BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Madinah dengan filosofi adat bersendikan sara dan sara bersendikan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Madinah dengan filosofi adat bersendikan sara dan sara bersendikan"

Transkripsi

1 29 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian Kota Gorontalo Dalam perspektif sosial kota Gorontalo dikenal sebagai kota Serambi Madinah dengan filosofi adat bersendikan sara dan sara bersendikan kitabullah. Masyarakat Kota Gorontalo dikenal sebagai masayarat yang sangat fanatik dalam mempertahankan budaya lokal. Sebagai ibu kota Provinsi tentunya daerah ini terus diperhadapkan dengan berbagai masalah sosial yang membutuhkan berbagai sumbangan pemikiran ilmiah, sebagai dasar pijakan untuk melaksanakan pembangunan pada masa sekarang dan masa yang akan datang Sejarah Kota Gorontalo Secara historis pendiri Kota Gorontalo adalah Sultan Botutihe yang telah berhasil melaksanakan tugas-tugas Pemerintahan atas dasar ke-tuhanan dan prinsip-prinsip masyarakat. Walaupun Gorontalo telah ada dan terbentuk sejak tahun 1728, kurang lebih tiga abad yang lalu, namun sebagai daerah otonom, kota ini secara resmi terbentuk pada tanggal 20 Mei 1960 sebagai pelaksanaan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Sulawesi. Sejak terbentuknya Provinsi Gorontalo maka Kota Gorontalo ditetapkan sebagai ibu kota Provinsi yang sekarang ini terbagi menjadi 9 (sembilan) kecamatan.

2 Kondisi Geografis Wilayah Secara geografis Kota Gorontalo terletak pada Lintang Utara dan diantara Bujur Timur. Dalam catatan sejarah, Hulontalo dikenal sebagai singkatan dari Hulontalangi yang selanjutnya disebut Gorontalo. Ditinjau dari administrasi Pemerintahan, Kota Gorontalo sebagai satu daerah kota yang berada dalam wilayah Provinsi Gorontalo, daerah ini memiliki 9 (sembilan) wilayah kecamatan yakni Kecamatan Kota Barat, Kecamatan Dungingi, Kecamatan Kota Selatan, Kecamatan Kota Timur, Kecamatan Hulontalangi, Kecamatan Dumbo Raya, Kecamatan Kota Utara, Kecamatan Kota Tengah dan Kecamatan Sipatana. Adapun Jumlah Kelurahan 46 (empat puluh enam) Kelurahan, luas wilayah 79,03 Km 2 atau 0,53 % dari luas Provinsi Gorontalo. Lebih jelasnya luas wilayah Kota Gorontalo menurut Kecamatan, dapat dilihat pada tabel 1 berikut sebagai berikut:

3 31 Tabel 1. Luas Wilayah Kota Gorontalo berdasarkan kecamatan No. Kecamatan Luas (Km 2 ) Persentase (%) 1. Kota Barat 20,08 25,41 2. Dungingi 4,67 5,91 3. Kota Selatan 2,81 3,56 4. Kota Timur 5,32 6,73 5. Hulontalangi 14,23 18,01 6. Dumbo Raya 14,04 17,77 7. Kota Utara 8,02 10,15 8. Kota Tengah 4,81 6,09 9. Sipatana 5,05 6,39 Jumlah 79,03 100,00 Sumber : Kota Gorontalo dalam angka Tahun 2011 Tabel 1 menunjukkan bahwa Kecamatan yang terluas adalah Kecamatan Kota Barat (25,41 %), sementara Kecamatan Dungingi merupakan wilayah Kecamatan terkecil yang hanya (6,09 %) dari cakupan wilayah. Secara administrasi Kota Gorontalo berbatasan dengan wilayah Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Bone Bolango yang dapat diuraikan sebagai berikut : 1) Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango. 2) Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. 3) Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Telaga Kab. Gorontalo. 4) Sebelah selatan berbatasan dengan Teluk Tomini.

4 Demografi Sesuai data dari BPS tahun 2011, penduduk Kota Gorontalo sebanyak jiwa, yang selengkapnya penduduk Kota Gorontalo menurut Kecamatan dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut: Tabel 2. Penduduk Kota Gorontalo Menurut Kecamatan No. Kecamatan Jumlah Total Persentase (%) 1. Kota Barat ,29 2. Dungingi ,46 3. Kota Selatan ,16 4. Kota Timur ,81 5. Hulontalangi ,58 6. Dumbo Raya ,37 7. Kota Utara ,08 8. Kota Tengah ,18 9. Sipatana ,07 Jumlah ,00 Sumber : Kota Gorontalo dalam angka, BPS Tahun Sektor Usaha Sektor usaha mata pencaharian sangat berhubungan dengan usaha pemenuhan jasa ekonomi kota, sesuai data jumlah penduduk usia angkatan kerja tahun 2004 sebanyak jiwa atau 41% dari jumlah penduduk kota Gorontalo. Penduduk yang bekerja dapat diklasifikasikan dalam beberapa sektor pencaharian, yang dapat dilihat pada tabel 3 sebagai berikut :

5 33 Tabel 3. Sektor Lapangan Usaha Penduduk Kota Gorontalo Sektor Usaha Jumlah Jiwa Persentase (%) Pertanian Pertambangan Industri Listrik Gas dan Air Konstruksi Perdagangan Transportasi & Komunikasi Keuangan Jasa ,32 0,85 10,89 0,45 5,71 26,80 15,15 2,78 27,04 Jumlah ,00 Sumber : Kota Gorontalo dalam angka, BPS Tahun Kondisi Sosial dan Ekonomi Penduduk kota Gorontalo memiliki ciri dan corak budaya tersendiri, yang menjunjung tinggi nilai-nilai luhur masyarakat berupa budaya gotong royong dalam berbagai aspek kehidupan yang dikenal dengan Huyula, Ambuwa, Ti ayo, Hulunga. Ungkapan Adat bersendikan Syara, Syara bersendikan Kitabullah merupakan pandangan hidup masyarakat Gorontalo yang memadukan adat dengan agama. Pandangan hidup ini selaras dengan masyarakat yang terbuka, modern dan demokratis. Heterogen struktur sosial budaya masyarakat secara intern telah mewujudkan suatu kondisi sosial ekonomi yang beragam. Komposisi yang demikian memberi warna serta gambaran secara nyata dominasi salah satu

6 34 aktifitas ekonomi yakni kegiatan perdagangan dan jasa serta rekreasi, yang tentunya secara sosial menjadi perhatian bagi pencari kerja yang ingin mencari penghidupan di berbagai sektor tersebut. Dalam konteks kemiskinan pada tahun 2011 jumlah keluarga pra sejahtera di Kota Gorontalo sebanyak keluarga. Sementara itu, jumlah keluarga sejahtera sebanyak keluarga dengan komposisi terbanyak berada pada tingkat keluarga sejahtera II. Besar kecilnya penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh garis kemiskinan, karena penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah garis kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk miskin. Selama tahun , garis kemiskinan naik sebesar 20,62 persen, yaitu dari rupiah per kapita per bulan pada tahun 2006 menjadi rupiah per kapita per bulan pada tahun Dalam kaitannya dengan keadaan ekonomi penduduk, data yang diperoleh dari BPS Kota Gorontalo dalam buku Kota Gorontalo dalam angka tahun 2011 diperoleh data banyaknya keluarga miskin menurut kecamatan dan klasifikasi keluarga di Kota Gorontalo tahun 2011, yang dapat dilihat pada tabel 4 sebagai berikut.

7 35 Tabel 4. Banyaknya keluarga miskin menurut kecamatan dan klasifikasi keluarga di Kota Gorontalo tahun 2011 No Kecamatan Pra Sejahtera Keluarga Sejahtera I II III III+ Pra Sejahtera 1 Kota Barat Dungingi Kota Selatan Kota Timur Kota Utara Hulontalangi Sipatana Dumbo Raya Kota Tengah Sumber : Kota Gorontalo dalam angka, BPS tahun Sementara itu dalam kaitannya dengan data ketenagakerjaan penduduk menurut status pekerjaan utama di Kota Gorontalo tahun 2011, dapat dilihat pada tabel 5 sebagai berikut.

8 36 Tabel 5. Jumlah penduduk menurut status pekerjaan utama di Kota Gorontalo No. Jenis Kegiatan Utama Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun Berusaha sendiri tanpa dibantu orang lain Berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar , Berusaha dibantu buruh tetap/buruh bayar Butuh/karyawan/pegawai Pekerja bebas di Pertanian Pekerja bebas di non pertanian Pekerja keluarga/tidak dibayar Sumber: Kota Gorontalo dalam angka, BPS tahun Hasil Penelitian. Dalam perspektif sosial secara sederhana pasar dapat dipahami sebagai tempat berlangsungnya kegiatan masyarakat dalam transaksi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan demi kelangsungan hidup manusia. Pasar sebagai tempat pertemuan antara penjual dan pembeli menjadi suatu lokasi yang banyak menarik perhatian orang untuk datang dan melakukan aktifitas sesuai dengan kebutuhan masing-masing, termasuk untuk bekerja mendapatkan penghasilan. Banyaknya aktifitas ekonomi di pasar yang membutuhkan tenaga kerja telah membawa perhatian dan ketertarikan para pencari kerja untuk secara praktis memperoleh pekerjaan, walaupun pekerjaan tersebut terlepas dari pantas atau tidak pantasnya ditinjau dari segi beratnya pekerjaan, umur pekerja ataupun aspek lainnya. Dalam kaitannya dengan umur pekerja di pasar sentral, di lokasi ini terdapat pekerja dewasa dan pekerja anak. Bagi seorang pekerja dewasa melakukan

