BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Perubahan tingkah laku dapat berupa hasil belajar siswa dalam sebuah
|
|
- Hengki Susman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 10 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Teoritis Hasil Belajar Perubahan tingkah laku dapat berupa hasil belajar siswa dalam sebuah proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapakan. Sehubungan dengan hal ini menurut Purwanto, (dalam Yunus 2012: 47), mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan pada siswa yang diimplementasikan melalui proses belajar mengajar. Tujuan pendidikan bersifat ideal, sedangkan hasil belajar merupakan realisasi tercapainya tujuan pendidikan, sehingga hasil belajar yang diukur sangat tergantung kepada tujuan pendidikan. Menurut Sudjana (2009: 3), hasil belajar pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor. Pengertian ini memberikan gambaran bahwa penilaian terhadap hasil belajar sangatlah penting dalam implementasi terselenggaranya proses pembelajaran. Sehubungan dengan hakikat hasil belajar, Dimiyati dan Mudjino (2009: 3), mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Jika ditinjau dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses penilaian dan evaluasi hasil belajar. Sedangakan ditinjau dari tindak siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya puncak belajar. Iskandar (2009: 184), mengemukakan pula bahwa hasil belajar dapat diukur dalam bentuk perubahan perilaku siswa, yaitu semakin bertambahnya pengetahuan siswa terhadap sesuatu, sikap dan keterampilannya. Pembelajaran yang efektif tidak 10
2 11 membuat siswa merasa bosan dengan suasana, namun bagaimana suasana belajar dan lingkungan belajar dapat berjalan secara kondusif. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil potensi yang berbeda pada setiap siswa yang diperoleh setelah mengikuti proses pembelajaran. 2.2 Motivasi Belajar Uno (2010: 23) mengemukakan bahwa motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada peserta didik yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku. Dorongan internal tersebut merupakan kekuatan dari dalam diri siswa baik berupa hasrat dan keinginan untuk berhasil, dorongan kebutuhan belajar, dan harapan akan cita-cita. Motivasi inilah yang akan mempengaruhi perbedaan respon terhadap sesuatu dan pola berfikir dari siswa dalam mewujudkan tujuan pendidikan. Sedangkan dorongan eksternal adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik juga akan mempengaruhi motivasi belajar siswa. Ditegaskan pula oleh Dimiyati dan Mudjiono (2009: 80) bahwa motivasi belajar dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan seseorang untuk melakukan kegiatan belajar. Dorongan mental ini disebabkan karena adanya faktor kebutuhan dari seseorang siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran sehingga ia merasa tergerak karena hasrat atau keinginan untuk memenuhi kebutuhannya. Misal seorang guru menjelaskan materi betapa pentingnya mempelajari ilmu ekonomi, maka siswa akan termotivasi untuk memahami,
3 12 mengkaji bahkan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari terhadap ilmu yang diperoleh, selain ditunjang motivasi menambah pengetahuan, ketrampilan, dan prestasi dari diri seorang siswa. Hapsari (2005: 20) mengemukakan bahwa motivasi belajar siswa adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang untuk melakukan usaha yang dapat menyebabkan seseorang untuk memperoleh hasil belajar maupun karir yang lebih baik dari hari ke hari. Pendapat ini memberikan gambaran bahwa pada kemampuan setiap siswa adalah sama tetapi yang membedakannya adalah tingkat kamauan dan motivasi yang berbeda, sehingga hal ini akan mempengaruhi tingkat perbedaan hasil belajar siswa. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan mendorong siswa untuk memperoleh hasil belajar yang baik kerena terdorong melakukan aktivitas, kreativitas, ketekunan serta giat dalam belajar. Sebaliknya siswa yang malas dalam kegiatan belajar, sering bolos, jarang mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah (PR) dari guru merupakan ciri-ciri siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya motivasi belajar siswa adalah dorongan internal dan eksternal yang dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu yang dapat berpengaruh pada perubahan tingkah laku untuk mewujudkan kegiatan belajar yang kondusif dalam mencapai hasil belajar yang maksimal.
4 Tes Uraian Woolfolk (2006: 586) mengemukakan bahwa bentuk tes uraian harus memberikan gambaran yang jelas dan tepat tentang apa yang diharapkan dari jawaban siswa, terutama yang berkaitan dengan keleluasaan jawaban dihubungkan dengan waktu yang tersedia untuk menjawab pertanyaan tersebut. Dalam konsep lain dijelaskan pula bahwa bentuk tes uraian adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk lain yang sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri (Ditjen Mutendik, 2006: 17). Pendapat ini bermakna bahwa dalam bentuk tes uraian kemampuan siswa dituntut dalam menjelaskan ide dan pandangannya terhadap pertanyaan sesuai dengan harapan setiap butir permasalahan. Menurut Sudjiono (dalam Yunus 2012: 36), mengemukakan pula bahwa tes uraian adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang memiliki karakteristik: (1) tes berbentuk pertanyaan yang menghendaki jawaban berupa uraian kalimat yang pada umumnya cukup panjang, (2) bentuk pertanyaan menuntut siswa untuk memberikan penjelasan, komentar, penafsiran, membandingkan, membedakan, dan sebagainya, (3) jumlah butir pertanyaan terbatas, dan (4) umumnya butir tes diawali dengan kata-kata seperti: jelaskan, terangkan, uraikan, mengapa, atau kata-kata lain yang sejenis. Pemberian skor terhadap hasil belajar siswa dengan menggunakan bentuk tes uraian sifatnya pun harus subjektivitas, pertimbangan, dan tidak ada pengaruh dari pihak lain, misalnya hanya karena kedekatan emosional antara guru dan
