RESTI ARIESTA FESTIANI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RESTI ARIESTA FESTIANI"

Transkripsi

1 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU ADAPTASI PETANI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM : Studi Kasus di Desa Kemukten, Kecamatan Kersana, Kabupaten Brebes RESTI ARIESTA FESTIANI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGANN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

2 RINGKASAN RESTI ARIESTA FESTIANI. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Pendapatan dan Faktor-faktor Penentu Adaptasi Petani terhadap Perubahan Iklim: Studi Kasus di Desa Kemukten, Kecamatan Kersana, Kabupaten Brebes. Dibimbing oleh YUSMAN SYAUKAT. Perubahan iklim merupakan salah satu isu yang sedang hangat dibicarakan di berbagai level baik lokal, regional, nasional bahkan internasional. Perubahan iklim global disebabkan antara lain oleh peningkatan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) akibat berbagai aktivitas yang mendorong peningkatan suhu bumi. Perubahan iklim global akan mempengaruhi setidaknya tiga unsur iklim dan komponen alam yang sangat erat kaitannya dengan pertanian, yaitu naiknya suhu udara yang juga berdampak terhadap unsur iklim lain, terutama kelembaban dan dinamika atmosfer, berubahnya pola curah hujan dan makin meningkatnya intensitas kajadian iklim ekstrim (anomali iklim) seperti El-Nino dan La-Nina, dan naiknya permukaan air laut akibat pencairan gunung es di kutub utara. Fluktuasi suhu dan kelembaban udara yang semakin meningkat yang mampu menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan organisme pengganggu tanaman, terutama pada bawang merah. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji persepsi petani di Desa Kemukten terhadap perubahan iklim, mengkaji adaptasi yang dilakukan oleh petani di Desa Kemukten sebagai antisipasi terhadap perubahan iklim, mengestimasi perubahan input, output dan pendapatan petani di Desa Kemukten akibat perubahan iklim dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi petani untuk melakukan perubahan pola tanam akibat perubahan iklim. Data yang digunakan dalam penelitian berupa data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan secara langsung dari petani melalui wawancara dan kuesioner dan data sekunder diperoleh dengan cara mempelajari buku-buku, media cetak, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kabupaten Brebes, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kota Tegal, Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Brebes, dan sumber-sumber yang relevan dengan topik yang diteliti. Sebanyak 27 orang mengetahui mengenai perubahan iklim dan 17 orang tidak mengetahui istilah perubahan iklim. Sebanyak 31 responden melakukan adaptasi berupa mengganti jenis tanaman, 5 responden memperbaiki pengolahan tanah serta 8 responden memperbanyak obat-obatan. Penggunaan input mengalami peningkatan dan penerimaan mengalami penurunan, sehingga pendapatan petani mengalami penurunan dan pendapatan rata-rata petani yang melakukan perubahan pola tanam lebih tinggi dibandingkan petani yang tidak melakukan perubahan pola tanam. Faktor yang signifikan mempengaruhi petani dalam melakukan perubahan pola tanam yaitu lama bertani dan pemahaman petani mengenai perubahan iklim, sedangkan faktor yang tidak signifikan mempengaruhi perubahan pola tanam yaitu tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan dan luas lahan pertanian. Kata kunci : perubahan iklim, curah hujan, produksi bawang merah, adaptasi, pendapatan petani ii

3 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU ADAPTASI PETANI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM: Studi Kasus di Desa Kemukten, Kecamatan Kersana, Kabupaten Brebes RESTI ARIESTA FESTIANI H Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 iii

4 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Dampak Perubahan Iklim Terhadap Pendapatan dan Faktor-faktor Penentu Adaptasi Petani terhadap Perubahan Iklim : Studi Kasus di Desa Kemukten, Kecamatan Kersana, Kabupaten Brebes adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah diajukan pada perguruan tinggi lain atau lembaga lain manapun untuk tujuan memperoleh gelar akademik tertentu. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Juli 2011 Resti Ariesta Festiani H i

5 Judul Skripsi Nama NRP : Dampak Perubahan Ikim Terhadap Pendapatan dan Faktor-faktor Penentu Adaptasi Petani terhadap Perubahan Iklim: Studi kasus di Desa Kemukten, Kecamatan Kersana, Kabupaten Brebes : Resti Ariesta Festiani : H Menyetujui, Pembimbing Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec NIP Mengetahui, Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT NIP Tanggal Lulus : iv

6 UCAPAN TERIMAKASIH Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkah, rahmat dan hidayah-nya serta jalan dan kemudahan yang Engkau tunjukkan kepada penulis. Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak atas bimbingan dan doanya. Dalam kesempatan ini, penulis ucapkan terimakasih kepada : 1. Kedua orangtua tercinta (Bapakku Supriyadi dan Ibuku Nurhayati), adikadikku (Tri Setyadi Badruz Z dan Alfian Didik Rizaldi) yang telah memberikan doa, dukungan, serta kasih sayang yang selalu diberikan. Semoga karya ini dapat menjadi salah satu persembahan terbaik untuk Bapak dan Ibu. 2. Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 3. Pini Wijayanti, SP, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan dukungan serta semangat dalam akademik selama masa perkuliahan di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. 4. Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT selaku dosen penguji utama dan Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skipsi ini. 5. Staff pengajar Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan atas segala ilmu yang telah diberikan kepada penulis. 6. Bude Siti Pujiati, Pade Agus Slamet, Om Yusuf Setiadi, Om Giri, Bulik Retno, Om Dirman, Mba Indah dan Dewi, atas bantuan, dukungan dan semangat yang telah diberikan selama penulis melakukan penelitian di Desa Kemukten. v

7 7. Bapak Rusnali selaku ketua Gapoktan Tirta Desa Kemukten dan Bapak Wirjo selaku Kepala Desa Kemukten, atas waktu, kesempatan, informasi, pelajaran dan dukungan yang diberikan selama penelitian. 8. Bapak-bapak tani di Desa Kemukten sebagai responden, atas waktu, informasi dan kesempatan yang diberikan pada penulis selama penelitian. 9. Sahabat-sahabat seperjuangan di ESL, Ratih Trianita, Raisa, Chichi Rizky, Nurul Fadillah, Fenny Kurniawati, Fachrunnisa, Norita, atas segala kebersamaan, perhatian dan persahabatan yang telah kalian berikan selama ini. 10. Sahabat-sahabat Pochan Crew, Henni Helmayanti, Ratna Puspita, Setia Wahyu C, Rahmi Khalida, Sri Wahyuni, Retno DJ, Dewi Murni dan Nia Nuzul, atas kegembiraan, keceriaan, semangat, dukungan, dan kekompakkan yang telah diberikan pada penulis selama ini. 11. Sahabat-sahabat satu bimbingan skripsi Nurul Fadillah, Fenny Kurniawati, Syifa Azizah, Maeda Niella dan Riony Rihardika P, atas masukan, semangat, dukungan dan doa dalam penyusunan skripsi. 12. Sahabat-sahabat ESL 44 yang tidak dapat disebutkan satu per satu, atas semangat, kekompakkan, kebersamaan dan keceriaan yang telah diberikan bagi penulis serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas semua bantuannya. vi

8 KATA PENGANTAR Penulis panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-nya selalu kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Dampak Perubahan Iklim Terhadap Pendapatan dan Faktor-faktor Penentu Adaptasi Petani terhadap Perubahan Iklim: Studi Kasus di Desa Kemukten, Kecamatan Kersana, Kabupaten Brebes. Skripsi ini disusun sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Harapan penulis semoga dengan adanya penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Bogor, Juli 2011 Penulis vii

9 DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN... RINGKASAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Manfaat Penelitian II. TINJAUAN PUSTAKA Ekonomi Perubahan Iklim Pengertian Perubahan Iklim Dampak Perubahan Iklim di Bidang Pertanian Dampak Perubahan Iklim Terhadap Tanaman Pangan Dampak Perubahan Iklim Terhadap Tanaman Hortikultura Dampak Perubahan Ikim Terhadap Pola Tanam Dampak Perubahan Iklim Terhadap Produktivitas Persepsi Petani Terhadap Perubahan Iklim Prinsip Ekonomi Konsep Usahatani Pendapatan Usahatani Strategi Petani Dalam Menanggulangi Perubahan Iklim Strategi Antisipasi Strategi Mitigasi Strategi Adaptasi Penelitian Terdahulu III. KERANGKA PEMIKIRAN IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data Analisis Persepsi Petani Terhadap Perubahan Iklim Estimasi Perubahan Pendapan Petani Akibat Perubahan Iklim i ii vii viii x xi xii viii

10 4.4.3 Analisis Adaptasi yang Dilakukan Oleh Petani Terhadap Perubahan Iklim Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Petani Dalam Melakukan Perubahan Pola Tanam Model Regresi Logistik Pengujian Model Regresi Logistik V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN Kondisi Umum Desa Kemukten Letak Geografis Kondisi Pertanian di Desa Kemukten Karakteristik Umum Responden Usia Pendidikan Formal Terakhir Jumlah Tanggungan Keluarga Pengalaman Berusahatani Luas dan Status Kepemilikan Lahan VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Persepsi Petani Terhadap Perubahan Iklim Persepsi Petani terhadap Suhu Udara Persepsi Petani terhadap Curah Hujan Persepsi Petani terhadap Perubahan Pola Tanam Strategi dan Adaptasi Petani terhadap Perubahan Iklim Estimasi Perubahan Input, Output dan Pendapatan Petani Di Desa Kemukten Akibat Perubahan Iklim Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Petani Untuk Melakukan Perubahan Pola Tanam VII. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP ix

11 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1 Harga Komoditas Bawang Merah dan Gabah Tahun 2008-Tahun Perubahan Pola Tanam oleh Petani di Desa Kemukten, Kecamatan Kersana, Kabupaten Brebes Jenis dan Sumber Data dalam Penelitian Metode Pengolahan dan Analisis Data Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Bawang Merah Di Kecamatan Kersana Tahun 2003-Tahun Usia Responden Di Desa Kemukten Tahun Pendidikan Formal Terakhir Responden Tahun Jumlah Tanggungan Keluarga Pengalaman Berusahatani Responden Luas Lahan Sawah Responden Produksi Bawang Merah, Jagung Manis, Cabai dan Padi di Desa Kemukten Tahun 2009 dan Tahun Perbandingan Pendapatan Petani Tahun 2009 dan Tahun Faktor-faktor yang Mempengaruhi Petani dalam Melakukan Perubahan Pola Tanam x

12 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1 Curah Hujan Tahunan Kabupaten Brebes Tahun Kenaikan Suhu Rata-rata di Bumi Selama 157 Tahun Terakhir Kerangka Pemikiran Suhu Rata-rata di Kabupaten Brebes Selama 10 Tahun Terakhir Curah Hujan Bulanan Kabupaten Brebes Tahun 2009 dan Adaptasi dan Strategi Petani terhadap Perubahan Iklim xi

13 Nomor DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Luas Panen, Status Kepemilikan dan Pola Tanam Responden Desa Kemukten Tahun 2009 dan Karakteristik Responden Desa Kemukten Produksi Bawang Merah, Jagung Manis, Cabai dan Padi Petani Responden di Desa Kemukten Penerimaan Petani di Desa Kemukten Tahun 2009 dan Biaya Penggunaan Input Petani di Desa Kemukten Tahun 2009 Dan Dokumentasi Kondisi Pertanian di Desa Kemukten xii

14 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia terutama terhadap pertumbuhan nasional dan sebagai penyedia lapangan pekerjaan. Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki jumlah penduduk kurang lebih 44 persen bermata pencaharian di sektor pertanian 1. Namun demikian, kontribusi terhadap sektor pertanian terhadap pertumbuhan perekonomian semakin menurun, dimana pada tahun 2005 kontribusinya hanya 7,14 persen padahal tahun 2001 kontribusi ini mencapai 15,79 persen 2. Salah satu komoditas pertanian yaitu komoditas holtikultura yang mempunyai potensi utuk dikembangkan baik produksi maupun ekspornya serta untuk menekan impornya yang tinggi. Hal ini didukung oleh kecocokan iklim wilayah Indonesia terhadap tanaman holtikultura. Holtikultura juga merupakan salah satu komoditas yang sedang dikembangkan oleh pemerintah dalam rangka kebijakan pembangunan pertanian yang berorientasi pasar domestik dan ekspor. Perubahan iklim global disebabkan antara lain oleh peningkatan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) akibat berbagai aktivitas yang mendorong peningkatan suhu bumi. Mengingat iklim adalah unsur utama dalam sistem metabolisme dan fisiologi tanaman, maka perubahan iklim global akan berdampak buruk terhadap keberlanjutan pembangunan pertanian. Perubahan iklim global akan mempengaruhi setidaknya tiga unsur iklim dan komponen alam yang sangat erat kaitannya dengan pertanian, yaitu naiknya suhu udara yang juga berdampak pada 17 November 2010] pada 17 November 2010] 55

15 terhadap unsur iklim lain, terutama kelembaban dan dinamika atmosfer, berubahnya pola curah hujan dan makin meningkatnya intensitas kajadian iklim ekstrim (anomali iklim) seperti El-Nino dan La-Nina, dan naiknya permukaan air laut akibat pencairan gunung es di kutub utara (Las, 2007). Bawang merah merupakan komoditas yang ditanam di daerah dataran rendah dengan curah hujan yang sedikit. Terjadinya perubahan iklim akan berdampak pada pergeseran musim, yakni semakin singkatnya musim hujan namun dengan curah hujan yang lebih besar. Pola tanam juga akan mengalami pergeseran. Selain itu kerusakan pertanian terjadi karena intensitas curah hujan yang tinggi yang berdampak pada banjir dan tanah longsor serta angin. Fluktuasi suhu dan kelembaban udara yang semakin meningkat mampu menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan organisme pengganggu tanaman, terutama pada bawang merah. Petani perlu menambah penggunaan obat-obatan dan pupuk untuk mengatasi tanaman yang terserang hama dan penyakit tanaman, sedangkan hargaharga pupuk dan obat-obatan terus mengalami peningkatan. Pemerintah tidak memberikan subsidi untuk pupuk dan obat-obatan sehingga petani merasa dirugikan karena mereka harus mengeluarkan uang lebih banyak untuk membeli input pertanian tersebut. Banyaknya produk impor yang masuk dari Filipina dan Thailand juga sangat merugikan petani di Kabupaten Brebes karena produk import tersebut memberikan harga yang lebih murah tetapi dengan kualitas yang lebih rendah dibandingkan produk lokal atau domestik. Hal ini menyebabkan harga produk dalam negeri jatuh dan merugikan petani karena biaya penggunaan input pertanian besar terutama untuk bawang merah dan cabai. 2

16 Perubahan pola tanam menyebabkan terjadinya perubahan pendapatan bagi petani, karena akan terjadi perubahan komoditas pertanian yang ditanam oleh petani. Jika dalam setahun penanaman bawang merah dilakukan sebanyak 3 kali, maka setelah terjadi perubahan iklim penanaman bawang merah hanya dilakukan sebanyak 2 kali dalam setahun. Komoditas lain seperti cabai, palawija dan padi yang juga mengalami perubahan pola tanam dapat mempengaruhi pendapatan petani di Desa Kemukten, Kabupaten Brebes. Dampak adanya perubahan iklim, terutama pada 10 tahun terakhir yang menyebabkan penurunan produksi bawang merah di Kabupaten Brebes. Penurunan produksi bawang merah berpengaruh terhadap perubahan harga bawang merah dan dapat dilihat pada Tabel 1 bahwa telah terjadi peningkatan harga bawang merah dan harga gabah di tingkat petani di Kabupaten Brebes dari tahun 2008 hingga awal tahun Walaupun harga bawang merah dan gabah berfluktuatif, tapi dari tahun ke tahun lebih menunjukkan pada kenaikan harga yang cukup signifikan. Hal tersebut diakibatkan karena pasokan bawang merah dan beras makin berkurang sedangkan permintaan tetap. Berkurangnya pasokan bawang merah dan beras di Kabupaten Brebes diakibatkan karena banyak petani yang mengalami gagal panen akibat rusaknya tanaman mereka yang banyak tersiram air hujan. Petani tidak memprediksikan akan turun hujan pada bulanbulan yang seharusnya musim kemarau sehingga berpengaruh juga terhadap pendapatan petani. 3

17 Tabel 1. Harga Komoditas Bawang Merah dan Gabah di Kabupaten Brebes Tahun Tahun 2011 No Tahun Bawang Merah Gabah (Rp/Kg) (Rp/Kg) Sumber : Deptan, Perumusan Masalah Permintaan bawang merah nasional sebagian besar dipenuhi oleh produksi Jawa Tengah, dimana perannya cukup besar dalam hal produksi nasional pada tahun 2009 yaitu ada di peringkat ke-2 setelah DI Yogyakarta dengan luas panen ha, produksi sebesar ton dan produktivitasnya sebesar 10,63 ton/ha. DI Yogyakarta berada di peringkat pertama dalam produktivitasnya sebesar 12,14 ton/ha dengan luas panen ha dan produksi sebesar ton. Dari data tersebut terlihat bahwa Jawa Tengah merupakan salah satu sentra produksi bawang merah terbesar dalam skala nasional. Kabupaten Brebes merupakan salah satu sentra produksi bawang merah di provinsi Jawa Tengah. Tahun 2006 Kabupaten Brebes tercatat sebagai penghasil bawang merah terbesar di provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Brebes memiliki produktivitas terbesar yaitu 11,87 ton/ha, diikuti oleh Kabupaten Magelang (11,74 ton/ha) dan Kabupaten Pemalang (9,94 ton/ha) (Badan Pusat Statistik Pusat, 2009) 4. Sektor pertanian merupakan sektor yang rentan terhadap perubahan iklim, terutama tanaman bawang merah. Data dari BMKG Stasiun Klimatologi Tegal menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 20 tahun terakhir suhu udara dan curah 3 pada 11 Januari 2011] pada 20 Juni 2011] 4

18

19 penggunaan pupuk organik dapat membantu mengembalikan kesuburan tanah. Obat-obatan yang digunakan seperti fungisida diperlukan dalam jumlah yang cukup banyak karena jamur dan penyakit tanaman bawang merah banyak yang muncul saat musim penghujan. Selain itu, bibit bawang merah yang baik memiliki harga yang relatif mahal. Tanaman bawang merah sangat rentan terhadap curah hujan tinggi. Curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman bawang merah adalah antara mm/tahun dengan intensitas sinar matahari penuh lebih dari 14 jam/hari dan suhu yang ideal untuk penanaman bawang merah adalah antara derajat celcius (Wiyatiningsih, 2007). Oleh sebab itu, tanaman ini tidak memerlukan naungan/pohon peneduh. Bawang merah sangat cocok ditanam di daerah dengan suhu udara yang hangat atau panas, kering, dan cerah. Bawang merah yang ditanam di daerah dengan suhu udara rendah atau dingin akan membuat pertumbuhannya terhambat. Saat terjadi perubahan iklim dimana semakin singkatnya musim hujan namun curah hujannya tinggi, bawang merah tidak akan tumbuh dan berkembang dengan baik karena tanaman bawang merah yang tergenang banyak air, tidak akan tumbuh secara optimal. Umbi bawang merah akan berbentuk kecil sehingga kualitasnya tidak memuaskan. Curah hujan yang meningkat juga menyebabkan penularan penyakit pada bawang merah lebih cepat. Pertumbuhan bawang merah di Kabupaten Brebes juga dipengaruhi oleh terjadinya anomali iklim yaitu La Nina dan El Nino, dimana ketika La Nina angin panas (bagian laut yang suhunya tinggi) bergerak masuk ke arah Indonesia bagian timur dan demikian juga anginya berhembus lebih kuat ke arah Indonesia 6

