STRUKTUR BIAYA USAHA PEMBENIHAN IKAN HIAS AIR TAWAR (Studi Kasus: Tiga Usaha Pembenihan Ikan Hias Air Tawar di Kab. Bogor) LINA NURLINA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STRUKTUR BIAYA USAHA PEMBENIHAN IKAN HIAS AIR TAWAR (Studi Kasus: Tiga Usaha Pembenihan Ikan Hias Air Tawar di Kab. Bogor) LINA NURLINA"

Transkripsi

1 1 STRUKTUR BIAYA USAHA PEMBENIHAN IKAN HIAS AIR TAWAR (Studi Kasus: Tiga Usaha Pembenihan Ikan Hias Air Tawar di Kab. Bogor) LINA NURLINA DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

2 PERYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA 1 Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Strutur Biaya Usaha Pembenihan Ikan Hias Air Tawar (Studi Kasus: Tiga Usaha Pembenihan Ikan Hias Air Tawar di Kab. Bogor) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Maret 2015 Lina Nurlina NIM H Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerjasama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerjasama yang terkait

3 3 ABSTRAK LINA NURLINA. Struktur Biaya Usaha Pembenihan Ikan Hias Air Tawar (Studi Kasus: Tiga Usaha Pembenihan Ikan Hias Air Tawar di Kab. Bogor). Dibimbing oleh YANTI NURAENI MUFLIKH. Usaha ikan hias di Kabupaten Bogor bervariasi, dilihat dari subsistem budidaya ikan hias, ukuran usaha, dan jenis ikan yang dibudidayakan. Permintaan ikan hias yang semakin tinggi menjadikan peluang bisnis ikan hias pun semakin meningkat. Ukuran usaha ikan hias dapat dilihat dari jumlah kepemilikan akuarium, karena mampu mencerminkan alokasi biaya dan produktifitas. Penelitian ini bertujuan mencari ukuran usaha yang paling efisien pada segmen pembenihan ikan hias air tawar yaitu dengan cara membandingkan struktur biaya, pendapatan dan efisiensi usaha ikan hias pada tiga usaha budidaya ikan hias air tawar di Kabupaten Bogor. Hasil penelitian menunjukan, semakin besar ukuran usaha maka akan menghasilkan struktur biaya yang lebih efisien. Selain itu berdasarkan nilai R/C usaha yang paling menguntungkan adalah usaha pembenihan ikan hias air tawar skala besar dengan memiliki R/C sebesar 2.2 dan usaha yang memiliki nilai R/C terkecil yaitu skala kecil dengan memiliki nilai R/C sebesar 1.2. Kata Kunci : struktur biaya, pembenihan ikan hias, pendapatan, efisiensi ABSTRACT LINA NURLINA. Cost Structure of business in seeding ornamental fish freshwater (Case Study: Three business seeding ornamental fish freshwater in Kab. Bogor). Guided by YANTI NURAENI MUFLIKH. An ornamental fish is varied in Kab. Bogor, seen from the cultivation of ornamental fish,the size of business, and the type of fish which are cultivated. Ornamental fish the higher demand make business opportunities ornamental fish is much higher. Size of business ornamental fish can be seen from the number of aquarium ownership, because it is able to reflect the allocation of costs and productivity. This study aims to find the most efficient business size by comparing the cost structure of the three freshwater ornamental fish culture cases. The result of research shows that the bigger business size will result in a more efficient cost structure. In addition, according to the R/C the most profitable seeding ornamental fish is a freshwater large scale to have R/C by 2.2 and business that have value R/C smallest are small scale with having value by 1.2. Keywords: Cost Structure, Freshwater Ornamental Fish Seed, revenue, efficiency

4 STRUKTUR BIAYA USAHA PEMBENIHAN IKAN HIAS AIR TAWAR (Studi Kasus: Tiga Usaha Pembenihan Ikan Hias Air Tawar di Kab. Bogor) LINA NURLINA Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

5 5

6 PRAKATA Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta ala atas segala rahmat dan karunia-nya sehigga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2014 adalah Struktur Biaya, dengan judul Struktur Biaya Usaha Pembenihan Ikan Hias Air Tawar (Studi Kasus : Tiga Usaha Pembenihan Ikan Hias Air Tawar di Kab. Bogor). Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih secara tertulis sebagai bentuk penghargaan kepada Ibu Yanti Nuraeni Muflikh, SP MAgribus sebagai dosen pembimbing, Bapak Dr Ir Nunung Kusnadi MS selaku dosen evaluator kolokium dan sebagai dosen penguji utama sidang, Ibu Dr Ir Netti Tinaprilla, MM sebagai dosen penguji akademik yang telah banyak memberi saran serta kepada Ibu Ir Narni Farmayanti, MSc sebagai pembimbing akademik yang telah banyak memberi bimbingan dan arahan selama masa perkuliahan. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada pemilik usaha ikan hias Rafa Farm, Blackghost Farm, dan Yono Farm yang telah bersedia menjadi responden untuk penulisan karya ilmiah ini dan membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada orangtua, adik dan kakak, atas segala doa dan kasih sayangnya. Penulis juga menyampaikan terimakasih untuk seluruh sahabat dan teman-teman seperjuangan dari Alih Jenis Agribisnis Angkatan 3. Bogor, Maret 2015 Lina Nurlina

7 vii DAFTAR ISI DAFTAR TABEL viii DAFTAR GAMBAR viii DAFTAR LAMPIRAN viii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 5 Tujuan Penelitian 6 Manfaat Penelitian 6 Ruang Lingkup Penelitian 6 TINJAUAN PUSTAKA 7 Agribisnis Ikan Hias 7 Hubungan Struktur Biaya dan Skala Usaha 8 KERANGKA PEMIKIRAN 11 Kerangka Pemikiran Teoritis 11 Struktur Biaya dan Skala Usaha 11 Analisis Titik Impas (Break Even Point) 15 Analisis Efisiensi Usahatani 15 Kerangka Pemikiran Operasional 16 METODE PENELITIAN 17 Lokasi dan Waktu Pengumpulan Data 17 Jenis dan Sumber Data 18 Metode Penentuan Responden 18 Metode Analisis Data 18 Analisis Struktur Biaya 19 Analisis Penerimaan 20 Analisis pendapatan 20 Analisis Efisiensi 20 Analisis Titik Impas 21 GAMBARAN UMUM PENELITIAN DAN USAHA PEMBENIHAN IKAN HIAS AIR TAWAR 22 Keadaan Umum Wilayah Kabupaten Bogor 22 Gambaran Perikanan di Kabupaten Bogor 23 Deskripsi Umum Usaha Pembenihan Ikan Hias Air Tawar di Lokasi Penelitian 23 Lokasi Usaha Budidaya Ikan Hias Air Tawar 24 Latar Belakang Usaha Budidaya Ikan Hias Air Tawar di Lokasi Penelitian 24 Penyedia Sarana Produksi 25 Teknik Pembenihan Ikan Hias Air Tawar 26 Kapasitas Produksi dan Penjualan Produk Pada Tiap Usaha 31 HASIL DAN PEMBAHASAN 31 Struktur Biaya 31 Analisis Penerimaan 38 Analisis Pendapatan 39 Analisis Titik Impas (Break Even Poin) 41

8 SIMPULAN DAN SARAN 42 Simpulan 42 Saran 43 DAFTAR PUSTAKA 43 LAMPIRAN 46 RIWAYAT HIDUP 53 DAFTAR TABEL 1 Nilai perdagangan produk perikanan nonkonsumsi Perkembangan nilai dan volume ekspor ikan hias air tawar Perkembangan jumlah produksi perikanan di Kabupaten Bogor Perbedaan karakteristik usaha ikan hias di Kabupaten Bogor 5 5 Struktur biaya usaha ikan hias pada skala usaha berbeda 19 6 Komponen biaya tetap ikan hias air tawar di tiga usaha 33 7 Komponen biaya variabel ikan hias air tawar di tiga usaha 35 8 Struktur biaya ikan hias air tawar di tiga usaha 37 9 Penerimaan usaha pembenihan ikan hias air tawar pada tiga usaha Penggunaan akuarium dan penerimaan per komoditi pada tiga usaha Analisis pendapatan pembenihan ikan hias air tawar per akuarium dalam satu tahun Perhitungan nilai titik impas pada tiga usaha 41 DAFTAR GAMBAR 1 Perkembangan RTP di Kabupaten Bogor Perkembangan luas areal perikanan Kabupaten Bogor Hubugan Kurva AC, AVC, dan MC 12 4 Beberapa kemungkinan kapasitas produksi usaha 13 5 Kurva biaya total rata - rata jangka panjang 14 6 Titik Impas (Break Even Point) 15 7 Kerangka pemikiran operasional 17 8 Induk black ghost 26 9 Pakan cacing darah Pakan cacing sutera Induk maanvis black and white Kurva struktur biaya di tiga usaha 37 DAFTAR LAMPIRAN Perkembangan produksi ikan hias air tawar per komoditas di Kabupaten Bogor (1000 Ekor) 46 Komponen biaya penyusutan Rafa Farm 47 Komponen biaya penyusutan Blackghost Farm 48

9 Komponen biaya penyusutan Yono Farm 49 Penerimaan penjualan ikan hias di Rafa Farm dalam satu tahun 50 Penerimaan penjualan ikan hias di Blackghost Farm dalam satu tahun 51 Penerimaan penjualan ikan hias di Yono Farm dalam satu tahun 52 ix

10

11 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor kelautan dan perikanan memiliki beragam potensi, baik perikanan maupun sumberdaya alam lainnya. Apabila kekayaan laut Indonesia dapat digali secara optimal, maka perekonomian lokal dan nasional akan lebih berkembang. Pembangunan perikanan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Peranan sektor perikanan dalam pembangunan nasional bisa dilihat dari fungsinya sebagai penyedia bahan baku pendorong agroindustri, peningkatan devisa melalui penyedia ekspor hasil perikanan, penyedia kesempatan kerja, peningkatan pendapatan nelayan dan pembangunan daerah, serta peningkatan kelestarian sumberdaya perikanan dalam lingkungan hidup (Direktorat Jendral Perikanan Budidaya, 2014). Perkembangan bisnis produk perikanan nonkonsumsi di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat dan memiliki prospek yang menjanjikan secara ekonomi. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya nilai perdagangan produk perikanan nonkonsumsi seperti yang terdapat pada Tabel 1. Tabel 1 Nilai perdagangan produk perikanan nonkonsumsi Tahun Nilai (Rupiah) Pencapaian Target Pencapaian Target (%) milyar 565 milyar triliyun 1.4 triliyun triliyun 1.7 triliyun Sumber : Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2014 Data pada Tabel 1 menunjukkan peningkatan perdagangan produk perikanan nonkonsumsi dalam tiga tahun terakhir ini cukup tinggi melebihi target yang diinginkan. Peningkatan nilai perdagangan ini dikarenakan suplai yang cukup tinggi. Salah satu komoditas perikanan yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan adalah ikan hias. Sektor usaha di komoditas ini tidak begitu terpengaruh oleh krisis moneter dan dapat dikembangkan sepanjang tahun. Hal ini cukup memungkinkan, karena teknologi dan wilayah yang ada mampu mengatasi kendala musim dan biologis (Wisnantara 2006). Perkembangan ekspor ikan hias Indonesia cenderung terus meningkat. Nilai ekspor dan volume ikan hias air tawar dari tahun 2009 hingga tahun 2013 terus mengalami peningkatan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2. Peningkatan ini menunjukan adanya potensi kebutuhan pasar dunia terhadap ikan hias yang semakin meningkat. Devisa dari ekspor komoditas ikan hias mencapai US$ juta per tahun (Kementrian Kelautan dan Perikanan 2013) 2. Ketersediaan ikan hias sebagai komoditas ekspor pada tingkat eksportir selalu lebih kecil dari pada permintaan dari luar negeri. 2 Kementrian Kelautan dan Perikanan Mendongkrak Devisa Negara Melalui Ekspor Ikan Hias. [diakses 30 Maret 2014]

12 2 Tabel 2 Perkembangan nilai dan volume ekspor ikan hias air tawar Tahun Pertumbuhan Pertumbuhan Nilai Ekspor Volume Ekspor Nilai Ekspor Volume (US$) (kg) (%) Ekspor (%) ,50 75, ,65-18, ,05-2, ,14 187,66 Rata - rata ,06 48,57 Sumber : United Nation Commodity Trade Statistics Data Base, 2014 Perkembangan perdagangan ikan hias Indonesia di dunia mengalami peningkatan pada awal tahun Peningkatan tersebut menyebabkan Indonesia merupakan 5 negara pengekspor ikan hias terbesar di dunia, dengan negara utama tujuan ekspor ikan hias Indonesia yaitu Singapura, Jepang, Amerika Serikat, Hongkong, China, Malaysia dan beberapa negara di Eropa (Kementrian Kelautan dan Perikanan 2014) 3. Wilayah produksi ikan hias Indonesia tersebar di 18 Provinsi di seluruh Indonesia. Sentra budidaya ikan hias terbesar terdapat di Jawa Timur, Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten dan D.I Yogyakarta. Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah di Indonesia yang merupakan pengekspor ikan hias air tawar di wilayah Jawa Barat. Trend Penjualan ikan hias setiap tahunnya mengalami peningkatan (Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor 2013). Tabel 3 Perkembangan jumlah produksi perikanan di Kabupaten Bogor No Cabang Usaha Satuan I Ikan Konsumsi Ton A. Budidaya Perikanan Air Tawar Kolam Air Tenang Ton Kolam Air Deras Ton Perikanan Sawah Ton Jaring Apung Ton Keramba Ton B. Perikanan Tangkap Air Tawar Perairan Umum Ton II Ikan Hias Ribu Ekor III Pembenihan Ikan Konsumsi Ribu EKor Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2014 Produksi ikan hias di Kabupaten Bogor setiap tahun mengalami peningkatan (Tabel 3). Dari tujuh jenis usaha perikanan di Kabupaten Bogor, produksi Ikan Hias menempati urutan kedua produksi perikanan terbesar di Kabupaten Bogor. Perkembangan produksi budidaya ikan hias air tawar yang terus meningkat setiap tahunnya dikarenakan adanya peningkatan dan jumlah 3 Kementrian Kelautan dan Perikanan Seminar Pengembangan Ikan Hias dengan Tema Sinergitas Stakeholder Mewujudkan Industrialisasi. [di akses 12 Maret 2014]

