BAB IV ANALISIS KETERKAITAN TIGA PUSAT PERTUMBUHAN KABUPATEN GARUT BAGIAN SELATAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS KETERKAITAN TIGA PUSAT PERTUMBUHAN KABUPATEN GARUT BAGIAN SELATAN"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISIS KETERKAITAN TIGA PUSAT PERTUMBUHAN KABUPATEN GARUT BAGIAN SELATAN Bab analisis ini meliputi pembahasan mengenai keterkaitan melalui indikator keterkaitan desa-kota oleh Rondinelli dimana setiap indikator memiliki kondisi dan karakteristik tersendiri yang membuat satu sama lainnya juga terkait dalam pengembangan suatu wilayah. 4.1 Keterkaitan Internal Kabupaten Garut bagian Selatan Wilayah studi terdiri atas 16 kecamatan dengan 3 kecamatan yang menjadi pusat pertumbuhan. Dalam keterkaitan internal ini dilihat keterkaitan antara ketiga pusat pertumbuhan dengan wilayah sekitarnya di dalam lingkup Kabupaten Garut bagian Selatan melalui indikator-indikator keterkaitan Keterkaitan Fisik Hubungan fisik dapat dilihat antara lain dari jaringan transportasi seperti jalan, jalur udara, laut, jaringan rel kereta api, serta dapat dilihat pula dari ketergantungan ekologis yang ada. Ketiga kota pusat pelayanan berada pada jarak yang berjauhan satu sama lain. Jika ditarik garis penghubung antara Kecamatan Bungbulang, Cikajang dan Pameungpeuk akan terbentuklah suatu segitiga yang hampir sama sisi. Disamping bentuk imajinatif tersebut, keterkaitan fisik antara ketiga kota ini tidaklah sederhana karena bervariasinya kondisi topografi wilayah. Terdapat hambatan dalam hubungan fisik antar pusat pertumbuhan dan antar kecamatan yang berupa kondisi wilayah yang berupa pegunungan, rawannya terjadi bencana longsor, dan minimnya akses. Sarana penghubung utama antara ketiga kota ini saat ini adalah jaringan jalan sebagai urat nadi penghubung antar wilayah serta media penyalur barang, dan orang. Tidak ada jenis jalur penghubung lainnya dikarenakan ketiadaan jalur udara. Sementara jalur laut tidak memungkinkan karena ketiadaan pelabuhan selain penangkapan ikan serta karakter laut selatan 57

2 yang berombak besar dan banyaknya karang. Dilihat dari sejarahnya, sebenarnya kawasan perkebunan teh yang ada di beberapa kecamatan sebenarnya pernah memiliki jalur kereta api. Jalur ini dibangun oleh pemerintah Belanda untuk mengangkut hasil produksi pertanian terutama perkebunan di wilayah selatan Kabupaten Garut. Saat ini beberapa stasiun-stasiun kereta tersebut masih berdiri dengan kondisi yang mengenaskan sementara hampir seluruh jaringan rel terputus karena pencurian maupun rusak. Tidak ada kereta yang melalui wilayah ini lagi. Kondisi ini mengakibatkan transportasi di wilayah ini hanya melalui jalur darat dalam bentuk kendaraan bermotor. Peran dari keterkaitan transportasi adalah memfasilitasi mekanisme aliran untuk memperkuat interaksi desa-kota dengan menyalurkan barang dan informasi. Kecamatan Cikajang merupakan akses utama ke area lebih selatan Kabupaten Garut mengingat posisinya yang berada paling utara, dan merupakan tempat terjadinya percabangan ke dua jalan utama menuju pusat pertumbuhan lainnya. Struktur jaringan jalan bagian selatan kabupaten Garut ini tidak seimbang dalam memberikan aksesibilitas bagi penduduk untuk pergi ke wilayah manapun yang dikehendakinya. Pusat pertumbuhan Pameungpeuk berada di arah tenggara, pusat pertumbuhan Bungbulang terletak di sebelah barat daya. Kedua pusat pertumbuhan dipisahkan dengan ketiadaan jalan jalur penghubung secara langsung selain oleh jalur lintas selatan pantai Jawa yang terletak beberapa kilometer di arah selatan. Terdapat jalan desa yang sebenarnya menghubungkan kedua sisi Kabupaten Garut ini, namun kondisinya masih berbatu dengan rute melewati hutan lindung dan gunung-gunung. Kondisi jalan propinsi dan Kabupaten di wilayah ini masih relatif baik, sementara jalan desa atau kecamatan banyak yang berupa jalan tanah atau batu yang dalam kondisi memperihatinkan karena sudah bertahun-tahun lamanya sejak jalan tersebut tidak diperbaiki. Buruknya kondisi jaringan jalan ini selain karena kondisi topografis Kabupaten Garut bagian Selatan yang memang berstruktur tanah yang rentan longsor bisa juga mengindikasikan ketertinggalan sektor perhubungan. Sektor ini merupakan urat nadi dari pengembangan suatu wilayah. Kondisi ini mempersulit aktivitas masyarakat dan mengurangi produktivitas dan pengiriman baik barang maupun pelayanan dari kota atau wilayah lain. Rendahnya akses ke pusat-pusat pertumbuhan mengakibatkan biaya transportasi menjadi lebih tinggi dibanding dengan nilai jual komoditas. 58

3 gbr 4.1 peta jaringan jalan 59

4 Dengan topografi yang bervariasi, Kabupaten Garut bagian Selatan memiliki guna lahan perkebunan dan hutan lindung yang dominan. Wilayah utara wilayah studi banyak diperuntukkan sebagai kawasan lindung. Batas bagian selatan wilayah studi ini adalah Samudera Hindia, dengan karakteristik daerah pesisir selatan pulau Jawa berupa topografi yang terjal, perairan dalam, pola arus yang dipengaruhi arus samudra hindia, dan vegetasi yang relatif tidak ada. Pantai umumnya berupa pantai karang, pantai jenis ini baik untuk produksi perikanan, namun kurang cocok untuk dijadikan pantai untuk berenang bagi para wisatawan. Permukiman di Kabupaten Garut bagian Selatan berada terpencar-pencar sepanjang jalan utama, baik berupa jalan propinsi atau jalan kabupaten. Disamping itu masih terdapat pula perkampungan permukiman yang berjarak sangat jauh dari pusat kegiatan dengan jarak tempuh ke jalan raya bisa mencapai berjam-jam dengan menggunakan motor atau berjalan kaki. Ketiga kota-kecamatan di pusat pertumbuhan memiliki wilayah permukiman yang tergolong paling luas dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan di sekitarnya. Pola permukiman yang tersebar-sebar ini menjadikan rendahnya kesatuan masyarakat dalam berinteraksi, mengingat jauh dan lamanya jarak yang harus ditempuh antar permukiman. Sistem penggunaan sumber daya pada area hinterland ditentukan oleh pola permukiman, apakah tersebar atau mengumpul. Sistem permukiman yang terpencar menunjukkan kombinasi permukiman dari fungsi yang berbeda. Pada sistem permukiman yang mengumpul semua sistem permukiman yang berbeda ukuran dalam suatu wilayah terhubung secara fisik sehingga interaksi yang terjadi dapat terjadi secara lebih efektif dan efisien. Wilayah perdesaan dengan sistem permukiman yang lebih seimbang dan terintegrasi akan memiliki kesempatan lebih besar. Pola permukiman di Kabupaten Garut bagian Selatan menjadi salah satu hambatan dalam pengembangan wilayahnya, karena komunitas dan aktivitas produksi yang kurang terintegrasi sehingga tidak menimbulkan interaksi yang lebih antar penduduk dan market center-nya, bahkan dengan kota-kota pada hierarki diatasnya. 60

5 Gr 4.2 Peta guna lahan 61

6 Gambar 4.3 Kondisi Jaringan Jalan Tahun 2006 *Jalan Propinsi **Jalan Kabupaten Keterkaitan Ekonomi Keterkaitan dalam sektor perekonomian mungkin merupakan keterkaitan yang paling mencolok dalam hubungan yang terjadi antara suatu desa dan kota. Keterkaitan ekonomi disini dilihat dari segi pemasarannya. Keterkaitan pemasaran merefleksikan sistem ekonomi pada suatu wilayah. Keterkaitan pemasaran berkaitan dengan aliran barang dari produksi ke konsumsi akhir melalui berbagai jalur pemasaran. Area perkotaan dalam suatu wilayah perdesaan berfungsi sebagai pertukaran barang yang diproduksi baik di wilayah perdesaan itu sendiri maupun yang berasal dari kota besar. Ketiga kota kecil ini berperan dalam pertukaran barang hasil-hasil produksi lokal yang mayoritas adalah produksi pertanian. Pertanian bukanlah sektor perekonomian satu-satunya di wilayah Garut bagian Selatan, namun sektor inilah yang menafkahi mayoritas penduduknya, seperti dapat dilihat pada tabel 4. Kebanyakan input-input pertanian yang merupakan sektor dominan perekonomian perdesaan datang dari lembaga di kota. Menurut Pradhan (2003), pasar utama produk-produk pertanian berada pada kawasan perkotaan. Kondisi ini secara nyata terjadi dalam hubungan antara pusat pertumbuhan di wilayah Garut bagian Selatan dengan wilayah sekitarnya, yaitu desa-desa di kecamatan-kecamatan hinterlandnya. 62

7 Tabel IV.1 Proporsi Tenaga Kerja di setiap bidang (%) No Kecamatan Pertanian Perkebunan Perdagangan Jasa Industri 1 cisewu caringin talegong Bungbulang mekarmukti pamulihan pakenjeng cikelet Pameungpeuk cibalong cisompet peundeuy singajaya cihurip Cikajang banjarwangi Sumber : Pusat Penelitian dan Pengkajian Universitas Garut, 2005 Ekonomi sektoral Kabupaten Garut didominasi oleh sektor pertanian dan perdagangan baik partai besar atau eceran. Meski demikian, aktivitas ekonomi dominan bagian selatan Kabupaten Garut lebih berkutat pada sektor pertanian, seperti dapat dilihat pada tabel 4.3. Produksi-produksi pertanian tersebut umumnya dipergunakan untuk konsumsi pribadi dan sebagian juga dikirim keluar dari masingmasing kecamatan. Tidak terdapat industri besar di Kabupaten Garut bagian Selatan, melainkan hanya sebatas industri rumah tangga yang tidak berkontribusi besar pada PDRB. Meski demikian industri-industri ini ternyata turut menyokong perekonomian masyarakat, seperti misalnya industri opak, dodol/wajit, gula/aren di Kecamatan Bungbulang, atau gula kelapa, mebeul, dan bata merah di Pameungpeuk. Setiap kecamatan mempunyai produk unggulannya masing-masing, dan seperti dengan pemasaran produk hasil pertanian, produk-produk ini selain untuk konsumsi pribadi yang tidak seberapa, dijual melalui pedagang dan bandar ke luar dari kecamatannya. 63

8 KECAMATAN pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan (1) Tabel IV.2 Nilai LQ Berdasarkan PDRB Kabupaten Garut bagian Selatan Tahun 2002 pertambangan dan penggalian (2) industri pengolahan (3) listrik, gas dan air bersih (4) bangunan/ konstruksi (5) Perdagangan hotel dan restoran (6) angkutan dan komunikasi (7) bank dan lembaga keuangan lainnya (8) Cikajang Banjarwangi Singajaya Cisompet Cihurip Cibalong Peundeuy Pameungpeuk Cikelet Cisewu Caringin Talegong Bungbulang Pakenjeng Pamulihan Sumber : Hasil Analisis LQ berdasarkan PDRB menurut lapangan usaha th (atas dasar harga berlaku), Studio Perencanaan Wilayah ITB 2005 jasajasa (9) 64

