BAB III KEBIJAKAN DAN KARAKTERISTIK KABUPATEN GARUT BAGIAN SELATAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III KEBIJAKAN DAN KARAKTERISTIK KABUPATEN GARUT BAGIAN SELATAN"

Transkripsi

1 BAB III KEBIJAKAN DAN KARAKTERISTIK KABUPATEN GARUT BAGIAN SELATAN Peran kota kecil tidak terbatas pada internal wilayahnya saja. Untuk melihat bagaimana suatu wilayah dapat tumbuh berkembang harus diperhatikan juga karakteristik dan konsep pembangunan yang ada pada tingkatan diatasnya. Bab ini membahas gambaran umum wilayah studi dilihat dari sisi kebijakan penataan ruang yang ada, serta kondisi fisik ekonomi dan sosial wilayahnya. 3.1 Karakteristik dan Konsep Pembangunan Setiap wilayah memiliki fungsi dan perannya masing-masing, serta sedikit banyaknya memiliki dampak dalam kedudukannya pada tingkatan yang lebih rendah maupun lebih tinggi. Pengembangan suatu perkotaan harus sejalan dengan prinsip dan konsep pembangunan yang digariskan pada level diatasnya, baik pada tingkat nasional, propinsi, maupun Kabupaten Nasional Pengembangan perkotaan tidak dapat dipisahkan dari pengembangan wilayah. Begitu pula dengan strategi pengembangan perkotaan yang juga perlu dikaitkan dengan strategi pembangunan nasional. Lebih jauh lagi, strategi perkotaan menjadi bagian dalam rencana pembangunan jangka panjang (RPJP) dan rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) dari sistem perencanaan pembangunan nasional 1. Rencana pembangunan jangka panjang dan menengah dibentuk dengan didasari oleh permasalahan-permasalahan yang melanda Indonesia di berbagai bidang seperti bidang ekonomi, sosial, politik, keamanan, kelembagaan. Untuk jangka menengah , telah dikeluarkan visi pembangunan Indonesia sebagai berikut : 1. terwujudnya kehidupan masyarakat, bangsa dan bernegara yang aman, bersatu, rukun dan damai 1, RPJM nasional telah disahkan pengunaannya dengan PP no.7/2005, sementara RPJP sedang dalam tahap pengesahan 36

2 2. terwujudnya masyarakat, bangsa dan negara yang menjunjung tinggi hukum, kesetaraan, dan hak-hak asasi manusia 3. terwujudnya perekonomian yang mampu menyediakan kesempatan kerja dan penghidupan yang layak serta memberikan fondasi yang kokoh bagi pembangunan yang berkelanjutan Visi tersebut kemudian dijabarkan menjadi misi pembangunan Indonesia: (1) Mewujudkan Indonesia yang aman dan damai, (2) Mewujudkan Indonesia yang adil dan demokratis, dan (3) Mewujudkan Indonesia yang sejahtera. Diantara ketiga misi tersebut misi ketiga lah yang paling langsung terkait dengan pembangunan perkotaan perdesaan. Misi ini dijabarkan menjadi 5 sasaran yang masing-masing memiliki prioritas pembangunan. Tabel III.1 Prioritas Pembangunan Jangka Menengah Indonesia Sasaran (1) menurunnya jumlah penduduk miskin, terciptanya lapangan pekerjaan yang layak dan mampu mengurangi pengangguran (2) berkurangnya kesenjangan antar wilayah (3) meningkatnya kualitas manusia Indonesia secara menyeluruh, membaiknya Indeks Pembangunan Indonesia (HDI) di Indonesia (4) membaiknya mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam, mengarusutamakan (main streaming) prinsip pembangunan berkelanjutan. (5) membaiknya infrastruktur nasional maupun daerah Sumber : Tjahjati, 2005 Prioritas Pembangunan - Penanggulangan kemiskinan - Peningkatan investasi dan ekspor non-migas - Peningkatan daya saing industri manufaktur - Revitalisasi pertanian - Pemberdayaan KUKM - Peningkatan pengelolaan BUMN - Peningkatan kemampuan IPTEK - Perbaikan iklim ketenagakerjaan - Pemantapan stabilitas ekonomi makro - Pembangunan perdesaan - Pengurangan ketimpangan pembangunan wilayah - Peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan yang berkualitas - Peningkatan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan yang lebih berkualitaspeningkatan perlindungan dan kesejahteraan sosial - Pembangunan kependudukan, keluarga kecil berkualitas serta pemuda dan olahraga - Peningkatan kualitas kehidupan beragama - Perbaikan mutu pengelolaan sumber daya alam - Pelestarian mutu lingkungan hidup - Percepatan pembangunan infrastruktur 37

3 3.1.2 Propinsi Jawa Barat Dalam lingkup Jawa Barat terdapat peraturan dan rencana yang mengatur tentang struktur dan pola tata ruang wilayah propinsi. Adapun kedudukan Jawa Barat dalam konstelasi nasional adalah sebagai pemacu pertumbuhan sosial ekonomi, sebagai penyangga dan penyeimbang ibu kota negara. Provinsi Jawa Barat memiliki luas wilayah sebesar dengan luas daratan sebesar ,44 Ha. Provinsi Jawa Barat terdiri atas 25 kota/kabupaten, batas-batas wilayah Provinsi Jawa Barat adalah sebagai berikut Sebelah Utara : Provinsi DKI Jakarta dan Laut Jawa Sebelah Timur : Provinsi Jawa Barat Sebelah Selatan : Samudera Indonesia Sebelah Barat : Provinsi Banten Kebijakan pemanfaatan / pengendalian ruang Jawa Barat Dalam konstelasi nasional, arah penataan ruang daerah Jawa Barat meliputi arahan penetapan kawasan lindung, pengembangan kawasan budidaya, sistem perkotaan, prasarana wilayah dan pengembangan wilayah-wilayah prioritas. Pemantapan Kawasan Iindung yaitu untuk meningkatkan fungsi terhadap tanah, air, udara dan mempertahankan keanekaragaman flora dan fauna (diversity) yang menjadi aset Jawa Barat. Pengembangan kawasan budidaya berupa pengakomodasian kegiatan pertanian, kehutanan, permukiman, pertambangan, industri dan pariwisata. Pengembangan Sistem Perkotaan di Jawa Barat diarahkan menjadi 3 (tiga) kelompok hirarki, masing-masing kelompok berfungsi sebagai : Kelompok Hirarki I berfungsi sebagai pusat pertumbuhan. Kelompok Hirarki II berfungsi sebagai pusat koleksi dan distribusi. Kelompok Hirarki III berfungsi sebagai pusat produksi. Masing-masing kelompok dibedakan berdasarkan volume intensitas dan frekuensi kegiatan yang dibagi menjadi dua kategori yaitu A dan B. Kategori A rnempunyai intensitas yang lebih tinggi dari pada kategori B di masing-- masing kelompok hirarki. Kota-kota yang termasuk dalam kategori tersebut adalah : Hirarki I A : Jakarta dengan kegiatan utama perdagangan antar wilayah dan Internasional. 38

4 Hirarki I B : Bojonegara dan Cirebon dengan kegiatan utama industri hilir, perdagangan antar wilayah dan daerah. Hirarki II A : Bandung, Bogor, Bekasi, Tangerang, Cikampek dengan kegiatan utama industri, pemukiman dan perdagangan regional. Hirarki II B : Serang, Banjar, Rangkasbitung, Labuan, Kadipaten, Malingping, Cikande, Indramayu dari Tasikmalaya dengan kegiatan utama industri hulu, pemukiman dan pariwisata. Hirarki III A : Balaraja, Rupin, Tigaraksa, Leuwiliang, Sukabumi, Garut, Karawang, Palabuhan Ratu dan Cianjur dengan kegiatan utama agroindustri, pemukiman, pariwisata, pertanian dan pertambangan. Pengembangan kota-kota Orde III diarahkan pada percepatan pertumbuhan dan pengembangan melalui kegiatan non-pertanian yang sesuai dengan fungsi dan kegiatan utama di masing-masing kota. Pengembangan Kota-Kota Orde l lebih diarahkan pada penataan dan persiapan prasarana sesuai dengan fungsi dan kegiatan utama dl masing-masing kota. Untuk pengembangan transportasi, diarahkan pada pengembangan jaringan jalan dari sentra produksi yang menuju Kota Orde III, peningkatan dan pengembangan jaringan jalan yang menunjang pengembangan kawasan industri, serta pengembangan jalan poros Barat-Timur di sebelah selatan Jawa Barat untuk menunjang pengembangan pariwisata dan pengembangan Jawa Barat Selatan. Kebijakan Pemanfaatan Ruang Wilayah Propinsi Jawa Barat juga meliputi pemantapan kawasan lindung dan kawasan budidaya. Pemantapan kawasan lindung dilakukan untuk mempertahankan keanekaragaman dan kelestarian yang direncanakan melalui peningkatan fungsi kawasan lindung. Ditetapkan pula mengenai peningkatan penanganan perusakan lingkungan dan pencemaran yang berdampak terhadap kondisi lingkungan dan sumber daya alam. Kebijakan Pengembangan Kawasan Budidaya dilakukan melalui upaya pemfungsian kawasan industri di Jawa Barat bagian utara (Serang-Purwakarta), peningkatan pengembangan permukiman skala besar untuk mendukung perkembangan kawasan yang tumbuh dengan pesat (kawasan industri), serta mempertahankan sawah beririgasi teknis dan peralihan penggunaan lahan. 39

