BAB I PENDAHULUAN. Rencana Amerika Serikat (AS) untuk membuat sistem pertahanan rudal di
|
|
- Ari Halim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Rencana Amerika Serikat (AS) untuk membuat sistem pertahanan rudal di Polandia tercapai. Pada tanggal 8 Juli 2008, Menteri luar negeri AS Condolizza Rice dan Menteri luar negeri Polandia Radek Sikorski secara resmi menandatangani kesepakatan pembangunan sistem pertahanan rudal tersebut. 1 Kesepakatan ini tentunya akan menyebabkan hubungan antara AS dengan Rusia semakin tegang. Salah satu bentuk konkrit dari akibat hubungan buruk AS-Rusia adalah perang antara Rusia dan Georgia terkait perebutan wilayah Ossetia Selatan yang terjadi baru-baru ini. Upaya AS untuk menarik Georgia ke dalam blok Barat (AS dan NATO) telah menyebabkan Rusia tidak ragu untuk menggunakan kekuatan militernya terhadap Georgia. Perang tersebut adalah puncak dari kemarahan Rusia terhadap AS yang terus-menerus memperluas pengaruhnya terutama di negaranegara yang merupakan bekas Uni Soviet. Perilaku AS tersebut dilihat sebagai suatu ancaman besar oleh Rusia yang merasa negara-negara tersebut adalah back yard-nya. 2 Tidak dapat dipungkiri bahwa rencana penempatan sistem pertahanan rudal AS di Polandia dan Republik Ceko adalah salah satu manifestasi dari 1 akses tanggal 1 September Yang di maksud back yard disini adalah negara-negara tetangga yang berbatasan langsung dengan Rusia, termasuk Negara-negara yang tergabung dalam CIS. Akbar, Rahadhian T.2008.Georgia: Krisis Baru Menuju Babak Baru Dalam HI, diakses dari tanggal 27 Mei
2 rencana global AS untuk semakin memperkuat supremasi militernya di seluruh dunia. Sejak tahun 2001, pasca tragedi 11 September, AS berencana membangun 8 sistem radar dan 3 pangkalan anti rudal di berbagai kawasan. 3 Tempat-tempat strategis yang dipilih AS adalah Alaska, Inggris, Greenland, Polandia, Ceko, Negara Kaukasus, dan Jepang. 4 Penempatan Rudal AS di Polandia dan Ceko terutama dimaksudkan oleh AS untuk menangkis serangan rudal dari Korea Utara dan Iran. 5 Sikap bermusuhan yang ditunjukkan oleh Korea Utara dan Iran yang diduga kuat sedang membangun kekuatan senjata nuklir dipandang sebagai ancaman yang sangat membahayakan keamanan AS. Namun, bagi Rusia rencana AS tersebut adalah suatu bentuk ancaman yang sangat serius. Bila diamati, lokasi-lokasi rencana penempatan sistem radar dan sistem anti rudal tersebut menempatkan Rusia pada posisi terkepung dari segala penjuru. Ancaman terbesar yang dirasakan Rusia tentunya berasal dari Polandia dan Ceko karena kedua negara tersebut jaraknya paling dekat dengan Rusia. Bahkan bagi Rusia kedua Negara itu adalah halaman belakangnya. Kecurigaan Rusia bahwa sebenarnya penempatan Rudal AS di Polandia dan Ceko dimaksudkan untuk mengunci rudal Rusia semakin kuat karena beberapa solusi yang ditawarkannya ditolak oleh AS. Sejak awal, Rusia telah 3 AS-Rusia Tegang diakses dari tanggal 20 Agustus ibid 5 Fact Sheet: U.S.-Poland Bilateral Defense Cooperation, diakses 09 April
3 menawarkan pengggunaan bersama pangkalan radar milik Rusia yang ada di Azerbaijan. 6 Pangkalan tersebut merupakan sebuah instalasi radar peringatan dini (early warning radar). Stasiun radar yang ada di pangkalan ini memiliki jangkauan 6000 km. Jangkauan tersebut mencakup Iran, Turki, India Irak dan seluruh Timur Tengah. 7 Dengan fakta itu maka penolakan AS untuk menggunakan pangkalan tersebut telah menegaskan maksud AS yang sesungguhnya. Konflik AS-Rusia akan menyebabkan ketegangan di dalam hubungan internasional secara keseluruhan. Ketegangan utamanya akan terjadi di wilayah Eropa Timur dan Eropa Tengah. Wilayah ini sangat penting bagi AS dan Rusia yang sama-sama sedang memperkuat eksistensinya di dunia. Ketegangan lebih luas akan terjadi pada hampir semua negara. Negara-negara lemah yang selama ini merasa lebih dekat dengan salah satu dari dua kekuatan utama dunia tersebut akan berusaha bergabung dengan salah satu dari keduanya. Hal itu adalah sikap alami yang selalu terjadi di dalam sistem internasional. Seperti dikatakan oleh realis, negara-negara lemah akan melakukan balancing yaitu beraliansi dengan negara yang lebih kuat untuk mengimbangi negara lain yang mengancamnya. 8 Persaingan antar aliansi ini sangat potensial menyebabkan perang terbuka. Hal ini terjadi ketika Iran, Korea Utara, Kuba, Venezuela dan Sebagian negara di Eropa Timur dan Tengah beraliansi dengan Rusia untuk mengimbangi AS yang 6 Rusia Siap Bangun Rudal Balistik Untuk Tandingi Rencana Misil AS di Eropa Timur, diakses dari 19, tanggal 27 Mei Ibid 8 Gunaryadi, Pasang-Surut di Tepi Barat dan Timur Atlantik Utara, diakses dari tanggal 03 Agustus
4 semakin ekspansif. Di pihak lain sebagian besar negara beraliansi dengan AS untuk mendapatkan perlindungannya. 9 Dalam penelitian ini, peneliti membahas respon Rusia terhadap rencana penempatan rudal pertahanan AS di Ceko dan Polandia yang kemudian mendorong Rusia untuk menyesuiakan diri dengan berbagai perubahan perilakunya. Perubahan perilaku ini akan digunakan untuk memahami pola interaksi antara Rusia dengan AS. I.2. Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan dalam latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Mengapa Rusia merespon rencana penempatan rudal pertahanan AS di Ceko dan Polandia dengan upaya memperkuat diri ( self defense)? 1.3. Telaah Pustaka Penelitian Terdahulu Penelitian tentang Rusia dan politik luar negerinya pasca perang dingin memang menjadi hal yang unik bagi para akademisi maupun paraktisi hubungan internasional. Rusia pasca perang dingin tetap merupakan representasi kekuatan Uni Soviet era perang dingin, sejauh ini asumsi tersebut masih dapat 9 Asumsi Penulis, Mengingat berbagai fenomena yang terjadi yang mencerminkan adanya upaya pembendungan pengaruh yang dilakukakan kedua pihak yang berseberangan, Amerika Serikat & Barat di satu sisi serta Rusia, Kuba, Venezuela, dan Korea Utara di sisi yang lain sebagai pihak-pihak yang saat ini sering terlibat masalah dengan Amerika Serikat. 4
5 diperdebatkan, namun kemunculan kembali Rusia dalam politik internasional akhir-akhir ini nampaknya akan memberikan angin segar bagi para pendukung asumsi tersebut. Simaboera, 10 berpendapat bahwa Rusia tengah melakukan manuver dan strategi dalam mempertahankan hegemoninya di kawasan Eropa. Menurut Simaboera, Strategi itu antara lain dengan memanfaatkan isu tentang keamanan energi Uni Eropa, dimana pasokan energi gas dan minyak utamanya berasal dari Rusia. Selain itu Rusia juga tengah gencar menjalin hubungan dengan negaranegara Eropa Tengah serta dunia Islam. Hal ini dilakukan Rusia untuk membendung perluasan NATO ke Timur. Indikasi ini menunjukkan bahwa Rusia tidak sejalan dengan semua kebijakan AS, khususnya tentang ekspansi NATO ke Timur. Senada dengan Simaboera, Akbar juga berpendapat bahwa Rusia juga merespon secara negatif gerakan separatisme Ossetia Selatan di Georgia. 11 Dalam penelitiannya, Akbar mencoba menganalisa klaim Rusia atas konsep kedaulatan penuhnya. Kedaulatan ini diterapkan pada perspektif realis dalam hubungan internasional dimana negara memiliki kedaulatan penuh untuk melakukan apa saja terhadap yang melanggar batas wilayahnya. Pelanggaran batas wilayah ini kemudian konsepnya dikembangkan oleh Negara modern dengan konsep citizenship/kewarganegaraan. 12 Rusia terpancing ketika Georgia mencoba masuk 10 Simaboera, Refrizon Reaksi dan Strategi Rusia Dalam Mempertahankan Hegemoninya di Kawasan Eropa, diakses dari tanggal 26 Mei 2009 (09.00 WIB). 11 Akbar, Rahadhian T. op cit 12 Ibid 5
