BAB VII RINGKASAN, SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI. Bab VII menggambarkan ringkasan dan simpulan hasil analisis dan
|
|
- Herman Budiman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 85 BAB VII RINGKASAN, SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI Bab VII menggambarkan ringkasan dan simpulan hasil analisis dan pembahasan kasus dari bab sebelumnya, serta keterbatasan penelitian dan rekomendasi yang diajukan peneliti berdasarkan pada hasil penelitian. 6.1 Ringkasan Proses manajemen risiko yang diterapkan dalam kegiatan pengadaan barang/jasa di DPPKAD kabupaten Klaten mengadopsi The Australian and Newzealand Standard on Risk Management, AS/NZS 4360 :2004, sebagaimana tertuang dalam Peraturan Kepala BPKP Nomor: PER-1326/K/LB/2009 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan SPIP Sub Unsur Identifikasi Risiko dan Analisis Risiko. Proses manajemen risiko ini terdiri dari proses identifikasi risiko, analisis risiko, evaluasi risiko dan penanganan risiko dengan hasil sebagai berikut: 1. Identifikasi Risiko pada proses kegiatan pengadaan barang/jasa di DPPKAD Kabupaten Klaten menghasilkan 30 risiko yang terdiri dari 5 risiko dalam kategori legislative & kerangka peraturan, 8 risiko dalam kategori kerangka kerja kelembagaan & kapasitas manajemen, 9 risiko dalam kategori operasional pengadaan & pasar dan 8 risiko dalam kategori Integritas & transparansi (anti korupsi) yang tertuang dalam daftar risiko (risk register). 2. Hasil analisis risiko menunjukkan:
2 86 1) Pengukuran tingkat konsekuensi atau dampak risiko menghasilkan 12 risiko dengan tingkat konsekuensi sedang, 18 risiko dengan tingkat konsekuensi tinggi dan tidak ada risiko dengan tingkat konsekuensi rendah. 2) Pengukuran tingkat kemungkinan (probabilitas) terjadinya risiko menghasilkan 8 risiko dengan frekuensi rendah, 22 risiko dengan frekuensi sedang dan tidak ada risiko yang memiliki frekuensi tinggi. 3) Pengukuran level risiko menghasilkan 12 risiko (40%) termasuk dalam level risiko sedang, 18 risiko (60%) termasuk dalam level risiko tinggi dan tidak ada risiko (0%) termasuk dalam level risiko rendah. 4) Pengukuran level risiko gabungan (komposit) menunjukkan risiko dengan kategori legislatif & kerangka peraturan memiliki level komposit 2,60 (berada diantara sedang dan tinggi). Kategori kerangka kerja kelembagaan & kapasitas manajemen memiliki level risiko komposit 2,38 (berada diantara sedang dan tinggi). Kategori operasional pengadaan & pasar memiliki level komposit 2,78 (diantara sedang dan tinggi). Kategori integritas & transparansi (anti korupsi) memiliki level komposit 2,63 ( diantara sedang dan tinggi). 3. Hasil proses evaluasi risiko menunjukan semua risiko (30 risiko) memerlukan penanganan risiko dengan urutan prioritas penanganan sebagai berikut:
3 87 1) PPHP tidak melakukan pemeriksaan hasil pekerjaan (tidak melakukan pengecekan jumlah/volume,kualitas, spesifikasi barang/jasa sesuai dengan surat perjanjian/kontrak) 2) Pemborosan keuangan negara 3) Rencana pengadaan yang tidak sesuai dengan kebutuhan riil organisasi 4) Kurangnya kompetensi organisasi pengadaan 5) PPHP tidak memahami isi kontrak 6) Tidak ada evaluasi periodik terhadap proses pelaksanaan pengadaan barang/jasa 7) Kualitas barang/jasa yang diserahkan tidak sesuai dengan ketentuan dalam spesifikasi teknis/kontrak 8) Kualitas barang yang diserahkan lebih rendah dari ketentuan dalam spesifikasi teknis/kontrak 9) Barang yang tidak sesuai dengan spesifikasinya 10) Tidak ada serah terima barang kepada user (pengguna barang) 11) Tidak ada mekanisme pengeluaran barang dari gudang 12) Terdapat perbedaan nilai harga barang dalam dokumen pengadaan 13) Kuantitas barang/jasa yang diserahkan tidak sesuai dengan ketentuan dalam surat perjanjian/kontrak 14) Pemalsuan dokumen penawaran 15) Pengadaan fiktif 16) Perjalanan dinas fiktif (rekayasa bukti perjalanan dinas)
