Bab IV KEADAAN LINGKUNGAN DAERAH PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab IV KEADAAN LINGKUNGAN DAERAH PENELITIAN"

Transkripsi

1 Bab IV KEADAAN LINGKUNGAN DAERAH PENELITIAN 4.1 Pembagian Wilayah Kajian Pembagian wilayah kajian, ditujukan untuk memperoleh gambaran tentang tingkat pelestarian fungsi lingkungan hidup antara kota Majalaya dengan kecamatan kota lainnya yang termasuk ke dalam wilayah penelitian. Pada penelitian ini daerah penelitian dibagi ke dalam 3 (tiga) skala wilayah kajian (Gambar 10) yaitu (i) kota Majalaya, (ii) daerah pelayanan IPLT dikurangi Majalaya yang terdiri dari kecamatan Ibun, kecamatan Paseh, kecamatan Pacet, kecamatan Ciparay dan kecamatan Rancaekek, dan (iii) kabupaten Bandung dikurangi kota-kota kecamatan yang terletak di dalam daerah pelayanan IPLT. Gambar 10. Pembagian Wilayah Kajian Atas dasar hal tersebut, maka pelestarian fungsi lingkungan kota Majalaya dibandingkan dengan rata-rata 5 (lima) kecamatan di daerah pelayanan IPLT dan

2 78 dengan rata-rata 39 (tiga puluh sembilan) kecamatan lainnya di kabupaten Bandung. 4.2 Keadaan Lingkungan fisik Keadaan lingkungan fisik daerah penelitian dikaji dari aspek (i) luas wilayah administratif, (ii) curah hujan, (iii) kelas lereng, (iv) ketinggian dan (v) jenis tanah. Tabel 9 merangkum keadaan daerah penelitian yang ditinjau dari keempat aspek tersebut. Tabel 9. Keadaan Lingkungan Fisik Daerah Penelitian No Indikator Lingkungan Fisik Majalaya Daerah Pelayanan IPLT Kabupaten Bandung (1) (2) (3) (4) (5) 1 Luas wilayah administratif kecamatan (Ha) Curah Hujan (mm/tahun) Kelas Lereng 3-8% 15-25% 15-25% 4 Ketinggian (m dpl) m m m 5 Jenis Tanah Asosiasi andosol Latosol coklat coklat dan dan kemerahan* regosol Latosol * Dominan kedua setelah jenis aluvial Luas wilayah kota Majalaya relatif kecil bila dibandingkan dengan luas rata-rata kecamatan di dalam daerah pelayanan IPLT maupun kabupaten Bandung. Curah hujan relatif tinggi meskipun lebih rendah bila dibandingkan dengan kecamatan yang berada di dataran tinggi daerah pelayanan IPLT seperti kecamatan Ibun dan kecamatan Pacet. Ketinggian lokasi dan kelas kelerengan kota Majalaya lebih rendah bila dibandingkan dengan kecamatan yang terletak di dataran tinggi daerah pelayanan IPLT. Sementara itu, jenis tanah di lokasi kota Majalaya (latosol coklat) termasuk jenis tanah yang tingkat permeabilitasnya termasuk kategori lambat sampai sedang atau mempunyai kemampuan yang lebih tinggi untuk meresapkan air ke dalam tanah (Darsihardjo 2004). Hal itu berarti bahwa volume aliran permukaan di wilayah kota Majalaya relatif tinggi, tetapi pengalirannya relatif lebih lambat dari daerah di hulunya. Dengan demikian, wilayah kota Majalaya mempunyai kemampuan untuk memurnikan air limbah secara alami (daya tampung) yang lebih rendah bila dibandingkan dengan daerah hulunya. Namun,

3 apabila ditinjau dari aspek pengisian kembali air tanah, kemampuannya lebih tinggi bila dibandingkan dengan daerah hulunya. 4.3 Kependudukan Kependudukan, memberi gambaran tentang banyaknya manusia yang harus didukung kehidupan dan penghidupannya oleh sumber daya lingkungan yang ada di suatu wilayah. Keadaan kependudukan di daerah penelitian dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2004 dirangkum pada Tabel 10. Tabel 10. Keadaan Kependudukan Daerah Penelitian ( ) No Uraian Satuan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Majalaya a.jumlah penduduk Orang b.penduduk usia sekolah Orang ND ND c.penduduk usia bekerja Orang ND ND Daerah Pelayanan IPLT a.jumlah penduduk Orang b.penduduk usia sekolah Orang ND ND c.penduduk usia bekerja Orang ND ND Kabupaten Bandung a.jumlah penduduk Orang b.penduduk usia sekolah Orang ND ND c.penduduk usia bekerja Orang ND ND Sumber : BPS dan Suseda Penduduk kota Majalaya pada tahun 2004 mencapai 20.57% dari penduduk daerah pelayanan IPLT dan 3.41% dari penduduk kecamatan lain di kabupaten Bandung. Pertumbuhan penduduk kota Majalaya secara aritmatik diperhitungkan sebesar 2.11% per tahun, sedangkan pertumbuhan penduduk di daerah pelayanan IPLT dan kabupaten Bandung masing-masing sebesar 1.95% dan 2.34% per tahun. Pertumbuhan penduduk kota Majalaya lebih besar daripada rata-rata daerah pelayanan IPLT, tetapi lebih kecil daripada rata-rata kabupaten Bandung. Hal tersebut mengindikasikan bahwa upaya pelestarian lingkungan kota Majalaya harus lebih besar daripada 5 (lima) kecamatan lainnya yang terletak di daerah pelayanan IPLT. Rasio penduduk usia sekolah dan penduduk usia bekerja terhadap total penduduk kota Majalaya pada tahun 2004 adalah 65.83% dan 78.87%. Sementara 79

4 80 itu, rasio penduduk usia sekolah dan penduduk usia bekerja di daerah pelayanan IPLT adalah 63.61% dan 77.94% sedangkan di kabupaten Bandung adalah 63.34% dan 79.84%. Rasio penduduk usia sekolah di kota Majalaya lebih besar daripada kedua kawasan lainnya. Rasio penduduk bekerja di kota Majalaya juga lebih besar daripada daerah pelayanan IPLT, tetapi lebih kecil daripada kabupaten Bandung. Hal itu mengindikasikan bahwa dukungan prasarana dan sarana pendidikan untuk kota Majalaya harus lebih besar daripada kedua skala kawasan lainnya. Kota Majalaya juga memerlukan dukungan prasarana ekonomi yang lebih besar daripada 5 (lima) kecamatan lainnya di daerah pelayanan IPLT. 4.4 Ketersediaan Prasarana dan Sarana Pelestarian Fungsi Lingkungan Perkotaan Ketersediaan prasarana dan sarana di suatu kawasan kota tertentu memberi gambaran tentang kemampuan kota dalam mendukung kehidupan dan penghidupan penduduk yang tinggal di kota itu. Semakin tersedia prasarana dan sarana di suatu kota, maka semakin besar kemampuannya mendukung kehidupan dan penghidupan penduduk yang tinggal di kota itu. Prasarana dan sarana lingkungan permukiman kota terdiri dari prasarana dan sarana (i) kesehatan, (ii) pendidikan, (iii) rumah atau hunian beserta fasilitas dan utilitasnya, (iv) air minum dan sanitasi Prasarana dan Sarana Kesehatan Ketersediaan prasarana dan sarana kesehatan dikaji dari pelayanan (i) dokter dan paramedis, (ii) fasilitas kesehatan yaitu puskesmas, puskesmas pembantu dan puskesmas keliling, (iii) fasilitas tempat tidur untuk rawat inap. Ketersediaan prasarana dan sarana kesehatan di wilayah penelitian tahun dirangkum pada Tabel Pada tahun 2004 kota Majalaya telah dilayani oleh 3.75 dokter dan paramedis per penduduk serta 1.27 fasilitas kesehatan per penduduk dan 9.0 tempat tidur per penduduk. Pelayanan dokter dan paramedis di Kota Majalaya lebih besar daripada daerah pelayanan IPLT, tetapi lebih kecil daripada pelayanan kabupaten Bandung. Sebaliknya, pelayanan fasilitas

