BAB III PROFIL SANITASI KOTA DEPOK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PROFIL SANITASI KOTA DEPOK"

Transkripsi

1 BAB III PROFIL SANITASI KOTA DEPOK 3.1. Kondisi Umum Sanitasi Kota Kesehatan Lingkungan Rumah Sehat Rumah adalah pusat aktivitas masyarakat sehari-hari. Kondisi kesehatan lingkungan rumah sangat berpengaruh terhadap kondisi penghuninya. Oleh karena itu pembinaan kondisi rumah agar memenuhi persyaratan sehat dapat meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat. Dari data pengawasan rumah sehat di Kota Depok tahun 2009, dokumen dari Dinas Kesehatan Kota Depok tersebut menginformasikan dari rumah yang ada, diperiksa rumah (86,1%), dihasilkan rumah yang dikategorikan sehat adalah rumah (68,53%) Jamban Sehat Jamban merupakan salah satu akses masyarakat terhadap layanan sanitasi. Kondisi jamban sangat berpengaruh terhadap penularan berbagai penyakit. Menurut data Pola Hidup Bersih dan Sehat yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Depok Tahun 2010, dari Kepala Keluarga (KK) terdapat 93,44% yang mempunyai jamban berkategori sehat. Berikut juga ditampilkan data jumlah rumah tangga yang tidak memiliki septic tank menurut data Status Lingkungan Hidup Daerah Kota Depok Tahun Tabel 3.1 Jumlah Rumah Tangga Tanpa Tangki Septik No. Kecamatan/Kabupaten/Kota Jumlah Rumah Tangga 1. Sawangan Bojongsari Pancoran Mas Cipayung Sukmajaya Cilodong Cimanggis Tapos Beji Limo Cinere Sumber : Status Lingkungan Hidup Daerah Kota Depok, 2010

2 Institusi yang dibina Kesehatan Lingkungannya Beberapa insitusi yang merupakan tempat berkumpulnya masyarakat perlu mendapat pembinaan kesehatan lingkungannya karena termasuk lokasi yang rawan penularan berbagai penyakit. Tabel 3.1 berikut menunjukkan pengelompokkan institusi-institusi di Kota Depok dan capaian hasil pengawasannya. Tabel 3.2 Institusi yang Dibina Kesehatan Lingkungannya di Kota Depok Tahun 2009 No Jenis Sarana Jumlah Sarana Dibina Yang ada Jumlah % 1. Sarana Kesehatan ,04 2. Sarana Pendidikan ,21 3. Sarana Ibadah ,52 4. Perkantoran ,18 5. Sarana lain ,19 Jumlah ,20 Sumber: Dinas Kesehatan Kota Depok, Pembinaan TUPM (Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan) Tempat-tempat umum adalah tempat yang dapat diakses oleh masyarakat secara luas untuk melaksanakan berbagai aktivitas. Berkumpulnya berbagai golongan masyarakat di tempat umum menjadikan tempat-tempat umum sebagai wilayah yang rawan sebagai tempat penularan berbagai penyakit. Karena itu pembinaan tempat-tempat umum bertujuan selain menyediakan tempat umum yang memenuhi syarat higiene dan sanitasi juga mencegah terjadinya transimisi penyakit. Tabel 3.2 berikut menunjukkan pengelompokkan tempat-tempat umum di Kota Depok dan capaian hasil pengawasannya. Tabel 3.3 Hasil Kegiatan Program Penyehatan TUPM di Kota Depok Tahun 2009 Jumlah Memenuhi Diperiksa No Kegiatan Sarana Syarat Yang ada Jumlah % Jumlah % 1. Hotel ,7 2 50,0 2. Restoran/Rumah Makan , ,6 3. Pasar ,0 8 50,0 4. TUPM lainnya , ,2 Jumlah , ,4 Sumber: Dinas Kesehatan Kota Depok,

3 Kesehatan dan Pola Hidup Masyarakat. Kondisi kesehatan masyarakat sangat berkaitan erat dengan besarnya timbulan penyakit menular yang disebabkan oleh sanitasi buruk dan pola hidup masyarakat yang tidak sehat. Penyakit diare merupakan penyakit yang sering dan mudah dijumpai pada kondisi sanitasi buruk, walapun penyakit diare bukan satu-satunya penyakit yang disebabkan oleh kondisi sanitasi buruk dan pola hidup masyarakat yang tidak sehat. Berdasarkan data Profil Kesehatan Kota Depok tahun 2008, untuk semua kelompok umur diare merupakan penyakit yang menduduki peringkat 5 besar penyebab rawat inap maupun rawat jalan di rumah sakit di Kota Depok. Hal ini tentu sedikit banyak berhubungan dengan kondisi sanitasi dan perilaku hidup sehari-hari di lingkungan mereka. Kebiasaan membuang sampah atau BAB sembarangan serta ketiadaan prasarana sanitasi dasar yang memadai dapat menurunkan kualitas lingkungan, air tanah, air permukaan. Penurunan kualitas kimia air sungai menunjukkan adanya pencemaran pada sungai tersebut. Berdasarkan hasil pengujian tahun 2009, dengan melihat parameter BOD dan COD yang terukur, disimpulkan bahwa kandungan organik pada sungai-sungai di Kota Depok cukup tinggi. Bahkan pengukuran pada 16 sungai dan saluran irigasi utama menunjukkan nilai BOD yang melebihi baku mutu baku mutu kelas IV (PP 82/2001), kecuali pengukuran di Kali Laya dan Kali Sugutamu. Konsentrasi COD melebihi baku mutu kecuali di Kali Laya, Kali Sugutamu, Ciliwung, dan Kali Cipinang. Secara biologi pencemaran limbah domestik yang masuk ke sungai terukur dengan parameter coliform total dan coliform faecal. -sungai di Kota Depok mengindikasikan adanya cemaran tersebut, namun seluruhnya masih berada di bawah baku mutu kelas I yaitu sebesar 100 sel/100 ml faecal coliform dan 1000 sel/100 ml total coliform. Sumber air permukaan lainnya yaitu situ-situ di Kota Depok umumnya menunjukkan kualitas kimia yang kurang baik, bahkan beberapa situ seperti Situ Pengarengan, Gadog, Rawa Kalong, Rawa Besar dan Tipar memiliki nilai BOD melebihi baku mutu kelas IV. Hampir seluruh situ memiliki nilai ammonia lebih tinggi dari baku mutu sebesar 0.5 mg/l, dengan nilai tertinggi mencapai 70.4 mg/l di Situ Gadog. Kandungan faecal coliform situsitu di Depok berkisar antara 7-60 sel/100 ml. Hal ini mengindikasikan bahwa situ-situ di 55

4 Depok telah tercemar mikro organisme patogen, meskipun besarannya masih berada di bawah baku mutu kelas I sebesar 100 sel/100 ml. Sementara itu pengujian terhadap air bersih di lokasi sekitar UPS Meruyung, Gunadarma dan Cilangkap mengindikasikan adanya pencemaran dari limbah domestic, yaitu dengan terdeteksinya keberadaan bakteri E.coli yang berasal dari ekskreta manusia. Mengingat kurang dari 20 % masyarakat Kota Depok yang memiliki akses air minum perpipaan, dapat dikatakan bahwa sebagian besar masyarakat masih mengandalkan kebutuhan air bersih mereka dari sumber air tanah (dangkal) dan air permukaan. Data EHRA untuk sumber air minum 6% yang menggunakan PDAM seperti diperlihatkan table dibawah ini. Tabel 3.4 Sumber Air untuk Keperluan Rumah Tangga Frekuensi Minum Masak Cuci piring/gelas % Frekuensi % Frekuensi % Cuci pakaian Frekuensi % Frekuensi Gosok gigi % Air botol kemasan Air isi ulang Air ledeng PDAM Air hidram umum- PDAM Air kran umum- PDAM/PAMSIMAS Air sumur pompa tangan Air sumur gali terlindungi Air sumur gali tak terlidungi , , , , ,63 1 1, , , , ,67 9 Mata air terlindungi Mata air tak terlindungi Air hujan Air dari sungai Air dari waduk Lainnya

5 Pada tahun 2009 telah terjadi kasus penyakit diare dan kasus penyakit demam berdarah dengue di Kota Depok. Data dari Dinas Kesehatan Kota Depok melaporkan bahwa dari 1,54 juta jiwa penduduk Kota Depok, sekitar KK yang dipantau pola hidup bersih dan sehat dan sebesar 68,72% dari jumlah rumah tangga yang dipantau menerapkan pola hidup bersih dan sehat di rumah tangganya. Selain itu juga masih terdapat 20,15% keluarga yang digolongkan sebagai keluarga tidak sadar gizi. Berikut disajikan beberapa data PHBS dan distribusinya perkecamatan. Tabel 3.5 Jumlah Keluarga Sehat dan Tidak Sadar Gizi Kecamatan No Kecamatan Jumlah KK Keluarga Sehat (%) Tidak Kadarzi (%) 1 Beji ,8 19,49 2 PancoranMas ,17 21,82 3 Cipayung ,7 27,81 4 Sukmajaya ,56 13,23 5 Cilodong ,65 56,16 6 Limo ,47 12,62 7 Cinere ,44 5,41 8 Cimanggis ,82 9 Tapos ,8 18,5 10 Sawangan ,51 22,82 11 Bojong Sari ,47 42,86 Total ,72 20,15 Sumber : Dinas Kesehatan, 2010 Selain itu terdapat kecenderungan yang kurang baik setelah data PHBS tahun 2009 dan data PHBS tahun 2010 disandingkan. Terlihatlah kecendrungan turun dari penggunaan garam beryodium dan pola makan beraneka ragam,m serta meningkatnya keluarga tidak sadar gizi. 57

6 120.00% % 80.00% 60.00% 68.72% 63.10% 56.49% 59.14% 94.55% 95.93% 89.99% 91.64% 46.29% 99.45% 79.31% 79.48% 40.00% 20.00% 20.15% 11.97% 0.00% Gambar 3.1 Perbandingan Hasil PHBS 2009 dan Kuantitas dan Kualitas Air. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta kahuripan merupakan penyelenggara penyedia air utama ke Kota Depok. Tingkat pelayanan air untuk Kota Depok dari PDAM Tirta Kahuripan mencangkup 49,63% dari seluruh pelayanan dan 51,37% melayani suplai untuk Kabupaten Bogor. Instalasi air minum yang dimiliki PDAM Kabupaten Bogor di wilayah Depok terdapat 7 unit yang terdiri dari 3 unit Instalasi Pengolahan Air Minum Lengkap, 3 unit Instalasi Sumur Dalam (deep well), dan 1 unit Instalasi Boaster Pump. Diperkirakan bahwa kapasitas air minum Kota Depok yang dilayani oleh PDAM Tirta Kahuripan adalah ± 333 liter/detik dari total produksi air minum PDAM Tirta Kahuripan di wilayah Kota Depok. Menurut data SLHD Kota Depok tahun 2010 masih terdapat 15,46% penduduk yang memanfaatkan air sumur dalam memenuhi kebutuhan air bersihnya dan terdapat 0,70% yang menggunakan sumur tidak terlindungi. Menurut data survey EHRA Warga yang menggunakan air ledeng dari PDAM ada yang menyatakan tidak pernah mengalami penurunan volume pasokan air sebesar 46,99%, mengalami penurunan satu kali dalam setahun sebesar 13,25%, beberapa kali dalam setahun 14,06% dan sekali atau lebih dalam sebulan sebesar 2,41%. Namun yang menyatakan tidak tahu cukup besar yaitu 23,29%. Hal ini berarti masih cukup rawan. 58

7 F1.2 APAKAH PERNAH MENGALAMI MENURUNNYA VOLUME PASOKAN AIR YANG KOSUMSI 23.29% 2.41% 46.99% 14.06% 13.25% Tidak pernah Beberapa kali dalam setahun Tidak tahu Satu kali dalam setahun Sekali atau lebih dalam sebulan Terkait dengan kualitas air yang dikonsumsi warga yang menggunakan air dari ledeng untuk keperluan rumah tangganya 43,60% menyatakan tidak pernah mengalami penurunan kualitas, 5,60% menyatakan pernah mengalami penurunan kualitas satu kali dalam setahun, 17,60% beberapa kali dalam setahun, 10,00% pernah mengalami penurunan kualitas sekali atau lebih dalam sebulan, sisanya 23,20% menyatakan tidak tahu. Hampir sama kondisinya dengan pasokan volume terhadap air yang dikonsumsi, kualitas air juga cukup rawan. F1.3 APAKAH PERNAH MENGALAMI MENURUNNYA KUALITAS AIR YANG DIKONSUMSI 23.20% 43.60% 10.00% 17.60% Tidak pernah Beberapa kali dalam setahun Tidak tahu 5.60% Satu kali dalam setahun Sekali atau lebih dalam sebulan 59

8 Berdasarkan hasil analisis terhadap nilai parameter ph pada kualitas air bersih di beberapa lokasi di Depok diketahui bahwa nilai ph pada umumnya tidak memenuhi kisaran yang sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan yaitu antara 6-9. Hal ini perlu dilakukan kajian untuk mengetahui penyebab penurunan kualitas ph air bersih di Depok. Penurunan kualitas ph air bersih ini dapat disebabkan karena adanya pencemaran. ph NILAI ph LOKASI KONSENTRASI NILAI ph LOKASI Keterangan: 1. RPH Rangkapan Jaya 6. UPS Sadewa 2. Duren, Kel. Kali Mulya 7. UPS Merdeka Hanggar I 3. UPS Gunadarma 8. UPS Merdeka Hanggar II 4. UPS Bojong Sari 9. UPS Maruyung 5. UPS Jalan Jawa 10. UPS Cilangkap 60

9 Gambar 3.2 Nilai ph Air Bersih di Depok Pada Semester I (atas) & II (bawah) Tahun 2010 Berdasarkan hasil analisis parameter Nitrat dan Nitrit pada kualitas air bersih di beberapa lokasi pengamatan di sekitar Depok diketahui bahwa konsentrasi Nitrat di lokasi Kelurahan Suka Mulya dan UPS Hanggar II pada semester I telah melampaui baku mutu, sedangkan pada semester II di semua lokasi pengamatan konsentrasi nitrat dan nitrit masih di bawah baku mutu yang ditetapkan. Tingginya konsentrasi Nitrat mengindikasikan telah terjadinya pencemaran pada sumber air bersih akibat kegiatan domestik di lokasi tersebut. KONSENTRASI KONSENTRASI NO LOKASI KONSENTRASI KONSENTRASI NO LOKASI Keterangan: 1. RPH Rangkapan Jaya 6. UPS Sadewa 2. Duren, Kel. Kali Mulya 7. UPS Merdeka Hanggar I 3. UPS Gunadarma 8. UPS Merdeka Hanggar II 4. UPS Bojong Sari 9. UPS Maruyung 5. UPS Jalan Jawa 10. UPS Cilangkap 61

10 Gambar 3.3 Konsentrasi Nitrat dan Nitrit Air Bersih di Depok Pada Semester I Tahun KONSENTRASI NO3 KONSENTRASI LOKASI KONSENTRASI NO2 KONSENTRASI LOKASI Keterangan: 1. RPH Rangkapan Jaya 6. UPS Sadewa 2. Duren, Kel. Kali Mulya 7. UPS Merdeka Hanggar I 3. UPS Gunadarma 8. UPS Merdeka Hanggar II 4. UPS Bojong Sari 9. UPS Maruyung 5. UPS Jalan Jawa 10. UPS Cilangkap Gambar 3.4 Konsentrasi Nitrat dan Nitrit Air Bersih di Depok Pada Semester II Tahun

11 Berdasarkan hasil analisis terhadap parameter Fe pada semester II di semua lokasi masih di bawah baku mutu, sedangkan pada semester I di lokasi UPS Jalan Jawa konsentrasi Fe telah melampaui baku mutu. Untuk konsentrasi Mn pada semester I dan II di beberapa lokasi telah melampaui baku mutu. Tingginya konsentrasi Fe dan Mn dapat disebabkan oleh tipologi tanah dan batuan di wilayah setempat. KONSENTRASI KONSENTRASI Fe LOKASI KONSENTRASI Mn KONSENTRASI LOKASI Keterangan: 1. RPH Rangkapan Jaya 6. UPS Sadewa 2. Duren, Kel. Kali Mulya 7. UPS Merdeka Hanggar I 3. UPS Gunadarma 8. UPS Merdeka Hanggar II 4. UPS Bojong Sari 9. UPS Maruyung 5. UPS Jalan Jawa 10. UPS Cilangkap Gambar 3.5 Konsentrasi Fe dan Mn Air Bersih di Depok Pada Semester I Tahun