4 88 17) Suap menyuap dalam proses pengadaan barang/jasa 18) Memalsukan dokumen pengadaan 19) PPKom, Pejabat Pengadaan dan PPHP tidak melaporkan ke PA ketika terjadi hambatan dalam proses pengadaan barang/jasa 20) Kemanfaatan barang yang tidak optimal karena tidak sesuai dengan kebutuhan 21) Pimpinan tidak mengkomunikasikan visi, misi, tujuan, sasaran dan strategi organisasi secara keseluruhan kepada seluruh staf DPPKAD Kabupaten Klaten 22) Besarnya jumlah pengadaan barang/jasa di akhir tahun 23) Kurangnya jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) dalam pengadaan barang/jasa 24) Tidak ada evaluasi periodic atas kebijakan, kepatuhan, dan sistem yang berjalan dari proses perencanaan sampai dengan pemanfaatan pengadaan barang/jasa 25) Penentuan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) terlalu tinggi (mahal) 26) Tidak melaporkan persediaan akhir (sisa persediaan) kepada penyimpan barang 27) Belum optimalnya sistem pengendalian intern terhadap proses pengadaan barang/jasa 28) Kurangnya supervisi dan monitoring pada proses pengadaan barang/jasa 29) Evaluasi pekerjaan yang tidak dilakukan secara optimal
5 89 30) Penyerapan anggaran tidak optimal karena ada beberapa kegiatan pengadaan barang/jasa yang tidak dilaksanakan 4. Dari tujuh opsi penanganan risiko yang tersedia hanya tiga opsi yang bisa dipilih untuk dilakukan penanganan risiko terhadap pengadaan barang/jasa di DPPKAD Kabupaten Klaten yaitu menurunkan dampak risiko, mengurangi kemungkinan terjadinya risiko dan menerapkan strategi kombinasi dengan menurunkan dampak risiko sekaligus mengurangi kemungkinan terjadinya risiko. 6.2 Kesimpulan Hal-hal yang bisa disimpulkan dari penelitian ini adalah: 1. Penelitian ini berhasil mengidentifikasi 30 risiko pada proses pengadaan barang/jasa di DPPKAD Kabupaten Klaten yang tertuang dalam daftar risiko (register risk). 2. Manajemen risiko sebagaimana tertuang pada Pedoman Teknis Penyelenggaraan SPIP sesuai dengan Peraturan Kepala BPKP Nomor : PER-1326/K/LB/2009 yang mengadopsi dari Australian Standard/New Zealand Standar (AS/NZS) 4360:2004 dapat diterapkan (feasible) untuk dilaksanakan pada proses kegiatan pengadaan barang/jasa di DPPKAD Kabupaten Klaten. 6.3 Keterbatasan Keterbatasan penelitian ini sebagai berikut: 1. Penelitian ini belum memasukan unsur analisis biaya manfaat (cost benefit analysis) dalam manajemen risiko pengadaan barang/jasa di DPPKAD
6 90 Kabupaten Klaten. Hal ini disebabkan karena sulitnya mengukur biaya yang dikeluarkan dan manfaat yang diperoleh secara finansial dalam proses manajemen risiko tersebut. Selain itu berkaitan dengan sulitnya mengukur konsekuensi atau dampak risiko dalam parameter keuangan di DPPKAD Kabupaten Klaten. 2. Penelitian ini juga belum menganalisis tren risiko yang merupakan kecenderungan pergerakan tiap-tiap risiko dari satu periode ke periode berikutnya. Hal ini disebabkan karena penilaian risiko dalam proses kegiatan pengadaan barang/jasa hanya dilakukan untuk satu tahun anggaran, sehingga tidak dapat diukur tren risikonya. Oleh karenanya DPPKAD Kabupaten Klaten diharapkan melaksanakan penilaian risiko secara rutin setiap tahunnya sehingga dapat diketahui tren risiko setelah dilakukan penanganan risiko. 