6 menjadi anggota NATO. Keputusan untuk melakukan operasi militer di Ossetia selatan dimulai ketika ada serangan retaliasi Georgia. Sebaliknya, Georgia mengklaim bahwa Rusia terlebih dulu melakukan serangan pertama. Artinya, bahwa konfigurasi sejarah membuat hubungan kedua aktor ini semakin meruncing. NATO sebagai bagian dari peradaban barat masih ditolak oleh Rusia. Penelitian yang peneliti bahas dengan judul Respon Rusia terhadap rencana penempatan rudal pertahanan AS di Ceko dan Polandia berbeda dengan penelitian awal di atas tetapi memiliki kesamaan dengan penelitian tentang Reaksi Rusia atas gerakan separatisme Ossetia Selatan di Georgia, namun dalam penelitian ini peneliti lebih fokus kepada kajian keamanan strategis, yang menekankan bagaimana Rusia memberikan persepsi terhadap hal-hal yang dianggap mengancam keamanan nasionalnya serta dengan cara apa Rusia merespon hal tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti membahas respon Rusia terhadap rencana penempatan rudal pertahanan AS di Ceko dan Polandia yang kemudian mendorong Rusia untuk menyesuiakan diri dengan berbagai perubahan perilakunya. Perubahan perilaku ini akan digunakan untuk memahami pola interaksi antara Rusia dengan AS Landasan Teori Teori Balance of Threat Pengembangan konsep yang paling menarik dari paradigma realis adalah munculnya perbedaan pemikiran antara kelompok defensif dan ofensif. Isu 6
7 keamanan tetap menjadi isu utama kedua kelompok tersebut, dimana keamanan dalam hubungan internasional merupakan salah satu aspek kepentingan nasional suatu negara. Konsep keamanan dalam hubungan internasional kontemporer masih terus menjadi definisi yang diperdebatkan. Menurut Walter Lippmann, A nation is secure to the extent to which it is not in danger of having sacrifice core values, if it wishes to avoid war and it is able, if challenged to maintain them by victory in such a war 13 Dari definisi diatas, secara tradisional setiap negara akan berusaha mengeliminasi segala kemungkinan ancaman yang berasal baik secara internal maupun eksternal, terutama yang mengancam komponen nilai-nilai inti negara tersebut. Ancaman yang dapat menjadi sesuatu yang fatal bagi keberlangusungan seluruh komponen negara datang dari ancaman secara militer. Sehingga, sebuah negara didorong oleh rasa tidak aman kemudian membangun suatu kekuatan militer yang ditujukan sebagai perlindungan dari ancaman militer tersebut. Sehingga, Liddell Hart mengartikan studi keamanan strategis sebagai the art of distributing and applying military means to fulfill the ends of policy 14. Dalam hal ini, tujuan dari kebijakan suatu negara adalah mengeliminasi semua kemungkinan ancaman terhadap kepentingan nasional dan tercapainya keamanan nasional dengan penggunaan kekuatan militer strategis. 13 Walter Lippman, dalam Banyu Perwita, Anak Agung dan Mochamad Yani, Yanyan, 2005, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, PT.Remaja Rosda Karya, Bandung. hal John Baylis, et al., Strategy in the Contemporary World: An Introduction to Strategic Studies, New York: Oxford University Press, 2002, hal. 4. 7
8 Berbicara mengenai definisi dari keamanan, tidak akan terlepas dari persepsi atau sumber ancaman yang dimiliki oleh suatu negara. Menurut Arnold Wolfers, Security is any objective sense, measures the absence of threats to acquire values, in a subjective sense, the absence of fear that such values will be attacked. 15 Dari pernyataan diatas, sebelum suatu negara melakukan tindakan balasan atau respon, sangatlah penting bagi suatu negara untuk terlebih dahulu menganalisis sumber-sumber dari ancaman tersebut. Stephen M. Walt, dalam teorinya Balance of Threat menyebutkan empat persepsi atau sumber-sumber ancaman terhadap suatu negara antara lain 16 : Aggregate Power dimana bahwa semakin besar sumber kemampuan total suatu negara (dalam hal ini kemampuan militer), maka semakin besar pula potensi ancaman yang bisa mereka tunjukkan kepada negara lainnya. Geographic Proximity dimana kekuatan yang dekat dengan wilayah suatu negara menunjukkan ancaman yang lebih besar dari pada kekuatan yang jauh. Offensive Power dimana negara dengan kemampuan serangan yang besar lebih memungkinkan untuk menunjukkan ancaman yang lebih besar pula dari pada negara-negara yang menekankan kemampuan pertahanan. Aggresive Intentions dimana beberapa negara yang dirasakan berperilaku agresif mungkin bisa memancing negara lain untuk menyeimbangkan diri dengan mereka. 15 Arnold Wolfers, dalam Banyu Perwita, op cit 16 Walt, Stephen M Origins of Alliances, Ithaca: Cornell University Press, diakses dari en+walt&printsec=frontcover&source=bn&hl=id&ei=n6p7stbve6ak6aok09va&sa=x&oi= book_result&ct=result&resnum=4#v=onepage&q=&f=false, tanggal 25 Mei
9 Ancaman terhadap keamanan nasional suatu negara dapat dimaknakan baik secara objektif yakni menilai dari ancaman yang aktual, maupun secara subjektif yakni mengacu terhadap tingkat persepsi yang dimiliki suatu negara terhadap suatu hal. 17 Maka dari itu, pendefinisian suatu ancaman secara subjektif tergantung dari persepsi suatu negara yang dihadapkan kepada suatu fenomena tertentu. Persepsi inilah yang kemudian dijadikan acuan untuk mengidentifikasi suatu bentuk ancaman dan respon yang tepat untuk menanggulangi ancaman tersebut. Salah satu diantaranya adalah peningkatan kekuatan militer yang digunakan sebagai respon terhadap suatu ancaman. 18 Adapun sumber ancaman yang dipersepsikan dari perkembangan kapabilitas suatu negara, salah satunya berasal dari eskalasi pertahanan suatu negara. Menurut Wheller dan Booth, dilema terhadap keamanan terjadi apabila persiapan militer suatu negara menciptakan ketidakpastian dalam pemikiran negara lain mengenai tujuan dari persiapan militer negara tersebut, apakah persiapan tersebut dalam rangka mempertahankan dirinya semata atau sebagai tindakan ofensif yang dapat mengubah status quo berdasarkan kepentingan negara tersebut. 19 Maka dari itu negara yang membangun kekuatan sebagai upaya Self- Defense, tidak selalu dipersepsikan oleh negara lain sebagai tujuan damai. 17 Anak Agung Banyu Perwita, Redefinisi Konsep Keamanan : Pandangan Realisme dan Neo- Realisme dalam Hubungan Internasional Kontemporer dalam Yulius P. Hermawan Transformasi dalam Studi Hubungan Internasional : Aktor Isu dan Metodologi, Yogyakarta; Graha Ilmu, 2007 hal Ibid, hal Wheller and Booth, dalam Daniel.S.Papp, 2002, Contemporary International Relations : Framework for Understanding, sixth edition. New York: Addison Wesley Longman, Inc, hal
