PENGAMATAN EFEK ZEEMAN TRANSVERSAL DAN LONGITUDINAL PADA CADMIUM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGAMATAN EFEK ZEEMAN TRANSVERSAL DAN LONGITUDINAL PADA CADMIUM"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id PENGAMATAN EFEK ZEEMAN TRANSVERSAL DAN LONGITUDINAL PADA CADMIUM Disusun oleh : DWI LESTIANA M SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Sains Fisika FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Maret, 2011

2 digilib.uns.ac.id HALAMAN PENGESAHAN Skripsi ini dibimbing oleh : Pembimbing I Pembimbing II Drs. Suharyana, M.Sc, Ph.D Dra. Riyatun, M.Si NIP NIP Dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi pada : Hari : Jumat Tanggal : 15 April 2011 Anggota Tim Penguji : 1. Drs. Usman Santosa, M.Si (...) NIP Dra. Suparmi,M.A.,Ph.D (...) NIP Disahkan oleh: Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta Ketua Jurusan Fisika Drs. Harjana, M.Si., Ph.D. NIP ii

3 digilib.uns.ac.id PENGAMATAN EFEK ZEEMAN TRANSVERSAL DAN LONGITUDINAL PADA CADMIUM DWI LESTIANA Jurusan Fisika, Fakultas Mipa, Universitas Sebelas Maret ABSTRAK Penelitian ini mendiskripsikan tentang efek Zeeman normal cadmium dengan variasi medan magnet luar. Efek zeeman normal diselidiki pada panjang gelombang 643,8 nm (filter merah) dari lampu spektral cadmium. Untuk mengamati terurainya spektrum pada efek Zeeman transversal dan longitudinal digunakan interferometer fabry-perot. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan besarnya magneton bohr. Pada efek Zeeman transversal diperoleh magneton Bohr sebesar -24 J ( 8,8± 0,4) 10, sedangkan untuk efek Zeeman longitudinal diperoleh magneton Bohr sebesar ( 7,2 1,2) T -24 J ± 10. T Kata Kunci : Efek Zeeman normal, efek Zeeman transversal dan longitudinal, lampu spektral cadmium, interferometer fabry-perot, magneton Bohr. iv

4 digilib.uns.ac.id THE OBSERVATION of TRANSVERSAL AND LONGITUDINAL ZEEMAN S EFFECT at CADMIUM DWI LESTIANA Physic Departement, Scient Faculty, University of Sebelas Maret ABSTRACT This research discribing about normal cadmium Zeeman s effect with various outer magnetic area. The normally Zeeman s effect have been investigated on long wave 643,8 nm (red filtering) from spectral cadmium lamp. For seeing the spitting spectral of transversal and longitudinal Zeeman s effect using fabry-perrot interferometer. This research have been done for knowing the Bohr s magneton. On transversal Zeeman s effect the Bohr s magneton is -24 J ( 8,8± 0,4) 10, while on longitudinal Zeeman s effect the Bohr s magneton is ( ) T -24 J 7,2± 1,2 10. T Keywords : normal Zeeman s effect, transversal and longitudinal Zeeman effect, spectral cadmium lamp, fabry-perot s interferometer, Bohr s magneton. v

5 digilib.uns.ac.id MOTTO Dan Dia-lah ALLOH (yang disembah), baik di langit maupun di bumi; Dia mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu lahirkan dan mengetahui (pula) apa yang kamu usahakan. (Q.S. Al-An am:3) Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan kita tidak tahu betapa dekatnya keberhasilan disaat kita menyerah. vi

6 digilib.uns.ac.id PERSEMBAHAN Karya ini kupersembahkan dengan rasa syukurku kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, serta ucapan terima kasih kepada : Ayah dan Ibu tercinta Eko Yudiyanto & Tri Wahyu Wulandari Amir Triyono Fisika Angkatan 2006 Para Pembaca vii

7 digilib.uns.ac.id KATA PENGANTAR Assalamu alaykum.wr.wb. Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan limpahan berkah, rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan laporan skripsi dengan judul PENGAMATAN EFEK ZEEMAN TRANSVERSAL DAN LONGITUDINAL PADA CADMIUM Penulis menyadari bahwa dalam penelitian dan penulisan laporan penelitian ini mengalami berbagai macam kendala karena adanya keterbatasan kemampuan penulis. Penulis juga menyadari bahwa dalam penelitian dan penyusunan laporan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Dengan rasa tulus ikhlas penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Drs. Harjana, M.Sc., Ph.D selaku ketua jurusan fisika F MIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Dr. Eng. Budi Purnama, S.Si., M.Si selaku pembimbing akademik. Terima kasih atas perhatian dan pengarahan yang telah diberikan kepada penulis sampai lulus. 3. Drs. Suharyana, M.Sc selaku dosen pembimbing I dan Dra. Riyatun, M.Si selaku dosen pembimbing II yang selalu membimbing dan memberikan motivasi serta mengarahkan penulis dalam mengerjakan skripsi. 4. Keluarga tercinta : Bapak dan Ibu, terima kasih untuk semua doa, kasih sayang, pengorbanan, semangat yang telah diberikan kepada penulis. Kakak adik terima kasih atas hal-hal lucu serta doa dan motivasi yang kalian buat selama ini. 5. Amir triyono dan keluarga Bapak Saman terima kasih atas doa dan kasih sayang serta motivasi yang diberikan. viii

8 digilib.uns.ac.id 6. Mas Husain Haikal & Ari Yuni Ani terima kasih atas batuan yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. 7. MPC community atas bantuan dan kerjasamanya serta dukungannya selama ini. 8. Laskar OGE terima kasih atas kebersamaannya. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang lebih baik atas kebaikan dan bantuan yang telah kalian berikan. Semoga laporan penelitian ini dapat memberi manfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Surakarta, Maret 2011 Dwi Lestiana ix

9 digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL...i LEMBAR PERSETUJUAN...ii HALAMAN PERNYATAAN...iii ABSTRAK...iv ABSTRACT...v MOTTO...vi HALAMAN PERSEMBAHAN...vii KATA PENGANTAR...viii DAFTAR ISI...x DAFTAR GAMBAR...xiii DAFTAR TABEL...xiv DAFTAR LAMPIRAN...xv BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah...1 I.2. Rumusan Masalah...3 I.3. Batasan Masalah...4 I.4. Tujuan Penelitian...4 I.5. Manfaat Penelitian...4 I.6. Sistematika Penulisan...4 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Atom Bohr...6 II.2. Spektrum Atom...7 II.3. Bilangan Kuantum...9 II.3.1 Bilangan Kuantum Utama...9 II.3.2 Bilangan Kuantum Orbital...10 II.3.3 Bilangan Kuantum Magnetik...11 x

10 digilib.uns.ac.id II.3.4 Bilangan Kuantum Spin...11 II.4. Transisi Elektron...12 II.4.1. Aturan Seleksi...12 II.4.2. Transisi Elektron pada Cadmium...14 II.5. Efek Zeeman...15 II.5.1 Efek Zeeman Normal...15 II.5.2 Efek Zeeman Anomali...17 II.6. Prinsip-prinsip Eksperimen Efek Zeeman...18 II.6.1 Sumber Elektromagnet...18 II.6.2 Interferometer Fabry-Perot...18 BAB III. METODE PENELITIAN III.1. Tempat dan Waktu Penelitian...22 III.2. Alat dan Bahan...22 III.2.1. Alat Penelitian...22 III.2.2 Bahan Penelitian...22 III.3. Prosedur Penelitian...22 III.3.1. Diagram Alir Penelitian...23 III Persiapan Alat dan Bahan...24 III Skema Peralatan...24 III Pengambilan Data Medan Magnet (B) dan Arus (I)...25 III Set-Up Penelitian Efek Zeeman Transversal dan Longitudinal..25 III Pengambilan Data Arus (I) dan Jari-jari Lingkaran (r)...27 III Analisa Data...27 III Simpulan dan Saran...28 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1. Kalibrasi Medan Magnet (B) Dari Elektromagnet Sebagai Fungsi Arus (I) dari Elektromagnet...29 IV.2. Pengukuran µ B Dari Pengamatan Efek Zeeman Transversal...30 IV.3. Pengukuran µ B Dari Pengamatan Efek Zeeman Longitudinal.31 xi

11 digilib.uns.ac.id BAB V. SIMPULAN DAN SARAN V.1. Simpulan...35 V.2. Saran...35 DAFTAR PUSTAKA...36 LAMPIRAN-LAMPIRAN xii

12 digilib.uns.ac.id DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Model atom Bohr 7 Gambar 2.2. Prinsip Spektroskop prisma 8 Gambar 2.3. Tingkat energi dari Cadmium...14 Gambar 2.4. Sebuah dwikutub magnetik bermomen µ, membentuk sudut θ relatif terhadap medan magnetik. 15 Gambar 2.5. Transisi energi pada efek zeeman normal dengan panjang gelombang 643,8nm Cadmium...17 Gambar 2.6. Elektromagnetik w/o pole shoes phywe seri Gambar 2.7. Aberasi sferis lensa..19 Gambar 2.8. Sinar refleksi dan transmisi pada permukaan parallel (1) dan (2) dari etalon. Jarak etalon sebesar t 20 Gambar 2.9. Pemfokus dari sumber cahaya menuju fabry-perrot etalon..20 Gambar 3.1. Diagram alir tahap-tahap penelitian..23 Gambar 3.2. Skema peralatan penelitian...25 Gambar 3.3. Set-up penelitian efek Zeeman transversal Gambar 3.4. Set-up penelitian efek Zeeman longitudinal.26 Gambar 3.5. Contoh plot grafik hubungan antara medan magnet B dengan v/2 28 Gambar 4.1. Grafik hubungan antara medan magnet (B) sebagai fungsi arus (I)...29 Gambar 4.2. Pola yang terjadi ketika spektrum tanpa medan magnet (a) dan ketika diberikan medan magnet (b) pada efek zeeman transversal...30 Gambar 4.3. Grafik hubungan antara selisih bilangan gelombang ( v/2) dan medan magnet (B) pada efek zeeman transversal...31 Gambar 4.4. Pola yang terjadi ketika spektrum tanpa medan magnet (a) dan ketika diberikan medan magnet (b) pada efek zeeman longitudinal...32 Gambar 4.5. Grafik hubungan antara beda bilangan gelombang ( v/2) dan medan magnet (B) pada efek zeeman longitudinal...33 Gambar 4.6.(a) Spektrum efek zeeman transversal; (b) Spektrum efek zeeman longitudinal...34 xiii

13 digilib.uns.ac.id DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Klasifikasi dari orbital atomik...10 xiv

14 digilib.uns.ac.id DAFTAR LAMPIRAN Lampiran I.37 Lampiran II 38 Lampiran III...42 Lampiran IV..46 xv

15 digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, khususnya ilmu sains seperti ilmu fisika yang selalu mengalami perkembangan. Pengetahuan tentang struktur atom digunakan untuk mengetahui struktur yang lebih kecil yaitu elektron di dalam atom. Salah satu penelitian yang dapat menjelaskan tentang struktur atom yaitu Efek Zeeman. Efek Zeeman merupakan peristiwa terpecahnya satu garis spektrum menjadi tiga garis spectrum karena adanya pengaruh medan magnet eksternal. Efek ini terprediksi oleh H. A. Lorenz pada tahun 1895 dalam teori klasik dari elektron dan penelitian selanjutnya oleh P. Zeeman yang menyebutkan adanya tiga buah garis spektral karena adanya medan magnet eksternal (Schwarz dan Trappe, 2006). Pada tahun 1896 P. Zeeman mulai mempelajari efek dari medan magnet eksternal pada sebuah sumber cahaya (Horrocks dan Myles, 2005). Dalam penelitian efek Zeeman dapat diperoleh besarnya magneton Bohr (µ B ). Magneton Bohr (µ B ) ini dapat diperoleh dari besarnya spektrum yang terpecah ( E) spektrum garis yang dikalkulasikan dan diplotkan dengan medan magnet (B). Manfaat dari magneton Bohr dapat digunakan untuk menentukan ikatan logam. Ikatan logam dapat dibentuk dengan lebih mudah pada logam 4d dan 5d daripada di logam 3d. Momen magnet senyawa logam transisi deret pertama dapat dijelaskan dengan nilai spin saja, tetapi sulit untuk menjelaskan momen magnet pada deret kedua dan ketiga kecuali bila faktor-faktor lain seperti interaksi spin-orbital juga dipertimbangkan ( Besarnya magneton Bohr berdasar teori yaitu 9,273x J/T (Milissinos, 1966). Sedangkan dalam beberapa penelitian efek Zeeman, diperoleh magneton