3. Penelitian ini hanya terbatas pada penilaian risiko pada level kegiatan pengadaan barang/jasa di DPPKAD Kabupaten Klaten dan belum melakukan penilaian risiko pada level organisasi (DPPKAD Kabupaten Klaten sebagai SKPD). 4. Pendekatan manajemen risiko bukanlah satu-satunya pendekatan yang digunakan untuk mengevaluasi sistem pengadaan barang/jasa di instansi pemerintah, mengingat pendekatan manajemen risiko belum banyak dilakukan di instansi pemerintah terutama di tingkat SKPD pada pemerintah Daerah. Oleh karena itu sangat dimungkinkan adanya
7 91 pendekatan lain yang dapat digunakan untuk melakukan evaluasi sistem pengadaan barang/jasa di instansi pemerintah. 6.4 Rekomendasi Berdasarkan simpulan dan keterbatasan penelitian di atas, peneliti memberikan rekomendasi sebagai berikut: 1. Merumuskan kebijakan dan prosedur pengendalian intern yang memadai sebagai dasar dalam pelaksanaan sistem pengendalian intern di lingkungan DPPKAD Kabupaten Klaten. Mengimplementasikan dan melaksanakan sistem pengendalian intern dalam proses pengadaan barang/jasa dan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi secara keseluruhan untuk mendeteksi dan mengurangi konsekuensi dan kemungkinan terjadinya risiko serta mendeteksi kejadian yang tidak diinginkan. 2. Memperbaiki rencana umum pengadaan terutama dalam hal penetapan kebutuhan riil barang/jasa di DPPKAD Kabupaten Klaten dengan melakukan identifikasi kebutuhan barang/jasa terhadap rencana kerja serta identifikasi ketersediaan barang melalui database barang yang ada. Hal ini dilakukan untuk menghindari pemborosan keuangan daerah, kemanfaatan barang yang sesuai dengan kebutuhannya, serta tindakan preventif untuk mencegah terjadinya fraud. 3. DPPKAD Kabupaten Klaten diharapkan segera membuat dan merumuskan prosedur atau mekanisme manajemen risiko di tingkat kegiatan maupun di tingkat SKPD.
8 92 4. Merumuskan mekanisme/prosedur keluar masuk barang dari gudang, sehingga permintaan barang dan penyimpanan barang berada dalam satu pintu. Hal ini akan memudahkan dalam melakukan pengawasan dan mencegah fraud serta mekanisme dan prosedur permintaaan barang dilaksanakan dengan baik yaitu adanya permintaan barang dari pengguna barang kepada penyimpan barang, dan penyimpan barang tidak akan mengeluarkan barang tanpa ada permintaan barang dari pengguna barang yang disertai dengan bukti permintaan barang dari pengguna.
BAB I PENDAHULUAN. Bab ini memuat tentang latar belakang masalah penelitian, rumusan
1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini memuat tentang latar belakang masalah penelitian, rumusan permasalahan studi kasus, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, kontribusi penelitian, serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilakukan pemberantasan. Tidak hanya terjadi pada pemerintah pusat, fraud juga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fraud merupakan permasalahan yang perlu untuk dikaji, dicari solusinya, dan dilakukan pemberantasan. Tidak hanya terjadi pada pemerintah pusat, fraud juga marak terjadi
Lebih terperinciBAB VII RINGKASAN, SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI
a. perencanaan kontinjensi dan perencana pemulihan b. pengendalian kecurangan, c. meminimalkan eksposur terhadap sumber risiko, d. kebijakan dan pengendalian e. pemisahan atau relokasi suatu aktivitas
Lebih terperinciBAB VII RINGKASAN, SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI. baik yang besar maupn kecil ataupun tidak ditemukan adanya kecurangan.