9 Produk pertanian tanaman pangan merupakan salah satu produk sektor pertanian yang dominan di tiap kecamatan di Kabupaten Garut bagian Selatan. Distribusi hasil produksi tanaman pangan ini dilakukan oleh kolektor, baik tingkat perdesaan atau kecamatan yang disalurkan ke bandar yang berlokasi di kecamatan yang memiliki pasar harian. Sebagian kecil dari hasil produksi tersebut dialirkan lagi ke pasar lokal, sementara selebihnya disalurkan ke bandar utama yang berada di luar Kabupaten Garut bagian Selatan yaitu pasar Guntur Tarogong, atau langsung ke bandar besar di Bandung, Jakarta, Bekasi bahkan Batam. Kota kecil sebagai market center lebih berfungsi untuk pemenuhan/pembelian barang konsumsi penduduk sedangkan penjualan barang itu tidak terlalu memerlukan pasar. Hanya terdapat dua pasar induk di wilayah Garut bagian Selatan, sisanya hanya berupa pasar-pasar harian di hampir setiap kecamatan. Kondisi dimana masih terdapat kecamatan yang tidak memiliki pasar ini menimbulkan keterkaitan dari segi perekonomian. Sebagai contohnya, pasar Cikajang banyak didatangi oleh pembeli dari Peundeuy dan Singajaya yang bertujuan untuk menjual lagi barang-barang tersebut baik pada pasar harian di daerahnya atau di warung-warung permukiman. Terdapat perbedaan hasil produksi masing-masing kecamatan juga menyebabkan terjadinya pula alur pertukaran barang dagangan, pedagang di kecamatan Pameungpeuk terkadang membeli sayur-sayuran dari Pasar Cikajang, dan sebaliknya menjual hasil produksi perikanan. Kegiatan perdagangan ini telah menimbulkan keterkaitan lintas wilayah pusat pertumbuhan Keterkaitan Mobilitas Penduduk Mobilitas yang dimaksud disini adalah suatu aktivitas yang berkaitan dengan perpindahan tempat atau pergerakan yang dilakukan orang atau sekelompok orang untuk tujuan tertentu. Dari segi hukum pada PP No. 27 tahun 1994 mobilitas penduduk diartikan sebagai gerak keruangan penduduk melewati batas administrasi Daerah Tingkat II. Terdapat dua jenis mobilitas yaitu permanen dan temporal. Mobilitas penduduk yang sifatnya permanen menunjukkan jumlah penduduk di wilayah Kabupaten Garut bagian Selatan yang datang maupun pindah ke luar wilayah untuk kemudian menetap, sedangkan mobilitas non-permanen menunjukkan pergerakan ulang-alik (commuting) penduduk dari satu tempat ke tempat yang lain namun tidak menetap. 65

10 Tabel IV.3 Migrasi Penduduk Per Kecamatan Kabupaten Garut bagian Selatan Tahun 2004 No Kecamatan Jumlah penduduk Datang Pindah 1 Singajaya Banjarwangi Peundeuy Pameungpeuk Cisompet Cikelet Cibalong Bungbulang Pakenjeng Cisewu Talegong Sumber : Kantor Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Garut 2006 Tidak terdapat satupun data mengenai komuter pada wilayah studi. Ketiadaan data ini mengindikasikan dua hal: data yg tidak mewakili atau ketiadaan perilaku ulangalik masyarakat, baik karena rendahnya kemampuan masyarakat maupun ketiadaan alasan untuk melakukan perjalanan bolak-balik. Kendala dalam melakukan perjalanan bolak-balik adalah jarak dan waktu tempuh yang panjang dan waktu tempuh yg lama krn kondisi jalan yg buruk. Jarak untuk mencapai masing-masing kecamatan dapat dilihat pada tabel 4.4. Keberadaan jalur lintas selatan yang mulai dioperasikan sejak sekitar akhir tahun 2004 telah membuka banyak keuntungan bagi aksesibilitas penduduk. Kedua kota pusat pertumbuhan yang terletak di selatan kini terhubungkan dengan jarak dan waktu tempuh yang lebih cepat. Sebelum berfungsinya lintas selatan besar jarak yang harus ditempuh bagi masyarakat di Bungbulang untuk mencapai Pameungpeuk dan sebaliknya mencapai ratusan kilometer. Hal ini disebabkan hanya ada satu buah jalan yang mengakibatkan masyarakat harus memutar ke arah utara terlebih dahulu, yaitu melewati Cikajang, baru bisa tiba di sisi lain dari Kabupaten Garut bagian Selatan. Perbedaan jarak yang diperkecil oleh ketersediaan lintas selatan ini mencapai puluhan kilometer, dan mempersingkat waktu dari sekitar 5 jam menjadi sekitar 2 jam dengan menggunakan kendaraan bermotor. Meski hal ini bisa membuka kesempatan-kesempatan untuk mengembangkan potensi lokal terutama pada wilayah barat Kabupaten Garut 66

11 bagian Selatan, namun belum ada data terbaru mengenai hasil dari pengurangan hambatan fisik ini. Tabel IV.4 Jarak Antar Ibukota Kecamatan di Kabupaten Garut (Km) No Kecamatan Garut Kota Tarogong Kidul Tarogong Kaler Cikajang Banjarwangi Singajaya peundeuy Pameungpeuk Cisompet Cikelet Cibalong Bungbulang Cisewu Pakenjeng Pamulihan Talegong Nomor Kec Garut Kota Trg Kidul Trg Kaler Sumber : BPS Kabupaten Garut 2004 Cikajang Banjarwangi Singajaya peundeuy Pameungpeuk Cisompet Cikelet Cibalong Bungbulang Cisewu Pakenjeng Pamulihan Talegong Keberadaan angkutan perdesaan (umumnya adalah jenis kendaraan yg disebut elf) juga berpengaruh terhadap tingkat pergerakan dan mobilitas masyarakat, terlebih lagi untuk daerah dengan kontur dan jarak yang sulit ditempuh oleh kendaraan tidak bermotor. Minimnya jumlah angkutan mengurangi frekuensi kendaraan pergerakan masyarakat. Untuk mobilitas penduduk yang sifatnya non-permanen, pergerakan yang terjadi tidak dapat terdeteksi secara kuantitatif, lebih banyak disimpulkan dari hasil pengamatan dan wawancara. Pergerakan ulang-alik yang terjadi di internal wilayah lebih banyak terjadi secara harian dengan frekuensi yang relatif rendah. 67

12 Tabel IV.5 Jumlah Angkutan Antar Kecamatan yang Beroperasi Menurut Jurusan/Trayek Tahun 2004 Jurusan/trayek Target Menurut Perda Kendaraan yang Beroperasi Garut-Pameungpeuk-cikelet Garut-Pameungpeuk Garut-Miramare 40 9 Garut-Cimari Garut-Singajaya Garut-Bungbulang Garut-Cikajang Garut-singajaya-miramare Garut-Bungbulang-cisewu 10 3 Garut-Bungbulang-rancabuaya 10 5 Garut-Bungbulang-tanjungjaya 5 2 Garut-Bungbulang-cijayana 5 1 Garut-singajaya-pangrumasan 5 2 Sumber : Dinas Perhubungan Kab. Garut Rendahnya ketersediaan angkutan, jauhnya jarak tempuh, serta lamanya waktu yang dibutuhkan untuk berinteraksi antar kecamatan mengakibatkan rendahnya mobilitas penduduk antar kecamatan di wilayah Kabupaten Garut bagian Selatan, baik secara permanen maupun non-permanen Keterkaitan Interaksi Sosial Menurut indikator Rondinelli, keterkaitan interaksi sosial terjadi dalam bentuk pola kunjungan, pola kekeluargaan, ritual dan aktivitas religius, dan Interaksi kelompok sosial. Interaksi yang terjadi pada ketiga kecamatan ini dengan wilayah sekitarnya boleh dikatakan sangat minim. Hal ini didasari oleh ketiadaan alasan yang menyebabkan kunjungan yang menentu antar penduduk. Terpencarnya permukiman pun turut mengindikasikan rendahnya keterkaitan interaksi sosial antar penduduk di wilayah Garut bagian Selatan. Jalinan kekeluargaan memang terjadi, namun tidak terdapat pola kunjungan tertentu, karena warga yang memiliki hubungan persaudaraan di kota/kecamatan yang berbeda saling berkunjung tanpa terjadwal atau pada waktu-waktu rutin. Interaksi yang terjadi hanya sekedar interaksi-interaksi bermotif ekonomi dan kebutuhan pelayanan. Interaksi bermotif ekonomi berupa kegiatan-kegiatan jual beli yang dilakukan pada ketiga pusat pertumbuhan, ataupun kegiatan bekerja. Terdapat interaksi dalam motif mencari 68

13 mata pencaharian dalam lingkup wilayah Garut bagian Selatan. Meski demikian pekerjaan yang dilakukan sebenarnya tidak jauh berbeda dengan pekerjaan yang dilakukan penduduk di tempat asalnya. Motif pelayanan terjadi saat penduduk menggunakan pelayanan diluar wilayah tempat tinggalnya. Hal ini mengindikasikan bahwa kota pusat pertumbuhan ini dikunjungi atas tujuan mencari pelayanan dan ekonomi. Pradhan (2003) mengatakan dalam hubungan desa kota banyak pekerja dari perdesaan mencari pekerjaan di kota sehingga mengurangi kebutuhan pekerja perdesaan Keterkaitan Penyediaan Pelayanan Salah satu faktor yang membedakan suatu kawasan perkotaan dengan desa atau perdesaan adalah dari segi penyediaan pelayanannya. Keterkaitan penyediaan pelayanan dapat dijabarkan melalui sistem penyediaan pendidikan, kesehatan, sistem transportasi dan komunikasi, serta jaringan kredit dan finansial. Ketersediaan pelayanan ini memberikan dukungan terhadap keterkaitan sosial dan ekonomi. Keterkaitan teknologi dapat dilihat dari segi jaringan telekomunikasi, ketersediaan air, sistem pengairan, alur energi dan irigasi. Komponen-komponen teknologi ini berkaitan erat dengan peningkatan produksi pada daerah kota dan desa. Keberadaan keterkaitan teknologi yang terjadi sangat erat dengan keberadaan penyediaan pelayanan. Hal ini terjadi karena teknologi yang berperan besar dan berlingkup luas untuk kasus Kabupaten Garut bagian Selatan adalah energi listrik dan telekomunikasi, dimana keduanya juga merupakan salah satu bentuk pelayanan umum. Kesehatan Ketersediaan pelayanan kesehatan merupakan salah satu kebutuhan mendasar bagi masyarakat, dan harus dapat diakses oleh semua manusia. Banyak dari pelayanan sosial dan kesehatan yang melayani kebutuhan dasar manusia di perdesaan disalurkan dari perkotaan (Pradhan, 2003). Pelayanan dari fasilitasfasilitas ini tidak terbatas hanya untuk suatu batas administratif atau wilayah tertentu. Untuk wilayah Kabupaten Garut bagian Selatan keberadaan fasilitas kesehatan hanya sebatas puskesmas saja. Belum ada rumah sakit khusus untuk melayani wilayah ini, sehingga untuk melayani penyakit yang tak teratasi oleh 69

14 puskesmas penduduk harus ke rumah sakit di Kota Garut. Ketiga pusat pertumbuhan memiliki fasilitas lebih daripada wilayah sekitarnya yaitu dengan keberadaan puskesmas dengan fasilitas rawat inap. Hal ini menyebabkan ketiga pusat pertumbuhan ini menjadi rujukan pertama dalam pelayanan fasilitas kesehatan untuk wilayah sekitarnya. Tabel IV.6 Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Garut bagian Selatan Tahun 2003 No Kecamatan Puskesmas Lengkap Pembantu Keliling Balai Pengobatan BKIA Toko Obat Apotek umum dokter 1 Cikelet Pameungpeuk Cibalong Cisompet Peundeuy Singajaya Cihurip Cikajang Banjarwangi Cisewu Caringin Talegong Bungbulang Mekarmukti Pamulihan Pakenjeng Sumber : BPS Kabupaten Garut 2004 gigi 70

