ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga"

Transkripsi

1 LAMPIRAN 1 RINGKASAN UJI POTENSIAL BAKTERI SELULOLITIK DARI KUMBANG TINJA (Dung beetles) SEBAGAI BIO-TOILET Luh Putu Mahardani Wiparnaningrum, Tri Nurhariyati, dan Drs. Salamun, Prodi S-1 Biologi, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi konsorsium bakteri selulolitik kumbang tinja (Dung beetles) sebagai bio-toilet pada konsentrasi, lama waktu inkubasi, dan kombinasi keduanya terhadap degradasi feces sapi. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan faktorial 4x4 dengan 3 ulangan, yang terdiri dari 4 level konsentrasi konsorsium bakteri selulolitik kumbang tinja (Dung beetles) (0%, 10%, 20%, 30%), serta 4 level waktu inkubasi (1, 2, 3, dan 4 minggu). Variabel yang diukur adalah kadar C-organik dengan metode pengabuan dan nilai Total Suspended Solid (TSS) dengan metode gravimetric. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji ANAVA dua arah dan Brown Forsythe pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi konsorsium bakteri selulolitik kumbang tinja (Dung beetles), waktu inkubasi dan kombinasi keduanya berpengaruh terhadap kadar C-organik dan nilai TSS, serta adanya peningkatan jumlah pertumbuhan bakteri selama waktu inkubasi pada pemberian konsentrasi konsorsium dibandingkan dengan tanpa pemberian konsentrasi konsorsium bakteri selulolitik kumang tinja (Dung beetles). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan konsentrasi konsorsium berpengaruh dalam menurunkan kadar C-organik, namun tidak berpengaruh terhadap nilai TSS. Lama waktu inkubasi tidak berpengaruh terhadap kadar C-organik, namun berpengaruh menurunkan nilai TSS. Kombinasi keduanya berpengaruh dalam menurunkan kadar C-organik, namun tidak berpengaruh terhadap nilai TSS. Kata Kunci : Bakteri selulolitik, dung beetles, bio-toilet, feces sapi, c-organik, total suspended solid ABSTRACT This research was aimed to know determine the influence of consortium of cellulolytic bacteria from the dung beetle as a bio-toilet at a concentration, long time of incubation and combination of both on the cow dung degradation. Experimental design used was a 4x4 factorial design with three replication, which consist of four levels of concentration of consortium of cellulolytic bacteria from the dung beetle (0%, 10%, 20%, 30%) and four levels of incubation time (1, 2,3, and 4 weeks). Variable measured is the value of C-organic by ash method and TSS (Total Suspended Solid) by gravimetric method. The data obtained were analyzed using the test of two way ANAVA and Brown Forsythe at 5% level. Result showed that the concentration of consortium of cellulolytic bacteria from the dung beetle, incubation time, and combination of both has effect on levels of C-organic and TSS values, as well as an increase in the amount of bacterial growth during incubation at a concentration of the consortium compared to bacterial growth during incubation at concentration of the consortium compared to no provision of the concentration of cellulolytic bacteria consortium from dung beetle. The result showed that comparison consortium concentration of the cows feces influential for in decrease of the C-organic levels and didn t influential for the values of

2 TSS. Long time of incubation of degradation process in the cow feces didn t influential for the C-organic levels, but was influential for in decrease the values of TSS. The combination of both factorials didn t influential for in decrease the levels, but was influential for the values of TSS. Key word : celluloytic bacteria, dung beetle, bio-toilet, cow dung, c-organic, total suspended solid PENDAHULUAN Meningkatnya populasi manusia di Indonesia dan padatnya penduduk membuat limbah-limbah sulit untuk ditangani sehingga seringkali mencemari lingkungan yang akan berdampak pada kesehatan dan terjadi penumpukan limbah domestik. Limbah domestik yang menumpuk contohnya limbah kotoran manusia atau tinja (feces) (Wendrawan, 2008). Sebagian besar penduduk Indonesia masih menggunakan pengolahan tinja rumah tangga setempat (on site system) yang berupa tangki septik atau Septic tank (Sudarno dan Ekawati, 2006). Septic tank merupakan tempat penampungan limbah padat kotoran manusia (feces) yang akan cepat penuh bila di dalamnya tidak terjadi proses penguraian sempurna oleh bakteri pengurai. Jumlah bakteri pengurai dalam septic tank pada umumnya sangat kurang dibandingkan dengan kecepatan penumpukan feces, sehingga diperlukan tindakan penambahan bakteri pengurai secara khusus dari luar(anonimus, 2009). Untuk itu perlu dilakukan suatu metode yang dinamakan bio-toilet. Bio-toilet merupakan bio activator dengan mikroba pengurai limbah organik untuk mengatasi sanitasi seperti WC/septic tank yang penuh dan bau tanpa mengalami pengurasan dengan penyedotan yang mempunyai manfaat praktis, ekonomis dan ramah lingkungan (Setiarjo, 2008). Penggunaan bio-toilet ini bertujuan untuk menguraikan komponen unsur C- organik dalam substrat feces menjadi gas CO 2 dan CH 4, selain itu juga melarutkan material tersuspensi organik tak terlarut menjadi material tersuspensi organik terlarut. feces sapi memiliki kandungan 22,59% selulosa, 18,32% hemi-selulosa, 10,20% lignin, 34,72% total karbon organik, 1,26% total nitrogen, 27,56:1 ratio C:N, 0,73% P dan 0,68% K (Lingaiah dan Rajasekaran, 1986 dalam Faradita, 2008). Kandungan air pada feces sapi yaitu 73-78% (Bondi, 1987). Pada feces manusia memiliki kandungan air 66-80%, bahan organik (dari berat kering) 88-97% yang di mana di dalamnya tekandung serat tidak larut yang merupakan sisa sel tanaman dari aneka sayur-mayur yang dikonsumsi. Serat tidak larut terdiri dari karbohidrat yang mengandung selulosa, hemiselulosa, dan non karbohidrat yang mengandung lignin (Anonim, 2010). Feces manusia juga mengandung nitrogen(dari berat kering) 5,0-7,0%, Fosfor (sebagai P 2 O 5 ) (dari berat kering) 1,0-2,5%, karbon (dari berat kering) 40-55%, kalsium (sebagai CaO) (dari berat kering) 4-5%, C/N (dari berat kering) 5-10% (Gotaas, 1956 dalam Soeparman, 2002). Enzim selulase tidak dimiliki oleh manusia, karena itu manusia tidak dapat menguraikan selulosa (Anonim, 2010). Dari kesamaan komponen serat, kadungan air dan estetika penelitian antara feces sapi dan feces manusia, maka penggunaan feces manusia dapat dikonversi dengan menggunakan feces sapi. Dekomposisi selulosa oleh bakteri merupakan hasil kerja sekelompok enzim selulolitik (Howard, et al.,2003) yang bekerja secara sinergis. Bakteri selulolitik adalah bakteri yang tepat untuk mendegradasi selulosa. Pemakaian bakteri selulolitik memiliki banyak keuntungan antara lain yaitu hemat biaya, tidak menimbulkan pencemaran lingkungan, mudah di temukan. Bakteri selulolitik biasanya hidup dalam saluran pencernaan. Hasil isolasi dari saluran pencernaan kumbang tinja (Dung beetles) pada penelitian sebelumnya mendapatkan bakteri selulolitik yaitu Cellulomonas, Pseudomonas, dan Cellvibrio (Mahardani, 2010). Kumbang tinja adalah kumbang yang menjadikan tinja sebagai makanan dan atau menggunakannya sebagai tempat untuk

