KAJIAN JARINGAN TRANSPORTASI DALAM MANAJEMEN RANTAI PASOKAN BUNGA KRISAN DI JAWA BARAT (Studi Kasus di PT. Saung Mirwan)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN JARINGAN TRANSPORTASI DALAM MANAJEMEN RANTAI PASOKAN BUNGA KRISAN DI JAWA BARAT (Studi Kasus di PT. Saung Mirwan)"

Transkripsi

1 KAJIAN JARINGAN TRANSPORTASI DALAM MANAJEMEN RANTAI PASOKAN BUNGA KRISAN DI JAWA BARAT (Studi Kasus di PT. Saung Mirwan) SKRIPSI EVI LEONITA SIPAYUNG F FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

2 EVI LEONITA SIPAYUNG. F The Study of Transportation Network for Supply Chain Management of Chrysanthemum in West Java (Case Study at PT. Saung Mirwan). Supervised by Marimin, SUMMARY The increased of Chrysanthemum production must followed by a good supply chain management. The problems rise at transportation and distribution activities from producer to consumer that begin from error in choosing type of transporter, loading process careless and error in putting technique of product box into the transporter, less handling as long as transportation journey untill vehicle damage, accident, and traffic jam. As consequence, the problems make decreasing quality and quantity of product and at last, make increasing of total transportation cost. Therefore, this research minimize total transportation cost with optimization in choosing the right type and sum of vehicles for delivering product from producer to consumer location. Case study conducted in PT. Saung Mirwan as a big producer of Chrysanthemum in West Java. The research purposes to study supply chain mechanism of Chrysanthemum that is produced by company (PT. Saung Mirwan), to identify influential factors in Chrysanthemum distribution, and to choose and recomm the appropriate type and sum of transporter with demand and vehicle capacity that is owned and minimization of the cost of delivering. Designing model followed transportation model and getting solution used optimation technique genetic algorithm with software Matlab R2009a and Microsoft Excel 2007 (Ms. 2008). Genetic algorithm is a strong, adaptive, and efficient optimal searching techniques based on natural system mechanism, it is change in genetic structure and nature selection. Result showed that supply chain mechanism of Chrysanthemum that involved PT. Saung Mirwan as producer consist of primary members such as PT. Saung Mirwan, agents, traditional market, florists, supermarkets and flower stores, consumers and partners of buying and secondary members such as producers of seed, fertilizer, nutrition, and pesticide, producers of planting media, and producers of packaging material such as prola, cardboard box, plastic, and tape. As a part of business process in supply chain, PT. Saung Mirwan make procurement and replenishment for raw material, manufacturing and customer order product. The company used push and pull process to fulfill and anticipate consumer demand. Based on the observation and interview with distribution and consumer sides, the influential factors in Chrysanthemum distribution consist of cold condition requirement while delivering, stacking techniqueof product boxes in vehicle, and product lifetime. Result showed the optimum value in choosing type and sum of vehicles for minimizing total transportation cost at PT. Saung Mirwan using genetic algorithm with parameters size of population 50, maximum generation 500, Pc 0.9 and Pm 0.2. The optimization result for delivering 1,500,000 stems unrooted cutting to Bandara Soekarno-Hatta needed 1 unit L300 and 1 unit double box truck and cost Rp 1,799,000; for delivering 250 boxes of rooted cutting to Cipanas needed 2 units engkle box truck and cost Rp 357,240; for delivering 400 boxes of rooted cutting to Bandung needed 2 units double box truck and cost Rp 1,476,600; for delivering 75 boxes of cutting to Bogor needed 1 unit L300 and 1 unit double box truck and cost Rp 442,500; for delivering 150 boxes of cutting to Jakarta needed 3 units double box truck and cost Rp 1,611,900. At the same quantity, company s delivering cost can be economized as big as Rp 471,000 to Bandara, Rp 294,740 to Cipanas, Rp 123,400 to Bandung, Rp 143,500 to Bogor and Rp 145,900 to Jakarta. Manajerial implication of the program implementation is giving input in the transportation side when making decision for delivering product. The optimization results may used as a decision support. As a member of Chrysanthemum supply chain, company expects improved efficiency in using transportation so as to minimize total transportation cost. The suggestions showed that company need to increase relation partner with the farmers who have not joined, so as to rise the capacity of product and minimize the probability of inventory shortage and the farmer get the support of supply chain such as good technology and production tools, so as to increase product s quality that is resulted. In addition, separate research is needed to optimize the composition of planting based on cost and harvest time. Keywords: Supply chain, Genetic algorithm, Transportation, Chrysanthemum

3 EVI LEONITA SIPAYUNG. F Kajian Jaringan Transportasi dalam Manajemen Rantai Pasokan Bunga Krisan di Jawa Barat (Studi Kasus di PT. Saung Mirwan). Dibawah bimbingan Marimin, RINGKASAN Peningkatan produksi bunga krisan harus diikuti dengan manajemen rantai pasokan yang baik juga. Masalah muncul pada kegiatan transportasi dan pistribusian produk dari produsen ke konsumen yang diawali dari kesalahan memilih alat transportasi, proses pemuatan tidak hati-hati dan peletakan kardus produk yang salah di dalam alat angkut, kurangnya penanganan selama perjalanan hingga kerusakan karaan, kecelakaan, dan kemacetan lalu lintas. Sebagai akibatnya terjadi penurunan kualitas dan kuantitas produk yang mengakibatkan peningkatan total biaya pengiriman. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan minimisasi biaya pengiriman dengan optimasi pemilihan jenis dan jumlah karaan yang tepat untuk pengiriman produk dari perusahaan ke lokasi konsumen. Studi kasus dilakukan di PT. Saung Mirwan sebagai salah satu produsen besar tanaman krisan di Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan mengkaji mekanisme rantai pasok produk krisan yang dihasilkan perusahaan, mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh dalam distribusi bunga krisan dan memilih dan merekomasikan jenis transportasi sesuai dengan jumlah permintaan dan kapasitas armada yang dimiliki serta minimisasi biaya pengiriman. Perancangan model dilakukan mengikuti model transportasi dan penyelesaiannya menggunakan teknik optimasi algoritma genetika dengan software Matlab tipe R2009a dan Microsoft Excel 2007 (Ms. 2008). Algoritma genetika merupakan salah satu teknik pencarian yang bersifat tangguh, adaptif dan efisien yang dapat mencari solusi optimal berdasarkan pada mekanisme sistem natural yaitu perubahan struktur genetika dan seleksi alam. Hasil penelitian menunjukkan mekanisme rantai pasokan bunga krisan yang melibatkan PT. Saung Mirwan sebagai produsen bunga terdiri atas anggota primer yaitu PT. Saung Mirwan, agen bunga, pasar bunga, florist, supermarket dan toko bunga, konsumen dan mitra beli serta anggota sekunder yaitu produsen bibit, produsen pupuk, nutrisi, dan pestisida, produsen media tanam dan produsen bahan kemasan seperti kertas prola, karton dus, plastik, selotip. Sebagai bagian proses bisnis dalam rantai pasokan, PT. Saung Mirwan melakukan siklus procurement, replenishment, manufacturing dan customer order. Perusahaan menggunakan proses push dan pull untuk memenuhi dan mengantisipasi permintaan pelanggan. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan pihak transportasi dan distribusi serta konsumen, faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi krisan terdiri atas perlunya kondisi dingin ketika pengiriman, teknik penyusunan di dalam alat angkut, dan waktu hidup produk. Penelitian berhasil melakukan optimisasi menggunakan teknik algoritma genetika dengan parameter-parameter yaitu jumlah populasi 50, jumlah maksimum generasi 500, Pc 0.9 dan Pm 0.2 pada pemilihan jenis dan jumlah karaan untuk minimisasi total biaya pengiriman sesuai dengan jumlah permintaan konsumen kepada PT. Saung Mirwan. Hasil optimisasi yaitu pada pengiriman 1,500,000 batang unrooted cutting ke Bandara Soekarno-Hatta dibutuhkan 1 unit L300 dan 1 unit mobil box double dan biaya Rp 1,779,000; pengiriman 250 kardus rooted cutting ke Cipanas dibutuhkan 2 unit mobil box engkle dan biaya Rp 357,240; pengiriman 400 kardus rooted cutting ke Bandung dibutuhkan 2 unit mobil box double dan biaya Rp 1,476,600; pengiriman 75 kardus bunga potong ke Bogor dibutuhkan 1 unit mobil box L300 dan 1 unit mobil box double dan biaya Rp 442,500; dan pada pengiriman 150 kardus bunga potong ke Jakarta dibutuhkan 3 unit mobil box double dan biaya Rp 1,611,900. Pada kuantitas pengiriman yang sama, perusahaan dapat menghemat biaya kirim sebesar Rp 471,000; Rp 294,740; Rp 123,400; Rp 143,500; Rp 145,900 berurutan pengiriman ke Bandara Soekarno-Hatta; Cipanas; Bandung; Bogor; Jakarta. Implikasi manajerial penerapan program optimasi transportasi dapat memberikan masukan kepada pihak transportasi dalam pengambilan keputusan untuk melakukan pengiriman produk. Hasil optimisasi program dapat berfungsi sebagai penunjang keputusan yang diambil oleh pihak transportasi. Bagi perusahaan diharapkan dengan menggunakan program optimasi transportasi ini dapat meningkatkan efisiensi penggunaan alat angkutan sehingga meminimumkan biaya kirim yang ditimbulkan. Saran dalam penelitian ini adalah perusahaan perlu meningkatkan hubungan mitra tani dengan para petani bunga yang belum tergabung dalam perusahaan sehingga dapat meningkatkan kapasitas produk dan meminimumkan terjadinya kekurangan persediaan serta petani mapatkan dukungan

4 rantai seperti teknologi dan sarana produksi yang memadai sehingga kualitas bunga yang dihasilkan dan kesejahteraan petani dapat ditingkatkan. Selain itu perlu dilakukan penelitian tentang optimasi untuk komposisi varietas bunga yang ditanam berbasis biaya dan lama panen. Kata kunci: Rantai pasok, Algoritma genetika, Transportasi, Bunga krisan

5 KAJIAN JARINGAN TRANSPORTASI DALAM MANAJEMEN RANTAI PASOKAN BUNGA KRISAN DI JAWA BARAT (Studi Kasus di PT. Saung Mirwan) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh : EVI LEONITA SIPAYUNG F FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

6 Judul Skripsi : Kajian Jaringan Transportasi dalam Manajemen Rantai Pasokan Bunga Krisan di Jawa Barat (Studi Kasus di PT. Saung Mirwan) Nama : Evi Leonita Sipayung NIM : F Menyetujui, Pembimbing, (Prof. Dr. Ir. Marimin, M.Sc.) NIP Mengetahui, Ketua Departemen, (Prof. Dr. Ir. Nastiti Siswi Indrasti) NIP Tanggal lulus :

7 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Kajian Jaringan Transportasi dalam Manajemen Rantai Pasokan Bunga Krisan di Jawa Barat (Studi Kasus di PT. Saung Mirwan) adalah hasil karya saya siri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan oleh penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Januari 2011 Yang membuat pernyataan Evi Leonita Sipayung F

8 BIODATA PENULIS Evi Leonita Sipayung. Lahir di Saribudolok, Simalungun, Sumatera Utara, 30 April 1988 dari ayah Sardian Sipayung dan ibu Nurmaida Simanjorang, sebagai putri pertama dari enam bersaudara. Penulis masuk pidikan Sekolah Dasar di SD Don Bosco Saribudolok, Simalungun pada tahun Setelah tamat SD pada tahun 2000, penulis melanjutkan pidikan ke SLTP Bunda Mulia Saribudolok, Simalungun. Penulis kembali melanjutkan pidikan ke SMA Swasta CR. Van Duynhoven, Simalungun pada tahun Kemudian penulis menamatkan SMA pada tahun 2006 dan pada tahun yang sama diterima di IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Setelah melewati masa Tahap Persiapan Bersama selama 1 tahun, penulis memilih Program Studi Teknologi Pertanian, Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian. Penulis melaksanakan Praktik Lapangan dengan judul Manajemen Produksi dan Pengalian Mutu di PT. Condong Garut, Garut, Jawa Barat pada tahun 2009 di PT. Condong Garut yaitu pabrik kelapa sawit di Garut, Jawa Barat.

9 KATA PENGANTAR Penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena hanya dengan karunia-nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian dengan judul Kajian Jaringan Transportasi Dalam Manajemen Rantai Pasok Bunga Krisan di Jawa Barat dilaksanakan di PT. Saung Mirwan, Bogor sejak bulan Maret sampai September Penulis menyadari bahwa baik dalam pelaksanaan penelitian maupun penyelesaian skripsi ini banyak pihak yang turut serta membantu. Oleh karena itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada : 1. Kedua orangtua tercinta dan semua keluarga yang selalu mukung dan membantu penulis melalui doa. 2. Prof. Dr. Ir. Marimin, M.Sc sebagai dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan sampai tersusunnya laporan ini. 3. Pihak PT Saung Mirwan yang telah mengijinkan penulis untuk mengadakan penelitian di perusahaan dan memberikan informasi - informasi yang dibutuhkan penulis. 4. Dr. Eng Taufik Djatna, S.TP, M.Si dan Ir. Ade Iskandar M.Si sebagai dosen penguji yang memberikan masukan - masukan kepada penulis. 5. Bapak Pratman, Bapak Dadang, Ibu Lina, Ibu Deni, dan seluruh staff lain yang telah membantu selama melaksanakan penelitian. 6. Law-law, Lenny, Yana, Rere, Ratih, Risqan, Yoga, Bagus, Ka Mayang, dan Shanro yang setia memberikan dukungan kepada penulis. 7. Seluruh teman seperjuangan TIN 43 atas kebersamaan dalam suka dan duka selama sekitar 4 tahun yang tidak akan terlupakan. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, besar harapan penulis mapatkan saran dan kritik membangun dari para pembaca. Semoga skripsi ini berguna bagi penulis pada khusunya dan para pembaca pada umumnya. Bogor, Januari 2011 Penulis iii

10 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... iii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR LAMPIRAN... vi DAFTAR ISTILAH... vii I. PENDAHULUAN... A. LATAR BELAKANG... B. TUJUAN PENELITIAN... C. OUTPUT DAN MANFAAT PENELITIAN... D. RUANG LINGKUP PENELITIAN II. TINJAUAN PUSTAKA... A. BUNGA KRISAN... B. MANAJEMEN RANTAI PASOKAN... C. SALURAN DISTRIBUSI FISIK... D. MANAJEMEN TRANSPORTASI E. PENYELESAIAN OPTIMASI TRANSPORTASI DENGAN LINEAR PROGRAMMING... F. ALGORITMA GENETIKA... G. PENELITIAN TERDAHULU III. METODE PENELITIAN... A. KERANGKA PEMIKIRAN... B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN... C. TATA LAKSANA IV. MODEL RANTAI PASOKAN BUNGA KRISAN... A. STRUKTUR JARINGAN RANTAI PASOKAN... B. MANAJEMEN RANTAI PASOKAN... C. SUMBER DAYA RANTAI PASOKAN... D. PROSES BISNIS RANTAI PASOKAN... E. DISTRIBUSI PRODUK..... F. HAMBATAN PENGEMBANGAN RANTAI PASOKAN V. TRANSPORTASI BUNGA KRISAN iv

11 A. KONTEKS BISNIS PERUSAHAAN... B. KAJIAN TRANSPORTASI... C. ALOKASI BIAYA DAN PEMODELAN TRANSPORTASI... D. IMPLEMENTASI PROGRAM VI. SIMPULAN DAN SARAN... A. SIMPULAN... B. SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN v

12 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Tabel 2. Provinsi-provinsi yang termasuk lima besar dalam produksi, luas lahan, dan produktivitas lahan tanaman krisan di Indonesia pada tahun Biaya pengiriman produk bunga yang digunakan di PT. Saung Mirwan (Oktober 2010)... 2 Tabel 3. Anggota rantai pasokan bunga krisan yang melibatkan PT. Saung Mirwan Tabel 4. Tabel 5. Perbedaan kemampuan PT. Saung Mirwan dengan para petani bunga dalam menghasilkan bunga krisan... Pertimbangan dan persyaratan yang ditetapkan PT. Saung Mirwan dalam pemilihan mitra... Tabel 6. Kekuatan tawar (bargaining power/bp) anggota rantai pasok bunga Tabel 7. Jenis-jenis dukungan anggota rantai pasok bunga Tabel 8. Daftar pemasok bahan baku PT. Saung Mirwan Tabel 9. Tarif harga sewa karaan di PT. Saung Mirwan hingga Maret Tabel 10. Persentase kerusakan produk krisan di PT. Saung Mirwan untuk setiap tujuan pengiriman Tabel 11. Kapasitas angkut produk krisan pada karaan yang dimiliki oleh PT. Saung Mirwan Tabel 12. Unit-unit yang terdapat di dalam program Optimization Using Genetic Algorithm for Chrysanthemum Transportation Tabel 13. Langkah-langkah yang dilakukan program dalam proses optimasi transportasi Tabel 14. Kuantitas produk krisan yang dikirim oleh pemasok ke pembeli Tabel 15. Hasil running program pada jumlah populasi 40 dan maksimum generasi Tabel 16. Hasil running program pada jumlah populasi 50 dan maksimum generasi Tabel 17. Hasil running program pada nilai Pm yang berbeda (0.2, 0.1, dan 0.05) Tabel 18. Populasi awal, seleksi, hasil silang, dan hasil mutasi pada salah satu generasi untuk pengiriman unrooted cutting ke Bandara Tabel 19. Populasi awal, seleksi, hasil silang, dan hasil mutasi pada salah satu generasi untuk pengiriman rooted cutting ke Cipanas Tabel 20. Populasi awal, seleksi, hasil silang, dan hasil mutasi pada salah satu generasi untuk pengiriman bunga potong ke Bogor Tabel 21. Perbandingan biaya kirim produk bunga yang dikeluarkan perusahaan dengan hasil optimasi program iv

13 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Saluran distribusi barang konsumen (Kotler 1991)... 6 Gambar 2. Representasi kromosom string biner dan string integer... 9 Gambar 3. Diagram alir algoritma genetika (Wang 1999) Gambar 4. Diagram alir kerangka pikir penelitian Gambar 5. Tampilan output program yang dibuat Gambar 6. Diagram alir algoritma genetika pada optimasi pemilihan jenis karaan dan minimisasi biaya pengiriman produk krisan di PT. Saung Mirwan Gambar 7. Model rantai pasokan bunga krisan PT. Saung Mirwan Gambar 8. Siklus-siklus proses dalam model rantai pasok bunga krisan melibatkan PT. Saung Mirwan Gambar 9. Ilustrasi distribusi bunga potong Gambar 10. Ilustrasi distribusi unrooted cutting Gambar 11. Ilustrasi distribusi rooted cutting Gambar 12. Tahap-tahap proses produksi bunga potong di PT. Saung Mirwan Gambar 13. Kuntum bunga krisan potong standar dibungkus dengan kertas Gambar 14. Alat angkut produk stek dari lahan menuju gudang penyimpanan di PT. Saung Mirwan (Dok. Maret 2010)... Gambar 15. Alat angkut bunga potong dari lahan panen menuju gudang di PT. Saung Mirwan dan bunga potong yang sudah disusun di dalam gudang penyimpanan Gambar 16. Model jaringan transportasi dalam rantai pasokan krisan Gambar 17. Representasi kromosom dari variabel keputusan model transportasi Gambar 18. Jaringan transportasi pasok bunga krisan yang dipilih untuk dasar pembuatan program v

14 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Struktur organisasi PT. Saung Mirwan 67 Lampiran 2. Pemetaan tenaga kerja PT. Saung Mirwan Lampiran 3. Sasaran pengembangan Hortikultura tahun Lampiran 4. Daftar pelanggan bunga perusahaan Lampiran 5. Contoh jadwal pengiriman rooted cutting per customer.. 73 Lampiran 6. Karakteristik kardus produk dan karaan yang dimiliki oleh PT. Saung Mirwan Lampiran 7. Petunjuk instalasi Matlab dan prosedur penggunaan program Lampiran 8. Coding-coding di dalam program Optimization Using Genetic Algorithm for Chrysanthemum Transportation Lampiran 9. Foto-foto di PT. Saung Mirwan vi

15 DAFTAR ISTILAH Allar : Zat nutrisi yang berfungsi untuk menahan partambahan tinggi tanaman Box double : Karaan box jenis colt diesel yang memiliki jumlah roda 8 buah Box engkle : Karaan box jenis colt diesel yang memiliki jumlah roda 4 buah dan kapasitas angkutnya sedikit lebih besar daripada box engkle Box L300 : Karaan box jenis L300 yang memiliki kapasitas paling kecil diban dingkan box engkle dan double Cocopeat : Produk yang berasal dari sabut kelapa yang telah melalui pengolahan tertentu berfungsi sebagai media tanam yang sangat baik dalam menyerap dan menahan air sehingga penyiraman air dapat dilakukan lebih jarang. Crossover : Proses mengombinasikan dua individu dalam algoritma genetika untuk memperoleh individu-individu baru yang diharapkan mempunyai nilai fitness yang lebih baik. Banyak pasangan induk yang mengalami crossover ditentukan oleh nilai probabilitas crossover. Elitisme : Meng-copy kromosom yang memiliki nilai fitness yang baik agar tidak rusak saat proses evolusi masih berlangsung Fitness : Nilai kebugaran pada individu dalam algoritma genetika yang ditentukan berdasarkan fungsi tujuan yang diinginkan Florist : Toko yang menjual berbagai jenis tanaman bunga Gen : Sebuah nilai yang menyatakan satuan dasar yang membentuk suatu arti tertentu dalam satu kesatuan gen yang dinamakan kromosom. Dalam algoritma genetika gen bisa berupa nilai biner, float integer maupun karakter. Generasi : Menyatakan satu satuan siklus evolusi dalam algoritma genetika Grading : Pengkelasan hasil panen pada tanaman krisan berdasarkan ukuran diameter tangkai, ketegaran tangkai, dan tingkat kerusakan tanaman Individu : Menyatakan satu nilai atau keadaan yang menyatakan salah satu solusi yang mungkin dari permasalahan yang diangkat Kromosom : Gabungan gen-gen yang membentuk nilai-nilai tertentu Long day : Tahap pertumbuhan tanaman dengan penyinaran tambahan yang dapat berasal dari sinar lampu Mitra beli : Hubungan mitra antara perusahaan dengan petani bunga yang tidak terikat hubungan lain Mitra jual : Hubungan mitra antara perusahaan dengan pembeli yang telah lama menjalin hubungan kerjasama dengan perusahaan Mitra kota : Hubungan mitra antara perusahaan dengan petani bunga yang bekerja di lahan (green house) milik perusahaan, biasanya untuk komoditas paprika Mitra tani : Hubungan mitra antara perusahaan dengan petani bunga yang mapatkan dukungan faktor produksi dari perusahaan serta menjual hasil panennya kepada perusahaan. Hubungan mitra tani menjadikan petani terikat dengan perusahaan. vii

16 Mother plant : Tanaman induk yang dijadikan sebagai sumber utama bibit (stek) Mutasi : Proses mengubah struktur kromosom yang dimiliki oleh individu yaitu penggantian nilai gen dengan nilai inversinya, gen 0 menjadi 1 dan gen 1menjadi 0. Proses ini dilakukan secara acak pada posisi gen tertentu pada individu-individu yang terpilih untuk dimutasikan. Banyaknya individu yang dimutasikan ditentukan oleh besarnya peluang mutasi. Hal ini bertujuan untuk memunculkan individu yang belum pernah muncul sebelumnya atau mengembalikan gen-gen yang hilang pada generasi sebelumnya. Nilai fitness : Menyatakan seberapa baik nilai dari suatu individu atau solusi yang didapatkan Nursery : Tahap penyemaian tanaman atau pengakaran stek yang membutuhkan long day agar pertumbuhan vegetatif lancar dan dilakukan penyiraman dengan air dan pupuk Offspring : Individu yang dihasilkan setelah proses pindah silang (penyilangan) selesai One point crossover : Pindah silang dilakukan pada satu titik gen dalam satu kromosom Peat moss : Media tanam yang berupa tanah gambut yang berasal dari tanaman lumut- lumutan berfungsi untuk menjaga ph tanah permanen Plant schedule : Jadwal tanam berisikan jumlah dan varietas tanaman, hari tanam, dan hari panen yang digunakan sebagai perencanaan produksi Populasi : Sekumpulan individu yang akan diproses bersama dalam satu siklus proses evolusi Roda : Alat angkut dorong yang digunakan untuk memindahkan hasil panen dari lahan panen ke gudang pasca panen perusahaan Rooted cutting : Bibit tanaman krisan berupa stek yang memiliki akar dan pada umumnya umur tanam sekitar 2 minggu Roulette wheel : Teknik pemilihan individu dalam algoritma genetika berdasarkan nilai peluang yang dimiliki dan nilai peluang ditentukan oleh nilai fitness individu tersebut. Short day : Tahap pertumbuhan tanaman tanpa ada penyinaran tambahan selain matahari Topping : Memotong pucuk utama tanaman yang bertujuan untuk memperbanyak jumlah cabang tanaman biasanya dilakukan pada tanaman krisan jenis spray. Unrooted cutting : Bibit tanaman krisan berupa stek yang tidak memiliki akar Verifikasi : Proses pemeriksaan apakah logika operasional model (program komputer) sesuai dengan logika diagram alur atau sesuai dengan yang diinginkan. Verifikasi memeriksa penerjemahan model simulasi konseptual (diagram alur dan asumsi) ke dalam bahasa pemograman secara benar. viii

17 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bunga krisan berasal dari dataran China dan merupakan tanaman bunga hias sejenis perdu yang memiliki sebutan lain yaitu bunga seruni atau bunga emas (golden flower). Krisan atau Chrysanthemum merupakan salah satu jenis tanaman hias yang telah lama dikenal dan banyak disukai masyarakat serta mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Bunga krisan biasanya digunakan sebagai bunga potong, tanaman pot, dan selain digunakan sebagai tanaman hias, krisan juga berpotensi untuk digunakan sebagai tanaman obat tradisional dan penghasil racun serangga (hama). Menurut Novizan (2000) ekstrak bunga krisan (Chrysanthemum cinerariaefolium) mengandung piretrin sebanyak % yang dapat digunakan sebagai biopestisida yang tidak meninggalkan residu setelah digunakan dan aman bagi lingkungan. Perkembangan dan peningkatan yang konsisten pada produksi tanaman krisan menunjukkan terdapatnya prospek yang baik pada tanaman ini. Produksi bunga krisan yang terus meningkat, memungkinkan peningkatan jumlah ekspor yang sekaligus akan meningkatkan mutu bunga karena adanya tuntutan pasar. Produksi bunga krisan Indonesia mengalami peningkatan setiap tahun, mulai dari tahun 1999 sebanyak 1,468,213 tangkai, 2000 sebanyak 2,281,125 tangkai, 2001 sebanyak 7,387,737 tangkai, 2002 sebanyak 25,804,630 tangkai, 2003 sebanyak 27,406,464 tangkai, 2004 sebanyak 27,683,449 tangkai, 2005 sebanyak 47,465,794 tangkai, 2006 sebanyak 63,716,256 tangkai, 2007 sebanyak 66,979,260 tangkai, 2008 sebanyak 99,158,942 tangkai hingga tahun 2009 sebanyak 107,847,072 tangkai (BPS 2009). Industri krisan juga sangat diminati oleh masyarakat di Jawa Barat. Pada tahun 2009, provinsi Jawa Barat siri memproduksi tanaman krisan sebanyak 55,715,528 tangkai, jauh lebih tinggi daripada jumlah produksi tanaman hias lainnya seperti anggrek sebanyak 5,582,076 tangkai, sedap malam sebanyak 4,565,041 tangkai, dan mawar sebanyak 4,471,566 tangkai (BPS 2009). Hampir setengah produksi tanaman krisan negara berasal dari Jawa Barat. Selain produksi yang tinggi menurut data dari Badan Pusat Statistika (2009), provinsi Jawa Barat juga termasuk dalam lima provinsi yang memiliki luas lahan dan tingkat produktivitas terbesar di Indonesia (Tabel 1). Masalah muncul pada kegiatan transportasi dan pistribusian produk ke konsumen yang terdiri atas risiko transportasi, terlambat tiba di lokasi pembeli, dan kesalahan pemilihan alat transportasi. Risiko transportasi adalah kerusakan produk akibat goncangan, suhu yang tidak cocok, handling tidak benar. Kesalahan dapat terjadi saat memilih alat transportasi untuk produk segar yaitu menggunakan karaan yang tidak berpingin. Tidak memperhatikan kondisi paling baik saat pengiriman (suhu dingin) juga menambah kerusakan pada produk segar yang diangkut. Selain itu, saat transportasi dibutuhkan penanganan (handling) yang benar seperti saat pemuatan produk ke dalam alat angkut dan penyusunan di dalam alat angkut. Kegiatan pemuatan yang tidak benar maka akan meningkatkan resiko kerusakan fisik pada produk misalnya penyusunan yang tidak benar meningkatkan kerusakan fisik akibat goncangan saat perjalanan. Untuk produk segar dibutuhkan penanganan yang sangat hati-hati saat pemuatan/pembongkaran produk ke dan dari angkutan. Tabel 1. Provinsi-provinsi yang termasuk lima besar dalam produksi, luas lahan dan produktivitas lahan tanaman krisan di Indonesia pada tahun 2009 Produksi Luas Produktivitas No. Provinsi Provinsi Provinsi (tangkai) lahan (m 2 ) (tangkai/m 2 ) 1. Jawa Barat 55,715,528 Jawa Timur 7,661,339 Sulawesi Utara Jawa Timur 29,361,122 Jawa Barat 1,636,357 Jawa Tengah Jawa Tengah 18,636,348 Jawa Tengah 303,977 Bali Sulawesi Utara 2,078,653 Sumatera Utara 54,226 Jawa Barat Sumatera Utara 537,367 Sumatera Barat 21,047 Kalimantan Sumber : Badan Pusat Statistika, 2009 Timur

18 Penyebab terjadinya keterlambatan pengiriman atau barang tidak tepat waktu tiba di lokasi pembeli adalah hambatan yang timbul saat di perjalanan seperti macet, kerusakan alat angkut, kecelakaan dan sebagainya. Sebagai produk segar semakin lama produk berada di perjalanan transportasi maka semakin menambah kerusakan atau terjadi penurunan mutu produk. Waktu panen/petik dengan waktu penerimaan hingga ke tangan konsumen dituntut seefisien mungkin, semakin jauh jarak yang ditempuh maka semakin besar pula resiko kerusakan produk. Pemilihan alat transportasi untuk pengiriman produk kepada pembeli perlu mempertimbangkan biaya dan tingkat kerusakan yang ditimbulkan alat angkut. Pemilihan alat transportasi atau jenis karaan di PT. Saung Mirwan dilakukan tanpa mempertimbangkan biaya yang ditimbulkan masingmasing alat angkut. Pengiriman dilakukan menggunakan alat transportasi yang ada pada saat dibutuhkan pengiriman ke daerah tertentu. Oleh karena itu, berdasarkan informasi dan data transportasi perusahaan ditunjukkan biaya pengiriman setiap produk krisan yang dimiliki oleh perusahaan seperti disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Biaya pengiriman produk bunga yang digunakan di PT. Saung Mirwan (Oktober 2010) Tujuan Jenis produk Biaya kirim Bandara Soekarno-Hatta Unrooted cutting Rp 225,000/75 kardus Cipanas Rooted cutting Rp 125,000/50 kardus Bandung Rooted cutting Rp 200,000/50 kardus Bogor Bunga potong Rp 125,000/16 kardus Jakarta Bunga potong Rp 187,500/16 kardus Produk krisan yang dihasilkan PT. Saung Mirwan terdiri atas stek tanpa akar (unrooted cuting), stek berakar (rooted cutting), dan bunga potong. Pengiriman produk krisan perusahaan dilakukan ke Bandara untuk produk ekspor, ke Cipanas, Bandung, Bogor dan Jakarta untuk produk lokal. Kesalahan pemilihan alat transportasi juga akan meningkatkan biaya transportasi sebagaiman risiko dan keterlambatan pengiriman. Sehingga dalam penelitian ini akan dilakukan optimasi pemilihan jenis dan jumlah alat transportasi untuk pengiriman produk ke konsumen. Hasil yang diharapkan adalah biaya pengiriman yang lebih rah daripada yang digunakan oleh perusahaan. Menurut Zhou et al. (2003), algoritma genetika (GA) dapat digunakan untuk optimasi pengangkutan dan biaya pengiriman dari pemasok sampai ke konsumen. Dalam penelitian ini dibutuhkan optimasi pemilian jenis dan alat transportasi untuk pengiriman produk ke lokasi pelanggan. Optimasi adalah proses kolektif untuk mapatkan sekelompok keadaan yang diinginkan dalam mencapai suatu hasil terbaik berdasarkan kondisi yang ada. Algoritma genetika merupakan salah satu teknik pencarian yang bersifat tangguh, adaptif dan efisien yang berasal dari bidang ilmu kecerdasan buatan. Algoritma genetika ini dapat mencari solusi optimal berdasarkan pada mekanisme sistem natural yaitu perubahan struktur genetika dan seleksi alam. Sehingga pemilihan jenis karaan sesuai dengan kapasitas angkut karaan dan sifat hortikultura dengan biaya seminimal mungkin dapat dipecahkan menggunakan algoritma genetika dengan lebih efektif dan efisien. Keunggulan algoritma genetika adalah strukturnya yang sederhana, mudah mengimplementasikannya dan cepat dalam pencapaian solusi yang optimum (efisien). Menurut Goldberg (1989), perbedaan algoritma genetika dengan teknik pencarian dan optimasi konvensional sebagai berikut : 1. Algoritma genetika bekerja pada sekumpulan calon solusi yang telah dikodekan, bukan pada solusi itu siri 2. Algoritma genetika melakukan pencarian nilai optimum pada sekumpulan calon solusi secara paralel (bersifat parallel search atau population-based search) 3. Algoritma genetika secara langsung memanfaatkan fungsi tujuan atau fungsi fitness, bukan fungsi turunannya 4. Algoritma genetika bekerja dengan menggunakan aturan probabilistik, bukan aturan deterministik Masalah-masalah transportasi yaitu risiko pengiriman dan keterlambatan jika tidak ditangani, mengakibatkan kualitas dan kuantitas yang dipesan tidak sesuai dengan yang diterima oleh konsumen karena terjadi kerusakan produk baik fisik maupun fisiologis. Pasar yang dimiliki akan menurun 2

