KATA PENGANTAR. Disamping itu, buku ini masih jauh dari sempurna, oleh karenanya masukan dan kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. Disamping itu, buku ini masih jauh dari sempurna, oleh karenanya masukan dan kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan."

Transkripsi

1 DIREKTORAT BINA PELAYANAN KEPERAWATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA PELAYANAN MEDIK DEPARTEMEN KESEHATAN RI TAHUN 2006

2 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya atas perkenan-nya, buku Standar Pelayanan Keperawatan Jiwa ini dapat diterbitkan. Buku Standar Pelayanan Keperawatan Jiwa ini merupakan hasil revisi Standar Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Penerapan Standar Asuhan Keperawatan pada Kasus di Rumah Sakit Jiwa dan Rumah Sakit Ketergantungan Obat tahun Pelayanan Keperawatan Jiwa sebagai salah satu bentuk pelayanan professional, merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Di sisi lain yakni sebagai salah satu factor penetu baik buruknya mutu dan citra rumah sakit, oleh karena itu kualitas pelayanan keperawatan jiwa perlu dipertahankan serta ditingkatkan seoptimal mungkin. Bertolak dari kerangka pikir inilah, maka keberadaan Standar Pelayanan Jiwa sangat diperlukan dan Standar Pelayanan Keperawatan Jiwa ini berfungsi sebagai pedoman kerja bagi tenaga keperawatan serta sebagai tolok ukur mutu pelayanan dan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien. Oleh karena itu, Standar Pelayanan Keperawatan Jiwa harus dilaksanakan oleh seluruh tenaga keperawatan sehingga pelayanan keperawatan jiwa dapat dipertanggung jawabkan secara professional. Terutama dalam upaya peningkatan mutu pelayanan dan persiapan program akreditasi RS, maka dalam pemberian asuhan keperawatan, seluruh tenaga keperawatan mutlak menerapkan Standar Pelayanan Keperawatan Jiwa. Kepada semua pihak yang telah berperan serta dan memberikan bantuan pemikiran serta sumbang saran demi terwujudnya buku ini, kami sampaikan terima kasih. Disamping itu, buku ini masih jauh dari sempurna, oleh karenanya masukan dan kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan. Jakarta, Desember 2006 Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Sekretaris, Dr. Mulya A. Hasjmy, Sp.B, M.Kes. NIP ii

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI i ii BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1 B. Pengertian 2 C. Lingkup Pelayanan Keperawatan Jiwa 2 D. Sistematika Standar Pelayanan Keperawatan Jiwa 2 BAB II BAB III STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN JIWA A. Standar I : Pengkajian Keperawatan 3 B. Standar II : Diagnosa Keperawatan 4 C. Standar III : Perencanaan 4 D. Standar IV : Pelaksanaan Tindakan Keperawatan 5 E. Standar V : Evaluasi 6 STANDAR KINERJA PROFESIONAL A. Standar I : Kualitas Asuhan 7 B. Standar II : Penilaian Kinerja 8 C. Standar III : Pendidikan 8 D. Standar IV : Kolegialitas 9 E. Standar V : Etika 9 F. Standar VI : Kolaborasi 10 G. Standar VII : Penelitian 11 H. Standar VIII : Penggunaan Sumber Daya 11 BAB V PENUTUP 13 LAMPIRAN PEDOMAN ASUHAN KEPERAWATAN A. Asuhan Keperawatan Pasien Harga Diri Rendah B. Asuhan Keperawatan Pasien Isolasi Sosial C. Asuhan Keperawatan Pasien Halusinasi D. Asuhan Keperawatan Pasien Kurang Perawatan Diri E. Asuhan Keperawatan Pasien Waham F. Asuhan Keperawatan Pasien Risiko Perilaku Kekerasan G. Asuhan Keperawatan Pasien Risiko Bunuh Diri H. Asuhan Keperawatan Pasien Ketergantungan Napza PEDOMAN TINDAKAN KEPERAWATAN A. Konseling B. Aktivitas Perawatan Diri C. Terapi Lingkungan D. Pendidikan Kesehatan Jiwa E. Manajemen Kasus ii

4 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan dalam bidang informasi dan komunikasi serta teknologi memberi dampak adanya pergeseran nilai-nilai dalam masyarakat hingga menimbulkan berbagai konflik dalam kehidupan. Kecenderungan meningkatnya masalah psikososial dan gangguan kesehatan jiwa dalam masyarakat akhir-akhir ini terlihat dengan jelas. Proyeksi WHO (tahun 2005) tentang pengaruh bencana tsunami terhadap korban adalah 12 bulan setelah peristiwa bencana sebanyak 30-50% korban akan mengalami distress psikososial sedang ke berat, 20-40% mengalami distress psikososial sedang, 15-20% mengalami gangguan jiwa sedang ke berat dan 3-4% gangguan jiwa berat. (angka gangguan akibat bom bali, gempa Yogya disertakan) Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI tahun 2004, menunjukkan bahwa dari 4576 sampel yang mengalami gangguan jiwa, sebanyak 0,7% terjadi pada kelompok usia tahun, tahun dan tahun. Masalah kesehatan jiwa saat ini merupakan ancaman, meskipun tidak menyebabkan kematian, secara langsung namun dapat menyebabkan kerugian karena pasien/klien tidak menjadi produktif bahkan seringkali tergantung pada keluarga atau masyarakat sekitar. Untuk menanggulangi kasus tersebut perlu pelayanan yang komprehensif dan optimal. Pelayanan keperawatan jiwa merupakan bagian pelayanan yang penting untuk mengurangi angka kejadian dan angka kesakitan kesehatan jiwa. Menyikapi hal tersebut, Direktorat Keperawatan Depkes RI pada tahun 1997 telah menyusun Standar Keperawatan Kesehatan Jiwa yang dipergunakan sebagai pedoman bagi perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan jiwa agar masyarakat dapat menerima pelayanan keperawatan jiwa yang aman. Standar pelayanan keperawatan jiwa merupakan salah satu komponen mutu pelayanan kesehatan yang merupakan indikator dari kondisi, perilaku dan elemen kunci sebagai tolok ukur pengukuran mutu pelayanan keperawatan. Perubahan akibat berkembangnya IPTEK kedokteran dan keperawatan serta perubahan kondisi rumah sakit jiwa, menuntut dilakukannya revisi terhadap Standar Pelayanan Keperawatan Jiwa yang telah disusun tersebut.

5 B. PENGERTIAN Standar pelayanan keperawatan jiwa merupakan salah satu perangkat yang diperlukan oleh setiap tenaga perawat khususnya perawat di rumah sakit jiwa dan rumah sakit ketergantungan obat dalam memberikan pelayanan keperawatan jiwa. Standar praktik keperawatan adalah ekspektasi atau harapan-harapan minimal dalam memberikan asuhan keperawatan yang aman, efektif dan etis. C. LINGKUP PELAYANAN KEPERAWATAN JIWA Lingkup pelayanan keperawatan jiwa meliputi rentang antara sehat dan sakit, anak hingga lanjut usia, puskesmas dan rumah sakit, serta rumah dan tempat perawatan lain. Pelayanan keperawatan jiwa diberikan pada individu, keluarga maupun kelompok. Standar ini difokuskan pada rentang sakit yaitu pasien yang dirawat inap maupun rawat jalan di RS Jiwa dan RSKO yang mengalami gangguan jiwa dan masalah psikososial pada pasien usia anak hingga lanjut usia dalam konteks individu dan keluarga. D. SISTEMATIKA STANDAR PELAYANAN KEPERAWATAN JIWA Berdasarkan batasan lingkup pelayanan keperawatan jiwa diatas, maka sistematika standar pelayanan keperawatan jiwa ini disusun sebagai berikut : I. Standar Praktik Keperawatan Jiwa A. Standar I : Pengkajian B. Standar II : Diagnosa Keperawatan C. Standar III : Perencanaan D. Standar IV : Pelaksanaan Tindakan Keperawatan E. Standar V : Evaluasi II. Standar Penampilan Profesional Perawat A. Standar I : Kualitas Asuhan B. Standar II : Penilaian Kinerja C. Standar III : Pendidikan D. Standar IV : Kolegialitas E. Standar V : Etika F. Standar VI : Kolaborasi G. Standar VII : Penelitian H. Standar VIII : Penggunaan Sumber Daya

