Kata kunci: kebisingan, tekanan darah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kata kunci: kebisingan, tekanan darah"

Transkripsi

1 PENGARUH PAJANAN KEBISINGAN DARI PERLINTASAN KERETA API TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA MASYARAKAT YANG TINGGAL DI LINGKUNGAN SEKITAR STASIUN KERETA API LEMAHABANG, DESA SIMPANGAN, KEC. CIKARANG UTARA, KAB. BEKASI TAHUN 2014 EFFECT OF EXPOSURE TO NOISE FROM RAILWAY AGAINST BLOOD PRESSURE CHANGES IN COMMUNITY LIVING IN THE ENVIRONMENT AROUND LEMAHABANG RAILWAY STATION, KP. KAUM TENGAH, KEC. CIKARANG UTARA, KAB. BEKASI 2014 Agung Harri Munandar, Prof. dr Haryoto Kusnoputranto, Dr.PH Program Sarjana Kesehatan Masyarakat, Jurusan Kesehatan Lingkungan, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat. Abstrak Kebisingan merupakan salah satu faktor yang cukup penting dalam hubungannya dengan kesehatan masyarakat. Kebisingan dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada fisiologis, psikologis, patologis organis dan komunikasi. Penduduk yang tinggal di sekitar perlintasan rel kereta api memiliki resiko tinggi terpapar akibat kebisingan dari kereta api. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh pajanan kebisingan dari perlintasan kereta api terhadap perubahan tekanan darah pada masyarakat yang yang tinggal di lingkungan sekitar Stasiun Kereta. Api Lemahabang, Desa Simpangan, Kecamatan Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel 36 orang, pengumpulan data dilakukan dengan wawancara responden, pengukuran berat badan dan tinggi badan, dan pemeriksaan tekanan darah sebelum dan ketika kereta api melintas dan pengukuran intensitas kebisingan di sekitar stasiun kereta api. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dengan uji Chi Square dan multivariat dengan uji regresi logistic ganda. Kondisi kebisingan rata-rata di area < 10 meter dari rel kereta api adalah 94,8 dan > 10 meter adalah 80,05 dba. Hasil penelitian ini menujukkan ada pengaruh yang signifikan antara kebisingan dengan perubahan tekanan darah sistolik nilai p value 0,001 dan diastolik nilai p value 0,029. Dari hasil penelitian disarankan agar PT. Kereta Api Indonesia (Persero) dapat memanfaatkan lahan kosong di sepanjang rel kereta api untuk dilakukan penanaman vegetasi yang dapat mereduksi intensitas kebisingan dan dilakukan program penyuluhan akibat kebisingan bagi kesehatan masyarakat yang tinggal di pinggiran rel kereta api Kata kunci: kebisingan, tekanan darah Abstract Noise is one factor that is important in relation to public health. Noise can cause health problems in the physiological, psychological, pathological organic and communication. Residents who live near railroad crossings are at high risk of exposure due to the noise from the train. This study was conducted to see the effect of noise exposure from railroad crossings to changes in blood pressure in people who are living in the neighborhood Lemahabang Railway Station, Kp. Kaum Tengah, Kec. Cikarang Utara, Kab. Bekasi. This research is a descriptive analytic cross-sectional approach. Number of samples 36 people, collecting data by interviewing respondents, measurement of weight and height, and blood pressure before and when the train passed and measurement noise intensity around the railway station. Data analysis was performed using univariate, bivariate with chi-square and multivariate test with multiple logistic regression. Average noise conditions in the area <10 meters from the train tracks is 94.8 dba and> 10 meters is dba. The results of this study showed no significant influence of noise with changes in systolic blood pressure P value of and P value diastolic. From the results of the study suggested that PT. Kereta Api Indonesia (Persero) can utilize the vacant land along the railroad tracks to planting vegetation to reduce the intensity of noise and noise-induced conducted outreach programs for the health of people living in the outskirts of the railroad Keyword: noise, blood pressure

2 PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta peningkatan pendapat masyarakat berkontribusi besar terhadap struktur populasi. Populasi manusia di dunia terus bertumbuh. Laju dan bahkan arah perubahan populasi manusia sangat berbeda-beda di penjuru dunia, dengan laju pertumbuhan populasi tertinggi (4% per tahun bahkan lebih) di beberapa Negara dunia ketiga, tingkat pertumbuhan lambat (1% per tahun atau kurang) di beberapa Negara dunia pertama seperti italia dan jepang, serta laju pertumbuhan negative di Negara-negara yang menghadapi krisis masyarakat, misalnya rusia dan Negara-negara afrika yang terpengaruh AIDS (Diamond, 2014). Penurunan angka kematian akibat sakit dan fertilitas meningkatkan jumlah penduduk dan usia lanjut. Sejalan dengan perubahan tersebut terjadi pergeseran pola penyakit infeksi dan malnutrisi ke penyakit non infeksi. (Setiawan, 2006) Pada tahun 1990, kematian penyakit tidak menular, di negara berkembang merupakan 68% dari seluruh kematian di dunia, sedangkan kematian penyakit kardiovaskuler sebesar 63% dari seluruh kematian di dunia. Pada tahun 2020 diperkirakan penyakit tidak menular menjadi 73% penyebab kematian dan 60% beban penyakit dunia. (reddy, K.S. & Yusuf, S.,2000 dalam Setiawan, 2006). Faktor risiko utama penyakit kardiovaskuler adalah hypertensi dan diabetes (Vintro, I.B.,2003 dalam Setiawan, 2006). Sebagai factor risiko utama penyakit kardiovaskuler yang penting, hipertensi meningkatkan risiko penyakit jantung koroner 5 kali dan stroke 10 kali. (Kodim, N., 2005 dalam Setiawan, 2006) Tekanan darah tinggi atau hipertensi ditandai dengan meningkatnya tekanan darah secara tidak wajar dan terus menerus karena rusaknya salah satu atau beberapa factor yang berperan mempertahankan tekanan darah tetap normal (Ritu Jain, 2011 dalam Kenia & Taviyanda, 2013). Terjadinya perubahan tekanan darah salah satunya dapat diakibatkan oleh kebisingan (Harrington & F, 2005). Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan masyarakat dan kenyamanan lingkungan. (KepMenLH no 48, 1996). Kebisingan dapat mengganggu lingkungan dan merambatnya melalui udara, maka kebisingan dapat dimasukan sebagai pencemaran udara walaupun susunan udara tidak mengalami perubahan. (Wardhana, 2004) Transportasi, industri, kegiatan perkotaan dan komersial adalah sumber utama kebisingan, ditambah dengan kontribusi oleh peralatan rumah tangga dan peralatan lainnya (Salvato, 1992). Dalam percobaan yang dilakukan oleh Ortiz dkk tahun 1974 terhadap 18 pekerja mesin jet yang telah bekerja sekurangkurangnya 3 tahun, dipapar dengan kebisingan turbin mesin jet ( db) selama 3 jam. Di sini tidak dinyatakan apakah responden diberi alat pelindung telinga atau tidak. Kemudian dilakukan analisis terhadap darah, urine dan pengukuran tekanan darah baik sebelum, disaat maupun sesudah terjadi kebisingan. Ternyata hasil yang diperoleh dari 18 responden menunjukkan kenaikan tekanan darah pada 13 responden (72 %) (Kryter, 1985 dalam Rusli, 2008). Salah satu jenis transportasi darat yang cukup diminati oleh masyarakat adalah kereta api. Di mana kita ketahui bahwa sebagian kebutuhan mobilisasi penduduk di daerah Ibukota Jakarta dipenuhi oleh jasa kereta api ini. Dari tahun ke tahun kereta api indonesia terus berkembang dan berbenah diri dalam melayani penumpang, pada tahun 2012 PT Kereta Api Indonesia mempunyai kereta api dengan jumlah 1647 buah untuk melayani orang penumpang pada tahun 2012 di seluruh indonesia. (KAI, 2012) Saat ini ada sekitar 86 kereta api yang melintasi jalur utara kereta api setiap harinya (Wiryawan, 2014). Dalam satu kali melintas setiap kereta api membutuhkan 5-10 menit, oleh karena itu penduduk di sekitar rel kereta api akan terpapar kebisingan dari perlintasan tersebut setiap harinya secara intermitten. Padahal keterpaparan terhadap kebisingan yang melebihi nilai ambang batas pada kurun waktu yang cukup lama akan berakibat pada gangguan pendengaran ringan dan jika terjadi terus menerus akan menyebabkan ketulian permanen. Selain itu kebisingan juga diduga menimbulkan gangguan emosional yang memicu meningkatnya tekanan darah. Energi kebisingan yang tinggi mampu juga menimbulkan efek viseral, seperti perubahan frekuensi jantung, perubahan tekanan darah dan tingkat pengeluaran keringat, dapat juga terjadi efek

