BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rukun Tetangga (RT) dan 3 Rukun Warga (RW). Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Tapa Kecamatan Kota Utara

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rukun Tetangga (RT) dan 3 Rukun Warga (RW). Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Tapa Kecamatan Kota Utara"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Paguyaman adalah satu dari 6 (Enam) kelurahan yang ada di kecamatan kota tengah dengan luas 0,75 Km 2 terdiri dari 4 (empat) lingkungan, 9 Rukun Tetangga (RT) dan 3 Rukun Warga (RW). Batas - batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Tapa Kecamatan Kota Utara Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Pulubala Kecamatan Kota tengah. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Wongkaditi Barat Kecamatan Kota Utara Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Tomulabutao Kecamatan Dungingi penduduk Kelurahan Paguyaman berjumlah 3082 Jiwa, dengan laki-laki 1550 Jiwa dan perempuan 1532 jiwa dengan jumlah KK sebanyak 900 KK. Di Kelurahan Paguyaman terdapat Perusahaan Listrik Tenaga Diesel yang memiliki tingkat kebisingan yang cukup tinggi yang sangat mengganggu masyarakat sekitar yang berasal dari bunyi mesin-mesin yang berada di dalam PLTD, bunyi bising yang di timbulkan akan sangat terdengar jelas jika pada malam hari dan pada saat listrik padam. Hal ini pada awalnya sangat mengganggu masyarakat, tapi pada akhirnya sampai saat ini mereka sudah sangat terbiasa dengan bunyi yang di timbulkan dari PLTD tersebut. 35

2 Hasil Analisis Univariat Analisis univariat atau analisis deskriptif dilakukan untuk mendskripsikan dan melihat distribusi jumlah penderita hipertensi, riwayat keluarga, umur, kebiasaan merokok, jumlah rokok, lama tinggal dan intensitas kebisingan. Analisis data univariat dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS dan disajikan dalam bentuk tabel. a. Distribusi responden berdasarkan jumlah penderita hipertensi Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan kejadian Hipertensi Kejadian Hipertensi n % Ya ,2 Tidak , ,0 Dalam variabel kejadian hipertensi, sampel dikatakan Hipertensi apabila sampel menderita hipertensi dan dikatakan tidak hipertensi apabila sampel tidak pernah menderita hipertensi. Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 276 responden di kelurahan Paguyaman distribusi responden menderita hipertensi yaitu sebanyak 155 responden (56,2) dan yan tidak menderita hipertensi sebanyak 121 responden (43,8). Jadi dapat di simpulkan bahwa di kelurahan paguyaman bahwa banyak yang menderita hipertensi dari pada yang tidak menderita hipertensi.

3 37 b. Distribusi responden berdarkan kelompok umur Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Umur (Tahun) n % , , , , , , ,0 Tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 276 responden di kelurahan Paguyaman distribusi responden menurut umur menunjukkan bahwa responden terbanyak berumur antara tahun yaitu 87 orang (31,5 %) dan paling sedikit responden yang berumur tahun yaitu 6 orang (2,2 %). c. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis kelamin n % Perempuan ,5 Laki-Laki , ,0 Tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 276 responden di kelurahan Paguyaman distribusi responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 147 responden (53,5 %) dibanding responden yang berjenis kelamin Laki-Laki

4 38 yaitu sebanyak 129 responden (46,7 %). Jadi dapat di simpulkan jenis kelamin laki-laki lebih sedikit dari pada jenis kelamin perempuan. d. Distibusi responden berdasarkan riwayat keluarga Dalam penelitian ini riwayat hipertensi adalah kejadian hipertensi yang pernah di derita oleh keluarga sedarah responden yaitu orang tua atau saudara kandung. Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Keturunan Riwayat keturunan n % Ya ,4 Tidak , ,0 Tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 276 responden di kelurahan Paguyaman distribusi responden memiliki riwayat keturunan yaitu sebanyak 153 orang (55,4 %) dan responden yang tidak memiliki riwayat keturunan sebanyak 123 orang (44,6 %). Jadi dapat di simpulkan bahwa di kelurahan paguyaman responden yang memiliki riwayat keturunan lebih banyak dari pada yang tidak memiliki riwayat keturunan. e. Distribusi responden berdasarkan kebiasaan merokok Dalam Penelitian ini kebiasaan merokok adalah kebiasaan yyang di lakukan oleh responden selama satu bulan terakhir sampai penelitian ini di lakukan.

5 39 Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok Kebiasaan Merokok n % Ya ,1 Tidak , ,0 Tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 276 responden di kelurahan Paguyaman distribusi responden yang merokok terdapat 130 responden (46,7%) dan sebanyak 146 responden (53,5%) yang bukan merupakan perokok. f. Distribusi responden berdasarkan jumlah rokok Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan jumlah Rokok perhari Rokok (batang perhari) n % , , , , , ,0 Tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 130 responden di kelurahan Paguyaman distribusi responden dengan jumlah rokok yang sedikit berada di sekitaran batang perhari yaitu 2 responden (1,5%) dan yang paling banyak yaitu diantara batang perhari yaitu sebanyak 78 responden(60%).

6 40 g. Distribusi responden berdasarkan lama tinggal Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Tinggal Lama Tinggal (Tahun) n % < , , ,0 Dari Tabel 4.8 menunjukkan bahwa dari 276 responden di kelurahan Paguyaman distribusi responden terdapat 177 responden (64,1 %) yang tinggal di kelurahan paguyaman kurang dari 5 tahun dan 99 responden (35,9 %) yang tinggal lebih dari sama dengan 5 tahun. h. Distribusi responden berdasrkan intensitas kebisingan Intensitas paparan kebisingan di kategorikan menjadi dua bagian, kurang dari 85 db dan lebih dari sama dengan 85 db. Pengambilan angka 85 db ini di dasarkan pada nilai ambang batas menurut Kep. Menakertrans No 51 tahun 1999 sebesar 85 db. Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Intensitas Kebisingan Kebisingan(dB) n % ,4 < , ,0 Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 276 responden di kelurahan Paguyaman distribusi responden yang di kelurahan Paguyaman sebanyak 186 responden