12 2.5 2 KONSENTRASI Mn KONSENTRASI LOKASI Keterangan: 1. UPS Bojong Sari 6. UPS Permata Regency 2. UPS Jalan Jawa 7. UPS Meruyung 3. UPS Sadewa 8. UPS Cilangkap 4. UPS Hanggar I 9. Situ Rawa Besar (Kantor Pokja) 5. UPS Merdeka Hanggar II 10. Situ Rawa Besar (Rumah Penduduk) Gambar 3.6 Konsentrasi Mn Air Bersih di Depok Pada Semester II Tahun 2010 Berdasarkan hasil analisis terhadap parameter lainnya seperti Zn, Fenol, amonia, klorida, sulfat, deterjen, Fe, Co, F, dan Mn pada semua lokasi pengamatan pada umumnya masih di bawah baku mutu yang ditetapkan. Senyawa fenol yang merupakan senyawa aromatik dengan satu atau beberapa gugus hidroksil yang terikat secara langsung pada cincin benzena, dihasilkan dari proses pemurnian minyak, industri kimia, tekstil, plastik, dan lain-lain. Sedangkan Zn termasuk unsur yang terdapat dalam jumlah berlimpah di alam. Ion seng mudah terserap ke dalam sedimen dan tanah. Seng termasuk unsur yang esensial bagi makhluk hidup, yakni berfungsi untuk membantu kerja enzim. Seng juga diperlukan dalam proses fotosintesis sebagai agen bagi transfer hidrogen dan berperan dalam pembentukan protein. Davis dan Cornwell (1991) menyatakan bahwa seng tidak bersifat toksik pada manusia, akan tetapi pada kadar yang tinggi dapat menimbulkan pada air. 64

13 Untuk Amonia, walaupun tidak ada baku mutu yang mengaturnya tetapi tetap perlu mendapat perhatian mengingat keberadaan senyawa ini terkait dengan masalah kebauan yang dapat ditimbulkannya JUMLAH COLIFORM KONSENTRASI LOKASI JUMLAH COLIFORM KONSENTRASI LOKASI Keterangan: 1. RPH Rangkapan Jaya 6. UPS Sadewa 2. Duren, Kel. Kali Mulya 7. UPS Merdeka Hanggar I 3. UPS Gunadarma 8. UPS Merdeka Hanggar II 4. UPS Bojong Sari 9. UPS Maruyung 5. UPS Jalan Jawa 10. UPS Cilangkap Gambar 3.7 Konsentrasi Coliform Air Bersih di Depok Pada Semester I & II Tahun

14 Berdasarkan hasil pada semester I dan II di semua lokasi pengamatan pada umumnya masih di bawah baku mutu yang ditetapkan, kecuali di lokasi UPS Gunadarma dan UPS Meruyung pada semester I telah melampaui baku mutu, dan UPS Cilangkap pada semrester II telah melampaui baku mutu. Keberadaan Total Coliform mengindikasikan adanya pencemaran dari limbah domestik, selain itu keberadaan bakteri E.coli juga menunjukkan adanya pencemaran dari limbah ekskreta manusia. Hal ini perlu diperhatikan karena mengindikasikan adanya bakteri patogen di perairan tersebut dan mengingat fungsinya sebagai sumber air bersih, pemanfaatannya sebagai sumber air bersih dapat dilakukan asalkan telah melalui proses sterilisasi untuk meniadakan keberadaan bakteri patogen Limbah Cair Rumah Tangga Pengelolaan air limbah perkotaan didefiniskan sebagai sistem prasarana air limbah yang direncanakan untuk memenuhi kebutuhan akan prasarana sanitasi suatu kota, termasuk di dalamnya bagian daerah yang dikembangkan menjadi suatu kawasan tertentu dengan pengelolaan air limbah yang menjadi tanggung jawab pemerintah kota tersebut. Saat ini dikenal sistem pengolahan air limbah terpusat (off-site), sistem pengolahan air limbah setempat (on-site), atau kombinasi dari kedua sistem ini. Sistem pengolahan air limbah terpusat (off-site system) adalah sistem penanganan air limbah domestik yang menggunakan jaringan pengumpul (sistem perpipaan) untuk membawa air limbah keluar dari daerah permukiman dan mengolahnya di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Jaringan pengumpul air limbah terdiri atas pipa persil (sambungan rumah), pipa service (tersier), pipa lateral (sekunder), pipa cabang (primer), dan pipa induk. Di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) air limbah yang masuk mengalami pengolahan melalui proses fisik di unit operasi dan proses biologi/kimia di unit proses. Keluarannya adalah air hasil olahan (effluent) yang memenuhi baku mutu yang ditetapkan. Sistem pengolahan limbah cair setempat (on-site system) adalah suatu sistem pengolahan limbah cair yang berada di dalam persil (batas tanah yang dimiliki) atau pada titik di mana limbah tersebut timbul. Sistem ini memiliki keuntungan karena dapat dibuat secara individu dengan biaya yang relatif murah, menggunakan teknologi yang sederhana, memiliki sistem yang terpisah tiap rumah sehingga bebas dalam penggunaannya, dan pemeliharaan yang mudah. Modifikasi dari sistem ini adalah yang 66

15 dibangun untuk dimanfaatkan secara komunal dengan fasilitas dan pelayanan untuk beberapa bangunan. Sistem pengolahan limbah cair setempat harus dilengkapi dengan tangki septik (septic tank), dimana proses terjadi secara perlahan sehingga terjadi pemisahan antara padatan dan cairan. Padatan turun dan mengendap di dasar tangki dan terurai secara anaerob. Sementara itu, bagian cairan dialirkan ke bidang resapan. Pembersihan tangki septik harus dilakukan minimal 2 tahun sekali. Meskipun murah dan paling umum digunakan, sistem setempat ini tidak dapat diterapkan di daerah permukiman dengan kepadatan tinggi, daerah dengan muka air tanah tinggi dan daerah dengan jenis tanah berpermeabilitas tinggi. Bila diterapkan pada daerah-daerah ini, sistem setempat dapat mencemari air tanah (sumur) di sekitarnya. Untuk Kota Depok yang dapat dikategorikan sebagai kota metropolitan, sistem pengelolaan air limbah yang diterapkan dapat berupa sistem setempat atau terpusat atau gabungan keduanya, yang tergantung pada kondisi kepadatan penduduk, sosial ekonomi, topografi, serta pemakaian air perpipaan. Untuk skala kawasan dapat pula dikembangkan sistem pengelolaan air limbah kawasan berupa sistem terpusat (off-site) maupun setempat (on-site). Kondisi topografi suatu wilayah turut menentukan jenis sistem pengolahan air limbah yang cocok untuk wilayah tersebut. Kondisi topografi kota Depok dapat digambarkan sbb: Bagian Utara umumnya berupa dataran rendah bagian Selatan umumnya merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian meter di atas permukaan laut dengan kemiringan lereng antara 2-15 %. Wilayah dengan kemiringan lereng antara 8-15 % tersebar dari Barat ke Timur. Wilayah dengan kemiringan lereng lebih dari 15 % terdapat disepanjang sungai Cikeas, sungai Ciliwung dan bagian Selatan sungai Angke Sistem pengolahan air limbah permukiman yang berjalan di Depok selama ini adalah sistem pengelolaan air limbah setempat (on-site). Di mana setiap rumah diarahkan untuk memiliki prasarana dasar air limbah sendiri yang terdiri dari jamban, tangki septik, dan resapan. Meskipun demikian, perilaku buang air besar di saluran/sungai/kolam masih ditemukan di sebagian wilayah kota, tidak hanya di daerah yang jauh dari pusat kota / di daerah perbatasan tapi bahkan di dekat pusat kota. 67

16 Dari wawancara yang dilakukan pada tahun 2010 terhadap 630 KK yang tersebar di 63 kelurahan, proporsi rumah tangga yang membuang tinja langsung ke ruang terbuka mencapai sekitar 9,8%, yang terdiri dari : 1. Jamban siram disalurkan ke cubluk/jumbleng (1,9%) 2. Jamban siram disalurkan ke lobang (0,9%) 3. Jamban siram disalurkan ke saungai/kali/parit/got (3,5%) 4. Jamban siram disalurkan ke kolam (3,5%) Hal ini diperkuat dengan data survey EHRA yang memperlihatkan tempat pembuangan akhir tinja di masyarakat seperti diperlihatkan Tabel dibawah ini. Tabel 3.6 Tempat Penyaluran Buangan Akhir Tinja per Kecamatan Tangki septik D4. Kemana tempat penyaluran buangan akhir tinja? Cubluk/lobang tanah Langsung ke drainase /danau 68 Kolam/sawah Kebun Lainnya Tidak tahu Total BEJI Count % within Kecamatan BOJONG SARI Count % within Kecamatan CILODONG Count % within Kecamatan CIMANGGIS Count % within Kecamatan CINERE Count % within Kecamatan CIPAYUNG Count % within Kecamatan LIMO Count % within Kecamatan PANCORAN MAS Count % within Kecamatan SAWANGAN Count

17 % within Kecamatan SUKMAJAYA Count % within Kecamatan TAPOS Count % within Kecamatan Total Count % within Kecamatan Pengolahan limbah tinja Kota Depok dilayani oleh 1 buah Instalasi Pengolah Limbah Tinja berkapasitas 790 m3/tahun. Instalasi ini terdiri dari tangki Imhoff, kolam fakultatif, kolam maturasi dan bak pengering lumpur. Jasa penyedotan dan pengangkutan dari sumber limbah ke IPLT dikelola oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan yang memiliki 1 buah truk tinja berkapasitas 2 m3 dan 6 buah truk tinja berkapasitas 3 m3. Selain itu, layanan jasa penyedotan tinja juga disediakan oleh beberapa perusahaan swasta yang melakukan penyedotan ke permukiman / tempat umum dan membuangnya di IPLT Kalimulya. Adapun cakupan wilayah penyedotan tinja yang dilayani IPLT mencapai 80% (jarak radius pelayanan truk tinja maksimal 100 km). Baku mutu hasil pengolahannya masih mengacu pada baku mutu air permukaan golongan B, yaitu peruntukannya dapat digunakan untuk kegiatan pengairan, perikanan, pertamanan, dll. Pengelolaan air limbah di Kota Depok pada umumnya masih menggunakan sistem individual yang sederhana berupa jamban keluarga, jamban umum dan MCK. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Tahun 2009, terlihat bahwa : KK yang memiliki jamban : 74,43 % KK yang memiliki jamban sehat : 96,44 % KK yang memiliki pengelolaan air limbah : 67,03 % KK yang memiliki pengelolaan air limbah sehat : 37,41 % Kota Depok memiliki Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kalimulya, IPLT ini terletak di Kecamatan Sukmajaya. Bangunan ini terdiri dari tangki imhof, kolam fakultatif, maturasi dan bak pengering lumpur dengan luas m 2. IPLT Depok mempunyai 7 (tujuh) unit armada dan 1 (satu) unit dalam keadaan rusak. 69

18 Berdasarkan hasil analisis terhadap parameter mikrobiologi konsentrasi Fecal Coliform dan Total coliform di semua lokasi pengamatan pada umunya masih di bawah baku mutu yang ditetapkan, kecuali di Kali Cikumpa. Keberadaan Total Coliform mengindikasikan adanya pencemaran dari limbah domestik, selain itu keberadaan bakteri E.coli juga menunjukkan adanya pencemaran dari limbah ekskreta manusia. Hal ini perlu diperhatikan karena mengindikasikan adanya bakteri patogen di perairan tersebut dan mengingat fungsi badan air tersebut sebagai sumber air bersih. Pemanfaatannya sebagai sumber air bersih dapat dilakukan asalkan telah melalui proses sterilisasi untuk meniadakan keberadaan bakteri patogen. JUMLAH (PER 100 ML) JUMLAH FECAL COLIFORM LOKASI JUMLAH (PER 100 ML) JUMLAH TOTAL COLIFORM LOKASI Keterangan: 1. Kali Ciliwung 9. Kali Baru 2. Kali Cabang Barat 10 Kali Grogol 3. Kali Cabang Tengah 11. Kali Laya 4. Kali Krukut 12. Kali Sugutamu 70

19 5. Kali Angsana 13. Kali Cipinang 6. Kali Angke 14. Kali Cabang Timur 7. Kali Pesanggrahan 15. Kali Manggis 8. Kali Caringin 16. Kali Cikumpa Gambar 3.8 Konsentrasi Fecal Coliform dan Total Coliform di Depok, Limbah Padat (Sampah). Penduduk Kota Depok berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kota Depok, pada tahun 2009 mencapai jiwa Dan diperkirakan pada tahun 2010 mencapai ± jiwa (situs resmi Kota Depok) dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 3,43%. Timbulan sampah Kota Depok diperkirakan mencapai 4534,091 m³/hari dengan asumsi sampah yang dihasilkan mencapai 2,95 liter per orang per hari. Tabel 3.7 Jumlah Rumah Tangga dan Perkiraan Timbulan Sampah per Hari No. Nama Kecamatan Jumlah Rumah Tangga Timbulan Sampah (m3/hari) 1. Pancoran Mas (termasuk kec. Cipayung) Cimanggis (termasuk kec. Tapos) Sawangan (termasuk kec.bojongsari) Sukmajaya (termasuk kec.cilodong) Limo (termasuk kec. Cinere) Beji Total Sumber : Analisis Tim Penyusun SLHD Kota Depok 2010 berdasarkan data DKP Kota Depok, 2009 Berdasarkan potensi timbulan sampah tersebut maka dapat dibayangkan sulitnya melakukan pengelolaan sampah di kota depok. Dimana pengelolaan sampah yang dilakukan oleh masyarakat pun sangat beragam. Masih ada masyarakat yang membuang sampahnya langsung ke sungai, terdapat juga warga yang masih membakar sampahnya. Berikut disajikan data pengelolaan sampah warga. 71

20 Tabel 3.8 Jumlah Rumah Tangga menurut Cara Pembuangan Sampah No. Kecamatan Cara Pembuangan Jumlah Angkut Timbun Baka Ke Kali RT r Lainnya 1. Sawangan Bojongsari Pancoran Mas Cipayung Sukmajaya Cilodong Cimanggis Tapos Beji Limo Cinere Sumber : Status Lingkungan Hidup Daerah Kota depok, 2010 Data survey EHRA masih memperlihatkan cara pengelolaan sampah ditingkat kecamatan-kecamatan. Kecamatan yang mengelola sampah dengan cara dibakar yang tertinggi adalah Kecamatan Sawangan sebesar 68,33%, Kecamatan Tapos sebesar 62, 77%, Kecamatan Bojongsari sebesar 60,67%, dan Kecamatan Cilodong sebesar 47,83%. Hal ini barangkali ada kaitannya dengan tingkat kepadatan penduduk yang masih rendah sehingga ada ruang untuk melakukan pembakaran sampah. Kemudian kecamatan yang masyarakatnya membuang sampah ke sungai dengan prosentase cukup tinggi yaitu Cipayung sebesar 7,0% dan Kecamatan Pancoranmas sebesar 4,4%. Hal ini berkaitan dengan adanya aliran sungai yang melintasi pemukiman di dua wilayah tersebut. Kemudian prosentase yang cukup tinggi pengelolaan sampah dengan cara dibuang di lahan kosong yaitu di Kecamatan Limo sebesar 14,58% dan Kecamatan Bojongsari sebesar 10,07%. 72

21 KECAMATAN Tabel 3.9 Pengelolaan Sampah Rumah Tangga per Kecamatan Dibuang dan dikubur dilobang Diangkut tukang sampah, di TPS Dibakar Dibuang ke sungai Dibiarkan saja Dibuang ke lahan kosong Lainnya Total BEJI Count % within Kec BOJONG SARI Count % within Kec CILODONG Count % within Kec CIMANGGIS Count % within Kec CINERE Count % within Kec CIPAYUNG Count % within Kec LIMO Count % within Kec PANCORAN MAS Count % within Kec SAWANGAN Count % within Kec SUKMAJAYA Count % within Kec TAPOS Count % within Kec Count TOTAL % within Kec Sumber : Laporan EHRA Kota Depok, Drainase Lingkungan. SIstem jaringan drainase di Kota Depok dibagi atas 2 bagian, yaitu : drainase utama (major drainage) dan drainase lokal (minor drainage). Sistem drainase utama/makro adalah sistem saluran yang menampung dan mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan (catchment area), sedangkan drainase lokal/mikro adalah system saluran dan bangunan pelengkap drainase yang menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan air hujan yang sebagian besarnya berada di dalam wilayah kota. Terdapat 6 sungai besar yang melintas di Kota Depok yang berfungsi sebagai drainase makro, yaitu Kali Angke, Kali Pesanggrahan, Kali Krukut, Kali Ciliwung, Kali Sunter, dan 73

22 Kali Cikeas. -sungai besar ini pada umumnya berhulu di Kabupaten Bogor, melintasi Depok, dan Tangerang atau Jakarta atau Bekasi sebelum bermuara di Laut Jawa. Daerah Aliran (DAS) dari drainase makro di atas mencakup wilayah Kota Depok sebagai berikut : - DAS Ciliwung : Beji, Cimanggis, Pancoran Mas, Sukma Jaya - DAS Angke : Limo, Sawangan - DAS Pesanggrahan : Limo, Pancoran Mas, Sawangan - DAS Krukut : Beji, Limo, Pancoran Mas, Sawangan - DAS Sunter : Cimanggis, Sukma Jaya - DAS Cikeas : Cimanggis Sementara itu, banyak sungai-sungai kecil di Depok yang berfungsi sebagai saluran drainase mikro, yang menerima air dari beberapa saluran dan mengalirkannya ke drainase makro. -sungai yang mengalir melewati Kota Depok dijelaskan pada Tabel 3.10 berikut ini. Tabel 3.10 Daftar sebagai Drainase Primer di Kota Depok No Sub Sistem (Saluran Pembuang) Akhir Saluran Drainase Primer Saluran Drainase Sekunder Saluran Drainase Tersier 1 Sub Sistem Angke- Pasanggrahan Kali Angke Kali Gede Kali Kedaung Kali Ciputat Pondok Petir Curug Kapuk Reni Jaya Irigasi Kali Gede Pelopor Duren Mekar Kali Cinangka Kali Angke 2 Bojong Sari 2 Bojong Sari 1 Sawangan 1 Sawangan 2 74