3 psikososial dan psikomotor ringan jika seseorang berada di lingkungan yang bising (Harrington dan Gill, 2005). Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk menganalisis keterkaitan antara kebisingan yang berasal dari kereta api terhadap peningkatan tekanan darah pada masyarakat yang tinggal di daerah pinggiran rel kereta api. Penelitian ini akan mengkaji tentang pengaruh kebisingan kereta api terhadap tekanan darah pada masyarakat yang tinggal di pinggiran rel kereta api di sekitar stasiun kereta api Lemahabang, kp. Kaum tengah, Desa Simpangan, Kec Cikarang Utara, Kab. Bekasi. METODE Disain studi penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, di mana seluruh variabel dalam penelitian ini diukur satu kali pada saat yang sama dengan tujuan untuk menganalisis pengaruh dari kebisingan yang ditimbulkan oleh kereta api terhadap perubahan tekanan darah. Lokasi penelitian adalah daerah pemukiman penduduk yang berada di sekitar perlintasan rel stasiun kereta api lemahabang, Kampung Kaum Tengah, Desa Simpangan, Kecamatan Cikarang Utara Kab. Bekasi. Waktu penelitian dimulai dari bulan Mei sampai dengan Juni tahun Populasi penelitian adalah seluruh penduduk yang berada di sekitar perlintasan rel stasiun kereta api lemahabang, kecamatan Cikarang Utara Kab. Bekasi tahun 2014 sebanyak 321 jiwa. Sampel adalah masyarakat dengan kriteria inklusi sebagai berikut: 1. Usia 20 s/d 55 tahun, 2. Tidak mengalami obesitas, 3. Tinggal menetap di lokasi penelitian, minimal 1 tahun Obesitas diperoleh dari penghitungan Body Mass Index (BMI) menggunakan kalkulkator BMI di website : Dengan kriteria sampel di atas besar sampel diambil menggunakan rumus sebagai berikut: (Sastroasmoro & Ismael, 2002) n = (Zα P 0 Q 0 + P a Q a ) 2 (P a - P 0 ) 2 Dari hasil penghitungan besar sampel di atas diperoleh sampel minimal 36 orang dengan metode pengambilan sampel yang dilakukan adalah random sampling Pengumpulan data primer yaitu mengenai karakteristik responden meliputi variabel: berat badan, tinggi badan, pendidikan, pekerjaan dan jenis kelamin. Variable lainnya meliputi kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, minum kopi, tingkat kebisingan dan perubahan tekanan darah diperoleh melalui pengukuran langsung di lokasi penelitian. Sampel yang diambil adalah penduduk yang tinggal pada jarak dari rel Jarak 10 meter dan Jarak > 10 meter Pengumpulan data sekunder meliputi data penduduk diperoleh melalui pencatatan dokumen dari Kantor Kepala Desa Simpangan dibantu oleh ketua RT setempat dan data mengenai jadwal keberangkatan dan kedatangan kereta api dan data pendukung lainnya diperoleh dari Kantor stasiun Kereta Api Lemahabang dan dari website resmi PT. Kereta Api (Persero) Pemeriksaan tekanan darah diukur menggunakan tensimeter digital merk onemed OM2, Pengukuran tingkat kebisingan di sekitar rel kereta api dilakukan menggunakan sound level meter merk Larson Davis, Pendataan mengenai karakteristik responden (jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan) dan kebiasaan responden (merokok, konsumsi alkohol dan minum kopi) dikumpulkan menggunakan kuesioner, Pengukuran tinggi dan berat badan menggunakan timbangan dengan kapasitas 130 kg dan alat pengukur tinggi badan Kebisingan diukur sesuai dengan (KepMenLH No 48, 1996) dengan metode cara langsung yakni dengan menggunakan sebuah integrating sound level meter yang mempunyai fasilitas pengukuran LTM 5, yaitu Leq dengan waktu ukur setiap 5 detik. Pengukuran dilaksanakan oleh petugas dari instalasi laboratorium kesehatan lingkungan Bapelkes Cikarang. Titik pengukuran dilakukan pada 2 titik yakni pada jarak 10 meter dari rel kereta api, yakni pada jarak 5 meter dari rel dan 10 meter dari rel. Sedangkan 2 titik pengukuran pada jarak > 10 meter yaitu 15 meter dari rel dan 20 meter dari rel, Pengukuran dilakukan dengan cara pengambilan data saat kereta api melintasi titik pengukuran yang telah ditentukan,. Data Leq, Max, dan Min akan didapat dari hasil pembacaan alat Sound Level Meter secara langsung dengan melihat display/layar LCD sound level meter. Waktu pengukuran disesuaikan dengan jadwal keberangkatan dan kedatangan kereta api. Pengukuran Tekanan Darah dilakukan oleh tenaga medis, menggunakan alat tensimeter digital. Pengukuran tekanan darah pertama

4 dilakukan sebelum kereta api melintas dan pengukuran kedua dilakukan pada saat kereta api melintasi pemukiman masyarakat, pengukuran dilakukan pada responden dalam keadaan duduk dan rileks di tangan kanan bagian atas sesuai prosedur. Perubahan tekanan darah, jika terjadi penambahan atau pengurangan tekanan darah ± 10 mmhg (Soeripto, 1994 dalam Rusli, 2008). Penentuan obesitas responden yaitu dengan mengukur tinggi badan menggunakan alat ukur tinggi badan, metode pengukuran dilakukan dalam keadaan berdiri tegak tanpa menggunakan alas kaki. Selanjutnya diukur berat badan dengan menggunakan timbangan badan kapasitas 130 kg dengan cara berdiri di atas timbangan tanpa ada beban,. Selanjutnya menetapkan BMI dengan dengan memasukan data tinggi dan berat badan tersebut pada kalkulator BMI di website: Data yang diperoleh diolah melalui proses editing dan coding dengan bantuan komputer menggunakan program SPSS sebagai berikut: 1.Analisis Univariat Analisis ini dilakukan secara deskriptif dengan distribusi frekuensi terhadap variabelvariabel yang meliputi: kebisingan, tekanan darah, kebiasaan merokok, kebiasaan mengkonsumsi minuman alkohol, minum kopi, serta tekanan darah untuk melihat gambaran karakteristik responden. 2.Analisis Bivariat Analisis ini dilakukan untuk melihat pengaruh antara variabel bebas dengan terikat digunakan uji Chi Square pada tingkat kepercayaan 95 % (α= 0,05). 3.Analisis Multivariat Analisis multivariat dilakukan dengan menghubungkan beberapa variabel bebas dengan satu variabel terikat pada waktu yang bersamaan (Hastono, 2007). Analisis yang digunakan yaitu regresi logistic ganda, karena jenis data variabel bebas dan variabel terikat pada penelitian ini adalah kategorik. Dan dalam penelitian ini analisis multivariat dilakukan untuk melihat variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat yakni untuk mengetahui Pengaruh Tingkat Kebisingan,, Kebiasaan Merokok, Mengkonsumsi Alkohol dan Kopi terhadap Perubahan Tekanan Darah Sistolik Maupun Diastolik digunakan uji regresi logistik ganda pada tingkat kepercayaan 95%. HASIL Gambaran umum lokasi penelitian Lingkungan Stasiun kereta api Lemahabang berada di Kp. Kaum Tengah Desa Simpangan, Kecamatan Cikarang Utara, Kab. Bekasi. yang mempunyai 321 penduduk. Seluruh masyarakat lingkungan tersebut mayoritas menganut agama Islam dengan beragam mata pencaharian, terdiri dari karyawan pabrik, buruh pegawai negeri sipil dan pedagang. Masyarakat Kp. Kaum Tengah Desa Simpangan tinggal dan menetap di sepanjang pinggiran rel Kereta Api yang menuju arah barat (Jakarta) dari arah timur (Purwakarta). Selain berdekatan dengan stasiun disebelah juga berdekatan dengan kantor Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang Kementerian Kesehatan RI yang merupakan instansi diklat dengan unggulan kesehatan lingkungan di bawah Badan PPSDMKes Kementerian Kesehatan RI. Saat ini lingkungan sekitar stasiun kereta api lemahabang sudah ditertibkan, rumah dan ruko liar yang dulunya berada di lingkungan stasiun kereta api pada tahun 2013 sudah dibersihkan dan dibangun pagar beton sebagai pembatas dengan ketinggian kurang lebih sekitar 2-3 meter dan panjang sekitar meter. Akan tetapi banyak pagar beton tersebut banyak yang di dipotong/dibolongin bagian atasnya kurang lebih setengah dari ketinggian beton oleh masyarakat karena dirasakan menganggu pandangan dari halaman rumah. Sedangkan jarak rumah masyarakat dengan rel kereta api berkisar antara 5-20 meter. Perlintasan stasiun kereta api lemahabang cukup padat dilalui kereta api dipadukan dengan kepadatan lalu lintas kendaraan di perlintasan sehingga mengakibatkan kemacetan parah pada pagi dan sore hari berbarengan dengan jadwal keluar masuknya karyawan dan sekolah.

5 Tabel 1. Distribusi Responden Menurut Karakteristik Responden Karakteristik Jumlah Persentase Umur , , , Jenis Kelamin Laki-laki 14 38,9 Perempuan 21 61,1 Jarak Rumah dengan Rel Kereta Api <10 meter 16 44,4 >10 meter 20 55,6 Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa kelompok umur tertinggi sebanyak 11 orang (30,6%) responden berumur antara tahun, pada kelompok umur antara tahun sama dengan kelompok umur antara tahun mempunyai jumlah sama yakni masing-masing 8orang (22,2%) dan pada kelompok usia adalah sebanyak 9 orang (25%). Responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 23 orang (63,9%) dan perempuan sebanyak 13 Tabel 2. Tingkat Kebisingan orang (36,1%). Ada 20 responden (55,6%) responden tinggal pada jarak < 10 meter dari rel kereta api dan yang tinggal pada jarak > 10 meter dari rel kereta api sebanyak 16 orang (44,4%). Berdasarkan tabel di atas ternyata mayoritas responden berumur tahun (30,6%), jenis kelamin perempuan sebanyak (61,1%) dan jarak rumah dengan rel pada jarak > 10 meter (55,6%). Titik Pengukuran Tingkat Kebisingan Rata-rata Leq (dba) Ketika kereta lewat Jarak < 10 meter 5 m 96,4 94,8 10 m 93,2 Jarak > 10 meter 15 m 82,6 80,05 20 m 77,5 Tabel 2 menunjukkan bahwa semakin jauh jarak antara tempat tinggal penduduk dengan rel kereta api maka akan semakin rendah kebisingan yang ditimbulkan. Dan dapat dilihat bahwa tingkat kebisingan pada jarak 10 meter (93,2 db A) dengan rerata 94,8 (< 10 meter) tingkat kebisingan yang ditimbulkan masih melebihi nilai ambang batas kebisingan yaitu 85 db A ((Permenakertrans, 2011) dan jauh diatas baku mutu yang ditetapkan untuk pemukiman yakni 55 db A (KepMenLH, 1996).