5 Tabel III.2 Fungsi Kawasan dan Arahan Pengembangan Provinsi Jawa Barat Fungsi Kawasan 1. Kawasan Pertanian 2. Kawasan Industri 3. Kawasan Permukiman 4. Kawasan Pertambangan Arahan Pengembangan Kawasan pertanian lahan basah dengan irigasi teknis mutlak dipertahankan secara maksimal namun karena perkembangan prasarana (jalan) dan industri saat ini serta pertumbuhan permukiman disekitarnya menyebabkan areal pertanian irigasi teknis tersebut berkurang. Untuk itu perlu dicari alternatif pengganti yaitu dengan membangun bendungan pembangunan irigasi perdesaan terutama di Jawa Barat bagian selatan dan melanjutkan pembangunan daerah irigasi yang belum selesai. Kawasan pertanian lahan kering berupa kawasan hutan produksi tetap dipertahankan dengan pengembangan hasil hutan bukan kayu (madu, damar,dll) sehingga tidak mengurangi luas areal hutan yang ada. Kawasan industri luasnya berjumlah Ha, di samping zona industri yang telah berkembang. Luas ini diperhitungkan akan cukup menampung industri yang telah ada yang harus berlokasi dalam jangka waktu perencanaan. Jadi tidak ada usulan kawasan industri baru dengan mempertimbangkan keseimbangan sumber daya air. Pengelolaan mikro perlu untuk zona-zona industri yang telah berkembang di luar maupun di dalam kota, disamping lokasi yang telah disebutkan terdahulu. Pengembangan sistem kota-kota, di mana terdapat perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan / perkembangan yang telah terjadi di bagian utara dan perkembangan yang akan distimulasi di bagian selatan. Di bagian utara akan tumbuh kota-kota dengan pusat yang perlu didukung dengan perencanaan lebih mikro. Di bagian selatan akan dikembangkan kota-kota pusat pelayanan yang akan mengurangi kesenjangan bagian utara. Pengembangan permukiman skala besar, pembangunan kawasan permukiman dalam jumlah unit rumah yang banyak dan lahan yang sangat luas. Tumbuhnya permukiman dengan skala besar ini ditujukan untuk mendukung perkembangan kawasan yang tumbuh cepat,misalkan kota metreopolitan dan kawasan industri yang sangat luas. Sesuai dengan sifatnya, maka pada masa yang akan datang permukirnan skala besar akan tumbuh di Kabupaten Serang, wilayah Botabek untuk rnendukung perkembangan wilayah kota Jakarta serta wilayah Bandung dan sekitarnya untuk mendukung kota metropolitan Bandung. Kawasan Pertambangan akan dibebaskan dari pernanfaatan untuk kegiatan lain dan perlu reklamasi bekas galian tambang. 5. Kawasan Pariwisata Sumber : Bappeda Provinsi Jawa Barat, 2001 Kawasan pariwisata yang akan dikembangkan ditangani dan direncanakan oleh swasta melalui penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri dengan kegiatan yang dapat berlangsung dimana saja dan tidak mengganggu fungsi dasarnya. 40

6 Untuk konteks Jawa Barat, Kabupaten Garut berperan penting dalam budidaya perikanan yang terdiri atas perikanan darat, tambak, dan perikanan laut, serta dalam hal perkebunan, tanaman pangan lahan kering, serta perkebunan. Rencana Pemanfaatan Ruang terdiri atas kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan Iindung seluas Ha (40%) kawasan budidaya 60 % yang terdiri atas: Kawasan pertanian lahan basah seluas Ha (27 %) Kawasan pertanian lahan kering seluas Ha (24 %) Kawasan perkotaan seluas Ha (9 %) Struktur tata ruang Jawa Barat dibagi dalam tiga wilayah pengembangan, yang masing-masing mempunyai arah orientasi ke pusat pertumbuhan utama. Pengembangan wilayah Jawa Barat ini dibagi menjadi tiga wilayah pengembangan, secara makro bertujuan untuk membentuk keterkaitan (linkages) yang jelas antar pusat-pusat pertumbuhan yang membentuk suatu sistem wilayah yang terintegrasi. Tiga pusat pertumbuhan utama tersebut memiliki skala pelayanan dan keterkaitan dalam sistem nasional dan memiliki fungsi sebagai pusat pintu keluar dan pintu masuk yang menunjang kegiatan perekonomian yaitu : Wilayah Pengembangan Barat, dengan pusat pertumbuhan utama Bojonegara. Wilayah Pengembangan Tengah, dengan pusat pertumbuhan utama DKI Jakarta dan Bandung. Wilayah Pengembangan Timur dengan pusat wilayah pertumbuhan utama Cirebon. Berdasarkan karakteristik, kondisi dan potensi serta arahan pengembangan, masing-masing wilayah pengembangan akan terdiri dari Wilayah Utama dan Wilayah Penunjang. Wilayah utama adalah wilayah dengan aglomerasi kegiatan ekonomi utama di bagian utara, yang pengembangannya cenderung membentuk koridor yang membentang dari barat ke timur. Fungsi wilayah ini adalah sebagai "motor penggerak utama perekonomian Jawa Barat. Fungsi lainnya adalah 41

7 sebagai pemacu dan pusat pertumbuhan wilayah belakangnya (hinterland). Kegiatan ekonomi utama di wilayah ini memiliki keterkaitan yang kuat dengan system perekonomian internasional dan nasional, yaitu kegiatan ekonomi industri, perdagangan dan jasa, permukiman dan pertanian lahan basah. Wilayah Penunjang adalah wilayah dengan fungsi pendukung dan penopang pertumbuhan ekonomi wilayah pengembangan utama. Wilayah ini terakumulasi di bagian selatan. Kegiatan basis di wilayah ini adalah pusatpusat produksi pertanian lahan kering peternakan, pertambangan, dan kegiatan pariwisata. Kabupaten Garut tergolong kedalam wilayah penunjang pengembangan tengah dengan hirarki III A memiliki fungsi sebagai pusat produksi, koleksi dan distribusi, dengan skala pelayanan inter-regional. Kategori A menunjukkan intensitas, volume dan frekuensi kegiatan yang lebih tinggi daripada B. Dari segi transportasi, rencana sistem pengembangan prasarana transportasi di Jawa Barat diarahkan untuk meningkatkan kelancaran roda perekonomian, agar koleksi dan distribusi arus barang dan jasa terselenggara lebih lancar dan agar mobilitas penduduk dan akses ke daerah produksi dan ke daerah yang masih terisolasi meningkat, yaitu antara wilayah utama dan wilayah penunjang. Bentuk sistem transportasi Jawa Barat pada pola pengembangan yang baru ini tidak merubah bentuk yang ada, tetapi mengembangkan sistem transportasi antar moda melalui penyediaan prasarana yang memadai di masing-masing wilayah. Konsep dasar dari pengelompokan kawasan ini mengacu pada pintu keluar yang merupakan sentral dari aliran pergerakan yang orientasi utamanya pada pemasaran keluar wilayah dan disesuaikan dengan pengembangan ruang, yaltu dengan pusat-pusat pertumbuhan baru untuk mengantisipasi kepadatan kegiatan dan pergerakan di Jakarta Jawa Barat Bagian Selatan Jawa Barat selatan bukanlah suatu wilayah yang memiliki administratif atau historis tersendiri. Tidak terdapat penggolongan administratif secara resmi mengenai pembagian wilayah Jawa Barat menjadi utara dan selatan, namun 42