19 karena hilangnya kepercayaan konsumen terhadap perusahaan. Secara keseluruhan masalah-masalah ini menimbulkan peningkatan biaya bahkan dapat menimbulkan kerugian pada perusahaan. Semakin tinggi kerusakan produk maka semakin tinggi pula biaya kerusakan produk. Harga jual produk menjadi menurun. Semakin sering pengiriman tidak tepat waktu maka semakin menurunkan kepercayaan konsumen terhadap perusahaan sehingga menurunkan jumlah pelanggan perusahaan. Adanya pengelolaan distribusi, logistik atau rantai pasokan yang baik akan membantu mengurangi kerusakan produk tersebut sehingga dapat mukung perusahaan untuk memenangkan kompetisi antar agroindustri untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Model rantai pasokan produk hortikultura tersebut cukup kompleks karena merupakan kombinasi yang mempertimbangkan beberapa jenis transportasi dan minimasi biaya sehingga diperlukan manajemen rantai pasokan yang baik. Supply Chain Management adalah serangkaian pekatan yang diterapkan mengintegrasikan pemasok, pengusaha dan gudang (warehouse) dan tempat penyimpanan lainnya secara efisien sehingga produk yang dihasilkan dan didistribusikan kepada konsumen dengan kuantitas dan kualitas yang tepat, lokasi yang tepat serta waktu yang tepat untuk memperkecil biaya dan memuaskan kebutuhan konsumen (David et al diacu dalam Indrajit dan Djokopranoto 2002). Prinsip utama dalam Supply Chain Management ialah menciptakan sinkronisasi aktivitas-aktivitas yang beragam dan membutuhkan pekatan holistik. Menurut Mattsson (2003), manajemen rantai pasokan bertujuan untuk membuat seluruh sistem menjadi efisien dan efektif, minimasi biaya dari transportasi dan distribusi sampai inventori bahan baku, bahan dalam proses, dan barang jadi. Aktivitas supply chain dimulai dari permintaan konsumen (consumen order) dan berakhir ketika pelanggan atau konsumen telah terpuaskan (Chopra dan Meindl 2004). B. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan : 1. Mengkaji mekanisme rantai pasok produk krisan yang dihasilkan perusahaan 2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh dalam distribusi bunga krisan 3. Memilih dan merekomasikan jenis transportasi dalam distribusi bunga krisan sesuai dengan jumlah permintaan dan kapasitas armada yang dimiliki serta minimisasi biaya pengiriman C. MANFAAT PENELITIAN Penelitian dilakukan untuk menjelaskan mekanisme transportasi rantai pasok produk krisan sesuai dengan jumlah produk yang dipesan ke supplier, untuk menentukan penggunaan jumlah karaan yang tepat dan menjaga kualitas produk perusahaan sehingga meminimalkan total biaya pengiriman. Kajian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perusahaan dalam memenangkan persaingan yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan konsumen pada kuantitas, kualitas, dan waktu yang tepat dengan meminimalkan biaya dan memaksimalkan keuntungan. D. RUANG LINGKUP PENELITIAN Penelitian ini dibatasi mengenai aliran massa komoditas (bunga potong, rooted dan unrooted cutting), kualitas produk yang dipengaruhi oleh susut selama proses produksi, faktor-faktor yang mempengaruhi susut bobot dan model pemilihan transportasi dari supplier ke distributor atau ritel untuk minimisasi biaya. Penelitian ini mengambil kasus di PT. Saung Mirwan dan beberapa distributor produk krisan di Jawa Barat. 3

20 II. TINJAUAN PUSTAKA A. BUNGA KRISAN Krisan atau Chrysanthemum merupakan salah satu jenis tanaman hias yang telah lama dikenal dan banyak disukai masyarakat serta mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Disamping memiliki keindahan karena keragaman bentuk dan warnanya, bunga krisan juga memiliki kesegaran yang relatif lama dan mudah dirangkai. Sebagai bunga potong, krisan digunakan sebagai bahan dekorasi ruangan, jambangan (vas) bunga dan rangkaian bunga. Bunga potong ditandai dengan bunga berukuran pek sampai tinggi, mempunyai tangkai bunga panjang, ukuran bervariasi (kecil, menengah, besar), umumnya ditanam di lapangan dan hasilnya dapat digunakan sebagai bunga potong. Contoh bunga potong adalah Inga, Improved funshine, Brides, Green peas, Great verhagen, Puma, Reagen, Cheetah, Klondike dan lain-lain. Bunga krisan juga dapat dijadikan sebagai tanaman pot, yaitu memiliki ukuran tinggi cm dan berbunga lebat. Varietas krisan pot terdiri atas Lilac Cindy (bunga warna pink keungu-unguan), Pearl Cindy (putih kemerah-merahan), Applause (kuning cerah), Yellow Mandalay. Terdapat 12 varietas krisan pot di Indonesia, yang terbanyak ditanam adalah varietas Delano (ungu), Rage (merah) dan Time (kuning). Selain digunakan sebagai tanaman hias, krisan juga berpotensi untuk digunakan sebagai tanaman obat tradisional dan penghasil racun serangga (hama). Salah satu jenis bunga potong yang dihasilkan oleh PT Saung Mirwan adalah bunga krisan. Terdapat 1000 varietas bunga krisan, beberapa di antaranya yang dikenal antara lain Chrysanthemum. daisy, C. indicum, C. coccineum, C. frustencens, C. maximum, C. hornorum dan C. parthenium. Varietas krisan yang banyak terdapat di Indonesia umumnya diperkenalkan dari luar negeri, terutama dari Belanda, Amerika Serikat dan Jepang. Bunga krisan berasal dari dataran China dan merupakan tanaman bunga hias sejenis perdu yang memiliki sebutan lain yaitu bunga seruni atau bunga emas (golden flower). Klasifikasi botani tanaman hias krisan adalah sebagai berikut : Divisi : Spermathophyta Subdivisi : Angiospermae Famili : Asteraceae Genus : Chrysanthemum Species : C. morifolium, C. indicum, C. daisy dan lain-lain. Hama tanaman krisan terdiri atas ulat tanah (Agrotis ipsilon), thrips (Thrips tabacci), tungau merah (Tetranycus sp.) dan penggerek daun (Liriomyza sp.). Masing-masing hama tersebut berurutan menyebabkan pucuk dan tangkai tanaman terkulai, daun berwarna kuning, daun terpelintir dan berwarna kecoklatan, dan daun menggulung berwarna putih keabu-abuan. Sedangkan penyakit yang dapat menyerang tanaman krisan terdiri atas penyakit karat disebabkan oleh jamur Puccinia sp., penyakit tepung iodium disebabkan oleh jamur Iodium chrysantemmi, dan penyakit kerdil disebabkan oleh virus kerdil krisan (Chrysanthemumum stunt virus) serta penyakit mozaik disebabkan oleh virus mozaik. Pengalian hama dan penyakit tersebut dapat dilakukan dengan cara mulai dari mengumpulkan ulat, memotong bagian tanaman yang sudah terserang hama atau mencabut tanaman yang sudah terkena virus dan penyemprotan insektisida dan fungsida. Bunga potong yang banyak diminati adalah bunga yang mekar sempurna, penampilan yang sehat dan segar serta mempunyai tangkai batang yang tegar dan kekar sehingga bunga potong menjadi awet dan tahan lama. Bunga krisan yang sudah layak potong harus dipanen dan dipotong, jika terlambat maka dapat menurunkan kualitas bunga. Tanaman krisan berbunga pada umur 3-4 bulan tergantung dari varietas yang ditanam. Waktu panen yang tepat pada krisan standard adalah ketika bunga telah setengah mekar (3-4 hari sebelum mekar penuh). Kriteria bunga potong untuk grade I dan II (Supari 1999) adalah sebagai berikut : Grade I Bunga mekar (tidak terlalu mekar atau terlalu kuncup), segar, tidak bergerombol, tidak terserang hama penyakit seperti apid, thrips dan sebagainya dan pada pinggir bunga tidak ada busuk kehitaman Batang besar (sesuai dengan jenisnya), tegar, lurus dan panjang minimal 75 cm Daun hijau segar, tidak kering dan tidak terserang hama penyakit, seperti leaf miner, white rust, dan sebagainya. White rust adalah penyakit karat yang disebabkan oleh cawan obligat Puccinia horiana yang termasuk salah satu spesies dalam kelas Basidiomycetes. 4

21 Grade II Bunga mekar, segar, boleh bergerombol tetapi tidak terserang hama penyakit Batang boleh agak kecil tetapi harus lurus dengan panjang minimal 50 cm Kriteria lain sama dengan kriteria Grade I dengan sedikit toleransi, misalnya jika daun terserang hama penyakit tetapi tidak terlalu parah masih dapat dimasukkan dalam Grade II. B. MANAJEMEN RANTAI PASOKAN Konsep Supply Chain Management (SCM) merupakan konsep baru dalam melihat persoalan logistik. Konsep lama melihat logistik lebih sebagai persoalan intern masing-masing perusahaan, dan pemecahannya dititikberatkan pada pemecahan secara intern di perusahaan masing-masing. Dalam konsep baru ini, masalah logistik dilihat sebagai masalah yang lebih luas yang terbentang sangat panjang sejak dari bahan dasar sampai barang jadi yang dipakai konsumen akhir, yang merupakan mata rantai penyediaan barang. Eltram (1991) mefinisikan SCM sebagai pekatan integratif dalam menangani masalah perencanaan dan pangawasan aliran material dari pemasok sampai ke pengguna akhir. Pekatan ini ditujukan untuk pengelolaan dan pengawasan hubungan saluran distribusi secara kooperatif untuk kepentingan semua pihak yang terlibat, untuk mengefisienkan penggunaan sumberdaya dalam mencapai tujuan kepuasan konsumen rantai pasokan. Supply Chain Management atau rantai pengadaan adalah suatu sistem tempat organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggan. Rantai ini juga merupakan jaringan dari berbagai organisasi yang saling berhubungan yang mempunyai tujuan yang sama, yang sebaik mungkin menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang tersebut (Djokopranoto 2002). Prinsip utama dalam SCM ialah menciptakan sinkronisasi aktivitas-aktivitas yang beragam dan membutuhkan pekatan holistik. Prinsip mengintegrasikan aktivitas-aktivitas dalam supply chain ialah untuk menciptakan sebuah resultan yang besar bukan hanya bagi tiap anggota rantai, tetapi bagi keseluruhan sistem (Zabidi 2001). Supply chain tidak hanya meliputi manufaktur dan pemasok, tetapi juga transportasi, penggudangan, retailer, dan konsumen itu siri. Tujuan utama SCM adalah memuaskan kebutuhan pelanggan, bagi perusahaan adalah untuk mapatkan keuntungan. Aktivitas supply chain dimulai dari permintaan konsumen (consumen order) dan berakhir ketika pelanggan atau konsumen telah terpuaskan (Chopra dan Meindl 2004). SCM melakukan penyerahan/pengiriman produk secara tepat waktu demi memuaskan konsumen, mengurangi biaya, meningkatkan segala hasil dari seluruh rantai pasok (bukan hanya satu perusahaan), mengurangi waktu, memusatkan kegiatan perencanaan dan distribusi. Keunggulan kompetitif dari SCM adalah mampu me-manage aliran barang atau produk dalam satu rantai suplai. Dengan kata lain, model SCM mengaplikasikan bagaimana suatu jaringan kegiatan produksi dan distribusi dari suatu perusahaan dapat bekerja bersama-sama untuk memenuhi tuntutan konsumen. Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2002), hubungan organisasi dalam rantai pasokan adalah sebagai berikut : 1. Rantai 1 adalah pemasok. Jaringan bermula dari sini, yang merupakan sumber penyedia bahan pertama, dimana mata rantai penyaluran barang akan dimulai. Bahan pertama ini bisa berbentuk bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, bahan dagangan, dan suku cadang. Jumlah pemasok bisa banyak atau sedikit. 2. Rantai 1-2 adalah pemasok manufaktur. Manufaktur yang melakukan pekerjaan membuat, memfabrikasi, meng-assembling, merakit, mengonversi, ataupun menyelesaikan barang. Hubungan dengan mata rantai pertama ini sudah mempunyai potensi untuk melakukan penghematan. Misalnya, inventori bahan baku, bahan setengah jadi, dan bahan jadi yang berada di pihak pemasok, manufaktur, dan tempat transit merupakan target penghematan ini. Penghematan sebesar 40-60% bahkan lebih dapat diperoleh dengan menggunakan konsep supplier partnering. 3. Rantai adalah pemasok manufaktur distributor. Barang yang sudah jadi dari manufaktur disalurkan kepada pelanggan. Walaupun tersedia banyak cara untuk menyalurkan barang kepada pelanggan yang umum ialah melalui distributor dan ini biasanya ditempuh dengan supply chain. Barang dari pabrik melalui gudangnya disalurkan ke gudang distributor atau 5

22 pedagang besar dalam jumlah besar dan pada waktunya nanti pedagang besar menyalurkan dalam jumlah yang lebih kecil kepada pengecer. 4. Rantai adalah pemasok manufaktur distributor ritel. Pedagang besar biasanya mempunyai fasilitas gudang siri atau dapat juga menyewa pihak lain. Gudang ini digunakan untuk menimbun barang sebelum disalurkan lagi ke pihak pengecer. Pada rantai ini bisa dilakukan penghematan dalam bentuk inventori dan biaya gudang dengan cara melakukan desain kembali pola-pola pengiriman barang baik dari gudang manufaktur maupun ke toko pengecer. 5. Rantai adalah pemasok manufaktur distributor ritel pelanggan. Pengecer menawarkan barangnya kepada pelanggan atau pembeli. Mata rantai pasokan baru benar-benar berhenti ketika barang tiba pada pemakai langsung. Perkembangan sistem yang semakin maju mempengaruhi cara mengoptimalkan supply chain sehingga mencapai manfaat yang sesungguhnya. Terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan optimalisasi supply chain (Handoko 2003), yaitu : 1. Tuntutan pelanggan yang terus berkembang 2. Kekuasaan retailer yang semakin besar 3. Dilema dalam pencapaian optimalisasi 4. Kala dalam membangun kepercayaan 5. Kemitraan sebagai solusi 6. Teknologi informasi sebagai katalisator C. SALURAN DISTRIBUSI FISIK Menurut Kotler (1991) ruang lingkup aktivitas distribusi fisik meliputi pengolahan pesanan (order processing), penggudangan (warehousing), persediaan (inventory), dan pengangkutan (transportation). Distribusi fisik dari produsen ke konsumen dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Sebuah perusahaan dapat mistribusikan barangnya secara langsung kepada konsumen, selain itu bisa juga mistribusikan produknya melalui perantara. Cara distribusi yang umum dilakukan oleh perusahaan menggunakan beberapa kombinasi saluran distribusi adalah untuk mencapai segmen pasar yang berbeda. Saluran distribusi terdiri atas unit-unit organisasi yang melakukan fungsi pemasaran produk, yang meliputi pembelian, penjualan, transportasi, penyimpanan, sortasi, keuangan pasar, resiko pasar, dan pengumpulan informasi pemasaran (Douglas dan James 1993). Menurut Kotler (1991), saluran distribusi dapat dibedakan berdasarkan jumlah tingkatannya. Setiap perantara yang melakukan usaha menyalurkan barang kepada pembeli akhir membentuk suatu tingkat saluran. Beberapa bentuk tingkat distribusi barang dari produsen ke konsumen disajikan pada Gambar 1. Gambar 1. Saluran distribusi barang konsumen (Kotler 1991) Beberapa pertimbangan yang perlu dilakukan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam proses distribusi produk dalam memilih jenis dan jumlah saluran distribusi, yaitu pengawasan dalam pelaksanaan fungsi dari masing-masing pihak, kecepatan pengantaran produk dan komunikasi dengan konsumen yang diharapkan, dan biaya operasional distribusi produk (Douglas dan James 1993). 6

23 D. MANAJEMEN TRANSPORTASI Menurut definisi yang umum berlaku, manajemen transportasi adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh bagian transportasi atau unit dalam organisasi industri (manufacturing business and service) untuk memindahkan atau mengangkut barang atau penumpang dari suatu lokasi ke lokasi lain secara efektif dan efisien. Melalui adanya manajemen transportasi diharapkan dapat membuat pihak pengirim dan penerima barang atau penumpang memperoleh kepuasan. Pengalian operasi dan penggunaan teknik manajemen yang benar bertujuan agar dapat mencapai sasaran dari pelaksanaan suatu kegiatan. Fungsi manajemen transportasi menurut Nasution (2008) dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Menetapkan standar operasi dan perawatan semua bengkel (kalau ada) karaan bermotor dan menentukan persediaan bensin, bahan-bahan dan suku cadang karaan 2. Menetapkan standar biaya operasional, penyusunan staf, dan jasa-jasa penunjang 3. Menentukan karaan mana yang paling cocok untuk semua kebutuhan perusahaan dengan mempertimbangkan harga dan manfaat ekonomis 4. Membuat rencana penggantian dan penambahan karaan dengan menganalisa secara cermat biaya pengoperasian, kapasitas, dan umur karaan 5. Menjamin bahwa standar perawatan, pemeliharaan, perbaikan, dan jadwal ditaati sehingga karaan perusahaan selalu dalam kondisi efektif dilihat dari segi perbaikan mekanisnya 6. Dalam hal menyewa atau mencarter karaan luar, menjamin tercapainya standar prestasi dengan cara membina kerja sama dengan perusahaan jasa angkutan carteran yang terpercaya 7. Mengadakan hubungan erat dengan manajer perusahaan asuransi karaan tentang premi, klaim kecelakaan, dan sebagainya. Moda angkutan jalan raya merupakan moda yang biasa digunakan oleh perusahaan di dalam bidang transportasi dan distribusi produk ke konsumen. Karaan sebagai sarana pengangkutan yang dimiliki oleh perusahaan (PT. Saung Mirwan) terdiri atas beberapa jenis dengan karakteristik berbedabeda dan jumlahnya terdiri atas beberapa unit. Kajian yang lebih lengkap disajikan dalam bab transportasi bunga krisan selanjutnya. Moda angkutan jalan raya diartikan sebagai moda angkutan yang menggunakan karaan bermotor maupun tidak bermotor di jalan raya (Siregar 1990). Terdapat dua unsur pokok pengangkutan yaitu prasarana dan sarana. Unsur di dalam angkutan jalan raya adalah jalan raya dan karaan. Peningkatan daya angkut dan daya jelajah mengakibatkan peningkatan mutu jalan raya sesuai dengan tuntutan teknis karaan bermotor dan bertambahnya luas jaringan. E. PENYELESAIAN OPTIMASI TRANSPORTASI DENGAN LINEAR PROGRAMMING Optimasi adalah proses kolektif untuk mapatkan sekelompok keadaan yang diinginkan dalam mencapai suatu hasil terbaik berdasarkan kondisi yang ada. Ada banyak kasus optimasi model yang dibentuk dari sederetan data seringkali tidak berharga. Menurut Fewidarto (2000), hal ini terjadi karena data tidak akurat atau asumsi yang digunakan dalam menyusun model tidak tepat dan seringkali terlalu disederhanakan. Menurut Fewidarto (2000), beberapa hal penting di dalam optimasi yaitu sebagai berikut: 1. Tujuan Suatu masalah yang dikaji dengan analisa optimasi memiliki tujuan untuk memperbaiki sistem. Paling sedikit ada satu solusi yang ingin diperoleh. 2. Hubungan atau pengaruh Karakteristik dari suatu masalah memberi gambaran adanya suatu pengaruh yang saling berlawanan. Sebagai contoh, suatu proses dapat dilakukan oleh sejumlah besar karyawan dengan bayaran murah, namun sering dihasilkan produk dengan kualitas rah dan sulit dikalikan. Dari contoh tersebut tampak adanya pengaruh atas hubungan yang berlawanan antara bayaran (biaya) dengan kualitas (penerimaan). 3. Pembatas Pembatas-pembatas ini akan mempengaruhi pengaruh atau variabel dalam menghasilkan solusi terbaik. Terdapat dua cara yang digunakan untuk mengoptimalkan model yaitu dengan menggunakan program linier dan program non linier. Metode program linier dapat digunakan untuk merumuskan 7

24 masalah dengan jelas dengan menggunakan sejumlah informasi yang tersedia. Selanjutnya, menurut Siagian (1987), setelah masalah terumuskan dengan baik, maka langkah berikutnya adalah menerjemahkan masalah ini ke dalam bentuk model matematika. Metode transportasi adalah suatu teknik kuantitatif yang digunakan untuk menentukan cara menyelenggarakan transportasi dengan biaya seminimal mungkin. Persoalan transportasi melibatkan pengangkutan barang dari berbagai sumber dengan jumlah penawaran tetap ke tujuan tujuan tertentu dengan jumlah permintaan yang tetap pula dengan biaya serah mungkin (Russel dan Taylor 2003). Model transportasi merupakan salah satu bentuk khusus atau variasi dari program linier yang dikembangkan khusus untuk memecahkan masalah-masalah yang berhubungan dengan transportasi dan distribusi produk dari berbagai sumber (titik suplai) ke berbagai tujuan (titik permintaan). Ciri khusus dari suatu persoalan transportasi adalah : 1. Terdapat sejumlah sumber dan sejumlah tujuan tertentu 2. Kuantitas komoditas atau barang yang didistribusikan dari setiap sumber dan yang diminta oleh setiap tujuan, besarnya tertentu 3. Komoditas yang dikirim atau diangkut dari suatu sumber ke suatu tujuan besarnya sesuai dengan permintaan dan atau kapasitas sumber 4. Ongkos pengangkutan komoditas dari suatu sumber ke suatu tujuan besarnya tertentu Persoalan transportasi merupakan persoalan linier progamming. Misalnya ada m buah sumber (supply) dan n buah tujuan (demand). Masing-masing sumber mempunyai kapasitas a i, dengan i = 1, 2,..., m. Masing-masing tujuan membutuhkan komoditas sebanyak b j, dengan j = 1, 2,..., n. Jumlah satuan yang dikirimkan dari sumber i ke tujuan j adalah sebanyak X ij dengan ongkos pengiriman per unit adalah C ij. Dengan demikian, maka formulasi program liniernya sebagai berikut. m n Meminimumkan Z = C ij X ij i=1 j=1 Fungsi kala : n X ij = a i ; i = 1, 2,, m j=1 m X ij = b j ; j = 1, 2,, n (Supranto 2005) i=1 Z X ij C ij : fungsi tujuan (Rp) : jumlah satuan yang dikirimkan dari sumber i ke tujuan j (unit) : ongkos pengiriman per unit (Rp) F. ALGORITMA GENETIKA Algoritma genetika merupakan suatu penyelesaian permasalahan yang kompleks dengan menggunakan teori evolusi tiruan. Algoritma ini dapat mencari solusi minimum dan maksimum dari fungsi satu variabel bebas dengan representasi dasar atau biner. Untuk fungsi yang lebih kompleks atau lebih dari satu variabel bebas dapat menggunakan representasi float atau integer. Hal tersebut dilakukan untuk penyederhanaan sistem, karena gen biner akan menyebabkan besarnya ukuran kromosom (Basuki 2003). F.1 Prosedur Umum Algoritma Genetika Prosedur umum algoritma genetika adalah sebagai berikut : Langkah 1 : Pengkodean calon solusi dan set up beberapa parameter awal yaitu jumlah individu, probabilitas penyilangan dan mutasi, dan jumlah generasi maksimum Langkah 2 : t 0 {inisiasi awal} Pembangkitan acak sejumlah n kromosom pada generasi ke-0 Langkah 3 : Evaluasi masing-masing kromosom dengan menghitung nilai fitness Langkah 4 : Seleksi beberapa kromosom dari sejumlah n individu yang memiliki nilai fitness terbaik Langkah 5 : Rekombinasi kromosom terpilih dengan cara melakukan penyilangan (crossover) 8

25 dan mutasi (mutation) Langkah 6 : t t +1 Update jumlah generasi dan kembali ke langkah 2 sampai jumlah generasi maksimum tercapai Algoritma genetik melakukan pencarian pada sejumlah solusi fisibel dan direpresentasikan sebagai jumlah kromosom yang disebut populasi. Kromosom-kromosom dibangun secara acak dan berevolusi melalui beberapa generasi (iterasi) berurutan. Kromosom yang dihasilkan pada suatu generasi diharapkan lebih baik dari generasi sebelumnya. Kriteria penghentian (stopping criteria) dalam pencarian solusi optimal pada algoritma genetika dapat dilakukan dengan cara menentukan jumlah generasi maksimum, menentukan selisih nilai fitness rata-rata tertentu antara suatu generasi dengan generasi sebelumnya, dan menentukan tingkat keragaman (homogenitas) struktur kromosom. F.2 Representasi Kromosom Awal penerapan suatu algoritma genetika untuk memecahkan masalah optimasi, perlu adanya pengkodean sebagai variabel keputusan. Representasi kromosom yang pertama kali diperkenalkan oleh Holland (1975) adalah representasi string biner yaitu sebuah kromosom terdiri dari beberapa elemen yang disimbolkan dengan angka nol (0) dan satu (1). Representasi kromosom string biner dan string integer disajikan pada Gambar 2. F.3 Fungsi Fitness n (a) n (b) Gambar 2. Representasi kromosom (a) string biner dan (b) string integer Kromosom-kromosom pada setiap generasi dievaluasi dengan menggunakan alat ukur yang disebut dengan fungsi fitness. Nilai fitness suatu kromosom menunjukkan kualitas kromosom tersebut dalam suatu populasi. Bentuk fungsi fitness didefinisikan sesuai masalah yang akan diselesaikan. Menurut Chen et al. (2003) suatu fungsi fitness digunakan untuk memberikan ciri dan mengukur seberapa baik suatu solusi. F.4 Operator-Operator Algoritma Genetika Pencarian kromosom (solusi) baru pada populasi dilakukan dengan menggunakan operatoroperator genetika yang terdiri atas operator seleksi (selection), penyilangan (crossover), dan mutasi (mutation). F.4.1 Seleksi kromosom Seleksi adalah proses pemilihan beberapa kromosom induk bagi generasi berikutnya. Hal ini dilakukan setelah populasi awal terbentuk dan setiap kromosom dalam populasi dievaluasi dengan menghitung nilai fitnessnya. Proses seleksi kromosom menggunakan teknik roulette wheel yaitu teknik menyeleksi dengan distribusi probabilitas yang didasarkan pada nilai fitness. Kromosom terpilih kemudian akan direproduksi, hasilnya akan ditempatkan pada mating pool atau tempat berkumpulnya kromosom-kromosom induk yang mengalami persilangan dan mutasi. Menurut Michalewicz dan Schoenauer (1996), tahapan seleksi roulette wheel diawali dengan menghitung nilai fitness kromosom dan populasi lalu menghitung peluang kumulatif tiap kromosom, kemudian dipilih kromosom yang peluang kumulatif dan nilai fitness-nya tinggi. 9

26 F.4.2 Penyilangan kromosom Setelah proses pemilihan, langkah berikutnya adalah melakukan penyilangan terhadap pasangan-pasangan kromosom. Menurut Syarif dan Mitsuo (2003), penyilangan dikenal sebagai operator penggabungan ulang (recombination) yang paling utama dalam algoritma genetika. Penyilangan menukar informasi genetik antara dua kromosom induk yang terpilih dari proses seleksi untuk membentuk dua anak. Operator penyilangan bekerja pada sepasang kromosom induk untuk menghasilkan dua kromosom anak dengan menukarkan beberapa elemen (gen) yang dimiliki masingmasing. Operator penyilangan memiliki peluang penyilangan. Peluang penyilangan (Pc/crossover probability) adalah rasio antara jumlah kromosom yang diharapkan mengalami penyilangan dalam setiap generasi dengan jumlah kromosom total dalam populasi. Biasanya nilai Pc cukup tinggi berkisar antara Semakin tinggi nilai Pc menyebabkan semakin besar kemungkinan algoritma genetika mengeksplorasi ruang pencarian sekaligus mempercepat ditemukannya solusi optimum. Penentuan nilai Pc yang tepat sangat tergantung pada permasalahan yang dihadapi. F.4.3 Mutasi kromosom Operator mutasi merupakan operator tambahan yang berperan sangat besar dalam penentuan solusi yang optimum. Operasi akan menjadi sangat penting jika nilai fitness kromosom dalam populasi cerung sama atau sudah mencapai konvergen bias (premature convergen). Akibatnya, operator seleksi akan mengalami kesukaran memilih kromosom terbaik untuk dilakukan penyilangan. Dengan adanya operator mutasi, struktur suatu kromosom dapat dimodifikasi agar dihasilkan kromosom struktur baru yang memiliki nilai fitness lebih baik. Mutasi pada umumnya digunakan untuk mecegah adanya kehilangan informasi sehingga dilaksanakan dengan pertukaran informasi di dalam kromosom (Syarif dan Mitsuo 2003). Peluang mutasi (Pm) adalah rasio antara jumlah gen yang diharapkan mengalami mutasi pada setiap generasi dengan jumlah generasi total dalam populasi. Nilai Pm yang digunakan biasanya sangat kecil berkisar antara Diagram alir algoritma genetika disajikan pada Gambar 3. Algoritma genetika merupakan teknik optimasi yang digunakan di dalam penelitian ini untuk minimasi biaya pengiriman produk dalam rantai pasokannya. Algoritma genetika berbeda dengan teknik konvergensi konvensional yang lebih bersifat deterministik (Gen dan Cheng 1997). Sedangkan algoritma genetika bersifat stochastic. Metode pencarian nilai optimum klasik pada umumnya memanfaatkan kemiringan kurva asimptotis yang konvergen pada solusi yang diinginkan. Proses konvergensi dilakukan dengan mengevaluasi satu titik pada kurva asimptotis di setiap proses iterasinya. Pada proses iterasi selanjutnya, titik evaluasi tersebut digeser ke arah lembah/bukit yang diperkirakan akan menuju titik konvergen yang ada. Konvergen artinya bersifat menuju satu titik pertemuan atau bersifat memusat. Analisa titik per titik seperti ini dapat menghasilkan nilai yang benar hanya jika permasalahan yang sedang dianalisis memiliki titik ekstrim yang menjamin bahwa nilai optimum lokal jugamerupakan nilai optimum global. Sedangkan algoritma genetika melakukan proses pencarian nilai optimum pada beberapa titik secara bersamaan (satu generasi). Proses iterasi kemudian dilakukan dengan pekatan generasi ke generasi yang mengalami proses evolusi, tetapi jumlah anggota (chromosome) pada setiap generasi, yang merupakan kumpulan solusi, umumnya dipertahankan tetap. Perbedaan algoritma genetika dengan teknik pencarian dan optimasi konvensional menurut Goldberg (1989) sebagai berikut : 1. Algoritma genetika bekerja pada sekumpulan calon solusi yang telah dikodekan, bukan pada solusi itu siri. Ruang pencarian (search space) pada algoritma genetika dapat didiskritkan, meskipun fungsi obyektifnya berupa fungsi kontinyu karena bekerja dengan pengkodean variabel solusi. Keuntungan menggunakan variabel diskrit adalah tidak memerlukan usaha tambahan seperti pencarian gradien pada fungsi kontinyu, sehingga algoritma genetika dapat diterapkan untuk optimasi di berbagai jenis fungsi dan bidang aplikasi. 2. Algoritma genetika melakukan pencarian nilai optimum pada sekumpulan calon solusi secara paralel atau pada suatu populasi buka pada suatu titik. Teknik pencarian pada teknik optimasi konvensional dilakukan hanya pada satu titik tunggal. Titik ini kemudia diperbaiki perlahanlahan dengan arah menaik (fungsi maksimasi) atau menurun (fungsi minimasi) melalui sejumlah iterasi hingga ditemukan solusi optimum. Teknik seperti ini sering terjebak ke dalam solusi optimum lokal. 10

27 Mulai Representasi solusi ke dalam kromosom Inisialisasi (Initialitation) Evaluasi (Evaluation) Selesai (Terminate)? Selesai Seleksi (Selection) Penyilangan (Crossover) Mutasi (Mutation) Evaluasi (Evaluation) Perbaikan (Repair) Penggantian (Replacement) Gambar 3. Diagram alir algoritma genetika (Wang 1999) 3. Algoritma genetika secara langsung memanfaatkan fungsi tujuan atau fungsi fitness, bukan fungsi turunannya. Teknik optimasi konvensional membangun deretan yang dimaksud berdasarkan gradien (turunan) fungsi tujuan atau fungsi kala untuk memperbaiki solusi tunggal. Algoritma genetika tidak memerlukan informasi atau asumsi demikian. Akan tetapi hanya memerlukan informasi nilai fungsi tujuan, fungsi kala dan memperbaiki sekumpulan solusi fisibel dengan operator-operator genetika, yang pada akhirnya diharapkan dapat menghasilkan solusi optimum. 4. Algoritma genetika bekerja dengan menggunakan aturan probabilistik bukan aturan deterministik. Operator-operator dalam pengoperasian algoritma genetika seperti operator seleksi, penyilangan atau mutasi bekerja menggunakan aturan probabilistik atau pemilihan secara acak. G. PENELITIAN TERDAHULU Nurhayati (1999) melakukan penelitan mengenai studi jaringan distribusi komoditas sayuran produk Cipanas. Studi jaringan yang dibahas meliputi potensi pasar, merencanakan jaringan distribusi 11

28 komoditas sayuran yang potensial secara efisien dan menentukan lokasi gudang serta analisis biaya transportasi. Penelitian mengenai analisis efisiensi rantai pasokan komoditas bawang merah pada studi kasus di Kotamadya Bogor dilakukan oleh Novianti (2007). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengelolaan rantai pasokan bawang merah di Bogor dan mengefisiensikan rantai pasokan tersebut. Secara umum pola rantai pasokan bawang merah di Kota Bogor dimulai dari pengirim dari luar daerah dan grosir pasar induk Cibitung yang menyediakan bawang merah untuk kemudian disalurkan ke pedagang besar di pasar induk Kemang dan Pasar Baru Bogor. Pedagang pengencer yang berada di pasar-pasar tradisional di Kota Bogor membeli bawang merah dari pedagang besar dan menjual kembali ke konsumen rumah tangga. Industri-industri pengolahan yang menggunakan bawang merah sebagai bahan bakunya mapatkan komoditas tersebut dari pedagang besar di pasar induk Kemang. Hani (2007) melakukan penelitian mengenai analisis rantai pasokan buah kelapa di Bogor. Anggota primer yang terlibat adalah Pedagang Antar Wilayah (PAW), pedagang besar, pedagang eceran dan konsumen yang termasuk industri. Anggota sekundernya yaitu lembaga jasa trasnportasi, pedagang kemasan, pedagang mesin pemarut dan pemeras santan serta penyedia bahan bakar mesin tersebut. PAW memasok kelapa dari tiga wilayah yaitu Banten, Tasikmalaya-Ciamis, dan Lampung yang kemudian dipasarkan ke pedagang besar di pasar Baru Bogor, pasar Kebon Kembang, pasar Sukasari, pasar Merdeka, dan pasar Jambu Dua. Kelapa diangkut dengan menggunakan truk-truk sampai ke pedagang besar, ada yang langsung dijual dan ada pula yang menjual kepada pengecer dalam satu pasar maupun berlainan pasar. Optimasi model rantai pasokan agroindustri Cocodiesel dengan menggunakan algoritma genetika (Andria 2007). Penelitian ini bertujuan untuk meminimalkan biaya yang dihasilkan pada sistem rantai pasokan produk tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan beberapa kasus rantai pasokan yang selanjutnya dicari solusinya yang minimum pada suatu generasi yang menggambarkan biaya yang seminimal mungkin. Feifi (2008) melakukan penelitian mengenai kajian rantai pasokan pada produk dan komoditas kedelai Edamame. Penelitian yang dilakukan di PT Saung Mirwan ini bertujuan untuk melakukan kajian mekanisme rantai pasok produk dan komoditas kedelai Edamame, menganalisis nilai tambah setiap anggota rantai pasok, menganalisis kinerja manajemen rantai pasok, serta memberikan strategi peningkatan kinerja mitra tani dan manajemen rantai pasok. Pola aliran rantai pasok dimulai dari petani sebagai produsen Edamame, kemudian komoditas dikirim ke perusahaan untuk dikemas. Selajutnya produk yang sudah jadi didistribusikan ke konsumen. Berdasarkan analisis SWOT yang dilakukan, posisi mitra tani sebagai pemasok utama ke PT Saung Mirwan berada pada kuadran III, dimana mitra tani harus mengubah strategi untuk meningkatkan kinerja. Kualitas Edamame dan keahlian petani sudah sangat baik, hanya saja perlu mengatasi kelemahan yang ada, diantaranya kala waktu dan distribusi. Oleh karena itu, diperlukan pemanfaatan peluang untuk dapat selalu memenuhi kebutuhan konsumen dengan tepat waktu dan biaya yang seminimal mungkin. Syafi (2009) melakukan penelitian mengenai peningkatan kinerja manajemen rantai pasokan bunga krisan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji model rantai pasokan bunga krisan, mengidentifikasi hambatan pada pengembangan rantai pasokan bunga krisan, serta memberikan usulan praktek terbaik pada penerapan manajemen pasokan tersebut di lapangan, merancang dan merekomasikan usulan peningkatan kinerja manajemen rantai pasokan bunga krisan. Hasil pengkajian fenomena model rantai pasokan bunga krisan di lingkungan petani dan perusahaan, tedapat kecerungan bahwa struktur model rantai pasokannya dipengaruhi oleh kualitas bunga yang diperdagangkan. Perbedaan kualitas bunga tersebut morong timbulnya segmensegmen pasar tertentu bagi masing-masing model rantai pasokan. Hal tersebut tentu merupakan modal yang baik untuk mewujudkan rantai pasokan yang efisien namun demikian dalam pelaksanaannya masih terdapat banyak hambatan dan kala. Beberapa hambatan yang teridentifikasi yaitu pembiayaan kepada petani yang tidak lancar, biaya transportasi yang tinggi, arus informasi yang tidak lancar, kerjasama antar pelaku yang masih kurang, ketidakpastian pasokan, dan birokrasi yang sulit. Selain menyebabkan pengembangan rantai pasokan yang terhambat, juga menyebabkan mekanisme rantai pasokannya menjadi tidak lancar. Untuk itu, dirumuskan beberapa rekomasi yang diharapkan mampu memecahkan masalah yang ada. Rekomasi-rekomasi tersebut meliputi kolaborasi antar anggota rantai pasokan, optimalisasi peran kelembagaan, revitalisasi sistem pelelangan bunga, peningkatan performa 12