13 pembudidaya ikan hias air tawar di Kabupaten Bogor. Besarnya perkembangan produksi ikan hias per komoditas dapat dilihat pada Lampiran 1. Pembudidaya ikan hias air tawar di Kabupaten Bogor tersebar di beberapa wilayah seperti Ciampea, Ciseeng, dan Cibinong. Sebagian besar pembudidaya ikan hias air tawar di Kabupaten Bogor adalah usaha yang dijalankan oleh Rumah Tangga Perikanan (RTP). RTP yang tersebar di Kabupaten Bogor meningkat seiring dengan bertambahnya permintaan ikan hias air tawar terutama di Kabupaten Bogor. Data RTP di Kabupaten Bogor dapat di lihat pada Gambar Rumah Tangga Perikanan (Orang) Ikan Konsumsi Ikan Hias Pembenihan Ikan Konsumsi Gambar 1 Perkembangan RTP di Kabupaten Bogor Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2014 Salah satu faktor pendukung besarnya jumlah dan nilai produksi ikan hias di kabupaten bogor adalah adanya peningkatan jumlah RTP dan luas lahan yang dijadikan lokasi pembudidayaan ikan. Jumlah RTP dari data Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor pada tahun 2013 sebanyak 587 orang dan tersebar di beberapa Kecamatan. Jumlah RTP yang memproduksi ikan hias masih cukup kecil jika dibandingkan dengan jumlah RTP yang memproduksi ikan konsumsi yaitu sebesar orang yang juga tersebar di beberapa Kecamatan. RTP ikan hias memiliki potensi yang berbeda, yang disesuaikan dengan jumlah areal lahan yang digunakan. Areal lahan yang digunakan ini sangat bergantung kepada kualitas ikan hias air tawar yang diproduksi, karena pengaruh potensi lahan tersebut terutama kualitas air yang dimiliki. Jumlah areal lahan yang digunakan untuk produksi ikan hias sebesar Ha (Gambar 2) Luas Areal Perikanan (Ha) Ikan Konsumsi Ikan Hias Pembenihan Ikan Konsumsi 3 Gambar 2 Perkembangan luas areal perikanan Kabupaten Bogor Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2014

14 4 Industri ikan hias yang berada di Kabupaten Bogor di dukung oleh Pemerintah Kabupaten. Pemerintah Kabupaten Bogor terus mengembangkan sektor perikanan. Dukugan Pemerintah Kabupaten Bogor dalam sektor perikanan yaitu dalam bentuk pemberian bantuan alat-alat perikanan terhadap usaha yang baru berjalan, mendirikan pusat pemasaran ikan hias Raiser di wilayah Cibinong, bentuk dukungan lain yaitu dengan memberikan penghargaan kepada kelompok tani yang aktif dalam menghadiri acara penyuluhan. Pembudidaya ikan hias bukan hanya di budidayakan oleh suatu perusahaan, namun ikan hias ini dibudidayakan oleh kelompok tani. Kabupaten Bogor memiliki 458 kelompok tani yang bergerak di bidang perikanan, namun yang khusus bergerak di bidang ikan hias air tawar hanya berjumlah 20 kelompok tani sedangkan sisanya adalah bergerak di bidang ikan konsumsi (Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor 2014). Daerah yang membudidayakan ikan hias air tawar terdapat di Kecamatan Tajur Halang, Kemang, Cibinong, Parung, Ciseeng, Gunung Sindur, Tenjolaya, Ciampea dan Jonggol. Jenis ikan hias yang dibudidayakan di Kabupaten Bogor antara lain ikan hias maanvis (pterophyllum scalarae) atau yang biasa disebut angelfish dan juga ikan hias black ghost (Apterontus albifrons). Ikan hias maanvis dan black ghost berasal dari Amerika Selatan namun dapat dibudidayakan di Indonesia. Ikan hias maanvis dapat menarik minat masyarakat karena bentuk dan warnanya yang menarik, serta gerakan yang tenang, sedangkan ikan hias blackghost dapat menarik minat masyarakat karena bentuknya yang menarik menyerupai bentuk pisau melebar dari bagian kepala dan badan kemudian melancip dibagian perut. Usaha ikan hias sangat bervariasi, karena semakin banyaknya permintaan ikan hias sehingga menjadikan peluang bisnis ikan hias pun semakin meningkat dan Pemerintah Kabupaten Bogor terus melakukan pengembangan usaha dalam bisnis ikan hias. Di Kabupaten Bogor, usaha ikan hias dilakukan dalam dua subsistem usaha yaitu usaha pembenihan ikan hias dan juga usaha pendederan. Budidaya ikan hias air tawar pada subsistem pembenihan merupakan hal yang penting di dalam membudidayakan ikan hias air tawar. Kabupaten Bogor memiliki potensi pembenihan ikan hias air tawar yang baik karena keadaan air di wilayah Kabupaten Bogor sesuai dengan yang dibutuhkan dalam memelihara ikan hias air tawar. Selain itu usaha ikan hias air tawar dilakukan dengan skala usaha yang berbeda-beda. Namun, belum ada batasan yang baku mengenai kriteria besar-kecilnya suatu usaha. Oleh karena itu, dalam merencanakan dan mengembangkan usaha ikan hias air tawar keputusan mengenai ukuran usaha menjadi sangat penting. Efisiensi skala produksi sangat penting bagi pelaku usaha agar penggunaan sumber daya yang dimiliki dapat diatur seefisien mungkin sehingga memperoleh keuntungan yang maksimal (Mubyarto 1989). Perbedaan skala usaha tersebut akan menyebabkan perbedaan dalam pengalokasian jumlah penggunaan inputnya. Semakin besar suatu skala usaha maka semakin besar pula jumlah penggunaan inputnya, sehingga mengakibatkan biaya total yang dikeluarkan semakin besar. Untuk mengukur tingkat efisiensi biaya dapat dilihat berdsarkan struktur biaya dari masing-masing skala usaha sehingga nantinya akan berpengaruh terhadap pendapatan yang diterima.

15 5 Perumusan Masalah Ikan Hias merupakan salah satu komoditas unggul yang dimiliki oleh Kabupaten Bogor. Setiap tahun komoditi ikan hias semakin di gemari dan tingkat permintaan semakin meningkat. Oleh karena itulah menyebabkan banyak pesaingpesaing baru yang berminat di dalam usaha bisnis ikan hias. Budidaya ikan hias air tawar memiliki beberapa subsistem usaha berdasarkan sistem budidayanya yaitu subsistem pembenihan, subsistem pendederan dan subsistem pembesaran. Setiap subsistem budidaya tersebut memiliki perbedaan pada input maupun output yang dihasilkan dari kegiatan produksinya. Dalam usaha ikan hias faktor yang terpenting adalah pada subsistem pembenihan. Karena subsistem tersebut adalah penentu berhasil atau tidaknya dalam memproduksi ikan hias. Pemilihan induk merupakan hal yang paling penting dalam melakukan usaha pembenihan agar dapat menghasilkan benih-benih ikan yang berkualitas. Terdapat banyak perbedaan dalam membudidayakan ikan hias di Kabupaten Bogor yaitu perbedaan dalam ukuran usaha, subsistem budidaya, komoditas yang dibudidayakan dan harga yang ditawarkan. Adapun perbedaan dalam membudidayakan ikan hias air tawar dapat di lihat pada Tabel 4. Tabel 4 Perbedaan karakteristik usaha ikan hias di Kabupaten Bogor Nama Usaha Subsistem Jumlah Usaha akuarium Komoditas Farm Bakir Pendederan 116 Cardinal Tetra, Neon Tetra, Red Nouse Farm Mayarno Pendederan 300 Cardinal Tetra, Neon Tetra Farm Ali Pendederan 200 Cardial Tetra Blackghost Farm Pembenihan 155 Maanvis, Blackghost, Palmas Albino, Ctenopoma Yono Farm Pembenihan 320 Synodontis, Blackghost, Maanvis Rafa Farm Pembenihan 54 Blackghost, Maanvis, Cardinal Tetra Sumber : Hasil Wawancara Pada Tabel 4 usaha yang melakukan subsistem budidaya pembenihan adalah Blackghost Farm, Yono Farm dan Rafa Farm. Jumlah kepemilikan akuarium atau kolam merupakan salah satu faktor produksi dalam usaha ikan hias air tawar. Faktor tersebut dapat menjadi indikasi bahwa usaha ikan hias dilakukan dengan ukuran usaha yang berbeda-beda. Beragamnya faktor-faktor produksi yang digunakan dalam usaha ikan hias air tawar membuat para pelaku usaha harus mengalokasikan faktor-faktor produksinya tersebut secara efisien. Belum dapat di pastikan bahwa skala usaha besar merupakan usaha yang paling efisien dan menguntungkan. Pertumbuhan jumlah pelaku usaha ikan hias di Kabupaten Bogor tentu akan mempengaruhi tingkat pendapatan masing masing pelaku usaha. Selain itu, pelaku ikan hias juga dihadapkan oleh tingginya biaya produksi yaitu biaya pembelian benih ikan hias atau ikan hias indukan, biaya pembuatan kolam atau akuarium, harga pakan ikan hias yang cenderung tidak stabil, biaya transportasi akibat kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM), biaya pemeliharaan ikan hias, dan biaya tenaga kerja yang berdampak pada meningkatnya harga jual. Harga jual yang tinggi menyebabkan daya beli konsumen semakin berkurang. Beragamnya ukuran usaha serta pemilihan subsistem budidaya akan mengakibatkan struktur biaya yang berbeda-beda pada masing-masing ukuran

16 6 usaha, khusus untuk ikan hias ditambah lagi dengan berbagai macam jenis ikan hias yang dapat dibudidayakan. Secara teoritis, dengan meningkatnya skala usaha akan mengakibatkan biaya rata-rata per ekor yang semakin rendah. Maka dari itu dalam menentukan ukuran usaha harus mempertimbangkan struktur biaya yang akan terjadi apabila suatu skala usaha dilakukan. Oleh karena itu dalam merencanakan dan mengembangkan usaha ikan hias, perlu diketahui informasi mengenai skala usaha efisien yang sebaiknya dipilih oleh petani. Informasi mengenai jumlah produksi ikan hias minimal yang harus dibudidayakan/dijual juga penting untuk dipelajari. Hal itu diketahui dengan melakukan analisis titik impas (break even point) Dari uraian diatas, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana struktur biaya usaha pembenihan ikan hias di lokasi penelitian? 2. Bagaimana pendapatan usaha pembenihan ikan hias di lokasi penelitian? 3. Skala usaha ikan hias manakah yang paling efisien berdasarkan hasil analisis R/C Ratio? Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Menganalisis struktur biaya usaha pembenihan ikan hias air tawar di lokasi penelitian. 2. Menganalisis tingkat pendapatan usaha pembenihan ikan hias air tawar di lokasi penelitian. 3. Menganalisis efisiensi usaha pembenihan ikan hias air tawar di lokasi penelitian. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Pembudidaya ikan hias air tawar, dapat memberikan informasi apakah usaha ini mampu memberikan keuntungan bagi pembudidaya ikan hias terkait skala usaha yang dijalankan, serta dapat menjadi rujukan untuk dilakukannya pengembangan usaha ikan hias. 2. Pembaca, penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai struktur biaya dan skala usaha ikan hias paling efisien, bagi individu maupun kelompok yang berniat menjadi pelaku usaha maupun investor untuk menanamkan modal di sektor perikanan ikan hias air tawar. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini hanya membahas tentang komoditas ikan hias air tawar dengan subsistem budidaya pembenihan ikan hias air tawar. Komoditas ikan hias air tawar dalam penelitian ini adalah ikan hias black ghost dan ikan hias maanvis

17 black and white. Penelitian ini menganalisis struktur biaya, pendapatan dan efisiensi usaha pembenihan ikan hias air tawar di lihat dari tiga ukuran usaha yang berbeda-beda dalam satu tahun. Dalam usaha budidaya ikan hias air tawar ukuran suatu usaha dapat dinilai dari jumlah kepemilikan akuarium serta komoditas yang dipilih. Ukuran usaha dalam penelitian ini adalah 54 akuarium, 155 akuarium, dan 320 akuarium. 7 TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Ikan Hias Ikan adalah seluruh jenis makhluk hidup yang sebagian atau seluruh siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan (Undang Undang Perikanan No 31 Tahun 2004). Ikan hias atau ornamental fish adalah ikan dengan hiasan atau ornament yang melekat pada bentuk fisik atau tubuhnya yang mengandung nilai keindahan. Ikan hias dipelihara sebagai komoditas hidup di dalam akuarium karena memiliki variasi warna, bentuk, dan jenis yang beragam sehingga mampu menciptakan suasana akuarium yang mendukung tata ruang serta mampu menciptakan suasana tentram dan nyaman. Ikan hias menjadi komoditi perdagangan karena aspek keindahan bukan karena kandungan nutrisinya. Gerakan ikan hias umumnya lembut, khas dengan perpaduan tanaman dan pendukung lainnya akan selalu menarik minat konsumen, khususnya yang memiliki pendapatan relatif tinggi. Sehingga inilah yang menyebabkan agribisnis ikan hias banyak diminati. Hal ini sesuai dengan penelitian yang ditunjukkan oleh Lesmana (2002), Mahmood (2009) yang dipertegas pula oleh Badan Pengembangan Ekspor Nasional dalam Victor (2013). Secara garis besar ikan hias dibagi menjadi empat jenis, yaitu : 1. Ikan hias yang berasal dari air tawar, dikenal dengan istilah perdagangan marine freshwater ornamental fish. 2. Ikan hias yang berasal dari air laut, dikenal dengan istilah perdagangan marine ornamental fish 3. Tanaman hias air tawar, dikenal dengan freshwater ornamental plant atau aquatic plant. 4. Kerang kerangan atau biota laut dikenal sebagai invertabrat. Agribisnis Ikan hias adalah usaha perikanan yang mampu memberikan kontribusi besar bagi setiap pelaku usaha dibidangnya. Sedikit lahan yang dibutuhkan tapi manfaat yang dihasilkan besar. Ikan hias di Indonesia bukan hanya sebagai hobi tetapi sudah menjadi usaha besar (Big business) karena para penyuka ikan hias terbanyak ada di mancanegara, peluang ini dimanfaatkan oleh para pelaku usaha ikan hias. Selain keunggulan aneka hayati, Indonesia juga merupakan Negara yang mempunyai musim teratur yaitu musim panas dan musim hujan, bila dibandingkan dengan negara-negara Asia maupun Eropa mengalami beberapa musim, salah satunya musim dingin sehingga produksi ikan hias terganggu (Victor 2013). Selain itu kegiatan budidaya ikan hias air tawar membutuhkan input modal dan sarana lain yang tidak sedikit nilainya, sehingga