20 sehingga laut di Indonesia meningkat suhunya, hal ini diikuti dengan penguapan yang lebih banyak dan terjadi konveksi kuat yang membentuk awan hujan (kumulus), sehingga daerah Indonesia curah hujanya di atas normal. El Nino munculnya di sekitar hari Natal (akhir Desember). Angin monsun (muson) yang datang ke Indonesia dari Asia dan membawa banyak uap air, sebagian besar juga berbelok menuju daerah tekanan rendah di pantai barat Peru Ekuador. Akibatnya, angin yang menuju Indonesia hanya membawa sedikit uap air sehingga terjadilah musim kemarau yang panjang (Budianto, 2001). Bawang merah tidak memerlukan banyak air dalam pertumbuhannya. Dengan adanya perubahan iklim, maka dengan adanya curah hujan yang tinggi akan mengakibatkan munculnya berbagai penyakit tanaman dan cepat membusuknya tanaman bawang merah. Fungisida yang beredar di pasaran belum bisa menekan perkembangan penyakit ini. Hal ini jelas akan berpengaruh terhadap tingkat produktivitas bawang merah dan perubahan harga bawang merah akibat kualitas yang tidak baik yang dihasilkan petani. Penanaman bawang merah di Kabupaten Brebes terutama di Desa Kemukten juga berkurang, petani lebih memilih untuk menanam komoditas lain selain bawang merah yang lebih tahan terhadap curah hujan yang tinggi seperti jagung manis. Tanaman jagung manis membutuhkan air yang cukup untuk pertumbuhan dan memberikan hasil produksi yang baik, sehingga jagung manis menjadi alternatif bagi petani sebagai pengganti tanaman bawang merah di saat curah hujan tinggi. Faktor-faktor iklim yang terpenting adalah jumlah dan pembagian dari sinar matahari dan curah hujan, temperatur, kelembaban dan angin. Tempat penanaman jagung harus mendapatkan sinar matahari cukup dan jangan terlindung oleh pohon-pohonan 7

21 atau bangunan. Bila tidak terdapat penyinaran dari matahari, hasilnya akan berkurang. Temperatur optimum untuk pertumbuhan jagung adalah antara C (Ashari, 1995). Cara bertanam dan pemeliharaan tanaman jagung manis juga relatif mudah. Jumlah pupuk dan obat-obatan yang digunakan dalam menanam bawang merah tidak sebanyak yang digunakan pada bawang merah atau cabai. Hal ini akan berpengaruh pula terhadap tingkat pendapatan petani di Desa Kemukten. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi apakah perubahan iklim menyebabkan perubahan tingkat produksi dan berimplikasi terhadap perubahan pendapatan petani khususnya petani bawang merah di Kabupaten Brebes. Perubahan iklim telah mempengaruhi pola penanaman bawang merah di Kabupaten Brebes. Jika sebelumnya petani bisa menanam bawang merah sebanyak 3 kali dalam setahun, sekarang petani hanya bisa menanam 2 kali saja dalam setahun, itupun dengan resiko terjadinya gagal panen. Tabel 2 menunjukkan terjadinya perubahan pola tanam yang dilakukan oleh petani di Desa Kemukten akibat adanya perubahan iklim. Tabel 2. Perubahan pola tanam oleh petani di Desa Kemukten, Kecamatan Kersana, Kabupaten Brebes Tahun Pola Tanam 2009 Bawang merah bawang merah cabai bawang merah Bawang merah bawang merah bawang merah Jagung manis 2010 Bawang merah bawang merah cabai jagung manis Bawang merah bawang merah jagung manis jagung manis Sumber : Data Primer, 2011 Perubahan pola tanam pada tahun 2010 menyebabkan adanya perubahan penerimaan yang diperoleh dari produksi bawang merah dengan penerimaan yang diperoleh dari produksi padi, jagung manis ataupun cabai dibandingkan pada tahun Penggunaan input diantara komoditas juga pasti akan berbeda yang 8

22 menyebabkan perubahan pendapatan petani. Adanya penurunan produktivitas bawang merah di Kabupaten Brebes terutama di Desa Kemukten, Kecamatan Kersana akan mengurangi persediaan bawang merah di pasaran Kabupaten Brebes bahkan di skala nasional yang menyebabkan naiknya harga bawang merah. Masuknya bawang merah impor dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan bawang merah lokal juga akan berimplikasi terhadap perubahan pendapatan petani. Keputusan petani untuk melakukan perubahan pola tanam juga dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan pola tanam dapat berasal dari internal maupun eksternal petani. Perubahan pola tanam tersebut merupakan salah satu strategi yang dilakukan petani untuk mengantisipasi kerugian akibat perubahan iklim. Secara terperinci, masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana persepsi petani bawang merah terhadap perubahan iklim? 2. Bagaimana adaptasi yang dilakukan oleh petani bawang merah di Kecamatan Kersana sebagai antisipasi terhadap perubahan iklim? 3. Bagaimana dampak perubahan iklim, khususnya perubahan curah hujan terhadap input, output dan pendapatan petani di Desa Kemukten Kecamatan Kersana, Kabupatan Brebes? 4. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi petani untuk melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim? 1.3 Tujuan Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 9

23 1. Menganalisis persepsi petani di Desa Kemukten terhadap perubahan iklim 2. Menganalisis adaptasi yang dilakukan oleh petani di Desa Kemukten, Kecamatan Kersana, Kabupaten Brebes sebagai antisipasi terhadap perubahan iklim. 3. Mengestimasi perubahan input, output dan pendapatan petani di Desa Kemukten, Kecamatan Kersana, Kabupaten Brebes akibat perubahan iklim relatif terhadap kondisi curah hujan normal. 4. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi petani untuk melakukan adaptasi sebagai respon akibat adanya perubahan iklim. 1.4 Manfaat Penelitian Sehubungan dengan tujuan yang telah ditetapkan maka hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai : 1. Bahan informasi bagi pihak-pihak yang ingin mengetahui pengaruh perubahan iklim terhadap pertanian dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi peneliti untuk menerapkan ilmu-ilmu yang diperoleh selama kuliah. 2. Bahan referensi bagi peneliti selanjutnya dalam mengkaji pengaruh perubahan iklim terhadap sektor pertanian yang lebih luas. 3. Bahan pertimbangan bagi pengambil keputusan dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan komoditas bawang merah terutama bagi pemerintah di Kabupaten Brebes dalam mengatasi pengaruh perubahan iklim terhadap pertanian terutama bawang merah sebagai komoditas unggulan di Kabupaten Brebes. 10

24 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekonomi Perubahan Iklim Bank Pembangunan Asia (ADB) menilai perubahan iklim dapat berdampak besar bagi pertumbuhan ekonomi di Asia. Hasil studi ADB baru-baru ini tentang perubahan iklim di Asia Tenggara menunjukkan, kerugian biaya total akibat perubahan iklim cukup besar. Jika tak ada yang dilakukan, maka total cost dari perubahan iklim bagi negara Indonesia, Filipina, Thailand, dan Vietnam dapat mencapai 6,7 persen dari gabungan GDP setiap tahun sampai Perekonomian yang berkelanjutan tak akan bisa berjalan apabila masing-masing negara tidak menurunkan angka emisi karbon. Penanganan dampak perubahan iklim harus berjalan dan dilakukan satu persatu secara bersama-sama 5. Perubahan iklim mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia, terutama di bidang pertanian yang memberikan kontribusi paling besar bagi perekonomian di Indonesia. Perubahan iklim menyebabkan adanya penurunan produksi pertanian sehingga berdampak terhadap kenaikan harga komoditas pertanian. Perubahan iklim juga memicu adanya adaptasi yang dilakukan petani terutama mengubah pola tanam. Hal ini dapat menyebabkan perubahan pendapatan bagi petani Pengertian Perubahan Iklim Perubahan iklim adalah berubahnya kondisi fisik atmosfer bumi antara lain suhu dan distribusi curah hujan yang membawa dampak luas terhadap berbagai sektor kehidupan manusia. Perubahan fisik ini tidak terjadi hanya sesaat tetapi 5 pada 20 Juli 2011] 11

25 dalam kurun waktu yang panjang. Perubahan iklim adalah perubahan rata-rata salah satu atau lebih elemen cuaca pada suatu daerah tertentu 6. Istilah perubahan iklim skala global adalah perubahan iklim dengan acuan wilayah bumi secara keseluruhan. IPCC (2007) menyatakan bahwa perubahan iklim merujuk pada variasi rata-rata kondisi iklim suatu tempat atau pada variabilitasnya yang nyata secara statistik untuk jangka waktu yang panjang (biasanya dekade atau lebih) Pengamatan selama 157 tahun terakhir menunjukkan bahwa suhu permukaan bumi mengalami peningkatan sebesar 0,05 o C/dekade. Selama 25 tahun terakhir peningkatan suhu semakin tajam, yaitu sebesar 0,18 o C/dekade. Sumber : IPCC (2007) Gambar 2. Kenaikan Suhu Rata-Rata di Bumi Selama 157 Tahun Terakhir Pemanasan global terjadi akibat dari peningkatan efek rumah kaca yang disebebakan oleh naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer. Semakin tinggi konsentrasi gas rumah kaca maka semakin banyak radiasi panas dari bumi yang terperangkap di atmosfer dan dipancarkan kembali ke bumi. Hal tersebut dapat pada 10 Oktober 2010]

26 terjadi melalui proses internal maupun ada kekuatan eksternal, atau ulah manusia yang terus menerus merubah komposisi atmosfer dan tata guna lahan. Hal ini menyebabkan peningkatan suhu di permukaan bumi. Peningkatan suhu iklim juga bisa dikarenakan peningkatan radiasi matahari, namun efeknya relatif sangat kecil. Pemanasan global adalah meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi sebagai akibat meningkatnya jumlah emisi Gas Rumah Kaca di atmosfer. Perubahan iklim global sebagai peristiwa naiknya intensitas efek rumah kaca yang terjadi karena adanya gas dalam atmosfer yang menyerap sinar panas yaitu sinar infra merah yang dipancarkan oleh bumi (Budianto, 2001). El Nino dan La Nina merupakan gejala yang menunjukkan perubahan iklim. El Nino adalah peristiwa memanasnya suhu air permukaan laut di pantai barat Peru Ekuador (Amerika Selatan yang mengakibatkan gangguan iklim secara global). Biasanya suhu air permukaan laut di daerah tersebut dingin karena adanya up-welling (arus dari dasar laut menuju permukaan). Menurut bahasa setempat El Nino berarti bayi laki-laki karena munculnya di sekitar hari Natal (akhir Desember). Angin monsun (muson) yang datang dari Asia dan membawa banyak uap air, sebagian besar juga berbelok menuju daerah tekanan rendah di pantai barat Peru Ekuador. Akibatnya, angin yang menuju Indonesia hanya membawa sedikit uap air sehingga terjadilah musim kemarau yang panjang. La Nina merupakan kebalikan dari El Nino. La Nina menurut bahasa penduduk lokal berarti bayi perempuan. Peristiwa itu dimulai ketika El Nino mulai melemah, dan air laut yang panas di pantai Peru ekuador kembali bergerak ke arah barat, air laut di tempat itu suhunya kembali seperti semula (dingin), dan upwelling muncul kembali, atau kondisi cuaca menjadi normal 13

27 kembali. La Nina adalah kondisi cuaca yang normal kembali setelah terjadinya gejala El Nino. Perjalanan air laut yang panas ke arah barat tersebut akhirnya akan sampai ke wilayah Indonesia. Akibatnya, wilayah Indonesia akan berubah menjadi daerah bertekanan rendah (minimum) dan semua angin di sekitar Pasifik Selatan dan Samudra Hindia akan bergerak menuju Indonesia. Angin tersebut banyak membawa uap air sehingga sering terjadi hujan lebat. Penduduk Indonesia diminta untuk waspada jika terjadi La Nina karena mungkin bisa terjadi banjir Dampak Perubahan Iklim di Bidang Pertanian Dampak perubahan iklim mempengaruhi beberapa sektor ekonomi masyarakat, seperti pertanian, peternakan, perikanan, dan kurangnya cadangan air. Terlambatnya musim hujan dan naiknya intensitas hujan, membawa kerugian cukup besar bagi masyarakat. Salah satu sektor yang paling terpengaruh dengan perubahan iklim adalah sektor pertanian. Pertama, perubahan iklim akan berdampak pada pergeseran musim, yakni semakin singkatnya musim hujan namun dengan curah hujan yang lebih besar. Sehingga, pola tanam juga akan mengalami pergeseran. Kerusakan pertanaman terjadi karena intensitas curah hujan yang tinggi yang berdampak pada banjir dan tanah longsor serta angin. Kedua, fluktuasi suhu dan kelembaban udara yang semakin meningkat yang mampu menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan organisme pengganggu tanaman. Ketiga, menurunnya kesejahteraan ekonomi petani 8. Dua hal diatas jelas merugikan petani dan sektor pertanian karena akan semakin menyusutkan dan menurunkan hasil pertanian yang berefek pada menurunnya pendapatan petani. El Nino dan La Nina Terhadap Indonesia<<Ojanmaul s Blog.htm[diakses pada 10 Oktober 2010] pada 17 November 2010] 14

28 Sebab perekonomian petani bergantung pada keberhasilan panen, jika terjadi kegagalan maka petani akan rugi Dampak Perubahan Iklim Terhadap Tanaman Pangan Peng et al. (2004) menemukan interaksi antara variabel iklim seperti peningkatan konsentrasi CO 2, peningkatan suhu, peningkatan curah hujan, kondisi cuaca yang ekstrem dengan pertumbuhan tanaman, biomasa dan hasil panen tanaman pangan. Dampak yang ditimbulkan perubahan iklim yaitu (i) peningkatan CO 2 di udara meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil panen tanaman pangan. Hubungan ini terjadi karena CO 2 dan udara diperlukan untuk tumbuhan dalam proses fotosintesis untuk menghasilkan karbohidrat. Semakin bertambah CO 2 maka semakin banyak karbohidrat yang diproduksi; (ii) peningkatan suhu akan menurunkan hasil panen tanaman pangan. Hal ini terjadi karena proses fotosintesis yang berlangsung memiliki batasan temperatur. Jika temperatur berada di atas batas, maka fotosintesis berhenti; (iii) peningkatan curah hujan akan meningkatkan hasil panen. Hubungan ini terjadi karena dalam proses fotosintesis tanaman membutuhkan air, curah hujan yang tinggi akan menambah persediaan air bagi tanaman pangan; (iv) peningkatan variasi cuaca dan kondisi cuaca yang ekstrem akan menurunkan hasil panen tanaman pangan. Hubungan ini terjadi karena tanaman pangan yang ditanam akan rusak jika terjadi variasi cuaca dan kondisi cuaca yang ekstrem Dampak Perubahan Iklim Terhadap Tanaman Hortikultura Perpaduan antara meningkatnya suhu rata-rata, siklus hidrologi yang terganggu sehingga menyebabkan musim kemarau lebih panjang dan musim hujan yang lebih intensif namun lebih pendek. Meningkatnya siklus anomali musim 15

29 kering dan hujan dan berkurangnya kelembaban tanah akan menganggu sektor pertanian. Curah hujan di beberapa wilayah di Indonesia diprediksikan akan meningkat sekitar 2 persen sampai 3 persen per tahun. Di Jawa, Bali, NTB, NTT, sebagian Sulawesi, Maluku dan Papua curah hujan akan berkurang. Kecenderungan yang akan terjadi adalah musim kemarau lebih panjang. Khusus di Pulau Jawa, perubahan musim akan sangat ekstrem dimana musim hujan akan menjadi sangat basah dan musim kering akan menjadi sangat kering dan lebih panjang. Hal ini menyebabkan Jawa menjadi rawan banjir dan kekeringan (BMKG, 2011). Tanaman bawang merah pada dasarnya tidak membutuhkan banyak air dalam pertumbuhannya. Adanya peningkatan curah hujan jelas akan sangat berpengaruh terhadap kualitas dan kondisi fisik bawang merah. Tanaman bawang merah yang tergenang banyak air, tidak akan tumbuh secara optimal. Umbi bawang merah akan berbentuk kecil sehingga kualitasnya tidak memuaskan. Selain itu, curah hujan yang meningkat menyebabkan penularan penyakit pada bawang merah lebih cepat. Salah satu penyakit penting pada bawang merah yang menimbulkan banyak kerugian di beberapa sentra produksi. Penyakit penting yang menyerang tanaman bawang merah yaitu penyakit Moler, yang biasa disebut oleh masyarakat Brebes sebagai penyakit Inul, dan Bahasa Latinnya adalah Twisting Disease. Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Fusarium oxysporum. Gejala yang ditimbulkan oleh cendawan ini yaitu busuk pada pangkal batang, sehingga tanaman menjadi layu dan busuk kemudian tanaman mati. Penyakit Moler/Inul menyerang tanaman bawang merah pada musim hujan, sedangkan 16

30 pada musim kemarau penyakit ini tidak menyebabkan kerugian yang besar (Wiyatiningsih, 2007). Tanaman cabai lebih tahan panas daripada tomat dan terung. Temperatur yang cocok untuk pertumbuhannya antara o C. Kegagalan pembentukan buah tanaman cabai seperti pada tomat tergantung pada perubahan iklim menjelang pembuangan. Perubahan ini mungkin dapat menghalangi produksi tepung sari, penyerbukan/pembuahan. Beberapa penyakit yang sering menyerang tanaman cabai adalah bercak daun yang disebabkan oleh cendawan patogen Alternaria solani, busuk daun oleh cendawan patogen Phytophtora infestans, mati bujang oleh cendawan patogen Pythium dan cendawan Rizhoctonia sp. Sedangkan hama yang sering menyerang cabai adalah ulat penggerek daun (Epilachna dodecastigma), ulat penggerek buah (Heliotis sp), ulat penggerek leher batang (Agrotis ypsilon), dan kutu daun (Aphis gossipii). Beberapa penyakit dan hama tersebut muncul saat musim hujan dengan curah hujan yang tinggi (Ashari, 1995) Dampak Perubahan Iklim Terhadap Pola Tanam Pola tanam adalah suatu usaha penanaman pada suatu bidang lahan dengan mengatur pola pertanaman. Pola pertanaman adalah suatu susunan tata letak dan dan tata urutan tanaman pada sebidang lahan selama periode tertentu, termasuk di dalamnya masa pengolahan tanah dan bera (Setjana, 1983). Selanjutnya Tahir (1974) menyatakan bahwa pola tanam adalah suatu pola bercocok tanam selama setahun atau lebih dan atau kurang yang terdiri dari beberapa kali bertanam dari satu atau beberapa jenis tanaman secara bergilir, bersisipan, atau secara bertumpangsari dengan maksud untuk meningkatkan produksi usahatani atau meningkatkan pendapatan petani tiap satuan luas per satuan waktu. Pada dasarnya 17