5 kesehatan kota Majalaya lebih kecil daripada daerah pelayanan IPLT dan lebih besar daripada kabupaten Bandung. Tabel 11. Keadaan Prasarana dan Sarana Kesehatan ( ) No Uraian Satuan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Majalaya a. dokter-paramedis Org/ jiwa b. fasilitas kesehatan Unit/1 000 jiwa c. tempat tidur Unit/1 000 jiwa ND Daerah Pelayanan IPLT a. dokter-paramedis Org/ jiwa b. fasilitas kesehatan Unit/1 000 jiwa , c. tempat tidur Unit/1 000 jiwa ND Kabupaten Bandung a. dokter-paramedis Org/ jiwa b. fasilitas kesehatan Unit/1 000 jiwa c. tempat tidur Unit/1 000 jiwa ND Sumber: BPS, diolah Hal ini mengindikasikan bahwa distribusi dokter dan paramedis tidak seimbang dengan distribusi fasilitas pelayanan kesehatan. Pelayanan fasilitas tempat tidur untuk rawat inap di kota Majalaya lebih besar daripada kedua daerah lainnya. Hal itu mengindikasikan bahwa kapasitas fasilitas Rumah Sakit di kota Majalaya melampaui kebutuhan kota Majalaya itu sendiri Prasarana dan Sarana Pendidikan Ketersediaan prasarana dan sarana pendidikan dikaji dari (i) rasio guru dan murid, dan (ii) rasio murid dan ruang kelas. Ketersediaan prasarana dan sarana pendidikan di daerah penelitian dirangkum pada Tabel 12. Pelayanan guru relatif merata dan relatif tidak berubah pada lima tahun terakhir yaitu sekitar 100 murid dilayani oleh 4 (empat) guru atau setiap guru melayani 25 (dua puluh lima) murid. Pelayanan ruang kelas bervariasi dalam lima tahun terakhir di ketiga skala kawasan yang dikaji. Utilisasi ruang kelas di kota Majalaya lebih besar daripada di kedua skala kawasan lainnya. Hal tersebut mengindikasikan bahwa penggunaan ruang kelas di kota Majalaya lebih padat dibandingkan di kedua skala wilayah studi lainnya atau kurang ideal untuk melaksanakan proses pembelajaran. 81

6 Tabel 12. Keadaan Prasarana dan Sarana Pendidikan ( ) 82 No Uraian Satuan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Majalaya a. Guru/murid Rasio b. murid/kelas Rasio Daerah Pelayanan IPLT a. Guru/murid Rasio b. murid/kelas Rasio Kabupaten Bandung a. Guru/murid Rasio b. murid/kelas Rasio Sumber : BPS (d iolah) Prasarana dan Sarana Air Minum & Sanitasi Ketersediaan prasarana dan sarana Air Minum dan Sanitasi dikaji dari (i) presentase penduduk yang mendapat akses ke PDAM, (ii) proporsi keberadaan tangki septik terhadap jumlah rumah, (iii) proporsi Sarana Pengelolaan Air Limbah (SPAL) terhadap total prasarana sanitasi, dan (iv) presentase cakupan pelayanan jamban keluarga (Jaga). Ketersediaan prasarana dan sarana air minum dan sanitasi di daerah penelitian, dirangkum pada Tabel 13. Pada tahun 2004, proporsi penduduk kota Majalaya yang mendapat akses pelayanan PDAM adalah sebesar 28.60%. Angka tersebut lebih kecil daripada angka nasional tahun 2002 yang mencapai 39% dari penduduk perkotaan (Kimpraswil-UN Habitat 2003). Namun, pelayanan PDAM kota Majalaya masih lebih tinggi daripada di daerah pelayanan IPLT dan di kabupaten Bandung. Dari cara memperoleh air PDAM, penduduk kota Majalaya yang memperoleh air PDAM secara bersama (komunal) lebih sedikit bila dibandingkan dengan penduduk di daerah pelayanan IPLT maupun di kabupaten Bandung atau lebih banyak yang memperolehnya secara individu (non komunal). Hal itu mengindikasikan bahwa daya dukung prasarana air PDAM kota Majalaya lebih tinggi daripada daerah lainnya. Berbeda dengan pelayanan PDAM, pelayanan sanitasi kota Majalaya lebih rendah bila dibandingkan dengan kecamatan lain di daerah pelayanan IPLT maupun di skala kabupaten Bandung.

7 83 Tabel 13. Prasarana dan Sarana Air Minum dan Sanitasi ( ) No Uraian Satuan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Majalaya a. Ledeng % total ND b. Tangki Septik Unit/total rumah ND ND c. SPAL Unit/total sarana ND ND 0.17 d. AM Komunal/Non Komunal Rasio ND ND e. Jamban Keluarga % total Daerah Pelayanan IPLT a. Ledeng % total ND b. Tangki Septik Unit/total rumah ND ND c. SPAL Unit/total sarana d. AM Komunal/Non Komunal Rasio ND ND e. Jamban Keluarga % total Kabupaten Bandung a. Ledeng % total ND b. Tangki Septik Unit/total rumah ND ND c. SPAL Unit/total sarana d. AM Komunal/Non Komunal Rasio ND ND e. Jamban Keluarga % total Sumber : BPS dan Suseda (diolah) Proporsi penduduk kota Majalaya yang memperoleh akses ke pelayanan sanitasi yang telah diperbaiki (improved) adalah tangki septik 20%, SPAL 17% dan jamban keluarga 49.72%. Sementara itu, di daerah pelayanan IPLT, akses ke tangki septik 38%, SPAL 28% dan jamban keluarga 52.91%. Pada skala kabupaten Bandung, akses ke tangki septik 48%, SPAL 27% dan jamban keluarga 51.3%. Hal itu mengindikasikan bahwa daya dukung prasarana dan sarana sanitasi di kota Majalaya lebih rendah bila dibandingkan rata-rata daerah pelayanan IPLT maupun rata-rata di kabupaten Bandung. Keadaan sanitasi kota Majalaya tersebut berpotensi mencemari sumber air minum penduduk, terutama yang berasal dari sumur gali maupun sumur pipa yang menggunakan pompa tangan maupun pompa listrik. Berdasarkan hasil pemeriksaan kualitas air sumur penduduk di 15 (limabelas) lokasi menyimpulkan bahwa 73.33% sumber air penduduk kota Majalaya telah tercemar lumpur tinja. Jumlah bakteri koli di 10 lokasi mencapai bakteri koli (total coliform)/100ml dan jumlah koli tinja berkisar antara

8 koli tinja (faecal coliform)/100ml. Syarat maksimum yang diperbolehkan untuk air bersih adalah 50 total coliform/100ml atau 0 koli tinja (faecal coli)/100ml (PerMenKes 1990). Hal itu berarti bahwa fasilitas sanitasi kota Majalaya belum terpelihara secara memadai sehingga limbah rumah tangga diperkirakan telah mencemari sumber air penduduk. Penyediaan prasarana dan sarana sanitasi, pada dasarnya terkait dengan banyaknya air limbah rumah tangga yang dibangkitkan. Banyaknya air limbah rumah tangga terkait erat dengan konsumsi air minum rumah tangga Dari hasil analisis data primer terhadap konsumsi air minum menyimpulkan bahwa konsumsi rata-rata air minum kota Majalaya adalah liter/orang/hari, sedangkan angka maksimum dan minimumnya adalah 356 liter/orang/hari dan liter/orang/hari. Hal itu berarti bahwa volume bangkitan air limbah kota Majalaya pada tahun 2005 adalah 80% x liter/orang/hari x ( ) jiwa = m 3 /hari Prasarana dan Sarana Perumahan Ketersediaan dan keadaan prasarana dan sarana perumahan dikaji dari banyaknya rumah (i) berdinding tembok, (ii) berlantai keramik, (iii) berfasilitas listrik, dan (iv) berukuran luas lantai > 45 m 2, serta (v) kepadatannya dalam suatu kawasan. Secara umum, rumah penduduk di daerah penelitian relatif baik karena lebih dari 67% berdinding tembok, lebih dari 97% berlantai keramik dan 97% berfasilitas listrik. Namun, dari ketiga aspek tersebut, kota Majalaya masih lebih baik bila dibandingkan dengan kecamatan lain di daerah pelayanan IPLT maupun di kabupaten Bandung. Ditinjau dari keberadaan rumah yang memiliki luas lantai > 45 m 2, di kota Majalaya jumlahnya lebih sedikit bila dibandingkan dengan kecamatan lain di daerah pelayanan IPLT maupun kabupaten Bandung. Namun demikian, kepadatan rumah di kota Majalaya lebih tinggi bila dibandingkan kecamatan lain di daerah pelayanan IPLT maupun di kabupaten Bandung. Ditinjau dari angka perubahannya selama 3 (tiga) tahun, rumah tembok di kota Majalaya cenderung bertambah, rumah berlantai keramik cenderung berkurang dan rumah berfasilitas listrik relatif tetap, tetapi rumah dengan luas lantai > 45 m 2 cenderung turun.

