BAB III PROFIL SANITASI KABUPATEN PESISIR SELATAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PROFIL SANITASI KABUPATEN PESISIR SELATAN"

Transkripsi

1 BAB III PROFIL SANITASI KABUPATEN PESISIR SELATAN 3.1. KONDISI UMUM SANITASI KABUPATEN PESISIR SELATAN Terwujudnya pembangunan sanitasi di Kabupaten Selatan mengacu pada perundang-undangan yang berlaku baik dari tingkat Kabupaten sampai tingkat Pusat, semua keberhasilan pembangunan tersebut tidak lepas dari peran pemerintah, instansi terkait, masyarakat dan stakeholder. Berbagai upaya pembangunan di bidang sanitasi telah dilaksanakan di Kabupaten Selatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup pada semua kalangan masyarakat sehingga terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Kondisi umum sanitasi Kabupaten Pesesir Selatan pada Tahun 2010 dapat digambarkan sebagai berikut : o Prosentase jumlah keluarga yang memiliki jamban sehat sebesar 52,87%. Sementara sebagian masyarakat masih buang tinjanya di sungai atau di kali. o Prosentase jumlah keluarga yang memiliki saluran pembuangan air limbah dengan kondisi baik sebesar 44,78%, Sebagian besar masyarakat belum mempunyai saluran pembuangan air limbah dan membuang air limbah dari dapur ke halaman belakang rumah. o Prosentase jumlah keluarga yang mempunyai tempat sampah sebesar 60,83%. Prosentase jumlah keluarga yang memiliki Rumah sehat sebesar 64,70%. o Kondisi tempat umum seperti Hotel, Restoran/tempat makan, Pasar dan tempat umum lainnya yang diperiksa oleh Dinas Kesehatan dan dinyatakan sehat sebesar 71,54% o Dengan cakupan sarana jamban keluarga yang masih rendah maka kasus diare di Kabupaten masih cukup tinggi. Sebanyak kasus yang berobat ke puskesmas atau sebesar 16,37% disebabkan oleh kasus diare. o Berdasarkan survey PHBS yang dilaksanakan pada beberapa puskesmas di Kabupaten Selatan dapat dilihat indikator masyarakat yang menggunakan air sumur sebesar 79%, diikutin dengan air ledeng sebesar 9,39%, penampungan air hujan sebesar 2,94% dan menikmati air bersih dari sumber lainnya sebesar 8,48%. Masyarakat yang sudah memiliki jamban sehat sebesar 52,87%, pemanfaatan sampah sebesar 60,83% dan memiliki pengolahan air limbah sebesar 44,78%. Sementara rumah sehat yang memenuhi syarat kesehatan sebesar 64,70%. o Kualitas air bersih di Kabupaten Selatan umumnya sudah cukup baik karena banyak memiliki sumber air baku yang bisa di manfaatkan untuk PDAM dan air bersih lainnya. o Pembuangan limbah industri untuk limbah padat non B3 dibuang di TPS yang dimiliki oleh pelaku usaha, dan diangkut ke TPA yang ada di Gunung Bungkuk. Sementara limbah cair yang dihasilkan oleh pelaku usaha di olah di sarana IPAL sebelum dialirkan ke sungai. Limbah padat B3 dari pelaku usaha ditampung di TPSL kemudian di daur ulang kembali. o Limbah medis infeksius diolah di incinerator, sementara limbah non infeksius di tampung di TPS kemudian diangkut ke TPA yang ada di Gunung Bungkuk. Pokja Sanitasi Selatan III - 1

2 o Potensi pencemaran udara di Kabupaten Selatan berasal dari kendaraan bermotor KESEHATAN LINGKUNGAN Kondisi kesehatan lingkungan Kabupaten Selatan dapat dilihat dari beberapa data berkaitan dengan kesehatan lingkungan seperti jumlah dan kondisi jamban keluarga, pengelolaan air limbah, kondisi pencemaran, akses pada sumber air tanah, serta data rumah sehat, dan tempat-tempat umum dan sekolah sehat. Lingkungan mempunyai peranan yang sangat besar terhadap peningkatan derajat kesehatan, oleh karena itu upaya pemberantasan penyakit harus dimulai dari lingkungan yang sehat. Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk. Salah satu faktor yang menunjukan tinggi rendahnya angka kesakitan suatu daerah disebabkan oleh sanitasi dasar terutama air bersih, pengelolaan makanan yang tidak sehat serta tingkat kesadaran masyarakat yang rendah. Untuk mengantisipasi masalah yang sangat mendasar yaitu tidak terpenuhinya kebutuhan air bersih, jamban keluarga, limbah rumah tangga, tercemarnya udara serta kondisi fisik yang memungkinkan berkembangnya faktor pembawa penyakit oleh pemerintah kabupaten adalah: 1. Memperlancar aliran sungai agar tidak ada genangan air 2. Kegiatan WSLIC 2 yang dimulai tahun 2001 s.d 2007 dengan pembangunan sarana air bersih (sumur gali dan perpipaan) sebanyak 81 kampung dan dilanjutkan dengan program PAMSIMAS dari Tahun 2008, sampai saat ini sekarang telah terbangun sarana air bersih sebanyak 35 kampung. 3. Program CLTS (Community Lead Total Sanitation) untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam membangun sarana sanitasi dasar dengan menggambarkan akibat dari ketidakadaan sarana tersebut serta memicu malu buang air besar disembarang tempat. 4. Program Sanimas (Sanitasi Berbasis masyarakat). JUMLAH DAN KONDISI JAMBAN KELUARGA Berdasarkan data survey Kesehatan tahun 2010 terlihat bahwa sampai akhir tahun 2010 Jumlah Kepala keluarga yang ada sebanyak 103,328 Kepala keluarga, Kepala keluarga yang diperiksa jamban sebanyak 10,594, sebanyak Kepala keluarga telah memiliki jamban keluarga, persentase rumah tangga yang memiliki jamban sebesar 52,87 %. Secara lengkap data tentang keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar menurut kecamatan tahun 2010 disajikan dalam tabel berikut: Pokja Sanitasi Selatan III - 2

3 No Kecamatan Puskesmas 1 Koto XI Tarusan 2 Bayang Barung Balantai Tabel 3.1 Keluarga Dengan Kepemilikan Saranan Sanitasi Dasar Menurut Kecamatan Tahun 2010 Jumlah Kk Jml Kk Dprksa Jamban Tempat Sampah Pengolahan Limbah Persediaan Air Bersih Jml Kk Memiliki % Memiliki Jml Kk Dprksa Jml Kk Memiliki % Memiliki Jml Kk Dprksa Jml Kk Memiliki % Memiliki Jml Kk Dprksa Jml Kk Memiliki Tarusan Pasar Baru Koto Merapak Bayang Utara As. Kumbang % Memiliki 4 IV Jurai 5 Batang Kapas Lumpo Salido IV KT.Muddik Pasar Kuok Sutera Surantih Lengayang Kambang Koto Baru Ranah Balai Salasa Linggo Sari Baganti Air Haji Pancung Soal Indera Basa IV Balai Tapan Lunang Silaut Tj.Beringin Tj.Makmur , , , Sumber : Profil Kesehatan Tahun 2010, Dinas Kesehatan Kabupaten Selatan. Pokja Sanitasi Selatan III - 3

4 PENGELOLAAN AIR LIMBAH Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Selatan Berdasarkan data survey yang dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Selatan pada tahun 2010 sebanyak Kepala keluarga (KK), dimana KK yang diperiksa untuk pengolahan air limbah sebanyak KK, jumlah Kepala keluarga yang memiliki pengolahan limbah sebanyak KK atau 44,78%. Sedangkan data untuk sistim SPAL di Kabupaten Selatan belum tersedia, pada umumnya limbah greywater yang berasal dari (air cucian, air mandi) belum ada pengolahan pada umumnya sehingga pembuangan di salurkan ke drainase limpasan air hujan. Berdasarkan hasil survey EHRA menyebutkan bahwa sebesar 56 % masyarakat Kabupaten Selatan sudah memiliki SPAL dan sebesar 43,6 % belum memiliki SPAL serta sebesar 0,4 % tidak ada data tentang keluarga yang memiliki SPAL. Grafik 3.3. Porsentase Keluarga yang memiliki SPAL di Kabupaten Selatan Berdasarkan Survey EHRA Tahun ,0 56,0 50,0 43,6 40,0 30,0 20,0 10,0 0, Ada SPAL Tidak Ada SPAL Tidak Ada Data 0,4 Berdasarkan dari data survey pukesmas di Kabupaten Selatan, jumlah KK yang diperiksa terbanyak adalah pada puskesmas Kambang yaitu sebanyak KK dan dari pemeriksaan tersebut memiliki pengolahan limbah sebanyak 54 KK atau sebesar 40%, sedangkan jumlah KK terbanyak kedua yang di periksa adalah pada puskesmas Salido yaitu sebanyak KK dan hanya memiliki 46 KK atau sebesar 46% memiliki pengolahan limbah. KONDISI PENCEMARAN Berdasarkan hasil pemantauan udara di kabupaten Selatan hasilnya menunjukkan sebagian besar di bawah baku mutu. Pencemaran udara di Kabupaten Selatan umumnya disebabkan dari lalu lintas kendaraan bermotor pada jalan koridor. Pokja sanitasi Selatan III - 4

5 Sementara kondisi sumber air tanah maupun air permukaan apabila tidak segera ditangani bisa membahayakan masyarakat karena masih banyak masyarakat yang membuang limbah cair di tanah dan kali tanpa melalui pengolahan dan mencemari sumber air baku yang ada. Kurangnya pengetahuan masyarakat menyebabkan masih banyaknya praktek pembuangan limbah cair/bab di sembarang tempat. Selain limbah cair, limbah padat (sampah) juga turut mencemari sungai yang ada. AKSES TERHADAP AIR BERSIH Berdasarkan data Kesehatan Kabupaten Selatan, Penyehatan Lingkungan tahun 2010 dapat diketahui bahwa presentase tertinggi jenis sarana air bersih yang digunakan adalah sumur gali 79,18% diikuti ledeng 9,39% penampungan air hujan 2,94% dan dari sumberdaya lainnya 8,48% rincian persentase keluarga menurut jenis sarana air bersih yang digunakan disajikan dalam tabel dibawah ini. Pokja sanitasi Selatan III - 5

6 No Kecamatan Puskesmas Juml Kel 1 Koto XI Tarusan 2 Bayang Tabel 3.2 Sumber Air Bersih Rumah Tangga Non Pelanggan Pdam Tahun 2010 Barung Balantai Tarusan Pasar Baru Koto Merapak Juml Kel Dprksa % Kel Dprksa Akses Air Bersih Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Selatan % Akses Air Bersih Led Sgl Pah Lain Juml Led Sgl Pah Lain Juml IV Nagari Bayang Utara*) As. Kumbang , IV Jurai 5 Batang Kapas Lumpo Salido Pasar Kuok IV KT.Muddik , Sutera Surantih , Lengayang Kambang Koto Baru Ranah Balai Salasa , Linggo Sari Baganti Air Haji , Pacung Soal Inderapura , Basa IV Balai Tapan Tapan , Lunang Silaut Tj.Beringin Tj.Makmur Sumber : Profil Kesehatan, 2010 Dinas Kesehatan Kab. Selatan , ,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0, , ,328 14,579 14,11 1,167 9, ,054 12, , Pokja Sanitasi Selatan III - 6

7 Terkait dengan keamanan, hasil analisis data EHRA menunjukkan bahwa mayoritas atau sekitar 74,53 % rumah tangga di Kabupaten Selatan memiliki sumber air minum yang relatif aman. Sekitar 26,47 % yang diidentifikasi memiliki sumber yang relatif tidak aman antara lain sumur yang tidak terlindungi, mata air yang tidak terlindungi, sungai dan waduk/danau. Selengkapnya informasi dapat dilihat pada Grafik berikut ini. Grafik 3.6 Akses Terhadap Air Bersih pada Lokasi EHRA di Kabupaten Selatan Tahun ,00 74,53 60,00 40,00 25,47 20,00 0, Aman Tidak Aman RUMAH SEHAT DAN TEMPAT-TEMPAT UMUM Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilisasi rumah yang baik, kepadatan hunian yang sesuai standar dan lantai rumah tidak terbuat dari tanah. Dari data survey yang diperoleh tahun 2010 rumah yang memenuhi syarat kesehatan sebesar 64,70%. Selengkapnya data Prosentase rumah sehat berdasarkan kecamatan Kabupaten Selatan tahun 2010 dapat dilihat pada tabel dibawah ini Pokja Sanitasi Selatan III - 7

8 No Kecamatan Puskesmas Tabel 3.3 Prosentase Rumah Sehat Berdasarkan Kecamatan Kabupaten Selatan Tahun 2010 Jumlah Seluruhnya Jumlah Diperiksa Rumah % Diperiksa Jumlah Sehat % Sehat 1 Koto XI Tarusan 2 Bayang Barung Balantai Tarusan Pasar Baru Koto Merapak 0 4,889 2,977 2, Bayang Utara As. Kumbang IV Jurai 5 Batang Kapas Lumpo Salido IV KT.Muddik Pasar Kuok 2,120 6,700 2,479 4, , Sutera Surantih 7, Lengayang Kambang Koto Baru 8,541 4,185 6, , Ranah Balai Salasa 7, Linggo Sari Baganti Air Haji 6, Pancung Soal Indera 6, Basa IV Balai Tapan 5, Lunang Silaut Tj.Beringin Tj.Makmur 3, ,411 11,981 15,16 7,694 64,70 Sumber : Profil Kesehatan Tahun 2010, Dinas kesehatan Kabupaten Selatan Dari prosentase rumah sehat yang diperiksa sebanyak rumah, didapatkan rumah yang sehat sebanyak rumah atau sebesar 64,70%. Untuk Kecamatan yang terbanyak rumah sehat adalah Kecamatan Ranah, jumlah rumah yang diperiksa sebanyak 425 rumah yang memenuhi syarat rumah sehat sebanyak 425 rumah atau 100% sedang Kecamatan yang paling sedikit jumlah rumah sehatnya adalah Kecamatan Bayang Utara. Jumlah rumah yang diperiksa sebanyak 390 rumah dan yang memenuhi syarat rumah sehat sebanyak 170 rumah atau 43,59 %. Tempat Umum Pengolahan Makanan (TUPM) adalah tempat umum dan tempat pengolahan makanan dan minuman yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu memiliki sarana air Pokja Sanitasi Selatan III - 8

9 bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan limbah, ventilasi yang sesuai luas lantai/ruang, dan pencahayaan yang memadai. Pemeriksaan Dinas Kesehatan terhadap TUPM ditujukan untuk sarana yang dikunjungi banyak orang, dan berpotensi menjadi tempat penyebaran penyakit seperti restoran pasar dan lainya. Cakupan TUPM Tahun 2010 dari 397 yang diperiksa, jumlah yang sehat sebesar 71,54% dan mengalami peningkatan pada tahun 2009 yaitu TPUM yang sehat sebesar 69,53%. Sarana pendidikan yang di Kabupaten Selatan sebanyak 533 unit dan dibina kesehatan lingkungannya oleh Dinas Kesehatan sebanyak 171 tempat atau 32.08% dari sarana pendidikan yang ada. Sedangakan jumlah sarana kesehatan sebanyak 18 unit dan di bina 18 tempat atau 100%. Sedangkan sarana ibadah yang ada sebanyak 792 unit dan yang dibina sebanyak 169 tempat atau 21.34%. Secara lebih lengkap tentang Prosentase Tempat Umum Dan Pengelolaan Makanan(TUPM) Sehat Menurut Kecamatan Kabupaten Selatan Tahun 2010 dapat diterangkan pada tabel dibawah ini. Pokja Sanitasi Selatan III - 9

10 Jml Yg Ada Jml Dprksa Jml Sehat % Sehat Jml Yg Ada Jml Dprksa Jml Sehat % Sehat Jml Yg Ada Jml Dprksa Jml Sehat % Sehat Jml Yg Ada Jml Dprksa Jml Sehat % Sehat Jml Yg Ada Jml Dprksa Jml Sehat % Sehat Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Selatan Tabel 3.4 Prosentase Tempat Umum Dan Pengelolaan Makanan (Tupm) Sehat Menurut Kecamatan Kabupaten Selatan Tahun 2010 Rumah Restoran Pasar Tupm Lainnya Jumlah Tupm No Kecamatan Puskesmas 1 Koto XI Tarusan 2 Bayang Barung Balantai Tarusan Pasar Baru Koto Merapak Bayang Utara As. Kumbang IV Jurai 5 Batang Kapas Lumpo Salido IV KT.Muddik Pasar Kuok Sutera Surantih Lengayang Kambang Koto Baru Ranah Balai Salasa Linggo Sari Baganti Air Haji Pancung Soal Indera Basa IV Balai Tapan Lunang Silaut Tj.Beringin Tj.Makmur , Sumber : Profil Kesehatan Tahun 2010, Dinas Kesehatan Kabupaten Selatan. Pokja Sanitasi Selatan III - 10