9 37 aktifitas kerja merupakan hal yang biasa. Namun bagi pekerja anak yang usianya berkisar antara 7 (tujuh) sampai dengan 18 (delapan belas) tahun, jelas hal ini merupakan hal yang belum seharusnya mereka lakukan, karena idealnya anakanak melakukan aktifitas seusianya, yaitu bermain, belajar dan aktifitas anak lainnya. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa keberadaan pekerja anak pada sektor informal di pasar sentral kota Gorontalo terus melakukan beberapa aktifitas pekerjaan. Kondisi ini cukup menghawatirkan mengingat anak sebagai penerus dan pewaris serta penerus pembangunan yang idealnya dibekali dengan pendidikan yang bisa mengantarkannya pada masa depan cerah, justru harus memasuki dunia kerja sebelum waktunya. Di pasar sentral Kota Gorontalo anak-anak yang bekerja ada yang menggunakan sebagian besar waktunya, yaitu sejak pagi hingga menjelang malam, dan ada pula yang hanya menggunakan separuh hari, yaitu siang hari setelah pulang sekolah hingga menjelang malam hari. Pada setiap hari minggu jumlah anak yang bekerja meningkat dibanding dengan hari biasanya hal ini terjadi karena semua anak yang bekerja menggunakan waktu kerjanya seharian sejak pagi hingga sore. Jumlah ini lebih meningkat lagi jika berada pada bulan suci Ramadhan. Ini terjadi karena jumlah pengunjung pasar sentral yang mengalami kenaikan dibandingkan dengan hari-hari biasanya, oleh sebab itu momen ini yang dimanfaatkan oleh pekerja anak untuk mencari rezeki baik sebagai buruh angkat maupun karyawan toko maupun jenis pekerjaan lainnya. Dalam kaitannya dengan hal tersebut di atas, maka penelitian ini akan difokuskan pada faktor mendasar yang menyebabkan adanya pekerja anak pada

10 38 sektor informal di Pasar Sentral Kota Gorontalo, dan fokus kedua adalah pendekatan sosial apa yang dapat digunakan untuk mengurangi jumlah pekerja anak pada sektor informal di Pasar Sentral Kota Gorontalo. Untuk fokus masalah pertama hasil penelitian dapat diuraikan sebagai berikut Faktor Mendasar Penyebab Adanya Pekerja Anak Pada Sektor Informal Di Pasar Sentral Kota Gorontalo. 1). Indikator Penyebab anak bekerja pada sektor informal ditinjau dari faktor ekonomi. Perkembangan pesat di Kota Gorontalo sebagai ibu kota Provinsi tidak terlepas dari permasalahan sosial yang merupakan konsekuensi logis dari pertumbuhan sebuah wilayah. Berbagai masalah sosial yang muncul dapat diidentifikasi melalui beberapa realita sosial, diantarnya masalah kependudukan, lahan/pekarangan yang semakin dirasakan sempit, kriminalitas yang semakin meningkat, masalah lingkungan, dan masalah penyediaan lapangan kerja bagi penduduknya. Dari beberapa realita masalah sosial tersebut salah satu masalah yang sangat mendesak untuk ditangani adalah masalah tenaga kerja. Hal ini menjadi penting bukan saja karena tidak berimbangnya antara pencari kerja dengan lapangan kerja yang tersedia, namun jauh lebih penting sekarang ini adalah masalah tenaga kerja telah masuk dalam masalah sosial tentang pekerja anak yang sekarang ini cukup memprihatinkan. Dalam kaitannya dengan penyebab anak bekerja pada sektor informal di Kota Gorontalo sebagaimana dijelaskan oleh salah seorang pekerja anak bernama A.M. anak ini berusia kurang lebih 10 (sepuluh) tahun dan telah bekerja di pasar sentral selama kurang lebih dua tahun. Aktifitas kerja yang dilakukan anak ini

11 39 dimulai sejak pagi hingga menjelang malam hari sebagai buruh anak yang mengangkat barang belanjaan ibu rumah tangga. A.R mengatakan bahwa dirinya bekerja di pasar sentral untuk membantu ekonomi keluarga. Hal ini terungkap pada saat wawancara dengan informan ini, sebagai berikut: Kita pe nama Pian, kita karja disini sodua tahun. Kita bakarja mobantu mama dengan papa dirumah. Kita pe orang tua tidak ada karja tatap soitu kita soberenti baskola trus bakarja di pasar sentral. nama saya Pian, saya bekerja disini sudah dua tahun. Saya bekerja untuk membantu kedua orang tua di rumah. Orang tua saya tidak memiliki pekerjaan tetap sehingga saya berhenti bersekolah dan bekerja di pasar sentral (Wawancara tanggal 22 November 20120). Sama halnya seperti A.M, pekerja anak pada sektor informal lainya bernama N.Y juga mengungkapkan bahwa Tiap hari kita bakarja disini mocari doi mobili makanan hari-hari baru mobawa pulang ka rumah. Kita sanang skali bisa babantu orang tua mokase ringan keperluan hari-hari. Setiap hari saya bekerja disini untuk mencari uang membeli kebutuhan sehari-hari dan dibawa pulang ke rumah. Saya senang bisa membantu orang tua meringankan beban hidup sehari-hari. Penjelasan kedua anak ini menggambarkan bahwa alasan mendasar mereka bekerja di pasar sentral untuk memperoleh uang untuk digunakan memenuhi kebutuhan keluarga. Ketidakmampuan orang tua menyebabkan anak mencari pekerjaan apa saja yang bisa mendapatkan uang hanya untuk membantu meringankan beban hidup orang tua di rumah. Penjelasan kedua informan sebelumnya diperkuat juga oleh informan anak lainnya yang juga menjelaskan tentang aktifitas kerjanya di pasar sentral Kota Gorontalo bernama M.H yang berusia kurang lebih 10 (sepuluh) tahun yang tinggal di kelurahan Dembe Jaya Kecamatan Kota Utara, yang menjelaskan

12 40 Kita soberenti baskola karna mama dengan papa sotidak bisa bayar skola, sotidak tau bagimana. Kita petaman pangge kita bakarja cari uang. Dulu kita pekarja bakumpul barang bakas mojual. Baru kita sodatang kamari di pasar bakarja ba angka orang pe balanja. Baru dapa doi mobawa pulang ka rumah mobili akan makanan hari-hari. Saya berhenti berskolah karena orang tua saya tidak mampu membiayai sekolah dan tidak tau harus bagaimana. Teman saya mengajak saya bekerja mencari uang. Sebelumnya saya melakukan pekerjaan mengumpulkan barang bekas untuk dijual. Tapi pada akhirnya saya datang di pasar sentral untuk mencari uang bekerja mengangkat barang yang belanja. Hasilnya saya bawa pulang ke rumah dan saya berikan pada oma untuk membeli kebutuhan hidup (Wawancara tanggal 22 November 2012). Dari hasil wawancara ketiga informan pekerja anak di atas dapat dipahami bahwa ketiga anak ini melakukan aktifitas bekerja di pasar sentral oleh karena ingin mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan, baik kebutuhan individu anak maupun untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga di rumah. Dari ketiga informan ini juga diperoleh informasi tentang jumlah pendapatan mereka setiap hari yang berkisar antara Rp sampai dengan Rp Selanjutnya hasil wawancara yang dilakukan dengan pengguna jasa pekerja anak di pasar sentral Kota Gorontalo yang berhasil diwawancarai juga berpendapat bahwa sebagian besar pekerja anak disini bekerja lebih pada faktor ekonomi. Hal ini sebagaimana terungkap dari wawancara dengan H.S. yang menjelaskan bahwa menurut saya anak-anak yang bekerja di pasar sentral lebih banyak karena ingin mendapatkan uang dari hasil kerjanya. Mungkin saja hal itu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Kalau orang tuanya mampu pasti tidak akan rela membiarkan anaknya bekerja disini. (Wawancara tanggal 22 November 2012). Penjelasan yang sama juga disampaikan oleh N.A bahwa

13 41 saya menggunakan jasa pekerja anak karena memang cukup membantu pada saat melakukan aktifitas belanja disini. Itupun anakanak ini datang dan menawarkan untuk melakukan pekerjaan membawa hasil belanja rumah tangga yang saya beli. Tentang penyebab anak-anak yang bekerja disini menurut saya karena ingin mendapatkan uang dengan cepat. Padahal seharusnya anak-anak ini tetap belajar di sekolah. Lain halnya dengan salah satu pemilik toko di pasar sentral A.A yang menjelaskan pendapatanya tentang penyebab anak bekerja di pasar sentral, informan ini menjelaskan: Pekerja anak di pasar sentral yang saya bantu cuma satu orang. Ini anak depe tugas ba atur barang jualan di toko, bakase bersih barang jualan, atau ba antar akan barang jualan yang orang so bili sampe pa konsumen pe motor atau bentor. Ini anak sotidak baskolah lagi trus dia berasal dari keluarga tidak mampu, depe papa so sakit-sakitan trus depe mama pe karja cuma ba urus rumah tangga. Jadi anak ini saya terima bakarja disini. Depe karja juga tidak talalu barat. (Wawancara tanggal 22 November 2012). Berdasarkan hasil wawancara baik dari pekerja anak itu sendiri maupun dari pengguna jasa pekerja anak terungkap bahwa anak-anak yang bekerja di pasar sentral lebih disebabkan oleh masalah ekonomi. Realita pekerja anak lebih berkaitan dengan kemampuan ekonomi orang tua yang selanjutnya bisa menjadi tradisi atau budaya membantu orang tua. Sebagian besar orang tua beranggapan bahwa memberi pekerjaan kepada anak merupakan upaya proses belajar menghargai kerja dan tanggung jawab. Selain dapat melatih dan memperkenalkan anak kepada kerja mereka juga berharap dapat membantu mengurangi beban kerja keluarga. Seiring dengan perkembangan waktu telah terjadi pergeseran, anak-anak tidak lagi bekerja membantu orang tua sebagai bagian dari budaya, tapi lebih berkaitan dengan masalah ekonomi keluarga (masalah kemiskinan) dan memberi kesempatan memperoleh pendidikan. Pendapatan orang tua yang sangat sedikit