18 8 persiapan harus dilakukan dengan sungguh-sungguh agar usahanya terhindar dari resiko kegagalan (Umaidi 2013). Sumber daya alam yang melimpah menyebabkan potensi ikan hias Indonesia sangat besar, baik itu ikan hias yang berasal dari alam maupun ikan hias yang sudah dibudidayakan. Besarnya potensi tidak dapat menjadikan Indonesia sebagai penguasa pangsa pasar ikan hias di dunia, hal tersebut dibuktikan melalui fakta bahwa selama ini Singapura selalu menjadi penguasa pasar. 4 Beberapa faktor yang menyebabkan Indonesia kalah dalam hal penguasaan pasar dibanding Singapura, Jepang, Spanyol, maupun Malaysia antara lain : 1. Rendahnya penguasaan teknologi budidaya dan penanganan ikan hias yang baik; 2. Pembudidaya banyak yang skala kecil dan menengah dengan metoda tradisional serta tidak bergerak secara kelompok; 3. Channeling antara Supply dengan Demand belum tertata dengan baik; 4. Branding ikan hias Indonesia masih lemah; 5. Kebijakan pemerintah yang masih sering overlapping satu sama lain dan belum mendukung pengembangan industri ikan hias; 6. Koordinasi antar stakeholder ikan hias yang masih rendah. Berbisnis ikan hias tidak pernah sepi bahkan dalam tiga tahun terakhir ini nilai dan volume ekspor semakin meningkat. Permintaan ikan hias dunia juga meningkat. Bagi masyarakat Indonesia khususnya yang ikut dalam usaha budidaya, ikan hias memberikan kontribusi yang sangat besar karena dapat meningkatkan pendapatan, menciptakan lapangan kerja, menghasilkan produk olahan, dan bahkan menghasilkan devisa. Namun jumlah permintaan dari pasar ikan hias dunia terkadang tidak terpenuhi karena jumlah ikan hias yang dihasilkan masih kurang. Hubungan Struktur Biaya dan Skala Usaha Penelitian tentang struktur biaya di hubungkan dengan skala usaha sudah banyak di lakukan. Skala usaha sangat erat kaitannya dengan efisiensi suatu usaha. Efisiensi suatu usaha terdiri dari efisiensi ekonomis, teknis, dan alokatif. Semakin efisien suatu usaha dapat diketahui berdasarkan biaya minimum atau pendapatan maksimum. Menurut Mubyarto (1989), semakin besar skala usaha belum tentu menunjukkan usaha tersebut efisien. Hal tersebut sangat tergantung dari jenis komoditas yang diusahakan dan hasil panen yang diperoleh. Penentuan skala usaha bertujuan agar pengusaha mampu mengetahui sejauh mana usaha tersebut harus berproduksi sesuai keadaan skala usaha yang dimilikinya. Produksi dilakukan dengan kepemilikan sejumlah sumberdaya yang diolah sedemikian rupa agar mampu menciptakan keuntungan dalam sebuah usaha. 4 (diakses 12 Maret 2014)

19 Berdasarkan penelitian Stani (2009) membahas mengenai struktur biaya yaitu struktur biaya pada usaha ternak kambing perah. Analisis struktur biaya dalam penelitian ini dibedakan dua macam biaya. Pertama, struktur biaya berdasarkan perilaku biaya yakni biaya tetap dan variabel. Kedua, struktur biaya berdasarkan sifatnya yaitu biaya tunai dan non tunai. Sedangkan skala usaha ditentukan berdasarkan jumlah pemilikan kambing perah yang dinyatakan dalam satuan ST (Satuan Ternak), yang dibagi dalam tiga strata yaitu skala usaha I (skala kecil) berjumlah 5 ekor kambing atau 0.53 ST, skala usaha II (skala menengah) berjumlah 61 ekor kambing atau 5.95 ST, dan skala usaha III (skala besar) berjumlah 161 ekor kambing atau ST. Struktur biaya usaha ternak kambing perah dilihat menurut biaya yang dikeluarkan per satuan ternak (ST) per bulan dan biaya per liter susu per bulan. Perhitungan biaya dalam penelitian ini adalah biaya rata-rata per bulan selama penelitian. Selain perhitungan biaya tetap dan biaya variabel, penting juga untuk diketahui bagaimana komponen biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan (biaya non tunai) terhadap biaya produksi. Biaya tunai merupakan pengeluaran tunai usaha ternak yang dikeluarkan oleh peternak itu sendiri. Sedangkan biaya non tunai ialah biaya yang tidak dibayar dengan uang, tapi diperlukan untuk memperhitungkan berapa besar nilai sumberdaya yang telah dikeluarkan dalam usaha ternak kambing perah. Hasil analisis biaya tetap, jika biaya penyusutan dimasukkan ke dalam biaya tetap, maka terlihat adanya kecenderungan dengan meningkatnya skala usaha akan meningkatkan biaya tetap per satuan ternak dan biaya tetap per liter susu. Sementara itu, jika biaya variabel non tunai diperhitungkan ke dalam biaya variabel menunjukkan bahwa semakin besar skala usaha akan menurunkan biaya variabel per satuan ternak dan biaya tetap per liter susu. Damayanti (2011) menganalisis struktur biaya budidaya anggrek. Peelitian tersebut menganalisis struktur biaya berdasarkan masing masing komoditas anggrek, yaitu anggrek Dendrobium, anggrek Vanda, Phalaenopsis, dan juga Cattleya. Keragaan usaha anggrek di TAR dapat dikelompokan menjadi empat segmen yaitu usaha pembibitan, budidaya dari seedling, budidaya dari remaja dan pemasaran. Nunky Orchis (usaha I) dan Syams Orchid (usaha III) melakukan budidaya semua jenis anggrek dalam satu tempat yang sama sedangkan I-yon Orchid (usaha II) melakukan sistem pemeliharaan anggrek yang terpisah antara anggrek Phalaenopsis dengan anggrek yang lainnya. Skala usaha pada penelitian tersebit di tentukan berdasarkan luas lahan, yaitu untuk skala kecil sebesar 800 m 2 dan 300 m 2, skala menengah sebesar 1000 m 2, dan skala besar yaitu 2,7 ha. Perhitungan tentang struktur biaya teridiri dari biaya tetap dan juga biaya variabel. Perhitungan mengenai biaya tetap dan biaya variabel tetap perlu diketahui karena dapat memberikan gambaran terhadap alokasi biaya dan dapat membantu kontrol biaya yang akan dikeluarkan. Apabila diketahui terjadi pemborosan pada penggunaan salah satu atau beberapa komponen biaya variabel, maka perlu dilakukan pengurangan penggunaan komponen tersebut atau bahkan komponen tersebut tidak dipergunakan lagi. Begitu juga halnya pada biaya tetap, apabila komponen tersebut bisa dihilangkan atau dikurangi. Berdasarkan analisis struktur biaya, maka dapat ditentukan biaya produksi per pot untuk setiap jenis anggrek di masing-masing skala. Biaya produksi anggrek Dendrobium usaha I sebesar Rp /pot, usaha II sebesar Rp 9.440/pot dan usaha III sebesar Rp 7.128/pot. Biaya produksi anggrek 9

20 10 Phalaenopsis usaha I sebesar Rp /pot, usaha II sebesar Rp /pot dan usaha III sebesar Rp /pot. Biaya produksi anggrek Phalaenopsis yang efisien terdapat pada usaha II. Biaya produksi anggrek Vanda usaha I sebesar Rp /pot, usaha II sebesar Rp /pot dan usaha III sebesar Rp /pot. Biaya produksi anggrek Catleya usaha I sebesar Rp /pot, usaha II sebesar Rp /pot dan usaha III sebesar Rp /pot. Biaya produksi anggrek Vanda dan Cattleya yang efisien terjadi pada usaha I. Perbedaan biaya produksi yang dihasilkan masing-masing usaha pada setiap jenis anggrek disebabkan perbedaan biaya perolehan bibit yang besar. Semakin kecil biaya bibit yang dikeluarkan usaha maka biaya produksi per pot akan semakin efisien karena lebih dari 50 persen dari total biaya per pot berasal dari biaya bibit. Hadi (2014) yang juga melakukan penelitian tentang Struktur Biaya Budidaya Ikan Hias Air Tawar, pada penelitian tersebut biaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keuntungan dari suatu usaha. Analisis struktur biaya dalam penelitian ini dilihat berdasarkan perilaku biaya tetap dan variabel yang terdapat pada masing-masing usaha. Penentuan skala usaha yaitu untuk skala kecil memiliki jumlah akuarium sebanyak 81 akuarium, skala menengah sebesar 158 akuarium, dan skala besar memiliki jumlah akuarium sebanyak 306 unit.dengan mengalisis struktur biaya, dapat diketahui struktur dan besaran biaya produksi, serta nilai titik impas. Semakin meningkatnya skala usaha yang diiringi dengan meningkatnya jumlah produksi dari komoditas yang diusahakan maka nilai total biaya tetap ratarata per komoditas yang di usahakan akan semakin menurun. Kemudian Nilai besaran biaya dan nilai titik impas dapat menjadi acuan mengenai tingkat skala usaha yang paling efisien berdasarkan tingkat biaya dan harga yang berlaku Hal ini di tunjukkan oleh penelitian Stani (2009), Damayanti (2011) dan Hadi (2014). Penelitian terdahulu yang terkait dengan struktur biaya dan skala usaha telah banyak dilakukan, penelitian tentang struktur biaya dengan skala usaha pada budidaya ikan hias juga telah dilakukan. Namun belum ada yang membahas mengenai struktur biaya usaha budidaya ikan hias pada subsistem pembenihan di Kabupaten Bogor. Penelitian-penelitian tersebut dapat menjadi referensi dalam penelitian ini. Persamaan penelitian terdahulu sebagai literature review bertujuan untuk mencari skala usaha yang paling efisien berdasarkan analisis struktur biaya. Di dalam menganalisis struktur biaya perlu diketahui terlebih dahulu komponen biaya yang dikeluarkan, meliputi biaya tetap dan biaya variabel kemudian dilakukan analisis pendapatan usaha. Pengelompokkan skala usaha memiliki metode yang berbeda-beda, metode yang dipakai antara lain pengelompokan skala usaha berdasarkan luas lahan, rata-rata pemotongan ayam perhari dan nilai simpangan baku dari data yang ada, serta jumlah ternak yang dimiliki. Pengelompokkan skala usaha pada penelitian struktur biaya usaha pembenihan ikan hias air tawar studi kasus pada tiga usaha pembenihan ikan hias di Kabupaten Bogor berdasarkan jumlah kepemilikan akuarium pada tiap usaha. Jumlah akuarium dipandang dapat mencerminkan alokasi biaya-biaya serta produktivitas pada tiap usaha. Setelah itu dilakukan analisis efisiensi untuk mencari skala usaha yang paling efisien, ada beberapa analisis yang digunakan untuk mencari efisiensi diantaranya analisis efisiensi melalui pendekatan kriteria biaya minimum dengan mengamati indikator biaya per unit terendah dan juga analisis R/C ratio. Analisis BEP terbagi dua yaitu BEP (unit) dan BEP (Rp),

21 analisis tersebut dilakukan guna mengetahui jumlah yang harus diproduksi atau dicapai agar usaha tersebut berada di titik impas. 11 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Struktur Biaya dan Skala Usaha Sukirno (2005), biaya produksi merupakan semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan membeli bahan mentah yang akan digunakan untuk menciptakan barang-barang yang diproduksi oleh perusahaan tersebut. Dalam melakukan produksi suatu usaha terdapat dua komponen biaya, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap didefinisikan sebagai biaya yang jumlahnya relatif tetap dan akan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besarnya biaya tetap tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang dihasilkan. Beberapa contoh yang termasuk kedalam komponen biaya tetap adalah gaji tenaga kerja, sewa lahan, listrik, telepon dan penyusutan peralatan. Beberapa contoh yang termasuk kedalam komponen biaya variabel adalah pupuk, benih, pakan, obatobatan. Secara matematis, perhitungan total biaya (total cost) merupakan penjumlahan dari biaya tetap (TFC) dan biaya variabel (TVC) yang dapat dirumuskan sebagai berikut : Keterangan : TC = Total Cost TFC = Total Fixed Cost TVC = Total Variabel Cost TC = TFC+TVC Dalam ilmu ekonomi yang membahas biaya produksi, dapat dipelajari terdapat hubungan antara kurva Average Cost (AC), Average Variable Cost (AVC), dan Marginal Cost (MC). Ketika menggambarkan kurva-kurva biaya ratarata perlulah disadari dan diingat bahwa kurva AVC dan AC dipotong oleh kurva MC pada titik terendah dari masing-masing kurva tersebut. Untuk penjelasan mengenai hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.