16 digilib.uns.ac.id 2 Bohr sebesar µ B = (9,4 ± 0,7)x J/T (Horrocks dan Myles, 2005), µ B = 8,6x J/T (Schwarz dan Trappe, 2006), µ B = 4,67x 10-5 cm -1 / Gauss (Topper, 2007). Dari beberapa penelitian tersebut terdapat beberapa nilai magneton Bohr yang berbeda. Terdapat dua macam efek Zeeman yaitu efek Zeeman normal dan efek Zeeman anomali. Efek Zeeman normal merupakan terpecahnya satu garis spektrum menjadi tiga garis spektrum yang sering diamati dengan filter merah, sedangkan efek Zeeman anomali merupakan peristiwa terpecahnya satu garis spektrum menjadi lebih dari tiga garis spektrum diamati dengan filter hijau. Secara teori spektrum pada efek Zeeman anomali dengan menggunakan filter hijau akan diperoleh 9 komponen garis (Topper, 2007). Dalam penelitian Topper tentang efek Zeeman anomali digunakan spektral Hg sebagai sumber cahaya, dengan menggunakan interferometer fabry-perot yang dapat membentuk pola-pola melingkar seperti lintasan elektron yang ditangkap oleh teleskop. Hal ini dilakukan agar tidak merusak mata. Dan kamera untuk menangkap pola-pola spektrum yang teramati pada teleskop. Untuk pengamatan digunakan filter hijau dan violet (Topper, 2007). Dalam penelitian lain tentang efek Zeeman normal menggunakan filter merah dan lampu cadmium sebagai sumber cahaya. Disebutkan pula penggunaan interferometer lummer-gehrcke untuk polarisasi garis-garis spektral. Panjang gelombang diperoleh dari lampu cadmium dan Hg dengan filter merah menggunakan sebuah spektrometer CCD (Schwarz dan Trappe, 2006). Pada penelitian efek Zeeman yang dilakukan oleh Horrocks dan Myles (2005), mempelajari penggunaan spektral lampu neon yang diberi variasi kekuatan medan magnet eksternal. Spektrum dari sumber lampu neon ini akan terpecah secara vertikal dengan menggunakan interferometer lummer-gehrcke yang ditangkap dengan kamera CCD. Digunakan panjang gelombang 626,6 nm

17 digilib.uns.ac.id 3 untuk menyelidiki efek Zeeman normal, sedangkan untuk efek Zeeman anomali menggunakan panjang gelombang 597,6 nm; 638,3 nm; 650,7 nm. Penelitian untuk mengukur magneton Bohr dengan efek Zeeman normal menggunakan filter merah dengan panjang gelombang 643,8 nm dan efek Zeeman anomali dengan filter biru dengan panjang gelombang 508,6 nm dari spektral lampu cadmium. Terpecahnya garis spektral diselidiki dengan menggunakan piezo-elektrik pada interferometer fabry-perot (Schumscher, 2010). Berdasarkan arah medan magnet, penelitian efek Zeeman ada dua macam yaitu efek Zeeman transversal dan efek Zeeman longitudinal. Efek Zeeman transversal terjadi ketika arah medan magnet tegak lurus dengan arah perambatan sumber cahaya, sedangkan efek Zeeman longitudinal terjadi ketika arah medan magnet searah atau sejajar dengan arah perambatan sumber cahaya (Phywe, 1994). Efek Zeeman transversal sering diteliti oleh para fisikawan, ditandai dengan banyaknya publikasi penelitian. Masih jarang dipublikasikan efek Zeeman longitudinal. Sebuah sumber yang meneliti tentang efeek Zeeman longitudinal untuk menentukan magneton Bohr (Schwarz dan Trappe, 2006). Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa pecahnya garis spektral pada efek Zeeman tranversal sama baiknya dengan efek Zeeman longitudinal. Oleh karena sangat sedikitnya penelitian tentang efek Zeeman longitudinal, maka dalam penelitian ini diangkat tema tersebut untuk menentukan besarnya magneton Bohr pula. Selain bertujuan untuk menentukan besarnya magneton Bohr, penelitian ini juga bertujuan untuk membuat buku petunjuk praktikum yang benar. Hal ini dilakukan karena pada buku petunjuk praktikum keluaran Phywe terdapat sedikit kesalahan, yaitu pada penggunaan arus untuk elektromagnet. Pada kenyataannya arus yang diperbolehkan mengalir pada elektromagnet w/o pole shoes Phywe seri adalah 4 ampere. Hal ini sesuai dengan yang tertera pada alat tersebut. Pada penelitian efek Zeeman normal commit ini diukur to user jari-jari lingkaran ke-1 hingga jari-

18 digilib.uns.ac.id 4 jari lingkaran ke-4 ketika medan magnet B=0. Hal ini dilakukan karena pecahnya spektrum yang dapat diukur hanya sampai jari-jari ke-4. I. 2. Rumusan Masalah Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: 1. Mengamati bagaimana peristiwa efek Zeeman transversal dan longitudinal? 2. Menentukan berapa besarnya magneton Bohr elektron? I. 3. Batasan Masalah Permasalahan pada penelitian ini dibatasi pada: 1. Efek Zeeman transversal dan longitudinal. 2. Jari-jari lingkaran yang digunakan yaitu jari-jari ke-1 sampai dengan jari-jari ke-4 ketika medan magnet B>0. 3. Arus elektromagnet yang digunakan untuk penelitian ini maksimal 4 ampere. I. 4. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Memahami prinsip peristiwa efek Zeeman transversal dan longitudinal. 2. Menentukan besarnya nilai magneton Bohr elektron. 3. Membuat buku petunjuk praktikum efek Zeeman yang benar. I. 5. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain : 1. Menambah wawasan khususnya kepada mahasiswa fisika F.MIPA UNS tentang penelitian efek Zeeman. 2. Dapat menjadi salah satu acuan untuk penelitian selanjutnya. I. 6. Sistematika Penulisan Penulisan laporan Tugas Akhir (TA) ini mengikuti sistematika penulisan sebagai berikut;

19 digilib.uns.ac.id 5 BAB I. Pendahuluan Bab I ini berisi latar belakang Tugas Akhir (TA), tujuan, manfaat pelaksanaan Tugas Akhir (TA), perumusan masalah, dan juga sistematika penulisan laporan. BAB II. Tinjauan Pustaka Bab II ini berisi tentang beberapa teori yang mendukung penelitian efek Zeeman, antara lain atom Bohr, spektrum atom, bilangan kuantum, aturan seleksi, efek Zeeman normal, efek Zeeman anomali, sumber elektromagnet phywe, lampu spektral cadmium. BAB III. Metodologi Penelitian Dalam bab III ini membahas tentang metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode eksperimen. Yang meliputi persiapan alat, set up penelitian efek Zeeman transversal dan longitudinal, pengambilan data. Dipaparkan juga lokasi dan waktu penelitian serta alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini. BAB IV. Pembahasan Bab IV ini berisi tentang pembahasan hasil dan analisa dari Tugas Akhir (TA) yang disesuaikan berdasarkan tujuan dan dasar teori yang berkaitan dengan penelitian ini. BAB V. Penutup Pada bab V ini memuat tentang beberapa kesimpulan dan saran dari seluruh uraian yang telah dibuat pada bab-bab sebelumnya.

20 digilib.uns.ac.id 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II. 1. Atom Bohr Model atom Bohr dikemukakan oleh Niels Bohr yang berusaha menjelaskan kestabilan atom dan spektrum garis atom hidrogen yang tidak dapat dijelaskan oleh model atom Rutherford. Model atom Bohr memuat tiga postulat sebagai berikut: 1. Di dalam atom hidrogen, elektron hanya dapat mengelilingi lintasan tertentu yang diijinkan tanpa membebaskan (melepaskan) energi. Lintasan ini disebut lintasan stasioner dan memiliki energi tertentu yang sesuai. 2. Elektron dapat berpindah dari satu lintasan ke lintasan yang lain. Energi dalam bentuk foton cahaya akan dilepaskan jika elektron berpindah ke lintasan yang lebih dalam, sedangkan energi dalam bentuk foton cahaya akan diserapkan supaya elektron berpindah ke lintasan yang lebih luar. Energi dilepas atau diserap dalam paket sebesar hv sesuai dengan persamaan Planck. Dimana h adalah konstanta Planck dan v adalah frekuensi cahaya atau foton yang dilepas atau diserap. 3. Lintasan-lintasan stasioner yang diijinkan untuk ditempati elektron memiliki momentum sudut yang merupakan kelipatan bulat dari ħ. Model atom Bohr berhasil menjelaskan kestabilan elektron dengan memasukkan konsep lintasan atau orbit stasioner dimana elektron dapat berada di dalam lintasannya tanpa membebaskan energi. Spektrum garis atomik juga merupakan efek lain dari model atom Bohr. Spektrum garis adalah hasil mekanisme elektron di dalam atom yang dapat berpindah lintasan dengan menyerap atau melepas energi dalam bentuk foton cahaya (Petrucci, 2000).

21 digilib.uns.ac.id 7 Gambar Model atom Bohr ( Bohr berhasil menurunkan persamaan untuk tingkat energi dari atom hidrogen pada tahun 1913 dengan memperkenalkan suatu ide baru dalam sistem fisis dari sebuah elektron yang bergerak di sekitar proton pada jarak yang konstan dengan radius r. Massa proton jauh lebih besar dari pada massa elektron. Karena proton di anggap diam, maka energi kinetiknya sebagai berikut: E k 2 p = (2.1) 2m e Sedangkan energi potensialnya: 2 e 1 V( r ) - pe r = (2.2) 4 0 ( Beiser, 1987). II. 2. Spektrum Atom Bohr mempelajari spektrum yang dihasilkan ketika atom-atom tereksitasi dalam suatu tabung gas bermuatan. Beliau mengamati ternyata tiap unsur menghasilkan serangkaian garis-garis spektrum tersendiri. Bohr menyimpulkan bahwa energi elektron terkuantisasi, hanya merupakan tingkat-tingkat energi tertentu.

22 digilib.uns.ac.id 8 Gambar Prinsip spektroskop prisma ( Dalam fisika kuantum dijelaskan bahwa energi dari sebuah partikel hanya bisa diasumsikan sebagai nilai-nilai tertentu. Sebuah elektron dari suatu atom karena memiliki tingkat energi tertentu maka elektron tersebut akan menempati pada tingkat energi tertentu pula, selanjutnya tidak ada dua elektron dapat menempati keadaan yang sama persis secara bersamaan, sesuai dengan prinsip pengecualian Pauli. Sebuah tingkat energi elektron dapat berubah jika sumber eksternal mengganggu dalam beberapa cara, untuk interaksi misalnya dengan cahaya atau perubahan suhu. Jika elektron melompat ke keadaan energi yang lebih tinggi, maka elektron tersebut membutuhkan energi yang lebih besar. Jika elektron melompat ke keadaan energi yang lebih rendah, maka elektron ini akan memancarkan energi. Hal ini terjadi melalui radiasi elektromagnetik. Pada contoh ini suatu elektron akan terus-menerus melakukan transisi ke lintasan elektron yang lain, dan tentunya pada tingkatan energi yang berbeda. Karena keadaan inilah, maka setiap elektron selalu menyerap dan memancarkan energi. Dari kebanyakkan elektron yang melakukan transisi dari tingkat energi tinggi ke tingkat energi yang lebih rendah, maka elektron tersebut akan memancarkan energi dalam bentuk cahaya tampak, dengan kata lain akan terbentuk spektrum-spektrum cahaya. Energi dari foton yang dipancarkan sama dengan perbedaan energi antara lintasan elektron awal dikurangi akhir. Rumus

23 digilib.uns.ac.id 9 Planck terkait dengan energi sebuah foton (Eγ) dengan frekuensi (ν) serta konstanta Planck (h= 6,626x Js). Dapat dituliskan sebagai berikut: Dimana ; E = hv g (2.3) c l = (2.4) v Dengan demikian dapat dibuat hubungan antara perbedaan energi dari keadaan awal ke keadaan akhir dari sebuah elektron dan frekuensi dari cahaya yang dipancarkan ketika terjadi transisi elektron adalah sebesar: hc D E = Ei - E f = (2.5) l Jadi, dengan analisis spektrum dari sebuah sampel memungkinkan untuk elektron dari suatu tingkat energi tertentu untuk berpindah ke tingkat energi lain, sehingga suatu atom mempunyai spektrum yang unik ( Horrocks dan Myles, 2005). II. 3. Bilangan Kuantum II Bilangan Kuantum Utama Dalam model atom Bohr, elektron dikatakan berada di dalam lintasan stasioner dengan tingkat energi tertentu. Tingkat energi ini berkaitan dengan bilangan kuantum utama dari elektron. Bilangan kuantum utama dinyatakan dengan lambang n sebagaimana tingkat energi elektron pada lintasan atau kulit ke-n untuk atom hidrogen. Dalam model atom Bohr, elektron pada kulit ke-n memiliki energi sebesar: -13, 6 E n = ev n 2 (2.6) Adapun untuk atom berelektron banyak (terdiri atas lebih dari satu elektron), energi elektron pada kulit ke-n adalah -13,6Z = ev (2.7) n E n 2 2

