BAB III TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN"

Transkripsi

1 BAB III TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN A. Kependudukan Pertumbuhan Penduduk Jumlah penduduk Kabupaten Kulonprogo berdasarkan registrasi pada tahun 2014 sebesar jiwa, meningkat dibanding jumlah penduduk tahun 2013 sejumlah jiwa, sehingga pertumbuhan penduduk sebesar 0,30 %. Keadaan kependudukan di Kabupaten Kulonprogo selama 5 (lima) tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut : TabeI 3.1 Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Kulonprogo Tahun No Tahun Penduduk (jiwa) Laki-laki Perempuan Jumlah Pertumbuhan (%) , , , , ,30 Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Kulonprogo, 2014 Kepadatan Penduduk Kepadatan penduduk rata-rata di Kabupaten Kulonprogo adalah 712,11 jiwa /km 2. Wilayah dengan kepadatan penduduk tertinggi pada tahun 2014 adalah Kecamatan Wates yaitu jiwa /km 2, sedangkan wilayah dengan kepadatan terendah pada Kecamatan Samigaluh 391,50 jiwa /km 2. Untuk kepadatan penduduk per kecamatan tahun dapat di sajikan dalam tabel dan gambar sebagai berikut : Bab III-1

2 Tabel 3.2 Tingkat Kepadatan Penduduk Kabupaten Kulonprogo Tahun No. Kecamatan Kepadatan Penduduk Temon 737,92 726,32 2. Wates ,16 3. Panjatan 812,54 807,16 4. Galur 952,10 958,16 5. Lendah 1.084, ,92 6. Sentolo 887,98 892,16 7. Pengasih 778,38 782,02 8. Kokap 461,91 463,77 9. Girimulyo 430,20 434, Nanggulan 733,99 740, Samigaluh 392,13 391, Kalibawang ,88 Gambar 3.1. Grafik Kepadatan Penduduk per Kecamatan di Kabupaten Kulonprogo Tahun Bab III-2

3 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Komposisi penduduk menurut jenis kelamin, terdiri dari laki-laki jiwa (49,46%) dan perempuan jiwa (50,54%). Secara rinci menurut kecamatan sebagai berikut : Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 No Kecamatan Penduduk (jiwa) Laki-laki Perempuan Jumlah Temon Wates Panjatan Galur Lendah Sentolo Pengasih Kokap Girimulyo Nanggulan Samigaluh Kalibawang Jumlah Perbandingan komposisi menurut jenis kelamin tahun sebagai berikut : Gambar 3.2. Grafik Penduduk menurut Jenis Kelamin Tahun Bab III-3

4 Komposisi Penduduk Menurut Umur Keadaan penduduk berdasarkan kelompok umur tahun 2014 didominasi kelompok usia produktif dengan usai 20 sd. 59 tahun yakni sebesar jiwa atau 55,20 %, sedangkan usia muda umur 0 sd. 19 tahun sebanyak jiwa (27,54 %), dan yang minoritas adalah kelompok usia tua 60 tahun keatas sebanyak jiwa (17,26 %). Selengkapnya dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 3.4. Komposisi Penduduk berdasarkan Struktur Usia (Kelompok Umur) Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 No. Umur Penduduk (jiwa) Laki-laki Perempuan Jumlah Prosentase (%) ,015 13,024 27,039 6, ,211 14, , ,116 14,365 29,481 7, ,856 14,096 28,952 6, ,664 14,433 29,097 6, ,265 13,394 26,659 6, ,937 15,132 30,069 7, ,171 15,032 30,203 7, ,414 14,604 29,018 6, ,689 16,335 32,024 7, ,737 14,687 28,424 6, ,198 12,769 24,967 5, ,625 9,805 19,430 4, ,022 8,533 15,555 3, ,684 7,961 14,645 3, >75 9,890 12,540 22,430 5,37 Jumlah 206, , , ,00 Sumber data : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kab Kulonprogo, 2014 Komposisi penduduk ini menunjukkan mobilitas yang tinggi, dengan struktur jumlah penduduk yang didominasi oleh kelompok penduduk usia Bab III-4

5 produktif yang menunjukkan efektivitas penduduk yang tinggi. Selanjutnya komposisi penduduk digambarkan dalam grafik sebagai berikut : Gambar 3.3. Grafik Komposisi Penduduk menurut Usia Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Jumlah penduduk menurut pendidikan didominasi berpendidikan dasar (SD dan SLTP/Sederajat) orang (40,13%) dan berpendidikan menengah orang (25,12%). Selanjutnya berpendidikan tinggi (Diploma/Strata I/Pasca Sarjana) sebesar orang (5,8%). Secara rinci data penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dalam tabel berikut : Bab III-5

6 Tabel 3.5. Data Penduduk menurut Tingkat Pendidikan Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 No. Tingkat Pendidikan Penduduk (jiwa) Laki-laki Perempuan Jumlah Prosentase (%) 1. Tidak / Belum Sekolah ,14 2. Tidak Tamat SD ,82 3. Tamat SD ,61 4. SLTP ,53 5. SLTA ,12 6. Diploma D1, D ,66 7. Diploma ,37 8. Strata ,63 9. Strata , Strata ,007 Jumlah Sumber data : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Kulonprogo Data penduduk menurut tingkat pendidikan tahun 2013 dibandingkan dengan data tahun 2014 dapat digambarkan dengan grafik sebagai berikut : Gambar 3.4. Grafik Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Di Kabupaten Kulonprogo Tahun Bab III-6

7 Jumlah Rumah Tangga / KK Jumlah Rumah Tangga /Kepala Keluarga di Kabupaten Kulonprogo pada Tahun 2013 sejumlah KK, sedangkan tahun 2014 sejumlah atau bertambah (28,33%), dan dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut : Tabel 3.6. Jumlah Rumah Tangga/ Kepala Keluarga Menurut Kecamatan Kabupaten Kulonprogo Tahun No Kecamatan Kepala Keluarga Temon Wates Panjatan Galur Lendah Sentolo Pengasih Kokap Girimulyo Nanggulan Samigaluh Kalibawang Jumlah Sumber data : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Kulonprogo Penduduk Wilayah Pesisir / Laut Untuk penduduk yang berdomisili di wilayah pesisir dan laut terdapat pada 4 wilayah kecamatan, yaitu Temon, Wates, Panjatan dan Galur yang terdiri atas 41 desa dengan jumlah penduduk jiwa ( KK). Hampir sepertiga (33,42%) jumlah penduduk Kabupaten Kulonprogo bertempat tinggal di wilayah pesisir dan laut. Tabel 3.7. Penduduk Wilayah Pesisir dan Laut Kulonprogo Tahun 2014 No Kecamatan Jumlah Desa Jumlah Penduduk Kepala Keluarga ( KK ) L P L+P L P L+P 1. Temon Wates Panjatan Galur Jumlah Bab III-7

8 B. Permukiman Pemerintah Kabupaten Kulonprogo telah melaksanaan program dan kegiatan di bidang permukiman untuk meningkatkan pelayanan infrastruktur wilayah. Untuk itu dilaksanakan penanganan lingkungan sehat permukiman, pemberdayaan komunitas perumahan dan penanganan sampah. Program pengembangan perumahan dilaksanakan pembangunan Rusunawa (Rumah Susun Sewa) di Desa Triharjo, Kecamatan Wates yang ditujukan pada masyarakat dengan tingkat perekonomian menengah kebawah, hal ini sebagai upaya Pemerintah Kabupaten Kulonprogo dalam rangka meningkatkan pelayanan bidang pemukiman. Program Lingkungan Sehat Permukiman telah berhasil mengurangi jumlah rumah tidak layak huni, dari jumlah semula menjadi rumah. Untuk penanganan rumah tidak layak huni ini dilaksanakan program lintas sektoral yang melibatkan juga Kementerian Perumahan Rakyat, Dinas Sosial, Badan Amal Zakat, Infaq dan Shodaqoh Kulonprogo dan Kecamatan, program corporate social responsibility (CSR) perusahaan swasta dan pihak lainnya. Untuk itu perlu keperdulian lapisan masyarakat yang mempunyai strata lebih sejahtera. Kebijakan stimulan bedah rumah dari dana non APBD dan pengembangan kegotongroyongan yang melandasi kegiatan tersebut dapat mempercepat terhadap pengurangan jumlah rumah tidak layak huni. Selain itu dilakukan juga terobosan-terobosan mencari sumber pendanaan bagi ketersediaan prasarana umum perumahan di luar APBD, yaitu dengan mengembangkan jaringan program di berbagai kementerian yang terkait. Data tersebut dapat dilihat pada gambar sebagai berikut : Bab III-8

9 Gambar 3.5. Grafik Peningkatan Jumlah Rumah dan Rumah Layak Huni Tahun Kelayakan sebuah bangunan rumah untuk dihuni tentu tidak hanya dari sisi fisik bangunan rumah inti saja, tetapi juga kelayakan lingkungan permukiman rumah, harus tersedia instalasi pengolahan air limbah rumah tangga, ketersediaan sarana air bersih dan juga sarana dan prasarana pengelolaan sampah; Sumber Air Minum Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo tahun 2014 yang telah diolah oleh Tim Penyusun SLHD, bahwa rumah tangga Kabupaten Kulon Progo yang menggunakan sumber air minum ledeng sejumlah KK (43,62%); sumber dari sumur gali yang memenuhi syarat kesehatan sejumlah KK (62,28%), untuk pengguna dua sumber air minum ini jumlahnya melebihi 100%, karena pada umumnya rumah tangga yang menggunakan air ledeng (pelanggan PDAM) juga mempunyai sumur gali sebagai sumber air minumnya. Sedangkan untuk pengguna air sungai, dan air kemasan tidak tersedia data dan ada 2 rumah tangga yang menggunakan air hujan sebagai sumber air minum. Bab III-9