11 KESEHATAN DAN POLA HIDUP MASYARAKAT Kondisi kesehatan dan Pola kesehatan di Kabupaten Selatan dapat dilihat berdasarkan timbulan penyakit akibat kondisi sanitasi yang buruk antara lain penyakit diare dan ISPA. Kasus diare tahun 2010 cukup banyak terjadi mencapai kasus, Bila dilihat dari jumlah Kepala keluarga yang memiliki sarana jamban baru mencapai 52.87% maka wajar kasus diare masih sering terjadi. Kondisi pencemaran udara di Kabupaten Selatan menyebabkan masih banyak terjadi kasus ISPA pada Balita. Puskesmas TJ.Makmur Kecamatan Lunang Silaut merupakan puskesmas dengan ISPA terkecil yaitu 1(satu) Kasus, sedang Kasus ISPA paling banyak terjadi di Kecamatan Linggosari Baganti Puskesmas Air Haji sebanyak 461 kasus. Cuci tangan pakai sabun (CTPS) di waktu yang tepat dapat mencegah transmisi patogen penyebab diare. Pencemaran tinja/ kotoran manusia (feces) adalah sumber utama dari virus, bakteri, dan patogen lain penyebab diare. Jalur pencemaran yang diketahui sehingga pencemaran dapat sampai ke mulut manusia, termasuk balita, melalui 4F (Wagner & Lanoix, 1958) yakni fluids (air), fields (tanah), flies (lalat), dan fingers (jari/tangan). Cuci tangan pakai sabun adalah prevensi cemaran yang sangat efektif dan efisien khususnya untuk mencegah transmisi melalui jalur fingers. Waktu-waktu cuci tangan pakai sabun yang perlu dilakukan seorang ibu/ pengasuh untuk mengurangi risiko balita terkena penyakit-penyakit yang berhubungan dengan diare mencakup 5 (lima) waktu penting yakni, 1. Sesudah buang air besar (BAB), 2. Sebelum menyantap makanan, 3. Sebelum menyuapi/memberi makan, pada bayi/balita 4. Sebelum menyiapkan makanan bagi keluarga. 5. Sesudah memegang unggas/hewan. Pada keluarga yang memiliki balita hendaknya melakukan praktek cuci tangan pakai sabun setidaknya di tiga waktu utama antara lain : 1. Setelah BAB 2. Sebelum menyiapkan makanan 3. Sebelum Makan Berdasarkan survey PHBS oleh dinas kesehatan dapat dilihat indikator masyarakat yang menggunakan air sumur sebanyak 79%, diikuti dengan air ledeng 9,39%, penampungan air hujan 2,94% dan menikmati air bersih dari sumber lainnya sebesar 8,48%. Masyarakat yang sudah memiliki jamban sehat sebesar 52,87%, pemanfaatan sampah sebesar 60,83% dan memiliki pengolahan air limbah sebesar 44,78%. Sementara rumah sehat yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 64,70%. Survey PHBS tersebut dilaksanakan di Puskesmas Kecamatan di Kabupaten Selatan. Salah satu indikator promosi kesehatan adalah Rumah tangga sehat yaitu rumah tangga yang memenuhi indikator PHBS. Adapun indikator PHBS menggunakan sepuluh indikator minimal dari Kementrian Kesehatan diantaranya adalah : 1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan Pokja Sanitasi Selatan III - 11

12 2. Pemberian ASI Ekslusif 3. Melakukan Penimbangan terhadap bayi dan balita 4. Melakukan Aktifitas Fisik 5. Biasa makan sayur dan buah-buahan 6. Tidak Merokok di dalam rumah 7. Melakukan Cuci tangan 8. Rumah Bebas jentik 9. Tersedia Air Bersih 10. Tersedia Jamban Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Selatan Hasil Survey PHBS yang dilakukan oleh dinas kesehatan pada tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 3.5 Hasil Survey PHBS Tatanan Rumah Tangga Di Kabupaten Selatan Tahun 2010 No Indikator Keterangan 1 Sarana Air Bersih 2 Sanitasi Dasar Persentase tertinggi adalah sumur gali 79,18%, ledeng 9,39%, penampung air hujan 2,94%, dan lainya 8,48 Seperti jamban sehat 52,87%, pemanfaatan sampah 60,83%, yang memiliki pengolahan limbah 44,78% dan akses air bersih 100% 3 Tempat Umum Pengolahan Makanan Cakupan TUPM tahun 2010 dari 397 yang diperiksa sebesar 71,54% dan mengalami kenaikan dari tahun 2009 sebanyak 69,53% 4 Rumah Sehat Rumah sehat yang memenihi persyaratan kesehatan sebanyak 64,70% Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Selatan Tahun 2010 Selain kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun, kebiasaan membuang sampah masyarakat di Kabupaten Selatan juga masih menimbulkan pencemaran tanah dan air. Rata-rata masyarakat membuang sampah di halaman, kali/sungai kecil, di lubang sampah tetapi tidak melakukan pengolahan selanjutnya. Kebiasaan masyarakat membuang sampah berdasarkan survey EHRA dapat dilihat selengkapnya pada grafik berikut: Pokja Sanitasi Selatan III - 12

13 Grafik 3.10 Kebiasaan Masyarakat Membuang Sampah Berdasarkan Survey EHRA di Kabupaten Selatan Tahun 2011 Lainnya Dibuang ke lahan kosong Dibiarkan saja Dibuang ke suangai Dibakar Diangkut tukang sampah, di TPS Dibuang dan dikubur dilobang,2 6 9, , , ,0 5, , % n Dari hasil survey EHRA diatas sebagian besar masyarakat di Kabupaten Selatan membuang sampah dengan cara di bakar yaitu sebanyak 66 %, kemudian yang dibuang ke sungai sebanyak 13,2 % dan yang dibuang ke lahan kosong sebanyak 9,5 %. Pembuangan sampah yang diangkut oleh tukang sampah hanya sebanyak 5,8 %, ini menunjukkan pelayanan sampah di Kabupaten Selatan masih sangat minim. Selanjutnya yang dibuang dan dikubur dilobang sebanyak 4,3 %, sedangkan yang dibiarkan saja sebanyak 1,1 % serta lainnya sebesar 0,2 %. Sampai saat ini penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat Kabupaten Selatan, hal ini disebabkan lingkungan kurang sehat dan perilaku PHBS masih kurang sebagai penyebabnya, faktor resiko timbulnya penyakit diare disebabkan oleh kuman melalui kontaminasi makanan/minuman yang tercemar tinja atau kontak langsung dengan penderita, sedangkan faktor-faktor lainnya meliputi faktor penjamu dan faktor lingkungan. Secara proporsional diare lebih banyak terjadi pada golongan balita (55%). Adapun kebijakan pemberantasan penyakit diare dilaksanakan untuk menurunkan angka kesakitan, angka kematian, dan penaggulangan kejadian luar biasa (KLB). Angka kesakitan diare (insiden) di indonesia pada tahun 2000 (survey P2 Diare) adalah 301/1000 penduduk (Depkes RI, 2003). Berdasarkan Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Kesehatan Tahun , ditargetkan jumlah kasus diare tahun 2010 adalah 350/1000 penduduk dan diharapkan pada tahun 2014 tahun menjadi 285/1000 penduduk. Berdasarkan hasil pengumpulan, pengolahan dan analisisi data diare Kabupaten Selatan tahun , terlihat jumlah kunjungan penderita diare yang berobat kepuskesmas cendrung turun dari tahun 1997 s/d Namun tahun terjadi Pokja Sanitasi Selatan III - 13

14 peningkatan kasus dari menjadi Untuk lebih lengkapnya tentang penderita Diare di Kabupaten Selatan tahun 2010 dapat disajikan pada tabel berikut. Tabel 3.6 Banyaknya Penderita Penyakit Diare Berdasarkan Kecamatan Tahun 2010 Di Kabupaten Selatan No Kecamatan Puskesmas Jumlah Jumlah % Kasus Ditangani Diare 1 Koto XI Tarusan Barung Balantai 1,084 1,084 99,72 Tarusan Bayang Pasar Baru 1,141 1, Koto Merapak IV Nagari Bayang Utara*) As. Kumbang IV Jurai Lumpo Salido Batang Kapas IV KT.Muddik Pasar Kuok Sutera Surantih Lengayang Kambang 1,009 1, Koto Baru Ranah Balai Salasa Linggo Sari Baganti Air Haji 1,753 1, Pacung Soal Indera Basa IV Balai Tapan Tapan Lunang Silaut Tj.Beringin Tj.Makmur ,00 Sumber : Profil Kesehatan Tahun 2010, Dinas Kesehatan Kabupaten Selatan. Hingga saat ini infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Sebahagian masyarakat mengalami 4-6 episode ISPA tiap tahunnya. Pneumonia adalah penyakit infeksi penyerang paru-paru yang di tandai dengan batuk disertai nafas cepat dan atau nafas sesak pada anak usia balita. Penyakit phnomia berbahaya karena dapat mengakibatkan kematian dalam waktu 3-10 jam apabila tidak segera mendapat pertolongan yang cepat dan tepat. Jumlah kasus phnomia ISPA yang berobat di Kabupaten Selatan tahun 2006 s/d 2010, seperti pada tabel berikut. Pokja Sanitasi Selatan III - 14

15 No Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Selatan Tabel 3.7 Jumlah Penderita Pneumonia Per Kecamatan Tahun Di Kabupaten Selatan Tahun Jumlah Penderita Pneumonia Jumlah Kasus Ir (Per 1000/Pdd , , , , ,6 Sumber : Profil Kesehatan Tahun 2010, Dinas Iesehatan Kabupaten Selatan. Sedang untuk kasus pnominia pada Balita Kabupaten Selatan pada tahun 2010 dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 3.8 Pnominia Balita Ditangani Perkecamatan Kabupaten Selatan Tahun 2010 Rumah No Kecamatan Puskesmas Jumlah Seluruhnya Jumlah Penderita Jumlah Pend.Balita Balita Ditangani % Balita Ditangani 1 Koto XI Tarusan 2 Bayang Barung Balantai Tarusan Pasar Baru Koto Merapak Bayang Utara As. Kumbang IV Jurai 5 Batang Kapas Lumpo Salido IV KT.Muddik Pasar Kuok Sutera Surantih Lengayang Kambang Koto Baru Ranah Balai Salasa Linggo Sari Baganti Air Haji Pancung Soal Indera Basa IV Balai Tapan Lunang Silaut Tj.Beringin Tj.Makmur Sumber : Profil Kesehatan Tahun 2010, Dinas Iesehatan Kabupaten Selatan. Pokja Sanitasi Selatan III - 15

16 KUANTITAS DAN KUALITAS AIR Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Selatan Air merupakan kebutuhan pokok untuk kehidupan manusia, sehingga penggunaan air harus diperhatikan kualitas dan kuantitasnya. Kualitas air yang baik akan berimplikasi pada kesehatan yang baik untuk manusia, sedang kualitas air yang buruk menjadi penyebab buruknya kesehatan untuk manusia. Kabupaten pesisir selatan merupakan wilayah dengan topografi berbukit, gelombang, berpasir, belum mempunyai industri yang besar, masyarakat masih mengunakan air sumur gali. Masyarakat pada daerah perbukitan menggunakan air bukit yang berasal dari mata air dan air terjun sebagai kebutuhan air bersih. Pertimbangan lain yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan air tanah, yakni keterpihakan kepada masyarakat atau kepentingan yang lebih luas yang tercermin pada prioritas peruntukannya. Mengingat, tuntutan kebutuhan pendapatan daerah perlu diimbangi dengan peningkatan upaya konservasi atau pelestarian air tanah dan pelayanan kebutuhan masyarakat terhadap air bersih. Sampai saat ini upaya pengelolaan air tanah untuk menjamin keberlanjutan pemanfaatan dan pelestarian air tanah terus menerus diterapkan di lapangan, baik yang mencakup aspek teknis maupun aspek hukum. Tetapi pada kenyataannya, meskipun upaya pengelolaan air tanah telah dilakukan oleh semua unsur terkait, di lapangan masih menunjukkan adanya degradasi sumberdaya air tanah, baik kuantitas maupun kualitasnya, di samping terhadap lingkungan di sekitarnya. Hal ini menunjukkan, bahwa pelaksanaan pengelolaan air tanah dalam rangka konservasi air tanah belum berhasil secara optimal. Di samping itu, dalam rangka perbantuan tugas pemerintah pusat dalam kegiatan pengelolaan air tanah, di daerah-daerah perlu ditetapkan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Air tanah. Berdasarkan pada daur hidrologi, sumber utama airtanah adalah berasal dari air hujan. Kondisi dan curah hujan relatif tinggi sangat menguntungkan dalam imbuhan airtanah secara alami, di mana pada saat musim hujan terjadi pengisian dan penggantian dari defisit airtanah yang terjadi pada musim kemarau. Dengan demikian akuifer akan mendapat penambahan cadangan airtanah. Banyaknya permasalahan dan kendala yang masih ada, baik yang bersifat teknis maupun non teknis apakah sangat berpengaruh pada hasil pelaksanaan pengelolaan air tanah dan konservasinya Pengelolaan air tanah adalah upaya merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi penyelenggaraan kegiatan konservasi, pendayagunaan air tanah dan pengendalian daya rusak air tanah. Perkembangan pemanfaatan air tanah yang berkelanjutan membutuhkan konsep pengelolaan air tanah yang efektif dan efisien serta tepat sasaran. Pada dasarnya pengelolaan air tanah bertujuan untuk menselaraskan keseimbangan pemanfaatan dalam kerangka kuantitas dan kualitas dengan pertumbuhan kebutuhan akan air yang meningkat dengan tajam. Penerapan pengelolaan air tanah sebaiknya dilakukan sebelum terjadinya penurunan kuantitas dan kualitas air tanah akibat pengambilan air tanah dan pencemaran air tanah oleh manusia. Oleh sebab itu, pengelolaan air tanah tidak hanya upaya mengelola sumber daya air tanah (managing aquifer resources) tetapi juga upaya mengelola manusia yang memanfaatkannya (managing people). Pokja Sanitasi Selatan III - 16

17 Kabupaten pesisir selatan memiliki embung sebanyak 6 buah, embung yang tersedia di Kabupaten selatan memiliki volume air terbesar yaitu embung Taratak Timbulun dengan volume air sebanyak 166,764 m3 dengan luas 5,04 ha. Selanjutnya embung Amping Parak di kecamatan Sutera dengan luas 24 ha dengan volume air sebanyak 120 m3, lalu embung Gunung Malelo dengan volume sebanyak 110 m3, dengan luas 2,20 Ha, sedangkan yang paling sedikit volume airnya adalah embung Tanjung Durian dengan volume sebanyak 21,8 m3 dan luas 4.03 ha. Selengkapnya ditampilkan pada tabel dibawah ini Tabel 3.9 Embung Kabupaten Selatan No Nama Embung Kecamatan Luas (Ha) Vol (M3) 1 Lubuk Agung Salido IV Jurai 5, Teratak Timbulun Sutera 5, Lubuk Mato Kucing Sutera 0, Gunung Malelo Sutera 2, Amping Parak Sutera 24, Tanjung Durian Ranah 4, Sumber : Dinas PSDA Kabupaten Selatan Kualitas dan kuantitas air baku di Kabupaten Selatan sangat baik jika di lihat dari asal sumber mata air. Berdasarkan laporan PDAM kapasitas terpasang hampir setiap tahun berdasarkan angka kenaikan langganan setiap tahun. Secara kualitas pelayanan sistem penyediaan air bersih PDAM Kabupaten Selatan belum optimal, hal ini dikarenakan kehilangan atau kebocoran air cukup tinggi yaitu sekitar 31%, serta setiap unit pelayanan sering terganggu dan tidak aktif, yang disebabkan 20 % memakai sistem pompanisasi (berpengaruh sekali dengan daya listrik). Jumlah air yang diproduksi oleh PDAM saat ini sekitar m 3, didistribusikan dan terjual ke masyarakat sebanyak m 3, air yang hilang sebanyak m 3, angka kebocoran sekitar 31%. Untuk lebih jelasnya kondisi bangunan pengolahan air bersih PDAM dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 3.10 Kondisi Bangunan Pengolahan Air Bersih Pdam Kab. Selatan Tahun 2011 Kapasitas (l/detik) No Lokasi Jenis Terpasan Kondisi Produksi g 1 Barung-Barung Balantai Pengolahan Sederhana 5 2 Baik 2 Tarusan IPA Lengkap 0 0 Rusak 3 Pasar Baru Pengolahan Sederhana Baik 4 Painan Pengolahan Sederhana Baik 5 Tuik Pengolahan Sederhana 5 3,6 Baik 6 Pasar Kuok Pengolahan Sederhana 10 7,1 Baik Pokja Sanitasi Selatan III - 17

18 7 Surantih IPA Lengkap 20 10,1 Baik 8 Kambang Pengolahan Sederhana 5 4,8 Baik 9 Balai Salasa Pengolahan Sederhana Baik 10 Air Haji Pengolahan Sederhana 20 9,1 Baik 11 Indrapura IPA Lengkap Baik 12 Tapan IPA Lengkap 15 1,8 Baik 13 Lunang IPA Lengkap 0 0 Rusak Jumlah ,5 Sumber : Kantor PDAM Kabupaten Selatan, 2011 No Tabel 3.11 Kondisi Bangunan Reservoir Distribusi Pdam Kab. Selatan Lokasi Sumber Sistim Pengaliran Unit Air Yg Produksi (M 3 ) Air Yg Distribusi (M 3 ) Air Untuk Instalasi (M 3 ) Air Terjual Pokja Sanitasi Selatan III - 18 Air Yang Hilang 1 Barung-Barung Balantai Gravitasi Tarusan Gravitasi Pasar Baru Gravitasi Painan Gravitasi Tuik Gravitasi Pasar Kuok Gravitasi Surantih Gravitasi Kambang Gravitasi Balai Salasa Gravitasi Air Haji Gravitasi Indrapura Pompa Tapan Gravitasi Lunang Pompa Jumlah Sumber : Kantor PDAM Kabupaten Selatan, Tahun 2011 Kapasitas produksi efektif pada tahun 2011 adalah 130,5 Lt/dt, persoalan sekarang ini adalah bagaimana meningkatkan kapasitas dan kemampuan pelayanan PDAM sebagai perusahan jasa pipanisasi dan penyediaan air minum kepada masyarakat serta perbaikan kapasitas kemampuan perusahaan baik dalam segi manajemen maupun secara teknis. Jumlah penduduk yang terlayani pada tahun 2011 sebesar jiwa, air yang diproduksi dari sistim pengaliran adalah m 3, sedangkan air yang didistribusikan ke pelanggan sebanyak m 3, dan air jumlah air yang terdapat dalam instalasi sebesar 5314 m 3 sedangkan air yang terjual pada pelanggan sebanyak m 3 dan air yang hilang mencapai sedangkan kemampuan layanan PDAM masih terjadi peningkatan layanan pada pelanggan serta angka kebocoran yang cukup tinggi sampai 31%. Kapasitas terpasang 175 Lt/td dan kapasitas produksi efektif 130,5 Lt/dt.