7 41 (67,4%) terpapar intensitas kebisingan lebih dari sama dengan 55dB sedangkan 90 responden (32,6%) terpapar dengan kebisingan kurang dari 55dB Hasil Analisis Bivariat Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat serta besarnya risiko variabel bebas terhadap variabel terikat, yakni menggunakan analisa bivariat, dengan tingkat kemaknaan ά = 0,05. a. Hubungan Umur dengan dengan Kejadian Hipertensi Hubungan Umur dengan kejadian Hipertensi disajikan pada tabel 4.. Tabel 4.10 Hubungan Umur dengan Kejadian Hipertensi Umur (Tahun ) Kejadian Hipertensi Tidak Hipertensi Hipertensi n % n % n % χ2 OR Nilai Probabilitas > , , ,0 2, , , ,0 10,5 Lower = 1,4 69 % , , ,0 Upper = 3,6 Sumber : Data Primer Dari hasil analisis hubungan antara umur dengan kejadian Hipertensi diperoleh bahwa responden yang berumur lebih dari 40 tahun yang memiliki hipertensi berjumlah 97 responden (62,6%) dan yang berumur kurang dari sama dengan 40 tahun yang menderita hipertensi berjumlah 58 responden (37,4%), sedangkan responden yang lebih dari 40 tahun yang tidak hipertensi berjumlah 52 responden (42,9%) dan kurang dari sama dengan 40 tahun yang tidak

8 42 hipertensi berjumlah 69 responden (57,0%). Hasil uji statistik didapatkan nilai chi square = 10,515 (x 2 =3,841) maka dapat disimpulkan ada hubungan umur dengan kejadian yaitu hipertensi. Nilai OR untuk umur yaitu 2,219 dengan nilai Lower 1,366 dan nilai Upper 3,605 hal ini dapat di simpulkan bahwa umur lebih dari sama dengan 40 tahun memiliki risiko 2,219 kali besar untuk menderita hipertensi di bandingakan yang kurang dari 40 tahun. b. Hubungan Jenis Kelamin dengan kejadian Hipertensi Hubungan Jenis Kelamin dengan kejadian Hipertemsi disajikan pada tabel Tabel 4.11 Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Hipertensi Jenis Kelamin Kejadian Hipertensi Hipertensi Tidak Hipertensi χ2 OR Nilai Probabilitas n % n % n % Perempuan 80 51, , ,2 0,9 Laki-Laki 75 48, , ,7 0,386 Lower = 0, , 0 Upper = 1,4 Sumber : Data Primer 47,4 % Dari hasil analisis hubungan antara jenis kelamin dengan Kejadian Hipertensi diperoleh bahwa responden yang berjenis kelamin wanita yang memiliki hiperntsi berjumlah 80 responden (51,5%) dan untuk jenis kelamin laki-laki yang memiliki hipertensi berjumlah 75 responden (48,4%), sedangakan berjenis kelamin perempuan yang tidak hipertensi berjumlah 67 responden (55,4%) dan yang berjenis kelamin laki-laki yang tidak hipertensi berjumlah 54 responden (44,6%).

9 43 Hasil uji statistik didapatkan nilai chi square = 0,535 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan jenis kelamin dengan kejadian hipertensi. Nilai OR untuk jenis kelamin 0,860 dengan nilai Lower 0,533 dan nilai Upper 1,385 hal ini dapat di simpulkan bahwa pada jenis kelamin perempuan memiliki risiko 0,860 kali lebih besar menderita hipertensi di bandingakan responden berjenis kelamin Laki-Laki. c. Hubungan Riwayat Keluarga dengan kejadian Hipertensi Hubungan Riwayat Keluarga dengan kejadian Hipertensi disajikan pada tabel Tabel 4.12 Hubungan Riwayat Keluarga dengan Kejadian Hipertensi Riwayat Keluarga Kejadian Hipertensi Hipertensi Tidak Hipertensi χ2 OR Nilai Probabilitas n % n % n % Ya , , ,4 5,4 Tidak 42 27, , ,6 43,67 Lower = 3,2 84,4% , , ,0 Upper = 9.1 Sumber : Data Primer Dari hasil analisis hubungan antara riwayat keluarga dengan Kejadian Hipertensi diperoleh bahwa responden yang memiliki riwayat keluarga yang menderita hipertensi dan menderita hipertensi berjumlah 113 responden (73,0%) dan yang tidak memiliki riwayat keluarga yang menderita hipertensi dan menderita hipertensi berjumlah 42 responden (27,0%), sedangkan yang menmiliki riwayat keluarga yang menderita hipertensi tapi tidak hipertensi berjumlah 40 responden (33,0%) dan yang tidak memiliki riwayat keluarga yang menderita

10 44 hipertensi dan tidak menderita hipertensi berjumlah 81 responden (67,0%). Hasil uji statistik didapatkan nilai chi square = 43,67 maka dapat disimpulkan ada hubungan antara riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi. Nilai OR untuk Riwayat Keturunan yaitu 5,448 dengan nilai Lower 3,224 dan nilai Upper 9,151 hal ini dapat di simpulkan bahwa riwayat keluarga 5,448 kali lebih besar menderita hipertensi di bandingakan responden yang tidak mempunyai riwayat keluarga yang hipertensi. d. Hubungan Merokok dengan kejadian Hipertensi Hubungan Merokok dengan kejadian Hipertensi disajikan pada tabel 4.13 Tabel 4.13 Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Hipertensi Kebiasaan Merokok Kejadian Hipertensi Hipertensi Tidak Hipertensi n % n % n % χ2 OR Nilai Probabilitas Ya 80 51, , ,1 1,5 Tidak 75 48, , ,9 2,88 Lower = 0,9 60% , , ,0 Upper = 2,4 Sumber : Data Primer Dari hasil analisis hubungan antara kebiasaan merokok dengan Kejadian Hipertensi diperoleh bahwa responden yang memiliki kebiasaan merokok yang menderita hipertensi berjumlah 80 responden (51,6%) dan yang tidak memiliki kebiasaan merokok dan menderita hipertensi berjumlah 75 responden (48,4%), sedangkan yang memiliki kebiasaan merokok dan tidak hipertensi berjumlah 50 responden (41,3%) dan yang tidak memiliki kebiasaan merokok dan tidak hipertensi berjumlah 71 responden (58,7%). Hasil uji statistik didapatkan nilai chi

