BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Sonny Budiman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Trauma Trauma adalah luka atau cedera pada jaringan. 19 Trauma atau yang disebut injury atau wound, dapat juga diartikan sebagai kerusakan atau luka yang disebabkan oleh tindakan-tindakan fisik dengan terputusnya kontinuitas normal suatu struktur. Trauma juga diartikan sebagai kejadian yang tidak terduga karena kontak yang keras dengan suatu benda. 1 Menurut etiologinya trauma terbagi dua, yaitu trauma yang disengaja (intentional injury) dan trauma yang tidak disengaja (unintentional injury). 20 Trauma pada gigi atau Traumatic Dental Injury (TDI) adalah kerusakan yang mengenai jaringan keras gigi dan atau periodontal karena sebab mekanis. Dari berbagai pengertian tersebut, maka trauma gigi anterior merupakan kerusakan jaringan keras gigi dan atau periodontal karena kontak yang keras dengan suatu benda yang tidak terduga sebelumnya pada gigi anterior baik pada rahang atas maupun rahang bawah atau kedua-duanya. 1 Trauma gigi dapat terjadi pada berbagai usia, namun lebih banyak terjadi pada anak-anak. Kejadian trauma gigi pada anak merupakan salah satu kasus gawat darurat yang penting karena fraktur pada gigi anak terutama gigi anterior dapat menyebabkan rasa sakit, hilangnya fungsi, pengaruh terhadap estetik dan trauma psikologi. Trauma pada gigi sulung membutuhkan diagnosis dan penanganan yang sesuai untuk meredakan rasa sakit dan ketidaknyamanan pada anak serta menurunkan resiko kerusakan pada benih gigi permanen Prevalensi Dan Etiologi Cedera gigi terdapat pada 92% pasien yang mengalami trauma pada regio oral. Penelitian tentang epidemiologi TDI di berbagai negara di dunia selama 40 tahun terakhir melaporkan prevalensi yang bervariasi baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Prevalensi trauma gigi pada anak usia 0-6 tahun berkisar antara 9,4%
2 sampai 40%. Trauma gigi menjadi masalah kesehatan rongga mulut yang banyak terjadi terutama di negara berkembang setelah masalah karies gigi. Tingginya prevalensi TDI terlihat dari beberapa penelitian di negara- negara Asia seperti di India dengan prevalensi trauma gigi sulung mencapai 76,13%. 14 Tingginya angka ini dihubungkan dengan aktivitas olahraga yang keras, kekerasan pada anak dan tingginya angka kecelakaan. Hasil yang berbeda didapat dari penelitian lain di negara yang sama namun dengan hasil yang lebih rendah, yaitu 8,17% dan 14,4%. Penelitian lainnya di Taiwan membandingkan prevalensi trauma pada anak-anak kota dan desa, dengan hasil 16,5% anak-anak di kota mengalami trauma gigi sedangkan di desa prevalensinya lebih tinggi yaitu mencapai 19,9%. 21 Perbedaan prevalensi ini dipengaruhi oleh jumlah populasi, faktor sosial, budaya dan lingkungan geografis masing-masing tempat. 22 Etiologi terjadinya trauma secara garis besar tergantung kepada usia anak, pada usia 1-3 tahun sangat rentan mengalami trauma pada gigi sulung anterior karena pada usia tersebut anak mulai belajar berjalan sementara koordinasi otot- otot motoriknya belum sempurna. Seiring dengan anak mulai dapat berjalan sendiri, anak akan cenderung jatuh ke arah depan, dengan bertumpu pada kedua tangan dan lututnya. Anak pada usia ini akan sering terjatuh sehingga menyebabkan trauma pada gigi anteriornya, penyebab lain terjadinya trauma pada usia ini adalah terbentur dengan benda tumpul pada saat bermain ataupun karena mengalami kecelakaan di dalam mobil. Prevalensi trauma sudah menurun pada usia 4-5 tahun namun masih sering terjadi. Anak pada usia ini akan cenderung lebih banyak bermain di lingkungan luar rumah sehingga trauma biasanya disebabkan oleh aktivitas bermain anak seperti jatuh dari sepeda. 1,7,29 Penyebab lain yang penting dan sering terjadi adalah kekerasan fisik (physical abuse) yang dialami anak dari lingkungannya. Trauma orofasial ditemui pada lebih dari 50% anak yang mengalami kekerasan fisik. Luka lebam dan baret yang terlihat saat pemeriksaan disertai ketidaksesuaian antara penjelasan orangtua dengan luka yang terjadi atau orangtua yang terlambat untuk datang berobat dengan penjelasan
3 yang berbeda dari kedua orangtua tentang riwayat trauma anak merupakan pertanda kekerasan fisik yang mungkin terjadi. 17,23 Trauma gigi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor predisposisi diantaranya maloklusi kelas II divisi 1, overjet yang lebih besar dari 3 mm, penutupan bibir yang tidak sempurna, protrusi insisivus rahang atas, openbite anterior, anak dengan hiperaktivitas, anak yang memiliki gangguan koordinasi otot motorik, dan penyakit epilepsi. 17,20,23,24 Anak dengan overjet 3 mm dan 5 mm dilaporkan memiliki resiko 2 dan 3 kali lebih tinggi terhadap trauma gigi dibanding anak dengan overjet yang normal. Penggunaan kawat ortodonti dapat meningkatkan trauma pada jaringan lunak seperti bibir dan ginggiva pada saat terjadi trauma pada rongga mulut. Anak yang memiliki penyakit akut seperti kejang dan penyakit jantung akan rentan terjatuh sehingga meningkatkan resiko trauma pada gigi anteriornya. 20 Kondisi lain seperti kebiasaan bernafas dengan mulut juga merupakan salah satu faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya trauma gigi Klasifikasi Trauma Sistem klasifikasi yang saat ini digunakan secara umum adalah berdasarkan Application of International Classification of Diseases to Dentristry and Stomatology dari World Health Organization (WHO) dan dimodifikasi oleh Andreasen. Klasifikasi ini dapat digunakan untuk mengklasifikasikan trauma gigi dan jaringan pendukungnya dan dapat digunakan baik pada gigi sulung maupun gigi permanen. Klasifikasi ini terbagi menjadi 4 bagian, yaitu: Kerusakan pada Jaringan Keras Gigi dan Pulpa Kerusakan pada jaringan keras gigi dan pulpa terdiri atas 7 bagian, yaitu : a). Retak mahkota ( infraction) yaitu fraktur tidak sempurna atau keretakan pada tanpa kehilangan struktur gigi. b). Fraktur ( fracture/ uncomplicated crown fracture), yaitu fraktur pada bagian gigi tanpa melibatkan bagian dentin maupun pulpa gigi. c). Fraktur dentin (uncomplicated crown fracture), yaitu fraktur pada bagian dan dentin gigi tanpa melibatkan pulpa.