29 komponen rantai pasokan, pengembangan sistem informasi, dan peningkatan kinerja internal rantai pasokan perusahaan. Analisis peningkatan kinerja manajemen rantai pasokan di PT Saung Mirwan, teridentifikasi beberapa inefisiensi yang terjadi baik itu pada aliran material (material flow) maupun aliran informasi dan kerja (work and information flow). Inefisiensi-inefisiensi tersebut meliputi perencanaan penjualan yang lemah, manajemen supplier yang lemah, ketidakpastian informasi, dan distribusi yang tidak optimal. Untuk mengatasi itu, maka dirumuskan beberapa praktek terbaik (best practice) yang dapat diterapkan agar mampu meningkatkan kinerja manajemen rantai pasokan perusahaan dan mengeliminasi inefisiensi-inefisiensi tersebut. Best practice tersebut meliputi kolaborasi planning, membangun kemitraan (partnership), menerapkan manajemen transportasi, mengembangkan Enterprise Information System, menerapkan Customer Relationship Management, dan membuat divisi kemitraan. Penerapan best practice tersebut dapat meningkatkan kinerja manajemen rantai pasokan PT Saung Mirwan. Peningkatan ini dapat dilihat pada performa reliabilitas rantai pasokan, responsivitas rantai pasokan, dan fleksibilitas rantai pasokannya yang meliputi peningkatan metrik pemenuhan pesanan sempurna sebesar 45%, metrik waktu fleksibilitas rantai pasok atas lebih cepat empat hari, dan metrik penyesuaian rantai pasok atas yang mencapai 70%. Mayangsari (2009) melakukan penelitian mengenai kajian jaringan transportasi multimoda manajemen rantai pasokan produk tomat dan paprika di Jawa Barat. Anggota primer rantai pasokan komoditas tomat dan paprika terdiri atas petani (mitra tani dan mitra beli), perusahaan hortikultura dan pelanggan (retailer, hotel dan restoran) sedangkan anggota sekundernya terdiri atas berbagai elemen yang menyediakan barang-barang pukung untuk kegiatan produksi seperti penyedia kemasan, bibit, label, dan pupuk. Aliran rantai pasokan tomat dan paprika dibedakan menjadi aliran rantai pasok di pasar tradisional dan modern. Pada aliran rantai pasok tradisional, petani masih belum mapatkan keuntungan yang layak untuk hasil panennya sedangkan di pasar modern, petani cukup mapatkan keuntungan karena untuk proses produksi dibantu oleh perusahaan mitra dan hasil produksi dibeli langsung oleh perusahaan. Beberapa resiko yang terjadi dalam transportasi adalah produk susut karena belum adanya karaan berpingin, penanganan di area loading yang tidak benar, belum digunakannya kemasan yang sesuai dengan produk dan penumpukan produk yang salah. Beberapa hal tersebut akan mengakibatkan produk dalam transportasi mengalami penurunan kualitas dan kuantitas. Penelitian menghasilkan program optimasi transportasi dengan menggunakan algoritma genetika cukup efisien dalam menemukan solusi minimum dari pemilihan rantai pasok sayuran. Penelitian ini mengkaji jaringan transportasi dalam manajemen rantai pasokan bunga krisan, studi kasus di PT. Saung Mirwan, Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji mekanisme rantai pasok produk krisan yang dihasilkan perusahaan, mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh dalam distribusi bunga krisan serta memilih dan merekomasikan jenis transportasi dalam distribusi bunga krisan sesuai dengan jumlah permintaan dan kapasitas armada yang dimiliki serta minimisasi biaya pengiriman. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Mayangsari adalah fokus pada kajian transportasi manajemen rantai pasokan produk hortikultura dan menggunakan teknik optimasi algorithm genetic untuk meminimisasi biaya pengiriman. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian Mayangsari terdapat pada cara pengkajian transportasi rantai pasokan produk dan unsur biaya transportasi atau biaya pengiriman produk. Pada penelitian Mayangsari, pengkajian transportasi rantai pasokan produk dilakukan pada wilayah Jawa Barat menggunakan semua moda transportasi yang ada seperti motor, box berpingin, pick up dan truk sedangkan pada penelitian ini karena studi kasus dalam suatu perusahaan maka hanya menggunakan jumlah dan moda transportasi yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Mayangsari dalam penelitiannya menghitung biaya transportasi berdasarkan biaya operasional karaan, biaya bahan bakar, dan biaya kerusakan produk. Sedangkan pada penelitian ini biaya transportasi bersumber dari biaya operasional dan biaya kerusakan produk. Hal ini dilakukan karena pada perusahaan biaya bahan bakar telah mencakup di dalam biaya operasional karaan. 13

30 A. KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI PENELITIAN Produksi bunga krisan yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun memberikan kontribusi yang positif kepada petani dalam peningkatan kesejahteraan mereka. Rantai pasokan komoditas bunga krisan sebagaimana komoditas hortikultura yang lain belum efisien sehingga keuntungan dan resiko yang diterima setiap anggota rantai pasokan masih tinggi. Rantai pasokan yang panjang dan terbagi-bagi juga dapat menyebabkan kerusakan secara fisik pada produk segar karena akan terjadi penyusutan. Sebagaiamana layaknya komoditas hortikultura, bunga krisan merupakan bahan yang mudah rusak. Kerusakan tersebut bisa meliputi kerusakan mekanis, fisik dan mikrobiologis. Kerusakan ini menimbulkan susut jumlah barang saat pistribusian produk. Produk yang sedang didistribusikan akan mengalami penurunan kualitas dan kuantitas. Jarak yang semakin jauh akan meningkatkan kerusakan yang diakibatkan pada produk. Hal ini tentu akan menurunkan keuntungan yang diperoleh perusahaan. Konsep Supply Chain Management (SCM) melihat pekatan masalah logistik sebagai masalah yang luas mulai dari bahan baku hingga produk jadi yang digunakan konsumen akhir sebagai satu rantai aliran produk. Tujuan SCM adalah membuat seluruh anggota rantai pasokan menjadi efisien dan efektif, minimisasi total biaya sistem pada pengadaan bahan baku, transportasi dan distribusi, inventori dari produk jadi. Prinsip utama dalam SCM ialah menciptakan sinkronisasi aktivitas-aktivitas yang beragam dan membutuhkan pekatan holistik. Penelitian ini menekankan permasalahan SCM yaitu pemodelan rantai pasokan untuk mengoptimasi total biaya transportasi rantai pasokan produk krisan dengan mencari jenis dan jumlah karaan yang menghasilkan biaya pengiriman minimum. Model rantai pasokan dikembangkan berdasarkan model transportasi dan distribusi yang bersifat integer linear progamming, dengan fungsi tujuan yaitu minimisasi biaya. Kala yang dimasukkan dalam permodelan meliputi kapasitas produsen, konsumen, dan jumlah dan kapasitas armada yang digunakan serta kala waktu. Variabel keputusan yang ingin diperoleh adalah jenis dan jumlah armada yang dapat meminimisasi biaya pengiriman produk dari perusahaan menuju lokasi kosumen. Optimasi di dalam jaringan transportasi menghasilkan kombinasi armada yang paling optimal yang akan menghasilkan biaya terah. Model jaringan transportasi ini merupakan model yang kompleks karena mempertimbangkan beberapa parameter dalam rantai pasok. Oleh karena itu, teknik yang paling baik digunakan untuk optimasi adalah teknik Algoritma Genetika. Algoritma genetika adalah suatu teknik pencarian dan optimasi global yang efektif dan efisien yang kerjanya meniru prisip evolusi dan mekanisme biologi genetika. Algoritma menjanjikan perolehan solusi yang optimum atau mekati optimum global dan adaptif terhadap permasalahan yang dihadapi. Penelitian ini terbatas mengkaji mengenai aliran massa produk, kualitas produk dipengaruhi susut selama proses pistribusian, jaringan transportasi pengiriman, biaya yang dibutuhkan tiap jenis karaan, dan waktu yang dibutuhkan tiap pengiriman ke lokasi-lokasi konsumen. Diagram alir kerangka pikir penelitian disajikan pada Gambar 4. 14

31 Mulai Penentuan Lokasi dan Judul Penelitian Studi Pustaka Identifikasi Masalah Perumusan Masalah Tujuan penelitian Pengumpulan Data Data- data yang bersifat kualitatif 1. Nama dan lokasi supplier, fasilitas, dan pasar yang potensial 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi susut pengiriman 3. Jenis-jenis transportasi yang menghubungkan antara supplier, perusahaan dan pasar Data-data yang bersifat kuantitatif 1. Jumlah karaan yang digunakan 2. Lama waktu pengiriman 3. Biaya tiap pengiriman komoditas 4. Jumlah jalur yang digunakan 5. Jumlah komoditas yang dikirim - Wawancara - Kuisioner - Pengamatan langsung - Diskusi Analisis Data Analisis Data Deskriptif Analisis Data Transportasi Mekanisme Rantai Pasokan dan Distribusi Analisis Alokasi Biaya dan Pemodelan Transportasi Optimasi Pemilihan Jenis dan Jumlah Karaan Menggunakan Genetic Algorithm Biaya transportasi minimum Selesai Gambar 4. Diagram alir kerangka pikir penelitian 15

32 B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian mengenai analisis transportasi manajemen rantai pasok ini akan dilakukan dari bulan Maret sampai September Penelitian akan dilakukan pada perusahaan PT. Saung Mirwan, salah satu perusahaan agribisnis yang cukup besar di Jawa Barat dan beberapa lembaga yang terkait pada rantai pasokan komoditas dan produk bunga krisan seperti para petani mitra, distributor ataupun retailer serta agen ekspor. C. TATA LAKSANA Pelaksanaan penelitian melalui tahap-tahap berikut : 1. Mengidentifikasi masalah Identifikasi merupakan langkah pertama yang harus dilakukan agar masalah yang dibahas pada penelitian ini menjadi lebih jelas dan terarah sehingga diperoleh penyelesaian masalah yang tepat. 2. Studi pustaka Studi pustaka digunakan untuk mempelajari konsep Supply Chain Management dan teknikteknik optimasi transportasi dan distribusi supply chain dengan algoritma genetika. 3. Penetapan tujuan penelitian Menentukan tujuan penelitian untuk menjadikannya sebagai acuan terhadap hasil akhir penelitian. 4. Perumusan masalah Menjabarkan kembali inti permasalahan ke dalam suatu lingkup permasalahan yang teridentifikasi. 5. Perancangan model Perancangan suatu model yang dapat menyatukan berbagai kebutuhan komponen dan aktivitas dari transportasi dan distribusi supply chain sesuai setelah memahami permasahan yang ada. Tahaptahap perancangan model transportasi terdiri atas : a. Menetapkan asumsi-asumsi Sebelum perancangan model, asumsi-asumsi yang digunakan terdiri atas pemasok, karaan, dan produk. Pemasok Perusahaan yang menjadi pemasok produk bunga krisan adalah PT. Saung Mirwan yang memasok bunga kepada konsumen yang terletak di daerah Cipanas, Bogor, Jakarta, dan Bandung. PT. Saung Mirwan diasumsikan mengirimkan produk ke konsumen yang terletak di Cipanas, Bogor, Jakarta dan Bandung dan perusahaan mampu memenuhi semua permintaan konsumen bunga. Karaan Karaan yang digunakan dalam distribusi produk ke lokasi konsumen adalah karaan milik perusahaan, yaitu mobil L300, mobil box engkle dan mobil box double. Masing-masing alat angkutan tersebut memiliki spesifikasi kapasitas, kebutuhan bahan bakar sehingga biaya yang ditimbulkan masing-masing karaan berbeda. Dalam model transportasi rantai pasok ini diasumsikan bahwa alat transportasi yang digunakan terdiri atas tiga jenis karaan yaitu L300, mobil box engkle dan mobil box double sesuai dengan yang dimiliki oleh perusahaan. Jumlah unit karaan yang dimiliki oleh perusahaan adalah 1 unit L300, 6 unit mobil box engkle dan 4 unit mobil box double. Kondisi semua karaan diasumsikan baik dan layak digunakan. Selain itu, jalan raya yang akan dilalui oleh karaan juga diasumsikan layak untuk pengiriman. Asumsi pengiriman bunga dari perusahaan sampai di lokasi konsumen dalam hitungan hari, transportasi dihitung hanya sekali jalan. Produk Produk yang dikirim oleh perusahaan terdiri atas bunga potong, bibit krisan unrooted cutting dan rooted cutting. Produk diasumsikan bersifat homogen, artinya dalam satu karaan hanya terdapat satu varietas. Namun setiap karaan boleh berbeda varietas. Hal ini bertujuan untuk memudahkan penghitungan harga produk per karaan. b. Penentuan variabel keputusan Variabel keputusan adalah jumlah dan jenis karaan (n) yang akan digunakan untuk pengiriman sejumlah tertentu produk dari perusahaan sesuai dengan permintaan konsumen. 16

33 c. Penentuan fungsi tujuan Fungsi bertujuan untuk meminimalkan total biaya transportasi. Rincian biaya transportasi produk sesuai dengan yang digunakan perusahaan terdiri atas : 1) Biaya operasional setiap karaan pada setiap tujuan pengiriman (bo) Biaya operasional telah mencakup biaya bahan bakar, biaya tol, biaya parkir dan lain-lain. 2) Biaya kerusakan produk (bk) bk = % kerusakan produk x total harga produk yang diangkut masing-masing karaan (Rp) x jumlah karaan yang dipakai (unit) B1, B2, B3 = bo + bk Fungsi tujuan model transportasi yang digunakan dirumuskan sebagai berikut. Min Z = n 1 (B1) + n 2 (B2) + n 3 (B3) dimana : n 1, n 2, n 3 = jumlah karaan yang digunakan B1, B2, dan B3 = Total biaya yang dikeluarkan untuk penggunaan masing-masing karaan (Rp). d. Identifikasi kala-kala Kala-kala yang terkait dengan model transportasi ini adalah jumlah karaan, kapasitas karaan dan waktu kirim produk. Jumlah karaan yang dimiliki oleh perusahaan yaitu 11 unit yang terdiri atas 1 unit mobil L300, 6 unit mobil box engkle, dan 4 unit mobil box double. Kapasitas untuk masing-masing karaan berbeda. Sedangkan untuk waktu kirim perusahaan tidak boleh lebih besar daripada waktu hidup produk. Karena produk yang dikirim adalah produk pertanian segar jika sudah melewati waktu hidupnya maka produk dapat rusak sampai di tangan konsumen. Kala-kala model transportasi dalam rantai pasok bunga krisan ini dirumuskan sebagai berikut : 1) Jumlah karaan n 1 1, n 2 6, n 3 4 dimana: 1 : karaan jenis L300 2 : karaan jenis engkle 3 : karaan jenis double n : jumlah karaan yang tersedia (unit) 2) Kapasitas karaan K 1.n 1 + K 2.n 2 + K 3.n 3 D untuk setiap i (jenis karaan) dimana: 3) Waktu kirim produk tk < tp dimana: K : kapasitas masing-masing karaan yang digunakan (batang, kardus) D : jumlah permintaan konsumen (batang, kardus) tk : waktu kirim produk dari perusahaan ke tujuan (hari) tp : waktu hidup produk (hari) Waktu hidup produk menurut bagian produksi dan hasil penelitian Puslitbang Hortikultura adalah 3 hari untuk produk bibit dan 12 hari untuk bunga potong krisan. Yang dimaksud dengan waktu hidup adalah waktu saat produk masih berada dalam kondisi baik (segar dan tidak membusuk). e. Penyusunan model Setelah mengidentifikasi variabel keputusan, fungsi tujuan, dan kala-kala maka dihasilkan model transportasi rantai pasok bunga krisan sebagai berikut. Min Z = n 1 (B1) + n 2 (B2) + n 3 (B3) dengan kala : K 1.n 1 + K 2.n 2 + K 3.n 3 D n 1 1, n 2 6, n 3 4 tk < tp i R Setelah model transportasi telah disusun maka model diaplikasikan di dalam program optimasi menggunakan teknik Genetic Algorithm. Fungsi fitness yang akan digunakan dalam 17

34 algoritma genetika adalah fungsi tujuan pada model transportasi yang telah disusun. Fungsi tujuan untuk meminimumkan biaya transportasi maka nilai fitness yang optimum adalah nilai yang paling kecil. Variabel keputusan jenis dan jumlah karaan direpresentasikan ke dalam kromosom string biner yang terdiri atas tiga buah gen. Tiga buah gen masing-masing adalah jumlah mobil L300, mobil box engkle, dan mobil box double. Tampilan output program yang dibuat disajikan pada Gambar 5. L300 engkle double n 1 n 1 n 1 Keterangan : n 1 = jumlah mobil L300 n 2 = jumlah mobil box engkle n 3 = jumlah mobil box double Gambar 5. Tampilan output program yang dibuat Di dalam algoritma genetika dilakukan perhitungan kapasitas angkut karaan yang tersedia dalam perusahaan dalam memenuhi permintaan konsumen sesuai dengan jumlah karaan yang tersedia dalam perusahaan. Kala waktu kirim (tk) harus lebih kecil daripada waktu hidup (tp) dalam algoritma genetika diterapkan dengan menciptakan error dialog dimana sebelumnya dilakukan perhitungan waktu tempuh karaan oleh algoritma genetika. Output jenis dan jumlah karaan harus sesuai dengan jenis dan jumah karaan yang tersedia di perusahaan. Diagram alir algoritma genetika pemilihan jenis dan jumlah karaan yang meminimisasi biaya pengiriman produk krisan di PT. Saung Mirwan disajikan pada Gambar Pengamatan langsung Pengamatan langsung dilakukan untuk mengidentifikasi anggota yang terkait pada rantai pasokan dan mengetahui bagaimana mekanisme rantai pasokan produk bunga krisan yang sudah ada dan termasuk mengenai aliran massa komoditas, kualitas produk yang dipengaruhi oleh susut selama proses produksi, penyimpanan, pengadaan, pengalian dan penyaluran komoditi. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab susut, penentuan alokasi distribusi dan transportasi dengan perhitungan integer linear progamming. 7. Pengumpulan data dan informasi Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait. Jenis data yang diperoleh yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari pengamatan langsung, kuisioner dan wawancara sedangkan data sekunder diperoleh dari pihak-pihak di luar anggota rantai pasokan. Responden yang diperlukan dalam penelitian ini adalah para petani (kelompok petani bunga krisan), bagian pemasaran mencakup agen ekspor, produksi, pengadaan, distribusi, kemitraan, personalia, keuangan dan retailer (sebagai konsumen). Teknik wawancara yang akan dilakukan adalah teknik wawancara individual, dimana pewawancara memberikan pertanyaan yang terstruktur kepada beberapa responden. 8. Analisa data Analisa data deskriptif Analisa ini merupakan suatu metode analisa yang digunakan untuk memperoleh gambaran secara malam dan objektif mengenai mekanisme rantai pasok dan distribusi komoditas bunga krisan yang dihasilkan oleh perusahaan. Analisa data transportasi Analisa yang dilakukan untuk penentuan alokasi biaya transportasi dan pemodelan transportasi yang sesuai dengan yang ada di lingkungan perusahaan dan anggota rantai pasokan bunga yang lain. Model transportasi yang dibuat bertujuan untuk meminimasi biaya transportasi yaitu dengan cara melakukan optimasi pemilihan jenis dan jumlah karaan yang dibutuhkan untuk pengiriman produk dari perusahaan ke lokasi pembeli. Output model yang dihasilkan diverifikasi dengan data yang ada di lapangan yang sebelumnya digunakan oleh perusahaan untuk menentukan apakah model yang dihasilkan dapat diterapkan atau tidak. 18

35 9. Penarikan kesimpulan Kesimpulan diperoleh dari hasil analisa mengenai transportasi dan alokasi distribusi agar biaya distribusi dapat ditekan, waktu pengiriman dapat dioptimalkan dan sesuai dengan kapasitas angkutan yang dimiliki. Mulai Representasi jumlah dan jenis karaan ke dalam kromosom Inisialisasi populasi Evaluasi nilai fitness Apaka kromosom optimum telah ditemukan? Tidak Ya Selesai Seleksi kromosom induk (jumlah dan jenis karaan) Penyilangan (Pc 0.9) Mutasi (Pm 0.2) Evaluasi anak hasil persilangan dan mutasi berdasarkan fungsi fitness Perbaikan Penggantian Gambar 6. Diagram alir algoritma genetika pemilihan jenis dan jumlah karaan yang meminimisasi biaya pengiriman produk krisan di PT. Saung Mirwan 19

36 IV. MODEL RANTAI PASOKAN KRISAN A. STRUKTUR JARINGAN RANTAI PASOKAN A.1 Anggota Rantai Pasokan dan Aliran Komoditas Anggota rantai pasokan meliputi semua perusahaan dan organisasi yang berhubungan dengan perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung melalui pemasok atau pelanggannya dari point of origin hingga point of consumption. Terdapat dua jenis anggota rantai pasokan yaitu anggota primer dan sekunder. Anggota primer adalah semua unit bisnis strategik yang benar-benar menjalankan aktivitas operasional dan manajerial dalam proses bisnis yang dirancang untuk menghasilkan keluaran tertentu bagi pelanggan atau pasar. Sedangkan anggota sekunder adalah perusahaan-perusahaan yang menyediakan sumber daya, pengetahuan, utilitas atau aset-aset bagi anggota primer. Menurut Miranda dan Amin (2006), the point of origin adalah titik dimana tidak ada pemasok primernya, sedangkan point of consumption adalah titik dimana tidak ada pelanggan utama. Anggota rantai pasokan bunga krisan yang melibatkan PT. Saung Mirwan merupakan rantai pasokan untuk bunga yang berkualitas baik. Bunga krisan yang dihasilkan oleh perusahaan merupakan bunga yang sebagian besar berkualitas baik. Bunga yang berkualitas baik dikenal dengan bunga grade A dan grade AA, sedangkan bunga yang berkualitas sedang dan rah dikenal dengan bunga grade B, grade C, dan grade D. Untuk bunga yang tidak berkualitas baik maka melibatkan pasar bunga sebagai salah satu anggota rantai pasokan. Bunga yang dijual ke pasar bunga akan digabungkan dengan bunga yang berasal dari para petani bunga. Kualitas bunga yang berasal dari petani bunga lebih rah daripada bunga yang dihasilkan oleh perusahaan karena kurangnya pengetahuan dan faktor produksi seperti bibit, pupuk, pestisida, lahan dan lain-lain. Daftar anggota dalam rantai pasokan bunga krisan dapat dilihat pada Tabel 3. Perusahaan menjual produk krisan yang dihasilkannya kepada agen luar negeri, agen dalam negeri dan pasar bunga. Jika perusahaan tidak dapat memenuhi kebutuhan pelanggan maka dilakukan pembelian bunga kepada mitra beli Sedangkan bunga yang tidak sesuai standar mutu perusahaan dijual ke pasar tradisional. Model rantai pasokan krisan disajikan pada Gambar 7. Sebagai mitra beli yang tidak memiliki hubungan terikat dengan perusahaan maka agar para petani dapat menjual hasil panennya kepada perusahaan harus dapat menjaga kualitas bunga yang dihasilkan. Petani-petani bunga Agen Luar Negeri 1) Pasar Luar Negeri Agen bunga/ Pembeli 2) Ritel (Toko bunga, florist, trader) Perusahaan (PT. Saung Mirwan) 4) 3) Pemasok Pasar bunga Rawa Belong 5) Konsumen Keterangan: : aliran komoditas tidak nyata (ada hanya jika perusahaan kekurangan/kelebihan persediaan bunga) : aliran bahan baku produksi : aliran komoditas nyata : anggota rantai pasokan bunga krisan Gambar 7. Model rantai pasokan bunga krisan PT. Saung Mirwan Aliran komoditas bunga pada model rantai pasokan di atas dimulai dari perusahaan dibagi menjadi 5 rantai, yaitu : 1) Perusahaan - agen luar negeri - pasar luar negeri (unrooted cutting), 2) Perusahaan - agen bunga/pembeli - ritel (toko bunga, florist, trader) konsumen, 3) Perusahaan - 20

37 agen bunga/pembeli konsumen, 4) Perusahaan konsumen dan 5) Perusahaan - pasar Rawa Belong konsumen. Aliran komoditas yang digunakan merupakan hasil penyempurnaan model rantai pasokan dari penelitian Syafi (2009) yaitu dengan penambahan aliran komoditas dari perusahaan langsung ke konsumen (aliran no. 4). Aliran komoditas ini berasal dari para pembeli yang langsung datang ke perusahaan untuk membeli produk bunga. Biasanya mereka berasal dari sekitar perusahaan dan membeli dalam jumlah kecil. Tabel 3. Anggota rantai pasokan bunga krisan yang melibatkan PT. Saung Mirwan Anggota Anggota Aktivitas Primer Sekunder Aktivitas PT. Saung Mirwan Melakukan budidaya bunga di lahan siri, membeli bunga dari petani jika persediaan bunga tidak memenuhi kebutuhan pelanggan, dan mistribusikan bunga kepada agen, ritel dan konsumen akhir. Produsen bibit Memasok bibit bunga krisan berkualitas sesuai dengan SNI (Standar Nasional Indonesia) Agen bunga Melakukan pembelian bunga secara kontrak atau abondemen dari perusahaan pada spesifikasi bunga tertentu, mistribusikan kepada pembeli (ritel dan konsumen akhir) Produsen pupuk, nutrisi, dan pestisida Memasok pupuk, nutrisi dan pestisida kepada PT. Saung Mirwan Pasar bunga Melakukan pembelian bunga dari perusahaan, menjual bunga kepada konsumen akhir. Produsen media tanam (peat moss, sekam, cocopeat) Memasok media tanam bunga (peat moss, sekam, cocopeat, pasir) kepada PT. Saung Mirwan Florist, Supermarket, dan Toko bunga Melakukan pembelian bunga dari agen, menjual bunga kepada konsumen bunga (akhir). Produsen bahan kemasan (kertas prola, karton dus, Memasok kemasan bunga (kertas prola, karton dus, plastik, selotip) kepada PT. Saung Mirwan plastik, selotip) Konsumen Melakukan pembelian bunga dari toko bunga, florist. Mitra Beli (Petani bunga) Membudidayakan dan menentukan spesifikasi bunga krisan, menjual hasil panen kepada konsumen (tidak terikat dengan PT. Saung Mirwan) 21

38 A.2 Entitas Rantai Pasokan A.2.1 Produk Produk yang diperdagangkan dalam rantai pasokan dan dibahas dalam penelitian ini adalah bunga potong, rooted cutting, dan unrooted cutting. Bunga potong yang diproduksi di PT. Saung Mirwan paling banyak adalah jenis krisan, selainnya adalah jenis bunga Lysianthus. Kualitas bunga yang dihasilkan oleh perusahaan (PT. Saung Mirwan) pada umumnya adalah grade AA dan grade A. Kualitas bunga dari perusahaan lebih baik daripada bunga yang dihasilkan oleh para petani. Tingginya kualitas bunga yang dihasilkan perusahaan adalah karena kemampuan perusahaan yang jauh lebih baik daripada kemampuan para petani. Perbedaan kemampuan perusahaan dengan para petani bunga sehingga masing-masing menghasilkan bunga krisan dengan kualitas yang jauh berbeda disajikan dalam Tabel 4. Tabel 4. Perbedaan kemampuan PT. Saung Mirwan dengan para petani bunga dalam menghasilkan bunga krisan No. Faktor Pembeda PT. Saung Mirwan Petani Bunga 1. Kualitas bibit Sangat baik Kurang baik 2. Teknologi penanaman Sangat baik Kurang baik 3. Ketersediaan modal Memiliki modal yang Modal yang dimiliki cukup sangat kurang 4. Ketersediaan faktor produksi (lahan/media tanam, pupuk, nutrisi, pestisida, tenaga kerja) Cukup Sangat kurang 5. Orientasi penanaman Kualitas dan kuantitas Kuantitas 6. Fasilitas penanaman (peralatan dan Tersedia dalam perlengkapan penanaman) keadaan cukup Tidak tersedia Bunga yang dihasilkan petani tidak memiliki kualitas yang baik disebabkan oleh kualitas bibit dan teknologi penanaman yang kurang baik serta fasilitas penanaman yang tidak tersedia. Selain itu faktor produksi seperti lahan/media tanam, pupuk, nutrisi, pestisida dan tenaga kerja yang dimiliki oleh para petani bunga juga tidak tersedia dengan baik. Hal ini disebabkan oleh tidak tersedianya sumber daya modal yang cukup sehingga ada tidaknya pengetahuan baik tentang penanaman di dalam diri petani tidak menimbulkan pengaruh yang berbeda. Pandangan para petani bunga bahwa kuantitas bunga yang lebih besar walaupun kualitasnya rah dapat menghasilkan keuntungan juga mempengaruhi kualitas akhir bunga yang dijual mereka. Berbeda dengan para petani bunga, PT. Saung Mirwan selain memiliki pengetahuan penanaman yang baik juga memiliki kemampuan modal yang baik sehingga dapat menyediakan faktor-faktor produksi yang cukup untuk menghasilkan bunga yang berkualitas baik dalam kuantitas yang besar pula. Rooted dan unrooted cutting merupakan dua produk lain selain bunga potong yang dihasilkan oleh PT. Saung Mirwan. Rooted cutting merupakan bibit krisan yang berupa stek batang yang memiliki akar karena sebelumnya telah diakarkan. Rooted cutting yang dijual di pasar lokal ini juga memiliki kualitas yang baik. Sedangkan unrooted cutting merupakan bibit bunga yang berupa stek batang tanpa akar karena tidak melalui proses pengakaran sebelumnya, namun langsung dijual setelah proses seleksi dan penyimpanan. Stek tanpa akar ini merupakan produk PT. Saung Mirwan yang memasuki pasar luar negeri yaitu Jepang melalui agen luar negeri. Produk yang diekspor ini harus memiliki kualitas yang sangat baik agar tidak mengecewakan konsumen luar negeri. Hubungan kerjasama PT. Saung Mirwan dengan agen luar negeri adalah bersifat kontraktual jangka panjang. Untuk menjaga kualitas unrooted cutting tetap sesuai keinginan, maka pihak agen luar negeri mengunjungi perusahaan dan lahan tanam setiap minggu. Mereka meninjau ke lahan tanam dan terlibat langsung dalam proses seleksi dan pengemasan produk. Hasil wawancara dengan pihak agen luar negeri menyebutkan bahwa jika tidak dilakukan kunjungan setiap minggu maka kualitas produk yang dihasilkan menjadi tidak konsisten. 22

39 A.2.2 Pasar Pasar yang dimaksud adalah pasar tempat para pembeli dan penjual bunga bertemu dan melakukan proses permintaan dan penawaran. Pasar bunga yang terlibat dalam rantai pasokan ini yang terbesar adalah pasar bunga Rawa Belong, terletak di Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Pasar tersebut merupakan tempat para petani bunga menjual hasil panennya. Para penjual dan pembeli bunga berasal dari berbagai daerah, sehingga penyebaran produk dari pasar tersebut menyebar ke berbagai lokasi di Indonesia. Kualitas bunga yang diperdagangkan di pasar adalah grade B, C dan grade D. Bunga dengan kualitas dan jenis yang beragam memberikan pilihan yang banyak bagi para pembeli bunga sesuai dengan daya beli masing-masing. Perusahaan PT. Saung Mirwan juga menjual bunga krisan khususnya yang tidak sesuai standar mutu ke pasar Rawa Belong ini, sedangkan untuk yang memenuhi standar mutu dijual ke daerah-daerah seperti Bogor, Malang, Semarang, Surabaya dan Solo. Produk rooted dan unrooted cutting tidak dipasarkan di pasar bunga Rawa Belong, tetapi di daerah Sukabumi, Cipanas, Sumatera Barat (tidak tentu), Surabaya untuk rooted cutting serta Pasar Luar Negeri untuk unrooted cutting. A.2.3 Stakeholder Stakeholder adalah semua pihak yang terlibat di dalam rantai pasokan bunga. Pihak-pihak yang dimaksud dapat terkait secara langsung maupun secara tidak langsung. Menurut yang terdaftar di Dirjen Hortikultura stakeholder rantai pasokan bunga terdiri atas kelompok petani bunga, asosiasi atau perhimpunan bunga dan tanaman hias, pelaku usaha, perusahaan, dan instansi pemerintah baik pusat, daerah maupun kota/kabupaten yang berfungsi sebagai pengambil kebijakan. Stakeholder yang terlibat secara langsung diantaranya petani, perusahaan, pemasok-pemasok faktor produksi, sedangkan stakeholder yang terlibat secara tidak langsung adalah pemerintah pusat sampai pemerintah daerah. Masing-masing stakeholder memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda yang dilakukan untuk mengembangkan rantai pasokan bunga. A.3 Mitra Petani Mitra petani yang terdapat dalam rantai pasokan bunga ada dua jenis meliputi mitra petani yang merupakan hubungan antar petani dan mitra petani yang merupakan hubungan antara petani dengan PT. Saung Mirwan. Kedua jenis mitra ini memiliki perbedaan baik pada konsep maupun anggota yang terlibat. Mitra petani yang terjadi antar petani merupakan hubungan antar petani bunga yang ditunjukkan sebagai sebuah paguyuban/perkumpulan petani. Hubungan yang terjadi menghasilkan rasa kebersamaan dan saling menguntungkan. Aktivitas-aktivitas yang biasa dilakukan adalah pelatihan peningkatan kemampuan membuat rangkaian bunga, dekorasi bunga, memasarkan bunga serta pelatihan-pelatihan yang dicanangkan oleh Deptan. Sedangkan konsep mitra petani yang terjadi antara perusahaan dan petani bunga atau dinamakan mitra tani adalah suatu konsep kemitraan inti - plasma. Perusahaan PT. Saung Mirwan berfungsi sebagai inti sedangkan para petani sebagai plasma. Saat ini para petani yang dimaksud adalah yang memiliki lokasi di sekitar PT. Saung Mirwan, karena di masa yang akan datang perusahaan akan melebarkan anggota mitranya. Konsep kemitraan antara perusahaan dengan para petani memiliki kewajiban-kewajiban yang telah ditetapkan, antara lain : Kewajiban inti (perusahaan) 1) Menyediakan kebutuhan sarana produksi (sistem pinjam) 2) Menentukan jenis komoditas yang ditanam oleh plasma 3) Menentukan program tanam, yang disesuaikan dengan kebutuhan pasar 4) Memberikan teknologi tentang teknis budidaya dan pengalian hama penyakit tanaman 5) Membeli semua hasil produksi dari para plasma yang memenuhi standar mutu yang ditetapkan inti 6) Memberikan penyuluhan dan bimbingan serta pengawasan terhadap plasma lapangan. Kewajiban plasma (petani) 1) Mengikuti dan melaksanakan program kerja dan teknis budidaya yang diberikan oleh inti 23