9 85 Sementara itu kepadatan rumah cenderung meningkat. Hal itu mengindikasikan bahwa tipe rumah yang dibangun di kota Majalaya adalah rumah tipe lebih kecil dengan ukuran luas < 45 m 2. Ketersediaan dan keadaan prasarana dan sarana perumahan dari tahun dirangkum pada Tabel 14. Tabel 14. Keadaan Prasarana dan Sarana Rumah ( ) No Uraian Satuan (1) (2) (3) (6) (7) (8) Majalaya a. Rumah tembok unit/total rumah b. Rumah lantai keramik unit/total rumah c. Rumah dengan listrik (PLN+Non PLN) unit/total rumah d. Rmh dgn lantai > 45 unit/total rumah e. Kepadatan Rumah unit/ha Daerah Pelayanan IPLT a. Rumah tembok unit/total rumah b. Rumah lantai keramik unit/total rumah c. Rumah dengan listrik (PLN+Non PLN) unit/total rumah d. Rmh dgn lantai > 45 unit/total rumah e. Kepadatan Rumah unit/ha Kabupaten Bandung a. Rumah tembok unit/total rumah b. Rumah lantai keramik unit/total rumah c. Rumah dengan listrik (PLN+Non PLN) unit/total rumah d. Rmh dgn lantai > 45 unit/total rumah e. Kepadatan Rumah unit/ha Sumber : Suseda, (diolah) Pada skala daerah pelayanan IPLT, rumah tembok relatif tidak berubah, rumah berlantai keramik cenderung turun, rumah berfasilitas listrik relatif tetap, rumah dengan luas lantai > 45 m 2 dan kepadatan rumah cenderung bertambah. Pada skala kabupaten Bandung, rumah tembok cenderung turun tetapi rumah berlantai keramik cenderung bertambah. Rumah berfasilitas listrik dan rumah dengan luas lantai > 45 m 2 serta kepadatan rumah cenderung bertambah, Dinamika perubahan fasilitas rumah di ketiga kategori wilayah tersebut mengindikasikan terjadinya pergeseran pembangunan rumah dengan luas lantai > 45 m 2 keluar kota Majalaya.

10 Keadaan Sosial Ekonomi Keadaan sosial ekonomi di suatu kawasan kota tertentu memberi gambaran tentang tingkat kehidupan dan penghidupan penduduk kota setelah menerima dan memanfaatkan prasarana dan sarana kota yang tersedia dan/atau disediakan oleh masyarakat bersama-sama pemerintah kota yang bersangkutan. Semakin baik tingkat kehidupan dan penghidupan penduduk suatu kota, memberi indikasi tingkat pemanfaatan dan kemanfaatan prasarana dan sarana kota yang bersangkutan. Selain itu, penduduk yang berkehidupan dan penghidupan lebih tinggi akan lebih kuat dalam menghadapi berbagai dampak lingkungan Keadaan Kesehatan Masyarakat Keadaan kesehatan masyarakat dikaji dari (i) banyaknya kasus penyakit diare, dan (ii) kasus penyakit lain selain penyakit diare. Ketersediaan dan keadaan kesehatan masyarakat tahun dirangkum pada Tabel 15. Tabel 15. Keadaan Kesehatan Masyarakat ( ) No Uraian Satuan (1) (2) (3) (6) (7) (8) Majalaya a. Kasus Diare Kasus/1 000 penduduk b. Kasus Penyakit lain Kasus/1 000 penduduk Daerah Pelayanan IPLT a. Kasus Diare Kasus/1 000 penduduk b. Kasus Penyakit lain Kasus/1 000 penduduk Kabupaten. Bandung a. Kasus Diare Kasus/1 000 penduduk b. Kasus Penyakit lain Kasus/1 000 penduduk Sumber : Suseda, (diolah) Kasus penyakit diare di kota Majalaya pada tahun 2002 tercatat sebanyak kasus per penduduk. Tetapi pada tahun 2003 meningkat menjadi kasus dan menurun kembali pada tahun 2004 menjadi 8.05 kasus per penduduk. Kecuali pada tahun 2003, jumlah kasus penyakit diare di kota Majalaya lebih kecil bila dibandingkan dengan rata-rata kecamatan lain di daerah pelayanan IPLT. Pada tahun 2002 dan 2003, jumlah kasus penyakit diare di kota

11 87 Majalaya lebih tinggi, tetapi pada tahun 2004 lebih rendah bila dibandingkan dengan rata-rata kecamatan lain di kabupaten Bandung. Kecenderungan yang sama terjadi pula pada kasus penyakit lain selain penyakit diare. Pada tahun 2002 di kota Majalaya tercatat sebanyak kasus per penduduk. Jumlah tersebut meningkat menjadi kasus pada tahun 2003 dan menurun menjadi pada tahun kecuali pada tahun 2003, jumlah kasus penyakit di kota Majalaya lebih rendah bila dibandingkan dengan rata-rata kecamatan lain di daerah pelayanan IPLT. Pada tahun 2002 dan tahun 2003, kasus penyakit lain di kota Majalaya lebih tinggi, tetapi pada tahun 2004 lebih rendah bila dibandingkan dengan rata-rata kecamatan lain di kabupaten Bandung. Hal itu mengindikasikan bahwa tingkat kesehatan penduduk kota Majalaya lebih baik bila dibandingkan dengan kecamatan lainnya Pendidikan Masyarakat Keadaan pendidikan penduduk daerah penelitian dikaji dari aspek (i) banyaknya penduduk yang memliliki ijazah, (ii) angka partisipasi sekolah, dan (iii) banyaknya penduduk yang melek huruf. Keadaan pendidikan penduduk wilayah penelitian dirangkum pada Tabel 16. Tabel 16. Keadaan Pendidikan Masyarakat ( ) No Uraian Satuan (1) (2) (3) (4) (5) (6) Majalaya a. Penduduk berijazah (>sma) Orang/total penduduk b. Penduduk melek huruf Orang/total penduduk c. Angka partisipasi sekolah Rasio* Daerah Pelayanan IPLT a. Penduduk berijazah (>sma) Orang/total penduduk b. Penduduk melek huruf Orang/total penduduk c. Angka partisipasi sekolah Rasio* Kabupaten Bandung a. Penduduk berijazah (>sma) Orang/total penduduk b. Penduduk melek huruf Orang/total penduduk c. Angka partisipasi sekolah Rasio* * rasio murid SD s/d SMA terhadap penduduk usia sekolah > 5 tahun s/d 18 tahun Sumber : BPS dan Suseda, (diolah) Penduduk kota Majalaya yang memiliki ijazah pendidikan tinggi tercatat sebesar 17% dari total penduduk. Angka tersebut lebih tinggi bila dibandingkan

12 88 dengan rata-rata kecamatan lain di daerah pelayanan IPLT dan di kabupaten Bandung. Angka melek huruf di kota Majalaya mencapai 78% dari total penduduk. Demikian pula halnya dengan angka partisipasi sekolah pada tahun 2004 yang mencapai 73% dari jumlah penduduk. Penduduk berijazah perguruan tinggi di kota Majalaya lebih tinggi bila dibandingkan dengan rata-rata kecamatan lain di daerah pelayanan IPLT maupun rata-rata di kabupaten Bandung. Namun, banyaknya penduduk yang mampu membaca dan penduduk yang bersekolah di ketiga wilayah penelitian relatif seimbang. Hal tersebut mengindikasikan bahwa secara umum, tingkat pendidikan penduduk kota Majalaya lebih baik bila dibandingkan dengan kecamatan kota lainnya Ekonomi Masyarakat Keadaan ekonomi penduduk dikaji dari aspek (i) konsumsi rata-rata per kapita, (ii) penduduk usaha sendiri, dan (iii) angka partisipasi bekerja. Seperti tertera pada Tabel 4-9 penduduk yang berusaha sendiri (wiraswasta) di kota Majalaya lebih besar daripada kecamatan lain di daerah pelayanan IPLT maupun di seluruh kecamatan di kabupaten Bandung. Penduduk yang bekerja sebagai buruh/karyawan di kota Majalaya juga lebih tinggi bila dibandingkan kecamatan lain. Konsumsi atau pengeluaran penduduk kota Majalaya pada tahun 2002 dan tahun 2003 lebih tinggi bila dibandingkan dengan rata-rata kecamatan di daerah pelayanan IPLT dan di kabupaten Bandung. Namun, pada tahun 2004 lebih rendah dari kecamatan lainnya di daerah pelayanan IPLT maupun di seluruh kecamatan di kabupaten Bandung. Berdasarkan hasil survey lapangan di 3 (tiga) lokasi kecamatan di daerah pelayanan IPLT yaitu kecamatan Ibun, Rancaekek dan Ciparay, penghasilan rata-rata bulanan per kepala keluarga diperhitungkan sebesar Rp Sementara itu, berdasarkan data Suseda (Tabel 17) angka konsumsi rata-rata bulanan di daerah pelayanan IPLT adalah Rp Dengan demikian, maka rasio pengeluaran (konsumsi) terhadap penghasilan rata-rata bulanan adalah 20.13%. Meskipun angka penghasilan responden kemungkinan jauh lebih kecil daripada keadaan nyata, rasio tersebut menggambarkan adanya peluang masyarakat untuk menabung.