6 III. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa A. Asuhan Keperawatan Pasien Harga Diri Rendah B. Asuhan Keperawatan Pasien Isolasi Sosial C. Asuhan Keperawatan Pasien Halusinasi D. Asuhan Keperawatan Pasien Kurang Perawatan Diri E. Asuhan Keperawatan Pasien Waham F. Asuhan Keperawatan Pasien Risiko Perilaku Kekerasan G. Asuhan Keperawatan Pasien Risiko Bunuh Diri H. Asuhan Keperawatan Pasien Ketergantungan Napza

7 BAB II STANDAR PRAKTEK KEPERAWATAN JIWA A. STANDAR I : PENGKAJIAN Pernyataan Perawat mengumpulkan data spesifik tentang kesehatan jiwa pasien yang diperoleh dari berbagai sumber data dengan menggunakan berbagai metode pengkajian. Rasional Pengkajian yang terfokus memudahkan perawat membuat keputusan klinik (diagnosa keperawatan) dan membuat perencanaan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien. Kriteria struktur 1. Ada kebijakan pemberlakuan/ SAK dan SOP 2. Adanya petunjuk teknis 3. Tersedianya format pengkajian Kriteria proses 1. Melakukan kontrak dengan pasien/keluarga/masyarakat 2. Mengkaji keluhan utama pasien dan data penunjang lain dengan berbagai metode pengkajian dan dari berbagai sumber 3. Mengelompokkan data yang diperoleh secara sistimatis 4. Memvalidasi data yang diperoleh dengan menggunakan berbagai metode validasi 5. Mendokumentasi seluruh data yang diperoleh dalam format pengkajian Kriteria hasil 1. Diperolehnya keluhan utama dan data dasar pasien; yang dikelompokkan dan didokumentasikan pada format pengkajian yang telah ditetapkan 2. Pasien dan keluarga berpartisipasi dalam proses pengumpulan data

8 B. STANDAR II : DIAGNOSA KEPERAWATAN Pernyataan Perawat menganalisa data hasil pengkajian untuk menegakkan diagnosa keperawatan jiwa. Diagnosis keperawatan yang ditegakkan merupakan keputusan klinis perawat tentang respons individu, keluarga dan masyarakat terhadap masalah kesehatan jiwa yang aktual maupun resiko. Rasional Melalui diagnosis keperawatan yang ditegakkan, perawat memperlihatkan kemampuan melakukan justifikasi ilmiah dalam membuat keputusan klinik Kriteria struktur 1. Adanya daftar diagnosa keperawatan 2. Kebijakan SAK Kriteria proses 1. Menganalisa data pasien 2. Mengidentifikasi masalah keperawatan pasien 3. Mendokumentasikan masalah keperawatan pasien Kriteria hasil Diperoleh serangkaian masalah keperawatan yang aktual maupun resiko sesuai dengan kondisi pasien. C. STANDAR III: PERENCANAAN Pernyataan Perawat mengembangkan serangkaian langkah-langkah penyelesaian masalah kesehatan pasien dan keluarga yang terencana dan terorganisir dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lain. Perencanaan menggambarkan intervensi yang mengarah pada kriteria hasil yang diharapkan. Rasional Rencana tindakan keperawatan digunakan sebagai pedoman dalam melakukan tindakan keperawatan yang terapeutik, sistematis dan efektif untuk mencapai hasil yang diharapkan Kriteria struktur 1. Adanya kebijakan SAK 2. Adanya format rencana keperawatan

9 Kriteria proses 1. Memprioritaskan masalah keperawatan 2. Merumuskan tujuan keperawatan 3. Menetapkan tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah pasien 4. Memvalidasi kesesuaian rencana keperawatan dengan kondisi pasien terkini 5. Mendokumentasikan rencana keperawatan Kriteria hasil Adanya dokumentasi rencana keperawatan yang berfokus pada kemampuan kognitif, afektif, psikomotor pasien dan keluarga D. STANDAR IV : PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN Pernyataan Perawat melaksanakan tindakan keperawatan berdasarkan rencana keperawatan sesuai dengan kewenangan. Rasional Pelaksanaan tindakan keperawatan merupakan upaya mencegah munculnya masalah kesehatan jiwa, mempertahankan dan mengembalikan kesehatan pasien. Kriteria struktur 1. Adanya kebijakan SAK dan SOP 2. Tersedia pedoman pelaksanaan tindakan Kriteria proses 1. Melakukan tindakan keperawatan mengacu pada strategi pelaksanaan dengan pendekatan hubungan terpeutik 2. Melibatkan pasien (keluarga) dan profesi lain dalam melaksanakan tindakan 3. Melakukan modifikasi tindakan berdasarkan perkembangan kesehatan pasien 4. Mendokumentasikan tindakan keperawatan Kriteria hasil Tindakan keperawatan dan respon pasien terdokumentasikan

10 E. STANDAR V : EVALUASI Pernyataan : Perawat melakukan evaluasi perkembangan kondisi kesehatan pasien untuk menilai pencapaian tujuan Rasional Evaluasi menggambarkan tingkat keberhasilan tindakan keperawatan. Kriteria struktur Adanya SOP dan instrumen Kriteria proses 1. Menilai kesesuaian respons pasien dan kriteria hasil 2. Memodifikasi rencana keperawatan sesuai kebutuhan 3. Melibatkan pasien dan keluarga Kriteria hasil 1. Hasil evaluasi tindakan terdokumentasikan 2. Perubahan data pasien terdokumentasikan 3. Perubahan pada masalah keperawatan pasien terdokumentasikan 4. Modifikasi pada rencana keperawatan terdokumentasikan

11 BAB III STANDAR PENAMPILAN PROFESIONAL PERAWAT A. STANDAR I : KUALITAS ASUHAN Pernyataan Perawat mengevaluasi kualitas asuhan dan efektifitas praktek keperawatan kesehatan jiwa secara sistematis. Rasional Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tingkat kesejahteraan masyarakat menimbulkan dampak terhadap pelayanan kesehatan jiwa termasuk pelayanan keperawatan jiwa semakin meningkat. Perawat senantiasa meningkatkan kompetensi diri mengembangkan profesionalisme dan memperbaiki kualitas asuhan keperawatan. Kriteria Struktur 1. Adanya kebijakan penerapan standar asuhan keperawatan jiwa. 2. Adanya SOP sebagai pedoman kerja pelayanan dan asuhan keperawatan 3. Pendidikan minimum DIII Keperawatan 4. Adanya program pengembangan pendidikan keperawatan sesuai standar pengembangan tenaga keperawatan (formal dan non formal) 5. Adanya standar tenaga yang telah ditetapkan 6. Adanya sarana dan prasarana pelayanan keperawatan sesuai standar 7. Adanya tim pengendali mutu pelayanan. Kriteria Proses 1. Mengidentifikasi peluang untuk perubahan perbaikan 2. Mengumpulkan dan menganalisa data yang relevan 3. Membuat perencanaan 4. melaksanakan perubahan untuk meningkatkan kualitas asuhan Kriteria Hasil 1. Tersedia hasil pengendalian mutu pelayanan kesehatan umum : BOR meningkat ALOS menurun TOI meningkat 2. Tersedia data tentang : Pasien lari, pengikatan atau pengekangan fisik, scabies, kategori tingkat ketergantungan pasien : mandiri, bantuan, tergantung 3. Tersedia hasil penilaian kepuasan : (Pasien, Keluarga, Perawat, Tenaga kesehatan lain). 4. Tersedia hasil kinerja (Kepala ruangan, Ketua tim, Perawat pelaksana)