40 2) Menjual hasil produksinya kepada inti dengan harga yang telah ditentukan 3) Menyelesaikan pinjaman saprotan (sarana produksi tanaman) dengan jangka waktu maksimal 3 bulan dari mulai pengambilan sarana produksi. Selain konsep mitra tani di atas, terdapat juga hubungan mitra antara perusahaan dengan petani yang disebut mitra kota. Konsep ini merupakan kemitraan inti - plasma, khusus untuk para plasma yang akan membudidayakan komoditas secara hidroponik di dalam greenhouse. Komoditas yang dimaksud khususnya adalah paprika. Pihak inti dan plasma juga memiliki kewajiban dan hak masingmasing. Konsep mitra - kota ini tidak dibahas dalan penelitian ini karena bukan bagian dari rantai pasokan bunga. Adanya hubungan mitra antara perusahaan dengan para petani bunga tentu dapat membantu para petani meningkatkan kuantitas sekaligus kualitas hasil panen, sehingga diharapkan dapat meningkatkan papatan yang diperoleh oleh para petani bunga. Sumber daya modal yang sebelumnya menjadi kala besar dapat diatasi melalui bantuan dari perusahaan, sehingga hanya sedikit kemungkinan hasil panen tidak berhasil. Perusahaan juga mapatkan keuntungan dari hubungan mitra tersebut yaitu tersedianya pasokan produk yang sesuai standar. Semakin baik panen yang dihasilkan oleh petani juga dapat meningkatkan jumlah produk yang terjual, dengan harapan keadaan pasar bunga yang stabil. Jika keadaan pasar bunga sedang buruk maka inti - plasma mengalami kerugian bersama-sama. B. MANAJEMEN RANTAI PASOKAN B.1 Pemilihan Mitra Pemilihan mitra sangat berperan dalam menentukan keberhasilan hubungan yang akan diciptakan. Pemilihan mitra yang dimaksudkan adalah pemilihan mitra tani, pemasok faktor produksi dan kemasan. Selain itu, pemilihan mitra jual produk juga penting sampai sistem transaksi beli putus meningkat menjadi sistem kontrak yang merupakan ikatan kerjasama untuk jangka yang paling lama (satu tahun). Oleh karena itu, pemilihan mitra oleh PT. Saung Mirwan dapat melalui pertimbangan dan berdasarkan persyaratan yang telah ditetapkan. Pertimbangan dan persyaratan yang ditetapkan PT. Saung Mirwan dalam pemilihan mitra disajikan pada Tabel 5. Pada kelompok petani, menjadi anggota di dalam hubungan mitra tersebut tidak terdapat persyaratan yang sulit karena sifat perkumpulan yang terbuka. Tabel 5. Pertimbangan dan persyaratan yang ditetapkan PT. Saung Mirwan dalam pemilihan mitra No. Bentuk Mitra Pertimbangan dan Persyaratan 1. Mitra tani Memiliki identitas yang pasti dan tanggung jawab, tidak melanggar 2. Mitra pemasok sarana produksi (pupuk, nutrisi, pestisida, media tanam, kemasan, dan lain-lain) 3. Mitra jual a. sistem abondemen b. sistem kontrak kontrak kerjasama, mampu menghasilkan produk sesuai dengan yang diinginkan oleh perusahaan. Memiliki identitas yang pasti dan tanggung jawab, mampu menyediakan pasokan tepat waktu sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang telah disepakati. a. Memiliki identitas yang pasti, pembayaran lancar, memiliki performa dan fasilitas penjualan yang baik, mampu memenuhi pesanan minimal (4000 batang untuk rooted cutting selama satu bulan). b. Memiliki identitas yang pasti, pembayaran lancar, memiliki performa dan fasilitas penjualan yang baik, mampu memenuhi pesanan minimal ( ikat untuk bunga potong). 24

41 B.2 Sistem Transaksi Sistem transakasi yang terjadi dalam rantai pasokan bunga krisan dibagi menjadi sistem transaksi secara tunai dan abondemen. Sistem transakasi secara tunai terjadi saat pembeli datang langsung ke penjual untuk membeli bunga. Hal ini dapat terjadi di perusahaan dan di pasar bunga. Pembeli bunga potong yang datang langsung ke perusahaan biasanya adalah pembeli yang daya belinya kecil, artinya membeli dalam jumlah kecil. Mereka juga tidak akan memiliki banyak pilihan produk, hanya membeli persediaan yang ada. Harga jual bunga yang diberikan oleh perusahaan lebih tinggi daripada harga jual yang diberikan kepada pembeli tetap. Di pasar bunga Rawa Belong juga terjadi sistem transakasi secara tunai, namun perbedaannya jenis bunga yang dijual lebih beragam dan bisa dilakukan tawar-menawar dengan penjual. Sistem transaksi secara abondemen diawali dengan pembeli yang memesan bunga terlebih dahulu melalui internet, telepon, pesan singkat atau surat lalu perusahaan mengirimkan bunga tersebut langsung kepada pembeli menggunakan alat angkutan milik perusahaan. Pembayarannya berdasarkan faktur penjualan mengenai kuantitas dan harga bunga yang dipesan. Faktur tersebut akan dibawa oleh bagian pengiriman dan menyerahkannya kepada pembeli atau wakilnya untuk diperiksa kesesuaian dengan bunga yang dibawa. Pembayaran dapat dilakukan secara tunai atau transfer. Jika barang yang ada tidak sesuai dengan yang tertulis di faktur penjualan maka pengirim akan melaporkannya kepada sales perusahaan untuk menindaklanjuti hal tersebut dengan pihak pembeli. Sistem transaksi bahan-bahan baku produksi (sarana produksi) misalnya pupuk, nutrisi, pestisida atau media tanam antara perusahaan dengan pemasok diadakan secara tunai dan sistem transfer. Pemasok yang sudah menjadi pemasok tetap perusahaan dapat memberikan kelonggaran bagi perusahaan yaitu dapat menunda pembayaran bahan-bahan baku sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. Sedangkan untuk sarana produksi yang diberikan kepada mitra tani, perusahaan menerima pembayarannya melalui hasil panen petani. Sementara petani menerima papatannya dari selisih hasil penjualan panennya kepada perusahaan dengan sarana produksi yang diterima sebelumnya. B.3 Dukungan Kebijakan Kebijakan di bidang hortikultura yang berasal dari instansi pemerintah selain dapat morong perkembangan industri hortikultura juga dapat morong pengembangan manajemen rantai pasokan bunga menjadi semakin baik bagi setiap anggota rantai pasokan. Sasaran pengembangan Hortikultura tahun 2010 disajikan pada Lampiran 3. Salah satu penyebab penurunan kualitas produk adalah kegiatan saat pengiriman dimulai dari penyusunan ke dalam alat angkut sampai pemuatan ke luar dari alat angkut. Praktek di lapangan sering tidak sesuai dengan yang tertulis pada peraturan atau SOP (Standard Operational System). Misalnya saat penumpukan kardus bunga di dalam karaan, puncak tumpukan tidak diperkenankan sampai mengenai refrigerator karena panas yang dihasilkan refrigerator dapat mengakibatkan kerusakan pada kardus, yang memungkinkan kerusakan pada produk di dalamnya juga. Namun hal ini kadang dilupakan oleh tenaga pengangkut bunga ke dalam karaan, yang dapat disebabkan oleh suasana yang sedang mesak atau faktor ketidaktahuan pekerja. Produk yang rusak dikembalikan konsumen. Oleh karena itu, kenyataan yang merupakan kesalahan kecil dapat menyebabkan terhambatnya aliran komoditas di dalam rantai pasokan. C. SUMBER DAYA RANTAI PASOKAN C.1 Sumber Daya Fisik Sumber daya fisik dalam rantai pasokan bunga meliputi lahan tanam bunga, gedung penyimpanan, kondisi jalan transportasi, alat transportasi, stasiun, bandara dan pelabuhan. Keadaan lahan tanam di PT. Saung Mirwan cukup baik dijadikan sebagai lahan penanaman bunga krisan. Namun luas lahan yang ada kurang sehingga untuk memenuhi kebutuhan konsumen perusahaan melakukan hubungan mitra tani dengan para petani yang memiliki lahan di sekitar perusahaan. Sementara luas lahan yang aktif untuk pertanian di Indonesia pada tahun 2010 adalah 19,814 juta ha dan luas lahan pertanian selain padi adalah 6,944 ha (BPS 2010). Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak lahan yang belum dimanfaatkan dengan baik. 25

42 Gedung penyimpanan sekaligus tempat penanganan pasca panen yang terdapat di PT. Saung Mirwan memiliki keadaan yang cukup baik dan lengkap. Gedung dilengkapi dengan cool room masing-masing untuk unrooted cutting dan rooted cutting, ruangan khusus untuk proses seleksi unrooted cutting, dan ruangan khusus untuk pengemasan unrooted cutting. Sementara gedung untuk pengemasan bunga potong letaknya terpisah dengan gedung penyimpanan bibit. Kondisi jalan dan alat transportasi dalam rantai pasokan bunga krisan cukup baik. Jalan raya dari perusahaan menuju lokasi konsumen sudah diaspal sehingga selain menjadi mudah bagi mobilitas masyarakat, yang paling penting adalah tidak ada kala untuk distribusi produk. Hanya saja jumlah karaan yang dimiliki oleh PT. Saung Mirwan yang ada belum cukup untuk melakukan pengiriman produk jika salah satu karaan tidak bisa beroperasi. Sehingga pihak transportasi sering mengalami kesusahan memanajemen transportasinya. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan membutuhkan investasi alat angkutan tambahan. Sementara keadaan stasiun, bandara dan pelabuhan di Indonesia sebagian besar layak digunakan untuk mukung kegiatan rantai pasokan bunga dan komoditi lain. C.2 Sumber Daya Teknologi Sumber daya teknologi dalam rantai pasokan bunga adalah mengenai keadaan teknologi penanaman dan pemasaran bunga. Keadaan teknologi penanaman bunga pada perusahaan dan petani bunga tentu berbeda. Teknologi penanaman yang dimiliki oleh perusahaan sudah modern, sehingga dapat menghasilkan bunga yang berkualitas dalam kuantitas yang besar. Teknologi penanaman sudah modern maksudnya adalah telah memanfaatkan greenhouse sehingga mukung pertumbuhan vegetatif bunga yang membutuhkan terang yang lebih banyak daripada tanaman umum lainnya, menggunakan pupuk, nutrisi dan pestisida yang berkualitas baik serta teknik pengolahan lahan yang sudah baik. Kelengkapan teknologi ini dapat tercapai jika didukung dengan modal yang cukup, yang bagi sebuah perusahaan hal ini dapat ditangani. Sedangkan para petani bunga memiliki teknologi penanaman yang masih bersifat konvensional. Lahan yang digunakan tidak dilengkapi dengan greenhouse tetapi menggunakan lahan terbuka, tidak tersedia pupuk, nutrisi, dan pestisida yang memadai sehingga hasil panen menjadi tidak maksimal. Hal ini disebabkan oleh modal yang dimiliki oleh petani sangat kurang. Jika ingin melakukan peminjaman dana dari suatu lembaga keuangan juga sangat sulit karena latar belakang yang tidak menjanjikan. Teknologi pemasaran yang digunakan oleh perusahaan juga berbeda dengan para petani. Perusahaan sering mengikuti pameran bunga, promosi di majalah, dan publikasi melalui internet. Sementara para petani tidak melakukan hal-hal tersebut, namun hanya membawa dan menjual hasil panennya di pasar tradisional. Segmen pasar perusahaan (PT. Saung Mirwan) juga berbeda dengan para petani. Perusahaan yang dapat menghasilkan bunga yang berkualitas dengan grade AA dan A memasarkan produknya kepada kalangan pembeli yang dapat membeli dengan harga tinggi, sedangkan petani yang memiliki bunga yang sebagian besar berkualitas rah hanya menjualnya ke pasar tradisional dengan harga yang lebih rah. C.3 Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia dalam rantai pasokan meliputi jumlah dan kualitas manusia yang terlibat dalam rantai pasokan. PT. Saung Mirwan sebagai sebuah perusahaan agribisnis yang besar dan cukup terkenal saat ini memiliki jumlah karyawan yang meliputi tenaga kerja lapangan, staf hingga direktur sekitar 455 orang. Pidikan karyawan berbeda-beda, mulai dari tamat SD, SMA, Diploma, Sarjana dan Pasca Sarjana. Keadaan sumber daya manusia seperti ini menunjukkan bahwa terdapat kualitas sumber daya manusia yang baik. Tenaga kerja yang bekerja di PT. Sung Mirwan merupakan masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar perusahaan. Adanya perusahaan ini tentu membantu meningkatkan taraf hidup masyarakat. Perusahaan agribisnis lain yang merupakan saingan PT. Saung Mirwan diantaranya PT. Alam Indah Nusantara, PT. Ekakarya Graha Flora, PT. Kebun Ciputri, dan PT. Floribunda Kencana Perdana. Setiap perusahaan ini memiliki tenaga kerja yang cukup banyak sehingga dapat membantu meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar perusahaan. 26

43 C.4 Sumber Daya Permodalan Sumber daya permodalan merupakan aspek yang paling dasar untuk mencapai lancarnya rantai pasokan bunga. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa kemampuan modal perusahaan sangat jauh berbeda dengan kemampuan modal yang dimiliki oleh petani bunga. Kemampuan modal yang berbeda disebabkan oleh kesempatan mengadakan sistem kredit dengan lembaga keuangan yang lebih besar bagi perusahaan daripada bagi petani. Pihak lembaga keuangan sulit menurunkan dana bagi petani karena terlalu beresiko, sedangkan bagi perusahaan lebih mudah menurunkan dana. Salah satu solusi untuk membantu para petani bunga yang kekurangan modal adalah dengan melakukan hubungan mitra tani dengan perusahaan PT. Saung Mirwan. Perusahaan dapat menyediakan sarana produksi untuk penanaman bunga kepada mitranya dan sebagai pembayarannya dipotong dari hasil penjualan bunga setelah panen. Jika performa mitra petani baik maka dapat meningkatkan taraf hidup petani bunga tersebut. D. PROSES BISNIS RANTAI PASOKAN D.1 Hubungan Proses Bisnis Rantai Kajian pada hubungan proses bisnis yang terjadi di dalam rantai pasokan bunga krisan meliputi siklus dan proses rantai serta kekuatan tawar (bargaining power) dari setiap anggota rantai pasokan. Menurut Chopra dan Meindl (2004), proses dalam rantai pasok dapat ditinjau dari dua sudut pandang, yakni tinjauan siklus dan tinjauan pull/push. Tinjauan siklus membagi proses di dalam rantai pasok menjadi beberapa rangkaian siklus, sedangkan tinjauan pull/push melihat proses di dalam rantai pasokan apakah merupakan upaya merespon atau upaya mengantisipasi permintaan konsumen. D.1.1 Tinjauan siklus rantai Siklus-siklus yang terjadi dalam rantai pasok terdiri atas siklus procurement, siklus replenishment, siklus manufacturing, dan siklus customer order (Chopra dan Meindl 2004). Siklus procurement adalah kegiatan pemesanan bahan baku atau produk dari anggota yang berada pada rantai siklus sebelumnya. Siklus replenishment adalah kegiatan penambahan barang dari penjual/pemasok kepada konsumen. Kegiatan ini terjadi disebabkan oleh adanya kerusakan pada bahan baku atau produk yang telah diterima. Hal tersebut juga dapat terjadi karena barang yang diterima tidak sesuai jenis atau jumlahnya dengan pesanan. Siklus manufacturing adalah kegiatan produksi yang dilakukan oleh anggota rantai pasokan yang merupakan perusahaan manufaktur. Siklus customer order adalah kegiatan penerimaan dan pemenuhan pesanan yang dilakukan oleh semua anggota rantai pasokan yang berupa kelengkapan administrasi dan pengolahan pesanan. Siklus-siklus yang terjadi dalam rantai pasokan bunga krisan yang melibatkan PT. Saung Mirwan sebagai grower sesuai dengan siklus-siklus rantai pasok yang disebutkan sebelumnya, yakni terdiri atas siklus procurement, replenishment, manufacturing, dan customer order. Siklus procurement dilakukan oleh setiap anggota rantai pasokan bunga, misalnya konsumen memesan bunga jenis dan jumlah tertentu di toko bunga, lalu toko bunga memesan bunga tersebut pada agen bunga, kemudian agen bunga memesan bunga pada perusahaan. Selanjutnya perusahaan mengolah pesanan para pembeli menentukan produk mana yang tersedia dan yang tidak tersedia. Jika produk yang diminta tidak ada maka pihak perusahaan melalui sales memberitahukannya kepada pembeli dan menawarkan produk yang lain. Kegiatan pengolahan pesanan bunga oleh para sales perusahaan merupakan contoh siklus customer order. Kegiatan penanaman, pemeliharaan, pemanenan, seleksi, pengemasan bunga sampai produk siap dipasarkan yang dilakukan oleh perusahaan termasuk ke dalam siklus manufacturing. Jika produk telah diterima oleh pembeli namun terdapat ketidaksesuain jenis, kualitas, atau kuantitas antara pesanan dengan barang yang diterima pembeli maka perusahaan harus mengirimkan kembali sisa barang yang bermasalah kepada pembeli. Hal ini dinamakan juga sebagai siklus replenishment. Demikian rantai pasokan bunga krisan memiliki semua siklus rantai pasok. Sebagai sebuah siklus masing-masing kegiatan saling mempengaruhi dan berkaitan. Skema siklus-siklus yang terdapat di dalam rantai pasok bunga ditunjukkan dalam Gambar 8. 27

44 D.1.2 Tinjauan proses rantai Selain tinjauan siklus, seperti yang telah dijelaskan di atas proses dalam rantai pasok juga meninjau proses pull/push. Kegiatan yang dilakukan untuk merespon permintaan konsumen disebut proses pull/tarik. Tinggi rahnya tingkat permintaan konsumen mempengaruhi jumlah produk yang dihasilkan oleh suatu anggota rantai. Jika tingkat permintaan konsumen sedang tinggi maka perusahaan akan berusaha meningkatkan hasil produksinya, demikian sebaliknya jika tingkat permintaan konsumen rah maka perusahaan akan menurunkan jumlah produksinya. Pada proses pull ini perputaran informasi sangat cepat dibandingkan dengan proses push. Proses push adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi permintaan konsumen. Tinggi rahnya tingkat permintaan konsumen tidak mempengaruhi jumlah produk yang dihasilkan oleh anggota rantai. PT. Saung Mirwan sebagai salah satu anggota rantai pasokan bunga krisan melakukan proses pull dan proses push. Agen bunga melakukan pemesanan bunga kepada perusahaan, lalu perusahaan memenuhi pesanan agen sesuai dengan jenis dan kuantitas yang ditetapkan oleh agen bunga, kegiatan ini termasuk proses pull. Agen juga memenuhi pesanan ritel (toko bunga, florist) sesuai dengan jenis dan kuantitas yang telah ditetapkan oleh pihak ritel, juga dinamakan proses pull. Sedangkan proses push yang dilakukan oleh perusahaan adalah menyediakan persediaan bunga untuk para pembeli bunga dalam jumlah kecil yang biasa datang langsung ke perusahaan. Kegiatan ini termasuk proses push, karena perusahaan melakukan antisipasi akan timbulnya permintaan konsumen yang tiba-tiba. Dalam rantai pasokan bunga krisan ini, PT. Saung Mirwan dan pemasok sarana produksi (suppliers) adalah anggota rantai yang melakukan proses pull dan push sekaligus. Pemasok sarana produksi tidak disajikan dalam penelitian Syafi (2009), untuk melengkapinya maka di dalam penelitian ini disajikan karena merupakan salah satu anggota rantai pasok bunga juga. Sementara anggota rantai pasokan yang lain seperti agen bunga hanya melakukan proses pull, petani dan ritel melakukan proses push. Untuk lebih jelasnya skema proses pull/push yang terdapat dalam rantai pasok bunga disajikan pada Gambar 8. Proses pull dan push memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing dalam proses bisnis dalam ratai pasokan ini. Kelebihan/kekuatan proses pull adalah rahnya biaya inventori karena rahnya tingkat persediaan (inventori) sehingga dapat menekan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. Namun, karena tidak adanya inventori perusahaan maka ketika ada penambahan pesanan konsumen maka akan membutuhkan waktu tunggu yang lebih lama. Hal ini memungkinkan pembeli atau konsumen dapat berpindah ke perusahaan lain. Sedangkan kelebihan proses push adalah memiliki kelemahan yaitu waktu tunggu untuk tambahan pesanan yang cepat karena proses ini mukung peningkatan permintaan konsumen yang tidak dijanjikan sebelumnya. Namun, proses push juga memiliki kelemahan yaitu biaya inventori yang mahal. Perusahaan melakukan proses pull dan push untuk mengantisipasi peningkatan permintaan konsumen sehingga tidak membutuhkan waktu tunggu yang lama. D.1.3 Kekuatan tawar setiap anggota rantai (bargaining power) Bargaining power (kekuatan tawar) dalam rantai pasok bunga ini merupakan besarnya kekuatan setiap anggota rantai dibandingkan dengan anggota rantai yang lain dalam satu rantai pasok bunga dalam menetapkan harga produk atau komoditas yang diperjualbelikan. Bargaining power suatu anggota rantai pasok dapat lebih besar, lebih kecil atau sama besar (saling ketergantungan) dengan anggota rantai pasok yang lain. Besar kecilnya bargaining power satu anggota rantai pasok terhadap anggota rantai yang lain menentukan tingkat keuntungan yang diperoleh. Bargaining power yang lebih besar akan memungkinkan menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi atau dalam lingkup yang relatif tidak akan dirugikan.. 28

45 Siklus procurement Siklus manufacturing Petani bunga Siklus customer order Suppliers Siklus procurement Push Pull Push Siklus replenishment Siklus manufacturing Saung Mirwan Siklus customer order Push Pull Siklus procurement Agen Bunga Siklus replenishment Siklus customer order Pull Siklus procurement Ritel Siklus customer order Push Pesan/Order : anggota rantai pasokan bunga krisan : siklus rantai dalam suatu anggota rantai pasokan bunga krisan : siklus rantai antar anggota rantai pasokan bunga krisan : proses rantai antar anggota rantai pasokan bunga krisan Konsumen bunga Gambar 8. Siklus dan proses rantai dalam model rantai pasokan bunga krisan PT. Saung Mirwan Berdasarkan model rantai pasok bunga yang ada terdapat sembilan hubungan anggota rantai pasok yang akan digambarkan kekuatan tawarnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak perusahaan dan konsumen diperoleh gambaran bargaining power masing-masing anggota rantai pasok terhadap yang lain yang disajikan pada Tabel 6. 29

46 Tabel 6. Kekuatan tawar (bargaining power/bp) anggota rantai pasokan bunga No. Hubungan Anggota Rantai Pasokan bp Keterangan 1. PT. Saung Mirwan - mitra tani = dan > Jika kualitas bunga sesuai kesepakatan kontrak kerjasama maka bp saling ketergantungan, tetapi jika tidak maka bp perusahaan terhadap mitra tani lebih besar 2. PT. Saung Mirwan - mitra beli (petani bunga) > Perusahaan yang ingin membeli bunga dapat memilih di antara para petani yang menjual bunga berkualitas baik dengan harga minimal 3. PT. Saung Mirwan - pemasok sarana produksi = Hubungan perusahaan dan pemasok sarana produksi yang saling menguntungkan dipertahankan karena di luar terdapat banyak perusahaan dan pemasok sarana produksi yang lain 4. PT. Saung Mirwan - agen bunga/pembeli > Perusahaan telah menetapkan harga bunga sedangkan agen bunga hanya mengikuti harga yang telah ditetapkan tersebut. Perbedaan harga yang diberikan perusahaan pada hari-hari besar adalah tidak besar 5. PT. Saung Mirwan - konsumen > Perusahaan telah menetapkan harga bunga sedangkan konsumen hanya mengikuti harga yang telah ditetapkan tersebut 6. PT. Saung Mirwan - pasar bunga Rawa Belong = Hubungan perusahaan dengan pembeli bunga yang terjadi di pasar tradisional adalah saling menguntungkan karena di pasar tradisional terdapat banyak pilihan produk yang ditawarkan 7. Agen bunga/pembeli - ritel (toko bunga, florist, trader) = Hubungan saling menguntungkan ini karena agen membutuhkan ritel sebagai pembeli yang lebih penting daripada konsumen, sedangkan ritel dapat membeli produk dalam jumlah yang lebih sesuai dengan kemampuannya daripada langsung membeli produk ke perusahaan 8. Agen bunga/pembeli konsumen > Agen bunga telah menetapkan harga produk sedangkan konsumen hanya mengikuti harga yang telah ditetapkan tersebut 9. Ritel (toko bunga, florist, trader) konsumen = Hubungan ritel dan konsumen yang saling menguntungkan dipertahankan karena di luar terdapat banyak ritel dan konsumen yang lain 30

47 D.2 Dukungan Anggota Rantai Masing-masing anggota rantai pasokan bunga krisan dapat saling mukung demi mencapai kepuasan yang diharapkan serta diharapkan mapat dukungan dari pihak luar yang terkait dalam rantai pasokan. Dukungan anggota rantai pasokan ini meliputi pelayanan, pelatihan, distribusi informasi pasar, dan dukungan kredit. Dukungan anggota rantai pasokan bunga yang ada disajikan Tabel 7. No. Tabel 7. Jenis-jenis dukungan anggota rantai pasokan bunga Jenis dukungan Keterangan anggota rantai 1. Pelayanan Tidak semua anggota rantai pasokan mapatkan pelayanan dari anggota rantai yang lain. Misalnya para petani bunga yang tidak tergabung dalam mitra tani dengan perusahaan tidak mapat pengarahan dari perusahaan mengenai teknologi penanaman bunga yang baik. Mereka hanya mapatkan pengetahuan dari kelompok petani yang lain atau dari penyuluhan pemerintah yang jarang dilakukan. Sementara petani yang tergabung dalam mitra tani tentu mapat pengarahan dari perusahaan mengenai budidaya bunga yang baik. 2. Pelatihan Pelatihan yang diperoleh perusahaan berasal dari rekan perusahaan sejenis, atau dari pihak luar yang benar-benar berkontribusi dalam industri hortikultura melalui kelompok perusahaan. Sedangkan pelatihan yang diperoleh para petani bunga berasal dari kelompok petani dalam paguyuban. Sementara petani yang tergabung dalam mitra tani mapat pelatihan dari perusahaan siri. 3. Distribusi informasi pasar Informasi pasar lebih banyak diperoleh perusahaan daripada petani bunga. Informasi ini berupa penyelenggaraan pameran bunga, acara perayaan, pembukaan stand bunga pada acara tertentu. Informasi dapat diperoleh melalui jaringan yang dikenal, internet, ASBINDO (Asosiasi Bunga Indonesia), dan Dirjen Hortikultura. Cara memperoleh informasi pada ASBINDO adalah dengan menjadi anggota, sedangkan untuk mengetahui informasi dari Dirjen Hortikultura adalah dengan inisiatif mencari tahu siri. 4. Dukungan kredit Perusahaan memperoleh dukungan kredit dari lembaga keuangan lebih mudah daripada para petani bunga. Hal ini disebabkan oleh kemampuan kedua pihak yang berbeda dalam pembayaran di akhir. Hal yang dapat dilakukan oleh petani agar memperoleh dana adalah dengan menjadi mitra tani dengan perusahaan. Perusahaan akan memberikan sarana produksi untuk penanaman bunga kepada petani dan sebagai timbal baliknya adalah petani harus menjual hasil panen kepada perusahaan. Pembayaran sarana produksi akan dipotong dari hasil penjualan bunga. 31

48 Dukungan perusahaan bagi agen bunga adalah berupa pemberitahuan tentang produk-produk yang baru yang dihasilkan perusahaan. Dukungan agen bunga terhadap ritel dan ritel terhadap konsumen juga sama yaitu memberikan informasi mengenai produk-produk yang baru yang dihasilkan perusahaan. Sementara distribusi informasi berlangsung timbal balik antara setiap anggota rantai pasokan bunga. Secara keseluruhan anggota rantai yang kurang mapat dukungan dalam pengembangan rantai pasokan adalah para petani bunga, baik berupa pelayanan, pelatihan, informasi maupun kredit. Sehingga tidak heran bila mereka sulit berkembang. Kebanyakan latar belakang petani yang merupakan kurang berpidikan juga menjadi faktor penghambat perkembangan. E. DISTRIBUSI PRODUK E.1 Saluran Distribusi Fisik Menurut Kotler (1991) ruang lingkup aktivitas distribusi fisik meliputi pengolahan pesanan (order processing), penggudangan (warehousing), persediaan (inventory), dan pengangkutan (transportation). Pengolahan pesanan berfungsi untuk mengatur agar setiap pesanan tercatat dengan jelas dan dapat dipahami oleh pihak pembeli dan pemasok, menyesuaikan pesanan dengan kemampuan perusahaan, dan memperkirakan biayanya. Penggudangan berfungsi untuk menyimpan barang sebelum dikirim ke pasar dan tiba di tangan konsumen bunga, baik oleh produsen (perusahaan), agen bunga atau florist. Terakhir adalah transportasi barang dari perusahaan kepada pelanggan dengan alat transportasi yang sesuai baik dengan barang yang diangkut maupun dengan fungsi minimasi biaya pengiriman. Ruang lingkup pekerjaan bagian distribusi di Saung Mirwan diuraikan sebagai berikut. a. Serah-terima barang ke-1 Serah terima barang terjadi antara bagian distribusi (supir) dengan bagian pengemasan dan pengepakan bunga. Barang diangkut ke dalam karaan oleh bagian distribusi sekaligus melakukan pengecekan barang sesuai dengan surat jalan yang diterima dari bagian pemasaran. Bagian distribusi yang terlibat yaitu supir dan satu atau dua orang rekannya dalam pengiriman tersebut. Jika ada kekurangan atau kelebihan barang maka bagian distribusi akan melaporkan ke bagian pengemasan dan pengepakan untuk melakukan penyesuaian. Pada saat serah terima barang dan pengecekan terjadi, kedua belah pihak yaitu bagian distribusi dan pengemasan dan pengepakan harus hadir sebagai saksi. b. Pengecekan barang Pengecekan barang bertujuan untuk menyesuaikan jumlah dan jenis produk yang dipesan pembeli dengan jumlah dan jenis produk yang ada di dalam karaan, tepatnya adalah jumlah dan varietas bunga yang dipesan setiap pembeli. Pengecekan barang dilakukan saat barang diangkut ke dalam karaan. Pengecekan harus dilakukan dengan teliti agar tidak terjadi kesalahan pengiriman di akhir, karena dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Barang yang salah akan dikembalikan kepada perusahaan. c. Di perjalanan Setelah barang selesai diangkut ke dalam karaan maka supir siap berangkat. Sebelum berangkat menuju tempat konsumen, supir atau rekannya mencatat kilometer awal mobil dan menyerahkan hasilnya kepada satpam, lalu saat kembali dari pengiriman kilometer yang terbaca dicatat lagi. Hal ini bertujuan untuk mapatkan jarak yang sudah ditempuh oleh mobil tersebut ketika pengiriman. Supir berangkat dengan membawa surat jalan dan faktur penjualan yang sudah disesuaikan dengan keadaan barang yang diangkut. Di perjalanan suhu pingin dijaga sekitar 8ºC agar produk tetap terjaga kesegarannya sampai nanti tiba di tujuan. d. Serah-terima barang ke-2 Serah terima barang ke-2 dilaksanakan oleh bagian distribusi dengan pihak konsumen setelah sampai di lokasi pembeli (customer). Barang diturunkan dari karaan lalu dicek kembali oleh pihak customer yang disaksikan oleh bagian distribusi. Jika terjadi kesalahan (kelebihan atau kekurangan jumlah barang dan kualitas barang yang tidak sesuai) maka customer memberikan keterangan pada faktur penjualan yang sebelumnya diterima dari bagian distribusi sebagai perbaikan. Perbaikan 32

49 tersebut dibawa kembali untuk diserahkan kembali ke bagian sales bunga perusahaan untuk menindaklanjuti masalah tersebut. Cara pembayaran yang dilakukan oleh pembeli/customer terdiri atas tunai dan transfer. Jika customer membayar secara tunai maka uang dan bukti pembayaran diberikan kepada sales melalui bagian distribusi. Sedangkan jika pelanggan membayar dengan cara transfer ke nomor rekening perusahaan maka surat jalan asli yang sudah diperiksa oleh pembeli dibawa kembali oleh bagian distribusi untuk diserahkan kepada bagian sales. E.2 Pola Distribusi Produk Kegiatan distribusi meliputi pengolahan pesanan (order processing), penggudangan (warehousing), persediaan (inventory), dan pengangkutan (transportation) (Kotler 1991). Kegiatan distribusi berfungsi untuk menyampaikan produk dari perusahaan kepada konsumen, sehingga dapat melalui perantara atau pun oleh perusahaan siri. Dalam rantai pasokan bunga krisan ini, perusahaan mistribusikan produk kepada konsumen melalui saluran distribusi baik secara langsung maupun perantara, tergantung pada keefisienan saluran. Perantara yang dimaksud adalah agen bunga dan ritel. E.2.1 Pola distribusi bunga potong Pola distribusi bunga potong yang terjadi dalam rantai pasokan bunga krisan disajikan pada Gambar 9. Petani bunga Perusahaan Agen bunga Ritel Saung Mirwan K O N S U M E N : anggota rantai pasokan bunga : aliran komoditas tidak nyata (ada hanya jika perusahaan kekurangan/kelebihan persediaan bunga) : aliran komoditas nyata Gambar 9. Ilustrasi distribusi bunga potong Perusahaan sebagai grower utama menjual bunga kepada agen bunga, dan jika perusahaan ingin memenuhi kebutuhan agen yang kurang maka dilakukan pembelian bunga kepada petani bunga. Perusahaan memasok bunga kepada beberapa agen bunga, dan agen juga membeli bunga dari beberapa perusahaan untuk memenuhi kebutuhannya. Selanjutnya agen bunga mistribusikan bunga kepada beberapa ritel, karena ritel membeli bunga dalam jumlah yang lebih kecil daripada agen. Untuk memenuhi kebutuhan konsumen akan banyaknya varietas bunga, maka ritel juga membeli bunga dari beberapa agen bunga. Ritel berfungsi sebagai perantara terakhir dalam pistribusian bunga dari produsen bunga kepada konsumen. E.2.2 Pola distribusi unrooted cutting Unrooted cutting merupakan bibit krisan berupa stek batang tanpa akar yang diekspor perusahaan ke Jepang melalui agen luar negeri. Unrooted cutting ini dihasilkan dari lahan milik perusahaan dan terdiri atas beragam varietas. Perusahaan (PT. Saung Mirwan) hanya menjual unrooted cutting ke satu agen, lalu agen tersebut juga hanya menjual barangnya ke satu perusahaan. Jumlah unrooted cutting yang dimiliki oleh perusahaan yang layak ekspor masih terbatas, sehingga 33