10 Perbedaan persepsi tersebut dapat mendorong negara lain untuk menempuh jalan yang sama yakni turut mengembangkan kapabilitas defensifnya dengan cara yang sama. Berdasarkan Source of Threat Stephen M.Walt, maka dapat dibuat pola sebagai berikut : Aggregate Power Geographic Proximity Source of Threat Offensive Power Aggresive Intentions Indikator Penempatan Rudal AS di Ceko & Polandia Gambar 1.1. Operasionalisasi Source of Threat Stephen M. Walt Ancaman militer dan upaya penangkalan melalui penggunaan kapabilitas militer masih menjadi prioritas dalam kerangka pemikiran kajian keamanan kontemporer. Source of Threat diatas juga menunjukkan bahwa kapabilitas militer merupakan suatu variabel yang vital yang berfungsi untuk melindungi keamanan negara. Bahkan menurut Kegley, pelaksanaan politik luar negeri suatu negara seringkali didasarkan pada kapabilitasnya untuk menghalau ancaman secara militer. 20 Hal ini didukung pernyataan Barry Buzan, bahwa karena sifatnya yang langsung dan destruktif, serangan militer terhadap suatu negara dapat diartikan sebagai suatu serangan terhadap segala aspek kenegaraan beserta institusinya, seperti aspek ekonomi aspek politik, aspek sosial, dan aspek lainnya yang 20 Ibid, hal
11 menjadi titik vital bagi kelangsungan negara tersebut. 21 Buzan juga menambahkan bahwa kapabilitas militer merupakan hal yang familiar dengan Power dan security struggle, sehingga sektor militer memiliki dinamika yang independen tanpa terpengaruh oleh adanya gejolak politik yang ada. Kapabilitas militer pun menurutnya merupakan suatu hal yang defensif yang utamanya dijadikan respon untuk mempertahankan keamanan nasional oleh suatu negara Konsep Konsep Structural Detterence Untuk meneliti lebih lanjut dari respon Rusia terhadap rencana penempatan rudal AS di Ceko dan Polandia, maka penulis juga menyertakan konsep Structural Detterence, konsep ini digunakan untuk mengukur sejauh mana penggunaan persenjataan militer sebagai suatu respon terhadap kebijakan yang dilakukan negara lain. Detterence merupakan suatu tindakan negara yang ditujukan untuk menekan pengaruhnya terhadap negara lain, sehingga negara tersebut berperilaku sesuai dengan kepentingan negara tersebut. Definisi tersebut, datang dari konsep Detterence klasik yang lahir dari tradisi intelektual realis yang terafiliasi dengan Power Politics dan Realpolitics dimana negara pada dasarnya memiliki sifat untuk memaksimalkan kekuatannya atau menggunakan lingkungan sekitarnya untuk memaksimalkan keamanannya Barry Buzan, People, State and Fear : An Agenda for International Security Studies in the Post- Cold War Era (2nd edition), London: Wheatsheaf Books, 1991, hal ibid 23 Frank C. Zagare dan D. Marc Kilgour, Perfect Detterence.Cambridge, Cambridge University Press,2000 hal.11 11
12 Konsep Detterence klasik terdiri dari dua konsep yang lahir pada era Perang dingin yakni Structural Detterence dan Decision-Theoric Detterence. Konsep Structural Detterence dipilih oleh penulis sebagai variabel kerangka pemikiran karena sifatnya yang relevan untuk menjelaskan Detterence persenjataan militer sebagai respon militer Rusia terhadap rencana penempatan rudal AS di Ceko dan Polandia. Konsep Structural Detterence merupakan salah satu gagasan yang berkembang ditengah-tengah kemelut persaingan antara AS dan Uni Soviet. Menurut konsep yang dikemukakan oleh Frank C. Zagare tersebut, secara tradisional Detterence dapat berkembang karena faktor-faktor sebagai berikut: Perlombaan senjata baik secara kuantitatif dan kualitatif yang mampu mempengaruhi persepsi suatu negara terhadap kapabilitas negara lain. Sistem pertahanan suatu negara yang komprehensif dan efektif, sehingga mampu untuk menimbulkan kecurigaan terhadap negara lain Proliferasi senjata nuklir yang tidak selektif, sehingga mengundang kecurigaan negara lain terkait maksud proliferasi senjata nuklir tersebut. Dalam konsep tersebut, Zagare menambahkan bahwa Detterence ditentukan oleh jumlah dan karakteristik persenjataan yang dimiliki suatu negara dengan kebijakan strategis para pengambil keputusan di negara tersebut dalam penggunaan senjata tersebut, termasuk: 24 Kebijakan atas pemilihan sasaran penggunaan senjata tersebut. Sasaran yang dituju pada umumnya sebagai Counterforce terhadap 24 Ibid hal 13 12
13 persenjataan dan kapabilitas negara lawan dan Countervalue terhadap infrastruktur negara lawan Kebijakan atas intensitas pengggunaan senjata tersebut. Intensitas penggunaan atau Rates of Fire berada diantara titik nilai maksimum dimana suatu negara menggunakan seluruh persenjataannya seefektif mungkin dan titik nilai minimum dimana suatu negara menyimpan seluruh persenjataannya untuk digunakan kemudian hari. Maka dari itu, sangatlah penting untuk menyertakan elemen dari teknologi persenjataan sebagai salah satu instrumen dari kebijakan keamanan nasional suatu negara. Tujuannya adalah untuk Penggunaan kekuatan militer sebagai defensive means dari ancaman- ancaman eksternal secara tradisional. 25 Sehingga menurut Andre Beaufre dalam teori Preemptive Counterforce Capacity, penggunaan seluruh basis kekuatan dan teknologi militer mempengaruhi Second phase of strategy planning of possessing such a destruction capacity that a first strike would annihilate any enemy respond capacity 26 sehingga pada dasarnya respon militer suatu negara sebagai kebijakan pertahanan suatu negara sangat bergantung kepada perkembangan teknologi militer yang menjadi evaluasi dari kapabilitas destruktif suatu negara yang mampu mengeliminasi kemampuan negara lain untuk melakukan respon secara militer. Dalam hal ini, Zagare menambahkan bahwa teknologi nuklir merupakan sesuatu yang diperlukan dalam menunjang stabilitas internasional. Asumsi ini 25 Barry Buzan, Ole Waever, and Jaap de Wilde, Security : A New Framework for Analysis, Boulder: Lynne Rienner Publisher, hal Andre Beaufre, Strategy for Tomorrow, New York: Crane, Russak & Co.Inc., 1974, Hal 6. 13
14 datang dari pemikiran Stuctural deterrence yang umumnya dikenal pada masa Perang Dingin, dimana karena sifat senjata nuklir yang sangat destruktif, maka konsekuensi yang ditanggung oleh negara-negara yang memiliki kapabilitas nuklir menjadi sangat besar. Maka dari itu, banyak negara-negara yang meskipun memiliki pengembangan teknologi senjata nuklir yang mampu menjadi Detterence bagi negara lain namun tidak ingin menggunakannya secara ofensif dan frontal. Sehingga, pada tataran ini kendati menciptakan detterence senjata nuklir seringkali dijadikan sebagai instrumen defensif yang digunakan sebagai salah satu instrumen respon militer suatu negara terhadap serangan dan deterrence negara lain Konsep Balancing Teori balance of threat juga menjelaskan beberapa kondisi yang memungkinkan suatu negara berperilaku balancing, 28 Pertama, Power and Weakness 29, Semakin kuat negara, maka dia akan cenderung untuk balancing. Negara-negara lemah akan melakukan balancing ketika terancam oleh negaranegara dengan kemampuan yang rata-rata sama. Kedua, Availability of Allies, Ketika terancam oleh kekuatan besar, negara akan mencari sekutu yang potensial dengan posisi dan kepentingan yang sama. Ketiga, Peace and War, negara cenderung untuk balancing dalam keadaan damai atau pada masa awal perang, karena mereka mencoba untuk melawan kekuatan yang mengancam mereka. 27 Frank C. Zagare op cit hal Walt,Stephen M.1987.Alliances: Balancing and Bandwagoning dalam Robert J.Art & Robert Jervis, International politics; Enduring Conceps and Contemporary Issues,Eighth Edition, Pearson Education Inc, hal Yang di maksud dengan kekuatan adalah kemampuan militer suatu negara 14