6 Tabel 3. Distribusi Frekuensi Menurut Kebiasaan Merokok, Mengkonsumsi Alkohol, dan Minum Kopi Variabel Jumlah Persentase Kebiasaan merokok Tidak Perokok 22 61,1 Perokok 14 38,9 Kebiasaan mengkonsumsi alcohol Tidak mengkonsumsi alcohol Mengkonsumsi alcohol - - Kebiasaan minum kopi Tidak minum kopi 17 47,2 Minum kopi 19 52,8 Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa kebiasaan responden dalam merokok ada 14 orang (38,9%), minum kopi sebanyak 19 orang (52,8%) dan tidak ada responden yang mempunyai kebiasaan mengkonsumsi alkohol. Tabel 4. Distribusi Frekuensi Menurut Perubahan Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Variabel Frekuensi Persentase Perubahan Tekanan Darah Sistolik Tidak berubah 21 58,3 Berubah 15 41,7 Perubahan Tekanan Darah Diastolik Tidak berubah 28 77,8 Berubah 8 22,2 Dari tabel. diketahui responden yang mengalami perubahan tekanan darah sistolik sebanyak 15 orang (41,7%) sedangkan responden yang mengalami perubahan tekanan darah diastolic sebanyak 8 orang (22,2%) Tabel 5. Distribusi Responden Menurut Rata-rata Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Variabel Rata-rata (mmhg) Jumlah (orang) Tekanan darah sistolik Tekanan sistolik sebelum KA lewat 122,8 36 Tekanan sistolik saat KA lewat 128,8 36 Selisih sistolik 1 dan 2 6,1 36 Tekanan Darah Diastolik Tekanan Diastolik sebelum KA lewat 87,6 36

7 Tekanan Diastolik saat KA lewat 91,3 36 Selisih Diastol 1 dan 2 3,6 36 Dari tabel 5 dapat diketahui bahwa rata-rata tekanan darah sistolik sebelum kereta api lewat pada responden sebesar 122,8 mmhg dan 128,8 mmhg rata-rata tekanan darah sistolik saat kereta api lewat kemudian selisih tekanan darah sistolik sebelum dan saat kereta api lewat adalah 6,1 mmhg. Demikian halnya dengan tekanan darah diastolik sebelum kereta api lewat pada responden sebesar 87,6 mmhg dan 91,3 mmhg rata-rata tekanan darah diastolik saat KA lewat juga selisih perubahan tekanan darah diastolik sebelum kereta api lewat dan saat kereta api lewat adalah 3,6 mmhg. Tabel 6. Distribusi Responden Menurut Tingkat Kebisingan dan Perubahan Tekanan Darah Sistolik Tingkat kebisingan Perubahan Tekanan Darah Sistolik Total P Tidak Berubah Berubah n % n % n % Sesuai NAB ,001 Tidak sesuai NAB Total 23 63, , Tabel 6 menunjukkan bahwa 16 orang (75%) dari total responden yang bertempat tinggal di daerah dengan tingkat kebisingan melebihi NAB mengalami perubahan tekanan darah sistolik pada saat kereta api lewat, dan hanya 1 orang (5 %) dari total responden yang bertempat tinggal di daerah dengan tingkat kebisingannya sesuai NAB yang mengalami perubahan tekanan darah, dengan nilai p 0,001< α (0,05) dengan demikian ada pengaruh antara kebisingan terhadap perubahan tekanan darah sistolik.. Tabel 7. Distribusi Responden Menurut Tingkat Kebisingan dan Perubahan Tekanan Darah Diastolik Tingkat kebisingan Perubahan Tekanan Darah Diastolik Total P Tidak Berubah Berubah n % n % n % Sesuai NAB ,029 Tidak sesuai 9 56,3 7 43, NAB Total 28 77,8 8 22, Tabel 7 menunjukkan bahwa 7 orang (43,7%) dari total responden yang bertempat tinggal di daerah dengan tingkat kebisingan yang tidak sesuai NAB mengalami perubahan tekanan darah diastolik pada saat kereta api lewat, dan hanya 1 orang (5%) dari total responden yang tingkat kebisingannya sesuai NAB

8 yang mengalami perubahan tekanan darah. terhadap perubahan tekanan darah Hasil uji statistik nilai p 0,029 < α (0,05) artinya ada pengaruh antara kebisingan diastolik.. Tabel 8. Distribusi Responden Menurut Kebiasaan Merokok dan Perubahan Tekanan Darah Sistolik Kebiasaan merokok Perubahan Tekanan Darah Sistolik Total P Tidak Berubah Berubah n % n % n % Tidak perokok 13 59,1 9 40, Perokok 8 57,2 6 42, ,760 Total 21 58, , Pada Tabel 8 menunjukkan bahwa dari 22 orang yang tidak perokok hanya 9 orang (40,9%) mengalami perubahan tekanan darah sistolik, sedangkan 14 orang yang perokok ada 6 (42,8%) mengalami perubahan tekanan darah sistolik. Setelah dianalisis menggunakan uji statistik chi-square memperlihatkan bahwa nilai p 0,760 > α (0,05), artinya tidak terdapat pengaruh antara kebiasaan merokok terhadap perubahan tekanan darah sistolik. Tabel 9. Distribusi Responden Menurut Kebiasaan Merokok dan Perubahan Tekanan Darah Diastolik Saat Kereta Api Lewat Kebiasaan merokok Perubahan Tekanan Darah Diastolik Total P Tidak Berubah Berubah n % n % n % Tidak perokok 17 77,2 5 22, ,523 Perokok 11 78, Total 28 77,8 8 22,2 36 Pada Tabel 9 menunjukkan bahwa dari 22 orang yang tidak perokok 5 orang (22,8%) mengalami perubahan tekanan darah diastolik, dan dari 14 orang yang perokok 3 orang (21,5%) mengalami perubahan tekanan darah diastolik. Dari hasil uji statistik chi-square memperlihatkan nilai p 0,523 > α (0,05), artinya tidak ada pengaruh antara kebiasaan merokok terhadap perubahan tekanan darah diastolic. Untuk Hasil analisis terhadap variabel kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan perubahan tekanan darah sistolik dan diastolik menunjukkan bahwa tidak ada responden yang mempunyai kebiasaan mengkonsumsi alkohol, sehingga uji statistic tidak dapat dilakukan.

9 Tabel 10. Distribusi Responden Menurut Kebiasaan Mengkonsumsi Kopi dan Perubahan Tekanan Darah Sistolik Saat Kereta Api Lewat Kebiasaan konsumsi kopi Perubahan Tekanan Darah Sistolik Total P Tidak Berubah Berubah n % n % n % Tidak mengkonsumsi 9 52,9 8 47, ,672 kopi Mengkonsumsi Kopi 12 63,2 7 36, Total 21 58, ,7 36 Pada Tabel 10. menunjukkan bahwa dari 17orang yang tidak mengkonsumsi kopi 8 orang (47,1%) mengalami perubahan tekanan darah sistolik, dan dari 19 orang yang yang mengkonsumsi kopi 7 orang (36,8%) mengalami perubahan tekanan darah sistolik. Dari hasil uji statistik chi-square memperlihatkan nilai p 0,672 > α (0,05), artinya tidak ada pengaruh antara kebiasaan merokok terhadap perubahan tekanan darah diastolik. Tabel 11. Distribusi Responden Menurut Kebiasaan Mengkonsumsi Kopi dan Perubahan Tekanan Darah Diastolik Saat Kereta Api Lewat Kebiasaan konsumsi kopi Perubahan Tekanan Darah Diastolik Total P Tidak Berubah Berubah n % n % n % Tidak mengkonsumsi 13 76, ,768 kopi Mengkonsumsi Kopi 15 78,9 4 21, Total 28 77,8 8 22, Pada Tabel 11. di atas menunjukkan bahwa dari 17orang yang tidak mengkonsumsi kopi 4 orang (23,5%) mengalami perubahan tekanan darah diastolik, dan dari 19 orang yang yang mengkonsumsi kopi 4 orang (21,1%) mengalami perubahan tekanan darah sistolik. Dari hasil uji statistik chi-square memperlihatkan nilai p 0,768 > α (0,05), artinya tidak ada pengaruh antara kebiasaan merokok terhadap perubahan tekanan darah diastolik. Tabel 12. Hasil Analisis Bivariat Pengaruh Variabel Independen terhadap Perubahan Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Variabel Independen N Perubahan Tekanan Darah Sistolik Diastolik (p) (p) Tingkat kebisingan 36 0,000* 0,007* Kebiasaan merokok 36 0,620 0,500 Kebiasaan mengkonsumsi alcohol Kebiasaan mengkonsumsi kopi 36 0,630 0,480

10 Dari Tabel 5.12 ternyata dari hasil analisis bivariat hanya satu variable yang memiliki nilai p < 0,25 yaitu tingkat kebisingan, maka dengan demikian variabel kebisingan yang masuk sebagai kandidat multivariat. Tabel 13. Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda Pengaruh Kebisingan dan terhadap Perubahan Tekanan Darah Sistolik Variabel Koefisien β P Exp β 95% CI Exp β Independen Tingkat kebisingan 1,956 0,023 7,126 1,180 44,142 Dari hasil akhir uji Regresi Logistik Ganda dengan metode enter, ternyata variabel kebisingan berpengaruh terhadap perubahan tekanan darah sistolik. Dapat dilihat dari nilai probabilitas (< 0,05). Hal ini terlihat bahwa variable kebisingan dan menunjukkan nilai p < dari nilai α(0,05) maka variable tersebut berperan atau berpengaruh terhadap perubahan tekanan darah sistolik. Tabel 14. Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda Pengaruh Tingkat Kebisingan terhadap Perubahan Tekanan Darah Diastolik Variabel Independen Koefisien β P Exp β 95% CI Exp β Tingkat kebisingan 1,520 0,043 4,61 1,187 27,868 Dari hasil akhir uji Regresi Logistik Ganda dengan metode enter, ternyata variabel kebisingan berpengaruh terhadap perubahan tekanan darah sistolik. Dapat dilihat dari nilai probabilitas (< 0,05). Hal ini terlihat bahwa PEMBAHASAN Tingkat Kebisingan Hasil dari penelitian yang telah dilakukan menunjukkan khususnya dalam pengukuran tingkat kebisingan kereta api. Dapat dilihat bahwa rata rata kebisingan pada jarak < 10 meter menunjukan rata-rata 94,8 dba dan pada jarak > 10 meter 80,05 dba. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin jauh jarak antara tempat tinggal penduduk dengan rel kereta api maka akan semakin rendah kebisingan yang ditimbulkan. Kecepatan bising sama dengan kecepatan suara diudara (suhu: 21 0 C), adalah 344 m/s (Salvato, 1992), karena pada dasarnya bising adalah suara yang tidak diinginkan (Salvato, 1992) semakin jauh dari sumber bising maka intensitas bising semakin berkurang karena daya rambat bising tergantung sama satuan jarak perwaktu, semakin jauh maka semakin variable kebisingan menunjukkan nilai p < dari nilai α(0,05) maka variable kebisingan berperan atau berpengaruh terhadap perubahan tekanan darah diastolik. memerlukan waktu yang lebih lama dan intensitas kebisinganpun semakin berkurang. Menurut Pulat 1992 dalam Rusli, 2008 menyatakan bahwa pemaparan kebisingan yang keras selalu di atas 85 dba, dapat menyebabkan ketulian sementara. Biasanya ketulian akibat kebisingan terjadi tidak seketika sehingga pada awalnya tidak disadari oleh manusia. Baru setelah beberapa waktu terjadi keluhan kurang pendengaran yang sangat mengganggu dan dirasakan sangat merugikan. Pengaruh-pengaruh kebisingan selain terhadap alat pendengaran dirasakan oleh para pekerja yang terpapar kebisingan keras mengeluh tentang adanya rasa mual, lemas, stres, sakit kepala bahkan peningkatan tekanan darah. Menurut Moeljosoedarmo, 2008 dalam Hartati, 2011 bahwa reaksi peningkatan tekanan darah terjadi pada permulaan pemajanan terhdap bising, yang kemudian akan kembali kepada