24 digilib.uns.ac.id 10 Dimana Z adalah nomor atom. Nilai-nilai bilangan kuantum utama n adalah bilangan bulat mulai dari 1. n = 1, 2, 3, 4,.Bilangan kuantum utama membatasi jumlah elektron yang dapat menempati satu lintasan atau kulit berdasarkan persamaan berikut. Jumlah maksimum elektron pada kulit ke-n adalah 2n 2 (Sapta, 2009). II Bilangan Kuantum Orbital Orbital atomik adalah fungsi gelombang yang menyatakan gerakan elektron dalam sebuah atom dan orbital atomik diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis terhadap bilangan kuantum utama dan bilangan kuantum azimut l sebagaimana dituliskan pada Tabel 2.1. Bilangan kuantum azimut berkaitan dengan sifat dari deret spektral dalam spektra atomik. Ini akan memberikan keadaan bahwa huruf pertama dalam penamaan deret spektral seperti pada ketajaman, keutamaan difusi dan hal yang mendasar telah digunakan sebagai s untuk l = 0, p untuk l = 1 dan f untuk l = 3. Tabel 2.1. Klasifikasi dari orbital atomik ( Prijamboedi dan Ohno, 2004). Elektron yang bergerak mengelilingi inti atom memiliki momentum sudut. Efek Zeeman yang teramati ketika atom berada di dalam medan magnet berkaitan dengan arah momentum sudut dari gerak elektron mengelilingi inti atom. Terpecahnya garis spektum atomik menandakan arah momentum sudut elektron yang berbeda ketika elektron commit berada to di user dalam medan magnet. Tiap arah

25 digilib.uns.ac.id 11 momentum sudut elektron memiliki tingkat energi yang berbeda. Meskipun kecil perbedaan tingkat energi akan teramati apabila atom berada di dalam medan magnet. Momentum sudut elektron dapat dinyatakan sebagai: L = l( l+1)h (2.8) Dimana h h = (2.9) 2p Bilangan l disebut bilangan kuantum orbital. Jadi, bilangan kuantum orbital l menentukan besar momentum sudut elektron. Nilai bilangan kuantum orbital l adalah l = 0, 1, 2, 3, (n 1). misalnya, untuk n = 2, nilai l yang diperbolehkan adalah l = 0 dan l = 1 (Beiser, 1987). II Bilangan Kuantum Magnetik Bilangan kuantum orbital l menentukan besar momentum sudut elektron. Namun momentum sudut, seperti juga momentum linear, merupakan kuantitas vektor, jadi untuk memeriksannya secara lengkap memerlukan arahnya selain besarnya. Momentum sudut elektron L merupakan sebuah vektor. Jika vektor momentum sudut L diproyeksikan ke arah sumbu yang tegak atau sumbu-z secara tiga dimensi akan didapatkan besar komponen momentum sudut arah sumbu-z dinyatakan sebagai L z. Bilangan bulat yang berkaitan dengan besar L z adalah m. bilangan ini disebut bilangan kuantum magnetik. Karena besar L z bergantung pada besar momentum sudut elektron L, maka nilai m juga berkaitan dengan nilai l. m l = l,, 0,, +l misalnya, untuk nilai l = 1, nilai m l yang diperbolehkan adalah 1, 0, +1 (Beiser, 1987). II Bilangan Kuantum Spin Rotasi atau Bilangan kuantum spin diperlukan untuk menjelaskan efek Zeeman anomali. Anomali ini berupa commit terpecahnya to user garis spektrum menjadi lebih

26 digilib.uns.ac.id 12 banyak garis dibanding yang diperkirakan. Jika efek Zeeman disebabkan oleh adanya medan magnet eksternal, maka efek Zeeman anomali disebabkan oleh rotasi dari spin elektron menghasilkan momentum sudut intrinsik elektron. Momentum sudut spin juga mempunyai dua orientasi yang berbeda, yaitu spin atas dan spin bawah. Tiap orientasi spin elektron memiliki energi yang berbeda tipis sehingga terlihat sebagai garis spektrum yang terpisah. Spin elektron diwakili oleh bilangan kuantum tersendiri yang disebut bilangan kuantum magnetik spin (atau biasa disebut spin saja). Nilai bilangan kuantum spin hanya boleh satu dari dua nilai +½ atau ½. Jika m s adalah bilangan kuantum spin, komponen momentum sudut arah sumbu-z dituliskan sebagai L z = m s h (2.10) ( Beiser, 1987) II. 4. Transisi Elektron II Aturan Seleksi Berikut ini merupakan persamaan schrödinger untuk atom hidrogen dalam koordinat bola: - y ì æ 2 y y yü æ e ö í r q + ý- y = Ey m e r r r q q q q j ç pe r î ö 1 æ ö 1 1 ç + çsin è ø sin è ø sin þ è 4 ø h (2.11) 2 0 Dari persamaan 2.12 di atas diperoleh penyelesaian sebagai berikut: ( r) º y ( r q, j) = R ( r) Q ( q) F ( j) nlm Dimana, R ( r)= jari-jari inti Θ(θ)= sudut zenit θ Φ (φ)=sudut azimut φ, (2.12) nl lm m

27 digilib.uns.ac.id 13 Sehingga dapat diperoleh penyelesaian sebagai berikut: 1 sin é + ê dq ø ë 2 d æ dqö m sinq l( l+ 1) - l 0 (2.13) ç q dq è 1 r d æ drè sin 2 ù ú q Q= û ( l 1) 2 drö é 2mæ e ö l + + ê - 2 ç + E 2 êë 4 drø h è pe0r ø r 2 = 2 çr úr 4 me æ 1-2 2ç 32p e h è n E n = 2 0 ö ø ù úû foton dengan perubahan momentum sudut awal dan momentum sudut akhir yang sama. Harga ekspektasi ketika electron berosilasi atau berpindah dari keadaan 0 (2.14) (2.15) Dari persamaan 2.13 diperoleh penyelesaian akhir nilai m l =0,±1,±2,±3,,±l. Untuk persamaan 2.14 diperoleh penyelesaian akhir nilai l=0,1,2,3,,n-1. Sedangkan dari persamaan 2.15 diperoleh nilai n=1,2,3,. Kondisi dari tiga bilangan kuantum tersebut, yang diperlukan untuk menentukan keadaan awal dan akhir dari peristiwa transisi radiatif. Jika bilangan kuantum utama, orbital, dan magnetik untuk keadaan awal adalah n', l', m' l dan untuk keadaan akhir adalah n, l,m l, serta koordinat u menyatakan salah satu koordinat dari x,y, z. Maka persyaratan transisi elektron yang diperbolehkan adalah: x ò - x uy n, l, my * n l m du ¹ 0 l ', ', ' (2.16) l Jika u sama dengan x, misalkan radiasi yang timbul sesuai dengan radiasi yang dipancarkan oleh dwi-kutub biasa yang terletak pada sumbu-x. Dari persamaan 2.16 dapat dicari untuk u=x, u=y, dan u=z untuk setiap keadaan bilangan kuantum yang berbeda satu atau lebih. Maka transisi yang dapat terjadi adalah yang mempunyai perubahan bilangan kuantum +1 atau -1 dan bilangan kuantum magnetik m l berubah dengan +1 atau -1, atau persyaratan transisi elektron yang di perbolehkan adalah: Dl = ±1 (2.17) Dm l = 0±, 1 Hal ini sering disebut dengan aturan seleksi untuk transisi yang diperbolehkan. Syarat jika Dl = ± 1 maka atom tersebut meradiasi dengan memancarkan

28 digilib.uns.ac.id 14 awal le keadaan akhir yang mempunyai energi lebih rendah. Secara teori klasik, muatan yang berosilasi tersebut dapat menimbulkan gelombang elektromagnetik. Dan secara kuantum mekanisme yang menimbulkan transisi spontan dari sebuah atom menuju ke keadaan energi yang lebih rendah. ( Beiser, 1987) II Transisi Elektron Pada Cadmium Sumber cahaya yang digunakan untuk penelitian efek Zeeman antara lain lampu spektral cadmium, lampu spektral Hg, lampu spektral mercury. Lampu cadmium dipilih karena didesain sedemikian rupa sehingga dapat menempati gap antara kutub-kutub elektromagnet. Dapat pula digunakan dalam pengamatan efek Zeeman normal dengan panjang gelombang 643,8 nm (Phywe, 1994) dan anomali dengan panjang gelombang 508,6 nm (Schumacher, 2010). Isotop dari unsur cadmium antara lain cadmium-109, cadmium-113. Konfigurasi elektron untuk unsur cadmium yang memiliki massa atom 48 adalah sebagai berikut: 48Cd 1s 2, 2s 2, 2p 6, 3s 2, 3p 6, 4s 2, 3d 10, 4p 6, 5s 2, 4d 10. (Beiser, 2000). Gambar 2.3 berikut ini menunjukkan tingkatan energi dari unsur cadmium. Gambar 2.3. Tingkat energi dari Cadmium.

29 digilib.uns.ac.id 15 II.5. Efek Zeeman II Efek Zeeman Normal Efek Zeeman adalah peristiwa terpisahnya sebuah garis spektrum dari tingkatan energi tertentu menjadi beberapa komponen yang disebabkan oleh adanya medan magnet eksternal. Efek ini terprediksi oleh H. A. Lorenz pada tahun 1895 dalam teori klasik dari elektron dan eksperimen selanjutnya oleh P. Zeeman yang menyebutkan bahwa tiga buah garis dari sebuah spektral karena medan magnet (Schwarz dan Trappe, 2006). Efek zeeman terbentuk dari degenerasi level energi pada atom untuk berinteraksi dengan momen magnetik dari atom dan medan magnet eksternal. Kekuatan dari interaksi dalam setiap tingkatan energi di tunjukkan dengan momentum angular dari atom, sebagai berikut: J = L+ S (2.18) Dimana L dan S merupakan orbital dan spin momentum angular, dan J dapat diperoleh dari (L-S) hingga (L+S). Komponen-z dari J diberi nama bilangan kuantum mj, dan bernilai diskrit pada rentang J mj J. Dimana 2J+1 merupakan orientasi dari J. Ketika medan magnet B=0 maka tidak ada energi yang berorientasi pada J. Ketika diberikan medan magnet B>0 maka terjadi terjadi perbedaan energi yang berorientasi pada J (Schumacher, 2010). Dalam medan magnetik eksternal B, sebuah dwikutub magnetik mempunyai energi potensial V m yang tergantung pada besarnya momen magnetik µ dan orientasi momen magnetik terhadap medan magnetik (Gambar 2.4). Gambar Sebuah dwikutub magnetik bermomen µ, membentuk sudut θ relatif terhadap medan magnetik B (Beiser, 1987).

30 digilib.uns.ac.id 16 Torka τ pada sebuah dwikutub magnetik dalam sebuah medan magnetik berkerapatan fluks B adalah: t = mb sinq (2.19) dengan θ menyatakan sudut antara µ dan B. Torka ini bernilai maksimum jika dwikutubnya tegak-lurus medan magnet, dan nol jika sejajar (Beiser, 1987). Jika B medan magnet eksternal homogen diterapkan pada elektron, torka akan diberikan sebagai momen magnetik orbital dengan energi potensial paling rendah, berlawanan dan sejajar dengan garis medan magnet. Jadi energi potensial magnetiknya adalah: V = m B (2.20) B B. Jika merambat pada arah z positif disejajarkan dengan B, maka energi potensial magnet dapat ditulis ulang sebagai berikut: V B - e = L z B (2.21) 2 m e Jika Lz terkuantisasi oleh energi potensial magnet, maka notasi dari V B diubah menjadi ΔE (Horrocks dan Myles, 2005). Perubahan E energi adalah sebanding dengan kerapatan fluks magnetik B. Energi dari interaksi antara momen magnet µ dan medan magnet B adalah: E = mb (2.22) Untuk komponen-z dari sistem koordinat maka energi tersebut dapat dituliskan sebagai berikut (Schumacher, 2010): E = mzb (2.23) Pada efek Zeeman normal menunjukkan pecahnya garis spektral menjadi tiga komponen. Efek ini diselidiki pada garis spektral untuk mengetahui energi awal dan energi akhir mempunyai angular momentum spin S=0 (Schumacher, 2010). Gambar 2. 5 adalah gambar transisi energi pada efek Zeeman normal.