8 timbulnya istilah ini tidak dapat dilepaskan dari fenomena-fenomena yang terjadi selama ini. Pada mulanya, Jawa Barat Selatan merupakan peristilahan yang digunakan untuk menyebut lajur dataran tinggi yang membentang luas dari ujung kulon Kabupaten Pandeglang hingga sekitar perbatasan pantai selatan Ciamis dengan Nusakambangan (timur). Bila ditinjau berdasarkan ketentuan normatif dalam Peraturan Daerah No.2 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Jawa Barat, definisi dari wilayah Jawa Barat Selatan masih terpisah dalam bentuk dua terminologi yaitu, pertama sebagai Pusat Kegiatan Wilayah berupa Cianjur-Sukabumi, Priangan Timur, Tasikmalaya, dan Pangandaran. Kedua, sebagai kawasan Andalan yang terdiri dari kawasan andalan Sukabumi, Priangan Timur, dan Pangandaran. Dari aspek geologis dapat diklasifikasikan bahwa Jawa Barat selatan meliputi daerah-daerah di sebelah selatan aliran S. Cimandiri di Sukabumi Selatan, bagian selatan jalur jalan Sukabumi-Cianjur, menyambung ke Bandung-Garut Selatan pada rangkaian kaki selatan G. Patuha G. Papandayan G. Cikuray G. Cakrabuana, selatan aliran Ciwulan-Citanduy di Tasikmalaya dan Ciamis. Kondisi geologi tersebut menjadikan Jawa Barat Selatan mempunyai morfologi yang umumnya berrelief kasar. Dalam ilmu kebumian, sudah dikenal sejak lama bahwa Jawa Barat Selatan termasuk pada Zona Pegunungan Selatan, berupa plateau dan daratan terangkat. Medannya berbukit-bukit terjal dengan dataran-dataran sempit yang umumnya mengikuti lembah-lembah sungai. Jaringan sungai cukup rapat dengan pola umum mengalir berarah utaraselatan. Jawa Barat Selatan meliputi beberapa daerah aliran sungai (DAS) yang dibatasi oleh punggung bukit yang memisahkan aliran air permukaan ke utara dan ke selatan dan berbatasan dengan Samudra Indonesia. Daerahnya umumnya rawan longsor dan dilalui oleh jalur-jalur gempa bumi yang relatif aktif Daerah rawan becana di wilayah Jawa Barat bagian selatan ini relatif tersebar merata di seluruh wilayah. Bencana alam yang didentifikasikan mengancam wilayah Jawa Barat bagian selatan ini meliputi gerakan tanah rendah, rawan gerakan tanah tinggi, rawan gunung api 1 (daerah terlarang), rawan gunung api 2 (daerah waspada), rawan banjir, rawan longsor/amblasan dan 43

9 kemungkinan bahaya tsunami (Firman, 2005). Adapun lokasi-lokasi yang diidentifikasi sebagai daerah rawan bencana di Jawa Barat bagian selatan adalah sebagai berikut (Firman, 2005) : - gerakan tanah rendah, diidentifikasikan terdapat di semua kabupaten terutama Kabupaten Cianjur dan Sukabumi - gerakan tanah tinggi, diidentifikasikan terdapat di semua kabupaten - longsor atau amblasan, diidentifikasi terdapat di Kabupaten Cianjur bagian selatan, Garut bagian Selatan, dan Sukabumi bagian selatan - gunung api 1 dan 2 (daerah bahaya dan waspada), diidentifikasikan terdapat di Kabupaten Garut - bencana banjir, diidentifikasikan terdapat di Kabupaten Cianjur, Ciamis, Sukabumi, dan Tasikmalaya - bahaya tsunami, diidentifikasikan terdapat di wilayah sekitar pantai Selatan terutama di Kabupaten Ciamis yaitu Kecamatan Parigi, Sidamulih, dan Pangandaran. Hal yang lebih umum diketahui sehubungan dengan pembagian utara-dan selatan pada pulau jawa ini yaitu adanya rute transportasi yang membentang dari timur ke barat pulau jawa yang lebih dikenal sebagai jalur pantura. Jalur pantura yang membentang sepanjang pantai utara pulau jawa ini sedikitbanyaknya turut membuka wilayah-wilayah di utara pulau jawa terhadap potensi pengembangan ekonomi. Kawasan selatan selama ini berfungsi sebagai daerah penyangga karena sebagian wilayahnya hutan dan kawasan agraris, sementara di utara kawasan industri dan jalur utama perlintasan Kota Surabaya, Semarang, dan Jakarta. Pola jaringan jalan di Jawa Barat bagian selatan ini termasuk dalam koridor pengembangan Selatan Jawa Barat yang meliputi Pelabuhanratu - Sagaranten - Sindangbarang - Pameungpeuk Cipatujah Sikalong Pangandaran Majingklak (Firman, 2005). Beberapa lokasi yang merupakan kawasan andalan di wilayah Jawa Barat bagian selatan telah dihubungkan dengan bandara udara seperti Pelabuhan Komersial Nusawiru di Kecamatan Parigi Kabupaten Ciamis, yang mulai diaktifkan kembali untuk menunjang pariwisata di Pangandaran (Firman, 2005). Jawa Barat Selatan cenderung mengalami ketertinggalan dalam pembangunan dibandingkan dengan Jawa Barat bagian utara dan tengah. Selain dikarenakan 44

10 faktor geografis yang terdiri atas bentang alam yang relatif tinggi dan berbukit, ketertinggalan ini disebabkan juga oleh skala prioritas pembangunan dan segi kebijakan perencanaan. selama wilayah Jawa Barat selatan ditetapkan sebagai kawasan konservasi serta kawasan lindung, dengan 60% dari luas kawasan lindung di Jawa Barat berada di Jabar Selatan. Sarana dan prasarana di Jawa Barat bagian selatan relatif tersedia dengan baik terutama untuk sarana dan prasarana perekonomian, pendidikan, dan kesehatan. Untuk prasarana air bersih, masyarakat di Jawa Barat bagian selatan dipenuhi subsisten oleh sumber daya yang terdapat di wilayah tersebut melalui air tanah, mata air, dan air permukaan terutama sungai dan situ (Firman, 2005). Sarana dan prasarana kelistrikan dan telekomunikasi menjangkau cukup baik di wilayah Jawa Barat bagian selatan ini. Dari sisi transportasi, tingkat aksesibilitas wilayah ini terhadap wilayah sekitar cukup tinggi, terutamanya di Cianjur-Sukabumi, Tasikmalaya, dan Kadipaten (RTRW Jawa Barat, 2003) Kabupaten Garut Setelah pemekaran kecamatan berupa pembentukan 2 Kecamatan baru dan beberapa desa di awal tahun 2004, wilayah administratif Kabupaten Garut terdiri atas 42 Kecamatan, 19 Kelurahan, dan 400 Desa. Secara geografis Kabupaten Garut terletak di sebelah selatan Propinsi Jawa Barat, terletak pada koordinat 6 O O Lintang Selatan dan 107 O O 7 38 Bujur Timur, dengan batas-batas administrasi sebagai berikut : Sebelah Utara : Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang Sebelah Timur : Kabupaten Tasikmalaya Sebelah Selatan : Samudera Indonesia Sebelah Barat : Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bandung 45

11 Tabel III.3 Daftar Kecamatan, Luas dan Jumlah Desa di Kabupaten Garut No Kecamatan Luas (Ha) Jumlah Desa/Kelurahan 1 Cisewu Desa 2 Caringin Desa 3 Talegong Desa 4 Bungbulang 11 Desa 5 Mekarmukti Desa 6 Pamulihan Desa 7 Pakenjeng Desa 8 Cikelet Desa 9 Pameungpeuk Desa 10 Cibalong Desa 11 Cisompet Desa 12 Peundeuy Desa 13 Singajaya Desa 14 Cihurip Desa 15 Cikajang Desa 16 Banjarwangi Desa 17 Cilawu Desa 18 Bayongbong Desa 19 Cigedug Desa 20 Cisurupan Desa 21 Sukaresmi Desa 22 Samarang Desa 23 Pasirwangi Desa 24 Tarogong Kidul Desa 5 Kelurahan 25 Tarogong Kaler Desa 26 Garut Kota Kel. 27 Karangpawitan Desa 3 Kelurahan 28 Wanaraja Desa 29 Pangatikan Desa 30 Sucinaraja Desa 31 Sukawening Desa 32 Karangtengah Desa 33 Banyuresmi Desa 34 Leles Desa 35 Leuwigoong Desa 36 Cibatu Desa 37 Kersamanah Desa 38 Cibiuk Desa 39 Kadungora Desa 40 Bl. Limbangan Desa 41 Selaawi Desa 42 Malangbong Desa Jumlah Desa / Kelurahan Sumber : BPN Kabupaten garut 46