15 Pendidikan Pendidikan berperan pada peningkatan kualitas SDM serta pada taraf hidup masyarakat. Setiap kecamatan sudah memiliki sarana pendidikan hingga tingkat SMA dengan jumlah yang berbeda-beda. Pelayanan pendidikan tersebut tersebar merata di setiap kecamatan terutamanya untuk pendidikan dasar (SD dan SMP), sedangkan untuk pendidikan menengah tidak semua kecamatan dilayani Dari sisi kemudahan untuk menjangkau lokasi rata-rata berada pada kondisi mudah dijangkau sebagaimana yang dapat dilihat pada Tabel 4.8. Menurut pihak ketiga pusat pertumbuhan, sarana pendidikan di kecamatan Cikajang dan Pameungpeuk seringkali digunakan oleh penduduk yang tinggal di luar kecamatannya disebabkan faktor lokasi yang berdekatan dan kualitas pendidikan yang konon lebih bagus. Hal yang sama juga terjadi dalam hubungan Bungbulang dengan kecamatan-kecamatan sekitarnya. Hal ini mengindikasikan terdapat keterkaitan dari segi pelayanan pendidikan antara pusat pertumbuhan dan wilayah sekitarnya. Hal ini sesuai dengan data yang terdapat di instansi pusat mengenai banyaknya jumlah dan kualifikasi pelayanan pendidikan. 71

16 Tabel IV.7 Jumlah Desa Terpencil dan tingkat kesulitan ke sekolah Tahun 2005/2006 Desa Desa Tingkat kesulitan ke SD+MI Tingkat kesulitan kesmp+mts Tingkat kesulitan ke SM + MA No. Kecamatan Sulit Sulit Mudah Sulit Mudah Sulit Mudah Sulit Sulit Sekali Seluruhnya Terpencil Sekali Sekali 1) 2) 1) 2) 1) 2) 3) 3) 3) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) 1 Banjarwangi Bungbulang Caringin Cibalong Cihurip Cikajang Cikelet Cisewu Cisompet Mekarmukti Pakenjeng Pameungpeuk Pamulihan Pendeuy Singajaya Talegong Jumlah Sumber : Catatan: 1) Lajur ini diisi dengan jumlah sekolah yang mudah dijangkau 2) Lajur ini diisi dengan jumlah sekolah yang sulit dijangkau 3) Lajur ini diisi dengan jumlah sekolah yang sangat sulit dijangkau 72

17 Perdagangan Fasilitas untuk pelayanan perdagangan antara lain berupa keberadaan pasar sebagai tempat transaksi jual beli. Untuk kawasan Kabupaten Garut bagian Selatan hanya terdapat 2 pasar yang masing-masing terletak pada kecamatan Cikajang dan Pameungpeuk. Kecamatan-kecamatan lain hanya memiliki hari pasar, dengan pedagang yang umumnya sama. Berdasarkan hasil wawancara kepada kepala pasar Bungbulang, pelaku-pelaku pasar untuk wilayah Bungbulang dan sekitarnya kebanyakan adalah warga Bungbulang yang berpindah-pindah ke berbagai kecamatan sekitarnya sesuai hari pasar yang dimiliki masing-masing kecamatan. Pedagang-pedagang tersebut membeli barang dagangannya langsung dari Garut Kota dan Bandung, menggunakan mobil-mobil box dan angkutan umum dengan bantuan para bandar. Para bandar ini merupakan pedagang-pedagang besar yang berdomisili baik di Bandung dan memang orang asli Bungbulang. Untuk pedagang di Pameungpeuk dan Cikajang selain datang dari penduduk asli, banyak pula yang datang dari Garut Kota bahkan kabupaten lain yaitu Tasikmalaya. Barang-barang yang dijual di pasar-pasar ini merupakan barang-barang kebutuhan sehari-hari, tekstil, hingga perhiasan. Untuk bahan makanan dan perabotan barang yang dijual berasal dari Garut kota, tekstil berasal dari Bandung, dan beberapa barang jadi justru datang dari Jakarta. Gambar 4.4 Suasana Sehari-hari Pasar Kabupaten Garut bagian Selatan 73

18 Energi Bentuk energi yang paling utama adalah listrik. Untuk wilayah Garut bagian Selatan penyediaan listrik nyaris secara keseluruhan dilakukan oleh PLN, karena memang masih terdapat beberapa kampung di beberapa desa dan kecamatan yang belum dialiri aliran listrik. Sistem penyediaan listrik oleh PLN ini berupa jaringan-jaringan, dengan keberadaan gardu-gardu induk. Untuk wilayah Kabupaten Garut bagian Selatan terdapat Gardu induk yang berada di Kecamatan Pameungpeuk dan Pamulihan. Pelayanan listrik di wilayah Garut Selatan dilayani oleh wilayah kerja ranting Cikajang. Sistem distribusi jaringan ini diatur sedemikian rupa oleh PT. PLN APJ Garut yang terletak di Garut Kota. Pelayanan energi berupa pemasangan dan perawatan yang diatur oleh pusat ini mengakibatkan keterkaitan dalam pelayanan energi hanya berupa dari segi teknis dan lokasi saja. Untuk sistem pembayaran sudah dilakukan di kecamatan masing-masing, dan masyarakat tinggal menikmati keberadaan listrik saja. Dari sisi energi listrik ini, keterkaitan teknologi yang muncul sifatnya lintas wilayah cakupan. Semua kecamatan yang berada dalam lingkup Kabupaten Garut bagian Selatan tidak terikat secara spasial dengan ketiga pusat pertumbuhan yang ada, yaitu Kecamatan Cikajang, Kecamatan Pameungpeuk, dan Kecamatan Bungbulang. Keterkaitan yang terjadi justru dengan sumber energi listrik. Tabel IV.8 Cakupan Pelayanan Gardu Induk Kabupaten Garut Bagian Selatan Tahun 2005 GARDU INDUK WILAYAH CAKUPAN Gardu Induk (GI) Santosa - Kec. Talegong Gardu Induk (GI) Pameungpeuk - Kec. Cikelet - Kec. Caringin - Kec. Cisewu - Kec. Pameungpeuk - Kec. Cikalong - Kec. Peundeuy - Kec. Cisompet Gardu Induk (GI) Sumadra - Kec. Singajaya - Kec. Cikajang - Kec. Cisurupan - Kec. Banjarwangi - Kec. Pakenjeng - Kec. Pamulihan - Kec. Bungbulang - Kec. Caringin - Kec. Cisewu Sumber : PT. PLN,

19 Perhubungan Keberadaan sarana perhubungan merupakan pendukung perkembangan wilayah dalam rangka memudahkan mobilitas dan interaksi penduduk. Adanya terminal mengindikasikan keberadaan rute angkutan yang rutin melewati daerah tersebut. Keberadaan terminal di ketiga pusat pelayanan mengindikasikan perannya terhadap kondisi perhubungan wilayahnya. Tabel IV.9 Keberadaan Fasilitas Perhubungan Kabupaten Garut bagian Selatan Sub Terminal Kecamatan BUS NON-BUS Pameungpeuk 1 1 Singajaya 1 1 Cikajang 1 1 Bungbulang 1 1 Sumber : BPS Kabupaten Garut 2004 Seperti terlihat pada tabel 4.9, ketiga pusat pertumbuhan memiliki sub terminal baik bus maupun non-bus. Satu terminal lainnya terdapat di kecamatan Singajaya yang melayani wilayah timur laut Kabupaten Garut bagian Selatan. Untuk wilayah barat daya dari Kabupaten Garut bagian Selatan dilayani oleh terminal di Kecamatan Bungbulang, dan untuk di tenggara dilayani terminal di Pameungpeuk. Masih terdapat kecamatan yang belum terjangkau oleh angkutan umum yaitu kecamatan Talegong yang terletak paling barat laut Kabupaten Garut bagian Selatan, dan dari segi jarak justru lebih dekat dengan kecamatan di Kabupaten Bandung. 75

20 Gambar 4.5 Keterkaitan Sarana Perhubungan antar Kecamatan Kabupaten Garut bagian Selatan Kabupaten Bandung Kabupaten Garut bagian Utara Cikajang Cihurip Talegong Singajaya Peundeuy Banjarwangi Cisewu Pakenjeng Cibalong Pamulihan Bungbulang Pameungpeuk Cisompet Caringin Cikelet Mekarmukti Antar terminal Rute angkutan Ketiadaan angkutan / menggunakan ojek Telekomunikasi Berdasarkan penelitian Rural Urban Partnership Programme (RUPP) yang dilakukan oleh UNDP dan UNHCS pada tahun 1998 di Nepal, Faktor penting dalam interaksi antara kota dan hinterland-nya yaitu kebutuhan akan sarana transportasi dan komunikasi, begitu pula dengan delivery system pelayanan atas urban-based functions. Kedua komponen ini mempunyai peran paling penting dalam menimbulkan keterkaitan yang efektif antara market-town dan hinterland-nya. Sarana-prasarana juga merupakan salah satu dari keenam indikator suatu wilayah tertinggal yang dikemukakan oleh kementrian percepatan pembangunan kawasan tertinggal. 76

21 Sarana komunikasi yang paling umum digunakan adalah pos dan telepon. Pada bagian selatan kabupaten Garut belum semua desa dan kecamatan terlalui jaringan telekomunikasi, jikapun ada kebanyakan jaringan ini hanya menjangkau ibukota kecamatan saja. Di bagian selatan Kabupaten baru terdapat beberapa kecamatan yang memiliki jaringan telepon. Pada tahun 2004 hanya kecamatan Cikajang, Cisompet, dan Pameungpeuk yang sudah dilalui jaringan telepon, namun pada tahun 2005 jaringan tersebut sudah mencakupi wilayah barat Kabupaten Garut bagian Selatan yaitu pada kecamatan Bungbulang. Meski demikian jaringan ini hanya dapat dinikmati oleh segelintir penduduk yang tinggal di ibukota kecamatan saja. Sebelumnya kecamatan ini hanya mengandalkan telepon satelit atau pos untuk bisa berkomunikasi dengan wilayah diluarnya. Kondisi ini terjadi disebabkan oleh beratnya medan yang mengakibatkan mahalnya biaya yang harus dikeluarkan untuk pembuatan jaringan, terlebih lagi perawatannya. Desa-desa di Kabupaten Garut bagian Selatan memiliki letak yang berpencaran dan melalui banyak hambatan fisik seperti dan daerah rawan bencana. Kondisi ini akan tidak menguntungkan bagi PT. Telkom karena sedikitnya pengguna di masing-masing lokasi yang berjauhan, terlebih lagi mengingat rentannya terjadi longsor yang terkenal sering memutuskan jaringan jalan. Alternatif lain dalam jaringan telekomunikasi ini yaitu jasa telekomunikasi selular yang dikelola oleh swasta. Terdapat beberapa BTS atau pemancar oleh beberapa provider telepon genggam yang terpencar-pencar di beberapa kecamatan. Jasa telekomunikasi seluler ini sudah mencakupi seluruh kecamatan yang dilalui sepanjang jalan propinsi di Kabupaten Garut bagian Selatan di sebelah timur, yaitu jalan Cikajang-Pameungpeuk, meskipun kekuatan sinyalnya masih bervariasi dan hanya sepanjang jalan besar tersebut saja. Untuk jalur Cikajang-Bungbulang masih terdapat beberapa blank-spot, atau daerah yang tidak mendapatkan sinyal telekomunikasi seluler. Sulitnya jaringan telekomunikasi telepon ini membuat masyarakat harus mengandalkan media-media seperti surat kabar, pos, atau bahkan pergi ke kota terdekat untuk mendapatkan atau menyalurkan informasi, dalam hal ini yaitu kota-kecamatan Cikajang, Pameungpeuk, Bungbulang, dan Cisompet. 77