15 Alaziz, berpendapat bahwa untuk dapat mengidentifikasikan beberapa aspek yang berbeda, beberapa negarawan biasanya akan melakukan pertimbangan ketika memutuskan, dalam situasi tertentu, untuk memutuskan posisi balancing. Maka dibutuhkan beberapa indikator penunjang seperti di bawah ini. 30 Pertama, Structure of the world order, dimana distribusi kekuasaan pada aktor internasional yang berbeda mempengaruhi keputusan negara untuk balancing. Dalam dunia yang bipolar atau multipolar, beberapa negara lebih memungkinkan untuk balancing karena mereka mencoba untuk melakukan persaingan antar negara yang berpredikat super power. Kedua, The Vulnerability of state, Prilaku balancing adalah hal yang menantang dari sikap agresif yang memerlukan dukungan sosial rasional agar bisa ditopang dan ditinjau kembali. Demokrasi adalah satu-satunya jalan untuk mengamankan dukungan publik yang bisa diperbaiki. Dengan cara yang sama, balancing memerlukan semacam ketergantungan bersama antara negara yang mengancam dan yang terancam. Dalam hal ini, tampaknya Rusia memilih menjalankan posisi balancing yaitu dengan cara menghimpun dukungan dan merangkul negara- negara yang berposisi sama (anti AS dan NATO) seperti Iran, Korea Utara, Kuba, Venezuela dan bahkan Shanghai Six. 31 Hal ini dilakukan untuk mengimbagi AS dan NATO yang semakin ekspansif. 30 Alaziz Balance of Threat perception And the prospects of NATO Mediterranean Dialogue.University of Helsinki, diakses dari tanggal 7 Agustus Anggota Shanghai Six antara lain Rusia, China, Kazakhstan, Kyrgystan, Tajikistan, dan Uzbekistan, diakses dari 15
16 1.4. Definisi Konseptual Balancing adalah tindakan suatu negara untuk mencegah negara lain memperbesar power terlalu jauh. 32 Dari definisi ini, dapat kita simpulkan bahwa perilaku balancing merupakan reaksi atau respon dari aksi suatu negara. Keyakinan bahwa semua negara mempunyai kecenderungan alamiah untuk memperbesar kekuasannya menjadi alasan bagi suatu negara untuk berprilaku balancing Definisi Operasional Karena balancing merupakan respon negara atas perilaku negara lain yang memperbesar powernya, maka variabel yang dapat digunakan adalah kapabilitas militer dan aliansi pertahanan. Untuk mengukur variabel tersebut maka diperlukan indikator-indikator sebagai berikut: - Modernisasi kemampuan militer - Kecenderungan membentuk aliansi dengan negara yang lebih kecil / lemah Variabel Penelitian Penelitian ini memiliki dua variabel yaitu independen dan dependen, variabel independen adalah variabel yang digunakan untuk menjelaskan tingkah laku dari variabel dependen, sedangkan variabel dependen adalah variabel yang tingkah lakunya akan dianalisa, diramalkan dan diprediksi oleh variabel 32 Mohtar, Mas oed.1994, Ilmu Hubungan Internasional Disiplin dan Metodologi, Jakarta, PT. Pustaka LP3ES Indonesia, hal Ibid hal
17 independen. 34 Dalam penelitian ini variabel dependennya adalah respon Rusia terhadap rencana penempatan rudal pertahanan AS di Ceko dan Polandia sedangkan variabel independennya adalah rencana penempatan rudal pertahanan AS di Ceko dan Polandia Secara ringkas dapat digambarkan sebagai berikut : Menjelaskan Variabel Independen Rencana penempatan rudal Variabel Dependen Respon Rusia Pertahanan AS di Ceko dan Polandia Gambar 1.2. Variabel Independen dan dependen 1.7. Hipotesis Jawaban sementara peneliti dari penelitian ini adalah bahwa Rusia merespon rencana penempatan rudal AS di Ceko dan Polandia dengan memodernisasi kemampuan militernya sebagai upaya Self-Defense untuk mempertahankan keamanan nasionalnya. Selain itu, Rusia juga berperilaku balancing, yakni dengan merangkul negara- negara yang berposisi sama (anti AS dan NATO) seperti Iran, China, Korea Utara, Kuba, Venezuela. Perilaku ini mencerminkan kepentingan Rusia terhadap keamanan internal Rusia dan kawasan Eropa Timur yang juga ditunjang oleh adanya negara-negara yang berposisi sama dan mempunyai kepentingan yang sama dengan Rusia (anti AS dan Barat). 34 Ibid hal
18 1.8. Metodologi Fokus kajian dalam penelitian ini adalah tentang studi keamanan strategis dimana nantinya masalah akan dikaji melalui perspektif keamanan realis, dengan state / negara bangsa sebagai unit analisisnya. Analisa state centric lebih menjanjikan penjelaskan politik internasional, melalui hubungan kausal, yang sangat membatasi dan menentukan perilaku negara. Melalui pendekatan positivis, diharapkan penelitian ini akan mampu menjelaskan respon Rusia terhadap rencana penempatan rudal pertahanan AS di Ceko dan Polandia sehingga penarikan kesimpulan akan mampu atau mewakili jawaban dari pertanyaan penelitian. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah Deskriptif Analitik dengan mempergunakan data-data sekunder yang di dapat dari media massa baik cetak maupun elektronik dan data-data dari beberapa kajian pustaka yang turut mendukung jalannya penelitian. Sedangkan analisis data dengan cara menghubungkan atau breakdown data-data yang diperoleh dengan teori dan konsep yang ada dalam kajian pustaka. Untuk membatasi permasalahan, Peneliti menggunakan periode kepemimpinan Vladimir Putin sebagai presiden Rusia periode kedua, yakni pada tahun
19 I.9. Struktur Penulisan Bab I Dalam bab ini akan dibahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, telaah pustaka, serta metodologi yang dipakai dalam penelitian ini. Bab II Bab ini akan membahas sistem pertahanan militer Amerika Serikat pasca perang dingin dan Rencana penempatan rudal di Ceko dan Polandia. Bab III Bab ini akan menjelaskan bagaimana respon Rusia terhadap ancaman yang ditimbulkan oleh rencana penempatan rudal pertahanan AS di Ceko dan Polandia, terutama menyoal motivasi Rusia melakukan modernisasi terhadap militernya dan penerapan strategi pembentukan aliansi baru. III. 1. Respon Militer A. Modernisasi Peralatan Militer B. Kenaikan Anggaran Militer III. 2. Respon Politik A. Kerjasama Negara-Negara Kontra AS B. Upaya Membentuk Pakta Pertahanan Baru Bab IV Dalam bab ini akan dilakukan penarikan kesimpulan berdasarkan hasil dari analisis data pada bab sebelumnya. 19
20 I.10. Alur Penelitian Alur penelitian ini akan peneliti jabarkan dalam bentuk bagan di bawah ini : Rencana Rudal Pertahanan AS di Ceko & Polandia Terhadap Respon Rusia Source of Threat Stephen M.Walt Konsep Structural Detterence Konsep Balancing 20
BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.