4 d). Fraktur mahkota yang kompleks (complicated crown fracture), yaitu fraktur pada dan dentin gigi yang telah melibatkan pulpa. e). Fraktur mahkota yang akar yang tidak kompleks (uncomplicated crown root fracture), yaitu fraktur pada , dentin, dan sementum tanpa melibatkan pulpa. f). Fraktur mahkota akar yang kompleks (complicated crown root fracture), yaitu fraktur pada , dentin dan sementum yang telah melibatkan pulpa. g). fraktur akar (root fracture), yaitu fraktur yang melibatkan dentin, sementum dan melibatkan pulpa. Gambar 1. Kerusakan pada jaringan keras gigi dan pulpa Kerusakan pada Jaringan Pendukung Kerusakan pada Jaringan Pendukung terbagi atas 8 bagian, yaitu 25,27 : a). Kominusi soket alveolar rahang atas yaitu hancur dan pemampatan yang terjadi pada soket alveolar rahang atas, terjadi pada trauma intrusi dan luksasi lateral.
5 b). Kominusi soket alveolar rahang bawah yaitu hancur dan pemampatan yang terjadi pada soket alveolar rahang bawah, terjadi pada trauma intrusi dan luksasi lateral. c). Fraktur dinding soket alveolar rahang atas yaitu fraktur pada bagian labial atau palatal dinding soket tulang alveolar rahang atas. d). Fraktur dinding soket alveolar rahang bawah yaitu fraktur pada bagian labial atau lingual dinding soket tulang alveolar rahang bawah. e). Fraktur prosesus alveolaris rahang atas, yaitu fraktur pada prosesus alveolaris rahang atas, dengan atau tanpa melibatkan soket gigi. f). Fraktur prosesus alveolaris rahang bawah, yaitu fraktur pada prosesus alveolaris rahang bawah, dengan atau tanpa melibatkan soket gigi. g). Fraktur rahang atas, yaitu fraktur pada tulang maksila dengan atau tanpa melibatkan soket gigi. h). Fraktur rahang bawah, yaitu fraktur pada tulang mandibula dengan atau tanpa melibatkan soket gigi Kerusakan pada Jaringan Periodontal Kerusakan pada jaringan periodontal terbagi menjadi 6 bagian, yaitu 20,25,27 : a). Konkusio yaitu trauma terhadap jaringan pendukung gigi yang menyebabkan gigi menjadi lebih sensitif terhadap tekanan dan perkusi tanpa adanya kegoyangan atau perubahan posisi gigi. b). Subluksasi yaitu trauma terhadap jaringan pendukung gigi yang menyebabkan terjadinya kegoyangan tanpa disertai perubahan posisi gigi. c). Luksasi yaitu perubahan posisi gigi dalam arah lateral, palatal, lingual maupun labial dan menyebabkan kerusakan pada ligamen periodontal dan kontusi atau fraktur pada soket alveolar gigi tersebut. d). Luksasi ekstrusi, yaitu terlepasnya sebagian gigi dari soketnya yang menyebabkan kerusakan pada jaringan periodontal. Luksasi ekstrusi disebut juga avulsi parsial.
6 e). Luksasi intrusi yaitu masuknya gigi ke dalam soket tulang alveolar yang menekan ligamen periodontal dan umumnya menyebabkan fraktur pada soket tulang alveolar. f). Avulsi, yaitu terlepasnya gigi secara keseluruhan dari soketnya. Pada kondisi ini, ligamen periodontal terputus dan dapat disertai dengan fraktur pada tulang alveolar. Gambar 2. Kerusakan pada jaringan periodontal Kerusakan pada Gingiva atau Jaringan Lunak Rongga Mulut Kerusakan pada gingiva atau jaringan lunak rongga mulut terbagi atas 3 bagian, yaitu 20,25,27 : a). Laserasi adalah luka pada bagian mukosa berupa robeknya jaringan epitel dan subepitel. b). Kontusio yaitu luka memar tanpa disertai robeknya jaringan mukosa dan biasanya menyebabkan perdarahan submukosa. c). Luka abrasi yaitu luka superfisial yang disebabkan oleh gesekan atau goresan pada permukaan mukosa. 2.4 Riwayat, Pemeriksaan Dan Diagnosis Anamnesis mengenai riwayat terjadinya trauma dan pemeriksaan klinis yang menyeluruh merupakan hal yang wajib dilakukan untuk mendapatkan diagnosis dan perawatan yang tepat. Pemeriksaan penunjang seperti radiografi dapat digunakan untuk memeriksa bagian gigi atau jaringan yang tidak dapat dilihat secara klinis.