3 peletakkan telurnya( Anonimus 2008b; Hanski dan Cambefor, 1992 ; Resh dan Carde, 2003). Kumbang tinja dalam mencerna jenis makanan yang kaya bahan-bahan karbohidrat kompleks seperti selulosa di dalam saluran pencernaannya tentunya membutuhkan suatu jenis enzim tertentu. Menurut Salle (1973) bahwa pada hewan-hewan invertebrata yang mengkonsumsi tumbuhan atau bagian tumbuhan khususnya hewan-hewan yang bersifat herbivora ditemukan bakteri yang dapat mendegradasi selulosa dalam saluran pencernaannya. Sehingga kumbang tinja ini memerlukan bakteri yang bersimbiosis dalam saluran pencernaan makanannya untuk saling mendukung keperluan masing-masing. Komponen feces sapi terdapat selulosa, maka diharapkan isolat bakteri selulolitik ini dapat mendegradasi feces sapi secara optimal. Degradasi anaerob adalah rangkaian proses dimana mikroorganisme menguraikan material yang bersifat biodegradable ( bisa teruraikan) dalam kondisi tanpa oksigen. Terdapat empat proses utama dalam degradasi anaerob yaitu proses hirdolisis, proses asidogenik, proses asetogenik dan proses metanogenesa(chaerul dan Laksana, 2009). Faktor biotik yang mempengaruhi proses degradasi meliputi konsentrasi inokulum dan jenis mikroba yang digunakan. Sedangkan faktor abiotik meliputi rasio C:N, Ukuran partikel, aerasi, Porositas, Kelembaban, temperatur atau suhu, ph, kandungan hara, kandungan bahan berbahaya, lama waktu degradasi (Siregar, 2005 dalam Yustanti, 2009). Ada beberapa cara untuk mengetahui laju degradasi bahan organik, antara lain: (1) menghitung CO 2 yang dibebaskan atau O 2 yang digunakan, (2) menghitung penurunan bahan organik atau berat yang hilang, (3) mengamati penurunan kandungan senyawa tertentu antara lain selulosa (Alexander dalam Yustanti, 2009). Dengan demikian dipandang perlu untuk melakukan penelitian guna mengetahui peranan dan potensi suatu konsorsium bakteri selulolitik dari kumbang tinja dalam mendegradasi feces sapi sebagai agen bio-toilet. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga untuk persiapan dan pembuatan stater konsorsium bakteri, di ruang Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Sains dan Teknologi untuk tempat inkubasi dan di Laboratorium Tanah Pusat Penelitian Gula PT. Perkebunan Nusantara X, Kediri untuk analisa kadar C-organik dan nilai Total Suspended Solid (TSS). Waktu penelitian dilaksanakan selama 5 bulan. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris dengan rancangan faktorial 4x4. Perlakuan yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama (M) adalah waktu inkubasi yang terdiri dari 4 taraf, yaitu inkubasi 1, 2, 3, dan 4 minggu. Faktor kedua (K) adalah konsentrasi konsorsium bakteri yang terdiri dari 4 taraf yaitu 0%, 10%, 20%, 30% sehingga ada 16 kombinasi perlakuan. Pada setiap perlakuan dilakukan 3 kali ulangan. Prosedur penelitian terdiri dari beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut : 1. Tahap peremajaan dan perbanyakan isolat murni Masing-masing isolat murni bakteri selulolitik yang terdiri atas Cellulomonas sp., Cellvibrio dan Pseudomonas sp. ditanam secara aseptik ke beberapa tabung reaksi yang berisi media Nutrient Agar (NA) miring, kemudian diinkubasi pada suhu ruang selama 24 jam. Isolat bakteri selulolitik tersebut lalu diinokulasikan dengan menggunakan jarum ose secara aseptik ke dalam masing-masing botol kultur 500 ml yang telah berisi 100 ml media Nutrient Broth (NB). Starter bakteri ini diinkubasikan dengan menggunakan shaker (reciprocal shaking incubator) dengan agitasi 120 rpm selama 24 jam pada suhu ruangan. 2. Tahap pembuatan starter konsorsium bakteri selulolitik dan pengukuran Optical Density (OD)

4 Nilai Optical Density (OD) masing-masing starter bakteri selulolitik yang telah diperbanyak diukur terlebih dulu pada panjang gelombang 540 nm hingga didapatkan nilai absorbansi suspensi 0,5 selanjutnya, dilakukan penghitungan jumlah sel bakteri menggunakan metode Total Plate Count (TPC) setelah diinkubasi selama 24 jam pada suhu ruang. Pada starter tiap bakteri diambil masing-masing 75 ml dituang ke dalam 2700 ml media NB sehingga didapatkan starter konsorsium bakteri selulolitik sebanyak 3000 ml, kemudian starter konsorsium bakteri tersebut diinkubasi menggunakan shaker (reciprocal shaking incubator) dengan agitasi 120 rpm selama 24 jam. Konsorsium bakteri tersebut selanjutnya, diukur nilai absorbansinya pada panjang gelombang 540 nm setelah itu dilakukan penghitungan jumlah sel bakteri menggunakan metode TPC, kemudian diinkubasi pada suhu ruang selama 24 jam. Konsentrasi konsorsium bakteri selulolitik yang digunakan adalah sebesar 10% dengan total substrat tinja sapi sebanyak 400 gr/ml. 3. Preparasi feces sapi Sampel feces sapi yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 24 kg. Sampel feces sapi ditimbang sebanyak 500 g untuk dimasukkan ke dalam masing-masing reaktor pada setiap perlakuan. Setelah itu, diencerkan dengan 500 ml aquades steril dan homogenkan dengan mengaduknya hingga merata. 4. Tahap pemberian starter konsorsium bakteri substrat Pemberian stater konsorsium bakteri pada setiap sampel perlakuan menggunakan konsentrasi 0% (kontrol), 10%, 20%, 30% dari 500 g berat sampel tinja sapi yang digunakan. Pada perlakuan sampel dengan konsentrasi konsorsium 10% diberikan 50 ml stater konsorsium. Perlakuan sampel dengan konsentrasi konsorsium 20% diberikan 100 ml starter konsorsium bakteri. Sedangkan, perlakuan sampel dengan konsentrasi konsorsium 30% diberikan 150 ml starter konsorsium. Setiap perlakuan pada sampel feces sapi dilakukan tiga kali pengulangan dengan kombinasi setiap waktu inkubasi (1, 2, 3, dan 4 minggu). Setelah itu diinkubasi selama 28 hari pada masing-masing reaktor dan menganalisis kadar C-organik, nilai Total Suspended Solid (TSS), dan Total Plate Count (TPC) tiap minggu yang ditentukan. Perhitungan nilai C- organik, Total Solid Suspended (TSS), Total Plate Count (TPC) pada perlakuan dengan konsentrasi 0% (kontrol) dilakukan pada saat sebelum diinkubasi sebagai nilai kontrol awal. 5. Penentuan kadar C-organik - Memasukkan cawan porselen ke dalam oven, tunggu hingga kering - Menimbang cawan porselen lalu catat beratnya (A) - Memasukkan sampel 1 g pada cawan porselen lalu catat beratnya (B) - Memasukkan cawan ke dalam oven selama 4 jam pada suhu 105 o C - Mendinginkan cawan dalam desikator selama ± 15 menit - Menimbang cawan lalu catat beratnya (C) - Memasukkan cawan ke dalam furnace selama 4 jam pada suhu 600 o C - Mendinginkan cawan dalam desikator selama ± 15 menit - Menimbang cawan lalu catat beratnya (D) 6. Penentuan nilai Total Suspended Solid (TSS) - Memanaskan filter kertas di dalam oven pada suhu ± 105 C selama 1 jam lalu didinginkan dalam desikator selama 15 menit dan kemudian ditimbang dengan cepat. - Sampel yang sudah dikocok merata diambil sebanyak 100 g/ml kemudian disaring hingga kering menggunakan kertas filter.

5 - Kertas filter diambil lalu dimasukkan dalam oven untuk dipanas keringkan pada suhu 105 C selama 1 jam kemudian didinginkan dalam desikator selama 15 menit dan ditimbang dengan cepat. 7. Uji TPC (Total Plate Count) Untuk menghitung nilai TPC (Total Plate Count) (CFU/ml) pada sampel kontrol dan sampel perlakuan dengan waktu inkubasi yang sudah dilakukan seri pengenceran dengan cara sebagai berikut : 1. Mengambil 10 ml sampel dan mencampur dengan 90 ml air fisiologis (10-1 ) dan homogenkan 2. Setelah itu, mengambil 1 ml dari seri pengenceran 10-1 ke dalam tabung reaksi yang berisi 9 ml air fisiologis (10-2 ) dan homogenkan. Selanjutnya, melakukan hal yang sama sampai seri pengenceran tertentu. 3. Memasukkan 1 ml sampel dari 3 seri pengenceran terakhir ke dalam masingmasing cawan petri. 4. Menambahkan media CMC (Carboxy Methyl Cellulose) sebanyak 15 ml untuk di pour plate, kemudian homogenkan dengan cara memutar-mutar cawan seperti angka delapan. 5. Menginkunbasi dengan inkubator pada suhu 37 C selama 24 jam 6. Menghitung jumlah koloni bakteri menggunakan Colony Counter dengan persyaratan jumlah koloni bakteri yang tumbuh koloni/cawan. 8. Analisis Data Data yang didapat dari penelitian ini adalah kadar C-organik (%), nilai Total Suspended Solid (mg/l) dan jumlah sel bakteri (CFU/mL). Data yang berupa nilai TPC (Total Plate Count) dianalisis secara deskriptif sebagai data sekunder. Data nilai TPC merupakan jumlah koloni bakteri/ml (CFU/mL) yang didapatkan dari hasil perkalian jumlah koloni yang tampak dengan 1/faktor pengenceran. Data kadar C-organik dan nilai Total Suspended Solid (TSS) dianalisis secara statistik menggunakan Two Way Analysis of Varians (ANAVA) dan Brown Forsythe (derajat signifikasi 5%, α = 0,05). Uji ANAVA dilakukan atas dasar asumsi bahwa data berdistribusi normal yang dapat diuji dengan One sample Kolmogorov-Smirnov dan varians data homogen yang dapat diuji dengan Test of Homogeneity of Variances. Jika p<0,05 (ada beda nyata) pada uji ANAVA, maka analisis dilajutkan dengan uji Duncan. Uji Brown Forsythe dilakukan atas dasar asumsi bahwa data berdistirbusi normal dan varians data tidak homogen. Jika p<0,05 (ada beda nyata) pada uji Brown Forsythe maka analisis dilanjutkan dengan uji Games- Howell. Cara pengambilan keputusan data dari uji ANAVA dan Brown Forsythe adalah : Jika diperoleh p>α maka H 0 diterima dan H 1 ditolak Jika diperoleh p<α maka H 0 ditolak dan H 1 diterima HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh konsentrasi konsorsium bakteri selulolitik kumang tinja Pengatuh perbandingan konsentrasi konsorsium pada proses degradasi feces sapi dapat diketahui dari penurunan kadar C-organik dan nilai TSS. Data tersebut dapat dilihat pada gambar 1 dan 2 berikut.