BAB 4 KESIMPULAN Korea Utara sejak tahun 1950 telah menjadi ancaman utama bagi keamanan kawasan Asia Timur. Korea Utara telah mengancam Korea Selatan dengan invasinya. Kemudian Korea Utara dapat menjadi
Lebih terperincimengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea
BAB V PENUTUP Tesis ini menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang berimplikasi terhadap program pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia
Lebih terperinciPERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM
PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM Sebelum PD I studi Hubungan Internasional lebih banyak berorientasi pada sejarah diplomasi dan hukum internasional Setelah PD I mulai ada
Lebih terperincimemperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.
BAB V PENUTUP Kebangkitan Cina di awal abad ke-21tidak dapat dipisahkan dari reformasi ekonomi dan modernisasi yang ia jalankan. Reformasi telah mengantarkan Cina menemukan momentum kebangkitan ekonominya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini akan membahas mengenai kerja sama keamanan antara pemerintah Jepang dan pemerintah Australia. Hal ini menjadi menarik mengetahui kedua negara memiliki
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Six Party Talks merupakan sebuah mekanisme multilateral yang bertujuan untuk mewujudkan upaya denuklirisasi Korea Utara melalui proses negosiasi yang melibatkan Cina,
Lebih terperinciRealisme dan Neorealisme I. Summary
Realisme dan Neorealisme I. Summary Dalam tulisannya, Realist Thought and Neorealist Theory, Waltz mengemukakan 3 soal, yaitu: 1) pembentukan teori; 2) kaitan studi politik internasional dengan ekonomi;
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. McNally and Company, Chicago, 1967
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Posisi Laut Cina Selatan sebagai jalur perairan utama dalam kebanyakan ekspedisi laut, yang juga berada diantara negara-negara destinasi perdagangan, dan terlebih lagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan
BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kepemilikan senjata nuklir oleh suatu negara memang menjadikan perubahan konteks politik internasional menjadi rawan konflik mengingat senjata tersebut memiliki
Lebih terperincisebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.
BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008
BAB IV PENUTUP A.Kesimpulan Sangat jelas terlihat bahwa Asia Tengah memerankan peran penting dalam strategi China di masa depan. Disamping oleh karena alasan alasan ekonomi, namun juga meluas menjadi aspek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara ini mulai berdiri ketika Pemerintahan Uni Soviet berakhir, yaitu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rusia adalah sebuah Negara baru bekas pecahan dari Uni Soviet. Negara ini mulai berdiri ketika Pemerintahan Uni Soviet berakhir, yaitu setelah pada tanggal 25
Lebih terperinciMODUL IV PENGATURAN KEAMANAN REGIONAL
MODUL IV PENGATURAN KEAMANAN REGIONAL PENDAHULUAN Kajian tentang strategi keamanan juga melandaskan diri pada perkembangan teori-teori keamanan terutama teori-teori yang berkembang pada masa perang dingin
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia
BAB V KESIMPULAN Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia berubah dari super power state menjadi middle-power state (negara dengan kekuatan menengah). Kebijakan luar
Lebih terperincibilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika
BAB V KESIMPULAN Amerika Serikat merupakan negara adikuasa dengan dinamika kebijakan politik luar negeri yang dinamis. Kebijakan luar negeri yang diputuskan oleh Amerika Serikat disesuaikan dengan isu
Lebih terperinciSKRIPSI RESPON RUSIA TERHADAP RENCANA PENEMPATAN RUDAL PERTAHANAN AMERIKA SERIKAT DI CEKO DAN POLANDIA
SKRIPSI RESPON RUSIA TERHADAP RENCANA PENEMPATAN RUDAL PERTAHANAN AMERIKA SERIKAT DI CEKO DAN POLANDIA Di Susun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Strata-1 Jurusan Hubungan
Lebih terperinciBAB IV REAKSI RUSIA TERHADAP HUBUNGAN AMERIKA SERIKAT- UZBEKISTAN. Sebagaimana telah diketahui berdasarkan bab sebelumnya, bahwa bahkan
BAB IV REAKSI RUSIA TERHADAP HUBUNGAN AMERIKA SERIKAT- UZBEKISTAN Bab IV ini akan membahas mengenai reaksi Rusia sebagai faktor eksternal yang mempengaruhi kegagalan Amerika Serikat dalam melancarkan ambisi
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.
BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia
BAB 5 KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini akan disampaikan tentang kesimpulan yang berisi ringkasan dari keseluruhan uraian pada bab-bab terdahulu. Selanjutnya, dalam kesimpulan ini juga akan dipaparkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk menjaga keamanan nasional sekaligus memenuhi kepentingan nasional.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekuatan militer merupakan salah satu aspek penting dalam menjaga stabilitas negara. Semua negara termasuk Indonesia membangun kekuatan militernya untuk menjaga keamanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pecahnya Uni Soviet telah meninggalkan berbagai permasalahan dibekas wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi pasca jatuhnya
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Bary, Buzan, People, State, Fear : an Agenda For International Secirity
DAFTAR PUSTAKA Buku-Buku : Bary, Buzan, 1991. People, State, Fear : an Agenda For International Secirity Studies in The Post Cold War Era, New York, London, Tokyo, Sidney, Singapore: Harpvester Wheatsheaf.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan
BAB V KESIMPULAN Dari penjelasan pada Bab III dan Bab IV mengenai implementasi serta evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan bahwa kebijakan tersebut gagal. Pada
Lebih terperinciNATIONAL INSECURITY ; THREATS AND VULNERABILITIES (Ketidakamanan Nasional : Ancaman-Ancaman dan Kemudahan-Kemudahan (peluang) Untuk Diserang)
NATIONAL INSECURITY ; THREATS AND VULNERABILITIES (Ketidakamanan Nasional : Ancaman-Ancaman dan Kemudahan-Kemudahan (peluang) Untuk Diserang) Ketidakamanan (insecurity) merupakan perpaduan dari threats
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan
BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini menekankan pada proses peredaan ketegangan dalam konflik Korea Utara dan Korea Selatan pada rentang waktu 2000-2002. Ketegangan yang terjadi antara Korea Utara
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Diplomasi energi..., Muhammad Ali Busthomi, FISIP UI, 2010.