13 89 Tabel 17. Keadaan Ekonomi Masyarakat ( ) No Uraian Satuan (1) (2) (3) (6) (7) (8) Majalaya a. Konsumsi rata-rata per kapita Rp / Kapita b. Penduduk Wiraswasta Orang/pend bekerja c. Angka Partisipasi Bekerja Rasio* Daerah Pelayanan IPLT a. Konsumsi rata-rata per kapita Rp / Kapita b. Penduduk Wiraswasta Orang/pendd bekerja c. Angka Partisipasi Bekerja Rasio Kabupaten Bandung a. Konsumsi rata-rata per kapita Rp / Kapita b. Penduduk Wiraswasta Orang/pendd bekerja c. Angka Partisipasi Bekerja Rasio * Buruh/karyawan dan usaha sendiri Sumber : Suseda (diolah) 4.6 Pengelolaan Sanitasi Lingkungan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Sistem pengelolaan limbah cair domestik di wilayah penelitian terdiri dari sistem terpusat (off-site) dan sistem setempat (on-site). Sistem terpusat hanya terdapat di kota Soreang sedangkan bagian wilayah lainnya dilayani sistem setempat. Keterangan singkat mengenai kedua sistem tersebut dirangkum pada Tabel Sebagaimana dijelaskan pada bab cakupan fasilitas pengelolaan air limbah di kota Majalaya dan sekitarnya yang telah diperbaiki (improved) atau fasilitas tangki septik yang dilengkapi dengan bidang resapan, masih relatif rendah yaitu sekitar 14.9% dari prasarana dan sarana pengelolaan air limbah domestik yang ada. Oleh karena itu, 85.10% air limbah domestik yang dialirkan ke dalam media lingkungan belum diolah secara memadai. Selain itu, 23.55% penduduk kabupaten Bandung masih membuang kotorannya secara langsung ke media lingkungan hidup dan sisanya sebesar 53.41% membuang kotorannya melalui jamban pribadi sedangkan 23.03% melalui jamban bersama.

14 90 Sebesar 35.33% dari limbah rumah tangga yang dibangkitkan, diolah terlebih dahulu di dalam tangki septik dan 24% efluent dari tangki septik dialirkan melalui SPAL. Tabel 18. Pengelolaan Air Limbah Domestik di Daerah Penelitian ELEMEN SISTEM SISTEM SOREANG SISTEM CIBEET SISTEM BABAKAN (1) (2) (3) (4) PENGUMPULAN (PEWADAHAN) TRANSPORTASI PENGOLAHAN PEMBUANGAN AKHIR unit Sambungan Rumah (SR) dari 1000 SR yang ditargetkan 2. Air Limbah dialirkan melalui sistem jaringan perpipaan Melalui sistem jaringan pipa yang terletak di jalan Cipatik, di belakang kantor Pemda Kabupaten Bandung 1. Jenis pengolahan: 2. Septik tank besar 3. Unit aerasi 4. Bak pengering lumpur 5. Kapasitas pengolahan 10,6 l/dt 6. Sudah pernah dioperasikan 7. Saat ini tidak lagi beroperasi dengan benar, limbah dari ujung saluran tidak masuk ke instalasi Efluen dari aerasi dibuang ke sumur resapan 1. Tangki septik : dengan sebaran, Kec.Majalaya, Kec.Paseh, Kec.Ciparay dan Kec.Ibun, 2. Konstruksi tangki septik/ Cubluk 3. Mobil tinja di pool di Soreang, bukan di daerah operasinya 1. Jarak tempuh: 5 15 km dari daerah pelayanan 2. Waktu tempuh : + 1 jam 3. Frekuensi :musim kemarau jarang, musim hujan sering 4. Trafik : jalan sempit, menanjak & berkelok 5. Pengelola Swasta & DPU Kebersihan 6. Mobil tangki: DPUK : 4 buah & 6 trailer 7. Mobil swasta 1. Disain memadai, kecuali kolam maturasi kurang luas 2. Fasilitas Kolam anaerob, Kolam fakultatif, Kolam maturasi, Bak pengering lumpur 3. Kapasitas: 25 m 3 /hari 4. Operasi tidak optimal 5. Bangunan tidak terpelihara 6. Tidak ada fasilitas air bersih dan fasilitas listrik 7. Pengelola : DPU Kebersihan Kab.Bandung 8. Retribusi ditarik saat penyedotan 1. Pembuangan akhir : ke saluran drainase 2. Hasil lumpur kering, untuk pupuk, di lokasi IPLT Dari Tangki Septik daerah pelayanan Ciparay Jarak km dari kota Ciparay Jalan sempit, berkelok 1. Fasilitas Imhoff tank, Bak Fakultatif, Bak maturasi, Bak Pengering Lumpur 2. Kapasitas 20 m 3 /hari 3. Belum pernah difungsikan sama sekali 4. Pompa lumpur tinja dari imhoff tank ke bak fakultatif hilang 5. Sarana penunjang rusak tidak dapat digunakan 6. Pengelola DPU Kebersihan Kabupaten Bandung Dibuatkan bak resapan untuk meresapkan efluen ke tanah

15 91 Hal itu mengindikasikan bahwa efluent dari tangki septik yang disaring sebelum dialirkan ke dalam tanah adalah sebesar 67.93% dari volume limbah yang diolah di tangki septik. Sistem sanitasi terpusat kota Soreang terdiri dari sistem jaringan perpipaan Air Limbah dan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Soreang tersebut dibangun pada tahun 1993 melalui program BUDP II. Sistem sanitasi setempat terdiri dari tangki septik, sarana angkutan lumpur tinja (truk tinja) dan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT). Pada tahun 1996 dibangun IPLT Babakan yang berkapasitas 20 m 3 /hari melalui bantuan proyek Propinsi Jawa Barat. Pada tahun 1999 dibangun IPLT Cibeet yang berkapasitas 25 m 3 /hari melalui program West Java Urban Development (Sector) Project (WJUDSP). IPLT Cibeet dirancang untuk melayani penduduk di sekitar kota Majalaya sampai dengan tahun IPLT Cibeet terletak di desa Cibeet Kecamatan Ibun yang berjarak 5 km dari kota Majalaya. Jalan utama ke lokasi IPLT Cibeet merupakan jalan aspal berkelok-kelok dengan tanjakan cukup terjal yang kondisinya relatif baik. Jalan akses ke lokasi IPLT panjangnya sekitar 100 m merupakan jalan aspal dengan tanjakan yang sedang. Lokasi IPLT Cibeet terletak di daerah bukit, dengan luas + 1 ha, di tepi jalan yang menghubungkan kota Majalaya dengan kecamatan Ibun dan kecamatan lainnya di bagian selatan kabupaten Bandung. IPLT Cibeet menggunakan sistem pengolahan biologis dengan aliran gravitasi atau memanfaatkan perbedaan ketinggian yang tersedia. Pada tahap perencanaan awal, IPLT Cibeet dimaksudkan untuk melayani daerah sekitar kota Majalaya yang terdiri dari empat kecamatan, yaitu Kecamatan Majalaya (18 Kelurahan/Desa), kecamatan Paseh (4 Kelurahan/Desa), kecamatan Ciparay (7 Kelurahan/Desa), kecamatan Ibun (2 Kelurahan/Desa) dan daerah lain yang berada pada radius pelayanan + 10 km dari lokasi IPLT. Pada awal tahun 2002 dilakukan serah terima dari pengelola terdahulu yaitu PDAM Cimahi kepada pengelola yang baru yaitu Dinas Pekerjaan Umum Kebersihan Kabupaten Bandung. Setelah serah terima tersebut, daerah pelayanan IPLT Cibeet diperluas sampai ke wilayah bagian timur Kabupaten Bandung, yang meliputi Kecamatan Cicalengka, Rancaekek, Ciparay, dan Bale Endah.