10 Untuk 2 rumah tangga yang masih menggunakan air hujan ini, karena pada musim kemarau panjang sumur mereka benar-benar kering dan menggunakan PAH untuk menampung air hujan. Tahun 2014, PPEJ Kementerian Lingkungan Hidup membangun Instalasi Pemanen Air Hujan (IPAH) sejumlah 28 unit untuk wilayah rawan kekeringan di Desa Banjarharjo Kalibawang dengan sasaran masyarakat miskin, agar mereka bisa mengakses air bersih disaat musim kemarau panjang. Berikut contoh IPAH dibawah ini : Gambar 3.6 Instalasi Pemanen Air Hujan (IPAH) di Kalibawang Tahun 2014 Menurut data capaian MDGs tahun 2014 dari Bappeda Kulonprogo, penduduk yang memiliki akses terhadap air minum di Kabupaten Kulonprogo sebesar 90,04 %. Tetapi jika mengacu pada jumlah rumah tangga dengan sumber air minumnya dapat dikatakan bahwa seluruh penduduk di Kabupaten Kulonprogo sudah dapat mengakses air bersih sebagai sumber air minumnya. Data tersebut dapat disajikan dalam grafik sebagai berikut : Bab III-10

11 Gambar 3.7. Grafik Jumlah Rumah Tangga dan Sumber Air Minum di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Sampah Program Pengembangan kinerja persampahan dilakukan untuk meningkatkan daya tampung tempat pembuangan sampah. Tempat pembuangan sampah sementara yang dilayani adalah di sentra-sentra permukiman di wilayah Kota Wates dan di pasar-pasar negeri yang tersebar di dua belas kecamatan. Dengan berubahnya paradigma pengelolaan sampah dari pengangkutan sampah ke TPA menjadi penanganan sampah pada sumbernya, maka sampah diolah dahulu, dipilah dibantu oleh Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) pada TPST 3R dan sisanya baru di angkut ke TPA, tentunya dengan semakin sedikit sampah yang diangkut ke TPA artinya semakin banyak sampah yang diolah oleh KSM dengan demikian pemberdayaan masyarakat melalui KSM optimal. Data TPA dan TPST 3R adalah sebagai berikut : Bab III-11

12 Tabel 3.8. TPA dan TPST 3R di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 No. Jenis Prasarana Lokasi Luasan (m 2 ) 1. TPA 3R Banyuroto Banyuroto,Nanggulan TPST 3R Sampurno Asih Tobanan, Pengasih TPST 3R Melati Beji, Wates TPST 3R Asri Mulyo Bendungan, Wates TPST 3R Asri Sentolo Lor Sumber data : DPU Kab Kulonprogo, 2014 Untuk TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) yang berada di Desa Banyuroto Kecamatan Nanggulan seluas ± 2,5 Ha, dengan sistem Control Landfill. TPA baru mengolah sampah yang diangkut oleh DPU sejumlah ± m 3 /hari, sedangkan perkiraan timbulan sampah per hari dihitung berdasarkan literatur jumlah sampah yang dihasilkan untuk kategori kota kecil adalah 0,003 m3/orang/hari, sehingga dengan jumlah penduduk jiwa, untuk Kabupaten Kulonprogo diperoleh jumlah sampah 1.252,419 m 3 /hari. Timbulan sampah akan semakin besar seiring dengan kenaikan jumlah penduduk. Perbandingan timbulan sampah tahun 2013 dan 2014 sebagai berikut : Gambar 3.8. Grafik Jumlah Timbulan Sampah di Kabupaten Kulonprogo Tahun Bab III-12

13 Berbagai cara dilakukan masyarakat untuk mengelola sampah yang dihasilkan. Ada yang sudah sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, namun masih ada juga masyarakat yang membakar sampah dan membuang ke sungai. Untuk tahun 2014 di Kabupaten Kulonprogo telah tumbuh dan berkembang dengan sistem pengelolaan sampah berbasis masyarakat selain TPST 3R yaitu dengan Bank Sampah. Tentu sistem ini sangat membantu untuk mengurangi perilaku membakar dan membuang sampah di sungai. Data bank sampah di Kabupaten Kulonprogo dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.9. Data Bank Sampah di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 No. Nama Bank Sampah Alamat Sadidu 29 Wonosidi Lor RW 29, Wates 2. Melati Kembang, Margosari, Pengasih 3. Maju Sehati Wonosidi Lor RW 30 dan 31, Wates 4. Uwuh Harjo Ngrajun, Banjarharjo, Kalibawang 5. Uwuh Mulyo Segajih, Hargotirto, Kokap 6. Wijaya Kusuma Karangwuluh Kidul, Temon 7. Skansa SMKN 1 Pengasih 8. Bunda Mandiri Banyunganti Kidul, Kaliagung, Sentolo 9. Ngudi Resik Mejing, Banjararum, Kalibawang 10. Bumi Arum Lestari Sayangan, Banjararum, Kalibawang 11. Arum Berseri Kagongan, Banjararum, Kalibawang 12. Kuncup Asri Kepiton, Banjarasri, Kalibawang 13. Banjar Lestari Banjaran, Banjaroya, Kalibawang 14. Resik Manfaat Tulangan, Ngargosari, Samigaluh 15. Pulung Sari Tegalsari, Ngargosari, Samigaluh 16. Lestari Pucung, Ngargosari, Samigaluh 17. Rejeki Nguntukuntuk, Ngargosari, Samigaluh 18. Sumber Rejeki Ngaran III, Banjarsari, Samigaluh 19. Sido Asri Pengos A, Gerbosari, Samigaluh 20. Legowo Dukuh, Gerbosari, Samigaluh 21. Tinalah Asri Pagutan, Purwoharjo, Samigaluh 22. Ngudi Resik Kalirejo Lor, Pagerharjo, Samigaluh 23. Sulur Permai Samigaluh 24. Pulung Rejeki Pundak Lor, Kembang, Nanggulan 25. Sapu Jagad Plugon, Donomulyo, Nanggulan 26. Tanjung Berkah Tanjung Gunung, Tanjungharjo, Nanggulan 27. Rizki Mulia Ngrojo, Kembang, Nanggulan 28. Pelopor Kebersihan Cepitan, Wijimulyo, Nanggulan 29. Sekar Sekawan Pundak Tegal, Kembang, Nanggulan 30. Utama Jonggrangan, Jatimulyo, Girimulyo 31. Menoreh Sukomoyo 12, Jatimulyo 32. Mekar Asri Sukomoyo 10, Jatimulyo 33. Pemuda Jonggrangan 95, Jatimulyo 34. Wanita Jonggrangan 96, Jatimulyo 35. Barokah Sidomulyo, Pengasih Bab III-13

14 Mugi Makmur Garang, Tawangsari, Pengasih 37. Gemah Ripah Nabin, Sidomulyo, Pengasih 38. Widodaren Parakan, Sidomulyo, Pengasih 39. Hijau Daun Klegen, Sendangsari, Pengasih 40. Kompak Kutogiri, Sidomulyo, Pengasih 41. Bakung Asri Cemetuk, Kedungsari, Pengasih 42. Obika Karangasem, Sidomulyo, Pengasih 43. Ngudi Resik Kopok Kulon, Tawangsari, Pengasih 44. Karya Muda Kepek, Pengasih 45. Tambah Rejeki Gedangan, Sentolo 46. Dadi Migunani Gedangan, Sentolo 47. Harapan Makmur Banyunganti Lor, Kaliagung, Sentolo 48. Berokah Wora-wari, Sukoreno, Sentolo 49. Rahayu Banggan, Sukoreno, Sentolo 50. Berkah Kuncen, Bendungan, Wates 51. Mawar Mekar Durungan, Wates 52. Flamboyan Sebokarang, Wates 53. Migunani Kedungdowo, Wates 54. Sehat Sideman, Giripeni, Wates 55. Teratai Putih Graulan, Giripeni, Wates 56. Sido Mulyo Sambong, Hargorejo, Kokap 57. Sarwo Guno Selo Timur, Hargorejo, Kokap 58. Ngudi Rejeki Tegalrejo, Hargowilis, Kokap 59. Ngudi Makmur Bibis, Hargowilis, Kokap 60. Berkah Tirto, Hargotirto,Kokap 61. Sekar Mandiri Plumbon, Temon 62. QT. A Panginan, Sindutan, Temon 63. Mestiti Nagung, Kedundang, Temon 64. Melati 2 Kledekan, Jangkaran, Temon 65. Asri Lestari Salam 3, Plumbon, Temon 66. Migunani Bangeran, Bumirejo, Lendah 67. Resik Geden, Sidorejo, Lendah 68. Mapan Bonosoro, Bumirejo, Lendah 69. Ngugemi Kepek, Jatirejo, Lendah 70. Uwuh Berkah Tubin, Sidorejo, Lendah 71. Bangun Lestari Panjatan 72. Sekar Mandiri Panjatan 73. Bina Sejahtera Depok XI, Panjatan 74. Guyup Rukun Panjatan Sumber data : KLH Kabupaten Kulonprogo, 2014 Bab III-14

15 Tempat Buang Air Besar Sistem pembuangan kotoran manusia erat kaitannya dengan kondisi lingkungan dan resiko penularan penyakit, khususnya penyakit pada saluran pencernaan. Berdasarkan data tahun 2014 Dinas Kesehatan Kabupaten Kulonprogo, sebagian besar rumah tangga KK (78,37%) telah mempunyai tempat buang air besar sendiri (jamban keluarga). Sedangkan yang menggunakan tempat buang air besar bersama yakni sejumlah 156 KK (0,1%) dan pengguna fasilitas tempat buang air besar umum atau MCK komunal sejumlah serta yang tidak ada data tempat buang air besarnya tidak tersedia data. Dibandingkan dengan data tahun 2013 adalah sebagai berikut : Gambar 3.9. Grafik Tempat BAB di Kab Kulonprogo Tahun Menurut data capaian MDGs dari Bappeda Kulonprogo, bahwa prosentase capaian penduduk yang memiliki jamban sehat pada tahun 2014 adalah 81,8%. Tempat pembuangan air besar kebanyakan menggunakan model leher angsa, cemplung/cubluk dan plengsengan. Sarana sanitasi lingkungan di Kabupaten Kulonprogo secara kuantitas dan kualitas belum memenuhi kebutuhan masyarakat. Masih banyak sarana air limbah Bab III-15