12 B. STANDAR II : PENILAIAN KINERJA Pernyataan Perawat mengevaluasi kinerjanya sesuai dengan standar praktik profesional dan peraturan yang berlaku. Rasional Penilaian kinerja perawat merupakan suatu cara untuk menjamin tercapainya standar praktek keperawatan. Kriteria Struktur 1. Adanya kebijakan penerapan standar penilaian kinerja 2. Adanya program supervisi 3. Adanya program peer review 4. Adanya instrumen self evaluasi Kriteria Proses 1. Melaksanakan supervisi 2. Melaksanakan peer review 3. Melaksanakan self evaluasi 4. Melaksanakan uji kompetensi Kriteria Hasil 1. Adanya laporan hasil supervisi 2. Adanya dokumen kegiatan peer review 3. Adanya dokumen self evaluasi 4. Adanya hasil uji kompetensi C. STANDAR III: PENDIDIKAN Pernyataan Perawat meningkatkan kompetensi secara terus menerus sesuai perkembangan IPTEK Rasional Komitmen untuk terus belajar melalui pendidikan formal dan non formal dalam meningkatkan profesionalisme Kriteria Struktur 1. Adanya kebijakan pengembangan SDM. 2. Adanya pengelolaan program pendidikan formal dan non formal 3. Adanya fasilitas pembelajaran (perpustakaan dan internet) Kriteria Proses 1. Melaksanakan in service training atau in house training 2. Mengirim perawat mengikuti program pelatihan, magang dan seminar 3. Mengirim perawat untuk mengikuti pendidikan formal.

13 Kriteria Hasil 1. Adanya dokumentasi program pengembangan staf formal dan non formal termasuk system seleksi 2. Adanya perawat yang telah mengikuti pendidikan formal dan non formal D. STANDAR IV: KOLEGALITAS Pernyataan Perawat berkontribusi dalam mengembangkan profesionalisme teman sejawat Rasional Perawat bertanggung jawab membagi pengetahuan, penelitian, dan informasi klinis dengan teman sejawat, untuk meningkatkan pertumbuhan profesi. Kriteria Struktur 1. Adanya program pertemuan rutin untuk berbagi ide dan keilmuan (siang klinik) secara formal 2. Adanya program pertemuan rutin perawat jiwa secara informal 3. Adanya program team building: saling menghargai, kohesiveness 4. Adanya program perilaku positif 5. Adanya program bimbingan berjenjang perawat 6. Adanya program bimbingan pada calon perawat atau mahasiswa Kriteria Proses 1. Melaksanakan kegiatan siang klinik 2. Melaksanakan pertemuan informal 3. Melaksanakan kegiatan team building 4. Melaksanakan bimbingan berjenjang sesuai tingkat pengetahuan, pengalaman dan latar belakang tertentu 5. Melaksanakan bimbingan pada calon perawat dan perawat pelaksana serta mahasiswa Kriteria Hasil 1. Adanya dokumen pelaksanaan pertemuan siang klinik 2. Adanya dokumen pelaksanaan pertemuan informal 3. Adanya dokumen pelaksanaan team building 4. Adanya dokumen penilaian perilaku positif 5. Adanya dokumen berbagi ilmu dan pengalaman 6. Adanya dokumen bimbingan pada calon perawat atau mahasiswa E. STANDAR V : ETIKA Pernyataan Keputusan dan tindakan perawat atas nama pasen ditentukan berdasarkan kode etik yang berlaku

14 Rasional Kepercayaan dan hak publik harus dilindungi melalui praktek keperawatan profesional yang didasari oleh pengembangan hubungan yang terapeutik dengan pasen. Kriteria Struktur 1. Adanya kebijakan pemberlakuan pedoman etik profesi perawat yang menyatu dengan dokumen kode etik Rumah Sakit 2. Adanya dokumentasi kode etik keperawatan 3. Adanya SOP penyelesaian masalah etik Kriteria Proses 1. Adanya penyelesaian masalah etik 2. Adanya pelaksanaan peer review untuk membicarakan masalah etik 3. Adanya penyelesaian masalah etik keperawatan Kriteria Hasil 1. Adanya dokumentasi penyelesaian masalah etik. 2. Adanya dokumentasi pelanggaran etik F. STANDAR VI: KOLABORASI Pernyataan Perawat berkolaborasi dengan pasien, teman dekat, dan petugas kesehatan dalam memberikan asuhan. Rasional Praktek keperawatan membutuhkan koordinasi, hubungan terus-menerus di antara konsumen dan pemberi pelayanan untuk menghasilkan pelayanan yang komprehensif terhadap pasien dan masyarakat. Melalui proses kolaborasi, perbedaan kemampuan dari petugas kesehatan digunakan untuk memecahkan masalah, berkomunikasi dan perencanaan, implementasi intervensi, dan evaluasi pelayanan kesehatan jiwa. Kriteria Struktur 1. Adanya program terkait dengan kolaborasi. 2. Adanya program case conference yang dilaksanakan secara rutin 3. Adanya SOP yang berkaitan dengan kolaborasi 4. Adanya perawat dengan kualifikasi PK II 5. Adanya ruangan dan fasilitas untuk conference Kriteria Proses 1. melakukan perencanaan dan pengambilan keputusan secara bersama dengan ahli professional 2. Melaksanakan pembahasan kasus secara bersama-sama 3. Melaksanakan visite dan rapat tim 4. Melakukan rujukan secara tepat

15 Kriteria Hasil 1. Adanya dokumen hasil konferensi 2. Adanya dokumen program terapi dokter melalui telepon dan visite 3. Tidak adannya overlap pemberian obat. G. STANDAR VII: PENELITIAN Pernyataan Perawat berkontribusi terhadap pengembangan keperawatan dan kesehatan jiwa melalui penelitian. Rasional Perawat bertanggung jawab berkontribusi terhadap masa depan perkembangan keilmuan kesehatan jiwa dengan berpartisipasi dalam penelitian. Melalui penelitian perawat dapat mengembangkan profesinya dengan memberikan pelayanan berdasarkan. Dengan menggunakan hasil penelitian/melakukan penelitian perawat mampu mengembangkan profesinya berdasarkan penemuan ilmiah ( evidence base practice) Perawat bertanggung jawab untuk berkontribusi untuk perkembangan lebih lanjut ilmu kesehatan jiwa melalui penelitian. Kriteria Struktur 1. Adanya program penelitian 2. Adanya pedoman penelitian 3. Adanya perawat dengan level PK IV dan PR I untuk melakukan penelitian 4. Adanya fasilitas untuk melaksanakan penelitian: internet, jurnal, literature, hasilhasil penelitian Kriteria Proses 1. Melakukan pertemuan membahas masalah klinis yang memerlukan penelitian 2. Melakukan pertemuan membahas proposal penelitian 3. Melakukan kegiatan penelitian keperawatan 4. Melakukan kegiatan diseminasi hasil penelitian (temu ilmiah, publikasi) 5. Melakukan kegitaan review hasil penelitian terkait kondisi klinik 6. Melakukan kegiatan pembahasan implementasi hasil penelitian di klinik Kriteria Hasil Adanya hasil penelitian yang dapat membantu, mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan H. STANDAR VIII: PENGGUNAAN SUMBER DAYA Pernyataan Perawat mempertimbangkan faktor-faktor yang berhubungan dengan keamanan, efektifitas, efisiensi pembiayaan dalam perencabnaan dan pemberian asuhan kepada pasen