19 Permasalahan yang sering dihadapi dalam penyediaan sarana air minum di Kabupaten Selatan, antara lain : o Kawasan permukiman belum terlayani jaringan perpipaan PDAM; o Minat masyarakat untuk berlangganan PDAM masih kurang; o Sumber mata air yang ada belum dikelola secara optimal; o Sebagian daerah tidak tersedia sumber mata air (daerah kekeringan). Gambar 1 Sistem skema Gravitasi pada Penyaluran Air Minum HIDRAN UMUM Kendala yang sering dijumpai bahwa sumber mata air cukup jauh dari permukiman warga sehingga membutuhkan jaringan perpipaan yang panjang untuk sampai ke permukiman masyarakat tersebut. Pokja Sanitasi Selatan III - 19

20 Gambar 3. Peta Air Baku Pdam Pokja Sanitasi Selatan III - 20

21 Rekomendasi yang dapat disampaikan untuk meningkatkan pelayanan air minum baik yang berada di kawasan perkotaan dan perdesaan antar lain: a. Menambah jaringan perpipaan dalam layanan jaringan PDAM ke permukiman warga yang belum terjangkau/terlayani; b. Memanfaatkan sumber mata air yang ada untuk peningkatan pelayanan air minum kepada masyarakat, khususnya masyarakat di kawasan rawan kekeringan dan air minum; c. Memakai mesin pompa air pada kawasan rawan air minum yang tidak memiliki sumber mata air atau jauh dari sumber mata air sehingga lebih efektif dan efisien. Selain pengelolaan air bersih oleh PDAM air bersih juga di lakukan dengan kegiatan berupa pembangunan sarana air minum perdesaan seperti Program WSLIC, Pamsimas, dan Program Pengembangan Kecamatan (PPK). Sumber air yang digunakan adalah mata air atau sumur dalam yang disesuaikan dengan kondisi daerah. Kelestarian lingkungan dan kesinambungan pelayanan air minum tidak lepas dari aspek peran serta masyarakat dan swasta. Peran masyarakat sebagai pemakai jasa berperan dalam melestarikan lingkungan dan aksesibilitas kepada pelayanan air minum yang berkesinambungan. Berhemat dalam pemakaian air minum serta proaktif dalam mencegah kebocoran air merupakan beberapa kontribusi yang dapat dilakukan masyarakat guna menjamin kesinambungan akses terhadap pelayanan air minum yang sehat. Peran serta swasta juga diharapkan dapat membantu dalam penyediaan dana untuk investasi guna mempercepat pertumbuhan dan peningkatan kualitas pelayanan air minum. Program pemerintah Kabupaten Selatan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas air bersih sudah dilaksanakan baik dari dana APBN maupun dana APBD, meskipun masih banyak masyarakat yang belum menerima program ini. Program dilaksanakan baik dalam bentuk pemberdayaan masyarakat maupun dalam bentuk kegiatan lainnya. Program Pemerintah Kabupaten Selatan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas air bersih secara lengkap disajikan dalam tabel dibawah ini. Tabel 3.13 Kegiatan Dan Lokasi Pamsimas Di Kabupaten Selatan No Kampung Kecamatan Jenis Sambungan TAHUN Talawi Koto XI Tarusan Perpipaan 2. Simaung Cumateh Koto XI Tarusan Perpipaan 3. Taratak Koto XI Tarusan Perpipaan 4. Limau Gadang IV Jurai Perpipaan 5. Air Beralih IV Jurai Perpipaan 6. Koto Rawang IV Jurai Perpipaan 7. Kampung Akad Lengayang Perpipaan 8. Pasie Laweh Lengayang Perpipaan Pokja sanitasi Selatan III - 21

22 9. Air Batu Ranah Perpipaan TAHUN Siguntur Tua Koto XI Tarusan Perpipaan 2. Duku Koto XI Tarusan Perpipaan 3. Bayang Janiah Bayang Utara Perpipaan 4. Tanjung Gadang Sutera Perpipaan 5. Bukit Kaciak Sutera Perpipaan 6. Pauh Lengayang Perpipaan 7. Lagan Gadang Hilir Linggo Sari Baganti Perpipaan 8. Bukit Putus Luar Linggo Sari Baganti Perpipaan 9. Koto Marapak Linggo Sari Baganti Perpipaan 10. Sungai Tanuak Koto XI tarusan Perpipaan 11. Sungai Salak IV Jurai Perpipaan 12. Kabun Bungo Pasang II IV Jurai Perpipaan 13. Pasar Sungai Tunu Ranah Perpipaan 14. Lubuk Sarik Lengayang Perpipaan TAHUN Sawah Karambia Koto XI Tarusan Perpipaan 2. Sungai Sangkir Koto XI Tarusan Perpipaan 3. Calau Bayang Utara Perpipaan 4. Lubuk Silau Bayang Utara Perpipaan 5. Tangkujua IV Jurai Perpipaan 6. Koto Taratak Sutera Perpipaan 7. Ampalu Sutera Perpipaan 8. Koto Kandis Lengayang Perpipaan 9. Kampung Bendang Ranah Perpipaan 10. Kelok Koto Langang Ranah Perpipaan 11. Kampung Akad Linggo Sari Baganti Perpipaan 12. Koto Kabun Ranah Perpipaan 13. Kampung Akad (HID) Lengayang Perpipaan Koto Baru Koto XI Tarusan Perpipaan 2. Taratak Teleng Talawi Koto XI Tarusan Perpipaan 3. Tanjung Saba Bayang Perpipaan 4. Lereng Bukik Bayang Perpipaan 5. Limau-Limau Bayang Utara Perpipaan 6. Asam Kumbang Bayang Utara Perpipaan Pokja sanitasi Selatan III - 22

23 7. Koto Lamo Lengayang Perpipaan 8. Gantiang Kubang Lengayang Perpipaan 9. Baliak Gunung Linggo Sari Baganti Perpipaan Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Selatan pada kegiatan Pamsimas terdapat pembengunan 45 unit pada tahun Tabel 3.14 Kondisi Existing Pelayanan Kegiatan Dan Lokasi Wslic 2009 Di Kabupaten Selatan Sistim Sab Cakupan Pelayanan ( Rt) No Desa Kecamatan Non Rt Perpipaan Jlh.Rt Perpipaan Terlayani % 1 Silaut Lusi - V Sungai Tabun Lusi - V Bakir Basa IV Balai - V Binjai Basa IV Balai - V Malepang Basa IV Balai V Pasar Malintang Basa IV Balai V Pengantingan Basa IV Balai - V Berok Pancung Soal - V Palokan Hilir Pancung Soal - V Sungai Gemuruh Pancung Soal V Sungai Kuyung Pancung Soal - V Tanjung Batang Kapas Pancung Soal - V Tanjung Medan Pancung Soal - V Bukit Putus Dalam Linggo Sari Baganti V Koto Langang Linggo Sari Baganti V Koto Panjang Linggo Sari Baganti V Koto Gadang Dan Linggo Sari Bukit Silapu Baganti - V Lagan Gadang Mudik Linggo Sari Baganti V Lagan Kecil Mudik Linggo Sari Baganti V Luar Parit Linggo Sari Baganti - V Tandikat Air Jambu Linggo Sari Baganti - V Koto VIII Hilir Ranah - V Palangai Timur Ranah V Air Kalam Lengayang - V Daratan Merantiah Lengayang - V Gurun Panjang Lengayang - V Koto Baririk Lengayang - V Koto Nan VII Lengayang - V Pokja sanitasi Selatan III - 23

24 29 Koto Pulai Lengayang - V Koto Rawang Lengayang - V Lubuk Begalung Lengayang - V Medan Baik Lengayang - V Padang Cupak Lengayang - V Padang Limau Manih Lengayang - V Padang Mandiangin Lengayang - V Pulai Lengayang - V Sikabu Lengayang - V Sumbaru Lengayang - V Talang Lengayang - V Tarok Lengayang - V Tebing Tinggi Lengayang - V Alai Sutera - V Gunung Malelo Sutera V Gunung Pauh Sutera V Kayu Aro Sutera V Kayu Gadang Sutera - V Koto Marapak Sutera - V Rawang Sutera - V Bukit Tambun Tulang Batang Kapas - V Koto Panjang & Koto Kaduduk Batang Kapas V Limau Sundai Batang Kapas - V Limpaso Batang Kapas - V Sapan Batang Kapas - V Sungai Bungin Batang Kapas V Sungai Nyalo Batang Kapas - V Taluak Kasai Batang Kapas - V Tanjung Kandis Batang Kapas V Tuik Koto Gunung Kamp.Baru Batang Kapas V Ujung Batu Batang Kapas V Batu Kunik IV Jurai V Empang Teras IV Jurai V Gunung Bungkuak IV Jurai V Tambang IV Jurai V Taratak Tangah IV Jurai V Kampung Tangah Bayang - V Limau Puruak Bayang V Muaro Aie Bayang V Ngalau Gadang Bayang V Taratak Baru Bayang V Air Songsang Koto Pulai Koto XI Tarusan V Batu Hampar Koto XI Tarusan V Duku Benteng Koto XI Tarusan V Dusun pasar Minggu Koto XI Tarusan V Koto Luar Simaung Koto XI Tarusan V Koto Panjang Koto XI Tarusan V Tanah Galak Koto Koto XI Tarusan V Pokja sanitasi Selatan III - 24

25 Pulai 77 Pasar Bukit Koto XI Tarusan V Pasar Sei. Lundang Koto XI Tarusan V Sungai Lundang Koto XI Tarusan V Sungai Talang Koto XI Tarusan V Sungai Tawar Koto XI Tarusan V JUMLAH 25, , Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Selatan, terdapat 81 unit pembangunan WSLIC dari tahun Tabel 3.15 Kondisi Existing Pelayanan Kegiatan Sarana Air Bersih Pedesaan 2009 Di Kabupaten Selatan No Desa Kecamatan DAK TAHUN 2007 Pemb. Sarana Air Bersih 1 Kp. Pungasan Pemb. Sarana Air Bersih 2 Kp. Koto Nan Tigo Pemb. Sarana Air Bersih 3 Teluk Betung Pemb. Sarana Air Bersih 4 Lunang III DAK TAHUN 2008 Pemb. Sistim Penyediaan Air Minum Kamp. Silaut I Desa Tj. 1 Makmur Kamp. Silaut II Desa 2 Taman Makmur Kamp. Silaut I Desa 3 Mekar Sari Linggo Sari Baganti Batang Kapas Batang Kapas Sistim Sab Non Perpipaan Perpipaan Cakupan Pelayanan ( Jiwa) % Jlh.Penduduk Terlayani Terlayani Fisik ( % ) V - 1, V - 1, V Lusi V - 1, Lusi V - 1, Lusi V - 1, Lusi V - 1, Kamp. Sei. Liku Palangai Ranah V - 2, Kamp. Kubang Bayang V - 1, , DAK TAHUN 2009 Pemb. Sarana Air Minum Linggo Sari Baganti V Linggo Sari Baganti V - 1, JUMLAH 15, , Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Selatan, terdapat pembangunan sebesar 11 unit sarana air bersih pedesaan pada tahun TSM Sei. Sarik 2 Kamp. Sei. Kuyung Pokja sanitasi Selatan III - 25

26 3.1.4 LIMBAH CAIR RUMAH TANGGA Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Selatan Pengelolaan air limbah rumah tangga Kabupaten Selatan belum memiliki master plan pengelolaan air limbah. Pengelolaan sanitasi di Kabupaten Selatan belum dilakukan dengan Sistem Pengolahan Air Limbah (SPAL) baru sistem setempat (on-site system) skala rumah tangga. Sistem pengolahan air limbah setempat (on-site system) adalah sistem penanganan air limbah domestik yang dilakukan secara individual/komunal dengan fasilitas dan pelayanan dari satu atau beberapa bangunan, yang pengelolaannya diselesaikan secara setempat atau di lokasi sumber, seperti : cubluk, tangki septik (septic tank) dan paket pengolahan skala kecil. Sistem pengolahan limbah setempat ini lebih sesuai untuk Kabupaten Selatan karena umumnya topografinya wilayah pantai yang landai serta tingkat kepadatan penduduknya relatif rendah. Secara umum masyarakat melakukan pengelolan air limbah seperti tersebut diatas, akan tetapi beberapa rumah tangga di Kecamatan IV Jurai yang memiliki keterbatasan lahan melakukan pengelolaan air limbah khususnya Black water dilayani oleh pihak pemerintah seperti jasa sedot lumpur tinja. Keterbatasan jangkauan layanan menyebabkan belum seluruh kecamatan dapat terlayani dengan optimal. sedangkan dari pihak swasta belum menyediakan layanan ini. Pembuangan lumpur tinja ini berlokasi di Bukit Penyambungan Lumpo Kecamatan IV Jurai serta sudah dilengkapi dengan sarana IPLT (Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja). IPLT Kabupaten Selatan dibangun pada tahun 2007, IPLT ini berlokasi di Gunung Bungkuk Kenagarian Lumpo dengan kapasitas m3, IPLT ini masih berfungsi dalam kondisi terawat. Sedangka sarana penunjang berupa armada truk tinja hanya ada satu unit. Pelayanan air limbah Kabupaten Selatan mencakup seluruh wilayah Kabupaten, namun pelayanan ini tergantung dari permintaan yang membutuhkan jasa penyedotan Kakus. Sampai TA 2009 ini dari 12 Kecamatan baru 8 Kecamatan yang pernah dilakukan penyedotan tinja, hal ini disebabkan 4 Kecamatan lokasinya jauh dari sarana IPLT dan masyarakat masih sanggup membokar tinja septic tanknya sendiri. Sedangkan kapasitas pelayanan limbah tinja adalah 8,4m³/hari tidak rutin dilakukan tergantung pada permintaan pembongkaran kakus oleh masyarakat. Untuk industri kecil (Perusahaan Tapioka maupun Tahu/Tempe) belum dilakukan pengolahan melalui instalasi pengolah limbah. Padahal dari hasil pemantauan diketahui bahwa hampir semua limbah yang dibuang dari berbagai usaha rumah tangga yang ada kualitas nya diatas ambang batas baku mutu yang ditetapkan. Pokja sanitasi Selatan III - 26

27 Tabel 3.17 Jumlah Rumah Tangga Dan Tempat Buangan Akhir Tinja Tidak Ada Tangki Septik No Kecamatan Jumlah Rt 1 Koto XI Tarusan Bayang Bayang Utara IV Jurai Batang Kapas 50 6 Sutera 35 7 Lengayang Ranah Linggo Sari Baganti Pancung Soal Basa IV Balai Tapan Lunang Silaut 375 Jumlah Sumber : Bappeda Kab. Selatan Tahun 2010 diolah Berdasarkan data survey Dinas Kesehatan tahun 2010 tentang kepemilikan jamban dengan jumlah Kepala keluarga yang diperiksa sebanyak KK, yang memiliki jamban keluarga sebanyak KK atau 51,57%. Adapun yang menjadi program prasarana dan sarana pengelolaan air Limbah adalah sebagai berikut: a. Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan dan limbah b. Pembangunan Saluran Drainase c. Pembangunan Sanitasi Berbasis Masyarakat d. Program Percepatan Sanitasi Permukiman e. Pengelolaan Air Limbah f. Pembangunan Infrastruktur Sanitasi g. Pengembangan Sarana Pengelolaan Air Limbah Komunal Berbasis Masyarakat. Penanganan sanitasi di Kabupaten Selatan, tidak hanya faktor higienis yang harus diperhatikan tetapi juga masalah pencemaran terhadap lingkungan yang diakibatkan oleh air limbah domestik itu sendiri. Tingkat pencemaran menunjukan angka yang signifikan pada badan air yang melalui ibu kota kecamatan kabupaten dimana terdapat kepadatan penduduk yang lebih tinggi. Di kawasan ibu kota kecamatan, seperti : Ibu kota kecamatan Lengayang, Ibu kota kecamatan Koto XI Tarusan dan Kota Painan yang memiliki kepadatan penduduk cukup tinggi diperlukan penataan dan pengelolaan air limbah yang baik sehingga tidak mencemari lingkungan permukimannya. Sistem pembuangan air limbah harus dipisahkan dengan sistem pembuangan air hujan, namun sering dijumpai limbah dari rumah tangga dibuang ke dalam sistem pembuangan air hujan yang dapat mengakibatkan polusi/ pencemaran lingkungan hidup. Pokja sanitasi Selatan III - 27