144 BAB VII RINGKASAN, SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI 7.1. Ringkasan Deskripsi tentang potensi risiko pada sistem pengadaan barang/jasa di PLN tersebut terkategorikan dari kategori I (very high)
Lebih terperinciBUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU UTARA NOMOR 64 TAHUN 2017 TENTANG
BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN SALINAN PERATURAN BUPATI LUWU UTARA NOMOR 64 TAHUN 2017 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADA PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.21/MEN/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciBAB VII SIMPULAN, REKOMENDASI, DAN KETERBATASAN. maka kesimpulan yang dapat ditarik dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
BAB VII SIMPULAN, REKOMENDASI, DAN KETERBATASAN 7.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis seperti yang telah dibahas dalam bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat ditarik dalam penelitian ini yaitu sebagai
Lebih terperinciBUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 65 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADA PEMERINTAH DAERAH
BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 65 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADA PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara yang efisien, efektif, transparan, dan akuntabel, menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sesuai dengan amanah pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, dinyatakan: untuk mencapai pengelolaan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. unsur-unsur sistem pengendalian intern.
BAB V PENUTUP 1.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan daftar uji sistem pengendalian
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. Pada proses ini penulis melakukan proses interview dan observation terhadap
BAB IV PEMBAHASAN Proses audit operasional dilakukan untuk menilai apakah kinerja dari manajemen pada fungsi pembelian dan pengelolaan persediaan sudah dilaksanakan dengan kebijakan yang telah ditetapkan
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 46 2016 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciBAB 7 KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil Internal Control Questionnaire (ICQ) mengenai Sistem
130 BAB 7 KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil Internal Control Questionnaire (ICQ) mengenai Sistem Pengendalian Internal Pemerintah pada Badan Kantor Pertanahan Nasional
Lebih terperinciBUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 88 TAHUN 2013 TENTANG
BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 88 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM. Penilaian Risiko. Modul - 2
GAMBARAN UMUM A. Tujuan Instruksi Umum (TIU) Setelah mempelajari Modul ini, diharapkan peserta sosialisasi/pelatihan dapat memahami tentang penilaian risiko dalam pelaksanaan kinerja instansi, yang terdiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya konkrit yang dilakukan pemerintah sebagai wujud dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu upaya konkrit yang dilakukan pemerintah sebagai wujud dari semangat reformasi birokrasi adalah dengan melakukan penataan ulang terhadap sistem penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Visi Universitas XY pada tahun 2025 adalah menjadi. kecendekiaan. Salah satu misi untuk mewujudkan visi tersebut adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi Universitas XY pada tahun 2025 adalah menjadi universitas kependidikan kelas dunia berlandaskan ketaqwaan, kemandirian dan kecendekiaan. Salah satu misi untuk
Lebih terperinciBUPATI GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 504 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GARUT DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan hal-hal yang menjadi harapan masyarakat yang terus meningkat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan hal-hal yang menjadi harapan masyarakat yang terus meningkat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, maka pembangunan di berbagai bidang pun semakin giat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan yang menjadi isu nasional di lingkungan Pemerintah antara lain: (1) Opini Wajar dengan Pengecualian (WDP) atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Akuntansi dan Sistem Pelaporan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian tentang Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian Akuntansi dan Sistem Pelaporan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah (Studi pada DPPKAD
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENGAWASAN INSPEKTORAT JENDERAL KEMDIKBUD TAHUN 2012
KEBIJAKAN PENGAWASAN INSPEKTORAT JENDERAL KEMDIKBUD TAHUN 2012 1 VISI ITJEN Terwujudnya Pengawasan yang Berkualitas terhadap Layanan Pendidikan MISI ITJEN Melaksanakan tata kelola yang handal dalam layanan