16 Rasional Pasien dijamin mendapat pelayanan kesehatan jiwa yang aman, berkualitas, efektif, dan terjangkau. Kriteria Struktur 1. Adanya dokumen anggaran keperawatan 2. Adanya dokumen standar manajemen sumber daya keperawatan 3. Adanya dokumen standar tenaga keperawatan 4. Adanya dokumen profil tenaga perawat 5. Adanya dokumen standar alat-alat kebutuhan pasien 6. Adanya dokumen SOP penggunaan dan pemeliharaan peralatan 7. Adanya dokumen program K3 Kriteria Proses 1. Melakukan pertemuan, perencanaan, penggunaan anggaran keperawatan perencanaan sumber daya keperawatan 2. Melakukan monitoring dan evaluasi penggunaan sumber daya dan alat alat kebutuhan pasien 3. Melakukan pertemuan membahas hasil monitoring evaluasi sumber daya keperawatan, serta rencana tindak lanjut 4. Melaksanaan program K3,monitoring evaluasi dan rencana tindak lanjut Kriteria Hasil 1. Adanya dokumen hasil pertemuan, perencanaan penggunaan anggaran dan sumber daya keperawatan 2. Adanya dokumen hasi monitoring evaluasi penggunaan sumber daya keperawatan, alat kebutuhan pasien, pelaksanaan program K3 dan rencana tindak lanjut.

17 BAB IV PENUTUP Masalah kesehatan jiwa saat ini cenderung meningkat dimana Indonesia mengalami krisis dibidang ekonomi serta krisis sosial yang sangat dominan dalam kehidupan di masyarakat sehingga bertambah beratnya tekanan hidup, meskipun tidak secara langsung menyebabkan kematian, tetapi angka gangguan jiwa cenderung meningkat terus. Survei kesehatan rumah tangga (SKRT) menunjukan dari sample 4576, sebanyak 0,7% mengalami gangguan mental dan terjadi pada kelompok usia tahun sampai dengan tahun. Pelayanan keperawatan jiwa merupakan bagian dari pelayanan yang penting dalam rangka mengurangi masalah kesehatan jiwa. Oleh karena itu, Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan Departemen Kesehatan RI telah menyusun Standar Pelayanan Keperawatan Jiwa. Standar ini diharapkan dapat dipergunakan di tatanan pelayanan keperawatan khususnya rumah sakit jiwa baik pemerintah maupun swasta. Tujuan akhir dari standar ini adalah agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang professional serta menerima pelayanan keperawatan jiwa yang aman. Buku Standar Pelayanan Keperawatan Jiwa ini merupakan penyempurnaan dari buku Keperawatan Jiwa yang disusun pada tahun 1998, sehingga standar ini dapat dijadikan panduan dalam memberikan asuhan keperawatan di tatanan pelayanan.

18 LAMPIRAN PEDOMAN ASUHAN KEPERAWATAN A. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN HARGA DIRI RENDAH I. Deskripsi Harga diri rendah adalah keadaan dimana individu memberi penilaian negatif terhadap diri dan kemampuannya dalam waktu lama secara terus menerus. II. Tanda dan gejala 1. Menyangkal penilaian positif dan membesarkan penilaian negatif dari orang lain tentang dirinya 2. Secara verbal sering mengatakan hal yang negatif tentang diri sendiri (merasa minder/malu) 3. Selalu menilai diri sendiri tidak mampu menghadapi suatu peristiwa 4. Mengekpresikan rasa bersalah secara terus menerus 5. Sering mengatakan tidak mampu melakukan sesuatu 6. Selalu ragu ragu untuk mencoba sesuatu yang baru 7. Sering mengalami kegagalan dalam pekerjaan atau kegiatan lainnya 8. Sangat bergantung pada pendapat orang lain 9. Kontak mata kurang/tidak ada 10. Pandangan hidup yang pesimis, pasif dan hipoaktif, penurunan produktifitas 11. Selalu merasa ketidakpastian dalam hidupnya Apabila ditemukan minimal satu tanda dan gejala pada nomor 1 5, maka diagnosa keperawatan aktual dapat ditegakkan, sedangkan tanda dan gejala pada no 6 11 menunjukkan pasien berisiko mengalami penurunan harga diri III. Masalah keperawatan Masalah utama yang dapat ditegakkan adalah : gangguan konsep diri : harga diri rendah IV. Tindakan keperawatan pada pasien : a. Tujuan Tujuan intrvensi keperawatan yang dilakukan adalah pasien dapat a. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki b. Menilai kemampuan yang dapat digunakan c. Menetapkan / memilih kegiatan yang sesuai kemampuan d. Melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan e. Menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih

19 b. Tindakan Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan; sesuai perencanaan adalah: 1). Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien. a). Mendiskusikan adanya sejumlah kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien; baik fisik maupun psikososial b). Memberi pujian secara nyata dan hindarkan penilaian yang negatif. 2). Membantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan. a). Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat digunakan saat ini. b). Membantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap kemampuan diri yang diungkapkan pasien. c). Memperlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif 3). Membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih 4). Melatih kemampuan yang dipilih pasien a). Mendiskusikan dengan pasien langkah-langkah untuk melakukan kegiatan b). Memperagakan kegiatan yang dipilih c). Membantu dan mendukung pasien untuk melakukan kegiatan d). Memberikan pujian pada setiap kegiatan yang dapat dilakukan pasien. 5). Membantu menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih a). Menganjurkan pasien melakukan kegiatan yang telah dilatih b). Bersama pasien memasukkan kegiatan yang telah dilatih dalam jadwal kegiatan harian c). Memberi pujian atas kegiatan yang dilakukan setiap hari sesuai jadwal d). Meningkatkan kegiatan sesuai dengan kegiatan yang telah dipilih 6). Memberikan kesempatan mengungkapkan perasaannya setelah pelaksanaan kegiatan V. Tindakan keperawatan pada keluarga a. Tujuan, keluarga mampu: 1). Membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang dimilikinya 2). Memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih dimiliki pasien 3). Memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih dan memberikan pujian atas keberhasilan pasien 4). Menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien b. Tindakan 1) Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien 2) Menjelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang ada pada pasien 3) Mendiskusikan kemampuan yang dimiliki pasien 4) Menjelaskan cara-cara merawat pasien dengan harga diri rendah 5) Mendemontrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah

20 6) Menganjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan kegiatan sesuai jadwal 7) Menganjurkan keluarga untuk memberikan pujian pasien atas kemampuannya 8) Membantu keluarga menyusun rencana kegiatan pasien di rumah VI. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Terapi aktivitas kelompok untuk pasien harga diri rendah adalah TAK Stimulasi Persepsi yang terdiri dari: a. Sesi I : Mengidentifikasi hal positif diri b. Sesi II : Melatih pasien menggunakan aspek positif diri VII. Pertemuan Kelompok/Keluarga Asuhan keperawatan untuk kelompok keluarga ini dapat diberikan dengan melaksanakan pertemuan keluarga baik dalam bentuk kelompok kecil dan kelompok besar. VIII. Evaluasi a. Kemampuan yang diharapkan dari pasien : 1). Pasien dapat mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien 2). Pasien dapat membuat rencana kegiatan harian 3). Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki kenyataan b. Kemampuan yang diharapkan dari keluarga : 1). Keluarga membantu pasien dalam melakukan aktivitas 2). Keluarga memberikan pujian pada pasien terhadap kemampuannya 3). melakukan aktivitas IX. Dokumentasi proses keperawatan a. Keluhan utama :.. b. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan.. c. Konsep diri : Gambaran diri : Ideal diri : Harga diri : Identitas : Peran :