28 Pengelolaan prasarana dan sarana air limbah pada setiap daerah mempunyai karakteristik yang berbeda, baik tingkat pelayanan, jenis dan jumlah pelayanannya. Pengelolaan sanitasi dapat dilakukan dengan 2 (dua) sistem yaitu: a. Sistem Pengolahan Air Limbah Setempat (on-site system); b. Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat (off-site system). Sistem pengelolaan air limbah di Kabupaten Selatan masih banyak menggunakan sistem pengolahan air limbah setempat (on-site system) baik itu secara individu dan di beberapa tempat secara komunal. Pada beberapa tempat, di bangunan-bangunan tertentu diwajibkan menyediakan fasilitas instalasi pengolahan air limbah (IPAL), seperti : rumah sakit, industri, penginapan dll. Fasilitas pengolahan ini sangat dibutuhkan untuk menghindari dampak pencemaran lingkungan hidup. Kegiatan SANIMAS tahun 2008 di Kabupaten Selatan, dilaksanakan pembangunan Instalasi Pengolahan Limbah Rumah Tangga, yang berada di satu lokasi yaitu di Kecamatan Bayang dan Kecamatan Lengayang. Diharapkan dengan dilaksanakan kegiatan SANIMAS ini, limbah rumah tangga tidak lagi mencemari lingkungan permukiman bahkan bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan lingkungannya. Pokja sanitasi Selatan III - 28

29 Alur Sanitasi Limbah Kabupaten Selatan Produk input A User interface B Pengumpulan & Penampungan/ Pengolahan awal C Pengangkutan/ Pengaliran D Semi pengolahan Terpusat E Daur Ulang dan Pembuangan Akhir Black water Tinja Wc Rp.1000 Wc Rp.1000 Lumpur Mobil Lumpur Tinja Lumpur Penampun gan 1 Urine Lumpur Air Pembersih Air Pengelontor ember dayun g ember dayun g Tank septic individual on site Semi Pengolahan Penampun gan 2 Kertas Pembersih Grey water Air Cucian Dapur piring gelas effluent Air Bekas Mandi Air Cucian Pakaian T4 cucian Drainase effluent Penampun gan 2 Pembuangan Air Cucian Pokja sanitasi Selatan III - 29

30 3.1.5 LIMBAH PADAT (SAMPAH) Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Selatan Pengelolaan sampah di Kabupaten Selatan berada pada Dinas Pekerjaan Umum Bidang Kebersihan dan Pertamanan (untuk limbah padat dari rumah tangga, pasar, jalan) serta Kantor Lingkungan Hidup untuk limbah padat dari Industri, perhotelan, peternakan, pertambangan, pelabuhan dan lain-lain. Kabupaten Selatan pada saat ini sedang menyusun Perencanaan DED dan UKL/UPL Tempat Pembuangan Akhir Gunung Bungkuk dan Tapan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Selatan. Pengelolaan sampah skala kabupaten dilaksanakan melalui operasi sistem pengelolaan sampah domestik dimulai dengan kegiatan pengumpulan dari sumbernya (langsung dilaksanakan oleh masyarakat untuk dikumpulkan di halaman rumah atau langsung ke Tempat Penampungan Sementara), demikian juga sampah yang berasal dari pasar tradisional dikumpulkan di Tempat Penampungan Sementara untuk kemudian diangkut ke TPA Gunung Bungkuk. Pemerintah Daerah Kabupaten Selatan mempunyai peranan dalam operasi pengangkutan sampah domestik yang terkumpul oleh rumah tangga dan Tempat Penampungan Sementara, yang selanjutnya di angkut oleh dumptruck menuju TPA di Gunung Bungkuk. Saat ini daerah jangkauan layanan persampahan Kabupaten Selatan baru menjangkau Kecamatan Bayang (Pasar Baru) dan Kecamatan IV Jurai (Sago-Salido-Painan). Sedangkan untuk kecamatan - kecamatan yang belum terlayani, masih di kelola sendiri oleh masyarakat seperti menimbun dan membakar di belakang rumah. Berdasarkan data dari Dinas Pekerjan Umum Kabupaten Selatan Tahun 2010 pengelolaan sampah rumah tangga dilakukan dengan cara komunal oleh masyarakat yaitu dengan cara ditimbun (64,6%), dibakar (19,1%) pada lahan di belakang rumah / dipekarangannya sendiri. Sebagian kecil masyarakat membuang sampah dengan cara diangkut (11,4%) dan lainnya (4,9%). Peran swasta masih terbatas pada pemanfaatan sampah yang masih dapat dijual kembali dan bernilai ekonomis bukan secara langsung mendaur ulang sampah tersebut. Untuk pengelolaan seperti daur ulang belum ada kelompok masyarakat yang melakukan kegiatan daur ulang sampah menjadi pupuk kompos dan kerajinan tangan. Kegiatan pemberdayaan kelompok composting di Nagari Sago-Salido pada tahun 2009 oleh Kantor Lingkungan Hidup dan di Nagari Painan pada Tahun 2010 di lakukan bimbingan dan penyuluhan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat tetapi kegiatan tersebut tidak berjalan, hanya di lakukan pada waktu pelatihan saja dan belum terealisasi secara keseluruhan oleh masyarakat. Kebutuhan Tempat Penampungan Sementara (TPS) ini merupakan suatu wadah sebagai penampung sampah sementara sebelum dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA). Dimana tempat penampungan sementara ini terdiri dari : o Tempat Penampungan Sementara (TPS) permanen ini terbuat dari pasangan batu bata, cor beton dan ditutup dengan besi plat, penempatannya tersebar dalam kota Painan - Salido Sago khususnya dan Selatan pada umumnya. Pokja Sanitasi Selatan III - 30

31 o Tempat Penampungan Sementara (tong sampah) terbuat dari drom bekas yang dipotong dua diberi kaki dan pegangan, penempatannya tersebar dilokasi-lokasi fasilitas umum. o Tempat penampungan sementara (tong sampah) terbuat dari Kayu dan penempatannya yaitu pada lokasi-lokasi pertokoan dan fasilitas umum lainnya. o Tempat Pemilah sampah basah dan sampah kering dalam drum bekas yang ditempatkan tersebar pada pemukiman penduduk Kebutuhan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan TPSS terpadu harus didasari oleh kesepakatan dan kerjasama antar wilayah, dan dalam pelaksanaannya berpedoman kepada Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang persampahan. Untuk rencana TPA yang ramah lingkungan direncanakan berada di Koto XI Tarusan, IV Jurai, IV Jurai, Lengayang, Pancung Soal, Basa Ampek Balai Tapan dan Lunang Silaut dan Kebutuhan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang sudah representatif harus ada 3 unit pada zona utara tengah dan selatan mengingat kondisi wilayah Kabupaten Selatan yang memanjang sepanjan 234 km. Dokumentasi Existing Pengelolaan Persampahan Kabupaten Selatan Foto 1 : Sarana Pengangkutan Sampah Foto 2 : Tempat Penampungan Sampah Sementara di Kota Painan -Sago Pokja Sanitasi Selatan III - 31

32 Foto 3 : Tempat Penampungan Sampah Sementara Sago Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Selatan Foto 4 : Tempat Penampungan Sampah Akhir Gunung Bungkuk Foto 5 : Tempat Penampungan Sampah Sementara di Batang Kapas Foto 6 : Tempat Penampungan Sampah Areal Terbuka di Teluk Kasai Foto 7 : Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Sago Pokja Sanitasi Selatan III - 32

33 Foto 8 : Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Gunung Bungkuk Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Selatan Foto 9 : Tempat Pengumpulan Sampah Swadaya Pokja Sanitasi Selatan III - 33

34 Alur Sanitasi Limbah Kabupaten Selatan Produk input A User interface B Pengumpulan Setempat C Penampungan Sementara D Pengangkutan E Pengolahan Akhir Terpusat D Daur Ulang dan Pembuangan Akhir Kompos Skala Rumah Tangga Residu Kompos Skala Rumah Tangga Residu Residu Sampah Organik Kompos Bak Sampah Kompos Mobil Pengolahan Akhir Terpusat Kompos Kompos Mobil Daur Ulang Sampah Non Organik Kompos Bak Sampah Kompos Mobil Pengolahan Akhir Terpusat Daur Ulang Kompos Skala Rumah Tangga Kompos Skala Rumah Tangga Residu Residu Daur Ulang Pokja Sanitasi Selatan III - 34 III - 34

35 3.1.6 DRAINASE LINGKUNGAN Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Selatan Pengelolaan drainase di Kabupaten Selatan ditangani oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Selatan. Jaringan drainase tersier yang digunakan terbagi menjadi drainase kota dan drainase kecamatan dimana wilayah cakupan skala kota yang terdapat di Kota Painan Salido Sago sepanjang m 2, dan drainase tersier skala kecamatan sepanjang 483 m 2 baru terdapat di kecamatan Bayang dan Kambang. Drainase Skala kecamatan yaitu drainase yang terdapat pada permukiman masyarakat pada umumnya kondisi drainase yang ada kurang berfungsi dan sistim pengaliran terputus putus menyebabkan air air limpasan hujan tidak teralirkan sesungai dan kelaut fungsi drainase tersebut hanya untuk mengalirkan air limpasan air hujan. Sedangkan permasalahan pada saluran drainase yaitu pendangkalan sedimen tanah dan sampah sehingga air tidak mengalir sampai saluran drainase primer. Drainase tersier yang digunakan adalah drainase sistim terbuka pada permukiman masyarakat di kecamatan, sedangkan pada drainase tersier perkotaan ada yang menggunakan drainase terbuka dan tertutup dimana pada drainase perkotaan sering di tutup dengan beton untuk mengurangi bau yang ditimbulkan dari genangan air. Untuk bangunan pelengkap drainase skala kota dan skala kecamatan masih belum ada karena masih menggunakan sistim drainase yang sederhana yang sifatnya hanya untuk mengalirkan air yang tergenang pada permukiman/ perumahan yang berasal dari limpasan air hujan dan air limbah rumah tangga. Jaringan drainase sekunder menggunakan sistim saluran terbuka dan tertutup, dimana panjang drainase sekunder sepanjang 3.626,95 m 2 dengan Wilayah cakupan skala kota Painan Salido Sago sepanjang 2.586,95 m 2 (Sago Salido 410 m) dan (Painan 2.176,95 m 2 ) serta skala kecamatan sepanjang m 2 (Pasar Baru, Koto Berapak, Kapuh). Permasalahan saluran adalah kondisi kurang terawat baik drainase kota maupun drainase kecamatan, banyak yang telah ditanami rumput, penumpukan sedimen tanah dan sampah, serta kebanyakan drainase yang ada banyak yang terputus-putus dan tidak mengalir. Sedangkan frekuensi pemeliharaan drainase sekunder yang dilakukan pada tahun 2006 merupakan pemeliharaan drainase kota sepanjang ± 1985 m 2 dan drainase tersier sepanjang 500 m 2, dan pemeliharaan drainase kota pada Tahun 2010 tersebar. jenis pemeliharaan yaitu memperbaiki saluran drainase yang rusak (pecah) dan tertutup sedimen pasir serta sampah. Jaringan drainase primer yang menggunakan drainase terbuka dengan wilayah cakupan skala kota terdapat di Painan (belakang UHA sepanjang 20 m 2 ) dan di Sago yaitu drainase Air Beralih. Permasalahan pada saluran yang ada yaitu berupa penumpukan sampah dan tumbuhan enceng gondok serta rumput seperti terdapat di drainase Air Beralih Sago. Sedangkan di painan (belakang UHA) kendala berupa pendangkalan dan ditumbuhi rumput serta air yang mengalir tidak lancar. Panjang drainase primer adalah 335 m 2- yang terdapat di kota painan dan sepanjang 315 m di Sago serta di Air Beralih sepanjang 20 m. Secara keseluruhan saluran drainase belum memiliki desain dan konstruksi jaringan drainase yang diperkeras, jaringan drainase masih sederhana dan bersifat konvensional, kecuali pada jalur jalan arteri sudah menggunakan perkerasan, tertutup dan dimanfaatkan untuk berjalan kaki. Sedangkan untuk drainase jalan lokal sudah terdapat jaringan yang Pokja Sanitasi Selatan III - 35

36 diperkeras, tetapi masih terbuka dengan kedalaman kurang lebih 50 cm. Untuk sistem drainase yang lain masih secara alami ditumbuhi semak belukar dan terputus. Hal ini belum menunjukkan jaringan drainase secara terpadu, dimana dimensinya pun hanya merupakan pendekatan perkiraan, tidak diperhitungkan dan didesain sesuai dengan standar baku. Pada kondisi tertentu masih banyak rumah yang tidak memiliki drainase, limpahan air hujan dan limbah rumah tangga di alirkan ditanah-tanah kosong yang berada di belakang rumah. Berdasarkan data dari Dinas Pekerjaan Umum luas genangan air seluas 135 ha dengan ketinggian 0,25-1 m dengan lama genangan 1-1,5 jam dengan frekuensi 3 kali / tahun. Pengamatan sanitarian terhadap lingkungan rumah menemukan bahwa sekitar 28,6 % rumah tangga di Kabupaten Selatan memiliki lingkungan yang terdapat genangan air kurang dari satu jam,antara satu jam sampai tiga jam mencapai 26,0 %, dan hanya sebanyak 3,5 % yang mempunyai genangan air lebih dari satu hari. Di sini, secara umum kondisi lokasi genangan air di sekitar lingkungan rumah berdasarkan survey EHRA di Kabupaten tahun 2011 dapat dilihat pada grafik berikut. Grafik 3.12 Lamanya Genangan di Sekitar Lingkungan Rumah Berdasarkan Survey EHRA di Kabupaten Selatan Tahun ,0 28,6 26,0 25,0 20,8 20,0 15,0 10,4 10,8 10,0 5,0 3,5,0 Kurang dari 1 jam Antara 1-3 jam Setengah hari Satu hari Lebih dari 1 hari Tidak tahu Series1 Pokja Sanitasi Selatan III - 36

37 Dokumentasi Existing Saluran Drainase Perkotaan di Kabupaten Selatan Foto 1 : Saluran Drainase Sekunder Samping Kodim Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Selatan Foto 2 : Saluran Drainase Sekunder Samping PSDA Foto 3 : Saluran Sekunder Drainase Kota Painan Bukit Putus Foto 4 : Saluran Drainase Sekunder Kota Painan Pokja Sanitasi Selatan III - 37

38 Foto 5 : Saluran Sekunder Drainase Kota Sago Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Selatan Foto 6 : Saluran Primer Drainase Kota Sago Air Beralih dan UHA Painan Topografi Kabupaten Selatan memiliki kemiringan lereng datar 0 2 % dengan luas Ha (31,59) terdapat diseluruh kecamatan, Kemiringan 2 15% dengan luas Ha (0,89%) terdapat di Kecamatan Lunang Silaut, Basa IV Balai Tapan, Pancung Soal, Linggo Sari Baganti, Sutera, Batang Kapas dan Koto XI Tarusan disamping itu terdapat beberapa Daerah Aliran Sungai, sehingga pada saat curah hujan tinggi daerah yang berada di hilir sungai menjadi terendam dan tergenang untuk beberapa saat. Genangan umumnya terjadi karena terjadi penyempitan dan pendangkalan sungai. Bahaya banjir di daerah ini terkait dengan kondisi fisik daerah tersebut. Kondisi fisik pada beberapa tempat berupa daerah dataran yang berasal dari sedimen hasil proses sungai. Daerah ini banyak dilalui oleh sungai-sungai yang mempunyai aliran permanen sepanjang tahun dalam artian sungai yang ada di daerah ini pada saat musim kemarau masih mengalirkan air yang akan mempengaruhi karakteristik banjir. Kejadian banjir sering terjadi pada saat musim hujan merupakan peristiwa alam yang terjadi akibat tranformasi hujan menjadi aliran permukaan dengan besaran tertentu. Banjir kemudian berkembang menjadi suatu masalah apabila sudah mengganggu kehidupan manusia bahkan mengancam keselamatan manusia. Banjir terjadi apabila debit aliran melebihi debit aliran rata-rata. Untuk lebih lengkap tentang Resiko Bahaya Banjir Kabupaten Selatan dapat dilihat pada tabel berikut. Pokja Sanitasi Selatan III - 38