22 12 Gambar 3 Hubugan Kurva AC, AVC, dan MC Sumber : Sukirno (2005) Keterangan: Apabila MC < AVC, maka nilai AVC menurun (berarti kalau kurva MC di bawah kurva AVC maka kurva AVC sedang menurun). Apabila MC > AVC, maka nilai AVC akan semakin besar (berarti kalau kurva MC di atas AVC maka kurva AVC sedang menaik). Sebagai akibat keadaan yang dinyatakan dalam (1) dan (2) maka kurva AVC dipotong oleh kurva MC di titik terendah dari kurva AVC. Dengan cara yang sama dapat dibuktikan bahwa kurva AC dipotong oleh kurva MC pada titik terendah kurva AC. Sedangkan, untuk menghitung total biaya rata-rata (Average Total Cost) adalah penjumlahan biaya tetap rata-rata (AFC) dengan biaya variabel rata-rata (AFC). Rumus yang digunakan yaitu : AC = AFC + AVC. Penentuan skala usaha yang paling efisien dapat diketahui dengan melihat total biaya ratarata produksi paling rendah. Biaya penyusutan sarana dan prasarana berupa alatalat dalam suatu usaha dihitung dengan harapan ketika kebutuhan tersebut tidak mampu berfungsi optimal dalam melaksanakan tugasnya, maka usaha tersebut telah memiliki dana cadangan jika hendak dilakukan reinvestasi pada usahanya. Hubungan antara biaya dan penerimaan usahatani ada beberapa kemungkinan, yaitu sebagai berikut: Biaya (cost) lebih besar daripada penerimaan (revenue) maka usaha disebut rugi. Biaya (cost) sama dengan penerimaan (revenue) maka usaha disebut tidak untung dan tidak rugi atau keadaan titik impas (Break Even Point). Biaya (cost) lebih kecil daripada penerimaan (revenue) maka usaha disebut untung. Dalam jangka panjang perusahaan dapat menambah semua faktor produksi atau input yang akan digunakan. Oleh karena itu, biaya produksi tidak perlu lagi dibedakan antara biaya tetap dan biaya variabel. Di dalam jangka panjang tidak ada biaya tetap, semua jenis biaya yang dikeluarkan merupakan biaya variabel. Ini berarti bahwa perusahaan-perusahaan bukan saja dapat menambah tenaga kerja tetapi juga dapat menambah jumlah mesin dan peralatan produksi lainnya, luas tanah yang digunakan (terutama dalam kegiatan pertanian) dan luasnya bangunan/pabrik yang digunakan. Sebagai akibatnya, dalam jangka panjang terdapat banyak kurva jangka pendek yang dapat dilukiskan. Karena dalam jangka panjang perusahaan dapat memperluas kapasitas produksinya, ia harus menentukan besarnya kapasitas usaha (business size) atau skala usaha yang akan meminimumkan biaya produksinya. Dalam analisis ekonomi kapasitas usaha

23 digambarkan oleh kurva biaya total rata-rata (AC). Dengan demikian analisis mengenai bagaimana pengusaha mampu menghitung kegiatan produksi dalam usahanya meminimumkan biaya dapat dilakukan dengan memperhatikan kurva AC untuk kapasitas produksi yang berbeda-beda. Untuk menentukan skala usaha yang paling efisien, harus dicari nilai biaya rata-rata jangka pendek (SRAC) operasi paling minimum dari tiap skala usaha. Beberapa kemungkinan kapasitas produksi usaha dapat dilihat pada Gambar Gambar 4 Beberapa kemungkinan kapasitas produksi usaha Sumber : Sukirno (2005) Pada Gambar 4 menjelaskan sebuah ilustrasi usaha yang mempunyai tiga pilihan dalam menggunakan alat-alat produksi yaitu: Kapasitas 1, Kapasitas 2 dan Kapasitas 3, dimana kapasitas produksi tersebut didapat dari penggunaan biaya produksi rata-rata yang akan dikeluarkan oleh usaha tersebut untuk kegiatan produksi, besaran biaya produksi rata-rata ditunjukan oleh AC1, AC2, AC3. Faktor yang akan menentukan kapasitas produksi yang digunakan adalah tingkat produksi yang ingin dicapai. Apabila perusahaan tersebut ingin mencapai produksi sebanyak 100 unit, adalah lebih baik untuk menggunakan Kapasitas 1 (lihat titik A). Kalau yang digunakan adalah Kapasitas 2, seperti dapat dilihat dalam Gambar 3, biaya prduksi adalah lebih tinggi (lihat titik B). Kapasitas 1 adalah kapasitas yang paling efisien dan akan meminimumkan biaya produksi, untuk produksi di bawah 130 unit. Untuk produksi di antara 130 dan 240 unit, Kapasitas 2 adalah yang paling efisien, karena biaya produksi adalah paling minimum dengan menggunakan kapasitas tersebut. Ini dapat dilihat misalnya untuk produksi sebanyak 160 unit. Seperti dapat dilihat dalam Gambar 1.02, AC1 berada di atas AC2, yang berarti dengan menggunakan Kapasitas 1 biaya akan lebih tinggi daripada menggunakan Kapasitas 2. Untuk produksi melebihi 240 unit, misalnya 275 unit, Kapasitas 3 adalah yang harus digunakan pengusaha. Penggunaan ini akan meminimumkan biaya. Dari contoh ini dapat disimpulkan bahwa peminimuman biaya jangka panjang tergantung kepada dua faktor yaitu: Tingkat produksi yang ingin dicapai, dan Sifat dari pilihan kapasitas pabrik yang tersedia. Uraian yang baru saja dilakukan mengenai caranya seorang pengusaha menentukan kapasitas produksi yang akan digunakan dapat memberikan petunjuk tentang bentuk kurva biaya total rata-rata jangka panjang atau kurva Long Run Average Cost (LRAC). Kurva LRAC dapat didefiniskan sebagai kurva yang menunjukan biaya rata-rata yang paling minimum untuk berbagai tingkat produksi apabila perusahaan dapat mengubah kapasitas produksinya. Dalam Gambar 3

24 14 kurva LRAC meliputi kurva AC1 sampai di titik a, kurva AC2 dari titik a ke titik b, dan bagian dari AC3 dimulai dari titik b. Penjelasan mengenai kurva LRAC dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5 Kurva biaya total rata - rata jangka panjang Sumber : Sukirno (2005) Kurva LRAC bukanlah dibentuk berdasarkan kepada 3 kurva AC saja seperti yang ditunjukan oleh Gambar 4, tetapi berdasarkan kepada kurva AC yang tidak terhingga banyaknya. Kurva LRAC dapat dilihat pada gambar 5 merupakan garis lengkung yang berbentuk huruf U, dimana lengkungan besarnya mengamplopi sekian banyak kemungkinan kurva AC. Kurva LRAC tersebut merupakan kurva yang menyinggung beberapa kurva AC jangka pendek. Titiktitik persinggungan tersebut merupakan biaya produksi yang paling optimum/minimum untuk berbagai tingkat produksi yang akan dicapai pengusaha di dalam jangka panjang. Kurva LRAC tidak menyinggung kurva-kurva AC pada bagian (di titik) yang terendah dari kurva AC. Dalam Gambar 4 hanya kurva ACx yang disinggung oleh kurva LRAC pada bagian kurva ACx yang paling rendah, yaitu titik B. Kurva AC yang terketak di sebelah kiri dari ACx disinggung oleh kurva LRAC di bagian yang lebih tinggi dan di sebelah kiri dari titik terendah. Dapat diperhatikan misalnya kurva AC2, jelas terlihat bahwa titik A bukanlah titik terendah pada kurva AC2. Titik tersebut terletak di sebelah kiri dari titik terendah AC2. Kurva AC yang terletak di sebelah kanan dari kurva ACx disinggung oleh kurva LRAC juga di bagian yang terletak lebih tinggi dari minimum pada AC yang bersangkutan, dan titik singgung tersebut terletak di sebelah kanan dari titik yang terendah. Titik C pada kurva AC3 jelas menggambarkan keadaan tersebut. Di dalam jangka panjang titik terendah dari suatu AC tidak menggambarkan biaya yang paling minimum untuk memproduksi suatu tingkat produksi. Terdapat kapasitas produksi lain (AC lain) yang dapat meminimumkan biaya. Sebagai buktinya dapat dilihat AC1 dan AC2, titik A1 adalah titik terendah pada AC1. Dengan demikian dalam jangka pendek, produksi sebesar QA dapat diproduksikan dengan biaya yan lebih rendah dari titik mana pun pada AC1. Tetapi dalam jangka panjang biaya itu belum merupakan biaya yang paling minimum, karena apabila kapasitas produksi yang berikut digunakan (AC2), produksi sebesar QA akan mengeluarkan biaya sebanyak seperti ditunjukan oleh titik A pada AC2. Dari contoh ini dapat disimpulkan bahwa kurva LRAC, walaupun tidak menghubungkan setiap titik terendah dari AC, menggambarkan biaya minimum perusahaan dalam jangka panjang. Analisis biaya jangka panjang sangat penting untuk mengetahui apakah suatu usaha berada pada skala usaha yang ekonomis (economies of scale) atau tidak ekonomis (diseconomis of scale). Suatu usaha dikatakan mencapai skala ekonomis apabila penambahan produksi menyebabkan biaya produksi rata-rata

25 menjadi lebih rendah. Sedangkan usaha mencapai skala tidak ekonomis apabila pertambahan produksi menyebabkan biaya produksi rata-rata menjadi semakin tinggi. Analisis Titik Impas (Break Even Point) Analisis titik impas atau analisis break even point diperlukan untuk mengetahui hubungan antara volume produksi, volume penjualan, harga jual, biaya produksi, biaya lainnya baik yang bersifat tetap maupun variabel, dan laba atau rugi.pada jangka pendek, hubungan struktur biaya dengan skala usaha dapat dianalisis menggunakan analisis titik impas (Break Even Point). Skala usaha yang berbeda akan menyebabkan titik BEP yang berbeda, karena struktur biaya yang dihasilkan juga berbeda beda (Jumingan 2005). Suatu perusahaan dikatakan dalam keadaan impas (break even), yaitu apabila telah disusun laoran perhitungan laba rugi untuk periode tertentu perusahaan tersebut tidak mendapatkan keuntungan dan sebaliknya tidak menderita kerugian. Dengan kata lain labanya sama dengan nol atau ruginya sama dengan nol. Adapun gambar titik impas (Break Even Point) usahatani dapat dilihat pada Gambar Gambar 6 Titik Impas (Break Even Point) Sumber : Soekartawi (1986) Tujuan menganalisis BEP adalah : 1. Untuk mengetahui berapa jumlah minimal yang harus diproduksi agar bisnis tidak rugi 2. Berapa harga terendah yang harus ditetapkan agar bisnis tidak rugi. Analisis Efisiensi Usahatani Efisiensi merupakan salah satu indikator keberhasilan dalam suatu usaha. Menurut Mubyarto (1989), efisiensi dalam produksi yaitu banyaknya hasil produksi fisik yang dapat diperoleh dari satu kesatuan faktor produksi (input). Dengan kata lain efisiensi produksi merupakan perbandingan output dan input, yaitu berkaitan dengan tercapainya output maksimum dengan sejumlah input tertentu atau tercapainya output tertentu dengan input yang minimum. Pencapaian efisiensi dapat diukur dengan kriteria biaya yang minimum (cost minimization) dan kriteria penerimaan maksimum (output maksimization). Ukuran efisiensi usahatani merupakan salah satu ukuran keberhasilan usahatani. Suatu usahatani dikatakan memperoleh keuntungan yang tinggi apabila petani tersebut mampu memanfaatkan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien. Efektif apabila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya dengan sebaik mungkin dan efisien apabila pemanfaatan sumberdaya tersebut

26 16 menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input) (Soekartawi, 2002). Dengan keterbatasan modal yang dimiliki oleh petani, tujuan keuntungan maksimum dalam usahatani agar efisien dapat didekati dengan menekan biaya produksi sekecil-kecilnya. Nilai R/C tidak memiliki satuan, jika nilai R/C sama dengan satu maka menunjukan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar satu rupiah. Jika R/C lebih besar dari satu, maka menunjukan bahwa setiap rupiah biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan lebih besar dari satu rupiah, begitu sebaliknya. Semakin besar nilai R/C, maka semakin besar pendapatan yang diterima dan kedudukan ekonomi usahatani tersebut semakin baik. Kerangka Pemikiran Operasional Sektor perikanan menjadi salah satu tumpuan perekonomian dalam mengembangkan wilayah Kabupaten Bogor, salah satunya adalah sub sektor perikanan budidaya. Kabupaten Bogor juga merupakan kawasan Minapolitan. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor membuat target produksi budidaya perikanan yang cukup tinggi dan jumlahnya semakin meningkat setiap tahun. Target produksi yang tinggi tersebut didukung oleh produksi benih ikan di Kabupaten Bogor yang cenderung meningkat setiap tahun baik produksi ikan hias maupun ikan konsumsi. Adanya peluang bisnis dari meningkatnya permintaan ikan hias air tawar di dalam negeri dan diluar negeri menyebabkan banyak orang tertarik untuk membudidayakan ikan hias. Di dalam membudidayakan ikan hias terbagi atas dua subsistem budidaya yaitu subsistem pembenihan ikan hias dan juga subsistem pendederan ikan hias. Subsistem pembenihan ikan hias air tawar merupakan subsistem yang paling penting di dalam usaha ikan hias, karena subsistem tersebut merupakan penentu dalam menghasilkan benih ikan hias yang berkualitas. Di dalam melakukan usaha pembenihan ikan hias, terdapat banyak perbedaan dalam membudidayakan ikan hias yaitu perbedaan dalam skala usaha, komoditas yang dibudidayakan dan harga yang ditawarkan serta perbedaan jumlah tenaga kerja. Keragaman ukuran usaha yang terdapat di dalam usaha ikan hias masing masing menunjukkan nilai efisiensi yang berbeda beda juga. Oleh karena itu menarik untuk dilakukan suatu analisis mengenai ukuran usaha yang efisien. Apalagi bagi pengembangan usaha budidaya ikan hias air tawar lebih lanjut perlu memperhatikan kondisi ukuran usaha yang sebaiknya dikelola. Untuk mengetahui nilai efisiensi tiap skala tersebut maka perlu dilihat nilai struktur biayanya. Analisis struktur biaya dilakukan dengan membandingkan beberapa ukuran usaha. Dalam penelitian ini ukuran usaha ditentukan berdasarkan jumlah akuarium dan jumlah produksi ikan hias yang diproduksi setiap periodenya, yang dibagi dalam tiga ukuran usaha yaitu usaha kecil, menengah dan usaha besar. Selain menganalisis struktur biaya pada masing masing ukuran usaha, dianalisis pula nilai titik impas. Dengan metode titik impas, dapat diketahui pada saat kapan pelaku usaha ikan hias air tawar mengalami kondisi titik impas, sehingga dapat diketahui tingkat produksi yang optimal untuk mencapai keuntungan maksimal.

27 17 Permintaan ikan hias yang meningkat setiap tahun Potensi usaha ikan hias di Kabupaten Bogor Perbedaan skala usaha ikan hias di Kabupaten Bogor Kriteria pengelompokan berdasarkan jumlah akuarium dan komoditas (Studi Kasus : tiga usaha pembenihan ikan hias air tawar) Usaha Kecil (Rafa Farm) Usaha Menengah (Blackghost Farm) Usaha Besar (Yono Farm) Analisis Struktur Biaya Analisis R/C ratio Analisis titik impas Perbandingan ukuran usaha Gambar 7 Kerangka pemikiran operasional METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Pengumpulan Data Penelitian ini menganalisis mengenai skala usaha, struktur biaya dan pendapatan pada usaha pembenihan ikan hias air tawar. Lokasi penelitian ini terletak di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Bogor merupakan salah satu sentra produksi ikan hias di Jawa Barat. Penelitian lapang dilakukan bulan Agustus 2014-Oktober Waktu tersebut digunakan untuk memperoleh data dari para pengusaha ikan hias sebagai responden dan semua pihak terkait.