31 yang perlu diperhatikan dalam perencanaan prediksi atau pengaturan pola tanam adalah bahwa semua kombinasi tanaman harus dapat memenuhi persyaratan teknis, lingkungan, ekonomi dan sosial seperti pemilihan jenis tanaman yang sesuai dengan sifat-sifat lahan, iklim dan memiliki komoditas yang ekonomis. Penentuan pola tanam merupakan salah satu prinsip yang digunakan petani sebagai manajer dalam mengelola usahataninya (Hernanto, 1989). Perubahan iklim yang terjadi telah mengubah pola pengusahaan tanaman (pola tanam) yang dilakukan oleh petani. Secara umum, dua provinsi di Jawa (Jawa Barat dan Jawa Timur) yang pasokan airnya lebih tersedia memiliki intensitas tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan empat provinsi lainnya di luar Jawa. Namun, di Jawa Barat dan Jawa Timur telah terjadi perubahan pola tanam, yang sebelumnya padi-padi-padi menjadi padi-padi-palawija. Hal ini mengindikasikan bahwa petnai sudah responsif terhadap adanya gejala-gejala perubahan iklim dengan menyesuaikan jenis tanaman yang mereka usahakan (Handoko et al, 2008) Dampak Perubahan Iklim terhadap Produktivitas Dampak perubahan iklim terhadap produktivitas (hasil panen) tanaman ternyata sangat bervariasi antar daerah. Hal ini terjadi karena produktivitas tidak saja dipengaruhi oleh perubahan iklim tersebut, tetapi juga oleh faktor lain seperti ketersediaan pupuk dan pestisida tepat waktu, atau sarana irigasi yang mengalami kerusakan sehingga tidak dapat berfungsi secara optimal (Handoko et al, 2008). Produktivitas padi mengalami penurunan di Jawa Barat, Sulawesi Utara dan Gorontalo serta Sumatra Utara (dengan variasi antara 1,8% hingga 20,5%); sementara di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan mengalami peningkatan (antara 18

32 6,2% hingga 14,3%). Produktivitas palawija juga sebagian besar mengalami penurunan, kecuali di Jawa Timur yang mengalami peningkatan. Perubahan produktivitas yang mencolok justru terjadi pada komoditas tebu. Di Jawa Barat, produktivitas tebu mengalami penurunan sebesar 25,0%, sementara di Jawa Timur mengalami peningkatan sebesar 93,9%. 2.2 Persepsi Petani Terhadap Perubahan Iklim Persepsi dalam arti sempit merupakan suatu penglihatan bagaimana seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas yaitu pandangan atau pengertian bagaimana seseorang memandang atau mengerti sesuatu (Leavitt, 1978). Menurut Muchtar (1998) dalam Yuwono (2006), persepsi adalah proses penginderaan dan penafsiran rangsangan suatu obyek atau peristiwa yang diinformasikan sehingga seseorang dapat memandang, mengartikan dan menginterpretasikan rangsangan yang diterimanya sesuai dengan keadaan dirinya dan lingkungan dimana ia berada dan dapat menentukan tindakannya. Menurut Schiffman and Kanuk (1987), setiap individu mempunyai pandangan yang spesifik dalam melihat suatu realita. Empat orang yang secara bersama-sama melihat suatu kejadian yang sama, dapat menuliskan empat macam laporan yang ditulis secara jujur tetapi isinya berbeda-beda satu sama lain. Hal ini terjadi karena bagi setiap orang realita adalah suatu fenomena yang bersifat individual tergantung dari kebutuhan, keinginan, nilai yang dipegang dan pengalaman dari individu tersebut. Jadi, bagi individu, realita bukanlah merupakan realita objektif. Cara memandang suatu kenyataan yang berbeda-beda antara individu yang satu dengan lainnya disebut persepsi. 19

33 Salah satu pihak yang paling terkena dampak akibat perubahan iklim adalah petani. Keterbatasan informasi yang dimiliki petani diduga menyebabkan petani memiliki persepsi tersendiri mengenai perubahan iklim. 2.3 Prinsip Ekonomi Proses produksi merupakan hubungan antara tingkat penggunaan faktorfaktor produksi dengan produksi atau hasil yang akan diperoleh. Hal ini disebut hubungan antara input dengan output. Selain itu, dalam menghasilkan suatu produk dapat pula dipengaruhi oleh produk yang lain, bahkan untuk menghasilkan produk tertentu dapat digunakan input yang satu maupun input yang lainnya. Prinsip-prinsip ekonomi tersebut dapat diterapkan secara luas sebab dapat menjelaskan hubungan-hubungan yang dapat menyelesaikan masalah mengenai berbagai upaya perbaikan usahatani (Suratiyah, 2006). Pengetahuan tentang ilmu ekonomi dapat memberikan dasar untuk perencanaan usahatani dan pemilihan alternatif usaha. Usahatani merupakan kegiatan untuk menghasilkan produk dengan menggunakan faktor-faktor produksi secara efisien pada sektor pertanian, perikanan atau peternakan Konsep Usahatani Menurut Vink (1984), ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari norma-norma yang digunakan untuk mengatur usahatani agar memperoleh pendapatan yang setinggi-tingginya. Ilmu usahatani merupakan ilmu terapan yag membahas atau mempelajari bagaimana membuat atau menggunakan sumberdaya secara efisien pada suatu usaha pertanian, peternakan atau perikanan. Selain itu, usahatani juga dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana membuat dan melaksanakan keputusan pada usaha pertanian, peternakan, atau 20

34 perikanan untuk mencapai tujuan yang telah disepakati oleh petani/peternak tersebut (Prawirokusumo, 1990). Melalui produksi pertanian yang berlebih dapat diharapkan memperoleh pendapatan yang tinggi, maka usahatani harus dimulai dengan perencanaan untuk menentukan dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi pada waktu yang akan datang secara efisien sehingga dapat memperoleh pendapatan yang maksimal. Definisi tersebut juga memperlihatkan adanya pertimbangan ekonomis disamping pertimbangan teknis (Suratiyah, 2006) Pendapatan Usahatani Berusahatani merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh produksi di lapangan pertanian, yang pada akhirnya akan dinilai dari biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh. Karena dalam kegiatan itu bertindak seorang petani yang berperan sebagai pengelola, sebagai pekerja dan sebagai seorang penanam modal pada usahanya, maka pendapatan itu dapat digambarkan sebagai balas jasa dari kerjasama faktor-faktor produksi (Soeharjo, 1972). Bagi seorang petani, analisa pendapatan memberikan bantuan untuk mengukur apakah kegiatan usahanya pada saat ini berhasil atau tidak. Analisa pendapatan usahatani memerlukan dua keterangan pokok yaitu keadaan penerimaan dan keadaan pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan. Penerimaan usahatani berwujud tiga hal yaitu (a) hasil penjualan tanaman, ternak, ikan atau produk yang akan dijual, (b) produk yang dikonsumsi pengusaha dan keluarganya selama melakukan kegiatan, (c) kenaikan nilai inventaris. Nilai benda-benda inventaris yang dimiliki petani berubah-ubah setiap tahun, sehingga ada perbedaan nilai pada awal tahun dengan akhir tahun perhitungan. Jika ada 21

35 kenaikan nilai benda-benda inventaris yang dimiliki petani itu, maka selisih nilai akhir tahun dengan nilai awal tahun perhitungan merupakan penerimaan usahatani (Soeharjo, 1972). Pengeluaran usahatani secara umum meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang sifatnya tidak dipengaruhi oleh besarnya produksi. Biaya tetap ini terdiri dari pajak, penyusutan alat-alat produksi, bunga pinjaman, sewa tanah dan lain-lain. Biaya variabel sifatnya berubah sesuai dengan besarnya produksi. Biaya variabel terdiri dari bibit, makanan ternak, biaya menggembala, pembelian sarana produksi, dan lain-lain (Soeharjo, 1972). 2.4 Strategi Petani Dalam Menanggulangi Perubahan Iklim Strategi Antisipasi Strategi antisipasi ditujukan untuk menyiapkan strategi mitigasi dan adaptasi berdasarkan kajian dampak perubahan iklim terhadap (a) sumberdaya pertanian seperti pola curah hujan dan musim (aspek klimatologis), sistem hidrologi dan sumberdaya air (aspek hidrologis), keragaan dan penciutan luas lahan pertanian di sekitar pantai, (b) infrastruktur/sarana dan prasarana pertanian, terutama sistem irigasi, dan waduk, (c) sistem usahatani dan agribisnis, pola tanam, produktivitas, pergeseran jenis dan varietas dominan, produksi, dan (d) aspek sosial-ekonomi dan budaya. Berdasarkan kajian tersebut ditetapkan strategi yang harus ditempuh dalam upaya mengurangi laju perubahan iklim (mitigasi) melalui penyesuaian dan perbaikan aktivitas/praktek dan teknologi pertanian dan mengurangi dampak perubahan iklim terhadap sistem dan produksi pertanian melalui penyesuaian dan perbaikan infrastruktur (sarana dan prasarana) pertanian dan penyesuaian dan teknologi pertanian (adaptasi) (Las, 2007). 22

36 2.4.2 Strategi Mitigasi Indonesia selain sebagai emitor terbesar oksigen (O2) dari hutan dan areal pertaniannya, Indonesia juga dituding sebagai negara terbesar ketiga dalam mengemisi Gas Rumah Kaca (GRK), terutama dari sistem pertanian lahan sawah dan rawa, kebakaran hutan/lahan, emisi dari lahan gambut. Oleh sebab itu, Indonesia dituntut (sesuai dengan Kiyoto Protocol) untuk senantiasa berupaya mengurangi (mitigasi) GRK, antara lain melalui; (a) CDM (Clean Development Mechanism), (b) perdagangan karbon (carbon trading) melalui pengembangan teknologi budidaya yang mampu menekan emisi GRK, dan (c) penerapan teknologi budidaya seperti penanaman varietas dan pengelolaan lahan dan air dengan tingkat emisi GRK yang lebih rendah (Sinar Tani, 2010) Strategi Adaptasi Strategi adaptasi adalah pengembangan berbagai upaya yang adaptif dengan situasi yang terjadi akibat dampak perubahan iklim terhadap sumberdaya infrastruktur dan lain lain melalui (a) reinventarisasi dan redelineasi potensi dan karakterisasi sumberdaya lahan dan air, (b) penyesuaian dan pengembangan infrastruktur pertanian, terutama irigasi sesuai dengan perubahan sistem hidrologi dan potensi sumberdaya air, (c) penyesuaian sistem usahatani dan agribisnis, terutama pola tanam, jenis tanaman dan varietas, dan sistem pengolahan tanah (Las, 2007). Proses adaptasi merupakan suatu bagian dari proses evolusi kebudayaan yakni proses yang mencakup rangkaian usaha-usaha manusia untuk menyesuaiakan diri atau memberi respon terhadap perubahan lingkungan fisik maupun sosial yang terjadi secara temporal. Perubahan lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap sistem adaptasi manusia adalah perubahan lingkungan yang 23

37 berupa bencana, yaitu kejadian yang mengancam kelangsungan hidup organisme termasuk manusia, sehingga dalam menghadapi perubahan-perubahan lingkungan akibat bencana tersebut, manusia mengembangkan pola adaptasi yang berbentuk pola-pola tingkah laku yang salah satunya adalah perubahan strategi (Mulyadi, 2005). 2.5 Penelitian Terdahulu Asikin (2010) melakukan peneltian mengenai analisis dampak perubahan iklim terhadap pendapatan petani padi di Kabupaten Cianjur. Perubahan iklim mempengaruhi kondisi lingkungan di Kabupaten Cianjur yang merupakan salah satu sentra produksi padi di Jawa Barat. Terbatasnya informasi yang diperoleh petani padi mengenai perubahan iklim menyebabkan persepsi antar petani mengenai perubahan iklim menjadi berbeda. Oleh karena itu, kajian mengenai sejauh mana persepsi petani padi terhadap perubahan iklim tersebut penting untuk dilakukan. Adaptasi petani padi terhadap perubahan iklim juga penting untuk dilakukan. Hal ini untuk mengetahui sejauh mana petani padi mampu bertahan dan merespon kondisi iklim yang tidak menentu. Penelitian ini juga memberikan informasi mengenai dampak perubahan iklim terhadap tingkat pendapatan petani padi di Kabupaten Cianjur. Mayangsari (2010) melakukan penelitian terhadap tingkat kesejahteraan nelayan perahu motor tempel di Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi akibat perubahan iklim. Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhanratu (PPN Pelabuhanratu) merupakan salah satu pelabuhan perikanan yang dibangun oleh pemerintah pusat guna menunjang aktivitas perikanan yang memanfaatkan sumberdaya ikan yang ada di wilayah pengelolaan perikanan. PPN Pelabuhanratu 24

38 memiliki peranan strategis karena letaknya berada pada posisi dekat dengan daerah penangkapan (fishing ground) perairan Samudra Hindia dan akses pemasaran domestik mapun ekspor. Dengan adanya perubahan iklim, peneliti melakukan analisis dampak perubahan iklim terhadap sektor peikanan, mengestimasi besarnya perubahan tingkat kesejahteraan nelayan perahu motor tempel yang ada di Pelabuhanratu dan strategi adaptasi yang dilakukan nelayan perahu motor tempel akibat adanya perubahan iklim. Handayani (2007) melakukan penelitian terhadap budidaya tanaman bawang merah organik terhadap tingkat permintaan konsumen. Budidaya organik mendorong terbentuknya tanah dan tanaman sehat dengan melakukan praktekpraktek budidaya tanaman seperti daur ulang unsur hara, rotasi tanaman, pengolahan tanah yang tepat, serta menghindari penggunaan pupuk dan pestisida sintetik. Peralihan sistem budidaya ini disebabkan oleh tingginya penggunaan pupuk dan pestisida sintetik sehingga mengakibatkan produktivitas tanah di Indonesia menjadi makin menurun dan konsumen bawang merah sudah mulai peduli akan bahaya dari penggunaan pestisida sintetik yang berlebihan, sehingga konsumen mulai menggunakan produk organik. Penelitian tersebut menganalisis keunggulan komparatif dan kompetitif dari kedua teknik budidaya (konvenssional dan organik), untuk membandingkan teknik budidaya yang lebih efisien atau menguntungkan, serta untuk mengetahui apakah Indonesia lebih diuntungkan memproduksi bawang merah dalam negeri atau lebih diuntungkan apabila mengimpor dari luar negeri. Sunarno (2004) melakukan penelitian mengenai analisis pendapatan dan optimalisasi pola tanam komoditas sayuran di Desa Sukatani, Kecamatan Pecet, 25

39 Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Pendapatan usahatani sayuran petani responden pada kondisi aktual menunjukkan bahwa pendapatan per hektar petani luas lebih rendah dibandingkan petani sempit. Nilai R/C rasio petani sempit lebih besar dibandingkan petani luas, hal ini menunjukkan bahwa usahatani yang dilakukan petani sempit lebih efisien dibandingkan petani luas. Tingkat produktivitas lahan petani sempit yang lebih besar dibandingkan petani luas disebabkan karena pemeliharaan yang dilakukan lebih intensif. Sedangkan hasil analisis optimalisasi untuk pertanian menunjukkan bahwa pola tanam yang dapat memberikan pendapatan yang optimal adalah tanaman horinso, brokoli dan wortel + bawang daun, sedangkan petani sempit adalah tanaman horinso, brokoli dan horinso. Hasil optimal petani luas lebih kecil dibanding petani sempit. Nilai R/C ratio optimal untuk petani luas juga lebih kecil dibandingkan petani petani sempit, tetapi tambahan pendapatan per hektar yang diperoleh petani luas lebih besar dibanding petani sempit. Petani luas lebih berdiversivikasi dibanding petani sempit. 26

40 III. KERANGKA PEMIKIRAN Perubahan iklim dengan segala penyebabnya sudah terjadi di tingkat lokal, regional maupun global. Peningkatan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) menyebabkan terjadi pemanasan global diikuti dengan meningkatnya permukaan air laut akibat pencairan es di wilayah kutub. Naiknya permukaan air laut akan menyebabkan meningkatnya energi yang terjadi dalam atmosfer, sehingga mendorong terjadinya perubahan iklim. Perubahan iklim yang terjadi hampir 10 tahun terakhir telah memberikan dampak yang signifikan di berbagai sektor, terutama di sektor pertanian. Salah satu dampak akibat terjadinya perubahan iklim adalah curah hujan yang tinggi. Para petani bawang di Kabupaten Brebes merupakan salah satu pihak yang merasakan pengaruh dari perubahan iklim tersebut. Kesalahan strategi dari petani menjadi tidak tepat karena cuaca yang ekstrim tidak dapat diantisipasi. Tanaman bawang merah tidak membutuhkan banyak air dan cukup mendapatkan sinar matahari dalam pertumbuhannya, sehingga pada saat terjadi perubahan iklim yang menyebabkan curah hujan meningkat akan berakibat berubahnya struktur proporsi bawang merah. Bawang merah yang ditanam dalam kondisi tempat yang teduh mengakibatkan pembentukan umbi yang tidak sempurna sehingga ukuran bawangnya menjadi kecil dan kualitas bawang merah menjadi buruk. Hal ini akan berdampak negatif terhadap produktivitas bawang merah dan menyebabkan menurunnya tingkat persaingan bawang merah lokal terhadap bawang merah impor sehingga akan berimplikasi terhadap menurunnya pendapatan petani bawang merah di Kabupaten Brebes, maka kesejahteraan 27

41 mayarakat di Kabupaten Brebes semakin menurun karena bawang merah merupakan komoditas unggulan dari Kabupaten Brebes dimana petani bawang merah menjadi salah satu mata pencaharian utama bagi masyarakat Kabupaten Brebes. Perubahan iklim menyebabkan terjadinya perubahan pola tanam terhadap pertanian di Kabupaten Brebes khususnya di Desa Kemukten. Jika pada tahun sebelum terjadinya perubahan iklim penanaman bawang merah dilakukan 3 kali dalam setahun, namun setelah perubahan iklim penanaman bawang merah hanya sebanyak 2 kali dalam setahun. Hal ini dilakukan sebagai salah satu adaptasi petani terhadap peningkatan curah hujan yang terjadi di Kabupaten Brebes. Penanaman palawija seperti jagung manis menjadi pilihan pengganti bagi petani. Adanya perubahan pola tanam juga berimplikasi terhadap pendapatan petani. Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani saat musim penghujan lebih banyak dibandingkan dengan saat musim kering pada saat menanam bawang merah yang menyebabkan berubahnya harga bawang merah dan penerimaan yang didapat oleh petani mengalami perubahan, sehingga pendapatan petani juga mengalami perubahan. Analisis mengenai pengaruh perubahan iklim terhadap komoditas bawang merah di Kabupaten Brebes merupakan salah satu indikator seberapa pentingnya perubahan iklim terhadap pertanian di Kabupaten Brebes terutama pertanian bawang merah yang menjadi sentra utama kegiatan pertanian di wilayah Kabupaten Brebes. Kajian tentang strategi bertujuan untuk mengidentifikasi rencana yang dilakukan petani bawang merah di Kabupaten Brebes sebagai antisipasi terhadap perubahan iklim, selanjutnya dilakukan analisis variabel yang 28