11 45 square = 2,88 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi. Nilai OR pada kebiasaan merokok yaitu 1,515 dengan nilai Lower 0,937 dan nilai Upper 2,447 hal ini dapat di simpulkan bahwa kebiasaan merokok memiliki risiko 1,515 kali lebih besar menderita hipertensi di bandingakan responden yang tidak mempunyai kebiasaan merokok. e. Hubungan intensitas kebisingan dengan kejadian Hipertensi Hubungan intensitas kebisingan dengan kejadian Hipertensi disajikan pada tabel Intensitas Kebisingan (db) Tabel 4.14 Hubungan Intensitas Kebisingan dengan Kejadian Hipertensi Kejadian Hipertensi Tidak Hipertensi Hipertensi n % n % n % , ,4 < , ,6 2,87 Lower = 0, , , ,0 Upper = 1,1 Sumber : Data Primer χ2 OR Nilai Probabilitas 0,6 60% Dari hasil analisis hubungan antara kebiasaan kebisingan dengan Kejadian Hipertensi diperoleh bahwa responden yang terpapar dengan kebisingan lebih dari sama dengan 55 db dan menderita hipertensi berjumlah 111 responden (71,6%) dan yang terpapar dengan kebisingan kurang dari 55 db dan menderita hipertensi bejumlah 44 responden (28,4%), sedangkan yang terpapar dengan kebisingan lebih dari sama dengan 55 db dan tidak hipertensi berjumlah 75 responden (62%) dan yang terpapar dengan kebisingan kurang dari 55 db dan tidak hipertensi

12 46 berjumlah 46 responden (38%). Hasil uji statistik didapatkan nilai chi square = 2,87 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara intensitas kebisingan dengan kejadian hipertensi. Nilai OR pada intensitas kebisingan yaitu 0,6 dengan nilai Lower 0,4 dan nilai Upper 1,1 hal ini dapat di simpulkan bahwa intensitas kebisingan lebih dari sama dengan 55 Db memiliki risiko 0,6 kali lebih besar menderita hipertensi di bandingakan responden yang tidak tidak terpapar dengan kebisingan kurang dari 55 db. 4.1 PEMBAHSAN Subjek yang dijadikan responden dalam penelitian ini adalah Masyarakat yang berada di Kelurahan Paguyaman Kecamatan Kota Tengah. subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 276 Responden. berdasrakan data deskriptif menunjukan bahwa di Kelurahan Paguyaman di peroleh bahwa dari 276 responden yang menderita hipertensi berjumlah 155 responden (56,2) dan yang tidak menderita hipertensi berjumlah 122 responden (43,8). Berdasarkan data di atas menunjukan bahwa sebagian besar masyarakat di Kelurahan Paguyaman menderita hipertensi, dari wawancara dengan para responden di temukan bahwa penderita terbanyak berumur lebih dari 40 tahun dan berjenis kelamin perempuan selain faktor tersebut riwayat keluarga dan kebiasaan merokok juga merupakan faktor dari banyak penderita hipertensi

13 47 banyak di kelurahan tersebut. Sedangkan untuk intensitas kebisingan hanya sedikit responden yang terpapar dengan kebisingan lebih dari sama dengan 85 db. a. Hubungan antara umur dengan kejadian Hipertensi Dari 276 responden di kelurahan Paguyaman kejadian hipertensi lebih banyak pada kelompok umur lebih 40 tahun prevalensinya 62,6 % dan pada kelompok kurang dari sama dengan 40 tahun prevalensinya 37,4 %. Uji statistik dengan chi square test menunjukan ada hubungan bermakna antara umur dengan kejadian hipertensi, dengan nilai chi square = 10,515 (x 2 =3,841) maka dapat disimpulkan ada hubungan umur dengan kejadian yaitu hipertensi antara umur dengan kejadian hipertensi pada masyarakat di kelurahan Paguyaman. Sedangkan Odss Ratio (OR) faktor risiko umur terhadap gangguan hipertensi adalah 2,219 dengan nilai Lower 1,366 dan nilai Upper 3,605 hal ini dapat di simpulkan bahwa umur lebih dari sama dengan 40 tahun memiliki risiko 2,219 kali besar untuk menderita hipertensi di bandingakan yang kurang dari 40 tahun. Banyaknya responden yang menderita hipertensi di atas umur 40 tahun hal ini di disebabkan pada umur 40 tahun keatas lebih rentan terkena hipertensi, hal ini juga di sebabkan responden yang di wawancarai bnayk yang berumur lebih dari 40 tahun, sehingga kemungkinan yang akan bnayk menderita hipertensi ini adalah responden dengan umur lebih dari 40 tahun Menurut bannet (1997) bahwa umur akan cenderung mempengaruhi daya tahan tubuh terhadap kejadian suatu penyakit. Semakin bertambah umur seseorang akan semakin menurun pula daya tahan tubuh seseorang.

14 48 Dengan bertambahnya umur, risiko terjadinya hipertensi meningkat. Hipertensi bisa terjadi pada segala usia, namun paling sering dijumpai pada usia 35 tahun atau lebih. Hal ini disebabkan oleh perubahan alami pada jantung, pembuluh darah dan hormon. Apabila perubahan tersebut disertai faktor-faktor lain maka bisa memicu terjadinya hipertensi. Penelitian sejenis yang di lakukan oleh Rosidah tentang umur yaitu mengatakan bahwa umur merupakan factor risiko dari kejadain hipertensi, tekanan darah meningkat pada usia lanjut, tekanan darah sitolik akan meningkat secara perlahan pada umur 40 tahun dan akan terus meningkat curam setalah umur 40 tahun. b. Hubungan antara Jenis kelamin dengan kejadian hipertensi. Kejadian hipertensi lebih banyak pada responden dengan jenis kelamin peremapuan dengan prevalensi 51,5% dan pada responden berjenis kelamin lakilaki prevalensinya 48,4%. Uji statistik dengan chi square test menunjukan ada hubungan bermakna antara umur dengan kejadian hipertensi, dengan hasil nilai chi square = 0,535 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan jenis kelamin dengan kejadian hipertensi pada masyarakat di kelurahan Paguyaman. Sedangkan Odss Ratio (OR) faktor risiko umur terhadap gangguan hipertensi adalah 0,860 dengan nilai Lower 0,533 dan nilai Upper 1,385 hal ini dapat di simpulkan bahwa pada jenis kelamin perempuan memiliki risiko 0,860 kali lebih besar menderita hipertensi di bandingakan responden berjenis kelamin Laki-Laki. Responden yang menderita hipertensi di kelurahan paguyaman untuk jenis kelamin hampir seimbang yang walaupun lebih dominan disini adalah jenis