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 2 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG
BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 2 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BOGOR DENGAN
Lebih terperinciBAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi 4.1.1 Visi Visi adalah pandangan ideal keadaan masa depan (future) yang realistik dan ingin diwujudkan, dan secara potensial
Lebih terperinciPENJELASAN PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL
Lampiran II Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Barat Nomor Tentang Tahun Piagam Pengawasan Internal di Lingkungan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat PENJELASAN PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL 1. PENDAHULUAN
Lebih terperinciPerwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Rencana Kerja (Renja) adalah dokumen perencanaan tahunan yang merupakan penjabaran dari Rencana Strategis (Renstra) serta disusun mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Rencana Kerja
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. Menurut Coso dalam Hartadi (1999: 92) pengendalian intern
BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Sistem Pengendalian Intern Menurut Coso dalam Hartadi (1999: 92) pengendalian intern merupakan suatu proses yang dijalankan oleh dewan
Lebih terperinciPEDOMAN EVALUASI PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BAB I PENDAHULUAN
LAMPIRAN PERATURAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN BADAN KOORDINASI
Lebih terperinci2017, No Berencana Nasional tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Badan Kependudukan dan Keluarga Berenc
No.1448, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKKBN. SPIP BKKBN. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011
BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 59 2017 SERI : E PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 59 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI
Lebih terperinciPencegahan Korupsi pada Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah
Direktorat Penelitian dan Pengembangan Hasil Kajian Pencegahan Korupsi pada Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah 4 3 Penutup 2 Temuan dan Rekomendasi 1 Akar Masalah Korupsi PBJ di Indonesia Pendahuluan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (BUMN). BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Salah satu pelaku bisnis di Indonesia adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN). BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR : PER-687/K/D4/2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DESAIN PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INSTANSI PEMERINTAH (SPIP) DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab I pendahuluan ini berisi mengenai latar belakang mengapa penelitian ini dibuat,
BAB I PENDAHULUAN Bab I pendahuluan ini berisi mengenai latar belakang mengapa penelitian ini dibuat, berbagai dugaan permasalahan yang terjadi di lapangan, pertanyaan untuk menjawab dugaan permasalahan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Konsep otonomi daerah dan pemerintahan yang bersih, termasuk juga konsep
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep otonomi daerah dan pemerintahan yang bersih, termasuk juga konsep pemerintahan yang baik merupakan rangkaian konsep yang kesemuanya bermuara pada peningkatan aparatur
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT JENDERAL LAMPIRAN I SURAT EDARAN INSPEKTUR JENDERAL NOMOR SE 0 /IJ/0 TENTANG MEKANISME KERJA PERENCANAAN PEMANTAUAN PENGENDALIAN UTAMA PADA INSPEKTORAT
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
S A L I N A N BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) DI LINGKUNGAN
Lebih terperinciPENILAIAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE BANK SYARIAH BUKOPIN SEMESTER I TAHUN 2014
PENILAIAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE BANK SYARIAH BUKOPIN SEMESTER I TAHUN 2014 PERINGKAT DEFINISI PERINGKAT INDIVIDUAL Peringkat Komposit 2 Penerapan good corporate governance di PT Bank Syariah Bukopin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. otonomi seluas-luasnya dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan penyelenggaraan otonomi seluas-luasnya dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tujuan pemberian otonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Negara mempunyai suatu pemerintahan yang berfungsi sebagai kesatuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara mempunyai suatu pemerintahan yang berfungsi sebagai kesatuan organisasi. Pemerintahan pusat maupun pemerintahan daerah melaksanakan amanat untuk menjalankan
Lebih terperinciVISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. VISI DAN MISI Visi Inspektorat adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai Inspektorat melalui penyelenggaraan