6 Kadar C- organik (%) Nilai TSS (g/l) Konsentrasi konsorsium (%) Konsentrasi konsorsium (%) Gambar 1. Diagram pengaruh perbandingan konsentrasi konsorsium bakteri selulolitik terhadap kadar C-organik Gambar 2. Diagram pengaruh perbandingan konsentrasi konsorsium bakteri selulolitik terhadap nilai TSS Berdasarkan analisis statistik, konsorsium bakteri selulolitik berpengaruh terhadap kadar C- organik. Pada gambar 1 dapat dilihat pola diagram batang yang menunjukkan penurunan kadar C-organik dari konsentrasi konsorsium 0% hingga konsentrasi konsorsium 30%. Kadar C-organik yang terendah pada konsentrasi konsorsium 30% sebesar 4,28%/ Sementara itu, nilai Total suspended solid (TSS) setelah diuji statistic menunjukkan bahwa perbandingan konsentrasi konsorium tidak berpengaruh terhadap nilai TSS. Pada gambar 2 dapat dilihat pola diagram batang yang menunjukkan penurunan nilai TSS, namun penurunan tersebut tidak beda nyata. Hasil rata-rata nilai TSS yang terendah terdapat pada konsentrasi 30% sebesar 4,2 mg/l. Pengaruh lama waktu inkubasi Pengaruh lama waktu inkubasi pada proses degradasi feces sapi dapat diketahui dari penurunan kadar C-organik dan nilai TSS pada gambar 3 dan 4 berikut Kadar C- organik (%) Nilai TSS (g/l) Lama waktu inkubasi (Minggu) Lama waktu inkubasi (Minggu) Gambar 3. Diagram pengaruh lama waktu inkubasi terhadap kadar C-organik Gambar 4. Diagram pengaruh lama waktu inkubasi terhadap nilai TSS Berdasarkan analisis statisitik, lama waktu inkubasi degradasi feces sapi tidak berpengaruh terhadap kadar C-organik. Pada gamabr 3 terlihat pola diagram batang yang menurun namun tidak beda nyata. Kadar C-organik terendah sebesar 4,77 % dengan lama waktu inkubasi selama 3 minggu. Sementara itu, lama waktu inkubasi degradasi feces sapi berpengaruh terhadap nilai TSS. Pada gambar 4 terlihat pola diagram batang menurun signifikan. Nilai TSS terendah sebesar 3,84 mg/l dengan lama waktu inkubasi selama 4 minggu. Pola penurunan TSS tersebut dikarenakan pertumbuhan bakteri yang masih meningkat dan masih aktif membelah

7 karena nutrisi dalam substrat masih memenuhi bakteri untuk tumbuh sehingga menyebabkan nilai TSS atau residu menurun oleh proses degradasi bakteri selulolitik tersebut. Seperti yang dikemukakan oleh Judoamidjojo dkk., (1989), bahwa tersedianya nutrien merupakan faktor tumbuh yang perlu diperhatikan sebagai sumber karbon, nitrogen, energi dan faktor pertumbuhan (vitamin dan mineral) untuk menopang pertumbuhan bakteri. Pengaruh kombinasi antara konsentrasi konsorsium bakteri selulolitik kumbang tinja (Dung beetles) dan lama waktu inkubasi terhadap kadar C-organik dan nilai TSS (Total suspended solid) Pengaruh kombinasi antara perbandingan konsentrasi konsrosium bakteri selulolitik dan lama waktu inkubasi proses degradasi feces sapi dapat diketahui dari penurunan kadar C- organik dan nilai TSS pada gambar 6 dan 7 berikut. Kadar C- organik (%) % 10% 20% Nilai TSS (g/l) % 10% 20% 30% 30% Lama waktu inkubasi (Minggu) Lama waktu inkubasi (Minggu) Gambar 6. Diagram pengaruh lama waktu inkubasi terhadap kadar C-organik Gambar 7. Diagram pengaruh lama waktu inkubasi terhadap nilai TSS Berdasarkan analisis statistik, kombinasi antara pengaruh konsentrasi konsorsium bakteri selulolitik dengan lama waktu inkubasi berpengaruh terhadap kadar C-organik. Pada Gambar 6 di atas kadar C-organik terendah terdapat pada kombinasi konsentrasi konsorsium 20% dengan lama waktu inkubasi selama 4 minggu diperoleh nilai rata-rata kadar C-organik sebesar 3,89%. Kadar C-organik tertinggi terdapat pada konsentrasi konsorsium bakteri selulolitik 0% dengan lama waktu inkubasi selama 2 minggu diperoleh rata-rata kadar C- organik sebesar 6,56%. Sementara itu, kombinasi antara pengaruh konsentrasi konsorsium bakteri selulolitik dengan lama waktu inkubasi tidak berpengaruh terhadap nilai TSS. Pada gambar di atas terlihat kombinasi pada konsentrasi konsorsium 20% dengan lama waktu inkubasi selama 2 minggu memiliki nilai TSS terendah diperoleh nilai rata-rata sebesar 3,38 mg/l. Nilai TSS tertinggi terdapat pada kombinasi konsentrasi konsorsium 30% dengan lama waktu inkubasi selama 4 minggu diperoleh nilai rata-rata sebesar 4,85 mg/l. Jumlah koloni bakteri selulolitik kumbang tinja (Dung beetles) selama proses degradasi Jumlah koloni bakteri selulolitik kumbang tinja dati uji TPC, dapat dilihat pada gambar 8 berikut.

8 Jumlah koloni bakteri CFU/mL ( 10 log) Lama waktu inkubasi (Minggu) 0% 10% 20% 30% Gambar 8. Grafik Total Plate Count (TPC) jumlah sel bakteri (CFU/mL) Pada gambar 8. tampak bahwa perlakuan dengan konsentrasi konsorsium bakteri selulolitik kumbang tinja (Dung beetles) dan waktu inkubasi tertentu menunjukkan respon yang berbeda untuk tiap perlakuan. Rata-rata log TPC tertinggi dari semua perlakuan terdapat pada konsentrasi 10% dengan lama waktu inkubasi 4 minggu, yaitu sebesar 9,91 CFU/mL. Sedangkan, rata-rata log TPC terendah dari semua perlakuan terdapat pada konsentrasi 10% dengan lama waktu inkubasi 1 minggu, yaitu sebesar 5,91 CFU/mL. pada penelitian ini terdapat 2 fase yaitu fase eksponesial dan fase stasioner. KESIMPULAN DAN SARAN Perbandingan konsentrasi konsorsium bakteri selulolitik tidak berpengaruh dalam menurunkan kadar C-organik, namun berpengaruh dalam menurunkan nilai TSS. Lama waktu inkubasi berpengaruh dalam menurunkan kadar C-organik, namun tidak berpengaruh dalam menurunkan nilai TSS. Kombinasi keduanya berpengaruh dalam menurunkan kadar C- organik namun tidak berpengaruh dalam menurunkan nilai TSS. Dari hasil penelitian ini maka diharapkan adanya penelitian lebih lanjut untuk membandingkan dengan produk bio-toilet yang sudah dipasarkan, sehingga penggunaan konsorsium pada penelitian ini dapat diaplikasikan sebagai formula bio-toilet. DAFTAR PUSTAKA Alaerts, G. dan S.S Santika Metoda Penelitian Air. Penerbit Usaha Nasional. Surabaya. Halaman Borror,Dj., Triplehorn, C.A., Johnson Pengenalan Serangga. Terjemahan oleh Mukayat Djarubito Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Cambefort I From saprophagy to coprophagy. In: Hanski I, Cambefort Y, editor. Dung Beetle Ecology. Princeton University Press, pp Darmosuwito, S.,Dkk., Optimasi dan Pengomosan. Laporan Penelitian pengembangan Inokulum untuk Kompos. PAU Bioteknologi UGM : Yogyakarta Fessenden, R.J,.Fessenden, J.S, Kimia Organik. Edisi ketiga. Erlangga : Jakarta Hanski, I. and Y. Cambefort (eds.) Dung Beetle Ecology. Princeton: Princeton University Press. Isroi Karakteristik Lignoselulosa Sebagai Bahan Baku Bioetanol, bagian2. 08/05/lignoselulosa003d/. diakses 4 Desember 2010.

