1. PENDAHULUAN. nasional yang bertujuan antara lain untuk meningkatkan produksi dan mutu hasil

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "1. PENDAHULUAN. nasional yang bertujuan antara lain untuk meningkatkan produksi dan mutu hasil"

Transkripsi

1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan perikanan merupakan salah satu bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan antara lain untuk meningkatkan produksi dan mutu hasil perikanan, baik untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi, bahan baku industri maupun ekspor hasil perikanan, sekaligus peningkatan taraf hidup, kesejahteraan nelayan/petani ikan melalui peningkatan pendapatannya (Raharjo, 2000). Pembangunan perikanan Indonesia saat ini bertumpu pada dua program utama. Salah satunya adalah program pengembangan budidaya perairan yang berwawasan lingkungan dan lestari (sustainable aquaculture), yaitu pengembangan aktivitas budidaya perairan yang lestari dan ramah lingkungan yang diarahkan untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya perairan dengan tetap melestarikan fungsi-fungsi lingkungan ( 2009). Berdasarkan kesepakatan di forum World Trade Organization (WTO), setiap negara harus menurunkan tarif bagi perdagangan komoditas serta menghilangkan hambatan-hambatan perdagangan non tarif. Kesepakatan untuk menuju pada perdagangan yang semakin bebas, menciptakan peluang bagi ekspor produk-produk perikanan Indonesia. Salah satu komoditas yang menjadi andalan ekspor Indonesia tersebut adalah ikan hias air tawar. Ikan hias merupakan komoditas perikanan yang potensial untuk dikembangkan. Menurut Kepala Pusat Data Statistik dan Informasi DKP (2008), potensi ikan hias Indonesia mencapai species atau 60 % dari total dunia, dan baru sekitar jenis ikan hias yang diekspor, sedangkan yang baru dibudidayakan sekitar 50 jenis ( 2008). Saat ini perdagangan ikan 1

2 hias global baru disuplai oleh beberapa negara diantaranya adalah Ceko dan Malaysia (sebagai produsen utama). Hal ini masih menjadi peluang besar Indonesia untuk pengembangan dan pemanfaatan ikan hias. Melihat kondisi tersebut di atas Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah di Indonesia khususnya di Jawa Barat yang memiliki potensi di sektor perikanan khususnya ikan hias air tawar. Potensi tersebut didukung oleh adanya sejumlah 200 Rumah Tangga Produksi (RTP) yang memiliki akuarium sebanyak buah dan tersebar di enam kecamatan (Dinas Pertanian Kota Bogor, 2008). Rincian jumlah RTP dan banyaknya akuarium dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah RTP Ikan Hias Air Tawar di Kota Bogor, Tahun 2008 No. Kecamatan Jumlah RTP Jumlah Aquarium Bogor Barat Bogor Timur Bogor Utara Bogor Tengah Bogor Selatan Tanah Sareal Jumlah Sumber : Dinas Pertanian Kota Bogor, 2008 Berdasarkan Tabel 1 di atas terlihat bahwa RTP ikan hias di Kota Bogor tersebar di enam kecamatan dan letaknya relative berjauhan. Kondisi seperti ini belum menjamin terciptanya keadaan yang menguntungkan bagi petani/pembudidaya. Menurut Anwar (1995), bahwa lokasi yang tersebar, menyebabkan pasar kompetitif tidak dapat terwujud (missing market). Selain itu, kondisi seperti ini akan mudah dimanfaatkan pedagang untuk mencari keuntungan yang lebih besar, terutama dalam pembentukan harga di tingkat produsen. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kesejahteraan petani/pembudidaya, maka 2