21 d. Alam perasaan [ ] Sedih [ ] Putus asa [ ] Ketakutan [ ] Gembira berlebihan Jelaskan :. Masalah keperawatan :. d. Interaksi selama wawancara [ ] Bermusuhan [ ] Tidak kooperatif [ ] Mudah tersinggung [ ] Kontak mata kurang [ ] Defensif [ ] Curiga Jelaskan :. Masalah keperawatan : e. Tingkat konsentrasi dan berhitung [ ] Mudah beralih [ ] Tidak mampu berkonsentrasi [ ] Tidak mampu berhitung sederhana Jelaskan :.. Masalah keperawatan : f. Istirahat dan tidur [ ] Tidur siang : lama.s/d [ ] Tidur malam : lama s/d. [ ] Kegiatan sebelum/sesudah tidur Jelaskan : Masalah keperawatan :.. B. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN ISOLASI SOSIAL I. Deskripsi Isolasi sosial adalah kesendirian yang dialami seseorang secara individual akibat persepsi individu terhadap lingkungan yang dirasakan mengancam keamanan dirinya secara fisik dan psikologis. Terjadi penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain. II. Tanda dan gejala a. Tidak memiliki orang orang yang dekat dan mendukung (keluarga, teman, ) b. Menarik diri/menyendiri/menghindari kontak dengan orang lain c. Menarik diri dan asyik dengan dirinya sendiri d. Merasa hubungan dengan orang lain tidak berarti e. Merasa ditolak/kesepian f. Nada suara dan perilaku yang diperlihatkan menunjukkan permusuhan g. Kesulitan melakukan interaksi di lingkungan/tidakmampu terlibat dalam hubungan interpersonal h. Tidak ada kontak mata

22 i. Tidak berkomunikasi j. Memperlihatkan perilaku yang tidak diterima orang kebanyakan k. Melakukan tindakan yang tidak berguna berulang kali l. Melakukan aktivitas yang tidak sesuai dengan tingkat perkembangannya m. Sedih, afek tumpul n. Merasa bosan dan waktu berjalan lambat o. Merasa tidak dimengerti oleh orang lain/tidak aman di lingkungan Apabila ditemukan minimal satu dari tanda dan gejala nomor 1 8, maka dapat ditegakkan diagnosa keperawatan aktual, sedangkan tanda dan gejala berikutnya berisiko terjadinya masalah keperawatan III. Masalah keperawatan Masalah utama yang dapat ditegakkan adalah isolasi sosial IV. Tindakan keperawatan pada pasien a. Tujuan Tujuan tindakan keperawatan adalah pasien mampu 1). Membina hubungan saling percaya 2). Menyadari penyebab isolasi social 3). Berinteraksi dengan orang lain b. Tindakan 1). Membina Hubungan Saling Percaya a) Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien b) Berkenalan dengan pasien: perkenalkan nama dan nama panggilan, serta tanyakan nama dan nama panggilan pasien c) Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini d) Membuat kontrak : apa yang akan lakukan, berapa lama dan tempatnya di mana e) Menjelaskan bahwa informasi yang diperoleh akan dirahasiakan untuk kepentingan terapi f) Setiap saat menunjukkan sikap empati/peduli terhadap pasien g) Memenuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan 2) Mengenal penyebab isolasi sosial b). Menanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang lain c). Menanyakan apa yang menyebabkan pasien tidak ingin berinteraksi dengan orang lain 3). Mengenal keuntungan berhubungan dengan orang lain a) Mendiskusikan keuntungan memiliki banyak teman dan bergaul akrab dengan mereka 4). Mengenal kerugian tidak berhubungan a) Mendiskusikan kerugian mengurung diri dan tidak bergaul dengan orang lain b) Menjelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik 5). Membantu pasien berinteraksi dengan orang lain secara bertahap a). Memberi kesempatan pasien mempraktekkan cara berinteraksi dengan orang lain

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri A. Pengertian Defisit Perawatan Diri Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Maslim, 2001). Kurang perawatan diri adalah

Lebih terperinci

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA DI UNIT RAWAT INAP RS JIWA

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA DI UNIT RAWAT INAP RS JIWA POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG PROGRAM STUDI KEPERAWATAN LUBUKLINGGAU PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA DI UNIT RAWAT INAP RS JIWA RUANGAN RAWAT : TANGGAL DIRAWAT : I. IDENTITAS KLIEN Inisial : ( L

Lebih terperinci

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA Ruang rawat :... Tanggal dirawat:... A. IDENTITAS KLIEN Nama :... L/P) Umur :... tahun No. CM :... Tanggal masuk :... B. ALASAN MASUK/FAKTOR PRESIPITASI......

Lebih terperinci

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA A. IDENTITAS KLIEN Nama :... L/P) Umur :... tahun No. CM :... Tanggal masuk :... B. ALASAN MASUK/FAKTOR PRESIPITASI...... C. FAKTOR PREDISPOSISI 1. Pernah mengalami

Lebih terperinci

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr. BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG A. Identitas Pasien 1. Inisial : Sdr. W 2. Umur : 26 tahun 3. No.CM : 064601

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Disusun oleh : CAHYO FIRMAN TRISNO. S J 200 090

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial BAB II TINJAUAN TEORI A. KONSEP DASAR 1. Pengertian Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007)

BAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007) BAB II TINJAUAN TEORI A. Definisi Halusinasi didefinisikan sebagai seseorang yang merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, baubauan, pengecapan

Lebih terperinci

Koping individu tidak efektif

Koping individu tidak efektif LAPORAN PENDAHULUAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI I. PROSES TERJADINYA MASALAH Isolasi social merupakan upaya klien untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang

Lebih terperinci

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA -Tahun 2005- Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Pengurus Pusat PPNI, Sekretariat: Jl.Mandala Raya No.15 Patra Kuningan Jakarta Tlp: 62-21-8315069 Fax: 62-21-8315070

Lebih terperinci

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI Nama Klien : Diagnosa Medis : No MR : Ruangan : Tgl No Dx Diagnosa Keperawatan Perencanaan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi

Lebih terperinci

Depresi pada Lansia. Masalah Keperawatan Risiko Bunuh Diri

Depresi pada Lansia. Masalah Keperawatan Risiko Bunuh Diri Depresi pada Lansia 1. Mengorientasikan waktu, tempat, orang di sekitar 2. Melatih dalam 3. Melatih menyusun jadwal SP 3 dst 1. Mengorientasikan waktu, tempat, orang 2. Mendiskusikan jadwal 3. Mendorong

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi adalah gangguan terganggunya persepsi sensori seseorang,dimana tidak terdapat stimulus. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien merasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH UTAMA ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH UTAMA ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH UTAMA ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI A. Konsep Dasar Teori 1. Definisi Isolasi sosial merupakan kondisi ketika individu atau kelompok mengalami,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien

BAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien BAB II KONSEP DASAR A. Pengetian Kurangnya perawatan diri pada pasien gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun, kurang