9 LAMPIRAN 2 Data Nilai Log Jumlah Sel Bakteri Selulolitik Hasil TPC Konsentrasi konsorsium (%) K 0 S 1 S 2 S 3 Ulangan Waktu inkubasi (minggu) M 1 M 2 M 3 M 4 1 6,43 6,59 8,90 8,35 2 6,11 6,71 8,82 8,45 3 6,56 6,86 8,96 8,56 rata-rata ,72 8,89 8,45 Sd 0,23 0,13 0,07 0,10 1 5,70 7,73 9,06 9,94 2 5,83 9,12 8,62 10,05 3 6,20 8,09 8,78 9,75 rata-rata 5,91 8,31 8,82 9,91 Sd 0,25 0,72 0,22 0,15 1 5,51 7,09 9,24 9,29 2 6,60 7,78 8,94 9,80 3 5,98 8,38 8,69 9,32 rata-rata 6,03 7,75 8,95 9,47 Sd 0,54 0,64 0,27 0,28 1 6,12 7,76 8,79 8,75 2 6,50 8,35 9,08 9,43 3 6,65 7,51 8,69 10,11 rata-rata 6,42 7,87 8,85 9,43 Sd 0,27 0,43 0,20 0,68

10 LAMPIRAN 3 Data Kadar C (%) Konsentrasi konsorsium (%) K 0 K 1 K 2 K 3 Ulangan Waktu inkubasi (minggu) M 1 M 2 M 3 M 4 1 6,97 5,69 4,32 6,11 2 6,50 6,22 4,37 5,53 3 6,07 5,27 4,75 5,68 rata-rata 6,51 5,73 4,48 5,77 Sd 0,45 0,47 0,23 0,30 1 6,31 4,55 5,74 6,29 2 6,84 4,73 6,05 5,42 3 6,54 5,14 5,08 5,97 rata-rata 6,56 4,81 5,62 5,90 Sd 0,26 0,30 0,48 0,43 1 5,29 5,64 4,88 3,09 2 5,75 3,34 4,33 4,50 3 5,03 5,06 6,08 4,15 rata-rata 5,35 4,68 5,10 3,92 Sd 0,36 1,19 0,89 0,73 1 4,70 4,84 4,36 4,44 2 4,42 4,33 2,73 1,70 3 5,41 4,14 4,59 5,76 rata-rata 4,84 4,44 3,89 3,96 Sd 0,51 0,35 1,01 2,07

11 LAMPIRAN 4 Data Nilai TSS (mg/l) Konsentrasi konsorsium (%) K 0 K 1 K 2 K 3 Ulangan Waktu inkubasi (minggu) M 1 M 2 M 3 M 4 1 5,02 4,43 3,34 4,95 2 4,63 4,64 3,90 4,16 3 4,76 4,02 3,63 4,20 rata-rata 4,80 4,36 3,62 4,43 Sd 0,19 0,31 0,28 0,44 1 4,34 3,57 4,76 3,61 2 5,27 4,80 4,13 2,78 3 5,32 4,69 4,63 3,76 rata-rata 4,97 4,35 4,50 3,38 Sd 0,55 0,68 0,33 0,52 1 5,28 4,68 5,03 3,82 2 4,98 4,92 3,72 3,68 3 4,31 4,27 3,85 3,91 rata-rata 4,85 4,62 4,20 3,80 Sd 0,49 0,32 0,72 0,11 1 4,68 3,37 4,14 3,63 2 4,85 4,87 3,86 3,82 3 4,54 4,76 4,14 3,77 rata-rata 4,69 4,33 4,04 3,74 Sd 0,15 0,83 0,16 0,11

12 LAMPIRAN 5 Hasil Uji Statistik Kadar C-organik dan Nilai Total Suspended Solid (TSS) Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test c- organik TSS N Normal Mean Parameters(a,b) Std. Deviation Most Extreme Differences Absolute Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a Test distribution is Normal. b Calculated from data.

13 LAMPIRAN 6 Hasil Uji Statistik Kadar C-organik dan Nilai Total Suspended Solid (TSS) Uji Homogenitas Levene's Test of Equality of Error Variances(a) Dependent Variable: c-organik F df1 df2 Sig Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups. a Design: Intercept+KNSNTRSI+WAKTU+KNSNTRSI * WAKTU Levene's Test of Equality of Error Variances(a) Dependent Variable: TSS Levene Statistic df1 df2 Sig Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups. a Design: Intercept+KNSNTRSI+WAKTU+KNSNTRSI * WAKTU

14 LAMPIRAN 7 c-organik Hasil Uji ANAVA One way pada Kadar C-organik terhadap Konsentrasi Konsorsium Sum of Squares df ANOVA Between Groups Within Groups Total Mean Square F Sig Robust Tests of Equality of Means c-organik Statistic(a) df1 df2 Sig. Brown Forsythe a Asymptotically F distributed.

15 LAMPIRAN 8 Post Hoc Test Konsentrasi konsorsium Dependent Variable: c-organik Games-Howell (I) konsentrasi konsorsium 0% 10% Hasil Uji Games Howell pada Nilai C-Organik (J) konsentrasi konsorsium 20% Mean Differen ce (I-J) % (*) 10% 0% % ( *) 30% (*) 20% 0% % ( *) 30% % 0% (*) 10% (*) 20% Multiple Comparisons Std. Error * The mean difference is significant at the.05 level. Sig. 95% Confidence Interval Lower Upper Bound Bound

16 LAMPIRAN 9 Post Hoc Test Waktu inkubasi Hasil Uji Games Howell pada kadar C-organik Dependent Variable: c-organik Games-Howell (I) waktu inkubasi m1 (J) waktu inkubasi m2 Mean Differen ce (I-J) m (*) m m2 m m m m3 m (*) m m m4 m m m Std. Error Sig. 95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound * The mean difference is significant at the.05 level

17 LAMPIRAN 10 Hasil Uji ANAVA Twoway pada Nilai Total Suspended Solid (TSS) Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: TSS Type III Source Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 9.832(a) Intercept KNSNTRSI WAKTU KNSNTRSI * WAKTU Error Total Corrected Total a R Squared =.604 (Adjusted R Squared =.419)

18 LAMPIRAN 11 Hasil Uji Duncan pada Nilai Total Suspended Solid (TSS) Post Hoc Tests Waktu inkubasi TSS Duncan waktu inkubasi Subset for alpha = N m m m m Sig Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size =

19 LAMPIRAN 12 Hasil Uji ANAVA One way pada Nilai Kadar C-organik terhadap Kombinasi antara Konsentrasi Konsorsium dan Lama Waktu c-organik Sum of Squares df Inkubasi ANOVA Between Groups Within Groups Total Mean Square F Sig Robust Tests of Equality of Means c-organik Statistic( a) df1 df2 Sig. Brown- Forsythe a Asymptotically F distributed.