5 14 siswa sehingga diberikan nilai yang tinggi padahal hasil yang diperoleh siswa tidak sesuai yang diharapkan. Dalam pemberian skor memang terdapat kemudahan dan kesulitan. Kemudahan itu dapat terlihat dari kemampuan seorang guru dalam menilai hasil kemampuan lembar jawaban yang terlihat dari siswa itu sendiri. Namun disisi lain jawaban siswa yang berbentuk uraian pun membutuhkan waktu yang cukup kepada guru dalam pengambilan keputusan terhadap kelayakan penetapan skor yang didapatkan dari lembar jawaban siswa. Untuk mengatasi masalah diatas, menurut Sukardi (2009: 39-40) mengemukakan beberapa petunjuk yang dapat digunakan sebagai acuan dalam pemberian skor tes uraian, yaitu guru sebaiknya: (1) menyusun kunci jawaban untuk setiap pertanyaan, (2) menentukan nilai setiap pertanyaan, (3) menetapkan skor penilaian, (4) memeriksa berdasarkan tiap pertanyaan, (5) mengelompokkan lembar jawaban, (6) tidak melihat nama penjawab, dan (7) sering beristirahat. Agar tes bentuk uraian terjamin dalam penilaian objektivitasnya, maka guru perlu menyusun kunci jawaban untuk setiap pertanyaan yang mengandung materi penting yang digunakan sebagai acuan ketika menilai. Setiap pertanyaan dinilai berdasarkan bobot permasalahan, kompleksifitas jawaban, dan waktu untuk menyelesaikan jawaban, memutuskan beberapa point pengurangan skor penilaian jika siswa melakukan kesalahan kecil, misalnya kesalahan ejaan, tanda baca, dan penggunaan kata, sebelum pindah ke pertanyaan lainnya, disarankan agar mengevaluasi satu pertanyaan pada semua lembar jawaban dalam rangka untuk mengecek kesamaan kualitas jawaban, mengelompokkan lembar jawaban siswa menjadi 3 5 tumpukkan dengan memperhatikan ranking dari yang tertinggi
6 15 sampai terendah, dan menempatkan lembar jawaban siswa ke dalam tumpukan yang ada atas dasar nilai yang dicapai, usahakan dalam proses penilaian jawaban tes tidak melihat nama siswa penjawabnya, dan disarankan untuk sering beristirahat guna mencegah kelelahan dan kejenuhan yang dapat mengakibatkan perubahan signifikan terhadap pemberian skor. Berdasarkan berbagai pandangan diatas, dapat disimpulkan bahwa bentuk tes uraian merupakan bentuk soal yang terurai yang menuntut kemampuan siswa dalam menjawab soal dengan kajian yang lebih mendalam dimana siswa tersebut harus menjawab baik dalam bentuk menguraiakan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan kebutuhan pertanyaan Kelebihan Bentuk Tes Uraian Menurut Arikunto (2009: 101), mengemukakan bahwa dalam proses belajar mengajar di kelas, bentuk tes uraian masih banyak digunakan oleh para guru, kerena bentuk tes uraian memiliki beberapa kelebihan, yakni tes uraian dapat digunakan untuk menilai hal-hal yang berkaitan erat dengan beberapa butir berikut: 1. Mengukur proses mental para siswa dalam menuangkan ide ke dalam jawaban item secara tepat. 2. Mengukur kemampuan siswa dalam menjawab melalui kata dan bahasa mereka sendiri.
7 16 3. Mendorong siswa untuk mempelajari, menyusun, merangkai, dan menyatakan pemikiran siswa secara aktif. 4. Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalam bentuk kalimat mereka sendiri. 5. Mengetahui seberapa jauh siswa telah memahami dan mendalami suatu permasalahan atas dasar pengetahuan yang diajarkan di dalam kelas Kelemahan Bentuk Tes Uraian Disamping beberapa kelebihan seperti yang telah diuraikan diatas, ternyata bentuk tes uraian juga memiliki beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan oleh seorang guru, diantaranya sebagai berikut: 1. Dalam memeriksa jawaban pertanyaan bentuk tes uraian, ada kecenderungan pengaruh subjektif yang selalu muncul dalam pribadi seorang guru. Ini terjadi, utamanya ketika telah terjadi hubungan moral yang baik antara para siswa dengan guru. 2. Pertanyaan uraian yang disusun oleh seorang guru atau evaluator cenderung kurang bisa mencakup seluruh materi yang telah diberikan. 3. Bentuk pertanyaan yang memiliki arti ganda, sering membuat kesulitan pada siswa sehingga memunculkan unsur-unsur menerka dan menjawab dengan rragu-ragu, ditambah lagi aspek mana yang ditekankan juga sukar dipastikan.
8 Tes Pilihan Ganda Tes bentuk pilihan ganda adalah tes yang dapat diskor secara objektif, karena pemeriksaan atau penskorannya bukan hanya dilakukan oleh manusia tetapi juga dapat dilakukan oleh mesin. Menurut Sukardi (dalam Yunus, 2012: 125), bahwa bentuk tes pilihan ganda dapat digunakan untuk mengukur aplikasi pengetahuan yang telah diberikan kepada peserta didik, juga dapat digunakan untuk mengukur batasan atau definisi pengetahuan yang sudah jelas. Hal ini memberikan gambaran bahwa bentuk tes pilihan ganda selain dapat digunakan untuk mengukur aplikasi pengetahuan juga dapat mengukur batasan atau definisi pengetahuan yang sudah jelas dalam implementasinya. Menurut Zainul dan Nasution (2006: 72), bahwa bentuk tes pilihan ganda adalah suatu butir soal yang alternatif jawabannya lebih dari satu. Pada umumnya jumlah alternatif jawaban berkisar antara 4 (empat) atau 5 (lima). Dalam hal ini jumlah alternatif jawaban tidak boleh terlalu banyak. Jika jumlah alternatif jawaban lebih dari 5 (lima) akan membingungkan peserta tes dan menyulitkan dalam mengkonstruksi butir tes. Arikunto (2009: 168), mengemukakan bahwa tes pilihan ganda merupakan suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap, dan untuk melengkapinya harus memilih salah satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Di samping itu, Winkel (2004: 563) mengemukakan bahwa bentuk tes pilihan ganda terdiri atas soal pertanyaan, yaitu bagian akar (stem) dan bagian alternatif jawaban (option). Dari pengertian ini
9 18 dapat dilihat bahwa bentuk tes pilihan ganda ada yang berupa keterangan dan ada juga yang merupakan jawaban alternatif yakni satu jawaban yang benar dan beberapa jawaban sebagai pengecoh. Pendapat di atas, lebih dipertegas lagi oleh Cartono dan Utari (2006: 70) bahwa bentuk tes pilihan ganda terdiri dari dua komponen, yaitu: (1) stem, yakni bagian yang merumuskan masalahnya, suatu stem bisa dirumuskan dalam bentuk pertanyaan yang belum lengkap, dan (2) option, yaitu berupa kemungkinankemungkinan jawaban atau pelengkap kalimat/pertanyaan. Diantara option tersebut ada satu jawaban yang benar, yang lainnya merupakan jawaban yang salah atau disebut pengecoh (distractors). Menurut Ebel dan Frisbie (1986: 66-67), beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun pengecoh dengan baik adalah: (1) masing-masing pengecoh harus dibuat sama panjang, (2) dapat dipikirkan sebagai gabungan beberapa pernyataan untuk menjawab pertanyaan, (3) jika butir soal menghendaki jawaban ya atau tidak maka alternatif jawaban harus disertai penjelasan, (4) perlu digunakan kombinasi dua elemen dalam alternatif jawaban, (5) jika alternatif jawaban masih sukar dipahami perlu dipertimbangkan kembali pokok soalnya. Gronlund (1982: 32-33), mengemukakan bahwa bentuk tes pilihan ganda merupakan jenis tes yang terdiri atas pertanyaan pokok yang diikuti oleh beberapa alternatif jawaban yang berisikan kemungkinan pemecahan masalah. Dijelaskan pula oleh Sudjana, bahwa tes pilihan ganda adalah tes yang mempunyai satu jawaban yang benar atau paling tepat (2009: 48). Dari pendapat ini bahwa