28 18 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari metode pengumpulan data dengan responden pengusaha ikan hias dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Data primer pada penelitian mencakup keragaan usaha ikan hias seperti teknik budidaya, jumlah produksi, penerimaan serta informasi lainnya yang berguna untuk menunjang penelitian. Data sekunder merupakan data pelengkap dari data primer yang bersumber dari literatur literatur yang relevan. Data sekunder diperoleh dari catatan dan dokumentasi pihak atau instansi terkait, seperti Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, dan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Selain itu, dilakukan juga penelusuran melalui internet, buku buku yang relevan yang menunjang teori serta penelitian penelitian terdahulu sebagai rujukan yang berhubungan dengan skala usaha. Data sekunder mencakup data nilai perdagangan produk perikanan nonkonsumsi, data ekspor ikan hias, data perkembangan jumlah produksi perikanan di Kabupaten Bogor, data perkembangan rumah tangga perikanan di Kabupaten Bogor, dan data perkembangan luas areal perikanan Kabupaten Bogor. Metode Penentuan Responden Informasi mengenai pembudidaya ikan hias di Kabupaten Bogor belum lengkap, data yang terdapat di Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor hanya ada mengenai jumlah dari Kelompok Tani ikan hias air tawar serta alamat dari ketua kelompok tani. Sehingga informasi pembudidaya yang dijadikan sebagai responden dalam penelitian ini diperoleh dengan mendatangani salah satu tempat pemasaran ikan hias. Setelah itu pemilihan responden dalam penelitian ini di lakukan secara purposive karena ada beberapa kriteria dalam menentukan responden dalam penelitian ini yaitu ukuran usaha dilihat dari jumlah kepemilikan akuarium serta komoditas yang di pilih. Untuk penentuan ukuran usaha yaitu untuk usaha kecil adalah 54 akuarium, usaha menengah yaitu 155 akuarium dan usaha besar yaitu 320 akuarium. Responden berjumlah satu orang dari masing masing skala usaha, sehingga total responden dalam penelitian ini adalah tiga orang. Penentuan ukuran usaha mengacu pada penelitian Hadi (2014). Metode Analisis Data Pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif yang dilakukan meliputi analisis terhadap biaya biaya yang dikeluarkan, peneriman yang diperoleh, pendapatan usahatani dengan menggunakan rasio penerimaan atas biaya (R/C rasio) dan perhitungan titik impas (break even point) dengan menggunakan program aplikasi komputer seperti Microsoft Excel sedangkan metode kualitatif digunakan untuk mengidentifikasi usaha petani ikan hias serta menjelaskan hasil perhitungan yang akan diuraikan secara deskriptif.

29 Analisis Struktur Biaya Biaya dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variabel cost). Biaya tetap didefinisikan sebagai biaya yang jumlahnya relatif tetap dan akan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besarnya biaya tetap tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang dihasilkan. Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang dihasilkan (Soekartawi 1995) Biaya penyusutan peralatan pertanian dihitung berdasarkan metode penyusutan garis lurus, yaitu nilai pembelian dikurangi nilai tafsiran nilai sisa dibagi dengan umur ekonomis. Nilai akhir dianggap nol jika barang tersebut tidak laku lagi dijual. Rumus yang digunakan adalah 19 Metode perhitungan strutur biaya usahatani ikan hias pada skala usaha berbeda dapat dilihat pada Tabel 5 Secara sistematis, perhitungan total biaya (total cost) merupakan penjumlahan dari biaya tetap (TFC) dan biaya variabel (TVC) yang dapat dirumuskan sebagai berikut : TC= TFC + TVC Untuk menghitung total biaya rata rata (average total cost) adalah penjumlahan biaya tetap rata rata (AFC) dengan biaya variabel rata rata (AVC). Rumus yang digunakan yaitu : AC = AFC + AVC. Penentuan skala usaha yang paling efisien dapat diketahui dengan melihat total biaya rata rata produksi paling rendah. Tabel 5 Struktur biaya usaha ikan hias pada skala usaha berbeda Skala Skala Kecil Skala Besar Uraian Menengah R1 R2 R3 Biaya tetap Listrik Penyusutan Peralatan Pajak Tenaga Kerja Dll Total biaya tetap Biaya Variabel Pakan Pengemasan Obat obatan Dll Total biaya variabel Total biaya

30 20 Analisis Penerimaan Penerimaan total adalah nilai produk total dalam jangka waktu tertentu. Komponen penerimaan masing masing usaha budidaya ikan hias air tawar berbeda beda tergantung aktivitas usaha yang dilakukan. Pendapatan usaha adalah selisih antara penerimaan usaha dengan biaya usaha per siklus atau per tahun. Secara matematis ditulis sebagai berikut : TR = P x Q Keterangan : TR = Penerimaan total (Total Revenue), dalam Rp P = Harga jual produk, dalam Rp Q = Jumlah output produksi Analisis pendapatan Analisis pendapatan usaha pembenihan ikan hias air tawar di Kabupaten Bogor pada penelitian ini dilakukan terhadap tiga usaha yang memiliki jumlah akuarium yang berbeda beda. Analisis ini dilakukan untuk membandingkan ukuran usaha mana yang memperoleh pendapatan lebih tinggi per akuarium. Ukuran usaha di tentukan berdasarkan jumlah akuarium yang dimiliki suatu usaha. Besarnya pendapatan dipengaruhi oleh komponen biaya dan besarnya penerimaan yang diperoleh tiap pembudidaya. Biaya adalah semua nilai input produksi yang digunakan dalam kegiatan usahatani untuk menghasilkan output pada periode waktu tertentu. Penerimaan usaha merupakan nilai produk dari usaha, yaitu hasil perkalian antara total produksi dengan harga produk pada suatu periode tertentu. Penerimaan usaha pembenihan ikan hias hanya terdiri dari harga penjualan benih ikan hias. Perhitungan penerimaan dibedakan berdasarkan jenis komoditas yang dibudidayakan oleh pembudidaya ikan hias air tawar dan juga harga dari komoditas tersebut Selanjutnya adalah pendapatan bersih suatu usaha. Pendapatan bersih diperoleh dari selisih antara seluruh penerimaan usahatani dan pengeluaran usaha (biaya) dalam satu tahun. Pendapatan dalam penelitian ini akan dihitung dengan mengurangkan total penerimaa dengan biaya total. Pendapatan = Penerimaan Biaya Total = (P x Q) - (TFC+TVC) Keterangan : P = Harga output (Rp/ekor) Q = jumlah output (ekor) TFC = Total Biaya Tetap (Total Fixed Cost) (Rp) TVC = Total Biaya Variabel (Total Variable Cost) (Rp) Analisis Efisiensi Efisiensi suatu usaha sangat tergantung dari pengunaan input yang optimal dan memilih skala usaha yang optimal. Semakin besar suatu skala usaha maka semakin besar pula jumlah penggunaan inputnya. Hal ini mengakibatkan biaya total yang dikeluarkan semakin besar. Untuk mengukur tingkat efisiensi biaya dapat dilihat berdasarkan struktur biaya dari masing masing skala. Salah satu

31 cara mengukur efisiensi usaha adalah dengan membandingkan penerimaan untuk setiap biaya yang dikeluarkan atau Revenue and Cost Ratio (R/C rasio). Analisis R/C ratio ini digunakan untuk melihat keuntungan relatif suatu cabang usaha dengan cabang usaha lainnya berdasarkan keuntungan finansial. Analisis efisiensi digunakan untuk mengetahui berapa besar penerimaan yang dicapai dari setiap rupiah biaya yang dikeluarkan. R/C ratio dalam penelitian ini yaitu R/C ratio atas biaya total. Secara matematis, perhitungan ratio R/C dapat dirumuskan sebagai berikut : R/C Ratio atas Biaya Total = 21 Keterangan : R C P Q TFC TVC = Penerimaan (Rp) = Biaya (Rp) = Harga output (Rp) = Output (ekor) = Total Biaya Tetap (Total Fixed Cost) (Rp) = Total Biaya Variabel (Total Variable Cost) (Rp) Hasil dari perhitungan R/C Ratio dapat diinterpretasikan sebagai berikut : 1. R/C rasio > 1, menunjukan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan dalam suatu usaha akan menghasilkan penerimaan yang lebih besar dari satu. Dengan kata lain usaha tersebut lebih efisien. 2. R/C rasio < 1, menunjukan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan dalam suatu usaha akan menghasilkan penerimaan yang lebih kecil dari satu. Dengan kata lain usaha tersebut tidak efisien. 3. R/C rasio = 1, menunjukan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan dalam suatu usaha akan menghasilkan penerimaan sama dengan satu. Dengan kata lain penerimaan yang diperoleh sama dengan biaya yang dikeluarkan. Analisis Titik Impas Analisis titik impas dilakukan untuk mengetahui berapa jumlah minimum ikan hias yang harus terjual agar hasil penjualan sama dengan jumlah biaya sehingga pada kondisi tersebut perusahaan tidak memperoleh keuntungan atau kerugian. Dalam perhitungan titik impas (BEP) biaya harus dipisahkan secara jelas dan benar antara biaya tetap dan biaya variabel, sehingga apabila ada komponen biaya yang semi variabel harus dipisahkan terlebih dahulu. Pendekatan untuk perhitungan titik impas dalam penelitian ini adalah BEP dalam jumlah rupiah dan juga BEP dalam jumlah ekor yang dapat dilakukan dengan menggunakan rumus dibawah ini : ( ) ( )

32 22 Dikarenakan disebut dengan marginal income ratio atau rasio marjin kontribusi, maka rumus BEP (Rupiah) menjadi : ( ) Marjin kontribusi (Contribution Margin/CM) merupakan selisih antara penjualan dengan biaya variabel pada tingkat kegiatan tertentu. Marjin kontribusi merupakan ukuran yang baik untuk digunakan pada setiap perubahan aktivitas, laba atau rugi perusahaan akan berubah naik atau turun sebesar CM. Marjin kontribusi dapat dihitung atas dasar per unit atau dalam persentase yang disebut CM Ratio atau marjin kontribusi (Warindrani 2006). Tingkat Kelangsungan Hidup Pada saat penebaran, jumlah ikan dihitung. Penghitungan diulang saat panen. Berdasarkan data jumlah ikan tersebut, selanjutnya dihitung tingkat kelangsungan hidup dengan rumus: Keterangan : SR = Survival Rate (kelangsungan hidup) N t = jumlah ikan pada hari ke-t (ekor) N 0 = jumlah ikan pada hari ke-0 (ekor) GAMBARAN UMUM PENELITIAN DAN USAHA PEMBENIHAN IKAN HIAS AIR TAWAR Keadaan Umum Wilayah Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang memiliki potensi sumberdaya perikanan yang cukup besar dan dapat dimanfaatkan secara optimal untuk usaha perikanan. Kabupaten Bogor mempunyai peluang ekonomi yang besar karna posisi geografis dan asset pemerintah daerah sangat mendukung. Luas wilayah Kabupaten Bogor adalah Km 2, terdiri dari 40 Kecamatan dan 412 Desa dan 16 Kelurahan. Dilihat dari sudut geografisnya, daerah Kabupaten Bogor berada pada posisi yang cukup menguntungkan karena keadaan iklim dan letaknya yang memungkinkan terciptanya kedudukan, peranan dan hubungan yang baik dan strategis dengan daerah daerah lain. Secara geografis Kabupaten Bogor terletak antara 6 o 19 6 o 47 Lintang Selatan dan 106 o o 103 Bujur Timur. Secara administratif, Kabupaten Bogor berbatasan dengan Kabupaten Tangerang, Kabupaten/Kota Bekasi dan Kota Depok di sebelah Utara, kemudian dengan Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Karawang di sebelah Timur, sedangkan di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi dan Cianjur, sementara di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak Banten serta di tengah tengah terletak Kota Bogor.

33 23 Gambaran Perikanan di Kabupaten Bogor Pemerintah Kabupaten Bogor menetapkan Revitalisasi Pertanian dan Pembangunan Pedesaan (RP3) dengan cara menerapkan pendekatan pengembangan pertanian berdasarkan zonasi. Prinsip Zonasi Pengembangan RP3 ditujukan agar di Kabupaten Bogor dapat mempercepat pembangunan pertanian dalam arti luas melalui pengembangan komoditas unggulan di masing masing zona. Berdasarkan Kebijakan RP3 tersebut serta telah disinkronkan dengan RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) Kabupaten Bogor tahun , wilayah Kabupaten Bogor dibagi menjadi delapan zona pengembangan pertanian dan perdesaan. Dari delapan Zona Pengembangan Pertanian dan Perdesaan Kabupaten Bogor tersebut, terdapat zona yang merupakan kawasan pengembangan minapolitan, yaitu Kecamatan Gunung Sindur, Parung, Ciseeng, Kemang, Tajurhalang, dan Kecamatan Rancabungur. Program minapolitan merupakan upaya untuk menjadikan sektor perikanan sebagai sektor unggulan dalam pembangunan daerah yang kawasannya memiliki potensi perikanan. Minapolitan ditujukan untuk membangunkawasan ekonomi tersebut dan menjadikan kawasan minapolitan menjadi embrio kawasan industrialisasi perikanan budidaya dari hulu sampai hilir yang meliputi produksi, pengolahan dan pemasaran. Keberhasilan pengembangan kawasan minapolitan menjadi suatu kawasan Industrialisasi tidak terlepas dari peran serta Pemerintah Daerah untuk mengembangkan potensi yang dimiliki dengan bekerjasama dan dan berkoordinasi secara lintas sektoral. Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten yang ditetapkan sebagai Kawasan Percontohan Minapolitan Perikanan Budidaya sejak tahun 2010 melalui SK Bupati No /27/Kpts/Huk/2010. Kawasan minapolitan di Kabupaten Bogor cukup strategis karena didukung dengan sumber daya lahan dan air yang memadai, akses jalan yang cepat dan jangkauan pasar yang cukup luas. Deskripsi Umum Usaha Pembenihan Ikan Hias Air Tawar di Lokasi Penelitian Usaha budidaya ikan hias air tawar yang menjadi studi kasus pada penelitian ini adalah usaha yang berada di Kabupaten Bogor. Ada tiga usaha yang telah diamati, yaitu tiga buah usaha budidaya ikan hias air tawar yang bergerak pada segmen pembenihan. Masing-masing usaha tersebut memiliki karakteristik yang berbeda. Untuk mengetahui hal tersebut maka pada bagian ini akan dijelaskan perbedaan dari ketiga usaha berdasarkan gambaran umum usaha budidaya ikan hias air tawar. Para pelaku usaha budidaya ikan hias air tawar Rafa Farm yang dalam penelitian ini tergolong ke dalam skala kecil, BlackGhost Farm untuk skala menengah, dan Yono Farm untuk skala besar. Ketiga usaha ini bergerak dalam bidang usaha yang sama yaitu budidaya ikan hias air tawar, disamping itu mereka juga bergerak pada segmen usaha yang sama yaitu pembenihan dengan memiliki komoditas yang dibudidayakan juga sama yaitu ikan hias black ghost dan juga maanvis black and white