7 Penanganan dini trauma gigi sangat berpengaruh pada vitalitas dan proses penyembuhan gigi serta jaringan sekitarnya. 1 Riwayat kejadian yang lengkap memberikan informasi penting bagi perawatan. 17 Anamnesis dilakukan untuk menanyakan beberapa hal mengenai riwayat trauma, antara lain; usia pasien, waktu terjadinya trauma karena hasil perawatan sangat tergantung dari seberapa cepat perawatan dilakukan terutama dalam kasus avulsi dan luksasi lateral, bagaimana dan dimana trauma terjadi serta status imunisasi tetanus anak untuk menentukan kebutuhan akan suntikan ATS (Anti Tetanus Serum). Perlu juga ditanyakan apakah anak mengalami gejala lain seperti kehilangan kesadaran, sakit kepala, muntah, atau gejala trauma kepala lain untuk mengetahui kebutuhan akan pertolongan medis secara khusus secepat mungkin, apakah terdapat luka di bagian tubuh yang lain, perawatan darurat yang telah diberikan pada anak dan apakah anak pernah mengalami trauma gigi sebelumnya. Riwayat kesehatan umum serta ada tidaknya kelainan perdarahan atau alergi anak juga perlu diketahui untuk memberikan perawatan yang sesuai. 1,26,29,30,31 Pemeriksaan sebaiknya dilakukan secara sistematis. Sangat penting melakukan pemeriksaan terhadap keseluruhan tubuh pasien untuk melihat trauma pada bagian tubuh lain yang mungkin terjadi sebelum melakukan pemeriksaan terhadap gigi pasien. 17 Pemeriksaan pada rongga mulut dimulai dengan memeriksa luka pada jaringan lunak termasuk untuk melihat adanya benda lain yang masuk ke dalam luka, dilanjutkan dengan memeriksa gigi untuk melihat adanya fraktur ataupun keretakan pada gigi. Pemeriksaan vitalitas pulpa dilakukan jika ditemui adanya fraktur pada mahkota gigi. Perubahan posisi gigi perlu diperhatikan untuk melihat apakah gigi bergerak ke arah lateral maupun aksial. Pemeriksaan mobilitas gigi dapat membantu dalam menentukan tipe luksasi yang terjadi pada gigi. Tes perkusi dapat dilakukan untuk memeriksa keadaan ligamen periodontal. Tes ini harus dilakukan dengan sangat hati-hati dimulai dengan mengggunakan ujung jari kemudian kaca mulut. Sensitivitas terhadap sentuhan ataupun tekanan mengindikasikan adanya kerusakan pada ligamen periodontal. 25,27,30,31
8 Bayi dan anak kecil yang terkena trauma dapat diperiksa dengan cara menidurkan anak pada pangkuan orangtua/ pengasuh dengan pandangan ke atas. Tangan anak diletakkan di bawah tangan ibu dan dokter gigi duduk di depan ibu dengan kepala anak terletak pada pangkuannya. Posisi ini memungkinkan dokter gigi untuk dapat melihat kedua rahang anak. Dokter gigi dapat menggunakan molt mouthprop atau mengikat jari tangannya dengan menggunakan bantalan dan adhesive tape. 1 Gambar 3. Posisi pemeriksaan anak 1 Pemeriksaan radiografi dilakukan sebagai pemeriksaan penunjang setelah pemeriksaan klinis dilakukan untuk melihat tahap perkembangan akar, trauma yang terjadi pada akar, ukuran pulpa, jarak dengan garis fraktur, dan kelainan pada jaringan pendukung seperti adanya benda asing yang masuk ke dalam jaringan lunak. 17,29,33 Pengambilan radiografi dari beberapa sudut dan teknik dapat dilakukan untuk mendapatkan informasi yang lengkap tentang perubahan yang terjadi pada kompleks dentolaveolar. 25 Kerusakan pada benih gigi permanen lebih banyak terjadi pada anak yang mengalami luksasi intrusi dan avulsi karena posisi benih gigi insisivus permanen yang dekat dengan akar gigi sulung. Sangat penting untuk menginformasikan orang tua akan berbagai kemungkinan masalah yang dapat terjadi pada gigi permanen anak.
9 Efek trauma pada gigi permanen tergantung pada beberapa hal, yaitu arah dan perpindahan apeks gigi sulung, derajat kerusakan tulang alveolar, dan tahap pembentukan benih gigi permanen Penanganan Darurat Perawatan darurat merupakan awal dari perawatan. Pertolongan pertama dilakukan untuk semua luka pada wajah dan mulut, semua jaringan lunak harus dirawat dengan baik. Pembersihan luka dengan baik merupakan tolak ukur pertolongan pertama, irigasi yang perlahan dengan larutan saline akan membantu mengurangi jumlah jaringan yang mati. Antiseptik permukaan juga digunakan untuk mengurangi jumlah bakteri pada kulit atau mukosa daerah luka. Pencegahan tetanus dilakukan dengan membersihkan luka sebaik-baiknya, menghilangkan benda asing dan eksisi jaringan nekrotik. Dokter gigi bertanggung jawab untuk memutuskan apakah injeksi tetanus diperlukan bagi pasien yang mengalami avulsi gigi, kerusakan jaringan lunak yang parah atau luka karena objek yang terkontaminasi tanah. Pemberian antibiotik diperlukan hanya sebagai profilaksis bila terdapat luka pada jaringan sekitar, apabila luka telah dibersihkan dengan baik maka pemberian antibiotik harus dipertimbangkan kembali. 1 Gigi insisivus terletak pada palatal dan sangat dekat dengan apeks gigi insisivus sulung pada awal perkembangan gigi permanen. Dokter gigi harus benarbenar mempertimbangkan kemungkinan kerusakan pada gigi permanen di bawahnya. Perawatan fraktur dan -dentin cukup dengan menghilangkan bagianbagian yang tajam, namun bila anak kooperatif dapat dilakukan penambalan dengan menggunakan Glass Ionomer Cement (GIC) atau kompomer. Fraktur akar jarang terjadi pada trauma gigi sulung, namun bisa terjadi; mahkota yang tergeser menjauh dari posisi seharusnya oleh karena terjadi fraktur akar sebaiknya dicabut tanpa mengganggu bagian akar yang masih vital. Gigi yang berpindah tempat ke arah bukal/ labial atau lingual/ palatinal serta menyebabkan kegoyangan yang parah dilakukan perawatan dengan mereposisi gigi kemudian diikat dengan teknik splinting. Gigi yang mengalami intrusi dibiarkan untuk kembali erupsi dan apabila gigi hanya
10 mengalami kegoyangan ringan maka perawatan yang diperlukan adalah observasi untuk melihat apakah terjadi perubahan warna pada . Gigi yang mengalami avulsi tidak perlu dilakukan replantasi karena koagulum yang terbentuk akan mengganggu benih gigi permanen. Space maintainer dapat digunakan untuk menggantikan gigi yang mengalami avulsi jika gigi anak belum lengkap untuk menghindari terjadinya gigi berjejal. 1, Perawatan Trauma Hasil dari sebuah survei di Amerika menunjukkan bahwa hampir sepertiga anak dengan gigi sulung dan seperempat orang dewasa mengalami kejadian trauma gigi, namun sangat sedikit jumlah perawatan trauma gigi yang ditemui. Keadaan ini disebabkan karena orang tua tidak menganggap trauma gigi sebagai kejadian emergensi yang membutuhkan perawatan segera. Alasan lain adalah karena perawatan trauma seperti luksasi cukup memakan biaya, waktu, membutuhkan dokter gigi spesialis yang berbeda untuk perawatan dan kunjungan berkala untuk kontrol. Rata-rata jumlah kunjungan untuk perawatan trauma gigi hanya berkisar antara 1,9 sampai 9,1 kunjungan per tahun. 18 Trauma pada jaringan lunak yang menyebabkan perdarahan akan cenderung menyebabkan orang tua segera mencari perawatan. Suatu penelitian dengan variabel trauma gigi sulung, ada tidaknya perdarahan dan waktu yang berlalu sampai menerima perawatan menunjukkan bahwa 32% anak menerima perawatan dalam 2-24 jam setelah kejadian, dan 31,3% menerima perawatan 1-7 hari setelah kejadian trauma. Penelitian lain di Brazil menyatakan hanya 15,2% orangtua yang segera mencari perawatan, 4,9% menunda perawatan dan selebihnya tidak mencari perawatan dokter gigi, hal ini disebabkan orang tua yang kurang memberi perhatian terhadap gigi sulung dan kurangnya pengetahuan orang tua tentang kerusakan pada gigi permanen yang mungkin terjadi akibat trauma pada gigi sulung. 12 Penelitian terhadap 99 kasus trauma pada gigi sulung yang dirawat di Turki melaporkan perawatan yang paling banyak dilakukan adalah pengamatan dengan kunjungan berkala yaitu sebanyak 39,4%, ekstraksi 29,3%, perawatan saluran akar