12 Secara lebih rinci kota-kota di Kabupaten Garut yang diidentifikasi pada tingkat Propinsi adalah sebagai berikut : Kota Garut (Orde IIIA), Cikajang (Orde IVA), dan Pameungpeuk E (Orde IVA). Kota hirarki III berfungsi sebagai pusat-pusat produksi, koleksi dan distribusi dengan skala pelayanan inter regional. Kota hirarki IV berfungsi sebagai pusat-pusat produksi pertanian dengan skala pelayanan lokal. Kategori A untuk membedakan intensitas, volume dan frekuensi kegiatan yang lebih tinggi daripada kategori B. Dalam rencana pemanfaatan ruang RTRW Propinsi ditunjukkan alokasi dominan aktivitas ekonomi, untuk Kabupaten Garut dialokasikan untuk kegiatan pertanian lahan kering, hutan produksi, perkebunan, dan perikanan. Dalam kebijakan pembangunan Kabupaten Garut, struktur ruang wilayah Kabupaten Garut dibagi menjadi 3 pusat pertumbuhan, yaitu : Pusat Pertumbuhan Utara, merupakan pusat industri pengolahan hasil pertanian/perkebunan dan pusat pemasaran hasil-hasil pertanian/perkebunan. Pusat Pertumbuhan Tengah, sebagai pusat pemerintahan, perdagangan dan jasa, pendidikan, dan industri pengolahan hasil pertanian (yaitu Kota Garut). Pusat Pertumbuhan Selatan, sebagai pusat pengembangan pariwisata dan konservasi (yaitu Kota Pameungpeuk). Dalam kajian RTRWP Jawa Barat Tahun 2002, Kabupaten Garut termasuk kedalam Kawasan Andalan Priangan Timur dan sekitarnya dengan Kota Tasikmalaya sebagai PKW (Pusat Kegiatan Wilayah) dan Kota Garut Ciamis adalah PKL (Pusat Kegiatan Lokal). Kabupaten Garut dalam konteks Propinsi Jawa Barat berperan sebagai wilayah penunjang (bagian tengah) dengan kegiatan utama pertanian lahan kering, perkebunan, hutan produksi dan perikanan. Dalam konteks fungsi tersebut kota-kota yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan (nodes) yaitu Garut (Orde III A), Cikajang (Orde IV A) dan Pameungpeuk (Orde IV A). Dalam konteks internal, Kabupaten Garut memiliki 3 pusat pertumbuhan yaitu pusat pertumbuhan utara, tengah dan selatan dengan fungsi yang berbeda. 47

13 Fungsi wilayah Kabupaten Garut sebagai wilayah penunjang di propinsi Jawa Barat, diturunkan pula kepada fungsi-fungsi permukiman. Pusat-pusat permukiman di bagian utara diarahkan pada kegiatan perekonomian skala antar region dan internasional, pusat-pusat bagian tengah untuk kegiatan koleksi distribusi intra region, sedangkan pusat-pusat permukiman di bagian selatan sebagai pusat pelayanan produksi lingkup lokal. Sesuai dengan konsep pengembangan tata ruang wilayah Kabupaten Garut maka strategi pengembangan yang dilakukan adalah pemerataan pelayanan dn penjalaran fungsi pusat-pusat pelayanan. Oleh sebab itu dibutuhkan pembentukan pusat-pusat yang mampu memberikan pelayanan secara memadai. Tabel III.4 Orde Kota/Kecamatan Kabupaten Garut No kota/kecamatan skala pelayanan orde fungsi kota A B C D E F Garut dan 1 tarogong wilayah I 2 Cikajang sub-wilayah II Pameungpeuk sub-wilayah II Malangbong sub-wilayah II - 5 Bungbulang sub-wilayah II - - Sumber : Bappeda Kabupaten Garut 2001 Keterangan : Fungsi : A = pusat administrasi pemerintahan B = pusat perdagangan, jasa dan pemasaran C = pusat pelayanan sosial ekonomi D = pusat perhubungan dan komunikasi E = pusat produksi pengolahan F = pusat pendidikan tinggi Hierarki sistem pusat-pusat permukiman di Kabupaten Garut adalah sebagai berikut : Kota Orde 1 : Kota dengan fasilitas pelayanan tertinggi Kota ini berfungsi sebagai pusat pertumbuhan wilayah. Kota orde 1 ini adalah kota Garut Kota orde 2 : Kota dengan fasilitas pelayanan lebih rendah dari kota orde 1 dan berfungsi sebagai pusat pelayanan sub-wilayah 48

14 Kota orde II ini adalah kota malangbong (melayani Garut bagian utara), Cikajang melayani Garut bagian tengah). Pameungpeuk (melayani Garut bagian Selatan-timur), dan Bungbulang (melayani Garut bagian Selatan-barat) Kota orde 3 : Kota dengan tingkat pelayanan kecamatan. Kota-kota lainnya (selain kota orde I dan orde II) merupakan kota orde III Garut bagian Selatan Seperti pada Jawa Barat Selatan, Garut bagian Selatan pun tidak memiliki nilai administratif tertentu. Keberadaan Garut bagian Selatan ini hanyalah berdasarkan persamaan karakteristik dan lokasi semata berdasarkan pembagian utara dan selatan di tingkat propinsi Jawa Barat. Kabupaten Garut bagian Selatan terdiri dari 16 Kecamatan dan 122 Desa, dengan total luas ,00 Ha, atau sekitar 60 % dari luas Kabupaten Garut. Batas wilayah Garut bagian Selatan yaitu : Sebelah Selatan : Samudera Indonesia (Pantai Selatan Jawa) Sebelah Timur : Kabupaten Cianjur Sebelah Barat : Kabupaten Tasikmalaya Sebelah Utara : Kecamatan Cisurupan, Kecamatan Cigedug, Kecamatan Cilawu, Kabupaten Bandung 16 kecamatan yang termasuk ke wilayah selatan Kabupaten Garut ini yaitu : o Banjarwangi o Pameungpeuk o Singajaya o Cibalong o Peundeuy o Cisompet o Cihurip o Bungbulang o Talegong o Pakenjeng o Caringin o Cikajang o Cisewu o Cikelet o Pamulihan o Mekarmukti Selain dari segi geografis, perbedaan antara Garut bagian Selatan dengan bagian utaranya bisa dilihat dari segi-segi ekonomi dan kependudukannya. Dari sisi perekonomiannya, Kabupaten Garut bagian Selatan masih bertumpu pada sektor pertanian. Hal ini terlihat dari kontribusi sektor dalam PDRB, sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar bagi perekonomian di Kabupaten Garut bagian Selatan (Pusat Penelitian dan Pengkajian Universitas Garut, 2005). Banyaknya penduduk yang bekerja di sektor ini juga menjadikan sektor pertanian sebagai 49

15 sektor tumpuan utama penghidupan masyarakatnya, karena juga berperan dalam penciptaan lapangan kerja, sumber pendapatan masyarakat, dan penciptaan ketahanan pangan. PDRB Kabupaten Garut bagian Selatan dapat dilihat pada Tabel 3.5 berikut. Tabel III.5 Perbandingan PDRB Atas Dasar Harga Belaku Menurut Kelompok Lapangan Usaha Kabupaten Garut bagian Selatan dan Kabupaten Garut Tahun 2002 Kabupaten Garut Kabupaten Lapangan Usaha bagian Selatan Garut Pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan , ,82 Pertambangan dan penggalian 1606, ,56 Industri pengolahan , ,40 Listrik, gas, dan air bersih 2727, ,16 Bangunan/konstruksi 25773, ,10 Perdagangan, hotel, dan restoran , ,34 Angkutan dan komunikasi 43545, ,80 Bank dan lembaga keuangan lainnya 46655, ,79 Jasa-jasa , ,01 Sumber : BPS Kab. Garut dalam Pusat Penelitian dan Pengkajian Universitas Garut, 2005 PDRB Kabupaten Garut bagian Selatan dapat digolongkan sangat rendah dibandingkan PDRB yang dihasilkan di wilayah utaranya. Selatan Kabupaten garut ini merupakan wilayah dengan dominasi guna lahan kehutanan dan pertanian, sehingga pemasukan terbesar datang dari hasil pertanian. Meski demikian PDRB pertanian ini hanya menyumbang sepertiga dari total PDRB pertanian Kabupaten Garut. Dilihat dari kependudukannya, jumlah penduduk Kabupaten Garut bagian Selatan jauh lebih sedikit dari total penduduk karena banyaknya penduduk yang tinggal di wilayah utara Kabupaten. Hanya seperempat dari jumlah keseluruhan penduduk Kabupaten Garut tinggal di wilayah yang mencapai lebih dari setengah luas wilayah keseluruhan Kabupaten. Kepadatan bagian selatan jauh lebih dari wilayah utaranya. 50