34 24 Pada penelitian ini struktur biaya di bedakan menjadi strktur biaya per komoditas, selanjutnya dibedakan pula struktur biaya untuk induk ikan hias dan juga struktur biaya untuk benih ikan hias yang dihasilkan serta disetarakan ke dalam biaya rata rata yang dikeluarkan per akuarium (Rp/Ak), dimana biaya usaha keseluruhan dapat dilihat dan dibandingkan berdasarkan biaya rata-rata yang dikeluarkan pada tiap akuarium. Gambaran umum ketiga usaha ini dapat diketahui melalui alamat usaha, sejarah usaha, tipe usaha, kapasitas produksi, dan kepemilikan aset usaha. Berikut akan dijelaskan secara khusus gambaran umum masing-masing usaha pada penelitian ini. Lokasi Usaha Budidaya Ikan Hias Air Tawar Usaha budidaya ikan hias air tawar yang menjadi objek penelitian ini adalah usaha yang berada di tiga tempat berbeda yaitu untuk usaha skala kecil berada di Cinangneng, dan untuk usaha skala menengah dan skala besar terdapat di Gunung Putri. Usaha ikan hias Rafa Farm terletak di daerah Cinangneng dengan memiliki alamat lengkap di Jalan Abdul Fattah Desa Cinangneng Kampung Babakan Girang no 77 RT.05 RW 04 Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor Jawa Barat. Usaha ikan hias BlackGhost Farm beralamat di Desa Lulut, Kecamatan Gunung Putri. Usaha ini berada jauh dari kota dan letaknya di belakang Perusahaan PT. Indocement. Untuk mencapai lokasi usaha ini diperlukan menggunakan kendaraan pribadi karena letaknya sangat jauh dan sangat jarang angkutan umum. Untuk skala usaha besar yaitu Yono Farm yang berada di Kecamatan Gunung Putri. Latar Belakang Usaha Budidaya Ikan Hias Air Tawar di Lokasi Penelitian 1. Usaha Ikan Hias Skala Kecil Petani responden untuk skala kecil dalam penelitian ini adalah usaha budidaya Rafa Farm. Alasan mengambil pembudidaya ikan hias Rafa Farm sebagai responden adalah karena usaha Rafa Farm melakukan usaha budidaya ikan hias pada subsistem pembenihan ikan hias. Pada awalnya usaha ini berasal dari sebuah hobi dari pemilik Rafa Farm, Pemilik Rafa Farm awalnya bergabung pada kelompok tani Lipi 1. Kemudian usaha ini sempat terhenti, karena pemilik awal usaha ini sudah tua. Namun pada tahun 2013 usaha budidaya ikan hias ini kembali diusahakan oleh anaknya yang bernama Bapak Buyung dan usaha budidaya ini dinamakan Rafa Farm. Usaha ikan hias yang dibudidayakan cukup banyak. Antara lain neon tetra, cardinal tetra, maanvis, black ghost, sumatera, dll. Awal mula usaha Rafa Farm memiliki akuarium sebanyak 10 buah yang berukuran 100 cm x 50 cm x 35 cm. Hingga saat ini Rafa Farm memiliki akuarium sebanyak 54 buah. 2. Usaha Ikan Hias Skala Menegah Petani Responden dalam skala menengah ini yaitu petani yang memiliki akuarium sekitar 155 akuarium. Dalam skala usaha menengah ini yang menjadi responden adalah usaha ikan hias milik Ibu Maya yaitu BlackGhost Farm. Usaha ikan hias Ibu Maya beralamat di desa lulut, gunung putri. Awal mula Ibu Maya melakukan usaha budidaya ikan hias yaitu karena beliau merupakan penyuka ikan hias. Lalu melihat dari potensi ikan hias yang cukup baik yaitu permintaan yang semakin meningkat, dan juga untuk medapatkan penghasilan tambahan. Karena

35 Ibu Maya selain melakukan usaha ikan hias, juga sebagai guru honorer di Sekolah Menengah Pertama di kawasan Gunung Putri. Awal Ibu Maya melakukan usaha budidaya ikan hias yaitu tahun 2010 dengan memiliki akuaarium sebanyak 18 akuarium dengan modal awal usaha sebesar Rp Kemudian Ibu Maya bergabung juga dengan Kelompok Tani Cahaya Mandiri dan kini juga merupakan anggota kelompok tani ikan hias black ghost yang merupakan kelompok tani binaan PT. Indocement. Tidak jarang juga Ibu Maya di minta oleh pihak PT. Indocement sebagai Mentor untuk memberikan motivasi ide bisnis untuk calon pensiunan PT. Indocement. Ikan Hias yang dibudidayakan oleh Ibu Maya yaitu Black ghost, Corydoras Albino, Sumatra Albino, Palmas Albino, Starbai, Ctenopoma, Silver dolar, dan juga Manvis. 3. Usaha Ikan Hias Skala Besar Petani yang dijadikan responden dalam usaha budidaya ikan hias skala besar dalam penelitian ini adalah usaha milik Bapak Yono. Dimana usaha Bapak Yono terletak di daerah gunung putri, bogor. Awal mula Bapak Yono memulai usaha ikan hias ini adalah karena Bapak Yono memang berniat untuk mendirikan sebuah usaha, kemudian beliau menyewa lahan seluas 200 m 2 pada tahun Lahan yang digunakan pada awal mula usaha yaitu dengan menggunakan lahan sewa yang disewanya sebesar Rp per tahun. Kemudian Bapak Yono tertarik kepada usaha budidaya ikan hias ketika beliau datang ke acara pameran ikan hias di wilayah Bogor yang menyajikan berbagai macam jenis ikan hias. Selain itu Bapak Yono melihat peluang ikan hias yang memang cenderung meningkat permintaan untuk ekspor setiap tahunnya. Bapak Yono yang memiliki latar belakang pendidikan Sarjana Ekonomi yang memang tidak tahu bagaimana cara membudidayakan ikan hias lalu berniat untuk belajar secara otodidak dan juga meminta bimbingan kepada petani ikan hias yang sudah memiliki pengalaman dalam membudidayakan ikan hias. Didalam bangunan semi permanen, Bapak Yono memulai bisnisnya dan usaha budidaya ikan hias Bapak Yono semakin meningkat permintaan ikan hiasnya sehingga sekarang lahan yang digunakan untuk usaha budidaya ikan hias menjadi milik sendiri dan menambah luas lahan di samping miliknya seluas 300 m 2. Sehingga lahan yang digunakan oleh Bapak Yono menjadi 500 m 2. Untuk ikan hias yang dibudidayakan oleh Bapak Yono adalah ikan hias black ghost dan synodontis dan juga maanvis Penyedia Sarana Produksi Pada tiap usaha budidaya ikan hias air tawar membutuhkan beberapa komponen input yang perlu dibeli agar kegiatan produksi tersebut dapat berjalan, komponen sarana produksi yang dibutuhkan dalam usaha budidaya pembenihan ikan hias air tawar adalah ; indukan ikan hias air tawar, pakan, alat-alat untuk pengemasan atau pengepakan, bbm, dan obat ikan. Pakan yang dibutuhkan selama kegiatan produksi adalah Cacing sutera, Cacing beku, Artemia, Kutu Air, dan Jentik Nyamuk. Alat-alat yang termasuk kedalam kebutuhan untuk packing adalah plastik PE ukuran 60x40cm, karet gelang, oksigen dan saringan nasi yang digunakan ketika dilakukannya proses penghitungan benih ikan yang dipersiapkan 25

36 26 untuk dikirim. Obat ikan yang digunakan oleh pembudidaya ikan hias air tawar adalah Methylene blue, Akriplafin, dan garam ikan. Teknik Pembenihan Ikan Hias Air Tawar A. Ikan Hias Black ghost 1. Pemeliharaan Induk 1) Persiapan Wadah Pemeliharaan Pemeliharaan induk dapat dilakukan pada bak berukuran 150 x 150 x 50 cm dan dilengkapi dengan aerasi serta diberi dua buah genteng sebagai tempat persembunyian bagi induk pada siang hari. Bak diisi air sampai ketinggian 35 cm. Selain bak, induk ikan black ghost juga dapat dipelihara di dalam akuarium berukuran 100 x 50 x 30 cm, dan diisi air dengan ketinggian 25 cm. Suhu air yang digunakan untuk budidaya ikan black ghost sekitar o C dengan keasaman ph air sebesar 6,5-7,5 serta keadaan air jernih dan tidak tercemar. Jenis air yang dipakai yaitu menggunakan air sumur, air dari sumur harus diendapkan terlebih dahulu pada tandon selama 24 jam agar air bersih dari kotoran-kotoran. 2) Penyediaan dan Seleksi Induk Induk yang akan dipijahkan adalah yang berbadan sehat dan tidak cacat serta tidak terdapat organisme penyakit pada tubuhnya. lnduk black ghost dapat matang telur setelah berumur satu tahun dengan panjang sekitar 15 cm. Perbedaan antara ikan jantan dan betina yang sudah matang gonad dapat dibedakan terutama dari panjang dagunya (jarak antara ujung mulut dengan tutup insang). Pada ikan jantan dagunya relatif lebih panjang dibandingkan dengan ikan betina. Ikan jantan relatif lebih Iangsing dibandingkan ikan betina yang mempunyai bentuk perut yang gendut. Induk jantan dapat mencapai panjang 30 cm dan induk betina berkisar antara cm. Induk ikan hias black ghost dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8 Induk black ghost 2. Pemberian Pakan Pakan yang dapat diberikan untuk induk black ghost yaitu cacing darah (bloodworm) atau cuk merah (larva Chironomus), dan jentik nyamuk. Pakan cacing darah dapat dilihat pada Gambar 9

37 27 Gambar 9 Pakan cacing darah Cacing darah diberikan setiap pagi hari setelah penyiponan kotoran, yaitu pada pukul WIB, dan sore hari pukul WIB. Cuk merah dan jentik nyamuk juga dapat diberikan pada sore hari. Pemberian pakan dilakukan dengan cara menyebarkan pakan langsung pada dasar bak pemeliharaan secara merata. Jumlah pakan yang dipelihara disesuaikan dengan jumlah induk yang dipelihara. 3. Pengelolaan Air Pergantian air dilakukan sebanyak 20-30% setiap harinya, serta pemberian aerasi sebagai suplai oksigen. 4. Pencegahan dan Penanganan Penyakit Penyakit yang umum ditemui dalam pemeliharaan black ghost ialah white spot yang disebabkan oleh protozoa Ichtyopthirius multfihiis. Untuk pencegahan, setiap seminggu sekali diberimethylen blue dengan dosis 0,2 ppm dan 50 gram garam. Sedangkan untuk pengobatan, diberi methylen blue dan garam dengan dosis dua kali lipat yaitu 0,4 ppm methylen blue dan 100 gram garam, serta ketinggian air diturunkan hingga setengah dan ketinggian bak/akuarium. 5. Pemijahan Induk Wadah pemijahan induk black ghost yaitu berupa bak/akuarium yang sekaligus juga digunakan sebagai wadah pemeliharaan induk. Perlengkapan yang dibutuhkan ialah substrat atau tempat menempelnya telur yaitu akar pakis yang diapit oleh keramik, sehingga susunannya (dari bawah ke atas) satu keramik, tepat sejajar diatasnya diletakkan akar pakis dan satu keramik diatas pakis. Peletakkan substrat tersebut biasanya dilakukan pada sore hari. Pemijahan induk black ghost dilakukan dengan perbandingan 2 ekor betina dan 3 ekor jantan dimana dalam satu bak pemijahan terdapat 10 ekor induk. Proses pemijahan biasanya berlangsung pada malam hari ditandai dengan kejar-mengejar antara induk jantan dan betina, setelah itu lama-kelamaan mendekati substrat yang berupa akar pakis dan terjadi pemijahan. Pada pagi hari dilakukan pengecekan telur. Jika pada malam hari terjadi pemijahan, substrat akan dipenuhi dengan butiran-butiran telur black ghost yang menempel pada akar pakis. Telur-teIur yang tidak

38 28 menempel pada substrat disedot dengan selang berdiameter 0,5 cm, kemudian ditampung dalam baskom dan segera dipindahkan ke dalam akuarium penetasan. 6. Penetasan Telur 1) Persiapan Wadah Wadah penetasan telur berupa akuarium berukuran 80 x 45 x 25 cm dengan tinggi air 20 cm, dilengkapi dengan aerasi. Air yang digunakan untuk penetasan sebaiknya air yang sudah diendapkan sehari semalam, setelah itu diberi methylen blue dengan dosis 0,3 ppm dan tetrasiklin 0,2 ppm. 2) Inkubasi dan Penetasan Telur Telur-telur yang terbuahi akan terlihat berwarna kuning bening, sedangkan telur yang tidak terbuahi akan berwarna putih. Penebaran telur dilakukan dengan cara meletakkan akar pakis dan keramik pada akuarium penetasan dengan syarat akar pakis dan keramik terendam air seluruhnya. Telur ikan black ghost akan menetas setelah 3-4 hari. Telur yang tidak menetas dan berwarna putih dibuang dengan cara disedot dengan selang berdiameter 0,5 cm dan harus dilakukan dengan hati-hati agar larva black ghost yang telah menetas tidak ikut terbawa. 3) Pemanenan Telur Telur-telur yang telah menetas dan menjadi larva tidak langsung dipindahkan ke akuarium lain tetapi dibiarkan terlebih dahulu selama satu minggu sampai larva black ghost agak berwarna hitam dan cukup kuat untuk dipindahkan. Sebelum larva dipindahkan, akar pakis dan keramik dikeluarkan dari akuarium penetasan, dan diusahakan tidak ada yang bersembunyi di dalam pakis. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan selang sipon agak besar kemudian larva disedot dan ditampung ke dalam baskom, setelah itu baru dipindahkan ke akuarium lain. 7. Pemeliharaan Larva 1) Persiapan Wadah Pemeliharaan larva black ghost dilakukan di bak semen atau akuarium. Pemeliharaan di bak semen, dilakukan pada bak yang berukuran 150 x 150 x 40 cm, dengan ketinggian air 35 cm. Sedangkan untuk pemeliharaan di akuarium, dilakukan pada akuarium yang berukuran 100x 50 x 40 cm. Sebelum digunakan, bak/akuarium dibersihkan terlebih dulu dan dilengkapi dengan aerasi dan diberi pelindung berupa paralon atau roster bata. Air yang digunakan ialah air yang telah didiamkan sehari semalam. 2) Penebaran Larva Larva yang ditebar ialah larva yang berumur 7 hari setelah menetas. Setiap bak ditebar 100 ekor larva, sedangkan untuk akuarium ditebar sebanyak 500 ekor. Kriteria larva yang telah siap untuk dipindahkan yaitu larva yang sudah benar-benar kuat dan berwarna agak hitam larva yang masih transparan tidak boleh dipindahkan. 3) Pemberian Pakan Larva yang baru menetas belum diberi pakan karena masih mengandung kuning telur. Setelah kuning telur habis yaitu 3-4 hari,