11 12,1%, penambalan 6,06%, 1% pemberian fluor, 1% replantasi, dan 11,11% tidak dilakukan perawatan yaitu pada gigi yang mengalami avulsi. 4 Hasil perawatan yang diharapkan adalah penyembuhan pulpa dan jaringan lunak disekelilingnya, namun trauma gigi seringkali diikuti oleh berbagai komplikasi, seperti nekrosis, periodontitis apikal, diskolorasi mahkota, fistel, dan resorpsi akar. Hasil dari perawatan trauma tergantung dari tipe trauma, seberapa cepat anak mendapat perawatan dan kualitas perawatan. Komplikasi trauma gigi dapat terjadi beberapa bulan bahkan beberapa tahun setelah trauma terjadi Pencegahan Trauma Trauma pada gigi memang sulit untuk diantisipasi, namun dapat dilakukan pencegahan. Orangtua dan pengasuh anak dapat diedukasi untuk melakukan pencegahan trauma pada anak diantaranya, menggunakan seat belts atau child restraint saat berkendara, menggunakan helm saat bersepeda, dan memakai mouthguard. Penggunaan mouthguard merupakan metode yang sangat baik untuk mencegah terjadinya trauma gigi anterior anak pada saat berolahraga. 17,20 Terdapat tiga jenis mouthguard yang tersedia, yaitu: Ready-made mouthguard, yaitu pelindung mulut yang siap pakai. Jenis ini dijual di toko- toko olahraga namun kebanyakan tidak sesuai dengan rongga mulut pemakainya. 2. Mouth-formed mouthguard, yaitu pelindung mulut yang terbuat dari karet atau bahan thermoplastik yang berbentuk seperti rahang. Jenis ini dapat disesuaikan di dalam mulut pemakai. 3. Custom made mouthguard, yaitu pelindung mulut yang dicetak secara individual oleh dokter gigi dengan menggunakan bahan cetak. Jenis ini paling disarankan karena paling baik dalam melindungi, nyaman, dan tidak mengganggu pernafasan maupun bicara, juga lebih tahan dibandingkan jenis lainnya dan dapat dibuat dari berbagai bahan.
12 2.8 Kerangka Teori Trauma Gigi Sulung Anterior Prevalensi dan Etiologi Faktor predisposisi Overjet > 3mm Incompetence lip coverage Protrusi Klasifikasi WHO Openbite anterior Kerusakan pada Jaringan Keras Gigi dan Pulpa Kerusakan pada Jaringan Pendukung Kerusakan pada Jaringan Periodontal Kerusakan pada Gingiva atau Jaringan Lunak Rongga Mulut Riwayat, Pemeriksaan Klinis dan Diagnosis Penanganan Darurat dan Perawatan Pencegahan Trauma Mengurangi
13 2.9 Kerangka Konsep Anak usia 1-4 tahun Faktor risiko: Usia kejadian trauma Jenis kelamin Elemen gigi Prevalensi trauma gigi sulung anterior Distribusi frekuensi berdasarkan: Etiologi terjadinya trauma Lokasi kejadian Klasifikasi WHO yang dapat diperiksa secara klinis Tindakan orangtua
Grafik 1. Distribusi TDI berdasarkan gigi permanen yang terlibat 8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Distribusi Trauma Gigi Trauma gigi atau yang dikenal dengan Traumatic Dental Injury (TDI) adalah kerusakan yang mengenai jaringan keras dan atau periodontal karena
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prevalensi dan Etiologi Trauma gigi sulung anterior merupakan suatu kerusakan pada struktur gigi anak yang dapat mempengaruhi emosional anak dan orang tuanya. Jika anak mengalami
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
tahun. 4 Trauma injuri pada gigi dan jaringan pendukungnya merupakan tantangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Trauma Trauma adalah luka atau jejas baik fisik maupun psikis yang disebabkan oleh tindakan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
18 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Etiologi Trauma Gigi Pengertian trauma secara umum adalah luka atau jejas baik fisik maupun psikis. Trauma dengan kata lain disebut injury atau wound, dapat diartikan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM FRAKTUR DENTOALVEOLAR PADA ANAK. (Mansjoer, 2000). Berdasarkan definisi-definisi tersebut maka fraktur
BAB II TINJAUAN UMUM FRAKTUR DENTOALVEOLAR PADA ANAK 2.1 Definisi Fraktur Dentoalveolar Definisi fraktur secara umum adalah pemecahan atau kerusakan suatu bagian terutama tulang (Kamus Kedokteran Dorland
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Trauma gigi telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang cukup serius pada anak disebabkan prevalensi yang tinggi di berbagai negara terutama pada gigi permanen.
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Trauma, Prevalensi dan Etiologinya Pengertian trauma secara umum adalah luka atau jejas baik fisik maupun psikis. Trauma dengan kata lain disebut injury atau wound, dapat diartikan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Kesehatan Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan gigi anak di Indonesia adalah masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan perhatian lebih dari orang tua maupun praktisi di bidang kedokteran gigi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus trauma gigi merupakan masalah serius pada kesehatan gigi anak. 1 Trauma gigi diprediksi akan melampaui karies gigi dan penyakit periodontal sebagai masalah kesehatan
Lebih terperinciCROSSBITE ANTERIOR. gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi anterior rahang
CROSSBITE ANTERIOR 1. Crossbite anterior Crossbite anterior disebut juga gigitan silang, merupakan kelainan posisi gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi anterior rahang bawah. Istilah
Lebih terperinciPANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY DISLOKASI TMJ DAN AVULSI JURUSAN KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
PANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY DISLOKASI TMJ DAN AVULSI JURUSAN KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN Purwokerto, 2012 1 Blok M e d i c a
Lebih terperinciBAB 2 KANINUS IMPAKSI. individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus.