16 92 Pada awal beroperasinya IPLT Cibeet oleh PDAM Cimahi, mobil tinja yang ditempatkan di cabang dinas di Rancaekek. Setelah dikelola DPU kabupaten Soreang, truk tinja ditempatkan di kantor DPU Kebersihan di Soreang. Hal ini menambah jarak tempuh pengoperasian truk tinja, sehingga menambah biaya pengangkutan. Sementara itu, mobil pengangkut tinja yang dioperasikan pihak swasta tarifnya jauh lebih murah dari tarif yang ditetapkan oleh pihak DPU Kebersihan. Pengusaha penyedot tinja swasta tidak membuang muatannya ke IPLT, sehingga pemanfaatan kapasitas IPLT sebesar 25 m 3 /hari tidak pernah tercapai. IPLT Babakan dirancang dengan kapasitas pengolahan sebesar 20 m 3 /hari. Bangunan instalasi terdiri dari sebuah Imhoff tank, Kolam Fakultatif, Kolam Maturasi dan dilengkapi dengan unit pengering lumpur. Pada perencanaannya, efluent dari kolam maturasi dibuang langsung ke tanah, dengan membuat bidang resapan di sekitar lokasi outlet kolam maturasi. Tetapi karena penduduk sekitar tidak melihat saluran untuk penampung efluen, mereka berpendapat bahwa efluent yang keluar dari kolam maturasi akan mencemari lingkungan, sehingga terjadi penolakan pada operasi IPLT tersebut. Untuk menegaskan penolakan mereka terhadap IPLT, terjadi perusakan bangunan kantor dan rumah jaga, selain itu terjadi pencurian pompa air, sehingga bangunan IPLT tidak dapat berfungsi sama sekali Pengelolaan Lumpur Tinja Pengelolaan lumpur tinja terdiri dari komponen (i) pewadahan lumpur tinja, (ii) pengangkutan lumpur tinja, (iii) pengolahan lumpur tinja, dan (iv) pembuangan atau pemanfaatan hasil pengolahan lumpur tinja Pewadahan Lumpur Tinja Lumpur tinja yang berasal dari kotoran manusia dikumpulkan di dalam tangki septik (septic tank). Oleh karena itu, banyaknya lumpur tinja yang terkumpul setiap tahunnya bergantung kepada jumlah tangki septik yang ada di wilayah studi. Sampai dengan tahun 2004 jumlah tangki septik di 6 (enam) kecamatan daerah pelayanan IPLT mencapai 38% dari total rumah yang ada atau

17 sekitar unit. Sementara itu jumlah tangki septik di kota Majalaya mencapai 20% dari jumlah rumah yang ada atau sekitar unit. Sampai dengan tahun 2005, tangki septik sebagian besar telah berusia antara 7 12 tahun (Tabel 19). Tabel 19. Umur Tangki Septik di 3 (tiga) Kecamatan Tahun Pembangunan Tangki Ciparay Rancaekek Rata rata Ibun Septik (1) (2) (3) (4) (5) a. < 3 tahun b. 3 6 tahun yg lalu c tahun yg lalu d tahun yg lalu e. > 20 tahun yg lalu Tidak Menjawab Jumlah Sumber: Hasil Survey 2005 Apabila diasumsikan bahwa setiap 2 (dua) atau 3 (tiga) tahun dilakukan pengurasan tangki septik dan volume rata rata tangki septik adalah 2.29 m3/unit (Tabel 20), maka pada tahun 2005 volume lumpur tinja kota Majalaya yang harus dikuras diperhitungkan sebesar unit x 2.29 m3/unit = m3. Apabila diasumsikan bahwa waktu kerja per tahun adalah 256 hari, maka volume lumpur tinja yang harus diangkut setiap harinya diperhitungkan sebesar m3/tahun : 256 hari = m3/hari. Tabel 20. Ukuran Tangki Septik di 3 (tiga) Kecamatan Kapasitas Tangki Septik Ibun Ciparay Rancaekek Rata rata Rata-rata volume (1) (2) (3) (4) (5) (6) a. <2 m b. 2 m 3 2,5 m c. 2,5 m 3 3,5 m d. 3,5 m 3 4,5 m e. > 5 m Tidak Menjawab Jumlah Sumber : Hasil Survey Pengangkutan Lumpur Tinja Pengangkutan lumpur tinja, pada dasarnya terkait dengan frekuensi penyedotan tangki septik. Sampai dengan tahun 2005 penyedotan tangki septik mencapai kali dalam periode 13 tahun atau rata rata 7.96 kali per tahun. 93

18 Namun, sekitar 11.25% atau sekitar unit tangki septik belum pernah disedot (Tabel 21). Hal tersebut berati bahwa jumlah unit tangki septik yang dilayani untuk setiap pengangkutan lumpur tinja adalah ( ) : = unit tangki septik. Sementara itu, rasio jasa penyedotan yang dilakukan pemerintah dengan swasta adalah berbanding atau penggunaan jasa swasta hampir 2 (dua) kali lebih besar dari pemerintah. Tabel 21. Frekuensi Penyedotan Tangki Septik di 4 (empat) Kecamatan Frekuensi Penyedotan Ibun Majalaya Ciparay Rancaekek Rata rata (1) (2) (3) (4) (5) (6) a. 1 kali b. 2 kali c. 3 kali d. 4 kali e. lebih dari 4 kali f. tidak pernah Tidak Menjawab Jumlah Sumber: Hasil Survey 2005 Keadaan tersebut memberi indikasi bahwa masyarakat lebih menyukai pelayanan yang dilakukan oleh swasta daripada oleh pemerintah (Tabel 22). Hal tersebut kemungkinan ada kaitannya dengan tawaran tarif swasta yang lebih murah. Tabel 22. Penggunaan Jasa Truk Tinja di 3(tiga) Kecamatan Jasa Truk Tinja yang digunakan Kecamatan Ibun Kecamatan Ciparay Kecamatan Rancaekek 94 Rata-rata (1) (2) (3) (4) (5) a. milik pemerintah daerah b. milik perusahaan swasta c. lain-lain Tidak Menjawab Jumlah Sumber: Hasil Survey 2005 Ditinjau dari besarnya biaya penyedotan tinja (Tabel 23), tampak bahwa 52.19% responden menyatakan membayar tarif lebih kecil dari Rp untuk setiap kali penyedotan tinja. Sekitar 9.33% responden menyatakan membayar tarif antara Rp sampai Rp dan 3.24% menyatakan membayar tarif antara Rp sampai Rp Walaupun demikian, rata-rata kesanggupan membayar retribusi pelayanan pengurasan

19 tangki septik adalah sekitar Rp atau setengah dari tarif yang telah dibayar sebelumnya. Apabila frekuensi pengurasan tangki septik rata rata diasumsikan 2 tahun sekali dan tarif pengurasan tersebut dikonversikan menjadi tarif bulanan, maka untuk tarif sebesar Rp ekivalen dengan Rp /pelanggan/bulan, tarif sebesar Rp ekivalen dengan Rp /pelanggan/bulan. Tabel 23. Biaya Penyedotan Tinja di 3 (tiga) kecamatan Biaya Penyedotan Tinja Kecamatan Ibun Kecamatan Ciparay Kecamatan Rancaekek 95 Rata-rata (1) (2) (3) (4) (5) a. < Rp b. Rp Rp c. Rp Rp d. Rp Rp e. > Rp Tidak Menjawab Jumlah Sumber: Hasil Survey Pengolahan Lumpur Tinja di IPLT Pengolahan lumpur tinja terkait erat dengan frekuensi pengangkutan dan volume lumpur tinja yang disedot. Volume lumpur yang disedot per hari diperkirakan sebesar m 3 /hari atau % dari volume lumpur tinja kota Majalaya dan % dari total volume lumpur yang dibangkitkan di daerah pelayanan IPLT. Sementara itu, pengoperasian IPLT Cibeet tidak berlangsung setiap hari, bahkan menganggur. Hal itu mengindikasikan bahwa lumpur tinja yang telah disedot tidak dikirim ke IPLT untuk diolah, melainkan dibuang ke media lingkungan seperti sungai dan lahan kosong.

Bab VI RUMUSAN REKOMENDASI KEBIJAKAN DAN STRATEGI IMPLEMENTASINYA

Bab VI RUMUSAN REKOMENDASI KEBIJAKAN DAN STRATEGI IMPLEMENTASINYA Bab VI RUMUSAN REKOMENDASI KEBIJAKAN DAN STRATEGI IMPLEMENTASINYA 6.1 Sintesa Hasil Simulasi 6.1.1 Pelestarian Fungsi Lingkungan Perkotaan Hasil analisis terhadap keberadaan prasarana dan sarana kota menunjukkan

Lebih terperinci

Bab VII KESIMPULAN DAN SARAN

Bab VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berikut ini adalah berapa kesimpulan yang dapat dirumuskan dari penelitian ini. 7.1.1 Keadaan eksisting 1. Keadaan pelestarian fungsi lingkungan kota Majalaya,

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA SIDAMANIK SUMATERA UTARA KOTA SIDAMANIK ADMINISTRASI Profil Kota Kota Kisaran merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Simalungun Propinsi Sumatera Utara. PENDUDUK Jumlah

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA BULELENG BALI KOTA BULELENG ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Buleleng merupakan bagian dari wilayah administrasi Kabupaten Buleleng. Batas-batas administratif kota Buleleng

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA BALIGE SUMATERA UTARA KOTA BALIGE ADMINISTRASI Profil Kota Kota Balige merupakan ibukota Kabupaten (IKAB) dari kabupaten Toba Samosir yang terletak di propinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