50 hanya menjual ke satu agen. Agen luar negeri dapat membeli produk dari beberapa perusahaan sesuai dengan permintaan perusahaan luar negeri. Kemudian perusahaan luar negeri membeli bunga dari beberapa agen sesuai dengan pemesanan yang dilakukan oleh konsumen. Perusahaan luar negeri ini bertindak sebagai perantara terakhir bunga dari perusahaan (PT. Saung Mirwan) kepada konsumen bibit. Pola distribusi produk unrooted cutting disajikan pada Gambar 10. Perusahaan Agen luar negeri Perusahaan luar negeri Saung Mirwan : anggota rantai pasokan bunga : aliran komoditas nyata Gambar 10. Ilustrasi distribusi unrooted cutting K O N S U M E N E.2.3 Pola distribusi rooted cutting Rooted cutting ini juga dihasilkan siri oleh perusahaan. Pola distribusi rooted cutting merupakan pola paling sederhana dibandingkan pola distribusi bunga potong dan unrooted cutting. Perantara antara perusahaan dengan konsumen hanya satu anggota rantai saja, yaitu agen bibit. Perusahaan menjual rooted cutting ke beberapa agen bibit, dan agen juga membeli bunga dari beberapa perusahaan sesuai dengan kebutuhan konsumen. Pola distribusi produk rooted cutting disajikan pada Gambar 11. Perusahaan Saung Mirwan Agen bibit K O N S U M E N : anggota rantai pasokan bunga : aliran komoditas nyata Gambar 11. Ilustrasi distribusi rooted cutting Waktu pengiriman bunga dari perusahaan menuju lokasi konsumen (distribusi) sebagian besar dilakukan pada pagi hari (04.00 WIB), ada juga pada siang hari (14.00 WIB). Pengiriman dilakukan pada pagi hari karena mengikuti jadwal pengiriman sayuran yang juga merupakan produk PT. Saung Mirwan. Sebagai produk pertanian, baik sayuran maupun bunga krisan harus diterima oleh konsumen dalam keadaan segar atau tidak rusak. Oleh karena itu, saat transportasi adalah waktu yang sangat penting untuk menjaga kualitas produk baik melalui handling yang benar maupun selang waktu pengiriman yang diharapkan berjalan lancar. Produk ekspor (unrooted cutting) akan dibawa ke Bandara dan diterima oleh pihak agen luar negeri. Biasanya setelah produk tiba, lalu dipersiapkan untuk keberangkatan pesawat pada pada hari itu, namun jika tidak dilakukan pengiriman maka produk akan disimpan dalam cool room di Bandara selama sehari. Setelah tiba di Bandara Jepang, produk akan dikarantina terlebih dahulu sebelum didistribusikan kepada konsumen. Jika produk dikirim dari Indonesia pada hari Rabu pagi, maka produk tiba di tangan konsumen Jepang pada hari Jumat pagi. 34

51 F. HAMBATAN PENGEMBANGAN RANTAI PASOKAN Hambatan pengembangan rantai pasokan yang teridentifikasi pada rantai pasokan bunga krisan adalah sebagai berikut. 1) Biaya transportasi yang tinggi 2) Arus informasi yang kurang lancar 3) Ketidakpastian pasokan 4) Kurangnya kerjasama dengan lembaga keuangan 5) Peraturan dan birokrasi yang sulit Biaya transportasi yang tinggi ditimbulkan saat pengiriman ke lokasi konsumen yang jauh, semakin jauh lokasi konsumen maka semakin tinggi pula biaya transportasi yang ditimbulkan. Hal ini tentu menghambat penyebaran konsumen bunga krisan yang terletak di daerah yang tidak dapat ditanami bunga krisan. Selanjutnya arus informasi yang tidak lancar dari konsumen kepada perusahaan tentang jenis dan jumlah bunga yang dipesan mengakibatkan perusahaan tidak dapat mempersiapkan jenis dan jumlah bunga yang dipesan konsumen. Perubahan permintaan konsumen tidak diterima perusahaan tepat waktu, sehingga perusahaan hanya menawarkan produk yang ada. Ketidakpastian pasokan bunga dipengaruhi oleh cuaca dan iklim yang berubah-ubah. Perubahan iklim mempengaruhi jadwal pemanenan bunga. Pada musim hujan jadwal panen mengalami kemunduran, dan hasil panen juga mengalami penurunan. Hal ini terjadi karena tanaman menjadi lebih mudah rusak. Sedangkan pada musim panas, jadwal pemanenan maju, sementara jadwal pemenuhan pesanan konsumen belum tiba. Maju mundurnya jadwal pemanenan bunga tentu menimbulkan kerugian karena perusahaan tidak dapat memenuhi pesanan konsumen tepat waktu. Kurangnya kerjasama dengan lembaga keuangan biasanya dialami oleh para petani bunga, sehingga mereka tidak memiliki modal yang cukup untuk menghasilkan bunga yang berkualitas dalam kuantitas yang besar. Selain itu, peraturan dan birokrasi yang sulit dialami saat perusahaan melakukan ekspor. Banyak urusan administrasi dan kelengkapan yang harus dipenuhi untuk melakukan ekspor, ditambah dengan pungutan yang banyak juga. Hal ini dapat menghambat perusahaan mengembangkan segmen pasar produknya. 35

52 V. TRANSPORTASI BUNGA KRISAN A. KONTEKS BISNIS PERUSAHAAN A.1 Sejarah Dan Deskripsi Perusahaan PT. Saung Mirwan adalah usaha yang bergerak di bidang agribisnis yaitu sebagai produsen dan trading company di bidang sayuran dan bunga. Beberapa sayuran yang dibudidayakan diantaranya adalah tomat (beef dan cherry), melon, Ketimun Jepang (Kyuuri), Cabe Jepang (Shisito), paprika, dan lain-lain, sedangkan jenis bunga yang diproduksi yaitu bunga krisan potong, bunga krisan pot, bibit krisan yang sudah berakar dan tanpa akar. Pada awalnya pemilik PT. Saung Mirwan, Tatang Hadinata (Theo) memulai usahanya dengan menanam melon di atas lahan terbuka. Pada akhir tahun 1985 Theo menyewa lahan seluas 7 hektar di daerah Cipanas, Cianjur dan menanam bawang putih dan sayuran dibantu 100 orang karyawan. Namun karena usaha tersebut mengalami penurunan di akhir tahun 1987 maka dipindahkan ke desa Sukamanah, Kecamatan Megamung, Kabupaten Bogor. Karena hasil usaha tanaman yang pertama kali dalam greenhouse (1988) memuaskan, Theo memperluas lahan greenhouse menjadi 1.5 hektar dengan tanaman melon, paprika, tomat, kyuuri dan shisito. Perkembangan usaha tanaman dalam greenhouse terus meningkat sehingga pada tahun 1991, PT. Saung Mirwan mencoba memproduksi stek krisan yang sudah berakar (rooted cuttings). Pada tahun 1994 PT. Saung Mirwan selain memproduksi stek krisan juga memproduksi bunga krisan potong secara komersil ke pasar lokal diikuti dengan dibentuknya divisi bunga. Pada tahun 1995 luas greenhouse untuk tanaman bunga dan sayur masing-masing telah mencapai 1.5 dan 2 hektar. Permintaan pasar terus meningkat, namun karena keterbatasan sumber daya maka PT. Saung Mirwan mengadakan hubungan mitra tani dengan petani-petani kecil di sekitar desa Sukamanah. Semakin lama jumlah mitra tani semakin bertambah sampai ke daerah Bogor, Sukabumi, Bandung, Lembang, Cipanas dan Garut yang mencapai 250 orang. PT. Saung Mirwan akhirnya membuat lahan tambahan tahun 1999, untuk memproduksi stek krisan tanpa akar (unrooted cuttings) dan bekerja sama dengan Deliflor Chrysanthen B.V. A.2 Lokasi Perusahaan PT. Saung Mirwan yang terletak di Gunung Pangrango berlokasi di Jl. Cikopo Selatan, No. 134, desa Sukamanah, Kec. Megamung, Kab. Bogor, Jawa Barat. Curah hujan di daerah PT. Saung Mirwan sekitar 2,945 mm, suhunya pada siang hari antara 27º- 32ºC dan pada malam hari antara 20º- 22ºC. Kelembapan di daerah PT. Saung Mirwan berkisar 70-80%. PT. Saung Mirwan memiliki luas area sekitar 11 hektar yang terdiri atas 4 hektar area greenhouse dan sisanya digunakan untuk produksi sayur, areal kantor, dan rumah tempat tinggal pemilik perusahaan. Greenhouse dibangun dengan konstruksi besi dilengkapi dengan peralatan yang modern dan sarana penunjang untuk kegiatan pengepakan, penyortiran serta penyimpanan hasil produksi (cold storage). A.3 Tinjauan Proses Produksi Kegiatan-kegiatan produksi bunga krisan dilaksanakan berdasarkan jadwal penjualan bunga yang diperoleh dari sales (pemasaran). Jadwal penjualan ini diberikan kepada bagian produksi yang menjadikannya dasar untuk membuat daftar kebutuhan bahan baku produksi dan jadwal rencana tanam (plant schedule). Selanjutnya daftar kebutuhan bahan baku produksi diajukan kepada bagian pengadaan agar proses produksi dapat dimulai. Pada jadwal rencana tanam tercantum informasi mengenai jenis bunga yang ditanam, kuantitas bunga yang ditanam, lokasi tanam, tanggal penanaman dan tanggal pemanenan. Produk bunga krisan yang diproduksi oleh PT. Saung Mirwan terdiri atas bunga krisan potong, bibit krisan yang sudah berakar (rooted cutting) dan bibit krisan tanpa akar (unrooted cutting). Masing-masing produk memiliki tahapan proses produksi yang berbeda. Pada awalnya untuk setiap 36

53 tanaman bunga krisan dilakukan pembibitan. PT. Saung Mirwan melakukan proses pembibitan siri. Lahan pembibitan seluas 960 m 2 ditanami berbagai jenis bunga krisan dengan komposisi yang jelas dan diberikan penanda agar tidak terjadi kesalahan saat mengidentifikasi jenis, tanggal tanam dan tanggal panen bunga. Pembibitan dilakukan di dalam greenhouse. Sebelum lahan ditanami, terlebih dahulu dilakukan sterilisasi dengan memberikan uap atau formalin. Stek dipanen dari tanaman induk sebanyak 32 kali selama 16 minggu, setelah itu harus diganti tanaman yang baru agar kualitas bunga tetap terjaga. Proses produksi bunga krisan potong (cutting Chrysanthemum) disajikan pada Gambar 12. Penyemaian stek... ±1.5 minggu Long day ± 5 minggu Short day... ± 6 minggu Masa panen ± 1 minggu Total waktu produksi : minggu : tahap-tahap proses produksi bunga : aliran tahap-tahap dalam proses produksi Gambar 12. Tahap-tahap proses produksi bunga potong di PT Saung Mirwan A.3.1 Penyemaian stek Penyemaian stek bertujuan untuk mengakarkan stek bunga yang sebelumnya diambil dari tanaman induk atau Mother Plant. Penyemaian stek yang dinamakan juga nursery mengalami perawatan seperti penyiraman dan penyemprotan zat anti hama. Pengakaran stek ini dilakukan selama 1.5 minggu. A.3.2 Long day Stek yang sudah berakar dipindahkan ke dalam pot (untuk bunga pot) atau lahan yang sudah disiapkan (bunga potong). Media tanam untuk bunga potong terdiri atas tanah yang ditambah dengan pupuk dasar, TSP36 dan MgSO 4, sedangkan untuk bunga pot krisan terdiri atas arang sekam, cocopeat, dan peat moss dengan perbandingan volume 1:1:1. Media tanaman bunga potong disterilisasi setiap mulai penanaman. Sterilisasi bertujuan untuk menghilangkan bakteri atau mikroba yang hidup di tanah yang dapat merugikan tanaman. Tahap ini dinamakan long day karena diberikan penambahan hari kepada tanaman melalui penyinaran buatan sampai pukul WIB. Krisan merupakan tanaman hari pek sehingga untuk merangsang pertumbuhan vegetatif perlu dipelihara dalam kondisi hari panjang. Indonesia mempunyai panjang hari sekitar 12 jam. Penambahan panjang hari dapat dilakukan dengan penyinaran buatan setelah matahari terbenam atau selama periode gelap. Penambahan cahaya dapat memacu pertumbuhan vegetatif tanaman atau menunda fase generatif, yaitu pembentukan promordia atau pembungaan. Perawatan yang dilakukan pada tahap long day adalah penyiraman. A.3.3 Short day Pada short day tanaman dibiarkan hidup dengan memperoleh penyinaran secara alami (tidak diberikan lagi tambahan penyinaran). Kegiatan yang dilakukan pada tahap short day terdiri atas pemupukan, pewiwilan, penyemprotan, dan penyiraman. Pewiwilan merupakan kegiatan mengambil tunas-tunas tanaman yang tidak dibutuhkan. Penyiraman yang dilakukan adalah penyiraman dengan larutan pupuk dengan konsentrasi tertentu menggunakan pievone sampai tanaman berumur delapan minggu, kemudian penyiraman dilanjutkan dengan air. Selain penyiraman dilakukan juga 37

54 penyemprotan dengan zat anti hama dan zat anti pertambahan tinggi tanaman yaitu Allar. Penyemprotan dengan Allar dilakukan maksimal tiga kali selama hidup tanaman bunga potong. A.3.4 Masa panen Waktu panen yang baik adalah pada sore hari yaitu pada pukul waktu setempat karena pada saat tersebut kandungan air dan kandungan makanan lainnya masih cukup di dalam tanaman. Tanda ini terlihat dari penampakan tanaman yang masih segar. Menurut Rukmana dan Mulyana (1997), untuk jenis krisan tipe spray kriteria siap panen adalah bunga sudah mekar penuh 75-80% dari seluruh kuntum bunga dalam satu batang sedangkan untuk krisan tipe standar kriterianya adalah bunga setengah mekar atau 3-4 hari sebelum mekar penuh. Selanjutnya dilakukan penanganan pasca panen yang terdiri atas penampungan (pengumpulan) hasil, sortasi, pembersihan dan pengkelasan (grading). Penanganan bunga potong pada umumnya meliputi sortasi dan seleksi kualitas, pengikatan, pembungkusan, peraman (pengawetan), penyimpanan, pengepakan, dan pengangkutan. Untuk bunga potong standar sebelum dipanen kuntum bunga dibungkus terlebih dahulu dengan kertas untuk menghindari kerusakan saat pengangkutan. Kuntum bunga krisan potong standar yang dibungkus dengan kertas disajikan pada Gambar 13. Sortasi bertujuan untuk mengelompokkan bunga berdasarkan keseragaman panjang, ketegaran batang, ukuran dan warna bunga. Pengawetan untuk memperpanjang umur bunga dilakukan dengan menambahkan ke dalam air zat yang berfungsi sebagai penyedia gula atau karbohidrat, penghambat pertumbuhan mikroba yang dapat menyumbat lubang batang dan senyawa pengasam (Manu 2007). Gambar 13. Kuntum bunga krisan potong standar dibungkus dengan kertas Pemanenan stek bunga krisan dilakukan sejak tanaman krisan telah berumur lima minggu. Pada minggu ke-3 setelah tanam dilakukan topping pada tanaman yaitu memotong pucuk tanaman dan menyisakan tiga helai daun di bawah. Dari bawah daun yang dibiarkan nantinya akan muncul tunas yang akan menjadi stek. Setelah minggu ke-5, stek krisan dapat dipanen dan untuk ekspor dipanen dua kali dalam seminggu. Setiap hari dilakukan pemanenan stek krisan pada tanaman krisan yang berbeda varietas. Masa produksi stek krisan tersebut adalah selama tujuh minggu, jadi pada minggu ke-13 tanaman harus dibongkar untuk diganti dengan tanaman yang baru. Masa produksi tanaman krisan terdiri atas masa produksi muda (MP muda) yaitu umur tanaman <10 minggu dan masa produksi tua (MP tua) yaitu umur tanaman mulai minggu. Stek yang dihasilkan oleh tanaman MP muda berbeda dengan yang dihasilkan tanaman MP tua. Semakin tua umur tanaman, maka batang tanaman akan semakin kecil. Sebelum penanaman, lahan harus dipersiapkan dulu dengan mensterilkan tanah lalu memberikan pupuk dasar dan nutrisi yang lain yang berguna untuk pertumbuhan tanaman. Setelah tanaman tumbuh perawatan yang dilakukan antara lain penyemprotan dengan air atau larutan pupuk sebanyak dua kali seminggu, insektisida dan zat penahan hama yang lain. 38

55 A.4 Organisasi Perusahaan A.4.1 Visi dan Misi Perusahaan PT. Saung Mirwan memiliki visi untuk menjadi salah satu leader di bidang agribisnis dengan menerapkan teknologi tepat guna untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pertanian. Sedangkan misi-misi PT. Saung Mirwan terdiri atas a) menghasilkan produk pertanian yang berkualitas tinggi secara berkesinambungan sesuai dengan kebutuhan pasar, b) senantiasa meningkatkan kualitas produk, kualitas sumber daya manusia dan kualitas pelayanan untuk memberikan kepuasan pelanggan, c) mengembangkan sistem agribisis melalui jaringan kemitraan dan d) bekerja sama dengan berbagai lembaga penelitian untuk menerapkan teknologi tepat guna yang bermanfaat untuk pelaku bisnis. A.4.2 Struktur Organisasi PT. Saung Mirwan dipimpin oleh seorang presiden direktur yang sekaligus bertindak sebagai pemilik perusahaan yang bertanggung jawab atas semua aktivitas yang terjadi di dalam perusahaan. Dalam menjalankan tugasnya presiden direktur dibantu oleh tim dari Research and Development (R&D), IT (Teknologi Informasi) dan Jaminan Mutu (Quality Assurance/QA). Tim R&D bertugas untuk melakukan penelitian untuk perkembangan dan perbaikan kualitas produk yang dihasilkan ke depan sedangkan tim QA mengurus tentang jaminan kualitas produk dan perusahaan. Untuk memberi informasi serta masukan yang penting bagi presiden direktur utama dalam pengambilan keputusan diperlukan beberapa staf ahli (IT). Presiden direktur membawahi tiga direktur yaitu untuk bidang produksi, komersil dan umum. Di bawah direktur terdapat manajer yang mengepalai satu divisi, misalnya direktur produksi membawahi manajer produksi. Di bawah manajer produksi terdapat lima bagian yaitu Kebun Gadog, Lemah Neundet, Cipanas, Lembang dan Kebun Garut. Masing-masing bagian merupakan tanggung jawab seorang kepala bagian yang membawahi kepala seksi, misalnya dari bagian Kebun Garut terdapat dua kepala seksi yaitu untuk Nursery serta untuk umum dan keuangan. Di bawah kepala seksi terdapat kepala subseksi, misalnya dari seksi Nursery terdapat subseksi penyediaan sarana dan subseksi pemeliharaan bibit. Agar lebih jelas, struktur organisasi keseluruhan secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 1. A.4.3 Ketenagakerjaan PT. Saung Saung Mirwan memiliki jumlah staf dan karyawan sebanyak 455 orang. Staf terdiri atas direktur, manajer, kepala bagian, kepala seksi dan kepala sub seksi. Karyawan terdiri atas karyawan bulanan, harian tetap, harian lepas, dan karyawan borongan. Pemetaan tenaga kerja PT. Saung Mirwan secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 2. A.5 Profil Eksternal Perusahaan A.5.1 Profil Pemasok PT. Saung Mirwan sebagai suatu perusahaan agribisnis yang maju harus memiliki pemasok yang jelas untuk bahan baku produksi dan menjaga hubungan yang baik dengan para pemasok tersebut. Bahan baku yang dibutuhkan untuk produksi bunga krisan potong, krisan pot, dan bibit krisan meliputi arang sekam, cocopeat, peat moss, pasir, pupuk, pestisida, pot, kertas prola, karton dus, plastik dan selotip. Daftar pemasok bahan baku yang digunkan PT. Saung Mirwan disajikan pada Tabel 8. PT. Saung Mirwan memiliki hubungan transaksional dengan para pemasok dan lead time bervariasi untuk pemesanan barang yang dilakukan. Kemampuan setiap pemasok untuk memenuhi pesanan PT. Saung Mirwan juga beragam baik untuk kualitas, kuantitas maupun ketepatan pengiriman. Ada pemasok yang memenuhi pesanan sesuai kualitas, kuantitas dan waktu pengirimannya, tetapi ada yang tidak. Hal ini tergantung pada kemampuan masing-masing pemasok. 39

56 Tabel 8. Daftar pemasok bahan baku PT. Saung Mirwan No. Bahan baku produksi Pemasok dan lokasi 1. Sekam Pak Ahmad (Pasir Muncang) dan Pak Ajikardi (Cidokom) 2. Cocopeat Pak Awan (Tasik) 3. Peat moss Pak Dedy (Tasik) 4. Pasir Sinar Setia (Bogor) 5. Pupuk PT. Andalas (Ciawi), Mitra Djaya (Bogor) 6. Pestisida Sari Tani (Cipanas) 7. Pot Mitra Djaya (Bogor) dan Bumi Mandiri 8. Kertas prola PD. Terus Jaya (Bogor), Lenalda (Jakarta) 9. Karton dus Riski Kemas Maju (Cibinong) 10. Plastik PT. Nevo Plastik (Bandung) 11. Selotip Adi Unisindo (Ciawi) A.5.2 Profil Pembeli Para pembeli produk bunga krisan dari PT. Saung Mirwan bervariasi sistem transaksi dan daerah asalnya. Sistem transaksi yang ada terdiri atas Cash or Invoice and Carry, abondemen dan kontraktual. Cash or Invoice and Carry merupakan sistem yang terjadi pada para pembeli yang datang langsung ke perusahaan untuk membeli bunga lalu membayar langsung (cash) atau ditangguhkan (invoice). Abondemen adalah pengiriman tetap bunga dari perusahaan kepada pembeli melalui pemesanan oleh agen bunga. Sistem pembayaran ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak. Sedangkan kontraktual merupakan sistem transaksi paling lama yaitu minimal enam bulan dengan kuantitas order minimal antara ikat untuk bunga potong. Total pembeli bunga (customer/pelanggan) dari PT Saung Mirwan sampai Maret 2010 adalah 41 pelanggan. Daftar pelanggan bunga PT Saung Mirwan (sampai Maret 2010) dapat dilihat pada Lampiran 4. B. KAJIAN TRANSPORTASI B.1 Organisasi Transportasi Organisasi transportasi merupakan suatu kelompok orang yang terdiri atas anggota-anggota yang saling berkaitan dan bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama yaitu tujuan manajemen transportasi. Tujuan manajemen transportasi adalah untuk memindahkan atau mengangkut barang atau penumpang dari suatu lokasi ke lokasi lain secara efektif dan efisien. Pada sebuah perusahaan yang menghasilkan berbagai produk yang akan didistribusikan berarti organisasi transportasi bertujuan untuk mengatur kedatangan bahan baku produksi dari para pemasok dan mengatur distribusi produk kepada konsumen. Organisasi transportasi yang sehat sangat penting dicapai karena dapat : a. Memudahkan terselenggaranya administrasi dan sistem pelaporan b. Memungkinkan pertumbuhan dan diversifikasi usaha c. Memberi kesempatan untuk penerapan kemajuan teknologi yang cocok secara optimal d. Merangsang pikiran yang kreatif dan prakarsa melalui tugas-tugas pekerjaan yang ditentukan PT. Saung Mirwan yang memproduksi bunga krisan dan sayur-sayuran mistribusikan produknya kepada konsumen menggunakan moda angkutan darat yang berpingin untuk menjaga kualitas bunga dan sayuran. Kedatangan bahan baku produksi seperti pupuk, kertas, karton dus dan lain-lain, tidak menjadi tanggung jawab bagian transportasi perusahaan. Bahan baku produksi sebagian besar dikirim langsung oleh para pemasok ke perusahaan sesuai kebutuhan perusahaan. Jumlah pengiriman bahan baku produksi tidak tetap pada jadwal tertentu tetapi tergantung pada 40

57 jumlah kebutuhan untuk produksi yang akan dilakukan. Semakin tinggi pemesanan produk bunga misalnya bunga krisan pot dari konsumen maka semakin tinggi pula kebutuhan sekam, cocopeat, peat moss (sebagai media tanam), pot dan lain-lain yang merupakan bahan baku untuk produksi bunga krisan pot. Pengiriman produk bunga (bunga potong) dari perusahaan menuju lokasi pelanggan dilakukan sesuai rentang waktu yang telah disepakati antara pembeli dan sales. Sedangkan pada pengiriman bibit ekspor (unrooted cuttings) dan bibit lokal (rooted cuttings) dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh pembeli. Perbedaan ini terjadi karena adanya pemesanan tetap oleh pelanggan bibit/stek. Pada produk bibit, jadwal pengiriman meliputi varietas dan kuantitas telah ditetapkan di awal minggu. Contoh jadwal pengiriman pada bibit bunga krisan dapat dilihat pada Lampiran 5. B.2 Pemilihan Alat Transportasi Mutu bunga potong bergantung pada penampilan dan daya tahan kesegarannya. Bunga dengan mutu prima tentu mempunyai nilai jual lebih tinggi dibandingkan dengan mutu bunga potong berkualitas rah. Untuk mempertahankan mutu bunga potong perlu dilakukan beberapa perlakuan saat bunga siap panen sampai tiba di tangan konsumen. Penanganan pasca panen sudah diuraikan sebelumnya di bagian tinjauan proses produksi. Salah satu tahap yang perlu diperhatikan adalah saat pengangkutan. Secara umum pemilihan alat transportasi dilakukan agar barang atau orang yang diangkut sampai di tujuan tanpa menimbulkan kerusakan yang berarti pada barang yang diangkut sehingga kegiatan pengangkutan ini dapat memuaskan pihak pengirim dan penerima barang. Menurut Nasution (2008), ada lima alat angkutan yang dapat dipilih oleh perusahaan sehubungan dengan transportasi barang ke gudang dealer dan pelanggannya, yaitu : a) pengangkutan dengan kereta api b) melalui perairan/ kapal c) dengan truk d) dengan pesawat udara e) melalui pipa PT. Saung Mirwan menggunakan mobil box berpingin untuk mengangkut produk bunga kepada pelanggan. Hal ini bertujuan untuk menjaga kualitas bunga sehingga tetap segar sampai di tangan konsumen. Suhu pingin yang digunakan rata-rata 8ºC. Selain itu untuk menjaga kondisi bunga agar tetap baik maka bunga dikemas dengan kertas prola lalu dilakukan pengepakan menggunakan karton dus yang cukup kuat sehingga tidak akan rusak saat disusun secara bertindihan di dalam karaan. Untuk bunga potong pengemasan dilakukan dengan membungkus setiap ikat bunga yang setiap ikat terdiri atas 10 tangkai. Pada bunga potong standar terdapat dua kali pengemasan yaitu pengemasan per ikat dan pengemasan per tangkai yaitu setiap kuntum bunga dibungkus kertas yang dibentuk sebelumnya sehingga dapat melindungi kuntum bunga saat terjadi goncangan. Bagian transportasi PT. Saung Mirwan melakukan pengiriman bunga dengan cara menggabungkannya dengan sayuran dalam satu karaan yang hari pengirimannya sama dan daerah tujuan yang berdekatan. Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan penggunaan kapasitas ruang box pada karaan yang digunakan dan agar biaya pengiriman produk dapat terpenuhi. Setiap pelanggan bunga atau sayur memiliki daya beli yang relatif berbeda sehingga kuantitas produk yang dibeli pun beragam. Oleh karena itu barang kiriman untuk beberapa pelanggan yang berbeda dapat digabungkan dan dikirim dalam satu karaan. Pelanggan-pelanggan yang pengiriman pesanannya digabungkan dalam satu karaan merupakan pelanggan yang berdekatan lokasinya, atau lokasi mereka terletak dalam jalan yang searah sehingga mudah bagi pihak transportasi saat pistribusian. Penggabungan pengiriman produk bunga krisan dan produk sayuran dalam satu karaan memerlukan perhatian yang lebih. Perhatian yang dimaksud adalah untuk menjaga agar kedua produk tersebut tidak mengalami kerusakan saat pengiriman terutama akibat penggabungannya. Oleh karena itu, pertama kali saat penyusunan barang ke dalam karaan, pekerja harus sangat memperhatikan cara penyusunan sehingga tidak sampai produk sayuran yang rentan berada di bawah kardus bunga. Pada umumnya kardus bunga harus dimasukkan terlebih dahulu ke dalam karaan dengan menyusunnya secara bertingkat. Selanjutnya produk sayuran dimasukkan ke dalam karaan dan disusun dengan baik sehingga meminimalkan kerusakan selama transportasi. Urutan pemasukan barang ke dalam karaan disesuaikan dengan letak pelanggan yang bersangkutan. Jika pada saat pengiriman lokasi pelanggan sayur yang lebih dahulu dicapai daripada lokasi pelanggan bunga maka 41

58 urutan pemasukan barang adalah bunga terlebih dahulu lalu sayuran. Begitu juga sebaliknya, jika lokasi pelanggan bunga lebih dahulu dicapai daripada lokasi pelanggan sayuran maka urutan pemasukan barang adalah produk sayuran lebih dahulu lalu disusul kardus-kardus bunga krisan. B.3 Resiko Transportasi B.3.1 Transportasi dari lahan panen menuju gudang penyimpanan Transportasi bunga terjadi sejak panen yaitu saat pemindahan hasil panen dari lahan menuju gudang seleksi dan penyimpanan. Alat yang digunakan untuk memindahkan hasil panen ke gudang dinamakan roda atau lori. Bentuk alat angkut roda ditunjukkan pada Gambar 14. (a) (b) Gambar 14. Alat angkut produk stek dari lahan menuju gudang penyimpanan di PT. Saung Mirwan (a) alat angkut rooted cutting, (b) alat angkut unrooted cutting/bibit ekspor (Dok. Maret 2010) Bibit krisan yang sudah dipanen harus segera diangkut menuju gudang seleksi dan penyimpanan agar bibit tidak layu akibat terlalu lama terkena sinar matahari. Selang waktu yang paling baik bagi bibit sejak pemanenan sampai tiba di gudang adalah 30 menit. Pemanenan bibit unrooted cutting menggunakan gunting sedangkan pemanenan rooted cutting menggunakan alat potong sejenis pisau kecil. Perbedaan ini bertujuan untuk menjaga kualitas bibit ekspor. Sebelum diangkut bibit krisan disusun ke dalam plastik terlebih dahulu sebanyak 52 batang untuk setiap plastik. Plastik yang digunakan adalah plastik yang ketebalannya mm (Lampiran 10). Setelah selesai dimasukkan ke dalam plastik, lalu dilakukan pataan untuk mengetahui berapa hasil yang diperoleh per varietas krisan. Lalu plastik yang sudah berisi bibit krisan disusun di dalam box berdasarkan varietas seperti ditunjukkan pada Gambar 14 untuk dibawa ke gudang penyimpanan. Box ini dapat membuat pengangkutan menjadi lebih mudah karena dapat memuat sekitar 50 bungkus plastik untuk setiap box. Resiko transportasi bibit baik unrooted cutting maupun rooted cutting dari lahan panen menuju gudang penyimpanan adalah layu karena mengalami transpirasi. Namun dalam perusahaan, hal tersebut tidak menjadi masalah karena waktu bibit berada di lingkungan terbuka sangat singkat, yaitu saat proses pengangkutan menuju gudang. Lokasi panen yang berada di dalam greenhouse membantu mengurangi intensitas cahaya matahari langsung terhadap hasil panen. Pengangkutan bunga potong dari lokasi pemanenan menuju gudang penyimpanan menggunakan alat yang berbeda dengan pengangkutan bibit. Alat yang digunakan untuk mengangkut bunga potong memiliki ukuran yang lebih besar daripada alat angkut bibit. Bunga potong yang telah diikat (10 batang untuk setiap ikat) dan dikemas menggunakan kertas disusun dalam suatu wadah secara vertikal untuk meminimasi kerusakaan bunga. Wadah tersebut diletakkan di atas alat angkut, seperti disajikan pada Gambar 15. Jika wadah sudah penuh lalu dibawa ke gudang penyimpanan. 42

59 (a) (b) Gambar 15. (a) Alat angkut bunga potong dari lahan panen menuju gudang di PT. Saung Mirwan dan (b) Bunga potong yang sudah disusun di dalam gudang penyimpanan (Dok. Maret 2010) Resiko transportasi bunga potong dari lahan panen menuju gudang penyimpanan sementara sama dengan yang dialami bibit, yakni bunga menjadi layu karena mengalami transpirasi. Karena lahan panen berada di dalam greenhouse sehingga suhu udara tidak terlalu ekstrim. Namun demikian waktu pemanenan tetap harus diusahakan secepat mungkin. Selain resiko produk menjadi layu, resiko yang dapat terjadi pada penanganan pasca panen bibit dan bunga potong termasuk saat transportasi dari lahan panen sampai di gudang adalah kesalahan pataan setelah panen sebelum produk dibawa ke gudang dan kesalahan penyusunan di dalam box sehingga terjadi pencampuran varietas. Resiko-resiko ini menyebabkan bibit cepat busuk dan pemborosan waktu karena harus menyusun kembali plastik berdasarkan varietas. B.3.2 Transportasi dari gudang perusahaan menuju lokasi pembeli Transportasi produk dari perusahaan menuju lokasi pembeli menggunakan karaan milik perusahaan yang terdiri atas tiga jenis yakni mobil box L300, mobil box engkle dan mobil box double. Karaan yang digunakan merupakan karaan yang memiliki AC sehingga kualitas produk yang dibawa dapat terjaga. Kesesuaian karaan dengan produk yang diangkut sangat penting untuk mempertahankan kualitas produk. Perusahaan memiliki 1 unit mobil L300, 6 unit mobil engkle dan 4 unit mobil double. Jumlah mobil yang dimiliki ini, cukup untuk transportasi perusahaan. Resiko transportasi produk dari perusahaan menuju lokasi pembeli terdiri atas : - kemasan produk yang rusak, - tidak sesuainya jumlah produk yang dikirim dengan yang dipesan oleh konsumen, dan - barang pesanan terlambat tiba di tempat tujuan. Kemasan barang yang rusak disebabkan oleh penyusunan kardus yang kurang tepat yaitu langsung bersentuhan dengan refrigerator (pingin) sehingga kardus rusak karena panas dari refrigerator. Posisi meletakkan kardus bunga potong dan bibit yang benar adalah secara matar agar produk yang di dalam kardus tidak saling menimpa. Selain itu, peletakan box sayur dan kardus bunga yang bertindihan juga dapat membuat kemasan bunga rusak karena tidak kuat menahan beban dari box sayur. Ketidaksesuaian jumlah pengiriman barang disebabkan oleh human error, yaitu kurang teliti saat melakukan pengecekan dan pengangkutan barang ke dalam karaan. Selain itu masalah missed communication antara sales bunga dan konsumen juga dapat menyebabkan jumlah dan varietas bunga yang dipesan dan diterima tidak sesuai. Terakhir, barang terlambat tiba di tempat tujuan pengiriman dapat disebabkan oleh gangguan jalan raya/macet, kecelakaan atau gangguan pada mobil angkutan. Oleh karena itu, bagian transportasi juga perlu memperhatikan kondisi jalan raya yang akan dilalui. 43