100 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Rusia adalah salah satu negara produksi energi paling utama di dunia, dan negara paling penting bagi tujuan-tujuan pengamanan suplai energi Eropa. Eropa juga merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 B. Buzan & O. Waever, Regions and Powers: The Structure of International Security, Cambridge University
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan pemilihan judul Tesis ini akan menjelaskan tentang kompleksitas keamanan di kawasan Asia Timur dan implikasinya terhadap peningkatan kekuatan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan
BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Analisa penelitian ini ditujukan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan membuktikan jawaban awal yang telah dirumuskan. Penelitian ini menjelaskan alasan Venezeula menggunakan
Lebih terperinciSumber-sumber kemasyarakatan merupakan aspek dari non pemerintah dari suatu system politik yang mempengaruhi tingkah laku eksternal negaranya.
Politik Luar Negeri Amerika Serikat Interaksi antarnegara dalam paradigma hubungan internasional banyak ditentukan oleh politik luar negeri negara tersebut. Politik luar negeri tersebut merupakan kebijaksanaan
Lebih terperinciAMERIKA SERIKAT DAN NEGARA DUNIA KETIGA
AMERIKA SERIKAT DAN NEGARA DUNIA KETIGA Oleh: Dewi Triwahyuni, S.Ip., M.Si. Saran Bacaan: Eugene R. Wittkopf, The Future of American Foreign Policy,, Second Edition (New York: St. Matin s Press, 1992).
Lebih terperinciBAB 20: SEJARAH PERANG DINGIN
www.bimbinganalumniui.com 1. Perang Dingin a. Perang terbuka antara Blok Barat dan Blok Timur b. Ketegangan antara Blok Barat dalam masa ideologi c. Persaingan militer antara Amerika Uni di Timur Tengah
Lebih terperinciKemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat
Kesimpulan Amerika Serikat saat ini adalah negara yang sedang mengalami kemunduran. Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat relatif; karena disaat kemampuan ekonomi dan
Lebih terperinci1.1 Latar Belakang. BAB I : Pendahuluan
BAB I : Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penarikan pasukan Amerika Serikat dari Afghanistan barangkali merupakan salah satu kebijakan pemerintahan Obama yang paling dilematis. Keputusan untuk menarik pasukan
Lebih terperinciSEJARAH PEPERANGAN ABAD MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI
FISIP HI UNJANI CIMAHI 2011 SEJARAH PEAN ABAD MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI Perang 30 Tahun & Perang Napoleon Perang Dunia I & Perang Dunia II Perang Dingin & Perang Global Melawan Terorisme
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B
BAB V KESIMPULAN Jepang menjadi lumpuh akibat dari kekalahanya pada perang dunia ke dua. Namun, nampaknya karena kondisi politik internasional yang berkembang saat itu, menjadikan pemerintah pendudukan
Lebih terperinciPengertian Dasar & Jenisnya. Mata Kuliah Studi Keamanan Internasional. By Dewi Triwahyuni
Pengertian Dasar & Jenisnya Mata Kuliah Studi Keamanan Internasional By Dewi Triwahyuni Definisi : Keamanan (security) secara umum dapat diartikan sebagai kemampuan mempertahankan diri (survival) dalam
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. Rusia memiliki luas wilayah sebesar 17,098,242 km² dan merupakan negara
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Rusia merupakan salah satu dari negara yang tergabung dalam rezim Uni Soviet pada masanya. Setelah runtuhnya Uni Soviet Rusia menjadi negara eks- Soviet terbesar
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab. sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan
BAB IV KESIMPULAN Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan kebijakan politik luar negeri Rusia terhadap keberadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan. dalam mewujudkan tujuan perjuangan nasional.
BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Ketahanan nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa yang terdiri atas ketangguhan serta keuletan dan kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada awal tahun 1957 dengan dukungan dari Amerika Serikat. 1 Pada saat itu
BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Iran meluncurkan program pengembangan energi nuklir pertamanya pada awal tahun 1957 dengan dukungan dari Amerika Serikat. 1 Pada saat itu Iran dan Amerika Serikat memang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasca kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bangkit kembali menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Usaha Jepang untuk bangkit kembali dilakukan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkembang. Dahulu dalam interaksinya hanya melibatkan aktor negara, namun
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hubungan internasional Hubungan internasional merupakan salah satu bentuk interaksi antar aktor yang saling berkepentingan, yang dapat berupa kerjasama, konflik, ataupun perang.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan pasca- perang dingin ini juga mempunyai implikasi strategis baik
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hubungan Internasional Runtuhnya Uni Soviet sebagai negara komunis utama pada tahun 1990-an memunculkan corak perkembangan Hubungan Internasional yang khas. Perkembangan pasca-
Lebih terperinciBAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-
166 BAB VI 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- Assad berkaitan dengan dasar ideologi Partai Ba ath yang menjunjung persatuan, kebebasan, dan sosialisme
Lebih terperinciPertemuan V : Perspektif Teoritis Regionalisme. Diplomasi HI di Kawasan Asia Pasifik Sylvia Octa Putri, S.IP
Pertemuan V : Perspektif Teoritis Regionalisme Diplomasi HI di Kawasan Asia Pasifik Sylvia Octa Putri, S.IP Mengapa teori menjadi penting? Teori adalah pernyataan yang dibuat untuk menjawab pertanyaan
Lebih terperincisanksi terhadap intensi Kiev bergabung dengan Uni Eropa. Sehingga konflik Ukraina dijadikan sebagai instrumen balance of power di Eropa Timur.