11 keadaan semula. Apabila terpajan bising terus menerus maka akan terjadi adaptasi sehingga perubahan tekanan darah tersebut tidak Nampak lagi. Tingkat kebisingan yang semakin tinggi akan meningkatkan tingkat risiko bagi kesehatan, nilai ambang batas 50 dba saja beresiko meningkatkan risiko perubahan tekanan darah diastolic sampai 44%, tekanan darah sistolik 78%. ( 2013) Dalam penelitian kesehatan masyarakat yang dilakukan di Swedia Selatan pada tahun 2009 dengan jumlah sampel orang (usia: tahun) dengan metode cross sectional yang menemukan adanya pengaruh antara kebisingan dari lalu lintas kendaraan bermotor dengan kejadian hypertensi pada responden, dan efek yang jelas terlihat pada paparan kebisingan > 64 db (A) (OR = 1,91, 95% CI 1,19-3,06) (Bodin, Albin, Ardo, Stroh, Ostergen, & Bjork, 2009). Pajanan kebisingan dari kereta api lebih dari 60 dba mempunyai hubungan dengan 8% tingginya risiko hipertensi (Sorensen, et al., 2011). Bahkan penelitian Nakamura pada tahun 1977 mencatat adanya fenomena berat badan lahir rendah (BBLR) bila ibu hamil terkena kebisingan tingkat tinggi kerja. (Behar, Chasin, & Cheesman, 2000) Pengaruh Kebisingan terhadap Perubahan Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Dari hasil penelitian menunjukkan sebanyak 16 orang (44,4%) dari total responden yang bertempat tinggal di daerah tingkat kebisingan tidak sesuai NAB mengalami perubahan tekanan darah sistolik pada saat kereta api lewat, sedangkan hanya 1 orang (5%) dari total responden yang tingkat kebisingannya sesuai NAB yang mengalami perubahan tekanan darah, setelah dianalisis didapat nilai nilai p 0,001< α (0,05) hal itu berarti ada pengaruh yang signifikan antara kebisingan dengan perubahan tekanan darah sistolik. Hal ini dapat terjadi sesuai dengan teori bahwa kebisingan melalui telinga akan direspon oleh otak yang merasakan pengalaman ini sebagai ancaman atau stress yang kemudian berhubungan dengan pengeluaran hormon stress seperti epinepfrin, norepinefrin dan kortisol. Stress akan mempengaruhi sistim saraf yang kemudian berpengaruh pada detak jantung dan berakibat pada perubahan tekanan darah (Hastuti, 2004 dalam Montolalu, Supit, & Danes, 2013) Dari hail penelitian yang telah dilaksanakan juga membuktikan bahwa hipotesis alternative diterima yakni ada pengaruh kebisingan kereta api terhadap perubahan tekanan darah sistolik penduduk di di lingkungan sekitar rel kereta api stasiun kereta api Lemahabang, Desa Simpangan, Kec Cikarang Utara, Kab. Bekasi Hasil dari penelitian mengenai pengaruh kebisingan terhadap perubahan tekanan darah diastolic juga menunjukkan bahwa 16 orang (44,4%) dari total responden yang bertempat tinggal di daerah tingkat kebisingan tidak sesuai NAB mengalami perubahan tekanan darah diastolik pada saat kereta api lewat, sedangkan hanya 1 orang (5%) dari total responden yang tingkat kebisingannya sesuai NAB yang mengalami perubahan tekanan darah, kesimpulannya ada pengaruh kebisingan terhadap perubahan tekanan darah diastolik. Dan membuktikan bahwa hipotesis alternative diterima yakni ada pengaruh kebisingan kereta api terhadap perubahan tekanan darah diastolik penduduk di di lingkungan sekitar rel kereta api stasiun kereta api Lemahabang, Desa Simpangan, Kec Cikarang Utara, Kab. Bekasi Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dinar Hartanto pada tahun 2011dengan hasil penelitianya yang menyebutkan bahwa pada rata-rata intensitas kebisingan sebesar 89,3 dba yang melebihi ambang batas sebesar 85 dba menunjukan ada hubungan kebisingan denga tekanan darah karyawan unit compressr PT Indo Acidatama, yang berarti bahwa semakin tinggi intensitas kebisingan, maka semakin tinggi pula tekanan darah ada karyawan. (Hartanto, 2011) Begitupun dengan penelitian yang dilakukan shinly suzana montolalu, wenny supit dan vennetia R. Danes yang melakukan penelitian mengenai hubungan kebisingan terhadap tekanan darah pada pekerja lapangan di PT. Gapura Angkasa di Bandar Udara Sam Ratulangi, Manado pada tahun Hasil dari penelitiaannya menyatakan terdapat 18 orang (60%) mengalami peningkatan tekanan darah sistolik dan 14 orang (46,7%) mengalami peningkatan tekanan darah diastolic yang terpapar intensitas kebisingan > 85 dba. Artinya fenomena tersebut menunjukan adanya peningkatan darah sistolik (p=0,32) dan tekanan darah diastolic (p=0,018) yang berarti p<0,05. Dalam penelitian Dimalouw (2002) ditemukan adanya korelasi walaupun cukup rendah antara kebisingan diatas ambang batas dengan perubahan tekanan darah pada polisi lalu lintas dengan hasil analisis korelasi: sistolik 0,28 dan siastolic 0,11. (Dimalouw, 2002)

12 Pengaruh Kebiasaan Merokok dengan Perubahan Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 22 orang yang tidak merokok hanya 9 orang (40,9%) mengalami perubahan tekanan darah sistolik, sedangkan 14 orang perokok ada 6 (42,8%) mengalami perubahan tekanan darah sistolik. Hasil analisis meperlihatkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara kebiasaan merokok dengan perubahan tekanan darah sistolik maupun diastolik, penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rusli pada tahun 2008 yang mengungkapkan tidak adanya pengaruh antara kebiasaan merokok dengan perubahan tekanan darah sistolik dan diastolik (Rusli, 2008). Asap rokok mengandung nikotin yang memacu pengeluaran zat-zat seperti adrenalin. Zat ini merangsang denyut jantung dan tekanan darah. Merokok berulang kali dapat menaikan langsung tekanan darah 5 sampai 10 mmhg (Iman, 2004 dalam Hartanto, 2011). Menurut pendapat Singgih, 1995 dalam Rusli, 2008, nikotin dalam merokok dapat mengakibatkan jantung berdenyut lebih cepat dan penyempitan saluran-saluran nadi sehingga menyebabkan jantung terpaksa memompa dengan lebih kuat untuk memenuhi kebutuhan darah ke seluruh tubuh, rokok mengandung nikotin sebagai penyebab ketagihan yang akan merangsang jantung, saraf, otak dan organ tubuh lainnya bekerja tidak normal, nikotin juga merangsang pelepasan adrenalin sehingga meningkatkan tekanan darah, denyut nadi dan tekanan kontraksi otot jantung. Walaupun ada responden yang mempunyai kebiasaan merokok tetapi pada saat pengukuran tekanan darah hampir semua responden berada pada kondisi tidak merokok baik sebelum kereta api datang maupun ketika sedang lewat sehingga pengaruh merokok menjadi semakin kecil, kecuali apabila penelitian ini mencari pengaruh terhadap hypertensi. Seperti yang di sampaikan Miswar dalam Babba, 2007, Rokok menyebabkan kenaikan darah selama 2-10 menit setelah diisap, karena merangsang saraf untuk mengeluarkan hormon yang bias menyebabkan pengerutan pembuluh darah sehingga tekanan darah menjadi naik. Namun kenaikan tekanan darah ini hanya berlangsung selama kita merokok (Babba, 2007) Pengaruh Kebiasaan Mengkonsumsi Alkohol dengan Perubahan Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Hasil penelitian dari 36 responden didapatkan hasil bahwa tidak ada yang mengkonsumsi alkohol sehingga pengaruh kebiasaan mengkonsumsi alcohol terhadap perubahan tekanan darah tidak dapat dianalisis, walaupun secara teoritis alcohol merupakan salah satu yang dapat menyebabkan hypertensi dan atau perubahan tekanan darah. Pengaruh Kebiasaan Mengkonsumsi Kopi dengan Perubahan Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Dari Hasil penelitian pada 36 responden yang mengkonsumsi kopi ada 19 orang dan 7 orang (36,8%) mengalami perubahan tekanan darah sistolik dan 4 orang (21,1%) mengalami perubahan tekanan darah diastolic. dan dalam penelitian ini tidak ditemukan pengaruh kebiasaan mengkonsumsi kopi terhadap perubahan tekanan darah. Kafein bisa mempengaruhi orang dengan cara berbeda-beda. Pada beberapa orang untuk sementara waktu kopi bisa meningkatkan tekanan darah atau menimbulkan denyut jantung yang tidak beraturan. Akan tetapi pemakaian kafein dalam jumlah sedang, misalnya hanya 2(dua) atau 3 (tiga) cangkir kopi sehari tidak terlalu menimbulkan risiko bagi kebanyakan orang. (Litin, 2006) Penelitian yang dilakukan ini lebih terfokus pada pengaruh kebisingan dan terhadap perubahan tekanan darah pada saat kereta api lewat. Pengukuran tekanan darah dilakukan 2 kali terhadap setiap responden yaitu sebelum kereta api lewat dan pada saat kereta api lewat, yang hanya berselang 5-10 menit. Jadi kebiasaan merokok tidak mempengaruhi hasil penelitian. Pengaruh Tingkat Kebisingan, Kebiasaan Merokok, Mengkonsumsi Alkohol dan Kopi terhadap Perubahan Tekanan Darah Sistolik Maupun Diastolik Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat diketahui hanya satu variabel yang berpengaruh yaitu tingkat kebisingan, sedangkan variabel lainnya tidak berpengaruh terhadap perubahan tekanan darah. Hasil analisis menunjukan bahwa kebisingan merupakan faktor yang dominan dan berpengaruh terhadap perubahan tekanan darah sistolik maupun diastolic. Masyarakat yang tinggal di lingkungan sekitar stasiun kereta api Lemahabang cukup terganggu dengan adanya kebisingan hal ini terlihat dari 36 responden 17 merasakan bahwa konsentrasi sangat terganggu dan 9 responden mengalami gangguan pada telinga yang