20 LAMPIRAN 13 Dokumentasi Alat, Bahan, Media CMC dan Hasil Penelitian a. Alat penelitian B C A D A. Gelas Beaker B. Pipet volume C. Spatula D. Cawan Petri E. Glass finn F. Botol kultur G. Gelas ukur H. Jarum ose I. Tabung cuvet J. Tabung reaksi K. Labu Erlenmeyer E F G H I J K Spektrofotometer Oven Autoclave Timbangan Neraca analitik Colony counter

21 Desikator Furnace Vortex Waterbath Shaker Kompor listrik b. Bahan penelitian Keterangan : 1. Alkohol 70% 2. Spirtus 3. Kapas 4. Alumunium foil 3 4

22 a b a. Nutrient Agar b. Nutrient Broth Tinja sapi dari rumah potong hewan c. Media CMC Komposisi Media CMC (Carboxy Methyl Cellulose) pada metode TPC 1. Selulosa : 0,5 g 2. NH 4 (NO 3 ) : 0,1 g 3. NaCl : 0,2 g 4. Bacto Agar : 1 g 5. Yeast Extract : 0,5 g 6. Aqudes : 100 ml

23 d. Hasil Penelitian Tinja ternak sapi pada konsentrasi 0% Inkubasi tinja ternak sapi selama diberi perlakuan Proses filtrasi sampel perlakuan Sampel TSS yang ditimbang

24 Sampel yang telah di furnace untuk mengetahui kadar C-organik Perhitungan bakteri selulolitik saat dilakukan TPC

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. menggunakan pengolahan tinja rumah tangga setempat (on site system) yang

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. menggunakan pengolahan tinja rumah tangga setempat (on site system) yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Meningkatnya populasi manusia di Indonesia dan padatnya penduduk membuat limbah-limbah sulit untuk ditangani sehingga seringkali mencemari lingkungan

Lebih terperinci

organik, namun berpengaruh menurunkan nilai TSS. Kombinasi keduanya

organik, namun berpengaruh menurunkan nilai TSS. Kombinasi keduanya UJI POTENSIAL BAKTERI SELULOLITIK DARI KUMBANG TINJA (Dung beetles) SEBAGAI BIO- TOILET Luh Putu Mahardani Wiparnaningrum, Tri Nurhariyati, dan Drs. Salamun, Prodi S-1 Biologi, Departemen Biologi, Fakultas

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga. No. formula waktu inkubasi hasil SPC. 1 K 0 7 x K 0 1,1 x K 0 5,5 x 10 6.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga. No. formula waktu inkubasi hasil SPC. 1 K 0 7 x K 0 1,1 x K 0 5,5 x 10 6. LAMPIRAN 1. Data hasil penelitian A. Data Standart Plate Count (SPC) No. formula waktu inkubasi hasil SPC 1 K 0 7 x 10 6 2 K 0 1,1 x 10 5 3 K 0 5,5 x 10 6 4 K 7 1,2 x 10 21 5 K 7 3,1 x 10 16 6 K 7 7,1

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Dan Analisis Data Pada penelitian ini parameter yang digunakan adalah kadar C-organik dan nilai Total Suspended Solid (TSS). Pengaruh perbandingan konsentrasi

Lebih terperinci

LAMPIRAN. 1. Pertambahan tinggi tanaman kacang hijau (Vigna radiata) Jenis Perlakuan

LAMPIRAN. 1. Pertambahan tinggi tanaman kacang hijau (Vigna radiata) Jenis Perlakuan 74 LAMPIRAN 1. Pertambahan tinggi tanaman kacang hijau (Vigna radiata) Jenis Perlakuan Minggu ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 P0a 12.6 20.2 24 24.2 30 30.4 31 31 P0b 10.7 16.7 17 18.1 21.6 24.8 27.1 27.3 P0c 8.6 16.8

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga pada bulan Januari-Mei

Lebih terperinci

Perlakuan Lama Waktu 2 minggu. 4 Minggu. Ket: (I). Inti, (S).Sinusoid. Ket: (I). Inti, (L).Lemak. Ket: (I). Inti, (S).Sinusoid

Perlakuan Lama Waktu 2 minggu. 4 Minggu. Ket: (I). Inti, (S).Sinusoid. Ket: (I). Inti, (L).Lemak. Ket: (I). Inti, (S).Sinusoid LAMPIRAN Lampiran 1. Gambar Histologi Preparat Jaringan Hati Tikus Putih (Rattus norvegicus) pada luasan sel 25 µm dengan menggunakan mikroskop cahaya perbesaran 10 x 10. Perlakuan Lama Waktu 2 Kontrol

Lebih terperinci

1 atm selama 15 menit

1 atm selama 15 menit 85 Lampiran 1. Prosedur Kerja L.1.1 Pembuatan Media Nutrient Agar Media Nutrient Agar - ditimbang sebanyak 20 gram dan dimasukkan dalam erlenmeyer 1000 ml - dilarutkandengan aquades 1000 ml - dipanaskan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Permohonan Ijin Penelitian di Laboratorium Mikrobiologi FK UKM

Lampiran 1. Surat Permohonan Ijin Penelitian di Laboratorium Mikrobiologi FK UKM Lampiran 1 Surat Permohonan Ijin Penelitian di Laboratorium Mikrobiologi FK UKM 79 80 Lampiran 2 Surat Permohonan Ijin Peminjaman Alat di Laboratorium Biologi FK UKM 81 Lampiran 3 Perhitungan Statistik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada Januari

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil TPC pada media selektif dari tiap mikroba

Lampiran 1. Hasil TPC pada media selektif dari tiap mikroba Lampiran 1. Hasil TPC pada media selektif dari tiap mikroba No. Media Selektif Jenis Mikroba Pengenceran Jumlah mikroba 1. Pikovskaya Pseudomonas sp. 10-5 3,3 x 10 6 10-5 7,1 x 10 6 2. MSA Rhizobium sp.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga. Lampiran : Uji ANAVA jumlah tubuh buah dalam satu rumpun jamur tiram. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga. Lampiran : Uji ANAVA jumlah tubuh buah dalam satu rumpun jamur tiram. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ADL Perpustakaan Universitas Airlangga Lampiran : Uji AAVA jumlah tubuh buah dalam satu rumpun jamur tiram. Par Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual 27 ormal Parameters a,b

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1: Dokumentasi Penelitian. 1 Bulan. Mulsa

LAMPIRAN 1: Dokumentasi Penelitian. 1 Bulan. Mulsa LAMPIRAN 1: Dokumentasi Penelitian Gambar 1. Membuat Media Tanam M0 Gambar 3. Umur 1 Minggu Tanpa Mulsa Gambar 2. Lahan Penelitian Setelah 1 Bulan M1 Gambar 5. Umur 1 Minggu Dengan Mulsa M0 Gambar 6. Bunga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Surabaya dan

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Surabaya dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Surabaya dan kumbung

Lebih terperinci

Lampiran 1. Penghitungan Dosis Ekstrak dan Fraksi Teripang Phyllophorus sp.

Lampiran 1. Penghitungan Dosis Ekstrak dan Fraksi Teripang Phyllophorus sp. Lampiran 1. Penghitungan Dosis Ekstrak dan Fraksi Teripang Phyllophorus sp. Menurut Dick, et al., (2010) tiap 1 gr berat basah teripang setara dengan 0,025-0,04 mg glikosida triterpen dengan kadar air

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur uji

Lampiran 1. Prosedur uji LAMPIRAN 32 Lampiran 1. Prosedur uji 1) Kandungan nitrogen dengan Metode Kjedahl (APHA ed. 21 th 4500-Norg C, 2005) Sebanyak 0,25 gram sampel dimasukkan ke dalam labu kjedahl dan ditambahkan H 2 SO 4 pekat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pangan dan Hortikultura Sidoarjo dan Laboratorium Mikrobiologi, Depertemen

BAB III METODE PENELITIAN. Pangan dan Hortikultura Sidoarjo dan Laboratorium Mikrobiologi, Depertemen BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di UPT Pengembangan Agrobisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura Sidoarjo dan Laboratorium Mikrobiologi, Depertemen Biologi,

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian BAB III METODE PENELITIAN III.1. Tahapan Penelitian Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian III.1.1. Studi Literatur Tahapan ini merupakan tahapan awal yang dilakukan sebelum memulai penelitian. Pada tahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil pencacahan sensus penduduk 2010, jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil pencacahan sensus penduduk 2010, jumlah penduduk Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Jumlah penduduk Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil pencacahan sensus penduduk 2010, jumlah penduduk Indonesia adalah sebesar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari:

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari: 1. 0 ppm: perbandingan media

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan campuran bakteri (Pseudomonas aeruginosa dan Pseudomonas

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan campuran bakteri (Pseudomonas aeruginosa dan Pseudomonas BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian bioremediasi logam berat timbal (Pb) dalam lumpur Lapindo menggunakan campuran bakteri (Pseudomonas aeruginosa dan Pseudomonas pseudomallei)

Lebih terperinci

Lampiran 1. Diagram Alir Pembuatan Kefir dan Uji Kualitas Susu Sapi. Pasteurisasi susu sapi. Pendinginan susu pasteurisasi

Lampiran 1. Diagram Alir Pembuatan Kefir dan Uji Kualitas Susu Sapi. Pasteurisasi susu sapi. Pendinginan susu pasteurisasi LAMPIRAN Lampiran 1. Diagram Alir Pembuatan Kefir dan Uji Kualitas Susu Sapi Pasteurisasi susu sapi Pendinginan susu pasteurisasi Inokulasi starter kefir 2, 3, dan 5% Inkubasi selama 2 jam Penyaringan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data-data yang dihasilkan selama penelitian adalah sebagai berikut :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data-data yang dihasilkan selama penelitian adalah sebagai berikut : BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Data-data yang dihasilkan selama penelitian adalah sebagai berikut : 1. Jumlah total bakteri pada berbagai perlakuan variasi konsorsium bakteri dan waktu inkubasi. 2. Nilai

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN II. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah labu Erlenmeyer, 1.2. Bahan beaker glass, tabung

Lebih terperinci

Lampiran 1: Pengukuran kadar SOD dan kadar MDA Mencit a. Pengukuran kadar SOD mencit HEPAR. Dicuci dalam 1 ml PBS

Lampiran 1: Pengukuran kadar SOD dan kadar MDA Mencit a. Pengukuran kadar SOD mencit HEPAR. Dicuci dalam 1 ml PBS Lampiran 1: Pengukuran kadar SOD dan kadar MDA Mencit a. Pengukuran kadar SOD mencit HEPAR Dicuci dalam 1 ml PBS Ditambahkan 400 μl larutan kloroform/etanol dingin ke dalam 150 μl lisat hati Divortex selama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian bulan Desember 2011 hingga Februari 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian bulan Desember 2011 hingga Februari 2012. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

Lebih terperinci

ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga.

ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi, Program Studi Biologi, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi 17 BAB III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung dari bulan Januari sampai dengan April 2014.

Lebih terperinci

ANALISIS DATA TERHADAP MUTU KIMIA ph KEFIR SUSU KACANG TANAH

ANALISIS DATA TERHADAP MUTU KIMIA ph KEFIR SUSU KACANG TANAH 74 LAMPIRAN 1 ANALISIS DATA TERHADAP MUTU KIMIA ph KEFIR SUSU KACANG TANAH Variasi Bahan Inokulum Ulangan Jumlah Rataan Baku (G) (F) 1 Perlakuan Perlakuan F1 4,4 4,5 8,900 4,450 G1 F 4,5 4,5 9,000 4,500

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada 4 April 2016 sampai 16 Agustus 2016. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia Material dan Hayati Departemen

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Persiapan Alat dan Bahan. Sterilisasi Alat. Pembuatan Media. Inisiasi Kalus. Pengamatan. Penimbangan Kalus dan Subkultur.

LAMPIRAN. Persiapan Alat dan Bahan. Sterilisasi Alat. Pembuatan Media. Inisiasi Kalus. Pengamatan. Penimbangan Kalus dan Subkultur. LAMPIRAN Lampiran 1: Skema Penelitian Persiapan Alat dan Bahan Sterilisasi Alat Pembuatan Media Inisiasi Kalus Pengamatan Penimbangan Kalus dan Subkultur Hasil 98 99 Lampiran 2: Skema Kerja Sterilisasi

Lebih terperinci

Sampel darah sebelum disentrifuge Sampel darah setelah disentrifuge

Sampel darah sebelum disentrifuge Sampel darah setelah disentrifuge 36 Lampiran 1. Sampel Darah Hewan Uji Sampel darah sebelum disentrifuge Sampel darah setelah disentrifuge 37 Lampiran 2. Hewan Uji Kelinci jantan albino 38 Lampiran 3. Tanaman Jaka Tuwa Tanaman Jaka Tuwa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Februari sampai Juli 2012 di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi,

BAB III METODE PENELITIAN. Februari sampai Juli 2012 di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan selama 6 (enam) bulan yaitu pada bulan Februari sampai Juli 2012 di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-November 2012 di

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-November 2012 di digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-November 2012 di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Pada metode difusi, digunakan 5 perlakuan dengan masing-masing 3

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Pada metode difusi, digunakan 5 perlakuan dengan masing-masing 3 digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Pada metode difusi, digunakan 5 perlakuan dengan masing-masing 3 ulangan meliputi pemberian minyak atsiri jahe gajah dengan konsentrasi

Lebih terperinci

Lampiran 2. Metode Analisa Kimiawi. 2.1 Uji Kadar Air 35

Lampiran 2. Metode Analisa Kimiawi. 2.1 Uji Kadar Air 35 Lampiran 2. Metode Analisa Kimiawi 2.1 Uji Kadar Air Sampel yang telah dihaluskan ditimbang sebanyak 35 3 gram dalam cawan porselin yang telah diketahui berat konstannya. Lalu sampel dikeringkan dalam

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PERHITUNGAN DOSIS. Perhitungan dosis pembanding (Andriol)

LAMPIRAN 1 PERHITUNGAN DOSIS. Perhitungan dosis pembanding (Andriol) LAMPIRAN 1 PERHITUNGAN DOSIS Perhitungan dosis pembanding (Andriol) Kandungan Andriol (1 kaplet/tablet)= 40 mg Faktor konversi dari dosis manusia (80 mg/70 kg BB) ke dosis mencit yang beratnya 20 g adalah

Lebih terperinci

Tabel. Pengamatan Jumlah Mortalitas Larva Instar III Plutella xylostella Hama yang diinfeksikan. Persentase Mortalitas (%)Pengamatan ke-

Tabel. Pengamatan Jumlah Mortalitas Larva Instar III Plutella xylostella Hama yang diinfeksikan. Persentase Mortalitas (%)Pengamatan ke- LAMPIRAN 1. Data Pengaruh Pemberian Larutan Pestisida Nabati Perasan Daun Kayu Kuning (Arcangelisia flava L.) terhadap Mortalitas Hama Plutella xylostella pada Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) Tabel.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Deskripsi Umum Obyek Penelitian. 1. Profil Pasar Tradisional Prajurit Kulon Kota Mojokerto

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Deskripsi Umum Obyek Penelitian. 1. Profil Pasar Tradisional Prajurit Kulon Kota Mojokerto BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Umum Obyek Penelitian 1. Profil Pasar Tradisional Prajurit Kulon Kota Mojokerto Pasar Prajurit Kulon didirikan oleh Pemerintah Kota Mojokerto yang dibawah naungan UPTD

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Gambar lokasi pengambilan sampel daun singkong di desa Sumampir

LAMPIRAN. Lampiran 1. Gambar lokasi pengambilan sampel daun singkong di desa Sumampir LAMPIRA Lampiran 1. Gambar lokasi pengambilan sampel daun singkong di desa Sumampir Lampiran 2. Gambar rearing area yang berisi tungau predator Phytoseius sp. dengan Tetranychus urticae (2, 4, dan 6) 17

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya pada

Lebih terperinci

Lampiran 1. Bagan Alur Posedur Pembuatan Pakan Diet Tinggi Lemak. Dicampur rata sampai setengah padat

Lampiran 1. Bagan Alur Posedur Pembuatan Pakan Diet Tinggi Lemak. Dicampur rata sampai setengah padat Lampiran 1. Bagan Alur Posedur Pembuatan Pakan Diet Tinggi Lemak 81% Pakan Standar pellet 551 10% Lemak Kambing 1% Kuning Telur Dicampur rata sampai setengah padat Dibentuk berupa silinder dengan ukuran

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Patologi, Entomologi, dan Mikrobiologi (PEM) Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi 13 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Penelitian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Iklim Kabupaten Bima

Lampiran 1. Data Iklim Kabupaten Bima LAMPIRAN 75 Lampiran 1. Data Iklim Kabupaten Bima 76 Lanjutan Lampiran 1 77 Lanjutan Lampiran 1 78 Lanjutan Lampiran 1 79 80 Lanjutan Lampiran 1 Prakiraan Curah Hujan Bulan Agustus Oktober Tahun 2011 81

Lebih terperinci

Lampiran Universitas Kristen Maranatha

Lampiran Universitas Kristen Maranatha Lampiran 1 Cara Pembuatan Ekstrak Etanol Biji Mahoni 1. Biji mahoni yang sudah dikupas kemudian dikeringkan dan digiling hingga halus. 2. Serbuk simplisia tersebut di bungkus dengan kain kasa dan dimasukkan

Lebih terperinci

Lampiran 1.a Data Kadar Air Kelopak Rosella Kadar air (%) = kehilangan berat (g) x 100 Sampel sebelum kering (g)

Lampiran 1.a Data Kadar Air Kelopak Rosella Kadar air (%) = kehilangan berat (g) x 100 Sampel sebelum kering (g) 62 Lampiran 1.a Data Kadar Air Kelopak Rosella Kadar air (%) = kehilangan berat (g) x 100 Sampel sebelum kering (g) Kehilangan berat = berat sampel mula-mula berat sampel setelah dikeringkan Kadar air

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PEMBUATAN EKSTRAK ETANOL BIJI PALA