10 19 alternatif jawaban telah disediakan, siswa hanya memilih salah satu jawaban yang paling tepat dan benar. Bentuk tes pilihan ganda memiliki ciri-ciri yang mencakup: (1) stem, yaitu suatu pernyataan atau pertanyaan yang berisi permasalahan yang akan ditanyakan, (2) option, berupa sejumlah pilihan atau alternatif jawaban, (3) kunci, yaitu jawaban benar atau paling tepat, dan (4) distractor atau pengecoh, yaitu jawaban lain di samping jawaban kunci. Dalam penyusunan butir-butir tes pilihan ganda diusahakan agar pengecoh tidak jauh berbeda terhadap alternatif jawaban yang benar baik yang berhubungan dengan uraian maupun panjang kalimatnya. Oleh karenanya, perlu dihindari adanya kemungkinan petunjuk yang memberikan isyarat terhadap nomor jawaban yang benar, dan/atau penafsiran yang keliru digunakan terhadap setiap butir pertanyaan. Berdasarkan beberapa pandangan di atas, menurut Yunus (2012: 38) sebagai pegangan dalam menyusun butir-butir tes pilihan ganda dapat dirinci sebagai berikut: 1. Pokok soal harus dirumuskan secara spesifik, sehingga dapat menggambarkan arah permasalahan untuk menemukan jawaban yang benar 2. Hanya mengandung satu alternatif jawaban yang tepat 3. Antara alternatif jawaban yang salah dan benar tidak terlalu jelas perbedaannya 4. Seluruh alternatif jawaban pada setiap butir tes diusahakan sama, baik dari segi uraian maupun panjang kalimatnya
11 20 5. Perlu dihindari adanya alternatif jawaban yang mengungkapkan kata-kata semuanya benar atau semuanya salah 6. Setiap butir pertanyaan disediakan empat atau lima alternatif jawaban, karena jika kurang dari jumlah alternatif tersebut akan menyebabkan soal menjadi mudah, dan bila lebih menyebabkan soal menjadi sulit 7. Setiap butir pertanyaan harus berdiri sendiri, dalam arti bahwa jawaban pada satu butir pertanyaan lainnya 8. Pokok butir pertanyaan dan alternatif jawaban dirumuskan secara jelas dan sederhana, sehingga tidak akan menimbulkan penafsiran yang berlainan dari peserta. Berdasarkan uraian-uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa bentuk tes pilihan ganda merupakan jenis tes yang terdiri atas dua kelompok, yaitu kelompok kesatuan butir pertanyaan, dan kelompok alternatif jawaban, di mana setiap butir pertanyaan telah mengandung pilihan jawaban yang paling benar dan kemungkinan jawaban yang harus dipilih yang ditandai dengan adanya jawaban pengecoh yang harus dijawab oleh peserta tes Kelebihan Tes Bentuk Pilihan Ganda Menurut Arikunto (2009: ), mengemukakan bahwa dalam evaluasi pembelajaran, item tes pilihan ganda mempunyai beberapa kelebihan yang secara ringkas dapat dicermati dalam uraian berikut:
12 21 1. Bentuk tes pilihan ganda memiliki karakteristik yang baik untuk suatu alat pengukur hasil belajar siswa. Karakter yang baik tersebut yaitu lebih fleksibel dalam implementasi evaluasi dan efektif untuk mengikuti tercapai tidaknya tujuan belajar mengajar. 2. Item tes pilihan ganda yang dikonstruksi dengan intensif dapat mencakup hampir seluruh bahan pembelajaran yang diberikan oleh guru di kelas. 3. Item tes pilihan ganda adalah tepat untuk mengukur penguasaan informasi para siswa yang hendak dievaluasi. 4. Item tes pilihan ganda dapat mengukur kemampuan intelektual atau kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. 5. Dengan menggunakan kunci jawaban yang sudah disiapkan secara terpisah, jawaban siswa dapat dikoreksi dengan lebih mudah. 6. Hasil jawaban siswa yang diperoleh dari tes bentuk pilihan ganda dapat dikoreksi bersama, baik oleh guru maupun siswa dengan situasi yang lebih kondusif. 7. Item tes pilihan ganda yang sudah dibuat terpisah antara lembar soal dan lembar jawaban, dapat dipakai secara berulang-ulang Kelemahan Bentuk Tes Pilihan Ganda Kesulitan yang sering dialami para guru kelas, berkaitan dengan mengkonstruksi item tes pilihan ganda adalah kesulitan dalam menyusun item tes yang mengandung pokok persoalan dengan tepat, dan menyusun jawaban
13 22 alternatif dengan memperhitungkan beberapa jawaban penjebak (distracters) yang memungkinkan dipilih siswa. Disamping kelemahan pokok seperti yang diuraikan di atas, item tes pilihan ganda masih memerlukan perhatian seorang guru atau evaluator, di antaranya adalah kelemahan yang berkaitan dengan beberapa hal berikut: 1. Konstruksi item tes pilihan lebih sulit serta membutuhkan waktu yang lebih lama dibanding dengan penyusunan item tes bentuk objektif lainnya. 2. Tidak semua guru senang menggunakan tes pilihan ganda untuk mengukur hasil pembelajaran yang telah diberikan dalam waktu tertentu, misalnya satu semester atau satu kuartal. 3. Item tes pilihan ganda kurang dapat mengukur kecakapan siswa dalam mengorganisasi meteri hasil pembelajaran. 4. Item tes pilihan ganda memberi peluang pada siswa untuk menerka jawaban. 2.5 Perbedaan Bentuk Tes Uraian dan Bentuk Tes Pilihan Ganda Sehubungan dengan penggunaan bentuk tes uraian dan pilihan ganda dalam mengukur hasil belajar siswa, pusat penilaian pendidikan Balitbang Depdiknas (2008: 17), memberikan suatu perbandingan sebagai berikut:
14 23 Tabel 1: Perbandingan Bentuk Tes Uraian dan Pilihan Ganda Karakteristik Bentuk Tes Uraian Bentuk Pilihan Ganda Penulisan soal Relatif mudah Relatif sukar Jumlah pokok bahasan yang ditanyakan Aspek atau kemampuan yang diukur oleh satu soal Persiapan siswa Terbatas Dapat lebih dari satu Penekanannya pada kedalaman materi Lebih banyak Hanya satu Lebih menekankan pada keluasan materi atau materinya bervariasi Kecenderungan menebak Tidak ada Ada Penskoran sukar, lama, kurang konsisten (reliable) dan subjektif Mudah, cepat, sangat konsisten dan objektif Menurut Oerman dan Gaberson (2009: 48), mengemukakan bahwa item bentuk tes uraian pada umumnya lebih mudah dalam perancangannya dibandingkan dengan item bentuk tes pilihan ganda, tetapi akan membutuhkan waktu yang lebih banyak dalam pemeriksaannya. Sebaliknya, untuk item tes bentuk pilihan ganda cukup sulit dan membutuhkan waktu yang banyak dalam perancangannya, tetapi mudah dalam pemeriksaannya.