23 No Sub Sistem (Saluran Pembuang) Akhir Saluran Drainase Primer Saluran Drainase Sekunder Saluran Drainase Tersier Kali Pasanggrahan (Kiri) Sawangan 3 Sawangan Baru Caringin Angsana 1 Angsana 2 Angsana 3 Angsana 4 Bedahan 1 Bedahan 2 Caringin 1 Caringin 2 Caringin 3 2 Sub Sistem Kali Cinere Pasanggrahan- Pasanggrahan Puri Krukut (Kanan) Kali Prumpung Maruyung Santika Marinir 1 Marinir 2 BDN Limo 1 Limo 2 Limo 3 Limo 4 Cipayung 1 Cipayung 2 Cipayung Jaya Kali Grogol Kali Gandul Rawa Kalong Graha Rangkapan Jaya Rawa Kalong1 Kali Krukut (Kiri) Mampang Indah 75

24 No Sub Sistem (Saluran Pembuang) Akhir Saluran Drainase Primer Saluran Drainase Sekunder Saluran Drainase Tersier 3 Sub Sistem Krukut - Ciliwung Kali Krukut (Kanan) Kali Sawangan Kali Prumpung Kali Beji Kali Ciliwung (Kiri) Pancoran Mas Permai Pancoran Mas Cipayung Pondok Terong Ratu Laya Kali Tanah Baru Beji Barat Beji Timur Universitas Indonesia Peladen Pondok Jaya Kali Bungur Pesona Depok Delima Depok Karet 4 Sub Sistem Ciliwung Sunter Kali Ciliwung Pondok Duta (Kanan) Bakti Jaya Pasir Gunung Asrama Brimob Kali Baru 3 Kali Suwuk <--- Setu Babakan Kali Suwuk 76 Proklamasi Tulodong Tulodong 1 Tulodong 2 Babakan 1 Babakan 2 Babakan 3 Bahagia Graha Prima Suka Maju

25 No Sub Sistem (Saluran Pembuang) Akhir Saluran Drainase Primer Saluran Drainase Sekunder Saluran Drainase Tersier Set Tipar Bulak Permai Mekarsari Cisalak Kali Cipinang Cempedak Suka Maju Kali Sunter Cimanggis (Kanan) Tanah Laguna Suka Tani Permai Pondok Suka Tani Permai 5 Sub Sistem Sunter - Cikeas Kali Sunter (Kiri) Cimanggis Pondok Sukatani Permai Sukatani Permai Taman Laguna Sumber : Masterplan Drainase Kota Depok, 2010 Situ yang juga merupakan bagian sistem drainase kota banyak terdapat di kota Depok. Data resmi yang dikeluarkan oleh Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Depok terdapat 26 situ di Kota Depok. Selain berfungsi sebagai pengendali banjir, situ-situ tersebut juga menjadi sistem konservasi air tanah yang melayani kota Depok, Jakarta dan Bekasi. Ke-26 situ tersebut beserta permasalahannya dapat dilihat pada. Beberapa situ tersebut saling terhubung satu sama lain dan membentuk sistem tersendiri yang menghubungkan situ tersebut dengan sungai utama yang mengalir ke Jakarta atau Bekasi. Daftar situ-situ interkoneksi yang melayani kota Depok, Jakarta dan Bekasi dapat dilihat dalam, sedangkan peta sistem sungai / hidrologi Kota Depok dapat dilihat pada. 77

26 Tabel 3.11 Situ-Situ di Kota Depok dan Permasalahannya Kondisi Fisik Situ Daerah Aliran Wilayah No Nama Situ Lokasi Luas (Ha) Kedalaman ± (m) Kualitas Air Sumber Air (DAS)/S (WS) Permasalahan ub DAS 1 Cilangkap Kel. 6,00 1,00-2,00 a. Coklat a. Mata air Ciliwung a. Pendangkalan Cilangkap b. Limbah Rumah b. Saluran Sunter - (sedimentasi, gulma, Kec. Tangga/Domest irigasi Cisadan pohon dan sampah) Tapos ik e (Cil- b. Penyempitan c. Limbah pabrik Cis) (sedimen, gulma, d. Berbau pohon dan sampah) c. Keramba 2 Rawa Kalong Kel. Curug 8,25 1,00-3,00 a. Hijau a. Mata air Ciliwung a. Masuknya limbah Kec. kecoklatan b. Saluran Cipinang - pabrik dan Cimanggis b. Limbah rumah drainase Cisadan masyarakat dari inlet tangga/domesti pemukima e (Cil- situ k n Cis) b. Penyempitan c. Limbah pabrik (sedimen dan d. Berbau sampah) 3 Pedongkelan Kel. Tugu 6,25 0,30-2,00 a. Hijau a. Mata air Ciliwung a. Pendangkalan Kec. kecoklatan b. Kali Ciliwung - (sedimentasi, dan Cimanggis b. Limbah rumah Jantung Cisadan sampah) 78

27 Kondisi Fisik Situ Daerah Aliran Wilayah No Nama Situ Lokasi Luas (Ha) Kedalaman ± (m) Kualitas Air Sumber Air (DAS)/S (WS) Permasalahan ub DAS tangga/domesti dan Kali e (Cil- b. Penyempitan k Laya Cis) (sedimen, sampah, c. Limbah pabrik (saluran keramba, empang, d. Berbau pengumpu bangunan l saluran masyarakat) drainase c. Sumber air dari kali pemukima laya tidak mengalir n) ke situ lagi 4 Tipar/Cicada Kel. 8,00 1,00-3,00 a. Hijau a. Mata air Ciliwung a. Masuknya sampah s Mekarsari kecoklatan b. Saluran Cipinang - dari inlet situ Kec. b. Limbah rumah drainase Cisadan b. Sumber air dari Cimanggis tangga/domesti pemukima e (Cil- drainase tidak lancar k n Cis) dan berbau c. Limbah pabrik c. Sebagian status d. Berbau tanah situ berubah menjadi HGB perusahaan/peroran gan 79

28 Kondisi Fisik Situ Daerah Aliran Wilayah No Nama Situ Lokasi Luas (Ha) Kedalaman ± (m) Kualitas Air Sumber Air (DAS)/S (WS) Permasalahan ub DAS 5 Jatijajar Kel. 6,50 1,00-3,00 a. Hijau a. Mata air Ciliwung a. Pendangkalan Jatijajar b. Limbah rumah b. Saluran Cipinang - (sedimentasi, dan Kec. tangga/domesti irigasi Cisadan sampah) Tapos k c. Saluran e (Cil- b. Penyempitan c. Berbau drainase Cis) (sedimen, sampah) pemukima c. Sumber air dari n drainase dan irigasi tidak lancar dan berbau 6 Patinggi Kel. 5,50 0,30-2,00 a. Hijau a. Mata air Ciliwung a. Pendangkalan Tapos kecoklatan b. Saluran Sunter - (sedimentasi, dan Kec. b. Limbah rumah irigasi Cisadan sampah) Tapos tangga/domesti c. Saluran e (Cil- b. Penyempitan k drainase Cis) (sedimen, sampah, c. Berbau pemukima keramba, empang, d. Banyak n ditumbuhin pohon- tumbuhan, pohonan) teratai dan c. Sumber air dari 80

29 Kondisi Fisik Situ Daerah Aliran Wilayah No Nama Situ Lokasi Luas (Ha) Kedalaman ± (m) Kualitas Air Sumber Air (DAS)/S (WS) Permasalahan ub DAS pohon drainase dan irigasi tidak lancar dan berbau Saluran outlet untuk irigasi tidak befungsi 7 Baru/Gemblu Kel. 7,20 2,00-3,00 a. Hijau kebiruan a. Mata air Ciliwung a. Pendangkalan ng Harjamukt b. Limbah rumah b. Saluran Cipinang - (sedimentasi, dan i tangga/domesti drainase Cisadan sampah) Kec. k pemukima e (Cil- b. Penyempitan Cimanggis c. Berbau n Cis) (bangunan d. Banyak masyarakat) tumbuhan, c. Sumber mata air teratai dan tertutup sedimen pohon 81

30 Kondisi Fisik Situ Daerah Aliran Wilayah No Nama Situ Lokasi Luas (Ha) Kedalaman ± (m) Kualitas Air Sumber Air (DAS)/S (WS) Permasalahan ub DAS 8 Gadog Kel. 1,30 0,30-2,00 a. Coklat a. Mata air Ciliwung a. Pendangkalan Cisalak b. Limbah rumah b. Saluran Cipinang - (sedimentasi, dan Pasar tangga/domesti drainase Cisadan sampah) Kec. k pemukima e (Cil- b. Penyempitan Cimanggis c. Berbau n dan Cis) (bangunan d. Banyak saluran masyarakat) tumbuhan drainase c. Sumber mata air eceng gondok pasar tertutup sedimen limbah pabrik dan sampah e. Limbah rumah d. Sumber air dari pemotongan drainase pemukiman hewan dan pasar kecil dan bau Empang 9 Sidomukti Kel. 7,50 1,00-3,00 a. Hijau a. Mata air Ciliwung a. Pendangkalan Sukmajay kecoklatan b. Situ Ciliwung/ - (sedimentasi, dan a b. Limbah rumah Cikaret Cisadan sampah) Kec. tangga/domesti c. Situ Sugutam e (Cil- b. Penyempitan 82

31 Kondisi Fisik Situ Daerah Aliran Wilayah No Nama Situ Lokasi Luas (Ha) Kedalaman ± (m) Kualitas Air Sumber Air (DAS)/S (WS) Permasalahan ub DAS Sukmajay k Cilodong u Cis) (bangunan a d. Drainase masyarakat, kolam pemukima pemancingan,empan n g) c. Sumber mata air tertutup sedimen dan sampah d. Sumber air dari situ cikaret dan cilodong tidak stabil 10 Cilodong Kel. Kali 9,50 0,30-2,00 a. Hijau a. Mata air Ciliwung a. Pendangkalan Baru kecoklatan b. Situ Ciliwung/ - (sedimentasi, Kec. b. Berbau Cikaret Cisadan sampah, gulma dan Cilodong c. Banyak gulma c. Drainase Sugutam e (Cil- pohon) dan dan pohon- pemukima u Cis) b. Penyempitan pohonan n (bangunan masyarakat) c. Sumber mata air 83

32 Kondisi Fisik Situ Daerah Aliran Wilayah No Nama Situ Lokasi Luas (Ha) Kedalaman ± (m) Kualitas Air Sumber Air (DAS)/S (WS) Permasalahan ub DAS tertutup sedimen 11 Pengarengan Kel. 7,00 1,00-2,00 a. Hijau a. Mata air Ciliwung a. Pendangkalan Cisalak kecoklatan b. Ciliwung - (sedimentasi, Kec. b. Limbah rumah Cijantung ( Cisadan sampah, gulma dan Sukmajay tangga/domesti (saluran Cipinang e (Cil- pohon) a k pengumpu /Kalibaru Cis) b. Penyempitan c. Berbau l drainase ) (bangunan d. Banyak pemukima masyarakat, gulma tumbuhan, n) dan pohon-pohonan) eceng gondok c. Sumber mata air dan pohon tertutup sedimen 84

33 Kondisi Fisik Situ Daerah Aliran Wilayah No Nama Situ Lokasi Luas (Ha) Kedalaman ± (m) Kualitas Air Sumber Air (DAS)/S (WS) Permasalahan ub DAS 12 Bahar Kel. 1,25 0,30-1,00 a. coklat a. Mata air Ciliwung a. Pendangkalan Sukamaju b. Berbau b. Situ Cijantun - (sedimentasi, Kec. c. Banyak gulma Cikaret g Cisadan sampah, gulma dan Cilodong dan dan pohon- c. Drainase e (Cil- pohon) pohonan pemukima Cis) b. Penyempitan d. Limbah rumah n (bangunan tangga/domesti masyarakat, kolam k pemancingan,empan g) c. Sumber mata air tertutup sedimen dan sampah d. Sumber air dari drainase perumahan berbau dan tidak stabil 85

34 Kondisi Fisik Situ Daerah Aliran Wilayah No Nama Situ Lokasi Luas (Ha) Kedalaman ± (m) Kualitas Air Sumber Air (DAS)/S (WS) Permasalahan ub DAS 13 Pitara/Panco Kel. 0,60 0,30-0,80 a. coklat a. Mata air Ciliwung a. Pendangkalan ran Mas Pancoran b. Berbau b. Saluran Krukut - (sedimentasi, Mas c. Banyak gulma drainase Cisadan sampah, gulma dan Kec. dan dan pohon- pemukima e (Cil- pohon) Pancoran pohonan n Cis) b. Penyempitan Mas d. Limbah rumah (bangunan tangga/domesti masyarakat, kolam k pemancingan,empan g) c. Sumber mata air tertutup sedimen dan sampah d. Sumber air dari drainase perumahan berbau dan tidak stabil 86

35 Kondisi Fisik Situ Daerah Aliran Wilayah No Nama Situ Lokasi Luas (Ha) Kedalaman ± (m) Kualitas Air Sumber Air (DAS)/S (WS) Permasalahan ub DAS 14 Asih Pulo Kel. 4,40 1,00-4,00 a. Hijau a. Mata air Ciliwung a. Pendangkalan Rangkapa kecoklatan b. Saluran Grogol - (sedimentasi, n Jaya b. Buangan dari irigasi Cisadan sampah, gulma dan Kec. persawahan e (Cil- pohon) Pancoran Cis) b. Penyempitan Mas (bangunan masyarakat, kolam pemancingan,empan g) c. Sumber mata air tertutup sedimen dan sampah 15 Rawa Besar Kel. 13,00 0,00-3,00 a. Hijau a. Mata air Ciliwung a. Pendangkalan Depok kecoklatan b. Saluran Krukut - (sedimentasi, Jaya b. Limbah rumah irigasi Cisadan sampah) Kec. tangga/domesti (cabang e (Cil- b. Sumber mata air Pancoran k tengah) Cis) tertutup sedimen Mas c. Berbau c. Saluran dan sampah 87

36 Kondisi Fisik Situ Daerah Aliran Wilayah No Nama Situ Lokasi Luas (Ha) Kedalaman ± (m) Kualitas Air Sumber Air (DAS)/S (WS) Permasalahan ub DAS d. Limbah pabrik Drainase c. Masyarakat tahu/tempe membuang sampah ke areal situ 16 Citayam Kel. 7,00 1,00-4,00 a. Hijau Mata Air Ciliwung a. Pendangkalan Bojong kecoklatan Krukut - (sedimentasi, Pondok b. Limbah rumah Cisadan sampah, gulma dan Terong tangga/domesti e (Cil- pohon) Kec. k Cis) b. Penyempitan Cipayung c. Berbau (bangunan d. Banyak masyarakat, kolam tumbuhan pemancingan,empan gulma dan g) pohon c. Sumber mata air e. Limbah pabrik tertutup sedimen tahu/tempe dan sampah d. Sumber air dari drainase perumahan 88

37 Kondisi Fisik Situ Daerah Aliran Wilayah No Nama Situ Lokasi Luas (Ha) Kedalaman ± (m) Kualitas Air Sumber Air (DAS)/S (WS) Permasalahan ub DAS berbau dan tidak stabil 17 UI 1, UI 2, UI Kel. 17,50 1,00-3,00 a. Hijau kebiruan a. Mata air Ciliwung a. Pendangkalan s/d 3, UI 4 Pondok b. Limbah rumah b. Saluran Ciliwung - (sedimentasi, 20 Cina tangga/domesti irigasi Cisadan sampah, gulma dan Kec. Beji k (cabang e (Cil- pohon) c. Berbau timur) Cis) b. Penyempitan d. sampah c. Saluran (bangunan Drainase masyarakat, kolam pemancingan,empan g) c. Sumber mata air tertutup sedimen 89

38 Kondisi Fisik Situ Daerah Aliran Wilayah No Nama Situ Lokasi Luas (Ha) Kedalaman ± (m) Kualitas Air Sumber Air (DAS)/S (WS) Permasalahan ub DAS dan sampah d. Sumber air dari irigasi drainase perumahan berbau dan tidak stabil 21 Pladen Kel. Beji a. Hijau a. Mata air Ciliwung a. Pendangkalan Kec. Beji b. Limbah rumah b. Saluran Ciliwung - (sedimentasi, tangga/domesti irigasi Cisadan sampah, gulma dan k (cabang e (Cil- pohon) c. Berbau tengah) Cis) b. Penyempitan d. sampah c. Saluran (bangunan Drainase masyarakat, kolam pemancingan,empan g) c. Sumber mata air tertutup sedimen 90