14 42 tak mampu lagi menutupi kebutuhan keluarga sehingga memaksa mereka ikut bekerja. Desakan terhadap kebutuhan hidup sehari-hari yang tidak dapat ditunda seolah-olah menyebabkan anak-anak melaksanakan pekerjaan yang belum saatnya mereka lakukan. Penelusuran di lapangan nampak dengan jelas bahwa keberadaan para pekerja anak di pasar sentral Kota Gorontalo melakukan pekerjaan sebagai buruh anak nampaknya lebih pada mendapatkan uang. Upah yang diperoleh dari sekali mengangkat barang konsumen setelah belanja sampai pada kenderaan pengangkut pulang, mereka mendapatkan upah berkisar antara seribu sampai dengan lima ribu rupiah. Untuk setiap harinya rata-rata setiap anak dapat mengangkat sampai dengan 10 (sepuluh) barang konsumen di pasar sentral Kota Gorontalo. Penjelasan penguna tenaga kerja anak tersebut di atas selanjutnya juga dikonfirmasi kepada aparat dinas yang coba ditemui untuk diwawancarai tentang faktor mendasar penyebab adanya pekerja anak. Informan ini bekerja pada Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kota Gorontalo yang bernama R.Z yang menjelaskan. Kalau kita lihat di pasar Sentral, memang anak-anak yang bekerja cukup banyak. Anak-anak ini bekerja pasti tidak lain untuk mendapatkan uang, baik untuk membantu keluarga dirumah maupun untuk kebutuhan anak-anak itu sendiri. Tapi lebih banyak untuk membantu orang tua anak-anak ini yang tidak mampu. Pekerjaan yang dilakukan bisa macam-macam, ada yang membawa barang belanjaan ibu-ibu rumah tangga, ada juga ssyang jadi karyawan toko, atau berjualan di pasar sentral. (Wawancara tanggal 26 November 2012). Terkait dengan jumlah pekerja anak pada sektor informal, berdasarkan data hasil wawancara yang dilakukan dengan instansi terkait pada Dinas Sosial dan

15 43 Tenaga Kerja Kota Gorontalo dengan Kepala Bidang Penanganan masalah sosial menjelaskan: Dalam kaitannya dengan masalah pekerja anak di Kota Gorontalo sampai dengan akhir desember 2012 tercatat lebih dari 100 orang pekerja anak. Jumlah ini belum termasuk pekerja yang belum terdata pada dinas ini, dan kami akan terus melakukan pendataan sehingga akan mendapatkan data yang akurat pada waktu berikutnya (Wawancara tanggal 3 Desember 2012) Selanjutnya dalam kaitannya dengan pekerjaan yang dilakukan oleh anakanak di pasar sentral dijelaskan pula oleh informan ini bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh anak-anak pada umumnya menjadi buruh yang mengangkat barang belanja ibu-ibu yang berbelanja di pasar sentral kota Gorontalo. Selain itu pekerjaan lain yang mereka lakukan menjadi karyawan toko dan bertugas mengatur barang dalam toko dan kmembersihkan toko barang-barang harian, trus ada juga anak-anak yang bekerja menjual ikan. (Wawancara tanggal 3 Desember 2012) Dalam kaitannya dengan pekerjaan anak di pasar sentral, informan lainnya D.T juga menjelaskan: Ini anak-anak yang bakarja disini biasanya sebagai buruh angkat, pegawai toko dengan bajual ikan. Tapi yang paling banyak dorang bakarja sebagai buruh angkat. Anak-anak biasanya baku iko dari blakang pa orang yang mobelanja dan biasanya menawarkan untuk mobawa barang belanja. (Wawancara tanggal 3 Desember 2012). Dari beberapa informan kunci yang berhasil diwawancarai lebih memberikan penjelasan bahwa penyebab mendasar anak-anak bekerja pada sektor informal adalah karena masalah ekonomi. Faktor mendasar masih mendominasi karena ketidak berdayaan ekonomi keluarga, yang harus memenuhi kebutuhan hidupnya. Keluarga yang tidak memiliki pekerjaan jelas tidak memiliki penghasilan untuk menghidupi keluarga, akibatnya anak-anak yang masih dalam

16 44 usia sekolah pun harus membantu keluarga untuk bekerja dan memenuhi kebutuhan keluarga. Selanjutnya berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan kunci juga dapat dipahami oleh peneliti bahwa pekerjaan anak di lokasi ini dapat dibagi menjadi tiga jenis, 1) sebagai buruh angkat, 2) sebagai karyawan lepas di beberapa toko, 3) sebagai tenaga penjual ikan. Dari hasil pengamatan di lapangan nampak bahwa dari ketiga jenis pekerjaan anak ini didominasi pertama oleh pekerjaan sebagai buruh angkat, hal terlihat dari banyaknya menunggu konsumen belanja di pasar sekaligus mereka siap untuk menawarkan diri untuk membawa barang belanjaan. Adapun jumlah anak pekerja yang terlihat pada saat pengamatan berkisar antara 15 (lima belas) sampai dengan 20 (dua puluh) orang. Dominasi kedua sebagai karyawan lepas di berbagai toko harian. Hal ini nampak dari pengamatan yang menunjukkan hampir setiap toko harian di pasar sentral memiliki pekerja anak, dari pengamatan yang dilakukan peneliti terlihat jumlahnya sampai dengan 10 (sepuluh) orang. Sedangkan dominasi ketiga adalah sebagai tenaga penjual ikan. Sebagai tenaga penjual ikan terlihat ketika anak-anak menawarkan jualan ikan kepada setiap pengunjung pasar sentral yang mereka temui, jumlah ini berkisar antara 5 (lima) sampai 8 (delapan orang). Jumlah pekerja anak pada ketiga jenis pekerjaan ini tentunya akan bertambah jika berada pada hari minggu/libur bahkan lebih banyak lagi pada saat bulan suci Ramadhan. b). Indikator Penyebab anak bekerja pada sektor informal ditinjau dari aspek keterpaksaan. Permasalahan ekonomi ternyata bukan satu-satunya penyebab mendasar anak bekerja pada sektor informal, hal ini sebagaimana hasil penelusuran di

17 45 lapangan yang terungkap melalui wawancara dengan informan pekerja anak yang bernama M.A. Anak ini bekerja di pasar sentral sebagai buruh sejak awal tahun 2012 yang lalu dan dalam kesehariannya dihabiskan untuk bekerja. Ketika peneliti mencoba untuk menanyakan tentang alasannya bekerja M.A pun menjawab: saya tidak mau bakarja tapi saya masih suka ba skolah macam tamantaman lain. Saya masih suka balajar tapi mama deng papa suru bakarja saja mancari doi mobantu orang tua dirumah. Penjelasan informan M.A di atas menggambarkan bahwa anak yang bekerja di pasar sentral bukan saja disebabkan oleh faktor ekonomi namun juga oleh faktor keterpaksaan. M.A merasa terpaksa bekerja karena tidak bersekolah lagi dan tidak memiliki aktifitas lain sehingga terpaksa menjalani aktifitas bekerja pada sektor informal di Pasar Sentral yang memiliki nilai tambah secara ekonomi baik bagi dirinya sendiri maupun keluarganya. Dalam kondisi terpaksa bekerja di pasar sentral ternyata M.A tidak sendiri. Kondisi terpaksa sebagaimana diungkapkan M.A sama halnya dengan yang dirasakan oleh F.R. Informan pekerja anak ini mengungkapkan bahwa kondisi terpaksa bekerja berawal dari pertemuan dengan teman yang sebelumnya telah bekerja di pasar Sentral. Pada awalnya F.R tidak ingin bekerja namun temannya terus mengajak dirinya datang ke pasar sentral walaupun hanya sebatas melihat situasi tempat untuk bekerja yang pada akhirnya setelah beberapa hari mengikuti temannya F.R pun mulai beraktifitas kerja pada sebuah toko harian di lokasi ini sebagai tenaga kerja lepas. F.R menjelaskan: awalnya saya tidak mau bekerja, teman saya mengajak hanya untuk melihat sekaligus jalan di pasar sentral. Saya tidak tertarik untuk

18 46 bekerja disini tapi teman saya memaksa saya dan bilang pekerjaan ini tidak sulit dan cepat mendapatkan uang (Wawancara tanggal 12 Desember 2012). Dari penjelasan M.A dan F.R yang memiliki latar belakang penyebab yang sama peneliti dapat mehami bahwa pekerja anak pada sektor informal bukan saja disebabkan oleh faktor mendasar ekonomi, namun juga disebabkan oleh faktor keterpaksaan yang telah mengantarkan kedua pekerja anak ini sehingga telah berada pada faktor ekonomi. Senada dengan pernyataan kedua pekerja anak di atas informan lainnya yang memberikan penjelasan tentang keterpaksaan anak dalam bekerja pada sektor informal adalah A.Y. Informan ini setiap harinya berada di lokasi pasar sentral yang mengetahui persis perilaku pekerja anak di wilayah ini. Ketika ditanyakan tentang penyebab mendasar anak bekerja di pasar sentral, informan inipun menjelaskan: Anak-anak yang bekerja disini tidak semunya karena latar belakang ekonomi, tapi juga disebabkan paksaan dari pihak lain, keluarga misalnya. Sebab ada beberapa diantara anak-anak ini yang saya tau dari keluarga yang masih mampu secara ekonomi. Bahkan anak itu tinggal sekampung dengan saya. Tapi anak itu tetap dipaksakan untuk harus bekerja dengan alasan orang tuanya untuk melatih supaya anak-anak tau bagaimana mencari uang. (Wawancara tanggal 12 Desember 2012). Penjelasan informan ini juga mengingatkan kita pada kebiasaan dan keyakinan orang tua secara umum di Gorontalo yang menganggap sekolah tidak terlalu penting, karena semua pejabat sudah ada, jadi untuk apa lagi sekolah, lebih baik bekerja apa saja karena itu satu-satunya cara untuk mendapatkan uang dengan cepat. Anggapan ini muncul karena orang tua memahami dan meyakini bahwa anak memiliki hak untuk bermain dan belajar sesuai dengan perkembangannya.