Lebih terperinciINSPEKTORAT KOTA BANDUNG KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Kasih sayang-nya sehingga Laporan Inspektorat Kota Bandung Tahun 2015 ini dapat tersusun Laporan ini merupakan
Lebih terperinciPenetapan Konteks Komunikasi dan Konsultasi. Identifikasi Risiko. Analisis Risiko. Evaluasi Risiko. Penanganan Risiko
- 11 - LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG MANAJEMEN RISIKO DI LINGKUNGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL A. Proses Manajemen Proses
Lebih terperinciSISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH
SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH 2 LATAR BELAKANG 1. Mendukung terwujudnya good governance dalam penyelenggaraan pemerintahan, pengelolaan keuangan negara perlu diselenggarakan secara profesional,
Lebih terperinciBUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI
1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,
Lebih terperinciBAB 5 KONKLUSI DAN REKOMENDASI
BAB 5 KONKLUSI DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan penelitian dan rekomendasi yang dapat diberikan untuk memecahkan permasalahan penelitian. Bab 5 terdiri atas konklusi, rekomendasi,
Lebih terperinciBUPATI PENAJAM PASER UTARA
a BUPATI PENAJAM PASER UTARA PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA
Lebih terperinciProses Manajemen Risiko EVALUASI RISIKO. WITH YOU, WE BUILD PUBLIC TRUST Bersama Anda Membangun Kepercayaan Publik
Proses Manajemen EVALUASI RISIKO WITH YOU, WE BUILD PUBLIC TRUST Bersama Anda Membangun Kepercayaan Publik Tim Pembimbingan dan Konsultasi Manajemen Kementerian Keuangan Inspektorat Jenderal Kementerian
Lebih terperinciHASIL PENGAWASAN PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALKES INSPEKTUR JENDERAL INSPEKTORAT JENDERAL KEMENKES RI
HASIL PENGAWASAN PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALKES INSPEKTUR JENDERAL INSPEKTORAT JENDERAL KEMENKES RI PERUBAHAN PARADIGMA PENGAWASAN W A T C H D O G COUNSELLING PARTNER QUALITY ASURANCE 1. Pendekatan birokrasi
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.21/MEN/2011
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.21/MEN/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciPIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT
LAMPIRAN : PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR : 82 TANGGAL : 2 DESEMBER 2014 TENTANG : PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH
Lebih terperinciPETUNJUK PELAKSANAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PUSAT KERJASAMA LUAR NEGERI
PETUNJUK PELAKSANAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PUSAT KERJASAMA LUAR NEGERI SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 KATA PENGANTAR Dengan kehadiran Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 pada
Lebih terperinci1. SKPD : Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Bojonegoro
KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PELAKSANAAN (REVISI) PROGRAM PENGEMBANGAN KOMUNIKASI, INFORMASI DAN MEDIA MASSA KEGIATAN PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI TAHUN 2017 1. SKPD : Dinas Komunikasi dan
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 54 TAHUN 2010 TENTANG
PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 54 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,
Lebih terperinciBUPATI ENDE PERATURAN BUPATI ENDE NOMOR 29 TAHUN 2010
BUPATI ENDE PERATURAN BUPATI ENDE NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH SECARA ELEKTRONIK ( E-PROCUREMENT ) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN ENDE BUPATI ENDE,
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 12 2017 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 12 TAHUN 2017112015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) semakin lama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) semakin lama semakin strategis dan bergerak mengikuti kebutuhan zaman. APIP diharapkan menjadi agen perubahan
Lebih terperinciBUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI
SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 SURAT KETERANGAN PENELITIAN. Dari SEKOLAH DASAR NEGERI BULUREJO KECAMATAN BULUKERTO KABUPATEN WONOGIRI
LAMPIRAN 1 SURAT KETERANGAN PENELITIAN Dari SEKOLAH DASAR NEGERI BULUREJO KECAMATAN BULUKERTO KABUPATEN WONOGIRI LAMPIRAN 2 DAFTAR PERTANYAAN PENELITIAN Daftar Pertanyaan Wawancara dengan Kepala Sekolah
Lebih terperinciLAPORAN KINERJA PENGELOLA PELAYANAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI (PPID) PEMBANTU TAHUN 2017
1 LAPORAN KINERJA PENGELOLA PELAYANAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI (PPID) PEMBANTU TAHUN 2017 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN KOTA MADIUN Jalan Tirta Raya Nomor 15 Madiun 63129 1 RINGKASAN LAPORAN LAYANAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. optimalnnya dampak dari peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam kondisi perekonomian yang sedang menurun dan kurang optimalnnya dampak dari peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintah Indonesia saat ini, menjadikan