60 C. ALOKASI BIAYA DAN PEMODELAN TRANSPORTASI C.1 Pemilihan Jenis Karaan Transportasi Moda transportasi yang digunakan dalam rantai pasokan bunga krisan meliputi moda angkutan jalan raya, kereta api dan pesawat terbang. Moda angkutan yang biasa digunakan oleh perusahaan adalah moda angkutan jalan raya menggunakan karaan milik perusahaan, sedangkan moda angkutan kereta api jarang digunakan karena memerlukan pengawasan lebih. Moda angkutan kereta api hanya digunakan saat mesak, misalnya saat karaan perusahaan benar-benar tidak bisa merangkum semua barang kiriman perusahaan. Untuk pengiriman produk yang diekspor menggunakan alat angkutan udara. Penelitian ini hanya mengkaji transportasi bahan baku atau produk dari pemasok menuju konsumen yang menggunakan karaan darat, karena lebih dominan daripada yang lain. Jaringan transportasi yang diperoleh dalam rantai pasokan bunga krisan diilustrasikan dalam Gambar 16. Pada dasarnya terdapat dua noda yang penting di dalam rantai pasokan, yaitu noda fasilitas dan noda konsumen. Noda fasilitas terdiri atas pemasok atau pemasok dan produsen yaitu merupakan anggota rantai yang menghasilkan bahan baku (pemasok) dan produk (produsen). Dalam distribusi bahan baku atau produk bisa melalui perantara yang dinamakan distributor atau langsung tanpa perantara. Sedangkan noda konsumen merupakan anggota rantai yang hanya melakukan permintaan atas produk yang dihasilkan, baik melalui distributor maupun tidak. Noda fasilitas : pemasok : pusat distribusi : konsumen Noda konsumen Gambar 16. Model jaringan transportasi dalam rantai pasokan krisan Pemasok yang dimaksud di dalam Gambar 16 adalah pemasok bunga krisan yaitu perusahaan. Pusat distribusi adalah para agen bunga dan ritel, sedangkan konsumen merupakan konsumen bunga yang langsung memanfaatkan bunga krisan. Daerah distribusi produk bunga perusahaan menyebar di Kabupaten Bogor, Jakarta, Bandung serta khusus bibit unrooted cutting diekspor ke Jepang. Pembuatan model transportasi dalam rantai pasok bertujuan untuk mengoptimalkan jaringan transportasi dengan total biaya transportasi minimal dan kepuasan konsumen tercapai. Tahap-tahap dalam perancangan model transportasi meliputi : a) menetapkan asumsi-asumsi, b) identifikasi variabel keputusan, c) identifikasi kala-kala, d) perumusan fungsi tujuan, dan e) penyusunan model Model transportasi yang diperoleh diharapkan dapat menemukan solusi tujuan yang optimal berdasar pada sumber daya dan kala yang dimiliki. Solusi tujuan optimal artinya produk tiba di lokasi pelanggan tepat waktu dengan kondisi produk yang masih baik, dan bagi perusahaan diberikan biaya operasional transportasi yang minimal. 44

61 C.1.1 Asumsi-asumsi a. Pemasok Pemasok produk bunga krisan adalah PT. Saung Mirwan yang memasok bunga kepada konsumen yang terletak di daerah Cipanas, Bogor, Jakarta, dan Bandung. PT. Saung Mirwan diasumsikan mengirimkan produk ke konsumen yang terletak di Bogor, Jakarta dan Bandung dan perusahaan mampu memenuhi semua permintaan konsumen bunga. Produk krisan yang dimaksud adalah bunga potong, unrooted dan rooted cutting. b. Karaan Karaan yang digunakan dalam transportasi bunga krisan adalah karaan milik perusahaan, yaitu mobil L300, mobil box engkle dan mobil box double. Masing-masing alat angkutan tersebut memiliki spesifikasi kapasitas, kebutuhan bahan bakar sehingga biaya yang ditimbulkan masing-masing karaan berbeda. Dalam model transportasi rantai pasokan ini diasumsikan bahwa alat transportasi yang digunakan terdiri atas tiga jenis karaan yaitu L300, mobil box engkle dan mobil box double sesuai dengan yang dimiliki oleh perusahaan. Jumlah unit karaan yang dimiliki oleh perusahaan adalah 1 unit L300, 6 unit mobil box engkle dan 4 unit mobil box double. Kondisi semua karaan diasumsikan baik dan layak digunakan. Selain itu, jalan raya yang akan dilalui oleh karaan juga diasumsikan layak untuk pengiriman. Asumsi pengiriman bunga dari perusahaan sampai di lokasi konsumen dalam hitungan hari, transportasi dihitung hanya sekali jalan. c. Produk Produk yang dikirim oleh perusahaan terdiri atas bunga potong, bibit krisan unrooted cutting dan rooted cutting. Produk diasumsikan bersifat homogen, artinya dalam satu karaan hanya terdapat satu varietas. Namun setiap karaan boleh berbeda varietas. Hal ini bertujuan untuk memudahkan penghitungan harga produk per karaan. Untuk produk ekspor, dalam satu kardus diasumsikan berisi 2000 batang unrooted cutting. C.1.2 Identifikasi variabel keputusan Variabel keputusan yang dihasilkan oleh model transportasi rantai pasokan bunga krisan adalah jumlah dan jenis karaan yang digunakan (n). Nilai n adalah bilangan bulat lebih besar atau sama dengan nol (n 0). Output model yang diharapkan adalah jumlah dan jenis karaan yang digunakan serta biaya minimum yang ditimbulkan. C.1.3 Perumusan fungsi tujuan Tujuan dari pembuatan model adalah untuk mencapai nilai minimum total biaya transportasi yang ditimbulkan saat perusahaan melakukan pengiriman produk menuju lokasi pelanggan. Fungsi tujuan model transportasi dapat dirumuskan sebagai berikut. Min Z = n 1 (B1) + n 2 (B2) + n 3 (B3) dimana : n 1, n 2, n 3 = jumlah karaan yang digunakan B1, B2, dan B3 = Total biaya yang dikeluarkan untuk penggunaan masing-masing karaan (Rp) Biaya transportasi produk bunga terdiri atas : a) Biaya operasional setiap karaan pada setiap tujuan pengiriman (bo) Biaya operasional telah mencakup biaya bahan bakar, biaya tol, biaya parkir dan lain-lain. b) Biaya kerusakan produk (bk) bk = % kerusakan produk x total harga produk yang diangkut masing-masing karaan (Rp) x jumlah karaan yang dipakai (unit) B1, B2, B3 = bo + bk Tarif biaya operasional setiap karaan yang digunakan untuk transportasi dan distribusi produk krisan di PT. Saung Mirwan disajikan pada Tabel 9. Persentase kerusakan produk diperoleh dari hasil pengamatan dan wawancara dengan pihak distribusi dan konsumen perusahaan. Persentase 45

62 kerusakan setiap produk pada setiap tujuan disajikan pada Tabel 10. Persentase kerusakan setiap produk berbeda-beda untuk setiap tujuan yang ingin dicapai karena terdapat perbedaan baik jarak tempuh maupun kondisi jalan. Semakin jauh jarak tempuh maka semakin tinggi jumlah kerusakan produk karena semakin lama produk tiba di tangan konsumen, dan kondisi jalan yang buruk berbatubatu akan menimbulkan goncangan yang dapat meningkatkan kerusakan produk. Tabel 9. Tarif biayaoperasional karaan di PT. Saung Mirwan hingga Maret 2010 Biaya operasional karaan per hari (Rp) Tujuan Mobil L300 Mobil box engkle Mobil box double Bandara Soekarno-Hatta 406, , ,200 Cipanas 137, , ,150 Bogor 150, , ,000 Jakarta 316, , ,600 Bandung 444, , ,200 Tabel 10. Persentase kerusakan produk krisan di PT. Saung Mirwan untuk setiap tujuan pengiriman Tujuan Kerusakan produk (%) Unrooted cutting Rooted cutting Bunga potong Bandara Soekarno-Hatta Cipanas Bogor Jakarta Bandung Harga jual produk yang berlaku di PT. Saung Mirwan hingga Maret 2010 adalah sebagai berikut : - unrooted cutting : Rp 100/batang - rooted cutting : Rp 85/batang (Rp 85,000/kardus) - bunga potong : Rp 11,000/ikat (Rp 550,000/kardus) C.1.4 Identifikasi kala-kala Kala-kala yang terkait dengan model transportasi ini adalah jumlah karaan, kapasitas karaan dan waktu kirim produk. Jumlah karaan yang dimiliki oleh perusahaan yaitu 11 unit yang terdiri atas 1 unit mobil L300, 6 unit mobil box engkle, dan 4 unit mobil box double. Kapasitas untuk masing-masing karaan berbeda. Sedangkan untuk waktu kirim perusahaan tidak boleh lebih besar daripada waktu hidup produk. Karena produk yang dikirim adalah produk pertanian segar jika sudah melewati waktu hidupnya maka produk dapat rusak sampai di tangan konsumen. Kala-kala model transportasi dalam rantai pasokan bunga krisan ini dirumuskan sebagai berikut : c) Jumlah karaan n 1 1, n 2 6, n 3 4 dimana: 1 : karaan jenis L300 2 : karaan jenis engkle 3 : karaan jenis double n : jumlah karaan yang tersedia (unit) d) Kapasitas karaan K 1.n 1 + K 2.n 2 + K 3.n 3 D untuk setiap i (jenis karaan) 46

63 dimana: K : kapasitas masing-masing karaan yang digunakan (batang, kardus) D : jumlah permintaan konsumen (batang, kardus) Berdasarkan hasil pengamatan, hasil perhitungan dan informasi dari pihak transportasi dan distribusi perusahaan diperoleh kapasitas angkut setiap karaan yang dimiliki oleh perusahaan yang disajikan pada Tabel 11. Terdapat tiga jenis ukuran kardus produk yang digunakan di PT. Saung Mirwan. Kardus yang digunakan yaitu kardus A, B, dan kardus C yang masing-masing merupakan kardus untuk produk rooted cutting, bunga potong, dan unrooted cutting. Kardus A berisikan 1000 batang stek berakar dan kardus B berisikan 50 ikat bunga potong. Karena perbedaan ukuran kardus maka daya angkutnya di dalam karaan juga akan berbeda-beda. Karakteristik setiap kardus dan karaan yang dimiliki oleh perusahaan disajikan pada Lampiran 6. Pada produk unrooted cutting satuan kapasitas angkut karaan adalah batang stek karena berdasarkan informasi dan data perusahaan diketahui bahwa jumlah batang stek pada setiap kardus tidak seragam, artinya mulai beragam mulai dari batang stek. Oleh karena itu, untuk mapatkan daya angkut karaan yang tepat maka digunakan satuan batang. Dalam hal ini disumsikan satu kardus berisikan 2000 batang unrooted cutting. Kardus yang digunakan perusahaan berasal dari pemasok bahan kemasan di daerah Cibinong dan khusus kardus produk ekspor disediakan oleh konsumen siri. Tabel 11. Kapasitas angkut produk krisan pada karaan yang dimiliki PT. Saung Mirwan Jenis karaan kardus A (buah) kardus B (buah) unrooted cutting (batang) Mobil box double ,152,000 Mobil box engkle ,000 Mobil box L ,000 Ket : Kardus A = kardus untuk produk rooted cutting Kardus B = kardus untuk produk bunga potong e) Waktu kirim produk tk < tp dimana: tk : waktu kirim produk dari perusahaan ke tujuan (hari) tp : waktu hidup produk (hari) Waktu hidup produk menurut bagian produksi dan hasil penelitian Puslitbang Hortikultura adalah tiga hari untuk produk bibit dan 12 hari untuk bunga potong krisan. Yang dimaksud dengan waktu hidup adalah waktu saat produk masih berada dalam kondisi baik (segar dan tidak membusuk). C.1.5 Penyusunan model Setelah mengidentifikasi variabel keputusan, fungsi tujuan, dan kala-kala maka dihasilkan model transportasi rantai pasokan bunga krisan sebagai berikut. Min Z = n 1 (B1) + n 2 (B2) + n 3 (B3) dengan kala : K 1.n 1 + K 2.n 2 + K 3.n 3 D n 1 1, n 2 6, n 3 4 tk < tp C.2 Representasi Kromosom Algoritma genetika melakukan pencarian pada sejumlah solusi fisibel dan direpresentasikan sebagai jumlah kromosom yang disebut populasi. Kromosom-kromosom dibangun secara acak dan berevolusi melalui beberapa generasi (iterasi) berurutan. Kromosom yang dihasilkan pada suatu generasi diharapkan lebih baik dari generasi sebelumnya. Awal penerapan suatu algoritma genetika 47

64 untuk memecahkan masalah optimasi, perlu adanya pengkodean atau representasi kromosom sebagai variabel keputusan. Algoritma genetika dalam penelitian ini akan menerima kromosom dalam bentuk representasi dari matrik jumlah karaan yang terdiri atas berbagai biaya yang dikeluarkan selama transportasi. Data biaya yang ada di dalam excel akan dikonversi genetic algorithm menjadi matrik karena genetic algorithm bekerja dalam fungsi matrik. Setiap variabel keputusan akan direpresentasikan sebagai satu gen di dalam kromosom. Setiap gen memiliki nilai yang berasal dari biaya-biaya setiap karaan. representasi kromosom dari variable keputusan model transportasi bunga krisan disajikan pada Gambar 17. Gambar 17. Representasi kromosom dari variabel keputusan model transportasi C.3 Inisialisasi Populasi Inisialisasi populasi dalam genetika algoritma merupakan tahap pengumpulan individu membentuk populasi yang paling awal yang berlangsung secara acak. Inisialisasi populasi menghasilkan populasi awal yang selanjutnya akan mengalami penyilangan dan mutasi menghasilkan generasi secara terus-menerus sampai kriteria penghentian tercapai. Kriteria penghentian operasi algoritma genetika akan dijelaskan selanjutnya. C.4 Fungsi Fitness Suatu fungsi fitness digunakan untuk memberikan ciri dan mengukur seberapa baik suatu solusi (Chen et al. 2003). Fungsi fitness mengevaluasi kromosom-kromosom dalam setiap generasi. Pada model transportasi rantai pasokan bunga krisan fungsi fitness bertujuan untuk mencari nilai minimum dari total biaya transportasi. Sehingga pada saat proses seleksi, kromosom yang terpilih adalah kromosom yang memiliki nilai fitness terkecil. Nilai fitness yang dipilih adalah nilai yang dihasilkan oleh individu yang seminimal mungkin melanggar kala-kala model yang telah disebutkan sebelumnya. Solusi jumlah karaan yang dihasilkan tidak boleh melanggar jumlah persediaan karaan. Model transportasi dapat dituliskan sebagai berikut. Min Z = n 1 (B1) + n 2 (B2) + n 3 (B3) dengan kala : K 1.n 1 + K 2.n 2 + K 3.n 3 D n 1 1, n 2 6, n 3 4 tk < tp C.5 Elitisme Elitisme bertujuan untuk menyalin ulang nilai individu terbaik tidak rusak karena proses genetika. Setelah persilangan dan mutasi pertama nilai individu terbaik disalin ulang dan disimpan, begitu seterusnya sampai nilai terbaik diperoleh. Kromosom hasil elitisme ini tidak akan mengalami proses penyilangan dan mutasi. Jika jumlah populasi yang tercipta genap maka nilai terbaik yang disalin ulang ada dua buah sedangkan jika ganjil makan nilai terbaik yang disalin ulang adalah satu buah kromosom. C.6 Seleksi Kromosom n 1 n 2 n 3 Teknik seleksi yang digunakan untuk memilih kromosom yang memiliki nilai fitness terbaik adalah teknik roulette wheel. Menggunakan teknik roulette wheel, berarti pemilihan individu dilakukan berdasarkan pengaruh nilai fitness-nya. Individu dengan nilai fitness yang tinggi berarti individu yang baik dan akan memiliki peluang yang lebih besar untuk terpilih. 48

65 C.7 Penyilangan Proses penyilangan merupakan proses penukaran informasi genetik antara dua kromosom induk/parent yang terpilih dari proses seleksi untuk membentuk dua buah anak/offspring. Operasi penyilangan bertujuan untuk menciptakan suatu populasi baru dengan nilai rata-rata fitness yang lebih baik daripada populasi sebelumnya. Dalam penelitian ini, teknik penyilangan yang digunakan adalah one point crossover atau penyilangan satu titik, artinya gen-gen yang dimiliki kromosom setelah titik potong akan dipindahsilangkan antar induk sehingga tercipta dua buah kromosom baru. Titik potong digunakan untuk memotong matriks kromosom berdasarkan kolom. C.8 Mutasi Mutasi merupakan operator sekunder dalam algoritma genetika yang berfungsi untuk mengubah struktur kromosom menjadi struktur kromosom yang baru sehingga terjadi perubahan sifat genetik. Mutasi bertujuan untuk memunculkan gen-gen baru yang belum pernah muncul atau mengembalikan gen-gen yang hilang pada generasi sebelumnya. Hasil dari mutasi adalah mutan yaitu suatu individu yang secara fenotip sama dengan orangtuanya namun secara genotip berbeda. Dalam penelitian ini, mutasi dilakukan dengan menukar posisi elemen matrik secara acak. Dalam satu kromosom operasi mutasi hanya bekerja pada suatu gen. Jumlah kromosom yang bermutasi ditentukan secara acak, sampai mencapai nilai probabilitas mutasi. Nilai probabilitas mutasi yang paling sering digunakan biasanya antara C.9 Terminasi Kriteria berhentinya proses penyilangan dalam penelitian ini adalah nilai maksimum generasi. Proses algoritma genetika akan berhenti jika telah dicapai jumlah generasi maksimum. Pada penelitian ini jumlah generasi maksimum adalah 500. D. IMPLEMENTASI PROGRAM D.1 Hasil Running Program Proses algoritma genetika, dalam penelitian ini diterapkan dalam program yang dinamakan Optimization Using Genetic Algorithm for Chrysanthemum Transportation. Program ini dibuat menggunakan software Matlab R2009a dari Mathwork 2009 dan Microsoft Excel dari Microsoft Inc Program Optimization Using Genetic Algorithm for Chrysanthemum Transportation terdiri atas beberapa unit disajikan pada Tabel 12. Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat unit-unit program yang tergabung di dalam program algoritma genetika yang dibuat. Unit genetic algorithm menyatukan unit-unit lain dengan cara memanggil yang terdiri atas inisialisasi populasi, constraint function, elitisme, selection, crossover dan mutation. Coding program dapat dilihat pada Lampiran 9. Langkah-langkah yang dilakukan program untuk mencari solusi optimal dalam model transportasi rantai pasokan krisan diuraikan dalam Tabel 13. Studi kasus yang diambil dalam penelitian ini yaitu pemilihan jenis karaan pada satu pemasok bunga krisan (PT. Saung Mirwan) yang memiliki tiga jenis produk yaitu unrooted dan rooted cutting serta bunga potong, dan memiliki lima daerah pengiriman yaitu Bandara Soekarno Hatta, Cipanas, Bogor, Jakarta dan Bandung dengan kuantitas pengiriman yang berbeda-beda. Kuantitas masing-masing produk yang dikirim untuk setiap pembeli dapat dilihat di dalam Tabel

66 Tabel 12. Unit-unit yang terdapat di dalam program Optimization Using Genetic Algorithm for Chrysanthemum Transportation No. Unit Fungsi 1. Inisialisasi populasi, terdiri atas : Membangkitkan populasi awal secara acak yang a. LF_SelectionProbability harus merupakan representasi integer b. LF_SelectionProbabilityCumulative 2. Constraint function Menerapkan fungsi kala ke dalam algoritma genetika yaitu kala jumlah dan kapasitas karaan serta karakteristik transportasi lain yang berhubungan yaitu jarak dan waktu kirim, biaya operasional karaan, persentase susut produk yang diangkut. 3. Elitisme Menerapkan proses elitisme, yaitu mennyalin ulang dan menyimpan nilai fitness kromosom yang paling baik sehingga kromosom tersebut tidak akan berubah karena proses penyilangan dan mutasi berikutnya. 4. Selection, terdiri atas : a. Selection b. ChooseTheCrossover c. ChooseTheMutation Fungsi selection adalah menyeleksi individu untuk membentuk populasi baru, ChooseTheCrossover berfungsi untuk memilih kromosom yang akan mengalami proses persilangan pada gen-gennya sedangkan ChooseTheMutation berfungsi untuk memilih gen-gen yang akan mengalami mutasi. 5. Crossover Melakukan persilangan antar kromosom pada tingkat gen-gen dengan harapan mapatkan kromosom yang memiliki nilai fitness yang lebih baik daripada sebelumnya 6. Mutation Menerapkan proses mutasi di dalam program 7. CheckSingTime Unit yang berfungsi untuk melakukan pengecekan waktu kirim produk sehingga tetap lebih kecil daripada waktu hidup produk 8. Genetic Algorithm Sebagai fungsi utama yang akan menyatukan fungsi-fungsi lain yang merupakan bagian dari proses algoritma genetika 9. Fungsi untuk membuat user interface Fungsi yang berfungsi untuk menampilkan user interface yang dapat memudahkan dalam input parameter-parameter serta menampilkan output keputusan. Tampilan untuk user interface dapat dilihat pada Lampiran 7. 50

67 Tabel 13. Langkah-langkah yang dilakukan program dalam proses optimasi transportasi No. Langkah-langkah Keterangan 1. Membaca data Data berasal dari masukan user dan data yang sebelumnya telah disimpan di dalam excel. Data yang merupakan inputan user merupakan data-data yang sifatnya lebih sering berubah sedangkan data yang disimpan sebelumnya merupakan data yang lebih jarang berubah sehingga mempermudah pemasukan data ke dalam program. Datadata input melalui user interface : jumlah permintaan konsumen, harga produk, jarak dari perusahaan menuju lokasi konsumen, dan waktu hidup produk. Data-data yang disimpan di dalam excel : jarak dan waktu kirim, biaya operasional, persentase susut, kapasitas karaan. 2. Membentuk model transportasi Dari data-data yang dimasukkan program membentuk model 3. Membaca nilai parameterparameter Parameter-parameter algoritma genetika terdiri atas ukuran algoritma genetika populasi, maksimal generasi, persentase kemungkinan penyilangan dan mutasi dan total percobaan 4. Inisialisasi populasi awal Membangkitkan populasi awal secara acak dan mengevaluasi nilai fitness kromosom-kromosom dalam populasi berdasarkan kala-kala yang ada 5. Iterasi algoritma genetika Proses yang terjadi adalah memilih kromosom induk dengan teknik roulette wheel, menyilangkan dan memutasikan kromosom sesuai dengan probabilitas masing-masing serta mengevaluasi nilai fitness kromosom. Proses ini berlangsung terus hingga kriteria penghentian berhenti tercapai. 6. Selesai Program selesai melakukan iterasi algoritma genetika setelah mencapai kriteria penghentian lalu menampilkan hasil yang dalam penelitian ini berupa biaya transportasi minimum serta jumlah dan jenis karaan yang terpilih Tabel 14. Kuantitas produk krisan yang dikirim oleh pemasok ke pembeli. Tujuan pengiriman Kuantitas permintaan Jenis produk yang dikirim Keterangan Bandara Soekarno-Hatta 1,500,000 batang Unrooted cutting Kasus I Cipanas 250 kardus Rooted cutting Bandung 400 kardus Rooted cutting Kasus II Bogor 75 kardus Bunga potong Jakarta 150 kardus Bunga potong Kasus III 51

68 Jaringan transportasi pada rantai pasokan bunga krisan yang digunakan di dalam pembuatan program disajikan pada Gambar 18. Jaringan transportasi melibatkan anggota rantai pasokan yaitu perusahaan dan lima pelanggan yang terletak di lokasi berbeda. Pelanggan yang dimaksud adalah para agen bunga baik dari dalam maupun luar negeri. Perusahaan akan mengirimkan produk bunga ke lokasi pelanggan sesuai dengan kualitas dan kuantitas serta varietas yang dipesan oleh pelanggan. Lokasi pengiriman terdiri atas Bandara Soekarno-Hatta, Cipanas, Bogor, Jakarta dan Bandung. Lokasi-lokasi pengiriman tersebut merupakan daerah pelanggan yang dominan melakukan pemesanan produk bunga kepada perusahaan. Double Engkle Pemasok L300 Agen bunga Jenis karaan Gambar 18. Jaringan transportasi pasokan bunga krisan yang dipilih untuk dasar pembuatan program Tabel 15. Hasil running program pada jumlah populasi 40 dan maksimum generasi 400 Ulangan ke- Parameter Kromosom Biaya (Rp) Parameter Kromosom Biaya (Rp) 1 Pc = ,067, Pc = ,747, Pm = * 1,611, Pm = * 1,611, ,611, ,747, ,747, ,747, ,843, ,747, ,067, ,747, ,747, ,611, ,611, ,611, ,843, ,611, ,843, ,172, Pc = * 1,611, Pc = * 1,611, Pm = ,611, Pm = ,843, ,747, ,747, ,747, ,747, ,611, ,611, ,747, ,611, ,611, ,747, ,747, ,747, ,611, ,611, ,843, ,597, *) hasil optimum pertama kali 52

69 Nilai parameter algoritma genetika yang digunakan di dalam penelitian ini meliputi Pc = 0.9, Pm = 0.2, jumlah populasi 50, dan maksimum generasi 500. Nilai Pc dan Pm yang digunakan diperoleh dari hasil percobaan yang dilakukan sebelumnya. Percobaan dilakukan sebanyak 10 kali ulangan pada nilai-nilai parameter yang berbeda yaitu Pc = 0.6, 0.7, 0.8 dan 0.9 serta Pm = 0.2, 0.1, dan Hasil percobaan pada jumlah populasi dan maksimal generasi yaitu 40 dan 400 disajikan pada Tabel 15. Nilai jumlah populasi dan maksimum generasi tersebut adalah berdasarkan hasil penelitian sejenis yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu optimasi transportasi produk hortikultura yaitu cabei dan paprika (Mayangsari 2009). Berdasarkan Tabel 15 hasil optimum paling cepat ditemukan pada hasil running yang menggunakan Pc = 0.8 dan 0.9 yaitu pada ulangan ke-1 yaitu kromosom dan biaya Rp 1,611,900. Sedangkan nilai Pc = 0.6 dan 0.7 menemukan hasil optimum pada ulangan ke-2. Namun untuk semua nilai Pc di atas, nilai optimum jarang ditemukan pada setiap ulangan, artinya yang sering ditemukan adalah nilai minimum lokal. Untuk meningkatkan peluang ditemukannya hasil optimum, jumlah populasi ditingkatkan menjadi 50 dan maksimum generasi menjadi 500 (Tabel 16). Tabel 16. Hasil running program pada jumlah populasi 50 dan maksimum generasi 500 Ulangan ke- Parameter Kromosom Biaya (Rp) Parameter Kromosom Biaya (Rp) 1 Pc = ,067, Pc = * 1,611, Pm = ,843, Pm = ,611, ,149, ,843, ,747, ,611, ,843, ,611, * 1,611, ,747, ,611, ,843, ,611, ,149, ,747, ,611, ,611, ,611, Pc = * 1,611, Pc = * 1,611, Pm = ,172, Pm = ,611, ,067, ,611, ,611, ,611, ,067, ,747, ,747, ,611, ,611, ,067, ,843, ,747, ,067, ,611, ,747, ,611, *) hasil optimum pertama kali Berdasarkan Tabel 16 dapat dilihat bahwa hasil optimum ditemukan pada ulangan ke-1 pada Pc = 0.7, 0.8, dan 0.9, sedangkan pada Pc = 0.6 di ulangan ke-6. Hasil optimum paling sering ditemukan pada percobaan dengan Pc = 0.9 yaitu tujuh kali dalam 10 kali percobaan. Ini menunjukkan bahwa Pc = 0.9 lebih baik dalam menemukan nilai optimum dibandingkan dengan nilai Pc yang lain. Sehingga untuk nilai Pc, dalam penelitian ini dipilih 0.9 dan untuk jumlah populasi dan maksimum generasi yaitu 50 dan 500. Artinya dengan maksimum generasi dimulai dari angka 500, program telah dapat menemukan hasil optimum lebih konsisten, tidak terjebak lagi dalam nilai 53

70 minimum lokal. Selanjutnya untuk menentukan nilai Pm yang paling baik, hasil running dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Hasil running program pada nilai Pm yang berbeda (0.2, 0.1, dan 0.05) Ulangan ke- Parameter Kromosom Biaya (Rp) Parameter Kromosom Biaya (Rp) 1 Pc = ,611, Pc = ,843, Pm = ,611, Pm = ,843, ,611, ,611, ,611, ,747, ,747, ,747, ,611, ,611, ,067, ,611, ,747, ,611, ,611, ,843, ,611, ,611, Pc = ,611, Pm= ,611, ,611, ,611, ,843, ,172, ,611, ,611, ,149, ,843, Berdasarkan Tabel 17 dapat dilihat bahwa untuk Pm = 0.1 hasil optimum diperoleh sebanyak lima kali dan Pm = 0.1 sebanyak enam kali, keduanya lebih rah daripada yang dihasilkan Pm = 0.2 yaitu tujuh kali. Selain itu pada Pm = 0.1 hasil optimum tidak ditemukan pada ulangan ke-1 tetapi ulangan ke-3. Berdasarkan percobaan-percobaan yang telah dilakukan maka nilai parameter Pc dan Pm yang paling baik dan digunakan dalam penelitian ini adalah Pc = 0.9 dan Pm = 0.2. Sesuai dengan prosedur algoritma genetika, proses penyelesaian kasus diawali dengan menentukan populasi awal kemudian diseleksi menggunakan teknik roulette wheel yaitu berdasarkan nilai fitness (populasi hasil seleksi). Populasi seleksi dihasilkan lalu akan mengalami proses pindah silang. Maksimum sebanyak 90% individu pada populasi yang baru adalah hasil persilangan antar individu pada populasi sebelumnya. Inilah yang dimaksud dengan Pc = 0.9. Kemudian maksimal sebanyak 20% individu pada populasi baru merupakan hasil mutasi dari individu pada populasi sebelumnya. Inilah yang dimaksud dengan Pm = 0.2. D.1.1 Pengiriman produk unrooted cutting ke Bandara Soekarno-Hatta (Kasus I) Unrooted cutting merupakan produk bunga yang diekspor PT. Saung Mirwan ke Jepang. Pada kasus ini jumlah unrooted cutting yang dikirim ke Bandara adalah 1,500,000 batang, dapat dilihat pada Tabel 14. Satuan yang digunakan adalah batang karena dapat mewakili kapasitas karaan yang sebenarnya. Di lapangan, unrooted cutting dikemas di dalam kardus khusus untuk ekspor. Tetapi jumlah bibit yang terdapat di dalam setiap kardus tidak seragam, yaitu mulai dari 1,000-3,000 54

71 batang. Hal ini disebabkan oleh perbedaan ukuran batang stek. Sehingga jika menggunakan satuan kardus maka tidak mewakili kapasitas karaan yang sebenarnya. Tabel 18. Populasi awal, seleksi, hasil silang, dan hasil mutasi pada salah satu generasi untuk pengiriman unrooted cutting ke Bandara Populasi awal Populasi hasil Populasi hasil Populasi hasil seleksi persilangan mutasi Populasi akhir * *

72 Lanjutan... Populasi awal Populasi hasil seleksi Populasi hasil persilangan Populasi hasil mutasi Populasi akhir *) kromosom yang mengalami mutasi Tabel 18 menunjukkan hasil operasi algoritma genetika pada generasi ke-499. Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa kromosom ke-15 mengalami mutasi. Hasil akhir yang diperoleh yaitu kromosom artinya kombinasi karaan yang dipilih untuk pengiriman adalah 1 unit mobil L300 dan 1 unit mobil box double. Biaya transportasi yang dibutuhkan adalah Rp 1,799,000. Biaya transportasi minimum dapat dilihat pada command window setelah proses optimasi selesai. Jumlah calon solusi (Ns) yang terdapat di dalam ruang pencarian adalah hasil perkalian jumlah populasi dengan maksimum generasi yaitu 25,000. Hasil optimum (No) diperoleh pada posisi 45 generasi ke-12 = (12 x 50) + 45 = 645. Posisi dan nilai generasi pada saat ditemukannya hasil optimum dapat dilihat pada command window setelah proses optimasi selesai. Ruang pencarian yang digunakan untuk mencapai hasil optimum adalah sebagai berikut. Ruang pencarian yang digunakan = (No/Ns) x 100% = (645/25,000) x 100% = 2.58% Ruang pencarian yang digunakan oleh algoritma genetika dalam proses optimisasi adalah sebesar 2.58%. Artinya algoritma genetika hanya menganalisa 2.58% calon solusi sampai nilai optimum diperoleh. D.1.2 Pengiriman produk rooted cutting ke lokasi pelanggan yang terletak di Cipanas dan Bandung (Kasus II) a. Cipanas Rooted cutting merupakan produk bibit krisan berupa stek berakar. Produk ini dikemas menggunakan kardus khusus untuk bibit lokal, setiap kardus seragam yaitu berisikan 1,000 batang stek berakar. Oleh karena itu, satuan yang digunakan untuk menentukan kapasitas angkut karaan untuk produk rooted cutting adalah satuan kardus. Hasil operasi algoritma genetika untuk kasus pengiriman 250 kardus rooted cutting ke Cipanas pada salah satu generasi dapat dilihat pada Tabel

73 Tabel 19. Populasi awal, seleksi, hasil silang, dan hasil mutasi pada salah satu generasi untuk pengiriman rooted cutting ke Cipanas Populasi awal Populasi hasil Populasi hasil Populasi hasil seleksi persilangan mutasi Populasi akhir * *

74 Lanjutan... Populasi awal Populasi hasil seleksi Populasi hasil persilangan Populasi hasil mutasi Populasi akhir * * *) kromosom yang mengalami mutasi Tabel 19 menyajikan populasi-populasi yang terdapat pada generasi 498. Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa kromosom yang mengalami mutasi terdapat pada posisi ke-27 dan 42. Hasil optimum yang diperoleh adalah dengan menggunakan 2 unit mobil box engkle untuk pengiriman 250 kardus ke Cipanas. Biaya transportasi yang dibutuhkan adalah Rp 357,240. Kromosom sebagai hasil optimum ditemukan pada posisi ke-2 generasi ke-1. Perhitungan ruang pencarian yang digunakan algoritma genetika adalah sebagai berikut. No = (1 x 50) + 2 = 52 Ruang pencarian yang digunakan = (No/Ns) x 100% = (52/25,000) x 100% = 0.21% b. Bandung Selanjutnya adalah pengiriman rooted cutting ke Bandung. Jumlah demand produk adalah 400 kardus. Hasil optimasi menggunakan program algoritma genetika adalah pengiriman menggunakan 2 unit mobil box double. Biaya transportasi yang ditimbulkan adalah Rp 1,476,600. Kromosom sebagai hasil optimasi diperoleh pada posisi 7 generasi 2, jika dilakukan perhitungan: No = (2 x 50) + 7 = 107 maka ruang pencarian yang digunakan = (No/Ns) x 100% = (107/25,000) x 100% = 0.43% D.1.3 Pengiriman produk bunga potong ke lokasi pelanggan yang terletak di daerah Bogor dan Jakarta (Kasus III) a. Bogor Bunga potong yang sudah diikat dan dibungkus dengan kertas prola dikemas dalam kardus. Setiap ikat terdiri atas 10 tangkai, dan setiap kardus berisikan ikat. Untuk bunga potong krisan jenis standar yang hanya memiliki satu kuntum bunga dalam satu tangkai maka sebelum pemanenan dilakukan pembungkusan pada bagian mahkota. Cara pembungkusannya adalah membentuk kertas menjadi seperti kerucut terlebih dahulu, kemudian di bungkuskan ke mahkota bunga yang mulai 58

75 mekar. Penampilan mahkota bunga yang dibungkus seperti terlihat pada Gambar 13. Hal ini dilakukan sebelum pemanenan ketika kuncup bunga sudah muncul mulai mekar. Pengiriman bunga potong ke Bogor sebanyak 75 kardus bunga membutuhkan 1 unit mobil L300 dan 1 unit mobil box double. Biaya transportasi yang dibutuhkan adalah Rp 422,500. Kardus yang digunakan untuk mengemas bunga berbeda ukurannya dengan kardus untuk mengemas rooted dan unrooted cutting. Keterangan mengenai ukuran setiap kardus produk dapat dilihat pada Lampiran 6. Populasi-populasi yang terbentuk saat optimasi pada generasi 499 disajikan pada Tabel 20.. Tabel 20. Populasi awal, seleksi, hasil silang, dan hasil mutasi pada salah satu generasi untuk pengiriman bunga potong ke Bogor Populasi awal Populasi hasil Populasi hasil Populasi hasil seleksi persilangan mutasi Populasi akhir * *