BAB 2 KANINUS IMPAKSI Gigi permanen umumnya erupsi ke dalam lengkungnya, tetapi pada beberapa individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus. Salah satunya yaitu gigi kaninus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merawatnya. Trauma pada gigi anak harus selalu dianggap sebagai tindakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Masalah Fraktur akibat trauma pada gigi adalah salah satu pemasalahan kedokteran gigi yang banyak didapat pada anak dan setiap dokter gigi harus siap mengatasi dan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Gigi berjejal merupakan jenis maloklusi yang paling sering ditemukan. Gigi berjejal juga sering dikeluhkan oleh pasien dan merupakan alasan utama pasien datang untuk melakukan perawatan
Lebih terperinciDiagnosis Penyakit Pulpa dan Kelainan Periapikal
Diagnosis Penyakit Pulpa dan Kelainan Periapikal Penyakit pulpa dan periapikal Kondisi normal Sebuah gigi yang normal bersifat (a) asimptomatik dan menunjukkan (b) respon ringan sampai moderat yang bersifat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawatan ortodontik merupakan suatu faktor penting dalam pemeliharaan gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan umum perawatan ortodontik
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Atlet Atlet menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah olahragawan, terutama yang mengikuti perlombaan atau pertandingan dalam beradu ketangkasan, kecepatan, keterampilan,
Lebih terperinciFRAKTUR DENTOALVEOLAR DAN PENANGANANNYA. Pedro Bernado
FRAKTUR DENTOALVEOLAR DAN PENANGANANNYA Pedro Bernado PENDAHULUAN ETIOLOGI KLASIFIKASI DIAGNOSIS PERAWATAN WIRING: essig dan eyelet/ivy ETIOLOGI Trauma dentoalveolar semua usia terbanyak usia: 8-12 tahun
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebiasaan Buruk Kebiasaan adalah suatu tindakan berulang yang dilakukan secara otomatis atau spontan. Perilaku ini umumnya terjadi pada masa kanak-kanak dan sebagian besar selesai
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Maloklusi Klas I Angle Pada tahun 1899, Angle mengklasifikasikan maloklusi berdasarkan relasi molar satu permanen rahang bawah terhadap rahang atas karena menurut Angle, yang
Lebih terperinciBAB III DIAGNOSIS DAN RENCANA PERAWATAN TRAUMA DENTOALVEOLAR PADA ANAK. 2002). Tujuan anamnesis ini dapat membantu dokter gigi untuk memberikan
BAB III DIAGNOSIS DAN RENCANA PERAWATAN TRAUMA DENTOALVEOLAR PADA ANAK 3.1 Anamnesis Anamnesis adalah kemampuan ingatan dan atau sejarah masa lalu mengenai seseorang pasien dan keluarganya (Kamus Kedokteran
Lebih terperinciFREKUENSI FRAKTUR MAHKOTA GIGI ANTERIOR PADA USIA 9-25 TAHUN DI BEBERAPA RUMAH SAKIT KOTA MAKASSAR
FREKUENSI FRAKTUR MAHKOTA GIGI ANTERIOR PADA USIA 9-25 TAHUN DI BEBERAPA RUMAH SAKIT KOTA MAKASSAR SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh :
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Menurut American Dental Association (ADA), fraktur dapat diartikan sebagai pecahnya satu bagian, terutama dari struktur tulang, atau patahnya gigi. Akar merupakan bagian
Lebih terperinciDAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN 1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama Lengkap Tempat/ Tanggal Lahir Jenis Kelamin Agama Alamat Orangtua Ayah Ibu Riwayat Pendidikan : Ganesh Dorasamy : Kuala Lumpur, Malaysia / 25September1986 : Laki-laki
Lebih terperinciBAB IV ALAT STABILISASI FRAKTUR DENTOALVEOLAR PADA ANAK. digunakan setelah tahap reposisi atau replantasi dilakukan (Curzon, 1999).
BAB IV ALAT STABILISASI FRAKTUR DENTOALVEOLAR PADA ANAK 4.1 Definisi Alat Stabilisasi Fraktur dentoalveolar dapat menyebabkan adanya kegoyangan gigi karena gangguan pada ligamen periodontal atau karena
Lebih terperinciBAB 2 EKSTRAKSI GIGI. Ekstraksi gigi adalah proses pencabutan gigi dari dalam soket dari tulang
BAB 2 EKSTRAKSI GIGI 2.1 Defenisi Ekstraksi gigi adalah proses pencabutan gigi dari dalam soket dari tulang alveolar. Ekstraksi gigi dapat dilakukan dengan dua teknik yaitu teknik sederhana dan teknik
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu jenis maloklusi yang sering dikeluhkan oleh pasien-pasien
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Salah satu jenis maloklusi yang sering dikeluhkan oleh pasien-pasien ortodonti adalah gigi berjejal. 3,7 Gigi berjejal ini merupakan suatu keluhan pasien terutama pada aspek estetik
Lebih terperinciBAB 2 PROTRUSI DAN OPEN BITE ANTERIOR. 2.1 Definisi Protrusi dan Open Bite Anterior
BAB 2 PROTRUSI DAN OPEN BITE ANTERIOR 2.1 Definisi Protrusi dan Open Bite Anterior Protrusi anterior maksila adalah posisi, dimana gigi-gigi anterior rahang atas lebih ke depan daripada gigi-gigi anterior
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN TRAUMA GIGI PADA ANAK
PENATALAKSANAAN TRAUMA GIGI PADA ANAK Oleh: Eriska Riyanti, drg., Sp. KGA. Bagian Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran ABSTRAK Trauma adalah luka atau jejas baik fisik
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. serta pembinaan kesehatan gigi terutama pada kelompok anak sekolah perlu
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pemeliharaan kesehatan mempunyai manfaat yang sangat vital dalam menunjang kesehatan dan penampilan. Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut serta pembinaan kesehatan gigi terutama
Lebih terperinciGambar 1. Anatomi Palatum 12
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Palatum 2.1.1 Anatomi Palatum Palatum adalah sebuah dinding atau pembatas yang membatasi antara rongga mulut dengan rongga hidung sehingga membentuk atap bagi rongga mulut. Palatum
Lebih terperinciPREVALENSI TRAUMA GIGI SULUNG ANTERIOR PADA ANAK USIA 1-4 TAHUN DI TK/PAUD DAN POSYANDU KECAMATAN MEDAN PETISAH DAN MEDAN TUNTUNGAN
PREVALENSI TRAUMA GIGI SULUNG ANTERIOR PADA ANAK USIA 1-4 TAHUN DI TK/PAUD DAN POSYANDU KECAMATAN MEDAN PETISAH DAN MEDAN TUNTUNGAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan karena dapat mempengaruhi kualitas kehidupan termasuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh secara keseluruhan karena dapat mempengaruhi kualitas kehidupan termasuk fungsi bicara, pengunyahan dan