22 Tabel IV.10 Jumlah Pelanggan dan Panjang Jaringan Kabel Tersambung PT.Telkom Kabupaten Garut Tahun N O Cakupan Pelayanan Jaring Jaring Jaring Jaring Jumlah an Jumlah an Jumlah an Jumlah an Jumlah Pelangg Kabel Pelangg Kabel Pelangg Kabel Pelangg Kabel Pelangg an (SST) an (SST) an (SST) an (SST) an 1 Garut Cibatu Cikajang Cisompet Pameungpeuk Wanaraja Kadungoro Limbangan Malangbong TOTAL Sumber: Jaring an Kabel (SST) Ketersediaan atau keterbatasan prasarana dan sarana komunikasi, transportasi, kesehatan, pendidikan dan pelayanan lainnya menyebabkan masyarakat di daerah tertinggal mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas ekonomi dan sosial. Fasilitas pelayanan, yang ada di Kabupaten Garut ini masih kurang baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Dengan minimnya fasilitas pelayanan ini tetap terjadi keterkaitan antara pusat pertumbuhan dan wilayah hinterland di Kabupaten Garut bagian Selatan. Dengan keberadaan fasilitas pelayanan yang minim di wilayah tertinggal ini tetap terjadi demand atas fasilitas pelayanan yang mengakibatkan perpindahan interaksi masyarakatnya untuk mendapatkan atau mencari kualitas pelayanan yang lebih baik. 78

23 Gambar 4.6 Keterkaitan Penyediaan Pelayanan Pendidikan, Kesehatan, Perhubungan dan Perdagangan Kabupaten Garut bagian Selatan Keterkaitan Politik, Administratif Dan Fungsional Dari semua keterkaitan yang dilihat, perlu juga diperhatikan mengenai keterkaitan struktural wilayah Kabupaten Garut bagian Selatan dengan kota Garut sebagai ibukota kabupaten dan kota-kota dengan hierarki administratif dan fungsional yang lebih tinggi. Keterkaitan ini diidentifikasikan melalui review terhadap tupoksi keberadaan organisasi pemerintah yang mengelola potensi masing-masing kecamatan serta hubungan antara organisasi-organisasi tersebut. Keterkaitan antar pusat terjadi karena fungsi pemerintah, pelayanan dan sumber daya terbagi-bagi antar organisasi dan yurisdiksi. Keterkaitan ini juga berperan sebagai saluran dukungan politik dan otoritas untuk mengambil aktivitas yang esensial bagi pengembangan wilayah. Kesemua kecamatan ini memiliki hierarki yang sejajar dalam struktur pemerintahan Kabupaten Garut, yang membedakannya hanyalah dari sisi pendanaan. Setiap kecamatan mempunyai skala prioritas tersendiri sesuai dengan kebutuhan pengelolaan dan pengembangannya. Terdapat program-program bantuan khusus seperti PPK, namun pemberian program ini dilihat berdasarkan karakteristik kecamatan itu sendiri. Untuk ketiga pusat pelayanan meskipun terdapat dokumen resmi yang menyatakan bahwa ketiganya memiliki orde yang lebih tinggi dari kecamatan sekitarnya namun tidak terdapat 79

24 pembedaan dalam perlakuan dari pemerintah Kabupaten. Kantor Kecamatan dan atau kelurahan berfungsi sebagai pelaksana pemerintahan daerah, berdasarkan lingkup wilayahnya terutama penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang ekonomi, pembangunan dan kemasyarakatan. Satu hal yang menarik dari posisi ketiga pusat pertumbuhan adalah bagaimana kecamatan-kecamatan sekitarnya menganggap kecamatan ini sebagai suatu kecamatan yang berkedudukan lebih tinggi dan berfungsi menaungi kecamatan sekitarnya. Pada kasus kecamatan-kecamatan di sekitar Bungbulang, aktivitas di sekitar wilayah ini dikatakan melalui pusat pertumbuhan ini terlebih dahulu. Kata ini mencerminkan bagaimana semua interaksi ataupun aktivitas masyarakat yang berlaku lintas kecamatan memang melewati Bungbulang. Hal ini disebabkan letak Bungbulang yang harus dilalui oleh kecamatan-kecamatan yang terletak di Barat daya jika ingin ke pusat dengan hiereraki diatasnya, yaitu Garut Kota. Sulitnya hubungan wilayah-wilayah kecamatan tersebut dengan wilayah lain, baik di Kabupaten Garut bagian utara, luar Kabupaten Garut, maupun kecamatan lain di Kabupaten Garut bagian Selatan itu sendiri itulah yang meimbulkan rasa keterkaitan. Kecamatan-kecamatan hinterland Bungbulang ini antara lain Kecamatan Caringin, Mekarmukti, Cisewu, Pakenjeng, dan Talegong. Serupa dengan kasus Bungbulang dan Kecamatan sekitarnya, meskipun tidak ada kekuatan dari sisi administratif dan fungsional, ketiga pusat pertumbuhan ini memiliki peran moril bagi kecamatan sekitarnya. Terdapat rasa kesadaran sebagai wilayah tertinggal pada penduduk Kabupaten Garut bagian Selatan. Hal ini terlihat selain dari maraknya tuntutan peningkatan pelayanan dan pengembangan bagian selatan Kabupaten Garut, hingga sampai ke bentuk ekstrim yaitu pemecahan Kabupaten Garut bagian Selatan dari Kabupaten Garut. Seperti Bungbulang yang menjadi induk dari aspirasi-aspirasi penduduk kecamatan sekitarnya, Pameungpeuk juga mengalami hal yang sama. Dibanding wilayah sekitarnya, kecamatan Pameungpeuk memang sebuah kutub perkembangan yang cukup maju baik dari segi ketersediaan pelayanan maupun kesejahteraan masyarakatnya. Pameungpeuk merupakan penampung aspirasi dari kecamatan Cikelet, Cibalong, dan Cisompet. Sementara itu kecamatan Cikajang lebiih dekat hubungannya dengan kecamatan Banjarwangi, Cihurip, Singajaya, Peundeuy dan Pamulihan. Tidak seperti wilayah barat daya yang karena beratnya medan dan sulitnya akses 80

25 yang menjadikan masyarakatnya merasa sebagai kesatuan, wilayah timur memiliki akses yang cukup baik. Pengaruh Pameungpeuk dan Cikajang bisa dikatakan sama besar bagi kecamatan yang terletak persis diantara kedua pusat pertumbuhan ini. Masyarakat di Cisompet, sebagai contohnya, tinggal memilih harus melakukan kegiatan ekonomi, atau mencari fasilitas ke dua kecamatan ini. Luas pengaruh pusat pertumbuhan ini tidak dapat dikalkulasikan secara tepat dalam penelitian ini. 4.2 Keterkaitan eksternal Kabupaten Garut bagian Selatan Jenis keterkaitan ini dibahas melalui pembandingan dengan wilayah-wilayah lain di luar Kabupaten Garut bagian Selatan, yaitu Kabupaten Garut secara keseluruhan, Kabupaten-kabupaten lain di Jawa Barat, dan kota-kota lain di luar Kabupaten Garut. Seperti pula keterkaitan internal, keterkaitan eksternal ini juga akan dibahas menurut indikator keterkaitan dari Rondinelli Keterkaitan Fisik Akses untuk mencapai wilayah selatan Kabupaten Garut ini dapat dicapai melalui beberapa jalur. Jalur pertama yaitu melalui jalan propinsi yang melewati kecamatan Cikajang, jalur lainnya yaitu dengan menggunakan lintas selatan Jawa Barat. Alternatif lain yaitu melalui wilayah Pengalengan di Kabupaten Bandung melalui Kecamatan Talegong yang letaknya di ujung paling barat wilayah studi. Saat ini jalur yang paling banyak dilalui adalah jalur yang pertama, hal ini disebabkan antara lain karena kondisi dan kapasitas jalan yang lebih baik daripada jalur lainnya. Jalur utama untuk mencapai kabupaten Garut adalah melalui jalan raya nagrek. Jalan raya Nagrek berstatus jalan nasional, dan keberadaannya menghubungkan beberapa kabupaten antara lain Tasikmalaya, Garut, dan Ciamis. Jalur inilah yang akhirnya terhubung dengan jalan propinsi yang melalui kecamatan Cikajang. Rute jalan antara Kecamatan Talegong-Kabupaten Bandung berstatus jalan kabupaten, namun dengan guna lahan hutan lindung yang dominan, serta kemiringan lahan yang besar, rute ini menjadi cukup berbahaya untuk ditempuh. Jalur lintas selatan yang berstatus jalan propinsi juga berfungsi menghubungkan antar kabupaten, namun hingga tulisan ini dibuat jalur ini belum selesai sepenuhnya. Untuk kedepannya jalur lintas selatan diharapkan dapat membangkitkan perekonomian 81

26 wilayah selatan Jawa Barat namun ambisi ini kemungkinan akan terhambat oleh buruknya kondisi jalan yang bergelombang. Kesemua hal ini menjadikan rute Cikajang-Garut Kota-Nagreg menjadi rute utama yang yang menghubungkan bagian selatan Kabupaten Garut ke wilayah/kota lain. Guna lahan dominan di Kabupaten Garut bagian Selatan adalah hutan lindung dan perkebunan. Jawa Barat Selatan memiliki hampir 80% dari hutan lindung yang ditetapkan untuk seluruh wilayah propinsi Jawa Barat., dimana fungsi lindung adalah sebesar 40% dari keseluruhan penggunaan lahan. Luas kawasan hutan di Kabupaten Garut pada tahun 2004 sebesar Ha (35% dari luas Kabupaten Garut). Luas tersebut terdiri dari Hutan Lindung: (70,06%), Hutan Konservasi: Ha (24,77%), Hutan Produksi Terbatas (HPT): Ha (5,02%), dan Hutan Produksi 1.66 Ha (0,15%). Terkait dengan fungsi lindung/konservasi untuk wilayah Kabupaten Garut bagian Selatan ini, terdapat beberapa kawasan yang secara nasional ditetapkan sebagai kawasan cagar alam, yaitu Leuweung Sancang, Papandayan, Kawah Kamojang, Galunggung dan Guntur. Selain itu terdapat pula kawasan perlindungan plasma nutfah di Cimapang Rancabuaya. Keberadaan jalan berperan penting dalam pengintegrasian keruangan aktivitas manusia. Dalam pandangan ini jaringan transportasi merupakan hal yang paling penting dalam keterkaitan karena menghubungkan area produksi ke pusat distribusinya. Kondisi dimana hanya ada satu jalan utama yang menghubungkan wilayah selatan kabupaten garut ini dengan wilayah sekitarnya menjadikan rendahnya tingkat aksesibilitas, dan rendahnya daya tarik investasi dari luar. Besarnya fungsi lindung juga menimbulkan keterbatasan fisik dan timbulnya pandangan bahwa wilayah selatan Kabupaten Garut ini semata-mata terdiri atas daerah perhutanan saja dengan tingkat aktivitas yang rendah. 82