76 Lanjutan Populasi awal Populasi hasil seleksi Populasi hasil persilangan Populasi hasil mutasi Populasi akhir *) kromosom yang mengalami mutasi Berdasarkan Tabel 20 dapat dilihat bahwa kromosom yang mengalami mutasi adalah posisi ke- 12. Kromosom sebagai hasil optimasi diperoleh pada posisi 47 generasi 16, sehingga jika dilakukan perhitungan: No = (16 x 50) + 47 = 847 maka ruang pencarian yang digunakan = (No/Ns) x 100% = (847/25,000) x 100% = 3.39% b. Jakarta Selanjutnya adalah pengiriman bunga potong ke Jakarta. Jumlah bunga potong yang akan dikirim ke Jakarta adalah 150 kardus. Hasil optimasi adalah pengiriman membutuhkan 3 unit mobil box double. Biaya transportasi yang dibutuhkan adalah Rp 1,611,900. Kromosom sebagai hasil optimasi diperoleh pada posisi 23 generasi ke-4. Penghitungan ruang pencarian yang digunakan algoritma genetika adalah sebagai berikut. No = (4 x 50) + 23 = 223 Ruang pencarian yang digunakan = (No/Ns) x 100% = (223/25,000) x 100% = 0.89% Berdasarkan kasus I, II, dan III ditunjukkan bahwa algoritma genetika hanya melakukan pencarian nilai optimum pada ruang pencarian yang sangat kecil (kurang dari 5%). Untuk perbandingan biaya transportasi yang dihasilkan oleh program dengan biaya transportasi yang biasa digunakan oleh perusahaan dijelaskan pada sub bab selanjutnya (verifikasi). 60

77 D.2 Verifikasi Verifikasi merupakan proses pengulangan pekerjaan yang sama dengan metode lain untuk membuktikan bahwa metode yang digunakan sebelumnya benar. Hasil dari verifikasi menentukan kebenaran dari metode atau tools yang digunakan sebelumnya. Di dalam penelitian ini, hasil yang diverifikasi adalah biaya transportasi yang dihasilkan oleh program. Biaya yang dihasilkan oleh program dibandingkan dengan biaya pengiriman yang sebelumnya biasa digunakan perusahaan. Hasil dari perbandingan akan menentukan apakah program layak diterapkan di dalam perusahaan atau tidak. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak distribusi/transportasi perusahaan dan bagian accounting diperoleh jumlah biaya yang digunakan untuk pengiriman produk-produk ke lokasi pelanggan. Penjelasan mengenai biaya kirim di PT. Saung Mirwan disajikan pada Tabel 2. Berdasarkan data pada Tabel 2 dapat dihitung berapa biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk pengiriman produk sesuai kuantitas pengiriman di dalam kasus I, II, dan III di atas. Hasil perhitungan disajikan pada Tabel 21. Tabel 21. Perbandingan biaya kirim produk bunga yang dikeluarkan perusahaan dengan hasil optimasi program Kuantitas Biaya kirim hasil Tujuan Biaya kirim Penghematan pengiriman dan optimasi program pengiriman perusahaan (Rp) biaya (Rp) jenis produk (Rp) Bandara Soekarno-Hatta Cipanas Bandung Bogor Jakarta 1,500,000 batang unrooted cutting 250 kardus rooted cutting 400 kardus rooted cutting 75 kardus bunga potong 150 kardus bunga potong 2,250,000 1,779, , , , ,740 1,600,000 1,476, , , , ,500 1,758,000 1,611, ,900 Berdasarkan Tabel 21 dapat dilihat bahwa biaya kirim hasil optimasi program lebih rah daripada biaya kirim perusahaan. Oleh karena itu program algoritma genetika yang dihasilkan dapat diterapkan dalam perusahaan. D.3 Implikasi manajerial Langkah-langkah penggunaan program di dalam perusahaan diawali dengan menyesuaikan data-data di dalam program seperti biaya-biaya yang berpengaruh. Program memasukkan biaya yang terdiri atas biaya kerusakan produk dan biaya operasional. Biaya operasional meliputi biaya bahan bakar, biaya tol, biaya parkir, dan lain-lain. Penyesuaian data sangat perlu agar output yang dihasilkan oleh program sesuai dengan keadaan sebenarnya. Setelah menyesuaikan data di dalam program maka pengguna dapat langsung menggunakan program. Program pemilihan jenis karaan untuk meminimumkan biaya transportasi ini membutukan beberapa input yang terdiri atas jumlah demand konsumen, harga produk, jarak lokasi konsumen, waktu hidup produk serta parameterparameter algoritma genetika yang sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam sub bab sebelumnya. Implikasi manajerial penerapan program optimasi transportasi dapat memberikan masukan saat pengambilan keputusan dalam melakukan pengiriman produk. Hasil optimasi program dapat berfungsi sebagai penunjang keputusan yang diambil oleh pihak transportasi. Program optimasi ini selain dapat diterapkan di dalam perusahaan agribisnis juga cocok diterapkan di dalam lingkungan distributor untuk pengiriman produknya ke ritel-ritel yang memiliki lokasi berjauhan. Tentu 61

78 sebelumnya dibutuhkan penyesuaian jenis karaan yang dimiliki oleh distributor. Bagi perusahaan dan distributor produk bunga sebagai anggota rantai pasokan bunga diharapkan dengan menggunakan program optimasi transportasi ini dapat meningkatkan efisiensi penggunaan alat angkutan sehingga meminimumkan biaya kirim yang ditimbulkan. Program transportasi yang dihasilkan dalam penelitian ini diharapkan dapat membantu perusahaan untuk meningkatkan keuntungan melalui peningkatan efisiensi penggunaan karaan pengiriman dan minimisasi biaya kirim. Selain minimisasi biaya dengan program yang menghasilkan jenis angkutan terpilih, diharapkan pengiriman produk bunga dapat tepat waktu tiba di lokasi tujuan sehingga kualitas tetap terjaga serta hubungan antara anggota rantai pasokan tetap terjalin dengan baik. 62

79 VI. SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN Mekanisme rantai pasokan bunga krisan terdiri atas anggota primer yaitu PT. Saung Mirwan, agen bunga, pasar bunga, florist, supermarket dan toko bunga, konsumen dan mitra beli serta anggota sekunder yaitu produsen bibit, produsen pupuk, nutrisi, dan pestisida, produsen media tanam dan produsen bahan kemasan seperti kertas prola, karton dus, plastik, selotip. Aliran komoditas terdiri atas lima buah yaitu a) perusahaan-agen luar negeri-pasar luar negeri (aliran produk ekspor/unrooted cutting), b) perusahaan-agen dalam negeri-ritel konsumen, c) perusahaan-agen dalam negerikonsumen, d) perusahaan-konsumen, dan 5) perusahaan-pasar bunga-konsumen (rooted cutting dan bunga potong). Rantai pasokan bunga krisan secara keseluruhan dapat dikatakan baik yaitu untuk yang melibatkan perusahaan karena produk yang berkualitas telah memiliki pasar yang cukup luas. Khusus untuk petani bunga di luar kelompok mitra tani, mereka tidak memiliki kemampuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk bunga yang dihasilkan. Pada mekanisme rantai pasokan bunga krisan terdapat hubungan proses bisnis yang dapat dilihat dari tinjauan siklus, proses dan bargaining power. Pada tinjauan siklus perusahaan melakukan siklus procurement, replenishment, manufacturing dan customer order, para petani melakukan procurement, manufacturing, dan customer order, agen bunga melakukan procurement, replenishment, dan customer order, ritel melakukan procurement dan customer order dan konsumen melakukan order. Pada tinjauan proses perusahaan dan supplier sarana produksi dalam usahanya menggunakan proses push dan pull, petani dan ritel menggunakan proses push dan agen bunga menggunakan proses pull. Selanjutnya tingkat bargaining power perusahaan terhadap mitra tani adalah sama (saling menguntungkan) namun dapat menjadi lebih besar, perusahaan dengan pemasok sarana produksi adalah sama, perusahaan terhadap mitra beli, agen/ritel, dan konsumen yaitu lebih besar, agen terhadap ritel dan ritel terhadap konsumen yaitu lebih besar. Faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi krisan yaitu perlunya kondisi dingin ketika pengiriman, teknik penyusunan di dalam alat angkut, dan waktu hidup produk. Kondisi dingin berguna untuk menjaga kualitas produk bunga. Teknik penyusunan kardus produk bunga di dalam karaan adalah secara matar untuk peletakannya. Sedangkan waktu hidup produk merupakan hal yang harus diperhatikan oleh bagian transportasi agar waktu kirim tidak menjadi lebih lama daripada waktu hidup produk. Berdasarkan hasil penelitian, program algoritma genetika menunjukkan biaya transportasi yang lebih rah dibandingkan biaya yang saat ini dikeluarkan perusahaan untuk pengiriman produk bunga dari perusahaan ke-5 lokasi pengiriman yaitu Bandara Soekarno-Hatta, Cipanas, Bogor, Jakarta dan Bandung. Program yang bernama Optimization Using Genetic Algorithm for Chrysanthemum Transportation bertujuan untuk meminimumkan biaya pengiriman. Pengiriman ke Bandara sebanyak 1,500,000 batang unrooted cutting membutuhkan satu unit mobil box L300 dan satu unit mobil box double serta biaya kirim Rp 1,779,000. Biaya kirim yang sebelumnya dikeluarkan perusahaan adalah Rp 2,250,000 yang berarti dapat menghemat sebanyak Rp 471,000. Selanjutnya pada pengiriman produk rooted cutting ke Cipanas dan Bandung sebanyak masing-masing 250 dan 400 kardus oleh program dibutuhkan biaya kirim Rp 357,240 dan Rp 1,476,600 sedangkan perusahaan membutuhkan Rp 625,000 dan Rp 1,600,000. Sehingga perusahaan dapat menghemat biaya kirim sebanyak Rp 294,740 ke Cipanas dan Rp 123,400 ke Bandung. Karaan yang dibutuhkan untuk pengiriman ke Cipanas adalah dua unit mobil box engkle sedangkan untuk pengiriman ke Bandung adalah dua unit mobil box double. 63

80 Kemudian untuk pengiriman produk bunga potong ke Bogor dan Jakarta sebanyak masingmasing 75 dan 150 kardus oleh program dibutuhkan biaya kirim sebanyak Rp 442,500 dan Rp 1,611,900 sementara biaya kirim perusahaan Rp 586,000 dan Rp 1,757,800. Dengan demikian jika menggunakan hasil program, perusahaan dapat menurunkan biaya kirim sebanyak Rp 143,500 ke Bogor dan Rp 145,900 ke Jakarta. Karaan yang dibutuhkan untuk pengiriman ke Bogor adalah satu unit mobil box L300 dan satu unit mobil box double sedangkan untuk pengiriman ke Jakarta adalah tiga unit mobil box double. B. SARAN Saran yang diberikan dalam penelitian ini antara lain: 1. Perusahaan perlu meningkatkan hubungan mitra tani dengan para petani bunga yang belum tergabung dalam perusahaan sehingga dapat meningkatkan kapasitas produk dan meminimumkan terjadinya kekurangan persediaan serta petani mapatkan dukungan rantai seperti teknologi dan sarana produksi yang memadai sehingga kualitas bunga yang dihasilkan dan kesejahteraan petani dapat ditingkatkan 2. Perlu dilakukan penelitian tentang optimasi untuk komposisi varietas bunga yang ditanam berbasis biaya dan lama panen 64

81 DAFTAR PUSTAKA Andria Y Optimasi Model Rantai Pasokan Industri Cocodiesel di Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor. [BPS] Badan Pusat Statistik Hortikultura. [29 September 2010]. Basuki Algoritma Genetika : Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimation dan Machine Learning. Surabaya: Politeknik Elektronika Negeri Surabaya-Institut Teknologi Surabaya. Chen KC, Ian H, Cao AW A Genetic for Minimum Tetrahedralization of a Convex Polyhedron. CCCG 2003, Halifax, Nova Scotia. [15 Juli 2010]. Chopra S, Meindl P Supply Chain Management : Strategy Planning, and Operation. USA: Pearson Prentice Hall. Direktorat Jeral Hortikultura Produksi Tanaman Hias Indonesia. Jakarta: Departemen Pertanian. Direktorat Jeral Hortikultura Produksi Tanaman Hortikultura Indonesia. Jakarta: Departemen Pertanian. Direktorat Jeral Hortikultura Sasaran Pengembangan Hortikultura Indonesia. Jakarta: Departemen Pertanian. Djokopranoto R Konsep Manajmenen Supply Chain. Jakarta: PT. Grasindo. Douglas ML, James Strategic Logistic Management. Boston: Irwin. Inc. Feifi D Kajian Manajemen Rantai Pasokan pada Produk dan Komoditas Kedelai Edamame [skripsi]. Bogor: Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Fewidarto PD Teknik Optimasi Problema Tak Linier. Bogor: Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Gen M dan Cheng R Genetic Algorithms and Engineering Design. USA : John Wiley and Sons, Inc. Goldberg DE Genetic Algorithm in Search, Optimization and Machine Learning. New York: Addison-Weasley Publishing Company, Inc. Hani Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa [skripsi]. Bogor: Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Handoko TH Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. Holland JH Adaption in Natural and Artificial Systems. Ann Arbor: University of Michigan Press. Indrajit RE, Djokopranoto R Konsep Manajemen Supply Chain Cara Baru Memandang Mata Rantai Penyediaan Barang. Jakarta: Grasindo. Kotler, Manajemen Pemasaran. Jilid 1 Edisi Milenium. Jakarta: Prenh Alindo. 65

82 Manu GSS Pengaruh Perlakuan Prapenyimpanan, Suhu dan Komposisi Larutan Pulsing Terhadap Kesegaran Bunga Potong Gerbera (Gerbera jamessonii) Selama Penyimpanan [skripsi]. Bogor: Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Mattsson LG Reorganization of Distribution in Globalization of Markets : The Dynamic Context of Supply Chain Management. International Journal of Supply Chain Management 8: Mayangsari P Kajian Jaringan Transportasi Multimoda Manajemen Rantai Pasokan Produk Tomat dan Paprika di Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Michalewicz Z, Schoenauer M Evolutionary Algorithms for Constrained Parameter Optimization Problems, Evolutionary Computation, Vol.4, No.1, pp Miranda, Amin WT Manajemen Logistik dan Supply Chain Management. Jakarta: Harvarindo. Morlok EK Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi. Terjemahan. New York: McGraw-Hill Ltd. Nasution MN Manajemen Transportasi. Edisi Ketiga. Bogor: Ghalia Indonesia. Novianti P Analisis Efisiensi Rantai Pasokan Komoditas Bawang Merah [skripsi]. Bogor: Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Novizan Membuat dan Memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan. Jakarta: PT. Agromedia Pustaka. Nurhayati D Studi Perencanaan Jaringan Distribusi Komoditas Sayuran Produk Cipanas [skripsi]. Bogor: Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Rukmana R, Mulyono AE Krisan (seri Bunga Potong). Yogyakarta: Kanisius. Russel RS, Taylor BW Operations Management. New Jersey: Prentice Hall. Siagian P Penelitian Operasional. Jakarta: UI Press. Supranto J Ekonometri Buku Satu. Edisi Pertama. Bogor : Ghalia Indonesia. Syafi FN Peningkatan Kinerja Manajemen Rantai Pasokan Bunga Krisan [skripsi]. Bogor: Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Taff CA Manajemen Transportasi dan Distribusi Fisik. Jakarta: Erlangga. Wang JH Schedulling Shipboard Maintenance Task Using Genetic Algorithm and Heuristic Method. Mississipi: Mississipi State University. Warpani S Merencanakan Sistem Pengangkutan. Bandung: Penerbit ITB. Zabidi Y Supply Chain Management : Teknik Terbaru dalam Mengelola Aliran Material/Produk dan Informasi dalam Memenangkan Persaingan. Jurnal Nasional. Surabaya: Institut Teknologi Surabaya. Zhou G, Min H, dan Gen MA A Genetic Algorithm Approach to The Bi-criteria Allocation of Customers to Warehouses. International Journal of Production Economics 86:

83 Lampiran 1. Struktur organisasi PT. Saung Mirwan 67

84 Lampiran 2. Pemetaan tenaga kerja PT Saung Mirwan (terhitung s.d. tanggal 15 Februari 2010) BIDANG DIVISI POSISI DIREKTUR MANAJER KABAG KASI KASUBSI BULANAN HARIAN TETAP HARIAN LEPAS BORONGAN TOTAL TOTAL/ BIDANG Umum Keu/ ACC UMM (Umm, RTK, Pamper, Serv-in Logistik, Gudang, Teknik Sumber Daya Manusia TTL UMM Komersil Kemitraan Prosesing dan pengemasan Penjualan Pengadaan

85 Distribusi TTL Komers Produksi HPT BRC BXC BPT BCF SKL SM Lemah Neundet SM Cipanas SM Garut TTL Prod Grand Total

86 Lampiran 3. Sasaran pengembangan Hortikultura tahun 2010 No. Uraian Sasaran 1. A. Produksi Buah : - Buah Tahunan Pohon dan Perdu (Ton) - Buah Semusim dan Merambat(Ton) - Buah Terna (Ton) (3,40%) (3,77%) (2,53%) B. Produksi Sayuran : - Sayuran Umbi (Ton) - Sayuran Daun (Ton) - Sayuran Buah (Ton) - Jamur (Ton) (2,54%) (2,65%) (3,59%) (8,55%) C. Produksi Tanaman Hias : - Tanaman Hias Bunga/ Daun Potong (Tangkai) - Tanaman Hias Pot dan Taman (Pohon) - Tanaman Hias Bunga Tabur (Kg) (7,22%) (5,00%) (11,34%) D. Produksi Biofarmaka : - Tanaman Biofarmaka Rimpang (Kg) - Tanaman Biofarmaka Non Rimpang (Kg) (2,33%) (2,74%) 2. PDB Subsektor Hortikultura (Atas Dasar Harga Berlaku) - Buah-buahan (Rp. Milyar) - Sayuran (Rp. Milyar) - Biofarmaka (Rp. Milyar) - Tanaman Hias (Rp. Milyar) Jumlah (Rp. Milyar) Penyerapan Tenaga Kerja (Orang) Peningkatan Mutu Produk Tanaman Hortikultura - Peningkatan Jumlah Pelaku Usaha Panutan (Champion) dan gapoktan/ asosiasi hortikultura - Laju Peningkatan Ketersediaan Produk Hortikultura Kualitas Ekspor Buah Tanaman Hias - Laju Peningkatan Produktivitas Kebun/ Lahan Usaha Hortikultura (mengajukan registrasi) Buah (kebun) Sayuran (lahan usaha) 10 % 5 % 5 % 5% 5% 70

87 Biofarmaka (lahan usaha) Tanaman Hias (lahan usaha) 5. Ketersediaan Benih Bermutu - Buah (Kg) - Sayur Umbi (Kg) - Sayur Biji - Tanaman Hias (Benih) 6. Proporsi Luas Serangan OPT Utama hortikultura terhadap total luas panen Sumber: Dirjen Hortikultura, % 5% 3% 2% 1% 2% Maksimal 5 % terhadap luas panen 71

88 Lampiran 4. Daftar pelanggan bunga PT Saung Mirwan (terhitung sampai Maret 2010) No. Kode Pelanggan Nama Pelanggan No. Kode Nama Pelanggan Pelanggan 1. BAG2 PT. Agribistan 31. BLL Lie Floris 2. BCI Kebun Ciputri 32. BLSO SPI Gudang I.L 3. BCM CRF. MT Haryono 33. BMFI Mira Flora Int 4. BCR CRF. Lebak BLS 34. BMN Omniflora 5. BCR2 CRF. Puri Indah 35. BNY Nanyo Commerce Indonesia 6. BCR3 CRF. Cntrl Park 36. BPL The Park Lane 7. BCR4 CRF. MT Haryono 37. BRD Rudi Kurniawan 8. BCR5 CRF. Bintaro 38. BSE PT Sigma Agri 9. BCT Ciputri Kebun 39. BSG2 Sugiyono 10. BDP Dwi Putri Agro 40. BTO Anton 11. BEK Ekspesi 41. BBT Benny Tjia 12. BEL Eldadi 13. BWK Wahana Kharisma 14. BTF Mitra Flora N. 15. BFE2 Effy Sunuk B. 16. BFK Farmers KLP GD 17. BFP Farmer Serpong 18. BFS Fresia 19. BHM Salsabillah 20. BIT Mimit 21. BIV Ibu Ivone 22. BJR Bp. Jarwo 23. BKI Sukir 24. BKP Kop Skar Plang 25. BKW Kalista Warna 26. BSO Bp. Sri Sadono 27. BWL Welly (Wijanto) 28. BTM Tunas Mulya PT. 29. BLB PT Bunga 5 BNU 30. BLE Lenalda Jakarta 72

89 No. Lampiran 5. Contoh jadwal pengiriman rooted cutting per customer (minggu ke-22 tahun 2010) Kode Varietas Puma White Reagon Salmon Reagon Rgn Splid Carrera Sri Sad o no.1 Sri Sado no.2 Sri Sado no.3 Sri Sado no.4 Rudi K OMNI Eff y Kebun Ciputr i Jlh. Jual Lerbin Fj Yellow Impr P. Sunny Town Talk Rivert Boris Becker Pingpong Yellow Stroika Shenna Selek Ellen Van Langen Fiji Fiji White Rage Delano Red Time Sunny 73

90 Time Fire Surf Time Jewel Tandak Charm Coral Delano Splor Pink Coral , , , Rgn White Remix White Remix Red Jaguar Red Samrock Jumlah

91 Lampiran 6. Karakteristik kardus produk dan karaan yang dimiliki oleh PT. Saung Mirwan Karakteristik kardus produk bunga krisan Jenis kardus panjang (m) lebar (m) tinggi (m) volume (m 3 ) Kardus bunga potong (A) Kardus unrooted cutting (B) Kardus rooted cutting (C) Karakteristik karaan perusahaan (pengukuran dilakukan pada box bagian dalam) Jenis karaan panjang (m) lebar (m) tinggi (m) Kapasitas ruang (m 3 ) Mobil box double Mobil box engkle Mobil box L Keterangan: 1A = 50 ikat bunga potong 1B = 2000 batang unrooted cutting 1C = 1,000 batang rooted cutting 75

92 Lampiran 7. Petunjuk instalasi Matlab dan prosedur penggunaan program A. Prosedur Instalasi Matlab untuk Algoritma Genetika 1. Software yang digunakan adalah Matlab. 2. Masukkan CD-ROM matlab ke dalam CD-drive dan installer akan meteksi secara otomatis kemudian mulai melakukan install. 3. Jika tidak terinstalasi secara otomatis, maka pada windows pilih start kemudian run. 4. Pilih browse, kemudian pilih dimana file akan disimpan. 5. Ikuti perintah layar dengan sesuai dengan perintah. 6. Jika instalasi sudah selesai, sebaiknya restart komputer Anda. B. Prosedur penggunaan program 1. Buka program Matlab yang sudah di-install di dalam PC dengan cara meng-klik icon Matlab yang ada di desktop. Hal ini dapat dilakukan jika di dalam PC tersebut telah di-install Matlab. Versi Matlab yang digunakan dalam penelitian ini adalah Matlab R2009a. 2. Pilih current directory lalu akan muncul tampilan di bawah, kemudian pilih folder berisi program yang ingin dibuka. 3. Setelah muncul tampilan di bawah maka pada command window ketik START, lalu dienter. 76

93 4. Lalu akan muncul tampilan utama program seperti gambar di bawah sebelah kiri. Tampilan utama/awal menujukkan deskripsi algoritma genetika dan pilihan-pilihan tujuan pengiriman. Misalnya ingin melakukan pengiriman bunga potong ke Jakarta maka klik tombol Jakarta, lalu akan muncul tampilan berikut yang sebelah kanan. Pengiriman rooted cutting ke Jakarta juga dapat dilakukan di sini. 5. Proses peng-input-an data transportasi bunga potong di awali dengan meng-klik tombol browse, lalu pilih file Jakarta-Bunga. Selanjutnya lengkapi data-data transportasi yang perlu di-input, yaitu demand 150 kardus, harga Rp 550,000/kardus, jarak tujuan 113 km, waktu hidup produk 12 hari serta parameter algoritma genetika yaitu jumlah populasi 50, maksimum generasi 500, Pc 0.9, Pm 0.2 dan jumlah percobaan 1 atau lebih. Setelah data selesai di-input lalu klik tombol Process B. Proses optimasi dimulai dan dapat dilihat pada waiting bar yang muncul. 77

94 6. Jika proses optimasi oleh algoritma genetika telah selesai maka hasil optimum akan muncul pada kotak-kotak kosong paling bawah. Hasil berupa jumlah dan jenis karaan yang terpilih. Untuk biaya transportasi dapat dilihat pada command window yaitu Rp 1,611,

95 Lampiran 8. Coding-coding di dalam program Optimization Using Genetic Algorithm for Chrysanthemum Transportation 1. Inisialisasi populasi a. LF_SelectionProbability % LF_SelectioProbability : Looking for Selection Probability function hasil = LF_SelectionProbability(jumlahFitness) sumjumlahfitness1 = []; sumjumlahfitness2 = []; normfitness =[]; hasil = []; ujumlah = size(jumlahfitness); % Jumlah Fitness sumjumlahfitness1 = sum(jumlahfitness); %normalisasi bahwa nilai yang kecil memiliki peluang yang tinggi for i=1:ujumlah(2) normfitness(i)= 1 - (jumlahfitness(i)/sumjumlahfitness1); % Normal Fitness sumjumlahfitness2 = sum(normfitness); %normalisasi kedua agar menjadi nilai peluang yang baru for i=1:ujumlah(2) hasil(i)= normfitness(i)/sumjumlahfitness2; b. LF_SelectionProbabilityCumulative % Untuk menghitung nilai kumulatif dari kemungkinan pemilihan function hasil = LF_SelectionProbabilityCumulative(kemungkinanPemilihan) ukem = size(kemungkinanpemilihan); hasil = []; for i=1:ukem(2) hasil(i) = 0; for j=1:i hasil(i) = hasil(i) + kemungkinanpemilihan(j); 2. Constraint_Function function [lamakirimk, jumlahfitness] = ConstraintFunction(populasi,matrixConf,jumProdukDipesan,lamaHidup,jarakPelanggan,harg aproduk) badkromosom = 0; upopulasi = size(populasi); rowpopulasi = upopulasi(1); colpopulasi = upopulasi(2); umatrixconf = size(matrixconf); for j=1:umatrixconf(2) lamakirimk(1,j) = (jarakpelanggan / matrixconf(1,j))* matrixconf(2,j); if lamakirimk(1,j) > lamahidup lamakirimk(1,j) = ; if j == 1 errordlg('order processing time (Mobil L300) is greater than life of product','warning.'); else if j == 2 errordlg('order processing time (Mobil Box Engkle) is greater than life of product','warning.'); else errordlg('order processing time (Mobil Box Double) is greater than life of product','warning'); 79

96 lamakirimk; z = 1; for i=1:rowpopulasi selisihkapasitas(1,i) = 0; for j =1:colPopulasi hitkapasitas(i,j) = populasi(i,j)* matrixconf(5,j); selisihkapasitas(1,i) = selisihkapasitas(1,i) + hitkapasitas(i,j); hitbiaya(i,j) = populasi(i,j)*((matrixconf(3,j)*lamakirimk(1,j))+(matrixconf(4,j)*matrixconf(5,j)* (100*hargaProduk))); if populasi(i,j) ~= 0 && lamakirimk(1,j) == 0 badkromosom(1,z)= i; z = z+1; selisihkapasitas(1,i) = floor(selisihkapasitas(1,i)- (jumprodukdipesan/10)); selisihkapasitas badkromosom; Biaya = sum (hitbiaya') for i=1:rowpopulasi if selisihkapasitas(1,i) < 0 jumlahfitness(1,i) = ; else jumlahfitness(1,i) = selisihkapasitas(1,i) + Biaya(1,i); jumlahfitness; 3. Elitisme % Untuk menangani selisih kapasitas nol function [elit] = Elitisme(Fitness, populasi) upopulasi = size(populasi); k = 1; elit = []; FitnessOther = []; populasiother = []; % Menentukan individu terbaik pertama [minvalue, minposition] = min(fitness); % Mengambil populasi selain elitisme for i=1:upopulasi(1) if i ~= minposition FitnessOther(1,k) = Fitness(1,i); populasiother (k,:) = populasi(i,:); k = k+1; % Menentukan individu terbaik kedua [minvalue2, minposition2] = min(fitnessother); % Jika populasi genap maka diambil 2, jika populasi ganjil maka diambil 1 r = mod(upopulasi(1),2); if r == 0 elit(1,:) = populasi(minposition,:); elit(2,:) = populasiother(minposition2,:); else elit(1,:) = populasi(minposition,:); 4. Pemilihan a. Selection % Proses pemilihan individu % SPC : Selection Probability Cumulative function hasil = Selection(SPC, populasia) upopulasi = size(populasia); 80

97 ukem = size(spc); hasil = []; % Jika jumlah individu adalah genap maka diambil 2, kalau ganjil maka diambil 1 if mod(upopulasi(1),2) == 0 sizeindividu = upopulasi(1) - 2; else sizeindividu = upopulasi(1) - 1; % proses pemutaran Roulette wheel RW = 1.*rand(1,sizeIndividu); uroulette = size(rw); %Proses pengambilan individu yang terpilih berdasarkan Roulette wheel for i = 1:uRoulette(2) for j = 1:uKem(2) if SPC(j) >= RW(i) hasil(i,:) = populasia(j,:); break; b. ChooseTheCrossover % Untuk memilih titik-titik pindah silang function [populasisilang, jumlahsilang] = ChooseTheCrossover(sizeKromosom, persensilang) k = 1; i = 1; jumlahsilang = 0; populasisilang = 0; % Jika jumlah individu adalah genap maka diambil 2, jika ganjil diambil 1 if mod(sizekromosom,2) == 0 sizeindividu = sizekromosom - 2; else sizeindividu = sizekromosom - 1; while k<=sizeindividu randvalue = rand(1); if randvalue < persensilang populasisilang(i) = k; jumlahsilang = jumlahsilang + 1; i = i + 1; k = k + 1; c. ChooseTheMutation % Untuk memilih titik-titik yang akan mengalami mutasi function [populasimutasi, jumlahmutasi] = ChooseTheMutation(sizeKromosom, persenmutasi) k = 1; i = 1; jumlahmutasi = 0; populasimutasi = 0; % Jika jumlah individu genap maka diambil 2, kalau ganjil diambil 1 if mod(sizekromosom, 2) == 0 sizeindividu = sizekromosom - 2; else sizeindividu = sizekromosom - 1; while k <= sizeindividu randvalue = rand(1); if randvalue < persenmutasi populasimutasi(i) = k; jumlahmutasi = jumlahmutasi + 1; i =i+1; 81

98 k = k+1; 5. Crossover % Pindah silang function hasilsilang = Crossover(populasiSilang,jumlahSilang,populasiSeleksi) tempganjil = []; upopulasisel = size(populasiseleksi); hasilsilang = []; jumsilangmurni = jumlahsilang; upopulasisil = size(populasisilang); % Jika ganjil dibuang 1 if mod(jumlahsilang,2) ~= 0 tempganjil(1,:) = populasiseleksi(populasisilang(jumlahsilang),:) jumlahsilang = jumlahsilang - 1; for r=1:2:jumlahsilang prev1 = []; next1 = []; prev2 = []; next2 = []; % Letak pemotongan ditentukan secara acak cutpos = ceil(upopulasisel(2).*rand(1,1)) % Jika posisi pemotongan tidak sama dengan jumlah populasi seleksi maka % hasilnya sebagai berikut. if cutpos ~= upopulasisel(2) for i=1:cutpos prev1(1,i) = populasiseleksi(populasisilang(r),i); prev2(1,i) = populasiseleksi(populasisilang(r+1),i); for i=cutpos+1:upopulasisel(2) next1(1,i) = populasiseleksi(populasisilang(r),i); next2(1,i) = populasiseleksi(populasisilang(r+1),i); % cross prev1 >< next2 && prev2 >< next1 for i=cutpos+1:upopulasisel(2) prev1(1,i) = next2(1,i); prev2(1,i) = next1(1,i); hasilsilang(r,:) = prev1; hasilsilang(r+1,:) = prev2; else hasilsilang(r,:) = populasiseleksi(populasisilang(r),:); hasilsilang(r+1,:) = populasiseleksi(populasisilang(r+1),:); ; % Yang ganjil digabungkan kembali ke dalam populasi seleksi if mod(jumsilangmurni,2) == 0 hasilsilang = hasilsilang; else hasilsilang = hasilsilang; hasilsilang(jumsilangmurni,:) = tempganjil(1,:); % Populasi seleksi yang tidak mengalami pindah silang digabungkan kembali for i=1:jumsilangmurni populasiseleksi(populasisilang(1,i),:) = hasilsilang(i,:); hasilsilang = populasiseleksi; 6. Mutation function hasilmutasi = Mutation(populasiMutasi,jumlahMutasi,hasilSilang) k = 1; upopulasi = size(hasilsilang); hasilmutasi = []; while k <= jumlahmutasi posisi1 = ceil((upopulasi(2)).*rand(1,1)) posisi2 = ceil((upopulasi(2)).*rand(1,1)) 82

99 temp = hasilsilang(populasimutasi(1,k),:); nilai1 = temp(1, posisi1); nilai2 = temp(1, posisi2); temp(1, posisi1) = nilai2; temp(1, posisi2) = nilai1; hasilmutasi(k,:) = temp; k = k+1; % Populasi yang tidak mengalami mutasi digabungkan kembali for i=1:jumlahmutasi hasilsilang(populasimutasi(1,i),:) = hasilmutasi(i,:); hasilmutasi = hasilsilang; 7. Cek waktu pengiriman function badkromosom = CheckSingTime() 8. Algoritma genetika function [L300, engkle, double] = GeneticAlgorithm(jumProdukDipesan,lamaHidup,jarakPelanggan,sizeKromosom,persenSilang, persenmutasi,maxgenerasi,matrixconf1,hargaproduk,jumlahpercobaan) [dataangka, datastring] = xlsread(matrixconf1); matrixconf = dataangka umatrixconf = size(matrixconf); jenisk = umatrixconf(2); percobaan = 1; matrixawal = floor((1*(jumprodukdipesan/10)).*rand(sizekromosom,jenisk)) populasi = matrixawal; while percobaan <= jumlahpercobaan iterasi = 1; while iterasi <= maxgenerasi persen = (iterasi / maxgenerasi)*100; b = waitbar(0,strcat('processing...', num2str(persen),'%'),'name','loading'); waitbar(iterasi/maxgenerasi); [lamakirimk,jumlahfitness] = ConstraintFunction(populasi,matrixConf,jumProdukDipesan,lamaHidup,jarakPelanggan,harg aproduk) [elit] = Elitisme(jumlahFitness,populasi) kemungkinanpemilihan = LF_SelectionProbability(jumlahFitness) SPC = LF_SelectionProbabilityCumulative(kemungkinanPemilihan) populasiseleksi = Selection(SPC,populasi) [populasisilang,jumlahsilang] = ChooseTheCrossover(sizeKromosom,persenSilang) hasilsilang = Crossover(populasiSilang,jumlahSilang,populasiSeleksi) [populasimutasi,jumlahmutasi] = ChooseTheMutation(sizeKromosom,persenMutasi) hasilmutasi = Mutation(populasiMutasi,jumlahMutasi,hasilSilang) populasi = Joined(hasilMutasi, elit) [lamakirimk, jumlahfitness] = ConstraintFunction(populasi,matrixConf,jumProdukDipesan,lamaHidup,jarakPelanggan,harg aproduk) [hsl,posisi] = min(jumlahfitness) Kromosom = populasi(posisi,:) if iterasi == 1 hasiliterasi = hsl kromiterasi = Kromosom elseif hsl < hasiliterasi hasiliterasi = hsl kromiterasi = Kromosom GENERASI = iterasi iterasi = iterasi + 1; close(b); 83