15 49 kelamin perempuan. Hal ini dapat di lihat dari hasil analsis yang telah di lakukan bahwa responden yang paling banyak adalah responden perempuan sedangkan jika di lihat dari hasil OR di dapatkan bahwa jenis kelamin ini merupakan faktor protektif dari kejadian hipertensi. Hal ini dapat menjelaskan bahwa penderita hipertensi tidak mengenal jenis kelamin laki-laki atau perempuan. Jenis Kelamin merupakan faktor protektif pada kejadian hipertensi yaitu karena pada jenis kelamin perempuan dan jenis kelamin laki-laki jumlah penderita hipertensi hampir seimbang. Menurut Beevers wanita cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dari pada pria pada usia sama, meskipun perbedaaan di antara jenis kelamin kurang tampak pada usia 50 tahun. Penyebabnya, sebelum menopouse,wanita relatif terlindung dari penyakit jantung dan hormon estrogen. Kadar estrogen menurun setelah menopouse dan wanita mulai menyamai pria dalam hal penyakit jantung. c. Hubungan antara riwayat keluarga dengan kejadain hipertensi Dari 276 responden hipertensi di Kelurahan paguyaman yang tidak mempunyai riwayat hipertensi dan memiliki hipertensi prevalensinya sebanyak 26,5% dan yang mempunyai riwayat keluarga dan memiliki hipertensi prevalensinya sebanyak 72,9%. Dalam penelitian ini riwayat hipertensi adalah kejadian hipertensi yang pernah diderita oleh keluarga sedarah responden yaitu orangtua atau saudara kandung. Uji statistik dengan chi square test menunjukan ada hubungan bermakna antara umur dengan kejadian hipertensi, dengan hasil nilai chi square = 43,67 maka dapat disimpulkan ada hubungan antara riwayat

16 50 keluarga dengan kejadian hipertensi pada masyarakat di kelurahan Paguyaman. Sedangkan Odss Ratio (OR) faktor risiko umur terhadap gangguan hipertensi adalah 5,448 dengan nilai Lower 3,224 dan nilai Upper 9,151 hal ini dapat di simpulkan bahwa riwayat keluarga 5,448 kali lebih besar menderita hipertensi di bandingakan responden yang tidak mempunyai riwayat keluarga yang hipertensi. Dari hasil wawancara yang telah di lakukan di dapatkan hasil bahwa penderita hipertensi ini berasal dari keturunan atau keluarga orang tua mereka dalam hal ini ayah atau ibu yang menderita hipertensi, walaupun tidak menutup kemungkinan bahwa disini juga ada riwayat dari kakek atau nenek penderita. Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti dengan ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak pada kembar monozigot (satu sel telur) daripada heterozigot (berbeda sel telur). Seorang penderita yang mempunyai sifat genetik hipertensi primer (esensial) apabila dibiarkan secara alamiah tanpa intervensi terapi, bersama lingkungannya akan menyebabkan hipertensinya berkembang dan dalam waktu sekitar tahun akan timbul tanda dan gejala (Qiu, 2003 : 130). Hal tersebut menunjukan bahwa responden yang mempunyai keluarga yang menderita hipertensi mempunyai risiko mempunyai penyakit hipertensi. Hasil penelitian ini sejalan dengan dengan penelitian yang di lakukan oleh Sugiharto bahwa riwayat keturunan merupakan faktor risiko dari kejadian hipertensi. Jika seorang dari orang tua kita mempunyai hipertensi maka sepanjang hidup kita mempunyai 25% kemungkinan mendapatkannya pula. Jika kedua orang tua kita mempunyai hipertensi, kemungkunan kita mendapatkan penyakit tersebut 60%.

17 51 d. Hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi Dari 276 responden hipertensi di Kelurahan paguyaman yang mempunyai kebiasaan merokok dan memiliki hipertensi prevalensinya sebanyak 51,0% dan yang tidak mempunyai kebiasaan merokok dan memiliki hipertensi prevalensinya sebanyak 49,0%. dengah hasi chi square = 2,88 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi pada masyarakat di Kelurahan Paguyman. Sedangkan Odss Ratio (OR) faktor risiko umur terhadap gangguan hipertensi adalah 1,515 dengan nilai Lower 0,937 dan nilai Upper 2,447 hal ini dapat di simpulkan bahwa kebiasaan merokok memiliki risiko 1,515 kali lebih besar menderita hipertensi di bandingakan responden yang tidak mempunyai kebiasaan merokok. Responden yang menderita hipertensi di keluarahan paguyaman lebih banyak memiliki kebiasaan merokok, dari hasil wawancara yang di lakukan kebiasaan merokok ini bukan hanya pada laki-laki tapi perempuan pun memiliki kebiasaan tersebut, sehingga untuk kejadian hipertensi antara laki-laki dan perempuan hampir seimbang. Hal ini didukung oleh teori bahwa apapun yang menimbulkan ketegangan pembuluh darah dapat menaikkan tekanan darah, termasuk nikotin yang ada dalam rokok. Nikotin merangsang sistem saraf simpatik, sehingga pada ujung saraf tersebut melepaskan hormon stres norephinephrine dan segera mengikat hormon receptor-. Hormon ini mengalir dalam pembuluh darah ke seluruh tubuh. Oleh karena itu, jantung akan berdenyut lebih cepat dan pembuluh darah akan mengkerut. Selanjutnya akan menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan

18 52 menghalangi arus darah secara normal, sehingga tekanan darah akan meningkat.(kodyat, 2008 : 76) Kandungan nikotin dan zat senyawa kimia yang cukup berbahaya yang terdapat pada rokok juga memberikan peluang besar seseorang menderita hipertensi terutama pada mereka yang termasuk dalam perokok aktif. Tak hanya mengkibatkan hipertensi, zat rokok yang terhirup dan masuk ke dalam tubuh akan meningkatkan resiko pada penyakit diabetes mellitus, serangan jantung dan stroke. Penelitian sebelumnya yang di lakukan oleh sugiarto Kebiasaan merokok, untuk perokok terbukti merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi dengan nilai p = 0,001; OR = 2,47; 95% CI = 1,44 4,23 mendpatkan bahwa ada hubungan merokok dengan kejadian hipertensi karena kandungan yang ada dalam rokok tersebut. e. Hubungan Intensitas Kebisingan dengan Hipertensi Dari 276 responden di Kelurahan Paguyaman bahwa responden yang terpapar dengan kebisingan lebih dari sama dengan 55 db dan menderita hipertensi berjumlah 111 responden (71,6%) dan yang terpapar dengan kebisingan kurang dari 55 db dan menderita hipertensi bejumlah 44 responden (28,4%), sedangkan yang terpapar dengan kebisingan lebih dari sama dengan 55 db dan tidak hipertensi berjumlah 75 responden (62%) dan yang terpapar dengan kebisingan kurang dari 55 db dan tidak hipertensi berjumlah 46 responden (38%). Hasil uji statistik didapatkan nilai chi square = 2,87 maka dapat disimpulkan tidak ada

19 53 hubungan antara intensitas kebisingan dengan kejadian hipertensi di Kelurahan Paguyaman. Nilai OR pada intensitas kebisingan yaitu 0,6 dengan nilai Lower 0,4 dan nilai Upper 1,1 hal ini dapat di simpulkan bahwa intensitas kebisingan lebih dari sama dengan 55 db 0,6 atau 37,5% kali lebih besar menderita hipertensi di bandingakan responden yang tidak tidak terpapar dengan kebisingan kurang dari 55 db Intensitas kebisingan di sini merupakan faktor protektif artinya intensitas kebisingan ini merupakan faktor pelindung dari terjadinya hipertensi di Kelurahan Paguyaman. Kebisingan ini berasal dari PLTD yang berada di kelurahana paguyaman. Kebisingan bisa di respon oleh otak yang merasakan pengalaman ini sebagai ancaman atau stress, yang kemudian berhubungan dengan pengeluaran hormon stress seperti epinephrine (hormon katekolamin yang disekresi oleh bagian mendula kelenjar adrenal dan sebuah neurotransmiter yang dilepas oleh neuronneuron tertentu yang bekerja aktif di sisten susunan saraf pusat), norepineprhrine (salah satu katakolamin alamia) dan cortisol (glukokortikoid alami utama yang disintesis dalam zona fasciculata cortex adrenalis; mempengaruhi metabolisme glukosa, protein, dan lemak dan memiliki aktivitas mineralokor tikoid yang cukup berarti). Stress akan mempengaruhi sistem saraf yang kemudian berpengaruh pada deyutan jantung, yang mengakibatkan perubahan tekanan darah. Stress yang berulang-ulang bisa menjadikan perubahan tekanan darah itu menetap. Peningkatan tekanan darah yang terus menerus akan berakibat pada hipertensi.

20 54 Penelitian sejenis yang di lakukan oleh rosidah bahwa ada hubungan antara intensitas bising dengan kejadian hipertensi pada masyarakat yang tinggal di sekitar lintasan kereta api. Nilai p value 0,022 dan besarnya rasio prevalens 1,483 CL 95% = 1,076 2,044 artinya prevalensi kejadian hipertensi pada wanita yang tinggal di daerah dengan intensitas bising yang melebihi nilai ambang batas 1,483 kali lebih besar dibandingkan yang tinggal di daerah dengan intensitas bising kurang dari nilai ambang batas.

SUMMARY ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI DI KELURAHAN PAGUYAMAN KECAMATAN KOTA TENGAH WAHYUNI GOBEL

SUMMARY ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI DI KELURAHAN PAGUYAMAN KECAMATAN KOTA TENGAH WAHYUNI GOBEL SUMMARY ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI DI KELURAHAN PAGUYAMAN KECAMATAN KOTA TENGAH WAHYUNI GOBEL 811409031 ABSTRAK Wahyuni Gobel. 2013. Analisis Faktor Risiko Kejadian Di Kelurahan Paguyaman

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. perempuan. Berdasarkan jenis kelamin menurut Suma mur (2014) memiliki

BAB V PEMBAHASAN. perempuan. Berdasarkan jenis kelamin menurut Suma mur (2014) memiliki BAB V PEMBAHASAN Pada penelitian ini untuk jenis kelamin pada responden seluruhnya adalah perempuan. Berdasarkan jenis kelamin menurut Suma mur (2014) memiliki kekuatan otot yang berbeda. Kekuatan otot

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini akan di laksnakan di Kelurahan Paguyaman

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini akan di laksnakan di Kelurahan Paguyaman BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan waktu penelitian 3.1.1 Lokasi Lokasi penelitian ini akan di laksnakan di Kelurahan Paguyaman Kecamatan Kota Tengah. 3.1.2 Waktu Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan hipertrofi/left ventricle

BAB I PENDAHULUAN. jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan hipertrofi/left ventricle BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang akan berlanjut kesuatuorgan target seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner

Lebih terperinci

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU Yeni Mulyani 1, Zaenal Arifin 2, Marwansyah 3 ABSTRAK Penyakit degeneratif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyebab utama kematian di dunia, yang bertanggung jawab atas 68% dari 56 juta kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Penyakit jantung koroner (CHD = coronary heart desease) atau penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan ancaman kesehatan. Penyakit

Lebih terperinci

HUBUNGAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RSUD Dr. MOEWARDI

HUBUNGAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RSUD Dr. MOEWARDI HUBUNGAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RSUD Dr. MOEWARDI Annisa Yuliana Salim, Anjar Nurrohmah Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Aisyiyah Surakarta ABSTRAK Pendahuluan; Penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) stroke adalah suatu gangguan fungsional otak dengan tanda dan gejala fokal maupun global, yang terjadi secara mendadak, berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi, dimana dua pertiganya terdapat di negara berkembang. Hipertensi menyebabkan 8 juta penduduk di