Lebih terperinciPERANAN DOKTER GIGI UMUM DI BIDANG ORTODONTI
PERANAN DOKTER GIGI UMUM DI BIDANG ORTODONTI SEMINAR WISATA DENTISTRY YOGYAKARTA 6 FEBRUARI 2009 Oleh Endah Mardiati, drg., MS., Sp.Ort 1 PERANAN DOKTER GIGI UMUM DI BIDANG ORTODONTI SEMINAR DENTISTRY
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Maloklusi dapat didefinisikan sebagai suatu ketidaksesuaian dari hubungan gigi atau rahang yang menyimpang dari normal. 1 Maloklusi merupakan sebuah penyimpangan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Gigi-Geligi dan Oklusi Perkembangan oklusi mengalami perubahan signifikan sejak kelahiran sampai dewasa. Perubahan dari gigi-geligi desidui menjadi gigi-geligi
Lebih terperinciFAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014
GAMBARAN PENANGANAN KASUS TRAUMA GIGI PERMANEN OLEH DOKTER GIGI DI KECAMATAN MEDAN BARU, MEDAN SUNGGAL, MEDAN HELVETIA, MEDAN PETISAH MEDAN MAIMUN DAN MEDAN SELAYANG SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN Penelitian telah dilakukan di RSGM UMY mengenai evaluasi keberhasilan perawatan kaping pulpa direk dengan bahan kalsium hidroksida hard setting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penampilan mulut dan senyum dapat berperan penting dalam. penilaian daya tarik wajah dan memberikan kepercayaan diri terhadap
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penampilan mulut dan senyum dapat berperan penting dalam penilaian daya tarik wajah dan memberikan kepercayaan diri terhadap individu. Individu yang mengalami masalah
Lebih terperinciBAB 2 TRAUMA MAKSILOFASIAL. Trauma maksilofasial adalah suatu ruda paksa yang mengenai wajah dan jaringan
BAB 2 TRAUMA MAKSILOFASIAL 2.1 Defenisi Trauma maksilofasial adalah suatu ruda paksa yang mengenai wajah dan jaringan sekitarnya. 2 Trauma pada jaringan maksilofasial dapat mencakup jaringan lunak dan
Lebih terperinciBUKU AJAR ILMU KONSERVASI GIGI IV. Oleh : drg. Sri Daradjati S., SU, Sp.KG drg. Tunjung Nugraheni, M. Kes.
BUKU AJAR ILMU KONSERVASI GIGI IV Oleh : drg. Sri Daradjati S., SU, Sp.KG drg. Tunjung Nugraheni, M. Kes. FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2004 Pokok Bahasan I: Operative Dentistry
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cepat berkembang. Masyarakat makin menyadari kebutuhan pelayanan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan jaman membuat pemikiran masyarakat semakin maju dan cepat berkembang. Masyarakat makin menyadari kebutuhan pelayanan kesehatan, karena pengetahuan masyarakat tentang
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Molar Dua Mandibula Fungsi molar dua mandibula permanen adalah melengkapi molar satu mandibula. Seluruh bagian molar dua mandibula lebih kecil sekitar 1mm daripada molar satu.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan mulut merupakan hal yang sangat penting dan berpengaruh pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut sering kali menjadi prioritas
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pencabutan Gigi Pencabutan gigi merupakan suatu proses pengeluaran gigi dari alveolus, dimana pada gigi tersebut sudah tidak dapat dilakukan perawatan lagi. Pencabutan
Lebih terperinciDIAGNOSIS DAN RENCANA PERAWATAN Prosedur penegakan diagnosis merupakan tahap paling penting dalam suatu perawatan Diagnosis tidak boleh ditegakkan tan
Diagnosa Dalam Perawatan Endodonti Trimurni Abidin,drg.,M.Kes.,Sp.KG Departemen Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara DIAGNOSIS DAN RENCANA PERAWATAN Prosedur penegakan diagnosis
Lebih terperinciIII. RENCANA PERAWATAN
III. RENCANA PERAWATAN a. PENDAHULUAN Diagnosis ortodonsi dianggap lengkap bila daftar problem pasien diketahui dan antara problem patologi dan perkembangan dipisahkan. Tujuan rencana perawatan adalah
Lebih terperinciKecoa Sebagai Korpus Alineum pada Liang Telinga Seorang Awak Kapal Richard Pieter
DAFTAR ISI Editorial Retno Wahyuningsih The Incidence of Trichomonas vaginalis Infection among Female Commercial Sex Workers in North Jakarta Agus Aulung, Widiastuti S. Manan, Rizal Subahar.51-55 Kecoa
Lebih terperinciENDODONTIC-EMERGENCIES
ENDODONTIC-EMERGENCIES (Keadaan darurat endodontik) Keadaan darurat adalah masalah yang perlu diperhatikan pasien, dokter gigi dan stafnya. Biasanya dikaitkan dengan nyeri atau pembengkakan dan memerlukan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyuluhan 2.1.1 Pengertian penyuluhan Penyuluhan merupakan suatu usaha terencana dan terarah dalam bentuk pendidikan non formal yang bertujuan merubah sikap dan tingkah laku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ortodontik berasal dari bahasa Yunani orthos yang berarti normal atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ortodontik berasal dari bahasa Yunani orthos yang berarti normal atau benar dan dontos yang berarti gigi. Ortodontik bertujuan untuk memperbaiki posisi gigi dan memperbaiki
Lebih terperinciBAB II KEADAAN JARINGAN GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK. endodontik. Pengetahuan tentang anatomi gigi sangat diperlukan untuk mencapai
BAB II KEADAAN JARINGAN GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK Dokter gigi saat merawat endodontik membutuhkan pengetahuan tentang anatomi dari gigi yang akan dirawat dan kondisi jaringan gigi setelah perawatan
Lebih terperinciTRAUMATIK INJURI PADA GIGI ANAK
TRAUMATIK INJURI PADA GIGI ANAK Pengantar Traumatik Injuri pada Gigi Anak Traumatik injuri pada gigi dan struktur pendukung adalah suatu keadaan yang ditimbulkan sebagal keadaan darurat. Akibat trauma
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 3,4
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiografi dental merupakan salah satu bagian terpenting dari diagnosis oral moderen. Dalam menentukan diagnosis yang tepat, setiap dokter harus mengetahui nilai dan
Lebih terperinciBAB 2 IMPLAN. Dental implan telah mengubah struktur prostetik di abad ke-21 dan telah