LAMPIRAN 1 PEMBUATAN EKSTRAK ETANOL BIJI PALA LAMPIRAN 1 PEMBUATAN EKSTRAK ETANOL BIJI PALA Biji pala diperoleh dari Bogor karena dari penelitian yang dilakukan oleh jurusan Farmasi FMIPA ITB dengan menggunakan destilasi uap diketahui bahwa biji pala

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung dari bulan

Lebih terperinci

Daftar Komposisi Buah dan Sayur (per 100 gram)

Daftar Komposisi Buah dan Sayur (per 100 gram) 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Komposisi Buah dan Sayur Daftar Komposisi Buah dan Sayur (per 100 gram) Nutrisi Melon Mangga Wortel Labu Kuning Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Lebih terperinci

Lampiran I. Diagram Pembuatan Tepung Limbang Udang Terfermentasi. Limbah udang (kulit) 1000 gram. Dibersihkan dari benda asing

Lampiran I. Diagram Pembuatan Tepung Limbang Udang Terfermentasi. Limbah udang (kulit) 1000 gram. Dibersihkan dari benda asing 78 Lampiran I. Diagram Pembuatan Tepung Limbang Udang Terfermentasi Limbah udang (kulit) 1000 gram Dibersihkan dari benda asing Direndam dengan Filtrat Abu Air Sekam (FAAS) selama 48 jam Dikukus selama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga,

BAB III METODE PENELITIAN. Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya

Lebih terperinci

Jenis Pupuk o B1 B2 B3 B4

Jenis Pupuk o B1 B2 B3 B4 TUTORIAL SPSS RANCANGAN ACAK KELOMPOK (RAK) oleh : Hendry http://teorionline.wordpress.com/ Rancangan acak kelompok (RAK) sering disebut dengan randomized complete block design (RCBD). Pada rancangan ini

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Standar zona hambat antibiotik menurut CLSI

LAMPIRAN 1. Standar zona hambat antibiotik menurut CLSI LAMPIRAN 1. Standar zona hambat antibiotik menurut CLSI Jenis antibiotik Konsentrasi cakram antibiotik Diameter zona hambat (mm) Sensitif intermediate Resisten Kloramfenikol 30 µg 18 13 s/d 17 12 Sumber:

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Pelaksanaan vermicomposting dilakukan di rumah plastik FP Unila. Perhitungan

III. BAHAN DAN METODE. Pelaksanaan vermicomposting dilakukan di rumah plastik FP Unila. Perhitungan 25 III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan vermicomposting dilakukan di rumah plastik FP Unila. Perhitungan populasi mikroorganisme (aktinomisetes, bakteri, fungi) dilakukan di laboratorium

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 Perhitungan Dosis Bahan Uji Dan Pembanding. x = g/kgbb/hr

LAMPIRAN 1 Perhitungan Dosis Bahan Uji Dan Pembanding. x = g/kgbb/hr LAMPIRAN 1 Perhitungan Dosis Bahan Uji Dan Pembanding Dosis buah belimbing wuluh sebagai penurun kolesterol total untuk manusia 2 buah belimbing wuluh segar dijus dan diminum 3 kali sehari (BPOM, 2006).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April-Juni 2014 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April-Juni 2014 di Laboratorium BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April-Juni 2014 di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia dan Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

Lebih terperinci

Lampiran 1 Lembar Persetujuan Komisi Etik

Lampiran 1 Lembar Persetujuan Komisi Etik 59 Lampiran 1 Lembar Persetujuan Komisi Etik 59 60 Lampiran 2 Perhitungan Dosis Ekstrak Etanol Coklat Hitam, Fluoxetin 1. Dosis Ekstrak Etanol Coklat Hitam Dosis coklat hitam untuk manusia adalah 85 gram

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan 43 Lampiran 2. Komite Etik Penelitian Hewan 44 Lampiran 3. Gambar Tumbuhan Pecut Kuda 45 Lampiran 4. Bagan alur penelitian uji toksisitas subkronik EEPK Hewan uji

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 Perhitungan Dosis Bahan Uji dan Pembanding

LAMPIRAN 1 Perhitungan Dosis Bahan Uji dan Pembanding LAMPIRAN 1 Perhitungan Dosis Bahan Uji dan Pembanding Dosis buah belimbing wuluh sebagai penurun berat badan untuk manusia 2 buah belimbing wuluh segar dijus dan diminum 3 kali sehari (BPOM, 2006). 2 buah

Lebih terperinci

FORMULIR DAYA TERIMA (UJI KESUKAAN) MIE BASAH JAMUR TIRAM

FORMULIR DAYA TERIMA (UJI KESUKAAN) MIE BASAH JAMUR TIRAM Lampiran 1 FORMULIR DAYA TERIMA (UJI KESUKAAN) MIE BASAH JAMUR TIRAM Nama : Tanggal : Nama Produk : Mie Basah Jamur Tiram Dihadapan Saudara terdapat empat sampel produk mie basah. Saudara diminta untuk

Lebih terperinci

Cara perhitungan dosis ekstrak etanol Bawang Putih

Cara perhitungan dosis ekstrak etanol Bawang Putih Lampiran 1 Cara perhitungan dosis ekstrak etanol Bawang Putih Cara perhitungan dosis buah Bawang Putih Dosis buah bawang putih untuk manusia = 0,5g / kg BB Faktor konversi untuk manusia ke mencit 20g =

Lebih terperinci

Lampiran 1 Prosedur uji TPC dan TVBN

Lampiran 1 Prosedur uji TPC dan TVBN 57 Lampiran 1 Prosedur uji TPC dan TVBN A. Prosedur uji TPC 1. Peralatan a. Timbangan dengan ketelitian 0,0001 g; b. Autoklaf; c. Inkubator 35 o C ± 1 o C; d. Anaerobic jar; e. Cawan petri 15 mm x 90 mm;

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November Penelitian ini

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November Penelitian ini III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November 2013. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Biomassa Jurusan Kimia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah variasi jenis kapang yaitu Penicillium sp. dan Trichoderma sp. dan

BAB III METODE PENELITIAN. adalah variasi jenis kapang yaitu Penicillium sp. dan Trichoderma sp. dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

Lebih terperinci

7. LAMPIRAN Lampiran 1. Syarat Mutu Tempe Kedelai (SNI :2009)

7. LAMPIRAN Lampiran 1. Syarat Mutu Tempe Kedelai (SNI :2009) 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Syarat Mutu Tempe Kedelai (SNI 01-3144:2009) 49 50 Lampiran 2. Kurva Standar Asam Sianida KODE KCN ABSORBANSI I ABSORBANSI II ABSORBANSI III ABSORBANSI RATA- RATA 1,2 µm 0,027 0,0269

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Keterangan Determinasi Tanaman Ceplukan (Physalis angulata L).

Lampiran 1. Surat Keterangan Determinasi Tanaman Ceplukan (Physalis angulata L). Lampiran 1. Surat Keterangan Determinasi Tanaman Ceplukan (Physalis angulata L). 1 Lampiran 1. Lanjutan 2 3 Lampiran 2. Hasil Pemeriksaan Organoleptis, Daya Lekat, Kekentalan, Susut Pengeringan Ekstrak

Lebih terperinci

STATISTICAL STUDENT OF IST AKPRIND

STATISTICAL STUDENT OF IST AKPRIND E-mail : statistikaista@yahoo.com Blog : Contoh Kasus One Way Anova dan Two Way Anova Menggunakan SPSS Lisensi Dokumen: Copyright 2010 ssista.wordpress.com Seluruh dokumen di ssista.wordpress.com dapat

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PERHITUNGAN DOSIS

LAMPIRAN 1 PERHITUNGAN DOSIS 54 LAMPIRAN 1 PERHITUNGAN DOSIS 1. Perhitungan Dosis Asetosal Dosis Asetosal untuk menimbulkan tukak pada tikus = 800 mg/kg BB (Soewarni Mansjoer, 1994) Berat badan rata-rata tikus = ± 150 gram Dosis Asetosal

Lebih terperinci

PROSEDUR PEMBUATAN INFUSA KULIT KAYU RAPAT (Parameria laevigata (Juss.) Moldenke)

PROSEDUR PEMBUATAN INFUSA KULIT KAYU RAPAT (Parameria laevigata (Juss.) Moldenke) 49 LAMPIRAN 1 PROSEDUR PEMBUATAN INFUSA KULIT KAYU RAPAT (Parameria laevigata (Juss.) Moldenke) Pembuatan dilakukan di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung

Lebih terperinci

LAMPIRAN I SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

LAMPIRAN I SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) LAMPIRAN I SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan di bawah ini, Nama lengkap : Tgl lahir : NRP : Alamat : Menyatakan bersedia dan tidak berkeberatan