15 24 Secara umum, perbedaan bentuk tes pilihan ganda dan uraian ditinjau dari aspek-aspek tertentu, menurut Yunus (2012: 42) dapat dirinci melalui tabel berikut: Tabel 2: Perbedaan Tes Bentuk Pilihan Ganda dan Bentuk Uraian Ditinjau Dari Bentuk Tes Pilihan Ganda Bentuk Tes Uraian Taksonomi hasil yang diukur Sampling isi/bahan Persiapan membuat soal Penskoran Kemungkinan Baik untuk mengukur hasil belajar tingkat ingatan, dan tidak cocok untuk tingkatan sintesis dan analisis Karena menggunakan jumlah butir yang lebih banyak, maka dapat mencakup atau mewakili bahan pelajaran yang lebih luas Mempersiapkan item sangat sukar dan membutuhkan waktu yang banyak Objektif, sederhana dan kendalanya tinggi Mendorong siswa untuk mengingat, Tidak efisien untuk tingkat ingatan, lebih tepat untuk pemahaman, aplikasi dan analisis Hanya mencakup bahan yang terbatas (tidak dapat mewakili isi bahan yang luas) Mempersiapkan item yang baik adalah sukar, tetapi lebih mudah dari pada mempersiapkan soal objektif Subjektif, sukar dan kurang handal Mendorong siswa untuk mengorganisasikan dan
16 25 mengintepretasikan dan menganalisis ide orang lain mengintegrasikan ide sendiri 2.6 Kerangka Berfikir 1. Perbedaan Hasil Belajar Siswa antara yang Mengikuti Tes Bentuk Uraian dan Bentuk Pilihan Ganda pada Mata Pelajaran IPS di Kelas VII SMP Negeri 2 Gorontalo Setiap siswa memiliki tingkat hasil belajar yang berbeda sehingga bervariasi tergantung dari kompetensi siswa. Adapun variasi pada hasil belajar ini terlihat pada hasil skor yang berbeda pada bentuk tes. Oleh karena itu, bentuk tes uraian dan pilihan ganda akan turut memberikan dampak perbedaan terhadap hasil belajar yang diperoleh siswa. Kenyataan dilapangan ada juga siswa yang tinggi hasil belajarnya jika di uji dengan menggunkan tes bentuk uraian hal ini mungkin saja dapat disebabkan karena siswa lebih menggunakan kajian lebih mendalam terhadap setiap materi pembelajaran. Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa siswa yang mengikuti tes bentuk uraian akan lebih mudah menyelesaikan tes dan memperoleh hasil belajar yang tinggi dibandingkan dengan siswa yang mengikuti tes bentuk pilihan ganda. 2. Interaksi antara Bentuk Tes (Uraian dan Pilihan Ganda) dengan Motivasi Belajar (Tinggi dan Rendah) Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS di Kelas VII SMP Negeri 2 Gorontalo Tes pilihan ganda pada umunya dirasakan lebih mudah daripada menjawab tes bentuk uraian. Karena pada bentuk tes pilihan ganda siswa dapat memilih alternatif jawaban yang paling benar tanpa mempertimbangkan kesulitan dalam tes tersebut. Tetapi beda halnya dengan bentuk tes uraian dimana
17 26 siswa dituntut untuk memikirkan jawaban yang lengkap jika soal tersebut berbentuk teori yang tepat dan berfikir secara global jika pertanyaan tersebut berbentuk mengemukakan pendapat beserta contohnya. Tes bentuk uraian sangat menuntut siswa untuk berpikir secara mendalam dan mampu merumuskan dengan tepat guna memperoleh jawaban yang benar-benar relevan dengan pertanyaan, sehingga akan sulit mencapai hasil belajar yang tinggi pada bentuk tes uraian. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan lebih merasa mudah dalam mengerjakan soal bentuk uraian, dan akan mengalami kesulitan ketika mengerjakan soal berbentuk pilihan ganda. Karena pada siswa ini cenderung melakukan pengkajian mendalam disetiap permasalahan dalam kegiatan pembelajaran, sehingga siswa tersebut tidak merasa kesulitan dalam menjawab setiap butir tes dengan penjelasan yang luas/global. Berbeda dengan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah, siswa ini cenderung tidak memandang permasalahan secara global dan melakukan pengkajian mendalam disetiap permasalahan dalam kegiatan pembelajaran, sehingga mengalami kesulitan dalam mencari pemecahannya. Bagi siswa yang memiliki motivasi belajar rendah ini penggunaan tes pilihan ganda dirasakan sesuai dalam rangka mengukur hasil belajar siswa. Dari beberapa uraian diatas, jika di perhatikan maka akan diperoleh sebuah asumsi bahwa terdapat interaksi antara bentuk tes (uraian dan pilihan ganda) yang digunakan dalam rangka tes hasil belajar dengan motivasi belajar yang dimiliki oleh siswa (motivasi tinggi dan rendah) terhadap hasil belajar siswa.