Lebih terperinci

Pentingnya mengenal faktor. usaha mencegah serangan Jantung

Pentingnya mengenal faktor. usaha mencegah serangan Jantung Pentingnya mengenal faktor resiko PJK dalam usaha mencegah serangan Jantung Pendahuluan Di Indonesia Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan problema kesehatan urutan urutan ke 6. Sementara tingkat kematian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Resiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok

I. PENDAHULUAN. Resiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok terbukti merupakan faktor risiko terbesar untuk mati mendadak. Resiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok dibandingkan dengan bukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Provinsi Gorontalo. Puskesmas Tapa didirikan pada tahun 1963 dengan luas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Provinsi Gorontalo. Puskesmas Tapa didirikan pada tahun 1963 dengan luas BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian a. Kondisi Puskesmas Tapa Puskesmas Tapa terletak di Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada remaja laki- laki di kelurahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada remaja laki- laki di kelurahan 23 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian Penelitian ini dilakukan pada remaja laki- laki di kelurahan Banyakprodo Tirtomoyo. Jumlah remaja laki- laki yang dilakukan pengukuran berjumlah

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI Lilies Sundari*, Merah Bangsawan** * Aulmni Jurusan Keperawatan Tanjungkarang ** Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang sundarililies@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia tidak dapat terhindar dari penurunan kondisi fisik, psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang dapat mengakibatkan gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat. World Health Organization (WHO) memperkirakan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang akan berlanjut ke suatu organ target seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner

Lebih terperinci

Karakteristik Umum Responden

Karakteristik Umum Responden mengonsumsinya, kelompok jarang jika belum tentu seminggu sekali mengonsumsinya dan kelompok tidak pernah jika tidak pernah makanan yg mengandung lemak jenuh. Makanan berlemak adalah makanan yang banyak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit hipertensi merupakan the silent disease karena orang tidak mengetahui dirinya terkena hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darah. Kejadian hipertensi secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari tidak jarang kita jumpai banyak orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah kesehatan yang ditimbulkan oleh merokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG Penyakit tidak menular terus berkembang dengan semakin meningkatnya jumlah penderitanya, dan semakin mengancam kehidupan manusia, salah satu penyakit tidak menular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 80 mmhg. 1

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2000, World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa dari statistik kematian didunia, 57 juta kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh penyakit

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Rumah Sakit Umum Daerah Prof. DR. H. Aloei Saboe Nomor 91 RT 1 RW 4

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Rumah Sakit Umum Daerah Prof. DR. H. Aloei Saboe Nomor 91 RT 1 RW 4 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah Prof. DR. H. Aloei Saboe Nomor 91 RT 1 RW 4 Kelurahan Wongkaditi Timur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi penyakit diabetes secara global diderita oleh sekitar 9% orang dewasa berusia 18 tahun ke atas pada tahun 2014. Diabetes menjadi penyebab besarnya jumlah

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan oleh adanya penyempitan pembuluh darah koroner.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu hal yang tidak bisa diabaikan oleh setiap umat manusia karena peranannya yang sangat penting dalam menentukan kualitas hidup seseorang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab IV ini membahas hasil penelitian yaitu analisa univariat. dan bivariat serta diakhiri dengan pembahasan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab IV ini membahas hasil penelitian yaitu analisa univariat. dan bivariat serta diakhiri dengan pembahasan. 51 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab IV ini membahas hasil penelitian yaitu analisa univariat dan bivariat serta diakhiri dengan pembahasan. 4.1. ANALISA UNIVARIAT Penelitian dilakukan di Rumah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kel.Wumialo, Kel.Dulalowo Timur, Kel.Dulalowo, Kel.Liluwo, Kel.Pulubala dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kel.Wumialo, Kel.Dulalowo Timur, Kel.Dulalowo, Kel.Liluwo, Kel.Pulubala dan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Geografi Puskesmas Dulalowo adalah puskesmas yang berada di Kecamatan Kota Tengah dengan luas wilayah kerja 307,125 km2

Lebih terperinci

METODE. Desain, Waktu dan Tempat

METODE. Desain, Waktu dan Tempat Kerangka pemikiran dalam penelitian ini disusun berdasarkan rangkuman tinjauan teori yang ada, khususnya mengenai hubungan antara satu faktor risiko dengan faktor risiko lain yang berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Semua suara yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Semua suara yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk meningkatkan produktivitas perusahaan pemerintah telah mengambil kebijakan khususnya tentang kesehatan dan keselamatan kerja. Selain bermanfaat untuk perusahaan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN BAB 4 HASIL PENELITIAN 4. 1 Pelaksanaan Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 21-31 Mei 2008 untuk wawancara dengan kuesioner dan tanggal 26 Mei 3 Juni 2008 untuk pemeriksaan fisik dan laboratorium.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 111 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Keadaan Geografis DKI Jakarta terletak di 6 0 12 lintang selatan dan 106 0 48 bujur timur dengan luas wilayah 661,26 km2, berupa daratan 661.52 km2 dan lautan 6,977,5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik kronik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Meningkatnya prevalensi penyakit kardiovaskuler setiap tahun menjadi masalah utama di negara berkembang dan negara maju. Berdasarkan data Global Burden of

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju hidup sehat 2010 yaitu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju hidup sehat 2010 yaitu meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat Indonesia. Hal ini berarti bahwa pembangunan ini tidak hanya

Lebih terperinci

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No.1 Juli 2016 Basit, e.t al., Hubungan Lama Kerja dan Pola Istirahat HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hal yang paling penting bagi masyarakat, terutama remaja yang memiliki aktivitas yang padat. Salah satu cara agar tubuh tetap sehat adalah

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka kematian, membaiknya status gizi, dan Usia Harapan Hidup. (1) Penyakit degeneratif adalah salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah salah satu penyakit jantung yang sering ditemui pada orang dewasa. Pada PJK, fungsi jantung terganggu akibat adanya penyempitan

Lebih terperinci

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI BADAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BUOL