13 disebabkan oleh kebisingan pada saat kereta api melewati rel yang berada dekat perumahan penduduk. Akan tetapi karena factor lain seperti ekonomi dan sebagainya, keluhan itu ditiadakan dan masyarakat menerima kondisi dengan tingkat kebisingan seperti itu. Akan tetapi sebenarnya hal itu akan berdampak buruk terhadap kondisi kesehatan masyarakat pada jangka waktu yang lama. Perubahan fisiologis yakni berupa perubahan tekanan darah ketika kereta api datang tidak dirasakan masyarakat padahal sebenarnya hal itu terjadi dan lambat laun apabila dibiarkan akan menjadi hypertensi. Seperti yang dikemukakan Ritu Jain bahwa Tekanan darah tinggi atau hipertensi ditandai dengan meningkatnya tekanan darah secara tidak wajar dan terus menerus karena rusaknya salah satu atau beberapa factor yang berperan mempertahankan tekanan darah tetap normal (Ritu Jain, 2011 dalam Kenia & Taviyanda, 2013). Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Karolinska Institute, Stokholm, Dr Mats Rosenlund 2008 dalam Rusli, 2008, mengatakan, orang yang tinggal di sekitar bandara sangat berisiko mengalami tekanan darah tinggi akibat tingginya polusi udara. Kesimpulan itu diambil dari penelitian terhadap lelaki yang tinggal di sekitar bandara selama sepuluh tahun. Penelitian ini juga mengambil data dari tingkat kepadatan lalu lintas udara dan data diagnosis dokter tentang peningkatan tekanan darah dalam 10 tahun terakhir. Hasilnya, secara umum 20 persen lelaki yang sering terkena polusisuara dari pesawat 19 persen mengalami peningkatan tekanan darah tinggi. Kebisingan dapat mempengaruhi kesehatan terhadap fungsi tubuh yang menyebabkan peningkatan tekanan darah dan berupa peningkatan sensitivitas tubuh seperti peningkatan sistem kardiovaskuler dalam bentuk kenaikan tekanan darah dan peningkatan denyut jantung. Keterpaparan terhadap kebisingan dan yang melebihi nilai ambang batas pada kurun waktu yang cukup lama akan berakibat pada gangguan pendengaran ringan dan jika terjadi terus menerus akan menyebabkan ketulian permanen. Selain itu kebisingan juga diduga menimbulkan gangguan emosional yang memicu meningkatnya tekanan darah. (Candra, 2007) Morrel, 1998 dalam Babba, 2007, secara cross sectinal, yang mengukur tekanan darah sistolik maupun diastolik pada 1230 anak sekolah kelas 3 SD, dari sampel yang diambil secara random dalam radium 20 km dari Bandara Sydney. Meliputi sekitar 80 % sekolah, dan sekitar 40 % dari anak kelas 3 SD. Dan dari penelitiannya diperoleh perubahan (kenaikan) tekanan darah adalah ± 2 mmhg. Dengan kebisingan penerbangan dilaporkan sebesar 15 sampai 45 ANEI (Australia Noise Energi Index). Selain itu juga penelitian yang dilakukan Boedhi Raharjani pada pekerja PT KAI didapatkan hasil yaitu tekanan darah sebelum kerja rata-rata dalam batas normal, namun sesudah kerja dicatat adanya kenaikan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik. Keadaan ini diduga kuat bukan disebabkan oleh beban kerja masinis (ringan), tetapi lebih banyak dipengaruhi oleh factor tingginya tingkat kebisingan di dalam kabin kerja masinis (Rosidah, 2003 dalam Babba, 2007) Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diperoeh kesimpulan sebagai berikut: Kebisingan yang dihasilkan kereta api masih diatas nilai ambang batas hingga jarak 10 meter dari rel kereta api yaitu (93,2 dba) padahal dalam 1 hari ada 86 kereta api yang melintas dengan waktu 1-2 menit (hanya kereta melintas tanpa sirene dll) dan kurang lebih 5-10 menit per satu kali melintas kereta ditambah waktu bunyi sirene perlintasan atau ada pemberhentian kereta api berarti kurang lebih warga sekitar terpapar kebisingan antara 8 menit sampai lebih dari 430 menit perhari.rata-rata tekanan darah penduduk yang tinggal di pinggiran rel kereta api untuk sistolik adalah 122,8 mmhg sebelum kereta api lewat dan 128,8 mmhg pada saat kereta api lewat, sedangkan untuk rata-rata tekanan darah diastolik 87,6 mmhg sebelum kereta api lewat dan 91,3 mmhg pada saat kereta api lewat.ada pengaruh yang signifikan antara kebisingan terhadap perubahan tekanan darah sistolik nilai p 0,001< α (0,05).Ada pengaruh yang signifikan antara kebisingan terhadap perubahan tekanan darah diastolik nilai p 0,029 < α (0,05). Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan pengamatan selama penelitian, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut: Bagi PT KAI: Saat ini PT. Kereta Api (Persero) sudah membuat pagar beton I sepanjang rel tapi sayangnya belum optimal karena baru sebagian dan diharapkan PT KAI dapat memanfaatkan lahan kosong di sepanjang rel kereta api untuk

14 dilakukan penanaman vegetasi seperti bambu jepang, pohon angsana, dsb untuk mereduksi intensitas kebisingan yang dihasilkan dari kereta api yang melintas. Bagi Dinas Kesehatan Kab. Bekasi: Bagi tenaga kesehatan/sanitarian di Puskesmas Mekar Mukti sebagai UPTD dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi agar menyusun program penyuluhan akibat kebisingan bagi kesehatan masyarakat yang tinggal di pinggiran rel kereta api Bagi Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) Cikarang: Lokasi penelitian yang secara geografis sangat berdekatan dengan Bapelkes Cikarang dapat dijadikan laboratorium diklat khususnya diklat pengendalian kebisingan dengan pengembangan teknik rekayasa lingkungan baik dengan teknologi tepat guna (TTG), pemberdayaan masyarakat dan metode lainnya sehingga ke depannya peserta diklat terkait pengendalian kebisingan yang berasal dari aparatur (tenaga sanitarian/kesehatan lingkungan), mahasiswa, dan masyarakat umum dapat mempelajari pengendalian kebisingan lebih optimal. DAFTAR PUSTAKA Achmadi, U. F. (2011). Dasar - Dasar Penyakit Berbasis Lingkungan. Jakarta: Rajawali Pers. Babba, J. (2007). Hubungan Antara Intensitas Kebisingan di Lingkungan Kerja Dengan Peningkatan Tekanan Darah (Tesis). Semarang: Program Pasca Sarjana Magister Kesehatan Lingkungan Universitas Diponegoro. Behar, A., Chasin, M., & Cheesman, M. (2000). noise control. San Diego, California: Singular Publishing Group. Bodin, T., Albin, M., Ardo, J., Stroh, E., Ostergen, P.-O., & Bjork, J. (2009). Road traffic noise and hypertension: results from a cross-sectional public health survey in southern Sweden. Environmental Health Journal, Candra, B. (2007). Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC. Depkes. (1992). SK Dirjen P2M dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman Departemen Kesehatan RI Nomor 70-1/PD Lp tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Kebisingan yang Berhubungan dengan Kesehatan. Jakarta: Depkes RI. Diamond, J. (2014). Collapse. Jakarta: Gramedia. Dimalouw, J. A. (2002). Pengaruh Kebisingan Terhadap Tekanan Darah dan Detak Jantung Pada Polisi Lalu Lintas. Bandung: Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Bandung. Harrington, J., & F, S. G. (2005). Buku Saku Kesehatan Kerja (Pocket Consultant: Occupational Health). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hartanto, D. (2011). Hubungan Kebisingan dengan Tekanan Darah Pada Karyawan Unit Compressor PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar. Surakarta: Program Diploma III Hiperkes Dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Hartati. (2011). Perbedaan Tekanan Darah Tenaga Kerja Sebelum dan Sesudah Terpapar Kebisingan Melebihi NAB di Unit Boiler BatuBara PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar (Skripsi). Surakarta: Program DIV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Hastono, S. P. (2007). Analisis Data Kesehatan. Depok: FKM-UI. KAI, P. (2012). Laporan Tahunan Jakarta: PT Kereta Api Indonesia (Persero). Kaplan, N M; Stamler, J;. (1996). Pencegahan Penyakit Jantung Koroner, Penatalaksanaan Praktis Faktor-Faktor Risiko. Jakarta: EGC. Kenia, N. M., & Taviyanda, D. (2013). Influence Of Relaxation (Rose Aromatherapy) Towards Blood Pressure Change Of The Elderly With Hypertension. Jurnal STIKES, Vol. 6, No. 1, KepMenLH. (1996). Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No: KEP- 48/MenLH/11/1996 Tentang Baku Tingkat Kebisingan. Jakarta. Litin, S. C. (2006). Mayo Clinic Family Health Book. Jakarta: Gramedia. Montolalu, S. S., Supit, W., & Danes, V. R. (2013). Hubungan Kebisingan Terhadap Tekanan Darah Pada Pekerja Lapangan PT. Gapura Angkasa Di Bandara Udara Sam Ratulangi, Manado (Skripsi). Manado: Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.