100 if percobaan == 1 biayamin = hasiliterasi Kromosom = kromiterasi elseif hasiliterasi < biayamin biayamin = hasiliterasi Kromosom = kromiterasi percobaan percobaan = percobaan + 1; L300 = Kromosom(1,1) engkle = Kromosom(1,2) double = Kromosom(1,3) 9. Penggabungan populasi dengan hasil mutasi dan elititsme % Untuk menggabungkan hasil mutasi dan elit function populasi = Joined(hasilMutasi, elit) uelit = size(elit); uhasilmutasi = size(hasilmutasi); for i=1:uelit(1) for j=1:uelit(2) hasilmutasi((uhasilmutasi(1)+i),j) = elit(i,j); populasi = hasilmutasi; 10. Fungsi callback untuk tombol process (misalnya untuk pengiriman bibit) function PROCESS_bibit_Callback(hObject, eventdata, handles) lamakirimk1 = []; [dataangka, datastring] = xlsread(handles.tradabrowse_r4bi); matrixconf = dataangka; umatrixconf = size(matrixconf); jarakpelanggan = handles.metricdata.far_r4bi; lamahidup = handles.metricdata.lifeproduct_r4bi; for j = 1:uMatrixConf(2) lamakirimk1(1,j) = (jarakpelanggan / matrixconf(1,j))*matrixconf(2,j); if lamakirimk1(1,j) > lamahidup lamakirimk1(1,j) = 0; [minvalue,posisi] = min(lamakirimk1); if minvalue == 0 if posisi == 1 errordlg('waktu pengiriman produk (Mobil L300) LEBIH LAMA daripada waktu hidup produk','peringatan!'); elseif posisi == 2 errordlg('waktu pengiriman produk (Mobil box engkle) LEBIH LAMA daripada waktu hidup produk','peringatan!'); else errordlg('waktu pengiriman produk (Mobil box double) LEBIH LAMA daripada waktu hidup produk','peringatan!'); else tic; [L300,engkle,double] = GeneticAlgorithm(handles.metricdata.Dem_R4bi,handles.metricdata.LifeProduct_R4bi,hand les.metricdata.far_r4bi,handles.metricdata.ukpop,handles.metricdata.pcross,handles.me tricdata.pmut,handles.metricdata.maxg,handles.tradabrowse_r4bi,handles.metricdata.pri _R4bi,handles.metricdata.TotEx) toc; set(findobj (gcf,'tag','l300_r4bi'),'string', L300); set(findobj (gcf,'tag','engkle_r4bi'),'string', engkle); set(findobj (gcf,'tag','double_r4bi'),'string', double); if (L300 > 1) errordlg('jumlah persediaan mobil L300 adalah 1 unit'); 84

101 if (engkle > 6) errordlg('jumlah persediaan mobil engkle adalah 1 unit'); if (double > 4) errordlg('jumlah persediaan mobil double adalah 1 unit'); % --- Executes on button press in Reset. 11. Fungsi-fungsi lain yang berkaitan seperti fungsi yang berguna untuk browse, error handling, reset dan keluar. Coding di bawah berfungsi untuk browse data dari file excel. function TraDaBrowse_R4bu_Callback(hObject, eventdata, handles) [nametransdatafile,pathtransdatafile] = uigetfile('*.xls','transportation Data 2'); if ~nametransdatafile==0, set(findobj(gcf,'tag','trada_r4bu'),'string', [pathtransdatafile nametransdatafile]); handles.tradabrowse_r4bu = nametransdatafile; guidata(hobject,handles) 85

102 Lampiran 9. Foto-foto di PT. Saung Mirwan Bunga potong sebelum dipanen Bunga potong setelah dipanen Alat panen bunga potong Alat angkut bunga potong Proses pemanenan unrooted cutting Plastik unrooted cutting Alat angkut unrooted cutting dari lahan menuju gudang Alat untuk pemanenan rooted cutting 86

103 Kardus unrooted cutting Kardus rooted cutting Kardus bunga potong Mobil L300 Mobil box engkle Mobil box double Produk bunga disusun di dalam karaan 87

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI PENELITIAN Produksi bunga krisan yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun memberikan kontribusi yang positif kepada petani dalam peningkatan kesejahteraan mereka.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. BUNGA KRISAN

II. TINJAUAN PUSTAKA A. BUNGA KRISAN II. TINJAUAN PUSTAKA A. BUNGA KRISAN Krisan atau Chrysanthemum merupakan salah satu jenis tanaman hias yang telah lama dikenal dan banyak disukai masyarakat serta mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Disamping

Lebih terperinci

IV. MODEL RANTAI PASOKAN KRISAN

IV. MODEL RANTAI PASOKAN KRISAN IV. MODEL RANTAI PASOKAN KRISAN A. STRUKTUR JARINGAN RANTAI PASOKAN A.1 Anggota Rantai Pasokan dan Aliran Komoditas Anggota rantai pasokan meliputi semua perusahaan dan organisasi yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang Latar Belakang PENDAHULUAN Pada saat sekarang ini, setiap perusahaan yang ingin tetap bertahan dalam persaingan dengan perusahaan lainnya, harus bisa membuat semua lini proses bisnis perusahaan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan tidak dapat lepas dari persoalan transportasi, baik untuk pengadaan bahan baku ataupun dalam mengalokasikan barang jadinya. Salah satu metode yang

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1. Supply Chain Management Pembahasan yang berkaitan tentang Supply Chain Management sudah banyak diangkat dalam penulisan penulisan sebelumnya. Menurut Fortune Megazine (artikel

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS. pemasaran (yang sering disebut dengan istilah saluran distribusi). Saluran

BAB II KERANGKA TEORETIS. pemasaran (yang sering disebut dengan istilah saluran distribusi). Saluran BAB II KERANGKA TEORETIS 2.1. Teori Tentang Distribusi 2.1.1. Pengertian Distribusi Kebanyakan produsen bekerja sama dengan perantara pemasaran untuk menyalurkan produk-produk mereka ke pasar. Mereka membantu

Lebih terperinci

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. KONSEP SI LANJUT WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. PERTEMUAN 3 KSI LANJUT Supply Chain Management (SCM) Pemahaman dan Fungsi Dasar SCM. Karakter Sistem. Arsitektur Pengembangan dan Tantangan SCM. Peran Internet

Lebih terperinci

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. KONSEP SI LANJUT WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. PERTEMUAN 3 KSI LANJUT Supply Chain Management (SCM) Pemahaman dan Fungsi Dasar SCM. Karakter Sistem SCM. Arsitektur Pengembangan dan Tantangan SCM. Peran

Lebih terperinci

MANAJEMEN OPERASIONAL. BAB VI Supply Chain

MANAJEMEN OPERASIONAL. BAB VI Supply Chain MANAJEMEN OPERASIONAL BAB VI Supply Chain Pengertian Supply Chain Supply chain adalah jaringan perusahaan yang bekerja sama untuk menciptakan dan mengantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir. Perusahaan-

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan pada Supply Chain Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 4 Pengertian Manajemen Risiko [26 Juli 2011]

TINJAUAN PUSTAKA. 4  Pengertian Manajemen Risiko [26 Juli 2011] II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-sumber Risiko Risiko dapat dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan, atau tidak terduga. Risiko dapat terjadi pada pelayanan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Jumlah Tenaga Kerja Penduduk Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2014)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Jumlah Tenaga Kerja Penduduk Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2014) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di bidang pertanian. Seperti yang terdapat pada Gambar 1.1, dari 110.804.042

Lebih terperinci

ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 2

ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 2 ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 2 outline Proses Bisnis Perusahaan Manufaktur Rantai Pasok, SCM dan ERP Kebutuhan dan Manfaat Sistem Terintegrasi Proses Bisnis Perusahaan Manufaktur Sub Bab

Lebih terperinci

Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ.

Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ http://adamjulian.web.unej.ac.id/ A. Supply Chain Proses distribusi produk Tujuan untuk menciptakan produk yang tepat harga, tepat kuantitas, tepat kualitas, tepat

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #2

Pembahasan Materi #2 Materi #2 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Pembahasan Materi #2 2 Konsep Dasar Pemain Utama SC Pengelolaan Aliran SC The Interenterprise Supply Chain Model Inventory Optimalisasi Rantai Pasokan Push & Pull

Lebih terperinci

MANAJEMEN RANTAI PASOKAN. Suhada, ST, MBA

MANAJEMEN RANTAI PASOKAN. Suhada, ST, MBA MANAJEMEN RANTAI PASOKAN Suhada, ST, MBA MATERI Supply Chain Supply Chain Management ERP MODULES (POSISI SCM, CRM) ERP Modules (Posisi SCM, CRM) SUPPLY CHAIN Sebuah rangkaian atau jaringan perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TELAAH KEPUSTAKAAN

BAB II TELAAH KEPUSTAKAAN BAB II TELAAH KEPUSTAKAAN Dalam Bab ini akan dibahas teori-teori yang berhubungan dengan strategi rantai pasok yang diterapkan di perusahaan distribusi dan akan digunakan dalam menganalisis permasalahan

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN. By: Rini Halila Nasution, ST, MT

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN. By: Rini Halila Nasution, ST, MT MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN By: Rini Halila Nasution, ST, MT PENDAHULUAN Persediaan di sepanjang supply chain memiliki implikasi yang besar

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses

Lebih terperinci

PERANCANGAN KONFIGURASI JARINGAN DISTRIBUSI PRODUK BISKUIT MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA (Studi Kasus: PT. EP)

PERANCANGAN KONFIGURASI JARINGAN DISTRIBUSI PRODUK BISKUIT MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA (Studi Kasus: PT. EP) PERANCANGAN KONFIGURASI JARINGAN DISTRIBUSI PRODUK BISKUIT MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA (Studi Kasus: PT. EP) Rezki Susan Ardyati dan Dida D. Damayanti Program Studi Teknik Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

Optimasi Penyusunan Paket Suku Cadang Pada PT. XYZ Menggunakan Metode Algoritma Genetik

Optimasi Penyusunan Paket Suku Cadang Pada PT. XYZ Menggunakan Metode Algoritma Genetik Optimasi Penyusunan Paket Suku Cadang Pada PT. XYZ Menggunakan Metode Algoritma Genetik Ridzky Utomo 1,, Pratya Poeri S 2, Mira Rahayu 3 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri,Institut

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #5

Pembahasan Materi #5 1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Pembahasan 2 Latar Belakang Kunci Sukses SCM Manajemen Logistik Fungsi dan Kegunaan Pengendalian Logistik Konvensional dan Logistik Mengelola Jaringan SC Strategi Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam produk, baik itu berupa barang ataupun jasa. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam produk, baik itu berupa barang ataupun jasa. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini perkembangan dunia industri semakin maju, hal itu terbukti dengan banyaknya bermunculan industri-industri baru yang memproduksi berbagai macam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Marketing Mix Kotler (Jilid 1, 2005: 17) menjelaskan bahwa bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus-menerus mencapai tujuan pemasarannya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Teori Simulasi 2.1.1. Pengantar Simulasi Dalam dunia manufaktur, simulasi digunakan untuk menentukan schedule produksi, inventory level, dan prosedur maintenance, merencanakan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dalam beberapa tahun terakhir ini, peranan algoritma genetika terutama untuk masalah optimisasi, berkembang dengan pesat. Masalah optimisasi ini beraneka ragam tergantung dari bidangnya. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Peningkatan persaingan industri baik industri manufaktur maupun industri jasa akibat adanya perdagangan bebas menyebabkan seluruh industri berusaha untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 23 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Supply Chain Management 3.1.1 Definisi Supply Chain Management Pengertian Supply Chain Management menurut para ahli, antara lain: 1. Levi, et.al (2000) mendefinisikan Supply

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RANTAI PASOK SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) HORTIKULTURA

PENGELOLAAN RANTAI PASOK SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) HORTIKULTURA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) HORTIKULTURA Prof.Ir. Sumeru Ashari, M.Agr.Sc, PhD FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG Surabaya, 13-14 Nopember 2007 PENGERTIAN 1. SC: adalah sebuah sistem yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 TEKNOLOGI PROSES PRODUKSI Proses produksi PT Amanah Prima Indonesia dimulai dari adanya permintaan dari konsumen melalui Departemen Pemasaran yang dicatat sebagai pesanan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di zaman yang global ini persaingan bisnis berjalan cukup ketat dan mengharuskan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di zaman yang global ini persaingan bisnis berjalan cukup ketat dan mengharuskan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman yang global ini persaingan bisnis berjalan cukup ketat dan mengharuskan manajemen untuk memberikan terobosan yang strategis untuk tetap dapat mengembangkan

Lebih terperinci

ANALISIS RANTAI PASOKAN KOMODITAS FLORIKULTURA SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT DI KABUPATEN BANDUNG BARAT

ANALISIS RANTAI PASOKAN KOMODITAS FLORIKULTURA SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT DI KABUPATEN BANDUNG BARAT ANALISIS RANTAI PASOKAN KOMODITAS FLORIKULTURA SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT DI KABUPATEN BANDUNG BARAT Oleh IVONNE AYESHA Fakultas Pertanian, Universitas Ekasakti e-mail: ayesha_ivonne@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka (Samuel, Toni & Willi 2005) dalam penelitian yang berjudul Penerapan Algoritma Genetika untuk Traveling Salesman Problem Dengan Menggunakan Metode Order Crossover

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Persediaan Menurut Jacob, Chase, Aquilo (2009: 547) persediaan merupakan stok dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk produksi. Sedangkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 22 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rantai Pasokan Menurut Indrajit dan Pranoto (2002), rantai pasokan adalah suatu tempat sistem organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Travelling Salesman Problem (TSP) Travelling Salesmen Problem (TSP) termasuk ke dalam kelas NP hard yang pada umumnya menggunakan pendekatan heuristik untuk mencari solusinya.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Supply Chain Management Pada saat ini perusahaan-perusahaan tak terkecuali perusahaan agribisnis, dituntut untuk menghasilkan suatu produk

Lebih terperinci

Bab 3 Faktor Pengendali Supply Chain

Bab 3 Faktor Pengendali Supply Chain Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Bab 3 Faktor Pengendali Supply Chain Dr. Eko Ruddy Cahyadi 3-1 Pengendali kinerja Supply Chain Fasilitas Persediaan Transportasi

Lebih terperinci

Kata Kunci: Margin keuntungan, Metode simpleks, Biaya tak langsung variabel, Heliconia.

Kata Kunci: Margin keuntungan, Metode simpleks, Biaya tak langsung variabel, Heliconia. Ni Putu Darmayanti. 1111305023. Optimalisasi Perencanaan Diversifikasi Usaha Bunga Potong. Dibawah bimbingan Ir.I Gusti Ngurah Apriadi Aviantara, MT. dan Dr. Ir. Ida Bagus Putu Gunadnya, MS. ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENJADWALAN PRODUKSI DI PT DNP INDONESIA PULO GADUNG

PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENJADWALAN PRODUKSI DI PT DNP INDONESIA PULO GADUNG PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENJADWALAN PRODUKSI DI PT DNP INDONESIA PULO GADUNG Suriadi AS, Ulil Hamida, N. Anna Irvani STMI Jakarta, Kementerian Perindustrian RI ABSTRAK Permasalahan yang terjadi

Lebih terperinci

: Yan Ardiansyah NIM : STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

: Yan Ardiansyah NIM : STMIK AMIKOM YOGYAKARTA KARYA ILMIAH E-BUSSINESS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT disusun oleh : Nama : Yan Ardiansyah NIM : 08.11.2024 Kelas : S1TI-6C JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA JENJANG STRATA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN

Lebih terperinci

Bunga potong yang banyak diminati adalah bunga yang mekar sempurna, penampilan

Bunga potong yang banyak diminati adalah bunga yang mekar sempurna, penampilan C.1. AGRIBISNIS BUNGA KRISAN I. LATAR BELAKANG Krisan atau Chrysanthenum merupakan salah satu jenis tanaman hias yang telah lama dikenal dan banyak disukai masyarakat serta mempunyai nilai ekonomi yang

Lebih terperinci

III METODOLOGI 3.1. Kerangka Penelitian

III METODOLOGI 3.1. Kerangka Penelitian III METODOLOGI 3.1. Kerangka Penelitian Sebuah manajemen rantai pasok yang baik memerlukan berbagai keputusan yang berhubungan dengan aliran informasi, produk dan dana. Rancang bangun rantai pasokan untuk

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Manajemen Persediaan Manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan (Heizer dan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Standar Mutu Bunga Krisan Berdasarkan SNI

Lampiran 1. Standar Mutu Bunga Krisan Berdasarkan SNI Lampiran 1. Standar Mutu Bunga Krisan Berdasarkan SNI 01-4478-1988 No Jenis Uji Satuan Kelas Mutu AA A B C 1 Panjang tangkai cm minimum Tipe standar 76 70 61 Asalan Tipe spray - Aster 76 70 61 Asalan -

Lebih terperinci

KAJIAN PERMASALAHAN PENERAPAN MANAJEMEN MUTU TERPADU (Kasus: CV. Putri Segar Lembang, Jawa Barat) Oleh : MOCHAMMAD MARWAN A

KAJIAN PERMASALAHAN PENERAPAN MANAJEMEN MUTU TERPADU (Kasus: CV. Putri Segar Lembang, Jawa Barat) Oleh : MOCHAMMAD MARWAN A KAJIAN PERMASALAHAN PENERAPAN MANAJEMEN MUTU TERPADU (Kasus: CV. Putri Segar Lembang, Jawa Barat) Oleh : MOCHAMMAD MARWAN A14103687 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMENAGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Setiap perusahaan, baik itu perusahaan jasa ataupun perusahaan manufaktur, selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaan, pengusaha akan dihadapkan pada resiko

Lebih terperinci

KONSEP SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) PADA PROSES PRODUKSI DALAM PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU ABSTRAK

KONSEP SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) PADA PROSES PRODUKSI DALAM PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU ABSTRAK KONSEP SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) PADA PROSES PRODUKSI DALAM PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU Francka Sakti francka_sakti@yahoo.com Sistem Informatika Universitas Bunda Mulia ABSTRAK Persaingan dunia

Lebih terperinci

A. Pengertian Supply Chain Management

A. Pengertian Supply Chain Management A. Pengertian Supply Chain Management Supply Chain adalah adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan menjelaskan pendahuluan dari penelitian yang diuraikan menjadi enam sub bab yaitu latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi setiap saat dibidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Hasil penelitian yang telah diperoleh dan simpulan merupakan jawaban. dari perumusan masalah yang ada sebagai berikut:

BAB V PENUTUP. Hasil penelitian yang telah diperoleh dan simpulan merupakan jawaban. dari perumusan masalah yang ada sebagai berikut: BAB V PENUTUP Hasil penelitian yang telah diperoleh dan simpulan merupakan jawaban dari perumusan masalah yang ada sebagai berikut: 5.1. Simpulan 5.1.1. Hasil analisis menunjukkan bahwa dapat didentifikasi

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #1

Pembahasan Materi #1 1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Pembahasan 2 Istilah Definisi SCM Ruang Lingkup SCM Model Umum SCM Dasar Pemikiran SCM Tingkat Kepentingan SCM Teknik Penerapan SCM Efektifitas SCM Keuntungan SCM 6623

Lebih terperinci

PERANCANGAN APLIKASI PENJADWALAN TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN ALGORITMA GENETIKA

PERANCANGAN APLIKASI PENJADWALAN TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN ALGORITMA GENETIKA PERANCANGAN APLIKASI PENJADWALAN TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN ALGORITMA GENETIKA Hendy Tannady; Andrew Verrayo Limas Industrial Engineering Department, Faculty of Engineering, Binus University Jl.

Lebih terperinci

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM)

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) INTRODUCTION T I P F T P U B KONTRAK 50 % UTS 30 % Tugas 20 % Kuis/ present WHAT IS SUPPLY CHAIN? Sebuah rantai pasokan yang terdiri dari semua pihak yang terlibat, secara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tujuan yang sama. Menurutnya juga, Sistem Informasi adalah serangkaian

BAB II LANDASAN TEORI. tujuan yang sama. Menurutnya juga, Sistem Informasi adalah serangkaian BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Menurut Hall (2009), Sistem adalah kelompok dari dua atau lebih komponen atau subsistem yang saling berhubungan yang saling berfungsi dengan tujuan yang sama.

Lebih terperinci

Deskripsi Mata Kuliah

Deskripsi Mata Kuliah Materi #1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Deskripsi Mata Kuliah 2 Manajemen Rantai Pasokan (Supply Chain Management/SCM) merupakan mata kuliah yang akan membahas pengelolaan kegiatan-kegiatan dalam rangka

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENGEMASAN DAN PASCA PANEN BUNGA

TEKNOLOGI PENGEMASAN DAN PASCA PANEN BUNGA TEKNOLOGI PENGEMASAN DAN PASCA PANEN BUNGA Ir Sitawati, MS Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang Disampaikan dalam Kegiatan Pelatihan Pengembangan Model Pemasaran Tanaman Hias/Bunga di Kota Batu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi atau pengangkutan adalah suatu kegiatan yang penting bagi kegiatan kita pada umumnya dan pada kegiatan industri pada khususnya. Transportasi atau pengangkutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu rantai yang disebut Supply Chain. Saat ini bukan merupakan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. suatu rantai yang disebut Supply Chain. Saat ini bukan merupakan persaingan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan di bidang industri (barang dan jasa) semakin ketat, sebagai akibat dari globalisasi dan ekonomi pasar bebas yang diberlakukan oleh beberapa organisasi perdagangan

Lebih terperinci

KEWIRAUSAHAAN III. Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III. Endang Duparman. Modul ke: Arissetyanto. Fakultas SISTIM INFORMASI

KEWIRAUSAHAAN III. Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III. Endang Duparman. Modul ke: Arissetyanto. Fakultas SISTIM INFORMASI Modul ke: 05 KEWIRAUSAHAAN III Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III Fakultas SISTIM INFORMASI Endang Duparman Program Studi INFORMATIKA www.mercubuana.a.cid EVALUASI RENCANA PRODUKSI

Lebih terperinci

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT SUPPLY CHAIN MANAGEMENT Disusun Oleh: Puput Resno Aji Nugroho (09.11.2819) 09-S1TI-04 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER (STMIK) AMIKOM YOGYAKARTA Jalan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. diperoleh menggunakan algoritma genetika dengan variasi seleksi. A. Model Matematika CVRPTW pada Pendistribusian Raskin di Kota

BAB III PEMBAHASAN. diperoleh menggunakan algoritma genetika dengan variasi seleksi. A. Model Matematika CVRPTW pada Pendistribusian Raskin di Kota BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas mengenai model matematika pada pendistribusian raskin di Kota Yogyakarta, penyelesaian model matematika tersebut menggunakan algoritma genetika serta perbandingan

Lebih terperinci

VII NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BERAS ORGANIK

VII NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BERAS ORGANIK VII NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BERAS ORGANIK Terdapat dua konsep nilai tambah yang digunakan dalam menganalisis beberapa kasus, yaitu nilai tambah produk akibat pengolahan dan nilai tambah perolehan pelaku

Lebih terperinci

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS)

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) Mahasiswa mampu menjelaskan perancangan dan pengelolaan rantai pasok dalam organisasi 1. Rancangan rantai pasok dalam organisasi 2. Rantai pasok pada

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TEKNIK PENGEMASAN UNTUK MEMPERTAHANKAN MUTU BUNGA POTONG KRISAN WHITE FIJI TIPE STANDAR SELAMA TRANSPORTASI

PENGEMBANGAN TEKNIK PENGEMASAN UNTUK MEMPERTAHANKAN MUTU BUNGA POTONG KRISAN WHITE FIJI TIPE STANDAR SELAMA TRANSPORTASI PENGEMBANGAN TEKNIK PENGEMASAN UNTUK MEMPERTAHANKAN MUTU BUNGA POTONG KRISAN WHITE FIJI TIPE STANDAR SELAMA TRANSPORTASI Oleh : FUAD ARIESTYADI F14103063 2007 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA DALAM PENENTUAN DOSEN PEMBIMBING SEMINAR HASIL PENELITIAN DAN DOSEN PENGUJI SKRIPSI

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA DALAM PENENTUAN DOSEN PEMBIMBING SEMINAR HASIL PENELITIAN DAN DOSEN PENGUJI SKRIPSI Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Terapannya 2016 p-issn : 2550-0384; e-issn : 2550-0392 APLIKASI ALGORITMA GENETIKA DALAM PENENTUAN DOSEN PEMBIMBING SEMINAR HASIL PENELITIAN DAN DOSEN PENGUJI

Lebih terperinci

Penerapan Adaptive Genetic Algorithm dengan Fuzzy Logic Controller pada Capacitated Vehicle Routing Problem

Penerapan Adaptive Genetic Algorithm dengan Fuzzy Logic Controller pada Capacitated Vehicle Routing Problem Penerapan Adaptive Genetic Algorithm dengan Fuzzy Logic Controller pada Capacitated Vehicle Routing Problem Tri Kusnandi Fazarudin 1, Rasyid Kurniawan 2, Mahmud Dwi Sulistiyo 3 1,2 Prodi S1 Teknik Informatika,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SISTEM PRODUKSI DAN MUTU PUPUK KOMPOS DI CV. REKSA SUBUR SEMBADA KECAMATAN STABAT KABUPATEN LANGKAT

IDENTIFIKASI SISTEM PRODUKSI DAN MUTU PUPUK KOMPOS DI CV. REKSA SUBUR SEMBADA KECAMATAN STABAT KABUPATEN LANGKAT IDENTIFIKASI SISTEM PRODUKSI DAN MUTU PUPUK KOMPOS DI CV. REKSA SUBUR SEMBADA KECAMATAN STABAT KABUPATEN LANGKAT SKRIPSI OLEH : PUTRI MELINDA SIBARANI 070308030 PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada kurun waktu terakhir, persaingan dalam bidang ekonomi semakin kuat. Dipengaruhi dengan adanya perdagangan bebas, tingkat kompetisi menjadi semakin ketat. Hal

Lebih terperinci

Disain Jejaring (Network Design)

Disain Jejaring (Network Design) Disain Jejaring (Network Design) McGraw-Hill/Irwin Copyright 2013 by The McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved. Gambaran Disain Jejaring Jejaring Fasilitas Perusahaan Kebutuhan pergudangan Analisis

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr. wb.,

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr. wb., KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wr. wb., Pemikiran sistem dapat dipandang sebagai dorongan terhadap kepiawaian ilmu pengetahuan dalam menghadapi permasalahan yang kompleks dan dinamis yang terjadi pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Teori 2.1.1 Tingkat Pelayanan (Service Level) Service level merupakan istilah yang banyak digunakan dalam manajemen persediaan yang merupakan besar presentase dari

Lebih terperinci

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT ( SCM ) Prof. Made Pujawan

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT ( SCM ) Prof. Made Pujawan SUPPLY CHAIN MANAGEMENT ( SCM ) Prof. Made Pujawan Pendahuluan Pelaku industri mulai sadar bahwa untuk menyediakan produk yang murah, berkualitas dan cepat, perbaikan di internal perusahaan manufaktur

Lebih terperinci

OPTIMASI JALUR TRANSPORTASI PRODUK HOUSING CLUTCH DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA PADA PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT CAKUNG

OPTIMASI JALUR TRANSPORTASI PRODUK HOUSING CLUTCH DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA PADA PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT CAKUNG OPTIMASI JALUR TRANSPORTASI PRODUK HOUSING CLUTCH DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA PADA PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT CAKUNG Disusun Oleh : Nama : Mochammad Brananta Arya Lasmono NPM : 34412653

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang ada sekarang ini telah memungkinkan pengembangan produk baru bisa berlangsung dengan cepat. Kompetisi di pasar menjadi sangat ketat dan

Lebih terperinci

PASCA PANEN BUNGA POTONG (KRISAN)

PASCA PANEN BUNGA POTONG (KRISAN) PASCA PANEN BUNGA POTONG (KRISAN) Post 04 Desember 2014, By Ir. Elvina Herdiani, MP. bbpplbungapotperkembangan bisnis bunga potong meningkat dengan cukup pesat dari waktu ke waktu, hal ini menunjukkan

Lebih terperinci

PERFORMANCE ALGORITMA GENETIKA (GA) PADA PENJADWALAN MATA PELAJARAN

PERFORMANCE ALGORITMA GENETIKA (GA) PADA PENJADWALAN MATA PELAJARAN PERFORMANCE ALGORITMA GENETIKA (GA) PADA PENJADWALAN MATA PELAJARAN Eva Desiana, M.Kom Pascasarjana Teknik Informatika Universitas Sumatera Utara, SMP Negeri 5 Pematangsianta Jl. Universitas Medan, Jl.

Lebih terperinci

Oleh : IRAWAN ADI PUTRANTO F DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Oleh : IRAWAN ADI PUTRANTO F DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR PENGARUH BAHAN KEMASAN DAN METODA PENYIMPANAN TERHADAP PERUBAHAN KARAKTERISTIK MUTU FISIK BUNGA KRISAN (CHRYSANTHEMUM sp) POTONG VARIETAS FIJI YELLOW SELAMA PENYIMPANAN Oleh : IRAWAN ADI PUTRANTO F14103072

Lebih terperinci

Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011

Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011 LAMPIRAN Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011 Lampiran 2. Rincian Luas Lahan dan Komponen Nilai Input Petani

Lebih terperinci

Optimasi Persediaan Multi-item Fuzzy EOQ Di PT UWBM dengan Algoritma Genetika

Optimasi Persediaan Multi-item Fuzzy EOQ Di PT UWBM dengan Algoritma Genetika Optimasi Persediaan Multi-item Fuzzy EOQ Di PT UWBM dengan Algoritma Genetika Disusun Oleh : Ainy Mahmudah 1307 100 002 Pembimbing I Pembimbing II : Dr. Irhamah, S.Si., M.Si : Dra. Sri Mumpuni R, M.Si

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Krisan

TINJAUAN PUSTAKA Botani Krisan 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Krisan Krisan (Dendranthema grandiflora Tzvelev) termasuk dalam klasifikasi kingdom Plantae, divisi Spermatophyta, sub-divisi Angiospermae, kelas Dicotiledonae, ordo Asterales,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab II Tinjauan Pustaka ini berisi tentang konsep aktivitas supply chain, Inventory Raw material, Inventory Cost, dan formulasi Basnet dan Leung. 2.1 Supply Chain Semua perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di bidang produksi atau pembuatan kertas rokok (cigarette paper). Produk kertas

BAB I PENDAHULUAN. di bidang produksi atau pembuatan kertas rokok (cigarette paper). Produk kertas 19 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia usaha mengalami perkembangan yang sedemikian cepatnya yang menyebabkan maraknya perusahaan-perusahaan manufaktur yang saling bersaing untuk menjadi yang terbaik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri retail dan chain store telah berkembang pesat dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan customer, baik dalam skala internasional, nasional, bahkan lokal. Walmart

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. logistik sudah digunakan untuk mengatasi berbagai jenis kebutuhan manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. logistik sudah digunakan untuk mengatasi berbagai jenis kebutuhan manusia dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Logistik bukanlah hal yang baru di dunia industri. Sepanjang sejarah logistik sudah digunakan untuk mengatasi berbagai jenis kebutuhan manusia dan mengirimkannya ke

Lebih terperinci

Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm

Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm Jurnal Telematika, vol.9 no.1, Institut Teknologi Harapan Bangsa, Bandung ISSN: 1858-251 Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm

Lebih terperinci

Logistic Cost and Service

Logistic Cost and Service BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Logistik merupakan sebuah benua besar yang belum di jelajahi dari bisnis (Drucker, 1962). Kebanyakan dari perusahaan dan akademisi sekarang memiliki beberapa departemen

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM (CVRP) UNTUK DISTRIBUSI SURAT KABAR KEDAULATAN RAKYAT DI KABUPATEN SLEMAN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekumpulan fasilitas, pasokan bahan baku, konsumen, produk dan metode yang digunakan untuk mengontrol penyimpanan produk, pembelian, dan pendistribusian disebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengiriman barang dari pabrik ke agen atau pelanggan, yang tersebar di berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengiriman barang dari pabrik ke agen atau pelanggan, yang tersebar di berbagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengiriman barang dari pabrik ke agen atau pelanggan, yang tersebar di berbagai tempat, sering menjadi masalah dalam dunia industri sehari-hari. Alokasi produk

Lebih terperinci

Muhammad Bagir, S.E.,M.T.I. Pengelolaan Rantai Pasokan

Muhammad Bagir, S.E.,M.T.I. Pengelolaan Rantai Pasokan Muhammad Bagir, S.E.,M.T.I Pengelolaan Rantai Pasokan 1 Rantai Pasok(Supply Chain) Suatu konsep atau mekanisme untuk meningkatkan produktivitas total perusahaan dalam rantai suplai melalui optimalisasi

Lebih terperinci

USULAN RANCANGAN RUTE TRANSPORTASI MULTI TRIP

USULAN RANCANGAN RUTE TRANSPORTASI MULTI TRIP USULAN RANCANGAN RUTE TRANSPORTASI MULTI TRIP UNTUK MEMINIMASI BIAYA TRANSPORTASI DENGAN HETEROGENEOUS FLEET DAN TIME WINDOW MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA DI PT.XYZ Muhammad Zuhdi Aiman Anka 1,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Nastiti (UMM:2001) judul: penerapan MRP pada perusahaan tenun Pelangi lawang. Pendekatan yang digunakan untuk pengolahan data yaitu membuat Jadwal

Lebih terperinci

Peramalan Kebutuhan Beban Sistem Tenaga Listrik Menggunakan Algoritma Genetika

Peramalan Kebutuhan Beban Sistem Tenaga Listrik Menggunakan Algoritma Genetika Peramalan Kebutuhan Beban Sistem Tenaga Listrik Menggunakan Algoritma Genetika M. Syafrizal, Luh Kesuma Wardhani, M. Irsyad Jurusan Teknik Informatika - Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Lebih terperinci

Umur Simpan Dan Mutu Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Dalam Berbagai Jenis Kemasan dan Suhu Penyimpanan Pada Simulasi Transportasi

Umur Simpan Dan Mutu Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Dalam Berbagai Jenis Kemasan dan Suhu Penyimpanan Pada Simulasi Transportasi Umur Simpan Dan Mutu Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Dalam Berbagai Jenis Kemasan dan Suhu Penyimpanan Pada Simulasi Transportasi Oleh : YOLIVIA ASTRIANIEZ SEESAR F14053159 2009 DEPARTEMEN TEKNIK

Lebih terperinci

PEMODELAN DINAMIKA SISTEM RANCANGBANGUN MANAJEMEN RANTAI PASOKAN INDUSTRI TEH HIJAU TOMY PERDANA

PEMODELAN DINAMIKA SISTEM RANCANGBANGUN MANAJEMEN RANTAI PASOKAN INDUSTRI TEH HIJAU TOMY PERDANA PEMODELAN DINAMIKA SISTEM RANCANGBANGUN MANAJEMEN RANTAI PASOKAN INDUSTRI TEH HIJAU TOMY PERDANA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 SURAT PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara agraris yang beriklim tropis dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat cerah. Hortikultura

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERENCANAAN LINTASAN KENDARAAN Achmad Hidayatno Darjat Hendry H L T

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERENCANAAN LINTASAN KENDARAAN Achmad Hidayatno Darjat Hendry H L T PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERENCANAAN LINTASAN KENDARAAN Achmad Hidayatno Darjat Hendry H L T Abstrak : Algoritma genetika adalah algoritma pencarian heuristik yang didasarkan atas mekanisme evolusi

Lebih terperinci