31 digilib.uns.ac.id 17 B=0 B>0 Gambar Transisi energi pada efek Zeeman normal dengan panjang gelombang 643,8 nm Cadmium (Yang dan Hamilton, 1996). II Efek Zeeman Anomali Efek Zeeman anomali dapat diselidiki dengan spektral lampu cadmium hijau. Efek Zeeman anomali menggambarkan pola spektral aneh yang muncul ketika diberikan medan magnet eksternal, dimana garis-garis yang muncul akibat medan magnet eksternal lebih dari tiga garis (Horrocks dan Myles, 2005). Untuk beberapa atom memiliki spektrum garis yang terpecah menjadi lebih dari tiga garis, hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada sehingga sering disebut dengan efek Zeeman anomali. Digunakan filter hijau dengan panjang gelombang 5461 Angstrom dari mercury untuk mempelajari efek Zeeman anomali. Spektrum anomali ini terpecah menjadi 9 komponen yaitu 6 komponen untuk m l = ±1 dan 3 komponen untuk m l = 0. Dapat menggunakan polarizer hanya untuk melihat 3 komponen garis m l = 0 (yang tidak dapat digunakan untuk polarisasi dari 6 komponen garis yang lain) (Topper, 2007). Faktor pembanding antara E dan B adalah µ B, yang disebut dengan magneton Bohr. Besarnya magneton Bohr berdasarkan literatur adalah 9,273 x J/T (Milissinos, 1966). Atau dalam komponen-z dari momentum angular adalah: E = g m B (2.24) m B l

32 digilib.uns.ac.id 18 Dimana g adalah rasio pembanding momen magnetik dari atom sebagai dasar untuk menentukan konstanta magneton Bohr (Schumacher, 2010). Faktor g untuk atom bebas diberikan 2S+1 L J sehingga dapat dituliskan untuk, ( J + 1) + S( S+ 1) - L( L+ 1) 2J( J + 1) J g = 1+ (2.25) digunakan untuk mempelajari perbedaan efek Zeeman normal dan efek Zeeman anomali (Melissinos, 1966) II. 6. Prinsip-prinsip Eksperimen Efek Zeeman II Sumber Elektromagnet Elektromagnet merupakan sumber yang dapat menghasilkan medan magnet ketika dialiri arus. Ada bermacam-macam jenis elektromagnet yang dapat digunakan untuk menghasilkan medan magnet pada penelitian efek Zeeman. Salah satunya yaitu elektromagnet w/o pole shoes Phywe seri merupakan elektromagnet dengan arus yang diperbolehkan mengalir adalah maksimal 4 ampere ( Phywe, 1994). Gambar Elektromagnetik w/o pole shoes Phywe seri II Interferometer Fabry-Perot Lensa merupakan suatu medium transparan yang kedua permukaannya berbentuk sferis, walaupun salah satu permukaan tersebut dapat berupa suatu bidang datar. Sehinnga suatu gelombang dating dapat mengalami dua kali pembiasan ketika melewati lensa tersebut. Sebuah lensa memiliki titik fokus, jika

33 digilib.uns.ac.id 19 fokus bernilai positif maka lensa tersebut disebut lensa konvergen, tetapi jika fokus bernilai negatif maka lensa tersebut divergen. Dalam pembiasan sinar, sebuah lensa tipis dapat digambarkan sebagai bidang datar yang tegak lurus terhadap sumbu utama. Sebuah teori menyebutkan bahwa sinar-sinar memiliki inklinasi yang sangat kecil, maka aberasi sferisnya dapat diabaikan. Sedangkan untuk lensa yang mempunyai garis tengah yang besar, maka bayangan dari sebuah titik tidak lagi merupakan sebuah titik melainkansebuah segmen garis sumbu utama. Khususnya jika sinar dating sejajar dengan sumbu utama berpotongan di titik-titik yang berbeda, tergantung pada jarak sumbu. Aberasi sferis diukur pada selisih antara F'-F antara jarak focus untuk sinar marginal dan sinar aksial. Sinar yang terbias akan berpotongan di seluruh permukaan kerucut yang sering disebut dengan pembiasan kaustik. Gambar 2.7. Aberasi sferis lensa (Alonso, 1987). Interferometer fabry-perot digunakan untuk memfokuskan energi dari sumber. Hal ini dapat dengan mudah dilakukan oleh interferometer, secara umum dapat digunakan dalam proses interferensi suatu cahaya untuk mengukur energi setiap foton dari cahaya. Interferometer fabry-perot merupakan tipe khusus dari interferometer yang memiliki dua lempeng lensa dalam ruang hampa. Kedua lensa terkontak dengan layar yang dapat menaikkan aktifitas kedua lensa (Povilus, 2003).

34 digilib.uns.ac.id 20 Gambar Sinar refleksi dan transmisi pada permukaan paralel (1) dan (2) dari étalon. Jarak etalon sebesar t (Melissinos, 1966). Perbedaan lintasan gelombang antara kedua lensa (misal, AB dan CD) adalah d = BC+ CK (2.26) Dimana BK tegak lurus dengan CD. Sehingga Sehingga CK = BC cos 2q dan BC cos q = t, d = BCK = 2t cosq (2.27) Untuk interferensi konstruktif, dapat dituliskan n l = 2t cosq (2.28) Dimana n adalah integer. Jika refraktif indeks medium kedua lensa μ 1 maka persamaan (2.28) dapat dituliskan menjadi n l = 2mt cosq (2.29) Gambar 2.9. Pemfokus dari sumber cahaya menuju fabry-perot etalon (Melissinos, 1966). Dimana r 1 dan r 2 menyatakan hubungan antara θ 1 dan θ 2 dengan f. Radius r dapat dituliskan sebagai berikut: rn = f tan Qn = fqn (2.30)

35 digilib.uns.ac.id 21 Maka persamaan (2.28) dapat ditulis kembali menjadi: 2 t n = cosq l m (2.31) n Sedangkan selisih jari-jari sebesar: dimana f 2 - r (2.32) 1 n0 r = n 0 = 2mt l Secara umum, besarnya interval bilangan gelombang yaitu: Dv ab Dimana, D= 4 d ab = (2.33) 2tD 2,2n-1 2,2n 1 ( D +D ) S a b n= 1 i= 1 (2.34) n 1 i d = åd a, b (2.35) 4

36 digilib.uns.ac.id 22 BAB III METODE PENELITIAN III. 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Sub Laboratorium Fisika UPT Lab. MIPA Pusat Universitas Sebelas Maret mulai dari bulan Nopember 2010 sampai dengan bulan Desember III. 2. Alat dan Bahan III Alat Penelitian Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah power supply, kapasitor, teslameter, multimeter digital, power supply untuk lampu spektral, elektromagnet, fabry-perot interferometer, lensa (dengan fokus +50 mm, +300 mm, +150 mm), filter merah dengan panjang gelombang 643,8 nm, analyser, layar berskala 1/10 mm, meja putar, kabel penghubung. III Bahan Penelitian cadmium. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lampu spektral III. 3. Prosedur Penelitian III Diagram Alir penelitian

37 digilib.uns.ac.id 23 Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap: (Gambar 3.1) Mulai Persiapan alat dan bahan Set-up peralatan untuk Pengambilan data medan magnet (B) dan arus (I) Pengambilan data medan magnet (B) dan arus (I) Set up alat penelitian efek zeeman transversal dan longitudinal Pengambilan data arus (I) dan jari-jari lingkaran (r) Analisa data Simpulan dan Saran Selesai Gambar 3.1. Diagram commit alir to tahap-tahap user penelitian.

38 digilib.uns.ac.id 24 Keterangan lebih mendetail dari diagram alir tahap-tahap penelitian ini adalah sebagai berikut: III Persiapan Alat dan Bahan Persiapan alat dan bahan ini meliputi power supply sebagai sumber tegangan dan juga power supply yang digunakan untuk lampu spektral kadmium. Kapasitor yang berfungsi sebagai penyimpan muatan ini memiliki kutub positif yang dihubungkan dengan kutub positif pada power supply, sedangkan kutub negatif kapasitor dihubungkan dengan kutub negatif power supply. Elektromagnet dengan dua kutub yang dihubungkan dengan power supply, keluaran arus dari elektromagnet ini diukur dengan amperemeter, selanjutnya ground dari amperemeter dihubungkan dengan ground power supply. III Skema Peralatan Pada tahap ini semua komponen peralatan penelitian efek zeeman di set sedemikian rupa agar diperoleh hasil spektrum sesuai yang diinginkan. Berikut merupakan perkiraan posisi dari masing-masing peralatan: Lensa dengan fokus +50 mm dipasang sejauh 63 cm dari kaki meja putar, layar berskala dipasang sejauh 57,5 cm, sedangkan analyser sejauh 38,5 cm, lensa dengan fokus +300 mm dipasang sejauh 24,5 cm, Fabry-Perot Etalon diatur pada jarak 16,5 cm, lensa dengan fokus +50 mm dipasang sejauh 9 cm, iris diafragma yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lensa dengan fokus +150 mm yang dipasang sejauh 4 cm, sedangkan meja putar dipasang pada jarak 0 cm, untuk sementara gap antara kedua kutub tidak diisi dengan lampu cadmium melainkan teslameter yang diletakkan tepat ditengah-tengah gap tersebut. Berikut ini merupakan skema peralatan yang digunakan:

39 digilib.uns.ac.id 25 Gambar Skema peralatan penelitian. III Pengambilan Data Medan Magnet (B) dan Arus (I) Pada pengambilan data medan magnet digunakan teslameter. Untuk menggunakan alat teslameter ini diawali dengan mengkalibrasi terlebih dahulu, kemudian turner diputar pada probe zero yang berfungsi untuk meng-nol-kan teslameter, selanjutnya turner diputar pada measurement untuk memulai pengukuran. Pengukuran medan magnet dengan cara meletakkan ujung teslameter tepat di tengah-tengah gap dari kedua kutub, rentang gap minimum adalah 1 cm, sehingga ujung teslameter diletakkan pada jarak 0,5 cm. Dimulai dari arus 0 Ampere hingga 3,8 Ampere, dengan variasi arus sebesar 0,2 Ampere. Setiap satu variasi arus, jari-jari lingkaran diukur sebanyak lima kali, hal ini dimaksudkan untuk memperkecil ralat yang terjadi. III Set-Up Penelitian Efek Zeeman Transversal dan Longitudinal 1. Set-Up Penelitian Efek Zeeman Transversal Untuk set-up penelitian efek zeeman transversal adalah sama dengan ketika set awal, hanya saja gap antara dua kutub elektromagnet dipasang sebuah lampu spektral cadmium, yang dihubungkan dengan power supply untuk spektral. Dimana arah medan magnet tegak lurus dengan arah rambat cahaya dari lampu spektral cadmium. Gambar 3.3 berikut merupakan set-up yang digunakan untuk penelitian commit efek to zeeman user transversal:

40 digilib.uns.ac.id 26 Gambar Set-up penelitian efek Zeeman transversal. 2. Set-Up Penelitian Efek Zeeman Longitudinal Untuk penelitian efek zeeman longitudinal adalah dengan cara memutar posisi elektromagnet sedemikian rupa sehingga antara arah rambat cahaya dari lampu spektral cadmium dan arah medan magnet (B) menjadi searah. Gambar Set-up penelitian efek Zeeman longitudinal. III Pengambilan Data Arus (I) dan Jari-jari Lingkaran (r) Untuk menentukan spektrum garis yang terjadi dapat dilakukan dengan cara menggeser-geser fabry-perot etalon ke kanan maupun ke kiri. Di sisi bagian belakang fabry-perot etalon dipasang sebuah filter berwarna merah, sehingga spektrum garis yang teramati berwarna merah. Pengambilan data jari-jari dilakukan dengan cara mengamati perubahan spektrum yang terjadi akibat adanya pengaruh medan magnet. Dengan bantuan layar berskala, maka dapat diukur besarnya jari-jari dalam dan jari-jari luar dari lintasan elektron yang terbentuk. Pengambilan data dimulai dari arus 2,0 Ampere hingga 3,8 Ampere, dengan variasi arus sebesar 0,2 Ampere. Pengukuran arus dilakukan dengan menggunakan multimeter yang di set pada probe amperemeter. Dalam penelitian ini jari-jari lintasan elektron yang diukur dari lintasan ke-1 hingga pada lintasan ke-4. Dari sini diperoleh variabel arus dan jari-jari lintasan elektron. Semakin besar arus yang mengalir pada kumparan, maka medan magnet juga semakin besar. Dengan bertambah besarnya medan magnet maka pecahan spektrum dari pola lintasan akan semakin terlihat jelas. III Analisa Data