39 No Tabel 3.18 Resiko Bahaya Banjir Kabupaten Selatan Kecamatan Total Area Terendam (Ha) Korban Mengungsi 1 Koto XI Tarusan Bayang IV Nagari Bayu IV Jurai Batang Kapas Sutera Ranah 3 50 Total Sumber: Analisis Data Laporan mitigasi bencana Kab.Pessel, 2007 Bahaya banjir yang terjadi pada daerah ini memiliki sebaran spasial umumnya di daerah dataran aluvial. Daerah ini pada umunya memiliki potensi rawan banjir sedang yaitu Lunang Silaut dengan luas 640,62 Km² dimana tinggi genangan mencapai lebih dari satu meter dan lama genangan mencapai dua hari. Sedangkan wilayah dengan resiko banjir yang rendah berada di Kecamatan Lengayang dengan luasan 505,96 Km². Genangan-genangan tersebut umumnya terjadi secara rutin setiap tahun. Rencana pemerintah Kabupaten Selatan sendiri pada tahap pertama akan melakukan upaya normalisasi sungai-sungai untuk kecamatan yang memiliki potensi sedang dan rendah. Adapun sebaran spasial secara administrasi yang memiliki bahaya banjir dapat dilihat pada Tabel dibawah ini. No Tabel 3.19 Sebaran Spasial Secara Administrasi Tingkat Bahaya Banjir Kecamatan Tingkat Bahaya Banjir Pokja Sanitasi Selatan III - 39 Total Rendah Sedang Tinggi (Km²) Luas % Luas % Luas % 1 Koto XI Tarusan 373,46 87,74 52,17 12, ,63 2 Bayang 67,96 87,69 9,54 12, ,50 3 IV Nagari Bayu 219,88 87,69 30,86 12, ,74 4 IV Jurai 338,46 90,55 35,34 9, ,80 5 Batang Kapas 324,04 90,24 35,03 9, ,07 6 Sutera 343,42 77,06 102,23 22, ,65 7 Lengayang 505,96 85,67 84,64 14, ,60 8 Ranah 493,96 87,52 70,43 12, ,39 9 Linggo Sari Baganti 256,15 81,21 59,26 18, ,41 10 Pancung Soal 413,47 55,87 326,63 44, ,10

40 11 BAB Tapan 410,76 60,63 266,74 39, ,50 12 Lunang Silaut 288,88 31,08 640,62 68, ,50 Total 4036,39 70, ,50 29, ,89 Sumber: Analisis Data Laporan mitigasi bencana Kab.Pessel, 2007 Kabupaten Selatan belum memiliki Master Plan Drainase Lingkungan, sedangkan untuk daerah perkotaan seperti Kota Painan sudah ada Master Plan Drainase Perkotaan. Dinas PU Kabupaten Selatan masih melakukan kajian terhadap lokasi genangan yang ada di Kabupaten Selatan PENCEMARAN UDARA Berdasarkan hasil pemantauan yang dilakukan oleh Kantor Lingkungan Hidup terhadap 5 lokasi di Kabupaten Selatan. Pencemaran udara paling tinggi terjadi di lingkungan jalan raya dengan aktivitas lalu lintas relatif tinggi. Lokasi SO2 CO NO2 TSP Boiler Pabrik Loading RAM Perumahan Karyawan Depan Kantor Depan PDAM Tabel 3.20 Kualitas Udara PT. Incasi Raya Dan Depan PDAM Kabupaten Selatan Tahun 2010 DUSF ALL Hidrogen Chlorida Gas Khlorin Ammonia Hidrogen Florida Pokja Sanitasi Selatan III - 40 Noise Opasitas Ttd Ttd Ttd 0, Ttd Ttd Ttd Ttd Ttd Ttd Sumber: Buku Status Lingkungan Hidup 2010 Berdasarkan tabel di atas menunjukkan PT. Incasi Raya dan depan kantor PDAM menunjukkan bahwa perusahaan telah menyadari pentingnya menjaga kerusakan lingkungan dari asap industri sehingga perlu dilakukan pengujian kualitas udara sekali 6 bulan. Parameter yang diuji melakukan lama pengujian bervariasi, tergantung parameter yang diukur, SO 2, parameter TSP melebihi baku mutu hasil uji µg/nm 3, dalam baku mutu 230 µg/nm 3, sementara untuk parameter yang lain masih berada dibawah baku mutu. Sedangkan pengukuran kualitas udara ambient dilakukan pada satu titik yang dianggap representative dijadikan pengambilan sample yaitu depan Kantor PDAM kota Painan pada koordinat ,6 LS dan ,7 BT dengan ketinggian 15 meter dari permukaan laut. Dasar pengambilan titik sample adalah lokasi padat jalur lalu lintas, dekat pemukiman penduduk, dekat pasar, pertokoan dan perkantoran serta sekolah. Dari hasil analisa laboratorium yang dilaksanakan Bapedalda Provinsi kerjasama dengan BLK Padang diperoleh hasil dari 3 parameter yang diperiksa CO, NO 2 dan TSP hasil

41 analisa (6.675 µg/nm 3, µg/nm 3 dan µg/nm 3 ) berada di bawah Baku Mutu yang telah ditetapkan (PP 41 Tahun 1999) tentang Pengendalian Pencemaran Udara LIMBAH INDUSTRI Industri yang berkembang di Kabupaten Selatan sebanyak 491 unit usaha dengan kategori kelompok industri antara lain pangan, sandang, kulit, kimia dan bahan bangunan, logam dan elektronika, dan kerajinan. Tabel 3.21 Industri Kecil Menurut Kelompok Industri Jumlah Unit Usaha Jumlah Tenaga Kerja No Kelompok Non Non Industri Formal Jumlah Formal Jumlah Formal Formal 1 Pangan Sandang dan Kulit Kimia& Bahan Bangunan Logam dan Elektronika Kerajinan Jumlah Sumber : Laporan Data dan Analisa RTRW Kab. Selatan Beban pencemaran limbah cair industri besar PT.Incasi Raya diketahui bahwa pengelolaan IPAL PT.Incasi Raya belum optimal, perlu dilakukan perbaikan sistem pengolahan IPAL agar hasil yang dicapai berada dibawah baku mutu yang disyaratkan. Beberapa parameter melebihi baku utuh seperti BOD baku mutu 99,83 mg/i hasil analisa bulan Januari 115,66 mg/i, bulan mei 126,93 mg/i dan Bulan Juni 147,43 mg/i. Parameter COD baku mutu 518 mg/i, analisa melebihi baku mutu bulan Maret 643 mg/i, bulan Mei dan Juni masing-masing 577 mg/i dan 759 mg/i. Nitrogen juga berada diatas baku mutu yakni bulan Januari, Maret, dan Mei. TSS hampir semua bulan berada di atas baku mutu, sedangkan untuk parameter minyak dan lemak hanya 4 bulan yang berada di atas baku mutu. Secara garis besar industri besar yang ada di Kabupaten Selatan belum banyak dan oleh sebab itu pencemaran industri yang mencemari udara belum ada LIMBAH MEDIS Limbah medis di Kabupaten Selatan berasal dari dua rumah sakit yaitu RSUD M.Zein dan RS Bersalin Permata Hati. Selain itu juga terdapat 18 Puskesmas, 18 Puskesmas Keliling, 86 Puskesmas Pembantu, 642 Posyandu, 282 Polindes/ Poskesri. Dari sejumlah sarana kesehatan tersebut dipastikan menghasilkan limbah medis yang mengandung bahan kimia maupun limbah infeksius yang berbahaya bagi lingkungan. Untuk menangani limbah medis, baru RSUD M. Zein telah memiliki IPAL di lingkungan rumah sakit sebagai sarana Pokja Sanitasi Selatan III - 41

42 pengolahan limbah cair. Ada 2 parameter pencemar yang melebihi baku mutu yaitu TSS dan NH 3 bebas, yang paling menonjol melebihi baku mutu adalah NH 3 yang berada pada titik Inlet dan IPAL. Hal ini perlu dilakukan penanganan yang lebih intensif dalam pengolahan IPAL melalui penambahan intensitas serasi dan penambahan bakteri pengurai lebih banyak. Limbah Medis ini terbagi atas limbah infeksius dan limbah non infeksius. Limbah infeksius berasal dari pelayanan medik dan pelayanan penunjang medik seperti : laboratorium, instalasi farmasi, instalasi gizi, rehabilitasi medik, radiologi, instalasi pencuci hama, instalasi pemeliharaan sarana, instalasi pemulasaraan jenazah dan pelayanan terpadu, sedangkan limbah non medis bersumber dari pelayanan administrasi dan dapur. Penanganan limbah medis yang ada di RSUD Kabupaten Selatan dilakukan melalui incinerator dan landfill. Pada beberapa kasus penanganan limbah medis dari beberapa kegiatan pelayanan kesehatan seperti puskesmas melakukan pembakaran sampah di tempat sampah. Sementara Limbah Jarum suntik di tampung di safety box kemudian dihancurkan dengan needle crusher setelah itu ditimbun atau di bakar di Incinerator di RSUD. Tabel 3.22 Perkiraan Volume Limbah Padat Dan Limbah Cair Dari Rumah Sakit Tahun 2010 No Volume Limbah Volume Limbah Tipe/ Nama Rumah (M3/Hari) B3(M3/Hari) Kelas Sakit Padat Cair Padat Cair 1 Rsud M.Zein Painan C 1, , Rs Bersalin Permata Hati , ,25 12 Sumber : Dinas Kesehatan Pada saat pemantauan telah dilakukan pengambilan sample limbah cair pada ruangan unit gizi, dan ruang perawatan. Tabel 3.23 Hasil Ipal RSUD Muhammad Zein Painan Tgi 13 Maret 2008 No Parameter Satuan Bmlc* Volume Limbah (M3/Hari) Inlet Ipal Outlet 1 Suhu C ph BOD 5 mg/i COD mg/i TSS mg/i NH3 bebas N mg/i 0.1 2,170 2, PO4 mg/i 2 1,758 1, Sumber : RSUD M.ZEIN Painan Tabel 3.24 Pokja Sanitasi Selatan III - 42

43 Hasil Analisa Limbah Cair Rsud Muhammad Zein Painan Tgi 31 Maret 2008 No Parameter Satuan Bmlc* Hasil Analisa 1 Suhu C ph BOD mg/i COD mg/i TSS mg/i NH3 bebas N mg/i PO4 mg/i Coliform jm1/100 MI Sumber : Bapedalda Provinsi Sumbar beke)ja sam dengan Salaai Laboratorium Kesehatan Padang Pengambilan limbah cair dilaksanakan pada tanggal 31 Maret 2008 BMLC Baku Mutu Limbah Cair. Keputusan Gubernur Sumatera Barat No. 6 Tahun 2001 tentang Penetapan Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit di Provinsi Sumbar. I Drainase belakang II Drainase depan Tabel 3.25 Hasil Analisa Limbah Cair Rsud M. Zein Painan Tgi 20 Mei 2009 No Parameter Satuan Bmlc* Hasil 1 TSS mg/i BOD mg/i COD mg/i Ammoniak sbg NH 3 - mg/i N ph Pospat sbg P O4 mg/i Suhu C Sumber : Rsud Dr. M. Zein Painan bekerja sama dengan Balai Laboratorium Kesehatan Padang Ket : BMLC Baku Mutu Limbah Cair Keputusan Menlh No. 58/MenLH/12/1995. Hasil Air limbah I Ii Pokja Sanitasi Selatan III - 43

44 Tabel 3.26 Hasil Analisa Limbah Cair Rs Bersalin Permata Hati Hasil Sampel No Parameter Satuan Bmlc* Air Limbah 1 Ph 6-9 7,26 2 TSS Mg/I 30 Tdu 3 COD Mg/I BOD Mg/I 30 <14 5 Amoniak Mg/I 0,1 Tdu 6 Pospat Mg/I 2 Tdu 7 Detergen- MBAS Mg/I - Tdu Sumber : Rumah Sakit Sersalln Permata Hati Painan Dokumentasi Existing Pengelolaan Limbah Kabupaten Selatan Foto : Sarana pengelolaan limbah di RSUD Kabupaten Selatan SARANA KESEHATAN Sarana Kesehan yang di sajikan meliputi puskesmas, rumah sakit, sarana kesehatan bersumberdaya masyarakat dalam insistusi tenaga kesehatan. 1. PUSKESMAS Puskesmas sebagai salah satu unit pelayanan kesehatan tingkat pertama dalam sistim pelayanan kesehatan, harus melakukan upaya kesehatan wajib dan beberapa upaya kesehatan pilihan yang disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan, tuntutan, kemampuan dan inovasi serta kebijakan pemerintah daerah setempat. Puskesmas memiliki fungsi sebagai: 1. Pusat pembangunan berwawasan kesehatan 2. Pusat pemberdayaan masyarakat 3. Pusat pelayanan kesehatan masyarakat 4. Pusat pelayanan perorangan primer Pokja Sanitasi Selatan III - 44

45 Pada tahun 2010 jumlah puskesmas puskesmas di Selatan sebanyak 18 unit dengan rincian Puskesmas rawatan 8 unit dan Puskesmas Non rawat 10 unit, poskesri 282 dan 642 posyandu. 2. RUMAH SAKIT Pembangunan kesehatan selain upaya promotif dan preventif di dalamnya juga terdapat pembangunan kesehatan yang bersifat kuratif rehabilitatif. Rumah sakit merupakan pelayanan kesehatan masyarakat yang bergerak dalam kegiatan kuratif dan rehabilitatif. Di Kabupaten Selatan hanya ada 1 unit rumah sakit umum daerah yaitu Rumah Sakit Umum Daerah M. Zein Painan, dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan di RSUD Dr.Muhammad Zein Painan telah dilaksanakan penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) dan pembenahan manejerial rumah sakit dalam melaksanakan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Selain Sarana rumah sakit juga ditunjang dengan tenaga kesehatan yang memadai da berkualitas. Sebagaimana diketahui bahwa penyelengggaraan upaya kesehatan tidak hanya dilakukan oleh pemerintah tetapi juga diselenggarakan oleh swasta. Oleh karena itu gambaran situasi ketersediaan tenaga kesehatan baik yang bekerja disektor pemerintah maupu swasta PENGELOLAAN LIMBAH CAIR LANDASAN HUKUM Undang-Undang Republik Indonesia : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1966 Tentang Hygiene 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan 4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air 5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. 6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 TentangPengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. 7. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000 Tentang Badan Pengendalian Dampak Lingkungan 8. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 35/MENLH/7/1 995 Tentang Program Kali Bersih. 9. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 269/1996 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan UKL dan UPL Departemen Pekerjaan Umum 10. Keputusan Menteri Negara lingkungan Hidup No 337/1996 tentang Petunjuk Tata Laksana UKL dan UPL Departemen Pekerjaan Umum 11. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 296/1996 tentang Petunjuk Teknis Pokja Sanitasi Selatan III - 45

46 Penyusunan UKL dan UPL Proyek Bidang Pekerjaan Umum 12. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2003 Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik. 13. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 35/MENLH/7/1995 tentang Program Kali Bersih 14. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik 15. Petunjuk Teknis Nomor KDT Ped I Judul Pedoman Teknis Penyehatan Perumahan 16. Petunjuk Teknis Nomor KDT Pet I Judul Petunjuk Teknis Spesifikasi Instalasi Pengolahan Air Sistem Berpindah-pindah (Mobile) Kapasitas 0.5 Liter/detik 17. Petunjuk Teknis Nomor KDT Pan I Judul Panduan dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan 18. Petunjuk Teknis Nomor KDT Pet D Judul Petunjuk Teknis Tata Cara Pengoperasian dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga Non Kakus 19. Petunjuk Teknis Nomor KDT Man P Judul Manual Teknis MCK 20. Petunjuk Tenis Nomor KDT Pet B judul Petunjuk Tenis Pembuatan Sumur Resapan 21. Peraturan Daerah Kabupaten Selatan Nomor 06 Tahun 2006 tentang Retribusi Penyedotan Kakus 22. Peraturan Bupati Nomor 3 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Rincian Biaya Penyedotan Kakus ASPEK INSTITUSIONAL a. Struktur Unit Layanan Limbah Cair Instansi Pemerintah Kabupaten Selatan yang menangani dan terkait dalam pengelolaan limbah cair antara lain : Dinas Pekerjaan Umum Bidang kebersihan dan pertamanan serta Kantor Lingkungan Hidup dalam aspek kajian lingkungan Dinas Kesehatan Bidang Pengendalian Penyakit dan Bencana. struktur organisasinya dapat dilihat pada halaman selanjutnya. b. Tugas dan Kewenangan Dinas Pekerjaan Umum Bidang kebersihan dan pertamanan Sub Limbah Tugas dan kewenangan dalam hal ini adalah: o Perencanaan Teknis pembangunan serta peningkatan layanan bidang limbah cair o Penyediaan dan pendistribusian layanan limbah cair o Meningkatkan cakupan pelayanan dan kualitas pengelolaan limbah cair o Mengembangkan kelembagaan dan peraturan perundangan yang mengatur pengelolaan Limbah cair o Memberdayakan masyarakat dalam penanganan limbah cair dan mendorong pengelolaan limbah cair berbasis masyarakat Pokja Sanitasi Selatan III - 46

47 o Supervisi o Monitoring dan Evaluasi c. Tugas dan kewenangan Kantor Lingkungan Hidup dalam hal ini adalah o Pengkoordinasian pelaksanaan pencegahan dan penanggulangan pencemaran, kerusakan lingkungan dan pemulihan kualitas lingkungan o Pembinaan teknis perencanaan dan penanggulangan pencemaran, kerusakan lingkungan dan pemulihan kualitas lingkungan o Mengeluarkan Ijin pembuangan Limbah cair. Pokja Sanitasi Selatan III - 47