LAPORAN IPLT KEPUTIH KOTA SURABAYA PROPINSI JAWA TIMUR

LAPORAN IPLT KEPUTIH KOTA SURABAYA PROPINSI JAWA TIMUR LAPORAN IPLT KEPUTIH KOTA SURABAYA PROPINSI JAWA TIMUR IPLT Keputih Kota Surabaya DESEMBER 2010 1 A. Gambaran Umum Wilayah; Geografis Kota Surabaya terletak antara 112 36 112 54 BT dan 07 21 LS, dengan

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA JAWA TIMUR KOTA ADMINISTRASI Profil Wilayah Secara astronomis Kota Lumajang terletak pada posisi 112 5-113 22 Bujur Timur dan 7 52-8 23 Lintang Selatan. Dengan wilayah seluas

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA DUMAI RIAU KOTA DUMAI ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Dumai adalah ibu kota Kota Dumai, dengan status adalah sebagai kota administratif dari Kota Dumai. Kota Dumai memiliki

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA PADANG SIDEMPUAN SUMATERA UTARA KOTA PADANG SIDEMPUAN ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Padang Sidempuan merupakan salah satu kota sedang yang terletak di Propinsi Sumatera

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA JAWA TIMUR KOTA ADMINISTRASI Profil Wilayah Bagian selatan Bagian barat Secara astronomis, Kota Situbondo yang terdiri dari 9 desa/kelurahan, terletak diantara 7º35 7º 44 Lintang

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA KISARAN SUMATERA UTARA KOTA KISARAN ADMINISTRASI Profil Kota Kota Kisaran merupakan ibukota Kabupaten (IKAB) dari Kecamatan Kisaran dan merupakan bagian dari kabupaten Asahan

Lebih terperinci

) MODEL FOR URBAN CONSERVATION OF URBAN ENVIRONMENTAL FUNCTION BASED ON EKOSANITA-IPLT

) MODEL FOR URBAN CONSERVATION OF URBAN ENVIRONMENTAL FUNCTION BASED ON EKOSANITA-IPLT MODEL PELESTARIAN FUNGSI LINGKUNGAN PERKOTAAN BERBASIS EKOSANITA-IPLT (Studi kasus Kota Majalaya di DAS Citarum Hulu ) MODEL FOR URBAN CONSERVATION OF URBAN ENVIRONMENTAL FUNCTION BASED ON EKOSANITA-IPLT

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA PINANG SUMATERA UTARA KOTA KOTA PINANG ADMINISTRASI Profil Kota Pinang merupakan ibukota kecamatan (IKK) dari Kecamatan Kota Pinang dan merupakan bagian dari kabupaten Labuhan

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA RANTAU PRAPAT SUMATERA UTARA KOTA RANTAU PRAPAT ADMINISTRASI Profil Wilayah Luas wilayah Kota Rantau Prapat menurut Data Sarana dan Prasarana Kota adalah seluas 17.679 Ha.

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA KENDARI SULAWESI TENGGARA KOTA KENDARI ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Kendari merupakan bagian dari wilayah administrasi dari propinsi Sulawesi Tenggara. Batas-batas administratif

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM BAB I DESKRIPSI 1.1 Ruang lingkup Tatacara ini meliputi ketentuan-ketentuan, cara pengerjaan bangunan utama

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA JAMBI JAMBI KOTA JAMBI ADMINISTRASI Profil Wilayah Tabel 1. LUAS WILAYAH KOTA JAMBI No. Kecamatan Luas (Km²) 1. Kota Baru 77,78 2. Jambi Selatan 34,07 3. Jelutung 7,92 4. Pasar

Lebih terperinci

Matrik Kerangka Kerja Logis Kabupaten Luwu

Matrik Kerangka Kerja Logis Kabupaten Luwu Matrik Kerangka Kerja Logis Kabupaten Luwu Subsektor Permasalahan Mendesak Rumusan Tujuan Rumusan Sasaran dan Air Limbah Domestik 1 Pencemaran air tanah dan sungai Meningkatkan kinerja SKPD terkait memiliki

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA SUMATERA UTARA KOTA ADMINISTRASI Profil Kota Kota Percut Sei Tuan merupakan ibukota Kecamatan (IKK) dari kecamatan Percut Sei Tuan yang merupakan bagian dari kabupaten Deli

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA MOJOKERTO JAWA TIMUR KOTA MOJOKERTO ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota yang terkenal dengan makanan khas ondeondenya ini menyandang predikat kawasan pemerintahan dengan luas

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA SIDOARJO JAWA TIMUR KOTA SIDOARJO ADMINISTRASI Profil Kota Kota Sidoarjo merupakan Ibukota Kecamatan Sidoarjo yang terletak di tepi Selat Madura dan termasuk dalam wilayah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH 2.1 Letak Geografis dan Jumlah Penduduk Tenggarong merupakan salah satu Kecamatan dari 15 Kecamatan yang ada diwilayah Kabupaten Kutai Kartanegara, dengan luas wilayah 398,10

Lebih terperinci

T E S I S KAJIAN PENINGKATAN SANITASI UNTUK MENCAPAI BEBAS BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN DI KECAMATAN KARANGASEM BALI

T E S I S KAJIAN PENINGKATAN SANITASI UNTUK MENCAPAI BEBAS BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN DI KECAMATAN KARANGASEM BALI T E S I S KAJIAN PENINGKATAN SANITASI UNTUK MENCAPAI BEBAS BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN DI KECAMATAN KARANGASEM BALI Oleh: MADE YATI WIDHASWARI NRP. 3310 202 712 Dosen Pembimbing: Dr. Ir. NIEKE KARNANINGROEM,

Lebih terperinci

Deskripsi Program/ Kegiatan Sanitasi. Dinas PU Kabupaten Tapanuli Tengah

Deskripsi Program/ Kegiatan Sanitasi. Dinas PU Kabupaten Tapanuli Tengah Deskripsi Program/ Sanitasi Kabupaten Tapanuli Tengah A. Program/ Air Limbah Nama Program/ Pembangunan MCK Komunal - Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk tidak BABS dan mempunyai jamban yang aman /

Lebih terperinci

ADMINISTRASI Profil Kota

ADMINISTRASI Profil Kota KOTA JEMBER ADMINISTRASI Profil Kota Kota Ibukota Administratif Jember merupakan pusat kota Kabupaten Jember. Posisi ketinggian 83 meter dari permukaan air laut dengan lokasi koordinat 7º59 6 8º33 56 Lintang

Lebih terperinci

Infrastruktur PLP dalam Mendukung Kesehatan Masyarakat

Infrastruktur PLP dalam Mendukung Kesehatan Masyarakat Infrastruktur PLP dalam Mendukung Kesehatan Masyarakat Direktorat Pengembangan PLP Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat APA YANG DISEBUT SANITASI?? Perpres 185/2014

Lebih terperinci

W ALIKOTA M AKASSAR PROVINSI SULAW ESI SELATAN

W ALIKOTA M AKASSAR PROVINSI SULAW ESI SELATAN WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA MAKASSAR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAKASSAR, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 2015 SERI : PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PROPINSI SULAWESI TENGGARA

PROPINSI SULAWESI TENGGARA PROPINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KENDARI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PENGAWASAN BAB I PEMANTAUAN DAN EVALUASI SPALD

PENGAWASAN BAB I PEMANTAUAN DAN EVALUASI SPALD LAMPIRAN V PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 04/PRT/M/2017 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PENGAWASAN BAB I PEMANTAUAN DAN EVALUASI SPALD A. UMUM

Lebih terperinci

JENIS DAN KOMPONEN SPALD

JENIS DAN KOMPONEN SPALD LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 04/PRT/M/2017 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK JENIS DAN KOMPONEN SPALD A. KLASIFIKASI SISTEM PENGELOLAAN

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA JAWA TIMUR KOTA ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Tuban merupakan ibukota Kabupaten Tuban. Apabila dilihat dari posisi Kota Tuban yang berada di jalan arteri primer yang menghubungkan

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1 Bab I PENDAHULUAN Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah sebuah survey partisipatif di tingkat Kabupaten/kota yang bertujuan untuk memahami

Lebih terperinci

TL-3230 SEWERAGE & DRAINAGE. DETAIL INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH SISTEM SETEMPAT (On site system 1)

TL-3230 SEWERAGE & DRAINAGE. DETAIL INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH SISTEM SETEMPAT (On site system 1) TL-3230 SEWERAGE & DRAINAGE DETAIL INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH SISTEM SETEMPAT (On site system 1) Penempatan Pengolahan Air Limbah 1. Pengolahan sistem terpusat (off site) 2. Pengolahan sistem di tempat

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA BINJAI SUMATERA UTARA KOTA BINJAI ADMINISTRASI Profil Wilayah Posisi Kota cukup strategis untuk menjadikannya berkembang pesat sebagai kota perdagangan karena terletak di jalur

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 6 TAHUN : 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI 62 BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI 3.1 Jaringan Penyaluran Air Buangan Kota Bandung Pengolahan air limbah secara terpusat lebih umum digunakan di Indonesia, namun terdapat sistem saluran air buangan

Lebih terperinci

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi 2.1. Visi Misi Sanitasi Visi Kabupaten Pohuwato Tabel 2.1: Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten/Kota Misi Kabupaten Pohuwato Visi Sanitasi Kabupaten Pohuwato Misi Sanitasi

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PERENCANAAN IPLT SISTEM KOLAM

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PERENCANAAN IPLT SISTEM KOLAM PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PERENCANAAN IPLT SISTEM KOLAM TATA CARA PERENCANAAN IPLT SISTEM KOLAM BAB I DESKRIPSI 1.1 Ruang lingkup Tata cara ini memuat pengertian dan ketentuan umum dan teknis dan cara

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA JAWA TIMUR KOTA ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Tulungagung berada di tiga kecamatan, yakni Kecamatan Tulungagung, sebagian Kecamatan Kedungwaru dan sebagian Kecamatan Boyolangu.