19 47 Informan lainnya yang menjelaskan tentang keterpaksaan anak dalam bekerja adalah pemilik toko selaku pengguna jasa pekerja anak. Informan A.S merupakan pemilik salah satu toko harian di Pasar Sentral mengemukakan pendapatnya sebagai berikut saya menerima karyawan anak untuk membantu melayani pembeli di toko ini. Awalnya saya tidak bersedia karena saya tau anak ini tidak seharusnya bekerja, dia seharusnya bersekolah seperti teman-teman seumurnya. Tapi anak ini sangat butuh pekerjaan. Waktu itu saya menanyakan kenapa dia ingin sekali bekerja, anak ini mengatakan pada saya kalau orang tuanya yang menyuruhnya untuk mencari kerja. Karena saya kasian dengan anak ini saya terima dia bekerja tapi dengan gaji harian. Jadi yang memaksa anak ini bekerja bukan saya tapi keluarganya. (Wawancara tanggal 12 Desember 2012). Pemaksaan terhadap anak untuk bekerja juga diakui oleh informan dari Dinas Pasar Kota Gorontalo. Informan H.D yang setiap harinya bertugas memungut retribusi di pasar sentral Kota Gorontalo ini mengetahui persis alasan mendasar mengapa anak-anak ini bekerja. Dengan menggunakan sedikit waktu disela-sela tugas penagihan retribusi di pasar sentral, informan ini menjelaskan: Kalau difikir, sebenarnya anak-anak ini pasti tidak akan bekerja disini kalau tanpa dipaksa oleh orang lain. Saya pernah tanya pada beberapa anak kenapa bekerja disini, diantara anak-anak ini bilang mama dengan papa yang ba suruh karja cari doi. Hasil karja anak-anak ini untuk memenuhi kebutuhan keluarga juga untuk kebutuhan anak itu. Diantara anak-anak ini juga pernah bilang bahwa kalau pulang ka rumah tidak bawa doi mama dengan papa momarah. Anak-anak ini habis karja dapat uang langsung belanja kebutuhan rumah tangga untuk dibawa pulang. Depe besok bakarja lagi dan bagitu trus tiap hari. (Wawancara tanggal 12 Desember 2012). Faktor keterpaksaan menjadi penyebab juga dapat didasarkan atas pengamatan yang dilakukan peneliti di lokasi penelitian yang menunjukkan dari beberapa pekerja anak di pasar sentral Kota Gorontalo melakukan aktifitas hanya karena terpaksa. Hal ini terlihat dengan jelas dari fakta bahwa tugas/pekerjaan

20 48 anak yang belum dapat dilaksanakan sesuai dengan harapan pemilik toko, akibatnya terkadang pekerja anak mendapatkan peringatan dari pemilik toko untuk mengerjakan tugas dengan baik. Teguran tersebut menunjukkan bahwa anak bekerja dengan kondisi terpaksa sehingga tidak sesuai dengan harapan majikan. Kondisi keterpaksaan lainnya juga ditunjukkan dengan tidak sesuainya pekerjaan anak dengan kemampuannya. Hal ini jelas menjadi penyebab ketidakpuasan majikan terhadap pekerja anak yang juga merupakan karyawannya dan diberikan upah setiap hari sebagai tenaga kerja lepas. c). Indikator Penyebab anak bekerja pada sektor informal ditinjau dari aspek masalah keluarga. Setelah kajian penyebab faktor ekonomi dan keterpaksaan, kajian selanjutnya difokuskan pada faktor penyebab lainnya yaitu masalah keluarga. Masalah keluarga menjadi salah satu fokus karena secara sosial pada masyarakat kota masalah pekerja anak memiliki kaitan erat dengan masalah di lingkungan keluarga. Terkait dengan faktor ini, hasil wawancara dengan salah seorang pekerja anak pada sektor informal I.H informan ini menurut pengakuannya berusia 14 (empat belas) tahun dan sudah cukup lama bekerja dipasar. Informan ini mampu menjelaskan dengan baik latar belakang mengapa ia bekerja, dari penjelasannya terungkap bahwa: saya karja disini sebenarnya bukan karena masalah kebutuhan atau orang lain yang basuruh karja. Sebelum bakarja disini waktu itu amper tiap hari mama deng papa bakalae, saya sojadi tidak suka dirumah. baru saya sotidak skolah baru sotinggal dengan saya pe kaka. Saya sobalajar mancari doi sandiri tida bagantong pa orang tua dengan sudara. Mocari karja skarang susa skali. Karja yang gampang deng capat modapa doi cuma di pasar ini. Dulu saya pekarja jaga ba angka

21 49 barang blanja, tapi skarang saya ti pak haji sopangge bakarja baku bantu di toko. (Wawancara tanggal 18 Desember 2012) Lebih lanjut peneliti menanyakan tentang kemungkinan jika masalah keluarga tidak dihadapinya, I.H pun menjelaskan kalau saya pe mama deng papa tidak jaga bakalae trus pasti saya masi ba skolah macam taman-taman lain. Skarang say ape tamantaman masi ba skola trus. Tapi saya tidak manyasal, memang so bagitu hidup. Saya tidak juga tidak bakase salah pa saya pe mama deng papa. Samua saya soanggap biasa, kan saya olo sotabiasa bakarja disini. (Wawancara tanggal 18 Desember 2012). Senada dengan informan I.H di atas informan pekerja anak lainnya Z.S juga menjelaskan: saya ini tidak mau bakarja disini. Saya lari dari rumah karna saya pe papa jaga marah trus karna tiap hari saya salalu jaga minta doi. Saya tidak tahan ti papa jaga marah trus. So itu saya soberenti ba skolah karna saya so suka bacari doi sandiri. Waktu soberenti bas kola saya datang di pasar sentral. Saya liat anak-anak disini capat skali modapa doi dapat uang sayapun mau seperti mereka bekerja dan dapat uang dengan cepat. (Wawancara tanggal 18 Desember 2012). Penjelasan I.H dan Z.S di atas memperjelas bahwa faktor masalah keluarga juga menjadi penyebab mendasar adanya pekerja anak pada sektor informal di Pasar Sentral Kota Gorontalo. Kedua anak ini bekerja pada sektor informal dengan sebab utama faktor masalah keluarga. Faktor penyebab masalah keluarga pada anak pekerja sektor informal bukan juga turut menjadi pendorong ke masalah ekonomi, masalah keluarga juga menjadi penyebab utama anak terlepas dari kegiatan sebagaimana anak-anak lainnya dan pada akhirnya masuk pada lingkungan yang tidak seharusnya dijalani seperti yang terjadi pada pekerja anak di pasar sentral Kota Gorontalo, sehingga masalah keluarga yang tidak

22 50 terselesaikan bisa mengantarkan anak pada lingkungan yang tidak seharusnya ditempati. d). Indikator Penyebab anak bekerja pada sektor informal ditinjau dari aspek Lingkungan. Dari tiga indikator sebelumnya tentang penyebab mendasar adanya pekerja anak pada sektor informal, maka indikator berikutnya akan difokuskan pada aspek lingkungan. Hasil penelitian di lapangan terungkap melalui wawancara dengan beberapa informan, salah satunya pekerja anak bernama R.D. Informan ini telah bekerja di pasar sentral Kota Gorontalo selama kurang lebih 5 (lima) tahun sebagai buruh mengangkat barang. Dengan menggunakan waktu luang di sela-sela pekerjaan R.D pun menjelaskan: Saya bakarja disini soamper lima tahun. Cari karja disini gampang, trus uang yang saya modapa banyak. Saya pe karja cuma ba angka orang pe barang habis balanja disini sampe pa dorang pe bentor, baru saya dapa uang. Karja disini sanang, tidak panas matahari deng barang yang torang angkat juga cuma ringan. Ada kalanya kalau blum ada barang yang moangka saya juga jaga bajual ikan. (Wawancara tanggal 27 Desember 2012). Terkait dengan faktor yang menyebabkan R.D bekerja di pasar sentral, informan ini pun menjawab: saya pe taman yang bapangge datang disini dia bilang mobacari taman lain di sentral. Waktu itu dia ada tanya kalau saya mau mobakarja disini atau tidak. Dia bilang kalau saya suka mokarja disini maka harus mobabilang pa dorang pe bos yang biasa ba atur disini deng harus mo iko apa yang dorang bilang. Tiap hari moaper malam habis bakarja torang harus mobakase uang lima ribu pa torang pe bos yang bajaga disini, kalau tidak saya sotidak bole bakarja disini. Tapi itu dulu, skarang orang yang jaga baminta uang itu sotidak ada. (Wawancara tanggal 27 Desember 2012).

23 51 Penjelasan R.D di atas menggambarkan bahwa dirinya hanya diajak oleh teman ke lokasi ini dan ternyata diajak bergabung dalam kelompok tidak resmi yang mempekerjakan anak di pasar sentral. Penjelasan ini pun menarik perhatian peneliti untuk selanjutnya melakukan pengamatan membuktikan apakah pekerja anak di lokasi ini benar-benar dipaksa oleh pihak lain dan telah diorganisir secara tidak resmi untuk memperoleh keuntungan pribadi. Pengamatan pun langsung dilakukan pada saat itu juga dengan mengambil lokasi di tempat MY bekerja. Hasilnya menunjukkan menjelang malam hari dimana aktifitas di pasar sentral mulai berkurang tidak terlihat pekerja anak mendatangi satu tempat untuk berkumpul dan menemui seseorang. Peneliti pun mencoba terus mengamati dari jauh, nampak setiap anak pulang dengan arahnya masing-masing keluar lokasi pasar sentral. Dari pengamatan ini peneliti dapat memahami bahwa sekarang ini anak-anak yang bekerja tidak diorganisir oleh pihak tertentu. Dalam kaitannya dengan indikator keempat ini, maka hasil pengamatan ini membuktikan bahwa ternyata dari beberapa pekerja anak dilokasi ini bekerja hanya karena dengan mudah dapat dipengaruhi oleh lingkungan, dalam hal ini atas ajakan teman-teman sebayanya untuk bekerja mendapatkan uang dengan cepat. Anak yang hidup di lingkungan teman-teman yang bekerja maka akan cendrung menyukai dan menyenangi bekerja daripada sekolah, meskipun orang tua mereka masih mampu untuk membiayai sekolah. Karena lingkungan teman sebaya berpegaruh kuat dalam menanamkan nilai-nilai tertentu pada yang mereka anggap sesuai dengan dunia mereka. Karena pada kondisi ini mereka mempunyai

24 52 banyak kesamaan seperti, usia, selera dan penalaran terhadap sesuatu. Nilai-nilai yang telah ada dalam suatu masyarakat cendrung akan tertanam pada anakanaknya melalui proses enkulturasi, enkulturasi sendiri adalahpembudayaan yang berarti proses seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat istiadat, sistem norma dan peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya. Keempat indikator penyebab mendasar yang telah dikemukakan di atas telah mengantarkan anak bekerja pada sektor informal di Pasar Sentral Kota Gorontalo. Namun dari keempat indikator tersebut dominasi faktor ekonomi masih sangat nampak, sementara ketiga faktor lainnya, yaitu faktor masalah keluarga, faktor keterpaksaan dan faktor lingkungan menjadi faktor yang turut mendorong menuju pada faktor penyebab utama yaitu faktor ekonomi. Berdasarkan hasil penelitian pada fokus masalah pertama sebagaimana telah diuraikan di atas maka dapat dibuatkan bagan hasil penelitian seperti pada gambar berikut:

25 53 Gambar 2. Skema hasil penelitian faktor mendasar penyebab adanya pekerja anak pada sektor informal di Pasar Sentral Kota Gorontalo Pekerja Anak Pada Sektor Informal di Pasar Sentral Kota Gorontalo 1. Faktor Ekonomi 2. Faktor Keterpaksaan 3. Faktor Masalah Keluarga 4. Faktor Lingkungan D O M I N A S I F A K T O R M E N D A S A R Sumber: Hasil penelitian lapangan November 2012 s.d Januari Pendekatan Sosial Terhadap Anak Pekerja Pada Sektor Informal Di Pasar Sentral Kota Gorontalo Dalam pembahasan tentang pekerja anak di sektor informal terdapat berbagai faktor mendasar yang menjadi penyebab adanya pekerja anak pada sektor informal di Pasar Sentral Kota Gorontalo, maka selanjutnya akan diungkapkan mengenai berbagai pendekatan sosial yang dapat digunakan dalam menangani pekerja anak pada sektor informal yang dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Pendekatan pemberdayaan ekonomi keluarga. Pada fokus masalah pertama telah dijelaskan bahwa faktor ekonomi menjadi faktor utama yang mendominasi penyebab adanya pekerja anak pada sektor informal di Pasar Sentral Kota Gorontalo. Oleh karena itu pendekatan yang akan

26 54 digunakan idealnya didasarkan pada prioritas masalah yang menjadi penyebab mendasar adanya pekerja anak pada sektor informal. Dalam kaitan dengan pendekatan ini peneliti telah mewawancarai informan kunci bernama F.L. Informan ini adalah salah satu pemilik toko yang menampung beberapa pekerja anak di pasar sentral. Ketika ditanya tentang cara yang dapat digunakan untuk mengurangi bahkan mengentaskan pekerja anak pada sektor informal, F.L pun menjawab dari tiga orang anak yang bekerja di toko saya semuanya berasal dari kalangan ekonomi lemah. Dorang pe orang tua ini ba suruh pa dorang bakarja supaya dapat uang untuk mobantu keluarga. Oleh karena itu sebaiknya solusi yang mungkin bisa digunakan adalah bagaimana supaya bisa memberdayakan ekonomi keluarga pekerja anak ini. Pemerintah bisa bakase bantuan yang bisa meningkatkan ekonomi masarakat miskin lewat kegiatan yang produktif. Misalnya bantuan modal usaha yang layak supaya dapat menghasilkan bagi keluarga itu. Saya pikir kalau dorang mampu pasti anak-anak ini dorang pe orang tua tidak mokase bakarja disini. (Wawancara tanggal 10 Januari 2013). Penjelasan F.L di atas mengungkapkan pentingnya pemberdayaan ekonomi keluarga yang menuntut perhatian semua pihak, baik pemerintah, masyarakat maupun keluarga itu sendiri. Sependapat dengan F.L, salah seorang pengguna jasa buruh anak yang hampir setiap harinya menggunakan jasa anak juga menjelaskan anak-anak ini bakarja disini karna orang tuanya tidak mampu. Tidak mungkin orang tua mengizinkan anak bekerja kalau memang dia mampu. Ada baiknya pemerintah harus berusaha memberikan kegiatan ekonomi yang bisa membantu keluarga anak ini sampe bisa punya penghasilan sperti orang lain yang mampu. Pemerintah bisa memberikan bantuan modal usaha atau membuka kesempatan kerja lebih luas bagi keluarga tidak mampu. Tentunya hal ini harus sesuai dengan latar belakang keluarga yang bersangkutan. Saya yakin kalau memang itu yang dilakukan pemerintah bisa mengurangi pekerja anak di pasar sentral ini. (Wawancara tanggal 10 Januari 2013).

27 55 Untuk dapat memberdayakan ekonomi keluarga memanglah bukan hal yang mudah namun bukan pula hal yang mustahil bisa dilakukan bila semua pihak terkait memiliki keseriusan untuk fokus pada pendekatan pemberdayaan ini. Tuntutan akan keseriusan tersebut sebagaimana diungkapkan oleh salah seorang tokoh masyarakat bernama I.K. Dalam kaitannya dengan hal tersebut informan ini menjelaskan Pemerintah seharunya serius terhadap kondisi pekerja anak di pasar sentral kota Gorontalo. Jika tidak jumlah tersebut akan bertambah dan semakin bertambah sehingga akan berkembang menjadi masalah sosial yang baru. Salah satu cara yang dapat dilakukan melalui pemberdayaan ekonomi orang tua anak. (Wawancara tanggal 10 Januari 2013). Pandangan informan I.K, di atas sejalan dengan pandangan FL yang menyebutkan tentang perlunya pemberdayaan ekonomi keluarga anak pekerja pada sektor informal di pasar sentral Kota Gorontalo. Hal tersebut terjadi oleh karena faktor ekonomi lebih mendominasi daripada faktor lainnya, oleh karena itu pendekatan sosial yang dapat dilakukanpun idealnya adalah pendekatan secara ekonomi pula. Pendekatan ekonomi sebaiknya tidak hanya bersifat sementara yang hanya mengatasi masalah dalam waktu singkat, namun lebih bersifat jangka panjang. Dalam kaitannya dengan maksud tersebut informan lainnya dari BPMP dan KB mengungkapkan. masalah pemberdayaan ekonomi keluarga anak pekerja pada sektor informal belum diprogramkan. Selama ini kami melakukan pemberdayaan di tingkat masyarakat dan program pengentasan kemiskinan, baik yang memiliki anak yang bekerja pada sektor informal maupun yang tidak memilki anak yang bekerja pada sektor ini. (Wawancara tanggal 15 Januari 2013).

28 56 Penjelasan informan tersebut di atas menggambarkan bahwa belum adanya program khusus yang menangani pemberdayaan keluarga pekerja anak pada sektor informal. Padahal jika program tersebut ada dan berjalan dengan baik maka dapat menyelesaikan dua masalah sekaligus, yaitu meningkatkan kesejahteraan keluarga miskin dan dapat mengembalikan anak pada aktifitas sebagaimana mestinya. Informan lainnya yang mengungkapkan tentang pemberdayaan keluarga adalah R.Z. Informan ini adalah aparat yang berasal dari Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kota Gorontalo dan terlibat langsung dalam penanganan masalah tenaga kerja, yang mengungkapkan: Penanganan masalah pekerja anak di pasar sentral melalui pemberdayaan keluarganya memang belum dilakukan secara khusus. Namun demikian perlu diupayakan satu model pemberdayan yang melibatkan instansi terkait sehingga pemberdayaan tidak hanya bersifat jangka pendek saja. Saya kira instansi terkait perlu duduk bersama dan membicarakan model pemberdayaan yang ideal dengan mengambil peran masing-masing yang selanjutnya dikoordinasikan menjadi program utama dalam pemberdayaan keluarga. (Wawancara tanggal 15 Januari 2013). Penjelasan informan di atas menggambarkan belum adanya upaya penyelesaian masalah pekerja anak yang dilakukan secara komprehensif. Pelibatan berbagai pihak dalam pemberdayaan masyarakat, khususnya keluarga yang memiliki pekerja anak sangatlah dibutuhkan, berbagai upaya pemberdayaan yang hanya dilakukan secara sektoral hanya akan membawa pada pemberdayaan yang sifatnya sangat sementara. Misalnya satu keluarga miskin yang diberdayakan ekonominya mendapatkan bantuan modal dari lembaga pemerintah dan hal tersebut tidak disertai dengan pembinaan usaha yang serius dan berkelanjutan, akibatnya modal usaha untuk pemberdayaan ekonomipun hanya habis untuk

29 57 membiayai kehidupan sehari-hari. Program pemberdayaan seperti ini hanya bersifat sementara, cenderung konsumtif, dan terkesan hanya menggugurkan kewajiban pelaksanaan program dari satu instansi. Akhirnya keluarga yang diberdayakanpun kembali miskin lagi, yang selanjutnya kembali menunggu bantuan modal pemberdayaan. Hal ini seperti lingkaran yang tidak ada putusnya dan kembali terus berulang tanpa ujungnya. Oleh karena itu pemberdayaan secara komprehensif dan multi sektoral yang berfokus pada ekonomi keluarga yang memiliki anak pekerja pada sektor informal sangatlah dibutuhkan. Pemberdayaan inipun haruslah mampu mewujudkan karakter keluarga yang memiliki komitmen yang kuat untuk keluar dari lingkaran kemiskinan yang selama ini membelenggu. Pemberdayaan ini jelas akan berdampak pada dua hal, pertama meningkatkan kesejahteraan keluarga dan mengurangi jumlah keluarga miskin dan kedua mengurangi pekerja anak pada sektor informal. Kedua dampak di atas berangkat dari asumsi yang mengatakan bahwa apabila keluarga dalam kondisi ekonomi yang mampu memenuhi kebutuhan hidup minimal maka pastilah anak-anak yang ada didalam keluargapun tidak akan bekerja pada sektor informal, dan hanya melakukan aktifitas sebagaimana anak-anak lainnya. 2. Pendekatan perlindungan pekerja anak. Disamping pendekatan sosial melalui upaya pemberdayaan masyarakat, khususnya terhadap keluarga anak pekerja pada sektor informal sebagaimana dijelaskan di atas, maka pendekatan kedua yang dapat digunakan adalah upaya perlindungan pekerja anak pada sektor ini. Pendekatan terhadap perlindungan