16 kurang memenuhi ditinjau dari aspek kesehatan lingkungan terutama di wilayah pedesaan seperti masih menggunakan jamban cemplung (cubluk) terbuka. Secara umum penanganan air limbah rumah tangga di Kabupaten Kulonprogo adalah mempergunakan sistem setempat (onsite system) berupa : jamban tuang siram pribadi yang dihubungkan dengan tangki septik; jamban tuang siram pribadi yang dihubungkan dengan cubluk tunggal (cemplung tertutup); jamban cubluk pribadi (cemplung terbuka). Secara umum kondisi permukiman yang meliputi sumber air minum, sarana pembuangan sampah serta sarana pembuangan kotoran/ buang air besar di wilayah Kabupaten Kulonprogo tahun 2014 sudah ada peningkatan ke arah yang lebih baik dibandingkan dengan tahun 2012 dan Dari data capaian MDGs tahun 2014, bahwa desa yang telah melaksanakan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) di Kabupaten Kulonprogo mencapai 73,86% atau 65 dari 88 desa/kelurahan. C. Kesehatan Angka Harapan Hidup Kabupaten Kulonprogo untuk tahun 2014 sebesar 75,20 meningkat dibanding angka tahun 2013 sebesar 75,03 tahun Angka harapan hidup penduduk Kabupaten Kulonprogo ini juga berada di atas rata-rata angka harapan hidup provinsi tercatat sebesar 73,62 tahun. Hal ini menunjukkan keberhasilan capaian pembangunan manusia bidang peningkatan derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Kulonprogo. Perhitungan Usia Harapan Hidup (UHH) dalam lima tahun terakhir dapat disajikan dalam gambar sebagai berikut : Bab III-16

17 Gambar Grafik Usia Harapan Hidup di Kabupaten Kulonprogo Tahun Angka kematian Ibu tahun 2014 tercapai 94,25/ KH dan secara absolut jumlah kematian Ibu tahun 2014 sudah menurun yaitu dari 7 kasus pada tahun 2013 menjadi 5 kasus pada tahun 2014, sedang untuk angka kematian bayi sudah dapat diturunkan yaitu dari 18,23/1.000 KH pada tahun 2013 menjadi 11,49/1.000 KH pada tahun Data tersebut dapat disajikan dalam tabel berikut : Tabel Indikator Pembangunan Kesehatan Kabupaten Kulonprogo Tahun No. Uraian Tahun Angka Kematian Ibu (AKI) 52,67/ KH 132/ KH 94,25/ KH 2. Angka Kematian Bayi (AKB) 12,1/ 1000 KH 18,23/ 1000 KH 11,49/1000 KH Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Kulonprogo, 2014 Bab III-17

18 Jenis-jenis penyakit utama yang diderita penduduk Kabupaten Kulon Progo Tahun 2014 dibandingkan dengan tahun 2012 dan 2013, ada beberapa yang bergeser peringkat jumlah penderitanya. Data tersebut dapat disajikan dalam gambar berikut : Gambar Grafik Penyakit Utama di Kab. Kulonprogo Tahun Bab III-18

19 D. Pertanian Kabupaten Kulonprogo mempunyai dua kawasan pertanian yaitu kawasan pertanian lahan basah dan kawasan pertanian lahan kering. Untuk tahun 2014, luas lahan pertanian/sawah di Kabupaten Kulonprogo adalah Ha masih tetap sama dengan tahun Kawasan pertanian lahan basah merupakan kawasan pertanian yang tersedia air terus menerus sepanjang tahun dan cocok untuk komoditas tanaman padi dengan ciri pengolahan tanah sawah. Kawasan ini digunakan tidak hanya sebagai lahan produksi tetapi juga digunakan sebagai daerah resapan air. Berdasarkan kriteria tersebut maka persebaran lahan pertanian basah meliputi sebagian wilayah Kecamatan Temon, Wates, Panjatan, Galur, Lendah, Sentolo, Pengasih, Girimulyo, Nanggulan, Kalibawang dan Samigaluh. Sedangkan untuk kawasan pertanian lahan kering adalah areal pertanian yang tidak tersedia air secara baik dan cocok untuk tanaman serta sistem pengolahan lahan kering. Tanaman yang dimaksud meliputi tanaman pangan dan holtikultura dengan tujuan pengelolaan untuk memanfaatkan potensi lahan yang sesuai untuk kegiatan pertanian lahan kering dalam meningkatkan produksi pangan dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Lahan sawah merupakan lahan yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai lahan tanaman pangan, mengingat kehidupan manusia tergantung bidang pertanian sehingga tidak mengherankan jika sektor pertanian mempunyai peran penting dalam pembangunan khususnya di Kabupaten Kulonprogo. Lahan sawah di Kabupaten Kulonprogo meliputi sawah irigasi teknis, sawah irigasi semi teknis, sawah irigasi sederhana, dan sawah tadah hujan. Penggunaan lahan untuk sawah di Kabupaten Kulonprogo bervariasi, ada yang dengan frekuensi penanaman 1 kali/tahun, dan 2 kali/tahun, dengan lama Bab III-19

20 penanaman 90 hari/periode. Perkiraan sumbangan emisi gas metan (CH4) dari lahan sawah terbesar terjadi pada lahan dengan musim tanam 2 kali/tahun, karena yang menggunakan frekuensi penananam ini paling banyak yaitu seluas Ha. Penggunaan Pupuk Kenyataan di lapangan, petani sudah mengurangi pemakaian pupuk kimia, dan kembali menggunakan kompos, karena lebih ekonomis dan petani juga sudah mulai sadar dan peduli terhadap kelestarian lingkungan hidup. Kompos ini diproduksi oleh kelompok-kelompok masyarakat/petani setempat. Penggunaan pupuk untuk padi dan palawija tahun 2013 dan 2014 dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar Grafik Penggunaan Pupuk Tahun Dari grafik dapat dilihat bahwa penggunaan pupuk kimia meningkat, dan pupuk petroganik menurun, hal tersebut disebabkan perubahan kuota pupuk bersubsidi. Sedangkan data penggunaan pupuk non subsidi tidak tersedia, sehingga tidak dapat diperbandingkan penggunaannya. Untuk tanaman perkebunan, penggunaan pupuk urea : 155 ton, SP 36 : 5 ton, ZA : 253 ton, NPK : 441 ton dan organik : 150 ton. Bab III-20

21 Peternakan Data populasi ternak tahun 2014 dibandingkan dengan tahun 2013 dapat disajikan dalam tabel berikut : Tabel Populasi Terbesar Hewan Ternak di Kabupaten Kulonprogo Tahun No Jenis Ternak Populasi Tahun 2013 Tahun 2014 Perubahan (%) I Ternak Besar (7,68) 1. Sapi potong (7,60) 2. Sapi perah (40,00) 3. Kerbau (17,59) 4. Kuda (29,41) II Ternak Kecil (1,93) 1. Kambing *) 0,32 2. Domba (3,84) 3. Babi (43,68) 4. Kelinci (5,18) III Unggas ,01 1. Ayam buras (3,13) 2. Ayam petelur ,71 3. Ayam ras pedaging ,27 4. Itik **) (4,38) 5. Burung puyuh ,44 Keterangan : *) Kambing lokal dan Kambing PE **) Itik dan Itik Manila Sumber : Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan Kabupaten Kulonprogo, 2014 Hewan ternak besar yang paling banyak dipelihara oleh masyarakat Kulonprogo adalah jenis kambing dengan jumlah populasi ekor, kemudian sapi potong ekor dan domba ekor. Dan untuk hewan unggas adalah ayam ras/pedaging dengan jumlah populasi ekor, ayam petelur ekor dan kemudian ayam buras/kampung ekor. Sedangkan untuk perkiraan emisi gas metan (CH4) dari pupuk kandang terbesar berasal dari hewan ternak sapi Bab III-21

22 potong kemudian baru kambing, sedangkan untuk perkiraan emisi gas metan (CH4) dari fermentasi pencernaan terbesar adalah sapi potong, kemudian kambing dan domba. Untuk unggas perkiraan emisi gas metan (CH4) terbesar adalah dari pupuk kandang kotoran ayam ras/pedaging, kemudian ayam petelur, dan ayam buras/kampung. Sedangkan untuk mengetahui ternak besar, kecil maupun unggas yang mempunyai populasi besar disajikan dalam gambar sebagai berikut : Gambar Grafik Populasi Terbesar Hewan Ternak Kab Kulonprogo Tahun Bab III-22

23 Kebutuhan Air Kegiatan sektor pertanian yang meliputi : pertanian, perikanan dan peternakan membutuhkan air untuk keberlangsungan kegiatannya. Adapun data kebutuhan air untuk sektor tersebut adalah : Tabel 3.12 Kebutuhan Air Sektor Pertanian Kabupaten Kulon Progo No. Kecamatan Kebutuhan Air (juta m 3 ) Peternakan Pertanian Perikanan Total 1. Samigaluh 0, ,8262 0, , Kalibawang 0, ,9765 0, , Nanggulan 0, ,0953 0, , Girimulyo 0,1077 8,0270 0,0383 8, Sentolo 0, ,5308 0, , Pengasih 0, ,4428 0, , Kokap 0,1231 2,2373 0,0781 3, Lendah 0, ,4514 0, , Temon 0, ,7446 0, , Wates 0, ,7588 0, , Panjatan 0, ,0643 0, , Galur 0, ,2417 0, ,4349 Total 1, ,3968 1, ,5547 Sumber : Hasil Analisis Buku Neraca Sumber Daya Alam Daerah Kabupaten Kulon Progo, 2013 Bab III-23

24 E. Industri Industri Kecil Industri kecil di Kabupaten Kulonprogo dikelompokkan menjadi 5 kelompok besar yaitu : 1. Industri pengolahan pangan : tahu, tempe, emping, krimpying, jenang, minyak kelapa, gula, jamu, slondok, growol, dll; 2. Industri sandang dan kulit : batik tulis konveksi, bordir dan kerajinan kulit; 3. Industri kimia dan bahan bangunan : gamping, genteng, gerabah, bata merah dan minyak atsiri; 4. Industri Logam dan Jasa : pande besi, kaleng dan las 5. Kerajinan dan umum : meubel, kerajinan enceng gondok, kerajinan sabut kelapa, anyaman bambu, imitasi, serat tumbuhan dan wayang golek. Industri yang beroperasi di Kabupaten Kulonprogo, didominasi oleh industri kecil. Data industri kecil disajikan dalam tabel sebagai berikut : Tabel Industri Kecil di Kabupaten Kulonprogo Tahun Tahun No. Uraian Sentra Industri Unit Industri Sumber : Dinas Perindag ESDM Kabupaten Kulonprogo, Tahun 2014 Industri Sumber Pencemar Air Kegiatan usaha yang berpotensi menimbulkan pencemaran air di Kulonprogo tersebar pada dua belas kecamatan Adapun data sumber pencemar air di Kabupaten Kulonprogo dapat dilihat pada tabel berikut : Bab III-24