Lebih terperinci

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) PADA KELUARGA NY. A DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN HARGA DIRI RENDAH DAN WAHAM CURIGA

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) PADA KELUARGA NY. A DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN HARGA DIRI RENDAH DAN WAHAM CURIGA PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) PADA KELUARGA NY. A DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN HARGA DIRI RENDAH DAN WAHAM CURIGA Disusun Oleh: DESI SUCI ANGRAENI SRI WAHYUNINGSIH PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya adalah masalah tentang kesehatan jiwa yang sering luput dari

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya adalah masalah tentang kesehatan jiwa yang sering luput dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia saat ini, banyak mengalami keprihatinan dengan kesehatan, salah satunya adalah masalah tentang kesehatan jiwa yang sering luput dari perhatian. Orang sengaja

Lebih terperinci

perawatmasadepanku@blogspot.com Join With Us : Email : hendritriyulianto@gmail.com Facebook : Hendri Ty Kunjungi dan D a p a t k a n!!! K u m p u l a n A s k e p L e n g k a p H a n y a D i : perawatmasadepanku@blogspot.com

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa ABSTRAK Halusinasi adalah gangguan jiwa pada individu yang dapat ditandai dengan perubahan persepsi sensori, dengan merasakan sensasi yang tidak nyata berupa suara, penglihatan, perabaan, pengecapan dan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS (CMHN)

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS (CMHN) ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS (CMHN) NAMA KELOMPOK 6 A4E : 1. Made Udayati (10.321.0864) 2. Kadek Ayu Kesuma W. (10.321.0858) 3. Kadek Ninik Purniawati (10.321.0859) 4. Luh Gede Wedawati (10.321.0867)

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN A. Pembahasan Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesenjangan yang penulis dapatkan antara konsep dasar teori dan kasus nyata Sdr. D diruang Dewa Ruci RSJD Amino Gondohutomo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya maupun lingkungan luarnya. Manusia yang mempunyai ego yang sehat dapat membedakan antara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Secara Umun Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung

Lebih terperinci

BAB II TUNJAUAN TEORI. orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993)

BAB II TUNJAUAN TEORI. orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993) BAB II TUNJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993) Menarik diri merupakan suatu keadaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TENGAH DINAS KESEHATAN. Jl. Piere Tendean No. 24 Telp , fax Semarang, 50131

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TENGAH DINAS KESEHATAN. Jl. Piere Tendean No. 24 Telp , fax Semarang, 50131 NOMOR :.. SET : Jiwa 1 ( K.1 ) FORMAT PEAN : HALUSINASI ( MEMBANTU PASIEN MENGENAL HALUSINASI PENDENGARAN) NO ASPEK YANG DI BOBOT A. FASE ORIENTASI ( 25% ) 1. Memberikan salam terapeutik dan kenalan :

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). orang lain, dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998).

BAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). orang lain, dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998). BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri ( Stuart, 2006 ). Gangguan

Lebih terperinci

KMSJ Kartu Menuju Sehat Jiwa

KMSJ Kartu Menuju Sehat Jiwa KMSJ Kartu Menuju Sehat Jiwa JAWA TIMUR SEHAT JIWA NAMA : TTL : ALAMAT : POSYANDU : TGL PENDAFTARAN : BAWALAH KMSJ SETIAP KALI KE POSYANDU KESEHATAN JIWA Created by: Ns. Heni Dwi Windarwati.,M.Kep.,Sp.Kep.J

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Adapun definisi lain yang terkait dengan halusinasi adalah hilangnya

BAB II TINJAUAN TEORI. Adapun definisi lain yang terkait dengan halusinasi adalah hilangnya BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Halusinasi Halusinasi didefinisikan sebagai terganggunya persepi sensori seseorang, tetapi tidak terdapat stimulus dari luar (Varcarolis, 2006, dalam Yosep, 2011). Adapun

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo semarang, dengan. Skizofrenia berkelanjutan. Klien bernama Nn.S, Umur 25 tahun, jenis

BAB III TINJAUAN KASUS. Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo semarang, dengan. Skizofrenia berkelanjutan. Klien bernama Nn.S, Umur 25 tahun, jenis BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian I. Identitas Pasien Pengkajian dilakukan pada tanggal 5 Januari 2008 diruang II Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo semarang, dengan Skizofrenia berkelanjutan.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian I. Identitas Pasien Nama Umur Pendidikan Alamat Agama : Tn.G : 30 th : tamat SMA : Blora : Islam Tanggal masuk : 06/12/2009 Tgl pengkajian : 06/12/2009 No.cm : 06 80

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA

ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA Sepanjang daur kehidupan tidak terlepas dari situasi yang dapat mempengaruhi respon emosi individu. Salah satu situasi yang mempengaruhi emosi individu adalah

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana individu melakukan atau. (1998); Carpenito, (2000); Kaplan dan Sadock, (1998)).

BAB II KONSEP DASAR. perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana individu melakukan atau. (1998); Carpenito, (2000); Kaplan dan Sadock, (1998)). BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

Lebih terperinci

Lampiran 1. JADUAL KEGIATAN HARIAN Nama : No. Kode: Ruang Rawat : No. Waktu Kegiatan Tanggal Pelaksanaan Ket

Lampiran 1. JADUAL KEGIATAN HARIAN Nama : No. Kode: Ruang Rawat : No. Waktu Kegiatan Tanggal Pelaksanaan Ket Lampiran 1 JADUAL KEGIATAN HARIAN Nama : No. Kode: Ruang Rawat : No. Waktu Kegiatan Tanggal Pelaksanaan Ket 1. 05.00-06.00 2. 06.00-07.00 3. 07.00-08.00 4. 08.00-09.00 5. 09.00-10.00 6. 10.00-11.00 7.

Lebih terperinci

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 3 Desember Paranoid, No Register

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 3 Desember Paranoid, No Register 14 BAB III RESUME KEPERAWATAN A. Pengkajian Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 3 Desember 2004 1. Identitas a. Identitas pasien Nama klien Ny. K, umur 30 tahun, agama Kristen, pendidikan SD, suku/bangsa

Lebih terperinci

Asuhan Keperawatan pada Pasien Defisit Perawatan Diri

Asuhan Keperawatan pada Pasien Defisit Perawatan Diri Asuhan Keperawatan pada Pasien Defisit Perawatan Diri Pasien yang mengalami gangguan jiwa kronik sering kali tidak memdulikan perawatan diri. Hal ini yang menyebabkan pasien dikucilkan dalam keluarga dan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo Semarang, dengan

BAB III TINJAUAN KASUS. Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo Semarang, dengan BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian I. Identitas Pasien Pengkajian dilakukan pada tanggal 27 Desember 2008 diruang III Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo Semarang, dengan Skizofrenia paranoid.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan jiwa yang terjadi di era globalisasi dan persaingan bebas ini cenderung semakin meningkat. Peristiwa kehidupan yang penuh dengan tekanan seperti kehilangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial BAB II TINJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Isolasi sosial merupakan suatu gangguan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Fungsi utama Rumah Sakit yakni melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Seiring dengan berjalannya waktu dan semakin majunya teknologi kedokteran,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara Lampiran 1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian Pengaruh Pelaksanaan Standar Asuhan Keperawatan Halusinasi Terhadap Kemampuan Kognitif dan Psikmotor Pasien Dalam Mengontrol Halusinasi Di Ruangan

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Oleh Afandi 1), Y.Susilowati 2) 1) Alumni Akademi Keperawatan Krida Husada,

Lebih terperinci

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS STIMULASI PERSEPSI HALUSINASI