48 STRUKTUR ORGANISASI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN PESISIR SELATAN Kepala Dinas Pekerjaan Umum Eselon II.b Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Eselon IV.a Sekretaris Eselon III.a Kepala Sub Bagian Perencanaan& Pelaporan Eselon IV.a Kepala Bid.Bina Tekik Eselon III.b Kepala Bid.Bina Marga Eselon III.b Kepala Bid.Cipta Karya Eselon III.b Kepala Bid.Kebersihan dan Pertamanan Eselon III.b Kepala Sub Bagian Keuangan Eselon IV.a Kepala Seksi Perencanaan Tenis Bid.Bina Marga Eselon IV.a Kepala Seksi Pembangunandan Peningkatan Jalan Eselon IV.a Kepala Seksi Tata Ruang Eselon IV.a Kepala Seksi Kebersihan Eselon IV.a Kepala Seksi Perencanaan Tenis Bid.Bina Marga Eselon IV.a Kepala Seksi Pemeliharaan Jalan Eselon IV.a Kepala Penataan Banngunan dan Lingkungan Eselon IV.a Kepala Seksi Pertamanan Eselon IV.a Kepala Seksi Pengujian Mutu dan Laboraturium Eselon IV.a Kepala Seksi Pembangunandan Pemeliharaan Jalan Eselon IV.a Kepala Seksi Perumahan dan Permukiman Eselon IV.a Kepala Seksi Pengolahan Limbah Eselon IV.a Pokja sanitasi Selatan III - 48

49 STRUKTUR ORGANISASI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN PESISIR SELATAN KEPALA KANTOR LH DRS. KHAIRUL EFENDI. NIP : SUB BAGIAN TATA USAHA ZULKARNAINI, S.SOS, MM JABATAN FUNGSIONAL STAF BAGIAN TATA USAHA 1. RIWENDRA PERMANA 2. MARIES 3. TUTI SUSANTI 4. RONI EFENDI 5. PURWADITA UTAMI 6. ZULPADRI SEKSI KASI ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN RIDWAN, ST, MT SEKSI PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENCEMARAN AMRIAL SEKSI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN MAMAN, S.HUT STAF AMDAL 1. NOFENDRI, S.SI 2. VINO ARYANDANI STAF PENGENDALIAN PENCEMARAN 1. MERI ZELNI, ST 2. MONARIZA, ST 3. RINA GUSMA DEVITA, ST 4. FITRIA ASLI, AMD STAF PENGAWASAN 1. DEWI SARTIKA, S.SI 2. YULIHARCE, ST 3. RIDHATUL AULIA, S.SI Pokja Sanitasi Selatan III - 49

50 d. Tugas dan Kewenangan pihak swasta dan masyarakat o Mendukung upaya pemerintah dalam pengelolaan limbah cair dan mengurangi resiko pencemaran air tanah o Pihak swasta wajib mempunyai sarana pengelolaan limbah cair e. Harga/tarif layanan Pemerintah Kabupaten Selatan sudah mempunyai peraturan daerah yang dapat mendukung pelaksanaan pengelolaan limbah cair domestik, sehingga sudah ada tarif khusus untuk pengelolaan llimbah cair domestik kapasaitas untuk 1 kali penyedotan bisa 2,5 m 3 3 M 3 : Tabel 3.27 Standar Rincian Penyedotan Kakus/Tinja/Limbah Cair Berdasarkan Perda Nomor 3 Tahun 2010 No I II Kecamatan Kecamatan Koto XI Tarusan Kecamatan Bayang Kecamatan IV Nagari Bayang Utara Kecamatan Batang Kapas Kecamatan Sutera Kecamatan Lengayang Kecamatan Ranah Jasa Sarana III Kecamatan Linggosari Baganti IV Kecamatan Pancung Soal Kecamatan Basa IV Balai Tapan Jumlah Pungutan Jasa Pelayanan ,- Perincian : BBM Solar 10 Lt : Rp45000,- Jasa Sopir 1 org : Rp20000,- Jasa Pekerja 1 org : Rp17500,- Cuci Mobil+oli : Rp22500,- Administrasi : Rp5000, ,- Perincian : BBM Solar 10 Lt : Rp45000,- Jasa Sopir 1 org : Rp20000,- Jasa Pekerja 1 org: Rp17500,- Cuci Mobil+oli : Rp22500,- Administrasi : Rp5000,- Konsumsi Petugas : Rp40000,- 2 org@rp , ,- Perincian : BBM Solar 10 Lt : Rp45000,- Jasa Sopir 1 org : Rp25000,- Jasa Pekerja 1 org: Rp22500,- Cuci Mobil+oli : Rp22500,- Administrasi : Rp5000,- Konsumsi Petugas : Rp40000,- 2 org@rp x2 kali ,- Perincian : BBM Solar 10 Lt : Rp45000,- Jasa Sopir 1 org : Rp35000,- Jasa Pekerja 1 org: Rp32500,- Cuci Mobil+oli : Rp22500,- Administrasi : Rp5000,- Konsumsi Petugas : Rp40000,- Pokja Sanitasi Selatan III - 50 Jumlah

51 V Kecamatan Lunang Silaut org@rp x2 kali ,- Perincian : BBM Solar 10 Lt : Rp45000,- Jasa Sopir 1 org : Rp45000,- Jasa Pekerja 1 org: Rp42500,- Cuci Mobil+oli : Rp22500,- Administrasi : Rp5000,- Konsumsi Petugas : Rp40000,- 2 org@rp x2 kali CAKUPAN LAYANAN Cakupan pengelolaan limbah cair di Kabupaten Selatan berdasarkan data dari Dinas Pekerjaan Umum dapat digambarkan sebagai berikut : Sistem pengelolaan air limbah di Kabupaten Selatan masih banyak menggunakan sistem pengolahan air limbah setempat (on-site system) baik itu secara individu dan di beberapa tempat secara komunal. Di sisi lain masih banyak warga masyarakat yang belum memiliki pengelolaan air limbah dan membuang limbahnya ke saluran atau sungai. Melalui Dana DAK Pembangunan Infrastruktur Sanitasi, melalui Pemerintah Daerah juga membangun MCK di 9 lokasi dimana satu unit pembangunan pada tahun 2006 dan delapan unit pembangunan pada tahun 2010, selain itu melalui dana DAK Pembangunan Infrastruktur Sanitasi dengan membangun delapan unit sarana sanitasi, dan satu unit pembangunan jamban pada tahun 2009, untuk lebih jelasnya disajikan seperti yang terlihat pada Tabel berikut Tabel 3.28 Pembangunan Infrastruktur Sanitasi Dak Dan Mck Di Kabupaten Selatan Pada Tahun 2009 Kegiatan Lokasi Unit Tahun Pemb. MCK Darwis dan Sekitarnya IV Jurai Pembangunan Jamban Painan Selatan IV Jurai Kawasan Pasar Batang Kapas Batang Kapas Kawasan Pasar Sago IV Jurai Kawasan Muaro Painan IV Jurai Kawasan Pantai Sago IV Jurai Kawasan Evakuasi Rawang IV Jurai Kawasan Bukit Langkisau IV Jurai Kawasan Carocok Tarusan IV Jurai Pokja Sanitasi Selatan III - 51

52 Kawasan Nelayan Sago IV Jurai MCK Kampung Pandan Inderapura MCK Kampung Akad Lengayang MCK Mesjid Nur Tauhid Sapan MCK Mesjid Darul Amal Sie. Bungin Batang Kapas MCK Nagari Sago Salido IV Jurai MCK Kampung Luhung Nagari Pasar baru Bayang MCK Kampung Sako Nagari Batu Hampar Tarusan MCK Kampung Taratak Nagari Sei. Lundang Tarusan Layanan Pengelolaan Air Limbah domestik di Kabupaten Selatan saat ini baru dilayani oleh pihak pemerintah melalui penyedia jasa sedot tinja yang layanannya baru meliputi area kecamatan yang terjangkau. Permasalahan jasa sedot tinja adalah kurangnya prasarana angkutan untuk menjangkau seluruh kecamatan serta biaya yang mahal. Sedang prasarana IPLT baru terdapat di Bukit Penyabungan Kecamatan IV Jurai. Cakupan layanan air limbah dari penghasil limbah terpusat seperti Rumah Sakit dilakukan oleh pihak Rumah Sakit itu sendiri dengan membangun sarana IPAL. Untuk lumpur tinja menggunakan jasa layanan sedot tinja, sementara air limbah dari pasar dan industri rumah tangga belum dilakukan pengelolaannya. Pokja Sanitasi Selatan III - 52

53 FOTO IPLT KABUPATEN PESISIR SELATAN SAGO PETA WILAYAH OPERASIONAL IPLT KAB.PESISIR SELATAN PASAR BARU BK.PENYAMBUNGAN SALIDO PAINAN ASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGI Pengelolaan limbah cair domestik yang ada di Kabupaten Selatan lebih pada pemanfaatan sistem setempat (on site system) antara lain black water dan grey water yang yang dihasilkan langsung di buang ke sungai, lahan terbuka serta ada yang dibuang ke septik tank kemudian dibuang ke drainase lingkungan. Sistem pembuangan air limbah seharusnya dipisahkan dengan sistem pembuangan air hujan, tapi di Kabupaten Selatan masih sering dijumpai limbah dari rumah tangga dibuang kedalam sistem pembuangan air hujan yang dapat mengakibatkan polusi/pencemaran lingkungan. Pengelolaan prasarana dan sarana air limbah pada setiap daerah mempunyai karakteristik yang berbeda, baik tingkat pelayanan, jenis dan jumlah pelayanannya. Pengelolaan sanitasi dapat dilakukan dengan 2 (dua) sistem yaitu: a. Sistem Pengolahan Air Limbah Setempat (on-site system); b. Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat (off-site system). Di beberapa tempat, pada bangunan-bangunan tertentu diwajibkan menyediakan fasilitas instalasi pengolahan air limbah (IPAL), seperti: rumah sakit, industri, penginapan dll. Fasilitas pengolahan ini sangat dibutuhkan untuk menghindari dampak pencemaran lingkungan hidup. Pokja Sanitasi Selatan III - 53

54 Prasarana pembuangan air limbah yang ada di Kabupaten Selatan antara lain: JAMBAN KELUARGA Pengadaan prasarana jamban keluarga diupayakan oleh masyarakat itu sendiri, dan sebagian merupakan sumbangan dari Pemda Kabupaten Selatan melalui berbagai sumber pendanaan baik dari APBN, dan APBD Kabupaten Selatan. Melalui dana DAK progam Infrastruktur Sanitasi pada tahun sudah berhasil memicu 18 pembuatan jamban keluarga. Pengelolaan jamban keluarga menjadi tanggung jawab penduduk yang memakainya. Sistem pengolahan air limbah umumnya pengolahan setempat (on-site system) baik secara individual (jamban keluarga) maupun komunal (MCK) dengan fasilitas dan pelayanan dari satu atau beberapa bangunan, yang pengelolaannya diselesaikan secara setempat atau di lokasi sumber, seperti : cubluk, tangki septik (septic tank) dan paket pengolahan skala kecil. Kondisi air tanah yang dangkal di Kabupaten Selatan menyebabkan peresapan tidak berfungsi tertalu baik dan menyebabkan tangki septik cepat penuh sebelum waktunya. Sampai saat ini Kabupaten Selatan belum memiliki sistem pengolahan air limbah terpusat berupa IPAL namun sudah memiliki IPLT. Walaupun demikian, dibeberapa lokasi sudah dibangun sistem komunal untuk melayani satu kawasan pemukiman melalui program sanitasi berbasis masyarakat (Sanimas) dan IPAL komunal. SALURAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH (SPAL) Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) merupakan suatu sistem untuk menampung dan menyalurkan air limbah dari dapur, kamar mandi, jamban dan atau septictank yang berfungsi sebagai wadah pengumpul dengan sebuah pipa pembuangan atau sebagai tabung pengolahan yang berhubungan langsung dengan tanah. Kondisi SPAL yang ada di Kabupaten Selatan pada umumnya masih menyatu dengan pembuangan air drainase Kriteria suspek aman adalah sebagai berikut: 1. Dibangun kurang dari lima tahun lalu 2. Dibangun lebih dari lima tahun lalu dan pernah dikuras/ dikosongkan kurang dari lima tahun lalu Kriteria suspek tidak aman adalah sebagai berikut: 1. Dibangun lebih dari lima tahun lalu dan tidak pernah dikuras 2. Dibangun lebih dari lima tahun lalu dan pernah dikuras lebih dari lima tahun lalu Pokja Sanitasi Selatan III - 54

55 Kondisi aman dan tidak aman dilihat dari praktik pembuangan kotoran balita antara lain: 1) praktik pembuangan yang aman yang mencakup a. anak yang diantar untuk BAB di jamban b. anak yang BAB di penampung (popok sekali pakai/ pampers, popok yang dapat dicuci, gurita, ataupun celana), kotoran di buang ke jamban, dan penampung dibersihkan di Watter Closed 2) praktik pembuangan yang relatif tidak aman a. anak BAB di ruang terbuka (lahan di rumah atau diluar rumah) b. anak yang BAB di penampung (popok sekali pakai/ pampers, popok yang dapat dicuci, gurita, ataupun celana), kotoran di buang ke ruang terbuka/ tidak di jamban dan dibersihkan bukan di jamban PERAN SERTA MASYARAKAT DAN GENDER DALAM PENANGANAN LIMBAH CAIR Peran serta masyarakat dalam penanganan air limbah diwujudkan dalam program sanitasi berbasis masyarakat (Sanimas). Kegiatan SANIMAS tahun 2008 di Kabupaten Selatan, dilaksanakan pembangunan Instalasi Pengolahan Limbah Rumah Tangga, yang berada di satu lokasi yaitu di Kecamatan Bayang dan Kecamatan Lengayang. Diharapkan dengan dilaksanakan kegiatan SANIMAS ini, limbah rumah tangga tidak lagi mencemari lingkungan permukiman bahkan bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan lingkungannya. Peran serta masyarakat dan gender dalam penanganan limbah cair di Kabupaten Selatan dalam pengolahan air limbah dapat di kategorikan sebagai berikut: o Secara keseluruhan peran serta masyarakat dan gender dalam penanganan limbah cair di Kabupaten Selatan dalam pengolahan air limbah belum ada, masih mengandalkan kegiatan atau proyek dari Pemerintah Kabupaten Selatan, baik penyediaan sarana prasarana maupun perawatannya. o Berdasarkan data yang diperoleh jumlah layanan sedot tinja yang terlayani di Kabupaten Selatan PERMASALAHAN Permasalahan yang dihadapi adalah persepsi dari sebagian masyarakat bahwa sarana sanitasi air limbah belum menjadi kebutuhan yang mendesak. Sebagian masyarakat Kabupaten Selatan lebih mudah membuang limbahnya ke saluran/sungai, halaman atau karena keterbatasan ekonominya belum mampu menyediakan sarana sanitasi sendiri. Permasalahan air limbah rumah tangga di Kabupaten Selatan secara rinci adalah sebagai berikut: 1. Terbatasnya sarana infrastruktur pengelolaan air limbah rumah tangga, dibeberapa wilayah banyak dijumpai sarana pembuangan air limbah tidak tertata atau dikelola dengan Pokja Sanitasi Selatan III - 55

56 benar. 2. Kurangnya ketersediaan air bersih untuk Jamban dan MCK cenderung mendorong masyarakat berperilaku kurang sehat 3. Masyarakat dari kalangan kurang mampu sering beralasan tidak memiliki biaya untuk membuat jamban 4. Kurangnya kesadaran masyarakat akan penanganan air limbah yang betul seperti pembuangan air limbah digabung dengan saluran drainase, hal ini menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan yang berimplikasi pada kesehatan masyarakat. 5. Belum adanya peran sektor swasta dalam mengolah air limbah di Kabupaten Selatan PENGELOLAAN PERSAMPAHAN (LIMBAH PADAT) LANDASAN HUKUM Undang-Undang Republik Indonesia : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Persampahan 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. 4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000 Tentang Badan Pengendalian Dampak Lingkungan 5. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 269/1996 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan UKL dan UPL Departemen Pekerjaan Umum 6. Keputusan Menteri Negara lingkungan Hidup No 337/1996 tentang Petunjuk Tata Laksana UKL dan UPL Departemen Pekerjaan Umum 7. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 296/1996 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan UKL UPL Proyek Bidang Pekerjaan Umum 8. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis Usaha dan atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL 9. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2005 Tentang Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan Retribusi pelayanan persampahan/kebersihan adalah pembayaran atas jasa pelayanan persampahan/kebersihan yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan pribadi atau badan. Obyek retribusi meliputi : Pengangkutan dan pembuangan sampah dari TPS dan transfer Dipo ke TPA, Penyediaan TPA, Pengelolaan dan atau pemusnahan sampah di TPA 10. Keputusan Bupati Selatan Nomor 15 Tahun 2005 Tentang Penetapan Tarif Retribusi Persampahan/Kebersihan. 11. Petunjuk Teknis Nomor KDT Pet. I judul Petunjuk Teknis Spesifikasi Kompos Rumah Tangga, Tata cara Pengelolaan Sampah Dengan Sistem Daur Ulang Pada Lingkungan, Spesifikasi Area Penimbunan Sampah Dengan Sistem Lahan Urug Terkendali Di TPA Sampah. Pokja Sanitasi Selatan III - 56

57 12. Petunjuk Teknis Nomor KDT Pet I judul Petunjuk Teknis Pengomposan Sampah Organik Skala Lingkungan ASPEK INSTITUSIONAL STRUKTUR UNIT LAYANAN PERSAMPAHAN Instansi Pemerintah Kabupaten Selatan yang menangani dan terkait dalam pengelolaan sampah (limbah padat) antara lain : Institusi Pengelolaan Persampahan di Kabupaten Selatan berdasarkan Perda Selatan No. 11 Tahun 2010 adalah Dinas PU Kab. Selatan (bidang kebersihan dan pertamanan). Struktur Unit Layanan Persampahan Jumlah personil yang bertugas melaksanakan pengelolaan kebersihan dan pertamanan adalah : - Staf bidang kebersihan dan pertamanan : 9 orang - Pengawas kebersihan : 7 orang - Sopir Dump Truck : 5 orang - Sopir Arm Roll : 2 orang - Operator Exavator : 1 orang - Pembantu operator exavator : 2 orang - Petugas pembersihan jalan : 41 orang - Petugas perawatan taman : 4 orang - Petugas kebersihan pasar : 11 orang - Petugas muat sampah : 12 orang - Sopir Becak Motor : 5 orang - Operator mesin potong rumput : 8 orang - Petugas IPLT : 6 orang - Petugas TPA : 6 orang - Petugas Pengomposan : 6 orang CAKUPAN LAYANAN Berdasarkan data dari Dinas Pekerjaan Umum penduduk Kabupaten Selatan dengan jumlah penduduk sebanyak jiwa diperkirakan timbulan sampah pada Tahun 2010 di Kabupaten Selatan sebanyak 859,408 m3/ (214,85 ton) perhari. Perkiraan Timbulan sampah Tahun 2010 berdasarkan kecamatan di Kabupaten Kabupaten Selatan dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Pokja Sanitasi Selatan III - 57

58 Tabel 3.29 Perkiraan Timbulan Sampah Perhari Pada Wilayah Kecamatan No. Nama Kecamatan Perkiraan Jumlah Timbulan Penduduk Sampah/Hari (Jiwa) (M 3 /Hari) 1. Koto XI Tarusan ,03 2. Bayang ,39 3. IV Nagari Bayang Utara ,54 4. IV Jurai , Batang Kapas ,61 6. Sutera Lengayang ,30 8. Ranah ,18 9. Linggo Sari Baganti , Pancung Soal , Basa IV Balai , Lunang Silaut , ,408 Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Selatan tahun 2010 Tabel 3.30 Jumlah Rumah Tangga Menurut Kecamatan Dan Perkiraan Timbulan Sampah M3/Hari Kabupaten Selatan Tahun 2010 No. Nama Kecamatan Jumlah KK Timbulan Sampah (M3/Hari) 1. Koto XI Tarusan 11, Bayang 7, IV Nagari Bayang Utara 2, IV Jurai 9, Batang Kapas 7, Sutera 10, Lengayang 14, Ranah 8, Linggo Sari Baganti 10, Pancung Soal 8, Basa IV Balai 6, Lunang Silaut 7, , Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Selatan tahun 2010 Pokja Sanitasi Selatan III - 58

59 No Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Selatan Tabel 3.31 Daftar Timbulan Dan Sampah Terkelola Pada Wilayah Operasional Kebersihan Tahun 2010 Sumber Sampah Timbulan Sampah (M 3 /Tahun) Sampah Terkelola (M 3 /Tahun) Persentase Pelayanan 1. Sampah Pasar ,3 2. Sampah Permukiman / Perumahan / Perkantoran 4.562, ,9 3. Pertokoan, Restoran, Hotel / Penginapan Fasilitas Umum 2.522, Sapuan Jalan 5, Saluran Total ,2 Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Selatan tahun 2010 Tabel 3.32 Jumlah Rumah Tangga Dan Cara Pembuangan /Kecamatan Di Kabupaten Selatan Tahun 2010 No. Nama Kecamatan Jumlah Rt Cara Pembuangan Angkut Timbun Bakar Kekali Lainya 1. Koto XI Tarusan 11, Bayang 7, IV Nagari Bayang Utara 2, IV Jurai 9, Batang Kapas 7, Sutera 10, Lengayang 14, Ranah 8, Linggo Sari Baganti 10, Pancung Soal 8, Basa IV Balai 6, Lunang Silaut 7, , Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Selatan tahun 2010 Pokja Sanitasi Selatan III - 59

60 No Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Selatan Tabel 3.33 Daftar Sistem Pewadahan Sampah Pada Daerah Pelayanan Kebersihan Kabupaten Selatan Tahun 2010 Sistem Perwadahan Permukiman Daerah Pelayanan (Unit) Pasar Tempat Umum Kantong Plastik/Karung Tong logam (drum isi 50 lt) Tong logam (drum isi 100 lt) Bak pasangan bata Bak kontiner Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Selatan tahun 2010 Pertokoan/ Kantor/ Sekolah - Jalan Protokol Sampai saat ini timbulan dan sampah terkelola pada wilayah operasional sebesar 25,699,65 m 3 /Tahun dan baru terkelola m 3 /Tahun atau sebesar 84,2%. Sedangkan timbulan sampah yang masuk ke TPA sebanyak 22,265 M 3 /Tahun dan terkelola di TPA baru 21,900 m 3 /Tahun. Sedangkan pengumpulan sampah yang baru dilayani oleh Pemerintah Kabupaten Selatan yaitu (Pasar Baru, Sago-Salido-Painan, Batang Kapas) dengan volume angkutan sekitar 62 m3/hari sedangkan masa aktif TPA Gunung Bungkuk sampai 2013 berdasarkan kajian TPA Tahun 1994 dan beroperasi pada tahun Sejalan dengan meningkatnya pertambahan peduduk dan semakin berkembangnya sektor industri, muncul pula masalah kompleks yang harus di selesaikan. Salah satunya adalah masalah persampahan, dimana di perlukan suatu usaha penanganan yang baik dan terpadu. Rencana sistim pengelolaan persampahan di arahkan pada pencapaian agar setiap kota kecamatan mampu mengelola sampah perkotaan di bawah satu organisasi pengelolaan yang teratur. Sumber-sumber sampah di Kabupaten Selatan antara lain berasal dari : 1. Sampah Permukiman, Sampah ini berasal dari rumah tangga perkampungan maupun permukiman jalan kabupaten. Sampah ini berasal dari aktivitas dapur, sampah pohon di halaman maupun kegiatan rumah tangga lain. 2. Sampah Pasar Tradisional, Merupakan sampah dari kegiatan pasar, baik sisa bahan pembungkus maupun sisa bahan-bahan yang diperjualbelikan yang tidak dapat dimanfaatkan lagi. Kebanyakan merupakan sisa sayur-mayur dan buah-buahan. 3. Sampah Hotel dan Penginapan, Sumber sampah ini berasal dari semua kegiatan hotel atau penginapan. Sampah yang dihasilkan biasanya berupa sampah kertas, makanan, sampah dapur dan lain-lain. 4. Sampah Rumah Sakit, Merupakan sampah yang berasal dari aktifitas rumah sakit baik ternasuk sampah yang berasal dari kegiatan laboratorium. Biasanya sampah yang dibuang di TPA adalah sampah jenis non B3. Pokja Sanitasi Selatan III

61 5. Sampah Industri, Sampah jenis ini berasal dari sisa - sisa aktifitas pemrosesan di industri. Pengelolaan limbah padat di buang ke TPS, pembakaran di incinerator, landfill. 6. Sampah Jalan, Merupakan sampah yang berasal dari pejalan kaki, pengendara kendaraan maupun berasal dari pengguna jalan yang lain. Sampah jalan ditangani oleh penyapu jalan baik dalam pengumpulan maupun pengangkutan. 7. Sampah Perkantoran, merupakan sampah yang berasal dari kantor-kantor di lingkup Kabupaten Selatan. Dikelola oleh dinas Pekerjaan Umum Bidang kebersihan dan pertamanan Kabupaten Selatan. Grafik 3.16 Penanganan sampah oleh Pemerintah Daerah Berdasarkan Survey EHRA di Kabupaten Selatan Tahun ,3 1 21,7,0 20,0 40,0 60,0 80,0 Tidak Menerima Layanan Pengangkutan Menerima Layanan Pengangkutan Penanganan sampah yang aman adalah apabila sampah dari rumah tangga mendapat layanan pengangkutan yang memadai. Untuk kepentingan identifikasi tingkat risiko kesehatan lingkungan, rincian cara pembuangan di atas kemudian disederhanakan utamanya berdasarkan dua kategori besar, yakni 1) penerima layanan sampah dan 2) non penerima layanan sampah. Berdasarkan Survey EHRA dapat digambarkan bahwa sebagian besar yaitu 78,3 % total rumah tangga belum mendapatkan layanan pengangkutan. Hanya 21,7 % yang mendapatkan layanan pengangkutan. Pokja Sanitasi Selatan III - 61

62 PETA LAYANAN PERSAMPAHAN/ DAERAH YANG TERLAYANI Pokja Sanitasi Selatan III - 62

BAB III PROFIL SANITASI KABUPATEN PESISIR SELATAN

BAB III PROFIL SANITASI KABUPATEN PESISIR SELATAN BAB III PROFIL SANITASI KABUPATEN PESISIR SELATAN 3.1. KONDISI UMUM SANITASI KABUPATEN PESISIR SELATAN Terwujudnya pembangunan sanitasi Kabupaten Selatan mengacu pada perundang-undangan yang berlaku baik

Lebih terperinci

JALAN MOHAMMAD HATTA PAINAN

JALAN MOHAMMAD HATTA PAINAN TAHUN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN PESISIR SELATAN DINAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR JALAN MOHAMMAD HATTA PAINAN 25612 Telp. 0756-21603 Fax. 0756-22624 e-mail : psda_pessel@ymail.com Rencana Kerja SKPD BAB

Lebih terperinci

Laporan Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan

Laporan Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan Laporan EHRA Kabupaten Pesisir Selatan Laporan Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan Kabupaten Pesisir Selatan Oktober 2011 Pokja Sanitasi Pesisir Selatan III - 21 DAFTAR ISI 1. PENGANTAR Hal 2 2. CATATAN

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Perumusan tujuan, sasaran, dan strategi dalam percepatan pembangunan sanitasi menggunakan SWOT sebagai alat bantu, dengan menganalisis kekuatan, kelemahan,

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB III PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Perumusan tujuan, sasaran, dan strategi dalam percepatan pembangunan sanitasi menggunakan SWOT sebagai alat bantu, dengan menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Perumusan tujuan, sasaran, dan strategi dalam percepatan pembangunan sanitasi menggunakan SWOT sebagai alat bantu, dengan menganalisis kekuatan, kelemahan,

Lebih terperinci

LAPORAN. PENILAIAN RESIKO KESEHATAN LINGKUNGAN/ EHRA (Environmental Health Risk Assessment)

LAPORAN. PENILAIAN RESIKO KESEHATAN LINGKUNGAN/ EHRA (Environmental Health Risk Assessment) LAPORAN EHRA (Environmental Health Risk 2016 LAPORAN PENILAIAN RESIKO KESEHATAN LINGKUNGAN/ EHRA (Environmental Health Risk KABUPATEN PASAMAN BARAT 2016 1 LAPORAN EHRA (Environmental Health Risk 2016 DAFTAR

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 RINGKASAN EKSEKUTIF Dokumen Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota (SSK) Tahun 2016 ini merupakan satu rangkaian yang tidak terpisahkan dengan dokumen lainnya yang telah tersusun

Lebih terperinci

Profil Sanitasi Wilayah

Profil Sanitasi Wilayah BAB 3 Profil Sanitasi Wilayah 3.1. Kajian Wilayah Sanitasi Wilayah kajian sanitasi Kabupaten Nias adalah desa yang menjadi area sampel studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) yang terdiri dari

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Pesisir Selatan

Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Pesisir Selatan Tercapainya Lingkungan Bersih dan Sehat Melalui Pembangunan Sanitasi yang Partisipatif di Kabupaten Pesisir Selatan 2015 Bagian ini akan menjelaskan secara singkat tentang gambaran umum situasi sanitasi

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE. Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan

STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE. Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan KELOMPOK KERJA SANITASI TAHUN 2015 DESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki

Lebih terperinci

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Dari hasil analisa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada tiap sub-sektor sanitasi maka telah dirumuskan tentang tujuan, sasaran dan strategi. Tujuan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi II-1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi Pembangunan Tahun 2011-2015 adalah Melanjutkan Pembangunan Menuju Balangan yang Mandiri dan Sejahtera. Mandiri bermakna harus mampu

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH 2.1 Letak Geografis dan Jumlah Penduduk Tenggarong merupakan salah satu Kecamatan dari 15 Kecamatan yang ada diwilayah Kabupaten Kutai Kartanegara, dengan luas wilayah 398,10

Lebih terperinci

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi 2.1. Visi Misi Sanitasi Visi Kabupaten Pohuwato Tabel 2.1: Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten/Kota Misi Kabupaten Pohuwato Visi Sanitasi Kabupaten Pohuwato Misi Sanitasi

Lebih terperinci

Sia Tofu (Bersama dan Bersatu) dan Visi Pembangunan Kabupaten Pulau Taliabu Tahun

Sia Tofu (Bersama dan Bersatu) dan Visi Pembangunan Kabupaten Pulau Taliabu Tahun .1 Visi dan Misi Sanitasi Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menjelaskan bahwa visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran

PENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah genangan pasang adalah daerah yang selalu tergenang air laut pada waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran rendah di dekat

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara September 2011 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya.

BAB 1 : PENDAHULUAN. memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya. BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai meninggal, hal ini karena manusia memerlukan

Lebih terperinci

BAB 3 STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB 3 STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB 3 STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI 3.1 Tujuan Sasaran dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik Secara umum kegiatan pengelolaan limbah cair di Kota Yogyakarta sudah berjalan dengan cukup

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya Visi Kabupaten Misi Kabupaten Visi Sanitasi Kabupaten Misi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Aceh

Lebih terperinci

KOTA TANGERANG SELATAN

KOTA TANGERANG SELATAN PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN Pertemuan Konsultatif-1 KOTA TANGERANG SELATAN PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL KOTA TANGERANG SELATAN 011 Daftar Isi 1.1. Latar Belakang...

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik III-1 BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Pada bab strategi percepatan pembangunan sanitasi akan dijelaskan lebih detail mengenai tujuan sasaran dan tahapan pencapaian yang ingin dicapai dalam

Lebih terperinci

Tabel 5.1 Visi, Misi dan Kebijakan Strategis Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Visi Misi Kebijakan Strategis

Tabel 5.1 Visi, Misi dan Kebijakan Strategis Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Visi Misi Kebijakan Strategis Tercapainya Lingkungan Bersih dan Sehat Melalui Pembangunan Sanitasi yang Partisipatif di Kabupaten Pesisir Selatan 2015 Untuk mencapai misi dan visi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan yang telah ditetapkan,

Lebih terperinci

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi 3.1. Visi dan misi sanitasi Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi Dalam rangka merumuskan visi misi sanitasi Kabupaten Lampung Tengah perlu adanya gambaran Visi dan Misi Kabupaten Lampung Tengah sebagai

Lebih terperinci

DESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN

DESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN DESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan,

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI YANG SEDANG BERJALAN

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI YANG SEDANG BERJALAN BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI YANG SEDANG BERJALAN 4.1 Visi dan Misi Sanitasi Kota A. Visi Visi sanitasi kota Mamuju dapat di rumuskan sebagai berikut : Mewujudkan Lingkungan yang bersih

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran RINGKASAN EKSEKUTIF Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kabupaten yang dimaksudkan

Lebih terperinci

DINAS PEKERJAAN UMUM

DINAS PEKERJAAN UMUM PEMERINTAH KABUPATEN PESISIR SELATAN DINAS PEKERJAAN UMUM KATA PENGANTAR Penyusunan Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 005 yang merupakan tugas sektoral dari

Lebih terperinci

LAPORAN KEJADIAN BENCANA DAN BANTUAN SANTUNAN BENCANA TAHUN 2016 BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN

LAPORAN KEJADIAN BENCANA DAN BANTUAN SANTUNAN BENCANA TAHUN 2016 BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN 2016 LAPORAN KEJADIAN BENCANA DAN BANTUAN SANTUNAN BENCANA TAHUN 2016 BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN Bulan : DESEMBER 2016 NO JENIS KEJADIAN NAMA KORBAN L/P UMUR SUKU PEKERJAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana dimaksud dalam

Lebih terperinci

A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya

A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya Lampiran E: Deskripsi Program / Kegiatan A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya Nama Maksud Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu

Lebih terperinci

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016 Ringkasan Studi EHRA Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) atau dapat juga disebut sebagai Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan, merupakan sebuah studi partisipatif di tingkat Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

Deskripsi Program/ Kegiatan Sanitasi. Dinas PU Kabupaten Tapanuli Tengah

Deskripsi Program/ Kegiatan Sanitasi. Dinas PU Kabupaten Tapanuli Tengah Deskripsi Program/ Sanitasi Kabupaten Tapanuli Tengah A. Program/ Air Limbah Nama Program/ Pembangunan MCK Komunal - Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk tidak BABS dan mempunyai jamban yang aman /

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu, pembangunan kesehatan di arahkan

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu, pembangunan kesehatan di arahkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu, pembangunan kesehatan di arahkan untuk mencapai Indonesia

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Pesisir Selatan

Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Pesisir Selatan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Tercapainya Lingkungan Bersih dan Sehat Melalui Pembangunan Sanitasi yang Partisipatif di Kabupaten 2015 Isu strategis berfungsi untuk mengontrol lingkungan baik situasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Visi Indonesia Sehat 2010 merupakan gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu menjangkau pelayanan

Lebih terperinci

Memorandum Program Percepatan Pembangunan Sanitasi BAB 1 PENDAHULUAN

Memorandum Program Percepatan Pembangunan Sanitasi BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN Program dan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai kelembagaan terkait, baik

Lebih terperinci

Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah

Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah Tabel 3.1: Rekapitulasi Kondisi fasilitas sanitasi di sekolah/pesantren (tingkat sekolah: SD/MI/SMP/MTs/SMA/MA/SMK) (toilet dan tempat cuci tangan) Jumlah Jumlah Jml Tempat

Lebih terperinci

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1 Bab I PENDAHULUAN Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah sebuah survey partisipatif di tingkat Kabupaten/kota yang bertujuan untuk memahami

Lebih terperinci

Mewujudkan Kota Padang sebagai Kota Pendidikan, Perdagangan dan Pariwisata Yang Sejahtera, Religius dan Berbudaya

Mewujudkan Kota Padang sebagai Kota Pendidikan, Perdagangan dan Pariwisata Yang Sejahtera, Religius dan Berbudaya Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi 3.1. Visi dan misi sanitasi Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, visi dan misi pembangunan jangka menengah adalah visi dan misi kepala daerah

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. KESIMPULAN Dari hasil evaluasi yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem pembuangan air limbah di lingkungan permukiman pesisir Kelurahan Tanjung Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA 3.1. Aspek Non-teknis Perumusan strategi layanan sanitasi Kabupaten Lombok Timur didasarkan pada isu-isu strategis yang dihadapi pada saat ini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Layanan yang tidak optimal dan buruknya kondisi

Lebih terperinci

4.1 PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TERKAIT SANITASI

4.1 PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TERKAIT SANITASI 4 4.1 PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TERKAIT SANITASI Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran semua anggota keluarga dan masyarakat,

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA SIDAMANIK SUMATERA UTARA KOTA SIDAMANIK ADMINISTRASI Profil Kota Kota Kisaran merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Simalungun Propinsi Sumatera Utara. PENDUDUK Jumlah

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA BULELENG BALI KOTA BULELENG ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Buleleng merupakan bagian dari wilayah administrasi Kabupaten Buleleng. Batas-batas administratif kota Buleleng

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA DUMAI RIAU KOTA DUMAI ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Dumai adalah ibu kota Kota Dumai, dengan status adalah sebagai kota administratif dari Kota Dumai. Kota Dumai memiliki

Lebih terperinci

EVALUASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH SISTEM TERPUSAT DI KOTA MANADO

EVALUASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH SISTEM TERPUSAT DI KOTA MANADO EVALUASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH SISTEM TERPUSAT DI KOTA MANADO NEIKLEN RIFEN KASONGKAHE 3311202811 Dosen Pembimbing: Prof. Ir. JONI HERMANA, MscES., PhD Magister Teknik Sanitasi Lingkungan Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN

BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN Pembangunan sanitasi sekarang ini masih berjalan lambat karena dipengaruhi oleh beberapa hal. Sanitasi merupakan kebutuhan yang mempunyai

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA PINANG SUMATERA UTARA KOTA KOTA PINANG ADMINISTRASI Profil Kota Pinang merupakan ibukota kecamatan (IKK) dari Kecamatan Kota Pinang dan merupakan bagian dari kabupaten Labuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian sehat sesuai dengan UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian sehat sesuai dengan UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.2. Latar Belakang Pengertian sehat sesuai dengan UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, dan spiritual yang memungkinkan setiap orang

Lebih terperinci

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Pada bab ini akan dijelaskan secara singkat tentang gambaran umum situasi sanitasi Kabupaten Pesawaran saat ini, Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten yang akan memberikan

Lebih terperinci

T E S I S KAJIAN PENINGKATAN SANITASI UNTUK MENCAPAI BEBAS BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN DI KECAMATAN KARANGASEM BALI

T E S I S KAJIAN PENINGKATAN SANITASI UNTUK MENCAPAI BEBAS BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN DI KECAMATAN KARANGASEM BALI T E S I S KAJIAN PENINGKATAN SANITASI UNTUK MENCAPAI BEBAS BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN DI KECAMATAN KARANGASEM BALI Oleh: MADE YATI WIDHASWARI NRP. 3310 202 712 Dosen Pembimbing: Dr. Ir. NIEKE KARNANINGROEM,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara. lain:

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara. lain: BAB I PENDAHULUAN Program dan dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai kelembagaan terkait, juga merupakan

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA JAMBI JAMBI KOTA JAMBI ADMINISTRASI Profil Wilayah Tabel 1. LUAS WILAYAH KOTA JAMBI No. Kecamatan Luas (Km²) 1. Kota Baru 77,78 2. Jambi Selatan 34,07 3. Jelutung 7,92 4. Pasar

Lebih terperinci

Matrik Kerangka Kerja Logis Kabupaten Luwu

Matrik Kerangka Kerja Logis Kabupaten Luwu Matrik Kerangka Kerja Logis Kabupaten Luwu Subsektor Permasalahan Mendesak Rumusan Tujuan Rumusan Sasaran dan Air Limbah Domestik 1 Pencemaran air tanah dan sungai Meningkatkan kinerja SKPD terkait memiliki

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI 1.1. LATAR BELAKANG BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Perumusan tujuan, sasaran, dan strategi dalam percepatan pembangunan sanitasi menggunakan SWOT sebagai alat bantu, dengan menganalisis

Lebih terperinci

DAFTAR ALAMAT MASJID SUMATERA BARAT KAB. PESISIR SELATAN

DAFTAR ALAMAT MASJID SUMATERA BARAT KAB. PESISIR SELATAN 1 MASJID ISTIQAMAH KAPUH KOTO XI TARUSAN Kab. Pesisir Selatan 2 MASJID ISTIQLAL GURUN PANJANG KOTO XI TARUSAN Kab. Pesisir Selatan 3 MASJID SYUHADA' SUNGAI TALANG KOTO XI TARUSAN Kab. Pesisir Selatan 4

Lebih terperinci

BAB IV. Strategi Pengembangan Sanitasi

BAB IV. Strategi Pengembangan Sanitasi BAB IV Strategi Pengembangan Sanitasi Program pengembangan sanitasi untuk jangka pendek dan menengah untuk sektor air limbah domestik, persampahan dan drainase di Kabupaten Aceh Jaya merupakan rencana

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kemiskinan dan kekumuhan suatu Kota/Kabupaten. Kondisi sanitasi yang tidak

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Air dan kesehatan merupakan dua hal yang saling berhubungan. Kualitas air yang dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain

Lebih terperinci

PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1

PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1 PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1 Bab 5 Strategi Monitoring dan Evaluasi 1.1 Kerangka Monitoring dan Evaluasi Implementasi SSK Monitoring dapat diartikan sebagai proses rutin pengumpulan

Lebih terperinci

ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI

ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI Strategi layanan sanitasi pada dasarnya adalah untuk mewujudkan Tujuan dan Sasaran pembangunan sanitasi yang bermuara pada pencapaian Visi dan Misi

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA BALIGE SUMATERA UTARA KOTA BALIGE ADMINISTRASI Profil Kota Kota Balige merupakan ibukota Kabupaten (IKAB) dari kabupaten Toba Samosir yang terletak di propinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan sanitasi sampai saat ini masih belum menjadi prioritas dalam pembangunan daerah. Kecenderungan pembangunan lebih mengarah pada bidang ekonomi berupa pencarian

Lebih terperinci

Infrastruktur PLP dalam Mendukung Kesehatan Masyarakat

Infrastruktur PLP dalam Mendukung Kesehatan Masyarakat Infrastruktur PLP dalam Mendukung Kesehatan Masyarakat Direktorat Pengembangan PLP Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat APA YANG DISEBUT SANITASI?? Perpres 185/2014

Lebih terperinci

LAPORAN IPLT KEPUTIH KOTA SURABAYA PROPINSI JAWA TIMUR

LAPORAN IPLT KEPUTIH KOTA SURABAYA PROPINSI JAWA TIMUR LAPORAN IPLT KEPUTIH KOTA SURABAYA PROPINSI JAWA TIMUR IPLT Keputih Kota Surabaya DESEMBER 2010 1 A. Gambaran Umum Wilayah; Geografis Kota Surabaya terletak antara 112 36 112 54 BT dan 07 21 LS, dengan

Lebih terperinci

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA 3.1. ASPEK NON TEKNIS Perumusan Isu strategis berfungsi untuk mengontrol lingkungan baik situasi lingkungan yang sudah diketahui maupun situasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan mobilitas penduduk semakin pesat serta lingkungan dan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan mobilitas penduduk semakin pesat serta lingkungan dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan menjadi salah satu penyebab timbulnya masalah kesehatan masyarakat yang dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk dan teknologi sehingga mengakibatkan mobilitas

Lebih terperinci

LAMPIRAN 2 LAMPIRAN 2 ANALISIS SWOT

LAMPIRAN 2 LAMPIRAN 2 ANALISIS SWOT LAMPIRAN 2 LAMPIRAN 2 ANALISIS SWOT ANALISIS SWOT Air Limbah Domestik A. Analisa SWOT O lingkungan mendukung agresif stabil w lemah selektif berputar Besar-besaran kuat s * (-39 : -24) ceruk terpusat lingkungan

Lebih terperinci

BAB II PROFIL SANITASI

BAB II PROFIL SANITASI BAB II PROFIL SANITASI 2.1 GAMBARAN WILAYAH KABUPATEN PESISIR SELATAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Pesisir Selatan secara geografis terletak antara garis 0059-2028,6 Lintang Selatan dan 100019-101018

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1. Visi Misi Sanitasi Visi dan misi sanitasi telah dirumuskan untuk memberi arahan bagi pengembangan sanitasi Kabupaten Tana Toraja dalam rangka mencapai visi dan

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA KENDARI SULAWESI TENGGARA KOTA KENDARI ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Kendari merupakan bagian dari wilayah administrasi dari propinsi Sulawesi Tenggara. Batas-batas administratif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk mencapai Indonesia Sehat,

Lebih terperinci

LAMPIRAN V DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN

LAMPIRAN V DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN LAMPIRAN V DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN Sub Sektor Air Limbah Program Penyusunan Master Plan Air Limbah Latar Belakang Dokumen masterplan merupakan suatu tahap awal dari perencanaan. Dokumen ini sangat diperlukan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI RINGKASAN EKSEKUTIF Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (Program PPSP) merupakan program yang dimaksudkan untuk mengarusutamakan pembangunan sanitasi dalam pembangunan, sehingga sanitasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diare hingga saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia, dimana setiap tahunnya kejadian kasus diare sekitar 4 miliar, dengan jumlah kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi kehidupan, semua

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi kehidupan, semua BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi kehidupan, semua makhluk hidup memerlukan air. Tanpa air tak akan ada kehidupan, demikian pula dengan manusia tak dapat

Lebih terperinci

LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT

LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT AIR LIMBAH Analisa SWOT sub sektor air limbah domestik Lingkungan Mendukung (+), O Internal Lemah (-) W Internal Kuat (+) S Diversifikasi Terpusat (+2, -5) Lingkungan tidak

Lebih terperinci

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 3 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kerangka pengembangan sanitasi yang mencakup tiga sub sector yairu air limbah, sampah dan drainase. Dalam pembahasan bab ini mencakup

Lebih terperinci

1. Sub Sektor Air Limbah

1. Sub Sektor Air Limbah 1. Sub Sektor Air Limbah Permasalahan mendesak Tujuan Sasaran Strategi Indikasi Program Indikasi Kegiatan Praktek BABS saat ini 23% 1.Menyusun perda/perbup mengenai Penyusunan Perda/Perbup Konstruksi,

Lebih terperinci

KEBUTUHAN DATA SEKUNDER PADA BAB 2

KEBUTUHAN DATA SEKUNDER PADA BAB 2 KEBUTUHAN DATA SEKUNDER PADA BAB 2 Tabel 2.1 Luas daerah dan pembagian daerah administrasi Tabel 2.2 Jumlah Penduduk perkecamatan dan rata-rata kepadatannya Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Lebih terperinci

2.1 Visi Misi Sanitasi

2.1 Visi Misi Sanitasi Kabupaten Pesisir Barat memiliki beberapa permasalahan pembangunan. Antara lain permasalahan lingkungan serta sanitasi yang buruk. Permasalahan tersebut tidak terlepas dari persoalan kemiskinan yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI 3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah Pengolahan air limbah permukiman secara umum di Kepulauan Aru ditangani melalui sistem setempat (Sistem Onsite). Secara umum

Lebih terperinci

BAB 4 BUKU PUTIH SANITASI 2013

BAB 4 BUKU PUTIH SANITASI 2013 BAB 4 PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN Program pengembangan sanitasi saat ini dan yang akan di rencanakan berdasar pada kajian yang telah dilakukan sebelumnya pada Buku Putih

Lebih terperinci

BAB V Area Beresiko Sanitasi

BAB V Area Beresiko Sanitasi BAB V Area Beresiko Sanitasi 6 BAB 5 Area Beresiko Sanitasi Buku Putih Sanitasi sangat penting bagi kabupaten dalam menetapkan prioritas wilayah pengembangan sanitasi yang meliputi pengelolaan air limbah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan di negara berkembang terutama di Indonesia, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Penyakit diare bersifat endemis

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Tahun

Strategi Sanitasi Kabupaten Tahun BAB IV PROGRAM DAN KEGIATAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Program merupakan tindak lanjut dari strategi pelaksanaan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, dan sebagai rencana tindak

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT 2014

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT 2014 BAB V AREA BERESIKO SANITASI 5.1. Area Beresiko Sanitasi Resiko sanitasi adalah terjadinya penurunan kualitas hidup, kesehatan, bangunan dan atau lingkungan akibat rendahnya akses terhadap layanan sektor

Lebih terperinci

Tersedianya perencanaan pengelolaan Air Limbah skala Kab. Malang pada tahun 2017

Tersedianya perencanaan pengelolaan Air Limbah skala Kab. Malang pada tahun 2017 Sub Sektor Air Limbah Domestik A. Teknis a. User Interface Review Air Limbah Buang Air Besar Sembarangan (BABS), pencemaran septic tank septic tank tidak memenuhi syarat, Acuan utama Air Limbah untuk semua

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNANN SANITASI. 3.1 Tujuan,Sasaran dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNANN SANITASI. 3.1 Tujuan,Sasaran dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNANN SANITASI 3.1, dan Pengembangan Air Limbah Domestik Tabel 3.1,sasaran dan Tahapan Pencapaian Pengembngan Air Limbah Domestik Tercapainya peningkatan cakupan dan

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI G una mencapai kualitas sanitasi yang baik secara keseluruhan dalam cakupan kota, maka perlu dibuat suatu rencana program

Lebih terperinci

BAB III Profil Sanitasi Wilayah

BAB III Profil Sanitasi Wilayah BAB III Profil Sanitasi Wilayah 3.1. Perkembangan Sanitasi oleh APBD Kabupaten Takalar Tahun 2008-2012 Tabel 3.1 Perhitungan Pendanaan Sanitasi oleh APBD Kabupaten Takalar Tahun 2008 2012 No Uraian Belanja

Lebih terperinci

Tabel Deskripsi Program / Kegiatan

Tabel Deskripsi Program / Kegiatan Lampiran E. Deskripsi Program & Kegiatan Tabel Deskripsi Program / Kegiatan Komponen Air Limbah Program Penyusunan Masterplan Air Limbah Latar Belakang Dokumen masterplan merupakan suatu tahap awal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap bahwa

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB IV STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB IV STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI 4.1 Air Limbah Domestik Penetapan tujuan, sasaran dan strategi pengembangan air limbah domestik dilakukan berdasarkan misi pengembangan sanitasi yang diturunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan di Kabupaten Pasuruan dilaksanakan secara partisipatif, transparan dan akuntabel dengan berpegang teguh pada prinsip-prinsip dan pengertian dasar pembangunan

Lebih terperinci

secara sosial dan ekonomis (Notoatmodjo, 2007).

secara sosial dan ekonomis (Notoatmodjo, 2007). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehat adalah kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Kepentingan kesegaran jasmani dalam pemeliharaan kesehatan tidak diragukan lagi, semakin tinggi tingkat kesehatan,

Lebih terperinci

Bab 3 Rencana Kegiatan Pembangunan Sanitasi

Bab 3 Rencana Kegiatan Pembangunan Sanitasi Bab 3 Rencana Kegiatan Pembangunan Sanitasi 3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah Kabupaten Aceh Singkil memiliki sasaran pembangunan air limbah yang akan dicapai pada akhir perencanaan ini adalah praktek BABS

Lebih terperinci