16 Tabel III.6 Luas wilayah, jumlah dan kepadatan penduduk Menurut kecamatan tahun 2004 No Kecamatan Luas wilayah Jumlah penduduk (Ha) (jiwa) Kepadatan/Ha 1 cisewu caringin talegong Bungbulang mekarmukti pamulihan pakenjeng cikelet Pameungpeuk cibalong cisompet peundeuy singajaya cihurip Cikajang banjarwangi GARUT SELATAN KABUPATEN GARUT Sumber : BPS Kab. Garut dalam Pusat Penelitian dan Pengkajian Universitas Garut, Pusat Pertumbuhan Kabupaten Garut bagian Selatan Pada bagian selatan kabupaten Garut ditetapkan 3 buah pusat pertumbuhan, yaitu pada Kecamatan Bungbulang, Cikajang, dan Pameungpeuk Cikajang Kecamatan Cikajang yang luasnya sebesar Ha dan terdiri dari 11 desa, merupakan kecamatan yang memiliki kelerengan dominan sebesar 8-15 % untuk wilayah terbangun dan 15->40 % untuk wilayah tidak terbangun. Adapun dominasi pemanfaatan lahan untuk lahan tidak terbangun di kecamatan Cikajang adalah untuk perkebunan teh, sementara itu sebagian besar lahan tidak terbangun lainnya dipergunakan sebagai daerah hutan lindung untuk fungsi konservasi. Komoditas unggulan yang dihasilkan yaitu padi gogo, jagung, ubi kayu, komoditas hortikultura (kentang, kubis, sawi, wortel, cabe, tomat, bucis, dan labu siam), komoditas perkebunan (teh dan kopi), serta produksi daging ayam ras dan sapi. Kecamatan Cikajang juga merupakan salah satu daerah sentra peternakan domba 51

17 di Kabupaten Garut, komoditas unggulan yang dihasilkan yaitu kulit domba untuk aneka kerajinan kulit. Curah hujan di Kecamatan Cikajang rata-rata per tahunnya sebesar mm. Terkadang untuk bulan tertentu di bagian tengah kecamatan bisa melebihi 4000 mm per tahun. Sementara itu, ditinjau dari morfologinya, sebagian besar Kecamatan Cikajang berjenis tanah Asosiasi Regosol, yang merupakan jenis tanah subur untuk perkebunan teh. Secara geologi, Kecamatan Cikajang merupakan daerah yang dapat dibangun, dengan sebagian besarnya merupakan jenis batuan dari gunung api yang tak terurai dan plioses fasis sedimen. Hal ini menyebabkan perkebunan di Cikajang akan tumbuh subur dan cocok karena didukung oleh ketinggian ideal untuk perkebunan. Kecamatan Cikajang memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut : Utara : Kecamatan Bayongbong dan Cisurupan Timur : Kecamatan Banjarwangi Barat : Kecamatan Pamulihan Selatan : Kecamatan Cisompet dan Pakenjeng Tabel III.7 Sektor Dominan di Kecamatan Cikajang Tahun 2002 Sektor PDRB Sektor (Ribu Rp) Total PDRB Kecamatan (Ribu Rp) Pertanian,Peternakan, Kehutanan&Perikanan ,3 16,64489 Perdagangan, Hotel&Restoran , , Bank dan lembaga keuangan lainnya ,06298 Jasa-jasa ,17 2, Sumber : BPS Kabupaten Garut, 2002 PDRB Sektor/Kecamatan (%) Berdasarkan data ketenagakerjaan di Kecamatan Cikajang tahun 2003, sejumlah penduduk (60,5%) berprofesi sebagai petani, kemudian sejumlah 5838 penduduk (21,9%) berprofesi sebagai peternak. Maka dapat disimpulkan bahwa sektor dominan yang paling banyak menyerap tenaga kerja/ sebagai lapangan 52

18 kerja utama di Kecamatan Cikajang yaitu sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan meskipun nilai kontribusinya terhadap PDRB kecamatan tidak besar. Pola penggunaan lahan terbangun di Cikajang sebagian besar masih mengikuti pola jaringan jalan utama. Di beberapa titik di pusat-pusat kegiatan, ada beberapa yang sudah mulai membentuk pola bercabang. Perumahan di Cikajang masih menyebar di desa-desa. Di pusat kota kecamatan hanya merupakan permukiman untuk kegiatan perdagangan dan jasa. Pusat kota belum mampu tumbuh menjadi kota yang memiliki perumahan yang dekat dengan pusat kota karena pola jaringan jalannya yang masih linear (Fakta dan Analisis Studio Wilayah PWK ITB, 2005). Sesuai dengan kedudukannya sebagai kota berorde 2, Kecamatan Cikajang telah memiliki sarana perdagangan dan jasa yang cukup lengkap. Kecamatan Cikajang telah memiliki pasar yang cakupan pelayanannya sampai ke kecamatan-kecamatan lain di sekitar Kecamatan Cikajang. Sarana jasa lain yang terdapat di Kecamatan Cikajang adalah SPBU, yang merupakan satu-satunya SPBU yang terdapat di wilayah selatan Kabupaten Garut. Sarana perhubungan berupa terminal juga sudah terdapat di Kecamatan Cikajang Bungbulang Kecamatan Bungbulang memiliki luas sebesar 20,220 Ha dan terdiri dari 11 desa. Dominasi pemanfaatan lahan untuk lahan tidak terbangun di kecamatan Bungbulang adalah untuk hutan yaitu seluas Ha, sementara itu sebagian besar lahan tidak terbangun lainnya dipergunakan sebagai areal tegalan dan semak belukar. Luas lahan terbangun berupa perkebunan, dan persawahan, serta hanya sekitar 2% dari luas lahan Bungbulang dipergunakan untuk permukiman. Perekonomian Kecamatan Bungbulang didominasi oleh pertanian, khususnya komoditas padi memiliki potensi yang tinggi untuk dikembangkan di kecamatan ini. Kecamatan Bungbulang memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut : Utara : Kabupaten Bandung Timur : Kecamatan Pakenjeng, Pamulihan Barat : Kecamatan Caringin, Cisewu, Selatan : Kecamatan Mekarmukti, Samudera Indonesia 53

19 Tabel III.8 Sektor Dominan di Kecamatan Bungbulang Tahun 2002 Sektor PDRB Sektor (Ribu Rp) Total PDRB Kecamatan (Ribu Rp) PDRB Sektor/Kecamatan (%) Pertanian,Peternakan, 66, ,93 Kehutanan&Perikanan Perdagangan, 50213, ,06158 Hotel&Restoran Bank dan lembaga 6860,72 2, keuangan lainnya Jasa-jasa 21158,35 7, Industri Pengolahan 7870,71 2, Sumber :BPS Kabupaten Garut, 2002 Pola penggunaan lahan terbangun di Bungbulang sebagian besar masih mengikuti pola jaringan jalan utama, namun pada beberapa titik di pusat-pusat kegiatan sudah mulai membentuk pola bercabang. Perumahan tersebar di desa-desa dan di pusat kota kecamatan. Selain permukiman, pusat kota kecamatan terdiri atas kegiatan perdagangan, pertanian dan pemerintahan (Fakta dan Analisis Studio Wilayah PWK ITB, 2005) Pameungpeuk Kecamatan Pameungpeuk yang luasnya sebesar Ha dan terdiri dari 7 desa, merupakan kecamatan yang memiliki kelerengan dominan sebesar 0-8 % untuk wilayah terbangun dan 0-15 % untuk wilayah tidak terbangun. Adapun dominasi pemanfaatan lahan untuk lahan tidak terbangun di kecamatan Pameungpeuk adalah untuk pertanian lahan basah, sementara itu sebagian besar lahan tidak terbangun lainnya dipergunakan sebagai daerah hutan lindung untuk fungsi konservasi. Kecamatan Pameungpeuk memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut : Utara : Kecamatan Cisompet Timur : Kecamatan Cibalong Barat : Kecamatan Cikelet Selatan : Samudera Indonesia 54

20 Tabel III.9 Sektor Dominan di Kecamatan Pameungpeuk Tahun 2002 Sektor PDRB Sektor (Ribu Rp) Total PDRB Kecamatan (Ribu Rp) PDRB Sektor/Kecamatan (%) Pertanian,Peternakan, Kehutanan&Perikanan ,7 51,45791 Perdagangan, 42467,26 21,03257 Hotel&Restoran ,93 Jasa-jasa 17232,28 8, Industri Pengolahan 17152,29 8, Pengangkutan & Komunikasi 15903,95 7, Sumber: BPS Kabupaten Garut, 2002 Kegiatan dominan di Kecamatan Pameungpeuk adalah pertanian yang menyerap tenaga kerja cukup besar, yaitu petani, dengan komoditas padi sawah menjadi komoditas unggulan. Sebagai Kota Orde dua, kegiatan perdagangan berkembang pesat di alun-alun kota, begitu pula dengan kegiatan hotel dan restoran karena letak Kecamatan Pameungpeuk dekat dengan pantai yang berpotensi sebagai objek wisata.industri galian bukan logam berkembang karena terdapat sumber bahan baku industri ini yang terletak di sekitar pantai. Curah hujan di Kecamatan Pameungpeuk rata-rata per tahunnya sebesar mm. Sementara itu, ditinjau dari morfologinya, sebagian besar kecamatan Pameungpeuk berjenis tanah Asosiasi Podsolik dan di sebagian pantainya berjenis tanah Aluvial, yang merupakan jenis tanah subur untuk pertanian lahan basah. Secara geologi, Kecamatan Pameungpeuk merupakan daerah yang dapat dikembangkan, dengan sebagian besarnya merupakan jenis batuan dari miosen fasies sedimen dan alluvium. Pantai selatan Pameungpeuk juga sangat potensial untuk dikembangkan karena pemandangannya yang indah. Pola penggunaan lahan terbangun di Pameungpeuk sebagian besar masih mengikuti pola jaringan jalan utama. Di beberapa titik di pusat-pusat kegiatan, ada beberapa yang sudah mulai membentuk pola bercabang. Perumahan di Pameungpeuk masih menyebar di desa-desa. Di pusat kota kecamatan hanya merupakan permukiman untuk kegiatan perdagangan dan jasa perhotelan dan pemerintahan. Pusat kota belum mampu tumbuh menjadi kota yang memiliki 55