3 Pemerintah Propinsi Jawa Barat dan Kota Bogor mendirikan Holding Ground Ikan hias di Terminal Agribisnis Rancamaya Bogor. Holding Ground Ikan hias yang lebih dikenal dengan sebutan nama Holding Ground Ikan hias Rancamaya Bogor adalah sebuah bangunan yang luasnya 900 m 2 dan dilengkapi dengan sejumlah akuarium dan fasilitas pendukung lainnya. Bangunan ini berada di wilayah Terminal Agribisnis Rancamaya Bogor yang memiliki luas 9, 2 Ha. Pendirian Holding Ground Ikan hias Rancamaya Bogor didasari atas beberapa pertimbangan, antara lain: 1). Kebutuhan prasarana dan mekanisme pemasaran yang dapat menyerap sebagian besar produk pertanian khususnya ikan hias air tawar, yang dapat memberikan kepuasan/keuntungan yang optimal bagi para pelaku agribisnis, 2). Kurang memadainya infrastruktur pasar perikanan serta fasilitas pendukungnya, dan 3). Meningkatkan sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). Holding Ground Ikan hias Rancamaya Bogor berfungsi sebagai sarana penampungan dan pemasaran ikan hias air tawar para petani/pembudidaya ikan hias air tawar yang berasal dari Jawa Barat maupun dari luar daerah Jawa Barat. Selain itu, Holding Ground Ikan hias Rancamaya Bogor memudahkan bagi supplier maupun eksportir untuk mendapatkan ikan hias air tawar yang dibutuhkan, serta sebagai pusat untuk menentukan distribusi ikan hias selanjutnya. Pemasaran ikan hias di Holding Ground Ikan hias Rancamaya Bogor, selain mampu menampung hampir ± 100 jenis, Holding Ground Ikan hias Rancamaya Bogor juga mampu memasarkan sebanyak ekor atau senilai 3

4 Rp ,- baik untuk pasaran lokal maupun ekspor selama kurun waktu 5 tahun (Tahun ) rincian dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Volume dan Nilai Ikan Hias di Holding Ground Ikan Hias Rancamaya Bogor Periode No. Tahun Volume (ekor) Nilai (Rp) Sumber: Holding Ground Ikan Hias Rancamaya Bogor, Berdasarkan Tabel 2, diketahui bahwa rata-rata setiap tahunnya Holding Ground Ikan hias Rancamaya Bogor mampu memasarkan sebanyak ekor atau senilai Rp ,- untuk pasaran lokal, dan sebanyak ekor atau senilai Rp ,- untuk pasaran ekspor (Dinas Pertanian Kota Bogor, 2008). Namun demikian, nilai ekonomis ini masih tergolong rendah yaitu hanya mencapai 7,2 % jika dibandingkan dengan jumlah permintaan ikan hias air tawar untuk kebutuhan pasar lokal maupun ekspor dari Kota Bogor pada tahun 2006 yaitu sebanyak ekor (Gumilar, 2007). Dari sekian jenis ikan hias yang ada di Holding Ground Ikan hias Rancamaya Bogor, sepuluh jenis ikan hias yang memiliki kontribusi ekonomi terbesar dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan tabel tersebut, ikan hias Black ghost knife fish (Black ghost) dan Corydoras albino (gambar ikan pada Lampiran 1), merupakan ikan hias yang memiliki kontribusi ekonomi cukup tinggi, yaitu dengan hasil penjualan masing-masing sebanyak ekor atau senilai Rp ,- dan ekor atau senilai Rp ,-. Jika 4

5 dipersentasekan, masing- masing nilai tersebut adalah sebesar 22,3 % dan 4,1 % dari nilai total penjualan. Tabel 3. Sepuluh Jenis Ikan Hias yang Memiliki Kontribusi Ekonomi Terbesar di Holding Ground Ikan hias Rancamaya Bogor. No Jenis Ikan Nilai Ekonomi Scientific Name Common Name (Rp) Apteronotus albifrons Peppered cory Helostoma temmincki Astronotus occellatus, sp Pterophyllum scalare, sp Iriantherina werneri Poecillia reticulata, sp Paracheirodon innesi Puntius tetrazona, sp Xiphophorus maculates, sp Black ghost knife fish Corydoras albino Kissing gourami Oscar Angel Threadfin rainbowfish Guppy Neon tetra Tiger barb Platy Sumber : Dinas Pertanian Kota Bogor, 2008 Uraian di atas menunjukkan bahwa walaupun sistem pemasaran ikan hias di Holding Ground Ikan hias Rancamaya Bogor telah berjalan, namun kondisi pemasaran yang terjadi belum optimal, sehingga sistem pemasaran yang terjadi relative belum efisien. Beberapa permasalahan yang kemungkinan dapat menyebabkan ketidakefisienan dalam sistem pemasaran ikan hias tersebut, antara lain : 1). Jarak lokasi petani/pembudidaya dengan pusat Holding Ground Ikan hias Rancamaya Bogor yang berjauhan serta kondisi prasarana transportasi yang kurang mendukung (kondisi jalan yang rusak) yang mengakibatkan benih ikan hias mengalami strees dalam proses pengangkutannya dan akhirnya mengalami kematian, 2) Tingkat penanganan benih yang belum optimal dari pihak Holding Ground Ikan hias Rancamaya Bogor baik dari sisi kuantitas maupun kualitas sumberdaya manusia, yang mengakibatkan rendahnya daya serap pasar di Holding Ground Ikan hias Rancamaya Bogor yang ditunjukkan dengan semakin menurunnya tingkat produksi benih dari tahun ke tahun, 3). Rendahnya daya 5