15 Permenakertrans. (2011). Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per. 13/Men/X/2011 Tahun 2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja. Jakarta. Rusli, M. (2008). Pengaruh Kebisingan dan Getaran Terhadap Perubahan Tekanan Darah Masyarakat yang Tinggal di Pinggiran Rel Kereta Api Lingkungan XIV Kelurahan Tegal Sari Kecamatan Medan Denai Tahun 2008 (Tesis). Medan: Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara. Salvato, J. A. (1992). Environmental Enginering And Sanitation Fourt Edition. New York: John Wiley & Sons, Inc. Setiawan, Z. (2006). Prevalensi dan Determinan Hipertensi di Pulau Jawa, Tahun Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 1, 58. Slamet, J. S. (2004). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Sorensen, M., Hvidberg, M., Hoffman, B., Andersen, Z. J., Nordsborg, R. B., Lillelund, K. G., et al. (2011). Exposure to road traffic and railway noise and associations with blood pressure and self reported hypertension: a cohort study. Environmental Health Journal, 10:92. suma'mur, P. K. (1993). Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: CV. Haji Masagung. Wardhana, W. A. (2004). Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi. Wijayanto, A. (2013). Retrieved 05 20, 2014, from KUADRAT.pdf Wiryawan, H. B. (2014, 05 09). Retrieved 05 10, 2014, from /111940/ /4/ada-jalur-gandajumlah-keretawww.medkes.com. (2013, 11 01). Retrieved 05 01, 2014, from ator-imt-ukur-berat-badan-ideal.html (2013, 02). Retrieved 05 03, 2014, from se-pollution-facts.html Youngson, R. M. (2009). Pustaka Kesehatan Populer(Pancaindra) Edisi Ketiga. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.

Hubungan Kebisingan Terhadap Tekanan Darah Pada Pekerja Lapangan PT. Gapura Angkasa Di Bandar Udara Sam Ratulangi, Manado.

Hubungan Kebisingan Terhadap Tekanan Darah Pada Pekerja Lapangan PT. Gapura Angkasa Di Bandar Udara Sam Ratulangi, Manado. Hubungan Kebisingan Terhadap Tekanan Darah Pada Pekerja Lapangan PT. Gapura Angkasa Di Bandar Udara Sam Ratulangi, Manado. 1 Shinly Suzana Montolalu 2 Wenny Supit 2 Vennetia R. Danes 1 Kandidat Skripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. contoh adalah timbulnya masalah kebisingan akibat lalu lintas.

BAB I PENDAHULUAN. contoh adalah timbulnya masalah kebisingan akibat lalu lintas. 14 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya mobilitas orang memerlukan sarana dan prasarana transportasi yang memadai, aman, nyaman dan terjangkau bagi masyarakat. Dinamisnya mobilitas penduduk

Lebih terperinci

Kebisingan Kereta Api dan Kesehatan

Kebisingan Kereta Api dan Kesehatan Kebisingan Kereta Api dan Kesehatan Salah satu jenis transportasi darat yang cukup diminati oleh masyarakat adalah kereta api. Perkeretaapian tidak saja memberi dampak yang positif bagi masyarakat sekitarnya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi, bahan serta peralatan yang semakin rumit dan kompleks tersebut sering tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi, bahan serta peralatan yang semakin rumit dan kompleks tersebut sering tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Dunia Industri akan selalu diikuti oleh penerapan teknologi yang tinggi, penggunaan bahan serta peralatan yang semakin rumit dan kompleks. Namun demikian, penerapan

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado HUBUNGAN ANTARA KEBISINGAN DENGAN STRES KERJA PADA ANAK BUAH KAPAL YANG BEKERJA DI KAMAR MESIN KAPAL MANADO-SANGIHE PELABUHAN MANADO TAHUN 2015 Handre Sumareangin* Odi Pinontoan* Budi T. Ratag* *Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, kimia, biologi maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, kimia, biologi maupun sosial yang memungkinkan setiap orang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat menjamin ketersediaan lingkungan yang sehat dan tidak mempunyai resiko buruk bagi kesehatan melalui upaya kesehatan lingkungan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KEBISINGAN DENGAN GANGGUAN STRES MASYARAKAT DI PEMUKIMAN SEKITAR REL KERETA API SRAGO GEDE

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KEBISINGAN DENGAN GANGGUAN STRES MASYARAKAT DI PEMUKIMAN SEKITAR REL KERETA API SRAGO GEDE HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KEBISINGAN DENGAN GANGGUAN STRES MASYARAKAT DI PEMUKIMAN SEKITAR REL KERETA API SRAGO GEDE Sri Indah Kusumaningrum 1 Sigid Sudaryanto, Sri Handayani 2 Abstrak : Pemukiman sehat

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata Kunci: Intensitas Kebisingan, Kelelahan Kerja, Tenaga Kerja Ground Handling

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata Kunci: Intensitas Kebisingan, Kelelahan Kerja, Tenaga Kerja Ground Handling HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA GROUND HANDLING PT. GAPURA ANGKASA BANDAR UDARA INTERNASIONAL SAM RATULANGI KOTA MANADO Raudhah Nur Amalia Makalalag*, Angela

Lebih terperinci

Dian Pratiwi*), Ir. Irawan Wisnu Wardhana, MS dan Sri Sumiyati, ST, MSi. **)

Dian Pratiwi*), Ir. Irawan Wisnu Wardhana, MS dan Sri Sumiyati, ST, MSi. **) PENGARUH KEBISINGAN DI LINGKUNGAN KERJA TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PEKERJA DI AREA RING FRAME UNIT SPINNING 5 PT. APAC INTI CORPORA BAWEN KABUPATEN SEMARANG Dian Pratiwi*), Ir. Irawan Wisnu Wardhana,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan dan keselamatan kerja. Industri besar umumnya menggunakan alat-alat. yang memiliki potensi menimbulkan kebisingan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan dan keselamatan kerja. Industri besar umumnya menggunakan alat-alat. yang memiliki potensi menimbulkan kebisingan. 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di Indonesia berkembang semakin pesat khususnya dalam bidang teknologi dan industri. Peningkatan pemanfaatan teknologi dalam dunia industri memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. canggih yang biasa digunakan selain pemakaian tenaga sumber daya manusia. Mesinmesin

BAB I PENDAHULUAN. canggih yang biasa digunakan selain pemakaian tenaga sumber daya manusia. Mesinmesin 1 BAB I PENDAHULUAN Teknologi dalam industri diterapkan untuk mempermudah pekerjaan dan meningkatkan hasil kerja. Mesin-mesin dalam industri merupakan terapan dari teknologi canggih yang biasa digunakan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. perempuan. Berdasarkan jenis kelamin menurut Suma mur (2014) memiliki

BAB V PEMBAHASAN. perempuan. Berdasarkan jenis kelamin menurut Suma mur (2014) memiliki BAB V PEMBAHASAN Pada penelitian ini untuk jenis kelamin pada responden seluruhnya adalah perempuan. Berdasarkan jenis kelamin menurut Suma mur (2014) memiliki kekuatan otot yang berbeda. Kekuatan otot

Lebih terperinci

Suma mur (2009) dalam bukunya menyatakan faktor-faktor yang

Suma mur (2009) dalam bukunya menyatakan faktor-faktor yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal adalah upaya kesehatan lingkungan yang bertujuan untuk menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Semua suara yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Semua suara yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk meningkatkan produktivitas perusahaan pemerintah telah mengambil kebijakan khususnya tentang kesehatan dan keselamatan kerja. Selain bermanfaat untuk perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lahan untuk bermukim. Beberapa diantara mereka akhirnya memilih untuk

BAB I PENDAHULUAN. lahan untuk bermukim. Beberapa diantara mereka akhirnya memilih untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di kota-kota besar di negara-negara dunia sering ditemukan adanya daerah kumuh atau pemukiman miskin. Daerah kumuh ini merupakan pertanda kuatnya gejala kemiskinan,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Hipertensi adalah suatu kondisi dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmhg

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Hipertensi adalah suatu kondisi dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmhg BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi adalah suatu kondisi dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmhg dan diastolik lebih dari 90 mmhg (Chobanian dkk, 2004). Hipertensi adalah suatu gangguan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui karakteristik subjek. penelitian tenaga kerja meliputi :

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui karakteristik subjek. penelitian tenaga kerja meliputi : BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui karakteristik subjek penelitian tenaga kerja meliputi : 1. Umur Umur merupakan salah satu faktor yang juga memiliki

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT PENELITIAN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT Merah Bangsawan*, Holidy Ilyas* Hasil survey di pabrik es di Jakarta menunjukkan terdapat gangguan pendengaran

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN DAN LAMA KERJA DENGAN NILAI AMBANG DENGAR PADA TENAGA KERJA DI BAGIAN PRODUKSI PT TROPICA COCOPRIMA DESA LELEMA KABUPATEN MINAHASA SELATAN Brenda Natalia Rauan*, Grace

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi kesehatan, aktivitas karyawan perlu dipertimbangkan berbagai potensi

BAB I PENDAHULUAN. kondisi kesehatan, aktivitas karyawan perlu dipertimbangkan berbagai potensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan kerja merupakan bagian spesifik dari kesehatan umum, lebih memfokuskan lingkup kegiatannya pada peningkatan kualitas hidup tenaga kerja melalui penerapan upaya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rukun Tetangga (RT) dan 3 Rukun Warga (RW). Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Tapa Kecamatan Kota Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rukun Tetangga (RT) dan 3 Rukun Warga (RW). Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Tapa Kecamatan Kota Utara BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Paguyaman adalah satu dari 6 (Enam) kelurahan yang ada di kecamatan kota tengah dengan luas 0,75 Km 2 terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 mengenai kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 mengenai kesehatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 mengenai kesehatan lingkungan menyatakan bahwa setiap manusia mengupayakan kesehatan lingkungan yang salah satunya, lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Selain itu faktor fisik juga berpengaruh terhadap kesehatan pekerja,

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Selain itu faktor fisik juga berpengaruh terhadap kesehatan pekerja, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia industri khususnya industri tekstil semakin meningkat dan akan memberikan dampak positif maupun negatif kepada manusia, terutama para pekerja. Berbagai

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TOMPASO KECAMATAN TOMPASO KABUPATEN MINAHASA Pratiwi N. Wowor *, Nancy S. H. Malonda*, Shane H. R. Ticoalu** *Fakultas

Lebih terperinci

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU Yeni Mulyani 1, Zaenal Arifin 2, Marwansyah 3 ABSTRAK Penyakit degeneratif

Lebih terperinci

AIRPORT NOISE LEVEL EVENT WITH HYPERTENSION IN THE CARGO INTERNATIONAL AIRPORT WORKERS ADISUCIPTO YOGYAKARTA

AIRPORT NOISE LEVEL EVENT WITH HYPERTENSION IN THE CARGO INTERNATIONAL AIRPORT WORKERS ADISUCIPTO YOGYAKARTA JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 6/No. 2/2013: 136-144 AIRPORT NOISE LEVEL EVENT WITH HYPERTENSION IN THE CARGO INTERNATIONAL AIRPORT WORKERS ADISUCIPTO YOGYAKARTA I Made Indra 1, Tedy Candra Lesmana 2,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan mesin-mesin, pesawat, instalasi dan bahan-bahan berbahaya akan