21 perumahan yang dekat dengan pusat kota karena pola jaringan jalannya yang masih linear (Fakta dan Analisis Studio Wilayah PWK ITB, 2005). Sesuai dengan fungsinya sebagai orde kedua, Kecamatan Pameungpeuk mempunyai fasilitas perdagangan dan jasa yang relatif lebih lengkap dibanding wilayah sekitarnya. Hal ini terlihat dengan adanya pasar, KUD, perbankan, perhotelan dan restoran yang sekaligus mendukung sektor pariwisata. Sedangkan dilihat dari sarana perhubungan, kondisi yang ada juga dalam keadaan yang cukup baik. Hal ini terlihat dari tersedianya angkutan umum yang menghubungkan kecamatan ini dengan dengan wilayah lain yang difasilitasi oleh terminal tipe B. Prasarana yang ada meliputi listrik, PDAM, dan jaringan telepon. Jaringan listrik di kecamatan ini sudah terpasang di seluruh bagian kecamatan, namun belum meliputi semua rumah tangga. 56

TAMBAH TANAM, LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIFITAS TANAMAN PADI SAWAH DI KABUPATEN GARUT TAHUN 2007

TAMBAH TANAM, LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIFITAS TANAMAN PADI SAWAH DI KABUPATEN GARUT TAHUN 2007 TAMBAH TANAM, LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIFITAS TANAMAN PADI SAWAH DI Kecamatan Tambah Tanam (1) (2) (3) (4) (5) 010. Cisewu 3.861 2.568 14.265 55,55 011. Caringin 1.611 1.383 7.673 55,48 020. Talegong

Lebih terperinci

Tambah Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Tanaman Padi Sawah di Kab. Garut 2008. Luas Panen (Ha)

Tambah Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Tanaman Padi Sawah di Kab. Garut 2008. Luas Panen (Ha) Tabel 5.1.03 : Tambah Tanam,, dan Tanaman Padi Sawah di Kab. Garut 2008 Tambah Tanam (Ton) (Kw) (1) (2) (3) (4) (5) 010. Cisewu 3.087 3.359 19.790 58.92 011. Caringin 1.308 1.110 6.524 58.77 020. Talegong

Lebih terperinci

TAMBAH TANAM, LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIFITAS TANAMAN PADI SAWAH DI KABUPATEN GARUT TAHUN 2006

TAMBAH TANAM, LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIFITAS TANAMAN PADI SAWAH DI KABUPATEN GARUT TAHUN 2006 TAMBAH TANAM, LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIFITAS TANAMAN PADI SAWAH DI KABUPATEN GARUT TAHUN 2006 Tambah Tanam (Ton) (Kw) (1) (2) (3) (4) (5) 010. Cisewu 2.925 3.669 19.642 53,54 011. Caringin 795

Lebih terperinci

Tambah Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Tanaman Padi Sawah di Kab. Garut Luas Panen (Ha)

Tambah Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Tanaman Padi Sawah di Kab. Garut Luas Panen (Ha) Tabel 5.1.03 : Tambah Tanam,, dan Tanaman Padi Sawah di Kab. Garut 2009 Tambah Tanam (Ton) (Kw) (1) (2) (3) (4) (5) 010. Cisewu 3.151 2.877 17.955 62,41 011. Caringin 1.562 1.503 9.345 62,18 020. Talegong

Lebih terperinci

JUMLAH SEKOLAH, KELAS, GURU, RUANG KELAS, MURID LULUSAN, MENGULANG DAN PUTUS SEKOLAH SD DI KABUPATEN GARUT TAHUN Guru R. Kelas Murid Lulusan

JUMLAH SEKOLAH, KELAS, GURU, RUANG KELAS, MURID LULUSAN, MENGULANG DAN PUTUS SEKOLAH SD DI KABUPATEN GARUT TAHUN Guru R. Kelas Murid Lulusan SD DI KABUPATEN GARUT TAHUN 2004 Kecamatan Sekolah Jml Rombel Guru R. Kelas Murid Lulusan Mengulang Putus Sekolah Cisewu 27 168 154 167 3.647 598 35 - Caringin 20 145 91 107 3.844 556 24 11 Talegong 23

Lebih terperinci

Jumlah Populasi Ternak Menurut Jenis di Kab. Garut Kecamatan Sapi Perah Sapi Potong Kerbau Domba Kambing Kuda

Jumlah Populasi Ternak Menurut Jenis di Kab. Garut Kecamatan Sapi Perah Sapi Potong Kerbau Domba Kambing Kuda Jumlah Populasi Ternak Menurut Jenis di Kab. Garut Kecamatan Sapi Perah Sapi Potong Kerbau Domba Kambing Kuda (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 010. Cisewu - 33 629 12,676 2,424-011. Caringin - 701 632 6,921

Lebih terperinci

TABEL PENDUDUK 7-24 TAHUN MENURUT KECAMATAN, JENIS KELAMIN, DAN PARTISIPASI BERSEKOLAH (SUSEDA KAB. GARUT 2005)

TABEL PENDUDUK 7-24 TAHUN MENURUT KECAMATAN, JENIS KELAMIN, DAN PARTISIPASI BERSEKOLAH (SUSEDA KAB. GARUT 2005) TABEL 3.19. PENDUDUK 7-24 TAHUN MENURUT, JENIS KELAMIN, DAN PARTISIPASI BERSEKOLAH Laki-laki pernah Masih bersekol- pernah Masih bersekol- pernah Masih bersekol- pernah Masih bersekolsekolah 010. Cisewu

Lebih terperinci

Jumlah Sekolah, Guru, dan Murid Sekolah Taman Kanak- Kanak di Kabupaten Garut Tahun Murid laki-laki

Jumlah Sekolah, Guru, dan Murid Sekolah Taman Kanak- Kanak di Kabupaten Garut Tahun Murid laki-laki Tabel 4.1.02 : Jumlah Sekolah, Guru, dan Murid Sekolah Taman Kanak- Kanak di Kabupaten Garut Sekolah Guru Murid laki-laki Murid Perempuan Total Murid (1) (2) (3) (4) (5) (6) 010. Cisewu 6 81 9 97 106 011.

Lebih terperinci

Sapi Potong. Kerbau Kuda Domba

Sapi Potong. Kerbau Kuda Domba 5.4. 01 : Jumlah Populasi Ternak Besar Menurut Jenis di Kab, Garut, 2010 Kecamatan Sapi Perah Sapi Potong Kerbau Kuda Domba Kambin g (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 010. Cisewu - 500 452-15.559 2.291 011.

Lebih terperinci

Jumlah Petugas Pelayanan Akseptor Baru Keluarga Berencana di Kabupaten Garut Tahun 2009

Jumlah Petugas Pelayanan Akseptor Baru Keluarga Berencana di Kabupaten Garut Tahun 2009 Tabel 4.2.19 : Jumlah Petugas Pelayanan Akseptor Baru Keluarga Berencana di Kabupaten Garut Tahun 2009 PLKB DOKTER BIDAN JUMLAH (1) (2) (3) (4) (5) 010. Cisewu 3-3 6 011. Caringin 3-2 5 020. Talegong 3-3

Lebih terperinci

Geografi. Kab. SUMEDANG. Kab. CIANJUR. Kab. TASIKMALAYA

Geografi. Kab. SUMEDANG. Kab. CIANJUR. Kab. TASIKMALAYA GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Fisik Daerah Geografi Kabupaten Garut secara geografis terletak di antara 6 0 56 49-7 0 45 00 Lintang Selatan dan 107 o 25 8-1088 o 7 30 Bujur Timur dengan batas wilayah

Lebih terperinci

Jumlah Populasi Ternak Menurut Jenis di Kab. Garut 2009

Jumlah Populasi Ternak Menurut Jenis di Kab. Garut 2009 Tabel 5.4. 01 : Jumlah Populasi Ternak Menurut Jenis di Kab. Garut 2009 Kecamatan Sapi Perah Sapi Potong Kerbau Kuda Domba Kambi ng (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 010. Cisewu - 60 549-11.099 2.415 011. Caringin

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GARUT RINGKASAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

PEMERINTAH KABUPATEN GARUT RINGKASAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 LAMPIRAN I : PERATURAN NOMOR TANGGAL : : 18 Tahun 2013 31 Desember 2013 PEMERINTAH KABUPATEN GARUT RINGKASAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA TAHUN ANGGARAN 2014 Rekening Hal 1 dari 2 1 2 3 4. PENDAPATAN

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 45 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Lokasi Administrasi Secara geografis, Kabupaten Garut meliputi luasan 306.519 ha yang terletak diantara 6 57 34-7 44 57 Lintang Selatan dan 107 24 3-108 24 34 Bujur Timur.