18 27 3. Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Memiliki Motivasi Belajar Tinggi yang Mengikuti Tes Bentuk Uraian dan Pilihan Ganda pada Mata Pelajaran IPS di Kelas VII SMP Negeri 2 Gorontalo Siswa yang memiliki motivasi tinggi pada umumnya cenderung lebih menyukai cara belajar yang mandiri, mengefektifkan dan mengefisienkan waktu serta tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Hal ini memberikan gambaran bahwa siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi lebih senang memahami halhal yang lebih spesifik dalam mendalami setiap permasalah di setiap kegiatan pembelajaran. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi, merasa lebih mudah jika mengikuti ujian dengan menggunakan tes bentuk uraian, ia tidak akan merasa kesulitan karena sudah terbiasa memecahkan permasalahan serta lebih mudah mengungkapkan gagasannya baik secara tertulis maupun lisan. siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi jika menggunakan bentuk tes pilihan ganda pada saat mengikuti ujian akan memperoleh kesulitan antara lain waktu yang sangat terbatas dalam penyelesaian soal jawaban, tidak memberikan peluang siswa untuk melakukan spekulasi dalam menetapkan alternatif jawaban, sehingga menyebabkan siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi memperoleh hasil belajar yang rendah pada tes bentuk pilihan ganda dengan motivasi belajar yang dimiliki siswa (motivasi tinggi dan rendah) terhadap hasil belajar siswa. 4. Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Memiliki Motivasi Belajar Rendah yang Mengikuti Tes Bentuk Uraian dan Pilihan Ganda pada Mata Pelajaran IPS di Kelas VII SMP Negeri 2 Gorontalo Dalam proses pembelajaran terdapat pula siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Kelompok ini pada umumnya malas atau kurang melakukan
19 28 aktivitas kegiatan belajar secara fokus untuk melakukan pengkajian lebih mendalam dalam setiap masalah pembelajaran, cenderung bergantung kepada temannya dan melakukan kegiatan belajar secara berkelompok dan malas dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah atau rumah yang diberikan oleh guru kepada siswa. Bentuk tes yang berbeda akan mempengaruhi siswa yang memiliki motivasi belajar rendah dalam perolehan perbedaan hasil belajar siswa. Penggunaan bentuk tes uraian pada kelompok siswa yang memiliki motivasi belajar rendah ini memberikan suatu tantangan dalam mencapai hasil yang diharapkan dalam pemaksimalannya, karena siswa dituntut untuk mengungkapkan ide secara mengglobal dan menyelesaikan setiap butir soal pertanyaan secara lengkap dan merata. Berbeda halnya jika siswa yang memiliki motivasi rendah ini diberikan bentuk tes pilihan ganda, siswa hanya menetapkan pilihan pada salah satu jawaban yang paling benar yang telah disediakan dan terdapat soal yang distractors sebagai pengecoh, sehingga terkadang siswa dapat melakukan tebakan dalam menentukan jawaban, oleh karena itu terbuka kemungkinan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah akan tinggi hasil belajarnya jika dengan menggunakan bentuk tes pilihan ganda. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki motivasi belajar rendah akan memperoleh hasil yang baik pada bentuk tes pilihan ganda dibandingkan pada hasil belajar siswa dengan menggunakan tes bentuk uraian.
20 Hipotesis Penelitian Berdasarkan kajian teoritis dan kerangka berfikir diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Siswa yang mengikuti tes bentuk uraian memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang mengikuti tes bentuk pilihan ganda pada mata pelajaran IPS di kelas VII SMP Negeri 2 Gorontalo. 2. Terdapat pengaruh interaksi antara bentuk tes dan motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajarn IPS di kelas VII SMP Negeri 2 Gorontalo. 3. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi, memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi dalam bentuk tes uraian dibandingkan dengan hasil belajar yang dicapai dalam bentuk tes pilihan ganda pada mata pelajaran IPS di kelas VII SMP Negeri 2 Gorontalo. 4. Siswa yang memiliki motivasi belajar rendah, memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi dalam bentuk tes pilihan ganda dibandingkan dengan hasil belajar yang dicapai dalam bentuk tes uraian pada mata pelajaran IPS di kelas VII SMP Negeri 2 Gorontalo.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kepemilikan tanah adalah milik pemerintah. Luas tanah 7872 m 2 dan status tanah
43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian SMP Negeri 2 Gorontalo didirikan pada tahun 1955 dan pada tanggal 21 Juli 1955 diterbitkan
Lebih terperinciLISAN TULISAN OBSERVASI SKALA PENILAIAN SOSIOMETRI STUDI KASUS CHECKLIST
BAHAN AJAR EVALUASI PEMBELAJARAN TES URAIAN DAN TES OBJEKTIF LISAN INDIVIDUAL KELOMPOK ESAI BERSTRUKTUR BEBAS TULISAN TERBATAS ALAT PENILAIAN TES OBSERVASI OBJEKTIF B-S MENJDHKAN MELENGKAPI NON TES KUESIONER/WAWANCARA
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Tujuannya untuk mengetahui kekurangan yang terjadi agar kegiatan yang
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar Evaluasi merupakan proses penilaian yang dilakukan setelah melakukan kegiatan. Tujuannya untuk mengetahui kekurangan yang terjadi agar kegiatan
Lebih terperincitertentu. Penilaian performans menurut Nathan & Cascio (1986) berdasarkan pada analisis pekerjaan.
Bentuk-Bentuk Tes Bentuk tes yang digunakan dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu tes objektif dan tes non-objektif. Objektif di sini dilihat dari sistem penskorannya, yaitu siapa saja yang memeriksa
Lebih terperinciPENGARUH BENTUK TES DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VII SMP NEGERI 2 GORONTALO
PENGARUH BENTUK TES DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VII SMP NEGERI 2 GORONTALO Badria, Meyko Panigoro, Agil Bachsoan Jurusan Pendidikan Ekonomi Abstract
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang dirasa sulit bagi kebanyakan peserta didik. Prestasi belajar untuk memahami pelajaran fisika dalam suatu sekolah
Lebih terperincisuasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh guru adalah evaluasi pembelajaran. Kompetensi tersebut sejalan dengan tugas dan tanggung jawab guru dalam pembelajaran,
Lebih terperinciJenis dan Karakteristik Soal. Oleh : Toto Fathoni
Jenis dan Karakteristik Soal Oleh : Toto Fathoni 1. Pilihan Berganda. Keunggulannya antara lain : (a) pemeriksaan dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, (b) dapat meliputi ruang lingkup materi yang luas,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hasil Belajar a. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu kata yang tidak asing lagi bagi semua orang terutama bagi para pelajar. Kegiatan belajar merupakan bagian
Lebih terperinciPENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA Eva M. Ginting dan Harin Sundari Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri
Lebih terperinciPEMBUATAN TES TERTULIS
PEMBUATAN TES TERTULIS BENTUK SOAL 1. SOAL JAWABAN SINGKAT 2. SOAL BENAR- SALAH 3. SOAL MENJODOHKAN 4. SOAL PILIHAN GANDA 5. SOAL URAIAN SOAL JAWABAN SINGKAT KARAKTERISTIK: SOAL YANG MENUNTUT PESERTA TES
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Tugas seorang guru dalam kegiatan pembelajaran adalah membantu
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tes Tugas seorang guru dalam kegiatan pembelajaran adalah membantu perubahan dan keberhasilan peserta didik atau siswa. Untuk mengetahui bagaimana perubahan dan tingkat
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Prestasi Belajar 1.1.1 Pengertian Prestasi Belajar Proses belajar mengajar penting bagi seorang pendidik untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik. Seberapa jauh kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pendidikan pada umumnya dilaksanakan disetiap jenjang pendidikan melalui pembelajaran. Oleh karena itu, ada beberapa komponen yang menentukan keberhasilan
Lebih terperinciAnterior Jurnal, Volume 13 Nomor 1, Desember 2013, Hal dari rencana pendidikan. Namun perlu dicatat
Anterior Jurnal, Volume 13 Nomor 1, Desember 2013, Hal 88 93 dari rencana pendidikan. Namun perlu dicatat PELAKSANAAN PENGUKURAN RANAH KOGNITIF, bahwa AFEKTIF, tidak DAN semua PSIKOMOTOR bentuk evaluasi
Lebih terperinciMata Kuliah/Kode/ SKS : Evaluasi Pembelajaran TE/ EL501/2(dua) Semester/Program Studi : Teknik Tenaga Elektrik (TTE) : Dra. Tuti Suartini, M.