Lebih terperinciBUPATI BANYUMAS, TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH. menetapkann. Sistem
BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 64 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS DENGAN N RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 56 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL,
PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 56 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL, Menimbang : Mengingat : bahwa sebagai tindak lanjut
Lebih terperinciRENCANA KERJA PERUBAHAN TAHUN 2015
RENCANA KERJA PERUBAHAN TAHUN 2015 DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS KATA PENGANTAR Rencana Kerja (Renja) Perubahan Tahun 2015 Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan
Lebih terperinciGUBERNUR KALIMANTAN TIMUR
GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR SALINAN PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DI DENGAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 72 TAHUN 2011 TENTANG TATA KELOLA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. SOEDOMO KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPENGAWASAN TAHUN 2015
No PENGAWASAN TAHUN 2015 A. Menurunnya Temuan Pemeriksaan Kasus Berindikasi Tindak Pidana Korupsi Selama tahun 2015 telah terjadi penurunan kasus berindikasi tindak pidana korupsi yaitu dengan realisasi
Lebih terperinciSALINAN BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG
BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR : 15 TAHUN 2012 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, perkembangan sektor publik dewasa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan jaman, perkembangan sektor publik dewasa ini adalah semakin menguatnya tuntutan pelaksanaan akuntabilitas publik yang dilaksanakan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Maraknya berbagai kasus fraud yang akhir-akhir ini terjadi di hampir
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Maraknya berbagai kasus fraud yang akhir-akhir ini terjadi di hampir seluruh Indonesia menjadi perhatian khusus bagi pemerintah dan masyarakat. Salah satu upaya
Lebih terperinciBUPATI PAKPAK BHARAT
BUPATI PAKPAK BHARAT PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG SISTEM MONITORING DAN EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN PAKPAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pengadaan barang/jasa pemerintah mengalami pergeseran paradigma baru dalam pelaksanaannya, terutama setelah kegiatan pengadaan dilakukan melalui sistem elektronik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance), terutama melalui
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan tuntutan reformasi birokrasi, pemerintah berusaha mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance), terutama melalui penerapan prinsip akuntabilitas,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, kontribusi penelitian,
BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, kontribusi penelitian, dan proses penelitian. 1.1 Latar
Lebih terperinciTUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
58 Bab IV TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Inspektorat Penetapan tujuan dan sasaran jangka menengah Inspektorat Kabupaten Bandung didasarkan pada faktor-faktor
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI BIMA NOMOR : 05 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH KABUPATEN BIMA BUPATI BIMA,
PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR : 05 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH KABUPATEN BIMA BUPATI BIMA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 60 Peraturan Pemerintah Nomor
Lebih terperinciSTANDAR EVALUASI DAN PELAPORAN
STANDAR EVALUASI DAN PELAPORAN A. Latar Belakang B. Norma dan Dasar Hukum C. Definisi Global dan Detail Standar D. Maksud dan Tujuan E. Kebutuhan Sumber Daya Manusia F. Kebutuhan Sarana dan Prasarana G.
Lebih terperinciImplementasi Manajemen Risiko dalam kerangka SPIP. Tri Wibowo, Msi, CA, CPMA
Implementasi Manajemen Risiko dalam kerangka SPIP Tri Wibowo, Msi, CA, CPMA Dasar Hukum UU no 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara PP nomor 60 Tahun 2008 tentang SPIP PROSES PENINGKATAN NILAI TAMBAH
Lebih terperinciMenimbang. Mengingat. Menetapkan
PENGADILAN NEGERI SIBOLGA KELAS II Jin. Padangsidempuan Nomor 06 Kota Sibolga,Telp/Fax. 0631-21572 Website: www.pengadilan Negeri-sibolga.go.id Email: Pengadilan Negerisibolga@gmail.com KEPUTUSAN KETUA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengadaan barang/jasa pemerintah diperlukan untuk menunjang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengadaan barang/jasa pemerintah diperlukan untuk menunjang penyelenggaraan aktivitas pemerintah dalam membangun sarana dan prasarana bagi masyarakat. Dalam