Lebih terperinci

Peternakan/Husbandary. Jumlah Populasi Ternak Besar Menurut Jenis di Kab. Garut Tahun 2012 Number of livestocks by Kind in Garut, 2012.

Peternakan/Husbandary. Jumlah Populasi Ternak Besar Menurut Jenis di Kab. Garut Tahun 2012 Number of livestocks by Kind in Garut, 2012. 5.4. 01 : Jumlah Populasi Ternak Besar Menurut Jenis di Kab. Garut Tahun 2012 Number of livestocks by Kind in Garut, 2012 Kecamatan District Sapi Perah Sapi Potong Kerbau Domba Kambing Kuda (1) (2) (3)

Lebih terperinci

: Persentase Penduduk Usia 10 Tahun menurut Ijasah/STTB yang Dimiliki di Kabupaten Garut Tahun 2012

: Persentase Penduduk Usia 10 Tahun menurut Ijasah/STTB yang Dimiliki di Kabupaten Garut Tahun 2012 4.1.01 : Persentase Penduduk Usia 10 Tahun menurut Ijasah/STTB yang Dimiliki di Kabupaten Garut Tahun 2012 Ijasah/STTB yang Dimiliki Laki-laki Male Perempuan Female Jumlah Total (1) (2) (3) (4) Tdk punya

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Administrasi Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 93 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH PADA PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (PD. BPR)

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang

Lebih terperinci

Gambar 1. Hasil Pengamatan Lapang

Gambar 1. Hasil Pengamatan Lapang Lampiran 86 Gambar 1. Hasil Pengamatan Lapang Gambar Gambar Longsor Sukalaksana, Kec.Sucinaraja X : 830452,Y : 9199898, Zona 48S Longsor Girimukti, Kec.Cisewu X : 77650,Y : 9188436, Zona 48S Longsor Pekenjeng,

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERTANIAN PADI KABUPATEN GARUT

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERTANIAN PADI KABUPATEN GARUT 37 BAB 3 GAMBARAN UMUM PERTANIAN PADI KABUPATEN GARUT Pada bab sebelumnya telah diuraikan mengenai konsep pengembangan wilayah berbasis pada sektor pertanian. Sektor pertanian dianggap penting dilihat

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 5.1. Kondisi Geografis V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 Lintang Selatan dan 104 o 48-108 o 48 Bujur Timur, dengan batas wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 27 2004 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 11 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI KECAMATAN DAN KELURAHAN DENGAN MENGHARAP BERKAT DAN RAHMAT ALLAH

Lebih terperinci

JADWAL PELATIHAN KURIKULUM DAN LOKASI PELATIHAN 2013

JADWAL PELATIHAN KURIKULUM DAN LOKASI PELATIHAN 2013 JADWAL PELATIHAN KURIKULUM DAN LOKASI PELATIHAN 2013 TPK KEC TANGGAL SDN LEUWIGOONG I LEUWIGOONG SDN BANYURESMI II BANYURESMI SDN KERESEK I CIBATU 1 SDN LIMBANGAN TIMUR II LIMBANGAN 2 s.d 6 SDN SELAAWI

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kab. Garut Tahun 2013 sebanyak 268,6 ribu rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kab. Garut Tahun 2013 sebanyak 268,6 ribu rumah tangga Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kab. Garut Tahun 2013 sebanyak 268,6 ribu rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Kab. Garut Tahun 2013 sebanyak 32 Perusahaan Jumlah perusahaan

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA BARAT BAGIAN SELATAN TAHUN

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA BARAT BAGIAN SELATAN TAHUN RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA BARAT BAGIAN SELATAN TAHUN 2010-2029 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 315 TAHUN 2011

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 315 TAHUN 2011 BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 315 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 446 TAHUN 2008 TENTANG PENETAPAN NAMA-NAMA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI,

Lebih terperinci

No Kawasan Andalan Sektor Unggulan

No Kawasan Andalan Sektor Unggulan LAMPIRAN I PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 22 TAHUN 2010 TANGGAL : 30 NOVEMBER 2010 TENTANG : RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI JAWA BARAT ARAHAN PEMBAGIAN WILAYAH PENGEMBANGAN I. KAWASAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 25 2004 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS PADA DINAS DAN LEMBAGA TEKNIS DAERAH DENGAN MENGHARAP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alam menyediakan berbagai potensi sumber daya yang dapat diolah dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Manusia dengan alam berada dalam konteks keruangan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sebuah proses dan sekaligus sistem yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sebuah proses dan sekaligus sistem yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah proses dan sekaligus sistem yang bermuara dan berujung pada pencapaian suatu kualitas manusia tertentu yang dianggap dan diyakini

Lebih terperinci

DAFTAR RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA TAHUN ANGGARAN 2012

DAFTAR RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA TAHUN ANGGARAN 2012 DAFTAR RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA TAHUN ANGGARAN 2012 SKPD ALAMAT : BADAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN GARUT : Jl. OTTISTA NO. 278 TAROGONG KIDUL NO Nama Kegiatan/Nama Paket Volume & Satuan Lokasi

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM WILAYAH

4 KONDISI UMUM WILAYAH 32 4 KONDISI UMUM WILAYAH Kondisi Geografis Kondisi Fisik Wilayah Kabupaten Garut adalah kabupaten yang berada di wilayah selatan Provinsi Jawa Barat. Memiliki luas 311.007,50 ha, dengan ibukota berada

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

sebagai kawasan konservasi serta kawasan lindung yang mengesankan seolaholah pamali untuk dijamah. (Bappeda Propinsi Jawa Barat,2005) Faktor lain

sebagai kawasan konservasi serta kawasan lindung yang mengesankan seolaholah pamali untuk dijamah. (Bappeda Propinsi Jawa Barat,2005) Faktor lain 2 sebagai kawasan konservasi serta kawasan lindung yang mengesankan seolaholah pamali untuk dijamah. (Bappeda Propinsi Jawa Barat,2005) Faktor lain yang mengakibatkan Jawa Barat Bagian Selatan seolah sulit

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.. Luas Wilayah Kota Tasikmalaya berada di wilayah Priangan Timur Provinsi Jawa Barat, letaknya cukup stratgis berada diantara kabupaten Ciamis dan kabupaten Garut.

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH JAWA BARAT SELATAN

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH JAWA BARAT SELATAN BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH JAWA BARAT SELATAN Bab sebelumnya telah memaparkan konsep pembangunan wilayah berkelanjutan dan indikator-indikatornya sebagai landasan teoritis sekaligus instrumen dalam

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009-2029 BAB V RENCANA KAWASAN STRATEGIS PROVINSI 5.1. Lokasi dan Jenis Kawasan Strategis Provinsi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) memuat penetapan Kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan salah satu bentuk penutup lahan di permukaan bumi yang

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan salah satu bentuk penutup lahan di permukaan bumi yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu bentuk penutup lahan di permukaan bumi yang terbagi menjadi beberapa golongan antara lain berdasarkan fungsinya yaitu hutan lindung untuk

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya sektor produksi primer seperti kegiatan sektor pertanian di negara negara yang sedang berkembang merupakan sektor yang masih cukup dominan. Secara logis

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI Administrasi Secara administrasi pemerintahan Kabupaten Sukabumi dibagi ke dalam 45 kecamatan, 345 desa dan tiga kelurahan. Ibukota Kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

Menunggu Jalur Lintas Selatan Pulau Jawa Menjadi Kenyataan

Menunggu Jalur Lintas Selatan Pulau Jawa Menjadi Kenyataan Menunggu Jalur Lintas Selatan Pulau Jawa Menjadi Kenyataan Pulau Jawa yang termasuk dalam kelompok Kawasan Telah Berkembang di Indonesia, merupakan wilayah dengan perkembangan perekonomian yang sangat