39 Kondisi Fisik Situ Daerah Aliran Wilayah No Nama Situ Lokasi Luas (Ha) Kedalaman ± (m) Kualitas Air Sumber Air (DAS)/S (WS) Permasalahan ub DAS dan sampah d. Sumber air dari irigasi drainase perumahan berbau dan tidak stabil 22 Bojong Kel. 28,50 0,00-4,00 a. Hijau a. Mata Air Kali Ciliwung a. Pendangkalan Sari/Sawang Sawangan b. Limbah rumah b. Kali Kedaung - (sedimentasi, an Lama Kec. tangga/domesti ciputat Cisadan sampah, gulma dan Sawangan k c. Drainase e (Cil- pohon) c. Berbau Cis) b. Penyempitan d. sampah (bangunan masyarakat, kolam pemancingan,empan g) c. Sumber mata air tertutup sedimen 91

40 Kondisi Fisik Situ Daerah Aliran Wilayah No Nama Situ Lokasi Luas (Ha) Kedalaman ± (m) Kualitas Air Sumber Air (DAS)/S (WS) Permasalahan ub DAS dan sampah d. Sumber air dari irigasi drainase perumahan berbau dan tidak stabil 23 Pengasinan Kel. 6,00 1,00-3,00 a. Hijau kebiruan a. Mata air Ciliwung a. Pendangkalan Pengasina b. Limbah rumah b. Saluran Ciputat - (sedimentasi, n tangga/domesti irigasi Cisadan sampah, gulma dan Kec. k c. Saluran e (Cil- pohon) Sawangan Drainase Cis) b. Penyempitan (bangunan masyarakat, kolam pemancingan,empan g) c. Sumber mata air tertutup sedimen 92

41 Kondisi Fisik Situ Daerah Aliran Wilayah No Nama Situ Lokasi Luas (Ha) Kedalaman ± (m) Kualitas Air Sumber Air (DAS)/S (WS) Permasalahan ub DAS dan sampah 24 Pasir Putih Kel. Pasir Ciliwung Sudah Menjadi Putih Pasangg - Daratan Kec. rahan Cisadan Sawangan e (Cil- Cis) 25 Cinere Kel Ciliwung a. Pendangkalan Cinere Pasangg - (sedimentasi, Kec. rahan Cisadan sampah, gulma dan Cinere e (Cil- pohon) Cis) b. Penyempitan (bangunan masyarakat, kolam 93

42 Kondisi Fisik Situ Daerah Aliran Wilayah No Nama Situ Lokasi Luas (Ha) Kedalaman ± (m) Kualitas Air Sumber Air (DAS)/S (WS) Permasalahan ub DAS pemancingan, empang) c. Sumber mata air tertutup sedimen dan sampah d. Sumber air dari irigasi drainase perumahan berbau dan tidak stabil 26 Krukut Kel. 0, Ciliwung a. Pendangkalan Krukut Krukut - (sedimen dan Kec. Limo Cisadan sampah) e (Cil- b. Sebagian menjadi Cis) Fasos-Fasum Masyarakat 94

43 Tabel 3.12 Daftar Situ di Kota Depok yang Terinterkoneksi LUAS No. NAMA SITU LOKASI MANFAAT KETERANGAN (Ha) 1 Situ Pedongkelan Kel. Tugu 6.25 Pengendalian banjir di hulu Outlet Situ Pedongkelan mengalir Kec. Cimanggis dan hilir Situ; konservasi ke DKI Jakarta air 2 Situ Pengarengan Kel. Cisalak 7.00 Pengendalian banjir di hulu Outlet Situ Pengarengan bermuara Kec. Sukmajaya dan hilir Situ; konservasi di Situ Pedongkelan dan Outlet air Situ Pedongkelan mengalir ke DKI Jakarta 3 Situ Rawa Kalong Kel. Curug 8.25 Pengendalian banjir di Outlet Situ Rawa Kalong mengalir Kec. Cimanggis permukiman di hulu dan hilir ke Kali Cipinang Situ; konservasi air 4 Situ Gadog Kel. Cisalak Pasar 1.30 Pengendalian banjir di Outlet Situ Gadog bermuara ke Kec. Cimanggis kawasan di hulu dan hilir Situ; Kali Cipinang yang mengalir ke konservasi air DKI Jakarta 5 Situ Jatijajar Kel. Jatijajar 6.50 Pengendalian banjir di Outlet Situ Jatijajar bermuara ke Kec. Cimanggis kawasan di hulu dan hilir Situ; Kali Cipinang yang mengalir ke konservasi air DKI Jakarta 6 Situ Pasir Putih Kel. Pasir Putih (8.00) Konservasi air dan Hampir seluruh lahan situ telah Kec. Sawangan pengendalian banjir di menjadi daratan; Outlet Situ Pasir kawasan sekitar situ Putih (Kali Angsana) mengalir ke Kali Pasanggrahan 7 Situ Krukut Kel. Krukut (7.00) Pengendalian banjir di Merupakan Inlet Kali Pinang yang Kec. Limo kawasan di hulu dan hilir Situ; mengalir ke DKI Jakarta; konservasi air dikhawatirkan hilang bila tidak ditangani segera 8 Situ Bahar Kel. Sukamaju 1.25 Pengendalian banjir di Outlet Situ Bahar mengalir Kec. Sukmajaya kawasan di hulu dan hilir Situ; ke Kali Cijantung - Situ konservasi air Pengarengan - Kali Jantung - Situ Pedongkelan yang outletnya mengalir ke DKI Jakarta 9 Situ Citayam Kel. Bj Pdk Terong 7.00 Pengendalian banjir di Outlet Situ Citayam bermuara ke Kec. Pan Mas kawasan di hulu dan hilir Situ; Kali Krukut yang mengalir ke DKI konservasi air Jakarta 10 Situ Patinggi Kel. Tapos 5.50 Pengendalian banjir di Outlet Situ Patinggi mengalir ke Kec. Cimanggis kawasan di hulu dan hilir Situ; Kali Manggis yang bermuara ke konservasi air Kali Sunter yang mengalir ke DKI Jakarta / Bekasi 11 Situ Cilangkap Kel. Cilangkap 6.00 Pengendalian banjir di Outlet Situ Cilangkap mengalir Kec. Cimanggis kawasan di hulu dan hilir Situ; dan bermuara ke Kali Sunter konservasi air 12 Situ Bojongsari Kel. Sawangan 28.5 Pengendalian banjir di Outlet Situ Bojongsari (Kali & Kel. Bojongsari kawasan di hulu dan hilir Situ; Kedaung) bermuara ke Kali Kec. Cimanggis konservasi air Ciputat - K Pesanggrahan yang mengalir ke DKI Jakarta 95

44 Pencemaran Udara. Kualitas udara ambien di suatu daerah sangat dipengaruhi oleh faktor nilai konsentrasi pencemar di lokasi tersebut. Kondisi tersebut akan sangat bergantung pada faktor meteorologis dan orologis daerah tersebut. Sumber emisi adalah dari kegiatan industri, transportasi darat, pembakaran sampah, dan kegiatan domestik lainnya. Kondisi transportasi darat yang semakin padat akhir-akhir ini kian memberikan kontribusi terhadap peningkatan konsentrasi polutan pencemar di udara ambien. Demikian halnya dengan kondisi kualitas udara ambien Kota Depok yang sangat dipengaruhi oleh kondisi transportasi darat. Lokasi pemantauan kualitas udara pada tahun 2009 diantaranya di Kantor Kecamatan Sawangan, Mall Cinere, Kantor Kelurahan Sukamaju, Terminal Depok, RS Meilia, dan PT. Mutu Agung Lestari. Dari hasil pengukuran menunjukan bahwa sumber emisi yang paling besar mencemari udara ambien adalah sumber emisi bergerak, yaitu kendaraan bermotor. Tingkat kepadatan kendaraan bermotor memberikan dampak yang cukup signifikan dalam penurunan kualitas udara ambien dimana meningkatnya konsentrasi SO 2 dan NO 2 di udara di setiap tahunnya. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Provinsi Jawa Barat, konsentrasi partikulat debu (PM10) telah melebihi ambang batas di beberapa titik pemantauan udara Kota Depok. Konsentrasi PM 10 tertinggi adalah disekitar jalan Margonda yaitu mencapai 240 sementara batas yang ditentukan adalah 150. Menurut data Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Depok hingga saat ini tingkat pencemaran udara di Kota Depok sudah dalam taraf mengkhawatirkan. Kondisi ini disebabkan oleh jumlah peningkatan kepemilikan kendaraan yang terus bertambah dan banyaknya pabrik yang membuang asap tanpa penyaringan. Di wilayah Kota Depok pencemaran udara tertinggi terjadi di Jalan Margonda Raya karena tingkat kepadatan lalu lintasnya. Hasil uji emisi terhadap 600 kendaraan tahun 2009, menunjukan data 30 persen lebih kendaraan yang diuji emisinya tidak lolos. Batas standar baku mutu udara di Kota Depok di kisaran angka S atau cukup buruk. BLH Kota Depok menyiapkan program strategis berupa mempersiapkan setiap kecamatan lokasi jalan bebas kendaraan. Itu dilakukan sebagai langkah menekan tingkat pencemaran udara. Sehubungan dengan kualitas udara ambien, maka dilakukan beberapa pengukuran untuk memantau kualitas udara ambien di beberapa lokasi di Kota Depok pada tahun Pada pemantauan semester I lokasi-lokasi tersebut adalah di UPS Jalan Jawa (Depan

45 Pintu UPS), UPS Sadewa (Depan Pintu UPS), UPS Merdeka Hanggar I (Belakang Hanggar I), UPS Merdeka Hanggar II (Depan Hanggar UPS), RSUD Sawangan UPS Maruyung, Jl. Margonda Raya, Jl. Juanda-Depok, RPH Tapos, dan UPS Cilangkap. Hasil pengukuran terhadap kualitas udara pada semester I Tahun 2010 menunjukkan bahwa konsentrasi parameter SO2, NO2, Pb, CO, dan partikulat pada semua lokasi pengamatan masih berada di bawah baku mutu yang ditetapkan. Sedangkan untuk kebisingan di beberapa lokasi seperti di Jalan Margonda Raya dan Jalan Juanda menunjukkan hasil yang telah melampaui baku mutu. Hal ini terkait dengan adanya kenaikan bangkitan kendaraan di sekitar lokasi tersebut. Hal ini merefleksikan peningkatan kebisingan dari kegiatan transportasi darat yang semakin padat. Pada gambar berikut disajikan tentang konsentrasi NO 2, H 2 S, partikulat, dan nilai kebisingan di beberapa lokasi di Depok pada tahun KONSENTRASI KONSENTRASI NO LOKASI

46 250 KONSENTRASI PARTIKULAT 200 KONSENTRASI LOKASI Keterangan: 1. UPS Jalan Jawa (Depan Pintu UPS) 7. UPS Maruyung 2. UPS Sadewa (Depan Pintu UPS) 8. Jl. Margonda Raya 3. UPS Merdeka Hanggar I (Belakang Hanggar I 9. Jl. Juanda-Depok 4. UPS Merdeka Hanggar II (Depan Hanggar UPS) 10. RPH Tapos 5. RSUD Sawangan 11. UPS Cilangkap Gambar 3.9 Konsentrasi NO 2 dan Partikulat di Depok Pada Semester I Tahun KONSENTRASI H2S KONSENTRASI LOKASI

47 KONSENTRASI KEBISINGAN LOKASI Keterangan: 1. UPS Jalan Jawa (Depan Pintu UPS) 7. UPS Maruyung 2. UPS Sadewa (Depan Pintu UPS) 8. Jl. Margonda Raya 3. UPS Merdeka Hanggar I (Belakang Hanggar I 9. Jl. Juanda-Depok 4. UPS Merdeka Hanggar II (Depan Hanggar UPS) 10. RPH Tapos 5. RSUD Sawangan 11. UPS Cilangkap Gambar 3.10 Konsentrasi H 2 S dan Kebisingan di Depok Pada Semester I Tahun 2010 Pada pemantauan semester II lokasi pemantauan adalah di UPS Sadewa, UPS Hanggar (Depan UPS), UPS Hanggar (Hanggar I), UPS Merdeka Hanggar II, UPS Permata Regency, UPS Meruyung, UPS Cilangkap, Jl. Juanda-Depok, Depan Hotel Bumi Wiyata, dan Situ Rawa Besar. Hasil pengukuran terhadap kualitas udara pada semester II Tahun 2010 menunjukkan bahwa konsentrasi parameter SO 2, NO 2, Pb, CO, dan partikulat pada semua lokasi pengamatan masih berada di bawah baku mutu yang ditetapkan. Sedangkan untuk kebisingan di beberapa lokasi seperti di UPS Hanggar, Jalan Jalan Juanda, dan depan Hotel Bumi Wiyata menunjukkan hasil yang telah melampaui baku mutu. Hal ini terkait dengan adanya kenaikan bangkitan kendaraan di sekitar lokasi tersebut. Hal ini merefleksikan peningkatan kebisingan dari kegiatan transportasi darat yang semakin padat.

48 KONSENTRASI KONSENTRASI NO LOKASI KONSENTRASI PARTIKULAT KONSENTRASI LOKASI Gambar 3.10 Konsentrasi NO 2 dan Partikulat di Depok Pada Semester II Tahun 2010

49 KEBISINGAN NILAI KEBISINGAN LOKASI Keterangan: 1. UPS Jalan Jawa (Depan Pintu UPS) 7. UPS Maruyung 2. UPS Sadewa (Depan Pintu UPS) 8. Jl. Margonda Raya 3. UPS Merdeka Hanggar I (Belakang Hanggar I 9. Jl. Juanda-Depok 4. UPS Merdeka Hanggar II (Depan Hanggar UPS) 10. RPH Tapos 5. RSUD Sawangan 11. UPS Cilangkap Gambar 3.12 Kebisingan di Depok Pada Semester II Tahun Limbah Industri IPAL bagi setiap industri di Kota Depok merupakan salah satu persyaratan bagi industriawan dalam mendapatkan ijin pembuangan limbah cair (IPLC). Pada saat ini, semua industri di Kota Depok sudah mempunyai IPAL, walaupun ada yang belum lengkap sistem pengolahannya. Adapun konsentrasi kawasan industri di Kota Depok berada di Kecamatan Sukmajaya dan Kecamatan Cimanggis sekitar Jalan Raya Bogor karena akses keluar kota relatif mudah. Namun pada saat ini terdapat perkembangan kegiatan industri di Jalan Abdul Wahab Kecamatan Sawangan. Tabel 3.7 berikut menunjukkan daftar industri yang berada di sekitar Kota Depok. Tabel 3.13 Daftar Industri di Kota Depok No Nama Perusahaan Jenis Industri Alamat 1 PT Tegar Metalindo Elektroplating Kp. Kebon, Kel. Cinangka 2 PT Enzym Bio Technology Pasta gigi Jl. Raya Jakarta-Bogor Km

50 No Nama Perusahaan Jenis Industri Alamat 36,5 3 PT Givaudan/PT Quest Industri flavour/esen Jl. Raya Jakarta-Bogor 4 PT Indo Freze Es krim Jl. Raya Jakarta-Bogor Km 31 PT Phinisindo Jamrud Mall 5 Nusantara (ITC) Jl. Raya Margonda No.59 6 PT Jakarta Intiland Plaza Depok Jl. Raya Margonda 7 PT Triple Ace sabun Jl. Raya Jakarta-bogor Km 34,5 PT Artolite Indah elekrtoplating 8 MediaTama Jl.Raya Bogor Km 34,5 9 PT Pearl Star Internasional plastik Jl. Raya Jakarta Bogor Km PT Toa Galva Industries elektro Jl. Raya Jakarta Bogor Km PT Tang Mas minuman Jl. Raya Jakarta Bogor Km 34,5 Gg.Nangka 12 PT Pasanggrahan Indah mall Cinere Jl.Raya Cinere No.1 bahan Sabun Jl.Raya Jakarta-Bogor Km 13 PT Comis Indonesia 31,5 14 PT Medi Farma farmasi Jl.Raya Jakarta-Bogor Km PT Propindo Sedayu Mall Depok Jl. Raya margonda 16 PT Cimanggis Sakti sampo (Zync) Jl.Tole Iskandar Km 2 17 PT Indofermex ragi Jl.Tole Iskandar Km 2 18 PT Sanyo Jaya elektro Jl.Raya Jakarta Bogor Km PT Bayer Indonesia Vitamin/farmasi Jl.Raya Jakarta Bogor Km PT Giaxo Smith kline farmasi Jl.Raya Jakarta Bogor Km PT Ebara Pompa Jl.Raya pekapuran 22 PT ICI Pain Cat Jl.Raya Jakarta Bogor PT Takagi Sari Multi makanan 23 Utama JL.Raya pekapuran No 1 24 PT Taisho - JL Raya Jakarta Bogor Km PT San Miguel Pure Food sosis Jl.Raya Jakarta Bogor KM PT Energizer Batre JL.Raya Jakarta Bogor KM 29,3 27 PT Tokai Dharma Korek JL Raya Jakarta Bogor Km 36