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan mesin-mesin, pesawat, instalasi dan bahan-bahan berbahaya akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan teknologi maju sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan pengendalian yang tepat akan dapat merugikan

Lebih terperinci

DINASTI TUNGGAL DEWI J

DINASTI TUNGGAL DEWI J PERBEDAAN NADI KERJA DAN TEKANAN DARAH PADA KARYAWAN TERPAPAR INTENSITAS KEBISINGAN DI ATAS DAN DI BAWAH NILAI AMBANG BATAS (NAB) PADA BAGIAN PRODUKSI DI PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA PUBLIKASI

Lebih terperinci

kenaikan tekanan darah atau hipertensi. [1]

kenaikan tekanan darah atau hipertensi. [1] BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengaruh kebisingan terhadap tekanan darah tinggi telah menjadi bahan kajian dan studi utama kebisingan di lingkungan kerja. Penelitian-penelitian mengindikasikan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gangguan kesehatan berupa ganngguan pendengaran (auditory) dan extrauditory

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gangguan kesehatan berupa ganngguan pendengaran (auditory) dan extrauditory BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bising merupakan faktor fisik lingkungan kerja yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan berupa ganngguan pendengaran (auditory) dan extrauditory seperti stress

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KEBISINGAN DENGAN GANGGUAN STRES MASYARAKAT DI PEMUKIMAN SEKITAR REL KERETA API SRAGO

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KEBISINGAN DENGAN GANGGUAN STRES MASYARAKAT DI PEMUKIMAN SEKITAR REL KERETA API SRAGO HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KEBISINGAN DENGAN GANGGUAN STRES MASYARAKAT DI PEMUKIMAN SEKITAR REL KERETA API SRAGO Sri Indah Kusumaningrum 1 Sigid Sudaryanto, Sri Handayani 2 Abstrak : Pemukiman sehat merupakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional analitik

III. METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional analitik 72 III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu dengan cara pengumpulan data sekaligus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang ilmu kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat. World Health Organization (WHO) memperkirakan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan sejalan dengan penetapan status Bandara Adisutjipto

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan sejalan dengan penetapan status Bandara Adisutjipto BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bandara Adisutjipto Yogyakarta berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan R.I. Nomor KM 90/19991 ditetapkan sebagai bandara internasional. Kegiatan, frekuensi, dan jenis

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Fadhil Al Mahdi STIKES Cahaya Bangsa Banjarmasin *korespondensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peneletian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peneletian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peneletian Dalam pembangunan di Indonesia, industri akan terus berkembang sampai tingkat industri maju. Seperti diketahui bahwa hampir semua jenis industri mempergunakan

Lebih terperinci

STUDI HEARING LOSS TENAGA KERJA DAN MASYARAKAT DI WILAYAH BANDARA HASANUDDIN MAKASSAR

STUDI HEARING LOSS TENAGA KERJA DAN MASYARAKAT DI WILAYAH BANDARA HASANUDDIN MAKASSAR STUDI HEARING LOSS TENAGA KERJA DAN MASYARAKAT DI WILAYAH BANDARA HASANUDDIN MAKASSAR Study of Hearing Loss Labour and Community in The Area of Hasanuddin Airport Makassar Paul Miroslov H. Rettob, Rafael

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hiburan seperti mempublikasikan film, lagu, video, game online dan lain

BAB I PENDAHULUAN. hiburan seperti mempublikasikan film, lagu, video, game online dan lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hidup di jaman ini semakin lama semakin modern, semua benda-benda yang ada di sekitar kita sekarang ini merupakan produk-produk yang kian lama semakin canggih. Sebagai

Lebih terperinci

Tekanan Darah Penumpang Laki-Laki yang Terpapar Suara Mesin Kapal Klotok Jalur Pontianak Teluk Batang

Tekanan Darah Penumpang Laki-Laki yang Terpapar Suara Mesin Kapal Klotok Jalur Pontianak Teluk Batang Tekanan Darah Penumpang Laki-Laki yang Terpapar Suara Mesin Kapal Klotok Jalur Pontianak Teluk Batang Erlita Hariani 1, Tri Rima Setyawati 1, Ari Hepi Yanti 1 1 Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hal yang paling penting bagi masyarakat, terutama remaja yang memiliki aktivitas yang padat. Salah satu cara agar tubuh tetap sehat adalah

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TEKANAN DARAH PADA NELAYAN DI KELURAHAN BITUNG KARANGRIA KECAMATAN TUMINTING KOTA MANADO

HASIL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TEKANAN DARAH PADA NELAYAN DI KELURAHAN BITUNG KARANGRIA KECAMATAN TUMINTING KOTA MANADO HASIL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TEKANAN DARAH PADA NELAYAN DI KELURAHAN BITUNG KARANGRIA KECAMATAN TUMINTING KOTA MANADO Oleh: dr. Budi T. Ratag, MPH, dkk. Dipresentasikan dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Profil Bandara Internasional Adisucipto Yogyakarta

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Profil Bandara Internasional Adisucipto Yogyakarta BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Bandara Internasional Adisucipto Yogyakarta Perusahaan Angkasa Pura I (Persero) Bandar Udara Internasional Adisutjipto Yogyakarta merupakan Bandar Udara

Lebih terperinci

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: IKSAN ISMANTO J300003 PROGRAM STUDI GIZI DIII FAKULTAS

Lebih terperinci

Hubungan Paparan Kebisingan dan Karakteristik Pengemudi Becak Vespa Terhadap Tekanan Darah Di Kota Padangsidimpuan Tahun 2013 Oleh

Hubungan Paparan Kebisingan dan Karakteristik Pengemudi Becak Vespa Terhadap Tekanan Darah Di Kota Padangsidimpuan Tahun 2013 Oleh Hubungan Paparan Kebisingan dan Karakteristik Pengemudi Becak Vespa Terhadap Tekanan Darah Di Kota Padangsidimpuan Tahun 2013 Oleh Nurul Hidayah Nasution¹, Nurmaini, Devi Nuraini Santi². ¹Program Sarjana

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 56 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1.Jenis Penelitian dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari hasil penelitian Pengembangan Surveilans Faktor Risiko Penyakit dan

Lebih terperinci

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan.

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan. PERBEDAAN TEKANAN DARAH DAN GANGGUAN PSIKOLOGIS PADA TENAGA KERJA TERPAPAR KEBISINGAN DI UNIT BOILER PT. INDO ACIDATAMA Tbk. KEMIRI, KEBAKKRAMAT, KARANGANYAR Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 36 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam dan Ilmu Gizi 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di area

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit & BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh penduduk di dunia. Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolic

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. observasional dengan pendekatan cross sectional (potong lintang). Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. observasional dengan pendekatan cross sectional (potong lintang). Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan cross sectional (potong lintang). Penelitian ini membagi sampel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebisingan menurutpermenakertrans No. 13 Tahun 2011Nilai Ambang Batas (NAB) faktor fisika yaitu Intensitas bising adalah Suara yang tidak diinginkan akan memberikan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PAPARAN KEBISINGAN PADA PEKERJA DENGAN NOISE INDUCED HEARING LOSS (NIHL) DI PTPN XIII PMS GUNUNG MELIAU

HUBUNGAN PAPARAN KEBISINGAN PADA PEKERJA DENGAN NOISE INDUCED HEARING LOSS (NIHL) DI PTPN XIII PMS GUNUNG MELIAU HUBUNGAN PAPARAN KEBISINGAN PADA PEKERJA DENGAN NOISE INDUCED HEARING LOSS () DI PTPN XIII PMS GUNUNG MELIAU 1 2 3 Nisa Amalia, Idjeriah Rossa, Rochmawati CORRELATION OF NOISE EXPOSURE AND NOISE INDUCED

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit jantung dan pembuluh darah. Berdasarkan laporan WHO tahun 2005, dari 58 juta kematian di dunia,

Lebih terperinci

Hubungan Pajanan Kebisingan dengan Tekanan Darah dan Denyut Nadi pada Pekerja Industri Kemasan Semen

Hubungan Pajanan Kebisingan dengan Tekanan Darah dan Denyut Nadi pada Pekerja Industri Kemasan Semen Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia 16 (1), 2017, 29-36 DOI : 10.14710/jkli.16.1.29-36 Hubungan Pajanan Kebisingan dengan Tekanan Darah dan Denyut Nadi pada Pekerja Industri Kemasan Semen Siswati 1,

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Penelitian Faktor-faktor Risiko Hipertensi Pada Jamaah Pengajian Majelis Dzikir SBY Nurussalam Tahun 2008 dilakukan dengan menggunakan desain penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara berkembang. Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tidak ada gejala yang

Lebih terperinci

Blood Pressure and Noise (Studies to Meubel Employees at Bukir Village, Gadingrejo District, Pasuruan City)

Blood Pressure and Noise (Studies to Meubel Employees at Bukir Village, Gadingrejo District, Pasuruan City) Tekanan Darah dan Kebisingan (Studi pada Pekerja Mebel di Kelurahan Bukir Kecamatan Gadingrejo Kota Pasuruan) Blood Pressure and Noise (Studies to Meubel Employees at Bukir Village, Gadingrejo District,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini akan di laksnakan di Kelurahan Paguyaman

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini akan di laksnakan di Kelurahan Paguyaman BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan waktu penelitian 3.1.1 Lokasi Lokasi penelitian ini akan di laksnakan di Kelurahan Paguyaman Kecamatan Kota Tengah. 3.1.2 Waktu Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang UPT. Balai Yasa Yogyakarta merupakan satu dari empat Balai Yasa yang dimiliki oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero). UPT. Balai Yasa Yogyakarta adalah industri yang

Lebih terperinci

memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat

memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat 2 Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, penyakit jantung koroner, pembuluh darah jantung dan otot jantung.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja. Hal ini dapat dilihat dengan semakin banyak industri yang ada di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. kerja. Hal ini dapat dilihat dengan semakin banyak industri yang ada di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pembangunan industri di indonesia telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Sebagian besar waktu usia produktif akan dilewatkan di tempat kerja. Hal ini