27 Gbr 4.7 Peta Jaringan jalan Jawa Barat Bagian Selatan 83

28 4.2.2 Keterkaitan Ekonomi Terkait dengan konsep pengembangan propinsi Jawa Barat, Kabupaten Garut berfungsi sebagai wilayah penunjang perekonomian wilayah utama di sebelah utaranya. Wilayah utama adalah wilayah dengan aglomerasi kegiatan ekonomi utama di bagian utara, yang pengembangannya cenderung membentuk koridor yang membentang dari barat ke timur. Fungsi wilayah ini adalah sebagai motor penggerak utama perekonomian Jawa Barat, dan sebagai pemacu dan pusat pertumbuhan wilayah belakangnya (hinterland). Dalam lingkup Kabupaten garut, terjadi kekontrasan antara majunya perekonomian utara dan rendahnya perekonomian bagian selatan. Hal ini dilihat dari rendahnya PDRB maupun PAD yang dihasilkan Garut Selatan yang wilayahnya mencapai lebih dari 60% keseluruhan wilayah kabupaten. Hubungan ekonomi dengan wilayah di luar Kabupaten Garut bagian Selatan terjadi dalam bentuk penjualan barangbarang hasil produksi wilayah setempat. Sebaliknya, terjadi pula pembelian barangbarang kebutuhan sehari-hari yang tidak diproduksi. Barang-barang yang banyak di bawa masuk berupa tekstil, barang-barang rumah tangga seperti ember dan panci, serta bahan makanan yang tidak diproduksi di Kabupaten Garut bagian Selatan seperti ayam buras. Barang-barang ini dibeli melalui pedagang bandar-bandar besar baik di Garut Kota, Bandung, dan terkadang Jakarta. Penjualan barangbarang hasil produksi lokal meliputi bahan mentah seperti batu templek dari kecamatan Bungbulang, ataupun Mangga dari kecamatan Pameungpeuk. Transaksi komoditas di Kabupaten Garut melibatkan (Julius, 2003) : o Pergerakan komoditas dari wilayah produksi bergerak menuju pusat-pusat pengumpulan dan bermuara pada pusat pengumpulan utama di Tarogong sebelum di ekspor ke luar daerah o Koleksi komoditas sebagian besar berlangsung di Tarogong kemudian disebarkan ke pusat-pusat distribusi sebelum dikonsumsi oleh masyarakat Pusat pengumpulan hasil produksi disini sebagian dilakukan di ketiga kota pusat pertumbuhan, sebagian lagi langsung dilakukan di lokasi produksi untuk langsung dibawa oleh bandar-bandar besar ke luar wilayah Garut bagian Selatan. Terdapat pula perusahaan-perusahaan skala nasional yang langsung mengambil hasil produksi untuk dibawa keluar wilayah Garut bagian Selatan. Perusahaan- 84

29 perusahaan ini selain tidak berkontribusi dalam PAD, mengingat dana investasi yang ditanamkan sebagian besar diterima oleh Pemerintah pusat/propinsi, dan kecamatan hanya mendapatkan untung dari timbulnya lapangan kerja. Hasil sumber daya alam yang begitu besar pada wilayah ini pada akhirnya banyak yang terserap oleh wilayah diluarnya, dan masyarakat hanya menikmati sedikit keuntungan. Tidak adanya nilai tambah dari hasil produksi menyebabkan rendahnya penghasilan masyarakat dan kesempatan untuk peningkatan taraf hidup. 85

30 Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan (1) Tabel IV.11 PDRB Menurut Kelompok Lapangan Usaha Wilayah Garut bagian Selatan Tahun 2002 (harga berlaku) Pertambangan dan penggalian (2) Industri pengolahan (3) Listrik, gas dan air bersih (4) Bangunan/ konstruksi (5) Perdagangan hotel dan restoran (6) Angkutan dan komunikasi (7) Bank dan lembaga keuangan lainnya (8) Jasa-jasa (9) KECAMATAN Cisewu Caringin Talegong Bungbulang Mekarmukti Pamulihan Pakenjeng Cikelet Pameungpeuk Cibalong Cisompet Peundeuy Singajaya Cihurip Cikajang Banjarwangi Garut Selatan Kabupaten Garut Sumber : PDRB Kabupaten Garut Per Kecamatan 86

31 Tabel IV.12 Produk dan Tujuan Pemasaran ke luar Kabupaten Garut No. Komoditas Kecamatan Jumlah Produksi (ton) Tujuan pemasaran 1 Padi Sawah Seluruh Kecamatan di Kab. Garut Bandung, kecuali Cikajang Jakarta Leles, Leuwigoong, Malangbong, 2 Jagung Limbangan, Selaawi, Sukawening, Banyuresmi, Cilawu, Kadungora, Karangpawitan, Tarogong*, Bandung, Jakarta, Cirebon, Sukabumi Wanaraja* 3 Kedelai Karangpawitan, Wanaraja*, Karangtengah, Sukawening, Banyuresmi, Cibatu, Tarogong* Caringin, Bungbulang, Pakenjeng, 4 Pameungpeuk Kacang Cibalong, Cibatu, Malangbong, Tanah Limbangan, Selaawi, Cikelet, Bandung, Jatim 5 Kentang Cikajang, Cilawu, Bayongbong*, Bandung, Cisurupan, Sukaresmi, Samarang, Jakarta, Batam Pasirwangi, Wanaraja* Cikajang, Bayongbong*, 6 Kubis Cisurupan, Sukaresmi, Samarang, Pasirwangi, Wanaraja* Bandung, Jakarta Talegong, Cikajang, Cilawu, 7 Cabe Besar Bayongbong, Cisurupan, Bandung, Sukaresmi, Samarang, Pasirwangi. Jakarta, Batam Tarogong*, Banyuresmi 8 Tomat Cikajang, Cilawu, Bayongbong*, Cisurupan, Sukaresmi, Samarang, Pasirwangi, Tarogong*, Wanaraja* Bandung, Jakarta, Batam, Yogyakarta 9 Wortel Cikajang, Bayongbong*, Pasirwangi Bandung, Jakarta 10 Jeruk Cikajang, Cisurupan,Sukaresmi, Samarang, Pasirwangi, Karangpawitan, Wanaraja* 11 Alpukat Cikajang, Bayongbong, Cisurupan, Bandung, Karangpawitan, Wanaraja, Jakarta, Tasik Samarang Peundeuy, Cilawu, Wanaraja, 12 Pisang Cikelet, Pameungpeuk, Cibalong, Bandung, Jakarta Cisompet 13 Pepaya Karangpawitan, Banyuresmi, Leles Bandung, Tasik Sumber : Menurut Fu-Chen Lo, wilayah perdesaan menjadi korban dari proses ekstraksi dalam pemasaran, dan hanya berperan sebagai instrumen dari perpanjangan jangkauan sirkulasi barang di upper circuit, yaitu tingkatan yang lebih tinggi. Dalam penelitian Julius, 2003, ditemukan bahwa banyak dari hasil produksi lokal langsung dibawa ke pasar-pasar di pusat pertumbuhan dan pasar di luar Kabupaten Garut bagian Selatan untuk kemudian dijual keluar wilayah Kabupaten Garut. Masyarakat 87

32 yang tidak memproduksi barang tersebut terpaksa harus membeli barang yang telah disirkulasikan keluar Kabupaten Garut meskipun sebenarnya barang tersebut diproduksi di kecamatan tetangga mereka. Gambar 4.8 Bagan pola Pemasaran Produk Pertanian Tanaman Pangan di Pasar-pasar Kabupaten Garut Produk pertanian tanaman pangan dari petani Kolektor kecamatan (lokasi yang tidak memiliki kecamatan) Bandar kecamatan (lokasi yang memiliki pasar kecamatan) Bandar utama tarogong Bandar besar di luar Garut (Tasikmalaya, Bandung, jakarta, Bekasi, dll) Pedagang pasar lokal (bukan pasar kecamatan) Pedagang pasar kecamatan Bandar utama tarogong Pedagang di luar garut (bandung, tasikmalaya) konsumen Sumber : Julius, Thesis Keterkaitan Mobilitas Penduduk Pola pergerakan keluar masuknya kendaraan umum antar kota di suatu daerah, dapat memperlihatkan laju perkembangan daerah tersebut. Dari laju pertumbuhan penduduk (LPP) Kabupaten Garut, diketahui bahwa jumlah penduduk yang masuk Kabupaten Garut lebih kecil daripada yang keluar. Hal ini menunjukkan terjadinya migrasi keluar Kabupaten Garut. Untuk pola pergerakan yang terjadi terlihat bahwa pergerakan keluar dari Kabupaten Garut lebih besar, mengingat besarnya migrasi keluar daripada migrasi masuk Kabupaten Garut. Terdapat pengurangan jumlah armada dan peningkatan rit angkutan antar kota pada tahun Hal ini kemungkinan merupakan suatu bentuk efisiensi dari dinas perhubungan, mengingat terjadinya penurunan jumlah penumpang. Kota-Kota 88

33 besar seperti Bandung, Jakarta, Bekasi merupakan daerah tujuan migrasi penduduk Garut untuk mengadu nasib. Namun, pada tahun 2005 mulai ada perubahan daerah tujuan migrasi penduduk Garut, yaitu ke luar Pulau Jawa. Hal ini berdasarkan dari tingginya jumlah penumpang yang menuju ke Merak/Labuan yang merupakan pelabuhan utama yang menghubungkan antara Jawa dengan Sumatra. Penurunan pergerakan perangkutan di Kabupaten Garut ini mengindikasikan menurunnya pula frekuensi kepergian masyarakat Garut, sebatas hubungannya dengan penggunaan angkutan antar kota. Daya tarik kekotaan dari kota-kota besar di luar Kabupaten Garut telah memikat penduduk dengan berbagai latar belakang. Migrasi yang terjadi ini terkait dengan motif keinginan mendapat pencaharian. Terdapat sifat musiman dalam migrasi ini, yang terjadi umumnya pada musim kemarau, dimana mayoritas penduduk petani tidak dapat menggarap lahannya. Pada musim semacam itu banyak dari penduduk petani yang pergi ke luar Garut Selatan untuk bekerja kasar demi kelangsungan hidup keluarganya. Penduduk ini kembali lagi di musim-musim tanam untuk meneruskan usahanya. Migrasi lain yang terjadi pada Garut Selatan adalah dalam bentuk pengiriman TKI. Migrasi semacam ini terkadang menimbulkan dampak positif dari besarnya remittance yang dikirim. Sisi buruk dari migrasi ini adalah hilangnya tenaga kerja pada musim-musim tanam. Remittance tidak disalurkan pada infrastruktur yang digunakan oleh komunitas, dan tidak bisa dijadikan sebagai kompensasi dari menurunnya tenaga kerja untuk membantu pekerjaan untuk kesejahteraan masyarakat lokal. Maka dari itu sementara ada rumah tangga yang mendapat untung dari migrasi ke kota besar, tingkat konsumsi jangka pendek satu rumah tangga bisa sama dengan tingkat konsumsi ekonomi lokal untuk jangka waktu yang mungkin lebih panjang. 89

34 Tabel IV.13 Rekapitulasi Banyak Kendaraan Bis (Armada) dan Jumlah Penumpang Naik Perbandingan dengan Tahun Sebelumnya No Trayek/ Jurusan Jumlah Armada Rit Penumpang Naik Februari Februari Februari Februari Februari Februari Garut-Soreang Garut-Bandung Garut-Bekasi Garut-Jakarta Garut-Merak/Labuan Garut-Lebakbulus Garut-Cikarang Garut-Tangerang Total Sumber : Kepala Terminal Guntur, Ending Kurnaedi, Februari keterkaitan interaksi sosial Interaksi sosial yang terjadi antara masyarakat yang tinggal di Kabupaten Garut bagian Selatan dengan wilayah sekitarnya dilatarbelakangi oleh berbagai motif. Motif yang paling umum yaitu motif ekonomi dan pelayanan berupa pendidikan dan kesehatan. Interaksi terjadi dengan berbagai kota dan daerah, namun interaksi paling besar terjadi dengan Garut Kota dan kecamatan-kecamatan yang di sekitarnya, yaitu Tarogong Kaler dan Kidul. Motif ekonomi yang melatarbelakangi interaksi ini antara lain untuk mencari pekerjaan, minimnya lapangan pekerjaan dan musim kemarau yang rutin melanda membuat penduduk terpaksa mencari pekerjaan ke daerah ibukota Kabupaten Garut tersebut. Motif lainnya adalah untuk pendidikan, karena banyaknya penduduk usia sekolah yang meneruskan sekolahnya di Garut kota demi kualitas pendidikan yang konon lebih baik. Pemenuhan kebutuhan untuk pelayanan kesehatan yang lebih baik juga membuat penduduk harus berinteraksi di Garut kota mengingat kekurang lengkapan sarana kesehatan di Kabupaten Garut bagian Selatan. Interaksi ini tidak terbatas hanya sampai ke Garut kota saja, namun terjadi juga ke daerah yang lebih jauh namun memiliki fasilitas dan daya tarik kekotaan. Terdapat penduduk yang langsung melakukan interaksi langsung ke kota Bandung dengan 90