51 No Nama Perusahaan Jenis Industri Alamat Indonesia 28 PT Sahid Detolin Textil textil JL Raya Tugu Kelapa Dua 29 PT Mutu Agung Lestari Laboratorium Jl. Raya Jakarta Bogor 30 PT Alfa Retalailindo/Carref - Jl. Dewi sartika 31 PT Sempana Jaya Agung elektroplating Jl.Tole Iskandar PT Meiwa Indonesia (Plan Jok 32 II) Jl.Raya Jakarta Bogor Km 35 PT Jaga Pertala Nusantara mall 33 (Detos) Jl.Raya Margonda no 1 34 ATPM Nisan Dealer mobil Jl. margonda raya 35 ATPM Suzuki Dealer mobil Jl. margonda raya 36 PT arista Latindo Sarung Tangan medis Jl. raya Jakarta Bogor 37 PT Indagro alat pertanian Jl. Raya jakarta Bogor Km PT Hero Supermarket supermarket Jl. Raya jakarta bogor 39 PT YKK Zipper Resleting Jl. Raya jakartabogor Km 29 PT Puridibya property Mall 40 (Margo City) Jl. Raya margonda 41 PT Petronas Niaga Indonesia SPBU Jl. Raya Alternatif Cibubur Km 1 42 PT revrindo prasidha SPBU Jl. Raya Alternatif Cibubur Km 1 43 PT favorita unggul Mall (cimanggis) Jl. Raya jakarta bogor 44 PT Super exim sari Recycle plastik Jl. Raya bogor jakarta Km PT super makmur plastik Jl. Raya bogor Jakarta 46 PT Setia ajaya Mobilindo Dealer mobil Jl. Raya Margonda 47 PT Tirta mas persada air kmasan Jl raya tapos 48 PT golden buton kancing Jl haji japat 49 PT golden Inpan Payung Jl Tole iskandar 50 PT tranka Kabel kabel Jl Raya jakarta Bogor 51 PT KL mas Garment Jl Tole iskandar 52 PT sumber Warih air kmasan Jl raya meruyung 53 PT Petroplast Industries plastik Jl Raya Pekapuran No 11

52 No Nama Perusahaan Jenis Industri Alamat 54 PT SAP minuman Jl Raya Jakarta Bogor KM PT Kharisma Karya Mandiri Pemotongan Plastik Jl Abdul gani 56 PT materindo primatama sejahtera Pemotongan Plastik Jl Abdul gani 57 PT nihorock mandiri balsem Jl kelapa dua NO PT tridaya cat Jl kapling DPR serua PT gemilang putera laundry 59 cendikia Jl kapling DPR serua 60 PT Five Victoty cemerlang pemotongan kayu Jl Tole iskandar 61 PT AHRS Spare part Jl Tole iskandar 62 CV Big chick pemotongan ayam Jl flamboyan No 9 63 PT indomatra Garment Garment Jl Haji Dimun 64 PT Petromindo garment Jl Haji Dimun 65 PT supra mebel JL raya ciputat parung Sumber : Badan Lingkungan Hidup Kota Depok, 2010 Dari tabel di atas terlihat bahwa jenis industri yang terdapat di Kota Depok beranekaragam mulai dari makanan, farmasi, tekstil, elektroplating, plastik, otomotif, dan lain-lain sehingga menyebabkan karakteristik timbulan air limbahnya bermacam-macam. Keberadaan industri-industri tersebut jika tidak dilengkapi dengan sistem pengelolaan limbah yang baik akan berpotensi mencemari lingkungan sekitar Limbah Medis Selain limbah industri, terdapat juga limbah infeksius yang berasal dari rumah sakit, laboratorium, dan klinik yang perlu diperhatikan pengelolaannya. Tabel 3.8 berikut menunjuukan daftar rumah sakit, laboratorium, dan klinik di Kota Depok. Tabel 3.14 Rumah Sakit, Klinik, dan Laboratorium yang terdapat di Kota Depok No Nama Rumah Sakit Alamat 1 RS. Tumbuh Kembang Jl. Raya Jakarta Bogor Km 31 2 RS. Meilia Cibubur Jl. Raya Alternatif Cibubur

53 No Nama Rumah Sakit Alamat 3 RS. Puri Cinere Jl. Maribaya No.1 4 RS. Graha Permata Ibu Jl. Raya Kukusan 5 RS. Tugu Ibu Jl. Raya Jakarta Bogor Km 29 6 RS. Hermina Jl. Siliwangi No.50 7 RS. Hasanah Graha Afiah Jl. Raden Saleh No.42 8 RSIA. Simpangan Depok Jl. Raya Jakarta Bogor 9 RS. Harapan Depok Jl. Pemuda No RS. Bunda Margonda Jl. Raya margonda 11 RS. Mitra Keluarga Jl. Margonda Raya 12 RS. Tumbuh Kembang Jl. Raya Jakarta-Bogor 13 RS. Tugu Ibu Jl. Raya Bogor - Jakarta 14 RSUD Kota depok Jl. Raya Mokhtar Sawangan 15 RS. Bhayangkara brimob Jl. Akses UI Kelapa Dua 16 RSIA. Asy-Syifa Medical Jl. Parung Bingung Rangkapan Jaya Baru 17 RS. Harapan Depok Jl. Pemuda 18 RS. Hermina Jl. Siliwangi 19 RS. Sentra medika Jl. Raya Bogor Km Lab. Klinik Gunung Sahari Jl. Tole Iskandar 21 Klinik Erra Medika Jl. Tole Iskandar 22 Lab. Prodia Jl. Raya Margonda 23 RS. Bhakti Yudha Jl. Raya Sawangan Sumber : Badan Lingkungan Hidup Kota Depok, Pengelolaan Limbah Cair Landasan Hukum/Legal Operasional Pelaksanaan operasional pengelolaan air limbah di Kota Depok mendasar pada: 1. Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 05 Tahun 2002 tentang Izin Pengelolaan Limbah Cair 2. Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 24 Tahun 2003 tentang Retribusi Penyedotan Kakus 1. Peraturan Walikota Depok No 24 tahun 2008 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Kebersihan dan Pertamanan 2. Peraturan Walikota Depok No 65 tahun 2008 tentang Unit Pelaksana Teknis Instalasi Pengelolaan Limbah Terpadu (IPLT) pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan

54 3. Peraturan Daerah Kota Depok No 8 tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah Aspek Institusional Berdasarkan Peraturan Walikota Depok No 24 tahun 2008 penyelenggaraan pengembangan prasarana dan sarana air limbah di wilayah kota berada di bawah Bidang Pelayanan Kebersihan pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan, dan Seksi Operasional Pengangkutan dan Pengelolaan Air Limbah pada Bidang Pelayanan Kebersihan. Sedangkan Peraturan Walikota Depok No 65 tahun 2008 mengatur tentang Unit Pelaksana Teknis Instalasi Pengelolaan Limbah Terpadu (IPLT) pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan sebagai pengelola IPLT Kalimulya. Sebelum tahun 2009, pengelolaan IPLT dan TPA disatukan di bawah UPT TPA. Karena kompleksnya permasalahan pengelolaan TPA, pengelolaan IPLT yang kurang mendapat sorotan dari masyarakat menjadi agak terabaikan. Namun sejak dikeluarkannya Peraturan Walikota No 65 tahun 2008, pengelolaan Instalasi Pengelolaan Limbah Terpadu (IPLT) Kota Depok dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) IPLT yang berada di bawah Dinas Kebersihan dan Pertamanan. Kepala UPT IPLT berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas melalui Sekretaris Dinas. Meskipun demikian, hingga saat ini jumlah maupun kualitas SDM pengelola IPLT masih terbatas. Jumlah total SDM UPT IPLT 37 orang, yang terdiri dari 2 orang di bagian manajerial (Kepala UPT dan Kasubag TU UPT), 7 orang staf kantor, 1 orang tenaga terlatih, 9 orang petugas pemelihara prasarana IPLT, dan 18 orang kernet dan supir. Dari sekian banyak SDM hanya Kepala UPT IPLT yang berlatar belakang S1 di bidang sosial, selebihnya berpendidikan setingkat SMA. Retribusi penyedotan kakus yang dibebankan kepada konsumen berdasarkan Perda No. 24 tahun 2003 sebagai berikut: Sarana ibadah sebesar Rp ,- per m³ Rumah tangga sebesar Rp ,- per m³ Perkantoran/instalasi sebesar Rp ,- per m³ Industri sebesar Rp ,- per m³

55 Untuk tarif jasa pengurasan tangki septik oleh truk tinja dari lokasi dikenakan biaya sebagai berikut : Rumah Ibadah : Rp ,- Rumah tangga, perkantoran dan komersil : Rp ,- Industri : Rp ,-

56 Gambar 4.7 Struktur Organisasi Lembaga Penyelenggara Pengembangan Sarpras Air Limbah Kota Depok KEPALA DINAS DKP SEKRETARIS SUB BAG UMUM PERENCANAAN, EVALUASI DAN PELAPORAN SUB BAG KEUANGAN KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL BIDANG SARANA DAN PRASARANA KEBERSIHAN BIDANG PELAYANAN KEBERSIHAN BIDANG PERTAMANAN SEKSI PENGADAAN SARANA DAN PRASARANA KEBERSIHAN SEKSI OPERASIONAL PENGANGKUTAN DAN PENGELOLAAN SAMPAH SEKSI PEMANFATAAN PERTAMANAN SEKSI PEMELIHARAAN SARANA DAN PRASARANA KEBERSIHAN SEKSI OPERASIONAL PENGANGKUTAN DAN PENGELOLAAN LIMBAH SEKSI PEMELIHARAAN PERTAMANAN UPT

57 Gambar 4.8 Struktur Organisasi Lembaga Pengelola IPLT Kota Depok KEPALA UPT IPLT KASUBAG TATA USAHA URUSAN ADMINISTRASI URUSAN UMUM URUSAN TEKNIK URUSAN OPERASI URUSAN PROMOSI URUSAN KAMPANYE

58 Cakupan Pelayanan Berdasarkan hasil pemantauan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Depok pada tahun 2010, dari sampling yang diperiksa sejumlah KK dapat digambarkan bahwa sebagian besar keluarga di Depok telah menggunakan jamban (79,57 %), meskipun baru 89,55 persennya yang memenuhi kriteria sehat. Dari sampling yang sama, baru KK (69,29 %) yang telah memiliki septictank dan dari jumlah tersebut hanya 75,89 % yang memenuhi persyaratan sanitasi. Tabel 3.15 Persentase Keluarga dengan Prasarana Air Limbah JAMBAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH NO KECAMATAN JUMLAH KK J U M L A H K K D IP E R IK S A J U M L A H K K M E M IL IK I J U M L A H S E H A T % K K M E M IL IK I % S E H A T J U M L A H K K D IP E R IK S A J U M L A H K K M E M IL IK I J U M L A H S E H A T % K K M E M IL IK I % S E H A T 1 Pancoran Mas 45,961 37,053 31,001 25, ,003 14,274 10, Beji 30,465 13,174 6,532 5, ,255 2,265 1, Sukmajaya 58,681 58,613 41,276 38, ,613 38,671 29, Cimanggis 51,176 49,563 41,337 38, ,880 45,818 42, Sawangan 25,166 23,730 20,377 17, ,870 17,556 11, Limo 10,167 10,167 7,764 7, ,617 7,430 3, Cinere 32,635 32,635 30,507 30, ,635 12,737 12, Cipayung 28,348 28,348 22,035 19, ,348 15,787 6, Cilodong 10,643 10,643 8,801 8, ,643 6,172 4, Tapos 91,229 44,034 36,376 31, ,185 30,248 21, Bojongsari 20,223 20,223 15,134 10, ,223 12,176 10, JUMLAH (KAB/KOTA) 404, , , , , , , Sumber : Profil Kesehatan 2010 Pembangunan MCK Plus-Plus ini dilakukan oleh pemerintah di tahun 2010 dengan menggunakan dana DAK tahun Tabel 3.9 menunjukkan fasilitas MCK umum terdapat di beberapa kecamatan di Kota Depok. Tabel 3.16 Lokasi MCK Umum dan MCK Plus-Plus di Kota Depok Kecamatan MCK Umum MCK Plus-Plus Pancoran Mas - Pesantren Himatul Aliyah, Kel. Rangkapan Jaya Cipayung Samping Mushola An-Nur RT 03/RW 02 Kel. Pondok Jaya RT 04/RW 02 Kel. Pondok Jaya RT 02/RW 01 Kel. Pondok Jaya Pesantren Kotrun Nada, Kel. Cipayung Jaya Pesantren Ar-Rahmanyah, Kel. Bojong Terong Tapos RT 01/RW 16 Kel. Cilangkap RT 03/RW 16 Kel. Cilangkap RT 02/RW 02 Kel.Leuwi Nanggung Pesantren Darussalam Kel. Cilangkap Kel. Cimpaeun

59 RT 03/RW 02 Kel.Leuwi Nanggung RT 01/RW 06 Kel.Leuwi Nanggung RT 01/RW 07 Kel Leuwi Nanggung Sawangan RT 02/RW 09 Kel. Bedahan Samping Majelis Khoirul Huda Sumber : Dinas Tata Ruang dan Permukiman, Tabel 3.17 Kapasitas Pelayanan Kota Depok 2011 Kapasitas Prasarana dan Sistem Jumlah (vol atau Sarana pengolahan jiwa) Pengelola Truk tinja 1 unit 2 m3 On-site UPT IPLT pada Dinas 6 unit 3 m3 Kebersihan dan Pertamanan IPLT 1 buah 790 m3 On-site UPT IPLT pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan IPAL - - Sistim pelayanan Air Limbah Kota Depok saat ini mengandalkan pada 1 unit Instalasi pengolahan Lumpur Tinja (IPLT). IPLT yang berdiri di atas lahan seluas 2 Ha ini terletak di Kelurahan Kalimulya dan memiliki kapasitas pengolahan 790 m3/tahun. Tidak hanya Kota Depok, Kabupaten Bogorpun memanfaatkan IPLT ini sebagai tempat pengolahan tinjanya. IPLT Kalimulya memiliki kelengkapan inhoff tank dengan kapasitas 408 m3, kolam maturasi seluas 967 m2 dan kolam indikator seluas 1580 m2. IPLT Kalimulya pada mulanya merupakan aset Kabupaten Bogor yang kemudian diserahkan kepada Kota Depok saat pembentukan Kota Depok tahun Pada tahun 2000 dengan dana dari Asian Development Bank (ADB) dilakukan rehabilitasi dan penambahan fasilitas in-hoff tank dari IPLT yang ada. Namun saat ini kondisi in-hoff tank dan kolam pengolahan sudah mengalami kerusakan, antara lain dengan tidak berfungsinya penyaring pada in-hoff tank dan bocornya dinding pembatas antar kolam, sehingga air hasil pengolahan (effluent) yang seharusnya jernih tampak masih kotor.

60 Setelah pelaksanaan rehab tahun 2000, sampai saat ini belum pernah lagi dilakukan rehabilitasi yang cukup besar ataupun optimalisasi IPLT. Perbaikan-perbaikan yang dilakukan bersifat setempat seperti perbaikan dinding pembatas antar kolam. Pemeliharaan yang rutin dilakukan berupa pengangkatan lumpur setahun sekali. IPLT Kalimulya juga dilengkapi dengan fasilitas prasarana cuci mobil dan 1 buah laboratorium uji kualitas. Namun sampai saat ini laboratorium tersebut belum memiliki kelengkapan peralatan laboratorium dan SDM yang dapat menjalankannya. Pelaksanaan pengujian masih dilakukan bekerja sama dengan pihak luar. Untuk layanan penyedotan tinja domestik Pemerintah Kota Depok memiliki 1 buah truk tinja berkapasitas 2 m3 dan 6 buah truk tinja berkapasitas 3 m3. Daerah layanan penyedotan mencakup 80 % wilayah Kota Depok. Saat ini ke 6 truk penyedot dalam kondisi yang cukup baik, namun pemanfaatannya masih perlu dioptimalkan, sedangkan 1 truk dalam keadaan rusak. Selain oleh instansi pemerintah, jasa pelayanan penyedotan juga dilakukan oleh pihak swasta yang kemudian membuang limbah tinja ke IPLT Kalimulya. Tabel 3.18 Potensi Pelayanan Jasa Pengurasan Lumpur Tinja No Kecamatan Jumlah Sarana Komersial/ KK Sek/Per Penduduk Ibadah Industri 1. Sukmajaya Pancoran Mas Cipayung Beji Cimanggis Tapos Cilodong Sawangan Bojong Sari Limo Cinere Kota Depok Sumber : Dinas Kebersihan & Pertamanan, 2010

61 Aspek Teknis dan Teknologi Sistem pelayanan air limbah domestik di Kota Depok secara teknis dilayani oleh sistem setempat (on site system). Adapun teknologi pengolahan yang ada adalah tangki septik yang dilanjutkan dengan pengolahan lumpur tinja di IPLT. Di samping itu, masih banyak masyarakat yang mempergunakan cubluk atau tangki septik yang secara konstruksi tidak memenuhi persyaratan desain yang ditentukan. Dari hasil survey EHRA diperoleh sekitar 88,66% rumah tangga di Kota Depok yang melaporkan menggunakan tangki septik. Namun, dari jawaban yang diberikan tentang pembuatan tangki septik kebanyakan sudah dibangun lebih dari 10 tahun yang lalu saat studi EHRA dilaksanakan mencapai 45,03%. Kemudian 23,71% menyatakan dibangun lebih dari 5-10 tahun yang lalu % D5. LAMA TANGKI SEPTIK DIBUAT/DIBANGUN 8.66% 0-12 bulan yang lalu 1-5 tahun yang lalu Lebih dari 5-10 tahun yang lalu 3.43% Lebih dari 10 tahun Tidak tahu 23.71% 19.17% Sementara itu saat ditanyakan kapan terakhir tangki septic dikosongkan maka 65,68% menjawab tidak pernah mengosongkan tangki septic. Perlu dicurigai bahwa konstruksi tangki septic yang mereka buat tidak sesuai dengan desain tangki septic yang seharusnya. Dalam hal ini komunikasi tentang pembuatan tangki septic yang baik perlu diperhatikan.