25 Tabel Jumlah Sumber Pencemar Air berdasarkan Jenisnya di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 No. Nama Kegiatan Jumlah Persentase (%) 1 Pelayanan Kesehatan 31 17,42 2 Industri ,10 3 Jasa Pariwisata 6 3,37 4 Lain-lain 18 10,11 Total Sumber : Data Sumber Pencemar DIY Tahun 2013 Pada tabel 45 terlihat bahwa kegiatan industri masih merupakan kegiatan dominan (69,10%) yang menjadi sumber pencemar air disusul kegiatan pelayanan kesehatan (17,42%) dan jasa pariwisata (3,37%). Data sebaran sumber pencemar air tersebut disajikan juga dalam bentuk gambar peta sebagai berikut : Bab III-25

26 Gambar Peta Persebaran Sumber Pencemar Air di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014, pemeriksaan sampel air terkait upaya pencegahan pencemaran air dari limbah usaha dan / atau kegiatan dilakukan pada sebanyak 5 titik lokasi usaha yaitu : pelayanan kesehatan, industri wig dan UMKM batik. Adapun hasil uji laboratorium terhadap limbah cair tersebut, sebagai berikut : Bab III-26

27 Tabel Hasil Uji Kualitas Limbah Cair Industri Tahun 2014 Hasil Uji Limbah Cair pada Sarana Pelayanan Kesehatan : Lokasi BMAL DIY Parameter Satuan RSUD Wates RS St Ysf Boro RS PKU Muh Nanggulan Pergub DIY 7/2010 TSS mg/l 48,1 36,3 34,1 30 TDS mg/l Temperatur C ph -- DO mg/l BOD mg/l COD mg/l Amoniak (NH3-N) mg/l Pospat (PO4-P) mg/l Detergen sbg mg/l MBAS ,7 29,3 27 7,30 7,43 7,64 7,59 8,61 3,44 2,03 2,19 5,48 80,11 66,76 80,11 0,155 0,064 0,135 3,11 1,91 0,02 0,93 0,56 0, ,0 9, ,1 2 5 Minyak dan Lemak mg/l Fenol mg/l 0,144 0,012 0,085 0,5 Coliform total MPN/100ml Hasil Uji Limbah Cair pada Industri Batik UKM Batik Faras : Parameter Satuan Hasil Uji BMAL DIY Pergub DIY 7/2010 TSS mg/l 203,4 200 TDS mg/l Temperatur C 24,5 Deviasi 3 C DHL µmhos/cm 3220, ph -- 8,01 6,0 9,0 DO mg/l 8,62 - BOD mg/l 58,42 50 COD mg/l 141, Bab III-27

28 Hasil Uji Limbah Cair pada Industri Wig PT. Sunchang Indonesia : Parameter Satuan Hasil Uji BMAL DIY Pergub DIY 7/2010 TSS mg/l 21,3 50 TDS mg/l Temperatur C 24,2 Deviasi 3 C DHL µmhos/cm 1973, ph ,0 9,0 DO mg/l 7,43 - BOD mg/l 60,49 50 COD mg/l 101,4 125 Detergen sbg MBAS mg/l 0, Minyak dan lemak mg/l 8 5 Sumber : Data primer KLH Kulon Progo, 2014 Dari hasil pengujian kualitas limbah cair industri tersebut, diperoleh data bahwa ada beberapa parameter yang masih melebihi baku mutu yang ditentukan (Pergub DIY No. 7/2010), terutama untuk UMKM industri batik. Hal ini karena sistem pengolahan limbah cair yang ada belum sempurna. Untuk tahun 2014 ini telah dibangun Ipal Komunal limbah batik dan diharapkan tahun 2015 sudah bisa dioperasionalkan, sehingga sumber pencemar dari industri batik ini dapat dikendalikan. Bab III-28

29 Industri Sumber Pencemar Udara Kegiatan dan atau usaha yang berpotensi untuk menimbulkan pencemaran udara di Kulonprogo antara lain : 1. Usaha Peternakan (ayam, unggas, sapi dan kambing), pencemaran yang ditimbulkan adalah bau; 2. Industri AMP dan Stone Chruser serta SPBE yang berpotensi menimbulkan bau gas; 3. Industri Arang Briket, di Kabupaten Kulonprogo ada dua industri kategori menengah untuk arang briket, yaitu PT. Kurnia Bumi Pertiwi dan PT. Aneka Sinendo. Tabel Persebaran Potensi Sumber Pencemar Udara Tidak Bergerak Kabupaten Kulonprogo No. Kecamatan Industri Utilitas Jumlah % 1. Temon ,9 2. Wates ,2 3. Panjatan Galur ,9 5. Lendah Sentolo ,8 7. Pengasih ,5 8. Kokap Girimulyo Nanggulan ,8 11. Samigaluh Kalibawang ,8 Jumlah Sumber data : Survey Lapangan BLH DIY Tahun 2012 Bab III-29

30 Dari hasil survey lapangan tahun 2012, ada beberapa sumber pencemar udara yang sudah tidak sesuai (berhenti beroperasi, dll). Untuk tahun 2014, dilakukan survey lapangan untuk dilakukan uji kualitas emisi udara dari sumber tidak bergerak. Industri tersebut antara lain : Tabel Data Sumber Pencemar Udara Tidak Bergerak Kabupaten Kulonprogo No. Nama Industri Jenis Industri Sumber Emisi Jumlah 1. PT. Aneka Sinendo Arang Briket Oven kayu (tungku 1 pembakaran) 2. PT. Kurnia Bumi Pertiwi Arang Briket Oven kayu (tungku 1 pembakaran) 3. PT. Selo Adi Karto AMP Generator Set 1 4. CV. Surya Mekar Pupuk Dryer 1 5. CV. Kurnia Agung Mi Soon Generator Set 1 Sumber data : Hasil survey lapangan, 2014 Tabel Hasil Uji Emisi Sumber Tidak Bergerak Tahun 2014 No. Nama Industri Baku Mutu Hasil Uji NO 2 SO 2 Partikel Opasitas (%) 35 (%) (mg/m 3 ) (mg/m 3 ) 1. PT. Aneka 72,038 21, , Sinendo 2. PT. Kurnia Bumi Pertiwi 109,09 43, , PT. Selo Adi 3. Karto 40,538 25,33 24, CV. Surya 4. Mekar 57,258 17, , CV. Kurnia 5. Agung 88,866 79,201 30, Sumber data : Hasil uji laboratorium, 2014 Berdasar Kep.Gub.DIY No. 169/2003 tentang BM Emisi Sumber Tidak Bergerak di DIY Bab III-30

31 Dari hasil uji laboratorium, bahwa untuk parameter NO 2, SO 2 dan Opasitas, dengan sumber emisi tungku pembakaran, genset maupun dryer, semuanya masih dalam keadaan baik dibawah baku mutu yang diperuntukkan. Sedangkan untuk parameter partikel debu, ada satu sumber emisi yang melebihi baku mutu, yaitu pada PT. Kurnia Bumi Pertiwi dengan sumber emisi generator set. Bab III-31

32 F. Pertambangan Kegiatan penambangan di Kabupaten Kulonprogo telah berlangsung cukup lama, dan dikenal dengan tambang tradisional yang dilakukan oleh masyarakat setempat untuk keperluan hidup mereka sendiri seperti penambangan batu dan pasir di sekitar Sungai Progo. Akan tetapi sekarang telah berkembang dengan cepat dan ditemukannya beragam jenis cadangan bahan mineral di seluruh wilayah Kabupaten Kulonprogo. Gambaran mengenai cadangan sumberdaya mineral dan batubara yang terdapat di Kabupaten Kulonprogo, adalah sebagai berikut : Tabel Potensi Bahan Mineral di Kabupaten Kulonprogo (m 3 ) No Bahan Galian Potensi (m3) 1 Andesit Barit Batubara Batu Lanau Tufan Batugamping Batupasir Tufan Kuarsaan Bentonit / Abu Bumi Breksi Andesit Breksi Batuapung Breksi Polemik Emas Tak Terukur 13 Gipsum Kaisedon Lempung Mangan Pasir Pasir Besi (dalam ton) Tras Sumber : Dinas PUP ESDM DIY, 2011 Keterangan: yang dicetak tebal adalah bahan galian potensi Selanjutnya untuk peta potensi sumber daya mineral di Kabupaten Kulon Progo disajikan dalam gambar berikut : Bab III-32

33 Gambar Peta Potensi Mineral di Kabupaten Kulonprogo Bab III-33

34 Di Kabupaten Kulonprogo terdapat 19 jenis bahan galian seperti disajikan pada Tabel diatas. Dari kesembilan belas jenis bahan galian tersebut ada 4 jenis yang diproduksi secara kontinyu sepanjang tahun 2008 hingga tahun 2014 yaitu andesit, batugamping, bentonit/abu bumi dan pasir. Program Pengawasan dan Penertiban Kegiatan Rakyat yang Berpotensi Merusak Lingkungan pada tahun 2014, diimplementasikan melalui kegiatan Pengawasan dan Penertiban Usaha Pertambangan dan Energi. Kegiatan ini dapat terealisasi berupa pengawasan pertambangan sejumlah 60 kali dengan sasaran kegiatan pertambangan berijin dan tanpa ijin, pelaksanaan reklamasi dan koordinasi penyelesaian permasalahan pertambangan di lokasi pertambangan. Selain itu, juga dapat diterbitkan surat perintah untuk menghentikan kegiatan penambangan bagi pelaku kegiatan penambangan tanpa ijin (Peti) sejumlah 17 buah dan surat teguran bagi kegiatan pertambangan berijin sejumlah 23 buah serta surat pembinaan dan arahan teknis penambangan dan lingkungan tambang sebanyak 16 buah. Pertambangan di Kulonprogo sebagian besar merupakan kegiatan pertambangan rakyat, sebagian kecil lainnya merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pengusaha. Usaha pertambangan saat ini banyak dilakukan di sektor hulu yaitu penambangan atau penggalian. Kegiatan di sektor pengolahan melalui industri pertambangan yang dilakukan oleh dunia usaha masih terbatas pada penggilingan batu. Dalam rangka mengatur usaha pertambangan pemerintah daerah telah menerbitkan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Pertambangan Mineral dan Batubara. Untuk kegiatan pelayanan dan penyuluhan perijinan pertambangan tahun 2014, telah terlaksananya pelayanan perijinan usaha pertambangan operasi Bab III-34