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI BADAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BUOL FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI BADAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BUOL 1) Rustam I. Laboko 1) Dinas Kesehatan Kabupaten Buol Provinsi Sulawesi Tengah ABSTRAK Penyakit

Lebih terperinci

FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARA-BARAYA MAKASSAR HERIANI

FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARA-BARAYA MAKASSAR HERIANI ABSTRAK FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARA-BARAYA MAKASSAR HERIANI Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Makassar Program Studi Ilmu Keperawatan Tekanan darah tinggi biasanya

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MEROKOK PADA PELAJAR SMP NEGERI 3 MAJENANG CILACAP TAHUN AJARAN 2014/2015

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MEROKOK PADA PELAJAR SMP NEGERI 3 MAJENANG CILACAP TAHUN AJARAN 2014/2015 KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MEROKOK PADA PELAJAR SMP NEGERI 3 MAJENANG CILACAP TAHUN AJARAN 2014/2015 A. Kuisioner Data Demografi Hari/tanggal : No. Respoden : Umur :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Penyakit hipertensi merupakan penyakit nomor satu di Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American Heart Association (2001) terjadi peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (double burden). Disamping masalah penyakit menular dan kekurangan gizi terjadi pula peningkatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Definisi Hipertensi Menurut WHO menetapkan bahwa tekanan darah seseorang adalah tinggi bila tekanan sistolik (sewaktu bilik jantung mengerut) melewati batas lebih

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 32 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal 1-30 November 2014 di Puskesmas Sukaraja Kota Bandar Lampung yang memiliki wilayah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo. mencakup 14 Kelurahan, 201 Dukuh, 138 RW (Rukun Warga), dan 445 RT

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo. mencakup 14 Kelurahan, 201 Dukuh, 138 RW (Rukun Warga), dan 445 RT BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo Puskesmas Sukoharjo terletak di Kelurahan Begajah, Kecamatan Sukoharjo. Luas wilayah kerja Puskesmas Sukoharjo sekitar ± 4.458

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. otak atau penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan otot

BAB 1 PENDAHULUAN. otak atau penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan otot 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah suatu gejala peningkatan tekanan darah yang berpengaruh pada sistem organ yang lain, seperti stroke untuk otak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi RSUD dr. Moewardi adalah rumah sakit umum milik pemerintah Propinsi Jawa Tengah. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi kini menjadi masalah global karena prevalensi yang terus meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup seperti merokok, obesitas, inaktivitas fisik, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap penyakit memiliki pengaruh terhadap individu dan lingkungan. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh penyakit pada sistem otot

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban ganda, di satu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena

Lebih terperinci

Jurnal Dunia Kesmas Volume 3. Nomor 1. Januari

Jurnal Dunia Kesmas Volume 3. Nomor 1. Januari HUBUNGAN KONSUMSI TEMBAKAU, JENIS KELAMIN, DAN RIWAYAT KELUARGA DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA USIA LANJUT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BUNUT KABUPATEN PESAWARAN Endah Kurniasari 1, Dessy Hermawan 2, Zaenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gangguan kesehatan berupa ganngguan pendengaran (auditory) dan extrauditory

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gangguan kesehatan berupa ganngguan pendengaran (auditory) dan extrauditory BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bising merupakan faktor fisik lingkungan kerja yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan berupa ganngguan pendengaran (auditory) dan extrauditory seperti stress

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas dan angka

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui karakteristik subjek. penelitian tenaga kerja meliputi :

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui karakteristik subjek. penelitian tenaga kerja meliputi : BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui karakteristik subjek penelitian tenaga kerja meliputi : 1. Umur Umur merupakan salah satu faktor yang juga memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan pola kesakitan dan kematian dari penyakit infeksi dan malnutrisi ke penyakit tidak menular menunjukan telah terjadinya transisi epidemiologi di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PENELITIAN. analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan karakteristik masing masing

BAB VI HASIL PENELITIAN. analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan karakteristik masing masing BAB VI HASIL PENELITIAN Hasil penelitian ini disajikan dengan penyajian hasil analisis univariat. Hasil analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan karakteristik masing masing variabel yang diteliti

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016. 47 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Lokasi Penelitian Penelitian tentang Hubungan Antara Faktor Demografi dengan Pada Penderita Hipertensi di Kabupaten Gunungkidul DIY telah dilakukan di Puskesmas

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK DAN OLAHRAGA DENGAN KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA POLISI LALU LINTAS

HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK DAN OLAHRAGA DENGAN KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA POLISI LALU LINTAS ABSTRAK Yuli Nindriani (yuli.nindriani@student.unsil.ac.id) Siti Novianti dan Nurlina Program Studi Epidemiologi dan Penyakit Tropik Fakultas llmu Kesehatan Universitas Siliwangi HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini perkembangan berbagai penyakit degeneratif sangatlah pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang mengiringi proses penuaan. Penyakit degeneratif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif yang harus diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia di dunia. Menurut Golostein (2008), bahwa 5% dari populasi penduduk

BAB I PENDAHULUAN. manusia di dunia. Menurut Golostein (2008), bahwa 5% dari populasi penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus saat ini telah menjadi ancaman yang sangat serius bagi manusia di dunia. Menurut Golostein (2008), bahwa 5% dari populasi penduduk dunia terkena diabetes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Fadhil Al Mahdi STIKES Cahaya Bangsa Banjarmasin *korespondensi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan ancaman serius dan tantangan utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF) tahun 2013, didapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tipe 2. Diabetes tipe 1, dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhoodonset

BAB I PENDAHULUAN. tipe 2. Diabetes tipe 1, dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhoodonset BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) atau disebut diabetes saja merupakan penyakit gangguan metabolik menahun akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan Indonesia diarahkan guna mencapai pemecahan masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh perubahan gaya hidup dan yang lebih penting lagi. kemungkinan terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi karena

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh perubahan gaya hidup dan yang lebih penting lagi. kemungkinan terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah tinggi dianggap sebagai faktor resiko utama bagi berkembangnya penyakit jantung dan berbagai penyakit vaskuler pada orangorang yang telah lanjut usia,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran wilayah penelitian kelurahan Limba B