Mata Kuliah/Kode/ SKS : Evaluasi Pembelajaran TE/ EL501/2(dua) Semester/Program Studi : Teknik Tenaga Elektrik (TTE) Dosen : Dra. Tuti Suartini, M.Pd 1. Pengukuran Pengantar tentang Definisi Pengukuran,
Lebih terperinciKegiatan Belajar 3: Menulis Tes Hasil Belajar
Kegiatan Belajar 3: Menulis Tes Hasil Belajar Uraian Materi Secara umum, langkah-langkah kegiatan penilaian hasil belajar yang dilakukan Guru meliputi: (1) Perencanaan penilaian dan pengembangan perangkat,
Lebih terperinciValiditas, Reliabilitas, dan Analisis Soal Uraian
Validitas, Reliabilitas, dan Analisis Soal Uraian Jumat, Definisi Tes Uraian Tes uraian adalah tes (seperangkat soal yang berupa tugas dan pertanyaan) yang menuntut peserta didik untuk mengorganisasikan
Lebih terperinciPENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI TELAAH BUTIR SOAL ULANGAN HARIAN PADA PEMBELAJARAN PKN DI KELAS XII IPS 2 SMA NEGERI 12 SEMARANG
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI TELAAH BUTIR SOAL ULANGAN HARIAN PADA PEMBELAJARAN PKN DI KELAS XII IPS 2 SMA NEGERI 12 SEMARANG Siti Umi Salamah 1 Abstrak: Seorang guru PKn harus bersungguh-sungguh
Lebih terperinciKUALITAS BUTIR SOAL ULANGAN SEMESTER GENAP IPA BIOLOGI DI SMP TAHUN PELAJARAN 2012/2013 JURNAL. Oleh SRI NURLAILA DJAKARIA NIM :
KUALITAS BUTIR SOAL ULANGAN SEMESTER GENAP IPA BIOLOGI DI SMP TAHUN PELAJARAN 2012/2013 JURNAL Oleh SRI NURLAILA DJAKARIA NIM : 431 409 057 UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA JURUSAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal abad 21 ini, dunia pendidikan di indonesia menghadapi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awal abad 21 ini, dunia pendidikan di indonesia menghadapi tiga tantangan besar. Tantangan pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia dalam rangka mencapai cita-cita dan tujuan yang diharapkan karena itu pendidikan
Lebih terperinciPedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2013, Volume 8 Nomor 2, ( )
PELAKSANAAN PENGUKURAN RANAH KOGNITIF, AFEKTIF, DAN PSIKOMOTOR PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS III SD MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA Oleh : Iin Nurbudiyani * Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG PENELITIAN
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Tujuan belajar adalah untuk mengadakan perubahan didalam diri seperti mengubah kebiasaan dari yang buruk menjadi baik, mengubah sikap dari yang negatif menjadi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil temuan selama penelitian dan analisis data hasil
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan selama penelitian dan analisis data hasil penelitian, mengenai kemampuan koneksi dan pemecahan masalah matematik siswa melalui pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting bagi perkembangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting bagi perkembangan dan perwujudan diri siswa. Hal ini karena pendidikan menyediakan lingkungan yang memungkinkan
Lebih terperinciTEKNIK EVALUASI DAN INSTRUMEN EVALUASI HASIL BELAJAR
I. Pendahuluan TEKNIK EVALUASI DAN INSTRUMEN EVALUASI HASIL BELAJAR *) Oleh; D. Tiala Secara umum telah diketahui, bahwa melakukan evaluasi merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berpikir (cognitive), pada belajar afektif mengakibatkan perubahan dalam aspek
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses belajar dapat melibatkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Proses belajar kognitif mengakibatkan perubahan dalam aspek kemampuan berpikir (cognitive),
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Penelitian Tindakan
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau dalam bahasa Inggris dinamakan Class Action Research. PTK merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dalam pembangunan manusia untuk mengembangkan dirinya agar dapat menghadapi segala permasalahan yang timbul pada diri manusia. Menurut
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Slameto
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif, dalam bahasa inggris adalah motive atau motion, lalu motivation yang berarti gerakan
Lebih terperinciKegiatan Belajar. Mengembangkan tes. A. TES OBJEKTIF 1. Benar-salah 2. Menjodohkan 3. Pilihan ganda
Kegiatan Belajar Mengembangkan tes A. TES OBJEKTIF 1. Benar-salah 2. Menjodohkan 3. Pilihan ganda B. TES URAIAN 1. Uraian terbatas (Restricted Question) 2. Uraian terbuka (Open Ended Question) A. TES BENAR-SALAH
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajar IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. Sehubungan dengan keberhasilan belajar, Slameto (1991: 62) berpendapat. bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi belajar siswa.
BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu proses yang ditandai adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang
Lebih terperinciBENTUK-BENTUK TES fungsinya
Penggolongan tes berdasarkan fungsinya sebagai alat pengukur perkembangan kemajuan belajar siswa maka tes terdiri atas: 1) tes seleksi (ujian saringan) 2) tes awal (pre-test) 3) tes akhir (post-test) 4)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan perilaku siswa meliputi tiga ranah yaitu kognitif,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Proses pendidikan merupakan suatu proses pembinaan, pengayoman, pengajaran dan pembentukan karakter manusia baik secara fisik dan mental untuk mencapai
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum,
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum, melalui pendekatan inkuiri pada subkonsep faktor-faktor yang mempengaruhi fotosintesis dilakukan dalam
Lebih terperinciII. KERANGKA TEORETIS. Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang
9 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Berpikir Kreatif Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang dimiliki sebagai hasil dari kemampuan berpikir kreatif merupakan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Konsep Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan. Hamalik
Lebih terperinciSKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Matematika. Disusun Oleh :
PENERAPAN METODE CIRC (COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION) MELALUI STRATEGI INDEX CARD MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN PERSEGI PANJANG
Lebih terperinciMENGEMBANGKAN ALAT PENILAIAN HASIL BELAJAR
MENGEMBANGKAN ALAT PENILAIAN HASIL BELAJAR Dasar-Dasar Penyusunan Tes Hasil Belajar: Jenis THB (Tes dan Non tes) Macam-Macam Alat Penilaian (Tes) Keunggulan dan Kelemahan Jenis Tes Mengembangkan Alat Penilaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Proses pembelajaran matematika yang dilaksanakan selama ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pembelajaran matematika yang dilaksanakan selama ini masih menghasilkan siswa yang lemah dalam penalaran matematis dan pemecahan masalah. Hasil beberapa penelitian
Lebih terperinciPERENCANAAN TES. Retno Wahyuningsih ENAM HAL YANG HARUS DIPERTIMBANGKAN
PERENCANAAN TES Retno Wahyuningsih 1 ENAM HAL YANG HARUS DIPERTIMBANGKAN 2 1 ENAM HAL YANG HARUS DIPERTIMBANGKAN 1. Pengambilan sampel dan pemilihan butir soal, 2. Tipe tes yang akan digunakan, 3. Aspek
Lebih terperinciKata kunci: Model Make a Match, prestasi belajar, motivasi belajar
EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH PADA MATERI MENJUMLAHKAN DAN MENGURANGKAN BERBAGAI BENTUK PECAHAN KELAS V SD SE-GUGUS WR. SUPRATMAN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA Nofrita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. studi, kerja, hobi atau aktivitas apapun adalah minat. Dengan tumbuhnya minat dalam
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu faktor utama untuk mencapai sukses dalam segala bidang, baik berupa studi, kerja, hobi atau aktivitas apapun adalah minat. Dengan tumbuhnya minat
Lebih terperinciPengembangan Tes Bentuk Uraian
Pengembangan Tes Bentuk Uraian 10 April 2015 Jenis Tes Heaton (1988) membagi tes menjadi empat bagian, yaitu tes prestasi belajar (achievement test), tes penguasaan (proficiency test), tes bakat (aptitude
Lebih terperinciPENYUSUNAN KISI SOAL LEMBAGA PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENYUSUNAN KISI SOAL LEMBAGA PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Untuk mencapai MATERI Metode PENJELASAN SINGKAT DISKUSI LATIHAN MENYUSUN KISI-KISI SOAL * HARUS MEMPERHATIKAN :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar di sekolah atau yang lebih dikenal dengan istilah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar di sekolah atau yang lebih dikenal dengan istilah pengajaran merupakan sebuah proses yang tidak hanya bersifat mekanisme saja, tetapi
Lebih terperinciObjective Test. Multiple choices untuk pengukuran yang lebih efektif dan efisien. 27 Maret Evaluasi Pembelajaran Komputer. Taufik Ikhsan Slamet
Objective Test Multiple choices untuk pengukuran yang lebih efektif dan efisien 27 Maret 2015 Concept Tes objektif disebut sebagai tes dikotomi (dichotomously scored item) karena jawabannya antara benar
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Metode demontrasi Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara untuk mengimplementasikan rencana yang telah disusun ke dalam bentuk kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa untuk mencapai kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Usaha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pendidikan merupakan pranan penting dalam perkembangan hidup suatu bangsa untuk mencapai kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Usaha memajukan pendidikan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Inkuiri merupakan salah satu model pembelajaran aktif. Kardi (2003: 3) Inkuiri merupakan model pembelajaran yang dirancang untuk
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar Teori 1. Pembelajaran Inkuiri Inkuiri merupakan salah satu model pembelajaran aktif. Kardi (2003: 3) menyatakan Inkuiri pada dasarnya dipandang sebagai suatu proses untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan manusia diera global seperti saat ini menjadi kebutuhan yang amat menentukan bagi masa depan seseorang dalam kehidupannya, yang menuntut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut UU No. 20 Tahun 2003. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tindakan sosial yang dimungkinkan berlaku melalui suatu jaringan. hubungan kemanusiaan melalui peranan-peranan individu di dalamnya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk interaksi manusia, sekaligus tindakan sosial yang dimungkinkan berlaku melalui suatu jaringan hubungan kemanusiaan melalui
Lebih terperinciPENGARUH TIPE TES DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK SMA NEGERI 30 DKI JAKARTA
PENGARUH TIPE TES DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK SMA NEGERI 30 DKI JAKARTA (Quasi-Eksperimen pada Peserta didik SMU Negeri 30 DKI Jakarta) Baso Intang Sappaile
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan. Dalam proses belajar mengajar terdapat kesatuan yang tak terpisahkan antara siswa yang belajar dengan
Lebih terperinciJurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
PENERAPAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENGATASI MASALAH BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS IV MI AL-YUSRA DI KECAMATAN DUNGINGI KOTA GORONTALO Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Penulis Utama:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai empat kompetensi, yakni kompetensi pedagogik, kompetensi. aspek kompetensi pedagogik adalah guru mampu melakukan tindakan
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007 mengenai Standart Kompetensi Guru menyatakan bahwa guru harus mempunyai empat kompetensi, yakni kompetensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lembaga pendidikan setiap individu dapat meningkatkan potensi yang ada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana yang sangat penting dalam mewujudkan pembangunan nasional. Dengan pendidikan yang baik maka dapat menciptakan sumber daya manusia
Lebih terperinciPENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE SAKAMOTO UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA PADA PELAJARAN MATEMATIKA (PTK
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE SAKAMOTO UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA PADA PELAJARAN MATEMATIKA (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VIII E SMP Negeri 3 Patebon Kendal Pokok Bahasan Balok
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1. Pengertian Diskusi Dalam kegiatan pembejaran dengan metode diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi merupakan pendorong bagi perbuatan siswa. Menyangkut soal mengapa siswa berbuat demikian dan apa tujuannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya, masyarakat yang sejahtera memberi peluang besar bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai fungsi ganda yaitu untuk pengembangan individu secara optimal dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kedua fungsi ini saling menunjang dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Pendidikan atau pengajaran di sekolah dikatakan berhasil apabila perubahan-perubahan yang tampak pada siswa harus merupakan akibat dari proses
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (Djamarah dan Zain, 1996:53).
11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Metode Pemberian Tugas Secara etimologi pengertian metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (Djamarah dan Zain, 1996:53). metode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah menimbang: kurikulum sekaligus yaitu KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan peraturan bersama Direktur Jendral Pendidikan Dasar dan Direktur Jendral Pendidikan Menengah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan No. 5496/C/KR/2014
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 1.1 Kajian Teoritik 2.1.1 Hasil Belajar Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang
Lebih terperinciFAKROR YANG MENYEBABKAN TURUNNYA PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMA NEGERI 1 TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO ARTIKEL. Oleh DESI RAHMAWATY LOKO NIM.