35 produksi batuan (andesit dan pasir) sejumlah 53 buah, IUJP sejumlah 4 buah dan surat keterangan terdaftar 7 buah. Data tentang luas areal dan produksi pertambangan menurut jenis bahan galian tahun 2014 dibandingkan dengan tahun 2013 adalah sebagai berikut : Gambar Grafik Luas Areal dan Produksi Pertambangan Menurut Jenis Bahan Galian Tahun Bab III-35

36 G.Energi Program Diversifikasi, Intensifikasi dan Konservasi Energi direalisasikan dengan kegiatan penelitian dan pengembangan sumber energi alternatif di Kabupaten Kulonprogo. Penelitian ini telah memberikan data dan informasi mengenai jenis, klasifikasi serta kapasitas dan potensi energy primer (listrik, BBM, elpiji) serta energi alternatif berupa energi air, angin, matahari, biogas dan biomassa. Sumber energi yang paling banyak digunakan untuk mendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat Kulonprogo adalah sumber energi konvensional seperti, kayu bakar/arang/biomassa, minyak tanah, solar, bensin, LPG serta energi listrik, yang penggunaannya paling besar untuk rumah tangga. Pelayanan kelistrikan hampir seluruhnya bersumber dari PLN yaitu sejumlah rumah tangga atau meningkat dari tahun 2013 yang berjumlah dan sebagian kecil yang tidak bersumber dari PLN seperti unit-unit Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang dimanfaatkan di Kokap sejumlah 314 KK yang belum terjangkau layanan PLN. Berdasar data olahan tim penyusun SLHD Kab. Kulonprogo, bahwa jumlah konsumsi energi untuk keperluan rumah tangga di Kabupaten Kulonprogo adalah LPG sebesar kg; minyak tanah sebesar liter, sedangkan yang menggunakan biomassa seperti kayu bakar sebesar kg. Dilihat dari data tersebut menunjukkan bahwa tingkat konsumsi energi/bahan bakar untuk kebutuhan rumah tangga masyarakat untuk minyak tanah dan kayu bakar menurun kuantitasnya jika dibandingkan dengan tahun Hal ini dimungkinkan karena masyarakat beralih menggunakan bahan bakar LPG. Meskipun pengguna bahan bakar kayu bakar /biomassa masih cukup banyak karena sebagian besar masyarakat masih tinggal di wilayah pedesaan dan di wilayah tersebut potensi biomassa sangat melimpah, antara lain : kayu bakar, ranting, daun, dll. Data perbandingan penggunaan bahan bakar pada tahun dapat dilihat pada gambar berikut : Bab III-36

37 Gambar Grafik Penggunaan Bahan Bakar untuk Keperluan Rumah Tangga di Kabupaten Kulonprogo Tahun Energi Alternatif (Energi Baru dan Terbarukan) Pengembangan sumber energi alternatif seperti angin, air, matahari, gelombang air laut dan biogas dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan energi yang besar. Di wilayah Kabupaten Kulonprogo pada mulai tahun 2007 sampai dengan tahun 2014 telah dibangun beberapa unit biodigester untuk menghasilkan bio gas dengan memanfaatkan limbah kotoran ternak (sapi, kambing), limbah industri tahu. Data pembangunan biogas sebagai berikut : Tabel Data Biogas di Kulonprogo No. Tahun Jumlah Biogas Terbangun (unit) Sumber data : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulonprogo, 2014 Bab III-37

38 Pembangkit Listrik Mikro Hidro (PLTMH) juga sudah dikembangkan antara lain : - Semawung, Banjarharjo, Kalibawang; - Kedungrong, Purwoharjo, Samigaluh Selain itu, pemerintah daerah memfasilitasi masyarakat untuk memanfaatkan energy surya/ matahari sebagai sumber energy alternative pada tahun 2008 sejumlah 130 unit, tahun 2009 sejumlah 172 unit, tahun 2011 sejumlah 17 unit, tahun 2012 sejumlah 25 unit, dan 2013 sejumlah 37 unit sedangkan untuk tahun 2014 tidak ada pembangunan lagi. Sedangkan untuk konsumsi energi untuk industri kecil di Kabupaten Kulonprogo, data yang tersedia dari Dinas Perindag ESDM sebagai berikut : LPG kg, solar liter, minyak tanah liter, dan biomassa kg sesuai dengan tabel SP-3. Bab III-38

39 H. Transportasi Sistem transportasi di Kabupaten Kulonprogo sebagian besar memanfaatkan jalan raya sebagai jalur utama pergerakan lalu lintas, baik untuk pergerakan lokal maupun regional yang menghubungkan kota-kota besar seperti Yogyakarta, Purworejo, Magelang, Bantul; sedang sistem angkutan umum yang melayani terbagi atas pelayanan regional (Antar Kota Antar Provinsi/AKAP) dan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) serta lokal (pedesaan). Kondisi lalu lintas jalan raya di wilayah Kabupaten Kulonprogo pada umumnya masih lancar. Jenis kendaraan yang melintas di wilayah Kabupaten Kulonprogo didominasi oleh kendaraan pribadi khususnya sepeda motor. Arus lalu lintas yang tinggi pada umumnya terletak pada ruas-ruas jalan utama, sedangkan waktu kegiatan arus lalu lintas masyarakat yang tinggi terjadi pagi hingga sore hari. Adapun panjang jalan yang ada di Kabupaten Kulonprogo seluruhnya sepanjang Km dengan rincian dari status dan kewenangan terdiri atas : Jalan Nasional sepanjang 28,570 Km yang berfungsi sebagai arteri primer seluruhnya dengan permukaan aspal; Jalan Provinsi yang berfungsi sebagai kolektor primer sepanjang 159,900 Km semuanya dengan permukaan aspal; dan Jalan Kabupaten yang berfungsi sebagai lokal primer dan sebagian kecil kolektor primer dengan total panjang 925,303 Km, kesemuanya dalam kondisi baik 49,95%, sedang 37,64%, rusak 9,97% dan rusak berat 2,44%. Kondisi geografis Kabupaten Kulon Progo yang sebagian besar merupakan perbukitan sehingga geometris jalan daerah tersebut berupa tanjakan dan turunan tajam serta tikungan tajam, disertai dengan kondisi tanah yang labil dan mudah longsor. Disamping jaringan jalan raya juga terdapat jalan Kereta Api (KA) sepanjang 25 km yang merupakan bagian dari jaringan jalan KA di Pulau Jawa lintas selatan. Jaringan jalan KA ini membelah Kota Wates dengan sistem rel ganda (double track). Bab III-39

40 Jumlah kendaraan menurut jenis kendaraan dan bahan bakar yang digunakan tahun 2014 disajikan dalam tabel sebagai berikut : No. Tabel Jumlah Kendaraan menurut Jenis Bahan Bakar yang Digunakan di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Jenis Kendaraan Bahan Bakar Bensin Solar Total 1. Beban Penumpang pribadi Penumpang umum Bus besar pribadi Bus besar umum Bus kecil pribadi Bus kecil umum Truk besar Truk kecil Roda tiga Roda dua Jumlah Sumber : Dishubkominfo Kab Kulonprogo, 2014 Sedangkan untuk perkembangan jumlah kendaraan baik yang berbahan bakar bensin maupun solar tahun 2013 dan 2014 dalam berbagai jenis kendaraan dapat digambarkan dalam grafik berikut : Gambar 70. Perkembangan Jumlah Kendaraan yang Digunakan Di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2013 dan 2014 Bab III-40

41 Mengingat perkembangan transportasi yang akan datang dan kondisi geografis yang ada, demi kenyamanan masyarakat diperlukan sarana dan prasarana transportasi yang memadai. Saat ini di Kabupaten Kulonprogo baru tersedia sarana terminal kendaraan penumpang umum sejumlah 1 buah terminal type B dan 6 buah sub terminal type C, sedangkan untuk angkutan kereta api terdapat 2 buah stasiun yaitu stasiun Wates dan Sentolo. Perkiraan volume limbah padat/sampah dari sejumlah sarana prasarana transportasi tersebut tersedia data 5,25 m 3 /hari masih sama dengan data tahun Untuk sarana pelabuhan laut-sungai dan danau di Kabupaten Kulonprogo belum ada, sedangkan yang ada adalah dermaga pelabuhan ikan di Pantai Karangwuni- Glagah. Perkembangan pembangunan pelabuhan perikanan Tanjung Adikarta sampai dengan akhir tahun 2014 mencapai sekitar 86%. Pada tahun 2015 akan dilakukan pengerukan alur dan pendalaman kolam pelabuhan, sehingga pada akhir tahun 2015 direncanakan pelabuhan sudah dapat dioperasionalkan. Sarana perhubungan udara juga belum ada di Kabupaten Kulonprogo, namun keberadaan pengembangan bandara baru Yogyakarta di Kulonprogo juga sesuai dengan indikasi program dalam RTRW sebagaimana Peraturan Daerah DIY Nomor 2 Tahun 2010 dan RPJMD sebagaimana Peraturan Daerah DIY Nomor 6 Tahun Studi kelayakan dan Rencana Induk Pembangunan Bandara Baru telah disusun, selanjutnya telah dikeluarkan ijin lokasi dari Kementerian Perhubungan dengan lokasi di Desa Glagah, Palihan, Sindutan, dan Jangkaran Kecamatan Temon Kabupaten Kulonprogo yang membutuhkan lahan ± 637 Ha. Bab III-41