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS STIMULASI PERSEPSI HALUSINASI PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS STIMULASI PERSEPSI HALUSINASI A. Latar belakang Pada pasien gangguan jiwa dengan dengan kasus skizofrenia selalu diikuti dengan gangguan persepsi sensori, halusinasi. Terjadinya

Lebih terperinci

BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN. (Manajemen Pelayanan Keperawatan Profesional). Sistem MPKP ini

BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN. (Manajemen Pelayanan Keperawatan Profesional). Sistem MPKP ini BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN A. Konsep Dasar Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan perawatan, pengobatan dan bantuan terhadap pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai keadaan sehat fisik, mental, dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan. Definisi

Lebih terperinci

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISITE)

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISITE) 1 PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISITE) A. Identitas Klien Inisial Klien Usia Agama Pendidikan : Ny. F : 42 Tahun : Islam : SMA Nomor Register : 02. 14. 77 Masuk RSJSH : 27/03/2012 Nama Keluarga Alamat

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA Disusun oleh : TRI ARI AYUNANINGRUM J 200 080 051 KARYA TULIS ILMIAH

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN LABORATORIUM KEPERAWATAN JIWA I

BUKU PANDUAN LABORATORIUM KEPERAWATAN JIWA I bub BUKU PANDUAN LABORATORIUM KEPERAWATAN JIWA I Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns Elfrida Nainggolan, SKM AKADEMI KEPERAWATAN HKBP BALIGE JL. Gereja No. 17 Toba Samosir Sumatera Utara Buku Panduan Laboratorium

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG.

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Oleh R.Purwasih 1), Y. Susilowati 2), 1) Alumni Akademi Keperawatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Halusinasi 2.1.1 Pengertian Halusinasi Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2001).

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Defisit Perawatan Diri 1.1. Pengertian Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun baik stimulus suara,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun baik stimulus suara, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi didefinisikan sebagai seseorang yang merusak stimulasi yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun baik stimulus suara, bayangan, bau-bauan, pengecapan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Personal Hygiene berasal dari bahasa yunani yang berarti Personal yang artinya perorangan Hygiene berarti sehat. Personal Hygiene adalah suatu tindakan memelihara kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Manusia adalah mahluk sosial yang terus menerus membutuhkan orang lain disekitarnya. Salah satu kebutuhannya adalah kebutuhan sosial untuk melakukan interaksi sesama

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan

BAB II KONSEP DASAR. tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Isolasi sosial sering terlihat pada klien skizofrenia. Hal ini sebagian akibat tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan kehilangan batasan

Lebih terperinci

1. Dokter Umum 2. Perawat KETERKAITAN : PERALATAN PERLENGKAPAN : 1. SOP anamnesa pasien. Petugas Medis/ paramedis di BP

1. Dokter Umum 2. Perawat KETERKAITAN : PERALATAN PERLENGKAPAN : 1. SOP anamnesa pasien. Petugas Medis/ paramedis di BP NOMOR SOP : TANGGAL : PEMBUATAN TANGGAL REVISI : REVISI YANG KE : TANGGAL EFEKTIF : Dinas Kesehatan Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai PUSKESMAS TANAH TINGGI DISAHKAN OLEH : KEPALA PUSKESMAS TANAH TINGGI

Lebih terperinci

PENGKAJIAN HALUSINASI Jenis halusinasi Data Objektif Data Subjektif Halusinasi Dengar/suara Bicara atau tertawa sendiri Marah-marah tanpa sebab

PENGKAJIAN HALUSINASI Jenis halusinasi Data Objektif Data Subjektif Halusinasi Dengar/suara Bicara atau tertawa sendiri Marah-marah tanpa sebab WAHAM 1. Pengertian Waham merupakan keyakinan seseorang berdasarkan penelitian realistis yang salah, keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya (Keliat, BA, 1998).

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL A. Pengertian Isolasi social adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat Mendapatkkan gelar ahli madya keperawatan Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Skizofrenia merupakan suatu penyakit otak persisten dan serius yang mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi, hubungan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya rangsang dari luar. Walaupun tampak sebagai sesuatu yang khayal, halusinasi sebenarnya merupakan bagian

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN KLIEN DENGAN KASUS DEFISIT PERAWATAN DIRI

LAPORAN PENDAHULUAN KLIEN DENGAN KASUS DEFISIT PERAWATAN DIRI LAPORAN PENDAHULUAN KLIEN DENGAN KASUS DEFISIT PERAWATAN DIRI 1.1 KONSEP PERAWATAN DIRI A. Definisi Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasakan sebagai ancaman (Nurjannah dkk, 2004). keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, kedalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasakan sebagai ancaman (Nurjannah dkk, 2004). keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, kedalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perilaku kekerasan merupakan salah satu yang diekspresikan dengan melakukan ancaman, menciderai orang lain ataupun merusak lingkungan (Keliat dkk, 2011). Kemarahan

Lebih terperinci

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH ( HOME VISIT) TENTANG GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HALUSINASI PENDENGARAN DENGAN KELUARGA Ny.

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH ( HOME VISIT) TENTANG GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HALUSINASI PENDENGARAN DENGAN KELUARGA Ny. PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH ( HOME VISIT) TENTANG GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HALUSINASI PENDENGARAN DENGAN KELUARGA Ny. V DI TANGGERANG DI SUSUN OLEH MARIA FRANSISKA 1410721043 PROGRAM STUDI PROVESI NERS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Isolation (isolasi) merupakan mekanisme pertahanan dimana emosi diasingkan dari muatan impuls kesakitan atau memori (Cervone, 2011). Pikiran isolasi sosial ( social

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meliputi keadaan fisik, mental, dan sosial, dan bukan saja keadaan yang bebas dari

BAB I PENDAHULUAN. meliputi keadaan fisik, mental, dan sosial, dan bukan saja keadaan yang bebas dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-undang No.9 tahun 1960 kesehatan merupakan keadaan yang meliputi keadaan fisik, mental, dan sosial, dan bukan saja keadaan yang bebas dari sakit, cacat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya manusia memerlukan hubungan interpersonal yang positif baik dengan individu lainnya

Lebih terperinci

MODUL STRATEGI PELAKSANAAN PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI DENGAR OLEH ANNISETYA ROBERTHA M. BATE

MODUL STRATEGI PELAKSANAAN PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI DENGAR OLEH ANNISETYA ROBERTHA M. BATE Lampiran 8 MODUL STRATEGI PELAKSANAAN PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI DENGAR OLEH ANNISETYA ROBERTHA M. BATE 2009.33.032 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan manifestasi klinis dari bentuk penyimpangan perilaku akibat adanya distrosi emosi sehingga ditemukan ketidakwajaran dalam bertingkah laku.