42 mempengaruhi petani dalam melakukan perubahan pola tanam sebagai akibat perubahan iklim, sehingga dari hasil penelitian dirumuskan rekomendasi kebijakan bagi stakeholder dan pemerintah Kabupaten Brebes dalam mengatasi perubahan iklim terutama terhadap komoditas bawang merah. Kabupaten Brebes merupakan salah satu sentra produksi bawang merah tertinggi dalam skala nasional Perubahan iklim pada tahun 2010 Sistem pengusahaan bawang merah dan tanaman lainnya Tidak merubah pola tanam (tanpa adaptasi) dibandingkan Adanya perubahan pola tanam (adaptasi) Pemahaman dan persepsi petani mengenai perubahan iklim Perubahan pendapatan petani dengan adaptasi dan tanpa adaptasi Perbandingan kinerja usahatani dan rekomendasi kebijakan Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi petani dalam melakukan perubahan pola tanam : Tingkat pendidikan Jumlah tanggungan keluarga Pengalaman berusahatani Pendapatan petani Luas lahan pertanian Pemahaman petani mengenai perubahan iklim Gambar 3. Kerangka Pemikiran 29

43 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di Kecamatan Kersana Kabupaten Brebes, Propinsi Jawa Tengah dengan responden adalah para petani. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive), karena Kabupaten Brebes merupakan penghasil bawang merah terbesar dalam skala nasional dan bawang merah merupakan komoditas unggulan di Kabupaten Brebes yang menjadi salah satu sumber pendapatan daerah dan sumber penghasilan bagi petani bawang merah di Kabupaten Brebes. Penelitian dilakukan selama 2 bulan dan pengambilan data primer dilakukan pada bulan Maret April Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan petani di Kabupaten Brebes dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah disediakan oleh peneliti. Data sekunder diperoleh dengan cara mempelajari bukubuku, media cetak, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kabupaten Brebes, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Brebes, dan sumber-sumber yang relevan dengan topik yang diteliti. 30

44 Tabel 3. Jenis dan Sumber Data dalam Penelitian Data Jenis Sumber Metode Persepsi petani terhadap perubahan iklim Primer Petani Wawancara dan kuesioner Strategi petani untuk mengantisipasi perubahan iklim Primer Petani Wawancara dan kuesioner Perubahan penggunaan input, output dan pendapatan petani Faktor-faktor yang mempengaruhi petani dalam melakukan perubahan pola tanam Primer dan Sekunder Petani dan BPS Kabupaten Brebes Wawancara, kuesioner dan studi literatur Primer Petani Wawancara dan kuesioner 4.3 Metode Pengumpulan Data Pengambilan data dilakukan dengan metode non probability sampling secara purposive. Secara umum, sampel merupakan bagian kecil dari suatu populasi. Responden berasal dari Desa Kemukten yang ada di Kecamatan Kersana Kabupaten Brebes yaitu sebanyak 44 orang. Petani yang akan menjadi responden adalah petani yang telah bekerja kurang lebih 10 tahun, sehingga dapat diketahui informasi yang lebih mendalam mengenai perubahan iklim terhadap pertanian. 4.4 Metode Analisis Data Menganalisis data merupakan suatu proses lanjutan setelah dilakukannya pengumpulan data. Menganalisis data ditujukan agar data yang telah dikumpulkan dapat lebih berarti serta dapat memberikan informasi. Adanya hasil analisis terhadap data ini dapat memberikan jawaban atas perumusan masalah yang terdapat dalam perumusan ini. Langkah awal sebelum menganalisis data adalah dengan mengelompokkan data yang diperoleh dari sampling menjadi dua, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Pengolahan dan analisis data akan dilakukan 31

45 secara manual dan menggunakan komputer dengan program Microsoft Office Excel 2007 dan Minitab 14.0 for Windows. Tabel 4. Metode Pengolahan dan Analisis Data dalam Penelitian Tujuan Menganalisis persepsi petani bawang merah terhadap perubahan iklim Menganalisis adaptasi yang dilakukan petani untuk mengantisipasi perubahan iklim Mengestimasi besarnya perubahan pendapatan petani Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi petani dalam melakukan perubahan pola tanam Metode Analisis Data Analisis Deskriptif Analisis Deskriptif Analisis Pendapatan Usahatani Regresi Logistik Analisis Persepsi Petani Terhadap Perubahan Iklim Analisis data yang digunakan untuk mengkaji dengan menggunakan analisis deskriptif. Bentuk pertanyaan yang akan diberikan pada responden untuk mengkaji analisis tersebut berupa kombinasi pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup. Hal-hal yang akan ditanyakan pada responden adalah mengenai masalah perubahan iklim. Seberapa jauh para petani mengetahui mengenai perubahan iklim serta dampak-dampak yang timbul, seperti bagaimana kondisi tanaman bawang merah akibat perubahan iklim tersebut dan membandingkan dengan beberapa tahun lalu saat perubahan iklim belum terlalu dirasakan Estimasi Perubahan Pendapatan Petani Akibat Perubahan Iklim Estimasi perubahan produktivitas bawang merah melalui perubahan tingkat produksi dan perubahan pendapatan petani. Perubahan tingkat produksi bawang merah dapat dianalisis melalui data-data yang didapatkan dari Badan Pusat Statistik (BPS) pusat maupun pusat informasi pertanian yang ada di Kabupaten Brebes. 32

46 Perubahan pendapatan petani dapat diestimasi melalui analisis pendapatan usahatani. Analisis ini digunakan untuk mengukur dan membandingkan besarnya pendapatan usahatani pada beberapa komoditas yang diusahakan pada saat sebelum terjadi perubahan iklim dan setelah terjadi perubahan iklim. Analisis tersebut menggunakan bantuan tabel arus kas seperti arus penerimaan dan biaya yang digunakan. Harga yang digunakan merupakan harga yang berlaku pada saat penelitian dilakukan yaitu setelah terjadinya perubahan iklim dan harga yang berlaku pada saat sebelum terjadi perubahan iklim. Secara umum, perhitungan tingkat pendapatan dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut : Pd = TR TC TR =. Y i TC = TFC + TVC TVC =. X ij Pd =. Y i -. X ij Keterangan : Pd : Pendapatan TR : Total Penerimaan Y i : Output tanaman i yang dihasilkan pada musim tanam tertentu P yi : Harga output yang diproduksi TC : Total Biaya TFC : Total Biaya Tetap TVC : Total Biaya Variabel X ij : Input j yang digunakan pada tanaman i : Harga input j yang digunakan pada tanaman i P xij Pendapatan adalah selisih antara total penerimaan dan total biaya. Penerimaan merupaka perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Penerimaan didefinisikan sebagai nilai produksi total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Biaya total didefinisikan sebagai nilai semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan 33

47 dalam produksi. Biaya total terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang relatif jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Biaya tetap tidak bergantung pada besarnya produksi. Sedangkan biaya variabel merupakan biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh (Hernanto, 1989). Biaya variabel jumlahnya berubah sebanding dengan besarnya produksi. Biaya yang termasuk dalam biaya variabel adalah bibit/benih, pupuk, obat-obatan dan sewa tenaga kerja. Biaya tetapterdiri dari sewa lahan, pajak, penyusutan dan bunga modal kredit Analisis Adaptasi Yang Dilakukan Oleh Petani Terhadap Perubahan Iklim Jenis analisis untuk mengkaji strategi dan inovasi yang dilakukan petani adalah dengan memberikan pertanyaan mengenai bentuk strategi dan inovasi apa yang dilakukan oleh petani akibat adanya pengaruh perubahan iklim terhadap perubahan produktivitas bawang merah serta hambatan-hambatan yang dihadapi pada saat melakukan strategi dan inovasi tersebut Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Petani Dalam Melakukan Perubahan Pola Tanam Model Regresi Logistik Alat analisis yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi petani dalam melakukan perubahan pola tanam akibat perubahan iklim menggunakan pendekatan model regresi logistik. Model tersebut dirumuskan sebagai berikut (Pindyck dan Rubinfeld, 1998) : P i = F(Z i ) = (β 0 + β 1 X i ) = = ( ) (1) 34

48 Dimana : P i β₀ β₁ X i = peluang individu dalam mengambil keputusan = intersept = koefisien regresi = variabel bebas Untuk melihat model pada persamaan (1) dapat diestimasi hal yang pertama dilakukan adalah mengalikan kedua sisi persamaan dengan 1 + untuk mendapatkan (1 + )P i = 1... (2) Persamaan (2) dibagi dengan P i dan kemudian dikurangi 1 akan menghasilkan persamaan : = - 1 = Atau dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan : = ( )... (3) Persamaan (3) kemudian ditransformasi menjadi model logaritma natural sehingga menghasilkan persamaan : Z i = ln ( )... (4) Dengan ln = Z i, maka persamaan (4) dapat dituliskan sebagai berikut : Z i = ln ( ) = β₀ + β₁x i... (5) Persamaan (5) di atas dikenal sebagai model logit atau model regresi logistik. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi petani dalam melakukan perubahan pola tanam adalah tingkat pendidikan (X 1 ), jumlah tanggungan keluarga (X 2 ), lama pengalaman bertani (X 3 ), pendapatan (X 4 ), luas lahan pertanian (X 5 ), dan pemahaman petani mengenai perubahan iklim (X 6 ). Berdasarkan faktor-faktor yang diduga mempengaruhinya, maka model logit dapat dijabarkan sebagai berikut : 35

49 ln ( ) = Z i = β₀ + β₁x 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 - β 4 X 4 + β 5 X 5 + β 6 X 6 Dimana : P i = peluang kesediaan petani untuk melakukan perubahan pola tanam 1 - P i = peluang ketidaksediaan petani untuk melakukan perubahan pola tanam Z i = keputusan petani β₀ = intersep β₁ = parameter peubah X 1 X 1 = tingkat pendidikan X 2 = jumlah tanggungan keluarga X 3 = pengalaman berusahatani X 4 = pendapatan petani X 5 = luas lahan pertanian = pemahaman petani mengenai perubahan iklim X 6 Hipotesis dari faktor yang mempengaruhi petani dalam melakukan perubahan pola tanam akibat perubahan iklim : 1. Tingkat Pendidikan Formal Petani Pendidikan formal petani diharapkan bernilai positif. Semakin tinggi tingkat pendidikan petani maka akan semakin mudah untuk memahami adanya perubahan iklim dan dampaknya terhadap pertanian dibandingkan dengan petani yang berpendidikan rendah, sehingga semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin mudah petani dalam melakukan perubahan pola tanam akibat perubahan iklim. 2. Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah tanggungan keluarga petani diharapkan bernilai positif. Semakin banyak jumlah anggota keluarga yang harus ditanggung akan menyebabkan semakin banyak kebutuhan hidup yang harus dipenuhi sehingga tekanan untuk meningkatkan pendapatan semakin tinggi. Oleh karena itu, semakin banyak jumlah tanggungan keluarga diharapkan mendorong petani untuk melakukan perubahan pola tanam. 36

50 3. Pengalaman Berusahatani Pengalaman berusahatani diharapkan bernilai positif. Semakin lama petani berpengalaman dalam usahatani, diharapkan petani semakin dapat memilih usahatani yang paling menguntungkan ditengah terjadinya perubahan iklim. Jika terdapat perubahan pola tanam yang dapat memberikan keuntungan dan meminimalisasi terajdinya kerugian, maka petani akan melakukan perubahan tersebut. 4. Pendapatan Petani Pendapatan petani diharapkan bernilai negatif. Petani yang berpendapatan rendah diharapkan akan lebih mudah untuk diarahkan pada perubahan pola tanam. Petani akan berusaha untuk meningkatkan pendapatannya, sehingga apabila ada sistem baru yang menawarkan pendapatan lebih tinggi petani cenderung akan melakukan perubahan pola tanam. 5. Luas Lahan Pertanian Luas lahan pertanian diharapkan bernilai positif. Semakin luas lahan yang diusahakan maka diharapkan akan mendorong petani untuk melakukan perubahan pola tanam karena dengan merubah pola tanam, petani yang memiliki lahan yang luas akan semakin banyak memperoleh keuntungan. 6. Pemahaman Petani Mengenai Perubahan Iklim Pemahaman petani mengenai perubahan iklim diharapkan bernilai positif. Semakin banyak petani yang memahami perubahan iklim, maka semakin besar keinginan petani untuk melakukan perubahan pola tanam karena dengan merubah pola tanam petani dapat mengurangi dampak kerugian yang ditimbulkan pada usahatani mereka akibat adanya perubahan iklim. 37

51 Pengujian Model Regresi Logistik a) Uji Likelihood Ratio Pengjian model logit dapat dilakukan secara keseluruhan atau individual. Uji likelihood ratio adalah uji secara keseluruhan model logit dimana rasio fungsi kemungkinan model UR (lengkap) terhadap fungsi kemungkinan model R (H 0 benar). Fungsi kemungkinan tersebut adalah (Juanda, 2009) : G = -2ln[ ] = 2ln[ = χ 2 (k-1) Dengan hipotesis : = 2[ln(likelihood_Model UR ) ln(likelihood_model R )] H 0 : β 1 = β 2 =.=β k H 1 : minimal ada β j 0, untuk j=1,2,3,..k Jika menggunakan taraf nyata α, hipotesis Ho ditolak (model signifikan) jika statistik G > χ 2 α,(k-1) dan jika H 0 ditolak maka dapat disimpulkan minimal ada β 0, dengan pengertian model regresi logistik dapat menjelaskan atau memprediksi pilihan individu pengamatan. b) Uji Wald Pengujian faktor (β j 0) yang berpengaruh nyata terhadap pilihannya, perlu uji statistik lanjut. Uji signifikasi dari parameter koefisien secara parsial dapat dilakukan dengan statistik uji Wald yang serupa dengan statistik uji-t atau uji Z dalam regresi linier biasa (Juanda, 2009). Hipotesisnya adalah : H 0 : β j = 0 untuk j=1,2,3,...,k H 1 : β j 0 38

52 Statistik uji yang digunakan adalah : W = ^ ^ ( ) Dimana : ^ j = koefisien regresi se ( ^ j ) = standard error of β (galat lesalahan dari β) c) Odds Ratio Odds berarti resiko atau kemungkinan peluang kejadian sukses terhadap kejadian tidak sukses dari variabel respon. Makin besar nilai Odds maka makin besar peluang seseorang untuk mengambil keputusan, sehingga nilai Odds merupakan suatu indikator kecenderungan seseorang menentukan pilihan yang pertama. Secara matematis dapat dituliskan (Juanda, 2009) : Z i = ln atau dapat dituliskan Odds Ratio = Dimana : P = peluang kejadian yang terjadi 1 P = peluang kejadian yang tidak terjadi 39

53 V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Kondisi Umum Desa Kemukten Letak Geografis Desa Kemukten secara administratif terletak di Kecamatan Kersana, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana mempunyai 13 desa yaitu Desa Kersana, Ciampel, Cigedog, Cikandang, Kubang Pari, Pende, Keradenan, Krama Sampang, Sukamaja, Sindangjaya, Jakapura, Limbangan dan Kemukten. Jumlah penduduk Kecamatan Kersana terdiri dari jiwa penduduk laki-laki dan jiwa penduduk perempuan. Desa Kemukten terdiri dari 26 RT dan 5 RW. Luas wilayah Desa Kemukten adalah ha/m 2. Desa Kemukten memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara Sebelah Selatan Sebelah Timur Sebelah Barat : Desa Sengon, Kecamatan Tanjung : Desa Kersana, Kecamatan Kersana : Desa Limbangan. Kecamatan Kersana : Desa Kersana, Kecamatan Kersana Jumlah penduduk Desa Kemukten sebesar jiwa dengan penduduk laki-laki sebesar jiwa dan penduduk perempuan sebesar jiwa. Mayoritas penduduk Desa Kemukten adalah petani dan buruh tani. Jumlah petani di Desa Kemukten sebesar 592 jiwa dan buruh tani sebesar 787, yang lainnya adalah Pegawai Negeri Sipil, TNI dan Karyawan Swasta. Desa Kemukten memiliki suhu rata-rata 33 0 C dan curah hujan rata-rata sebesar 8 Mm/hari pada tahun 2010, sedangkan pada tahun 2009 suhu udara rata- 40

54 rata di Desa Kemukten adalah 32 0 C dan curah hujan rata-rata sebesar 6 Mm/hari. Hal ini menunjukkan adanya perubahan suhu dan curah hujan di Desa Kemukten yang berpengaruh terhadap kondisi lingkungan terutama kondisi pertanian di Desa Kemukten. Penggunaan lahan di Desa Kemukten berupa lahan persawahan seluas ha/m 2, lahan pemukiman seluas ha/m 2, dan lahan untuk sarana dan prasarana lainnya seluas ha/m 2. Penduduk Desa Kemukten yang mayoritas bermata pencaharian petani, hidupnya sangat bergantung terhadap pertanian. Sebagian besar petani di Desa Kemukten menanam bawang merah sebagai salah satu komoditas pertanian unggulan di Kabupaten Brebes. Kondisi lingkungan lahan yang kering dengan pancaran sinar matahari yang cukup, membuat Desa Kemukten menjadi daerah yang cocok untuk penanaman bawang merah. Perubahan suhu dan curah hujan akan mempengaruhi pertanian dan pendapatan petani di Desa Kemukten Kondisi Pertanian di Desa Kemukten Petani di Desa Kemukten pada umumnya menanam jenis komoditas tanaman yang cocok ditanam di daerah kering, seperti bawang merah, jagung, cabai dan padi sawah. Tahun 2009 luas tanam bawang merah yaitu 74 ha, padi sawah 30 ha, dan jagung 5 ha, sedangkan pada tahun 2010 luas tanam bawang merah menjadi 65 ha, padi sawah 52 ha dan jagung 11 ha. Jenis tanah sawah yang ada di Desa Kemukten yaitu sawah irigasi teknis seluas ha/m 2, sawah tadah hujan seluas ha/m 2 dan tidak ada jenis tanah tegalan. Adanya perubahan iklim antara tahun 2009 dan 2010 menyebabkan perubahan produktivitas bawang merah di tingkat desa maupun di tingkat kecamatan. Tabel 5 menunjukkan adanya perubahan luas panen, produksi dan 41

55 produktivitas bawang merah di Kabupaten Kersana dari tahun 2003 hingga 2010 yang menggambarkan adanya penurunan yang cukup signifikan dari tahun ke tahunnya di Kecamatan Kersana dan Desa Kemukten merupakan salah satu penyumbang produksi bawang merah terbesar di Kecamatan Kersana. Tabel 5. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Bawang Merah di Kecamatan Kersana Kabupaten Brebes Tahun Tahun Luas Panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha) Perubahan (ton) ,0 32, ,4 8,9-23, ,5 8,4-0, ,3 7,6-0, ,7 8,4 0, ,2 12,2 3, ,6 11,9-0, ,0 11,2-0,7 Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kab. Brebes 5.2 Karakteristik Umum Responden Karakteristik umum responden di Desa Kemukten diperoleh berdasarkan survei yang dilakukan terhadap 44 orang petani yang mewakili rumah tangga. Karakteristik responden ini dilihat dari beberapa variabel yang meliputi usia, pendidikan formal, jumlah tanggungan keluarga, lama bertani serta luas dan status kepemilikan lahan Usia Responden memiliki tingkat usia yang bervariasi yaitu dari 31 tahun hingga 67 tahun. Usia responden sebagian besar berada pada kisaran tahun sebanyak 41% dan tahun sebanyak 36% yang merupakan usia produktif petani. Responden dengan usia kurang dari 35 tahun sebanyak 11% dan usia lebih dari 65 tahun sebanyak 0,5%. 42

56 Tabel 6. Usia Responden di Desa Kemukten Tahun 2011 Usia Jumlah Responden Presentase (%) (tahun) (orang) < ,5 >65 2 0,5 Sumber : Data Primer (diolah), Pendidikan Formal Terakhir Tingkat pendidikan responden di Desa Kemukten masih tergolong rendah. Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya responden yang memiliki pendidikan terakhir Sekolah Dasar (SD) sebanyak 75% dan yang tidak tamat SD sebanyak 2%. Sementara yang berpendidikan terakhir SLTP dan SLTA masing-masing hanya sebanyak 14% dan 7%, sedangkan yang berpendidikan setingkat Perguruan Tinggi sebanyak 2%. Tabel 7. Pendidikan Formal Terakhir Responden Desa Kemukten Tahun 2011 Tingkat Pendidikan Jumlah Responden Presentase (%) (orang) SD SLTP 6 2 SLTA 3 14 Perguruan Tinggi 1 7 Tidak Sekolah 1 2 Sumber : Data Primer (diolah), Jumlah Tanggungan Keluarga Salah satu karkteristik responden adalah mewakili rumah tangga, maka dari itu, responden memiliki tanggungan keluarga. Tanggungan keluarga responden ditentukan dari jumlah anggota rumah tangga yang terdiri dari istri, anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama di dalam satu rumah. Berdasarkan penelitian, responden memiliki tanggungan sebanyak 1-6 orang. 43

57 Responden yang memiliki jumlah tanggungan di bawah 3 orang sebanyak 25%, responden yang memiliki jumlah tanggungan antara 3-5 orang sebanyak 71% dan sisanya sebanyak 4% responden memiliki tanggungan di atas 5 orang. Tabel 8. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden Desa Kemukten Jumlah Tanggungan Jumlah Responden Presentase (%) (orang) (orang) < >5 2 4 Sumber : Data Primer (diolah), Pengalaman Berusahatani Responden umumnya telah bertani dalam kurun waktu yang relatif lama. Responden yang bertani kurang dari 10 tahun hanya sebanyak 7%, sedangkan responden yang telah lama bertani antara tahun sebanyak 39%, antara tahun sebanyak 41% dan sisanya sebanyak 14% telah bertani lebih dari 30 tahun. Lamanya masa bertani dapat menjadi salah satu indikator bahwa responden dapat merasakan terjadinya perubahan iklim dalam beberapa kurun waktu terakhir. Tabel 9. Pengalaman Berusahatani Responden Desa Kemukten Pengalaman Jumlah Responden Presentase (%) Berusahtani (tahun) (orang) < > Sumber : Data Primer (diolah), Luas dan Status Kepemilikan Lahan Status kepemilikan lahan pertanian di Desa Kemukten oleh responden ada yang sebagai pemilik dan ada yang sebagai penyewa. Responden yang memiliki lahan sawah sendiri sebanyak 61% dan sisanya sebanyak 39% menyewa lahan pertaniannya. Luas lahan antar responden juga bervariasi. Sebanyak 34% 44

58 responden memiliki luas lahan kurang dari 0.20 hektar, 50% responden memiliki luas lahan antara hektar, sedangkan 11% responden memiliki luas lahan antara hektar dan sisanya sebanyak 5% responden memiliki luas lahan lebih dari 1.00 hektar. Tabel 10. Luas Lahan Sawah Responden di Desa Kemukten Luas Lahan Sawah (hektar) Jumlah Responden (orang) Presentase (%) < > Sumber : Data Primer (diolah), 2011 Uraian di atas menunjukkan bahwa karakteristik responden di Desa Kemukten adalah homogen. Hal ini terlihat dari tingkat pendidikan yang mayoritas rendah, sehingga pengetahuan serta pola berpikir antara responden yang satu dengan yang lain relatif sama. Selain itu, dilihat dari status kepemilikan dan luas lahan yang relatif sama yaitu sebagai pemilik dengan luas lahan yang sempit. Hal ini menunjukkan bahwa status sosial antar responden juga homogen. Rata-rata luas lahan responden adalah m 2 atau diantara 0.20 hektar 0.50 hektar. Jenis petani responden digolongkan ke dalam 2 jenis yaitu petani berlahan luas dan petani berlahan sempit. Petani berlahan luas adalah petani yang luas lahannya berada di atas atau sama dengan rata-rata luas lahan seluruh petani responden. Sedangkan petani berlahan sempit adalah petani yang luas lahan garapannya di bawah rata-rata luas lahan seluruh petani responden. Luas lahan petani responden paling banyak adalah kurang dari m 2 yaitu sebanyak 29 orang atau sebesar 66% dan sebanyak 34% atau 15 orang memiliki luas lahan di atas atau sama dengan m 2. 45

59 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Petani Terhadap Perubahan Iklim Perubahan iklim telah berdampak merugikan bagi petani di Desa Kemukten, Kecamatan Kersana, Kabupaten Brebes. Jumlah petani yang ada di Desa Kemukten sebanyak 592 jiwa dan peneliti mengambil 44 responden. Ada 27 (61%) petani yang memahami mengenai istilah perubahan iklim pada umumnya, sedangkan sebanyak 17 (39%) petani responden tidak mengetahui istilah perubahan iklim. Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara responden yang mengatakan bahwa telah terjadi peningkatan suhu udara dan peningkatan curah hujan. Sebanyak 82% responden memulai masa tanam berasarkan kebiasaan saja yang telah berlaku sejak dulu, sedangkan sisanya sebanyak 18% saja responden yang memulai masa tanam berdasarkan musim Persepsi Petani Terhadap Suhu Udara Suhu udara normal di Kabupaten Brebes yaitu 27,5 0 C. Suhu di Kabupaten Brebes mengalami peningkatan rata-rata sebesar 0,2 0 C selama 10 tahun terakhir. Sebagian responden merasakan terjadinya perubahan suhu udara di Desa Kemukten dari tahun ke tahun. Hal ini terlihat dari sebanyak 42 (95%) responden yang berpendapat telah terjadi peningkatan suhu udara. Penilaian responden tersebut sesuai dengan data yang didapatkan dari BMKG Stasiun Klimatologi Kota Tegal bahwa suhu udara di Kabupaten Brebes dan sekitarnya pada tahun 2010 sebesar 27,9 0 C meningkat sebesar 0,2 0 C dibandingkan tahun 2009 dengan suhu udara 27,7 0 C. Sementara itu, sebanyak 2 responden (5%) saja yang tidak merasakan adanya perubahan suhu. 46

60

61

62 hujan. Kegagalan panen tersebut diakibatkan oleh hujan yang turun berkepanjangan, sehingga menyebabkan sawah mereka kebanjiran serta banyaknya hama dan penyakit tanaman yang muncul saat musim penghujan. Hal ini memicu terjadinya perubahan pola tanam oleh petani. Jika pada tahun 2009 petani bisa menanam bawang merah sebanyak 3-4 kali dalam setahun, pada tahun 2010 petani hanya bisa menanam 2 kali saja dalam setahun. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi besarnya kerugian akibat gagal panen saat curah hujan mengalami peningkatan, karena biaya yang digunakan untuk memproduksi bawang merah relatif mahal. 6.2 Strategi dan Adaptasi Petani Terhadap Perubahan Iklim Adaptasi memaksimalkan kemungkinan pendapatan yang diterima petani dan produksi pertanian akibat perubahan iklim. Sebagian besar responden yaitu sebanyak 64% telah melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim, sedangkan sisanya sebanyak 36% tidak melakukan adaptasi dan strategi apapun terhadap perubahan iklim. Adaptasi yang dilakukan responden didasarkan atas pengalaman selama bertani. Bentuk adaptasi dan strategi tersebut antara lain merubah pola tanam berupa mengganti jenis tanaman (70%) dengan tanaman yang lebih tahan terhadap curah hujan yang tinggi, memperbanyak obat-obatan (18%), dan memperbaiki pengolahan tanah (12%) dengan memberikan perlakuan yang lebih intensif. 49

63 18% 12% 70% mengganti jenis tanaman memperbanyak obat- obatan memperbaiki pengolahan tanah Sumber : Data Primer (diolah), 2011 Gambar 6. Adaptasi dan Strategi Petani Terhadap Perubahan Iklim Berdasarkan diagram diatas dapat diketahui adaptasi terbesar dari petani dalam menghadapi adanya perubahan iklim yaitu dengan mengganti jenis tanaman. Jika petani menanam bawang merah sebanyak tiga kali dalam setahun, maka dengan adanya perubahan iklim dengan meningkatnya curah hujan petani hanya menanam bawang merah hanya sebanyak dua kali dan jenis tanaman diganti menjadi tanaman jagung manis karena menurut petani, jagung manis lebih tahan terhadap curah hujan yang tinggi. Selain itu, dengan adanya perubahan iklim maka petani juga melakukan perubahan pola tanam untuk mengantisipasi terjadinya adanya kerugian yang lebih besar. Menurut responden selain kurangnya informasi, faktor yang menghambat responden dalam melakukan adaptasi dan strategi adalah karena kekurangan modal. Responden yang mampu secara finansial dapat mengatasi serangan hama dan penyakit tanaman dengan pemberian obat-obatan yang harganya relatif mahal. Harga obat-obatan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun juga merupakan faktor penghambat bagi petani, sedangkan produksi pertanian makin menurun karena banyaknya serangan hama dan penyakit pada tanaman mereka. Terbatasnya adaptasi dan strategi yang dapat dilakukan responden menunjukkan

64 bahwa peran pemerintah sangat diperlukan dalam mengatasi dampak dari perubahan iklim tersebut. Peran pemerintah tersebut antara lain, memberikan pinjaman lunak dan kredit pertanian, memberikan penyuluhan mengenai perbahan iklim, pengembangan sarana dan prasarana penunjang adaptasi, larangan produk impor, dan lain-lain. 6.3 Estimasi Perubahan Input, Output dan Pendapatan Petani di Desa Kemukten Akibat Perubahan Iklim Perubahan pola tanam oleh petani terjadi karena adanya perubahan iklim dengan tujuan untuk mengurangi tingkat kerugian dan memperoleh pendapatan yang optimal. Untuk mengetahui tingkat pendapatan petani diperlukan data mengenai biaya input produksi dan penerimaan usahatani. Karena terjadi perubahan pola tanam di tahun 2009 dan 2010, maka terjadi perubahan terhadap biaya input produksi yang digunakan dan penerimaan usahatani yang didapatkan. Input yang digunakan dalam usahatani di Desa Kemukten antara lain benih, pupuk kandang, pupuk urea, KCl, TSP, ZA, insektisida, fungisida, peralatan pertanian (cangkul, sekop, ember, dan lain-lain), plastik penutup, tenaga kerja serta sewa lahan bagi petani penyewa. Analisis usahatani pada penelitian ini dilakukan dalam dua jenis usaha menurut golongan kepemilikan lahan yaitu petani pemilik dan petani penyewa. Perbandingan usahatani dapat dilakukan melalui estimasi dengan membuat satuan luas yang sama yaitu ke luasan satu hektar. Penggunaan input produksi akan dibedakan ke dalam dua periode yaitu penggunaan input produksi pada tahun 2009 dan penggunaan input produksi pada tahun 2010 sesuai dengan pola tanam yang dilakukan oleh petani serta penggunaan input dibedakan berdasarkan petani yang melakukan perubahan pola tanam dan yang tidak melakukan perubahan pola tanam pada tahun 2010 saat 51

65 telah terjadi perubahan iklim. Jumlah penggunaan input terutama obat-obatan meningkat pada tahun 2010 yaitu pada saat terjadinya perubahan ikim yang sangat signifikan. Penggunaan obat-obatan mencapai tiga kali lipat dari biasanya pada saat hujan terus menerus di tahun 2010 dan harga dari beberapa input pertanian juga mengalami peningkatan. Output yang dihasilkan oleh petani pada saat terjadi perubahan iklim mengalami penurunan. Hal ini terjadi karena pada saat musim penghujan petani di Desa Kemukten yang sebagian besar adalah petani bawang merah, tidak dapat menanam bawang merah secara berkelanjutan tiap tahun seperti pada saat musim 2009 dimana curah hujan mendekati curah hujan normal, padahal petani menghasilkan penerimaan terbesar dari output bawang merah. Petani mengurangi intensitas menanam bawang merah pada saat musim hujan untuk mengurangi adaya dampak kerugian yang ditimbulkan akibat kegagalan penen bawang merah. Maka dari itu, petani di Desa Kemukten sebagian besar mengganti pola tanam mereka dari menanam tiga kali bawang merah dalam setahun menjadi dua kali saja atau bahkan satu kali. Agar tetap mendapatkan penghasilan dari usahataninya, petani pada umumnya mengganti tanaman bawang merah dengan jagung manis yang lebih tahan terhadap curah hujan yang tinggi. Output yang diterima petani dari bawang merah dan jagung manis tentunya berbeda. 52

66 Tabel 11. Produksi Bawang merah, Jagung manis, Cabai dan Padi di Desa Kemukten Tahun 2009 dan Tahun 2010 Komoditas Tahun 2009 Tahun 2010 Produksi Luas Panen Produktivitas Produksi Luas Panen Produktivitas (ton) (ha) (ton/ha) (ton) (ha) (ton/ha) Bawang Merah 259,80 47,87 5,43 150,29 34,46 4,36 Jagung Manis 35,05 5,97 5,87 97,80 15,34 6,38 Cabai 51,70 9,43 5,49 44,40 9,81 4,53 Padi 4,20 0,80 5,25 5,20 1,28 4,06 Sumber : Data Primer (diolah), 2011 Produksi bawang merah pada tahun 2010 mengalami penurunan yang signifikan dibandingkan tahun Selisih antara keduanya sebesar 109,51 ton dan Luas Panen bawang merah juga mengalami penurunan sebesar 13,41 hektar karena petani banyak yang mengurangi penanaman bawang merah saat curah hujan tinggi pada tahun Begitu juga untuk komoditas cabai yang juga mengalami penurunan produksi pada tahun 2010 sebesar 7,3 ton, sedangkan jagung manis dan padi mengalami peningkatan produksi pada tahun 2010 masingmasing sebesar 62,75 ton dan 1 ton dibandingkan pada tahun Luas panen Jagung manis juga mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 9,37 hektar. Jagung manis dan padi mengalami peningkatan produksi pada tahun 2010 karena jagung manis dan padi lebih tahan terhadap curah hujan yang tinggi sehingga petani lebih memilih untuk menanam jagung manis dan padi daripada bawang merah atau cabai. Produktivitas bawang merah, cabai dan padi mengalami penurunan pada tahun 2010 dibandingkan pada tahun 2009, tetapi jagung manis mengalami peningkatan produktivitas pada tahun 2010 karena petani responden lebih banyak menanam jagung manis pada tahun 2010 dibandingkan pada tahun

67 Pendapatan petani merupakan selisih antara penerimaan dikurangi seluruh biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan produksi. Penerimaan tunai usahatani didefinisikan sebagai nilai yang diterima dari produksi usahatani atau output dikalikan dengan harga penjualan produk. Pendapatan petani responden pada tahun 2009 berbeda dengan pendapatan petani responen pada tahun Hal ini terjadi karena responden melakukan perubahan pola tanam dan hanya beberapa saja yang tidak melakukan perubahan pola tanam, maka jumlah penerimaan dan penggunaan input pertanian juga berbeda. 54

68 Tabel 12. Perbandingan Pendapatan Petani Responden Per Hektar di Desa Kemukten Tahun 2009 dan Tahun 2010 Serta Perbandingan Pendapatan Petani yang Melakukan Perubahan Pola Tanam dan Tidak Melakukan Perubahan Pola Tanam Pola Tanam Tahun Jumlah Pendapatan Rata-rata Pola Tanam Tahun Pendapatan Petani No Berubah Tetap 2009 (Dasar) Responden Petani (Rp/ha) 2010 (Rp/ha) I BM-BM-BM-CB BM-BM-BM-CB BM-BM-JM-CB BM-BM-JM-JM Lainnya Pendapatan Rata-rata Petani (Rp/ha) II BM-BM-BM-JM BM-BM-BM-JM BM-BM-JM-JM BM-BM-CB-JM Lainnya Pendapatan Rata-rata Petani (Rp/ha) III Lainnya Lainnya Jumlah Responden Sumber : Data Primer (diolah), 2011 Keterangan : BM = Bawang Merah CB = Cabai JM = Jagung Manis PD = Padi 55

69 Pendapatan petani rata-rata pada tahun 2010 mengalami penurunan yang signifikan dibandingkan dengan tahun Hal ini terjadi karena adanya perubahan iklim yang menyebabkan menurunnya jumlah produksi dan perubahan pola tanam. Penggantian jenis tanaman juga mempengaruhi berubahnya pendapatan petani karena penerimaan yang diperoleh petani dari produksi tanaman yang berbeda juga akan berbeda. Melalui perbandingan petani yang melakukan perubahan pola tanam dan yang tidak melakukan perubahan pola tanam, dapat diketahui berubahnya pendapatan petani akibat perubahan pola tanam. Pola tanam dasar I pada tahun 2009 adalah bawang merah-bawang merahbawang merah-cabai, pada tahun 2010 petani responden ada yang memutuskan untuk tetap menggunakan pola tanam dasar dan ada juga yang memutuskan untuk merubah pola tanam. Jumlah responden yang memutuskan untuk tidak merubah pola tanam dasar I sebanyak satu responden. Dia memutuskan untuk tidak mengganti pola tanam karena sudah terbiasa menggunakan pola tanam tersebut di setiap tahunnya. Produksi bawang merah menurun sebesar 54,76 ton atau menurun 21,08%, harga bawang merah meningkat dari Rp 8.500/kg pada tahun 2009 menjadi Rp Penerimaan petani mengalami peningkatan pada tahun 2010 sebesar Rp atau meningkat 6,11% dibandingakan pada tahun 2009 (dapat dilihat pada Lampiran 4). Biaya penggunaan input pada tahun 2010 juga mengalami peningkatan sebesar Rp atau meningkat sebesar 22,99% dibandingkan tahun 2009 (dapat dilihat pada Lampiran 5), sehingga pendapatan petani menurun sebesar 16,88%. 56

70 Petani responden yang memutuskan untuk mengubah pola tanam dasar I pada tahun 2010 sebanyak 22 responden. Sebanyak 13 orang petani memutuskan untuk mengubah pola tanam dasar I menjadi bawang merah-bawang merahjagung manis-cabai. Pendapatan petani setelah melakukan perubahan pola tanam ini menjadi meningkat sebesar Rp Hal ini terjadi karena petani responden mengganti komoditas bawang merah menjadi jagung manis yang dianggap lebih tahan terhadap curah hujan yang tinggi. Produksi jagung manis meningkat pada tahun 2010 sebesar 50 ton atau meningkat 142,65% namun harga jagung manis menurun dari Rp 3.500/kg menjadi Rp 1.500/kg atau menurun 57,14%. Produksi cabai menurun sebesar 7,3 ton atau menurun 14,12% pada tahun 2010 dan harga cabai meningkat menjadi Rp /kg dibandingkan pada tahun 2009 sebesar Rp /kg atau meningkat 20%. Penerimaan petani meningkat sebesar Rp atau meningkat 52,32% dan biaya penggunaan input menurun sebesar Rp atau menurun 40,82% karena biaya penggunaan input serta tenaga kerja untuk jagung manis lebih rendah jika dibandingkan dengan biaya penggunaan input pada bawang merah (dapat dilihat pada Lampiran 4 dan 5). Pendapatan petani meningkat sebesar 93,14%. Sebanyak 3 orang petani responden memutuskan untuk mengubah pola tanam dasar I pada tahun tahun 2009 menjadi bawang merah-bawang merahjagung manis-jagung manis. Pendapatan petani mengalami penurunan sebesar Rp Hal ini dikarenakan harga jagung manis mengalami penurunan dari Rp 2.500/kg pada tahun 2009 menjadi Rp 1.500/kg pada tahun Penerimaan petani menurun sebesar Rp atau menurun 10,68% dan biaya penggunaan input juga menurun sebesar Rp atau menurun 20,57% 57

71 (dapat dilihat pada Lampiran 4 dan 5), sehingga pendapatan petani meningkat sebesar 9,89%. Sebanyak 6 petani responden yang memutuskan untuk mengubah pola tanam dasar I menjadi pola tanam yang lainnya, selain yang telah disebutkan juga mengalami penurunan pendapatan sebesar Rp atau menurun 20,52% karena beberapa petani yang telah mengganti pola tanam juga masih ada yang mengalami kerugian akibat gagal panen. Pola tanam dasar II pada tahun 2009 adalah bawang merah-bawang merah-bawang merah-jagung manis. Jumlah responden yang memutuskan untuk tidak melakukan perubahan pola tanam pada tahun 2010 sebanyak 3 orang. Produksi bawang merah mengalami penurunan sebesar 54,76 ton atau menurun 21,08%. Harga bawang merah tetap sebesar Rp 8.500/kg. Penerimaan petani menurun sebesar Rp atau menurun 36,22% dan biaya penggunaan input meningkat Rp atau meningkat 5,62% (dapat dilihat pada Lampiran 4 dan 5). Pendapatan petani menurun sebesar Rp atau menurun 41,84%. Sebanyak 3 petani responden memutuskan untuk melakukan perubahan pola tanam pada tahun 2010 menjadi bawang merah-bawang merahjagung manis-jagung manis. Pendapatan petani mengalami peningkatan sebesar Rp Hal ini dikarenakan produksi jagung manis meningkat sebesar 12,75 ton atau meningkat 36,38%. Harga jagung manis meningkat dari Rp menjadi Rp Penerimaan petani menurun sebesar Rp atau menurun 10,06% namun biaya penggunaan input juga mengalami penurunan sebesar Rp atau menurun 47,72% (dapat dilahat pada Lampiran 4 dan 5), sehingga pendapatan petani meningkat sebesar 37,66%. 58

72 Sebanyak 3 petani responden mengubah pola tanam dasar II pada tahun 2009 menjadi bawang merah-bawang merah-cabai-jagung manis pada tahun Harga cabai tetap sebesar Rp 8.000/kg pada tahun 2010 dengan produksi yang relatif menurun. Penerimaan petani menurun sebesar Rp atau menurun 2,57% dan biaya penggunaan input mengalami peningkatan sebesar Rp atau meningkat 18,15% (dapat dilihat pada Lampiran 4 dan 5), sehingga pendapatan petani menurun sebesar 20,72%. Sebanyak 3 petani responden yang memutuskan untuk mengubah pola tanam selain yang telah disebutkan juga mengalami penurunan pendapatan sebesar Rp atau menurun 43,24%. Pola tanam dasar III yang dilakukan oleh petani responden di Desa Kemukten adalah jenis pola tanam yang bervariasi namun selain bawang merahbawang merah-bawang merah-cabai dan bawang merah-bawang merah-bawang merah-jagung manis. Penerimaan petani mengalami penurunan sebesar Rp atau menurun sebesar 16,09% dan biaya penggunaan input mengalami penurunan sebesar Rp atau menurun 38,08% (dapat dilihat pada Lampiran 4 dan 5) sehingga pendapatan petani mengalami peningkatan sebesar 21,99%. Biaya penggunaan input rata-rata mengalami peningkatan pada tahun 2010 karena beberapa input pertanian mengalami peningkatan harga. Tahun 2009 harga bibit bawang merah sebesar Rp per kilogram, cabai sebesar Rp per botol, jagung manis sebesar Rp per kilogram dan padi Rp per kilogram dan pada tahun 2010, harga bibit bawang merah sebesar Rp per kilogram, cabai sebesar Rp 140,000 per botol, jagung sebesar Rp per kilogram dan padi sebesar Rp per kilogram. Biaya pembelian bibit yang 59

73 terbesar adalah biaya untuk pembelian bibit bawang merah, karena walaupun harga per kilogramnya murah, tetapi dibutuhkan dalam jumlah yang banyak. Area lahan seluas m 2 dibutuhkan bibit bawang merah sebanyak 2,5 kwintal sedangkan untuk bibit cabai, jagung manis dan padi masing-masing adalah 2 botol bibit cabai, 5 kg bibit jagung manis dan 55 kg bibit padi. Jenis pupuk yang digunakan petani terdiri pupuk kimia dan pupuk kandang. Pupuk kimia yang digunakan antara lain pupuk Urea, TSP, KCl, dan ZA. Pupuk kimia diperoleh petani dari toko-toko pertanian yang ada di Desa Kemukten. Harga rata-rata pupuk Urea sebesar Rp per kilogram, TSP sebesar Rp per kilogram, KCl sebesar Rp per kilogram, dan ZA sebesar Rp per kilogram. Pupuk yang digunakan petani selain pupuk kimia adalah pupuk kandang yang diperoleh dari kotoran ternak ayam yang sudah diolah terlebih dahulu menjadi kompos. Petani membeli pupuk kandang dari pedagang di Desa Kemukten yang khusus menjual pupuk kandang. Harga rata-rata pupuk kandang sebesar Rp per kilogram. Petani menggunakan obat-obatan dalam memelihara tanamannya dari gangguan serangan hama dan penyakit. Obat-obatan tersebut berupa insektisida untuk mencegah dan mengatasi serangan hama tanaman dan fungisida untuk mencegah dan mengatasi serangan jamur dan penyakit tanaman. Kecuali untuk tanaman padi menggunakan obat herbisida. Jenis obat-obatan yang digunakan petani antara lain Antrakol, Dursban, Buldox, Bamex dan Kondosep. Harga obatobatan pada tahun 2009 mengalami peningkatan pada tahun Tahun 2009, harga insektisida rata-rata sebesar Rp per kaleng, fungisida sebesar Rp per kilogram dan herbisida sebesar Rp per kaleng sedangkan pada 60

74 tahun 2010, harga insektisida rata-rata sebesar Rp per kaleng, fungisida sebesar Rp per kilogram dan herbisida sebesar Rp per kaleng. Selain terjadi peningkatan harga, jumlah penggunaan obat-obatan juga meningkat di tahun 2010, karena terjadi hujan yang terus menerus sehingga penyemprotan dilakukan lebih banyak untuk mengatasi hama dan penyakit tanaman yang semakin banyak muncul karena hujan. Tenaga kerja yang digunakan berasal dari tenaga kerja dalam dan luar keluarga yang terdiri dar tenaga kerja pria dan tenaga kerja wanita. Upah tenaga kerja pria dan wanita berbeda. Upah tenaga kerja pada tahun 2009 berbeda dengan upah tebaga kerja pada tahun Upah tenaga kerja pria pada tahun 2009 yaitu Rp per orang dan upah tenaga kerja wanita Rp per orang, namun pada tahun 2010 terjadi peningkatan upah tenaga kerja yaitu upah tenaga kerja pria menjadi Rp per orang dan upah tenaga kerja wanita sebesar Rp per orang. Upah tenaga kerja yang tersebut belum termasuk makanan dan rokok yang diberikan kepada buruh tani yang disewa. Biaya lain yang dikeluarkan petani adalah biaya untuk pembelian peralatan pertanian. Peralatan tersebut antara lain cangkul, ember, sekop, tangki, tambang dan plastik. Harga rata-rata cangkul sebesar Rp , ember sebesar Rp 5.000, sekop sebesar Rp 5.000, tangki sebesar Rp , tambang sebesar Rp per meter dan plastik penutup sebesar Rp per kilogram. Peralatan pertanian tersebut dapat digunakan dalam jangka waktu antara dua sampai tiga tahun sehingga petani tidak perlu membelinya lagi di tahun berikutnya. Jumlah rata-rata penggunaan input produksi petani penyewa lebih besar dibandingkan dengan petani pemilik. Hal ini terjadi karena sewa lahan tiap 61

75 tahunnya lebih besar daripada pembayaran pajak lahan oleh petani pemilik, sehingga petani pemilik lebih diuntungkan daripada petani penyewa. Selain itu, pola tanam pada tahun 2010 lebih banyak dibandingkan dengan tahun 2009 karena pada saat terjadi peningkatan curah hujan, petani melakukan berbagai adaptasi untuk mengatasi terjadinya kerugian dengan mengubah pola tanam. Biaya sewa lahan pada tahun 2009 yaitu sebesar Rp per tahun dan biaya peralatan pertanian yaitu sebesar Rp per tahun. Biaya pajak lahan sebesar Rp per tahun. Biaya sewa lahan dan pajak lahan mengalami peningkatan pada tahun 2010 yaitu sebesar Rp dan Rp Petani juga tidak membeli peralatan pertanian karena masa pakai peralatan pertanian cukup lama yaitu antara 2-3 tahun. Petani juga hanya memiliki peralatan pertanian tersebut dalam jumlah yang sedikit karena buruh tani umumnya membawa sendiri peralatan yang dibutuhkan. Bawang merah dan cabai merupakan komoditas unggulan dari warga Brebes terutama Desa Kemukten karena kedua komoditas tersebut dapat menghasilkan penerimaan yang besar bagi petani. Harga jual bawang merah dan cabai relatif tinggi dibandingkan dengan jagung manis ataupun padi. Apalagi pada saat permintaan yang tinggi dari konsumen dan kualitas yang bagus dari bawang merah dan cabai. Saat terjadi perubahan iklim, petani mengubah pola tanam mereka dengan mengganti komoditas bawang merah dengan jagung manis atau padi. Maka dari itu, penerimaan petani responden rata-rata mengalami penurunan yang cukup signifikan. 62

76 6.4 Identifikasi Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Petani Responden Untuk Melakukan Perubahan Pola Tanam Perubahan iklim yang terjadi berpengaruh besar terhadap kondisi lingkungan di Indonesia di berbagai bidang terutama di bidang pertanian. Perubahan iklim tersebut ditandai dengan meningkatnya suhu dan curah hujan. Kondisi tersebut pasti akan mempengaruhi pertanian di Indonesia yang sangat bergantung pada iklim. Berbagai macam adaptasi dilakukan oleh petani untuk mengantisipasi adanya kerugian akibat perubahan iklim diantaranya merubah pola tanam dengan mengganti jenis tanaman, memperbanyak penggunaan obat-obatan dan memperbaiki pengolahan tanah. Petani responden di Desa Kemukten melakukan adaptasi dengan cara mengubah pola tanam, walaupun ada beberapa petani yang masih belum melakukan perubahan pola tanam. Perubahan pola tanam tersebut akan mengurangi dampak kerugian petani akibat kegagalan panen yang disebabkan oleh perubahan iklim, sehingga apabila semakin banyak petani yang melakukan perubahan iklim dapat diprediksi petani tidak akan mengalami kerugian yang lebih besar. Sub-sub bab ini akan dikaji faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani untuk melakukan perubahan pola tanam terutama dari faktor internal dan eksternal petani. Faktor-faktor yang diduga berpenganruh terhadap pengambilan keputusan petani dianalisis menggunakan model regresi logostik. Variabel independen yang menjadi faktor-faktor yang diduga berpengaruh adalah tingkat pendidikan (X1), jumlah tanggungan keluarga (X2), pengalaman berusahatani (X3), pendapatan (X4), luas lahan pertanian (X5), dan pemahaman mengenai perubahan iklim (X6). Variabel dependen dalam model ini adalah keputusan petani untuk melakukan 63

77 perubahan pola tanam yang bernilai satu dan keputusan petani untuk tidak melakukan perubahan pola tanam yang bernilai nol. Pengolahan model regresi logistik menggunakan program Minitab 14.0 for Windows. Tabel 15. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Petani dalam Melakukan Perubahan Pola Tanam dengan Model Regresi Logistik Predictor Coef Z P Odds Ratio Constant -9,1698-1,65 0,099 Tingkat Pendidikan 0,6133 0,63 0,530 1,85 Jumlah Tanggungan 2,5226 1,88 0,060 12,46 Keluarga Pengalaman Berusahatani 2,2369 2,03 0,043 9,37 Pendapatan -1,3703-1,13 0,257 0,25 Luas Lahan 0,4508 0,40 0,693 1,57 Pemahaman Petani 3,3543 2,08 0,038 28,63 Log-Likelihood = Test that all slopes are zero: G = 14,685, DF = 6, P-Value = 0,023 Uji Goodness Of-Fit Test Method Chi-Square DF P Pearson 20, ,891 Deviance 17, ,958 Hosmer-Lemeshow 7, ,439 Sumber : Data Primer (diolah), 2011 Keterangan : Signifikan pada tingkat kepercayaan 95% Model regresi logistik yang didapat dari model dapat dituliskan sebagai berikut : Zi = X X X X X X6 Pengujian keseluruhan model regresi logistik dapat dilakukan dengan melakukan uji G yang menyebar menurut sebaran Chi-square (χ 2 ). Pengujian dapat dilakukan dengan membandingkan antara nilai G dengan nilai χ 2 tabel pada taraf nyata (α) tertentu dengan derajat bebas k-1, namun jika menggunakan paket program Minitab dapat dilihat dari nilai P. Berdasarkan hasil olahan data di atas didapatkan nilai Log-Likelihood sebesar -11,928 menghasilkan nilai G sebesar 14,702 dengan nilai P yaitu 0,040. Nilai P dibawah taraf nyata lima persen 64

78 (α=5%), maka dapat disimpulkan bahwa model regresi logistik secara keseluruhan dapat menjelaskan keputusan petani untuk melakukan perubahan pola tanam. Pada uji kebaikan model atau Goodness-of-Fit dengan melihat pada metode Pearson, Deviance, dan Hosmer-Lemeshow, nilai P untuk ketiga model tersebut adalah lebih besar dari taraf nyata lima persen (α=5%) sehingga model layak untuk digunakan. a) Variabel yang Signifikan Ada dua variabel yang signifikan dalam model regresi logistik ini, yaitu variabel lama bertani dan variabel pemahaman petani mengenai perubahan iklim. Variabel lama bertani signifikan secara statistik pada taraf nyata lima persen dengan nilai P sebesar 0,043. Nilai Odds Ratio sebesar 9,37 yang berarti setiap tambahan satu tahun lama bertani, peluang petani untuk melakukan perubahan pola tanam 9,37 kali lebih tinggi dibandingkan peluangnya untuk tidak melakukan perubahan pola tanam, cateris paribus. Variabel lama bertani bernilai positif artinya semakin lama petani yang bekerja di bidang usahatani maka peluang petani untuk melakukan perubahan pola tanam semakin besar. Petani yang lebih lama bertani pasti akan memiliki pengalaman yang banyak juga, maka akan lebih banyak strategi dan adaptasi yang dilakukan saat terjadi perubahan iklim dibandingkan dengan petani yang belum lama pengalaman bertaninya. Petani responden di Desa Kemukten telah memiliki pengalaman berusahatani lebih dari 10 tahun pada umumnya sehingga sebagian besar dari petani responden tersebut lebih bisa melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim khususnya merubah pola tanam untuk mengurangi adanya kerugian akibat gagal panen. 65

79 Variabel pemahaman petani mengenai perubahan iklim signifikan secara statistik pada taraf nyata lima persen dengan nilai P sebesar 0,038. Nilai Odds Ratio sebesar 28,63 yang berarti setiap penambahan satu orang petani yang memahami perubahan iklim, peluang petani untuk melakukan perubahan pola tanam 28,63 lebih tinggi dibandingkan peluangnya untuk tidak melakukan perubahan pola tanam, cateris paribus. Variabel pemahaman petani mengenai perubahan iklim bernilai positif artinya semakin bertambah satu tingkat pemahaman petani mengenai perubahan iklim, maka peluang petani untuk melakukan perubahan pola tanam semakin besar. Petani responden di Desa Kemukten pada umumnya telah memahami adanya perubahan iklim. Sebanyak 61% responden paham mengenai adanya perubahan iklim. Mereka mendapatkan informasi dari media cetak maupun media elektronik dan mereka juga bisa merasakan sendiri adanya perubahan tersebut sehingga petani responden yang semakin paham dengan adanya perubahan iklim lebih memiliki respon untuk melakukan adaptasi khususnya merubah pola tanam. b) Variabel yang Tidak Signifikan Variabel yang tidak signifikan berdasarkan hasil olahan data adalah variabel tingkat pendidikan (X1), jumlah tanggungan keluarga (X2), pendapatan (X4), dan luas lahan pertanian (X5). Variabel tingkat pendidikan tidak signifikan karena memiliki nilai P sebesar 0,530 yang lebih besar dibandingkan dengan taraf nyata lima persen, sehingga pengaruh tingkat pendidikan dapat diabaikan secara statistik. Kenyataan yang terjadi di lapangan bahwa bukan hanya petani yang memiliki tingkat pendidikan terakhir SMA dan Perguruan Tinggi saja yang melakukan perubahan pola tanam, tetapi petani yang berpendidikan terakhir SD 66

80 dan SLTP juga melakukan perubahan pola tanam. Jumlah tanggungan keluarga tidak signifikan secara statistik karena memiliki nilai P sebesar 0,060 yang lebih besar dari taraf nyata lima persen, sehingga pengaruh jumlah tanggungan dapat diabaikan secara statistik. Berdasarkan kenyataan yang terjadi di lapangan bahwa tidak ada kecenderungan jumlah tanggungan keluarga tertentu baik pada petani yang melakukan perubahan pola tanam dan petani yang tidak melakukan perubahan pola tanam. Variabel pendapatan tidak signifikan secara statistik karena memiliki nilai P sebesar 0,257 yang lebih besar dari taraf nyata lima persen, sehingga dapat diabaikan secara statistik. Hasil nyata di lapangan menunjukkan bahwa masih ada bebarapa petani yang pendapatannya menurun walaupun sudah melakukan perubahan pola tanam. Variabel luas lahan pertanian tidak signifikan secara statistik karena memiliki nilai P sebesar 0,693 yang lebih besar dibandingkan taraf nyata lima persen, sehingga variabel luas lahan dapat diabaikan secara statistik. Petani responden di Desa Kemukten tidak memperhatikan luas lahan yang mereka miliki dalam menentukan keputusan untuk melakukan perubahan pola tanam. Petani responden di Desa Kemukten yang merasakan adanya perubahan suhu tidak semua melakukan perubahan pola tanam. Variabel peningkatan curah hujan dan peningkatan suhu tidak dimasukkan ke dalam model karena semua petani responden merasakan peningkatan curah hujan dan peningkatan suhu. 67