BAB. V KESIMPULAN Dunia yang terkungkung dalam persaingan kekuatan membuat negaranegara semakin aktif untuk meningkatkan persenjataan demi menjaga keamanan nasionalnya. Beberapa tahun silam, Ukraina mendapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat berlangsungnya Perang Dingin antara Blok Barat dengan Blok Timur, Vietnam ikut terlibat dalam Perang Vietnam melawan Amerika Serikat (AS). Blok barat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini, menjadi salah satu tujuan negara-negara asing untuk merebut. kepentingan nasionalnya di Timur Tengah.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rusia adalah negara terbesar di dunia yang terletak di sebelah timur Eropa dan utara Asia. Pada saat Uni Soviet, Rusia merupakan negara bagian terbesarnya dan
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Six Party Talks merupakan sebuah mekanisme multilateral yang bertujuan untuk mewujudkan upaya denuklirisasi Korea Utara melalui proses negosiasi yang melibatkan Cina,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hubungan Internasional merupakan hubungan yang melintasi batas wilayah suatu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hubungan Internasional Hubungan Internasional merupakan hubungan yang melintasi batas wilayah suatu negara. Dimana dalam kehidupan internasional, setiap negara melakukan kerjasama,
Lebih terperinciTINJAUAN UMUM ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL DOSEN : DR. AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI
FISIP HI UNJANI CIMAHI 2015 TINJAUAN UMUM ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL DOSEN : DR. AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI TINJAUAN UMUM ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL Sejarah Lahirnya Nation State / Negara Bangsa Transformasi
Lebih terperinciPENGARUH IMPLEMENTASI KEBIJAKAN EXTENDED DETERRENCE AMERIKA SERIKAT TERHADAP KONDISI STABILITAS KEAMANAN SEMENANJUNG KOREA
ejournal Ilmu Hubungan Internasional, 2017, 5(4) 1331-1338 ISSN 2477-2623 (online), ISSN 2477-2615 (print), ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id Copyright 2016 PENGARUH IMPLEMENTASI KEBIJAKAN EXTENDED DETERRENCE
Lebih terperinciLingkungan Strategis XXI
Lingkungan Strategis XXI Balance of Power ARMS Trade Strategic Environment Force Deployment RMA Unipolar Moment-Concert of Power Differentiation of Distribution of Power Imperial Overstretch Limit of Innovation
Lebih terperinci2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN
1 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Setelah berakhirnya perang dunia kedua, muncul dua kekuatan besar di dunia yaitu Uni Soviet dan Amerika Serikat. Kedua negara ini saling bersaing untuk
Lebih terperinciDIALOG KOREA UTARA-KOREA SELATAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEAMANAN KAWASAN
Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG HUBUNGAN INTERNASIONAL KAJIAN SINGKAT TERHADAP
Lebih terperinciMUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM
MUHAMMAD NAFIS 140462201067 PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM Translated by Muhammad Nafis Task 8 Part 2 Satu hal yang menarik dari program politik luar negeri Jokowi adalah pemasukan Samudera Hindia sebagai
Lebih terperinciHubungan Aliansi Rusia-Iran dan Upaya Mencapai Hegemoni Rusia
Hubungan Aliansi Rusia-Iran dan Upaya Mencapai Hegemoni Rusia Lebih dari dua abad lamanya Negara Rusia tidak pernah jauh dari pusat perpolitikan Iran, baik itu sebagai musuh politik dan terkadang menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dunia II ternyata tidak membuat situasi perpolitikan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berakhirnya Perang Dunia II ternyata tidak membuat situasi perpolitikan dunia menjadi aman. Justru pada masa itulah situasi politik yang mencekam semakin terasa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di dunia. Negara para mullah ini menduduki posisi ke-5 didunia setelah mengalahkan negara
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. baru dengan adanya terobosan Kebijakan Pembangunan Pangkalan Militer
BAB V KESIMPULAN Perjalanan sejarah strategi kekuatan militer China telah memasuki babak baru dengan adanya terobosan Kebijakan Pembangunan Pangkalan Militer China di Djibouti, Afrika pada Tahun 2016.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kajian Hubungan-Internasional, hubungan bilateral maupun
BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul. Dalam kajian Hubungan-Internasional, hubungan bilateral maupun multilateral antar negara biasanya mengalami suatu kondisi dinamika pasangsurut yang disebabkan
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Bab ini merupakan kesimpulan dari penelitian skripsi peneliti yang berjudul Peran New Zealand dalam Pakta ANZUS (Australia, New Zealand, United States) Tahun 1951-.
Lebih terperinciPara filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar.
Tiga Gelombang Demokrasi Demokrasi modern ditandai dengan adanya perubahan pada bidang politik (perubahan dalam hubungan kekuasaan) dan bidang ekonomi (perubahan hubungan dalam perdagangan). Ciriciri utama
Lebih terperincidalam merespon serangkaian tindakan provokatif Korea Selatan dalam bentuk latihan gabungan dalam skala besar yang dilakukan secara rutin, dan
BAB V KESIMPULAN Secara keseluruhan, upaya kelima negara China, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, dan Korea Utara dalam meningkatkan kekuatan pertahanannya dilakukan untuk memberikan daya gentar terhadap
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Islam, telah membawa pengaruh dala etnis dan agama yang dianut.
BAB V KESIMPULAN Yugoslavia merupakan sebuah negara yang pernah ada di daerah Balkan, di sebelah tenggara Eropa. Yugoslavia telah menoreh sejarah panjang yang telah menjadi tempat perebutan pengaruh antara
Lebih terperinciJURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA
UPAYA JEPANG DALAM MENJAGA STABILITAS KEAMANAN KAWASAN ASIA TENGGARA RESUME SKRIPSI Marsianaa Marnitta Saga 151040008 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN
Lebih terperinci"Indonesia Bisa Jadi Masalah Baru Bagi Asia"
H T T P : / / U S. A N A L I S I S. V I V A N E W S. C O M / N E W S / R E A D / 2 8 4 0 2 5 - I N D O N E S I A - B I S A - J A D I - M A S A L A H - B A R U - B A G I - A S I A "Indonesia Bisa Jadi Masalah
Lebih terperinciREALISM. Theoretical Intrepretations of World Politics. By Dewi Triwahyuni
REALISM Theoretical Intrepretations of World Politics By Dewi Triwahyuni Theory in Brief REALISM & NEOREALISM Key Actors View of the individual View of the state View of the international system Beliefs
Lebih terperinciturut melekat bagi negara-negara di Eropa Timur. Uni Eropa, AS, dan NATO menanamkan pengaruhnya melalui ide-ide demokrasi yang terkait dengan ekonomi,
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dengan berbagai aspek yang telah dinilai oleh pembuat kebijakan di Montenegro untuk bergabung dalam NATO, terdapat polemik internal dan eksternal yang diakibatkan oleh kebijakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian New Zealand merupakan negara persemakmuran dari negara Inggris yang selama Perang Dunia I (PD I) maupun Perang Dunia II (PD II) selalu berada di
Lebih terperinciyang dihadapi pasukan mereka. Tingginya jumlah korban jiwa baik dari pihak sipil maupun pasukan NATO serta besarnya dana yang harus dialirkan menjadi
BAB V PENUTUP Penelitian ini berawal dari sebuah keputusan berani yang dikeluarkan oleh Presiden Perancis Nicholas Sarkozy pada tahun 2012 terkait penarikan pasukan Perancis dari Afghanistan. Dikatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan Eropa Barat membuat suatu kebijakan dengan memberikan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Skripsi ini akan mengupas mengenai alasan kebijakan luar negeri Uni Eropa memberikan dukungan terhadap Ukraina dalam kasus konflik gerakan separatisme pro-rusia di Ukraina.