Lebih terperinci

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2014 adalah kondisi dimana seseorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan kedewasaan kepribadiannya. halusinasi. Meskipun bentuk halusinasinya bervariasi tetapi sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan kedewasaan kepribadiannya. halusinasi. Meskipun bentuk halusinasinya bervariasi tetapi sebagian besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO, kesehatan jiwa merupakan berbagai karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KONSEP

BAB II TINJAUAN KONSEP BAB II TINJAUAN KONSEP A. Pengertian Menurut (Depkes RI, 2000) Waham adalah suatu keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian I. Identitas Pasien Inisial klien : Tn W Umur : 38 Th Jenis Kelamin : Laki-Laki Suku : Jawa Alamat : Desa terban RT 008 / 001 penawangan, Grobogan Tanggal pengkajian

Lebih terperinci

CATATAN PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

CATATAN PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN CATATAN PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN No.Dx Hari/Tanggal Pukul Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP) I Hari pertama Senin/17 Juni 09.00-10.30 1. Mengkaji kemampuan secara fungsional

Lebih terperinci

TERAPI AKTIVITAS STIMULASI PERSEPSI HALUSINASI

TERAPI AKTIVITAS STIMULASI PERSEPSI HALUSINASI TERAPI AKTIVITAS STIMULASI PERSEPSI HALUSINASI Disusun oleh: Kelompok 4 1. Intan Cahya P (14.401.15.046) 2. Khusnul Hotimah (14.401.15.050) 3. Muhamad Gimnastyar (14.401.15.056) 4. Novia Panca A (14.401.15.059)

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN. pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

BAB V PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN. pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi. 1 BAB V PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN A. Pembahasan Pada bab ini penulis membahas dua kasus asuhan keperawatan pada klien defisit perawatan diri dengan penerapan pendidikan kesehatan personal hygiene di rumah

Lebih terperinci

NURSING CARE PLAN (NCP)

NURSING CARE PLAN (NCP) NURSING CARE PLAN (NCP) 1. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN Nama Klien : DiagnosaMedis : No CM : Ruangan : Tgl No. Dx Diagnosa Keperawatan Risiko Perilaku Kekerasan Perencanaan

Lebih terperinci

: Evi Karota Bukit, SKp, MNS NIP : : Kep. Jiwa & Kep. Komunitas. : Asuhan Keperawatan Jiwa - Komunitas

: Evi Karota Bukit, SKp, MNS NIP : : Kep. Jiwa & Kep. Komunitas. : Asuhan Keperawatan Jiwa - Komunitas Nama : Evi Karota Bukit, SKp, MNS NIP : 19671215 200003 1 002 Departemen Mata Kuliah Topik : Kep. Jiwa & Kep. Komunitas : Keperawatan Komunitas : Asuhan Keperawatan Jiwa - Komunitas LAPORAN WHO (2002)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang mengkonstribusi pada fungsi yang terintegrasi. Pasien

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Keperawatan 1. Pengertian perawat Perawat (nurse) berasal dari bahasa latin yaitu kata nutrix yang berarti merawat atau memelihara. Menurut Kusnanto (2003), perawat adalah seseorang

Lebih terperinci

PANDUAN PENYULUHAN PADA PASIEN UPTD PUSKESMAS RAWANG BAB I PENDAHULUAN

PANDUAN PENYULUHAN PADA PASIEN UPTD PUSKESMAS RAWANG BAB I PENDAHULUAN PANDUAN PENYULUHAN PADA PASIEN UPTD PUSKESMAS RAWANG BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Pendidikan pasien dan keluarga membantu pasien berpartisipasi lebih baik dalam asuhan yang diberikan dan mendapat

Lebih terperinci

BUKU PEGANGAN KADER KESEHATAN JIWA BUKU PEGANGAN KADER KESEHATAN JIWA NAMA KADER ALAMAT

BUKU PEGANGAN KADER KESEHATAN JIWA BUKU PEGANGAN KADER KESEHATAN JIWA NAMA KADER ALAMAT BUKU PEGANGAN KADER KESEHATAN JIWA NAMA KADER ALAMAT BUKU PEGANGAN KADER KESEHATAN JIWA Sejak Tahun 2002, paradigma kesehatan Indonesia berfokus pada peningkatan dan pencegahan penyakit dengan memberdayakan

Lebih terperinci

BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN. pada pasien (Gillies, 1989). Rumah Sakit Jiwa Derah Provsu telah menerapkan

BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN. pada pasien (Gillies, 1989). Rumah Sakit Jiwa Derah Provsu telah menerapkan BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN A. Konsep Dasar Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan perawatan, pengobatan dan bantuan terhadap pada

Lebih terperinci

STASE KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI DUSUN SADANG TANJUNGHARJO, NANGGULAN KULON PROGO

STASE KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI DUSUN SADANG TANJUNGHARJO, NANGGULAN KULON PROGO STASE KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI DUSUN SADANG TANJUNGHARJO, NANGGULAN KULON PROGO Disusun Oleh : Diyah Nur Rahmawati NIM : 3213042 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri).

BAB II TINJAUAN TEORI. maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri). 1 BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Menarik diri adalah satu tindakan melepaskan diri, baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri). (Depkes RI, 1983) Menarik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, bau-bauan,

BAB II TINJAUAN TEORI. sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, bau-bauan, BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Halusinasi didefinisikan sebagai seseorang yang merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, bau-bauan, pengecapan

Lebih terperinci

2017, No d. bahwa untuk belum adanya keseragaman terhadap penyelenggaraan rehabilitasi, maka perlu adanya pengaturan tentang standar pelayanan

2017, No d. bahwa untuk belum adanya keseragaman terhadap penyelenggaraan rehabilitasi, maka perlu adanya pengaturan tentang standar pelayanan No.1942, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Standar Pelayanan Rehabilitasi. PERATURAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PELAYANAN REHABILTASI BAGI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering

BAB 1 PENDAHULUAN. pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Waham merupakan salah satu jenis gangguan jiwa. Waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada penderita

Lebih terperinci

Disampaikan Oleh: R. Siti Maryam, MKep, Ns.Sp.Kep.Kom 17 Feb 2014

Disampaikan Oleh: R. Siti Maryam, MKep, Ns.Sp.Kep.Kom 17 Feb 2014 Disampaikan Oleh: R. Siti Maryam, MKep, Ns.Sp.Kep.Kom 17 Feb 2014 1 Pelayanan keperawatan kesehatan di rumah merupakan sintesa dari keperawatan kesehatan komunitas dan keterampilan teknikal tertentu yang

Lebih terperinci

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT. Tanggal Masuk RS : 09 Desember 2014

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT. Tanggal Masuk RS : 09 Desember 2014 Lampiran 1 FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT I. BIODATA IDENTITAS PASIEN Nama Jenis Kelamin Umur Status perkawinan Agama Pendidikan Pekerjaan : Tn. M : Laki-laki : 34 thn : Sudah Menikah : Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi perkembangan individu secara fisik, mental, spiritual, dan sosial

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi perkembangan individu secara fisik, mental, spiritual, dan sosial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesehatan Jiwa menurut Undang-undang kesehatan jiwa tahun 2014 adalah suatu kondisi perkembangan individu secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari

Lebih terperinci

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN WAHAM DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN WAHAM DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN WAHAM DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Chaplin,gangguan jiwa adalah ketidakmampuan menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data

Lebih terperinci

METODE BIMBINGAN KLINIK

METODE BIMBINGAN KLINIK METODE BIMBINGAN KLINIK I. PENDAHULUAN. Pengalaman belajar bimbingan klinik pada pendidikan tinggi keperawatan maupun kebidanan adalah merupakan proses transformasi dari mahasiswa menjadi seorang perawat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam

BAB II TINJAUAN TEORI. menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Gangguan hubungan sosial merupakan suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel dan menimbulkan perilaku maladaptif

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. Halusinasi merupakan salah satu respon neurobiology yang maladaptive, yang

BAB II KONSEP DASAR. Halusinasi merupakan salah satu respon neurobiology yang maladaptive, yang BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Halusinasi merupakan salah satu respon neurobiology yang maladaptive, yang dapat menimbulkan perilaku aneh, tidak enak dipandang, membingungkan, kesukaran mengelola, dan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian I. Identitas Pasien 1. Nama : Ny. S 2. Umur : 34 tahun 3. Jenis kelamin : Perempuan 4. Alamat : Singorojo Kendal 5. Agama : Islam 6. Pendidikan : SLTA 7. Pekerjaan

Lebih terperinci