42 I. Pariwisata Kabupaten Kulonprogo memiliki beraneka ragam obyek dan daya tarik wisata yang meliputi pantai, pegunungan, goa, waduk, dan pemandian. Pengembangan pariwisata sudah dilakukan dan diarahkan pada peningkatan daya tarik serta promosi potensi pariwisata secara lokal, regional maupun nasional. Sampai saat ini penataan dan pengelolaan obyek wisata relatif sudah berhasil menyediakan fasilitas dasar, terutama di obyek wisata Pantai Glagah, Pantai Trisik, Pantai Congot, Waduk Sermo, dan Pemandian Clereng. Namun demikian masih juga terdapat beberapa tantangan dalam pembangunan pariwisata di Kabupaten Kulonprogo, yakni kurangnya prasarana pendukung, antara lain aksesibilitas, jaringan listrik, air bersih, dan juga sarana untuk penanganan limbah padat (sampah). Disamping itu untuk daya tarik wisata rekreatif terutama di obyek wisata pantai masih kurang didukung penghijauan, sehingga lokasi pantai masih sangat panas dan terlihat gersang (kurang tutupan vegetasi). Jumlah kunjungan wisata mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, yang tentu saja juga diikuti jumlah limbah padat dan cair yang dihasilkan. Perkembangan jumlah pengunjung obyek wisata tahun 2010 sampai dengan 2014 dapat disajikan dalam tabel dan gambar berikut : Bab III-42

43 Tabel Perkembangan Kunjungan Wisatawan Tahun No Obyek Wisata Jumlah Pengunjung Pantai Glagah 249, Pantai Congot 28, Pantai Trisik 29, Waduk Sermo Goa Kiskendo 6, Puncak 9,499 Suroloyo Pemandian Alam Clereng (**) 8. Kolam Renang Tanjungsari (*) Jumlah Bertambah/ Berkurang Prosentase Kenaikan 15,71% 11,26% 9,12% 11,00% 2,47% Sumber data : Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Kulonprogo, 2014 (diolah). Gambar Grafik Perkembangan Kunjungan Wisatawan pada Obyek Wisata Kab Kulonprogo Tahun Bab III-43

44 Sedangkan untuk jumlah pengunjung per obyek wisata tahun 2014 disajikan dalam gambar sebagai berikut : Gambar Grafik Prosentase Wisatawan per Obyek Wisata Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Sedangkan untuk volume sampah yang dihasilkan per obyek wisata disajikan dalam gambar berikut : Gambar Grafik Volume Sampah Harian pada Obyek Wisata Tahun 2014 Bab III-44

45 Usaha dan kegiatan masyarakat dalam bidang pariwisata mengalami perkembangan yang positif, pada tahun 2014 tercatat 35 sarana akomodasi termasuk penginapan dan homestay (pondok wisata) yang dikelola masyarakat (bertambah 2 unit penginapan dibanding tahun 2013 dan 2012). Tumbuhnya desa/dusun wisata menunjukan perkembangan yang positif. Desa/dusun wisata mengandalkan budaya dan wisata alam, disana terdapat kegiatan konservasi lingkungan baik lahan/hutan, air maupun hewan langka. Desa Wisata yang ada di Kabupaten Kulonprogo, meliputi : 1) Desa Wisata Sermo, Hargowilis Kokap 2) Desa Wisata Banjaroyo, Kalibawang 3) Desa Wisata Banjarasri. Kalibawang 4) Desa Wisata Jatimulyo, Girimulyo 5) Desa Wisata Glagah,Temon 6) Desa Wisata Kalibiru,Kokap 7) Desa Wisata Sidorejo,Lendah 8) Desa Wisata Nglinggo,Samigaluh 9) Desa Wisata Pendoworejo,Girimulyo 10) Desa Wisata Purwoharjo, Samigaluh 11) Desa Wisata Sendangsari,Pengasih 12) Desa Wisata Trisik,Galur Tahun 2014 hotel/penginapan semua masih dalam kelas melati berjumlah 35 buah dengan jumlah kamar 498 kamar dan rata-rata tingkat hunian 60%. Dari keadaan tersebut dapat dihitung limbah padat yang dihasilkan adalah 1,8 m 3 /hari, sedangkan hasil perhitungan beban limbah cair hotel untuk BOD : 2,4 ton/tahun dan COD : 3,3 ton/tahun. Untuk melihat perkembangan hotel/penginapan beserta potensi pencemaran yag dihasilkan dapat dilihat pada gambar berikut : Bab III-45

46 Gambar Grafik Perbandingan Hotel/ Penginapan Tahun di Kabupaten Kulonprogo Bab III-46

47 J. Limbah B3 Di Kabupaten Kulonprogo belum ada industri yang menghasilkan limbah kategori Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), tetapi untuk kategori usaha/kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dan potensi untuk menghasilkan limbah B3 ada yaitu bengkel motor/mobil dan bengkel AC. Terdapat 8 (delapan) unit bengkel AC di wilayah Kabupaten Kulonprogo. Dan juga kegiatan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum (RSU) maupun RS Khusus Bedah yang menghasilkan limbah B3 dari unit radiologinya dan tentunya limbah medis dari kegiatan pelayanan kesehatan. Pengelolaan Limbah medis dari rumah sakit di Kulonprogo bekerjasama dengan pihak ketiga antara lain PT. Arah dan PT. Medivest. Disamping itu juga belum ada perusahaan yang mendapat izin mengelola (penyimpanan, pengumpulan, pengolahan, pemanfaatan dan pemusnahan) limbah B3 dan perusahaan yang mendapat izin mengangkut limbah B3 di Kabupaten Kulonprogo. Sumber limbah B3 yang ada di wilayah Kabupaten Kulonprogo selain dari limbah yang dihasilkan oleh bengkel AC, bengkel mobil/motor adalah limbah rumah tangga yang dapat dikategorikan B3, misal : lampu neon, baterai dll. Masyarakat juga belum mengetahui bagaimana pengelolaan limbah tersebut dan pada umumnya hanya disimpan di dalam rumah atau dibuang begitu saja di lingkungan. Kantor Lingkungan Hidup bersama dengan Badan Lingkungan Hidup DIY telah melakukan kegiatan inventarisasi maupun pembinaan dan pengawasan terhadap bengkel AC sebagai penghasil BPO dan juga pada instansi pemerintah yang notabene pengguna dan penyimpan bahan B3 seperti Gudang Pestisida pada Dinas Pertanian dan kehutanan serta Gudang Farmasi pada Dinas Kesehatan Kabupaten Kulonprogo. Bab III-47

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Daftar i ii iii vii Bab I Pendahuluan A. Kondisi Umum Daerah I- 1 B. Pemanfaatan Laporan Status LH Daerah I-10 C. Isu Prioritas Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon

Lebih terperinci

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah Menurut Penggunaan lahan Utama Tahun 2009 2011... 2 Tabel SD-1B. Topografi Kota Surabaya...

Lebih terperinci

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA DAFTAR TABEL Daftar Tabel... i BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. LAHAN DAN HUTAN Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan. l 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 DAFTAR ISI A. SUMBER DAYA ALAM Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 Tabel SD-3 Luas Kawasan Lindung berdasarkan RTRW dan

Lebih terperinci

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI SAAT INI

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI SAAT INI BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI SAAT INI 5.1 Area Berisiko sanitasi Penentuan area berisiko berdasarkan tingkat resiko sanitasi dilakukan dengan menggunakan data sekunder dan

Lebih terperinci

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI SAAT INI

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI SAAT INI BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI SAAT INI 5.1 Area Berisiko sanitasi Penentuan area berisiko berdasarkan tingkat resiko sanitasi dilakukan dengan menggunakan data sekunder dan

Lebih terperinci

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Daftar Tabel... vi Daftar Gambar... ix Daftar Grafik... xi BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. LAHAN DAN HUTAN... Bab I 1 A.1. SUMBER

Lebih terperinci

Daftar Tabel. halaman. Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan

Daftar Tabel. halaman. Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan Daftar Tabel Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan halaman Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan... I - 1 Tabel SD-2. Luas Kawasan Hutan Menurut

Lebih terperinci

Daftar Tabel. Kualitas Air Rawa... I 28 Tabel SD-15. Kualitas Air Sumur... I 29

Daftar Tabel. Kualitas Air Rawa... I 28 Tabel SD-15. Kualitas Air Sumur... I 29 Daftar Tabel Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan... I - 1 Tabel SD-2. Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS Kawasan Outbound Training di Kabupaten Kulon Progo 3.1 TINJAUAN KONDISI UMUM KABUPATEN KULON PROGO

BAB III TINJAUAN KHUSUS Kawasan Outbound Training di Kabupaten Kulon Progo 3.1 TINJAUAN KONDISI UMUM KABUPATEN KULON PROGO BAB III TINJAUAN KHUSUS Kawasan Outbound Training di Kabupaten Kulon Progo Kawasan outbound training di Kabupaten Kulon Progo merupakan kawasan pusat di alam terbuka yang bertujuan untuk mewadahi kegiatan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kabupaten Kulonprogo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI KABUPATEN KULON PROGO SAAT INI

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI KABUPATEN KULON PROGO SAAT INI BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI KABUPATEN KULON PROGO SAAT INI 5.1 Area Berisiko Sanitasi Area berisiko sanitasi ditentukan berdasarkan tingkat resiko sanitasi dengan menggunakan

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2011-2031 I. UMUM 1. Faktor yang melatarbelakangi disusunnya Rencana Tata Ruang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 49 TAHUN : 2015 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ALOKASI PENYALURAN DAN PENGELOLAAN SISA BUNGA DANA CADANGAN PEMBERDAYAAN DESA

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek 3.1.1 Kondisi Administratif Kabupaten Kulon Progo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten dari

Lebih terperinci

Produksi Ikan Tangkapan di Laut Berdasarkan Jenis Ikan (kg) Tahun 2010-

Produksi Ikan Tangkapan di Laut Berdasarkan Jenis Ikan (kg) Tahun 2010- Urusan Kelautan dan Perikanan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. Kondisi dan Potensi Perikanan 2010-2014 Kondisi Sarana dan Prasarana Kelautan 2010-2014 Produksi Ikan Tangkapan di Perairan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto

KATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto WALIKOTA BOGOR KATA PENGANTAR Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan perlu didukung data dan informasi lingkungan hidup yang akurat, lengkap dan berkesinambungan. Informasi

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH KULON PROGO

BAB III TINJAUAN WILAYAH KULON PROGO BAB III TINJAUAN WILAYAH KULON PROGO III.1 Tinjauan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta Lokasi studi perancangan Sekolah Luar Biasa Tipe G/A-B direncanakan berlokasi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Tinjauan

Lebih terperinci

SD SLTP SLTA SARJANA / DIPLOMA TOTAL L P L P L P L P L P 1 TEMON

SD SLTP SLTA SARJANA / DIPLOMA TOTAL L P L P L P L P L P 1 TEMON V. BIDANG EKONOMI DAN KETENAGAKERJAAN TABEL 5.1. a JUMLAH ANGKATAN KERJA BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN, JENIS KELAMIN DAN DI KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2015 No. Sumber Data : DINAS NAKERTRAN KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB 2 KERANGKA PEMBANGUNAN SANITASI

BAB 2 KERANGKA PEMBANGUNAN SANITASI BAB 2 KERANGKA PEMBANGUNAN SANITASI 2.1. Visi Misi Pembangunan Sanitasi Viisi Kabupaten Kulon Progo seperti yang tertera dalam rencana Pembangunan Jangka panjang (RPJP) Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. 1. Letak Geografis Kabupaten Kulon Progo. wilayah ini, diharapkan akan lebih mudah memahami tingkah laku dan

BAB IV GAMBARAN UMUM. 1. Letak Geografis Kabupaten Kulon Progo. wilayah ini, diharapkan akan lebih mudah memahami tingkah laku dan BAB IV GAMBARAN UMUM 1. Letak Geografis Kabupaten Kulon Progo Untuk memahami kharakteristik sosial dan ekonomi masyarakat di Kabupaten Kulon Progo, perlu adanya deskripsi atau gambaran umum tentang Kabupaten

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN Nama SKPD : DINAS PUHUBKOMINFO Jenis Data :Pemerintahan Tahun : 2016 PEKERJAAN UMUM Nama Nilai Satuan Ketersediaan Sumber Data 1 2 3 4 5 A. Panjang

Lebih terperinci

Kecamatan Nanggulan secara administratif terbagi 6 (enam) desa yang

Kecamatan Nanggulan secara administratif terbagi 6 (enam) desa yang BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN 4. Gambaran Umum Kecamatan Nanggulan 4.. Letak dan Batas Wilayah Kecamatan Nanggulan Kecamatan Nanggulan yang berada di Ibukota Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten

Lebih terperinci

Lokasi Sumber Dana Instansi Pelaksana. APBD Prov. APBD Kab.

Lokasi Sumber Dana Instansi Pelaksana. APBD Prov. APBD Kab. LAMPIRAN IV PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOALEMO NOMOR : 3 TAHUN 2012 TANGGAL : 11 SEPTEMBER 2012 TENTANG : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BOALEMO TAHUN 2011-2031 I. RENCANA STRUKTUR RUANG No Rencana

Lebih terperinci

BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI KABUPATEN KULON PROGO SAAT INI DAN YANG SEDANG DIRENCANAKAN

BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI KABUPATEN KULON PROGO SAAT INI DAN YANG SEDANG DIRENCANAKAN BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI KABUPATEN KULON PROGO SAAT INI DAN YANG SEDANG DIRENCANAKAN 4.1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Higiene Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN BAB II DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN A. PROFIL KABUPATEN KULON PROGO Berdasarkan website resmi Pemerintah Kabupaten Kulon Progo (www.kulonprogo.go.id), profil daerah Kabupaten Kulon Progo yaitu: 1. Kondisi

Lebih terperinci

BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI KABUPATEN KULON PROGO SAAT INI DAN YANG SEDANG DIRENCANAKAN

BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI KABUPATEN KULON PROGO SAAT INI DAN YANG SEDANG DIRENCANAKAN BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI KABUPATEN KULON PROGO SAAT INI DAN YANG SEDANG DIRENCANAKAN 4.. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Higiene Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN Nama SKPD : DINAS PUHUBKOMINFO Jenis Data :Pemerintahan Tahun : 2015 Nama Nilai Satuan Ketersediaan Sumber Data PEKERJAAN UMUM A. Panjang Jalan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Samigaluh Kabupaten Kulon Progo. Desa Pagerharjo terletak antara 07 O LS

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Samigaluh Kabupaten Kulon Progo. Desa Pagerharjo terletak antara 07 O LS IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Desa Pagerharjo a. Keadaan fisik wilayah Desa Pagerharjo merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Samigaluh Kabupaten Kulon Progo. Desa Pagerharjo

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. Tujuan pembangunan sub sektor peternakan Jawa Tengah adalah untuk

PENGANTAR. Latar Belakang. Tujuan pembangunan sub sektor peternakan Jawa Tengah adalah untuk PENGANTAR Latar Belakang Tujuan pembangunan sub sektor peternakan Jawa Tengah adalah untuk meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga yang berbasis pada keragaman bahan pangan asal ternak dan potensi sumber

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 8 TAHUN 2003 TANGGAL : 17 PEBRUARI 2003

LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 8 TAHUN 2003 TANGGAL : 17 PEBRUARI 2003 LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 8 TAHUN 2003 TANGGAL : 17 PEBRUARI 2003 PERHITUNGAN SKOR PENETAPAN KRITERIA PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH Kriteria Organisasi Perangkat Daerah

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN A. Letak Geografis Kabupaten Sleman Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110⁰ 13' 00" sampai dengan 110⁰ 33' 00" Bujur Timur, dan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Pedoman Teknis Penataan Ruang; BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 4 TAHUN

Lebih terperinci

BAB IV PERUMUSAN KLHS DAN REKOMENDASI RPJMD

BAB IV PERUMUSAN KLHS DAN REKOMENDASI RPJMD BAB IV PERUMUSAN KLHS DAN REKOMENDASI RPJMD 4.1.Perumusan Mitigasi, Adaptasi dan Alternatif 4.1.1. Program Program yang Dirumuskan Pada umumnya program-programpada RPJMD Provinsi Jawa Barat memiliki nilai

Lebih terperinci

Tabel 2.8 Realisasi Fisik dan Keuangan Kegiatan Urusan Kehutanan Dinas Pertanian dan Kehutanan Tahun 2015

Tabel 2.8 Realisasi Fisik dan Keuangan Kegiatan Urusan Kehutanan Dinas Pertanian dan Kehutanan Tahun 2015 2. Urusan Kehutanan 1) Realisasi Fisik dan Keuangan Pada tahun 2015, Program dan Kegiatan Urusan Kehutanan yang dilaksanakan oleh Dinas Pertanian dan Kehutanan berjumlah 2 program yang terbagi menjadi

Lebih terperinci

PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2013

PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2013 Lampiran Surat Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan No :... Tanggal 10 Juli 2013 PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2013 NO PROGRAM/KEGIATAN URAIAN/FASILITASI

Lebih terperinci

BAB 1V GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB 1V GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN BAB 1V GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Sumber : Google Map Gambar 4.1 Denah lokasi pasar tradisional Wates Pada gambar diatas terdapat lingkaran merah yang merupakan lokasi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. 1. Visi dan Misi Pembangunan Daerah MASYARAKAT KABUPATEN KULON PROGO YANG MAJU,

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. 1. Visi dan Misi Pembangunan Daerah MASYARAKAT KABUPATEN KULON PROGO YANG MAJU, BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Deskripsi Wilayah Kabupaten Kulon Progo 1. Visi dan Misi Pembangunan Daerah a. Visi Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Tahun 2005-2025 disebutkan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG 105 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2012 2032 I. UMUM Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu komponen dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu komponen dalam upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan salah satu komponen dalam upaya pembangunan suatu wilayah. Transportasi menjadi sektor tersier, yaitu sektor yang menyediakan jasa pelayanan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Banjararum terletak sekitar 26 km dari Puasat Pemerintahan Kabupaten Kulon

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Banjararum terletak sekitar 26 km dari Puasat Pemerintahan Kabupaten Kulon IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Alam 1. Letak geografis dan batas administrasi Desa Banjararum merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, Daerah

Lebih terperinci

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON No. Potensi Data Tahun 2009 Data Tahun 2010*) 1. Luas lahan pertanian (Ha) 327 327

Lebih terperinci

BAB V SUMBER DAYA ALAM

BAB V SUMBER DAYA ALAM BAB V SUMBER DAYA ALAM A. Pertanian Kota Surakarta Sebagai salah satu kota besar di Jawa Tengah, mengalami pertumbuhan ekonomi dan penduduk karena migrasi yang cepat. Pertumbuhan ini mengakibatkan luas

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04 ' 27 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Bantul merupakan salah satu dari lima kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kabupaten Bantul terletak di sebelah selatan

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN LOKASI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB IV TINJAUAN LOKASI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BAB IV TINJAUAN LOKASI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 4.1. Letak geografis wilayah Yogyakarta 1 Secara geografis Daerah Istimewa Yogyakarta terletak diantara 7 33-8 15 Lintang Selatan dan 110 5-110 50 Bujur

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Kabupaten Kulonprogo dengan ibu kotanya berada di Kota Wates memiliki luas wilayah 598.627.512 ha (586,28 km 2 ), terdiri dari 12 kecamatan 87 desa,

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa.

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa. 31 IV. KEADAAN UMUM DAERAH A. Letak Geografis Kecamatan Galur merupakan salah satu dari 12 kecamatan di Kabupaten Kulonprogo, terdiri dari 7 desa yaitu Brosot, Kranggan, Banaran, Nomporejo, Karangsewu,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 21 TAHUN : 2015 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBAGIAN DAN PENETAPAN RINCIAN DANA DESA SETIAP DESA TAHUN ANGGARAN 2015

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT. STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Statistik Daerah Kecamatan Air Dikit 214 Halaman ii STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Nomor ISSN : - Nomor Publikasi

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Tomoni memiliki luas wilayah 230,09 km2 atau sekitar 3,31 persen dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang terletak di sebelah

Lebih terperinci

Program Bina Pembangunan Daerah a. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Nomor: SP DIPA /2015 tanggal 14 November 2014.