12 mengalami defisiensi, terutama pada bagian posterior maksila. Sinus Lifting juga merupakan prosedur pembedahan yang relatif aman dan memiliki prevalensi komplikasi yang cukup rendah serta relatif mudah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan karena adanya aktivitas suatu jasad renik yang ditandai dengan demineralisasi atau hilangnya mineral
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pencabutan Pencabutan gigi merupakan suatu proses pengeluaran gigi dari dalam soket dari tulang alveolar, di mana pada gigi tersebut sudah tidak dapat dilakukan perawatan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Setiap individu terdapat 20 gigi desidui dan 32 gigi permanen yang. 2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Setiap individu terdapat 20 gigi desidui dan 32 gigi permanen yang berkembang dari interaksi antara sel epitel rongga mulut dan sel bawah mesenkim. Setiap gigi berbeda secara anatomi,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saluran pernafasan merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Saluran Pernafasan Saluran pernafasan merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen yang saling berhubungan. Pada bagian anterior saluran pernafasan terdapat
Lebih terperinciPROGNOSIS PENYAKIT GINGIVA DAN PERIODONTAL
PROGNOSIS PENYAKIT GINGIVA DAN PERIODONTAL Prognosis PROGNOSIS PENYAKIT GINGIVA DAN PERIODONTAL Ramalan perkembangan,perjalanan dan akhir suatu penyakit Prognosis Penyakit Gingiva dan Periodontal Ramalan
Lebih terperinciBAB 2 MALOKLUSI KLAS III. hubungan lengkung rahang dari model studi. Menurut Angle, oklusi Klas I terjadi
BAB 2 MALOKLUSI KLAS III 2.1 Pengertian Angle pertama kali mempublikasikan klasifikasi maloklusi berdasarkan hubungan lengkung rahang dari model studi. Menurut Angle, oklusi Klas I terjadi apabila tonjol
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehilangan gigi geligi disebabkan oleh faktor penyakit seperti karies dan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Faktor Penyebab Kehilangan Gigi Kehilangan gigi geligi disebabkan oleh faktor penyakit seperti karies dan penyakit periodontal. Faktor bukan penyakit seperti gaya hidup dan faktor
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Peridontal Periodonsium secara harfiah artinya adalah di sekeliling gigi. Periodonsium terdiri dari jaringan-jaringan yang mengelilingi gigi yaitu: 14 1. Gingiva Gingiva
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ortodonti merupakan salah satu cabang ilmu kedokteran gigi yang berhubungan dengan teknik untuk mencegah, mengintervensi dan mengoreksi keberadaan maloklusi dan kondisi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asimetri Asimetri merupakan komposisi yang sering dikaitkan dalam dunia seni dan kecantikan, tetapi lain halnya dalam keindahan estetika wajah. Estetika wajah dapat diperoleh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Tumbuh Kembang Anak Perubahan morfologi, biokimia dan fisiologi merupakan manifestasi kompleks dari tumbuh kembang yang terjadi sejak konsepsi sampai maturitas/dewasa.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Estetika merupakan salah satu tujuan dalam perawatan ortodontik dimana seseorang dapat memperbaiki estetika wajah yang berharga dalam kehidupan sosialnya (Monica,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiografi dental biasa digunakan untuk membantu menemukan masalah pada rongga mulut pasien. Radiografi melibatkan penggunaan energi sinar untuk menembus gigi dan merekam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tindakan ekstraksi adalah prosedur yang menerapkan prinsip bedah, fisika, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tindakan ekstraksi adalah prosedur yang menerapkan prinsip bedah, fisika, dan mekanik. Ketika prinsip tersebut diterapkan dengan tepat, gigi dapat dikeluarkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gigi merupakan salah satu komponen penting dalam rongga mulut. Gigi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gigi merupakan salah satu komponen penting dalam rongga mulut. Gigi berfungsi sebagai organ mastikasi saat menjalankan fungsinya harus berintegrasi dengan organ lainnya
Lebih terperinciCROSSBITE ANTERIOR DAN CROSSBITE POSTERIOR
CROSSBITE ANTERIOR DAN CROSSBITE POSTERIOR 1. Crossbite anterior Crossbite anterior disebut juga gigitan silang, merupakan kelainan posisi gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi memiliki peranan penting selama pertumbuhan dan perkembangan tubuh secara umum dan khususnya rongga mulut. 1 Pada rongga mulut, asupan gizi yang adekuat sangat
Lebih terperinciTINGKAT KEBUTUHAN PERAWATAN ORTODONTI BERDASARKAN DENTAL HEALTH COMPONENT PADA SMA N 8 MEDAN
37 LAMPIRAN 1 DEPARTEMEN ORTODONTI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TINGKAT KEBUTUHAN PERAWATAN ORTODONTI BERDASARKAN DENTAL HEALTH COMPONENT PADA SMA N 8 MEDAN No. Kartu : Pemeriksa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan prevalensi nasional untuk masalah gigi dan mulut di Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susunan gigi yang tidak teratur dan keadaan oklusi yang tidak sesuai dengan keadaan normaltentunya merupakan suatu bentuk masalah kesehatan gigi dan mulut. 1,2,3 Data
Lebih terperinciPerawatan ortodonti Optimal * Hasil terbaik * Waktu singkat * Biaya murah * Biologis, psikologis Penting waktu perawatan
PERAWATAN ORTODONTI Nurhayati Harahap,drg.,Sp.Ort Perawatan ortodonti Optimal * Hasil terbaik * Waktu singkat * Biaya murah * Biologis, psikologis Penting waktu perawatan Empat Fase Perawatan Preventif
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (Pedersen, 1966). Selama melakukan prosedur pencabutan gigi sering ditemukan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Odontektomi atau pencabutan gigi dengan pembedahan merupakan tindakan pembedahan yang sering dilakukan oleh spesialis bedah mulut (Rahayu, 2014). Pencabutan gigi
Lebih terperinciPERAWATAN INISIAL. Perawatan Fase I Perawatan fase higienik
11/18/2010 1 PERAWATAN INISIAL Perawatan Fase I Perawatan fase higienik Tahap Pertama serangkaian perawatan periodontal untuk : Penyingkiran semua iritan lokal penyebab inflamasi Motivasi dan instruksi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