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara September 2011 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

Lampiran 2. Hasil Analisis SWOT

Lampiran 2. Hasil Analisis SWOT Lampiran 2. Hasil Analisis SWOT A. Sub Sektor Air Limbah Domestik Tabel Kerangka Kerja Logis (KKL) Sektor Air Limbah Domestik Permasalahan Mendesak Tujuan Sasaran Strategi (SWOT) Indikasi Program Indikasi

Lebih terperinci

3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah

3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah 3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah Salah satu sasaran pengelolaan pembangunan air limbah domestik Kota Tangerang yang akan dicapai pada akhir perencanaan ini adalah akses 100% terlayani (universal akses)

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA SUBANG JAWA BARAT KOTA SUBANG ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Subang merupakan ibukota Kecamatan Subang yang terletak di kabupaten Ciamis Propinsi Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 RINGKASAN EKSEKUTIF Dokumen Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota (SSK) Tahun 2016 ini merupakan satu rangkaian yang tidak terpisahkan dengan dokumen lainnya yang telah tersusun

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB IV STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB IV STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI 4.1 Air Limbah Domestik Penetapan tujuan, sasaran dan strategi pengembangan air limbah domestik dilakukan berdasarkan misi pengembangan sanitasi yang diturunkan

Lebih terperinci

PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1

PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1 PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1 Bab 5 Strategi Monitoring dan Evaluasi 1.1 Kerangka Monitoring dan Evaluasi Implementasi SSK Monitoring dapat diartikan sebagai proses rutin pengumpulan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa salah satu

Lebih terperinci

Seluruh masyarakat Kota Tebing Tinggi. Hasil yang diharapkan 1 unit IPLT dibangun dan dapat beroperasi mulai tahun 2018 Rincian Kegiatan

Seluruh masyarakat Kota Tebing Tinggi. Hasil yang diharapkan 1 unit IPLT dibangun dan dapat beroperasi mulai tahun 2018 Rincian Kegiatan LAMPIRAN5. DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN A. AIR LIMBAH DOMESTIK Program/Kegiatan Pembangunan IPLT Kota Tebing Tinggi Agar tersedia sarana pengolahan lumpur tinja warga kota yang ramah lingkungan sehingga

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, SALINAN NOMOR 2/2017 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE. Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan

STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE. Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan KELOMPOK KERJA SANITASI TAHUN 2015 DESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki

Lebih terperinci

Tersedianya perencanaan pengelolaan Air Limbah skala Kab. Malang pada tahun 2017

Tersedianya perencanaan pengelolaan Air Limbah skala Kab. Malang pada tahun 2017 Sub Sektor Air Limbah Domestik A. Teknis a. User Interface Review Air Limbah Buang Air Besar Sembarangan (BABS), pencemaran septic tank septic tank tidak memenuhi syarat, Acuan utama Air Limbah untuk semua

Lebih terperinci

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1 Bab 4 Program dan Kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi 1.1 Ringkasan Program dan Kegiatan Sanitasi Program

Lebih terperinci

Pengelolaan Air Limbah Domestik

Pengelolaan Air Limbah Domestik Pengelolaan Air Limbah Domestik Rekayasa Lingkungan Universitas Indo Global Mandiri NORMA PUSPITA, ST.MT. Dasar Hukum UU no 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup PP no 82

Lebih terperinci

Zuhaelsi Zubir, ST.MT

Zuhaelsi Zubir, ST.MT Zuhaelsi Zubir, ST.MT Jakarta, 27 September 2016 KOTA MAKASSAR IPAL Losari IPLT Kota Makassar terletak antara 119º24'17'38 Bujur Timur dan 5º8'6'19 Lintang Selatan yang berbatasan sebelah utara dengan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran RINGKASAN EKSEKUTIF Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kabupaten yang dimaksudkan

Lebih terperinci

EVALUASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH SISTEM TERPUSAT DI KOTA MANADO

EVALUASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH SISTEM TERPUSAT DI KOTA MANADO EVALUASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH SISTEM TERPUSAT DI KOTA MANADO NEIKLEN RIFEN KASONGKAHE 3311202811 Dosen Pembimbing: Prof. Ir. JONI HERMANA, MscES., PhD Magister Teknik Sanitasi Lingkungan Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik III-1 BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Pada bab strategi percepatan pembangunan sanitasi akan dijelaskan lebih detail mengenai tujuan sasaran dan tahapan pencapaian yang ingin dicapai dalam

Lebih terperinci

DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN. Review Penyusunan Masterplan Air Limbah. Menyediakan dokumen perencanaan air limbah domestik skala Kabupaten

DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN. Review Penyusunan Masterplan Air Limbah. Menyediakan dokumen perencanaan air limbah domestik skala Kabupaten Lampiran-5 Sektor Air Limbah Program/Kegiatan DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN Review Penyusunan Masterplan Air Limbah Review dokumen masterplan merupakan suatu tahap awal perbaikan dari perencanaan air limbah.

Lebih terperinci

WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK

WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Bab III METODE PENELITIAN

Bab III METODE PENELITIAN Bab III METODE PENELITIAN.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di kota kecamatan Majalaya yang terletak di DAS Citarum Hulu (Gambar 4). Kab DT II Cianjur Kab DT II Cianjur S. Patenggang Cipeundeuy

Lebih terperinci

Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah

Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah Tabel 3.1: Rekapitulasi Kondisi fasilitas sanitasi di sekolah/pesantren (tingkat sekolah: SD/MI/SMP/MTs/SMA/MA/SMK) (toilet dan tempat cuci tangan) Jumlah Jumlah Jml Tempat

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. KESIMPULAN Dari hasil evaluasi yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem pembuangan air limbah di lingkungan permukiman pesisir Kelurahan Tanjung Kecamatan

Lebih terperinci

INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA BAB I PENDAHULUAN

INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Setiap hari manusia menghasilkan air limbah rumah tangga (domestic waste water). Air limbah tersebut ada yang berasal dari kakus disebut black water ada pula yang

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI 4.1 Visi dan Misi AMPL Kabupaten Klaten A. VISI Visi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kabupaten Klaten : Terpenuhinya air minum dan sanitasi

Lebih terperinci

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016 Ringkasan Studi EHRA Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) atau dapat juga disebut sebagai Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan, merupakan sebuah studi partisipatif di tingkat Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi II-1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi Pembangunan Tahun 2011-2015 adalah Melanjutkan Pembangunan Menuju Balangan yang Mandiri dan Sejahtera. Mandiri bermakna harus mampu

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA BANDA ACEH NANGGROE ACEH DARUSSALAM KOTA BANDA ACEH ADMINISTRASI Profil Wilayah Aceh Utara berada pada jalur yang sangat strategis yang merupakan titik tengah antara Banda

Lebih terperinci

SISTEM SANITASI DAN DRAINASI

SISTEM SANITASI DAN DRAINASI SISTEM SANITASI DAN DRAINASI Pendahuluan O Sekitar 80% air minum yang digunakan oleh manusia dibuang atau menjadi air limbah O Air limbah ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa pencucian barang dan

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA METRO LAMPUNG KOTA METRO ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Metro berkembang menjadi kota transit bagi pendatang yang ingin menikamti keindahan alam dan kesejukan udara di sekitarnya.