6 serap pasar di Holding Ground Ikan hias Rancamaya Bogor, maka mengakibatkan rendahnya daya beli pedagang terhadap benih ikan hias di Holding Ground Ikan hias Rancamaya Bogor. Masalah umum yang terjadi pada produk ikan segar khususnya ikan hias di Holding Ground Ikan hias Rancamaya Bogor adalah tersebarnya unit-unit usaha ikan hias yang dikelola oleh petani/pembudidaya dan jarak lokasi yang berjauhan baik antar petani/pembudidaya maupun jarak lokasi dengan pusat penampungan dan pemasaran hasil (Holding Ground Ikan hias Rancamaya Bogor). Sementara itu di sisi lain, ikan hias diperlukan dalam jumlah tertentu pada setiap waktu. Untuk mendapatkan produk ikan hias dalam jumlah yang dibutuhkan, akan membawa konsekuensi masih diperlukannya jasa pedagang pengumpul maupun lembaga pemasaran yang lain, sehingga biaya pemasaran menjadi lebih tinggi. Kondisi demikian tidak menunjang terjadinya perdagangan antar pasar yang efisien. Masalah lain yang sering di alami oleh para petani/pembudidaya adalah lemahnya posisi petani/pembudidaya dalam penentuan harga hasil produksi. Penyebab kondisi tersebut adalah tingkah laku pasar (market conduct) dimana harga-harga ditentukan oleh secara searah, hal ini karena tidak adanya alternatif untuk menjual kepada pihak lain (hanya terarah kepada satu pembeli). Disamping itu adanya faktor keterikatan antara petani/pembudidaya dengan pedagang yang disebabkan oleh faktor pinjaman modal dari pedagang kepada petani/pembudidaya. Kondisi seperti ini tidak kondusif untuk mendukunga sistem pemasaran ikan hias yang efisien. 6

7 Uraian di atas menunjukkan, bahwa masalah yang ada pada proses pemasaran ikan hias akan sangat berpengaruh terhadap sistem pemasaran ikan hias yang ada di Holding Ground Ikan hias Rancamaya Bogor. Oleh karena itu, hal ini menjadi penting untuk diketahui dan dianalisis bagaimana sistem pemasaran ikan hias yang ada di Holding Ground Ikan hias Rancamaya Bogor, sehingga dapat dicarikan alternatif solusi masalahnya. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana struktur pasar, perilaku pasar dan keragaan pasar ikan hias di Holding Ground Ikan hias Rancamaya Bogor? 2 Bagaimana keterpaduan pasar ikan hias antara harga di Pasar lokal (di tingkat Petani/Pembudidaya di Holding Ground Ikan hias Rancamaya Bogor) dengan harga di Pasar Acuan (Konsumen di Pasar Parung Bogor)? 3 Bagaimana efisiensi sistem pemasaran ikan hias di Holding Ground Ikan hias Rancamaya Bogor? 4 Alternatif solusi apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi permasalahan guna memperbaiki sistem pemasaran ikan hias yang terjadi di Holding Ground Ikan hias Rancamaya Bogor? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Mengetahui struktur pasar, perilaku pasar dan keragaan pasar ikan hias di Holding Ground Ikan hias Rancamaya Bogor. 7