62 D6. WAKTU TANGKI SEPTIK TERAKHIR DIKOSONGKAN 70.00% 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00% 4.48% 0-12 bulan 9.78% 1-5 tahun yang lalu 4.07% Lebih dari % Lebih dari 10 tahun 65.68% Tidak pernah 14.47% Tidak tahu S eries % 9.78% 4.07% 1.52% 65.68% 14.47% Peran serta Masyarakat dan Jender dalam Penanganan Limbah Cair Peran serta masyarakat dalam pengelolaan limbah cair domestik di Kota Depok relatif sudah berjalan walaupun dengan volume yang terlayani masih rendah, dengan rata-rata volume lumpur tinja yang diolah perhari sebesar 11 m3. Kondisi kesehatan masyarakat sangat berkaitan erat dengan besarnya timbulan penyakit menular yang disebabkan oleh sanitasi buruk dan pola hidup masyarakat yang tidak sehat. Penyakit diare merupakan penyakit yang sering dan mudah dijumpai pada kondisi sanitasi buruk, walapun penyakit diare bukan satu-satunya penyakit yang disebabkan oleh kondisi sanitasi buruk dan pola hidup masyarakat yang tidak sehat. Pada tahun 2009 terjadi kasus penyakit diare dan kasus penyakit demam berdarah dengue di Kota Depok. Data dari Dinas Kesehatan Kota Depok melaporkan bahwa dari 1,73 juta jiwa penduduk Kota Depok, sekitar KK yang dipantau pola hidup bersih dan sehat dan sebesar 67,81% dari jumlah rumah tangga yang dipantau menerapkan pola hidup bersih dan sehat di rumah tangganya Permasalahan Permasalahan yang ada pada sistim Air Limbah di Kota depok saat ini adalah kurangnya sarana dan prasarana air limbah, misalnya masih terbatasnya jumlah IPLT dan masih kurangnya jumlah truk tinja, serta manajemen pengelolaan yang belum berjalan baik. Jumlah dan kuantitas SDM juga sangat minim, dari 28 orang yang ditugaskan mengelola

63 UPT IPLT, hanya 3 orang berstatus PNS dan 1 di antaranya bertugas sebagai supir truk tinja. Kualitas SDM juga sangat perlu mendapat perhatian. Pengelolaan akan berjalan lebih baik bila SDM pengelolanya mempunyai latar belakang pendidikan di bidang teknik lingkungan/penyehatan atau teknik sipil dan/atau manajerial, atau setidaknya memiliki pengetahuan teknis dan manajerial yang memadai. Dengan hanya ada 2 orang PNS yang bertugas di jabatan struktural UPT air limbah, beban kerja mengelola teknis dan manajerial pelayanan air limbah menjadi sangat berat. Pada akhirnya, pelayanan menjadi cenderung berjalan apa adanya. Beberapa permasalahan yang ditemui antara lain : Masih banyaknya penggunaan sistem setempat dalam pengolahan limbah, seperti penggunaan cubluk dan pembuangan air cuci dan mandi tanpa saluran, terutama pada lingkungan perumahan yang padat. Masih terbatasnya IPAL di beberapa sektor yang membutuhkan pengolahan air limbah khusus, seperti industri. Bercampurnya air limbah domestik dan drainase pada satu saluran menyebabkan besarnya volume air limbah yang harus diolah. Masih banyaknya saluran yang merupakan saluran terbuka di daerah perkotaan Pengelolaan Persampahan (Limbah Padat) Landasan Hukum/Legal Operasional Pelaksanaan operasional pengelolaan persampahan di Kota Depok mendasar pada Peraturan Daerah Nomor 44 Tahun 2000 tentang Pengelolaan Persampahan di Kota Depok. Dalam Perda Nomor 44 Tahun 2000 ini diatur pula mengenai retribusi pengelolaan persampahan yang dibebankan kepada wilayah yang dilayaninya. Berikut ini adalah besarnya retribusi yang dikenakan : a. Pengambilan pengangkutan, pengelolaan, dan pemusnahan sampah rumah non real estate berdasarkan luas bangunan : Lebih kecil atau sama dengan 21 m² : Rp /bulan 22 m² sampai dengan 70 m² : Rp /bulan 71 m² sampai dengan 200 m² : Rp /bulan 201 m² sampai dengan 300 m² : Rp /bulan Diatas 300 m² : Rp /bulan

64 b. Pengambilan, pengangkutan, pengelolaan dan pemusnahan sampah rumah Real Estate ditetapkan berdasarkan luas bagunan : 21 m² sampai dengan 36 m² : Rp /bulan 37 m² sampai dengan 54 m² : Rp /bulan 55 m² sampai dengan 70 m² : Rp /bulan 71 m² sampai dengan 120 m² : Rp /bulan Diatas 120 m² : Rp /bulan c. Pengambilan, pengangkutan, pengelolaan, dan pemusnahan sampah, dari kategori perkantoran, pasar, pertokoan, mal, gedung, pertunjukan, apotik, klinik, usaha pertukangan bahan berdasarkan volume sampah yang dihasilkan : Lebih kecil dari 0,50 m³/hari : Rp /bulan 0,51 m³ sampai dengan 0,75 m³/hari : Rp /bulan Lebih besar dari 0,76 m³/hari : Rp /bulan d. Pengambilan, pengangkutan, pengelolaan, dan pemusnahan sampah, daan sumber sampah, lembaga pendidikan,/kursus, rumah sewaan (tempat kios), rumah makan/restoran, hotel/apartemen, pabrik/industri, rumah sakit/rumah bersalin, ditetapkan berdasarkan kubikasi : Lembaga Pendidikan/Kursus : Rp /m³ Rumah sewaan (tempat kos) : Rp /m³ Rumah makan : Rp /m³ Restoran : Rp /m³ Hotel/Apartemen : Rp /m³ Pabrik/Industri : Rp /m³ Rumah Sakit/Rumah Bersalin : Rp /m³ Bioskop : Rp /m³ e. Pengambilan, pengangkutan, pengelolaan, dan pemusnahan sampah di pasar, berdasarkan kegiatan usaha pedagang, ditetapkan dengan sistem pengambilan harian : Kios : Rp /hari Los : Rp /hari Awning : Rp /hari Kaki lima/pedagang makanan tidak menetap : Rp /hari Ruko : Rp /hari Toko : Rp /hari

65 f. Bilamana pengambilan, pengangkutan tidak dapat memberlakukan tariff pada pointpoint tersebut diatas, maka untuk menentukan retribusi pelayanan dimaksud dapat ditaksir dengan perhitungan rit, yang ditetapkan sebesar Rp /rit. g. Penggunaan tempat pembuangan akhir sampah milik Pemerintah Kota oleh swasta baik pribadi maupun badan yang berasal dari wilayah Depok dikenakan retribusi pembuangan sebesar Rp /m³ Aspek Institusional Sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 8 tahun 2008 tentang struktur organisasi perangkat daerah, menyatakan bahwa unsur pelaksana Pemerintah Kota Depok yang berkepentingan dalam bidang kebersihan di lingkungan Kota Depok adalah Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok Cakupan Pelayanan Timbulan sampah perkotaan dapat ditentukan oleh beberapa faktor antara lain tersedianya prasarana dan sarana yang dipergunakan penduduk dalam kegiatan sehariharinya guna memenuhi kebutuhannya. Berdasarkan Standar SK. SNI S Spesifikasi Timbulan Sampah untuk kota kecil dan sedang di Indonesia adalah antara 2,75-3,25 lt/org/hari dan berdasarkan perhitungan hasil konsultan terdahulu bahwa produksi sampah per hari per orang 2,65 liter ( skala kota ) dengan dasar timbulan tersebut (liter/orang/hari) maka pada tahun 2007 dapat dihitung timbulan sampah total dengan jumlah penduduk kota Depok adalah jiwa diperkirakan jumlah timbulan sampah perhari adalah m3/hari. Sampah yang terangkut 900 m3/hari, sampah yang tidak terangkut m3/hari. Seperti kota-kota lain di Indonesia dan daerah tropis lainnya, sampah di Kota Depok akibat aktifitas penduduk. Karenanya karakteristik sampah di kota depok termasuk dalam katagori sampah organik yang cenderung mudah membusuk. Komponen organik yang ada adalah 72,97 % di dalam sampah yang di bawa ke TPA Kota Depok. Sedangkan 26,03 % lainnya adalah anorganik yang karakteristiknya berupa bahan bahan sebagai berikut pada Tabel 3.19.

66 Tabel 3.19 Karakteristik komposisi jenis sampah TPA Cipayung Depok No. Komposisi Jenis Sampah Prosentase (%) Periode Penguraian (Pelapukan) *) 1 Bahan organik 72, minggu 2 Kertas 7, bulan 3 Kaca/Beling/Gelas 1,25 1 juta tahun 4 Plastik 3,57 > 100 tahun 5 Logam 1,37 > 100 tahun 6 Kayu 3, tahun 7 Kain 2,40 6 bulan 1 tahun 8 Karet 1,24-9 Lain-Lain 6,38 - Jumlah 100,00 Sumber : Studi ANDAL TPA Cipayung, 2002 & *) : West Java ASER, 2001 Meskipun kandungan organik dari sampah tinggi, keadaannya / bentuknya tidak cukup ekonomis untuk dipisahkan guna pengomposan. Kebanyakan sisa plastik yang ada di aliran sampah tidak dalam bentuk yang normal untuk di daur ulang di Indonesia. Daerah pelayanan sampah saat ini hanya pada wilayah rumah tangga, pasar, Komersial/jalan dan Industri/rumah sakit dimana timbulan sampah yang dihasilkan adalah m³/hari. Untuk wilayah komersial dan pemukiman masih dikelola secara tradisional. Secara garis besar sumber timbulan sampah di wilayah Kota Depok terbagi seperti dapat dilihat pada Tabel Tabel 3.20 Timbulan Sampah di Kota Depok Kecamtan M3/hari Sawangan 440 Pancoran Mas 713 Sukmajaya 907 Cimanggis Beji 371 Limo 396 Dinas Pasar 370 Jumlah 4.265

67 Sampah - sampah ini di Kota Depok dikumpulkan dan dibawa ke TPA, baik oleh DKP maupun oleh Dinas Pasar yang menangani pasar. Operator dari sektor swasta pada saat ini menangani di Unit Pengolahan Sampah (UPS). Beberapa komponen dari aliran sampah kota ini dikelola secara terpisah oleh pihak pihak yang pada dasarnya informal meliputi : 1. Produk yang dapat didaur ulang; 2. Barang yang dapat dijual kembali; dan 3. Material konstruksi dan bongkaran. Transportasi hasil pengumpulan sampah ke TPA dilakukan dengan menggunakan berbagai kendaraan termasuk truk biasa, dump truk, armroll truk dengan kontainer terpisah dan truk pemadat (compactor trucks). Di Kota Depok hanya ada dump truk dan arm roll, baik yang dikelola oleh DKP maupun langsung oleh Dinas Pasar. Sistem pengangkutan sampah di Kota Depok dilaksanakan dengan pemindahan langsung dari TPS TPS sampah yang ada, kontainer atau lokasi tertentu yang belum ada TPS atau langsung dari rumah ke rumah atau dari toko/bangunan ke toko/bangunan dengan dump truk yang selanjutnya dibuang atau dibawa ke TPA sampah. Jenis kendaraan yang digunakan adalah dump truk sebanyak 47 unit dan kontainer 25 unit dilengkapi dengan arm roll sebanyak 10 unit dengan kondisi layak operasional. Prasarana dan sarana yang ada untuk mengangkut Sampah yang telah dimiliki oleh Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup Kota Depok dengan serta jumlah ritasi setiap kendaraan adalah sebagai berikut : 1. Diangkut dengan dump truk a. Volume dump truk = 6 M 3 b. Volume efektif = 10 m3 c. Jumlah dump truk = 47 unit d. Jumlah Transfer Depo = 2 unit e. Jumlah TPS = 120 unit f. Bak sampah = 626 unit g. Gerobak sampah = 158 unit h. Ritasi dump truk = 2-3 rit/hari/unit 2. Diangkut dengan Arm Roll

68 a. Volume container = 6 M³ b. Volume efektif = 8 M3 c. Jumlah kontainer = 25 unit d. Jumlah Arm Roll = 10 unit f. Ritasi Arm Roll = 2-3 rit/hari/unit Tingkat pelayanan sampah yang dilakukan oleh pemerintah Kota Depok mencapai 45,81%, sementara potensi sampah yang belum terlayani mencapai 54,19%. Potensi pencemaran lingkungan dengan adanya penumpukan sampah dan pengelolaan sampah yang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku masih cukup besar. Keterlibatan pihak swasta dalam penanganan persampahan di Kota Depok masih minim, sehingga diharapkan pemerintah kota dapat menjalin kerjasama dengan pihak swasta untuk meningkatkan mutu pelayanan persampahan di Kota Depok. Sampah yang dilayani oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok diangkut menggunakan truk dengan kapasitas pengangkutan 8 hingga 12 m³/unit. Jumlah truk yang masuk ke TPA (tempat pembuangan akhir) per hari mencapai 54 unit truk dengan layanan pengangkutan masing-masing truk sebanyak 2 kali ritasi. Dengan demikian diperoleh jumlah sampah yang terangkut sebesar m³/hari. Kota Depok selain memiliki 42 TPS yang tersebar di tiap kecamatan, dalam hal pengelolaan persampahan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok memiliki Unit Pengelolaan Sampah (UPS) yang berfungsi sebagai salah satu upaya perwujudan Kota Depok terhadap undang-undang Nomor 18 tahun 2008 tentang pengelolaan persampahan. Kota Depok memiliki 19 unit UPS (milik PEMKOT) yang telah beroperasi dan 5 unit UPS mandiri (hasil swadaya masyarakat setempat). Jumlah sampah yang dikelola oleh UPS ini diperkirakan mencapai 30 m³/hari/unit (berdasarkan perhitungan DKP Kota Depok). Jumlah fasilitas UPS yang tersebar di seluruh kecamatan Kota Depok mencapai 19 unit. Dengan demikian dapat diketahui jumlah sampah yang dikelola oleh UPS, yaitu mencapai 570 m³/hari. Pengelolaan sampah yang dilakukan di UPS ini berupa komposting dan pemanfaatan sampah plastik. Pengelolaan persampahan di Kota Depok ada dua macam cara pengelolaan, antara lain : 1. Pengelolaan sampah terpadu dengan menggunakan tempat penampungan sampah 2. Unit pengelolaan sampah (UPS) untuk pengelolaan sampah di tingkat kawasan

69 3. Pengelolaan sampah di tempat pembuangan akhir Sementara itu sistem pelayanan pengangkutan sampah yang saat ini digunakan di Kota Depok, diantaranya : 1. Sistem Transferdipo, yaitu pengangkutan sampah dengan menggunakan mobil sampah dimana sampah yang akan dianggut sebelumnya dikumpulkan terlebih dahulu disuatu tempat, kemudian akan diambil oleh mobil sampah (tukang gerobak menunggu mobil yang hendak mengangkut sampah). Sistem ini cenderung digunakan untuk melayani wilayah perkotaan, kantpr-kantor, rumah sakit, sekolah, dan perumahan, misalnya yang ada di ruas Jalan Merdeka. 2. Sistem pengangkutan sampah melalui TPS (hanya melayani wilayah yang memiliki TPS). 3. Sistem door to door, dimana mobil sampah akan mengambil sampah ke tiap permukiman warga. Metode ini digunakan untuk melayani masyarakat baik yang berada di wilayah perumahan maupun non perumahan Aspek Teknis dan Teknologi Dalam operasional pengangkutan sampah di Kota Depok, Dinas Kebersihan dan Pemakaman Kota Depok ditunjang oleh sarana dan prasarana yang ditampilkan pada Tabel 3.21 berikut ini.

70 Tabel 3.21 Sarana dan Prasarana Persampahan Kota Depok No Fasilitas Jumlah (unit) 1 TPA 1 (luas 11,6 Ha) 2 TPS 42 3 Kontainer 41 4 Transfer Depo 2 5 Truk sampah 48 6 Arm roll 11 7 Alat berat 5 8 Gerobak sampah Tong sampah terpisah UPS (yang beroperasional) UPS (mandiri) 5 Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok, 2010 Sementara itu untuk melayani pengangkutan persampahan di tiap kecamatan, Dinas Kebersihan dan Pemakaman Kota Depok menempatkan beberapa TPS dibeberapa lokasi. Jumlah TPS yang tersebar di tiap kecamatan ditampilkan pada Tabel 3.22 berikut ini. Tabel 3.22 Jumlah Fasilitas TPS dan UPS di Tiap Kecamatan Fasilitas No Kecamatan UPS UPS TPS (PEMKOT) (mandiri) 1 Cimanggis Tapos Sukmajaya Cilodong Sawangan Bojong sari Pancoran mas Limo Cinere Beji Cipayung Sumber : DKP Kota Depok, 2010

71 Fasilitas yang tersedia masih belum melayani pengelolaan persampahan di Kota Depok, hal ini dapat terlihatnya dengan masih terlihat penumpukan-penumpukan sampah liar dan juga perilaku masyarakat yang mencerminkan kurang pedulinya dengan kesehatan lingkungan yang terkait dengan masalah persampahan. Selain itu juga ditemukan beberapa penumpukan sampah liar yang tersebar di beberapa kecamatan, seperti yang tampak pada Tabel 3.23 berikut. Tabel 3.23 Sebaran penumpukan sampah liar No Kecamatan Jumlah Sampah liar (titik) 1 Cimanggis 1 2 Tapos 3 3 Sukmajaya 29 4 Cilodong 4 5 Sawangan 2 6 Bojong sari 7 7 Pancoran mas 4 8 Limo 6 9 Cinere 2 10 Beji 1 11 Cipayung 2 Sumber : Profil Sanitasi Kota Depok, 2010 Pewadahan sampah di Kota Depok dapat dibedakan berdasarkan besarannya. Untuk pewadahan rumah tangga biasanya menggunakan bin / bak sampah, lubang di pagar, pojokan jalan atau didalam kantong kantong plastik yang diikat dan TPS. Dalam hal ini sampah pada umumnya tidak terpilah, baik antara organik dan an organik bahkan dengan sampah beracun seperti battery misalnya. Pasar; pewadahan di pasar pada umumnya tidak teratur terutama yang berada diluar lokasi. Selain itu kebanyakan kios / los di pasar menggunakan keranjang yang langsung diangkut oleh petugas menuju TPS pasar. Sedangkan dari daerah komersial untuk pewadahan biasanya menggunakan bin / bak sampah besar atau TPS.

72 Sampah industri dalam hal ini adalah sampah domestiknya yaitu sisa kegiatan karyawan. Umumnya pewadahannya menggunakan bin / bak sampah besar yang kemudian dibawa ke TPS. Sedangkan sampah sisa produksi umumnya langsung ditampung oleh pihak yang akan menggunakan, kecuali sampah B3 yang harus dibuang ke PPLI Cileungsi. Jalan, sungai dan taman; umumnya untuk sampah ini memerlukan penanganan khusus misalnya penyapuan untuk jalan dan taman serta pengerukan sungai. Dibeberapa tempat sudah disediakan bin bin yang terpisah untuk sampah organik (basah / membusuk) dan an organik (kering / tidak membusuk). Sampah sampah semacam ini sebetulnya merupakan beban tersendiri bagi pembiayaan persampahan karena tidak tercover dalam retribusi. Sampah rumah sakit, puskesmas dan institusi kesehatan lainnya terdiri dari sampah domestik dan non domestik berupa sampah medis. Sampah medis umumnya termasuk sampah berbahaya, dapat bersifat infeksius atau benda tajam seperti jarum suntik dan pisau bedah serta racun misalnya obat obatan kadaluwarsa. Sampah domestik biasanya ditempatkan di bin yang tertutup, sedangkan sampah medis diperlakukan seperti yang ada pada peraturan. Pengelolaan akhir sampah Kota Depok terletak pada Kelurahan Cipayung Kecamatan Pancoran Mas. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kota Depok sudah dioperasionalkan sejak tahun 1992 dengan system Controlled Landfill pada areal 11,6 Ha dan memiliki 3 (tiga) kolam pengumpulan. Untuk kolom pertama seluas ± 2 Ha, kolom yang kedua ± 2,8 Ha, dan kolam ketiga (kolam baru) adalah 6000 m². Sistem pengelolan Controlled landfill yaitu dimana sampah akan dikumpulkan dam suatu kolam untuk kemudian ditimbun. Kondisi TPA Cipayung saat ini sudah dalam kondisi penuh dan menumpuk hingga ketinggian ± 6 m dari permukaan tanah, seperti yang terjadi pada kolam 1 dan kolam 2. Batasan TPA Cipayung sebagai berikut : 1. Sebelah Utara dan Timur ; berbatasan dengan Kampung Bulak Kelurahan Cipayung. 2. Sebelah Selatan dan Barat ; berbatasan dengan sungai pesanggrahan. Spesifikasi TPA sampah saat ini : 1. Letak lokasi = Kel. Cipayung Kecamatan Pancoran Mas 2. Luas areal = 10,6 ha 3. Jarak terhadap pemukiman = 0.5 km

73 4. Jarak terhadap sungai Pesangrahan = 0,2 km 5. Jarak terhadap pusat kota = 10 km Pada awal dioperasikannya TPA tahun 1992 volume sampah sebanyak 69,6 m3/hari. Hingga tahun 2007 TPA ini diperluas hingga 10,6 ha seiring dengan bertambahnya volume sampah Kota Depok sebesar m3/hari. Setiap harinya TPA Cipayung ini melayani sampah sekitar 55 hingga 58 truk perharinya dengan kapasitas truk mencapai 8 hingga 12 m³. Aktivitas pemulung di TPA Cipayung ini tidak bisa dihindarkan, namun demikian keberadaan pemuling juga dapat mereduksi sampah yang masuk ke TPA hingga ± 50 m³/hari. Waktu peluruhan sampah organik di tempat penimbunan sekitar 1 tahun sedangkan sampah anorganik dapat mencapai puluhan tahun. TPA Cipayung ini memiliki pengelolaan air lindi sebanyak 2 kolam penampungan. Kolam yang pertama dibangun dengan luas mencapai 2500 m² pada tahun Kemudian pembangunan kolam yang kedua baru dilakukan pada awal tahun 2010 dengan luas 500 m². Pengelolaan air lindi ini hanya menggunakan bak penampungan dengan alur pembuangan air lindi/limbah cair yang dihasilkan dari sampah mengikuti alur kolam yang berbentuk seperti huruf S yang kemudian akan dialirkan ke badan air Pasanggarahan. Kapasitas bangunan untuk menampung air lindi yang diperlukan adalah 978 m², akan tetapi yang baru terbangun 228 m² dalam kondisi baik dan 100 m² dalam kondisi kurang baik.

74 Depok menggunakan Sistem Pengolahan dan Pengelolaan Sampah Terpadu, yang merupakan Program yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Depok sejak tahun Hingga saat ini pelaksanaan UPS yang menjadi pilot project berlokasi di desa Sukatani Kecamatan Cimanggis. Program pengolahan dan pengelolaan sampah yang terpadu merupakan implementasi dari masalah yang timbul akibat sampah. Dengan adanya teknologi, SDM, system, hukum, sosial dan dana didalam Sistem pengolahan sampah terpadu diharapkan sampah tidak lagi menjadi sumber masalah masyarakat Kota Depok melainkan menjadi sumber daya yang dapat dikelola untuk mendapatkan manfaat yang besar bagi masyarakat dan terciptanya lapangan pekerjaan baru. Program pengolahan dan pengelolaan sampah ini menggunakan prinsip 4 R-P yaitu : 1. Reduce (mengurangi) 2. Reuse (menggunakan kembali) 3. Recycle (mendaur ulang) 4. Replace (mengganti)

PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG PENETAPAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DEPOK

PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG PENETAPAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DEPOK PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG PENETAPAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DEPOK Menimbang : a. bahwa berdasarkan Undang Undang No. 15 Tahun 1999 tentang Pembentukan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2001 NOMOR 40 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG PENETAPAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DEPOK Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

Pengelolaan Sumber Daya Air Water Resources Management Dari Aspek Tata Ruang Aspects of Spatial

Pengelolaan Sumber Daya Air Water Resources Management Dari Aspek Tata Ruang Aspects of Spatial Pengelolaan Sumber Daya Air Water Resources Management Dari Aspek Tata Ruang Aspects of Spatial Oleh : Nani Zara, ST Kepala Bidang Pemanfaatan Ruang Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kota Depok Pengertian

Lebih terperinci

KOTA DEPOK TH NO. 08 TENTANG PEMBENTU. Menimbang. Pemerintahan. di wilayah. dan. dengan. Mengingat. Lembaran. Negara. Nomor 3828); Negara

KOTA DEPOK TH NO. 08 TENTANG PEMBENTU. Menimbang. Pemerintahan. di wilayah. dan. dengan. Mengingat. Lembaran. Negara. Nomor 3828); Negara LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NO. 08 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTU UKAN KECAMATAN DI KOTA DEPOK TH. 2007 Menimbang Mengingat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Secara astronomi, Kota Depok terletak pada koordinat 6 o sampai

V. GAMBARAN UMUM. Secara astronomi, Kota Depok terletak pada koordinat 6 o sampai V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Kota Depok 5.1.1 Letak dan Keadaan Geografi Secara astronomi, Kota Depok terletak pada koordinat 6 o 19 00 sampai 6 o 28 00 Lintang Selatan dan 106 o 43 00 sampai 106

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK KONSUMEN DALAM PROSES PEMBELIAN KOPIKO BROWN COFFEE

BAB V KARAKTERISTIK KONSUMEN DALAM PROSES PEMBELIAN KOPIKO BROWN COFFEE BAB V KARAKTERISTIK KONSUMEN DALAM PROSES PEMBELIAN KOPIKO BROWN COFFEE 5.1 Sejarah Kota Depok Depok bermula dari sebuah Kecamatan yang berada di lingkungan Kewedanaan (Pembantu Bupati) wilayah Parung

Lebih terperinci

KOTA TANGERANG SELATAN

KOTA TANGERANG SELATAN PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN Pertemuan Konsultatif-1 KOTA TANGERANG SELATAN PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL KOTA TANGERANG SELATAN 011 Daftar Isi 1.1. Latar Belakang...

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI 62 BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI 3.1 Jaringan Penyaluran Air Buangan Kota Bandung Pengolahan air limbah secara terpusat lebih umum digunakan di Indonesia, namun terdapat sistem saluran air buangan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 20 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 20 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 20 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT

Lebih terperinci

Repository.Unimus.ac.id

Repository.Unimus.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya air merupakan kemampuan kapasitas potensi air yang dapat dimanfaatkan semua makhluk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, termasuk manusia dalam menunjang berbagai

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran RINGKASAN EKSEKUTIF Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kabupaten yang dimaksudkan

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara September 2011 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di muka bumi. Tanpa air kehidupan tidak dapat berlangsung. Manusia sebagai

I. PENDAHULUAN. di muka bumi. Tanpa air kehidupan tidak dapat berlangsung. Manusia sebagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan unsur penting bagi kebutuhan semua makhluk yang ada di muka bumi. Tanpa air kehidupan tidak dapat berlangsung. Manusia sebagai salah satu makhluk hidup juga

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA SIDAMANIK SUMATERA UTARA KOTA SIDAMANIK ADMINISTRASI Profil Kota Kota Kisaran merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Simalungun Propinsi Sumatera Utara. PENDUDUK Jumlah

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA PINANG SUMATERA UTARA KOTA KOTA PINANG ADMINISTRASI Profil Kota Pinang merupakan ibukota kecamatan (IKK) dari Kecamatan Kota Pinang dan merupakan bagian dari kabupaten Labuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi 6 0 12 Lintang Selatan dan 106 0 48 Bujur Timur. Sebelah Utara Propinsi DKI Jakarta terbentang pantai dari Barat

Lebih terperinci

Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) BPPT 1

Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) BPPT 1 Bab i pendahuluan Masalah pencemaran lingkungan oleh air limbah saat ini sudah sampai pada tahap yang mengkhawatirkan seperti halnya di DKI Jakarta. Beban polutan organik yang dibuang ke badan sungai atau

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA BALIGE SUMATERA UTARA KOTA BALIGE ADMINISTRASI Profil Kota Kota Balige merupakan ibukota Kabupaten (IKAB) dari kabupaten Toba Samosir yang terletak di propinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

1.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bekasi, adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Barat yang terletak di sebelah timur Jakarta. Batas administratif Kota bekasi yaitu: sebelah barat adalah Jakarta, Kabupaten

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto

KATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto WALIKOTA BOGOR KATA PENGANTAR Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan perlu didukung data dan informasi lingkungan hidup yang akurat, lengkap dan berkesinambungan. Informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem air terdiri dari laut, air permukaan maupun air tanah. Air merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. Sistem air terdiri dari laut, air permukaan maupun air tanah. Air merupakan hal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem air terdiri dari laut, air permukaan maupun air tanah. Air merupakan hal yang penting bagi kehidupan. Air yang baik adalah air yang memenuhi kriteria standar

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA DEPOK JAWA BARAT KOTA DEPOK ADMINISTRASI Profil Wilayah Salah satu penyebab Kota ini berkembang pesat seperti sekarang adalah setelah adanya keputusan untuk memindahkan sebagian

Lebih terperinci

BAB 4 BUKU PUTIH SANITASI 2013

BAB 4 BUKU PUTIH SANITASI 2013 BAB 4 PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN Program pengembangan sanitasi saat ini dan yang akan di rencanakan berdasar pada kajian yang telah dilakukan sebelumnya pada Buku Putih

Lebih terperinci

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI 3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah Rencana kegiatan air limbah di Kabupaten Buru Selatan diarahkan pada sasaran yang tingkat resiko sanitasinya yang cukup tinggi,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NO. 06 TH. 2010

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NO. 06 TH. 2010 LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NO. 06 TH. 2010 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai menjadi salah satu pemasok air terbesar untuk kebutuhan mahluk hidup yang memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia. Sungai adalah sumber daya alam yang bersifat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 19 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 19 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 19 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT

Lebih terperinci

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN Seiring dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk dan pesatnya proses industrialisasi jasa di DKI Jakarta, kualitas lingkungan hidup juga menurun akibat pencemaran. Pemukiman yang padat,

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya Visi Kabupaten Misi Kabupaten Visi Sanitasi Kabupaten Misi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Aceh

Lebih terperinci

PENENTUAN DAERAH PRIORITAS PELAYANAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH DI KECAMATAN TANAH ABANG JAKARTA PUSAT TUGAS AKHIR

PENENTUAN DAERAH PRIORITAS PELAYANAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH DI KECAMATAN TANAH ABANG JAKARTA PUSAT TUGAS AKHIR PENENTUAN DAERAH PRIORITAS PELAYANAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH DI KECAMATAN TANAH ABANG JAKARTA PUSAT TUGAS AKHIR Oleh: WELLY DHARMA BHAKTI L2D302389 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BOJONGSOANG

INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BOJONGSOANG INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BOJONGSOANG KONTEN Pendahuluan Skema Pengolahan Limbah Ideal Diagram Pengolahan Limbah IPAL Bojongsoang Pengolahan air limbah di IPAL Bojongsoang: Pengolahan Fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi kebijakan pelaksanaan pengendalian lingkungan sehat diarahkan untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral dalam pembangunan kesehatan

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Daftar i ii iii vii Bab I Pendahuluan A. Kondisi Umum Daerah I- 1 B. Pemanfaatan Laporan Status LH Daerah I-10 C. Isu Prioritas Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon

Lebih terperinci

TL-3230 SEWERAGE & DRAINAGE. DETAIL INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH SISTEM SETEMPAT (On site system 1)

TL-3230 SEWERAGE & DRAINAGE. DETAIL INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH SISTEM SETEMPAT (On site system 1) TL-3230 SEWERAGE & DRAINAGE DETAIL INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH SISTEM SETEMPAT (On site system 1) Penempatan Pengolahan Air Limbah 1. Pengolahan sistem terpusat (off site) 2. Pengolahan sistem di tempat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Lokasi Studi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Lokasi Studi. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Waduk Jatiluhur terletak di Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta (±9 km dari pusat Kota Purwakarta). Bendungan itu dinamakan oleh pemerintah Waduk Ir. H. Juanda,

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 RINGKASAN EKSEKUTIF Dokumen Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota (SSK) Tahun 2016 ini merupakan satu rangkaian yang tidak terpisahkan dengan dokumen lainnya yang telah tersusun

Lebih terperinci

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi 2.1. Visi Misi Sanitasi Visi Kabupaten Pohuwato Tabel 2.1: Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten/Kota Misi Kabupaten Pohuwato Visi Sanitasi Kabupaten Pohuwato Misi Sanitasi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Profil Kota Depok 5.1.1. Letak dan Keadaan Geografis Secara Geografis Kota Depok terletak di antara 06 19 06 28 Lintang Selatan dan 106 43 BT-106 55 Bujur Timur.

Lebih terperinci

dikelola secara individual dengan menggunakan pengolahan limbah yang berupa

dikelola secara individual dengan menggunakan pengolahan limbah yang berupa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Masalah Pada saat ini, sistem pengelolahan limbah di Kota Yogyakarta dibagi menjadi dua sistem, yaitu : sistem pengolahan air limbah setempat dan sistem pengolahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap kebutuhannya, tidak hanya untuk makan minum melainkan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. setiap kebutuhannya, tidak hanya untuk makan minum melainkan menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu sumber daya alam yang penting bagi manusia. Telah ratusan bahkan jutaan tahun lamanya manusia sudah mulai memanfaatkan air dalam kehidupannya.

Lebih terperinci

Infrastruktur PLP dalam Mendukung Kesehatan Masyarakat

Infrastruktur PLP dalam Mendukung Kesehatan Masyarakat Infrastruktur PLP dalam Mendukung Kesehatan Masyarakat Direktorat Pengembangan PLP Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat APA YANG DISEBUT SANITASI?? Perpres 185/2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air adalah materi essensial didalam kehidupan. Tidak satupun makhluk hidup di dunia ini yang tidak memerlukan dan tidak mengandung air. Sel hidup, baik tumbuhan maupun

Lebih terperinci

POTENSI BEBAN PENCEMARAN DI DAS CILIWUNG

POTENSI BEBAN PENCEMARAN DI DAS CILIWUNG POTENSI BEBAN PENCEMARAN DI DAS CILIWUNG Oleh: Asisten Deputi Pengendalian Pencemaran Manufaktur, Prasarana dan Jasa Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup Jakarta,

Lebih terperinci

DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG

DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG KONDISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI A. LINGKUNGAN 1. Jaringan Jalan dan Drainase Banyak rumah yang

Lebih terperinci

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1 Bab I PENDAHULUAN Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah sebuah survey partisipatif di tingkat Kabupaten/kota yang bertujuan untuk memahami

Lebih terperinci

Bab IV KEADAAN LINGKUNGAN DAERAH PENELITIAN

Bab IV KEADAAN LINGKUNGAN DAERAH PENELITIAN Bab IV KEADAAN LINGKUNGAN DAERAH PENELITIAN 4.1 Pembagian Wilayah Kajian Pembagian wilayah kajian, ditujukan untuk memperoleh gambaran tentang tingkat pelestarian fungsi lingkungan hidup antara kota Majalaya

Lebih terperinci

Profil Sanitasi Wilayah

Profil Sanitasi Wilayah BAB 3 Profil Sanitasi Wilayah 3.1. Kajian Wilayah Sanitasi Wilayah kajian sanitasi Kabupaten Nias adalah desa yang menjadi area sampel studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) yang terdiri dari

Lebih terperinci

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016 Ringkasan Studi EHRA Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) atau dapat juga disebut sebagai Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan, merupakan sebuah studi partisipatif di tingkat Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

JENIS DAN KOMPONEN SPALD

JENIS DAN KOMPONEN SPALD LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 04/PRT/M/2017 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK JENIS DAN KOMPONEN SPALD A. KLASIFIKASI SISTEM PENGELOLAAN

Lebih terperinci

BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA

BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA Sejalan dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk kota Jakarta, hal ini berdampak langsung terhadap meningkatnya kebutuhan air bersih. Dengan meningkatnya permintaan

Lebih terperinci

Seluruh masyarakat Kota Tebing Tinggi. Hasil yang diharapkan 1 unit IPLT dibangun dan dapat beroperasi mulai tahun 2018 Rincian Kegiatan

Seluruh masyarakat Kota Tebing Tinggi. Hasil yang diharapkan 1 unit IPLT dibangun dan dapat beroperasi mulai tahun 2018 Rincian Kegiatan LAMPIRAN5. DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN A. AIR LIMBAH DOMESTIK Program/Kegiatan Pembangunan IPLT Kota Tebing Tinggi Agar tersedia sarana pengolahan lumpur tinja warga kota yang ramah lingkungan sehingga

Lebih terperinci

sedangkan untuk kategori usia tenaga kerja yang dimulai dari usia tahun

sedangkan untuk kategori usia tenaga kerja yang dimulai dari usia tahun V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Harapan Jaya merupakan salah satu dari enam kelurahan yang berada di dalam Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi, Provinsi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa salah satu

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA BULELENG BALI KOTA BULELENG ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Buleleng merupakan bagian dari wilayah administrasi Kabupaten Buleleng. Batas-batas administratif kota Buleleng

Lebih terperinci

Deskripsi Program/ Kegiatan Sanitasi. Dinas PU Kabupaten Tapanuli Tengah

Deskripsi Program/ Kegiatan Sanitasi. Dinas PU Kabupaten Tapanuli Tengah Deskripsi Program/ Sanitasi Kabupaten Tapanuli Tengah A. Program/ Air Limbah Nama Program/ Pembangunan MCK Komunal - Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk tidak BABS dan mempunyai jamban yang aman /

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertahan hidup tanpa air. Sebanyak 50 80% di dalam tubuh manusia terdiri

BAB I PENDAHULUAN. bertahan hidup tanpa air. Sebanyak 50 80% di dalam tubuh manusia terdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air adalah unsur penting bagi makhluk hidup. Manusia dapat bertahan hidup tanpa makan selama 3 sampai 6 bulan namun tidak akan mampu bertahan hidup tanpa air. Sebanyak

Lebih terperinci

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi 3.1. Visi dan misi sanitasi Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi Dalam rangka merumuskan visi misi sanitasi Kabupaten Lampung Tengah perlu adanya gambaran Visi dan Misi Kabupaten Lampung Tengah sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi kehidupan, semua

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi kehidupan, semua BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi kehidupan, semua makhluk hidup memerlukan air. Tanpa air tak akan ada kehidupan, demikian pula dengan manusia tak dapat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Depok merupakan salah satu daerah penyangga DKI Jakarta dan menerima cukup banyak pengaruh dari aktivitas ibukota. Aktivitas pembangunan ibukota tidak lain memberikan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5. 1. Penggunaan Lahan 5.1.1. Penggunaan Lahan di DAS Seluruh DAS yang diamati menuju kota Jakarta menjadikan kota Jakarta sebagai hilir dari DAS. Tabel 9 berisi luas DAS yang menuju

Lebih terperinci

Matrik Kerangka Kerja Logis Kabupaten Luwu

Matrik Kerangka Kerja Logis Kabupaten Luwu Matrik Kerangka Kerja Logis Kabupaten Luwu Subsektor Permasalahan Mendesak Rumusan Tujuan Rumusan Sasaran dan Air Limbah Domestik 1 Pencemaran air tanah dan sungai Meningkatkan kinerja SKPD terkait memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aliran permukaan adalah air yang mengalir di atas permukaan. Aliran permukaan sendiri memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas air yang dimilikinya selain

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH. Administrasi dan Teknis

KONDISI UMUM WILAYAH. Administrasi dan Teknis 22 KONDISI UMUM WILAYAH Administrasi dan Teknis Kanal Banjir Timur (KBT) memiliki panjang total ± 23,5 km dengan kedalaman di hulu 3 m dan di hilir 7 m. Kanal Banjir Timur melewati 11 kelurahan di Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gas/uap. Maka dari itu, bumi merupaka satu-satunya planet dalam Tata Surya. yang memiliki kehidupan (Kodoatie, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. gas/uap. Maka dari itu, bumi merupaka satu-satunya planet dalam Tata Surya. yang memiliki kehidupan (Kodoatie, 2012). 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Air adalah salah satu kekayaan alam yang ada di bumi. Air merupakan salah satu material pembentuk kehidupan di bumi. Tidak ada satu pun planet di jagad raya ini yang

Lebih terperinci

LAPORAN IPLT KEPUTIH KOTA SURABAYA PROPINSI JAWA TIMUR

LAPORAN IPLT KEPUTIH KOTA SURABAYA PROPINSI JAWA TIMUR LAPORAN IPLT KEPUTIH KOTA SURABAYA PROPINSI JAWA TIMUR IPLT Keputih Kota Surabaya DESEMBER 2010 1 A. Gambaran Umum Wilayah; Geografis Kota Surabaya terletak antara 112 36 112 54 BT dan 07 21 LS, dengan

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia, seperti untuk minum, memasak, mandi, mencuci, dan kebutuhan lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa wilayah tersebut memiliki daya tarik tersendiri untuk

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa wilayah tersebut memiliki daya tarik tersendiri untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan suatu wilayah sangat berkaitan dengan pertumbuhan dan kepadatan penduduk. Semakin besar pertumbuhan penduduk dapat menunjukkan bahwa wilayah tersebut

Lebih terperinci

PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1

PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1 PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1 Bab 5 Strategi Monitoring dan Evaluasi 1.1 Kerangka Monitoring dan Evaluasi Implementasi SSK Monitoring dapat diartikan sebagai proses rutin pengumpulan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH 2.1 Letak Geografis dan Jumlah Penduduk Tenggarong merupakan salah satu Kecamatan dari 15 Kecamatan yang ada diwilayah Kabupaten Kutai Kartanegara, dengan luas wilayah 398,10

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA DUMAI RIAU KOTA DUMAI ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Dumai adalah ibu kota Kota Dumai, dengan status adalah sebagai kota administratif dari Kota Dumai. Kota Dumai memiliki

Lebih terperinci

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Sub DAS pada DAS Bekasi Hulu Berdasarkan pola aliran sungai, DAS Bekasi Hulu terdiri dari dua Sub-DAS yaitu DAS Cikeas dan DAS Cileungsi. Penentuan batas hilir dari DAS Bekasi

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA RANTAU PRAPAT SUMATERA UTARA KOTA RANTAU PRAPAT ADMINISTRASI Profil Wilayah Luas wilayah Kota Rantau Prapat menurut Data Sarana dan Prasarana Kota adalah seluas 17.679 Ha.

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Secara Geografis Kota Depok terletak di antara 06 0 19 06 0 28 Lintang Selatan dan 106 0 43 BT-106 0 55 Bujur Timur. Pemerintah

Lebih terperinci

Memorandum Program Percepatan Pembangunan Sanitasi BAB 1 PENDAHULUAN

Memorandum Program Percepatan Pembangunan Sanitasi BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN Program dan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai kelembagaan terkait, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Air merupakan zat kehidupan, dimana tidak satupun makhluk hidup di planet bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65 75% dari berat

Lebih terperinci

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1 Bab 4 Program dan Kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi 1.1 Ringkasan Program dan Kegiatan Sanitasi Program

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA KISARAN SUMATERA UTARA KOTA KISARAN ADMINISTRASI Profil Kota Kota Kisaran merupakan ibukota Kabupaten (IKAB) dari Kecamatan Kisaran dan merupakan bagian dari kabupaten Asahan

Lebih terperinci

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan Industri Tahu 1. Faktor Penyebab Terjadinya Pencemaran

Lebih terperinci

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS 13.1. Pendahuluan Tepung beras merupakan bahan baku makanan yang sangat luas sekali penggunaannya. Tepung beras dipakai sebagai bahan pembuat roti, mie dan

Lebih terperinci

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah Menurut Penggunaan lahan Utama Tahun 2009 2011... 2 Tabel SD-1B. Topografi Kota Surabaya...

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH STUDI

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH STUDI BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH STUDI IV. 1 Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum Daerah Aliran sungai (DAS) Citarum merupakan DAS terbesar di Jawa Barat dengan luas 6.614 Km 2 dan panjang 300 km (Jasa Tirta

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Data yang Dikumpulkan

METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Data yang Dikumpulkan 25 METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Situ Sawangan-Bojongsari, Kecamatan Sawangan dan Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, Jawa Barat. Waktu penelitian adalah 5

Lebih terperinci

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Daftar Tabel... vi Daftar Gambar... ix Daftar Grafik... xi BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. LAHAN DAN HUTAN... Bab I 1 A.1. SUMBER

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA PADANG SIDEMPUAN SUMATERA UTARA KOTA PADANG SIDEMPUAN ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Padang Sidempuan merupakan salah satu kota sedang yang terletak di Propinsi Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Indonesia Merupakan negara kepulauan dan dua pertiga bagian wilayah indonesia berupa perairan. Namun demikian, Indonesia juga tidak lepas dari masalah yang

Lebih terperinci

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI Pada bab ini akan dibahas mengenai strategi pengembangan sanitasi di Kota Bandung, didasarkan pada analisis Strength Weakness Opportunity Threat (SWOT) yang telah dilakukan.

Lebih terperinci

Pertemuan Konsultasi dengan Tim Pengarah

Pertemuan Konsultasi dengan Tim Pengarah Pertemuan Konsultasi dengan Tim Pengarah Pertemuan konsultasi ini mengkonsultasikan perumusan visi dan misi, tujuan dan sasaran, penetapan sistem dan zona sanitasi, serta penetapan layanan, termasuk rumusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H 2 O. Air. Conference on Water and the Environment)

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H 2 O. Air. Conference on Water and the Environment) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H 2 O. Air merupakan komponen utama makhluk hidup dan mutlak diperlukan untuk kelangsungan hidupnya. Dublin,

Lebih terperinci

Pemodelan Penyebaran Polutan di DPS Waduk Sutami Dan Penyusunan Sistem Informasi Monitoring Kualitas Air (SIMKUA) Pendahuluan

Pemodelan Penyebaran Polutan di DPS Waduk Sutami Dan Penyusunan Sistem Informasi Monitoring Kualitas Air (SIMKUA) Pendahuluan Pendahuluan 1.1 Umum Sungai Brantas adalah sungai utama yang airnya mengalir melewati sebagian kota-kota besar di Jawa Timur seperti Malang, Blitar, Tulungagung, Kediri, Mojokerto, dan Surabaya. Sungai

Lebih terperinci

TUJUAN PEKERJAAN DRAINASE

TUJUAN PEKERJAAN DRAINASE DRAINASE PERKOTAAN TUJUAN PEKERJAAN DRAINASE Sistem drainase perkotaan : adalah prasarana perkotaan yang terdiri dari kumpulan sistem saluran, yang berfungsi mengeringkan lahan dari banjir / genangan akibat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air adalah merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi manusia, terutama untuk memasak dan minum. Dengan pesatnya perkembangan penduduk maka kebutuhan khususnya air

Lebih terperinci

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok IV. KONDISI UMUM 4.1 Lokasi Administratif Kecamatan Beji Secara geografis Kecamatan Beji terletak pada koordinat 6 21 13-6 24 00 Lintang Selatan dan 106 47 40-106 50 30 Bujur Timur. Kecamatan Beji memiliki

Lebih terperinci

KRITERIA DAN TIPOLOGI PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH

KRITERIA DAN TIPOLOGI PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH - 1 - LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 02/PRT/M/2016 TENTANG PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH KRITERIA DAN TIPOLOGI PERUMAHAN KUMUH

Lebih terperinci

Tabel : SD-12B (T). LOKASI PENGAMBILAN SAMPEL SITU/WADUK DI DKI JAKARTA Provinsi : DKI JAKARTA Tahun : 2014 KEGUNAAN KONDISI FISIK SITU

Tabel : SD-12B (T). LOKASI PENGAMBILAN SAMPEL SITU/WADUK DI DKI JAKARTA Provinsi : DKI JAKARTA Tahun : 2014 KEGUNAAN KONDISI FISIK SITU Tabel : SD-12B (T). LOKASI PENGAMBILAN SAMPEL SITU/WADUK DI DKI JAKARTA Provinsi : DKI JAKARTA Tahun : 2014 1 Waduk Melati Jalan Teluk Betung Kelurahan Waduk ini dikelola oleh PWSCC Waduk ini berfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia,baik untuk keperluan hidup sehari-hari, untuk keperluan industri,

BAB I PENDAHULUAN. manusia,baik untuk keperluan hidup sehari-hari, untuk keperluan industri, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan. Airmerupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, sehingga tidak adakehidupan seandainya di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Uraian Umum Banjir besar yang terjadi hampir bersamaan di beberapa wilayah di Indonesia telah menelan korban jiwa dan harta benda. Kerugian mencapai trilyunan rupiah berupa rumah,

Lebih terperinci

Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia

Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia PENYEDIAAN AIR BERSIH 1. Pendahuluan Air bersih merupakan kebutuhan yang tidak dapat dilepaskan dari kegiatan di rumah sakit. Namun mengingat bahwa rumah sakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas perairan sungai sangat tergantung dari aktivitas yang ada pada daerah alirannya. Berbagai aktivitas baik domestik maupun kegiatan Industri akan berpengaruh

Lebih terperinci

Sia Tofu (Bersama dan Bersatu) dan Visi Pembangunan Kabupaten Pulau Taliabu Tahun

Sia Tofu (Bersama dan Bersatu) dan Visi Pembangunan Kabupaten Pulau Taliabu Tahun .1 Visi dan Misi Sanitasi Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menjelaskan bahwa visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode

Lebih terperinci