35 motif yang serupa. Kota Bandung dengan status sebagai kota menengah, pusat kegiatan wilayah, serta ibukota propinsi memiliki sarana-sarana dan kesempatan kerja yang dianggap baik bagi banyak warga Kabupaten Garut bagian Selatan. Interaksi dengan kota-kota lainnya seperti Jakarta dan Tasikmalaya juga terjadi, namun tidak seumum Garut Kota maupun Kota Bandung Keterkaitan Penyediaan Pelayanan Jenis pelayanan ini meliputi keberadaan fasilitas kesehatan, perdagangan, pendidikan dan perhubungan, serta keterkaitan penyediaan energi listrik dan telekomunikasi. Terdapat hierarki-hierarki dalam penyediaan pelayanan, mengingat tingkat pelayanan yang dapat disediakan tidak mungkin disamaratakan pada semua tingkat wilayah. Kesehatan Menurut data tahun 2003, jumlah unit rumah sakit di Kabupaten Garut hanya 2 unit. Ke dua unit rumah sakit tersebut terletak masing-masing di kecamatan Tarogong Kidul dan Garut Kota yang terletak di bagian utara Kabupaten Garut. Hal ini berarti penduduk di 40 kecamatan lainnya di Kabupaten Garut harus melewati jarak tertentu untuk mencapai fasilitas rumah sakit di kecamatan Garut Kota dan Tarogong Kidul. Menurut fungsinya, rumah sakit adalah tempat pelayanan yang menyelenggarakan pelayanan medik dasar dan spesialistik, pelayanan penunjang medik termasuk laboratorium, radiologi, farmasi dan lain-lain, pelayanan instalasi dan pelayanan perawatan secara rawat jalan dan rawat inap. Untuk pelayanan dengan tingkat lebih tinggi, pasien dirujuk ke rumah sakit tipe A yang hanya ada di Kota Bandung. Pendidikan Setiap kecamatan di bagian selatan Kabupaten Garut sudah memiliki sekolah dari SD hingga SMU. Untuk perguruan tinggi, tercatat bahwa di seluruh Kabupaten Garut hanya terdapat 6 buah perguruan tinggi yang terletak pada dua kecamatan di utara Kabupaten Garut. Perginya penduduk dari Kabupaten Garut bagian Selatan untuk mendapat pendidikan bertujuan ke kota-kota dengan hierarki diatasnya. Tujuan pendidikan paling umum masyarakat yaitu Garut Kota dan Kota Bandung. Keterkaitan dalam penyediaan pelayanan terjadi dengan kota-kota besar di sebelah utara wilayah Kabupaten Garut bagian Selatan. 91

36 Tabel IV.14 Banyak Armada dan Jumlah Penumpang di Terminal Guntur Kabupaten Garut Bulan Januari 2005 Perhubungan Kabupaten Garut dilewati beberapa rute bus antar kota. Ketersediaan sarana perhubungan di Kabupaten ini hanyalah berupa terminal dan stasiun. Terminal terletak di wilayah Garut Kota, sementara stasiun Leles dan stasiun Cibatu sebagai stasiun barang dan penumpang terletak jauh di utara Kabupaten ini. Pada tingkat propinsi terdapat rencana peningkatan ruas jalan kolektor primer yang berfungsi sebagai penghubung antara PKW dan PKL, yaitu ruas jalan Nagrek-Garut-Pameungpeuk, Pangalengan-Cisewu Rancabuaya. Dari sisi transportasi kereta api direncanakan untuk mengaktifkan kembali lintas cabang untuk angkutan masal penumpang dan barang Cibatu-Garut- Cikajang. Saat ini transportasi kereta api hanya umum digunakan untuk barang saja, jalur orang menggunakan jalan dengan sarana transportasi bus dan angkot. No Trayek/ Jurusan Armada Penumpang Menurut Asal Turun Naik 1 Tasikmalaya- Garut-Bandung Bandung-Garut Tasikmalaya Banjar-Garut- Bandung Bandung-Garut- Banjar Tasikmalaya- Garut-Jakarta Jakarta-Garut- Tasikmalaya Jakarta-Garut- Banjar Banjar-Garut- Jakarta Tasikmalaya- Garut-Cikarang Cikarang-garut- Tasikmalaya TOTAL Sumber : Kepala Terminal Guntur, Ending Kurnaedi, Februari

37 Gambar 4.9 Keterkaitan Penyediaan Pelayanan Pendidikan, Kesehatan, dan Perhubungan Kabupaten Garut bagian Selatan dan wilayah sekitarnya Kota Bandung Garut Kota Garut bagian Utara Garut bagian Selatan Cikajang Bungbulang Pameungpeuk Energi Sumber daya energi listrik di Propinsi Jawa Barat merupakan bagian dari interkoneksi Jawa-Bali. Kapasitas terpasang pada propinsi ini sebesar MW yang dihasilkan dari berbagai pembangkit. Energi listrik sebesar itu tersebut dikelola oleh PT. PLN Unit Bisnis Strategis Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Jawa Bali Unit Bidding dan Operasi Sistem (P3B) yang berpusat di Jakarta. P3B Pusat berfungsi melakukan pengontrolan terhadap pengeluaran energi listrik dari semua pembangkit besar. Untuk jaringan yang lebih kecil, P3B pusat dibantu oleh P3B Region, di Jawa Barat terdiri dari 2 region yaitu: o Region Jakarta-Banten yang meliputi Propinsi Banten, DKI, Kab/Kota Bogor, Kota Depok, Kab/Kota Bekasi, Cikarang, dan Sukabumi Selatan. 93

38 o Region Jawa Barat yang meliputi seluruh kabupaten/ kota di Propinsi Jawa Barat kecuali kabupaten/kota yang telah masuk dalam region Jakarta-Banten. PT PLN APJ Garut merupakan salah satu Unit Pelaksana PLN distribusi Jawa Barat dan Banten. Secara geografis daerah kerja PLN APJ Garut meliputi seluruh wilayah Kabupaten Garut ditambah sebagian wilayah Kabupaten Tasikmalaya, Sumedang dan Bandung. Meskipun terdapat keterkaitan pelayanan listrik dari jangkauan pelayanan yang mencapai hingga ke kabupaten sekitarnya, tidak terdapat keuntungan dari kondisi ini bagi masyarakat Garut pada umumnya. Gambar 4.10 Peta Semi Geografis Jaringan Listrik Propinsi Jawa Barat Sumber : RTRW Propinsi Jawa Barat 2001 Perdagangan Pasar merupakan salah satu infrastruktur perekonomian yang sangat menentukan besar kecilnya aliran uang, barang dan jasa di suatu wilayah. Interaksi yang 94

Tambah Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Tanaman Padi Sawah di Kab. Garut 2008. Luas Panen (Ha)

Tambah Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Tanaman Padi Sawah di Kab. Garut 2008. Luas Panen (Ha) Tabel 5.1.03 : Tambah Tanam,, dan Tanaman Padi Sawah di Kab. Garut 2008 Tambah Tanam (Ton) (Kw) (1) (2) (3) (4) (5) 010. Cisewu 3.087 3.359 19.790 58.92 011. Caringin 1.308 1.110 6.524 58.77 020. Talegong

Lebih terperinci

TAMBAH TANAM, LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIFITAS TANAMAN PADI SAWAH DI KABUPATEN GARUT TAHUN 2006

TAMBAH TANAM, LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIFITAS TANAMAN PADI SAWAH DI KABUPATEN GARUT TAHUN 2006 TAMBAH TANAM, LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIFITAS TANAMAN PADI SAWAH DI KABUPATEN GARUT TAHUN 2006 Tambah Tanam (Ton) (Kw) (1) (2) (3) (4) (5) 010. Cisewu 2.925 3.669 19.642 53,54 011. Caringin 795

Lebih terperinci

TAMBAH TANAM, LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIFITAS TANAMAN PADI SAWAH DI KABUPATEN GARUT TAHUN 2007

TAMBAH TANAM, LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIFITAS TANAMAN PADI SAWAH DI KABUPATEN GARUT TAHUN 2007 TAMBAH TANAM, LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIFITAS TANAMAN PADI SAWAH DI Kecamatan Tambah Tanam (1) (2) (3) (4) (5) 010. Cisewu 3.861 2.568 14.265 55,55 011. Caringin 1.611 1.383 7.673 55,48 020. Talegong

Lebih terperinci

Tambah Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Tanaman Padi Sawah di Kab. Garut Luas Panen (Ha)

Tambah Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Tanaman Padi Sawah di Kab. Garut Luas Panen (Ha) Tabel 5.1.03 : Tambah Tanam,, dan Tanaman Padi Sawah di Kab. Garut 2009 Tambah Tanam (Ton) (Kw) (1) (2) (3) (4) (5) 010. Cisewu 3.151 2.877 17.955 62,41 011. Caringin 1.562 1.503 9.345 62,18 020. Talegong

Lebih terperinci

JUMLAH SEKOLAH, KELAS, GURU, RUANG KELAS, MURID LULUSAN, MENGULANG DAN PUTUS SEKOLAH SD DI KABUPATEN GARUT TAHUN Guru R. Kelas Murid Lulusan

JUMLAH SEKOLAH, KELAS, GURU, RUANG KELAS, MURID LULUSAN, MENGULANG DAN PUTUS SEKOLAH SD DI KABUPATEN GARUT TAHUN Guru R. Kelas Murid Lulusan SD DI KABUPATEN GARUT TAHUN 2004 Kecamatan Sekolah Jml Rombel Guru R. Kelas Murid Lulusan Mengulang Putus Sekolah Cisewu 27 168 154 167 3.647 598 35 - Caringin 20 145 91 107 3.844 556 24 11 Talegong 23

Lebih terperinci

Jumlah Sekolah, Guru, dan Murid Sekolah Taman Kanak- Kanak di Kabupaten Garut Tahun Murid laki-laki

Jumlah Sekolah, Guru, dan Murid Sekolah Taman Kanak- Kanak di Kabupaten Garut Tahun Murid laki-laki Tabel 4.1.02 : Jumlah Sekolah, Guru, dan Murid Sekolah Taman Kanak- Kanak di Kabupaten Garut Sekolah Guru Murid laki-laki Murid Perempuan Total Murid (1) (2) (3) (4) (5) (6) 010. Cisewu 6 81 9 97 106 011.