18 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Embriologi Gigi Pembentukan gigi dimulai dengan terbentuknya lamina dental dari epitel oral. Lamina dental kemudian berkembang menjadi selapis sel epitel dan berpenetrasi
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Luka trauma gigi dan mulut dapat bersifat cepat, tiba-tiba dan tidak terduga,
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka trauma gigi dan mulut dapat bersifat cepat, tiba-tiba dan tidak terduga, oleh sebab itu dokter gigi harus siap dalam menghadapi kasus darurat pada waktu kapan saja.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terakhir dalam perawatan gigi dan mulut karena berbagai alasan, antara lain untuk
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ekstraksi gigi adalah proses pencabutan gigi dari dalam soket dan tulang alveolar. Pencabutan gigi merupakan tindakan yang sering dilakukan oleh dokter gigi (Adeyemo dkk.,
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian tentang hubungan Indeks Massa Tubuh dengan maloklusi menggunakan Handicapping Malocclusion Assessment Index (HMAI) pada anak usia diatas
Lebih terperinciMEKANISME ERUPSI DAN RESORPSI GIGI
MEKANISME ERUPSI DAN RESORPSI GIGI 1. Mekanisme sel-sel dalam erupsi gigi desidui Erupsi gigi desidui dimulai setelah mahkota terbentuk. Arah erupsi adalah vertikal. Secara klinis ditandai dengan munculnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cepat di masa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang, seperti
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lanjut usia (lansia) adalah proses alamiah yang pasti akan dialami oleh setiap manusia. Pertumbuhan penduduk lanjut usia (lansia) diprediksi akan meningkat cepat di
Lebih terperinciLEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN
Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Bersama dengan ini saya, Linda, mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan dokter gigi di Fakultas Kedokteran Gigi. Saat ini. saya sedang mengadakan
Lebih terperinciTEKNIK DAN TRIK PENCABUTAN GIGI DENGAN PENYULIT
TEKNIK DAN TRIK PENCABUTAN GIGI DENGAN PENYULIT Dipresentasikan pada Prosiding Temu Ilmiah Bandung Dentistry 6 Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) Cabang Kota Bandung Oleh : Lucky Riawan, drg., Sp BM
Lebih terperinciBAB II KLAS III MANDIBULA. Oklusi dari gigi-geligi dapat diartikan sebagai keadaan dimana gigi-gigi pada rahang atas
BAB II KLAS III MANDIBULA 2.1 Defenisi Oklusi dari gigi-geligi dapat diartikan sebagai keadaan dimana gigi-gigi pada rahang atas dan gigi-gigi pada rahang bawah bertemu, pada waktu rahang atas dan rahang
Lebih terperinciPendahuluan. Harmas Yazid Yusuf 1
Pendahuluan Ameloblastoma (berasal dari bahasa Inggris yaitu amel berarti email dan bahasa Yunani blastos yang berarti benih ), merupakan tumor jinak yang berasal dari epitel odontogenik. Tumor ini pertama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan migrasi epitel jungsional ke arah apikal, kehilangan perlekatan tulang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Periodontitis merupakan inflamasi jaringan periodontal yang ditandai dengan migrasi epitel jungsional ke arah apikal, kehilangan perlekatan tulang dan resorpsi tulang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang dikeluhkan masyarakat Indonesia menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2001) dan menempati peringkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makanan secara mekanis yang terjadi di rongga mulut dengan tujuan akhir proses ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pengunyahan atau sistem mastikasi merupakan suatu proses penghancuran makanan secara mekanis yang terjadi di rongga mulut dengan tujuan akhir proses ini adalah
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Radiografi Kedokteran Gigi Radiografi adalah alat yang digunakan dalam menegakkan diagnosis dan rencana pengobatan penyakit baik penyakit umum maupun penyakit mulut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimana sebanyak 129,98 juta jiwa merupakan penduduk dengan jenis kelamin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara terbesar di Asia Tenggara serta terdiri dari banyak pulau dan terbagi dalam 34 provinsi. Berdasarkan data sensus penduduk pada
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian observasional cross sectional. 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di klinik
Lebih terperinciPENTINGNYA OLAH RAGA TERHADAP KEBUGARAN TUBUH, KESEHATAN GIGI DAN MULUT.
PENTINGNYA OLAH RAGA TERHADAP KEBUGARAN TUBUH, KESEHATAN GIGI DAN MULUT. FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG OLAH RAGA ADALAH SERANGKAIAN GERAK TUBUH YANG TERATUR DAN TERENCANA SERTA
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi Karies adalah kerusakan yang terbatas pada jaringan gigi mulai dari email gigi hingga menjalar ke dentin. 1 Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Gigi Gigi merupakan organ tubuh yang turut berperan dalam proses pencernaan, pengunyahan, dan terutama sebagai estetis dalam pembentukan profil wajah. Gigi terbentuk
Lebih terperinciKURETASE GINGIVAL & KURETASE SUBGINGIVAL
KURETASE GINGIVA PENDAHULUAN pd uraian berikut akan dibahas tiga tehnik bedah yg termasuk kategori kuretase yaitu : Kuretase gingival (gingival curettage) Kuretase subgingival (subgingival curettage),
Lebih terperinciPREVALENSI TRAUMA GIGI PERMANEN ANTERIOR ANAK USIA TAHUN PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KECAMATAN MEDAN BARAT DAN MEDAN SUNGGAL
PREVALENSI TRAUMA GIGI PERMANEN ANTERIOR ANAK USIA 12-14 TAHUN PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KECAMATAN MEDAN BARAT DAN MEDAN SUNGGAL SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Oklusi secara sederhana didefinisikan sebagai hubungan gigi-geligi maksila
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Oklusi secara sederhana didefinisikan sebagai hubungan gigi-geligi maksila dan mandibula. Pada kenyataannya, oklusi gigi merupakan hubungan yang kompleks karena melibatkan
Lebih terperinci