Lebih terperinci2017, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembar
No.924, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN
Lebih terperinciIshak Musa. Widyaiswara Madya Provinsi Banten, Jln. Raya Lintas Timur KM.4 Karang Tanjung, Pandeglang- Banten
Gagasan Edisi 1 No. 3, Juli September 2014, p.01-05 Pelimpahan Sebagian Kewenangan Pengguna Anggaran (PA) kepada Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) adalah Suatu Kebutuhan dalam Pengadaan Barang/Jasa di Pemerintah
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN
BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA WALIKOTA SAMARINDA,
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Rencana Kerja Pemerintah Daerah merupakan pedoman untuk penyusunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Pemerintah Daerah merupakan pedoman untuk penyusunan rancangan APBD. Hal tersebut memiliki konsekuensi terhadap semua unit kerja yang ada di Kabupaten
Lebih terperinciBAB III AKUNTABILITAS KINERJA
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Konsep dasar akuntabilitas didasarkan pada klasifikasi responsibilitas managerial dalam lingkungan organisasi yang bertujuan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan pada tiap
Lebih terperinciMENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PIAGAM AUDIT INTERN 1. Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan
Lebih terperinciBUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,
BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjaga keseimbangan
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 16 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI
BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 16 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI TANGGAL : 12 SEPTEMBER 2011 NOMOR : 16 TAHUN 2011 TENTANG : PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) DI LINGKUNGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah atau disingkat menjadi SPIP
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah atau disingkat menjadi SPIP adalah sebuah proses yang terintegrasi dilaksanakan oleh seluruh unsur dalam suatu lembaga yaitu pimpinan
Lebih terperinciKEPUTUSAN BUPATI BOYOLALI NOMOR 050/044 TAHUN 2014 TENTANG
BUPATI BOYOLALI KEPUTUSAN BUPATI BOYOLALI NOMOR 050/044 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK, PADA UNIT LAYANAN PENGADAAN KABUPATEN BOYOLALI BUPATI
Lebih terperinciBAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1. Rencana Strategis Rencana Strategis merupakan langkah awal yang harus dilakukan instansi pemerintah agar mampu menjawab tuntutan lingkungan strategik, sehingga
Lebih terperinciWALIKOTA PROBOLINGGO
WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan pertanian bukan hanya ditentukan oleh kondisi sumberdaya pertanian, tetapi juga ditentukan oleh peran penyuluh pertanian yang sangat strategis
Lebih terperinciLAPORAN AKUNTABILITASKINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAGIAN PENGELOLAAN DATA ELEKTRONIK DAN INFORMATIKA SEKRETARIAT DAERAH KOTA MATARAM
LAPORAN AKUNTABILITASKINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAGIAN PENGELOLAAN DATA ELEKTRONIK DAN INFORMATIKA SEKRETARIAT DAERAH KOTA MATARAM TAHUN 2014 KATA PENGANTAR Dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan tentang pentingnya penelitian dilakukan. Bab ini meliputi
BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang pentingnya penelitian dilakukan. Bab ini meliputi latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, kontribusi penelitian dan proses
Lebih terperinciPROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,
PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 34 TAHUN 2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADA PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang :
Lebih terperinciPERKEMBANGAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI INDONESIA
PERKEMBANGAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI INDONESIA 1. Instruksi Presiden No. 15 Tahun 1983 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan dan Instruksi Presiden No. 1 Tahun 1989 tentang Pedoman Pelaksanaan
Lebih terperinciPENINGKATAN AKUNTABILITAS KINERJA PROGRAM PUSAT DAN DAERAH DALAM MEMPERTAHANKAN OPINI WTP KEMENTERIAN KESEHATAN
PENINGKATAN AKUNTABILITAS KINERJA PROGRAM PUSAT DAN DAERAH DALAM MEMPERTAHANKAN OPINI WTP KEMENTERIAN KESEHATAN OLEH: Drs. Purwadi, Apt., MM., ME INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN Disampaikan pada
Lebih terperinciBAB VI MONITORING DAN EVALUASI SANITASI
BAB VI MONITORING DAN EVALUASI SANITASI 6.1 Gambaran Umum Struktur Monev Sanitasi Tujuan utama strategi Monev ini adalah menetapkan kerangka kerja untuk mengukur dan memperbaharui kondisi dasar sanitasi,
Lebih terperinci