Lebih terperinci

TABEL PENDUDUK 7-24 TAHUN MENURUT KECAMATAN, JENIS KELAMIN, DAN PARTISIPASI BERSEKOLAH (SUSEDA KAB. GARUT 2005)

TABEL PENDUDUK 7-24 TAHUN MENURUT KECAMATAN, JENIS KELAMIN, DAN PARTISIPASI BERSEKOLAH (SUSEDA KAB. GARUT 2005) TABEL 3.19. PENDUDUK 7-24 TAHUN MENURUT, JENIS KELAMIN, DAN PARTISIPASI BERSEKOLAH Laki-laki pernah Masih bersekol- pernah Masih bersekol- pernah Masih bersekol- pernah Masih bersekolsekolah 010. Cisewu

Lebih terperinci

Jumlah Populasi Ternak Menurut Jenis di Kab. Garut Kecamatan Sapi Perah Sapi Potong Kerbau Domba Kambing Kuda

Jumlah Populasi Ternak Menurut Jenis di Kab. Garut Kecamatan Sapi Perah Sapi Potong Kerbau Domba Kambing Kuda Jumlah Populasi Ternak Menurut Jenis di Kab. Garut Kecamatan Sapi Perah Sapi Potong Kerbau Domba Kambing Kuda (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 010. Cisewu - 33 629 12,676 2,424-011. Caringin - 701 632 6,921

Lebih terperinci

Jumlah Petugas Pelayanan Akseptor Baru Keluarga Berencana di Kabupaten Garut Tahun 2009

Jumlah Petugas Pelayanan Akseptor Baru Keluarga Berencana di Kabupaten Garut Tahun 2009 Tabel 4.2.19 : Jumlah Petugas Pelayanan Akseptor Baru Keluarga Berencana di Kabupaten Garut Tahun 2009 PLKB DOKTER BIDAN JUMLAH (1) (2) (3) (4) (5) 010. Cisewu 3-3 6 011. Caringin 3-2 5 020. Talegong 3-3

Lebih terperinci

Jumlah Populasi Ternak Menurut Jenis di Kab. Garut 2009

Jumlah Populasi Ternak Menurut Jenis di Kab. Garut 2009 Tabel 5.4. 01 : Jumlah Populasi Ternak Menurut Jenis di Kab. Garut 2009 Kecamatan Sapi Perah Sapi Potong Kerbau Kuda Domba Kambi ng (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 010. Cisewu - 60 549-11.099 2.415 011. Caringin

Lebih terperinci

Sapi Potong. Kerbau Kuda Domba

Sapi Potong. Kerbau Kuda Domba 5.4. 01 : Jumlah Populasi Ternak Besar Menurut Jenis di Kab, Garut, 2010 Kecamatan Sapi Perah Sapi Potong Kerbau Kuda Domba Kambin g (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 010. Cisewu - 500 452-15.559 2.291 011.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dengan melihat karakteristik Kabupaten Garut bagian selatan dapat dilihat bagaimana sifat ketertinggalan memang melekat pada wilayah ini. Wilayah Garut bagian selatan sesuai

Lebih terperinci

: Persentase Penduduk Usia 10 Tahun menurut Ijasah/STTB yang Dimiliki di Kabupaten Garut Tahun 2012

: Persentase Penduduk Usia 10 Tahun menurut Ijasah/STTB yang Dimiliki di Kabupaten Garut Tahun 2012 4.1.01 : Persentase Penduduk Usia 10 Tahun menurut Ijasah/STTB yang Dimiliki di Kabupaten Garut Tahun 2012 Ijasah/STTB yang Dimiliki Laki-laki Male Perempuan Female Jumlah Total (1) (2) (3) (4) Tdk punya

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GARUT RINGKASAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

PEMERINTAH KABUPATEN GARUT RINGKASAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 LAMPIRAN I : PERATURAN NOMOR TANGGAL : : 18 Tahun 2013 31 Desember 2013 PEMERINTAH KABUPATEN GARUT RINGKASAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA TAHUN ANGGARAN 2014 Rekening Hal 1 dari 2 1 2 3 4. PENDAPATAN

Lebih terperinci

Peternakan/Husbandary. Jumlah Populasi Ternak Besar Menurut Jenis di Kab. Garut Tahun 2012 Number of livestocks by Kind in Garut, 2012.

Peternakan/Husbandary. Jumlah Populasi Ternak Besar Menurut Jenis di Kab. Garut Tahun 2012 Number of livestocks by Kind in Garut, 2012. 5.4. 01 : Jumlah Populasi Ternak Besar Menurut Jenis di Kab. Garut Tahun 2012 Number of livestocks by Kind in Garut, 2012 Kecamatan District Sapi Perah Sapi Potong Kerbau Domba Kambing Kuda (1) (2) (3)

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 93 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH PADA PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (PD. BPR)

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 27 2004 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 11 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI KECAMATAN DAN KELURAHAN DENGAN MENGHARAP BERKAT DAN RAHMAT ALLAH

Lebih terperinci

JADWAL PELATIHAN KURIKULUM DAN LOKASI PELATIHAN 2013

JADWAL PELATIHAN KURIKULUM DAN LOKASI PELATIHAN 2013 JADWAL PELATIHAN KURIKULUM DAN LOKASI PELATIHAN 2013 TPK KEC TANGGAL SDN LEUWIGOONG I LEUWIGOONG SDN BANYURESMI II BANYURESMI SDN KERESEK I CIBATU 1 SDN LIMBANGAN TIMUR II LIMBANGAN 2 s.d 6 SDN SELAAWI

Lebih terperinci

Geografi. Kab. SUMEDANG. Kab. CIANJUR. Kab. TASIKMALAYA

Geografi. Kab. SUMEDANG. Kab. CIANJUR. Kab. TASIKMALAYA GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Fisik Daerah Geografi Kabupaten Garut secara geografis terletak di antara 6 0 56 49-7 0 45 00 Lintang Selatan dan 107 o 25 8-1088 o 7 30 Bujur Timur dengan batas wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Desentralisasi sebagai suatu fenomena yang bertujuan untuk membawa kepada penguatan komunitas pada satuan-satuan pembangunan terkecil kini sudah dicanangkan sebagai

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 45 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Lokasi Administrasi Secara geografis, Kabupaten Garut meliputi luasan 306.519 ha yang terletak diantara 6 57 34-7 44 57 Lintang Selatan dan 107 24 3-108 24 34 Bujur Timur.

Lebih terperinci

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 315 TAHUN 2011

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 315 TAHUN 2011 BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 315 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 446 TAHUN 2008 TENTANG PENETAPAN NAMA-NAMA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alam menyediakan berbagai potensi sumber daya yang dapat diolah dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Manusia dengan alam berada dalam konteks keruangan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KETERKAITAN PUSAT PERTUMBUHAN DI KABUPATEN GARUT BAGIAN SELATAN SEBAGAI WILAYAH TERTINGGAL

IDENTIFIKASI KETERKAITAN PUSAT PERTUMBUHAN DI KABUPATEN GARUT BAGIAN SELATAN SEBAGAI WILAYAH TERTINGGAL IDENTIFIKASI KETERKAITAN PUSAT PERTUMBUHAN DI KABUPATEN GARUT BAGIAN SELATAN SEBAGAI WILAYAH TERTINGGAL DRAFT TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam mencapai gelar Sarjana Teknik Program

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 25 2004 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS PADA DINAS DAN LEMBAGA TEKNIS DAERAH DENGAN MENGHARAP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya sektor produksi primer seperti kegiatan sektor pertanian di negara negara yang sedang berkembang merupakan sektor yang masih cukup dominan. Secara logis

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERTANIAN PADI KABUPATEN GARUT

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERTANIAN PADI KABUPATEN GARUT 37 BAB 3 GAMBARAN UMUM PERTANIAN PADI KABUPATEN GARUT Pada bab sebelumnya telah diuraikan mengenai konsep pengembangan wilayah berbasis pada sektor pertanian. Sektor pertanian dianggap penting dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sebuah proses dan sekaligus sistem yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sebuah proses dan sekaligus sistem yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah proses dan sekaligus sistem yang bermuara dan berujung pada pencapaian suatu kualitas manusia tertentu yang dianggap dan diyakini

Lebih terperinci

Gambar 1. Hasil Pengamatan Lapang

Gambar 1. Hasil Pengamatan Lapang Lampiran 86 Gambar 1. Hasil Pengamatan Lapang Gambar Gambar Longsor Sukalaksana, Kec.Sucinaraja X : 830452,Y : 9199898, Zona 48S Longsor Girimukti, Kec.Cisewu X : 77650,Y : 9188436, Zona 48S Longsor Pekenjeng,

Lebih terperinci

DAFTAR RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA TAHUN ANGGARAN 2012

DAFTAR RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA TAHUN ANGGARAN 2012 DAFTAR RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA TAHUN ANGGARAN 2012 SKPD ALAMAT : BADAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN GARUT : Jl. OTTISTA NO. 278 TAROGONG KIDUL NO Nama Kegiatan/Nama Paket Volume & Satuan Lokasi

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN DAN KARAKTERISTIK KABUPATEN GARUT BAGIAN SELATAN

BAB III KEBIJAKAN DAN KARAKTERISTIK KABUPATEN GARUT BAGIAN SELATAN BAB III KEBIJAKAN DAN KARAKTERISTIK KABUPATEN GARUT BAGIAN SELATAN Peran kota kecil tidak terbatas pada internal wilayahnya saja. Untuk melihat bagaimana suatu wilayah dapat tumbuh berkembang harus diperhatikan

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kab. Garut Tahun 2013 sebanyak 268,6 ribu rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kab. Garut Tahun 2013 sebanyak 268,6 ribu rumah tangga Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kab. Garut Tahun 2013 sebanyak 268,6 ribu rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Kab. Garut Tahun 2013 sebanyak 32 Perusahaan Jumlah perusahaan

Lebih terperinci

REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TINGKAT KABUPATEN/KOTA

REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TINGKAT KABUPATEN/KOTA Lampiran 2 MODEL DB1 - PWP REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN UMUM TINGKAT KABUPATEN/KOTA KABUPATEN/KOTA PROVINSI : GARUT : JAWA BARAT A. SUARA SAH Garut Kota Karang pawitan Wanaraja PEROLEHAN

Lebih terperinci

PENYUSUNAN RANCANGAN KALENDER TANAM BAWANG MERAH DAN CABE

PENYUSUNAN RANCANGAN KALENDER TANAM BAWANG MERAH DAN CABE PENYUSUNAN RANCANGAN KALENDER TANAM BAWANG MERAH DAN CABE Perubahan iklim global yang berimbas terhadap pola hujan dan menjadi kendala bagi Program Peningkatan Produksi Sayuran terutama cabai dan bawang

Lebih terperinci

sebagai kawasan konservasi serta kawasan lindung yang mengesankan seolaholah pamali untuk dijamah. (Bappeda Propinsi Jawa Barat,2005) Faktor lain

sebagai kawasan konservasi serta kawasan lindung yang mengesankan seolaholah pamali untuk dijamah. (Bappeda Propinsi Jawa Barat,2005) Faktor lain 2 sebagai kawasan konservasi serta kawasan lindung yang mengesankan seolaholah pamali untuk dijamah. (Bappeda Propinsi Jawa Barat,2005) Faktor lain yang mengakibatkan Jawa Barat Bagian Selatan seolah sulit

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Administrasi Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan salah satu bentuk penutup lahan di permukaan bumi yang

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan salah satu bentuk penutup lahan di permukaan bumi yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu bentuk penutup lahan di permukaan bumi yang terbagi menjadi beberapa golongan antara lain berdasarkan fungsinya yaitu hutan lindung untuk

Lebih terperinci

CATATAN PELAKSANAAN REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN BUPATI GARUT PUTARAN KEDUA DI TINGKAT KABUPATEN GARUT

CATATAN PELAKSANAAN REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN BUPATI GARUT PUTARAN KEDUA DI TINGKAT KABUPATEN GARUT Model DB.1 - KWK.KPU CATATAN PELAKSANAAN REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN BUPATI GARUT PUTARAN KEDUA DI TINGKAT KABUPATEN GARUT. Garut Kota Karang pawitan Wanaraja Sucinaraja Pangatikan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

SITUASI PENDERITA DBD DI KABUPATEN GARUT 1 JANUARI S.D.17 MARET 2009

SITUASI PENDERITA DBD DI KABUPATEN GARUT 1 JANUARI S.D.17 MARET 2009 SITUASI PENDERITA DBD DI KABUPATEN GARUT 1 JANUARI S.D.17 MARET 2009 I. Jumlah kasus seluruhnya SUSPEK DBD - Laki - laki - Perempuan DBD - Laki laki - Perempuan 488 orang 132 orang 147 orang 103 orang

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Tomoni memiliki luas wilayah 230,09 km2 atau sekitar 3,31 persen dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang terletak di sebelah

Lebih terperinci

Pengarahan Pusat Pertumbuhan Melalui Analisis Keunggulan Komparatif di Kabupaten Garut

Pengarahan Pusat Pertumbuhan Melalui Analisis Keunggulan Komparatif di Kabupaten Garut 1 Pengarahan Pusat Pertumbuhan Melalui Analisis Keunggulan Komparatif di Kabupaten Garut Endah Djuwendah, Hepi Hapsari, Erna Rachmawati Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN RESES PERORANGAN MASA PERSIDANGAN II TAHUN 2015 ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. HAERUDIN, S.