41 digilib.uns.ac.id 27 Dari data-data medan magnet (B) dan arus (I) dapat diplot grafik hubungan antara keduanya untuk memperoleh persamaan y= mx + c, dimana y adalah medan magnet (B) dan x adalah arus (I). Jari-jari menyatakan hubungan antara sudut θ dan jarak antara fokus dengan lensa (f) pada fabry-perot etalon. Dari arus (I) dan jari-jari (r) lingkaran yang diperoleh, maka dapat ditentukan besarnya rataan bilangan gelombang sebagai berikut: 1 d = (3.1) 4 4 n åd a, b n= 1 Dan selisih dari kuadrat dari jari-jari: D= ,2n -1 2,2n -1 å( D +Db ) n= 1 a (3.2) Dari persamaan (3.1) dan (3.2) dapat diperoleh hubungan dari beda bilangan gelombang antara jari-jari dalam dan jari-jari luar adalah sebagai berikut: Dv ab d ab = 2tD (3.3) Dengan t adalah jarak antara kedua lensa pada fabry-perot etalon (t=3x10-3 meter). Setelah diperoleh kompon-komponen dari persamaan (3.1), (3.2), (3.3) di atas, maka dapat ditentukan v/2. Dengan besar medan magnet (B) dapat dihitung melalui persaman garis linier yang diperoleh dari hubungan medan magnet (B) dan arus (I). Kemudian diplot grafik hubungan antara v/2 sebagai sumbu-y dan medan magnet (B) sebagai sumbu-x (lihat gambar 3.5). Gambar Contoh plot grafik hubungan antara medan magnet B dengan v/2 (Phywe, 1994).

42 digilib.uns.ac.id 28 Gradien (m) dari grafik (gambar 3.5) ini akan digunakan untuk menghitung besarnya magneton bohr elektron, dapat dituliskan sebagai berikut: mb m= (3.4) hc Dengan h adalah konstanta Planck (h=6,626x Js) dan c adalah kecepatan cahaya (c=3x 10 8 m/s). Sedangkan ralat pengukuran magneton bohr ( µ B ) dapat ditentukan persamaan berikut: Dm D m= B (3.5) hc III Simpulan dan Saran Simpulan diambil dari hasil analisa yang disesuaikan dengan teori dan tujuan penelitian serta dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya.

43 digilib.uns.ac.id 29 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1. Kalibrasi Medan Magnet (B) Sebagai Fungsi Arus (I) Dari Elektromagnet Gambar Grafik hubungan antara medan magnet (B) sebagai fungsi arus (I). Dari gambar 4.1di atas tampak dengan jelas karakter linier medan magnet (B) terhadap arus (I). Semakin besar arus yang diberikan maka semakin besar pula medan magnet terukur yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan hukum Ampere- Laplace yang menyatakan kesebandingan antara medan magnet dengan arus adalah berbanding lurus. Dari grafik pada gambar 4.1 diperoleh persamaan sebagai berikut: B= ( 0,153I - 0, 001)Tesla (4.1)

44 digilib.uns.ac.id 30 Dengan adanya grafik tersebut maka dapat diketahui besarnya medan magnet (B) pada arus (I) tertentu yang diberikan pada elektromagnet. Hal ini dilakukan karena ketika spektral lampu cadmium diletakkan antara gap kedua kutub elektromagnet, maka tidak ada tempat lagi untuk meletakkan teslameter ketika mengukur medan magnet. Besarnya medan magnet (B) ketika arus (I) mencapai 3,8 Ampere adalah (,569 0,081) 0 ± Tesla. IV. 2. Pengukuran µ B Dari Pengamatan Efek Zeeman Transversal Pada pengamatan efek zeeman transversal didapatkan pola gelap terang sebagai berikut: (a) B=0 (b) B>0 Gambar Pola yang terjadi ketika spektrum tanpa medan magnet (a) dan ketika diberikan medan magnet (b) pada efek zeeman transversal. Dari gambar 4. 2 (b) tampak bahwa spektrum lingkaran pecah menjadi dua yaitu lingkaran dalam dan lingkaran luar. Semakin besar arus (I) yang diberikan pada lampu spektral cadmium maka lingkaran yang dihasilkan juga semakin terang. Dari peristiwa pecahnya spektrum ini akan dihasilkan adanya unit magnetik terkecil dari suatu unsur yang sering disebut dengan magneton Bohr. Magneton Bohr merupakan kesebandingan antara perubahan energi dengan medan magnet. Untuk menentukan besarnya magneton Bohr dapat diperoleh dari grafik hubungan antara v/2 dengan medan magnet (B).

45 digilib.uns.ac.id 31 Gambar Grafik hubugan antara selisih bilangan gelombang ( v/2) dan medan magnet (B) pada efek zeeman transversal. Dari grafik pada gambar 4.3 di atas diperoleh gradien sebesar 44,11-24 J sehingga diperoleh nilai µ B sebesar 8,8 10, sedangkan besarnya ralat T -24 J pengukuran µ B adalah 0,4 10. Jadi besarnya magneton Bohr adalah T - 24 J ± 10. T ( 8,8 0,4) IV. 3. Pengukuran µ B Dari Pengamatan Efek Zeeman Longitudinal Pada pengamatan efek Zeeman longitudinal didapatkan pola spektrum sebagai berikut:

46 digilib.uns.ac.id 32 (a) B=0 (b) B>0 Gambar Pola yang terjadi ketika spektrum tanpa medan magnet (a) dan ketika diberikan medan magnet (b) pada efek zeeman longitudinal. Dari gambar 4.4 tampak bahwa pola spektrum yang dihasilkan memiliki tingkat ketajaman yang berbeda jika dibandingkan dibandingkan dengan pola spektrum yang terjadi pada efek Zeeman transversal. Dari pengukuran jari-jari dalam dan jari-jari luar terhadap perubahan medan magnet yang diberikan, sehingga dapat diplotkan grafik hubungan antara v/2 dengan medan magnet (B). dari grafik yang terbentuk akan diperoleh besarnya magneton Bohr.

47 digilib.uns.ac.id 33 Gambar Grafik hubugan antara beda bilangan gelombang ( v/2) dan medan magnet (B) pada efek zeeman longitudinal. Dari grafik pada gambar 4.5 di atas diperoleh gradien sebesar 36,17-24 J sehingga diperoleh nilai µ B sebesar 7,2 10, sedangkan besarnya ralat T -24 J pengukuran µ B adalah 1,2 10. Jadi besarnya magneton Bohr adalah T -24 J ± 10. T ( 7,2 1,2) Dari penelitian efek Zeeman transversal dan longitudinal diperoleh nilai magneton bohr yang berbeda. Tingkat ketajaman antara spektrum lingkaran yang dihasilkan pada efek Zeeman transversal dan longitudinal juga berbeda. Kedua hal ini terjadi karena luas penampang yang dilewati oleh cahaya dari spektral lampu cadmium adalah berbeda, dimana untuk efek Zeeman transversal memiliki luas penampang yang lebih besar dibandingkan commit to efek user Zeeman longitudinal. Gambar 4.6

48 digilib.uns.ac.id 34 menunjukkan perbedaan ketajaman spektrum efek Zeeman transversal dan longitudinal. (a) Spektrum efek Zeeman transversal (b) Spektrum efek Zeeman longitudinal Gambar (a) Spektrum efek Zeeman transversal; (b) Spektrum efek Zeeman longitudinal. Tingkat ketajaman yang berbeda inilah yang menyebabkan mata harus berakomodasi maksimum untuk mendapatkan informasi jari-jari lingkaran yang terbentuk. Secara pola spektrum efek Zeeman longitudinal lebih bagus jika dibandingkan dengan pola pada spektrum efek Zeeman transversal. Pola spektrum yang terjadi pada efek Zeeman transversal ini tampak terang karena intensitas dari sumber cahaya juga besar, sedangkan pada efek Zeeman longitudinal mempunyai intensitas dari sumber cahaya yang lebih kecil dari pada efek Zeeman transversal. Pada penelitian ini, besarnya magneton Bohr µ B masih di bawah konstanta magneton Bohr yang tertera pada literatur yaitu 9,273x J/T, tetapi sudah memasuki rentang dari penelitian-penelitian yang ditemukan (lihat Bab 1). Adanya hasil-hasil yang berbeda sangat mungkin disebabkan oleh kesalahan paralaks dari pengamat, karena intensitas cahaya dan skala pada layar yang sangat kecil.

PERCOBAAN EFEK ZEEMAN. Kusnanto Mukti W/ M Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Sebelas Maret Surakarta

PERCOBAAN EFEK ZEEMAN. Kusnanto Mukti W/ M Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Sebelas Maret Surakarta PERCOBAAN EFEK ZEEMAN Kusnanto Mukti W/ M009031 Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRAK Efek Zeeman adalah gejala tambahan garis-garis spektrum jika atom-atom tereksitasi diletakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensial Coulomb untuk Partikel yang Bergerak Dalam bab ini, akan dikemukakan teori-teori yang mendukung penyelesaian pembahasan pengaruh koreksi relativistik potensial Coulomb

Lebih terperinci

Spektrum Gelombang Elektromagnetik

Spektrum Gelombang Elektromagnetik Spektrum Gelombang Elektromagnetik Hubungan spektrum dengan elektron Berkaitan dengan energi energi cahaya. energi gerak elektron dan Keadaan elektron : Saat arus dilewatkan melalui gas pada tekanan rendah,

Lebih terperinci

LATIHAN UJIAN NASIONAL

LATIHAN UJIAN NASIONAL LATIHAN UJIAN NASIONAL 1. Seorang siswa menghitung luas suatu lempengan logam kecil berbentuk persegi panjang. Siswa tersebut menggunakan mistar untuk mengukur panjang lempengan dan menggunakan jangka

Lebih terperinci

Copyright all right reserved

Copyright  all right reserved Latihan Soal UN SMA / MA 2011 Program IPA Mata Ujian : Fisika Jumlah Soal : 20 1. Gas helium (A r = gram/mol) sebanyak 20 gram dan bersuhu 27 C berada dalam wadah yang volumenya 1,25 liter. Jika tetapan

Lebih terperinci

FISIKA MODERN. Pertemuan Ke-7. Nurun Nayiroh, M.Si.

FISIKA MODERN. Pertemuan Ke-7. Nurun Nayiroh, M.Si. FISIKA MODERN Pertemuan Ke-7 Nurun Nayiroh, M.Si. Efek Zeeman Gerakan orbital elektron Percobaan Stern-Gerlach Spin elektron Pieter Zeeman (1896) melakukan suatu percobaan untuk mengukur interaksi antara

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 2010

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 2010 PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 200 Mata Pelajaran : Fisika Kelas : XII IPA Alokasi Waktu : 20 menit

Lebih terperinci

KUMPULAN SOAL FISIKA KELAS XII

KUMPULAN SOAL FISIKA KELAS XII KUMPULAN SOAL FISIKA KELAS XII Nada-Nada Pipa Organa dan Dawai Soal No. 1 Sebuah pipa organa yang terbuka kedua ujungnya memiliki nada dasar dengan frekuensi sebesar 300 Hz. Tentukan besar frekuensi dari

Lebih terperinci

HAND OUT FISIKA KUANTUM MEKANISME TRANSISI DAN KAIDAH SELEKSI

HAND OUT FISIKA KUANTUM MEKANISME TRANSISI DAN KAIDAH SELEKSI HAND OUT FISIKA KUANTUM MEKANISME TRANSISI DAN KAIDAH SELEKSI Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisika Kuantum Dosen Pengampu: Drs. Ngurah Made Darma Putra, M.Si., PhD Disusun oleh kelompok 8:.

Lebih terperinci

PAKET SOAL 1.c LATIHAN SOAL UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2011/2012

PAKET SOAL 1.c LATIHAN SOAL UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2011/2012 UJI COBA MATA PELAJARAN KELAS/PROGRAM ISIKA SMA www.rizky-catatanku.blogspot.com PAKET SOAL 1.c LATIHAN SOAL UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2011/2012 : FISIKA : XII (Dua belas )/IPA HARI/TANGGAL :.2012

Lebih terperinci

FISIKA. Sesi TEORI ATOM A. TEORI ATOM DALTON B. TEORI ATOM THOMSON

FISIKA. Sesi TEORI ATOM A. TEORI ATOM DALTON B. TEORI ATOM THOMSON FISIKA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 11 Sesi NGAN TEORI ATOM A. TEORI ATOM DALTON 1. Atom adalah bagian terkecil suatu unsur yang tidak dapat dibagi lagi.. Atom suatu unsur serupa semuanya, dan tak

Lebih terperinci

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07)

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) 1. Gambar di samping ini menunjukkan hasil pengukuran tebal kertas karton dengan menggunakan mikrometer sekrup. Hasil pengukurannya adalah (A) 4,30 mm. (D) 4,18

Lebih terperinci

1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh alat ukur dibawah ini adalah.

1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh alat ukur dibawah ini adalah. 1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh alat ukur dibawah ini adalah. 1 A. 5, 22 mm B. 5, 72 mm C. 6, 22 mm D. 6, 70 mm E. 6,72 mm 5 25 20 2. Dua buah vektor masing-masing 5 N dan 12 N. Resultan kedua

Lebih terperinci

MODUL 1 FISIKA MODERN MODEL MODEL ATOM

MODUL 1 FISIKA MODERN MODEL MODEL ATOM MODUL 1 FISIKA MODERN MODEL MODEL ATOM Oleh JAJA KUSTIJA, Drs. MSC. JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI J a k a r t a 2005 1 Nama Mata Kuliah / Modul Fisika Modern / Modul 1 Fakultas / Jurusan

Lebih terperinci

BAB FISIKA ATOM. Model ini gagal karena tidak sesuai dengan hasil percobaan hamburan patikel oleh Rutherford.

BAB FISIKA ATOM. Model ini gagal karena tidak sesuai dengan hasil percobaan hamburan patikel oleh Rutherford. 1 BAB FISIKA ATOM Perkembangan teori atom Model Atom Dalton 1. Atom adalah bagian terkecil dari suatu unsur yang tidak dapat dibagi-bagi 2. Atom-atom suatu unsur semuanya serupa dan tidak dapat berubah

Lebih terperinci

UN SMA IPA 2008 Fisika

UN SMA IPA 2008 Fisika UN SMA IPA 008 Fisika Kode Soal P44 Doc. Name: UNSMAIPA008FISP44 Doc. Version : 011-06 halaman 1 01. Berikut ini disajikan diagram vektor F 1 dan F! Persamaan yang tepat untuk resultan R = adalah... (A)

Lebih terperinci

A. 100 N B. 200 N C. 250 N D. 400 N E. 500 N

A. 100 N B. 200 N C. 250 N D. 400 N E. 500 N 1. Sebuah lempeng besi tipis, tebalnya diukur dengan menggunakan mikrometer skrup. Skala bacaan hasil pengukurannya ditunjukkan pada gambar berikut. Hasilnya adalah... A. 3,11 mm B. 3,15 mm C. 3,61 mm

Lebih terperinci

Oleh : Rahayu Dwi Harnum ( )

Oleh : Rahayu Dwi Harnum ( ) LAPORAN PRAKTIKUM EKSPERIMEN FISIKA II SPEKTRUM ATOM SODIUM Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Eksperimen Fisika II Dosen Pengampu : Drs. Parlindungan Sinaga, M.Si Oleh : Rahayu Dwi Harnum

Lebih terperinci

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1 SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1 1. Terhadap koordinat x horizontal dan y vertikal, sebuah benda yang bergerak mengikuti gerak peluru mempunyai komponen-komponen

Lebih terperinci

MODUL 05 SPEKTRUM ATOM

MODUL 05 SPEKTRUM ATOM MODUL 05 SPEKTRUM ATOM dari DUA ELEKTRON : He, Hg Indah Darapuspa, Rizky Budiman,Tisa I Ariani, Taffy Ukhtia P, Dimas M Nur 10211008, 10211004, 1021354, 10213074, 10213089 Program Studi Fisika, Institut

Lebih terperinci

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996 ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996 BAGIAN KEARSIPAN SMA DWIJA PRAJA PEKALONGAN JALAN SRIWIJAYA NO. 7 TELP (0285) 426185) 1. Kelompok besaran berikut yang merupakan besaran

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Fisika Kuantum - Latihan Soal Doc. Name: AR12FIS0799 Version: 2012-09 halaman 1 01. Daya radiasi benda hitam pada suhu T 1 besarnya 4 kali daya radiasi pada suhu To, maka T 1

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TEORI ATOM

PERKEMBANGAN TEORI ATOM DEMOKRITUS PERKEMBANGAN TEORI ATOM DALTON THOMSON RUTHERFORD BOHR MEKANIKA KUANTUM + + GAMBAR GAMBAR GAMBAR GAMBAR GAMBAR CATATAN : CATATAN : CATATAN : CATATAN : CATATAN : 1 PENEMUAN DERET BALMER Peralatan

Lebih terperinci

PREDIKSI UN FISIKA V (m.s -1 ) 20

PREDIKSI UN FISIKA V (m.s -1 ) 20 PREDIKSI UN FISIKA 2013 1. Perhatikan gambar berikut Hasil pengukuran yang bernar adalah. a. 1,23 cm b. 1,23 mm c. 1,52mm d. 1,73 cm e. 1,73 mm* 2. Panjang dan lebar lempeng logam diukur dengan jangka

Lebih terperinci

UN SMA IPA 2008 Fisika

UN SMA IPA 2008 Fisika UN SMA IPA 008 Fisika Kode Soal P67 Doc. Version : 0-06 halaman 0. Tebal pelat logam diukur dengan mikrometer skrup seperti gambar Tebal pelat logam adalah... (A) 4,8 mm (B) 4,90 mm (C) 4,96 mm (D) 4,98

Lebih terperinci

STRUKTUR ATOM. Perkembangan Teori Atom

STRUKTUR ATOM. Perkembangan Teori Atom STRUKTUR ATOM Perkembangan Teori Atom 400 SM filsuf Yunani Demokritus materi terdiri dari beragam jenis partikel kecil 400 SM dan memiliki sifat dari materi yang ditentukan sifat partikel tersebut Dalton

Lebih terperinci

Atom menyusun elemen dengan bilangan sederhana. Setiap atom dari elemen yang berbeda memiliki massa yang berbeda.

Atom menyusun elemen dengan bilangan sederhana. Setiap atom dari elemen yang berbeda memiliki massa yang berbeda. Review Model Atom Model Atom Dalton Atom menyusun elemen dengan bilangan sederhana. Setiap atom dari elemen yang berbeda memiliki massa yang berbeda. Model Atom Thomson Secara garis besar atom berupa bola

Lebih terperinci

drimbajoe.wordpress.com 1

drimbajoe.wordpress.com 1 1. Hasil pengukuran panjang dan lebar sebidang tanah berbentuk empat persegi panjang adalah 15,35 m dan 12,5 m. Luas tanah menurut aturan angka penting adalah... m 2 A. 191,875 B. 191,9 C. 191,88 D. 192

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM Alamat: Karangmalang, Yogyakarta 55281

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM Alamat: Karangmalang, Yogyakarta 55281 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM Alamat: Karangmalang, Yogyakarta 55281 RENCANA PERKULIAHAN SEMESTER (Silabus) Fakultas : FMIPA

Lebih terperinci

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J 1. Bila sinar ultra ungu, sinar inframerah, dan sinar X berturut-turut ditandai dengan U, I, dan X, maka urutan yang menunjukkan paket (kuantum) energi makin besar ialah : A. U, I, X B. U, X, I C. I, X,

Lebih terperinci

BAB FISIKA ATOM. a) Tetes minyak diam di antara pasangan keping sejajar karena berat minyak mg seimbang dengan gaya listrik qe.

BAB FISIKA ATOM. a) Tetes minyak diam di antara pasangan keping sejajar karena berat minyak mg seimbang dengan gaya listrik qe. BAB FISIKA ATOM Contoh 9. Hitungan mengenai percobaan Milikan. Sebuah tetes minyak yang beratnya,9-4 N diam di antara pasangan keping sejajar yang kuat medan listriknya 4, 4 N/C. a) Berapa besar muatan

Lebih terperinci

Dualisme Partikel Gelombang

Dualisme Partikel Gelombang Dualisme Partikel Gelombang Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung agussuroso10.wordpress.com, agussuroso@fi.itb.ac.id 19 April 017 Pada pekan ke-10 kuliah

Lebih terperinci

D. 85 N E. 100 N. Kunci : E Penyelesaian : Kita jabarkan ketiga Vektor ke sumbu X dan dan sumbu Y, lihat gambar di bawah ini :

D. 85 N E. 100 N. Kunci : E Penyelesaian : Kita jabarkan ketiga Vektor ke sumbu X dan dan sumbu Y, lihat gambar di bawah ini : 1. Tiga buah vektor gaya masing-masing F 1 = 30 N, F 2 = 70 N, dan F 3 = 30 N, disusun seperti pada gambar di atas. Besar resultan ketiga vektor tersebut adalah... A. 0 N B. 70 N C. 85 N D. 85 N E. 100

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Sanden Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : XI/1 Alokasi Waktu : 2 JP

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Sanden Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : XI/1 Alokasi Waktu : 2 JP RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Sanden Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : XI/1 Alokasi Waktu : 2 JP Standar Kompetensi 1. Memahami struktur atom untuk meramalkan sifat-sifat

Lebih terperinci

Inti Atom dan Penyusunnya. Sulistyani, M.Si.

Inti Atom dan Penyusunnya. Sulistyani, M.Si. Inti Atom dan Penyusunnya Sulistyani, M.Si. Email: sulistyani@uny.ac.id Eksperimen Marsden dan Geiger Pendahuluan Teori tentang atom pertama kali dikemukakan oleh Dalton bahwa atom bagian terkecil dari

Lebih terperinci

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2008

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2008 1. Untuk mengukur tebal sebuah balok kayu digunakan jangka sorong seperti gambar. Tebal balok kayu adalah... A. 0,31 cm D. 0,55 cm B. 0,40 cm E. 0,60 cm C. 0,50 cm Perhatikan gambar di atas! Dari gambar

Lebih terperinci

Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003

Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003 Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003 UAN-03-01 Perhatikan tabel berikut ini! No. Besaran Satuan Dimensi 1 Momentum kg. ms 1 [M] [L] [T] 1 2 Gaya kg. ms 2 [M] [L] [T] 2 3 Daya kg. ms 3 [M] [L] [T] 3 Dari

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TP 2008/2009

UJIAN NASIONAL TP 2008/2009 UJIN NSIONL TP 2008/2009 1. aim mengukur diameter sebuah koin dengan menggunakan jangka sorong seperti pada gambar. esar diameter koin adalah. 1 2 a. 2,10 cm b. 1,74 cm c. 1,70 cm d. 1,25 cm e. 1,20 cm

Lebih terperinci

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK I. SOAL PILIHAN GANDA Diketahui c = 0 8 m/s; µ 0 = 0-7 Wb A - m - ; ε 0 = 8,85 0 - C N - m -. 0. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut : () Di udara kecepatannya cenderung

Lebih terperinci

MATA PELAJARAN PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM

MATA PELAJARAN PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM MATA PELAJARAN Mata Pelajaran Program Studi : Fisika : IPA Hari/Tanggal : Kamis, 24 April 2008 Jam : 08.00 0.00 PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM. Isikan identitas Anda ke dalam Lembar Jawaban Ujian Nasional (LJUN)

Lebih terperinci

Fisika EBTANAS Tahun 1996

Fisika EBTANAS Tahun 1996 Fisika EBTANAS Tahun 1996 EBTANAS-96-01 Di bawah ini yang merupakan kelompok besaran turunan A. momentum, waktu, kuat arus B. kecepatan, usaha, massa C. energi, usaha, waktu putar D. waktu putar, panjang,

Lebih terperinci

UN SMA IPA 2008 Fisika

UN SMA IPA 2008 Fisika UN SMA IPA 2008 Fisika Kode Soal P67 Doc. Name: UNSMAIPA2008FISP67 Doc. Version : 2011-06 halaman 1 01. Tebal pelat logam diukur dengan mikrometer skrup seperti gambar Tebal pelat logam adalah... (A) 4,85

Lebih terperinci

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005 2. 1. Seorang siswa melakukan percobaan di laboratorium, melakukan pengukuran pelat tipis dengan menggunakan jangka sorong. Dari hasil pengukuran diperoleh panjang 2,23 cm dan lebar 36 cm, maka luas pelat

Lebih terperinci

Fisika EBTANAS Tahun 1998

Fisika EBTANAS Tahun 1998 Fisika EBTANAS Tahun 1998 EBTANAS-98-01 Pada ganbar di samping, komponen vektor gaya F menurut sumbu x adalah A. 1 3 F y B. 1 F F 1 F C. 30 o D. 1 F 0 x E. 1 3 F EBTANAS-98-0 Benda jatuh bebas adalah benda

Lebih terperinci

SOLUSI PERSAMAAN SCHRÖDINGER UNTUK KOMBINASI POTENSIAL HULTHEN DAN NON-SENTRAL POSCHL- TELLER DENGAN METODE NIKIFOROV-UVAROV

SOLUSI PERSAMAAN SCHRÖDINGER UNTUK KOMBINASI POTENSIAL HULTHEN DAN NON-SENTRAL POSCHL- TELLER DENGAN METODE NIKIFOROV-UVAROV SOLUSI PERSAMAAN SCHRÖDINGER UNTUK KOMBINASI POTENSIAL HULTHEN DAN NON-SENTRAL POSCHL- TELLER DENGAN METODE NIKIFOROV-UVAROV Disusun oleh : NANI SUNARMI M0209036 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

MATA PELAJARAN WAKTU PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM

MATA PELAJARAN WAKTU PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM MATA PELAJARAN Mata Pelajaran Jenjang Program Studi : Fisika : SMA/MA : IPA Hari/Tanggal : Kamis, 3 April 009 Jam : 08.00 0.00 WAKTU PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM. Isikan identitas Anda ke dalam Lembar Jawaban

Lebih terperinci

MATA PELAJARAN WAKTU PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM

MATA PELAJARAN WAKTU PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM MATA PELAJARAN Mata Pelajaran Jenjang Program Studi : Fisika : SMA/MA : IPA Hari/Tanggal : Kamis, 3 April 009 Jam : 08.00 0.00 WAKTU PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM. Isikan identitas Anda ke dalam Lembar Jawaban

Lebih terperinci

D. 6,25 x 10 5 J E. 4,00 x 10 6 J

D. 6,25 x 10 5 J E. 4,00 x 10 6 J 1. Besarnya usaha untuk menggerakkan mobil (massa mobil dan isinya adalah 1000 kg) dari keadaan diam hingga mencapai kecepatan 72 km/jam adalah... (gesekan diabaikan) A. 1,25 x 10 4 J B. 2,50 x 10 4 J

Lebih terperinci

STRUKTUR ATOM DAN SISTEM PERIODIK Kimia SMK KELAS X SEMESTER 1 SMK MUHAMMADIYAH 3 METRO

STRUKTUR ATOM DAN SISTEM PERIODIK Kimia SMK KELAS X SEMESTER 1 SMK MUHAMMADIYAH 3 METRO STRUKTUR ATOM DAN SISTEM PERIODIK Kimia SMK KELAS X SEMESTER 1 SMK MUHAMMADIYAH 3 METRO SK DAN KD Standar Kompetensi Mengidentifikasi struktur atom dan sifat-sifat periodik pada tabel periodik unsur Kompetensi

Lebih terperinci

BAB 20. KEMAGNETAN Magnet dan Medan Magnet Hubungan Arus Listrik dan Medan Magnet

BAB 20. KEMAGNETAN Magnet dan Medan Magnet Hubungan Arus Listrik dan Medan Magnet DAFTAR ISI DAFTAR ISI...1 BAB 20. KEMAGNETAN...2 20.1 Magnet dan Medan Magnet...2 20.2 Hubungan Arus Listrik dan Medan Magnet...2 20.3 Gaya Magnet...4 20.4 Hukum Ampere...9 20.5 Efek Hall...13 20.6 Quis

Lebih terperinci

TEORI PERKEMBANGAN ATOM

TEORI PERKEMBANGAN ATOM TEORI PERKEMBANGAN ATOM A. Teori atom Dalton Teori atom dalton ini didasarkan pada 2 hukum, yaitu : hukum kekekalan massa (hukum Lavoisier), massa total zat-zat sebelum reaksi akan selalu sama dengan massa

Lebih terperinci

TOPIK 8. Medan Magnetik. Fisika Dasar II TIP, TP, UGM 2009 Ikhsan Setiawan, M.Si.

TOPIK 8. Medan Magnetik. Fisika Dasar II TIP, TP, UGM 2009 Ikhsan Setiawan, M.Si. TOPIK 8 Medan Magnetik Fisika Dasar II TIP, TP, UGM 2009 Ikhsan Setiawan, M.Si. ikhsan_s@ugm.ac.id Pencetak sidik jari magnetik. Medan Magnetik Medan dan Gaya Megnetik Gaya Magnetik pada Konduktor Berarus

Lebih terperinci

Fisika Modern (Teori Atom)

Fisika Modern (Teori Atom) Fisika Modern (Teori Atom) 13:05:05 Sifat-Sifat Atom Atom stabil adalah atom yang memiliki muatan listrik netral. Atom memiliki sifat kimia yang memungkinkan terjadinya ikatan antar atom. Atom memancarkan

Lebih terperinci

Dibuat oleh invir.com, dibikin pdf oleh

Dibuat oleh invir.com, dibikin pdf oleh 1. Energi getaran selaras : A. berbanding terbalik dengan kuadrat amplitudonya B. berbanding terbalik dengan periodanya C. berbanding lurus dengan kuadrat amplitudonya. D. berbanding lurus dengan kuadrat

Lebih terperinci

Schrodinger s Wave Function

Schrodinger s Wave Function SPEKTRA RADIASI ELEKTROMAGNET SPEKTRUM KONTINYU TEORI MAX PLANK TEORI ATOM BOHR SIFAT GELOMBANG Schrodinger s Wave Function MODEL ATOM MEKANIKA KUANTUM Persamaan gelombang Schrodinger TEORI MEKANIKA KUANTUM

Lebih terperinci

1. Persamaan keadaan gas ideal ditulis dalam bentuk = yang tergantung kepada : A. jenis gas B. suhu gas C. tekanan gas

1. Persamaan keadaan gas ideal ditulis dalam bentuk = yang tergantung kepada : A. jenis gas B. suhu gas C. tekanan gas 1. Persamaan keadaan gas ideal ditulis dalam bentuk = yang tergantung kepada : jenis gas suhu gas tekanan gas D. volume gas E. banyak partikel 2. Seorang anak duduk di atas kursi pada roda yang berputar

Lebih terperinci

SIFAT GELOMBANG PARTIKEL DAN PRINSIP KETIDAKPASTIAN. 39. Elektron, proton, dan elektron mempunyai sifat gelombang yang bisa

SIFAT GELOMBANG PARTIKEL DAN PRINSIP KETIDAKPASTIAN. 39. Elektron, proton, dan elektron mempunyai sifat gelombang yang bisa SIFAT GELOMBANG PARTIKEL DAN PRINSIP KETIDAKPASTIAN 39. Elektron, proton, dan elektron mempunyai sifat gelombang yang bisa diobservasi analog dengan foton. Panjang gelombang khas dari kebanyakan partikel

Lebih terperinci

FISIKA MODERN UNIT. Radiasi Benda Hitam. Hamburan Compton & Efek Fotolistrik. Kumpulan Soal Latihan UN

FISIKA MODERN UNIT. Radiasi Benda Hitam. Hamburan Compton & Efek Fotolistrik. Kumpulan Soal Latihan UN Kumpulan Soal Latihan UN UNIT FISIKA MODERN Radiasi Benda Hitam 1. Suatu benda hitam pada suhu 27 0 C memancarkan energi sekitar 100 J/s. Benda hitam tersebut dipanasi sehingga suhunya menjadi 327 0 C.

Lebih terperinci

2 A (C) - (D) - (E) -

2 A (C) - (D) - (E) - 01. Gaya F sebesar 12 N bekerja pada sebuah benda yang masanya m 1 menyebabkan percepatan sebesar 8 ms -2. Jika F bekerja pada benda yang bermassa m 2 maka percepatannya adalah 2m/s -2. Jika F bekerja

Lebih terperinci

SOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1984

SOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1984 SOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1984 BAGIAN KEARSIPAN SMA DWIJA PRAJA PEKALONGAN JALAN SRIWIJAYA NO. 7 TELP (0285) 426185) 1. Besarnya usaha untuk menggerakkan mobil

Lebih terperinci

Pertanyaan Final (rebutan)

Pertanyaan Final (rebutan) Pertanyaan Final (rebutan) 1. Seseorang menjatuhkan diri dari atas atap sebuah gedung bertingkat yang cukup tinggi sambil menggenggam sebuah pensil. Setelah jatuh selama 2 sekon orang itu terkejut karena

Lebih terperinci

Fisika EBTANAS Tahun 1997

Fisika EBTANAS Tahun 1997 Fisika EBTANAS Tahun 997 EBTANAS-97-0 Perhatikan gambar percobaan vektor gaya resultan r r r R = F + F dengan menggunakan neraca pegas berikut ini () () () α α α Yang sesuai dengan rumus vektor gaya resultan

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN Sekolah : SMA NEGERI 3 DUMAI Kelas / Semester : XII / II Mata Pelajaran : FISIKA Standar : 3. Menganalisis berbagai besaran fisis pada gejala kuantum dan batas-batas berlakunya relativitas

Lebih terperinci

4. Sebuah sistem benda terdiri atas balok A dan B seperti gambar. Pilihlah jawaban yang benar!

4. Sebuah sistem benda terdiri atas balok A dan B seperti gambar. Pilihlah jawaban yang benar! Pilihlah Jawaban yang Paling Tepat! Pilihlah jawaban yang benar!. Sebuah pelat logam diukur menggunakan mikrometer sekrup. Hasilnya ditampilkan pada gambar berikut. Tebal pelat logam... mm. 0,08 0.,0 C.,8

Lebih terperinci

BAB IV OSILATOR HARMONIS

BAB IV OSILATOR HARMONIS Tinjauan Secara Mekanika Klasik BAB IV OSILATOR HARMONIS Osilator harmonis terjadi manakala sebuah partikel ditarik oleh gaya yang besarnya sebanding dengan perpindahan posisi partikel tersebut. F () =

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 PEKAN VIII

SOAL LATIHAN PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 PEKAN VIII SOAL LATIHAN PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 PEKAN VIII 1. Tumbukan dan peluruhan partikel relativistik Bagian A. Proton dan antiproton Sebuah antiproton dengan energi kinetik = 1,00 GeV menabrak proton

Lebih terperinci

LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS

LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS Muatan Diskrit LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS 1. Ada empat buah muatan titik yaitu Q 1, Q 2, Q 3 dan Q 4. Jika Q 1 menarik Q 2, Q 1 menolak Q 3 dan Q 3 menarik Q 4 sedangkan Q 4 bermuatan negatif,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PADANG DINAS PENDIDIKAN UJIAN SEKOLAH (USEK) KOTA PADANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

PEMERINTAH KOTA PADANG DINAS PENDIDIKAN UJIAN SEKOLAH (USEK) KOTA PADANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 PEMERINTAH KOTA PADANG DINAS PENDIDIKAN UJIAN SEKOLAH (USEK) KOTA PADANG TAHUN PELAJARAN 204/205 Mata Pelajaran : FISIKA Satuan Pendidikan : SMA/MA Kelas / Program : XII / IPA Paket : 0 Hari / Tanggal

Lebih terperinci

MODEL ATOM DALTON. Atom ialah bagian terkecil suatu zat yang tidak dapat dibagi-bagi. Atom tidak dapat dimusnahkan & diciptakan

MODEL ATOM DALTON. Atom ialah bagian terkecil suatu zat yang tidak dapat dibagi-bagi. Atom tidak dapat dimusnahkan & diciptakan MODEL ATOM MODEL ATOM DALTON Atom ialah bagian terkecil suatu zat yang tidak dapat dibagi-bagi. Atom tidak dapat dimusnahkan & diciptakan MODEL ATOM DALTON Konsep Model Atom Dalton : 1. Setiap benda (zat)

Lebih terperinci

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1991

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1991 ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1991 BAGIAN KEARSIPAN SMA DWIJA PRAJA PEKALONGAN JALAN SRIWIJAYA NO. 7 TELP (0285) 426185) 1. Perhatikan gambar di bawah ini! Bila efisiensi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PADANG DINAS PENDIDIKAN UJIAN SEKOLAH (USEK) KOTA PADANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

PEMERINTAH KOTA PADANG DINAS PENDIDIKAN UJIAN SEKOLAH (USEK) KOTA PADANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 PEMERINTAH KOTA PADANG DINAS PENDIDIKAN UJIAN SEKOLAH (USEK) KOTA PADANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : FISIKA Satuan Pendidikan : SMA/MA Kelas / Program : XII / IPA Paket : 05 Hari / Tanggal

Lebih terperinci

LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS

LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS Muatan Diskrit LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS 1. Dua buah bola bermuatan sama (2 C) diletakkan terpisah sejauh 2 cm. Gaya yang dialami oleh muatan 1 C yang diletakkan di tengah-tengah kedua muatan adalah...

Lebih terperinci

BINOVATIF LISTRIK DAN MAGNET. Hani Nurbiantoro Santosa, PhD.

BINOVATIF LISTRIK DAN MAGNET. Hani Nurbiantoro Santosa, PhD. BINOVATIF LISTRIK DAN MAGNET Hani Nurbiantoro Santosa, PhD hanisantosa@gmail.com 2 BAB 1 PENDAHULUAN Atom, Interaksi Fundamental, Syarat Matematika, Syarat Fisika, Muatan Listrik, Gaya Listrik, Pengertian

Lebih terperinci

UJIAN AKHIR NASIONAL (UAN) SMA Hari :... Tanggal :.../.../2008. Mulai :... Selesai :...

UJIAN AKHIR NASIONAL (UAN) SMA Hari :... Tanggal :.../.../2008. Mulai :... Selesai :... UJIAN AKHIR NASIONAL (UAN) SMA 2008 Mata Pelajaran : F I S I K A Hari :... Tanggal :.../.../2008 Mulai :... Selesai :... Lamanya Jumlah soal : 120 menit : 45 butir PETUNJUK UMUM: 1. Berdoalah sebelum mengerjakan

Lebih terperinci

PREDIKSI 8 1. Tebal keping logam yang diukur dengan mikrometer sekrup diperlihatkan seperti gambar di bawah ini.

PREDIKSI 8 1. Tebal keping logam yang diukur dengan mikrometer sekrup diperlihatkan seperti gambar di bawah ini. PREDIKSI 8 1. Tebal keping logam yang diukur dengan mikrometer sekrup diperlihatkan seperti gambar di bawah ini. Dari gambar dapat disimpulkan bahwa tebal keping adalah... A. 4,30 mm B. 4,50 mm C. 4,70

Lebih terperinci

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan 1. Sebuah benda dengan massa 5 kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari 1,5 m Jika kecepatan sudut tetap 2 rad/s,

Lebih terperinci

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan 1. Sebuah benda dengan massa 5 kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari 1,5 m Jika kecepatan sudut tetap 2 rad/s,

Lebih terperinci

RANCANG-BANGUN PIRANTI IDENTIFIKASI RADIASI ELEKTROMAGNETIK (KASUS DI SEKITAR BERKAS SINAR KATODA)

RANCANG-BANGUN PIRANTI IDENTIFIKASI RADIASI ELEKTROMAGNETIK (KASUS DI SEKITAR BERKAS SINAR KATODA) LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN PROGRAM SP4 Tahun anggaran 004 RANCANG-BANGUN PIRANTI IDENTIFIKASI RADIASI ELEKTROMAGNETIK (KASUS DI SEKITAR BERKAS SINAR KATODA) Oleh: Agus Purwanto Slamet MT Sumarna

Lebih terperinci

D. 80,28 cm² E. 80,80cm²

D. 80,28 cm² E. 80,80cm² 1. Seorang siswa melakukan percobaan di laboratorium, melakukan pengukuran pelat tipis dengan menggunakan jangka sorong. Dari hasil pengukuran diperoleh panjang 2,23 cm dan lebar 36 cm, maka luas pelat

Lebih terperinci

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1994

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1994 ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1994 BAGIAN KEARSIPAN SMA DWIJA PRAJA PEKALONGAN JALAN SRIWIJAYA NO. 7 TELP (0285) 426185) 1. Dua buah bola A dan B dengan massa m A = 3 kg;

Lebih terperinci

Fisika EBTANAS Tahun 1991

Fisika EBTANAS Tahun 1991 Fisika EBTNS Tahun 99 EBTNS-9-0 Sebuah benda dijatuhkan dari ujung sebuah menara tanpa kecepatan awal. Setelah detik benda sampai di tanah (g = 0 m s ). Tinggi menara tersebut. 40 m B. 5 m C. 0 m D. 5

Lebih terperinci

I. Perkembangan Teori Atom

I. Perkembangan Teori Atom I. Perkembangan Teori Atom Perkembangan pemahaman struktur atom sejalan dengan awal perkembangan ilmu Fisika modern. Ilmuwan pertama yang membangun model (struktur) atom adalah John Dalton, kemudian disempurnakan

Lebih terperinci

PERSIAPAN UJIAN AKHIR NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2008/2009 LEMBAR SOAL. Mata Pelajaran : Fisika. Kelas/Program : IPA.

PERSIAPAN UJIAN AKHIR NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2008/2009 LEMBAR SOAL. Mata Pelajaran : Fisika. Kelas/Program : IPA. PERSIPN UJIN KHIR NSIONL THUN PELJRN 2008/2009 LEMR SOL Mata Pelajaran : Fisika Kelas/Program : IP Waktu : 120 menit PETUNJUK UMUM 1. Tuliskan nomor dan nama nda pada Lembar Jawaban Komputer. 2. Periksa

Lebih terperinci

Pilihlah Jawaban yang Tepat.

Pilihlah Jawaban yang Tepat. Pilihlah Jawaban yang Tepat. 1. Panjang suatu benda yang diukur dengan jangka sorong diperlihatkan gambar di bawah ini. 4 cm 5 cm 0 5 10 Berdasarkan gambar di atas panjang benda adalah : A. 4,56 cm B.

Lebih terperinci

Latihan Soal UN Fisika SMA. 1. Dimensi energi potensial adalah... A. MLT-1 B. MLT-2 C. ML-1T-2 D. ML2 T-2 E. ML-2T-2

Latihan Soal UN Fisika SMA. 1. Dimensi energi potensial adalah... A. MLT-1 B. MLT-2 C. ML-1T-2 D. ML2 T-2 E. ML-2T-2 Latihan Soal UN Fisika SMA 1. Dimensi energi potensial adalah... A. MLT-1 B. MLT-2 ML-1T-2 ML2 T-2 ML-2T-2 2. Apabila tiap skala pada gambar di bawah ini = 2 N, maka resultan kedua gaya tersebut adalah...

Lebih terperinci

MODEL ATOM MEKANIKA KUANTUM UNTUK ATOM BERELEKTRON BANYAK

MODEL ATOM MEKANIKA KUANTUM UNTUK ATOM BERELEKTRON BANYAK MODE ATOM MEKANIKA KUANTUM UNTUK ATOM BEREEKTRON BANYAK Pada materi Struktur Atom Hidrogen suda kita pelajari tentang Teori Atom Bor, dimana lintasan elektron pada atom Hidrogen berbentuk lingkaran. Namun

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Struktur atom Struktur atom merupakan satuan dasar materi yang terdiri dari inti atom beserta awan elektron bermuatan negatif yang mengelilinginya. Inti atom mengandung campuran

Lebih terperinci

C. Kunci : E Penyelesaian : Diket mobil massa = m Daya = P f s = 0 V o = 0 Waktu mininiumyang diperlukan untuk sampai kecepatan V adalah :

C. Kunci : E Penyelesaian : Diket mobil massa = m Daya = P f s = 0 V o = 0 Waktu mininiumyang diperlukan untuk sampai kecepatan V adalah : 1. Sebuah mobil bermassa m memiliki mesin berdaya P. Jika pengaruh gesekan kecil, maka waktu minimum yang diperlukan mobil agar mencapai kecepatan V dari keadaan diam adalah... A. B. D. E. C. Diket mobil

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PADANG DINAS PENDIDIKAN UJIAN SEKOLAH (USEK) KOTA PADANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

PEMERINTAH KOTA PADANG DINAS PENDIDIKAN UJIAN SEKOLAH (USEK) KOTA PADANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 PEMERINTAH KOTA PADANG DINAS PENDIDIKAN UJIAN SEKOLAH (USEK) KOTA PADANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : FISIKA Satuan Pendidikan : SMA/MA Kelas / Program : XII / IPA Paket 02 Hari / Tanggal

Lebih terperinci

Mata Pelajaran : FISIKA

Mata Pelajaran : FISIKA Mata Pelajaran : FISIKA Kelas/ Program : XII IPA Waktu : 90 menit Petunjuk Pilihlah jawaban yang dianggap paling benar pada lembar jawaban yang tersedia (LJK)! 1. Hasil pengukuran tebal meja menggunakan

Lebih terperinci

1. Pengukuran tebal sebuah logam dengan jangka sorong ditunjukkan 2,79 cm,ditentikan gambar yang benar adalah. A

1. Pengukuran tebal sebuah logam dengan jangka sorong ditunjukkan 2,79 cm,ditentikan gambar yang benar adalah. A PREDIKSI 7 1. Pengukuran tebal sebuah logam dengan jangka sorong ditunjukkan 2,79 cm,ditentikan gambar yang benar adalah. A B C D E 2. Pak Pos mengendarai sepeda motor ke utara dengan jarak 8 km, kemudian

Lebih terperinci

1. Diameter suatu benda diukur dengan jangka sorong seperti gambar berikut ini.

1. Diameter suatu benda diukur dengan jangka sorong seperti gambar berikut ini. 1. Diameter suatu benda diukur dengan jangka sorong seperti gambar berikut ini. 1 Diameter maksimum dari pengukuran benda di atas adalah. A. 2,199 cm B. 2,275 cm C. 2,285 cm D. 2,320 cm E. 2,375 cm 2.

Lebih terperinci

PERCOBAAN e/m ELEKTRON

PERCOBAAN e/m ELEKTRON PERCOBAAN e/m ELEKTRON A. TUJUAN 1. Mempelajari sifat medan magnet yang ditimbulkan oleh kumparan Helmholtz.. Menetukan nilai e/m dengan medan magnet. B. PERALATAN 1. Seperangkat peralatan e/m. Sumber

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Optika Fisis - Soal

Xpedia Fisika. Optika Fisis - Soal Xpedia Fisika Optika Fisis - Soal Doc. Name: XPFIS0802 Version: 2016-05 halaman 1 01. Gelombang elektromagnetik dapat dihasilkan oleh. (1) muatan listrik yang diam (2) muatan listrik yang bergerak lurus

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MODEL ATOM DI SUSUN OLEH YOSI APRIYANTI A1F012044

PERKEMBANGAN MODEL ATOM DI SUSUN OLEH YOSI APRIYANTI A1F012044 PERKEMBANGAN MODEL ATOM DI SUSUN OLEH YOSI APRIYANTI A1F012044 PERKEMBANGAN MODEL ATOM Seorang filsuf Yunani yang bernama Democritus berpendapat bahwa jika suatu benda dibelah terus menerus, maka pada

Lebih terperinci

BAB FISIKA ATOM I. SOAL PILIHAN GANDA

BAB FISIKA ATOM I. SOAL PILIHAN GANDA FISIK TOM I. SOL PILIHN GND 0. Pernyataan berikut yang termasuk teori atom menurut Dalton adala... agian terkecil suatu atom adala elektron. lektron dari suatu unsur sama dengan elektron dari unsure lain.

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN Sekolah : SMA... Kelas / Semester : XII / II Mata Pelajaran : FISIKA Standar : 3. Menganalisis berbagai besaran fisis pada gejala kuantum dan batas-batas berlakunya relativitas Einstein

Lebih terperinci

Fungsi Gelombang Radial dan Tingkat Energi Atom Hidrogen

Fungsi Gelombang Radial dan Tingkat Energi Atom Hidrogen Fungsi Gelombang adial dan Tingkat Energi Atom Hidrogen z -e (r, Bilangan kuantum r atom hidrogenik Ze y x Fungsi gelombang atom hidrogenik bergantung pada tiga bilangan kuantum: nlm nl Principal quantum

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Persiapan UAS 1 Doc. Name: AR12FIS01UAS Version: 2016-09 halaman 1 01. Sebuah bola lampu yang berdaya 120 watt meradiasikan gelombang elektromagnetik ke segala arah dengan sama

Lebih terperinci

SANGAT RAHASIA. 30 o. DOKUMEN ASaFN 2. h = R

SANGAT RAHASIA. 30 o. DOKUMEN ASaFN 2. h = R DOKUMEN ASaFN. Sebuah uang logam diukur ketebalannya dengan menggunakan jangka sorong dan hasilnya terlihat seperti pada gambar dibawah. Ketebalan uang tersebut adalah... A. 0,0 cm B. 0, cm C. 0, cm D.

Lebih terperinci