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 3. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Kadar Bilangan Peroksida dan Pengamatan Warna Minyak Goreng Bekas LAMPIRAN 4. Hasil Pengukuran Kadar Bilangan Peroksida dan Pengamatan Warna Sebelum Penambahan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A DETERMINASI BUAH NAGA MERAH (HYLOCEREUS POLYRHIZUS)

LAMPIRAN A DETERMINASI BUAH NAGA MERAH (HYLOCEREUS POLYRHIZUS) LAMPIRAN A DETERMINASI BUAH NAGA MERAH (HYLOCEREUS POLYRHIZUS) 95 LAMPIRAN B SERTIFIKASI TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR 96 LAMPIRAN C HASIL PERHITUNGAN KLT Hasil Perhitungan Harga Rf pada pemeriksaan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A HASIL STANDARISASI SPESIFIK EKSTRAK

LAMPIRAN A HASIL STANDARISASI SPESIFIK EKSTRAK LAMPIRAN A HASIL STANDARISASI SPESIFIK EKSTRAK 1. Hasil Perhitungan Kadar sari larut air Replikasi Berat ekstrak (g) Berat cawan kosong (g) Berat cawan + ekstrak setelah pemanasan % kadar sari larut air

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga dan Home industri jamur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun penelitian eksperimental laboratorik. Proses ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut methanol

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di SMPN 2 Pogalan dengan mengambil populasi seluruh siswa kelas VIII yang ada sebanyak 3 kelas yaitu kelas VIII-A, VIII-B, VIII-C, Terbuka dengan jumlah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan kemampuan Bacillus mycoides dalam memfermentasi onggok untuk

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan kemampuan Bacillus mycoides dalam memfermentasi onggok untuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Percobaan Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang bertujuan mengujikan kemampuan Bacillus mycoides dalam memfermentasi onggok untuk menurunkan serat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu jenis isolat dan sumber fosfat yang digunakan. selama 3 bulan mulai tanggal 1 Februari 31 April 2017.

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu jenis isolat dan sumber fosfat yang digunakan. selama 3 bulan mulai tanggal 1 Februari 31 April 2017. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan dua variabel yaitu jenis isolat dan sumber fosfat yang digunakan. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

LAMPIRAN A SURAT DETERMINASI TANAMAN MONDOKAKI

LAMPIRAN A SURAT DETERMINASI TANAMAN MONDOKAKI LAMPIRAN A SURAT DETERMINASI TANAMAN MONDOKAKI 85 LAMPIRAN B SERTIFIKAT ANALISIS ETANOL 96% 86 LAMPIRAN C HASIL PEMERIKSAAN STANDARISASI PARAMETER NON SPESIFIK SIMPLISIA DAUN MONDOKAKI A. Perhitungan randemen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi FST Universitas Airlangga pada bulan Maret sampai dengan bulan Juli

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi FST Universitas Airlangga pada bulan Maret sampai dengan bulan Juli BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi FST Universitas Airlangga pada bulan Maret sampai dengan bulan Juli 2012.

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Cases. VolumeUdem KontrolNegatif % 0.0% % VolumeUdem KontrolNegatif Mean % Confidence Interval for Mean

LAMPIRAN. Cases. VolumeUdem KontrolNegatif % 0.0% % VolumeUdem KontrolNegatif Mean % Confidence Interval for Mean LAMPIRAN Lampiran 1. Interpretasi hasil SPSS Case Processing Summary Cases Kelompok Perlakuan Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent VolumeUdem KontrolNegatif 13 100.0% 0.0% 13 100.0% Pembanding

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada April 2013 sampai dengan Mei 2013 di laboratorium Nutrisi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2010 Juli 2011. Untuk pengambilan sampel tanah dilakukan di kawasan mangrove Wonorejo Surabaya.

Lebih terperinci

Air Panas. Isolat Murni Bakteri. Isolat Bakteri Selulolitik. Isolat Terpilih Bakteri Selulolitik. Kuantitatif

Air Panas. Isolat Murni Bakteri. Isolat Bakteri Selulolitik. Isolat Terpilih Bakteri Selulolitik. Kuantitatif 75 Lampiran 1. Metode Kerja L.1.1 Bagan kerja Air Panas - Isolasi dan Seleksi Bakteri Pemurnian Bakteri Isolat Murni Bakteri Uji Bakteri Penghasil Selulase Secara Kualitatif Isolat Bakteri Selulolitik

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini di laksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

METODE PENELITIAN. Penelitian ini di laksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung dari bulan Juni 2011 sampai dengan Januari 2012

Lebih terperinci

Lampiran 1a. Rekapitulasi data uji rating hedonik

Lampiran 1a. Rekapitulasi data uji rating hedonik LAMPIRAN 45 Lampiran 1a. Rekapitulasi data uji rating hedonik Panelis Sampel* Skor Warna Aroma Rasa Tekstur Keseluruhan 1 1 7 4 6 5 6 1 2 6 4 4 4 7 1 3 6 4 4 6 5 2 1 6 5 4 6 6 2 2 6 6 4 3 5 2 3 7 6 6 6

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. HASIL STANDARISASI SPESIFIK EKSTRAK TEH (Camellia sinensis Linn.) 1 5,40 2 5,42 3 5,42 x ± SD 5,41 ± 0,01.

LAMPIRAN A. HASIL STANDARISASI SPESIFIK EKSTRAK TEH (Camellia sinensis Linn.) 1 5,40 2 5,42 3 5,42 x ± SD 5,41 ± 0,01. LAMPIRAN A HASIL STANDARISASI SPESIFIK EKSTRAK TEH (Camellia sinensis Linn.) 1. Hasil Perhitungan ph Replikasi ph 1 5,40 2 5,42 3 5,42 x ± SD 5,41 ± 0,01 2. Hasil Perhitungan Kadar Sari Larut Air Replikasi

Lebih terperinci

Perhitungan dosis aloksan, glibenklamid, dan Ekstrak etanol buah mengkudu.

Perhitungan dosis aloksan, glibenklamid, dan Ekstrak etanol buah mengkudu. Lampiran 1 : Perhitungan dosis aloksan, glibenklamid, dan Ekstrak etanol buah mengkudu. 1. Dosis aloksan : Dosis aloksan pada tikus 120 mg/kgbb Pada tikus 200 g : = ( 200 g/1000 g ) x 120 mg/kgbb = 24

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli 2014 sampai dengan bulan September

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli 2014 sampai dengan bulan September 21 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli 2014 sampai dengan bulan September 2014 di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia, Laboratorium Mikrobiologi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Dosis infusa rimpang kunyit yang dipakai pada percobaan sebelumnya untuk mencit = 7,8 mg / 0,5 ml (Joao M.C.Ximenes, 2010).

Lampiran 1. Dosis infusa rimpang kunyit yang dipakai pada percobaan sebelumnya untuk mencit = 7,8 mg / 0,5 ml (Joao M.C.Ximenes, 2010). Lampiran 1 Perhitungan Dosis Perhitungan Dosis Kunyit Dosis infusa rimpang kunyit yang dipakai pada percobaan sebelumnya untuk mencit = 7,8 mg / 0,5 ml (Joao M.C.Ximenes, 2010). Berat serbuk rimpang kunyit

Lebih terperinci

LAMPIRAN Lampiran 1 PERSIAPAN PENELITIAN. A. Persiapan Hewan Coba

LAMPIRAN Lampiran 1 PERSIAPAN PENELITIAN. A. Persiapan Hewan Coba LAMPIRAN Lampiran 1 PERSIAPAN PENELITIAN A. Persiapan Hewan Coba Hewan coba yang digunakan adalah 25 ekor mencit jantan galur Swiss Webster berumur delapan minggu dengan berat badan 20 25 g, diperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang disusun secara faktorial dianalisis menggunakan metode

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. ONE WAY ANOVA

LAMPIRAN 1. ONE WAY ANOVA 50 LAMPIRAN 1. ONE WAY ANOVA Descriptives Konsentrasi Xylitol Statistic Std. Error Komposisi Kalsium konsentrasi 20% Mean 42,8020 1,95318 95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 37,3791 Upper Bound

Lebih terperinci

Teknik Isolasi Bakteri

Teknik Isolasi Bakteri MODUL 3 Teknik Isolasi Bakteri POKOK BAHASAN : 1. Pengenceran Suspensi Bakteri dari Sumber Isolat/Lingkungan 2. Teknik Isolasi Bakteri (Solid and Liquid Medium) TUJUAN PRAKTIKUM : 1. Memahami persiapan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Penyajian Data Hasil Penelitian 1. Penyajian Data Data yang disajikan dalam penelitian ini adalah data yang berkaitan dengan variabel-variabel yang diteliti yaitu data nilai

Lebih terperinci