39 maka pada hari ke-5 larva diberi pakan Artemia hingga berumur 15 hari yang diberikan dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari. Untuk mendapatkan artemia dapat dengan cara menetaskan kiste artemia dari produk kalengan. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian kutu air sampai larva berumur 20 hari yang diberikan dua kali sehari pada pagi dan sore hari, agar ketersediaannya kontinyu maka dapat dengan budidaya kutu air pada wadah yang terpisah. kemudian mulai dikombinasikan dengan cacing sutera sampai umur satu bulan. Pada umur satu bulan tersebut, rata-rata larva sudah mencapai panjang 3/4 inci. Kemudian didederkan lagi sampai mencapai panjang 1-2 inci selama 1-2 bulan. Dalam tahap pendederan pakan yang diberikan adalah cacing sutera. Pakan cacing sutera dapat dilihat pada Gambar Gambar 10 Pakan cacing sutera 4) Pengelolaan Air Penyiponan kotoran pada bak/akuarium pemeliharaan larva dilakukan setiap 3 hari sekali untuk membuang sisa-sisa pakan yang tidak termakan oleh larva. Bersamaan dengan penyiponan kotoran dilakukan juga penggantian air sebanyak 10-20%. 5) Pencegahan dan Penanganan Penyakit Penyakit yang biasanya menyerang larva black ghost ialah white spot (bintik putih) dan bakteri. Pencegahan dan pengobatan larva yang terserang white spot sama dengan yang dilakukan untuk induk seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada pemeliharaan induk. Sedangkan untuk serangan bakteri dapat diobati dengan tetracycline 5-7 ppm. 8. Pemanenan dan Pengepakan Pemanenan dilakukan setelah benih ikan memenuhi standar ukuran layak jual yaitu panjang 1-2 inci. Panen dilakukan dengan cara menyerok ikan dengan serok yang halus agar tidak merusak sisik ikan. Kemudian dimasukkan dalam baskom yang sudah berisi air untuk kemudian disortir atau dikelompokkan berdasarkan ukurannya. Wadah yang digunakan untuk pengepakan adalah plastik dengan volume 15 liter. Plastik dibuat rangkap dua agar tidak mudah pecah/bocor. Plastik tersebut diisi air yang telah didiamkan sehari semalam sebanyak 5 liter dan sisanya diisi oksigen murni, perbandingan antara air dan udara adalah 1:2. Dalam setiap wadah pengepakan dimasukkan sebanyak 250 ekor ikan yang berukuran 2 inci,

40 30 sedangkan untuk ikan yang berukuran 3 inci dimasukkan sebanyak 200 ekor. B. Ikan Hias Manvis 1. Pemijahan Ikan Hias Manvis 1) Pemilihan Induk Induk yang baik untuk dipijahkan adalah yang telah berumur lebih dari 6 bulan, dengan panjang induk jantan + 7,5 cm dan induk betina + 5 cm. Untuk penentuan pasangan secara cermat, yaitu dengan cara menyiapkan induk-induk yang telah matang telur dalam satu bak (2 x 2) meter persegi dengan ketinggian air + 30 cm. Umumnya ikan maanvis akan memilih pasangannya masing-masing. Hal ini dapat terlihat pada malam hari, ikan yang telah berpasangan akan memisahkan diri dari kelompoknya. Ikan yang telah berpasangan ini segera diangkat untuk dipijahkan. Induk ikan hias Manvis dapat dilihat pada Gambar 11. Gambar 11 Induk maanvis black and white 2) Cara Pemijahan Tempat pemijahan dapat berupa aquarium, bak atau paso dari tanah, diisi air yang telah diendapkan setinggi cm. Air yang cocok untuk pemijahan maanvis adalah air yang memenuhi kriteria suhu air sekitar o C dengan keasaman ph air sebesar 6,8-7. Jenis air yang dipakai yaitu menggunakan air sumur, air dari sumur harus diendapkan terlebih dahulu pada tandon selama 24 jam agar air bersih dari kotorankotoran. Siapkan substrat dapat berupa daun pisang, seng plastik, kaca, keramik atau genteng dengan lebar + 10 cm dan panjang + 20 cm. Substrat diletakkan secara miring atau terlentang. Sebelum terjadi pemijahan, induk jantan akan membersihkan substrat dengan mulutnya. Setelah terjadi pemijahan, telur akan menempel pada substrat. 2. Pemeliharaan Benih Ikan Manvis Setelah induk memijah, penetasan telur dapat segera dilakukan. Penetasan telur ada beberapa cara substrat yang telah ditempeli telur diangkat, untuk dipindahkan kedalam aquarium penetasan. Pada waktu mengangkat substrat diusahakan agar telur senantiasa terendam air, untuk itu dapat digunakan baskom atau wadah lain yang dimasukkan ke tempat pemijahan. Cara kedua yaitu telur ditetaskan dalam tempat pemijahan. Setelah menetas (2 ~ 3 hari) benih yang masih menempel pada substrat dapat dipindahkan ke aquarium. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan benih yaitu aquarium tempat menetaskan telur maupun pemeliharaan benih sebelumnya

STRUKTUR BIAYA BUDIDAYA IKAN HIAS AIR TAWAR STUDI KASUS PADA TIGA USAHA DI KAB. BOGOR PRASETYO ATMA HADI

STRUKTUR BIAYA BUDIDAYA IKAN HIAS AIR TAWAR STUDI KASUS PADA TIGA USAHA DI KAB. BOGOR PRASETYO ATMA HADI i STRUKTUR BIAYA BUDIDAYA IKAN HIAS AIR TAWAR STUDI KASUS PADA TIGA USAHA DI KAB. BOGOR PRASETYO ATMA HADI PROGRAM AGRIBISNIS ALIH JENIS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR SKRIPSI OOM ROHMAWATI H34076115 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Kep.32/Men/2010 Tentang Penetapan Kawasan Minapolitan

I. PENDAHULUAN. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Kep.32/Men/2010 Tentang Penetapan Kawasan Minapolitan I. PENDAHULUAN Latar Belakang Setiap daerah mempunyai corak pertumbuhan ekonomi yang berbeda dengan daerah lain. Oleh sebab itu perencanaan pembangunan ekonomi suatu daerah pertama-tama perlu mengenali

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN BIAYA PRODUKSI

KESEIMBANGAN BIAYA PRODUKSI KESEIMBANGAN BIAYA PRODUKSI -NN- Biaya produksi adalah semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktorfaktor produksi dari bahan- bahan mentah yang akan digunakan untuk menciptakan

Lebih terperinci

Pengantar ekonomi mikro. Modul ke: 06FEB. Teori perilaku produsen. Fakultas. Erwin Nasution S,E MM. Program Studi Manajement s1

Pengantar ekonomi mikro. Modul ke: 06FEB. Teori perilaku produsen. Fakultas. Erwin Nasution S,E MM. Program Studi Manajement s1 Pengantar ekonomi mikro Modul ke: Teori perilaku produsen Fakultas 06FEB Erwin Nasution S,E MM. Program Studi Manajement s1 TEORI PRILAKU PRODUSEN Template Modul Pembuatan Template Powerpoint untuk digunakan

Lebih terperinci

DEFINISI TEORI BIAYA PRODUKSI

DEFINISI TEORI BIAYA PRODUKSI DEFINISI TEORI BIAYA PRODUKSI Biaya produksi adalah sebagai semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan- bahan mentah yang akan di gunakan untuk menciptakan

Lebih terperinci

Biaya variabel dapat dihitung dari penurunan rumus menghitung biaya total, yaitu:

Biaya variabel dapat dihitung dari penurunan rumus menghitung biaya total, yaitu: Pilihan Ganda Hal 226 1. Yang manakah dari yang berikut digolongkan sebagai biaya tetap? a. Sewa Pabrik. 2. Biaya marjinal akan mulai meningkat pada ketika... b. Biaya Produksi Total Mencapai Maksimum.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan yang dilewati oleh garis khatulistiwa. Indonesia memiliki pulau dengan jumlah lebih dari 13.000 pulau yang tersebar dari Sabang sampai

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar ini dilakukan di Desa Gunung Malang yang berada di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

Materi 4 Ekonomi Mikro

Materi 4 Ekonomi Mikro Materi 4 Ekonomi Mikro Teori Produksi Tujuan Pembelajaran : Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami analisis ekonomi konsep biaya, biaya produksi jangka pendek dan panjang. Mahasiswa dapat memahami konsep

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produksi merupakan suatu proses transformasi atau perubahan dari dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan peranan penting bagi perekonomian Indonesia. Pembangunan perikanan

I. PENDAHULUAN. dan peranan penting bagi perekonomian Indonesia. Pembangunan perikanan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu sektor ekonomi yang mempunyai potensi dan peranan penting bagi perekonomian Indonesia. Pembangunan perikanan merupakan bagian integral dari

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Definisi Kemitraan Definisi kemitraan diungkapkan oleh Hafsah (1999) yang menyatakan bahwa kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan

Lebih terperinci

TEORI BIAYA PRODUKSI

TEORI BIAYA PRODUKSI TEORI BIAYA PRODUKSI 1 TUJUAN PERUSAHAAN Tujuan ekonomi suatu perusahaan adalah untuk memaksimumkan keuntungan. 2 Pendapatan Total & Biaya Total Pendapatan Total Jumlah pendapatan yang diterima oleh suatu

Lebih terperinci

Teori Biaya. Wawong Dwi Ratminah Prodi Teknik Pertambangan FTM, UPN Veteran Yogyakarta

Teori Biaya. Wawong Dwi Ratminah Prodi Teknik Pertambangan FTM, UPN Veteran Yogyakarta Teori Biaya Wawong Dwi Ratminah Prodi Teknik Pertambangan FTM, UPN Veteran Yogyakarta TEORI BIAYA Biaya Produksi adalah semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Ekonomi 3.1.1.1 Fungsi Produksi Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan faktorfaktor produksi dengan produk

Lebih terperinci

kumulatif sebanyak 10,24 juta orang (Renstra DKP, 2009) ikan atau lebih dikenal dengan istilah tangkap lebih (over fishing).

kumulatif sebanyak 10,24 juta orang (Renstra DKP, 2009) ikan atau lebih dikenal dengan istilah tangkap lebih (over fishing). I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi sumberdaya perikanan di Indonesia cukup besar, baik sumberdaya perikanan tangkap maupun budidaya. Sumberdaya perikanan tersebut merupakan salah satu aset nasional

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A

ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A 14105665 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kaya akan sumberdaya alam yang dapat di gali untuk kesejahteraan umat manusia. Salah satu sumberdaya alam yang berpotensi yaitu sektor perikanan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Petani dan Usahatani Menurut Hernanto (1995), petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan kehidupannya di bidang pertanian

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang

1. PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat tinggi. Jumlah penduduk Indonesia di tahun 2008 diperkirakan sebesar 227.779.100 orang dan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan subsektor dari pertanian yang berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani. Kebutuhan masyarakat akan hasil ternak seperti daging,

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK 1 ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK FARMING ANALYSIS OF PADDY IN KEMUNINGMUDA VILLAGE BUNGARAYA SUB DISTRICT SIAK REGENCY Sopan Sujeri 1), Evy Maharani

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. sangat tinggi. Jumlah penduduk Indonesia di tahun 2008 diperkirakan sebesar

1. PENDAHULUAN. sangat tinggi. Jumlah penduduk Indonesia di tahun 2008 diperkirakan sebesar 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat tinggi. Jumlah penduduk Indonesia di tahun 2008 diperkirakan sebesar 227.779.100 orang dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN * 2009 ** Kenaikan ratarata(%)

I. PENDAHULUAN * 2009 ** Kenaikan ratarata(%) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara bahari dan kepulauan yang dikelilingi oleh perairan laut dan perairan tawar yang sangat luas, yaitu 5,8 juta km 2 atau meliputi sekitar

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Usahatani didefinisikan sebagai satuan organisasi produksi di lapangan pertanian dimana terdapat unsur lahan yang mewakili

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Organisasi Produksi Usahatani Menurut Rivai dalam Hernanto (1989) mendefinisikan usahatani sebagai organisasi dari alam, kerja dan modal

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya akan komoditas pertanian serta sebagian besar penduduknya adalah petani. Sektor pertanian sangat tepat untuk dijadikan sebagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN dan HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan teknologi pengolahan sagu Teknologi merupakan sumberdaya buatan manusia yang kompetitif dan selalu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

PERILAKU PRODUSEN : TEORI PRODUKSI DAN BIAYA PRODUKSI

PERILAKU PRODUSEN : TEORI PRODUKSI DAN BIAYA PRODUKSI PERILAKU PRODUSEN : TEORI PRODUKSI DAN BIAYA PRODUKSI Bentuk-bentuk organisasi perusahaan 1. Perusahaan perseorangan a. Dikelola oleh perseorangan b. Banyak yang tidak berbadan hukum c. Jumlahnya sangat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Di Indonesia, tanaman jagung sudah dikenal sekitar 400 tahun yang lalu, didatangkan oleh orang Portugis dan Spanyol. Daerah sentrum produksi jagung di Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI DAN PENGEMBANGANYA DI CV. GELONDONGAN VANNAMEI DESA BANJARSARI KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK SKRIPSI

ANALISIS USAHATANI PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI DAN PENGEMBANGANYA DI CV. GELONDONGAN VANNAMEI DESA BANJARSARI KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK SKRIPSI ANALISIS USAHATANI PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI DAN PENGEMBANGANYA DI CV. GELONDONGAN VANNAMEI DESA BANJARSARI KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK SKRIPSI Oleh : FAUZI PANDJI IRAWAN NPM.0624310041 FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Mikro