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang Hasil inventarisasi peraturan perundangan yang paling berkaitan dengan tata ruang ditemukan tiga undang-undang, lima peraturan pemerintah, dan empat keputusan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KETERKAITAN TIGA PUSAT PERTUMBUHAN KABUPATEN GARUT BAGIAN SELATAN

BAB IV ANALISIS KETERKAITAN TIGA PUSAT PERTUMBUHAN KABUPATEN GARUT BAGIAN SELATAN BAB IV ANALISIS KETERKAITAN TIGA PUSAT PERTUMBUHAN KABUPATEN GARUT BAGIAN SELATAN Bab analisis ini meliputi pembahasan mengenai keterkaitan melalui indikator keterkaitan desa-kota oleh Rondinelli dimana

Lebih terperinci

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Dalam memahami karakter sebuah wilayah, pemahaman akan potensi dan masalah yang ada merupakan hal yang

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

PENYUSUNAN RANCANGAN KALENDER TANAM BAWANG MERAH DAN CABE

PENYUSUNAN RANCANGAN KALENDER TANAM BAWANG MERAH DAN CABE PENYUSUNAN RANCANGAN KALENDER TANAM BAWANG MERAH DAN CABE Perubahan iklim global yang berimbas terhadap pola hujan dan menjadi kendala bagi Program Peningkatan Produksi Sayuran terutama cabai dan bawang

Lebih terperinci

SATU DATA PEMBANGUNAN JAWA BARAT PUSAT DATA DAN ANALISA PEMBANGUNAN (PUSDALISBANG) DAFTAR ISI DAFTAR ISI

SATU DATA PEMBANGUNAN JAWA BARAT PUSAT DATA DAN ANALISA PEMBANGUNAN (PUSDALISBANG) DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR ISI...... i 1. GEOGRAFI Tabel : 1.01 Luas Wilayah Provinsi Jawa Barat Dan Kabupaten/Kota... 1 Tabel : 1.02 Jumlah Kecamatan Dan Desa Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2011... 2 2. KETENAGAKERJAAN

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI 39 BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI 4.1 KARAKTERISTIK UMUM KABUPATEN SUBANG 4.1.1 Batas Administratif Kabupaten Subang Kabupaten Subang berada dalam wilayah administratif Propinsi Jawa Barat dengan luas wilayah

Lebih terperinci

REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TINGKAT KABUPATEN/KOTA

REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TINGKAT KABUPATEN/KOTA Lampiran 2 MODEL DB1 - PWP REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN UMUM TINGKAT KABUPATEN/KOTA KABUPATEN/KOTA PROVINSI : GARUT : JAWA BARAT A. SUARA SAH Garut Kota Karang pawitan Wanaraja PEROLEHAN

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Sejarah Kota Bekasi Berdasarkan Undang-Undang No 14 Tahun 1950, terbentuk Kabupaten Bekasi. Kabupaten bekasi mempunyai 4 kawedanan, 13 kecamatan, dan 95 desa.

Lebih terperinci

BAB III Gambaran Umum BAPPEDA Kabupaten Sukabumi. derajat Bujur Timur dan 60 derajat 57 sampai 70 derajat 25 Lintang

BAB III Gambaran Umum BAPPEDA Kabupaten Sukabumi. derajat Bujur Timur dan 60 derajat 57 sampai 70 derajat 25 Lintang 33 BAB III OBYEK LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN 3.1.1 Gambaran Umum BAPPEDA Kabupaten Sukabumi Kabupaten Sukabumi terletak antara 106 derajat 49 sampai 107 derajat Bujur Timur dan 60 derajat 57 sampai 70

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Desentralisasi sebagai suatu fenomena yang bertujuan untuk membawa kepada penguatan komunitas pada satuan-satuan pembangunan terkecil kini sudah dicanangkan sebagai

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH IV. KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1. Sejarah Kabupaten Bekasi Kabupaten Bekasi dibentuk berdasarkan Undang-Undang No.14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Dasar-Dasar Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

RKPD KABUPATEN GARUT TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH

RKPD KABUPATEN GARUT TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH RKPD RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GARUT TAHUN 205 Peningkatan Infrastruktur Dasar, Kinerja Aparatur Dan Tata Kelola Pemerintahan Dalam Pelayanan Publik Guna Mewujudkan Pemerintahan Yang Bermartabat.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pola pemanfaatan ruang pada kawasan perkotaan dicirikan dengan campuran yang rumit antara aktivitas jasa komersial dan permukiman (Rustiadi et al., 2009). Hal ini sejalan

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Soedarto (2009:179) Demam berdarah dengue adalah penyakit virus yang tersebar luas di seluruh dunia terutama di daerah tropis. Penderitanya adalah anak-anak

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2011 disusun berdasarkan ketentuan sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1 Wilayah Administrasi dan Letak Geografis Wilayah administrasi Kota Tasikmalaya yang disahkan menurut UU No. 10 Tahun 2001 tentang Pembentukan Pemerintah Kota Tasikmalaya

Lebih terperinci

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan 122 Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan IV.1 Kondisi/Status Luas Lahan Sawah dan Perubahannya Lahan pertanian secara umum terdiri atas lahan kering (non sawah)

Lebih terperinci

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95

Lebih terperinci

CATATAN PELAKSANAAN REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN BUPATI GARUT PUTARAN KEDUA DI TINGKAT KABUPATEN GARUT

CATATAN PELAKSANAAN REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN BUPATI GARUT PUTARAN KEDUA DI TINGKAT KABUPATEN GARUT Model DB.1 - KWK.KPU CATATAN PELAKSANAAN REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN BUPATI GARUT PUTARAN KEDUA DI TINGKAT KABUPATEN GARUT. Garut Kota Karang pawitan Wanaraja Sucinaraja Pangatikan

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM. Secara visualisasi wilayah administrasi dapat dilihat dalam peta wilayah Kabupaten Lebak sebagaimana gambar di bawah ini

BAB V GAMBARAN UMUM. Secara visualisasi wilayah administrasi dapat dilihat dalam peta wilayah Kabupaten Lebak sebagaimana gambar di bawah ini 69 BAB V GAMBARAN UMUM 5.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah Kabupaten Lebak terletak antara 6º18-7º00 Lintang Selatan dan 105º25-106º30 Bujur Timur, dengan luas wilayah 304.472 Ha (3.044,72 Km²) yang terdiri

Lebih terperinci

Pengarahan Pusat Pertumbuhan Melalui Analisis Keunggulan Komparatif di Kabupaten Garut

Pengarahan Pusat Pertumbuhan Melalui Analisis Keunggulan Komparatif di Kabupaten Garut 1 Pengarahan Pusat Pertumbuhan Melalui Analisis Keunggulan Komparatif di Kabupaten Garut Endah Djuwendah, Hepi Hapsari, Erna Rachmawati Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD 3.1.1 Permasalahan Infrastruktur Jalan dan Sumber Daya Air Beberapa permasalahan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pemanfaatan Lahan Aktual Berdasarkan hasil interpretasi citra satelit Landsat ETM 7+ tahun 2009, di Kabupaten Garut terdapat sembilan jenis pemanfaatan lahan aktual. Pemanfaatan lahan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim Provinsi Banten secara geografis terletak pada batas astronomis 105 o 1 11-106 o 7 12 BT dan 5 o 7 50-7 o 1 1 LS, mempunyai posisi strategis pada lintas

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Rencana Tata Ruang Wilayah diharapkan menjadi pedoman bagi seluruh pemangku kepentingan dalam pelaksanaan pembangunan di berbagai

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat 51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat Sumatera Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di pesisir barat Pulau Sumatera dengan ibukota

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Pertanian Perikanan Kehutanan dan Pertambangan Perindustrian, Pariwisata dan Perindustrian Jasa Pertanian merupakan proses untuk menghasilkan bahan pangan, ternak serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan regional memiliki peran utama dalam menangani secara langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. Peranan perencanaan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN

GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN Letak Geografis dan Luas Wilayah Kota Tangerang Selatan terletak di timur propinsi Banten dengan titik kordinat 106 38-106 47 Bujur Timur dan 06 13 30 06 22 30 Lintang

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kota Tangerang Selatan merupakan daerah otonom baru yang sebelumnya merupakan bagian dari Kabupaten Tangerang Provinsi Banten berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS Perencanaan pembangunan antara lain dimaksudkan agar Pemerintah Daerah senantiasa mampu menyelaraskan diri dengan lingkungan. Oleh karena itu, perhatian kepada mandat

Lebih terperinci

Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi. Jambi, 31 Mei 2016

Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi. Jambi, 31 Mei 2016 Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi Jambi, 31 Mei 2016 SUMBER PERTUMBUHAN PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA 1. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Jambi pada Februari 2015 sebesar 4,66

Lebih terperinci