Lebih terperinci

Kata Kunci: Umur, Jenis Kelamin, IMT, Kadar Asam Urat

Kata Kunci: Umur, Jenis Kelamin, IMT, Kadar Asam Urat HUBUNGAN ANTARA UMUR, JENIS KELAMIN DAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KADAR ASAM URAT DARAHPADA MASYARAKAT YANG DATANG BERKUNJUNG DI PUSKESMAS PANIKI BAWAH KOTA MANADO Jilly Priskila Lioso*, Ricky C. Sondakh*,

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan studi cross-sectional untuk melihat gambaran secara deskriptif analisis mengenai faktor-faktor risiko penyakit kardiovaskular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi di bidang industri menyebabkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi di bidang industri menyebabkan terjadinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan teknologi di bidang industri menyebabkan terjadinya perubahan proses produksi. Sebelum kemajuan teknologi, pekerjaan di bidang industri hanya menggunakan alat

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 111 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Keadaan Geografis DKI Jakarta terletak di 6 0 12 lintang selatan dan 106 0 48 bujur timur dengan luas wilayah 661,26 km2, berupa daratan 661.52 km2 dan lautan 6,977,5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatnya berbagai fasilitas dan pelayanan kesehatan serta kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan hidup (UHH) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini perkembangan berbagai penyakit degeneratif sangatlah pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang mengiringi proses penuaan. Penyakit degeneratif

Lebih terperinci

PENGARUH RELAKSASI BENSON TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS DENPASAR TIMUR II TAHUN 2014

PENGARUH RELAKSASI BENSON TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS DENPASAR TIMUR II TAHUN 2014 PENGARUH RELAKSASI BENSON TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS DENPASAR TIMUR II TAHUN 2014 Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan OLEH : I KETUT ERI DARMAWAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No.1 Juli 2016 Basit, e.t al., Hubungan Lama Kerja dan Pola Istirahat HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di RSUD RAA Soewondo Pati dan dilakukan. pada 1Maret 2016 sampai dengan bulan 1 April 2016.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di RSUD RAA Soewondo Pati dan dilakukan. pada 1Maret 2016 sampai dengan bulan 1 April 2016. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang ilmu kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP STRES KERJA PADA PEKERJA BAGIAN WEAVING DI PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA

PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP STRES KERJA PADA PEKERJA BAGIAN WEAVING DI PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP STRES KERJA PADA PEKERJA BAGIAN WEAVING DI PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan RATIH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Negara-negara industri dan kota-kota besar di seluruh dunia, bising merupakan masalah utama kesehatan kerja. Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEBISINGAN DAN BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA PADA PEKERJA UNIT PERBAIKAN DI PT. KAI DAOP VI YOGYAKARTA DIPO SOLO BALAPAN

HUBUNGAN ANTARA KEBISINGAN DAN BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA PADA PEKERJA UNIT PERBAIKAN DI PT. KAI DAOP VI YOGYAKARTA DIPO SOLO BALAPAN HUBUNGAN ANTARA KEBISINGAN DAN BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA PADA PEKERJA UNIT PERBAIKAN DI PT. KAI DAOP VI YOGYAKARTA DIPO SOLO BALAPAN Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian. Gambar 3.1 Flow Chart

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan upaya pembangunan kesehatan dapat diukur dengan menurunnya angka kesakitan, angka kematian umum dan bayi, serta meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH). Pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah penelitian penjelasan eksplanatory reseach dimana menjelaskan hubungan antara variabel bebas dan variabel

Lebih terperinci

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta KES MAS ISSN : 1978-0575 HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN, STATUS EKONOMI DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU PADA ORANG DEWASA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUAN-TUAN KABUPATEN KETAPANG

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sam Ratulangi Manado FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA PASIEN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS AIRMADIDI KABUPATEN MINAHASA UTARA Merlisa C. Talumewo*, Budi T. Ratag*, Jantje D. Prang** *Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri akan selalu diikuti oleh penerapan teknologi tinggi penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri akan selalu diikuti oleh penerapan teknologi tinggi penggunaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri akan selalu diikuti oleh penerapan teknologi tinggi penggunaan bahan dan peralatan yang semakin kompleks dan rumit. Namun demikian, penerapan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia mencapai tahap industrialisasi, yaitu adanya berbagai macam industri yang ditunjang dengan

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIIT RENDAH GARAM PADA PASIEN HIPERTENSI DI KAMPUNG MEKAR SARI KABUPATEN TANGERANG

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIIT RENDAH GARAM PADA PASIEN HIPERTENSI DI KAMPUNG MEKAR SARI KABUPATEN TANGERANG HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIIT RENDAH GARAM PADA PASIEN HIPERTENSI DI KAMPUNG MEKAR SARI KABUPATEN TANGERANG Hera Hastuti 1, Intan Adi Tyastuti 2 1. Prodi S1 Keperawatan dan Ners Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban ganda, di satu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. finishing yang terdiri dari inspecting dan folding. Pengoperasian mesinmesin

BAB I PENDAHULUAN. finishing yang terdiri dari inspecting dan folding. Pengoperasian mesinmesin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri textile merupakan industri yang sebagian proses produksinya menggunakan mesin dengan teknologi tinggi, misalnya seperti mesin winding, warping, zising, riching,

Lebih terperinci

Kadar Kolesterol Tinggi Dan Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kadar Kolesterol Darah

Kadar Kolesterol Tinggi Dan Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kadar Kolesterol Darah Kajian Kadar Kolesterol Tinggi Dan Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kadar Kolesterol Darah Maratu Soleha Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Badan Litbangkes Kemenkes RI e-mail: maratu@litbang.depkes.go.id

Lebih terperinci

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo.

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo. 102 KERANGKA PEMIKIRAN Orang dewasa 15 tahun seiring dengan bertambahnya umur rentan menjadi gemuk. Kerja hormon menurun seiring dengan bertambahnya umur, yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan metabolisme

Lebih terperinci

Kata Kunci: Aktivitas Fisik, Kebiasaan Merokok, Riwayat Keluarga, Kejadian Hipertensi

Kata Kunci: Aktivitas Fisik, Kebiasaan Merokok, Riwayat Keluarga, Kejadian Hipertensi FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI YANG BERUSIA 40 TAHUN KE ATAS DI KELURAHAN BAHOI KECAMATAN TAGULANDANG KABUPATEN SIAU TAGULANDANG BIARO Indra Galia Kudati*, Budi

Lebih terperinci

VI. DAMPAK PENINGKATAN VOLUME LALU LINTAS TERHADAP LINGKUNGAN. Volume lalu lintas pada dasarnya merupakan proses perhitungan yang

VI. DAMPAK PENINGKATAN VOLUME LALU LINTAS TERHADAP LINGKUNGAN. Volume lalu lintas pada dasarnya merupakan proses perhitungan yang VI. DAMPAK PENINGKATAN VOLUME LALU LINTAS TERHADAP LINGKUNGAN 6.1 Peningkatan Volume Lalu Lintas Volume lalu lintas pada dasarnya merupakan proses perhitungan yang berhubungan dengan jumlah gerakan per

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini, kota-kota di Indonesia telah mengalami perkembangan yang sangat

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini, kota-kota di Indonesia telah mengalami perkembangan yang sangat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, kota-kota di Indonesia telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama pada sarana transportasi dan perluasan daerah pemukiman. Dampak dari perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh darah arteri koroner dimana terdapat penebalan dalam dinding pembuluh darah disertai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pembangunan industri di Indonesia telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pembangunan industri di Indonesia telah mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pembangunan industri di Indonesia telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal ini dapat dilihat dengan semakin banyak industri yang berdiri di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahap yang harus dibuat sebelum melakukan penelitian, karena pada bab ini akan membahas dan menjelaskan tentang langkah-langkah yang akan di

Lebih terperinci

Rizqi Mufidah *), Dina Rahayuning P **), Laksmi Widajanti **)

Rizqi Mufidah *), Dina Rahayuning P **), Laksmi Widajanti **) HUBUNGAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI, TINGKAT AKTIVITAS FISIK DAN KARAKTERISTIK KELUARGA DENGAN RISIKO KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DAWE, KUDUS Rizqi Mufidah *), Dina

Lebih terperinci

Kata kunci : profil potensial otak, kebisingan,hipertensi

Kata kunci : profil potensial otak, kebisingan,hipertensi ANALISIS PERUBAHAN PROFIL POTENSIAL OTAK AKIBAT KEBISINGAN PADA PENDERITA HIPERTENSI Istiqomah (080810493), Ir. Welina Ratnayanti, Drs. Tri Anggoro Prijo ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

sebanyak 23 subyek (50%). Tampak pada tabel 5 dibawah ini rerata usia subyek

sebanyak 23 subyek (50%). Tampak pada tabel 5 dibawah ini rerata usia subyek BAB 4 HASIL PENELITIAN Penelitian telah dilaksanakan dari bulan Oktober 2011 sampai dengan Desember 2011 di instalasi rawat jalan Ilmu Penyakit Saraf RSUP Dr.Kariadi Semarang. Pengambilan subyek penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian dan Waktu Pelaksanaan Lokasi penelitian dilaksanakan di sekitar kawasan PLTD Telaga Kota Gorontalo dan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat. Waktu penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan salah satunya

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan salah satunya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Merokok merupakan suatu kebiasaan buruk yang sudah di kenal sejak lama oleh hampir seluruh masyarakat di dunia dan cenderung meningkat, terutama di kalangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi alam dan masyarakat saat ini yang sangat kompleks membuat banyak bermunculan berbagai masalah-masalah kesehatan yang cukup dominan khususnya di negara negara

Lebih terperinci

PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP PENURUNAN DAYA DENGAR PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI DESA BANGUN ASRI KARANG MALANG SRAGEN

PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP PENURUNAN DAYA DENGAR PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI DESA BANGUN ASRI KARANG MALANG SRAGEN digilib.uns.ac.id 1 PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP PENURUNAN DAYA DENGAR PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI DESA BANGUN ASRI KARANG MALANG SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Keywords : Noise Intensity, Hearing Threshold Values, Ground Handling Labor

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Keywords : Noise Intensity, Hearing Threshold Values, Ground Handling Labor HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN DI LINGKUNGAN KERJA DENGAN NILAI AMBANG DENGAR TENAGA KERJA GROUND HANDLING BANDAR UDARA INTERNASIONAL SAM RATULANGI MANADO. Jootje. M. L. Umboh *, Hengky. Loho *,

Lebih terperinci