangon Kote Kite juga relatif lebih baik karena memberikan pesan bahwa Pemerintah Kota Pontianak memerlukan publik dan mengajak partisipasi publik Kota Pontianak bagi kemajuan daerah secara bersama-sama. Jika kita bandingkan dengan model rubrik di Kota Samarinda dan Kabupaten Kutai Kartanegara yang menggunakan tema/ judul Rakyat Bicara dan Halo Bupati, terkesan bahwa hanya publik yang memiliki kesadaran untuk perbaikan/ kemajuan daerah. Meskipun esensi interaksi publik tidak ditunjukkan dengan nama atau judul rubrik publik, namun setidaknya dari nama atau judul rubrik dapat mencerminkan atau menunjukkan posisi pemerintah daerah yang sejajar dengan publiknya. Kesimpulan dan Rekomendasi Kebijakan Tersedianya ruang bagi publik untuk menyampaikan aspirasinya sangat penting dalam mendorong peran publik untuk mempengaruhi keputusan atau kebijakan publik. Ruang publik 4 P a g e

5 tersebut dapat berupa SMS center, hotline pengaduan/ partisipasi, forum warga, blusukan, dan lain-lain. Pengelolaan SMS aspirasi publik sebagai salah satu media publik perlu dioptimalkan, dan jika memungkinkan dikoordinasikan langsung oleh pengambil kebijakan (policy maker). Permasalahan publik tentu harus dipecahkan dengan kebijakan publik, dan media massa akan membantu menyebarluaskan respon keputusan publik yang dirancang. Dengan demikian, tanggapan atas aspirasi publik perlu dipublikasikan agar publik mengetahui jika aspirasinya didengar dan ditindaklanjuti oleh penyelenggara pemerintahan. Keberanian seorang pemimpin untuk hadir dan menjawab permasalahan yang ada di masyarakatnya tidak hanya pada saat bertatap muka langsung saja. Blusukan via sms di media cetak/ elektronik merupakan satu inovasi, dengan catatan apabila seorang pimpinan daerah berani untuk memberikan jawaban langsung dengan bahasa lugas sehari-hari, karena hal tersebut merupakan wujud kehadirannya ditengah-tengah masyarakat setiap harinya. Referensi Ashari, Hasyim. (2013). SMS Mengubah Pontianak : Interaksi Walikota Sutarmidji Dengan Warganya. Pontianak:TOP Indonesia Denhardt, Janet V., dan Denhardt, Robert B. (2013). Pelayanan Publik Baru : Dari Manajemen Steering Ke Serving. Diterjemahkan oleh Saut Pasaribu. Kreasi Wacana: Bantul Wicaksono. (2010). Peluang Penerapan Servant Leadership Dalam Birokrasi Publik. Kumpulan tulisan dalam buku Reformasi Aparatur Negara Ditinjau Kembali. Editor Wahyudi Kumorotomo dan Ambar Widaningrum. Penerbit Gava Media dan Jurusan Manajemen dan Kebijakan Publik dan Magister Administrasi Publik : Yogyakarta 5 P a g e