8 2. Menganalisis keterpaduan pasar ikan hias antara antara harga di Pasar local (di tingkat Petani/Pembudidaya di Holding Ground Ikan hias Rancamaya Bogor) dengan harga di Pasar Acuan (Konsumen di Pasar Parung Bogor). 3. Menganalisis efisiensi sistem pemasaran ikan hias di Holding Ground Ikan hias Rancamaya Bogor. 4. Menetapkan alternative solusi untuk perbaikan sistem pemasaran ikan hias di Holding Ground Ikan hias Rancamaya Bogor.

9 Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB

BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang Masalah. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, maka secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang Masalah. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, maka secara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, maka secara otomatis kebutuhan terhadap pangan akan meningkat pula. Untuk memenuhi kebutuhan pangan

Lebih terperinci

Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015 BAB I. PENDAHULUAN

Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015 BAB I. PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan pertanian secara umum dan pembangunan sub sektor Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura telah memberikan sumbangan besar dalam pembangunan daerah Propinsi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... 3 RINGKASAN EKSEKUTIF... 5 KATA PENGANTAR... 9 DAFTAR GAMBAR... 11 DAFTAR TABEL... 12 1. PENDAHULUAN... 14

DAFTAR ISI... 3 RINGKASAN EKSEKUTIF... 5 KATA PENGANTAR... 9 DAFTAR GAMBAR... 11 DAFTAR TABEL... 12 1. PENDAHULUAN... 14 1 P a g e 2 P a g e Daftar Isi DAFTAR ISI... 3 RINGKASAN EKSEKUTIF... 5 KATA PENGANTAR... 9 DAFTAR GAMBAR... 11 DAFTAR TABEL... 12 1. PENDAHULUAN... 14 1.1. Latar Belakang...14 1.2. Perumusan Masalah...16

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peranan agribisnis dalam perekonomian Indonesia diharapkan dapat

I. PENDAHULUAN. Peranan agribisnis dalam perekonomian Indonesia diharapkan dapat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan agribisnis dalam perekonomian Indonesia diharapkan dapat menjamin pertumbuhan ekonomi, kesempatan lcerja dan memperbaiki kondisi kesenjangan yang ada. Keunggulan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Definisi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) UMKM didefinisikan dengan berbagai cara yang berbeda tergantung pada negara

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Definisi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) UMKM didefinisikan dengan berbagai cara yang berbeda tergantung pada negara II. TINJAUAN PUSTAKA A. Usaha Mikro Kecil dan Menengah 1. Definisi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) UMKM didefinisikan dengan berbagai cara yang berbeda tergantung pada negara dan aspek-aspek lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Kondisi Ekonomi dan Kebijakan Sektor Pertanian. menjadi krisis multi dimensi yang dialami bangsa Indonesia ternyata sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1. Kondisi Ekonomi dan Kebijakan Sektor Pertanian. menjadi krisis multi dimensi yang dialami bangsa Indonesia ternyata sangat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Kondisi Ekonomi dan Kebijakan Sektor Pertanian Sejak terjadinya krisis ekonomi pada bulan Juli 1977 yang berlanjut menjadi krisis multi dimensi yang dialami bangsa

Lebih terperinci

Iklim Usaha di Provinsi NTT: Kasus Perdagangan Hasil Pertanian di Timor Barat

Iklim Usaha di Provinsi NTT: Kasus Perdagangan Hasil Pertanian di Timor Barat Laporan Penelitian Widjajanti I. Suharyo Nina Toyamah Adri Poesoro Bambang Sulaksono Syaikhu Usman Vita Febriany Iklim Usaha di Provinsi NTT: Kasus Perdagangan Hasil Pertanian di Timor Barat Maret 2007

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DALAM PENGOLAHAN SUSU KEDELAI PADA SKALA INDUSTRI RUMAH TANGGA DI KOTA MEDAN SKRIPSI OLEH : AMINAH NUR M.