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran wilayah penelitian kelurahan Limba B BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan hasil pengelohan data yang dilakukan, maka hasil penelitian sebagai berikut : 4.1.1 Gambaran wilayah penelitian kelurahan Limba B

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT PENELITIAN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT Merah Bangsawan*, Holidy Ilyas* Hasil survey di pabrik es di Jakarta menunjukkan terdapat gangguan pendengaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi, bahan serta peralatan yang semakin rumit dan kompleks tersebut sering tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi, bahan serta peralatan yang semakin rumit dan kompleks tersebut sering tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Dunia Industri akan selalu diikuti oleh penerapan teknologi yang tinggi, penggunaan bahan serta peralatan yang semakin rumit dan kompleks. Namun demikian, penerapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sirkulasi dan merupakan tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung

BAB I PENDAHULUAN. sirkulasi dan merupakan tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah merupakan sebuah faktor yang sangat penting dalam sirkulasi dan merupakan tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung memompakan darah ke seluruh tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Hipertensi merupakan peningkatan dari tekanan darah systolik diatas standar. Hipertensi termasuk penyakit dengan angka kejadian (angka prevalensi) yang cukup tinggi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ginjal Ginjal merupakan organ ekskresi utama pada manusia. Ginjal mempunyai peran penting dalam mempertahankan kestabilan tubuh. Ginjal memiliki fungsi yaitu mempertahankan keseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghisap dan menghembuskannya yang menimbulkan asap dan dapat terhisap oleh

BAB I PENDAHULUAN. menghisap dan menghembuskannya yang menimbulkan asap dan dapat terhisap oleh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok adalah suatu kegiatan atau aktivitas membakar rokok kemudian menghisap dan menghembuskannya yang menimbulkan asap dan dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya

Lebih terperinci

7 Kebiasaan Penyebab Kadar Gula Darah Melonjak

7 Kebiasaan Penyebab Kadar Gula Darah Melonjak 7 Kebiasaan Penyebab Kadar Gula Darah Melonjak 7 Kebiasaan Penyebab Kadar Gula Darah Melonjak 7 Kebiasaan Penyebab Kadar Gula Darah Melonjak Tahukah anda bahwa ada beberapa kebiasaan yang apabila terusmenerus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rokok Pengetahuan tentang merokok yang perlu diketahui antara lain meliputi definisi merokok, racun yang terkandung dalam rokok dan penyakit yang dapat ditimbulkan oleh rokok.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman. adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman. adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit degeneratif, yang salah satunya adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Kelurahan Tomulabutao memiliki Luas 6,41 km 2 yang berbatasan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Kelurahan Tomulabutao memiliki Luas 6,41 km 2 yang berbatasan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Kondisi Geografis Kelurahan Tomulabutao berlokasi di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan Tomulabutao memiliki Luas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan salah satunya

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan salah satunya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Merokok merupakan suatu kebiasaan buruk yang sudah di kenal sejak lama oleh hampir seluruh masyarakat di dunia dan cenderung meningkat, terutama di kalangan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014 1 Gumarang, 2 Gita 1,2 Akademi Keperawatan Prima Jambi Korespondensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit dimana terjadi gangguan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit dimana terjadi gangguan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit dimana terjadi gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Hal ini diakibatkan oleh kurangnya sensitivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit degeneratif. Kelompok usia yang mengalami penyakit degeneratif juga mengalami pergeseran

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Hipertensi adalah suatu kondisi dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmhg

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Hipertensi adalah suatu kondisi dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmhg BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi adalah suatu kondisi dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmhg dan diastolik lebih dari 90 mmhg (Chobanian dkk, 2004). Hipertensi adalah suatu gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya arus globalisasi disegala bidang dengan perkembangan teknologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada prilaku dan gaya hidup pada masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok mengganggu kesehatan barangkali merupakan istilah yang tepat, namun tidak populer dan tidak menarik bagi perokok. Banyak orang sakit akibat merokok, tetapi orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya regang atau distensibilitas dinding pembuluh (seberapa mudah pembuluh tersebut

BAB I PENDAHULUAN. daya regang atau distensibilitas dinding pembuluh (seberapa mudah pembuluh tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tekanan darah merupakan gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap dinding pembuluh, bergantung pada volume darah yang terkandung di dalam pembuluh dan daya regang

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN ANALISIS FAKTOR RISIKO GAGAL JANTUNG DI RSUD dr. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN ANALISIS FAKTOR RISIKO GAGAL JANTUNG DI RSUD dr. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG PENELITIAN ANALISIS FAKTOR RISIKO GAGAL JANTUNG DI RSUD dr. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG Purbianto*, Dwi Agustanti* *Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang Masalah kesehatan dengan gangguan

Lebih terperinci

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: IKSAN ISMANTO J300003 PROGRAM STUDI GIZI DIII FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia penyakit jantung dan pembuluh darah terus meningkat dan

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia penyakit jantung dan pembuluh darah terus meningkat dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia penyakit jantung dan pembuluh darah terus meningkat dan akan memberikan beban mortalitas, morbiditas dan beban sosial ekonomi bagi keluarga penderita,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini memiliki fokus pada kanker payudara usia muda pada wanita

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini memiliki fokus pada kanker payudara usia muda pada wanita 36 BAB V PEMBAHASAN Penelitian ini memiliki fokus pada kanker payudara usia muda pada wanita dengan paritas nulipara dengan beberapa faktor risiko lain. Hal ini di teliti karena belum adanya penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes Mellitus (DM) di dunia. Angka ini diprediksikan akan bertambah menjadi 333 juta orang pada tahun

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN. disebabkan proses degenerasi akibat bertambahnya usia. Faktor-faktor risiko

BAB 6 PEMBAHASAN. disebabkan proses degenerasi akibat bertambahnya usia. Faktor-faktor risiko BAB 6 PEMBAHASAN Presbikusis merupakan penyakit kurang pendengaran sensorineral yang disebabkan proses degenerasi akibat bertambahnya usia. Faktor-faktor risiko selain usia diduga dapat mempengaruhi terjadinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia. Sebelumnya menduduki peringkat ketiga (berdasarkan survei pada tahun 2006). Laporan Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler adalah gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya penyempitan pembuluh darah

Lebih terperinci