Pengantar Ekonomi Mikro Pengantar Ekonomi Mikro Modul ke: 11Fakultas Ekonomi & Bisnis Menjelaskan Perusahaan, Fungsi Produksi Jangka Panjang Abdul Gani, SE MM Program Studi Manajemen Memahami Fungsi Produksi Hubungan antara input

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam menyumbangkan pendapatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama ini pasokan ikan dunia termasuk Indonesia sebagian besar berasal dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di sejumlah negara

Lebih terperinci

Ekonomi Pertanian HASIL PRODUKSI & BIAYA PRODUKSI

Ekonomi Pertanian HASIL PRODUKSI & BIAYA PRODUKSI Ekonomi Pertanian HASIL PRODUKSI & BIAYA PRODUKSI DISUSUN OLEH: KELOMPOK 4 Irsalina Nuraini 135130045 Fasta Argadinata 135130046 Kartika Ayu Damayanti 135130047 Aghnes Larasati 135130048 Amaliya Nur Sa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program pengembangan agribisnis. Program ini bertujuan untuk memfasilitasi berkembangnya usaha agribisnis

Lebih terperinci

Teori Biaya dan Estimasi Fungsi Biaya. Bahan Kuliah8:Ek_Manajerial

Teori Biaya dan Estimasi Fungsi Biaya. Bahan Kuliah8:Ek_Manajerial Teori Biaya dan Estimasi Fungsi Biaya Bahan Kuliah8:Ek_Manajerial Beberapa Istilah Penting Biaya Produksi: semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi untuk

Lebih terperinci

DAMPAK RELOKASI TERHADAP PENDAPATAN USAHA KECIL KERIPIK BELUT

DAMPAK RELOKASI TERHADAP PENDAPATAN USAHA KECIL KERIPIK BELUT DAMPAK RELOKASI TERHADAP PENDAPATAN USAHA KECIL KERIPIK BELUT Kasus Pada Usaha Kecil Keripik Belut di Desa Sidoagung, Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman, D.I Yogyakarta TAHUN 2015 SKRIPSI Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aktivitas ekonomi dalam agribisnis adalah bisnis peternakan. Agribisnis bidang ini utamanya dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kebutuhan masyarakat akan produk-produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka memenuhi kebutuhan gizi manusia. Perikanan budidaya dinilai

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka memenuhi kebutuhan gizi manusia. Perikanan budidaya dinilai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keadaan perikanan tangkap Indonesia yang sebagian besar saat ini telah mengalami overfishing menuntut pemerintah untuk beralih mengembangkan perikanan budidaya. Perikanan

Lebih terperinci

Teori Produksi dan Biaya. Pertemuan 5

Teori Produksi dan Biaya. Pertemuan 5 Teori Produksi dan Biaya Pertemuan 5 Fungsi Produksi Fungsi Produksi menunjukkan hubungan antara jumlah faktor produksi (input) yang digunakan dengan jumlah barang atau jasa (output) yang dihasilkan. Short

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan merupakan suatu rancangan kerja penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan konsep dan teori dalam menjawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor ekonomi yang utama di negara-negara berkembang. Peranan atau kontribusi sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi suatu negara menduduki

Lebih terperinci

ANALISIS TITIK PULANG POKOK USAHATANI BAWANG MERAH (Allium ascolinicum L) VARIETAS LEMBAH PALU DI KELURAHAN TAIPA KECAMATAN PALU UTARA KOTA PALU

ANALISIS TITIK PULANG POKOK USAHATANI BAWANG MERAH (Allium ascolinicum L) VARIETAS LEMBAH PALU DI KELURAHAN TAIPA KECAMATAN PALU UTARA KOTA PALU e-j. Agrotekbis 3 (3) : 353-359, Juni 05 ISSN : 338-30 ANALISIS TITIK PULANG POKOK USAHATANI BAWANG MERAH (Allium ascolinicum L) VARIETAS LEMBAH PALU DI KELURAHAN TAIPA KECAMATAN PALU UTARA KOTA PALU Break

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PRODUKSI IKAN HIAS GUPPY (Poecilia reticulata) DI KECAMATAN PARUNG, KABUPATEN BOGOR ALYANI FADHILAH HUSNA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PRODUKSI IKAN HIAS GUPPY (Poecilia reticulata) DI KECAMATAN PARUNG, KABUPATEN BOGOR ALYANI FADHILAH HUSNA 1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PRODUKSI IKAN HIAS GUPPY (Poecilia reticulata) DI KECAMATAN PARUNG, KABUPATEN BOGOR ALYANI FADHILAH HUSNA DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Untuk mengetahui dampak kenaikan harga kedelai sebagai bahan baku (input) dalam industri tempe, akan digunakan beberapa teori yang berkaitan dengan hal tersebut.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Peternakan adalah kegiatan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi. Peternakan merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR BIAYA USAHA TERNAK KAMBING PERAH (KASUS : TIGA SKALA PENGUSAHAAN DI KABUPATEN BOGOR)

ANALISIS STRUKTUR BIAYA USAHA TERNAK KAMBING PERAH (KASUS : TIGA SKALA PENGUSAHAAN DI KABUPATEN BOGOR) ANALISIS STRUKTUR BIAYA USAHA TERNAK KAMBING PERAH (KASUS : TIGA SKALA PENGUSAHAAN DI KABUPATEN BOGOR) SKRIPSI DEWINTHA STANI H34066033 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian secara keseluruhan, dimana sub sektor ini memiliki nilai strategis dalam pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

1. Jangka Pendek, yaitu jangka waktu dimana sebagian faktor produksi tidak dapat ditambah jumlahnya.

1. Jangka Pendek, yaitu jangka waktu dimana sebagian faktor produksi tidak dapat ditambah jumlahnya. PERHITUNGAN BIAYA PRODUKSI TEORI BIAYA PRODUKSI Biaya produksi dapat didefinisikan sebagai semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap pembangunan di Indonesia,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Kombinasi Produk Optimum Penentuan kombinasi produksi dilakukan untuk memperoleh lebih dari satu output dengan menggunakan satu input. Hal ini

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Ekonomi 3.1.1. Fungsi Produksi Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan faktor-faktor produksi dengan produk atau hasil yang akan diperoleh.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering ditemukan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering ditemukan bahwa 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep Agribisnis Semakin bergemanya kata agribisnis ternyata belum diikuti dengan pemahaman yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering

Lebih terperinci

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN PEMASARAN NENAS BOGOR Di Desa Sukaluyu, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor SKRIPSI ERIK LAKSAMANA SIREGAR H 34076059 DEPARTEMEN AGRIBIS SNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

Teori Ekonomi Mikro Biaya Produksi & Memaksimalkan Laba. Dosen: Irawan, S.I.A., M.A.

Teori Ekonomi Mikro Biaya Produksi & Memaksimalkan Laba. Dosen: Irawan, S.I.A., M.A. Teori Ekonomi Mikro Biaya Produksi & Memaksimalkan Laba Dosen: Irawan, S.I.A., M.A. A. Biaya Produksi Jangka Pendek Biaya Total Biaya Marjinal Biaya Rata-Rata TC = FC + VC TC = Biaya Total FC = Biaya Tetap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan. air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan. air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan lele (Clarias sp) adalah salah satu satu komoditas perikanan yang memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan komoditas unggulan. Dikatakan

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor)

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) Skripsi AHMAD MUNAWAR H 34066007 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau pemasaran hasil pertanian. Padahal pengertian agribisnis tersebut masih jauh dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau pemasaran hasil pertanian. Padahal pengertian agribisnis tersebut masih jauh dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Agribisnis Sering ditemukan bahwa agribisnis diartikan secara sempit, yaitu perdagangan atau pemasaran hasil pertanian. Padahal pengertian agribisnis tersebut masih

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis berisi teori dan konsep kajian ilmu yang akan digunakan dalam penelitian. Teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. nasional yang bertujuan antara lain untuk meningkatkan produksi dan mutu hasil

1. PENDAHULUAN. nasional yang bertujuan antara lain untuk meningkatkan produksi dan mutu hasil 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan perikanan merupakan salah satu bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan antara lain untuk meningkatkan produksi dan mutu hasil perikanan, baik untuk

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang mempunyai potensi perikanan cukup besar. Hal ini ditunjukkan dengan kontribusi Jawa Barat pada tahun 2010 terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi sosial negara sedang berkembang dengan membantu membangun struktur ekonomi dan sosial yang kuat (Partomo,

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI MC ATC AVC AFC Prof. Dr. Ir. Zulkifli Alamsyah, M.Sc. PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI Biaya Produksi Slide 2 Biaya adalah dana yang dikeluarkan dalam mengorganisir dan menyelesaikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan sektor pertanian dalam pembangunan di Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Garis Besar Haluan Negara (GBHN) telah memberikan amanat bahwa prioritas pembangunan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A14105570 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMENAGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Usahatani (wholefarm) adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input atau faktor-faktor produksi (tanah,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Produksi Produksi adalah kegiatan menghasilkan output dengan berbagai kombinasi input dan teknologi terbaik yang tersedia (Nicholson,

Lebih terperinci

BIAYA PRODUKSI PENGERTIAN

BIAYA PRODUKSI PENGERTIAN BIAYA PRODUKSI PENGERTIAN Pengertian Biaya Dalam ilmu ekonomi, biaya diartikan semua pengorbanan yang perlu untuk suatu proses produksi, dinyatakan dalam uang menurut harga pasar yang berlaku. Dalam definisi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian tanaman pangan masih menjadi usaha sebagian besar petani. Di Indonesia sendiri, masih banyak petani tanaman pangan yang menanam tanaman pangan untuk dikonsumsi

Lebih terperinci

TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA Supply dan demand keduanya adalah dua kata yang sering digunakan oleh ahli ekonomi. Supply dan demand merupakan kekuatan yang membuat perekonomian pasar bekerja. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu dari negara yang menjadi produsen utama akuakultur dunia. Sampai tahun 2009, Indonesia menempati urutan keempat terbesar sebagai produsen

Lebih terperinci

Kata Kunci : Biaya Total, Penerimaan, Pendapatan, dan R/C.

Kata Kunci : Biaya Total, Penerimaan, Pendapatan, dan R/C. KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA TALAS DENGAN SISTEM MONOKULTUR DAN TUMPANGSARI Danty Rinjani Aristanti Permadi 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi dantybanana91@gmail.com Suyudi

Lebih terperinci

Oleh : TEUKU WOYLY BRAJAMUSTI A

Oleh : TEUKU WOYLY BRAJAMUSTI A ANALISIS PENDAPATAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR (Studi Kasus pada Ben s Fish Farm, Desa Cigola, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh : TEUKU WOYLY BRAJAMUSTI A14101704

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu alur pemikiran yang bersifat teoritis dengan mengacu kepada teori-teori yang berkaitan dengan penelitian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi yang berdampak pada kenaikan harga pangan dan energi, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekonomi Padi Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurut Kasryno dan Pasandaran (2004), beras serta tanaman pangan umumnya berperan

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH (Studi Kasus di Perusahaan X, Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor) SKRIPSI SHCYNTALIA HERTIKA

ANALISIS PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH (Studi Kasus di Perusahaan X, Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor) SKRIPSI SHCYNTALIA HERTIKA ANALISIS PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH (Studi Kasus di Perusahaan X, Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor) SKRIPSI SHCYNTALIA HERTIKA PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia adalah komoditas kopi. Disamping memiliki peluang pasar yang baik di dalam negeri maupun luar

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Ilmu usahatani pada dasarnya memperhatikan cara-cara petani memperoleh dan memadukan sumberdaya (lahan, kerja, modal, waktu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING KOMODITI TANAMAN HIAS DAN ALIRAN PERDAGANGAN ANGGREK INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

ANALISIS DAYA SAING KOMODITI TANAMAN HIAS DAN ALIRAN PERDAGANGAN ANGGREK INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL ANALISIS DAYA SAING KOMODITI TANAMAN HIAS DAN ALIRAN PERDAGANGAN ANGGREK INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL Oleh : MAYA ANDINI KARTIKASARI NRP. A14105684 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah peternak sapi perah yang berada di wilayah kerja

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah peternak sapi perah yang berada di wilayah kerja III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah peternak sapi perah yang berada di wilayah kerja Koperasi Susu Bandung Utara (KPSBU) yang menerapkan mekanisasi pemerahan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan ribuan pulau yang mempunyai potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan peternakan saat ini, menunjukan prospek yang sangat cerah dan mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi pertanian Indonesia. Usaha peternakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Republik Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber daya hewan

Lebih terperinci

Add your company slogan. Biaya. Teori Produksi LOGO

Add your company slogan. Biaya. Teori Produksi LOGO Add your company slogan Biaya Teori Produksi LOGO Asumsi Dalam pembahasan ekonomi, perusahaan selalu diasumsikan bertujuan untuk memaksimalkan keuntungannya. Perusahaan yang didirikan tidak untuk mendapatkan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Peneilitian Penelitian ini dilakukan di Kelompok Ternak Cibinong yang bermitra dengan CV Tunas Mekar Farm (TMF) di Kecamatan Ciluar, Kabupaten Bogor, Provinsi

Lebih terperinci

BIAYA PRODUKSI. I. Pengertian Biaya produksi. Nama : Abdul Wahab NPM : Kelas : 1 ID 05

BIAYA PRODUKSI. I. Pengertian Biaya produksi. Nama : Abdul Wahab NPM : Kelas : 1 ID 05 Nama : Abdul Wahab NPM : 38409532 Kelas : 1 ID 05 BIAYA PRODUKSI I. Pengertian Biaya produksi Untuk menghasilkan barang atau jasa diperlukan factor-faktor produksi seperti bahan baku, tenaga kerja, modal,

Lebih terperinci

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 2 September 2012 ABSTRAK

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 2 September 2012 ABSTRAK ANALISIS USAHA PEMBENIHAN GURAMI (Oshpronemus gouramy Lacepede.) DI DESA KALIURIP KECAMATAN BENER KABUPATEN PURWOREJO Praasto Bayu Irawan, Zulfanita dan Istiko Agus Wicaksono Program Studi Agribisnis Fakultas

Lebih terperinci

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Lahan Pasir Pantai Lahan pasir pantai merupakan tanah yang mengandung lempung, debu, dan zat hara yang sangat minim. Akibatnya, tanah pasir mudah mengalirkan

Lebih terperinci