ANALISIS NILAI TAMBAH DALAM PENGOLAHAN SUSU KEDELAI PADA SKALA INDUSTRI RUMAH TANGGA DI KOTA MEDAN SKRIPSI OLEH : AMINAH NUR M. ANALISIS NILAI TAMBAH DALAM PENGOLAHAN SUSU KEDELAI PADA SKALA INDUSTRI RUMAH TANGGA DI KOTA MEDAN SKRIPSI OLEH : AMINAH NUR M.L 090304067 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

Executive Summary BAB I PENDAHULUAN

Executive Summary BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tempat tinggal atau hunian merupakan kebutuhan yang mendasar bagi setiap warga kota. Dalam upaya pemenuhan kebutuhan akan tempat tinggal tersebut, diperlukan suatu

Lebih terperinci

Iklim Usaha di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU): Kajian Kondisi Perekonomian dan Regulasi Usaha

Iklim Usaha di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU): Kajian Kondisi Perekonomian dan Regulasi Usaha Menuju Kebijakan Promasyarakat Miskin melalui Penelitian Iklim Usaha di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU): Kajian Kondisi Perekonomian dan Regulasi Usaha Deswanto Marbun, Palmira Permata Bachtiar, & Sulton

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Dalam Bab ini diuraikan secara mendetail mengenai gambaran umum kondisi Kabupaten Banyuwangi. Secarasistematis bahasan diurutkan berdasarkan sub bab aspek geografi dan

Lebih terperinci

KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA AYAM PETELUR (ANALISIS BIAYA MANFAAT DAN BEP PADA KEANU FARM, KENDAL)

KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA AYAM PETELUR (ANALISIS BIAYA MANFAAT DAN BEP PADA KEANU FARM, KENDAL) KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA AYAM PETELUR (ANALISIS BIAYA MANFAAT DAN BEP PADA KEANU FARM, KENDAL) SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Negeri Semarang Oleh Richo Dian Krisno.A 7450406053

Lebih terperinci

BAB. VI. PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN

BAB. VI. PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN A. Pendahuluan BAB. VI. PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN Sektor pertanian telah dan terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang memiliki tujuan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani

I. PENDAHULUAN. nasional yang memiliki tujuan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang memiliki tujuan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani pada khususnya dan masyarakat

Lebih terperinci

Laporan Penelitian #4. Kerjasama Antar Daerah di Bidang Perdagangan sebagai Alternatif Kebijakan Peningkatan Perekonomian Daerah

Laporan Penelitian #4. Kerjasama Antar Daerah di Bidang Perdagangan sebagai Alternatif Kebijakan Peningkatan Perekonomian Daerah Laporan Penelitian #4 Kerjasama Antar Daerah di Bidang Perdagangan sebagai Alternatif Kebijakan Peningkatan Perekonomian Daerah Tim Peneliti KPPOD: Ig. Sigit Murwito Boedi Rheza Sri Mulyati Elizabeth Karlinda

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM. A. Sejarah Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB II KONDISI UMUM. A. Sejarah Daerah Istimewa Yogyakarta BAB II KONDISI UMUM A. Sejarah Daerah Istimewa Yogyakarta Sebelum Indonesia merdeka, Yogyakarta merupakan daerah yang mempunyai pemerintahan sendiri atau disebut Daerah Swapraja, yaitu Kasultanan Ngayogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Risna Khoerun Nisaa, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Risna Khoerun Nisaa, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan

Lebih terperinci

Kertas Kebijakan. Pengembangan Usaha Kakao di Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi Barat

Kertas Kebijakan. Pengembangan Usaha Kakao di Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi Barat Kertas Kebijakan Pengembangan Usaha Kakao di Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi Barat KERTAS KEBIJAKAN Pengembangan Usaha Kakao di Kabupaten Majene Provinsi Sulawesi Barat KERJASAMA ANTARA: KPPOD dan Pemerintah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA DRAF NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR : 26/NKB.YK/2014 03/NKB/DPRD/2014 TANGGAL : 21 NOVEMBER 2014 TENTANG KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN

Lebih terperinci

Laporan Akhir. Budidaya Ternak Babi Komersial oleh Peternak Kecil di NTT - Peluang untuk Integrasi Pasar yang Lebih Baik