LAPORAN KEGIATAN RESES PERORANGAN MASA PERSIDANGAN II TAHUN 2015 ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. HAERUDIN, S. LAPORAN KEGIATAN RESES PERORANGAN MASA PERSIDANGAN II TAHUN 2015 ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA HAERUDIN, S.Ag, MH No. Anggota A-477 ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Soedarto (2009:179) Demam berdarah dengue adalah penyakit virus yang tersebar luas di seluruh dunia terutama di daerah tropis. Penderitanya adalah anak-anak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Dalam memahami karakter sebuah wilayah, pemahaman akan potensi dan masalah yang ada merupakan hal yang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

Menunggu Jalur Lintas Selatan Pulau Jawa Menjadi Kenyataan

Menunggu Jalur Lintas Selatan Pulau Jawa Menjadi Kenyataan Menunggu Jalur Lintas Selatan Pulau Jawa Menjadi Kenyataan Pulau Jawa yang termasuk dalam kelompok Kawasan Telah Berkembang di Indonesia, merupakan wilayah dengan perkembangan perekonomian yang sangat

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA BARAT BAGIAN SELATAN TAHUN

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA BARAT BAGIAN SELATAN TAHUN RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA BARAT BAGIAN SELATAN TAHUN 2010-2029 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT Menimbang

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kesiapan Kebijakan dalam Mendukung Terwujudnya Konsep Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT)

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kesiapan Kebijakan dalam Mendukung Terwujudnya Konsep Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT) BAB V PEMBAHASAN Pembahasan ini berisi penjelasan mengenai hasil analisis yang dilihat posisinya berdasarkan teori dan perencanaan yang ada. Penelitian ini dibahas berdasarkan perkembangan wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder periode tahun dari

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder periode tahun dari 38 III. METODE PENELITIAN A. Data dan sumber data Penelitian ini menggunakan data sekunder periode tahun 2009 2013 dari instansi- instansi terkait yaitubadan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung, Badan

Lebih terperinci

I. PENGENALAN DAERAH DARI SISI SUPLAI

I. PENGENALAN DAERAH DARI SISI SUPLAI I. PENGENALAN DAERAH DARI SISI SUPLAI A. SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) (Lihat Bab IV, A-1) 1. KEPENDUDUKAN Tabel 1. Jumlah penduduk per kecamatan 1 2 Kecamatan 2003 2004 L P L P L P L P L P Tabel 2. Kepadatan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

Pengarahan Pusat Pertumbuhan melalui Analisis Keunggulan Komparatif di Kabupaten Garut

Pengarahan Pusat Pertumbuhan melalui Analisis Keunggulan Komparatif di Kabupaten Garut Pengarahan Pusat Pertumbuhan melalui Analisis Keunggulan Komparatif di Kabupaten Garut Endah Djuwendah, Hepi Hapsari dan Erna Rachmawati Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH JAWA BARAT SELATAN

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH JAWA BARAT SELATAN BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH JAWA BARAT SELATAN Bab sebelumnya telah memaparkan konsep pembangunan wilayah berkelanjutan dan indikator-indikatornya sebagai landasan teoritis sekaligus instrumen dalam

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 5.1. Kondisi Geografis V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 Lintang Selatan dan 104 o 48-108 o 48 Bujur Timur, dengan batas wilayah

Lebih terperinci

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

RKPD KABUPATEN GARUT TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH

RKPD KABUPATEN GARUT TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH RKPD RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GARUT TAHUN 205 Peningkatan Infrastruktur Dasar, Kinerja Aparatur Dan Tata Kelola Pemerintahan Dalam Pelayanan Publik Guna Mewujudkan Pemerintahan Yang Bermartabat.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan 66 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan dan kebutuhan prasarana dan sarana transportasi perkotaan di empat kelurahan di wilayah

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN GARUT TAHUN

PENJELASAN ATAS RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN GARUT TAHUN PENJELASAN ATAS RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN GARUT TAHUN 2011-2031 I. UMUM 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan

Lebih terperinci

SATU DATA PEMBANGUNAN JAWA BARAT PUSAT DATA DAN ANALISA PEMBANGUNAN (PUSDALISBANG) DAFTAR ISI DAFTAR ISI

SATU DATA PEMBANGUNAN JAWA BARAT PUSAT DATA DAN ANALISA PEMBANGUNAN (PUSDALISBANG) DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR ISI...... i 1. GEOGRAFI Tabel : 1.01 Luas Wilayah Provinsi Jawa Barat Dan Kabupaten/Kota... 1 Tabel : 1.02 Jumlah Kecamatan Dan Desa Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2011... 2 2. KETENAGAKERJAAN

Lebih terperinci

U Hidayat Tanuwiria, A. Mushawwir, dan A Yulianti Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jatinangor, Bandung 40600

U Hidayat Tanuwiria, A. Mushawwir, dan A Yulianti Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jatinangor, Bandung 40600 JURNAL ILMU TERNAK, DESEMBER 2007, VOL. 7 NO. 2, 117 127 Potensi Pakan Serat Dan Daya Dukungnya Terhadap Populasi Ternak Ruminansia Di Wilayah Kabupaten Garut (Agriculture by Product as Potential Feed

Lebih terperinci

CATATAN PELAKSANAAN REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN BUPATI GARUT DI TINGKAT KABUPATEN GARUT

CATATAN PELAKSANAAN REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN BUPATI GARUT DI TINGKAT KABUPATEN GARUT Model DB.1 - KWK.KPU CATATAN PELAKSANAAN REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN BUPATI GARUT DI TINGKAT KABUPATEN GARUT. Garut Kota Karang pawitan Wanaraja Sucinaraja Pangatikan Cilawu Selaawi

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI Jawa Barat Bagian Utara memiliki banyak potensi baik dari aspek spasial maupun non-spasialnya. Beberapa potensi wilayah Jawa Barat bagian utara yang berhasil diidentifikasi

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan Berdasarkaan uraian sebelumnya, maka kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut: 1. Topografinya, Kabupaten Subang dapat dibagi ke dalam 3 (tiga) zona/klasifikasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dalam penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir. Bab ini

BAB III METODE PENELITIAN. dalam penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir. Bab ini BAB III METODE PENELITIAN Bab metode penelitian ini menguraikan tentang cara kerja dan tahapan dalam penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir. Bab ini menjelaskan tentang penggunaan metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam struktur pembangunan perekonomian nasional khususnya daerah-daerah.

BAB I PENDAHULUAN. dalam struktur pembangunan perekonomian nasional khususnya daerah-daerah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional khususnya daerah-daerah. Sektor pertanian sampai

Lebih terperinci

VISI Terwujudnya Kesejahteraan Masyarakat Cihurip Lahir Batin. MISI 1. Peningkatan Pesan Serta masyarakat dalam pembagunan. 2. Pengmbangan Potensi Sum

VISI Terwujudnya Kesejahteraan Masyarakat Cihurip Lahir Batin. MISI 1. Peningkatan Pesan Serta masyarakat dalam pembagunan. 2. Pengmbangan Potensi Sum Profil Kecamatan Cihurip Kantor Kecamatan Alamat Kantor Kecamatan Nama Camat Jl. Tegal lega Telp. (0262) 443124 Garut Oto Iskandar, SH, M.Si Peta Administratif VISI Terwujudnya Kesejahteraan Masyarakat

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan BAB II DESA PULOSARI 2.1 Keadaan Umum Desa Pulosari 2.1.1 Letak Geografis, Topografi, dan Iklim Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aksesibilitas dan mobilitas di daerah tersebut yang sebaliknya akan dapat

I. PENDAHULUAN. aksesibilitas dan mobilitas di daerah tersebut yang sebaliknya akan dapat 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat perkembangan suatu kota dapat diukur oleh semakin banyaknya sarana dan prasarana penunjang perkembangan kota, (Tamin, 2000). Salah satu laju perkembangan ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat ke arah yang lebih baik sesuai dalam UUD 1945 (Ramelan, 1997). Peran pemerintah

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo triwulan I-2013 tumbuh 7,63% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,57% (y.o.y.) Pencapaian tersebut masih

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA BARAT BAGIAN SELATAN TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA BARAT BAGIAN SELATAN TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA BARAT BAGIAN SELATAN TAHUN 2010-2029 I. UMUM Jawa Barat bagian Selatan telah sejak lama dianggap

Lebih terperinci

3. Pola hubungan spasial intra-interregional di Kapet Bima dapat diamati dari pergerakan arus barang dan penduduk antar wilayah, yakni dengan

3. Pola hubungan spasial intra-interregional di Kapet Bima dapat diamati dari pergerakan arus barang dan penduduk antar wilayah, yakni dengan VI. PENUTUP 6.1. Kesimpulan Dari hasil analisis dan pembahasan tentang studi pengembangan wilayah di Kapet Bima dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Kapet Bima memiliki beragam potensi

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM WILAYAH

4 KONDISI UMUM WILAYAH 32 4 KONDISI UMUM WILAYAH Kondisi Geografis Kondisi Fisik Wilayah Kabupaten Garut adalah kabupaten yang berada di wilayah selatan Provinsi Jawa Barat. Memiliki luas 311.007,50 ha, dengan ibukota berada

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Pada awalnya Kabupaten Tulang Bawang mempunyai luas daratan kurang lebih mendekati 22% dari luas Propinsi Lampung, dengan pusat pemerintahannya di Kota Menggala yang telah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lautan yang lebih luas dari daratan, tiga per empat wilayah Indonesia (5,8 juta km 2 ) berupa laut. Indonesia memiliki lebih dari 17.500 pulau dengan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA 31 KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA Administrasi Secara administratif pemerintahan Kabupaten Katingan dibagi ke dalam 11 kecamatan dengan ibukota kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3. 54 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.185,80 km 2 dengan perbatasan wilayah dari arah Timur : Kabupaten Wonogiri di

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada 104 35-105

Lebih terperinci

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis 3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis 3.1.1 Kelembagaan Agro Ekonomi Kelembagaan agro ekonomi yang dimaksud adalah lembaga-lembaga yang berfungsi sebagai penunjang berlangsungnya kegiatan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

Kata Kunci : Resort, Pantai Santolo, Garut.

Kata Kunci : Resort, Pantai Santolo, Garut. RESORT DI GARUT Oktaviani Wijayanti 25312585 Program Studi Teknik Arsitektur, Jalan Margonda Raya, No. 100, Depok Email : oktaokta19@yahoo.com ABSTRAK Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia

Lebih terperinci

Terwujudnya Kabupaten Garut Yang Bermartabat, Nyaman dan Sejahtera

Terwujudnya Kabupaten Garut Yang Bermartabat, Nyaman dan Sejahtera Ringkasan Eksekutif Executive Summary Pemahaman tentang sistem akuntabilitas kinerja telah meluas di seluruh SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Garut. Hal itu merupakan hasil dari berbagai upaya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam. pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam. pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata. Dunia pariwisata Indonesia sempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda

BAB I PENDAHULUAN. Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Keberadaan infrastruktur yang memadai sangat diperlukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan yang sering dihadapi dalam perencanaan pembangunan adalah adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah penyebaran investasi yang

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi dan perkembangan transportasi mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling ketergantungan. Perbaikan dalam transportasi pada umumnya akan dapat

Lebih terperinci

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5468 TRANSPORTASI. Perhubungan. Lalu Lintas. Angkutan Jalan. Jaringan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 193) PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Dengan berkembangnya kehidupan masyarakat, maka semakin banyak pergerakan yang dilakukan oleh masyarakat.

Lebih terperinci

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN II CONTOH PETA RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 2 LAMPIRAN III CONTOH PETA PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN L

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Pariwisata dikenal sebagai suatu bentuk rangkaian kegiatan kompleks yang berhubungan dengan wisatawan dan orang banyak, serta terbentuk pula suatu sistem di dalamnya.

Lebih terperinci