30 58 anak dapat ditinjau dari berbagai aspek, 1) kebijakan pemerintah melalui program khusus terhadap anak yang dilaksanakan oleh pemerintah setempat, 2) produk kebijakan daerah yang memberikan kepastian dan perlindungan terhadap pekerja anak. Kedua pendekatan tersebut di wilayah Kota Gorontalo belum dapat dilaksanakan, hal ini terungkap pada saat peneliti melakukan wawancara dengan informan I.D, informan ini adalah aparat yang bertugas pada Badan Pemberdayaan Masyarakat, perempuan dan keluarga berencana Kota Gorontalo, yang menjelaskan Sebenarnya kami perna menangani masalah pekerja anak disektor informal kususnya dipasar sentral,namun seiring pergantian pejabat dan kebijakan program itu,tak bertahan lama lagi pula pemberdayaan masalah anak sangat membutuhkan uang yang banyak. Kami di Badan Pemberdayaan Masyarakat belum melaksanakan program khusus tentang pemberdayaan keluarga yang memiliki anak bekerja pada sektor informal. Selama ini program yang kami lakukan adalah secara umum tentang pemberdayaan masyarakat dan pengentasan kemiskinan. Namun sebenarnya program pemberdayaan masyarakat lainnya berada pada lintas sektoral Dinas/Badan di Kota Gorontalo. Untuk program diluar BPMP dan KB kami hanya bertugas melakukan koordinasi dengan instansi terkait untuk menyukseskan berbagai program tersebut. (Wawancara tanggal 18 Januari 2013). Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa belum adanya program khusus tentang pemberdayaan keluarga pekerja anak dan juga langsung terhadap

31 59 perlindungan anak belum ada pada instansi ini. Hal ini menunjukkan bahwa perhatian serius pemerintah terhadap pekerja anak pada sektor informal belum ada. Namun demikian masih menurut informan I.D dijelaskan bahwa beberapa tahun yang lalu program khusus terhadap pekerja anak pada sektor informal, khususnya di pasar sentral Kota Gorontalo pernah dilaksanakan oleh Tim Penggerak PKK Provinsi Gorontalo, namun bagaimana kelanjutan dari program tersebut sampai dengan sekarang belum diketahui. Hal ini terungkap pada hasil wawancara dengan I.D yang mengungkapkan Tentang program khusus pada pekerja anak di pasar sentral dulu memang pernah dilakukan oleh pemerintah, tapi itu melalui Tim Penggerak PKK Provinsi Gorontalo. Sekarang kami tidak tahu bagaimana lagi kelanjutannya (Wawancara tanggal 18 Januari 2013). Namun demikian informan ini juga mengakui perlu adanya program khusus untuk menangani pekerja anak khususnya pekerja anak di pasar sentral kota Gorontalo, mengingat anak-anak adalah bagian dari keluarga dan keluarga adalah bagian dari masyarakat yang harus ditingkatkan kesejahteraannya. Maka dari itu BPMP dan KB Kota Gorontalo sebagai unit organisasi pemerintah kota, terus melakukan koordinasi dengan instansi terkait dalam upaya memberdayakan masyarakat juga dalam mengentasan kemiskinan di wilayah ini. Masih dalam kaitannya dengan pendekatan sosial melalui perlindungan anak, informan lainnya dari Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kota Gorontalo R.Z menjelaskan kalau kita melihat masalah pekerja anak di pasar sentral selama ini memang belum program yang terkait dengan perlindungan pekerja anak. Selama ini memang keberadaan pekerja anak disitu sebenarnya tidak mengganggu oleh karena itu menurut saya sekarang ini upaya yang dapat dilakukan adalah bagaimana melakukan pembinaan dan

32 60 pengawasan terhadap pekerja anak, sehingga secara berangsur jumlahnya bisa berkurang dan bisa bersekolah lagi sebagaimana anak lainnya. (Wawancara tanggal 18 Januari 2013). Sementara itu pada waktu yang berbeda menurut informan lainnya pada Kantor Pengelola Pasar Kota Gorontalo H menjelaskan pendapatnya tentang pendekatan sosial melalui perlindungan pekerja anak sebagai berikut; upaya perlindungan terhadap pekerja anak di pasar sentral ini belum ada, hal ini terjadi karena selama ini belum ada kejadian luar biasa terhadap pekerja anak. Mereka bekerja apa adanya, mencari uang dan setelah itu pulang kerumah lagi. Dulu mungkin saja disini ada yang mengkoordinir pekerja anak, tapi sekarang tidak ada lagi. Oleh karena itu kegiatan pekerja anak disini masih dalam batas kewajaran. Karena secara manusiawi kita masih dapat memahami bahwa mereka bekerja karena adanya kebutuhan yang harus dipenuhi (Wawancara tanggal 22 Januari 2013). Dari hasil wawancara dengan informan H yang dapat dipahami bahwa upaya perlindungan sosial terhadap pekerja anak belum dilakukan di lokasi ini. Hal tersebut terjadi karena pertimbangan secara manusiawi sehingga memberikan kesempatan pada anak-anak untuk bekerja. Namun demikian menurut peneliti pandangan yang mengatakan bahwa belum adanya kejadian luar biasa yang terjadi bukanlah alasan untuk melakukan pembiaran terhadap pekerja anak walaupun dengan alasan manusiawi. Masalah pekerja anak tidak bisa dibiarkan karena hal tersebut menyimpan potensi masalah yang cukup besar pada masa yang akan datang, baik bagi masyarakat, pemerintah, maupun terhadap pekerja anak itu sendiri. Bagi masyarakat anak-anak yang tumbuh dan berkembang di lingkungan pasar jelas hal ini akan berdampak pada pembentukan karakter anak yang keras sesuai dengan lingkungan tempat dia berkembang, semakin lama anak berada pada lingkungan yang tidak sesuai dengan perkembangannya, maka akan semakin

33 61 besar pula kemungkinan anak-anak hidup dalam perilaku yang keras. Jelas ini akan berdampak kurang baik terhadap masyarakat karena akan memunculkan masalah-masalah sosial yang baru. Hal ini juga terungkap dari hasil wawancara dengan informan I.K yang merupakan tokoh masyarakat yang memiliki perhatian terhadap pekerja anak di pasar sentral. Informan ini mengungkapkan bahwa: Anak-anak yang bekerja di pasar sentral haruslah disentuh dengan program yang dapat membantu mereka keluar dari masalah yang dihadapi. Walaupun masalah ekonomi keluarga merupakan hal yang pokok namun hal lainnya yang perlu diupayakan adalah masalah terhadap perlindungan anak itu sendiri. Sebab bagaimana nanti kondisi daerah nanti akan banyak ditentukan oleh anak-anak sekarang ini. Nah, sekarang kalau saja jumlah pekerja anak ini semakin lama semakin banyak maka dapat kita bayangkan bagaimana kondisi daerah ini pada masa yang akan datang. Sudah pastilah akan menjadi masalah (Wawancara tanggal 26 Januari 2013). Penjelasan I.K di atas nampaknya mengisyaratkan untuk mengadakan upaya pemutusan mata rantai pekerja anak. Apabila perlindungan tidak tidak dilakukan, maka dari waktu ke waktu ketika anak-anak ini dewasa dan tidak lagi dikatakan pekerja anak, maka akan muncul lagi pekerja anak yang baru dan mungkin saja dengan permasalah yang lebih kompleks lagi sesuai dengan dinamika perkembangan sebuah kota. Penjelasan I.K juga menggambarkan adanya kehawatiran terhadap kondisi sosial pada masa yang akan datang, dimana dengan terbentuknya karakter keras dari anak-anak sekarang maka hal tersebut akan terus terbawa hingga mereka dewasa dan berkeluarga nanti. Kehawatiran tersebut merupakan suatu hal yang wajar apabila pemerintah, masyarakat dan

PEKERJA SEKTOR INFORMAL DI KOTA GORONTALO

PEKERJA SEKTOR INFORMAL DI KOTA GORONTALO 1 PEKERJA SEKTOR INFORMAL DI KOTA GORONTALO (Suatu Tinjauan Sosiologis Pekerja Anak) ABSTRAK Narti Buo, NIM 281409054, Pekerja Sektor Informal di Kota Gorontalo (suatu tinjauan sosiologis pekerja anak).

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan 41 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia dan merupakan salah satu Provinsi di Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 BPS PROVINSI SULAWESI BARAT KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS No. 69/11/76/Th.X, 7 November AGUSTUS : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SULAWESI BARAT SEBESAR 3,33 PERSEN Penduduk usia kerja di Sulawesi Barat

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015 BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 71 /11/76/Th.IX, 5 November KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS AGUSTUS : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SULAWESI BARAT SEBESAR 3,35 PERSEN Jumlah penduduk usia kerja di Sulawesi

Lebih terperinci

KINERJA DAN PERSPEKTIF KEGIATAN NON-PERTANIAN DALAM EKONOMI PEDESAAN *

KINERJA DAN PERSPEKTIF KEGIATAN NON-PERTANIAN DALAM EKONOMI PEDESAAN * KINERJA DAN PERSPEKTIF KEGIATAN NON-PERTANIAN DALAM EKONOMI PEDESAAN * Oleh: Kecuk Suhariyanto, Badan Pusat Statistik Email: kecuk@mailhost.bps.go.id 1. PENDAHULUAN Menjelang berakhirnya tahun 2007, 52

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi a. Letak Geografis BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kota Gorontalo merupakan ibukota Provinsi Gorontalo. Secara geografis mempunyai luas 79,03 km 2 atau 0,65 persen dari luas Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan situasi serba kekurangan yang terjadi bukan dikehendaki oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menarik orang mendatangi kota. Dengan demikian orang-orang yang akan mengadu nasib di

BAB 1 PENDAHULUAN. menarik orang mendatangi kota. Dengan demikian orang-orang yang akan mengadu nasib di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan kota yang selalu dinamis berkembang dengan segala fasilitasnya yang serba gemerlapan, lengkap dan menarik serta menjanjikan tetap saja menjadi suatu faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan yang terjadi karena adanya dinamika

BAB I PENDAHULUAN. pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan yang terjadi karena adanya dinamika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Migrasi dalam konteks demografi cukup memberikan sumbangan yang sangat besar pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan yang terjadi karena adanya dinamika

Lebih terperinci

ANGKA AGREGAT PER KECAMATAN. HASIL SENSUS PENDUDUK 2010 KOTA JAMBI Angka Agregat Per Kecamatan 1

ANGKA AGREGAT PER KECAMATAN. HASIL SENSUS PENDUDUK 2010 KOTA JAMBI Angka Agregat Per Kecamatan 1 ANGKA AGREGAT PER KECAMATAN HASIL SENSUS PENDUDUK 2010 KOTA JAMBI Angka Agregat Per Kecamatan 1 SEKAPUR SIRIH SP2010 merupakan kegiatan besar yang terdiri dari rangkaian tahapan kegiatan yang diawali dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah Penelitian 1. Letak Geografis Daerah Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kota Gorontalo terletak antara 00 0 28 17-00 0 35 56 lintang Utara dan antara 122 0 59 44-123 0 051 59

Lebih terperinci

DIMENSI STRATEGIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TERHADAP PEKERJA ANAK DI KOTA GORONTALO (Kajian Lintas Sektoral di Kota Gorontalo)

DIMENSI STRATEGIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TERHADAP PEKERJA ANAK DI KOTA GORONTALO (Kajian Lintas Sektoral di Kota Gorontalo) } Halaman 173 192 DIMENSI STRATEGIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TERHADAP PEKERJA ANAK DI KOTA GORONTALO Ismet Sulila Program Studi Adm Perkantoran Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Gorontalo e-mail:

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017

Keadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI MALUKU UTARA Keadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017 Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Maluku Utara sebesar 5,33 persen. Angkatan kerja pada Agustus

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan III-2013 Naik 2,91 Persen

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan III-2013 Naik 2,91 Persen No. 62/11/75/Th. VII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO PDRB Gorontalo Triwulan III-2013 Naik 2,91 Persen PDRB Provinsi Gorontalo triwulan III-2013 naik 2,91 persen dibandingkan triwulan sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan lingkungan, permasalahan, dan faktor lain yang dimiliki oleh pelakunya.