Laporan Akhir. Budidaya Ternak Babi Komersial oleh Peternak Kecil di NTT - Peluang untuk Integrasi Pasar yang Lebih Baik Laporan Akhir proyek Budidaya Ternak Babi Komersial oleh Peternak Kecil di NTT - Peluang untuk Integrasi Pasar yang Lebih Baik Laporan Penelitian SADI-ACIAR nomor proyek SMAR/2007/195 tanggal publikasi

Lebih terperinci

R E N C A N A U M U M P E N A N A M A N M O D A L P R O V I N S I K A L I M A N TA N T I M U R TA H U N 2 0 1 4-2025

R E N C A N A U M U M P E N A N A M A N M O D A L P R O V I N S I K A L I M A N TA N T I M U R TA H U N 2 0 1 4-2025 R E N C A N A U M U M P E N A N A M A N M O D A L P R O V I N S I K A L I M A N TA N T I M U R TA H U N 2 0 1 4-2025 N A S K A H A K A D E M I S B A D A N P E R I J I N A N D A N P E N A N A M A N M O

Lebih terperinci

PERAN PERDAGANGAN LINTAS BATAS DALAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI KECAMATAN KAYAN HULU KABUPATEN MALINAU

PERAN PERDAGANGAN LINTAS BATAS DALAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI KECAMATAN KAYAN HULU KABUPATEN MALINAU ejournal Administrative Reform, 2013, 1 (1): 54-65 ISSN 0000-0000, ar.mian.fisip-unmul.ac.id Copyright 2013 PERAN PERDAGANGAN LINTAS BATAS DALAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI KECAMATAN KAYAN

Lebih terperinci

DAMPAK PERTUMBUHAN INDUSTRI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI KABUPATEN SIDOARJO

DAMPAK PERTUMBUHAN INDUSTRI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI KABUPATEN SIDOARJO Judul : Dampak Pertumbuhan Industri Terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka di Kabupaten Sidoarjo SKPD : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sidoarjo Kerjasama Dengan : - Latar Belakang Pembangunan

Lebih terperinci

PedomanTeknis Pengelolaan Produksi Kacang Tanah, Kacang Hijau dan Aneka Kacang

PedomanTeknis Pengelolaan Produksi Kacang Tanah, Kacang Hijau dan Aneka Kacang KATA PENGANTAR Kacang tanah, kacang hijau dan aneka kacang merupakan komoditi strategis sebagai sumber pendapatan bagi petani yang memiliki arti dan peran dalam peningkatan kesejahteraan petani. Kacang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DISTRIBUSI PUPUK DAN PENGADAAN BERAS

GAMBARAN UMUM DISTRIBUSI PUPUK DAN PENGADAAN BERAS IV. GAMBARAN UMUM DISTRIBUSI PUPUK DAN PENGADAAN BERAS 4.1. Arti Penting Pupuk dan Beras Bagi Petani, Pemerintah dan Ketahanan Pangan Pupuk dan beras adalah dua komoditi pokok dalam sistem ketahanan pangan

Lebih terperinci

MODEL PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH DENGAN ONE VILLAGE ONE PRODUCT UNTUK MENGURANGI KEMISKINAN DI INDONESIA

MODEL PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH DENGAN ONE VILLAGE ONE PRODUCT UNTUK MENGURANGI KEMISKINAN DI INDONESIA MAKALAH CALL FOR PAPER DALAM PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN CALLFOR PAPER PENGENTASAN KEMISKINAN MELALUI UMKM: KOMPARASI MODEL INDONESIA DAN MALAYSIA YOGYAKARTA, 5 DESEMBER 2012 ISBN 978-602-9018-66-0

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. administrasi pemerintah, membangun dan memperbaiki struktur, dana (penerimaan) untuk membiayai seluruh pengeluaran yaitu

BAB I PENDAHULUAN. administrasi pemerintah, membangun dan memperbaiki struktur, dana (penerimaan) untuk membiayai seluruh pengeluaran yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam setiap perekonomian pemerintah perlu melakukan berbagai jenis pembelanjaan. Pengeluaran-pengeluaran untuk membiayai administrasi pemerintah, membangun

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH 2030 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH 2030 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH 2030 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci