Distribusi Penyakit Periapikal berdasarkan Etiologi dan Klasifikasi di RSKGM Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia Tahun

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Distribusi Penyakit Periapikal berdasarkan Etiologi dan Klasifikasi di RSKGM Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia Tahun"

Transkripsi

1 Distribusi Penyakit Periapikal berdasarkan Etiologi dan Klasifikasi di RSKGM Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia Tahun Anka Aliya Matriani*, Kamizar, Munyati Usman Departement of Conservative Dentistry, Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia, Jakarta 10430, Indonesia * Abstrak Latar Belakang: Penyakit periapikal merupakan lanjutan dari penyakit pulpa akibat karies atau trauma. Tujuan: mendapatkan informasi mengenai penyakit periapikal berdasarkan etiologi dan klasifikasi di RSKGM FKG UI tahun sehingga dapat digunakan untuk rencana pencegahan. Metode: studi cross-sectional deskriptif melalui data rekam medik dengan variabel etiologi dan klasifikasi penyakit periapikal. Hasil: Persentase penyakit periapikal 10% dari total penyakit pulpa dan periapikal. Kesimpulan: 98.28% disebabkan oleh karies dan 1.72% disebabkan oleh trauma. Diagnosis yang paling banyak ditemukan adalah abses alveolar kronis (57.72%). Distribution of Periapical Disease based on Its Etiology and Classification in RSKGM Faculty of Dentistry University of Indonesia in Abstract Background: Periapical disease is a continuity from pulpal disease caused by caries or trauma. Aim: to obtain information about periapical disease etiology and classification in RSKGM FKG UI in so that it can be used for the prevention. Method: a crosssectional descriptive study through dental medical records with etiology and classification of periapical disease as variable. Result: The percentage of periapical disease by 10% of the total pulpal and periapical disease cases. Conclusion: 98.28% were caused by caries and 1.72% caused by trauma. Periapical disease that commonly found is chronic alveolar abscess (57.72%). Keywords: classification; etiology; periapical disease Pendahuluan Penyakit periapikal merupakan perubahan patologis yang terjadi pada jaringan di sekitar akar gigi. 1 Berdasarkan ruang lingkupnya, penyakit periapikal termasuk dalam cakupan ilmu endodontik. Menurut Dorland, endodontik meliputi penyakit-penyakit yang mengenai pulpa gigi, akar gigi, dan jaringan periapikal. 2 Di Indonesia, penyakit pulpa dan periapikal termasuk

2 penyakit yang prevalensinya cukup tinggi. Berdasarkan data DTD (Daftar Tabulasi Dasar), penyakit pulpa dan periapikal menempati posisi ke-11 dari seluruh penyakit dengan jumlah 30,06% untuk penyakit rawat jalan Rumah Sakit di Indonesia pada tahun Bahkan pada tahun 2009 dan 2010, berdasarkan pola 10 penyakit terbesar pada pasien rawat jalan Rumah Sakit di Indonesia, penyakit pulpa dan periapikal mengalami peningkatan posisi yaitu dari posisi ke-9 menjadi posisi 8 dari seluruh penyakit dengan jumlah kasus tahun 2009 sebanyak kasus dan tahun 2010 sebanyak kasus. 4, 5 Dari data di atas, dapat diketahui bahwa populasi penyakit pulpa dan periapikal masih tergolong besar. Selain itu, juga terdapat peningkatan peringkat penyakit pulpa dan periapikal yang menandakan berkurangnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya merawat kesehatan gigi. Namun, belum ada data khusus mengenai penyakit periapikal yang dapat digunakan sebagai informasi untuk mencegah penjalaran penyakit lebih lanjut. Apabila dibiarkan tidak dirawat, penyakit periapikal akan bertambah parah dan dapat menyebar ke daerah wajah. Hal ini membutuhkan perawatan yang lebih lama, berulang kali, dan biaya yang lebih mahal. Oleh karena itu, dibutuhkan data tahunan mengenai distribusi penyakit periapikal, khususnya di RSKGM FKG UI, yang digunakan sebagai informasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan agar dapat direncanakan suatu tindakan pencegahan. Penyebab utama penyakit periapikal dapat dibedakan menjadi 2 golongan, yaitu living irritants dan non-living irritants. Yang termasuk ke dalam living irritants adalah mikroorganisme dan virus, sedangkan non-living irritants adalah iritan mekanis, suhu, dan kimia. 6 Dari kedua penyebab tersebut, lesi pada jaringan periapikal paling sering disebabkan oleh elemen bakteri yang berasal dari sistem saluran akar gigi yang terinfeksi. 7 Dalam penelitian ini akan dilihat jenis penyakit periapikal mana yang paling banyak ditemukan di RSKGM FKG UI. Selain itu, juga akan dilihat distribusi penyebab penyakit periapikal, yaitu karies dan trauma. RSKGM merupakan rumah sakit khusus yang melayani perawatan bagi penyakit gigi dan mulut, termasuk perawatan penyakit periapikal. Perawatan penyakit periapikal disebut juga dengan perawatan endodontik. Namun, belum ada data tahunan terbaru mengenai pola penyebaran penyakit yang ditangani oleh RSKGM FKG UI, terutama oleh bagian konservasi.

3 Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai penyakit periapikal pada pasien RSKGM FKG UI tahun sehingga dapat digunakan untuk pencegahan penyebaran penyakit. Tinjauan Teoritis Anatomi Jaringan Periapikal Jaringan periapikal merupakan lanjutan jaringan periodonsium ke arah apikal dari gigi, walaupun sebenarnya jaringan yang berada di dekat apeks gigi lebih menyerupai isi dari saluran akar dibandingkan jaringan periodonsium. 6 Jaringan periodonsium adalah jaringan yang mengelilingi dan mendukung akar gigi, yang terdiri dari sementum, ligamen periodontal, lamina dura dan tulang alveolar. 1 Yang menghubungkan antara pulpa dan jaringan periapikal adalah foramen apikal dan kanal lateral. Jaringan periapikal terdiri dari: a. Foramen apikal, merupakan penghubung antara pulpa dan jaringan periapikal. Selama pembentukan akar, foramen apikal terletak pada ujung akar anatomis. Ketika perkembangan gigi telah sempurna, foramen apikal menjadi lebih kecil dan memiliki jarak dengan ujung akar anatomis. Pada satu gigi, bisa terdapat satu atau lebih foramen apikal, biasanya pada gigi akar ganda. Apabila terdapat lebih dari satu foramen, yang terbesar disebut sebagai foramen apikal dan sisanya merupakan kanal aksesori atau kanal lateral. Diameter foramen apikal biasanya antara mm. Diameter terbesar ditemukan pada saluran akar distal molar mandibula dan akar palatal molar maksila. b. Kanal lateral atau kanal aksesori, merupakan penghubung komunikasi antara pulpa dan ligamen periodontal. Komunikasi terjadi melalui saluran yang melewati dentin dan sementum yang membawa pembuluh darah kecil dan saraf. Kanal aksesori dapat berjumlah satu atau lebih, besar atau kecil. Biasanya terbentuk pada daerah sepertiga apikal. Kanal lateral, sama seperti foramen apikal, dapat menjadi jalur menyebarnya penyakit pulpa ke jaringan periapikal dan terkadang menyebabkan penyakit periodonsium menyebar ke saluran akar.

4 c. Sementum, merupakan jaringan menyerupai tulang, dengan kekerasan yang lebih tinggi, yang melapisi akar gigi dan menyediakan perlekatan untuk serat-serat periodontal. Walaupun lebih keras dan resorbsinya lebih pelan dari pada tulang, dentin tetap mengalami resorbsi saat terdapat lesi inflamasi periapikal dan sering mengakibatkan hilangnya konstriksi apikal. d. Ligamen periodontal, merupakan jaringan konektif khusus yang ruangnya sempit, bervariasi dari 0.21 mm pada gigi muda hingga 0.15 mm pada gigi yang lebih dewasa. Keseragaman dari besarnya ruang periodontal merupakan salah satu kriteria untuk menentukan kesehatannya. Ruang periodontal dibatasi oleh sementoblast dan osteoblast. Di dalam ruang periodontal juga terdapat sel-sel seperti fibroblast, stem sel, makrofag, osteoklast, pembuluh darah, saraf, dan limfatik. Sel-sel tersebut tidak berpengaruh terhadap kesehatan periodonsium, namun akan berproliferasi pada saat terjadi inflamasi sehingga menyebabkan pembentukan kista. Jaringan periodonsium menerima inervasi autonomik dan sensoris. Saraf autonomiknya merupakan saraf simpatetik, sedangkan saraf sensorik berasal dari saraf trigeminal divisi 2 dan 3. Saraf-saraf ini sangat sensitif dan merekam tekanan pada ligamen yang berasosiasi dengan pergerakan gigi. e. Lamina dura, merupakan bagian dari tulang alveolar yang memiliki kepadatanyang lebih tinggi sehingga secara radiograf gambarannya terlihat lebih opak. Kontinuitas dari lamina dura menentukan kesehatan periodontal. f. Tulang alveolar, memiliki banyak lubang untuk mengakomodasi pembuluh darah, saraf, dan menanam jaringan konektif dari daerah kanselus prosesus alveolaris yang melewati ruang periodontal. Histologi Jaringan Periapikal Jaringan pulpa pada daerah periapikal berbeda dengan jaringan pulpa koronal secara struktur. Jaringan pulpa koronal terutama terdiri dari jaringan konektif selular dan sedikit serat kolagen. Sedangkan, jaringan pulpa periapikal lebih fibrous dan mengandung sedikit sel. Struktur fibrosa ini berperan sebagai sistem pertahanan melawan perkembangan inflamasi

5 pulpa ke arah apikal. Struktur fibrosa ini juga menyokong pembuluh darah dan saraf yang memasuki pulpa. Pembuluh darah berjalan di antara tulang trabekula dan di sepanjang ligamen periodontal sebelum memasuki foramen apikal sebagai arteri atau arteriol. 8 Pada daerah apikal, odontoblast pulpa tidak ada atau berubah bentuk menjadi datar atau kuboidal. Dentin yang terbentuk tidak terlalu tubular seperti pada dentin koronal melainkan lebih tidak berbentuk dan tidak beraturan. Tipe dentinnya adalah dentin sklerotik yang kurang permeabel dibanding dentin koronal. Hal ini menyebabkan tubuli dentin sklerotik lebih sulit dipenetrasi oleh mikroba dan iritan lain. Pada daerah apikal juga biasanya ditemukan sementum selular yang mengandung sementosit. 8 Etiologi Penyakit Periapikal Iritan yang ada di dalam pulpa dan jaringan periapikal dapat menyebabkan inflamasi pada periapikal gigi. Iritan utama dari jaringan ini dapat dibedakan menjadi 2, yaitu: 1 a. Living irritant yang termasuk dalam iritan ini adalah iritan mikrobial, yaitu bakteri, toksin bakteri, fragmen bakteri, dan virus. Iritan ini masuk ke jaringan periapikal melewati bagian apikal dari saluran akar dan menyebabkan inflamasi dan perubahan jaringan. Banyak studi yang mengatakan bahwa penyakit periapikal tidak akan muncul apabila tidak ada campur tangan bakteri di dalamnya. Maka bakteri merupakan faktor utama yang dapat menyebabkan penyakit periapikal. b. Non-living irritant - Iritan Mekanis prosedur operatif, trauma kecelakaan, trauma oklusi - Iritan Termal rangsang dingin, panas (misalnya pada saat mengebur) - Iritan Kemikal bahan pengisi saluran akar, bahan pembersih kavitas, dan bahan antibakteri. Saluran akar gigi normalnya steril dan keberadaan mikroorganisme tergantung pada invasinya. Ketika terdapat inflamasi karena paparan masif bakteri, pertahanannya akan mengalami penurunan sehingga bakteri dapat menginvasi dan mengkolonisasi saluran akar. Jalan yang sangat sering dilewati sebagai jalur masuk mikroorganisme ke dalam saluran akar adalah adanya paparan jaringan pulpa yang disebabkan oleh karies atau trauma. Jalur-jalur

6 potensial tersebut adalah dan dentin yang retak karena trauma, tubuli dentin yang terekspos karena karies, fraktur, preparasi kavitas atau mahkota, kebocoran marginal disekitar tumpatan, resorpsi akar atau root planing. 7 Patogenesis Penyakit Periapikal Saluran akar merupakan sumber utama infeksi. Mikroorganisme yang terdapat pada saluran akar dapat berproliferasi sehingga berkembang ke luar saluran akar. Sisa-sisa metabolik mikroorganisme tersebut atau toksin jaringan nekrosis juga dapat berdifusi ke jaringan periapikal. Ketika mikroorganisme memasuki daerah periapikal, mereka akan dihancurkan oleh PMN. Namun apabila mikroorganisme tersebut sangat virulen, mereka akan mengalahkan mekanisme pertahanan dan menghasilkan perkembangan lesi periapikal. 9 Toksin dari mikroorganisme dan pulpa yang nekrosis pada saluran akar bersifat mengiritasi dan merusak jaringan periapikal. Iritan-iritan tersebut bersamaan dengan enzim proteolitik yang dihasilkan oleh PMN yang mati akan membentuk pus dan menghasilkan perkembangan abses kronis. Di pinggir daerah jaringan tulang yang rusak, toksin bakteri akan dilemahkan sehingga dapat berperan sebagai stimulan dan menghasilkan pembentukan granuloma. Setelah itu, fibroblast akan bekerja dan membangun jaringan fibrosa, osteoblast akan membatasi area dengan membentuk tulang sklerotik. Bersamaan dengan ini, apabila epitelial rests of Malassez juga terstimulasi, akan terjadi pembentukan kista. 9 Klasifikasi Penyakit Periapikal 1, 6, 10 Tabel 1. Klasifikasi Penyakit Periapikal Grossman Ingle Torabinejad 1) Penyakit periapikal akut a. Abses Apikalis akut b. Periodontitis apical akut - Vital - Non vital 2) Eksaserbasi Akut Suatu Lesi Kronis 3) Penyakit periapikal kronis dengan daerah rarefaksi 1) Periodontitis Apikalis Akut 2) Periodontitis Apikalis Kronis 3) Granuloma 4) Kista Periapikal 1) Periodontitis apikalis akut 2) Periodontitis apikalis kronis 3) Condensing Osteitis 4) Abses apikalis akut

7 a. Abses apikalis kronis b. Granuloma c. Kista 4) Condensing osteitis 5) Resorpsi akar eksternal 6) Penyakit jaringan periapikal non-endodontik 5) Condensing Osteitis 6) Abses Apikalis Akut 7) Abses Apikalis Kronis 5) Abses apikalis kronis Dari beberapa uraian klasifikasi di atas, maka dalam karya ilmiah ini akan diklasifikasikan penyakit periapikal menurut Ingle. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif melalui observasi rekam medik di RSKGM FKG UI tahun Subjek penelitian berupa rekam medik pasien RSGKM FKG UI khususnya yang terdiagnosis penyakit periapikal tahun Tempat dan Waktu penelitian di RSKGM FKG UI pada bulan September Kriteria inklusi adalah rekam medik pasien dewasa di atas 15 tahun RSKGM FKG UI tahun dengan diagnosis penyakit periapikal. Kriteria eksklusi adalah rekam medik pasien RSKGM FKG UI dengan penyakit sistemik. Penelitian dimulai dengan pembuatan surat izin pengambilan data rekam medik kepada pihak RSKGM FKG UI. Kemudian dilakukan pengajuan izin kepada komite etik Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia dengan nomor 87 / Ethical Clearance / FKGUI / IX / 2014 pada 12 September Setelah itu, dilakukan pengambilan data rekam medik pasien RSKGM FKG UI tahun Lalu dilakukan pengolah data dan didapatkan hasil penelitian. Data akan diolah dengan menggunakan perangkat lunak pengolah data. Hasil data yang diolah akan menunjukkan distribusi penyakit periapikal dihubungkan dengan etiologi dan klasifikasinya pada pasien yang datang ke RSKGM FKG UI pada tahun Hasil Penelitian

8 Dari hasil observasi rekam medik umum yang dilakukan peneliti di RSKGM FKG UI, terdapat 5834 pasien yang mengalami penyakit pulpa dan periapikal dengan total kasus sebanyak 9346 kasus. Tabel 2. Pola Penyebaran Penyakit Pasien RSKGM FKG UI Periode Jenis Penyakit Jumlah Pasien Frekuensi Persentase (%) Penyakit Pulpa Penyakit Periapikal Total Berdasarkan tabel 2 terlihat bahwa dari total penyakit pulpa dan periapikal, hanya terdapat 10% penyakit periapikal dengan jumlah 932 kasus dari total 9346 kasus. Setelah mengetahui frekuensi penyakit periapkal dalam periode 5 tahun, dilakukan persebaran terhadap frekuensi penyakit periapikal pada tiap tahunnya. Tabel 3. Persebaran Frekuensi Penyakit Periapikal di RSKGM FKG UI Pada Tiap Tahunnya ( ) Tahun Frekuensi Penyakit Periapikal Total 932 Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa frekuensi penyakit periapikal pada tahun 2009 masih sangat kecil, yaitu sebanyak 74 kasus. Pada tahun berikutnya frekuensi penyakit periapikal terus meningkat hingga tahun 2012, yaitu sebanyak 255 kasus dan kemudian menurun pada tahun 2013, yaitu sebanyak 181 kasus.

9 Dari 932 kasus penyakit periapikal yang ditemukan di RSKGM FKG UI tahun , dilakukan observasi terhadap distribusi data penyakit periapikal berdasarkan etiologinya, yaitu living irritant atau bakteri yang akhirnya menyebabkan karies dan non-living irritant atau trauma. Berikut adalah tabel mengenai distribusi penyakit periapikal berdasarkan etiologinya. Tabel 4. Distribusi Penyakit Periapikal Pasien RSKGM FKG UI Periode Berdasarkan Etiologi Etiologi Penyakit Frekuensi Persentase (%) Periapikal Karies Trauma Total Tabel 4 menunjukkan bahwa irritant, yaitu karies sebesar 98.28%. penyakit periapikal lebih banyak disebabkan oleh living Setelah itu, dilakukan persebaran dari masing-masing penyakit periapikal yang mengacu pada Ingle, yaitu periodontitis apikalis akut, periodontitis apikalis kronis, granuloma, kista periapikal, condensing osteitis, abses apikalis akut, dan abses apikalis kronis. Tabel 4.4 menyajikan pola penyebaran penyakit periapikal di RSKGM FKG UI tahun berdasarkan masing-masing penyakitnya. Tabel 5. Distribusi Penyakit Periapikal di RSKGM FKG UI Periode Berdasarkan Klasifikasi Penyakit Periapikal Frekuensi Persentase (%) Periodontitis Apikalis Akut Periodontitis Apikalis Kronis Granuloma Kista Periapikal

10 Abses Apikalis Akut Abses Apikalis Kronis Kelainan Periapikal Total Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa penyakit periapikal yang paling banyak terjadi adalah abses apikalis kronis sebanyak 538 kasus dengan persentase sebesar 57.72%. Sedangkan yang paling sedikit ditemukan adalah periodontitis apikalis akut dengan persentase sebesar 0.64%. Sebagai data tambahan, juga dilakukan persebaran penyakit periapikal berdasarkan jenis kelamin. Tabel 6. Pola Persebaran Penyakit Periapikal di RSKGM FKG UI Periode Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Penyakit Periapikal Persentase (%) Laki-Laki Perempuan Total Tabel 6 menunjukkan bahwa pasien penyakit periapikal di RSKGM FKG UI yang lebih banyak ditemui adalah perempuan, yaitu sebanyak sebesar 63%. Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai keadaan penyakit periapikal pada pasien RSKGM FKG UI tahun , sehingga diperoleh informasi yang dapat digunakan untuk pencegahan terjadinya penyakit periapikal. Pada penelitian ini, penyakit periapikal yang digunakan mengacu pada sistem klasifikasi Ingle, yaitu periodontitis apikalis akut, periodontitis apikalis kronis, granuloma, kista periapikal, condensing osteitis, abses apikalis akut, dan abses apikalis kronis. Penelitian dilakukan dengan melihat rekam medik

11 pasien yang mengalami penyakit periapikal per tahun dan nilai selama 5 tahun di tahun Penelitian ini dilakukan secara manual dengan membuka setiap data rekam medik pasien yang terdapat di lemari RSKGM FKG UI. Data yang didapat nomornya tidak berurutan sehingga kemungkinan ada data yang terlewat atau tidak terdokumentasi karena data rekam medik belum terdokumentasi secara elektronik atau electronic medical record. Pengisian rekam medik yang kurang lengkap membuat penulis kesulitan dalam mengklasifikasikan penyakit periapikal yang dialami pasien. Dari hasil penelitian, hanya terdapat 10% kasus penyakit periapikal dari total 9986 kasus penyakit pulpa dan periapikal (Tabel 2). Hal ini sejalan dengan penelitian Efrina dan kawankawan pada tahun 2008 di RSKGM FKG UI, persentase penyakit periapikal 11, 12 jika dibandingkan dengan persentase penyakit pulpa adalah 15.8% dari total penyakit pulpa dan periapikal. Data ini menunjukkan kesesuaian dengan penelitian yang dilakukan saat ini di mana persentase penyakit periapikal lebih kecil dibandingkan dengan persentase penyakit pulpa, walaupun persentase tahun lebih kecil dari tahun Hal ini terjadi karena penyakit periapikal merupakan kelanjutan dari penyakit pulpa dan tidak semua penyakit pulpa berkembang menjadi penyakit periapikal apabila pasien segera melakukan perawatan. Dari tabel frekuensi penyakit periapikal tiap tahunnya (Tabel 3) dapat dilihat bahwa jumlah penyakit periapikal mengalami peningkatan dari tahun 2009 hingga tahun Namun, terjadi penurunan frekuensi penyakit periapikal dari tahun 2012 ke tahun Terjadinya fluktuasi ini menunjukkan bahwa kesadaran dan pemahaman masyarakat untuk melakukan perawatan kesehatan gigi sejak dini masih rendah. Dengan menurunnya frekuensi pada tahun , diharapkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut sedini mungkin akan terus meningkat. Dokter gigi dapat meningkatkan upayaupaya promotif, seperti memberikan penjelasan kepada pasien mengenai keuntungan melakukan perawatan sedini mungkin dan dampak yang akan dialami pasien apabila menunda perawatan, agar frekuensi penyakit periapikal semakin menurun pada tahun-tahun ke depan. Pada pola penyebaran penyakit periapikal berdasarkan etiologi, diketahui bahwa penyebab terbanyak yang menimbulkan penyakit periapikal adalah karies dengan persentase sebesar

12 98.28% (Tabel 4). Hal ini sesuai dengan Torabinejad yang mengatakan bahwa mikroorganisme yang ada pada karies merupakan sumber utama iritasi pulpa dan jaringan periapikal. 1 Dalam penelitiannya, Haghdoost menyebutkan bahwa faktor yang paling dikenal dapat menyebabkan penyakit periapikal adalah mikroorganisme yang ada di saluran akar. Mikroorganisme dapat sampai ke jaringan periapikal apabila pulpa sudah mengalami nekrosis. Faktor yang paling sering menyebabkan inflamasi dan nekrosis pulpa adalah karies. 13 Selain itu, tingginya prevalensi karies (90.05%) 14 dibandingkan dengan trauma dental (4.5%) 15 merupakan alasan mengapa hampir semua penyakit periapikal disebabkan oleh karies. Diagnosis penyakit periapikal yang paling banyak ditemukan di RSKGM FKG UI periode adalah abses apkalis kronis dengan persentase 57.72% (Tabel 5). Hal ini sesuai dengan penelitian Efrina Ayudyah Paramitha (2009) 11 pada tahun 2008 di RSKGM FKG UI mengenai pola penyebaran diagnosis penyakit periapeks yang menunjukkan bahwa diagnosis terbanyak penyakit periapikal adalah abses alveolar kronis dengan persentase sebesar 44.7%. Besarnya persentase ini, menggambarkan peningkatan persentase kasus dari tahun 2008 (44.7%) ke periode tahun (57.72%). Meningkatnya jumlah kasus abses apikalis kronis ini menunjukkan penurunan tingkat kesadaran masyarakat terhadap kesehatan gigi dan mulut. Hal ini dapat menggambarkan persepsi masyarakat mengenai rasa sakit. Menurut Budiharto, masyarakat sering salah mengartikan rasa sakit. Rasa sakit dianggap sebagai ketidakmampuan anggota badan untuk berfungsi normal. Padahal sakit adalah gejala klinis yang dirasakan dari suatu penyakit. 16 Inilah yang menyebabkan mayoritas masyarakat menunda perawatan kesehatan gigi dan mulut hingga individu tersebut merasa terganggu secara fungsional. Dalam keadaan ini, penyakit sudah bertambah parah dan menyebar lebih lanjut. Oleh karena itu, banyak pasien yang mulai mencari perawatan ketika penyakitnya sudah sampai pada tahap abses apikalis kronis. Hal ini terjadi karena pasien pernah mengalami pembengkakan pada rongga mulutnya dan sudah mulai menggangu fungsi mastikasi sehingga pasien datang mencari pengobatan. Pada data tambahan (Tabel 6) dapat dilihat bahwa jumlah penyakit periapikal lebih banyak dialami oleh perempuan dibandingkan laki-laki, yaitu sebesar 63%. Hal ini berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi utilisasi pelayanan kesehatan gigi. Pine C dan Harris R (2007) mengatakan bahwa profil dari pengguna pelayanan kesehatan gigi yang paling sering adalah perempuan. Fenomena ini bersifat konsisten seiring waktu dan konstan di

13 negara-negara sehingga terlihat universal, serta merupakan suatu tren yang dapat kita katakan selalu terjadi. 17 Hal ini sesuai dengan penelitian Soekidjo (2003) bahwa angka kesakitan lebih tinggi pada perempuan. Faktor yang mempengaruhinya adalah tingkat kesadaran dan kepedulian perempuan terhadap penampilan lebih baik dibandingkan laki-laki, sehingga lebih sering melakukan perawatan kesehatan gigi. Selain itu, hal ini juga dapat dihubungkan dengan faktor pekerjaan di mana waktu yang dimiliki laki-laki lebih banyak digunakan untuk bekerja sehingga kurang memiliki waktu untuk melakukan perawatan kesehatan gigi dan mulut. Selain itu, beberapa penelitian juga mengatakan bahwa perempuan lebih rentan terhadap karies di mana karies merupakan etiologi terbesar penyakit periapikal. Fakor-faktor yang menyebabkan perempuan lebih rentan terhadap karies di antaranya, erupsi gigi pada perempuan terjadi lebih awal, tingginya kandungan hormon esterogen, lebih rendahnya laju alir saliva, dan adanya waktu lebih untuk mengkonsumsi makanan ringan di antara waktu makan.18, 19, 20 Hal-hal tersebutlah yang menyebabkan frekuensi penyakit periapikal yang ditemukan di RSKGM FKG UI lebih banyak pada perempuan dibandingkan pria. Kesimpulan Dari penelitian yang mengacu pada data rekam medik pasien RSKGM FKG UI tahun didapatkan penyakit periapikal sejumlah 932 kasus (10%) dari total 9346 kasus penyakit pulpa dan periapikal dengan penyebab utama adalah karies. Penyakit periapikal yang paling sering ditemui adalah abses apikalis kronis (57.72%). Selain itu, juga didapatkan bahwa pasien perempuan (63%) lebih banyak dari pada pasien laki-laki. Saran Peningkatan edukasi tentang kesehatan gigi dan mulut terhadap masyarakat luas sehingga diharapkan angka kepenyakitan periapikal tahun berikutnya semakin menurun. Pengisian data pasien di RSKGM FKG UI diharapkan terkomputerisasi untuk setiap kasus dan perawatan yang dilakukan agar dapat memudahkan pencarian data dan dapat dilakukan evaluasi tahunan mengenai pelayanan kesehatan gigi dan mulut di RSKGM FKG UI. Selain itu, penelitian

14 selanjutnya sebaiknya dapat menggunakan variabel yang lebih luas, seperti usia, ras, pekerjaan, status sosial ekonomi, dan elemen gigi sehingga dapat mewakili epidemiologi oral deskriptif secara keseluruhan. Daftar Referensi 1. Torabinejad M, Walton RE. Endodontics Principles and Practice. 4th ed. St. Louis: Saunders; p Tim Penerjemah EGC. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC; CD statistik rumah sakit di Indonesia edisi tahun Departemen Kesehatan. Profil kesehatan Indonesia tahun Jakarta: Departemen kesehatan RI; hal Departemen Kesehatan. Profil kesehatan Indonesia tahun Jakarta: Departemen kesehatan RI; hal Ingle JI, Bakland LK. Endodontics. 5th ed. Canada: B.C. Decker, Inc; p Bergenholtz G, Bindslev PH, Reit C. Textbook of Endodontology. 2nd ed. UK: John Wiley & Sons; p , 113, Garg N, Garg A. Textbook of Endodontics. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publisher; p , /Propaedeutics%20of%20Therapeutic%20dentistry/2%20year/10.%20Endodontics%2 0-%20its%20objectives%20and%20goals.%20.files/image010.jpg (diakses tanggal WIB) (diakses tanggal WIB) 11. Paramitha EA. Pola Penyebaran Penyakit Periapeks berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, dan Kelompok Elemen Gigi (Kajian di Klinik Integrasi RSGMP FKG UI tahun 2008). Jakarta: Universitas Indonesia; Maureen. D. Pola Penyebaran Penyakit Pulpa berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, dan Kelompok Elemen Gigi (Kajian di Klinik Integrasi RSGMP FKG UI tahun 2008). Jakarta: Universitas Indonesia; Haghdoost. AA, Shahravan A. Endodontic Epidemiology. Iran: Iranian Endodontic Journal; Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; Amaliah N. Prevalensi Fraktur Gigi Akibat Pencabutan Pada Rahang Atas dan Bawah Di RSGMP Kandea FKG UNHAS. Makassar: Universitas Hasanuddin; Budiharto. Pengantar Ilmu Perilaku Kesehatan dan Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta. 17. Pine C, Harris R. Communiy Oral Health. Quintessence Publishin Co, Inc; Kutesa A, Mwanika A, Wandera M. Pattern of Dental Caries in Mulago Dental School Clinic, Uganda. African Health Science; 2005.

15 19. Lukacs JR, Largaespada L. Explaining Sex Differences in Dental Caries Prevalence: Saliva, Hormones, adn Life-History Etiologies. American Journal of Human Biology; Rehman K, Khan H, Shah SA. Frequency of Class II Type Carious Lesions in First Permanent Molars and Their Association with Pulp. Pakistan Oral & Dental Journal; 2009.

Diagnosis Penyakit Pulpa dan Kelainan Periapikal

Diagnosis Penyakit Pulpa dan Kelainan Periapikal Diagnosis Penyakit Pulpa dan Kelainan Periapikal Penyakit pulpa dan periapikal Kondisi normal Sebuah gigi yang normal bersifat (a) asimptomatik dan menunjukkan (b) respon ringan sampai moderat yang bersifat

Lebih terperinci

BAB II KEADAAN JARINGAN GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK. endodontik. Pengetahuan tentang anatomi gigi sangat diperlukan untuk mencapai

BAB II KEADAAN JARINGAN GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK. endodontik. Pengetahuan tentang anatomi gigi sangat diperlukan untuk mencapai BAB II KEADAAN JARINGAN GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK Dokter gigi saat merawat endodontik membutuhkan pengetahuan tentang anatomi dari gigi yang akan dirawat dan kondisi jaringan gigi setelah perawatan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 18 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Embriologi Gigi Pembentukan gigi dimulai dengan terbentuknya lamina dental dari epitel oral. Lamina dental kemudian berkembang menjadi selapis sel epitel dan berpenetrasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN Penelitian telah dilakukan di RSGM UMY mengenai evaluasi keberhasilan perawatan kaping pulpa direk dengan bahan kalsium hidroksida hard setting

Lebih terperinci

Etiologi Nyeri pada Penyakit Pulpa dan Periapikal serta Mekanismenya 1. Nyeri 1.1 Definisi Nyeri 1.2 Klasifikasi Nyeri

Etiologi Nyeri pada Penyakit Pulpa dan Periapikal serta Mekanismenya 1. Nyeri 1.1 Definisi Nyeri 1.2 Klasifikasi Nyeri Etiologi Nyeri pada Penyakit Pulpa dan Periapikal serta 1. Nyeri 1.1 Definisi Nyeri Nyeri merupakan sensasi yang terlokalisasi berupa ketidaknyamanan atau penderitaan yang dihasilkan oleh stimulasi ujung-ujung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saluran akar menjadi sumber berbagai macam iritan.iritan-iritan yang masuk

BAB I PENDAHULUAN. saluran akar menjadi sumber berbagai macam iritan.iritan-iritan yang masuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit periapikal merupakan suatu keadaan patologis yang terlokalisir pada daerah apeks atau ujung akar gigi. Penyakit periapikal dapat berawal dari infeksi pulpa.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (Pedersen, 1966). Selama melakukan prosedur pencabutan gigi sering ditemukan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (Pedersen, 1966). Selama melakukan prosedur pencabutan gigi sering ditemukan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Odontektomi atau pencabutan gigi dengan pembedahan merupakan tindakan pembedahan yang sering dilakukan oleh spesialis bedah mulut (Rahayu, 2014). Pencabutan gigi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. merupakan salah satu tujuan kesehatan gigi, khususnya di bidang ilmu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. merupakan salah satu tujuan kesehatan gigi, khususnya di bidang ilmu BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Mempertahankan gigi selama mungkin di dalam rongga mulut merupakan salah satu tujuan kesehatan gigi, khususnya di bidang ilmu konservasi gigi. Idealnya gigi dalam keadaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan terhadap 540 kasus perawatan kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida melalui hasil radiografi periapikal pasien yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan secara observasional deskriptif dengan cara pengamatan terhadap hasil radiografi pasien yang telah dilakukan

Lebih terperinci

Distribusi Penyakit Pulpa berdasarkan Etiologi dan Klasifikasi di RSKGM, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia Tahun

Distribusi Penyakit Pulpa berdasarkan Etiologi dan Klasifikasi di RSKGM, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia Tahun Distribusi Penyakit Pulpa berdasarkan Etiologi dan Klasifikasi di RSKGM, Fakultas Kedokteran Gigi, Tahun 2009-2013 Nindya Larasati *, Kamizar, Munyati Usman Department of Conservative Dentistry, Faculty

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiografi dental biasa digunakan untuk membantu menemukan masalah pada rongga mulut pasien. Radiografi melibatkan penggunaan energi sinar untuk menembus gigi dan merekam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. etiologi, pencegahan, diagnosis, dan terapi mengenai pulpa gigi, akar gigi dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. etiologi, pencegahan, diagnosis, dan terapi mengenai pulpa gigi, akar gigi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu endodontik adalah cabang ilmu kedokteran gigi yang mempelajari etiologi, pencegahan, diagnosis, dan terapi mengenai pulpa gigi, akar gigi dan jaringan periapikal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknik radiografi yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi ada dua yaitu teknik intraoral dan ekstraoral.

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknik radiografi yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi ada dua yaitu teknik intraoral dan ekstraoral. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiografi dental dikenal memiliki peranan yang penting dalam bidang kedokteran gigi yakni membantu dalam menegakkan diagnosa, menentukan rencana perawatan dan mengevaluasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan karena dapat mempengaruhi kualitas kehidupan termasuk

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan karena dapat mempengaruhi kualitas kehidupan termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh secara keseluruhan karena dapat mempengaruhi kualitas kehidupan termasuk fungsi bicara, pengunyahan dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 3,4

BAB 1 PENDAHULUAN 3,4 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiografi dental merupakan salah satu bagian terpenting dari diagnosis oral moderen. Dalam menentukan diagnosis yang tepat, setiap dokter harus mengetahui nilai dan

Lebih terperinci

ENDODONTIC-EMERGENCIES

ENDODONTIC-EMERGENCIES ENDODONTIC-EMERGENCIES (Keadaan darurat endodontik) Keadaan darurat adalah masalah yang perlu diperhatikan pasien, dokter gigi dan stafnya. Biasanya dikaitkan dengan nyeri atau pembengkakan dan memerlukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prevalensi dan Etiologi Trauma gigi sulung anterior merupakan suatu kerusakan pada struktur gigi anak yang dapat mempengaruhi emosional anak dan orang tuanya. Jika anak mengalami

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN BAB 5 HASIL PENELITIAN Pada penelitian perubahan lengkung oklusal akibat kehilangan gigi posterior ini, didapat sebanyak 103 jumlah sampel kemudian dipilih secara purposive sampling dan didapat sebanyak

Lebih terperinci

Grafik 1. Distribusi TDI berdasarkan gigi permanen yang terlibat 8

Grafik 1. Distribusi TDI berdasarkan gigi permanen yang terlibat 8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Distribusi Trauma Gigi Trauma gigi atau yang dikenal dengan Traumatic Dental Injury (TDI) adalah kerusakan yang mengenai jaringan keras dan atau periodontal karena

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Foramen Mentale Foramen mentale adalah suatu saluran terbuka pada korpus mandibula. Melalui foramen mentale dapat keluar pembuluh darah dan saraf, yaitu arteri, vena

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (Rencana Kegiatan Belajar Mengajar)

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (Rencana Kegiatan Belajar Mengajar) JUDUL MATA KULIAH : Periodonsia I NOMOR KODE/ SKS : PE 142/ 2 SKS GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (Rencana Kegiatan Belajar Mengajar) A. DESKRIPSI SINGKAT : Mata Kuliah ini membahas mengenai pengenalan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tulang Alveolar Prosesus alveolaris merupakan bagian dari tulang rahang yang menopang gigi geligi. Tulang dari prosesus alveolaris ini tidak berbeda dengan tulang pada bagian

Lebih terperinci

KEHILANGAN TULANG DAN POLA PERUSAKAN TULANG Kehilangan tulang dan cacat tulang yang diakibatkan penyakit periodontal membahayakan bagi gigi, bahkan

KEHILANGAN TULANG DAN POLA PERUSAKAN TULANG Kehilangan tulang dan cacat tulang yang diakibatkan penyakit periodontal membahayakan bagi gigi, bahkan KEHILANGAN TULANG DAN POLA PERUSAKAN TULANG Kehilangan tulang dan cacat tulang yang diakibatkan penyakit periodontal membahayakan bagi gigi, bahkan bisa menyebabkan hilangnya gigi. Faktor-faktor yang memelihara

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi Karies adalah kerusakan yang terbatas pada jaringan gigi mulai dari email gigi hingga menjalar ke dentin. 1 Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. keberhasilan perawatan kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. keberhasilan perawatan kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN Penelitian telah dilakukan di RSGM UMY mengenai evaluasi klinis keberhasilan perawatan kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida tipe hard setting.

Lebih terperinci

Bedah endodontik suatu pendekatan konservatif dalam penanggulangan kista yang lebih dari 2/3 panjang saluran akar gigi anterior

Bedah endodontik suatu pendekatan konservatif dalam penanggulangan kista yang lebih dari 2/3 panjang saluran akar gigi anterior Bedah endodontik suatu pendekatan konservatif dalam penanggulangan kista yang lebih dari 2/3 panjang saluran akar gigi anterior Laili Aznur Bagian UPF Gigi dan Mulut RSUP Hasan Sadikin Bandung ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana sebanyak 129,98 juta jiwa merupakan penduduk dengan jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. dimana sebanyak 129,98 juta jiwa merupakan penduduk dengan jenis kelamin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara terbesar di Asia Tenggara serta terdiri dari banyak pulau dan terbagi dalam 34 provinsi. Berdasarkan data sensus penduduk pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berdasarkan usia, jenis kelamin, elemen gigi dan posisi gigi. Berikut tabel

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berdasarkan usia, jenis kelamin, elemen gigi dan posisi gigi. Berikut tabel Hasil Penelitian A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian telah dilakukan di RSGM UMY mengenai evaluasi keberhasilan perawatan kaping pulpa direk dengan bahan kalsium hidroksida

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada tinjauan pustaka akan diuraikan mengenai suku Batak, foramen mentalis, radiografi panoramik, kerangka teori dan kerangka konsep. 2.1 Suku Batak Penduduk Indonesia termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawatan ortodontik merupakan suatu faktor penting dalam pemeliharaan gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan umum perawatan ortodontik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Foramen Mentale Foramen mentale adalah suatu saluran terbuka pada korpus mandibula. Foramen ini dilalui saraf mental, arteri dan vena. Nervus mentalis adalah cabang terkecil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut

BAB 1 PENDAHULUAN. pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan mulut merupakan hal yang sangat penting dan berpengaruh pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut sering kali menjadi prioritas

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran CAKRADENTA YUDHA POETERA G

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran CAKRADENTA YUDHA POETERA G PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN NEKROSIS PULPA DENGAN ABSES APIKALIS KRONIS ANTARA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DAN NON DIABETES MELLITUS DI RSUD DR. MOEWARDI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

BAB 2 OSTEOMIELITIS KRONIS PADA RAHANG. infeksi yang terjadi dapat disebabkan oleh infeksi odontogenik. Osteomielitis dibagi

BAB 2 OSTEOMIELITIS KRONIS PADA RAHANG. infeksi yang terjadi dapat disebabkan oleh infeksi odontogenik. Osteomielitis dibagi BAB 2 OSTEOMIELITIS KRONIS PADA RAHANG Osteomielitis adalah inflamasi yang terjadi pada tulang dan sumsum tulang, infeksi yang terjadi dapat disebabkan oleh infeksi odontogenik. Osteomielitis dibagi menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan migrasi epitel jungsional ke arah apikal, kehilangan perlekatan tulang

BAB I PENDAHULUAN. dengan migrasi epitel jungsional ke arah apikal, kehilangan perlekatan tulang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Periodontitis merupakan inflamasi jaringan periodontal yang ditandai dengan migrasi epitel jungsional ke arah apikal, kehilangan perlekatan tulang dan resorpsi tulang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cepat di masa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang, seperti

BAB I PENDAHULUAN. cepat di masa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang, seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lanjut usia (lansia) adalah proses alamiah yang pasti akan dialami oleh setiap manusia. Pertumbuhan penduduk lanjut usia (lansia) diprediksi akan meningkat cepat di

Lebih terperinci

RADIOGRAPHIC EVALUATION OF INDIRECT PULP CAPPING WITH HARD SETTING CALCIUM HYDROXIDE IN RSGM UMY

RADIOGRAPHIC EVALUATION OF INDIRECT PULP CAPPING WITH HARD SETTING CALCIUM HYDROXIDE IN RSGM UMY RADIOGRAPHIC EVALUATION OF INDIRECT PULP CAPPING WITH HARD SETTING CALCIUM HYDROXIDE IN RSGM UMY EVALUASI RADIOGRAFI KEBERHASILAN KAPING PULPA INDIREK DENGAN BAHAN KALSIUM HIDROKSIDA TIPE HARD SETTING

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Estetika merupakan salah satu tujuan dalam perawatan ortodontik dimana seseorang dapat memperbaiki estetika wajah yang berharga dalam kehidupan sosialnya (Monica,

Lebih terperinci

Perawatan Endodontik pada anak. Written by Administrator Tuesday, 13 December :46

Perawatan Endodontik pada anak. Written by Administrator Tuesday, 13 December :46 Tujuan dasar dari perawatan endodontik pada anak mirip dengan pasien dewasa, yaitu untuk meringankan rasa sakit dan mengontrol sepsis dari pulpa dan jaringan periapikal sekitarnya serta mengembalikan keadaan

Lebih terperinci

BAB 2 KANINUS IMPAKSI. individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus.

BAB 2 KANINUS IMPAKSI. individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus. BAB 2 KANINUS IMPAKSI Gigi permanen umumnya erupsi ke dalam lengkungnya, tetapi pada beberapa individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus. Salah satunya yaitu gigi kaninus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ortodontik berdasarkan kebutuhan fungsional dan estetik. Penggunaan alat

BAB I PENDAHULUAN. ortodontik berdasarkan kebutuhan fungsional dan estetik. Penggunaan alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan meningkatnya gaya hidup dan perubahan pandangan mengenai konsep estetika, masyarakat dewasa ini memilih perawatan ortodontik berdasarkan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (Beer dkk., 2006; Walton dan Torabinejad, 2008). gejalanya, pulpitis dibedakan menjadi reversible pulpitis dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (Beer dkk., 2006; Walton dan Torabinejad, 2008). gejalanya, pulpitis dibedakan menjadi reversible pulpitis dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies gigi merupakan salah satu masalah gigi dan mulut yang sering terjadi dan berpotensi untuk menyebabkan masalah gigi dan mulut lainnya. Prevalensi karies gigi di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Periodontitis Apikalis Kronis (PAK) 2.1.1 Definisi Menurut Walton 9, periodontitis apikalis kronis (PAK) merupakan penyakit gigi yang berkembang setelah terjadinya nekrosis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tindakan perawatan dalam bidang kedokteran gigi yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tindakan perawatan dalam bidang kedokteran gigi yang paling sering BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tindakan perawatan dalam bidang kedokteran gigi yang paling sering dilakukan adalah ekstraksi atau pencabutan gigi. 1 Ekstraksi gigi merupakan bagian paling

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Gigi Gigi merupakan organ tubuh yang turut berperan dalam proses pencernaan, pengunyahan, dan terutama sebagai estetis dalam pembentukan profil wajah. Gigi terbentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pulpitis merupakan salah satu penyakit pulpa (Ingle dkk., 2008) yang cukup banyak terjadi di Indonesia. Data Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2011 menunjukkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Peridontal Periodonsium secara harfiah artinya adalah di sekeliling gigi. Periodonsium terdiri dari jaringan-jaringan yang mengelilingi gigi yaitu: 14 1. Gingiva Gingiva

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA xvii BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembentukan Akar Gigi Pembentukan akar gigi terjadi setelah pembentukan mahkota gigi selesai dengan sempurna dan gigi mulai erupsi. Pembentukan akar dimulai dari proliferasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tidak mengenal usia, golongan dan jenis kelamin. Orang yang sehat

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tidak mengenal usia, golongan dan jenis kelamin. Orang yang sehat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gingivitis sering ditemukan di masyarakat. Penyakit ini dapat menyerang semua orang tidak mengenal usia, golongan dan jenis kelamin. Orang yang sehat dengan kebersihan

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA. odontoblast. Pada tahap awal perkembangannya, odontoblast juga. pertahanan (Walton & Torabinejad, 2008).

BAB II TINJUAN PUSTAKA. odontoblast. Pada tahap awal perkembangannya, odontoblast juga. pertahanan (Walton & Torabinejad, 2008). BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pulpa Pulpa gigi adalah suatu jaringan lunak yang terletak di daerah tengah pulpa. Jaringan pulpa membentuk, mendukung, dan dikelilingi oleh dentin. Fungsi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Kesehatan Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: gigi impaksi, keadaan patologis, tindakan preventif, penatalaksanaan

ABSTRAK. Kata kunci: gigi impaksi, keadaan patologis, tindakan preventif, penatalaksanaan ABSTRAK Impaksi gigi adalah gagalnya erupsi lengkap gigi pada posisi fungsional normal. Insidensi terjadinya impaksi gigi terjadi hampir pada seluruh ras di dunia. Gigi yang impaksi dapat menimbulkan masalah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Molar Dua Mandibula Fungsi molar dua mandibula permanen adalah melengkapi molar satu mandibula. Seluruh bagian molar dua mandibula lebih kecil sekitar 1mm daripada molar satu.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Trauma Trauma adalah luka atau cedera pada jaringan. 19 Trauma atau yang disebut injury atau wound, dapat juga diartikan sebagai kerusakan atau luka yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Tumbuh Kembang Anak Perubahan morfologi, biokimia dan fisiologi merupakan manifestasi kompleks dari tumbuh kembang yang terjadi sejak konsepsi sampai maturitas/dewasa.

Lebih terperinci

Distribusi Perawatan Ulang Endodontik Berdasarkan Etiologi di RSKGM Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (Tahun )

Distribusi Perawatan Ulang Endodontik Berdasarkan Etiologi di RSKGM Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (Tahun ) Distribusi Perawatan Ulang Endodontik Berdasarkan Etiologi di RSKGM Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (Tahun 2009-2013) Sandriana Nandari Irsan*, Munyati Usman, Kamizar Department of Oral

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM FRAKTUR DENTOALVEOLAR PADA ANAK. (Mansjoer, 2000). Berdasarkan definisi-definisi tersebut maka fraktur

BAB II TINJAUAN UMUM FRAKTUR DENTOALVEOLAR PADA ANAK. (Mansjoer, 2000). Berdasarkan definisi-definisi tersebut maka fraktur BAB II TINJAUAN UMUM FRAKTUR DENTOALVEOLAR PADA ANAK 2.1 Definisi Fraktur Dentoalveolar Definisi fraktur secara umum adalah pemecahan atau kerusakan suatu bagian terutama tulang (Kamus Kedokteran Dorland

Lebih terperinci

ANATOMI GIGI. Drg Gemini Sari

ANATOMI GIGI. Drg Gemini Sari ANATOMI GIGI Drg Gemini Sari ANATOMI GIGI Ilmu yg mempelajari susunan / struktur dan bentuk / konfigurasi gigi, hubungan antara gigi dgn gigi yang lain dan hubungan antara gigi dengan jaringan sekitarnya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA mulut. 7 Gingiva pada umumnya berwarna merah muda dan diproduksi oleh pembuluh BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Penyakit periodontal adalah inflamasi yang dapat merusak jaringan melalui interaksi antara bakteri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pulpa radikuler. Pulpa koronal terletak di kamar pulpa pada bagian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pulpa radikuler. Pulpa koronal terletak di kamar pulpa pada bagian BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Pulpa Anatomis pulpa terbagi menjadi dua bagian, pulpa koronal dan pulpa radikuler. Pulpa koronal terletak di kamar pulpa pada bagian mahkota gigi, termasuk

Lebih terperinci

Kuretase Periapikal Pada Gigi Insisivus Lateralis Kanan Atas Dengan Nekrosis Pulpa, Disertai Lesi Periapikal

Kuretase Periapikal Pada Gigi Insisivus Lateralis Kanan Atas Dengan Nekrosis Pulpa, Disertai Lesi Periapikal Kuretase Periapikal Pada Gigi Insisivus Lateralis Kanan Atas Dengan Nekrosis Pulpa, Disertai Lesi Periapikal Periapical Curretage On The Right Maxilla Incisivus Lateralis Pulp Necrosis, with Periapical

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konsep DIABETES MELITUS TIPE 2 KEBUTUHAN PERAWATAN PERIODONTAL Indeks CPITN Kadar Gula Darah Oral Higiene Lama menderita diabetes melitus tipe 2 3.2 Hipotesis

Lebih terperinci

Pendahuluan. Harmas Yazid Yusuf 1

Pendahuluan. Harmas Yazid Yusuf 1 Pendahuluan Ameloblastoma (berasal dari bahasa Inggris yaitu amel berarti email dan bahasa Yunani blastos yang berarti benih ), merupakan tumor jinak yang berasal dari epitel odontogenik. Tumor ini pertama

Lebih terperinci

PROGNOSIS PENYAKIT GINGIVA DAN PERIODONTAL

PROGNOSIS PENYAKIT GINGIVA DAN PERIODONTAL PROGNOSIS PENYAKIT GINGIVA DAN PERIODONTAL Prognosis PROGNOSIS PENYAKIT GINGIVA DAN PERIODONTAL Ramalan perkembangan,perjalanan dan akhir suatu penyakit Prognosis Penyakit Gingiva dan Periodontal Ramalan

Lebih terperinci

TINGKAT KEPARAHAN KARIES PADA GIGI MOLAR PERTAMA PERMANEN BERDASARKAN KELOMPOK UMUR 6 DAN 12 TAHUN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERTIWI, MAKASSAR

TINGKAT KEPARAHAN KARIES PADA GIGI MOLAR PERTAMA PERMANEN BERDASARKAN KELOMPOK UMUR 6 DAN 12 TAHUN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERTIWI, MAKASSAR TINGKAT KEPARAHAN KARIES PADA GIGI MOLAR PERTAMA PERMANEN BERDASARKAN KELOMPOK UMUR DAN TAHUN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERTIWI, MAKASSAR Ayub Irmadani Anwar Departemen Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas

Lebih terperinci

Hubungan Usia dan Jenis Kelamin dengan kejadian Karies Gigi Siswa Sekolah Dasar Sumbersari Dan Puger Kabupaten Jember

Hubungan Usia dan Jenis Kelamin dengan kejadian Karies Gigi Siswa Sekolah Dasar Sumbersari Dan Puger Kabupaten Jember Hubungan Usia dan Jenis Kelamin dengan kejadian Karies Gigi Siswa Sekolah Dasar Sumbersari Dan Puger Kabupaten Jember Kiswaluyo Bagian Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik hiperglikemia (kadar gula darah yang tinggi) yang terjadi karena

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik hiperglikemia (kadar gula darah yang tinggi) yang terjadi karena BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Diabetes Melitus Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia (kadar gula darah yang tinggi) yang terjadi karena

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei yang bertujuan untuk menggambarkan prevalensi dry socket pada rahang atas dan rahang

Lebih terperinci

Indonesia. Abstrak

Indonesia.   Abstrak Frekuensi dan Distribusi Lesi Periapikal Berdasarkan Elemen Gigi, Lokasi Kelainan, Jenis Kelamin, dan Ukuran Lesi (Studi pada Rumah Sakit Gigi dan Mulut Paviliun Khusus Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Lebih terperinci

BAB I. dalam kehidupan sehari-hari. Kesehatan pada dasarnya ditunjukan untuk. untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Penyakit gigi dan mulut

BAB I. dalam kehidupan sehari-hari. Kesehatan pada dasarnya ditunjukan untuk. untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Penyakit gigi dan mulut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap insan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Kesehatan pada dasarnya ditunjukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kanker adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan pembelahan sel

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kanker adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan pembelahan sel BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan pembelahan sel yang tak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan lainnya, baik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Meningkatnya usia harapan hidup penduduk, menyebabkan jumlah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Gigi merupakan salah satu bagian dari rongga mulut yang digunakan untuk pengunyahan. Jumlah gigi geligi sangat menentukan efektifitas pengunyahan dan penelanan yang merupakan langkah

Lebih terperinci

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN 1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama Lengkap Tempat/ Tanggal Lahir Jenis Kelamin Agama Alamat Orangtua Ayah Ibu Riwayat Pendidikan : Ganesh Dorasamy : Kuala Lumpur, Malaysia / 25September1986 : Laki-laki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang dikeluhkan masyarakat Indonesia menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2001) dan menempati peringkat

Lebih terperinci

BIOLOGI ORAL. Pengertian :

BIOLOGI ORAL. Pengertian : BIOLOGI ORAL Pengertian : Biologi Oral adalah ilmu yg mempelajari struktur,pertumbuhan, perkembangan dan fungsi jaringan mulut dan sekitarnya yang tercakup dlm sistem stomatognatik meliputi : gigi, jaringan

Lebih terperinci

PROFIL INDIKASI PENCABUTAN GIGI DI RSGM UNSRAT TAHUN 2015

PROFIL INDIKASI PENCABUTAN GIGI DI RSGM UNSRAT TAHUN 2015 PROFIL INDIKASI PENCABUTAN GIGI DI RSGM UNSRAT TAHUN 2015 Astria A. P. Palenewen 1), Michael A. Leman 1), Damajanty H. C. Pangemanan 1) 1) Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN PENCABUTAN GIGI DENGAN KONDISI SISA AKAR (GANGREN RADIK)

PENATALAKSANAAN PENCABUTAN GIGI DENGAN KONDISI SISA AKAR (GANGREN RADIK) PENATALAKSANAAN PENCABUTAN GIGI DENGAN KONDISI SISA AKAR (GANGREN RADIK) Budi Yuwono Bagian Ilmu Bedah Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember Abstract One of dental treatments on gangrene radix

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas dan kesejahteraan hidup, sehingga diperlukan metode perawatan kebersihan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas dan kesejahteraan hidup, sehingga diperlukan metode perawatan kebersihan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebersihan mulut sangat penting dijaga karena memiliki pengaruh utama dari kualitas dan kesejahteraan hidup, sehingga diperlukan metode perawatan kebersihan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Gigi dan Mulut - Pendidikan (RSGM-P FKG UI) pada periode 6 Oktober 2008-10 November 2008. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan

Lebih terperinci

BPM BLOK BUKU PANDUAN MAHASISWA ENDODONSIA DAN METODOLOGI PENELITIAN SEMESTER III TAHUN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI

BPM BLOK BUKU PANDUAN MAHASISWA ENDODONSIA DAN METODOLOGI PENELITIAN SEMESTER III TAHUN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI BPM BUKU PANDUAN MAHASISWA ENDODONSIA DAN METODOLOGI PENELITIAN SEMESTER III TAHUN AKADEMIK 2012-2013 BLOK 2.3.6 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 1 BUKU PANDUAN

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Hasil Analisis Univariat Analisis Statistik Deskriptif Lama Kehilangan, Usia dan Ekstrusi Gigi Antagonis

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Hasil Analisis Univariat Analisis Statistik Deskriptif Lama Kehilangan, Usia dan Ekstrusi Gigi Antagonis BAB 5 HASIL PENELITIAN Pada penelitian ini, jumlah sampel yang memenuhi kriteria penelitian adalah sebanyak 40 sampel. Sampel pada penelitian ini berupa model studi pasien gigi tiruan sebagian (GTS) dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Menurut American Dental Association (ADA), fraktur dapat diartikan sebagai pecahnya satu bagian, terutama dari struktur tulang, atau patahnya gigi. Akar merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Definisi Penyakit Periodontal Penyakit periodontal adalah suatu inflamasi kronis pada jaringan pendukung gigi (periodontium). 9 Penyakit periodontal dapat hanya mengenai gingiva

Lebih terperinci

HUBUNGAN USIA DAN JENIS KELAMIN DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI SISWA SEKOLAH DASAR SUMBERSARI DAN PUGER KABUPATEN JEMBER. *Kiswaluyo

HUBUNGAN USIA DAN JENIS KELAMIN DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI SISWA SEKOLAH DASAR SUMBERSARI DAN PUGER KABUPATEN JEMBER. *Kiswaluyo HUBUNGAN USIA DAN JENIS KELAMIN DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI SISWA SEKOLAH DASAR SUMBERSARI DAN PUGER KABUPATEN JEMBER *Kiswaluyo *Departemen Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Inflamasi adalah respons protektif jaringan terhadap jejas yang tujuannya

BAB 1 PENDAHULUAN. Inflamasi adalah respons protektif jaringan terhadap jejas yang tujuannya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Inflamasi adalah respons protektif jaringan terhadap jejas yang tujuannya adalah untuk melokalisir dan merusak agen perusak serta memulihkan jaringan menjadi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi Karies gigi merupakan penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan oleh faktor etiologi yang kompleks. Karies gigi tidak hanya terjadi pada orang dewasa tetapi dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Asia. Berdasarkan data sensus penduduk tahun 2010, penduduk Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Asia. Berdasarkan data sensus penduduk tahun 2010, penduduk Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di Asia. Berdasarkan data sensus penduduk tahun 2010, penduduk Indonesia berjumlah 237,6 juta jiwa.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan cross sectional (sekali waktu), yaitu untuk mengetahui prevalensi karies

Lebih terperinci

PERIODONTITIS Definisi Periodontitis merupakan penyakit inflamasi pada jaringan pendukung gigi yang

PERIODONTITIS Definisi Periodontitis merupakan penyakit inflamasi pada jaringan pendukung gigi yang PERIODONTITIS Definisi Periodontitis merupakan penyakit inflamasi pada jaringan pendukung gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme spesifik atau sekelompok mikroorganisme tertentu, menghasilkan destruksi

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. n = 3990 = 363, sampel 3990 (5%) 2 + 1

BAB V HASIL PENELITIAN. n = 3990 = 363, sampel 3990 (5%) 2 + 1 BAB V HASIL PENELITIAN Survei ini berlangsung selama periode bulan April hingga Juli 2008. Keseluruhan pengambilan data sekunder dari kartu status pasien dilakukan di RSGMP FKG UI dengan subyek survei

Lebih terperinci

OSTEOSARCOMA PADA RAHANG

OSTEOSARCOMA PADA RAHANG OSTEOSARCOMA PADA RAHANG SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran gigi Oleh : AFRINA ARIA NINGSIH NIM : 040600056 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Lebih terperinci

Gambaran Status Karies Gigi Pada Mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Jakarta 1,2008

Gambaran Status Karies Gigi Pada Mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Jakarta 1,2008 Gambaran Status Karies Gigi Pada Mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Jakarta 1,2008 Pendahuluan Penyakit gigi dan mulut termasuk karies gigi merupakan penyakit masyarakat yang diderita oleh 90%

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehilangan gigi geligi disebabkan oleh faktor penyakit seperti karies dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehilangan gigi geligi disebabkan oleh faktor penyakit seperti karies dan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Faktor Penyebab Kehilangan Gigi Kehilangan gigi geligi disebabkan oleh faktor penyakit seperti karies dan penyakit periodontal. Faktor bukan penyakit seperti gaya hidup dan faktor

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh penggunaan susu botol atau cairan lainnya yang termasuk karbohidrat seperti

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh penggunaan susu botol atau cairan lainnya yang termasuk karbohidrat seperti BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Early Childhood Caries (ECC) Early childhood caries merupakan suatu bentuk karies rampan pada gigi desidui yang disebabkan oleh penggunaan susu botol atau cairan lainnya yang

Lebih terperinci

DIAGNOSIS DAN RENCANA PERAWATAN Prosedur penegakan diagnosis merupakan tahap paling penting dalam suatu perawatan Diagnosis tidak boleh ditegakkan tan

DIAGNOSIS DAN RENCANA PERAWATAN Prosedur penegakan diagnosis merupakan tahap paling penting dalam suatu perawatan Diagnosis tidak boleh ditegakkan tan Diagnosa Dalam Perawatan Endodonti Trimurni Abidin,drg.,M.Kes.,Sp.KG Departemen Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara DIAGNOSIS DAN RENCANA PERAWATAN Prosedur penegakan diagnosis

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Studi Studi yang dilakukan dalam karya ilmiah ini adalah studi berbentuk deskriptif dengan pendekatan potong lintang (cross-sectional). 3.2 Subyek dan Metode Sampling

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Gigi Tiruan Indikator yang paling penting dalam kesehatan gigi dan mulut adalah kemampuan seseorang untuk mempertahankan gigi geligi. Beberapa penelitian

Lebih terperinci