81 VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 1) Petani responden di Desa Kemukten sebagian besar sudah mengetahui istilah mengenai perubahan iklim secara umum. Hanya 17 orang dari 44 responden yang tidak mengetahui tentang perubahan iklim walaupun mereka merasakan adanya perubahan iklim. 2) Sebagian besar petani responden melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim. Jenis adaptasi yang paling banyak dilakukan petani berupa melakukan perubahan pola tanam dengan mengganti jenis tanaman bawang merah menjadi jagung manis yang lebih tahan terhadap curah hujan yang tinggi, menggeser waktu tanam, memperbanyak penggunaan obat-obatan dan memperbaiki pengolahan lahan sawah. Sebanyak 31 petani responden melakukan adaptasi berupa merubah pola tanam, sebanyak 5 petani responden memperbaiki pengolahan lahan sawah dan sebanyak 8 petani responden memperbanyak penggunaan obat-obatan. 3) Perubahan iklim di Desa Kemukten ditandai dengan peningkatan suhu dan curah hujan yang menyebabkan terjadinya hujan yang berkepanjangan sepanjang tahun 2010 jika dibandingkan tahun 2009 dimana curah hujan mendekati curah hujan normal di Kabupaten Brebes. Pendapatan petani di Desa Kemukten mengalami penurunan akibat adanya perubahan iklim. Petani yang melakukan adaptasi khususnya merubah pola tanam memikili pendapatan yang lebih tinggi pada umumnya dibandingkan dengan petani yang tidak melakukan adaptasi. 68

82 4) Faktor-faktor yang mempengaruhi petani untuk melakukan perubahan pola tanam adalah tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, lama bertani, pendapatan, luas lahan pertanian, dan pemahaman mengenai perubahan iklim. Faktor yang signifikan mempengaruhi petani dalam melakukan perubahan pola tanam yaitu lama bertani dan pemahaman petani mengenai perubahan iklim, sedangkan faktor yang tidak signifikan mempengaruhi perubahan pola tanam yaitu tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan dan luas lahan pertanian. 7.2 Saran 1) Diperlukan sosialaisasi mengenai perubahan iklim kepada seluruh lapisan masyarakat baik secara langsung dan tidak langsung dan perlu diberikannya solusi untuk menanggulangi kerugian yang dirasakan petani akibat adanya perubahan iklim, salah satunya yaitu dengan diadakannya Sekolah Lapang Perubahan Iklim di Kabupaten Brebes. 2) Pemerintah beserta stakeholder lainnya harus membantu petani dalam menyediakan sarana dan prasarana khususnya bawang merah yang memerlukan modal besar dan memberikan sosialisasi mengenai perubahan pola tanam pada masyarakat untuk mengurangi kerugian akibat perubahan iklim. 3) Pemerintah dan stakeholder harus memberikan subsidi pupuk dan obat-obatan karena pada saat perubahan iklim, petani lebih banyak membutuhkan pupuk dan obat-obatan sedangkan harganya semakin meningkat. 69

83 DAFTAR PUSTAKA Ashari, Sumeru Hortikultura Aspek Budidaya. Penebar Swadaya. Jakarta. Asikin, Zainal Analisis Dampak Perubahan Iklim terhadap Pendapatan Petani Padi di Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat [Skripsi]. Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Kota Tegal Curah Hujan dan Suhu Kabupaten Brebes. Tegal. Budianto, AI Pengaruh Perubahan Iklim Global Terhadap Negara Kepulauan Indonesia, dalam Rajagukguk, E dan Ridwan K, Jakarta. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Data Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Bawang Merah Kab. Brebes. Brebes. Gujarati, D Ekonometrika Dasar. Zain [penerjemah]. Erlangga. Jakarta. Handayani, Siswi Analisis Keunggulan Komparatif dan Kompetitif Bawang Merah melalui Pertanian Organik di Desa Wanasari, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah [Skripsi]. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Handoko, Sugiarto Y, Syaukat Y Keterkaitan Perubahan Iklim Dan Produksi Pangan Strategis : Telaah kebijakan independen dalam bidang perdagangan dan pembangunan. Kemitraan. Bogor. Hernanto, F Ilmu Usahatani. PT Penebar Swadaya. Jakarta. Intergovernmental Panel on Climate Change,1995. Climate Change IPCC. Cambridge University Press. London. Juanda, B Ekonometrika I. Departemen Ilmu Ekonomi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Kementerian Lingkungan Hidup Dampak Perubahan Iklim. Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup. Jakarta. Kementerian Lingkungan Hidup Peyebab Perubahan Iklim. Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup. Jakarta. Leavitt, HJ Psikologi Manajemen, terjemahan dari: Managerial Psychology Fourth Edition. Zarkasi M [penerjemah]. Erlangga. Jakarta. 70

84 Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional Landasan Ilmiah Perubahan Iklim. Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional.Bandung. Las, Irsal Srategi dan Inovasi Antisipasi Perubahan Iklim. Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian. Jakarta. Mayangsari, Nissa Analisis Dampak Perubahan Iklim terhadap Tingkat Kesejahteraan Nelayan Perahu Motor Tempel di Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi [Skripsi]. Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Mulyadi, S Ekonomi Kelautan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Peng, Shaobing, et al Rice Yields Decline With Higher Night Temperature From Global Warming. Proceedings Of National Academy Of Science Of The United States Of Amerika. Pindyck S, Robert dan Daniel L. Rubinfeld Econometrics Models and Economic Forecast, Fourth Edition. Singapore : McGraw-Hill International Edition. Prawirokusumo, S Ilmu Usahatani. Edisi Pertama. BPFE. Yogyakarta. Schiffman, L. G. And Kanuk, L.L. (1987). Consumer Behaviour. Third Edition, Prentice Hall-International Editions. New Jersey, USA. Setjana Perkembangan dan Penerapan Pola Tanam dan Pola Usahatani dalam Usaha Intensifikasi (Proyek BIMAS). Risalah Lokakarya Teknologi dan Dampak Pola Tanam Usahatani, Bogor. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. Sinar Tani. 17 September hal.16. Upaya yang Dilakukan Petani Untuk Menanggulangi Dampak Perubahan Iklim. Soeharjo, A Analisa Pendapatan. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Sunarno Analisis Pendapatan dan Optimalisasi Pola Tanam Komoditas Sayuran di Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Propoinsi Jawa Barat [Skripsi]. Program Ekstensi Manajemen Agribisnis. Departemen Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institu Pertanian Bogor. Bogor. Suratiyah, Ken Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta. Tahir Hubungan Iklim dan Pertanian. Warta Pertanian No

85 Vink, G. J Dasar-Dasar Usahatani di Indonesia. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Walpole, Ronald E Pengantar Statistika. Edisi Ketiga. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Wiyatiningsih, Sri Kajian Epedermis Penyakit Moler pada Bawang Merah. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Yuwono, S Persepsi dan Partisipasi Masyarakat terhadap Pembangunan Hutan Rakyat Pola Kemitraan di Kabupaten Musi Rawas Provinsi Sumatra Selatan [tesis]. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 72

86 LAMPIRAN 73

87 Lampiran 1. Luas Lahan, Status Kepemilikan, dan Pola Tanam Petani Responden di Desa Kemukten Tahun 2009 dan Tahun 2010 No Nama Status Luas PT tahun 2009 PT tahun Rusnali pemilik 3200 BM-BM-CB-BM BM-BM-CB-JM 2 Carudin penyewa 4800 BM-BM-BM-JM BM-BM-BM-JM 3 Lijo penyewa 5000 BM-BM-JM-JM BM-BM-JM-JM 4 Sakwad pemilik 3200 BM-BM-BM-JM BM-BM-BM-JM 5 Tono penyewa 1600 BM-BM-JM-JM BM-BM-JM-PD 6 Mulyadi pemilik 5000 BM-BM-BM-CB BM-BM-CB-JM 7 Wija penyewa 5000 BM-BM-CB BM-BM-CB 8 Samad penyewa BM-BM-BM-JM BM-BM-JM-JM 9 Taroni pemilik 5000 BM-BM-BM-CB BM-BM-JM-JM 10 Ratmani penyewa 2400 BM-BM-BM-BM BM-BM-(-)-BM 11 Daryono pemilik 1600 BM-BM-JM-PD BM-BM-JM-JM 12 Sukardi pemilik 1600 BM-BM-BM-CB BM-BM-JM-CB 13 Ali pemilik 3200 BM-BM-CB-BM BM-BM-CB-JM 14 Tarjono penyewa 1600 BM-BM-BM-PD BM-BM-JM-JM 15 Sumarto pemilik 1600 BM-BM-BM-CB BM-BM-JM-CB 16 Warnadi pemilik 1600 BM-BM-BM-CB BM-BM-JM-CB 17 Tarwad penyewa 3200 BM-BM-JM-CB (-)-BM-BM-JM 18 Raswan pemilik 1600 BM-BM-BM BM-JM-BM 19 Nurrohim pemilik 1600 BM-BM-BM BM-JM-BM 20 Suwandi pemilik 2400 BM-BM-CB-BM BM-JM-BM-(-) 21 Hj. Ahmad S pemilik 2500 BM-BM-CB-BM BM-BM-CB-JM 22 Katab pemilik 1600 BM-BM-BM-CB CB-BM-BM-CB 23 Warjan penyewa 2500 BM-BM-BM-JM BM-BM-JM-CB 24 Sukardi penyewa 2500 BM-BM-BM-JM (-)-BM-(-)-(-) 25 Dasmin pemilik 4800 BM-BM-CB-BM BM-BM-(-)-CB 26 Durman pemilik 1600 BM-BM-BM-CB BM-BM-JM-CB 27 Castra pemilik 2500 BM-BM-BM-JM BM-CB-BM-JM 28 Rohman pemilik BM-BM-BM-CB BM-BM-(-)-(-) 29 Tarjoni penyewa BM-BM-BM-CB BM-CB-BM-CB 30 Cahyono penyewa 6400 BM-BM-CB-BM BM-BM-CB-JM 31 Karmen pemilik 5000 BM-BM-BM-JM BM-JM-BM-JM 32 Draup pemilik BM-BM-JM-BM BM-JM-BM-CB 33 Tarmad pemilik 1600 BM-BM-BM-JM BM-JM-BM-JM 34 Sunarto pemilik 7200 BM-BM-CB-BM BM-BM-BM-CB 35 Trisno penyewa 1600 BM-CB-BM-BM BM-JM-BM-JM 36 Kurdi pemilik 1600 BM-BM-CB-BM JM-BM-CB-BM 37 Wasjum pemilik 5000 BM-BM-CB-BM BM-BM-CB-JM 74

88 38 Ratono pemilik 3200 BM-BM-BM-JM BM-CB-BM-PD 39 Ridwan penyewa 3750 BM-BM-CB-BM BM-BM-JM-JM 40 Carsan pemilik 3200 BM-BM-BM BM-BM-PD 41 Daryono pemilik 4800 BM-CB-PD BM-CB-PD 42 Tumeri penyewa 3200 BM-BM-BM-JM (-)-BM-(-)-JM 43 Waan penyewa 1600 BM-BM-BM-JM BM-BM-BM-JM 44 Taswadi penyewa 1600 BM-BM-JM-CB BM-BM-JM-CB Lampiran 2. Karakteristik Responden Di Desa Kemukten No Nama Usia Pendidikan Jml Lama Terakhir Tnggungan bertani 1 Rusnali 41 SD Carudin 31 SLTP Lijo 50 SD Sakwad 52 SD Tono 31 SD Mulyadi 50 SD Wija 35 SD Samad 44 SD Taroni 33 SLTP Ratmani 50 SD Daryono 41 SD Sukardi 67 SD Ali 48 SD Tarjono 43 SD Sumarto 38 SMA Warnadi 44 SD Tarwad 44 SLTP Raswan 46 SD Nurrohim 38 SMA Suwandi 45 SLTP Hj. Ahmad S 45 SD Katab 51 SD Warjan 46 SD Sukardi 34 SD Dasmin 52 SD Durman 59 SD Castra 60 SD Rohman 40 S Tarjoni 43 SD

89 30 Cahyono 55 SD Karmen 45 SD Draup 43 SD Tarmad Sunarto 48 SD Trisno 34 SD Kurdi 50 SD Wasjum 53 SMA Ratono 48 SD Ridwan 60 SD Carsan 40 SD Daryono 42 SLTP Tumeri 36 SLTP Waan 50 SD Taswadi 48 SD 3 27 Lampiran 3. Produksi Bawang Merah, Jagung Manis, Cabai, dan Padi Per Hektar Petani Responden di Desa Kemukten No Nama Produksi Tahun 2009 (Ton) Bawang Jagung Merah Manis Cabai Padi Produksi Tahun 2010 (Ton) Bawang Jagung Merah Manis Cabai Padi 1 Rusnali Carudin Lijo Sakwad Tono Mulyadi Wija Samad Taroni Ratmani Daryono Sukardi Ali Tarjono Sumarto Warnadi Tarwad Raswan Nurrohim

90 20 Suwandi H. Ahmad S Katab Warjan Sukardi Dasmin Durman Castra Rohman Tarjoni Cahyono Karmen Draup Tarmad Sunarto Trisno Kurdi Wasjum Ratono Ridwan Carsan Daryono Tumeri Waan Taswadi Jumlah

91 Lampiran 4. Penerimaan Petani di Desa Kemukten Tahun 2009 dan Tahun 2010 Serta Penerimaan Berdasarkan Perubahan PolaTanam Tahun 2010 PT tahun No BM-BM- BM-CB 2 BM-BM- BM-JM Responden TR (Rp/hektar/ tahun) PT tahun BM-BM-JM- CB BM-BM-JM- JM Berubah pola tanam Tidak berubah pola tanam TR (Rp/hektar/ tahun) Lainnya BM-BM-JM- JM BM-BM-CB- JM Lainnya Lainnya Jumlah

92 Lampiran 5. Biaya Penggunaan Input Petani di Desa Kemukten Tahun 2009 dan 2010 Serta Biaya Penggunaan Input Berdasarkan Perubahan Pola Tanam No PT tahun BM-BM- BM-CB 2 BM-BM- BM-JM Responden TC (Rp/hektar/ tahun) PT tahun 2010 Berubah pola tanam Tidak berubah pola tanam TC (Rp/hektar/ tahun) BM-BM-JM- CB BM-BM-JM- JM Lainnya BM-BM-JM JM BM-BM-CB- JM Lainnya Lainnya Lainnya Jumlah

93 Lampiran 6. Dokumentasi Kondisi Pertanian di Desa Kemukten, Kecamatan Kersana, Kabupaten Brebes 80

I. PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia terutama terhadap pertumbuhan nasional dan sebagai penyedia lapangan pekerjaan. Sebagai negara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berdampak besar bagi pertumbuhan ekonomi di Asia. Hasil studi ADB baru-baru

II. TINJAUAN PUSTAKA. berdampak besar bagi pertumbuhan ekonomi di Asia. Hasil studi ADB baru-baru II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekonomi Perubahan Iklim Bank Pembangunan Asia (ADB) menilai perubahan iklim dapat berdampak besar bagi pertumbuhan ekonomi di Asia. Hasil studi ADB baru-baru ini tentang perubahan

Lebih terperinci

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU ADAPTASI PETANI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM:

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU ADAPTASI PETANI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM: DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU ADAPTASI PETANI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM: Studi Kasus di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor FENNY KURNIAWATI DEPARTEMEN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Peningkatan suhu rata-rata bumi sebesar 0,5 0 C. Pola konsumsi energi dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Peningkatan suhu rata-rata bumi sebesar 0,5 0 C. Pola konsumsi energi dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekonomi Perubahan Iklim Peningkatan suhu rata-rata bumi sebesar 0,5 0 C. Pola konsumsi energi dan pertumbuhan ekonomi yang terjadi seperti sekarang, maka diperkirakan pada tahun

Lebih terperinci

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU ADAPTASI PETANI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM:

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU ADAPTASI PETANI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM: DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU ADAPTASI PETANI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM: Studi Kasus di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor FENNY KURNIAWATI DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Kondisi Wilayah Kabupaten Gorontalo Kabupaten Gorontalo terletak antara 0 0 30 0 0 54 Lintang Utara dan 122 0 07 123 0 44 Bujur Timur. Pada tahun 2010 kabupaten ini terbagi

Lebih terperinci

INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN. Rommy Andhika Laksono

INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN. Rommy Andhika Laksono INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN Rommy Andhika Laksono Iklim merupakan komponen ekosistem dan faktor produksi yang sangat dinamis dan sulit dikendalikan. iklim dan cuaca sangat sulit dimodifikasi atau dikendalikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Iklim merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan di bumi. Dimana Iklim secara langsung dapat mempengaruhi mahluk hidup baik manusia, tumbuhan dan hewan di dalamnya

Lebih terperinci

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang saat ini telah menjadi penyebab berubahnya pola konsumsi penduduk, dari konsumsi pangan penghasil energi ke produk penghasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan peningkatan ketahanan pangan nasional. Hasil Sensus Pertanian 1993

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan peningkatan ketahanan pangan nasional. Hasil Sensus Pertanian 1993 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional sebagai sumber pendapatan, pembuka kesempatan kerja, pengentas kemiskinan dan peningkatan ketahanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan iklim telah menjadi isu paling penting dalam kebijakan pembangunan dan global governance pada abad ke 21, dampaknya terhadap pengelolaan sektor pertanian dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang rawan terjadi kekeringan setiap tahunnya. Bencana kekeringan semakin sering terjadi di berbagai daerah di Indonesia dengan pola dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. paling terasa perubahannya akibat anomali (penyimpangan) adalah curah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. paling terasa perubahannya akibat anomali (penyimpangan) adalah curah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris yang amat subur sehingga sebagian besar penduduknya bergerak dalam sektor agraris. Indonesia memiliki iklim tropis basah, dimana iklim

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor dalam perekonomian nasional dinilai strategis dan mampu menjadi mesin penggerak pembangunan suatu negara. Pada tahun 2009 sektor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Padi (Oryza Sativa) Tanamanpadimerupakantanamansemusim,termasukgolonganrumputrumputandenganklasifikasisebagaiberikut:

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia 58 V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH 5.1. Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia Bawang merah sebagai sayuran dataran rendah telah banyak diusahakan hampir di sebagian besar wilayah Indonesia.