Program Bina Pembangunan Daerah a. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Nomor: SP DIPA /2015 tanggal 14 November 2014. B. Tugas Pembantuan 1) Dasar Hukum Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Hasil Tanaman Pangan (Satuan Kerja Tanaman Pangan) a. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Dinas Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Pembentukan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 18 Tahun

Lebih terperinci

BAB IV UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN

BAB IV UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN BAB IV UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN A. Rehabilitasi Lingkungan Gambar 4.1. Penanaman Pohon Durian oleh Masyarakat Penggunaan lahan adalah setiap bentuk intervensi atau campur tangan manusia terhadap lahan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Kondisi Umum Pegunungan Menoreh Kulonprogo 3.1.1. Tinjauan Kondisi Geografis dan Geologi Pegunungan Menoreh Pegunungan Menoreh yang terdapat pada Kabupaten

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi Gambaran umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi dalam penelitian ini dihat

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KABUPATEN KULONPROGO. Kabupaten Kulonprogo merupakan salah satu dari lima kabupaten / kota di

KEADAAN UMUM KABUPATEN KULONPROGO. Kabupaten Kulonprogo merupakan salah satu dari lima kabupaten / kota di IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KULONPROGO A. Keadaan Geografis 1. Letak dan keadaan fisik Kabupaten Kulonprogo Kabupaten Kulonprogo merupakan salah satu dari lima kabupaten / kota di Propinsi D.I. Yogyakarta

Lebih terperinci

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar Bupati Murung Raya Kata Pengantar Perkembangan daerah yang begitu cepat yang disebabkan oleh semakin meningkatnya kegiatan pambangunan daerah dan perkembangan wilayah serta dinamisasi masyarakat, senantiasa

Lebih terperinci

A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya

A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya Lampiran E: Deskripsi Program / Kegiatan A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya Nama Maksud Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi dan Kondisi Fisik Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administratif menjadi wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Geografi Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Selatan terletak di ujung selatan Pulau Sumatera

Lebih terperinci

Jenis-jenis Sumber Daya Alam

Jenis-jenis Sumber Daya Alam Jenis-jenis Sumber Daya Alam Apa yang dimaksud dengan sumber daya alam? Sumber daya alam merupakan kekayaan alam di suatu tempat yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Berbagai jenis tumbuhan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan energi gas memang sudah dilakukan sejak dahulu. Pemanfaatan energi. berjuta-juta tahun untuk proses pembentukannya.

BAB I PENDAHULUAN. dan energi gas memang sudah dilakukan sejak dahulu. Pemanfaatan energi. berjuta-juta tahun untuk proses pembentukannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Energi mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia. Hampir semua aktivitas manusia sangat tergantung pada energi. Berbagai alat pendukung, seperti alat penerangan,

Lebih terperinci

. 3.

. 3. . 3 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SAMIGALUH 2016 ISBN : 978-602-1085-48-6 Nomor Publikasi : 34015.1628 Katalog BPS : 1101002.3401120 Ukuran Buku : 15 cm x 21 cm Jumlah Halaman : v+20 halaman Naskah : BPS

Lebih terperinci

S A L I N A N LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN UTARA NOMOR 21 TAHUN 2016

S A L I N A N LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN UTARA NOMOR 21 TAHUN 2016 DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN (TIPE A) LAMPIRAN I NOMOR 21 TAHUN 2016 LAMPIRAN I PERATURAN DAERAH TENTANG NOMOR : PERENCANAAN, DAN BMD PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN PEMBINAAN SMA PEMBINAAN SMK PEMBINAAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Natalitas (kelahiran) yang terjadi setiap hari tentu menambah jumlah populasi manusia di muka bumi ini. Tahun 2008 ini populasi penduduk Indonesia menduduki peringkat 4 setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menambah devisa negara. Hal tersebut tidak terlepas dari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. menambah devisa negara. Hal tersebut tidak terlepas dari perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pariwisata di Indonesia saat ini dinilai efektif peranannya dalam menambah devisa negara. Hal tersebut tidak terlepas dari perkembangan kebutuhan pariwisata,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinamika pembangunan yang berjalan pesat memberikan dampak tersendiri bagi kelestarian lingkungan hidup Indonesia, khususnya keanekaragaman hayati, luasan hutan dan

Lebih terperinci

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM BAB 6 TUJUAN DAN KEBIJAKAN No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM Mengembangkan moda angkutan Program Pengembangan Moda umum yang saling terintegrasi di Angkutan Umum Terintegrasi lingkungan kawasan permukiman Mengurangi

Lebih terperinci

2015 POTENSI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DI DESA CIPOREAT KECAMATAN CILENGKRANG KABUPATEN BANDUNG

2015 POTENSI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DI DESA CIPOREAT KECAMATAN CILENGKRANG KABUPATEN BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Energi merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia, karena hampir semua aktivitas manusia selalu membutuhkan energi. Sebagian besar energi yang digunakan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Secara umum pengelolaan sanitasi di Indonesia, yang meliputi pengelolaan sampah, air limbah domestik, dan drainase lingkungan, hingga saat ini belum dapat terselenggara

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian 60 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian Daerah penelitian terletak di Desa Fajar Asri Kecamatan Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah. Desa Fajar Asri

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 108 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Dampak negatif yang ditimbulkan dari

Lebih terperinci

penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi.

penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi. penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi. III.1.3. Kondisi Ekonomi Berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik, perhitungan PDRB atas harga

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2011-2031 I. PENJELASAN UMUM Sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011-2031 I. UMUM Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banjarnegara

Lebih terperinci

DATA MINIMAL YANG WAJIB DITUANGKAN DALAM DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH

DATA MINIMAL YANG WAJIB DITUANGKAN DALAM DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH Lampiran II. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor : Tanggal : DATA MINIMAL YANG WAJIB DITUANGKAN DALAM DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH Tabel-1. Lindung Berdasarkan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Wilayah Desa Jogonayan 1. Kondisi Geografis dan Administrasi Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN Lampiran VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR TAHUN 2011 LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2011 2031 MATRIK

Lebih terperinci

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut:

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut: KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Biofisik 4.1.1 Letak dan Aksesibilitas Berdasarkan buku Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Purwakarta (21) Dinas Kehutanan Purwakarta merupakan

Lebih terperinci

LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT

LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT AIR LIMBAH Analisa SWOT sub sektor air limbah domestik Lingkungan Mendukung (+), O Internal Lemah (-) W Internal Kuat (+) S Diversifikasi Terpusat (+2, -5) Lingkungan tidak

Lebih terperinci

Tabel 3 Kecamatan dan luas wilayah di Kota Semarang (km 2 )

Tabel 3 Kecamatan dan luas wilayah di Kota Semarang (km 2 ) 8 Tabel 3 Kecamatan dan luas wilayah di Kota Semarang (km 2 ) (Sumber: Bapeda Kota Semarang 2010) 4.1.2 Iklim Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kota Semarang tahun 2010-2015, Kota

Lebih terperinci

Daftar Isi. halaman Kata Pengantar... i Pendahuluan... iii Daftar Isi... ix Daftar Tabel... x Daftar Gambar... xiv

Daftar Isi. halaman Kata Pengantar... i Pendahuluan... iii Daftar Isi... ix Daftar Tabel... x Daftar Gambar... xiv Daftar Isi halaman Kata Pengantar... i Pendahuluan... iii Daftar Isi... ix Daftar Tabel... x Daftar Gambar... xiv Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan... I-1 B. Keanekaragaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kelangkaan sumber bahan bakar merupakan masalah yang sering melanda

I. PENDAHULUAN. Kelangkaan sumber bahan bakar merupakan masalah yang sering melanda I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelangkaan sumber bahan bakar merupakan masalah yang sering melanda masyarakat. Kelangkaan tersebut menimbulkan tingginya harga-harga bahan bakar, sehingga masyarakat

Lebih terperinci

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI LAMPIRAN I PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN GARUT NOMOR 7 TAHUN 2012 KEPALA DINAS BIDANG

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI LAMPIRAN I PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN GARUT NOMOR 7 TAHUN 2012 KEPALA DINAS BIDANG BAGAN STRUKTUR ORGANISASI LAMPIRAN I PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN GARUT NOMOR 7 TAHUN 2012 KELOMPOK JABATAN TK/SD PENDIDIKAN MENENGAH PENDIDIKAN NON FORMAL PMPTK PENGOLAHAN

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun Pendahuluan

RINGKASAN EKSEKUTIF. Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun Pendahuluan RINGKASAN EKSEKUTIF Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 Pendahuluan Permasalahan lingkungan mulai ramai diperbincangkan dan diperhatikan sejak

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. keadaan penduduk, keadaan sarana dan prasana, keadaan pertanian, dan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. keadaan penduduk, keadaan sarana dan prasana, keadaan pertanian, dan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran umum lokasi penelitian bertujuan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan lokasi penelitan berdasarkan pada keadaan topografi dan geografi, keadaan penduduk,

Lebih terperinci

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI LAMPIRAN I PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN GARUT NOMOR 23 TAHUN 2008 SUB BAGIAN UMUM SEKSI

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI LAMPIRAN I PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN GARUT NOMOR 23 TAHUN 2008 SUB BAGIAN UMUM SEKSI BAGAN STRUKTUR ORGANISASI LAMPIRAN I PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN GARUT NOMOR 23 TAHUN 2008 KELOMPOK JABATAN TK/SD PENDIDIKAN MENENGAH PENDIDIKAN NON FORMAL PMPTK PENGOLAHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi. Manusia menggunakan air untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan berkelanjutan merupakan pembangunan yang mampu memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk mencukupi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY RENCANA PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR TERPADU WILAYAH PENGEMBANGAN STRATEGIS 10 YOGYAKARTA-SOLO-SEMARANG

EXECUTIVE SUMMARY RENCANA PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR TERPADU WILAYAH PENGEMBANGAN STRATEGIS 10 YOGYAKARTA-SOLO-SEMARANG D RENCANA PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR TERPADU WILAYAH PENGEMBANGAN STRATEGIS 10 YOGYAKARTA-SOLO-SEMARANG EXECUTIVE SUMMARY KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah 1. Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung

Lebih terperinci