BAB I PENDAHULUAN. keadaan lingkungan, permasalahan, dan faktor lain yang dimiliki oleh pelakunya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses adaptasi merupakan bagian dari kehidupan manusia. Untuk dapat bertahan hidup di dalam lingkungannya manusia harus mampu beradaptasi. Proses adaptasi satu dengan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Yogyakarta Agustus 2017 No. 65/11/34/Thn.XIX, 6 Nopember 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI D.I YOGYAKARTA Keadaan Ketenagakerjaan Yogyakarta Agustus 2017

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan maupun di pedesaan. Eksisnya pasar tradisional di tengah-tengah

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan maupun di pedesaan. Eksisnya pasar tradisional di tengah-tengah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar tradisional merupakan salah satu institusi ekonomi yang penting dalam kehidupan masyarakat. Hal ini terlihat dari tetap eksisnya pasar tradisional baik di perkotaan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2016 No.62/11/ 63/Th XX/07 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2016 Jumlah angkatan kerja mencapai 2,08 juta orang atau terjadi penambahan sebesar 91,13 ribu orang dibanding Agustus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak ketiga di dunia. Hal ini setara dengan kedudukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak ketiga di dunia. Hal ini setara dengan kedudukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak ketiga di dunia. Hal ini setara dengan kedudukan Indonesia sebagai negara termiskin ketiga di dunia. Pertambahan

Lebih terperinci

Gorontalo. Menara Keagungan Limboto

Gorontalo. Menara Keagungan Limboto Laporan Provinsi 509 Menara Keagungan Limboto Menara ini dibangun tahun 2001 dan berlokasi di Limboto, ibu kota Kabupaten. Menara Kea gungan yang menjadi kebanggaan ma syarakat ini memiliki daya tarik

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015 BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 33 /05/76/Th.IX, 5 Mei KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI FEBRUARI : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SULAWESI BARAT SEBESAR 1,81 PERSEN Pada bulan, jumlah angkatan kerja di Sulawesi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo lahir pada hari kamis, 18 Maret 1728 M atau

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo lahir pada hari kamis, 18 Maret 1728 M atau 40 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat Kota Gorontalo Kota Gorontalo lahir pada hari kamis, 18 Maret 1728 M atau bertepatan dengan kamis, 6 Sya ban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial, berinteraksi, bermasyarakat dan menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,55 PERSEN No. 08/11/Th.IX, 5 November 2015 Jumlah angkatan kerja di Sulawesi Tenggara pada Agustus 2015 mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian perencanaan pembangunan, terutama di negara sedang berkembang, dan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian perencanaan pembangunan, terutama di negara sedang berkembang, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang tidak bisa lepas dari sektor informal. Keberadaan sektor informal di Indonesia tidak terlepas dari proses pembangunan yang sedang

Lebih terperinci

BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN. Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat, Desa

BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN. Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat, Desa 17 BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN A. Sejarah Perkembangan Desa Koto Perambahan Desa Koto Perambahan adalah nama suatu wilayah di Kecamatan Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan hidup mendasar yang setiap hari tidak dapat dihindari. oleh manusia salah satunya adalah makan. Dalam perkembangannya

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan hidup mendasar yang setiap hari tidak dapat dihindari. oleh manusia salah satunya adalah makan. Dalam perkembangannya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan hidup mendasar yang setiap hari tidak dapat dihindari oleh manusia salah satunya adalah makan. Dalam perkembangannya seiring dengan bergesernya gaya

Lebih terperinci

PERMOHONAN DUKUNGAN DANA PEMERINTAH PUSAT

PERMOHONAN DUKUNGAN DANA PEMERINTAH PUSAT PERMOHONAN DUKUNGAN DANA PEMERINTAH PUSAT UNTUK KEGIATAN : REHABILITASI PASAR KANDANGAN KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2017 DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI &

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PAPUA FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PAPUA FEBRUARI 2015 No. 28/5/94/Th.VII, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PAPUA FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,72 PERSEN. Jumlah angkatan kerja di Papua pada Februari 2015 mencapai 1.709.668

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN No.015/05/63/Th XII, 15 Mei 2009 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2009 JUMLAH PENDUDUK YANG DIKATEGORIKAN SEBAGAI ANGKATAN KERJA PADA FEBRUARI 2009 SEBESAR 1,75 juta jiwa. Jumlah tersebut

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA, FEBRUARI 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,09 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA, FEBRUARI 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,09 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 04/01/34/Th.XI, 05 Januari 2009 No. 23/05/34/Th.XIV, 7 Mei 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA, FEBRUARI 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai sebuah Negara dibangun diatas dan dari desa, desa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai sebuah Negara dibangun diatas dan dari desa, desa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai sebuah Negara dibangun diatas dan dari desa, desa merupakan pelopor sistem demokrasi yang otonom dan berdaulat penuh. Sejak lama, desa telah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan desa secara hukum diakui dalam Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan desa secara hukum diakui dalam Undang-Undang Nomor 32 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan desa secara hukum diakui dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang

Lebih terperinci

Pembangunan di pedesaan adalah bagian dari proses pembangunan. nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian

Pembangunan di pedesaan adalah bagian dari proses pembangunan. nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di pedesaan adalah bagian dari proses pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian wilayah, sekaligus mengidentifikasikan perubahan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2013 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 76/11/35/Th. XI, 6 November 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2013 AGUSTUS 2013 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA JAWA TIMUR SEBESAR 4,33 PERSEN Penduduk usia 15

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk yang pada gilirannya merupakan penawaran tenaga kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk yang pada gilirannya merupakan penawaran tenaga kerja yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Pembangunan Nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang sedang berlangsung

Lebih terperinci

PENDUDUK, KETENAGAKERJAAN DAN SISTEM PENGUPAHAN

PENDUDUK, KETENAGAKERJAAN DAN SISTEM PENGUPAHAN PENDUDUK, KETENAGAKERJAAN DAN SISTEM PENGUPAHAN Oleh : Dyah Kusumawati*) Abstraksi Dewasa ini pembangunan kependudukan di Indonesia diarahkan pada peningkatan kualitas penduduk dan pengendalian laju pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dibagi menjadi 9 kecamatan, terdiri dari 50 kelurahan. Secara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dibagi menjadi 9 kecamatan, terdiri dari 50 kelurahan. Secara 37 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian 1.1.1 Gambaran Wilayah Penelitian Kota Gorontalo merupakan Ibukota Provinsi Gorontalo. Secara geografis mempunyai luas 79,03 km 2 atau 0,65

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Menikah di usia muda masih menjadi fenomena yang banyak dilakukan perempuan di Indonesia. Diperkirakan 20-30 persen perempuan di Indonesia menikah di bawah usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu ciri perekonomian Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar penduduk yang berpenghasilan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK No. 59/11/Th. XI, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA BARAT Keadaan Ketenagakerjaan Papua Barat Agustus 2017 Agutus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tempat hidup setiap warga kota. Oleh karena itu, kelangsungan dan kelestarian kota

I. PENDAHULUAN. tempat hidup setiap warga kota. Oleh karena itu, kelangsungan dan kelestarian kota I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kota sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, pendidikan dan kesehatan berpengaruh terhadap kebutuhan transportasi yang semakin meningkat. Dari fakta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengetaskan kemiskinan, tetapi hingga

BAB I PENDAHULUAN. upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengetaskan kemiskinan, tetapi hingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia salah satu negara dengan jumlah penduduk yang banyak sehingga kemiskinan pun tak dapat dihindari. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Gorontalo Utara merupakan wilayah administrasi yang merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dampak positif juga memberi dampak negatif terutama ditunjukkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dampak positif juga memberi dampak negatif terutama ditunjukkan oleh digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Pembangunan Nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Pembangunan merupakan salah satu cara untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang berkembang saat ini diantaranya di bidang transportasi terbukti dengan meningkatnya kebutuhan sarana maupun prasarana transportasi yang

Lebih terperinci

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 04/01/34/Th.XI, 05 Januari 2009 No. 47/12/34/Th.XI, 01 Desember 2009 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN (Di

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2008

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2008 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 04/01/31/Th. XI, 5 Januari 2009 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2008 Jumlah angkatan kerja di Provinsi DKI Jakarta pada Agustus 2008 mencapai 4,77 juta orang,

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 31/05/32/Th. XVII, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,40 PERSEN Berdasarkan hasil Sakernas bulan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2013 No.65/11/63/Th XVII/6 November 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2013 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Kalimantan Selatan keadaan Agustus 2013 sebesar 69,08 persen. Mengalami

Lebih terperinci

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DIY PADA FEBRUARI 2011 SEBESAR 5,47 PERSEN

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DIY PADA FEBRUARI 2011 SEBESAR 5,47 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 04/01/34/Th.XI, 05 Januari 2009 NO.21/05/34/TH. XIII, 5 MEI 2011 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DIY PADA FEBRUARI 2011 SEBESAR 5,47 PERSEN Hasil Sakernas menunjukkan

Lebih terperinci

VII. KEMISKINAN DI TINGKAT RUMAHTANGGA

VII. KEMISKINAN DI TINGKAT RUMAHTANGGA VII. KEMISKINAN DI TINGKAT RUMAHTANGGA Sensus kemiskinan rumahtangga di wilayah desa merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota setempat atas dasar kebutuhan dan desakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam upaya ini pemerintah berupaya mencerdaskan anak bangsa melalui proses pendidikan di jalur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2015 No. 60/11/14/Th. XVI, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015, TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 7,83 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Riau pada Agustus 2015 mencapai

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2009

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2009 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 19/05/31/Th.XI, 15 Mei 2009 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2009 TPT DKI JAKARTA BULAN FEBRUARI 2009 SEBESAR 11,99 PERSEN angkatan kerja pada Februari 2009

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PAPUA AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,99 PERSEN.