Lebih terperinci

Iklim Perubahan iklim

Iklim Perubahan iklim Perubahan Iklim Pengertian Iklim adalah proses alami yang sangat rumit dan mencakup interaksi antara udara, air, dan permukaan daratan Perubahan iklim adalah perubahan pola cuaca normal di seluruh dunia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari guna mempertahankan hidup. Pangan juga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hortikultura,dan 12,77 juta rumah tangga dalam perkebunan. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hortikultura,dan 12,77 juta rumah tangga dalam perkebunan. Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan Negara agraris yang amat subur sehingga tidak dapat dipungkiri lagi sebagian besar penduduknya bergerak dalam sektor agraris. Data dalam Badan

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN METODE SRI DAN METODE KONVENSIONAL TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI (Studi Kasus Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat)

PENGARUH PENERAPAN METODE SRI DAN METODE KONVENSIONAL TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI (Studi Kasus Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat) PENGARUH PENERAPAN METODE SRI DAN METODE KONVENSIONAL TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI (Studi Kasus Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat) ERY FEBRURIANI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana mempunyai 13

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana mempunyai 13 V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Kondisi Umum Desa Kemukten 5.1.1 Letak Geografis Desa Kemukten secara administratif terletak di Kecamatan Kersana, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak sekali dampak yang ditimbulkan oleh pemanasan global ini.

BAB I PENDAHULUAN. banyak sekali dampak yang ditimbulkan oleh pemanasan global ini. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bumi merupakan satu-satunya tempat tinggal bagi makhluk hidup. Pelestarian lingkungan dilapisan bumi sangat mempengaruhi kelangsungan hidup semua makhluk hidup. Suhu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan makhluk hidup lainnya, yang berperan penting di berbagai sektor kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. dan makhluk hidup lainnya, yang berperan penting di berbagai sektor kehidupan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang mutlak diperlukan oleh manusia dan makhluk hidup lainnya, yang berperan penting di berbagai sektor kehidupan. Dalam siklus hidrologi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Rataan suhu di permukaan bumi adalah sekitar K (15 0 C ), suhu

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Rataan suhu di permukaan bumi adalah sekitar K (15 0 C ), suhu PENDAHULUAN Latar Belakang Rataan suhu di permukaan bumi adalah sekitar 288 0 K (15 0 C ), suhu tersebut dapat dipertahankan karena keberadaan sejumlah gas yang berkonsentrasi di atmosfer bumi. Sejumlah

Lebih terperinci

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Press Release PREDIKSI DAMPAK DINAMIKA IKLIM DAN EL-NINO 2014-2015 TERHADAP PRODUKSI PANGAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN I. Prediksi Iklim hingga Akhir 2014/Awal 2015 1. Prediksi berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara yang terletak diantara Samudra Pasifik-Hindia dan Benua Asia-Australia, serta termasuk wilayah tropis yang dilewati oleh garis khatulistiwa, menyebabkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan, dan perikanan yang artinya masyarakat banyak yang bermata pencaharian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didefinisikan sebagai peristiwa meningkatnya suhu rata-rata pada lapisan

BAB I PENDAHULUAN. didefinisikan sebagai peristiwa meningkatnya suhu rata-rata pada lapisan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanasan global (global warming) merupakan isu lingkungan yang hangat diperbincangkan saat ini. Secara umum pemanasan global didefinisikan sebagai peristiwa meningkatnya

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2011 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP KERAWANAN PANGAN TEMPORER/MUSIMAN

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2011 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP KERAWANAN PANGAN TEMPORER/MUSIMAN LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2011 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP KERAWANAN PANGAN TEMPORER/MUSIMAN Oleh : Sumaryanto Muhammad H. Sawit Bambang Irawan Adi Setiyanto Jefferson Situmorang Muhammad Suryadi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Global warming merupakan isu lingkungan terbesar dalam kurun waktu terakhir. Jumlah polutan di bumi yang terus bertambah merupakan salah satu penyebab utama terjadinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin di dalam Undang-Undang Dasar Negara

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. pola curah hujan, kenaikan muka air laut, dan suhu udara serta peningkatan

BAB I PENGANTAR. pola curah hujan, kenaikan muka air laut, dan suhu udara serta peningkatan BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan yang terletak di daerah khatulistiwa termasuk wilayah yang sangat rentan terhadap perubahan iklim seperti perubahan pola curah hujan,

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki persepsi yang berbeda terhadap perubahan iklim. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis.

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis. SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5 1. Perubahan iklim global yang terjadi akibat naiknya suhu permukaan air laut di Samudra Pasifik, khususnya sekitar daerah ekuator

Lebih terperinci

ADAPTASI DAN MITIGASI FENOMENA EL NIÑO DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

ADAPTASI DAN MITIGASI FENOMENA EL NIÑO DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR ADAPTASI DAN MITIGASI FENOMENA EL NIÑO DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Muhammad Husain Hasan dan Maria Floriani Mongko Jurusan Pendidikan Geografi FKIP Universitas Nusa Cendana E-mail: muhammadhusain32@yahoo.com

Lebih terperinci

KAJIAN DAYA TAHAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP GANGGUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN. Bambang Sayaka

KAJIAN DAYA TAHAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP GANGGUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN. Bambang Sayaka KAJIAN DAYA TAHAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP GANGGUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN PENDAHULUAN Bambang Sayaka Gangguan (shocks) faktor-faktor eksternal yang meliputi bencana alam, perubahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris menunjukkan bahwa sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dalam mendukung perekonomian nasional, terutama sebagai sumber bahan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN PERTANIAN BUKAN SAWAH

KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN PERTANIAN BUKAN SAWAH LAPORAN AKHIR KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN PERTANIAN BUKAN SAWAH Oleh : Bambang Irawan Herman Supriadi Bambang Winarso Iwan Setiajie Anugrah Ahmad Makky Ar-Rozi Nono Sutrisno PUSAT SOSIAL

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia diramaikan oleh isu perubahan iklim bumi akibat meningkatnya gas rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang memicu terjadinya perubahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor - sektor ini memiliki arti yang sangat

Lebih terperinci

PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PADA ZONA MUSIM (ZOM) (DKI JAKARTA)

PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PADA ZONA MUSIM (ZOM) (DKI JAKARTA) PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PADA ZONA MUSIM (ZOM) (DKI JAKARTA) Sumber : BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA I. PENDAHULUAN Wilayah Indonesia berada pada posisi strategis, terletak di daerah

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah Indonesia umumnya dikelilingi oleh lautan yang berada antara samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Samudera ini menjadi sumber kelembaban utama uap air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN

BAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Menurut Dillon (2009), pertanian adalah sektor yang dapat memulihkan dan mengatasi krisis ekonomi di Indonesia. Peran terbesar sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR

STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR Oleh: NUR HIDAYAH L2D 005 387 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di Indonesia salah satu tanaman pangan yang penting untuk dikonsumsi masyarakat selain padi dan jagung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian yang memiliki peran penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Peran tersebut diantaranya adalah mampu memenuhi

Lebih terperinci

PENYESUAIAN SISTEM PENATAAN RUANG TERHADAP PERUBAHAN IKLIM

PENYESUAIAN SISTEM PENATAAN RUANG TERHADAP PERUBAHAN IKLIM ABSTRAK MAKALAH PENYESUAIAN SISTEM PENATAAN RUANG TERHADAP PERUBAHAN IKLIM OLEH DIREKTUR JENDERAL PENATAAN RUANG DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Makalah berisikan uraian mengenai sistem penataan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian masih merupakan prioritas pembangunan secara nasional maupun regional. Sektor pertanian memiliki peran penting untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk

Lebih terperinci

Waspadai Tembakau Rusak Akibat Terjadi Kemarau Basah

Waspadai Tembakau Rusak Akibat Terjadi Kemarau Basah PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO Jalan Raya Dringu Nomor 81 Telp. (0335) 420517 PROBOLINGGO 67271 Waspadai Tembakau Rusak Akibat Terjadi Kemarau Basah Oleh : Ika Ratmawati, SP POPT Perkebunan Pendahuluan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kebutuhan akan bahan pangan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan kebutuhan gizi masyarakat. Padi merupakan salah satu tanaman pangan utama bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. iklim sudah menjadi pengetahuan yang umum saat ini. Pemanasan global adalah

BAB I PENDAHULUAN. iklim sudah menjadi pengetahuan yang umum saat ini. Pemanasan global adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu pemanasan global yang diindikasikan sebagai penyebab perubahan iklim sudah menjadi pengetahuan yang umum saat ini. Pemanasan global adalah kondisi dimana terdapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial dalam memberikan kontribusi yang besar terhadap pembangunan ekonomi dan memegang peranan penting

Lebih terperinci

Ekonomi Pertanian di Indonesia

Ekonomi Pertanian di Indonesia Ekonomi Pertanian di Indonesia 1. Ciri-Ciri Pertanian di Indonesia 2.Klasifikasi Pertanian Tujuan Instruksional Khusus : Mahasiswa dapat menjelaskan ciri-ciri pertanian di Indonesia serta klasifikasi atau

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Negara, September 2015 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI NEGARA BALI. NUGA PUTRANTIJO, SP, M.Si. NIP

KATA PENGANTAR. Negara, September 2015 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI NEGARA BALI. NUGA PUTRANTIJO, SP, M.Si. NIP 1 KATA PENGANTAR Publikasi Prakiraan Awal Musim Hujan 2015/2016 di Propinsi Bali merupakan salah satu bentuk pelayanan jasa klimatologi yang dihasilkan oleh Stasiun Klimatologi Negara Bali. Prakiraan Awal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Paling tidak ada lima peran penting yaitu: berperan secara langsung dalam menyediakan kebutuhan pangan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP

KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP Buletin Prakiraan Musim Kemarau 2016 i KATA PENGANTAR Penyajian prakiraan musim kemarau 2016 di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung diterbitkan untuk memberikan informasi kepada masyarakat disamping publikasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Organik Saat ini untuk pemenuhan kebutuhan pangan dari sektor pertanian mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan lingkungan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN Adaptasi petani terhadap Perubahan Iklim. Menurut Chambwera (2008) dalam Handoko et al. (2008)

III. KERANGKA PEMIKIRAN Adaptasi petani terhadap Perubahan Iklim. Menurut Chambwera (2008) dalam Handoko et al. (2008) III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teorotis 3.1.1 Adaptasi petani terhadap Perubahan Iklim Menurut Chambwera (2008) dalam Handoko et al. (2008) mengungkapkan bahwa perlu tiga dimensi dalam

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan ribuan pulau yang mempunyai potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, padi adalah komoditas strategis yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi, budaya maupun politik. Hingga saat ini padi atau beras

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim global merupakan salah satu issu lingkungan penting dunia dewasa ini, artinya tidak hanya dibicarakan di Indonesia tetapi juga di negara-negara lain

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam dan luar negeri terhadap tanaman selada, komoditas ini mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam dan luar negeri terhadap tanaman selada, komoditas ini mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia, tanaman selada belum dikelola dengan baik sebagai sayuran komersial. Daerah yang banyak ditanami selada masih terbatas di pusat-pusat produsen sayuran

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sawah irigasi sebagai basis usahatani merupakan lahan yang sangat potensial serta menguntungkan untuk kegiatan usaha tani. Dalam satu tahun setidaknya sawah irigasi dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Tanaman padi dapat hidup baik pada daerah yang beriklim panas yang lembab, sehingga pada tanaman padi sawah membutuhkan air yang cukup banyak terutama pada

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari tiga puluh lima daerah otonom di Propinsi Jawa Tengah yang terletak di sepanjang pantai utara Pulau Jawa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komoditi hortikultura dalam negara agraris seperti Indonesia sangat besar,

BAB I PENDAHULUAN. Komoditi hortikultura dalam negara agraris seperti Indonesia sangat besar, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditi hortikultura dalam negara agraris seperti Indonesia sangat besar, hal ini disebabkan cakupan komoditi hortikultura yang luas serta didukung oleh faktor alam

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan. Secara geografis, wilayah Indonesia memiliki luas wilayah seluruhnya mencapai 5.193.252 km 2 terdiri atas luas daratan sekitar 1.910.931,32

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bawang Merah Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk

Lebih terperinci

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #10 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #10 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #10 Pengertian 2 Global warming atau pemanasan global adalah proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi. Suhu rata-rata global permukaan bumi telah 0,74 ± 0,18 C (1,33 ±

Lebih terperinci

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Perubahan Iklim Perubahan iklim dapat dikatakan sebagai sebuah perubahan pada sebuah keadaan iklim yang diidentifikasi menggunakan uji statistik dari rata-rata perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang beraneka ragam dan memiliki wilayah yang cukup luas. Hal ini yang membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Gambut

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Gambut 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Gambut Pembukaan lahan gambut untuk pengembangan pertanian atau pemanfaatan lainnya secara langsung mengubah ekosistem kawasan gambut yang telah mantap membentuk suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sampai saat ini masih memegang peranan penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya

Lebih terperinci

KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI

KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI KATA PENGANTAR Analisis Hujan, Indeks Kekeringan Bulan September 2013 serta Prakiraan Hujan Bulan November, Desember 2013 dan Januari 2014 disusun berdasarkan hasil pengamatan data hujan dari 60 stasiun

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah yang terdapat di permukaan bumi, meliputi gejala-gejala yang terdapat pada lapisan air, tanah,

Lebih terperinci

IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. A. Kesimpulan. 1. Pada daerah sentra produksi utama di Indonesia, perkembangan luas panen,

IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. A. Kesimpulan. 1. Pada daerah sentra produksi utama di Indonesia, perkembangan luas panen, IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN A. Kesimpulan 1. Pada daerah sentra produksi utama di Indonesia, perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas jagung dengan periodisasi tiga musim tanam jagung

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semarang, 22 maret 2018 KEPALA STASIUN. Ir. TUBAN WIYOSO, MSi NIP STASIUN KLIMATOLOGI SEMARANG

KATA PENGANTAR. Semarang, 22 maret 2018 KEPALA STASIUN. Ir. TUBAN WIYOSO, MSi NIP STASIUN KLIMATOLOGI SEMARANG KATA PENGANTAR Stasiun Klimatologi Semarang setiap tahun menerbitkan buku Prakiraan Musim Hujan dan Prakiraan Musim Kemarau daerah Propinsi Jawa Tengah. Buku Prakiraan Musim Hujan diterbitkan setiap bulan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR TANGERANG SELATAN, MARET 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG. Ir. BUDI ROESPANDI NIP

KATA PENGANTAR TANGERANG SELATAN, MARET 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG. Ir. BUDI ROESPANDI NIP PROPINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan YME atas berkat dan rahmat Nya kami dapat menyusun laporan dan laporan Prakiraan Musim Kemarau 2016 di wilayah Propinsi Banten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Ekspor Buah-Buahan Indonesia Tahun Volume (Kg) Nilai (US $) Volume (Kg)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Ekspor Buah-Buahan Indonesia Tahun Volume (Kg) Nilai (US $) Volume (Kg) I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki potensi yang besar dalam menghasilkan produksi pertanian. Hortikultura merupakan salah satu sub sektor pertanian yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. interaksi proses-proses fisik dan kimia yang terjadi di udara (atmosfer) dengan permukaan

I. PENDAHULUAN. interaksi proses-proses fisik dan kimia yang terjadi di udara (atmosfer) dengan permukaan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Studi tentang iklim mencakup kajian tentang fenomena fisik atmosfer sebagai hasil interaksi proses-proses fisik dan kimia yang terjadi di udara (atmosfer) dengan permukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di negara ini berada hampir di seluruh daerah. Penduduk di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. di negara ini berada hampir di seluruh daerah. Penduduk di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara yang terbentang luas, area pertanian di negara ini berada hampir di seluruh daerah. Penduduk di Indonesia sebagian besar berprofesi

Lebih terperinci

Jurusan Geofisika dan Meteorologi, FMlPA IPB

Jurusan Geofisika dan Meteorologi, FMlPA IPB IKLlM INDONESIA HANDOKO Jurusan Geofisika dan Meteorologi, FMlPA IPB Secara umum, daerah tropika terletak di antara lintang 23,5O LU (tropika Cancer) sampai 23,5O LS (tropika Capricorn). Batasan ini berdasarkan

Lebih terperinci

Geografi. Kelas X ATMOSFER VII KTSP & K Iklim Junghuhn

Geografi. Kelas X ATMOSFER VII KTSP & K Iklim Junghuhn KTSP & K-13 Kelas X Geografi ATMOSFER VII Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami iklim Junghuhn dan iklim Schmidt Ferguson. 2. Memahami

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting karena pertanian berhubungan langsung dengan ketersediaan pangan. Pangan yang dikonsumsi oleh individu terdapat komponen-komponen

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. udara pada saat tertentu dan di wilayah tertentu yang relatif sempit pada jangka

TINJAUAN PUSTAKA. udara pada saat tertentu dan di wilayah tertentu yang relatif sempit pada jangka II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Cuaca dan Iklim Menurut Sarjani (2009), cuaca dan iklim merupakan akibat dari prosesproses yang terjadi di atmosfer yang menyelubungi bumi. Cuaca adalah keadaan udara pada saat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor terpenting dalam pembangunan Indonesia, terutama dalam pembangunan ekonomi. Keberhasilan pembangunan sektor pertanian dapat dijadikan sebagai

Lebih terperinci

Buletin Analisis Hujan Bulan Januari 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan Maret, April dan Mei 2013 KATA PENGANTAR

Buletin Analisis Hujan Bulan Januari 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan Maret, April dan Mei 2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Analisis Hujan, Indeks Kekeringan Bulan Januari 2013 serta Prakiraan Hujan Bulan Maret, April dan Mei 2013 disusun berdasarkan hasil pengamatan data hujan dari 60 stasiun dan pos hujan di

Lebih terperinci

Propinsi Banten dan DKI Jakarta

Propinsi Banten dan DKI Jakarta BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan (12070) Telp. (021) 7353018 / Fax: 7355262 E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com,

Lebih terperinci

Buletin Analisis Hujan Bulan April 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2013 KATA PENGANTAR

Buletin Analisis Hujan Bulan April 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2013 KATA PENGANTAR Buletin Analisis Hujan Bulan April 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2013 KATA PENGANTAR Analisis Hujan, Indeks Kekeringan Bulan April 2013 serta Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan

Lebih terperinci

UPAYA DEPARTEMEN PERTANIAN DALAM ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DI WILAYAH PESISIR DAN. Direktur Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air

UPAYA DEPARTEMEN PERTANIAN DALAM ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DI WILAYAH PESISIR DAN. Direktur Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air UPAYA DEPARTEMEN PERTANIAN DALAM ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL Direktur Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air SUBSTANSI I. PENDAHULUAN II. DAMPAK KENAIKAN PARAS MUKA AIR

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : AGUNG DHARMAWAN PUTRA NPM : Kepada

SKRIPSI. Oleh : AGUNG DHARMAWAN PUTRA NPM : Kepada TANGGAPAN BEBERAPA KULTIVAR BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) TERHADAP SERANGAN Fusarium oxysporum f.sp. cepae PENYEBAB PENYAKIT MOLER DI LAHAN KABUPATEN NGANJUK SKRIPSI Oleh : AGUNG DHARMAWAN PUTRA

Lebih terperinci

20% dari basket IHK, sementara untuk bahan pangan (raw food) total sekitar 23% dari basket IHK.

20% dari basket IHK, sementara untuk bahan pangan (raw food) total sekitar 23% dari basket IHK. Working Paper 1 1 Jan-08 Mar-08 May-08 Jul-08 Sep-08 Nov-08 Jan-09 Mar-09 May-09 Jul-09 Sep-09 Nov-09 Jan-10 Mar-10 May-10 Jul-10 Sep-10 Nov-10 Jan-11 Mar-11 May-11 Jul-11 Sep-11 Nov-11 Jan-12 Mar-12 May-12

Lebih terperinci