FAKROR YANG MENYEBABKAN TURUNNYA PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMA NEGERI 1 TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO ARTIKEL Oleh DESI RAHMAWATY LOKO NIM. 911 411 125 UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan yang besar dalam kehidupan manusia serta membawa manusia kepada persaingan global. Tantangan
Lebih terperinciKurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai; tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang dipergunakan sebagai pedoman penyelengg
PENGEMBANGAN INSTRUMEN HASIL BELAJAR DENGAN TEORI KLASIK Dr. Budi Susetyo Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai; tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang dipergunakan sebagai
Lebih terperinciTIPS MEMBUAT SOAL YANG BAIK
TIPS MEMBUAT SOAL YANG BAIK A. PENDAHULUAN Sebagai guru, kita dihadapkan pada persoalan bagaimana kita mengajar, bagaimana kita menguji dan bagaimana kita mengevaluasi/menilai kemampuan siswa. Namun ada
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
93 A. Hasil Penelitian 1. Refleksi Awal BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas VA SDN 25 Kota Bengkulu. Subyek penelitian ini yaitu guru dan seluruh siswa
Lebih terperinciBAB 11 TES TERRULIS UNTUK PRESTASI BELAJAR
BAB 11 TES TERRULIS UNTUK PRESTASI BELAJAR 1. Bentuk-Bentuk Tes a. Tes Subjektif Pada umumnya berbentuk esai (uraian). Tes bentuk esai adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia untuk selalu berfikir dan mencari hal-hal yang baru. Pendidikan tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan manusia sangatlah penting. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang semakin berkembang telah menuntut manusia untuk selalu
Lebih terperinciPEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 1 IDI RAYEUK
312 PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 1 IDI RAYEUK Khairul Asri Prodi Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Serambi Mekkah email: khairul.asri@serambimekkah.ac.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sistem yang dirancang untuk manusia dengan tujuan tertentu dan merupakan upaya manusia secara sadar untuk mengembangkan kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembelajaran matematika, kemampuan berpikir sangat penting sebagai modal. utama untuk meningkatkan hasil belajar matematika.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sejarah perkembangan manusia sampai sekarang peranan matematika dianggap penting. Matematika berbeda dengan ilmu lain. Meteri matematika bersifat kreatif, menarik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus berkembang. Persaingan semakin ketat dan masyarakat dituntut untuk dapat bersaing dalam menghadapi tantangan
Lebih terperinciPENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN MELALUI PENINGKATAN MUTU PROSES DAN EVALUASI PEMBELAJARAN. ( As ari Djohar )
PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN MELALUI PENINGKATAN MUTU PROSES DAN EVALUASI PEMBELAJARAN ( As ari Djohar ) A. Asumsi Dasar 1. Peningkatan mutu pendidikan tinggi merupakan kebutuhan utama yang selalu harus
Lebih terperinciSkripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana S-1 Pendidikan Matematika
PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN PEER LESSON DENGAN MENGOPTIMALKAN BARANG BEKAS SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA (PTK Pada Siswa Kelas VIII Semester II SMP
Lebih terperinciKelompok Tes Uraian. Gronlund & Linn (1990) mengelompokkan tes uraian dalam dua kelompok yaitu : 1. Tes Uraian Terbuka (Extended Response Question)
OLEH: DEDI H. HAFID Kelompok Tes Uraian Gronlund & Linn (1990) mengelompokkan tes uraian dalam dua kelompok yaitu : 1. Tes Uraian Terbuka (Extended Response Question) 2. Tes Uraian Tertutup (Restricted
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question
1 BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa pada Pembelajaran PKn (Penelitian
Lebih terperinciTEKNIK MENYUSUN ALAT EVALUASI BELAJAR MATA PELAJARAN AL-ISLAM DAN BAHASA ARAB 1 Oleh: Hujair AH. Sanaky 2 1. EVALUASI HASIL BELAJAR
TEKNIK MENYUSUN ALAT EVALUASI BELAJAR MATA PELAJARAN AL-ISLAM DAN BAHASA ARAB 1 Oleh: Hujair AH. Sanaky 2 1. EVALUASI HASIL BELAJAR Mengukur : Membandingkan sesuatu dengan satu ukuran [kuantitatif] - mengetahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Hasil belajar merupakan bagian akhir dari proses belajar dengan kata lain
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Hasil belajar merupakan bagian akhir dari proses belajar dengan kata lain tujuan dari belajar adalah mendapat hasil yang baik. Banyak siswa yang mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan salah satu modal penting dalam pembangunan bangsa Indonesia untuk dapat bertahan di tengahtengah kompleksitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting dalam mewujudkan suatu negara yang maju, maka dari itu orang-orang yang ada di dalamnya baik pemerintah itu sendiri atau masyarakatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jayanti Putri Purwaningrum, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakikatnya, manusia dapat mengembangkan potensi dirinya dengan pendidikan. Pendidikan merupakan pilar dalam usaha menciptakan manusia yang berkualitas sehingga
Lebih terperinciPENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Sukanti. Abstrak
PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI Sukanti Abstrak Terdapat empat karakteristik afektif yang penting dalam pembelajaran yaitu: (1) minat, 2) sikap, 3) konsep diri, dan 4) nilai. Penilaian afektif
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI Metode Pembelajaran Drill And Practice Pengertian Metode Pembelajaran Drill And Practice
BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Metode Pembelajaran Drill And Practice 2.1.1. Pengertian Metode Pembelajaran Drill And Practice Sebelum mendefinisikan tentang metode drill, ada baiknya terlebih dahulu mengetahui
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. diberikan. Setiap anak merupakan individu yang unik, dimana masing-masing dari. menceritakan hal tersebut dengan cara yang sama.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia membutuhkan pendidikan dan sekaligus pembelajaran. Pendidikan dan pembelajaran dapat diberikan sejak anak masih kecil sampai anak menjadi dewasa.
Lebih terperinciPENGEMBANGAN INSTRUMEN PENELITIAN TINDAKAN KELAS Oleh: Lia Yuliana, M.Pd. (Dosen FIP UNY)
PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENELITIAN TINDAKAN KELAS Oleh: Lia Yuliana, M.Pd. lia_yuliana@uny.ac.id (Dosen FIP UNY) A. Pendahuluan Sebagai praktisi yang merupakan ujung tombak dalam kegiatan pendidikan, guru
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peningkatan Aktivitas Siswa Keberhasilan siswa dalam belajar bergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. penelitian pengembangan. Metode penelitian pengembangan memuat tiga
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian pengembangan. Metode penelitian pengembangan memuat tiga komponen utama, yaitu:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan hampir pada semua aspek kehidupan manusia. Perubahan tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan hampir pada semua aspek kehidupan manusia. Perubahan tersebut membawa manusia ke dalam era
Lebih terperinci