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PAPUA AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,99 PERSEN. No. 63/11/94/Th.VII, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PAPUA AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,99 PERSEN. Jumlah angkatan kerja di Papua pada Agustus 2015 mencapai

Lebih terperinci

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG IV. DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG 4.1. Provinsi Lampung 4.1.1. Gambaran Umum Provinsi Lampung meliputi wilayah seluas 35.288,35 kilometer persegi, membentang di ujung selatan pulau Sumatera, termasuk pulau-pulau

Lebih terperinci

A. Keadaan Geografis Dan Topografi

A. Keadaan Geografis Dan Topografi BAB II GAMBARAN UMUM PROVINSI GORONTALO Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Provinsi Gorontalo di bentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 tahun 2000, maka secara administratif sudah terpisah dari Provinsi

Lebih terperinci

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2008 SEBESAR 6,04 PERSEN

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2008 SEBESAR 6,04 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2008 SEBESAR 6,04 PERSEN No. 17/05/34/Th. X, 15 Mei 2008 Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK AKAD MUKHA>BARAH DI DESA BOLO KECAMATAN UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK. sebagaimana tertera dalam Tabel Desa Bolo.

BAB III PRAKTIK AKAD MUKHA>BARAH DI DESA BOLO KECAMATAN UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK. sebagaimana tertera dalam Tabel Desa Bolo. BAB III PRAKTIK AKAD MUKHA>BARAH DI DESA BOLO KECAMATAN UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK A. Gambaran Umum Desa Bolo Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten Gresik 1. Demografi Berdasarkan data Administrasi Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan layak. Masalah kemiskinan menjadi masalah yang cukup serius karena akan

BAB I PENDAHULUAN. dan layak. Masalah kemiskinan menjadi masalah yang cukup serius karena akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh negara-negara berkembang termasuk Indonesia adalah masalah kemiskinan. Kondisi kemiskinan ini terjadi karena rakyat

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 28/05/32/Th. XVIII,4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,57 PERSEN Berdasarkan hasil Sakernas bulan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan.

I. PENDAHULUAN. orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan adalah kondisi dimana ketidakmampuan seseorang atau sekelompok orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan. Masalah kemiskinan

Lebih terperinci

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN Adi Setiyanto PENDAHULUAN Tenaga kerja merupakan motor penggerak dalam pembangunan ekonomi. Tenaga kerja sebagai sumber daya

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH No.81 /11/33/Th.IX, 05 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,99 PERSEN Angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2015 sebanyak 17,30 juta orang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan, yang dilakukan setiap negara ataupun wilayah-wilayah administrasi dibawahnya, sejatinya membutuhkan pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan. Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo, dengan batas-batas pokok desa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo, dengan batas-batas pokok desa BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Leato Utara adalah salah satu kelurahan yang berada di wilayah Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo,

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2014 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 25/05/32/Th. XVI, 5 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,66 PERSEN Tingkat partisipasi angkatan kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang terus berupaya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang terus berupaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang terus berupaya meningkatkan pembangunan ekonomi untuk mewujudkan masyarakat demokratis yang berkeadilan dan sejahtera.

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 74/11/35/Th. XIV, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA JAWA TIMUR SEBESAR 4,21 PERSEN Jumlah angkatan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI MALUKU UTARA, AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI MALUKU UTARA, AGUSTUS 2015 No. 27/05/82/Th. XI, 06 Mei No. 67/11/82/Th XIV, 05 November KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI MALUKU UTARA, AGUSTUS : Jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas (penduduk usia kerja) mencapai 773,18 ribu orang. Naik

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2011

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2011 BADAN PUSAT STATISTIK No. 74/11/Th. XIV, 7 November 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2011 AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,56 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Agustus

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016 No. 08/11/Th.X, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,78 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Sulawesi Tenggara pada Februari 2016 mencapai 1.212.040

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2017 No. 103/11/Th. XX, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2017 A. KEADAAN KETENAGAKERJAAN Agustus 2017: Tingkat

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2016 No. 056/11/14/Th. XVII, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016, TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 7,43 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Riau pada Agustus 2016

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia telah mencapai 240 juta jiwa (BPS, 2011). Hal ini merupakan sumber daya

I. PENDAHULUAN. Indonesia telah mencapai 240 juta jiwa (BPS, 2011). Hal ini merupakan sumber daya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki sumber kekayaan alam yang berlimpah dan memiliki jumlah penduduk nomor empat di dunia. Saat ini penduduk Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL LEMBAGA, PEROLEHAN ZAKAT PENDISTRIBUSIANNYA PADA FAKIR MISKIN DAN ANALISA. Lembaga Amil Zakat (LAZ) Masjid Nurul Huda merupakan lembaga

BAB IV PROFIL LEMBAGA, PEROLEHAN ZAKAT PENDISTRIBUSIANNYA PADA FAKIR MISKIN DAN ANALISA. Lembaga Amil Zakat (LAZ) Masjid Nurul Huda merupakan lembaga BAB IV PROFIL LEMBAGA, PEROLEHAN ZAKAT PENDISTRIBUSIANNYA PADA FAKIR MISKIN DAN ANALISA A. Profil LAZ Masjid Nurul Huda Lembaga Amil Zakat (LAZ) Masjid Nurul Huda merupakan lembaga nirlaba milik masyarakat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH No.79 /11/33/Th.X, 07 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,63 PERSEN Angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2016 sebanyak 17,31 juta orang,

Lebih terperinci

BAB III KAUM MUDA PARUH WAKTU DAN GAYA HIDUP MODERN. banyak kaum muda yang masih berstatus sebagai mahasiswa bekerja paruh waktu dengan

BAB III KAUM MUDA PARUH WAKTU DAN GAYA HIDUP MODERN. banyak kaum muda yang masih berstatus sebagai mahasiswa bekerja paruh waktu dengan BAB III KAUM MUDA PARUH WAKTU DAN GAYA HIDUP MODERN Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tujuan kaum muda melakukan pekerjaan paruh waktu dan mengetahui dampak pekerjaan paruh waktu tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi. Namun zaman modern bahkan katanya sudah posmodern masih menyisahkan

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi. Namun zaman modern bahkan katanya sudah posmodern masih menyisahkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia berubah begitu cepat, tetapi tidak semua peralihan modal produksi manusia dari berburu masalah perindustian sampai dengan aktifitas nelayan telah terjadi. Namun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat dimasa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang.

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat dimasa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk lanjut usia (lansia) diprediksikan akan meningkat cepat dimasa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang. Indonesia sebagai

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Sumatera Barat Agustus 2017 No. 62/11/13/Th. XX, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Sumatera Barat Agustus 2017 Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Sulawesi Tenggara Agustus 2017 No. 63/11/Th. XI, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Provinsi Sulawesi Tenggara Keadaan Ketenagakerjaan Sulawesi Tenggara Agustus 2017 Agustus

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Papua Agustus 2017 No. 64/11/94/Th. VIII, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Papua Agustus 2017

Lebih terperinci

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 20/05/34/Th. XI, 15 Mei 2009 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PAPUA FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PAPUA FEBRUARI 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PAPUA FEBRUARI 2016 No. 26/05/94/Th.VIII, 4 Mei 2016 FEBRUARI 2016 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,97 PERSEN. Jumlah angkatan kerja di Papua pada Februari 2016 mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hilir tahun adalah Indragiri Hilir berjaya dan gemilang Pada

BAB I PENDAHULUAN. Hilir tahun adalah Indragiri Hilir berjaya dan gemilang Pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi pembangunan jangka panjang dalam dokumen Kabupaten Indragiri Hilir tahun 2005 2025 adalah Indragiri Hilir berjaya dan gemilang 2025. Pada perencanaan jangka menengah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Formal Latar Belakang Material

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Formal Latar Belakang Material BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Formal Geografi adalah salah satu disiplin ilmu pengetahuan yang memperhatikan aspek-aspek geografi yang mendukung dalam pembangunan wilayah

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,31 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,31 PERSEN BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 66/11/16/Th. XVIII, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,31 PERSEN Jumlah angkatan kerja di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pungutan, tetapi hanya merupakan pemberian sukarela oleh rakyat kepada raja

BAB I PENDAHULUAN. pungutan, tetapi hanya merupakan pemberian sukarela oleh rakyat kepada raja BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejarah pemungutan pajak mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai dengan perkembangan masyarakat dan Negara baik di bidang kenegaraan maupun di bidang sosial dan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2012

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2012 No. 63/11/63/Th XVI /05 November 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2012 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Kalimantan Selatan keadaan Agustus 2012 sebesar 71,93 persen.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Semua data yang telah berhasil dikumpulkan oleh peneliti selama melakukan penelitian akan disajikan pada bab ini. Data tersebut merupakan data tentang partisipasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu upaya untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Tidaklah mudah untuk mewujudkan tujuan pembangunan tersebut, melainkan

Lebih terperinci

Dampak Kenaikan Harga BBM bagi Golongan Termiskin di Dua Desa

Dampak Kenaikan Harga BBM bagi Golongan Termiskin di Dua Desa Dampak Kenaikan Harga BBM bagi Golongan Termiskin di Dua Desa Arief Budiman * PADA akhirnya, harga BBM dinaikkan juga pada tanggal 12 Januari 1984. banyak orang kemudian berkomentar, bahwa kenaikan ini

Lebih terperinci