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai
BAB V PENUTUP Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai hubungan antara kebangkitan gerakan politik Islam dalam pergolakan yang terjadi di Suriah dengan persepsi Amerika Serikat, yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penggabungan kekuatan melalui peningkatan hubungan bilateral merupakan salah
BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Penggabungan kekuatan melalui peningkatan hubungan bilateral merupakan salah satu bagian dari fenomena yang menarik. Karena dalam penggabungan semacam ini menjadi
Lebih terperincidalam membangun kekuatan pertahanan mengedepankan konsep pertahanan berbasis kemampuan anggaran (capability-based defence) dengan tetap
BAB V PENUTUP Sejak reformasi nasional tahun 1998 dan dilanjutkan dengan reformasi pertahanan pada tahun 2000 sistem pertahanan Indonesia mengalami transformasi yang cukup substansial, TNI sebagai kekuatan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. mencari mitra kerjasama di bidang pertahanan dan militer. Karena militer dapat
BAB V KESIMPULAN Kerjasama Internasional memang tidak bisa terlepaskan dalam kehidupan bernegara termasuk Indonesia. Letak geografis Indonesia yang sangat strategis berada diantara dua benua dan dua samudera
Lebih terperinciPROLIFERASI SENJATA NUKLIR DEWI TRIWAHYUNI
PROLIFERASI SENJATA NUKLIR DEWI TRIWAHYUNI 1 Introduksi: Isu proliferasi senjata nuklir merupaka salah satu isu yang menonjol dalam globalisasi politik dunia. Pentingnya isu nuklir terlihat dari dibuatnya
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Islam masuk ke Rusia tidak lama setelah kemunculannya pada pertengahan kedua
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya, maka, dapat disimpulkan bahwa, Rusia merupakan negara yang memiliki latar belakang sejarah Islam. Islam masuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Internasional pada satu dasawarsa terakhir menunjukkan berbagai kecenderungan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hubungan Internasional Dewasa ini Hubungan Internasionl merupakan disiplin atau cabang ilmu pengetahuan yang sedang tumbuh dan berkembang. Dinamika Hubungan Internasional pada
Lebih terperinciMI STRATEGI
------...MI STRATEGI KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, buku "Strategi Pertahanan Negara" yang merupakan salah satu dari produk-produk strategis di bidang pertahanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan runtuhnya Uni Soviet serta adanya ekspansi NATO ke Eropa
BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Berakhirnya Perang Dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet yang ditandai dengan runtuhnya Uni Soviet serta adanya ekspansi NATO ke Eropa Timur, menjadikan
Lebih terperinciuntuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang
Bab V KESIMPULAN Dalam analisis politik perdagangan internasional, peran politik dalam negeri sering menjadi pendekatan tunggal untuk memahami motif suatu negara menjajaki perjanjian perdagangan. Jiro
Lebih terperinciPendahuluan. Selatan. Negara ini memiliki garis pantai sepanjang 1,046-kilometer
Pendahuluan A. Latar Belakang Pakistan merupakan salah satu negara yang terletak diwilayah Asia Selatan. Negara ini memiliki garis pantai sepanjang 1,046-kilometer (650 mi) dengan Laut Arab dan Teluk Oman
Lebih terperinciSILABUS DAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) MATA KULIAH TEORI HUBUNGAN INTERNASIONAL. Oleh. Drs. Asep Setiawan MA
SILABUS DAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) MATA KULIAH TEORI HUBUNGAN INTERNASIONAL Oleh Drs. Asep Setiawan MA PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seperti telah menjadi rahasia umum, Arab Saudi dan Iran adalah dua negara yang
BAB I PENDAHULUAN A. ALASAN PEMILIHAN JUDUL Seperti telah menjadi rahasia umum, Arab Saudi dan Iran adalah dua negara yang mempunyai pengaruh yang sangat besar di kawasan Timur Tengah. Selain tiu, kedua
Lebih terperinciOEPARTEMEN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA BUKU PUTIH PERTAHANAN INDONESIA
OEPARTEMEN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA BUKU PUTIH PERTAHANAN INDONESIA 2008 DAFTAR 151 PEN D A H U l U A N... 1 Latar Belakang Buku Putih.................................. 1 Esensi Buku Putih..............................4
Lebih terperinciDOSEN : Dr. AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI
DOSEN : Dr. AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI FISIP HI UNJANI CIMAHI 2011 Tinjauan Umum Teori Kepentingan Nasional Teori National Interest Versi Hans J. Morgenthau Teori National Interest Versi Donald Nuchterlin
Lebih terperinciPEREDAAN KETEGANGAN DI SEMENANJUNG KOREA
PEREDAAN KETEGANGAN DI SEMENANJUNG KOREA Oleh: DR. Yanyan Mochamad Yani, Drs., M.A. Akhirnya setelah melalui pasang surut yang penuh ketegangan, masyarakat dunia kini perlu merasa lega. Sementara waktu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, (Cambridge: Cambridge University Press, 2003), hlm. 152.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Runtuhnya Uni Soviet yang menandai berakhirnya Perang Dingin memberi implikasi yang lebih rumit bagi kondisi hubungan internasional. Ketegangan maupun persaingan
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG NOMOR 47 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA DAN AUSTRALIA TENTANG KERANGKA KERJA SAMA KEAMANAN (AGREEMENT BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA AND AUSTRALIA ON THE FRAMEWORK FOR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keterlibatan Australia dalam Perang Irak 2003 dianggap sebagai sebuah momentum bagi kembalinya prinsip forward defence policy sebagai basis kebijakan pertahanan Australia.
Lebih terperinciPolitik Global dalam Teori dan Praktik
Politik Global dalam Teori dan Praktik Oleh: Aleksius Jemadu Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2008 Hak Cipta 2008 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan
Lebih terperinciAMERIKA ARAB VERSUS RUSIA CHINA
POLITIK DUNIA SAAT INI : AMERIKA ARAB VERSUS RUSIA CHINA Muhammad Zazuli Empat negara penghasil minyak terbesar dunia saat ini adalah : Amerika Serikat (dengan 13 juta barel sehari), Arab Saudi (11 juta
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan
99 BAB 5 PENUTUP 5.1.Kesimpulan Berbagai macam pernyataan dari komunitas internasional mengenai situasi di Kosovo memberikan dasar faktual bahwa bangsa Kosovo-Albania merupakan sebuah kelompok yang memiliki
Lebih terperinciPERLUASAN NATO DAN PENGATURAN KEAMANAN DI EROPA PADA MASA PASCA PERANG DINGIN
PERLUASAN NATO DAN PENGATURAN KEAMANAN DI EROPA PADA MASA PASCA PERANG DINGIN (Review Kuliah Umum Bpk Edy Prasetyono, Ph.D.) 2 Desember 2006 Pasca Perang Dunia II, keadaan Eropa mengalami kehancuran yang
Lebih terperinciBAB IV FAKTOR-FAKTOR IRAN MEMPERTAHANKAN PROGRAM PENGEMBANGAN NUKLIR. Iran dibawah kepemimpinan Ahmadinejad memilih untuk mempertahankan
BAB IV FAKTOR-FAKTOR IRAN MEMPERTAHANKAN PROGRAM PENGEMBANGAN NUKLIR Iran dibawah kepemimpinan Ahmadinejad memilih untuk mempertahankan program pengembangan nuklirnya meskipun Iran mendapat kecaman dari
Lebih terperinciUNIT EKSPLANASI NEGARA BANGSA DALAM POLITIK LUAR NEGERI DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI
UNIT EKSPLANASI NEGARA BANGSA DALAM POLITIK LUAR NEGERI DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI FISIP HI UNJANI CIMAHI 2011 Negara Bangsa Dalam Politik Luar Negeri Teori-Teori Level Negara Bangsa Dalam Politik
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. perekonomian suatu bangsa. Indonesia sebagai negara berkembang memandang
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Kerjasama merupakan salah satu jalan untuk meningkatkan perekonomian suatu bangsa. Indonesia sebagai negara berkembang memandang pentingnya kerjasama dengan
Lebih terperinciPERADABAN AMERIKA MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI
FISIP HI UNJANI CIMAHI 2011 PERADABAN MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI Revolusi Amerika 1776 Perang Sipil di Amerika 1861-1845 Perkembangan Amerika Serikat dan Amerika Latin Amerika Serikat Sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Aksi penyelundupan narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Aksi penyelundupan narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya (narkoba) merupakan salah satu bentuk tindak kejahatan transnasional. Amerika Serikat, menurut
Lebih terperinci