Lebih terperinci

DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG

DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG KONDISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI A. LINGKUNGAN 1. Jaringan Jalan dan Drainase Banyak rumah yang

Lebih terperinci

Landasan Hukum Pengelolaan Air Limbah

Landasan Hukum Pengelolaan Air Limbah Landasan Hukum Pengelolaan Air Limbah Step by Step Series: Dasar-dasar Teknik dan Pengelolaan Air Limbah Page 1 Landasan Hukum Pengelolaan Air Limbah Peraturan Nasional Undang-undang Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

PENENTUAN DAERAH PRIORITAS PELAYANAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH DI KECAMATAN TANAH ABANG JAKARTA PUSAT TUGAS AKHIR

PENENTUAN DAERAH PRIORITAS PELAYANAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH DI KECAMATAN TANAH ABANG JAKARTA PUSAT TUGAS AKHIR PENENTUAN DAERAH PRIORITAS PELAYANAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH DI KECAMATAN TANAH ABANG JAKARTA PUSAT TUGAS AKHIR Oleh: WELLY DHARMA BHAKTI L2D302389 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Sabua Vol.7, No.2: Oktober 2015 ISSN HASIL PENELITIAN ANALISIS PENGELOLAAN LUMPUR TINJA DI KECAMATAN SARIO KOTA MANADO

Sabua Vol.7, No.2: Oktober 2015 ISSN HASIL PENELITIAN ANALISIS PENGELOLAAN LUMPUR TINJA DI KECAMATAN SARIO KOTA MANADO Sabua Vol.7, No.2: 437-445 Oktober 2015 ISSN 2085-7020 HASIL PENELITIAN ANALISIS PENGELOLAAN LUMPUR TINJA DI KECAMATAN SARIO KOTA MANADO Brilsya Moningka 1, Veronica A. Kumurur 2, & Ingerid L. Moniaga

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI 4.1 Visi dan Misi AMPL Kabupaten Klaten A. VISI Visi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kabupaten Klaten : Terpenuhinya air minum dan sanitasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi kebijakan pelaksanaan pengendalian lingkungan sehat diarahkan untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral dalam pembangunan kesehatan

Lebih terperinci

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi 3.1. Visi dan misi sanitasi Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi Dalam rangka merumuskan visi misi sanitasi Kabupaten Lampung Tengah perlu adanya gambaran Visi dan Misi Kabupaten Lampung Tengah sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. instalasi pengolahan sebelum dialirkan ke sungai atau badan air penerima.

BAB I PENDAHULUAN. instalasi pengolahan sebelum dialirkan ke sungai atau badan air penerima. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air limbah yang berasal dari daerah permukiman perkotaan merupakan bahan pencemar bagi mahluk hidup sehingga dapat merusak lingkungan di sekitarnya. Untuk menjamin

Lebih terperinci

Permasalahan Mendesak Tujuan Sasaran Strategi Program Kegiatan. Perencanaan menyeluruh pengelolaan sistem air limbah skala Kota.

Permasalahan Mendesak Tujuan Sasaran Strategi Program Kegiatan. Perencanaan menyeluruh pengelolaan sistem air limbah skala Kota. A. KERANGKA KERJA LOGIS (KKL) A.1. KERANGKA KERJA LOGIS AIR LIMBAH Permasalahan Mendesak Tujuan Sasaran Strategi Program Kegiatan Belum adanya Master Plan dan peta Pengelolaan air limbah domestik Mendapatkan

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA PURWAKARTA JAWA BARAT KOTA PURWAKARTA ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Purwakarta merupakan Ibukota Kabupaten Purwakarta yang merupakan wilayah administrasi Propinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya Visi Kabupaten Misi Kabupaten Visi Sanitasi Kabupaten Misi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Aceh

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada lokasi studi, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pengelolaan prasarana air limbah domestik

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIMAHI,

PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIMAHI, LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 200 TAHUN : 2015 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIMAHI, Menimbang

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA BENGKULU BENGKULU KOTA BENGKULU ADMINISTRASI Profil Wilayah Tabel 1. LUAS WILAYAH KOTA BENGKULU No. Kecamatan Luas (Ha) 1. Gading Cempaka 2.885 2. Teluk Segara 1.668 3. Bengkahulu

Lebih terperinci

PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK ATAU PERMUKIMAN

PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK ATAU PERMUKIMAN SALINAN PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK ATAU PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI, Menimbang : a. bahwa lingkungan

Lebih terperinci

Jarak Ideal Septic Tank Dengan Sumber Air Bersih. terkontaminasi dengan air tangki septic oleh bakteri patogen yang dapat mengganggu

Jarak Ideal Septic Tank Dengan Sumber Air Bersih. terkontaminasi dengan air tangki septic oleh bakteri patogen yang dapat mengganggu Jarak Ideal Septic Tank Dengan Sumber Air Bersih Jarak 10 meter antara tangki septic (septic tank) dan sumur telah menjadi pengetahuan umum dan populer di masyarakat. Alasannya, agar air sumur tidak terkontaminasi

Lebih terperinci

Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah

Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah Permasalahan Mendesak Tujuan Sasaran Strategi Program Kegiatan 1. Meningkatnya pembangunan Tersedianya Tersedianya Penyusunan Masterplan Penyusunan Masterplan

Lebih terperinci

DESKRIPSI PROGRAM UTAMA

DESKRIPSI PROGRAM UTAMA DESKRIPSI PROGRAM UTAMA PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditemui pada daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. ditemui pada daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan adanya perkembangan penduduk yang semakin meningkat, pencemaran lingkungan menjadi salah satu permasalahan yang banyak ditemui pada daerah dengan kepadatan

Lebih terperinci

INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BOJONGSOANG

INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BOJONGSOANG INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BOJONGSOANG KONTEN Pendahuluan Skema Pengolahan Limbah Ideal Diagram Pengolahan Limbah IPAL Bojongsoang Pengolahan air limbah di IPAL Bojongsoang: Pengolahan Fisik

Lebih terperinci

BAB 3 RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB 3 RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB 3 RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI 3.1 RENCANA KEGIATAN AIR LIMBAH Salah satu tujuan utama pembangunan air limbah domestik Kabupaten Bombana yaitu Meningkatkan akses Layanan Air limbah Domestik

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PENDANAAN PENCAPAIAN SASARAN AIR MINUM

ARAH KEBIJAKAN PENDANAAN PENCAPAIAN SASARAN AIR MINUM ARAH KEBIJAKAN PENDANAAN PENCAPAIAN SASARAN AIR MINUM Disampaikan pada : Lokakarya Penyiapan Pelaksanaan Program Hibah Air Minum Perkotaan APBN Tahun 2016 DIREKTORAT ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN Rabu,

Lebih terperinci

Profil Sanitasi Wilayah

Profil Sanitasi Wilayah BAB 3 Profil Sanitasi Wilayah 3.1. Kajian Wilayah Sanitasi Wilayah kajian sanitasi Kabupaten Nias adalah desa yang menjadi area sampel studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) yang terdiri dari

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN STRATEGI BIDANG PLP

KEBIJAKAN DAN STRATEGI BIDANG PLP KEBIJAKAN DAN STRATEGI BIDANG PLP Oleh: Direktur Pengembangan PLP Jakarta, 26 Januari 2017 KEMENTERIAN PEKERJAAN PEKERJAAN UMUM UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT TARGET BIDANG SANITASI Amanat RPJPN 2005-2025 Pembangunan

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA PROBOLINGGO JAWA TIMUR KOTA PROBOLINGGO ADMINISTRASI Profil Wilayah Daerah yang berhari jadi tanggal 1 Juli 1918 ini, sejak dekade 80an, tersiar ke berbagai daerah sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung terus berkembang dengan melakukan pembangunan di segala bidang yang diikuti dengan peningkatan jumlah penduduk yang cukup signifikan, sehingga menuntut

Lebih terperinci

KONSEP PENGELOLAAN LIMBAH CAIR DOMESTIK

KONSEP PENGELOLAAN LIMBAH CAIR DOMESTIK TL-3230 SEWERAGE & DRAINAGE KONSEP PENGELOLAAN LIMBAH CAIR DOMESTIK Prayatni Soewondo Prodi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil & Lingkungan Institut Teknologi Bandung 2009 Sistem Pengelolaan Limbah

Lebih terperinci

Target. Real isasi. Real isasi 0% 10% 0%

Target. Real isasi. Real isasi 0% 10% 0% Strategi Sanitasi Kota Kota Subulussalam BAB V STRATEGI MONEV Tabel 5.1: Matriks Kerangka Logis Tujuan: Tersedianya layn IPLT Data Dasar Sasaran Indikator Sumber Nilai & Tahun Adanya Masyarakat 0% EHRA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melalui anus dan merupakan sisa dari proses pencernaan makanan di sepanjang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melalui anus dan merupakan sisa dari proses pencernaan makanan di sepanjang 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Limbah Tinja Tinja adalah bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia melalui anus dan merupakan sisa dari proses pencernaan makanan di sepanjang sistem saluran

Lebih terperinci